jazirah arab

92
Jazirah arab ialah sebuah tanah semenanjung terletak di bagian barat daya benua Asia, tanah ini terkenal dengan nama jazirah Arab atau pulau Arab, walaupun masih bertali dengan daratan benua Asia. Karena ia dilingkupi oleh lautan dari tiga segi, yaitu lautan Merah, lautan Hindia, lautan Oman dan selat Persia. Jazirah Arab terbagi atas dua bagian yaitu, bagian tengah dan bagian tepi. Bagian tengah terbagi atas dua yaitu: bagian utara disebut "Najed" dan bagian selatan disebut "al-Ahqof". Pada jazirah arab bagian tengah terdiri dari tanah pegunungan yang amat jarang dituruni hujan. Penduduknyapun sedikit sekali, yaitu terdiri dari kaum pengembara yang berpindah-pindah tempat menuruti turunnya hujan, dan mencari padang-padang yang ditumbuhi rumput tempat mengembala binatang ternaknya. Sedanngkan pada jazirah Arab bagian tepi, hujan turun dengan teratur. Oleh karena itu penduduknya tidak mengembara, melainkan menetap di tempatnya. Mereka mendirikn kota-kota dan kerajaan-kerajaan dan sempat pula membina berbagai kebudayan. 1

Upload: kangjo

Post on 18-Jun-2015

1.684 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jazirah Arab

Jazirah arab ialah sebuah tanah semenanjung terletak di bagian barat daya benua Asia,

tanah ini terkenal dengan nama jazirah Arab atau pulau Arab, walaupun masih bertali

dengan daratan benua Asia. Karena ia dilingkupi oleh lautan dari tiga segi, yaitu

lautan Merah, lautan Hindia, lautan Oman dan selat Persia. Jazirah Arab terbagi atas

dua bagian yaitu, bagian tengah dan bagian tepi. Bagian tengah terbagi atas dua yaitu:

bagian utara disebut "Najed" dan bagian selatan disebut "al-Ahqof".

    Pada jazirah arab bagian tengah terdiri dari tanah pegunungan yang amat jarang

dituruni hujan. Penduduknyapun sedikit sekali, yaitu terdiri dari kaum pengembara

yang berpindah-pindah tempat menuruti turunnya hujan, dan mencari padang-padang

yang ditumbuhi rumput tempat mengembala binatang ternaknya.

    Sedanngkan pada jazirah Arab bagian tepi, hujan turun dengan teratur. Oleh karena

itu penduduknya tidak mengembara, melainkan menetap di tempatnya. Mereka

mendirikn kota-kota dan kerajaan-kerajaan dan sempat pula membina berbagai

kebudayan.

II. PEMBAHASAN

A. Kondisi Politik

Ahli sejarah membagi penduduk jazirah arab menjadi dua yaitu Arab Baidah dan

Arab Baqiyah.

Ø Arab Baidah yaitu orang-orang arab yang telah lenyap jejaknya. Dan tidak dikethui

lagi kecuali karena tersebut dalam kitab-kitab suci, seperti kaum Ad dan kaum

Tsamud.

Ø Arab Baqiyah (Arab Lestari), yaitu orng-orang Arab yang masih terdapat jejaknya.

    Dinegeri-negeri Jazirah Arab telah berdiri beberapa kerajaan yang sifatnya dan

bentuknya dua macam:

1

Page 2: Jazirah Arab

Ø Kerjaan yang bermahkota, tetapi tunduk pada kerajaan lain (mendapat otonomi

dalm negeri).

Ø Kerjaan tidak bermahkota, tetapi mempunyai kemerdekaan penuh. Ia juga

mempunyai apa yang dipunyai oleh kerajaan-kerajaan sebenarnya. Kerajaan yang

bermahkota sangat banyak, diantaranya yaitu :

1.

Kerajaan Makyam, kerajaan ini terletak diselatan arabia yaitu didaerah Yaman.

2.

Kerajaan Saba', kerajaan ini juga berdiri didaerah Yaman yang pada waktu itu

kerajaan Saba' ini menggantikan kerajaan Makyam. Kerajan Saba' mulai berdiri tahun

950 SM. Mula berdirinya merupakan satu kerajaan kecil saja, kemudian bertambah

besar dan luas. Sementara itu Kerajan Makyam dan Quthban semakin kecil dan

lemah. Akhirnya roboh dan dikuasai Kerajaan Saba' dan Kerajaan Saba' berdiri

sampai tahuhn 115 SM.

3.

Kerajaan Himyar, berdiri mulai Kerajaan Saba' mulai lemah. Kelemahan kerajaan

Saba' memberi kesempatan bagi kerajaan Himyar untuk tumbuh dan berkembang

dengan pesat hingga akhirnya kerajaan Himyar dapat menguasai kerajaan Saba'.

4.

Kerajaan Hirah, sejarah keamiran Hirah ini mulai sejak abad 111 M. dan terus berdiri

sampai lahirnya Islam. Kerajaan ini telah berjasa juga terhadap kebudayaan Arab,

2

Page 3: Jazirah Arab

karena warga negaranya, banyak mengadakan perjalanan-perjalanan diseluruh jazirah

Arab terutama untuk berniaga, dalam pada itu mereka juga menyiarkan kepandaian

menulis dan membaca. Karena itu mereka dapat dianggap sebagai pennyiar ilmu

pengetahuan di jazirah Arab.

5.

Kerajaan Ghassan, nama Ghassan itu berasal dari mata air di Syam yang disebut "

Ghassan". Kaum Ghassan memerintah dibagian selatan dari negeri Syam dan

dibagian utara dari jazirah Arab. Mereka telah mempunyai kebuayaan yang tinggi,

dan menganut agama Masehi yang diterimanya dari bangsa Romawi dan merekalah

yang memasukkan agama Masehi itu ke jazirah Arab.

6.

Hijaz, Hijaz berbeda dengan negeri-negeri arab yang lain, telah dapat menjaga

kemerdekaannya. Tidak pernah negeri Hijaz dijajah, diduduki dan dipengaruhi

negara-nagara asing. Hal itu disebabkan oleh letak dan kemiskinan negerinya,

sehingga tidak menimbulkan keinginan pada negara-negara lain untuk menjajahnya.

7.

Mekkah, yaitu kota tempat berdirinya Ka'bah. Dikeliling Ka'bah didirikan berbagai

patung untuk disembah sebagai Tuhan orang-orang Arab. Pada mulanya Mekkah dan

Ka'bah dikuasai oleh Nabi Ismail, kemudian putra sulungnya Nabit, kemudian oleh

penguasa-penguasa dari kabilah Jurhum. Kemudian kabilah Jurhum diganti oleh

kabilah Khuza'ah, yang datang dari Yaman setelah runtuhnya bendungan Ma'rib, dan

berkusa di Mekkah selama 300 th. Dalam periode ini mereka banyk membuat

kesalahan, terutama dalam bidang agama.

3

Page 4: Jazirah Arab

Dalam abad V M, kaum Quraisy merebut pimpinan Mekkah dan Ka'bah dari

Khuza'ah. Dibawah pimpinan kaum Quraisy Mekkah menjadi maju. Untuk mengurus

Mekkah dan sekitarnya, didirikanlah semacam pemerintahan oleh kaum Quraisy.

Pada zaman Abdul Muthalib Mekkah lebih maju dan telaga Zam-Zam disempurnakan

pemugarannya yaitu dalam tahun 540 M.

B. Kondisi Sosial

    Ada dua cara dalam mempelajari syair Arab dimasa Jahiliyah, kedua cara itu sangat

besar faedahnya :

    Ø Mempelajari syair itu sebagai suatu kesenian, yang oleh bangsa Arab sangat

dihargai.

    Ø Mempelajari syair itu dengan maksud, supaya kita dapat mengetahui adat istiadat

dan budi pekerti bangsa Arab.

  

    Syair adalah salah satu seni yang paling indah yang amat dihargai dan dimulyakan

oleh bangsa Arab. Mereka amat gemar berkumpul mengelilingi penyir-penyair, untuk

mendengarkan syair-syair mereka.

4

Page 5: Jazirah Arab

    Ada beberapa pasar tempat penyair-penyair berkumpul, yaitu : Pasar Ukaz,

Majinnah, dan Zul Majas. Dipasar-pasar itu penyir-penyair memperdengarkan

syairnya yang telah disiapkannya untuk maksud itu, dengan di kelilingi oleh warga

sukunya; yang memuji dan merasa bangga dengan penyair-penyair mereka. Dipilihlah

diantara syair-syair itu yang terbagus, lalu digantungkan di Ka'bah tidak jauh dari

patung dewa-dewa pujaan mereka.Seorang penyair mempunyai kedudukan yang

sangat amat tinggi dalam masyarakat bangsa Arab.Salah satu pengaruh dari syair pada

bangsa Arab ialah bahwa syair itu dapat meninggikan derajat seorang yang tadinya

hina, atau sebaliknya, dapat menghina-dinakan seseorang yang tadinya mulia.

    Sebagai contoh dapat kita sebutkan disini Abdul 'Uzza Ibnu 'Amir, dia adalah

seorang yang hidupnya melarat dan putri-putrinya banyak, akan tetapi tidak ada

pemuda-pemuda yang mau memperistri mereka. Kemudian dia dipuji oleh al A'sya

seorang penyair ulung. Syair al A'sya yang berisi pujian itu tersiar kemana-mana.

Dengan demikian menjadi masyhurlah Abdul 'Uzza itu; penghidupanya menjadi baik,

maka berebutlah pemuda-pemuda meminang putri-putrinya. Itulah syair dan

demikianlah pengaruhnya, syair itu sebagai suatu seni yang telah menggambarkan

kehidupan, budi pekerti, dan adat istiadat bangsa Arab.

    Syair-syair dari penyair-penyair yang hidup dimasa Jahiliyah menjadi sumber yang

terpenting bagi sejarah bangsa Arab sebelum Islam. Syair-syair dapat

menggambarkan kehidupan bangsa Arab dimasa Jahiliyyah. Orang yang membaca

syair Arab, akan melihat kehidupan bangsa Arab tergambar dengan jelas pada syair

itu. Dia akan melihat padang pasir kemah-kemah tempat permainan dan sumber-

sumber air. Dia akan mendengar tutur kata pemimpin-pemimpin laki-laki dan wanita.

5

Page 6: Jazirah Arab

Di akan mendengar bunyi kuda dan gemerincingan pedang. Syair itu akan

mengisahkan kepadanya peperangan-peperangan, adat istidat dan budi pekerti bangsa

Arab, dan banyak lagi hal-hal lain yang syair Arab Jahiliyah itu adalah sumber untuk

mengetahuinya.

C. Kondisi Agama

    Ada perlainan pendapat dalam kalangan ahli-ahli sejarah agama tentang

menentukan keadaan keadaan yang menolong bagi pertumbuhan dan perkembangan

naluri beragama itu.

Sebagian dari mereka berpendapat bahwa naluri beragama akan tumbuh dan

berkembang, bila fikiran telah maju dan kecerdasan tinggi; bila manusia telah sampai

kepada taraf berfikir tentang dirinya, bagaimana dirinya itu dijadikan, tenaga-tenaga

dan daya-daya apa yang ada pada dirinya itu, bagaimana dia dapat melihat dan

mendengar dan sebagainya.

    Sedang sebagian lain berpendapat bahwa naluri beragama itu tumbuh dan

berkembang, dimana perbedaan gejala-gejala alam amat jelas kelihatannya, dimana

manusia merasa lemah berhadapan dengan gejala-gejala alam itu, maka timbullah

keinginannya hendak meminta pertolongan atau meminta perlindungan kepada gejala-

gejala alam itu. Beginilah halnya manusia primitif ; dikala mereka melihat hujan,

angin, penyakit, maut, binatang-binatang buas, mereka merasakan kelemahan mereka

maka oleh karena itu dicarilah perlindungan. Juga terdapat dari bekas-bekas zaman

6

Page 7: Jazirah Arab

purbakala itu telah dapat diketahui orang, apakah agama yang dipeluk pada masa itu.

Rupanya mereka juga menyembah bulan dan matahari, mereka sifatkan kedua benda

itu dengan bermacam-macam sifat, mereka sembah. Barang kali lantaran dialah

penerang yang utama alam ini, dan bintang-bintang adalah sebagai pahlawan-

pahlawan wakil Tuhan Matahari.

    Penyelidikan-penyelidikan ilmiah telah menunjukkan bahwa jazirah Arab yang

sekarang merupakan padang pasir yang tandus, dahulunya adalah bumi yang subur

dan hijau, yang telah menganugerahkan kepada penduduknya berbagai macam

kemakmuran. Oleh karena itu amat boleh jadi perasaan keagamaan telah timbul pada

bangsa Arab semenjak zaman yang disebutkan. Dikatakan demikian karena semangat

beragama amat kuat pada bangsa Arab, hal ini adalah nyata dan tidak diragukan lagi,

serta dapat disaksikan setiap hari.

    Bangsa Arab adalah salah satu dari bangsa-bangsa yang telah mendapat petunjuk.

Mereka mengikuti agama Nabi Ibrahim, setelah Nabi Ibrahim melarikan dii dari

kaumnya yang hendak membakar dengan api, karena beliau mengingkari dan

melawan dewa-dewa mereka.

    Tetapi bangsa Arab setelah mengikuti Nabi Ibrahim lantas kembali lagi

menyembah berhala. Berhala-berhala itu mereka buat dari batu dan ditegakkan di

Ka'bah. Dengan demikian agama Nabi Ibrahim bercampur-aduklah dengan

kepercayaan Watsani, dan hampir-hampir kepercayaan Watsani itu dapat

mengalahkan agama Nabi Ibrahim, atau benar-benar agama Nabi Ibrahim telah kalah

7

Page 8: Jazirah Arab

oleh kepercayaan Watsani.

