influence of exercise zig - zag and practice run run...
TRANSCRIPT
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
1 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
PENGARUH LATIHAN ZIG – ZAG RUN DAN LATIHAN BOOMERANG
RUN TERHADAP KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA DALAM
PERMAINAN SEPAKBOLA PADA SISWA
SMA NEGERI 9 MAKASSAR
(INFLUENCE OF EXERCISE ZIG - ZAG AND PRACTICE RUN RUN
AGAINST BOOMERANG DRIBBLING SKILLS FOOTBALL
GAME IN THE STUDENT AFFAIRS 9 SMA MAKASSAR)
OLEH:
AHMAD RUM BISMAR )*
ABSTRACT
This study aimed to determine the effects of exercise zig - zag run and
exercise boomerang run on dribbling skills in the game of football at SMA
Negeri 9 Makassar. This research includes experimental research. The
study population was all students SMA Negeri 9 Makassar with a sample of
the study 30 male students were selected by random sampling. Data
analysis technique used is the technique infrensial analysis using t-test
syst
Based on the results of data analysis, the study concludes that: (1) there
was a significant effect of exercise zig - zag run to the dribbling skills in the
game of football at SMA Negeri 9 Makassar, proved to = 11.725> tt = 2.045
(P <α0 , 05); (2) there was a significant effect of exercise boomerang run on
dribbling skills in the game of football at SMA Negeri 9 Makassar, proved to
= 12.989> tt = 2.045 (P <α0,05); (3) there is a significant difference workout
zig - zag run and exercise boomerang run on dribbling skills in the game of
football at SMA Negeri 9 Makassar, proved to = 4.431> tt = 2.000 (P
<α0,05).
Keywords: Exercise Zig-Zag Run, Exercise Boomerang Run, Ball Dribbling
Skills
PENDAHULUAN
Sepakbola merupakan cabang olahraga yang memiliki peminat yang
paling besar dibandingkan dengan cabang olahraga lainnya. Indikator
tersebut dapat dikatakan bahwa aktivitas sepakbola bukan hanya dinikmati
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
2
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
sebagai tontonan bersifat rekreatif, akan tetapi aktivitas latihan sepakbola
dilakukan tidak kenal waktu. Dalam permainan sepakbola terdiri dari
beberapa teknik dasar yang ada didalamnya. Salah satu diantaranya adalah
teknik menggiring bola. Menggiring bola merupakan salah satu teknik dasar
dalam permainan sepakbola yang harus dikuasai oleh setiap pemain.
Menggiring bola adalah gerakan dalam permainan sepakbola yang
mengandung unsur seni, sebab adanya penggunaan beberapa bagian kaki
yang menyentuh bola dengan cara menggulingkan bola di tanah sambil
berlari. Gerakan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dengan
kegiatan olahraga. Untuk dapat melakukan gerakan memerlukan sejumlah
tenaga. Dengan tenaga yang dimiliki seorang dapat melakukan keterampilan
yang dibutuhkan. Gerakan terjadi disebabkan oleh berkontraksi otot. Dari
kontraksi otot-otot tersebut akan menghasilkan tenaga. Untuk meningkatkan
keterampilan dalam permainan sepakbola, khusus dalam teknik dasar
menggiring bola perlu adanya atau harus latihan yang teratur serta
sistematis dengan metode atau bentuk latihan yang tepat. Namun bentuk
latihan yang dilakukan harus spesifik dan lebih mengarah, agar dapat
menunjang peningkatan keterampilan menggiring bola. Seperti halnya
dalam melakukan teknik menggiring bola perlu adanya dukungan kecepatan
lari dan kelincahan.
Kecepatan adalah kemampuan organisme untuk melakukan gerak
dengan mempergunakan waktu yang sesingkat-singkatnya atau kecepatan
lasimnya dipergunakan untuk mengatasi kemampuan perpindahan sebuah
benda. Dalam keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola
unsur kecepatan merupakan komponen fisik yang esensial. Hal ini terjadi
pada saat seorang pemain akan melewati lawan sehingga dapat
mengancam pertahanan lawan. Pemain perlu memiliki kecepatan lari, sebab
disaat dalam permainan biasanya pemain dituntut untuk bereaksi lebih cepat
untuk mencapai bola yang jauh atau biasa melakukan trik dengan
melakukan tendangan bola kemudian lari dengan cepat. Kelincahan
merupakan suatu bentuk gerakan yang mengharuskan orang atau pemain
untuk bermain dengan pergerakan dengan cepat dan lincah untuk
mengubah arah dan tangkas. Pemain yang lincah adalah pemain yang
memiliki atau mempunyai kemampuan untuk mengubah arah atau posisi
tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak tanpa
kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya. Kedua
komponen fisik tersebut merupakan pendukung dalam pengembangan
keterampilan teknik dasar menggiring bola dalam permainan sepakbola.
Oleh karena itu perlu adanya bentuk latihan yang perlu dikembangkan
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
3 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
dalam pencapaian dua komponen fisik tersebut. Bentuk latihan zig-zag run
dan latihan boomerang run merupakan dua bentuk latihan yang
menggabungkan dua komponen fisik tersebut yaitu kecepatan dan
kelincahan.
Latihan zig-zag run dan latihan boomerang run memiliki tujuan yang
sama yaitu unutk meningkatkan kinerja pada tungkai untuk dapat bergerak
secara cepat dan lincah. Akan tetapi dalam proses pelaksanaan kedua
bentuk latihan tersebut berbeda. Latihan zig-zag run merupakan bentuk
latihan yang dilaksanakan secara zig-zag dengan melewati tiang,
sedangkan latihan boomerang run dilaksanakan secara berpusat melewati
sebuah titik lingkaran.
Menggiring Bola Dalam Permainan Sepakbola
Menggiring bola merupakan salah satu teknik dasar dalam
permainan sepakbola yang harus dikuasai oleh setiap pemain. Menggiring
bola adalah gerakan dalam permainan sepakbola yang mengandung unsur
seni, sebab adanya penggunaan beberapa bagian kaki yang menyentuh
bola dengan cara menggulingkan bola di tanah sambil berlari. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Arma Abdullah (1984) bahwa: “Menggiring bola
dapat diartikan seni menggunakan beberapa bagian kaki dalam menyentuh
atau menggulingkan bola terus menerus di tanah sambil berlari.” Ilyas
Haddade dan Ismail Tola (1991) mendefenisikannya sebagai berikut:
“Menggiring bola ialah membawa bola ke dalam kontrol sambil berlari, bola
tetap dalam penguasaan (bola berada di dekat kaki) dan dalam
penguasaan untuk dimainkan.” Jadi menggiring bola adalah cara membawa
bola dengan menggunakan kaki dengan tujuan agar bola yang akan
ditendang ke gawang lawan akan lebih dekat. Pendapat lain yang
mendefenisikannya adalah Abd. Adib Rani (1992:27) sebagai berikut:
“Menggiring bola adalah istilah sepakbola untuk lari dengan bola.”
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pengertian menggiring bola aadalah
membawa bola dengan berbagai macam teknik sentuhan bola untuk
membuka daerah atau melewati lawan, sehingga pemain mendapat
kesempatan untuk melakukan passing atau tembakan sedekat mungkin ke
gawang atau ke teman. Dari hasil penguraian tersebut tentang pengertian
menggiring bola dalam permainan sepakbola, maka jelas bahwa menggiring
bola adalah salah satu teknik dasar yang memegang peranan dalam
permainan sepakbola. Dengan demikian apabila setiap pemain memiliki
teknik penguasaan bola dengan baik dan benar, sangatlah mudah dan
menentukan keberhasilan suatu tim atau kesebelasan. Apabila kemampuan
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
4
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
tersebut dicapai dengan baik dengan sempurna, maka semua bentuk latihan
yang pernah diberikan hendaknya diulangi-ulangi secara tekun agar
semakin mantap. Sebab menggiring bola adalah keterampilan suatu teknik
yang dilakukan dengan cara menggunakan berbagai gerakan kaki sambil
berlari.
Untung Suharjo (1984) memberikan pendapat sebagai berikut:
“Salah satu tuntutan teknik yang harus dikuasai di dalam menggiring bola
adalahlari sambil menguasai bola.” Oleh karena itu untuk meningkatkan
keterampilan atau kemampuan dalam permainan sepakbola, khusus dalam
teknik dasar menggiring bola harus latihan yang teratur serta sistematis
dengan metode atau bentuk latihan yang tepat. Dalam hal ini, pemain harus
selalu berusaha membebaskan diri, melindungi bola dan bergerak maju
melakukan gerakan dan tipuan dalam menggiring bola. Sehubungan dengan
ini Jeff Sneyer (1988) menyatakan bahwa: “Semakin baik penguasaan bola
dan semakin mudah seorang pemain dapat melepaskan diri dari suatu
situasi yang gawat, maka semakin memuaskan mutu permainan
kesebelasan itu.” Jadi sudah jelas bahwa pada dasarnya menggiring bola
adalah suatu usaha untuk menguasai bola, dan atau untuk merebutnya
kembali bila sedang dikuasai oleh lawan. Jadi untuk meningkatkan
kemampuan dalam menggiring bola harus dilakukan berulangkali dengan
latihan yang teratur dan sistematis. Dalam permainan sepakbola dikenal dua
cara teknik. Teknik dengan bola dan teknik tanpa bola, jadi teknik bermain
bola adalah semua gerakan-gerakan yang berguna dalam permainan
sepakbola. Menggiring bola merupakan salah satu teknik dalam permainan
sepakbola yang harus dimiliki dan dikuasai oleh setiap pemain, hal ini
sangat berguna dalam situasi permainan sebab tanpa penguasaan teknik
tersebut seorang pemain tidak akan dapat bermain dengan baik.
Latihan Zig-Zag Run
Untuk mengembangkan kondisi fisik seperti kekuatan, kecepatan,
dan kelincahan perlu didukung adanya bentuk latihan. Latihan zig-zag run
merupakan bentuk latihan yang dilakukan dengan lari menyilang untuk
mengubah arah dari dan posisi pada waktu bergerak dengan kecepatan
tinggi serta yang membutuhkan skill. Latihan zig-zag run dilakukan pada
lapangan yang tidak licin terdiri dari 5 (lima) titik dan jarak antara tiang 5
meter, caranya pelaku harus berlari secepat mungkin melewati kelima titik
tersebut. Pada latihan zig-zag run proses pelaksanaannya yaitu berlari
melalui tiang pertama kemudian melanjutkan tiang kedua sebagai titik
tengah kemudian berputar untuk berlari ketiang ketiga. Selanjutnya dari
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
5 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
tiang ketiga berlari lurus ke tiang keempat, kemudian berputar untuk berlari
kembali ke tiang kedua untuk berputar untuk ke tiang kelima. Dari tiang
kelima melakukan sprint ke tiang pertama.
Latihan Boomerang Run
Latihan boomerang run hampir sama dengan latihan zig-zag run
yaitu menggunakan titik atau tiang lima buah. Namun proses pelaksanaan
berbeda. Latihan boomerang run memiliki tujuan untuk mengembangkan
kekuatan, kecepatan dan kelincahan serta keseimbangan badan.
Pelaksanaan pada latihan boomerang run dilakukan dengan posisi tiang
dipajang sebanyak 5 buah dengan bentuk segi empat dengan jarak 5 meter
antara tiang dan satu tiang berada ditengah. Proses pelaksanaannya
dilakukan dengan berdiri pada tiang pertama kemudian berlari ke tiang
tengah (kedua) kemudian memutar ke kanan dan berlari menuju ketiang
ketiga untuk memutar lagi. Selanjutnya dari tiang ketiga melakukan lari
ketiang keempat, dari tiang keempat lari kembali ke tiang tengah untuk
melakukan putaran kemudian melakukan lari ketiang kelima untuk berputar
dan melakukan lari kembali ketiang pertama.
METODE PENELITIAN
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen lapangan. Adapun variabel penelitian yang ingin diteliti dalam
penelitian ini terdiri atas: (1) variabel bebas yang terdiri latihan zig-zag run
dan latihan boomerang run, dan (2) variabel terikat yaitu Keterampilan
menggiring bola dalam permainan sepakbola. Dalam penelitian eksperimen
perlu dipilih suatu desain yang tepat dan sesuai dengan tuntutan variabel-
variabel yang terkandung dalam tujuan penelitian. Desain dalam penelitian
ini adalah : “Randomized Sampel Pretest dan Posttest Group Design”.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 9 Makassar. Dengan
demikian kesamaan sifat dari populasi dalam penelitian ini yakni mempunyai
jenis kelamin yang sama. Sampel dipergunakan dalam penelitian adalah
sebanyak 30 orang siswa SMA Negeri 9 Makassar. Beranjak dari itu yang
menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang telah terdaftar
sebagai pemain sepakbola sebanyak 15 orang. Data yang diperoleh melalui
instrumen tes keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola
baik dari data tes awal maupun data tes akhir, selanjutnya akan dianalisis
dengan menggunakan rumus-rumus statistik.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
6
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif data penelitian pada kedua kelompok yaitu latihan
zig-zag run dan latihan boomerang run terhadap keterampilan menggiring
bola dalam permainan sepakbola dapat dilihat dalam rangkuman hasil
analisis deskriptif yang tercantum pada tabel. Perhitungan data deskriptif
seperti pada lampiran penelitian dapat dilihat pada rangkuman berikut:
Tabel 1. Hasil deskriptif data keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola kedua kelompok
Latihan Deskriptif Tes awal Tes akhir
Latihan Zig-zag
run ( Kelompok A)
N Sum Mean Std. Deviasi Range Min Max
15 228,45
15,2300 1,50566
5,04 13,11 18,15
15 214,72
14,3147 1,56190
5,13 12,11 17,24
Latihan
boomerang run ( Kelompok B)
N Sum Mean Std. Deviasi Range Min Max
15 227,69
15,1793 1,42042
4,50 13,05 17,55
15 195,72
13,0480 1,27730
4,27 11,15 15,42
Berdasarkan rangkuman hasil analisis deskriptif data pada Tabel di
atas, maka dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Untuk data tes awal latihan zig-zag run terhadap keterampilan
menggiring bola dalam permainan sepakbola dari 15 jumlah sampel
diperoleh total nilai sebanyak 228,45. Nilai rata-rata yang diperoleh
15,2300 dengan hasil standar deviasi 1,50566. Untuk nilai range
diperoleh 5,04 dari nilai minimal 13,11 dan nilai maksimal 18,15.
2. Untuk data tes akhir latihan zig-zag run terhadap keterampilan
menggiring bola dalam permainan sepakbola dari 15 jumlah sampel
diperoleh total nilai sebanyak 214,72. Nilai rata-rata yang diperoleh
14,3147 dengan hasil standar deviasi 1,56190. Untuk nilai range
diperoleh 5,13 dari nilai minimal 12,11 dan nilai maksimal 17,24.
3. Untuk data tes awal latihan boomerang run terhadap keterampilan
menggiring bola dalam permainan sepakbola dari 15 jumlah sampel
diperoleh total nilai sebanyak 227,69. Nilai rata-rata yang diperoleh
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
7 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
15,1793 dengan hasil standar deviasi 1,42042. Untuk nilai range
diperoleh 4,50 dari nilai minimal 13,05 dan nilai maksimal 17,55.
4. Untuk data tes akhir latihan boomerang run terhadap keterampilan
menggiring bola dalam permainan sepakbola dari 15 jumlah sampel
diperoleh total nilai sebanyak 195,00. Nilai rata-rata yang diperoleh
13,0480 dengan hasil standar deviasi 1,27730. Untuk nilai range
diperoleh 4,27 dari nilai minimal 11,15 dan nilai maksimal 15,42.
Pengujian Hipotesis
Hipotesis 1
Ada pengaruh latihan zig-zag run terhadap keterampilan menggiring
bola dalam permainan sepakbola pada siswa SMA Negeri 9
Makassar.
Hipotesis statistik :
Ho = A1 - A2 = 0
H1 = A1 - A2 0
Hasil analisis pada lampiran penelitian dapat dirangkum dalam Tabel
berikut:
Tabel 2. Hasil analisis hipotesis pertama
tobservasi t tabel Keterangan
11,725
2,045
Signifikan
Kesimpulan :
Dari hasil rangkuman Tabel, maka nilai tobservasi = 11,725 > ttabel = 2,045
pada taraf signifikan 95% ( = 0,05). Jadi Ho ditolak dan H1 diterima, berarti
ada perbedaan tes awal dan tes akhir. Jadi ada pengaruh latihan zig-zag run
terhadap keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola pada
siswa SMA Negeri 9 Makassar.
Hipotesis 2
Ada pengaruh latihan boomerang run terhadap keterampilan
menggiring bola dalam permainan sepakbola pada siswa SMA
Negeri 9 Makassar.
Hipotesis statistik :
Ho = B1 - B2 = 0
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
8
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
H1 = B1 - B2 0
Hasil analisis pada lampiran penelitian dapat dirangkum dalam Tabel
berikut:
Tabel 3. Hasil analisis hipotesis kedua
tobservasi ttabel Keterangan
12,989
2,045
Signifikan
Kesimpulan :
Dari hasil rangkuman Tabel, maka nilai tobservasi = 12,989 > t tabel = 2,045
pada taraf signifikan 95% ( = 0,05). Jadi Ho ditolak dan H1 diterima, berarti
ada perbedaan tes awal dan tes akhir. Kesimpulannya bahwa ada pengaruh
yang signifikan latihan boomerang run terhadap keterampilan menggiring
bola dalam permainan sepakbola pada siswa SMA Negeri 9 Makassar.
Hipotesis 3
Ada perbedaan pengaruh antara latihan zig-zag run dan latihan
boomerang run terhadap keterampilan menggiring bola dalam
permainan sepakbola pada siswa SMA Negeri 9 Makassar.
Hipotesis statistik :
Ho = A2 - B2 = 0
H1 = A2 - B2 0
Hasil analisis pada lampiran penelitian dapat dirangkum dalam Tabel
berikut:
Tabel 4. Hasil analisis hipotesis ketiga
tobservasi ttabel Keterangan
4,431
2,000
Signifikan
Kesimpulan :
Dari hasil rangkuman Tabel, maka nilai tobservasi = 4,431 > ttabel = 2,000 pada
taraf signifikan 95% ( = 0,05). Jadi Ho ditolak dan H1 diterima, berarti ada
perbedaan kedua bentuk latihan tersebut. Kesimpulannya bahwa ada
perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan zig-zag run dan latihan
boomerang run terhadap keterampilan menggiring bola dalam permainan
sepakbola pada siswa SMA Negeri 9 Makassar.
Pembahasan
Hipotesis pertama diterima: ada pengaruh yang signifikan latihan zig-
zag run terhadap keterampilan menggiring dalam permainan sepakbola.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
9 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Sesuai hasil uji-t data tes awal dan data tes akhir keterampilan menggiring
dalam permainan sepakbola pada kelompok latihan zig-zag run, ternyata
dari hasil perhitungan diperoleh nilai t observasi lebih besar dari nilai t tabel
pada taraf signifikan 95%. Hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis
pertama yang diajukan diterima pada taraf signifikan 95%. Prediksi yang
dapat dikemukakan bahwa dengan memberikan latihan zig-zag run secara
terprogram dengan sistematis, maka akan dapat meningkatkan keterampilan
menggiring dalam permainan sepakbola bagi pemain sepakbola. Latihan
yang dilakukan secara sistematis akan memberikan perubahan secara
otomatis, seperti halnya dalam latihan zig-zag run untuk menghindar dari
berbagai hadangan disaat menggiring bola. Telah dikemukakan sebelumnya
bahwa gerak dalam melakukan menggiring atau teknik dasar dalam
permainan sepakbola didominasi oleh kemampuan tungkai. Oleh karena itu
bentuk latihan tersebut memiliki fungsi mengoptimalkan hasil keterampilan
menggiring bola dalam permainan sepakbola.
Hipotesis kedua diterima; Ada pengaruh yang signifikan latihan
boomerang run terhadap keterampilan menggiring dalam permainan
sepakbola. Sesuai hasil uji-t data tes awal dan data tes akhir keterampilan
menggiring dalam permainan sepakbola pada kelompok latihan boomerang
run, ternyata dari hasil perhitungan diperoleh nilai t observasi lebih besar
dari nilai t tabel pada taraf signifikan 95%. Hal tersebut membuktikan bahwa
hipotesis kedua yang diajukan diterima pada taraf signifikan 95%. Prediksi
yang dapat dikemukakan bahwa dengan memberikan latihan boomerang
run secara terprogram dengan sistematis, maka akan dapat meningkatkan
keterampilan menggiring dalam permainan sepakbola bagi pemain
sepakbola. Latihan boomerang run juga bertujuan untuk membentuk secara
optimal gerak secara cepat dan lincah.
Hipotesis ketiga diterima; Ada perbedaan pengaruh yang signifikan
antara latihan zig-zag run dan latihan boomerang run terhadap keterampilan
menggiring bola dalam permainan sepakbola. Sesuai hasil uji-t data tes
akhir keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola pada
kelompok A untuk latihan zig-zag run dan kelompok B untuk latihan
boomerang run, ternyata dari hasil perhitungan diperoleh nilai t observasi
lebih besar dari nilai t tabel pada taraf signifikan 95%. Hal tersebut
membuktikan bahwa hipotesis ketiga yang diajukan diterima pada taraf
signifikan 95%. Prediksi yang dapat dikemukakan bahwa kedua bentuk
latihan ini memberikan pengaruh atau peningkatan yang positif terhadap
keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola, namun bila
dibandingkan dengan melihat hasil yang diperoleh pada rata-rata tes akhir
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
10
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
serta pengujian statistik uji-t boomerang run, maka latihan boomerang run
lebih efektif dan efesien. Sebab didalam melakukan latihan ini lebih
mengarahkan pada kemampuan kinerja otot-otot tungkai dalam berkontraksi
secara akselarasi dengan melewati tiang dengan tingkat kesulitan yang lebih
tinggi, keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola dalam
prosesnya tentu membutuhkan skill yang tinggi untuk bergerak melewati
berbagai rintangan. Kinerja otot-otot tungkai yang berperan sebagai
penggerak dalam proses dalam melakukan keterampilan menggiring bola
akan lebih meringankan gerakan-gerakan liukan badan dan tungkai melalui
latihan boomerang run dibandingkan dengan latihan zig-zag run.
PENUTUP
Setelah masalah yang telah dirumuskan dan hipotesis yang diajukan
serta ditujang dari hasil yang telah dicapai dari pengolahan data statistik
maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Latihan zig-zag run memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap keterampilan menggiring bola pada permainan
sepakbola, (2) Latihan boomerang run memiliki pengaruh yang signfiikan
terhadap keterampilan menggiring bola pada permainan sepakbola, dan (3)
Latihan zig-zag run dan latihan boomerang run memiliki perbedaan
pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan menggiring bola pada
permainan sepakbola.
Dari kesimpulan yang dirangkum, maka dapat diberikan suatu
saran-saran sebagai berikut: (1) Bagi guru olahraga bahwa untuk melatih
khusus, perlu lebih mengarah pada teknik dasar dan fisik dalam permainan
sepakbola, kedua bentuk latihan yaitu latihan zig-zag run dan latihan
boomerang run dapat diprogramkan bagi pemain yang kurang memiliki
unsur fisik, (2) Bagi pelatih diharuskan memperhatikan pemain yang dibina
atau dilatih agar kemampuan tungkai dijadikan faktor penunjang dalam
memilih pemain sepakbola, dan (3) Agar hasil penelitian ini dapat dilanjutkan
pada penelitian selanjutnya walaupun dengan cabang olahraga lain dan
dengan kedua bentuk latihan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Barry L. Johnson and Nelson K. 1986. Practical Measurement for Evaluation
in Physical Education. Mc Millian Publishing.
Depdikbud. 1983. Fisiologi Olahraga Modul Akta VB. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.
Dwijonowinoto Kasiyo, 1993. Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan. IKIP:
Semarang.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
11 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Fallak, Heinz. 1975., Masalah-masalah Kedokteran Olahraga Latihan
Olahraga dan Coaching.
Fox. 1984. The Physiological Basic of Physical Education and Athletic.
Toronto: Sounders College Publishing.
Harsono, 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi dalam Coaching.
Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.
Jeff Sneyer. 1988. Sepakbola Latihan dan Strategi Bermain. Jakarta : Rasda
Jaya Putra.
Joseph A. Luxbacher. 1997. Sepakbola; Langkah-Langkah Menuju Sukses.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. (diahli bahasa oleh Agusta
Wibawa).
Jeff Sneyer. 1988. Sepakbola Latihan dan Strategi Bermain. Jakarta: Rasda
Jaya Putra.
Kosasih, Engkos. 1991. Olahraga Teknik dan Program Latihan. Jakarta:
Penerbit Akademik Persindo.
Muchtar, Remmy. 1992. Olahraga Pilihan Sepakbola. Jakarta: Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
PPTK.
Pate, Ratella dan Mc Clenaghan. 1993. Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan.
New York : Souders College Publishing. (ahli bahasa Kasiyo
Dwijowinoto)
Radcliffe and Farentinos. 1985. Teknik-Teknik dan Tahap-Tahap Mengajar.
Jakarta: PASI
Sajoto, Moch. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang:
FPOK IKIP.
Sudjana, Nana. 2005. Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah, Makalah, Skripsi,
Tesis dan Desertasi. Jakarta: Sinar Baru Algesindo.
Sugiyono. 2000. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Penerbit Alfabeta.
Sumantri, Ating. 2006. Aplikasi Matematika dalam Penelitian. Bandung:
Pustaka Setia.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
12
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
13 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
KONTRIBUSI KELINCAHAN DAN KELENTUKAN TERHADAP PRESTASI
MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA PADA
SISWA PUTRA KELAS X SMK NEGERI 3 MAKASSAR
(CONTRIBUTIONS TO THE ACHIEVEMENT AGILITY AND FLEXIBILITY
TO DRIBBLE IN THE STUDENT SON PLAY FOOTBALL
CLASS X SMK STATE 3 MAKASSAR)
OLEH:
ANTO SUKAMTO )*
ABSTRACT
This study aims to determine how the contribution of agility and flexibility of
the achievements of dribbling in a football game on a male student of class
X SMK Negeri 3 Makassar. The problems of this study are (1) How agility
contribution to the achievement of the dribble in the game of football? (2)
Whether the agility and flexibility may affect the achievement of the dribble in
the game of football ?. The method used is a research method under study
is keleincahan and flexibility to dribble achievement. The sampling technique
used by the author is the technique of random sampling, for sampling of
members of the population at random and stratified proportional. The
samples used were 30 of the 127 students of SMK Negeri 3 Makassar. The
analysis technique used is the statistical analysis includes analysis of
correlation which results in a value of 56.45. The results of the comparison
value with the value of the test statistic rhitung rtabel shows that the value
rhitung = 56.45 is on the right side rtabel value = 0.381 (rhitung greater than
rtabel). The conclusion of this study is that their contribution to the
achievement of agility and flexibility to dribble the male student SMK Negeri
3 Makassar, their contribution to the achievement dribble agility and flexibility
their contribution to the achievement of the dribble. Conclusions based on
these results, it is recommended: 1). It is expected that future researchers to
conduct similar research in order to check the truth of the results of this
study. 2). Although the shuttle-run and Sit and Reach is not the only real
achievement of this type of exercise to dribble sport of football, but it needs
to get the attention of sports coaches and football coaches. 3). In
implementing the program, the sports coach or gym teacher to elements -
elements of the physical motion of the student / athletes.
Keywords: Agility, Flexibility, Dribble.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
14
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
PENDAHULUAN
Sepakbola salah satunya, sebagai cabang olahraga yang sangat
populer hampir disetiap Negara sangatlah menarik setiap orang mampu
melakukan permainan ini sesuai dengan teknik bermain dan juga peraturan
permainan yang ada. Disamping itu sepakbola merupakan jenis olahraga
fisik yang secara menyeluruh melibatkan seluruh anggota badan serta
kemampuan intelektual atau dapat dikatakan sepakbola adalah bentuk
permainan yang memadukan antara seni dan ketrampilan gerak sehingga
tercipta suatu permainan yang menarik, bahwa mereka yang mengamati
pun akan terhanyut atau terbawa oleh irama permainan yang mengasikan.
Seperti cabang-cabang olahraga lain sepakbola juga memerlukan latihan
dan pembinaan kemampuan, apalagi seorang pemain sepakbola ingin
mencapai prestasi yang maksimal. Untuk meningkatkan dan mencapai
prestasi yang setinggi-tingginya dalam permainan sepakbola, seorang
pemain haruslah memiliki 4 kelengkapan pokok yaitu : Pembinaan teknik
(ketrampilan), pembinaan fisik (kesegaran jasmani), pembinaan taktik
(Mental,daya inggat,kecerdasan), dan kematangan juara. Di dalam
permainan sepakbola system dan teknik di gunakan untuk mencapai suatu
tujuan dalam suatu pertandingan. Banyak diantara kita mensalah tafsirkan
atau mencampur adukan pengaertian tentang system dan teknik. Sistem
adalah suatu cara yang menggunakan kerangka atau pola tertentu (patten)
untuk mencapai keberhasilan tujuan yang dirancang sesuai dengan materi
dan diterapkan sebelum suatu kegiatan berlangsung. Taktik adalah suatu
cara yang di gunakan di dalam kerangka atau pola tertentu untuk mencapai
keberhasilan dalam tujuan yang diterapkan ketika suatu kegiatan berlansung
sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Tujuan utama dari
permainan sepakbola adalah untuk mencetak gol sebanyak-banyaknya ke
gawang lawan, karena hanya dengan mencetak gol kemenangan bisa
diraih. Salah satu cara agar dapat mencetak gol adalah dengan menggiring
bola, seorang pemain sepakbola yang dengan baik menguasai teknik
menggiring bola dengan baik maka dia akan dengan mudah bisa menerobos
pertahanan lawan guna untuk menghasilkan umpan maupun menendang
langsung ke gawang untuk bisa mencetak gol untuk itulah teknik menggiring
bola dengan baik mutlak diperlukan bagi semua pemain sepakbola.
Kemampuan dan penguasaan teknik menggiring bola memang
sangat menunjang prestasi dalam permainan sepakbola. Masalahnya
adalah untuk dapat menguasai salah satu teknik seperti teknik menggiring
bola sangat diperlukan sekali unsur kondisi fisik yang baik. Dalam
permainan sepakbola seorang pemain yang memiliki kondisi fisik yang baik,
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
15 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
akan dapat menerapkan teknik-teknik permainan seperti teknik menggiring
bola dengan baik. Beberapa unsur kondisi fisik yang menunjang pencapaian
prestasi dalam sepak bola antara lain, kekuatan, kecepatan, kelincahan,
tenaga, daya tahan, kelentukan, keseimbangan, ketepatan dan lain-lain.
Kelincahan
Dalam perkembangan olahraga khususnya prestasi peningkatan
kemampuan atau prestasi adalah tujuan utama. Untuk itu ada beberapa
aspek latihan itu antara lain : latihan fisik,latihan teknik,latihan taktik, dan
maental. Seperti yang dikemukakan oleh Harsono. Tujuan utama pelatihan
olahraga prestasi adalah untuk meningkatakan ketrampilan atau ptrestasi
semaksimal mungkin. Untuk mencapai tujuan itu ada empat aspek latihan
yang perlu dilatih secara seksama, yaitu (1) Fisik, (2) Teknik, (3) Taktik, dan
(4) Mental (Harsono, 2005). Kondisi fisik seseorang memang sangat
berpengaruh terhadap kemampuan atau kinerja fisiknya, untuk itu latihan
kondisi fisik sangatlah diperlukan guna untuk menjaga dan meningkatkan
kesegaran jasmani. Bagi olahraga prestasi latihan kondisi fisik merupakan
program wajib yang harus dilakukan dalam pembinaan kemampuan atlet,
selain itu dengan latihan kondisi fisik yang baik maka kemungkinan cidera
bagi atlet saat melakukan kegiatan fisik yang berat dalam suatu
pertandingan dapat dihindari.
Kelincahan sebagai salah satu unsur kondisi fisik ternyata juga
mempunyai pengaruh besar bagi tercapainya prestasi atlit. Untuk itu
pembinaan dan latihan-latihan kelincahan sangatlah diperlukan agar
prestasi maksimal itu bisa diraih. Namun, sebelum membahas lebih jauh
mengenai latihan kelincahan alangkah baiknya kita mengerti dan memahami
tentang kelincahan itu sendiri. Kelincahan atau dalam bahasa Inggrisnya
sering disebut Agility ternyata mempunyai pengertian yang cukup luas. MJS
Poerwodarminta member batasan tentang kelincahan, menurutrnya “Lincah
berarti selalu bergerak (tidak dapat diam, tidak tanang)”. Dari uraian tersebut
dapat dikatakan orang yang selalu bergerak atau tidak dapat diam berarti
sudah mempunyai kelincahan. Dalam dunia olahraga pengertian kelincahan
diatas masih cenderung bersifat umum, karena hampir semua cabang
olahraga membutuhkan gerak. Untuk itu diperlukan batasan lain yang jauh
lebih spesifik sehingga pengertian kelincahan itu lebih mudah dipahami,
seperti pendapat James A Baley “kelincahan pada umumnya didefinisikan
sebagai kemampuan merubah arah dengan cepat dan efektif, sambil
bergerak atau berlari hampir dengan kecepatan penuh” (Baley, 1986). Dari
pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kelincahan bukan hanya
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
16
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
menuntut gerak, akan tetapi kemampuan untuk mengubah arah dengan
kecepatan penuh juga sangat diperlukan. Pendapat ini hampir sama dengan
yang dikemukakan oleh Nurhasan “kelincahan diartikan sebagai
kemampuan bergerak kesegala arah dengan mudah dan cepat” (Nurhasan,
1986). Dalam hal ini jelas bahwa kelincahan sangat membutuhkan
kecepatan dalam bergerak atau mengubah arah, dengan kata lain semakin
cepat seseorang mengubah arah dalam bergerak maka kelincahanya juga
semakin baik untuk permainan sepakbola. Sedangkan menurut Iman
Setiawan “kelincahan (agalitas) adalah kemampuan seseorang untuk
mengubah arah dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak tanpa
kehilangan keseimbangan” (Setiawan, 2005). Dari pengertian tersebut jelas
sekali bahwa kelincahan bukan hanya bagaimana mengubah arah dengan
cepat dan tepat tapi juga bagaimana menjaga keseimbangan tubuh pada
saat bergerak, ini berarti keseimbangan tubuh sangat diperlukan dalam
kelincahan. Hal serupa dikemukakan oleh Harsono, menurutnya “Orang
yang lincah adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk menggubah
arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak,
tanpa kehilangan keseimbangan posisi tubuh” (Harsono, 2005). Dari
beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam kelincahan,
kombinasi antara kecepatan, reaksi, kelentukan dan keseimbangan
sangatlah diperlukan karena kelincahan merupakan kemampuan untuk
merubah arah secara cepat.
Kelentukan
Salah satu unsur kondisi fisik yang juga sangat berpengaruh
terhadap pencapaian prestasi dalam olahraga adalah kelentukan. Seorang
atlit suatu cabang olahraga seperti senam, atletik, gulat dan permainan yang
dituntut untuk mempunyai keluwesan dalam bergarak. Seorang yang lentuk
akan lebih lincah gerakanya, dan dengan demikian akan lebih baik juga
prestasinya. Dalam bahasa Inggris kelentukan sering disebut flexibility,
sedang dalam bahasa Indonesia “lentuk berarti mudah dikelukan atau lentur,
kelentukan suatu sifat dari benda yang mudah dikelukan”. (Poerwodarminto,
1986). Kelentukan memang sangat diperlukan untuk berbagai cabang
olahaga termasuk sepakbola, akan tetapi kebutuhan taraf kelentukan untuk
masing-masing cabang olahraga berbeda, Pada cabang olahraga senam
kelentukan yang dibutuhkan tidak sama dengan kelentukan untuk cabang
olahraga sepakbola. Pada olahraga senam, seorang atlit atau pesenam
dituntut untuk bergarak dengan kapasitas atau ruang gerak persendian yang
jauh lebih luas daripada pemain atau atlit sepakbola. Sehingga kelentukan
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
17 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
yang dibutuhkan pesenam lebih besar dari kelentukan untuk pemain
sepakbola.
Kelentukan/flexibilitas, sering diartikan sebagai kemampuan
seseorang untuk menggerakkan tubuh dan bagian-bagian tubuh dalam satu
ruang gerak yang seluas mungkin, tanpa mengalami, menimbulkan cidera
pada persendian dan otot disekitar persendian itu. Pengukuran kelentukan
berkenalan dengan gerakan refleksi dan extensi (Johson dan Nelson,
1969:44). Oleh karena itu kelentukan berpangkal pada luas gerak bagian
tubuh disekitar persendian tertentu, maka skor hasail pengukuran
dipengaruhoi oleh limitasi anatomis, yakni tergantun pada derajat
extensibilitas rata-rata dan lendons. Limitasi secara anatomis berbeda-beda
setiap persendian (Ecker, 1974). Kebutuhan akan taraf kelentukan ini,
adalah berbeda-beda setiap cabang olahraga, sehingga kelentukan yang
dibutuhkan untuk cabang senam misalnya, lebih besar dari cabang renang,
yang menjadi masalah utama adalah taraf mana kelentukan yang baik atau
yang buruk bagi suatu persendian untuk olahraga tertentu. Berbagai studi
mengungkapkan bahwa, anak wanita lebih baik kelentukanya dari pada
anak laki-laki. Penelitian juga banyak mengungkap, bahwa kelentukan itu
dapat ditingkatkan. De Vries (1962), Riddle 9Kusintz dan menev (1958)
meneliti efektifitas antara dua metode melatih kelentukan yaitu “Static srech”
dan “ballistic srech”, yang kesimpulanya adalah tidak ada perbedaan antara
kedua metode itu dalam hal peningkatan kelentuikan. Tapi ridlle
menemukan bahwa kombinasi kedua metode tersebut adalah baik sekali
untuk melatih kelentukan.
Ada kekhawatiran orang awam, bahwa weight training dapat
menyebabkan kekuatan otot (muscule boundnees). Tetapi studi yang
dilakukan Mossey (1956), Kusinotz dan meenev (1958) menyatakan bahwa
weight training tidak akan mengurangi kelentukan persendian. Kekuatan otot
tidak akan terjadi, jikawaktu melakukan weight training gerakan dilakukan
sepenuhnya sesuai dengan ruang gerak maksimum pada sendi yang
bersangkutan (Mc Moris, 1954). Perkembangan kelentukan itu mulai dari
usia kanak-kanak hingga dewasa, dan kemudian berkurang setelah usia itu,
seperti studi Hupprich (1950), Philiph(1955) forbes (1950) dan muller(1954).
Teknik Menggiring Bola
Dalam permainan sepakbola, untuk bisa memenangkan pertandingan
perlu dibentuk tim yang benar-benar tangguh dan mampu menampilkan
mutu permainan yang dapat menguasai ketrampilan teknik dasar, sehingga
pemain dapat memainkan bola dalam situasi dan posisi yang tepat. Salah
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
18
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
satu teknik dasar bermain sepakbola yang harus dikuasai oleh pemain
adalah teknik menggiring bola. Menggiring bola merupakan hal yang paling
menyenangkan balam bermain sepakbola, tak jarang banyak sekali pemain
terbaik dunia terkenal karena kemampuanya dalam menggiring bola.
Menggiring bola juga merupakan salah satu unsur teknik yang penting dari
teknik perorangan karena menggiring bola dimaksudkan untuk
menyelamatkan bola apa bila tidak ada kemungkinan untuk pasing dengan
segera. Menggiring bola adalah kegiatan memberi bola dengan
menggunakan kaki pada setiap langkah untuk dibawa ke suatu tujuan
tertentu dari bagian lapangan (Rifa`i, 1984). Jadi,unsur yang penting dalam
menggiring bola adalah gerakan lari dan penguasaan bola, dimana bola
yang bergerak atau bergulir harus dekat dan terkontrol oleh kaki agar mudah
dikuasai atau dikendalikan. Berdasarkan pengertian menggiring bola diatas,
maka agar seorang pemain dapat menggiring bola dengan baik haruslah
memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) Bola harus selalu dalam
penguasaan kita, (2) Pandangan tidak selalu pada bola (menunduk) tetapi
harus melihat depan atau sekitarnya, dan (3) Imbang mempercepat langkah
atau lari sewaktu bola lepas dari penguasaan.
Dari uraian diatas nampak bahwa seorang pemain sepakbola agar
dapat menggiring bola dengan baik maka ia harus dapat menguasai bola,
pandangan tidak selalu pada bola, serta langkah harus dipercepat sewaktu
bola lepas dari penguasaan agar bola tetap dalam penguasaan. Didalam
menggiring bola pada permainan sepakbola kadang-kadang hanya
dilakukan jika dalam keadaan terpaksa dimana seorang pamain tidak dapat
memberikan bola kepada teman, karena semua teman dijaga oleh lawan.
Maka dengan keadaan itu memaksa pemain tersebut mengiring bola agar
bola tetap dalam penguasaan untuk mendekat ke gawang lawan. Jadi
kegunaan menggiring bola adalah untuk mencapai kesempatan di dalam
memberikan bola atau menggoperkan bola kepada teman dengan cepat.
Kegunaan menggiring bola sebagai berikut: (1) Untuk melewati lawan, (2)
Untuk mencapai kesempatan memberikan bola umpan kepada teman
dengan tepat, dan (3) Untuk menahan bola tetap dalam penguasaan,
menyelamatkan bola apa bila tidak terpaksa kemungkinan atau kesepatan
untuk segera memberikan operan kepada teman. Kalau menggingat begitu
pentingnya teknik menggiring bola dalam permainan sepakbola, maka setiap
pemain dalam suatu kesebelasan harus menguasai teknik menguasai teknik
ini dengan baik dan benar.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
19 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan faktor yang penting dalam penelitian,
karena setiap penelitian merupakan metode yang tepat, ketepatan
penentuan dan penerapan metode penelitian dapat menghindari
kemungkinan timbulnya penyimpangan sehingga data yang diperoleh benar-
benar obyektif dan dapat dipertanggung jawabkan. Sesuai dengan masalah
dan hipotesa yang telah dirumuskan di atas, maka untuk mengungkapkan
permasalahan tersebut penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.
Sesuai dengan masalah yang penulis teliti, bahwa di dalam penelitian
terdapat tiga variabel yang dapat penulis kemukakan, variabel tersebut
terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel merupakan
gejala yang menjadi fokus untuk diamati: 1) Variabel bebas (X1) yaitu
kelincahan, 2) Variabel bebas (X2) yaitu kelentukan, dan 3) Variabel terikat
(Y) yaitu prestasi menggiring bola. Variabel bebas disebut juga dengan
variabel independen yang merupakan variabel yang mempengaruhi atau
menjadi sebab timbulnya variable dependen (terikat) dalam hal ini
kelincahan dan kelentukan. Sedangkan variabel terikat disebut juga dengan
dependen yakni variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena
adanya variabel bebas, dalam hal ini prestasi menggiring bola. Dalam
penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan alasan bahwa data
yang diperoleh melalui tes dan pengukuran berwujud angka-angka. Mulai
dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan
dari hasilnya, Demikian juga pemahaman kesimpulan penelitian yang lebih
baik apabila juga disertai dengan tabel, grafik, bagan, gambar atau tampilan
lain (Arikunto, 2002). Agar lebih mudah dan jelas di dalam mengadakan
suatu penelitian, maka perlu mengetahui lebih dulu berapa jumlah
populasinya. Karena tanpa populasi suatu penelitian tidak mungkin bisa
berjalan. Yang di maksud populasi menurut Sugiyono, populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek / subyek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Jika
penelitian ini merupakan tiap satuan individu dalam kelompok siswa putra
SMK Negeri 3 Makassar II Kelas X dengan jumlah 127 siswa, siswa yang
mengikuti test berjumlah 30 siswa. Sampel adalah sebagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007). Dan
teknik yang digunakan untuk menentukan besarnya sampel adalah dengan
teknik pemilihan sampel dimana yang dipilih secara random bukan
individual. Peneliti meneliti secara keseluruhan siswa, peneliti menggunakan
data 30 siswa. Dalam menganalisis data, dipergunakan beberapa rumus
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
20
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
yang relevan dengan masalah dan hipotesa yang ada dengan
menggunakan metode statistik.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Untuk menentukan apakah koefisien korelasi signifikan atau tidak,
penulis melakukan analisis regresi dengan hasil F hitung lebih besar dari F
tabel. Dengan taraf F tabel taraf kesalahan 5% yaitu dengan nilai F hitung =
56.45 dan F tabel = 3.35. Karena 56.45> 3.35 jadi, koefisien korelasi ganda
yang di temukan adalah signifikan.
