ivan makalah keperawatan gerontik

16
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses penuaan pasti terjadi baik perempuan maupun laki-laki, juga pada semua makhluk hidup. hingga kini belum ditemukannya cara untuk mencegah proses penuaan. Penyebab penuaan adalah mulai berkurangnya proses pertumbuhan, pembelahan sel, dan berkurangnya proses metabolisme tubuh. Akibatnya, terjadi gangguan terhadap kulit, selaput lendir, tulang, sistem pembuluh darah, aliran darah, metabolisme vitamin, dan fungsi otak. Masalah kesehatan yang berhubungan dengan gangguan sistem endokrin terjadi sepanjang siklus kehidupan. Sistem endokrin penting untuk mempertahankan dan mengatur fungsi vital tubuh, misalnya stress, tumbuh kembang, homeostasis, reproduksi, dan metabolisme energi. Salah satu penyakit yang terdapat pada sistem endokrin yaitu diabetes militus. Diabetes melitus (DM) merupakan keadaan yang seringkali dikaitkan dengan meningkatnya risiko kesakitan dan kematian. Lanjut usia (lansia) yang menderita DM seringkali juga mengalami penyakit lainnya, ketidakmampuan fisik, gangguan psikososial dan fungsi kognisi, serta meningkatnya pelayanan kedokteran. Pada akhirnya, komplikasi yang terjadi akan mempengaruhi kualitas hidup lansia. Prevalensi DM sebesar 15,8% didapatkan pada kelompok usia 60-70 tahun dan lansia wanita memiliki prevalensi lebih tinggi dari lansia pria. Rata-rata skor domain kondisi lingkungan lebih tinggi pada lansia yang tidak menderita DM dan rata-rata skor kesehatan fisik lebih tinggi pada lansia yang menderita obesitas. Semakin besar indeks massa tubuh maka skor domain kesehatan fisik akan semakin meningkat secara drastis. Ketertarikan kami mengangkat judul makalah ini khususnya pada diabetes militus yaitu karena kebanyakan di rumah sakit ditemui orang yang menderita DM adalah lansia dan kita sebagai perawat dapat melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi penyakit DM pada lansia. Dan juga mengetahui komplikasi DM pada lansia.

Upload: ahmadhazrulw

Post on 27-Dec-2015

89 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ivan Makalah Keperawatan Gerontik

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Proses penuaan pasti terjadi baik perempuan maupun laki-laki, juga pada semua

makhluk hidup. hingga kini belum ditemukannya cara untuk mencegah proses

penuaan. Penyebab penuaan adalah mulai berkurangnya proses pertumbuhan,

pembelahan sel, dan berkurangnya proses metabolisme tubuh. Akibatnya, terjadi

gangguan terhadap kulit, selaput lendir, tulang, sistem pembuluh darah, aliran darah,

metabolisme vitamin, dan fungsi otak.

Masalah kesehatan yang berhubungan dengan gangguan sistem endokrin terjadi

sepanjang siklus kehidupan. Sistem endokrin penting untuk mempertahankan dan

mengatur fungsi vital tubuh, misalnya stress, tumbuh kembang, homeostasis,

reproduksi, dan metabolisme energi. Salah satu penyakit yang terdapat pada sistem

endokrin yaitu diabetes militus. Diabetes melitus (DM) merupakan keadaan yang

seringkali dikaitkan dengan meningkatnya risiko kesakitan dan kematian. Lanjut usia

(lansia) yang menderita DM seringkali juga mengalami penyakit lainnya,

ketidakmampuan fisik, gangguan psikososial dan fungsi kognisi, serta meningkatnya

pelayanan kedokteran. Pada akhirnya, komplikasi yang terjadi akan mempengaruhi

kualitas hidup lansia.

