isi mapri kesling

Upload: nadia-ventiani

Post on 13-Oct-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Isi Mapri Kesling

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangIndonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, menghadapi banyak masalah kesehatan masyarakat. Sebagai Negara Agraris yang memiliki era industrialisasi membawa Indonesia ke dalam berbagai tradisi, yaitu tradisi epidemiologi, demografi dan lingkungan.Tujuan pembangunan di bidang kesehatan menurut Indonesia Sehat adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat yang memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, memiliki derajat kesehatan yang prima.Masalah kesehatan lingkungan adalah suatu masalah yang sangat kompleks yang sangat berkaitan dengan masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Menurut ahli kesehatan HL. BLUM derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor : lingkungan, perilaku, manusia, dan pelayanan kesehatan. Sampai saat ini diketahui bahwa permasalahan penyakit terbanyak yang terdapat di wilayah kerja puskesmas didominasi oleh penyakit yang berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan.Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Sumatera Barat, di desa maupun di kota, kita sebagai Dinas Kesehatan tentu dapat menggambarkan masyarakat Sumatera Barat di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yaitu masyarakat yang ditandai penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup bersih dan sehat memiliki kemampuan dan kemauan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu.Sampai saat ini diketahui bahwa penyakit terbanyak yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji didominasi oleh penyakit-penyakit yang berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan. Dan penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian dan menyumbangkan kematian di seluruh kelompok umur.Dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat, Puskesmas merupakan ujung tombak paling depan. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan suatu strategi, khususnya dalam menghadapi kesehatan lingkungan. Strategi tersebut harus dilakukan secara terpadu di mana aspek kesehatan pada suatu sisi dan aspek lingkungan pada sisi lain.1.2Tujuana. Tujuan Umum Mengetahui tentang Program Kesehatan Lingkungan dan Penyakit Berbasis Lingkungan di Puskesmas secara umum.b. Tujuan Khusus Mengetahui tentang Program Kesehatan Lingkungan dan Penyakit Berbasis Lingkungan di Puskesmas Ambacang Kuranji Kota Padang. Sebagai salah satu syarat dalam menjalankan kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat.

1.3Batasan MasalahMakalah ini membahas tentang Program Kesehatan Lingkungan dan Penyakit Berbasis Lingkungan di Puskesmas Ambacang Kuranji secara khusus.

1.4 Metode PenulisanMetode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai literatur , laporan tahunan dan dan laporan bulanan Puskesmas Ambacang Kuranji, dan diskusi dengan Pjs kepala puskesmas dan pemegang program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Ambacang Kuranji.

BAB IIANALISA SITUASI2.1 Sejarah PuskesmasPuskesmas Ambacang terletak di salah satu Kelurahan pada Kecamatan Kuranji kota Padang yaitu kelurahan Pasar Ambacang. Karena terletaknya Puskesmas di kelurahan tersebut maka diberi nama Puskesmas Ambacang Kuranji sesuai dengan masukan dari berbagai pihak antara lain Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang dengan sebutan Puskesmas Ambacang Kuranji Awalnya pelaksanaan program puskesmas ini masih bekerja sama dengan Puskesmas Kuranji, karena 4 kelurahan sebagai wilayah kerja Puskesmas Kuranji. Pada tahun 2006 telah berdiri sendiri dapat dilaksanakan secara mandiri dan berkesinambungan. Puskesmas Ambacang Kuranji diresmikan pada 5 Juli 2006 dengan 15 orang staf, dipimpin oleh Dr. Dewi Susanti Febri. Pada Maret 2009, beliau digantikan dengan Dr. Hj. May Happy, kemudian pada September 2012 digantikan lagi oleh Trice Erwiza, SKM dengan 46 orang staf.Awalnya, pelaksanaan program puskesmas ini masih bekerja sama dengan Puskesmas Kuranji, karena empat kelurahan sebagai wilayah kerjanya sebelumnya merupakan wilayah kerja Puskesmas Kuranji. Akan tetapi, sekarang program kerja Puskesmas Ambacang Kuranji telah dilaksanakan secara mandiri dan berkesinambungan. Misi dari puskesmas ini sendiri yaitu menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan. Sedangkan strateginya adalah mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat, menyelenggarakan pelayanan kesehatan bermutu dan terjangkau, meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat.

