isolasi dan karakterisasi jamur penghasil inulinase yang tumbuh pada umbi dahlia
DESCRIPTION
isolasi dan karakterisasi serta uji aktivitas dari enzim inulinase dari jamur penghasil inulinase umbi dahliaTRANSCRIPT
ISOLASI DAN KARAKTERISASI JAMUR PENGHASIL INULINASE
YANG TUMBUH PADA UMBI DAHLIA ( Dahlia variabilis)
Dephia Rohmah PS, Bayu MS, Fitri Nurjanah, Ening BR, Adi Primanto
Prodi Kimia, FST, Universitas Jenderal Soedirman
ABSTRAK
Dua puluh tiga isolat jamur yang memiliki aktifitas inulinase diisolasi dari rizosfer
umbi dahlia. Jamur diinokulasikan pada medium PDA yang mengandung inulin.
Isolat diidentifikasi secara makroskopik dan mikroskopik. Isolat ini dipilih
berdasarkan uji aktivtas inulinasenya pada biakan padat dan cair dalam medium
yang mengandung inulin sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi.
Aktivitas inulinase pada biakan padat diukur berdasarkan zona bening sedangkan
pada biakan cair diukur berdasarkan gula peredeuksi yang dihasilkan. Salah satu
isolat diidentifikasi sebagai Aspergilus clavatus dengan aktivitas inulinase sangat
tinggi yaitu 2,94 mg fruktosa ml-1. Jamur ini memiliki potensi menghasilkan gula
cair fruktosa dari inulin.
Kata kunci: Aspergillus clavaties, umbi dahlia, enzim inulinase, rizosfer
PENDAHULUAN
Tanaman dahlia (Dahlia variabilis) penyebarannya dibawa oleh orang-
orang Belanda pada jaman kolonialisasi. Dahlia merupakan tanaman yang dapat
menghasilkan karbohidrat (inulin) yang tersimpan dalam umbi dan termasuk
dalam familia Compositae. Selain itu, tanaman tersebut dapat digunakan sebagai
bunga potong. Umbi-umbi dahlia digunakan sebagai bahan pemanis alami karena
mengandung inulin yang cukup. Pemanis yang dihasilkan dari umbi dahlia berupa
gula cair fruktosa atau High Fructose Syrup (HFS) (Wijanarka dan Sri, 2002).
Inulin adalah suatu polifruktan yang terbentuk sebagai karbohidrat
cadangan pada umbi dan akar beberapa tanaman seperti Jerusalem artichoke,
chicory, dan dahlia. Senyawa polimer ini memiliki derajat polimerisasi (DP) lebih
dari 30 yang tersusun atas unit-unit monomer fruktosa melalui ikatan β-2-1-
fruktofuransida yang diawali oleh satu molekul glukosa (Workman & Day, 1983;
Gupta et al, 1992). Hasil survey di Lembang Jawa Barat, terungkap bahwa potensi
dahlia sebagai bunga potong maupun sebagai bunga pot tidak begitu
menguntungkan, sehingga lebih digunakan sebagai penghasil pemanis alami atau
gula cair fruktosa (HFS) (Saryono, 2008).
Inulinase adalah enzim hidrolitik yang mengkatalisis reaksi hidrolisis
polisakarida inulin menjadi fruktosa dan atau fruktooligosakarida. Enzim ini dapat
dihasilkan oleh bakteri, jamur, maupun tumbuh-tumbuhan. Namun demikian,
penggunaan enzim mikroba dan aplikasi biokatalisnya banyak mendapatkan
perhatian khususnya pada bidang bioteknologi (Vandamme & Derycke, 1983).
Enzim inulinase dapat berasal dari golongan jamur Aspergillus sp, Penicillium sp,
Chrysosporium sp, Khamir (yeast) Kluyveromyces sp, Candida sp, Debaromyces
dan Saccharomyces sp dari golongan bakteri Arthrobacter sp, Flavobacterium sp
dan Bacillus sp (Allais et al., 1986 ; Xiao et al., 1989).
METODE
Isolasi
Analisis jamur penghasil inulinase yang tumbuh pada umbi dahlia (Dahlia
variabilis) dilakukan dengan urutan isolasi dan identifikasi jamur serta uji
aktivitas inulinase dari jamur yang telah diisolasi. Tahap pertama merupakan
isolasi jamur yang dimulai dengan membuat medium yang berupa PDA (Potato
Dextrose Agar) dengan cara sebanyak 200 gram kentang dikupas dan dibersihkan
kemudian dipotong tipis-tipis. Kentang yang sudah dipotong-potong kemudian
direbus selama 15-20 menit dengan aquades secukupnya. Langkah selanjutnya
adalah menyaring rebusan kentang menggunakan kain untuk diambil filtratnya.
Filtrat yang dihasilkan ditambah dengan 20 gram dekstrosa dan diencerkan hingga
volumenya 1 Liter. Sebanyak 20 gram agar ditambahkan untuk membuat medium
padat. Medium kemudian disterilisasi menggunakan autoklaf pada temperatur
120°C dan tekanan 15 psi selama 15 menit.