Prevalensi DM sebesar 15,8% didapatkan pada kelompok usia 60-70 tahun dan

lansia wanita memiliki prevalensi lebih tinggi dari lansia pria. Rata-rata skor domain

kondisi lingkungan lebih tinggi pada lansia yang tidak menderita DM dan rata-rata

skor kesehatan fisik lebih tinggi pada lansia yang menderita obesitas. Semakin besar

indeks massa tubuh maka skor domain kesehatan fisik akan semakin meningkat secara

drastis.

Ketertarikan kami mengangkat judul makalah ini khususnya pada diabetes militus

yaitu karena kebanyakan di rumah sakit ditemui orang yang menderita DM adalah

lansia dan kita sebagai perawat dapat melakukan tindakan keperawatan dalam

mengatasi penyakit DM pada lansia. Dan juga mengetahui komplikasi DM pada

lansia.

Page 2: Ivan Makalah Keperawatan Gerontik

2

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Mengetahui dan meningkatkan wawasan mengenai konsep dasar dan asuhan

keperawatan sistem endokrin pada lansia khususnya pada DM.

2. Mengetahui konsep penyakit gangguan endokrin atau penyakit metabolik.

3. Mengetahui dan memberi gambaran asuhan keperawatan sistem endokrin pada

lansia terutama penyakit DM.

C. Ruang Lingkup Penulisan

Pada makalah ini, penyusun membatasi ruang lingkup penulisan yaitu asuhan

keperawatan sistem endokrin pada lansia.

D. Metode Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menggunakan metode deskriftif yaitu

dengan menggambarkan asuhan keperawatan sistem endokrin pada lansia dengan

literatur yang diperoleh dari buku-buku perpustakaan, internet, dan diskusi dari

kelompok.

E. Sistematika Penulisan

Penyusunan makalah ini terdiri dari IV (empat) bab yang disusun secara

sistematis. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang

lingkup penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan teoritis.

BAB III : Asuhan keperawatan, yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

dan intervensi keperawatan.

BAB IV : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Page 3: Ivan Makalah Keperawatan Gerontik

3

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Perubahan Sistem Endokrin Yang Terjadi Pada Lansia

Menurut Nugroho (1995), perubahan yang terjadi pada lansia yaitu :

a. Produksi hampir semua hormon menurun

b. Penurunan kemampuan mendeteksi stres

c. Konsentrasi glukosa darah meningkat dan tetap naik lebih lama dibandingkan

dengan orang yang lebih muda

d. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah

e. Penurunan kadar esterogen dan peningkatan kadar follice stimulating

hormone selama menopause, yang menyebabkan thrombosis dan osteoporosis

f. Penurunan kadar progesteron

g. Penurunan kadar aldesteron serum sebanyak 50%

h. Penurunan laju sekresi kortisol sebanyak 25%

B. Gangguan Endokrin yang umum terjadi pada Lansia

Dalam Nugroho (1995), penyakit metabolik pada lanjut usia terutama

disebabkan oleh karena menurunnya produksi hormon dari kelenjar-kelenjar hormon.

Pria dan wanita pada akhir masa dewasa memasuki apa yang dinamakan kimakterium;

perubahan-perubahan dalam keseimbangan hormonal yang menyebabkan

berkurangnya kekurangan hormon seks. Menurunnya produksi hormon ini antara lain

terlihat pada wanita mendekati usia 50 tahun, yang ditandai mulainya menstruasi yang

tidak teratur sampai berhenti sama sekali (menopouse), prosesnya merupakan proses

ilmiah. Pada pria proses tersebut biasanya terjadi secara lambat laun dan tidak disertai

gejala-gejala psikologis yang luar biasakecuali sedikit kemurungan dan rasa lesu serta

berkurangnya kemampuan seksualitasnya.

Terdapat pula penurunan kadar hormon testosteronnya. Penyakit metabolik

yang banyak dijumpai adalah diabetes melitus atau kencing manis dan osteoporosis

(berkurangnya zat kapur dan bahan-bahan mineral sehingga tulang lebih mudah rapuh

dan menipis). Diabetes melitus sering dijumpai pada lanjut usia yang berumur 70

tahun keatas, akibatnya terjadi degenerasi pembuluh darah dengan kompliksai

pembuluh darah koroner, perubahan pembuluh darah otak ini dapat menyebabkan

stroke yang bisa mengakibatkan kelumpuhan separuh badan.