2.2 Kondisi GeografisSecara geografis wilayah kerja Puskesmas Ambacang berbatasan kecamatan dan kelurahan yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas Ambacang. Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Ambacang yaitu: Utara: Kelurahan Korong Gadang Kec. Kuranji. Timur: Kecamatan Pauh Selatan: Kecamatan Pauh dan Lubuk Begalung. Barat: Kecamatan Padang Timur dan Kecamatan NanggaloPuskesmas Ambacang terletak pada 0 55' 25.15", Lintang Selatan dan +100 23' 50.14" Lintang Utara dengan Luas wilayah kerja Puskesmas Ambacang sekitar 12 Km2, mewilayahi 4 Kelurahan yaitu: Pasar Ambacang, Kelurahan Anduring, Kelurahan Ampang dan Kelurahan Lubuk Lintah yang umumnya masayarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan mempunyai aksesibilitas yang mudah dari dan ke Kelurahan.Secara sketsa, wilayah kerja Puskesmas dapat digambarkan sebagai berikut:

2.3 Kondisi DemografiJumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas Ambacang selama tahun 2013 adalah : 46.900 jiwa dengan distribusi kependudukan menurut kelurahan sebagai berikut: Tabel Data Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas AmbacangTahun 2013

NoKelurahanJenis KelaminJumlah

Laki-lakiPerempuan

1Psr Ambacang8115870316818

2Anduring6471694113412

3Lb Lintah469850399737

4Ampang334535886933

5Puskesmas226292427146900

TabelDistribusi Penduduk Tahun 2013

KelurahanPendudukBayiBalitaBumilBulinWus

Psr Ambacang16.8182651.3223853504.758

Anduring13.4122111.0543072793795

Lubuk Lintah9.7371537662232032.755

Ampang6.9331095451591441.9962

Jumlah46.9007383.6871.07497613.270

2.4 Sasaran Puskesmasa. Jumlah penduduk: 46.900 Jiwab. Bayi: 738 Jiwac. Balita: 3.687 Jiwad. Ibu Hamil (Bumil): 1.074 Jiwae. Lansia: 1.371 Jiwa2.5 Sarana Dan PrasaranaPuskesmas Ambacang Kuranji pada saat ini telah memiliki prasarana dan sarana yang relatif lebih baik bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Prasarana gedung dengan 2 lantai mampu dimamfaatkan untuk pelayanan dan kegiatan administrasi/manajemen. Begitu pula prasarana kendaraan roda 4 dan roda 2 telah mampu menjangkau pelayanan terutama luar gedung seperti posyandu, UKS dan UKGS serta pembinaan desa siaga.Data fasilitas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji menurut Kelurahan:KelurahanPuskesmasPustuPuskelRoda 2Klinik BersalinB.P

Pasar Ambacang1-1411

Anduring--

Ampang--

Lubuk Lintah-11

Jumlah111421

Data Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ambacang menurut Kelurahan:KelurahanPosyandu BalitaPosyandu LansiaKelurahan Siaga

Pasar Ambacang921

Anduring811

Ampang521

Lubuk Lintah711

Jumlah2964

Data fasilitas pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang menurut Kelurahan:KelurahanTKSDSMPSMU/KPTKet

Pasar Ambacang31032

Anduring261

Ampang13

Lubuk Lintah23111

Jumlah822531

2.6 Data Sumber Daya Manusia KesehatanSumber daya manusia dalam sistem kesehatan .Tenaga kesehatan merupakan orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan. tenaga di Puskesmas Ambacang berjumlah 47 orang, terdiri dari :

Tabel Tenaga Puskesmas Ambacang Tahun 2013NOJenis PetugasStatus PegawaiPendidikan TerakhirJumlahKet

PNSPTTSukaRela/HonorS 2S1D IVD IIID ISederajat SLTA

1Dokter Umum2---2----2

2Dokter Gigi2---2----2

3Sarjana Kesmas5--14----5Tubel 1

4Bidan1161--2115-18

5Perawat 5----4-15

6Perawat Gigi1-------11

7Kesling3----12--3

8Analis2-------22

9Asisten Apoteker2-------22

10Nutrition2-----2--2

11RR1-1-----22

12Sopir--1-----11

Jumlah3663163195945

2.7 Kondisi Sosial, Budaya, dan Ekonomi Penduduka. Kondisi Sosial dan BudayaSuku terbesar yang ada di Kecamatan Kuranji adalah Suku Minang, juga ada beberapa suku lainnya yaitu Jawa dan Batak. Mayoritas agama yang dianut masyarakatnya adalah Islam.a. Kondisi EkonomiMata Pencaharian Penduduk:a. Tani: 45%b. Pegawai Negeri: 20%c. Buruh: 5%d. Swasta: 2%e. Lain-lain: 18%