D. Kesimpulan

1.

Sebelum Islam datang dijazirah Arab sudah berdiri kerajaan-kerajaan dan membentuk

peradapan. Peradapan yang terus berkembang dan maju.

2.

Kondisi

sosial bangsa arab menjadikan syair sebagai kesenian dan sebagai penjelmaan adat

istiadat bangsa Arab, watak, dan kondisi sosil mereka.

3.

bangsa Arab sebelum Islam telah mempunyai kepercayaan dengan melihat fenomena

alam dan menjadikannya sebagai Dewa seperti hujan, petir, gempa bumi dan

sebagainya. Juga menjadikan benda-benda langit sebagai Dewa dan menyembahnya

seperti Matahari, Bulan dan Bintang.

 ttp://indonesia-admin.blogspot.com/2010/02/kondisi-sosial-politik-dan-agama-

arab.html

8

Page 9: Jazirah Arab

BAGIAN PERTAMA: ARAB PRA-ISLAM

Muhammad Husain Haekal

Kedua kekuatan yang sekarang sedang berhadap-hadapan itu

ialah: kekuatan Kristen dan kekuatan Majusi, kekuatan Barat

berhadapan dengan kekuatan Timur. Bersamaan dengan itu

kekuasaan-kekuasaan kecil yang berada dibawah pengaruh kedua

kekuatan itu, pada awal abad keenam berada di sekitar jazirah

Arab. Kedua kekuatan itu masing-masing mempunyai hasrat

ekspansi dan penjajahan. Pemuka-pemuka kedua agama itu

masing-masing berusaha sekuat tenaga akan menyebarkan agamanya

ke atas kepercayaan agama lain yang sudah dianutnya.

Sungguhpun demikian jazirah itu tetap seperti sebuah oasis

yang kekar tak sampai terjamah oleh peperangan, kecuali pada

beberapa tempat di bagian pinggir saja, juga tak sampai

terjamah oleh penyebaran agama-agama Masehi atau Majusi,

kecuali sebagian kecil saja pada beberapa kabilah. Gejala

demikian ini dalam sejarah kadang tampak aneh kalau tidak kita

lihat letak dan iklim jazirah itu serta pengaruh keduanya

terhadap kehidupan penduduknya, dalam aneka macam perbedaan

dan persamaan serta kecenderungan hidup mereka masing-masing.

Jazirah Arab bentuknya memanjang dan tidak parallelogram. Ke

sebelah utara Palestina dan padang Syam, ke sebelah timur

9

Page 10: Jazirah Arab

Hira, Dijla (Tigris), Furat (Euphrates) dan Teluk Persia, ke

sebelah selatan Samudera Indonesia dan Teluk Aden, sedang ke

sebelah barat Laut Merah. Jadi, dari sebelah barat dan selatan

daerah ini dilingkungi lautan, dari utara padang sahara dan

dari timur padang sahara dan Teluk Persia. Akan tetapi bukan

rintangan itu saja yang telah melindunginya dari serangan dan

penyerbuan penjajahan dan penyebaran agama, melainkan juga

karena jaraknya yang berjauh-jauhan. Panjang semenanjung itu

melebihi seribu kilometer, demikian juga luasnya sampai seribu

kilometer pula. Dan yang lebih-lebih lagi melindunginya ialah

tandusnya daerah ini yang luar biasa hingga semua penjajah

merasa enggan melihatnya. Dalam daerah yang seluas itu sebuah

sungaipun tak ada. Musim hujan yang akan dapat dijadikan

pegangan dalam mengatur sesuatu usaha juga tidak menentu.

Kecuali daerah Yaman yang terletak di sebelah selatan yang

sangat subur tanahnya dan cukup banyak hujan turun, wilayah

Arab lainnya terdiri dari gunung-gunung, dataran tinggi,

lembah-lembah tandus serta alam yang gersang. Tak mudah orang

akan dapat tinggal menetap atau akan memperoleh kemajuan.

Samasekali hidup di daerah itu tidak menarik selain hidup

mengembara terus-menerus dengan mempergunakan unta sebagai

kapalnya di tengah-tengah lautan padang pasir itu, sambil

mencari padang hijau untuk makanan ternaknya, beristirahat

sebentar sambil menunggu ternak itu menghabiskan makanannya,

sesudah itu berangkat lagi mencari padang hijau baru di tempat

10

Page 11: Jazirah Arab

lain. Tempat-tempat beternak yang dicari oleh orang-orang

badwi jazirah biasanya di sekitar mata air yang menyumber dari

bekas air hujan, air hujan yang turun dari celah-celah batu di

daerah itu. Dari situlah tumbuhnya padang hijau yang terserak

di sana-sini dalam wahah-wahah yang berada di sekitar mata

air.

Sudah wajar sekali dalam wilayah demikian itu, yang seperti

Sahara Afrika Raya yang luas, tak ada orang yang dapat hidup

menetap, dan cara hidup manusia yang biasapun tidak pula

dikenal. Juga sudah biasa bila orang yang tinggal di daerah

itu tidak lebih maksudnya hanya sekadar menjelajahinya dan

menyelamatkan diri saja, kecuali di tempat-tempat yang tak

seberapa, yang masih ditumbuhi rumput dan tempat beternak.

Juga sudah sewajarnya pula tempat-tempat itu tetap tak dikenal

karena sedikitnya orang yang mau mengembara dan mau

menjelajahi daerah itu. Praktis orang zaman dahulu tidak

mengenal jazirah Arab, selain Yaman. Hanya saja letaknya itu

telah dapat menyelamatkan dari pengasingan dan penghuninyapun

dapat bertahan diri.

Pada masa itu orang belum merasa begitu aman mengarungi lautan

guna mengangkut barang dagangan atau mengadakan pelayaran.

Dari peribahasa Arab yang dapat kita lihat sekarang

menunjukkan, bahwa ketakutan orang menghadapi laut sama

11

Page 12: Jazirah Arab

seperti dalam menghadapi maut. Tetapi, bagaimanapun juga untuk

mengangkut barang dagangan itu harus ada jalan lain selain

mengarungi bahaya maut itu. Yang paling penting transpor

perdagangan masa itu ialah antara Timur dan Barat: antara

Rumawi dan sekitarnya, serta India dan sekitarnya. Jazirah

Arab masa itu merupakan daerah lalu-lintas perdagangan yang

diseberanginya melalui Mesir atau melalui Teluk Persia, lewat

terusan yang terletak di mulut Teluk Persia itu. Sudah tentu

wajar sekali bilamana penduduk pedalaman jazirah Arab itu

menjadi raja sahara, sama halnya seperti pelaut-pelaut pada

masa-masa berikutnya yang daerahnya lebih banyak dikuasai air

daripada daratan, menjadi raja laut. Dan sudah wajar pula

bilamana raja-raja padang pasir itu mengenal seluk-beluk jalan

para kafilah sampai ke tempat-tempat yang berbahaya, sama

halnya seperti para pelaut, mereka sudah mengenal garis-garis

perjalanan kapal sampai sejauh-jauhnya. "Jalan kafilah itu

bukan dibiarkan begitu saja," kataHeeren, "tetapi sudah

menjadi tempat yang tetap mereka lalui. Di daerah padang pasir

yang luas itu, yang biasa dilalui oleh para kafilah, alam

telah memberikan tempat-tempat tertentu kepada mereka,

terpencar-pencar di daerah tandus, yang kelak menjadi tempat

mereka beristirahat. Di tempat itu, di bawah naungan

pohon-pohon kurma dan di tepi air tawar yang mengalir di

sekitarnya, seorang pedagang dengan binatang bebannya dapat

menghilangkan haus dahaga sesudah perjalanan yang melelahkan

12

Page 13: Jazirah Arab

itu. Tempat-tempat peristirahatan itu juga telah menjadi

gudang perdagangan mereka, dan yang sebagian lagi dipakai

sebagai tempat penyembahan, tempat ia meminta perlindungan

atas barang dagangannya atau meminta pertolongan dari tempat

itu."1

Lingkungan jazirah itu penuh dengan jalan kafilah. Yang

penting di antaranya ada dua. Yang sebuah berbatasan dengan

Teluk Persia, Sungai Dijla, bertemu dengan padang Syam dan

Palestina. Pantas jugalah kalau batas daerah-daerah sebelah

timur yang berdekatan itu diberi nama Jalan Timur. Sedang yang

sebuah lagi berbatasan dengan Laut Merah; dan karena itu

diberi nama Jalan Barat. Melalui dua jalan inilah produksi

barang-barang di Barat diangkut ke Timur dan barang-barang di

Timur diangkut ke Barat. Dengan demikian daerah pedalaman itu

mendapatkan kemakmurannya.

Akan tetapi itu tidak menambah pengetahuan pihak Barat tentang

negeri-negeri yang telah dilalui perdagangan mereka itu.

Karena sukarnya menempuh daerah-daerah itu, baik pihak Barat

maupun pihak Timur sedikit sekali yang mau mengarunginya -

kecuali bagi mereka yang sudah biasa sejak masa mudanya.

Sedang mereka yang berani secara untung-untungan

mempertaruhkan nyawa banyak yang hilang secara sia-sia di

tengah-tengah padang tandus itu. Bagi orang yang sudah biasa

13

Page 14: Jazirah Arab

hidup mewah di kota, tidak akan tahan menempuh gunung-gunung

tandus yang memisahkan Tihama dari pantai Laut Merah dengan

suatu daerah yang sempit itu. Kalaupun pada waktu itu ada juga

orang yang sampai ke tempat tersebut - yang hanya mengenal

unta sebagai kendaraan - ia akan mendaki celah-celah

pegunungan yang akhirnya akan menyeberang sampai ke dataran

tinggi Najd yang penuh dengan padang pasir. Orang yang sudah

biasa hidup dalam sistem politik yang teratur dan dapat

menjamin segala kepuasannya akan terasa berat sekali hidup

dalam suasana pedalaman yang tidak mengenal tata-tertib

kenegaraan. Setiap kabilah, atau setiap keluarga, bahkan

setiap pribadipun tidak mempunyai suatu sistiem hubungan

dengan pihak lain selain ikatan keluarga atau kabilah atau

ikatan sumpah setia kawan atau sistem jiwar (perlindungan

bertetangga) yang biasa diminta oleh pihak yang lemah kepada

yang lebih kuat.

Pada setiap zaman tata-hidup bangsa-bangsa pedalaman itu

memang berbeda dengan kehidupan di kota-kota. Ia sudah puas

dengan cara hidup saling mengadakan pembalasan, melawan

permusuhan dengan permusuhan, menindas yang lemah yang tidak

mempunyai pelindung. Keadaan semacam ini tidak menarik

perhatian orang untuk membuat penyelidikan yang lebih dalam.

Oleh karena itu daerah Semenanjung ini tetap tidak dikenal

14

Page 15: Jazirah Arab

dunia pada waktu itu. Dan barulah kemudian - sesudah Muhammad

s.a.w. lahir di tempat tersebut - orang mulai mengenal

sejarahnya dari berita-berita yang dibawa orang dari tempat

itu, dan daerah yang tadinya samasekali tertutup itu sekarang

sudah mulai dikenal dunia.

Tak ada yang dikenal dunia tentang negeri-negeri Arab itu

selain Yaman dan tetangga-tetangganya yang berbatasan dengan

Teluk Persia. Hal ini bukan karena hanya disebabkan oleh

adanya perbatasan Teluk Persia dan Samudera Indonesia saja,

tetapi lebih-lebih disebabkan oleh - tidak seperti

jazirah-jazirah lain - gurun sahara yang tandus. Dunia tidak

tertarik, negara yang akan bersahabatpun tidak merasa akan

mendapat keuntungan dan pihak penjajah juga tidak punya

kepentingan. Sebaliknya, daerah Yaman tanahnya subur, hujan

turun secara teratur pada setiap musim. Ia menjadi negeri

peradaban yang kuat, dengan kota-kota yang makmur dan

tempat-tempat beribadat yang kuat sepanjang masa. Penduduk

jazirah ini terdiri dari suku bangsa Himyar, suatu suku bangsa

yang cerdas dan berpengetahuan luas. Air hujan yang menyirami

bumi ini mengalir habis menyusuri tanah terjal sampai ke laut.

Mereka membuat Bendungan Ma'rib yang dapat menampung arus air

hujan sesuai dengan syarat-syarat peradaban yang berlaku.

Sebelum di bangunnya bendungan ini , air hujan yang deras

15

Page 16: Jazirah Arab

terjun dari pegunungan Yaman yang tinggi-tinggi itu, menyusur

turun ke lembah-lembah yang terletak di sebelah timur kota

Ma'rib. Mula-mula air turun melalui celah-celah dua buah

gunung yang terletak di kanan-kiri lembah ini, memisahkan satu

sama lain seluas kira-kira 400 meter. Apabila sudah sampai di

Ma'rib air itu menyebar ke dalam lembah demikian rupa sehingga

hilang terserap seperti di bendungan-bendungan Hulu Sungai

Nil. Berkat pengetahuan dan kecerdasan yang ada pada penduduk

Yaman itu, mereka membangun sebuah bendungan, yaitu Bendungan

Ma'rib. Bendungan ini dibangun daripada batu di ujung lembah

yang sempit, lalu dibuatnya celah-celah guna memungkinkan

adanya distribusi air ke tempat-tempat yang mereka kehendaki

dan dengan demikian tanah mereka bertambah subur.

