insourcing vs outsourcing dalam studi kasus di...
TRANSCRIPT
INSOURCING VS OUTSOURCING
DALAM STUDI KASUS DI
KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
Tugas Ujian Akhir Triwulan Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc (CS)
Disusun Oleh:
Ika Setyawati / E-62
K15161091
MAGISTER MANAJEMEN
SEKOLAH BISNIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
Insourcing VS Outsourcing Dalam Studi Kasus Kementerian BUMN, Ika Setyawati, 2017 1
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 2
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................................. 2
1.2 TUJUAN ...................................................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................................................. 3
2.1 SISTEM INFORMASI ............................................................................................................... 3
2.1.1 DEFINISI SISTEM INFORMASI ........................................................................................ 3
2.1.2 KOMPONEN SISTEM INFORMASI .................................................................................. 4
2.1.3 PERAN UTAMA DAN MANFAAT SISTEM INFORMASI ............................................. 5
2.1.3 TREN SISTEM INFORMASI ............................................................................................... 6
2.2 PENDEKATAN OUTSOURCING ............................................................................................. 7
2.3 PENDEKATAN INSOURCING ............................................................................................... 10
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................ 14
3.1 PROFIL KEMENTERIAN BUMN ............................................................................................ 14
3.2 PRAKTEK INSOURCING DAN OUTSOURCING DI KEMENTERIAN BUMN ................ 16
KESIMPULAN ......................................................................................................................................... 18
Insourcing VS Outsourcing Dalam Studi Kasus Kementerian BUMN, Ika Setyawati, 2017 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dengan semakin pesatnya teknologi yang kompetitif pada era digital saat ini, pengelolaan
sistem informasi pada suatu perusahaan turut menentukan tingkat keberhasilan suatu perusahaan,
baik swasta maupun pemerintahan. Dapat dikatakan sebuah perusahaan yang baik memiliki sistem
informasi yang baik dan terstruktur di dalamnya sehingga kinerja yang optimal dapat tercapai oleh
perusahaan tersebut.
Sistem informasi dibangun dengan tujuan untuk memberikan informasi perusahaan yang
dibutuhkan oleh internal perusahaan baik untuk keperluan dalam mendukung proses bisnis di
dalamnya, pengambilan keputusan ataupun sebagai media komunikasi di lingkungan perusahaan
tersebut. Dengan adanya sistem informasi, diharapkan dapat mengoptimalkan efektifitas kerja
perusahaan tersebut. Dalam mengembangkan dan mengelola sistem informasi tersebut,
perusahaan perlu memperhatikan kesiapan keuangan perusahaan untuk investasi TI serta kesiapan
SDM perusahaan.
Pentingnya peran sistem informasi dalam mendukung proses bisnis di dalamnya tentunya
ikut melibatkan SDM yang mengelola sistem informasi tersebut, dimana pengelolanya dapat
berasal dari outsourcing ataupun insourcing. Sebelum memutuskan untuk menggunakan sumber
daya outsourcing atau insourcing, perusahaan perlu mempertimbangakan masing-masing
kekurangan dan kelebihannya agar investasi yang dikeluarkan perusahaan dapat sebanding dengan
hasil yang didapatkan serta memberikan nilai lebih bagi perusahaan.
Dalam penulisan paper ini, penulis mengambil contoh adanya pengelolaan sistem informasi
secara outsourcing maupun insourcing pada instansi pemerintahan yaitu di lingkungan
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (Kementerian BUMN).
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dilakukannya penulisan paper ini adalah untuk melakukan review terhadap
kekurangan maupun kelebihan dalam mengelola sistem informasi secara outsourcing maupun
insourcing.
Insourcing VS Outsourcing Dalam Studi Kasus Kementerian BUMN, Ika Setyawati, 2017 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SISTEM INFORMASI
2.1.1 DEFINISI SISTEM INFORMASI
Sistem Informasi terdiri dari 2 unsur kata yaitu sistem dan informasi.
Menurut Satzinger (2009, p6), Sistem adalah sekumpulan komponen terpisah yang
menjalankan suatu fungsi secara bersamaan untuk mencapai suatu hasil.
Menurut James O’Brien (2010, p26) sistem adalah sekelompok komponen yang saling
berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta
menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan kumpulan beberapa komponen yang
saling berhubungan dan bekerja bersamaan untuk mencapai tujuan yang sama.
