islam di andalusia
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
0
ISLAM DI ANDALUSIA:
SEJARAH PEMBENTUKAN, KEMAJUAN DAN
KEMUNDURAN
Makalah disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam (SPI)
Oleh:
yuhazi
NIM: 212-3320
PROGRAM STUDI STRATA SATU (S.1)
YAYASAN NURUL ISLAM (YASNI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
MUARA BUNO
1
2013
A.PENDAHULUAN
Kehadiran orang-orang Islam di Spanyol merupakan awal
munculnya Islam di benua Eropa karena Spanyol merupakan
pintu gerbang bagi benua tersebut. Sebagaimana diinformasikan
dalam buku-buku sejarah, ekspansi Islam ke Wilayah Barat
(dalam hal ini benua Eropa bagian Barat) terjadi pada masa
kekhilafahan Bani Umayyah dengan khalifah (pemimpin) AI-Walid
bin Abdul Malik.
Ketika Islam mencapai masa keemasannya, Andalusia
merupakan pusat peradaan Islam yang sangat penting,
menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu orang-orang Eropa
Kristen banyak belajar di perguruan-perguruan tinggi Islam di
Andalusia. Dalam perjalanannya di Andalusia, Islam membawa
aneka warna sejarah. Islam kali pertama berhasil menanamkan
kesuksesan atas penaklukan negeri tersebut, disusul dengan
datangnya kaum al-Murabitun dan al-Muwahhidun, yang berhasil
menggalang persatuan umat Islam, hingga umat Islam menemui
masa suram dan masa kemundurannya.
Islam telah menjadi “guru” bagi orang-orang Eropa pasca
masuknya Islam di Andalusia. Karena itu tidak heran kalau
kehadiran Islam di Andalusia banyak menarik perhatian para
sejarawan. Berbicara tentang kejayaan Islam di Andalusia bukan
berarti berpikir mundur ke belakang, tetapi agar generasi Islam
dapat mengambil ‘ibroh dari apa yang pernah terjadi di
Andalusia, baik sisi positif maupun negatif.
2
Dalam makalah sederhana ini, penulis berusaha untuk
memaparkan tentang sejarah Islam di Andalusia yang terbagi
dalam tiga bahasan utama, yaitu sejarah masuknya Islam di
Andalusia sehingga terbentuknya kekuasaan Islam di sana,
kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh Islam di Andalusia serta
kemundurannya sehingga hanya tersisa dalam lembaran-
lembaran sejarah. Penulisan makalah ini berdasar atas apa yang
telah ditulis oleh para penulis-penulis sebelumnya dalam
berbagai buku maupun lembaran-lembaran lainnya.
B.ANDALUSIA SEBELUM ISLAM
Andalusia (Andalus) merupakan nama Arab untuk jazirah
Iberia yang pada masa sekarang dikenal sebagai Spanyol dan
Portugis. Andalusy aslinya adalah kata dalam Bahasa Arab untuk
menyebut kaum Vandal, dan dengan mengganti huruf terakhir,
dari syin menjadi sin, kata ini berubah menjadi Andalus.1
Sekitar dua abad sebelum masehi hingga awal abad ke
lima, Spanyol berada di bawah imperium Romawi. Sejak tahun
406 M, Spanyol dikuasai oleh bangsa Vandal, yaitu bangsa yang
berimigrasi dari negeri asal mereka, suatu daerah yang terletak
diantara sungai Oder dan Vistuala. Penguasa daerah ini
mendirikan kerajaan di propinsi wilayah Chartage. Kekuasaan
Vandal ini kemudian diambil alih oleh orang-orang Gothic. Tak
lama kemudian, dinasti merovingian dari kerajaan Frank
merebutnya dari orang-orang Gothic, maka didirikanlah kerajaan
Visigoth, yang wilayah itu dikenal dengan Vandalusia. Dan
1 Ahmad Thomson dan Muhammad ‘Ata’ ur Rahim, Islam Andalusia Sejarah Kebangkitan dan Keruntuhan (Jakarta: Gaya Media, 2004), h. 3
3
setelah kedatangan orang-orang Islam pada tahun 92H/711 M,
sebutan Vandalusia diubah menjadi Andalusia atau al-Andalus.
Sejarah lain mencatat bahwa sebelum Islam masuk ke
Spanyol, sekitar abad ke 5 Masehi, bangsa Jerman mendatangi
Semenanjung Iberia. Theodoric, Raja Ostogoth, mendirikan
istananya di Toledo sekitar tahun 513 M. kemudian pada tahun
569 M, Leovigildo, seorang raja Visigoth, menjadikan Toledo
mengalami kejayaannya yang petama. Pada tahun 689 M, Raja
Rcaredo menjadikan katolik sebagai agama resmi di Spanyol.2
Dikatakan juga bahwa beberapa keluarga bangsawan
Yahudi paling terhormat pindah dari Palestina ke Andalusia
dalam rangka melarikan diri dari serbuan tentara Raja
Nebuchadnezzat yang menginvansi kerajaan kuno Jadah dan
menghancurkan Kuil Sulayman di Yerussalem pada 586 SM.
Bangsa Yunani dan Romawi juga mendiami Andalusia, dan
menjadi makmur di sana, sebab pada waktu itu Andalusia
merupakan tempat yang memiliki cadangan emas dan perak
berkilauan yang melimpah.3
1. Perkembangan Politik
Pada awalnya, Al-Andalus dikuasai oleh seorang wali
Yusuf Al-Fihri (gubernur) yang ditunjuk oleh Khalifah di
Damaskus, dengan masa jabatan biasanya 3 tahun. Namun pada
tahun 740an M, terjadi perang saudara yang menyebabkan
melemahnya kekuasaan Khalifah. Dan pada tahun 746 M, Yusuf
Al-Fihri memenangkan perang saudara tersebut, menjadi
seorang penguasa yang tidak terikat kepada pemerintahan di
Damaskus.
2 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008), h. 117
3 Ahmad Thomson, Islam Andalusia Sejarah Kebangkitan dan Keruntuhan, h. 4
4
Pada tahun 750 M, bani Abbasiyah menjatuhkan
pemerintahan Umayyah di Damaskus, dan merebut kekuasaan
atas daerah-daerah Arabia. Namun pada tahun 756 M,
Abdurrahman I (Ad-Dakhil) melengserkan Yusuf Al-Fihri, dan
menjadi penguasa Kordoba dengan gelar Amir Kordoba.
Abdurrahman menolak untuk tunduk kepada kekhalifahan
Abbasiyah yang baru terbentuk, karena pasukan Abbasiyah telah
membunuh sebagian besar keluarganya.
Ia memerintah selama 30 tahun, namun memiliki
kekuasaan yang lemah di Al-Andalus dan ia berusaha menekan
perlawanan dari pendukung Al-Fihri maupun khalifah Abbasiyah.
Selama satu setengah abad berikutnya, keturunannya
menggantikannya sebagai Amir Kordoba, yang memiliki
kekuasaan tertulis atas seluruh Al-Andalus bahkan kadang-
kadang meliputi Afrika Utara bagian barat. Pada kenyataannya,
kekuasaan Amir Kordoba, terutama di daerah yang berbatasan
dengan kaum Kristen, sering mengalami naik-turun politik, itu
tergantung kecakapan dari sang Amir yang sedang berkuasa.
Amir Abdullah bin Muhammad bahkan hanya memiliki kekuasaan
atas Kordoba saja.
Cucu Abdullah, Abdurrahman III, menggantikannya pada
tahun 912 M, dan dengan cepat mengembalikan kekuasaan
Umayyah atas Al-Andalus dan bahkan Afrika Utara bagian barat.
Pada tahun 929 M ia mengangkat dirinya sebagai Khalifah,
sehingga keamiran ini sekarang memiliki kedudukan setara
dengan kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad dan kekhalifahan
Syi'ah di Tunis.
5
2.Masa Kekhalifahan
Andalusia - Spanyol diduduki umat Islam pada zaman
khalifah Al-Walid Rahimahullah (705-715 M), salah seorang
khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, dimana
Ummat Islam sebelumnya telah mengusasi Afrika Utara. Dalam
proses penaklukan Spanyol ini terdapat tiga pahlawan Islam yang
dapat dikatakan paling berjasa yaitu Tharif ibn Malik, Thariq ibn
Ziyad, dan Musa ibn Nushair Rahimahullahum ajma’in.
Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia
menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua
Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang
diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat
buah kapal yang disediakan oleh Julian.
Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan
yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa
harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh
keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh
kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta
dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang,
Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke
spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn
Ziyad Rahimahullah.
Thariq ibn Ziyad Rahimahullah lebih banyak dikenal
sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan
hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku
Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair Rahimahullah dan
sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid
Rahimahullah. Pasukan itu kemudian menyeberangi Selat di
bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad Rahimahullah. Sebuah gunung
tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan
6
menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal
Thariq).