Salah satu tahapan yang paling penting dalam melakukan analisis
statistik dan tidak boleh dilewatkan adalah pengujian hipotesis. Pengujian
hipotesis ini dilakukan sebagai pembuktian secara statistik bahwa adanya
kontribusi kelincahan dan kelentukan terhadap prestasi menggiring bola
pada siswa putra SMK Negeri 3 Makassar. Hipotesis statistik dari pengujian
hipotesis dalam penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut :
Ho : β = 0 , tidak ada kontribusi kelincahan dan kelentukan terhadap
prestasi menggiring bola pada siswa putra SMK Negeri 3 Makassar.
Hi : β ≠0 , ada kontribusi kelincahan dan kelentukan terhadap prestasi
menggiring bola pada siswa putra SMK Negeri 3 Makassar.
Seperti yang telah disebutkan, untuk membuktikan hipotesis ini maka
dilakukan perhitungan dengan statistik rhitung yang kemudian hasil
perhitungan tersebut dibandingkan dengan nilai tabel r dengan derajat
bebas n-2 dan tingkat signifikansi sebesar alpha.
Pembahasan
1. Terdapat Kontribusi Kelincahan Terhadap Prestasi Menggiring Bola
Dalam dunia olahraga pengertian kelincahan diatas masih cenderung
bersifat umum, karena hampir semua cabang olahraga membutuhkan gerak.
Untuk itu diperlukan batasan lain yang jauh lebih spesifik sehingga
penggertian kelincahan itu lebih mudah dipahami, seperti pendapat James
A. Baley “kelincahan pada umumnya didefinisikan sebagai kemampuan
merubah arah dengan cepat dan efektif, Sambil bergerak atau berlari hampir
dengan kecepatan penuh” (Baley, 1986). Dari pendapat tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa kelincahan bukan hanya menuntut gerak, akan
tetapi tetapi kemampuan untuk mengubah arah dengan kecepatan penuh
juga sangat diperlukan. Pendapat ini hampir sama dengan yang
dikemukakan oleh Nurhasan “kelincahan diartikan sebagai kemampuan
bergerak kesegala arah dengan mudah dan cepat” (Nurhasan, 1986). Dalam
hal ini jelas bahwa kelincahan sangat membutuhkan kecepatan dalam
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
21 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
bergerak atau mengubah arah, dengan kata lain semakin cepat seseorang
mengubah arah dalam bergerak maka kelincahanya juga semakin baik
untuk permainan sepakbola. Setelah di adakan test kelincahan kelas X di
SMK Negeri 3 Makassar yang berjumalah 127 siswa kami menggambil
sampel yaitu 30 0rang Dalam menganalisis data, dipergunakan beberapa
rumus yang relevan dengan masalah dan hipotesa yang ada dengan
menggunakan metode statistik dan hasil jumlah test kelincahan dari 30
orang langkah selanjutnya adalah mencari mean, mencari standar devisiasi
kelincahan, lalu di hitung dengan kolerasi kelincahan terhadap menggiring
bola. Untuk menentukan apakah koefisien korelasi signifikan atau tidak,
penulis melakukan analisis regresi dengan hasil F hitung lebih besar dari F
tabel. Dengan taraf F tabel taraf kesalahan 5%, koefisien korelasi ganda
yang di temukan adalah signifikan. Maka terdapat kontribusi kelincahan
terhadap menggiring bola.
2. Terdapat Kontribusi Kelentukan Terhadap Prestasi Menggiring Bola
Kelentukan memang sangat diperlukan untuk berbagai cabang
olahaga termasuk sepakbola, akan tetapi kebutuhan taraf kelentukan untuk
masing-masing cabang olahraga berbeda. Pada cabang olahraga senam
kelentukan yang dibutuhkan tidak sama dengan kelentukan untuk cabang
olahraga sepakbola. Pada olahraga senam, seorang atlil atau pesenam
dituntut untuk bergarak dengan kapasitas atau ruang gerak persendian yang
jauh lebih luas daripada pemain atau atlit sepakbola. Sehingga kelentukan
yang dibutuhkan pesenam lebih besar dari kelentukan untuk pemain
sepakbola. Setelah di adakan test kelentukan kelas X di SMK Negeri 3
Makassar yang berjumalah 127 siswa kami menggambil sampel yaitu 30
orang, Dalam menganalisis data, dipergunakan beberapa rumus yang
relevan dengan masalah dan hipotesa yang ada dengan menggunakan
metode statistik dan langkah selanjutnya adalah mencari mean lalu mencari
standar devisiasi kelentukan dan di hitung dengan kolerasi kelentukan
terhadap menggiring bola untuk menentukan apakah koefisien korelasi
signifikan atau tidak, penulis melakukan analisis regresi dengan hasil F
hitung lebih besar dari F tabel. Dengan taraf F tabel taraf kesalahan 5%,
koefisien korelasi ganda yang di temukan adalah signifikan. Maka terdapat
kontribusi kelentukan terhadap menggiring bola.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
22
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
3. Terdapat Kontribusi Kelincahan dan Kelentukan Terhadap Prestasi
Menggiring Bola
Adapun kemampuan fisik yang berpengaruh terhadap ketrampilan
atau prestasi menggiring bola adalah kelincahan dan kelentukan.
Kelincahan merupakan kecepatan untuk merubah arah, untuk dapat
merubah arah diperlukan keleluasan gerak persendian atau kelentukan, dan
kedua hal tersebut sangat menunjang pencapaian prestasi dalam
menggiring bola dengan cepat sehingga memberikan keuntungan serangan
maupun dalam mencetak gol ke gawang lawan untuik penyelesaian akhir.
Menurut peneliti terdahulu sangatlah berpengaruh kelincahan dan
kelentukan terhadap prestasi menggiring bola (Wisnu Hadi Indarmawan
2011, Universitas Nusantara PGRI Kediri). Setelah diadakan test yang di
analisis dengan data mean dan standar devisiasi rumus tersebut dimasukan
kedalam kolerasi untuk mengetahui signifikan atau tidaknya penulisi
melakukan analisis regresi dan hasilnya adalah signifikan, Maka terdapat
kontribusi kelincahan dan kelentukan terhadap menggiring bola.
Tabel 1 Uji Hipotesis
Db r – hitung r – tabel 5% Keterangan
27 56.45 0.381 r hitung > r tabel
Hal ini berarti r hitung (56.45) > r tebel (0.381) artinya uji hipotesis Ho di tolak
dan Ha diterima. Karena Ho ditoak maka, ada kontribusi kelincahan dan
kelentukan terhadap prestasi menggiring bola.
PENUTUP
Secara keseluruhan proses analisis terhadap semua data telah
selesai, maka berdasarkan hasil analisis yang diperoleh mengenai
“Kontribusi kelincahan dan kelentukan terhadap prestasi menggiring bola
dalam permainan sepakbola pada siswa putra kelas X SMK Negeri 3
Makassar tahun ajaran 2014/2015” diperoleh simpulan sebagai berikut: (1)
Adanya kontribusi kelincahan terhadap prestasi menggiring bola, seorang
pemain yang mempunyai kelincahan cukup baik akan lebih mudah dalam
munguasai dan menerapkan teknik menggiring bola, (2) Ada kontribusi
kelentukan terhadap prestasi menggiring bola dalam permainan sepakbola.
Dengan demikian latihan kelentukan sngat dibutuhkan untuk menunjang
kemampuan menggiring bola dalam permainan sepakbola, dan (3) Ada
kontribusi kelincahan dan kelentukan terhadap prestasi menggiring bola.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
23 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Memperhatikan kesimpulan-kesimpulan diatas Nampak bahwa unsur
kondisi fisik seperti kelincahan dan kelentukan sangat berkontribusi
terhadap penguasaan teknik salah satunya adalah teknik menggiring bola.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah menyatakan adanya kontribusi
kelincahan dan kelentukan terhadap prestasi menggiring bola dalam
permainan sepakbola pada siswa putra kelas X SMK Negeri 3 Makassar
tahun ajaran 2014/2015. (1) Diharapkan kepada peneliti berikutnya untuk
melakukan penelitian serupa guna mengecek hasil kebenaran penelitian ini.
(2) Walaupun Shuttle-run dan Sit and Reach bukan merupakan satu –
satunya dari jenis latihan terhadap prestasi menggiring bola olah raga sepak
bola namun hal ini perlu mendapat perhatian dari pembina olah raga dan
pelatih sepak bola, dan (3) Dalam melaksanakan program olahraga maka
pelatih atau guru olahraga memperhatikan unsur – unsur gerak fisik para
siswa / atlet.
DAFTAR PUSTAKA
A Baley James ,1986. Pedoman Atletik Teknik Peningkatan Ketangkasan
Dan Stamina. Semarang : Dahara Prez.
Bambang Soekarno. 1999. Pokok-pokok Statistika Untuk Inferensial
Iwan Setiawan, 2005. Manusia dan Olahraga. Bandung. ITB
Nurhasan , 1986. Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani, Prinsip
Prinsip dan Penerapannya. Jakarta : Direktorat Jendral Olahraga.
Poerwodarminto, 1986. Buku Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
Slamet Rifa’I , 1984. Mengenal Permainan Sepakbola.
Soekatamsi. 1987. Teknik Dasar Bermain Sepak Bola. Surakarta: Tiga
Serangkai.
Sugiono, 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung:
Suharsimi Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
24
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
25 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
HUBUNGAN KEKUATAN TUNGKAI, KELENTUKAN SPLIT DAN
KESEIMBANGAN DINAMIS DENGAN KEMAMPUAN
TENDANGAN TENDANGAN KEKOMI PADA
KARATEKA RANTING INKANAS UNM
(CONNECTION STRENGTH OF LIMBS, FLEXIBILITY SPLIT AND
DYNAMIC BALANCE WITH ABILITY TO KICK KEKOMI
KARATEKA TWIG INKANAS UNM)
OLEH:
DAHLAN )*
ABSTRACT
Sport karate is a game that requires a lot of physical readiness and mental
stability of every athlete, especially when applying the skills they have.
Particularly in a shot kekomi, this should really be supported by excellent
physical condition. This study aims to determine the relationship of leg strength,
flexibility and balance split dynamic capabilities kekomi kick. This research is
descriptive research. The population of this research is all karateka Ranting
Inkanas UNM with a sample study of 30 people selected by random sampling.
Data analysis technique used is the technique of correlation analysis using
SPSS version 17 o'clock systems at significant level of 95% or 0,05. Based on
the results of data analysis, the study concludes that: (1) there is a significant
relationship with the leg strength kekomi kick ability, proven ro = 0.814 (P =
0.000 < 0,05); (2) there is a significant relationship with the flexibility split kekomi
kick ability, proven ro = -0.665 (P = 0.000 < 0,05); (3) there is a significant
relationship dynamic balance with the ability to kick kekomi, proven ro = 0.787
(P = 0.000 < 0,05); and (4) there is a significant relationship between leg
strength, flexibility and balance split kick kekomi dynamic capabilities, proven
Ro = 0.903 (P = 0.000 < 0,05).
Keywords: Strength Legs, Flexibility Split, Dynamic Balance, Kick Kekomi
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
26
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
PENDAHULUAN
Olahraga karate adalah salah satu cabang olahraga yang digemari
oleh masyarakat. Olahraga ini dilakukan oleh semua lapisan masyarakat,
laki-laki maupun perempuan. Kenyataan ini sangat nampak di daerah
khususnya di Sulawesi Barat. Cabang olahraga karate telah menjamur,
sebab sarana dan prasaran sangat terjangkau dan melibatkan banyak
orang. Salah satu usaha untuk menghidupkan cabang olahraga karate,
seorang harus menguasai teknik-teknik dasar cabang olahraga karate serta
peraturan-peraturan yang berlaku. Salah satu diantaranya adalah tendangan
kekomi. Dalam cabang olahraga karate, tendangan kekomi merupakan
salah satu teknik yang mempunyai peran penting. Untuk mencapai tingkat
keterampilan tendangan kekomi yang baik dibutuhkan penguasaan gerakan
teknik tendangan kekomi baik dengan pola latihan yang bervariasi. Jika
ditinjau dari aspek pelaksanaan gerakan tendangan kekomi, tentunya perlu
ditunjang kemampuan tungkai. Tungkai sebagai pelaku utama dalam
melakukan tendangan, sangat perlu didukung oleh kemampuan kondisi fisik.
Unsur fisik yang mampu menunjang pada tungkai adalah kekuatan,
kelentukan dan keseimbangan.
Kekuatan sebagai kemampuan otot atau sekelompok otot untuk
mengatasi tahanan dalam menjalankan aktivitas fisik. Dalam melakukan
sasaran tendangan, kekuatan otot tungkai sebagai penggerak dalam
melakukan tendangan kekomi pada cabang olahraga karate harus mempunyai
kemampuan fisik kekuatan sebagai dasar kondisi fisik. Pada dasarnya
kekuatan otot tungkai berfungsi untuk menghindari cedera bagi atlet sedangkan
pada tendangan kekomi, atlet akan dituntut untuk mampu memiliki tenaga yang
maksimal. Kelentukan merupakan salah satu dasar pada setiap manusia yang
harus dimiliki. Kelentukan adalah kemampuan otot dan sendi untuk melakukan
aktivitas dengan luwes secara maksimal. Artinya kemampuan otot dan sendi
untuk melakukan suatu aktivitas yang maksimal. Dalam olahraga karate
khususnya teknik tendangan, tungkai merupakan sebagai pukulan kaki. Sebab
seorang atlet yang tidak memiliki kelentukan otot tungkai, maka tidak dapat
melakukan gerakan dengan cepat atau tiba-tiba sehingga tendangan yang
dilakukan sia-sia, terbuang percuma atau akan tidak efektif dan efesien serta
akan muncul ketidakseimbangan. Keseimbangan merupakan kemampuan
seseorang mempertahankan sistem tubuh baik dalam posisi statis maupun
dalam posisi gerak dinamis yang mana keseimbangan juga merupakan hal
yang sangat penting di dalam melakukan suatu gerakan karena dengan
keseimbangan yang baik, maka seseorang mampu mengkoordinasikan
gerakan-gerakan dan dalam beberapa ketangkasan.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
27 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Karate
Pengertian Karate-Do menurut bahasa Jepang yaitu: Kara = kosong,
te = tangan, Do = jiwa, jika dirangkaikan pengertian dari kata tersebut maka
bermakna sebagai seni beladiri tangan kosong sedangkan pengertian
karate-Do menurut majelis sabuk hitam (MSH) Lemkari Sulawesi Selatan
sebagai berikut: Karate-Do adalah seni keperkasaan yang tujuan akhirnya
bukan menentukan sikap menang dan siapa kalah melainkan mencapai
perpaduan antara ucapan dan usaha menuju kesempurnaan karakter,
melalui tahapan yang dimulai dari pengalaman latihan yang paling besar.
Dalam olahraga karate dikenal beberapa gerkan yang merupakan gerakan
teknik dasar atau dalam karate dikenal dengan istilah Ki-hon. Menurut
Siswojo (1976) membagi teknik dasar karate menjadi empat yaitu : “pukulan,
tendangan, tangkisan, dan elakan.” Sedangkan Sangkala (1989)
mengungkapkan sebagai berikut: “teknik menyerang, teknik serangan
dengan kaki, teknik menangkis dan teknik serangan dengan kepala.”
Dari keempat teknik dasar yang menjadi fokus dalam penelitian
adalah teknik dasar serangan dengan kaki. Didalam teknik dasar serangan
dengan kaki terbagi lagi beberapa bentuk tendangan, menurut Sangkala
(1989) membagi tendangan menjadi: Maegeri (tendangan lurus ke arah
depan), Mawashi Geri (tendangan melingkar), Haisoku/Kogen Geri
(tendangan ke arah kemaluan), Sakuto Geri (tendangan ke samping),
Kansetsu Geri (tendangan ke arah lutut), Hiza Ate (tendangan dengan lutut),
Kekomi (tendangan pisau), ushiro Geri (tendangan ke arah belakang),
Kakato Gedan Geri (tendangan melingkar ke arah paha bagian belakang),
Mawashi Gedan Geri (tendangan melingkar ke arah pha bagian belakang),
Tae Tobi Geri (tendnagan ke depan sambil meloncat), dan Yoko Tobi Geri
(tendangan ke samping sambil meloncat).
Jenis tendangan tersebut dapat diklasifikasikan menurut teknik dan
perkenaan pada kaki seperti: punggung, kaki, ujung telapak kaki, pisau kaki
dan tumit. Dengan menganalisa teknik dan efektifitas teknik-teknik
tendangan di atas maka dalam penelitian yang menjadi fokus adalah kekomi
(tendangan pisau). Menurut Masutatsu Oyama dikutip oleh Sajoto (1995:98)
mengemukakan bahwa: “kira-kira 70% bela diri menggunakan teknik
tendangan dan kekuatan tendangan kurang lebih lima kali lebih besar dari
pukulan”. Teknik tendangan kekomi yang menjadi objek dalam penelitian
menggunakan ujung telapak kaki sebagai perkenaan pada sasaran.
Masutatsu Oyama dikutip oleh Sajoto (1995) mengemukakan bahwa
tendangan kekomi sebagai berikut : Tendangan ini ditujukan pada sasaran
ke muka, perut, dada, dan paha lawan bagian samping. Kekomi adalah
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
28
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
tendangan lurus ke samping. Tendangan ini mempergunkan kaki pedang.
Dengan mempergunakan kaki pedang alirkan tenaga dari pinggul bersama-
sama dengan tenaga lecutan dari kaki, tendangan langsung ke arah
sasaran. Hal ini harus diperhatikan dalam melakukan teknik tendangan
adalah menendang dengan cepat, keras dan segera ditarik ke posisi
semula. Perlu diperhatikan adalah tempo yang tepat dalam melancarkan
teknik tendangan, demikian juga dengan faktor balance (keseimbangan)
harus tetap dijaga. Teknik kekomi yang menggunakan ujung samping
telapak kaki bagian luar sebagai perkenaan pada sasaran memiliki
keunggulan dibandingkan teknik tendangan lainnya. Jika dianalisis teknik
tendangan kekomi, maka bentuk kuda-kuda yang digunakan yaitu, zenkutza
dachi, teknik kuda-kuda ini yakni kuda-kuda berat di depan, jarak antara kaki
depan dan kaki belakang sekitar dua pundak. Lutut kaki depan
dibengkokkan, sehingga dari pergelangan kaki hingga lutut tegak lurus. Kaki
depan ditegakkan lurus berat badan ditunjang oleh kaki depan sekitar tujuh
puluh persen. Menurut Herman Kaus (1995) bahwa ; “pembagian berat
badan pada kaki depan dan kaki belakang berbanding tujuh dan tiga (7-3).”
Untuk meningkatkan gerakan lebih lanjut, maka fokus berikutnya
adalah meningkatkan kecepatan. peningkatan dalam pembentukan
kecepatan ditekankan pada anggota tubuh yang diinginkan untuk cepat.
Sehingga dapat memberikan momentum yang besar dalam tubuh obyek
untuk membawa tubuh tersebut pada titik yang diinginkan. Kecepatan
merupakan keahlian yang sering dianggap sangat berharga dalam olahraga
karate. Menurut Harsono (1988) bahwa: “kecepatan adalah keterampilan
untuk melakukan gerakan-gerakan secara berturut-turut dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya”. Kecepatan pada cabang olahraga karate erat
kaitannya dengan gerakan kaki dan tangan. Kecepatan bukan berarti
menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat, akan tetapi dapat pula terbatas
pada gerakan-gerakan anggota tubuh dalam waktu yang singkat. Jika di
analisis proses tendangan kikome maka dapat digambarkan bahwa
persendian lutut (articulatio genu) berfungsi sebagai sumbu (axis), tulang
paha (os femor) berfungsi sebagai lengan gaya tulang betis (os fibula),
tulang kering (os tibia) sebagai lengan beban. Gaya (force) berasal dari
kontraksi otot (muscular) seperti: vastus externus, rectus femoris, vastus
internus, adductor longus, pectineus, biceps femoris sebagai otot penggerak
utama, sedangkan otot-otot seperti semimembranosus, semitendinosus,
gastrocnemius, tibialis anterior, tibialis tuberosity sebagai penghalus gerkan
atau penggerak pembantu.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
29 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Kekuatan
Kekuatan otot dapat memberikan akselarasi untuk menunjang
kemampuan dalam olahraga. Oleh karena kekuatan merupakan komponen
kondisi fisik yang sangat penting guna menunjang komponen-komponen
fisik lainnya. Kualitas kekuatan yang diperlukan pada suatu cabang olahraga
tidaklah sama dengan cabang olahraga lainnya. Misalnya kebutuhan
kekuatan angkat berat berbeda dengan kebutuhan kekuatan pada olahraga
permainan, kebutuhan kekuatan atlet karate berbeda dengan pemain
bulutangkis, kebutuhan kekuatan untuk tendangan kekomi juga berbeda
dengan kekuatan yang diperlukan untuk memukul. Kekuatan itu bersifat atau
spesifik sesuai dengan tuntutan cabang olahraga, demikian pula dalam
proses pengembangan melalui latihan. Seperti halnya dalam cabang
olahraga karate, meskipun diperlukan kelincahan, kelentukan, kelentukan,
keseimbangan, koordinasi, dan sebagainya. Akan tetapi kondisi-kondisi fisik
tersebut tetap harus ditunjang faktor kekuatan untuk dapat memperoleh
kemampuan maksimal dalam gerakan keterampilan karate yang dilakukan.
Harsono (1988) mengemukakan bahwa: “Kekuatan tetap merupakan basis
dari semua komponen kondisi fisik”. Dengan demikian atlet harus cukup kuat
untuk melaksanakan tugas olahraganya secara efesiensi dan tanpa
mengalami lelah yang berlebihan yang disebabkan kekurangan kekuatan.
Kekuatan otot sebagai kemampuan otot atau sekelompok otot untuk
mengatasi tahanan dalam menjalankan aktivitas fisik. Dalam melakukan
tendangan kekomi, kekuatan otot tungkai sebagai penggerak tenaga yang
akan diperlukan untuk medapatkan ruang gerak yang lebih luas terhadap
jangkauan tendangan yang tepat sasaran. Harsono (1988) mengemukakan
pengertian bahwa: “Kekuatan adalah kemampuan otot untuk
membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan”. Untuk itu latihan-latihan
yang cocok untuk memperkembangkan kekuatan adalah latihan-latihan
tahanan (resistence exercise), dimana harus mengangkat, mendorong, atau
menarik suatu beban. Beban tersebut bisa beban anggota tubuh kita sendiri,
ataupun beban atau bobot dari luar (external exercise). Agar efektif hasilnya,
maka latihan-latihan tehanan haruslah dilakukan sedemikian rupa sehingga
individu dapat mengeluarkan tenaga makasimal atau hampir maksimal untuk
menahan yang dilakukan sedemikian rupa sehingga individu dapat
mengeluarkan tenaga maksimal atau hampir maksimal uuntuk menahan
suatu beban. Beban yang digunakan harus sedikit demi sedikit bertambah
berat agar perkembangan otot terjamin dan latihan dilakukan secara
progresif dan tidak berhenti pada beban atau bobot tertentu.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
30
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Otot yang kuat akan dapat melakukan kerja fisik sehari-hari secara
efesien tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Kekuatan otot
merupakan kontraksi maksimal yang dihasilkan oleh otot atau sekelompok
otot. Pada kontraksi otot memendek dan besarnya pemendekan tergantung
dari beban yang harus ditahan. Permulaan otot melakukan kontraksi adalah
tanpa pemendekansampai mencapai tegangan yang seimbang dengan
beban, kemudian terjadilah kontraksi dengan pemendekan. Kontraksi
maksimal otot banyak dipengaruhi oleh jumlah sel dan besarnya ukuran
otot. Didalam otot selain individu diwarisi keturunan sejumlah serabut otot
tertentu yang jumlahnya tidak bertambah. Tetapi dengan perkembangan
kekuatan yang disebabkan oleh latihan atau aktivitas olahraga, maka
besarnya setiap serabut otot akan bertambah. Untuk seorang atlet karate
perlu mengembangkan kekuatan, sebagai unsur yang sangat menentukan
dalam melakukan gerak keterampilan sehingga mampu menunjukkan
performance. Otot-otot yang kuat terutama otot tungkai bagi atlet karate
akan dapat menentukan kemampuan untuk melakukan suatu tendangan
yang bervariasi seperti halnya pada tendangan kekomi dan dengan
kekuatan seseorang akan mampu mengembangkan daya tahan.
Kelentukan
Untuk cabang olahraga karate khususnya tehnik tendangan kekomi,
kelentukan sangat dibutuhkan utamanya pada saat melakukan gerakan
jangkauan tendangan. Harsono, (1988) memberikan definisi sebagai berikut:
“Kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang
gerak sendi, kecuali oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh
elastisitas tidaknya otot-otot, tendon dan ligamen”. Kelentukan merupakan
tingkat kemampuan maksimal dalam ruang gerak sendinya. Kemampuan
fisik ini dipengaruhi oleh elastisitas jaringan otot, tendon, ligamen, dan
struktur kerangka tulang. Selain itu, kelentukan juga dipengaruhi oleh usia,
jenis kelamin, volume penampang otot dan aspek psikologis dalam
berolahraga. Jadi perlu pertimbangan yang baik terhadap kelentukan, sebab
cenderung akan mengurangi kemampuan otot dalam amplitudo gerakan
responden otot, jika kelentukan tidak dilatih dengan baik agar gerakan yang
dilakukan bebas dan lentur, sebagaimana yang dikemukakan oleh Paul
Uram (1986) bahwa: “Latihan dalam program atlet tanpa pertimbangan yang
memadai bagi pengembangan kelentukan cenderung untuk mengurangi
jangkauan normal dari gerakan dan membatasi responden otot”. Begitu juga
halnya dalam melakukan tehnik tendangan kekomi pada cabang olahraga
karate, kelentukan memiliki peran yang besar dimana pada saat melakukan
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
31 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
gerakan tersebut kelentukan otot pada tungkai dan togok harus lentur agar
pergerakan yang dilakukan tidak terasa kaku dan tegang yang akan
mengakibatkan fatal bagi yang melakukannya. Dari uraian diatas tentang
pengertian kelentukan maka dapat disimpulkan bahwa, kelentukan adalah
kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan dengan mudah dan efisien.
Sehingga dalam melakukan gerakan tendangan kekomi karate utamanya,
itu akan lebih mudah dilakukan bila didukung kelentukan yang baik.
Keseimbangan
Keseimbangan merupakan kemampuan seseorang mempertahankan
sistem tubuh baik dalam posisi statis maupun dalam posisi gerak dinamis
yang mana keseimbangan juga merupakan hal yang sangat penting
didalam melakukan suatu gerakan karena dengan keseimbangan yang baik,
maka seseorang mampu mengkoordinasikan gerakan-gerakan dan dalam
beberapa ketangkasan unsur kelincahan, seperti yang dikemukakan oleh
Harsono (1988) bahwa "Keseimbangan berhubungan dengan koordinasi
dan dalam beberapa keterampilan, juga dengan agilitas". Dengan demikian
untuk menjaga keseimbangan dalam melakukan kegiatan jasmani, maka
gerakan-gerakan yang dilakukan perlu dikoordinasikan dengan baik sebagai
usaha untuk mengontrol semua gerakan. Moch. Sajoto (1988) mengatakan
tentang kemampuan menguasai letak titik berat badan yang lebih dikenal
dengan istilah keseimbangan bahwa: Keseimbangan atau balance adalah
kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf ototnya selama
melakukan gerakan yang cepat dengan perubahan letak titik berat badan
yang cepat pula baik dalam keadaan statis maupun lebih-lebih dalam
keadaan gerak dinamis. Harsono (1988) mengemukakan keseimbangan
atau balance adalah: “Kemampuan untuk mempertahankan sistem
neuromuscular kita dalam kondisi statis, atau mengontrol sistem
neuromuscular tersebut dalam suatu posisi atau sikap yang efisien selagi
kita bergerak”. Kajian keseimbangan dalam posisi badan pada saat
bergerak oleh Moch. Sajoto (1988) memberikan pengertian keseimbangan
sebagai "Kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi".
Mempertahankan posisi badan dalam berbagai situasi memerlukan
kemampuan tersendiri oleh atlet. Berbagai pengertian tentang
keseimbangan di atas, maka dapat dikatakan bahwa keseimbangan
merupakan kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot
untuk menahan beban atau tahanan yang dilakukan di dalam beraktivitas
baik secara statis maupun dinamis.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
32
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
METODOLOGI PENELITIAN
Penerapan metode penelitian harus dapat mengarah pada tujuan
yang diharapkan. Metode yang dipergunakan dalam penelitian adalah
metode deskriptif secara korelasional. Menurut Suharsimi Arikunto (1992),
mengatakan bahwa: “Variabel merupakan obyek penelitian atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Adapun variabel penelitian yang
ingin diteliti dalam penelitian ini terdiri atas: 1) Variabel bebas yaitu kekuatan
tungkai, kelentukan split, dan keseimbangan dinamis, dan 2) variabel terikat
yaitu kemampuan tendangan kekomi pada olahraga karate. Desain
penelitian atau rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Karateka
Ranting INKANAS UNM. Sedangkan sampel yang diambil atau digunakan
dalam penelitian ini berjumlah 30 orang putra dari Karateka Ranting
INKANAS UNM. Data yang terkumpul tersebut perlu dianalisis secara
statistik deskriptif, maupun infrensial untuk keperluan pengujian hipotesis
penelitian. Secara keseluruhan analisis data statistik yang digunakan pada
umumnya menggunakan analisis komputer pada sistem program SPSS
versi 17.00 dengan taraf signifikan 95% atau 0,05.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis deskriptif data
Analisis deskriptif meliputi; total nilai, rata-rata, range, maksimal dan
minimum. Dari nilai-nilai statistik ini diharapkan dapat memberi gambaran
umum tentang keadaan data kekuatan tungkai, kelentukan split,
keseimbangan dinamis dan kemampuan tendangan kekomi. Hasil analisis
deskriptif setiap variabel penelitian dapat dilihat dalam tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis deskriptif tiap variabel
Variabel / Statistik
N Sum Mean Stdv Range Min. Max.
Kekuatan tungkai
30 3350,00 111,6667 13,18916 48,00 87,00 135,00
Kelentukan split
30 690,00 23,000 4,95497 17,00 15,00 32,00
Keseimbangan dinamis
30 2519,00 83,9667 3,91710 15,00 75,00 90,00
Tendangan kekomi
30 689,00 22,9667 2,28161 7,00 19,00 26,00
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
33 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Berdasarkan rangkuman hasil analisis deskriptif data pada tabel di
atas, maka dapat diuraikan sebagai berikut:
5. Untuk data kekuatan tungkai pada Karateka Ranting Inkanas UNM, dari
30 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 3350,00 dan rata-rata
yang diperoleh 111,6667 dengan hasil standar deviasi 13,18916 dari
range data 48,00 antara nilai minimum 87,00 dan 135,00 untuk nilai
maksimal.
6. Untuk data kelentukan split pada Karateka Ranting Inkanas UNM, dari
30 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 690,00 dan rata-rata
yang diperoleh 23,3000 dengan hasil standar deviasi 4,95497 dari range
data 17,00 antara nilai minimum 15,00 dan 32,00 untuk nilai maksimal.
7. Untuk data keseimbangan dinamis pada Karateka Ranting Inkanas
UNM, dari 30 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 2519,00 dan
rata-rata yang diperoleh 83,9667 dengan hasil standar deviasi 3,91710
dari range data 15,00 antara nilai minimum 75,00 dan 90,00 untuk nilai
maksimal.
8. Untuk data kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting
Inkanas UNM, dari 30 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak
689,00 dan rata-rata yang diperoleh 22,9667 dengan hasil standar
deviasi 2,28161 dari range data 7,00 antara nilai minimum 19,00 dan
26,00 untuk nilai maksimal.
Analisis statistik inferensial
Hasil-hasil analisis secara lengkap dapat dilihat pada lampiran, sedangkan rangkuman hasil analisis tercantum pada tabel berikut :
Tabel 2. Hasil analisis korelasi dan regresi
Hipotesis N r/R Rs F t Sig.
Hubungan kekuatan tungkai dengan kemampuan tendangan kekomi
30 0,814 0,663 55,12
6 7,425 0,000
Hubungan kelentukan split dengan kemampuan tendangan kekomi
30 -0,665 0,442 22,19
1 -4,711 0,000
Hubungan keseimbangan dinamis dengan kemampuan tendangan kekomi
30 0,787 0,619 45,55
1 6,749 0,000
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
34
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Hipotesis N r/R Rs F t Sig.
Hubungan antara kekuatan tungkai, kelentukan split dan keseimbangan dinamis dengan kemampuan tendangan kekomi
30 0,903 0,816 38,41
4 5,184 0,000
Hasil pengujian hipotesis
Adapun hipotesis yang diuji kebenarannya pada penelitian ini adalah,
sebagai berikut:
a. Hipotesis pertama
Ada hubungan kekuatan tungkai dengan kemampuan tendangan kekomi
pada Karateka Ranting Inkanas UNM.
Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui
antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis
yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan
pengolahan data melalui analisis korelasi dan regresi dari program
SPSS tentang hubungan kekuatan tungkai dengan kemampuan
tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM diperoleh
sesuai rangkuman tabel 3 berikut:
Tabel 3. Hasil analisis korelasi dan regresi untuk hipotesis pertama
VARIABEL r/R Rs F t Sig.
Kekuatan tungkai (X1)
0,814
0,663
55,126
7,425
0,000
Tendangan kekomi (Y)
Hipotesis statistik :
Ho : rx1y = 0 H1 : rx1y ≠ 0
Hasil pengujian :
Berdasarkan hasil pengujian analisis data kekuatan tungkai dengan
kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM,
diperoleh nilai korelasi ( r0 ) 0,814 dengan tingkat probabilitas (0,000) <
0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0,663. Hal ini berarti
66,3% kemampuan tendangan kekomi dijelaskan oleh kekuatan tungkai.
Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 55,126 dengan
tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih
kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
35 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
kemampuan tendangan kekomi (dapat diberlakukan untuk populasi
dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 7,425 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari
0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan,
atau kekuatan tungkai benar-benar berpengaruh secara signifikan
dengan kemampuan tendangan kekomi. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan kekuatan tungkai
dengan kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas
UNM terbukti nilai korelasi ( r0 ) 0,814 dengan tingkat probabilitas (0,000)
< 0,05. Ini membuktikan bahwa kemampuan tendangan kekomi pada
cabang olahraga karate membutuhkan kekuatan tungkai. Kekuatan
merupakan kemampuan dasar dari komponen fisik yang memiliki peran
sangat penting. Dalam melakukan kemampuan tendangan kekomi dapat
tercapai dengan baik bilamana karateka memiliki kekuatan tungkai,
sebab gerakan kemampuan tendangan kekomi merupakan kemampuan
untuk bergerak secara agresif dalam merubah arah pergerakan
tendangan. Oleh karena itu kekuatan tungkai yang dimiliki karateka akan
sangat membantu dalam pergerakan yang dibutuhkan pada saat
melakukan tendangan kekomi. Dengan demikian ada hubungan yang
signifikan kekuatan tungkai dengan kemampuan tendangan kekomi pada
cabang olahraga karate.
b. Hipotesis kedua
Ada hubungan kelentukan split dengan kemampuan tendangan kekomi
pada Karateka Ranting Inkanas UNM.
Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui
antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis
yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan
pengolahan data melalui analisis korelasi dan regresi dari program
SPSS tentang hubungan kelentukan split dengan kemampuan
tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM diperoleh
sesuai rangkuman tabel 4 berikut:
Tabel 4. Hasil analisis korelasi dan regresi untuk hipotesis kedua
VARIABEL r/R Rs F t Sig.
Kelentukan split (X2)
-0,665
0,442
22,191
-4,711
0,000
Tendangan kekomi (Y)
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
36
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Hipotesis statistik : Ho : rx2y = 0 H1 : rx2y ≠ 0
Hasil pengujian :
Berdasarkan hasil pengujian analisis data kelentukan split dengan
kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM,
diperoleh nilai korelasi ( r0 ) -0,665 dengan tingkat probabilitas (0,000) <
0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0,442. Hal ini berarti
44,2% kemampuan tendangan kekomi dijelaskan oleh kelentukan split.
Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 22,191 dengan
tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih
kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi
kemampuan tendangan kekomi (dapat diberlakukan untuk populasi
dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh -4,711 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari
0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan,
atau kelentukan split benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan
kemampuan tendangan kekomi. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hubungan yang signifikan kelentukan split dengan kemampuan
tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM terbukti nilai
korelasi ( r0 ) -0,665 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05. . Ini
membuktikan bahwa kelentukan sangat penting bagi karateka, karena
kelentukan berfungsi disaat posisi tendangan dalam menjangkau
sasaran yang dituju akan memberikan ruang gerak yang lebih luas.
Kemampuan tendangan kekomi membutuhkan jangkauan gerakan yang
lebih luas dan luwes. Oleh karena itu, kelentukan bagi karateka akan
membantu gerak kemampuan tendangan kekomi agar bergerak lebih
halus, luwes tanpa merasakan ketegangan dan kekakuan dalam
pergerakannya. Disamping itu dengan kelentukan akan lebih
meringankan gerakan yang dilakukan. Dengan demikian kelentukan bagi
karateka sangat berhubungan terhadap hasil kemampuan tendangan
kekomi.
c. Hipotesis ketiga
Ada hubungan keseimbangan dinamis dengan kemampuan tendangan
kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM.
Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui
antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis
yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
37 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
pengolahan data melalui analisis korelasi dan regresi dari program
SPSS tentang hubungan keseimbangan dinamis dengan kemampuan
tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM diperoleh
sesuai rangkuman tabel 5 berikut:
Tabel 5. Hasil analisis korelasi dan regresi untuk hipotesis ketiga
VARIABEL r/R Rs F t Sig.
Keseimbangan dinamis (X3)
0,787
0,619
45,55
1
6,749
0,000
Tendangan kekomi (Y)
Hipotesis statistik :
Ho : rx3y = 0 H1 : rx3y ≠ 0
Hasil pengujian :
Berdasarkan hasil pengujian analisis data keseimbangan dinamis
dengan kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas
UNM, diperoleh nilai korelasi ( r0 ) 0,787 dengan tingkat probabilitas
(0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0,619. Hal
ini berarti 61,9% kemampuan tendangan kekomi dijelaskan oleh
keseimbangan dinamis. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung
adalah 45,551 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena
probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat
dipakai untuk memprediksi kemampuan tendangan kekomi (dapat
diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh
6,749 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000)
jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien
regresi signifikan, atau keseimbangan dinamis benar-benar berpengaruh
secara signifikan dengan kemampuan tendangan kekomi. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
keseimbangan dinamis dengan kemampuan tendangan kekomi pada
Karateka Ranting Inkanas UNM terbukti nilai korelasi ( r0 ) 0,787 dengan
tingkat probabilitas (0,000) < 0,05. Ini membuktikan bahwa
keseimbangan sangat penting bagi karateka, posisi dalam melakukan
tendangan kekomi adalah salah satu kaki akan menendang dengan
gaya samping sehingga kaki yang satu akan bertumpu untuk menopang
titik berat badan. Dengan demikian keseimbangan berfungsi untuk
menjaga agar supaya hasil tendangan kekomi dapat dilaksanakan
dengan baik serta tepat pada sasaran. Kemampuan dalam melakukan
tendangan kekomi membutuhkan ketepatan waktu untuk mencapai
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
38
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
target atau sasaran yang diinginkan, oleh karena itu dengan adanya
keseimbangan yang dimiliki bagi karateka akan menunjang hasil optimal
dalam melakukan kemampuan tendangan kekomi tersebut.
d. Hipotesis keempat
Ada hubungan kekuatan tungkai, kelentukan split dan keseimbangan
dinamis dengan kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting
Inkanas UNM.
Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui
antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis
yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan
pengolahan data melalui analisis regresi dari program SPSS tentang
hubungan kekuatan tungkai, kelentukan split dan keseimbangan dinamis
dengan kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas
UNM diperoleh sesuai dari rangkuman tabel 6 berikut:
Tabel 6. Hasil analisis regresi untuk hipotesis keempat
VARIABEL r/R Rs F t Sig.
Kekuatan tungkai (X1), Kelentukan split (X2) dan keseimbangan dinamis (X3)
0,903
0,816
38,414
5,184
0,000
Tendangan kekomi (Y)
Hipotesis statistik :
Ho : Rx1,2,3y = 0 H1 : Rx1,2,3y ≠ 0
Hasil pengujian :
Berdasarkan hasil pengujian analisis data antara kekuatan tungkai,
kelentukan split dan keseimbangan dinamis dengan kemampuan
tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM, diperoleh nilai
regresi ( R0 ) 0,903 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai
R Square (koefesien determinasi) 0,816. Hal ini berarti 81,6%
kemampuan tendangan kekomi dijelaskan oleh kekuatan tungkai,
kelentukan split dan keseimbangan dinamis. Dari uji Anova atau F test,
didapat F hitung adalah 38,414 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh
karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi
dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan tendangan kekomi (dapat
diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
39 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
5,184 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000)
jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien
regresi signifikan, atau kekuatan tungkai, kelentukan split dan
keseimbangan dinamis benar-benar berpengaruh secara signifikan
dengan kemampuan tendangan kekomi. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan kekuatan tungkai,
kelentukan split dan keseimbangan dinamis dengan kemampuan
tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM terbukti nilai
regresi ( R0 ) 0,903 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05. Ini
membuktikan bahwa seorang karateka membutuhkan ketiga unsur fisik
tersebut, yaitu kekuatan tungkai, keseimbangan dan kelentukan.
Gerakan kemampuan tendangan kekomi membutuhkan pergerakan
yang sangat singkat dalam proses pelaksanaannya. Segala sesuatu
yang dilakukan dengan aktifitas tinggi membutuhkan kemampuan fisik
yang baik, dengan demikian proses pelaksanan kemampuan tendangan
kekomi merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara cepat yang
tentunya membutuhkan kemampuan fisik seperti kekuatan tungkai,
keseimbangan dan kelentukan. Hasil dalam unsur fisik tersebut sangat
membantu dalam pergerakan kemampuan tendangan kekomi, sebab
dengan ditopang keseimbangan, pergerakan kemampuan tendangan
kekomi akan lebih terarah. Kekuatan tungkai adalah kemampuan otot
pada tungkai untuk dapat melakukan gerakan secara maksimal. Tungkai
sebagai penggerak dalam gerakan tendangan akan selalu bergerak
untuk melakukan tendangan. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan
telah mengungkapkan bahwa kemampuan tendangan kekomi meiliki
hubungan dengan kekuatan otot tungkai. Keagresifan seorang atlet
dalam perubahan-perubahan arah gerakan tendangan sangat
membutuhkan sebuah kekuatan pada otot tungkainya. Agar kemampuan
tendangan ini diperoleh dengan cepat maka dibutuhkan kecepatan.
Pada cabang olahraga karate khususnya teknik tendangan kekomi,
tungkai merupakan sebagai pukulan kaki. Sebab seorang atlet yang
tidak memiliki kekuatan otot tungkai, maka tidak dapat melakukan
gerakan dengan cepat atau tiba-tiba sehingga tendangan yang dilakukan
sia-sia, terbuang percuma atau akan tidak efektif dan efesien dan
biasanya ini akan muncul ketidak seimbangan. Untuk itu keseimbangan
bagi atlet karate harus dimiliki guna mempertahankan segala gerakan
baik yang ingin dilakukan maupun setelah melakukan gerakan.
