institutional repository uin syarif hidayatullah jakarta:...

137
i PENGARUH OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KEPUASAN HIDUP KARYAWAN HOTEL Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) Oleh : Retno Handayani Rahayuningtyas NIM: 1110070000053 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436H/2015

Upload: others

Post on 29-Jan-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    PENGARUH OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KEPUASAN HIDUP KARYAWAN

    HOTEL

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

    Oleh :

    Retno Handayani Rahayuningtyas

    NIM: 1110070000053

    FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436H/2015

  • ii

    PENGARUH OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL

    TERHADAP KEPUASAN HIDUP

    KARYAWAN HOTEL

    Skripsi

    Diajukan Kepada Psikologi Untuk

    Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

    Oleh:

    RETNO HANDAYANI RAHAYUNINGTYAS

    NIM : 1110070000053

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    1436H/2015

  • iii

    LEMBAR PENGESAHAN

    Skripsi berjudul “PENGARUH OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL

    TERHADAP KEPUASAN HIDUP KARYAWAN HOTEL” telah diujikan

    dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta pada 24 Maret 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah

    satu syarat memperoleh gelar sarjana psikologi (S.Psi) pada Fakultas Psikologi.

    Jakarta, 24 Maret 2015

  • iv

    PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Retno Handayani Rahayuningtyas

    NIM : 1110070000053

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH

    OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KEPUASAN

    HIDUP KARYAWAN HOTEL” adalah benar merupakan karya sendiri dan

    tidak melakukan tindakan plagiat dalam menyusun karya tersebut. Adapun

    kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan karya tersebut telah dicantumkan

    sumber pengutipannya dalam daftar pustaka. Saya bersedia untuk melakukan

    proses semestinya sesuai dengan undang-undang jika ternyata skripsi ini secara

    prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

    Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

    Jakarta, 24 Maret 2015

    Yang Menyatakan,

    NIM. 1110070000053

    Retno Handayani R.

  • v

    MOTTO

    “HIDUP ADALAH PROSES BELAJAR DAN BERJUANG

    TANPA BATAS”

    (Andrie Wongso)

    PERSEMBAHAN

    “Karya ini dipersembahkan untuk semua orang yang selalu ada disekitar penulis,

    yang menanti-nanti selesainya penyusunan karya penulis dan tak kenal lelah untuk

    mensupport penulis baik dalam bentuk materi maupun non-materi,

    dipersembahkan khususnya kepada kedua orang tua penulis yaitu

    Bapak Ir. Suwito dan Ibu Yanih Apriyanti”

  • vi

    ABSTRAK

    (A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    (B) Maret 2015

    (C) Retno Handayani Rahayuningtyas

    (D) Pengaruh Optimisme dan Dukungan Sosial Terhadap Kepuasan Hidup Karyawan Hotel

    (E) xv + 96 halaman + 30 lampiran

    (F) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

    mempengaruhi kepuasan hidup karyawan hotel. Penulis berteori bahwa variabel optimisme (permanence, pervasiveness, dan personalization) dan dukungan sosial (tangible support, appraisal support, self-esteem support dan belonging support) serta variabel jenis kelamin sebagai faktor demografi mempengaruhi kepuasan hidup karyawan hotel.

    Penelitian ini melibatkan 149 karyawan hotel maharadja. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik nonprobability sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala likert dimana peneliti memodifikasi skala kepuasan hidup yaitu Satisfaction With Life Scale, membuat sendiri skala optimisme dan mengadaptasi skala dukungan sosial yaitu Interpersonal Support Evaluation List. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi berganda dengan menggunakan software SPSS, sedangkan pengujian analisis konstruk menggunakan Lisrel.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada optimisme (permanence, pervasiveness, dan personalization), dukungan sosial (tangible support, appraisal support, self-esteem support dan belonging support) dan variabel demografi (jenis kelamin) terhadap kepuasan hidup karyawan hotel. Meskipun ditemukan hasil yang menunjukkan bahwa dari 8 variabel independen hanya terdapat satu variabel independen yang signifikan mempengaruhi kepuasan hidup karyawan hotel yaitu self-esteem.

    Peneliti berharap implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikaji kembali dan dapat dikembangkan pada penelitian selanjutnya. Misalnya dengan menambah variabel lain yang terkait dengan kepuasan hidup karyawan hotel dapat dianalisis sebagai variabel bebas yang mungkin mempunyai pengaruh besar terhadap kepuasan hidup karyawan hotel dan selain dari variabel independen dalam penelitian ini.

    (G) Bahan bacaan : 25; buku : 7 + jurnal : 15 + artikel : 3

  • vii

    ABSTRAK

    (A) Faculty of Psychology, Syarif Hidayatullah Islamic State University Jakarta

    (B) March 2015

    (C) Retno Handayani Rahayuningtyas

    (D) Effect of Optimism and Social Support Against Life Satisfaction’s

    Employees Hotel

    (E) xv + 94 pages + 30 attachments

    (F) This study was conducted to determine the factors that affect life satisfaction of hotel employees. The author theorizes that optimism variables (permanence, pervasiveness, and personalization) and social support (tangible support, appraisal support, self-esteem support and belonging support) and the gender variable demographic factors affect life satisfaction of hotel employees.

    This study involved 149 employees of Maharadja Hotel. The sampling technique used was nonprobability sampling. Instruments in this study using a modified scale of Satisfaction With Life Scale, create my own scale of optimism and adapted of social support scale that was Interpersonal Support Evaluation List. The method of data analysis used multiple regression techniques using SPSS software, and construct validity testing using Lisrel.

    The result showed that there was a significant effect of optimism (permanence, pervasiveness, and personalization), social support (tangible support, appraisal support, self-esteem support and belonging support) and the gender variable demographic factors affect life satisfaction of hotel employees. Although it was found that the results showed that from 8 independent variables there is only one independent variable that significantly affects the life satisfaction of the hotel employees was self-esteem.

    The author hope the implications of the results of this study can be reviewed and developed in future studies. For example, by adding other variables associated with life satisfaction of employees can be analyzed as an independent variable that may have a major influence on life satisfaction of hotel employees and other independent variables in this study.

    (G) References : 25; books : 7 + journals : 15 + articles : 3

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala

    nikmat Nya kepada manusia. Banyak pihak yang telah membantu sehingga karya

    ini terselesaikan, maka penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga selaku

    dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan memberikan

    feedback kepada penulis serta kepada seluruh jajarannya yang telah

    memfasilitasi mahasiswa dalam rangka menciptakan lulusan yang

    berakhlak dan berkualitas.

    2. Bapak Drs. Akhmad Baidun, M.Si selaku dosen pembimbing akademik

    yang telah memberikan dukungan dan doa serta selalu berusaha

    meluangkan waktu untuk mahasiswa.

    3. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta yang telah memberikan limpahan ilmu dan pelajaran yang tidak

    ternilai kepada penulis.

    4. Pihak HRD dan karyawan hotel cipta 2 dan Mahardja yang telah bersedia

    mengizinkan dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk

    melakukan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

    dalam skripsi ini.

    5. Bapak Ir. Suwito dan Ibu Yanih Apriyanti, Retno (wulan), dan Ernesto

    (bagus) serta keluarga besar lainnya yang selalu sabar menunggu,

    memberikan support, motivasi dan doa yang tiada henti kepada penulis.

  • ix

    6. Eci, Cica, Dwi, Yanti, Andre, Iqbal, Stevyn, Sinta, Devi, Alin, Vira, Saras,

    Mayang Rena, dan Ka Stevany serta teman dan sahabat SD, SMP, SMA

    lainnya yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

    7. Untuk semua keluarga Psikologi khususnya B’2010, yang selalu

    menghiasi hari-hari dan menjadi inspirasi penulis Ainun, Latul, Sunny,

    Acing, Winda, Nita, Ajeng, Gina, Estu, Putri, Niken, Dhila, Adila, Aini,

    Isti, Saul, Yuni, Qory, Azkya, Syifa, Nisyub, Isnia, Shintia, Tyass, Sabe,

    Katty, Viny, Chintya, Didik, Haris, Derry, Hilmi, Danar, Iki, Gian, Booby,

    Adit, dan Lian.

    8. Seorang pembuka mata dan penyemangat baru yang telah dihadirkan dan

    dipertemukan kepada penulis.

    9. Teman seperjuangan dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu

    persatu yang telah memberikan doa dan dukungan dalam penelitian ini.

    Penulis sangat menyadari bahwa dalam karya ini terdapat banyak

    kekurangan dan kesalahan, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran

    yang membangun. Penulis berharap semoga karya ini dapat memberikan manfaat

    kepada penulis, pembaca, dan pihak-pihak terkait.

    Jakarta, Februari 2015

    Penulis

  • x

    DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii LEMBAR PENGESHAN ................................................................................ iii LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v ABSTRAK ....................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii DAFTAR ISI ..................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................................. 12

    1.2.1 Pembatasan Masalah ................................................................. 12 1.2.2 Perumusan Masalah .................................................................. 13

    1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 13 1.3.1 Tujuan Penelitian ...................................................................... 13 1.3.2 Manfaat Penelitian .................................................................... 14

    BAB 2 LANDASAN TEORI ........................................................................... 15

    2.1 Kepuasan Hidup .................................................................................. 15 2.1.1 Definisi Kepuasan Hidup .......................................................... 15 2.1.2 Teori Kepuasan Hidup ............................................................. 16 2.1.3 Pengukuran Kepuasan Hidup .................................................. 20 2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Hidup ............. 21

    2.2 Optimisme .......................................................................................... 23 2.2.1 Definisi Optimisme .................................................................. 23 2.2.2 Aspel-aspek Optimisme ........................................................... 24 2.2.3 Pengukuran Optimisme ........................................................... 26

    2.3 Dukungan Sosial ................................................................................ 27 2.3.1 Definisi Dukungan Sosial ........................................................ 27 2.3.2 Aspek-aspek dalam Dukungan Sosial ..................................... 29 2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seseorang mendapatkan

    Dukungan Sosial ..................................................................... 30 2.3.4 Pengukuran Dukungan Sosial .................................................. 31

    2.4 Kerangka Berpikir .............................................................................. 31 2.5 Hipotesis Penelitian ............................................................................ 36

    BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 38 3.1 Populasi dan Sampel ............................................................................. 38

    3.1.1 Populasi .................................................................................... 38 3.1.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................................ 38

    3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...................................... 39

  • xi

    3.2.1 Variabel Penelitian ................................................................... 39 3.2.2 Definisi Operasional Variabel .................................................. 40

    3.3 Instrumen Pengumpulan Data ............................................................. 41 3.3.1 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 41 3.3.2 Alat Ukur Penelitian ................................................................. 41

