indonesia hw

7
Tugas Bahasa Indonesia Analisis Puisi SMA NEGERI 2 CIMAHI JL. KPAD SRIWIJAYA IX Telp.(022)6652715 Nama : M.Geovany Fakhri Ramadhan Kelas : 12 IPA 7

Upload: fakhri

Post on 26-Nov-2015

15 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Pelajaran Bahasa Indonesia

TRANSCRIPT

Nama: M.Geovany Fakhri RamadhanKelas: 12 IPA 7SMA NEGERI 2 CIMAHIJL. KPAD SRIWIJAYA IX Telp.(022)6652715Tugas Bahasa IndonesiaAnalisis Puisi

Karya : W.S. RendraBalada Terbunuhnya Atmo Karpo

Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumibulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk paramengepit kuat-kuat lutut penuggang perampok yang diburusurai bau keringat basah, jenawipun telanjang

Segenap warga desa mengepung hutan itudalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpomengukuti bulan betina dan nasibnya yang malangberpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri.

Satu demi satu yang maju tersadap darahnyapenuggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.

- Nyawamu barang pasar, hai ini orang-orang bebal!Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papaMajulah Joko Pandan! Dimana ia?Majulah ia kerna hanya padanya seorang kukandang dosa

Anak panah empat arah dan musuh tiga silangAtmo Karpo masih tegak, luka tujuh liang.

- Joko Pandan! Dimana ia!Hanya padanya seorang kukandung dosa.

Bedah perutnya tapi masih setan iamenggertak kuda, ditiap ayun menungging kepala.

- Joko Pandan! Dimana ia!Hanya padanya seorang kukandung dosa,

Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandansegala menyibak bagi derapnya kuda hitamridla dada bagi derunya dendam yang tiba.

Pada langkah pertama keduanya sama bajapada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpopanas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka

Malam bagai kedok hutan bopeng oleh lukapesta bulan, soraka sorai, anggur darah.

Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedangIa telah membunuh bapaknya