Page 4: Ivan Makalah Keperawatan Gerontik

4

Berikut perubahan dan penyakit pada sistem endokrin yang disebabkan oleh

proses penuaan, yaitu:

1. Menopouse

Dalam Baziad (2003), menopouse adalah berhentinya haid. Menopouse

menurut pengertian awam adalah perubahan masa muda ke masa tua.

Berhentinya haid sebagai akibat tidak berfungsinya ovarium merupakan

peristiwa dan bukan satu periode waktu. Di Indonesia monepouse terjadi

antara 49-50 tahun. Periode mendahului menopouse ditandai oleh perubahan

somatif dan psikologik. Hal tersebut mencerminkan perubahan normal yang

terjadi di ovarium. Meskipun ada gejala atau keluhan, periode ini sering

dilupakan oleh pasien maupun dokter. Gejala yang paling sering terjadi pada

masa transisi pra-menopouse ini adalah haid yang tidak teratur.

Meskipun menopouse atau tidak lagi datang haid, terjadi setelah

terhentinya fungsi ovarium merupakan keadaan yang paling dapat

diidentifikasi, namun periode sebelum dan 10 tahun setelah menopouse

mempunyai arti klinis yang lebih penting. Menurut Hurd, periode transisi ini

biasanya berlangsung sampai periode pasca menopouse. Periode pasca

menopouse biasanya disertai dengan insidensi kondisi kelainan yang erat

hubungannya dengan usia lanjut. Karena hal tersebut, pelayanan kesehatan

ginekologik pada wanita pasca menopouse perlu mengetahui tentang seluk

beluk pengobatan pengganti hormon.

2. Andropouse

Dalam Baziad (2003), pada laki-laki tua, testis masih berfungsi

memproduksi sperma dan hormon testosteron meskipun jumlahnya tidak

sebanyak usia muda. Pada wanita produksi estrogen berhenti mendadak,

sedangkan pada laki-laki dengan meningkatnya usia produksi testosteron

turun perlahan-lahan, sehingga membuat definisi andropouse pada laki-laki

sedikit sulit. Kadar hormon testosteron sampai dengan usia 55-60 tahun relatif

stabil dan baru setelah usia 60 tahun terjadi penurunan yang berarti.

Meskipun kadar testosteron darah turun, keluhan tidak segera muncul.

Keluhan dapat muncul setelah beberapa tahun kemudian. Oleh karena itu,

para ahli berpendapat bahwa tidak ada hubungan langsung antara keluhan

dengan kadar hormon. Meskipun sudah lanjut usia, orang laki-laki masih saja

Page 5: Ivan Makalah Keperawatan Gerontik

5

aktif baik secara fisik maupun seksual, bahakan tidak jarang masih dapat

mendapatkan keturunan.

3. Diabetes Militus

a. Pengertian

Menurut Stockslager (2007) diabetes militus pada lansia adalah suatu

penyakit kekurangan atau resistensi insulin yang kronis. Diabetes militus

ditandai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.

Peranan insulin di tubuh adalah untuk mengangkut glukosa ke dalam sel

untuk bahan bakar atau simpanan glikogen. Insulin juga merangsang

sintesis protein dan penyimpanan asam lemak bebas dalam jaringan

adiposa. Kekurangan insulin menghambat kemampuan tubuh untuk

mengakses nutrisi yang penting untuk bahan bakar dan simpanan.