    3.3.2.1 Skala Kepuasan Hidup .................................................. 41 3.3.2.2 Skala Optimisme ........................................................... 42 3.3.2.3 Skala Dukungan Sosial ................................................. 44

    3.4 Uji Validitas Konstruk ......................................................................... 45 3.4.1 Uji Validitas Skala Kepuasan Hidup ........................................ 47 3.4.2 Uji Validitas Skala Optimisme ................................................. 49

    3.4.2.1 Uji Validitas Skala Permanence ................................... 49 3.4.2.2 Uji Validitas Skala Pervasiveness ................................ 51 3.4.2.3 Uji Validitas Skala Personalization ............................. 53

    3.4.3 Uji Validitas Skala Dukungan Sosial ....................................... 55 3.4.3.1 Uji Validitas Skala Tangible Support ........................... 56 3.4.3.2 Uji Validitas Skala Appraisal Support ......................... 58 3.4.3.3 Uji Validitas Skala Self-esteem Support ....................... 60 3.4.3.4 Uji Validitas Skala Belonging Support ......................... 63

    3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................... 65 3.6 Prosedur Penelitian .............................................................................. 68

    BAB 4 HASIL PENELITIAN ......................................................................... 70 4.1 Gambaran Subjek Penelitian ............................................................... 70 4.2 Hasil Analisis Deskriptif ..................................................................... 71

    4.2.1 Kategorisasi Skor Variabel ....................................................... 72 4.3 Hasil Uji Hipotesis ............................................................................... 73

    4.3.1 Pengujian proporsi varians independent variable .................... 79

    BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ......................................... 83 5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 83 5.2 Diskusi ................................................................................................. 84 5.3 Saran .................................................................................................... 88

    5.3.1 Saran metodologis .................................................................... 88 5.3.2 Saran praktis ............................................................................. 90

    DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 92 LAMPIRAN ...................................................................................................... 95

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Blue Print Skala Kepuasan Hidup ...................................................... 42 Tabel 3.2 Blue Print Skala Optimisme ............................................................... 43 Tabel 3.3 Blue Print Skala Dukungan Sosial ..................................................... 44 Tabel 3.4 Muatan faktor item variabel kepuasan hidup ..................................... 47 Tabel 3.5 Muatan faktor item variabel kepuasan hidup setelah di drop ............ 48 Tabel 3.6 Muatan faktor item variabel permanence .......................................... 50 Tabel 3.7 Muatan faktor item variabel permanence setelah di drop .................. 50 Tabel 3.8 Muatan faktor item variabel pervasiveness ........................................ 52 Tabel 3.9 Muatan faktor item variabel pervasiveness setelah di drop ............... 53 Tabel 3.10 Muatan faktor item variabel personalization ................................... 54 Tabel 3.11 Muatan faktor item variabel personalization setelah di drop .......... 55 Tabel 3.12 Muatan faktor item variabel tangible support.................................. 57 Tabel 3.13 Muatan faktor item variabel tangible support setelah di drop ......... 57 Tabel 3.14 Muatan faktor item variabel appraisal support ............................... 59 Tabel 3.15 Muatan faktor item variabel appraisal support setelah

    di drop ............................................................................................. 60 Tabel 3.16 Muatan faktor item variabel self-esteem support ............................. 61 Tabel 3.17 Muatan faktor item variabel self-esteem support setelah

    di drop ............................................................................................. 62 Tabel 3.18 Muatan faktor item variabel belonging support ............................... 63 Tabel 3.19 Muatan faktor item variabel belonging support setelah

    di drop ............................................................................................. 64 Tabel 4.1 Subjek Penelitian................................................................................ 70 Tabel 4.2 Analisis Deskriptif ............................................................................. 71 Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor ................................................................. 72 Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ................................................................ 73 Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi ...................................................... 74 Tabel 4.6 Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV ................................. 75 Tabel 4.7 Koefisien Regresi ............................................................................... 76 Tabel 4.8 Model Summary Proporsi Varians Tiap IV Terhadap DV ................. 80

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .......................................................................... 36 Gambar 3.1 Path Diagram Kepuasan Hidup ...................................................... 48 Gambar 3.2 Path Diagram Permanence ............................................................. 51 Gambar 3.3 Path Diagram Pervasiveness .......................................................... 53 Gambar 3.4 Path Diagram Personalization ....................................................... 55 Gambar 3.5 Path Diagram Tangible Support ..................................................... 58 Gambar 3.6 Path Diagram Appraisal Support ................................................... 60 Gambar 3.7 Path Diagram Self-esteem Support ................................................. 62 Gambar 3.8 Path Diagram Belonging Support ................................................... 65

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Dalam bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yaitu, latar belakang masalah,

    pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan

    sistematika penulisan.

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Sejak lahir, manusia diciptakan untuk belajar dimana belajar merupakan

    proses sepanjang hidup. Menjadi pembelajar sepanjang masa akan

    menambah kualitas hidup manusia itu sendiri. Individu akan mempelajari

    keterampilan-keterampilan untuk meningkatkan kemampuan dengan

    memanfaatkan pelatihan, praktik kerja, maupun pendidikan formal. Hal

    tersebut dapat dilakukan oleh setiap individu kapan saja dan di mana saja

    sehingga dapat memperkaya kehidupan individu tersebut, tetapi apakah

    kepuasan hidupnya menjadi lebih baik. Bila belajar sudah menjadi

    kebiasaan yang menyenangkan, pasti hidup akan lebih menarik dan

    menggairahkan (Steinbach, 2002).

    Berbagai pembangunan diberbagai bidang telah membuahkan

    kemajuan diberbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia. Dalam bidang

    pembangunan kualitas hidup manusia, bangsa Indonesia menunjukkan

    peningkatan yang pesat dan berkelanjutan dari keadaan pada tahun 1970.

    Bila angka harapan hidup bayi yang lahir pada tahun 1970 hanya mencapai

  • 2

    47,6 tahun, angka harapan hidup bayi yang lahir pada tahun 2010

    mencapai 68 tahun. Tingkat pendidikan masyarakat pun mengalami

    peningkatan dari tahun ke tahun. Persentasi keikutsertaan dalam

    pendidikan wajib meningkat dari 74,6% pada tahun 1975 menjadi 95,3%

    pada tahun 2009. Peningkatan juga terjadi pada bidang ekonomi.

    Pendapatan kotor nasional (Gross National Income; GNI) per kapita

    Indonesia meningkat dari US$ 80 pada tahun 1970 menjadi US$ 2.500

    pada tahun 2010 (The World Bank, 2012). Dengan kata lain, bangsa

    Indonesia dewasa ini hidup lebih lama, mengindikasikan derajat kesehatan

    yang lebih tinggi, lebih terdidik, dan lebih makmur.

    Seperti yang didapatkan data menunjukkan adanya ketertinggalan

    dalam hal kepuasan hidup masyarakat. Menurut Human Development

    Report (UNDP, 2010), tingkat kepuasan hidup bangsa Indonesia berada

    pada angka 5.7, dari skala 0 (sama sekali tidak puas) s/d. 10 (sangat puas).

    Sebagai pembanding, dengan skala yang sama Malaysia menunjukkan

    tingkat kepuasan hidup sebesar 6.6. Sebanyak 63% masyarakat di

    Indonesia menyatakan puas dengan pekerjaan yang dimiliki, 83% dengan

    kondisi kesehatan, dan 62% menyatakan puas dengan standar hidupnya.

    Sedangkan di Malaysia sebanyak 86% menyatakan puas dengan pekerjaan,

    87% kondisi kesehatan, dan 68% menyatakan puas dengan standar

    hidupnya. Dengan kata lain, sekalipun secara nyata bangsa Indonesia telah

    mencapai banyak kemajuan dalam bidang pembangunan manusia, namun

    pada aspek-aspek kesehatan secara komparatif bangsa Indonesia masih

  • 3

    tertinggal dari bangsa-bangsa lain. (cpmh.psikologi.ugm.ac.id – 3 Juli

    2014)

    Dengan adanya ketertinggalan dalam hal kepuasan hidup

    masyarakat di Indonesia yang telah dibandingkan dengan masyarakat di

    Malaysia, lalu bagaimana dengan tingkat kepuasan hidup karyawan di

    Indonesia. Ditemukan bahwa tingkat kepuasan para pekerja di Indonesia

    adalah rendah (Siringo-ringo, 2014). Accenture, sebuah lembaga

    konsultasi bisnis dan manajemen asal Amerika Serikat mengeluarkan hasil

    studi terbaru mereka dimana studi tersebut mempelajari tingkat kepuasan

    kerja pada karyawan yang menunjukkan pekerja atau karyawan yang

    bekerja di Indonesia paling tidak bahagia di dunia. Didapatkan hanya 18

    persen dari kelompok responden karyawan di Indonesia yang mengatakan

    puas dengan kualitas kehidupan serta kebahagiaannya di tempat kerja.

    Indonesia berada di urutan pertama negara tempat orang-orang memiliki

    tingkat kepuasan dan kebahagiaan terendah di dunia. Masalah insentif dan

    keseimbangan karier serta kehidupan personal dianggap menjadi penyebab

    utama pada kepuasan tersebut.

    Pada karyawan yang bekerja di sektor industri, baik dalam produk

    barang jadi maupun industri jasa telah memainkan peran yang begitu

    penting bagi perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan reputasi dan kinerja

    perusahaan yang terus meningkat. Pencapaian kepuasan hidup tentunya

    akan menyebabkan karyawan dalam melakukan pekerjaannya akan

    memberikan seluruh potensi dan kemampuannya bagi pertumbuhan dan

  • 4

    kemajuan perusahaan, namun sebaliknya apabila kepuasan hidup

    karyawan tidak tercapai akan menyebabkan perusahaan sulit untuk dapat

    tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan.

    Seperti pada industri perhotelan yang merupakan industri jasa,

    artinya banyak sekali melibatkan tenaga kerja yang kompeten dan

    profesional yang merupakan aset utama untuk konsumen. Dimana hotel

    merupakan suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersil,

    disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan menginap,

    makan, minum dan juga mengadakan acara atau event – event tertentu.

    Pada karyawan yang bekerja di hotel, dengan jabatan dan tugas

    yang berbeda-beda pada setiap individunya merupakan hal yang sesuai

    dengan minat (interest) dan kemampuan yang dimiliki oleh karyawan

    tersebut (UU. No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan). Seperti halnya

    satpam atau security yang berjaga di area hotel, guest service agent yang

    bertugas memberikan penerangan/penjelasan seputar hotel/daerah

    sekitarnya yang biasanya standby di area lobby, bellboy yang bertugas

    memberikan pelayanan pengangkatan barang tamu tiba, dan waitress yang

    bertugas melayani kebutuhan makanan dan minuman, serta housekeeper

    yang bertugas membersihkan kamar-kamar tamu dan area umum yang

    dimiliki hotel.

