jarimah qisas atau diyat
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
JARIMAH QISHASH / DIYAT
DI
S
U
S
U
N
Oleh :Kelompok:12
NAMA : FARHATI
ULFA LADAYA
NURLENA
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAHPTI AL – HILAL SIGLITAHUN AJARAN 2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberi
hidayahnya sehingga Makalah yang berjudul “Jarimah Qishash / Diyat” dapat
diselesaikan. Makalah ini merupakan pelengkap tugas mata kuliah.
Dalam menyusun makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini belum
sempurna dan masih banyak kekurangan disana sini, baik mengenai materi
maupun cara penyajiannya. Oleh karena itu, kritik dan saran-saran dari siapapun
yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Akhirnya kami menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Sigli, Juni 2015
Kelompok
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Jarimah, Qishash dan Diyat........................................ 3
B. Dasar Hukum Qishash dan Diyat ................................................... 4
C. Pandangan dalam Perspektif Syariat Islam................................. 6
D. Macam-macam Qishash....................................................................7
E. Hukuman Qishash Dapat Diganti Dengan Diyat..........................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 12
B. Saran-saran .................................................................................... 12
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam islam melakukan tindak pidana dapat dikenakan sanksi sesuai
dengan tindak pidana yang dilakukan. Hal ini yang sering disebut dengan qishash.
Selain itu juga ada hukuman yang mewajibkan pihak terpidana untuk membayar
denda kepada pihak yang teraniaya dan hal ini sering disebut dengan diyat.
Islam sebagai agama yang mengatur segala aspek bagi kehidupan manusia
pastinya memiliki sebuah dasar yang paling penting yaitu keadilan. Ini terbukti
dengan adanya firman Allah SWT
اء� �ف�ح�ش� ال ع�ن� �ه�ى �ن و�ي �ى ب �ق�ر� ال ذ�ي �اء� �يت و�إ ان� �ح�س� و�اإل� �ع�د�ل� �ال ب م�ر�� �أ ي $ه� الل �ن$ إ
ون� $ر� �ذ�ك ت �م� $ك �ع�ل ل �م� �ع�ظ�ك ي �غ�ي� �ب و�ال �ر� �ك �م�ن 1 و�ال
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.
Jarimah merupakan ilmu tentang hukum yang berkaitan dengan perbuatan
tindak pidana dan hukumannya, misalnya pembunuhan, merusak atau
menghilangkan anggota tubuh orang lain. Sedangkan untuk hukuman yang
dikenakan terdapat tingkatan-tingkatan yang terperinci misalnya pada kasus
pembunuhan. Tingkatan-tingkatan hukuman ini disesuaikan dengan jenis tindak
pidana yang dilakukan.
Jarimah qisas dan diyat adalah jarimah yang diancam dengan hukuman
qisas atau diyat. Baik qisas maupun diyat kedua-duanya adalah hukuman yang
sudah ditentukan oleh syara’. Perbedaannya dengan hukuman hadd adalah bahwa
hukuman hadd merupakan hak Allah, sedangkan qisas dan diyat merupakan hak
manusia (hak individu).2
1. QS. al-Nahl (16): 90.
2. http://www.islamcendekia.com/
1
Dalam makalah ini akan dibahas dimana qishash adalah hukuman yang
secara aplikasinya harus dilaksanakan balasan yang setimpal atau seimbang
dengan nilai yang dilakukan pembunuh, apabila hukuman itu tidak dapat
dilakukan atas dasar alasan tertentu maka dapat diganti dengan hukuman diyat
yaitu membayar denda dari perbuatan pembunuhan dengan persetujuan ahli waris
dari korban.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan tentang Jarimah,
Qisas dan Diyat serta pokok-pokok yang penting di dalamnya ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami tentang Jarimah, Qisas dan Diyat serta
pokok-pokok yang penting di dalamnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Pengertian Jarimah
Di dalam hukum pidana islam ada dua kata ynag mempunyai makna yang
hampir sama namun sesungguhnya berbeda yaitu kata jinayah dan jarimah.
Menurut pengertian yang penulis pahami, jinayah adalah delik yang berkaitan
dengan perlukaan terhadap anggota tubuh sedangkan jarimah adalah semua tindak
kejahatan. Dalam Al Qur’an istilah yang digunakan untuk tindak pidana adalah
jarimah dan bukan jinayah.
