jaka tarub

7

Click here to load reader

Upload: ripto-atmaja

Post on 23-Jul-2015

491 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jaka tarub

1

JAKA TARUB DAN 7 BIDADARI

Dahulu kala di desa terpencil, tinggallah seorang Ibu dan anaknya yang bernama Jaka Tarub. Jaka Tarub sudah ditinggal ayahnya sejak ia masih kecil. Ia adalah anak yang

baik. Ia suka menolong dan membantu ibunya bekerja. Jaka Tarub semakin dewasa. Rambut ibunya pun semakin memutih karena dimakan

usia. Suatu hari mereka sedang bertani di sawah.

Ibu Jaka Tarub : “Uhuk.. uhuk..” (batuk) Jaka Tarub : “Ibu kenapa?” Ibu Jaka Tarub : “Ibu tidak apa-apa nak. Hanya batuk biasa saja”

Jaka Tarub : “Kalau begitu biar saya saja yang menyelesaikan pekerjaan Ibu hari ini”

Ibu Jaka Tarub : “Terima kasih nak. Ibu beruntung memiliki anak seperti kamu” Hari sudah semakin petang. Mereka pun bergegas untuk pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah Ibu Jaka Tarub pun berbicara pada anaknya.

Ibu Jaka Tarub : “Nak, ada yang ingin Ibu katakana padamu” Jaka Tarub : “Ada apa bu?” Ibu Jaka Tarub : “Nak, Ibu lihat kamu sudah dewasa, sudah pantas untuk meminang

gadis. Lekaslah menikah, Ibu ingin menimang cucu sebelum Ibu pergi”

Jaka Tarub : “Tapi saya belum ingin menikah bu” Ibu Jaka Tarub : “Tapi jika ibu sudah tiada nanti, siapa yang akan mengurusmu?” Jaka Tarub : “Jangan berbicara seperti itu bu”

Ibu Jaka Tarub : “Ibu hanya merasa semakin lelah nak…”

Jaka Tarub bingung dengan perkataan ibunya. Ada sesuatu hal yang aneh dari ibunya. Di subuh hari Ibu tidak seperti biasanya ibu Jaka Tarub menyiapkan secangkir kopi dan makanan untuk Jaka Tarub.

Jaka Tarub : “Tumben ibu yang menyiapkan semuanya hari ini”

Ibu Jaka Tarub : “Sudahlah, tidak apa-apa. Ibu ingin kamu tidak terlalu kelelahan saat bekerja”

Jaka Tarub : “Terimakasih bu”

Ibu Jaka Tarub : “Ya, sama-sama nak. Sepertinya hari ini ibu tidak bias pergi bertani denganmu”

Ibu Jaka Tarub : “Ya sudah. Ibu istirahat saja di rumah. Saya pergi dulu bu” Jaka Tarub : “Iya nak. Hati-hati ya”

Jaka pun menuju sawahnya untuk bertani. Walaupun hanya pergi bekerja sendirian ia tetap semangat demi ibunya yang sedang lemah di rumah. Tanpa ia sadari ada

seorang gadis yang sedang berjalan mengikutinya. Ia adalah Laras, anak dari kepala desa.

Laras : “Andai saja dia jadi suamiku. Aku pasti bahagia”

Page 2: Jaka tarub

2

Hari sudah petang. Saatnya Jaka Tarub pulang ke rumah membawa hasil panennya. Jaka Tarub : “Assalamu’alaikum bu. Bu.. bu.. Ibu kemana ya? Kok rumah

berantakan?”

Tak lama kemudian Jaka Tarub menemukan ibunya tergeletak di lantai. Jaka Tarub : “Ibuuuuuuuuuuu!!” (menghampiri ibunya)

Ibu Jaka Tarub : “Maafkan semua kesalahan ibu nak. Ibu harus pergi. Ini permintaan terakhir ibu, carilah pendamping hidupmu”

Jaka Tarub : “Jangan tinggalkan Jaka buuuuuuuuu” (menangis) Jaka Tarub menyesali perbuatannya yang telah membiarkan ibunya yang lemah di

rumah sendirian. Ia kemudian menyendiri dan terlihat selalu murung. Hari berganti hari, Jaka Tarub selalu teringat pada permintaan terakhir ibunya. Ia

mempunyai obsesi untuk mempunyai istri seorang bidadari yang cantik dan berjiwa suci agar dia dapat mempunyai keturunan yang mulia. Namun sampai saat ini ia belum juga menemukan sang kekasih. Hasil panen Jaka Tarub semakin sedikit, ia semakin

terpuruk hidup sendiri. Suatu hari Jaka Tarub pergi ke hutan untuk menghilangkan beban pikirannya.

