jambu mete
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Era modern seperti sekarang ini camilan dan makanan ringan sudah
sangat lekat dengan kehidupan sehari-hari kita. Jenisnya sangat beraneka macam
dan beraneka rupa mulai dari kacang-kacangan, kue kering dan lain lain. Salah satu
diantaranya adalah kacang mete, makanan ringan ini banyak kita temui dalam kue,
coklat ataupun dalam kemasan tersendiri.
Jambu mete tersebar di seluruh Nusantara dengan nama berbeda-beda ini, di
Jawa orang menyebut Jambu mete, Jambu mede (Sunda), Gaju (Lampung) adalah
tumbuhan berbiji belah. Bagian buahnya yang membesar, berdaging lunak,
berair,dan berwarna kuning kemerah-merahan. Buah jambu monyet yang
sebenarnya yang biasa disebut kepala monyet terbalik yang berbentuk menyerupai
batu ginjal biasa disebut mete dengan kulit keras dan bijinya yang berkeping dua
tersebut oleh kulit yang mengandung getah. Batang pohonnya tidak rata dan
berwarna.
Kebanyakan hasil jadi produk mete yang kita kenal secara umum adalah
kacang atau bijinya, namun sesungguhnya buah jambunya juga memiliki banyak
manfaat, jambu dari mete dapat diolah menjadi berbagai macam jenis produk
pangan. Disini akan kami paparkan karakteristik jambu mete, kandungan gizi dari
biji dan jambu mete, dan gambaran proses pengolahan secara sederhana
B. Sejarah
Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil
Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut Portugis ke India 425 tahun yang lalu,
kemudian menyebar ke daerah tropis dan subtropis lainnya seperti Bahana, Senegal,
Kenya, Madagaskar, Mozambik, Srilangka, Thailand, Malaysia, Filipina, dan
Indonesia. Jambu mete merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan dan
menjadi sumber pendapatan utama petani di kawasan timur Indonesia.
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah mengetahui sifat-sifat dan
karakteristik dari jambu mete. Selain itu kita dapat mengetahui kandungan gizi yang
terdapat dalam jambu mete serta pengolahan jambu mete menjadi suatu produk
yang bernilai tinggi yang belum banyak diketahui oleh orang.
II. ISI
Jambu Monyet (ANACARDIUM OCCIDENTALE) termasuk tumbuhan yang
berkeping biji dua atau juga disebut tumbuhan berbiji belah. Nama yang tepat untuk
mengklasifikasikan tumbuhan ini adalah tumbuhan yang berdaun lembaga dua atau
disebut juga dikotil. Jambu monyet mempunyai batang pohon yang tidak rata dan
berwarna coklat tua.
Daunnya bertangkai pendek dan berbentuk lonjong (bulat telur) dengan tepian
berlekuk-lekuk, dan guratan rangka daunnya terlihat jelas. Bunganya berwarna putih.
Bagian buahnya yang membesar, berdaging lunak, berair,dan berwarna kuning
kemerah-merahan adalah buah semu.
Bagian itu bukan buah sebenarnya, tetapi merupakan tangkai buah yang
membesar. Buah jambu monyet yang sebenarnya biasa disebut mete (mente), yaitu
buah batu yang berbentuk ginjal dengan kulit keras dan bijinya yang berkeping dua
tersebut oleh kulit yang mengandung getah.
Dalam tatanama atau sistematika (taksonomi) tanaman, jambu mete di
klasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Anacardium
Spesies : Annacardium occodentale L
a. Keadaan Iklim optimal untuk tumbuh jambu mete
1. Temperatur
Tanaman jambu mete dapat hidup dan tumbuh di dataran rendah ataupun
dataran tinggi. Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu mete
adalah antara 17oC-37oC.
2. Curah hujan
Iklim yang hangat dan kering sangat cocok untuk tanaman jambu mete pada saat
pembungaan dan pembentukan buah. Iklim dengan jumlah bulan kering antara 4
– 6 bulan dengan curah hujan 1.500 – 2000 mm/tahun paling cocok untuk
pertumbuhan dan pembentukan hasil (buah).
3. Kelembapan udara
Tingkat kelembapan udara yang cocok untuk tanaman jambu mete adalah
berkisar 70% - 80%. Namun, tanaman jambu mete masih cukup toleran pada
tingkat kelembapan udara antara 60% - 70%.
4. Penyinaran matahari
Penyinaran matahari yang cukup tinggi sepanjang tahun sangat diperlukan oleh
tanaman jambu mete untuk pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan generatif.
