interpersonal terhadap keterampilan membaca …
TRANSCRIPT
1
INTERPERSONAL TERHADAP
KETERAMPILAN MEMBACA BAHASA INGGRIS ULFI RAHMI
Jakarta International Islamic Secondary School
Mulyadi
Program Pascasarjana
Universitas Islam Jakarta
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak gaya belajar terhadap keterampilan bahasa Inggris siswa, dan untuk mengetahui pengaruh IQ siswa terhadap keterampilan membaca siswa dalam bahasa Inggris. Selanjutnya, untuk menentukan dampak gaya belajar dan kecerdasan pribadi pada keterampilan membaca bahasa Inggris untuk siswa. Metode pencarian yang digunakan adalah eksperimen. Ukuran sampel adalah 60 siswa, terdiri dari 30 siswa eksperimen dan 30 siswa yang terlibat, dan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster sampling. Uji hipotesis menggunakan pengujian ANOVA dua arah. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Ada pengaruh yang signifikan dari gaya belajar pada keterampilan membaca bahasa Inggris untuk siswa SMA Islam Internasional Jakarta. Terlihat dari Sig. = 0,018 <0,05 dan Fhitung = 5,964 2) Ada pengaruh yang signifikan pada tingkat kecerdasan pribadi dalam keterampilan membaca dalam bahasa Inggris di antara siswa Jakarta Selatan di tingkat menengah khusus. Ini dibuktikan oleh Sage. = 0,000 <0,05 dan Fcount = 28,763 3) Ada efek interaktif yang penting dari metode pembelajaran dan kecerdasan pribadi pada keterampilan membaca dalam bahasa Inggris di antara siswa Jakarta International Islamic Secondary School. Ini dibuktikan oleh Sage. = 0,00 <0,05 dan Hitung = 14,492. Upaya untuk meningkatkan keterampilan membaca bahasa Inggris dapat diterapkan melalui: metode pembelajaran PQRST, meningkatkan kecerdasan siswa di antara siswa. Kata Kunci : Gaya belajar, kecerdasan pribadi, keterampilan membaca dalam bahasa Inggris
A. Latar Belakang
Belajar bahasa Inggris dari sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah
(SMA), siswa dan siswa diharapkan dapat menguasai bahasa Inggris dengan baik
2
dan dapat bersaing di kancah internasional. Namun kenyataannya yang terjadi di
lapangan, masih banyak siswa yang kesulitan memahami dan menggunakan
bahasa Inggris. Ini diilustrasikan oleh rendahnya pencapaian hasil belajar siswa
pada akhir semester. Berdasarkan pengetahuan saya (6 Januari), ada empat faktor
yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa dalam bahasa Inggris:
1. Keinginan rendah dan antusiasme siswa dalam belajar bahasa Inggris
2. Dalam proses belajar dan mengajar, penguasaan bahasa akan lebih
efektif jika didukung oleh proses mental yang kuat
3. Siswa harus mahir dalam mata pelajaran yang mudah diajarkan.
4. Diharapkan bahwa guru akan dapat menerapkan metode atau sistem
yang benar untuk mengajarkan mata pelajaran kepada siswa, sehingga
mudah dipahami dan dipahami.
Siswa harus mengetahui dan menguasai mata pelajaran yang diberikan
oleh guru sesuai dengan kurikulum yang ditentukan. Bahasa Inggris (atau seni
bahasa dan keterampilan bahasa) dalam kurikulum sekolah mencakup empat
aspek: keterampilan menyimak / menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan
membaca, dan keterampilan menulis. Masing-masing keterampilan ini terintegrasi
satu sama lain, dan bahkan dalam proses belajar mengajar, keempat keterampilan
(keterampilan) tidak dapat dipisahkan.
Membaca adalah salah satu kegiatan intensitas tinggi dalam belajar bahasa
Inggris. Keterampilan membaca adalah keterampilan paling dasar yang harus
dikuasai siswa dalam proses pembelajaran. Keterampilan membaca adalah
keterampilan yang tidak hanya membutuhkan kemampuan untuk mengetahui kata
untuk kata atau frasa, tetapi kemampuan untuk memahami informasi secara rinci,
kemampuan untuk menemukan ide-ide utama dari teks bacaan dan untuk
menafsirkan makna dalam teks bacaan.
Pemahaman membaca adalah kompetensi yang diharapkan dapat dicapai
oleh siswa SMA / MTS dalam setiap kegiatan membaca. Dalam Peraturan
Menteri Pendidikan tentang Standar Konten (2006: 290), ditetapkan bahwa
standar kemahiran membaca dalam Bahasa Inggris untuk Bab 8 Bab 8 mampu
memahami makna dalam esai pendek sederhana dalam bentuk penghitungan ulang
dan narasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Secara umum, siswa mengalami kesulitan dalam keterampilan membaca
bahasa Inggris. Siswa menganggap sulit membaca dan memahami teks bahasa
Inggris. Membaca dan memahami teks bahasa Inggris tidak semudah membaca
teks bahasa Indonesia. Menurut Nurhadi (1987: 10), "Membaca adalah hal yang
kompleks dan kompleks."
Ada beberapa cara untuk belajar membaca bahasa Inggris. Salah satu cara
untuk belajar membaca bahasa Inggris adalah PQRST (Pratinjau, Pertanyaan,
Baca, Negara, Tes).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan poin di atas, pernyataan masalah berbunyi sebagai berikut:
3
1. Apakah ada dampak metode pembelajaran pada keterampilan membaca
bahasa Inggris siswa sekolah menengah swasta di Jakarta Selatan
2. Apakah ada dampak pada kecerdasan pribadi pada keterampilan membaca
bahasa Inggris untuk siswa sekolah menengah swasta di Jakarta Selatan
3. Apakah ada dampak interaktif dari gaya belajar dan kecerdasan pribadi pada
keterampilan membaca bahasa Inggris untuk siswa sekolah menengah
swasta di Jakarta Selatan
C. Landasan Teori
1. Metode PQRST
Membaca adalah salah satu dari empat keterampilan yang harus dimiliki dan
dikuasai siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam membaca, siswa dituntut
tidak hanya untuk mengenali menulis membaca, tetapi juga untuk memahami
konten dan mendapatkan informasi tertentu dari menulis. Membaca Intensif
(Intensive Reading) adalah salah satu cara yang dapat membantu siswa
memahami dan mendapatkan informasi umum. Salah satu metode membaca
yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar adalah PQRST (Preview,
Question, Reading, State and Test). Staton (1954). Berdasarkan Staton dalam
Widyamartaya (1998: 63), ia menjelaskan bahwa metode PQRST adalah
langkah dalam pembelajaran yang dapat membantu siswa meningkatkan
keterampilan membaca, dimulai dengan pratinjau, pertanyaan, membaca dan
fase negara), dan ujian (tes).
