isi
TRANSCRIPT
![Page 1: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
KLB demam chikunguya merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Jawa Timur. Sejak tahun 2003 di beberapa daerah di Jatim
sering terjadi kasus chikungunya, lonjakan yang terjadi yaitu sebanyak 2.086
penderita yang tersebar di 72 desa, pada 2007 terdapat 1. 306 penderita yang
tersebar di 46 desa, sedangkan pada 2009 ada 2.013 perderita tersebar di 64
desa dan yang sangat memprihatinkan pada tahun 2010 jumlah kasusnya
mencapai 1.990 tersebar di 39 desa. dari data pemantauan terhadap penderita
chikungunya pada tahun 2009 di Pasuruan sejumlah 713 orang juga menderita
chikungunya yang tersebar di 4 desa. Dari hasil tersebut tahun 2010
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. yakni Pasuruan 976 penderita
tersebar di 15 desa (Dinkes Jatim, 2010).
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya
yang disebarkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Sebagai penyebar
penyakit adalah nyamuk Aedes aegypti; juga dapat oleh nyamuk Aedes
albopictus. Nama penyakit berasal dari bahasa Swahili yang berarti “yang
berubah bentuk atau bungkuk”, mengacu pada postur penderita yang
membungkuk akibat nyeri sendi yang hebat. Masa inkubasi berkisar 1-4 hari,
merupakan penyakit yang self-limiting dengan gejala akut yang berlangsung
3-10 hari. Nyeri sendi merupakan keluhan utama pasien, yang kadang-kadang
![Page 2: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/2.jpg)
berlangsung beberapa minggu sampai bulan. Meskipun tidak pernah
dilaporkan menyebabkan kematian, masyarakat sempat dicemaskan karena
penyebaran penyakit yang mewabah, disertai dengan keluhan sendi yang
mengakibatkan pasien lumpuh sementara sehingga mengganggu aktifitas
sehari – hari.
Sangat penting bagi masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan,
apalagi saat ini merupakan musim penghujan yang rawan timbulnya nyamuk.
Untuk memberantas nyamuk dan mencegah wabah virus yang dibawa oleh
nyamuk perlu adanya pemberantasan sarang nyamuk. Pencegahan yang murah
dan efektif dapat dilakukan yaitu dengan 3M yaitu menguras dan menyikat
tempat-tempat penampungan air seminggu sekali, menutup rapat-rapat tempat
penampungan air, mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas
( Anam, 2010 )
Perilaku pencegahan seperti diatas sangat dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan masyarakat. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu
respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit
dan penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Respon
atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap),
maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau praktis). Hal yang penting
dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan
perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau
penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan lainnya.
(Notoatmodjo, 2005).
![Page 3: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/3.jpg)
Sedangkan pengetahuan merupakan hasil tahu manusia yang sekedar
menjawab pertanyaan “ what ”. Sesorang yang memiliki pengetahuan
terhadap suatu penyakit dan mereka sadar bahwa penyakit tersebut dapat
mempengaruhi kesehatan mereka menjadi lebih buruk, maka merekapun tahu
bagaimana harus berperilaku agar terhindar dari penyakit, salah satunuya
dengan berperilaku hidup bersih dan sehat.
Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai visi
Indonesia Sehat 2010, yaitu masa depan dimana bangsa Indonesia hidup
dalam lingkungan sehat, penduduk berperilaku hidup bersih dan sehat, mampu
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata, sehingga
memilki derajat kesehatan yang optimal. Dengan visi ini pembangunan
kesehatan dilandaskan pada paradigma sehat. Paradigma sehat tersebut
dijabarkan dan dioperasionalkan dalam bentuk Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) yaitu dalam budaya hidup perorangan, keluarga dan masyarakat
(Dinkes Propinsi jawa Timur ,2010).
Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah
ampuh untuk menangkal penyakit. Namun dalam praktiknya, penerapan
PHBS yang kesannya sederhana tidak selalu mudah dilakukan. Terutama bagi
mereka yang tidak terbiasa. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang
Perilaku Hidup Bersih Sehat bagi keluarga. Jumlah kasus demam chikunguya
terus meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan
secara sporadis. Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang
![Page 4: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/4.jpg)
terjangkit disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan Perilaku Hidup
Bersih Sehat masyarakat.
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng, sebaliknya apabila
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
positif, maka perilaku tersebut tidak akan berlangsung lama. Sehingga
pengetahuan, kesadaran dan sikap mempunyai peran penting dalam
menentukan perilaku seseorang.
Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Dusun Kejobo
Tengah Desa Blandongan Kecamatan Bugul Kidul Kotamadya Pasuruan
bahwa terdapat kurang lebih 38 warga yang terkena penyakit chikunguya.
Mengingat angka kasus demam chikunguya yang masih tinggi dan cenderung
meningkat di wilayah desa Blandongan Kecamatan Bugul Kidul Kotamadya
Pasuruan, maka perlu adanya upaya untuk menurunkannya secara lebih
intensif. Perilaku masyarakat mencegah dan memberantas penyakit demam
chikunguya perlu dibentuk dengan metode lebih baik dan tentunya dengan
pengetahuan yang lebih baik pula. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui “
Adakah Hubungan Pengetahuan Warga Tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat
dengan Kasus Kejadian Chikunguya di Dusun Kejobo Desa Blandongna
Kecamatan Bugul Kidul Pasuruan”
![Page 5: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/5.jpg)
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan warga Dusun Kejobo Tengah
Desa Blandongan Kecamatan Bugul Kidul Pasuruan tentang demam
chikunguya?
2. Bagimana gambaran perilaku hidup bersih sehat warga Dusun Kejobo
Tengah Desa Blandongna Kecamatan Bugul Kidul Pasuruan?
3. Adakah Hubungan Pengetahuan Warga Tentang Perilaku Hidup Bersih
Sehat dengan Kasus Kejadian Chikunguya di Dusun Kejobo Desa
Blandongna Kecamatan Bugul Kidul Pasuruan?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan warga Dusun Kejobo
Tengah Desa Blandongna Kecamatan Bugul Kidul Pasuruan tentang
chikunguya
2. Untuk mengetahui gambaran perilaku hidup bersih sehat warga Dusun
Kejobo Tengah Desa Blandongna Kecamatan Bugul Kidul Pasuruan
3. Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Warga Tentang Perilaku Hidup
Bersih Sehat dengan Kasus Kejadian Chikunguya di Dusun Kejobo
Tengah Desa Blandongan Kecamatan Bugul Kidul Pasuruan
![Page 6: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/6.jpg)
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan khasanah ilmu
tentang pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam penaggulangan
demam chikunguya
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Instansi
Sebagai bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah kesehatan
mengenai pencegahan penyakit dan pemberantasan nyamuk khususnya
nyamuk penyebab chikunguya serta sebagai bahan informasi dalam
mengoptimalkan program-program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
b. Bagi Masyarakat Setempat
Memberikan informasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat sehingga
masyarakat dapat mengetahui dan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat dalam kehidupan sehari-hari.
c. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup
jelas bagi peneliti mengenai Hubungan Pengetahuan Warga Tentang
Perilaku Hidup Bersih Sehat dengan Kasus Kejadian Chikunguya di
Dusun Kejobo Desa Blandongan Kecamatan Bugul Kidul Pasuruan
dan pengalaman khususnya dalam mengadakan penelitian ilmiah.
![Page 7: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/7.jpg)
1.5 BATASAN MASALAH
1. Pengetahuan yang diteliti dalam penelitian ini adalah tingkat pemahaman
warga terkait dengan chikunguya
2. Responden dalam penelitian ini adalah warga Dusun Kejobo Desa
Blandongan Kecamatan Bugul Kidul Pasuruan
3. Perilaku yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambaran perilaku
hidup bersih sehat
1.6 DEFINISI OPERASIONAL
1. Chikunguya adalah demam disebabkan oleh virus Chikungunya ( CHIKV )
dan ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty dan menyebabkan nyeri pada
sendi
2. Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu
3. Perilaku hidup bersih sehat adalah upaya untuk memberikan pengalaman
belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi),
bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat
(empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam
rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat
![Page 8: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/8.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmojo, 2003).
