isi makalah case 4
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat dan rahmat-Nya yang
berlimpah yang senantiasa disebarkan kepada umat manusia termasuk seluruh anggota tutorial
C4 pada khususnya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini berdasarkan pengamatan
penyusun dari beberapa sumber. Tujuan pembuatan makalah ini sebagai pembelajaran dan untuk
memenuhi standar penilaian dan juga sebagai acuan belajar kami untuk ujian SOCA.
Kami juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dr.Hans Christian
Dharma yang telah membimbing dan mendukung kami selama kelas tutorial dan juga dalam
pembuatan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua
keluarga kami yang selalu dan tanpa lelah mendukung dan mendoakan kami.
Kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan.Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
karya tulis ini.Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.Atas perhatian saudara kami
mengucapkan terima kasih.
Jakarta, 21 Januari 2013
Tutorial C4
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. 1
Kasus…………………………………………………………………………….. 3
Materi IDK
a. Manajemen Bencana…………………………………………………….. 6
b. Koordinasi Pada Bencana……………………………………………….. 23
c. Tugas Pokok Kepala Puskesmas………………………………………… 27
d. Evakuasi Pada Bencana…………………………………………………. 29
e. Triage……………………………………………………………………. 31
f. Standar Minimal Lingkungan Pengungsian…………………………….. 33
g. Penyakit Pasca Bencana………………………………………………… 36
h. Gangguan Psikologis Pasca Bencana…………………………………… 40
Referensi………………………………………………………………………... 45
2
KASUS MANAGEMEN BENCANA
PAGE 1
Anda adalah dokter lulusan FK UPN yang diterima sebagai PNS dan ditugaskan sebagai
Kepala Puskesmas Ngaglik di Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Propinsi DIY.
Kecamatan Ngaglik adalah daerah dilereng Selatan Gunung Merapi yang merupakan
salah satu Gunung Berapi teraktif didunia. Ibu Kota Kecamatan adalah Ngaglik yang berjarak
sekitar 20 km dari puncak Merapi.
Data wilayah kecamatan anda sebagai berikut :
- Jumlah dusun.kelurahan 18 pedukuhan
- Jumlah penduduk 4.322 jiwa
Puskesmas anda berada didekat lapangan sepak bola dengan jumlah personil :
- Dokter Umum 2 orang termasuk anda, dokter gigi 1 orang
- Perawat 15 orang
- Tenaga administrasi 4 orang dan laborat 1 orang.
Lokasi Ngaglik berjarak 12 km dari kota Sleman (ibukota kabupaten), mempunyai jalur
pendekat (jalan kabupaten) yang menghubungkan dengan Kaliurang, Pakem, dan Cangkringan
yang merupakan desa dan kota kecamatan yang lebih dekat dengan puncak Merapi. Kaliurang
berjarak 5 km, Pakem 12 km, dan Cangkringan 12 km dari puncak Merapi. Ketiganya
merupakan daerah rawan ancaman awan panas Merapi (Wedus Gembel). Pakem dan
Cangkringan mempunyai Puskesmas. Pakem dipimpin oleh dokter baru dan Cangkringan
dipimpin oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Fasilitas kedua Puskesmad belum selngkap
Puskesmas Ngaglik.
Pada tanggal 2 Januari 20XX anda diundang ke Sleman untuk rapat koordinasi BPBD
Sleman. Rapat dipimpin oleh Sekda selaku Ketua BPBD Sleman dan dalam rapat tersebut
berdasarkan surat keputusan Bupati Sleman anda ditunjuk sebagai Kordinator Bidang Wilayah I
3
BPBD Sleman. Wilayah I yang meliputi daerah kecamatan Pakem, Ngemplak, Cangkringan dan
Ngaglik. Camat Ngaglik ditunjuk sebagai Korwil I.
Meskipun Merapi masih dalam kondisi aktiv normal, tetapi anda segera mengadakan
rapat Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Wilayah I.
Dalam rapat koordinasi tersebut, Siapa saja yang anda undang? Materi rapat/koordinasi
apa yang dikemukakan? Setelah rapat, kegiatan apa yang anda lakukan?
PAGE 2
Pada tanggal 14 Januari 20XX Kepala Poliklinik Puskesmas anda melaporkan bahwa ada
pasien pemuda umur 18 tahun warga Dukuh Ngemplak dengan luka memar pada kepala, bibir
luka robek akibat dipukuli sekelompok pemuda Kecamatan Ngaglik karena mengendarai sepeda
motor didaerah Ngaglik dengan kencang dan menyerempet seorang pejalan kaki. Beberapa
waktu yang lalu pernah terjadi pekelahian massal antara kedua kelompk pemuda dari kedua
dearah tersebut. Menanggapi laporan tersebut apa yang anda lakukan?
Dalam perjalanan waktu, kondisi Merapi dipantau makin ada peningkatan aktifitas. Pada
tanggal 5 Maret 20XX jam 08.45 WIB, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi,
Kementrian ESDM menginformasikan kepada Ketua BPPD Sleman, Magelang dan sekitarnya
bahwa aktifitas Gunung Merapi meningkat, beberapa kali gempa vulkanik disertai getaran tremor
yang tercatat seismograf ps pengamatan gunung Merapi Kaliurang. Ketua BPPD Sleman segera
mengumumkan status Merapi menjadi siaga.
Pada tanggal 7 Maret 20XX jam 11.15 terdengar dentuman keras dari puncak Merapi
diikuti dengan keluarnya gumpalan awan panas dari kawah yang mengalir kearah selatan puncak
Merapi. Segera diumumkan perubahan status Merapi menjadi awas Merapi dan diperintahkan
penduduk diradius 12.5 km dari puncak Merapi untuk mengungsi. Selaku Kepala Puskesmas
Ngaglik, atas perintah ketua PNPB Sleman melalui Kepala Dinas Kesehatan Sleman anda segera
memberlakukan Organisasi Penanggulangan Bencan.
4
Pukul 18.00 datang tim evakuasi dengan truk yang membawa 8 orang korban letusan,
dari daerah Pakem. Anda beserta tim segera melakukan triage. Ternyata semua mengalami luka
bakar dengan berbagai derajat dan dari primary survey satu diantara korban selain luka bakar
juga mengalami patah tulang terbuka di paha, 3 orang diantaranya harus dievakuasi ke RS. Dr.
Sarjito Jogyakarta (Ngaglik Jogya 30 menit). Jelaskan kegiatan yang anda lakukan termasuk
tentang triage.
PAGE 3
Dari Ketua BPBD didapat informasi bahwa kondisi Merapi masih dalam status awas
karena masih ada kemungkinan terjadi erupsi lagi. Karena fasilitas Puskesmas Ngaglik cukup
untuk kegiatan Bedah anda memohon bantuan ke Kepala Dinas Kesehatan. Bantuan apa yang
anda minta?
16 Maret 20XX terjadi keributan ditempat pengungsi. Bapak sono 31 tahun mengamuk.
Dari alloanamnesa diperoleh keterangan bahwa bapak Sono asal Kaliurang dari awal ditempat
pengungsi sudah kelihatan murung karena isterinya mengalami luka bakar yang cukup parah dan
dirawat di RSU Sleman dan anaknya 3 orang. Anak bungsunya yang berumur 3 tahun selalu
rewel menanyakan ibunya, rumahnya rusak berat dan 3 ekor sapinya mati terkena awan panas.
Selain itu ada 5 orang pengungsi yang mulai menderita batuk – batuk dan gatal – gatal.
Kegiatan apa yang anda lakukan?
Setelah terjadi 2 erupsi lagi, ternyata aktivitas gunung Merapi mulai terlihat menurun dan
3 minggu pasca letusan Dinas Volcanology, Mitigasi dan Bencana Geology memberikan
informasi bahwa status bencana sudah dapat diturunkan kembali menjadi siaga. Masa Tanggap
darurat dinyatakan selesai dan memasuki tahapan berikutnya. Pada tahap berikutnya anda
melakukan kegiatan apa saja?
5
BENCANA DAN MANAJEMEN BENCANA
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Jenis-jenis bencana:
1. Bencana Alam
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan
oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,
angin topan, dan tanah longsor.