Menurut O’Brien (2010, p34) informasi adalah data yang telah dikonversi ke dalam konteks
yang bermakna dan berguna bagi pengguna akhir tertentu. Sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa menurut James O’Brien (2010, p4) sistem informasi dapat merupakan kombinasi teratur
dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang
mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Manusia
bergantung pada sistem informasi untuk melakukan komunikasi dengan peralatan fisik
(hardware), instruksi pemrosesan informasi atau prosedur (software), jaringan komunikasi
(network), dan data (data resources).
Model sistem informasi menurut James O’Brien (2010,p32) yang menunjukkan kerangka
konsep dasar untuk berbagai komponen dan aktivitas sistem informasi. Sistem informasi
bergantung pada sumber daya manusia (pemakai akhir dan pakar sistem informasi), hardware
(mesin dan media), software (program dan prosedur), data (dasar data dan pengetahuan), serta
jaringan (media komunikasi dan dukungan jaringan) untuk melakukan input, pemrosesan, output,
penyimpanan, dan aktivitas pengendalian yang mengubah sumber daya data menjadi produk
informasi.
Insourcing VS Outsourcing Dalam Studi Kasus Kementerian BUMN, Ika Setyawati, 2017 4
2.1.2 KOMPONEN SISTEM INFORMASI
Berikut komponen-komponen sistem informasi yang antara lain terdiri dari sumber daya
manusia, sumber daya hardware, sumber daya software, sumber daya data dan sumber daya
jaringan.
Gambar 1. Komponen-Komponen Sistem Informasi (James A. O’Brien, 2011)
Komponen-komponen sistem informasi terdiri dari:
1. Sumber Daya Manusia
Manusia dibutuhkan untuk pengoperasian semua sistem informasi, sumber daya manusia ini
meliputi pemakai akhir dan pakar sistem informasi.
2. Sumber Daya Hardware
Konsep sumber daya pemrosesan informasi. Secara khusus, sumber daya ini meliputi tidak
hanya mesin, seperti komputer dan perlengkapan lainnya, tetapi juga semua media data, yaitu
objek berwujud tempat data dicatat, dari lembaran kertas hingga disk magnetis atau optical.
3. Sumber Daya Software
Konsep sumber daya pemrosesan informasi. Secara khusus, sumber daya ini meliputi tidak
hanya mesin, seperti komputer dan perlengkapan lainnya, tetapi juga semua media data, yaitu
objek berwujud tempat data dicatat, dari lembaran kertas hingga disk magnetis atau optical.
4. Sumber Daya Data
Sumber daya data dapat berupa angka, huruf serta karater lainnnya yang menjelaskan
transaksi bisnis dan kegiatan serta entitas lainnya. Data teks berupa kalimat yang digunakan
Insourcing VS Outsourcing Dalam Studi Kasus Kementerian BUMN, Ika Setyawati, 2017 5
untuk menulis komunikasi, data gambar, seperti grafik dan angka-angka. Serta data dalam
bentuk audio video.
5. Sumber Daya Jaringan
Teknologi telekomunikasi dan jaringan seperti Internet, Intranet, dan ekstranet telah menjadi
hal yang mendasar bagi operasi e-business dan e-commerce yang berhasil untuk semua jenis
organisasi dan dalam sistem informasi berbasis komputer. Jaringan telekomunikasi terdiri dari
komputer, pemroses komunikasi danperalatan lainnya yang dihubungkan antara satu dengan
lainnya melalui media komunikasi serta dikendalikan melalui software komunikasi.
2.1.3 PERAN UTAMA DAN MANFAAT SISTEM INFORMASI
Menurut O’Brien terdapat 3 peran utama sistem informasi dalam bisnis yaitu:
Gambar 2. Peran Sistem Informasi (James A. O’Brien, 2011)
a. Mendukung proses bisnis dan operasional
Mulai dari akuntansi sampai dengan penelusuran pesanan pelanggan, sistem informasi
menyediakan dukungan bagi manajemen dalam operasi/kegiatan bisnis sehari-hari. Ketika
tanggapan/respon yang cepat menjadi penting, maka kemampuan Sistem Informasi untuk
dapat mengumpulkan dan mengintegrasikan informasi keberbagai fungsi bisnis menjadi
kritis/penting.
b. Mendukung pengambilan keputusan
Sistem informasi dapat mengkombinasikan informasi untuk membantu manager menjalankan
menjalankan bisnis dengan lebih baik, informasi yang sama dapat membantu para manajer
mengidentifikasikan kecenderungan dan untuk mengevaluasi hasil dari keputusan sebelumnya.