Dengan dikuasainya daerah ini, maka terbukalah pintu
secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di
suatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderick dapat
dikalahkan. Dari situ Thariq Rahimahullah dan pasukannya terus
menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada dan
Toledo (ibu kota kerajaan Gothik saat itu).
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad
Rahimahullah membuat jalan untuk penaklukan wilayah yang
lebih luas lagi. Untuk itu, Musa ibn Nushair Rahimahullah merasa
perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan
maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan
yang besar, ia berangkat menyeberangi selat itu, dan satu
persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukkannya. Setelah
Musa Rahimahullah berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona,
Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan
Gothic, Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di
Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota
penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari
Saragosa sampai Navarre.
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada
masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abd al-Aziz Rahimahullah
tahun 99 H/717 M. Kali ini sasaran ditujukan untuk menguasai
daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan.
Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al-Samah Rahimahullah,
tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun
102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada
Abdurrahman ibn Abdullah al-Ghafiqi Rahimahullah. Dengan
pasukannya, ia menyerang kota Bordreu, Poiter, dan dari sini ia
7
mencoba menyerang kota Tours. Akan tetapi, diantara kota
Poiter dan Tours itu ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga
penyerangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya
mundur kembali ke Spanyol.
Sesudah itu, masih juga terdapat penyerangan-
penyerangan, seperti ke Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun
743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah, Majorca,
Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia
juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayah. Gelombang
kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya
dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau
seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Perancis Tengah
dan bagian-bagian penting dari Italia. Kemenangan-kemenangan
yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak
dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang
menguntungkan.
Faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di
dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol
oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi
negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik,
wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam
beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Gothic
bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh
penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut
agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan
bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut
agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa, dan dibunuh secara
brutal.
Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga
keadaannya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan, dan
8
ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi seperti itu, kaum
tertindas menanti kedatangan juru pembebas, dan juru
pembebasnya mereka temukan dari orang Islam. Berkenaan
dengan itu Amer Ali, seperti dikutip oleh Imamuddin
mengatakan, ketika Afrika (Timur dan Barat) menikmati
kenyamanan dalam segi material, kebersamaan, keadilan, dan
kesejahteraan, tetangganya di jazirah Spanyol berada dalam
keadaan menyedihkan di bawah kekuasaan tangan besi
penguasa Visighotic. Di sisi lain, kerajaan berada dalam kemelut
yang membawa akibat pada penderitaan masyarakat. Akibat
perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi
tempat-tempat perlawanan dan pemberontakkan. Perpecahan
dalam negeri Spanyol ini banyak membantu keberhasilan
campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu amat
banyak coraknya, dan sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic
berdiri.
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi
masyarakat. Ketika Islam masuk ke Spanyol, ekonomi
masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol
masih berada di bawah pemerintahan Romawi (Byzantine),
berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian
juga pertambangan, industri dan perdagangan karena didukung
oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi, setelah Spanyol
berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian
lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah
dibiarkan terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup, dan
antara satu daerah dan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan
tidak mendapat perawatan.
Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut
terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi
9
terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, Raja
Goth terakhir yang dikalahkan Islam. Awal kehancuran kerajaan
Ghoth adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota
negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu
menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu
saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan Achila,
kakak dan anak Witiza. Keduanya kemudian bangkit
menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderick. Mereka
pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin.
Sementara itu terjadi pula konflik antara Roderick dengan
Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga
bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan
mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol, Julian
bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai
oleh Tharif, Tariq dan Musa Rahimahumullah. Hal
menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara
Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi
mempunyai semangat perang Selain itu, orang Yahudi yang
selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan
memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.
Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah
suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokon-tokoh
pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan
wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-
tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh
percaya diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam
menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah
ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi,
persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan
persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu
10
menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di
sana.
3. Perkembangan Peradaban
Umat Islam di Spanyol telah mencapai kejayaan yang
gemilang, banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan
pengaruhnya membawa Eropa dan juga dunia kepada kemajuan
yang lebih kompleks, terutama dalam hal kemajuan intelektual.
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di
Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana.
Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya
membawa Eropa, dan kemudian membawa dunia kepada
kemajuan yang lebih kompleks.
4. Kemajuan Intelektual
Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu
mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada
gilirannya banyak menghasilkan pemikir.
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat
majemuk yang terdiri dari :
a. Komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan)
b. Al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam)
c. Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara)
d. Al-Shaqalibah (tentara bayaran yang dijual Jerman kepada
penguasa Islam)
e. Yahudi
f. Kristen Muzareb yang berbudaya Arab
g. Kristen yang masih menentang kehadiran Islam
Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan
saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya
11
Andalus yang melahirkan Kebangkitan Ilmiah, sastra, dan
pembangunan fisik di Andalusia - Spanyol.
C.SEJARAH MASUKNYA ISLAM KE ANDALUSIA
Umat Islam mulai menaklukkan Semenanjung Iberia pada
zaman Khalifah Al-Walid Ibn Abd Al-Malik (86-96 H/705-715 M).4
sebelum menaklukkan Spanyol, umat Islam terlebih dahulu
menguasai Afrika Utara dan menjadikannya salah satu provinsi
dari dinasti Bani Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika
Utara terjadi pada zaman Khalifah Abdul Malik (865-705 M).
Tampaknya, tujuan umat Islam menguasai Afrika Utara adalah
membuka jalan untuk mengadakan ekspedisi lebih besar ke
Spanyol karena dari Afrika Utara itulah, ekspedisi ke Spanyol
lebih mudah dilakukan.
Ekspansi umat Islam ke Spanyol terjadi pada masa Al-Walid
menjabat khalifah (705-715 M). Al-Walid mengizinkan
gubernurnya untuk mengirim pasukan militer ke Spanyol. Musa
bin Nusyair menugaskan Thariq bin Ziyad untuk memimpin
pasukan tentara sebanyak 7.000 orang. Tentara tersebut
sebagian besar terdiri atas orang Barbar. Pada tahun 711 M,
Thariq berlayar melalui laut tengah menuju daratan Spanyol dan
berhasil mendarat di sebuah bukit yang kemudian diberi nama
Gibraltar (Jabal Thariq).
Ketika Roderick mengetahui bahwa Thariq dengan
pasukannya telah memasuki negeri Spanyol, ia mengumpulkan
pasukan penangkal sejumlah 25.000 tentara. Menyadari jumlah
musuh yang jauh berbeda, Thariq bin Ziyad meminta bantuan
4 Siti Maryam, dkk (ed.), Sejarah Peradaban Islam dari Klasik Hingga Modern (Yogyakarta: Jurusan SPI Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga dan LESFI, 2003), h. 96
12
kepada Musa bin Nusyair, akhirnya Thariq mendapat tambahan
pasukan sebanyak 12.000 tentara.
Pada hari minggu tanggal 18 Juli 711 M, kedua pasukan
bertemu di Danau Janda dekat mulut sungai Barbate. Pertemuan
berlangsung selama 8 hari dan kemenangan berada di pihak
Thariq. Tentara Thariq dalam pertempuran ini mendapat bantuan
dari pasukan Roderick yang membelot. Thariq kemudian
meneruskan penaklukan ke Toledo. Kemudian Archidona dan
Granada dapat ditundukkan, dan satu detasemen yang dipimpin
Mughit Ar-Rumi dapat menaklukkan kota Cordova yang
kemudian dijadikan ibukota pemerintahan Islam.5
Kedatangan Islam sudah tentu membawa kultur baru yang
memperkaya Spanyol pada umumnya. Oleh karena itu, akhirnya
Spanyol (Andalusia) menjadi salah satu pusat peradaban dunia,
mengimbangi kejayaan Dinasti Umayyah di Damsyik (Damaskus)
dan Dinasti Abbasiyyah di Baghdad. Tidak salah apabila
dikatakan Andalusia turut berperan merintis jalan menuju zaman
Renaisans di Eropa.
Setelah Spanyol dan kota-kota pentingnya jatuh ke tangan
umat Islam, sejak saat itu secara politik Spanyol berada di bawah
kekuasaan khalifah Bani Umayyah. Dan untuk memimpin wilayah
baru tersebut, pemerintah pusat yang berpusat di Damaskus
mengangkat seorang wali (gubernur).