Peninggalan-peninggalan peradaban Himyar di Yaman yang pernah

diselidiki - dan sampai sekarang penyelidikan itu masih

diteruskan -menunjukkan, bahwa peradaban mereka pada suatu

saat memang telah mencapai tingkat yang tinggi sekali, juga

sejarahpun menunjukkan bahwa Yaman pernah pula mengalami

bencana.

Sungguhpun begitu peradaban yang dihasilkan dari kesuburan

negerinya serta penduduknya yang menetap menimbulkan gangguan

juga dalam lingkungan jazirah itu. Raja-raja Yaman kadang dari

keluarga Himyar yang sudah turun-temurun, kadang juga dari

16

Page 17: Jazirah Arab

kalangan rakyat Himyar sampai pada waktu Dhu Nuwas al-Himyari

berkuasa. Dhu Nuwas sendiri condong sekali kepada agama Musa

(Yudaisma), dan tidak menyukai penyembahan berhala yang telah

menimpa bangsanya. Ia belajar agama ini dari orang-orang

Yahudi yang pindah dan menetap di Yaman. Dhu Nuwas inilah yang

disebut-sebut oleh ahli-ahli sejarah, yang termasuk dalam

kisah "orang-orang yang membuat parit," dan menyebabkan

turunnya ayat: "Binasalah orang-orang yang telah membuat

parit. Api yang penuh bahan bakar. Ketika mereka duduk di

tempat itu. Dan apa yang dilakukan orang-orang beriman itu

mereka menyaksikan. Mereka menyiksa orang-orang itu hanya

karena mereka beriman kepada Allah Yang Maha Mulia dan

Terpuji." (Qur'an 85:4-8)

Cerita ini ringkasnya ialah bahwa ada seorang pengikut Nabi

Isa yang saleh bernama Phemion telah pindah dari Kerajaan

Rumawi ke Najran. Karena orang ini baik sekali, penduduk kota

itu banyak yang mengikuti jejaknya, sehingga jumlah mereka

makin lama makin bertambah juga. Setelah berita itu sampai

kepada Dhu Nuwas, ia pergi ke Najran dan dimintanya kepada

penduduk supaya mereka masuk agama Yahudi, kalau tidak akan

dibunuh. Karena mereka menolak, maka digalilah sebuah parit

dan dipasang api di dalamnya. Mereka dimasukkan ke dalam parit

itu dan yang tidak mati karena api, dibunuhnya kemudian dengan

pedang atau dibikin cacat. Menurut beberapa buku sejarah

17

Page 18: Jazirah Arab

korban pembunuhan itu mencapai duapuluh ribu orang. Salah

seorang di antaranya dapat lolos dari maut dan dari tangan Dhu

Nuwas, ia lari ke Rumawi dan meminta bantuan Kaisar

Yustinianus atas perbuatan Dhu Nuwas itu. Oleh karena letak

Kerajaan Rumawi ini jauh dari Yaman, Kaisar itu menulis surat

kepada Najasyi (Negus) supaya mengadakan pembalasan terhadap

raja Yaman. Pada waktu itu [abad ke-6] Abisinia yang dipimpin

oleh Najasyi sedang berada dalam puncak kemegahannya.

Perdagangan yang luas melalui laut disertai oleh armada yang

kuat2 dapat menancapkan pengaruhnya sampai sejauh-jauhnya.

Pada waktu itu ia menjadi sekutu Imperium Rumawi Timur dan

yang memegang panji Kristen di Laut Merah, sedang Kerajaan

Rumawi Timur sendiri menguasainya di bagian Laut Tengah.

Setelah surat Kaisar sampai ke tangan Najasyi, ia mengirimkan

bersama orang Yaman itu - yang membawa surat - sepasukan

tentara di bawah pimpinan Aryat (Harith) dan Abraha al-Asyram

salah seorang prajuritnya. Aryat menyerbu Kerajaan Yaman atas

nama penguasa Abisinia. Ia memerintah Yaman ini sampai ia

dibunuh oleh Abraha yang kemudian menggantikan kedudukannya.

Abraha inilah yang memimpin pasukan gajah, dan dia yang

kemudian menyerbu Mekah guna menghancurkan Ka'bah tetapi

gagal, seperti yang akan terlihat nanti dalam pasal berikut.

Anak-anak Abraha kemudian menguasai Yaman dengan tindakan

18

Page 19: Jazirah Arab

sewenang-wenang. Melihat bencana yang begitu lama menimpa

penduduk, Saif bin Dhi Yazan pergi hendak menemui Maharaja

Rumawi. Ia mengadukan hal itu kepadanya dan memintanya supaya

mengirimkan penguasa lain dan Rumawi ke Yaman. Tetapi karena

adanya perjanjian persekutuan antara Kaisar Yustinianus dengan

Najasyi tidak mungkin ia dapat memenuhi permintaan Saif bin

Dhi Yazan itu. Oleh karena itu Saif meninggalkan Kaisar dan

pergi menemui Nu'man bin'l-Mundhir selaku Gubernur yang

diangkat oleh Kisra untuk daerah Hira dan sekitarnya di Irak.3

Nu'man dan Saif bin Dhi Yazan bersama-sama datang menghadap

Kisra Parvez. Waktu itu ia sedang duduk dalam Ruangan Resepsi

(Iwan Kisra) yang megah dihiasi oleh lukisan-lukisan bimasakti

pada bagian tahta itu. Di tempat musim dinginnya bagian ini

dikelilingi dengan tabir-tabir dari bulu binatang yang mewah

sekali. Di tengah-tengah itu bergantungan lampu-lampu kendil

terbuat daripada perak dan emas dan diisi penuh dengan air

tawar. Di atas tahta itulah terletak mahkotanya yang besar

berhiaskan batu delima, kristal dan mutiara bertali emas dan

perak, tergantung dengan rantai dari emas pula. Ia sendiri

memakai pakaian serba emas. Setiap orang yang memasuki tempat

itu akan merasa terpesona oleh kemegahannya. Demikian juga

halnya dengan Saif bin Dhi Yazan.

Kisra menanyakan maksud kedatangannya itu dan Saifpun

19

Page 20: Jazirah Arab

bercerita tentang kekejaman Abisinia di Yaman. Sungguhpun pada

mulanya Kisra Parvez ragu-ragu, tetapi kemudian ia mengirimkan

juga pasukannya di bawah pimpinan Wahraz (Syahrvaraz?), salah

seorang keluarga ningrat Persia yang paling berani. Persia

telah mendapat kemenangan dan orang-orang Abisinia dapat

diusir dari Yaman yang sudah didudukinya selama 72 tahun itu.

Sejak itulah Yaman berada di bawah kekuasaan Persia, dan

ketika Islam lahir seluruh daerah Arab itu berada dalam

naungan agama baru ini.

Akan tetapi orang-orang asing yang telah menguasai Yaman itu

tidak langsung di bawah kekuasaan Raja Persia. Terutama hal

itu terjadi setelah Syirawih (Shiruya Kavadh II) membunuh

ayahnya, Kisra Parvez, dan dia sendiri menduduki takhta. Ia

membayangkan - dengan pikirannya yang picik itu bahwa dunia

dapat dikendalikan sekehendaknya dan bahwa kerajaannya

membantu memenuhI kehendaknya yang sudah hanyut dalam hidup

kesenangan itu. Masalah-masalah kerajaan banyak sekali yang

tidak mendapat perhatian karena dia sudah mengikuti nafsunya

sendiri. Ia pergi memburu dalam suatu kemewahan yang belum

pernah terjadi Ia berangkat diiringi oleh pemuda-pemuda

ningrat berpakaian merah, kuning dan lembayung, dikelilingi

oleh pengiring-pengiring yang membawa burung elang dan harimau

yang sudah dijinakkan dan ditutup moncongnya; oleh budak-budak

20

Page 21: Jazirah Arab

yang membawa wangi-wangian, oleh pengusir-pengusir lalat dan

pemain-pemain musik. Supaya merasa dirinya dalam suasana musim

semi sekalipun sebenarnya dalam musim dingin yang berat, ia

beserta rombongannya duduk di atas permadani yang lebar

dilukis dengan lorong-lorong, ladang dan kebun yang ditanami

bunga-bungaan aneka warna, dan dilatarbelakangi oleh

semak-semak, hutan hijau serta sungai-sungai berwarna perak.

Tetapi sungguhpun Syirawih begitu jauh mengikuti

kesenangannya, kerajaan Persia tetap dapat mempertahankan

kemegahannya, dan tetap merupakan lawan yang kuat terhadap

kekuasaan Bizantium dan penyebaran Kristen. Sekalipun dengan

naik tahtanya Syirawih ini telah mengurangi kejayaan

kerajaannya, ia telah memberi kesempatan kepada kaum Muslimin

memasuki negerinya dan menyebarkan Islam.

Yaman yang telah dijadikan gelanggang pertentangan sejak abad

ke-4 itu sebenarnya telah meninggalkan bekas yang dalam sekali

dalam sejarah Semenanjung Arab dari segi pembagian

penduduknya. Disebutkan bahwa Bendungan Ma'rib yang oleh

suku-bangsa Himyar telah dimanfaatkan untuk keuntungan

negerinya, telah hancur pula dilanda banjir besar. Disebabkan

oleh adanya pertentangan yang terus-menerus itu, lalailah

mereka yang harus selalu mengawasi dan memeliharanya.

Bendungan itu lapuk dan tidak tahan lagi menahan banjir.

21

Page 22: Jazirah Arab

Dikatakan juga, bahwa setelah Rumawi melihat Yaman menjadi

pusat pertentangan antara kerajaannya dengan Persia dan bahwa

perdagangannya terancam karena pertentangan itu, iapun

menyiapkan armadanya menyeberangi Laut Merah - antara Mesir

dengan negeri-negeri Timur yang jauh - guna menarik

perdagangan yang dibutuhkan oleh negerinya. Dengan demikian

tidak perlu lagi ia menempuh jalan kafilah.

Mengenai peristiwanya, ahli-ahli sejarah sependapat, tetapi

mengenai sebab terjadinya peristiwa itu mereka berlainan

pendapat. Peristiwanya ialah mengenai pindahnya kabilah Azd di

Yaman ke Utara. Semua mereka sependapat tentang kepindahan

ini, sekalipun sebagian menghubungkannya dengan sepinya

beberapa kota di Yaman karena mundurnya perdagangan yang biasa

melalui tempat itu. Yang lain menghubung-hubungkan kepada

rusaknya bendungan Ma'rib, sehingga banyak di antara

kabilah-kabilah yang pindah karena takut binasa. Tetapi apapun

juga kejadiannya, namun adanya imigrasi ini telah menyebabkan

Yaman jadi berhubungan dengan negeri-negeri Arab lainnya,

suatu hubungan keturunan dan percampuran yang sampai sekarang

masih dicoba oleh para sarjana menyelidikinya.

Apabila sistem politik di Yaman sudah menjadi kacau seperti

yang dapat kita saksikan, yang disebabkan oleh keadaan yang

menimpa negeri itu serta dijadikannya tempat itu medan

22

Page 23: Jazirah Arab

pertarungan, maka struktur politik serupa itu tidak dikenal

pada beberapa negeri Semenanjung Arab lainnya waktu itu.

Segala macam sistem yang dapat dianggap sebagai suatu sistem

politik seperti pengertian kita sekarang atau seperti

pengertian negara-negara yang sudah maju pada masa itu, di

daerah-daerah seperti Tihama, Hijaz, Najd dan sepanjang

dataran luas yang meliputi negeri-negeri Arab, pengertian

demikian itu belum dikenal. Anak negeri pada masa itu bahkan

sampai sekarang adalah penduduk pedalaman yang tidak biasa di

kota-kota. Mereka tidak betah tinggal menetap di suatu tempat.

Yang mereka kenal hanyalah hidup mengembara selalu,

berpindah-pindah mencari padang rumput dan menuruti keinginan

hatinya. Mereka tidak mengenal hidup cara lain selain

pengembaraan itu.

Seperti juga ditempat-tempat lain, disinipun dasar hidup

pengembaraan itu ialah kabilah. Kabilah-kabilah yang selalu

pindah dan mengembara itu tidak mengenal suatu peraturan atau

tata-cara seperti yang kita kenal. Mereka hanya mengenal

kebebasan pribadi, kebebasan keluarga dan kebebasan kabilah

yang penuh. Sedang orang kota, atas nama tata-tertib mau

mengalah dan membuang sebagian kemerdekaan mereka untuk

kepentingan masyarakat dan penguasa, sebagai imbalan atas

ketenangan dan kemewahan hidup mereka. Sedang seorang

pengembara tidak pedulikan kemewahan, tidak betah dengan

23

Page 24: Jazirah Arab

ketenangan hidup menetap, juga tidak tertarik kepada apapun -

seperti kekayaan yang menjadi harapan orang kota - selain

kebebasannya yang mutlak. Ia hanya mau hidup dalam persamaan

yang penuh dengan anggota-anggota kabilahnya atau

kabilah-kabilah lain sesamanya. Dasar kehidupannya ialah

seperti makhluk-makhluk lain, mau survive, mau bertahan terus

sehingga sesuai dengan kaidah-kaidah kehormatannya yang sudah

ditanamkan dalam hidup mengembara yang serba bebas itu.

Oleh karena itu, kaum pengembara tidak menyukai tindakan

ketidak adilan yang ditimpakan kepada mereka. Mereka mau

melawannya mati-matian, dan kalau tidak dapat melawan,

ditinggalkannya tempat tinggal mereka itu, dan mereka

mengembara lagi ke seluruh jazirah, bila memang terpaksa harus

demikian.