Menurut Von Korgh et al (2000) (dikutip oleh Bambang Setiarso, 2007)
pengetahuan adalah kepercayaan yang dibenarkan, hasil dari observasi pada dunia
sekitar. Jadi bila seseorang menciptakan pengetahuan, ia menciptakan pemahaman
atas suatu dituasi baru dengan cara berpegang pada kepercayaan yang telah
dibenarkan.Pencipataan pengetahuan melibatkan perasaan dan sistem
kepercayaan. Penciptaan pengetahuan secara efektif bergantung pada ruang
bersama yang dapat memicu hubungan-hubungan yang muncul yang
memungkinkan terjadinya penciptaan tersebut, bisa berupa fisik, maya, mental
atau ketiganya. Pengetahuan bersifat dinamis, relasional dan berdasarkan
tindakan manusia.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang ( perilaku ). Dan perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahua. Bila
![Page 9: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/9.jpg)
pengetahuan difahami, maka akan timbul suatu sikap dan perilaku untuk
berpartisipasi. Selain itu tingkat pengetahuan seseorang juga mempengaruhi
perilaku individu. Semakin tinggi tingkat pendidikan atau pengetahuan kesehatan
seseorang, maka semakin tinggi kesedaran untuk berperan serta ( Depkes. RI,
1990:7 ).
2.1.2. Tingkatan Pengetahuan
Tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) dalam domain kognitif, tingkat
pengetahuan ada 6 tingkatan yaitu :
1. Tahu (Know/C1)
Tahu diartikan mangingat suatu materi yang pernah dipelajari sebelumnya
termasuk mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari .
2. Memahami (Comprehention/C2)
Memahami diartikan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
obyek yang diketahui dan dapat menginteprestasikan secara benar.
3. Aplikasi (Aplication/C3)
Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang
dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata.
4. Analisis (Analysis/C4)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek
kedalam komponen-komponen.
![Page 10: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/10.jpg)
5. Sintesis (Syntesis/C5)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi barudari
formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation/C6)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitihan terhadap suatu
materi atau obyek.
2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara yang dipergunakan untuk memperoleh pengetahuan dapat dikelompokan
menjadi Dua yaitu :
1. Cara Tradisional atau Non Imiah
Cara ini dipakai sebelum ditemukannya metode ilmiah. Cara tradisional
ini antara lain meliputi :
a. Cara coba salah (trial and eror)
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan . Pada waktu itu upaya
pemecahan masalah dilakukan dengan cara coba coba saja dengan menggunakan
kemungkinan kemungkinan . Apabila kemungkinan pertama tidak berhasil maka
dicoba kemungkinan yang kedua dan kemungkinan yang lainnya .
b. Cara kekuasaan atau otoritas
Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik
tradisi, otoritas pemerintah , otoritas pemimpin agama , maupun ahli ilmu
pengetahuan. Orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang
![Page 11: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/11.jpg)
mempunyai otoritas, tanpa menguji kebenaranya karena menganggab bahwa apa
yang dikemukakan adalah sudah benar .
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Sumber pengetahuan diperoleh dari pengalaman atau pengalaman
merupakan cara memperoleh kebenaran pengetahuan.
d. Melalui jalan pikiran
Pengetahuan diperoleh dengan menggunakan penalaran yang baik melalui
induktif maupun deduktif. Induktif merupakan proses penarikan kesimpulan yang
dimuai dari pernyataan pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum
dengan proses berfikir beranjak dariamatan indra atau hal hal yang nyata. Deduktif
merupakan pembuatan kesimpulan dari pernyataan umum ke khusus dengan pola
berfikir bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu
berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang
termasuk dalam kelas itu.
2. Cara modern atau ilmiah
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan lebih sistematis,ogis dan
imiah. cara ini disebut juga metode penelitian ilmiah . Pada mulanya cara ini
dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626) dengan mengadakan pengamatan
langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian
hasilpengamatan dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil
kesimpulan (Notoatmodjo, 2002)
![Page 12: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/12.jpg)
2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan yaitu:
1. Intelegensi
Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang
memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Orang berpikir
menggunakan inteleknya atau pikirannya, cepat atau tidaknya dan terpecahkan
tidaknya suatu masalah tergantung kemampuan intelegensinya. Salah satu faktor
yang mempengaruhi penerimaan pesan dalam suatu komunikasi adalah taraf
intelegensi seseorang. Secara common sense dapat dikatakan bahwa orang-orang
yang lebih intelegen akan lebih mudah menerima suatu pesan. Dari uraian tersebut
dapat disimpulkan bahwa orang yang mempunyai taraf intelegensi tinggi akan
mempunyai pengetahuan yang baik dan sebaliknya.
2. Pendidikan
Tugas dari pendidikan adalah memberikan atau meningkatkan
pengetahuan, menimbulkan sifat positif serta memberikan atau meningkatkan
ketrampilan masyarakat atau individu tentang aspek-aspek yang bersangkutan,
sehingga dicapai suatu masyarakat yang berkembang. Pendidikan dapat berupa
pendidikan formal dan non-formal. Sistem pendidikan yang berjenjang
diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan melalui pola tertentu (Notoatmojo,
2003). Jadi tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu obyek sangat ditentukan
oleh tingkat pendidikannya.
