jam vol 20 no 1 april 2009.pdf

80

Upload: vuongquynh

Post on 23-Jan-2017

246 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf
Page 2: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

Vol. 20, No. 1, April 2009

JURNAL AKUNTANSI & MANAJEMENEDITOR IN CHIEF

Prof. Dr. Djoko Susanto, MSA., AkuntanSTIE YKPN Yogyakarta

EDITORIAL BOARD MEMBERS

Dr. Baldric Siregar, MBA., Akuntan Dr. Harsono, M.Sc.STIE YKPN Yogyakarta Universitas Gadjah Mada

Dr. Dody Hapsoro, MSPA., MBA., Akuntan Dr. Soeratno, M.Ec.STIE YKPN Yogyakarta Universitas Gadjah Mada

Dr. Eko Widodo Lo, SE., M.Si., Akuntan Dr. Wisnu Prajogo, SE., MBA.STIE YKPN Yogyakarta STIE YKPN Yogyakarta

MANAGING EDITORSDra. Sinta Sudarini, MS., Akuntan

STIE YKPN YogyakartaDra. Enny Pudjiastuti, MBA., Akuntan

STIE YKPN Yogyakarta

EDITORIAL SECRETARYDrs. Rudy Badrudin, M.Si.

STIE YKPN Yogyakarta

PUBLISHERPusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIE YKPN Yogyakarta

Jalan Seturan Yogyakarta 55281Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1100 Fax. (0274) 486155

EDITORIAL ADDRESSPusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIE YKPN Yogyakarta

Jalan Seturan Yogyakarta 55281Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1332 Fax. (0274) 486155

http://www.stieykpn.ac.id e-mail: [email protected] Mandiri atas nama STIE YKPN Yogyakarta No. Rekening 137 – 0095042814

Jurnal Akuntansi & Manajemen (JAM) terbit sejak tahun 1990. JAM merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Pusat Penelitiandan Pengabdian Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara (STIE YKPN) Yogyakarta. PenerbitanJAM dimaksudkan sebagai media penuangan karya ilmiah baik berupa kajian ilmiah maupun hasil penelitian di bidang akuntansidan manajemen. Setiap naskah yang dikirimkan ke JAM akan ditelaah oleh MITRA BESTARI yang bidangnya sesuai. Daftar namaMITRA BESTARI akan dicantumkan pada nomor paling akhir dari setiap volume. Penulis akan menerima lima eksemplar cetak lepas(off print) setelah terbit.JAM diterbitkan setahun tiga kali, yaitu pada bulan April, Agustus, dan Desember. Harga langganan JAM Rp7.500,- ditambah biayakirim Rp12.500,- per eksemplar. Berlangganan minimal 1 tahun (volume) atau untuk 3 kali terbitan. Kami memberikan kemudahanbagi para pembaca dalam mengarsip karya ilmiah dalam bentuk electronic file artikel-artikel yang dimuat pada JAM dengan caramengakses artikel-artikel tersebut di website STIE YKPN Yogyakarta (http://www.stieykpn.ac.id).

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

Page 3: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

Vol. 20, No. 1, April 2009

DAFTAR ISI

PENGARUH COMPUTER ANXIETY TERHADAP KEAHLIAN NOVICE ACCOUNTANT DALAMMENGGUNAKAN KOMPUTER: GENDER DAN LOCUS OF CONTROL SEBAGAI FAKTOR MODERASI

Retno SetyomurniTony Wijaya

1-11

Pengaruh Transparansi Terhadap Nilai Perusahaan: Studi Empiris di Pasar Modal IndonesiaDody Hapsoro

13-24

MANAGEMENT CONTROL SYSTEMS AND THE DEREGULATIONIN THE HIGHER EDUCATION SECTOR: A REVIEW OF LITERATURE

Irvan Noormansyah25-34

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA INDUSTRI TEKSTILDAN PAKAIAN JADI DI PROVINSI DIY

Suryawati35-46

PERSEPSI PENGGUNA TERHADAP MUTU LAYANAN PERPUSTAKAAN (LIBQUAL)PERGURUAN TINGGI DI KABUPATEN BANYUMAS

Bambang Agus PramukaWiwiek Rabiatul Adawiyah

47-60

KAJIAN PUSTAKA TERHADAP TEORI AGENSI DAN AKUNTANSI MANAJEMENChristina Yuliana

61-67

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

Page 4: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

1

PENGARUH COMPUTER ANXIETY TERHADAP KEAHLIAN................... (Retno Setyomurni dan Tony Wijaya)Vol. 20, No. 1, April 2009Hal. 1-11

ABSTRACT

This research aims to test the different of influence ofcomputer anxiety to novice accountant computer selfefficacy and moderated with locus of control. This re-search adopt the instrument by Inriantoro (2000) at anumber of university lecturer. Data collecting con-ducted by disseminating questionare. Responder inresearch represent the student of STIE YKPN inYogyakarta. The different of influence of computeranxiety to novice accountant computer self efficacybased on gender dan moderated of locus of controlanalysed to use the Modarated Regresion Analysis(MRA). Result indicate that there are influence of com-puter anxiety to novice accountant in using computerbased gender. This result is consistent with the resultof Indriantoro (2000), Rifa and Gudono (1999) researchthat expressing there is influence of computer anxietyto Lecturer computer self efficacy based on gender.This research show that locus of control is mederatingvariabel of influence computer anxiety to novice ac-countant computer self efficacy.

Keywords: computer anxiety, computer skill, gender,locus of control.

PENGARUH COMPUTER ANXIETY TERHADAP KEAHLIANNOVICE ACCOUNTANT DALAM MENGGUNAKAN KOMPUTER:

GENDER DAN LOCUS OF CONTROL SEBAGAI FAKTORMODERASI

Retno SetyomurniJalan Anggrek Nomor 114 Sambilegi Baru

Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman 55282E-mail: [email protected]

Tony WijayaPerum Puri Kencana D3 Blunyah Gede, Monjali, Yogyakarta

E-mail: [email protected]

Tahun 1990

ISSN: 0853-1259

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

PENDAHULUAN

Saat ini kebutuhan teknologi informasi (TI) sudahmenjadi kebutuhan dasar bagi setiap organisasiterutama dalam menjalankan aktivitasnya. Teknologiinformasi adalah suatu teknologi yang menitikberatkanpenggunaan komputer dan teknologi yangberhubungan dengan pengaturan sumber informasiFazli (1999) dalam Wijaya (2003). Komputer memegangperanan penting dalam kehidupan manusia yangberfungsi sebagai alat untuk mengolah data (data pro-cessing) dan menyimpan data (data storage). Sistemkomputer digunakan karena kebutuhan pengolahandata yang semakin kompleks dan akses data yang luas.Menurut Mariani (2004), sistem komputer memberikanbeberapa manfaat dibandingkan sistem manual yaitukecepatan, volume hasil, pencegahan kekeliruan, post-ing otomatis, dan penyusunan laporan otomatis.

Perubahan TI mengakibatkan organisasi perlumempersiapkan sumber daya manusia yangmengoperasikan teknologi tersebut. Hal ini berkaitandengan perilaku yang ada pada individu dalamorganisasi yang bersangkutan. Kecanggihan TI akansangat tidak berarti jika pengguna TI tidak berkembangsejalan dengan perkembangan TI tersebut (Wijaya,

Page 5: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

2

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 1-11

2005). Dengan demikian, dituntut kesiapan dari sumberdaya manusia untuk menanggapi perubahan TI berupakeahlian menggunakan komputer. Kemampuan untukdapat menggunakan teknologi informasi merupakankunci penting dalam proses akselerasi teknologiinformasi di pendidikan tinggi. Novice accountant akanmerespon perkembangan teknologi informasitergantung dari dukungan fasilitas dari fakultas dandorongan dari akuntan pendidik. Pemakaian komputerdalam bidang akuntansi memberikan manfaat yangbesar, baik dalam ketelitian maupun volume pekerjaanyang dapat ditangani. Penggunaan program aplikasikomputer akuntansi menuntut keahlian novice accoun-tant dalam hal operasi dan aplikasi program akuntansi.Dengan keahlian tersebut diharapkan novice accoun-tant dapat eksis dan siap dalam dunia kerja terutamayang berhubungan dengan akuntansi keuangan.

Novice accountant dipersiapkan untuk menjadiakuntan yang mempunyai kompetensi antara lain dalambidang teknologi informasi yang memadai danmerupakan core dimension dari pendidikan akuntansidasar sehingga dapat mendukung tugas-tugasnyasebagai seorang calon akuntan. Banyak Kantor AkuntanPublik (KAP) sekarang ini mengharapkan lulusanakuntansi mempunyai pengetahuan yang baik tentangsistem akuntansi dan mempunyai keahlian khususdalam bidang teknologi informasi, misalnya kemampuandalam menggunakan micro-based tools secara umum,software khusus di bidang audit, dan penggunaaninternet. Pengalaman dengan software aplikasi danpenggunaan teknologi tersebut dipandang sebagaisuatu bentuk nilai plus (Stone et al, 1996).

Aspek sikap dari pemakai komputer merupakanfaktor penting yang memberi kontribusi terhadapkeahlian pemakai komputer. Setiap individu yangmengalami kegelisahan terhadap komputer (computeranxiety) akan merasakan manfaat komputer lebih sedikitdibandingkan yang tidak mengalami kegelisahanterhadap kehadiran komputer (Indriantoro, 2000).Perbedaan perilaku individu merupakan faktor yangmenentukan perilaku kerja. Keinginan individudipengaruhi oleh keyakinan akan akibat masa yangakan datang. Ketidaksukaan seseorang terhadapkomputer dapat disebabkan oleh ketakutan dankekhawatiran yang bersangkutan terhadap penggunaanTI atau disebut dengan computer anxiety dalamIndriantoro (2000). Ketakutan dan kekhawatiran

individu muncul akibat konsep cara pandang individuterhadap keadaan saat ini. Indriantoro (1993)menyebutkan faktor penguasaan dan cara pandangindividu sebagai faktor locus of control. Individu yangmemiliki locus of control internal berpandangan bahwaperistiwa-peristiwa yang akan terjadi diakibatkan olehkeputusan-keputusan yang dimilikinya. Individudengan tipe tersebut menyikapi ketidakpastianlingkungan yang dihadapi dengan memanfaatkanteknologi informasi untuk membuat perencanaan. Lo-cus of control eksternal menyebabkan individu merasatidak mampu menguasai keadaan sehingga timbulkecemasan yang akan menurunkan keahlian/kinerjaindividu. Jadi variabel locus of control harus dijadikanbahan pertimbangan dalam menentukan pengaruh sikapindividu terhadap keahlian individu.

Computer anxiety mempunyai hubungan yangnegatif terhadap keahlian seseorang dalammenggunakan komputer (Rifa dan Gudono, 1999). Hasilpenelitian ini konsisten dengan hasil penelitianIndriantoro (2000) yang menunjukkan bahwa computeranxiety pemakai mempunyai pengaruh yang negatifdan signifikan dengan keahlian dosen akuntansiperguruan tinggi swasta di DIY. Beberapa temuanmenunjukkan adanya pengaruh jenis kelamin terhadapcomputer anxiety. Rifa dan Gudono menemukan bahwaada perbedaan keahlian antara pria dan wanita dalamEnd User Computing (EUC). Karyawan pria memilikiEUC yang lebih tinggi dibandingkan karyawan wanita,hal ini disebabkan karakteristik personaliti yangberbeda antara pria dan wanita. Sementara itu Igbariadan Parasuraman (1989) dan Indriantoro (2000) tidakmenemukan perbedaan sikap antara pria dan wanitadalam pemakaian personal computer (PC).

Penelitian yang akan dilakukan adalahmemperluas penelitian terdahulu yang meneliti tentangpengaruh computer anxiety terhadap keahlian dosendalam penggunaan komputer oleh Indriantoro (2000),Wijaya (2003, 2005) dan Rustiana (2005). Perluasanpenelitian dilakukan dengan sampel penelitian padanovice accountant serta menggunakan locus of con-trol sebagai variabel moderasi. Penelitian ini dilakukandengan tujuan untuk menguji perbedaan pengaruhcomputer anxiety terhadap keahlian novice accoun-tant pria dan wanita dalam menggunakan komputerserta menguji pengaruh computer anxiety terhadapkeahlian novice accountant dalam menggunakan

Page 6: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

3

PENGARUH COMPUTER ANXIETY TERHADAP KEAHLIAN................... (Retno Setyomurni dan Tony Wijaya)

komputer yang dimoderasi locus of control.Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian iniadalah (1) Apakah ada perbedaan pengaruh computeranxiety pada self efficacy novice accountant pria danwanita dalam menggunakan komputer dan (2) Apakahcomputer anxiety berpengaruh signifikan terhadapkeahlian novice accountant dalam menggunakankomputer yang dimoderasi oleh Locus of Control

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagipengembangan ilmu pengetahuan terutama padabidang akuntansi keprilakuan serta memberikan buktiempiris dan konfirmasi konsistensi dengan hasilpenelitian sebelumnya. Selain itu, penelitian inidiharapkan dapat membuktikan variabel computer anxi-ety sebagai variabel prediktor pada keahlian dalammenggunakan komputer.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Sejak tahun 1970an, saat praktisi dan para penelitimenemukan bahwa penerapan teknologi baru tidaksesuai dengan yang diharapkan, maka pemahamanmengenai faktor-faktor yang mempengaruhipenggunaan teknologi informasi secara individualmuncul menjadi tujuan dari penelitian-penelitian dalambidang Sistem Informasi Manajemen (Hinggis, 1995).Nelson (1990) dalam Rifa dan Gudono (1999)menyatakan bahwa kesuksesan penggunaan teknologiinformasi sangat tergantung pada teknologi itu sendiridan tingkat keahlian individu atau perilaku yangmempengaruhi pengadopsian teknologi informasi.Masalah yang cukup besar bagi perkembangan TIadalah keterlibatan pemakai (user involvement).Menurut Hartwiwick dan Barki dalam Fazli (1999) parapeneliti dan praktisi gagal mengemukakan secara jelasmanfaat partisipasi dan keterlibatan pemakai. Jika parapemakai tidak memiliki kemampuan menggunakan TImaka dapat dipastikan TI sama sekali tidakmendatangkan manfaat bagi organisasi.

Aspek sikap pemakai merupakan faktor pentingyang memberi kontribusi terhadap akseptasi TI (Igbaria,1994) dalam Indriantoro (2000). Setiap individu yangakan bersikap positif terhadap kehadiran teknologikomputer jika merasakan manfaat (perceive usefulness)teknologi komputer untuk meningkatkan kinerja danproduktivitas. Manfaat yang dirasakan oleh pemakaikomputer disebabkan oleh kemampuan setiap individu

mengoperasikan komputer (skills of operation).Menurut Kussardoyo (2000) penampilan organisasidalam mencapai tujuan banyak dipengaruhi olehbeberapa faktor antara lain tinggi rendahnya kecemasanindividu. Kecemasan banyak mempengaruhi perfor-mance individu dalam bertindak dan berperilaku. Arndtet al (1985) dalam Rifa dan Gudono (1999)menggungkapkan hubungan antara sikap denganpenggunaan komputer, di mana subjek yang memilikisikap positif terhadap komputer lebih banyakmenggunakan daripada subjek yang bersifat pesimis.Sikap negatif terhadap komputer akan berdampaknegatif bagi perkembangan TI karena sumber dayapenggunanya akan menolak perkembangan TIsehingga berakibat negatif bagi suatu organisasi.

Computer anxiety didefinisikan sebagaikecenderungan seseorang menjadi susah, khawatir,atau ketakutan mengenai penggunaan komputer dimasa sekarang atau mendatang (Igbaria danParasuraman, 1989). Computer anxiety merupakansuatu fenomena anxiety yang terbentuk olehperkembangan teknologi informasi. Indikasi computeranxiety menurut Gantz (1986) dalam Wijaya (2003)berupa takut membuat kesalahan, suka atau tidak sukamempelajari komputer, merasa bodoh, merasadiperhatikan orang lain saat membuat kesalahan,merasa merugikan kerja, serta merasa bingung secaratotal. Computer anxiety berhubungan dengankemampuan diri. Tingkat computer anxiety yangrendah menyebabkan individu mempunyai keyakinankuat bahwa komputer bermanfaat baginya sehinggatimbul rasa senang bekerja dengan komputer. Sikapcomputer anxiety yang tinggi dikarenakan menurutkeyakinan teknologi komputer mendominasi ataumengendalikan kehidupan manusia (Indriantoro, 2000).Computer anxiety dapat disebabkan oleh beberapafaktor intern maupun ekstern. Menurut Lewin (1995)dalam Wijaya (2003) gejala yang menimbulkan com-puter anxiety pada individu disebabkan karena individutidak dapat mengenal dan menerima tingkatanperubahan dalam menanggapi perubahan teknologikomputer. Tingkatan perubahan yang dimaksud adalah(1) identifikasi untuk berubah; (2) tidak membekukanpesan lama; (3) belajar pesan yang baru; dan (4)mengulang pesan baru. Apabila individu tidak dapatmelewati beberapa tahap tersebut maka akan timbulgejala sifat kecemasan dan penolakan terhadap

Page 7: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

4

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 1-11

teknologi komputer. Menurut Bralove (1983) dalamWijaya (2003) gejala yang muncul pada computer anxi-ety disebabkan oleh persepsi individu yang kurangbaik. Dasar dari persepsi individu terganggu karena (1)perubahan status; (2) berkeras tidak ingin belajar halbaru; dan (3) ketidaknyamanan. Persepsi individu yangterganggu oleh hal tersebut akan membentuk individuuntuk melakukan pertahanan yang berlebihan sehinggatermanifestasi dalam perilaku computer anxiety.

Menurut Compeau dan Higgins (1995), keahlianmenggunakan komputer (computer self efficacy) atauCSE didefinisikan sebagai judgement kapabilitasseseorang untuk menggunakan komputer/sisteminformasi/teknologi informasi. Didasarkan pada teorikognitif sosial yang dikembangkan oleh Bandura (1986).Self efficacy dapat didefinisikan sebagai kepercayaanseseorang yang mempunyai kemampuan untukmelakukan perilaku tertentu. Bandura menyatakanbahwa self efficacy yang dirasakan seseorang,memainkan peran penting dalam mempengaruhimotivasi dan perilaku (Igbaria dan Livari 1995). Hal inibukan merupakan judgement pada masa lalu seseorangdalam menggunakan komputer, tetapi menyangkutjudgement yang akan dilakukan ada masa depan.

Compeau dan Higgins (1995) juga menjelaskanada tiga dimensi CSE, yaitu (1) magnitude; (2) strength;dan (3) generalibility. Dimensi magnitude mengacupada tingkat kapabilitas yang diharapkan dalampenggunaan komputer. Individu yang mempunyaimagtitude CSE yang tinggi diharapkan mampumenyelesaikan tugas-tugas komputasi yang lebihkompleks dibandingkan dengan individu yangmempunyai level magnitude CSE yang rendah karenakurangnya dukungan maupun bantuan. Dimensi inijuga menjelaskan, bahwa tingginya magnitude CSEseseorang dikaitkan dengan level yang dibutuhkanuntuk memahami suatu tugas. Pada individu yangmemiliki level magnitude CSE tinggi mampumenyelesaikan tugas-tugasnya dengan rendahnyadukungan dan bantuan dari orang lain, dibandingkandengan level magnitude CSE yang rendah. Padadimensi kedua yakni strength, ini mengacu pada levelkeyakinan tentang judgement atau kepercayaanindividu untuk mampu menyelesaikan tugas-tugaskomputasinya dengan baik. Dimensi terakhir adalahgenerazability yang mengacu pada tingkat judgementuser yang terbatas pada domain khusus aktifitas. Dalam

konteks komputer, domain ini mencerminkan perbedaankonfigurasi hardware dan software, sehingga individuyang mempunyai level generazability CSE yang tinggidiharapkan dapat secara kompeten menggunakanpaket-paket software dan sistem komputer yangberbeda. Sebaliknya tingkat generazability CSE yangrendah menunjukkan kemampuan individu dalammengakses paket-paket software dan sistem komputersecara terbatas. Berdasarkan penelitian Webster et al.dalam Compeau dan Higgins (1995) menemukan hasil,bahwa computer anxiety dalam proses pelatihan dapatdikurangi dengan mendorong user untuk berperilakuyang menyenangkan.

Locus of control merupakan keyakinan individubahwa individu bisa mempengaruhi kejadian-kejadianyang berkaitan dengan kehidupannya. Locus of con-trol terdiri dari dua bagian yaitu internal locus of con-trol dan exsternal locus of control. Internal locus ofcontrol adalah individu yang meyakini bahwa apa yangterjadi selalu berada dalam kontrolnya dan selalumengambil peran serta tanggung jawab dalam setiappengambilan keputusan. Mereka mengendalikan apayang terjadi pada diri mereka, kaum internal lebih aktifmencari informasi sebelum mengambil keputusan, lebihtermotivasi untuk berprestasi, dan melakukan upayayang lebih besar untuk mengendalikan lingkunganmereka Sedangkan exsternal locus of control adalahindividu yang meyakini bahwa kejadian dalam hidupnyaberada di luar kontrolnya, yang melihat bahwa apa yangterjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luarseperti misalnya kemujuran dan peluang (Rotter, 1996dalam Frucot dan Shearon 1991). Penelitian sebelumnyamenunjukkan bahwa internal-exsternal locus of con-trol mempengaruhi kinerja (Frucot & Shearon 1991).

Locus of control merupakan bagian dari sikapindividu dalam merespon sesuatu. Menurut Bandura(1986) kecemasan terbentuk dari respon individuterhadap suatu masalah atau penguasaan individuterhadap masalah yang dihadapi. Penelitian ini merujukpada pendapat Bandura (1986) dan Frucot & Shearon(1991) sebagai pengembangan riset sebelumnya denganmengadopsi variabel locus of control sebagai variabelyang memoderasi perilaku kecemasan pada individusebagai pengguna komputer. Penelitian inimenggunakan variabel locus of control sebagai variabelmoderasi dalam memperlemah atau memperkuatpengaruh computer anxiety terhadap Computer Self

Page 8: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

5

PENGARUH COMPUTER ANXIETY TERHADAP KEAHLIAN................... (Retno Setyomurni dan Tony Wijaya)

Efficacy novice accountant.Perilaku individu terhadap teknologi komputer

diproksikan dalam computer anxiety dan kinerjaindividu diproksikan dalam keahlian penggunaankomputer. Computer anxiety merupakankecenderungan seseorang menjadi susah, khawatir,atau ketakutan mengenai penggunaan komputer dimasa sekarang dan di masa yang akan datang (Rifadan Gudono, 1999). Keahlian komputer yang dimaksudadalah kemampuan pemakai dalam hal aplikasikomputer, sistem operasi komputer, penanganan filesdan perangkat keras, penyimpanan data, danpenggunaan tombol keyboard (Indriantoro, 2000).Semakin cemas individu terhadap teknologi komputerakan mengakibatkan penghindaran atau penolakkanindividu dalam mempelajari maupun menggunakankomputer.

Sikap positif seseorang untuk menerimakehadiran teknologi komputer karena dilandasi olehkeyakinan bahwa komputer dapat membantupekerjaannya sehingga timbul rasa suka pada komputer.Ketidaksukaan seseorang terhadap komputer dapatdisebabkan oleh ketakutan dan kekhawatiran yangbersangkutan terhadap teknologi komputer (Igbariadan Parasuraman, 1989). Heissen et al (1987) dalamRifa dan Gudono (1999) menemukan bahwa noviceaccountant perguruan tinggi yang memiliki computeranxiety yang lebih tinggi mempunyai kepercayaan diridan hasil kinerja yang lebih rendah dibandingkan nov-ice accountant yang memiliki computer anxiety yanglebih rendah. Berdasar penelitian tersebut dapatdiperoleh kekesimpulan terdapat hubungan yangnegatif antara computer anxiety dan kinerja dari user.Computer anxiety dapat disebabkan oleh beberapafaktor intern maupun ekstern. Menurut Lewin (1995)dalam Wijaya (2003) gejala yang menimbulkan com-puter anxiety pada individu disebabkan individu yangtidak dapat mengenal dan menerima tingkatanperubahan dalam menanggapi perubahan teknologikomputer. Tingkatan perubahan yang dimaksud adalah(1) identifikasi untuk berubah; (2) tidak membekukanpesan lama; (3) belajar pesan yang baru; dan (4)mengulang pesan baru. Apabila individu tidak dapatmelewati beberapa tahap tersebut maka akan timbulgejala sifat kecemasan dan penolakkan terhadapteknologi komputer. Bralove (1983) dalam Wijaya (2003)menjelaskan gejala yang muncul pada computer anxi-

ety disebabkan oleh persepsi individu yang kurangbaik. Dasar dari persepsi yang terganggu disebabkanoleh perubahan status, berkeras tidak ingin belajar halbaru, ada paksaaan untuk berubah, kerja yangberlebihan, dan ketidaknyamanan. Persepsi individuyang terganggu tersebut akan membentuk individuuntuk melakukan pertahanan yang berlebihansehinggga termanifestasi dalam perilaku computer anxi-ety. Pembentukan persepsi individu didasari oleh carapandang individu terhadap suatu keadaan yang disebutlocus of control. Apabila internal locus of controlberperan dalam diri individu, kecemasan yang dialamidapat diminimalisasi namun apabila yang berperanadalah eksternal locus of control yang berperan makakecemasan akan meningkat.

Penggunaan teknologi komputer selain duniabisnis juga berkembang dalam dunia pendidikan.Komputer digunakan sebagai media informasi dansarana belajar mengajar bagi novice accountant.Perkembangan teknologi komputer harus dikuasaipendidik meliputi keahlian menggunakan komputersehingga menghasilkan produk pendidikan yangmampu survive dalam dunia kerja.

Beberapa temuan menunjukkan bahwa adanyapengaruh jenis kelamin pada sikap terhadap komputer.Menurut Matindas (1996) dalam Trisanti (1999), wanitacenderung lebih cemas dalam bekerja karena takut akanpenilaian orang lain. Kecenderungan wanita untukmenjadi cemas dengan keterbatasan kemampuan yangdimiliki oleh Horner (1974) dalam Trisanti (1999) disebutdengan istilah fear of success. Harrison dan Rainer(1992) dalam Rifa dan Gudono (1999) menemukan bahwapersonil End User Computing pria mempunyai keahliankomputer yang lebih tinggi dari pada wanita, sedangkankeahlian komputer berasosiasi negatif dengan sikapindividu (computer anxiety) sehingga ada kemungkinancomputer anxiety pada wanita lebih tinggidibandingkan pria. Di samping itu, terdapat beberapahasil penelitian yang mengatakan bahwa adanyasejumlah gangguan kesehatan sehubungan denganpenggunaan komputer pada wanita. Wanita hamil yangmenghabiskan waktu selama 22 jam atau lebihperminggu untuk bekerja pada VDTs (Video DisplayTerminals) akan menderita keguguran dua kali lebihtinggi dibandingkan wanita yang tidak bekerja padaVDTs selama tiga bulan pertama masa kehamilan. Gutekdan Bikson (1985) dalam Wijaya (2003) menemukan

Page 9: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

6

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 1-11

bahwa pria cenderung memiliki keahlian komputer yanglebih baik daripada wanita dalam pekerjaannya.

Berdasar uraian tersebut dapat dibuat simpulansementara bahwa wanita memiliki keahlian komputeryang berbeda dibandingkan pria sehingga computeranxiety yang ada pada pria berbeda dengan wanita.Penelitian ini memperluas penelitian yang telahdilakukan oleh Indriantoro (2000), Wijaya (2003, 2005),Rustiana (2005) dengan subjek penelitian novice ac-countant serta menggunakan variabel locus of controlsebagai moderating variable. Hipotesis yang diajukandalam penelitian ini adalah:H1: Terdapat perbedaan pengaruh computer anxiety

terhadap Computer Self Efficacy novice accoun-tant pria dan wanita.

H2: Locus of control memoderasi pengaruh computeranxiety terhadap keahlian novice accountantdalam menggunakan komputer.

HASIL PENELITIAN

Populasi penelitian ini menggunakan setting noviceaccountant di perguruan tinggi STIE YKPN Yogyakartadengan dasar bahwa novice accountant perguruantinggi dituntut memiliki keahlian menggunakankomputer sebagai sarana alat bantu di dunia kerja.Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian mahasiswaakuntansi STIE YKPN yang telah mengambil praktikumakuntansi. Metoda pengambilan sampel dalampenelitian ini adalah metoda non probability denganpurposive sampling dengan kriteria novice accoun-tant di atas semester 3 dengan pertimbangan noviceaccountant dengan kriteria tersebut telah mengambilpraktikum akuntansi dasar.

Penelitian ini menggunakan data primer yangdikumpulkan menggunakan kuesioner mengenai com-puter anxiety dan keahlian penggunaan komputer.Pengukuran computer anxiety menggunakan CARS(Computer Anxiety Rating Scale) yang dikembangkanoleh Heinssen et al. (1987) yang terdiri dari 19 item.Keahlian komputer responden diukur dengan CSE(Computer Self-Efficacy Scale) yang dikembangkanoleh Compeau dan Higgins (1995) yang terdiri dari 10item. Pertanyaan tentang locus of control diukurdengan skala Rotter yang dikembangkan oleh Spector(1988) dalam Donnelly et al (2003) yang terdiri dari 16item, 8 item untuk mengukur internal locus of control, 8

item untuk mengukur eksternal locus of control. Jeniskelamin diukur dengan item tunggal. Untukmengindikasikan tingkat untuk CSE, locus of controldan CARS adalah 5 point skala Likert, yaitu: skor 1 =sangat tidak setuju; skor 2 = tidak setuju; skor 3 =ragu-ragu; skor 4 = setuju; dan skor 5 = sangat setuju.Analisis data penelitian menggunakan metodastatistika. Seluruh perhitungan statistik dilakukandengan menggunakan bantuan program statistik SPSSversi 11. Alat analisis yang digunakan adalah Moder-ated Regression Analysis (MRA).

Kuesioner yang didistribusikan sebanyak 150buah. Kuesioner ini disebarkan kepada mahasiswaakuntansi YKPN secara langsung yang ditemui olehpeneliti. Kuesioner yang kembali sebesar 137 kuesioner(response rate 91,3%). Tingkat pengembaliankuesioner sebagai berikut:

Tabel 1Tingkat Pengembalian Kuesioner

Sumber: Data Primer, 2006.

Responden dalam penelitian ini dapatdikategorikan dalam beberapa karakteristik responden,yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia responden, se-mester, dan IPK terakhir. Uraian berikut ini merupakanpenjelasan karakteristik demografis responden dalampenelitian ini.

Tabel 2Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin

Sumber: Data Primer, 2006.

Keterangan Jumlah Kuesioner yang disebar 150 Kuesioner yang kembali 137 Response rate 91,3% Kuesioner yang tidak kembali 13 Kuesioner yang tidak lengkap - Total kuesioner yang dianalisis 137

Jenis Kelamin Jumlah Persentase Pria 66 48,20%

Wanita 71 51,80% Total 137 100%

Page 10: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

7

PENGARUH COMPUTER ANXIETY TERHADAP KEAHLIAN................... (Retno Setyomurni dan Tony Wijaya)

Tabel 3Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Sumber: Data Primer, 2006.

Tabel 4Karakteristik Responden Berdasarkan Semester

Kuliah

Sumber: Data Primer, 2006.

Tabel 5Karakteristik Responden Berdasarkan IPK

Terakhir

Sumber: Data Primer, 2006.

Sebelum dianalisis menggunakan MRA, dataterlebih dahulu dianalisis mengunakan uji validitas danreliabilitas untuk mengetahui akurasi dan konsistensidata yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen.Untuk uji validitas menggunakan analisis faktor, sebuahfaktor dikatakan valid apabila memiliki factor loadingberada pada kisaran 0,40 ke atas (Chia, 1995) dalamRustiana (2000). Sedangkan untuk menguji reliabilitasmenggunakan Cronbach alpha, sebuah faktordinyatakan reliabel jika koefisien Alpha lebih besar dari0,7 (Sekaran, 1992). Hasil uji validitas dan reliabilitasmenunjukkan bahwa skala pengukuran yang dipakaivalid dan reliable seperti yang terlihat dalam Tabel 6berikut ini:

Usia (tahun) Jumlah Persentase ≤20 34 24,80 % 21 64 46,70 % 22 31 22,60 % 23 5 3,60 %

> 24 3 2,20 %

Total 137 100 %

Semester Kuliah Jumlah Persentase ≤ 3 8 5,80 % 4 26 19,00 % 5 51 37,20 % 6 44 32,20 % ≥ 7 8 5,80 %

Total 137 100 %

IPK Jumlah Persentase < 2,00 4 2,90 %

2,00-2,50 32 23,40 % 2,51-3,00 33 24,00 % 3,01-3,50 59 43,10 %

>3,50 9 6,60 % Total 137 100 %

Variabel Factor Loading Alpha Cronbach Alpha Computer anxiety 0,640 – 0,866 0,8972 0,7 Computer Self Efficacy 0,555 – 0,767 0,8407 0,7 Locus of control 0,472 – 0,872 0,8358 0,7

Tabel 6Validitas dan Reliabilitas

Sumber: Data Primer, diolah, 2006.

Hasil analisis perbedaan pengaruh computer anxietyterhadap keahlian Novice Accountant Pria dan Wanitadalam menggunakan komputer ditunjukkan pada Tabel7 berikut ini:

Page 11: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

8

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 1-11

Tabel 7 menunjukkan hasil analisis denganmenggunakan Moderated Regression Analysis padatingkat signifikansi p d” 0,05. Hasil analisis padapersamaan 1 menunjukkan bahwa nilai koefisien b1sebesar –0,557 pada tingkat signifikansi p < 0,05, nilaiR2 yang diperoleh sebesar 0,379 dengan nilai F sebesar82,501 signifikan pada p = 0,000. Berdasar hasil analisistersebut menunjukkan bahwa computer anxietymempunyai hubungan yang negatif dan signifikandengan keahlian menggunakan komputer dengankoefisien determinasi (R2) sebesar 0,379. Nilai R2

menunjukkan bahwa variasi perubahan CSE mahasiswadapat dijelaskan oleh variasi perubahan computer anxi-ety sebesar 37,9%. Pada persamaan kedua, setelahpersamaan pertama ditambah dengan variabel jeniskelamin sebagai variabel independen, koefisiendeterminasinya berubah, yaitu sebesar 0,390 atau39,0%. Ini menunjukkan bahwa variabel jenis kelaminmempengaruhi keahlian menggunakan komputerdengan variasi perubahannya sebesar 1,1% (39%-37,9%).

Persamaan ketiga merupakan perumusaninteraksi antara computer anxiety dengan jenis kelamin.