Keseimbangan merupakan kemampuan seseorang mempertahankan
sistem tubuh baik dalam posisi statis maupun dalam posisi gerak
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
40
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
dinamis yang mana keseimbangan juga merupakan hal yang sangat
penting di dalam melakukan suatu gerakan karena dengan
keseimbangan yang baik, maka seseorang mampu mengkoordinasikan
gerakan-gerakan dan dalam beberapa ketangkasan. Keseimbangan
merupakan kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh baik dalam
keadaaan diam maupun pada saat bergerak. Oleh karena itu disaat
melakukan gerakan kecepatan tendangan, maka membutuhkan kestabilan
posisi tubuh di saat melakukan tendangan tersebut. Posisi kaki yang satu
dalam melakukan tendangan tentu akan memberikan beban yang berat
bagi kaki yang menjadi penopang titik berat badan. Dalam keadaan seperti
ini, bila atlet tidak memiliki keseimbangan tentu dalam pelaksanaannya
akan kurang maksimal, disebabkan tidak mampu menahan titik berat
badan. Disamping itu bahwa gerakan yang dilakukan perlu adanya
keluwesan dalam melakukannya sehingga gerakan tersebut tidak kaku.
Oleh karena itu kelentukan akan membantu dalam mencapai target serta
gerakan akan lebih akurat. Pergerakan kemampuan tendangan kekomi
merupakan kecakapan melakukan tendangan secara cepat, sehingga
dalam mencapai target perlu jangkauan dan keluwesan gerakan secara
baik.
PENUTUP
Sesuai dari hasil analisis pengujian hipotesis dengan berdasar pada
masalah yang diajukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1)
Ada hubungan yang signifikan kekuatan tungkai dengan kemampuan
tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas UNM, 2) Ada hubungan
yang signifikan kelentukan split dengan kemampuan tendangan kekomi
pada Karateka Ranting Inkanas UNM, 3) Ada hubungan yang signifikan
keseimbangan dinamis dengan kemampuan tendangan kekomi pada
Karateka Ranting Inkanas UNM, dan 4) Ada hubungan yang signifikan
antara kekuatan tungkai, kelentukan split dan keseimbangan dinamis
dengan kemampuan tendangan kekomi pada Karateka Ranting Inkanas
UNM.
Agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kemampuan tendangan kekomi bagi atlet, maka saran yang dapat
dikemukakan sebagai berikut: 1) Pelatih diharapkan dapat meningkatkan
penampilan kemampuan tendangan kekomi pada karateka dengan
penerapan bentuk metode latihan yang sesuai dengan teknik dasar yang
dikembangkan tanpa mengabaikan komponen fisik yang dibutuhkan dalam
menunjang pada penampilannya, 2) Hendaknya ketiga komponen yang
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
41 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
terkait atau yang dibutuhkan dalam meningkatkan kemampuan tendangan
kekomi yaitu kekuatan tungkai, keseimbangan dan kelentukan dapat
dijadikan sebagai indikator dalam penilaian maupun memilih atlet, dan 3)
Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar
pada penelitian yang relevan agar hasil penelitian ini dapat dikembangkan
untuk memperkaya khasanah disiplin ilmu keolahragaan, khususnya dalam
upaya meningkatkan kemampuan tendangan kekomi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratek.
Jakarata : PT. Rineka Citra.
Barry L. Johnson dan J.K Nelson. 1986. Practical Meassurements for
Evaluation in Physical Education. New York : Fourth Edition Mac
Millan Publishing Company.
Bompa. 1983. Theory and Methodology of Training the Key to Athletic
Performance. Iowa Kendall/Hunt Publishing Company.
Dwijonowinoto Kasiyo, 1993. Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan. IKIP:
Semarang.
Fox. 1984. The Physiological Basic of Physical Education and Athletic.
Toronto : Sounders College Publishing.
Harsono, 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi dalam Coaching.
Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti.
Lutan, dkk. 1991. Manusia dan Olahraga. Bandung: Diterbitkan atas
kerjasama ITB dan FPOK IKIP Bandung
Nakayama, Masatoshi. 1995. Karate Yesteday and Today. Kodansa
Internasional, Tokyo, New York, San Frasisco: Japan Karate
Association, Translated By Herman Kauz
Namiek. S. 1992. Belajar Karate Secara Sistematis. Semarang: Aneka Ilmu
Oyama, Masutatsu. 1994. Teknik Oyama Karate Seri Kihon. Penerjemah JB.
Sujoto. 1996. Jakarta: Elex Media Komputindo Gramedia
Sajoto, Moch. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi
Soekarman. 1985. Dasar Olahraga untuk Pembina, Pelatih dan Atlet.
Bandung : Tarsito.
Subroto, Ilham Hakim. 1996. Dasar-Dasar Karate, Melatih Kemampuan Fisik
dan Mental Sebagai Atlet Karate. Solo: CV. Aneka
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
42
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
43 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
STUDI TENTANG PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN
PADA KELAS 9 DI SMP NEGERI 2 MAKASSAR
(STUDY ON THE EVALUATION OF LEARNING HEALTH SPORT AND
PHYSICAL EDUCATION 9 IN CLASS 2 STATE IN SMP MAKASSAR)
OLEH:
H. ABRAHAM RAZAK )*
ABSTRACT
This research was conducted in SMP Negeri 2 Makassar. The research subjects in
this study were students of class IX SMP Negeri 2 Makassar totaling 135 people.
This study is a descriptive study, the instrument used in this study a questionnaire
instrument. The questionnaire used in this study is an open structured questionnaire
form for such instruments to obtain data on the Implementation of Learning
Evaluation of Physical Education and Health In Grade 9 of SMPN 2 Makassar and
data analysis techniques used are percentage analysis. The results of the
implementation study Physical Education, Sport and Health have shown that for
psychomotor aspects: physical fitness and sports skills. Physical fitness aspects,
aspects of agility shuttle run test 80.74%, the aspect of strength tests sit up 100%,
the aspect of speed tests run 60 meters of 54.07%, the aspect of muscular
endurance and muscular endurance tests shoulder 81.48%, aspects of power hold
the heart and lungs a test run 12 minutes 85.92%, aspects of the sport football skills
tests dribble 96.29%, basketball throwing and catching a ball test, test dribble
97.04%, volleyball test pasing on and pasing down 97.04%, 0% swimming, athletics
97.77%, rhythmic gymnastics without morning gymnastics assays 10.37%, aspects
of the camp and the basics of rescue school environment P3K matter 22.22%, and
the introduction of the material culture of healthy living sexually transmitted diseases
(STDs) 90.37%, the cognitive aspects of sports knowledge of physical education
64.23%, knowledge of regulatory aspects 76.68%, historical aspects of sport
material progress 53.33% sport, health aspects of knowledge work LKS material
physical education and health 93.33%. Affective aspects of sportsmanship 64.21%,
65.18% disciplinary aspect, the aspect of responsibility 57.60%, 39.40% cooperation
aspect, the aspect of confidence 52.55%, and 80.74% honesty aspects. Based on
these results we can conclude that for the aspects of the evaluation of Physical
Education and Health for psychomotor aspects is generally quite good, the
evaluation of Physical Education, Sport and Health on the cognitive aspects is
generally quite good, and the evaluation of Physical Education and Health for
aspects affective is generally quite good.
Keywords: Evaluation of Learning, Aspect Psychomotor, Cognitive, Affective
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
44
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
PENDAHULUAN
Intensitas pembelajaran dalam Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan juga berbeda dengan mata pelajaran lain. Dalam Pendidikan Jasmani,
Olahraga, dan Kesehatan aspek yang dicakup lebih komplek tidak hanya mencakup
unsur-unsur kognitif tetapi juga aspek sosial kemasyarakatan juga menjadi prioritas
utama. Hal ini diperkuat oleh pendapat Rijsdrop (dalam Winarno 2006) yang
menyebutkan bahwa Intensitas pembelajaran Pendidikan Jasmnai, Olahraga, dan
Kesehatan meliputi empat pokok pikiran, yaitu: (1) Pembentukan gerak, (2)
Pembentukan prestasi, (3) Pembentukan sosial, (4) dan pembentukan badan.
Berdasar pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan merupakan bagian integral dari proses
pendidikan secara keseluruhan karena bertujuan untuk mengembangkan aspek
kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan
sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan
pengenalan lingkungan bersih melalui aktifitas Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional. Sebagaimana berlangsungnya pendidikan di sekolah pada umumnya,
maka mata pelajaran pendidikan jasmani, Olahraga, dan Kesehatan memiliki
beberapa tujuan yang hendak dicapai. Tujuan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan sebagaimana tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Badan
Standar Nasional Pendidikan tahun 2006 menjabarkan beberapa tujuan dari
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan antara lain: mengembangkan
keterampilan pengeloaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan
kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktifitas jasmani dan
olahraga yang terpilih, (2) meningkatkan pertumbuhan fisik dan penembangan psikis
yang lebih baik, (3) meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar, (4)
meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-milai yang
terkandung dalam pendidikan, Olahraga, dan Kesehatan, (5) mengembangkan
sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan
demokratis, (6) mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri
sendiri, orang lain dan lingkungan, (7) memahami konsep aktifitas jasmani dan
olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan
fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap
yang positif. Sedangkan menurut Lawson dan Placek (dalam Winarno 2006)
disebutkan bahwa tujuan utama Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di
sekolah lanjutan adalah untuk: (1) memberi kesempatan siswa belajar bergerak
secara terampil dan cekatan, (2) memberi kesempatan siswa untuk memahami
berbagai pengaruh dan akibat keterlibatan mereka dalam kegiatan jasmani yang
menggembirakan, (3) membantu siswa untuk memadukan keterampilan baru yang
dibutuhkan dengan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya, (4)
meningkatkan kemampuan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan
keterampilan mereka secara rasional.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
45 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Dengan melakukan evaluasi, guru dapat mengetahui berhasil atau tidaknya
pelaksanaan program pembelajaran dan sejauh mana prestasi belajar yang dicapai
oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar. Evaluasi merupakan salah satu
komponen sistem pembelajaran/pendidikan yang berguna membantu guru
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dalam hal pengambilan keputusan
untuk menentukan nilai yang akan diberikan kepada siswa, sehingga
keberadaannya tidak dapat terelakkan dalam setiap kegiatan/proses pembelajaran.
Evaluasi adalah suatu instrumen yang digunakan oleh guru untuk membuat
pertimbangan-pertimbangan yang akan digunakan untuk penilaian kemajuan belajar
murid-muridnya. Disamping menilai kemajuan belajar murid, evaluasi yang
dilakukan oleh guru berkaitan pula dengan program pendidikan. Oleh karena itu,
evaluasi berkaitan erat dengan tugas guru, murid dan program pendidikan. Dalam
evaluasi, terdapat tiga aspek kemampuan yang akan diukur yaitu terdiri dari aspek
afektif, kognitif, dan psikomotorik. Mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga,
dan Kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang disajikan disekolah,
dalam kegiatan sehari-hari lebih banyak berorientasi pada kawasan psikomotor,
dibanding dengan kawasan kognitif dan afektif. Hal ini diperkuat oleh pendapat
Annarino (dalam Winarno, 2006) yang mengembangkan taksonomi tujuan
pendidikan jasmani meliputi: (1) kawasan fisik: kekuatan, daya tahan, dan
kelentukan, (2) kawasan psikomotor: kemampuan perseptual-motorik, (3) kawasan
kognitif atau perkembangan intelektual yang terdiri dari: pengetahuan, kemampuan,
dan keterampilan intelektual, (4) kawasan afektif, meliputi perkembangan personal,
sosial dan emosional.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru olahraga diperoleh keterangan
ada beberapa siswa yang pandai dalam melakukan keterampilan yang diajarkan
sekaligus memiliki pemahaman kognitif yang bagus juga, akan tetapi ada siswa
yang terkadang tidak terlalu menguasai dalam keterampilan tetapi sangat pandai
dalam penguasaan kognitifnya. Hal ini tentunya harus mendapatkan perhatian yang
berbeda oleh guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan dalam melakukan
evaluasi karena hal yang paling diutamakan dalam Pendidikan Jasmani adalah
aspek psikomotor. Kriteria penilaian masing-masing guru Pendidikan Jasmani,
Olahraga, dan Kesehatan di SMP Negeri 2 Makassar pun juga berbeda. Misalnya,
guru Penjasorkes kelas 8 dan 9 menjelaskan bahwa pelaksanaan evaluasi yang
biasa beliau lakukan adalah kadang-kadang diawal kegiatan dan paling sering
disetiap akhir kegiatan pembelajaran. Dengan rincian aspek yang dinilai 70%
psikomotorik, 20% kognitif, dan 10% afektif. Menurut guru Penjasorkes kelas 7 dan
8 berpendapat bahwa tidak ada aspek kognitif, karena aspek kognitif sudah
termasuk ke dalam aspek psikomotorik. Dengan alasan jika siswa tersebut sudah
dapat melakukan aspek psikomotorik berarti siswa tersebut sudah menguasai aspek
kognitif juga. Akan tetapi aspek psikomotorik tetap menjadi aspek yang paling
dominan dalam penilaian yaitu dengan persentase 70% psikomotorik, 30% afektif
dan penilaian dilakukan selalu diakhir kegiatan pembelajaran. Sedangkan menurut
guru Penjasorkes kelas 7 dan 8 memberikan pendapat bahwa penilaian yang beliau
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
46
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
lakukan adalah pada proses dan di setiap akhir kegiatan pembelajaran dengan tidak
mempersoalkan aspek kognitif dengan melihat kenyataan dan fakta tingkat
kemampuan dan intelengensi yang dimiliki siswa SMP Negeri 2 Makassar yang
berada diatas standar. Sedangkan yang menjadi masalah menurut beliau adalah
pada aspek psikomotorik yang sangat kurang. Hal ini tentunya akan berpengaruh
pada bobot penilaian itu sendiri. Jika aspek psikomotor yang ditonjolkan maka
secara otomatis siswa tersebut akan memperoleh nilai yang akan jelek, maka aspek
kognitif yang akan lebih dominan untuk menutup kekurangan penilaian tersebut.
Untuk lebih jelasnya berikut disajikan tabel nilai rapor siswa SMP Negeri 2
Makassar:
No Rentangan nilai Persentase
1 60-69 5,56
2 70-79 39,13
3 80-89 26,81
Dari nilai rapor diketahui sebesar 5,56% siswa memperoleh nilai rapor untuk
mata pelajaran pendidikan jasmani dengan rentangan nilai 60-69, dan 39,13% siswa
mendapat nilai dengan rentangan 70-79, dan sebesar 26,81% siswa mendapat nilai
dengan rentangan nilai antara 80-89. Hal ini menunjukkan bahwa perolehan nilai
siswa untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SMP Negeri 2 Makassar sangat
bervariasi. Berdasar pada kenyataan tersebut, bahwasanya persentase terbanyak
terdapat pada skor 70. Persentase terbesar pada skor-skor tersebut diperoleh
siswadari berbagai aspek penilaian dalam pelaksanaan evaluasi utamanya evaluasi
yang berkaitan dengan aspek penting yang menjadi penilaian dalam Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan yaitu aspek psikomotor. Hal ini tentunya
bertolak belakang dengan kenyataan dan aspek utama yang dinilai dalam
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Sebagaimana kita ketahui bersama
di SMP Negeri 2 Makassar dengan keadaan siswa yang rata-rata memiliki tingkat
penguasaan kognitif yang cukup tinggi ditambah dengan aspek psikomotor yang
menjadi aspek yang paling dominan didalam penilaian, seharusnya nilai rapor yang
mereka peroleh lebih baik dan berada diatas SKM (Standar Kelulusan Minimal).
Pengertian Evaluasi
Secara umum evaluasi dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk
menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang,
objek, dan lain-lain) (Dimyati & Mudjiono, 1999). Sedangkan menurut Sarifudin
(1979) menjelaskan bahwa evaluasi adalah proses mendapatkan informasi dan
mengunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka membuat keputusan.
Pendapat senada juga dikemukakan Sudjana (1990) yang menjelaskan bahwa
evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat
dari segi tujuan, gagasan, caara bekerja, pemecahan, metode, materi dll. Wand dan
Brown (dalam Dimyati & Mudjiono 1999) mengemukakan bahwa evaluasi
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
47 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
merupakan suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Sedangkan menurut
Sarifudin (1979) evaluasi adalah suatu penilaian tentang aspek yang dihubungkan
dengan situasi aspek-aspek yang lainnya, sehinga didapat gambaran yang
menyeluruh, yang disoroti/ ditinjau dari berbagai aspek. Hal itu juga dipertegas oleh
Joesmani (1988) yang menyebutkan bahwa evaluasi merupakan suatu proses yang
sistematis untuk mengetahui kemampuan yang dicapai siswa dalam pengajaran.
Dalam evaluasi biasanya sudah ditentukan pendekatan-pendekatan dan kriteria-
kriterianya sehingga berdasar kriteria tersebut dapat ditentukan atau diberikan
keputusan tentang status individu tersebut. Berdasarkan beberapa pengertian yang
telah disebutkan dapat diambil kesimpulan tentang bahwa evaluasi merupakan
proses yang sistematis untuk memperoleh informasi tentang pencapaian
kemampuan siswa dalam proses belajar mengajar untuk selanjutnya dapat
dipergunakan dalam pengambilan keputusan.
Agar pelaksanaan evaluasi dapat lebih efektif, maka diperlukan prinsip-
prinsip sebagai berikut: (a) evaluasi harus sesuai dengan filsafat hidup suatu
bangsa, (b) dilakukan secara obyektif, (c) dilaksanakan sebelum, selama, dan
setelah berlangsungnya proses belajar mengajar, (d) menganut prinsip kontinyuitas,
(e) prinsip menyeluruh, (f) dipimpin dan dikelola oleh orang yang ahli dalam
bidangnya, (g) hasil evaluasi harus diinterpretasikan untuk semua individu tentang
aspek sosial, mental, fisik dan psikologisnya. (Winarno, 2004). Keterlaksanaan dan
keberhasilan suatu kegiatan evaluasi akan ditentukan oleh keberhasilan peneliti
dalam merancang dan menetukan prosedur penelitian. Oleh karena itu, peneliti
diharapkan memperhatikan beberapa tahapan/langkah yang perlu dilaksanakan.
Prosedur yang dimaksud adalah tahapan pokok yang harus dilaksanakan dalam
kegiatan evaluasi. Dimyati & Mudjiono (1999) menyebutkan ada 6 tahapan yang
harus dilalui dalam evaluasi yaitu: (a) persiapan, meliputi menyeleksi butir-butir tes
yang telah disiapkan, menyiapkan peralatan dan fasilitas, menyiapkan kartu
penilaian dan petunjuk, dan menyiapkan kebutuhan penunjang lain, (b) penyusunan
alat ukur, (c) pelaksanaan pengukuran, seperti pemanasan, demonstrasi dan
memberikan penjelasan, (d) pengolahan hasil pengukuran, seperti menghitung skor
mentah, (e) penafsiran dan penginterpretasikan hasil pengukuran, (f) pelaporan dan
pengunaan hasil evaluasi.
Karakteristik Pembelajaran Pendidikan jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, setiap mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah memiliki karaktersitik yang berbeda. Untuk mata pelajaran
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, pembelajaran yang dilakukan tentu
memiliki karekteristik yang berbeda dengan mata pelajaran yang lainnya. Depdiknas
(2006) menjelaskan karakteristik pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan untuk SMP adalah sebagai berikut: (a). Pendidikan Jasmani, Olahraga
dan Kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di SMP, yang
mempelajari dan mengkaji gerak manusia secara interdisipliner. Gerak manusia
adalah aktivitas jasmani yang dilakukan secara sadar untuk meningkatkan
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
48
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
kebugaran jasmani dan keterampilan motorik, mengembangkan sikap dan perilaku
agar terbentuk gaya hidup yang aktif. Aktivitas jasmani yang dilakukan berupa
aktivitas bermain, permainan, dan olahraga, (b). Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan menggunakan pendekatan interdisipliner, karena melibatkan berbagai
disiplin ilmu seperti anatomi, fisiologi, psikologi, sosiologi, dan ilmu-ilmu yang lain.
Pendukung utama Pendidikan Jasmani adalah ilmu keolahragaan yang mencakup
filsafat olahraga, sejarah olahraga, pedagogi olahraga, sosiologi olahraga, fisiologi
olahraga, dan biomekanika olahraga, (c). Materi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan berupa kajian terhadap gerak manusia yang dikemas dalam muatan
yang esensial, faktual, dan aktual. Materi ini disampaikan dalam rangka memberikan
kesempatan bagi siswa untuk tumbuh dan berberkembang secara proporsional
yang mencakup ranah psikomotor, kognitif, dan afektif. Dari pernyataan tersebut
dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga
dan Kesehatan untuk SMP adalah dengan mempelajari dan mengkaji gerak
manusia secara interdisipliner melalui aktivitas jasmani yang disajikan dalam bentuk
praktek maupun teori yang mencakup ranah psikomotor, kognitif, dan afektif
sebagai hasil belajar bagi peserta didik. Materi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan berupa kajian terhadap gerak manusia yang dikemas dalam muatan
yang esensial, faktual, dan aktual. Setelah pembelajaran dilaksanakan, untuk
mengetahui dampak atau pengaruh dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan
apakah peserta didik dapat menguasai materi yang diberikan oleh pendidik maka
kegiatan penilaian mutlak harus dilakukan.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, penelitian ini menggunakan
rancangan survei (observasi). Ditinjau dari tujuan penelitian, maka penelitian ini
termasuk jenis penelitian deskriptif, karena penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan Pada Kelas 9 SMP Negeri 2 Makassar. Adapun
variabel yang diteliti adalah Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan Pada Kelas 9 di SMP Negeri 2 Makassar.
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Makassar Jalan Lawu no. 12 Kediri, dan
waktu penelitiannya adalah pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2014. Subyek
penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Negeri 2 Makassar yang
berjumlah 135 orang siswa. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah
instrumen non tes yaitu survei (observasi) dan angket serta wawancara terstruktur
sebagai perlengkapan untuk memperoleh data. Angket yang digunakan dalam
penelitian ini berupa angket terstruktur terbuka karena instrumen tersebut untuk
mendapatkan data tentang Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan Pada Kelas 9 SMP Negeri 2 Makassar.
Instrumen angket penelitian berupa angket yang disusun mengacu pada tabel kisi-
kisi instrument yang dikembangkan dari tabel penjabaran variabel yang disajikan
dalam Tabel 1.1 Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data dianalisis dengan
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
49 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
menggunakan statistik deskriptif kuantitatif yang berupa rata-rata hitung, modus
(frekuensi yang paling banyak muncul) dan persentase rumusnya adalah:
P = N
F x 100% (Sudijono, 1989)
P : Presentase
F : modus (frekuensi yang paling banyak muncul)
N : Jumlah Responden
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan diuraikan dan dibahas studi tentang pelaksanaan
evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada siswa
kelas IX di SMP Negeri 2 Makassar.
A. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan Siswa Kelas IX Di SMP Negeri 2 Makassar Dilihat dari Aspek
Psikomotor
1. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan Dilihat Dari Aspek Kebugaran Jasmani
Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan evaluasi
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada kelas IX di SMP Negeri 2
Makassar dilihat dari aspek kebugaran jasmani terdiri dari kelincahan, kekuatan,
daya tahan otot, daya tahan jantung dan paru-paru. Gilang (2007) mendefinisikan
kebugaran jasmani sebagai kemampuan tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi)
terhadap pembebasan fisik yang diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan
sehari-hari) tanpa menimbulakan kelelahan yang berlebihan yang berarti.
Pembahasan tentang pelaksanaan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan pada kelas IX di SMP Negeri 2 Makassar pada aspek kebugaran jasmani
berdasarkan hasil penelitian pada Bab IV adalah sebagai berikut:
a. Pembahasan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Kelincahan
Pada aspek kelincahan intrumen yang digunakan guru dalam melaksanakan
evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah tes
shuttle run dengan persentase 80,74%. Shuttle run adalah lari bolak-balik dengan
cara memindahkan balok yang berjarak 4-10 meter. Besarnya persentase
menunjukkan seringnya guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
memberikan materi shuttle run untuk mengukur kelincahan siswa. Hal ini juga
didukung oleh adanya fasilitas seperti banyaknya balok kayu pendukung dan respon
siswa terhadap tes shuttle run serta sistem kompetisi yang sangat menarik dan
sangat mudah dilakukan oleh siswa.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
50
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
b. Pembahasan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Kekuatan
Pada aspek kekuatan intrumen yang digunakan guru dalam melaksanakan
evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah tes sit
up dengan persentase 100%. Besarnya persentase menunjukkan bahwa guru untuk
aspek kebugaran jasmani kekuatan selalu memberikan tes sit up yaitu tes untuk
meningkatkan kekuatan otot perut kepada siswa. Sit up adalah salah satu bentuk
latihan kekuatan dengan dengan cara tidur terlentang, kedua lutut ditekuk dan
kedua tangan diletakkan dibelakang kepala, kemudian badan diangkat hingga
duduk dengan posisi kedua tangan tetap dibelakang kepala.
c. Pembahasan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Kecepatan
Pada aspek kecepatan intrumen yang digunakan guru dalam melaksanakan
evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah tes lari
60 meter dengan persentase 54,07%. Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek
kebugaran jasmani kecepatan guru kurang dalam melaksanakan evaluasi
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk aspek kecepatan. Salah satu
penyebab kurangnya guru pendidikan kasmani olahraga dan kesehatan
memberikan tes lari 60 meter ini disebabkan tidak ada lapangan rumput yang
mendukung untuk melakukan tes lari 60 meter. Disekolah hanya ada lapangan
dengan lapisan aspal sehingga dikhawatirkan membahayakan keselamatan dari
siswa sendiri.
d. Pembahasan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Daya Tahan Otot
Pada aspek daya tahan otot intrumen yang digunakan guru dalam
melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
adalah tes daya tahan otot dan bahu dengan persentase 81,48%. Hal ini
menunjukkan bahwa untuk aspek kebugaran jasmani daya tahan otot guru sering
memberikan tes tersebut dalam melaksanakan evaluasi pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan untuk aspek daya tahan otot. Tes daya tahan otot dan bahu
atau lebih dikenal dengan gerobak berjalan disamping menarik bagi siswa juga
pelaksanaannya sangat mudah dilakukan yaitu dengan cara berjalan dengan
menggunakan kedua lengan dan kaki dipegang oleh salah seorang teman dan
dapat dilakukan berulang-ulang dengan jarak yang bisa ditempuh 15-20 meter.
e. Pembahasan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Daya Tahan Jantung dan
Paru-paru
Pada aspek daya tahan jantung dan paru-paru intrumen yang digunakan
guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan adalah tes lari 12 menit dengan persentase 85,92% . Hal ini
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
51 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
menunjukkan bahwa untuk aspek kebugaran jasmani daya tahan jantung dan paru-
paru guru sering memberikan tes lari 12 menit dalam melaksanakan evaluasi
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk aspek daya tahan otot. Tes lari
12 menit merupakan salah satu tes untuk mengukur seberapa besar daya tahan
jantung dan paru-paru sehingga dapat diketahui tingkat kebugaran jasmaninya.
2. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan Dilihat Dari Aspek Keterampilan Cabang Olahraga
a. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan Dilihat Dari Aspek Sepakbola
Pada aspek sepak bola intrumen yang digunakan guru dalam
melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
adalah tes menggiring bola dengan persentase 96,29% . Hal ini menunjukkan
bahwa untuk aspek keterampilan cabang olahraga sepak bola guru sering
memberikan tes menggiring bola dalam melaksanakan evaluasi pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan karena menggiring bola merupakan keterampilan dasar
yang harus dikuasai dalam permainan sepak bola. Menggiring bola dilakukan
dengan menggunakan kaki bagian dalam (kura-kura kaki). Hal ini juga didukung
oleh luasnya lapangan sehingga memungkinkan siswa untuk melakukan
keterampilan ini dengan mudah.
b. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan Dilihat Dari Aspek Basket
Pada aspek keterampilan cabang olahraga basket intrumen yang digunakan
guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan adalah tes melempar dan menangkap bola serta mengiring bola dengan
persentase 97,04% . Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek keterampilan cabang
olahraga basket guru sering memberikan tes melempar dan menangkap bola serta
tes menggiring bola dalam melaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan. Melempar dan menangkap serta menggiring bola merupakan
keterampilan dasar yang harus dikuasai dalam permainan basket, sehingga untuk
dapat memainkan permainan basket keterampilan dasar tersebut harus benar-benar
dikuasai oleh siswa.
Disamping itu di SMP Negeri 2 Makassar juga mempunyai lapangan basket
yang memadai sehingga sangat memungkinkan guru pendidikan jasmani olahraga
dan rekreasi untuk memberikan materi tes melempar dan menangkap bola. serta
menggiring bola.
c. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan Dilihat Dari Aspek Bola Voli
Pada aspek bolavoli intrumen yang digunakan guru dalam melaksanakan
evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah tes
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
52
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
pasing atas dan pasing bawah dengan persentase 97,04%. Hal ini menunjukkan
bahwa untuk aspek keterampilan cabang olahraga bola voli guru sering memberikan
tes pasing atas dan pasing bawah dalam melaksanakan evaluasi pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan karena tes pasing atas dan pasing bawah
merupakan keterampilan dasar yang harus dikuasai dalam permainan bola voli.
Pasing bawah dilakukan dengan cara menggenggam kedua tangan lengan lurus
pandangan kearah datangnya bola dengan lutut sedikit ditekuk sedangkan untuk
pasing atas sama seperti halnya pada pasing bawah yang membedakan hanya
pada posisi tangan yang membentuk huruf u dan ayunan dilakukan dengan
mendorong ke depan sampai posisi lengan lurus.
d. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan Dilihat Dari Aspek Renang
Pada aspek renang guru tidak pernah memberikan dalam evaluasi
pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan persentase 0% .
Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek renang guru tidak pernah memberikan
renang dalam melaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.
Hal ini disebabkan tidak adanya fasilitas kolam renang dan resiko yang terlalu besar
ketika mengajarkan materi tentang renang.
e. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan Dilihat Dari Aspek Atletik
Pada aspek atletik intrumen yang digunakan guru dalam melaksanakan
evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah tes lari
jarak pendek dengan persentase 97,77% . Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek
keterampilan cabang olahraga atletik guru sering memberikan tes lari jarak pendek
dalam melaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Hal ini
didukung oleh adanya lintasan yang cukup dan aman untuk melakukan lari jarak
pendek yang lokasinya berada di depan sekolah.
f. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan Dilihat Dari Aspek Senam Irama Tanpa Alat
Pada senam irama tanpa alat intrumen yang digunakan guru dalam
melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
adalah tes senam pagi dengan persentase 10,37% . Hal ini menunjukkan bahwa
untuk aspek keterampilan cabang olahraga senam irama tanpa alat guru jarang
memberikan tes senam pagi dalam melaksanakan evaluasi pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan. Mengenai sarana dan prasarana disekolah sebetulnya
mendukung untuk melakukan kegiatan tersebut akan tetapi guru menganggap
kegitan tersebut akan menggangu proses belajar yang lain karena suara yang
ditimbulkan karena diadakan dilapangan.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
53 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
g. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan Dilihat Dari Aspek Perkemahan dan Dasar-dasar Penyelamatan
Di sekolah
Pada aspek perkemahan dan dasar-dasar penyelamatan di sekolah
intrumen yang digunakan guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah P3K dengan persentase
22,22% . Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek perkemahan dan dasar-dasar
penyelamatan di sekolah guru jarang memberikan materi P3K dalam melaksanakan
evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Hal ini disebabkan karena
guru hanya memberikan materi P3K pada saat bulan puasa saja dan materi ini
sering diberikan pada ekstrakurikuler pramuka yang diikuti siswa jadi guru sangat
jarang memberikan materi tersebut pada saat jam pelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan.
h. Pembahasan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Budaya Hidup Sehat
Pada aspek budaya hidup sehat intrumen yang digunakan guru dalam
melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
adalah pengenalan penyakit menular seksual (PMS) dengan persentase 90,37% .
Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek budaya hidup sehat materi pengenalan
penyakit menular (PMS) sering guru berikan dalam melaksanakan evaluasi
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Hal ini disebabkan karena materi
tersebut sangat menarik dan siswa sangat tertarik karena sudah menjadi fenomena
dikalangan masyarakat juga merupakan salah satu program dari sekolah serta
didukung oleh banyaknya informasi yang dapat siswa peroleh misalnya dari internet
sehingga diharapkan siswa dapat menerapkan budaya hidup sehat ke dalam
kehidupannya sehari-hari.
B. Pembahasan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan Pada Kelas IX Di SMP NEGERI 2 Makassar
Dilihat dari Aspek Kognitif
Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan evaluasi
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada kelas IX di SMP Negeri 2
Makassar dilihat dari aspek kognitif adalah pengetahuan pendidikan jasmani dan
olahraga, pengetahuan tentang peraturan, sejarah cabang olahraga, dan
pengetahuan kesehatan. Bloom (dalam Sudjana 1990) menjelaskan ranah kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni
aspek pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi.
Pembahasan tentang pelaksanaan evaluasi pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan pada kelas IX di SMP Negeri 2 Makassar pada aspek kognitif
berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
54
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
1. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan Dilihat Dari Aspek Pengetahuan Pendidikan Jasmani Dan
Olahraga
Pada aspek pengetahuan pendidikan jasmani dan olahraga guru telah
melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
dengan persentase 64,23% . Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek kognitif
pengetahuan pendidikan jasmani olahraga guru sering memberikan materi tentang
pengetahuan pendidikan jasmani olahraga dalam melaksanakan evaluasi
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Hal ini juga berkaitan dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki oleh siswa di SMP Negeri 2 Makassar,
seharusnya guru lebih memamfaatkan potensi tersebut untuk menambah nilai yang
sudah diperoleh siswa dalam mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga.
2. Pembahasan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Pengetahuan Tentang
Peraturan
Pada aspek pengetahuan tentang peraturan guru telah melaksanakan
evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan
persentase 76,68%. Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek konitif pengetahuan
tentang peraturan guru sering memberikan materi tentang pengetahuan tentang
peraturan dalam melaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan. Materi pengetahuan peraturan juga berkaitan dengan potensi yang
dimiliki siswa yang sangat antusias dalam mempelajari peraturan semua cabang
olahraga misalnya peraturan dalam cabang olahraga basket.
3. Pembahasan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Sejarah Cabang Olahraga
Pada aspek sejarah cabang olahraga materi yang sering guru berikan
dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan adalah perkembangan cabang olahraga dengan persentase 53,33%. Hal
ini menunjukkan bahwa untuk aspek kognitif sejarah cabang olahraga materi
perkembangan cabang olahraga guru sudah cukup melaksanakan evaluasi
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Untuk aspek sejarah cabang olahraga
guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan guru hanya memperkaya materi
tersebut juga disebabkan karena materi tersebut sudah ada di LKS sehingga guru
jarang menerangkan langsung kepada siswa.
4. Pembahasan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Pengetahuan Kesehatan
Pada aspek pengetahuan kesehatan tugas yang sering guru berikan dalam
melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
adalah mengerjakan LKS materi penjas dan kesehatan dengan persentase 93,33%.
Hal ini menunjukkan bahwa guru sering memberikan tugas kepada siswa untuk
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
55 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
mengerjakan LKS disamping untuk memperkaya pemahaman terhadap materi
tentang pengetahuan kesehatan guru juga bertujuan untuk menambah nilai siswa
jika dalam praktek keterampilan cabang olahraga nilainya tidak memenuhi syarat.
C. Pembahasan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan Dilihat Dari Aspek Afektif
Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan evaluasi
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada kelas IX di SMP NEGERI 2
Makassar dilihat dari aspek afektif adalah sportif, disiplin, tanggung jawab,
kerjasama, percaya diri. Krathwohl (dalam Sudijono, 2006) menjelaskan bahwa
dalam aspek afektif terdapat lima katagori yaitu menerima, menanggapi,
menghargai, mengatur/mengorganisasikan, dan karakterisasi. Pembahasan tentang
pelaksanaan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada kelas IX di
SMP NEGERI 2 Makassar pada aspek afektif berdasarkan hasil penelitian pada Bab
IV adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan Dilihat Dari Aspek Sportif
Pada aspek sportif guru sering menanamkan sikap displin dalam
melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
dengan persentase 64,21%. Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek afektif sportif
guru sudah cukup menanamkan sikap sportif dalam pelaksanakan evaluasi
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Sikap sportif sangat diperlukan dalam
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan karena jika siswa memiliki jiwa sportif
maka siswa tersebut akan saling menghargai baik kepada teman, dan menerima
dengan lapang dada semua keputusan dari wasit apabila siswa tersebut dalam
suatu pertandingan.
2. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan Dilihat Dari Aspek Disiplin
Pada aspek disiplin guru sering menanamkan sikap displin dalam
melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
dengan persentase 65,18% . Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek afektif disiplin
guru sudah cukup menanamkan sikap disiplin dalam pelaksanakan evaluasi
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Disiplin adalah sikap mentaati dan
patuh pada peraturan yang ada. Sikap disiplin ini akan membawa dampak yang
sangat besar bagi siswa karena semua yang mereka kerjakan akan berjalan secara
teratur dan tentunya akan membawa kepada kesuksesan.
3. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan Dilihat Dari Aspek Tanggung Jawab
Pada aspek tanggung jawab guru kurang dalam menanamkan sikap disiplin
dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan dengan persentase 57,60% . Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
56
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
afektif tanggung jawab guru kurang menanamkan sikap disiplin dalam
pelaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Seharusnya
guru lebih menanamkan sikap tanggung jawab untuk menumbuhkan rasa berani
menerima konsekuensi terhadap apa yang telah siswa lakukan misalnya
bertanggungg jawab mengganti kaca yang pecah apabila tanpa sengaja siswa
memecahkan kaca tersebut.
4. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan Dilihat Dari Aspek Kerjasama
Pada aspek kerjasama guru sangat kurang dalam menanamkan sikap
displin dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan dengan persentase 39,40% . Hal ini menunjukkan bahwa untuk
aspek afektif kerjasama guru sangat kurang dalam menanamkan sikap disiplin
dalam pelaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Siswa di
SMP Negeri 2 Makassar cenderung indivudualis dan kurang menjalin kerjasama
antar sesama siswa. Hal ini tentunya menjadi tanggung jawab guru untuk
menumbuhkan sikap kerjasama dikalangan siswa agar tercipta suasana kompak
dan saling membutuhkan.
.
5. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan Dilihat Dari Aspek Percaya diri
Pada aspek percaya diri guru kurang dalam menanamkan sikap percaya diri
dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan dengan persentase 52,55% . Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek
afektif percaya diri guru kurang dalam menanamkan sikap percaya diri dalam
pelaksanakan evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Ada beberapa
siswa yang terkadang kurang memiliki rasa percaya diri sehingga cenderung
menjauh dari teman-temannya. Guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
harus bisa menumbuhkan kepercayaaan diri dari siswa tersebut sehingga siswa
tersebut bersemangat untuk mengikuti materi-materi yang akan diajarkan.
6. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan Dilihat Dari Aspek Kejujuran
Pada aspek afektif kejujuran guru sering menanamkan sikap kejujuran
dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan dengan persentase 80,74% . Hal ini menunjukkan bahwa untuk aspek
afektif kejujuran guru sangat menanamkan sikap jujur dalam pelaksanakan evaluasi
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Kejujuran sangat ditanamkan oleh
guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan hal ini terbukti dengan tingginya
persentase yang diperoleh dari hasil penelitian.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
57 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
PENUTUP
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Pelaksanaan evaluasi Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk aspek
psikomotor secara umum cukup baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan sudah melaksanakan
evaluasi pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang ada, akan tetapi untuk
renang guru sama sekali tidak memberikan materi tersebut disebabkan tidak
adanya sarana dan prasarana pendukung seperti kolam renang dan
kekhawatiran akan besarnya resiko yang akan ditimbulkan apabila kegiatan
tersebut dilakukan. Aspek senam irama tanpa alat guru jarang memberikan
materi tersebut dikarenakan kondisi lingkungan yang kurang mendukung
misalnya suara musik akan menggangu kegiatan belajar siswa yang lain dan
pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan diluar lapangan,dan aspek
perkemahan dan dasar-dasar penyelamatan dilingkungan sekolah guru hanya
memberikan materi tersebut pada bulan puasa saja.
2. Pelaksanaan evaluasi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk
aspek kognitif secara umum cukup baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan sudah melaksanakan
evaluasi pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan sesuai
dengan kurikulum yang ada.
3. Pelaksanaan evaluasi Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk
aspek afektif secara umum cukup baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan sudah melaksasnakan
evaluasi pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Akan
tetapi untuk aspek kerjasama guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan kurang menanamkan sikap kerjasama dikalangan siswa hal ini
disebabkan oleh karakter siswa di SMP Negeri 2 Makassar yang cenderung
individualis sehingga guru harus lebih meningkatkan lagi menumbuh dan
menanamkan sikap kerjasama ini.
Beberapa saran yang ada kaitannya dengan penelitian tentang pelaksanaan
evaluasi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Pendidikan Jasmani, Olahraga
dan Kesehatan sebagai berikut:
1. Bagi Dosen Jurusan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan hendaknya
lebih meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata kuliah yang berhubungan
dengan penilaian untuk meningkatkan kualitas lulusan yang dihasilkan.
2. Bagi sekolah hendaknya meningkatkan kinerja guru pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan ketika melaksanakan kegiatan proses evaluasi
pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dengan sering
mengikutsertakan guru dalam seminar dan kepelatihan yang berhubungan
dengan pelaksanaan evaluasi demi semakin berkualitasnya guru pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan daammenjalankan fungsinya.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
58
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
3. Bagi guru hendaknya lebih kreatif dan terus mengembangkan diri untuk
meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan evaluasi Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan.
4. Bagi peneliti lain hendaknya terus mengembangkan dan melakukan penelitian
lagi tetang pelaksanaan evaluasi Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
di sekolah lain demi kemajuan pendidikan kita khususnya Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal, 1988. Evaluasi Instruksional. Bandung: Remadja Karya.
Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Budiwanto, Setyo.2004. Pengetahuan Dasar Melatih Olahraga Jurusan Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Malang.
Depdiknas. 2006. Penilaian Lima Kelompok Mata Pelajaran. Direktorat Pembinaan
SMA, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dimyati & Mudjiono, 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta Rineka Putra.
Djuwairiyah, Siti. 2007. Pelatihan Jardiknas. Penerapan Metode Belajar Aktif
Sebagai Upaya Membantu Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Siswa
Kelas 6, (Online), (http://72.14.235.132/search?q=cache:rA-
dAw4f8CcJ:media.diknas.go.id/media/document/5302.pdf+definisi+%22pe
mbelajaran%22&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id ( diakses tgl 29 april 2009)
Imron, Ali, 1995. Teori Belajar Pembelajaran. Malang: Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Proyek IKIP Malang.
Joesmani, 1988. Pengukuran dan Evaluasi dalam Pengajaran. Jakarta: Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan.
Mardianto, Drs. 1991. Penyusunan Alat Evaluasi Pendidikan Dan Olahraga.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan IKIP Malang Proyek Operasi
Dan Perawatan Fasilitas.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2000. Pedoman Penulisan karya
Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sarifudin, Aip, 1979. Evaluasi Olahraga. Jakarta: Rora Karya.
Sekilas SMPN 1 Malang, (http://www.smpn1-mlg.sch.id/pro_sekilas.php, diakses tgl
20 April 2009).
Sudjana, Nana, 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sudjiono, Anas, 2006. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Tim Penyiapan Naskah Edisi Keempat. 2003. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Malang: Universitas Negeri Malang
Undang-undang RI No.14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen.
Usman, Moh, 1991. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
59 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
UU RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, diakses tgl 20 Maret 2009
Winarno, M.E, 2006. Dimensi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga.
Malang: Laboraturium Jurusan Ilmu Keolahraaan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang.
Winarno, ME. 2004. Evaluasi Dalam Pendidikan Jasmani Dan Olahraga. Jakarta:
Center For Human Capacity Development.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
60
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
61 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN
TUBUH DENGAN PRESTASI LEMPAR LEMBING GAYA JINGKAT
PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 5 MAKASSAR
(RELATIONSHIP BETWEEN THE MUSCLE STRENGTH OF ARM AND
BODY WITH ACHIEVEMENT FLEXIBILITY JAVELIN STYLE
HOPSCOTCH IN CLASS XI SMK STATE 5 MAKASSAR)
OLEH:
H. AD’DIEN )*
ABSTRACT
One area to watch sports, coaching, development and performance
improvement is athletics. Athletic cloned partitions guess prioritize because
athletics is the parent of all branches of athletics olahraga.Salah one number
is throwing lembing.Nomor this type are often contested on athletics
championships, both Tertiary school, local, national or international. At first
glance we can see that we want to conduct a study in the field of sports,
especially athletics. This study aims to determine the extent of influence
(correlation) between the arm muscle strength and flexibility of the
achievements of the javelin. Average population in this study is the son of a
class XI student of SMK Negeri 5 Makassar.Sampel as many as 30
students, data collection techniques using the test measurements, in order
to gather data from the independent variables denoted x and the dependent
variable is denoted y. Conclusion The results of this study were (1) There is
a relationship between the strength of the arm muscles to the achievement
of the javelin by 0.98 Rx2y results of correlation so-Compute r> R-Table. (2)
There is a correlation between the flexibility of the achievements of the
javelin is based on results of correlation of 0.42 Rx3y so-Compute r> r-
Table. (3) There is an arm muscle strength, and flexibility towards the javelin
achievement based on test results correlation Ry (1.2) 0.97 so-Compute r>
r-Table.