![Page 13: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/13.jpg)
3. Pengalaman
Menurut teori determinan perilaku yang disampaikan WHO, menganalisa
bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu salah satunya
disebabkan karena adanya pemikiran dan perasaan dalam diri seseorang yang
terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan
penilaian-penilaian seseorang terhadap obyek tersebut, dimana seseorang dapat
mendapatkan pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman
orang lain (Notoatmojo, 2003).
4. Informasi
Teori dependensi mengenai efek komunikasi massa, disebutkan bahwa
media massa dianggap sebagai sistem informasi yang memiliki peranan penting
dalam proses pemeliharaan, perubahan dan konflik dalam tatanan masyarakat,
kelompok atau individu dalam aktivitas sosial dimana media massa ini nantinya
akan mempengaruhi fungsi kognitif, afektif dan behavioral. Pada fungsi kognitif
diantaranya adalah berfungsi untuk menciptakan atau menghilangkan ambiguitas,
pembentukan sikap, perluasan sistem, keyakinan masyarakat dan penegasan atau
penjelasan nilai-nilai tertentu.
Media ini dibagi menjadi tiga yaitu media cetak yang meliputi booklet,
leaflet, rubrik yang terdapat pada surat kabar atau majalah dan poster. Kemudian
media elektronik yang meliputi televisi, radio, video, slide dan film serta papan
(bilboard) (Notoatmojo, 2003).
![Page 14: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/14.jpg)
5. Kepercayaan
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang
berlaku bagi obyek sikap, sekali kepercayaan itu telah terbentuk, maka ia akan
menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari
obyek tertentu (Saifudin A, 2002).
2.2 KONSEP PERILAKU
2.2.1 Pengertian Perilaku
Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik
yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Skinner (1938) dalam Soekidjo Notoadmodjo (2007), merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
2.2.2 Pengertian Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (organism)
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan
kesehatan, makanan, serta lingkungan (Simons-Morton et al., 1995). Perubahan-
perubahan perilaku kesehatan dalam diri seseorang dapat diketahui melalui
persepsi. Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera.
Dalam aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatanatau aktifitas organisme atau
mahluk hidup yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2005).
Menurut Mubarok et.al (2007) perilaku seseorang/masyarakat tentang
kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari orang atau
masyarakat yang bersangkutan, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para
![Page 15: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/15.jpg)
petugas kesehatan terhadap kesehatan juga mendukung dan memperkuat
terbentuknya perilaku. Perilaku manusia secara operasional dapat dikelompokkan
menjadi 3 macam domain, yaitu perilaku dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan nyata/perbuatan. Menurut Machfoed (2005), perilaku sehat adalah
perilaku yang didasarkan oleh prinsip-prinsip kesehatan. Perilaku adalah suatu
respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Respon atau reaksi
manusia bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, sikap) maupun bersikap aktif
(tindakan yang nyata).
Menurut Machfoed (2005), pengertian perilaku kesehatan mempunyai
dua unsur pokok, yaitu:
1. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan
sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau praktis)
2. Stimulus atau rangsangan, terdiri dari 4 unsur pokok yaitu sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan.
2.2.3 Bentuk-bentuk Perilaku Kesehatan
Perilaku manusia menurut Notoatmodjo (2005), dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu:
1. Perilaku Tertutup (Convert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat
diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam
![Page 16: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/16.jpg)
bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus
yang bersangkutan.
2. Perilaku Terbuka (Overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan
atau peraktik ini dapat diamati orang lain dari luar “observable behavior”.
Contoh: seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya ke puskesmas atau bidan
praktik.
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2005), mencakup:
1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit
yaitu bagaimana manusia berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan
mempersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya,
maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit
tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit yang dilakukan manusia, sesuai
dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit antara lain berupa:
a. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (Health promotion behavior)
b. Perilaku pencegahan penyakit (Health preventions behavior).Misalnya tidur
memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasi dan
sebagainya, juga termasuk
perilaku untuk menularkan penyakit kepada orang lain.
c. Perilaku pencarian pengobatan (Health seeking behavior). Yaitu perilaku untuk
melakukan atau mencari pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati sendiri
penyakitnya atau mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern
![Page 17: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/17.jpg)
(puskesmas, mantra, dokter praktek, RS dan sebagainya), maupun kefasilitas
kesehatan tradisional (dukun, sinshe).
d. Perilaku pemulihan kesehatan (Health rehabilitations), yaitu perilaku yang
berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu
penyakit. Misalnya melakukan diet, mematuhi anjuran-anjuran dokter dalam
rangka pemulihan kesehatannya.