A. Pratinjau
Pratinjau adalah langkah pertama atau pertama dalam metode PQRST. Pada
tahap ini, siswa akan ditanya tentang informasi umum dalam membaca.
Siswa akan diminta untuk memahami judul paragraf, beberapa gambar
dalam membaca, bagan dan lain-lain sebagian. Kegiatan ini bertujuan untuk
memperoleh informasi umum dalam membaca. Untuk mengetahui hal ini
cukup dengan membaca secara umum (membaca sekilas).
B. Pertanyaan
Langkah selanjutnya adalah bertanya, pada titik ini, siswa akan diminta
untuk memberikan beberapa pertanyaan tentang informasi yang lebih
terperinci terkait dengan teks atau bacaan yang umumnya mereka baca
(membaca sekilas) sebelumnya.
C. Baca
Tahap ketiga dalam metode PQRST adalah membaca, di mana siswa akan
membaca teks atau bacaan yang disediakan untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan yang sebelumnya diajukan.
D. Negara
Pada tahap ini, siswa diberi kesempatan untuk meringkas atau mengutip isi
paragraf atau bacaan yang telah mereka baca secara rinci.
C. 5) Pengujian
Tahap terakhir dalam metode PQRST adalah ujian, setelah siswa selesai
membaca dan memahami bacaan atau paragraf yang disediakan, maka
mereka diberi kesempatan untuk menjawab semua pertanyaan yang
4
disajikan pada tahap sebelumnya. Langkah ini sangat berguna untuk
mempelajari bagaimana siswa memahami dan memahami materi bacaan.
Sejalan dengan pendapat Thomas F. Staton, dalam The Liang Gie (1994:
78), menyatakan bahwa metode PQRST terdiri dari lima tahap, yaitu: (a)
Meninjau tahapan ini, siswa dapat memahami membaca hanya dengan
membaca kalimat pertama dari subjek membaca dan membaca pada awal
dan akhir paragraf; Kesimpulan Di akhir bacaan, siswa akan dibantu untuk
memahami gambaran keseluruhan bacaan yang akan mereka pelajari. (B)
Pertanyaan Tahap kedua adalah pertanyaan. Siswa akan diminta untuk
mengirimkan beberapa pertanyaan terkait dengan teks. (C) Membaca Dalam
membaca, siswa harus aktif dalam menanggapi ide atau wacana dalam
membaca. (D) Mandat Pada tahap ini, siswa diharapkan dapat menarik
kesimpulan menggunakan bahasa mereka sendiri berdasarkan teks atau
bacaan yang telah dibaca atau dipahami. (E) Siswa diuji pada tahap ini
untuk memahami teks yang mereka baca.
2. Teori Keterampilan Membaca Bahasa Inggris.
A. Definisi membaca bahasa Inggris
Keterampilan Membaca (Reading Skills) adalah salah satu dari
empat keterampilan bahasa Inggris yang harus dikuasai siswa. Melalui
keterampilan membaca, siswa dapat memperoleh banyak informasi
berguna dalam kehidupan mereka. Menurut Hugson, dalam Tarigan
(1993: 7), membaca adalah proses memperoleh informasi melalui surat
atau tulisan yang diberikan oleh penulis kepada pembaca.
Pendapat serupa diungkapkan dalam www.readingmatrix.com yaitu:
Membaca adalah proses interaksi antara pembaca dan pembacaan teks
untuk menghasilkan makna dari teks, atau secara umum, membaca
adalah proses menemukan makna atau makna tulisan.
Finochiaro dan Bower dalam Tarigan (1993: 8) menyatakan:
"Membaca adalah proses mendapatkan dan menciptakan makna dari
suatu teks atau teks tertulis." Kita dapat menyimpulkan bahwa
membaca adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menemukan
informasi dan memahami makna dan makna dalam teks atau membaca.
Dalam penjelasan di atas, dijelaskan bahwa membaca adalah
keterampilan yang kompleks (complex skill) dengan beberapa
keterampilan lainnya. Keterampilan membaca dapat dibagi menjadi dua
jenis:
A. Baca dengan keras
B. Membaca diam
Membaca dengan keras berarti membaca dengan mengeluarkan suara
sehingga orang lain dapat mendengarnya. Membaca diam berarti
membaca dan memahami membaca di jantung pembaca. Membaca
diam dapat dibagi menjadi dua bagian:
A. Bacaan komprehensif terdiri dari:
1. Membaca secara umum (membaca scan)
5
2. Mengikis
3. Baca perlahan (baca lambat)
B. Pembacaan intensif terdiri dari:
1. Baca dengan baik dan benar, seperti tanda baca, istilah asing, dll.
(Baca dengan cermat)
2. Membaca dengan memahami maknanya (membaca pemahaman)
3. Baca implikasi membaca (membaca kritis)
4. Membaca untuk menemukan ide utama membaca atau teks
(membaca ide)
a. Pengertian Belajar
Ada banyak pendapat yang diungkapkan oleh para ahli tentang
konsep pembelajaran. Menurut Sumanto (2004: 21), belajar adalah
perubahan perilaku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dll.
Atas dasar Purwoto (1990: 85) belajar adalah perubahan yang
terjadi melalui praktik dan pengalaman, dalam arti bahwa perubahan
yang dihasilkan dari pertumbuhan atau kedewasaan tidak dianggap
pembelajaran, seperti perubahan yang terjadi pada anak. Demikian
pula, Sudjana (2004: 28) berpendapat bahwa belajar tidak dihafal atau
diingat, dan belajar adalah proses yang ditandai oleh perubahan dalam
diri seseorang.