Keywords: Arm Muscle Strength, Body Flexibility, Javelin, Hopscotch Style.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
62
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
PENDAHULUAN
Lempar lembing adalah salah satu cabang bagian dari atletik yang
secara tidak sengaja masyarakat sering malakukan kegiatan tersebut,
apalagi masyarakat pada jaman dahulu untuk mencari makanan dengan
berburu menggunakan lembing, memanah dan melempar. Berlanjut dari
jaman berburu ke jaman kerajaan,, salah satu alat untuk berperang adalah
lembing. Di Yunani kegiatan melempar lembing sudah dilakukan sejak
jaman prasejarah dam dalam perkembangannya selain berburu akhirnya
menjadi salah satu cabang olahraga atlantik. Begitu juga kaum bangsawan
Eropa pada abad pertengahan dalam pemeliharaan badan juga melakukan
lima macam kegiatan olahraga salah satunya melempar lembing. Inggris
terkenal sebagai bangsa penjajah dunia, mereka sangat berperan dalam
penyebaran bentuk permainan ini. Dari beberapa teknik lempar lembing
salah satu diantaranya yang sanagt penting adalah kekuatan lemparan dan
kelentukan. Untuk mendapatkan hasil lemparan yang maksimal makna yang
kita perlukan adalah kondisi yang prima (fit) dan pemanasan yang cukup
untuk persiapan melempar lembing. Dalam kenyataannya ada dua macam
unsur fisik yaitu fisik secara umum dan secara khusus yang sangat
mendukung dalam olahraga, seperti yang dijelaskan Suharno HP. (1985)
dalam bukunya menyatakan bahwa “Unsur-unsur fisik secara umum yang
perlu ditingkatkan meliputi kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan,
dan kelenturan.Sedangkan unsur fisik secara khusus mencakup stamina,
daya ledak reaksi, koordinasi, ketepatan, dan keseimbangan.”Unsur ini
dikhususkan untuk lempar lembing saja, olahraga lainnya pun juga
memerlukan unsur-unsur di atas. Dengan kaitannya kegiatan lempar
lembing dapat di artikan bahwa untuk mendapatkan hasil lemparan yang
maksimal dan baik diperlukan otot yang kuat, terutama otot lengan dan
bahu. Sesuai dengan pengertian push up yaitu bahan untuk membuat daya
tahan otot lokal dengan bahu. Sedangkan kelentukan dapat diartikan
kemampuan seseorang melakukan bermacam-macam aktifitas fisik yang
ditentukan oleh kelentukan seluruh tubuh atau persendian tertentu.Selain itu
diperlukan adanya kelentukan tubuh pada saat melempar lembing dan
sesuai melempar. Kelentukan itu didapat setelah pemenasan dan latihan
yang lama sehingga akan mendapatkan otot yang sudah terbiasa dengan
kegiatan yang kita lakukan. Apabila pemanasan yang menjadikan kebiasana
sebelum olahraga itu tidak dilakukan menyebabkan ketidakseimbangan otot
pada saat melempar yang akhirnya akan menderita cidera. Karena bila
sebuah otot bergerak kesatu arah, otot lainnya bergerak dalam arah yang
berlawanan, otot-otot ini disebut otot-otot antagonistic.Perbandingan otot
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
63 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
antagonistic ini diseimbangkan dengan tepat. Jika salah satu jauh lebih kuat
dari pada otot lainnya akan timbul ketidakseimbangan. Otot yang lebih kuat
akan mengalahkan otot yang lemah, sehingga menyebabakan kerusakan
dalam serabut-serabut tendonya. Pengobatannya adalah dengan
memperkuat otot yang lemah dan meregangkan otot yang kuat.
Kekuatan Otot Lengan
Secara umum tentang kekuatan merupakan kemamapuan dari suatu
otot untuk mendesakkan suatu tekanan terhadap suatu perlawanan, dalam
hal ini Harsono HP, menyatakan bahwa “Satu-satunya yang esensial dan
yang mutlak dipergunakan guna meningkatkan prestasi dalam olahraga
adalah faktor strength atau kekuatan.” Berangkat dari sini, maka kekuatan
otot lengan adalah kemampuan seseorang menggunakan suatu kekuatan
badan ke dalam suatu gerakan yang sangat cepat terhadap suatu objek
atau lembing, dalam hal ini Iskandar Z.A dan Engkos Kosasih menjelaskan
tentang kekuatan otot yang lebih khusus, yaitu: “Dalam hubungan yang
khusus dengan respon otot, kekuatan dasar adalah kemampuan otot atau
sekumpulan otot-otot untuk mendesak tentang yang berhubungan melalui
jangkauan yang lengkap dari pergerakan tanpa perlawanan dari suatu otot
atau yang tidak berhubungan. Kekuatan khusus seringkali merupakan suatu
daerah persoalan dalam pengembangan kekuatan, untuk itu sering kali
membuat lemahnya otot lainnya berhubungan dengan suatu daerah lain
yang khusus berasal dari otot, jika seorang atlet berusaha untuk
mengembangkan otot khusus. Dia akan menggunkan peralatan yang
mengembangkan sebanyak mungkin seluruh jangkauan kekuatan.”
Kekuatan otot akan berpengaruh sekali dalam olehraga salah satunya
adalah lempar lembing guna menghasilkan power atau tenaga ledak otot
disamping kekuatan otot itu sendiri, juga kekuatan dan kontraksinya, dengan
kata lain otot-otot lengan kuat sangat mendukung bagi atlet lempar lembing
dalam mencapai lemparan atau prestasi yang baik. Sebaiknya bagi mereka
yang otot-otot lengannya lemah akan sulit untuk mencapai lemparan atau
prestasi yang baik. Dunia olahraga tidak asing lagi dengan istilah pish up,
sering kali kegiatan push up dilakukan pada pemenasan atau latihan untuk
cabang olahraga yang menggunakan kekuatan tangan dan bahu. Bagi
mereka yang senang olahraga push up memang banyak manfaatnya.
Menurut Sadoso Sumardjono (1990) menyebutkan bahwa manfaat dari push
up adalah penguatan atau pengembang otot-otot dada, lengan, dan bahu.
Sedangkan cara melakukan push up menurut By Barry L Johnsen yaitu :
“Push up adalah dari suatu gerakan mulai dari posisi istirahat atau tidur
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
64
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
condong ke depan dengan tangan lurus atau tegak, pelaku menurunkan
tubuhnya sampai dada menyentuh tikar dan kemudian mendorong ke atas
sampai tangan lurus menyangga. Badan harus tidak melengkung ke atas
tetapi memelihara suatu garis lurus selama latihan.”
Kelentukan
Kelentukan atau fleksibilititas telah lama dipertimbangkan dalam
dunia olahraga sebagai aspek kesegaran jasmani, walaupun belum nampak
dilaksanakan secara meluas. Sedangkan kelentukan itu sendiri menurut
Suharno H.P (1973), adalah “Suatu kemampuan dalam melaksanakan
gerakan dengan amplitude yang luas/kemampuan seseorang melakukan
gerakan-gerakan jasmani atas usaha kelentukan tubuh/persendian tertentu.”
Sedang menurut Kusnadi, Uray Yohanes, S. Budiwanto (1988),
menyimpulkan bahwa kelentukan diartikan sebagai “Kemampuan seseorang
melakukan bermacam-macam aktifitas fisik yang ditentukan oleh kelentukan
seluruh tubuh atau persendian tertentu.” Bila diambil pengertian dari
keduanya pada dasarnya sama yaitu kelentukan tubuh seorang atlet dalam
melakukan gerakan fisik. Dari pengertian tersebut di atas Suharno HP.
(1973), membedakan kelentukan tubuh menjadi dua, yaitu : 1) Kelentukan
tubuh secara umum ialah kemampuan seseorang dalam gerakan dengan
amplitude yang mana sangat berguna dalam gerakan olahraga pada
umumnya menghadapi hidup sehari-hari, dan 2) Kelentukan tubuh secara
khusus adalah kemampuan seseorang dalam gerak dengan amplitude yang
luas dan berseni dalam satu cabang olahraga. Kelentukan pada rentangan
gerakan yang dapat terjadi pada berbagai persendian tubuh. Seseorang
dapat memiliki kelentukan tubuh yang besar pada persendian tertentu
sedang di persendian lain tidak, karena jarang orang memiliki kelentukan
tubuh secara maksimal (seluruh tubuh). James A Baley (1985) dalam
bukunya berjudul Pedoman Atlet Teknik Peningkatan Ketangkasan dan
Stamina menyebutkan bahwa “sSalah satu persendian yang dimilikinya
sangat lentuk jika digerakkan ke arah tertentu jika digerakkan ke arah lain
sangat kaku.” Seseorang bisa saja memiliki hip fleksor yang sangat lentuk
(misalnya karena ia mampu menyentuh ujung jari kaki gengan tangan tanpa
menekuk kedua lututnya, akan tetapi hip extensornya sangat kaku terbukti
ketidak mampuannya dalam menekukkan punggungnya). Banyak juara
angkat besi mempunyai tubuh yang sangat lentuk seperti mampu
melakukan spit dan back hand (meneuk punggung). Setiap orang mampu
melakukan kelentukan tubuh dengan latihan-latihan terlebih dahulu. Dalam
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
65 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
olahraga sangat banyak diperlukannya suatu kelentukan tubuh dalam
melakukan gerakan yang ringan maupun berat.
Analisa Gerakan Lempar Lembing
Sebelum uraian analisa gerakan lempar lembing diberikan, perlu
kiranya untuk diketahui adanya cara memegang lembing dengan batul
sehingga dapat melakukan lemparan yang efektif dan efisien. Dan
memberikan rotasi pada lembing sehingga stabil saat meleyang di udara.
Ada tiga macam cara memegang lembing yang hingga saat ini masih
dipakai oleh para atlet atau pelempar lembing dalam perlombaan lempar
lembing, cara-cara tersebut ialah:
a. Cara Finlandia
Pada pegangan cara Finlandia, posisi jari telunjuk memegang badan
lembing dibelakang balutan jari ini tidak melengkung penuh, tetapi agak
lupus sehingga membentuk garis lurus dengan lengan bawah. Jari
tengah melingkari pada tepi belakangnya. Ibu jari yang diluruskan
memegang pada bagian itu juga, sehingga ujung kedua jari itu
bersentuhan. Dua jari yang lain dengan jari panjang saling bersentuhan.
b. Cara Amerika
Pada jenis ini posisi jari telunjuk memegang bagian belakang balutan,
tiga jari lainnya berhimpit dan mereggang pada jari telunjuk, ibu jari
diletakkan pada tepi belakang dari pegangan/balutan dan pada tubuh
lembing dalam keadaan lurus. Dalam hal ini lari telunjuklah yang
memegang peranan penting dalam melempar, dengan cara ini sudut
yang dibentuk anatr lembing dan pegangan tangan lebih besar dari
pada cara Finlandia.
c. Pegangan Tang
Pegangan tang ini lembing terletak diantara jari telunjuk dan jari tengah
yang tepat dibelakang balutan.
Dengan jenis pegangan di atas kemungkinan cidera sedikit di atasi dan
kemungkinan hasil yang diperoleh akan maksimal. Disamping cara
memegang lembing, ada satu lagi yang harus diketahui oleh para pelempar
yaitu cara memegang lembng saat permulaan hingga pada saat sikap untuk
melempar yang sebenarnya. Sedangkan cara membawa lembing yang
biasa dipakai oleh para atlet lembing, antara lain seperti di bawah ini :
a. Dibawa di atas pundak.
Cara membawa lembing di atas pundak, mata lembing pada posisi
serong ke atas, siku kanan menunjuk ke depan. Cara ini pada umumnya
digunakan untuk awalan dengan gaya jingkat atau gaya Amerika.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
66
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
b. Dibawa di muka bahu
Dengan cara ini, mata lembing mengarah ke bawah serong, cara ini
banyak digunakan oleh pelempar yang menggunakan awalan langkah
atau gaya silang (Finlandia).
c. Dibawa dengan lengan di bawah
Lembing dibawa dengan lengan kanan menghadap ke bawah lurus.
Mata lembing mengarah serong ke atas, ekor lembing dekat tanah/
menghadap ke atas. Cara ini memudahkan pelempar memperoleh
posisi siap melakukan lemparan setelah melakukan awalan.
Prinsip-prinsip dari pada semua jenis nomor lempar menurut Anna
Abdullah dalam bukunya Olahraga untuk Perguruan Tinggi Sastra Budaya
Yogyakarta (1981) menyatakan bahwa: 1) Sudut lepas benda yang
dilemparkan sekitar 40º-45º, 2) Titik lepas benda yang dilemparkan sejauh-
jauhnya ke depan, 3) Kecepatan awal sebesar mungkin dan tidak boleh ada
saat berhenti, 4) Pada saat melempar harus ada tumpuan dari kaki, tidak
dilakukan dengan melompat, dan 5) Kekuatan lemparan datang dari
belakang benda yaitu kekuatan yang berasal sejak dari ujung kaki belakang,
panggul, perut, lengan, bahu, pergelangan tangan dan jari-jari tangan.
Jika lempar lembing ditinjau menurut teori gerak, maka prestasi lempar
lembing merupakan hasil kerja resultan kekuatan otot bagian tubuh. Tujuan
memperlajari atau menganalisa gerak teknik melempar adalah untuk
mengarahkan kecepatan horizontal sewaktu meluncur, dan memberikan
kecapatan lebih besar pada lembing dengan cara menggerakkan tenaga
tubuh sebesar mungkin, dengan bantuan menempatkan sudut pelepasan
lembing yang paling baik.
Pada tahap melempar ini, pelempar melakukan usaha persiapan
dengan cara membuat langkah jingkat. Sementara itu lembing sudah berada
di belakang dengan sikap lengan lurus dan tubuh meliuk ke belakang
merendah. Dengan sikap itu akan diperoleh keadaan seimbang yang sanagt
diperlukan untuk mengatur ketepatan gerak seanjutnya dan kekuatan yang
lebih besar pula yang dihasilkan. Untuk lebih jelasnya mengenai tahap
persiapan melempar, U. Jonath E. Haag. R. Krempel dalam bukunya atletik
II Lembing dan Lomba Ganda menyatakan dengan penjelasan tentang
tahap-tahap/unsur-unsur biomekanik yang terpenting pada posisi melempar:
a. Mata melihat dengan menatap pada titik fiktif lurus ke depan.
b. Poros lembing dan poros bahu sejajar dengan lengan atas pada
perpanjangan poros bahu.
c. Sikap badan yang membungkuk ke belakang, menguntungkan dalam
menggunakan tenaga.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
67 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
d. Langkah terakhir yang lebih panjang menyebabkan penurunan titik
berat badan, dan langkah pinggul hampir sejajar dengan poros bahu.
e. Terjadi kontak dengan tanah yang baik pada kedua kaki, kaki kiri
mengerim terletak 0.
f. Sampai 30 derajat di atas tanah dan kaki kanan di tempatkan 10
sampai 45 derajat keluar, mempercepat jalan, percepatan lembing
dan mencegah tubuh merosok ke bawah pada pinggul.
Unsur biomekanik tersebut merupakan keadaan optimal bagi sudut
mengeluarkan dan melemparkan lembing pada gerak pelemparan yang
akan segera mengikuti. Titik berat badan akan berpindah sepanjang bagian
atas tungkai kiri pinggang, dada menonjol kedepan dan menimbulkan
tegangan busur. Dengan demikian apabila urutan penggunaan tungkai,
badan, dan lengan dengan baik akan menghasilkan lemparan yang
sempurna. Menurut Jose Manuel Balles Tores dan Julio Alvarsz, dalam
bukunya Pedoman Latihan Dasar Atletik yang paling utama dalam lempar
lembing adalah: 1) Peganglah lembing memanjang arah tangan, 2)
Lebarkan langkah terakhir dan tambahlah sedikit membengkokkan kaki
kanan, 3) Larilah pada saat melakukan lari awalan, 4) Selalu meletakkan
berat badan pada kaki belakang, 5) Bentuklah satu pilihan antara bagian
atas dengan bagian bawah pundak dalam posisi tertutup, 6) Luruskan
lengan pelempar dan telapak tangan pelempar selalu di atas, 7) Usahakan
kaki kiri jauh ke depan tariklah atau seretlah kaki ini.
Hal-hal ini yang harus dihindari oleh atlet lempar lembing adalah: 1)
Memegang lembing dengan tangan tegang, 2) Melompat tinggi ke atas,
lengan bawah tangan pada saat langkah terakhir, 3) Melakukan langkah
silang, 4) Memaksa bahu selalu menghadap ke belakang, 5) Pembengkokan
pada pinggul dan memberikan kesempatan tubuh membengkok ke depan,
6) Pembengkokan lengan pelempar dan menempatkan lembing di luar garis
lembing, 7) Menempatkan kaki depan di tanah terlalu jauh ke samping kiri,
dan 8) Melempar melingkari sisi kanan dan kiri.
Namun untuk memperoleh ketepatan langkah awalan perlu digunakan
tanda-tanda (check mark), agar langkah dapat selalu tepat pada tanda yang
dipasang.Sehingga dapat menghindari kesalahan pada saat lembing di
lepaskan. Dengan demikian akan mendapatkan hasil yang maksimal seperti
yang diharapkan atlet maupun pelatih yang menanganinya.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
68
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Hubungan Kekuatan Otot Lengan Kelentukan Tubuh dengan Pretasi
Lempar Lembing Gaya Jingkat
Dalam kegiatan olehraga, tubuh kita jelas sekali berperan penting
dalam kemaksimalan dalam melakukan gerakannya. Begitu juga dalam
lempar lembing gaya jingkat, kekuatan otot lengan dan kelentukan tubuh
sangat berperan penting saat melakukan lemparan dan akhir melempar.
Push up merupakan aktifitas fisik yang erat kaitannya dengan kekuatan otot-
otot dari pada lengan. Selain untuk menguatkan otot lengan, push up juga
dapat digunakan untuk mengukur kekuatan otot lengan. Push up juga sering
disebut dengan istilah tengkurap angkat badan, yang gerakannya sudah
dikenal oleh masyarakat luas dan sudah banyak yang melakukannya. Dan
untuk menfaat yang diperoleh dari gerakan ini adalah untuk
mengembangkan dan menambah kekuatan serta daya tahan otot-otot
lengan dan bahu. Menurut ahli yang bernama Hasnan Said dalam bukunya
menyebutkan bahwa :”Tes push up bertujuan untuk mengukur kekuatan dan
daya tahan otot lengan dan bahu”. Dari penjelasan tersebut maka dapat
disimpulkan juga bahwa push up juga ada hubungannya dalam peningkatan
prestasi lempar lembing gaya jingkat yang terutama mengandalkan
kekuatan otot lengan. Semakin kuat otot lengan maka akan jauh hasil
lemparan yang dihasilkan. Untuk kelentukan juga sanagt diperlukan dalam
kegiatan olahraga yang banyak melakukan gerakan atau sedikit gerakan
tanpa mempunyai kelentukan yang bagus atlet tidak dapat memperoleh
hasil yang maksimal dalam melakukan kegiatan olahraganya. Walaupun
nantinya pengaruh akan kelentukan tubuh itu sendiri sedikit, tetapi
kelentukan masih ada pengaruhnya. Sedang kelentukan tubuh itu sendiri
menurut Suharno HP. (1973) adalah “Suatu kemampuan dalam melakukan
gerakan dengan emplitude yang luas seseorang dalam melakukan gerakan-
gerakan jasmani”. Kusnadi Uray Yohanes, S. Budiwanto juga menyimpulkan
bahwa kelentukan dapat diartikan “Kemampuan seseorang dalam
melakukan bermacam-macam aktifitas fisik yang ditentukan oleh kelentukan
seluruh tubuh dan persendian tertentu”. Dari penjelasan dan penjabaran
variabel di atas maka, dapat disimpulkan bahwa kedua variabel di atas
mempunyai pengaruh dengan peningkatan prestasi lempar lembing gaya
jingkat.
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan masalah yang teliti, bahwa di dalam penelitian ini terdapat
variabel yang dapat penulis kemukakan yaitu: 1) Variabel bebas atau
independent variabel (X1), 2) Variabel bebas yang kedua ini memuat tentang
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
69 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
unsur kekuatan otot lengan. Kekuatan otot lengan ini harus dimiliki oleh
setiap atlit yang nantinya juga akan mendukung ketepatan smash, 3)
Variabel bebas atau independent variabel (X2) Variabel bebas yang ketiga
ini memuat tentang unsur kelentukan. Kelentukan ini harus dimiliki oleh
setiap atlit yang nantinya juga akan mendukung prestasi lempar lembing,
dan 4) Variabel terikat atau dependent variabel (Y), Variabel ini merupakan
variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel bebas diatas. Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah prestasi lempar lembing. Dalam penelitian ini
pendekatan yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan
pengambilan data secara langsung di lapangan melakukan tes, diantaranya
adalah kekuatan otot lengan, kelentukan dan tes prestasi lempar lembing.
Kuantitatif karena data berupa angka. Dalam penelitian ini peneliti ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sehingga disini dapat disebut
yang menjadi penelitian populasi adalah semua siswa kelas XI SMK Negeri
5 Makassar tahun 2014 sebanyak 30 orang. Teknik adalah alat untuk
mencapai metode dengan menggunakan metode eksperimen, maka teknik
analisis untuk menguji di dalam hipotesa terutama hipotesa nol. Maka kita
mnggunakan cara-cara berfikir kualitas data yang diperoleh harus
mengalami kuntifikasi artinya perubahan sesuatu dalam bentuk jumlah.
Perubahan kualitas dalam bentuk kuantitas atau penentuan dalam suatu nilai
dalam bentuk jumlah. Dengan statistik yaitu menggunakan berbagai rumus
statistik yang ada. Penelitian statistik ini merupakan penelitian yang
menggunakan hipotesa. Analisis data yang digunakan dengan cara
mengkorelasikan hasil tes dari variabel bebas yang berupa kekuatan otot
lengan, dan kelentukan dengan variabel terikat yang berupa prestasi lempar
lembing.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Data
Kegiatan yang dilakukan analisa data adalah melakukan perhitungan
dengan menggunakan rumus-rumus statistik yang sesuai dengan masalah
yang diteliti guna untuk memperoleh etimasi atau tafsiran dan signifikan atau
keberartian dari adanya hubungan kekuatan otot lengan, dan kelentukan
terhadap prestasi lempar lembing gaya jingkat. Setelah dilakukan
pengecekan secara menyeluruh hasil pengolahan data dari ketiga alat
pengumpulan data yang diperoleh dari 30 sampel semua dapat diolah.
Sedangkan untuk menganalisa data yang diperoleh dari ketiga alat
pengumpulan data, kekuatan otot lengan, dan kelentukan terhadap prestasi
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
70
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
lempar lembing gaya jingkat, baik menggunakan komputer maupun manual.
Data diperoleh:
1. Mean
Mean Kekuatan Otot Lengan (X1) 49,4
Kelentukan (X2) 49,8
lempar lembing gaya jingkat (Y) 49,3
2. Uji Korelasi
a. Korelasi antara X1 terhadap Y
Rx1y = 0,98
b. Korelasi antara X2 terhadap Y
Rx2y = 0,42
c. Korelasi antara X1, dan X2 terhadap Y
Ry(1,2,) = 0,97
d. Koefisien determinasi (R2) = 0,94
Data perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 8
Pengujian Hipotesa penelitian
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Yaitu hubungan kekuatan otot lengan terhadap lempar lembing gaya
jingkat, untuk kepentingan hipotesis diubah nihil (Ho) yang berbunyi :
Tidak ada hubungan kekuatan otot lengan terhadap lempar lembing
gaya jingkat. Dan (Ha) yang berbunyi: Ada hubungan kekuatan otot
lengan terhadap lempar lembing gaya jingkat. Untuk pengujian ini
dilakukan pengetesan signifikan rx2y dalam taraf signifikan 5% seperti
Nampak pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.
Hasil perhitungan hipotesis pertama
N r – Hitung r – Tabel 5% Signifikan/Non
signifikan
30 0,98 0,361 Signifikan
Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan (r-Hitung)> r-Tabel, yang
berarti nilainya signifikan.
2. Pengujian Hipotesis kedua
Yaitu hubungan kelentukan terhadap lempar lembing gaya jingkat, untuk
kepentingan hipotesis diubah nihil (Ho) yang berbunyi: Tidak ada
hubungan kelentukan terhadap lempar lembing gaya jingkat. Dan (Ha)
yang berbunyi: Ada hubungan kelentukan terhadap lempar lembing gaya
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
71 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
jingkat. Untuk pengujian ini dilakukan pengetesan signifikan rx3y dalam
taraf signifikan 5% seperti Nampak pada tabel dibawah ini :
Tabel 3 Hasil perhitungan hipotesis kedua
N r – Hitung r – Tabel 5% Signifikan/Non
signifikan
30 0,42 0,361 Signifikan
Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan (r-Hitung) > r-Tabel, yang
berarti nilainya signifikan
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Yaitu hubungan, kekuatan otot lengan dan kelentukan terhadap lempar
lembing gaya jingkat, untuk kepentingan hipotesis diubah nihil (Ho) yang
berbunyi: Tidak ada hubungan antara kekuatan otot lengan dan
kelentukan terhadap lempar lembing gaya jingkat. Dan (Ha) yang
berbunyi: Ada hubungan antara kekuatan otot lengan dan kelentukan
terhadap lempar lembing gaya jingkat. Untuk pengujian ini dilakukan
pengetesan signifikan ry(1,2,3) dalam taraf signifikan 5% seperti Nampak
pada tabel dibawah ini :
Tabel 4 Hasil perhitungan hipotesis keempat
N r – Hitung r – Tabel 5% Signifikan/Non
signifikan
30 0,97 0,361 Signifikan
Berdasarkan tabel di atas , hasil perhitungan (r-Hitung)>r-Tabel, yang
berarti nilainya signifikan.
4. Pengujian Koefisien determinasi (R2)
Yaitu ada hubungan yang kuat antara kekuatan otot lengan dan
kelentukan terhadap lempar lembing gaya jingkat. Untuk pengujian ini
dilakukan pengetesan dalam taraf kriteria antara > 0,5 – 0,75 seperti
Nampak pada tabel dibawah ini:
Tabel 5 Hasil perhitungan koefisien determinasi
N R2 – Hitung Taraf kriteria Kriteria
30 0,94 >0,5 - 0,75 Korelasi Kuat
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
72
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan (R2-Hitung) mencapai taraf
kriteria antara >0,5 – 0,75 yang berarti mempunyai korelasi yang kuat.
Interprestasi
Dari hasil data baik menggunakan bantuan computer maupun manual
menggunakan kalkulator dapat diinterprestasikan sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan yang signifikan (bermakna/berarti) antara kekuatan
otot lengan terhadap lempar lembing gaya jingkat.
Kekuatan otot lengan merupakan salah satu unsur penting yang
mempengaruhi prestasi lempararan atlet, karena itu kekuatan otot
lengan akan sangat menentukan kualitas lempar lembing gaya jingkat.
2. Terhadap hubungan yang signifikan (bermakna/bararti) antara
kelentukan terhadap lempar lembing gaya jingkat.
Dalam olahraga lempar kelentukan juga mempunyai peran penting,
apabila seorang atlet mempunyai kelentukan yang baik maka akan lebih
mudah menggerakkan tubuh dan bagian-bagian tubuh dalam satu ruang
gerak seluas mungkin terutama pada saat melakukan lemparan tanpa
mengalami cidera.
3. Terdapat hubungan yang signifikan (bermakna/berarti), kekuatan otot
lengan dan kelentukan terhadap lempar lembing gaya jingkat.
Olahraga lempar leming membutuhkan kemampuan yang bersifat
komprehensif termasuk fisik, teknik, mental dan strategi (Graurav,
Singh,2010). Dalam melakukan lempar lembing gaya jingkat, selain
dibutuhkan postur tubuh yang tinggi ,seorang atlet juga harus memiliki
kekuatan, koordinasi, keseimbangan, ketepatan dan kelentukan tubuh
yang baik untuk mencapai prestasi yang maksimal.
PENUTUP
Setelah mengumpulkan data dan menganalisa, maka kesimpulan
yang dapat dikemukakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Ada
hubungan kekuatan otot lengan terhadap prestasi lempar lembing gaya
jingkat pada siswa kelas XI SMK Negeri 5 Makassar tahun 2014, 2) Ada
hubungan kelentukan terhadap prestasi lempar lembing gaya jingkat pada
siswa kelas XI SMK Negeri 5 Makassar tahun 2014, dan 3) Ada hubungan
antara kekuatan otot lengan dan kelentukan prestasi lempar lembing gaya
jingkat pada siswa kelas XI SMK Negeri 5 Makassar tahun 2014. Dari hasil
penelitian dapat diketahui kekuatan otot lengan dan kelentukan terhadap
kelentukan prestasi lempar lembing gaya jingkat pada siswa kelas XI SMK
Negeri 5 Makassar tahun 2014 Dalam penelitian ini variabel tersebut
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
73 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
memiliki hubungan yang signifikan. Dikarenakan seluruh populasi yang
digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini melakukan penelitian
dengan sungguh-sungguh atau sepenuhnya.
Sehubungan dengan kesimpulan yang telah diambil maka untuk para
pengajar, pembina, pelatih khususnya nomor lempar, dan para olahragawan
dapat disarankan sebagai berikut : 1) Dalam upaya untuk meningkatkan
kemampuan lempar hendaknya memperhatikan faktor-faktor komponen fisik
baik itu postur tubuh, otot lengan dan kelentukan yang dimiliki, 2) Kepada
para pelatih atletik nomor lempar agar hasil penelitian ini dijadikan bahan
acuan dalam melatih. Dalam hal ini komponen fisik kekuatan otot lengan
dan kelentukan dalam latihan dapat diperhatikan, dan 3) Kepada para orang
tua atlet dapat memperhatikan gizi anak-anaknya agar dapat tumbuh baik
menjadi tinggi dan memiliki komponen fisik yang baik sehingga lebih mudah
diarahkan pada prestasi yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Nuril. 2007. Permainan Bolabasket. (Online). Tersedia: http://library.
um.ac.id/free-contents/index.php/buku/detail/permainan-bola-basket-
nuril-ahmadi-editor-alee-32575.html, diunduh 10 September2014.
Arikunto, Suharsimi Dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi
Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran, Bandung : Alfabeta.
Daryanto. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. (Online). Tersedia:http://
penelitiantindakankelas07.blogspot.com/2014/04/pengertian-belajar-
dan-mengajar.html(daryanto, diunduh 10 September 2014).
Djamarah. 2008. Belajar Pembelajaran.(Online). Tersedia:http://misterchand
89.blogspot.com/2013/03/beberapa-pengertian-hasil-belajar.html,
diunduh 10 September 2014.
Gerlach, S Vernon dan Ely Donal P. 2011.Teaching And Madian-A
SystematicApproach Arsyad. (Online), Tersedia: http://www.amazon.
com/Vernon-S. Gerlach/e/B001HPXCNE, diunduh 10 September
2014.
Slameto. 2003. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mempengaruhi
PrestasiBelajar. (Online). Tersedia: https://ewintri.wordpress.com/tag/
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
74
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
faktor-faktor-yang-mempengaruhi-prestasi-belajar-menurut-slameto/,
diunduh 10September 2014.
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung:Alfabeta.
Pembukaan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2003.
PERBASI. 2006. Bolabasket Untuk Semua. Jakarta: Perbasi.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
75 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
HUBUNGAN ANTARA TINGGI BADAN, KEKUATAN OTOT LENGAN,
DAN KELENTUKAN TERHADAP KETEPATAN SMASH
PADA BKMF BOLVOLI FIK UNM
(RELATIONSHIP BETWEEN THE HIGH AUTHORITY, STRENGTH OF,
AND ACCURACY OF ARM MUSCLE SMASH ON FLEXIBILITY
BKMF VOLLEYBALL FIK UNM)
OLEH:
H. NUKHRAWI NAWIR )*
ABSTRACT
This research was conducted because of the need for efforts to improve the
ability smash in particular on women athletes in the game of volleyball. In
this case the necessary height to support and arm muscle strength and
flexibility are adequate. That to get good results smash accuracy required
height supports, arm muscle strength and flexibility are good also. This study
aims to determine whether there is a relationship between height, arm
muscle strength, and flexibility of the accuracy smash. The method used is
correlational analysis techniques, research is a population of 30 subjects.
Test data collection using height measurement, arm muscle strength by
doing tests Modified Push Up for 30 seconds, and flexibility by means of
trunk flexion / counter measure. Conclusion The results of this study were (1)
There is a relationship between height of the accuracy smash based on
results of correlation of 0.75 Rx1y so-Compute r> r-Table. (2) There is a
relationship between the strength of the arm muscles to smash accuracy
based on results of correlation of 0.57 Rx2y so-Compute r> R-Table. (3)
There is a correlation between the flexibility of the accuracy smash based on
results of correlation of 0.75 Rx3y so-Compute r> r-Table. (4) There is a
relationship between height, arm muscle strength, and flexibility of the
accuracy of test results correlation smash by Ry (1,2,3) 0,62 so-Compute r>
r-Table.
Keywords: Height, Arm Muscle Strength, Flexibility, Accuracy of Smash
Volleyball
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
76
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
PENDAHULUAN
Permaianan bolavoli pada awal ide dasarnya adalah permainan
memantul-mantulkan bola (to volley) oleh tangan atau lengan dari dua regu
yang bermain di atas lapangan yang mempunyai ukuran-ukuran tertentu.
Untuk masing-masing regu, lapangan dibagi dua sama besar oleh net atau
tali yang di bentangkan di atas lapangan dengan ukuran tertentu. Prinsip
bermain bolavoli adalah menjaga bola jangan sampai jatuh di lapangan
sendiri dan berusaha menjatuhkan bola di lapangan lawan atau mematikan
bola di pihak lawan. Peraturan dasar yang digunakan adalah bola harus
dipantulkan oleh tangan, lengan atau bagian depan badan dan anggota
badan,bola harus di seberangkan kelapangan lawan melalui atas net.
Seiring perkembangan tujuan bermain bolavoli, dan saling berinteraksinya
dari masing-masing tujuan orang bermain bolavoli, maka cara-cara atau
teknik-teknik bermainpun semakin berkembang. Untuk dapat melaksanakan
seluruh ketrampilan dasar bermain bola voli,minimal pemain memiliki enam
ketrampilan teknik, yaitu : Sikap penjagaan dan cara bergerak ke arah bola,
Pasing dan umpan, Spike/smash, Blok/bendungan, Servis, dan
Penyelamatan bola. Karakteristik permainan bolavoli sangat membutuhkan
komponen biomotorik. Dari teknik dasar tersebut yang menjadi fokus
perhatian dalam sampel ini adalah teknik smash. Teknik yang sering
digunakan dalam permainan bolavoli adalah gerakan teknik smash/spike.
Melakukan teknik smash harus dilakukan dengan konsep gerakan yang
berkesinambungan dalam panjang lengan dan tinggi badan. Teknik pukulan
diartikan sebagai cara memainkan bola dengan efisien dan efektif sesuai
dengan peraturan permainan yang berlaku untuk mencapai suatu hasil yang
optimal. Bolavoli dikenal sebagai olahraga yang banyak menggunakan
tangan. Dalam kondisi-kondisi tertentu cara memainkan bola yang datang
akibat servis bawah dapat sama dapat pula berbeda dengan cara
memainkan bola yang datang akibat servis atas. Ketinggian bola passing
dapat berbeda atau harus sama dengan ketinggian bola umpan.Begitu juga
umpan bola kepada Spiker yang tinggi harus berbeda atau harus sama
dengan spiker yang pendek. Namun demikian secara umum cara meminkan
bola yang paling efektif dalam permainan bolavoli adalah menggunakan
tangan atau lengan. Bagian tangan yang digunakan adalah: (1) Telapak
tangan, (2) jari-jari tangan, dan (3) pergelangan tangan. Telapak tangan
digunakan pada saat memukul bola (misalnya dalam spike atau servis).
Jari-jari tangan digunakan pada saat mengoper atau menempatkan bola ke
sasaran tertentu. Pergelangan tangan akan lebih bagus digunakan saat
menerima bola yang datang keras, karena memiliki tulang dan otot besar di
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
77 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
sekitar lengan dan bahu, karena itu kekuatan otot lengan akan sngat
menentukan kualitas pukulan seseorang smasher.
Smash dapat dilakukan dengan maksimal apabila di dukung oleh
teknik pukulan yang benar dan memiliki power yang kuat, kekuatan
melompat dengan ketinggian lompatan atau dikenal dengan istilah explosit
strenght ikut berperan agar hasil smash menjadi lebih terarah. Hasil
penelitian Hespanol, Neto, Arruda dan dini, 2007 menunjukkan bahwa
latihan kekuatan lompatan lebih baik dengan intermittent tes melompat of 4
set of 15 detik dibanding dengan continuous tes melompat 60 detik.
(Mutohir,T.C.dkk. 2013). Dalam permainan bolavoli, kadang kala bola harus
dimainkan dengan menggunakan tenaga yang kuat, kadang kala bola harus
dimainkan dengan tenaga yang lemah namun terarah. Kedua macam
penggunaan tenaga tersebut akan memungkinkan bola sulit atau mudah
untuk dimainkan kembali baik oleh teman seregu atau lawan. Selain dalam
cara memainkan bola, penggunaan kekuatan tenaga digunakan dalam suatu
gerak sebelum memainkan bola, misalnya gerak melompat saat melakukan
servis, spike atau smash. Sesuai dengan fungsinya, kekuatan tenaga akan
diperoleh jika dalam gerakan tersebut melibatkan kontraksi sekelompok otot
besar, sementara ketepatan gerak akan terjadi jika otot-otot kecil berfungsi
dalam mengarahkan gerak. (Toto Subroto,dkk 2008:)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan teknik
smash tinggi badan sangat penting karena harus memiliki kekuatan,
koordinasi, keseimbangan,kelentukan serta ketepatan, sehingga faktor tinggi
badan itu sangat berhubungan dengan teknik smash dalam permainan
bolavoli. Tinggi badan berguna untuk menghalangi lawan saat melakukan
penyerangan dalam usaha pemain untuk memasukkan bola kedaerah
lawan. Atlet yang berbadan tinggi lebih banyak menguntungkan untuk tim.
Meskipun demikian pada kenyataannya peneliti melihat dibeberapa
turnamen-turnamen bola voli putri, belum tentu orang yang bertubuh tinggi
memiliki ketepatan smash yang baik dibanding orang yang bertubuh
pendek, maka diperlukan latihan-latihan khusus seperti latihan kekuatan,
terutama kekuatan otot lengan agar dapat menghasilkan pukulan yang
keras, dan kelentukan, baik itu kelentukan pols tangan ataupun kelentukan
anggota tubuh yang lain untuk menghindari cidera saat bermain.
Tinggi Badan
Postur tubuh sangat di butuhkan dalam permainan bola voli
khususnya seorang smasher,sebab dapat melompat secara optimal untuk
menjangkau lebih tinggi di atas net. Tinggi badan seseorang ditentukan oleh
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
78
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
tulang dan otot. Orang yang berpostur tinggi otomatis memiliki tulang yang
panjang, demikian pula sebaliknya. Tulang sebagai alat pasif dan otot
sebagai alat gerak aktif. Orang yang tinggi memiliki togok panjang dan juga
ditunjang dengan tungkai panjang. Ketika melakukan smash, orang yang
bertungkai panjang akan memiliki sudut gerakan yang lebih luas
dibandingkan sebaliknya. Orang yang memiliki badan yang tinggi diyakini
dalam dirinya juga memiliki keberanian yang tinggi dalam bertindak.Orang
yang memiliki postur tinggi lebih tinggi memiliki keberanian dibanding
dengan mereka yang memiliki postur dibawah rata-rata. (Miftah, 2010).
Anwar Pasau (1988:81) berpendapat : Orang yang mempunyai fisik tinggi
dan besar rata-rata akan mempunyai kemampuan fisik lebih baik seperti
kekuatan, kecepatan, daya tahan jantung dan paru-paru, daya tahan otot,
dibandingkan dengan orang yang bertubuh kecil dan pendek.
Tinggi badan yang ideal dan seimbang merupakan salah satu syarat
untuk mencapai prestasi dalam cabang olahraga, terutama dalam cabang
olahraga bolavoli khususnya pada beberapa teknik dasar termasuk smash.
Perlu diketahui bahwa badan yang ideal khususnya pemain bolavoli pada
umumnya badan yang elastis dengan kecenderungan pada bentuk tubuh
yang atletis (mesomorph).(Dewi Nuryanti: 2013) Berikut ini adalah faktor-
faktor yang mempengaruhi tinggi badan: 1) cukup gizi, 2) Faktor keturunan
juga menentukan tinggi badan seseorang, 3) hormon pertumbuhan
berfungsi merangsang pertumbuhan tulang, 4) dukungan lingkungan.
Aktifitas yang dapat mengoptimalkan tinggi badan: 1) Stretching : gerakan
meregangkan badan, 2) Hanging : bergantung dengan kedua tangan, 3)
Kicking : menendang-nendangkan kan kaki, 4) Biking : bersepeda dapat
merangsang pertambahan panjang kaki, dan 5) Swimming, dan 6).
Olahraga basket atau voli sangat baik merangsang pertumbuhan badan.
Namun bila cara-cara di atas tidak diikuti dengan latihan yang dilakukan
secara rutin maka hasilnyapun akan kurang. Oleh karena itu disini akan
dijelaskan latihan apa saja yang harus dilakukan secara konsisten agar bisa
menambah tinggi badan: 1) Gerakan lari cepat jarak pendek (sprint), 2)
Gerakan Menendang, 3) Gerakan melompat, 4) Bersepeda, 5) Berenang,
dan 6) Gerakan Berayun.
Dalam cabang olahraga, termasuk pada permainan bolavoli faktor
tinggi badan merupakan satu faktor terpenting dalam melakukan teknuk-
teknik dasar dan salah satu ukuran yang harus dijadikan penentu untuk
mencari atlet-atlet yang berprestasi. Tinggi badan yang ideal merupakan
dambaan setiap pelatih untuk mencari bibit dalam pembinaan lebih lanjut.
Sebab seorang pemain yang memiliki teknik-teknik dasar yang ideal, maka
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
79 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
prestasi yang diharapkan tidak akan tercapai. Demikian halnya pada salah
satu teknik dasar smash pada permainan bolavoli, tinggi badan sangat
mempengaruhi. Sebab didalam melakukan teknik tersebut perlu adanya
suatu pergerakan yang lebih luas atau jangkauan yang lebih efektif untuk
mengendalikan permainan. Lain halnya jika seseorang atau pemain yang
memiliki tinggi badan yang kurang ideal atau dibawah rata-rata standar bagi
pemain bolavoli, maka kemampuan gerakannya kecil walaupun dia lincah,
namun pergerakan yang dilakukan tidak sebanding dengan pemain yang
memiliki tinggi badan yang ideal. Maka, jika ingin memperbaiki tinggi badan,
janganlah bosan untuk melakukan aktivitas yang menyokong pertumbuhan
tulang semisal olahraga basket, renang, voli, dan yang lainnya.( Miftah,
2010:58)
Kekuatan Otot Lengan
Menurut Mathews, kekuatan merupakan suatu dasar untuk mencapai
suatu prestasi dalam suatu cabang yang memerlukan tenaga otot. Alasan
bahwa kekuatan itu sebagai dasar untuk mencapai prestasi adalah sebagai
berikut: 1) Kekuatan adalah perlu untuk dapat tampil kemuka dengan baik,
2) Kekuatan adalah pokok untuk menunjukkan ketangkasan dengan baik, 3)
Kekuatan dinilai tinggi sebagai suatu ukuran daripada physical fitnes, dan 4)
Pemeliharaan kekuatan berfungsi sebagai salah satu usaha untuk
mencegah terjadinya cacat atau kelainan lainnya. (Nurhasan). Menurut
Harsono (1988) mengemukakan bahwa: “kekuatan adalah kemampuan otot
untuk membangkitkan tegangan suatu tahanan. Selanjutnya, Moch. Sajoto
(1988) memberikan definisi sebagai berikut: “Kekuatan adalah kemampuan
kondisi fisik menyangkut kemampuan seorang atlet ketika menggunakan
otot-otot untuk menerima beban dalam waktu tertentu”. Menurut, Ikai dan
Steinhaus, Kekuatan otot melibatkan faktor lain yang kompleks seperti
terungkap oleh beberapa studi, yakni motivasi berpengaruh terhadap
kekuatan. (Nurhasan 2009). Berdasarkan konsep perkembangan kekuatan,
dapat dijelaskan bahwa untuk meningkatkan kekuatan perlu
memperhataikan beberapa hal seperti: metode latihan, jenis kontraksi,
intensitas latihan, berat badan dan lain-lain. Selain itu penerapan prinsip
latihan perlu juiga diperhatikan seperti prinsip reversibel. Kekuatan juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut moch. Sajoto (1988)
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan
adalah sebagai berikut:
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
80
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
1. Faktor biomekanika, dari dua orang mempunyai jumlah tegangan
yang sama (tegangan otot), akan jauh berbeda dalam
kemampuannya mengangkat beban.