    Namun, bagaimana dengan kehidupan karyawan hotel berkaitan

    dengan kepuasan hidupnya tersebut jika terjadi kasus seperti ini. Seperti

    halnya yang dikatakan oleh seorang istri yang dimuat dalam popbali.com

    http://www.popbali.com/�

  • 5

    “Saat tidak puas, wisatawan lokal marahnya ke staff (bellboy, house

    keeper, waitress, dll). Tidak jarang diantara mereka yang rata-rata orang

    kaya memarahi staff hotel seperti mengomeli babu di rumahnya sendiri.”

    Dengan kasus tersebut, maka secara tidak langsung orang-orang tersebut

    menganggap dan memandang dengan sebelah mata mengenai jabatan dan

    tugas yang dimiliki oleh karyawan hotel. Oleh karena itu, dalam mencapai

    tingkat kepuasan hidup yang tinggi, karyawan tersebut tentu berhubungan

    dengan lingkungan yang mereka jalani.

    Kepuasan hidup menurut Diener (dalam Bailey, et.al., 2007)

    merupakan evaluasi koginitif yang dinilai secara global dalam kehidupan

    seseorang. Kepuasan hidup mungkin mencerminkan pengalaman batin

    yang menyenangkan dalam memotivasi orang untuk mencapai tujuan. Hal

    ini merupakan proses yang bersifat subyektif dari persepsi dan evaluasi

    yang mengacu pada perspektif masa lalu yang mempengaruhi hal tersebut

    (Kasprzak, 2010). Pendapat lainnya mengatakan bahwa kepuasan hidup

    adalah struktur yang lebih stabil daripada pengalaman indrawi, disatu sisi

    Dalam wawancara yang dilakukan terhadap salah satu HRD di

    hotel mahardja ditemukan bahwa dari skala 1 sampai 10 untuk tingkat

    kepuasan hidupnya sebagai karyawan hotel berada diangka 5 yang artinya

    tingkat kepuasannya rendah. Meskipun dalam segi kenyamanan dengan

    lingkungan dan suasana kerjanya kondusif, namun dari segi

    professionalnya kurang baik karena dari segi jenjang karir serta kepastian

    untuk menjadi karyawan tetapnya tidak ada.

  • 6

    hal tersebut bukan sebagai kehendak kehidupan (Czapinski, 2004) namun

    berkaitan dengan kualitas hidup (Nettle, 2005). Pavot dan Diener (dalam

    Yalcin, 2011) mendapatkan juga bahwa kepuasan hidup melibatkan aspek

    penilaian, dimana individu mengevaluasi kualitas hidup mereka

    berdasarkan kriteria tertentu.

    Banyak penelitian yang telah dilakukan terkait dengan kepuasan

    hidup. Beberapa penelitian mengenai kepuasan hidup telah ditemukan.

    Selim (dalam Yalcin, 2011) berpendapat bahwa penelitian tersebut telah

    berkembang dari waktu ke waktu dan dilakukan dalam satu Negara atau

    dikaitkan dengan kelompok tertentu dengan terdapat elemen demografi,

    pribadi, dan budaya. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ilhan Yalcin

    (2011) hasilnya menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan dengan

    menggunakan analisis regresi bahwa dukungan keluarga, dukungan

    fakultas, dan optimisme signifikan sebagai prediktor (hal yang

    mempengaruhi) pada kepuasan hidup.

    Berdasarkan penelitian yang ditemukan, kepuasan hidup dapat

    dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut adalah

    individual/kolektif, self-esteem, dan penguasaan perasaan (Yetim, 2003),

    dukungan organisasi dan work-family conflict (Dixon & Sagas, 2007),

    harapan dan optimisme (Bailey, et.al., 2007), etnik/ras, status

    ekonomisosial, kesehatan dan hubungan sosial (Barger, Donoho &

    Wayment, 2009), dukungan sosial dan optimisme (Yalcin, 2011).

  • 7

    Dari beberapa faktor yang memiliki pengaruh terhadap kepuasan

    hidup, ada salah satu faktor yang menarik untuk dikaji lebih dalam. Faktor

    tersebut adalah faktor optimisme. Hipotesis mengenai hubungan antara

    kepuasan hidup (life satisfaction) dan optimisme dalam penelitian ini

    didasarkan pada beberapa literatur. Bailey, et.al. (Yalcin, 2011)

    berpendapat bahwa dalam beberapa tahun terakhir, optimisme telah

    menerima banyak perhatian dalam menilai dan memprediksi kepuasan

    hidup. Bailey, et.al. (2007) berpendapat bahwa kepuasan hidup merupakan

    komponen pada definisi dan penilaian kehidupan, meskipun dalam

    beberapa kasus dimana kualitas kehidupan meliputi kemampuan objektif

    dan fungsional pada kehidupan umumnya. Dua konstruksi yang terpisah

    namun berhubungan telah menerima perhatian dalam memprediksi dan

    menilai kepuasan hidup yaitu optimisme dan hope.

    Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Yalcin (2011) yang

    menemukan optimisme berkaitan dengan kepuasan hidup mahasiswa. Dan

    ditemukan hasil bahwa optimisme signifikan sebagai prediktor kepuasan

    hidup, dengan kata lain optimisme berpengaruh terhadap kepuasan hidup.

    Oleh karena itu, Schweizer et.al. (dalam Yalcin, 2011) berpendapat bahwa

    optimisme mungkin diharapkan memiliki pengaruh pada kepuasan hidup

    individu karena berhubungan dengan sikap terhadap masa depan dan

    penilaian umum kehidupan.

    Optimisme berasal dari kata bahasa inggris yaitu optimism yang

    berarti keadaan selalu berpengharapan baik. Seligman (2006) menyatakan

  • 8

    bahwa optimisme merupakan suatu pandangan secara menyeluruh, melihat

    yang baik, berpikir positif, dan mudah memberikan makna bagi diri

    Faktor selanjutnya yang berkaitan dengan kepuasan hidup adalah

    dukungan sosial.

    .

    Optimisme merupakan harapan umum yang relatif stabil tentang masa

    depan “percaya bahwa hal-hal yang baik daripada yang buruk akan

    terjadi” menurut Scheir & Carver (dalam Snyder, et.al. 2002). Sedangkan

    pesimis memiliki kecenderungan untuk percaya bahwa hal buruk akan

    terjadi dalam hidupnya. Asumsi yang masuk akal bahwa perbedaan ini

    akan berhubungan dengan kepuasan hidup.

    Cohen (dalam Cohen, et.al, 1985) berpendapat bahwa dukungan

    sosial merupakan suatu hal yang diperkirakan berpengaruh terhadap

    kesehatan mental dan fisik melalui emosi, kognisi, dan perilaku.

    Dukungan sosial tersebut terjadi melalui komunikasi apa yang diharapkan,

    norma-norma yang sesuai, penghargaan dan hukuman, serta melalui

    pemberian bantuan dalam mengatasi suatu masalah.

    Dalam penelitian yang dilakukan oleh Deniz (dalam

    Yalcin, 2011), hasilnya ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan

    antara dukungan sosial dan kepuasan hidup.

    Menurut Cohen, et.al (dalam Yalcin, 2011), ada empat aspek atau

    tipe sumber sistem dukungan sosial, yaitu (a) tangible support atau

    dukungan nyata, seperti uang, barang dan jasa; (b) appraisal support atau

    dukungan penilaian, seperti saran dan masukan dari berbagai masalah

    pribadi; (c) self-esteem support atau dukungan harga diri, seperti

  • 9

    pernyataan positif dan evaluasi mengenai pencapaian; dan (d) belonging

    support atau dukungan yang dimiliki (pribadi), seperti berbagi kegiatan

    waktu luang dan memiliki seseorang untuk menghabiskan waktu bersama.

    Pada dukungan nyata (tangible support), biasanya dukungan yang

    diberikan itu berupa uang, barang dan jasa. Hal tersebut dapat dilihat dari

    besaran gaji atau upah yang diberikan oleh perusahaan terhadap

    karyawannya. Tetapi ada dukungan lain seperti hubungan atasan dan

    ataupun rekan sekerja yang dapat memberikan dukungan jasa baik dalam

    fasilitas yang diberikan kepada karyawan tersebut sehingga akan

    mempengaruhi kepuasan hidup pada karyawan tersebut. Dixon dan Sagas

    (2007) menyatakan dalam penelitiannya menghasilkan pengaruh langsung

    dari dukungan organisasi terhadap kepuasan hidup.

    Selanjutnya dukungan penilaian (appraisal support) sangat penting

    juga bagi kualitas hidup individu. Seperti halnya dalam membuat

    keputusan bagi individu untuk bekerja di hotel. Oleh karena itu, saran dan

    penilaian-penilaian sangat diperlukan bagi individu sehingga akan

    mempengaruhi kepuasan hidupnya. Dalam penelitian Edward dan Lopez

    (dalam Yalcin, 2011) melaporkan bahwa dukungan keluarga yang

    dirasakan merupakan prediktor yang siginifikan dari kepuasan hidup.

    Adapun penelitian lainnya, Henry dan Chang et.al. (dalam Yalcin, 2011)

    menemukan bahwa dukungan orangtua berhubungan positif dengan

    kepuasan hidup. Dengan demikian, hal tersebut mendukung bahwa

    dukungan dari keluarga yang berupa masukan dan penilaian-penilaian

  • 10

    yang diberikan oleh keluarga berpengaruh terhadap kepuasan hidup

    anaknya.

    Begitu juga dengan dukungan harga diri (self-esteem support) baik

    antara individu dan company juga berkontribusi dalam kepuasan hidup.

    Seperti halnya dukungan yang diberikan oleh company tersebut terhadap

    evaluasi kegiatan (tugas) dan pernyataan positif atas kerja karyawan. Hal

    tersebut mengukur sejauhmana individu merasa puas terhadap

    penghargaan yang diberikan berdasarkan hasil kerja. Seperti yang

    ditemukan dalam penelitian

    Dukungan lainnya yaitu belonging support hal tersebut

    berhubungan dengan rekan kerja, teman dan keluarga. Dimana mereka

    memberikan dukungan terhadap individu yang nyaman sehingga dapat

    meningkatkan kepuasan hidupnya. Misalnya rekan kerja yang

    menyenangkan atau hubungan dengan rekan kerja yang rukun, begitu juga

    dengan teman dan keluarga yang dapat meluangkan atau menyediakan

    waktu untuk menghabiskan waktu bersama dengan individu tersebut,

    sehingga hal tersebut akan berpengaruh terhadap kepuasan hidupnya.