Pengertian jarimah yang dikemukakan oleh Imam Al Mawardi adalah:
تعزير او بحد عنها تعالى الله زجر شرئية محظورات الجرائم
“Jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara’ yang
diancam oleh Allah dengan hukuman had dan ta’zir”
2. Pengertian Qishash
Kata kisas (qishâsh) yang dalam bahasa Arab secara ”قصاص“ bahasa
memiliki arti “mengikuti jejaknya/kesannya” ( األثر (تتبع seperti “ األثر ”قصصت
berarti: “aku mengikuti jejaknya” (تتبعته). Akan tetapi, menurut al-Fayûmî kata
kisas lebih sering dimaknai dengan menghukum pembunuh dengan membunuh,
mencederakan pencedera, memotong tangan orang yang memotong tangan.3
Secara istilah kata kisas memiliki arti: “ م�ا �ل� م�ث �ي ان �ج� ال �ف�اع�ل� �ال ب �ف�ع�ل� ي �ن� أ �ق�ص�اص� ال
berarti: “Kisas adalah diperlakukan pada yang melakukan jinayah seperti ”ف�ع�ل�
apa ia lakukan”.4
Qishash berasal dari kata “qaseha” yang artinya dia memutuskan atau dia
mengikuti jejak buruannya, dan karenanya ia bermakna sebagai hukum balas
(yang adil) atau pembalasan yang sama atas pembunuhan yang telah dilakukan.
Pengertian tersebut digunakan untuk arti hukuman, karena orang yang berhak atas
3 Ahmad bin Muhammad bin ‘Alî al-Fayûmî, al-Mishbâh al-Munîr fî Gharîb al-Syarh al-
Kabîr (Beirut: al-Maktabah al-‘Ilmiyyah, t.t.), 505.4
Wuzârat al-Awqâf wa al-Syu’ûn al-Islâmiyyah bi al-Kuwait, Al-Mausû'ât al-Fiqhiyyah (Kuwait: Wuzârat al-Awqâf al-Kuwaitiyyah, t.t.) vol. 33, 259.
3
qishash mengikuti dan menelusuri tindak pidana pelaku. Qishash juga diartikan
keseimbangan dan kesepadanan. Sehingga qishash dapat diartikan memberikan
balasan kepada pelaku kejahatan sesuai dengan kejahatan yang telah diperbuatnya
itu.
3. Pengertian Diyat
Hukuman qishash untuk pembunuhan sengaja adalah hukuman pokok.
Apabila hukuman tersebut tidak dapat dijalankan, karena sebab-sebab yang
dibenarkan oleh syara’ maka hukuman penggantinya adalah hukuman diyat untuk
qishash.
Kata Ad Diyat dengan tanpa tasydid “ya” adalah jamak dari kata “diyah”
asal kata diyah itu adalah widyun dengan kasrah “waw”, masdar dari kata “wada”
misalnya dalam kalimat “wadal Qatila yadi-hi” apabila diberikan dendanya
kepada walinya. Kata “widyun” dibuang fa’ul kalimat lalu diganti “ta” ta’nits
sehingga menjadi diyah. Diyat adalah harta benda yang wajib ditunaikan oleh
sebab tindak kejahatan, kemudian diberikan pada si korban kejahatan atau
walinya.
B. Dasar Hukum Qishash dan Diyat
1. Dasar Hukum Qishash
Para ulama’ dalam hal ini mengambil rujukan untuk menyandarkan hukum
qishash. Sebagaimana dalam firman Allah SWT antara lain:
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang
merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barang siapa
yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya hendaklah (yang memaafkan)
mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar
diyat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. Yang demikian itu
adalah suatu keringanan dari tuhan kamu dan suatu rahmat. Barang siapa yang
melampaui batas sesudah itu, baginya siksa yang sangat pedih.” (QS. Al
Baqarah: 178)
4
Dalam ayat ini, islam telah mengurangi kengerian. Pembalasan dendam
yang yang berkesumat dan bahkan lebih. Kesamaan dalam pembalasan ditetapkan
dengan rasa keadilan yang ketat, tetapi ini memberikan kesempatan jelas bagi
perdamaian dan kemampuan.