2. Faktor pengungkit, pengungkit diklasifikasikan dalam tiga kelas,
yaitu menurut letak sumbu pengungkit, gaya beban dan gaya
gerak pengungkit.
3. Faktor ukuran, besar kecilnya otot berpengaruh terhadap kekuatan
otot.
4. Faktor jenis kelamin, pria dan wanita mempunyai perkembangan
kekuatan yang sama dalam program latihan, tetapi kenyataan
menunjukkan bahwa pada akhir pubertas anak laki-laki memiliki
ukuran otot lebih besar dibandingkan wanita.
5. Faktor usia, unsur kekuatan laki-laki dan perempuan diperoleh
melalui proses kematangan dan kedewasaan.
Dari uraian diatas, jelas bahwa untuk mengembangkan kekuatan
selain penerapan prinsip-prinsip latihan yang perlu diperhatikan juga perlu
memperhatikan faktor-faktor yang lain yang dapat menunjang atau
mempengaruhi kekuatan sendiri. (Dewi Nuryanti:2012). Untuk mencapai
prestasi yang maksimal, seorang atlet harus memiliki beberapa faktor
penting yang dapat menunjang tercapainya prestasi maksimal. Otot
merupakan salah satu penunjang bagi seorang atlet untuk dapat mencapai
prestasi maksimal. Otot akan berkontraksi lebih kuat apabila diberikan
beban yang lebih berat (sampai pada suatu batas maksimum). Apabila otot
digunakan kekuatan otot lengan pada pemain voli berbeda-beda, hal ini
tergantung pada besar maupun panjang otot. Kekuatan otot lengan
merupakan salah satu unsure penting yang memepngaruhi prestasi bolavoli.
Pada olahraga yang menggunakan otot lengan seperti voli, kekuatan otot
lengan ini penting sekali, karena tidak mungkin seorang perenang dapat
berprestasi tanpa menggunakan lenganya. Kekuatan otot lengan merupakan
salah satu faktor dalam pembinaan prestasi. Berdasarkan uraian diatas
menurut saya kekuatan adalah komponen yang sangat penting dalam
meningkatkan kondisi fisik serta mengakibatkan kontraksi otot sehingga
kekuatan yang digunakan semaksimal mungkin dalam berbagai macam
cabang olahraga tak terkecuali dalam cabang bolavoli.
Kelentukan
Menurut, Edmund R. Burke (2001), Kelentukan, yaitu kemampuan
sendi untuk bergerak dalam jangkauan penuh,adalah salah satu komponen
kunci dari program fitnes yang seimbang,demikian pula dengan daya tahan
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
81 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
dan kekuatan kardiovaskular dan otot. Cara untuk meningkatkan atu
mempertahankan fleksibilitas adalah dengan melakukan stretching.
Menurut, Nurhasan, (1986) Kelentukan adalah kemampuan seseorang
untuk menggerakkan tubuh dan bagian-bagian tubuh dalam satu ruang
gerak seluas mungkin tanpa mengalami cidera pada persendian dan otot di
sekitar persendian itu. Ada kekawatiran orang awam, bahwa weight training
dapat menyebabkan kekuatan otot (muscule boundness). Tetapi studi yang
di lakukan Mossey (1956), Kusinitz dan Meenev (1958) dalam
Nurhasan,(2009) menyatakan bahwa weight Training tidak akan mengurangi
kelentukan persendian. Perkembangan kelentukan itu mulai dari usia kanak-
kanak hingga dewasa, dan kemudian berkurang setelah usia itu, seperti
studi huprrich (1950), Philips (1955), Forbes (1950) dan muler (1954).
(Nurhasan, 2009)
Ketepatan Smash
Di dalam permainan bolavoli, kemampuan seorang pemain untuk
menyerang di atas net dengan memukul bola sekeras-kerasnya sangat
menentukan sekali dalam pembuatan angka atau nilai untuk meraih
kemenangan. Menurut Bonnie Robinson (1989)dalam bukunya yang
berjudul ‘’bolavoli’’ yang dimaksud smash adalah memukul bola ke bawah
dengan kekuatan yang sangat besar. Jadi di dalam permainan bolavoli
untuk dapat memukul bola smash maka serangan tersebut harus dilakukan
dengan melompat setinggi-tingginya, kemudian memukul bola yang berada
lebih tinggi dari net dengan sekuat tenaga ke daerah lawan. Sedang
menurut Dieter Beutelstahl (2007), smash adalah suatu keahlian yang
esensial, cara yang termudah untuk memenangkan angka. Seorang pemain
yang pandai melakukan smash, atau smasher harus memiliki kegesitan dan
pandai melompat serta mempunyai kemampuan memukul bola sekeras
mungkin. Pemain yang meniliki keahlian ini dapat digolongkan sebagai
pemain yang baik. Pergerakan pemain yang hendak melakukan smash
meliputi beberapa tahap, maka dalam uraian ini akan di bahas mengenai
tahap-tahap pergerakan tersebut.
a. Tahap Pertama : Lari Menghampiri (Run Up)
Untuk tahap lari menghampiri bola ini tergantung dari jenis bola dan
jatuhnya bola. Smasher mulai menghampiri bola kira-kira pada jarak 2,5
meter sampai 4 meter dari jatuhnya bola.Kedua langkah terakhirlah yang
menentukan hasil smash. Pada waktu smasher take off (mulai
melompat) pemain harus memperhatikan baik-baik kedududkan kaki,
kaki yang akan take off harus berada di tanah dahulu dan kaki lainnya
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
82
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
disebelahnya. Karena itu kadang kala smasher harus mengubah
langkahnya dahulu sebelum melakukan langkahnya terakhir. Arah yang
diambil harus sedemikian rupa pengaturannya, sehingga pemain akan
berada di belakang bola pada saat ia akan take off. Dengan kata lain
tubuhnya pada saat itu berada pada posisis menghadap net. Lengannya
menjulur ke depan diayunkan ke belakang dan ke atas sesudah langkah
pertama, kemudian diayunkan ke depan sedemikian rupa sehingga pada
saat pemain take off kedua lengan tergantung ke bawah di depan tubuh
pemain.
b. Tahap Kedua : Melompat (Take Off)
Untuk gerakan melompat harus berlangsung secara lancar dan kontinyu
maksudnya tanpa terputus-putus. Pada waktu melompat (take off) kedua
lengan yang menjulur harus digerakkan keatas. Bersamaan dengan
ituntubuh diluruskan, kaki yang dipakai untutk melompat inilah yang
memberikan kekuatan pada take off tersebut. Lengan yang dipakai untuk
memukul juga sisi tubuh tersebut diputar sedikit sehingga menjauhi bola,
punggung akan membungkuk dan lengan pemukul ditekuk sedikit,
lengan yang lain tetap dipertahankan setinggi kepala, lengan inilah yang
akan mengatur keseimbangan secara keseluruhan.
c. Tahap Ketiga : Memukul bola (Hit)
Pada tahap memukul bola ini dapat dikelompokkan macam-macam
smash dan jenis-jenis smash.
1) Berdasarkan tinggi rendahnya bola yang diumpankan oleh set uper
(pengumpan), maka smash dapat di bagi menjadi 4 macam, yaitu :
a) Normal Spike/Open Spike
Untuk jenis smash ini ketinggian bola yang diumpankan 2 meter
diatas net.
b) Semi Spike
Untuk jenis smash ini ketinggian bola yang diumpankan kurang
lebih 1 s/d 2 meter tingginya di atas net.
c) Pull/Quick Spike
Untuk jenis smash ini tidak memerlukan umpan seperti pada
open smash/semi spike, maksudnya smasher memukul tidak
menunggu saat bola yang diumpankan turun, melainkan boal
naik di atas net harus segara dipukul.
d) Straight Spike
Untuk jenis smash ini umpan yang diperlukan adalah bola lurus,
bukan bola-bola yang arahnya pararel.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
83 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
2) Berdasarkan cara memukul bola smash, maka cara memukulpun
terbagi menjadi beberapa jenis pukulan, yaitu :
a) Frontal Smash/smash depan
Cara memukul bola :
(1) Tubuh sudah berada membungkuk sedikit seperti tahap
sebelum ini.
(2) Otot perut ,bahu, dan lengan berkontraksi pada saat
bersamaan. Kontraksi kuat dan terulang beberapa kali
berturut-turut. Kerja sama antar otot-otot inilah yang
menyebabkan lengan terjulur, menyentuh bola dan
memukul.
(3) Pergelangan tangan tidak boleh kaku dan jari-jari tangan
terbuka sedikit.
(4) Bola dipukul pada bagian atas
(5) Sesudah mengadakan kontak dengan bola, lengan pukul itu
bergerak ke depan, ke bawah mengadakan follow trough
yang sempurna.
b) Frontal smash dengan twist atau Smash depan dengan putaran
Cara memukul bola :
(1) Bagian atas dari tubuh diputar, seakan-akan ada poros
vertikalnya.
(2) Biasanya putarannya tergantung dari arah pukulannya.
(3) Putaran tubuh bagian atas ini diikuti dengan putaran kedua
paha.
(4) Seluruh gerakan ini dilakukan sewaktu pemain sedang
melompat. Jadi selama pemain belum bersinggungaan
dengan tanah.
c) Smash dengan pergelangan
Cara memukul bola :
(1) Smash jenis ini hanya menggunakan gerakan pergelangan
tangan saja.
(2) Dengan menggunakan spin yang kuat, bola dapat dipukul
dengan cukup cermat.
d) Dump (Smash pura-pura)
Cara memukul bola :
(1) Pemain melakukan gerakan-gerakan sama dengan pada
waktu hendak memukul frontal smash.
(2) Tetapi pada waktu kontak dengan bola, bola itu tidak dipukul
melainkan disentuh saja dengan jari-jari tangan.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
84
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
(3) Bola diarahkan ke tempat-tempat lowong di pihak lawan
yang kurang tenaga.
(4) Bola itu dilewatkan mengelilingi blok yang sudah
dipersiapkan oleh lawan untuk menghadapi smash pemain
itu.
(5) Bola dapat dilambungkan pendek atau panjang tergantung
situasi yang dihadapi.
d. Tahap Keempat : Mendarat atau Landing
Cara mendarat ini sama bagi atlit yang melakukan jenis smash yang
ada. Sesudah mengadakan smash atau dump maka mulailah tahap
mendarat ini, yaitu pada saat tubuh bagian atas membungkuk ke depan.
Kaki-kaki diarahkan kedepan untuk mempertahankan
keseimbangan.Pemain mendarat pada kedua kakinya, lutut ditekuk
sesuai dengan kebutuhan pendaratan tersebut.
Hasil penelitian Bahr, Lian, Bahr, 1997, Menunjukkan bahwa pemukul
dalam permainan bola voli sering mengalami cidera khususnya pada
ankle karena pendaratan kaki di wilayah lawan (2013).
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan masalah yang penulis teliti, bahwa di dalam penelitian
ini terdapat variabel yang dapat penulis kemukakan yaitu: 1) variabel bebas
atau independent variabel (X1); Variabel bebas ini memuat tentang tinggi
badan. Tinggi badan ini harus dimiliki oleh setiap atlit yang nantinya bisa
mendukung dalam ketepatan smash. 2) variabel bebas atau independent
variabel (X2); Variabel bebas yang kedua ini memuat tentang unsur
kekuatan otot lengan. Kekuatan otot lengan ini harus dimiliki oleh setiap atlit
yang nantinya juga akan mendukung ketepatan smash, 3) variabel bebas
atau independent variabel (X3); Variabel bebas yang ketiga ini memuat
tentang unsur kelentukan. Kelentukan ini harus dimiliki oleh setiap atlit yang
nantinya juga akan mendukung ketepatan smash, dan 4) variabel terikat
atau dependent variabel (Y); variabel ini merupakan variabel terikat yang
dipengaruhi oleh variabel bebas diatas. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah ketepatan smash. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui besar
hubungan antara variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian. Besar
koefisien korelasi dipengaruhi oleh variabilitas nilai-nilai yang dikorelasikan
pengungkapan data penelitian yang dilakukan dengan teknik tes dan
pengukuran pra survey dengan prosedur penelitian meliputi pengukuran dua
variabel atau lebih dari satu sampel subjek. Dalam penelitian ini pendekatan
yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pengambilan data
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
85 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
secara langsung di lapangan melakukan tes, diantaranya adalah tes tinggi
badan, kekuatan otot lengan dan kelentukan. Kuantitatif karena data berupa
angka. Sesuai penelitian yang akan dilaksanakan maka yang menjadi
populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. (Arikunto, 2010) Dalam
penelitian ini peneliti ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.Sehingga
disini dapat disebut yang menjadi penelitian populasi adalah semua atlet
BKMF Bolavoli FIK UNM sebanyak 30 atlet. Teknik adalah alat untuk
mencapai metode dengan menggunakan metode eksperimen, maka teknik
analisis untuk menguji di dalam hipotesa terutama hipotesa nol. Maka kita
mnggunakan cara-cara berfikir kualitas data yang diperoleh harus
mengalami kuntifikasi artinya perubahan sesuatu dalam bentuk jumlah.
Perubahan kualitas dalam bentuk kuantitas atau penentuan dalam suatu
nilai dalam bentuk jumlah. Dengan statistik yaitu menggunakan berbagai
rumus statistik yang ada. Penelitian statistik ini merupakan penelitian yang
menggunakan hipotesa. Analisis data yang digunakan dengan cara
mengkorelasikan hasil tes dari variabel bebas yang berupa tinggi badan,
kekuatan otot lengan, dan kelentukan dengan variabel terikat yang berupa
ketepatan smash.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Data
Kegiatan yang dilakukan analisa data adalah melakukan perhitungan
dengan menggunakan rumus-rumus statistik yang sesuai dengan masalah
yang diteliti guna untuk memperoleh etimasi atau tafsiran dan signifikan atau
keberartian dari adanya hubungan antara tinggi badan, kekuatan otot
lengan, dan kelentukan terhadap ketepatan smash. Setelah dilakukan
pengecekan secara menyeluruh hasil pengolahan data dari ketiga alat
pengumpulan data yang diperoleh dari 30 sampel semua dapat diolah.
Sedangkan untuk menganalisa data yang diperoleh dari ketiga alat
pengumpulan data nilai variabel tinggi badan, kekuatan otot lengan,dan
kelentukan terhadap ketepatan smash, baik menggunakan komputer
maupun manual dan menggunakan kalkulator dapat dilihat pada tabel 1.
Data tabel diatas diperoleh:
3. Mean
Mean 1. Tinggi Badan (X1) 158,03
2. Kekuatan Otot Lengan (X2) 25,06
3. Kelentukan (X3) 9,3
4. Ketepatan Smash ( Y) 12,67
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
86
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
4. Uji Korelasi
e. Korelasi antara X1 terhadap Y
Rx1y = 0,75
f. Korelasi antara X2 terhadap Y
Rx2y = 0,57
g. Korelasi antara X3 terhadap Y
Rx3y = 0,75
h. Korelasi antara X1, X2 dan X3 terhadap Y
Ry(1,2,3) = 0,62
i. Koefisien determinasi (R2) = 0,38
Data perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 2
Pengujian Hipotesa penelitian
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Yaitu hubungan tinggi badan terhadap ketepatan smash, untuk
kepentingan hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi :
Tidak ada hubungan tinggi badan terhadap ketepatan smash. Dan (Ha)
yang berbunyi : Ada hubungan tinggi badan terhadap ketepatan smash.
Untuk pengujian ini dilakukan pengetesan signifikan rx1y dalam taraf
signifikan 5% seperti Nampak pada tabel dibawah ini :
Tabel 2 Hasil perhitungan hipotesis pertama
N r – Hitung r – Tabel 5% Signifikan/Non
signifikan
30 0,75 0,361 Signifikan
Berdasarkan tabel diatas, hasil perhitungan (r-Hitung) > r-tabel, yang
berarti nilainya signifikan.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Yaitu hubungan kekuatan otot lengan terhadap ketepatan smash, untuk
kepentingan hipotesis diubah nihil (Ho) yang berbunyi : Tidak ada
hubungan kekuatan otot lengan terhadap ketepatan smash. Dan (Ha)
yang berbunyi : Ada hubungan kekuatan otot lengan terhadap ketepatan
smash. Untuk pengujian ini dilakukan pengetesan signifikan rx2y dalam
taraf signifikan 5% seperti Nampak pada tabel dibawah ini :
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
87 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Tabel 3 Hasil perhitungan hipotesis kedua
N r – Hitung r – Tabel 5% Signifikan/Non
signifikan
30 0,57 0,361 Signifikan
Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan (r-Hitung)> r-Tabel, yang
berarti nilainya signifikan.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Yaitu hubungan kelentukan terhadap ketepatan smash, untuk
kepentingan hipotesis diubah nihil (Ho) yang berbunyi :Tidak ada
hubungan kelentukan terhadap ketepatan smash. Dan (Ha) yang
berbunyi: Ada hubungan kelentukan terhadap ketepatan smash.
Untuk pengujian ini dilakukan pengetesan signifikan rx3y dalam taraf
signifikan 5% seperti Nampak pada tabel dibawah ini :
Tabel 4 Hasil perhitungan hipotesis ketiga
N r – Hitung r – Tabel 5% Signifikan/Non
signifikan
30 0,75 0,361 Signifikan
Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan (r-Hitung) > r-Tabel, yang
berarti nilainya signifikan
.
4. Pengujian Hipotesis Keempat
Yaitu hubungan antara tinggi badan, kekuatan otot lengan dan
kelentukan terhadap ketepatan smash, untuk kepentingan hipotesis
diubah nihil (Ho) yang berbunyi : Tidak ada hubungan antara tinggi
badan,kekuatan otot lengan dan kelentukan terhadap ketepatan smash.
Dan (Ha) yang berbunyi : Ada hubungan antara tinggi badan, kekuatan
otot lengan dan kelentukan terhadap ketepatan smash. Untuk pengujian
ini dilakukan pengetesan signifikan ry(1,2,3) dalam taraf signifikan 5%
seperti Nampak pada tabel dibawah ini :
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
88
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Tabel 5 Hasil perhitungan hipotesis keempat
N r – Hitung r – Tabel 5% Signifikan/Non
signifikan
30 0,62 0,361 Signifikan
Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan (r-Hitung)>r-Tabel, yang
berarti nilainya signifikan.
5. Pengujian Koefisien determinasi (R2)
Yaitu ada hubungan yang kuat antara tinggi badan, kekuatan otot lengan
dan kelentukan terhadap ketepatan smash. Untuk pengujian ini
dilakukan pengetesan dalam taraf kriteria antara > 0,5 – 0,75 seperti
Nampak pada tabel dibawah ini
Tabel 6 Hasil perhitungan koefisien determinasi
N R2 – Hitung Taraf kriteria Kriteria
30 0,38 >0,5 - 0,75 Korelasi Kuat
Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan (R2-Hitung) mencapai taraf
kriteria antara >0,5 – 0,75 yang berarti mempunyai korelasi yang kuat.
Interprestasi
Dari hasil data baik menggunakan bantuan computer maupun manual
menggunakan kalkulator dapat diinterprestasikan sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan yang signifikan (bermakna / berarti) antara tinggi
badan terhadap ketepatan smash.
Anwar Pasau (1988) berpendapat: Orang yang mempunyai fisik tinggi
dan besar rata-rata akan mempunyai kemampuan fisik lebih baik seperti
kekuatan, kecepatan, daya tahan jantung dan paru-paru, daya tahan
otot, dibandingkan dengan orang yang bertubuh kecil dan pendek.
Sehingga faktor tinggi badan sangat berhubungan dengan tehnik smash
dalam permainan bolavoli.
2. Terdapat hubungan yang signifikan (bermakna/berarti) antara kekuatan
otot lengan terhadap ketepatan smash.
Kekuatan otot lengan merupakan salah satu unsur penting yang
mempengaruhi prestasi bolavoli,karena itu kekuatan otot lengan akan
sangat menentukan kualitas pukulan smasher.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
89 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
3. Terhadap hubungan yang signifikan (bermakna/bararti) antara
kelentukan terhadap ketepatan smash.
Dalam permainan bolavoli kelentukan juga mempunyai peran penting,
apabila seorang atlet mempunyai kelentukan yang baik maka akan lebih
mudah menggerakkan tubuh dan bagian-bagian tubuh dalam satu ruang
gerak seluas mungkin terutama pada saat melakukan smash tanpa
mengalami cidera.
4. Terdapat hubungan yang signifikan (bermakna/berarti) antara tinggi
badan, kekuatan otot lengan dan kelentukan terhadap ketepatan smash.
Permainan bolavoli membutuhkan kemampuan yang bersifat
komprehensif termasuk fisik, teknik, mental dan strategi (Graurav,
Singh,2010). Dalam melakukan tehnik smash, selain dibutuhkan postur
tubuh yang tinggi ,seorang atlet juga harus memiliki kekuatan,
koordinasi, keseimbangan, ketepatan dan kelentukan tubuh yang baik
untuk mencapai prestasi yang maksimal.
PENUTUP
Setelah mengumpulkan data dan menganalisa, maka kesimpulan
yang dapat dikemukakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Ada
hubungan tinggi badan terhadap ketepatan smash pada BKMF Bolavoli FIK
UNM, 2) Ada hubungan kekuatan otot lengan terhadap ketepatan smash
pada BKMF Bolavoli FIK UNM, 3) Ada hubungan kelentukan terhadap
ketepatan smash pada BKMF Bolavoli FIK UNM, dan 4) Ada hubungan
antara tinggi badan, kekuatan otot lengan dan kelentukan terhadap
ketepatan smash pada BKMF Bolavoli FIK UNM.
Sehubungan dengan kesimpulan yang telah diambil dan implikasi
yang ditimbulkan maka untuk para pengajar, pembina, pelatih khususnya
cabang bolavoli, dan para olahragawan dapat disarankan sebagai berikut: 1)
Dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan smash hendaknya
memperhatikan faktor-faktor komponen fisik baik itu postur tubuh, otot
lengan dan kelentukan yang dimiliki, 2) Kepada para pelatih olahraga
bolavoli agar hasil penelitian ini dijadikan bahan acuan dalam melatih
bolavoli. Dalam hal ini komponen fisik kekuatan otot lengan dan kelentukan
dalam latihan dapat diperhatikan, dan 3) Kepada para orang tua atlet dapat
memperhatikan gizi anak-anaknya agar dapat tumbuh baik menjadi tinggi
dan memiliki komponen fisik yang baik sehingga lebih mudah diarahkan
pada prestasi yang maksimal.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
90
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
DAFTAR PUSTAKA
Miftah. 2010. Cara Membuat Tubuh Anda Bisa Menjadi Tinggi . Jogjakarta
Arikunto. 2010. ProsedurPenelitian( SuatuPendekatan Praktik). Jakarta:
RinekaCipta.
Mutohir, T.C.dkk. 2011 . Berkarakter Dengan Berolahraga, Berolahraga
Dengan
Berkarakter. Jakarta
Burke,Edmund R. 2001. Latihan Kebugaran Dirumah. Jakarta : PT.
RajaGrafindo
Persada.
Beutelstahl, dieter. 2007. Belajar Bola Vollley. Bandung : Pioner Jaya
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D : Alfabeta
Sugiyono. 2008. Statistika Untuk Penelitian. Bandung:CV.Alfabeta
Mutohir,T.C.dkk. 2013. Permainan Bola voli . Surabaya : Graha Pustaka
Media
Utama.
Nurhasan. 1986. Tes dan Pengukuran. Jakarta: Karunia Jakarta
Nurhasan. 2009. Penilaian Pembelajaran Penjas. Jakarta : Universitas
Terbuka
Ismayarti. 2008. Tes Dan Pengukuran Olahraga. Surakarta : LPP UNS
Rujukan berbasis website :
Sajoto, M. 1988. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Kekuatan. (Online),
tersedia : http://popvollyball.wordpress.com/.../cara-melatih-kekuatan-
otot lengan//... diakses tanggal 10 Juli 2013
Harsono. 1988. Pengertian Kekuatan. (Online), tersedia: http://popvollyball.
wordpress.com/.../cara-melatih-kekuatan... diakses tanggal 10 Juli 2015
http://www.docstoc.com/docs/73512513/penjas diakses tanggal 10 Juli 2013
www.infonews.web.id/.../cara-mudah-dan-cepat-menambah-tinggi-badan.
tanggal 12 Juli 2015
http://senamaerobic.wordpress.com/.../bagaimana-cara-menambah-tinggi-
badan/ ... diakses tangal 12 Juli 2015
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
91 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
KONTRIBUSI DAYA LEDAK LENGAN DAN KELENTUKAN TOGOK
KE BELAKANG TERHADAP KEMAMPUAN SMASH DALAM
PERMAINAN BULUTANGKIS PADA ATLET
BKMF BULUTANGKIS FIK UNM
(CONTRIBUTIONS EXPLOSIVE POWER ARMS AND FLEXIBILITY
TOGOK BACK TO SMASH THE ABILITY BADMINTON
GAME ON ATHLETES BADMINTON BKMF FIK UNM)
OLEH:
HERMAN H. )*
ABSTRACT
Smash is one form of attack that can kill the opponent's defense as well as
to obtain the value or point. In the game of badminton, smash is one
technique that plays an important role, failed and successful team in the
game or match is determined by the player's skill in doing smash. By
mastering technique a good smash, then the team will easily win a match.
This study aims, among others, (1) to determine the contribution of the
explosive power of arms to the ability of a smash in badminton game, (2) to
determine the contribution of flexibility togok to the back of the ability of a
smash in badminton game, and (3) to determine the contribution of the
explosive power of arms and flexibility togok to the back of the ability of a
smash in badminton game. This research is descriptive quantitative
research. The study population was all the athletes BKMF Badminton Nikken
UNM with a sample size of 30 people. Data analysis technique used is the
technique of correlation and regression analysis using SPSS version 15
sed on the results of
data analysis, the study concludes that: 1) the explosive power of arms has
contributed to the ability to smash in the game of badminton athletes
Badminton BKMF Nikken UNM 68.6%, (2) flexibility togok to the rear
contributes to the ability to smash badminton game at UNM Nikken
badminton Athletes BKMF of 80.9%, (3) explosive power and flexibility togok
arm to the rear contributes to the ability of a smash in badminton game at
UNM Nikken badminton Athletes BKMF of 84.8%.
Keywords: Explosive Power Arm, Flexibility Togok Back, Smash Badminton
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
92
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
PENDAHULUAN
Permainan bulutangkis adalah permainan yang memerlukan gerakan
yang cepat sesuai dengan laju bola sehingga memerlukan kontrol gerakan
yang tepat, reaksi cepat, dan ketepatan pukulan. Apabila dapat dilakukan
akan nampak bahwa gerakan pukulan yang dilakukan efesien. Gerakan-
gerakan yang dilakukan dalam bermain bulutangkis merupakan reaksi-
reaksi motorik yang dihasilkan dari proses rangsangan pandangan, syaraf
perintah melalui proses informasi pada sistem syaraf. Proses gerakan untuk
memukul bola pada saat mengantisipasi pukulan lawan dimulai dengan
pandangan pada lentingan bola, perhatian atau penglihatan terhadap bola
yang dipukul, kemudian timbul perintah dari syaraf spinal untuk melakukan
respon dalam bentuk gerakan reaksi tangan untuk memukul bola dalam
upaya mengembalikan bola ke lapangan lawan. Daya ledak juga dikenal
dengan istilah tenaga eksplosif yang sangat diperlukan dalam berbagai
cabang olahraga. Hakekatnya bahwa daya ledak merupakan salah satu
komponen fisik, dimana kekuatan dan kecepatan otot dikombinasikan dalam
satu pola gerak. Dalam usaha untuk mengatasi atau menguasai bola pada
saat melakukan pukulan smash diperlukan pengerahan kekuatan secara
maksimal dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dengan perkenaan atau
mencapai bola yang maksimal. Kemampuan kondisi fisik lainnya yang sangat
penting bagi pemain bulutangkis adalah kemampuan untuk melakukan
pukulan secara elastis atau tidak kaku. Sehingga mampu melakukan berbagai
variasi pukulan seperti, servis, forehand, backhand, smash, lob, dan
sebagainya. Unsur kelentukan sangat besar perannya dalam menentukan
kualitas gerakan dalam bermain bulutangkis. Kelentukan akan memberikan
kemampuan kepada pemain untuk melakukan pukulan dengan gerakan teknik
yang benar, pukulan yang tepat, arah bola yang tepat, dan mampu memukul
bola dengan cepat dan keras.. Dengan demikian gerakan dalam memukul
bola pada permainan bulutangkis akan lebih luwes dan gerakan tidak kaku.
Apabila gerakan memukul bola dilakukan dengan gerakan yang elastis dan
luwes dapat memberikan kemampuan kontrol gerakan dan daya ledak lengan
gerakan secara tepat sehingga perkenaan bola dengan raket serta arah
pukulan yang dilakukan sesuai dengan sasaran.
Smash adalah salah satu bentuk serangan yang dapat mematikan
pertahanan lawan sekaligus dapat memperoleh nilai atau point. Dalam
permainan bulutangkis, smash merupakan salah satu teknik yang sangat
memegang peranan penting, gagal dan berhasilnya suatu tim dalam
permainan atau pertandingan banyak ditentukan oleh keterampilan pemain
dalam melakukan smash. Dengan menguasai teknik smash yang baik,
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
93 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
maka satu tim akan dengan mudah memenangkan suatu pertandingan.
Untuk mencapai tingkat keterampilan smash dengan baik, maka diperlukan
penguasaan gerakan teknik smash itu sendiri, disamping pola latihan yang
harus bervariasi dengan tujuan mengarah pada peningkatan teknik tersebut.
Sehingga keterampilan smash secara otomatis dan efektif harus ditunjang
oleh beberapa metode latihan yang tepat dan sesuai. Smash merupakan
gerak kerja yang terpenting dan terakhir dalam serangan. Kegagalan untuk
melakukan smash ke daerah lawan akan memberi kesempatan pihak lawan
untuk melakukan serangan balik atau balasan.
Teknik Smash Bulutangkis
Salah satu diantaranya adalah teknik smash. Teknik dasar smash
merupakan salah satu teknik pukulan dalam permainan bulutangkis yang
banyak digunakan untuk mematikan permainan lawan sehingga
kemenangan pun dapat diraih. Menurut Poole (1986) Smash adalah
“pukulan overhead yang keras, diarahkan ke bawah yang kuat, merupakan
pukulan menyerang yang utama dalam bulutangkis.” Sedangkan PB PBSI
(2001) mengemukakan bahwa, “Smash yaitu pukulan overhead yang keras,
diarahkan ke bawah yang kuat, merupakan pukulan menyerang yang utama
dalam bulutangkis.” Pukulan smash merupakan bentuk pukulan keras yang
sering digunakan dalam permainan bulutangkis. Karakteristik pukulan ini
adalah keras, laju jalannya shuttlecock cepat menuju lantai lapangan
sehingga pukulan ini membutuhkan aspek kekuatan otot tungkai, bahu,
lengan, dan fleksibilitas pergelangan tangan serta koordinasi gerak tubuh
yang harmonis. Dalam praktek permainan, pukulan smash dapat dilakukan
dalam sikap diam/berdiri atau sambil loncat (king smash). Oleh karena itu,
pukulan Smash dapat berbentuk pukulan smash penuh, pukulan smash
potong, pukulan Smash backhand, dan pukulan smash melingkar di atas
kepala. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menguasai teknik
Smash ini menurut PB PBSI (2006) adalah sebagai berikut :
1. Biasakan bergerak cepat untuk mengambil posisi pukul yang
tepat.
2. Perhatikan pegangan raket
3. Sikap badan harus tetap lentur, kedua lutut dibengkokkan, dan
tetap berkonsentrasi pada shuttlecock.
4. Perkenaan raket dan shuttlecock di atas kepala dengan cara
meluruskan lengan untuk menjangkau shuttlecock itu setinggi
mungkin, dan pergunakan tenaga pergelangan tangan pada saat
memukul shuttlecock.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
94
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
5. Akhiri rangkaian gerakan Smash ini dengan gerak lanjut ayunan
raket yang sempurna di depan badan.
Uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pukulan Smash
merupakan pukulan yang banyak digunakan untuk mematikan permainan
lawan. Teknik pukulan smash ini secara bertahap setiap pemain harus
menguasainya dengan sempurna melalui serangkaian latihan yang
sistematis dan dengan berpedoman pada prinsip-prinsip latihan, karena hal
ini sangat besar manfaatnya untuk meningkatkan kualitas permainan.
Daya Ledak Lengan
Daya ledak merupakan suatu unsur diantara unsur-unsur komponen
kondisi fisik yaitu kemampuan biomotorik manusia, yang dapat ditingkatkan
sampai batas-batas tertentu dengan melakukan latihan-latihan tertentu yang
sesuai. Daya ledak adalah suatu kemampuan seorang atlet untuk mengatasi
suatu hambatan dengan kecepatan kontraksi yang tinggi. Lebih lanjut
dikatakan bahwa daya ledak adalah kemampuan olahragawan untuk
mengatasi tahanan dengan suatu kecepatan kontraksi tinggi (Harre, 1982).
Daya ledak ialah kombinasi dari kecepatan maksimal dan kekuatan
maksimal. Daya ledak ini harus ditunjukkan oleh perpindahan tubuh (dalam
tendangan jauh) atau benda (peluru yang ditolakkan) melintasi udara,
dimana otot-otot harus mengeluarkan kekuatan dengan kecepatan yang
tinggi, agar dapat membawa tubuh atau obyek pada saat pelaksanaan gerak
untuk dapat mencapai suatu jarak (Janssen,1983). Daya ledak ialah
kemampuan sebuah otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan
beban dengan kekuatan dan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh
(Suharno HP, 1984). Daya ledak atau explosive power adalah kemampuan
otot atau sekelompok otot seseorang untuk mempergunakan kekuatan
maksimal yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya atau
sesingkat-singkatnya. Daya ledak merupakan hasil perpaduan dari kekuatan
dan kecepatan pada kontraksi otot (Bompa,1983; Fox,1988). Daya ledak
merupakan salah satu dari komponen gerak yang sangat penting untuk
melakukan aktivitas yang sangat berat karena dapat menentukan seberapa
kuat orang memukul, seberapa jauh seseorang dapat melempar, seberapa
cepat seseorang dapat berlari dan lainnya. Radcliffe dan Farentinos (1985)
menyatakan bahwa daya ledak adalah faktor utama dalam pelaksanaan
segala macam ketrampilan gerak dalam berbagai cabang olahraga.
Berdasar pada definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dua unsur
penting yang menentukan kualitas daya ledak adalah kekuatan dan
kecepatan. Power atau adalah sejumlah mekanik yang bekerja dalam
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
95 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
periode waktu tertentu (Ucup Yusuf dan Yadi Sunaryadi, 2000). Power
diartikan juga sebagai hasil kali antara kekuatan dan kecepatan (Arief
Prihastono, 1994). Power adalah kemampuan seseorang untuk
mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang
sependek-pendeknya (M. Sajoto. 1995). Pengukuran daya ledak adalah
hasil kali dari berat dan jarak dibagi waktu. Sebelum melatih power terlebih
dahulu perlu dilatih komponen kekuatan kondisi fisik seseorang atlit, yang
dimaksudkan oleh peneliti disini adalah komponen kekuatan maksimal,
karena komponen kondisi fisik kekuatan daya tahan dan kekuatan daya
ledak termasuk dalam komponen kondisi fisik khusus. Kekuatan adalah
kemampuan dari otot untuk dapat mengatasi tahanan atau beban dalam
menjalankan aktivitas, kekuatan dapat dibagikan kepada beberapa macam
yaitu: kekuatan maksimal, kekuatan daya ledak dan kekuatan daya tahan
(Suharno. HP, 1979). Kondisi fisik daya ledak termasuk didalam komponen
kondisi fisik khusus. Hanya dalam penelitian ini daya ledak adalah kemampuan
otot tungkai yang kuat dalam meloncat kearah vertical untuk melakukan servis
jumping. Daya ledak berguna untuk meloncat saat mencambuk bola saat
melakukan servis jumping (Suharno. HP, 1979). Untuk meningkatkan power
otot tungkai latihan yang sering digunakan oleh pelatih adalah weight
training, circuit training dan plyometric (Komite Olahraga Nasional Indonesia.
2000). Disamping bentuk-bentuk latihan yang lain, Weight training adalah
bentuk latihan yag efektif untuk mengembangkan komponen kondisi fisik
daya ledak. Daya ledak otot (muscular power) disebut juga sebagai
kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang
dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya (M. Sajoto, 1995). Jadi
daya ledak otot tungkai adalah kemampuan otot tungkai yang dikerahkan
dalam waktu yang sependek-pendeknya. Upaya dalam meningkatkan unsur
daya ledak dapat dilakukan dengan cara : a) meningkatkan kekuatan tanpa
mengabaikan kecepatan atau menitik beratkan pada kekuatan; b)
meningkatkan kecepatan tanpa mengabaikan kekuatan atau menitik
beratkan pada kecepatan; c) meningkatkan kedua-duanya sekaligus,
kekuatan dan kecepatan dilatih secara simultan (Jessen, Schultz dan
Bangertes, 1984). Latihan kombinasi antara kekuatan dan kecepatan
merupakan latihan untuk meningkatkan kualitas kondisi fisik dengan tujuan
utama meningkatkan daya ledak. Latihan tersebut memberikan pengaruh
yang lebih baik terhadap nilai dinamis jika dibandingkan dengan latihan
kekuatan saja. Adapun dalam mengembangkan daya ledak, beban latihan
tidak boleh terlalu berat sehingga gerakan yang dilakukan dapat
berlangsung cepat dan frekuensinya banyak (Pyke, 1980).
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
96
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Berdasar pada beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik
suatu pengertian bahwa daya ledak otot tungkai adalah suatu kemampuan
otot tungkai untuk melakukan aktivitas secara cepat dan kuat untuk
menghasilkan tenaga. Dari beberapa batasan tentang pengertian daya
ledak, dapat dikemukakan bahwa ternyata unsur yang menentukan daya
ledak adalah kekuatan dan kecepatan. Peranan power pada tungkai dan
lengan akan sangat membantu dalam pencapaian khususnya pada smash
bulutangkis. Kemampuan meloncat yang tinggi dengan pukulan yang keras,
sangat diharapkan karena akan menjadi penentu akhir gerakan smash.
Kelentukan
Kelentukan adalah efektivitas seseorang dalam menyesuaikan diri
untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh pada bidang sendi yang
luas. Kelentukan dipengaruhi oleh elastisitas sendi dan elastisitas otot-otot.
Harsono (1988) menyatakan bahwa lentuk tidaknya seseorang ditentukan
oleh luas sempitnya ruang gerak sendi- sendinya. Jadi kelentukan adalah
kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Kecuali
oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya
otot-otot, tendon, dan ligamen. Sedangkan Melvin H. William (1990)
menyatakan bahwa kelentukan sangat berguna sekali dalam tindakan
preventif mengatasi cidera dan perbaikan postur yang buruk. Harsono
(1988) menyatakan berdasar hasil-hasil penelitian menyatakan bahwa
perbaikan dalam kelentukan akan dapat: 1) mengurangi kemungkinan
terjadinya cedera-cedera otot dan sendi; 2) membantu dalam
mengembangkan kecepatan, koordinasi, dan kelincahan; 3) membantu
memperkembangkan prestasi; 4) menghemat pengeluaran tenaga (efisien)
pada waktu melakukan gerakan- gerakan; dan 5) membantu memperbaiki
sikap tubuh. Kelentukan merupakan unsur fisik yang dan diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan sehari-hari, lebih-lebih bagi atlet suatu cabang
olahraga yang menuntut keluwesan gerak. Karena kelentukan menunjukkan
kualitas yang memungkinkan suatu segmen persendian bergerak
semaksimal mungkin menurut kemungkinan otot atau sekelompok otot untuk
berkontraksi dalam posisi memendek dan memendek secara maksimal.
Kualitas kelentukan tubuh ditentukan oleh elastisitas otot-otot, tendo dan
ligamen atau jaringan pengikat. Sebagaimana yang dikatakan oleh Harsono
(1988;163) mengatakan bahwa: “Kelentukan adalah kemampuan untuk
melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi, kecuali oleh ruang gerak
sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastis tidaknya otot-otot, tendo dan
ligamen.” Selain itu menurut Rohantokman (1988:125) bahwa: “Fleksibilitas
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
97 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
merupakan rentang gerak persendian yang ada pada satu atau sekelompok
persendian”. Dengan elastisitas otot-otot dan luasnya persendian seseorang
akan lebih mudah menguasai keterampilan gerak dalam berbagai cabang
olahraga dan lebih cepat, karena kemungkinan geraknya akan lebih leluasa
dan gerakan-gerakan yang sulit dapat dilakukannya. Kelentukan (flexibility)
disebut juga kelenturan atau perenggangan. Kelenturan mengacu pada
ruang gerak sendi atau persendian serta elastisitas dari otot-otot, tendo dan
ligamen. Selain dari pendapat tersebut, Stone (1991) mengemukakan
definisi kelentukan sebagai berikut “flexibility is the range of motion in a joit
or series of joints.” Secara bebas diterjemahkan bahwa kelentukan adalah
luas gerak dalam suatu rangkaian persendian.
Bertolak dari pengertian kelentukan dapat dikatakan bahwa
karakteristik dari kemampuan kelentukan ialah luas geraknya persendian
serta elastisitas dari otot-otot dan tendo serta ligamen, bahkan sebagian
kecil ditentukan juga oleh kulit. Sesuai dengan batasan kelentukan
sebagaimana yang telah dikemukakan, maka kelentukan biasanya
dikembangkan melalui latihan-latihan peregangan otot dan latihan
memperluas ruang gerak persendian. Metode atau cara latihan senantiasa
bertolak dari jenis kelentukan. Untuk itu pergerakan yang dilakukan dalam
melakukan teknik pada cabang olahraga bulutangkis sangat membutuhkan
kelentukan tubuh atau togok dalam menampilkan pola gerakan yang lebih
luas. Uraian tentang pengertian kelentukan maka dapat disimpulkan bahwa,
kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan dengan
mudah dan efisien, sehingga dalam melakukan gerakan smash bulutangkis
utamanya pada saat melayang dan memukul bola, itu akan lebih mudah
dilakukan bila didukung kelentukan yang baik.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang dipergunakan dalam penelitian adalah metode
deskriptif secara korelasional. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel
yang menjadi fokus dalam penelitian, sebagai berikut: 1) variabel bebas
yaitu daya ledak lengan dan kelentukan togok ke belakang, dan 2) variabel
terikat adalah kemampuan smash bulutangkis. Desain penelitian atau
rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
korelasional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pemain bulutangkis
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Makassar. Dengan demikian
sampel yang digunakan adalah pemain putra BKMF Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Makassar dengan jumlah 30 orang.