    Sax, et.al. (dalam Yalcin, 2011) bahwa

    dukungan yang dirasakan dari fakultas terkait dengan berbagai hasil yang

    positif, seperti kesejahteraan emosional. Bersamaan dengan penelitian

    tersebut menunjukan pentingnya dukungan sosial dari berbagai bentuk

    terhadap pengalaman kepuasan hidup mahasiswa.

    Dengan demikian dalam membuat keputusan untuk bekerja

    tersebut, individu sebaiknya memiliki optimise dan dukungan sosial dari

  • 11

    orang lain. Seperti anggota keluarga, teman, dan company (perusahaan).

    Begitupun halnya dalam mencapai tingkat kepuasan hidup yang tinggi,

    bagi karyawan yang bekerja di hotel hal tersebut tentu berhubungan

    dengan lingkungan keluarga, teman dan perusahaan. Dimana keluarga

    merupakan salah satu hal yang perlu diperioritaskan dan menjadi bagian

    yang tidak terpisahkan dari kehidupan.

    Selain optimisme dan dukungan sosial, faktor demografis seperti

    jenis kelamin dapat mempengaruhi kepuasaan hidup seseorang. Dalam

    garis gender, para pekerja laki-laki lebih banyak mengeluhkan

    keseimbangan kehidupan pribadi dengan pekerjaan. Orang-orang yang

    bekerja di kantor ingin pihak perusahaan menyadari bahwa tiap karyawan

    memiliki keluarga di rumah, memerlukan jam berkualitas bersama

    pasangan dan anak, serta kesempatan untuk mengaktualisasi diri lewat

    komunitas. Sementara itu, para pekerja perempuan lebih meminta

    penyesuaian preferensi mereka dalam hal gaji, tunjangan, serta bonus.

    Meski demikian, hampir separuh dari total responden mengeluhkan hal

    yang sama, yaitu keseimbangan waktu antara bekerja dan menikmati

    waktu bersama keluarga (www.medanbisnisdaily.com).

    Berdasarkan data dan fenomena yang telah dipaparkan sebelumnya

    terutama dari wawancara yang telah dilakukan terhadap salah satu HRD

    hotel mengenai kepuasan hidup sebagai karyawan hotel, maka peneliti

    merasa penting dan tertarik untuk meneliti tentang “PENGARUH

    http://www.medanbisnisdaily.com/�

  • 12

    OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KEPUASAN

    HIDUP KARYAWAN HOTEL”.

    1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

    1.2.1 Pembatasan Masalah

    Mengingat luasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka perlu batasan

    mengenai “ Pengaruh optimisme dan dukungan sosial terhadap kepuasan

    hidup karyawan hotel.” Adapun pengertian konsep-konsep tersebut adalah

    sebagai berikut:

    1. Kepuasan hidup yang dimaksud dalam penelitian ini adalah merupakan

    penilaian atau evaluasi kognitif, dimana individu mengevaluasi

    kualitias hidup mereka berdasarkan kriteria tertentu dan dinilai secara

    global. (Pavot dan Diener, 1993)

    2. Optimisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu

    pandangan secara menyeluruh, melihat yang baik, berpikir positif, dan

    mudah memberikan makna bagi diri terhadap suatu peristiwa atau

    kejadian. (Seligman, 2006)

    3. Dukungan sosial merupakan dukungan yang diterima individu dari

    orang-orang tertentu yang berada dalam kehidupannya dan berada

    dalam lingkungan sosial tertentu sehingga individu tersebut merasa

    diperhatikan, dihargai dan dicintai. (Cohen, 1985)

    4. Subjek penelitian ini adalah para pegawai/ karyawan yang bekerja di

    hotel.

  • 13

    5. Variabel demografis jenis kelamin.

    1.2.2 Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, permasalahan

    dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

    1. Apakah ada pengaruh yang signifikan optimisme, dukungan sosial dan

    faktor demografis terhadap kepuasan hidup karyawan di hotel?

    2. Seberapa besar pengaruh optimisme, dukungan sosial dan faktor

    demografis terhadap kepuasan hidup karyawan di hotel?

    3. Variabel apa yang signifikan mempengaruhi kepuasan hidup karyawan

    di hotel?

    1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1.3.1 Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk :

    1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan optimisme,

    dukungan sosial dan faktor demografis terhadap kepuasan hidup

    karyawan di hotel.

    2. Mengetahui seberapa besar pengaruh optimisme, dukungan sosial dan

    faktor demografis terhadap kepuasan hidup karyawan di hotel.

    3. Mengatahui variabel apa yang signifikan mempengaruhi kepuasan

    hidup karyawan di hotel.

  • 14

    1.3.2 Manfaat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat

    berupa:

    1. Secara Teoritik, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

    khasanah ilmu pengetahuan Psikologi khususnya ilmu Psikologi

    Industri dan Organisasi serta memberikan gambaran mengenai

    pengaruh optimisme dan dukungan sosial terhadap kepuasan hidup

    karyawan di hotel.

    2. Secara Praktis, hasil penelitian ini bermanfaat dalam memberikan

    informasi kepada karyawan, keluarga, teman, dan perusahaan

    (company) serta dapat dijadikan pertimbangan untuk karyawan bisa

    mencapai kepuasan hidupnya dengan baik.

  • 15

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    Dalam bab kajian teori ini dipaparkan teori kepuasan hidup, teori optimisme, teori

    dukungan sosial, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

    2.1 Kepuasan Hidup

    2.1.1 Definisi Kepuasan Hidup

    Menurut Santrock (2002) kepuasan hidup adalah kesejahteraan psikologi

    secara umum ataupun kepuasan terhadap kehidupan secara keseluruhan.

    Kepuasan hidup digunakan secara luas sebagai indeks kesejahteraan

    psikologis pada setiap individu. Pendapatan, kesehatan, gaya hidup yang

    aktif, serta jaringan keluarga dan pertemanan dikaitkan dengan jalan yang

    memungkinkan tercapainya kepuasan hidup seseorang.

    Selanjutnya, kepuasan hidup menurut Diener (dalam Bailey, et.al.,

    2007) merupakan evaluasi koginitif yang dinilai secara global dalam

    kehidupan seseorang. Kepuasan hidup mungkin mencerminkan

    pengalaman batin yang menyenangkan dalam memotivasi orang untuk

    mencapai tujuan. Pavot dan Diener (dalam Yalcin, 2011) juga berpendapat

    bahwa kepuasan hidup melibatkan aspek penilaian, dimana individu

    mengevaluasi kualitas hidup mereka berdasarkan kriteria tertentu. Teori

    tersebut sejalan dengan Shin dan Johnson (dalam Pavot & Diener, 1993)

    yang menyatakan bahwa kepuasan hidup adalah proses penilaian

  • 16

    seseorang, dimana individu tersebut menilai kualitas hidup mereka

    berdasarkan kriteria yang unik terjadi dalam kehidupan individu tersebut.

    Sejalan dengan pendapat di atas, Veenhoven (1996) berpendapat

    bahwa kepuasan merupakan keadaa pikiran, yang mengevaluasi suatu

    penilaian yang mengacu pada kedua kata “kepuasan” dan “kenikmatan”

    karena hal tersebut mencakup penilaian kognitif dan afektif. Sedangkan

    kepuasan hidup merupakan sejauh mana seseorang mengevaluasi kualitas

    keseluruhan hidupnya secara positif.

    Sedangkan kepuasan hidup menurut Kasprzak (2010) merupakan

    sikap afektif dan reflektif umum terhadap kehidupan. Proses yang bersifat

    subyektif dari persepsi dan evaluasi yang mengacu pada perspektif masa

    lalu yang mempengaruhi hal tersebut.

    Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa kepuasan

    hidup merupakan penilaian atau evaluasi kognitif, dimana individu

    mengevaluasi kualitias hidup mereka berdasarkan kriteria tertentu dan

    dinilai secara global dengan menikmati pencapaian-pencapaian yang telah

    didapat atau diraih.

    2.1.2 Teori Kepuasan Hidup

    Kepuasan hidup yang didasarkan oleh teori kebahagiaan (Snyder, 2002)

    dapat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu:

    1. Teori Kebutuhan dan Kepuasan Tujuan (Need and Goal

    Satisfaction Theory)

  • 17

    Teori ini berpendapat bahwa suatu kebahagiaan didasari dengan adanya

    pengurangan ketegangan melalui adanya kepuasan terhadap kebutuhan dan

    tujuannya. Hal ini didasari oleh adanya usaha untuk mengurangi

    ketegangan. Omodei dan Waering (dalam Snyder, 2002) menyetujui

    pandangan ini, mereka menyatakan bahwa tingkatan kebutuhan seseorang

    berhubungan positif dengan tingkat kepuasaan seseorang pada hidupnya.

    Salah satu implikasi dari teori pengurangan ketegangan ialah

    kebahagiaan terjadi setelah kebutuhan telah ditemukan dan targetnya dapat

    dipenuhi. Dalam kata lain, kebahagiaan adalah keadaan akhir suatu hasrat

    dimana seluruh kegiatannya dapat dilangsungkan.

    2. Teori Proses atau Aktivitas (Process Or Activity Theory)

    Teori ini berpendapat bahwa kebahagiaan dihasilkan oleh adanya

    keterikatan dalam beberapa aktifitas atau pekerjaan dalam mencapai target

    atau tujuannya. Csikszentmihalyi (dalam Snyder, 2002) menyatakan

    bahwa seseorang akan merasa bahagia ketika mereka merasakan

    keterikatan pada aktivitas tertentu yang sesuai dengan tingkat kemampuan

    yang mereka miliki. Hampir serupa, Cantor (dalam Snyder, 2002) juga

    menekankan pentingnya partisipasi dalam suatu kegiatan dalam tugas-

    tugas kehidupan. Sebagai contoh, Harlow dan Cantor (dalam Snyder,

    2002) menemukan bahwa partisipasi sosial merupakan prediktor kuat dari

    kepuasan hidup pada kelompok lansia yang sudah pension.

    Emmons (dalam Snyder, 2002) menyetujui bahwa mempunyai

    target dan berusaha untuk mencapainya adalah indicator yang reliable dari

  • 18

    well-being dan oleh karena itu teori tujuan ini dapat dikombinasikan

    dengan elemen-elemen dari pengurangan ketegangan dan rasa tenang

    terhadap suatu kegiatan. Individu yang mempunyai tujuan cenderung lebih

    energik, merasakan emosi-emosi positif dan merasa bahwa hidupnya

    berarti.

    3. Teori Kecenderungan Genetik dan Kepribadian (Genetic And

    Personality Predisposition)

    Teori ini berpendapat bahwa kebahagiaaan lebih berhubungan dengan

    perilaku atau karakteristik kepribadian yang stabil berdasarkan genetik.