2. Bencana Non Alam
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara
lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
3. Bencana Sosial
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh
manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat,
dan teror.
a. Gempa Bumi
Bencana yang dapat timbul oleh gempa bumi ialah berupa kerusakan atau kehancuran
bangunan (rumah, sekolah, rumah sakit dan bangunan umum lain), dan konstruksi prasarana
fisik (jalan, jembatan, bendungan, pelabuhan laut/udara, jaringan listrik dan telekomunikasi,
dli), serta bencana sekunder yaitu kebakaran dan korban akibat timbulnya kepanikan.
b. Tsunami
Tsunami adalah gelombang pasang yang timbul akibat terjadinya gempa bumi di laut, letusan
gunung api bawah laut atau longsoran di laut. Namun tidak semua fenomena tersebut dapat
memicu terjadinya tsunami. Syarat utama timbulnya tsunami adalah adanya deformasi
(perubahan bentuk yang berupa pengangkatan atau penurunan blok batuan yang terjadi
secara tiba-tiba dalam skala yang luas) di bawah laut.. Terdapat empat faktor pada gempa
6
bumi yang dapat menimbulkan tsunami, yaitu: 1). pusat gempa bumi terjadi di Iaut, 2).
Gempa bumi memiliki magnitude besar, 3). kedalaman gempa bumi dangkal, dan 4). terjadi
deformasi vertikal pada lantai dasar laut. Gelombang tsunami bergerak sangat cepat,
mencapai 600-800 km per jam, dengan tinggi gelombang dapat mencapai 20 m.
c. Letusan Gunung Api
Pada letusan gunung api, bencana dapat ditimbulkan oleh jatuhan material letusan, awan
panas, aliran lava, gas beracun, abu gunung api, dan bencana sekunder berupa aliran Iahar.
Luas daerah rawan bencana gunung api di seluruh Indonesia sekitar 17.000 km2 dengan
jumlah penduduk yang bermukim di kawasan rawan bencana gunung api sebanyak kurang
lebih 5,5 juta jiwa. Berdasarkan data frekwensi letusan gunung api, diperkirakan tiap tahun
terdapat sekitar 585.000 orang terancam bencana letusan gunung api.
d. Banjir
Hampir semua jenis bencana terjadi di Indonesia, yang paling dominan adalah banjir tanah
longsor dan kekeringan. Banjir sebagai fenomena alam terkait dengan ulah manusia terjadi
sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu : hujan, kondisi sungai, kondisi daerah hulu,
kondisi daerah budi daya dan pasang surut air laut. Potensi terjadinya ancaman bencana
banjir dan tanah longsor saat Ini disebabkan keadaan badan sungai rusak, kerusakan daerah
tangkapan air, pelanggaran tata-ruang wilayah, pelanggaran hukum meningkat, perencanaan
pembangunan kurang terpadu, dan disiplin masyarakat yang rendah.
e. Tanah Longsor
Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun
percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan
tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Pemicu dari terjadinya gerakan tanah ini adalah
curah hujan yang tinggi serta kelerengan tebing.
f. Kebakaran
Hampir setiap musim kemarau Indonesia menghadapi bahaya kebakaran lahan. Kebakaran
hutan berkaitan dengan banyak hal, dari ladang berpindah sampai penggunaan HPH yang
kurang bertanggungjawab, yaitu penggarapan lahan dengan cara pembakaran. Hal lain yang
menyebabkan terjadinya kebakaran hutan adalah kondisi tanah di daerah banyak yang
mengandung gambut. Tanah semacam ini pada waktu dan kondisi tertentu kadang-kadang
terbakar dengan sendirinya.
7
Pencegahandan Mitigasi
KesiapsiagaanTanggap
Darurat
Pemulihan
BENCANA
g. Kekeringan
Hal ini erat terkait dengan menurunnya fungsi lahan dalam menyimpan air. Dampak dari
kekeringan ini adalah gagal panen, kekurangan bahan makanan hingga dampak yang
terburuk adalah banyaknya gejala kurang gizi bahkan kematian.
h. Epidemi dan Wabah Penyakit.
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
i. Kebakaran Gedung dan Pemukiman
Hubungan arus pendek listrik, meledaknya kompor serta kobaran api akibat lilin/lentera
untuk penerangan merupakan sebab umum kejadian kebakaran permukiman/gedung.
j. Kegagalan Teknologi
Kegagalan teknologi merupakan kejadian yang diakibatkan oleh kesalahan desain,
pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia dalam menggunakan teknologi dan atau
industri. Dampak yang ditimbulkan dapat berupa kebakaran, pencemaran bahan kimia, bahan
radioaktif/nuklir, kecelakaan industri, kecelakaan transportasi yang menyebabkan kerugian
jiwa dan harta benda.
A. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana.
Sebagaimana didefinisikan dalam UU 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,
penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Rangkaian kegiatan tersebut apabila digambarkan dalam siklus penanggulangan bencana
adalah sebagai berikut :
Pada dasarnya penyelenggaraan adalah tiga tahapan
yakni :
1. Pra bencana yang meliputi:
- situasi tidak terjadi bencana
8
- situasi terdapat potensi bencana
2. Saat Tanggap Darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi bencana
3. Pascabencana yang dilakukan dalam saat setelah terjadi bencana
Setiap waktu semua tahapan dilaksanakan secara bersama-sama dengan porsi kegiatan
yang berbeda. Misalnya pada tahap pemulihan, kegiatan utamanya adalah pemulihan
tetapi kegiatan pencegahan dan mitigasi juga sudah dimulai untuk mengantisipasi
bencana yang akan
B. Perencanaan dalam Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
Secara umum perencanaan dalam penanggulangan bencana dilakukan pada setiap tahapan
dalam penyelenggaran penanggulangan bencana. Dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana, agar setiap kegiatan dalam setiap tahapan dapat berjalan dengan terarah, maka
disusun suatu rencana yang spesifik pada setiap tahapan penyelenggaraan penanggulangan
bencana.
1. Pada tahap Prabencana dalam situasi tidak terjadi bencana, dilakukan penyusunan
Rencana Penanggulangan Bencana (Disaster Management Plan), yang merupakan
rencana umum dan menyeluruh yang meliputi seluruh tahapan / bidang kerja
kebencanaan. Secara khusus untuk upaya pencegahan dan mitigasi bencana tertentu
terdapat rencana yang disebut rencana mitigasi misalnya Rencana Mitigasi Bencana
Banjir DKI Jakarta.
2. Pada tahap Prabencana dalam situasi terdapat potensi bencana dilakukan penyusunan
Rencana Kesiapsiagaan untuk menghadapi keadaan darurat yang didasarkan atas skenario
menghadapi bencana tertentu (single hazard) maka disusun satu rencana yang disebut
Rencana Kontinjensi (Contingency Plan).
3. Pada Saat Tangap Darurat dilakukan Rencana Operasi (Operational Plan) yang
merupakan operasionalisasi/aktivasi dari Rencana Kedaruratan atau Rencana Kontinjensi
yang telah disusun sebelumnya.
4. Pada Tahap Pemulihan dilakukan Penyusunan Rencana Pemulihan (Recovery Plan) yang
meliputi rencana rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan pada pasca bencana.
Sedangkan jika bencana belum terjadi, maka untuk mengantisipasi kejadian bencana
9
dimasa mendatang dilakukan penyusunan petunjuk /pedoman mekanisme
penanggulangan pasca bencana.
Dalam melaksanakan penanggulangan bencana, maka penyelenggaraan penanggulangan bencana
meliputi :
• tahap prabencana,
• saat tanggap darurat, dan
• pascabencana.