Juga itu pula sebabnya, perang adalah jalan yang paling mudah

bagi kabilah-kabilah ini bila harus juga timbul perselisihan

yang tidak mudah diselesaikan dengan cara yang terhormat.

Karena bawaan itu juga, maka tumbuhlah di kalangan sebagian

besar kabilah-kabilah itu sifat-sifat harga diri, keberanian,

suka tolong-menolong, melindungi tetangga serta sikap

memaafkan sedapat mungkin dan semacamnya. Sifat-sifat ini akan

makin kuat apabila semakin dekat ia kepada kehidupan

pedalaman, dan akan makin hilang apabila semakin dekat ia

24

Page 25: Jazirah Arab

kepada kehidupan kota.

Seperti kita sebutkan, karena faktor-faktor ekonomi juga, baik

Rumawi maupun Persia, hanya merasa tertarik kepada Yaman saja

dari antara jazirah lainnya yang memang tidak mau tunduk itu.

Mereka lebih suka meninggalkan tanah air daripada tunduk

kepada perintah. Baik pribadi-pribadi atau kabilah-kabilah

tidak akan taat kepada peraturan apapun yang berlaku atau

kepada lembaga apapun yang berkuasa.

Sifat-sifat pengembaraan itu cukup mempengaruhi daerah yang

kecil-kecil yang tumbuh di sekitar jaziarah karena adanya

perdagangan para kafilah, seperti yang sudah kita terangkan.

Daerah-daerah ini dipakai oleh para pedagang sebagai tempat

beristirahat sesudah perjalanan yang begitu meletihkan. Di

situ mereka bertemu dengan tempat-tempat pemujaan sang dewa

guna memperoleh keselamatan bagi mereka serta menjauhkan

marabahaya gurun sahara serta mengharapkan perdagangan mereka

selamat sampai di tempat tujuan.

Kota-kota seperti Mekah, Ta'if, Yathrib dan yang sejenis itu

seperti wahah-wahah (oase) yang terserak di celah-celah gunung

atau gurun pasir, terpengaruh juga oleh sifat-sifat

pengembaraan demikian itu. Dalam susunan kabilah serta

cabang-cabangnya, perangai hidup, adat-istiadat serta

25

Page 26: Jazirah Arab

kebenciannya terhadap segala yang membatasi kebebasannya lebih

dekat kepada cara hidup pedalaman daripada kepada cara-cara di

kota, sekalipun mereka dipaksa oleh sesuatu cara hidup yang

menetap, yang tentunya tidak sama dengan cara-hidup pedalaman.

Dalam pembicaraan tentang Mekah dan Yathrib pada pasal berikut

ini akan terlihat agak lebih terperinci.

Lingkungan masyarakat dalam alam demikian ini serta keadaan

moral, politik dan sosial yang ada pada mereka, mempunyai

pengaruh yang sama terhadap cara beragamanya. Melihat

hubungannya dengan agama Kristen Rumawi dan Majusi Persia,

adakah Yaman dapat terpengaruh oleh kedua agama itu dan

sekaligus mempengaruhi kedua agama tersebut di jazirah Arab

lainnya? Ini juga yang terlintas dalam pikiran kita, terutama

mengenai agama Kristen. Misi Kristen yang ada pada masa itu

sama giatnya seperti yang sekarang dalam mempropagandakan

agama. Pengaruh pengertian agama dalam jiwa serta cara hidup

kaum pengembara tidak sama dengan orang kota. Dalam kehidupan

kaum pengembara manusia berhubungan dengan alam, ia merasakan

adanya wujud yang tak terbatas dalam segala bentuknya. Ia

merasa perlu mengatur suatu cara hidup antara dirinya dengan

alam dengan ketak-terbatasannya itu. Sedang bagi orang kota

ketak-terbatasan itu sudah tertutup oleh kesibukannya

hari-hari, oleh adanya perlindungan masyarakat terhadap

dirinya sebagai imbalan atas kebebasannya yang diberikan

26

Page 27: Jazirah Arab

sebagian kepada masyarakat, serta kesediaannya tunduk kepada

undang-undang penguasa supaya memperoleh jaminan dan hak

perlindungan. Hal ini menyebabkannya tidak merasa perlu

berhubungan dengan yang di luar penguasa itu, dengan kekuatan

alam yang begitu dahsyat terhadap kehidupan manusia. Hubungan

jiwa dengan unsur-unsur alam yang di sekitarnya jadi

berkurang.

Dalam keadaan serupa ini, apakah yang telah diperoleh Kristen

dengan kegiatannya yang begitu besar sejak abad-abad permulaan

dalam menyebarkan ajaran agamanya itu? Barangkali soalnya

hanya akan sampai di situ saja kalau tidak karena adanya

soal-soal lain yang menyebabkan negeri-negeri Arab itu,

termasuk Yaman, tetap bertahan pada paganisma agama

nenek-moyangnya, dan hanya beberapa kabilah saja yang mau

menerima agama Kristen.

Manifestasi peradaban dunia yang paling jelas pada masa itu -

seperti yang sudah kita saksikan - berpusat di sekitar Laut

Tengah dan Laut Merah. Agama-agama Kristen dan Yahudi

bertetangga begitu dekat sekitar tempat itu. Kalau keduanya

tidak memperlihatkan permusuhan yang berarti, juga tidak

memperlihatkan persahabatan yang berarti pula. Orang-orang

Yahudi masa itu dan sampai sekarang juga masih menyebut-nyebut

adanya pembangkangan dan perlawanan Nabi Isa kepada agama

27

Page 28: Jazirah Arab

mereka. Dengan diam-diam mereka bekerja mau membendung arus

agama Kristen yang telah mengusir mereka dari Palestina, dan

yang masih berlindung dibawah panji Imperium Rumawi yang

membentang luas itu.

Orang-orang Yahudi di negeri-negeri Arab merupakan kaum

imigran yang besar, kebanyakan mereka tinggal di Yaman dan

Yathrib. Di samping itu kemudian agama Majusi (Mazdaisma)

Persia tegak menghadapi arus kekuatan Kristen supaya tidak

sampai menyeberangi Furat (Euphrates) ke Persia, dan kekuatan

moril demikian itu didukung oleh keadaan paganisma di mana

saja ia berada. Jatuhnya Rumawi dan hilangnya kekuasaan yang

di tangannya, ialah sesudah pindahnya pusat peradaban dunia

itu ke Bizantium.

Gejala-gejala kemunduran berikutnya ialah bertambah banyaknya

sekta-sekta Kristen yang sampai menimbulkan pertentangan dan

peperangan antara sesama mereka. Ini membawa akibat merosotnya

martabat iman yang tinggi ke dalam kancah perdebatan tentang

bentuk dan ucapan, tentang sampai di mana kesucian Mariam:

adakah ia yang lebih utama dari anaknya Isa Almasih atau anak

yang lebih utama dari ibu - suatu perdebatan yang terjadi di

mana-mana, suatu pertanda yang akan membawa akibat hancurnya

apa yang sudah biasa berlaku.

28

Page 29: Jazirah Arab

Ini tentu disebabkan oleh karena isi dibuang dan kulit yang

diambil, dan terus menimbun kulit itu di atas isi sehingga

akhirnya mustahil sekali orang akan dapat melihat isi atau

akan menembusi timbunan kulit itu.

Apa yang telah menjadi pokok perdebatan kaum Nasrani Syam,

lain lagi dengan yang menjadi perdebatan kaum Nasrani di Hira

dan Abisinia. Dan orang-orang Yahudipun, melihat hubungannya

dengan orang-orang Nasrani, tidak akan berusaha mengurangi

atau menenteramkan perdebatan semacam itu. Oleh karena itu

sudah wajar pula orang-orang Arab yang berhubungan dengan kaum

Nasrani Syam dan Yaman dalam perjalanan mereka pada musim

dingin atau musim panas atau dengan orang-orang Nasrani yang

datang dari Abisinia, tetap tidak akan sudi memihak salah satu

di antara golongan-golongan itu. Mereka sudah puas dengan

kehidupan agama berhala yang ada pada mereka sejak mereka

dilahirkan, mengikuti cara hidup nenek-moyang mereka.

Oleh karena itu, kehidupan menyembah berhala itu tetap subur

di kalangan mereka, sehingga pengaruh demikian inipun sampai

kepada tetangga-tetangga mereka yang beragama Kristen di

Najran dan agama Yahudi di Yathrib, yang pada mulanya

memberikan kelonggaran kepada mereka, kemudian turut

menerimanya. Hubungan mereka dengan orang-orang Arab yang

menyembah berhala untuk mendekatkan diri kepada Tuhan itu

29

Page 30: Jazirah Arab

baik-baik saja.

Yang menyebabkan orang-orang Arab itu tetap bertahan pada

paganismanya bukan saja karena ada pertentangan di antara

golongan-golongan Kristen. Kepercayaan paganisma itu masih

tetap hidup di kalangan bangsa-bangsa yang sudah menerima

ajaran Kristen. Paganisma Mesir dan Yunani masih tetap

berpengaruh ditengah-tengah pelbagai mazhab yang beraneka

macam dan di antara pelbagai sekta-sekta Kristen sendiri.

Aliran Alexandria dan filsafat Alexandria masih tetap

berpengaruh, meskipun sudah banyak berkurang dibandingkan

dengan masa Ptolemies dan masa permulaan agama Masehi.

Bagaimanapun juga pengaruh itu tetap merasuk ke dalam hati

mereka. Logikanya yang tampak cemerlang sekalipun pada

dasarnya masih bersifat sofistik - dapat juga menarik

kepercayaan paganisma yang polytheistik, yang dengan

kecintaannya itu dapat didekatkan kepada kekuasaan manusia.

Saya kira inilah yang lebih kuat mengikat jiwa yang masih

lemah itu pada paganisma, dalam setiap zaman, sampai saat kita

sekarang ini. Jiwa yang lemah itu tidak sanggup mencapai

tingkat yang lebih tinggi, jiwa yang akan menghubungkannya

pada semesta alam sehingga ia dapat memahami adanya kesatuan

yang menjelma dalam segala yang lebih tinggi, yang sublim dari

semua yang ada dalam wujud ini, menjelma dalam Wujud Tuhan

30

Page 31: Jazirah Arab

Yang Maha Esa. Kepercayaan demikian itu hanya sampai pada

suatu manifestasi alam saja seperti matahari, bulan atau api

misalnya. Lalu tak berdaya lagi mencapai segala yang lebih

tinggi, yang akan memperlihatkan adanya manifestasi alam dalam

kesatuannya itu.

Bagi jiwa yang lemah ini cukup hanya dengan berhala saja. Ia

akan membawa gambaran yang masih kabur dan rendah tentang

pengertian wujud dan kesatuannya. Dalam hubungannya dengan

berhala itu lalu dilengkapi lagi dengan segala gambaran kudus,

yang sampai sekarang masih dapat kita saksikan di seluruh

dunia, sekalipun dunia yang mendakwakan dirinya modern dalam

ilmu pengetahuan dan sudah maju pula dalam peradaban. Misalnya

mereka yang pernah berziarah ke gereja Santa Petrus di Roma,

mereka melihat kaki patung Santa Petrus yang didirikan di

tempat itu sudah bergurat-gurat karena diciumi oleh

penganut-penganutnya, sehingga setiap waktu terpaksa gereja

memperbaiki kembali mana-mana yang rusak.

Melihat semua itu kita dapat memaklumi. Mereka belum nmendapat

petunjuk Tuhan kepada iman yang sebenarnya Mereka melihat

pertentangan-pertentangan kaum Kristen yang menjadi tetangga

mereka serta cara-cara hidup paganisma yang masih ada pada

mereka, di tengah-tengah mereka sendiri yang masih menyembah

berhala itu sebagai warisan dari nenek-moyang mereka. Betapa

31

Page 32: Jazirah Arab

kita tak akan memaafkan mereka. Situasi demikian ini sudah

begitu berakar di seluruh dunia, tak putus-putusnya sampai

saat ini, dan saya kira memang tidak akan pernah berakhir.

Kaum Muslimin dewasa inipun membiarkan paganisma itu dalam

agama mereka, agama yang datang hendak menghapus paganisma,

yang datang hendak menghilangkan segala penyembahan kepada

siapa saja selain kepada Allah Yang Maha Esa.

Cara-cara penyembahan berhala orang-orang Arab dahulu itu

banyak sekali macamnya. Bagi kita yang mengadakan penyelidikan

dewasa ini sukar sekali akan dapat mengetahui seluk-beluknya.

Nabi sendiri telah menghancurkan berhala-berhala itu dan

menganjurkan para sahabat menghancurkannya di mana saja

adanya. Kaum Muslimin sudah tidak lagi bicara tentang itu

sesudah semua yang berhubungan dengan pengaruh itu dalam

sejarah dan lektur dihilangkan. Tetapi apa yang disebutkan

dalam Quran dan yang dibawa oleh ahli-ahli sejarah dalam abad

kedua Hijrah - sesudah kaum Muslimin tidak lagi akan tergoda

karenanya - menunjukkan, bahwa sebelum Islam paganisma dalam

bentuknya yang pelbagai macam, mempunyai tempat yang tinggi.

Di samping itu menunjukkan pula bahwa kekudusan

berhala-berhala itu bertingkat-tingkat adanya. Setiap kabilah

atau suku mempunyai patung sendiri sebagai pusat penyembahan.

Sesembahan-sesembahan zaman jahiliah inipun berbeda-beda pula

32

Page 33: Jazirah Arab

antara sebutan shanam (patung), wathan (berhala) dan nushub.

