intracranial nana

Upload: daniel-christo

Post on 29-Oct-2015

59 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN NEOPLASMA INTRAKRANIALLaporan ini disusun untuk memenuhi tugasKeperawatan Medikal BedahDosen Pembimbing :Arif Mulyadi, S.Kep.Ns., M.Kep

Disusun oleh:Yudha Ratna Sari 1101300019

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN BLITARDesember 2012

LAPORAN PENDAHULUAN 1. PengertianNoplasma intrakrinal disebut juga sebagai tumor intrakranial. Tumor intrakranial di antaranya lesi desak ruang jinak maupun ganas, yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif. Gangguan neurologis pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua factor, yaitu gangguan fokal karena gangguan dan kenaikan tekanan intrakranial (Muttaqin, 2011).Rumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik ganas maupun tidak. Tumor ganas di susunan saraf pusat adalah semua proses neoplastik yang terdapat dalam ruang intracranial atau dalam kanalis spinalis (Balticaca, 2008).Neoplasma intracranial menurut Ginsberg, 2007 dapat diklasifikaikan sebagai berikut:1. Benigna umumnya ekstra-aksial, yaitu tumbuhnya dari meningen, nervus kranialis, atau struktur lain dan menyebabkan kompresi ekstrinsik pada substansi otak. Walaupun secara histologist jinak. Namun tumor ini dapat mengancam nyawa karena efek desakan massa dalam rongga kranium.2. Maligna umunya intra-aksial yaitu erasal dari parenkim otak: Primer umumnya berasal dari sel glia (glioma) (tumor ini diklasifikasikan maligna karena sifat invasif local, matastasis ekstrakranial sangat jarang, dan dikenali berbagai subtype histologis dan derajat diferensiasi). Sekunder metastasis dari tumor maligna di bagian tubuh lainnya.Tumor otak maligna primer terjadi pada lebih dari separuh neoplasma intracranial dewasa; 1520% tumor intracranial merupakan matastasisi ke otak.Pada tumor intracranial, perjalanan klinis umumnya bersifat kronis dan progresif. Gejala yang timbul dapat bersifat umum akibat TIK yang meninggi, seperti nyeri kepala, dan muntah, ataupun gejala fokal, bergantung pada lokasi tumor.Berikut manifestasi klinik yang dapat muncul dan bergantung pada lokasi tumor ( Dewanto,dkk, 2009) : Lokasi TumorManifestasi Klinis

Lobus frontalis

Kelemahan lengan dan tungkai kontralateral. Perubahan kepribadian : antisocial, kehilangan kemampuan inhibisi, kehilangan inisiatif, penurunan tingkat intelektual (misalnya, dimensia, terutama jika korpus kalosum terlibat).

Lobus temporalis

Afasia sensorik (bila yang terkena lobus temporalis dominan). Gangguan lapang pandang (upper homonymous quadrantanopia).

Lobus parietalis` Gangguan sensorik (bila yang terkena lobus temporalis dominan). Gangguan lapang pandang (lower homonymous quadrantanopia). Jika tumor pada lobus parientalis hemisfer dominan dapat terjadi kebingungan cara membedakan kanan dan kiri, agnosia jari, akalkulia, dan agrafia. Jika tumor pada lobus parientalis hemisfer yang nondominan, dapat terjadi apraksia.

Lobus oksipitalis Gangguan lapang pandang (hemiaopsia homonym).