Selain itu, penyinaran matahari yang cukup sangat diperlukan untuk proses
fotosintesis tanaman.
b. Keadaan Tanah
1. Jenis tanah
Jenis-jenis tanah yang cocok untuk budi daya tanaman jambu mete adalah tanah
latosal merah yang solumnya dalam, tanah alluvial, tanahlaterit, tanah pedsolik,
dan tanah regosal.
2. Sifat kimia tanah
Agar keadaan sifat kimia tanah cocok untuk penanaman jambu mete, maka
derajat keasaman tanah pada lokasi yang akan ditanami harus ditelitri terlebih
dahulu. Cara meneliti keasaman tanah dapat dilakukan dengan menggunakan pH
meter. Keasaman (pH) tanah yang rendah (kurang dari 5,5) dapat diatasi dengan
pemberian belerang. Sedangkan apabila pH tanahnya tinggi (lebih dari 6,3)
dapat diturunkan dengan memberikan pengapuran.
3. Sifat fisik tanah
Sifak fisik tanah yang penting adalah tekstur dan struktur tanah. Tekstur tanah
yang cocok untuk tanaman jambu mete adalah tanah yang bertekstur lempung
berpasir, liat berpasir, tanah berpasir, dan pasir liat. Sdangkan struktur tanah
yang baik untuk tanaman jambu mete adalah tanah yang genbur dan mudah
mengikat air (porous).
4. Sifat biologi tanah
Tanaman jambu mete memerlukan sifat biologis tanah yang baik. Jika sifat
biologis tanah baik, maka produktivitas jambu mete akan menjadi tinggi. Sifat
biologis tanah yang baik dicirikan oleh banyaknya bahan organik/humus di
dalam tanah dan banyaknyaorganisme dalam tanah.
5. Ketinggian tempat
Di dataran rendah hingga dataran medium dengan ketinggian tempat 0-700m
diatas permukaan laut, tanaman jambu mete dapat tumbuh dengan baik dan
berproduksi tinggi. Di dataran tinggi (di atas 1000 m dpl), produktivitas
tanaman jambu mete makin berkurang.
6. Derajat kemiringan tanah
Secara teknis, tanah yang miring ataupun bergelombang dapat digunakan untuk
budi daya tanaman jambu mete, asalkan kemiringannya tidak lebih 30%. Tanah
yang memiliki kemiringan 30% berarti pada jarak 100 m perbedaan
ketinggiannya adalah 30 m. Tanah miring ataupun tanah bergelombang jika
akan digunakan untuk usaha penanaman jambu mete harus dibuat teras-teras
atau tanggul- tanggul.
A. Karakteristik Bahan Jambu Mete
Sifat kimia fisika
Sifat-sifat Fisika-Kimia Minyak Jambu Mete adalah Komposisi
Kulit jambu mete (shell) mengandung minyak sekitar 50% yang dikenal dengan
Cashew Nut Shell Liquid ( CNSL ). Komponen minyak jambu mete terdiri dari asam
anacardic sekitar 90% dan minyak cardol sebesar 10%. Biji jambu mete (kernel)
mengandung minyak sekitar 47%.
Komposisi Mineral dan Vitamin dalam Biji Jambu Mete
Komponen Jumlah
Fosfor (P)
Kalsium (Ca)
Besi (Fe)
Vitamin B1
Vitamin B2
Vitamin A
Vitamin C
0,48 %
0,048 %
5 mg/100 gr
270 – 380 u gr/100 gr
190 u gr/100 gr
100 S I
-
Sumber : mkf-poenya.blog.friendster.com
Komposisi Daging Biji Jambu Mete
Komponen Jumlah ( % )
Air
Protein
Lemak
N free extrak
Serat
Abu
Gula
Pati
4,10
19,60
47,20
26,40
1,00
2,70
6,80
10,70
Sumber : mkf-poenya.blog.friendster.com
Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Jambu Mete
Komposisi Jumlah (%)
Asam lemak jenuh
Asam palmitat
Asam stearat
Asam arachidat
Asam lignoserat
Asam lemak tak jenuh
Asam oleat
Asam linoleat
10.10-18.80
4.10-17.30
1.50-11.20
0.00-0.20
0.00-0.50
68.20-80.40
0.00-21.70
Sumber : mkf-poenya.blog.friendster.com
B. Kandungan Gizi
1. Biji Mete
Biji mete dapat diolah menjadi kacang Mete. Rasa kacang mete gurih dan
lezat sehingga cocok untuk makanan ringan (cemilan). Selain dapat dikonsumsi
sebagai cemilan, kacang mete juga banyak dimanfaatkan untuk berbagai macam
produk olahan seperti, campuran aneka produk bakery, campuran produk coklat, es
krim, dan sebagainya. Karena banyaknya penggunaan dan citarasanya yang baik,
kacang mete mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Kandungan kadar lemak yang
cukup tinggi juga sangat berperan penting dalam peningkatan kadar energi dan cita
rasa. Hal ini menyebabkan biji mete sangat enak dan lezat rasanya.