Shanam ialah dalam bentuk manusia dibuat dari logam atau kayu,

Wathan demikian juga dibuat dari batu, sedang nushub adalah

batu karang tanpa suatu bentuk tertentu. Beberapa kabilah

melakukan cara-cara ibadahnya sendiri-sendiri. Mereka

beranggapan batu karang itu berasal dari langit meskipun

agaknya itu adalah batu kawah atau yang serupa itu. Di antara

berhala-berhala yang baik buatannya agaknya yang berasal dari

Yaman. Hal ini tidak mengherankan. Kemajuan peradaban mereka

tidak dikenal di Hijaz, Najd atau di Kinda. Sayang sekali,

buku-buku tentang berhala ini tidak melukiskan secara

terperinci bentuk-bentuk berhala itu, kecuali tentang Hubal

yang dibuat dari batu akik dalam bentuk manusia, dan bahwa

lengannya pernah rusak dan oleh orang-orang Quraisy diganti

dengan lengan dari emas. Hubal ini ialah dewa orang Arab yang

paling besar dan diletakkan dalam Ka'bah di Mekah. Orang-orang

dari semua penjuru jazirah datang berziarah ke tempat itu.

Tidak cukup dengan berhala-berhala besar itu saja buat

orang-orang Arab guna menyampaikan sembahyang dan memberikan

kurban-kurban, tetapi kebanyakan mereka itu mempunyai pula

patung-patung dan berhala-berhala dalam rumah masing-masing.

Mereka mengelilingi patungnya itu ketika akan keluar atau

sesudah kembali pulang, dan dibawanya pula dalam perjalanan

bila patung itu mengijinkan ia bepergian. Semua patung itu,

33

Page 34: Jazirah Arab

baik yang ada dalam Ka'bah atau yang ada disekelilingnya,

begitu juga yang ada di semua penjuru negeri Arab atau

kabilah-kabilah dianggap sebagai perantara antara penganutnya

dengan dewa besar. Mereka beranggapan penyembahannya kepada

dewa-dewa itu sebagai pendekatan kepada Tuhan dan menyembah

kepada Tuhan sudah mereka lupakan karena telah menyembah

berhala-berhala itu.

Meskipun Yaman mempunyai peradaban yang paling tinggi di

antara seluruh jazirah Arab, yang disebabkan oleh kesuburan

negerinya serta pengaturan pengairannya yang baik, namun ia

tidak menjadi pusat perhatian negeri-negeri sahara yang

terbentang luas itu, juga tidak menjadi pusat keagamaan

mereka. Tetapi yang menjadi pusat adalah Mekah dengan Ka'bah

sebagai rumah Ismail. Ke tempat itu orang berkunjung dan ke

tempat itu pula orang melepaskan pandang. Bulan-bulan suci

sangat dipelihara melebihi tempat lain.

Oleh karena itu, dan sebagai markas perdagangan jazirah Arab

yang istimewa, Mekah dianggap sebagai ibukota seluruh jazirah.

Kemudian takdirpun menghendaki pula ia menjadi tanah kelahiran

Nabi Muhammad, dan dengan demikian ia menjadi sasaran

pandangan dunia sepanjang zaman. Ka'bah tetap disucikan dan

suku Quraisy masih menempati kedudukan yang tinggi, sekalipun

mereka semua tetap sebagai orang-orang Badwi yang kasar sejak

34

Page 35: Jazirah Arab

berabad-abad lamanya.

Catatan kaki:

1 Dikutip oleh Sir Muir dalam The Life of Mohammad, p.xc.

2 Cerita demikian terdapat dalam beberapa buku sejarah.

Encylopedia Britannica juga menyebutnya, dan dikutip oleh

penulis-penulis buku Historian's History of the World dan juga

dijadikan pegangan oleh Emile Derminghem dalam la Vie de

Mahomet. Akan tetapi At-Tabari menceritakan melalui Hisyam ibn

Muhammad bahwa setelah orang Yaman itu pergi meminta bantuan

Najasyi atas perbuatan Dhu Nuwas serta menjelaskan apa yang

telah dilakukannya terhadap orang-orang Kristen oleh pembela

agama Yahudi itu dan memperlihatkan sebuah Injil yang sudah

sebagian dimakan api, Najasyi berkata: "Tenaga manusia di sini

banyak, tapi aku tidak punya kapal. Sekarang aku menulis surat

kepada Kaisar supaya mengirimkan kapal dan dengan itu akan

kukirimkan pasukanku." Lalu ia menulis surat kepada Kaisar

dengan melampirkan Injil yang sudah terbakar. Dan menambahkan:

"Hisyam ibn Muhammad menduga, bahwa setelah kapal-kapal itu

sampai ke tempat Najasyi, pasukannyapun dinaikkan dan

berangkat ke pantai Mandab." Lihat Tarikh't-Tabari cetakan

Al-Husainia, vol. 2, p. 106 dan 108.

35

Page 36: Jazirah Arab

3 Beberapa keterangan dalam buku-buku sejarah berbeda-beda

tentang sebab penyerbuan Abisinia (Habasya) ini ke Yaman.

Keterangan itu mengatakan, bahwa hubungan dagang antara Arab

Musta'riba di Hijaz dengan Yaman dan Abisinia terus

berlangsung. Pada waktu itu pantai-pantai Habasya membentang

sepanjang Laut Merah lengkap dengan armada perdagangannya.

Karena kekayaan dan kesuburannya, Kerajaan Rumawi ingin sekali

menguasai Yaman. Aelius Galius penguasa (prefek) Kaisar Rumawi

di Mesir mengadakan persiapan. akan menyerbu Yaman. Pasukannya

dikerahkan menyeberangi Laut Merah ke Yaman dan juga menyerang

Najran. Tetapi karena adanya penyakit yang menyerang mereka.

Orang-orang Yaman mudah sekali mengusir mereka itu dan

merekapun kembali ke Mesir. Sesudah itupun Rumawõ

berturut-turut menyerang jazirah Arab di Yaman dan di luar

Yaman, tapi kenyataannya tidak lebih menguntungkan dan yang

pernah dilakukan oleh Galius. Saat itu Najasyi di Abisinia

merasa perlu mengadakan pembalasan terhadap Yaman yang telah

memaksakan agama Yahudi terhadap orangorang Rumawi yang

beragama Kristen. Pasukan Aryat dikerahkan menyerbu Yaman dan

berkuasa di tempat itu sampai pada waktu Persia datang

mengusir mereka

A.    PENDAHULUAN

Islam menjadi agama yang sangat fenomenal ketika dalam waktu

relatif singkat sejak kelahirannya mampu menyebar ke berbagai penjuru dunia.

Hal inilah pula yang membuat tertarik Michael H. Hart untuk meneliti Nabi

36

Page 37: Jazirah Arab

Muhammad sebagai seorang nabi pembawa agama Islam sehingga menempatkan

beliau sebagai orang nomor satu yang paling berpengaruh di dunia.[1]

Namun di balik keberhasilannya tersebut, tak urung muncul pula

tudingan bahwa Islam bisa menyebar sedemikian rupa karena disebarkan lewat

jalan kekerasan atau –dalam bahasa konotatif lewat– pedang. Namun apakah

memang begitu faktanya? Inilah salah satu hal yang juga ingin dikupas dalam

makalah ini.   

 

B.     PERLUASAN ISLAM KE LUAR JAZIRAH ARAB

1.      Di mana Jazirah Arab?

Semenanjung atau jazirah adalah formasi geografis yang terdiri atas

pemanjangan daratan dari badan daratan yang lebih besar (misalnya pulau atau

benua) yang dikelilingi oleh air pada 3 sisinya. Secara umum, semenanjung

adalah tanjung yang (sangat) luas. Sedangkan tanjung sendiri adalah daratan

yang menjorok ke laut, atau daratan yang dikelilingi oleh laut di ketiga sisinya.

[2]

Jazirah Arab adalah sebuah jazirah (semenanjung besar) di Asia Barat

Daya pada persimpangan Afrika dan Asia. Perbatasan pesisir jazirah ini ialah:

di barat daya Laut Merah dan Teluk Aqabah; di tenggara Laut Arab; dan di

timur laut Teluk Oman dan Teluk Persia. Secara politik, Jazirah Arab terdiri

dari negara  Arab Saudi, Kuwait, Yaman, Oman, Uni Emirat Arab, Qatar, dan

Bahrain. Sedangkan secara geologi, daerah ini lebih tepat disebut Anak Benua

Arab sebab memiliki plat tektonik tersendiri, Plat Arab.[3]

Negara Arab Saudi meliputi hampir seluruh Jazirah Arab. Kebanyakan

penduduk jazirah ini tinggal di Arab Saudi dan Yaman. Jazirah ini

mengandung sejumlah besar minyak bumi dan merupakan tempat kota suci

Islam, Mekkah dan Madinah, keduanya di Arab Saudi. Uni Emirat Arab dan

Qatar merupakan tempat stasiun televisi berbahasa Arab utama seperti Al-

Jazeera. [4]

37

Page 38: Jazirah Arab

Terkadang istilah Timur Tengah digunakan pada jazirah saja, namun

biasanya merujuk pada daerah yang lebih besar; istilah Arab, bagaimanapun,

sering digunakan merujuk hanya pada Arab Saudi. Di waktu lain istilah Arab

bisa berarti seluruh Dunia Arab, terbentang dari Maroko di barat sampai Oman

di timur. [5]

 

2.      Usaha Ekspansi Islam ke Luar Jazirah Arab

a.       Ekspansi Gelombang Pertama

Sebelum Nabi Muhammad wafat pada tanggal 8 Juni 632 M,[6]

seantero Jazirah Arab telah dapat ditaklukkan di bawah kekuasaan Islam.

Usaha ekspansi ke luar jazirah Arab kemudian dimulai oleh khalifah

pengganti Nabi Muhammad SAW, yaitu Abu Bakar Shiddiq.[7]

Setelah melewati masa-masa sulit di awal pemerintahannya karena

harus menumpas pemberontakan kaum murtad dan pembangkang zakat,

Abu Bakar kemudian mulai mengirimkan kekuatan militer ke berbagai

negeri di luar jazirah Arab. Khalid bin Walid yang dikenal dengan gelar

Pedang Allah, dikirim ke Irak sehingga dapat menduduki Al-Hirah pada

tahun 12 H yang waktu itu di bawah kekuasaan Imperium Persia.[8]

Sedangkan ke Palestina, Abu Bakar mengirimkan balatentara di

bawah pimpinan Amr bin al-Ash. Sementara ke Syam,[9] sang khalifah

mengirimkan balatentara di bawah pimpinan tiga orang, yaitu Yazid bin

Abi Sufyan, Abu Ubaidah bin al-Jarrah, dan Syurahbil bin Hasanah.

Karena mendapat perlawanan sengit pasukan Romawi yang menguasai

wilayah itu, pasukan Islam pun kewalahan. Akhirnya untuk menambah

kekuatan militer yang dipimpin ketiga jenderal itu, Khalid bin Walid yang

telah berhasil menaklukkan Irak diperintahkan Abu Bakar untuk

meninggalkan negara itu dan berangkat ke Syam.[10]  

Setelah Khalid bin Walid berhasil menaklukkan Syam, ia

kemudian bersama Yazid bin Abi Sufyan dan Syurahbil bin Hasanah

38

Page 39: Jazirah Arab

berangkat menuju Palestina untuk membantu Amr bin al-Ash dalam

menghadapi pasukan Romawi. Kedua pasukan pun akhirnya terlibat

peperangan yang sengit di daerah Ajnadin. Karena itulah, peperangan ini

dalam sejarah Islam dikenal dengan nama Perang Ajnadin. Meski

kemenangan di pihak Islam, tapi banyak juga pasukan Islam yang gugur.

[11]

Setelah Abu Bakar wafat pada tahun 13 H karena sakit,[12]

ekspansi tetap dilanjutkan oleh khalifah berikutnya, Umar bin Khattab.

Pada era Umarlah gelombang ekspansi pertama pun dimulai. Wilayah

demi wilayah di luar jazirah dapat ditaklukkan. Pada tahun 14 H, Abu

Ubaidah bin al-Jarrah bersama Khalid bin Walid dengan pasukan mereka

berhasil menaklukkan kota Damaskus dari tangan kekuasaan Bizantium.

[13] Selanjutnya, dengan menggunakan Suriah sebagai basis pangkalan

militer, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan Amr bin al-Ash.