Korpus oksipitalis Sindrom diskoneksi

Hipotalamus/hipofisis Gangguan endrokin

Batang otak

Penurunan kesadaran Tremor Kelainan gerakan bola mata Abnormalitas pupil Muntah, cegukan (medulla)

Serebelum Ataksia berjalan Tremor intensional Dismetria Disartria Nistagmus

2. Tumor intrakranialPatofisologi

Kenaikan tekanan intrakranialGangguan fokal

Bertambahnya massa dalam tengkorakPerubahan sirkulasi cairan serebrospinalTerbentuknya edema sekitar tumor

Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal

Mekanisme kompensasi dari peningkatan tekanan intrakranialPerubahan suplai darah akibat tekanan akan ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak

hidrosefalus

Hemlasi unkus atau serebelumKehilangan fungsi secara akut sesuai area yang terkena

Tekanan pada daerah dan lintasan motorik di dekat tumorTunor lobus frontalisHerniasi menekan masensefalonKompresi medulla oblongata

Gejala perubahan mental, hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicaraHenti pernapasan,, nausea, muntah proyektilHilangnya kesadaran dan menekan saraf otak

hemiparese

Pola napas tidak efektif, nutrisi kurang dari kebutuhanResiko tinggi trauma, defisit perawatan diriUjung bawah korteks prasentralis

Lobules parasentralis

Kelemahan pada wajah, lidah dan ibu jari

Kelemahan pada kaki dan ekstremitas bawahTraksi dan pergeseran struktur peka nyeri dalam rongga intrakranial

Nyeri kepalaLobus oksipitalis

Lobus parientalis

Serangan kejangPembengkakan papilla saraf optikus

Hilangnya fungsi sensorik kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik, diskriminasi dua titik, grafestesia, kesan posisi, dan stereognosis

