isolasi senyawa flavonoid ekstrak daun jambu biji

Upload: aura-net

Post on 03-Apr-2018

319 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    1/50

    1

    ISOLASI SENYAWA FLAVONOID EKSTRAK DAUN JAMBU

    BIJI (Psidium guajava L)

    Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah PKL

    Disusun Oleh :

    Nama : Ela Nurlela As

    N I M : G.20.10.0019

    DEPARTEMEN FARMASI

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS MATHLAUL ANWAR

    BANTEN

    2013

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    2/50

    2

    LEMBAR PENGESAHAN

    ISOLASI SENYAWA FLAVONOID EKSTRAK DAUN JAMBU

    BIJI (Psidium guajava L)

    Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah PKL

    Disusun Oleh :

    Nama : Ela Nurlela As

    N I M : G.20.10.0019

    Mengetahui,

    Dosen Pembimbing

    (Agus Kurniawan,S.Si)

    ii

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    3/50

    3

    ABSTRACT

    Isolation of flavonoids compounds contained in the leaves of Guava(Psidium guajava) is done by maceration using solvents methanol, andextracted the partition with n-hexane solvent. Concentrated methanolextract was chromatographed using a column with a mobile phase n-hexane: ethyl acetate (80:20 v / v) and the stationary phase silica gel 60 G(E.Merck). Compounds obtained purified, amorphous-shaped, brown asmuch as 60 mg. This compound was identified by using infraredspectroscopy (FT-IR), proton nuclear magnetic resonance spectroscopy(1H-NMR) and UV-Visible spectroscopy. Data from the results of thespectrum it can be concluded that the compound is a flavonoid compound.

    iii

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    4/50

    4

    INTISARI

    Isolasi senyawa flavonoida yang terkandung di dalam daun JambuBiji (Psidium guajava) dilakukan dengan cara maserasi denganmenggunakan pelarut metanol, dan diekstraksi partisi dengan pelarut n-heksana. Ekstrak pekat metanol dikromatografi kolom denganmenggunakan fasa gerak n-heksana : etil asetat (80:20 v/v) dan fasa diamsilika gel 60 G (E.Merck). Senyawa yang diperoleh dimurnikan, berbentukamorf, berwarna coklat sebanyak 60 mg. Senyawa ini diidentifikasidengan menggunakan spektroskopi inframerah (FT-IR), spektroskopiresonansi magnetik inti proton (1H-NMR) dan spektroskopi UV-Visible.Data dari hasil spektrum tersebut dapat disimpulkan bahwa senyawatersebut adalah senyawa flavonoid.

    iv

    http://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpghttp://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpghttp://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpghttp://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpg
  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    5/50

    5

    PRAKATA

    Puji dan syukur marillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang

    dengan karunianya penyusun dapat menyelesaikan Laporan Field Trip.

    Penyusunan Laporan Field Trip ini disusun sebagai salah satu

    tugas untuk memenuhi tugas mata kuliah Field Trip di Fakultas MIPA

    Universitas Mathlaul Anwar Banten. Yang bersumber dari kegiatan PKL

    (Praktek Kerja Lapangan) atau Field Trip.

    Penyusun telah mendapatkan bantuan dan bimbingan baik pada

    saat penelitian dilapangan juga ketika pembuatan laporan PKL atau Field

    Trip ini. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Ibu Mujijah, S.Si, M,Sc Selaku Dekan Fakultas MIPA UNMA

    BANTEN.

    2. Bapak Agus Kurniawan, S.Si Selaku Pembimbing Fakultas MIPA

    UNMA BANTEN.

    3. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan PKL

    atau Field Trip ini.4. Orang tua yang telah mendukung dan membantu baik dari segi

    moril maupun materi dalam pembuatan laporan ini.

    Akhir kata semoga laporan PKL atau Field Trip ini dapat

    bermanfaat khususnya buat penyusun dan memberi sumbangan bagi

    dunia ilmu pengetahuan, juga menambah motivasi untuk melakukan

    penelitian lebih lanjut.

    Pandeglang, Maret 2013

    Penyusun,

    Ela Nurlela As

    v

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    6/50

    6

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ............................................................................i

    LEMBAR PENGESAHAN..................................................................ii

    ABSTRACT.........................................................................................iii

    INTISARI.............................................................................................iv

    PRAKATA ..........................................................................................v

    DAFTAR ISI........................................................................................vi

    DAFTAR GAMBAR............................................................................viii

    DAFTAR TABEL.................................................................................ix

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ..................................................................1

    B. Permasalahan ...................................................................3

    C. Tujuan Penelitian ..............................................................3

    D. Manfaat Penelitian ............................................................3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Jambu Biji (Psidium guajava L).........................................4

    B. Senyawa Flavonoid...........................................................7

    C. Teknik Pemisahan.............................................................16

    D. Teknik Spektroskopi..........................................................19

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Waktu Dan Tempat ...........................................................24

    B. Alat dan Bahan .................................................................24

    C. Tahapan Penelitian ..........................................................24

    D. Rancangan Percobaan dan Analisis Data........................24

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian..................................................................29

    B. Pembahasan......................................................................31

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan.........................................................................34

    B. Saran..................................................................................34

    vi

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    7/50

    7

    DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................35

    LAMPIRAN

    vii

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    8/50

    8

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Jambu Biji (Psidium guajava)............................................4

    Gambar 2 Diagram Alir Penelitian......................................................28

    viii

    http://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpghttp://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpg
  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    9/50

    9

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1 Ciri spektrum golongan flavonoid utama...............................20

    Tabel 2 pita absorpsi UV dari flavonoid..............................................21

    ix

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    10/50

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Berkembangnya prinsip back to nature dewasa ini, meningkatkan

    kecenderungan manusia untuk memanfaatkan bahan alam terutama yang

    berasal dari tumbuh-tumbuhan sebagai obat bagi kesehatannya.

    Kecenderungan ini meningkat karena beberapa alasan, antara lain

    kearifan tradisional yaitu pengetahuan turun temurun tentang

    pemanfaatan tumbuhan obat untuk mengatasi penyakit, lebih aman untuk

    dikonsumsi dengan efek samping yang lebih kecil dibandingkan obat-

    obatan modern yang diproduksi secara kimia sintetik, juga seiring dengan

    krisis ekonomi yang melanda Indonesia beberapa tahun belakangan ini,

    menyebabkan harga obat-obatan modern tidak terjangkau oleh

    masyarakat umum, karena bahan baku obat-obatan, bahan pembantu dan

    teknologi hampir semuanya berasal dari luar negeri.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa-senyawa fitokimia

    yang terdapat di dalam tanaman sangat bermanfaat bagi kesehatan.

    Kadar fitokimia di dalam tanaman umumnya sangat rendah, tetapi

    senyawa ini tetap saja dibutuhkan, misalnya sebagai pemberi warna daun,

    buah dan bunga, pemberi aroma serta pencegah kerusakan akibat bakteri

    atau virus. Fitokimia amat beragam jenisnya, beberapa diantaranya

    sudah mulai dikenal oleh masyarakat. Misalnya -karoten, kurkumin,

    gingerol, asam elegat, isoflavon, antosianin, kuersetin dan flavonoid.

    Jenis sayuran maupun buahbuahan yang berwarna biasanya memiliki

    kandungan fitokimia yang tinggi.

    Kanker atau tumor ganas merupakan salah satu penyakit yang

    sampai saat ini masih belum dapat secara tuntas ditanggulangi oleh ilmu

    kedokteran dan masih merupakan penyakit yang sangat ditakuti oleh

    masyarakat. Dewasa ini telah banyak berkembang penelitian-penelitian

    untuk mencari obat yang dapat mencegah dan mengobati kanker.

    1

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    11/50

    2

    Pengobatan secara modern baik berupa kemoterapi, radioterapi dan

    operasi memerlukan biaya pengobatan yang tidak sedikit, sehingga

    banyak yang mencobamencari pengobatan alternatif lain dengan

    memanfaatkan tumbuhan obat.

