intubasi jalan napas sulit1

Upload: berastia-anis-savitri-tjerita

Post on 14-Apr-2018

266 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    1/62

    INTUBASI JALAN NAPAS SULIT

    DISUSUN OLEH :

    Putu Aditya Darmawan Kuntadi 08700077

    PEMBIMBING :dr. Bambang Soekotjo, M.Sc, Sp.An

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    2/62

    Latar Belakang

    1 - 18% pasien memiliki anatomi jalan nafasyang sulit

    0,05 - 0,35% pasien tidak dapat diintubasidengan baik

    American Society of Anesthesiologist ClosedClaims Project. Pada kasus-kasus yang sudahditutup tersebut terhitung bahwa jumlahterbanyak insiden kerusakan otak dankematian disebabkan oleh kesulitan respirasi.

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    3/62

    Anatomi Faring

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    4/62

    Anatomi Faring

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    5/62

    Anatomi Laring

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    6/62

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    7/62

    INTUBASI JALAN NAPAS NORMAL

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    8/62

    Penyulit Oksigenasi dengan

    Sungkup Jenggot yang tebal.

    Index Massa Tubuh >26.

    Ompong.

    Usia >55 tahun.

    Riwayat Snoring.

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    9/62

    Prinsip Intubasi

    Jalur intravena yang adekuat

    Obatobatan yang tepat untuk induksi dan relaksasi otot

    Pastikan alat suction tersedia dan berfungsi

    Peralatan yang tepat untuk laringoskopi termasuk laryngoskop dengan bladeyang tepat, ETT dengan ukuran yang diinginkan, jelly, dan stylet

    Pastikan lampu laringoskop hidup dan berfungsi serta cuff ETT berfungsi

    Sumber oksigen, sungkup dengan ukuran yang tepat, ambu bag dan sirkuitanestesi yang berfungsi

    Monitor pasien termasuk elektrokardiografi, pulse oksimeter dan tekanandarah noninvasive

    Tempatkan pasien pada posisi Sniffing Position selama tidak ada

    kontraindikasi Alatalat untuk ventilasi

    Alat monitoring karbon dioksida untuk memastikan ETT dalam posisi yangtepat.

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    10/62

    ALAT-ALAT INTUBASI

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    11/62

    Laringoskop Macintosh

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    12/62

    Laryngoscope Magill

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    13/62

    Endotracheal Tube

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    14/62

    Ukuran Endotracheal Tube

    Diameter

    Perempuan Dewasa 7,0-8,0 mm

    Pria Dewasa 8,0-8,5 mm

    Anak >2 Tahun = Khine Formula

    (umur dalam tahun)/4+4= mm

    Panjang

    Dewasa 20-22 cm

    Anak > 2 Tahun

    (umur dalam tahun)/2+12 = cm

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    15/62

    Orofaring tube

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    16/62

    Stylet Intubasi

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    17/62

    IV Line pada pasien

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    18/62

    Monitor dan Mesin Gas Anesthesi

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    19/62

    Bantal untuk Intubasi

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    20/62

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    21/62

    Tindakan Intubasi

    Persiapan. Pasien sebaiknya diposisikandalam posisi tidur terlentang, oksiput diganjaldengan menggunakan alas kepala (bisamenggunakan bantal yang cukup keras ataubotol infus 1 gram), sehingga kepala dalamkeadaan ekstensi serta trakhea dan

    laringoskop berada dalam satu garis lurus.

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    22/62

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    23/62

    Oksigenasi. Setelah dilakukan anestesi dandiberikan pelumpuh otot, lakukan oksigenasidenganpemberian oksigen 100% minimaldilakukan selama 2 menit. Sungkup mukadipegang dengan tangan kiri dan balondengan tangan kanan.

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    24/62

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    25/62

    Mulut pasien dibuka dengan tangan kanan dangagang laringoskop dipegang dengan tangankiri.

    Daun laringoskop dimasukkan dari sudut kiri danlapangan pandang akan terbuka. Daunlaringoskop didorong ke dalam rongga mulut.Gagang diangkat dengan lengan kiri dan akanterlihat uvula, faring serta epiglotis.