A. Pada Pra Bencana
Pada tahap pra bencana ini meliputi dua keadaan yaitu :
a. Dalam situasi tidak terjadi bencana
Situasi tidak ada potensi bencana yaitu kondisi suatu wilayah yang berdasarkan analisis
kerawanan bencana pada periode waktu tertentu tidak menghadapi ancaman bencana
yang nyata. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi
bencana meliputi:
1. Perencanaan penanggulangan bencana;
2. Pengurangan risiko bencana;
3. Pencegahan;
4. Pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
5. Persyaratan analisis risiko bencana;
6. Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;
10
7. Pendidikan dan pelatihan; dan
8. Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
b. Dalam situasi terdapat potensi bencana
Pada situasi ini perlu adanya kegiatan-kegiatan kesiapsiagaan, peringatan dini dan
mitigasi bencana dalam penanggulangan bencana. Kegiatan-kegiatan pra-bencana ini
dilakukan secara lintas sektor dan multi stakeholder,oleh karena itu fungsi BNPB/BPBD
adalah fungsi koordinasi.
1) Kesiapsiagaan
Yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Misalnya: Penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan lokasi
evakuasi, Rencana Kontinjensi, dan sosialisasi peraturan / pedoman
penanggulangan bencana.
2) Peringatan Dini
Yaitu serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada
masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh
lembaga yang berwenang.
Pemberian peringatan dini harus :
Menjangkau masyarakat (accesible)
Segera (immediate)
Tegas tidak membingungkan (coherent)
Bersifat resmi (official)
3) Mitigasi Bencana
Yaitu serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana.
Bentuk mitigasi :
Mitigasi struktural (membuat chekdam, bendungan, tanggul sungai, rumah
tahan gempa, dll.)
Mitigasi non-struktural (peraturan perundang-undangan, pelatihan, dll.)
11
Komponen-komponen kesiapan bencana :
Berdasarkan Sembilan komponen utama memberikan kerangka kerja yang dapat menjadi strategi
kesiapan bencana nasional dapat dikembangkan.
1. Mengkaji kerentanan
Informasi mengenai komunitas/daerah geografis tertentu rentan terhadap
dampak dari serangan bahaya.
Salah satu cara mendekati satu sarana sistimatis untuk menetapkan alat
manajemen bencana yang penting.
2. Perencanaan
Tujuan : agar mempunyai rencana-rencana yang siap yang sudah
disepakati, yang dapat diimplementasikan dan untuk komitmen mana dan
sumber-sumber daya yang relative terjamin.
3. Kerangka kerja institusi
Prasyarat setiap rencana kegiatan bencana yang tergantung dari tradisi dan
struktur pemerintahan Negara.
Satu struktur untuk pembuatan keputusan, panitia antar menteri untuk
mengkoordinir rencana, titik fokus didalam setiap kementerian, dan struktur-
struktur komunitas dan regional untuk mengimplementasikan rencana pada
tingkat lokal.
Terdapat “koordinasi horizontal” (level pemerintah pusat diantara para
menteri) dan “koordinasi vertical” (antara otoritas lokal dan pusat) yang harus
berjalan seimbang.
4. Sistim informasi
12
Serangan bencana yang lambat : proses pengumpulan data resmi, sistem
peringatan dini (khususnya daerah yang rentan terhadap kelaparan), sistim
monitoring untuk memperbaharui informasi peringatan dini.
Serangan bencana yang mendadak : sistim yang sama untuk
memprediksi, memberi peringatan, dan komunikasi evakuasi.
5. Basis sumber daya
Persyaratan utama daftar kebutuhan bantuan :
- Tempat berlindung
- Obat-obatan
- Makanan
- Makanan tambahan
- Sistim komunikasi
- Sistim logistic
- Pekerja-pekerja pemulihan
- Peralatan pembersihan
6. Sistim peringatan
Pemberitahuan yang memadai terhadap masyarakat rentan akan datangnya
suatu bencana mereka dapat meloloskan diri/mengambil tindakan berjaga-
jaga untuk mengurangi bahaya.
Penyediaan akses terhadap sistim komunikasi alternative diantara polisi,
militer dan jaringan pemerintah.
7. Mekanisme tanggapan
Keefektifan tanggapan tehadap peringatan dan dampak bencana.
8. Pelatihan dan pendidikan umum
Pendidikan untuk mereka yang mungkin terancam bencana.
Beberapa bentuk pendidikan :
- Pendidikan umum di sekolah untuk anak-anak dan remaja
menekankan tindakan apa yang harus dilakukan jika ada ancaman
bencana (contoh, gempa bumi)
- Kursus pelatihan khusus untuk orang dewasa baik secara khusus atau
sebagai dimensi tambahan dari program-program yang sedang
13
berlangsung (contoh, tindakan kesehatan preventif atau program
kesehatan ibu dan anak)
- Program pengembangan untuk komunitas dan pekerja perluasan berbasis
desa diinstruksikan untuk menyediakan informasi yang relevan dan
dilatih untuk tugas-tugas yang harus dijalani selama kejadian bencana
- Informasi umum, media massa, televisi, radio atau cetakan, tidak akan
pernah bisa menggantikan dampak instruksi langsung.
9. Gladi
Tidak bisa secara penuh memotret dinamika dan potensi kekacauan dari suatu
operasi bantuan bencana.
Tujuan :
- Menekankan kembali poin-poin yang dibuat dalam program pelatihan
yang terpisah
- Menguji sistem secara keseluruhan
- Mengungkap lubang-lubang yang bisa saja terlewatkan
Peran dan Fungsi Instansi Pemerintahan Terkait
Dalam melaksanakan penanggulangan becana di daerah akan memerlukan koordinasi
dengan sektor. Secara garis besar dapat diuraikan peran lintas sektor sebagai berikut :
a. Sektor Pemerintahan, mengendalikan kegiatan pembinaan pembangunan daerah
b. Sektor Kesehatan, merencanakan pelayanan kesehatan dan medik termasuk obat-
obatan dan para medis
c. Sektor Sosial, merencanakan kebutuhan pangan, sandang, dan kebutuhan dasar
lainnya untuk para pengungsi
d. Sektor Pekerjaan Umum, merencanakan tata ruang daerah, penyiapan lokasi dan jalur
evakuasi, dan kebutuhan pemulihan sarana dan prasarana.
e. Sektor Perhubungan, melakukan deteksi dini dan informasi cuaca/meteorologi dan
merencanakan kebutuhan transportasi dan komunikasi
f. Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral, merencanakan dan mengendalikan upaya
mitigatif di bidang bencana geologi dan bencana akibat ulah manusia yang terkait
dengan bencana geologi sebelumnya
14
g. Sektor Tenaga Kerja dan Transmigrasi, merencanakan pengerahan dan pemindahan
korban bencana ke daerah yang aman bencana.
h. Sektor Keuangan, penyiapan anggaran biaya kegiatan penyelenggaraan
penanggulangan bencana pada masa pra bencana
i. Sektor Kehutanan, merencanakan dan mengendalikan upaya mitigatif khususnya
kebakaran hutan/lahan
j. Sektor Lingkungan Hidup, merencanakan dan mengendalikan upaya yang bersifat
preventif, advokasi, dan deteksi dini dalam pencegahan bencana.
k. Sektor Kelautan merencanakan dan mengendalikan upaya mitigatif di bidang bencana
tsunami dan abrasi pantai.
l. Sektor Lembaga Penelitian dan Peendidikan Tinggi, melakukan kajian dan penelitian
sebagai bahan untuk merencanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada
masa prabencana, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi.
Peran dan Potensi Masyarakat
1. Masyarakat
Masyarakat sebagai pelaku awal penanggulangan bencana sekaligus korban bencana
harus mampu dalam batasan tertentu menangani bencana sehingga diharapkan
bencana tidak berkembang ke skala yang lebih besar.
2. Swasta
Peran swasta belum secara optimal diberdayakan. Peran swasta cukup menonjol pada
saat kejadian bencana yaitu saat pemberian bantuan darurat. Partisipasi yang lebih
luas dari sektor swasta ini akan sangat berguna bagi peningkatan ketahanan nasional
dalam menghadapi bencana.
3. Lembaga Non-Pemerintah
Lembaga-lembaga Non Pemerintah pada dasarnya memiliki fleksibilitas dan
kemampuan yang memadai dalam upaya penanggulangan bencana. Dengan
koordinasi yang baik lembaga Non Pemerintah ini akan dapat memberikan kontribusi
dalam upaya penanggulangan bencana mulai dari tahap sebelum, pada saat dan pasca
bencana.