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA3.1. Pengertian Kesehatan LingkunganWorld Health Organisation (WHO) menggambarkan kesehatan lingkungan sebagai berikut, Those aspects of human health and disease that are determined by factors in the environment. It also refers to the theory and practice of assessing and controlling factors in the environment that can potentially affect health. Atau bisa disimpulkan sebagai Suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) Suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo dalam bukunya mendefinisikan Kesehatan Lingkungan sebagai suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Apabila disimpulkan Pengertian Kesehatan Lingkungan adalah Upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat. 3.2. Ruang Lingkup dan Sasaran Kesehatan LingkunganKontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan masyarakat.

Ruang lingkup Kesehatan Lingkungan antara lain : A. Menurut WHO :1. Penyediaan air minum2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran3. Pembuangan sampah padat4. Pengendalian vektor5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia6. Higiene makanan, termasuk higiene susu7. Pengendalian pencemaran udara8. Pengendalian radiasi9. Kesehatan kerja10. Pengendalian kebisingan11. Perumahan dan pemukiman12. Aspek kesling dan transportasi udara13. Perencanaan daerah dan perkotaan14. Pencegahan kecelakaan15. Rekreasi umum dan pariwisata16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.B. Menurut UU No 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan (Pasal 22 ayat 3) :1. Penyehatan air dan udara2. Pengamanan limbah padat/sampah3. Pengamanan limbah cair4. Pengamanan radiasi5. Pengamanan kebisingan6. Pengamanan vektor penyakitYang menjadi sasaran Kesehatan Lingkungan berdasarkan Pasal 22 ayat (2) UU No 23/1992 adalah sebagai berikut :1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis3. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis.4. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum.5. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat yang bersifat khusus.3.3. Masalah-Masalah Kesehatan Lingkungan di Indonesia 1. Air BersihAir bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna. b. Syarat Kimia : Kadar Besi, maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan (maksimal 500 mg/l).c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air).2. Pembuangan Kotoran/TinjaMetode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai berikut :a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi.b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau sumur.c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan.d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain.e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar atau bila memang benar-benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.3. Kesehatan PemukimanSecara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privasi yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumahc. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.4. Pembuangan SampahTeknik pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan faktor-faktor/unsur :a. Penimbunan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi.b. Penyimpanan sampah.c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali.d. Pengangkutane. PembuanganDengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan masalah-masalah ini secara efisien.5. Serangga dan Binatang PenggangguSerangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab. 6. Makanan dan MinumanSasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan, jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel). Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan meliputi :a. Persyaratan lokasi dan bangunan;b. Persyaratan fasilitas sanitasi;c. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan;d. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi;e. Persyaratan pengolahan makanan;f. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi;g. Persyaratan peralatan yang digunakan.7. Pencemaran LingkunganPencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air pollution dan out door air pollution. Indoor air pollution merupakan problem perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis kereta api, dan lain-lain. Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada di dalam ruangan daripada berada di jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak balita. Mengenai masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah, berbagai analisis data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan. Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan resiko dampak pencemaran pada beberapa kelompok resiko tinggi penduduk kota dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5 kali lebih besar. Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang akumulatif, tentu akan lebih buruk di masa mendatang. Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian atau sekedar diambil kayunya ternyata membawa dampak serius, misalnya infeksi saluran pernafasan akut, iritasi pada mata, terganggunya jadual penerbangan, terganggunya ekologi hutan. 3.4. Upaya Kesehatan Lingkungan di PuskesmasBertitik tolak dari masalah Kesehatan Lingkungan yang terjadi di Indonesia, ada 5 upaya dasar kesehatan lingkungan yang sering dan penting dilakukan di Puskesmas di Indonesia, yakni sebagai berikut : 1. Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB)Kegiatan upaya penyehatan air meliputi : Surveilans kualitas air, Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih, Pemeriksaan kualitas air, Pembinaan kelompok pemakai air.2. Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Pemeriksaan Rumah)Sarana sanitasi dasar yang dipantau, meliputi jamban keluarga (Jaga), saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan sampah (TPS).