Selain itu, Sahabuddin berpendapat (Abdul Haling, 2007: 2)
bahwa belajar adalah proses yang menyebabkan perilaku baru atau
mengubah perilaku lama sehingga seseorang lebih mampu
memecahkan masalah dan beradaptasi dengan situasi yang dihadapinya
dalam kehidupannya.
Berdasarkan beberapa pandangan yang dijelaskan di atas
mengenai konsep pembelajaran, kita dapat menyimpulkan bahwa
makna adalah perubahan dalam perilaku seseorang (individu) karena
proses aktif yang terjadi melalui latihan dan pengalaman.
Dalam memahami makna pembelajaran dan esensi perubahan
karena belajar, para ahli sepakat atau setidaknya ada kesamaan di
antara mereka dalam masalah-masalah utama. Terlihat atau perilaku
dan pembelajaran dapat dilihat pada perubahan berikut (Muhibbin): 1).
Kebiasaan, 2) keterampilan, 3) observasi, 4) pemikiran asosiatif dan
memori, 5) pemikiran rasional, 6) sikap, 7) hambatan, 8) penghargaan
dan 9) perilaku efektif.
Demikian pula, Catford menyatakan dalam Rangkuti, bahwa
bahasa adalah elemen perilaku terukir, yang merupakan perilaku
terukir. Cara berbicara dan aturan termasuk perilaku terukir.
Setidaknya bahasa itu sendiri adalah hasil dari perilaku terukir.
Pada saat yang sama, menurut teori pembelajaran kognitif,
"belajar adalah perubahan dalam persepsi dan pemahaman. Perubahan
dalam persepsi dan pemahaman tidak selalu mengambil bentuk
perubahan perilaku yang dapat diamati. Selain itu, Gagne,
6
keterampilan manusia, aspirasi Mereka umumnya mengakui bahwa
perkembangan mereka sangat tergantung pada peristiwa yang disebut
pembelajaran.
Kemudian Jean Piaget adalah seorang ahli biologi dan psikolog
yang memiliki kontribusi signifikan untuk memahami perkembangan
intelektual anak-anak, menjelaskan bahwa proses pembelajaran
sebenarnya terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1) Asimilasi adalah proses konsolidasi (mengintegrasikan) informasi
baru ke dalam struktur pengetahuan yang sudah ada dalam pikiran
siswa. Misalnya, untuk siswa yang sudah tahu kosa kata, jika guru
memperkenalkan sebuah kata, proses menggabungkan
pengetahuan kosa kata (yang sudah ada di benak siswa), dengan
membuat kalimat (sebagai informasi baru) disebut asimilasi.
2) Tempat tinggal, yaitu modifikasi struktur kognitif pada posisi
baru. Misalnya, jika siswa diberi masalah membuat kalimat, itu
berarti menggunakan (menerapkan) prinsip membuat kalimat
dalam posisi baru dan spesifik yang disebut perumahan.
3) Ekuilibrium, yaitu adaptasi konstan antara asimilasi dan
akomodasi. Misalnya, agar siswa dapat terus mengembangkan
dan meningkatkan pengetahuannya, orang yang bersangkutan
mempertahankan stabilitas mental dalam dirinya sendiri yang
membutuhkan proses menyeimbangkan "dunia batin" dengan
"dunia luar"
Sedangkan perkembangan kognitif anak-anak, Jean Piaget
dibagi menjadi empat tahap, yaitu tangible, operational, dan
motor indera formal dan tahapan operasional (Ginsburg dan
Opper, 1979: 54).
1) fase sensorik motor (0-2 tahun)
Pada tahap ini, anak mengatur kontrol (indera) dan
tindakannya. Pada awal periode ini, anak tidak memiliki
persepsi hal-hal secara permanen. Ini berarti bahwa anak-anak
tidak dapat mengenali dan menemukan hal-hal, apa pun yang
belum dilihat, disentuh atau tidak didengar. Objek-objek ini
tidak ada meskipun empat tempat lain sudah ada.
2) Pra Operasi (2-7 tahun)
Anak itu dapat sepenuhnya memahami hal-hal, dan dia
benar-benar dapat menemukan hal-hal yang dia butuhkan
bahkan jika dia tidak melihatnya. Anda sudah memiliki
keterampilan bahasa (dengan kata-kata singkat)
3) Tahap operasional konkret (7-11 tahun)
Anak mulai bekerja dan berpikir secara rasional, mampu
membuat keputusan logis yang konkret, dan mampu melihat
dua aspek, misalnya bentuk dan ukuran. Keberadaan
keterampilan klasifikasi dapat mengkategorikan objek menjadi
perangkat dan logis daripada abstrak.
7
Pada tahap ini, ada proses perkembangan penting pada anak
menuju aspek-aspek, seperti: a). Sequencing adalah kemampuan
untuk menentukan urutan objek sesuai dengan ukuran, bentuk,
atau karakteristik lainnya. B). Transiivitas adalah kemampuan
untuk memahami hubungan logis antara elemen-elemen yang
diatur secara tertib. C) Klasifikasi, yaitu kemampuan untuk
mengidentifikasi sekelompok objek berdasarkan karakteristik yang
mereka miliki. D). Kerusakan terjadi ketika seorang anak mampu
memperhatikan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam
menyelesaikan suatu masalah. E). Reflektabilitas adalah
kemampuan anak untuk melakukan kegiatan mulai dari belakang
atau tahap akhir. Pada saat ini, anak sudah dapat memikirkan suatu
peristiwa berdasarkan kejadian terakhir yang dilihatnya. F).
Menghilangkan sifat egois adalah kemampuan untuk menerima
sudut pandang orang lain meskipun pandangan itu tidak benar. G).
Kemampuan untuk memecahkan masalah secara konkret atau
dalam bentuk kegiatan nyata. (Ibid .: 39-40)
4) Fase operasional resmi (11-15 tahun)
Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman aktual aktual
sebagai pembenaran. Mereka dapat menghasilkan situasi
imajiner, kemungkinan virtual, atau saran dan logika yang
benar-benar abstrak.