4. Perguruan Tinggi / Lembaga Penelitian
15
Penanggulangan bencana dapat efektif dan efisien jika dilakukan berdasarkan
penerapan ilmupengetahuan dan teknologi yang tepat. Untuk itu diperlukan kontribusi
pemikiran dari para ahli dari lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian.
5. Media
Media memiliki kemampuan besar untuk membentuk opini publik. Untuk itu peran
media sangat penting dalam hal membangun ketahanan masyarakat menghadapi
bencana melalui kecepatan dan ketepatan dalam memberikan informasi kebencanaan
berupa peringatan dini, kejadian bencana serta upaya penanggulangannya, serta
pendidikan kebencanaan kepada masyarakat.
6. Lembaga Internasional
Pada dasarnya Pemerintah dapat menerima bantuan dari lembaga internasional, baik
pada saat pra bencana, saat tanggap darurat maupun pasca bencana. Namun demikian
harus mengikuti peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
B. Saat Tanggap Darurat
Tanggap darurat : bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada
saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:
1. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya;
2. Penentuan status keadaan darurat bencana;
3. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
4. Pemenuhan kebutuhan dasar;
5. Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
6. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
Terbentuknya komando tanggap darurat meliputi tahapan yang terdiri dari :
a. Informasi kejadian awal
Informasi diperoleh dari : pelaporan, media massa, instansi terkait,masyarakat,
internet.
Informasi yang diperoleh terdiri dari :
16
a) Apa jenis bencana
b) Bilamana waktu, tanggal, bulan, tahun, jam, waktu setempat.
c) Dimana lokasinya
d) Berapa jumlah korban, kerusakan
e) Penyebab
f) Bagaimana
b. Penugasan tim reaksi cepat
Tujuannya: untuk melaksanakan tugas pengkajian secara cepat, tepat, dan dampak
bencana serta memberikan dukungan pendampingan dalam penanganan bencana. Hasil
pelaksanaan tugas digunakan sebagai pertimbangan dalam penentuan tingkat bencana
c. Penetapan status atau tingkat bencana
Penetapan status tingkat bencana ditetapkan oleh
Bupati / walikota skala kabupaten /kota
Gubernur provinsi
Presiden nasional
Tindak lanjutnya yaitu BNPB/BPBD menunjuk komandan penanganan tanggap darurat
bencana sesuai tingkat bencana
d. Pembentukan komando tanggap darurat
Tugas pokok :
Merencanakan operasi penanganan tanggap darurat
Mengajukan permintaan kebutuhan bantuan
Melaksanakan dan mengkoordinasikan pengerahan sumber daya.
Melaksanakan pengumpulan informasi
Menyebarluaskan informasi mengenai bencana
Pelaksanaan Kegiatan :
1. Berdasarkan Pasal 48
Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya
Penentuan status keadaan darurat bencana
17
Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana
Pemenuhan kebutuhan dasar
Perlindungan terhadap kelompok rentan
Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital
2. Pengkajian Secara cepat dan tepat (pasal 49)
Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi :
Cakupan lokasi bencana
Jumlah korban
Kerusakan prasarana dan sarana
Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan
Kemampuan sumber daya alam maupun buatan
3. Penentuan status keadaan darurat (pasal 51)
Dilaksanakan oleh pemerintah sesuai skala bencana
Untuk skala nasional dilakukan oleh presiden
Skala provinsi oleh gubernur
Skala kabupaten ataupun kota oleh bupati atau walikota
4. Penyelamatan dan Evakuasi Korban (pasal 52)
Hal ini dilakukan dengan memberikan pelayanan kemanusiaan yang timbul akibat
bencana yang terjadi pada suatu daerah melalui upaya :
Pencarian dan penyelamatan korban
Pertolongan darurat
Evakuasi korban
5. Pemenuhan kebutuhan dasar (pasal 53)
Meliputi bantuan penyediaan :
Kebutuhan air bersih dan sanitasi
Pangan
Sandang
Pelayanan kesehatan
Pelayanan psikososial
Penampungan dan tempat hunian
6. Perlindungan terhadap kelompok rentan (pasal 55)
18
Dilakukan dengan memberikan prioritas kepada kelompok rentan berupa
penyelamatan, evakuasi, pengaman, pelayanan kesehatan dan psikososial
Kelompok rentan
Bayi, balita, anak-anak
Ibu yang sedang mengandung dan menyusui
Penyandang cacat
Orang lanjut usia
7. Pemulihan Fungsu prasarana dan sarana (pasal 56)
Hal ini dilakukan dengan memperbaiki dan/atau mengganti kerusakan akibat bencana.
e. Manajemen Penanganan Bencana
Seksi Siaga
▫ Regu Peringatan Dini
▫ Regu Pemetaan
Seksi Tanggap Darurat
▫ Regu Perintis
▫ Regu Penyelamatan
▫ Regu Keamanan
▫ Regu Pengungsian
▫ Regu Kebakaran
▫ Regu Logistik
Seksi Komunikasi
Regu Administrasi dan Dokumentasi
Regu Informasi dan Hubungan Luar
Regu Relawan
Seksi Kesejahteraan
Regu Pertolongan Pertama
Regu Dapur Umum (DU)
C. Pasca Bencana
19
• Pasca bencana adalah periode/waktu/masa setelah tahap kegiatan tanggap darurat
terjadinya bencana.
• Penanggulangan bencana adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan meliputi
kegiatan pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan pada saat sebelum terjadinya
bencana serta penyelamatan pada terjadinya bencana, rehabilitatif, dan rekonstruksi
setelah terjadinya bencana.
• Penaganan pasca bencana adalah segala upaya dan perbaikan fisik maupun non fisik yang
dilakukan setelah terjadinya bencana, meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi dalam upaya
pemulihan kegiatan masyarakat.
1. Kebijakan dan Strategi Penanganan Bencana
a. Kebijakan
Penanganan bencana merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah,
pemerintah provinsi, kabupaten dan masyarakat.
Sesuai UU No. 23 tahun 2004, tentang pemerintah daerah, provinsi dan kabupaten
sebagai daerah otonom berperan sebagai ujung tombak dalam penanganan
bencana.
b. Strategi
Strategi pelaksanaan dilakukan melalui tahapan :
Pada tahap awal (fungsionalisasi), dilakukan perbaikan sarana, prasarana dan
fasilitas umum yang rusak shingga dapat berfungsi kembali secara minimal agar
kehidupan masyarakat dapat segera dipulihkan kembali. Selanjutnya dilakukan
inventarisasi dan pengkajian dalam rangka persiapan rehabilitasi dan rekonstruksi
atas sarana dan prasarana yang rusak
Pada tahap rehabilitasi dilakukan perbaikan kembali atas sarana, prasarana dan
fasilitas umum yang rusak sebagai upaya dalam rangka mengembalikan kondisi
seperti semula dengan melibatkan seluruh unsur.
Pada tahap rekonstruksi dilakukan pembangunan dan peningkatan atas sarana
dan prasarana tersebut yang rusak didahului dengan evaluasi dan suatu
perencanaan yang matang sebelum dilaksanakan pelaksanaan pembangunan.