(Di Kahyangan)

Terlihat 7 bidadari cantik sedang meminta ijin kepada ayah dan ibunya untuk pergi ke mayapada (bumi).

Bidadari 1 : “Ayah, Ibu, saya dan adik-adik mohon izin untuk pergi ke mayapada”

Raja Ajisaka : “Pergilah nak, tapi ingat pada saat terompet kerajaan berbunyi kalian semua harus segera kembali ke istana”

Bidadari 2 : “Iya ayah, kami semua mengerti”

Bidadari 3 : “Kami akan segera kembali ketika terompet kerajaan berbunyi” Ratu SkarDewi : “Berhati-hatilah nak”

7 Bidadari : “Baik bu” Tanpa disengaja Jaka Tarub mendengar sayup-sayup suara wanita yang sedang

bercanda. Sampai akhirnya ia menemukan 7 wanita cantik yang sedang mandi di sebuah danau.

Jaka Tarub : “Wah.. wah.. ada 7 wanita cantik ternyata. Mungkin salah diantara

mereka adalah jodohku”

Dengan mengendap-ngendap, Jaka Tarub berjalan mendekat menuju danau. Kemudian

ia menemukan pakaian wanita-wanita tersebut yang tergeletak berserakan. Setelah memilih, ia mencuri salah selendang dan menyembunyikannya. (Terompet Kerajaan dari kahyangan berbunyi)

Bidadari 1 : “Cepat adik-adikku, saatnya kita kembali ke kahyangan. Ayah

sudah memanggil kita untuk pulang”

Page 3: Jaka tarub

3

Nawang Wulan : “Tapi kak, selendang merahku tidak ada. Aku tidak bias pulang tanpa selendang itu”

(Bidadari yang lain sibuk mencari selendang Nawang Wulan)

Bidadari 4 : “Bagaimana ini..? Padalah selendang adik Nawang Wulan tadi ada di sebelah selendangku”

Bidadari 5 : “Aku sudah mencoba mencari selendang adik Nawang Wulan, tapi

tak kunjung ku temukan juga” Bidadari 6 : “Ya, aku juga sudah mencoba mencarinya, apa yang harus kita

lakukan kakak?” Bidadari 1 : “Kita tidak bias terus-terusan berada di mayapada. Kita harus

pulang ke kahyangan sekarang juga. Maafkan kami adik Nawang

Wulan, mungkin sudah takdir adik untuk tinggal di mayapada” Nawang Wulan : “Tapi kak, bagaimana dengan aku disini?”

Bidadari 1 : “Kami tidak bias berbuat apa-apa Nawang Wulan. Jaga dirimu baik-baik. Selamat tinggal adik Nawang Wulan”

Nawang Wulan : “Kakaaaaaaaaaaaaaaaak!!” (menangis)

Keenam bidadari cantik itu pun meninggalkan Nawang Wulan sendirian. Selendang

merah Nawang Wulan masih belum ia temukan. Nawang Wulan merasa kesepian dan menangis di tepi danau.

Jaka Tarub pun akhirnya keluar dari persembunyiannya. Ia mendekati Nawang Wulan dan menghiburnya.

Jaka Tarub : “Mengapa engkau menangis gadis cantik?” Nawang Wulan : “Selendang merahku hilang. Aku tidak bias kembali ke kahyangan

tanpa selendang itu” Jaka Tarub : “Kahyangan? Jadi kau adalah seorang bidadari?” Nawang Wulan : (diam karena takut untuk menjawab)

Jaka Tarub : “Tidak usah takut begitu, aku tak akan melukaimu bidadari cantik. Daripada tinggal di hutan ini sendirian, bagaimana jika kau ikut ke

rumahku? Kau bias tinggal di rumahku untuk sementara” Nawang Wulan : ”Benarkah?” Jaka Tarub : “Ya, kau bias tinggal selama apapun kau mau. Pakailah ini”

(memberikan sebuah selendang) Nawang Wulan : “Terima kasih”

Jaka Tarub : “Oh ya, siapa namamu?” Nawang Wulan : “Aku Nawang Wulan” Jaka Tarub : “Nama yang bagus. Aku Jaka Tarub. Ayo ikuti aku”

Dengan senangnya Nawang Wulan mengikuti Jaka Tarub menuju rumah Jaka Tarub.