    Berbagai macam tumbuhan telah digunakan oleh masyarakat

    sebagai ramuan penyembuh kanker, diantaranya tumbuhan tapak dara,

    tabat barito, teh hijau, temu putih, keladi tikus, sambiloto, sambung nyawa

    dan daun dewa serta banyak lagi tumbuhan lainnya. Melalui berbagai

    penelitian yang disarikan oleh Zee-Cheng dari Pusat Medik Universitas

    Kansas diketahui senyawa bioaktif yang berperan sebagai antikanker

    adalah peptida, oligosakarida, alkaloid, dan polifenol (Winarno 2003).

    Polifenol meliputi beberapa golongan senyawa, salah satu diantaranya

    adalah golongan flavonoid.

    Banyak penelitian yang membuktikan bahwa beberapa senyawa

    golongan flavonoid yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan mempunyai

    kandungan bioaktivitas yang berpotensi sebagai obat, diantaranya dapat

    membantu mencegah kanker dengan menghambat pertumbuhan sel-sel

    kanker pada jaringan tubuh yang dikenainya, seperti mirisetin, kuersetin,

    luteolin, apigenin, rutin, kaemferol, dan antosianin (Miller 1996; Madhaviet

    al. 1998; Katsubeet al. 2003; Knekt et al. 2002; Yoshie 2002; Abdel-Aal

    ESM dan P Hucl. 2003; Zhang et al. 2005; dan Liuet al. 2005).

    Flavonoida merupakan salah satu golongan fenol alam yang

    terbesar. Menurut perkiraan, kira-kira 2% dari seluruh karbon yang

    difotosintesis oleh tumbuhan diubah menjadi flavonoida atau senyawa

    yang berkaitan erat dengannya. (Markham, 1988). Flavonoida adalah

    senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua inti fenolat yang

    dihubungkan dengan tiga satuan karbon. (Sastrohamidjojo, 1996).

    Flavonoida yang terdapat di dalam tumbuhan dapat digunakan sebagai

    pelindung tubuh manusia dari radikal bebas dan dapat mengurangi resiko

    penyakit kanker dan peradangan. (Nessa, 2003). Salah satu contoh

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    12/50

    3

    flavonoida adalah antosianin yang berperan dalam pewarnaan bunga-

    bunga (biru, ungu dan merah). (Manitto, 1992)

    Khusus daun Jambu Biji (Psidium guajava) penelitian yang pernah

    dilakukan berkisar pada khasiatnya sebagai anti diare. Disamping itu,

    jambu biji mempunyai khasiat sebagai anti inflamasi, anti mutagenik, anti

    mikroba dan analgesik. Beberepa senyawa kimia yang terkandung dalam

    jambu biji antara lain, polifenol, karoten, flavonoid dan tannin.

    Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan

    penelitian yang berjudul Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu

    Biji (Psidium guajava L).

    B. Permasalahan

    Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah yaitu

    1. Bagaimana menentukan kadar senyawa flavonoid pada daun

    Jambu Biji (Psidium guajava)?

    2. Berapa besar kandungan senyawa flavonoid pada daun Jambu

    Biji (Psidium guajava)?

    C. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan :

    1. Untuk mengetahui kadar senyawa flavonoid pada daun Jambu

    Biji (Psidium guajava).

    2. Untuk mengetahui seberapa besar kandungan senyawa flavonoid

    pada daun Jambu Biji (Psidium guajava).

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu :

    1. Memberikan informasi ilmiah tentang kadar senyawa flavonoid

    yang terkandung pada daun Jambu Biji (Psidium guajava).

    2. Bagi mahasiswa, terarahnya kemampuan, kreativitas dan keahlian

    di bidang kefarmasian

    http://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpghttp://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpghttp://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpghttp://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpghttp://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpghttp://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpghttp://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpghttp://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpghttp://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpghttp://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpghttp://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpghttp://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpghttp://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpghttp://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpghttp://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpghttp://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpg
  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    13/50

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Jambu Biji (Psidium guajava L)

    1. Taksonomi Tanaman Jambu Biji

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Spermatophyta

    Sub divisi : Angiospermae

    Kelas : Dicotyledonae

    Ordo : Myrtales

    Familia : Myrtaceae

    Genus : Psidium

    Spesies : Psidium guajava L. (Arief ,2010).

    Gambar 1. Jambu Biji(Psidium guajava)

    2. Morfologi

    Jambu Biji (Psidium guajava) banyak tersebar di Asia Tenggara

    termasuk Indonesia, sampai Asia Selatan, India dan Srilangka. Jambu biji

    termasuk tanaman perdu dan memiliki banyak cabang dan ranting; batang

    pohonnya keras. Permukaan kulit luar pohon jambu biji berwarna coklat

    dan licin. Apabila kulit kayu jambu biji tersebut dikelupas, akan terlihat

    permukaan batang kayunya basah. Bentuk daunnya umumnya bercorak

    bulat telur dengan ukuran yang agak besar. Bunganya kecil-kecil

    4

    http://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpghttp://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpghttp://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpghttp://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpghttp://khasiat.files.wordpress.com/2009/01/jambu1.jpg
  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    14/50

    5

    berwarna putih dan muncul dari balik ketiak daun. Tanaman ini dapat

    tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai pada ketinggian 1200

    meter diatas permukaan laut. Pada umur 2-3 tahun jambu biji sudah mulai

    berbuah. Bijinya banyak dan terdapat pada daging buahnya.

    Jambu biji ini akrab juga dengan nama Psidium guajava

    (Inggris/Belanda), Jambu klutuk, Bayawas, tetokal, Tokal (Jawa); Jambu

    klutuk, Jambu Batu (Sunda), Jambu bender (Madura). (11January 2006).

    3. Kandungan Kimia

    Buah, daun, dan kulit batang pohon jambu biji mengandung tanin,

    sedang pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Daun jambu biji

    juga mengandung zat lain kecuali tannin, seperti minyak atsiri, asam

    ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin

    dan vitamin. Kandungan buah jambu biji (dalam 100 gr), yaitu Kalori 49

    kal; Vitamin A 25 SI; Vitamin B1 0,02 mg; Vitamin C 87 mg; Kalsium 14

    mg; Hidrat Arang 12,2 gram; Fosfor 28 mg; Besi 1,1 mg; Protein 0,9 mg;

    Lemak 0,3 gram; dan Air 86 gram. ( IPTEKnet, 15 Januari, 2007).

    Daun jambu biji mengandung total minyak 6% dan minyak atsiri

    0,365% [Burkill, 1997], 3,15% resin, 8,5% tannin, dan lain-lain. Komposisi

    utama minyak atsiri yaitu -pinene, -pinene limonene, men- thol, terpenyl

    acetate, isopropyl alco- hol, longicyclene, caryophyllene, - bisabolene,

    caryophyllene oxide,- copanene, farnesene, humulene, selinene,

    cardinene and curcumene [Zakaria, 1994]. Minyak atsiri dari daun jambu

    biji juga mengandung nerolidiol,-sitosterol, ursolic, crategolic, dan

    guayavolic acids. Selain itu juga mengandung minyak atsiri yang kaya

    akan cineol dan empat triterpenic acids sebaik ketiga jenis fla-

    vonoid yaitu; quercetin, 3-L-4-4- arabinofuranoside (avicularin) dan 3-L-4-

    pyranoside dengan aktivitas anti bakteri yang tinggi (Oliver-Bever, 1986).

    4. Manfaat

    Pada jambu biji mengandung tannin, yang menimbulkan rasa sepat

    pada buah yang berfungsi untuk memperlancar sistem pencernaan,

    sirkulasi darah, dan berguna untuk menyerang virus. Jambu biji juga

    http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=134http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=134
  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    15/50

    6

    mengandung kalium yang berfungsi meningkatkan keteraturan denyut

    jantung, mengaktifkan kontraksi otot, mengatur pengiriman zat-zat gizi

    lainnya ke sel-sel tubuh, mengendalikan keseimbangan cairan pada

    jaringan dan sel tubuh serta menurunkan kadar kolesterol total dan

    trigliserida darah, serta menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi).

    Menurut Dr. James Cerda dengan memakan jambu biji 0,5 1 kg /hari

    selama 4 minggu resiko terkena penyakit jantung dapat berkurang

    sebesar 16 %.