Menurut ayat ini bahwa masalah balas bunuh itu ada beberapa macam :
a. Seorang laki-laki merdeka kalau membunuh seorang laki-laki merdeka, maka
wajib dia dibunuh
b. Seorang hamba jika membunuh seorang hamba maka wajib dia dibunuh
c. Seorang perempuan merdeka jika dia membunuh seorang perempuan
merdeka maka wajib dai dibunuh
d. Seorang hamba jika membunuh seorang merdeka, maka wajib dia dibunuh
serta tuannya wajib memberi diyat kepada waris orang merdeka yang
terbunuh itu
e. Seorang merdeka jika membunuh seorang hamba, maka wajib dia dibunuh
tetapi tuan dari si hamba harus membayar diyat kepada waris si merdeka yang
dibalas bunuh itu
f. Seorang perempuan jika membunuh seorang laki-laki merdeka, maka wajib
dia dibunuh serta waris si wanita itu wajib membayar diyat kepada waris si
laki-laki yang terbunuh itu
g. seorang laki-laki merdeka kalau membunuh seorang perempuan, maka dia
wajib dibunuh, tetapi waris si perempuan itu wajib memberi diyat kepada
waris si laki-laki yang di balas bunuh itu
Barang siapa mendapatkan sebagian pengampunan dari pihak waris si mati
maka lepas dia dari hukum balas bunuh. Tetapi dia wajib menyerahkan diyat
kepada ahli waris si mati. Karena itu merupakan satu kelonggaran dan rahmat dari
Allah. Sehingga jika melanggar batas (melakukan pembunuhan lagi) maka
niscaya akan mendapat siksa yang pedih di akhirat.
“Dan tentang (menjalankan hukuman) qishash itu ada (keselamatan)
nyawa buat kamu, hai orang-orang yang mempunyai fikiran. Supaya kamu
terpelihara (dari pada kejahatan)”
5
Allah memberikan hukuman yang berat untuk menjaga keselamatan dan
ketentraman umum. Memang hukuman terhadap orang salah terutama adalah
untuk menakut-nakuti masyarakat, agar jangan terjadi lagi perbuatan seperti itu.
Hal inilah salah satu bukti bahwa kecintaan dan keadilan Allah dalam mejaga
umat manusia agar dapat hidup rukun dan sejahtera. Sehingga semua hal yang
kelihatannya menakutkan bukan berarti itu akan merusak peradaan manusia.
“Dan kami telah tetapkan terhadap mereka didalamnya At Taurat)
bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan
hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka pun ada
qishashnya. Barang siapa yang melepaskan (hak qishash) nya maka melepaskan
hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barang siapa tidak memutuskan perkara
menurut apa yang diturunkan Allah, mereka itu adalah orang-orang zalim” (QS
Al-Maidah:45)
Sedangkan hadist nabi yang digunakan sebagai rujukan sebagai dasar
hukum jarimah qishash adalah dari Ibnu Mas’ud ia berkata: telah bersabda
rasullulah saw: “tidak halal darah seorang muslim yang bersaksi bahwa tidak ada
tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya saya rasullulah, kecuali dengan salah
satu dari tiga perkara: duda yang berzina(zina muhshan), membunuh jiwa, dan
orang yang meninggalkan agamanya yang memisahkan diri dari jama’ah.”