Menurut Stanley (2005) diabetes militus pada lansia adalah

intoleransi glukosa dan resistensi insulin dengan gangguan fungsi sel beta

(diabetes) adalah usia terkait dan merupakan salah satu dari lima kondisi

teratas kronis yang mempengaruhi orang dewasa yang lebih tua. diabetes

tidak bisa disembuhkan, namun dapat dikontrol dan dikelola orang dewasa

dengan diabetes paling belajar untuk menguasai rejimen pemantauan dan

pengobatan yang melibatkan partisipasi klien. banyak berkaitan dengan

usia perubahan mungkin akan dificult untuk orang yang lebih tua untuk

mematuhi rencana perawatan. orang ini tidak mencerminkan bahwa

perawatan harus didelegasikan kepada orang lain; dalam manfaat, perawat

harus bekerja dengan tekun wiht klien untuk mengimbangi terkait usia

dificits dan mempromosikan kemampuan klien untuk melakukan

sebanyak aktivitas perawatan diri mungkin.

Menurut Stockslager (2007) diabetes militus tipe 2 sering

menyerang pada lansia karena sel-sel tubuh menjadi lebih resisten

terhadap insulin yang mengurangi kemampuan lansia untuk

memetabolisme glukosa. Selain itu, pelepasan insulin dari sel beta

pangkreas berkurang dan melambat. Hasil dari kombinasi proses ini

adalah hiper glikemia. Pada lansia, konsentrasi glukosa yang mendadak

dapat meningkatkan dan lebih memperpanjang hiperglikemia.

Page 6: Ivan Makalah Keperawatan Gerontik

6

Diabetes militus tipe 2 pada lansia disebabkan oleh sekresi insulin

yang tidak normal, resistensi terhadap kerja insulin pada jaringan target,

dan kegagalan glukoneogenesis hepatik. Penyebab utama hiperglikemia

pada lansia adalah peningkatan resistensi insulin pada jaringan perifer.

Meskipun jumlah reseptor insulin sebenarnya sedikit menurun seiring

pertambahan usia, resistensi dipercaya terjadi setelah insulin berkaitan

dengan reseptor tersebut. Selain itu, sel-sel beta pada pulau langerhands

kurang sensitif tehadar kadar glukosa yang tinggi, yang memperlambat

produksi insulin. Beberapa lansia juga tidak mampu untuk menghambat

produksi glukosa dihati.

b. Etiologi

Menurut Wasilah Rochmah dalam Ilmu Penyakit Dalam (1997)

penyebab timbulnya diabetes militus pada lansia yaitu :

a. Fungsi saluran pangkreas dan seresi insulin yang kurang.

b. Perubahan-perubahan karena usila sendiri yang berkaitan

dengan resistensi, insulin, akibat kurangya massa otot dan

perubahan vaskuler.

c. Aktivitas fisis yang berkurang, banyak makan, badan

kegemukan.

d. Keberadaan penyakit lain,sering menderita stress, operasi dan

istirahat lain.

e. Sering menggunakan bermacam-macam obat-obatan.

f. Adanya faktor keturunan

c. Tanda & Gejala

menurut Stockslager (2007) tanda dan gejala timbulnya diabetes pada

lansia yaitu :

1) Penurunan berat badan dan kelelahan (tanda dan gejala klasik pada

pasien lansia)

2) Kehilangan selera makan

3) Inkontinesia

4) Penurunan penglihatan

5) Konfusi atau derajat delirium

Page 7: Ivan Makalah Keperawatan Gerontik

7

6) Konstipasi atau kembung pada abdomen (akibat hipotonusitas lambung)

7) Retinopati atau pembentukan katarak

8) Perubahan kulit, khususnya pada tungkai dan kaki, akibat kerusakan

sirkulasi perifer; kemungkinan kondisi kulit kronis, seperti selulitis atau

luka yang tidak kunjung sembuh; turgot kulit buruk dan membran

mukosa kering akibat dehidrasi

9) Penurunan nadi perifer, kulit dingin, penurunan reflek, dan

kemungkinan nyeri perifer atau kebas

10) Hipotensi ortostatik

d. Patofisiologi

Menurut Meinner (2005) yaitu keadaan hiperglikemia bahwa hasil

dari kerusakan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya merupakan

kelompok penyakit metabolik dikenal sebagai militus diabetes. diabetes

adalah salah satu kondisi Cronic paling umum yang mempengaruhi

populasi orang dewasa yang lebih tua, dan kejadian adalah usia

diperkirakan akan meningkat. penyakit ultimatly menghasilkan disfungsi

dan kegagalan berbagai organ seperti ginjal jantung, mata saraf dan

pembuluh darah.