Ia menerima ajakan Jaka Tarub karena tidak tahu harus berbuat apalagi. (Di kahyangan)

Kakak-kakak dari Nawang Wulan merasa takut untuk menghadapi ayah mereka.

Mereka takut ayah dan ibu mereka akan marah karena mereka pulang ke kahyangan tanpa Nawang Wulan.

Page 4: Jaka tarub

4

Ketakutan mereka pun akhirnya benar-benar terjadi. Raja Ajisaka : “Kemana adik kalian Nawang Wulan?”

7 Bidadari : (saling menatap 1 sama lain karena ketakutan) Ratu Sekar Dewi : “Kemana dia..? Kenapa kalian pulang tanpa adik kalian?”

(menghampiri ke 6 bidadari dan bertanya dengan lembut) Bidadari 1 : “Maafkan kami ayah, ibu.. Nawang Wulan tidak bias kembali ke

kahyangan karena selendangnya hilang”

Bidadari 2 : “Iya ibu, selendang adik Nawang Wulan tak kunjung kami temukan meskipun sudah kami cari”

Raja Ajisaka : “Ayah kecewa pada kalian karena tidak bias menjaga adik kalian” (bicara dengan nada keras)

7 Bidadari : “Maafkan kami ayah..”

Ratu Sekar Dewi : “Sudahlah… jangan menyalahkan mereka. Mungkin sudah takdir Nawang Wulan untuk tinggal di mayapada” (sedih)

Raja Ajisaka : “Apa yang harus kita lakukan untuk Nawang Wulan patih hadiyawarman?”

Patih : “Hamba setuju dengan perkataan Ratu Sekar Dewi, Raja..

Mungkin sudah takdir Nawang Wulan untuk tinggal di mayapada. Jadi kita tidak perlu melakukan apa-apa. Berharaplah semoga hal

buruk tidak terjadi pada Nawang Wulan” Raja Ajisaka : “Baiklah kalau begitu”

Hari demi hari antara Jaka Tarub dan Nawang Wulan pun telah berlalu. Mereka semakin menyatu dan saling mengenal satu sama lain. Akhirnya mereka memutuskan untuk menikah. Tapi ada beberapa pihak yang tidak suka dengan pernikahan mereka.

Orang itu adalah Laras dan Arya.

Laras dan Arya pun berencana untuk menghancurkan pernikahan Nawang Wulan dan Jaka Tarub.

Laras : “Aku benci dengan pernikahan mereka” Arya : “Aku pun sama halnya dengan kamu”

Laras : “Kita harus menghancurkan pernikahan mereka” Arya : “Tapi apa rencana mu?” Laras : “Kamu harus membantu aku untuk mendapatkan Jaka”

Arya : “Baik, aku akan membantumu, tapi apa imbalannya untukku?” Laras : “Sebagai imbalannya aku akan membantumu untuk mendapatkan

Nawang Wulan” Arya : “Baiklah, aku setuju”

Mereka berdua pun terus berusaha untuk mengancurkan pernikahan Nawang Wulan dan Jaka Tarub. Namun akhirnya usaha mereka gagal.

Setelah pernikahan Nawang Wulan dan Jaka Tarub sudah cukup lama, mereka dikaruniai anak kembar. Yang satu perempuan dan yang satu laki-laki. Anak mereka bernama Nawang Asih dan Jaka Tengil.

Setelah Nawang Asih dan Jaka Tengil beranjak dewasa. Permasalahan antara Jaka Tarub dan Nawang Wulan pun semakin bertambah.

Terusiklah rasa ingin tahu JakaTarub tentang Nawang Wulan karena hasutan Arya dan kedua teman Jaka Tarub yaitu Banyu dan Indra.

Page 5: Jaka tarub

5

Arya : “Jaka, apakah kamu tidak curiga pada istrimu?” Jaka Tarub : “Apa maksudmu?” Arya : “Bukankah selama ini istrimu Nawang Wulan selalu melarangmu

untuk tidak membuka bakul yang ia gunakan untuk menanak nasi?”