3. Penyehatan Tempat-Tempat Umum (TTU)Penyehatan Tempat-Tempat Umum meliputi hotel dan tempat penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum lain, sarana ibadah, sarana angkutan umum, salon kecantikan, serta tempat keramaiannya lainnya. Dilakukan upaya pembinaan institusi Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain, sarana pendidikan, dan perkantoran.4. Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM)Secara umum penyehatan TPM bertujuan untuk melakukan pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan dan minuman, kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB keracunan, kewaspadaan dini serta penyakit bawaan makanan.5. Pemeriksaan Jentik NyamukBersama kader juru pengamatan jentik (jumantik), petugas sanitasi puskesmas, melakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin menjadi perindukan nyamuk dan tumbuhnya jentik. Kemudian dihitung, berapa rumah penduduk yang mengalami bebas jentik.3.5. Pengertian Penyakit Berbasis LingkunganPenyakit adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi dan /atau morfologi suatu organ dan/atau jar tubuh. Lingkungan adalah segala sesuatu yg ada disekitarnya (benda hidup, mati, nyata, abstrak) serta suasana yg terbentuk karena terjadi interaksi antara elemen-elemen di alam tersebut. Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.

3.6. Situasi Penyakit Berbasis Lingkungan di IndonesiaPenyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan hingga saat ini. ISPA dan diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu masuk dalam 10 besar penyakit di hampir seluruh Puskesmas di Indonesia. Menurut Profil Ditjen PP dan PL thn 2006, 22,30% kematian bayi di Indonesia akibat pneumonia. Sedangkan morbiditas penyakit diare dari tahun ke tahun kian meningkat dimana pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk, lalu meningkat menjadi 301 per 1000 penduduk pada tahun 2000 dan 347 per 1000 penduduk pada tahun 2003. Pada tahun 2006 angka tersebut kembali meningkat menjadi 423 per 1000 penduduk.3.7. Contoh Penyakit Berbasis Lingkungan Diare Cacingan ISPA Malaria DBD TB Paru Penyakit Infeksi Kulit Keracunan makanan/minuman/pestisida Keluhan akibat lingkungan yang buruk/akibat kerja3.8. Paradigma Kesehatan LingkunganDalam upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, maka perlu diketahui perjalanan penyakit atau patogenesis penyakit tersebut, sehingga kita dapat melakukan intervensisecara cepat dan tepat.

Patogenesis penyakit dapat digambarkan seperti dibawah ini:

Gambar 3.1 patogenesis penyakit Sumber : Ahmadi, 2005Dengan melihat skema diatas, maka patogenesis penyakit dapat diuraikan menjadi 4 (empat) simpul, yakni :Simpul 1: Sumber PenyakitSumber penyakit adalah sesuatu yang secara konstan mengeluarkan agent penyakit. Agent penyakit merupakan komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit baik melalui kontak secara langsung maupun melalui perantara.Beberapa contoh agent penyakit:Agent Biologis: Bakteri, Virus, Jamur, Protozoa, Amoeba, dllAgent Kimia : Logam berat (Pb, Hg), air pollutants (Irritant: O3, N2O, SO2, Asphyxiant: CH4, CO), Debu dan seratt (Asbestos, silicon), Pestisida, dllAgent Fisika : Radiasi, Suhu, Kebisingan, Pencahayaan, dan lain-lain.

Simpul 2: Komponen Lingkungan Sebagai Media Transmisi,Komponen lingkungan berperan dalam patogenesis penyakit, karena dapat memindahkan agent penyakit. Komponen lingkungan yang lazim dikenal sebagai media transmisi adalah udara, air, makanan, binatang, manusia/secara langsung.Simpul 3: Penduduk (Manusia/Perilaku Pemajanan)Komponen penduduk yang berperan dalam patogenesis penyakit antara lain perilaku, status gizi, dan pengetahuan.Simpul 4: Dampak KesehatanAdalah pengamatan, pengukuran dan pengendalian prevalensi penderita yang berkaitan atau akibat dari simpul 1, 2, dan 3. Misalnya : Prevalensi kanker payudara dan prevalensi penderita keracunan tempe bongkrek.