penyakit endokrin dapat bermanifestasi dalam bentuk resistensi

hormon bukan ketiadaan, suatu kondisi di mana jaringan merespon hormon

tidak memadai. penyebab diabetes melitus tipe 2 tidak diketahui, tetapi

berteori bahwa kedua genetika dan anvironment memainkan peran

inportant. variabel yang paling penting yang terkait dengan tipe 2 diabetes

melitus adalah obesitas dan resistensi insulin. resistensi insulin diduga

terkait dengan setidaknya dua faktor: hiperglikemia dan obesitas. klien

obesitas dengan diabetes tipe 2 memiliki tingkat insulin endogen

(hiperinsulinemia), yang pada gilirannya menyebabkan penurunan jumlah

reseptor insulin pada jaringan target. itu seolah-olah tubuh berusaha untuk

mengimbangi glukosa tidak memasuki sel dengan meningkatkan produksi

insulin.

Page 8: Ivan Makalah Keperawatan Gerontik

8

e. Komplikasi

Menurut Mansjoer (2000) dalam Kapita selekta kedokteran edisi 3 jilid

I :

1) Akut

a). Koma hipoglikemia

b). Ketoasidosis

c). Koma hiperosmolar nonketotik

2) Kronik

a). Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar ; pembuluh

darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.

b). Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil ; retmopati

diabetik, nefropati diabetik.

c). Neuropati diabetik.

d). Rentan infeksi, seperti : Tb. Paru, gingivitis dan isk.

e). Kaki diabetik.

f. Pemeriksaan diagnostik

Menurut Stockslager (2007) pemeriksaan diagnostik pada lansia

adalah :

1) Kadar glukosa serum puasa dan pemeriksaan toleransi glukosa

memberikan diagnosis definitif diabetes. Akan tetapi, pada lansia

pemeriksaan glukosa serum postprandial 2 jam dan pemeriksaan

toleransi glukosa oral lebih membantu menegakkan diagnosis

karena lansia mungkin memiliki kadar glukosa puasa hampir

normal tetapi mengalami hiperglikemia berkepanjangan setelah

makan. Diagnosis biasanya dibuat setelah satu dari tiga kriteria

berikut ini terpenuhi :

a) Konsentrasi glukosa plasma acak 200 mg/dl atau lebih tinggi

b) Konsentrasi glukosa darah puasa 126 mg/dl atau lebih tinggi

c) Kadar glukosa darah puasa setelah asupan glukosa per oral

200 mg/dl atau lebih

Page 9: Ivan Makalah Keperawatan Gerontik

9

2) Pemeriksaan hemoglobin terglikosilasi (hemoglobin A atau

HbA1C ), yang menggambarkan kadar rata-rata glukosa serum

dalam 3 bulan sebelumnya, biasanya dilakukan untuk memantau

keefektifan terapi antidiabetik. Pemeriksaan ini sangat berguna,

tetapi peningkatan hasil telah ditemukan pada lansia dengan

toleransi glukosa normal.

3) Fruptosamina serum, yang menggambarkan kadar glukosa serum

rata-rata selama 2 sampai 3 minggu sebelumnya, merupakan

indikator yang lebih baik pada lansia kurang menimbulkan

kesalahan.

g. Penatalaksanaan

Menurut Stockslager (2007) pasien yang menderita diabetes militus

type 2 dapat memerlukan obat antidiabetik oral untuk merangsang

produksi insulin endogen, meningkatkan sensitifitas insulin ditingkat

selular, menaikkan glukoneogenis hepatik, dan memperlambat absorbsi

karbohidrat di GI. Untuk beberapa pasien, kadar glukosa darah dapat

dikontrol dengan diet dan perubahan gaya hidup saja.