Umbi dahlia yang digunakan diperoleh dari beberapa tempat seperti kebun
bunga Brastagi (BG) Sumatera Utara; Padang Panjang (PP), Bukittinggi (BT), dan
Payakumbuh (PK), Sumatera Barat; Pekanbaru (PB), Riau. Pertumbuhan jamur
dilakukan dengan membiarkan umbi membusuk selama beberapa hari pada suhu
kamar hingga terlihat tanda-tanda tumbuhnya jamur. Jamur yang sudah tumbuh
diinokulasi pada medium PDA menggunakan ose, kemudian di inkubasi selama
3x24 jam pada suhu kamar.
Pemurnian
Jamur yang telah diisolasi kemudian diinokulasikan kembali pada medium
PDA yang mengandung inulin 1% pH 5. Koloni dan miselium yang terpisah
diamati bentuk dan ukurannya secara mikroskopis dan makroskopis. Pengamatan
berdasarkan bentuk dan ukurannya ini dilakukan untuk menentukan genus atau
spesiesnya. Biakan murni sebagai isolat ini kemudian dipindahkan ke agar miring
yang merupakan PDA yang mengandung inulin 1% dengan pH 5. Pemindahan ini
dilakukan untuk penyimpanan dan dipelihara sebagai kultur stok.
Uji aktivitas dan Karakterisasi
Jamur dibiakkan di dalam medium PDA yang mengandung inulin (ekstrak
umbi dahlia 1%) pada cawan petri selama 2 hingga 3 hari dengan temperatur
30°C. Penentuan aktivitas inulinase dilakukan dengan meletakkan biakan pada
tempat bersuhu 0°C selama 7 hari. Inulin akan mengendap pada kondisi ini dan
akan terbentuk zona bening pada sekitar koloni jamur penghasil inulinase sebagai
akibat terjadinya proses hidrolisis polimer inulin oleh inulinase yang dihasilkan
jamur. Aktivitas inulinase dikelompokkan ke dalam 5 kategori yaitu aktivitas
sangat rendah diberi simbol (+), aktivitas rendah (++), aktivitas sedang (+++),
aktivitas tinggi (++++) dan aktivitas sangat tinggi diberi simbol (+++++) (Alla &
Omar 1998; Basuki et al, 1995).
Produksi enzim dilakukan terhadap kapang yang memiliki inulinase
dengan aktivitas tinggi. Biakan murni diambil sebanyak 1 hingga 2 ose dan
diinokulasi ke dalam 25 mL medium PDA dengan pH 5 di dalam Erlenmeyer 50
mL. Biakan murni yang telah diinokulasi kemudian diinkubasi dalam inkubator
bergoyang selama 3 hari pada temperatur 30°C dengan kecepatan 100 rpm. Kultur
ini digunakan untuk proses fermentasi selanjutnya.
Sebanyak 2,5 mL kultur fermentasi dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer
yang berisi 25 mL medium PDA dengan pH 5 yang mengandung inulin 1%,
diammonium hidrogen fosfat 0,5%, magnesium sulfat hepta hidrat 0,05%, dan
ferro sulfat 0,015% (Byun & Nahm, 1978). Campuran diinkubasi selama 5 hari di
dalam incubator bergoyang pada temperatur 30°C dengan kecepatan 100 rpm.
Aktivitas inulinase ditentukan dengan mengukur gula pereduksi yang terbentuk
dengan metode ortotoluidin dan biomassa ditentukan secara gravimteri.
HASIL dan PEMBAHASAN
Pada jurnal ini proses isolasi jamur dilakukan pada medium PDA (Potato
Dextrose Agar) dengan pH 5. Medium PDA ini terdiri dari kentang 20%,
dektrosa 2% dan agar 2%. Medium dibuat dengan pH 5 dengan tujuan untuk
mengurangi kontaminan bakteri dan aktinomisetes. Jamur lebih tahan dalam
suasana asam dibandingkan bakteri, maka dari itu penggunaan pH 5 dapat
menyeleksi mikroba yang sedang di isolasi.
Isolat jamur yang ada selanjutnya diuji aktivitasnya berdasarkan
pembentukan zona halo atau zona bening di sekeliling jamur. Zona halo
menunjukan bahwa polimer inulin di sekitar koloni telah terhidrolisis oleh enzim
inulinase yang dihasilkan oleh jamur. Berdasarkan zona halo yang terbentuk,
didapatkan 15 isolat jamur dengan aktivitas rendah, 6 isolat dengan aktivitas
sedang, satu isolat dengan aktivitas tinggi dan satu isolat lagi memiliki aktivitas
sangat tinggi. Isolat yang memiliki aktivitas sangat tinggi tersebut adalah
Aspergillus clavatus dari kebun bunga Brastagi (BG5), Sumatra Utara. Aktivitas
dari Jamur Aspergilllus clavatus ini berbeda dengan jamur Aspergillus clavatus
yang berasal dari daerah Pekanbaru yang memiliki aktivitas sedang. Hal ini
karena kedua jamur tersebut memiliki perbedaan kondisi lingkungan sehingga
aktivitas inulinase dari kedua jamur tersebut berbeda meskipun spesiesnya sama.