    Ekstensi kepala dipertahankan dengan tangankanan. Epiglotis diangkat sehingga tampakaritenoid dan pita suara yang tampak keputihanberbentuk huruf V.

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    26/62

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    27/62

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    28/62

    Pipa dimasukkan dengan tangan kanan melaluisudut kanan mulut sampai balon pipa tepatmelewati pita suara. Bila perlu, sebelummemasukkan pipa asisten diminta untukmenekan laring ke posterior sehingga pita suaraakan dapat tampak dengan jelas.

    Bila mengganggu, stilet dapat dicabut. Ventilasiatau oksigenasi diberikan dengan tangan kanan

    memompa balon dan tangan kiri memfiksasi.Balon pipa dikembangkan dan daun laringoskopdikeluarkan selanjutnya pipa difiksasi denganplester.

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    29/62

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    30/62

    Dada dipastikan mengembang saat diberikan ventilasi.Sewaktu ventilasi, dilakukan auskultasi dada denganstetoskop, diharapkan suara nafas kanan dan kiri sama.

    Bila dada ditekan terasa ada aliran udara di pipa

    endotrakheal. Bila terjadi intubasi endotrakheal akan terdapat tanda-

    tanda berupa suara nafas kanan berbeda dengan suaranafas kiri, kadang-kadang timbul suara wheezing, sekretlebih banyak dan tahanan jalan nafas terasa lebih berat.Jika ada ventilasi ke satu sisi seperti ini, pipa ditarik sedikitsampai ventilasi kedua paru sama.

    Sedangkan bila terjadi intubasi ke daerah esofagus makadaerah epigastrum atau gaster akan mengembang,terdengar suara saat ventilasi (dengan stetoskop),kadangkadang keluar cairan lambung, dan makin lama

    pasien akan nampak m semakin membiru. Untuk haltersebut pipa dicabut dan intubasi dilakukan kembalisetelah diberikan oksigenasi yang cukup.

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    31/62

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    32/62

    Algoritma ASA

    1. Menentukan gejala dan manifestasi klinik dari penatalaksanaan masalahdasarnya:

    a. Ventilasi sulit.

    b. Intubasi sulit.

    c. Kesulitan dengan pasien yang tidak kooperatif.

    d. Sulit untuk ditrakeostomi.

    2. Secara aktif mencari kesempatan untuk menangani kasus-kasuspenatalaksanaan jalan nafas sulit.

    3. Mempertimbangkan kegunaan dan hal-hal dasar yang mungkin dilakukansebagai pilihan penatalaksanaan :

    A. Intubasi sadar Versus Intubasi setelah Induksi pada GA. B. Pendekatan tehnik intubasi non invasif Versus Pendekatan tehnik

    intubasi invasif.

    C. Pemeliharaan ventilasi spontan Versus Ablasi ventilasi spontan.

    4. Membuat strategi utama dan alternatifnya

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    33/62

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    34/62

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    35/62

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    36/62

    Prediksi - Malampati

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    37/62

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    38/62

    Kondisi-kondisi yang dapat

    menimbulkan intubasi sulit Sindrome congenital, termasuk Sindrom Down,Goldenhar, Treacher Collins, Pierre Robin danMucopolysacharidoses, dll.

    Penyakit Tulang, termasuk Rheumatoid Arthritis,Ankylosing Spondylitis, Fiksasi atau FrakturMandibula, Ankylosis sendi Temporomandibular.

    Kelainan Jaringan Lunak, termasuk Obesitas,Tumor, Hemangioma, Abses Peritonsil, Infeksi

    Jalan Nafas seperti Epiglotitis, Perdarahan. Trauma pada wajah dan leher, luka bakar,

    perubahan-perubahan post operasi termasukbekas luka, perubahan akibat radiasi.

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    39/62

    Kondisi-kondisi yang dapat

    menimbulkan intubasi sulit Bentuk gigi: Gigi Insisivus depan yang menonjol dapatmempersulit melihat laring selama dilakukannya intubasi,perhatian khusus diberikan pada pasien yang memiliki gigiyang terbelah yang dapat memuat bilah laringoskop.