    Walaupun memprediksi kebahagiaan seseorang pada setiap peristiwa itu

    cukup sulit, ketika afek merasakan banyak kesempatan, maka pola

    kestabilan yang muncul pada seseorang cenderung berbeda.

    Kepuasan hidup memiliki sinonim yaitu “kebahagiaan” dan

    “kesejahteraan” (dalam Veenhoven, 1996). Salah satu keuntungan dalam

    menggunakan istilah kepuasan hidup daripada menggunakan kata

    kebahagiaan adalah dimana kepuasan hidup menekankan karakter

    subjektif dari konsep. Sedangkan istilah kepuasan hidup memiliki

    keuntungan daripada menggunakan istilah kesejahteraan adalah bahwa

    kepuasan hidup mengacu pada evaluasi keseluruhan hidup daripada

    perasaan saat ini. Evaluasi kogntif adalah evaluasi terhadap kepuasan

    hidup. Evaluasi tersebut dapat dikategorikan menjadi evaluasi umum

    (global) dan evaluasi khusus (domain tertentu), (Diener et.al., 1999). Ed.

  • 19

    Diener (dalam Diener et. al., 1999) membagi evaluasi kognitif menjadi dua

    aspek, yaitu:

    1. Evaluasi terhadap kepuasan hidup secara global, yaitu evaluasi

    individu terhadap kehidupannya secara menyeluruh. Penilaian umum ini

    merupakan penilaian individu yang bersifat reflektif terhadap kepuasan

    hidupnya (Diener, 2005). Kepuasan hidup secara global dimaksudkan

    untuk merepresentasikan penilaian individu secara umum. Kepuasan hidup

    secara global didasarkan pada proses penilaian dimana individu mengukur

    kualitas hidupnya dengan didasarkan pada satu set kriteria yang unik yang

    mereka tentukan sendiri. Secara lebih spesifik, kepuasan hidup secara

    global melibatkan persepsi individu terhadap perbandingan keadaan

    hidupnya dengan standar unik yang mereka miliki.

    2. Evaluasi terhadap kepuasan domain tertentu, yaitu penilaian yang

    dibuat individu dalam mengevaluasi domain atau aspek tertentu dalam

    kehidupannya, seperti kesehatan fisik dan mental, pekerjaan, rekreasi,

    hubungan sosial, kehidupan dengan pasangan hidup dan kehidupan dengan

    keluarga (Diener, 2005).

    Kedua aspek tersebut tidak sepenuhnya terpisah. Evaluasi global

    dan evaluasi terhadap domain tertentu memilik keterkaitan satu sama lain.

    Dalam melakukan penilaian mengenai kepuasan hidup secara umum,

    individu kemungkinan besar akan menggunakan informasi mengenai

    kepuasan pada salah satu aspek hidup yang dianggap paling penting.

    Evaluasi terhadapkepuasan hidup secara global merupakan refleksi dari

  • 20

    persepsi individu terhadap hal-hal yang ada di dalam hidupnya, ditambah

    dengan bagaimana kultur mempengaruhi pandangan hidup positif

    individu.

    2.1.3 Pengukuran Kepuasan Hidup

    Skala kepuasan hidup yang digunakan secara adalah Satisfaction With Life

    Scale Diener et.al (dalam Yalcin, 2011). Skala ini dibuat oleh Ed. Diener,

    Emmons Larsen dan Griffin pada tahun 1985. Skala ini terdapat 5 item

    dan menggunakan skala Likert dimana terdapat tujuh alternatif jawaban

    untuk setiap item, yaitu mulai dari sangat setuju sampai dengan sangat

    tidak setuju. Skor total didapatkan dengan menjumlah skor per item. Skor

    total dipandang sebagai tingkat kepuasan hidup.

    Seperti dalam penelitian Dixon dan Sagas (2007), Bailey, et.al

    (2007), dan Yalcin (2011) menggunakan

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Satisfaction With Life

    Scale. Peneliti memodifikasi skala tersebut dengan menerjemahkan dan

    menyesuaikan item agar mudah dipahami oleh responden dalam penelitian

    dan hanya menggunakan empat kategori (alternative) jawaban.

    Satisfaction With Life Scale

    (SWLS) dalam penelitiannya. Sedangkan ditemukan pada penelitian

    Barger, Donoho dan Wayment (2009) menggunakan pertanyaan sebagai

    alat ukur kepuasan hidup “secara umum, bagaimana kepuasan hidupmu?”

    dengan menggunakan 4 alternative jawaban dari sangat puas, puas, tidak

    puas dan sangat tidak puas.

  • 21

    2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Hidup

    Kepuasan hidup merupakan konsep yang luas untuk dipelajari. Faktor-

    faktor yang mempengaruhi kepuasan hidup dipelajari satu persatu bagi

    setiap aspeknya. Faktor-faktor ini terus berkembang seiring dengan

    dipelajari lagi lebih dalam mengenai kepuasan hidup itu sendiri.

    Individualime merupakan prediktor yang tinggi terhadap kepuasan

    hidup dibandingkan dengan kolektif, sedangkan self-esteem dan

    penguasaan perasaan juga merupakan prediktor yang tinggi terhadap

    kepuasan hidup (Yetim, 2003). Hasilnya ditemukan bahwa individualime,

    self-esteem dan penguasaan perasaan merupakan prediktor utama terhadap

    kepuasan hidup.

    Dalam penelitian Dixon dan Sagas (2007) menghasilkan bahwa

    dukungan organisasi merupakan faktor yang berpengaruh secara langsung

    terhadap kepuasan hidup. Sedangkan work-family conflict merupakan

    salah satu faktor yang memediasi hubugan antara dukungan organisasi dan

    kepuasan kerja. Dan kepuasan kerja memediasi pengaruh dukungan

    organisasi dan work-family conflict terhadap kepuasan hidup.

    Perbedaan ras/etnis, status ekonomi sosial (SES: pendidikan,

    pendapatan, status pekerjaan, kekayaan), kesehatan, dan hubungan sosial

    (ikatan sosial, dukungan emosional) berkontribusi dalam kepuasan hidup

    untuk kesejahteraan di dalam dan di seluruh kelompok ras atau etnis

    (Barger, Donoho & Wayment, 2009). Barger, Donoho dan Wayment

    (2009) membandingkan kepuasan hidup pada etnis putih, hispanik dan

  • 22

    hitam dan juga mengevaluasi sejauh mana status ekonomi sosial,

    kesehatan, dan hubungan sosial menjelaskan perbedaan kepuasan hidup

    pada etnis-etnis tersebut. Hasilnya ditemukan bahwa baik etnis puti,

    hispanik dan hitam cenderung tidak puas terhadap kehidupannya namun

    pada etnis hitam terdapat kecenderungan yang lebih besar terhadap

    ketidakpuasan hidup. Juga didapatkan bahwa SES, kesehatan, dan

    hubungan sosial secara konsisten dikaitkan dengan kepuasan hidup,

    dimana dukungan emosional memiliki hubungan paling kuat terhadap

    kepuasan hidup

    Penelitian yang telah dilakukan oleh Ilhan Yalcin (2011)

    menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan pada variabel tersebut

    dengan menggunakan analisis regresi bahwa dukungan keluarga,

    dukungan fakultas, dan optimisme signifikan sebagai prediktor pada

    kepuasan hidup.

    .

    Selanjutnya, terdapat penelitian kepuasan hidup di Kroasia yang

    dilakukan oleh Perovic (2010) ditemukan pada Nilai Eropa Survey (EVS)

    bahwa pada tahun 1999 kepuasan hidup lebih tinggi bagi orang-orang

    yang menikah, mereka yang bekerja, dan mereka yang memiliki

    penghasilan antara 5.001 dan 8.000 kuna Kroasia (HRK) per bulan.

    Tampaknya ada sedikit korelasi antara kepuasan hidup dan tingkat

    pendidikan. Berdasarkan analisis dari United Nations Development

    Program (UNDP) tahun 2006, telah ditemukan bahwa pada tahun 2006

    kepuasan hidup lebih tinggi bagi orang-orang yang sudah menikah,

  • 23

    mereka yang bekerja, mereka yang keluar dari tenaga kerja, mereka yang

    memiliki gelar universitas, dan mereka yang memiliki pendapatan lebih

    tinggi

    Dari beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan hidup yang

    telah dipaparkan sebelumnya, maka pada penelitian kali ini akan

    menggunakan dua variabel, yaitu optimisme dan dukungan sosial.

    .

    Peneliti menggunakan variabel optimisme dan dukungan sosial

    karena dua variabel tersebut merupakan variabel prediktor penting

    terhadap kepuasan hidup terutama bagi karyawan di Indonesia.

    2.2 Optimisme

    2.2.1 Definisi Optimisme

    Optimisme berasal dari kata bahsa inggris yaitu optimism yang berarti

    keadaan selalu berpengharapan baik. Makna optimisme sebetulnya lebih

    dalam dari itu, dasar dari optimisme adalah bagaimana cara berpikir

    seseorang ketika menghadapi suatu masalah. Seligman (2006) menyatakan

    bahwa optimisme merupakan suatu pandangan secara menyeluruh, melihat

    yang baik, berpikir positif, dan mudah memberikan makna bagi diri.

    Selanjutnya Carver dan Scheier (dalam Synder & Lopez, 2002)

    mengatakan bahwa individu yang optimis merupakan individu yang

    mengira akan terjadi hal-hal baik pada diri mereka, sedangkan individu

    yang pesimis merupakan individu yang mengira akan terjadi hal-hal buruk

  • 24

    yang akan terjadi pada diri mereka. Scheier dan Carver juga menyatakan

    bahwa optimisme merupakan dimensi kepribadian yang stabil.

    Sedangkan Lopez dan Snyder (2002) berpendapat bahwa

    optimisme merupakan suatu harapan yang ada pada diri individu bahwa

    segala sesuatu akan berjalan menuju ke arah kebaikan. Perasaan

    optimisme membawa individu pada tujuan yang diinginkan, yakni percaya

    diri akan kemampuan yang dimiliki. Sikap optimis menjadikan seseorang

    keluar dengan cepat dari permasalahan yang dihadapi karena adanya

    pemikiran dan perasaan akan kemampuan yang dimiliki.

    Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

    optimisme adalah suatu pandangan secara menyeluruh akan suatu harapan

    dan kejadian (peristiwa) dengan berpikir positif dan memaknai akan segala

    sesuatunya berjalan menuju ke arah yang baik terutama untuk masa yang

    akan datang.