Jaka Tarub : “Iya, itu memang benar. Tapi apa masalahnya?” IndrA : “Apa kamu tidak curiga kenapa beras di lumbung mu masih utuh,

seolah-olah tidak pernah digunakan”

Banyu : “Jaka tidak akan pernah curiga teman-teman, karena dia sudah merasa bahagia mendapatkan istri secantik Nawang Wulan”

Jaka Tarub : (diam merenungi perkataan teman-temannya). Pada saat Jaka Tarub pulang ke rumah ia melihat istrinya Nawang Wulan sedang

memasak.

Jaka Tarub : “Assalamu’alaikum…” Nawang Wulan : “Wa’alaikumsalam. Akang sudah pulang rupanya” Jaka Tarub : “Iya, ada apa memangnya Dinda?”

Nawang Wulan : “Bolehkah aku meminta tolong?” Jaka Tarub : “Meminta tolong untuk apa dinda?”

Nawang Wulan : “Tolong jagakan api ini karena aku sedang memasak nasi” Jaka Tarub : “Memangnya dinda mau pergi kemana?” Nawang Wulan : “Aku hendak pergi ke sungai untuk mencuci pakaian, kang”

Jaka Tarub : “Baiklah, dinda” Nawang Wulan : “Tapi ingat, akang tidak boleh membuka tutup kukusan ini. Akang

harus ingat dengan janji akang”

Jaka Tarub : “Tenang saja Dinda. Akang tidak akan lupa dengan janji akang”

Setelah Nawang Wulan pergi. Jaka Tarub ingat dengan perkataan teman-temannya. Karena hatinya dipenuh dengan rasa penasaran. Jaka Tarub pun membuka tutup kukusan yang ada di depannya.

Jaka Tarub : “Hah, ternyata selama ini dinda Nawang Wulan hanya memasak

dengan setangkai padi. Pantas saja selama ini padi di lumbung masih banyak.

Nawang Wulan tiba-tiba datang sepulang dari mencuci pakaian di sungai.

Nawang Wulan : “Sedang apakah kau akang?” (bertanya dengan nada keras) Jaka Tarub : “A… a… akang tidak sedang apa-apa dinda” (dengan terbata-

bata). “Akang harus pergi ke ladang, ada pekerjaan yang harus

akang selesaikan”

Setelah Jaka pergi Nawang Wulan pun membuka isi kukusannya. Pada saat itu juga Nawang Wulan curiga pada suaminya Jaka Tarub karena setangkai padi masih tergolek di dalamnya. Tahulah ia bahwa suaminya telah membuka kukusan itu hingga

kesaktiannya hilang.

Sejak saat itulah Nawang Wulan harus menumbuk dan menapi beras untuk dimasak, seperti wanita pada umumnya. Karena tumpukan padinya terus berkurang, suatu hari

Page 6: Jaka tarub

6

Nawang Wulan menemukan selendang bidadarinya yang terselip diantara tumpukan padi. Tahulah ia bahwa suaminyalah yang telah menyembunyikan selendang itu.

Nawang Wulan : “Ternyata selama ini Jaka Tarub yang menyembunyikan selendangku. Dan karena isi lumbung terus berkurang pada

akhirnya aku bisa menemukannya kembali. Ini pasti sudah menjadi kehendak yang diatas” (Nawang Wulan bergumam)

Setelah Nawang Wulan mengetahui bahwa selendangnya dicuri oleh suaminya Jaka Tarub, Nawang Wulan pun memutuskan untuk kembali ke kahyangan dan

meninggalkan Jaka Tarub dan kedua anaknya. Nawang Wulan : “Kakang, maafkan aku, aku harus pergi”

Jaka Tarub : “Tapi dinda bagaimana dengan anak kita Jaka Tengil dan Nawang Asih?”