Oleh karena itu, ahli teori kognitif yang mempelajari
psikologi kognitif menyimpulkan bahwa salah satu faktor kunci
yang memengaruhi keberhasilan belajar di kelas adalah faktor
kognitif yang dimiliki siswa. Faktor kognitif adalah jendela
untuk memperkenalkan berbagai pengetahuan yang diperoleh
siswa melalui kegiatan belajar mandiri dan kegiatan belajar
kelompok.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah kegiatan atau usaha oleh siswa untuk
mendapatkan perubahan perilaku baru secara keseluruhan, yang
secara sengaja dirasakan dan bahwa perubahan ini relatif
menetap dan membawa efek positif dan manfaat bagi siswa
dalam berinteraksi dengan lingkungan mereka.
3. Hakikat Kecerdasan Interpersonal
A. Kecerdasan Pribadi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kecerdasan adalah
masalah kecerdasan, tindakan cerdas, perkembangan pikiran
yang ideal (seperti kecerdasan, ketajaman mental). Kecerdasan
adalah kecerdasan yang membutuhkan pemberdayaan otak,
jantung, dan tubuh serta mengaktifkan manusia untuk
berinteraksi secara fungsional dengan orang lain.
Kecerdasan pribadi atau bisa juga dikatakan kecerdasan
sosial, sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang untuk
8
membangun hubungan, membangun hubungan dan menjaga
hubungan sosial sehingga kedua belah pihak berada dalam
situasi win-win atau menguntungkan. Kecerdasan pribadi adalah
kemampuan untuk memahami dan merasakan emosi, intens,
motivasi, kepribadian, suasana hati orang lain, kepekaan dalam
ekspresi wajah, suara, dan sinyal dari orang lain, ketika mereka
memasuki kecerdasan ini.
Kecerdasan pribadi adalah kemampuan untuk
berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar kita. Kecerdasan
ini adalah kemampuan kita untuk memahami dan mengantisipasi
perasaan, suasana hati, suasana hati, niat dan keinginan orang
lain dan merespons dengan tepat. Kecerdasan pribadi mengacu
pada spektrum yang meluas dari perasaan langsung keadaan
batin orang lain hingga memahami perasaan dan pikiran mereka.
Individu dengan kecerdasan pribadi yang tinggi, tentu saja,
memiliki karakteristik yang berbeda dari individu yang tidak
memiliki kecerdasan pribadi. Dalam buku kecerdasan pribadi,
Safaria menyebutkan karakteristik anak-anak dengan kecerdasan
pribadi yang tinggi, yaitu:
1. Kemampuan untuk mengembangkan dan menciptakan
hubungan sosial baru secara efektif
2. Mampu berempati dengan orang lain atau sepenuhnya
memahami orang lain
3. Memu mampu menjaga hubungan sosial secara efektif agar
tidak lenyap seiring berjalannya waktu dan terus tumbuh
semakin intim / mendalam / penuh makna.
4. Kemampuan untuk mencapai komunikasi verbal dan non-
verbal yang diangkat oleh orang lain, atau dengan kata lain
peka terhadap perubahan dan tuntutan sosial.
5. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi
dalam hubungan sosial dengan pendekatan win-win dan yang
paling penting adalah mencegah munculnya masalah dalam
realitas sosial.
6. Memiliki keterampilan komunikasi yang mencakup
keterampilan mendengarkan yang efektif, berbicara yang
efektif, dan menulis yang efektif. Termasuk kemampuan
untuk menampilkan penampilan fisik sesuai dengan
persyaratan lingkungan sosial.
B. Dimensi kecerdasan pribadi
Menurut Anderson di Safari, kecerdasan pribadi memiliki
tiga dimensi utama:
1) Sensitivitas sosial
Kemampuan untuk merasakan dan mengamati reaksi atau
perubahan pada orang lain muncul secara verbal dan non-
verbal. Anak-anak dengan sensitivitas tinggi akan dengan
9
mudah memahami dan menyadari beberapa reaksi dari orang
lain.
Berikut ini adalah indikator sensitivitas sosial menurut
Safari:
• Sikap empati
Empati adalah pemahaman kita tentang orang lain
berdasarkan perspektif, perspektif, kebutuhan, dan
pengalaman mereka. Karena itu, empati diperlukan dalam
proses sosialisasi untuk menciptakan hubungan yang saling
menguntungkan dan bermakna.
• Sikap sosial
Prosocial adalah pekerjaan moral yang perlu
dilakukan secara budaya, seperti berbagi, membantu
seseorang yang membutuhkan, berkolaborasi dengan orang
lain, dan mengekspresikan empati.
2) Wawasan Sosial
Kemampuan seseorang untuk memahami dan
memecahkan masalah yang efektif dalam interaksi sosial,
sehingga tidak menghalangi masalah-masalah ini apalagi
menghancurkan hubungan sosial yang telah dibangun. Ini
juga mencakup kemampuan untuk memahami sikap sosial
dan etika sosial sehingga anak-anak dapat beradaptasi
dengan sikap itu.
Landasan dasar dari wawasan sosial ini adalah untuk
mengembangkan kesadaran diri anak-anak juga. Kesadaran
diri yang tumbuh ini akan memungkinkan anak-anak untuk
memahami kondisi internal dan eksternal mereka seperti
kesadaran mereka akan emosi yang muncul, atau
penampilan cara mereka sendiri berbicara, berbicara dan
nada suara.
Indikator wawasan sosial adalah:
• Kesadaran diri
Kesadaran diri mampu memahami dan menjalani
seluruh keberadaannya di dunia seperti realisasi
keinginannya, kesadaran diri mampu mewujudkan dan
menjalani seluruh keberadaannya di dunia seperti
realisasi keinginannya, cita-cita, harapan dan tujuan
masa depan. Sangat penting bahwa anak-anak sadar akan
kesadaran diri karena kesadaran diri memiliki fungsi
kontrol dan kontrol diri.
• Memahami sikap sosial dan etika sosial
Untuk berperilaku normal, harus diperhatikan
situasi dan moralitas sosial. Pemahaman ini mengatur
perilaku yang harus diterapkan dan perilaku yang
dilarang. Aturan-aturan ini mencakup banyak hal seperti
10
bagaimana mengunjungi moralitas, berteman, makan,
bermain, meminjam, meminta bantuan, dan banyak lagi.