2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang terhadap
sistem pelayanan kesehatan, baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun
tradisional. Perilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara
pelayanan, petugas kesehatan dan obatobatannya.
3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yaitu respon seseorang
terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan, yang meliputi
pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek terhadap makanan serta unsur-unsur
yang terkandung di dalamnya (zat gizi), pengolahan makanan.
4. Perilaku terhadap kesehatan lingkungan (environmental health behavior)
adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan
manusia. Perilaku ini meliputi :
a. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya komponen,
manfaat dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.
b. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi-segi
higiene, pemeliharaan, teknik dan penggunaannya.
![Page 18: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/18.jpg)
c. Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair.
Termasuk didalamnya sistem pembuangan sampah dari air limbah yang sehat,
serta dampak pembuangan limbah yang tidak baik.
d. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi,
pencahayaan, lantai dan sebagainya.
e. Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk (vektor) dan
sebagainya.
2.2.4 Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kesehatan
Menurut Lawrene Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005), perilaku ditentukan 3
faktor yaitu:
1. Faktor Predisposisi (Predisforsing Factors)
Faktor yang dapat memudahkan atau memprodisposisi terjadinya perilaku pada
diri seseorang atau masyarakat adalah pengetahuan dan sikap seseorang atau
masyarakat tersebut terhadap apa yang akan dilakukan.
2. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)
Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas, sarana dan
prasarana yang mendukung atau memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau
masyarakat.
3. Faktor Penguat (Reinforsing Factors)
Tokoh masyarakat merupakan faktor penguat bagi terjadinya perilaku seseorang
atau masyarakat peraturan perundang-undangan, Surat Keputusan dari para
pejabat pemerintah daerah atau pusat juga termasuk faktor penguat perilaku.
2.2.5 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
![Page 19: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/19.jpg)
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support)
dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-
cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan
masyarakat (Dinkes, 2006).
Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan
masyarakat agar hidup sehat, serta meningkatkan peran aktif masyarakat termasuk
swasta dan dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat hidup yang optimal
(Dinkes, 2006).
aktifitas PHBS dalam tatanan rumah tangga, adalah (Dinkes, 2006):
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
2. Memberikan bayi ASI eksklusif
3. Menimbang bayi dan balita
4. Menggunakan Air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik nyamuk dirumah
8. Makan buah dan sayur tiap hari
9. Melakukan aktifitas fisik tiap hari
10. Tidak merokok didalam rumah.
![Page 20: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/20.jpg)
Pemberantasan jentik nyamuk dirumah sangat perlu dilakukan agar rumah bebas
jentik nyamuk yang menularkan atau vector pembawa penyakit seperti chikunguya,
demam berdarah, malaria dll. Manfaat rumah bebas jentik adalah populasi nyamuk
menjadi terkendali sehingga penularan penyakit perantara nyamuk dapat dicegah dan
kemungkinan terhindar dari gigitan nyamuk pembawa virus chikunguya dan lingkungan
rumahmenjadi bersih dan sehat.
Pemberantasan jentik nyamuk pembawa vector penyakit dilakukan dengan
pemberantasan sarang nyamuk, dengan cara 3 M plus yaitu:
1. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi,
tatakan kulkas, tatakan vas bunga dan tempat air lainnya.
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
3. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air.
4. Plus menghindari gigitan nyamuk, dengan cara
Menggunakan kelambu ketika tidur
Mencapai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya
obat nyamuk bakar, semprot
Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam kamar
Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai
Menaburkan lavarsida di tempat penampungan air
2.3 Chikunguya
2.3.1 pengertian chikunguya
Chikungunya berasal dari bahasa Swahill berdasarkan gejala pada penderita, yang
berarti ( posisi tubuh ) meliuk atau melengkung, mengacu pada postur tubuh
![Page 21: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/21.jpg)
penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat ( arthralgia ). Chikungunya
merupakan penyakit yang mirip demam degue. Istilah lain penyakit ini adalah
degue, dyenga, abu rokab, dan demam tiga hari.