    Pergerakan sendi temporomandibular: Dapat dinilai daribukaan mulut yang kemudian ditentukan denganmengukur jarak interincisor dan kemampuan untukprognasi. Jarak Interincisor paling tidak harus muat untukdilewati bilah standar laringoskop.

    Derajat Orofaringeal: lebih umum disebut sebagai derajat

    Mallampati; Dilakukan evaluasi dengan membuka mulutagar terlihat faring. Penilaian dari derajat 3-4 adalahmerupakan kemungkinan besar akan terjadi intubasi sulit(Gambar 15).

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    40/62

    Kondisi-kondisi yang dapat

    menimbulkan intubasi sulit Lebar palatum: Pasien dengan palatum yang panjang dandangkal memiliki anatomi jalan nafas yang sulit.

    Jarak thyromental: adalah jarak dari sumbu anteriormandibula sampai dengan puncak kartilago thyroid.

    Semakin pendek maka anterior laring akan semakinterlihat.

    Luas ruang mandibula: adalah faktor yang penting untukdievaluasi, selama intubasi lidah dan jaringan lunak laindidasar mulut akan terdorong ke anterior ke ruangmandibula dan menyebabkan akan terlihatnya laring.

    Pasien dengan ruang mandibula yang kecil seperti padapasien obesitas atau pasien dengan infeksi akanmempersulit untuk terlihatnya laring selama intubasi.

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    41/62

    Kondisi-kondisi yang dapat

    menimbulkan intubasi sulit Lemak tubuh juga harus dievaluasi terutama

    lemak pada daerah leher yang tebal dan luas

    serta kelainan anatomi lain yang membuat

    pergerakan kepala menjadi terbatas sepertitumpukan lemak diantara scapula.

    Pergerakan leher dinilai berdasarkan pergerakan

    fleksi dan ekstensinya. Pergerakan kepala padapersendian atlantooccipital dinilai juga.

    Pergerakan yang terbatas pada sendi ini akan

    membuat laring terlihat ke anterior.

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    42/62

    Preparasi

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    43/62

    Airway Exchange Catheter

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    44/62

    Fiberoptik Laryngoscope

    dengan Macintosh Blade

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    45/62

    Laryngeal Mask Airway

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    46/62

    Cook Retrograde Intubation

    Kit

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    47/62

    TEKNIK-TEKNIK INTUBASIJALAN NAPAS SULIT

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    48/62

    Intubasi Fiberoptik

    Memasukan scope ke faring diusahakan agar posisinyatetap di garis tengah.

    Struktur pada jalan nafas atas harus dikenali; maju ujungscope digerakan ke atas/anterior kemudian diflexikan untukmelihat laring, kemudian scope diputar ke distal dandiposisikan di tengah didepan pita suara. Untuk melewatipita suara ujung dari scope dikembalikan ke posisi semulaagar dapat masuk ke trakea. Kemudian posisikan scopediatas karina tanpa menyentuhnya karena dapatmenyebabkan bronkospasme dan batuk.

    Masukan endotracheal tube ke dalam trakea dengan

    tampilan gambar di scope tetap pada karina. Jangan memaksakan/memasukan endotracheal tube

    dengan kekerasan karena dapat menyebabkan kerusakanpada jalan nafas ataupu pada scope.

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    49/62

    Fiberoptik

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    50/62

    LMA

    Kaf harus dikempeskan maksimal dan benarsebelum dipasang. Pengempisan harus bebas

    dari lipatan dan sisi kaf sejajar dengan sisi lingkarkaf.

    LMA dipegang dengan ibu jari dan jari telunjukpada perbatasan antara pipa dan kaf.

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    51/62

    Oleskan jeli pada sisi belakang LMA sebelumdipasang. Hal ini untuk menjaga agar ujung

    kaf tidak menekuk pada saat kontak denganpalatum. Pemberian jeli pada sisi depan akandapat mengakibatkan sumbatan atau aspirasi,karena itu tidak dianjurkan.

    Sebelum pemasangan, posisi pasien dalamkeadaan air sniffing dengan cara menekankepala dari belakang dengan menggunakan

    tangan yang tidak dominan. Buka mulutdengan cara menekan mandibula kebawahatau dengan jari ketiga tangan yang dominan.