Resiko tinggi traumapapiledema

Tumor ventrikel dan hipotalamus

Somnolensia, diabetes insipidus, obesitas, dan gangguan pengaturan suhu

Tumor serebelum

Paliledema dini dan sering menimbulkan nyeri kepala nukal, gangguan pergerakan3. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan FisikB1 (Breathing)Inspeksi pada keadaan lanjut yang disebabkan adanay kompresi pada medulla oblongata didapatkan adanya kegagalan pernapasan. Pada klien tanpa kompresi medulla oblongata pada pengkajian inspeksi pernapasan tidak ada kelainan.Palpasi : palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi : tidak didapatkan bunyi napas tambahan.B2 (Blood)Pada keadaan lanjut yang dusebabkan adanya kompresi pada medula oblongata didapatkan adanya kegagalan sirkulasi. Pada klien tampa kompresi medula oblongata pada pengkajian tidak ada kelainan. Tekanan darah biasanya normal, dan tidak ada peningktan heart rate.B3 (Brain)Tumor intracranial sering menyebabkan berbagai deficit neurologis, bergantung pada gangguan fokal dan adanya peningkatan intracranial. Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian sistem lainnya. Trias klasik tumor otak adalah nyeri kepala, muntah, dan papiledema.Pengkajian Saraf Kranial.Pengkajian ini meliputi pengkajian saraf cranial I-XII. Saraf I. pada klien tumir intrkranial yang tidak mrengalami kompresi saraf ini tidak memiliki kelainan pada fungsi penciuman. Saraf II. Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian tertentu dan lintasan visual.Papiledema disebabkan oleh stasis vena yang menimbulkan pembengkakan papilla safat optikus. Jika terlihat pada pemeriksaan funduskopi, tanda ini mengisyaratkan peningkatan tekanan intrakranial. Sering kali sulit untuk menggunakan tanda ini sebagai diagnosis tumor otak karena pada berberapa individu fundus tidak memperlihatkan edema meskipun tekanan intracranial amy tinggi, menyertai papiledema dapat terjadi gangguan penglihatan, termasuk pembesaran bintik buta dan amaurosis fugaks (saat ketika penglihatan berkurang). Saraf III,IV, dan VI. Adanaya kemampuan unilateral atau bilateral dari saraf VI memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma multiformis. Saraf V. pada keadaan tumor intracranial yang tidak menekan saraf trigeminus, tidak ada kelaianan pada fungsi saraf ini. Pada neurolema yang menekan saraf ini akan didapatkan adanya paralisis wajah unilateral. Saraf VII. Persepsi pengecap dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat. Saraf VIII. Pada neorolema didapatkan adanay tuli persepsi. Tumor lobus temporalis menyebabkan tinnitus dan halusinasi pendengaran yang mungkin diakibatkan iritasi korteks pendengaran temporalis atau korteks yang berbatasan. Saraf IX dan X. kamampuan menelan kurang baik, dan terdapat kesulitan membuka mulut. Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi. Indra pengecapan normal.Pengkajian Sistem MotorikKeseimbnagn koordianasi , lesi serebelum mengakibatkan gangguan pergerakan. Gangguan ini bervariasi, bergantung pada ukuran dan lokasi spesifik tumor dalam serebelum. Gangguan yang paling seriung dijumpai yang kurang mencolok tetapi memiliki karakteristik yang sama dengan tumor serebelum adalah hipotonia (tidak adanya resistensi normal terhadap rengangan atau perpindahan anggota tubuh dari sikap aslinya) dan hiperekstensibilitas sendi. Gangguan dalam koordinasi berpakaian merupakan cirri khas pada klien dengan tumor pada lobus temporalis.Pengkajian Refleks.Gerakan involunter : pada lesi tertentu yang memberikan tekanan pada area fokal kortikal tertentu, biasanya menyebabkan kejang umum, terutama pada tumor oksipital.Pengkajian Sistem Sensorik.Mungkin nyeri kepala merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai pada klien tumor otak. Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus-menerus, tumpul, dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat waktu pagi hari dan menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang paling biasanya meningkatkan intracranial, seperti membungkuk, batuk, atau mengejan pada waktu buang air besar. Nyeri kepala sedikit berkurang jika diberi kompres dingin pada tempat yang sakit. Nyeri kepala yang dihubungkan dengan tumor otak disebabkan oleh traksi dan pengeseran struktur peka-nyeri dalam rongga intrkranial.Lokasi nyeri kepala cukup bernilai oleh karena sepertiga dari nyeri kepala ini terjadi pada tempat tumor sedangkan dua pertiga lainnya terjadi di dekat atas di atas tumor.Nyeri kepala oksipital merupakan gejala pertma pasa tumor fosa posterior. Kira-kira sepertiga lesi supratentotial menyebabkan nyeri kepala frontal. Jika keluhan nyeri kepala yang terjadi menyeluruh maka nilai lokasinya kecil dan pada umumnya menunjukkan pergeseran ekstensif kandungan intracranial yang meningkatkan tekanan intrakranial.Tumor pada lobus parientalis korteks sensorik parietalis mengakibatkan hilangnya fungsi sensorik kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik, diskriminasi dua-titik, grafestesia, kesan