Mendengar makanan berlemak tinggi, sekilas membuat banyak orang
khawatir. Khawatir akan kegemukan dan berbagai jenis penyakit yang dituding
disebabkan oleh konsumsi lemak berlebihan. Namun, bila kita cermati komposisi
lemak penyusun kacang mete, yang terdiri atas 18 persen asam lemak jenuh dan 82
persen asam lemak tidak jenuh, maka tidak perlu khawatir saat mengkonsumsinya,
karena mayoritas lemaknya adalah lemak tidak jenuh.
Kadar asam lemak tidak jenuh tunggal (MUFA = monounsaturated fatty
acids) jauh lebih banyak dibandingkan dengan asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA
= polyunsaturated fatty acids). Jenis MUFA yang paling dominan pada kacang mete
adalah asam lemak omega 9, yaitu oleat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
MUFA memiliki peran penting dalam meningkatkan kadar kolesterol HDL (kolesterol
baik) dan menurunkan kolesterol LDL (kolesterol jahat), sehingga sangat baik untuk
menekan terjadinya penyakit jantung, stroke, dan penyakit kardiovaskular lainnya.
Sedangkan jenis PUFA yang paling dominan adalah asam lemak omega 6, yaitu asam
linoleat. Asam lemak omega 6 juga memiliki peran penting dalam menjaga profil
kolesterol darah agar tetap normal.
2. Buah mete
Selama ini buah mete masih belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Hal
ini disebabkan karena citarasa yang kurang disukai seperti rasa sepat dan sering
membuat getir tenggorokan. Padahal jambu mete (ANACARDIUM
OCCIDENTALE) antara lain mengandung senyawa kimia seperti tanin, anacardic
acid dan cardol, yang bermanfaat sebagai antibakteri dan antiseptik.
Selain itu daun jambu mete yang masih muda juga mempunyai komposisi
kandungan kimia seperti vitamin A sebesar 2689 SI per 100 gram, vitamin C sebesar
65 gram per 100 gram, kalori 73 gram per 100 gram, protein 4,6 gram per 100 gram,
lemak 0,5 gram per 100 gram, hidrat arang 16,3 gram per 100 gram, kalsium 33
miligram per 100 gram, fosfor 64 miligram per 100 gram, besi 8,9 miligram dan air
78 gram per 100 gram.
Pengolahan mete, di samping menghasilkan biji, juga limbah berupa buah
semu dan kulit atau cangkang biji. Buah semu biasanya hanya dibuang sebagai
limbah. Salah satu peluang pemanfaatan buah semu adalah sebagai pakan. Pakan
kombinasi dari leguminosa dan buah semu mete sangat baik untuk ternak. Buah semu
mengandung gizi yang rendah, yaitu air 82,5%, protein 0,7%, dan energi 720 kal/g.
Komposisi fisik pada bagian padat buah semu 34-36%, dengan kandungan protein
kasar 6,10% dan serat kasar 15,15%.
Salah satu upaya meningkatkan nilai gizi buah semu adalah melalui proses
fermentasi. Melalui proses tersebut, kadar protein dan kalori dapat meningkat serta
kadar serat kasar menurun. Fermentasi juga dapat menekan kandungan tanin sehingga
bahan dapat diberikan pada level yang lebih tinggi pada ransum ternak. Buah semu
dapat pula dikeringkan lalu dibuat tepung sehingga lebih tahan lama (hingga 6 bulan).
Dengan cara demikian, pakan dari buah semu dapat tersedia sepanjang tahun di luar
musim panen. Di samping itu, penepungan akan memudahkan penyimpanan,
pengangkutan, dan pencampurannya pada saat diberikan kepada ternak.
C. Manfaat
Jambu mete merupakan tanaman sejuta manfaat, artinya semua aspek dari
tanaman ini sangat berguna bagi manusia. mulai dari akar, batang, daun, dan buahnya.
