ipi256709

Upload: anisfirdasari

Post on 07-Jul-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 ipi256709

    1/8

  • 8/18/2019 ipi256709

    2/8

     Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 2, Juli 2008

    for as coal carrier Formation, which Middle Miosen. Litologi consisted set ofclaystone compiled by interval of sandstone and claystone with inset siltstone,chip and the coal. Transitional lower of delta plain environmental of precipitation,

    by sub- environmental consisted by marsh, levee-splay, creavasse-splay andchannel-fill. Direct field perception, each every coat rock perception location andcoal in a state of not moulder. Coal with marking physical of dark blackchromatic, gleam matt, relative heavily, parting in the form of carbon clay. Coalcoat contact with sandstone and claystone coat.Quality parameter used by dusty rate, content of sulphur and assess calorie.From result analyse proximate, accurate coal area showing dusty rate gyrate1,7% adb - 14,5% adb, sulphur obstetrical gyrate 0,09% adb - 0,2%adb, andassess calorie 5105 kcal/kg - 6023 kcal/kg. Coal quality of accurate areainfluenced by precipitation environment therewith joining coal forming genesis.

    LATAR BELAKANG PENELITIAN

    Kondisi geologi dan proses yang berperan dapat berbeda untuk setiap daerah.Begitu pula halnya dengan proses pembentukan batubara yang merupakanendapan sedimen darat (delta). Memiliki jangkauan lokasi pengendapan dariupper delta plain  hingga barrier   dan setiap lingkungan pengendapan dimanabatubara itu terbentuk memiliki pengaruh terhadap kualitas dan geometrinya.Terletak pada Cekungan Barito dan berada pada Formasi Warukin Atas yangterkenal sebagai Formasi pembawa batubara atau Formasi dengan lapisanbatubara yang melimpah. Cekungan Barito terbentuk pada lingkunganpengendapan delta. Keadaan tersebut maka sangat memungkinkan bahwakualitas dan geometri lapisan batubara pada cekungan ini memiliki variasi yang

    berbeda antara satu dengan lainnya.Kualitas batubara sangat erat kaitannya dengan aspek pemasaran pada duniapertambangan batubara, skala produksi hingga umur tambang batubara untukdaerah penambangan. Penelitian ini parameter kualitas batubara yang akandibahas meliputi ; kadar abu, kandungan sulfur  dan nilai kalori.Besarnya kadar abu, kandungan sulfur, nilai kalori berhubungan erat denganproses pembentukan batubara dan proses-proses geologi yang menyertainya.Untuk memahami proses –proses geologi tersebut digunakan pendekatanmegaskopis yaitu karakteristik fisik batubara yang tersingkap pada daerahtelitian.Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu diketahui dengan baik dan benar

    hubungan pengaruh lingkungan pengendapan terhadap kualitas batubara.

    GEOLOGI UMUM

    Geomorfologi daerah penelitian masuk kedalam dataran rendah yang tersebardisekitar hulu sungai-sungai besar pada level 0-200 m dan sebagian masuk kedalam daerah pegunungan pada level 200-1000 m, mulai dari baratdaya sampaitimurlaut Pulau Kalimantan.Secara regional daerah penyelidikan termasuk ke dalam Cekungan Barito yangmerupakan suatu sistem fisiografi Pegunungan Meratus terbentang dengan arahBaratdaya-Timurlaut. Siregar dan Rustam Sunaryo (1980) menekankan pada

    batuan Tersier yang membagi stratigrafi cekungan Barito dimulai dari tua kemuda yaitu ; satuan Pra Tersier, Formasi Tanjung, Formasi Berai, FormasiWarukin dan Formasi Dohor.

  • 8/18/2019 ipi256709

    3/8

     Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 2, Juli 2008

    Lokasi daerah telitian berada pada Formasi Warukin Atas, yang dicirikan denganlapisan batubara yang tebal dan kandungan sulfur yang relatif tinggi. FormasiWarukin Atas dengan ketebalan lapisan batubara sampai mencapai 27 meter,

    lebih tebal dibandingkan dengan Formasi Warukin Bawah dengan ketebalanlapisan batubara hanya 4,32 meter dengan dicirikan adanya lapisan konglomeratdi bagian atas lapisan batuan dan batulempung yang mengandung foram,sedangkan pada Formasi Warukin Atas tidak di temukan foram. Lapisan berbutirpada Formasi Warukin Atas berukuran lebih halus dibandingkan dengan lapisansedimen berbutir pada Formasi Warukin Bawah (Gambar 1).