Penyakit ini tidak sampai menyebabkan kematian. Nyeri pada persendian tidak
akan menyebabkan kelumpuhan. Setelah lewat lima hari, demam akan berangsur-
angsur reda, rasa ngilu maupun nyeri pada persendian dan otot berkurang, dan
penderitanya akan sembuh seperti semula. Penderita dalam beberapa waktu
kemudian bisa menggerakkan tubuhnya seperti sedia kala. Meskipun beberapa
kasus kasus kadang rasa nyeri masih tertinggal selama berhari-hari sampai
berbulan-bulan. Biasanya kondisi demikian terjadi pada penderita yang
sebelumnya mempunyai riwayat sering nyeri tulang dan otot.
2.3.2 Penyebab
Chikungunya disebabkan oleh virus Chikungunya ( CHIKV ) dan ditularkan oleh
nyamuk aedes aegypty. Virus Chikungunya termasuk keluarga togaviridae, genus
alphavirus. Karena vector pembawanya adalah nyamuk, Chikungunya tergolong
arthropod-borne disease yaitu penyakit yang disebarkan oleh arthropoda.
2.3.3 Epidemiologi
Lokasi penyebaran penyakit ini tidak berbeda jauh dengan DBD karena vector
utamanya sama, yaitu nyamuk aedes aegypty. Di daerah endemis DBD
kemungkinan juga merupakan endemis Chikungunya
2.3.4 Penularan dan penyebaran penyakit
![Page 22: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/22.jpg)
Penyebaran virus Chikungunya dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk. Nyamuk
dapat menjadi berpotensi menularkan penyakit bila pernah menggigit penderita
demam Chikungunya. Kera dan juga beberapa binatang buas lainnya juga diduga
sebagai perantara penyakit ini. Nyamuk yang terinfeksi akan menularkan penyakit
bila menggigit manusia yang sehatAedes aegypty adalah vector utama pembawa
virus Chikungunya. Aedes albopictus mungkin juga berperan dalam penyebaran
penyakit ini dikawasan asia. Dan beberapa jenis spesies nyamuk tertentu di daerah
afrika juga ternyata dapat menyebarkan penyakit chikunguya Virus yang
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini akan berkembang biak di dalam tubuh
manusia. Virus menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah
endemis. Secara mendadak penderita akan mengalami demam tinggi selama lima
hari, sehingga dikenal pula istilah demam lima hari.
2.3.5 Manifestasi klinik
Masa inkubasi Chikungunya adalah 1-6hari. Tanda dan gejala
Chikungunya meliputi :
a. Demam
b. Sakit persendian
c. Nyeri otot
d. Bercak kemerahan pada kulit
e. Sakit kepala
f. Kejang dan penurunan kesadaran
2.3.6 Pengobatan
![Page 23: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/23.jpg)
Demam Chikungunya termasuk “ self limiting disease ” atau
penyakit yang sembuh dengan sendirinya. Tidak ada vaksin atau obat
khusus untuk penyakit ini. Pengobatan yang diberikan adalah terapi
simtomatis atau menghilangkan gejala penyakitnya seperti obat
penghilang rasa sakit atau demam misalnya golongan paracetamol,
sebaiknya dihindarkan penggunaan obat sejenis asetosal. Antibiotic tidak
diperlukan pada kasus ini.
Pemberian vitamin meningkatkan daya tahan tubuh mungkin
bermanfaat untuk penanganan penyakit. Selain vitamin makanan yang
cukup mengandung banyak protein dan karbohidrat juga meningkatkan
daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat yang cukup
bisa mempercepat penyembuhan penyakit.
2.3.7 Pencegahan
Satu-satunya cara menghindari penyakit ini adalah membasmi
nyamuk pembawa virusnya. Nyamuk ini, senang hidup dan berkembang
biak di genangan air bersih seperti bak mandi, vas bunga, dan juga kaleng
atau botol bekas yang menampung air bersih.
Nyamuk bercorak hitam putih ini juga senang hidup di benda-
benda yang menggantung seperti baju-baju yang ada di belakang pintu
kamar. Selain itu, nyamuk ini juga menyenangi tempat yang gelap dan
pengap.
Mengingat penyebar penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti
maka cara terbaik untuk memutus rantai penularan adalah dengan
![Page 24: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/24.jpg)
memberantas nyamuk tersebut, sebagaimana sering disarankan dalam
pemberantasan penyakit demam berdarah dengue.
Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah
dari golongan malation, sedangkan themopos untuk mematikan jentik-
jentiknya. Malation dipakai dengan cara pengasapan, bukan dengan
menyemprotkan ke dinding. Hal ini karena Aedes aegypti tidak suka
hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda yang menggantung.
Namun, pencegahan yang murah dan efektif untuk memberantas
nyamuk ini adalah dengan cara :
a) Menguras tempat penampungan air bersih, bak mandi, vas bunga dan
sebagainya, paling tidak seminggu sekali, mengingat nyamuk tersebut
berkembang biak dari telur sampai menjadi dewasa dalam kurun waktu 7-
10 hari.
b) Mengubur barang bekas yang menyebabkan timbunan air
c) Menutup tempat penampungan air
d) Halaman atau kebun di sekitar rumah harus bersih dari benda-benda yang
memungkinkan menampung air bersih, terutama pada musim hujan seperti
e) Pintu dan jendela rumah sebaiknya dibuka setiap hari, mulai pagi hari
sampai sore, agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga
terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat.
f) Memakai lotion anti nyamuk atau menggunakan obat nyamuk saat tidur.
Dengan demikian, tercipta lingkungan yang tidak ideal bagi nyamuk tersebut.
![Page 25: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/25.jpg)
2.4 kerangka konsep dan hepotesis
Kerangka konsep
Hipotesis
a. H0 = terdapat Hubungan yang sisnifikan antara pengetahuan warga
tentang perilaku hidup bersih sehat dengan kasus kejadian
chikunguya di Dusun Kejobo Desa Blandongna Kecamatan Bugul
Kidul Pasuruan
b. HI = tidak ada Hubungan yang signifikan antara pengetahuan
warga tentang perilaku hidup bersih sehat dengan kasus kejadian
chikunguya di Dusun Kejobo Desa Blandongna Kecamatan Bugul
Kidul Pasuruan
![Page 26: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/26.jpg)
BAB III
Metodelogi Penelitian
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
observasional analitik dengan rancangan dalam penelitian ini adalah dengan
pendekatan cross sectional karena variabel bebas dan variabel terikat diambil
dalam waktu bersamaan sekaligus pada saat itu
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan data yang menjadi perhatian
peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah warga Dusun
Kejobo Desa Blandongna Kecamatan Bugul Kidul Pasuruan
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti.Karena jumlah sampel begitu besar, maka Teknik
pengambilan sampel dilakukan secara simple random
sampling.
Besarnya sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan
rumus :
n =
keterangan :
![Page 27: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/27.jpg)
N : jumlah populasi
n : jumlah sampel
d : selang kepercayaan (Nursalam, 2003)
Diketahui N : 682
d : 0,05
n =
n = responden
Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
3.3 Varibel Penelitian
Variabel penelitian adalah gejala yang digunakan sebagai ciri, sifat atau
ukuran yang menjadi fokus penelitian. Variabel dalam penelitian ini terdiri
dari variabel bebas dan variabel terikat.
1. Variabel bebas
Pengetahuan dan perilaku hidup bersih sehat
2. Variabel terikat
Demam chikunguya
3.4 Definisi Operasional Variabel
1. Pengetahuan tentang chikunguya : tingkat pengetahuan yang dimiliki
responden meliputi definisi, penyebab, tanda dan gejala, cara penularan,
serta pencegahan terhadap chikunguya, yang diukur dengan wawancara
dalam lembar kuesioner.
![Page 28: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/28.jpg)
2. Perilaku hidup bersih sehat : sikap dan tindakan responden yang diukur
dalam lembar kuesioner, meliputi:
Sikap terhadap chikunguya : kesediaan responden untuk bertindak
terhadap chikunguya dilingkungan sekitarnya. Sikap yang dinilai
meliputi tanggapan terhadap informasi chikunguya dan pencegahan
penularan chikunguya, yang diukur dengan wawancara dalam lembar
kuesioner.
Tindakan (practice) terhadap chikunguya : suatu perbuatan/tindakan
responden terhadap chikunguya. Tindakan yang dinilai meliputi
pencegahan dan upaya pengobatan chikunguya , serta tindakan yang
beresiko terhadap penularan chikunguya, yang diukur dengan
wawancara dalam lembar kuesioner.