BAB IVPEMBAHASAN

4.1. Sasaran Pelayanan Kesehatan LingkunganA. Dalam Gedung Puskesmas Ambacang Kuranji Kota PadangB. Luar Gedung Puskesmas Ambacang Kuranjia.Perumahan masyarakat di wilayah Puskesmas Ambacangb.Lingkungan rumah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ambacang c.Restoran/RM/warung makanan di wilayah kerja Puskesmas Ambacangd.Tempat-Tempat Umum di wilayah kerja Puskesmas Ambacange.Tempat bangunan kesehatan dan perkantoran di wilayah kerja Puskesmas f.Tempat Penjualan Pestisida di wilayah kerja Puskesmas Ambacangg.Tempat Pembuangan Sampah Sementara di kelurahan di wilayah kerja h.Tempat Depot Air Minum di wilayah kerja Puskesmas Ambacangi.Tempat-tempat Industri Rumah Tangga di wilayah kerja Puskesmas Ambcangj.Tempat-tempat pendidikan (SD, SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi) di wilayah kerja Puskesmas Ambacang.

4.2. Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Ambacang Kegiatan program pembinaan kesehatan lingkungan yang dilaksanakan di Puskesmas Ambacang adalah :

a. Klinik SanitasiDi puskesmas Ambacang hanya dibuka pada hari senin kamis. Di klinik sanitasi ini setiap pasien yang menderita penyakit berbasis kesehatan lingkungan akan mendapatkan penyuluhan dan penjelasan tentang penyakitnya, penyebab penyakitnya, faktor resiko dan hal-hal yang bisa dilakukan agar penyakitnya bisa sembuh dan tidak tertular ke keluarga lainnya. Permasalahannya di Ambacang adalah penataan tempat dari klinik sanitasi yang tidak bagus karena terletak di tempat yang kurang strategis. Klinik sanitasi hanya dibuka pada hari senin dan kamis namun selain hari itu, jika tidak ada kegiatan turun lapangan pasien bisa konsul di klinik sanitasi.

b. Pengawasan TTU dan pemeriksaan TPM Pengawasan tempat-tempat umum dan tempat pengolahan makanan dimasukkan menjadi program kesehatan lingkungan karena menyangkut kebutuhan hidup orang banyak disana seperti penggunaan tempat dan makanan. Metode yang dilakukan adalah memakai kuesioner penilaian yang sudah disiapkan oleh dinas kesehatan kota dan untuk kegiatan lapangannya idealnya dalam satu kali dalam sebulan.

c. Pendataan Sanitasi Didapatkan dari klinik sanitasi, inspeksi sanitasi, kader satu orang untuk satu posyandu dan kegiatan ke lapangan. Tapi karena keterbatasan klinik sanitasi dan lain-lain menyebabkan pendataan kurang maksimal.

d. Inspeksi Sanitasi Kegiatannya adalah turun ke rumah warga, kemudian mengamati keadaan sanitasi dari rumah warga tersebut lalu mencocokkan dan melakukan penilaian dengan panduan kuisioner. Idealnya satu hari satu rumah tapi di ambacang tidak optimal. Jika rumah warga itu berdasarkan kuisioner tidak memenuhi syarat langsung diberikan penyuluhan rumah warga tersebut dan dipantau pada kunjungan berikutnya.

e. Pengawasan TPSKegiatannya ini biasanya di ambacang dilaksanakan bersamaan dengan inspeksi sanitasi. jika tidak ada pencemaran lingkungan dari tempat pembuangan sampah di rumah tersebut berarti kategorinya memenuhi syarat jika tidak memenuhi syarat langsung dilakukan penyuluhan.

f. Penyuluhan Kesehatan LingkunganKerjasama lintas program sangat dibutuhkan oleh puskesmas ambacang dalam pelaksanaan program ini. Seperti dengan program promosi kesehatan, surveilans, gizi serta KB KIA. Pada bulan februari dan maret tahun 2012 ini ketika kasus flu burung ditemukan oleh surveilans maka program kesehatan lingkungan langsung melakukan kegiatan luar gedung yaitu berupa penyuuhan.