• Keterampilan pemecahan masalah.
Dalam menangani konflik pribadi, keterampilan
pemecahan masalah diperlukan. Semakin banyak
penyelesaian masalah yang dimiliki anak, semakin besar
kemampuan anak untuk memecahkan masalah, dan
semakin positif hasil dari penyelesaian konflik pribadi.
3) Komunikasi sosial
Menguasai keterampilan komunikasi sosial adalah
kemampuan individu untuk menggunakan proses
komunikasi untuk menciptakan dan membangun hubungan
interpersonal. Dalam proses menciptakan, membangun dan
memelihara hubungan sosial, maka seseorang
membutuhkan plug. Tentu saja cara yang digunakan adalah
melalui proses komunikasi, yang meliputi komunikasi
verbal dan non-verbal dan komunikasi melalui penampilan
fisik.
Keterampilan komunikasi yang akan dikuasai adalah
keterampilan mendengarkan yang efektif, keterampilan
berbicara yang efektif, keterampilan berbicara, dan
keterampilan menulis yang efektif (Safaria, Triantoro
2005).
D. Hipotesis Penelitian
Dari kata-kata masalah dan mental di atas, hipotesis penelitian
diasumsikan sebagai berikut:
1. Ada dampak yang signifikan dari metode pembelajaran pada
keterampilan membaca dalam bahasa Inggris.
2. Ada pengaruh yang signifikan terhadap kecerdasan pribadi siswa pada
keterampilan membaca bahasa Inggris.
3. Ada pengaruh interaktif yang signifikan dari gaya belajar dan
kecerdasan pribadi pada keterampilan membaca bahasa Inggris.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif untuk eksperimen
dengan ANOVA dua arah (pengobatan dengan terapi), yaitu dengan
menyediakan berbagai jenis perawatan dalam dua kelompok pembelajaran
siswa.
2. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
desain faktor 2x2, dengan perlakuan eksperimental dengan metode level.
Konstelasi hubungan antar variabel yang menunjukkan masalah dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1
Desain Faktorial 2x2
11
Kecerdasan Interpersonal
(B)
Metode Pembelajaran (A)
Metode
PQRST
(A1)
Metode
Konvensional
(A2)
Tinggi (B1) YA1B1 YA2B1
Rendah (B2) YA1B2 YA2B2
Dengan variable-variabel penelitian adalah
a. Variabel bebas (A) = Metode pembelajaran
b. A1 = Penggunaan metode pembelajaran PQRST
c. A2 = Penggunaan metode pembelajaran konvensional
d. Variabel bebas (B) = Kecerdasan Interpersonal
e. B1 = Siswa yang memiliki Kecerdasan Interpersonal tinggi
f. B2 = Siswa yang memiliki Kecerdasan Interpersonal rendah
g. A1B1 = Keterampilan membaca bahasa Inggris siswa dengan
menggunakan metode pembelajaran PQRST pada siswa yang
memiliki kecerdasan Interpersonal tinggi
h. A2B1 = Keterampilan membaca bahasa Inggris siswa dengan
menggunakan metode pembelajaran Konvensional pada
siswa yang memilki kecerdasan Interpersonal tinggi
i. A1B2 = Keterampilan membaca bahasa Inggris siswa dengan
menggunakan metode pembelajaran PQRST pada siswa yang
memiliki kecerdasan Interpersonal rendah
j. A2B2 = Keterampilan membaca bahasa Inggris siswa dengan
menggunakan metode pembelajaran Konvensional pada
siswa yang memilki kecerdasan Interpersonal rendah.
F. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian ini termasuk semua siswa kelas 8 di Jakarta
International Islamic Secondary School dengan total 575 siswa (lima ratus
tujuh puluh lima).
2. Sampel
Untuk memudahkan peneliti dalam pengumpulan data, peneliti
mengambil sampel menggunakan random sampling. Kelas eksperimen
PQRST terdiri dari 30 siswa sedangkan kelas pajak non-PQRST terdiri
dari 30 siswa.
G. Alat pencarian
Alat dalam penelitian ini terdiri dari keterampilan membaca bahasa
Inggris dan alat kecerdasan pribadi untuk siswa. The English Reading Tool adalah
tes, alat untuk mengumpulkan data tentang kecerdasan pribadi menggunakan
kuesioner dalam bentuk ukuran posisi.
12
Alat untuk keterampilan membaca dalam bahasa Inggris
A. Definisi konseptua
Keterampilan membaca bahasa Inggris dalam penelitian ini adalah
kemampuan siswa untuk memahami teks dan memparafrasakan informasi
tertulis dalam membaca, mengintegrasikan pemahaman baru ke dalam
sistem kognisi, dan mengintegrasikan ke dalam sistem pengetahuan yang
dimiliki oleh pembaca sebelumnya.
B. Definisi operasional
Keterampilan membaca bahasa Inggris adalah hasil keseluruhan dari
jawaban siswa untuk tes keterampilan membaca yang diberi peringkat
berdasarkan indikator keterampilan membaca bahasa Inggris. Ukur
keterampilan membaca bahasa Inggris menggunakan tes penghitungan
teks.
C. Instrumen jaringan
Dari uraian di atas, indikator variabel keterampilan membaca bahasa
Inggris berikut dapat diatur.
Table 2
Kisi-kisi Instrumen Keterampilan membaca bahasa Inggris
Kompetensi
Dasar
Indikator C1
(No soal)
C2
(No soal)
C3
(No soal)
4.14.Menan
gkap makna
teks recount
lisan dan
tulis,
pendek dan
sederhana,
tentang
kegiatan,
kejadian,
peristiwa.
Mengidentifikasi informasi
tertentu dalam teks tersebut
dengan tepat.
5
Mengidentifikasi informasi
tersirat dalam teks tersebut
dengan tepat
9
Mengidentifikasi informasi
rinci dalam teks tersebut
dengan tepat.