Muttafaqun alaih
2. Dasar Hukum Diyat
Untuk dasar hukum dari diyat kita dapat menyimak sebagaimana yang
telah difirmankan Allah dalam surat An Nisa’ ayat 92
“...... dan barang siapa membunuh orang mukmin dengan tiak sengaja,
maka hendaklah dia memerdekakan seorang hamba yang mukmin (kafarat) serta
membayar denda (diyat) kepada keluarga yang telah terbunuh kecuali jika
mereka (keluarga si terbunuh) bersedekah.” (QS An Nisa’: 92)
C. Pandangan dalam Perspektif Syariat Islam
Perbuatan membunuh orang adalah sebesar-besar dosa selain ingkar, maka
oleh karena kejinya perbuatan ini, juga untuk menjaga keselamatan dan
6
ketentraman umum. Allah yang maha Adil dan Mengetahui memberikan balasan
yang layak (setimpal) dengan kesalahan yang besar itu, yaitu hukum berat di
dunia atau dimasukkan ke dalam neraka nanti di akhirat
Dalam firman Allah yang tercantum dalam Al Qur’an
“Barang siapa membunuh orang mukmin dengan sengaja, maka
balasannya adalah neraka jahanam, kekal ia didalamnya, Allah murka
kepadanya, serta dikutukiNya dan disediakan-Nya siksa yang berat”. (QS An
Nisa’: 93)
Selain itu juga dijelaskan dalam surat Al Baqarah: “Hai orang orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu melakukan qishash (balasan yang sama dengan
perbuatan) sebab membunuh orang” (QS Al Baqarah: 178)
Bagi orang yang membunuh tergantung tiga macam hak terhadapnya yaitu hak
Allah, hak ahli waris dan hak yang telah dibunuh. Apabila dia tobat dan
menyerahkan dirinya kepada ahli waris (keluarga yang dibunuh) maka ia terlepas
dari hak Allah dan hak ahli waris
D. Macam-macam Qishash
Maksud dari macam-macam kisas dan diyat adalah jenis-jenis dari
kejahatan atau pidana yang dihukum dengan cara kisas atau diyat. Seorang ulama
kontemporer yaitu Syaikh ‘Abd al-Qâdir ‘Audah menjelaskan secara global ada 5
jenis kejahatan yang masuk di dalam akibat hukum kisas atau diyat.
Lima kejahatan tersebut adalah 1) Pembunuhan sengaja ( العمد (2 ;(القتل
Pembunuhan yang menyamai sengaja ( العمد شبه ;(القتل 3) Pembunuhan yang
tidak sengaja ( الخطأ ;(القتل 4) Pencederaan sengaja ( العمد ;(الجرح 5)
Pencederaan yang tidak sengaja ( الخطJأ Pengertian pembunuhan adalah 5.(الجJرح
sebuah pekerjaan yang melenyapkan nyawa yaitu pembunuh jiwa.6 Pengertian
lainnya adalah sebuah pekerjaan hamba yang menyebabkan hilangnya nyawa.7
5 Abd al-Qâdir ‘Audah, al-Tasyrî’ al-Janâ`î al-`Islâmî (Beirut: Mu’assasah al-Risâlah,
1992), vol. 1, 663.6 Muhammad al-Syirbînî al-Khathîb, Mughnî al-Muhtâj (Beirut: Dâr al-Kutub
al-‘Ilmiyyah, t.t.), vol. 5, 211.7
7
Syaikh ‘Abd al-Qâdir ‘Audah menjelaskan bahwa pembunuhan itu adalah
melenyapkan ruh anak Adam dengan perbuatan anak Adam yang lain.8
Dalam pelanggaran pembunuhan yang dilarang dapat dibagi menjadi
beberapa bagian:
1. Menurut Imam Malik, pembunuhan dibagi menjadi dua:
Pembunuhan sengaja
Pembunuhan karena kesalahan
2. Menurut Jumhur Fuqaha, pembunuhan dibagi menjadi tiga
Pembunuhan sengaja
Pembunuhan menyerupai sengaja
Pembunuhan karena kesalahan
Sedangkan pembunuhan menurut fuqaha yang digariskan ada dua macam
bila dipandang melalui unsur-unsur pembunuhannya:
1. Pembunuhan yang dilarang, yaitu pembunuhan yang dilakukan dengan
melawan hukum
2. Pembunuhan dengan hak, yaitu pembunuhan yang dilakukan dengan tidak
melawan hukum seperti membunuh orang murtad, atau pembunuhan yang
dilakukan oleh algojo yang diberi tugas melakukan hukuman mati, seperti
hukuman potong leher (pancung).
Pada kasus pembunuhan yang disengaja, pembunuh wajib di qishash
kecuali jika dimaafkan oleh ahli waris yang terbunuh dengan membayar diyat
(denda) atau dimaafkan sama sekali.
Sedangkan pembunuhan yang menyerupai (seperti disengaja) seperti
sengaja memukul orang tetapi dengan alat yang tidak mematikan, kemudian orang
tersebut mati karena pukulan tersebut. Dalam hal ini tidak wajib qishash hanya
mewajibkan membayar diyat (denda) yang berat atas keluarga yang membunuh,
diangsur dalm tiga tahun.