posisi, dan stereognosis.B4 (Bladder)Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukan kerusakan neurologis luas.B5 (Bowel)Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut. Mual dan muntah terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medula oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial disertai pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual dan dapat berupa muntah proyektil.B6 (Bone)Adanaya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori, dan mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.b. Pemeriksaan Penunjang CT scan kepala atau MRI kepala untuk konfirmasi adanya tumor dan lokasi tumor. MRI lebih sensitive untuk mendeteksi adanay tumor metastasis berukuran kecil. Pada pencitraan, paenting untuk menentukan apakah benar tumor, atau menunjukkan gambaran abses ataupun stroke. Bila benar tumor, pertanyaan selanjutnya adalah apakah tumor tersebut primer atau sekunder? Angiografi serebral dan pneumoensefalografi jarang dilakukan karena sifatnya invasif. Pemeriksaan ini dapat menunjukan adanay massa di ruang intrakranial. Foto Rontgen dada, mammografi dan pemeriksaan lain untuk mencari fokus primer dari tumor metastasis di ruang intracranial. (catatan: lakukan CT scan toraks pada kasusu yang tumor primernya tidak jelas). Foto rontgen kepala. Biopsi jaringan tumor, untuk menentukan jenis tumor. Pungsi lumbal kadang-kadang dilakukan untuk menganalisis cairan serebrospinalis.4. Penatalaksanaan Berberapa tujuan terapi, menurut Dewanto,dkk, 2009 yaitu:1. Meredakan keluhan.2. Memperbaiki fungsi.3. Meberikan kenyamanan.Secara umum, ada 2 pilihan penatalaksanaan tumor intrakranial, yaitu:1. Suportif (analgetik, anti-kejang, dan anti-edema)2. Definitif, terdiri dari: Pembedahan Pembedahan bertujuan engurangi efek massa dan edema, melindungi dan memperbaiki fungsi neurologis, mengurangi kejadian kejang, menjaga aliran cairan serebrospinalis, dan memperbaiki prognosis. Dasar terapi pembedahan: Sifat dan stadium tumor primer. Jika harapan hidup hanya selama tiga sampai enam minggu, terapi pembedahan terhadap tumor intracranial tidak dianjurkan. Jumlah fokus tumor. Dilakukan pada kasus tumor metastasis tunggal, tumor-tumor multiple yang dapat diangkat melalui kraniotomi tunggal, tumor multipel namun salah satu fokus menimbulkan gangguan neurologis yang jelas. RadiosurgeryMenggunakan gamma knife. Metastasis tumor intracranial yang diameternya lebih dari satu inci, biasanya tidak cocok untuk radiosurgery. Terapi radiasiTerapi radiasi mengantarkan radiasi yang mengionisasi sel-sel tumor. Ionisasi ini merusak DNA sel tumor dan menghentikan proses pembelahan sel tumor yang pada akhirnya akan mematikan sel tumor. Posrt-operative WBRT (Whole Brain Radiation Therapy) Sering silakuakn pascapembedahan. KemoterapiKomoterapi yang diberikan pada tumor primer dapat juga diberikan pada metastasis tumor intracranial. Biasanya, kemoterapi dipilih untuk tumor yang tidak sensitive terhadap radiasi, seperti melanoma, sarcoma, dan pada berberapa kasus small-cell lung carcinoma.5. Konsep Asuhan Keperawatana. Pengkajian AnamnesisAnamnesis oada tumor intracranial meliputi: Keluhan utamaHal yang sering menjadi alas an klien untuk meminta pertolongan kesehatan biasanya berhubungan dengan peningkatan intrakranial dan adanya gangguan fokal, seperti nyeri kepala leher, muntah-muntah, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran. Riwayat penyakit sekarangKaji adanya keluhan nyeri kepala, mual, muntah, kejang, dan penutunan tingkat kesedaran. Adanya penurunan tingkat kesadaran dihubungkan dengan perubahan di dalam intracranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargikm tidak responsif, dan koma. Riwayat penyakit dahuluKaji adanya riwayat nyeri kepala pada masa sebelumnya. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dan riwyat penyakit sekarang dan merupakan dasr untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tondakan selanjutnya. Riwayat penyakit keluargaKaji adanya hubungan keluhan tumor intracranial pada gnerasi terdahulu. Pengkajian psikososiospiritualPengkajian psikologis klien tumor intrakranial meliputi berberapadimensi yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pangkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, perunbahan peran klien, serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu timbul seperti ketakutan dan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).Adanya perubhan lingkungan dan peran karena klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif. Pola penanganan stres, klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi. Pola tata nilai dan kepercayaan, klien biasanya jarang melakukan ibadah spiritual karena tingkah laku yang tidak stabil, dan kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjangb. Diagnosa keperawatan, Rencana tindakan, dan RasionalResiko tinggi peningkatan TIK yang berhubungan dengan desak ruang oleh masa tumor intrakranial dan edema serebral.