    Dalam jambu biji juga ditemukan likopen yaitu zat nirgizi potensial

    lain selain serat. Likopen adalah karatenoid (pigmen penting dalam

    tanaman) yang terdapat dalam darah (0,5 mol per liter darah) serta

    memiliki aktivitas anti oksidan. Riset-riset epidemologis likopen pada studi

    yang dilakukan peneliti Itali, mencakup 2.706 kasus kanker rongga mulut,

    tekek, kerongkongan, lambung, usus besar dan dubur, jika mengkonsumsi

    likopen yang meningkat, khususnya pada jambu biji yang daging buahnya

    berwarna merah, berbiji banyak dan berasa manis mempunyai efek

    memberikan perlindungan pada tubuh dari beberapa jenis kanker.

    Disamping manfaat jambu biji untuk menjaga kesehatan jantung

    dan pembuluh darah serta mencegah munculnya kanker, memperkuat

    daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit, meningkatkan kesehatan

    gusi, gigi dan pembuluh kapiler serta membantu penyerapan zat besi dan

    penyembuhan luka. Jambu biji juga berkhasiat anti radang, anti diare dan

    menghentikan pendarahan, misalnya pada penderita demam berdarah

    dengue (DHF).

    Khusus daun jambu biji, penelitian yang pernah dilakukan

    umumnya khasiatnya sebagai antidiare. Di samping itu, jambu biji

    mempunyai khasiat sebagai anti-inflamasi, antimutagenik, antimikroba dan

    analgesik. Beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam jambu biji

    antara lain polifenol, karoten, flavonoid dan tannin

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    16/50

    7

    B. Senyawa Flavonoid

    Senyawa-senyawa flavonoid adalah senyawa-senyawa polifenol

    yang mempunyai 15 atom karbon, terdiri dari dua cincin benzena yang

    dihubungkan menjadi satu oleh rantai linier yang terdiri dari tiga atom

    karbon. Senyawa-senyawa flavonoid adalah senyawa 1,3 diaril propana,

    senyawa isoflavonoid adalah senyawa 1,2 diaril propana, sedangkan

    senyawa-senyawa neoflavonoid adalah 1,1 diaril propana.

    Istilah flavonoid diberikan pada suatu golongan besar senyawa

    yang berasal dari kelompok senyawa yang paling umum, yaitu senyawa

    flavon; suatu jembatan oksigen terdapat diantara cincin A dalam

    kedudukan orto, dan atom karbon benzil yang terletak disebelah cincin B.

    Senyawa heterosoklik ini, pada tingkat oksidasi yang berbeda terdapat

    dalam kebanyakan tumbuhan. Flavon adalah bentuk yang mempunyai

    cincin C dengan tingkat oksidasi paling rendah dan dianggap sebagai

    struktur induk dalam nomenklatur kelompok senyawa-senyawa ini.

    (Manitto, 1981)

    Senyawa flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian

    tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan

    biji. Kebanyakan flavonoid ini berada di dalam tumbuh-tumbuhan, kecuali

    alga. Namun ada juga flavonoid yng terdapat pada hewan, misalnya

    dalam kelenjar bau berang-berang dan sekresi lebah. Dalam sayap kupu -

    kupu dengan anggapan bahwa flavonoid berasal dari tumbuh-tumbuhan

    yang menjadi makanan hewan tersebut dan tidak dibiosintesis di dalam

    tubuh mereka. Penyebaran jenis flavonoid pada golongan tumbuhan yang

    tersebar yaitu angiospermae, klorofita, fungi, briofita. (Markham, 1988)

    1. Struktur dasar senyawa flavonoid

    Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri

    atas dua inti fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon.

    Struktur dasar flavonoid dapat digambarkan sebagai berikut :

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    17/50

    8

    Kerangka dasar senyawa flavonoid

    Cincin A adalah karakteristik phloroglusinol atau bentuk resorsinol

    tersubstitusi.

    Namun sering terhidroksilasi lebih lanjut :

    Cincin B adalah karakteristik 4-, 3,4-, 3,4,5- terhidroksilasi

    R = R = H, R = OH R = H, R = R = OH R = R = R = OH (juga, R = R =

    R = H) (Sastrohamidjojo, 1996)

    2. Klasifikasi Senyawa Flavonoid

    Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi

    sehingga menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar

    ultraviolet dan spektrum sinar tampak, umumnya dalam tumbuhan terikat

    pada gula yang disebut dengan glikosida.(Harborne, 1996)

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    18/50

    9

    Pada flavonoida O-glikosida, satu gugus hidroksil flavonoid (atau

    lebih) terikat pada satu gula (lebih) dengan ikatan yang tahan asam.

    Glukosa merupakan gula yang paling umum terlibat dan gula lain yang

    sering juga terdapat adalah galaktosa, ramnosa, silosa, arabinosa, dan

    rutinosa. Waktu yang diperlukan untuk memutuskan suatu gula dari suatu

    flavonoid O-glukosida dengan hidrolisis asam ditentukan oleh sifat gula

    tersebut.

    Pada flavonoid C-glikosida, gula terikat pada atom karbon flavonoid

    dan dalam hal ini gula tersebut terikat langsung pada inti benzena dengan

    suatu ikatan karbon-karbon yang tahan asam. Gula yang terikat pada

    atom C hanya ditemukan pada atom C nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoid,

    misalnya pada orientin. (Markham, 1988)

    Menurut Robinson (1995), flavonoid dapat dikelompokkan

    berdasarkan keragaman pada rantai C3 yaitu :

    a) Flavonol

    Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-

    glikosida, dan aglikon flavonol yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan

    mirisetin yang berkhasiat sebagai antioksidan dan antiimflamasi. Flavonol

    lain yang terdapat di alam bebas kebanyakan merupakan variasi struktur

    sederhana dari flavonol. Larutan flavonol dalam suasana basa dioksidasi

    oleh udara tetapi tidak begitu cepat sehingga penggunaan basa pada

    pengerjaannya masih dapat dilakukan.

    Struktur flavonol

    b) Flavon

    Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada flavon tidak

    terdapat gugusan 3-hidroksi. Hal ini mempunyai serapan UV-nya,

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    19/50

    10

    gerakan kromatografi, serta reaksi warnanya. Flavon terdapat juga

    sebagai glikosidanya lebih sedikit daripada jenis glikosida pada flavonol.

    Flavon yang paling umum dijumpai adalah apigenin dan luteolin. Luteolin

    merupakan zat warna yang pertama kali dipakai di Eropa. Jenis yang

    paling umum adalah 7-glukosida dan terdapat juga flavon yang terikat

    pada gula melalui ikatan karbon-karbon. Contohnya luteolin 8-C-glikosida.

    Flavon dianggap sebagai induk dalam nomenklatur kelompok senyawa

    flavonoid.

    Struktur flavon

    c) Isoflavon

    Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit

    dan sebagai fitoaleksin yaitu senyawa pelindung yang terbentuk dalam

    tumbuhan sebagai pertahanan terhadap serangan penyakit. Isoflavon

    sukar dicirikan karena reaksinya tidak khas dengan pereaksi warna

    manapun. Beberapa isoflavon (misalnya daidzein) memberikan warna biru

    muda cemerlang dengan sinar UV bila diuapi amonia, tetapi kebanyakan

    yang lain tampak sebagai bercak lembayung yang pudar dengan amonia

    berubah menjadi coklat.

    Struktur Isoflavon

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    20/50

    11

    d) Flavanon

    Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di dalam

    kayu, daun dan bunga. Flavanon glikosida merupakan konstituen utama

    dari tanaman genus prenus dan buah jeruk; dua glikosida yang paling

    lazim adalah neringenin dan hesperitin, terdapat dalam buah anggur dan

    jeruk.

    Struktur Flavanon

    e) Flavanonol

    Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat

    sedikit sekali jika dibandingkan dengan flavonoid lain. Sebagian besar

    senyawa ini diabaikan karena konsentrasinya rendah dan tidak berwarna.

    Struktur Flavanonol

    f) Katekin

    Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada

    tumbuhan berkayu. Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari

    ekstrak kental Uncaria gambir dan daun teh kering yang mengandung

    kira-kira 30% senyawa ini. Katekin berkhasiat sebagai antioksidan.