Selain itu juga biji mete (kacang mete) dapat digoreng untuk makanan bergizi tinggi.
Buah mete semua dapat diolah menjadi beberapa bentuk olahan seperti sari buah
mete, anggur mete, manisan kering, selai mete, buah kalengan, dan jem jambu mete.
Tumbuhan ini termasuk dalam tanaman obat-obatan karena digunakan di 23
negara dan termasuk dalam daftar prioritas WHO mengenai tumbuhan obat-obatan
yang paling banyak dipakai didunia. Diperkirakan bahwa jambu mete itu dapat
mengontrol pusat otak yang terganggu (hilang ingatan, kelelahan kerja, gangguan
seks, halusinasi, mundur ingatan dan lain sebagainya). Kulit buahnya berwarna abu-
abu dan berguna sebagai obat. Kulit buah yang telah ditumbuk halus dipersiapkan
sebagai tinktur atau obat bubuk. Efek sampingannya mungkin berupa dermatitis.
1. Kulit Kayu
Kulit kayu jambu mete mengandung cairan berwarna coklat. Apabila terkena
udara, cairan tersebut berubah menjadi hitam. Cairan ini dapat digunakan untuk
bahan tinta, bahan pencelup, atau bahan pewarna. Selain itu, kulit batang pohon
jambu mete juga berkhasiat sebagai obat kumur atau obat sariawan. Batang pohon
mete menghasilkan gum atau blendok untuk bahan perekat buku. Selain daya
rekatnya baik, gum juga berfungsi sebagai anti gengat yang sering menggerogoti
buku.
2. Akar
Akarnya dipakai sebagai obat diare dan kulit akarnya sebagai obat kumur
(terhadap seriawan) dan obat jerawat.Akar jambu mete berkhasiat sebagai pencuci
perut.
3. Buah Semu
Selama ini pemanfaatan buah mete masih belum banyak diketahui oleh
masyarakat. Hal ini disebabkan karena citarasa yang kurang disukai oleh masyarakat
umum seperti rasa sepat dan sering membuat getir tenggorokan. Padahal kandungan
gizi buah jambu mete sangat bagus, yaitu mengandung riboflavin (vitamin B2), asam
askorbat (vit. C), dan kalsium serta senyawa aktif yang diketahui dapat mencegah
penyakit kanker, dan disinyalir dapat menyembuhkan tumor. Kandungan vitamin C
pada buah mete cukup tinggi mencapai 180 mg/100 g.
Kulit buahnya yang berbau lemah, rasanya kelat dan lama kelamaan
menimbulkan rasa tebal dan kesat di lidah. Sifat ini memilki khasiat sebagai pencahar,
astringen dan memacu aktivitas enzim pencernaan (alteratif) sehingga sangat bagus
untuk pencernaan. Air perasan kulit buah yang berminyak bisa dipakai sebagai obat
luar untuk mengobati borok dan kutil yang menahun pada kulit.
4. Daun
Daunnya yang berbau aromatik, rasanya kelat, berkhasiat anti radang dan
penurunan kadar glukosa darah (hipoglikemik). Selain itu daunnya yang sudah tua
dapat dipakai sebagai obat luar untuk mengobati penyakit kulit (misalnya pemphigus
neonatorum) dan luka bakar. Daun jambu mete yang masih muda dimanfaatkan
sebagai lalap, terutama di daerah Jawa Barat.
5. Biji
Biji berkhasiat sebagai pelembut kulit dan penghilang nyeri (analgesik).
Tangkai daun berfungsi sebagai pengelat daan akar berkhasiat sebagai pencahar
(laksatif).
D. Pengolahan Hasil dan Pemanfaatan Buah Semu
Potensi lain yang perlu dikembangkan untuk petani jambu mete dan mulai
dirasakan kebutuhan pemecahannya adalah pemanfaatan hasil samping (buah semu)
yang masih merupakan limbah padahal mempunyai nilai ekonomis dan nilai gizi yang
cukup tinggi. Potensi ini dapat diolah menjadi produk-produk yang dapat dijual ke
pasar sehingga dapat meningkatkan pendapatan dalam usahatani jambu mete.
Diantara beberapa hasil olahan buah semu jambu mete, mungkin yang cukup mudah
untuk dikembangkan oleh usaha kecil di pedesaan adalah abon buah dan dodol buah.