Sistem Informasi akan membantu para manajer membuat keputusan yang lebih baik, lebih
cepat, dan lebih bermakna.
Insourcing VS Outsourcing Dalam Studi Kasus Kementerian BUMN, Ika Setyawati, 2017 6
c. Mendukung strategi untuk keunggulan kompetitif
Sistem informasi yang dirancang untuk membantu pencapaian sasaran strategis perusahaan
dapat men-ciptakan keunggulan bersaing di pasar.
Manfaat sistem informasi menurut O’Brien dan Marakas (2008), antara lain:
1. Mendukung fungsi dari area bisnis untuk mencapai tujuan yang mencakup bagian keuangan,
akuntansi, operasional, pemasaran, dan sumber daya manusia.
2. Untuk meningkatkan efisiensi dari proses produksi, meningkatkan efisiensi dari proses
produksi, meningkatkan produktivitas pekerja, memberikan pelayanan dan kepuasan
pelanggan.
3. Sebagai sumber utama informasi dan mendukung pengambilan keputusan efektif yang diambil
oleh manajer dan profesional bisnis.
4. Untuk mengembangkan produk dan jasa yang kompetitif dan sebagai sebuah keuntungan
strategik dalam menghadapi persaingan global.
5. Sebagai komponen utama dalam sumber daya infrastruktur dan kehandalan jaringan bisnis
masa kini.
2.1.3 TREN SISTEM INFORMASI
Tren penggunaan sistem informasi dalam bisnis mengalami perkembangan yang pesat dan
signifikan setiap periode waktu. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh James A. O’Brien pada
gambar berikut ini:
Insourcing VS Outsourcing Dalam Studi Kasus Kementerian BUMN, Ika Setyawati, 2017 7
Gambar 3. Tren Penggunaan Sistem Informasi (James A. O’Brien, 2011)
2.2 PENDEKATAN OUTSOURCING
Menurut Beaumont dan Sohal, bahwa outsourcing merupakan trend yang digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi akhir - akhir ini. Sedangkan Gibson
mengatakan bahwa outsourcing merupakan perpindahan rutinitas usaha ke sumber daya yang ada
di luar, dan Brooks mengatakan bahwa outsourcing merupakan upaya untuk mendapatkan barang
atas jasa dari supplier luar atau yang beroperasi di luar negri dalam rangka memotong biaya.
Menurut O’Brien dan Marakas (2010) didalam bukunya, yaitu “Introduction to Information
Systems”, istilah outsourcing dalam arti luas adalah pembelian sejumlah barang atau jasa yang
semula dapat dipenuhi oleh internal perusahaan tetapi sekarang dengan memanfaatkan mitra
perusahaan sebagai pihak ketiga. Dalam kaitannya dengan Teknologi Informasi, outsorcing
digunakan untuk menjangkau fungsi Teknologi Informasi secara luas dengan mengontrak
penyedia layangan eksternal. Outsourcing adalah pemberian sebagian pekerjaan yang tidak
Insourcing VS Outsourcing Dalam Studi Kasus Kementerian BUMN, Ika Setyawati, 2017 8
bersifat rutin (temporer) dan bukan inti perkerjaan di sebuah organisasi/perusahaan ke pihak lain
atau pihak ketiga.
Berikut ini merupakan gambar diagram yang menunjukkan proses apa saja yang dapat
dilakukan lewat cara outsourcing.
Gambar 4. Diagram Proses yang Dapat Dilakukan Melalui Outsourcing
Menurut Rahardjo (2006), outsourcing sudah tidak dapat dihindari oleh perusahaan.
Berbagai manfaat dapat dipetik dari melakukan outsourcing, seperti penghematan biaya (cost
saving), perusahaan bisa memfokuskan diri pada kegiatan utamanya (core business), dan akses
pada sumber daya (resources) yang tidak dimiliki oleh perusahaan. Alasan yang sama juga
dikemukakan dimana kebanyakan organisasi memilih outsourcing karena mendapatkan
keuntungan dari biaya rendah (lower costs) dan layanan berkualitas tinggi (high-quality services).