    2.2.2 Aspek-aspek Optimisme

    Seligman (2006) menjelaskan bahwa bagaimana cara individu memandang

    suatu peristiwa di dalam kehidupannya berhubungan erat dengan gaya

    individu dalam menjelaskan suatu peristiwa (explanatory style). Dengan

    gaya penjelasan tersebut, seseorang yang optimis dapat menghentikan rasa

    ketidakberdayaannya. Ditinjau dari perspektifnya, orang yang optimis

    menjelaskan suatu kejadian atau pengalaman negatif diakibatkan oleh

    faktor-faktor eksternal, dan bersifat sementara. Sedangkan orang yang

  • 25

    pesimis menjelaskan bahwa kejadian negatif dikarenakan oleh faktor

    internal, bersifat stabil, dan diakibatkan oleh faktor-faktor global.

    Selanjutnya, Seligman (2006) mengemukakan tiga macam gaya

    penjelasan (explanatory style), yaitu permanence, pervasiveness, dan

    personalization.

    1. Permanence

    Gaya ini menggambarkan bagaimana individu melihat peristiwa yang

    terjadi, sebagai peristiwa yang bersifat sementara (temporary) atau

    menetap (permanence). Pada orang yang optimis melihat peristiwa buruk

    sebagai suatu hal yang hanya bersifat sementara, yang terjadi dengan kata

    “kadang-kadang”, misalnya: “Dia kadang-kadang menjengkelkan.”

    Sedangkan mereka melihat hal yang baik sebagai suatu hal yang bersifat

    menetap (permanence), misalnya “Saya selalu beruntung.” Sebaliknya

    pada orang yang pesimis akan mudah menyerah dan percaya bahwa

    penyebab dari peristiwa buruk yang terjadi pada mereka sebagai sesuatu

    yang menetap, mereka biasanya berpikir bahwa kejadian itu bersifat selalu,

    tidak pernah, dan menetap, misalnya: “Dia selalu membuat saya jengkel.”

    Sedangkan, orang pesimis melihat hal yang baik hanyalah sebagai hal

    yang bersifat sementara, misalnya “saya beruntung hari ini

    .”

    2. Pervasiveness

    Gaya penjelasan ini berkaitan dengan ruang lingkup dari peristiwa

    tersebut, yang meliputi universal (menyeluruh) dan spesifik (khusus).

  • 26

    Orang yang optimis bila dihadapkan pada hal yang baik ia akan

    menjelaskan hal itu diakibatkan oleh faktor yang bersifat universal.

    Misalnya: “Saya mendapat nilai yang bagus karena saya pintar.” Namun,

    bila dihadapkan pada kejadian yang buruk akan membuat penjelasan yang

    spesifik dari kejadian itu, bahwa hal buruk terjadi diakibatkan oleh sebab-

    sebab khusus dan tidak akan meluas kepada hal-hal yang lain. Misalnya:

    “Meskipun nilai ulangan saya kemarin jelek, itu tidak akan membuat saya

    gagal menjadi juara kelas.”

    3. Personalization

    Personalisasi merupakan gaya penjelasan masalah yang berkaitan dengan

    sumber dari penyebab kejadian tersebut, meliputi internal dan eksternal.

    Orang yang optimis akan menganggap hal yang baik merupakan hal yang

    disebabkan oleh faktor internal, misalnya “Keberhasilan ini karena

    kemampuan saya.

    2.2.3 Pengukuran Optimisme

    ” Namun, menganggap hal yang buruk sebagai hal yang

    disebabkan oleh faktor eksternal, misalnya “Dia tidak mau berdansa

    dengan saya karena dia tidak suka berdansa.” Sebaliknya, orang yang

    pesimis akan menganggap bahwa hal yang buruk itu terjadi karena faktor

    internal. Sedangkan, bila dihadapkan pada peristiwa baik ia akan

    menganggap bahwa hal itu disebabkan oleh faktor eksternal.

    Skala Optimisme yang dapat digunakan secara umum salah satunya adalah

    Life Orientation Test-Revised (LOT-R) yang telah disusun oleh Scheiver,

  • 27

    Carver & Bridges (1994) yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya (=

    0.70 sampai = 0.80).

    Pada skala asli terdapat 10 item dan lima pilihan jawaban (0-4),

    yaitu dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju. Namun, untuk

    kepentingan penelitian ini, karena skala tersebut tidak terdapat aspek-

    aspek didalamnya, maka peneliti akan mengguakan skala yang disusun

    oleh peneliti yang dibuat berdasarkan dimensi-dimensi dari optimisme

    yaitu permanence, pervasiveness, dan personalization dengan

    menggunakan empat kategori (alternative) jawaban.

    2.3 Dukungan Sosial

    2.3.1 Definisi Dukungan Sosial

    Kehadiran orang lain dalam kehidupan pribadi sangat diperlukan,

    mengingat bahwa setiap individu saling membutuhkan untuk memberi

    dukungan. Terdapat beberapa ahli yang mengemukakan definisi-definisi

    dukungan sosial, seperti didefinisikan oleh Cohen (dalam Cohen,

    Mermelstein, Kamark dan Hoberman, 1985) bahwa dukungan sosial

    merupakan suatu hal yang diperkirakan berpengaruh terhadap kesehatan

    mental dan fisik melalui emosi, kognisi, dan perilaku. Dukungan sosial

    tersebut terjadi melalui komunikasi apa yang diharapkan, norma-norma

    yang sesuai, penghargaan dan hukuman, serta melalui pemberian bantuan

    dalam mengatasi suatu masalah.

  • 28

    Selanjutnya yang dikemukakan oleh Taylor (2009) yang

    mendefinisikan bahwa dukungan sosial sebagai informasi dari orang lain

    yang sayang dan memiliki perhatian, menghormati dan menghargai, dan

    merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban timbal balik

    dari orang tua, pasangan hidup atau kekasih, relasi lain, teman, kontak

    sosial dan lingkungan seperti keanggotaan gereka atau klub, atau bahkan

    binatang peliharaan.

    Sarafino dan Smith (2011) mendefinisikan dukungan sosial sebagai

    kenyamanan, perhatian, penghargaan ataupun bantuan yang diterima

    individu dari orang lain.

    Schulz dan Schwarzer (dalam Nurullah, 2012) menyebutkan

    dukungan sosial sebagai pengalaman menerima tindakan dan perilaku

    yang dianggap mendukung oleh penerima dalam membina persahabatan,

    kebutuhan emosional, instrumental, informasi, dan penilaian, jenis

    dukungan tersebut dicari oleh penerima terhadap orang-orang yang berada

    atau bersedia untuk berhubungan dekat (misalnya, pasangan, teman,

    keluarga, kerabat, kelompok dll) dalam upaya untuk meningkatkan

    kesejahteraan dan efektif menangani krisis kehidupan.

    Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial

    merupakan dukungan yang diterima individu dari orang-orang tertentu

    yang berada dalam kehidupannya dan berada dalam lingkungan sosial

    tertentu sehingga individu tersebut merasa diperhatikan, dihargai dan

    dicintai.

  • 29

    2.3.2 Aspek-aspek dalam Dukungan Sosial

    Cohen, et.al (dalam Yalcin, 2011), menyimpulkan terdapat empat bentuk

    dukungan sosial, yaitu :

    (a) Dukungan Nyata (tangible support), atau bantuan-bantuan yang

    bersifat pelayanan seperti membantu dalam melakukan kegiatan sehari-

    hari maupun bantuan secara finansial (uang, barang dan jasa). Menurut

    Cohen dan McKay (1984), tangible support atau dukungan nyata paling

    efektif bila pemberian bantuan dipandang oleh penerima sesuai dengan

    yang dibutuhkan.

    (b) Dukungan Penilaian atau Informasi (appraisal support), atau

    merupakan suatu bentuk bantuan yang membantu individu dalam

    memahami kejadian yang menekan dengan lebih baik serta memberikan

    pilihan strategi coping yang harus dilakukan guna menghadapi kejadian

    tersebut seperti saran dan masukan dari berbagai masalah pribadi.

    (c) Dukungan Harga Diri (self-esteem support), atau suatu bentuk bantuan

    dimana individu merasakan adanya perasaan positif akan dirinya dan

    evaluasi mengenai pencapaian pada individu tersebut. Cobb (dalam Cohen

    dan McKay, 1984), berpendapat bahwa dukungan self-esteem dapat

    mendorong seseorang untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi.

    (d) Dukungan Belonging (belonging support), atau suatu bentuk dukungan

    dimana individu tahu bahwa ada orang lain yang dapat diandalkan ketika

    ia ingin melakukan suatu kegiatan bersama, seperti berbagi pada kegiatan

    waktu luang dan memiliki seseorang untuk menghabiskan waktu bersama.

  • 30

    2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seseorang Mendapatkan

    Dukungan Sosial

    Sarafino dan Smith (2011) menguraikan beberapa faktor yang

    mempengaruhi perolehan dukungan dari orang lain, yaitu:

    1. Penerimaan Dukungan (Recipients)

    Seseorang tidak akan memperoleh dukungan bila mereka tidak ramah,

    tidak mau menolong orang lain dan tidak membiarkan orang lain

    mengetahui bahwa mereka membutuhkan pertolongan. Ada orang yang

    kurang asertif untuk meminta bantuan, atau mereka berfikir bahwa mereka

    seharusnya tidak tergantung dan membebani orang lain, merasa tidak enak

    mempercayakan sesuatu pada orang lain atau tidak tahu siapa yang dapat

    dimintai bantuannya.

    2. Penyedia Dukungan (Provider)

    Individu tidak akan memperoleh dukungan jika penyedia tidak memiliki

    sumber-sumber yang dibutuhkan oleh individu, penyedia dukungan sedang

    berada dalam keadaan stress dan sedang membutuhkan bantuan, atau

    mungkin juga mereka tidak cukup sensitive terhadap kebutuhan orang lain.

    3. Komposisi dan Struktur Jaringan Sosial (Hubungan individu

    dengan keluarga dan masyarakat)

    Hubungan ini bervariasi dalam hal ukuran, yaitu jumlah orang

    biasa dihubungi; frekuensi hubungan, yaitu seberapa sering individu

    bertemu dengan orang tersebut; komposisi, yaitu apakah orang tersebut

    adalah keluarga, teman, rekan kerja, atau lainnya; dan keintiman, yaitu

  • 31

    kedekatan hubungan individu dan adanya keinginan untuk saling

    mempercayai.

    2.3.4 Pengukuran Dukungan Sosial

    Dukungan sosial dapat diungkap dengan skala Interpersonal Support

    Evaluation List (ISEL). Skala ini dikembangkan oleh Cohen, Mermelstein,

    Kamark dan Hoberman (1985). Skala ini dibuat untuk mengukur penilaian

    seseorang akan tersedianya empat dukungan dari dukungan sosial, yaitu

    tangible support, appraisal support, self-esteem support dan belonging

    support.