D. ANDALUSIA DI BAWAH KEKUASAAN DINASTI UMAYYAH
Badri Yatim dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam,
membagi kekuasaan dinasti Bani Umayyah di Andalusia dalam
tiga periode, yaitu:6
5 Dedi, Sejarah Peradaban Islam, h. 1186 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1993), h. 92-93.
13
1.Periode Pertama (711 – 755 M)
Pada pemerintahan ini, Andalusia berada dibawah
pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani
Ummayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas
politik negeri Andalusia belum tercapai secara sempurna,
gangguan-gangguan masih terjadi, baik datang dari dalam
maupun dari luar. Gangguan yang datang dari dalam antara lain
berupa perselisihan diantara elite penguasa, terutama akibat
perbedaan etnis dan golongan. Disamping itu, terdapat
perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan
Gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing
mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai
daerah Andalusia. Karena itu terjadi dua puluh kali pergantian
wali (Gubernur) Andalusia dalam waktu yang amat singkat.
Sementara gangguan yang datang dari luar yaitu sisa-sisa
musuh Islam di Andalusia yang yang bertempat tinggal di
pegunungan yang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan
Islam gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang lebih
dari 500 tahun, akhirnya mereka mampu mengusir Islam di bumi
Andalusia, maka dalam periode ini Islam belum memasuki
kegiatan pembangunan dibidang peradaban dan kebudayaan.
Periode ini berakhir dengan datangnya Abdul Rahman Al – Dakhil
ke Andalusia (138 H atau 755 M).
2.Periode Kedua (755 – 912 M)
Periode ini, Andalusia diperintah oleh seorang Amir
(panglima atau Gubernur) tetapi tidak tunduk pada pusat
pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh Khalifah
14
Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdur Rahman I
diberi gelar Al–Dakhil. Dia adalah keturunan Bani Ummayah.
Penguasa–penguasa Andalusia pada periode ini adalah Abdul Al–
Rahman Al– Aushat, Muhammad Ibn Abd Al–Rahman, Munzir Ibn
Muhammad dan Abdullah Ibn Muhammad. Pada periode ini
Andalusia sudah mulai maju baik dalam bidang politik maupun
dalam bidang peradaban, dengan mendirikan mesjid dan
sekolah-sekolah, Hisyam dikenal berjasa menegakkan hukum
Islam dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang
kemiliteran. Sedangkan Abdul Rahman Al–Aushat dikenal sebagai
penguasa yang cinta ilmu.
3.Periode Ketiga (912 – 1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdul
Rahman III yang bergelar “ An– Nasir “ sampai munculnya “ raja-
raja kelompok “ yang dikenal sebagai Muluk Al –Thawaif. Pada
periode ini Andalusia diperintah oleh penguasa dengan gelar
Khalifah, penggunaan gelar khalifah ini beradasarkan atas berita
bahwa khalifah Al – Muqtadir daulah Bani Abbas di Baghdad
meninggal dunia. Menurutnya keadaan ini saat yang paling tepat
untuk memakai gelar khalifah yang telah selama 150 tahun lebih
dan dipakai lagi mulai tahun 929 M. khalifah – khalifah besar
yang memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu : Abdul Al
– Rahman Al – Nasir (912 – 916 M), Hakam II ( 961 – 976 M ), dan
Hisyam II ( 976 – 1009 M ).
Pada periode ini umat Islam mencapai puncak kemajuan
dan kejayaan menyaingi kejayaan daulah di Baghdad. Abdul Al–
Rahman Al– Nasir mendirikan Universitas Cordova.
Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II
juga seorang kolektor buku dan pendiri pustaka. Selanjutnya
15
Hisyam naik tahta dalam umur sebelas tahun yang merupakan
awal cikal bakal hancurnya khalifah Bani Ummyah di Andalusia .
Dan hancur pada tahun 1009 M . akhirnya pada tahun 1013 M,
Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan
jabatan khalifah, saat ini spanyol sudah terbagi kepada banyak
sekali negara kecil.
E..KEMAJUAN ISLAM DI ANDALUSIA
Pada masa pemerintahannya, Dinasti Umayyah telah mencapai banyak
kemajuan di Andalusia. Banyak prestasi yang telah ditoreh bahkan
pengaruhnya sampai ke Eropa, dan kemudian mempengaruhi dunia.
Diantara kemajuan- kemajuan yang telah dicapai adalah:
1.Kemajuan Intelektual
Masyarakat Islam Andalusia merupakan masyarakat majemuk yang
terdiri dari komunitas-komunitas Arab-Arab (Utara dan Selatan), Al-Muwalladun
(orang-orang Andalusia yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari
Afrika Utara) Al-Shaqallibah (penduduk antara Konstantinopel dan Bulgaria yang
menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan
tentara bayaran), serta Yahudi Kristen yang berbudaya Arab dan Kristen
yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas ini kecuali yang
terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya
Andalusia yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra dan pembangunan fisik di
Andalusia. Kemajuan-kemajuan intelektual ini dapat dilihat diberbagai
bidang antara lain:
a. Filsafat
Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan
pada abad ke-9 selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5,
yaitu Muhammad Ibn Abdul Al-Rahman (832-886 M).7
7 Majdid Fakhri, Sejarah Filsafat Islam (Jakarta: Pustaka Jaya, 1996), h. 357.
16
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Andalusia adalah
Abu Bakr Muhammad Ibn Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn
Bajjah. Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr Ibn Thufail, ia banyak
menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya
yang sangat terkenal adalah Hay Ibn Yaqzhan. Bagian akhir abad ke 12 M
menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang dikenal
sebagai komentator pikiran-pikiran dialah Ibn Rusyd (Averroes) hidup
antara 1126-1198 M, karena itu pula ia dijuluki sebagai Aristoteles II,
pengaruhnya sangat menonjol atas pendukung filsafat skholastik Kristen
dan pikiran-pikiran Sarjana Eropa pada abad pertengahan.8
b. Sains
Dalam bidang ini bermunculan tokoh-tokoh ilmuwan seperti Abbas
Ibn Farnas termashyur dalam ilmu kimia dan astronomi orang yang
pertama menemukan pembuatan kaca dari batu, Ibrahim bin Naqqash
dalam bidang astronomi dapat menentukan kapan terjadinya gerhana
matahari dan kapan lamanya, Abbas Ibn Farnas juga berhasil membuat
teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan
bintang-bintang. Ahmad Ibn Abbas dari Cordova ahli dalam bidang
obat-obatan dan banyak lagi tokoh-tokoh yang disebutkan namun sangat
besar jasanya dalam perkembangan dan pencerahan ilmu pengetahuan
pada masa itu.
c. Fiqih
Dalam bidang fikih, Andalusia Islam dikenal sebagai penganut
madzhab Maliki. Yang memperkenalkan madzhab ini adalah Ziad Ibn
Abd Al-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya
yang menjadi qadhi pada masa Hisyam Ibn Abd Al-Rahman. Ahli-ahli
fikihnya lainnya diantaranya adalah Abu Bakar Ibn Al-Quthiyah, Munzir
Ibn Sa’id Al-Baluti, dan Ibn Hazm yang terkenal.
d. Musik dan Kesenian
8 Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996), h. 154
17
Tokohnya Al-Hasan Ibn Nafi yang dijuluki Zaryab, Zaryab yang
selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya yang terkenal sebagai
penggubah lagu.
e. Bahasa dan Sastra
Karya-karya sastra banyak bermunculan, seperti Al-Iqad Al-Farid
karya Ibn Abd Rabbih , Al-Dzakhirah fi Mahasin Ahl Al-Jazirah oleh ibn
Bassam, Kitab Al-Qalaid buah karya Al-Fath Ibn Khaqan dan banyak lagi
yang lain.
f. IImu kependidikan
Titik berat ilmu kependidikan yang berkembang pada
masyarakat intelek Islam Spanyol adalah perhatian mereka
pada keharusan seseorang bisa membaca dan menulis
yang secara mendasar ditujukan kepada (kecakapan
membaca dan menulis) Al-Qur'an, tata bahasa Arab dan
sya'ir. Di samping itu kegiatan kependidikan juga (dalam
hal-hal tertentu) berpusat pada persoalan-persoalan
hukum atau fiqh (yang merupakan istilah derivat tidak
langsung dari kata syari'ah atau wahyu dan mengalami
penyempitan makna. Dalam masyarakat Islam Spanyol,
wanita juga memperoleh kedudukan yang tinggi dalam hal
penerimaan pendidikan. Suatu keadaan yang (sedikit
berbeda dengan kondisi Geografis dunia Islam pada
umumnya) sangat kontras dengan keadaan umum
masyarakat Eropa pada waktu itu.
Dengan kondisi seperti itu pada abad-abad
berikutnya jumlah orang yang belajar ke Spanyol terus
bertambah. Universitas-universitas Cordova, Toledo,
Granada, Clan Sevilla dibanjiri para mahasiswa dari
bebagai penjuru Eropa, Afrika Utara dan Timur Tengah.