Selain itu, outsourcing juga dapat membantu organisasi dalam memanfaatkan penggunaan sumber
daya, waktu dan infrastruktur mereka dengan lebih baik. Outsourcing juga memungkinkan
organisasi untuk mengakses modal intelektual, berfokus pada kompetensi inti, mempersingkat
waktu siklus pengiriman dan mengurangi biaya secara signifikan. Dengan demikian, organisasi
akan merasa outsourcing merupakan strategi bisnis yang efektif untuk membantu meningkatkan
bisnis mereka. Dalam outsourcing, outsourcer dan mitra outsourcing-nya memiliki hubungan
yang lebih besar jika dibandingkan dengan hubungan antara pembeli dan penjual. Hal ini
dikarenakan outsourcer mempercayakan informasi penting perusahaan kepada mitra outsourcing-
nya. Salah satu kunci kesuksesan dari outsource adalah kesepakatan untuk membuat hubungan
jangka panjang (long term relationship) tidak hanya pada proyek jangka dekat. Alasannya sangat
Insourcing VS Outsourcing Dalam Studi Kasus Kementerian BUMN, Ika Setyawati, 2017 9
sederhana, yaitu outsourcer harus memahami proses bisnis dari perusahaan. Perusahaan juga akan
menjadi sedikit tergantung kepada outsourcer (Rahardjo, 2006). Saat ini, outsourcing tidak lagi
terbatas pada outsourcing layanan TI tetapi juga sudah merambah ke bidang jasa keuangan, jasa
rekayasa, jasa kreatif, layanan entry data dan masih banyak lagi.
Hal-hal yang menjadi pertimbangan perusahaan dalam memilih outsourcing adalah harga,
reputasi yang baik dan pengalaman dari pihak provider outsourcing, tenaga kerja yang dimiliki
oleh pihak provider, pengetahuan pihak provider mengenai bentuk dari kegiatan bisnis perusahaan,
dan eksistensinya, serta beberapa faktor pendukung lainnya.
Beberapa keuntungan dari pengelolaan SI dan TI dengan sistem outsourcing antara lain:
Kekurangan Kelebihan
1. Permasalahan pada moral karyawan, pada
kasus yang sering terjadi, karyawan
outsource yang dikirim ke perusahaan
akan mengalami persoalan yang
penangannya lebih sulit dibandingkan
karyawan tetap.
2. Kurangnya kontrol perusahaan pengguna
terhadap sistem informasi yang
dikembangkan dan terkunci oleh penyedia
outsourcing melalui perjanjian kontrak.
3. Ketergantungan dengan perusahaan lain
yaitu perusahaan pengembang sistem
informasi akan terbentuk.
4. Kurangnya perusahaan dalam mengerti
teknik sistem informasi agar bisa
dikembangkan atau diinovasi di masa
mendatang, karena yang mengembangkan
tekniknya adalah perusahaan outsource.
1. Biaya menjadi lebih murah karena
perusahaan tidak perlu membangun sendiri
fasilitas SI dan TI.
2. Memiliki akses ke jaringan para ahli dan
profesional dalam bidang SI/TI.
3. Perusahaan dapat mengkonsentrasikan diri
dalam menjalankan dan mengembangkan
bisnis intinya, karena bisnis non-inti telah
didelegasikan pengerjaannya melalui
outsourcing.
4. Dapat mengeksploitasi skill dan
kepandaian dari perusahaan outsource
dalam mengembangkan produk yang
diinginkan perusahaan.
5. Mempersingkat waktu proses karena
beberapaoutsourcer dapat dipilih sekaligus
untuk saling bekerja sama menyediakan
layanan yang dibutuhkan perusahaan.
Insourcing VS Outsourcing Dalam Studi Kasus Kementerian BUMN, Ika Setyawati, 2017 10
Kekurangan Kelebihan
5. Jurang antara karyawan tetap dan
karyawan outsource.
6. Perubahan dalam gaya manajemen.
7. Proses seleksi kerja yang berbeda.
8. Informasi-informasi yang berhubungan
dengan perusahaan kadang diperlukan oleh
pihak pengembang aplikasi, dan kadang
informasi penting juga perlu diberikan, hal
ini akan menjadi ancaman bagi perusahaan
bila bertemu dengan pihak pengembang
yang nakal.
