jgk-vol.7, no.13 januari 2015 -...
TRANSCRIPT
JGK-vol.7, no.13 Januari 2015
Jurnal Gizi dan Kesehatan 207
CORRELATION BETWEEN CONSUMPTION FREQUENCY OF VEGETABLES, FRUITS AND
FRIED FOOD WITH BODY MASS INDEX (BMI) AND WAIST CIRCUMFERENCE IN ADULT
Galeh Septiar Pontang, Riva Mustika Anugrah
Nutrition Science Study Program, Ngudi Waluyo School of Health
ABSTRACT
Background: Obesity is one of not contagious diseases that have been a major health problem, globally.
Specifically, central obesity is one of risk factors of degenerative diseases. Food pattern mostly is one of many
caution of obesity.
Objective: To determine the correlation between consumption frequency of vegetables, fruits, and fried food with
body massa index (BMI) and waist circumference.
Methode: Type of the study was analytic correlation with cross sectional design. The total subject was 54 persons
with purposive sampling technic. Nutritional status was assesed by measuring BMI and waist circumference. The
frequency of vegetables, fruits and fried food consumption was measured by semiquantitative Food Frequency
Questionnaire (FFQ). Correlation analysis used rank spearman test with significant level of 0,05.
Result: The presence of obesity is 51,9% and central obesity is 46, 3%. Obesity is higher in women than men
(independent t-test; p=0,001), but women have higher frequency of fruits consumption than men (mann whitney;
p=0,018). There is no correlation between frequency of vegetables, fruits and fried food with body mass index
(BMI) (rank spearman test; p=0,248; p=0,103; p=0,625) and waist circumference (rank spearman test; p=0,380;
p=0,537; p=0,911).
Conclusion: There is no correlation between consumption frequency of vegetables, fruits, and fried food with Body
Mass Index (BMI) and waist circumference in adult.
KEY WORDS : consumption frequency, vegetables, fruits, fried food, body mass index, waist circumference
JGK-vol.7, no.13 Januari 2015
Jurnal Gizi dan Kesehatan 208
HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI SAYUR, BUAH DAN MAKANAN GORENGAN
DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN LINGKAR PINGGANG PADA ORANG
DEWASA
Galeh Septiar Pontang, Riva Mustika Anugrah
Program Studi Ilmu Gizi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo
ABSTRAK
Latar Belakang: Obesitas merupakan penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan utama secara
global. Secara spesifik, obesitas sentral adalah salah satu faktor risiko munculnya berbagai penyakit degeneratif.
Pola makan merupakan salah satu faktor penyebab munculnya kejadian obesitas.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara frekuensi konsumsi sayur, buah dan makanan gorengan dengan Indeks
Massa Tubuh (IMT) dan lingkar pinggang pada orang dewasa.
Metode: Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasi analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah
subyek penelitian sebanyak 54 orang dengan teknik purposive sampling. Status gizi diukur dengan mengukur
Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lingkar pinggang. Frekuensi konsumsi sayur, buah dan makanan gorengan diukur
dengan semiquantitative Food Frequensy Questionnaire (FFQ). Analisis data menggunakan uji korelasi Rank
Spearman dengan derajat kemaknaan 0,05.
Hasil: Kejadian obesitas sebanyak 51,9%, sedangkan obesitas sentral sebanyak 46,3%. Kejadian obesitas pada
perempuan lebih tinggi daripada laki-laki (Uji independent t test; p=0,001), tetapi perempuan memiliki kebiasaan
makan buah lebih sering daripada laki-laki (Uji Mann Whitney; p=0,018). Tidak terdapat hubungan antara frekuensi
konsumsi sayur, buah maupun makanan gorengan dengan IMT (uji rank spearman; p=0,248; p=0,103; p=0,625)
dan lingkar pinggang (uji rank spearman; p=0,380; p=0,537; p=0,911).
Simpulan: Tidak ada hubungan antara frekuensi konsumsi sayur, buah dan makanan gorengan dengan Indeks
Massa Tubuh (IMT) dan lingkar pinggang pada orang dewasa.
KATA KUNCI: frekuensi makan, sayur, buah, makanan gorengan, IMT, lingkar pinggang
JGK-vol.7, no.13 Januari 2015
Jurnal Gizi dan Kesehatan 209
PENDAHULUAN
Obesitas merupakan masalah kesehatan
global dan telah muncul sebagai suatu epidemi di
negara maju dan berkembang (WHO, 2003).
Obesitas termasuk dalam penyakit tidak menular
(PTM) yang paling banyak terjadi di dunia dan
menjadi risiko utama penyakit degeneratif lain,
sehingga berpotensi mengganggu kesehatan,
memperpendek umur harapan hidup,
menyebabkan penderitaan, kecacatan yang akan
membebani ekonomi suatu negara (Sugondo,
2010). Khususnya kejadian obesitas abdominal
merupakan faktor risiko terjadinya penyakit lain
seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes tipe II,
hipertensi, kanker, sleep apnea (Poirier, 2006)
Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 2004, jumlah penduduk yang
memiliki kelebihan berat badan dan obesitas jika
menggunakan kriteria WHO/IDF Asia Pasifik
mencapai 17,5% (IMT > 25 kg/m2) dengan
ditemukan pergeseran puncak kenaikan berat
badan terjadi pada usia lebih muda yaitu > 35
tahun. Hasil Riskesdas tahun 2010 menyebutkan
bahwa obesitas pada usia 18 tahun ke atas
mencapai 11,8% dan terdapat indikasi muncul
pada usia muda.