Nilai ekonomi tertinggi dari jambu mete sampai saat ini masih terletak pada kacang
mete, namun tingginya harga sangat ditentukan oleh mutu khususnya warna, rasa dan
presentase kacang pecah serta ukuran per kg. Karena itu karakterisasi kacang mete
memegang peranan penting. Disamping rendemen, bentuk, bobot, warna dan rasanya
juga keutuhan kacang hasil pengkacipan menentukan kualitas kacang mete. Industri
jambu mete lebih diarahkan pada keperluan produk-produk pangan, antara lain
kacang mete, es krim, campuran kue-kue kering dan permen coklat. Kacang mete
sebagai bahan baku industri makanan mempunyai posisi yang superior dibandingkan
dengan komoditas lainnya yang sejenis, seperti kacang tanah, almond, hazelnut dan
walnut. Kondisi yang demikian memberikan peluang yang cukup besar untuk
meningkatkan pangsa pasar di dalam negeri maupun untuk ekspor (Sukmadinata,
1996). Sedangkan buah semu dapat digunakan dalam pembuatan sari buah, sirup,
anggur, cuka makanan, jelly, selai (jam) dan lain-lain (Sumangat, et al, 1990).
Selain hasil utama berupa gelondong mete juga terdapat hasil samping berupa
limbah yaitu buah semu jambu mete. Total berat buah semu yang dihasilkan dari
tanaman jambu mete mencapai 5-10 kali lebih tinggi daripada bijinya.(Sumangat., et
al, 1996). Buah semu jambu mete sebagian besar belum dimanfaatkan optimal.
Bahkan di beberapa daerah umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar dan produk
olahan tradisional (Sumangat, et al., 1993). Dari buah semu jambu mete dapat dibuat
berbagai produk olahan berupa manisan buah kering, abon dan dodol buah
(Sumangat, et al., 1990).
1. Pengolahan Buah Semu Jambu Mete
Dilihat dari segi komposisi kimia dan nilai gizinya menunjukkan bahwa buah
semu jambu mete mempunyai arti yang penting. Dalam jambu mete cukup
mengandung karbohidrat sebagian besar terdiri dari gula reduksi bervariasi 6,7 -
10,6%. Buahnya bersifat ”juicy” banyak mengandung air. Sari buahnya mempunyai
kadar asam 0,35% sebagai asam malat. Kadar vitamin C menunjukkan nilai yang
cukup bervariasi antara 147-372 mg, mencapai 5 kali lebih besar dibanding buah
jeruk. Kadar proteinnya sebanding dengan buah jeruk dan mangga, tapi lebih tinggi
dari buah pepaya dan nanas yaitu antara 0,1-0,8 g dalam 100 g bahan (Muljohardjo,
1990).
Pemanfaatan buah semu jambu mete menjadi produk abon menjadi salah satu
alternatif yang dapat dikembangkan mengingat bahan mentah yang digunakan mudah
diperoleh. Abon dipilih karena produk ini dianggap sebagai produk yang cukup
dikenal masyarakat, mudah pembuatannya dan mempunyai peluang pasar yang cukup
besar. Abon daging kambing atau abon ikan menjadi makanan yang digemari
masyarakat, namun karena harganya yang cukup mahal membuat masyarakat sangat
jarang dapat menikmati abon. Sehingga abon dari buah semu jambu mete dapat
menjadi alternatif makanan yang mudah didapat terutama pada desa sentra produksi
jambu mete.
2. Pengolahan Gelondong Mete
Gelondong sebagai buah sejati pada tanaman jambu mete berbentuk ginjal,
berwarna abu-abu hingga coklat tua. Panjang gelondong 1,9 – 5,3 cm dan lebar 1,4 –
3,2 cm dan tebal 0,8 – 2,30 dengan bobot berkisar antara 3 – 20 g/butir (Hadad dan
Zaubin, 2002). Untuk mendapatkan biji mete yang utuh diperlukan penanganan lebih
lanjut, yaitu memisahkan biji mete dari kulit luar yang melindunginya (gelondong
mete) dengan alat kacip dan pengupasan kulit ari. Proses pengacipan merupakan
proses kritis yang sangat menentukan kualitas mete. Salah satu faktor yang
menentukan kualitas mete yaitu bentuk biji mete yang utuh atau tidak terbelah.
Sehingga pada proses pengacipan diperlukan keahlian agar biji dalam gelondong
tidak terbelah. Proses pengupasan kulit ari didahului dengan pengukusan atau
pemanasan biji mete agar kulit ari menjadi kering dan mudah dikupas hanya dengan
menggunakan tangan.