Analisis Puisi

Puisi tersebut mengisahkan pelaku utama sebagai pencerita yaitu Atmo Karpo. Atmo Karpo ini adalah seorang perampok yang sedang diburu warga. Pada saat itu kesialan melanda Atmo Karpo karena malam itu adalah malam bulan purnama yang dapat menerangi seluruh malam: Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para. Bulan tidak bersahabat dengan Atmo Karpo, dimana ia bersembunyi, tetapi bulan purnama menyinari dirinya. Sehingga membuat Atmo Karpo tidak bisa bersembunyi di balik pekatnya malam yang terang benderang.Malam itu, Atmo Karpo hanya bisa: Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang. Tapi, bukan berarti Atmo Karpo menyerah begitu saja. Atmo Karpo melawan semua orang yang hendak menangkapnya. Sehingga terjadilah tragedi pertumpahan darah dan satu persatu pengejarnya rubuh tersadap oleh tangannya: Satu demi satu yang maju tersadap darahnya. Bahkan dengan sombongnya, Atmo Karpo berkata kepada mereka yang telah dibunuhnya: Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal! | Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa. Atmo Karpo menganggap pasukan kerajaan dan warga yang mengepung dan hendak menangkapnya itu hanyalah orang-orang rendahan saja, dan mereka bukanlah tandingannya.Lawan yang dicari Atmo Karpo adalah anaknya sendiri yang bernama Joko Pandan: Majulah Joko Pandan! Di mana ia?| Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.Atmo Karpo merasa mempunyai beban dosa terhadap anaknya, dan yang bisa menghapus dosanya hanya anaknya sendiri.Walaupun Anak panah empat arah dan musuh tiga silang menyerangnya, Atmo Karpo tetap tegak meski dengan luka tujuh liang. Bahkan telah tercecer darah diperutnya, Atmo Karpo seperti mempunyai nyawa lebih dari satu: Bedah perutnya tapi masih setan ia. Pacuan kudanya terus menyibak malam, dan semakin kencang: Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala.Sambil memacu kudanya, berkali-kali dia memanggil Joko Pandan: Joko Pandan! Dimana ia! Hanya padanya seorang kukandung dosa.Hingga akhirnya terdengar ringkikan kuda yang menandakan Joko Pandan telah datang. Digambarkan di dalam puisi, bahwa Joko Pandan itu datang dengan berkendara kuda hitam. Atmo Karpo pun merasa Ridha dada bagi derunya dendam yang tiba.Pertarungan sengit pun terjadi: Pada langkah pertama keduanya sama baja |Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo. Atmo Karpo mengalami kekalahan dalam pertarungan sengit tersebut. Karena, sebelumnya Atmo Karpo bertarung melawan para pasukan kerajaan dan warga yang hendak menangkapnya. Pertarungan tersebut membuat warga senang, begitu pula Joko Pandan. Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka: Joko Pandan menang atas pertarungan tersebut, Atmo Karpo sudah tidak berdaya. Tubuhnya tidak lagi sempurna, luka-luka menghiasi setiap tubuhnya, sampai terbuka dagingnya yang berlumuran darah.Akhirnya tewaslah Atmo Karpo di tangan Joko Pandan: Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang | Ia telah membunuh bapanya. Tindakan itu dia lakukan karena ada kepercayaan bahwa seorang pembunuh jika telah meminum darah korbannya maka arwah korban yang dibunuh tidak akan bergentayangan menuntut balas.Malam itu, pasukan kerjaan sorak sorai atas meninggalnya Atmo Karpo, tetapi satu orang yang merasa menyesal adalah Joko Pandan. Karena, ia telah membunuh bapaknya sendiri.Sebenarnya, Atmo Karpo bukanlah perampok biasa. Dia adalah pemberontak yang tidak setuju dengan ketidakadilan. Di satu sisi, kerajaan bergelimangan harta, tetapi di sisi lain rakyat jelata hidup sengsara. Maka, Atmo Karpo pun memilih menjadi perampok kerajaan. Dia mencuri harta kerajaan dan dibagikan kepada rakyat miskin.Atmo Karpo ini adalah seorang perampok kerajaan yang diburu warga. Dengan memacu kudanya Atmo Karpo menghindari kejaran warga: Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi| Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para. Hal tersebut merupakan majas personifikasi yang berada pada bait ke-1 larik ke-1 dan ke-2.Penyebutan sebagian nama atau kumpulan juga terdapat dalam bait ke-1 larik ke-1 yang berupa majas sinekdok totem pro parte: Segenap warga desa mengepung hutan itu. Berarti hanya sebagian warga yang mengepung hutan dimana terdapat keberadaan Atmo Karpo. Akan tetapi, pada bait ke-2 larik ke-3 terdapat kata bulan betina, yang mempunyai sifat seperti makhluk hidup/majas personifikasi. Tidak ada bulan jantan maupun betina.Nyawamu barang pasar hai orang orang bebal | Tombakmu pucuk daun menggunakan gaya bahasa metafora, yaitu gaya bahasa yang membandingkan dua hal secara berbeda. Atmo Karpo menganggap warga yang mengepung dan hendak menangkapnya itu mempunyai nyawa tidak berguna, sehingga mudah dikalahkan. Nyawa bukan merupakan barang yang diperdagangkan dipasaran. Selain itu, Atmo Karpo juga dengan sombong mengatakan tombak warga tersebut hanyalah pucuk daun. Artinya, tombak tersebut tidak berguna dan tidak bisa untuk membunuh Atmo Karpo.Majas metafora juga terdapat pada bait ke-7 larik ke-1: Bedah perutnya tapi masih setan ia. Artinya, walaupun tubuh si aku sudah berceceran darah, bahkan sampai dibedah perutnya, ia masih hidup dan kuat seperti memiliki nyawa lebih dari satu.Gaya bahasa yang berupa klimaks merupakan gaya bahasa yang berupa susunan ungkapan yang semakin lama semakin mengandung penekanan atau semakin meningkat kepentingannya dari gagasan atau ungkapan sebelumnya. Klimaks terdapat pada bait ke-10 larik ke-1: Pada langkah pertama keduanya sama baja. Artinya, semakin lama mempunyai kandungan arti yang menekan atau semakin meningkat. Pertarungan sengit antara keduanya berawal seri, akan tetapi pada akhirnya salah satu ada yang mati.Seperti bait ke-10 larik ke-3: Panas luka-luka terbuka daging kelopak-kelopak angsoka. Artinya, pertarungan sengit tersebut terdapat penekanan arti pada panas luka dan terbukanya daging kelopak angsoka. Tubuh Atmo Karpo tidak lagi sempurna, tetapi tersayat-sayat dengan pedang Joko Pandan.Pada bait ke-11 larik ke-1 terdapat: Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka,yang mempunyai gaya bahasa membandingkan dua hal secara berbeda. Artinya, malam merupakan saksi atas tragedi pertumpahan darah tersebut, warga bahagia atas kekalahan Atmo Karpo.4Tugas Bahasa Indonesia Analisis Puisi