[14] Sedangkan ke wilayah Irak, Umar bin Khattab mengutus Sa’ad bin

Abi Waqqash untuk menjadi gubernur di sana.[15]

Pada tahun 640 M, Babilonia[16] juga dikepung oleh balatentara

Islam. Sedangkan pasukan Bizantium yang menduduki Heliopolis mampu

dikalahkan sehingga Alexandria dikuasai oleh pasukan Islam pada tahun

641 M. Tak pelak, Mesir pun jatuh ke tangan imperium Islam. Amr bin al-

Ash yang menjadi komandan perang Islam lantas menjadikan tempat

perkemahannya yang terletak di luar tembok Babilon sebagai ibukota

dengan nama Al-Fustat.[17]

Di masa gelombang ekspansi pertama ini, Al-Qadisiyah, sebuah

kota yang terletak dekat Al-Hirah di Irak, dapat dikuasai oleh imperium

Islam pada tahun 15 H.[18] Dari kota itulah, ekspansi Islam berlanjut ke

Al-Madain (Ctesiphon), ibukota Persia hingga dapat dikuasai. Karena Al-

Madain telah jatuh direbut pasukan Islam, Raja Sasan Yazdagrid III

akhirnya menyelamatkan diri ke sebelah Utara.[19] Selanjutnya pada

tahun 20 H, kota Mosul yang notabene masih dalam wilayah Irak juga

dapat diduduki.[20]

39

Page 40: Jazirah Arab

Gelombang ekspansi pertama di era Umar bin Khattab menjadikan

Islam sebagai sebuah imperium yang tidak hanya menguasai jazirah Arab,

tapi juga Palestina, Suriah, Irak, Persia, dan Mesir. Saat pemerintahan

Umar bin Khattab berakhir karena ia wafat terbunuh pada tahun 23 H,[21]

Usman bin Affan sebagai khalifah ketiga tetap meneruskan kebijakan

penaklukan ke berbagai wilayah di luar jazirah Arab. Meski pada zaman

Umar bin Khattab telah dikirim balatentara ke Azerbaijan dan Armenia,

pada era Usman bin Affanlah, yaitu pada tahun 23 H,  kedua wilayah baru

berhasil dikuasai saat ekspansi dipimpin oleh al-Walid bin Uqbah.[22]

Ketika Usman bin Affan menghadapi turbulensi politik di dalam

negeri hingga akhirnya ia mati terbunuh pada tahun 35 H,[23] Ali bin Abi

Thalib pun naik ke tampuk kekuasaan sebagai khalifah keempat. Sayang

suhu politik di pusat kekuasaan Islam semakin tinggi sehingga terjadi

beberapa pemberontakan seperti yang dipimpin oleh Aisyah dalam Perang

Jamal pada tahun 36 H.[24] Tak ayal, Ali bin Thalib mau tak mau harus

menumpas pemberontakan tersebut. Pada gilirannya, hal itu menguras

kekuatan militer Islam sehingga akhirnya gelombang pertama ekspansi

Islam ke luar jazirah Arab pun berhenti.  

b.      Ekspansi Gelombang Kedua

Ekspansi gelombang kedua ini dimulai di zaman Dinasti Umayyah

setelah era Khulafaur Rasyidin berakhir. Mu’awiyah bin Abi Sufyan,

sebagai pendiri dan khalifah pertama pada dinasti itu, melanjutkan

kebijakan ekspansi Islam yang sempat terhenti sejak tahun-tahun akhir

kekuasaan Usman bin Affan hingga kekuasaan Ali bin Thalib tumbang.

Mu’awiyah mengutus Uqbah bin Nafi untuk mengadakan ekspansi

Islam ke wilayah Afrika Utara hingga berhasil merebut Tunis. Di sanalah

pada tahun 50 H, Uqbah mendirikan kota baru bernama Qairawan yang

selanjutnya terkenal sebagai salah satu pusat kebudayaan Islam.[25] Tidak

cukup sampai di situ, Mu’awiyah juga berhasil mengadakan perluasan

wilayah Islam dari Khurasan sampai Sungai Oxus[26] dan Afghanistan

40

Page 41: Jazirah Arab

sampai ke Kabul. Angkatan laut Muawiyah juga dengan gagah berani

menyerang Konstantinopel, ibu kota Bizantium.

  Masih dalam zaman Dinasti Umayah, pada masa pemerintahan

Abdul Malik ekspansi ke wilayah Timur dilanjutkan di bawah pimpinan

seorang jenderal terkenal bernama Al-Hajjaj bin Yusuf. Balatentara Islam

berhasil menyeberangi Sungai Oxus dan akhirnya dapat menaklukkan

Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Tidak hanya

sampai di situ, balatentara Islam juga berhasil mencapai wilayah India

hingga dapat merebut Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke

Multan.[27]

Ekspansi Islam kembali dilanjutkan pada era Khalifah Al-Walid.

Saat itu sang khalifah mengutus Musa bin Nushair dengan balatentaranya

untuk menyerang Aljazair dan Marokko sehingga berhasil membuat

wilayah itu bertekut lutut. Musa bin Nusair lantas mengangkat Tariq bin

Ziad sebagai wakil untuk memerintah wilayah tersebut.[28]

Sebagai penguasa baru di wilayah tersebut dan juga seorang

komandan perang yang piawai, Tariq bin Ziad dengan armadanya berhasil

menyeberangi selat yang membentang antara Marokko dan Benua Eropa.

Sang komandan bersama pasukan angkatan lautnya lantas mendarat di

suatu tempat yang kemudian dikenal dengan sebutan Gibraltar (Jabal

Thariq).[29]

Dalam peperangan tersebut, tentara Kristen Spanyol di bawah

pimpinan Raja Roderick[30] pun dapat dikalahkan oleh pasukan Islam

yang dipimpin Tariq bin Ziad. Dengan kekalahan itu, pintu untuk

memasuki Spanyol menjadi terbuka lebar. Toledo –yang notabene ibukota

Spanyol waktu itu—berhasil direbut. Sedangkan kota-kota lain seperti

Sevilla, Malaga, Elvira dan Cordova, juga tak luput dari penaklukan

tentara Islam.[31]

Selanjutnya, Cordova kemudian menjadi ibukota pemerintahan

Islam yang tetap menginduk ke pusat pemerintahan Islam di Kufah.

41

Page 42: Jazirah Arab

Spanyol yang telah menjadi daerah Islam lantas dikenal dalam bahasa

Arab dengan sebutan Al-Andalus.

Pada masa kekhalifahan Hisyam bin Abdul Malik, pasukan Islam

juga berupaya melakukan ekspansi ke wilayah Perancis. Saat itu, upaya

ekspansi terutama dipimpin oleh Abdurrahman bin Abdullah al-Ghafiqi.

[32] Ekspansi tersebut juga dilakukan al-Ghafiqi karena termotivasi oleh

kesuksesan penaklukan atas Spanyol oleh Thariq bin Ziad dan Musa bin

Nushair.[33]

Bersama balatentaranya, al-Ghafiqi menyerang kota-kota seperti

Bordeux dan Poitiers. Dari kota Poiters, al-Ghafiqi berangkat untuk

menyerang kota Tours. Tetapi dalam perjalanan itu antara kedua kota itu,

ia bisa ditahan oleh Charles Martel.[34] Ekspansi ke Perancis pun gagal.

Al-Ghafiqi bersama pasukannya akhirnya mundur kembali ke Spanyol.

Meski sempat gagal karena ditahan Charles Martel, pasukan Islam tetap

berupaya menyerang beberapa wilayah di Perancis, seperti Avignon dan

Lyon pada tahun 743 M.[35]

Pada zaman Dinasti Umayah pula, pulau-pulau yang terdapat di

Laut Tengah, Majorca, Corsica, Sardinia, Crete, Rhodes, Cypurs dan

sebagian Sicilla juga berhasil ditaklukkan oleh imperium Islam.[36]

Ekspansi yang dilakukan Dinasti Umayyah inilah yang membuat Islam

menjadi imperium besar pada zaman itu. Berbagai bangsa yang melintasi

berbagai ras dan suku di berbagai pelosok dunia bernaung dalam satu

pemerintahan Islam.

 

C.      FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN ISLAM MAMPU

BEREKSPANSI KE LUAR JAZIRAH ARAB

Di antara sebab-sebab yang membuat ekspansi Islam ke luar daerah

Semenanjung Arabia demikian cepat adalah hal-hal berikut:[37]

42

Page 43: Jazirah Arab

1.         Islam mengandung ajaran-ajaran dasar yang tidak hanya mempunyai

sangkut-paut dengan soal hubungan manusia dengan Tuhan dan soal hidup

manusia sesudah hidup pertama sekarang. Tetapi Islam, sebagaimana kata

H.A.R. Gibb, adalah agama yang mementingkan soal pembentukan

masyarakat yang berdiri sendiri lagi mempunyai sistem pemerintahan,

undang-undang dan lembaga-lembaga sendiri.[38] Dengan kata lain, seperti

kata Philip K. Hitti, Islam bisa dilihat dari tiga corak, yaitu corak aslinya

sebagai agama; kemudian menjadi suatu negara (state), dan akhirnya sebagai

suatu kebudayaan. [39] Islam di Mekkah memang baru mempunyai corak

agama, tetapi di Medinah coraknya bertambah dengan corak negara. Dalam

corak negara itulah, Islam pun kian lama penyebarannya kian meluas.

Sedangkan Islam di Bagdad, corak agama dan negara itu ditambahkan lagi

dengan corak kebudayaan dan peradaban.

2.         Terdapat keyakinan yang kuat tentang kewajiban menyampaikan ajaran-

ajaran Islam sebagai agama baru ke seluruh dunia. Keyakinan itulah yang

bersemayam dalam hati para sahabat Nabi Muhammad seperti Abu Bakar,

Umar, dan lain-lain. Keyakinan tersebut kemudian diperkuat dengan faktor

suku-suku Arab di zaman Jahiliyah yang cenderung pemberani serta gemar

berperang antara sesama mereka.[40] Namun karena suku-suku itu telah

dipersatukan dalam Islam sehingga mereka tidak lagi berperang satu sama

lain, maka mereka pun memilih pihak lain sebagai “musuh” bersama, yaitu

orang-orang non-Islam di luar jazirah Arab. Dengan demikian, Islam pun

menjadi kekuatan militer baru di dunia yang mampu mengalahkan dua

kekuatan dunia waktu itu, yaitu Imperium Romawi (Bizantium) dan

Imperium Persia.

3.         Kedua negara itu pada zaman itu telah memasuki fase kelemahannya.

Kelemahan itu timbul bukan hanya karena peperangan, yang semenjak

beberapa abad senantiasa telah terjadi antara keduanya, tetapi juga karena

faktor-faktor dalam negeri. Jika di daerah-daerah yang berada di bawah

kekuasaan Bizantium terdapat pertentangan-pertentangan agama; di Persia di

samping pertentangan agama terdapat pula persaingan antara anggota-

anggota keluarga raja untuk merebut kekuasaan. Hal-hal ini membawa

kepada pecahnya keutuhan masyarakat di kedua negara itu.

43

Page 44: Jazirah Arab

4.         Kebijakan-kebijakan pihak Kerajaan Bizantium untuk memaksakan aliran

keagamaan membuat rakyat merasa kehilangan kemerdekaan beragama. Di

samping itu, rakyat juga dibebani dengan pajak yang tinggi guna menutupi

anggaran perang Kerajaan Bizantium dengan Kerajaan Persia. Hal-hal ini

membuat timbulnya perasaan tidak senang dari rakyat di daerah-daerah yang

dikuasai Bizantium terhadap kerajaan ini. Kondisi rakyat demikian menjadi

memudahkan Islam untuk diterima sebagai agama dan penguasa alternatif

yang diharapkan mampu membebaskan mereka.

5.         Adanya permintaan dari wilayah tertentu kepada Imperium Islam saat itu

untuk membebaskan mereka dari rezim tiran yang berkuasa di wilayah

tersebut. Hal ini misalnya terjadi pada kasus ekspansi Islam di Spanyol. Saat

itu penguasa Kristen di sana bertindak lalim kepada rakyatnya sehingga

kedatangan pasukan Islam di sana betul-betul diharapkan agar membebaskan

mereka dari penindasan sang penguasa. Apalagi ke manapun kekuatan Islam

datang, ia mem-proklamirkan ajakan kebebasan manusia dari penyembahan

kepada selain Allah, dan memandang seluruh manusia sama serta

menghormatinya apapun warna kulit dan rasnya.[41]

 

D.      BENARKAH ISLAM DISEBARKAN MELALUI PEDANG?

Tuduhan bahwa Islam disebarkan melalui pedang memang sudah lama

dihembuskan oleh terutama para orientalis sejak dulu hingga sekarang. Tuduhan

itu didasarkan Islam di antaranya pada fakta sejarah banyaknya terjadi ekspansi

militer yang dilakukan kekuatan Islam ke seluruh pelosok dunia sejak zaman

Nabi Muhammad hingga era Kesultanan Usmani. Di samping itu, ajaran Islam

sendiri banyak yang mengemukakan konsep jihad yang sering diartikan semata-

mata sebagai peperangan. Dalam al-Qur’an sendiri terdapat beberapa ayat

“perang” yang sangat mungkin menimbulkan misinterpretasi jika dimaknai secara

parsial dan terpisah dari konteksnya.

Dalam lintasan sejarah Islam, memang pernah tercatat peristiwa Ain Tamr.

Peristiwa inilah yang dijadikan salah satu alasan untuk menuding bahwa Islam

memang sangat kejam dan menyebarkan Islam melalui kekerasan. Ath-Thabari

menceritakan peristiwa tersebut dalam karyanya Tarikh al-Umam wa al-Mulk.

44

Page 45: Jazirah Arab

Saat itu, Khalid bin Walid mengepung sebuah benteng yang dihuni oleh orang-

orang Kristen Arab. Mereka yang sudah terkepung akhirnya mengajak berdamai

Khalid. Namun Khalid menolak ajakan damai itu kecuali jika mereka mau

mematuhi tawarannya: masuk Islam atau membayar jizyah. Jika mereka

menerima tawaran itu, Khalid akan memperlakukan mereka dengan baik. Namun

tawaran Khalid itu ditolak mereka. Akhirnya benteng itu pun diserbu oleh

pasukan Khalid bin Walid. Semua orang yang di dalam benteng ditebas lehernya

kecuali 40 orang anak muda yang sedang belajar Injil. Saat itu kelompok anak

muda itu selamat karena berada di sebuah ruang yang tertutup saat terjadi

penyerbuan.[42]

Perilaku Khalid bin Walid sendiri dalam peperangan memang cenderung

sadis. Hal ini memang dipahami karena dia memang seorang bekas jenderal

perang di zaman Jahiliyah. Ia baru masuk Islam pada tahun 8 H sehingga

pemahamannya terhadap ajaran Islam pun masih minim.[43] Namun

sebagaimana juga dicatat dalam sejarah, sepak terjang Khalid bin Walid di

berbagai penaklukan Islam terhenti saat ia dicopot dari jabatannya sebagai

panglima perang oleh Khalifah Umar bin Khattab.[44] Tampaknya, Umar mulai

khawatir terhadap tingkah polah Khalid di medan perang yang bisa merusak citra

Islam. Meskipun harus diakui pula, Khalid sangat berjasa atas kemenangan Islam

di berbagai peperangan, terutama pada saat peperangan melawan kaum murtad.   