Pengupasan kulit ari merupakan proses yang mudah hanya saja memerlukan
kehati-hatian agar saat pengupasan tidak menyebabkan belahnya biji mete. Kegiatan
pengamatan pengolahan gelondong mete dilakukan di beberapa rumah tangga
pengolah gelondong mete di Desa Liabalano Kecamatan Kontunaga. Proses
pengacipan gelondong mete ini umumnya dilakukan oleh para wanita baik dewasa
maupun anak-anak. Sedangkan pengupasan kulit ari biasanya dilakukan oleh anak-
anak baik laki-laki maupun perempuan. Dalam pengolahan gelondong mete diamati
proses pengacipan yang meliputi waktu pengacipan 1 kg gelondong mete, jumlah biji
utuh dan biji belah yang 15 dihasilkan. Rendemen biji mete didapatkan dari
perbandingan berat biji mete yang dihasilkan dengan berat gelondong mete awal.
Hasil pengamatan kegiatan pengolahan gelondong mete menunjukkan bahwa rata-rata
pekerja pengacipan dapat membelah 1 kg gelondong mete dalam waktu 25 menit.
Proses pengacipan itu rata-rata dapat menghasilkan 86,47% biji mete utuh dan 8,82%
biji mete pecah dan sisanya merupakan gelondong mete yang hampa. Hasil ini masih
dapat ditingkatkan lagi apabila pekerja dilatih lebih intensif. Rendemen dari proses
pengolahan gelondong mete ini rata-rata sebesar 27,85%. Hal ini berarti pengolahan
gelondong yang dilakukan sudah cukup baik, karena didapat biji mete ¼ bagian dari
gelondong mete. Dengan rendemen seperti ini, pengolah gelondong mete mempunyai
keuntungan yang cukup, dalam hal ini tidak mengalami kerugian.
3. Pengolahan Sirup Buah Jambu Mete
Buah semu jambu mete dapat diolah menjadi aneka produk minuman segar,
misalnya sari buah, anggur jambu mete, minuman beralkohol, sirup buah, limunade
(minuman ber CO2), cuka makanan, selai atau jelly, jam, manisan, acar, lauk pauk
(abon, pepesan, sayur), sambal dan lain-lain. Sedangkan ampasnya dapat
dimanfaatkan untuk pakan ternak atau kompos.Sirup buah semu jambu bermanfaat
sebagai sajian minuman segar yang cukup mangandung vitamin C.
Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat sirup buah jambu mete
diuraikan sebagai berikut:
a) Buah.
Sebagai bahan utama sirup buah jamu mete adalah bagian buah semu jambu
mete. Keadaan buah yang digunakan sebagai bahan bakunya, sangat
menentukan pembuatan sirup jambu mete. Buah yang digunakan dalam
pembuatan sirup jambu mete harus berada dalam keadaan cukup matang dan
segar. Buah semu jambu mete yang dapat digunakan sebagai bahan baku sirup
jambu mete adalah :
a) Buah semu jambu mete sudah tua (warna tua merah dan mengkilat)
b) Sudah matang (lunak)
c) Belum mulai membusuk
d) Bau harum
e) Tidak cacat fisik ( pecah atau diserang hama)
b) Gula
Gula dipergunakan sebagai pemanis, memiliki peran yang besar pada
penampakan dan cita rasa sirup yang dihasilkan. Disamping itu, gula juga
bertindak sebagai pengikat komponen flavor. Pemanis yang paling umum
digunakan dalam pembuatan sirup yang dalam kehidupan sehari dikenal
sebagai gula pasir.
c) Asam Sitrat
Asam sitrat termasuk dalam golongan flavor enhancer atau bahan pemicu rasa.
Bahan pemicu rasa merupakan bahan tambahan yang diberikan pada suatu
produk pangan untuk memberikan nilai lebih pada rasa, sesuai dengan
karateristik produk pangan yang dihasilkan. Biasanya, bahan pemicu rasa
hanya ditambahkan dalam jumlah kecil. Asam sitrat sebagai bahan pemicu
rasa, banyak digunakan dalam industri, terutama industri makanan karena
memiliki tingkat kelarutan yang tinggi, memberikan rasa asam yang enak dan
tidak bersifat racun. Di dalam pembuatan sirup , asam sitrat digunakan untuk
mengatur pH, terutama yang menggunakan buah-buahan dengan tingkat
keasaman yang rendah sehingga tidak cukup untuk menghasilkan pH seperti
yang diinginkan. Penggunaan asam sitrat juga berfungsi untuk memberikan
rasa dan aroma yang khas pada sirup, meningkat flavor ( mengimbangi rasa
manis), serta memperpanjang umur simpan ( mengawetkan ) sirup tersebut.