18
Kondisi seperti itulah yang belakangan dipercayai berjasa
mengantar Renaissance dan reformasi ilmu pengetahuan
di Eropa.
g. IImu Kesejarahan
Perkembangan ilmu kesejarahan di Spanyol tidak
bisa lepas dari peran Ibnu Khaldun (1332-1406 M) sebagai
sosok reformer, baik analisis sejarah murni ataupun
historiografi. Kelahirannya memang agak belakangan
dibanding dengan tokoh-tokoh sejarah Spanyol seperti Ibnu
Qutaybah (wafat 977 M) dan Ibnu Hayyan (988-1076 M)
serta sejarawan lainnya Namun sebuah karya
monumentalnya, Muqaddimah, telah mencuatkkan
namanya menjadi sosok luar biasa terutama dalam Ilmu
sejarah. Teori life cycle untuk dinasti-dinasti baik secara
langsung ataupun tak langsung telah di adopsi oleh para
ilmuan dunia menjadi teori Civilization life cycle.
h. IImu Keperjalanan
Perkembangan Ilmu keperjalanan ditandai dengan
munculnya tokoh-tokoh geografi di kalangan masyarakat
intelek Islam di Spanyol diantaranya Abu Ubayid al-Bakri
(wafat 1094 M), AI- Idrisi lahir 1100 M dan Abu al-Husain
bin Ahmad (Iahir 1145 M) merupakan tokoh-tokoh diantara
para tokoh geografi yang belakangan melahirkan tokoh-
tokoh adventurers, seperti Ibnu Jubair yang melakukan
journey pulang-pergi dari Granada ke Mekkah melalui
Mesir, Irak, Syria dan Sicilya. Tokoh legendaris yang
belakangan muncul adalah Ibnu Batutah (1304-1377 M).
Dia telah melakukan 4 kali perjalanan Haji ke Mekah yang
dilanjutkan dengan petualangannya ke berbagai negeri
Muslim. Negeri-negeri di Timur seperti Srilanka dan Bengal
19
telah dikunjunginya bahkan sampai ke Cina. Perjalanan
terakhirnya pada tahun 1353 telah membawanya ke
pedalaman Afrika.
i. IImu Kealaman
Perkembangan Ilmu kealaman di masyarakat intlek
Islam Spanyol ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh
dalam cabang-cabang ilmu tersebut seperti astronomoi,
matematika, ilmu tumbuhan kedokteran dan lain-lain.
Dalam perkembanganya terdapat satu ilmu sempalan dari
astronomi yang kemudian dinilai kontroversial oleh
umumnya masyarakat Islam yaitu astronomi dangan
tokohnya Abu Ma'syar (al-falaki). la mengatakan bahwa
posisi bintang-bintang berpengaruh terhadap kelahiran,
kematian dan apa saja yang terjadi dimuka bumi ini.
Namun demikian perkembangan ilmu astronomi
"murni", yang melatar belakangi ilmu astronomi modern,
terus berkembang, sampai menjelang abad pertengahan.
Bersamaan dengan itu matematika juga memiliki tokoh-
tokohnya tersendiri. Sekalipun sering pula diantara tokoh
itu, kepiawaiannya juga meliputi ilmu-ilmu lain, seperti Al-
Majriti (lahir 1007 M), Al-Zarqali (1029-1087 M), Ibnu Aflah
(lahir 1140 M), dan Al-Bitruji (lahir 1204 M). Mereka itu ahli
astronomi dan matematika sekaligus.
Perkembangan ilmu tumbuh-tumbuhan tersebut,
berjalan seiring dengan perkembangan ilmu farmasi dan
kedokteran. Hal tersebut disebabkan, secara terapan, ilmu
tersebut berperan sebagai supplier terhadap ilmu farmasi
dan kedokteran. Obat-obatan yang ditentukan dan dipakai
oleh para dokter, sumber penelitiannya memang dari ilmu
20
tumbuh-tumbuhan. Dalam perkembangan kedokteran
tercatat dokter wanita dari keluarga Ibnu Zuhr.
j. IImu Kepustakaan
Dengan menitik beratkan kepada Ilmu pendidikan
masyarakat Intelek Islam Spanyol sudah pasti
menyediakan sarana-sarana penunjang, agar apa yang
mereka lakukan bisa berhasil seoptimal mungkin.
Keberadaan perpustakaan dengan sejumlah besar bukunya
merupakan salah satu diantara sekian sarana penunjang
kependidikan yang menjadi pusat perhatian mereka.
Sebagai contoh, perpustakaan AI-Hakam yang jumlah
bukunya mencapai 400.000 buah9. Disamping itu juga
bursa buku adalah kegiatan yang sering ditemui di
Cordova. Suatu kondisi logis dari sebuah masyarakat
intelek yang memusatkan perhatian kepada pengkajian-
pengkajian ilmiah.
Sumber-sumber dana yang berasal dari badan-badan
wakaf yang didirikan secara khusus untuk itu telah sangat
membantu peningkatan kualitas perpustakaan.
Managemen Lay out berkembang seiring perkembangan
perpustakaan tersebut
k. Para Tokoh Ilmu Pengetahuan
Di atas telah dikemukan sejumlah tokoh ilmu
pengetahuan. Namun demikian, untuk melengkapi uraian
tersebut, berikut ini akan dikemukakan secara selintas
9 Musthafa AI-Siba'l, Min Raw'i Hadaratina, ed Bahasa Indonesia (Peradaban Islam Dulu, Kini dan Esok), alih bahasa R.b. Irawan dan Fauzi Rahman, (Jakarta: Gema Insani Press, 1992) h. 183.
21
(breifley) beberapa tokoh lainnya sekaligus dengan
sfesifikasi keahlian yang dimiliki masing-masing tokoh
tersebut. Agar lebih jelas penulis menampilkan dalam
bentuk table berikut:
NAMA USIA KEAHLIAN KARYA TULIS
Al-Zahrawiy Hidup abad
X
Ahli Bedah Al-Tasrif
Ibnu Julul 944-994 M Dokter
Khalifah
Thabaqod Al-
Thib
Ibnu Al-
Wafid
1007-1067
M
Farmakolog
Dokter
Ahli
Tumbuhan
Kitab Al-Wisad
Abu
Marwan
Wafat 1078
M
Ahli Figh
Ahli Qur’an
Kedokteran
Abu-al-A’la Wafat 1030
M
Ahli Hadist
Ahli Filsafat
Ahli Diagnosa
Abu
Marwan
1092-1162
M
Dokter
Parasitolog
Ahli Diagnosa
(teman Ibnu
Rusd)
Al-Iqtida
Al-Aghdiya
Ibnu Safar Wafat 1035 Ahli
Matematika
Ahli Astronomi
Tabel
Astronomi
Astrolable
l. Pengaruh Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Terhadap Dunia Barat
22
Dengan kekecualian pada ilmu keagamaan, boleh
dikatakan seluruh perkembangan ilmu pengetahuan di
masyarakat intelek Islam Spanyol mempengaruhi
perkembangan ilmu pengetahuan di dunia barat, terutama
setelah memasuki abad pertengahan. Pernyataan ini
tercermin dari perkataan Chistave Le Bon ia mengatakan
bahwa perkenalan dengan peradaban Islamlah sebenarnya
yang membawa Eropa menjadi dunia beradab. Abad ke-9
dan ke-10 adalah saat pusat-pusat Islam di Spanyol sedang
berada di puncak kecemerlangannya. Pusat-pusat
intelektual di barat hanya berupa benteng-benteng yang
dihuni oleh para bangsawan yang dirinya merasa bangga
atas ketidakmampuannya membaca mereka.10
2. Kemajuan dalam Pembangunan Fisik
Aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian umat Islam sangat
banyak seperti halnya dalam perdagangan. Jalan-jalan dan pasar dibangun
seindah mungkin. Di samping itu pula bidang pertanian juga tidak
ketinggalan dengan memperkenalkan sistem irigasi, kemudian
memperkenalkan pertanian padi, jeruk, kebun dan taman-taman.
3. Kemajuan Kebudayaan
Biasanya, nilai-nilai tinggi kebudayaan suatu masyarakat
di ketahui dari kraya-karya yang secara audio-visual (atau
salah satu dari keduanya), sampai pada masyarakat
berikutnya.
Hasil pekerjaan (seni dengan menggunakan) logam
(metal-work) termasuk didalamnya dekorasi dengan bahan
10 Syafi’I Ma'arif, Peta Bumi Intelektualisme Islam di Indonesia (Bandung: Mizan, 1994) cet. ke-2, h. 25-26
23
baku emas dan perak banyak dijumpai sebagai bukti kemajuan
kebudayaan masyarakat Islam Spanyol di antaranya adalah
dekorasi interior Al-Hamra dan peninggalan Hisyam II (976-
1009 M) yang masih terpelihara pada bagian atas altar
katedral di Gerona, berbentuk peti mayat kayu yang dilapisi
perak yang berkilat dan bergambar, hasil karya dua orang
pengrajin Arab Badr dan Tarif, yang keduanya merupakan
anggota Istana.