Kamâl al-Dîn bin ‘Abd al-Wâhid `ibn al-Himâm, Fath al-Qadîr (Beirut: Dâr al-Fikr, t.t.), vol. 10, 203.
8 Abd al-Qâdir ‘Audah, al-Tasyrî’ al-Janâ`î, vol. 2, 6.
8
Pada pembunuhan karena tidak sengaja misalnya seseorang melontarkan
sesuatu barang yang tidak disangka akan kena orang lain sehingga menyebabkan
orang itu mati. Hukum pembunuhan initidak wajib qishash, hanya wajib
membayar denda (diyat) yang ringan.
Dalam kejahatan badan yang serius atau perlukaan permanen terhadap
seseorang ini juga telah dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al Maidah ayat 45
bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan
hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka pun ada
qishashnya. Barang siapa yang melepaskan (hak qishash)nya maka melepaskan
hak itu (menjadi) penebus dosa baginya.
Dalam tindak kejahatan terhadap anggota badan ini (selain jiwa) dapat
dikasifikasikan menjadi beberapa bagian:
1. Penganiayaan terhadap anggota badan atau semacamnya
Tindakan perusakan terhadap anggota badan dan anggota lain yang
disetarakan dengan anggota badan baik berupa pemotongan atau perlukaan.
2. Menghilangkan manfaat anggota badan sedangkan jenisnya masih tetap utuh.
Tindakan yang merusak dari manfaat anggota badan, sedangkan jenis anggota
badannya masih utuh. Yang termasuk dalam golongan ini adalah
menghilangkan daya pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan lidah,
kemampuan berbicara, bersetubuh dan lain-lain
3. Asy-Syajjaj. Perlukaan khusus pada bagian muka dan kepala
4. Al-Jirah. Perlukaan terhadap anggota badan selain wajah, kepada dan athraf
5. Tindakan selain yang tersebut di atas. Yang termasuk dalam golongan ini
adalah setiap tindakan pelanggaran yang tidak sampai merusak athraf atau
menghilangkan manfaatnya, dan tidak pula menimbulkanluka. Sebagai contoh
dapat dikemukakan, seperti pemukulan pada bagian muka atau bagian badan
tetapi tidak sampai menimbulkan luka melainkan hanya memar, muka merah
atau terasa sakit.
E. Hukuman Qishash Dapat Diganti Dengan Diyat
9
Diyat dalam pembunuhan yang disengaja merupakan bukan hukuman
pokok, melainkan hukuman pengganti dari qishash jika qishash tidak dapat
dilaksanakan atau dihapuskan dengan sebab-sebab tertentu, misalnya karena hal
tersebut dikehendaki oleh ahli waris yang terbunuh. Jenis hukuman yang dibayar
dengan diyat menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Malik ada tiga, yaitu 100
ekor unta, 1000 dinar dalam emas atau 12 ribu dirham dalam perak. Sedangkan
menurut Imam Syafi’i dan qoul qodim sama dengan pendapat Imam Abu hanifah
dan Imam Malik. Namun dalam qoul Jadid yang merupakan diyat adalah unta
saja, sementara emas dan perak hanyalah diqiyaskan pada harga pasaran unta
tersebut.
Adapun para pengikut mazhab Hanafi mengatakan, bahwa diyat bisa
diperpanjang waktu pembayarannya dalam masa tiga tahun, hal ini diperlakukan
untuk pembunuhan selain bermotivasi sengaja.
Hukuman pembunuh dapat dilihat pada proses pembunuhan yang
dilakukan, maka ulama’ fuqaha berpendapat serta diyat yang harus dikeluarkan
adalah sebagai berikut:
1. Pembunuhan dengan sengaja
Diyat (denda) yang harus dikeluarkan oleh pembunuh ini, menurut para
pakarfiqh dapat dibagi menjadi empat :
a. 25 ekor unta jantan yang berumur 2 tahun
b. 25 ekor unta betina yang berumur 3 tahun
c. 25 ekor unta jantan yang berumur 1 tahun
d. 25 ekor unta betina yang berumur 2 tahun
Hal diatas adalah menurut versi kitab al Mughni oleh Abi Muhammad bin
Ahmad juz VII, sedang dalam kitab Bulughul maram disitu ditambahkan dengan
jumlah yang sama, namun unta jantan yang berumur empat tahun.