Umumnya penambahan asam sitrat dilakukan hingga pH sari buah yang
dihasilkan mencapai ± 4,5 yaitu pH yang diinginkan untuk sari buah . Namum,
sari buah yang telah cukup asam, tidak perlu ditambah asam sitrat.
d) Pewarna.
Pewarna ditambahkan ke dalam minuman atau sirup buah karena beberapa
alasan, diantranya adalah untuk memperbaiki warna aslinya, untuk memperoleh
warna standar, dan untuk menarik konsumen. Pada umumnya, pewarna yang
ditambahkan ke dalam sirup adalah berupa pewarna sintetik. Adapun pewarna
yang digunakan antara lain adalah sunset yellow FCF, tartrazine dan karamel .
e) Bahan Pengawet
Fungsi utama dari penggunaan bahan pengawet adalah untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan sehingga masa simpan
makanan atau minuman dapat diperpanjang. Penggunaan bahan pengawet
kimia mempunyai beberap keuntungan, antara lain yaitu makanan atau
minuman dapat tetap awet meskipun disimpan pada suhu kamar. Namun
apabila sirup buah yang dibuat hanya sedikit dan lansung dikonsumsi, tidak
perlu ditambah dengan bahan pengawet. Bahan pengawet yang paling umum
digunakan untuk sari buah adalah natrium benzoat. Natrium benzoat memiliki
bentuk kristal putih, rasa manis dan kadang-kadang sepet. Garam natium
benzoat ini lebih mudah larut dalam air dari pada asam benzoat. Dalam
pembuatan sirup buah, natrium benzoat dingunakan dengan dosis antara 0,05 %
– 0,1 %. Penggunaan natrium benzoat pada kadar tersebut relatif tidak
mempengaruhi rasa dan aroma sirup buah.
f) Bahan Penstabil
Merupakan suatu zat dapat berfungsi menstabilkan, mengentalkan atau
merekatkan suatu makanan yang campur dengan air, sehingga dapat menbentuk
cairan dengan kekentalan yang stabil dan homogen pada waktu yang relatif
lama. Adapaun pencegah tersebut dapat dilakukan dengan pemanbahan bahan
penstabil yaitu : Gum arab 5 – 10 g /liter, Gelatin 5 – 10 g /liter, Karagenan
5g/liter, Agar-agar 5 – 10 g /liter.
4. Minyak Kulit Biji Jambu Mete sebagai Perekat Kayu
Selama ini ekspor jambu mete Indonesia lebih banyak dalam bentuk
glondongan dibandingkan dalam bentuk kupasan. Padahal harga jual mete
glondongan jauh lebih murah dibandingkan kupasan mete kupasan. Di sisi lain
salah satu limbah industri pengolahan jambu mete adalah kulit biji jambu mete
yang ternyata kandungan minyaknya cukup tinggi sekitar 20-30%. Minyak ini
yang ditemukan, antara biji mantel (atau pericarp) dan kacang-kacangan, disebut
Cashew Nut Shell Liquid (CNSL). Ini bukanlah trigliserida dan mengandung
proporsi yang tinggi dari senyawa fenolik. Hal ini digunakan dalam industri
sebagai bahan baku untuk senyawa kanvas, sebagai agen pemeriksaan air, bahan
pengawet dan dalam pembuatan cat dan plastic (Akinhanmi, 2008)
“Cairan ini sumber fenol alami yang potensial sebagai pengganti
fenol dari bahan baku minyak bumi,â€Â. Fenol adalah bahan baku perekat
fenol formaldehid yang merupakan perekat yang banyak dipergunakan pada
industri pengolahan kayu. Jadi, dengan penelitian mengenai minyak kulit biji
jambu mete (Cashew Nut Shell Liquid/CNSL) akan banyak memberikan banyak
keuntungan, antara lain mendorong industri jambu mete di Indonesia untuk
mengekspor biji mete kupasan dan bukan glondongan sehingga akan banyak
memberikan financial. “Selain itu juga akan mendorong tumbuhnya
industri pengolahan kulit biji jambu mete untuk menghasilkan CNSL,â€Â
dalam pengolahan Cashew Nut Shell Liquid (CNSL) untuk diperoleh perekat
100% terbarukan tanpa perlu dicampur dengan fenol formaldehid.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Jambu Monyet (ANACARDIUM OCCIDENTALE) termasuk tumbuhan yang
berkeping biji dua. Dalam budidaya tanaman jambu mete harus memperhatikan faktor
iklim dan tanah. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya seperti temperature,
curah hujan, kelembaban udara, dan sinar matahari.