Tujuan: Tidak terjadi peningkatan TIK pada klien dalam waktu 324 jam.Kriteria hasil: Klien tidak gelisah, tidak mengeluh nyeri kepala, mual mual, dan muntah, GCS: 4,5,6, tidak terdapat papiledema, TTV dalam batas normal

IntervensiRasionalisasi

MandiriKaji faktor penyebab dari situasi/keadaan individu/penyebab koma/penurunan perfusi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan TIKDeteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status neurologis/tanda tanda kegagalan untuk menentukan perawatan kegawatan atau tindakan pembedahan.

Monitor tanda tanda vital tiap 4 jamSuatu keadaan normal bila sirkulasi serebral terpelihara dengan baik atau fluktuasi ditandai dengan tekanan darah sistemik, penurunan dari otoregulator kebanyakan merupakan tanda penurunan difusi lokal vaskularisasi darah serebral. Dengan peningkatan tekanan darah (diastolik) maka dibarengi dengan peningkatan tekanan darah intrakranial. Adanya peningkatan tekanan darah, bradikardi, disritmia, dispnea merupakan tanda terjadinya peningktan TIK.

Evaluasi pupilReasksi pupil dan pergerakan kembali dari bola mata merupakan tanda dari gangguan nervus/saraf jika batang otak terkoyak. Keseimbangan saraf antara simpatis dan parasimpatis merupakan respons refleks nervus kranial

Monitor temperatur dan pengatur suhu lingkunganPanas merupakan refleks dari hipotalamus. Peningkatan kebutuhan metabolisme dan O2 akan menunjang peningkatan TIK

Berikan periode istirahatn antara tindakan perawatan dan batasi lamanya prosedurTindakan yang terus menerus dapat meningkatkan TIK oleh rangsangan kumulatif

Kurangi rangsangan ekstra dan berikan rasa nyaman seperti masase punggung, lingkungan yang tenang, sentuhan yang ramah, dan suasana/pembicaraan yang tidak gaduhMemberikan suasan yang tenang (colming effect) dapatmengurangi respons psikologis dan memberikan istirahat untuk mempertahankan TIK yang rendah

Cegah/hindarkan terjadinya valsava manuverMengurangi tekanan intratorakal dan intrabdominal sehingga meghindari peningkatan TIK

Bantu pasien jika batuk atau muntahAktivitas ini dapat meningkatkan intra torak/ tekanan dalam torak dan tekanan dalam abdomen dimana aktivitas ini dapat meningktakan tekanan TIK

Kaji peningkatan istirahat dan tingkah laku pada pagi hariTingkah nonverbal ini dapat merupakan indikasi peningkatan TIK atau memberikan refleks nyeri di mana pasien tidak mampu mengungkapkan keluhan secara verbal dan nyeri yang tidak menurun dapat meningkatkan TIK

Palpasi pada pembesaran/pelebaran blader, pertahankan drainage urine secara paten jika digunakan dan juga monitor terdapatnya konstipasi.Dapat meningkatkan respons automatik yang potensial menaikkan TIK

Berikan penjelasan pada klien (jika sadar) dan keluarga tentang sebab-akibat TIK meningkatMeningkatkan kerja sama dalam meningkatkan perawatan klien dan mengurangi kecemasan.

Observasi tingkat kesadaran dengan GCSPerubahan kesadaran menunjukkan peningkatan TIK dan berguna menentukakan lokasi dan perkembangan penyakit

Kolaborasi: Pemberian 02 sesuai indikasi

Berikan cairan intravena sesuai dengan yang diindikasikan

Berika obat diuretik osmotic, contohnya mannitol, furoscide

Berikan steroid, contohnya dextamethason, mathyl prednisolone Berikan analgesik narkotik, contohnya codein

Berikan antipiretik, contohnya aseptaminophen

Monitor hasil laboratorium sesuai dengan indikasi seperti protrombin, LED Mengurangi hipoksemia, dimana dapat meningkatkan vasodilatasi serebral dan volume darah dan menaikkan TIK Pemberian cairang mungkin diinginkan untuk mengurangi edema serebral, peningkatan minimum pada pembuluh darah, tekanan darah, dan TIK Diuretik mungkin digunakan pada fase akut untuk mengalirkan air dari brain cells, dan mengurangi edema serebral dan TIK Untuk mengurangi inflamasi (radang) dan mengurangi edema jaringan Mungkin diindikasikan untuk mengurangi nyeri dan obat ini berefek negatif pada TIK tetapi dapat digunakan dengan tujuan utnuk mencegah dan menurunkan sensasi nyeri Mengurangi/mengontrol hari dan pada metabolisme serebral/oksigen yang diinginkan Membantu memberikan informasi tentang efektivitas pemberian obat