Interaksi ini menunjukkan koefisien positif untukinteraksi computer anxiety dengan jenis kelamin (b3)sebesar 0,346. Koefisien determinasi persamaan ke tigajuga meningkat menjadi 0,401. Hal ini berarti bahwavariabel jenis kelamin merupakan variabel quasi mod-erator yang mempengaruhi hubungan antara computeranxiety dengan keahlian menggunakan komputer. Halini disebabkan karena sebagai variabel moderatormaupun sebagai variabel independen, jenis kelaminsecara signifikan mempengaruhi variabel dependen.Dengan demikian jenis kelamin merupakan variabelmoderator pada hubungan antara computer anxietydengan keahlian menggunakan komputer yang berartiterdapat perbedaan pengaruh computer anxietyterhadap Computer Self-efficacy novice accountantpria dan wanita. Analisis pengaruh computer anxietyterhadap keahlian novice accountant dalammenggunakan komputer yang dimoderasi locus of con-trol dengan menggunakan MRA pada tingkatsignifikansi p d” 0,05 ditunjukkan pada Tabel 8 berikutini:

Tabel 7Hasil Analisis dengan MRA

No. Persamaan Regresi Nilai F (Sig) R2 1

2

3

Y = 1,727 - 0,557 X1 Y = 1,622 - 0,567 X1 + 0,247 X2 Y = 1,394 - 0,593 X1 + 0,102 X2 + 0,346 X1* X2 (0,011) (0,012)

82,501

42,918

29,730

0,379

0,390

0,401

Sumber: Data Primer, diolah, 2006.

Tabel 8Hasil Analisis dengan MRA

No. Persamaan Regresi Nilai F (Sig) R2 1

2

3

Y = 1,727 - 0,557 X1 Y = 0,524 - 0,335 X1 + 0,520 X2 Y = 6,237 - 0,991 X1 + 0,869 X2 + 0,321 X1* X2 (0,010) (0,017) (0,028)

82,501

73,827

52,288

0,379

0,524

0,541

Sumber: Data Primer, diolah, 2006.

Page 12: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

9

PENGARUH COMPUTER ANXIETY TERHADAP KEAHLIAN................... (Retno Setyomurni dan Tony Wijaya)

PEMBAHASAN

Hasil analisis pada persamaan 1 menunjukkan bahwanilai koefisien b1 sebesar -0,557 pada tingkatsignifikansi p < 0,05, nilai R2 yang diperoleh sebesar0,379 dengan nilai F sebesar 82,501 signifikan pada p =0,000. Berdasar hasil analisis tersebut terlihat bahwacomputer anxiety mempunyai hubungan yang negatifdan signifikan dengan keahlian menggunakan komputerdengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,379. NilaiR2 ini menunjukkan bahwa variasi perubahan CSEmahasiswa dapat dijelaskan oleh variasi perubahancomputer anxiety sebesar 37,9%.

Pada persamaan kedua, setelah persamaanpertama ditambah dengan variabel locus of controlsebagai variabel independen, koefisien determinasinyaberubah, yaitu sebesar 0,524 atau 52,4%. Inimenunjukkan bahwa variabel locus of controlmempengaruhi keahlian menggunakan komputerdengan variasi perubahannya sebesar 14,5% (52,4%-37,9%). Persamaan ketiga merupakan perumusaninteraksi antara computer anxiety dengan locus of con-trol. Interaksi ini menunjukkan koefisien positif untukinteraksi computer anxiety dengan locus of control(b3) sebesar 0,321. Koefisien determinasi persamaanketiga juga meningkat menjadi 0,541. Hal ini berartibahwa variabel locus of control merupakan variabelquasi moderator yang mempengaruhi hubungan antaracomputer anxiety dengan keahlian menggunakankomputer. Karena baik sebagai variabel moderatormaupun sebagai variabel independen, locus of controlsecara signifikan mempengaruhi variabel dependen.Hasil tersebut menunjukkan bahwa locus of controlmemainkan peran penting dalam hubungan computeranxiety dan keahlian menggunakan komputer, sehinggahubungan antara computer anxiety dan keahlianmenggunakan komputer akan berbeda tergantungkepada tingkat locus of control.

SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

Simpulan

Berdasar hasil analisis data dapat disimpulkan bahwaada perbedaan pengaruh computer anxiety terhadapComputer Self Efficacy novice accountant pria danwanita. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan

terdapat perbedaan pengaruh computer anxietyterhadap Computer Self Efficacy novice accountantpria dan wanita diterima. Hal ini disebabkan perbedaantingkat kecemasan antara novice accountant pria danwanita. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa Locusof control merupakan variabel moderator pengaruhcomputer anxiety terhadap keahlian novice accoun-tant dalam menggunakan komputer. Dengan demikian,hipotesis yang menyatakan locus of controlmemoderasi pengaruh computer anxiety terhadapkeahlian novice accountant dalam menggunakankomputer diterima. Hasil ini didasarkan kontrol diridalam diri individu mempengaruhi tingkat kecemasannovice accountant, apabila tingkat kontrol dirinyatinggi maka kecemasannya dapat ditekan sehinggakeahlian menggunakan komputer dapat ditingkatkan.

Keterbatasan

Penelitian ini tidak lepas dari beberapa keterbatasandan kelemahan. Adapun keterbatasan dalam penelitianini berupa persepsi responden tergantung padapemahaman butir pertanyaan yang tercantum dalamkuesioner sehingga kemungkinan terjadi perbedaanpersepsi responden dengan pengukuran yang bersifatself reported sehingga kemungkinan terjadi liniencybias. Selain itu, ada aspek lain yang mempengaruhisikap dan perilaku secara eksternal seperti lingkungandan budaya. Sedangkan kelemahan dari penelitian iniyaitu penelitian ini hanya dilakukan survei melaluikuesioner tanpa dilengkapi dengan metodapengumpulan data lainnya untuk keakuratan data yangditeliti seperti wawancara. Pengukuran keahliankomputer yang dilakukan sendiri oleh peneliti mungkinberbeda dengan yang dilakukan sendiri olehresponden.

Implikasi dari penelitian ini ada dua yaitu secarateoritis dan secara praktis. Secara teoritis, hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa variabel computeranxiety merupakan variabel prediktor yangmempengaruhi Computer Self Efficacy (CSE) yangdimoderasi oleh variabel locus of control. Sedangkanimplikasi secara praktis, perusahaan dalam prosesseleksi tenaga kerja harus memilih calon tenaga atauakuntan yang memiliki internal locus of controlsehingga diharapkan akan memiliki CSE yang tinggi.Dengan CSE yang tinggi diharapkan akuntan tersebut

Page 13: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

10

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 1-11

akan mampu eksis dalam pekerjaannya.

Saran

Peneliti memberikan saran agar dikembangkan metodapengajaran program-program akuntansi sehingga nov-ice accountant terbiasa dengan program-programakuntansi dan pemahaman manfaat komputer akuntansibagi mahasiswa agar timbul optimisme dalam dirimahasiswa yang berdampak pada CSE mereka, untukpenelitian selanjutnya penulis memberi saran untukmengembangkan perspektif yang diteliti lebih luas lagimisalnya faktor-faktor lain yang mempengaruhi keahliannovice accountant dalam menggunakan komputerseperti tingkat penerimaan teknologi (technology ac-ceptance).

DAFTAR PUSTAKA

Arndt, S., Clevenger, & Mieskey (1985). Student’s atti-tudes toward the computer. Computers and theSocial Sciences, 1(3), 181-190

Bandura, A. (1986), Social foundation of thought andaction, Prentice Hall, Englewood Clift,NJ.

Bralove, M. (1983), Computer anxiety hits middle man-agement. Wall Street Journal, March 7, 22.

Campeau, Deborah & Hinggis (1995). Computer SelfEfficacy: development of measure and initialtest. MIS Quartely. Vol. 19 No.12.

Chia, Y. M. (1995). “Decentralization, ManagementAccounting System Information Characteristic,and Their Interaction Effects on ManagerialPerformance: A Singapura Stady”. Journal ofBussiness Finance and Accounting: pp. 811-830

Donnelly, D.P., Quirin, J,J., & Bryan, D.O (2003). Audi-tor Acceptance of Dysfunctional Audit Behav-ior: An Explanatory Model Using Auditors’ Per-sonal Characteristics. Behavioral Research InAccounting. Vol. 15.

Fazli, S. (1999). Dampak kompleksitas teknologiinformasi bagi strategi dan kelangsunganbisnis, Jurnal Akuntansi & Auditing Indone-sia, Vol. 3, No. 1, Juni.

Frucot, & Shearon. (1991). Budgetary participation,Locus of control, and mexican managerial per-formance and job satisfaction, The AccountingReview.

Gantz, John. (1986).”Take a Bite Out of Crime on theWeb.” Computerworld. February 19,

Gutek, B. A., & Bikson, T. K. (1985). Differential experi-ences of men and women in computerized of-fices. Sex Roles, 13, 123-136.

Harrison, Lew A. and Rainer, K. (1992). The influenceof individual differences on skill in end-usercomputing. Journal of Management InformationSystems, 9, 93-111.

Hartwick, J. & Barki, H., (1994), “Explaining the Role ofUser Participation in Information System Use”,Management Science.

Heinssen, R. K., Jr., Glass, C. R., & Knight, L. A. (1987).Assessing computer anxiety: Development andvalidation of the computer anxiety rating scale.Computers in Human Behavior, 3, 49-59.

Horner Althea J. (1974). Oscillatory Patterns of ObjectRelations and the Borderline Patient. Interna-tional Review of Psycho-Analysis, 3, 479-482

Igbaria, M., dan J. Livari (1995), “The Effect of SelfEfficacy on Computer Usage”, Omega, Vol. 23,No. 6.

Igbaria & Parasuraman (1989). Influence of demo-graphic factor and personality to end user com-puting in microcomputer, Jurnal of AccountingResearch.

Indriantoro, Nur., (1993), “The Effect of ParticipativeBudgeting on Job Performance and Job Satis-faction with Locus of Control and CulturalDimension as Moderating Variable,” Univer-

Page 14: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

11

PENGARUH COMPUTER ANXIETY TERHADAP KEAHLIAN................... (Retno Setyomurni dan Tony Wijaya)

sity of Kentucky, Dissertation.

Indriantoro, Nur (2000). “Pengaruh komputer anxietyterhadap keahlian dosen dalam penggunaankomputer” Jurnal Akuntansi dan Auditing In-donesia Vol. 4 No. 2 Desember.

Kussardoyo, GM Kusumo (2000). “Hubungan tarafkecemasan dengan kepemimpinan pada tarunaakademi TNI angkatan laut tingkat II dan II diSurabaya”, Skripsi, Fakultas Psikologi UGM,Yogyakarta. (tidak dipublikasikan).

Lewin, D. (1995). Preventive medicine at work. NationsBusiness, 83, 33.

Mariani, Merlin (2004). “ Persepsi PerusahaanPerbankan di Palembang Terhadap UrgensiKomputerisasi Akuntansi” Jurnal Keuangandan Bisnis, Vol. 2 No. 1, Maret 2004.

Matindas, D. (1996). Psikologi: Kecemasan di DepanUmum.http://www.Kompas.com

Nelson.,J. (1990). Personality and Organization. Jour-nal of Information Technology, 2, 2

Rifa, Dandes dan Gudono, M (1999). “Pengaruh FaktorDemografi dan Personality terhadap keahliandalam End User Computing” Jurnal RisetAkuntansi Indonesia, Vol. 2 No. 1 Januari 1999.

Rotter, J.B., (1966). Generalized Expectancies for Inter-nal versus External Control of Reinforcement,Psychology Monographs (80) 1

Rustiana. (2004). “Computer Self Efficacy (CSE)Mahasiswa Akuntansi dalam PenggunaanTeknologi Informasi: Tinjauan Perspektif Gen-der”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 17, No.1, Maret 2004.

Rustiana. (2005). “Studi Computer Self Efficacy dalamera digitalisasi: komparasi antara novice accoun-tant dan akuntan pendidik,” Jurnal Ekonomidan Bisnis. Vol. 17 No. 1 Maret.

Sekaran, Uma, (1992), “Research Methods for Business:A Skill Building Approach”, second edition,

John Willey & Sons, Inc., New York.

Stone, N., V.Arunachalam and John S. Chandler (1996),“Crosscultural Comparisons: An Empirical In-vestigation of Knowledge, Skill, Self Efficacyand Computer Anxiety in Accounting Educa-tion”, Issues in Accounting Education. Vol. 11,No. 2.

Thibodeau, Jay., C. U Gelinas., ZE Levi (2001),”Effec-tively integrating information technology in tothe audit course”, The Auditor Report, Vol. 25No. 1.

Trisanti, Wulandari Harya, (1999),”Konsep diri danketakutan akan sukses pada wanita karier”,Skripsi, Fakultas psikologi UGM, Yogyakarta.(tidak dipublikasikan).

Venkatesha, V (1999),”Creation of Favorable User Per-ceptions: Exploring the Role of Intrinsic Moti-vation.” MIS Quartely, Vol. 23.

Venkatesha, V & Davis (2000),”The Theoritical Exten-sion of The Technology Acceptance Model:Four Longitudinal field studies.” MIS Quartely,Vol. 25.

Webster, J. and Martocchio, J.J. (1992) Microcomputerplayfulness: Development of a Measure withworkplace implications. MIS Quarterly, 16 (2),201-226.

Wijaya, Tony, (2003),”Pengaruh komputer anxietyterhadap keahlian dosen dalam penggunaankomputer : perspektif gender”, Skripsi, FakultasEkonomi UAJY, Yogyakarta. (tidakdipublikasikan).

Wijaya, Tony, (2005),”Pengaruh komputer anxietyterhadap keahlian penggunaan komputer,”Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. Vol.6 No. 1.

Wijaya, Petra Surya Mega (2005),”Pengujian ModelPenerimaan Teknologi Internet PadaMahasiswa.” Jurnal Riset Akuntansi danKeuangan, Vol. 1 No.1.

Page 15: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

12

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 1-11

Page 16: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

13

PENGARUH TRANSPARANSI TERHADAP NILAI PERUSAHAAN:.............(Dody Hapsoro)Vol. 20, No. 1, April 2009Hal. 13-24

ABSTRACT

The objective of this study is to investigate the effectof company’s transparency on the company value. Thecompany’s transparency consists of two variables,which are the level of voluntary disclosures and thelevel of non-compliance mandatory disclosures. Thecompany value is measured based on the Tobin’s Q. Inthis study, have been developed two hypotheses. Allhypotheses are developed based on the relationshipbetween of two constructs, which are the company’stransparency and the company value. This study usesthe sample of 284 company listed at the Jakarta StockExchange and the Surabaya Stock Exchange in 2003.The hypotheses are tested by using ordinary leastsquares regressions. The results of this study are asfollows: (1) the effect of non-compliance mandatorydisclosures on company value is negative and statisti-cally significant and (2) the effect of voluntary disclo-sures on company value is positive and statisticallysignificant.

Keywords: the company’s transparency (the levelof non-compliance mandatory disclosures and the levelof voluntary disclosures) and the company value(Tobin’s Q).

PENDAHULUAN

Perusahaan menggunakan laporan tahunan sebagaimedia untuk berhubungan dengan stakeholders dan

PENGARUH TRANSPARANSI TERHADAP NILAIPERUSAHAAN: STUDI EMPIRIS DI PASAR MODAL

INDONESIA

Dody HapsoroSekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta

Jalan Seturan Yogyakarta 55281Telepon +62 274 486160, 486321, Fax. +62 274 486155

E-mail: [email protected]

Tahun 1990

ISSN: 0853-1259

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

terutama adalah stockholders. Laporan tahunan terdiriatas laporan manajemen, ikhtisar data keuanganpenting, analisis dan pembahasan umum olehmanajemen, serta laporan keuangan yang telah diaudit.Laporan keuangan utama perusahaan terdiri atas neraca(balance sheet), laporan laba/rugi (statements of earn-ings), laporan perubahan ekuitas (statements of changesin equity), dan laporan aliran kas (statements of cashflows). Selain itu, dalam laporan tahunan yangditerbitkan oleh perusahaan juga terdapat catatan ataslaporan keuangan yang merupakan bagian tidakterpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhandan beberapa jenis informasi lain yang dianggappenting oleh manajemen untuk dipublikasikan.

Informasi yang diungkapkan dalam laporantahunan dapat dikelompokkan menjadi pengungkapaninformasi wajib (mandatory disclosure) danpengungkapan informasi sukarela (voluntary disclo-sure). Pengungkapan informasi wajib merupakanpengungkapan informasi yang diharuskan olehperaturan yang berlaku. Sedangkan pengungkapaninformasi sukarela merupakan pilihan bebas manajemenuntuk memberi informasi akuntansi dan informasilainnya yang dipandang relevan untuk pembuatankeputusan oleh para pemakai laporan tahunan (Meek,Roberts, dan Gray, 1995).

Informasi yang diungkapkan oleh perusahaansangat dibutuhkan oleh investor, pemerintah, pengamat,kalangan peneliti, dan akademisi serta pihak-pihak lainyang berkepentingan. Semakin banyak informasi yangdiungkapkan oleh perusahaan akan memudahkan bagiinvestor dan stakeholders untuk menilai kinerja,

Page 17: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

14

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 13-24

kondisi, prospek, dan risiko yang dihadapi perusahaan.Investor memberi nilai lebih tinggi kepada perusahaanyang mengungkapkan lebih banyak informasi daripadaperusahaan yang mengungkapkan sedikit informasi.

Hasil penelitian Mangeswuri (2005)menunjukkan bahwa banyaknya informasi yangdiungkapkan oleh perusahaan memiliki pengaruhterhadap nilai perusahaan. Dalam penelitian tersebut,pengungkapan informasi hanya diproksikan denganpengungkapan informasi sukarela dan dimoderasi olehstruktur kepemilikan. Selain itu, dalam penelitiantersebut juga hanya dilakukan secara khusus terhadapsejumlah sampel perusahaan manufaktur yang terdaftardi Bursa Efek Jakarta. Dengan kata lain, penelitian yangdilakukan Mangeswuri hanya terbatas padapengungkapan informasi sukarela dan sampelnyahanya terbatas pada perusahaan manufaktur yangterdaftar di Bursa Efek Jakarta.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarikuntuk mengetahui tidak hanya tentang pengaruhpengungkapan informasi sukarela, tetapi juga tentangpengaruh ketidaktaatan pengungkapan informasi wajibterhadap nilai perusahaan. Selain itu, dalam penelitianini sampel penelitian juga akan diperluas tidak hanyaterhadap sampel perusahaan manufaktur yang terdaftardi Bursa di Bursa Efek Jakarta tetapi juga terhadap semuajenis industri perusahaan baik yang terdaftar di BursaEfek Jakarta maupun Bursa Efek Surabaya.

Penelitian tentang pengaruh pengungkapaninformasi terhadap nilai perusahaan belum banyakdilakukan di Indonesia. Salah satu di antaranya adalahyang dilakukan oleh Mangeswuri (2005). Padapenelitian tersebut, peneliti menguji tentang pengaruhpengungkapan informasi sukarela yang dimoderasioleh struktur kepemilikan institusional dan non-institusional terhadap nilai perusahaan. Dalampenelitian tersebut variabel tingkat pengungkapaninformasi sukarela digunakan sebagai variabelindependen untuk diuji pengaruhnya terhadap variabeldependen, yaitu nilai perusahaan. Sedangkanpenelitian yang menggunakan variabel ketidaktaatanpengungkapan informasi wajib sebagai variabelindependen untuk diuji pengaruhnya terhadap nilaiperusahaan belum pernah dilakukan oleh para penelitisebelumnya. Oleh karena itu, penelitian ini inginmemperluas penelitian sebelumnya denganmenambahkan variabel ketidaktaatan pengungkapan

informasi wajib sebagai variabel independen yang akandiuji pengaruhnya terhadap nilai perusahaan. Tujuanpenelitian ini adalah untuk menguji pengaruhketidaktaatan pengungkapan informasi wajib terhadapnilai perusahaan dan menguji pengaruh pengungkapaninformasi sukarela terhadap nilai perusahaan.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Kualitas pengungkapan dalam laporan keuangantahunan perusahaan dikenal dengan beberapa konsep,antara lain kecukupan (adequacy) (Buzby, 1975),kelengkapan (comprehensiveness) (Barret, 1976 dalamSusanto, 1994), informatif (informativeness) (Alford etal., 1993) dan ketepatan waktu (time lines) (Courtis,1976 dalam Susanto, 1994). Indikator empiris kualitaspengungkapan yang digunakan dalam penelitiantersebut berupa indeks pengungkapan informasi (dis-closure index) yang merupakan rasio antara jumlahelemen (item) informasi yang dipenuhi dengan jumlahelemen informasi yang mungkin dapat dipenuhi.Semakin tinggi angka indeks pengungkapan informasi,maka semakin tinggi pula kualitas pengungkapaninformasi.

Pengungkapan informasi terbagi kedalam duamacam, yaitu pengungkapan informasi wajib (manda-tory disclosure) dan pengungkapan informasi sukarela(voluntary disclosure). Pengungkapan informasi wajibadalah pengungkapan informasi yang harusdisampaikan perusahaan dalam laporan keuangantahunan, karena telah diatur oleh peraturan tertentu.Sedangkan pengungkapan informasi sukarela adalahpengungkapan informasi yang disampaikan olehperusahaan dalam laporan tahunan yang tidak diaturatau diwajibkan oleh peraturan tertentu. Jenis maupunjumlah item informasi yang diungkapkan dalampengungkapan informasi wajib tidak boleh kurang dariyang telah diatur dalam peraturan yang ditetapkan.Sebaliknya, jenis dan jumlah informasi yangdiungkapkan dalam pengungkapan informasi sukarelatidak dibatasi oleh peraturan, tetapi lebih merupakanpilihan bebas yang ditentukan oleh manajemen.

Konsep corporate governance memberirerangka untuk mendefinisi tujuan perusahaan danbagaimana untuk mencapainya serta bagaimanamengendalikan kinerjanya. Good corporate gover-nance harus cukup menstimulasi dewan komisaris dan

Page 18: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

15

PENGARUH TRANSPARANSI TERHADAP NILAI PERUSAHAAN:.............(Dody Hapsoro)

manajemen tingkat atas untuk mencapai tujuannya yangmerupakan kepentingan perusahaan dan pemegangsahamnya serta untuk memfasilitasi pelaksanaanpengendalian yang efisien dan selanjutnya mendorongpengutamaan komitmen etis yang dibuat untuk seluruhpemegang saham dan stakeholders lain dalam rangkameningkatkan nilai perusahaan (Mendes and Alves,2004). Berdasarkan penelitian Theresia (2005), sepertiyang dikutip oleh Mangeswuri (2005), dinyatakanbahwa terdapat hubungan antara good corporate gov-ernance yang diwakili oleh proksi disclosure laporankeuangan dengan kinerja perusahaan. Manajemendapat meningkatkan nilai perusahaan melaluipengungkapan informasi kepada publik. Teori corpo-rate finance memprediksi bahwa pemegang sahammendorong optimalisasi kebijakan pengungkapan, cor-porate governance, dan insentif manajemen untukmemaksimalkan nilai perusahaan. Hal ini melibatkanpilihan untuk melakukan trade off pengurangankomponen asimetri informasi dari cost of capital yangberasal dari peningkatan kualitas pengungkapaninformasi terhadap kos insentif yang diturunkan (Core,2000).

Salah satu teknik untuk mengukur nilaiperusahaan adalah dengan Tobin’s Q. Nilai Tobin’s Qmembandingkan antara nilai perusahaan yangdipersepsi oleh pasar dengan nilai aset yang dimilikiperusahaan. Sebagai variabel dependen, Tobin’s Qmemverifikasi tentang keberadaan hubungan kausalitasantara nilai pasar perusahaan dengan sejumlah variabellain (Mendes and Alves, 2004). Nilai Tobin’s Q diperolehdengan cara membagi nilai pasar (market value)perusahaan dengan nilai pengganti asetnya (replace-ment value). Indikator ini mengungkapkan nilai tambahpotensial perusahaan yang dipersepsi oleh pasarsebagai refleksi kinerjanya.

Apabila nilai Tobin’s Q lebih besar daripada 1,0,maka hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaanmemiliki nilai pasar yang melebihi harga penggantian(price replacement) asetnya. Selain itu, nilai Tobin’s Qyang lebih besar dari 1,0 juga menunjukkan bahwa nilaipasar perusahaan merefleksikan aset perusahaan yangbelum diukur atau belum dicatat perusahaan. Kondisiini merupakan indikasi bahwa perusahaan memilikipeluang untuk menambah investasi modal, karena pasarbersedia untuk membayar lebih dari nilai aset yangtercatat. Hal ini akan menjadi nilai tambah

konsekuensional bagi pemegang saham yangdihasilkan dari kemampuan investasi untuk membayarmodal pemilik (owners’ capital) (Mendes and Alves,2004).

Nilai Tobin’s Q sebesar 1,0 menunjukkan bahwanilai pasar perusahaan hanya dicerminkan oleh asetperusahaan saja. Nilai Tobin’s Q yang lebih rendahdari 1,0, menunjukkan bahwa nilai pasar perusahaanberada di bawah nilai aset yang dicatat. MenurutMendes and Alves (2004), apabila nilai Tobin’s Q kurangdari 1,0, maka hal tersebut menunjukkan bahwainvestasi telah kehilangan nilainya karenaketidakmampuan manajemen untuk membayar modalpemilik (owners’ capital) dengan rasio yang lebih besardaripada rasio minimum daya tarik bisnis.

Besar kecilnya nilai Tobin’s Q dapat disebabkanoleh berbagai faktor. Salah satunya adalah pandanganinvestor dan analis mengenai prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Apabila investor dan analismemandang bahwa perusahaan memiliki prospek yangbagus di masa yang akan datang, maka nilai pasarperusahaan bisa menjadi lebih besar daripada nilaiasetnya. Hal ini disebabkan adanya harapan bahwaperusahaan akan mendapatkan keuntungan yang lebihbaik di masa yang akan datang.

Susanto (1992) melakukan penelitian untukmenguji luas pengungkapan informasi sukarela dalamlaporan tahunan pada perusahaan-perusahaan publikdi Indonesia. Peneliti menggunakan tingkat keluasanpengungkapan informasi sukarela sebagai variabeldependen. Sedangkan variabel independennya adalahbasis perusahaan (PMA atau PMDN), waktu terdaftar(sebelum PAKDES 1987 atau sesudahnya), derajatpembatasan kepemilikan saham oleh investor asing,tingkat kepemilikan oleh publik, size perusahaan, rateof return, auditor perusahaan, dan leverage. Sampelyang digunakan terdiri atas 98 perusahaan yangterdaftar di BEJ. Hasil penelitian tersebut menunjukkanbahwa basis perusahaan, waktu terdaftar, dan sizeperusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadaptingkat keluasan pengungkapan informasi sukarela.

Penelitian Suripto (1998) menguji pengaruhkarakteristik perusahaan terhadap luas pengungkapansukarela dalam laporan tahunan. Penelitian tersebutmenggunakan size perusahaan, leverage, likuiditas,basis perusahaan (PMA atau PMDN), waktu terdaftar(sebelum PAKDES 1987 atau sesudahnya), penerbitan

Page 19: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

16

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 13-24

sekuritas di tahun berikutnya, dan kelompok industri(manufaktur atau non manufaktur) sebagai variabelindependen. Hasil penelitian tersebut menunjukkanbahwa size perusahaan dan penerbitan sekuritasberpengaruh signifikan terhadap luasnyapengungkapan.

Gunawan (2000) menguji tingkat pengungkapaninformasi laporan tahunan pada perusahaan yangterdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini mengambilsampel sebanyak 92 perusahaan dengan periodepenelitian pada laporan tahunan tahun 1998. Daripenelitian tersebut disimpulkan bahwa variabelindependen ukuran perusahaan dan solvabilitasberpengaruh signifikan terhadap tingkatpengungkapan. Sedangkan variabel independen lainternyata tidak memperlihatkan angka yang signifikanterhadap luasnya tingkat pengungkapan.

Marwata (2000) meneliti tentang hubunganantara karakteristik perusahaan dan kualitaspengungkapan sukarela dalam laporan tahunanperusahaan publik di Indonesia. Dalam penelitiantersebut digunakan sampel 128 perusahaan denganperiode penelitian laporan tahunan untuk tahun 1995.Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ukuranperusahaan dan penerbitan sekuritas pada tahunberikutnya berhubungan positif dan signifikan terhadaptingkat pengungkapan informasi sukarela dalam laporantahunan.

Na’im dan Rakhman (2000) menganalisishubungan antara kelengkapan pengungkapan laporankeuangan dengan struktur modal dan tipe kepemilikanperusahaan. Sampel yang digunakan adalah 32perusahaan yang terdaftar di BEJ pada tahun 1996. Darihasil analisis ditemukan bahwa ada hubungan positifsignifikan antara leverage dengan kelengkapanpengungkapan laporan keuangan. Selain itu, tidakditemukan adanya hubungan yang signifikan antarapersentase kepemilikan saham oleh publik dengankelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Simanjuntak dan Widiastuti (2004) menelitimengenai faktor-faktor yang mempengaruhikelengkapan pengungkapan laporan keuangan padaperusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa EfekJakarta. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah34 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa EfekJakarta pada periode tahun 2002. Alat analisis yangdigunakan dalam penelitian tersebut adalah multiple-

linier regression analysis dan t-test. Variabelindependen yang terdiri atas leverage, likuiditas,profitabilitas, porsi kepemilikan saham oleh investorpublik, dan umur perusahaan diprediksi akanmempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporankeuangan. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwaleverage, profitabilitas dan porsi kepemilikan sahamoleh investor publik berhubungan positif dan signifikanterhadap kelengkapan pengungkapan laporankeuangan.

Mangeswuri (2005) menguji pengaruhpengungkapan informasi sukarela terhadap nilaiperusahaan yang dimoderasi oleh struktur kepemilikan.Penelitian tersebut menggunakan sampel 144perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ padatahun 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwapengungkapan informasi sukarela berpengaruh positifterhadap nilai perusahaan dan perusahaan denganstruktur kepemilikan institusional memiliki nilaiperusahaan yang lebih besar dibandingkan perusahaandengan struktur kepemilikan manajerial.

Zubaidah dan Zulfikar (2005) meneliti tentangpengaruh faktor-faktor keuangan dan non-keuanganterhadap pengungkapan informasi sukarela dalamlaporan keuangan. Dari 155 perusahaan manufakturyang terdaftar di BEJ tahun 2002, diambil sampelsebanyak 113 perusahaan manufaktur. Variabelkeuangan yang digunakan adalah ukuran perusahaan,rasio leverage, rasio likuiditas, rasio profitabilitas, danrate of return. Sedangkan variabel non-keuangan yangdigunakan adalah proporsi kepemilikan saham olehpublik, reputasi auditor, dan umur perusahaan. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa variabel keuangan yangberpengaruh secara signifikan hanya ukuranperusahaan dan profitabilitas serta variabel non-keuangan yang berpengaruh secara signifikan hanyareputasi auditor.

Hipotesis yang dikembangkan dalam penelitianini adalah untuk mengetahui pengaruh pengungkapaninformasi sukarela terhadap nilai perusahaan. Selainitu, dalam penelitian ini juga dikembangkan hipotesisuntuk mengetahui tentang pengaruh ketidaktaatanpengungkapan informasi wajib terhadap nilaiperusahaan.

Semakin tinggi tingkat pengungkapan yangdilakukan oleh perusahaan akan semakin menurunkantingkat asimetri informasi. Apabila tingkat asimetri

Page 20: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

17

PENGARUH TRANSPARANSI TERHADAP NILAI PERUSAHAAN:.............(Dody Hapsoro)

informasi rendah, maka masalah keagenan juga akanrendah sehingga para investor dapat melakukananalisis atas kinerja perusahaan dengan lebih baik. Olehkarena itu, investasi pada perusahaan yang melakukanpengungkapan informasi yang memadai menjadisemakin menarik. Semakin investor tertarik untukberinvestasi pada sebuah perusahaan, maka semakintinggi pula nilai perusahaan. Berdasarkan uraian di atas,dapat dirumuskan hipotesis-hipotesis sebagai berikut:H1: Ketidaktaatan pengungkapan informasi wajib

berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaanH2: Pengungkapan informasi sukarela berpengaruh

positif terhadap nilai perusahaanPenelitian dilakukan terhadap perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa EfekSurabaya (BES) pada tahun 2003. Penelitian inimengambil periode satu tahun yaitu tahun 2003 karenadidasarkan atas pertimbangan bahwa pengungkapaninformasi wajib di Indonesia diatur berdasarkan SuratKeputusan Ketua Bapepam No. Kep-06/PM/2000 yangberisi Peraturan Bapepam No. VIII.G.7 tentang PedomanPenyajian Laporan Keuangan. Pada tanggal 27Desember 2002 peraturan tersebut disempurnakanmelalui Surat Edaran Ketua Bapepam Nomor 02/PM/2002. Di dalam surat edaran tersebut telah diaturtentang pedoman penyajian dan pengungkapanlaporan keuangan emiten atau perusahaan publik untuk13 (tiga belas) industri. Pengungkapan informasi wajibdi Indonesia selain diatur melalui Surat Edaran KetuaBapepam Nomor 02/PM/2002 di atas juga diaturberdasarkan Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.2 Tahun1996 tentang Laporan Tahunan. Oleh karena itu, padapenelitian ini pengukuran terhadap tingkatketidaktaatan pengungkapan informasi wajib akandihitung berdasarkan kedua peraturan tersebut di atas.Selain itu, dalam penelitian ini juga digunakan beberapavariabel kontrol yang telah digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya.

Populasi penelitian ini terdiri atas perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ)dan Bursa Efek Surabaya (BES) pada tahun 2003.Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah pur-posive sampling dengan kriteria sebagai berikut (1)Perusahaan terdaftar secara aktif di Bursa Efek Jakarta(BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) pada periodepelaporan tahun 2003; (2) Perusahaan yang tergolongdalam 13 industri menggunakan item checklist disclo-

sure sesuai Surat Edaran Ketua Bapepam Nomor 02/PM/2002. Sedangkan untuk industri perbankan,asuransi, jasa keuangan, dan industri investasimenggunakan item checklist disclosure sesuaiPeraturan Bapepam No. VIII.G.7; dan (3) Perusahaanmenerbitkan laporan tahunan dan memiliki laporan au-ditor independen atas laporan keuangan untuk tahunyang berakhir pada tanggal 31 Desember 2003. Datayang digunakan dalam penelitian berasal dari (1) Datapengungkapan informasi keuangan dan non-keuangandiperoleh dari laporan keuangan perusahaan danlaporan tahunan perusahaan; (2) Nilai pasar ekuitas,nilai buku utang dan nilai buku total aktiva padaperusahaan-perusahaan tahun 2003 diperoleh darilaporan keuangan perusahaan; dan (3) IndonesianCapital Market Directory (ICMD) tahun 2003.

Gambar 1 menunjukkan kerangka skematismodel penelitian yang menunjukkan tentang pengaruhketidaktaatan pengungkapan informasi wajib danpengungkapan informasi sukarela sebagai variabelindependen terhadap nilai perusahaan sebagai variabeldependen. Beberapa variabel kontrol yang digunakanadalah jenis industri, nilai penjualan, status kantorakuntan publik, status listing, periode waktu listing,dan periode waktu operasi. Untuk menguji Hipotesis 1,variabel independen yang digunakan adalahketidaktaatan pengungkapan informasi wajib danvariabel dependennya nilai perusahaan. Sedangkanuntuk menguji Hipotesis 2, variabel independen yangdigunakan adalah pengungkapan informasi sukareladan variabel dependennya nilai perusahaan.