    Struktur Katekin

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    21/50

    12

    g) Leukoantosianidin

    Leukoantosianidin merupakan senyawa tan warna, terutama

    terdapat pada tumbuhan berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai

    glikosida, contohnya melaksidin, apiferol.

    Struktur Leukoantosianidin

    h) Antosianin

    Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling

    tersebar luas dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut

    dalam air ini adalah penyebab hampir semua warna merah jambu, merah

    marak , ungu, dan biru dalam daun, bunga, dan buah pada tumbuhan

    tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur

    aromatik tunggal yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen

    sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau

    dengan metilasi atau glikosilasi.

    Struktur Antosianin

    i) Khalkon

    Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat

    dengan sinar UV bila dikromatografi kertas. Aglikon flavon dapat

    dibedakan dari glikosidanya, karena hanya pigmen dalam bentuk glikosida

    yang dapat bergerak pada kromatografi kertas dalam pengembang air.

    (Harborne, 1996)

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    22/50

    13

    Struktur Khalkon

    j) Auron

    Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga

    tertentu dan briofita. Dalam larutan basa senyawa ini berwarna merah ros

    dan tampak pada kromatografi kertas berupa bercak kuning, dengan sinarultraviolet warna kuning kuat berubah menjadi merah jingga bila diberi uap

    amonia. (Robinson, 1995)

    Struktur Auron

    3. Metoda isolasi senyawa flavonoid

    a. Metoda Isolasi Senyawa Flavonoid oleh Chowdhurry

    Pada metoda ini, daun tumbuhan dikeringkan terlebih dahulu

    sebanyak 100 gram. Lalu diekstraksi dengan Petroleum Eter (60-80 oC)

    dalam alat soklet selama 10 jam.

    Selanjutnya diekstraksi dengan Benzena selama 10 jam. Ekstrak

    Benzena diuapkan pelarutnya, menghasilkan semipadat berwarna coklat.

    Lalu dilarutkan dalam Eter dan dipisahkan dalam suasana asam, basa

    dan netral. Fraksi pertama (ada empat macam) masing-masing 50 ml

    dielusi dengan Benzena memberikan residu padat dengan titik lebur 151-

    152 oC.

    Kristalisasi dengan Metanol menghasilkan senyawa flavonoid (I),

    kristal tidak berwarna dengan titik lebur 156 oC. Penelitian ini juga

    dilakukan oleh Prof. Dreyer, L., D., dengan melakukan pengukuran titik

    lebur, kromatografi lapis tipis dengan Spektrum Infra Merah. Dari fraksi

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    23/50

    14

    lima sampai delapan masing-masing dilarutkan dengan Benzena lalu

    menghasilkan zat padat berwarna kuning terang dengan titik lebur 191-

    193 oC. Kristalisasi dilakukan dengan Metanol menghasilkan Hibiscetin

    Hepta Metil Eter, titik lebur 196-197 oC, kristal berwarna kuning sebanyak

    50 gram. (Chowdhurry, 1971)

    b. Metoda Isolasi Senyawa Flavonoid oleh Joshi

    Daun tumbuhan yang telah dikeringkan diekstraksi dengan n-

    heksana, lalu ekstrak n-heksana dikromatografi kolom dengan fasa diam

    alumina, menghasilkan kristal dengan titik lebur 125-126 oC sebanyak

    0,1%. Diidentifikasi, ekotin C23H26O10. (Joshi, 1969)

    c. Metoda Isolasi Senyawa Flavonoid oleh Dreyer, L.D

    Dalam metoda ini, daun diekstraksi dengan Aseton, kemudian

    pelarut dievaporasi dan diperoleh ekstrak pekat. Ektrak pekat yang

    diperoleh dikromatografi kolom dengan menggunakan alumina sebagai

    fasa diam dan Benzena sebagai fasa gerak hingga dihasilkan residu. Lalu

    direkristalisasi dengan campuran Etil asetat : n-heksana dan dilanjutkan

    dengan Metanol. Diperoleh kristal kuning terang, diidentifikasi sebagai

    3,3`,4`,5,5`,6,7-hepta metoksi flavon dengan titik lebur 156-157oC.

    (Dreyer, 1968)

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    24/50

    15

    d. Metoda Isolasi Senyawa Flavonoid oleh Harborne

    Dalam metoda ini, daun yang segar dimaserasi dengan MeOH, lalu

    disaring. Ekstrak MeOH dipekatkan dengan rotari evaporator. Lalu ekstrak

    pekat yang dihasilkan, diasamkan dengan H2SO4 2M, didiamkan, lalu

    diesktraksi dengan Kloroform. Lapisan Kloroform diambil, lalu diuapkan,

    sehingga dihasilkan ekstrak polar pertengahan (Terpenoida atau senyawa

    Fenol). (Harborne, 1996)

    4. Sifat kelarutan flavonoid

    Aglikon flavonoida adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat

    kimia senyawa fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam

    basa. Tetapi harus diingat, bila dibiarkan dalam larutan basa, dan

    disamping itu terdapat oksigen, banyak yang akan terurai. Karena

    mempunyai sejumlah gugus hidroksil, atau suatu gula,flavonoida

    merupakan senyawa polar, maka umumnya flavonoid cukup larut dalam

    pelarut polar seperti Etanol (EtOH), Metanol (MeOH), Butanol (BuOH),

    Aseton, Dimetilsulfoksida (DMSO), Dimetilformamida (DMF), Air dan lain-

    lain.

    Adanya gula yang terikat pada flavonoid (bentuk yang umum

    ditemukan) cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam

    air dan dengan demikian campuran pelarut yang disebut diatas dengan air

    merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon

    yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon dan flavon serta flavonol

    yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti

    Eter dan Kloroform.

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    25/50

    16

    C. Teknik Pemisahan

    Tujuan dari teknik pemisahan adalah untuk memisahkan komponen

    yang akan ditentukan berada dalam keadaan murni, tidak tercampur

    dengan komponen-komponen lainnya. Ada 2 jenis teknik pemisahan:

    1. Pemisahan kimia adalah suatu teknik pemisahan yang berdasarkan

    adanya perbedaan yang besar dari sifat-sifat fisika komponen dalam

    campuran yang akan dipisahkan.

    2. Pemisahan fisika adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan

    pada perbedaan-perbedaan kecil dari sifat-sifat fisik antara senyawa-

    senyawa yang termasuk dalam suatu golongan. (Muldja, 1995)

    1. Kromatografi

    Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan fisik dengan unsur-

    unsur yang akan dipisahkan terdistribusikan antara dua fasa, satu dari

    fasa-fasa ini membentuk lapisan stasioner denagn luas permukaan yang

    besar dan yang lainnya merupakan cairan yang merembes lewat.

    Fasa stasioner mungkin suatu zat padat atau suatu cairan dan fasa

    yang bergerak mungkin suatu cairan atau suatu gas. (Underwood, 1981).

    Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat sifat dari

    fasa diam, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa diam

    berupa zat padat disebut kromatografi serapan, jika berupa zat cair

    disebut kromatografi partisi. Karena fasa gerak dapat berupa zat cair atau

    gas maka ada empat macam sistem kromatografi yaitu:

    a) Fasa gerak cairfasa diam padat (kromatografi serapan):

    kromatografi lapis tipis

    kromatografi penukar ion

    b) Fasa gerak gasfasa diam padat, yakni kromatografi gas padat

    c) Fasa gerak cairfasa diam cair (kromatografi partisi), yakni

    kromatografi kertas.

    d) Fasa gerak gasfasa diam zat cair, yakni :

    kromatografi gascair

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    26/50

    17

    kromatografi kolom kapiler

    Semua pemisahan dengan kromatografi tergantung pada kenyataanbahwa senyawa senyawa yang dipisahkan terdistribusi diantara fasa

    gerak dan fasa diam dalam perbandingan yang sangat berbeda beda

    dari satu senyawa terhadap senyawa yang lain (Sastrohamidjojo, 1991).

    a. Kromatografi lapis tipis

    Kromatografi Lapis Tipis pada plat berlapis yang berukuran lebih

    besar, biasanya 5x20 cm, 10x20 cm, atau 20x20 cm. Biasanya

    memerlukan waktu pengembangan 30 menit sampai satu jam. Pada

    hakikatnya KLT melibatkan dua fase yaitu fase diam atau sifat lapisan,

    dan fase gerak atau campuran pelarut pengembang. Fase diam dapat

    berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap atau

    penyangga untuk lapisan zat cair. Fase gerak dapat berupa hampir segala

    macam pelarut atau campuran pelarut. (Sudjadi, 1986).