Terdapat berbagai golongan obat untuk diabetes militus type 2 yang

dapat membantu. Obat-obatan ini mencakup generasi ke 2 sulfonilurea (

seperti gliburida dan glivizida ), inhibitor alfa glikosida ( seperti karbosa

dan maglitol ), biguanida ( seperti metformin ), glitazon ( seperti

rosiglitazon ) dan meglinitida ( repaglinida ).

Olahraga merupakan sarana yang penting dalam menangani diabetes

type 2. Aktivitas fisik meningkatkan sensitivitas insulin, memperbaiki

toleransi glukosa dan meningkatkan pengendalian gerak badan. Penelitian

juga menunjukkan bahwa olahraga sedang dapat memperlambat atau

mencegah awitan diabetes type 2 pada kelompok resiko tinggi.

Page 10: Ivan Makalah Keperawatan Gerontik

10

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN

A. Pengkajian

Pengkajian keperawatan menurut Rumaharbo, (1999). Pada lansia penderita

diabates melitus yang perlu dikaji ialah sebagai berikut :

a. Riwayat atau adanya faktor resiko, Riwayat keluarga tentang penyakit,

obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4

kg, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma,

infeksi, penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid,

kontrasepsi oral).

b. Pengkajian nutrisi termasuk berat badan dan pola baru-baru ini menurun atau

naik, pola diet keseharian, perubahan dalam arti rasa atau bau, gigi, dan

kemampuan untuk membeli dan menyiapkan makanan. Karena diabetes yang

tidak dikontrol mengakibatkan keseimbangan cairan dan makanan terganggu,

penting untuk mengkaji klien dengan tanda-tanda dan gejala mual, muntah,

rasa lapar, dan haus, dan mengingatkan bahwa hiperglikemia dapat

menghasilkan gejala halus pada lansia.

c. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus: poliuria, polidipsia, polifagia,

penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan,

peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit

dan terjadinya komplikasi aterosklerosis.

d. Pengkajian kondisi saat ini sangat penting. Perawat harus menanyakan

apakah hidup sendiri sendiri atau dengan orang lain, jika dapat menyiapkan

makanan sendiri, dan jika ada sumber keuangan yang memadai untuk

makanan dan tempat tinggal. orang dewasa yang lebih tua yang hidup sendiri

mungkin makan sedikit dan kurang gizi karena isolasi sosial atau gangguan

fungsional.

e. Perawat harus menentukan apakah transportation untuk layanan kesehatan

tersedia untuk klien.Ini penting untuk menilai kemampuan klien untuk

mempelajari sebelum mengkaji pengetahuan tentang diabetes dan

manajemen. mempelajaridengan bervariasi, dan mengetahui persiapan klien

dan memfasilitasidengan pembelajaran diabetes. Beberapa orang lebih suka

Page 11: Ivan Makalah Keperawatan Gerontik

11

belajar dengan metode visual, yang lain dengan mendengarkan, dan dengan

pendekatan kontak langsung.

f. Perawat harus mengkaji kondisi kulit klien, melihat turgor kulit dan perhatian

khususnya pada kaki, dan siku. karena daerah ini mempunyai risiko lebih

besar untuk kerusakan kulit karena tekanan. Perawat harus mengkaji

keutuhan kulit, warna, adanya pembengkakan, debit, bau, turgor, kekeringan,

mengelupas, dan luka. Kulit di daerah perianal dapat memberikan informasi

tentang status kulit saat ini dan praktik kebersihan secara umum. Klien

dengan hyperglycemia rentan terhadap infeksi ragi dan jamur di daerah ini.

kebersihan yang buruk bisa mempengaruh individu untuk infeksi saluran

kencing atau vagina.

g. Pemeriksaan Diagnostik

1) Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl).

Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar

glukosa meningkat dibawah kondisi stress.

2) Gula darah puasa normal atau diatas normal.

3) Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.

4) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.

5) Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan

ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada

terjadinya aterosklerosis.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Menurut Meinner, (2005) yang Mengalami Diabetes

Melitus tipe 2 :

1) Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kebiasaan makan berlebihan atau kurangnya pola olah-raga teratur.

2) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penyempitan aliran arteri

3) Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan metabolik

4) Kurang pengetahuan : perawatan diri dan kemampuan memanajemen

diabetes berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi

5) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan sirkulasi

darah

Page 12: Ivan Makalah Keperawatan Gerontik

12

C. Intervensi Keperawatan

Menurut Meinner 2005, Asuhan keperawatan dari klien dewasa yang lebih tua

dengan diabetes tipe 2 sering kompleks. Biasanya masalah banyak harus dealth

dengan: oleh karena itu penting untuk memprioritaskan masalah klien. Secara umum,

masalah muncul atau mengancam jiwa krisis seperti hiperglikemia berat,

hipoglikemia, dan sepsis adalah prioritas utama. Setelah krisis diselesaikan, perawat

dapat menyediakan pendidikan untuk mendukung manajemen diabetes.

Pendidikan. Perawat memberikan koordinasi atau pendidikan tentang berbagai

topik diabetes dianjurkan seperti pengobatan, patofisiologi diabetes, pemantauan

glukosa darah dan keton urin, hipoglikemia dan hiperglikemia, perawatan kaki,

komplikasi, diet diabetes , produk perlengkapan dan intruksi pada saat menghubungi

perawatan kesehatan. Pengajaran difasilitasi jika klien yang lebih tua dan orang lain

yang signifikan secara aktif terlibat dalam belajar (misalnya, setelah klien

menunjukkan pemantauan glukosa atau insulin teknik injeksi untuk perawat). Sarana

bantu pengajaran seperti buklet dan selebaran dapat meningkatkan belajar.

Diet. Walaupun diet merupakan terapi untuk diabetes, mungkin sulit untuk

membujuk orang dewasa yang lebih tua untuk melakukan pola diet. Faktor lain yang

mempengaruhi kepatuhan diet termasuk keuangan terbatas, isolasi sosial, dan

kurangnya motivasi. Perencanaan diet dengan ahli diet terdaftar dapat membantu

dalam mencapai tujuan diet. Tujuan diet termasuk mencapai gizi yang baik dan

mencapai atau mempertahankan berat badan ideal sekaligus mengurangi resiko

hiperlipidemia, aterosklerosis hipertensi. Ketika rencana diet didirikan, intervensi

keperawatan diarahkan untuk mendukung rekomendasi ahli gizi melalui penilaian

pemahaman klien tentang dan kepatuhan terhadap rencana tersebut.

insulin dan obat lain, fungsi kognitif klien yang lebih tua, visi, motivasi,

kemampuan untuk secara akurat menyusun dan mengelola insulin, situs akses, dan

dukungan keluarga perlu dipertimbangkan sebelum terapi insulin dimulai. instruksi

tertulis tentang rejimen pengobatan harus disediakan untuk klien dan signifikan nya.

perawat harus menjelaskan bahwa insulin humulin tidak setara terhadap insulin lain.

Page 13: Ivan Makalah Keperawatan Gerontik

13

perawat harus memperhatikan klien dan nya penting lainnya mempersiapkan

dosis insulin yang ditentukan; mengamati klien untuk suntik insulin, dan tidak jika

klien menyusun jumlah akurat dari insulin, menyuntikkan ke tempat yang tepat, dan

membuang jarum tajam dalam wadah tusukan bukti. masalah ketangkasan visi atau

manual umum di antara orang dewasa yang lebih tua yang dapat mengganggu

pengiriman insulin yang tepat dapat diidentifikasi melalui observasi.

Perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup diperlukan untuk individu

dengan diabetes. Sulit untuk mengelola penyakit kronis yang mempengaruhi diet,

olahraga, berat badan, obat, seksualitas dan keuangan. Pengelolaan yang tepat

diabetes membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan organisasi tim ahli yang

mencakup klien sebagai inti dari tim. Menghindari rokok dan alkohol diyakini

meningkatkan manajemen diabetes. Kemampuan klien yang lebih tua untuk

beradaptasi dengan perubahan gaya hidup perlu dievaluasi frekuensi sehingga

dukungan tambahan dapat diberikan bila diperlukan.