Jamur yang memiliki aktivitas (+++) hingga (+++++) pada zona halo
selanjutnya diuji aktivitasnya menggunakan medium cair berupa medium
fermentasi terendam. Medium ini juga menggunakan inulin sebagai satu-satunya
sumber karbon dan energi seperti pada medium PDA hanya saja medium
fermentasi terendam ini berbentuk cair dan terdapat berbagai minerall
didalamnya. Aktivitas jamur pada uji ektivitas dengan medium fermentasi
terendam ini dilihat berdasarkan seberapa besar aktivitas dari jamur-jamur
tersebut dalam menghasilkan enzim dan menghasilkan gula pereduksi.
Grafik diatas memperlihatkan bahwa Aspergillus clavatus (BG5) dari kebun
bunga Brastagi memiliki aktivitas tertinggi dengan menghasilkan gula pereduksi
sebanyak 2,94 mg/mL, dengan demikian inulinase dari jamur jenis ini prospektif
untuk diteliti lebih lanjut. Selain gula reduksi yang dihasilkan, grafik tersebut juga
menunjukkan banyaknya biomassa yang dihasilkan oleh tiap-tiap jamur. Jamur
yang menghasilkan biomassa terbanyak adalah jamur Fusarium solani yaitu
sebanyak 0,471 gram. Menurut pendapat Sa’id (1987), produksi enzim yang
tinggi tidak selalu sejalan dengan banyaknya biomassa yang dihasilkan. Pendapat
tersebut telah terbukti pada penelitian ini juga.
Isolat jamur yang dihasilkan selanjutnya diidentifikasi secara mikroskopik.
Jamur Aspergillus clavatus tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan isolat-isolat
jamur yang lainnya. Berdasarkan pengamatan secara mikroskopis, koloni jamur
ini berbentuk seperti beludru (velvety), berlipat membentuk garis berwarna hijau
kebiruan dengan warna belakang putih bening dan vesikel (kepala konidia) seperti
gada (clavate) serta konidia elip, cincin (halus) seperti terlihat pada gambar 2.
KESIMPULAN
Jamur diisolasi dari umbi dahlia yang berasal dari berbagai tempat di
antaranya kebun bunga Brastagi (BG) Sumatera Utara; Padang Panjang (PP),
Bukittinggi (BT), dan Payakumbuh (PK), Sumatera Barat; Pekanbaru (PB), Riau.
Hasil isolasinya berupa 23 isolat jamur yang dapat menghasilkan inulinase dan
terdiri dari 15 spesies, 13 di antaranya merupakan spesies yang untuk pertama kali
dilaporkan sebagai penghasil inulinase yaitu Cunninghamella elegan, Rhizopus
stolonifer, Aspergillus clavatus, Fusarium culmorum, Fusarium solani,
Cylindrocephalum aureum, Cunninghamella elegan, Penicillium melinii Thom,
Humicola grisea, Oidiodendron griseum Geotricum candidum, Geotricum sp.,
dan Penicillium citreoningrum. Jamur Aspergillus clavatus yang berasal dari umbi
dahlia kebun bunga Brastagi (BG5) memiliki aktivitas inulinase tertinggi dengan
nisbah zona halo 4,2 dan 2,94 mg gula pereduksi/ml. Aspergillus clavatus (BG5)
memproduksi inulinase ekstrasellular secara induktif dengan inulin merupakan
induser terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
Allais, J.J., S. Kammoun, P. Blanc, C. Girard dan J. Baratti, 1986, Isolation
and Characteristization of Bacterial Strains with Inulinase Activity, Appl.
Environ. Microbiol, 52 (50 : 1086 –1090).
Gupta A.K., M.Kaur, N. Kaur, & R. Singh, 1992, A Comparison of Properties
of Inulinase of Fusarium oxysporum Immobilized on Various Supports,
Journal Chem. Tech. Biotechnology 53:293-296.
Sa’id, E.G, 1987, Bioindustri: Penerapan Teknologi Fermentasi, PT Mediyatama
Sarana Perkasa, Jakarta.
Saryono, 2008, Isolasi dan Karakterisasi Inulinase dari Aspergillus niger
Gmn11.1 Galur Lokal, Jurnal Natur Indonesia 11(1), Oktober 2008: 19-
23.
Vandamme E. J., & D. G. Derycke, 1983, Microbial Inulinase: Fermentation
Process, Properties and Applications, Advances in Appl. Micro, 29: 139-
176.
Wijanarka dan Sri Pujiyanto, 2002, Optimasi Produksi Enzim Inulinase
Termostabil oleh Bakteri Termofilik dari Umbi Dahlia (Dahlia variabilis),
Jurnal Penelitian Universitas Diponegoro, Semarang.
Workman W.E. & D.F.Day, 1983, Enzymatic Hydrolysis of Inulin to Fructose
by Glutaral Dehyde Fixed Yeast Cell, Biotech. & Bioeng, XXVIII: 905-
910.
Xiao, R., M. Tanida dan S. Takao, 1988, Inulinase from Crysosporium
pannorum, J. Ferment. Technol, 66 (5) : 244 – 248