Barang-barang dari keramik juga ditemukan, di samping
barang logam, dengan pusat industrinya di Valencia, yang
imitasinya belakangan ini diketahui baru ada pada abad ke-15
di Belanda. Industri keramik ini ahirnya juga sampai ke Italy.
Selain dari itu, seni dalam tekstil yang mewah juga tertuang
dalam hamparan karpet-karpet Spanyol dengan Cordova
sebagai pusat industri tenunannya. Dari sana produk-produk
tekstil itu tersebar ke berbagai pelosok Eropa.
Dari segi arsitektur, seluruh monumen keagamaan yang
bernilai seni telah habis, kecuali hanya satu yang terbesar
yaitu mesjid Agung Cordova. Fondasi mesjid tersebut dibuat
oleh Abdurrahman I dan diselesaikan oleh anaknya Hisyam I
pada tahun 793 M, yang terletak pada bekas gereja Kristen.
Hal lain yang tidak kalah menariknya dalam masyarakat Islam
Spanyol adalah seni musik. Seni musik Islam Spanyol
merupakan gabungan dari sistim Persia-Arab. Sistim tersebut
di bawa ke Spanyol pada tahun 822 oleh Ziryab, seorang siswa
sekolah musik Ishag al-Maushuli di Baghdad. Dia mendirikan
sekolah musik di Cordova, dan selanjutnya bermunculan
sekolah-sekolah musik dengan berkiblat ke sekolah Ziryab di
Cordova, di Sevilla, Valencia dan Granada.11
11 Amir Hasan Siddiqi, Studies in Islamic History ed bahasa Indonesia, alih bahasa M.J. Irawan, (Bandung: Al-Ma’a, 1985), cet. ke-10, h. 89-92
24
Jasa-jasa seniman musik muslim sangat banyak
jumlahnya. Di antarnya musik Mensural (ukuran tempo dan
nada), glossa (tangga nada), tarkib atau compound (gesekan
pada not serentak) dan Octave sehingga melahirkan harmoni,
yang belum dikenal pada waktu itu di daratan Eropa.
Masyarakat barat sekarang ini juga mewarisi alat-alat musik
yang bersenar dari masyarakat Islam. Sehingga ahirnya
disimpulkan bahwa masyarakat barat berhasil menemukan
revolusi musik dewasa ini, sebetulnya merupakan kelanjutan
dari revolusi musik pada masyarakat Islam.
4. Pembangunan di Bidang Perekonomian
Masa pemerintahan abdurrahman II merupakan zaman
kegemilangan Islam, karena pertumbuhan ekonomi yang baik
terutama di bidang pertanian. Tanah-tanah gersang diubah
menjadi lahan yang produktif. Guna meningkatkan
produktivitas pertanian, Para ahli muslim melakukan study
tentang tanah, menggunakan alat-alat baru untuk meratakan
gunduka-gundukan dan tanah berpasir. Juga menggunakan
pupuk untuk mempersubur tanah serta meningkatkan sistem
irigasi.
Perkembangan kemajuan di bidang perdagangan sangat
memberikan keuntungan, termasuk bea dan cukai, ekspor-
impor yang dapat menempatkan kerajaan Islam Spanyol pada
tingkat tertinggi penghasilannya. Perkembangan di bidang
ekonomi ini ditopang juga oleh perencanaan pembelanjaan
kerajaan yang terorganisir dengan baik sesuai rencana.12
5. Pembangunan Dalam Bidang Militer dan Pemerintahan
12 Yoesoef Sou'yb, Sejarah Daulat Umayyah di Cordo (Jakarta: Bulan Bintang, 1981), h. 221
25
Sebagai suatu wilayah negara, Spanyol Islam
diperlengkapi dengan personil-personil militer lebih banyak
dari jumlah ketika mereka datang. Dan untuk keamanan serta
pertahanan kedaulatannya, Amir membangun kekuatan militer
di Spanyol. la mendatangkan lebih dari 40.000 personil dari
Afrika untuk dilatih dengan mendapat gaji baik, agar mereka
benar-benar setia menghormati dan mau ikut menjaga
kekuasaan Amir. Pasukan militer dibedakan menjadi empat
kelompok yaitu:
1. Tentara tetap (Profesional) yang berpangkalan di
Cordova.
2. Tentara Reguler (Jund) yang dipimpin oleh penguasa
wilayah militer.
3. Tentara Irreguler (Belladi), yaitu orang-orang Arab
yang datang bersama Musa Ibnu Nushair.
4. Tentara luar biasa atau sukarelawan (Hasyid), yaitu
orang-orang yang tidak diminta dan dengan sukarela
bergabung bersama kekuatan militer.13
Disamping pasukan darat, dibentuk pula kekuatan laut
setelah adanya serangan mendadak Normandia di pantai barat
Spanyol pada tahun 844-845 M. Kemudian dibangun menara-
menara pengintai musuh yang melakukan kegiatan di samudra
Atlantik di sepanjang pantai.
Setelah Abdurrahman al-Dakhil (Abdurrahman I)
meninggal, maka pemerintahan dipegang oleh anaknya
Hisyam I (789-796), Dia seorang yang memiliki pengetahuan
yang luas tentang Al-Qur'an dan sunnah, dan banyak
dipengaruhi oleh ulama fikih. la meneruskan pembangunan
masjid Cordova dan juga membangun terusan Cordova.
13 Imamuddin, S.M, Muslim Spain, 711-1492 AD: A Sociological Study (Leiden: E.J. Brill, 1981), h. 63
26
Hisyam adalah seorang penguasa yang taqwa, adil dan lemah
lembut serta darmawan. Dia menduduki tahta selama 8 tahun,
tetapi banyak kemajuan-kemajuan yang dicapai.
Setelah Hisyam wafat, ia diganti oleh anaknya hakam I
(796-822 M). Hakam adalah orang yang suku akan kemegahan
dan pertunjukan-pertunjukan serta sangat kecanduan dengan
minuman anggur. Pada masa kekuasaannya terjadi
pemberontakan yang dipelopori oleh Sulaiman dan Abdullah
pamannya sendiri, yang akhirnya pemberontakan itu dapat
dipadamkan. Sulaiman meninggal dan Abdullah diampuni
setelah ia menyerah.
Sesudah Hakam meninggal; pemerintahan di pegang
oleh putranya Abdurrahman II (822-852 M). Dengan
pengalaman militernya yang tinggal dan kecakapannya dalam
memimpin pemerintahan, Abdurahman II telah berhasil
membawa Spanyol kembali kepada kedamaian dan
kemakmuran. Di masanya Mesjid Cordova diperluas, dan
banyak mesjid baru dibangun di kota-kota Jaen, Seville,dan di
ibu kola Cordova sendiri. Barang-barang di impor dari Timur.
Bendungan dan irigasi dibangun, ibu kota diperindah dengan
taman-taman yang luas lagi indah yang dilalui oleh terusan-
terusan yang mengalirkan air dari gunung-gunung. Jembatan-
jembatan dibangun dan istana Cordova telah dapat
menandingi istana di Bagdad. Setelah menjalankan
pemerintahannya selama 30 tahun yang membawa kepada
kemakmuran, Abdurahman II meninggal dunia pada tahun 852
M
Pemerintahan berikutnya setelah Abdurahman II wafat,
Dipegang oleh anaknya Muhammad 1(852-886 M). Masa
kekuasaanya banyak terjadi kerusuhan dalam negeri, antara
27
lain: Pemberontakan rakyat Toledo, Pemberontakan orang-
orang Kristen yang fanatik di Cordova yang telah ditumpas
oleh Abdurahman II, namun mereka tetap berhubungan
dengan raja Perancis, Charles Le Beld dengan tujuan
mengajaknya untuk menyerang Spanyol. Akhirnya
pemberontakan-pemberontakan itu dapat dipadamkan,
bahkan pemberontakan itu di Tabanos yang merupakan
sarang fanatisme dihancurkan. Para pemimpin mereka
digantung. Muhammad I adalah orang yang bijak, adil, dan
berani. Dia memperbaiki keadaan rakyat dengan
kedermawanannya. La seorang yang rajin dalam meneliti
urusan administrasi sekecil apapun.14 la meninggal dalam usia
65 tahun setelah menjalankan pemerintahannya selama 34
tahun.
Kemudian pemerintahan diganti oleh anaknya Munzir
(886-888 M). la cukup mampu menumpas pemberontakan
ketika ayahnya memerintah. Masa pemerintahannya yang
begitu singkat diawarnai dengan ketidak damaian dan
kericuhan.
Setelah Munzir wafat, ia digantikan oleh saudaranya
Abdullah (888-912). la memerintah cukup lama selama 25
tahun, tetapi masa kekuasaannya selalu mendapat tantangan
yang cukup banyak.