6. Fleksibel dalam merespon perubahan SI
yang cepat sehingga perubahan arsitektur
SI berikut sumberdayanya lebih mudah
dilakukan karena perusahaan outsource SI
pasti memiliki pekerja TI yang kompeten
dan memilikiskill yang tinggi, serta
penerapan teknologi terbaru dapat menjadi
competitive advantage bagi perusahaan
outsource.
7. Meningkatkan fleksibilitas untuk
melakukan atau tidak melakukan investasi.
Tabel 1. Kekurangan dan Kelebihan Outsourcing
Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan outsourcing yaitu :
1. Memahami maksud dan tujuan perusahaan.
2. Memiliki visi dan perencanaan strategis.
3. Memilih secara tepat service provider atau pemberi jasa.
4. Melakukan pengawasan dan pengelolaan terus menerus terhadap hubungan antarperusahaan
dan pemberi jasa.
5. Memiliki kontrak yang cukup tersusun dgn baik.
6. Memelihara komunikasi yang baik dan terbuka dengan individu atau kelompok terkait.
7. Mendapatkan dukungan dan keikutsertaan manajemen.
8. Memberikan perhatian secara berhati-hati pada persoalan yg menyangkut karyawan.
2.3 PENDEKATAN INSOURCING
Definisi dari insourcing adalah mengoptimalkan karyawan dalam perusahaan untuk
dipekerjakan di luar perusahaan berdasarkan kompetensi dan minat karyawan itu sendiri dan
difasilitasi oleh perusahaannya. Insourcing bisa dalam bentuk bekerja di luar perusahaan secara
fulltime, fifty-fifty atau temporary. Kompensasi diterima dengan mengikuti pola tersebut. Artinya
Insourcing VS Outsourcing Dalam Studi Kasus Kementerian BUMN, Ika Setyawati, 2017 11
mereka akan dibayar secara penuh oleh perusahaan yang menggunakannya, atau sharing dengan
perusahaan asalnya, atau perusahaan asal hanya menanggung selisih gaji (Zilmahram, 2009).
Insourcing juga dapat didefinisikan sebagai transfer pekerjaan dari satu organisasi ke organisasi
lain yang terdapat di dalam negara yang sama. Selain itu, insourcing dapat pula diartikan dengan
suatu organisasi yang membangun fasilitas atau sentra bisnis baru yang mengkhususkan diri pada
layanan atau produk tertentu (en.wikipedia.org). Dalam kaitannya dengan TI, insourcing atau
contracting merupakan delegasi dari suatu pekerjaan ke pihak yang ahli (spesialis TI) dalam
bidang tersebut dalam suatu perusahaan.
Organisasi biasanya memilih untuk melakukan insourcing dalam rangka mengurangi biaya
tenaga kerja dan pajak. Organisasi yang tidak puas denganoutsourcing kemudian memilih
insourcing sebagai penggantinya. Beberapa organisasi merasa bahwa dengan insourcing mereka
dapat memiliki dukungan pelanggan yang lebih baik dan kontrol yang lebih baik atas pekerjaan
mereka daripada dengan meng-outsourcing-nya. Sedangkan menurut Zilmahram (2009),
insourcing dapat terjadi karena hal-hal sebagai berikut:
1. Kompetensi karyawan yang tidak optimal dimanfaatkan di dalam perusahaan.
2. Terjadinya perubahan yang mengakibatkan beberapa kompetensi tertentu tidak dibutuhkan
lagi di dalam perusahaan.
3. Sebagai persiapan karyawan untuk menempuh karir baru di luar perusahaan.
Beberapa keuntungan dari pengelolaan SI dan TI dengan sistem insourcing antara lain :
Kekurangan Kelebihan
1. Membutuhkan investasi yang tinggi karena
biaya pembuatan sistem harganya sangat
mahal.
2. Pengembangan SI dapat memakan waktu
yang lama karena harus merancangnya dari
awal.
3. Adanya communication gap antara IT
Specialist dan user.
1. Perusahaan memiliki kendali yang besar
terhadap SI/TI-nya sendiri.
2. Mengurangi biaya tenaga kerja karena
biaya untuk pekerja dalam perusahaan
biasanya lebih kecil daripada biaya yang
dikeluarkan untuk pekerja outsource.