Indeks atau tingkat ketidaktaatanpengungkapan informasi wajib merupakan selisihantara tingkat pengungkapan informasi wajibmaksimum yang seharusnya dipenuhi (100%) dengantingkat pengungkapan informasi wajib yang dapatdipenuhi perusahaan. Tingkat ketidaktaatanpengungkapan informasi wajib dihitung berdasarkantingkat ketaatan perusahaan terhadap ketentuanpengungkapan informasi wajib (Baridwan, Machfoedz,dan Tearney, 2001). Perhitungan tingkat pengungkapaninformasi wajib adalah sebagai berikut:

YaTingkat pengungkapan informasi wajib =

Ya + Tidak

Page 21: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

18

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 13-24

Keterangan:Ya = Pengungkapan informasi secara tepat telah

dibuatTidak = Pengungkapan informasi secara tepat tidak

dibuat

Oleh karena itu, pengukuran terhadap tingkatketidaktaatan pengungkapan informasi wajib (TPW)dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan sebagaiberikut:

IPW = 100% - Tingkat pengungkapan informasi wajib

Pengukuran indeks atau tingkat pengungkapaninformasi sukarela dilakukan melalui dua tahap: (1)Mengembangkan daftar item pengungkapan informasisukarela dan (2) Mengukur tingkat atau luaspengungkapan informasi sukarela terhadap sampellaporan tahunan. Daftar item pengungkapan informasisukarela dalam laporan tahunan dikembangkanberdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya (Cerf,1961; Singhvi and Desai, 1971; Buzby, 1974; Benjaminand Stanga, 1977; McNally, Eng, and Hasseldine, 1982;Chow and Wong-Boren, 1987; Susanto, 1992; Choi andMueller, 1992; Meek, Robert, and Gray, 1995; Botosan,1997; Suripto, 1997; dan Gunawan, 2002).

Gambar 1Kerangka Skematis Model Penelitian

NilaiPerusahaan

TransparansiPerusahaan

Indeksketidaktaatan

pengungkapaninformasi

wajib(IPW) Tobin’s (Q)

Indekspengungkapan

informasisukarela

(IPS)Variabel Kontrol- Jenis industri (JIN)- Nilai penjualan (PJL)- Status kantor akuntan publik (SKA)- Status listing (SLT)- Periode waktu listing (PWL)- Periode waktu operasi (PWO)

Page 22: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

19

PENGARUH TRANSPARANSI TERHADAP NILAI PERUSAHAAN:.............(Dody Hapsoro)

Pengukuran nilai perusahaan dilakukan dengancara menghitung rasio Tobins’ Q. Mendes and Alves(2004) menyatakan bahwa Tobin’s Q memverifikasikeberadaan hubungan kausalitas antara nilai pasarperusahaan dengan sejumlah variabel lain. Tobin’s Qdihitung dengan cara membandingkan antara nilai pasarperusahaan dengan nilai pengganti asetnya (value ofreplacement). Indikator ini mengungkapkan tentangnilai tambah potensial perusahaan yang dipersepsi olehpasar sebagai refleksi kinerjanya.

Nilai Tobin’s Q yang lebih besar dari 1,0mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki nilai pasaryang lebih besar daripada harga penggantian (pricereplacement) asetnya. Sebaliknya, apabila nilai Tobin’sQ kurang dari 1,0, mengindikasikan bahwa investasiyang dilakukan oleh perusahaan telah kehilangannilainya karena ketidakmampuan manajemenperusahaan untuk membayar modal pemilik (owners’capital) dengan rasio yang lebih besar daripada rasiominimum daya tarik bisnis (Mendes-da-Silva and Alves,2004). Penelitian ini mengacu pada rumus Tobin’s Qseperti yang digunakan oleh Black et al. (2005), yaitusebagai berikut:

Nilai Pasar saham biasa+Nilai pasar saham preferen+Nilai Buku utangTOBIN’S Q =

Nilai buku aset

Nilai pasar ekuitas: jumlah lembar saham × harga penutupan rata-rata setahun

Dalam penelitian ini, Persamaan 1 danPersamaan 2 menggunakan enam variabel kontrol, yaitujenis industri (disimbolkan dengan JIN), nilai penjualan(disimbolkan dengan PJL), status kantor akuntan publik(disimbolkan dengan SKA), status listing (disimbolkandengan SLT), periode waktu listing (disimbolkandengan PWL), dan periode waktu operasi (disimbolkandengan PWO). Penjelasan masing-masing variabelkontrol adalah sebagai berikut (1) Jenis industrimerupakan variabel dummy, 1 adalah untuk industrimanufaktur dan 0 untuk industri non-manufaktur; (2)Ukuran perusahaan (firm size) diukur dengan nilai to-tal penjualan; (3) Status kantor akuntan publikmerupakan variabel dummy, 1 adalah untuk kantorakuntan publik yang termasuk dalam kelompok big fourdan 0 untuk kantor akuntan publik yang tidak termasukdalam kelompok big four; (4) Status listing merupakanvariabel dummy, 1 untuk perusahaan yang listing di

dua pasar (BEJ dan BES) dan 0 untuk untuk perusahaanyang listing di satu pasar (BEJ); (5) Periode waktu list-ing merupakan jangka waktu perusahaan melakukanlisting untuk yang pertama kali sampai dengan tahun2003; dan (6) Periode waktu operasi merupakan jangkawaktu sejak perusahaan pertama kali melakukankegiatan operasional sampai dengan tahun 2003.

Untuk menguji Hipotesis 1 digunakan ModelPersamaan 1 sebagai berikut:

Tobins’ Q = α + β1IPW + β2JIN + β3PJL + β4SKA +β5SLT + β6PWL + β7PWO + € (1)

Untuk menguji Hipotesis 2 digunakan ModelPersamaan 2 sebagai berikut:

Tobins’ Q = α + β1IPW + β2JIN + b3PJL + β4SKA +β5SLT + β6PWL + β7PWO + € (2)

Keterangan:Tobin’s Q: Nilai perusahaan.IPW: Indeks ketidaktaatan pengungkapan

informasi wajib.IPS: Indeks pengungkapan informasi sukarela.

HASIL PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruhtingkat ketidaktaatan pengungkapan informasi wajibterhadap nilai perusahaan dan pengaruh tingkatpengungkapan informasi sukarela terhadap nilaiperusahaan. Di dalam penelitian ini juga dimasukkanbeberapa variabel kontrol yang memiliki pengaruhterhadap nilai perusahaan, antara lain yaitu jenisindustri, nilai penjualan, status kantor akuntan publik,status listing, periode waktu listing, dan periode waktuoperasi.

Data yang digunakan dalam penelitian inimerupakan data sekunder dari perusahaan-perusahaanyang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan BursaEfek Surabaya (BES) pada tahun 2003. Berdasarkankriteria yang ditetapkan pada penelitian ini, terdapat284 perusahaan sampel yang dapat dianalisis. Databersih yang diperoleh merupakan data awal dikurangidata yang tidak lengkap dan outliers. Data bersih yangdiperoleh adalah sebanyak 284 perusahaan.

Page 23: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

20

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 13-24

Pengujian hipotesis pertama dilakukan denganmenggunakan analisis regresi berganda. Model 1 untukmenguji hipotesis pertama adalah sebagai berikut:

Tobins’ Q = α + β1IPW + β2JIN + β3PJL + β4SKA +5SLT + β6PWL + β7PWO + € (1)

Tabel 1

Tabel 1 menunjukkan bahwa R square adalah0,145. Hal ini berarti bahwa 14,5% variabel nilaiperusahaan (Tobin’s Q) dapat dijelaskan oleh variabelIPW, JIN, PJL, SKA, SLT, PWL, dan PWO, sedangkansisanya sebesar 85,5% dijelaskan oleh faktor lain.

Tabel 2

Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil uji ANOVAatau F test yang dilakukan menghasilkan nilai F hitungsebesar 6,664 dengan tingkat signifikansi 0,000. Olehkarena probabilitas (0,000) lebih kecil daripada 0,05,maka model regresi dapat digunakan dalam penelitianini.

Berdasarkan Tabel 3 tampak bahwa variabelindependen yaitu indeks ketidaktaatan pengungkapaninformasi wajib (IPW) nilai t-hitungnya adalah -2,561dan nilai probabilitasnya adalah 0,011. Denganmenggunakan level alpha sebesar 5%, nilai tersebutadalah lebih kecil daripada tingkat signifikansinya(0,011<0,05). Dengan demikian penelitian ini berhasilmembuktikan hipotesis alternatif pertama (H1) yangmenyatakan bahwa tingkat ketidaktaatanpengungkapan informasi wajib berpengaruh negatifterhadap nilai perusahaan.

Pengujian hipotesis kedua pada penelitian inidilakukan dengan menggunakan analisis regresiberganda. Model 2 untuk menguji hipotesis keduaadalah sebagai berikut:

Tobins’ Q = α + β1IPS + β2JIN + β3PJL + β4SKA + β5SLT + β6PWL + β7PWO + € (2)

Tabel 4

Tabel 4 menunjukkan bahwa R square adalah0,137. Hal ini berarti bahwa 13,7% variabel nilaiperusahaan (Tobin’s Q) dapat dijelaskan oleh variabelIPS, JIN, PJL, SKA, SLT, PWL, dan PWO, sedangkansisanya sebesar 86,3% dijelaskan oleh faktor lain.

Coefficients a

9946449 4011469 2.480 .014-349390 136444.4 -.151 -2.561 .011 .894 1.119

-3634548 2134968 -.100 -1.702 .090 .901 1.1109.144E-08 .000 .048 .856 .393 .978 1.023

4497789 2144087 .123 2.098 .037 .898 1.1136501686 2274035 .178 2.859 .005 .798 1.252-680671 222578.1 -.204 -3.058 .002 .696 1.437

118530.6 41786.438 .170 2.837 .005 .865 1.156

(Constant)IPWJINPJLSKASLTPWLPWO

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: Qa.

Model Summaryb

.380a .145 .123 17070177.92 2.119Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), PWO, PJL, JIN, SKA, SLT, IPW, PWLa.

Dependent Variable: Qb.

Model Summaryb

.370a .137 .115 17148068.71 2.116Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), PWO, PJL, JIN, SKA, SLT, IPS, PWLa.

Dependent Variable: Qb.

ANOVAb

1.36E+16 7 1.942E+15 6.664 .000a

8.04E+16 276 2.914E+149.40E+16 283

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), PWO, PJL, JIN, SKA, SLT, IPW, PWLa.

Dependent Variable: Qb.

Tabel 3

Page 24: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

21

PENGARUH TRANSPARANSI TERHADAP NILAI PERUSAHAAN:.............(Dody Hapsoro)

Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil uji ANOVAatau F test yang dilakukan menghasilkan nilai F hitungsebesar 6,246 dengan tingkat signifikansi 0,000. Olehkarena probabilitas (0,000) lebih kecil daripada 0,05,maka model regresi dapat digunakan dalam penelitianini.

Berdasarkan Tabel 6 tampak bahwa variabelindependen yaitu indeks pengungkapan informasisukarela (IPS) nilai t-hitungnya adalah 1,999 dan nilaiprobabilitasnya adalah 0,047. Dengan menggunakanlevel alpha sebesar 5%, nilai tersebut adalah lebih kecildaripada tingkat signifikansinya (0,047<0,05). Dengandemikian, penelitian ini berhasil membuktikan hipotesisalternatif kedua (H2) yang menyatakan bahwa tingkatpengungkapan informasi sukarela berpengaruh positifterhadap nilai perusahaan.

PEMBAHASAN

Konsep corporate governance memberi rerangkauntuk mendefinisi tujuan perusahaan dan bagaimana

untuk mencapainya serta bagaimana mengendalikankinerjanya. Good corporate governance seharusnyadapat menstimulasi dewan komisaris dan manajementingkat atas untuk mencapai tujuannya yang merupakankepentingan perusahaan dan pemegang sahamnyaserta memfasilitasi pelaksanaan pengendalian yangefisien. Selanjutnya good corporate governance jugaseharusnya dapat mendorong pengutamaan komitmenetis yang telah dibuat agar bermanfaat bagi seluruhpemegang saham dan stakeholders lain dalam rangkameningkatkan nilai perusahaan (Mendes-da-Silva andAlves, 2004).

Teori corporate finance memprediksi bahwapemegang saham mendorong optimalisasi kebijakanpengungkapan, corporate governance, dan insentifmanajemen untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Halini melibatkan pilihan untuk melakukan trade offpengurangan komponen asimetri informasi dari cost ofcapital yang berasal dari peningkatan kualitaspengungkapan informasi terhadap kos insentif yangditurunkan (Core, 2000).

Hasil penelitian ini mendukung temuan-temuansebelumnya (Theresia, 2005 dan Mangeswuri, 2005)

Tabel 5

Tabel 6

Coefficientsa

-4236658 3661871 -1.157 .248169570.5 84827.725 .120 1.999 .047 .867 1.153-4842704 2125139 -.133 -2.279 .023 .917 1.090

1.091E-07 .000 .057 1.021 .308 .986 1.0154543581 2169019 .124 2.095 .037 .886 1.1296763170 2280571 .185 2.966 .003 .801 1.248-648773 227429.6 -.195 -2.853 .005 .672 1.487

110780.2 42798.409 .159 2.588 .010 .832 1.202

(Constant)IPSJINPJLSKASLTPWLPWO

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: Qa.

ANOVA b

1.29E+ 16 7 1.837E+15 6.246 .000a

8.12E+ 16 276 2.941E+149.40E+ 16 283

Regress ionResidualTotal

Model1

Sum ofSq uares df Mean Sq uare F Sig.

Predictors: (Constant), PWO, PJL, JIN, SKA, SLT, IPS, PWLa.

Dependent Variable: Qb.

Page 25: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

22

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 13-24

yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antaragood corporate governance yang diwakili oleh proksidisclosure laporan keuangan dengan kinerjaperusahaan. Hasil pengujian Hipotesis 1 berhasilmembuktikan bahwa ketidaktaatan pengungkapaninformasi wajib berpengaruh negatif terhadap nilaiperusahaan dan hasil pengujian Hipotesis 2 berhasilmembuktikan bahwa pengungkapan informasi sukarelaberpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI

Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruhketidaktaatan pengungkapan informasi wajib danpengungkapan informasi sukarela terhadap nilaiperusahaan. Oleh karena itu, pada penelitian ini telahdikembangkan dua hipotesis. Kedua hipotesis tersebutdikembangkan berdasarkan hubungan yang terdapatpada dua konstruk, yaitu transparansi perusahaan dannilai perusahaan.

Berdasarkan hasil pengujian terhadap keduahipotesis di atas, penelitian ini berhasil mendukunghipotesis yang menyatakan bahwa ketidaktaatanpengungkapan informasi wajib berpengaruh negatifterhadap kinerja perusahaan. Selanjutnya, penelitianini juga berhasil mendukung hipotesis yangmenyatakan bahwa pengungkapan informasi sukarelaberpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkanbahwa transparansi perusahaan secara statistisberpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.Dengan kata lain, baik tingkat ketidaktaatanpengungkapan informasi wajib maupun tingkatpengungkapan informasi sukarela mampumempengaruhi nilai perusahaan.

Keterbatasan

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama,meskipun pengukuran terhadap tingkat ketidaktaatanpengungkapan wajib telah berpedoman pada SuratEdaran Ketua Bapepam No. 02/PM/2002, namun didalam pedoman tersebut belum terdapat ketentuan yangsecara khusus berlaku untuk industri perbankan,asuransi dan jasa keuangan. Kedua, di antara tigabelas

kelompok industri yang diatur di dalam Surat EdaranKetua Bapepam No. 02/PM/2002, terdapat salah satuindustri yaitu industri investasi yang jumlah itemdisclosurenya terlalu kecil dibandingkan denganindustri yang lain, sehingga dapat menyebabkanterjadinya pengukuran terhadap tingkat ketidaktaatanpengungkapan informasi wajib yang tidak proporsional.

Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian ditunjukkan bahwatransparansi pengelolaan perusahaan, baik dalambentuk tingkat ketidaktaatan pengungkapan informasiwajib maupun tingkat pengungkapan informasisukarela berpengaruh secara signifikan terhadap nilaiperusahaan. Oleh karena itu, merupakan keuntunganbagi perusahaan-perusahaan publik di Indonesia untukmengungkapkan informasi yang seluas-luasnyakepada publik, karena pengungkapan informasi terbuktimemberi manfaat positif bagi investor yaitu dalambentuk terjadinya peningkatan nilai perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Alford, A, Jones, J, Leftwich, R, Zmijewski, M. (1993),“The Relative Informativeness of AccountingDisclosures in Different Countries”, Journal ofAccounting Research, Supplement, Vol. 31pp.183-223..

Baridwan, Zaki, Mas’ud Machfoedz, and M. G. Tearney(2001).”An Evaluation of Disclosure of Finan-cial Information by Public Companies in Indo-nesia”. Hasil Penelitian SIAGA-UGM danPusat Pengembangan Akuntansi UGM.

Benjamin, J. J. and Keith G. Stanga (1977).”Differencesin Disclosure Needs of Major Users of Finan-cial Statements”. Accounting and BusinessResearch, Summer, pp. 187-192.

Black, Bernard S., Inessa Love, and Andrei Rachinsky.“Corporate Governance and Firms’ Market Val-ues: Time Series Evidence from Russia.” No-vember 2005, Social Science Research Network

Page 26: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

23

PENGARUH TRANSPARANSI TERHADAP NILAI PERUSAHAAN:.............(Dody Hapsoro)

electronic library.Buzby, Stephen L. (1974). “Selected Items of Informa-

tion and Their Disclosure in Annual Reports”.The Accounting Review, July, pp. 423-435.

Buzby, S.L. (1975), “Company Size, Listed versus Un-listed Stocks, and The Extent of Financial Dis-closure”, Journal of Accounting Research, Vol.13 pp.16-37.

Cerf, Alan R. (1961).”Corporate Reporting and Invest-ment Decisions”. Berkeley, CA: The Universityof California Press.

Choi, Frederick D. S. and Gerhard G. Mueller. (1992).”In-ternational Accounting. Second Edition”. Lon-don: Prentice-Hall, Inc.

Core, John, E. “A Review of the Empirical DisclosureLiterature: Discussion.” The Wharton School,University of Pennsylvania, Philadelphia, USA,The 2000 JAE Conference, 2000.

Ettredge, Michael, Vernon J. Richardson, and SusanScholz. “Determinants of Voluntary Dissemina-tion of Financial Data at Corporate Web Sites.”Proceedings of the 35th Hawaii InternationalConference on System Sciences, 2002.

Gunawan, Inge (2002). Pengaruh Kelompok Industri,Basis Perusahaan, dan Tingkat Return TerhadapKualitas Pengungkapan Sukarela DalamLaporan Tahunan: Studi Empiris di Bursa EfekJakarta.

Gunawan, Yuniati. “Analisis Pengungkapan InformasiLaporan Tahunan pada Perusahaan yangTerdaftar di Bursa Efek Jakarta.” SNA III, Jakarta,2000, hal. 78-98.

McNally, Graeme M, Lee Hock Eng, and C. RoyHasseldine (1982).”Corporate Financial Report-ing in New Zealand: An Analysis of User Pref-erences, Corporate Characteristics and Disclo-sure Practices for Discretionary Information”.Accounting and Business Research, Winter, pp.11-20.

Mangeswuri, Dewi Restu. “Pengaruh PengungkapanSukarela Terhadap Nilai Perusahaan yangDimoderasi Struktur Kepemilikan PadaPerusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BursaEfek Jakarta.” Tesis STIE YKPN Yogyakarta,2005.

Marwata. “Hubungan Antara Karakteristik Perusahaandan Kualitas Ungkapan Sukarela dalam LaporanTahunan Perusahaan Publik di Indonesia.” TesisS2, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2000.

Mendes-Da-Silva, W. and Luiz A. de Lira Alves. “TheVoluntary Disclosure of Financial Informationon the Internet and the Firm Value Effect in Com-panies Across Latin America.”www.SSRN.com,Published Journal, 2004.

Meek, G. K., C. B. Robert and S. J. Gray (1995).”FactorsInfluencing Voluntary Annual Report Disclo-sures by US, UK, and Continental Europe Mul-tinational Corp”. Journal of International Busi-ness Studies Vol. 26, No. 3, pp. 555-572.

Na’im, Ainun dan Fu’ad Rakhman. “Analisis HubunganAntara Kelengkapan Pengungkapan LaporanKeuangan dengan Struktur Modal dan TipeKepemilikan Perusahaan.” Jurnal Ekonomi danBisnis Indonesia, Vol 15, No. 1, 2000, hal. 70-82.

Simanjuntak, Binsar H., Lusy Widiastuti. “Faktor-Faktoryang Mempengaruhi KelengkapanPengungkapan Laporan Keuangan padaPerusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BursaEfek Jakarta.” Jurnal Riset Akuntansi Indone-sia, Vol 7, No. 3, September 2004, hal. 351-366.

Sharma, Subhash., Richard M Durand, and Oded Gur-Arie. “Identification and Analysis of Modera-tor Variables.” MR Journal of Marketing Re-search (pre-1986); Aug 1981; 18, 000003; ABI/INFORM Global.

Shinghvi, S. S. and H. B. Desai (1971).”An EmpiricalAnalysis of the Quality of Corporate FinancialDisclosure”. The Accounting Review, January,

Page 27: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

24

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 13-24

129-138.Surat Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-38/PM/1996

yang berisi Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.2Tahun 1996 tentang Laporan Tahunan.

Surat Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-06/PM/2000yang berisi Peraturan Bapepam No. VIII.G.7tentang Pedoman Penyajian LaporanKeuangan.

Surat Edaran No. 02/PM/2002 tentang PedomanPenyajian dan Pengungkapan LaporanKeuangan Emiten atau Perusahaan Publik

Suripto, Bambang. “Pengaruh Karakteristik PerusahaanTerhadap Luas Pengungkapan Sukarela dalamLaporan Tahunan.” Tesis Universitas GadjahMada Yogyakarta, Indonesia, 1998.

Susanto, Djoko. “Voluntary Corporate Disclosure inAnnual Report by Indonesian Companies.”Jurnal Akuntansi & Manajemen, April 1994.

Zubaidah, Siti. dan Zulfikar. “Pengaruh Faktor-FaktorKeuangan dan Non Keuangan Terhadappengungkapan Sukarela Laporan Keuangan.”Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 4, No. 1,April 2005, hal. 48-83.

Page 28: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

25

MANAGEMENT CONTROL SYSTEMS AND THE DEREGULATION IN.............. (Irvan Noormansyah)Vol. 20, No. 1, April 2009Hal. 25-34

ABSTRACT

This paper looked at previous accounting research inmany Western and less developed countries. It pro-vides details of a literature review of the studies andpublished articles in higher education institutions re-search. This paper noted that academics have not paidmuch attention to the management and accountingpractices in higher education institutions in Westernor LDC environments: there are only a small number ofpublished papers in this field. This study found thatmost of the studies were focused on Western highereducation institutions, such as in the United Kingdom,USA, Australia and New Zealand. The majority of themwere conducted using quantitative research ap-proaches such as a survey, which allows for the find-ings to be generalised. However, this approach doesnot permit an in-depth understanding of how and whyparticular issues exist. Hence, this study called for suchtype of qualitative studies. This study also calls forresearchers to contribute to the relatively small num-ber of studies on the development of management ac-counting control systems in less developed countries,especially in higher education institutions in thesecountries.

Keywords: Management Control Systems (MCS),Higher Education Institutions (HEI), Deregulations

MANAGEMENT CONTROL SYSTEMS AND THEDEREGULATION IN THE HIGHER EDUCATION SECTOR:

A REVIEW OF LITERATURE

Irvan NoormansyahSekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia

Jalan Kayujati Raya No.11A, Rawamangun, Jakarta 13220Telepon +62 21 4750321, Fax. +62 21 4722371

E-mail: [email protected] atau [email protected]

Tahun 1990

ISSN: 0853-1259

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

INTRODUCTION

This paper discusses literature related to man-agement control systems (MCS) in higher educationsector organisations. This study is important as thefoundation to identifying and understanding MCS inhigher education sector in order to provide a betterunderstanding for the management accounting re-searchers to study the activities of MCS in a highereducation institution. Management accounting inhigher education sector is increasing as a result of de-velopment policies by many governments to improvetheir higher education sector in order to design highquality of education for their people and accounting isan important component in development of the poli-cies.

To enhance the contribution of the educationsector, The Indonesian government and the other gov-ernments in many countries have deregulated and re-formed its national education, including its higher edu-cation sector. In Asia, there are some countries such asChina, Malaysia, Thailand, Cambodia, Hong Kong,Singapore, and Indonesia who have reformed theirhigher education institutions (Minxuan, 1998; Lee,2001; Couturier, 2003; Ma, 2003). Even other non-Asiancountries such as the Czech republic (Svecova, 2000)and Australia (Meek and Wood, 1998; Crebert, 2000)have also deregulated their higher educational sector.

Page 29: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

26

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 25-34

China reformed its higher educational sector over adecade ago. Presently, most Chinese state universitieshave to generate more than 50 per cent of their ownincome (Ma, 2003). The Malaysian government hasallowed local universities to borrow money, to enterinto business ventures and to set up companies, andhas raised students’ tuition fees (Couturier, 2003).

Management accounting is an important aspectfor maintaining the quality and standards of their edu-cation process. Previous researchers (such as Otleyand Berry, 1998) argue that it is important to study amanagement control system since it has an importantfunction in modern organisations. This study refersmanagement control system as a systematic use of man-agement accounting information involving social, cul-tural, political, and economic dimensions in order toplan, monitor, detect and correct unintentional perfor-mance errors and intentional irregularities in a firm’sactivities to ensure that its activities conform to itsplan and that its objectives are achieved (Macintosh,1994; Berry et al., 1995; Chenhall, 2003). Euske andRiccaboni (1999) consider MCS as a way to control theinternal interdependencies (e.g. relationship betweenmanagement and workers, and between working unitsin the organisation) and external interdependencies (e.g.relationship with the society and state). Ansari andBell (1991, p.4) consider control in an organisation as“all organisational arrangements, formal and infor-mal, designed to accomplish organisational objec-tives. It includes formal structure, operational con-trols, rewards, budgeting, planning and other simi-lar activities.”

This study will be an important step towardsanalysing and providing a better understanding of theprocess and implications of university reform in manycountries. The study is also intended to provide a bet-ter understanding of the role of management controlsystems (MCS) in the countries.

This paper is based on a series of intensivecase studies of management controls in higher educa-tion institutions (HEIs). The author has prepared manyliteratures on management accounting research inhigher education institutions. This study adopts docu-ments / archival research method. This method relieson going to the archives and gathering data from docu-ments. Data for the analysis presented in this paper istherefore obtained from books, journals (including e-

journal) from international journal, and the Internetsource. A number of books were used in order to pro-vide the background for the development of the argu-ments presented in this paper. Journals and Internetsources provide information on recent developmentsin the topics.

This paper is divided into five parts. After thisintroductory section, the second part describes theresearch methods. This is followed by a section thatprovides a discussion of university reforms in manycountries including the factors that influence highereducation institutions’ day-to-day activities. Fourthsection describes how the universities practise theirmanagement accounting systems, and also the rela-tionship between the systems, and organisationalpower relations. The final part of this paper provides asummary of the paper

PROBLEMS AND DISCUSSIONS

Over the past decade in particular, a veritable wave ofexternal environmental shocks have been impactingon universities’ strategic focus, finance, and modusoperandi in developed or developing countries (Lee,2001; Mohamedbhai, 2002; Parker, 2002). Changes inthe management control of public sector organisationsfor the last two decades have also impacted on theactivities of universities. Governments, especially indeveloping countries, are realising that they cannotfinance the existing demand for higher education andhave reduced their funding levels to the universities.

Mohamedbhai (2002) argued that the reluctanceof governments to fund higher education was also in-fluenced by the stand taken by some donor agenciesthat developing countries derive maximum economicbenefits by channelling their funds into the primaryand secondary education sectors rather than the highereducation sector, leaving the latter eventually to fendfor itself. He added that the economic situation in mostless developed countries is such that the governmentsare unable to provide the additional funding requiredto further expand the public tertiary education sector.Both Mohamedbhai (2002) and Parker (2002) arguedthat universities in many Western countries have un-dergone a change in their strategic focus, core valuesand modus operandi as corporate entities that practisebusiness principles such as quality management, qual-

Page 30: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

27

MANAGEMENT CONTROL SYSTEMS AND THE DEREGULATION IN.............. (Irvan Noormansyah)

ity and promoting revenue-generation by seizing theopportunity to capture the market in developing coun-tries. Mohamedbhai (2002) further added that there aretwo main methods used to achieve this market pres-ence, which are firstly, delivery through their physicalpresence in the host country (e.g. by establishing alocal branch or a satellite campus or by using a localpartner), and secondly, delivery of the course with theprovider remaining in their own (foreign) country tothe students in the developing country (e.g. interna-tional distance education and e-learning).

Reform in higher education institutions hasbecome an important issue and has been taking placeworldwide. There are several studies (such as: Watts,1996; Meek and Wood, 1998; Aijing, 1999; Crebert, 2000;Christiaens, 2001; Lee, 2001; Parker, 2002; Ma, 2003)that have discussed reforms in higher education insti-tutions. Christiaens (2001) examined an important ac-counting reform in Belgium universities mainly from atechnical accounting practice point of view. Lee (2001)discussed the impacts of the recent higher educationreforms on universities and the academic profession inHong Kong and Singapore and the ways that the fu-ture development of the university sector is affectedby these reforms and policy changes. Parker (2002)critically examined some of the dimensions of the ma-jor changes in scope of activities, structures, processesand relationships in Western universities, reflectingon the spectrum of environmental forces and internalresource pressures that have begun to transform manyaspects of university governance core activities, stake-holder relationships and academic work. Ma (2003) dis-cussed reform in Chinese universities, such as changeof the institutions to become private institutions andthe merger of institutions. In his study, Ma (2003) statedthat many Chinese higher education researchers haveobserved that the Chinese higher education systemhas changed a great deal and many changes are shapedand reshaped by market needs.

Research concerning management and account-ing systems change as an impact of university reformswithin the Australian universities has been an impor-

tant topic for the past few decades. There are manystudies (such as: Watts, 1996; Meek and Wood, 1998;Crebert, 2000) in Western published journals that de-scribe management and accounting practices in Aus-tralian universities after the Dawkins reforms in 1988.Meek and Wood (1998) stated that the Australian uni-versity reforms occurred as a result of criticisms aboutthe management and governance in Australian highereducation that focussed on the perceived inefficien-cies of institutional structures, the apparent slow andcumbersome decision-making processes, and the lackof managerial competencies.

Watts (1996) added to the above explanationthat major changes in the Australian higher educationcontext were preceded by a period of crisis that beganin the 1980s and followed by mergers that were de-signed to increase efficiency. The literature review byCrebert (2000) concluded that reforms of the sectorwere also influenced by the government policy in 1981-1991 that forced the Australian universities to adoptthe public service model that was characterised by theprinciples of economic rationalism, performance mea-surement, management training, programme evaluation,and public accountability.1 Watts’ (1996) arguments2

further contended that these government initiativesincreased public accountability and reporting, togetherwith the requirement that universities developed mis-sion statements, strategic plans, equity plans, resourcemanagement plans, capital management plans and thestrategic management of university resources and in-ternally developed budgeting (p.56).

Meek and Wood (1998) and Crebert (2000) fur-ther argued that since the Dawkins reforms, the uni-versities’ administration has moved towards highlycentralised administrative structures. The structuresare strongly hierarchical, allowing for little input fromthe lower levels to policy formulation or planning pro-cesses, even at the level of action planning. Furtherexplanation of management and accounting systemchanges as an impact of reforms can be obtained fromthe next section, below.

1 For a more in-depth explanation, see p.73 of the Crebert (2000) study.2 Based on the studies of Dawkins (1987) and Gallagher (1994)

Page 31: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

28

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 25-34

Christiaens (2001) noted reforms in institutionsfrom cash accounting to accrual accounting. The au-thor presented a general view of the empirical outcomesof the accounting reform from cash accounting to ac-crual accounting and its merits focusing on eight uni-versities and their annual accounts. The focus is onthe concept of the reformed academic accounting leg-islation and on the empirical outcomes of implementa-tion based on an examination of annual accountssupplemented with interviews. An important issue isthe mixing up of the traditional budgetary accountingsystem with the new financial accounting system,which is primarily transferred from business account-ing. The empirical examination reveals that there are alot of accounting problems in the area of the reformedregulations as well as in the accounting practices andthat the comparability of the annual reporting is notguaranteed even after years of experience.

Christiaens (2001) revealed that the compliancewith reformed regulations in the eight studied univer-sities is rather poor. He found some contradictions withthe accounting reforms. He argued that this findinghas a lot to do with the lack of a conceptual accountingframework behind the reforms. Aijing (1999) in hisstudy argued that when the Chinese universities werestill operating under the old system (before being re-formed), all of the higher education institutions in thenation were controlled and managed by the govern-ment. All of the financial expenditure for higher educa-tion came from the government, making a very heavyfinancial demand on the government, which was usu-ally unable to meet the needs of the individual univer-sities. There were frequently contradictions betweenthe government’s financial supply and the universi-ties’ demand. Financial reform in universities in somecountries has been accompanied by large-scale admin-istrative restructuring, usually based on strategic plansand professional management systems, and leading tomore decentralised administration in individual insti-tutions.

According to Ma (2003), the practice of merg-ing universities led to some structural change withinuniversities. He found that mergers brought change inthe organisational structure from a two-level model (uni-versity and department) to a three-level model (univer-sity-college-department). There are now faculties ordivisions, which mainly take care of some academic

activities, but have no administrative power. Anotherchange to the organisational structure is that the uni-versity administration has “macro-level” control, suchas setting up the policies and long-term developmen-tal objectives of the university, while the colleges orschools perform the function of real academic adminis-tration. After the internal structural change, most ofthe universities are now in the process of curriculumreform to provide students with general educationrather than specialised education, and suchprogrammes are already under experimentation in someuniversities.

In the face of financial stringency, the limitedresources provided by the governments in some coun-tries forced the universities to become more prudent inspending public money and to avoid resource wast-age (Lee, 2001; Parker, 2002). An example of a limitedresource from government has been shown by Parker(2002), who stated that universities in Australia nowearn up to 50% of their total revenue from non-govern-ment sources. As a result, Lee (2001) found that thelimited resources brought the researched universitiesto the idea of corporate enterprises in the businesssector, which is entrepreneurialism. The universitieshave to search for other sources of income apart fromgovernment grants, such as social donations, corpo-rate and industrial sponsorships, spin-off companyprofits, and tuitions fees from market-orientedprogrammes at sub-degree, undergraduate and post-graduate levels including international student recruit-ment (Lee, 2001; Parker, 2002).

Lee (2001) also found that university educationreforms resulted in the managerial class in universitiesnow being responsible for allocating financial re-sources by top-slicing and on-line budget approachesand for taking charge of quality reviews and staff ap-praisals, while faculty deans and department heads nowhave more discretionary powers to make decisions withregard to financial and personnel matters. He addedthat management by result and performance is now thenorm for universities in most countries. Themanagerialisation of the universities in his study givesrise to the fact that everyone is held responsible for hisor her achievement and outcome in terms of teaching,research and services. Rules and regulations areinstitutionalised to ensure that academics are workingin line with the goals of transforming their universities

Page 32: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

29

MANAGEMENT CONTROL SYSTEMS AND THE DEREGULATION IN.............. (Irvan Noormansyah)

into world-class higher education institutions.The same statement has also been made by

Parker (2002) in his study by concluding that in theuniversities, decision making has become more drivenby senior executive command, strategic initiatives havebeen imposed upon faculties and divisions, and de-spite rhetoric to the contrary, revenue generation hasbeen derived from school-level activity while a largeproportion of resulting revenue inflows have been di-verted to strategies, subunits and projects directlycontrolled by the senior executive. As a result, theseexecutive leaders often become overwhelmed by theirworkload and disconnected from the academic and ad-ministrative community they supposedly lead.