g. Pembinaan dan Pengawasan Depot Air Minum Isi Ulang Pada bulan Januari samapai November 2013 telah dilakukan pengawasan pada depot air minum isi ulang di wilayah kerja puskesmas ambacang. Target yang diperiksa adalah seluruh DAMIU yang berada di wilayah kerja PUSKESMAS Ambcang yaitu 25 buah (100%), tetapi yang dapat diperiksa hanya 16 buah DAMIU dan yang memenuhi syarat hanya 8 buah DAMIU

Tabel 4.1 Pencapaian Program Kesehatan Lingkungan bulan Januari - November 2013NoKegiatanJumlahTarget(%)Pencapaian DiperiksaMemenuhi Syarat

JumlahPersentaseJumlahPersentase

1TTU1261003830.22565.8

2TPM1301007153.15577.5

3DAMIU251001664850

4Perumahan dan Lingkungan297265174451.9129374.1

4.3. Masalah dan Upaya yang Bisa Dilakukana. Masalah1. Jumlah tenaga kesehatan pada program kesehatan lingkungan yang tidak sebanding dengan cakupan wilayah kerja puskesmas Ambacang.2. Transportasi belum memadai.3. Kurangnya perhatian pimpinan terhadap program kesehatan lingkungan yang sedang mulai berkembang (maju).4. Kurangnya tanggungjawab dari tenaga kesehatan di kesling5. Lambatnya pasokan dana dari puskesmas.6. Lintas sektor yang tidak mendukung 7. Partisipasi masyarakat yang kurang8. Ketertiban Pembina wilayah dalam pembinaan kesehatan lingkungannya masih kurang.9. Sanitasi belum memiliki kendaraan operasional yang menunjang kegiatan ke lapangan.

b. Upaya yang Bisa Dilakukana. Penambahan tenaga kesehatanb. Tenaga kesehatan berusaha seoptimal mungkin melaksanakan tugas rutin baik dalam puskesmas maupun di lapangan sebaik-baiknya.c. Kerjasama lintas program dan lintas sektor yang terkait harus dilaksanakan agar selalu lancard. Perlu adanya motivasi yang sehat terhadap program kesehatan lingkungan baik dari petugas maupun masyarakat.

4.4.Program Pemberantasan Penyakit Menular Berbasis LingkunganTabel 4.2 Angka Kejadian Penyakit Berbasis Lingkungan di Puskesmas Ambacang tahun 2013NoNama PenyakitJumlah Kasus

1.ISPA2.751

2.Diare166

3.DBD38

4.Malaria1

5.Chikungunya0

6.Penyakit kulit infeksi667

7.TB Paru40

1. ISPAPenyakit ISPA sampai saat ini masih menempati urutan tertinggi dalam 10 penyakit terbanyak. Penanganan kasus ISPA di Puskesmas juga sesuai dengan protap dan pengobatan yang rasional. Salah satu bahaya atau akibat terburuk dari ISPA adalah kematian. Berdasarkan data dari DEPKES angka kematian bayi di Indonesia adalah 93,3/1000 penduduk. Sedangkan angka kematian balita di Indonesia adalah 17,8/1000 penduduk. Pada wilayah kerja Puskesmas Ambacang ditemukan 7.332 kasus ISPA. Hal ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 8 faktor kondisi kesehatan lingkungan rumah yang mempunyai hubungan dengan kejadian ISPA antara lain : jenis dinding, luas lantai, ventilasi dan pencahayaan siang hari, kamar tidur dengan jendela, kepadatan hunian rumah, bahan bakar memasak, kelembaban udara dalam rumah, pengelolaan sampah di rumah tangga. Maka dari itu dilakukan Program Kesehatan Lingkungan yang ada di Puskesmas Ambacang yang diwujudkan dalam Klinik Sanitasi yang bertujuan untuk menurunkan/mencegah penyakit yang berbasis lingkungan, namun program ini di Puskesmas Ambacang belum dapat dilaksanakan secara efektif, dan juga setiap penanggulangan dan pencegahan penyakit dan kasus kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ambacang tidak dapat ditangani oleh sektor kesehatan saja, melainkan perlu juga dukungan yang komprehensif dari berbagai sektor baik sector pemerintahan, swasta, LSM, maupun dunia usaha, namun kerja sama ini belum berjalan dengan baik sebagaimana mestinya

2. DiareDari data di atas terlihat bahwa penyakit diare tetap pada tahun 2013 hal ini disebabkan oleh belum adanya perhatian terhadap bahaya penyakit diare,dan perilaku hidup bersih dan sehat. Dari sekian banyak penderita, berdasarkan catatan tidak ada penderita yang dirawat ataupun yang meninggal. Semua penderita mendapatkan oralit.