3. Menyalurkan pemanfaatan kompetensi
perusahaan secara optimal.
Insourcing VS Outsourcing Dalam Studi Kasus Kementerian BUMN, Ika Setyawati, 2017 12
Kekurangan Kelebihan
4. Kesulitan dalam menyatakan
kebutuhanusers sehingga menyulitkan
spesialis TI dalam memahaminya dan
seringkali hal ini menyebabkan SI yang
dibuat kurang memenuhi kebutuhanuser.
5. Adanya resiko yang harus ditanggung
sendiri oleh perusahaan jika terjadi
masalah atau kesalahan dalam
pendefinisian kebutuhan data dan
informasi.
6. Kurangnya tenaga ahli (expert) di bidang
SI/TI yang kompeten dan memilikiskill
yang memadai dapat menyebabkan
kesalahan/resiko yang harus ditanggung
sendiri oleh perusahaan.
7. Perusahaan belum tentu mampu
melakukan adaptasi dengan perkembangan
TI yang sangat pesat sehingga ada peluang
teknologi yang digunakan kurang up to
date.
4. Memiliki kemampuan untuk melihat
keseluruhan proses pengembangan SI.
5. Sistem Informasi yang dibuat dapat
direncanakan secara terstruktur sesuai
dengan kebutuhan perusahaan.
6. Mudah untuk melakukan modifikasi dan
pemeliharaan (maintenance) terhadap SI
karena proses pengembangannya
dilakukan oleh internal perusahaan
tersebut.
7. Lebih mudah dalam mengintegrasikan SI
yang dikembangkan oleh perusahaan
dengan sistem yang sudah ada.
8. Proses pengembangan sistem dapat
dikelola dan dimodifikasi serta dikontrol
keamanan aksesnya (security access).
9. Dapat dijadikan sebagai keunggulan
kompetitif (competitive advantage)
perusahaan dibandingkan pesaing.
Tabel 2. Kekurangan dan Kelebihan Insourcing
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam keputusan insourcing adalah:
Apakah untuk melakukan penghematan, untuk mendapatkan layanan yang lebih baik, atau
untuk kecepatan berinovasi dan lain sebagainya
Keputusan outsourcing dan insourcing perlu didukung dengan perhitungan biaya yang akurat
baik biaya langsung & tidak langsung.
Insourcing VS Outsourcing Dalam Studi Kasus Kementerian BUMN, Ika Setyawati, 2017 13
Perjanjian, Peraturan dan Perundang-undangan. Banyak kontrak outsourcing yang ada tidak
memungkinkan untuk dilakukannya pemutusan kontrak lebih awal.
Kesiapan internal. Apakah personil maupun fasilitas organisasi yang ada memadai untuk
mendukung berbagai kebutuhan internal.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan transisi dari outsourcing ke
insourcing.
Strategi Persaingan. Apakah fungsi atau teknologi yang dikembangkan merupakan faktor
keunggulan strategis bagi organisasi untuk memenangkan persaingan di pasar.
Kekayaan intelektual. Apakah terdapat resiko pelanggaran kekayaan yang dapat mengancam
keunggulan diferensiasi barang atau jasa yang ditawarkan organisasi.
Insourcing VS Outsourcing Dalam Studi Kasus Kementerian BUMN, Ika Setyawati, 2017 14
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PROFIL KEMENTERIAN BUMN
Kementerian BUMN merupakan salah satu instansi pemerintahan yang membidangi urusan
pembinaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kementerian BUMN memiliki fungsi sebagai
berikut:
1. Perumusan dan penetapan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan BUMN;
2. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan BUMN;
3. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
BUMN; dan
4. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian BUMN.
Sebagai entitas ekonomi milik negara, BUMN sebagaimana telah diamanatkan Presiden
Republik Indonesia, memiliki tanggung jawab agar keberadaannya bisa bermanfaat bagi
masyarakat. Kontribusi BUMN kepada masyarakat ini tertuang dalam bentuk layanan publik dan
realisasi program prioritas nasional, baik yang berupa pembangunan infrastruktur maupun
peningkatan kesejahteraan rakyat melalui 118 BUMN yang hadir di tengah masyarakat.
Berikut adalah struktur organisasi di Kementerian Badan Usaha Milik Negara.