Parker (2002) stated two different kinds of uni-versity management, different as the result of environ-mental changes. The first management style is tradi-tional university management by layers of academiccommittees, which have problematical features suchas slow decision making and prevarication, unclearlines of responsibility and accountability, resistanceto change, and protection of strategic opportunities.The second is the transformation of the traditional sys-tem to become a professionalised managerial systemof university governance, imported from the privatesector, offering the prospect of a faster, more flexibledecision-making process that could break through in-herited and decaying university power structures andresource abuses.

In the area of staff remuneration, Lee (2001)found that university reform brought a new remunera-tion system in the universities, consisting of a basicsalary and other components that relate to performance,responsibilities and market value. For basic pay, thereare no automatic annual increments, which are insteadconverted to performance-based increases. In addition,the universities also introduced a more rigorous sys-tem of performance assessment and evaluation.

Research of management and accounting sys-tems within the universities has been an important topicfor the past decade, as is shown by the growing num-ber of studies in the topic area. For example, studiesfrom Salancik and Pfeffer (1974a, 1974b, 1977), Pfefferand Moore (1980), Conway et al. (1994), Evans andBellamy (1995), Watts (1996), Goodwin and Gouw(1997), Coy and Pratt (1998), Crebert (2000), Thomas(2000), and Angluin and Scapens (2000) all provide

several explanations of the management and account-ing practices in the universities in some developed /Western countries (e.g. Australia, New Zealand, UnitedKingdom, and United States). While, Salancik andPfeffer (1974a, 1974b, 1977) and Pfeffer and Moore (1980)used quantitative research to discuss the topic, whileCoy and Pratt (1998) used a case study. Table 1, below,gives some examples of Published papers in manage-ment and accounting practices in higher education in-stitutions

Table 1Published Papers in Management and Accounting

Practices in Higher Education Institutions

A host of papers (for example see Evans andBellamy, 1995; Meek and Wood, 1998; Crebert, 2000)have been written investigating management and ac-counting practice, primarily in Australian universities.Meek and Wood (1998) and Crebert (2000) discussedthe impact of the university reforms of 1988 on theactivities of Australian universities. Meek and Wood(1998) conducted a survey of the governance and man-agement of all 36 Australian publicly-funded universi-ties to determine what are considered to be the mainissues and problems regarding the universities’ opera-tion after the reforms from the perspective of seniormanagers.

As explained by Meek and Wood (1998), in ac-cordance with the regulations before the reforms tookplace, plans for the higher education sector were car-ried about by a number of federal and state commis-sions and boards. After the reforms, each Australianuniversity has a new governing body that has more

Author Research Method Country of Study Salancik and Pfeffer (1974a, 1974b, 1977) Quantitative USA Pfeffer and Moore (1980) Quantitative UK Evans and Bellamy (1995) Qualitative Australia Watts (1996) Qualitative Australia Goodwin and Gouw (1997) Quantitative New Zealand Coy and Pratt (1998) Qualitative New Zealand Meek and Wood (1998) Quantitative Australia Crebert (2000) Quantitative Australia Thomas (2000) Qualitative UK Angluin and Scapens (2000) Quantitative UK

Page 33: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

30

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 25-34

than 20 members3 and which has the legal powers andresponsibility to manage the institution. Deans of fac-ulty in particular are now considered very much a partof management and are usually appointed rather thanelected (Meek and Wood, 1998).

Coy and Pratt (1998) explored the political influ-ences on annual reporting by the universities in NewZealand in the context of developing accountability.They report in their study that the universities havemodified existing structures in order to satisfy theseaccountability and governance concerns to securegovernment finding and also to ensure that they con-tinue to receive community support. Meek and Wood(1998) found that the majority of executive officers be-lieve that academic tenure prevents the university fromsetting new directions, whilst deans are about equallydivided and most of the Heads of Department re-sponded that tenure does little to constrain the settingof new directions.

Other researchers (such as: Conway et al., 1994;Nelson et al., 1998; Crebert, 2000) have investigatedthe use of strategic planning in a higher education con-text. Cornway et al. (1994) conducted exploratory re-search to discover the extent to which the new univer-sities and colleges in the UK are aware of market orien-tation in their strategic planning processes. This studyfound that almost half of the higher education institu-tions implied a customer orientation in their planning.As a result, they concluded that many higher educa-tion institutions in the UK are not adequately preparedto respond to the increasingly competitive force in theirenvironment. Hence, the authors of the study advisedthat the institutions would have successful strategiesif they could understand the needs and wants of cus-tomers in the market in order to deliver the right goodsand services effectively.

Crebert (2000, see pp.73-76) conducted a smallpilot study in Griffith University (Australia) to identifythe academic view of the university’s plans that have

been implemented since the university reforms. Somesignificant findings emerged from his study, whichstates that the university’s approach4 affected the ar-ticulation of plans and may have contributed to thereality that not all staff in the university were aware ofthe purpose of strategic planning in the university andhence, the strategic plans had little effect on aligningthe strategic direction of the school. Moreover, Crebert(2000) also found that the heads of schools felt ex-cluded from the production of the university’s visionand mission. He found that it is important for the plansat all levels to be cohesive, and communicated or ar-ticulated to make the plans effective.

Watts (1996) examined some of the changes inbudgetary practices in Australian universities since theintroduction of the university reforms in 1988. Coy andPratt (1998) used a case study from a university toprovide an explanation of the relationship betweenpolitical power and accountability in New Zealand’suniversities. Salancik and Pfeffer (1974a; 1974b) stud-ied the power of subunits in a large, Midwestern stateuniversity in the USA and described the university’sdecision making as a political process and explored theuse of power in the university’s organisational deci-sion making.

Salancik and Pfeffer (1974a, 1974b) found thatsubunits of a university have significant power overthe university as a central administration to affect theorganisational decision making and, particularly, re-source allocations within organisations. This argument,that the subunits most able to cope with anorganisation’s critical problems and uncertainties ac-quire power, is supported by Salancik and Pfeffer (1977).They also added that power is used by the ones whohave it to enhance their own survival through controlof scarce critical resources, placement of allies in keypositions, and the definition of organisational prob-lems and policies (p.4).

3 Meek and Wood (1998) considered the governing body, which is considerably larger than boards of directors of corporationswith budgets of comparable size. The members of the governing body are: members nominated by government (usually in aminority); members elected by (i) a graduate body such as convocation, (ii) staff, academic and non academic, (iii) students,(iv) one or other or both Houses of Parliament; co-opted/elected by council/senate/board of Governors itself; and ex officio(for example, Vice-C

4 Schools in the university were required to provide their business plans before they had developed their strategic plans,because of time constraints. In some cases, the business plans preceded both school and faculty strategic plans.

Page 34: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

31

MANAGEMENT CONTROL SYSTEMS AND THE DEREGULATION IN.............. (Irvan Noormansyah)

Pfeffer and Moore (1980) examined the determi-nants of power and budget allocations on two cam-puses of a large, American state university system andreplicated the findings of Pfeffer and Salancik (1974a).Thomas (2000) used experience from two UK universi-ties to explore the implication of the use of formula-based systems for the power and influence of strongforces (e.g. key senior managers) within the institu-tions. His study demonstrates that micro-political ac-tivity and sub-unit power remain significant influenceswithin devolved formula-based systems.

Salancik and Pfeffer (1974a, 1977), Pfeffer andMoore (1980) and Coy and Pratt (1998) hypothesizedthat the power of the departments in their studied uni-versities is highly correlated with the department’sability to provide two important resources, which aregrants and contracts and student enrolment, that arecritically needed by the institution. Pfeffer and Moore(1980) further argued that another source of power isnational visibility and research reputation.5 With na-tional prestige and reputation, the subunits have anability to obtain funds from outside grants and con-tracts, while the subunits with heavy student demandsfor courses would be able to obtain funds from thesestudents.

The studies above agree that the powers theunits have are the main determinants of a unit’s abilityto attract or resist the institution’s decisions. For ex-ample, Pfeffer and Salancik (1974a, 1974b) found thatdepartmental power was related to budget allocationsin a university. Salancik and Pfeffer (1974a) argued thatin pursuit of the relationship between power and re-source allocation, subunit power accrues to those de-partments that are most instrumental in bringing in orproviding resources which are highly valued by thetotal organisation.

Pfeffer and Moore (1980) examined the determi-nants of power and budget allocations on two cam-puses of a large state university system. They explainedthe importance of these resources - outside grants,contracts and student enrolment - for most state uni-versities by noting that while grants and contracts havebeen used to support graduation educate and researchprogrammes as well as for the overheads generated,

student enrolment is an important resource becausethe university budget allocations are based at leastpartly on student enrolment.

Pfeffer and Salancik (1974b) concluded that theutilisation of subunit power in organisational decisionmaking has been limited by internal interdependenceamong subunits and external constraints and contin-gencies. This argument has also been made by Salancikand Pfeffer (1977), that power is shared in anorganisation because no one controls all of the de-sired activities in an organisation. Pfeffer and Salancik(1974b) further argued that public universities havemore external constraints than private universities andthe newer or less prestigious universities have lesspower relative to external agencies (for example, gov-ernment agencies as legislatures).

CONCLUSIONS AND SUGGESTIONS

The paper looked at previous accounting research inmany Western and less developed countries. From anexamination of the literature above, it is clear that eventhough university sector reforms in Indonesia and inother parts of the world are increasing, only a few stud-ies have been conducted on the impacts or outcomesof such regulations in these countries. There are onlya small number of published papers in this field. Anexamination of the literature by the researcher foundthat a majority of studies on management control sys-tems in LDCs were only focused on state-owned en-terprises, family-owned businesses, and privatisedcompanies (see Ansari and Bell, 1991; Hoque and Hop-per, 1994; Hoque and Hopper, 1997; Alam, 1997;Rademakers, 1998; Uddin and Hopper, 2001; Tsamenyiet al., 2002; Hopper et al., 2003a, 2003b; Uddin andHopper, 2003).

As presented in Table 1, most of the studieswere focused on Western higher education institutions,such as in the United Kingdom, USA, Australia andNew Zealand. The majority of them were conductedusing quantitative research approaches such as a sur-vey, which allows for the findings to be generalised.However, this approach does not permit an in-depthunderstanding of how and why particular issues exist.

5 Salancik and Pfeffer (1974a) found no effect of the national prestige of departments on power.

Page 35: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

32

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 25-34

Hence, this study called for such type of qualitativestudies. Unlike the majority of the studies that havebeen reported in this paper, the use of qualitative stud-ies (e.g. case study) give an opportunity for research-ers to investigate how and why the management ac-counting control systems were designed and operatedin a higher education institutions and also to get abetter understanding of the issues.

As has been identified above, there is a lack ofliterature on research on management controls in highereducation sector institutions in developing countries,especially in Indonesia. As a result, this review is pre-dominantly based on Western experiences. This lackof specific literature is a limitation because the reviewof literature from different environments is less likelyto provide an appropriate comparison to analyse thecase in Indonesian environment. Indeed, the literaturereviewed in this paper has been based on the differentenvironmental conditions that may not be applicablewithin the context of Indonesia.

From the outset of this study, it was identifiedthat there are some countries such as the Czech Re-public, Australia, China, Malaysia, Thailand, Cambo-dia, Hong Kong, Singapore, and Indonesia who havereformed their higher education institutions (Meek andWood, 1998; Minxuan, 1998; Crebert, 2000; Svecova,2000; Lee, 2001; Couturier, 2003; Ma, 2003). Based onthis, there is an opportunity for undertaking a com-parative study of management control systems betweenthe higher education institutions in the countries tolearn from each other.

REFERENCES

Aijing, J. (1999) Transformation And Re-Creation: Chi-nese Higher Education Facing The 21st Cen-tury, Paper is presented in HERDSA 1999 An-nual Conference: Recreated University,Melbourne, Australia <available at: http://www.herdsa. org.au/branches/vic/Corner-stones/pdf/Jin.PDF)

Alam, M. (1997) Budgetary Process In Uncertain Con-texts: A Study Of State-Owned Enterprises InBangladesh, Management Accounting Re-

search, Vol. 8, pp. 147-167

Angluin, D., and Scapens, R. W. (2000) Transparency,Accounting Knowledge And Perceived FairnessIn UK Universities’ Resource Allocation: Re-sults From A Survey Of Accounting And Fi-nance, British Accounting Review, Vol. 32, pp.1-42

Ansari, S. L., and Bell, J. (1991) Symbolism, Collectiv-ism And Rationality In Organisational Control,Accounting Auditing & Accountability, Vol. 4No. 2, pp. 4-27

Berry, A. J., Broadbent, J., and Otley, D. (1995)Aproaches To Control In The OrganisationalLiterature. In Berry, A. J., Broadbent, J., andOtley, D (Eds.), Management Control: Theories,Issues and Practices, London: Macmillan PressLtd

Burns, J. (1999) The Dynamics Of Accounting ChangeInter-Play Between New Practices, Routines, In-stitutions, Power And Politics, Accounting,Auditing & Accountability Journal, Vol. 13 No.5, pp. 566-596

Chenhall, R. H. (2003), Management Control DesignWithin Its Organizational Context: FindingsFrom Contingency-Based Research And Direc-tions For The Future, Accounting, Organiza-tions and Society, Vol. 28, pp. 127-168

Christiaens, J. (2001) Converging New Public Manage-ment Reforms And Diverging Accounting Prac-tices In Flemish Local Governments, FinancialAccountability and Management, Vol. 17 Is-sue 2, p. 153

Conway, T., Mackay, S., and Yorke, D. (1994) StrategicPlanning In Higher Education: Who Are TheCutomers, International Journal of Educa-tional Management, Vol. 8 No. 6, pp. 29–36

Couturier, L. K. (2003) Globalising With A Conscience :The Implications Of Privatisation In HigherEducation, Paper for “Markets, Profits and the

Page 36: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

33

MANAGEMENT CONTROL SYSTEMS AND THE DEREGULATION IN.............. (Irvan Noormansyah)

Future of Higher Education” Conference,Teachers College, Columbia University <avail-able online at: http://www.ncspe.org/publications_files/Couturier.pdf> (accessed at29 – 07 – 2004)

Coy, D., and Pratt, M. (1998) An Insight Into Account-ability And Politics In Universities: A CaseStudy, Accounting, Auditing and Accountabil-ity Journal, Vol. 11 No. 5, pp. 540-561

Crebert, G. (2000) Links Between The Purpose AndOutcomes Of Planning: Perceptions of headsof school at Griffith University, Journal ofHigher Education Policy and Management,Vol. 22 No. 1, pp. 73–83.

Euske, K. J., and Riccaboni, A. (1999) Stability To Prof-itability: Managing Interdependencies To MeetA New Environment, Accounting, Organiza-tions & Society, Vol. 24,Issue 5/6, p. 463

Evans, P., and Bellamy, S. (1995), Performance Evalua-tion In The Australian Public Sector, Interna-tional Journal of Public Sector Management,Vol. 8 Issue 6, p. 30

Goodwin, D. R., and Gouw, B. D. (1997) Budgetary Re-sponse Attitudes In A University Environment,International Journal of Educational Manage-ment, Vol. 11 Issue 4, pp. 179-186

Hopper, T., Tsamenyi, M., Uddin, S., andWickramasinghe, D. (2003a) The State They’reIn: Management Accounting In DevelopingCountries, Financial Management, CIMA,June, pp. 14-19

Hopper, T., Tsamenyi, M., Uddin, S., andWickramasinghe, D. (2003b) Management Ac-counting In Less Developed Countries, Work-ing paper

Hoque, Z., and Hopper, T. (1994) Rationality, Account-ing And Politics: A Case Study Of ManagementControl In A Bangladesh Jute Mill, Manage-ment Accounting Research, Vol. 5, pp. 5-30

Hoque, Z., and Hopper, T. (1997) Political And Indus-trial Relations Turbulence, Competition AndBudgeting In The Nationalised Jute Mills OfBangladesh, Accounting and Business Re-search, Vol. 27 No. 2, pp. 125-143

Lee, M. H. (2001) A Tale Of Two Cities: Comparing HigherEducation Policies And Reforms In Hong KongAnd Singapore, Paper presented at AustralianAssociation for Research in Education (AARE)2001 Conference - Frementle, Australia. avail-able at http://www.aare.edu.au/01pap/lee01240.htm

Ma, W. (2003) Economic Reform And Higher Educa-tion In China, CIDE Occasional Papers Series,CIDE Contribution No.2, http://www.gseis.ucla.edu/cide/ publications.php

Macintosh, N. B. (1994) Management Accounting AndControl Systems : An Organizational AndBehavioural Approach, London: Wiley

Meek, V. L. and Wood, F. Q. (1998) Higher EducationGovernance And Management: Australia,Higher Education Policy, Vol. 11, pp. 165-181

Minxuan, Z. (Spring, 1998) Cambodia Reforms In HigherEducation Finance, International Higher Edu-cation, Vol. 11, p. 8, <available online at: http://www.bc.edu/bc_org/avp/soe/cihe/> (Accessedat 20/08/2004)

Mohamedbhai, G. (2002) Globalisation And Its Implica-tions On Universities In Developing Countries,Working paper not published, University ofMauritius, <available at: http://www.ulaval.ca/BI/Globalisation-Universities/pages/actes/MohamedbhaiGoolam2.pdf>

Nelson, I. T., Bailey, J. A., and Nelson, A. T. (1998)Changing Accounting Education With Purpose:Market-Based Strategic Planning For Depart-ments Of Accounting, Issues in AccountingEducation, Vol. 13 No. 2, p. 302

Page 37: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

34

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 25-34

Otley, D. T., and Berry, A. J. (1998), Case Study Re-search In Management Accounting And Con-trol, Accounting Education, Vol. 7, pp. S105 –S127

Parker, L. D. (2002) Its Been A Pleasure Doing BusinessWith You: A Strategic Analysis And Critique OfUniversity Change Management, Critical Per-spectives on Accounting, Vol. 13, pp. 603-619

Pfeffer, J., and Moore, W. L. (1980) Power In UniversityBudgeting: A Replication And Extension, Ad-ministrative Science Quarterly, Vol. 25 Issue 4,pp. 637-653

Rademakers, M. F. L. (1998) Market Organisation InIndonesia: Javanese And Chinese Family Busi-ness In The Jamu Industry, Organization Stud-ies

Salancik, G. R., and Pfeffer, J (1974a) The Bases AndUse Of Power In Organizational Decision Mak-ing: The Case Of A University, AdministrativeScience Quarterly, Vol. 19, Issue 4, p. 453

Salancik, G. R., and Pfeffer, J (1974b) OrganisationalDecision Making As Political Process: The CaseOf A University Budget, Administrative Quar-terly Science, Vol. 19, Issue 2, p. 135

Salancik, G. R., and Pfeffer, J. (1977) Which Gets Power– And How They Hold On To It: A Strategic-Contingency Model Of Power, OrganisationalDynamics, Vol. 5, Issue 3, pp. 2 -21

Svecova, J. (2000) Privatization Of Education In TheCzech Republic, International Journal of Edu-cational Development, Vol. 20, pp. 127 - 133

Thomas, H. (2000) Power In The Resource AllocationProcess: The Impact Of Rational Systems, Jour-nal of Higher Education Policy and Manage-ment, Vol. 22 No. 2, p. 127

Tsamenyi, M., Mills, J., and Tauringana, V. (2002) AField Study Of The Budgeting Process And ThePerceived Usefulness Of The Budget In

Organisations In A Developing Country – TheCase Of Ghana, Journal of African Business,Vol. 3, No. 2, pp. 85 - 103

Uddin, S., and Hopper, T. (2001) A Bangladesh SoapOpera: Privatisation, Accounting, And RegimesOf Control In A Less Developed Country, Ac-counting, Organizations & Society, Vol. 26 Is-sue 7/8, pp. 643 - 673

Uddin, S., and Hopper, T. (2003) Accounting ForPrivatisation In Bangladesh: Testing WorldBank Claims, Critical Perspectives on Account-ing, Vol. 14 Issue 7, p. 739

Watts, E. W. (1996) Internat Allocation Of Funds:Changes And Challenges For Australian Uni-versities, Financial Accountability of Manage-ment, Vol. 12, Issue 1, p. 53

Page 38: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

35

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN............... (Suryawati)Vol. 20, No. 1, April 2009Hal. 35-46

ABSTRACT

Structure-Conduct-Performance approach was used toanalyze the condition of the textile and garment indus-try in D.I. Yogyakarta Province. To strengthen the study,SWOT approach was also used. The study yields: 1)the industry’s relatively high dependency toward sup-plying sectors; 2) the industry’s demand was driveninsignificantly by the increased demand of user sec-tors’ output; 3) the industry’s relatively high input-output ratio reflected the industry’s high dependencytoward inputs supplies; 4) the industry’s role in fulfill-ing local demands was weakened by the relatively largeportion of imported products; 5) the industry’s price-cost-margin and profit were significantly affected bythe input cost and production output.

Keywords: Structure-Conduct-Performance, textile,garment industry

PENDAHULUAN

Kondisi industri tekstil dan pakaian jadi di Indonesiamempunyai sisi positif dan negatif. Sisi positifnyaadalah industri ini berperan besar dalam perekonomian,baik dari sisi kontribusi dalam PDB dan ekspor maupundalam penyerapan tenaga kerja. Sedangkan dari sisinegatif, industri ini menghadapi banyak masalah mulaidari persaingan pemasaran baik di pasar domestikmaupun pasar internasional, peningkatan harga bahan

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PAKAIAN JADI DI PROVINSI DIY

SuryawatiSekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta

Jalan Seturan Yogyakarta 55281Telepon +62 274 486160, 486321, Fax. +62 274 486155

E-mail: [email protected]

Tahun 1990

ISSN: 0853-1259

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

baku sebagai akibat tidak langsung dari naiknya hargaminyak dunia, dan mesin-mesin produksi tekstil yangsebagian besar sudah tua. Jika ditinjau dari sisikebijakan pemerintah, menurut para pelaku industritekstil dan pakaian jadi, kebijakan yang dikeluarkan olehpemerintah dianggap belum cukup mendukungperbaikan dan kemajuan industri ini.

Pada periode 1985-1992, perkembangan kinerjaindustri tekstil menunjukkan kecenderungan yangsemakin membaik. Industri ini menyumbang sekitar 35persen terhadap ekspor total manufaktur danpenciptaan lapangan kerja terbesar di sektor manufaktur(Karseno dan Adjie, 2001). Berdasarkan penelitianKarseno dan Adjie (2001), industri tekstil pada periodeini diuntungkan oleh beberapa perangkat kebijakan.Pertama, sistem pengembalian tarif (duty drawbacksystem) menurunkan bias anti-ekspor karena eksportirdomestik menghadapi harga input yang sama denganharga-harga pesaing dari negara lain. Kedua, sistemjoint venture menghasilkan keterampilan teknis,manajerial, dan pemasaran yang diperlukan untukmemproduksi tekstil yang dapat diekspor.

Kekuatan industri tekstil ke luar (pasar ekspor)pada periode yang sama ternyata kurang diimbangi olehpenguatan ke dalam negeri. Sistem pengembalian tarifpada tingkat tertentu telah mengakibatkan kurangnyadaya saing industri tekstil jadi di tingkat domestik (fin-ishing fabrics). Selain itu, keterkaitan antara industritekstil jadi dan industri pakaian jadi juga lemah, danIndonesia mengekspor sejumlah besar gray fabrics(tekstil setengah jadi) dengan nilai tambah rendah danmengimpor tekstil jadi dalam jumlah besar. Selain itu,

Page 39: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

36

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 35-46

industri ini juga masih menghadapi biaya tinggi terkaitdengan lisensi dan prosedur ekspor dan impor. Kurangkondusifnya iklim usaha industri tekstil di dalam negeriini diperkirakan menjadi penyebab lemahnya kondisiindustri tekstil, sehingga ketika perekonomian Indone-sia mengalami krisis moneter sejak tahun 1997, minimalsudah 121 perusahaan tekstil yang bangkrut, dansisanya banyak yang kondisinya bagaikan “hidupsegan mati pun tak mau” (Harsiwi dan Sulistyanto).

Industri tekstil dan pakaian jadi di Provinsi DIYjuga mengalami kecenderungan yang sama. Pasca krisis,sejak tahun 2000-2005, telah terjadi penurunan jumlahperusahaan dalam porsi yang cukup signifikan.Berdasarkan data 77 perusahaan skala besar dansedang yang beroperasi pada tahun 2000, pada 2005tersisa 57 perusahaan yang masih beroperasi, atau turunmencapai 25,97 persen. Tentu penurunan iniberpengaruh pada penyerapan tenaga kerja yang padatahun 2005 turun 24,00 persen, dari di atas 16 ribu tenagakerja menjadi sekitar 12 ribu tenaga kerja. Industri inidiperkirakan akan semakin mendapat tantangan dengankebijakan kenaikan harga BBM sejak Oktober 2005 danMei 2008. Belum lagi krisis pasokan listrik sejak April2008, yang diikuti oleh surat keputusan bersama (SKB)lima menteri tentang pemindahan hari kerja industri keSabtu dan Minggu untuk mengatasi defisit listrik yangberlaku mulai 31 Juli 2008.

Industri tekstil dan pakaian jadi merupakansalah satu industri yang mempunyai peran pentingdalam perekonomian Provinsi DIY. Pasang surutindustri ini di tingkat nasional juga berdampak di tingkatdaerah. Salah satu penyebab yang krusial adalahkondisi mesin-mesin yang sudah tua. Selain itu, industriini juga menghadapi persaingan dengan banyaknyaproduk tekstil dan pakaian jadi impor yang masuk dipasaran Indonesia. Kondisi ini dimungkinkanberdampak langsung terhadap struktur dan kinerjaindustri tekstil dan pakaian jadi di Provinsi DIY.Berdasarkan fenomena ini, maka penelitian ini akanmenganalisis struktur, perilaku, dan kinerja industritekstil dan pakaian jadi di Provinsi DIY. Selain itu, dalampenelitian ini juga akan dianalisis perkembangan industritekstil dan pakaian jadi dari sisi kekuatan dankelemahannya.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisisstruktur, perilaku, dan kinerja industri tekstil danpakaian jadi di Provinsi DIY dan merumuskan kekuatan

dan kelemahan industri tekstil dan pakaian jadi diProvinsi DIY. Penelitian ini diharapkan dapatmemberikan manfaat untuk pengembangan penelitianindustri tekstil dan pakaian jadi khususnya di ProvinsiDIY dan menjadi rujukan bagi kebijakan industri tekstildan pakaian jadi di Provinsi DIY

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Salah satu kerangka dasar dalam analisis ekonomiindustri adalah hubungan antara Struktur-Perilaku-Kinerja atau Structure-Conduct-Performance (SCP).Hubungan paling sederhana dari ketiga variabeltersebut adalah hubungan linier di mana strukturmempengaruhi perilaku kemudian perilakumempengaruhi kinerja. Dalam SCP hubungan ketigakomponen tersebut saling mempengaruhi termasukadanya faktor-faktor lain seperti teknologi,progresivitas, strategi dan usaha-usaha untukmendorong penjualan (Martin, 2002). Struktur (struc-ture) suatu industri akan menentukan bagaimanaperilaku para pelaku industri (conduct) yang padaakhirnya menentukan kinerja (performance) industritersebut. Gambar 1 menunjukkan hubungan linierStruktur-Perilaku-Kinerja (SCP) suatu perusahaan.

Sumber: Martin, 2002.

Gambar 1Kerangka Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri

Struktur sebuah pasar akan mempengaruhiperilaku perusahaan dalam pasar tersebut yang secarabersama-sama menentukan kinerja sistem pasar secarakeseluruhan. Kinerja suatu industri diukur antara laindari derajat inovasi, efisiensi, dan profitabilitas. Dalamstruktur pasar terdapat tiga elemen pokok yaitu pangsapasar (market share), konsentrasi pasar (marketcontcentration) dan hambatan-hambatan untuk masukpasar (barrier to entry).

Peran industri tekstil dan pakaian jadi dalamperekonomian Provinsi DIY cukup signifikan. Tahun2005, industri ini menyerap tenaga kerja sekitar 30

Struktur Perilaku Kinerja

Page 40: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

37

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN............... (Suryawati)

persen untuk kelompok industri besar dan sedang. Nilaioutput-nya menyumbang hampir 20 persen produksiindustri besar dan sedang. Nilai ekspornya pada tahun2006 hampir mencapai 35 persen terhadap total eksporProvinsi DIY. Namun demikian, kinerja industri tekstildan pakaian jadi di Provinsi DIY dewasa ini cenderungmenurun. Kondisi ini paling tidak dapat ditunjukkanoleh kontribusi industri terhadap ekonomi lokal darisegi jumlah perusahaan, penyerapan tenaga kerja, nilaioutput, dan nilai ekspor.

Dibandingkan posisinya tahun 2000, pada tahun2005 jumlah perusahaan di industri ini menurun sekitar25,97 persen, dari 77 perusahaan skala sedang danbesar menjadi 57 perusahaan. Demikian pula dalam halpenyerapan tenaga kerja terjadi penurunan sebesar 24%pada periode yang sama. Pada tahun 2000, industri inimempekerjakan 16.366 orang, sementara tahun 2005jumlah ini menurun menjadi 12.438 orang. Kondisi inidapat dicermati pada Gambar 2.

Sumber: BPS Prov. DIY, 2001-2006, diolah.

Gambar 2Perkembangan Jumlah Perusahaan dan TenagaKerja Industri Tekstil dan Pakaian Jadi Provinsi

DIY, 2000-2005

Nilai output industri tekstil dan pakaian jadipada tahun 2005 memang meningkat jika dibandingkantahun 2000, namun kontribusinya menurun terhadapnilai output seluruh industri besar dan sedang. Padatahun 2000, kontribusi nilai output-nya mencapai33,54%, sementara tahun 2005 kontribusinya hanyasebesar 19,22%. Nilai ekspor industri ini pada tahun2006 cenderung meningkat sebesar 15,55%dibandingkan tahun 2000. Namun kontribusi nilai ekspor

industri menurun dari 42,76% (tahun 2000) menjadi34,53% (tahun 2006) terhadap seluruh ekspor ProvinsiDIY.

Sumber: BPS Prov. DIY, 2000-2007, diolah.

Gambar 3Perkembangan Ekspor Tekstil dan Pakaian Jadi

Provinsi DIY 1999-2000 dan 2005-2006

Fenomena yang tidak kalah menariknya terjadidalam penggunaan bahan baku impor baik di industritekstil maupun pakaian jadi. Pada industri tekstil,kandungan bahan baku impor seiring waktu semakinmengecil. Pada tahun 2001 kandungan bahan bakuimpor mencapai 34,63%, menjadi hanya 14,66% (tahun2005). Hal ini bertolak belakang dengan komposisibahan baku industri pakaian jadi yang impornyameningkat drastis pada tahun 2005 sebesar 54,18% dari4,74% (tahun 2001). Diperkirakan peningkatan imporini adalah salah satu cara pengusaha dalam menekanbiaya produksi dengan ikut memanfaatkan semakinbanyaknya tekstil Cina dan India di pasar domestikdengan harga yang relatif murah dan kualitasnya tidakkalah bagus dari produk lokal.

Penurunan kinerja industri tekstil dan pakaianjadi di Provinsi DIY diperkirakan disebabkan oleh faktor-faktor yang sama dengan penyebab turunnya kinerjaindustri di tingkat nasional. Di antaranya, kondisimesin-mesin produksi yang sudah tua, umumnya sudahlebih dari 20 tahun dan derasnya arus impor tekstil danpakaian jadi dari India dan Cina dengan harga yangrelatif murah. Produk Cina dimungkinkan akan makinkuat bersaing di pasar dunia maupun di pasar dalamnegeri Indonesia dengan akan diturunkannya pajakekspor produk tekstil dari 13% menjadi 11% olehPemerintah Cina. Hingga tahun 2007, Cina menguasai

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

2000 2001 2002 2003 2004 2005

Jumlah Perusahaan Jumlah Pekerja (ratus orang)

0.00

10000.00

20000.00

30000.00

40000.00

50000.00

60000.00

1999 2000 2005 2006

Volume (ton) Nilai (ribu USD)

Page 41: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

38

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 35-46

sekitar 37% pasar tekstil dan produk tekstil di Indone-sia (http://www.kapanlagi.com, 2007). Selain itu, arusmasuk produk selundupan ke dalam negeri melaluikawasan-kawasan berikat yang mendapatkan fasilitaspembebasan tarif bea masuk untuk bahan baku. Disamping semakin mengetatkan persaingan pasardomestik, produk selundupan ini merugikan negarasekitar Rp2 triliun per tahun.

Pemerintah Provinsi DIY sebenarnya sudahmengeluarkan kebijakan untuk mendukungpeningkatkan kinerja sektor industri tekstil dan pakaianjadi. Sesuai kewenangannya, kebijakan yangdikeluarkan sifatnya menciptakan citra wilayah yangkondusif terhadap investasi, seperti mempertahankankestabilan keamanan wilayah dan pemulihan kondisiwilayah pasca gempa bumi tahun 2006. PemerintahProvinsi DIY juga berperan sebagai fasilitator untukmendorong pemasaran hasil produksi industri ini, baikdi dalam maupun luar negeri. Fasilitas ini dapatberbentuk penyelenggaraan pameran di DIY, mengirimpengusaha lokal untuk mengikuti pameran ke kota-kotalain di dalam dan luar negeri, maupun mendatangkanpembeli dari luar negeri. Sementara ini, PemerintahProvinsi DIY belum bisa melindungi industri lokal daribanyaknya produk impor, baik yang masuk secara le-gal maupun ilegal, karena kewenangan ini masih beradapada pemerintah pusat.

Penelitian Herawati dan Wahyuddin bertujuanuntuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yangmenentukan tingkat profitabilitas perusahaan di sektorindustri manufaktur, dengan mengambil studi kasusindustri batik (ISIC 32117) bagian dari industri Tekstildan Produk Tekstil (TPT). Beberapa temuan daripenelitian ini adalah konsentrasi industri, diwakilivariabel CR4, berpengaruh signifikan terhadap tingkatkeuntungan perusahaan (rasio nilai tambah terhadapnilai total barang). Hal ini mengindikasikan bahwakekuatan pasar yang dimiliki industri/perusahaanmampu secara efektif mempengaruhi ukuran pasarmelalui mekanisme harga. Skala output minimum (MES),rasio output terhadap nilai total output industri,berpengaruh signifikan terhadap tingkat keuntunganperusahaan/industri. Hal ini menunjukkan bahwaperusahaan/industri mampu mempertahankan skalaminimum untuk mempertahankan posisinya di pasar.

Penelitian Setiawan dan Santosa (2006)memfokuskan pada kajian tentang supply chain

industri tekstil di Indonesia. Temuan hasil penelitianini adalah perusahaan retailer telah melakukanintegrasi yang seimbang dan dalam tingkat intensitasyang tinggi dalam upayanya meningkatkan kinerja sup-ply chain-nya baik ke arah pemasok (downstream)maupun konsumen (upstream). Karena industri tekstilmempunyai daur hidup produk yang relatif singkat,maka perusahaan retailer tekstil dimana yangmempunyai hubungan langsung dengan konsumensangat diperlukan kepekaan dalam mengetahuiperubahan minat pasar.