7
Mengidentifikasi kata
rujukan dari kata ganti
tersebut dengan tepat
10
Menentukan gambaran umum
isi tes tersebut dengan tepat
6
Menentukan makna kata dari
kata tersebut dengan tepat.
1 , 11
Menentukan tujuan
komunikatif teks tersebut
dengan tepat.
8
Melengkapii kata-kata yang
sesuai di dalam teks
3,4
Menyusun kalimat –kalimat
acak menjadi sebuah paragraf
2
Jumlah semua soal 11
13
H. Instrumen Kecerdasan Interpersonal
1. Definisi Konseptual
Kecerdasan Interpersonal adalah suatu dorongan dalam proses
belajar terhadap diri seseorang dengan melakukan perubahan untuk
mencapai suatu tujuan.
Kecerdasan Interpersonal memiiki peran penting dalam
memberikan gairah, semangat, motivasi dan rasa senang siswa dalam
proses belajar mengajar.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional tingkat kecerdasan Interpersonal adalah skor
total dari kuesioner tentang tingkat kecerdasan Interpersonal yang
disusun berdasarkan indikator variabel Kecerdasan Interpersonal.
3. Kisi-kisi Instrumen
Dari uraian di atas dapat disusun kisi-kisi/indikator variabel
Kecerdasan Interpersonal.
Tabel 3
Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Interpersonal
No Aspek Indikator Nomor Item Jumlah
Positif Negatif
1. Sosial Insight 2. Kesadaran
mengenali perasaan-
perasaan diri sendiri
3. Keterampilan untuk
mengungkapkan
pikiran, perasaan,
pendapat dan
keyakinan
4. Penilaian diri yang
tiggi
5. Mempunyai sikap
kemandirian
6. Memaksimalkan
potensi diri sendiri
1,
3,4
6
8
10
2
5
7
9
11
11
2 Sosial Sensivity Pengetahuan diri
tentang tujuan-tujuan
dan maksud maksud
pribadi
12 14 2
3 Social
Communicatio
n
Pengetahuan diri akan
nilai-nilai pribadi
15 13 2
Jumlah semua soal 8 7 15
14
I. Uji coba Instrumen
1. Pengujian Validasi Instrumen Keterampilan membaca bahasa Inggris
Kesahihan atau validitas butir soal diuji dengan menggunakan koefisien
korelasi point biserial (Safari, 2008 : 73) yaitu dengan rumus sebagai
berikut :
rpbis = 𝑋𝑏−𝑋屴
𝑆𝐷𝑡 √𝑝𝑞
Keterangan :
rpbis = korelasi point biserial
X b = rata-rata skor siswa yang menjawab benar
Xs = rata-rata skor siswa yang menjawab salah
SDt = simpangan baku skor tootal
P = proporsi jawaban benar terhadap semua jawaban siswa
q = 1 – p
Nilai rpbis yang diperoleh dari perhitungan, selanjutnya
dikonsultasikan dengan rtabel product moment.
Hasil uji validitas terhadap 26 butir instrumen tes yang dilakukan
pada 30 siswa diperoleh 11 butir dinyatakan valid, dan 15 butir tidak
valid. Mengeliminir 15 butir yang tidak valid. Berikut adalah hasil
pengujiannya yang dibantu dengan Exel (pearson).
Tabel 4
Hasil Perhitungan Validasi Butir Instrumen
Keterampilan Membaca Bahasa Inggris
No. Item r-bis (Valid) r-tabel Validitas
1 -0,043 0,361 Tidak Valid
2 0,530 0,361 Valid
3 0,342 0,361 Tidak Valid
4 0,081 0,361 Tidak Valid
5 -0,346 0,361 Tidak Valid
6 0,357 0,361 Tidak Valid
7 0,078 0,361 Tidak Valid
8 -0,185 0,361 Tidak Valid
9 0,169 0,361 Tidak Valid
10 0,423 0,361 Valid
11 0,311 0,361 Tidak Valid
12 0,450 0,361 Valid
13 0,358 0,361 Tidak Valid
14 0,395 0,361 Valid
15 -0,086 0,361 Tidak Valid
16 0,251 0,361 Tidak Valid
15
No. Item r-bis (Valid) r-tabel Validitas
17 0,399 0,361 Valid
18 0,113 0,361 Tidak Valid
19 0,357 0,361 Tidak Valid
20 0,013 0,361 Tidak Valid
21 0,623 0,361 Valid
22 0,560 0,361 Valid
23 0,692 0,361 Valid
24 0,620 0,361 Valid
25 0,637 0,361 Valid
26 0,514 0,361 Valid
a. Reliabilitas Instrumen Keterampilan Membaca Bahasa Inggris
Untuk mengetahui koefisien reliabilitas tes soal pilihan ganda
digunakan rumus Kuder Richardson 20 (KR-20) sebagai berikut:
KR – 20 = 𝑘
𝑘−1[1 −
Σ (1−𝑝)
(𝑆𝐷𝑥)2]
Keterangan :
k = Jumlah butir soal
(SDx)2= Varians
P = proporsi jawaban benar
Hasil pengujian dengan menggunakan bantuan program Exel
(pearson) diperoleh koefisien reliabilitas (r-KR) sebesar 0,525.
Berdasarkan tabel klasifikasi reabilitas maka dapat disimpulkan
bahwa instrument tes keterampilan membaca bahasa Inggris sebanyak
11 butir dinyatakan memiliki reliabilitas sedang.