Terlepas dari kasus Khalid bin Walid tersebut, pada dasarnya para penguasa

Islam yang menduduki sebuah negeri tidaklah memaksa rakyatnya untuk

memeluk agama Islam. Dalam proses penaklukan sebuah negeri oleh penguasa

Islam, opsi yang ditawarkan kepada rakyat yang ditaklukkan adalah apakah

mereka bersedia masuk Islam dengan sukarela sehingga mereka berhak mendapat

perlindungan atau mereka tidak mau masuk Islam tapi mereka harus membayar

pajak (jizyah) sebagai tebusan atas perlindungan yang diberikan oleh penguasa

Islam. Jika kedua opsi itu tidak diindahkan dan rakyat di sebuah negeri tersebut

justeru berani melawan dan memerangi penguasa Islam, maka barulah jalan

militer menjadi pilihan terakhir. Etika penyebaran Islam seperti inilah yang

diajarkan dan diterapkan oleh Nabi Muhammad dan para pengikutnya di

belakang hari.

45

Page 46: Jazirah Arab

Jika tuduhan Islam disebarkan melalui pedang itu benar adanya, tentu di

berbagai wilayah yang pernah ditaklukkan kekuasaan Islam akan banyak terjadi

tragedi pemaksaan agama oleh pemerintah Islam saat itu. Dengan kekuasaan dan

kekuataan yang ada, tentu para penguasa Islam saat itu mudah sekali memaksa

rakyatnya untuk memeluk agama Islam. Namun sebaliknya, sejarah tidak pernah

mencatat –sepanjang pengetahuan penulis—adanya tragedi pemaksaan agama

yang dilakukan oleh para penguasa Islam. Bahkan di daerah-daerah yang pernah

dikendalikan kekuasaan Islam seperti di India dan Spanyol (Andalusia), para

penguasa Islam saat itu betul-betul membebaskan rakyatnya untuk memeluk

agama masing-masing.[45] Hal itulah salah satu faktor yang bisa menjelaskan

mengapa sekarang di kedua wilayah itu, India[46] dan Spanyol,[47] Islam bukan

menjadi agama mayoritas, tapi justeru menjadi agama minoritas yang banyak

memperoleh penindasan saat berada di bawah kekuasaan non Islam.

 Sejarah mencatat, tragedi pengadilan gereja (inkuisisi) justru dilakukan

oleh penguasa Kristen Spanyol. Tragedi ini terjadi saat kekuasaan Islam berhasil

ditumbangkan oleh kekuasaan Kristen dan Spanyol dikuasai oleh Ratu Isabella.

Saat itu ribuan orang Islam dan orang Yahudi disiksa, diusir, bahkan dibunuh

karena tidak mau memeluk agama Kristen. Akhirnya, sebagian orang Muslim dan

Yahudi memilih memeluk agama mereka secara sembunyi atau meninggalkan

Spanyol.[48]  

Dalam artikelnya di Republika, Rosihon Anwar membantah tuduhan

tersebut dan menyatakan bahwa sesungguhnya Islam disebarkan dengan dakwah,

bukan dengan pedang.[49] Hal itu didasarkan pada beberapa argumentasi historis

berikut ini. Pertama, ketika berada di Makkah untuk memulai dakwahnya, Nabi

tidak disertai senjata dan harta. Kendati demikian, justeru banyak pemuka

Makkah seperti Abu Bakar, Utsman, Sa’ad ibn Waqqas, Zubair, Talhah, Umar

bin Khattab, dan Hamzah yang masuk Islam.

Kedua, ketika Nabi dan para pengikutnya mendapat tekanan yang sangat

berat dari kafir Quraisy, penduduk Madinah banyak yang masuk Islam dan

mengundang Nabi serta pengikutnya hijrah ke Madinah. Mungkinkah Islam

tersebar di Madinah dengan senjata? Ketiga, pasukan Salib datang ke Timur

ketika Khalifah Bani Abbas berada dalam masa kemunduran. Tak diduga, banyak

46

Page 47: Jazirah Arab

anggota pasukan Salib tertarik kepada Islam dan kemudian menggabungkan diri

dengan pasukan Salib lainnya.

Keempat, pada abad VII H (XIII M) pasukan Mongol di bawah pimpinan

Hulagu memporak-porandakan Baghdad, ibu kota Khilafah Abbasiyah, beserta

peradaban yang dimiliki Islam. Mereka menghancurkan masjid-masjid,

membakar kitab-kitab, membunuh para ulama, dan serentetan perbuatan sadis

lainnya. Tahun 1258 merupakan lonceng kematian bagi khilafah Abbasiyah.

Akan tetapi, sungguh mencengangkan bahwa di antara orang-orang Mongol

sendiri yang menghancurkan pemerintahan Islam ternyata banyak yang memeluk

Islam.

Kelima, sejarah menjelaskan bahwa masa terpenting Islam adalah masa

damai ketika diadakan perjanjian Hudaibiyah antara orang-orang Quraisy dan

Muslimin yang berlangsung selama dua tahun. Para sejarawan pun mengatakan

bahwa orang yang masuk Islam pada masa itu lebih banyak dibanding masa

sesudahnya. Ini menunjukkan bahwa penyebaran Islam banyak terjadi pada masa

damai bukan masa peperangan.

Keenam, tidak ada kaitan antara penyebaran Islam dan peperangan yang

terjadi antara Muslimin dan Persia serta Romawi. Ketika peperangan antara

mereka berkecamuk dan orang-orang Islam memperoleh kemenangan kemudian

peperangan berhenti, pada saat itu para dai menjelaskan bangunan, dasar, dan

filsafah Islam. Dakwah Islam itu yang kemudian menyebabkan orang-orang non-

Islam –terutama mereka yang tertindas oleh penguasa– masuk Islam.

Ketujuh, Islam tersebar luas di Indonesia, Malaysia, dan Afrika lewat

orang-orang dari Hadramaut yang tidak didukung oleh harta dan penguasa, dan

atau Islam diajarkan oleh orang-orang Indonesia yang berwatakkan Islam dalam

kefakiran. Kedelapan, peneliti dunia Islam Jerman, Ilse Lictenstadter, dalam

Islam and the Modern Age, mengatakan bahwa pilihan yang diberikan kepada

Persia dan Romawi bukanlah antara Islam dan pedang, tetapi antara Islam dan

jizyah (pembayaran pajak).

47

Page 48: Jazirah Arab

Kenyataan bahwa sejarah Islam diwarnai dengan peperangan merupakan

fakta yang tidak dapat dibantah. Bila Islam disebarkan dengan dakwah, lalu

kenapa terjadi peperangan? Di antara motivasi peperangan dalam sejarah Islam

adalah: Pertama, mempertahankan jiwa raga. Seperti disebutkan dalam sejarah,

sebelum hijrah orang-orang Islam belum diizinkan untuk berperang. Padahal

umat Islam memperoleh berbagai siksaan dan tekanan dari kafir Quraisy. Ammar,

Bilal, Yasir, dan Abu Bakar adalah di antara mereka yang mendapat perlakuan

keras itu.

Ketika perlakuan kafir Quraisy semakin keras dan umat Islam meminta izin

kepada Nabi untuk berperang, Nabi belum juga mengizinkan karena belum ada

perintah dari Allah SWT. Namun, ketika Nabi beserta pengikutnya hijrah ke

Madinah dan kafir Quraisy bertekad untuk membebaskan kota itu dari Islam,

maka Allah SWT akhirnya –karena demi membela diri orang-orang Islam

sendiri– mengizinkan mereka berperang (QS Al Hajj [22]:37). Namun izin itu

dikeluarkan dengan beberapa persyaratan seperti demi jalan Allah SWT, bukan

demi harta atau prestise, mempertahankan diri, dan tidak berlebihan (QS Al-

Baqarah [2]:190).

Data historis yang dapat dikemukakan berkaitan dengan hal di atas adalah

penyebaran Islam ke Habsyi, sebuah kota yang tidak begitu jauh dari jazirah Arab

dan kota yang pernah menjadi tujuan hijrah Nabi. Orang-orang Islam tidak

pernah memerangi kota itu karena tidak mengancam keselamatan mereka. Bila

penyebaran Islam dengan kekuatan, tentunya orang-orang Islam sudah

menghancurkan kota itu. Seperti diketahui, umat Islam saat itu sudah memiliki

angkatan perang yang cukup kuat.

Kedua, melindungi dakwah dan orang-orang lemah yang hendak memeluk

Islam. Seperti diketahui bahwa dakwah Nabi memperoleh tantangan keras dari

kafir Quraisy Makkah. Mereka menempuh jalan apa saja untuk menghalanginya

(QS al-Fath [48]:25). Banyak penduduk Makkah dan Arab lainnya bermaksud

memeluk Islam, tetapi mereka takut terhadap ancaman itu. Allah lalu

mengizinkan Rasul-Nya beserta pengikutnya untuk melindungi dakwah dengan

cara berperang.

48

Page 49: Jazirah Arab

Ketiga, mempertahankan umat Islam dari serangan pasukan Persia dan

Romawi. Keberhasilan dakwah Nabi dalam menyatukan kabilah-kabilah Arab di

bawah bendera Islam ternyata dianggap ancaman oleh penguasa Persia dan

Romawi –dua adikuasa saat itu. Itu sebabnya, mereka mengumumkan perang

dengan umat Islam.

Tahun 629 M Nabi mengutus satu kelompok berjumlah 15 orang ke

perbatasan Timur Ardan untuk berdakwah, tetapi semuanya dibunuh atas perintah

penguasa Romawi. Pada tahun 627 M Farwah bin Umar Al Judzami, gubernur

Romawi di Amman, memeluk Islam. Untuk itu, ia mengutus Mas’ud bin Sa’ad

Al Judzami menghadap Nabi untuk menyampaikan hadiah. Ketika berita itu

sampai ke telinga 49 orang-orang Romawi, mereka memaksa Farwah untuk

keluar dari Islam, tetapi paksaan itu ditolaknya. Akibatnya, ia dipenjara dan

akhirnya disalib. Atas alasan itu dan demi melindungi umat Islam dari serangan-

serangan Romawi dan Persia berikutnya, Nabi kemudian mengumumkan perang.

E.       PENUTUP

Adalah tidak terbantahkan bahwa Islam membolehkan peperangan

sebagaimana yang diungkapkan pada QS Al Hajj [22]:37 di atas. Namun hal itu

tidaklah berarti bahwa Islam disebarkan lewat pedang sebagaimana yang telah

diuraikan di atas. Islamlah tetaplah agama rasional yang menghendaki umatnya

untuk bersikap realistis ketika keberadaan mereka terancam. Adalah tidak

rasional jika Islam tidak membolehkan umatnya untuk berperang padahal,

misalnya, mereka diserang bertubi-tubi, seperti yang terjadi di Bosnia, Palestina,

Afghanistan, dan lain-lain.  

Meski demikian, dalam lintasan sejarah memang juga tampaknya

beberapa ekspansi umat Islam, terutama setelah lewat Khulafaur Rasyidin,

terdapat motif duniawi, yaitu perluasan kekuasaan selain motif dakwah. Hal ini

tampak pada kasus Turki Usmani yang bahkan bekerja sama dengan Perancis,

Inggris dan Belanda yang non-Islam untuk menaklukkan Habsburg, di tengah dan

selatan Eropa. Di samping itu, sebagaimana galibnya politik dan kekuasaan,

intrik dan pengkhianatan juga mewarnai perjalanan pemerintahan-pemerintahan

Islam. Kudeta disertai dengan pembunuhan juga menodai perjalanan kekuasaan

49

Page 50: Jazirah Arab

Islam. Hal inilah pula yang tampaknya membuat pemerintahan-pemerintahan

Islam akhirnya tumbang satu demi satu. Wallahu a’lam bi shawab.

DAFTAR PUSTAKA

 

Adzari, Ibnu, al-Bayan al-Maghrib fi Akhbar al-Andalus wa al-Maghrib, dalam al-Maktabah al-Syamilah.

Anwar, Rosihon. “Islam dan Jalan Pedang”. Republika. 20 September 2006.

Gibb, H.A.R. Islam dalam Lintasan Sejarah. Format e-book dari http://media.isnet.org/islam/Gibb.

Haekal, Muhammad Husain. Sejarah Hidup Muhammad, terj. Ali Audah. Jakarta: Litera AntarNusa, 2006.

Hart, Michael H. Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, terj. Mahbub Djunaedi. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1978. Format e-book.

Hibban, Ibnu. as-Sirah li Ibn Hibban, tk: tp, tt.

Hitti, Philip K. History of the Arabs from the Earliest Times to the Present. London: The Macmillian Press, 1970.

Katsir al-Qarsyi Abu al-Fida, Ismail ibn Umar ibn. al-Bidayah wa an-Nihayah. Beirut: Maktabah al-Ma’arif, tt.

Khalifah bin Khayyath al-Laitsi al-Ushfuri Abu ‘Amr. Tarikh Khalifah bin Khayyath. Damaskus: Darul Qalam, 1397 H.

Ma’luf, Louis. al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam. Beirut: Dar al-Masyriq, 1986.