Penelitian Kuncoro (2007) bertujuan untukmengetahui struktur-perilaku-kinerja subsektoragroindustri di Indonesia dengan menggunakan modelInput-Output. Tiga pendekatan digunakan yaitu,analisis keterkaitan ke depan dan ke belakang untukmengetahui struktur dalam subsektor agroindustri.Analisis multiplier untuk mengetahui perilaku dalamsektor, mencakup angka pengganda output,pendapatan, dan tenaga kerja. Indikator multiplierekspor dan derajat ketergantungan ekspor digunakanuntuk mengetahui kinerja subsektor agroindustri.Temuan penelitian ini di antaranya, industri tekstil/pakaian jadi/kulit memiliki kaitan ke belakang tinggi,namun kaitan ke depan rendah. Berdasarkan angkapenggandanya, industri ini memiliki angka penggandaoutput terbesar setelah industri plastik-karet, angkapengganda pendapatan dan tenaga kerja lebih besardari dua. Sekitar 34,26% produksi industri inidiperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan ekspor.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalahdata sekunder terkait dengan industri tekstil dan pakaianjadi skala sedang dan besar di Provinsi DIY tahun 2000-2006. Termasuk ke dalam industri besar adalahperusahaan-perusahaan yang masing-masingmempekerjakan 100 orang atau lebih. Sementara padaindustri sedang, perusahaan-perusahaan yangtermasuk kedalamnya masing-masing mempekerjakanantara 20-99 orang. Data ini bersumber dari publikasiBadan Pusat Statistik (BPS) dan Pemerintah DaerahIstimewa Yogyakarta dan didukung publikasi mediamassa.

Metode analisis data yang digunakan dalampenelitian ini mengacu pada metode yang digunakanoleh Firdaus, dkk. (2008). Metode-metode tersebutdiklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu analisisstruktur industri, perilaku industri, dan kinerja industri.

Page 42: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

39

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN............... (Suryawati)

Namun demikian, karena keterbatasan akanketersediaan data, maka hanya metode-metode yangrelevan yang akan digunakan dalam analisis. Dalamanalisis perkembangan industri tekstil di Provinsi DIYjuga akan digunakan metode SWOT (strength, weak-ness, opportunity dan threat).

Pangsa pasar menunjukkan keuntungan yangdiperoleh perusahaan dari hasil penjualannya. Masing-masing perusahaan mempunyai pangsa pasar yangberbeda-beda yaitu antara 0% hingga 100% dari totalpenjualan seluruh pasar. Pangsa pasar suatu industridapat dirumuskan sebagai berikut:

MSi = 100SS

tot

i x

Di mana: MSi adalah pangsa pasar perusahaani (%), Si = penjualan perusahaan i (rupiah) dan Stot =penjualan total seluruh perusahaan (rupiah).Tingkat konsentrasi industri dapat dihitung denganmenggunakan Concentration Ratio (CR). CR adalahpersentase dari total keluaran industri atau pendapatanpenjualan. Formula Rasio Konsentrasi (CR) adalahsebagai berikut:

Di mana: Sij merupakan pangsa pasar negara kei penghasil komoditas di pasar dunia dan CRni = rasiokonsentrasi komoditas pada pasar dunia.Hambatan masuk pasar dapat dilihat dengan banyaknyapesaing dalam merebut pangsa pasar untuk mencapaitarget keuntungan yang diinginkan. Hambatan ini dapatdianalisis dengan mengukur skala ekonomis yangdidekati melalui keluaran (output) perusahaaan. Nilaikeluaran tersebut kemudian dibagi dengan keluarantotal industri. Perhitungan ini disebut sebagai Mini-mum Efficiency Scale (MES).

MES = TotalOutput Terbesar PerusahaanOutput

Kaitan ke depan merupakan alat analisis untukmengetahui derajat keterkaitan antara suatu sektor yangmenghasilkan output yang digunakan sebagai inputbagi sektor-sektor lain. Kaitan ke belakang digunakan

untuk mengetahui derajat keterkaitan suatu sektorterhadap sektor-sektor lain yang menyumbang inputkepadanya.

1

1

iij

j

iij

bj aX

XL

dimana Lbj = indeks kaitan ke belakang; Xj = nilai dariproduk ke j; Xij = nilai input jasa “i” yang disediakandari dalam negeri untuk memproduksi produk “j”; aij =koefisien input-output Leontief.Indeks keterkaitan ke depan dihitung berdasarkaninvers kaitan ke belakang: Ltj = Ó aij – 1 (Kuncoro,2007: 264).

Perilaku industri dalam penelitian ini akandianalisis secara deskriptif. Perilaku industrimenganalisis tingkah laku serta penerapan strategi yangdigunakan oleh perusahaan dalam suatu industri untukmerebut pangsa pasar dan mengalahkan pesaingnya.Analisis kinerja industri dilakukan denganmenggunakan analisis Price-Cost-Margin (PCM) untukmenganalisis hubungan struktur pasar terhadap kinerjaperusahaan. PCM merupakan salah satu indikatorkinerja yang digunakan sebagai perkiraan kasar darikeuntungan industri. Variabel endogen yang digunakanadalah proksi dari keuntungan industri yaitu PCMsedangkan variabel eksogennya adalah jumlahperusahaan, pengeluaran untuk pekerja, pengeluaranuntuk bahan bakar, pengeluaran untuk bahan baku,dan nilai keluaran. PCM dihitung dari (keuntunganpenjualan – biaya material)/keuntungan penjualan.Keuntungan diperoleh dari pengurangan antara nilaikeluaran (output) dengan seluruh biaya produksi.Metode analisis yang digunakan adalah panel data.Periode estimasi yang digunakan dari tahun 2000-2005pada industri ISIC 171 PPPT (pemintalan, pertenunandan pengolahan akhir tekstil), ISIC 172/173 TPP (barangjadi tekstil dan permadani serta perajutan) dan ISIC 181PJNB (pakaian jadi non berbulu).

Data panel merupakan kombinasi dari data runtutwaktu (time series) dan data silang tempat (cross sec-tion) (Gujarati, 2003). Keunggulan dari penggunaan datapanel dalam suatu analisis regresi/estimasisebagaimana telah dirumuskan oleh Baltagi (dalamGujarati, 2003), yaitu (1) Memunculkan heterogenitassecara eksplisit ke dalam perhitungan dengan

Page 43: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

40

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 35-46

memasukkan variabel-variabel individu-tertentu; (2)Kombinasi data runtut waktu dan silang tempat dalamdata panel akan mampu memberikan “data yang lebihinformatif, bervariasi, mengurangi kollinieritas padasejumlah variabel, menambah degree of freedom, danlebih efisien”; (3) Dengan melakukan pengulanganpada observasi silang tempat, data panel lebih baikuntuk mempelajari/mengestimasi perubahan dinamik;(4) Data panel mampu mendeteksi dengan lebih baikdan mengukur dampak yang tidak dapat dilakukandengan menggunakan data silang tempat atau runtutwaktu; (5) Data panel memberikan informasi kepadapenggunanya untuk mempelajari model-model perilakuyang lebih kompleks; dan (6) Dengan jumlah data yangbanyak memungkinkan data panel mampu untukmengurangi bias data pada waktu dilakukan agregasi.

Metode-metode yang digunakan untukmengestimasi data panel ada beberapa jenis, yaitumetode fixed effect dan random effect (Gujarati, 2003dan Widarjono, 2005). Estimasi data panel denganmenggunakan metode fixed effect adalah; (1)diasumsikan seluruh koefisien (intersep dan slope)tetap sepanjang waktu (time series) dan individu (crosssection) atau disebut sebagai estimasi common effect,(2) diasumsikan slope konstan tetapi intersep berbedaantarindividu (disebut juga estimasi fixed effect atauleast square dummy variable – LSDV), (3) diasumsikanintersep dan slope berbeda antarwaktu dan individu,dan (4) diasumsikan intersep dan slope berbedaantarindividu.

HASIL PENELITIAN

Struktur industri tekstil dan pakaian jadi di ProvinsiDIY dapat dijelaskan dengan analisis pangsa pasar,rasio konsentrasi, analisis barrier to entry, serta analisisindeks keterkaitan ke depan dan ke belakang.Keterbatasan data yang tersedia tentang industri tekstildan pakaian jadi di tingkat Provinsi DIY mengakibatkanpeneliti tidak dapat melakukan analisis pangsa pasar(MS) maupun rasio konsentrasi (CR4).

Analisis barrier to entry melalui penghitunganMinimum Efficiency Scale (MES) dalam penelitian inidihitung dengan pendekatan yang berbeda,menyesuaikan dengan ketersediaan data. Jumlah out-put perusahaan terbesar digunakan data jumlah out-put dari industri tekstil dan pakaian jadi skala besar

dan sedang, yang pada tahun 2000 berjumlah 77perusahaan. Sementara untuk output total digunakandata output domestik industri tekstil dan pakaian jadidi Provinsi DIY dari tabel input-output, pada periodeyang sama.

Hasil penghitungan menunjukkan bahwaperusahaan skala besar dan sedang memproduksisekitar 81,88% dari total produksi tekstil dan pakaianjadi domestik di Provinsi DIY. Artinya, peran perusahaanskala kecil dan mikro dan lainnya hanya tersisa sekitar18%. Penghitungan indeks keterkaitan ke depan danke belakang industri tekstil dan pakaian jadi di ProvinsiDIY didasarkan pada Tabel Input-Output Provinsi DIYtahun 2000 dengan klasifikasi 64 sektor (Bapeda Prop.DIY & BPS Prop. DIY, 2003). Hasil penghitungan indeksketerkaitan ini sejalan dengan hasil penelitian di tingkatnasional. Di Provinsi DIY pun, keterkaitan ke belakangindustri tekstil dan pakaian jadi relatif tinggi, denganangka 1,33. Artinya, permintaan akan tekstil dan pakaianjadi 1 unit akan mampu mempengaruhi sektor input-nya secara total sebesar 1,33 unit.

Jika dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya,indeks keterkaitan ke belakang industri tekstil danpakaian jadi ini menempati urutan ke empat terbesar.Relatif tingginya angka ini menunjukkan bahwa tingkatketergantungan industri tekstil dan pakaian jaditerhadap sektor-sektor pemasok input cenderung tinggi.Keterkaitan ke depan yang menggambarkanpemanfaatan produk hasil industri tekstil dan pakaianjadi oleh sektor-sektor lain menghasilkan angka indeksyang relatif rendah yaitu hanya 0,90. Rendahnya angkaini berdampak pada kenaikan permintaan produk sektor-sektor pengguna yang tidak dapat meningkatkanpermintaan produk industri tekstil dan pakaian jadisecara signifikan, dimana kenaikan permintaan akansektor-sektor pengguna sebesar 1 unit, hanya akanmeningkatkan permintaan produk industri tekstil danpakaian jadi sebesar 0,90 unit.

Perilaku industri tekstil dan pakaian jadi diProvinsi DIY dalam tulisan ini dicermati mulai dari polaperdagangan produk, baik sumber pasokan maupunalokasi penggunaannya. Berdasarkan data pada tabelinput-output Provinsi DIY tahun 2000 klasifikasi 64sektor, diketahui bahwa sekitar 46,55% pasokan produktekstil dan pakaian jadi di provinsi ini masih didatangkanmelalui impor. Berdasarkan sisi penggunaan, sekitar76,89% pasokan diekspor ke luar negeri dan provinsi

Page 44: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

41

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN............... (Suryawati)

lain. Tingginya angka ekspor ini menunjukkan bahwasebagian produk impor, diekspor kembali. Sementaraproduk yang dikonsumsi langsung oleh rumah tanggahanya 10,40% dan yang digunakan oleh sektor lainsebagai input antara hanya 10,10%.

Berdasarkan data industri tekstil dan pakaian jadi skalabesar dan sedang dapat dibandingkan perubahan rata-rata pengeluaran per tenaga kerja (upah per tenagakerja), efisiensi, dan produktivitas atau penggunaaninput per satu output tahun 2000 dan 2005.

Tabel 1Jumlah Pasokan, Sumber Pasokan, dan Penggunaan Pasokan Tekstil dan Pakaian Jadi

di Provinsi DIY Tahun 2000

Sumber: Bapeda Prov. DIY dan BPS Prov. DIY, 2003, diolah.

Rincian Klasifikasi 64 Sektor Klasifikasi 83 Sektor Tekstil dan Pakaian Jadi Tekstil Pakaian Jadi

Jumlah Pasokan (juta Rp) 1.717.071 245.763 1.471.308 Sumber Pasokan (%): a. Produksi Domestik 53,45 58,07 52,68 b. Impor 46,55 41,93 47,32 Penggunaan Pasokan (%): a. Permintaan antara 10,10 54,29 2,71 b. Konsumsi Rumah Tangga 10,40 8,62 10,70 c. Ekspor 76,89 46,89 81,90 d. Investasi 0,03 0,00 0,03 e. Perubahan Stok 2,59 -9,79 4,66

Perilaku industri tekstil dan industri pakaian jadidapat diamati secara terpisah, dengan menggunakandata dalam tabel input-output yang sudah dipecahmenjadi 83 sektor. Berdasarkan Tabel 1, dari 54,29%pasokan yang digunakan sebagai input antara olehsektor-sektor lain, sebesar 47,59% atau Rp117 miliardigunakan sebagai input bagi industri pakaian jadi diProvinsi DIY. Berdasarkan angka ini menunjukkanbahwa pada tahun 2000, industri tekstil dapat menjadiindustri hulu dari industri pakaian jadi lokal. Konsumsilangsung oleh rumah tangga hanya sekitar 9% dansekitar 47% diekspor ke luar negeri maupun ke luarprovinsi. Pola ini relatif berbeda jika dibandingkandengan industri pakaian jadi, dimana sebagian besarproduksinya diekspor dan mencapai 81,90%. Besarnyaekspor pakaian jadi menunjukkan bahwa sebagian besarproduk pakaian jadi impor kemudian diekspor kembali.Sementara untuk konsumsi rumah tangga di lokalProvinsi DIY hanya 10,70%.

Selain pola perdagangan, perilaku industri dapatdicermati melalui produktivitas dan efisiensinya.

Perbandingan ini dilakukan untuk melihat apakahindustri ini semakin efisien atau tidak.

Tabel 2Upah per Tenaga Kerja, Tingkat Efisiensi dan

Produktivitas Tenaga Kerja Industri Tekstil danPakaian Jadi di Provinsi DIY Tahun 2000 dan 2005

Sumber: BPS Prov. DIY, 2001 dan 2006, diolah.

Penurunan pengeluaran rata-rata per tenagakerja tidak terjadi pada periode 2000-2005 ini, karenaupah rata-rata sebesar Rp3,9 juta pada tahun 2000meningkat menjadi Rp8,6 juta (tahun 2005). Di sisi lain,terjadi peningkatan produktivitas per tenaga kerja,

Rincian 2000 2005 Upah/TK (000 Rp/orang) 3.957 8.601 Efisiensi 0,79 0,75 Produktivitas (000 Rp/TK) 45.917 72.869

Page 45: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

42

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 35-46

dimana pada tahun 2000 per pekerja menghasilkan nilaioutput rata-rata mendekati Rp46 juta, meningkat sekitar59% menjadi mendekati Rp73 juta per tenaga kerja(tahun 2005). Ada catatan penting bahwa angkapengeluaran rata-rata per tenaga kerja dan produktivitasini belum disesuaikan dengan inflasi yang terjadi dalamkurun waktu lima tahun (2000-2005).

Dilihat dari sisi efisiensi, yaitu rasio penggunaaninput antara per 1 output, terjadi sedikit perbaikan.Dimana pada tahun 2000, untuk menghasilkan 1 out-put dibutuhkan input antara 0,79, maka pada tahun2005 hanya membutuhkan 0,75 unit input antara. Padatahun 2005, komponen input antara ini sekitar 89,15%adalah bahan baku, baik lokal maupun impor; 7,73%adalah pengeluran bahan bakar minyak dan listrik; danlainnya 3,11%. Sementara perbandingan antarakomponen bahan baku lokal dan impor antara industritekstil dan industri pakaian jadi memiliki pola yangberbeda. Pada periode yang sama, komponen bahanbaku impor industri tekstil hanya 14,29% dan lokalmencapai 71,82%. Industri pakaian jadi menggunakanbahan baku impor hingga mencapai 50,50%.

Ketergantungan tinggi terhadap pasokan inputternyata tidak diimbangi dengan kekuatan penguasaanpasar. Kondisi ini tercermin pada besarnya kontribusiproduk impor dalam pemenuhan permintaan lokal,maupun untuk diekspor kembali. Output industri tekstildan pakaian jadi domestik hanya menguasai pangsapasar 53,45 persen, sementara produk impormenyumbang 46,55 persennya.

Analisis kinerja industri tekstil di Provinsi DIYdilakukan dengan menggunakan estimasi data panel.Kinerja industri dicerminkan oleh variabel PCM. SelainPCM, estimasi data panel kinerja industri jugamenggunakan variabel keuntungan. Variabel PCM ataukeuntungan (K) tersebut menjadi variabel endogendengan variabel eksogennya adalah jumlah perusahaan(JU), jumlah tenaga kerja (JP), pengeluaran untukpekerja (PG), pengeluaran untuk bahan bakar (PB),pengeluaran untuk bahan baku (PM), dan nilai keluaran(O). Hal ini dilakukan untuk mengetahui variabel manayang tepat untuk mencerminkan kinerja industri tekstildi Provinsi DIY.

Estimasi data panel dengan variabel endogenPCM dapat diketahui bahwa, baik dengan intersepnone, common, maupun fixed effect, variabel jumlahperusahaan (JU), pengeluaran untuk bahan baku (PM)

dan nilai keluaran (O) berpengaruh signifikan terhadapPCM. Pada estimasi dengan intersep fixed effectvariabel jumlah tenaga kerja (JP) juga berpengaruhsignifikan terhadap PCM. Sementara itu, estimasi datapanel dengan variabel endogen keuntungan (K) dapatdisimpulkan bahwa baik dengan intersep none, com-mon, maupun fixed effect pengeluaran untuk pekerja(PG), pengeluaran untuk bahan baku (PM), dan nilaikeluaran (O) berpengaruh signifikan terhadap PCM.Hasil estimasi data panel secara lengkap sebagaimanaterlihat pada tabel-tabel di bawah ini.

Tabel 3Hasil Estimasi Data Panel

(None Intercept)

Sumber: Hasil analisis.Keterangan: *) signifikan pada α=1%, **) α=5% dan

***) α=10%

Jumlah perusahaan (JU) berpengaruh negatifterhadap PCM. Hal ini mengindikasikan bahwa semakinbanyak jumlah perusahaan perkembangan tingkatkeuntungan perusahaan belum tentu meningkat. Halyang perlu ditelaah lebih jauh dari fenomena ini adalahadanya kemungkinan industri-industri tekstil yangditeliti belum efisien dalam operasionalnya.

Variabel Eksogen

PCM Keuntungan (K) Koefisien Uji t Koefisien Uji t

JU -0.345588 -3.310655* 207991.4 0.469165 JP 0.000744 1.129695 -2069.646 -0.740315 PG -4.92E-08 -0.575967 -1.165277 -3.213584* PB -2.30E-08 -0.305739 -0.326193 -1.022970 PM -5.79E-08 -2.349486** -0.994269 -9.495903* O 4.21E-08 1.758849*** 0.946577 9.309660* Adj R2 0.626771 0.947403 Uji F 6.709679 62.24282 Uji DW 3.042158 2.761071

Page 46: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

43

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN............... (Suryawati)

Tabel 4Hasil Estimasi Data Panel

(Common Intercept)

Sumber: Hasil analisis.Keterangan: *) signifikan pada α=1%, **) α=5% dan

***) α=10%

PEMBAHASAN

Pengeluaran untuk bahan baku (PM) berpengaruhnegatif baik terhadap PCM maupun keuntungan.Artinya, semakin murah dan berkualitas bahan bakuyang digunakan maka tingkat keuntungan semakintinggi. Aspek yang perlu dipertimbangkan adalahoptimalisasi bahan baku lokal/domestik. Apabilaindustri tekstil mendesak untuk mengimpor bahan baku,maka aspek nilai tukar dan kualitas bahan baku imporharus diperhatikan.

Keluaran produksi (O) berpengaruh positif baikterhadap PCM maupun keuntungan. Hal inimengindikasikan bahwa semakin agresif produksiindustri tekstil di Provinsi DIY maka ada kecenderungantingkat keuntungan meningkat. Namun demikian,kondisi ini masih perlu mempertimbangkan strategipemasaran yang tepat.

Pengeluaran untuk pekerja (PG) berpengaruhnegatif terhadap keuntungan. Hal ini menunjukkanbahwa semakin tinggi pengeluaran untuk pekerja, padasaat yang sama produktivitas pekerja belum tentumaksimal/naik, maka keuntungan perusahaancenderung turun. Jika kondisi ini tetap dipertahankan,maka industri tekstil cenderung tidak efisien.

Jumlah tenaga kerja (JP) berpengaruh positifterhadap PCM. Kondisi ini menunjukkan bahwa industritekstil di Provinsi DIY cenderung labor intensive.Artinya, dalam proses produksi lebih mengandalkantenaga kerja dibandingkan penggunaan modal dan TIK(teknologi informasi dan komunikasi).

Tabel 5Hasil Estimasi Data Panel(Fixed Effect Intercept)

Sumber: Hasil analisis.Keterangan: *) signifikan pada α=1%, **) α=5% dan

***) α=10%

Analisis SWOT penting dilakukan untukmengidentifikasi dan mengevaluasi perkembanganindustri tekstil dan pakaian jadi di Provinsi DIY. Analisisini juga digunakan sebagai dasar perencanaan strategipengembangan industri tersebut. Berdasarkan aspekkekuatan (S), industri tekstil di Provinsi DIYdiuntungkan karena beberapa faktor, yaitu kualitastekstil relatif bagus dan hasil produksi sebagian besardiekspor (60%). Dilihat dari aspek kelemahan (W),sekitar 90% (dari 2.700) mesin produksi tekstil berusiadi atas 20 tahun (http://www.kapanlagi.com, 2007). Jikadibandingkan dengan harga produk dari Cina, produkindustri tekstil di Provinsi DIY relatif mahal/kurangkompetitif.

Kekuatan maupun kelemahan industri tekstil diatas tentunya diiringi dengan peluang dan ancaman dilevel global. Berdasarkan aspek peluang (O), palingtidak ada dua faktor penting yang perlu dimanfaatkanoleh industri tekstil di Provinsi DIY, yaitu (1) Program

Variabel Eksogen

PCM Keuntungan (K) Koefisien Uji t Koefisien Uji t

C 1.590046 0.999258 -449250.4 -0.063664 JU -0.452600 -3.026319* 238226.6 0.359193 JP 0.000947 1.374150 -2127.033 -0.696156 PG -5.94E-08 -0.690206 -1.162402 -3.048149* PB -3.81E-08 -0.497617 -0.321908 -0.947573 PM -5.78E-08 -2.342269** -0.994318 -9.093533* O 4.44E-08 1.844894*** 0.945939 8.869493* Adj R2 0.626724 0.942643 Uji F 5.757127 47.56479 Uji DW 3.112070 2.772944

Variabel Eksogen

PCM Keuntungan (K) Koefisien Uji t Koefisien Uji t

JU -0.591481 -2.530151** -681238.2 -0.645337 JP 0.002346 2.131633*** 3342.274 0.672473 PG -1.53E-07 -1.425351 -1.606099 -3.303561* PB 3.71E-07 1.369010 1.388817 1.134619 PM -6.37E-08 -2.620217** -1.016939 -9.259775* O 4.39E-08 1.863248*** 0.938652 8.824811* Adj R2 0.645344 0.943496 Uji F 7.786755 58.37322 Uji DW 2.782849 2.399780

Page 47: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

44

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 35-46

restrukturisasi mesin TPT dari pemerintah periode 1April – 31 Juli 2008. Pemerintah menyediakan anggaransebesar Rp311 miliar. Dana ini diperkirakan akanmenstimulus investasi baru sebesar Rp3,1 triliun danpenambahan penyerapan tenaga kerja sekitar 10.000orang untuk 160 perusahaan. Kebutuhan riil untukrestrukturisasi mesin produksi TPT diperkirakanmencapai US$3,6 miliar (Detik Finance, 2008) dan (2)Kenaikan harga minyak mentah dunia telahmeningkatkan daya beli masyarakat di kawasan TimurTengah sehingga impor TPT dari Indonesia ke kawasanini cenderung meningkat (Detik Finance, 2008).

Berdasarkan aspek ancaman (T), beberapa faktoryang perlu dipertimbangkan adalah (1) Penurunankonsumsi produk TPT domestik sebesar 20% karenainflasi sebagai akibat kenaikan harga BBM (Detik Fi-nance, 2008); (2) Pangsa pasar produk TPT Cina diIndonesia mencapai 37%; (3) Pangsa pasar produk TPTilegal di Indonesia mencapai 20-30% (Tempo Interaktif,2005); dan (4) Perlambatan ekonomi globalmenyebabkan permintaan produk TPT Indonesia dariAmerika dan Jepang cenderung menurun (Detik Fi-nance, 2008). Tabel 6 menjelaskan hasil identifikasidalam analisis SWOT dan strategi yang dapat diambildi industri tekstil dan pakaian jadi di Provinsi DIY.

Tabel 6Analisis SWOT Industri Tekstil Provinsi DIY

Sumber: Hasil analisis.

STRENGHT (S): 1. Kualitas tekstil dan produk

tekstil dalam negeri umumnya lebih baik dibandingkan produk Cina.

2. Tenaga kerja mudah didapat. 3. Sebagian besar produk tekstil

dan pakaian jadi berorientasi pasar ekspor.

4. Proporsi bahan baku impor industri tekstil cenderung menurun.

WEAKNESS (W): 1. Usia mesin produksi sudah

tua. 2. Harga produk lokal kurang

kompetitif dibandingkan harga produk Cina.

3. Proporsi bahan baku impor industri pakaian jadi cenderung meningkat.

OPPORTUNITIES (O): 1. Pelaksanaan program

restrukturisasi mesin TPT. 2. Keringanan pajak. 3. Adanya pembatasan produk

TPT dari Cina di AS dan Eropa (AS adalah pasar ekspor terbesar TPT Indonesia).

4. Permintaan produk TPT Indonesia di kawasan Timur Tengah cenderung meningkat.

STRATEGI SO: 1. Strategi agresif untuk

meningkatkan pangsa pasar.

2. Meningkatkan pemasaran di pasar baru.

3. Meningkatkan efisiensi operasional.

STRATEGI WO: 1. Efisiensi operasional. 2. Kerjasama investasi

mesin produksi dengan berbagai pihak

3. Peningkatan kualitas pelayanan kepada nasabah.

THREATS (T): 1. Penurunan konsumsi

masyarakat Indonesia akan produk TPT.

2. Produk Cina menguasai 37% pangsa pasar TPT domestik.

3. Produk tekstil ilegal menguasai 20–30% pangsa pasar domestik.

4. Perlambatan ekonomi global.

STRATEGI ST: 1. Peningkatan kualitas dan

kuantitas pemasaran. 2. Menerapkan strategi

pemasaran “jemput bola” terutama ke pasar baru.

STRATEGI WT: 1. Pengembangan

jaringan pelayanan baru.

2. Pengembangan TIK dalam sistem produksi/operasional.

Page 48: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

45

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN............... (Suryawati)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasandisimpulkan bahwa (1) Struktur industri tekstil danpakaian jadi di Provinsi DIY ditunjukkan oleh a) Rasiooutput industri skala besar dan sedang terhadap totaloutput domestik menghasilkan angka 81,88% outputdomestik diproduksi oleh industri skala besar dansedang, sehingga pangsa untuk industri kecil, mikro,dan lainnya hanya 18,12%; b) Indeks keterkaitan kebelakang industri tekstil dan pakaian jadi relatif tinggi,sehingga kenaikan permintaan terhadap industri ini akanmeningkatkan permintaan sektor-sektor pemasoknyasecara signifikan dan c) Indeks keterkaitan ke depanrelatif rendah, sehingga kenaikan permintaan outputsektor-sektor pengguna tidak akan meningkatkanpermintaan output industri tekstil dan pakaian jadisecara signifikan; (2) Industri tekstil dan pakaian jadisangat tergantung pada sektor-sektor pemasokinputnya. Kondisi ini tercermin pada relatif tingginyarasio input-output industri ini, dan tingginya kontribusinilai bahan baku dalam komponen biaya antara/inputantara. Sementara pada sisi pemasaran output,tingginya kontribusi produk impor, melemahkan posisiindustri tekstil dan pakaian jadi domestik dalammemenuhi permintaan lokal, maupun untuk dieksporkembali; (3) Berdasarkan estimasi data panelmenunjukkan bahwa variabel pengeluaran untuk bahanbaku dan keluaran produksi berpengaruh signifikan baikterhadap PCM maupun keuntungan industri tekstil danpakaian jadi di Provinsi DIY. Variabel lain yangberpengaruh signifikan terhadap PCM adalah jumlahperusahaan. Di sisi lain, variabel pengeluaran untukpekerja juga berpengaruh signifikan terhadapkeuntungan; dan (4) Dengan mengacu pada hasilanalisis SWOT, maka ada beberapa strategi yang dapatdilakukan oleh industri tekstil dan pakaian jadi diProvinsi DIY, yaitu menjalin kerjasama dengan berbagaipihak dalam investasi mesin produksi, melakukanefisiensi operasional dan strategi pemasaran yangagresif terutama ke pasar-pasar baru, meningkatkankualitas produk dan layanan kepada konsumen, danmenggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasiuntuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk sertakualitas SDM.

Saran

Saran yang dapat dirumuskan berdasarkan hasilpenelitian ini adalah (1) Bagi penelitian selanjutnya,disarankan supaya dapat melakukan survei langsungdi industri tekstil dan pakaian jadi di Provinsi DIYterutama terkait dengan aspek perilaku industri. Dalamhal perhitungan dan analisis struktur industri, perludipertimbangkan variabel/data lain sebagai proksi jikadata yang ada tidak memadai/data tidak ada dan (2)Bagi Pemerintah Provinsi DIY, disarankan perlu adakebijakan di sektor industri tekstil dan pakaian jadi yangterintegrasi dengan kebijakan pusat (nasional).Penciptaan iklim investasi dan kerjasama denganberbagai pihak merupakan salah satu kunci perbaikanindustri tekstil dan pakaian jadi. Selain itu, pencitraanproduk lokal dengan karakteristik tertentu (yang unik)sangat diperlukan untuk membantu industri tekstil danpakaian jadi dalam persaingan global.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Provinsi D. I. Yogyakarta (2001-2007). D. I. Yogyakarta Dalam Angka 2000-2006.

Badan Pusat Statistik Provinsi D. I. Yogyakarta (2001-2006). Statistik Industri Besar dan Sedang 2000-2005.

Bappeda Propinsi D. I. Yogyakarta dan Badan PusatStatistik Propinsi D. I. Yogyakarta (2003).Laporan Akhir Analisis Input Output (I-O)Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Detik Finance (2008). Buruan Daftar, PengajuanRestrukturisasi TPT Diperpanjang, http://www.detikfinance.com/read/2008/06/20/084807/9 5 9 4 7 1 / 4 / b u r u a n - d a f t a r - p e n g a j u a n -restrukturisasi-tpt-diperpanjang

___________. Permintaan Impor Tekstil AS dan JepangMenyusut, http://ad.detik.com/link/bisnis/bis-zyrex200x400-new.ad

Page 49: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

46

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 35-46

___________. Konsumsi Tekstil 2008 Diprediksi Turun20% http://www.detikfinance.com/read/2008/06/13/182353/955979/4/konsumsi-tekstil-2008-diprediksi-turun-20

Firdaus, Muhammad, Rina Oktaviani, Alla Asmara, danSahara (2008). Analisis Struktur, Perilaku danKinerja Industri Manufaktur Di Indonesia. De-partment of Economics Faculty of Economicsand Management-Bogor Agricultural Univer-sity. Working Paper Series No. 04/A/III.

Gujarati, Damodar N. (2003). Basic Econometrics.McGraw-Hill. Fourth Edition.

Harsiwi, Th. Agung M. dan H. Sri Sulistyanto. MengapaIndustri Tekstil Rontok? (Bukti Empiris DariBursa Efek Jakarta).

Herawati, Nita dan M. Wahyuddin. Analisis Faktor-Faktor Penentu Tingkat ProfitabilitasPerusahaan di Sektor Industri Manufaktur In-donesia Studi Kasus: Industri Batik (ISIC32117).

Kapanlagi.com (2007). Pasar Produk TPT IndonesiaTumbuh 17,5% http://www.kapanlagi.com/h/0000168807.html

___________. APGI: Kebijakan Tekstil Perlu DikajiUlang, http://www.kapanlagi.com/h/0000190940.html

___________. Tekstil Seludupan Rugikan IndonesiaRp2, Triliun/Tahun, http://www.kapanlagi.com/h/0000162344.html

___________. Pasar Produk TPT Indonesia Tumbuh17,5%, http://www.kapanlagi.com/h/0000168807.html

Karseno, Arief Ramelan dan Artie Adjie (2001).Kebijakan Ekonomi dan PembangunanKelembagaan di Indonesia, Institute of PublicPolicy and Economic Studies (INSPECT) & UPPAMP YKPN, Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajad (2007). Metode Kuantitatif: Teoridan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi, edisiketiga, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Martin, Stephen, (2002). Advance Industrial Econom-ics, Blackwell Publisher Inc., Massachusetts.

Miranti, Ermina (2007). Mencermati Kinerja Tekstil In-donesia: Antara Potensi dan Peluang. EconomicReview No. 209 September.

Setiawan, Ahmad Ikhwan dan Heri Santosa (2006).Integrasi Supply Chain Pada Industri Tekstil:Survei Pada Retailer dan Grosir Di Jawa Tengahdan Jawa Timur. Empirika Vol. 19 No. 1, Juni.

Tempo Interaktif (2005) Tekstil Dari Luar Negeri 30Persen Selundupan http://www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2005/08/05/brk,20050805-64915,id.html

Widarjono (2005). Ekonometrika: Teori dan AplikasiUntuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta. PenerbitEKONISIA.

Page 50: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

47

PERSEPSI PENGGUNA TERHADAP MUTU LAYANAN................... (Bambang Agus Pramuka dan Wiwiek Rabiatul Adawiyah)Vol. 20, No. 1, April 2009Hal. 47-60

ABSTRACT

The study entitled Users’ Perception on the ServiceQuality of University Libraries in Banyumas exploresthe perception of the users of the Jenderal SoedirmanUniversity (Unsoed) and the PurwokertoMuhammadiyah University (UMP) libraries, BanyumasCentral Java, with regard to the quality service pro-vided. A questionnaire was used as the data gatheringinstrument. SERVQUAL as a diagnostic tool was ap-plied to measure the service quality; it is defined as thedifference between customer expectations and percep-tions of service. It involved the “importance perfor-mance analysis” and “customers satisfaction index”.Eventhough as overall users of the both libraries weresatisfied with the services provided, the componentsof each variables for the both libraries were different.Therefore, the policies and strategies should be ap-plied to improve their service quality should not besimilar.