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    52/62

    Ujung LMA dimasukkan pada sisi dalam gigiatas, menyusur palatum dan dengan bantuan

    jari telunjuk LMA dimasukkan lebih dalamdengan menyusuri palatum.

    LMA di kk d l d l i

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    53/62

    LMA dimasukkan sedalam-dalamnya sampairongga hipofaring. Tahanan akan terasa bilasudah sampai hipofaring.

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    54/62

    Pipa LMA dipegang dengan tangan yangtidak dominan untuk mempertahankan

    posisi, dan jari telunjuk kita keluarkan darimulut penderita. Bila sudah berpengalaman,hanya dengan jari telunjuk, LMA dapat

    langsung menempati posisinya.

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    55/62

    Kaf dikembangkan sesuai posisinya.

    LMA dihubungkan dengan alat pernafasandan dilakukan pernafasan bantu. Bilaventilasi tidak adekuat, LMA dilepas dandilakukan pemasangan kembali.

    Pasang bite block untuk melindungi pipa

    LMA dari gigitan, setelah itu lakukan fiksasi

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    56/62

    Intubasi Retrograde Suntikkan Anestesi Lokal

    Dengan penempatan perkutan dari cook catheter melaluicricothyroid

    menggunakan larutan saline dengan 10 ml syringe untukmendeteksi udara yang berhubungan dengan jalan masuktracheal.

    (setelah anestesi lokal inisial infiltrasi pada kulit diatas membrane).Jarumnya diposisikan diatas membran mid-cricothyroid dengansudur 45odari dada. Tusukkan jarum sampai tembus trakea danlakukan aspirasi udara bebas

    Kawat pembimbing radiology dengan diameter 0,035 inchi danpanjang 110 inchi diluruskan dan dimasukkan melalui kateter sampai

    ujung proksimalnya muncul dari mulut. ETT 7,0 ditempatkan padakawat dan dibimbing ke dalam trachea. Kawatnya di keluarkandengan mendorongnya ke lubang kecil perkutan dan menariknyadariujung proksimal saluran trachea. Auskultasi suara nafas padalapang paru sejalan dengan adanya tekanan positif dari ventilasibantuan.

    Intubasi Retrograde

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    57/62

    Intubasi Retrograde

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    58/62

    Trans Tracheal Jet1

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    59/62

    Kateter intravena 12,14 atau 16 dengan syringe 5 ml atau lebih,kosong atau terisi sebagian (anestesi saline atau lokal), harusdigunakan untuk memasuki jalan napas.

    Pasien dalam posisi supinasi, dengan kepala pada midline atauekstensi terhadap leher dan thorak (jika tidak kontraindikasi olehsituasi klinis).

    Setelah persiapan aseptik, anestesi lokal disuntikkan diatasmembran krikotiroid (jika pasien sadar dan waktu memungkinkan)

    Tangan kanan klinisi berada pada sisi kanan pasien, menghadap

    kearah kepala. Klinisi dapat menggunakan tangan non dominanuntuk menstabilkan laring.

    Jarum kateter dimasukkan pada sudut tepat di kauda ketigamembran. Sejak saat punksi kulit aspirasi syringe harus konstan.

    Aspirasi yang bebas dari udara menunjukkan telah memasukitrakhea.

    Jarum kateter harus dilepaskan, dan hanya kateter yangmemasuki jalan napas.

    Walaupun teknik ini telah dijelaskan dengan angiokateter,peralatan yang terbuat

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    60/62

    Trakeostomi

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    61/62

    Intubasi Pada Kasus Khusus

    Cedera Cervical

    Intubasi Pada cedera leher dilakukan dengancara satu orang menahan kepala dengan kuatpada backboard, biarkan collar cervical tidak

    termanipulasi. Pastikan bahwa baik kepalamaupun leher tidak bergerak saat dilakukanlaryngoskop dan intubasi. Orang kedua

    memberikan tekanan pada tulang rawancricoid dan orang ketiga melakukanlaryngoskopi dan intubasi.1

  • 7/30/2019 Intubasi Jalan Napas Sulit1

    62/62

    Intubasi Pada Kasus Khusus

    Cedera Cervical