Selanjutnya pemerintahan dipegang oleh Abd al-Rahman
al-Nashir atau Abdurrahman III (912-961 M). Ia naik tahta
dalam usia 23 tahun, usia yang relatif muda. Usaha yang
dilakukannya pertama kali ditujukan kepada pengukuhan
kesatuan dan stabilitas dalam negeri. Begitu ia dilantik ia
mengirim utusan kepada gubernur-gubernur yang ada
14 Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), Cet. III, h. 297.
28
disemenanjung Iberia dan mengajak mereka untuk
memberikan bai'at kepadanya. Sebagian diantara mereka
menyambut seruan itu dengan baik dan sebagian yang lain
tidak memperdulikannya. Dalam menghadapi penentanganya,
Abdurahman III menumpasnya dengan militer sehingga dalam
jangka 10 tahun umat Islam Spanyol bersatu kembali.(Benton,
1970: 1087).
Abdurahman III membangun beberapa buah istana dan
memajukan pertanian rakyat. Rakyat taat kepadanya dan
semua orang merasa hidup damai bersamanya. la mewajibkan
penguasa-penguasa Kristen membayar upeti ke Cordova. Pada
tahun 929, ia memproklamirkan dirinya sebagai khalifah. Pada
masa kekuasaanya, Cordova merupakan pusat kebudayaan
Islam yang penting di Barat sebagai tandingan Bagdad di
Timur. Kalau di Bagdad ada bait al-Hikmah serta madrasah
Nizamiah, dan Kairo ada al-Azhar serta Dar al-Hikmah, maka di
Cordova ada universitas Cordova sebagai pusat ilmu
pengetahuan. Perpustakaanya mengandung ratusan ribu
buku.15
Cordova, Constantinopel dan Bagdad adalah tiga kota
yang merupakan pusat kebudayaan dunia pada saat itu. Di
Cordopa terdapat 113.000 rumah, 70 Perpustakaan, sejumlah
toko buku dan Mesjid, bermil-mil jalan aspal diterangi dengan
lampu-lampu dari rumah-rumah yang berhampiran. Semuanya
membuat Cordova memperoleh popularitas Internasional dan
kekaguman para pengunjungnya. Banyak perutusan
diplomatik berkumpul di Cordova, baik dari dalam maupun dari
luar Spanyol. Delegasi berdatangan dari suku-suku Zanatah
Afrika Utara yang kuat, dari dinasti Idrisi, dari raja-raja Kristen
15 Harun Nasution, Islam Ditinjaiu dari Berbagai Aspeknya (Jakarta: Universitas Indonesia, 1978), Jilid I, h. 65
29
Prancis, Jerman dan Konstantinopel. Abdurrahman III di anggap
sebagai sang penyelamat imperium muslim Spanyol.
Dengan berbagai kebijakan dan kemampuan
intelektualnya, maka stabilitas nasional terkendali serta dapat
menarik masyarakat Spanyol dengan tidak menimbulkan
jurang pemisah antara kelas dan golongan agama yang ada,
sehingga benar-benar tercipta suatu imperium Umayyah yang
damai dan kuat di Spanyol. Setelah memegang kekuasaan
selama 49 tahun, ia meninggal dunia pada bulan oktober 961
M.
Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh anaknya
Hakam II (961-976 M). la meneruskan politik ayahnya dalam
mempertahankan stabilitas pemerintahan dan kemakmuran
negaranya. Hakam memiliki sifat yang mirif dengan ayahnya.
Ia tetap mempertahankan menteri-menteri yang diangkat oleh
ayahnya. Pada masa pemerintahannya la memerangi
pemberontakan Kristen yang ingin melepaskan diri dari
Spanyol. Sepeninggal Hakam II, Pemerintahan dipegang oleh
Hisyam II (976-1009 M). Pada masa pemerintahannya,
kekuasaan khalifah mengalami kemunduran. Kekuasaan umat
Islam di Spanyol saat itu berada wazir dan wali Hisyam II yang
bernama Ibnu Abi Amir, yang kemudian bergelar al-Mansur.
6. Pembangunan di Bidang Administrasi Sipil
Ketika Spanyol masih merupakan wilayah yang integral
dengan Damaskus, Spanyol Islam adalah bagian dari propinsi
maghrib (wilayah Barat) yang ibu kotanya di Qairawan
(sekarang Tunisia), maka konstitusi yang berlaku sesuai
dengan yang ada di Damaskus. Sementara itu Spanyol terbagi
menjadi tiga wilayah, yaitu : Pusat, Timur dan Barat. Wilayah
30
pusat meliputi kota Cordova, Granada, Malaga, Almeria, Jaen
dan Toledo. Wilayah Timur meliputi Saragosa, Valencia,
Murcia, Cartagena dan Albarraccin. Wilayah Barat meliputi .
Sevilla, Jerez, Gibraltar, Tarifa, Beja, Budajoz, Merida, Silves
dan lisbon.16
Untuk melaksanakan pemerintahannya dibetuk lembaga-
lembaga atau badan-badan yang mempunyai tugas dan fungsi
tertentu yang di tangani oleh orang-orang yang sesuai dengan
ke ahliannya. Beberapa badan dan jabatan yang ada pada saat
itu antara lain:
1. Al-Hajib, yaitu pejabat yang paling berpengaruh di
lingkungan istana, Sebagai media antara penguasa
dengan pegawai-pegawai istana dan rakyat lainnya.
2. Al-wazir atau menteri, yaitu orang yang menangani
masalah keuangan, hubungan luar negeri dan
keadilan. Jabatan ini kemudian menyamai jabatan
hajib yang biasanya diduduki oleh para panglima
militer.
3. Al-Katib atau Sekretaris Negara, meliputi pekerjaan
korespondensi dan pengiriman surat-surat serta
dokument negara.
4. Khazin al-Mal (petugas pajak), yaitu orang yang
mengurusi pajak-pajak dari seluruh propinsi.
5. Al-Qadli atau Hakim, yang dibagi 3 bagian, yaitu hakim
militer, hakim rakyat dan Hakim para hakim.
6. Shahib al-Mazhalim, yaitu badan pengendalian atau
semacam hakim yang bertugas mengoreksi
16 Chejne, Anwar G, 1974, Muslim Spain: Its History and Culture (Menneapolis: The University of Minnesota Press, 1974), h. 138.
31
penyimpangan-penyimpangan para pejabat. Biasanya
jabatan ini ditangani oleh penguasa atau delegasinya.
Lembaga-Iembaga lain sebagai pembantu adalah
lembaga kepolisian, inspektur pasar, dinas pekerjaan umum,
dan lembaga perwakafan. Disamping itu ada Juga majelis-
majelis yang diselenggarakan untuk membahas berbagai
persoalan.
7. Faktor-Faktor Pendukung Kemajuan
Kemajuan demi kemajuan yang dicapai oleh masyarakat
intelektual Muslim pada khususnya dan masyarakat Islam di
Spanyol pada umumya sudah barang tentu tidak terwujud
begitu saja tanpa faktor-faktor pendukung yang menyertainya.
Terdapat sejumlah faktor pendukung bagi terwujudnya
kemajuan tersebut. Ada yang bisa disimpulkan dari apa yang
telah diuraikan diatas. Ada juga yang kelihatannya terlepas
dari uraian diatas dan diketahui secara hermeneutik, hanya
implikasi dari kondisi-kondisi objektif yang ada pada
masyarakat Islam Spanyol. Faktor-faktor pendukung tersebut
diantaranya adalah :
1)Ketika Islam datang ke Spanyol, komposisi masyarakat
yang ada dinegeri itu cukup heterogen yang terdiri
dari orang Arab, orang Arab-Spanyol, orang Afrika
Utara, dan orang Yahudi. Heterogenitas masyarakat
tersebut belakangan diketahui memberikan saham
intelektual dan kebudayaan yang cukup hebat yang
kemudian melahirkan kembali era kebangkitan ilmu
pengetahuan dan peradaban.
2)Heterogenitas komposisi masyarakat, di ikuti dengan
heterogenitas agama. Sementara Islam datang
32
dengan semangat toleransi begitu tinggi. Bahkan
dengan semangat toleransi itu Islam telah mengakhiri
kezaliman keagamaan yang sudah berlangsung sejak
lama.17 Bagi orang Kristen dan orang Yahudi
disediakan hakim khusus yang sesuai dengan agama
mereka masin-masing.18 Semua kelompok agama
dengan datangnya Islam, mendukung dan menyertai
pembangunan peradapan yang berkembang dengan
gemilang.
3)Adanya semangat kesatuan budaya Islam yang timbul
pada pemikiran para ulama dalam arti luas. Hal ini
terbukti sekalipun dalam konstelasi politik,
masyarakat Islam Spanyol melepaskan diri dari
Baghdad, dari banyaknya para ulama Spanyol yang
mendalami ilmu di Bagdad untuk dikembangkan
kemudian di Spanyol.