Nyeri akut berhubungan dengan traksi dan pergeseran struktur peka-nyeri dalam rongga intrakranial

Tujuan: Nyeri berkurang/hilang atau beradaptasiKriteria hasil: Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi, dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan ataumenurunkan nyeri, klien tidak gelisah, skala nyeri 1 (0-4)

IntervensiRasionalisasi

Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non-invasifPendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri

Ajarkan Relaksasi:Teknik-teknik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga ingkatkan relaksasi masaseAkan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi dan dapat mengurangi nyerinya

Ajarkan metode distraksi selama nyeri akutMengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan

Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman misalnya waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecilIstirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan

Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsungPengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya. Dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik

Observasi tingkat nyeri dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat analgesik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1-2 jam setelah tindakan perawatan selama 1-2 hari.Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat dat yang objektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat

Kolaborasi dengan dokter, pemberian anlgesikAnalgesik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah, dan tidak nafsu makan / pertumbuhan sel-sel kanker.

Tujuan: Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan keperawatanKriteria hasil: - Nutrisi klien terpenuhi. Mual berkurang sampai dengan hilang. Menunjukan turgor kulit normal Menunjukan temuan laboratorium dan klinis yang menandakan nutrisi yang adekuat.

IntervensiRasionalisasi

Sesuaikan diet sebelum dan setelah pemberian obat sesuai dengan kesukaan dan toleransi pasien.

Setiap pasien berespon secara berbeda terhadap makanan setelah kemoterapi. Suatu diet yang mengandung makanan yang dapat meredakan mual atau muntah pasien akan sangat membantu.

Sarankan makanan yang disukai dan yang ditoleransi dengan baik oleh pasien, lebih baik lagi makanan dengan kandungan tinggi kalori/tinggi protein. Hormati kesukaan makanan berdasarkan etnik.Kesukaan makanan, yang ditoleransi dengan baik, dan tinggi kandungan kalori dan proteinnya akan mempertahankan status nutrisi selama periode kebutuhan metabolic yang meningkat.

Cegah pandangan, bau, dan bunyi-bunyi yang tidak menyenangkan di lingkungan.Sensasi tidak menyenangkan dapat menstimulusi pusat mual/muntah.

Gunakan distraksi, teknik relaksasi, dan imajinasi sebelum, selama, dan setelah kemoterapiMenurunkan anisietas, yang dapat menunjang terhadap mual/muntah. Kondisi psikologis dapat juga diturunkan

Berikan antiemetik, sedatif, dan kortikosteroid yang diresepkanKombinasi terapi obat berupaya untuk berupaya untuk mengurangi mual/muntal melalui kontrol berbagai jaras pencetus

Pastikan hidrasi cairan yang adekuat sebelum, selama, dan setelah pemberian obat; kaji masukan dan haluaran.Volume cairan yang adekuat akan mengencerkan kadar obat, mengurangi stimulasi reseptor muntah

Berikan dorongan hygiene oral yang seringMengurangi rasa kecap yang tidak menyenangkan

Berikan tindakan pereda nyeri, jika diperlukanMeningkatkan rasa nyaman akan meningkatkan toleransi fisik terhadap gejala

Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan perubahan respon imunologi

Tujuan: pencegahan infeksiKriteria hasil : - menunjukan suhu tubuh dan TTV normal Tidak menunjukan tanda-tanda inflamasi

IntervensiRasionalisasi

Daftar RujukanMuttaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.Dewanto, George,. Suwono, Wita, J.,. Riyanto, Budi,. & Turana ,Yuda. 2009. Panduan Praktis Diagnosis dan tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.Ginsberg, Lionel. 2007. Lecture Notes: Neurologi. Jakarta: enerbit Erlangga.Balticaca, B, Franscicica. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dgn Gangguan Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.Suddarth & Brunner. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Top of Form