    Pemisahan senyawa dengan Kromatografi Lapis Tipis seperti

    senyawa organik alam dan senyawa organik sintetik dapat dilakukan

    dalam beberapa menit dengan alat yang harganya tidak terlalu mahal.

    Jumlah cuplikan beberapa mikrogram atau sebanyak 5 g dapat ditangani.

    Kelebihan KLT yang lain ialah pemakaian jumlah pelarut dan jumlah

    cuplikan yang sedikit. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan salah

    satu metode pemisahan yang cukup sederhana yaitu dengan

    menggunakan plat kaca yang dilapisi silika gel dengan menggunakan

    pelarut tertentu. (Gritter,1991).

    Nilai utama Kromatografi Lapis Tipis pada penelitian senyawa

    flavonoid ialah sebagai cara analisis cepat yang memerlukan bahan

    sangat sedikit. Menurut Markham, Kromatografi Lapis Tipis terutama

    berguna untuk tujuan berikut:

    Mencari pelarut untuk kromatografi kolom

    Analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom

    Identifikasi flavonoid secara ko-kromatografi.

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    27/50

    18

    Isolasi flavonoid murni skala kecil

    Penyerap dan pengembang yang digunakan umumnya samadengan penyerap dan pengembang pada kromatografi kolom dan

    kromatografi kertas. (Markham, 1988).

    b. Kromatografi kolom

    Kromatografi cair yang dilakukan dalam kolom besar merupakan

    metode kromatografi terbaik untuk pemisahan dalam jumlah besar (lebih

    dari 1 g). Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan

    diletakkan berupa pita pada bagian atas kolom penyerap yang berada

    dalam tabung kaca, tabung logam, dan tabung plastik. Pelarut atau fasa

    gerak dibiarkan mengalir melalui kolom karena aliran yang disebabkan

    oleh gaya berat atau didorong dengan tekanan. Pita senyawa linarut

    bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, memisah, dan

    dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari atas kolom (Gritter, 1991).

    Dengan menggunakan cara ini, skala isolasi flavonoida dapat

    ditingkatkan hampir ke skala industri. Pada dasarnya, cara ini meliputi

    penempatan campuran flavonoida (berupa larutan) diatas kolom yang

    berisi serbuk penyerap (seperti selulose, silika atau poliamida), dilanjutkan

    dengan elusi beruntun setiap komponen memakai pelarut yang cocok.

    Kolom hanya berupa tabung kaca yang dilengkapi dengan keran pada

    salah satu ujung. (Markham, 1988).

    c. Harga Rf (Retension Factor)

    Mengidentifikasi noda-noda dalam lapisan tipis lazim menggunakan

    harga Rf yang diidentifikasikan sebagai perbandingan antara jarak

    perambatan suatu zat dengan jarak perambatan pelarut yang dihitung dari

    titik penotolan pelarut zat. Jarak yang ditempuh oleh tiap bercak dari titik

    penotolan diukur dari pusat bercak. Untuk mengidentifikasi suatu

    senyawa, maka harga Rf senyawa tersebut dapat dibandingkan dengan

    harga Rf senyawa pembanding.

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    28/50

    19

    2. Ekstraksi

    Ekstraksi dapat dilakukan dengn metoda maserasi, sokletasi, dan

    perkolasi. Sebelum ekstraksi dilakukan, biasanya serbuk tumbuhan

    dikeringkan lalu dihaluskan dengan derajat kehalusan tertentu, kemudian

    diekstraksi dengan salah satu cara di atas. Ekstraksi dengan metoda

    sokletasi dapat dilakukan secara bertingkat dengan berbagai pelarut

    berdasarkan kepolarannya, misalnya n-heksana, Eter, Benzena,

    Kloroform, Etil asetat, Etanol, Metanol, dan Air.

    Ekstraksi dianggap selesai bila tetesan terakhir memberikan reaksi

    negatif terhadap senyawa yang diekstraksi. Untuk mendapatkan larutan

    ekstrak yang pekat biasanya pelarut ekstrak diuapkan dengan

    menggunakan alat rotari evaporator. (Harborne, 1996)

    D. Teknik Spektroskopi

    Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisis kimia-fisika

    yang mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi

    elektromagnetik. Ada dua macam instrumen pada teknik spektroskopi

    yaitu spektrometer dan spektrofotometer. Instrumen yang memakai

    monokromator celah tetap pada bidang fokus disebut sebagai

    spektrometer. Apabila spektrometer tersebut dilengkapi dengan detektor

    yang bersifat fotoelektrik maka disebut spektrofotometer (Muldja, 1955).

    Informasi Spektroskopi Inframerah menunjukkan tipe tipe dari adanya

    gugus fungsi dalam satu molekul dan Resonansi Magnetik Inti yang

    memberikan informasi tentang bilangan dari setiap tipe dari atom hidrogen

    dan juga memberikan informasi yang menyatakan tentang lingkungan dari

    setiap tipe dari atom hidrogen.

    Kombinasinya dan data yang ada kadang kadang menentukan

    struktur yang lengkap dari molekul yang tidak diketahui. (Pavia, 1979).

    1. Spektrometri ultra violet

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    29/50

    20

    Serapan molekul di dalam derah ultra ungu dan terlihat dari

    spektrum bergantung pada struktur ultra elektronik dari molekul.

    Penyerapan sejumlah energi, menghasilkan percepatan dari elektron

    dalam orbital tingkat dasar ke orbital yang berenergi lebih tinggi di dalam

    keadaan tereskitasi (Silverstein, 1986).

    Ciri spektrum golongan flavonoid utama dapat ditunjukkan sebagai

    berikut:

    Tabel 1 Ciri spektrum golongan flavonoid utama

    Spektrum Flavonoid biasanya ditentukan dalam larutan dengan

    pelarut Metanol (MeOH) atau Etanol (EtOH). Spektrum khas terdiri atas

    dua maksimal pada rentang 240-285 nm (pita II) dan 300-550 nm (pita I).

    Kedudukan yang tepat dan kekuatan nisbi maksima tersebut memberikan

    informasi yang berharga mengenai sifat flavonoida dan pola

    oksigenasinya. Ciri khas spektrum tersebut ialah kekuatan nisbi yang

    rendah pada pita I dalam dihidroflavon, dihidroflavonol, dan isoflavon serta

    kedudukan pita I pada spektrum khalkon, auron dan antosianin yang

    terdapat pada panjang gelombang yang tinggi.

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    30/50

    21

    Tabel 2 pita absorpsi UV dari flavonoid

    2. Spektrofotometri infra merah (FT-IR)

    Spektrum inframerah suatu molekul adalah hasil transisi antara

    tingkat energi getaran yang berlainan. Pancaran inframerah yang

    kerapatannya kurang dari 100 cm -1(panjang gelombang lebih daripada

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    31/50

    22

    100 m) diserap oleh sebuah molekul organik dan diubah menjadi putaran

    energi molekul.

    Penyerapan ini tercantum, namun spektrum getaran terlihat bukan

    sebagai garis garis melainkan berupa pita pita. Hal ini disebabkan

    perubahan energi getaran tunggal selalu disertai sejumlah perubahan

    energi putaran (Silverstein, 1986).

    Dalam molekul sederhana beratom dua atau beratom tiga tidak

    sukar untuk menentukan jumlah dan jenis vibrasinya dan menghubungkan

    vibrasi-vibrasi tersebut dengan energi serapan. Tetapi untuk molekul-

    molekul beratom banyak, analisis jumlah dan jenis vibrasi itu menjadi

    sukar sekali atau tidak mungkin sama sekali, karena bukan saja

    disebabkan besarnya jumlah pusat pusat vibrasi, melainkan karena juga

    harus diperhitungkan terjadinya saling mempengaruhi (inter-aksi)

    beberapa pusat vibrasi.