Setelah seluruh data penelitian terkumpul, yakni tes dan pengukuran daya
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
98
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
ledak lengan, kelentukan togok ke belakang dan kemampuan smash
bulutangkis. Data yang terkumpul tersebut perlu dianalisis secara statistik
deskriptif, maupun inferensial untuk keperluan pengujian hipotesis
penelitian. Secar keseluruhan analisis data statistik yang digunakan pada
umumnya menggunakan sistem komputer dengan program analisis SPSS
Versi 17.00.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Deskriptif
Analisis data deskriptif dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran
umum data penelitian. Analisis deskriptif dilakukan terhadap data daya ledak
lengan, kelentukan togok ke belakang, dan kemampuan smash dalam
permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM. Analisis deskrtiptif
meliputi; total nilai, rata-rata, range, maksimal dan minimum. Dari nilai-nilai
statistik ini diharapkan dapat memberi gambaran umum tentang keadaan
data daya ledak lengan, kelentukan togok ke belakang, dan kemampuan
smash dalam permainan bulutangkis. Hasil analisis deskriptif setiap variabel
penelitian dapat dilihat dalam tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis deskriptif tiap variabel
N Sum Mean Stdv Range Min. Max.
Daya ledak lengan
30 120,05 4,0017 0,21111 0,80 3,70 4,50
Kelentukan togok ke belakang
30 1170,00 39,0000 3,26950 12,00 34,00 46,00
Smash bulutangkis
30 177,00 5,9000 1,18467 4,00 4,00 8,00
Hasil dari tabel 1 di atas yang merupakan gambaran data daya ledak
lengan, kelentukan togok ke belakang dan kemampuan smash dalam
permainan bulutangkis dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Untuk data daya ledak lengan pada mahasiswa BKMF FIK UNM dari 30
jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 120,05 dan rata-rata yang
diperoleh 4,0017 dengan hasil standar deviasi 0,21111 dari range data
0,80 antara nilai minimum 3,70 dan 4,50 untuk nilai maksimal.
2. Untuk data kelentukan togok ke belakang pada mahasiswa BKMF FIK
UNM dari 30 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 1170,00 dan
rata-rata yang diperoleh 39,0000 dengan hasil standar deviasi 3,26950
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
99 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
dari range data 12,00 antara nilai minimum 34,00 dan 46,00 untuk nilai
maksimal.
3. Untuk data kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada
mahasiswa BKMF FIK UNM dari 30 jumlah sampel diperoleh total nilai
sebanyak 117,00 dan rata-rata yang diperoleh 5,9000 dengan hasil
standar deviasi 1,18467 dari range data 4,00 antara nilai minimum 4,00
dan 8,00 untuk nilai maksimal.
Analisis Inferensial
Untuk pengujian hipotesis tersebut maka dilakukan uji korelasi dan
regresi data daya ledak lengan, kelentukan togok ke belakang dan
kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF
FIK UNM.
1. Ada kontribusi daya ledak lengan terhadap kemampuan smash dalam
permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM
Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui
antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis
yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan
pengolahan data melalui analisis korelasi dan regresi dari program
SPSS tentang kontribusi daya ledak lengan terhadap kemampuan
smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM
diperoleh sesuai rangkuman tabel 2 berikut:
Tabel 2. Hasil analisis korelasi dan regresi untuk hipotesis pertama
VARIABEL r/R Rs F t Sig.
Daya ledak lengan (X1)
0,828
0,686
61,040
7,813
0,000
Smash bulutangkis (Y)
Hipotesis statistik yang akan di uji:
H0 : Rx1.y = 0
H1 : Rx1.y 0
Hasil pengujian:
Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi dan regresi data antara daya
ledak lengan terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis
pada mahasiswa BKMF FIK UNM. Diperoleh nilai korelasi dan regresi
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
100
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
0,828 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square
(koefesien determinasi) 0,686. Hal ini berarti 68,6% kemampuan smash
dalam permainan bulutangkis dijelaskan oleh daya ledak lengan. Dari uji
Anova atau F test, didapat F hitung adalah 61,040 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05,
maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan smash
dalam permainan bulutangkis (dapat diberlakukan untuk populasi dimana
sampel diambil). Dari uji t diperoleh 7,813 dengan tingkat signifikansi 0,000.
Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak
dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau daya ledak lengan
benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan smash
dalam permainan bulutangkis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
daya ledak lengan memiliki kontribusi terhadap kemampuan smash dalam
permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM sebesar 68,6%.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada kontribusi daya ledak
lengan terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada
mahasiswa BKMF FIK UNM. Apabila hasil penelitian dikaitkan dengan teori
dan kerangka pikir yang mendasarinya, maka dalam dasarnya hasil
penelitian ini mendukung dan memperkuat teori dan hasil-hasil penelitian
terdahulu yang sudah ada. Daya ledak juga dikenal dengan istilah tenaga
eksplosif yang sangat diperlukan dalam berbagai cabang olahraga.
Hakekatnya bahwa power lengan merupakan salah satu komponen fisik,
dimana kekuatan dan kecepatan otot di kombinasikan dalam satu pola
gerak. Harsono (1988) mengemukakan bahwa: “Power lebih diperlukan,
dan boleh dikatakan oleh semua cabang olahraga, oleh karena dalam
power kecuali strength terdapat pula kecepatan”. Ini membuktikan bahwa
teknik dasar smash pada permainan bulutangkis dibutuhkan suatu daya
ledak lengan di saat melakukan pukulan. Pada saat melakukan smash,
yang diharapkan pada pemain adalah bagaimana smash tersebut dapat
dilakukan dengan keras, akurat dan tepat pada sasaran. Daya ledak lengan
merupakan penggabungan antara dua kondisi fisik pada otot lengan untuk
bergerak dengan kuat dan cepat. Oleh karena itu, pemain yang memiliki
power atau daya ledak lengan akan mempunyai pukulan smash yang keras
dan akurat.
2. Ada kontribusi kelentukan togok ke belakang terhadap kemampuan
smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM
Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui
antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
101 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan
pengolahan data melalui analisis korelasi dan regresi dari program
SPSS tentang kontribusi kelentukan togok ke belakang terhadap
kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa
BKMF FIK UNM diperoleh sesuai dari rangkuman tabel 5 berikut:
Tabel 3. Hasil analisis korelasi dan regresi untuk hipotesis kedua
VARIABEL r/R Rs F t Sig.
Kelentukan togok ke belakang (X2)
0,899
0,809
118,224
10,873
0,000 Smash bulutangkis (Y)
Hipotesis statistik yang akan di uji:
H0 : Rx2.y = 0
H1 : Rx2.y 0
Hasil pengujian:
Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi dan regresi data antara
kelentukan togok ke belakang terhadap kemampuan smash dalam
permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM. Diperoleh nilai
korelasi dan regresi 0,899 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05,
untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0,809. Hal ini berarti 80,9%
kemampuan smash dalam permainan bulutangkis dijelaskan oleh
kelentukan togok ke belakang. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung
adalah 118,224 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena
probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat
dipakai untuk memprediksi kemampuan smash dalam permainan
bulutangkis (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil).
Dari uji t diperoleh 10,873 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena
probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1
diterima atau koefesien regresi signifikan, atau kelentukan togok ke
belakang benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap
kemampuan smash dalam permainan bulutangkis. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa kelentukan togok ke belakang memiliki
kontribusi terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis
pada mahasiswa BKMF FIK UNM sebesar 80,9%. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa ada kontribusi kelentukan togok ke belakang
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
102
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada
mahasiswa BKMF FIK UNM. Apabila hasil penelitian ini dikaitkan dengan
teori dan kerangka pikir yang mendasarinya, maka dalam dasarnya hasil
penelitian mendukung dan memperkuat teori dan hasil-hasil penelitian
terdahulu yang sudah ada. Moch. Sajoto (1988:58) mengatakan bahwa:
“Kelentukan adalah keefektifan seseorang dalam penyesuaian dirinya,
untuk melakukan segala aktivitas tubuh dengan penguluran seluas-
luasnya, terutama otot-otot, ligamen-ligamen disekitar persendian”.
Kelentukan togok ke belakang berperan dalam gerakan pukulan smash,
sebab seorang pemain akan melakukan tarikan badan ke belakang
untuk mengayunkan raketnya. Hal ini dilakukan guna mendapatkan
gerakan yang lebih luas untuk mendapat ruang agar pukulan smash
dapat lebih keras dan akurat.
3. Ada kontribusi daya ledak lengan dan kelentukan togok ke belakang
terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada
mahasiswa BKMF FIK UNM
Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui
antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis
yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan
pengolahan data melalui analisis regresi dari program SPSS tentang
hubungan antara daya ledak lengan, daya ledak tungkai, dan kelentukan
togok ke belakang terhadap kemampuan smash dalam permainan
bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM diperoleh sesuai dari
rangkuman tabel 4 berikut:
Tabel 4. Hasil analisis regresi untuk hipotesis ketiga
VARIABEL r/R Rs F t Sig.
Daya ledak lengan (X1), dan kelentukan togok ke belakang (X2)
0,921
0,848
48,326
5,530
0,000
Smash bulutangkis (Y)
Hipotesis statistik yang akan di uji:
H0 : Rx1.2.3.y = 0
H1 : Rx1.2.3.y 0
Hasil pengujian:
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
103 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi data antara daya ledak
lengan, daya ledak tungkai, dan kelentukan togok ke belakang terhadap
kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa
BKMF FIK UNM. Diperoleh nilai regresi 0,921 dengan tingkat
probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi)
0,848. Hal ini berarti 84,8% kemampuan smash dalam permainan
bulutangkis dijelaskan oleh daya ledak lengan, daya ledak tungkai, dan
kelentukan togok ke belakang. Dari uji Anova atau F test, didapat F
hitung adalah 48,326 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena
probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat
dipakai untuk memprediksi kemampuan smash dalam permainan
bulutangkis (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil).
Dari uji t diperoleh 5,530 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena
probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1
diterima atau koefesien regresi signifikan, atau daya ledak lengan, daya
ledak tungkai, dan kelentukan togok ke belakang benar-benar
berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan smash dalam
permainan bulutangkis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
daya ledak lengan, daya ledak tungkai, dan kelentukan togok ke
belakang memiliki kontribusi terhadap kemampuan smash dalam
permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM sebesar
84,8%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada kontribusi daya
ledak lengan dan kelentukan togok ke belakang terhadap kemampuan
smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM.
Apabila hasil penelitian ini dikaitkan dengan teori dan kerangka pikir
yang mendasarinya, pada dasarnya hasil penelitian ini mendukung dan
memperkuat teori yang sudah ada. Jika unsur kondisi fisik itu tidak atau
kurang tercapai pada suatu tahap latihan tertentu, maka ini dapat
dikatakan bahwa perencanaan dan sistematika latihan itu kurang tepat.
Penguasaan teknik-teknik dasar yang efektif dan efesien, tentu bukan
hanya dalam teknik saja akan tetapi didukung pula oleh adanya
kemampuan kondisi fisik. Diungkapkan Jones (2012) dalam artikelnya
bahwa: Pertimbangan kondisi fisik itu harus dikembangkan didasarkan
pada karakteristik cabang olahraga yang digelutinya, sebab pada suatu
cabang olah raga tertentu mungkin memerlukan komponen kondisi fisik
secara keseluruhan, sedangkan pada cabang lain mungkin hanya
sebagian saja. Jadi masalah peran komponen kondisi fisik ini bersifat
relatif, karena bergantung pada karakteristik cabang olahraganya seperti
dalam permainan bulutangkis. Komponen kondisi fisik tersebut terdiri
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
104
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
atas kekuatan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, daya tahan, daya
ledak otot, koordinasi, keseimbangan, kelentukan, dan reaksi. Menurut
Subarjah (2012) dalam artikelnya bahwa: Komponen kondisi fisik terdiri
dari komponen-komponen seperti kekuatan otot, daya tahan otot, daya
tahan umum, fleksibilitas, kecepatan, koordinasi, agilitas dan
keseimbangan. Mengembangkan atau meningkatkan kondisi fisik, berarti
mengembangkan atau meningkatkan kemampuan fisik (physical
abilities) atlet. Setiap usaha peningkatan komponen fisik harus
dikembangkan semua komponen yang ada, walaupun dalam
pelaksanaannya perlu adanya prioritas untuk menentukan komponen
mana yang perlu untuk mendapatkan porsi latihan lebih besar sesuai
dengan olah raga yang ditekuni dalam hal ini bulutangkis. Tidak adanya
salah satu komponen pendukung akan mempengaruhi hasil yang
dicapai. Demikian juga dalam olahraga bulutangkis membutuhkan dasar
fisik yang baik tetapi tidak meninggalkan faktor-faktor yang lain seperti
teknik dan mental. Dengan demikian komponen fisik daya ledak dan
kelentukan merupakan dua komponen kondisi fisik yang ada, dan tidka
bisa terbaikan dalam menunjang kemampuan smash dalam permainan
bulutangkis. Kedua komponen kondisi fisik tersebut sangat
mempenagruhi dan memberikan kontribusi yang sangat signifikan
terhadap kemampuan smash dalam permainan bulutangkis. Daya ledak
merupakan kemampuan untuk dapat mempergunakan tenaga dalam
waktu yang singat. Daya ledak berfungsi baik saat melakukan take off
untuk melompat menjangkau shuttlecock dan pada saat melakukan
pukulan smash di udara. Disamping itu kelentukan togok ke belakang
akan berperan membantu memberikan ruang gerak dalam melakukan
pukulan smash. Dengan demikian kedua komponen kondisi fisik yang
menjadi bahan penelitian memberikan kontribusi yang besar dalam
melakukan pukulan smash pada permainan bulutangkis. Daya ledak
merupakan kondisi fisik yang sangat berperan dalam menunjang
kemampuan melakukan smash, baik itu pada tungkai yang digunakan
untuk melompat maupun lengan yang dijadikan sebagai penentu disaat
posisi badan diatas melakukan pukulan. Disamping unsur fisik tersebut,
kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan
dengan mudah dan efisien, sehingga dalam melakukan gerakan smash
bulutangkis utamanya pada saat melayang dan memukul bola, itu akan
lebih mudah dilakukan bila didukung kelentukan yang baik. Karena
kelentukan menunjukkan kualitas yang memungkinkan suatu segmen
persendian bergerak semaksimal mungkin menurut kemungkinan otot
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
105 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
atau sekelompok otot untuk berkontraksi dalam posisi memendek dan
memendek secara maksimal. Kualitas kelentukan tubuh ditentukan oleh
elastisitas otot-otot, tendo dan ligamen atau jaringan pengikat. Unsur
kelentukan sangat besar perannya dalam menentukan kualitas gerakan
dalam bermain bulutangkis. Kelentukan akan memberikan kemampuan
kepada pemain untuk melakukan pukulan dengan gerakan teknik yang
benar, pukulan yang tepat, arah bola yang tepat, dan mampu memukul
bola dengan cepat dan keras. Dengan demikian gerakan dalam memukul
bola pada permainan bulutangkis akan lebih luwes dan gerakan tidak
kaku. Apabila gerakan memukul bola dilakukan dengan gerakan yang
elastis dan luwes dapat memberikan kemampuan kontrol gerakan secara
tepat sehingga perkenaan bola dengan raket serta arah pukulan yang
dilakukan sesuai dengan sasaran.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakan, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan sebagai berikut: 1)
Daya ledak lengan memiliki kontribusi terhadap kemampuan smash dalam
permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM, 2) Kelentukan
togok ke belakang memiliki kontribusi terhadap kemampuan smash dalam
permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF FIK UNM, dan 3) Daya ledak
lengan dan kelentukan togok ke belakang memiliki kontribusi terhadap
kemampuan smash dalam permainan bulutangkis pada mahasiswa BKMF
FIK UNM.
Berdasarkan kesimpulan penelitian tersebut di atas, maka dapat
disarankan sebagai berikut : 1) Bagi pengajar di kampus untuk dapat
memberikan penguasaan teknik pada permainan bulutangkis agar out put
nantinya lebih berkualitas dalam proses pengajarannya secara khususnya
pada teknik bermain bulutangkis, 2) Sebagai bahan informasi bagi pemain
BKMF FIK UNM tentang hasil penelitian yang diperoleh, dan 3) Selain teknik
dan fisik, seorang pemain bulutangkis hendaknya juga menguasai taktik
bermain yang baik. Dengan memperhatikan taktik, berarti pemain harus
memahami kondisi lawan dengan baik. Dengan memiliki taktik yang baik
maka pemain akan dapat merencanakan suatu metode atau cara yang palin
tepat untuk menghadapi lawan dan mampu mengatur tempo kompetisi dari
setiap pertandingan.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
106
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
DAFTAR PUSTAKA
Badriah, Dewi L., 2002, Fisiologi Olahraga dalam Perspektif dan Praktik,
Bandung, Pustaka Ramadhan.
Bahagia, Yoyo, 2000, Prinsip-prinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang
Olahraga, Jakarta, Depdikbud.
Harsono, 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi dalam Coaching.
Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti.
Panitia POR 7 Djarum. 1990. Pola Dasar Pembinaan Bulu Tangkis Djarum.
Kudus. PB. Djarum
PB. PBSI, 2001. Buku Pedoman Bulutangkis. Jakarta: PB. PBSI.
Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI), 2006,
Pedoman Praktis Bermain Bulutangkis, Tersedia : http://pbpbsi/
bulutangkis.com.
Razak, Abraham. 1993. Perbandingan Pengaruh Latihan Pliometrik Dengan
Latihan Kekuatan Dan Kecepatan Terhadap Daya Ledak. Surabaya :
Thesis Pasca Sarjana UNAIR.
Sajoto, Moch. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Proyek Pengadaan Buku pada Lembaga Pengembangan Tenaga
Pendidikan. Jakarta.
__________. 1995. Pengembangan dan Pembinaan Kekuatan kondisi Fisik
Dalam Olahraga. Jakarta: Dahara Prize.
Samursarjono Sadoso, 1986. Pengetahun Praktis Kesehatan Dalam
Olahraga. Jakarta
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Simanjuntak, Victor G, dkk. 2008. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
Jakarta: Dirjen Dikti. Depdiknas.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
107 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
HUBUNGAN ANTARA PANJANG TUNGKAI, KESEIMBANGAN DAN
KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN
TENDANGAN SABIT CABANG PENCAK SILAT
PADA MAHASISWA BKMF FIK UNM
(RELATIONSHIP BETWEEN LEG LENGTH, LEG MUSCLE STRENGTH
BALANCE AND ABILITY TO KICK SICKLE PENCAK SILAT
BRANCH IN STUDENTS BKMF FIK UNM)
OLEH:
MUH. SAID HASAN )*
ABSTRACT
This study aims to Know long relationship limbs, balance and leg muscle
strength in the Side Kick ability martial arts sport at UNM student .Penelitian
Bkmf Fik was a descriptive study of the three independent variables and the
dependent variable. The population in this study were students Bkmf Faculty
of Sport Science, State University of Makassar. Total sample in this study is
30 person selected was randomly sampling. Data analysis techniques used
correlation with the significant level of 95% or ɑ = 0.05 significant. Based on
test results correlation and regression analysis data can be summarized as
follows: 1). There is a relationship with a leg length of the side kick ability
pencaksilat sport, with a value (ro) = 0.173. with a P value (0.000) <0,05.
2). There is a relationship of balance with the ability of the side kick sport
martial arts, with a value (ro) = 0.724. with a P value (0.000) <0,05. 3).
There is a relationship leg muscle strength with the ability side kick the sport
of martial arts with a value (ro) of 0.186. with a P value (0.000) <0,05. 4)
there is a connection limb length, balance, leg muscle strength with the
ability of the side kick in martial arts sport, proven value (ro) = 0735 with the
P value (0.000) <0,05.
Keywords: Long Legs, Balance, Limb Muscle Strength, Side kick ability
PENDAHULUAN
Olahraga merupakan salah satu aspek yang perlu mendapat
perhatian khusus, dimana dengan kemajuan olahraga suatu daerah akan
dapat membawa nama daerah tersebut menjadi terkenal terutama prestasi
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
108
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
yang dicapai oleh atletnya. Pembinaan olahraga di Indonesia dewasa ini
mengalami perkembangan. hal ini tidak terlepas dari peran serta masyarakat
yang semakin sadar akan pentingnya olahraga itu sendiri, di samping itu
dukungan dan perhatian dari pemerintah dalam menunjang perkembangan
olahraga di negara kita. Suatu kenyataan bahwa ada empat dasar tujuan
manusia melakukan kegiatan olahraga yaitu: 1) Mereka yang melakukan
kegiatan olahraga hanya untuk rekreasi, jadi segalanya dikerjakan dengan
santai dan tidak formal, baik tempat maupun peraturannya. 2) Mereka yang
melakukan kegiatan olahraga untuk tujuan pendidikan seperti misalnya anak
– anak sekolah yang diasuh oleh guru olahraga. 3) Mereka melakukan
kegiatan olahraga dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani tertentu.
4).Mereka yang melakukan kegiatan olahraga tertentu untuk mencapai
prestasi, menurut Sajoto (1988). Peranan pembinaan olahraga salah satu
tujuan adalah untuk mengidentifikasikan calon atlet yang mempunyai bakat
berdasarkan jenis olahraga yang sesuai dengan potensi dan minatnya yang
diperkirakan berpeluang untuk berhasil dalam program pembinaan sehingga
dapat mencapai prestasi yang diharapkan, salah satunya adalah cabang
Pencaksilat. Pencak Silat merupakan hasil budaya manusia yang bertujuan
untuk menjaga diri dari bahaya (keamanan) dan kesejahteraan bersama,
seiring perkembangan olahraga beladiri Pencak Silat juga masuk dalam
olahraga prestasi, dan yang membedakan Pencaksilat dengan olahraga
yang lain yaitu empat aspek yang merupakan satu kesatuan bulat, yakni
aspek mental spiritual, beladiri, seni dan olahraga. Olahraga pencak silat
juga akan lebih mudah diterima dan dipahami, karena olahraga ini
merupakan hasil budaya masyarakat Indonesia itu sendiri, Pencak silat
merupakan hasil budaya masyarakat Indonesia untuk mempertahankan
eksistensi dan integritas terhadap alam sekitarnya untuk mencapai
keselarasan hidup guna peningkatan iman dan takwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menurut M. Atok iskandar (1992) Komponen fisik merupakan
salah satu kebutuhan yang harus dimiliki oleh seorang atlet apabila ingin
mencapai suatu prestasi yang lebih baik. Untuk memperoleh prestasi
maksimal, maka perlu penguasaan teknik dasar atau pola gerak yang
terdapat dalam olahraga pencak silat, seperti serangan dan tangkisan,
dimana serangan terdiri dari tendangan dan pukulan. Dalam olahraga
pencak silat, tendangan di bagi dalam empat jenis tendangan yaitu
tendangan sabit / tendangan lurus, tendangan sabit/ samping, tendangan
belakang serta tendangan busur. Dari keempat jenis tendangan tersebut,
penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam salah satu bentuk tendangan
yang dijadikan sebagai variabel dalam penelitian, yaitu tendangan sabit/
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
109 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
samping. Teknik dasar tendangan sabit/ samping adalah teknik serangan
yang cukup sering digunakan dalam pertandingan pencak silat, karena
mudah dalam menjangkau sasaran dan lebih banyak dalam memperoleh
poin di bandingkan dengan serangan seperi pukulan. Sejalan dengan hal
tersebut, maka kami akan melakukan kajian ilmiah dengan melakukan suatu
penelitian untuk memaksimalkan peranan tendangan sabit pada mahasiswa
Bkmf Fik Unm Makassar. Dengan alasan, kami melihat bahwa perlunya
kekuatan otot tungkai, keseimbangan serta panjang tungkai untuk
menunjang kontribusi tendangan sabit dalam mendulang point maksimal.
Keseimbangan merupakan salah satu komponen fisik yang erat kaitannya
dalam mempertahankan keseimbangan tumpuan kaki dari beban tubuh
sendiri, panjang tungkai sebagai komponen fisik yang erat kaitannya dalam
mengoptimalkan jangkauan terhadap lawan, kekuatan otot tungkai sebagai
komponen fisik yang berperan dalam memberikan dorongan kekuatan otot
pada tungkai untuk memaksimalkan kecepatan dan kekuatan sehingga
memudahkan dalam memperoleh poin maksimal. Serangan yang cepat dan
mempunyai kekuatan dalam olahraga pencaksilat merupakan hal yang
sangat penting.
Pencak Silat
Pencak silat merupakan seni bela diri asli Indonesia. Sebab seni
beladiri ini lahir dan berkembang di Indonesia, yang telah berumur berabad
dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi.
Poerbatjaroko dan Moch. Djomali (1994), memberikan pengertian mengenai
pencaksilat sebagai berikut: Pencak adalah gerakan serang beladiri yang
berupa tari dan berirama dengan peraturan adat kesopanan tertentu yang
biasanya untuk pertunjukan umum. Silat adalah intisari dari pencak, untuk
perkelahian membela diri yang tidak dapat dipertunjukkan di sabit umum.
Sedangkan menurut Djomali (1985) mendefenisikan pencak silat adalah
gerakan serangan bela yang teratur menurut tempat, keadaan dan waktu.
Dapat dipertunjukan dimuka umum berupa olahraga, kesenian, dan
pembelaan diri. Silat adalah intisari dari pencak, untuk pembelaan diri dalam
keadaan yang memaksa, dengan maksud menyelamatkan diri dan
menaklukkan musuh dengan secepat-cepatnya. Berdasarkan pendapat dan
penjelasan beberapa ahli di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa olahraga pencak silat sebagai suatu keterampilan beladiri dan
sebagai sarana, dengan materi pendidikan rohani dan jasmani. Sikap
jasmani adalah sikap kesiapan fisik tubuh untuk melakukan gerakan-
gerakan dengan kemahiran tehnik yang baik. Sedangkan sikap rohani ialah
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
110
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
kesiapan mental dan pikiran untuk melakukan tujuan dengan waspada.
Yang memiliki filosofi hidup yang diberi nilai-nilai luhur pencak silat dan
mempunyai kode etik yang biasa disebut dengan nama prasetya pencak
silat. Olahraga bela diri pencak silat adalah cabang olahraga yang tidak jauh
bedanya dengan olahraga bela diri lainnya, dimana di dalamnya terdiri
dalam beberapa pola gerakan atau tehnik dasar. Ada beberapa tehnik dasar
gerakan di dalam pencak silat yang mesti dikuasai, yaitu pukulan,
tendangan, tangkisan, dan elakan. Sedangkan pola yang digunakan adalah
serangan dan bertahan. Serangan merupakan suatu bentuk strategi dalam
bela diri yang dalam keadaan tertentu harus diterapkan baik dalam berlatih
maupun bertanding. Karena dalam olahraga pencak silat serangan dan
tendangan lebih banyak memberi keuntungan dalam memperoleh nilai yang
lebih baik di dalam bertanding bila dibandingkan menggunkan tangan.
Menurut Joko Subroto dan Mochammad Rohadi (1996) mengemukakan,
bahwa tendangan dalam pencak silat adalah serangan dengan
menggunakan kaki/tungkai (disebut tendangan), dapat dilakukan dengan
menggunakan ujung kaki, tumit, dan lutut.
Teknik Dasar Tendangan
Tendangan merupakan pola gerak yang memiliki karakteristik
tertentu yaitu melibatkan anggota tubuh khususnya tungkai bagian bawah
,untuk dijadikan sebagai senjata dalam melancarkan serangan ke sasaran
tubuh lawan. Keadaan selama pertandingan berlangsung menuntut
penguasaan serangan dengan tendangan yang beraneka ragam, agar
serangan yang dilancarkan dapat kelak masuk ke sasaran tubuh lawan.
Sehubungan dengan apa yang telah dikemukakan sebelumnya, maka perlu
dikemukakan macam-macam tendangan yang terdapat dalam pencaksilat.
Didalam pencaksilat terdiri dari beberapa macam tendangan, sebagaimana
yang dikemukakan oleh M. Otot Iskandar (1992), membagi serangan
dengan kaki menjadi empat macam, yaitu:
1. Tendangan Sabit/ Busur/ Samping
Tendangan sabit/ samping adalah tendangan yang berbentuk busur
dengan menggunakan punggung kaki. Pelaksanaan gerakan tendangan
sabit meliputi mengangkat kaki setinggi lutut lalu luruskan kaki kesamping
dengan tumpuan satu kaki dan perkenaan pada punggung kaki. Badan
dicondongkan sedikit untuk menjaga keseimbangan tubuh ketika
menyerang. Teknik tendangan samping yang paling banyak digunakan
dalam setiap pertandingan, karena gerakan tersebut sangat susah di
antisipasi mengingat kecepatan dan perkenaan sasaran yang dapat
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
111 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
melumpuhkan lawan jika teknik tersebut berhasil mengenai sasaran tepat
yaitu tulang rusuk. Setelah melakukan teknik tendangan sabit ini secepat
mungkin dapat ditekuk atau ditarik ke posisi semula sehingga lawan
susah untuk menangkap kaki tersebut.
2. Tendangan Lurus
Untuk tendangan ke depan atau tendangan lurus, pelaksanaan
tendangan ini dengan cara mengangkat lutut terlebih dahulu ke arah
depan kemudian meluruskan bagian tungkai kaki hingga mencapai
sasaran dengan ujung kaki yang menyentuh ke sasaran. Hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan teknik tendangan adalah menendang
dengan cepat keras dan segera ditarik ke posisi semula. Perlu
diperhatikan dalam tempo yang tepat dalam melancarkan teknik
tendangan, demikian juga dengan faktor balance (keseimbangan) harus
tetap dijaga. Teknik tendangan depan yang menggunakan ujung telapak
kaki sebagai perkenaan pada sasaran memiliki keunggulan dibandingkan
teknik tendangan lainnya. Sebab proses gerakannya sangat mudah
dilakukan dalam posisi bagaimanapun.
3. Tendangan T
Tendangan T adalah sebutan lain untuk macam tendangan dengan nama
gerakan tendangan ke arah Samping. Dalam bahasa Karate tendangan
ini disebut sebagai Yoko-geri. Terdapat berbagai macam variasi
tendangan samping ini. Pada dasarnya tendangan samping memakai
tumit sebagai alat serang atau menggunakan sisi luar telapak kaki atau
ada yang menyebut sebagai pisau kaki.
4. Tendangan Belakang / Putar
Tendangan belakang merupakan tendangan ke arah kebelakang atau
membelakangi musuh, pelaksanaan gerakannya meliputi mengangkat
kaki setinggi lutut, kemudian mengayunkan kaki tendangan ke belakang,
bagian tumit sebagai bagian yang akan masuk ke daerah sasaran lawan.
Bentuk tendangan dipergunakan apabila lawan di belakang. Agar
pelaksanaan tendangan dapat efektif dan efesien, maka harus dilandasi
dengan kuda-kuda yang baik serta dengan sikap tangan dan tubuh yang
benar.
Panjang Tungkai
Panjang tungkai merupakan bagian dari ukuran antropometrik tubuh
yang termasuk dalam kategori panjang tubuh. Potensi tubuh yang dimiliki
seseorang dari segi panjang tungkai dapat menunjang berbagai
penanmpilan gerak dalam olahraga khususnya tendangan dalam olahraga
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
112
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
pencak silat.banyak factor yang menentukan suksesnya seorang pesilat
dalam penampilan olahraga. Diantaranya adalah ukuran tubuh ( postur dan
struktur tubuh). Misalnya, untuk melakukan tendangan dalam olahraga
pencak silat memerlukan jankauan dari tungkai penendang untuk mencapai
sasaran ( lawan ) sehingga di perlukan panjang tungkai. “ ukurang panjang
tubuh ( legth wise growth ) melipti : tinggi badan, tinggi duduk, panjang
tungkai, panjang lengan, dal lain-lain. ( Pasau, 1988 ). Panjang tungkai
sangat efektif untuk menunjang kemampuan tendangan dalam olahraga
pencak silat terutama untuk menjangkau sasaran yang senantiasa begerak
menhindar atau menjaga sasaran. Menurut Pasau (1988) bahwa,” orang
yang mempunyai fisik yang tinggi dan besar rata-rata akan mempunyai
kemampuan fisik seperti kekuatan, kecapatan, daya tahan jantung dan paru-
paru, daya tahan otot dan lain-lain, lebih baik daripada orang yang bertubuh
kecil dan pendek, “ beberapa faktor yang perlu dimiliki seorang atlet untuk
mencapai prestasi olahraga seperti pada olahraga pencak silat,. Menurut
peny ( profiling athelete: 71), yaitu “ ukuran dan bentuk antropometris
tubuhnya, kondisi jantung, kekuatan otot, kecepatan, power, agility fungsi
paru-paru. Koordinasi (kondisi neuromuscular), waktu reaksi, dan
keseimbangan.”
Sangat sulit bagi seorang pesilat untuk mencapai prestasi optimal
apabila panjang tungkai kurang menunjang. Olah karena, bisa saja mereka
mempunyai daya ledak yang cukup tetapi panjang tungkai tidak menunjang
sehingga kurang mampu melakukan tendangan yang mencapai sasaran
dengan keras. Dalam olahraga pencak silat. Lawan selalu bergerak
menhindar. Menjaga jarak kemudian melakukan serangan secara tiba-tiba.
Pesilat yang mempunyai tungkai yang lebih panjang. Akan lebih
menguntungkan karena lawan yang selalu bergerak menjaga jarak dapat
ditinjau dari melalui serangan tendangan dengan memanfaatkan panjang
tungkainya. Berbeda dengan pesilat yang mempunyai tungkai yang pendek.
Tentu akan kesulitan untuk melakukan serngan apabila lawannya
mempunyai tungkai yang lebih panjang. Untuk menyerang lawan dengan
tendangan. Diperlukan mobilitas gerak dan kemampuan menjangkau
sasaran tendangan yang di tentukan oleh keadaan panjang tungkai pesilat.
Panjang tungkai bukan factor tunggal untuk menunjang kelincahan
tendangan dalam olahraga pencak silat, tetapi panjang tungkai dapat
digunakan sebagai penentu dalm pemilihan ( talent scouting ) pesilat usia
dini berbakat.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
113 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Keseimbangan
Keseimbangan merupakan seseorang mempertahankan system
tubuh baik dalam tubuh baik salam posisi statis maupun lebih-lebih dalam
posisi gerak dinamis yang mana keseimbangan juga merupakan hal yang
sangat penting di dalam melakukan suatu gerakan karena dengan
keseimbangan yang baik, maka seseorang mampu mengkoordinasikan
gerakan-gerakan dan dalam beberapa ketangkasan unsur kelincahan.
seperti yang dikemukakan oleh Harsono ( 1988 ) bahwa “ keseimbangan
berhubungan dengan koordinasi diri, dan dalam beberapa keterampilan,
juga dengan agilitas”. Dengan demikian untuk menjaga keseimbangan
dalam melakukan kegiatan jasmani, maka gerakan-gerakan yang dilakukan
perlu dikoordinasikan dengan baik sebagai usaha untuk mengontrol semua
gerakan. Menurut Muchammad Sajoto ( 1988 ) tentang kemampuan
menguasai letak titik berat badan yang lebih dikenal dengan istilah
keseimbangan bahwa: Keseimbngan atau balance adalah kemampuan
seseorang mengendalikan organ-organ syaraf ototnya selama melakukan
gerakan-gerakan yang cepat dengan perubahan letak titik berat badan yang
secara pula baik dalam keadaan statis maupun lebih-lebih dalam keadaan
gerak dinamis. Lebih lanjut Harsono ( 1988 ) mengemukakan bahwa
keseimbangan atau balance adalah “kemampuan untuk mempertaahankan
system neuromuscular kita dalam kondisi statis, atau mengontrol system
neuromuscular tersebut dalm suatu posisi sikap yang efisien selagi kita
bergerak”. Adapun keseimbangan terbagi dua jenis, menurut Muchammad
Satojo (1988) yaitu: 1) Keseimbangan ststis adalah kemampuan tubuh
dalam mempertahankan tubuh dalam mempertahankan keseimbangan
dalam posisi tetap, dan 2) Keseimbangan dinamis adalah kemampuan tubuh
mempertahankan keseimbngan pada waktu melakukan gerakan dari suatu
posisi ke posisi yang lain.
Barrow yang dikutip oleh M. Kasmad Yahya (1994) mendefenisikan
keseimbangan sebagai berikut; Keseimbangan atau balance diartikan
sebagai kemampuan untuk mempertahankan system neuromuscular tubuh
dalam kondisi statis, atau mengontrol system neuromuscular dalam suatu
posisi atau sikap yang efisien sementara bergerak. Kajian keseimbangan
dalam posisi badan pada saat bergerak oleh Moch. Satojo (1988)
memberikan pengertian keseimbangan sebagai “kemampuan untuk
mempertahankan posisi”. Mempertahankan posisi badan dalm berbagai
situasi memerlukan kemampuan tersendiri oleh atlet. Situasi dan kondisi
keseimbangan oleh Rahantoknam (1988) mengemukakan bahwa: 1)
Keseimbangan statis (static balance) adalah keseimbangan mengacu pada
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
114
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
kecakapan mempertahankan badan dalam posisi diam, 2) Keseimbangan
dinamis (dinamic balance) adalah keseimbangan yang mengacu kepada
posisi badan bergerak, dan 3) Keseimbangan rotasi (rotation balance)
adalah keseimbangan yang mengacu kepada kecakapan untuk
memepertahanhankan keseimbangan badan pada suatu sumbuh dan
berhubungan terhadap kecepatan untuk memperoleh kembali stimulasi yang
diproduksi oleh vertibular dalam gerakan memutar.
Kekuatan otot tungkai
Untuk melakukan teknik dasar tendangan dalam olahraga pencak
silat. Otot-otot yang bekerja adalah otot tungkai. Sehingga kekuatan otot
tungkai yang mutlak diperlukan untuk menunjang kelincahan tendangan
dalam olahraga pencak silat. “kekuatan adalah kemampuan otot untuk
membangkitakan tegangan terhadap suatu tahanan“ (Harsono.1988).
Kakuatan otot merupakan komponen kondisi fisik yang sangat penting guna
menunjang komponen kondisi fisik yang lainnya. Kekuatan yang dibutuhkan
untuk suatu cabang olahraga tidak sama dengan cabang olahraga lainnya.”
Kekuatan merupakan basis dari semua komponen kondisi fisik “ (Harsono,
1988). Misalnya kebutuhan kekuatan untuk melakukan untuk melakukan
tendangan dalan olahraga pencak silat berbeda dengan kebutuhan
kekuatan untuk melakukan pukulan. Pentingnya kekuatan untuk menunjang
kemampuan olahraga termasuk kelincahan tendangan dalam olahraga
pencak silat adalah. Kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas
fisik, kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi atlet/orang
dari kemungkinan cedera. kekuatan, atlet akan dapat lari lebih cepat,
melempar atau menendang lebih jauh dan efisien, memukul lebih keras,
demikian pula dapat membantu memperkuat stabilitas sendi-sendi (Harsono,
1988). Otot yang kuat membuat kerja otot dalam melakukan aktivitas
olahraga lebih efisien. Otot- otot yang tidak terlatih menjadi lemah dan dapat
menyebabkan serabutnya mengecil (atropy). Kalau dibiarkan dalam waktu
yang lama dapat mengakibatkan kelumpuhan otot. Menurut Fox. Et al
(1988:158) bahwa,” muscular strength may be defined as the force or
tension a muscle, more correctly. A muscle group can exert against a
resistance in the maximal effert.” Diartikan bahwa kekuatan otot sebagai
force atau tegangan suatu otot atau sekelompok otot yang dapat digunakan
untuk manahanbeban pada suatu usaha maksimal. Selanjutnya “kekuatan
adalah kondisi fisik menyangkut kemampuan seseorang atlet pada saat
penggunaan otot-ototnya menerima beban dalam waktu tertentu“
(Harsono,1988:176). Singer (1980) mengemukakan bahwa “strength may be
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
115 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
thought of as the capacity of a muscle or group of muscle to exert maximum
pressure against a given resistance in limited period of time.” diartikan
bahwa kekuatan adalah kapasitas dari otot untuk menggerakkan tenaga
maksimal untuk Manahan tekanan beban dalam waktu yang terbatas.
Menurut Harsono (1988:178) bahwa “strength adalah kemampuan otot
untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan “latihan yang cocok
untuk meningkatkan kekuatan adalah ltihan-latihan tahanan (resistence
exercise). Yaitu atlet harus mengankat, mendorong, atau menarik suatu
beban. Beban tersebut bisa beban anggota tubuh sendiri (internal
resistence). Ataupun beban atau bobot dari luar (external resistence).
Kekuatan otot merupakan kontraksi maksimal yang dihasilakan oleh
otot atau sekelompok otot. Pada kontraksi otot memendek dan besarnya
pemendekan bergantung pada beban yang harus ditahan. Permulaan otot
melakukan kontraksi adalah tanpa pemendekan sampai mencapai tegangan
yang seimbang dengan beban. Kemudian terjadilah kontraksi dengan
pemendekan. Kontraksi maksimal otot banyak dipengaruhi oleh jumlah sel
yang dan besarnya ukuran otot. Peningkatan kekuatan yang disebabkan
oleh latihan atau aktivitas olahraga. Besarnya setiap serabut otot akan
bertambah. Menurut Rani,” Selnjutnya Satojo (1988:111) mengemukakan
bahwa “besar kecilnya otot. Benar-benar berpengaruh terhadap kekuatan ott
“ kualitas kekuatan ditentukan oleh fibril-fibril otot dan tonus otot yang besar.
Bentuk rangka tubuh yang tinggi dan besar akan menunjang kekuatan yang
lebih besar dibandingkan dengan tubuh yang kecil serta otot-otot ang kecil.
Fibril-fibril otot dan tonus otot yang besar ada kecendrungan untuk memiliki
kekuatan yang lebih baik. kekuatan otot tungkai diperlukan oleh para pesilat
untuk menendang dengan jangkauan yang optimal. Untuk melakukan
tendangan dalam olahraga pencak silat, kekuatan otot tungkai sangat
menunjang kemampuan tendangan yaitu dapat menghasilkan tendangan
dengan jangkauan yang lebih panjang sehingga lawan sulit untuk menjaga
jarak atau menghindar. Kekuatan otot tungkai yang dikerahkan untuk
menunjang kelincahan tendangan dalam olahraga pencak silat agar
menghasilkan gaya yang menimbulkan gerakan. Kontraksi otot
menimbulkan gaya yang menggerakkan tulang yang satu kearah tulang
yang lainnya melalui ruang gerak sendi tertentu. Sehingga mampu
melakukan tendangan keras dan cepat.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah metode deskriptif pendekatan survai dan
korelasional dengan melibatkan tiga variable, yaitu variable bebas dan
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
116
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
variabel terikat. Selain mendeskripsikan data setiap variable yang diamati,
juga mencari koefisien korelasi (keeratan hubungan) antara variable bebas
dan variable terikat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara variable bebas dengan variable terikat yang diamati. Adapun
variable-variabel tersebut adalah: 1) variabel bebas yang terdiri dari panjang
Tungkai (X1), keseimbangan (X2), dan 3) kekuatan otot tungkai (X3); dan 2)
variabel Terikat yaitu kemampuan Tendangan Sabit/ samping (Y). Desain
penelitian merupakan gambaran atau rancangan tentang hubungan suatu
penelitian dalam mencapai tujuan. Model rancangan (desain) di buat untuk
menggambarkan hubungan kedua variabel bebas dan variabel terikat yang
diamati. Populasi adalah keseluruhan obyek atau yang diteliti. Olehnya itu
yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa BKMF FIK
UNM. Sampel adalah pada prinsipnya adalah bagian dari populasi yang
diambil oleh peneliti untuk mewakili populasi. Maka sampel dalam penelitian
ini adalah mahasiswa yang telah memprogramkan Mata kuliah Pencaksilat
dasar. Jumlah sampel sebanyak 30 orang. Yang pilih secara random
sampling.