    Skala ini terdiri dari 40 item yang terdiri dari empat aspek, dimana

    masing-masing aspek terdiri dari 10 item. Alat ukur ini dikembangkan

    dalam bentuk skala Likert berskala 4, dengan menjumlahkan distribusi

    respon sangat tidak setuju sampai sangat setuju. Namun, untuk

    kepentingan penelitian ini, peneliti menggunakan empat kategori

    (alternative) jawaban mulai dari sangat tidak sesuai sampai sangat sesuai.

    2.4 Kerangka Berpikir

    Kepuasan hidup menurut Diener (Bailey, et.al., 2007) merupakan evaluasi

    koginitif yang dinilai secara global dalam kehidupan seseorang.

    Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, kepuasan hidup

    dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, beberapa diantaranya seperti

    individual/kolektif, self-esteem, dan penguasaan perasaan (Yetim, 2003),

    dukungan organisasi dan work-family conflict (Dixon & Sagas, 2007),

  • 32

    etnik/ras, status ekonomisosial, kesehatan dan hubungan sosial (Barger,

    Donoho & Waiment, 2009), dukungan sosial dan optimisme (Yalcin,

    2011).

    Yalcin (2011) menemukan bahwa dukungan sosial dan optimisme

    secara signifikan merupakan prediktor dari kepuasan hidup. Sedangkan

    Bailey et.al. (dalam Yalcin, 2011) menyatakan bahwa dalam beberapa

    tahun terakhir, optimisme telah menerima banyak perhatian dalam menilai

    dan memprediksi kepuasan dengan kehidupan. Berdasarkan penemuan

    Ilhan dan Bailey tersebut, maka peneliti menjadikan optimisme dan

    dukungan sosial sebagai variabel independen (IV) dalam penelitian ini.

    Seperti halnya pada karyawan yang bekerja di hotel, dengan

    jabatan dan tugas yang berbeda-beda pada setiap individunya merupakan

    hal yang sesuai dengan minat (interest) dan kemampuan yang dimiliki oleh

    karyawan tersebut (UU. No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan).

    Namun, bagaimana dengan kehidupan karyawan hotel jika terjadi kasus

    dimana individu menganggap dan memandang dengan sebelah mata

    mengenai jabatan dan tugas yang dimiliki oleh karyawan hotel. Oleh

    karena itu, dalam mencapai tingkat kepuasan hidup yang tinggi, karyawan

    tersebut tentu berhubungan dengan lingkungan yang mereka jalani.

    Dengan optimisme individu akan mempunyai cara pandang yang

    menyeluruh, dan berpikir positif, serta mudah memberikan makna bagi

    diri. Orang-orang yang optimis umumnya memegang hal positif dalam

    masa depan, sedangkan orang-orang yang pesimis umumnya memegang

  • 33

    bias negatif dan asumsi yang masuk akal bahwa perbedaan ini akan

    berhubungan langsung dengan kepuasan hidup.

    Seligman (2006) mengemukakan tiga macam gaya individu dalam

    menjelaskan suatu peristiwa explanatory style, yaitu: 1) Permanence, gaya

    ini menggambarkan bagaimana individu melihat peristiwa yang terjadi

    sebagai peristiwa yang bersifat sementara atau menetap. 2) pervasiveness,

    gaya ini menggambarkan bagaimana individu melihat peristiwa yang

    terjadi berkaitan dengan ruang lingkup sebagai peristiwa yang bersifat

    universal atau spesifik 3) personalization, gaya ini menggambarkan

    bagaimana individu melihat peristiwa yang terjadi (suatu masalah)

    berkaitan dengan sumber dari penyebab peristiwa tersebut meliputi

    internal atau eksternal.

    Selain optimisme, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi

    kepuasan hidup pada karyawan hotel yaitu dukungan sosial. Seperti halnya

    dalam membuat keputusan untuk bekerja di hotel, karyawan perlu

    dukungan sosial dari orang lain. Seperti anggota keluarga, teman, dan

    company (perusahaan). Begitupun halnya dalam mencapai tingkat

    kepuasan hidup yang tinggi, bagi karyawan yang bekerja di hotel hal

    tersebut tentu berhubungan dengan lingkungan keluarga, teman dan

    perusahaan. Dimana keluarga merupakan salah satu hal yang perlu

    diperioritaskan dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan.

    Selanjutnya terdapat empat aspek dukungan sosial. Menurut

    Cohen, et.al. (dalam Yalcin, 2011), ada empat tipe sumber sistem

  • 34

    dukungan sosial, yaitu (a) tangible support atau dukungan nyata, seperti

    uang, barang dan jasa; (b) appraisal support atau dukungan penilaian,

    seperti saran dan masukan dari berbagai masalah pribadi; (c) self-esteem

    support atau dukungan harga diri, seperti pernyataan positif dan evaluasi

    mengenai pencapaian; dan (d) belonging support atau dukungan yang

    dimiliki (pribadi), seperti berbagi kegiatan waktu luang dan memiliki

    seseorang untuk menghabiskan waktu bersama.

    Pada dukungan nyata (tangible support), biasanya dukungan yang

    diberikan itu berupa uang, barang dan jasa. Hal tersebut dapat dilihat dari

    besaran gaji atau upah yang diberikan oleh perusahaan terhadap

    karyawannya. Selanjutnya dukungan penilaian (appraisal support) sangat

    penting juga bagi karyawan dalam hal kualitas hidup. Seperti halnya dalam

    membuat keputusan bagi individu untuk bekerja di hotel. Oleh karena itu,

    saran dan penilaian-penilaian sangat diperlukan bagi karyawan-karyawan

    hotel sehingga akan mempengaruhi kepuasan hidupnya. Begitu juga

    dengan dukungan harga diri (self-esteem support) baik antara karyawan

    dan company (hotel) juga berkontribusi dalam kepuasan hidup

    karyawannya. Hal tersebut mengukur sejauhmana individu merasa puas

    terhadap penghargaan yang diberikan berdasarkan hasil kerja. Setiap

    individu ingin usaha, kerja keras, dan pengabdian yang dilakukannya

    untuk kemajuan perusahaan dihargai dengan semestinya. Dukungan

    lainnya yaitu belonging support hal tersebut berhubungan dengan rekan

    kerja, teman dan keluarga. Dimana mereka dapat meluangkan atau

  • 35

    menyediakan waktunya untuk menghabiskan waktu bersama dengan

    karyawan atau individu tersebut, sehingga hal tersebut akan berpengaruh

    terhadap kepuasan hidupnya.

    Selain optimisme dan dukungan sosial, faktor demografis seperti

    jenis kelamin dapat mempengaruhi kepuasaan hidup seseorang. Pada

    penelitian yang dilakukan oleh Yalcin (2011) ditemukan dalam hasil t-test

    bahwa kepuasan hidup pada mahasiswa perempuan lebih tinggi

    dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki. Sedangkan, ditemukan juga

    bahwa dalam garis gender, para pekerja laki-laki lebih banyak

    mengeluhkan keseimbangan kehidupan pribadi dengan pekerjaan. Orang-

    orang yang bekerja di kantor ingin pihak perusahaan menyadari bahwa

    tiap karyawan memiliki keluarga di rumah, memerlukan jam berkualitas

    bersama pasangan dan anak, serta kesempatan untuk mengaktualisasi diri

    lewat komunitas. Sementara itu, para pekerja perempuan lebih meminta

    penyesuaian preferensi mereka dalam hal gaji, tunjangan, serta bonus.

    Meski demikian, hampir separuh dari total responden mengeluhkan hal

    yang sama, yaitu keseimbangan waktu antara bekerja dan menikmati

    waktu bersama keluarga (www.medanbisnisdaily.com). Asumsi penulis

    tersebut dapat digambarkan melalui gambar di bawah ini:

    http://www.medanbisnisdaily.com/�

  • 36

    Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

    2.5 Hipotesis Penelitian

    Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh IV yang diketahui

    terhadap DV. IV dalam penelitian ini adalah optimisme, dukungan sosial,

    dan jenis kelamin. Sedangkan DV-nya adalah kepuasan hidup (life

    satisfaction).

    Dalam hal ini, IV dari faktor demografis yang bersifat kategorik

    yaitu jenis kelamin tidak peneliti masukkan ke dalam hipotesis mayor

    karena IV tersebut bersifat kategorik sehingga analisisnya dilakukan

    secara terpisah dan hanya dimasukkan ke dalam hipotesis minor.

    Jenis Kelamin

    Optimisme

    Dukungan Sosial

    Kepuasan Hidup

    (Life Satisfaction)

    Permanence

    Pervasiveness

    Personalization

    Tangible

    Belonging

    Self-esteem

    Appraisal

  • 37

    Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka hipotesis penelitian ini

    dapat dirumuskan sebagai berikut:

    1. Hipotesis Mayor

    H : Ada pengaruh yang signifikan optimisme dan dukungan sosial

    serta jenis kelamin terhadap kepuasan hidup karyawan hotel.

    2. Hipotesis Minor

    H1 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi optimisme permanence

    terhadap kepuasan hidup karyawan hotel.

    H2 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi optimisme pervasiveness

    terhadap kepuasan hidup karyawan hotel.

    H3 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi optimisme personalization

    terhadap kepuasan hidup karyawan hotel.

    H4 : Ada pengaruh yang signifikan antara tangible support terhadap

    kepuasan hidup karyawan hotel.

    H5 : Ada pengaruh yang signifikan antara appraisal support terhadap

    kepuasan hidup karyawan hotel.

    H6 : Ada pengaruh yang signifikan antara self-esteem support terhadap

    kepuasan hidup karyawan hotel.

    H7 : Ada pengaruh yang signifikan antara belonging support terhadap

    kepuasan hidup karyawan hotel.

    H8 : Ada pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin terhadap

    kepuasan hidup karyawan hotel.

  • 38

    BAB 3

    METODE PENELITIAN

    Dalam bab metode penelitian ini dibahas mengenai populasi dan sampel, teknik

    pengambilan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen

    pengumpulan data, uji validitas konstruk, teknik analisis data dan prosedur

    penelitian.

    3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

    3.1.1 Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di hotel

    bintang tiga yang terletak di Mampang, Jakarta Selatan. Dimana peneliti

    mengambil populasi pada karyawan yang bekerja di Hotel Maharadja

    berjumlah 213 karyawan.

    3.1.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

    Dari 200 kuesioner yang disebarkan, hanya 149 kuesioner yang

    dikembalikan dan semua kuesioner tersebut layak untuk diolah. Maka,

    sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 149

    responden.

    Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah non-probability sampling dimana peluang untuk terpilihnya

    anggota populasi untuk menjadi sampel tidak diketahui. Dengan

    menggunakan metode judgemental sampling dimana instrumen atau

  • 39

    kuesioner disebarkan kepada para karyawan, sesuai dengan karakteristik

    yang diterapkan oleh peneliti. Adapun karakteristik subjek penelitian ini

    adalah:

    a. Subyek wanita dan pria yang bekerja di hotel

    b. Subyek bekerja di hotel baik dalam Front Office Department,

    Housekeeping Department, Food & Baverage Department, Accounting

    Department, Engineering Department dan Personel Department.

    3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

    3.2.1 Variabel Penelitian

    Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    1. Kepuasan hidup

    2. Optimisme (permanence (X1), pervasiveness (X2), dan personalization

    (X3

    3. Dukungan sosial (Dukungan Praktis (Tangible support) (X

    ).

    4),

    Dukungan Penilaian atau Informasi (appraisal support) (X5), Dukungan

    Harga Diri (self-esteem support) (X6), Dukungan Belonging (belonging

    support) (X7

    4. Jenis Kelamin (X

    ).

    8

    Dalam penelitian ini yang berperan sebagai variabel terikat yaitu

    kepuasan hidup. Variabel bebas yang pertama adalah optimisme dengan

    tiga dimensi (permanence, pervasiveness, dan personalization). Variabel

    bebas kedua yaitu dukungan sosial dengan empat dimensi (Tangible

    )

  • 40

    support, appraisal support, self-esteem support, dan belonging support).

    Dan variabel demografi yang turut diteliti adalah jenis kelamin.

    3.2.2 Definisi Operasional Variabel

    a. Kepuasan Hidup (life satisfaction)

    Kepuasan hidup adalah penilaian atau evaluasi kognitif, dimana individu

    mengevaluasi kualitias hidup mereka berdasarkan kriteria tertentu dan

    dinilai secara global dengan menikmati pencapaian-pencapaian yang telah

    didapat atau diraih yang diukur dengan skala kepuasan hidup.

    b. Optimisme

    Optimisme merupakan suatu pandangan secara menyeluruh akan suatu

    harapan dan kejadian (peristiwa) dengan berpikir positif dan memaknai

    akan segala sesuatunya berjalan menuju ke arah yang baik terutama untuk

    masa yang akan datang yang diukur dengan skala optimisme melalui tiga

    aspek yaitu permanence, pervasiveness, dan personalization.

    c. Dukungan Sosial

    Dukungan sosial merupakan dukungan yang diterima individu dari orang-

    orang tertentu yang berada dalam kehidupannya dan berada dalam

    lingkungan sosial tertentu sehingga individu tersebut merasa diperhatikan,

    dihargai dan dicintai yang diukur dengan skala optimisme melalui empat

    aspek yaitu tangible support, appraisal support, self-esteem support dan

    belonging support.

  • 41

    3.3 Instrumen Pengumpulan Data

    3.3.1 Teknik pengumpulan data

    Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari empat bagian.

    Pertama, bagian yang mengungkapkan diri responden. Kedua, bagian yang

    mengungkap kepuasan hidup (life satisfaction). Ketiga bagian yang

    mengungkap optimisme dan keempat mengungkap tentang dukungan

    sosial. Untuk model skala, peneliti menggunakan model skala likert,

    dimana variabel penelitian dijadikan sebagai titik tolak penyusunan item-

    item instrumen.

    Adapun cara responden memberikan jawaban terhadap skala likert

    ini adalah dengan menggunakan tanda ceklis (√) pada salah satu

    alternative jawaban berkisar antar 1 sampai 4 untuk item positif

    (favorable). Skor untuk jawaban sangat sesuai (SS) = 4, sesuai (S) = 3,

    tidak sesuai (TS) = 2, sangat tidak sesuai (STS) = 1 dan sebaliknya untuk

    item negatif (unforable) yaitu, jawaban sangat sesuai (SS) = 1, sesuai (S) =

    2, tidak sesuai (TS) = 3, sangat tidak sesuai (STS) = 4. Skala dalam

    penelitian ini terdapat 4 kategori jawaban dan masing-masing kategori

    memiliki nilai tertentu.

    3.3.2 Alat Ukur Penelitian

    3.3.2.1 Skala Kepuasan Hidup

    Skala kepuasan hidup yang digunakan secara umum adalah Satisfaction

    With Life Scale (Diener et. al., 1985). Skala ini terdapat 5 item dan

    menggunakan skala Likert dimana terdapat tujuh alternatif jawaban untuk

  • 42

    setiap item, yaitu mulai dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak

    setuju. Skor total didapatkan dengan menjumlah skor per item. Skor total

    dipandang sebagai tingkat kepuasan hidup.

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Satisfaction With Life

    Scale. Peneliti memodifikasi skala tersebut dengan menerjemahkan dan

    menyesuaikan item agar mudah dipahami oleh responden dalam penelitian

    dan hanya menggunakan empat kategori (alternative) jawaban. Peneliti

    menggunakan empat kategori (alternative) jawaban agar analisis dapat

    dilakukn dengan baik. Sehingga hal tersebut dilakukan untuk menghindari

    responden yang memilih jawaban “aman” dan secara netral, dan supaya

    responden memilih kecenderungan ke salah satu jawaban bukan ditengah-

    tengah (kalau menggunakan lima atau tujuh kategori).

    Tabel 3.1 Blue Print Skala Kepuasan Hidup No. Komponen/

    Aspek Indikator Item

    Fav Unfav Total

    1. Kepuasan hidup - Membuat penilaian kepuasan berdasarkan pertimbangan yang matang

    - Membuat keputusan dengan tujuan hidup yang dimiliki

    1, 2, 3, 4

    5

    5

    Julmah 4 1 5

    3.3.2.2 Skala Optimisme

    Skala Optimisme yang dapat digunakan secara umum salah satunya adalah

    Life Orientation Test-Revised (LOT-R) yang telah disusun oleh Scheiver,

    Carver dan Bridges (1994) yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya

    (= 0.70 sampai = 0.80). Skala ini berjumlah 10 item, dan pada skala asli

  • 43

    terdapat lima pilihan jawaban, yaitu dari sangat tidak setuju sampai sangat

    setuju.

    Namun, untuk kepentingan penelitian ini, karena skala tersebut

    tidak terdapat aspek-aspek didalamnya, maka peneliti akan menggunakan

    skala yang disusun oleh peneliti berdasarkan dimensi-dimensi dari

    optimisme yaitu permanence, pervasiveness, dan personalization dengan

    menggunakan empat kategori (alternative) jawaban. Beberapa item dari

    optimisme dimodifikasi dari skala optimisme yaitu Life Orientation Test-

    Revised (LOT-R).

    Tabel 3.2 Blue Print Skala Optimisme

    No. Komponen/ Aspek Indikator Item Fav Unfav

    Jumlah

    1. Permanence

    - Melihat peristiwa buruk sebagai suatu hal yang hanya bersifat sementara

    - Melihat hal yang baik sebagai suatu hal yang bersifat menetap

    1, 2, 3 4, 5, 7 6

    7

    2. Pervasiveness

    - Menjelaskan hal yang baik diakibatkan oleh faktor yang bersifat universal

    - Membuat penjelasan yang spesifik dari kejadian yang buruk

    8, 10, 15 11 12, 13 14

    7

    3. Personalization

    - Menganggap hal yang baik merupakan hal yang disebabkan oleh faktor internal

    - Menganggap hal yang buruk sebagai hal yang disebabkan oleh faktor eksternal

    9, 16 18 17 20 19, 21

    7

    Jumlah 13 8 21

  • 44

    3.3.2.3 Skala Dukungan Sosial

    Dukungan sosial dapat diungkap dengan skala Interpersonal Support

    Evaluation List (ISEL). Skala ini dikembangkan oleh Cohen, Mermelstein,

    Kamark dan Hoberman (1985). Skala ini dibuat untuk mengukur penilaian

    seseorang akan tersedianya empat dukungan dari dukungan sosial, yaitu

    tangible support, appraisal support, self-esteem support dan belonging

    support.

    Tabel 3.3 Blue Print Skala Dukungan Sosial

    No. Komponen/ Aspek

    Indikator Item Fav Unfav

    Jumlah

    1. Tangible Support - Dukungan yang diterima dalam tindakan (jasa)

    - Dukungan yang diterima dalam bentuk materi (barang dan uang)

    2, 16, 9, 14, 18, 33 29, 39 23 35

    10

    2. Appraisal Support

    - Dukungan yang diterima dalam memecahkan masalah/solusi dari berbagai masalah pribadi

    - Dukungan yang diterima dengan memberikan saran dan masukan dari berbagai masalah pribadi

    1, 11, 6, 17, 26 19, 22, 30, 36 38

    10

    3. Self-esteem support

    - Dukungan yang diterima dimana individu merasakan adanya perasaan positif akan dirinya

    - Dukungan yang diterima berupa evaluasi mengenai pencapaian pada individu tersebut

    4, 8, 24, 40 20 32, 37 3, 13, 28,

    10

    4. Belonging Support

    - Dukungan yang diterima dalam berbagi pada waktu luang

    - Dukungan yang diterima dalam melakukan suatu kegiatan untuk menghabiskan waktu bersama (hiburan/rekreasi)

    5, 7, 10, 25 31 12, 21 15, 27 34

    10

    Jumlah 21 19 40

  • 45

    Skala ini terdiri dari 40 item yang terdiri dari empat aspek, dimana

    masing-masing aspek terdiri dari 10 item. Alat ukur ini dikembangkan

    dalam bentuk skala Likert berskala 4, dengan menjumlahkan distribusi

    respon sangat tidak sesuai sampai sangat sesuai.

    Namun, untuk kepentingan penelitian ini, peneliti menggunaan

    item-item yang diadaptasi dari skala Interpersonal Support Evaluation List

    (ISEL) yang terdiri dari empat aspek, dimana masing-masing aspek terdiri

    dari 10 item dengan menggunakan empat kategori (alternative) jawaban.

    3.4 Uji Validitas Konstruk

    Sebelum melakukan analisis data, peneliti melakukan pengujian terhadap

    validitas konstruk ketiga instrument yang dipakai, yaitu 1) Kepuasan

    Hidup; 2) Optimisme; dan 3) Dukungan Sosial. Untuk menguji validitas

    konstruk alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti

    menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan bantuan

    software Lisrel 8.70. Adapun logika dari CFA (Umar, 2011) :

    1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan

    secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan

    untuk mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan

    pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon

    atas item-itemnya.

  • 46

    2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga

    tiap subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun

    subtes bersifat unidimensional.

    3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks

    korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang

    unidimensional. Matriks korelasi ini disebut sigma (∑), kemudian

    dibandingkan dengan matriks dari data empiris, yang disebut matriks S.

    Jika teori tersebut benar (unidimensional) maka tentunya tidak ada

    p