2. Mekanisme Penanganan Pasca Bencana
20
a. Perbaikan sarana, prasarana dan fasilitas umum yang rusak yang mendukung aspek
sosial, ekonomi masy serta keamanan
b. Menyediakan lokasi dana kedaruratan dalam APBD , memiliki rencana tata ruag
yang dilengkapi dgn peta rawan bencana dan rencana kedaruratan akan terjadinya
bencana serta disosialisasikan kepada masy setempat
c. Usulan pemulihan fisik yang rusak diajukan oleh bupati/walikota selaku ketua
SATLAK PBP kepada gubernur selaku ketua SATKORLAK PBP dilengkapi dengan
laporaan kejadian bencana
d. Gubernur selaku ketua SATKORLAK berkewajiban untuk segara meneruskan
usulan kepada ketua BAKORNAS PBP
e. BAKORNAS PBP menerima usulan pemulihan fisik akibat bencana yang diusulkan
oleh gubernur
f. BAKORNAS PBP bersama departemen terkait, melakukan kaji kebutuhan
rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana dilengakapi dengan hasil observasi
lapangan atas usulan permohonan bantuan
g. Permohonan bantuan yang sudah diseleksi berdasarkan hasil kaji kebutuhan disusun
dalam daftar sebagai bahan pembahsan departemen terkait
3. Pembiayaan
a. Pembiayaan dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana dialokasikan
oleh mentri keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota dengan tembusan kepada ketua
BAKORNAS PBP , Gubernur/instansi terkait.
b. Pembiayaan teknis operasional instansi terkait di bebankan kepada anggaran instansi
masing-masing
c. Pembiayaan dalam rangka observasi lapangan, pemantauan dan evaluasi di bebankan
kepada Tim Penaganan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pasca Bencana yg
dikoordinasikan oleh sekretariat BAKORNAS
d. Pembiayaan bantuan yang berasal dari swasta atau luar negeri akan diatur dengan
pedoman tersendiri
4. Pelaksanaan
a. Pelaksana kegiatan dilakukan oleh masing-masing instansi, provinsi, dan kabupaten
berdasarkan anggaran yang telah disahkan oleh mentri Keuangan
21
5. Pengawasan dan Pengendalian
a. BAKORNAS PBP bersama departemen/instansi terkaitdidampingi SATKORLAK
PBP wilayah terkait melakukan pamantauan,pengendalian dan evaluasi saat
pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana di kabupaten/kota
b. Pengawasan keuangan terhadap pelaksanaan penggunaan anggaran akan dilakukan
oleh pengawas internal dan eksternal pemerintah.
6. Pertanggungjawaban dan Pelaporan
Laporan pertanggungjawaban pekerjaan baik fisik maupun keuangan disampaikan kepada
ketua BAKORNAS PBP dan menteri keuangan dengan tembusan Gubernur,
Departemen/Instansi terkait yang dilaporkan secara periodik sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
KOORDINASI BENCANA
22
Peran Instansi Terkait
1. Berkoordinasi dan berkerjasama dalam penanggulangan bencana sejak pra bencana
2. Bertanggung jawab kepada kepala penanggulangan bencana / kepala departemen sesuai
tingkatannya
Koordinasi
1. Sinkronisasi antara ide, perintah, informasi, dll dari semua
elemen/instansi/departemen/antar individu sehingga tercapai suatu pola terstruktur atau
alur yang saling terhubung dan bersinergi
2. Masalah utama yang ditemui dalam koordinasi adalah masalah PERILAKU
3. Diperlukan :
a. Kepercayaan
b. Komunikasi
c. Pengurangan ego
d. Tanggung jawab
Tugas YanMed Dasar
1. Menyiapkan IGD RS
2. Menyiapkan jaringan RS Rujukan terpadu
3. Menyiapkan Pra Rumah Sakit
a. Ambulance service
b. Poskesdes – Public Safety Center (PSC)\
c. IGD Puskesmas
23
Komando/Administrasi
1. Ada perintah tertulis/lisan
2. Ada laporan tertulis/lisan
3. Ada pemberitahuan tertulis/lisan
Kompetensi Dokter
1. Terdaftar
2. Mempunyai standar kompetensi
3. Izin praktek
4. (boleh) mengerjakan yang tujuannya menolong jiwa tanpa ijin siapapun (darurat)
Depo Obat / Alkes
1. Dikelola dinas kesehatan (yang tergabung dalam BPBD)
2. Penerimaan dan pendistribusian terpadu
3. Semua kegiatan tercatat
Depo Logistik Bencana
1. Dikelola BPBD
2. Terpusat dalam penerimaan dan pendistribusian
3. Dilaporkan kepada ketua BPBD kabupaten
4. Tercatat
BAKORKESDA
24
1. Badan Koordinasi Kesehatan Daerah
2. Terdiri dari : DinKes, Kes TNI-AD/AL/AU/POLRI dan Kes lainnya
3. Diketuai kepala dinas atau yang disepakati
4. Dapat saling berkoordinasi langsung
Obat / Alkes Emergensi
1. Antibiotik, analgetik, anti diare
2. Obat lokal / anastesi
3. Anti-alergi
4. Alat penanganan luka
5. Obat-obatan perawatan luka
6. Alat-alat stabilisasi
7. Set bedah minor
8. Alat-alat resusitasi, dll
Penyakit Pasca Bencana
1. ISPA
2. Diare / Infeksi Saluran Cerna
3. Nutrisi
4. Kelainan Jiwa / Psikologi
5. Infeksi Luka
6. Kelainan Kulit
7. STD, ISK
25
Koordinasi dengan 10 Unit Terkait
1. Dinas Kesehatan
2. Dinas PU
3. Dinas Sosial
4. Dinas Kesra
5. Dinas Perhubungan
6. Departemen Dalam Negeri
7. Dinas ESDM
8. Dinas Keuangan
9. TNI
10. Polri
Pengungsian
1. Tempat / Lokasi
2. Jumlah pengungsi / personel kesehatan dan pendukung
3. Sarana akomodasi
4. Sarana kesehatan dan logistik kesehatan
5. Hygiene sanitasi lingkungan
6. Logistik umum dan makanan
7. Keamanan
TUGAS POKOK KEPALA PUSKESMAS
26
Kepala puskesmas bertanggung jawab dalam hal penanganan bencana sebelum, saat, dan
sesudah bencana. Berikut adalah tugas pokok seorang kepala puskesmas dalam penanggulangan
bencana.
1. Sebelum terjadi bencana
Sebelum terjadi bencana, seorang kepala puskesmas melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Membuat peta geomedik daerah rawan bencana
b) Membuat jalur evakuasi
c) Mengadakan pelatihan
d) Inventarisasi sumber daya sesuai dengan potensi bahaya yang mungkin
e) Menerima dan menindaklanjuti informasi peringatan dini ( Early warning sign )
untuk kesiapsiagaan bidang kesehaatan
f) Membuat tim kesehatan lapangan yang tergabung dalam satgas
g) Mengadakan koordinasi lintas sektor
h) Saat terjadi bencana
i) Kepala puskesmas di lokasi bencana melakukan kegiatan:
j) Beserta staf menuju lokasi bencana dengan membawa peralatan yang diperlukan
untuk melaksanakan triase dan memberikan pertolongan pertama
k) Melaporkan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten atau kota tentang terjadinya
bencana.
l) Melakukan penilaian cepat masalah kesehatan awal
m) Menyerahkan tanggung jawab kepada kepala dinas kesehatan kabupaten / kota bila
telah tiba di lokasi
n) Apabila kejadian bencana melampaui batas wilayah kecamatan, maka sebagai
penanggung jawab adalah kepala dinas kesehatan kota atau kabupaten.
Kepala puskesmas disekitar lokasi bencana melakukan kegiatan:
a) Mengirimkan tenaga kesehatan dan perbekalan kesehatan dan ambulans atau alat
transportasi lainnya ke lokasi bencana dan tempat penampungan pengungsi.
27
b) Membantu melaksanakan perawatan dan evakuasi korban serta pelayanan kesehatan
pengungsi.
2. Setelah terjadi bencana:
a) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar di penampungan dengan mendirikan
pos kesehatan lapangan
b) Melaksanakan pemeriksaan kualitas air bersih dan pengawasan sanitasi lingkungan
c) Melaksanakan surveilans penyakit menular dan gizi buruk yang mungkin timbul
d) Segera melapor ke dinas kesehatan kabupaten/kota bila terjadi KLB penyakit
menular dan gizi buruk
e) Merujuk penderita yang tidak dapat ditangani dengan konseling awal dan
membutuhkan konseling lanjut, psikoterapi dan penangan lebih spesifik
f) Memfasilitasi relawan, kader dan petugas pemerintah tingkat kecamatan dalam
memberikan KIE kepada masyarakat luas, bimbingan kepada kelompok yang
memiliki kemungkinan gangguan stress pasca trauma, memberikan konseling pada
individu yang berpotensi gangguan stress pasca trauma
3. Evaluasi
Evaluasi setiap kegiatan penanganan bencana dilakukan di tiap jenjang administrasi .