b. Pengujian Tingkat Kesukaran (Difficulty Index)
Soal yang baik adalah yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar, bilangan untuk menunjukkan mudah atau sukarnya suatu soal
disebut indeks kesukaran (P). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00
sampai 1,00. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks
kesukaran yaitu :
P = 𝐵
𝐽𝑆
Dimana :
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya peserta yang menjawab soal dengan benar
JS : Jumlah peserta yang mengikuti tes
Taraf kesukaran tes diklasifikasikan sebagai berikut:
P (0,00 sampai 0,30) = soal kategori sukar
P (0,31 sampai 0,70) = soal kategori sedang
P (0,71 sampai 1,00) = soal kategori mudah
16
Pengujian taraf kesukaran soal hanya dilakukan pada instrumen
keterampilan membaca bahasa Inggris. Analisis tingkat kesukaran soal
keterampilan membaca bahasa Inggris
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran untuk setiap
soal dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5
Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran
Instrumen Keterampilan Membaca Bahasa Inggris
No. Item Tk.Kesukaran Hasil Uji
1 0,433 Sd
2 0,700 Md
3 0,267 Sk
4 0,567 Sd
5 0,667 Sd
6 0,400 Sd
7 0,700 Md
8 0,600 Sd
9 0,733 Md
10 0,567 Sd
11 0,800 Md
12 0,467 Sd
13 0,767 Md
14 0,200 Sk
15 0,700 Md
16 0,300 Sd
17 0,233 Sk
18 0,200 Sk
19 0,400 Sd
20 0,667 Sd
21 0,600 Sd
22 0,200 Sk
23 0,667 Sd
24 0,467 Sd
25 0,733 Md
26 0,833 Md
c. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi)
dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). (Suharsimi
Arikunto, 2012 ; 226).
Uji coba ini melibatkan 30 orang, maka dibagi menjadi dua
kelompok yaitu 15 orang skor teratas sebagai kelompok atas dan 15
orang skor terbawah sebagai kelompok bawah (Arikunto, 2012: 228).
17
Daya pembeda soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut : (Zainal Arifin, 2009: 133)
𝐷𝑃 =�̅�𝐴 + �̅�𝐵
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠
Dimana :
DP = Daya Pembeda
XA = Rata-rata Skor Kelompok Atas
XB = Rata-rata Skor Kelompok Bawah
Berdasarkan hasil perhitungan dengan Exel (pearson), daya
pembeda untuk setiap soal disajikan pada tabel berikut : Tabel 6
Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal
Butir Soal XA XB INDEK DB DP INTERPETASI
1 0,4 0,5 -0,1 B JELEK
2 1 0,5 0,5 T BAIK
3 0,4 0,1 0,3 TP CUKUP
4 0,7 0,6 0,1 B JELEK
5 0,3 0,8 -0,5 B JELEK
6 0,7 0,3 0,4 T BAIK
7 0,7 0,6 0,1 B JELEK
8 0,4 0,8 -0,4 B JELEK
9 0,8 0,6 0,2 TP CUKUP
10 1 0,4 0,6 T BAIK
11 1 0,6 0,4 T BAIK
12 0,8 0,2 0,6 T BAIK
13 0,9 0,6 0,3 TP CUKUP
14 0,4 0,1 0,3 TP CUKUP
15 0,5 0,8 -0,3 B JELEK
16 0,4 0,1 0,3 TP CUKUP
17 0,5 0 0,5 T BAIK
18 0,4 0,2 0,2 TP CUKUP
19 0,7 0,2 0,5 T BAIK
20 0,7 0,7 0 B JELEK
21 0,9 0,2 0,7 T BAIK
22 0,5 0,1 0,4 T BAIK
23 1 0,2 0,8 T BAIK
24 0,8 0 0,8 T BAIK
25 1 0,4 0,6 T BAIK
26 1 0,6 0,4 T BAIK
18
I. Hipotesis Statistik
1. Hipotesis 1
H0 : μA1 = μA2 (Tidak ada pengaruh antara metode
pembelajaran terhadap keterampilan
membaca bahasa Inggris)
H1 : μA1 ≠ μA2 (Terdapat pengaruh antara metode
pembelajaran terhadap keterampilan
membaca bahasa Inggris)
2. Hipotesis 2
H0 : μB1 = μB2 (Tidak ada pengaruh antara Kecerdasan
Interpersonal siswa terhadap keterampilan
membaca bahasa Inggris)
H1 : μB1 ≠ μB2 (Terdapat pengaruh antara Kecerdasan
Interpersonal siswa terhadap keterampilan
membaca bahasa Inggris)
3. Hipotesis 3
H0 : 0. xBAInt (Tidak terdapat pengaruh interaksi antara
metode pembelajaran dan Kecerdasan
Interpersonal siswa terhadap keterampilan
membaca bahasa Inggris)
H1: 0. xBAInt (Terdapat pengaruh interaksi antara metode
pembelajaran dan Kecerdasan
Interpersonal siswa terhadap keterampilan
membaca bahasa Inggris)
J. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1.Hasil Penelitian
a. Pengujian Hipotesis Penelitian
Pengujian Hipotesis penelitian menggunakan analisis varians (ANOVA).
Dalam pengujian hipotesis ini digunakan program SPSS 20 for windows.
Sesudah dilakukan analisis varians dilanjutkan dengan uji Tukey untuk
mengetahui perbedaan antara masing-masing kelompok secara signifikan dan
interaktif antar variabel. Dengan kata lain uji Tukey bertujuan untuk melihat
kelompok sampel mana yang memiliki keterampilan membaca bahasa Inggris
dari penggunaan metode pembelajaran PQRST dibandingkan dengan Metode
Pembelajaran Konvensional yang didasarkan atas tingkat kecerdasan
Interpersonal siswa. Berikut adalah hasil ringkasan analisis data tersebut.
19
20
Tabel 7
Rangkuman Hasil ANOVA
Data Keterampilan Membaca Bahasa Inggris Siswa
terjawab. Adapun penjelasan mengenai table di atas adalah sebagai
berikut:
b.Pengujian Hipotesis 1
Dari pengujian dengan SPSS 20 pada tabel 4.22 didapat nilai sig. =
0, ,018 < 0.05, dan Fh 5,964. Dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak,
sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara
metode pembelajaran bahasa Inggris terhadap keterampilan membaca
bahasa Inggris. Atau dengan kata lain, terdapat perbedaan keterampilan
membaca bahasa Inggris siswa yang menggunakan metode pembelajaran
PQRST dengan yang menggunakan metode konvensional.
b. Pengujian Hipotesis 2
Dari pengujian dengan SPSS 20 pada 4.22 didapat nilai sig
untuk tingkat kecerdasan Interpersonal 0,000 < 0.05, dan Fh 28,763.
Dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak, sehingga dapat
disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan tingkat kecerdasan
Interpersonal terhadap keterampilan membaca bahasa Inggris.
c. Pengujian Hipotesis 3
Dari pengujian dengan SPSS 20 pada tabel 4.22 didapat
nilai sig untuk metode pembelajaran dengan tingkat kecerdasan
Interpersonal 0,000 < 0.05, dan Fh 14,492. Dengan demikian H1
diterima dan H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh
interaktif yang signifikan metode pembelajaran dan tingkat kecerdasan
Interpersonal terhadap keterampilan membaca bahasa Inggris.
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Keterampilan Membaca Bahasa Inggris
Source Type III Sum
of Squares
Df Mean
Square
F Sig.
Corrected
Model 5724,067
a 3 1908,022 16,406 ,000
Intercept 241427,267 1 241427,267 2075,943 ,000
B 3345,067 1 3345,067 28,763 ,000
A 693,600 1 693,600 5,964 ,018
B * A 1685,400 1 1685,400 14,492 ,000
Error 6512,667 56 116,298
Total 253664,000 60
Corrected
Total 12236,733 59
a. R Squared = ,468 (Adjusted R Squared = ,439)
21
K. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh Metode Pembelajaran terhadap keterampilan membaca
bahasa Inggris. Hal ini ditandai dengan nilai sig untuk Metode
Pembelajaran 0,018 <0,05 dan didukung oleh perolehan rata-rata skor
keterampilan membaca bahasa Inggris dengan metode Pembelajaran
PQRST 66,83 yang lebih tinggi dari metode Pembelajaran konvensional
60,03. Fenomena ini menunjukan keterampilan membaca bahasa Inggris
akan meningkat bila siswa diajar dengan metode pembelajaran PQRST..
Penggunaan Metode Pembelajaran PQRST memiliki dampak positif dalam
meningkatkan keterampilan membaca bahasa Inggris. Selain itu, para guru
dituntut untuk memberikan Metode Pembelajaran yang lebih bervariatif.
Dalam penelitian ini Metode Pembelajaran PQRST dapat dijadikan
referensi untuk meningkatkan keterampilan membaca bahasa Ingris. Jadi,
terdapat pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran terhadap
keterampilan membaca bahasa Inggris. Berdasarkan kajian teori dan hasil
eksperimen yang dilaksanakan di SMP International Islamic Secondary
School Jakarta Selatan, maka dapat disimpulkan bahwa jawaban dari
kajian teori dan hasil eksperimen saling mendukung.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Brown, H. Douglas 1980. Principles of Language Learning and Teaching. New
Jersey : Prentice-Hall, Inc.
Dalman. 2013. Keterampilan Membaca. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Faizi, M. 2012. Ragam Metode Mengajarkan Eksakta pada Murid. Yogyakarta:
Diva Press.
Howard Kingsley, The Nature and conditions of Learning, New Jersey : Prentice
Hall Ings Engliwood Clifts, 1957. Hal.45
Indrawati. 06 Januari 2004, Rendahnya Penguasaan bahasa Inggris Mahasiswa
,Suara Pembaruan
Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
22
Jamaris martini, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan,(2010.penerbit
Yayasan Penamas Murni,) p:34
Muhibbin Syah, Psikologi belajar (Edisi Revisi, 5) (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,2006)
Margaret E Gredler .Learning and Instruction Teori dan aplikasi (Edisi
keenam),(Jakarta: Kencana, 2011)h 122
Robert M. Gagne, 1977, The Conditions of Learning. New York: Holt, Rinehart,
and Winston Hal.82
Rooijakkers, 1991.Mengajar Dengan Sukses, Jakarta: Grasindo, hal 73
Rangkuti H.Sofia. Terjemahan dan kaitannya dengan tata Bahasa Inggris, (1999.
Jakarta: Dian Rakya)h.263
Robertus Angkowo. Media Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002)h.47
Sabri, Ahmad.2010. Strategi Belajar Mengajar dan Micro teaching; Jakarta;
Quantum Teaching.
Safari. 2004. Analisis Butir Soal. Jakarta: CV Purnama.
Sanjaya,Wina; Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan;
Jakarta; Kencana Prenada Media group; 2009
Sugiyono; Metode Penelitian Pendidikan; Bandung; Edisi ke sepuluh; Alfabeta
IKAPI; 2010
Supardi dkk; Aplikasi Statistik Dalam Penelitian; Edisi pertama; Jakarta; PT
Ufuk Publishing House; 2012
Supardi, U., S. 2013. Aplikasi Statistika Dalam Penelitian Konsep Statistika Yang
Lebih Komprehensif, (edisi revisi), Jakarta: Change Publication.
Sudjana.2005. Metode Statistika Edisi ke-6. Bandung : Tarsito
Sudjana, N. 1997. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Setiawan, Conny, 1990.Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta : Gramedia, Hal
:6
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2010)h.466-467
Syarif Hidayat, Teori dan Prinsip Pendidikan, (Tangerang: Pustaka Mandiri,
2013, h.82
Safaria, Triantoro, Interpersonal Inteligence: Metode Pengembangan Kecerdasan
Interpersonal, 2005, Amara Books, Jakarta, Hal: 26
23
Tarigan, H.G. 199. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Trihendradi. 2013. Step by Step IBM SPSS 21: Analisis Data Statistik.
Yogyakarta: Abdi Offset.
Wardiman, Artono, Jahur Masduki B dan Djurma, M sukirmanet. 2008. English in
Focus 2 : for Grade VIII Junior High School (SMP/MTs), Edisi 1.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Wasti Sumanto, Strategi Pembelajaran, Bandung: (PT.Rosda Karya. 2004)h. 21
Yusnaeni Lubis, Developing Communicative Proficiency in English as a foreign
language class, (Jakarta: Depdikbud,1998)
Internet:
www.readingmatrix.com/ Metode membaca (diakses tanggal 02 Desember 2017)
Noer, Muhammad. Presentasi Memukau: Bagaimana Menciptakan Presentasi
Luar Biasa. http://www.presentasi.net. (diakses tanggal 28 Maret 2017)
Staton 1954. Factors that influence Reading Comprehension: Developmental and
Instructional Considerations. Florida State University and Florida Center
for Reading Research. Core Knowledge Conference, February,
2006.http://www.fcrr.org