    Vibrasi molekul dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu vibrasi

    regang dan vibrasi lentur.

    a. Vibrasi regang

    Di sini terjadi terus menerus perubahan jarak antara dua atom di

    didalam suatu molekul. Vibrasi regang ini ada dua macam yaitu vibrasi

    regang simetris dan tak simetri.

    b. Vibrasi lentur

    Di sini terjadi perubahan sudut antara dua ikatan kimia. Ada empat

    macam vibrasi lentur yaitu vibrasi lentur dalam bidang yang dapat berupa

    vibrasi scissoring atau vibrasi rocking dan vibrasi keluar bidang yang

    dapat berupa waging atau berupa twisting (Noerdin, 1985).

    3. Spektrometri resonansi magnetik inti proton (1H-NMR)

    Spektrometri Resonansi Magnetik Inti (Nuclear Magnetic

    Resonance, NMR) merupakan alat yang berguna pada penentuan struktur

    molekul organik. Teknik ini memberikan informasi mengenai berbagai

    jenis atom hidrogen dalam molekul. Struktur NMR memberikan informasi

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    32/50

    23

    mengenai lingkungan kimia atom hidrogen, jumlah atom hidrogen dalam

    setiap lingkungan dan struktur gugusan yang berdekatan dengan setiap

    atom hidrogen. (Cresswell, 1982).

    Pergeseran kimia adalah pengukuran medan dalam keadaan

    bebas. Semua proton-proton dalam satu molekul yang ada dalam

    lingkungan kimia yang serupa kadang kadang menunjukkan pergeseran

    kimia yang sama. Setiap senyawa memberikan penaikan menjadi puncak

    absorbsi tunggal dalam spektrum NMR (Bernasconi,1995).

    Senyawa yang paling lazim dan paling berguna dipakai sebagai

    acuan adalah tetrametilsilana (TMS). Senyawa ini mempunyai beberapa

    kelebihan; lamban secara kimia, isotop magnet, serta larut dalam

    kebanyakan pelarut organik; TMS memberikan puncak serapan tajam

    tunggal serta menyerap pada medan lebih tinggi daripada hampir semua

    proton organik ( Silverstein, 1986 ).

    Pada spektrometri RMI integrasi sangat penting. Harga integrasi

    menunjukkan daerah atau luas puncak dari tiap tiap proton. Sedangkan

    luas daerah atau luas puncak tersebut sesuai dengan jumlah proton.

    Dengan demikian perbandingan tiap integrasi proton sama dengan

    perbandingan jumlah proton dalam molekul (Muldja, 1995).

    Di dalam medan magnet, perputaran elektron-elektron valensi dari

    proton menghasilkan medan magnet yang melawan medan magnet yang

    digunakan. Hingga setiap proton dalam molekul dilindungi dari medan

    magnet yang digunakan dan bahwa besarnya perlindungan ini tergantung

    pada kerapatan elektron yang mengelilinginya. Makin besar kerapatan

    elektron yang mengelilingi inti, maka makin besar pula medan yang

    dihasilkan yang melawan medan yang digunakan. Akibat secara

    keseluruhan adalah inti/proton merasakan adanya pengurangan medan

    yang mengenainya. (sastrohamidjojo, 1991).

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    33/50

    24

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Waktu dan Tempat

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013. Penelitian ini

    dilakukan di Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Muhamadiyah

    Purwokerto.

    B. Alat dan Bahan

    Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah daun jambu biji

    (Psidium guajava), Metanol, N-heksana, Etil Asetat, Silikagel, Pereaksi

    Feri Klorida 5 %, Pereaksi Natrium Hidroksida 10 %, H2SO4(p)

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gelas ukur 50 ml,

    Gelas Beaker 250 ml, Gelas Erlenmeyer 250 ml, Corong Saring, Kolom

    Kromatografi, Tabung Reaksi, Plat Skrining, Neraca Analitis, Alat

    Pengering, Rotari Evaporator, Labu Alas 500 ml, Alat pengukur titik lebur,

    Lampu UV, Spatula, Batang Pengaduk, Pipet Tetes, Botol Vial, Bejana

    Kromatografi lapis tipis, Spektrofotometer dan Kertas Saring

    C. Tahapan Penelitian

    1. Penyediaan Sampel

    Sampel yang diteliti adalah daun jambu biji (Psidium guajava). daun

    jambu biji (Psidium guajava) dikeringkan di udara terbuka, lalu dihaluskan

    sampai diperoleh serbuk sebanyak 1500 gram.

    2. Uji Pendahuluan Terhadap Ekstrak daun jambu biji (Psidium

    guajava)

    Daun jambu biji (Psidium guajava) diidentifikasi dengan

    menggunakan cara:

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    34/50

    25

    a. Uji Busa

    Serbuk daun jambu biji (Psidium guajava) sebanyak 1500 g

    dimaserasi dengan metanol, kemudian sebanyak 5ml ekstrak methanol

    dimasukkan kedalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 10 ml

    aquadest dan dipanaskan pada penangas air. Lalu dikocok-kocok dengan

    kuat hingga terbentuk busa dan didiamkan selama 10 menit. Ternyata

    busa hilang yang membuktikan bahwa di dalam daun jambu biji (Psidium

    guajava) tidak terdapat senyawa glikosida.

    b. Skrining Fitokimia

    Untuk mengetahui adanya senyawa Flavonoid pada daun jambu biji

    (Psidium guajava) maka dilakukan uji pendahuluan secara kualitatif.

    Serbuk daun jambu biji (Psidium guajava) diekstraksi maserasi dengan

    metanol, dikeringkan. Filtrat yang diperoleh ditambahkan pereaksi

    H2SO4(p), NaOH 10%, FeCl3 5% dan Mg-HCl, terjadilah perubahan warna

    pada setiap penambahan pereaksi yang menunjukkan adanya senyawa

    flavonoid.

    c. Analisis Kromatografi Lapis Tipis

    Analisis kromatografi Lapis Tipis dilakukan terhadap ekstrak

    metanol dengan menggunakan fasa diam silika gel 60 F254. Fasa gerak

    yang digunakan adalah campuran n-Heksana : Etil Asetat dengan

    perbandingan (90 : 10)v/v ; (80 : 20)v/v; (70: 30)v/v; (60 : 40)v/v ; (50 :

    50)v/v.

    Prosedur analisis kromatografi lapis tipis : Dimasukkan 10 ml

    larutan fase gerak n-heksana : etil asetat dengan perbandingan (90 : 10)

    v/v ke dalam bejana kromatografi, kemudian dijenuhkan. Ditotolkan

    ekstrak pekat metanol pada plat KLT. Dimasukkan plat ke dalam bejana

    yang telah berisi pelarut yang telah dijenuhkan, lalu ditutup dan dielusi.

    Plat yang telah dielusi dikeluarkan dari bejana, lalu dikeringkan.

    Diamati warna bercak yang timbul dibawah sinar Ultra Violet

    dengan = 254 nm dan dihitung harga Rf yang diperoleh. Perlakuan yang

    24

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    35/50

    26

    sama dilakukan untuk perbandingan pelarut n-Heksana : Etil asetat (80 :

    20)v/v;(70:30)v/v;(60:40)v/v;(50:50)v/v.

    Dari hasil analisis KLT menunjukkan bahwa di dalam daun jambu

    biji (Psidium guajava) terkandung senyawa flavonoid. Hasil pemisahan

    yang baik diberikan pada fase gerak nHeksana:Etil asetat(80:20)v/v.

    3. Prosedur Untuk Memperoleh Senyawa Kimia Dari Ekstrak daun

    jambu biji (Psidium guajava)

    Serbuk daun jambu biji (Psidium guajava) ditimbang sebanyak

    1500 g, dimasukkan ke dalam bejana dan ditambahkan dengan pelarut

    metanol sampai semua terendam oleh pelarut dan dibiarkan selama 48

    jam dan sesekali diaduk. Maserat disaring dan diperoleh ekstrak berwarna

    hijau. Maserasi dilakukan berulang kali dengan menggunakan pelarut

    metanol sampai ekstrak metanol yang diperolehmemberikan hasil uji yang

    negatif pada pereaksi untuk identifikasi senyawa flavonoid. Ekstrak

    metanol yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan

    menggunakan alat rotari evaporator pada suhu 60 0C sehingga diperoleh

    ekstrak pekat metanol, kemudian diekstraksi partisi dengan menggunakan

    pelarut nheksan, sehingga terbentuk lapisan n-heksan dan lapisan

    metanol. Fraksi metanol ditampung dan dipekatkan dengan menggunakan

    rotarievaporator, sehingga diperoleh ekstrak pekat metanol sebanyak

    10,23 gram.