4. Pencatatan
a) Pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
b) Penggunaan obat dan perbekalan kesehatan
c) Penerimaan dan pendistribusian bantuan yang diterima dari dalam dan luar negeri
d) Mobilisasi tenaga kesehatan
5. Pelaporan
a) Pelaporan dilakukan pada saat awal dengan alat komunikasi yang ada. Periodisasi
dan kala waktunya disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi serta kondisi di
lapangan.
b) Pelaporan dilakukan berjenjang mulai dari koordinator dilapangan sampai ke tingkat
provinsi dan pusat penanggulangan masalah kesehatan.
28
EVAKUASI PADA BENCANA
Definisi
- Evakuasi : upaya untuk memindahkan korban secara aman dari lokasi yang tertimpa
bencana ke wilayah yang lebih aman untuk mendapatkan pertolongan.
- Evakuasi medik : upaya untuk memindahkan penderita gawat darurat dari suatu tempat
ke tempat lain namun mempunyai fasilitas yang dibutuhkan oleh penderita yang dirujuk.
Prinsip – Prinsip Evakuasi Medik
Penyusunan peta jalur evakuasi bidang kesehatan
1. Tersedianya peta daerah rawan bencana dengan jalur evakuasi
2. Penyusunan peta kelompok rentan
3. Penyusunan peta sumber daya kesehatan
4. Penetapan lokasi tempat penampungan dan pos kesehatan
5. Menentukan jalur lalu lintas evakuasi bidang kesehatan/ambulans
Alur proses pemindahan korban
29
30
AREA MUSIBAH
Nilai apakah mungkin pertolongan pertama dilakukan di lokasi.Awas bahaya api (arah angin), kemungkinan ledakan, kemungkinan tanah longsor dan lain-lainBila memungkinkan lakukan RJP di lokasi/pindahkan semua korban ke area pengumpulan korban
AREA PENGUMPULAN KORBAN (“COLLECTION
AREA”)
Lokasi teraman dan terdekat dari area musibah yang memungkinkan untuk pertolongan pertama kasus gawat darurat (missal:RJP) atau ABC tanpa alat/alat terbatasbawa korban ke area perawatan melalui triase yang ditentukan
AREA (TRIAGE AREA/ SELECTION
AREA)
Tentukan kegawatan korbangunakan label yang disepakati untuk semua kasustulis diagnosa dan instruksi awal untuk tindakan yang diperlukan dalam stabilisasi korbanAREA PERAWATAN (CARE
AREA)
Lakukan pemeriksaan ulang dengan memberikan prioritas sesuai dengan kegawatan Lakukan tindakan untuk stabilisasi korbanlakukan komunikasi untuk rujukan korbantentukan alat & petugas untuk evakuasi korbanbuat pengelompokan perawatan sementara
AREA TRANSPORTASI TRANSPORT AREA
Kelompokan kendaraan untuk evakuasi sesuai dengan fasilitas dan kru ambulansLetakan lokasi ambulans GD di dekat area perawatanAtur tujuan evakuasi sesuai perintah posko
RUMAH SAKIT
Pos medis depanPos medis belakangPos medis cadangan
TRIAGE
Definisi
Triage France “trier” memilih.
Triage didefinisikan sebagai :
Pemilihan dan pengalokasian penatalaksanaan kepada pasien, terutama pada korban
peperangan dan bencana berdasarkan skala prioritas untuk memaksimalkan jumlah
korban yang selamat.
Pemilihan pasien (seperti di dalam ruang gawat darurat) berdasarkan keadaan yang
mendesak (urgency) akan pengobatan.
Jenis
a. Triage pasien tunggal
Gawat (emergent)
Penting (urgent)
Tidak penting (non urgent)
b. Triage korban beragam sehari – hari START
c. Triage dalam insiden dengan korban masal yang berlebihan START & SAVE
d. S.T.A.R.T. Triage System
S.T.A.R.T. (Simple Triage & Rapid Transport). Example of a triage method that quickly
classifies victims and prioritizes treatment
little no care needed
delay care, injuries not life-threatening
31
MINOR
DELAYED
immediate care for life-threatening situation
no care, mortal injuries, cannot be saved
Penilaian
a. Pernapasan
b. Perfusi
c. Tingkat Kesadaran
SAVE (Secondary Assesment of Victim Enpoint )
Sistem triage yang berusaha memberikan perawatan bagi pasien di lapangan yang merasa paling
beruntung ketika berhadapan dengan sumber yang sangat terbatas dan bencana yang
berkepanjangan
Kategori SAVE
a. Korban yang mati tanpa melihat jumlah perawatan yang diterimanya
b. Korban yang akan selamat tanpa melihat langkah perawatan apa yang akan diberikan
c. Korban yang akan sangat beruntung dari intervensi di lapangan yang sangat terbatas
Penatalaksanaan
a. Tatalaksana trauma toraks
Tindakan darurat
ABC
Pungsi toraks pada :
Pneumotoraks desak
Aspirasi hemotoraks massif
Aspirasi perikard
b. Jika ada luka terbuka ditutup dengan pembalut u/ menghentikan kebocoran udara
c. Pneumotoraks desak dipungsi sesegera mungkin
32
IMMEDIATE
MORGUE
d. Pengelompokan penderita trauma
e. Menyebabkan gangguan faal organ vital (ABC tdk ada / tidak stabil) kematian
f. Cedera yang tidak membahayakan jiwa
g. Trauma ringan
STANDAR MINIMAL LINGKUNGAN PENGUNGSIAN
Pengadaan Air
Hal-hal yang diperlukan dalam pengadaan air:
• Persediaan air harus cukup untuk memberi sedikit–dikitnya 15 liter per orang per hari
• Volume aliran air ditiap sumber sedikitnya 0,125 liter perdetik.
• Jarak pemukiman terjauh dari sumber air tidak lebih dari 500 meter
• 1 (satu) kran air untuk 80 – 100 orang
Kualitas air
Kelayakan air yang perlu diperhatikan :
• Kandungan air yang terdapat bakteri dari pencemaran kotoran manusia tidak lebih dari 10
coliform per 100 mili liter
• Untuk air yang disalurkan melalui pipa–pipa air harus didisinfektan lebih dahulu sebelum
digunakan sehingga mencapai standar yang bias diterima (yakni residu klorin pada kran
air 0,2–0,5 miligram perliter dan kejenuhan dibawah 5 NTU)
• Konduksi tidak lebih dari 2000 jS / cm dan airnya biasa diminum
Tidak terdapat dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan pengguna air
Prasarana dan Perlengkapan
33
• Setiap keluarga mempunyai dua alat pengambil air yang berkapasitas 10–20 liter, dan
tempat penyimpan air berkapasitas 20 liter. Alat–alat ini sebaiknya berbentuk wadah
yang berleher sempit dan/bertutup
• Setiap orang mendapat sabun ukuran 250 gram per bulan
• Bila kamar mandi umum harus disediakan, maka prasarana ini harus cukup banyak untuk
semua orang yang mandi secara teratur setiap hari pada jam–jam tertentu. Pisahkan
petak–petak untuk perempuan dari yang untuk laki–laki.
• Bila harus ada prasarana pencucian pakaian dan peralatan rumah tangga untuk umum,
satu bak air paling banyak dipakai oleh 100 orang.
Pembuangan Kotoran Manusia
d. Tiap jamban digunakan paling banyak 20 orang
e. Penggunaan jamban diatur perumah tangga dan menurut pembedaan jenis kelamin (misalnya
jamban persekian KK atau jamban laki–laki dan jamban perempuan)
f. Jarak jamban tidak lebih dari 50 meter dari pemukiman
• Jamban umum tersedia di tempat–tempat seperti pasar, titik–titik pembagian sembako,
pusat – pusat layanan kesehatan dsb.
• Letak jamban dan penampung kotoran harus sekurang–kurangnya berjarak 30 meter dari
sumber air bawah tanah. Dasar penampung kotoran sedikitnya 1,5 meter di atas air
tanah.Pembuangan limbah cair dari jamban tidak merembes ke sumber air mana pun,
baik sumur maupun mata air, suangai, dan sebagainya
• 1 (satu) Latrin/jaga untuk 6–10 orang
Pengelolaan Limbah Padat
• Sampah rumah tangga dibuang dari pemukiman atau dikubur
• Tidak terdapat limbah medis yang tercemar atau berbahaya
34
• Dalam batas–batas lokasi setiap pusat pelayanan kesehatan, terdapat tempat pembakaran
limbah padat yang dirancang, dibangun, dan dioperasikan secara benar dan aman, dengan
lubang abu yang dalam.