3. DBDDari Laporan Surveilans tahun 2013 terdapat 38 kasus DBD. Salah satu cara untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan karena DBD adalah dengan melakukan PSN-DBD yang secara berkesinambungan.dengan kegiatan ini sangat diharapkan tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegepti jadi tidak ada lagi dan dapat berkurang.Perilaku dan lingkungan dengan sanitasi yang buruk juga sangat berpotensi dalam berjangkitnya penyakit demam Berdarah Dengue (DBD).Kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit ini menyebabkan penyakit DBD menjadi penyakit yang harus diwaspadai setiap tahunnya karena selalu saja terjadi terutama pada bulan-bulan pasca turunnya hujan.Untuk pencegahan penyakit ini pengasapan saja (foging focus) tidak cukup membantu hal ini dikarenakan yang mati hanya nyamuk dewasa.Kegiatan kemasyarakatan dalam bentuk goro bersama dan PSN dalam bentuk 3M sangatlah membantu dalam mengatasi mewabahnya penyakit DBD ini. Sebagai daerah yang Endemis Demam Berdarah dengue,wilayah kerja Puskesmas Ambacang senantiasa waspada terhadap kemungkinan kembalinya endemis DBD pada tahun 2012 ini karena sudah ada 22 kasus sampai bulan Agustus tahun ini di wilayah kerja Puskesmas Ambacang, 2 orang penderita diantaranya meninggal dunia yaitu satu orang di kelurahan anduring dan satu orang lagi di kelurahan ampang.

Tindakan yang Dilakukan : a. Pemberantasan Sarang NyamukBerdasarkan tabel di atas terdapat penurunan kasus (38 kasus) salah satu cara untuk menurunkan angka kejadiam dan kesakitan karena DBD adalah dengan melakukan PSN-DBD yang secara berkesinambungan. Dengan kegiatan ini sangat diharapkan tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegepti jadi tidak ada lagi dan dapat berkurang. Perilaku dan lingkungan dengan sanitasi yang buruk juga sangat berpotensi dalam berjangkitnya penyakit demam Berdarah Dengue (DBD).Kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit ini menyebabkan penyakit DBD menjadi penyakit yang harus diwaspadai setiap tahunnya karena selalu saja terjadi terutama pada bulan-bulan pasca turunnya hujan. Untuk pencegahan penyakit ini pengasapan saja (foging focus) tidak cukup membantu hal ini dikarenakan yang mati hanya nyamuk dewasa. Kegiatan kemasyarakatan dalam bentuk gotong royong bersama dan PSN dalam bentuk 3M sangatlah membantu dalam mengatasi mewabahnya penyakit DBD ini. b. Pemeriksaan Jentik BerkalaUntuk pemeriksaan jentik berkala dilaksanakan oleh kader secara berkala ke rumah-rumah penduduk sambil memberikan arahan/penyuluhan tentang apa itu penyakit DBD, cara pencegahan dan penanggulanagan serta pengobatannya yang dikoordinir oleh Petugas Puskesmas agar penyakit DBD tidak menimbulkan Wabah/KLB, yang diharapkan lebih dari 95 % rumah bebas dari jentik nyamuk Aedes Agepti.c. AbatisasiDalam Pelaksanaan abatisasi tujuannya adalah untuk memberantas/membunuh jentik nyamuk dengan cara menaburkan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air yang ada di dalam rumah. Keiikut sertaan masyarakat secara aktif sangatlah penting untuk pemberantasan sarang nyamuk ini karena tidak akan tuntas oleh pemerintah saja.

d. Foging FokusFoging Fokus dilaksanakan bertujuan untuk mencegah/mengantisipasi terjadinya penyebaran penyakit yang lebih luas. Foging dilakukan di sekitar rumah penderita dengan radius 200 meter, tujuannya adalah untuk memutus rantai penularan dan membunuh nyamuk dewasa yang telah terinfeksi. e. Foging MasalUnuk mengurangi/mencegah terjadinya peningkatan kasus pada tahun 2011 yang telah lalu maka dilaksanakan pengasapan secara masal di keempat kelurahan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kota Padang, yaitu Kelurahan Pasar Ambacang, Lubuk Lintah, Anduring, dan Ampang.