    4. Isolasi Senyawa Flavonoid dengan Kromatografi Kolom

    Isolasi senyawa flavonoid secara kolom dilakukan terhadap ekstrak

    pekat metanol daun jambu biji (Psidium guajava) yang telah diperoleh.

    Fasa diam yang digunakan adalah silika gel 60 G dan fasa gerak adalah

    campuran pelarut n-Heksana : etil asetat dengan perbandingan (90:

    10)v/v;(80:20)v/v;(70:30)v/v(60:40)v/v;(50:50)v/v.

    Prosedur isolasi senyawa flavonoid dengan kromatografi kolom:

    Dirangkai seperangkat alat kolom kromatografi. Terlebih dahulu

    dibuburkan silika gel 60 G dengan menggunakan n-Heksan, diaduk-aduk

    hingga homogen lalu dimasukkan ke dalam kolom kromatografi.

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    36/50

    27

    Kemudian dielusi dengan menggunakan n-Heksan 100% hingga silika gel

    padat dan homogen. Dimasukkan 10,23 g ekstrak pekat daun jambu biji

    (Psidium guajava) ke dalam kolom kromatografi yang telah berisi bubur

    silika gel di puncak kolom, lalu ditambahkan fasa gerak nHeksana : etil

    asetat dengan perbandingan (90: 10)v/v;(80:20)v/v;(70:30)v/v(60:40)v/v;

    (50:50)v/v secara perlahan-lahan dan diatur aliran fasa gerak yang keluar

    dari kolom sama banyaknya dengan penambahan fasa gerak dari atas

    kolom. Hasil yang diperoleh ditampung dalam botol vial setiap 5 ml, lalu di

    KLT dan digabung fraksi dengan harga Rf yang sama. Setelah itu diuji

    flavonoid dan diuapkan sampai pelarutnya habis hingga terbentuk kristal.

    5. Pemurnian

    Senyawa yang diperoleh dari fraksi yaitu pada fraksi 41-80

    dilakukan pemurnian senyawa. Senyawa pada fraksi 41-80 dilarutkan

    dengan etil asetat, sehingga pengotor pada amorf akan larut dan

    larutannya didekantasi kemudian disaring dan dimurnikan dilakukan

    secara berulang-ulang.

    6. Uji Kemurnian Hasil Isolasi dengan Kromatografi Lapis Tipis(KLT)

    Uji kemurnian senyawa dilakukan dengan kromatografi lapis tipis

    dengan menggunakan fasa diam silika gel 60 F254 dengan fasa gerak n-

    heksana : etil asetat (80:20)v/v.

    Prosedur uji kemurnian hasil isolasi dengan kromatografi lapis tipis:

    Dimasukkan 10 ml larutan fasa gerak ke dalam bejana kromatografi, lalu

    dijenuhkan. Ditotolkan kristal yang sebelumnya dilarutkan pada KLT.

    Dimasukkan plat KLT tersebut ke dalam bejana kromatografi yang telah

    jenuh. Setelah pelarut fasa gerak merembes sampai batas tanda, plat KLT

    dikeluarkan dari bejana, dikeringkan, dan difiksasi dengan menggunakan

    pereaksi Feri klorida dalam air menghasilkan bercak berwarna hitam yang

    menunjukkan adanya senyawa flavonoid. Perlakuan yang sama dilakukan,

    dan difiksasi dengan Natrium Hidroksida dalam air yang menghasilkan

    bercak berwarna biru violet.

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    37/50

    28

    Gambar 2 Diagram Alir Penelitian

    150 g Daun Jambu Biji

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    38/50

    29

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    Dari hasil skrining pendahuluan terhadap ekstrak methanol dari

    daun jambu biji (Psidium guajava) dengan adanya penambahan pereaksi-

    pereaksi warna untuk menentukan golongan senyawa kimia yang

    dikandung dengan menggunakan pereaksi flavonoid yakni:

    - Pereaksi FeCl3 5% memberikan warna hitam

    - Pereaksi NaOH 10% memberikan warna biru violet

    - Pereaksi Mg-HCl memberikan warna merah muda

    - Pereaksi H2SO4(p) memberikan warna coklat

    Dari hasil kromatografi lapis tipis dengan menggunakan adsorben

    silika gel 60F254, dapat diketahui bahwa pelarut yang baik untuk

    mengisolasi senyawa flavonoid dari daun jambu biji (Psidium guajava)

    adalah nheksan : etil asetat pada perbandingan ( 80 : 20 )v/v.

    Dari hasil isolasi b daun jambu biji (Psidium guajava)diperoleh

    senyawa berwarna coklat berbentuk amorf sebanyak 60 mg. Dari

    Spektrum UV-Visible memberikan 2 pita serapan yaitu pita II dengan =

    256 nm dan pita I dengan = 310 nm sebagai bahu.

    Hasil analisis Spektrofotometer FT-IR dari senyawa hasil isolasi

    menghasilkan pita-pita serapan pada daerah bilangan gelombang sebagai

    berikut :

    1. Pada bilangan gelombang 3443,59 cm-1 puncak sedang

    (menunjukkan adanya vibrasi yang mengikat gugus OH).

    2. Pada bilangan gelombang 2924-2853,59 cm-1 puncak kuat

    (menunjukkan adanya vibrasi gugus CH alifatis)

    3. Pada bilangan gelombang 1627,65 cm-1 puncak kuat ( menunjukkan

    adanya vibrasi gugus C=O dari keton )

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    39/50

    30

    4. Pada bilangan gelombang 1497,68 1464,67 cm-1 puncak sedang

    (menunjukkan adanya vibrasi gugus C=C)

    5. Pada bilangan gelombang 1376,70 cm-1 puncak lemah (menunjukkan

    adanya vibrasi gugus CH3)

    6. Pada bilangan gelombang 1288,69 1215,69 cm-1 puncak lemah

    (menunjukkan adanya vibrasi gugus C-O)

    7. Pada bilangan gelombang 1172,70 614,75 cm-1 puncak lemah

    (menunjukkan adanya vibrasi gugus CH senyawa aromatik)

    Hasil analisis Spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-

    NMR) memberikan pergeseran kimia pada daerah (/ppm) sebagai

    berikut:

    1. Pergeseran kimia pada daerah = 1,831 ppm puncak singlet (s)

    menunjukkan adanya proton-proton gugus metil pada prenil (-CH 2-

    CH=C(CH3)2) (Markham, 1988).

    2. Pergeseran kimia pada daerah = 3,402 ppm puncak singlet (s)

    menunjukkan adanya proton-proton gugus CH pada prenil (-CH2-

    CH=C(CH3)2) (Markham, 1988).

    3. Pergeseran kimia pada daerah = 3,803 ppm puncak singlet (s)

    menunjukkan adanya proton metoksi (-OCH3-6 dan OCH3-4)

    (Markham, 1988).

    4. Pergeseran kimia pada daerah = 4,057 ppm puncak singlet (s)

    menunjukkan adanya proton pada CH gula (Markham, 1988).

    5. Pergeseran kimia pada daerah = 5,206 ppm puncak singlet

    (s) menunjukkan adanya proton OH pada cincin A atau pada

    cincin B.

    6. Pergeseran kimia pada daerah = 6,219 ppm puncak singlet

    (s) menunjukkan adanya proton H6 pada cincin A (Markham,

    1988).

    7. Pergeseran kimia pada daerah = 6,75 ppm puncak singlet

    (s) menunjukkan adanya proton H2 pada cincin C (Markham,

    1988).

    29

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    40/50

    31

    8. Pergeseran kimia pada daerah = 7,254 ppm puncak singlet

    (s) menunjukkan adanya pelarut CDCl3.