Page 14: Ivan Makalah Keperawatan Gerontik

14

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menua (menjadi tua = aging) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi

serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Dalam Maryam (2008), perubahan fisik

yang terjadi dalam proses penuaan antara lain: sel, kardiovaskuler, respirasi,

persarafan, musculoskeletal, gastrointestinal, genitourinaria, vesika urinaria, vagina,

pendengaran, pengelihatan, endokrin, kulit, belajar dan memori, intelegensi,

personality dan adjustment (pengaturan) pencapaian (achievement).

Menurunnya produksi hormon ini antara lain terlihat pada wanita mendekati usia

50 tahun, yang ditandai mulainya menstruasi yang tidak teratur sampai berhenti sama

sekali (menopouse), prosesnya merupakan proses ilmiah. Pada pria proses tersebut

biasanya terjadi secara lambat laun dan tidak disertai gejala-gejala psikologis yang

luar biasakecuali sedikit kemurungan dan rasa lesu serta berkurangnya kemampuan

seksualitasnya. Terdapat pula penurunan kadar hormon testosteronnya. Ada beberapa

gangguan penyakit endokrin dan penyakit metabolik yang disebabkan oleh proses

penuaan, yaitu: menopouse, andropouse, dan diabetes melitus.

Pemberian asuhan keperawatan sistem endokrin pada lansia difokuskan pada upaya

pencegahan terhadap terjadinya komplikasi yang berlanjut selama proses pemulihan

fisik klien. Penentuan diagnosa harus akurat agar pelaksanaan asuhan keperawatan

dapat diberikan secara maksimal dan mendapatkan hasil yang diharapkan. Pemberian

asuhan keperawatan sistem endokrin pada lansia secara umum bertujuan untuk

memberi pengertian mengenai penurunan fungsi tubuh dan perawatan penyakit pada

sistem endokrin lansia. Oleh karena itu, dibutuhkan kreativitas dan keahlian dalam

pemberian asuhan keperawatan dan kolaborasikan dengan tim medis lainnya yang

bersangkutan.

Page 15: Ivan Makalah Keperawatan Gerontik

15

B. Saran

Adapun saran yang dapat kelompok berikan adalah :

1. Bagi perawat yang akan memberikan asuhan keperawatan sistem endokrin pada

lansia harus lebih memperhatikan dan tahu pada bagian-bagian mana saja dari

asuhan keperawatan pada lansia yang perlu ditekankan.

2. Perawat juga memberikan pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarga

tentang penyuluhan dan pencegahan komplikasi.

3. Untuk keluarga lansia semestinya harus lebih tanggap terhadap pengkajian-

pengkajian yang dilakukan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

khususnya dalam asuhan keperawatan, karena peningkatan penyembuhan lansia,

melakukan prosedur diagnostik, pemeriksaan-pemeriksaan dan melakukan

perawatan tindak lanjut sangat penting bagi lansia maupun perawat.

4. Hendaknya mahasiswa keperawatan dapat menerapkan dan membandingkan ilmu

yang telah didapat di kampus berupa teori dengan kasus di ruangan, yang nantinya

mahasiswa mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan dengan sebaik-baiknya

agar menjadi perawat yang profesional.

Page 16: Ivan Makalah Keperawatan Gerontik

16

DAFTAR PUSTAKA

Baziad, Ali. 2003. Menopause dan Andropause Edisi 1. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Meinner, Sue E. 2006. Gerontologic nursing. USA : St Louis

Stanley, mickey. Kathryn A. Blair. Patricia gauntlett. 2005. Gerontological nursing. USA :

Davis company

Sudoyo, Aru W. 2007. Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jakarta: Depertemen Penyakit Dalam

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Fakultas UI