4. Malaria Sewaktu dilakukan survei dan penyelidikan epidemiologi di rumah penderita ditemukan banyaknya nyamuk yang bersarang pada kain yang bergantungan di ruang tamu, dan banyaknya terdapat jentik nyamuk di tempat penampungan air. Di sekeliling rumah penderita ditemukan juga kaleng bekas yang berisi jentik nyamuk, serta banyaknya sampah yang berserakan dan juga ditemukan semak-semak sebagai tempat bersarang nyamuk. Pada tahun 2013 ini ada 1 kasus malaria di Kelurahan Pasar Ambacang disebabkan oleh kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat.

5. CikungunyaUntuk mengantisipasi penyebaran penayakit yang lebih luas dan untuk memutus mata rantai penularan dari nyamuk yang telah terinfeksi kepada manusia lain maka dilakukan foging fokus pada keempat kelurahan wilayah kerja Puskesmas Ambacang. Selain itu, juga dilakukuan PSN dengan cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat bagaimana cara pencegahan supaya tidak terjadi penyebaran dan penularan penyakit chikungunya. 6. Penyakit Kulit InfeksiUntuk mengantisipasi pengulangan dan penyebaran penayakit yang lebih luas dan untuk memutus mata rantai kemungkinan penularan dari orang yang terkena penyakit kulit infeksii kepada manusia lain maka dilakukan pengobatan yang sesuai dengan penyakit kulit yang diderita pasien. Selain itu, juga dilakukuan penyuluhan kepada masyarakat bagaimana cara pencegahan supaya tidak terjadi penyebaran dan pengulangan penyakit kulit infeksi. Pada kasus 2013 terdapat cukup banyak kejadian penyakit kulit infeksi yaitu 667 kasus

7. TB ParuPenemuan kasus TB Paru dilakukan melalui penjaringan penderita yang dicurigai/suspek TB Paru yang datang berobat ke Puskesmas. Cakupan penemuan kasus TB Paru BTA (+) tahun 2013 sebesar 40 kasus.

BAB VPENUTUP

5.1. KesimpulanPuskesmas sebagai pelayanan kesehatan strata pertama memiliki program-program yang terus berjalan, dimana terdapat basic seven program salah satunya Kesehatan Lingkungan. program kesehatan lingkungan dibutuhkan untuk merubah dan memperbaiki perilaku serta lingkungan masyarakat itu sendiri yang akan memperngaruhi derajat kesehatannya. Program kesehatan lingkungan di puskesmas ambacang sudah dilaksanakan namun memang memiliki kendala baik dari sumber dayanya, sarana prasarana pendukung maupun partisipasi dari masyarakat itu sendiri yang membutuhkan perhatian dari semua pihak yang terlibat baik itu kerja sama lintas program maupun lintas sektor. Dan terpenting adalah memahami bahwa kesehatan lingkungan bukan hanya sebuah program namun kesadaran dan tanggungjawab bersama.

5.2. Sarana) Menganalisis tentang pelaksanaan dari program kesehatan lingkungan lebih mendalam lagi baik saran maupun tujuan serta strategi dalam pelaksanaan programnya.b) Sebaiknya adanya kerjasama lintas program dan lintas sektor untuk menjalankan program kesehatan lingkungan yang sebaik baiknyac) Adanya data sanitasi di setiap Kelurahand) Pembina wilayah lebih pro aktif lagi dalam penanggulangan masalah kesehatan lingkungan di wilayah binaannya

DAFTAR PUSTAKA1. Puskesmas Ambacang, 2103. Laporan Tahunan Puskesmas Ambacang tahun 2013, Padang.2. Puskesmas Ambacang, 2013. Lokakarya Mini Puskesmas Ambacang tahun 2013, Padang.3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.4. Undang-Undang No 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan.5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2005. Survei Kesehatan Nasional: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2004 Substansi Kesehatan, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.6. Soekidjo Notoatmodjo, 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Jakarta: Rineka Cipta.26