Gambar 5. Struktur Organisasi Kementerian BUMN
Insourcing VS Outsourcing Dalam Studi Kasus Kementerian BUMN, Ika Setyawati, 2017 15
Berikut adalah breakdown struktur organisasi eselon I Kementerian BUMN, dimana di
bawah Kedeputian Infrastruktur Bisnis terdapat 4 (empat) Keasdepan dan salah satunya adalah
Keasdepan Data dan Teknologi Informasi.
Gambar 6. Breakdown Struktur Organisasi Kedeputian Infrastruktur Bisnis Kementerian BUMN
Gambar 6. Breakdown Struktur Organisasi Keasdepan Data dan TI Kementerian BUMN
Asdep Data dan Teknologi Informasi
Kabid Riset
Kasubbid Riset
BUMN I
Kasubbid Riset
BUMN II
Kabid Analisis Data
Kasubbid Analisis dan Penyajian Informasi
Kasubbid Pengelolaan Data
Kabid Teknologi Informasi
Kasubbid Perencanaan dan Kebijakan TI
Kasubbid Pengembangan TI
Kasubbid Infrastruktur dan Pemeliharaan TI
Insourcing VS Outsourcing Dalam Studi Kasus Kementerian BUMN, Ika Setyawati, 2017 16
Unit kerja yang melakukan pengelolaan dan pengembangan SI/TI adalah Bidang
Teknologi Informasi, dimana dipimpin oleh Kepala Bidang Teknologi Informasi dan dibagi lagi
menjadi 3 subbidang, yaitu:
a. Subbidang Perencanaan dan Kebijakan TI
b. Subbidang Pengembangan TI
c. Subbidang Infrastruktur dan Pemeliharaan TI
Masing-masing subbidang tersebut memiliki staf yang berstatus PNS (insourcing) dan
kontrak/outsourcing, dimana fungsi-fungsi tertentu yang bersifat statis pekerjaannya dipegang
oleh katryawan kontrak/outsourcing.
3.2 PRAKTEK INSOURCING DAN OUTSOURCING DI KEMENTERIAN
BUMN
Dalam praktek pengelolaan dan pengembangan SI/TI di Kementerian BUMN, terdapat
beberapa pemilahan pekerjaan untuk dilakukan oleh pegawai insourcing (pegawai tetap/PNS) dan
outsourcing. Keterbatasan jumlah pegawai tetap atau PNS di Bidang Teknologi Informasi,
menyebabkan perlu adanya tambahan SDM untuk membantu pengelolaan SI/TI di lingkungan
Kementerian BUMN. Mapping pegawai insourcing (pegawai tetap/PNS) dan outsourcing pada
Bidang Teknologi Informasi adalah sebagai berikut:
Subbidang Insourcing/ PNS Outsourcing
Subbidang Perencanaan dan
Kebijakan TI
Analis Informatika
(1 orang)
Helpdesk Analyst (2 orang)
Subbidang Pengembangan TI Analis Infrastruktur dan
Jaringan
(1 orang)
Technical Support (2 orang)
Network Admin (1 orang)
Application Support (1 orang)
Subbidang Infrastruktur dan
Pemeliharaan TI
Analis Informatika
(1 orang)
Senior Programmer (2 orang)
Junior Programmer (3 orang)
Mobile App Programmer
(1 orang)
Tabel 3. Mapping Pegawai Insourcing dan Outsourcing di Bidang TI
Insourcing VS Outsourcing Dalam Studi Kasus Kementerian BUMN, Ika Setyawati, 2017 17
Sebagaimana tabel di atas, terdapat 3 subbidang yang masing-masing dikepalai oleh PNS dan
terdapat staf insourcing dan outsourcing yang memiliki penugasan berbeda. Staf insourcing lebih
berperan sebagai analis atau architecture designer, sementara staf outsourcing berperan sebagai
pelaksana lapangan yang pekerjaannya cenderung bersifat statis/bukan pekerjaan strategis.