2. Pembunuhan menyerupai sengaja
Diyat yang harus dikeluarkan oleh orang yang melakukan pembunuhan ini
sama dengan sengaja namun dalam tiap tahunnya membaya sepertiga unta
dalam waktu tiga tahun
3. Pembunuhan karena kesalahan
10
Diyat yang harus dikeluarkan disini dapat dibagi dalam tiga tahun
a. 20 ekor unta betina yang berumur 2 tahun
b. 20 ekor unta jantan yang berumur 2 tahun
c. 20 ekor unta betina yang berumur 3 tahun
d. 20 ekor unta jantan yang berumur 3 tahun
Diyat untuk selain jiwa juga dibeda-bedakan. Bilamana seseorang merusak
anggota tubuh tunggal atau yang berpasangan, maka ia wajib membayar diyat
sepenuhnya. Jika merusak salah satu anggota tubyh tang berpasangan maka
membayar diyat setengah. Hal ini juga berlaku pada tiap ruas jari yang diyatnya
adalah pertigapuluh tiap ruas jari.
Diyat merusak manfaat anggota tubuh juga berbeda-beda sesuai dengan
anggota tubuh tunggal atau anggota tubuh berpasangan seperti halnya diyat organ
tubuh di atas.
Untuk diyat seorang wanita adalah setengah dari diyat seorang laki-laki.
Sedangakan diyat untuk janin yang mati dalam kandungan karena tindakan
kejahatan yang menimpa ibunya, baik secara sengaja maupun kesalahan, dan
ibunya tidak mati maka wajib diyat baginya. Bila janinnya laki-laki maka
diyatnya adalah seratus ekor unta dan bila perempuan diyatnya lima ratus ekor
unta.
BAB III
11
PENUTUP
A. Kesimpulan
Qishash adalah hukuman atau pembalasan sepadan yang diberikan kepada
tindak pidana yang diperbuat. Sedangkan diyat adalah pemberian suatu harta
benda dengan ketentuan tertentu yang diberikan kepada pihak ahli waris orang
yang telah teraniaya sebagai ganti atas qishash yang telah ditangguhkan karena
sebab yang diperbolehkan syara’.
Qishash dalam pembagiannya dapat dibedakan menjadi:
1. Pembunuhan
2. Pembunuhan serupa dengan pembunuhan disengaja
3. Pembunuhan tidak sengaja
4. Pemutungan atau perlukaan tubuh dengan sengaja
5. Pemutungan atau perlukaan tubuh dengan tidak sengaja
Sedangkan pembagian diyat di bagi menjadi dua yaitu:
1. Diyat ringan
2. Diyat berat
B. Saran
Setiap kejahatan memiliki sanksi yang mesti dijalankan, agama telah
mengatur setiap aspek kejadian yang bisa merugikan seseorang atau beberapa
orang, oleh karena itu kejadian kejahatan sebaiknya harus bisa ditetapkan dengan
pembuktian agar tidak merugikan atau ada yang memanfaatkan dari suatu
kejadian.
DAFTAR PUSTAKA
12
Ahmad bin Muhammad bin ‘Ali al-Fayumi, al-Mishbah al-Munir fî Gharîb al-Syarh al-Kabîr (Beirut: al-Maktabah al-‘Ilmiyyah, t.t.),
Wuzârat al-Awqâf wa al-Syu’ûn al-Islâmiyyah bi al-Kuwait, Al-Mausû'ât al-Fiqhiyyah (Kuwait: Wuzârat al-Awqâf al-Kuwaitiyyah, t.t.) vol. 33
Abd al-Qâdir ‘Audah, al-Tasyrî’ al-Janâ`î al-`Islâmî (Beirut: Mu’assasah al-Risâlah, 1992), vol. 1
Muhammad al-Syirbînî al-Khathîb, Mughnî al-Muhtâj (Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.t.), vol. 5
Kamâl al-Dîn bin ‘Abd al-Wâhid `ibn al-Himâm, Fath al-Qadîr (Beirut: Dâr al-Fikr, t.t.), vol. 10
Sayyid Sabiq, Fiqhussunah, juz III, Beirut: Dar al-Fikr, 1997
http:// www .islamcendekia.com/
13