3. Chikunguya : Suatu penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya,
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, Aedes albapictus
dengan gejala utama demam mendadak, bintik-bintik kemerahan, nyeri
sendi terutama sendi lutut dan pergelangan kaki sehingga orang tersebut
tidak dapat berjalan untuk sementara waktu
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Instrument Penelitian
Instrument adalah alat pada waktu peneliti menggunakan suatu
metode ( sudjana, 1989 ). Dalam penelitian ini, instrument yang
digunakan adalah:
![Page 29: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/29.jpg)
a. Angket
Menurut ari kuntoro (1993 ) angket adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden. Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi
tertulis dari subyek penelitian yaitu pengetahuan warga tentang
perilaku hidup bersih sehat
b. Observasi
Menurut surakhman ( 1994 ), observasi adalah teknik
pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan pengamatan
secara langsung terhadap gejala-gejala yang dihadapi. Instrument
ini dilakukan dengan terjun langsung kelapangan yang dilakukan
dengan jalan mengamati perilaku atau sikap dan tindakan warga
dusun kejobo tengah dalam mencegah chikunguya.
3.5.2 Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara pengumpulan data
primer dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner atau
angket terstruktur untuk mengukur variabel-variabe yang diteliti
yang dilakukan secara langsung pada subjek penelitian.
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mendatangi instansi
terkait untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan.
3.6 Prosedur Penelitian
![Page 30: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/30.jpg)
Metode yang digunakan adalh metode observasi langsung dengan
angket dan wawancara
3.6.1 Tahap Persiapan
Dalam tahap ini, peneliti merancang untuk melaksanakan penelitian,
seperti membuat angket dan menetapkan waktu yang tepat untuk
melaksanakan observasi kapan dan bagaimana melakukannya.
3.6.2 Tahap Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan pada tanggal11 sampai 19 oktober 2010. Pada
tahap pelaksanaan dilakukan wawancara dengan menggunakan
kuesioner yang terstruktur. Wawancara dilakukan dengan mendatangi
tiap tempat tinggal subjek penelitian.
3.7 Teknis Analisis Data
3.7.1 Analisis Data Gambaran Tingkat Pengetahuan Warga
Pengetahuan dapat diukur dari jawaban responden pada lembar
kuesioner. Jawaban yang termasuk kategori benar nilainya 1, kategori
salah/tidak tahu nilainya 0. Untuk perhitungannya digunakan rumus
sebagai berikut :
P = Sp x 100 %
Sm
Keterangan :
P : Prosentase data responden yang diperoleh dari kuesioner
![Page 31: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/31.jpg)
Sp : Skor responden
Sm : Skor maksimal (Soekidjo Notoadmodjo, 2002)
Hasil pengukuran tingkat pengetahuan terhadap penyakit scabies
diinterpretasikan menjadi 2 kategori nominal yaitu:
50 - 100% = tingkat pengetahuan baik
< 50 % = tingkat pengetahuan kurang baik
3.7.2 Analisis Data Gambaran Perilaku Warga
Setelah data tentang perilaku warga terkumpul melalui kuesioner, maka lengkah
selanjutnya adalah analisa data yaitu melakukan tabulasi atau pengelompokan
data. Skala penelitian yang digunakan adalah skala likert, yaitu :
Skala untuk pertanyaan positif:
1. Sangat setuju (4)
2. Setuju (3)
3. Tidak setuju (2)
1. Sangat tidak setuju (1)
Skala untuk pertanyaan negatif:
1. Sangat setuju (1)
2. Setuju (2)
3. Tidak setuju (3)
1. Sangat tidak setuju (4)
Variabel perilaku dianalisis dengan rumus perilaku :
T = 50 + 10
![Page 32: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/32.jpg)
Keterangan :
T = total skor
X = skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T
= mean skor kelompok
S = deviasi standar skor kelompok
Untuk menginterprestasikan hasil tabulasi dicari nilai mean. Jika T diatas
nilai mean maka T diinterpretasikan sebagai perilaku positif (favorable). Jika T di
bawah nilai mean sebagai perilaku negatif (Unfavorable (Aswar, 2003).
3.7.3 Analisis Hubungan Antar Variabel
Untuk menguji hubungan antara variabel variabel bebas dengan
variabel terikat digunakan analisis statistik dengan uji chi square.
Dasar pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan tingkat
signifikansi (nilai p), yaitu:
a. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.
b. Jika nilai p < 0,05 maka hipotesis penelitian diterima.
![Page 33: ISI](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022062705/5571f83649795991698ce76d/html5/thumbnails/33.jpg)
33