Nawang Wulan : “Jaga kedua anak kita, kang” Jaka Tarub : “Tapi dinda aku tidak sanggup menjaga mereka berdua seorang

diri”

Nawang Wulan : “Aku percaya kakang bisa menjaga kedua anak kita” Nawang Asih : “Ibu, jangan tinggalkan Asih sendiri” (menangis sambil memeluk

Ibunya) Jaka Tengil : “Iya bu, jangan tinggalkan kami sendiri” Nawang Wulan : “Kalian kan tidak sendiri, ada ayah kalian disini”

Jaka Tengil dan Nawang Asih : “Tapi bu, kami ingin ibu bersama kami disini” Jaka Tarub : “Apa dinda tega meninggalkan Asih dan Tengil sendiri tanpa

dinda disisi mereka”

Nawang Wulan : “Tapi disini bukan tempatku. Tempatku adalah di kahyangan, bukan disini kang” (menangisi kedua anaknya)

Akhirnya dengan penuh rasa keterpaksaan jaka dan kedua anaknya mengikhlaskan kepergian Nawang Wulan. Bahkan mereka mengantarkan kepergian Nawang Wulan.

Nawang Asih : “Ibuuuuuuuuuuuu…” (menangis dan menggengam tangan

Nawang Wulan) Jaka Tengil : “Ibuuuuuuuu.. jangan tinggalkan Tengil bu” Nawang Wulan : “Ibu tidak akan pergi jauh dari kalian, ibu akan mengawasi kalian

dari kahyangan” Jaka Tarub : “Hati-hati dinda”

Nawang Wulan pun pergi. Tapi setelah Nawang Wulan kembali ke kahyangan, Nawang Wulan tidak merasakan kebahagiaan, melainkan penderitaan. Penderitaan Nawang

Wulan dan keluarganya adalah ketika kahyangan mereka di laingit diserbu oleh segerombolan jin jahat pimpinan raja bintara yang sudah lama ingin mempersunting

Nawang Wulan dan ke 6 kakaknya. Keinginan yang tentu saja ditolak mentah-mentah oleh ke 7 bidadari maupun kedua orang tua mereka.

Raja Bintara : “Mana ke 7 calon istriku?” Raja Ajisaka : “Apa maksudmu?”

Raja Bintara : “Mana Nawang Wulan dan ke 6 saudarinya?” Ratu Sekar Dewi : “Apa maksudmu berbicara seperti itu?”

Page 7: Jaka tarub

7

Raja Bintara : “Dulu kan saya sudah mengatakan pada kalian bahwa saya akan mempersunting ke 7 putri kalian”

Bidadari 1 : “Itu kan dulu, sekarang lain lagi”

7 Bidadari : “Iya, itu kan dulu” Ratu Sekar Dewi : “Lagi pula saya sebagai ibu tidak akan mengijinkan ke 7 putri ku

untuk menikah denganmu” Raja Bintara : “Jangan paksa aku untuk melakukan kekerasan pada kalian” Bidadari 5 : “Kami tidak takut dengan ancaman mu Bintara!”

Raja Bintara : “Jangan salahakan aku jika terjadi sesuatu pada putri kalian” (menarik tangan Nawang Wulan)

Raja Ajisaka : “Lepaskan putriku!” Raja Bintara : “Tidak, putrimu akan aku jadikan istri.. ha…ha..ha..” Raja Ajisaka : “Patih Hadiyawarman, bawa putriku kembali”

Patih : “Baik Raja” Raja Bintara : “Prajurit, seraaaaaaaaang!”

Peperangan antara jin dan keluarga kerajaan pun tak dielakkan lagi. Namun akhirnya Raja Bintara dan jinnya kalah.

Bidadari 2 : “Musnahlah kau”

Setelah selesainya peperangan itu Nawang Wulan kembali ke mayapada untuk menemui kedua anaknya.

Jaka Tengil dan Nawang Asih: “Ibuuuuuuuu” Nawang Wulan : “Iya anakku”

Nawang Asih : “Apakah ibu kembali lagi?” Nawang Wulan : “Tidak anakku..”

Jaka Tengil : “Kenapa bu?” Nawang Wulan : “Karena rumah ibu bukan disini nak” Jaka Tarub : “Apakah dinda akan kembali lagi ke kahyangan?”

Nawang Wulan : “Iya kang” Jaka Tarub : “Lalu bagaimana kalau kami merindukanmu dinda?”

Nawang Wulan : “Kenanglah aku ketika kalian melihat bulan. Maka aku akan menghibur kalian dari atas sana”

Nawang Wulan pun kembali ke kahyangan, meninggalkan Jaka Tarub dan kedua anaknya. Sejak saat itu Jaka Tarub dan kedua anaknya selalu menatap rembulan di

malam hari untuk mengenang Nawang Wulan.

-Selesai-