    Gambar 1. Stratigrafi Warukin Atas Bagian Atas

    Di daerah penelitian struktur gologi yang berkembang secara regional berupastruktur lipatan, yang membentuk perlapisan dengan arah jurus perlapisanbaratdaya-timurlaut dan kemiringan hampir baratlaut. Sedangkan struktur sesartidak berkembang di daerah penyelidikan.Sebaran batubara di daerah penyelidikan memperlihatkan stuktur homoklinberarah baratdaya-timurlaut dengan kemiringan lapisan bervariasi antara 25

    o-45

    ke arah baratdaya.

    ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN

    Di lihat dari penyebaran batubara dan litologi serta struktur sedimen yangberkembang, maka daerah penelitian diperkirakan termasuk ke dalamlingkungan pengendapan transitional lower delta plain, yang merupakan transisiantara karakteristik litofasies yang ada di upper delta plain dan lower delta plain.Delta plain  merupakan bagian delta yang bersifat subaerial   yang terdiri darichannel   yang sudah ditinggalkan. Delta plain  merupakan bagian daratan daridelta dan terdiri atas endapan sungai yang lebih dominan daripada endapan lautdan membentuk suatu daratan rawa-rawa yang didominasi oleh materialsedimen berbutir halus, seperti serpih organik dan batubara. U pper delta plain 

    endapannya didominasi oleh bentuk linier dan tubuh pasir lentikuler yang besar.Pada tubuh batupasir terdapat gerusan di bagian bawahnya, permukaannya

  • 8/18/2019 ipi256709

    4/8

     Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 2, Juli 2008

    terpotong tajam, tetapi secara lateral pada bagian atas batupasir ini melidahdengan serpih abu-abu, batulanau dan lapisan batubara.Transitional lower delta plain  memiliki karakteristik litologi yang lebih halus

    daripada upper delta plain, zona ini mengandung fauna air payau sampai marine.Di lingkungan pengendapan pengendapan ini berkembang rawa yang ekstensifpada pengisian yang hampir lengkap dari teluk yang interdistribusi. Lapisanbatubara pada umumnya tersebar meluas dengan kecenderungan agakmemanjang sejajar dengan jurus pengendapan. Seperti pada batubara upperdelta plain, batubara di transisi ini berkembang split .Penurunan dasar permukaan atau subsidence merupakan salah satu faktor yangmempengaruhi lingkungan pengendapan dan juga karakteristik dari distribusidan kualitas daripada lapisan batubara terutama kandungan sulfur di daerahtelitian. Penurunan dasar permukaan terjadi dengan kecepatan yang relatif lebihcepat menjadikan proses progradasi lebih lambat pada lingkungan pengendapanyang dipengaruhi oleh pengaruh tektonik dibandingkan dengan lingkungan yanglebih stabil tanpa pengaruh adanya penurunan dasar permukaan.Pengaruh dari penurunan dasar permukaan terhadap kandungan sulfur dalambatubara, dimana pada lingkungan upper delta plain  dimana kandungansulfurnya semakin tinggi ke arah prodelta yang dipengaruhi oleh air laut. Namundengan adanya pengaruh dari penurunan dasar permukaan dimana padalingkungan transitional lower delta plain  yang terpengaruhi oleh air laut danmenjadikan kandungan sulfur tinggi daripada lingkungan pengendapan upperdelta plain (G.P. Allen, 1998).Pada analisa profil mendapatkan sub-lingkungan pengndapan, yaitu ; Crevasse-splay , dicirikan dengan kehadiran batupasir berukuran halus berstruktur sedimenmasif, paralel laminasi. Channel , dicirikan dengan kehadiran batupasir berukuran