4)Persaingan antar muluk AI-Thawa'if ternyata justru
menyebabkan perkembangan peradaban. Kerajaan-
kerajaan kecil di sekitar Cordova, semuanya bersaing
ingin menandingi Cordova dalam hal kemajuan Ilmu
pengetahuan, sastra, seni, kebudayaan.
5)Adanya dorongan dari para penguasa yang
mempelopori kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti
Abdurahman I, Abdurahman II, Abdurahman III, dan AI-
Hakam II.
F. KEMUNDURAN ISLAM DI ANDALUSIA
17 Nurchalis Madjid, Islam Agama Peradaban Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam dalam Sejarah (Jakarta: Paramadina, 1995), h. 70
18 Ahmad Syalabi, al- Tarikh aI-Islam wa al-Hadharat Islamy (Cairo: Maktabat al-Nahdhat al-Misriyyat, 1979), h. 86
33
Sudah merupakan hukum alam bahwa suatu negara akan
tumbuh, dan berkembang kemudian mencapai puncak kejayaan.
Setelah mencapai puncak kejayaan dan secara perlahan akan
mengalami kemunduran dan akhirnya hancur. Teori
perkembangan yang tak dapat dielakkan oleh manusia karena
sudah merupakan hukum alam. Demikian pula halnya dengan
Spanyol yang dikuasai oleh Islam. Setelah Islam memperoleh
kejayaan selama lebih kurang 7 abad, terjadi kemunduran yang
membawa kepada kehancuran. Banyak faktor yang
menyebabkan Dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini mundur dan
kemudian hancur. Adapun faktor-faktor yang kemunduran dan
kehancuran tersebut antara lain adalah:
1. Terjadinya Pemberontakan
Terjadi beberapa peristiwa dan pemberontakan dan
keharusan yang dilakukan oleh golongan-golongan tertentu yang
merasa tidak puas, tidak senang, dan cemburu terhadap khalifah
yang berkuasa. Pada zaman khalifah Hisyam (788-796 M) terjadi
pemberontakan yang dilakukan oleh saudara-saudaranya sendiri,
Abdullah dan sulaiman. Mereka mempermaklumkan
kemerdekaan dan memobilisasi kesatuan-kesatuan mereka di
Teledo, tetapi mereka dapat dikalahkan oleh pasukan Hisyam
yang terdiri dari 20.000 tentara pada tahun 790 M. Disamping
itu, terdapat pula pemberontakan yang dilakukan oleh kaum
Yamaniah di Tertosa yang dipimpin oleh Said Ibnu Husain, tetapi
mereka dapat dikalahkan. Pada zaman Khalifah Abdurrahman
(756-788 M) terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh orang
Berber, Yamaniah dan kepala-kepala suku Arab di Spanyol yang
meminta bantuan kepada pejuang Kristen Prancis bernama
34
Charles, dan mereka dapat dikalahkan oleh tentara
Abdurrahman.
Pada zaman khalifah Hakam (796-822) terjadi
pemberontakan yang dilakukan oleh kaum faqih yang berambisi
memperoleh kedudukan, mereka menghasut dan mencela
hakam sebagai orang yang tidak beragama, dengan pidato-
pidatonya mereka membakar kefanatikan orang-orang Muslim
Spanyol. Dan kaum Faqih dapat ditumpas dan mendapat
serangan dari Sulaiman dan Abdullah, paman hakam yang masih
hidup ketika dikalahkan oleh Hisyam, mereka meminta bantuan
kepada Raja Franka, Charlemagne di Aix la Chapella. Akan tetapi
mereka dapat dikalahkan, dan Sulaiman gugur dalam
pertempuran, adapun Abdullah diampuni setelah ia menyerah.19
Setelah itu terjadi pula pemberontakan penduduk Taledo, yang
akhirnya mereka dibantai dan mayatnya dibuang kedalam parit.
Banyak sekali pemberontakan-pemberontakan yang
muncul pada zaman khalifah-khalifah selanjutnya, yang pada
akhirnya pemberontakan tersebut dapat diatasi. Sekalipun
demikian hal ini merupakan faktor yang menyebabkan lemah
dan mundurnya Dinasti Bani Umayyah di Spanyol.
2. Perubahan Struktur Politis
Di zaman Hisyam II (976-1013 MO terdapat perubahan
struktur politis. Hisyam II baru berusia 11 tahun ketika ia
menduduki tahta. Karena usianya masih sangat muda, Ibunya
yang bernama Sultanah Subh, dan sekretarisnya negara yang
bernama Muhammad Ibnu Abi Amir, mengambil alih tugas
pemerintahan.20 Hisyam II tidak mampu mengatasi ambisi para
pembesar istana dalam merebut pengaruh dan kekuasaan.
19 Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, h. 29020 Ibid, h. 308
35
Menjelang tahun 981 M, Muhammad Ibnu Abi Amir yang
ambisius menjadikan dirinya sebagai penguasa diktator. Dalam
perjalanannya ke puncak kekuasaan ia menyingkirkan rekan-
rekan dan saingannya. Hal ini dimungkinkan karena ia
mempunyai tentara yang setia dan kuat, ia amengirimkan
tentara itu dalam berbagai ekpedisi yang berhasil menetapkan
keunggulaannya atas para pangeran Kristen di Utara. Pada tahun
itu juga Muhammad Ibnu Abi Amir memakai gelar kehormatan al-
Mansur Billah. la dapat mengharumkan kembali kekuasaan Islam
di Spanyol, sekalipun ia hanya merupakan seorang penguasa
bayangan. Kedudukan Hisyam II tidak ubahnya seperti boneka,
hal ini menunjukkan bahwa peranan khalifah sangat lemah
dalam memimpin negara, dan ketergantungan kepada kekuatan
orang lain mencerminkan bahwa khalifah dipilih bukan atas
dasar kemampuan yang dimilikinya melainkan atas dasar
warisan turun menurun. Hisyam II memang bukan orang yang
cakap untuk mengatur negara, tindakannya menimbulkan
kelemahan dalam negeri. la tidak dapat membaca gejala-gejala
pergerakan Kristen yang akan mulai tumbuh dan mengancam
kekuasaannya. Keadaan ini diperburuk dengan meninggalnya al-
Muzaffar pada tahun 1009 M yang dalam kurun waktu 6 tahun
masih dapat mempertahankan kekuasaan Islam di Spanyol.
AI-Muzaffar kemudian digantikan oleh Hajib al-Rahman
Sancol. Karena ia tidak berkualitas dalam memegang jabatannya
sehingga dimusuhi penduduk dan kehilangan kesetiaan dari
tentaranya. Akibatnya timbul kekacauan, karena tidak ada orang
atau kelompok yang dapat mempertahankan ketertiban di
seluruh negara. Akhirnya Hisyam II mema'zulkan diri pada tahun
1009 M, yang kemudian dipulihkan kembali tahtanya pada tahun
berikutnya.
36
Sejak itu sampai tahun 1013 M, ia dan 6 orang anggota
Umayyah lainnya serta tiga orang anggota keluarga setengah
Barber masing-masing menjabat khalifah sementara. Dalam
masa lebih kurang 22 tahun (1009-1031) M terjadi 9 kali
pertukaran khalifah, tiga orang di antaranya dua kali
maenduduki jabatan khalifah pada priode tersebut. Pada tahun
1031 M khilafah dihapuskan oleh orang-orang Cordova.21
3. Munculnya Raja-raja Kecil
Timbulnya Perpecahan Dinasti Umayyah di Spanyol
ditandai dengan munculnya raja-raja kecil, di antaranya Dinasti
Abbadi. Dinasti Murabit, Dinasti Muwahhid, dan Dinasti Bani Nasr.
Mereka saling beperang dan mengadakan aliansi baik dengan
penguasa Muslim atau dengan penguasa Kristen (Aragon dan
Castille) yang dulu tidak dihancurkan oleh Musa Ibnu Nusair di
zaman Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, kesempatan
ini tidak disia-siakan oleh orang-orang Kristen, munculnya
dinasti-dinasti kecil ini, yang menurut W. Montgomery watt,
berjumlah sekitar tiga puluh negara kecil disebabkan
penghapusan khilafah.