Keywords: servqual (service quality), library, customersatisfaction.

PENDAHULUAN

Keberadaan perpustakaan di suatu perguruan tinggisangat penting dan mempunyai peran sangat strategis,

PERSEPSI PENGGUNA TERHADAP MUTU LAYANANPERPUSTAKAAN (LIBQUAL) PERGURUAN TINGGI

DI KABUPATEN BANYUMAS

Bambang Agus PramukaWiwiek Rabiatul Adawiyah

Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal SoedirmanJalan Prof. Bunyamin, Grendeng, Purwokerto 53122

Telepon +62 281 622035, 637970, 640268E-mail: [email protected]

Tahun 1990

ISSN: 0853-1259

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

sehingga perpustakaan sering dikatakan sebagaijantungnya perguruan tinggi. Fungsi utamaperpustakaan perguruan tinggi adalah menyediakanfasilitas layanan informasi untuk pendidikan danpenelitian bagi civitas akademika lembaga induknyayang secara umum meliputi sarana dan prasarana yangdapat mendukung kegiatan belajar dan mengajar.

Perpustakaan sebagai unsur penunjang dapatdiartikan sebagai sesuatu yang harus ada untukkesempurnaan yang ditunjang. Peran strategis ini jugaterlihat jelas dalam proses akreditasi sebuah perguruantinggi, dimana perpustakaan merupakan unsur utama,walaupun bukan yang pertama. Jika suatu perguruantinggi ingin mendapatkan akreditasi dengan nilai yangtinggi, maka perpustakaannya pun harus mempunyaikualitas yang tinggi pula. Menurut Hernon and Nitecki(2000), pengukuran kualitas perpustakaan yang hanyaberdasarkan koleksi buku sudah ketinggalan jaman.

LibQUAL adalah serangkaian jasa yangdiberikan oleh perpustakaan untuk melayani,mendeteksi, memahami, dan menindaklanjuti pendapatpengguna akan layanan berkualitas dengan tujuansebagai berikut (1) menggalakkan budaya kualitasdalam layanan; (2) membantu pengelola perpustakaanuntuk lebih memahami persepsi pelanggan terhadapkualitas layanan perpustakaan; mengumpulkan, danmenginterpretasi umpan balik dari pelanggan secarasistematis dan terus menerus; (3) memberikan informasikepada pengelola perspustakaan tentang mutu layanan

Page 51: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

48

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 47-60

institusi pesaing; (4) mengidentifikasi praktik baik dalamlayanan perpustakaan; (5) dan meningkatkankemampuan analisis staf perpustakaan dalammenginterpretasi dan menindaklanjuti data. Banyakkajian yang dilakukan perpustakaan untuk mengetahuiapa yang sebenarnya menjadi kebutuhan pengguna.Kajian ini disebut sebagai user studies, yang sangatintens dilakukan oleh perpustakaan di negara maju.Tidak hanya itu, kajian juga meluas kepada kajianperilaku pengguna yang disebut sebagai user behav-ior studies. Menurut Cook (2001) terdapat empat fokuskajian perilaku pengguna yaitu: (1) perilaku informasi;(2) perilaku penemuan informasi; (3) perilaku pencarianinformasi; dan (4) perilaku penggunaan informasi.

Perilaku informasi sebagai keseluruhan perilakuyang berkaitan dengan sumber dan saluran informasi,termasuk perilaku pencarian dan penggunaan informasibaik secara aktif maupun pasif. Perilaku penemuaninformasi merupakan upaya menemukan informasidengan tujuan tertentu sebagai akibat dari adanyakebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu. Perilakupencarian informasi merupakan perilaku di tingkatmikro, berupa perilaku mencari yang ditunjukkanseseorang ketika berinteraksi dengan sistem informasi.Perilaku penggunaan informasi terdiri dari tindakan-tindakan fisik maupun mental yang dilakukan seseorangketika menggabungkan informasi yang ditemukannyadengan pengetahuan dasar yang sudah dimilikisebelumnya.

Melalui kajian kebutuhan pengguna dan kajianperilaku pengguna perpustakaan diharapkan dapatmemahami kebutuhan pengguna dan cara merekamemenuhi kebutuhan tersebut. Informasi ini amatdibutuhkan oleh perpustakaan untuk menyusunperencanaan, strategi kerja, dan mendesain sistemlayanan perpustakaan sehingga benar-benar memenuhiharapan pengguna. Produk kajian melahirkan temuanantara lain berupa metodologi, pola, model, dansebagainya yang dapat digunakan untuk mengukurkualitas layanan perpustakaan.

Kesadaran akan meningkatnya ekspektasi danpermintaan dari pengguna perpustakan pada semuasektor serta kebutuhan akan buku referensi yangmungkin tidak dimiliki oleh perpustakaan satu univer-sitas menimbulkan peluang kerjasamaantarperpustakaan perguruan tinggi melalui interli-brary loan. Melalui kerjasama ini akses pengguna

terhadap referensi buku maupun jurnal tidak hanyadibatasi oleh ketersediaan sumber bacaan padainstansinya masing-masing. Untuk mewujudkanlayanan bersama antarperpustakaan yang berbeda makaperlu adanya standarisasi layanan sehingga tidakterjadi perbedaan yang mencolok antara perpustakaanyang satu dengan lainnya. Untuk merumuskan standaryang ideal maka perlu dikaji terlebih dahulu kondisilayanan yang sedang berlangsung pada masing-masing perpustakaan perguruan tinggi yang berbedadi Kabupaten Banyumas.

Jasa interlibrary loan bukanlah hal baru dinegara maju, namun belum populer di Indonesia. Olehkarena itu, perlu dilakukan kajian awal sebagai rintisanke arah terwujudnya interlibrary loan di perpustakaanperguruan tinggi di Kabupaten Banyumas. Interlibraryloan adalah jasa layanan untuk peminjaman buku padaperpustakaan lain dimana buku tersebut tersedia. Jadimahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)dapat melakukan pinjaman di perpustakaan Universi-tas Muhammadiyah Purwokerto (UMP).

Penelitian yang dilakukan oleh beberapaperguruan tinggi di luar negeri mempunyai tujuan yangberbeda-beda. Glasgow Caledonian University Li-brary (2004), misalnya, melakukan survei kepadapengguna perpustakaan sebagai bagian dari programevaluasi berkala. The University of Northern Rod Li-brary (2004) melakukan survei sebagai bagian darikegiatan pemasaran yang komprehensif. Terdapat jugatren penelitian yang bertujuan untuk mengukur kinerjaperpustakaan secara menyeluruh, yang bertujuanuntuk menjelaskan informasi khusus pada topik yangkontroversial seperti waktu kunjungan (Curry, 2003).Menurut Hernon (2000) sangatlah penting untukmenepati janji sesuai dengan temuan penelitian yangdilakukan. Dengan kata lain, pengelola perpustakaanharus menyediakan layanan sesuai dengan keinginanpengguna.

Menurut Cullen (2001), perpustakaan perguruantinggi saat ini menghadapi dua tantangan besar, yaitulingkungan digital global (global digital environment)dan kompetisi yang terus meningkat. Dalam upayamempertahankan keberadaannya, perpustakaanperguruan tinggi harus selalu meningkatkan kualitaslayanannya guna memuaskan para penggunanya.Menurut Saleh (2004), jumlah jenis/macam layananperpustakaan yang dapat diberikan kepada pengguna

Page 52: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

49

PERSEPSI PENGGUNA TERHADAP MUTU LAYANAN................... (Bambang Agus Pramuka dan Wiwiek Rabiatul Adawiyah)

perpustakaan sesungguhnya cukup banyak. Namunsemua layanan tersebut penyelenggaraannya haruslahdisesuaikan dengan kondisi tenaga perpustakaan dankebutuhan penggunanya. Macam layanan penggunatersebut antara lain dapat disebutkan sebagai berikut:layanan sirkulasi, layanan referensi, layanan pendidikanpemakai, layanan penelusuran informasi, layananpenyebarluasan informasi terbaru, layanan penyebaraninformasi terseleksi, layanan penerjemahan, layananfotokopi (jasa reproduksi), dan lain-lain.

Untuk mengetahui kualitas layananperpustakaan perguruan tinggi yang berada di wilayahKabupaten Banyumas maka perlu dilakukan surveikepuasan pelanggan. Melalui survei diharapkanpengelolaan akan menjadi optimal sehingga dapatmemotivasi pengguna untuk memanfaatkan fasilitasperpustakaan dengan optimal. Untuk mewujudkanpelayanan prima (service excellent), perlu dilakukanperbaikan-perbaikan sesuai dengan keinginan daripengguna jasa layanan. Berdasarkan uraian tersebutpeneliti tertarik meneliti persepsi pengguna terhadapkualitas layanan yang diberikan oleh perpustakaanperguruan tinggi di Kabupaten Banyumas. Melaluipenelitian ini diharapkan dapat mengungkapkankualitas layanan perpustakaan berdasarkan penilaianpara penggunanya. Secara spesifik, tujuan penelitianini adalah sebagai berikut (1) untuk mengetahui tingkatkepuasan pengguna terhadap kualitas layananPerpustakaan Perguruan Tinggi di KabupatenBanyumas; (2) untuk mengetahui jenis-jenis layananperpustakaan yang telah maupun belum memberikankepuasan kepada pengguna; (3) untuk menentukanlangkah-langkah yang harus dilakukan olehperpustakaan agar dapat meningkatkan layanannyasehingga dapat memberikan kepuasan kepada parapenggunanya; dan (4) untuk mengetahui perbedaanantara pelayanan perpustakaan perguruan tinggi negeri(PTN) dan swasta (PTS) di Kabupaten Banyumas.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Salah satu metode yang digunakan untuk mengukurkualitas layanan perpustakaan adalah LibQual+TM(Library Quality). Menurut Xi dan Levy (2005),LibQual+TM dikembangkan dari SERVQUAL yangdirancang untuk mengukur kualitas layanan padaindustri jasa. LibQual+TM dicetuskan pada tahun 1999

oleh para pakar di bidang ilmu perpustakaan daninformasi yang tergabung dalam ARL (AssociationResearch Library) di Amerika Serikat bekerjasamadengan Texas A&M University, setelah melalui kajianyang lama. Metode ini dianggap paling mutakhir dankini digunakan oleh hampir seluruh perpustakaan diAmerika Serikat, Eropa, United Kingdom, dan Austra-lia.

Menurut Cook dan Heath (2001) asumsi yangmendasari LibQual+TM (juga SERVQUAL) adalah “...only customers judge quality, all other judgments areessentially irrelevant. Definisi kualitas menurutLibQual+TM adalah selisih antara harapan danpersepsi. Kualitas layanan dianggap baik apabila skorpersepsi lebih tinggi daripada harapan, dan sebaliknyakualitas layanan dianggap belum baik, apabila skorpersepsi lebih rendah daripada harapan.

Terdapat empat dimensi dalam LibQual+TM,yang dapat dijadikan indikator penilaian, yaitu (1) ac-cess to information; (2) affect of service; (3) personalcontrol; dan (4) library as place. Access to informa-tion menyangkut aspek: kelengkapan koleksi (buku,majalah, jurnal, surat kabar), kemutakhiran koleksi (cur-rency), relevansi koleksi dengan kebutuhan pengguna,dan kemudahan akses internet/dokumen elektronik,dan lain-lain. Affect of service menyangkut sikappetugas dalam melayani pengguna, yang meliputiaspek: suka membantu pengguna yang kesulitan, selaluramah dan sopan, dapat diandalkan menanganikesulitan yang dihadapi pengguna, memberikanperhatian (care) kepada setiap pengguna, mempunyaiwawasan yang cukup untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pengguna, selalu siap siaga meresponspermintaan pengguna, dapat meyakinkan pengguna,mengerti kebutuhan pengguna, dan lain-lain. PersonalControl yaitu suatu kondisi yang diciptakanperpustakaan agar pengguna secara individu (per-sonal) dapat melakukan sendiri apa yangdiinginkannya ketika mencari informasi di perpustakaan(tanpa bantuan petugas perpustakaan). Hal ini meliputiaspek: adanya katalog (kartu/online) yang mudahdigunakan oleh pengguna, adanya petunjuk-petunjukyang jelas di perpustakaan, adanya peralatan modernyang memudahkan pengguna untuk mengaksesinformasi, adanya tatanan/urutan/klasifikasi yangmemudahkan pengguna dalam menemukan buku-bukudi rak, dan sebagainya. Library as place yaitu

Page 53: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

50

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 47-60

menyangkut aspek perpustakaan sebagai tempat yangnyaman untuk belajar, tempat yang tenang untukberkonsentrasi, tempat untuk merefleksikan diri danmerangsang tumbuhnya kreatifitas, tempat yangnyaman dan mengundang (inviting location) kepadasiapa saja untuk masuk, dan tempat yang kondusifuntuk berkontemplasi/merenung (contemplative envi-ronment).

Penelitian evaluasi dengan LibQual+TM inidilakukan setiap tahun sekali sebagai salah satu bentukquality control untuk mempertahankan danmeningkatkan kualitas layanan kepada para pengguna.Chapman dan Ragsdale (2002) mengemukakan tip-tipdalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitaslayanan, yaitu selalu melibatkan pustakawan dari setiaplevel; selalu membuat perencanaan jangka panjang;selalu menggunakan hasil survei dalam prosesperencanaan; dan selalu mengkomunikasikan denganseluruh staf perpustakaan tentang apa yang dikerjakanserta menjelaskan mengapa hal tersebut dikerjakan.

Rancangan penelitian yang digunakan adalahpenelitian deskriptif kuantitatif. Alasan digunakannyapenelitian kuantitatif adalah untuk mengetahui sektoryang diprioritaskan dalam pelayanan perspustakaanmaka digunakan tehnik Importance PerformanceAnalysis (Rangkuti, 2003). Penelitian dilakukan di Uni-versitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dan UniversitasMuhammadiyah Purwokerto (UMP) sebagai PTN danPTS terbesar di Kabupaten Banyumas. Sedangkansasaran penelitian ini adalah pengguna jasaperpustakaan Unsoed and UMP. Sampel dalampenelitian ini diambil dari populasi dengan tehnik acci-dental sampling. Data primer adalah data yangdiperoleh secara langsung dari responden yangdisebarkan melalui kuesioner. Data sekunder adalahdata pendukung yang diperoleh dari dokumen dansumber-sumber lain yang relevan dengan penelitian.

Variabel dalam penelitian ini adalah (1) Aksesterhadap informasi (Access to information, AI), yangdiukur dari kelengkapan koleksi (buku, skipsi/tesis/disertasi, jurnal, surat kabar, koleksi digital),kemutakhiran koleksi, relevansi koleksi, dan kemudahanakses internet/ koleksi digital; (2) Sikap petugas dalammelayani (Affect of Service, AS), yang diukur dari aspeksuka membantu pengguna yang kesulitan, selalu ramahdan sopan, dapat diandalkan menangani kesulitan yangdihadapai pengguna, memberikan perhatian kepada

setiap pengguna, dan mempunyai wawasan yangcukup; (3) Kemudahan dalam mencari informasi tanpabantuan petugas (Personal control, PC), yang diukurdari adanya katalog, rambu-rambu yang jelas, peralatanmodern, dan susunan rak yang memudahkan pencarian;dan (4) Kenyamanan perpustakaan sebagai suatutempat (Library as a place, LP), yang diukur dari aspektempat yang nyaman untuk belajar, tenang, merangsangkreatifitas, dan kondusif. Dengan demikian, dalampenelitian ini terdapat 21 indikator yang digunakanuntuk mengukur tingkat kepuasaan penggunaperpustakaan terhadap kualitas layanan perpustakaanyang diturunkan dari empat dimensi kualitas layananperpustakaan (variabel) tersebut.

Pengujian keandalan instrumen penelitiandigambarkan melalui koefisien internal, yaitu sistempengujian terhadap kelompok yang kemudian dihitungskor dan diuji konsistensinya terhadap berbagai itemyang ada dalam kelompok tersebut. Cronbach Alphadigunakan sebagai dasar untuk menafsirkan korelasiantara skala yang dibuat dengan skala variable yangada. Reliabilitas didasarkan pada Ü di atas 0,050(Malhotra, 1996: 305). Jika derajat keandalan data lebihbesar dari Ü, maka hasil pengukuran sampel dapatdipertimbangkan sebagai alat ukur dengan tingkatketelitian dan konsistensi pengukuran yang baik

Metode analisis data yang digunakan dalampenelitian ini meliputi analisis statistik deskriptif, Im-portance Performance Analysis (IPA), dan IndeksKepuasan Pengguna (IKP). Untuk keperluan analisisdata dilakukan dengan bantuan software MS OfficeExcel. Importance Performance Analysis (IPA), yaitusuatu analisis yang mengkaitkan antara tingkatkepentingan (importance) suatu indikator (atribut)yang dimiliki obyek tertentu dengan kenyataan (per-formance) yang dirasakan oleh pengguna. MenurutRangkuti (2003), diagram IPA terdiri dari empat kuadran.Kuadran I, yaitu wilayah yang memuat indikator-indikator dengan tingkat kepentingan yang relatiftinggi tetapi kenyataannya belum sesuai dengan yangpengguna harapkan. Kuadran II, yaitu wilayah yangmemuat indikator-indikator dengan tingkat kepentinganyang relatif tinggi dengan tingkat kepuasan yang relatiftinggi pula. Kuadran III, yaitu wilayah yang memuatindikator-indikator dengan tingkat kepentingan yangrelatif rendah dan kenyataannya kinerjanya tidak terlaluistimewa dengan tingkat kepuasan yang relatif rendah.

Page 54: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

51

PERSEPSI PENGGUNA TERHADAP MUTU LAYANAN................... (Bambang Agus Pramuka dan Wiwiek Rabiatul Adawiyah)

Kuadran IV, yaitu wilayah yang memuat indikator-indikator dengan tingkat kepentingan yang relatifrendah dan dirasakan oleh pengguna terlalu berlebihandengan tingkat kepuasan yang relatif tinggi. IndeksKepuasan Pengguna (IKP), merupakan analisiskuantitatif berupa persentase pengguna yang senangdalam suatu survei kepuasan pengguna. IKP diperlukanuntuk mengetahui tingkat kepuasan pengguna secaramenyeluruh dengan memperhatikan tingkatkepentingan dari indikator-indikator produk atau jasatersebut. Perhitungan keseluruhan IKP menurut Bhote(1996) ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1Perhitungan Keseluruhan IKP

Nilai maksimum IKP adalah 100%. NilaiIKPd”50% menandakan kinerja layanan yang kurangbaik dan apabila nilai IKPe”80% mengindikasikanpengguna merasa puas terhadap kinerja layanan.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan kuesioner yang disebarkan sebanyak 150kuesioner ke Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)dan 150 kuesioner ke Universitas MuhammadiyahPurwokerto (UMP), berhasil terkumpul sebanyak 255kuesioner (125 kuisioner dari Unsoed dan 130 kuesionerdari UMP). Setelah dilakukan pengecekan kelengkapan,dari 255 kuesioner yang terkumpul, 225 dinyatakanlengkap (110 kuesioner dari Unsoed dan 115 kuesionerdari UMP). Namun agar hasil yang diperoleh valid makakuisioner yang diolah adalah sebanyak 220 kuisioner,yakni masing-masing 110 kuisioner yang pengisiannyalengkap di Unsoed dan di UMP.

Beberapa karakteristik yang dapat dikemukakandari hasil penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin,dan jenjang pendidikan. Sebagian besar responden,yakni 111 orang (50,46%) berumur antara 18-20 tahun;103 orang (46,8%) berumur antara 21-23 tahun; danselebihnya 6 orang (2,74%) berumur di atas 24 tahun.Sebagian besar pengunjung, yakni sebanyak 161 or-ang (73,2%) adalah perempuan, dan selebihnya 59 or-ang (26,8%) adalah laki-laki. Sebagian besar responden,yaitu sebanyak 214 responden adalah mahasiswa pro-gram S-1 dan selebihnya sebanyak 6 orang (5,45%)adalah mahasiswa D-3.

Nilai rata-rata dimensi “Akses TerhadapInformasi” (Access to Information) pada perpustakaanUMP, untuk tingkat kepentingan (importance) adalah5,40 dan yang dirasakan atau kinerja (performance)adalah 4,54. Nilai rata-rata sebesar ini jika dimasukkandalam diagram IPA berada pada kuadran III, yang berartitingkat kepentingan pengguna terhadap layanan inirendah dan kenyataannya kinerja (performance)layanan dirasakan rendah oleh pengguna. Sementaraitu tingkat kepuasan pengguna untuk dimensi iniadalah 84,08%, artinya tingkat kepentingan penggunaterhadap kinerja perpustakaan untuk layanan ini telahterpenuhi sebesar 84,08%. Dengan kata lain antaratingkat kepentingan pengguna dan kinerjaperpustakaan untuk layanan ini terdapat kesenjangan(gap) sebesar 15,92%.

Dimensi “Sikap Petugas Dalam Melayani” (Af-fect of Service) memperoleh nilai rata-rata untuk tingkatkepentingan sebesar 5,50 dan untuk kinerja sebesar4,45. Nilai rata-rata sebesar ini jika dimasukkan ke dalamdiagram IPA berada pada kuadran III. Dengan demikian,berarti baik tingkat kepentingan pengguna maupunkinerja perpustakaan untuk layanan ini adalah rendah.Oleh karena itu, bagi perpustakaan UMP upayapeningkatan layanan untuk dimensi ini bukanmerupakan prioritas. Tingkat kepuasan penggunauntuk dimensi ini adalah sebesar 80,96%, yang berartitingkat kepentingan pengguna baru terpenuhi sebesar80,96%. Dengan demikian, untuk dimensi ini terdapatkesenjangan antara tingkat kepentingan pengguna dankinerja perpustakaan sebesar 19,04%.

Dimensi “Kemudahan Pengguna dalamPencarian Informasi Tanpa Bantuan Petugas” (Per-sonal Control) memperoleh nilai rata-rata tingkatkepentingan adalah 5,83 dan kinerja perpustakaan

Indikator

Kepentingan Kepuasan Skor

(I) (P) (S)

Skala: 1-7 Skala: 1-7 (S) = (I) x (P)

… … … …

… … … …

Skor Total Total (I)

(Y)

Total (S)

(T)

IKP = T/7Y x 100%

Page 55: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

52

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 47-60

Tabel 2Nilai Rata-Rata Tingkat Kepentingan (Importance) dan Performance

serta Persentase Kepuasan pada Perpustakaan UMP

No. Pernyataan Tingkat

Kepentingan (I)

Yang Dirasakan (P)

Persen Kepuasan (P/I) x 100%

Akses Terhadap Informasi (Access to Information) AI-1 Kelengkapan koleksi 5.34 4.49 84.16 AI-2 Kemutakhiran koleksi 5.43 4.55 83.78 AI-3 Relevansi koleksi 5.35 4.44 82.99 AI-4 Kemudahan akses internet/koleksi digital 5.47 4.67 85.38

Rata-rata Skor AI 5.40 4.54 84.08 Sikap Petugas Dalam Melayani (Affect of Service)

AS-1 Suka membantu pengguna yang kesulitan 5.48 4.65 84.74 AS-2 Selalu ramah dan sopan 5.61 4.87 86.87

AS-3 Dapat diandalkan menangani kesulitan yang dihadapi pengguna 5.53 4.41 79.77

AS-4 Memberikan perhatian kepada setiap pengguna 5.48 4.27 76.78

AS-5 Mempunyai wawasan yang cukup untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pengguna 5.52 4.38 79.41

AS-6 Selalu siap siaga merespon permintaan pengguna 5.50 4.35 79.01 AS-7 Dapat meyakinkan pengguna 5.57 4.49 80.59 AS-8 Mengerti kebutuhan pengguna 5.32 4.28 80.51

Rata-rata Skor AS 5,50 4,45 80.96 Kemudahan pengguna dalam pencarian informasi tanpa bantuan petugas

(Personal Control) PC-1 Adanya katalog yang mudah digunakan 5.78 5.18 89.62 PC-2 Adanya rambu-rambu yang jelas 5.77 5.02 86.93

PC-3 Adanya peralatan modern yang memudahkan pengguna dalam mengakses informasi 5.77 4.84 83.78

PC-4 Adanya susunan buku di rak yang memudahkan pengguna dalam pencariannya 5.99 4.87 81.34

Rata-rata Skor PC 5.83 4.98 85,42 Perpustakaan sebagai sebuah tempat (Library as Place)

LP-1 Tempat yang nyaman untuk belajar 5.79 4.68 80.85 LP-2 Tempat yang tenang untuk berkonsentrasi 5.76 4.28 74.29

LP-3 Tempat yang merangsang tumbuhnya kreatifitas 5.55 4.43 79.84

LP-4 Tempat yang nyaman dan mengundang kepada siapa saja untuk masuk 5.58 4.64 83.06

LP-5 Tempat yang kondusif untuk berkontemplasi/ merenung 5.49 4.31 78.48

Rata-rata Skor LP 5,63 4.47 79.30 Rata-rata total 5,58 4,57 82.02

Page 56: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

53

PERSEPSI PENGGUNA TERHADAP MUTU LAYANAN................... (Bambang Agus Pramuka dan Wiwiek Rabiatul Adawiyah)

No. Pertanyaan Tingkat Kepentingan (I)

Yang Dirasakan (P)

Persen Kepuasan(P/I) x 100%

Akses Terhadap Informasi (Access to Information)

AI-1 Kelengkapan koleksi 6.11 3.24 52.98 AI-2 Kemutakhiran koleksi 6.04 3.54 58.58 AI-3 Relevansi koleksi 5.89 3.85 65.43 AI-4 Kemudahan akses internet/koleksi digital 5.89 3.13 53.09

Rata-rata Skor AI 5.98 3.44 57.52 Sikap Petugas Dalam Melayani (Affect of Service)

AS-1 Suka membantu pengguna yang kesulitan 6.46 3.05 47.12 AS-2 Selalu ramah dan sopan 5.96 3.52 58.99

AS-3 Dapat diandalkan menangani kesulitan yang dihadapi pengguna 6.22 2.95 47.37

AS-4 Memberikan perhatian kepada setiap pengguna 6.44 3.05 47.32

AS-5 Mempunyai wawasan yang cukup untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pengguna 6.50 3.47 53.43

AS-6 Selalu siap siaga merespon permintaan pengguna 5.63 3.14 55.74

AS-7 Dapat meyakinkan pengguna 5.99 3.32 55.39 AS-8 Mengerti kebutuhan pengguna 5.86 3.30 56.28

Rata-rata Skor AS 6.13 3.22 52.70 Kemudahan pengguna dalam pencarian informasi tanpa bantuan petugas

(Personal Control) PC-1 Adanya katalog yang mudah digunakan 6.48 4.07 62.83 PC-2 Adanya rambu-rambu yang jelas 5.68 3.91 68.80

PC-3 Adanya peralatan modern yang memudahkan pengguna dalam mengakses informasi

5.42 3.46 63.93

PC-4 Adanya susunan buku di rak yang memudahkan pengguna dalam pencariannya 5.81 3.75 64.48

Rata-rata Skor PC 5.85 3.80 65.01 Perpustakaan sebagai sebuah tempat (Library as Place)

LP-1 Tempat yang nyaman untuk belajar 6.21 4.09 65.89 LP-2 Tempat yang tenang untuk berkonsentrasi 7.54 4.00 53.08

LP-3 Tempat yang merangsang tumbuhnya kreatifitas 5.76 2.88 50.00

LP-4 Tempat yang nyaman dan mengundang kepada siapa saja untuk masuk 5.52 3.68 66.72

LP-5 Tempat yang kondusif untuk berkontemplasi/merenung 5.53 3.45 62.50

Rata-rata Skor LP 6.11 3.62 59.64 Rata-rata total 6.04 3.47 57.62

Tabel 3Nilai Rata-Rata Tingkat Kepentingan (Importance) dan Performance serta Persentase Kepuasan pada

Perpustakaan Unsoed

Page 57: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

54

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 47-60

Tabel 4Perhitungan Indeks Kepuasan Pengguna (IKP)

Indikator Kepentingan (I) Kepuasan (P) Skor (S)

UMP Unsoed UMP Unsoed UMP Unsoed Skala:1-7 Skala:1-7 Skala:1-7 Skala:1-7 (S)=(I) x (P) (S) = (I)x(P)

AI-1 5.34 6.11 4.49 3.24 23.98 19.79 AI-2 5.43 6.04 4.55 3.54 24.70 21.38 AI-3 5.35 5.89 4.44 3.85 23.75 22.67 AI-4 5.47 5.89 4.67 3.13 24.54 18.43 AS-1 5.48 6.46 4.65 3.05 25.48 19.70 AS-2 5.61 5.96 4.87 3.52 27.32 20.97 AS-3 5.53 6.22 4.41 2.95 24.38 18.34 AS-4 5.48 6.44 4.27 3.05 23.39 19.64 AS-5 5.52 6.50 4.38 3.47 24.17 22.55 AS-6 5.50 5.63 4.35 3.14 23.92 17.67 AS-7 5.57 5.99 4.49 3.32 25.00 19.88 AS-8 5.32 5.86 4.28 3.30 22.76 19.33 PC-1 5.78 6.48 5.18 4.07 29.94 26.37 PC-2 5.77 5.68 5.02 3.91 28.96 22.20 PC-3 5.77 5.42 4.84 3.46 27.92 18.75 PC-4 5.99 5.81 4.87 3.75 29.17 21.78 LP-1 5.79 6.21 4.68 4.09 27.09 25.39 LP-2 5.76 7.54 4.28 4.00 24.65 30.16 LP-3 5.55 5.76 4.43 2.88 24.58 16.58 LP-4 5.58 5.52 4.64 3.68 25.89 20.31 LP-5 5.49 5.53 4.31 3.45 23.66 19.07 Total 117.09 126.94 535.25 413.81

IKP Perpustakaan UMP = (skor/7 x I)*100% = (535.25/7 x 117.09)*100% = 89.53%

IKP Perpustakaan Unsoed = (skor/7 x I)*100% = (413.81/7 x 126.94)*100% = 75.04%

Page 58: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

55

PERSEPSI PENGGUNA TERHADAP MUTU LAYANAN................... (Bambang Agus Pramuka dan Wiwiek Rabiatul Adawiyah)

adalah 4,98. Nilai rata-rata sebesar ini jika dimasukkanke dalam diagram IPA berada pada kuadran II, yangberarti baik tingkat kepentingan pengguna maupunkinerja perpustakaan yang dirasakan pengguna relatiftinggi. Oleh karena itu, perpustakaan UMP harus dapatterus mempertahankan kinerjanya sehingga penggunamemandang kualitas layanan perpustakaan cukupunggul. Tingkat kepuasan pengguna untuk dimensiini adalah sebesar 85,42%, yang berarti tingkatkepentingan pengguna baru terpenuhi sebesar 85,42%.Dengan demikian, untuk dimensi ini masih terdapatkesenjangan antara tingkat kepentingan pengguna dankinerja perpustakaan sebesar 14,58%.

Dimensi “Perpustakaan sebagai sebuahtempat” (Library as Place) memperoleh nilai rata-ratatingkat kepentingan adalah 5,63 dan kinerja adalah 4,47.Nilai rata-rata sebesar ini jika dimasukkan ke dalam dia-gram IPA berada pada kuadran III, yang berarti tingkatkinerja perpustakaan UMP memberikan pengaruhsangat kecil terhadap tingkat kepentingan pengguna.Oleh karena itu, untuk dimensi ini pun kinerjaperpustakaan tidak begitu istimewa. Meskipun tingkatkepuasan pengguna untuk dimensi ini adalah sebesar79,30%, yang berarti tingkat kepentingan penggunaterpenuhi sebesar 79,30%, untuk dimensi ini masihterdapat kesenjangan antara tingkat kepentinganpengguna dan kinerja perpustakaan sebesar 20,70%.

Nilai rata-rata dimensi “Akses TerhadapInformasi” (Access to Information), untuk tingkatkepentingan (importance) adalah 5,98 dan kinerja (per-formance) adalah 3,44. Nilai rata-rata sebesar ini jikadimasukkan dalam diagram IPA berada pada kuadranIII, yang berarti tingkat kepentingan pengguna terhadaplayanan ini rendah, dan kenyataannya kinerja (perfor-mance) layanan perpustakaan yang dirasakan olehpengguna pun rendah. Sementara, tingkat kepuasanpengguna untuk dimensi ini adalah 57,52%, artinyatingkat kepentingan pengguna terhadap kinerjaperpustakaan untuk layanan ini telah terpenuhi sebesar57,52%. Dengan kata lain antara tingkat kepentinganpengguna dan kinerja perpustakaan Unsoed untuklayanan ini terdapat kesenjangan (gap) sebesar 42,48%.

Dimensi “Sikap Petugas Dalam Melayani” (Af-fect of Service) memperoleh nilai rata-rata untuk tingkatkepentingan sebesar 6,13 dan kinerja sebesar 3,22. Nilairata-rata sebesar ini jika dimasukkan ke dalam diagramIPA berada pada kuadran I. Dengan demikian, berarti

tingkat kepentingan pengguna sangat tinggi, namunkinerja perpustakaan untuk layanan ini adalah rendah.Oleh karena itu, bagi perpustakaan Unsoed upayapeningkatan pelayanan untuk dimensi ini merupakanprioritas. Tingkat kepuasan pengguna untuk dimensiini adalah sebesar 52,70%, artinya tingkat kepentinganpengguna baru terpenuhi sebesar 52,70% atau masihterdapat kesenjangan antara tingkat kepentinganpengguna dan kinerja perpustakaan sebesar 47,30%.

Dimensi “Kemudahan Pengguna dalamPencarian Informasi Tanpa Bantuan Petugas” (Per-sonal Control) memperoleh nilai rata-rata tingkatkepentingan sebesar 5,85 dan kinerja perpustakaan3,80. Nilai rata-rata sebesar ini jika dimasukkan ke dalamdiagram IPA berada pada kuadran IV, artinya tingkatkepentingan pengguna rendah akan tetapi kinerjaperpustakaan yang dirasakan pengguna relatif tinggi.Oleh karena itu, perpustakaan dapat mengurangi biayauntuk variabel ini dan mengalokasikannya untukvariabel lain yang menjadi prioritas utama. Tingkatkepuasan pengguna untuk dimensi ini adalah sebesar65,01%, artinya tingkat kepentingan pengguna baruterpenuhi sebesar 65,01%. Dengan demikian, masihterdapat kesenjangan antara tingkat kepentinganpengguna dan kinerja perpustakaan sebesar 34,99%.

Dimensi “Perpustakaan sebagai sebuahtempat” (Library as Place) mendapatkan nilai rata-ratatingkat kepentingan sebesar 6,11 dan kinerja 3,62. Nilairata-rata sebesar ini jika dimasukkan ke dalam diagramIPA berada pada kuadran II, artinya tingkat kepentinganpengguna dan kinerja perpustakaan yang dirasakanpengguna sama-sama relatif tinggi. Oleh karena itu,untuk dimensi ini kinerja perpustakaan harus tetapdipertahankan. Tingkat kepuasan pengguna untukdimensi ini adalah sebesar 59,64%, artinya tingkatkepentingan pengguna baru terpenuhi sebesar 59,64%atau masih terdapat kesenjangan antara tingkatkepentingan pengguna dan kinerja perpustakaansebesar 40,36%.