• Terdapat lubang–lubang sampah, keranjang/tong sampah, atau tempat–tempat khusus
untukmembuang sampah di pasar–pasar dan pejagalan,dengan system pengumpulan
sampah secara harian.
• Tempat pembuangan akhir untuk sampah padat berada dilokasi tertentu sedemikian rupa
sehingga problema–problema kesehatan dan lingkungan hidup dapat terhindarkan.
• 2 ( dua ) drum sampah untu 80 – 100 orang
cara – cara untuk membuang limbah rumah tangga sehari–hari :
• Tidak ada satupun rumah/barak yang letaknya lebih dari 15 meter darisebuah bak sampah
atau lubang sampah keluarga, atau lebih dari 100 meter jaraknya dar lubang sampah
umum.
• Tersedia satu wadah sampah berkapasitas 100 liter per 10 keluarga bila limbah rumah
tangga sehari–hari tidak dikubur ditempat.
Pengelolaan Limbah Cair (pengeringan)
• Tidak terdapat air yang menggenang disekitar titik–titik pengambilan/sumber air untuk
keperluan sehari–hari, didalam maupun di sekitar tempat pemukiman
• Air hujan dan luapan air/banjir langsung mengalir malalui saluran pembuangan air.
• Tempat tinggal, jalan – jalan setapak, serta prasana – prasana pengadaan air dan sanitasi
tidak tergenang air, juga tidak terkikis oleh air.
35
PENYAKIT PASCA BENCANA
Jenis Bencana dan penyakitnya
Jenis Bencana Jenis Penyakit
Banjir Diare, eksema, ISPA
Gunung meletus ISPA, diare, konjungtivitis, luka bakar
Kebakaran hutan/pemukiman ISPA, luka bakar
Gempa bumi Patah tulang, luka memar, luka sayat, ISPA,
diare
Huru hara Luka sayat, luka memar
Tanah longsor Luka sayat, luka memar,patah tulang
Gelombang tsunami Luka sayat, luka memar, ISPA, diare
Penyakit Pasca Bencana
1. Tetanus
Etiologi Bakteri Clostridium tetani yang menyerang sistem saraf dan otot
Bakteri ini banyak terdapat di tanah dan feses (kotoran) manusia dan binatang
Masa inkubasi 3 -14 hari, biasanya 1 minggu
Gejala otot leher dan perut kaku dan nyeri, sulit menelan dan trismus, demam,
berkeringat, tekanan darah meningkat, dan jantung berdebar-debar
Pencegahan vaksinasi DTP ke puskesmas atau posko kesehatan/medis
36
Bagi korban bencana yang terluka, luka harus dijaga agar selalu bersih dan hindari kontak
dengan tanah atau kotoran, selalu menjaga kebersihan badan dan lingkungan sekitar
2. ISPA (infeksi saluran pernafasan akut)
Penyakit terbanyak pada pengungsi gempa yang tinggal di tenda-tenda maupun tempat
tinggal sementara
Penyebab kerumunan warga yang tinggal di suatu ruang
Banyaknya debu yang berterbangan, hawa dingin di malam hari mempercepat
penyebaran ISPA
Dapat disebabkan virus (rhinovirus) dan bakteri (Streptococcus pneumonia)
Virus batuk atau rinorea, dahak tidak berwarna dan tidak kental. Penyembuhan secara
tradisional dapat memanfaatkan potensi yang ada dengan mencampur jeruk nipis dengan
kecap, maupun dengan minuman hangat seperti jahe
Bakteri batuk pilek tetapi lendir, dahak berwarna kekuning-kuningan serta kental,
tenggorokan terasa perih, nyeri, sesak seperti radang tenggorokan.
Dalam keadaan darurat dapat menggunakan larutan setengah sendok teh garam dengan
air hangat yang matang.
3. Diare
Diare berhubungan dengan kebersihan di lingk. T4 tinggal sementara yang tidak terjamin
Diare muntah dan buang air besar Dehidrasi
Pengobatan dapat dilakukan dengan minum oralit serta multivitamin yang cukup
Dalam keadaan mendesak dapat pula dengan mencampurkan larutan air hangat + ½
sendok gula & garam serta makan dan minum makanan sehat & bersih
4. Campak
Campak merupakan penyakit yang menyerang dan menular pada korban pengungsi
terutama anak-anak, tetapi dewasa juga dapat terkena
Gejala Demam tinggi (paling tinggi dicapai setelah 4 hari), bercak Koplik pada bagian
dalam pipi di sebelah depan gigi premolar, mata merah dan berair, tenggorokan sakit,
pilek, batuk yang khas kering dan keras, vesikel muncul di belakang telinga menyebar ke
muka lalu ke seluruh badan
Etiologi Infeksi virus Varicella
Penularan melalui batuk, bersin dan tangan yang kotor oleh cairan hidung
37
Komplikasi otitis media, bronkitis, pneumonia, encephalitis
Pencegahan :
Penderita di isolasi
Istirahat dan minum banyak cairan, minum obat antipiretik
Pencegahan Penyakit pasca bencana
1. Menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Meski dalam lingkungan pengungsian untuk
mewujudkan lingkungan yang bersih tidak semudah dalam kehidupan umumnya, namun
hendaknya hal ini mendapat perhatian dari berbagai pihak
2. Memperhatikan kebersihan dan kesehatan makanan serta minuman
Penyakit di Pengungsian
Penyakit Penyebab Tindakan Preventif
Diare Pemukiman terlalu
padat, Pencemaran
air dan makanan,
Sanitasi jelek
Menyediakan area yang cukup,
Pendidikan mengenai kesehatan,
Membagikan sabun pembersih,
Kesadaran kebersihan makan dan
pribadi, Penyediaan air bersih dan
makanan yang cukup
Cacar Pemukiman terlalu
padat, Vaksinasi tak
jalan
Menyediakan area yang cukup,
imunisasi untuk anak balita
38
Penyakit
pernafasa
n
Perumahan kumuh,
Kuranganya selimut
dan pakaian,
Merokok di tempat
umum
Menyediakan area yang cukup,
Perlindungan yang cukup seperti
pakaian yang layak
dan selimut yang memadai
Meningitis pemukiman yang
terlalu padat
Standar minimal untuk tempat
tinggal yang layak, Imunisasi sesuai
dengan anjuran dokter
Penyakit Penyebab Tindakan preventif
Tuberkulosa Pemukiman yang
terlalu padat, Gagal
gizi, Rentan terhadap
bakteri TBC
Standar minimal untuk
tempat tinggal yang layak,
Imunisasi
Typhoid Pemukiman yang
padat, Kesadaran
kebersihan kurang,
Kurangnya air bersih,
Kurangnya sanitasi
Standar minimal untuk tempat
tinggal yang layak, Air bersih
yang cukup, Sanitasi yang
memadai Kesadaran akan
pentingnya kebersihan
Cacingan Pemukimanyang
padat, Sanitasi tidak
memadai
Standar minimal untuk tempat
tinggal yang layak, Sanitasi yang
layak, Memakai alas kaki,
Kesadaran akan kesehatan
individu
Scabies Pemukiman yang Standar minimal untuk tempat
39
padat, Kurangnya
kesadaran kesehatan
diri
tinggal yang layak, Cukup
tersedianya air bersih dan sabun
pembersih
Kegiatan Pasca bencana
GANGGUAN PSIKOLOGI PASCA BENCANA
Tipe – Tipe Gangguan Kecemasan
1. Fobia
Ketakutan yang berlebihan yang disebabkan oleh benda, binatang ataupun peristiwa
tertentu
Sifatnya biasanya tidak rasional, dan timbul akibat peristiwa traumatik yang pernah
dialami individu
Fobia simpel : sumber binatang, ketinggian, tempat tertutup, darah (Yang menderita
banyak wanita, dimulai semenjak kecil)
Agorafobia: kata yunani, agpra = tempat berkumpul, pasar. Sekelompok ketakutan yang
berpusat pada tempat-tempat publik: takut berbelanja, takut kerumunan, takut bepergian
Simptom: ketegangan, pusing, kompulsi, merenung, depresi, ketakutan menjadi gila.