Hasil Penelitian
Analisis deskriptif
Hasil analisis deskriptif tiap variabel yang merupakan gambaran data
kekuatan panjang tungkai, keseimbangan, dan kekuatan otot tungkai pada
kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencak silat dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a. Untuk data panjang tungkai pada cabang olahraga pencak silat
mahasiswa Bkmf Fik Unm dari 30 jumlah sampel diperoleh nilai rata-rata
(mean) 87.30, nilai tengah (median) 87.00, mode 87, hasil standar
deviasi 3.573, variance 12.769 dari range data 13 antara nilai minimum
80 dan 93 untuk nilai maksimal sehingga diperoleh total nilai sebanyak
2619.
b. Untuk data keseimbangan pada cabang olahraga pencak silat
mahasiswa Bkmf Fik Unm dari 30 jumlah sampel diperoleh nilai rata-rata
(mean) 8.60, nilai tengah (median) 8.50, mode 9, hasil standar deviasi
2.848, variance 8.110 dari range data 11 antara nilai minimum 4 dan 15
untuk nilai maksimal sehingga diperoleh total nilai sebanyak 258.
c. Untuk data kekuatan otot tungkai pada cabang olahraga pencak silat
mahasiswa Bkmf Fik Unm dari 30 jumlah sampel diperoleh nilai rata-rata
(mean) 82.97, nilai tengah (median) 83.50, mode 78, hasil standar
deviasi 13.902, variance 193.275 dari range data 54 antara nilai
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
117 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
minimum 61 dan 115 untuk nilai maksimal sehingga diperoleh total nilai
sebanyak 2489.
d. Untuk data Kemampuan tendangan Sabit pada cabang olahraga pencak
silat mahasiswa Bkmf Fik Unm dari 30 jumlah sampel diperoleh nilai
rata-rata (mean) 31.13, nilai tengah (median) 30.50, mode 23, hasil
standar deviasi 6.532, variance 42.671 dari range data 25 antara nilai
minimum 20 dan 45 untuk nilai maksimal sehingga diperoleh total nilai
sebanyak 934.
Analisis Inferensial
1. Terdapat Hubungan antara panjang tungkai terhadap kemampuan
tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa
BKMF FIK UNM
Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui
antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis
yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan
pengolahan data melalui analisis korelasi dan regresi dari program
SPSS tentang hubungan panjang tungkai dengan kemampuan
tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa BKMF
FIK UNM diperoleh sesuai dari rangkuman tabel 2 berikut:
Tabel 1. Hasil analisis korelasi dan regresi untuk hipotesis pertama
Hipotesis statistik yang akan di uji:
H0 : rx1.y = 0
H1 : rx1.y 0
Hasil pengujian:
Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi dan regresi data antara
panjang tungkai dengan kemampuan tendangan sabit pada cabang
olahraga pencaksilat mahasiswa Bkmf Fik Unm diperoleh nilai korelasi dan
regresi 0.173a dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R
Square (koefesien determinasi) 0.030. Hal ini berarti 3.0% kemampuan
tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat dijelaskan oleh panjang
VARIABEL r/R Rs F t Sig.
Panjang tungkai (X1)
0.173a
0.030
0.865
0.930
0,000
Kemampuan
tendangan Sabit (Y)
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
118
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
tungkai. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 0.865 dengan
tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil
dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan
tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat (dapat diberlakukan
untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh -0.930 dengan
tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil
dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan,
atau panjang tungkai benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan
kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan panjang
tungkai dengan kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga
pencaksilat mahasiswa Bkmf Fik Unm , terbukti nilai korelasi observasi (rx1y)
0.173 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan panjang tungkai
terhadap kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat
mahasiswa BKMF FIK UNM . Apabila hasil penelitian dikaitkan dengan teori
dan kerangka pikir yang mendasarinya, maka pada dasarnya hasil penelitian
ini mendukung dan memperkuat teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu
yang sudah ada. Ini membuktikan bahwa panjang tungkai memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan tendangan sabit pada
pencaksilat. Panjang merupakan keadaan ukuran antorpometrik tubuh yang
diukur dari trochantor major, panjang tungkai memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kemampuan tendangan sabit . Kekuatan otot tungkai
akan memberikan kemampuan tungkai untuk dapat bergerak dengan kuat
dan membantu dalam menopang berat badan dalam posisi kaki terangkat
disaat pergerakkan tendangan. Untuk itu, optimalnya kemampuan
tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat bila seorang mahasiswa
memiliki kekuatan otot tungkai yang baik. Dengan demikian ada hubungan
yang signifikan kekuatan otot tungkai dengan tendangan sabit pada cabang
olahraga pencaksilat.
2. Terdapat hubungan antara keseimbangan terhadap kemampuan
tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa
BKMF FIK UNM
Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui
antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis
yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan
pengolahan data melalui analisis korelasi dan regresi dari program
SPSS tentang hubungan keseimbangan dengan kemampuan tendangan
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
119 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa BKMF FIK UNM
diperoleh sesuai dari rangkuman tabel 2 berikut:
Tabel 2. Hasil analisis korelasi dan regresi untuk hipotesis kedua
VARIABEL r/R Rs F T Sig.
Keseimbangan (X2)
0.724
0.524
30.874
5.556
0,000
Kemampuan tendangan sabit (Y)
Hipotesis statistik yang akan di uji:
H0 : rx2.y = 0
H1 : rx2.y 0
Hasil pengujian:
Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi dan regresi data antara
keseimbangan dengan kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga
pencaksilat mahasiswa Bkmf Fik Unm. Diperoleh nilai korelasi dan regresi
0.724 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square
(koefesien determinasi) 0.524. Hal ini berarti 52.4% kemampuan tendangan
sabit pada cabang olahraga pencaksilat dijelaskan oleh keseimbangan. Dari
uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 30.874 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05,
maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan tendangan
sabit pada cabang olahraga pencaksilat (dapat diberlakukan untuk populasi
dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 5.556 dengan tingkat signifikansi
0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho
ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau keseimbangan
benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan tendangan
sabit pada cabang olahraga pencaksilat. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara keseimbangan dengan
kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa
Bkmf Fik Unm, terbukti nilai korelasi observasi (rx1y) 0.724 dengan tingkat
probabilitas (0,000) < 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara keseimbangan terhadap
kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa
BKMF FIK UNM. Apabila hasil penelitian ini dikaitkan dengan teori dan
kerangka pikir yang mendasarinya, maka pada dasarnya hasil penelitian ini
mendukung dan memperkuat teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang
sudah ada. Ini membuktikan bahwa kemampuan tendangan sabit
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
120
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
membutuhkan keseimbangan. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa
keseimbangan dalam proses penampilan tendangan sabit adalah
terangkatnya paha dengan pangkal jari kaki seperti melakukan tendangan
sabit , maka tungkai dalam menendang harus seimbang dalam
pergerakkannya. keseimbangan merupakan kemampuan tubuh untuk
bergerak secara luwes dan tidak mudah jatuh. Dengan keseimbangan yang
dimiliki membantu pergerakan tendangan sabit dengan halus, serta akan
memperoleh kemampuan tendangan secara maksimal. Dengan demikian
ada hubungan yang signifikan keseimbangan dengan kemampuan
tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat.
3. Terdapat hubungan antara kekuatan otot tungkai terhadap
kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat
mahasiswa Bkmf FIK UNM
Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui
antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis
yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan
pengolahan data melalui analisis korelasi dan regresi dari program
SPSS tentang hubungan kekuatan otot tungkai dengan kemampuan
tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa Bkmf Fik
Unm di peroleh sesuai dari rangkuman tabel 3 berikut:
Tabel 3. Hasil analisis korelasi dan regresi untuk hipotesis ketiga
VARIABEL r/R Rs F T Sig.
Kekuatan otot tungkai
(X3)
0.186
0.134
1.000
1.000
0.000 Kemampuan
tendangan sabit (Y)
Hipotesis statistik yang akan di uji:
H0 : rx3.y = 0
H1 : rx3.y 0
Hasil pengujian:
Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi dan regresi data antara
kekuatan otot tungkai dengan kemampuan tendangan sabit pada cabang
olahraga pencaksilat mahasiswa Bkmf Fik Unm . Diperoleh nilai korelasi dan
regresi 0.186 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R
Square (koefesien determinasi) 0.134. Hal ini berarti 13.4% kemampuan
tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat dijelaskan oleh kekuatan
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
121 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
otot tungkai. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 1.000 dengan
tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari
0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan
tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat (dapat diberlakukan untuk
populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 1.000 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05.
Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau
kekuatan otot tungkai benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan
kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
kekuatan otot tungkai dengan kemampuan tendangan sabit pada cabang
olahraga pencaksilat mahasiswa Bkmf Fik Unm , terbukti nilai korelasi
observasi (rx1y) 0.186 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05. Hasil
analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan tendangan sabit pada
cabang olahraga pencaksilat mahasiswa BKMF FIK UNM. Apabila hasil
penelitian ini dikaitkan dengan teori dan kerangka pikir yang mendasarinya,
maka pada dasarnya hasil penelitian ini mendukung dan memperkuat teori
dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang sudah ada. Ini membuktikan bahwa
kekuatan otot tungkai mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kemampuan tendangan sabit.
4. Terdapat hubungan antara panjang tungkai, keseimbangan dan
kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan tendangan sabit pada
cabang olahraga pencaksilat mahasiswa BKMF FIK UNM
Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui
antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis
yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan
pengolahan data melalui analisis regresi dari program SPSS tentang
hubungan antara panjang tungkai, keseimbangan dan kekuatan otot
tungkai terhadap kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga
pencaksilat mahasiswa Bkmf Fik Unm diperoleh sesuai dari rangkuman
tabel 4 berikut:
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
122
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Tabel 4. Hasil analisis regresi untuk hipotesis keempat
VARIABEL r/R Rs F t Sig.
Panjang tungkai (X1), Keseimbangan (X2) dan Kekuatan otot tungkai (X3)
0.735
0.540
10.160
1.526
0.000
Kemampuan tendangan sabit (Y)
Hipotesis statistik yang akan di uji:
H0 : Rx1.2.3.y = 0
H1 : Rx1.2.3.y 0
Hasil pengujian:
Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi data antara panjang tungkai,
keseimbangan dan kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan tendangan
sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa Bkmf Fik Unm .
Diperoleh nilai regresi 0.735 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05,
untuk nilai R Square (koefesien determinasi) 0.540. Hal ini berarti 54%
kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat dijelaskan
oleh panjang tungkai, keseimbangan dan kekuatan otot tungkai. Dari uji
Anova atau F test, didapat F hitung adalah 10.160 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05,
maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan
tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat (dapat diberlakukan
untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 1.526 dengan
tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil
dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan,
atau panjang tungkai, keseimbangan dan kekuatan otot tungkai benar-benar
berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan tendangan sabit pada
cabang olahraga pencaksilat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara panjang tungkai, keseimbangan dan
kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan tendangan sabit pada cabang
olahraga pencaksilat mahasiswa Bkmf Fik Unm , terbukti nilai regresi
observasi (Rx1.2.3.y) 0.735 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05. Hasil
analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara panjang tungkai, keseimbangan dan kekuatan otot tungkai terhadap
kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa
BKMF FIK UNM. Apabila hasil penelitian ini dikaitkan dengan teori dan
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
123 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
kerangka pikir yang mendasarinya, pada dasarnya hasil penelitian ini
mendukung dan memperkuat teori yang sudah ada. Ini membuktikan bahwa
kemampuan tendangan sabit harus ditunjang dengan panjang tungkai,
keseimbangan dan kekuatan otot tungkai. Penggabungan dengan ketiga
unsur gerakan akan lebih efesien sebab penampilan keterampilan
tendangan sabit dilihat secara baik jika kemampuan tungkai yang ditunjang
dengan baik antara kekuatan dan keseimbangan. Di dalam gerakan
kemampuan tendangan sabit mengupayakan pergerakan dengan sentakan
secara cepat dan akurat. Kemampuan tendangan dapat secara cepat dan
akurat, bila tungkai dapat menopang tubuh dengan posisi berdiri pada satu
kaki dan disertai kaki yang satu pada posisi melakukan tendangan. Akurat
yang dimaksud adalah keterampilan menampilkan tendangan sabit secara
tidak kaku dan tegang sehingga hasil yang dicapai begitu mulus. Sentakan-
sentakan kaki dalam melakukan tendangan sabit akan terjadi dengan ketiga
komponen tersebut dapat berintegrasi dengan teknik pelaksanaan pada
tendangan itu sendiri. Dengan demikian setiap siswa harus memiliki
komponen fisik seperti kekuatan dan kelentukan pada tungkai untuk
menunjang kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat.
Dengan demikian panjang tungkai, kekuatan tungkai, dan keseimbangan
memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan tendangan sabit
pada cabang olahraga pencaksilat.
PENUTUP
Setelah mengumpulkan data dan menganalisa, maka kesimpulan
yang dapat dikemukakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Ada
hubungan yang signifikan antara panjang tungkai terhadap kemampuan
tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa BKMF FIK
UNM, 2) Ada hubungan yang signifikan antara keseimbangan terhadap
kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat mahasiswa
BKMF FIK UNM, 3) Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot
tungkai terhadap kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga
pencaksilat mahasiswa BKMF FIK UNM, dan 4) Ada hubungan yang
signifikan antara panjang tungkai, keseimbangan dan kekuatan otot tungkai
terhadap kemampuan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat
mahasiswa BKMF FIK UNM.
Sehubungan dengan kesimpulan yang telah diambil dapat
disarankan sebagai berikut: 1) Diharapkan para Pelatih dan guru untuk lebih
meningkatkan kemampuan profesional dalam mengelola system
pembelajaran atau latihan yang tepat untuk diterapkan di tempat latihan dan
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
124
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
ruang kelas masing–masing, sehingga proses belajar mengajar dapat
berdampak positif kepada siswa dan pesilat pada umumnya, dan 2)
Hendaknya Pemerintah turut andil dalam memberikan bantuan sepenuhnya
khususnya untuk kegiatan latihan para pesilat agar bisa maju, berkembang
dan memperoleh prestasi yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Fox, L.E. 1998. The physiological Basic of Physical Education and
Atheletics. Sounders College Publising, New York.
Halim.,Nur.,Ichsan. 2009. Tes dan Pengukuran Kesegaran Jasmani. Badan
Penerbit Universitas Negeri Makassar. Makassar
Harsono. 1988. Coaching dan aspek-aspek psikologis dalam coaching,
Depdikbud Dirjen Dikti.Jakarta
Iskandar Atok, M, Soemardjo, Soegiyanto. 1992. Pencak Silat. Depdikbud
Dirjen Dikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan, FPOK IKIP
Ujung Pandang.
Lubis.,Johansyah.,2004. Pencak Silat Panduan Praktis. Jakarta: PT.
Rajagrafindo persada.
Naharsari. Nur Dyah. Olahraga Pencak Silat. Ganeca Exact. Bekasi
Sajoto Mohammad. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga.
Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.
Subroto, Joko. 1996. Pembinaan Pencak Silat. CV. Aneka. Solo
Sukardi. 2003. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta . PT Bumi Aksara.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
125 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
KONTRIBUSI KECEPATAN GERAK KAKI DENGAN
KETERAMPILAN BERMAIN TENISMEJA PADA
SISWA SMP NEGERI 9 MAKASSAR
(CONTRIBUTION TO SPEED MOTION WITH LEGS SKILLS TO PLAY
TABLE TENNIS SMP STUDENT AFFAIRS 9 MAKASSAR)
OLEH:
RICARDO v. LATUHERU )*
ABSTRACT
Table tennis game is one game that is nimble and agile, because the ball
was played very lightweight and fast. The movement in table tennis game,
requires a person to be able to anticipate the coming and return batted ball
are both forehand and backhand. Physical needs that are owned by
students who become research material is a factor that supports the
pencapian skills playing table tennis. Speed affects the motion footwork
optimal punch in a table tennis game. This study aims to determine the
contribution of the speed of footwork by playing table tennis skills. This
research is descriptive research. The population of this research is all male
students of SMP Negeri 9 Makassar with a sample study of 40 people
selected by random sampling. Data analysis technique used is the technique
of correlation analysis using SPSS version 17 o'clock systems at significant
of data analysis, the study
concludes that: The speed of footwork has contributed to the skills of playing
table tennis at the Junior High School Students 9 Makassar was 72.4%.
Keywords: Walking Motion Speed, Table Tennis Skills
PENDAHULUAN
Berolahraga yang baik dan benar dapat membuat tubuh sehat dan
kuat, maka pembangunan manusia melalui olahraga dan prestasi tidak
boleh ketinggalan. Hal tersebut akan memberikan pengertian mengenai
pentingnya pendidikan olahraga itu bagi masyarakat. Perlu disadari bahwa
dalam memilih dan melakukan akitvitas sedapat mungkin disesuaikan
dengan kemampuan yang dimiliki. Salah satu di antaranya adalah cabang
olahraga tenismeja. Cabang olahraga itu dapat diikuti dan dimainkan oleh
)* Dosen PGSD S1 Penjas FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
126
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
semua kelompok usia. Untuk memainkan permainan ini perlu diperhatikan
hal-hal yang tercakup di dalamnya seperti teknik dasar, taktik serta
kemampuan tubuh yang lainnya seperti kondisi fisik, dan psikis. Di samping
itu, kesiapan dan kemantapan serta penguasaan teknik dan taktik yang
diperlukan untuk pencapaian keterampilan. Di dalam berolahraga kesiapan
dan kemantapan melakukan ikut menentukan keberhasilan pencapaian
prestasi disamping penguasaan teknik dan taktik yang diperlukan. Tanpa
adanya penguasaan teknik dan taktik, prestasi puncak sulit untuk dicapai.
Maka dari itu peningkatan dan pemeliharaannya harus selalu diusahakan
bersamaan dengan peningkatan pengusaan teknik dan taktik serta
kemampuan tubuh yang lainnya. Uraian di atas memberikan gambaran
bahwa seorang siswa dapat bermain serta mengembangkan ke arah
peningkatan yang lebih tinggi. Upaya tersebut diharapkan melalui
pembinaan olahraga tenismeja. Usaha-usaha untuk mewujudkan hal
tersebut, diharapkan kerjasama antara masyarakat dan pemerintah ataupun
swasta melalui penyediaan sarana serta prasaranya yang cukup memadai
dalam rangka peningkatan mutu olahraga ini. Dengan animo masyarakat
yang cukup besar terhadap cabang ini dan dapat dimainkan oleh semua
tingkatan atau kelompok usia tanpa memandang jenis kelamin,
memungkinkan terdapat bibit-bibit olahragawan yang dapat dibina menuju
suatu prestasi. Oleh sebab itu, perlu diadakan suatu pembinaan yang lebih
baik lagi. Permainan tenismeja merupakan permainan yang sangat digemari
kalangan masyarakat. Kegemaran bermain tenismeja tersebut ditunjukkan
dengan banyaknya lapangan tenismeja yang sengaja dibuat untuk bermain
di pekarangan rumah. Tenismeja adalah suatu cabang olahraga yang tidak
mengenal umur maupun jenis kelamin. Artinya dapat dimainkan oleh setiap
kelompok umur baik laki-laki maupun perempuan. Dapat dianggap sebagai
permainan rekreasi, dapat pula sebagai olahraga yang mempunyai teknik
yang harus dipelajari dan ditanggulangi dengan sungguh-sungguh (dilatih).
Permainan tenismeja adalah permainan yang memerlukan gerakan yang
cepat sesuai dengan laju bola sehingga memerlukan kontrol gerakan yang
tepat, reaksi cepat, dan ketepatan pukulan. Apabila dapat dilakukan akan
nampak bahwa gerakan pukulan yang dilakukan efesien. Gerakan-gerakan
yang dilakukan dalam bermain tenismeja merupakan reaksi-reaksi motorik
yang dihasilkan dari proses rangsangan pendengaran, syaraf perintah
melalui proses informasi pada sistem syaraf. Proses gerakan uuntuk
memukul bola pada saat mengantisipasi pukulan lawan dimulai dengan
pendengaran pada lentingan bola, perhatian atau penglihatan terhadap bola
yang dipukul, kemudian timbul perintah dari syaraf spinal untuk melakukan
)* Dosen PGSD S1 Penjas FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
127 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
respon dalam bentuk gerakan untuk memukul bola dalam upaya
mengembalikan bola ke lawan. Kemampuan kondisi fisik yang sangat
penting bagi pemain tenismeja adalah kemampuan untuk melakukan
pukulan secara efektif dan efesien. Sehingga mampu melakukan berbagai
variasi pukulan seperti, servis, forehand, backhand, topspin, backspin, drive,
loop, dan sebagainya. Unsur kelentukan sangat besar perannya dalam
menentukan kualitas gerakan dalam bermain tenismeja. Kecepatan gerak
kaki juga merupakan faktor penentu dalam menghalau serangan-serangan
lawan. Kecepatan gerak kaki dibutuhkan terutama dalam mengantisipasi
stimulus yang datang. Dengan memiliki kecepatan pergerakan kaki akan
dengan mudah dapat menyiapkan respon guna mengantisipasi stimulus
yang datang tersebut, sehingga bukan hanya sekedar mengembalikan
serangan lawan tetapi juga merupakan serangan balasan yang mematikan.
Keterampilan Bermain tenismeja
Keterampilan adalah kesanggupan menggunakan pengetahuan
seseorang secara efektif dan siap dalam pelaksanaan,serta mencapai
kemantapan dari suatu keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan. Ini
sejalan dengan yang dikemukakan oleh Siregar (1989), bahwa keterampilan
adalah “In the concistent degree of success is achieving on objectivewith
efficiency and effective needs”. Yang dapat diartikan sebagai berikut :
keterampilan adalah derajat kematangan atau kematangan dari suatu
keberhaislan dalam mencapai tujuan secara tepat guna dan efektif.
Selanjutnya MF. Siregar (1974), menemukakan bahwa : “Tehnik sebagai
pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan rasional yang memungkinkan
tercapainya hasil-hasil lebih baik dalam pertandingan”. Ini berarti bahwa
deangan mengenal seluruh tehnik dasar pukulan tenismeja, pemain akan
dapat bermain tenismeja dengan baik dan akan dapt mengembalikan semua
hasil pukulan lawan yang berbeda di segala arah. Menurut Johnson (1982),
mengemukakan bahwa: “Dengan meningkatkan keterampilan seseorang
pemain akan bertambah baik pula pilihan pukulannya, kecermatan dan
tenaganya bermain, demikian pula kecakapannya untuk menipu lawan”.
Teknik dasar pertama dalam tenismeja ialah teknik grip atau pegangan,
yang terdiri dari pegangan jabat tangan (shakehand grip) dan pegangan
tangkai pena (penholder grip). Dari kedua teknik pegangan ini akan
membedakan kedua jenis pukulan yaitu pukulan forehand dan pukulan
backhand. Pada umumnya pemain tingkat pemula banyak yang
menggunakan pegangan jabat tangan, juga sampai pada pemain yang
berprestasi. Oleh sebab itu, dalam analisis pukulan forehand dan backhand
)* Dosen PGSD S1 Penjas FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
128
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
ini difokuskan pada pemain yang menggunakan pegangan jabat tangan.
Teknik dasar pukulan ini cukup banyak namun yang menjadi fokus dalam
penelitian ini untuk dianalisis adalah pukulan forehand dan pukulan
backhand. Pengertian dari pukulan forehand dan backhand diartrikan oleh
Hamid Tjatjo (1980) sebagai berikut : Yang dimaksud dengan forehand drive
yaitu memukul bola dengan bagian depan alat pemukul yang pada dasarnya
adalah pengayunan tangan yang memegang alat pemukul dari luar atau dari
samping ke dalam. Sedangkan yang dimaksud dengan backhan drive yaitu
memukul bola dengan bagian depan alat pemukul yang pada dasarnya
lengan diayunkan dari dalam keluar.
Pembahasan tentang pukulan forehand dan backhand disini adalah
pelaksanaan pukulan forehand dan backhand dengan pegangan shakehand
grip. Hal ini disebabkan karena pada umumnya para pemain
menggunakannya. Yang dimaksud dengan pukulan forehand ialah memukul
bola dengan bidang perkenaan bola pada bagian depan bet, dan arah
gerakan dari kanan ke kiri bagi pemain yang memegang dengan tangan
kanan. Sebaliknya pukulan backhand adalah pukulan dengan bidang
perkenaan bola pada bagain belakang bet dan arah gerakan dari kiri ke
kanan bagi pemain yang memegang dengan tangan kanan. Menurut Theo
Bekker (1987) yang diterjemahkan oleh Tjun Surjaman (1993) bahwa:
“Orang yang tidak kidal yangbermain denganpegangan shakehand dengan
sendirinya akan memukul bola dengan backhand jika bola ada di sebelah
kirinya, dan dengan forehand bila bola ada di sebelah kanannya.” Kedua
jenis pukulan ini merupakan pukulan dasar, sehingga dijadikan bahan utama
dalam latihan tenismeja bagi pemain tingkat pemula atau bagi atlet yang
sudah berada di tingkat lanjutan, dimana teknik pukulan ini harus dilakukan
dengan kualitas yang lebih baik. Mengenai pentingnya kedua jenis pukulan
ini dikemukakan oleh Larry Hodges yang diterjemahkan oleh Eri D. Nasution
(1996) sebagai berikut : Pukulan forehand biasanya merupakan pukulan
yang paling kuat karena tubuh tidak menghalangi saat melakukan pukulan,
tidak seperti backhand. Selain daripada pukulan backhand. Smash forehand
yang merupakan pukulan forehand dengan kecepatan penuh akan menjadi
pukulan yang paling kuat. Pukulan backhand dapat digunakan untuk
mengahdapi backspin, tapi biasanya pukulan ini lebih baik untuk
menghadapi topspin. Biasanya pukulan ini tidak sekuat forehand, tetapi
konsistensi dan kecepatan biasanya lebih penting.
Pelaksanaan gerakan pukulan forehand menggunakan pegangan
shakehand melalui proses gerak dimulai dengan kaki kiri di depan, dan kaki
kanan di belakang bagi pemain yang memegang dengan tangan kanan,
)* Dosen PGSD S1 Penjas FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
129 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
sedangkan pemain yang memegang dengan tangan kiri sebaliknya. Badan
menyerong ke kanan serta lutut agak dibengkokkkan. Selanjutnya bet ditarik
ke samping belakang dengan kepala bet menghadap serong ke bawah
dengan lengan agak ke bawah, pergelangan tangan tidak dibengkokkan.
Posisi tersebut di atas dilakukan pada saat bola lawan menuju ke arah
pemukul. Kemudian lengan di ayunkan ke depan kiri atas dan pada saat itu
terjadi persentuhan antara bola dengan permukaan bet, dengan tujuan arah
bola bergerak melengkung melewati atas net menuju ke lapangan lawan.
Pergelangan tangan ikut membantu menggesek bola ke atas, sehingga bet
berhenti di samping kiri atas kepala. Untuk lebih jelasnya pelaksanaan
teknik pukulan forehand akan diuraikan sebagai berikut :
(a) Sikap permulaan; Sikap permulaan dalam pukulan tenismeja pada
hakekatnya berkaitan dengan teknik dasar stance (posisi kaki dan
badan). Mengenai bentuk-bentuk stance meliputi posisi menghadap
penuh dengan meja (square stance), posisi menyamping baik
menyamping ke kiri maupun ke kanan (side stance) serta posisi
meodifikasi kedua jenis posisi di atas (open stance). Dengan
menggunakan salah satu posisi tubuh yang dikemukakan di atas,
tangan memegang pemukul (bet) dengan lengan dalam keadaan rileks
serta pandangan pada arah datangnya bola yang terpantul pada meja
posisi bet sedikit dimiringkan ke bawah.
(b) Pelaksanaan; Dalam sikap pelaksanaan ini dikenal dua tahap gerakan
yaitu gerakan mengayun ke belakang (back swing) dan gerakan
mengayun ke depan (foward swing0. untuk gerakan back swing berat
badan dipindahkan ke kaki kanan dengan jalan memutar tubuh ke
belakang yang bertumpuh pada pinggang. Sedangkan untuk foward
swing memutar badan ke depan dan berat badan dipindahkan ke kaki
kiri (bagi yang memegang dengan tangan kanan). Arah gerakan
lengan dari belakang ke depan menuju ke arah dalam bagian badan.
Tepatnya menuju ke sasaran yaitu melewati atas net serta jatuh di
lapangan lawan.
(c) Sikap akhir; Sikap akhir dari pelaksanaan pukulan forehand,
selanjutnya dengan cepat kembali ke posisi semula.
Beberapa kesalahan yang dapat terjadi pada waktu melakukan
pukulan forehand dikemukakan oleh Achmad Damiri dan Nurlan Kusmaedi
(1992) yaitu :
1. Memukul bola terlalu jauh dari badan (bola terlalu di depan atau
disamping) hal ini dapat menyebabkan hilangnya keseimbangan badan,
sebagai akibatbya dapat menyebabkan berkurangnya power.
)* Dosen PGSD S1 Penjas FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
130
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
2. Memukul bola terlalu dekat atau rapat dengan tubuh, hal ini akan
menyebabkan ayunan yang kaku, bergerak mendadak ke depan dan ke
samping untuk menjemput atau memukul bola di tempat bola memantul.
Sehingga jarak antara bola dengan badan tidak terkontrol.
3. Tidak menunggu bola sampai memantul cukup tinggi. Ini adalah
kesalahan perkiraan (judgment) dan mudah untuk dibetulkan.
4. Tidak cukup kukuh memegang bet ketika kontak dengan bola. Biasanya
hal ini dapat menyebabkan pengembalian yanglemah ke net.
5. Mengayun ke atas sebelum mengayun ke depan. Kesalahan ini akan
mengganggu pukulan dari kecepatan dan kekuatan (kekerasan)
penyerangan untuk memperoleh point.
Berdasarkan deskripsi pelaksanaan gerakan pukulan forehand di
atas dianalisa kemungkinan gerak antara lain :
(a) Gerakan pukulan forehand adalah gerakan yang luas meliputi tiga
sumbu gerak yaitu sendi bahu (articulation humeri), sendi siku
(articulatio cubiti), sendi pergelangan tangan (articulatio carpale, dan
jari-jari pergelangan tangan (articulatio metacarpale). Pemanfaatan
sumbu gerak tergantung dari kuat lemahnya pukulan. Dengan
demikian pukulan forehand dapat dilakukan dengan kekuatan yang
berbeda sesuai dengan tujuannya.
(b) Oleh karena luasnya gerakan memberikan kemungkinan
memanfaatkan otot-otot lengan secara maksimal guna menghasilkan
pukulan yang kuat.
Analisis Pelaksanaan gerakan pukulan backhand melalui proses
gerak sebagai berikut : kaki kanan berada di depan dan kaki kiri di belakang
(bagi pemain yang memegang dengan tangan kanan, sedangkan pemain
yang memegang dengan kiri posisi kaki sebaliknya). Badan agak
menyerong ke kiri, lutut dibengkokkan dan bet ke samping badan dekat
dengan pinggang sebelah kiri sehingga lengan atas hampir menempel ke
dada. Pergelangan tangan tidak dibengkokkan serta kepala bet menghadap
ke bawah. Posisi tersebut di atas dilakukan pada saat bola lawan menuju ke
arah pemukul. Selanjutnya lengan diayunkan ke depan atas kanan dengan
perkenaan bola pada bet bagian belakang. Agar bola bergerak dalam suatu
gerak lengkung melewati net ke arah lapangan lawan maka pergelangan
tangan harus membantu gerakan tersebut. Untuk lebih jelasnya
pelaksanaan teknik pukulan forehand akan diuraikan secara terperinci
sebagai berikut:
(a) Sikap permulaan; Sikap permulaan dari pukulan backhand, pada
hakekatnya adalah sikap tubuh yang sama dengan pukulan forehand,
)* Dosen PGSD S1 Penjas FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
131 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
hanya perbedaannya pada posisi lengan yang memegang bet. Lengan
yang memegang bet berada disamping kiri badan dekat dengan
pinggang dan bagian permukaan bet yang berlawanan dengan
permukaan pada pukulan forehand mengarah ke bola serta sedikit
tertutup.
(b) Sikap pelaksanaan; Bola dipukul pad apantulan tertinggi, pinggang dan
bahu kanan diputar mendekat atau ke arah net pada saat perkenaan
terjadi. Agar bola mengarah pada satu gerak melewati net,
pergelangan tangan harus membantu menggerakkan bola ke depanj
atas arah kanan meja, atau sesuai dengan sasaran pukulan yang
dikehendaki. Bola yang dipukul tidakboleh terlalu jauh dari badan, atau
terlalu dekat dengan badan.
(c) Sikap akhir; Pada akhir melakukan gerakan backhand berat badan
dipindahkan dari kaki kiri ke kaki kanan, gerakan lanjutan setelah
perkenaan bola. Gerakan lanjutan yang pendek memungkinkan
pemukul lebih cepat kembali keposisi semula untuk melakukan
pukulan berikutnya.
Berdasarkan deskripsi pelaksanaan teknik pukulan backhand di atas,
dapat dianalisa kemungkinan geraknya sebagai berikut :
(a) Gerakan backhand adalah gerakan yang sangat terbatas, karena
dibatasi oleh posisi tubuh khususnya gerakan mengayun ke
belakang. Oleh sebab itu otot-otot lengan tidak berkontraksi secara
maksimal. Pada umumnya pusat gerakan pada sendi siku
(articulatio cubiti) dan sendi pergelangan tangan (articulatio
metacarpale).
(b) Gerakan backhand yang maksimal adalah atas bantuan gerakan
pergelangan tangan.oleh sebab itu luas gerak persendian tersebut
sangat dibutuhkan.
Sesuai dengan analisa gerakan pukulan forehand dan pukulan
backhand pada permainan tenismeja, nampak perbedaan antara kedua
jenis pukulan tersebut dalam perkenaan bola pada net, gerakan ayun lengan
serta posisi badan. Dari segi pemanfaatan otot yang berperan yaitu otot-otot
lengan, namun pukulan forehand memerlukan kontraksi otot lengan, namun
pukulan forehand memerlukan kontraksi otot lengan yang lebih besar jika
dibandingkan otot-otot yang berperan dalam pukulan backhand. Menurut
Achmad Damiri dan Nurlan Kusmaedi (1992) bahwa : Walaupun pada
pokoknya backhand drive adalah kebalikan dari forehand drive, terdapat
beberapa perbedaan di antara kedua teknik pukulan tersebut :
)* Dosen PGSD S1 Penjas FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
132
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
(a) Pegangan sedikit berbeda. Beberapa pemain khususnya wanita
menggunakan ibu jari ke arah tangan dalam bet (blade) untuk
memperoleh extra support dalam melakukan backhand drive.
(b) Ayunkan bet kebelakang lebih pendek dan pada saat pemukulan
terhadap bola segera pada backhand drive. Ayunan lebih pendek pada
backhand drive akan menghasilkan pukulan tidak sekeras forehand
drive tetapi pada backhand drive memungkinkan untukmelakukan
gerakan tipuan.
(c) Posisi badan yang benar untuk backhand drive lebih dekat ke bola
daripada forehand drive. Ini dapat dipahami karena jangkauan
beckhand drive tidak harus menyilang tubuh.
Bentuk permainan tenismeja melibatkan beberapa teknik gerak dan
perlengkapan, namun yang secara khas adalah penggunaan meja sebagai
tempat bermain. Dengan demikian olahraga tenismeja merupakan
permainan dengan menggunakan alat berupa bet (raket), net dan bola pada
sebuah meja, setiap hasil pukulan harus terpantul pada papan meja. Bola
yang dipukul tetapi tidak masuk pada daerah sebelah net maka tidak akan
memperoleh point atau nilai. seorang pemain juga selalu berusaha
mengembalikan pukulan lawan setelah memantul pada bidang daerahnya.
Pada pelaksanaan bola yang dipukul dan melewati atas net harus
dapat dikembalikan oleh pihak lawan ke tempat yang pertama melakukan
servis dan melewati atas net. Olehnya itu, dapat pula dikatakan bahwa
dalam permainan tenismeja ini ditandai dengan bergeraknya bola secara
bolak-balik melewati atas net atau jaring yang dipukul oleh pemain secara
bergantian. Berdasarkan penjelasan tentang permainan tenismeja
utamanya manfaat dari permainan itu sendiri, tentu tidaklah, mengherankan
kalau permainan ini cukup mendapat perhatian dari anak-anak, remaja
putra-putri, orang dewasa bahkan pada usia lanjut. Olehnya itu, dikatakan
bahwa keterampilan tenismeja adalah hasil belajar dari gerakan-gerakan
atau teknik-teknik dasar yang dimungkinkan peningkatan keterampilan
bermain tenismeja, artinya mempunyai derajat penguasaan gerkan-gerakan
yang efektif dan efesien. Faktor lain yang mendapat perhatian dari individu
yaitu kemampuan intelegensi yang dapat dimanfaatkan untuk menganalisis,
memecahkan masalah dan membuat keputusan. Kemampuan ini sangat
dibutuhkan dlam bermain tenismeja khususnya melakukan forehand atau
backhand. Tanpa memiliki kemampuan-kemampuan tersebut pemain sukar
untuk melakukan kedua keterampilan pukulan karena gerak dari bola yang
datang dengan berbagai posisi dan putaran bola maupun kecepatan gerak
bola.
)* Dosen PGSD S1 Penjas FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
133 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Kecepatan Gerak Kaki
Kecepatan dapat didefinisikan sebagai laju gerak berlaku untuk
tubuh secara keseluruhan atau bagian tubuh. Faktor yang mempengaruhi
kecepatan, antara lain adalah: kelentukan, tipe tubuh, usia, jenis kelamin).
Kecepatan juga merupakan salah satu faktor yang menentukan kemampuan
seseorang dalam mencapai hasil lompatan pada lompat jauh gaya jongkok.
Menurut Dick (1989) (dalam Yudiana, Subardjah, dan Juliantine, 2012)
dalam artikelnya bahwa: ”Kecepatan adalah kapasitas gerak dari anggota
tubuh atau bagian dari sistem pengungkit tubuh atau kecepatan pergerakan
dari seluruh tubuh yang dilaksanakan dalam waktu yang singkat”.
Seseorang yang mempunyai kecepatan tinggi dapat melakukan suatu
gerakan yang singkat atau dalam waktu yang pendek setelah menerima
rangsang. Menurut Schmidt (1991) bahwa: “Kecepatan gerak di definsikan
sebagai suatu karakteristik yang telah ditentukan oleh faktor keturunan dan
secara keseluruhan tidak mudah diubah oleh latihan atau pengalaman.
Lutan (1988), mengartikan bahwa : “Kecepatan gerak sebagai suatu potensi
untuk keberhasilan dalam kegiatan untuk mencapai waktu dalam yang
singkat”. Memperhatikan pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa kemampuan bergerak adalah karakteristik atau potensi yang relatif
permanen dan ditentukan oleh faktor keturunan untuk keberhasilan dalam
melakukan suatu kegiatan olahraga. Schmidt (1991) mengemukakan bahwa
sedikitnya terdapat tiga kecepatan gerak, yaitu: 1) Waktu reaksi, dimana
rangsangan tunggal sangat berperan terhadap respon tunggal, 2) Orientasi
respons, dimana satu dari beberapa respon dipilih untuk kebutuhan dalam
mendapatkan suatu jawaban, dan 3) Kecepatan bergerak, dimana
mengukur waktu hasil gerakan tanpa melalui rangsang. Moch. Sajoto (1988)
mengelompokkan secara garis besar mengenai kemampuan motorik
sebagai berikut : 1) Koordinasi adalah kemampuan untuk menyatukan
berbagai sistem syaraf gerak secara terpisah ke dalam satu pola gerak yang
efesien, 2) Keseimbangan, kemampuan tubuh untuk mempertahankan
posisi dalam bermacam-macam gerakan,dan 3) Kecepatan adalah
kemampuan untuk menempuh jarak tertentu dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya, kelincahan adalah kemampuan untuk merubah arah dengan
cepat dan tepat. Daya ledak adalah kemampuan melakukan gerakan secara
eksplosif. Kecepatan gerak kaki dalam bermain tenismeja dimaksudkan
untuk melakukan pergerakan dalam menjangkau bola-bola yang datang ke
berbagai arah, dimana setiap bola yang datang perlu diantisipasi dengan
cepat sehingga dapat mempersiapkan respons mana yang paling tepat dan
cepat untuk mengantisipasi bola yang datang tersebut. Kecepatan gerak
)* Dosen PGSD S1 Penjas FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
134
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
kaki yang dimaksudkan adalah kecepatan kaki untuk melangkah ke kiri – ke
kanan, ke depan maupun ke belakang untuk menjangkau bola-bola yang
pendek, bola-bola yang panjang serta bola-bola yang menyamping
diperlukan sekali unsur kecepatan bergerak dan bereaksi secara cepat dan
tepat.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian sebagaimana yang kita kenal memberikan garis-
garis yang tepat dan mengajukan syarat-syarat yang benar, maksudnya
adalah untuk menjaga agar pengetahuan dicapai dari suatu penelitian dapat
mempunyai harga yang ilmiah serta berkualitas tinggi. Penerapan metode
penelitian harus dapat mengarah pada tujuan yang diharapkan. Metode
yang dipergunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif secara
korelasional. Desain penelitian atau rancangan penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah korelasional. Populasi menurut Sugiyono (2011)
adalah: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Dengan
uraian tersebut, maka populasi adalah keseluruhan individu atau obyek yang
ingin diteliti. Olehnya itu yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
berjumlah 120 siswa putra SMA Negeri 1 Marioriawa. Dengan demikian
sampel yang digunakan adalah siswa putra SMA Negeri 1 Marioriawa
sebanyak 40 orang dari 30% populasi. Teknik pengambilan sampel
menggunakan random sampling. Data yang terkumpul tersebut perlu
dianalisis secara statistik deskriptif, maupun inferensial untuk keperluan
pengujian hipotesis penelitian. Adapun gambaran yang digunakan dalam
peneliitian ini, sebagai berikut: 1) Analisis data secara deskriptif
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum tentang data, dan 2)
Analisis secara inferensial digunakan untuk menguji hipotesis-hipotesis
penelitian dengan menggunakan uji korelasi dan regresi. Secara
keseluruhan analisis data statistik yang digunakan pada umumnya
menggunakan analisis komputer pada program SPSS versi 17.00 dengan
taraf signifikan 95% atau 0,05.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan terhadap data kecepatan gerak kaki, dan
keterampilan bermain tenismeja pada siswa SMP Negeri 9 Makassar.
Analisis deskrtiptif meliputi; total nilai, rata-rata, range, maksimal dan
)* Dosen PGSD S1 Penjas FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
135 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
minimum. Dari nilai-nilai statistik ini diharapkan dapat memberi gambaran
umum tentang keadaan data kecepatan gerak kaki, dan keterampilan
bermain tenismeja. Hasil analisis deskriptif setiap variabel penelitian dapat
dilihat dalam tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis deskriptif tiap variabel.
Variabel / Statistik
N Sum Mean Stdv Range Min. Max.
Kecepatan gerak kaki
40 926,00 23,1500 2,21359 8,00 19,00 27,00
Keterampilan bermain tenismeja
40 1278,00 31,9500 2,42794 11,00 25,00 36,00
Hasil dari tabel 1 di atas yang merupakan gambaran data
kecepatan gerak kaki dan keterampilan bermain tenismeja dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Untuk data kecepatan gerak kaki pada siswa SMP Negeri 9 Makassar
dari 40 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 926,00 dan rata-rata
yang diperoleh 23,1500 dengan hasil standar deviasi 2,21359 dari range
data 8,00 antara nilai minimum 19,00 dan 27,00 untuk nilai maksimal.
2. Untuk data keterampilan bermain tenismeja pada siswa SMP Negeri 9
Makassar dari 40 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 1278,00
dan rata-rata yang diperoleh 31,9500 dengan hasil standar deviasi
2,42794 dari range data 11,00 antara nilai minimum 25,00 dan 36,00
untuk nilai maksimal.
Analisis Inferensial
Ada kontribusi kecepatan gerak kaki terhadap keterampilan bermain
tenismeja pada siswa SMP Negeri 9 Makassar
Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui
antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan
hipotesis yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis
berdasarkan pengolahan data melalui analisis korelasi dan regresi
dari program SPSS tentang kontribusi kecepatan gerak kaki terhadap
keterampilan bermain tenismeja pada siswa SMP Negeri 9 Makassar
diperoleh sesuai dari rangkuman tabel 2 berikut:
)* Dosen PGSD S1 Penjas FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
136
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Tabel 2. Hasil analisis korelasi dan regresi untuk hipotesis
VARIABEL r/R Rs F t Sig.