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 4,diperoleh nilai Indeks Kepuasan Pengguna (IKP) untukPerpustakaan UMP sebesar 89.53% dan untukPerpustakaan Unsoed sebesar 75.04%. Dengan nilaiIKP sebesar tersebut berarti pengguna PerpustakaanUMP merasa cukup puas atas kinerja layanan yangtelah diberikan oleh perpustakaan dengan tingkatkepuasan yang dirasakan pengguna telah maksimal,

Page 59: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

56

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 47-60

karena nilai IKP yang diperoleh lebih dari 80%. Untukpengguna Perpustakaan Unsoed merasa cukup puasatas kinerja yang telah diberikan oleh petugasperpustakaan, akan tetapi tingkat kepuasan yangdirasakan oleh pengguna belum maksimal karena nilaiIKP yang diperoleh kurang dari 80%. Untuk dapatmeningkatkan nilai IKP ini, perpustakaan Unsoed harusmelakukan upaya peningkatan kinerja layanannya.Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalahmemperbaiki kinerja layanan yang terdapat padakuadran I diagram hasil IPA. Dengan upaya inidiharapkan terjadi peningkatan nilai IKP secarakeseluruhan.

Berdasarkan Tabel 5, hasil survei atas tingkatkepuasan responden terhadap layanan perpustakaanUMP dan Unsoed menunjukkan bahwa 5 responden(2,3%), yaitu 2 dari UMP dan 3 dari Unsoedmenyatakan sangat tidak puas (STP) atas layanaanperpustakaan. Selanjutnya, 43 orang (19,5%), yaitu 20dari UMP dan 23 dari Unsoed menyatakan tidak puas(TP) atas layanan perpustakaan. Adapun respondenyang menyatakan puas dengan kinerja perpustakaansebanyak 161 orang (73,2%), yaitu 81 dari UMP dan 80dari Unsoed. Selebihnya responden yang menyatakansangat puas sebanyak 11 orang (10%), yakni 7 dariUMP dan 4 dari Unsoed. Dengan demikian, secarakeseluruhan dapat disimpulkan bahwa pada umumnyaatau sebagian besar responden merasa puas terhadapkinerja layanan perpustakaan perguruan tinggi yangada di Banyumas.

Selanjutnya, sebanyak 195 responden (88,64%)biasa memanfaatkan jasa layanan peminjaman danpengembalian buku (jasa layanan sirkulasi), sebanyak186 responden (84,55%) biasa memanfaatkanperpustakaan untuk membaca (jasa layanan baca di

tempat), sejumlah 127 responden (57,73%)memanfaatkan perpustakaan untuk kegiatan belajar,sebanyak 40 responden (18,18%) memanfaatkanperpustakaan untuk akses internet, sebanyak 60responden (27,27%) memanfaatkan perpustakaan untukkegiatan-kegiatan lainnya seperti diskusi, mengerjakantugas, mengisi jam kosong, dan lain sebagainya.

PEMBAHASAN

Gambar-1 memperlihatkan diagram hasil IPAPerpustakaan UMP sebagai posisi indikator padamasing-masing kuadran. Posisi indikator tersebutmerupakan posisi relatif sehingga dapat berubahapabila ada satu atau lebih indikator yang nilai rata-ratanya berubah. Penentuan posisi ini berdasarkannilai rata-rata indikator, sedangkan untuk sumbuimpotance dan performance merupakan rata-rata totaldari seluruh nilai rata-rata indikator. Dengan demikian,posisi indikator maupun posisi sumbu salingmempengaruhi satu sama lain.

Indikator yang termasuk kuadran I adalah“Tempat yang tenang untuk berkonsentrasi” (LP-2).Indikator yang masuk kuadran ini oleh penggunadianggap mempunyai tingkat kepentingan yang tinggi,tetapi kinerjanya dirasakan relatif rendah. Dengankenyataan ini, guna meningkatkan kepuasan pengguna,maka perpustakaan harus segera dapat memperbaikikinerjanya, misalnya dengan menggunakan sofa danadanya ruangan ber-AC.

Indikator yang masuk dalam kuadran II adalahadanya katalog (PC-1), adanya rambu-rambu yang jelas(PC-2), adanya peralatan modern yang memudahkanpengguna dalam mengakses informasi (PC-3), adanyasusunan buku di rak yang memudahkan pengguna

Tingkat Kepuasan UMP Unsoed Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Sangat Puas 7 6,4% 4 3,6% 11 10,0% Puas 81 73,6% 80 72,7% 161 73,2% Tidak Puas 20 18,2% 23 21,0% 43 19,5% Sangat Tidak Puas 2 1,8% 3 2,7% 5 2,3% Jumlah 110 100,0% 110 100,0% 220 100,0%

Tabel 5Tingkat Kepuasan Pengguna Perpustakaan UMP dan Unsoed

Page 60: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

57

PERSEPSI PENGGUNA TERHADAP MUTU LAYANAN................... (Bambang Agus Pramuka dan Wiwiek Rabiatul Adawiyah)

dalam pencarian informasi (PC-4), tempat yang nyamanuntuk belajar (LP-1), tempat yang nyaman danmengundang kepada siapa saja untuk masuk (LP-4),dan sikap petugas yang selalu ramah dan sopan (AS-2). Indikator-indikator yang masuk kuadran inimempunyai tingkat kepentingan yang relatif tinggidengan tingkat kepuasan yang relatif tinggi pula. Olehkarena itu, Perpustakaan UMP harus dapatmempertahankan kualitas layanan dari indikator-indikator yang masuk kuadran ini, karena dalampandangan pengguna, indikator-indikator yang masukkuadran ini merupakan keunggulan Perpustakaan UMP.

Kuadran III merupakan wilayah yang memuatindikator-indikator dengan tingkat kepentingan yangrelatif rendah dan kenyataannya kinerjanya pun tidakterlalu istimewa dengan tingkat kepuasan penggunayang relatif rendah. Indikator-indikator yang masukkuadran ini memberikan pengaruh sangat kecil terhadapmanfaat yang dirasakan pengguna. Indikator-indikatoryang masuk kuadran III ini, yaitu dapat diandalkanmenangani kesulitan yang dihadapi pengguna (AS-3),memberikan perhatian kepada setiap pengguna (AS-4), mempunyai wawasan yang cukup untuk menjawabpertanyaan-pertanyaan pengguna (AS-5), selalu siapsiaga merespon permintaan pengguna (AS-6), dapatmeyakinkan pengguna (AS-7), mengerti kebutuhanpengguna (AS-8), kelengkapan koleksi (AI-1),kemutakhiran koleksi (AI-2), relevansi koleksi (AI-3),

tempat yang merangsang tumbuhnya kreatifitas (LP-3), dan tempat yang kondusif untuk merenung (LP-5).Bagi Perpustakaan UMP, walaupun kinerja layanan dariindikator-indikator yang masuk kuadran ini relatifrendah, tapi karena tingkat kepentingan penggunanyajuga rendah, maka perbaikan kinerja layanan dariindikator-indikator ini bukan merupakan prioritas.

Indikator yang masuk dalam kuadran IV ada dua,yaitu “kemudahan pengguna dalam mengaksesinternet/koleksi digital” (AI-4), dan “sikap petugas yangsuka membantu pengguna yang kesulitan” (AS-1).Indikator yang masuk kuadran ini mempunyai tingkatkepentingan yang relatif rendah akan tetapi dirasakanoleh pengguna terlalu berlebihan dengan tingkatkepuasan yang relatif tinggi. Dengan melihat kenyataanini, jika perpustakaan UMP mengeluarkan biaya yangrelatif besar guna memberikan kepuasan kepadapengguna untuk indikator-indikator yang masukkuadran ini, maka sebaiknya biaya tersebut dikurangisehingga dapat menghemat. Hasil penghematan inibisa dialihkan untuk membiayai indikator-indikatorlayanan yang terdapat pada kuadran I dan II.

Berdasarkan Gambar-2, indikator yang termasukkuadran I adalah: kelengkapan koleksi buku (AI-1),sikap petugas yang suka membantu pengguna yangkesulitan (AS-1), petugas yang dapat diandalkan (AS-3), petugas perpustakaan yang perhatian (AS-4), danpetugas yang mampu menjawab pertanyaan-

5,10 5,20 5,30 5,40 5,50 5,60 5,70 5,80 5,90 6,00 6,10

4,27 4,37 4,47 4,57 4,67 4,77 4,87 4,97 5,07 5,17 5,27

AI-4 LP-5

LP-3

PC-3

PC-4

PC-1 LP-2 LP-1

4,57

I II

III IV

AI-1

AI-2

AI-3

LP-4

PC-2

AS-1

AS-2

AS-3 AS-4

AS-5 AS-6

AS-7

AS-8

PERFORMANCE

IMPORTANCE

Gambar 1IPA Perpustakaan UMP

Page 61: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

58

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 47-60

pertanyaan pengguna (AS-5). Indikator yang masukkuadran ini oleh pengguna dianggap mempunyaitingkat kepentingan yang tinggi, tetapi kinerjanyadirasakan relatif rendah. Dengan kenyataan ini, gunameningkatkan kepuasan pengguna maka perpustakaanUnsoed harus segera dapat memperbaiki kinerjanya,misalnya dengan menambah koleksi buku baru.

Indikator-indikator yang masuk dalam kuadranII adalah kemutakhiran koleksi (AI-2), adanya catalogyang mudah digunakan (PC-1), tempat yang nyamanuntuk belajar (LP-1), dan tempat yang tenang untukberkonsentrasi (LP-2). Indikator-indikator yang masukkuadran ini mempunyai tingkat kepentingan yang relatiftinggi dengan tingkat kepuasan yang relatif tinggi pula.Oleh karena itu, perpustakaan Unsoed harus dapatmempertahankan kualitas layanan dari indikator-indikator yang masuk kuadran ini, karena dalampandangan pengguna, indikator-indikator yang masukkuadran ini, merupakan keunggulan perpustakaanUnsoed.

Kuadran III merupakan wilayah yang memuatindikator-indikator dengan tingkat kepentingan yangrelatif rendah dan kenyataannya kinerjanya pun tidakterlalu istimewa dengan tingkat kepuasan pengguna

yang relatif rendah. Indikator-indikator yang masukkuadran ini meliputi relevansi koleksi (AI-3), petugasperpustakaan yang selalu siap siaga meresponpermintaan pengguna (AS-6), dapat meyakinkanpengguna (AS-7), mengerti kebutuhan pengguna (AS-8), adanya peralatan modern untuk mengaksesinformasi (PC-3), dan tempat yang merangsangtumbuhnya kreatifitas (LP-3). Bagi PerpustakaanUnsoed, walaupun kinerja layanan dari indikator-indikator yang masuk kuadran ini relatif rendah, tetapikarena tingkat kepentingan penggunanya juga rendah,maka perbaikan kinerja layanan dari indikator-indikatorini bukan merupakan prioritas.

Terdapat enam indikator yang masuk dalamkuadran IV, yaitu kemudahan akses internet (AI-4),petugas yang ramah dan sopan (AS-2), adanya rambu-rambu yang jelas (PC-2), adanya susunan buku di rakyang memudahkan pengguna dalam pencariannya (PC-4), tempat yang nyaman dan mengundang kepada siapasaja untuk masuk (LP-4), dan tempat yang kondusifuntuk berkontemplasi (LP-5). Indikator-indikator yangmasuk kuadran ini mempunyai tingkat kepentinganyang relatif rendah akan tetapi dirasakan oleh penggunaterlalu berlebihan dengan tingkat kepuasan yang relatif

5,40 5,60 5,80 6.00 6.20 6.40 6.60 6.80 7.00 7.20 7.40

2.80 2.95 3.10 3.25 3.40 3.55 3.60 3.75 3.90 4.05 4.30

PERFORMANCE

3.47

I II

III IV

7.60

AI-1 6.04 AI-2

AI-3 AI-4

AS-1

AS-2

AS-3

AS-4 AS-5

AS-6

AS-7 AS-8

PC-1

PC-2

PC-3

PC-4

LP-1

LP-2

LP-3

LP-4 LP-5

IMPORTANCE

Gambar 2IPA Perpustakaan Unsoed

Page 62: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

59

PERSEPSI PENGGUNA TERHADAP MUTU LAYANAN................... (Bambang Agus Pramuka dan Wiwiek Rabiatul Adawiyah)

tinggi. Dengan melihat kenyataan ini, jika perpustakaanUnsoed mengeluarkan biaya yang relatif besar gunamemberikan kepuasan kepada pengguna untukindikator-indikator yang masuk kuadran ini, makasebaiknya biaya tersebut dikurangi sehingga dapatmenghemat. Hasil penghematan ini dapat dialihkanuntuk membiayai indikator-indikator layanan yangterdapat pada kuadran I dan II.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penilaian dimensi akses terhadap informasi, sikappetugas dalam melayani, kemudahan pengguna dalampencarian informasi tanpa bantuan petugas, danperpustakaan sebagai sebuah tempat berdasarkan Im-portance Performance Analysis (IPA) yang dilakukandi Perpustakaan Unsoed dan UMP masih terdapatkesenjangan antara tingkat kepentingan pengguna dankinerja perpustakaan. Berdasarkan perhitungan nilaiIndeks Kepuasan Pengguna (IKP) untuk PerpustakaanUMP sebesar 89.53% dan untuk Perpustakaan Unsoedsebesar 75.04% menunjukkan bahwa penggunaPerpustakaan UMP merasa cukup puas atas kinerjalayanan yang telah diberikan oleh perpustakaan dengantingkat kepuasan yang dirasakan pengguna telahmaksimal, karena nilai IKP yang diperoleh lebih dari80%. Untuk pengguna Perpustakaan Unsoed merasacukup puas atas kinerja yang telah diberikan olehpetugas perpustakaan, akan tetapi tingkat kepuasanyang dirasakan oleh pengguna belum maksimal karenanilai IKP yang diperoleh kurang dari 80%.

Saran

Saran yang diberikan agar perpustakaan dapatmelakukan penambahan koleksi buku,. kerapihansusunan koleksi, meningkatkan keramahan petugasperpustakaan dalam memberikan layanan,meningkatkan kenyamanan ruangan seperti jumlah ACditambah, dan lain sebagaInya. Saran lain adalahkebersihan lingkungan, layanan yang tepat waktu, jambuka perpustakaan, kecepatan layanan foto kopi, danruangan bebas asap rokok.

DAFTAR PUSTAKA

Bhote, Keki. 1996. Beyond Customer Satisfaction toCustomer Loyalty: The Key to Greater Profit-ability. Ama Management.

Chapman, K. and K. W. Ragsdale. 2002. “ImprovingService Quality with a Library Service Assess-ment Program at the University of Alabama”,Library Administration & Management, Vol.16(1): 8-15.

Cook, C. and F. M. Heath. 2001. “LibQual+: ServiceQuality Assessment in Research Libraries”,IFLA Journal, Vol. 27(4): 264-268.

Cullen, R. 2001. “Perspectives on User SatisfactionSurveys”, Library Trends, Vol. 49(4): 662-86.

Curry, A. 2003. “Opening hours: the contest betweendiminishing resources and a 24/7 world”, TheJournal of Academic Librarianship, Vol. 29 No.6, pp. 375-85.

Glasgow Caledonian University Library. 2004., avail-able at: www.lib.gcal.ac.uk, specifically the sec-tion of the web site on “Survey, evaluation andresearch work”, available at: www.lib.gcal.ac.uk/research/index.htm.

Hernon, P. 2000. “Survey research: time for somechanges”, The Journal of AcademicLibrarianship, Vol. 26 (2), pp. 83-4.

Hernon, P. and Nitecki, D.A. 2000. “Measuring servicequality at Yale University’s libraries”, The Jour-nal of Academic Librarianship, Vol. 26 (4), pp.259-73.

Malhotra, Naresh K. 1996. Marketing Research: AnApplied Orientation, 2nd Edition, Prentice-HallInternational Inc., New Jersey.

Rangkuti. F. 2003. Measuring Customer Satisfaction:Teknik Mengukur dan Strategi MeningkatkanKepuasan Pelanggan & Analisis Kasus PLN-JP. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Page 63: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

60

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 47-60

Saleh, Abdul Rahman. 2004. “Standar Kompetensi danMasa Depan Pustakawan Indonesia”, dalamDinamika Perpustakaan IPB Menuju Univer-sitas Riset. Bogor : IPB Press.

Xi, Shi, Sarah Levy. 2005. A Theory-guided Approachto Library Services Assessment. College & Re-search Library. 266-277.

Page 64: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

61

KAJIAN PUSTAKA TERHADAP TEORI AGENSI DAN............... (Christina Yuliana)Vol. 20, No. 1, April 2009Hal. 61-68

ABSTRACT

This paper reviews agency theory and managementaccounting issues. I begin by explaining how agencymodels are formulated to capture incentive problemsand discuss the reasons why agency theory modelsare difficult to solve. I then review the optimal shape ofcontracts and earning management. I also discuss multiperiod agency models, which are critical in motivatinginvestment behavior. This paper ends by conclusionthat is discussing common misconceptions aboutagency theory models and management accountingand future research.

Keywords: agency problem, contract, incentives, earn-ing management, information

PENDAHULUAN

Dalam model agensi sederhana, organisasidisederhanakan menjadi dua, yaitu principal (prinsipal,pemilik) dan agent (pengelola). Prinsipal bertugasmenyediakan modal, menanggung risiko, danmembentuk insentif, sementara agen bertugasmembuat keputusan bagi kepentingan principal danmenanggung risiko. Hubungan agen dengan prinsipalmemperlihatkan adanya upaya setiap pihak untukmemaksimumkan utilitasnya, walaupun pihak lainnyaberusaha mencegahnya, misalnya melalui mekanisme

KAJIAN PUSTAKA TERHADAPTEORI AGENSI DAN AKUNTANSI MANAJEMEN

Christina YulianaFakultas Ekonomi Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta

Jalan Jenderal Sudirman Nomor 51, Jakarta 12930Telepon +62 21 5708815, 30041946

E-mail: [email protected]

Tahun 1990

ISSN: 0853-1259

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

dividen, struktur modal, kontrak formal, balas jasa,pengawasan oleh dewan komisaris (board of direc-tors), dan sebagainya. Manajemen tetap saja dapatmelakukan tindakan yang menguntungkan dirinyasendiri, mengkonsumsi leisure berlebihan, dan hal-hallain yang tidak ditulis dalam kontrak formal.

Fitur utama teori agensi memungkinkan penelitiakuntansi secara eksplisit menggabungkan masalahkepentingan, insentif, dan mekanisme pengendalianinsentif. Hal ini penting karena banyak motivasiakuntansi terkait dengan pengendalian insentif. Padatahap yang paling fundamental, teori agensi digunakandalam penelitian akuntansi untuk menangkap duapertanyaan, yaitu bagaimana fitur informasi, akuntansi,dan sistem kompensasi mempengaruhi atau mengurangiinsentif dan bagaimana masalah insentif yang adamempengaruhi desain dan struktur informasi,akuntansi, dan sistem kompensasi.

Dalam model principal-agent, runtutanperistiwa sehubungan dengan evaluasi kinerja yangdilakukan oleh prinsipal dan tindakan agen adalahsebagai berikut (Grossman dan Hart, 1983; Lambert,2001), (1) Prinsipal menyeleksi sistem evaluasi kinerja,yang menspesifikasikan ukuran kinerja (atau signalinformasi) yang akan menjadi dasar kompensasi agendan membentuk fungsi yang menghubungkan ukurankinerja dengan kompensasi yang diterima agen; (2)Agen menyeleksi sebuah vector tindakan yang meliputioperasi, pendanaan, dan keputusan investasi.Keputusan tindakan agen, dengan faktor exogenouslainnya (variabel acak) mempengaruhi realisasi ukuran

Page 65: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

62

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 61-68

kinerja sebagao outcome perusahaan. Jika pmenunjukkan kompensasi, k vector ukuran kinerja yangdigunakan dalam kontrak, o outcome, dan t adalahtindakan yang dilakukan oleh agen, maka kompensasi(p) tergantung pada fungsi ƒ(o,k|t)

Model teori keagenan dibangun berdasarkanfilosofi bahwa sangat penting untuk menguji masalahinsentif dan pemecahannya. Alasan-alasan tertentuuntuk perbedaan kepentingan meliputi 1) keenggananusaha oleh agen; 2) agen dapat mengubah sumber dayauntuk konsumsi pribadinya; 3) perbedaan horisonwaktu (agen kurang menaruh perhatian mengenai efekperiode masa depan dari tindakan saat ini karena tidakmengharapkan selamanya bersama dengan perusahaanatau agen mengetahui tindakannya akan mempengaruhipenilaian ketrampilannya yang akan mempengaruhikompensasinya di masa depan; dan 4) penghindaranrisiko derivatif yang menjadi bagian agen. Jika teoriagensi berbicara mengenai perbedaan kepentinganprinsipal dan agen yang berpengaruh terhadappenyediaan informasi, kinerja, dan insentif makaakuntansi manajemen menaruh perhatian pada isupengukuran dan informasi dalam satu perusahaan.Informasi ini digunakan untuk mengevaluasikeputusan masa lalu bagi pengambilan keputusan dimasa datang. Keputusan ini meliputi alokasi sumberdaya dalam sebuah perusahaan, koordinasiantarsubunit (definisi secara luas), penetapan harga,penetapan biaya, kompensasi, dan insentif. Adaberbagai variasi bagaimana informasi ini tersedia yangmeliputi anggaran, sistem biaya-produk, sistem trans-fer pricing, penilaian, dan ukuran keuangan dan bukankeuangan.

Pada tingkat konseptual masih terdapattumpang tindih terhadap bidang akuntansi keuangan(teori agensi) dan akuntansi manajemen. Dua bidangtersebut menaruh perhatian pada penyediaan informasisehingga pengambil keputusan dapat melakukankeputusan alokasi sumber daya. Dalam akuntansikeuangan, investor mencoba mengalokasikan sumberdaya pada dan antarperusahaan, sementara akuntansimanajemen mencoba mengalokasikan sumber dayaantarsubunit. Sehubungan dengan masalah tersebut,tulisan ini bertujuan menganalisis mengapa masalahagensi sulit untuk dipecahkan, apa saja kualitas ukurankinerja, bagaimana kontrak yang optimal, bagaimanamanajemen laba dapat terjadi, dan masalah agensi

dalam kontrak multi periode dan investasi.

MASALAH DAN PEMBAHASAN

Teori agensi dan akuntansi manajemen sangattergantung pada informasi yang memberikan beberapaalternatif untuk memecahkan masalah alokasi sumberdaya dan optimalisasi kinerja, kontrak, dan investasi.Permasalahan yang timbul sehubungan dengan alokasisumber daya dan optimalisasi kinerja, kontrak, daninvestasi adalah (1) Apa yang membuat masalahkeagenan sulit untuk dipecahkan; (2) Apa saja kualitasukuran kinerja; (3) Bagaimana bentuk kontrak yangoptimal; (4) Bagaimana manajemen laba dapat terjadi;dan (5) Bagaimana dengan multi periode dan masalahinvestasi.

Penulis melakukan studi pustaka danmenggunakan metode pembuktian matematis untukbeberapa pembahasan sehubungan denganpermasalahan tersebut. Berdasarkan permasalahan apayang membuat masalah keagenan sulit untukdipecahkan, secara esensi model keagenanmensyaratkan peneliti untuk memecahkan optimalisasi.Grossman dan Hart (1983) mengasumsikan bahwa hanyaterdapat seperangkat tindakan yang tersedia bagi agenuntuk membuat optimalisasi lebih mudah. Pendekatanyang paling umum untuk memecahkan pilihan tindakanagen adalah menggunakan pendekatan first-order-con-dition.

Pendekatan first order condition dapatdigunakan jika utilitas yang diharapkan oleh agenadalah fungsi cekung atas tindakannya yang sesuaidengan kontrak. Jewitt (1988) dan Rogerson (1985)menyatakan untuk kondisi memadai, pendekatan firstorder condition adalah valid. Tetapi, untuk kontrakyang lebih kompleks (terutama untuk yang cembung)atau model dengan implikasi tindakan yang komplikatif(satu tindakan mempengaruhi rata-rata dan highermoments dari distribusi), pendekatan first order con-dition dapat menjadi masalah. Pendekatan first ordercondition tidak menjamin bahwa program optimalisasiakan langsung memilih satu solusi tindakan.

Berdasarkan permasalahan kualitas ukurankinerja, Holmstrom (1979) sebagai orang pertama yangmengidentifikasi karakteristik penting ukuran kinerjadalam kontrak berdasarkan kriteria informatif. Kontrakinformatif terjadi jika menyatakan agen melakukan

Page 66: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

63

KAJIAN PUSTAKA TERHADAP TEORI AGENSI DAN............... (Christina Yuliana)

tindakan yang diinginkan oleh prinsipal. Variabel out-come dapat melibatkan variabel lain dalam kontrak,karena outcome juga dipengaruhi oleh variabel acakexogenous, yang mengarah pada risiko dalam kontrakkompensasi. Ukuran kinerja yang informatifmemungkinkan principal mengurangi keterlibatan agenterhadap risiko yang tidak diinginkan dan memberikaninsentif untuk menseleksi tindakan yang diinginkan.

Dalam situasi keagenan yang lebih kompleks,kriteria tambahan diperlukan. Tanggungjawab agenuntuk tindakan berjenjang diukur secara kongruen.Kongruen merujuk pada kesejajaran responsivitasukuran kinerja dengan tindakan agen dan responsivitasoutcome riil dengan tindakan agen. Namun dalaminteraksi masalah keagenan, upaya untuk satupemecahan akan mengakibatkan yang lainnya terlihatburuk. Sebagai contoh, peningkatan sensitivitaspembayaran terhadap kinerja mungkin membuat agenbekerja lebih keras, tetapi juga mungkin mendorongagen untuk menjadi lebih konservatif dalam keputusaninvestasinya.

Ketika banyak ukuran kinerja tersedia, ukurankongruen menjadi penting. Balanced Scorecard(Kaplan dan Norton, 1992) adalah contoh upayamenggunakan banyak ukuran dalam kontekspengukuran kinerja. Sebagian besar diskusi mengenaibalanced scorecard berorientasi pada dimensi yangberbeda dalam pengukuran kinerja (ukuran keuangan,ukuran pelanggan, proses bisnis internal, sertapembelajaran dan pertumbuhan). Istilah seimbangmenyatakan bobot dimensi kinerja. Sebagai contoh, jikasemua bobot kompensasi dititikberatkan pada ukurankinerja keuangan, tindakan agen akan langsung terarahpada peningkatan ukuran ini, dengan menekan biayaukuran lainnya. Untuk memahami bagaimana membobotukuran, perlu memahami pola tindakan terhadap ukurankinerja dan bagaimana pola ukuran kinerja menjadi aruskas (khususnya arus kas masa depan). Secara khusus,banyak keuntungan dari penggunaan ukuran nonkeuangan sebagai indikator bagi kinerja keuangan.

Berdasarkan permasalahan bentuk kontrak yangoptimal, penulis mengasumsikan bahwa prinsipaladalah pengambil risiko netral. Modifikasi langsungdari Holmstrom (1979) menggabungkan tanggungjawabterbatas dalam kontrak dan kesejahteraan lainnya (S)untuk agen yang mengimplikasikan bahwa kontrakoptimal tepat untuk kondisi berikut:

)](['1

opSU = max [λ, λ + μ

)|,()|,(

tkoftkoft ....................(1)

o adalah outcome, k adalah kinerja, t adalah tindakan, ëadalah Langrange multiplier berdasarkan kendalareservasi dan ì Langrange multiplier berdasarkankendala kesesuaian insentif tindakan. Parameter ëmenentukan pembayaran bagi agen dari outcome odengan kendala pembayaran minimum tertentu. Untuknilai-nilai o dengan kendala pembayaran minimum yangtidak dibatasi, pembayaran ditentukan sebelumnyadengan λ+μft(o│t)/f(o│t).

Persamaan (1) menunjukkan bahwa bentukkontrak optimal akan tergantung pada tiga faktor, yaitua) kendala kompensasi minimum, b) bentuk fungsiutilitas agen, dan c) fungsi tindakan agenmempengaruhi distribusi probabilita outcome (melaluiλ+μft(o│t)/f(o│t). Karena insentif agen dipicu oleh to-tal kesejahteraan, kontrak optimal seharusnyamempertimbangkan struktur kesejahteraan lainnya.Sebagai contoh saham, opsi saham, dan pensiun,seharusnya dipertimbangkan dalam menentukankontrak optimal. Core dan Guay (1999) memberikancontoh analisis empiris yang mencoba mengestimasiefek interaktif ini.

Fitur tanggungjawab sebatas kontrakditentukan untuk range outcome λ+μft(o│t)/f(o│t)<λ ,mengakibatkan fitur cembung dalam struktur kontrak.Untuk mengilustrasikan dua fitur lainnya yangmempengaruhi bentuk kontrak, asumsikan bahwautilitas moneter agen adalah jumlah dari fungsi utilitasU(S+p) = [n(δ)/(1-δ)](S+p)1-δ untuk δ≥0 . Nilai yanglebih tinggi untuk ä berhubungan dengan fungsi utilitasmenghindari risiko. Fungsi utilitas memberikan motivasitambahan untuk tanggungjawab terbatas dalam kontrak(fungsi utilitas tidak didefinisikan untuk kompensasinegatif). Dalam struktur tambahan ini, karakteristikkontrak optimal dalam persamaan (1) menjadi:

S + p(o) = [n(δ)max(λ, λ + μ )|,()|,(

tkoftkoft )]1/δ …….....…..(2)

Persamaan (2) menunjukkan bahwa tingkatpenghindaran risiko agen akan mempengaruhi bentukkontrak optimal. Jika 0<ä<1, kontrak optimal adalah

Page 67: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

64

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 61-68

fungsi cembung. Jika ä mendekati nol (penghindaranrisiko agen menjadi nol), kontrak menjadi cekung secaraekstrim, ceteris paribus. Jika ä mendekati 1, fungsiutilitas mendekati fungsi logaritma dan notasi dalamkurung persamaan menjadi linier. Jika ä>1, kontrak op-timal adalah fungsi cekung.

Jika tindakan agen mempengaruhi rata-rata out-come, agen bertanggungjawab untuk keputusaninvestasi dengan pertukaran risiko-return yang akanmempengaruhi bentuk kontrak optimal. Penulismengasumsikan bahwa outcome adalah distribusi nor-mal dengan rata-rata sama dengan m(t) danpenyimpangan tandar dari outcome tergantung padaupaya agen è=è(t). Fungsi m(t) dan è(t) merupakanfungsi peningkatan tindakan agen. Slope relatifmenentukan risk-return frontier. Dengan kondisi ini,likehood ratio dalam persamaan (1) dan (2) menjadi:

)|()|(

toftoft = -

1

tt

)( + 2

)]([

tmo ttm

)( + 3

2)]([

tmo tt

)( ............(3)

Kuadratik outcome o menjelaskan mengapakontrak optimal berbentuk cembung. Untuk hasil inikecembungan kontrak digunakan untuk mendorongagen penghindar risiko berani mengambil risiko sepertiprinsipal yang menjadi pengambil risiko netral.Permasalahan bagaimana manajemen laba dapat terjadidijelaskan sebagai berikut. Prinsipal sering juga memilikiinformasi pribadi mengenai peristiwa-peristiwaorganisasi, biaya pendanaan, dan lain-lain. Komunikasiantara prinsipal dan agen adalah penting untukkesuksesan organisasi. Sayangnya, individu seringmemiliki insentif untuk menahan informasi pribadi ataumengubahnya untuk keuntungan pribadi (untukmemperoleh sumber daya lebih untuk memperoleh tar-get lebih mudah untuk dicapai). Manajemen labadipandang sebagai kegiatan yang dipraktikkan olehmanajer. Rerangka keagenan terlihat alami digunakanuntuk mempelajari manajemen laba

Scott (1997), Healy dan Wahlen (1999), Defonddan Jiambalvo (1994), Beatty et al. (1996), Gaver danGaver (1995), Jones (1991), Han dan Wang (1998),Ramesh dan Revshine (2001), Aboody, Kasznik et al.(2000), Riedl (2004), Wyatt (2004) menyatakan bahwamotivasi manajemen melakukan manajemen laba adalahuntuk mendapatkan bonus, menghindari pelanggaran

hutang, mengurangi biaya politis, mengurangi pajak,mempengaruhi harga saham pada saat IPO,memaksimalkan bonus sebelum pensiun/pergantianCEO, memenuhi peraturan yang ditetapkan oleh regu-lator. Adapun pola manajemen laba adalah sebagaiberikut, yaitu Taking a Bath manajemen melaporkankerugian dengan nilai lebih besar dengan tujuanmelaporkan laba lebih besar di masa yang akan datangsehingga memperoleh bonus yang besar (Scott, 2003).Pola hampir sama dengan taking a bath tetapi tidakekstrim dan dilakukan dengan menggunakan kebijakanakuntansi yang mengurangi laba (Scott, 2003).

Pola dilakukan dengan mengklasifikasikansebagian harga beli sebagai in-porcess research anddevelopment yang kemudian segera dihapuskansehingga mengurangi biaya amortisasi dan laba jadimeningkat di masa yang akan datang (C. Mulford danE. Commiskey, 2002 dalam Wondabio, 2007). Incomesmoothing menyatakan bahwa pola meratakan labaperusahaan dalam rentang bogey dan cap agar bonusyang diterima konstan (Scott, 2003). Cookie Jarmenyatakan bahwa manajemen secara bebasmembentuk cadangan di masa booming yang kemudiandigunakan untuk meratakan laba di masa sulit. Padamasa booming, cadangan cenderung diperbesarsehingga dapat digunakan pada saat perusahaanmengalami kerugian ataupun penurunan laba agarperusahaan tidak terlihat jelek (C. Mulford dan E.Commiskey, 2002 dalam Wondabio, 2007).

Studi mengenai manajemen labamengelompokkan manajemen laba menjadi efisien danoportunis (Subramanyam, 1996; Scott, 2000).Manajemen laba yang efisien berarti meningkatkankeinformatifan laba dalam mengkomunikasikaninformasi privat, sedangkan yang oportunis berartimemaksimumkan kepentingan pribadinya sehubungandengan kompensasi, kontrak hutang, biaya politik, danlain-lain (Siregar, 2005). Prinsipal harus mendesainkontrak yang mengakibatkan agen mengungkapkankebenaran. Secara umum, hal ini akan mendorongprinsipal memiliki komitmen terhadap informasi yangdisediakan. Dalam beberapa kasus ekstrim, prinsipaltidak menggunakan informasi sepenuhnya dalam upayamendorong agen melaporkan dengan penuh kejujuran.Negosiasi ulang kontrak multi periode dapatmemberikan benefit ex post, tetapi menyebabkan biayaex ante. Pilihan waktu melepas informasi relatif

Page 68: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

65

KAJIAN PUSTAKA TERHADAP TEORI AGENSI DAN............... (Christina Yuliana)

terhadap tanggal negosiasi ulang kontrak masihmerupakan area yang belum dieksplorasi. Demski danFrimor (1999) menyatakan bahwa informasi yangmengejutkan dapat menguntungkan karena mencegahnegosiasi ulang kontrak berbiaya besar, sementaraIndjejikian dan Nanda (1999) menemukan bahwainformasi agregat dapat mengurangi beberapa biayasebelum dilaporkan ke prinsipal.