Fobia dibedakan menjadi dua jenis,yaitu:
a. Fobia Spesifik
Ketakutan berlebih yang disebabkan oleh benda, atau peristiwa traumatik tertentu.
Contohnya adalah ketakutan terhadap kucing (ailurfobia), ketakutan terhadap
40
ketinggian (acrofobia), ketakutan terhadap tempat tertutup (agorafobia), fobia
terhadap kancing baju, dsb.
b. Fobia Sosial
Ketakutan berlebih pada kerumunan atau tempat umum. ketakutan ini disebabkan
akibat adanya pengalaman yang traumatik bagi individu pada saat ada dalam
kerumunan atau tempat umum. Contohnya adalah dipermalukan didepan umum,
ataupun suatu kejadian yang mengancam dirinya pada saat diluar rumah.
2. Obsesif Kompulsif
Obsesif adalah pemikiran yang berulang dan terus-menerus.
Kompulsif adalah pelaksanaan dari pemikirannya tersebut.
Perilaku ini merupakan ritual pembebasan dari dosa pada orang tersebut. dengan
mencuci tangan ia berharap bisa membersihkan dari dosa yang telah ia perbuat
obsesif kompulsif ini biasanya cenderung pada perilaku bersih-bersih.
3. Post Traumatik-Stress Disorder (PTSD/ Gangguan Stress Pasca Trauma)
Kecemasan akibat peristiwa traumatik yang biasanya dialami oleh veteran perang atau
orang-orang yang mengalami bencana alam.
Simtom dan diagnosis:
Akibat kejadian traumatik atau bencana yang tingkatnya sangat buruk: perkosaan,
peperangan, bencana alam, ancaman yang serius terhadap orang yang sangat
dicintai, melihat orang lain disakiti atau dibunuh.
Akan berakibat tidak dapat konsentrasi, mengingat, tidak dapat santai, impulsif,
mudah terkejut, gangguan tidur, cemas, depresi, mati rasa; hal-hal yang
menyenangkan tidak menarik lagi, ada perasaan asing terhadap orang-lain dan
yang lampau.
Ada rasa bersalah, sering terjadi mimpi buruk atau gangguan tidur.
4. GAD (Generalized Anxiety Desease: Gangguan Kecemasan Tergeneralisasikan)
Kecemasan kronis terus menerus rnencakup situasi hidup (cemas akan terjadi
kecelakaan, kesulitan finansial).
41
Ada keluhan somatik: berpeluh, merasa panas, jantung berdetak keras, perut tidak
enak, diare, sering buang air kecil, dingin, tangan basah, mulut kering, tenggorokan
terasa tersumbat, sesak nafas, hiperaktivitas sistem saraf otonomik.
Merasa ada gangguan otot: ketegangan atau rasa sakit pada otot terutama pada leher
dan bahu, pelupuk mata berkedip terus, bcrgetar, mudah lelah, tidak mampu untuk
santai, mudah terkejut, gelisah, sering berkeluh.
Cemas akan terjadinya bahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas akan
mendapatkan.serangan jantung, cemas akan mati.
Sering penderita tidak sabar, mudah marah, tidak dapat tidur, tidak dapat konsentrasi.
5. Gangguan Panik
Tanda-tanda:
Sesak nafas, detak jantung keras, sakit di dada, merasa tercekik, pusing, berpeluh,
bergetar, ketakutan yang sangat akan teror, ketakutan akan ada hukuman.
Depersonalisasi dan derealisasi: perasaan ada di luar badan, merasa dunia tidak
nyata, ketakutan kehilangan kontrol, ketakutan menjadi gila, takut akan mati.
Terjadinya:
Sering, sekali seminggu atau lebih sering. Beberapa menit
Laki-laki 0,7 %, wanita 1% 4 kali serangan panik dalam 4 minggu, Satu serangan
diikuti ketakutan terjadinya serangan lagi paling sedikit 1 bulan.
Serangan panik dapat diikuti agoraphobia 80% penderita panik juga menderita
gangguan kecemasan yang lain.
Sering juga ada depresi
Penatalaksanaan
1. Pengobatan dan tata laksana korban gempa yang traumatik harus segera dilakukan
2. Beberapa jenis terapi yang dilakukan psikiater berguna untuk mengurangi kondisi
traumatik
42
Contoh : Relaksasi salah satu cara pertama yang sering diajarkan kepada
pasien.
Psikoterapi berupa terapi kognitif dan perilaku dapat dilakukan pada pasien
berkenaan dengan kecenderungan untuk terus menerus mengingat peristiwa
tersebut
Dukungan keluarga dan sahabat korban yang sangat penting dalam proses
pemulihan
3. Pendekatan-Pendekatan Psikodinamika
Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan kepada
konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi.
4. Pendekatan-Pendekatan Humanistik
Para tokoh humanistik percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi sosial diri kita
yang sesungguhnya. Oleh sebab itu terapis-terapis humanistik bertujuan membantu orang
untuk memahami dan mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan mereka yang
sesungguhnya
↓
Sebagai akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka
yang sesungguhnya dan tidak bereaksi dengan kecemasan bila perasaan-perasaan mereka
yang sesungguhnya
↓
dan kebutuhan-kebutuhan mereka mulai muncul ke permukaan.
5. Pendekatan-Pendekatan Biologis
Pendekatan ini biasanya menggunakan variasi obat-obatan untuk mengobati gangguan
kecemasan. Contohnya : golongan benzodiazepine Valium dan Xanax (alprazolam)
6. Pendekatan-Pendekatan Belajar
Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk membantu individu menjadi lebih efektif
dalam menghadapi situasi yang menjadi penyebab munculnya kecemasan tersebut
Ada beberapa macam model terapi dalam pendekatan belajar, diantaranya :
43
a) Pemaparan Gradual
Metode ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui pendekatan
setapak demi setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik.
Terapi bersifat bertahap menghadapkan individu yang agorafobik kepada situasi
stimulus yang makin menakutkan, sasaran akhirnya adalah kesuksesan individu
ketika dihadapkan pada tahap terakhir yang merupakan tahap terberat tanpa ada
perasaan tidak nyaman dan tanpa suatu dorongan untuk menghindar.
Keuntungan dari pemaparan gradual adalah hasilnya yang dapat bertahan lama.
b) Rekonstruksi Pikiran
Membantu individu untuk berpikir secara logis apa yang terjadi sebenarnya. biasanya
digunakan pada seorang psikolog terhadap penderita fobia.
c) Flooding
Individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya takut dan
dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita anxiety untuk
menghadapinya sendiri.
d) Terapi Kognitif
Melalui pendekatan terapi perilaku rasional-emotif, terapi kognitif menunjukkan
kepada individu dengan fobia sosial bahwa kebutuhan-kebutuhan irrasional untuk
penerimaan-penerimaan sosial dan perfeksionisme melahirkan kecemasan yang tidak
perlu dalam interaksi sosial.
Terapi kognitif berusaha mengoreksi keyakinan-keyakinan yang disfungsional.
e) Terapi Kognitif Behavioral (CBT)
Terapi ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan tehnik-tehnik
kognitif seperti restrukturisasi kognitif.
Beberapa gangguan kecemasan yang mungkin dapat dikaji dengan penggunaan CBT
antara lain : fobia sosial, gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan
menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan panik
44
REFERENSI
1. Hospital preparadness for emergencies & disaster HOPE direktorat jenderal bina
pelayanan medik departemen kesehatan RI tahun 2007
2. Buku ajar ilmu bedah. Editor R. Sjamsuhidajat, Wim de jong. EGC
3. Module triage system
4. Tinjauan umum manajemen bencana edisi ke 2
5. Peraturan kepala badan nasional penanggulangan bencana no.4 tahun 2008, tentang
pedoman rencana penyusunan penanggulangan bencana
45