    pasir kasar samapai kerikilan berstruktur reverse graded bedding, planar crossbedding. Marsh, dicirikan oleh litologi berupa batubara dan lempung karbonandengan struktur sedimen masif. Levee-Splay , dicirikan dengan kehadiran lanaudan batupasir halus dengan struktur laminasi. Berdasarkan asosiasi sub-lingkungan pengendapan tersebut maka profil diendapkan pada sub-lingkunganmarsh with levee-crevasse-splay and channel (Gambar 2 & 3).Pada analisa korelasi bor 1 didapatkan 3 sub-lingkungan pengendapan yaitu ;Marsh with levee, dicirikan oleh litologi berupa batubara dan batulempungkarbonan serta sedikit kehadiran batupasir dan batulanau. Levee-Splay , dicirikandengan kehadiran lanau dan batupasir halus dengan penyebaran tidak menerus.Crevasse-splay , dicirikan dengan kehadiran batupasir berukuran halus samapi

    kasar. Berdasarkan asosiasi sub-lingkungan pengendapan di atas maka korelasibor 1 diendapkan pada sub-lingkungan marsh with levee and crevasse-splay  (Gambar 4 & 5).

  • 8/18/2019 ipi256709

    5/8

  • 8/18/2019 ipi256709

    6/8

     Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 2, Juli 2008

    Struktur laminasi batupasir pada Profil dan Bor menunjukkan proses sedimentasiberlangsung lambat dan adanya limpahan material secara tiba-tiba tertransportkemudian terendapkan yang mencirikan sub lingkungan crevasse splay. Menurut

    Staub & Cohen (1979), menyatakan crevasse  terbentuk oleh adanya limpahanair pada endapannya terdiri dari batulempung dengan sedikit batulanau danbatupasir, Berdasarkan analisis profil daerah telitian menunjukkan lingkunganTransitional Lower Delta Plain (Allen, 1998), gambar 6.

    Gambar 6. Gambaran skematik dari penampang delta yang memperlihatkanlitologi penciri dan variasi fasies (G.P. Allen, 1998). Bagian yangdikotak biru merupakan model pendekatan daerah penelitian.

    Tabel 1. Tabel Analisa Kimia Sulfur

    PengamatanKadar Sulfur

    (% adb)Nilai Kalori

    (kcal/kg adb)Kandungan

     Abu (% adb)Lingkungan

    Pengendapan

    HRLP 06HRLP 07HRLP 22HRLP 23HRLP 24HRLP 02HRLP 03HRLP 29

    0,100,090,090,100,100,110,130,10

    51875220534751635068535056775664

    2,103,101,601,501,902,301,001,30

    Transitionallower

    deltaplain

    Daerah telitian termasuk ke dalam lingkungan pengendapan transitional lowerdelta plain, sedangkan sub lingkungannya adalah swamp, levee-splay , crevassesplay   dan  channel fill . Secara regional kualitas batubara biasanya ditinjau dari

    kandungan sulfur yang secara langsung dipengaruhi oleh lingkunganpengendapan, sedangkan untuk kadar abu dan nilai kalori lebih dikhususkan

  • 8/18/2019 ipi256709

    7/8

     Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 2, Juli 2008

    untuk klasifikasi kelas dari batubara itu sendiri. Kandungan sulfur di transitionallower delta plain akan lebih rendah bila dibandingkan dengan di lingkungan lowerdelta plain, akan tetapi secara bila dibandingkan dengan upper delta  plain, maka

    sulfur di transitional lower delta plain lebih tinggi.Walaupun secara umum lingkungan pengendapan berpengaruh untuk kualitaslapisan batubara, akan tetapi secara khusus yang lebih berpengaruh adalahgenesa dari komponen kualitas yang ada di dalam batubara, litologi pengapitlapisan batubara, dan asosiasi dengan mineral lain, serta kehadiran  plantremain. Batubara akan mempunyai kandungan sulfur yang tinggi di bagian dekatroof  dan floor  atau di bagian atas dan bawah lapisan. Biasanya di bagian bawahlitologi pengapit batubara (floor ), dijumpai adanya  plant remain. Semasatumbuhan ini hidup, mereka mengambil saripati yang terdapat di dalam tanah.Sulfur merupakan salah satu unsur yang penting bagi tumbuhan. Akan tetapi,ketika tumbuhan itu telah mati, kemudian terdekompoisi, sulfur yangberkonsentrasi di ujung akar dan daun tidak ikut terdekomposisi. Sulfur inilahyang akan tersisa hingga proses pembaturaan berjalan dan berakhir. Sulfur jugaterbentuk karena proses reduksi yang diakibatkan oleh bantuan bakteri sulfate,sulfur yang tersisa dari serat-serat tumbuhan itu sendiri, karena prosespembebanan, dan fluida dari lingkungan pengendapannyaPada umumnya lingkungan pengendapan transitional lower delta plain mempunyai kandungan sulfur yang rendah, tatapi pada kenyataannya tidaksemua lapisan batubara yang terendapkan di lingkungan pengendapantransitional lower delta plain memiliki kandungan sulfur yang rendah. Dari hasilpenelitian, didapatkan bahwa sulfur memiliki variasi konsentrasi secara vertikal.