Beberapa pertimbangan direkrutnya pegawai outsourcing dalam pengelolaan SI/TI di
lingkungan Kementerian BUMN adalah sebagai berikut:
a. Pegawai Outsourcing berperan sebagai tenaga ahli yang sehari-hari bertugas sesuai dengan
job description yang telah ditetapkan dalam kontrak kerjanya.
b. Organisasi tidak menjanjikan jenjang karir untuk pegawai outsourcing, karena lingkup
pekerjaan yang statis dan tidak bersifat strategis.
c. Dibandingkan dengan menganggarkan pengadaan konsultan tenaga ahli seperti programmer,
dinilai lebih murah menganggarkan outsourcing dibandingkan dengan menganggarkan untuk
tenaga konsultan yang setiap tahunnya harus diadakan lelang/pengadaan melalui LPSE.
Dalam prakteknya, kendala yang dihadapi oleh organisasi dalam mempekerjakan pegawai
outsourcing antara lain:
a. Tidak adanya jenjang karir bagi staf outsourcing, menyebabkan seringnya pegawai
outsourcing yang resign sebelum masa kontrak selesai.
b. Selain itu, belum adanya Knowledge Management System dalam organisasi menyebabkan
transfer knowledge ketika pegawai outsourcing resign belum ter-delivery secara keseluruhan
kepada pegawai outsourcing yang baru.
c. Beberapa kompetensi pegawai outsourcing agak sulit untuk didapatkan karena bersifat sangat
teknis dan memerlukan sertifikasi khusus (CCNA) seperti outsourcing untuk Network
Administrator.
d. Perlu adanya update/benchmarking dengan organisasi lainnya dalam memberikan salary rate
kepada pegawai outsourcing, agar bisa mendapatkan pegawai yang berkompeten di
bidangnya.
Insourcing VS Outsourcing Dalam Studi Kasus Kementerian BUMN, Ika Setyawati, 2017 18
BAB IV
KESIMPULAN
Dalam praktek pendekatan ketenagakerjaan pengelolaan dan pengembangan SI/TI secara
insourcing dan outsourcing di Kementerian BUMN, beberapa hal yang menjadi pertimbangan
dilakukannya ketenagakerjaan hibrid tersebut, antara lain:
1. Mempertimbangkan prioritas, kemampuan finansial, kemampuan infrastruktur dan kesiapan
sumber daya manusia dalam hal memperoleh, memproses serta menganalisa data yang menjadi
informasi untuk kepentingan lembaga.
2. Dalam melakukan pengembangan dan pengelolaan SI/TI, perlu adanya pemilahan/mapping
pekerjaan-pekerjaan yang akan dibebankan oleh pegawai insourcing atau outsourcing.
3. Pemilihan alternatif kombinasi ketenagakerjaan hibrid akan membawa dampak positif dan
negatif bagi organisasi, namun tentunya perlu ada mitigasi risiko yang harus dipertimbangkan
untuk mengatasi kendala-kendala yang terjadi.
Insourcing VS Outsourcing Dalam Studi Kasus Kementerian BUMN, Ika Setyawati, 2017 19
DAFTAR PUSTAKA
McLeod R. Management Information Systems: A Study of Computer-Based Information System.
McLeod R & Schell GP. 2008. Sistem Informasi Manajemen, Edisi 10, Terjemahan. Jakarta:
Salemba Empat.
O’Brien, J. and Marakas, G. (2010), Management Information Systems, 10th ed., McGraw-
Hill/Irwin, New York.
Emleton, P.R. and P.C. Wright (1998). A practical guide to successful outsourcing.
Empowerment in Organization. 6 (3) : 94 – 106
Indrajit RE. Djokopranoto R. 2003. Proses Bisnis Outsourcing. Gramedia Widiasarana
Indonesia. Jakarta.
Kremic, Tibor; Oya Icmeli Tukel and Walter O. Rom. (2006). Outsourcing decision support :a
survey of benefit, risks and decision factora. Supply Chain Managenment : An International
Journal. 11 (6) : 467 – 482.
O’Brien James. 2007. Introduction to Information Systems. Salemba Empat. Jakarta.
O’Brien, James A. 2008. Pengantar Sistem Informasi : Perspektif Bisnis dan Manajerial Edisi
12. Salemba Empat. Jakarta.
PPM Institute of Management. Outsourcing dalam www.ppm-manajemen.ac.id. [30 Januari
2014].
Overby, S. (2010), Goodbye Outsourcing, Hello Insourcing: A Trend Rises, (Tautan Internet:
http://www.cio.com/article/2411036/outsourcing/goodbye-outsourcing–hello-insourcing–a-
trend-rises.html, diakses 17 Februari 2017)