Informasi penting sebaiknya dikomunikasikanpada akhir periode pertama dari model, walau bukaninformasi yang lengkap. Feltham et al. (2005)menggunakan analisis dimana informasi menengahdigunakan untuk menangani konflik potensial; untukmengevaluasi tindakan periode pertama agen, danuntuk menolong memutuskan tindakan apa yangsebaiknya diambil dalam periode kedua. Analisis yangmenguji situasi (a) beberapa informasi dalam periodepertama datang dari laporan agen (mungkin berubahsecara strategis) dan/atau (b) beberapa informasi dalamperiode pertama digunakan untuk melakukan keputusaninvestasi dalam periode kedua.

Berdasarkan permasalahan bagaimana denganmodel multi periode dan masalah investasi, makamanajer seringkali diduga berorientasi jangka pendekdalam pengambilan keputusan. Untuk menangani isuini, penulis menggunakan model multi periode. Dalammodel periode tunggal, arus kas dan angka akuntansiakrual adalah identik. Walaupun penting, tidak banyakmodel multi periode digunakan dalam literaturkeagenan. Dalam model multi periode, banyak isuteknis muncul yang bersinggungan dengan ukuranakuntansi atau kinerja.

Prinsipal sebaiknya menyeleksi proyek jika aruskas memiliki net present value (NPV) positifdibandingkan biaya modal perusahaan. Masalahkeagenan muncul jika agen memiliki informasi superiormengenai keuntungan proyek. Masalah ini akan lebihburuk jika agen juga memiliki horison waktu lebihsingkat daripada prinsipal. Horison waktu yang lebihsingkat dapat terjadi untuk berbagai alasan, misalnyaagen memberikan profit karena akan keluar dariperusahaan, pensiun, promosi, dan lain-lain. Hal yangperlu dipertimbangkan adalah agen tidak akan terusbersama dengan perusahaan. Kemudian tujuan agentidak akan sama dengan prinsipal karena agen tidakakan menempatkan arus kas yang cukup menjelangakhir proyek. Jika periode berikutnya arus kas positif,

agen akan mengurangi investasi, atau menolak proyek-proyek yang memiliki nilai sekarang positif. Agen jugadapat melakukan investasi berlebih pada proyek pilihanyang memiliki pembayaran jangka pendek tetapi aruskas negatif (pelepasan atau penghapusan) pada akhirumur proyek.

Jika agen dievaluasi setiap periode berdasarkanlaba bersih, maka keputusan yang benar tidak ada karenajika agen tetap ada sampai akhir umur perusahaan makadia akan mendiskontokan kompensasinya berdasarkantarif yang sama dengan diskonto arus kas prinsipaldan jika slope koefisien dalam kompensasinya adalahkonstan, dia tidak akan memandang proyek identikdengan prinsipal. Pengukuran kinerja denganmenggunakan residual income atau economic valueadded (EVA) sering dirujuk oleh perusahaan konsultasi.Konsep ini juga sama dengan laba abnormal dalamrerangka penilaian Feltham-Ohlson. Fitur kunci dalamresidual income adalah penggunaan biaya terhadapmodal yang disertakan. Ini bukan pengeluaran yangsifatnya kas, tetapi merupakan biaya peluang daripenggunaan modal. Secara khusus, residual incomedidefinisikan sebagai laba operasi bersih dikurangibiaya yang sesuai untuk biaya peluang dari modal yangdisertakan: RIw = NIw-rBVw-1.

Bentuk insentif investasi jika kompensasi agendidasarkan pada residual income. Dalam kasus agenakan ada sampai akhir umur perusahaan,kompensasinya linier dalam residual income dan slopekoefisien berdasarkan residual income adalah konstansepanjang waktu. Agen akan melakukan tindakan yangbenar. Di bawah kondisi ini, nilai sekarang kompensasiagen adalah transformasi linier nilai sekarang proyekarus kas. Hasil ini sama dengan penilaian Ohlson yangmenyatakan dalam nilai buku sekarang dan residualincome masa datang. Dalam konteks ini, clean surplushanyalah persyaratan penilaian berdasarkan akuntansiuntuk bekerja sepanjang horison estimasi sampai akhirhidup perusahaan. Jika agen tidak selamanya ada dalamperusahaan, insentif investasi dicapai pada pilihanskedul penyusutan yang tepat. Penyusutan yang tepatdidasarkan pada benefit relatif yang diterima dalamperiode relatif keseluruhan proyek. Biasanyapenggunaan skedul penyusutan seperti garis lurus ataujumlah angka tahun tidak akan bekerja baik karena ben-efit tidak sesuai degan biaya proyek. Skema penyusutanterbaik akan membuat residual income setiap periode

Page 69: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

66

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 61-68

proporsional dengan total nilai sekarang dari arus kasdan identik dengan total nilai sekarang dari jumlah re-sidual income. Oleh karena itu, tidak penting berapalama agen bersama perusahaan atau berapa bobotkompensasi yang diterimanya dari periode yangberbeda. Agen akan memilih keputusan investasi yangbenar.

Agen dapat memperoleh benefit bukankeuangan dari investasi yang terus berjalan (empirebuilding). Baldenius (2003) dan Lambert (2001)menjelaskan bagaimana return non keuanganmempengaruhi insentif investasi. Hal itu akan menarikuntuk melakukan pengujian terhadap situasi ketikainvestasi yang lebih besar berakibat pada proyekdengan risiko arus kas lebih besar. Strategi alternatifuntuk menghadapi masalah ini adalah lebih padapengujian penggunaan ukuran kinerja. Terdapatbeberapa cara untuk mengkalkulasi ukuran kinerja,meliputi biaya investasi berbeda, estimasi danpengakuan benefit masa depan, atau melengkapi ukurankeuangan dengan ukuran bukan keuangan, dan lain-lain.

SIMPULAN

Terdapat perbedaan konseptual antara akuntansikeuangan (teori agensi) dan akuntansi manajemen.Perbedaan yang paling penting adalah akuntansimanajemen tidak diatur oleh regulator. Hal inimengakibatkan perusahaan menjadi lebih kreatif dalampengukuran dan kegiatan penilaian internal daripadaeksternal. Akuntansi manajemen mengumpulkaninformasi lebih kompleks dan rinci untuk pihak internaldibandingkan informasi yang diberikan kepada pihakluar. GAAP penuh dengan kebijakan akuntansi yangkonservatif. Konservatisme adalah sebuah bentukpengakuan kegiatan ekonomi yang pasti ke dalam angkalaba. Masih banyak tantangan informasi yang masihharus dipecahkan dalam laporan eksternal dan inter-nal. Literatur akuntansi manajemen menggunakaninvestigasi variance untuk memperoleh lebih banyakinformasi. Akuntansi keuangan menyarankanpengungkapan voluntary untuk good news denganmelalui mekanisme lainnya daripada hanya angka labadan informasi terefleksi secara potensial dalam hargasaham. Penulis berpikir dua cabang literatur akuntansi

tersebut dapat memberikan benefit jika dilakukaninteraksi antarkeduanya.

DAFTAR PUSTAKA

Aboody, Kasznik, Ron and William Michael. 2000. “Pur-chase versus pooling in stock for stock acqui-sitions: Why do firms care.” Journal of Account-ing and Economics 29: 261 – 286.

Baldenius, T. 2003. “Delegated Investment decisionsand private benefits of control.” The Account-ing Review 78(4): 909-930.

Beatty, Anne, Ramesh K and Weber Joseph. 1996. “Theimportance of accounting changes in debt con-tracts; the cost of flexibilityh in covenant cal-culation.” Journal of Accounting and Econom-ics 22.

Core, J. and Guay, W. 1999. “The use of equity grantsto manage optimal equity incentive levels.”Journal of Accounting and Economics 28: 51-184.

Defond, ML and J Jiambalvo. Januari 1994. “Debt cov-enant violation and manipulation of accruals.”Journal of Accounting and Economics: 145-175.

Demski, J. and Frimor, H. 1999. “Performance measuregarbling under renegotiation in multi-periodagencies.” Journal of Accounting ResearchSupplemen 37: 187-214.

Dutta, S. and Reichelstein, S. 1999. “Asset valuationand performance measurement in a dynamicagency setting.” Review of Accounting Stud-ies 4(3-4): 235-258.

Dutta, S. and Reichelstein, S. 2002. “Controlling invest-ment decisions: depreciation and capitalcharges.” Review of Accounting Studies 7(2-3): 253-281.

Page 70: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

67

KAJIAN PUSTAKA TERHADAP TEORI AGENSI DAN............... (Christina Yuliana)

Dutta, S. and Reicheltein, S. 2005. “Stock price, earn-ings, and book values, in maangerial perfor-mance measures.” The Accounting Review 80(4): 1069-1100.

Dye, R. Autumn 1986. “An optimal monitoring policyin agencies.” The Rand Journal of Economics:339-350.

Fellingham, J. Kwon, Y., and Newman, D.P. Summer 1984.“Ex ante randomization in agency models.”Rand Journal of Economics: 290-301.

Feltham, G., Indjejikian, R. and Nanda, D. 2005. “Dy-namic Incentives and Dual Purpose Account-ing.” Working paper. University of British Co-lumbia.

Feltham, G. and Wu, M. 2001. “Public reports, informa-tion acquisition by investors, and managementincentives.” Review of Accounting Studies 6(1):7-8.

Feltham, G. and Xie, J. July1994. “Performance measurecongruity and diversity in multi-task principal/agent relation.” The Accounting Review: 429-453.

Gaver dan Gaver (1995) Gaver, J.J., K.M. Gaver and JRAustin. 1995. “Additional Evidence on bonusplan and income management.” Journal of Ac-counting and Economics 19.

Grossman, S. and Hart, O. 1983. “An analysis of theprincipal agent model.” Econometrica 51(1): 7-45.

Han and Wang. 1998. “Political cost and earning man-agement of oil companies during the 1990 Per-sian Gulf Crisis.” Journal of Accounting andEconomics.

Healy, Paul M & Wahlen James M. December 1999.“Commentary : A Review of the Earnings Man-agement Literature and Its Implications for Stan-dard Setting.” Accounting Horison: 365-383.

Holmstrom, B. Spring 1979. “Moral hazard andobservability.” Bell Journal of Economics: 74-91.

Indjejikian, R. and Nanda, D. 1999. “Dynamic incen-tives and responsibility accounting.” Journalof Accounting and Economics 27(2): 177-201.

Jewitt, I. 1988. “Justifying the first-order approach toprincipal-agent problems.” Econometrica 56(5):1177-1190.

Jones, J. Autumn 1991. “Earning management duringimpor relief investigations.” Journal of Account-ing Research.

Kaplan, R. and Norton, D. Jan-Feb 1992. “The balancedscorecard: measures that drive performances.”Harvard Business Review: 71-80.

Lambert, R. 2001. “Contract theory and accounting.”Journal of Accounting and Economics 32(1-3):3-87.

Ramesh & Revshine. 2001. “The Effects of Regulatoryand Contracting costs on Banks’ Choice of Ac-counting Method for Other Postretirement Ben-efits.” Journal of Accounting and Economics30, 159 – 186.

Riedl, J.E., Harvard Business School. 2004. “An Exami-nation of Long Lived Assets Impairment.” TheAccounting Review 79(3): 823-852.

Rogerson, W. 1985. “The first order approach to prin-cipal agent problems.” Econometrica 985: 1357-1368.

Rogerson, W. August 1997. “Inter-temporal cost allo-cation and managerial incentives.” Journal ofPolitical Economy: 770-795.

Scott, W.R. 1997. Financial Accounting Theory. 1st ed.Prentice – Hall. Inc.

Page 71: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

68

JAM, Vol. 20, No. 1 April 2009: 61-68

Scott, W. R. 2000. Financial Accounting Theory. 2nd

ed. Scarborough. Ontario: Prentice Hall CanadaInc.

Scott 2003. Financial Accounting Theory. 3rd ed.Scarborough. Ontario: Prentice Hall Canada Inc.

Subramanyam, K.R. 1996. “The pricing of discretion-ary accruals.” Journal of Accounting and Eco-nomics (22): 249-281.

Siregar, S.V.N.P. 2005. “PengaruhStruktur Kepemilikan,Ukuran Perusahaan, Dan Praktek CorporateGovernance Terhadap Pengelolaan Laba (Earn-ings Management) Dan Kekeliruan PenilaianPasar. Disertasi. Sekolah Pascasarjana S-3 Uni-versitas Indonesia, Depok.

Wyatt, A.R. 2004. “Accounting professionalism – Theyjust don’t get it.” Accounting Horizons 18 (1):45-53.

Wondabio, L.S. 2007. “Memahami Lebih Jauh AspekEarning Management, Financial Shenanigans,dan Rekayasa Keuangan.” Economics Business& Accounting Review, Volume II(1): 72-86.

Page 72: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

INDEKS PENULIS DAN ARTIKELJURNAL AKUNTANSI & MANAJEMEN

Vol. 16, No. 1, April 2005

Lo, Eko Widodo, pp. 1-10, Penjelasan Teori Prospek Terhadap Manajemen Laba

Tjahyono, Heru Kurnianto, pp. 11-24, Peran Kepemimpinan Sebagai Variabel Pemoderasian HubunganBudaya Organisasional dengan Keefektifan Organisasional (Studi pada Perguruan Tinggi Swasta di PropinsiDIY)

Astuti, Sri dan M. Hanad Hainafi, pp. 250-34, Pengaruh Laporan Auditor Dengan Modifikasi GoingConcern Terhadap Abnormal Accrual

Siregar, Baldric dan Twenty Selvia Sari Sianturi, pp. 35-49, ; Reaksi Pasar Modal Terhadap Hasil PemilihanUmum dan Pergantian Pemerintahan Tahun 2004

Prajogo, Wisnu, pp. 51-65, Pengaruh Pemediasian Trust Dalam Hubungan Kepemimpinan Transformasionaldan Organizational Citizenship Behavior

Widiastuti, Sri Wahyuni dan Sri Suryaningrum, pp. 67-77, Pengaruh Motivasi Terhadap Minat MahasiswaAkuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPA)

Vol. 16, No. 2, Agustus 2005

Heriningsih, Sucahyo, Sri Suryaningrum, Windyastuti, pp. 79-91, Pengaruh Kecerdasan Emosional padaPemahaman Pengetahuan Akuntansi di Tingkat Pengantar dengan Penalaran dan Pendekatan Sistem

Susanto, Djoko dan Baldric Siregar, pp. 93-105, Peran Saling Melengkapi Laba dan Arus Kas Operasidalam Menjelaskan Variasi Return Saham

Rahdi, Fahmy, pp. 107-119, Industry Policy and Technology Transfer: Review and Analysis of The Indo-nesian Automotive Industry During New Orde Era

Yudiarti, Fr. Ninik dan Eko Widodo Lo, pp. 121-127, Pengaruh Framing; Pertanggungjawaban, dan JenisKelamin dalam Keputusan Investasi Tambahan: Keputusan Individual dan Grup

Vol. 20, No. 1, April 2009

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

Page 73: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

Asakdiyah, Salamatun, pp. 129-139, Analisis Hubungan Antara Kualitas Pelayanan dan KepuasanPelanggan dalam Pembentukan Intensi Pembelian Konsumen Matahari Group di Daerah IstimewaYogyakarta

Saputro, Julianto Agung, pp. 141-152, Konsep dan Pengukuran Investment Opportunity Set SertaPengaruhnya pada Proses Kontrak

Vol. 16, No. 3, Desember 2005

Ciptono, Wakhid Slamet, pp. 153-171, The Critical Success Factors Of Tqm Underlying The DemingManagement Method: Evidence From The Indonesia’s Oil and Gas Industry

Lo, Eko Widodo, pp. 173-181, Manajemen Laba: Suatu Sistesa Teori

Sanjaya, I Putu Sugiartha, pp. 183-193, Analisis Pengaruh Akrual Diskresioner Terhadap Return SahamBagi Perusahaan-Perusahaan yang Diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Big Four dan Non-Big Four

Sudarini, Sinta dan Silisia Mita Alloy, pp. 195-207, Penggunaan Rasio Keuangan Dalam MemprediksiLaba Pada Masa yang Akan Datang (Studi Kasus di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BursaEfek Jakarta)

Winarso, Beni Suhendra, pp. 209-218, Analisis Empiris Perbedaan Kinerja Keuangan Antara Perusahaanyang Melakukan Stock Split dengan Perusahaan yang Tidak Melakukan Stock Split Pengujian TheSignaling Hypothesis

Siregar, Baldric, pp. 219-230, Hubungan antara Dividen, Leverage Keuangan, dan Investasi

Vol. 17, No. 1, April 2006

Nurim, Yavida, pp. 1-10, Pengaruh Karakteristik Pembuat Judgment dalam Prediksi Failure Perusahaan

Kusuma, Deden Iwan, pp. 11-24, Studi Empiris Pemilihan Metode Akuntansi pada Perusahaan yangMelaksanakan Akuisisi di Indonesia

Yunani, Akhmad, pp. 25-40, Perancangan Model Sales Force Automation (SFA) dalam RangkaMenunjang Customer Relationship Management (CRM): Studi Kasus pada PT Pos Indonesia (Persero)

Suripto, Bambang, pp. 41-56, Praktik Pelaporan Keuangan dalam Web Site Perusahaan Indonesia

Khasanah, Mufidhatul, pp. 57-78, Kajian Usaha Ternak Kambing dalam Rangka MeningkatkanKesejahteraaan Masyarakat Kabupaten Sleman

Vol. 20, No. 1, April 2009

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

Page 74: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

Dongoran, Johnson, pp. 79-92, Pengaruh Sikap Kerja Terhadap Kinerja pada Hotel Bintang di JawaTengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol. 17, No. 2, Agustus 2006

Sri Darma. Gede, pp. 93-117, Employee Perception of The Impact of Information Technology Investmentin Organizations: A Survey of The Hotel Industry

Hapsoro, Dody, pp. 119-135, Pengaruh Transparansi Terhadap Konsekuensi Ekonomik: Studi Empirisdi Pasar Modal Indonesia

Indahwati, Weliana dan Erni Ekawati, pp. 137-152, Relevansi dan Reliabilitas Nilai Informasi AkuntansiGoodwill di Indonesia

Rahmawati, pp. 153-169, Hubungan Nonlinier antara Earnings dan Nilai Buku dengan Kinerja Saham

Siswanti, Yuni, pp. 171-180, Alliance Experience, Alliance Capability, Function Alliance Dedicateddan Alliance Learning dalam Aliansi Strategik untuk Meraih Kesuksesan Jangka Panjang di EraKompetisi Global

Widjaya, NH Setiadi, pp. 181-196, Pengaruh Komponen Komitmen Organi-sasional pada HubunganPersepsi Kaitan Kinerja-Gaji dan Organizational Citizenship Behavior

Vol. 17, No. 3, Desember 2006

Arsyad, Lincolin, pp. 197-218, A Process of Creating Business Plan for Microfinance Institution: CaseStudy of LPD Mas, Gianyar, Bali

Hapsoro, Dody, pp. 219-234, Pengaruh Struktur Pengelolaan Korporasi Terhadap Transparansi: StudiEmpiris di Pasar Modal Indonesia

Sri Darma, Gede, pp. 235-255, The Impact of Information Technology Investment on The HospitalityIndustry

Sulistiyani, Tina, pp. 257-267, Analisis Perilaku Brand Switching Produk Air Minum Mineral di DaerahIstimewa Yogyakarta

Siregar, Baldric, pp. 269-282, Determinan Risiko Ekspropriasi

Bawono, Icuk Rangga, dkk., pp. 283-294, Persepsi Mahasiswa S1 Akuntansi Reguler Tentang PendidikanProfesi Akuntansi (PPA) (Studi Kasus Pada Perguruan Tinggi Negeri di Purwokerto, Jawa Tengah)

Vol. 20, No. 1, April 2009

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

Page 75: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

Vol. 18, No. 1, April 2007

Kartikasari, Lisa, pp. 1-9, Pengaruh Variabel Fundamental terhadap Risiko Sistematik pada PerusahaanManufaktur yang Terdaftar di BEJ

Norpratiwi, Agustina M.V., pp. 9-22, Analisis Korelasi Investment Opportunity Set terhadap ReturnSaham pada Saat Pelaporan Keuangan Perusahaan

Rahmawati, pp. 23-34, Model Pendeteksian Manajemen Laba pada Industri Perbankan Publik di Indo-nesia dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Perbankan

Dewi, Sherly Friska dan Eko Widodo Lo, pp. 35-42, Hubungan Sinyal-Sinyal Fundamental denganHarga Saham

Khasanah, Mufidhatul, pp. 43-50, Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD): KasusAPBD Kabupaten Sleman dan Kulonprogo Tahun 2004 dan 2005

Suranto, Anto, pp. 51-64, Hubungan Antara Sikap dan Perilaku Pejabat Public Relations denganEfeknya dalam Kinerja (Studi Hubungan antara Sikap Terhadap Penerapan Budaya Korporat danPerilaku Penerapan Budaya Korporat dengan Efeknya dalam Kinerja Pejabat Public RelationsPerbankan Swasta Nasional Anggota Perbanas

Vol. 18, No. 2, Agustus 2007

Hapsoro, Dody, pp. 65-85, Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Transparansi: Studi Empiris diPasar Modal Indonesia

Ningsih, Dwi Astuti dan Wakhid Slamet Ciptono, pp. 87-98, Going Beyond Corporate Social Responsi-bility: The Critical Factors of Corporate Social Innovation—An Empirical Study

Lako, Andreas, pp. 99-113, Relevansi Nilai Informasi Akuntansi untuk Pasar Saham: Problema danPeluang Riset

Tjahjono, Heru Kurnianto, pp. 115-125, Validasi Item-Item Keadilan Distributif dan Keadilan Prosedural:Aplikasi Structural Equation Modeling dengan Confirmatory Factor Analysis (CFA)

Indriyo, St. Mahendra Soni, pp. 127-134, Reorientasi Kepentingan Korporasi dari Share-holders keStakeholders untuk Menjawab Tantangan Globalisasi di Masa Depan

Rahardja, Conny Tjandra dan N.H. Setiadi Widjaya, pp. 135-148, Manajemen Stres: Bagaimana MenghidupiStres untuk Mencapai Keefektifan Organisasi

Vol. 20, No. 1, April 2009

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

Page 76: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

Vol. 18, No. 3, Desember 2007

Hery dan Merrina Agustiny, pp. 149-161, Pengaruh Pelaksanaan Etika Profesi Terhadap PengambilanKeputusan Akuntan Publik (Auditor)

Suhartini dan Putri Yusiyanti, pp. 163-177, Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja KaryawanPDAM Tirtamarta Yogyakarta (Pendekatan Teori Ekspektansi Victor Vroom)

Supriyanto, Y., pp. 179-198, Kritik Terhadap Kinerja Pendekatan Profitability Index dan PendekatanNet Present Value untuk Memilih Sejumlah Proyek Independen dalam Capital Rationing

Khasanah, Mufidhatul, pp. 199-208, Analisis Ekonomi-Politik Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah (APBD) Kabupaten Sleman dan Bantul Tahun 2004 dan 2005

Sani, Usman dan Istiqomah Istiqomah, pp. 209-221, Analisis Experiential Marketing Sabun Lux “BeautyGives You Super Powers”

Suripto, Bambang, pp. 223-236, Atribusi Kinerja oleh Manajemen dalam Industri yang Diregulasi: PengujianEmpiris Teori Atribusi dalam Laporan Tahunan Industri Perbankan di Indonesia

Vol. 19, No. 1, April 2008

Afifurrahman, Wahid dan Dody Hapsoro, pp. 1-14, Pengaruh Pengungkapan Sukarela Melalui Web Siteterhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta

Fachrunnisa, Olivia, pp. 15-23, Perbedaan Gender dalam Penggunaan Gaya KepemimpinanTransformasional: Suatu Pengujian dari Perspektif Atasan, Bawahan, Rekan Kerja, dan Diri Sendiri

Prajogo, Wisnu, pp. 25-38, Pengaruh Kepemimpinan dan Kepribadian pada Modal Sosial serta Dampaknyapada Kinerja

Djamaluddin, Subekti dan Rahmawati, pp. 39-50, Kandungan Informasi Komponen-Komponen Laba padaPerusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta

Fajar, Siti Al, pp. 51-62, Kepemimpinan Transformasional: Keterkaitannya dengan Tipe Kepribadian BerupaBehavioral Coping dan Emotional Coping

Hery, pp. 63-70, Peran Normatif dan Upaya Peningkatan Citra Auditor Internal, serta Keikutsertaannyadalam Penerapan Prinsip Good Corporate Governance

Vol. 20, No. 1, April 2009

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

Page 77: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

Vol. 19, No. 2, Agustus 2008

Hadi, Pramono, pp. 71-77, An Economic Valuation Of Turtle Conservation Efforts In Riau Case OnTambelan Island At 2006-2007

Noormansyah, Irvan, pp. 79-87, Studies In Management Accounting Control Systems In Less DevelopedCountries

Giri, Efraim Ferdinan, pp. 89-102, Pengaruh Kebijakan Pembayaran Dividen Terhadap Informasi Asimetri diBursa Efek Indonesia

Nugraha, Albert Kriestian Novi Adhi, pp. 103-111, The External Variables, Perceived Ease of Use andPerceived Usefulness Toward The Use of Sikasa 2.0 Software: A Survey of Employees in Satya WacanaChristian University

Utomo, Semcesen Budiman dan Baldric Siregar, pp. 113-125, Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,dan Kontrol Kepemilikan terhadap Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BursaEfek Indonesia (BEI)

Hardani, Rahmat Purbandono, pp. 127-137, Pengaruh Strategi dan Taktik terhadap Kesuksesan TahapOperasionalisasi Proyek

Vol. 19, No. 3, Desember 2008

Djamaluddin, Subekti, Rahmawati, dan Handayani Tri Wijayanti, pp. 139-153, Analisis Perubahan AktivaPajak Tangguhan dan Kewajiban Pajak Tangguhan untuk Mendeteksi Manajemen Laba

Hapsoro, Dody, pp. 155-172, Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan:Studi Empiris di Pasar Modal Indonesia

Wulandari, Cynthia dan Shanti, pp. 173-183, Pengaruh Pengungkapan Sukarela terhadap Asimetri Informasipada Perusahaan Perbankan yang Go Public di PT. Bursa Efek Indonesia

Kristina, Batsyeba Maria dan Baldric Siregar, pp. 185-196, Pengaruh Manajemen Laba Nyata terhadapKinerja.

Bawono, Icuk dan Rangga, pp. 197-207, Persepsi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Pembantu PemegangUang Muka Kerja (PPUMK) terhadap Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Langsung (LS): Studi padaPendidikan Tinggi Negeri Universitas Jenderal Soedirman

Adhilla, Fitroh, pp. 209-228, Analisis Manfaat Sosial dan Fungsional yang Diperoleh Konsumen dariHubungan yang Terjalin dengan Pramuniaga.

Vol. 20, No. 1, April 2009

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

Page 78: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

Vol. 20, No. 1, April 2009

PEDOMAN PENULISANJURNAL AKUNTANSI & MANAJEMEN

Ketentuan Umum1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai dengan format yang ditentukan.2. Penulis mengirim tiga eksemplar naskah dan satu compact disk (CD) yang berisikan naskah tersebut

kepada redaksi. Satu eksemplar dilengkapi dengan nama dan alamat sedang dua lainnya tanpa namadan alamat yang akan dikirim kepada mitra bestari. Naskah dapat dikirim juga melalui e-mail.

3. Naskah yang dikirim belum pernah diterbitkan di media lain yang dibuktikan dengan pernyataan tertulisyang ditandatangani oleh semua penulis bahwa naskah tersebut belum pernah dipublikasikan.Pernyataan tersebut dilampirkan pada naskah.

4. Naskah dan CD dikirim kepada Editorial SecretaryJurnal Akuntansi & Manajemen (JAM)Jalan Seturan Yogyakarta 55281Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1332 Fax. (0274) 486155e-mail: [email protected]

Standar Penulisan1. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word pada ukuran kertas A4 berat 80 gram, jarak 2

spasi, jenis huruf Times New Roman berukuran 12 point, margin kiri 4 cm, serta margin atas, kanan,dan bawah masing-masing 3 cm.

2. Setiap halaman diberi nomor secara berurutan. Gambar dan tabel dikelompokkan bersama padalembar terpisah di bagian akhir naskah.

3. Angka dan huruf pada gambar, tabel, atau histogram menggunakan jenis huruf Times New Romanberukuran 10 point.

4. Naskah ditulis maksimum sebanyak 15 halaman termasuk gambar dan tabel.

Urutan Penulisan Naskah1. Naskah hasil penelitian terdiri atas Judul, Nama Penulis, Alamat Penulis, Abstrak, Pendahuluan,

Materi dan Metode, Hasil, Pembahasan, Ucapan Terima Kasih, dan Daftar Pustaka.2. Naskah kajian pustaka terdiri atas Judul, Nama Penulis, Alamat Penulis, Abstrak, Pendahuluan,

Masalah dan Pembahasan, Ucapan Terima Kasih, dan Daftar Pustaka.3. Judul ditulis singkat, spesifik, dan informatif yang menggambarkan isi naskah maksimal 15 kata.

Untuk kajian pustaka, di belakang judul harap ditulis Suatu Kajian Pustaka. Judul ditulis dengan hurufkapital dengan jenis huruf Times New Roman berukuran 14 point, jarak satu spasi, dan terletak ditengah-tengah tanpa titik.

4. Nama Penulis ditulis lengkap tanpa gelar akademis disertai alamat institusi penulis yang dilengkapidengan nomor kode pos, nomor telepon, fax, dan e-mail.

Page 79: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

5. Abstrak ditulis dalam satu paragraf tidak lebih dari 200 kata menggunakan bahasa Inggris. Abstrakmengandung uraian secara singkat tentang tujuan, materi, metode, hasil utama, dan simpulan yangditulis dalam satu spasi.

6. Kata Kunci (Keywords) ditulis miring, maksimal 5 (lima) kata, satu spasi setelah abstrak.7. Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan, dan pustaka yang mendukung. Dalam mengutip pendapat

orang lain dipakai sistem nama penulis dan tahun. Contoh: Badrudin (2006); Subagyo dkk. (2004).8. Materi dan Metode ditulis lengkap.9. Hasil menyajikan uraian hasil penelitian sendiri. Deskripsi hasil penelitian disajikan secara jelas.10. Pembahasan memuat diskusi hasil penelitian sendiri yang dikaitkan dengan tujuan penelitian (pengujian

hipotesis). Diskusi diakhiri dengan simpulan dan pemberian saran jika dipandang perlu.11. Pembahasan (review/kajian pustaka) memuat bahasan ringkas mencakup masalah yang dikaji.12. Ucapan Terima Kasih disampaikan kepada berbagai pihak yang membantu sehingga penelitian dapat

dilangsungkan, misalnya pemberi gagasan dan penyandang dana.13. Ilustrasi:

a. Judul tabel, grafik, histogram, sketsa, dan gambar (foto) diberi nomor urut. Judul singkat tetapijelas beserta satuan-satuan yang dipakai. Judul ilustrasi ditulis dengan jenis huruf Times NewRoman berukuran 10 point, masuk satu tab (5 ketukan) dari pinggir kiri, awal katamenggunakan huruf kapital, dengan jarak 1 spasi

b. Keterangan tabel ditulis di sebelah kiri bawah menggunakan huruf Times New Romanberukuran 10 point jarak satu spasi.

c. Penulisan angka desimal dalam tabel untuk bahasa Indonesia dipisahkan dengan koma (,) danuntuk bahasa Inggris digunakan titik (.).

d. Gambar/Grafik dibuat dalam program Excel.e. Nama Latin, Yunani, atau Daerah dicetak miring sedang istilah asing diberi tanda petik.f. Satuan pengukuran menggunakan Sistem Internasional (SI).

14. Daftar Pustakaa. Hanya memuat referensi yang diacu dalam naskah dan ditulis secara alfabetik berdasarkan huruf

awal dari nama penulis pertama. Jika dalam bentuk buku, dicantumkan nama semua penulis,tahun, judul buku, edisi, penerbit, dan tempat. Jika dalam bentuk jurnal, dicantumkan namapenulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume, nomor publikasi, dan halaman. Jika mengambilartikel dalam buku, cantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, editor, judul buku, penerbit,dan tempat.

b. Diharapkan dirujuk referensi 10 tahun terakhir dengan proporsi pustaka primer (jurnal) minimal80%.

c. Hendaknya diacu cara penulisan kepustakaan seperti yang dipakai pada JAM/JEB berikut ini:

JurnalYetton, Philip W., Kim D. Johnston, and Jane F. Craig. Summer 1994. “Computer-Aided Architects: A CaseStudy of IT and Strategic Change.”Sloan Management Review: 57-67.

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

Vol. 20, No. 1, April 2009

Page 80: JAM Vol 20 No 1 April 2009.pdf

BukuPaliwoda, Stan. 2004. The Essence of International Marketing. UK: Prentice-Hall, Ince.

ProsidingPujaningsih, R.I., Sutrisno, C.L., dan Sumarsih, S. 2006. Kajian kualitas produk kakao yang diamoniasidengan aras urea yang berbeda. Di dalam: Pengembangan Teknologi Inovatif untuk MendukungPembangunan Peternakan Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka HUT ke-40 (LustrumVIII) Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman; Purwokerto, 11 Pebruari 2006. FakutasPeternakan UNSOED, Purwokerto. Halaman 54-60.

Artikel dalam BukuLeitzmann, C., Ploeger, A.M., and Huth, K. 1979. The Influence of Lignin on Lipid Metabolism of The Rat. In:G.E. Inglett & S.I.Falkehag. Eds. Dietary Fibers Chemistry and Nutrition. Academic Press. INC., New York.

Skripsi/Tesis/DisertasiAssih, P. 2004. Pengaruh Kesempatan Investasi terhadap Hubungan antara Faktor Faktor Motivasional danTingkat Manajemen Laba. Disertasi. Sekolah Pascasarjana S-3 UGM. Yogyakarta.

InternetHargreaves, J. 2005. Manure Gases Can Be Dangerous. Department of Primary Industries and Fisheries,Queensland Govermment. http://www.dpi.gld.gov.au/pigs/ 9760.html. Diakses 15 September 2005.

Dokumen[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 2006. Sleman Dalam Angka Tahun 2005.

Mekanisme Seleksi Naskah1. Naskah harus mengikuti format/gaya penulisan yang telah ditetapkan.2. Naskah yang tidak sesuai dengan format akan dikembalikan ke penulis untuk diperbaiki.3. Naskah yang sesuai dengan format diteruskan ke Editorial Board Members untuk ditelaah diterima

atau ditolak.4. Naskah yang diterima atau naskah yang formatnya sudah diperbaiki selanjutnya dicarikan penelaah

(MITRA BESTARI) tentang kelayakan terbit.5. Naskah yang sudah diperiksa (ditelaah oleh MITRA BESTARI) dikembalikan ke Editorial Board Mem-

bers dengan empat kemungkinan (dapat diterima tanpa revisi, dapat diterima dengan revisi kecil(minor revision), dapat diterima dengan revisi mayor (perlu direview lagi setelah revisi), dan tidakditerima/ditolak).

6. Apabila ditolak, Editorial Board Members membuat keputusan diterima atau tidak seandainya terjadi

Tahun 1990

ISSN: 0853-1269

J U R N A LAKUNTANSI & MANAJEMEN

Vol. 20, No. 1, April 2009