    B. Pembahasan

    Daun jambu biji (Psidium guajava) dinyatakan mengandung

    senyawa flavonoid berdasarkan hasil skrining fitokimia yang dilakukan

    dengan pereaksi FeCl3 5%, NaOH 10%, Mg-HCl, dan H2SO4(p). Terhadap

    daun jambu biji (Psidium guajava) dilakukan ekstraksi maserasi dan juga

    partisi dengan menggunakan perbandingan pelarut n-Heksan : etil asetat

    (80 : 20)v/v berdasarkan KLT yang dilakukan, karena pada perbandingan

    tersebut menghasilkan noda lebih banyak dan pemisahannya lebih baik.

    Dari hasil analisis Spektrofotometer ultra violet-visible (UV-Visible)

    dengan pelarut metanol memberikan 2 pita serapan panjang gelombang

    yaitu pada pita I dengan = 310 nm bahu dan pita II dengan = 256 nm.

    Hal ini menunjukkan bahwa senyawa adalah golongan flavonoida yang

    mempunyai struktur seperti Isoflavon

    Isoflavon

    Dari hasil interpretasi spektrum FT-IR dan spektrum resonansi

    magnetik inti proton (1H-NMR) senyawa hasil isolasi dengan

    menggunakan pelarut CDCl3 dalam standardt TMS diperoleh bahwa :

    1. Pergeseran kimia pada daerah = 1,831ppm puncak singlet (s)

    menunjukkan adanya proton-proton gugus metil pada prenil (-CH2-

    CH=C(CH3)2). Hal ini didukung oleh Spektrofotometer IR pada

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    41/50

    32

    bilangan gelombang 1376,70 cm-1 terdapat puncak lemah yang

    menunjukkan adanya vibrasi gugus metil (-CH3)

    2. Pergeseran kimia pada daerah = 3,402 ppm puncak singlet (s).

    menunjukkan adanya proton-proton gugus CH pada prenil (-CH2-

    CH=C(CH3)2). Hal ini didukung oleh Spektrofotometer IR pada

    bilangan gelombang 2924-2853,59cm-1 terdapat puncak kuat

    menunjukkan adanya vibrasi gugus CH alifatis.

    3. Pergeseran kimia pada daerah = 3,803 ppm puncak singlet (s)

    menunjukkan adanya proton metoksi.Hal ini didukung oleh

    Spektrofotometer IR pada bilangan gelombang 1288,69-1215,69 cm

    -1 terdapat puncak lemah menunjukkan adanya vibrasi gugus CO.

    4. Pergeseran kimia pada daerah = 4,057 ppm puncak singlet (s)

    menunjukkan adanya proton pada CH gula. Hal ini didukung oleh

    Spektrofotometer IR pada bilangan gelombang 2924-2853,59 cm-1

    terdapat puncak kuat menunjukkan adanya vibrasi gugus CH alifatis.

    5. Pergeseran kimia pada daerah = 5,206 ppm puncak singlet (s)

    menunjukkan adanya proton OH. Hal ini didukung oleh

    Spektrofotometer IR pada bilangan gelombang 3443,59 cm-1terdapat

    puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi dari atom C yang

    mengikat gugus OH.

    6. Pergeseran kimia pada daerah = 6,219ppm, 6,75ppm

    menunjukkan adanya proton pada senyawa aromatik. Hal ini

    didukung oleh Spektrofotometer IR pada bilangan gelombang

    1172,70-614,75 cm-1 terdapat puncak lemah menunjukkan adanya

    vibrasi gugus CH senyawa aromatik.

    Berdasarkan data dan analisa terhadap spektrum UV-Visible,

    spektrum FT-IR dan spektrum 1H-NMR, memperlihatkan bahwa senyawa

    hasil isolasi adalah senyawa flavonoida yang struktur senyawanya jenis

    Isoflavon dengan kemungkinan estimasi kedudukan relatif gugus-

    gugusnya seperti struktur berikut:

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    42/50

    33

    Isoflavon

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    43/50

    34

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    1. Hasil isolasi yang diperoleh dari 1500 gram daun jambu biji (Psidium

    guajava) diperoleh berupa amorf yang berwarna coklat sebanyak 60

    mg.

    2. Berdasarkan hasil uji skrining fitokimia dan anlisis Spektrofotometer

    UVVisible, Spektrofotometer Inframerah (FT-IR) dan Spektrometer

    Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) dapat disimpulkan bahwa

    senyawa hasil isolasi adalah senyawa Isoflavonoida.

    B. Saran

    1. Perlu dilakukan analisis Spektroskopi Massa agar diperoleh data-data

    yang lebih mendukung untuk menentukan struktur senyawa flavonoida

    yang diperoleh dari hasil isolasi.

    34

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    44/50

    35

    DAFTAR PUSTAKA

    Bernasconi, G. 1995. Teknologi Kimia. Jilid 2. Edisi pertama. Jakarta. PT.Pradaya Paramita.

    Creswell, C. J. 1982. Analisa Spektrum Senyawa Organik. Edisi ke-2.Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro.Bandung: ITB.

    Effendy, S. 1982.Ensiklopedia Tumbuh-tumbuhan Berkhasiat yang ada diBumi Nusantara. Surabaya : Penerbit Karya Anda.

    F.S.P.Ng. D Phil. 1978. Tree Flora Of Malaya A Manual for Foresters.Volume Three. Forest Depertment Ministry of Primary Industries.Malaysia.

    Gritter, R. J. 1991. Pengantar Kromatografi. Terbitan ke-2.TerjemahanKosasih Padmawinata. ITB. Bandung.

    Harbone, J. B. 1996. Metode Fitokimia. Penentuan Cara ModernMenganalisa Tumbuhan. Terbitan ke-2. Terjemahan KosasihPadmawinata dan Iwang Soediro. ITB. Bandung.

    Markham, K. R.1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoida. TerjemahanKosasih Padmawinata. ITB. Bandung.

    Muldja, M. H. 1995. Analisis Instrumental. Cetakan ke-1. UniversitasAirlangga Press. Surabaya.

    Pavia, L. D. 1979. Introduction to Spectroscopy a Guide for Students ofOrganic Chemistry. Saunders College. Philadelphia.

    Rianto, D. S. 2009. Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Tumbuhan

    Harimonting. Departemen Kimia. FMIPA USU. Medan.

    Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-4Terjemahan Kosasih Padmawinata. ITB Press. Bandung.

    Sastrohamidjojo, H. 1991. Kromatografi. Edisi ke-1. Penerbit Liberty.Yogyakarta.

    Sastrohamidjojo, H. 1996. Sintesis Bahan Alam.Gadjah Mada UniversityPress.Yogyakarta.

    35

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    45/50

    36

    Silverstein, R. M. 1986. Penyidikan Spektrometrik Senyawa Organik. Edisike-4. Terjemahan A. J. Hartomo dan Anny Victor Purba.

    Erlangga. Jakarta.

    Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Kanisius. Yogyakarta.Underwood, A.L. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi ke-4. Erlangga. Jakarta.

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    46/50

    37

    Lampiran 1

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    47/50

    38

    Lampiran 2Hasil Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Metanol daun jambu biji

    (Psidium guajava)Fasa Diam : Silikagel 60 F254 ( E. MERCK ART 554E : Ekstrak metanol daun jambu biji (Psidium guajava)

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    48/50

    39

    Lampiran3Hasil Kromatografi Lapis Tipis Senyawa Hasil Isolasi Melalui

    Penampakan Noda Dengan Pereaksi

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    49/50

    40

    Lampiran 5. Spektrum Ultraviolet- Tampak (UV-Visible) Senyawa hasilIsolasi

  • 7/28/2019 Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    50/50

    41

    FORM NILAI LAPORAN FIELD TRIP

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS MATHLAUL ANWAR BANTEN

    Setelah membaca dan mempelajari naskah laporan Field Trip mahasiswa

    berikut

    Nama : Ela Nurlela As

    N I M : G.20.10.0019

    Program Studi : FARMASI

    Judul Laporan : Isolasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Daun Jambu Biji

    (Psidium guajava L)

    .

    Mahasiswa tersebut pantas dan layak untuk mendapatkan nilai .

    Menyetujui

    Dosen Pembimbing Field Trip

    (Agus Kurniawan, S.Si)

    Mengetahui

    Bagian Akademik FMIPA UNMA

    (Andin Vita Amalia, S.Si., M.Sc)