4. Adanya Permintaan Bantuan terhadap Kekuasaan Luar
Munculnya Dinasti Murabit dari Afrika Utara, yang datang
ke Spanyol atas permintaan al-Mu'tamin untuk membantu untuk
melawan Al-fonso, Raja castille. Dengan bantuan ini al-Mu'tamin,
Amir Cordova dapat mengalahkan al-Fonso VI. Tetapi, sayangnya
dengan kemenangan ini Yusuf Ibnu Tasyifin, raja Dinasti Murabit
berhasrat hendak menguasai kekayaan Spanyol. Dua tahun
kemudian Ibnu Tasyfin datang ke Spanyol, dan dalam waktu
21 Philip K Hitti, History of The Arabs (London: Macmillan, 1970), edisi ke-10, h. 218
37
yang singkat Ia dapat menguasai Spanyol seluruhnya, karena
perpecahan antara Arab dengan Arab dan antara Arab dengan
Berber. Dengan demikian berdirilah di Spanyol Dinasti Murabit
pada tahun 1090 M-1147 M. Akibat tindakan Ibnu Tasyfin
tersebut timbul perpecahan antara muslim Spanyol dan Muslim
Arab. Orang-orang Arab yang merasa tertekan meminta bantuan
kepada Dinasti Muwahhidin di Moroko. Dinasti ini tidak menyia-
nyiakan permintaan bantuan orang-orang Arab, mereka datang
menyerbu Spanyol dan dengan mudah mereka dapat
menguasainya. Hilanglah Dinasti Murabit dan berdirilah Dinasti
Muwahhidin di Spanyol.
5. Melemahnya Kekuatan Militer dan Ekonomi
Disintegrasi politik yang terjadi pada waktu itu
menyebabkan lemahnya kekuatan militer dan ekonomi,
sedangkan faktor ekonomi sangat memegang peranan penting
dalam mempersiapkan biaya perang. Orang-orang Kristen
rupanya tahu tentang keadaan umat Islam yang sudah oyong itu.
Oleh karena itu, pangeran-pangeran Kristen di Utara
memperkuat posisi mereka untuk memerangi kaum Muslimin
yang telah berpecah belah. Orang-orang Kristen yang semula
pada abad ke-10 membayar upeti kepada orang Islam, tetapi
menjelang pertengahan abad ke-II mereka dengan leluasa
menuntut pembayaran upeti dari beberapa penguasa kecil Islam.
Perbatasan kekuasaan Kristen makin meluas ke sebelah
Selatan. Peristiwa terpenting adalah tahun 1085 ketika penguasa
Teledo yang lemah tidak mampu menahan tekanan raja Castille
sehingga menyerahkan kota tersebut kepadanya. Teledo
memiliki pertahanan yang kuat, karena di jaga di tiga sisinya
38
oleh sungai Tagus, dan tidak pernah dapat direbut kembali oleh
orang-orang Islam.
6. Munculnya Kekuatan Kristen di Spanyol
Bersatunya dua kerajaan Kristen, Lean dan Castille pada
tahun 1230 M, telah meningkatkan usaha perebutan kekuasaan
terhadap kekuasaan Islam di Spanyol semakin efektif. Tahun
1236 M. Cordova dapat direbut, dan tahun 1248 M. Seville jatuh
pula ke tangan orang-orang Kristen. Pada waktu yang bersamaan
tentara Castille semakin kuat, dan satu persatu kota-kota
kekuasaan Islam dapat dikuasainya. Kota Malaga pun jatuh satu
tahun kemudian. Kemudian, orang-orang Kristen merencanakan
untuk mengambil alih kosta Granada yang masih bertahan.
Penaklukan Granada ini tertunda disebabkan oleh terjadinya
perselisihan antara Castille dengan Aragon. Namun, perselisihan
tersebut tidak berlangsung lama, karena hubungan mereka
membaik setelah Ferdinand II dari Arragon menikah dengan
Isabella dari Castille pada tahun 1469 M. Pada tahun 1490 M,
Ferdinand membawa pasukan berkuda lebih kurang 10.000
orang, dan menyerbu Granada sampai la memperoleh
kemenagan. Dengan jatuhnya Granada, maka hancurlah
kekuasaan Islam di Spanyol dan negeri itu kembali dikuasai oleh
Kristen.22
Pada tahun 1499 M, Cardinal Ximenes de Cismero
melarang beredarnya buku-buku Islam dan ia membakarnya,
bahkan pada tahun 1556 M, Philip II membuat undang-undang
bagi orang-orang Islam yang tinggal di Spanyol untuk
meninggalkan kepercayaan, adat istiadat, bahasa, dan
pandangan hidup mereka. Hanya ada dua pilihan bagi orang-
orang Islam, masuk agama Kristen atau meninggalkan Spanyol.
22 Hitti, Pilip K, History of The Arabs, h. 555
39
Undang-Undang tersebut di pertegas oleh Philip III, banyak orang
Islam yang dibunuh atas perintah raja Philip III. Nampaknya,
kekejaman yang dilakukan itu merupakan cara untuk
melenyapkan Islam sampai ke akar-akarnya.
G. KESIMPULAN
Dari sejumlah uraian di atas, dapatlah ditarik kesimpulan
bahwa masuknya Islam di Spanyol berbeda dengan masuknya
Islam di daerah lain. Datangnya Islam ke Spanyol atas
permintaan dari penduduk setempat dan kedatangan Islam di
Spanyol ternyata memberikan kontribusi yang tak ternilai, baik
kepada dunia Islam, terlebih-lebih kepada dunia Barat, dalam hal
ilmu pengetahuan dan peradaban. Kontribusi tersebut bisa
terlaksana karena sikap ilmiah-konstruktif yang secara umum
menyertai para ilmuan dalam melakukan kajian-kajian ilmiahnya.
Sikap toleransi yang proporsional dalam komposisi masyarakat
yang tingkat heterogenitasnya yang cukup tinggi, ternyata telah
menghasilkan efek sinergi positif yang luar biasa dalam
membangun sebuah nilai peradapan yang pluralistik.
Kemajuan yang dibawa dan diperkenalkan Islam dengan
dunia barat ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh ilmuwan
dan filosouf dari negeri tersebut. Spanyol pulalah yang menjadi
gerbang utama masuknya Islam ke dunia Barat dan kemudian
membangkitkan Barat dari dunia kegelapan dan
memperkenalkan pada kemajuan.
Kekuasaan Islam di Spanyol yang telah mencapai puncak
kejayaannya kemudian mulai melemah kemudian mundur dan
hancur secara perlahan akibat berbagai faktor. Diantaranya
faktor utama penyebab kehancuran tersebut adalah akibat
terjadinya disintegrasi yang menyebabkan munculnya kerajaan-
40
kerajaan kecil yang berusaha memerdekakan diri. Kekuasaan
Islam kemudian digantikan oleh kekuasaan Kristen dan berusaha
menghapus habis seluruh pengaruh Islam dan menghilangkan
Islam dari bumi Spanyol.
DAFTAR PUSTAKA
AI-Siba'l, Musthafa, Min Raw'i Hadaratina, ed Bahasa Indonesia Peradaban Islam Dulu, Kini dan Esok, alih bahasa R.B. Irawan dan Fauzi Rahman, Jakarta: Gema Insani Press, 1992.
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993.
Chejne, Anwar G, 1974, Muslim Spain: Its History and Culture, Menneapolis: The University of Minnesota Press, 1974.
41
Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996.
Hitti, Pilip K, History of The Arabs, London: Macmillan, 1970, edisi ke-10.
Imamuddin, S.M, Muslim Spain, 711-1492 AD: A Sociological Study, Leiden: E.J. Brill, 1981.
Ma'arif, Syafi'l, Peta Bumi Intelektualisme Islam di Indonesia, Bandung: Mizan, 1994, cet. ke-2.
Madjid, Nurcholis, Islam Agama Peradaban Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam dalam Sejarah, Jakarta: Paramadina, 1995.
Mahmudunnasir, Syed, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993, Cet. III.
Majdid Fakhri, Sejarah Filsafat Islam, Jakarta: Pustaka Jaya, 1996.
Maryam, Siti, dkk (ed.), Sejarah Peradaban Islam dari Klasik Hingga Modern Yogyakarta: Jurusan SPI Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga dan LESFI, 2003.
Nasution, Harun, Islam Ditinjaiu dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: Universitas Indonesia, 1978, Jilid I.
Siddiqi, Amir Hasan, Studies in Islamic History ed bahasa Indonesia, alih bahasa M.J. Irawan, Bandung: Al-Ma’a, 1985, cet. ke-10.
Sou'yb, Yoesoef, Sejarah Daulat Umayyah di Cordo, Jakarta: Bulan Bintang, 1977.
Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008.
Syalabi Ahmad, al- Tarikh aI-Islam wa al-Hadharat Islamy, Cairo: Maktabat al-Nahdhat al-Misriyyat, 1979.
Thomson, Ahmad dan Muhammad ‘Ata’ ur Rahim, Islam Andalusia Sejarah Kebangkitan dan Keruntuhan, Jakarta: Gaya Media, 2004.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
42
Perpecahan Andalusia pada tahun 1031
Peta Andalusia
43
Peta Andalusia
Wilayah Kekuasaan Bani Umayyah
44
Andalusia Pintu Islam Masuk Eropa
Istana Al-Hambra
45
Masjid Cordova