Kecepatan gerak kaki (X3)
0,851
0,724
99,486
9,974
0,000 Keterampilan
bermain tenismeja
(Y)
Hasil pengujian:
Berdasarkan hasil pengujian analisis data antara kecepatan gerak kaki
terhadap keterampilan bermain tenismeja pada siswa SMP Negeri 9
Makassar. Diperoleh nilai korelasi dan regresi 0,580 dengan tingkat
probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi)
0,851. Hal ini berarti 85,1% keterampilan bermain tenismeja dijelaskan
oleh kecepatan gerak kaki. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung
adalah 99,486 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas
(0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk
memprediksi keterampilan bermain tenismeja (dapat diberlakukan untuk
populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 9,974 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari
0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan,
atau kecepatan gerak kaki benar-benar berpengaruh secara signifikan
terhadap keterampilan bermain tenismeja. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kontribusi kecepatan gerak kaki terhadap keterampilan
bermain tenismeja pada siswa SMP Negeri 9 Makassar sebesar 72,4%.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada kontribusi kecepatan
gerak kaki terhadap keterampilan bermain tenismeja pada siswa SMP
Negeri 9 Makassar. Apabila hasil penelitian ini dikaitkan dengan teori
dan kerangka pikir yang mendasarinya, maka dalam dasarnya hasil
penelitian mendukung dan memperkuat teori dan hasil-hasil penelitian
terdahulu yang sudah ada. Kecepatan gerak kaki diperlukan untuk
menunjang gerak dalam melakukan pukulan forehand maupun
backhand. Pada olahraga tenismeja gerak kaki diperlukan untuk
melaksanakan pukulan permainan tenismeja dalam waktu yang cepat,
apalagi permainan olahraga tenismeja dibutuhkan gerakan yang lebih
lincah. Seorang siswa yang bermain tenismeja harus selalu bergerak
untuk menjaga dan merespon setiap gerak laju bola selama bola tidak
mati. Oleh karena itu, siswa perlu mengantisipasi datangnya bola
dengan mengatur gerak kaki yang dimiliki guna mengatur dan
)* Dosen PGSD S1 Penjas FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
137 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
menempatkan bola yang lebih akurat dan tajam didalam serangan yang
dilakukan. Pergerakan setiap siswa untuk mencapai ketermapilan
bermain tenismeja, juga selalu ditentukan posisi tungkai atau kaki.
Karena setiap pengambilan bola, tungkai akan selamanya bergerak
untuk menciptakan gerak laju bola yang lebih baik, dan selanjutnya
bergerak kembali dalam posisi siap. Dengan demikian kecepatan gerak
kaki memiliki kontribusi terhadap keterampilan bermain tenismeja.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakan, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan sebagai berikut:
Kecepatan gerak kaki memiliki kontribusi terhadap keterampilan bermain
tenismeja pada siswa SMP Negeri 9 Makassar.
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan,
maka dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1) Bagi Mahasiswa:
Diharapkan penelitian ini mendapat kajian lebih lanjut agar dapat lebih
memberikan kontribusi terhadap dunia ilmu keolahragaan dan
pengembangan pembinaan prestasi olahraga khususnya cabang olahraga
tenismeja di daerah, 2) Bagi Pelatih dan Pembina: Diharapkan agar dapat
mengetahui dan memahami tentang pentingnya komponen fisik. Sehingga
dapat memilih metode latihan yang tepat dan sesuai guna memberi
kontribusi terhadap peningkatan ketermpilan bermain tenismeja, 3) Bagi
Guru; Agar supaya lebih berinovasi dalam model pembelajaran dengan
memanfaatkan media yang ada di sekolah, dan 4) Bagi pemerintah untuk
memberikan suatu penghargaan bagi orang tua, pelatih, guru olahraga dan
atlet yang telah memberikan pembinaan prestasi bagi daerahnya sebagai
acuan untuk memotivasi pembinaan prestasi yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Bompa, Tudor O. Dan Haff, G. Gregory. 2009. Periodization; Theory and
Methodology of Training. Fifth Edition. United States: Human
Kinetics.
Johny Leach. 1974. Table Tennis Made Easy. California : Wilshire Book.
Mangundap, Alex. 1982. Pengajaran Mengajar dan Melatih Permainan
Tenismeja Serta Beberapa Peraturan Permainan. Ujung Pandang :
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Keolahragaa IKIP.
)* Dosen PGSD S1 Penjas FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
138
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Muhidin, Sambas Ali dan Abdurahman, Maman. 2007. Analisis Korelasi,
Regresi, Dan Jalur Dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Peter Simpson. 1984. Teknik Bermain Pingpong. Bandung : Pioner.
Diterjemahkan Oleh Redaktur Pioner.
Sajoto, Moch. 1988. Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik Dalam
Olahraga. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti.
Sanusi, Arsyad. 1980. Tenismeja Untuk Semua Umur. Ujung Pandang :
KONI Sulawesi-Selatan.
Nasution, Eri D. 1996. Tenismeja, Suatu Penguraian Dalam Buku Olahraga
untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Sastra Budaya.
Surjaman, Tjun. 1993. Tenismeja. Jakarta : Sastra Budaya.
Sugiyono. 2000. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
________. 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
Alfabeta.
Sajoto, Mochammad. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga.
Jakarta: Depdikbud. Dirjen Dikti. Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Simanjuntak, Victor G, dkk. 2008. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
Jakarta: Dirjen Dikti. Depdiknas.
Suryabrata, Sumadi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
Yudiana, Yunyun. Subardjah, Herman dan Juliantine, Tite. 2012. Latihan
Kondisi Fisik. Artikel. http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q= komponen%
20kondisi%20 fisik%20dalam%20olahraga.
)* Dosen PGSD S1 Penjas FIK UNM
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
139 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
HUBUNGAN KOORDINASI MATA TANGAN, KELINCAHAN,
DAN KESEIMBANGAN DENGAN KEMAMPUAN DRIBBLE
DALAM PERMAINAN BOLABASKET PADA
SISWA SMA NEGERI 2 SINJAI
(RELATIONSHIP THE HAND EYE COORDINATION, AGILITY, AND
BALANCE WITH ABILITY DRIBBLE INSIDE THE GAME
BASKETBALL SMA STATE STUDENT 2 SINJAI)
OLEH:
WAHYU JAYADI )*
ABSTRACT
This study aims to determine the relationship of hand-eye coordination,
agility, and balance with the dribble in the game of basketball. This research
is descriptive research. The population of this research is all male students
of SMA Negeri 2 Sinjai with a sample study of 40 people selected by random
sampling. Data analysis technique used is the technique of correlation
analysis using SPSS version 17 o'clock systems at significant level of 95%
(1) hand-eye coordination has a significant relationship with the dribble in
basketball game at SMA Negeri 2 Sinjai, proven ro = -
0,05); (2) agility has a significant relationship with the dribble in basketball
The balance has a significant relationship with the dribble in basketball game
at SMA Negeri 2 Sinjai, proven ro = -
hand-eye coordination, agility, and balance has a significant relationship with
the dribble in basketball game at SMA Negeri 2 Sinjai, proved Ro = 0.875 (P
= 0.000 < α 0,05).
Keywords: Coordination Hand Eye, Agility, Balance, Dribble Basketball
PENDAHULUAN
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang diajarkan di
sekolah berpengaruh besar terhadap perkembangan, sikap dan tingkah laku
anak didik. Oleh karena itu pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
yang diajarkan dapat membangkitkan dan mengarahkan potensi pada anak
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
140
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
didik serta nantinya sehat serta berkualitas. Perkembangan olahraga secara
umum, sangat menggembirakan karena telah digemari banyak masyarakat
dipelosok tanah air. Dengan bermasyarakatnya olahraga, maka pencarian
bibit untuk pembinaan dapat tercapai pada setiap cabang olahraga.
Meningkatkan besarnya peranan olahraga, maka pelajaran pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan selalu dilakukan. Dari sekian banyak materi
bahan pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan salah satunya
adalah materi pelajaran olahraga bolabasket. Bolabasket menjadi olahraga
yang berkembang pesat dengan beberapa alasan bahwa; bolabasket adalah
olahraga tontonan yang menarik yang dapat diikuti oleh pria maupun wanita,
jenis olahraga ini melibatkan banyak para pemain dan juga teknik-tekniknya
yang menarik. Walaupun bolabasket ditemukan sebagai olahraga dalam
ruangan, namun sekarang dimainkan baik dalam ruangan maupun diluar
ruangan dan juga pada semua musim. Permainan bolabasket sangat
ditentukan oleh teknik, taktik dan unsur-unsur fisik. Sebab diantara sekian
banyak cabang olahraga, bolabasket merupakan olahraga yang
memperlihatkan kematangan seseorang dalam dribbling bola, mempassing
bola serta menembak bola dalam keranjang. Dan yang paling penting
mencetak angka atau point sebanyak mungkin ke ruang lawan agar dapat
memenangkan pertandingan. Sesuai dengan pernyataan tersebut diatas,
maka olahraga bolabasket semakin banyak penggemarnya yang bukan
hanya sebagai olahraga pendidikan akan tetapi juga sebagai olahraga
prestasi. Dalam meningkatkan prestasi cabang olahraga bolabasket, maka
penguasaan teknik, bentuk latihan, maupun taktik dalam permainan
bolabasket perlu dikuasai oleh setiap pemain, teknik dan taktik merupakan
dua unsur bagian khusus yang harus diolah oleh para pemain bolabasket.
Latihan teknik merupakan bagian dari olahraga yang dalam pelaksanaannya
membutuhkan ketangkasan. Salah satu teknik dasar dalam permainan
bolabasket yang harus dan sangat penting untuk dikuasai oleh setiap
pemain adalah penguasaan teknik dribbling bola. Sebab pada dasarnya
dribbling bola (memantulkan bola kelantai) merupakan suatu gerakan dasar
didalam permainan bolabasket yang mana harus dikuasai oleh seorang
pemain sehingga dari itu harus dilatih dengan sesering mungkin agar dapat
dikuasai dengan baik. Untuk mencapai keterampilan dribbling bola secara
optimal, tetap dibutuhkan ketekunan latihan yang terprogram dan sistematis,
namun demikian ketekunan latihan belum dapat menjamin peningkatan
keterampilan. Dribbling bola secara efektif tanpa ditunjang dengan
penerapan metode latihan yang tepat dan yang sesuai dengan yang
diinginkan. Dari penjelasan tersebut maka seorang pemain bolabasket
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
141 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
sangat memerlukan koordinasi mata tangan, kelincahan dan keseimbangan
sebagai faktor didalam melakukan teknik dasar dribbling dalam permainan
bolabasket agar dalam penampilan akan lebih sempurna. Dalam dribbling
bola, harus cepat mengkoordinasikan gerakan juga harus memiliki
kelincahan agar dapat mengelabuhi lawan sekaligus melewatinya dan
akhirnya dapat kesempatan untuk melakukan tembakan. Kelincahan adalah
kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat
pada waktu sedang bergerak tampa kehilangan keseimbangan atau
kesadaran akan posisi tubuhnya. Dengan adanya keseimbangan yang
dimiliki setiap pemain atau siswa, maka tingkat gerakan dribble yang dimiliki
akan lebih optimal dalam bermain bolabasket.
Teknik Dasar Dribble Pada Permainan Bolabasket
Bolabasket adalah olahraga yang dimainkan oleh dua regu, saling
memasukkan bola ke keranjang lawan dengan tangan. Permainan ini tidak
diperkenankan menggunakan kaki atau untuk menendang bola dan
menggiring bola. Regu yang memperoleh point terbanyak, keluar sebagai
pemenang. Menurut sejarahnya, permainan ini diciptakan oleh seorang
instruktur dari pendidikan jasmani pada YMCA (Young Mens Cristian
Assosiation), Springfield, Massachusets Amarika Serikat tahun 1891.
Permainan bolabasket yang dikemukakan oleh Yanto Kusyanto (1994)
adalah : Suatu permainan yang dimainkan oleh dua regu putra atau putri
yang masing-masing regu terdiri dari lima orang pemain. Sedangkan tujuan
permainan ini adalah menghasilkan angka sebanyak-banyaknya dengan
jalan memasukan bola ke basket lawan dan mencegah pemain lawan untuk
membuat nilai. Dalam permainan bolabasket tiap pemain boleh mendorong
bola dengan telapak tangan terbuka, melemparkan, menggelindingkan atau
menggiring bola ke segala arah dalam lapangan permainan. Bolabasket
dimainkan oleh lima pemain pertim, dan pengertian ini dikemukakan oleh
Iman Sodikum (1992) sebagai berikut : Bolabasket merupakan olahraga
yang dimainkan oleh dua regu putra atau putri, yang masing-masing regu
terdiri dari lima orang pemain. Setiap pemain boleh mendorong bola,
memukul bola dengan telapak tangan terbuka, melemparkan menggelinding
atau mendribling kesegala arah dalam permainan bolabasket menuju ring
basket lawan untuk memasukkan bola sebanyak-banyaknya. Berdasarkan
penjelasan diatas maka keterampilan didalam permainan bolabasket secara
efektif dan efisien. Keterampilan ini sangat membantu pelaksanaan
permainan, serta bagian dalam pencapaian prestasi yang lebih maksimal
dan tak lepas dari kerja sama tim yang kompak dan terorganisir.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
142
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Salah satu sisi menarik dari permainan bolabasket yaitu
dilakukannya dribbling yang bervariatif baik arah dan kecepatannya untuk
menerobos lawan dan selanjutnya memasukkan bola ke dalam keranjang.
Banyak angka tercipta diawali dengan dribble yang baik dan diakhiri
tembakan yang akurat. Dribbling pada prinsipnya membawa bola dengan
dipantul-pantulkan dengan satu tangan yang dilakukan dengan berjalan atau
berlari. Berkaitan dengan dribble Arma Abdoellah (1981) menyatakan,
“dribble atau menggiring bola adalah suatu usaha untuk membawa bola ke
depan” Menuzut Ambler Vic (1990) “dribbling adalah membawa bola dengan
cara memantul-mantulkannya”. Pendapat lain dikemukakan A. Sarumpaet
Zulfar Djazet, Parno dan Imam Sadikun (1992) bahwa, “dribble bola
diperbolehkan hanya dengan satu tangan kanan atau kiri saja dan secara
bergantian antara tangan kanan dan kiri. Berdasarkan pengertian dribbling
yang dikemukakan ketiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, dribble
merupakan suatu cara membawa bola ke depan dengan memantul-
mantulkan bola ke lantai dengan satu tangan atau secara bergantian baik
dengan berjalan atau berlari. Hal terpenting dan harus diperhatikan dalam
melakukan dribble adalah melindungi bola agar bola tidak mudah direbut
lawan. Seperti dikemukakan Wissle H. (2000) bahwa, “Kemampuan
mendribble dengan tangan lemah dan tangan kuat adalah kunci untuk
meningkatkan permainan anda. Untuk melindungi bola, jagalah agar tubuh
anda berada diantara bola dan lawan”. Dalam melakukan dribble tubuh
mempunyai peran penting jika tangan yang digunakan mendribble lemah,
maka tubuh berfungsi untuk melindungi bola. Oleh karena itu, pada saat
mendribble bola, tubuh harus selalu diantara bola dan lawan. Hal ini
dimasukkan, Jika lawan akan merebut bola maka tubuh siap untuk
menghalangi lawan. Ditinjau dari strategi dan taktik permainan dribbling
merupakan teknik dalam bolabasket yang dapat mendukung terciptanya
angka. Banyak manfaat yang diperoleh melalui dribble. Menurut Aip
Syarifuddin dan Muhadi (1991/1992) bahwa, “tujuan dribbling adalak agar
(1) lebih cepat menuju ke daerah lawan dalam usaha memasukkan bola ke
dalam keranjang lawan, (2) lebih mudah menyusup dan menerobos ke
daerah pertahanan lawan, dan untuk mengacaukan pertahanan lawan dan,
(3) permainan lawan menjadi tidak berkembang, sehingga permainan
menjadi terhambat”. Banyak manfaat yang diperoleh dari dribble yaitu lebih
cepat menuju ke keranjang lawan, untuk menerobos pertahanan lawan,
untuk mengendalikan permainan. Namun di sisi lain, mendribble bola secara
berlebihan juga tidak baik untuk kepentingan timnya. Seperti dikemukakan
Wissel Hal (2000) bahwa, “jika anda mendribble terlalu banyak, maka tim
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
143 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
cenderung tidak bergerak ini memudahkan lawan untuk menghadangnya”.
Hal ini berarti, men-dribble bola berlebihan akan mcmudahkan lawan untuk
menjaga teman seregunya karena tidak bergerak. Tidak menutup
kemungkinan dribble yang berlebihan akan mudah direbut lawan dan pihak
lawan akan dapat melakukan serangan balik. Dribble dapat dilakukan
dengan baik jika menguasai teknik yang baik dan benar. Untuk memperoleh
kualitas dribble yang baik maka seorang pemain harus memahami dan
menguasai teknik dribble. Soebagio Hartoko (1993) memberikan petunjuk
cara melakukan dribble sebagai berikut: 1) Peganglah bola dengan kedua
tangan yang relax, tangan kanan di atas bola, sedang tangan kiri menjadi
tempat terletaknya bola; 2) Berdirilah seenaknya dengan kaki kiri agak
sedikit di depan kaki kanan; 3) Condongkan badan ke depan mulai dan
pinggang; 4) Mulai pantulkan bola dengan tangan kanan, (sebagai
permulaan sebaiknya mata masih melihat bola); 5) Gerakan lengan hampir
sepenuhnya; 6) Jangan memukul bola dengan telapak tangan, tetapi
pantulkan (tekankan) dengan jari-jari dibantu dengan gerakan pergelaragan
tangan; 7) Jinakkan bola dengan sedikit mengkuti bergeraknya ke atas
sebentar dengan jari-jari dan pergelangan tangan, kemudian dipantulkan
kembali; 8) Setelah rahasia gerak, watak dan irama dari pantulan dapat
dirasakan (get the feeling) dengan sikap berdiri ditempat, memulailah
dengan bergerak maju; 9) Mulailah jangan melihat bola, dan percepatlah
gerak; 10) Kemudian menggiring dengan agak rendah, rendah, maju,
mundur cepat, secepatnya, berliku, berkelok dengan rintangan dan lawan.
Petunjuk cara melakukan dribble tersebut harus dipahami dan dikuasai
setiap pemain bolabasket agar diperoleh kualitas dribble yang baik dan
benar. Di dalam pelaksaaaannya dribble dapat dilakukan dengan dribble
bola tinggi dan dribble bola rendah, Hal ini didasarkan pada kebutuhannya
dalam permainan. Seperti dikemukakan A. Sarumpaet dkk, (1992: 229)
bahwa, “sesuai dengan kebutuhannya jenis dribble ada dua cara yaitu: “(1)
dribble bola tinggi (setinggi pinggang), (2) dribble bola rendah (setinggi
lutut)”. Dribbling bola setinggi pinggang digunakan untuk kebutuhan maju
cepat ke depan lurus. Sedangkan dribble readah digunakan untuk
menerobos atau berbelok-belok sainbil mengontrol bola.
Koordinasi
Koordinasi adalah suatu kemampuan biomotorik yang sangat
kompleks. Koordinasi erat hubungannya dengan kekuatan, kecepatan, daya
tahan, kelentukan, dan balance, semua menyumbang dan berpadu di dalam
koordinasi gerak. Oleh karena satu sama lain mempunyai hubungan yang
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
144
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
erat. Kalau salah satu unsur tidak ada atau kurang berkembang, maka hal
ini akan mempengaruhi terhadap kesempurnaan koordinasi. Koordinasi
sangat penting untuk menyempurnakan teknik dan taktik. Seperti misalnya
dalam melakukan dribble bola, agar tidak terjadi kesalahan dalam dribble
bola maka harus ada koordinasi antara gerakan mata dengan tangan.
Koordinasi merupakan salah satu elemen kondisi fisik yang relatif sulit
didefenisikan secara tepat karena fungsinya sangat terkait dengan elemen–
elemen kondisi fisik yang lain dan sangat ditentukan oleh kemampuan
siswa. Koordinasi adalah kemampuan untuk berulang kali mengeksekusi
urutan gerakan lancar dan akurat. Ini mungkin melibatkan indra, kontraksi
otot dan gerakan sendi. Koordinasi adalah kemampuan untuk melakukan
gerakan atau kerja dengan tepat dan efisien. Tangkudung dan Puspitorini
(2012) mengungkapkan bahwa: “Koordinasi adalah kemampuan untuk
melakukan gerakan dengan berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan
efesien dan penuh ketepatan”. Koordinasi ini menyatakan hubungan
harmonis berbagai factor yang terjadi pada suatu gerakan. Koordinasi
adalah yang berhubungan dengan kemampuan untuk menggunakan panca
indera seperti penglihatan dan pendengaran, bersama-sama dengan tubuh
tertentu di dalam melakukan kegiatan motorik dan harmonis dan ketepatan
tinggi. Menurut Bompa (1983) (dalam Harsono, 1988) mengungkapkan
bahwa: “Koordinasi adalah suatu kemampuan biomotorik yang sangat
kompleks. Koordinasi erat hubungannya dengan kecepatan, kekuatan, daya
tahan, dan fleksibilitas”. Oleh karena itu, bentuk latihan koordinasi harus
dirancang dan disesuaikan dengan unsur-unsur kecepatan, kekuatan, daya
tahan, dan kelentukan. Koordinasi adalah kemampuan seseorang
mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda kedalam pola
gerakan tunggal secara efektif. Misalnya dalam bolabasket; seorang siswa akan
kelihatan mempunyai koordinasi yang baik bila ia dapat bergerak sambil
membawa bola atau dribble sambil berlari dengan teknik yang benar. Jadi
koordinasi merupakan suatu aktivitas beberapa sistem tubuh dan pola
pergerakan untuk membentuk gerakan individu dan keterampilan yang
diperlukan untuk tujuan tertentu. Untuk melakukan gerakan yang rumit
diperlukan koordinasi. Jadi koordinasi merupakan unsur gerak yang
dibutuhkan oleh setiap manusia untuk melakukan gerakan cabang olahraga.
Lebih rumit suatu gerakan, lebih sulit bagi seseorang menggunakan
koordinasi dalam otak pengendaliannya.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
145 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Kelincahan
Untuk mencari dan menentukan seorang pemain bolabasket yang
baik, maka perlu diketahui tentang kriteria-kriteria yang dapat dijadikan pintu
untuk menentukan seorang pemain yang baik. Telah diketahui bahwa
kekuatan dan kecepatan merupakan kriteria yang paling penting. Namun
kerbehasilan dalam pencapaian teknik dasar yang efesien dan prestasi yang
maksimal tidak dapat ditentukan oleh hanya dari kedua kemampuan fisik
tersebut, akan tetapi kemampuan fisik lainnya turut menunjang pula. Dari
penjelasan tersebut maka seorang pemain bolabasket sangat memerlukan
kelincahan sebagai faktor didalam melakukan teknik dasar permainan
bolabasket agara dalam penampilan akan lebih sempurna. Dalam
permainan bolabasket, kelincahan di perlukan, misalnya dalam melakukan
menggiring bola atau gerak tipu. Dalam dribbling bola, disamping harus
cepat juga harus memiliki kelincahan agar dapat mengelabuhi lawan
sekaligus melewatinya dan akhirnya dapat kesempatan untuk melakukan
tembakan. Mr. Coly Young dan Wilmore yang dikutip Harsono (1988)
mengemukakan bahwa: “Agilitas adalah orang yang mempunyai
kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat
pada waktu sedang bergerak tanpa kehilangan keseimbangan atau
kesadaran akan posisi tubuhnya”. Untuk lebih jelasnya dikemukakan juga
batasan dari James A.Baley (1982) bahwa: “Agility is generally depened as
the ability to change direction guindely and effecti vely wrile moving as
nearly as possible at full speed”. Pendapat tersebut dapat diartikan sebagai
kemampuan merubah arah dengan cepat dan efektif sambil bergerak atau
berlari hampir dalam kecepatan penuh. Dalam semua aktivitas gerak
keterampilan tubuh, komponen fisik kelincahan selalu memberikan peranan
yang amat penting menurut Soekarman (1987) mengungkapkan bahwa:
“Kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah dengan cepat pada
waktu bergerak dalam kecepatan tinggi”. Pendapat lain dikemukakan oleh
Moch. Sajoto (1988) yang menyatakan : Kelincahan adalah kemampuan
mengubah arah dengan cepat da tepat, selagi tubuh bergerak dari satu
tempat ketempat yang lain. Dan adapun orang itu dikatakan memiliki
kelincahan yang cukup tinggi,apabila seseorang yang mampu merubah satu
posisi ke posisi yang berbeda, dengan kecepatan yang tinggi dan koordinasi
yang baik. Berdasarkan pendapat tersebut di atas semakin menunjukkan
bahwa didalam permainan bolabasket sangatlah dibutuhkan kelincahan,
karena permainan bolabasket sangat membutuhkan kelincahan sebagai
salah satu faktor pendukung untuk mengecoh dan meloloskan diri dari
kawalan lawan. Kalau beberapa defenisi di atas dianalisa, maka kelincahan
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
146
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
berhubungan dengan adanya gerak sebagai kapasitas manusia atau obyek
gerak tersebut berupa gerak tunggal atau gerak berulang-ulang gerakan
berlaku untuk seluruh tubuh, atau bagian-bagian tubuh atau obyek: gerakan
dilakukan dengan memindahkan tubuh dengan secepat cepatnya (usaha
maksimal): akibat gerak terjadilah perpindahan dari tempat atau posisi
tertentu ketempat lain dengan posisi tetap seimbang. Dari berbagai
pendapat tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa orang yang
lincah adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk berubah arah dan
posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak, tanpa kehilangan
keseimbangan dan kesadaran akan sikap tubuh. Jadi kelincahan bukan
hanya menuntut kecepatan, akan tetapi juga kelenturan tubuh. Dalam
melakukan aktivitas tersebut juga tidak boleh kehilangan keseimbangan dan
harus pula sadar akan posisi tubuh. Gerakan-gerakan demikian banyak
dipergunakan dalam berbagai cabang olahraga, termasuk pada saat
membawa bola atau menggiring dalam permainan bolabasket.
Keseimbangan
Keseimbangan adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ-
organ syaraf ototnya, selama melakukan gerak-gerak yang cepat dengan
perubahan letak titik-titik berat badan yang cepat pula baik dalam keadaan
statis maupun lebih-lebih dalam gerak dinamis (Sajoto, 1988). Sedangkan
menurut Harsono (1988) bahwa: “Keseimbangan adalah kemampuan untuk
mempertahankan sistem neuromuscular kita dalam kondisi statis, atau
mengontrol sistem neuromuscular tersebut dalam suatu posisi atau sikap
yang efesien selagi kita bergerak”. Demikian juga yang diungkapkan oleh
Halim (2009) bahwa: “Keseimbangan adalah kemampuan seseorang
mengendalikan organ-organ syaraf otot dengan mempertahankan sikap
tubuh yang tepat pada saat melakukan gerakan”. Keseimbangan adalah
kemampuan mempertahankan sikap tubuh yang pada saat melakukan
gerakan tergantung pada kemampuan integrasi antara kerja indera
penglihatan, kanalis semisis kuralis pada telinga dan reseptor pada otot.
Diperlukan tidak hanya pada olahraga tetapi juga dalam kehidupan sehari-
hari. Keseimbangan ini penting dalam kehidupan maupun olahraga untuk itu
penting dimana tanpa keseimbangan orang tidak dapat melakukan aktivitas
dengan baik. Seorang pemain bolabasket apabila memiliki keseimbangan
yang baik, maka pemain akan dapat mempertahankan tubuhnya pada waktu
melakukan dribble dengan baik. Keseimbangan merupakan salah satu faktor
yang mendukung dalam pencapaian kemampuan dribble dalam permainan
bolabasket. Keseimbangan berfungsi dalam menjaga posisi badan disaat
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
147 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
melakukan gerakan, semua teknik dasar yang diperagakan baik dengan bola
maupun dengan menggunakan bola selalu dilakukan dalam perpindahan titik
berat badan.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis, dengan menggunakan
teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini dipergunakan setelah
penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidik
serta dari situasi penyelidikan. Penerapan metode penelitian harus dapat
mengarah pada tujuan yang diharapkan. Metode yang dipergunakan dalam
penelitian adalah metode deskriptif secara korelasional.
Penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif yang bersifat
korelasional. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memberikan
gambaran secara umum tentang variabel-variabel pada penelitian yang
dilaksanakan. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi.
Sedangkan penelitian korelasional berupaya menjelaskan ada tidaknya
hubungan berbagai variabel berdasarkan besar kecilnya koefesien korelasi.
Populasi dalam penelitian adalah siswa SMA Negeri 2 Sinjai yang meliputi siswa
putra. Dengan demikian kesamaan sifat dari populasi dalam penelitian ini yakni
mempunyai jenis kelamin yang sama. Sampel dipergunakan dalam penelitian
adalah sebanyak 40 orang putra yang terdaftar sebagai siswa SMA Negeri 2
Sinjai. Sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan random
sampling. Data yang terkumpul tersebut perlu dianalisis secara statistik
deskriptif, maupun inferensial untuk keperluan pengujian hipotesis
penelitian. Secara keseluruhan analisis data statistik yang digunakan pada
umumnya menggunakan analisis komputer pada program SPSS versi 17.00
dengan taraf signifikan 95% atau 0,05.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Ada hubungan koordinasi mata tangan dengan kemampuan dribble
dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai
Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui
antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis
yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan
pengolahan data melalui analisis korelasi dan regresi dari program
SPSS tentang hubungan koordinasi mata tangan dengan kemampuan
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
148
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
dribble dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai
diperoleh sesuai rangkuman tabel 1 berikut:
Tabel 1. Hasil analisis korelasi dan regresi untuk hipotesis pertama
VARIABEL r/R Rs F t P α
Koordinasi mata tangan (X1)
-0,668
0,446
30,588
-5,531
0,000
0,05 Dribble
bolabasket
bolabasket (Y)
Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi dan regresi data antara
koordinasi mata tangan dengan kemampuan dribble dalam permainan
bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai. Diperoleh nilai korelasi -
0,668 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square
(koefesien determinasi) 0,446. Hal ini berarti 44,6% kemampuan dribble
dalam permainan bolabasket dijelaskan oleh koordinasi mata tangan.
Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 30,588 dengan
tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih
kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi
kemampuan dribble dalam permainan bolabasket (dapat diberlakukan
untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh -5,531
dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh
lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien
regresi signifikan, atau koordinasi mata tangan benar-benar berpengaruh
secara signifikan dengan kemampuan dribble dalam permainan
bolabasket. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koordinasi mata
tangan memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan dribble
dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai terbukti
nilai korelasi -0,668 atau P (0,000) < 0,05. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan koordinasi mata
tangan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket pada
siswa SMA Negeri 2 Sinjai. Apabila hasil penelitian dikaitkan dengan
teori dan kerangka pikir yang mendasarinya, maka dalam dasarnya hasil
penelitian ini mendukung dan memperkuat teori dan hasil-hasil penelitian
terdahulu yang sudah ada. Ini membuktikan bahwa koordinasi mata
tangan sangat menunjang dalam kemampuan dribble dalam permainan
bolabasket. Koordinasi mata tangan merupakan salah satu faktor yang
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
149 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
berperan untuk membantu seorang siswa dalam melakukan dribble
bolabasket. Bola yang di dribble merupakan keahlihan dari tangan seorang
siswa untuk mengarahkan bola. Oleh karena itu koordinasi mata tangan
berperan untuk membantu dalam mengontrol bola dengan tepat pada
sasaran tangan. Kemampuan dribble bola atau membawa bola harus di
otomatisasikan dengan gerak pantulan bola, artinya bola yang di dribble
tidak selalu harus dilihat akan tetapi lebih mengarah melihat lawan atau
teman. Sehingga gerak dribble yang dilakukan dapat terkoordinasi dengan
optimal. Dengan demikian koordinasi mata kaki memiliki hubungan yang
signifikan terhadap kemampuan dribble dalam permainan bolabasket.
2. Ada hubungan kelincahan dengan kemampuan dribble dalam
permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai
Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui
antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis
yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan
pengolahan data melalui analisis korelasi dan regresi dari program
SPSS tentang hubungan kelincahan dengan kemampuan dribble dalam
permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai diperoleh sesuai
dari rangkuman tabel 2 berikut:
Tabel 2. Hasil analisis korelasi dan regresi untuk hipotesis kedua
VARIABEL r/R Rs F t P α
Kelincahan (X2) 0,830
0,689
84,36
8
9,185
0,000
0,05
Dribble bolabasket (Y)
Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi dan regresi data antara
kelincahan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket
pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai. Diperoleh nilai korelasi 0,830 dengan
tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien
determinasi) 0,689. Hal ini berarti 68,9% kemampuan dribble dalam
permainan bolabasket dijelaskan oleh kelincahan. Dari uji Anova atau F
test, didapat F hitung adalah 84,368 dengan tingkat signifikansi 0,000.
Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model
regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan dribble dalam
permainan bolabasket (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel
diambil). Dari uji t diperoleh 9,185 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
150
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan
H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau kelincahan benar-benar
berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan dribble dalam
permainan bolabasket. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kelincahan memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan dribble
dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai terbukti nilai
korelasi 0,830 atau P (0,000) < 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan kelincahan dengan kemampuan
dribble dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai.
Apabila hasil penelitian ini dikaitkan dengan teori dan kerangka pikir
yang mendasarinya, maka dalam dasarnya hasil penelitian ini
mendukung dan memperkuat teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu
yang sudah ada. Permainan bolabasket dibutuhkan suatu kelincahan
tangan saat melakukan dribbling bola tersebut. Dribble bola pada
permainan bolabasket merupakan kemampuan pemain atau siswa
membawa bola untuk melakukan suatu serangan dalam penguasaan
tangan pada permainan bolabasket. Pada dasarnya pemain bolabasket
dituntut untuk bereaksi cepat baik didalam menguasai lapangan maupun
menempatkan bola-bola yang lebih akurat. Kelincahan dalam
menyerang pada permainan bolabasket baik dalam pergerakan antara
tangan dengan segala posisi dijadikan sebagai penguasaan lapangan
bagi siswa. Oleh karena itu permainan bolabasket pada kemampuan
teknik melakukan dribble bola perlu adanya gerakan cepat untuk dapat
mengubah arah. Seorang pemain yang memiliki kemampuan melakukan
gerakan dengan cepat dan mampu mengubah arah, akan mudah
melakukan gerakan meskipun dalam keadaan ruang gerak yang sempit.
Kelincahan lebih mampu untuk bereaksi dalam menguasai bola. Dengan
demikian kelincahan memiliki hubungan yang signifikan dengan
kemampuan menggiring bola dalam permainan bolabasket.
3. Ada hubungan keseimbangan dengan kemampuan dribble dalam
permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai
Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui
antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis
yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan
pengolahan data melalui analisis korelasi dan regresi dari program
SPSS tentang hubungan keseimbangan dengan kemampuan dribble
dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai diperoleh
sesuai dari rangkuman tabel 3 berikut:
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
151 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Tabel 3. Hasil analisis korelasi dan regresi untuk hipotesis ketiga
VARIABEL r/R Rs F t P α
Keseimbangan (X3)
-0,828
0,685
82,55
3
-9,086
0,000
0,05
Dribble bolabasket
(Y)
Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi dan regresi data antara
keseimbangan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket
pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai. Diperoleh nilai korelasi -0,828 dengan
tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien
determinasi) 0,685. Hal ini berarti 68,5% kemampuan dribble dalam
permainan bolabasket dijelaskan oleh keseimbangan. Dari uji Anova atau F
test, didapat F hitung adalah 82,553 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh
karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi
dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan dribble dalam permainan
bolabasket (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil).
Dari uji t diperoleh -9,086 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena
probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1
diterima atau koefesien regresi signifikan, atau keseimbangan benar-benar
berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan dribble dalam
permainan bolabasket. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
keseimbangan memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan
dribble dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai
terbukti nilai korelasi -0,828 atau P (0,000) < 0,05. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa ada hubungan keseimbangan dengan kemampuan
dribble dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai.
Apabila hasil penelitian ini dikaitkan dengan teori dan kerangka pikir yang
mendasarinya, maka dalam dasarnya hasil penelitian mendukung dan
memperkuat teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang sudah ada. Ini
membuktikan bahwa keseimbangan dapat memudahkan seseorang
menggiring bola dalam keadaan relaks (tidak kaku) dan dapat memberikan
sikap badan yang selalu siap untuk gerakan-gerakan yang selanjutnya,
serta lebih mengefisienkan dalam penggunaan tenaga. Keseimbangan
yang dimaksud adalah kemampuan seseorang mengendalikan sistem
syaraf ototnya (neuro muscular) selama melakukan gerakan-gerakan cepat
dengan perubahan letak dari titik berat badan baik dalam keadaan statis
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
152
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
maupun dalam keadaan dinamis. Dalam dribble bola perlu tetap menjaga
keseimbangan tubuh agar tidak mudah terjatuh baik disaat dribble bola
sambil dikawal atau diganggu oleh lawan ataupun tidak. Dengan demikian
keseimbangan memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan
menggiring bola dalam permainan bolabasket.
4. Ada hubungan koordinasi mata tangan, kelincahan, dan
keseimbangan dengan kemampuan dribble dalam permainan
bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai
Hasil data yang diperoleh dari penelitian bertujuan untuk mengetahui
antara variable bebas dan variable terikat serta membuktikan hipotesis
yang ada. Oleh karena itu hasil pengujian hipotesis berdasarkan
pengolahan data melalui analisis regresi dari program SPSS tentang
hubungan antara koordinasi mata tangan, kelincahan, dan keseimbangan
dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket pada siswa
SMA Negeri 2 Sinjai diperoleh sesuai dari rangkuman tabel 4 berikut:
Tabel 4. Hasil analisis regresi untuk hipotesis keempat
VARIABEL r/R Rs F t P α
Koordinasi mata tangan (X1),
kelincahan (X2), dan keseimbangan (X3)
0,875
0,765
39,165
4,220
0,000
0,05
Dribble bolabasket
bolabasket (Y)
Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi data antara koordinasi mata
tangan, kelincahan, dan keseimbangan dengan kemampuan dribble
dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai. Diperoleh
nilai regresi 0,875 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai
R Square (koefesien determinasi) 0,765. Hal ini berarti 76,5%
kemampuan dribble dalam permainan bolabasket dijelaskan oleh
koordinasi mata tangan, kelincahan, dan keseimbangan. Dari uji Anova
atau F test, didapat F hitung adalah 39,165 dengan tingkat signifikansi
0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka
model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan dribble
dalam permainan bolabasket (dapat diberlakukan untuk populasi dimana
sampel diambil). Dari uji t diperoleh 4,220 dengan tingkat signifikansi
0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka
Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
153 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
koordinasi mata tangan, kelincahan, dan keseimbangan benar-benar
berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan dribble dalam
permainan bolabasket. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
koordinasi mata tangan, kelincahan, dan keseimbangan memiliki
hubungan yang signifikan dengan kemampuan dribble dalam permainan
bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai terbukti nilai regresi 0,875
atau (0,000) < 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan koordinasi mata tangan, kelincahan, dan
keseimbangan dengan kemampuan dribble dalam permainan bolabasket
pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai. Apabila hasil penelitian ini dikaitkan
dengan teori dan kerangka pikir yang mendasarinya, pada dasarnya
hasil penelitian ini mendukung dan memperkuat teori yang sudah ada.
Pada dasarnya dribble bola adalah membawa bola tanpa terputus
dengan memantulkan ke lantai. Tujuan menggiring bola antara lain untuk
mendekati jarak ke sasaran, melewati lawan, dan menghambat
permainan. Menggiring bola (dribbling) memiliki beberapa kegunaan
yaitu sebagai berikut : (1) Untuk melewati lawan, (2) Untuk mencari
kesempatan memberikan bola umpan kepada teman dengan tepat, dan
(3) Untuk menahan bola tetap dalam penguasaan, menyelamatkan bola
apabila tidak terdapat kemungkinan atau kesempatan untuk dengan
segera memberikan operan kepada teman. Berdasarkan dari tiga
manfaat yang dimiliki oleh dribble bola dalam permainan bolabasket,
maka perlu ditunjang adanya komponen kondisi fisik seperti koordinasi
mata tangan, kelincahan, dan keseimbangan. Unsur komponen kondisi
fisik koordinasi mata tangan, kelincahan dan keseimbangan yang harus
dimilikinya untuk dapat meningkatkan kemampuan dribble bola pada
permainan bolabasket. Penguasaan bola bagi seorang pemain sangat
dituntut agar hasil yang dicapai dapat optimal. Oleh karena itu koordinasi
mata tangan, kelincahan dan keseimbangan yang dimiliki seorang pemain
akan membantu pergerakan-pergerakan yang akurat, sehingga
kemampuan untuk melakukan teknik dribble bola akan dapat dimiliki
dengan baik. Dengan demikian kecepatan, kelincahan, dan
keseimbangan memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan
dribble bola dalam permainan bolabasket.
PENUTUP
Sesuai dari hasil analisis pengujian hipotesis dengan berdasar pada
masalah yang diajukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1)
Koordinasi mata tangan memiliki hubungan yang signifikan dengan
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
154
)* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
kemampuan dribble pada permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2
Sinjai, 2) Kelincahan memiliki hubungan yang signifikan dengan
kemampuan dribble pada permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2
Sinjai, 3) Keseimbangan memiliki hubungan yang signifikan dengan
kemampuan dribble pada permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2
Sinjai, dan 4) Koordinasi mata tangan, kelincahan, dan keseimbangan
memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan dribble pada
permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 2 Sinjai.
Agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kemampuan dribble pada permainan bolabasket bagi siswa di sekolah,
maka saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut: 1) Guru olahraga di
sekolah diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dribble pada
permainan bolabasket dengan penerapan metode pengajaran yang
bervariasi tanpa mengabaikan teknik dasar yang dikembangkan, 2)
Hendaknya pemerintah dalam hal ini pihak sekolah untuk dapat membantu
dalam memfasilitasi guru olahraga sehingga dapat mencapai hasil yang
optimal dalam pengajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Amber, Vic, 1990. Petunjuk Untuk Pelatihan dan Pemain Bola Basket,
Penerbit CV. Pioner Jaya Bandung.
Dwijowinoto, Kasiyo. 1993. Dasar-Dasar Ilmu Kepelatihan. IKIP Semarang
Press Semarang.
Greg Brittenham. 1989. Bola Basket: Latihan Khusus Pemantapan. Jakarta :
PT. Rajagrafindo Persada.
Harsono, 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching,
Depdikbud Dirjen Dikti, Jakarta.
Hartono, Soebagio. 1993. Penuntun Belajar Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan I, Penerbit Ganeca Exact Bandung.
Imam, Hidayat. 1991. Olahraga Pilihan Basket. Depdikbud Dirjen PT.
PPLTK. Jakarta
James A. Baley. 1982. Inside Basketball. Conteporary Books Inc. Chicago.
Johnson, Barry. L, Nelson, Jack. K, 1979. Practical Measurement For
Evaluation In Physical Education. Minneapolis: Burgess Publishing
Company.
Machfud Irsyad, 2000 Bolabasket, Buku FIK UNM Makassar.
Nossek, 1988. General Theory of Training. Pan Afrika Ltd, Logos
Nurhasan. 2001. Tes dan Pengukuran Olahraga. Bandung : FPOK IKIP.
Competitor, Volume 7, Edisi 1, Pebruari 2015
155 )* Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Pribadi Bagus. 1996. Bolabasket di Lengkapi Pemahiran Teknik dan Taktik
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sajoto Moch. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta:
Depdikbud Dirjen Dikti PPTK.
Sarumpaet, A. Djaset, Sulfar. Bahtiar, Parno dan Sadikun, Imam, 1992.
Pemainan Besar. Jakarta, PPTK. Dirjen Dikti Departemen endidikan
dan Kebudayaan RI.
Sodikun Imam, 1992. Olahraga Pilihan Bolabasket, Diktat Materi PGSD,
Jakarta : Dirjen Dikti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sudjana, Nana. 2005. Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah, Makalah, Skripsi,
Tesis dan Desertasi. Jakarta: Sinar Baru Algesindo.
Sugiyono. 2000. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
________. 2004. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Sumantri, Ating. 2006. Aplikasi Matematika dalam Penelitian. Bandung:
Pustaka Setia.
Wissle. 2000. Bola Basket Pendidikan Dasar dan Latihan, Penerbit PT.
Gramedia Jakarta.
Syarifuddin & Muhadi 1992. Pemainan Bolabasket. Jakarta, PPTK. Dirjen
Dikti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.