    KESIMPULAN

      Daerah penyelidikan termasuk ke dalam Cekungan Barito yang merupakansuatu sistem fisiografi Pegunungan Meratus terbentang dengan arahBaratdaya-Timurlaut, Stratigrafi cekungan Barito dimulai dari tua ke mudayaitu ; satuan Pra Tersier, Formasi Tanjung, Formasi Berai, Formasi Warukindan Formasi Dohor.

      Lokasi daerah telitian berada pada Formasi Warukin Atas, yang dicirikandengan lapisan batubara yang tebal dan kandungan sulfur yang relatif tinggi.Formasi Warukin Atas dengan ketebalan lapisan batubara sampai mencapai27 meter.

      Daerah penelitian diperkirakan termasuk ke dalam lingkungan pengendapan

    transitional lower delta plain, sedangkan sub lingkungannya adalah swamp,levee-splay , crevasse splay  dan channel fill .

      Kualitas batubara di transitional lower delta plain  akan lebih rendah biladibandingkan dengan di lingkungan lower delta plain, akan tetapi secara biladibandingkan dengan upper delta  plain,  kualitas batubara di transitionallower delta plain lebih tinggi.

    DAFTAR PUSTAKA

     Allen, G. P., 1998, Sedimentation In The Modern And Miocene Mahakam Delta,Indonesia Petroluem Association.

    Darman, H., & Hasan Sidi F., 2000, The Geology Of Indonesia, Outline, IAGI.(hal. 69-73).

  • 8/18/2019 ipi256709

    8/8

     Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 2, Juli 2008

    FOSI, 2002, Coal Sedimentary, IAGI.Gunawan, K., & Nusanto G., 2000, Analisis Potensi Batubara Menggunakan

    Sistem Informasi Geografis, UPN “Veteran” Yogyakarta. 

    Jatmiko, T., 2002, Analisis Profil, Laboratorium sedimentologi, UniversitasPembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Jeremic, M. L., 1985. Strata Mechanics In Coal Mining, A.A. Balkema Publs.

    Rotterdam. (hal. 21-27)Kuncoro, B., 1996, Model Pengendpan batubara Untuk Menunjang Eksplorasi &

    Perencanaan Penambangan, Program studi Rekayasa Petambangan,Institut Teknologi Bandung. (tidak untuk dipublikasikan).

    Rahmad, Basuki, 2000, Genesa batubara, Diktat Kuliah, UniversitasPembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarata. (tidak untukdipublikasikan).

    Sukandarrumidi, 1995, Batubara Dan Gambut, Gajah Mada University Press.(hal. 11-18, 77-84)

    Boggs, Sam Jr., 1995, Principles Of Sedimentology And Stratigraphy, Universityof Oregon. (hal. 294-298, 356-381).

    Walker, R.G. dan James, N.P., 1992, Fasies Models, Geological Association ofCanada.(hal. 157-174).

    Reading, H.G., 1978, Sedimentary Environtment And Fasies, Blackwell ScientificPublication, Departement of Geologi and Mineralogi University of OxfordLondon. (hal. 97-142).

    Diessel, C.F.K., 1992, Coal  –  Bearing Depositional System, Spinger  –  VerlagBerlin. (hal. 423-430).

    Galloway, W.E. dan Hobday, D.K., 2000, Terrigenous Clastic DepositionalSystem, Springer-Verlag New York. (hal. 81-111, 256-296).

    Reineck, H.E. dan Singh, I.B., 1973, Depositional Sedimentary Environtment,Springer – Verlag Berlin. (hal. 264-279).

    Sutarto, 2000, Endapan Mineral, Laboratorium Endapan Mineral, Universitas

    Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.