Komposisi kulit jambu mete (shell) mengandung minyak sekitar 50% yang
dikenal dengan Cashew Nut Shell Liquid ( CNSL ). Komponen minyak jambu mete
terdiri dari asam anacardic sekitar 90% dan minyak cardol sebesar 10%. Biji jambu
mete (kernel) mengandung minyak sekitar 47%.
Jambu mete merupakan tanaman multimanfaat, artinya semua aspek dari
tanaman ini sangat berguna dari akar, batang, daun, dan buahnya. Kulit buahnya
berwarna abu-abu dan berguna sebagai obat. Kulit buah yang telah ditumbuk halus
dipersiapkan sebagai obat bubuk.
Cairan kulit kayu ini dapat digunakan untuk bahan tinta,bahan pencelup, atau
bahan pewarna. Selain itu, kulit batang pohon jambu mete juga berkhasiat sebagai obat
kumur atau obat sariawan. Kulit buahnya memilki khasiat sebagai pencahar, astringen
dan memacu aktivitas enzim pencernaan (alteratif) sehingga sangat bagus untuk
pencernaan. Akarnya dipakai sebagai obat mencret. Daun Jambu mete yang masih
muda dimanfaatkan sebagai lalap sedangkan daun yang sudah tua dapat dipakai sebagai
obat Iuar untuk mengobati penyakit kulit dan luka bakar. Biji berkhasiat sebagai
pelembut kulit dan penghilang nyeri. Tangkai daun berfungsi sebagai pengelat daan
akar berkhasiat sebagai pencahar.
Buah mete dapat dimanfaatkan menjadi berbagai macam bahan olahan pangan
seperti Pemanfaatan buah semu jambu mete menjadi produk abon, Pengolahan
Gelondong Mete menjadi kacang mete, dan juga Pengolahan Sirup Buah Jambu Mete
menjadi aneka produk minuman segar, misalnya sari buah, anggur jambu mete,
minuman beralkohol, sirup buah, limunade (minuman ber CO2), cuka makanan, selai
atau jelly, jam, manisan, acar, lauk pauk (abon, pepesan, sayur), sambal dan lain-lain.
LAMPIRAN
Jambu Mete
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Manfaat jambu mete. http://www.wonosari.com/medis-f6/faq-
manfaat-jambu-monyet-t3594.htm. diakses pada hari Sabtu 6 november 2010.
Anonim, 2010. Mendulang Rupiah Melalui Budidaya Jambu Mete (Anacardium
occidentale L). http://www.bpdas-jeneberang.net. diakses pada hari Sabtu 6
november 2010.
Anonim, 2010. Jambu mete. http://www.mail archive.com/agromania diakses pada
hari Sabtu 6 november 2010.
Anonim, 2010. Jambu mete . http://paeransmkn1kutim.blogspot.com/2008/10/jambu-
mete.html. diakses pada hari Sabtu 6 november 2010.
Anonim. 2010.Jambu Mete, Dicari dan Dibuang.
http://rinrinjamrianti.multiply.com/journal/item/193 diakses pada hari Sabtu 6
november 2010.
Akinhanmi, T. F.. 2008. Chemical Composition and Physicochemical Properties Of
Cashew nut (Anacardiumoccidentale) Oil and Cashew nut Shell Liquid. Journal
of agricultural, food and environmental, Vol 2, issue 1,2008. University of
Agriculture, Abeokuta, Nigeria
FRED R. RICKSON. 1998.THE CASHEW NUT, ANACARDIUM OCCIDENTALE
(ANACARDIACEAE), AND ITS PERENNIAL ASSOCIATION WITH ANTS:
EXTRAFLORAL NECTARY LOCATION AND THE POTENTIAL FOR ANT
DEFENSE. American Journal of Botany 85(6): 835–849. 1998. Department of
Botany, Oregon State University,
Kemala Farida, Mutia.2009..mkf-poenya.blog.friendster.com. diakses pada sabtu 6
November 2010.