Mahmudunnasir, Syed. Islam Its Concepts & History. New Delhi: Kitab Bhavan, 1994.

Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press, 2001.

Stoddard, Lothrop. Dunia Baru Islam (The New Word of Islam). Terj. Muldjadi Djodjomartono, et. al,. Jakarta: Bulan Bintang, 1966.

Suyuthi, Abdur Rahman bin Abu Bakar as-. Tarikh al-Khulafa., Mesir: Mathba’ah as-Sa’adah, 1952.

Thabari, Muhammad bin Jarir ath. Tarikh al-Umam wal Mulk. Beirut: Darul Kitab al-Ilmiyyah, 1407 H.

Tilmasani, Ahmad bin al-Muqri al-. Nafh al-Thayyib fi Ghasn al-Andalus al-Rathib, Beirut: Dar ash-Shadir, 1900.

50

Page 51: Jazirah Arab

Umari, Akram Diya al-. Tolok Ukur Peradaban Islam, Arkeologi Sejarah Madinah dalam Wacana Trans-Global. Terj. Hasani Asro dan A. Fawaid Syadzili Yogyakarta, IRCiSod, 2003.

 

[1] Michael H. Hart, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, terj. Mahbub Djunaedi (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1978), format e-book.

[2] Lihat, www.wikipedia.org.id dalam artikel “Semenanjung”.

[3] Lihat, ibid., dalam artikel “Jazirah Arab”.

[4] Lihat, ibid.

[5] Lihat, ibid.

[6] Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, terj. Ali Audah (Jakarta: Litera AntarNusa, 2006), hal. 583.

[7] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 2001), jilid I, hal. 50-51.

[8] Ismail bin Umar bin Katsir al-Qarsyi Abu al-Fida, al-Bidayah wa an-Nihayah, (Beirut: Maktabah al-Ma’arif, tt.) juz 6 hal. 342-343.

[9] Syam adalah sebutan untuk wilayah Suriah di zaman dulu. Sekarang Syam digunakan untuk sebutan nama lain dari Damaskus, ibukota Suriah. Lihat, Louis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, (Beirut: Dar al-Masyriq, 1986), hal. 382.

[10] Ibnu Hibban, as-Sirah li Ibn Hibban, (tk: tp, tt), juz 1, hal. 430 dalam al-Maktabah asy-Syamilah.

[11] Ibid., juz I, hal. 450.

[12] Lihat, Abdur Rahman bin Abu Bakar as-Suyuthi, Tarikh al-Khulafa, (Mesir: Mathba’ah as-Sa’adah, 1952), hal. 74.

[13] Lihat, Khalifah bin Khayyath al-Laitsi al-Ushfuri Abu ‘Amr, Tarikh Khalifah bin Khayyath, (Damaskus: Darul Qalam, 1397 H), hal. 22-23. Bizantium adalah nama asli kota modern Istanbul. Bizantium awalnya diduduki koloni Yunani dari Megara pada 667 SM dan dinamakan menurut raja mereka, Byzas. Nama “Bizantium” adalah Latinisasi nama Yunani asli Byzantion. Kota ini kemudian direbut oleh Roma dan mengalami kerusakan parah pada tahun 196. Bizantium kemudian dibangun kembali oleh kaisar Romawi Septimius Severus. Konstantinus yang Agung pada 330, menamakannya ulang menjadi Nova Roma (Roma Baru) atau Konstantinoupolis (Konstantinopel). Sejak saat itu, Kekaisaran Romawi Timur yang menjadikan Konstantinopel sebagai ibukota hingga 1453. Setelah direbut oleh Turki Usmani, dan

51

Page 52: Jazirah Arab

menjadi bagian wilayah Turki modern, Bizantium atau Konstantinopel diganti menjadi Istambul pada 1930. Lihat, http://id.wikipedia.org/wiki/ Bizantium.

[14] Muhammad bin Jarir at-Thabari, Tarikh al-Umam wal Mulk, (Beirut: Darul Kitab al-Ilmiyyah, 1407 H). juz 2, hal 511-512.

[15] Ibnu Katsir, al-Bidayah., op. cit., juz 7, hal. 30.

[16] Babylonia, dinamai sesuai dengan ibukotanya, Babel, adalah negara kuno yang terletak di selatan Mesopotamia (sekarang Irak), di wilayah Sumeria dan Akkadia. Babel pertama disebut dalam sebuah tablet dari masa pemerintahan Sargon of Akkad, dari abad ke-23 SM. Lihat, http://id.wikipedia.org/wiki/Babilonia

[17] Ibnu Katsir, al-Bidayah., op. cit., juz 7, hal. 100.

[18] Ibid., juz 7, hal. 47.

[19] Ibnu Khaldun, Tarikh., op. cit., juz 2, hal. 536.

[20] Ibid., juz 2, hal. 543.

[21] Thabari, Tarikh alUmam., op. cit., juz 2, hal. 587.

[22] Ibid.., juz 2, hal. 591.

[23] Ibnu Katsir, al-Bidayah., op. cit., juz 7, hal. 170.

[24] Ibid., juz 7, hal. 229-230.

[25] Ibid., juz 8, hal. 85.

[26] Sungai Oxus adalah satu sungai yang mengalir panjang dan membelah negara Uzbekistan, sebuah negara muslim yang besar sebelum tentara Rusia mengambil alih dan menggempur daerah itu pada tahun 1873. Lihat, www.muslimsources.com.

[27] Ibnu Khaldun, Tarikh., op. cit., juz 3, hal. 76-77

[28] Ibid., juz 4, hal. 239.

[29] Ibnu Adzari, al-Bayan al-Maghrib f iAkhbar al-Andalus wa al-Maghrib, juz 1, hal. 140 dalam al-Maktabah al-Syamilah.

[30] Raja Roderick (Spanyol and Portugis: Rodrigo, Arab: Ludhriq, لذريق ; meninggal 711 atau 712) adalah raja terakhir Hispania (sekarang Iberia) (710-712) yang berasal dari bangsa Visigoth. Dalam legenda ia dikenal sebagai “raja terakhir bangsa Goth”. Lihat, http://id.wikipedia.org/wiki/Roderic.

[31] Ibnu Adzari, loc. cit.

52

Page 53: Jazirah Arab

[32] Ahmad bin al-Muqri al-Tilmasani, Nafh al-Thayyib fi Ghasn al-Andalus al-Rathib, (Beirut: Dar ash-Shadir, 1900), juz I, hal. 235.

[33] Syed Mahmudunnasir, Islam Its Concepts & History, (New Delhi: Kitab Bhavan, 1994), hal. 175.

[34] Charles Martel (23 Agustus 686-22 Oktober 741) adalah seorang penguasa kerajaan di Prancis. Ia memang dikenal sebagai pahlawan Eropa yang mengklaim dirinya sebagai Duke of the Franks yang mampu menahan ekspansi Islam pimpinan Abdurrahman bin Abdullah al-Ghafiqi ke Prancis dalam Perang Tours. Lihat, http://en.wikipedia.org/wiki/Charles_Martel. 

[35] Harun Nasution, Islam Ditinjau., op. cit., jilid I, hal. 57.

[36] Ibid.

[37] Ibid.., jilid I, hal. 52-55.

[38] H.A.R. Gibb, Islam dalam Lintasan Sejarah, e-book dari http://media.isnet.org/islam/Gibb pada Bab I Perluasan Islam.

[39] Lihat, Philip K. Hitti, History of the Arabs from the Earliest Times to the Present, (London: The Macmillian Press, 1970), hal. 145.

[40] Ibnu Khaldun, Tarikh Ibnu Khaldun, (tk: tp, tt.) juz I, hal. 155 dalam al-Maktabah asy-Syamilah.

[41] Akram Diya al-Umari, Tolok Ukur Peradaban Islam, Arkeologi Sejarah Madinah dalam Wacana Trans-Global, terj. Hasani Asro dan A. Fawaid Syadzili, (Yogyakarta, IRCiSod, 2003), hal. 28.

[42] Thabari, Tarikh alUmam., op. cit., juz 2, hal. 324.

[43] Ali bin Burhan, as-Sirah al-Halbiyah, (Program al-Maktabah asy-Syamilah, versi 2.09), juz 7, hal 138.

[44] Thabari, Tarikh alUmam., op. cit., juz 2, hal. 491.

[45] Lihat, Syed Mahmudunnasir, Islam., op. cit., hal. 166.

[46] Saat ini penganut Islam di India berjumlah sekitar 147 juta orang atau 13,4 % dari total rakyat India. Islam masih menjadi agama minoritas dibandingkan dengan Hindu sebagai agama mayoritas yang penganutnya mencapai 828 juta orang atau 80,4 persen.  Populasi penganut Islam di India menempati peringkat ketiga terbesar di dunia setelah Indonesia (210 juta orang) dan Pakistan (166 juta orang).  Lihat, www.wikipedia.com.

[47] Saat ini, penganut Islam di Spanyol diperkirakan sekitar 3 % dari seluruh penduduk negara matador tersebut. Sementara Kristen Katolik Roma dianut oleh sekitar 90 % penduduknya. Lihat, ibid.

53

Page 54: Jazirah Arab

[48] http://id.wikipedia.org/wiki/Inkuisisi_Spanyol.

[49] Rosihon Anwar, “Islam dan Jalan Pedang”, Republika, 20 September 2006

http://racheedus.wordpress.com/makalahku/ekspansi-islam-ke-luar-jazirah-arab/

Masa Kekhilafahan Utsmaniyah: 1517-1924/ 923-1349 H (407 tahun)Kata “Utsmaniyah” yang berarti anak-anak Utsman, didirikan oleh Utsman (1258-1326). Mencapai keemasannya selama tahun 1481-1566, dalam masa pemerintahan Bayezid II (1481-1512), Selim I (1512-1520), dan Suleiman I (1520-1566). Bayezid mengembangkan wilayah kekuasaan hingga ke daratan Eropa, hingga Laut Hitam, dan Asia Timur. Bayezid digantikan oleh putranya, Selim I. Dalam waktu singkat, kekuasaan Utsmaniyah berhasil menjangkau Suriah, Mesopotamia (Iraq), Arab dan Mesir. Saat berada di Mekkah, Selim mengangkat dirinya sebagai khalifah, pemimpin seluruh umat Muslim. Dengan kekuasaan penuh atas dunia Arab, Selim memboyong para cendekiawan dan seniman untuk datang ke Konstantinopel, ibukota dinasti Utsmani yang direbut dari tangan Byzantium tahun 1453 silam. Selim I kemudian digantikan oleh putranya, Sulaiman I (1520-1566). Gebrakan Sulaiman pada masa awal pemerintahannya sungguh mengesankan. Setahun setelah memerintah, Beograd berhasil ditaklukkan. Setahun kemudian, 1522, giliran Rhodes yang jatuh ke tangan Utsmani, sementara itu kekuatan militer Hungaria dihancurkan. Tahun 1529, Afrika Utara berhasil direbut, disusul oleh Tripoli tahun 1551. Pada setiap kota utama yang ditaklukannya, Sulaiman menghiasinya dengan mesjid, aquaduk, jembatan dan berbagai fasilitas umum lainnya. Tapi karena terlalu gencar meluaskan kekuasaan, keadaan dalam negeri menjadi keropos. Banyak daerah yang berniat untuk melepaskan diri. Akhirnya setelah perang dunia I yang Turki termasuk negara kalah perang karena ada dalam satu blok dengan Jerman, Mustafa Kemal Pasha melakukan reformasi dan membubarkan kesultanan Turki diganti dengan Republik Sekuler.

Penutup

Islam berkembang dengan pesat. Hampir sebagian besar dari bumi ini menjadi daerah kekuasaan Islam pada masa kejayaan dinasti-dinasti Islam. Wilayah tersebut membentang dari sebelah barat yaitu menyentuh samudera Atlantik, dan di sebelah timur sampai Cina. Tapi jika dari pengaruh secara agama, Islam benar-benar mencapai seluruh pelosok dunia. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad dari sebuah kota kecil bernama Mekkah ini, benar-benar menjadi rahmatan lil Alamin pada akhirnya.Perkembangan ilmu pengetahuan sangat pesat. Banyak ilmuwan dan sarjana Islam yang berjasa dalam bidangnya. Sebut saja Ibnu Sina yang berjasa bagi ilmu pengetahuannya. Dialah orang pertama yang membuat ensiklopedi untuk bidang ilmu

54

Page 55: Jazirah Arab

kedokteran. Bahkan ensiklopedi itu masih dijadikan referensi sampai sekarang. Kota-kota Islam seperti Damaskus dan Baghdag sempat menjadi pusat-pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan manusia. Tapi sekarang hal tersebut mengalami kemunduran. Setelah masa dinasti runtuh, Islam terpecah dalam negeri-negeri kecil. Negeri-negeri tersebut sangat mudah menjadi santapan negara-negara imperialis barat. Generasi Islam malas untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang dahulunya sangat maju di dunia Islam. Banyak yang terlena dengan hanya mementingkan urusan akhirat saja. Tapi untuk kewajiban mencari ilmu dan rizki Allah di muka bumi ini tidak diabaikannya. Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda Islam. Kita wajib untuk mengkaji terus ilmu pengetahuan dan mencari ilmu-ilmu baru yang akan bermanfaat bagi kemaslahatan hidup umat manusia. Ingatlah bahwa Islam pernah jaya, dan abad ke-21 ini adalah momen tepat untuk kita mengembalikan kejayaan Islam itu. Tak ada kata terlambat. Dengan usaha dan izin dari Allah, Insya Allah Islam bisa kembali jaya dengan rasa toleransi sesama manusia

55