Menurut WHO, obesitas adalah keadaan
dimana terjadi penumpukan lemak yang
berlebihan di dalam tubuh yang berdampak
buruk bagi kesehatan. Obesitas pada dasarnya
terjadi akibat ketidakseimbangan kalori di dalam
tubuh, yakni asupan kalori yang masuk melebihi
kalori yang dikeluarkan dalam bentuk energi
(tenaga) dan kelebihan ini ditimbun dalam lemak
tubuh dalam jangka waktu tertentu (Arisman,
2004). Salah satu faktor yang mempengaruhi
terjadinya obesitas adalah pola makan. Sering
dengan era modernisasi, pola makan tradisional
kaya jenis sayuran dan buah yang tinggi serat
sudah mulai ditinggalkan dan beralih ke
makanan cepat saji yang tinggi energi, lemak dan
gula.
Sayuran dan buah merupakan jenis makanan
yang memiliki kepadatan energi yang rendah dan
memacu ras kenyang yang lebih lama karena
kandungan yang tinggi serat. Penelitian oleh
Ledikwe et al, membuktikan asupan makanan
berkepadatan energi rendah (termasuk sayur dan
buah) berkontribusi dalam memelihara berat
badan. Oleh Fuji H et al, asupan serat dapat
menjaga indeks glikemik yang diketahui
berhubungan dengan kenaikan berat badan.
JGK-vol.7, no.13 Januari 2015
Jurnal Gizi dan Kesehatan 210
Makanan gorengan merupakan jenis
makanan cepat saji yang menjadi favorit karena
murah, rasanya enak dan mudah didapatkan.
Makanan gorengan adalah makanan yang
diproses dengan pengolahan cara deep- friying.
Pengolahan tersebutmemberikan rasa nikmat
karena membuat makanan lebih ”kriuk” dan
memilik aroma yang nikmat., namun
bagaimanapun juga makanan gorengan dapat
memicu obesitas karena tinggi kandungan lemak
dan energi.Penelitian pada orang dewasa
Spanyol, makanan gorengan berkontribusi
signifikan pada kejadian obesitas, khususnya
obesitas abdominal (Castillon et al, 2007). Di
Indonesia, jenis makanan gorengan lebih variatif
karena diolah menggunakan tepung sehingga
meningkatkan kandungan energi dan lemak
seperti mendoan, bakwan, pisang goreng, dsb.
Pegawai kantor, khususnya Pegawai Negeri
Sipil (PNS), merupakan kelompok yang berisiko
mengalami obesitas disebabkan faktor aktifitas
fisik dan ketersediaan makanan yang beragam di
sekitarnya. Oleh karena itu penelitian ini akan
mengkaji hubungan pola makan khususnya
frekuensi konsumsi sayur, buah dan makanan
gorengan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
dan lingkar pinggang pada orang dewasa,
khususnya.
METODE
Penelitian ini termasuk korelasi analitik
dengan rancangan cross sectional. Penelitian
dilakukan di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi
dan Kependudukan Provinsi Jateng pada bulan
November 2014.
Subyek yang diambil adalah subyek yang
mmenuhi kriteria inklusi yaitu dewasa berumur >
30 tahun yang bersedia menjadi responden, tidak
sedang menjalani diet dan tidak sedang sakit
serta selama pengambilan data berada di kantor.
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 209
orang, sedangkan subyek yang diambil sebanyak
54 orang dengan teknik purposive sampling.
Frekuensi konsumsi sayur, buah dan
makanan gorengan didapat dengan menggunakan
instrument FFQ (Food Frequency
Questionnaire) Semiquantitative. Penilaian IMT
dengan mengukur berat badan menggunakan
timbangan digital (ketelitian 0,1kg) dan tinggi
badan menggunakan microtoise ( ketelitian 0,1
cm). Pengukuran lingkar pinggang diukur
dengan metline ( ketelitian 0,1 cm). Data lain
yang dijadikan sebagai karakteristik subyek
antara lain tekanan darah, kadar gula sewaktu
dan persen lemak tubuh.
JGK-vol.7, no.13 Januari 2015
Jurnal Gizi dan Kesehatan 211
Karakteristik subyek dianalisis
berdasarkan jenis kelamin meliputi umur, IMT,
persen lemak tubuh, lingkar pinggang, tekanan
darah, kadar gula sewaktu, kebiasaan konsumsi
sayur, buah, dan makanan gorengan. Uji beda
tidak berpasangan dan Mann Whitney digunakan
untuk mengetahui karakter subyek. Uji Rank
Spearman digunakan untuk mengaetahui
hubungan antara frekuensi konsumsi sayur, buah
dan makanan gorengan dengan IMT dan lingkar
pinggang (Dahlan, 2011).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Kependudukan Provinsi Jawa Tengah terletak di
tengah kota dan berada di area pusat
pemerintahan yang dekat dengan pusat
perbelanjaan dan jajanan di Kota Semarang.
Selain kantin kantor yang menyediakan aneka
barang kebutuhan pokok, makanan jajanan dan
minuman, di sekitar kantor juga banyak terdapat
warung berbagai jenis makanan yang
menyediakan aneka ragam masakan dan
makanan jajanan seperti nasi padang, soto,
warung makan, gorengan dan toko roti.
Deskripsi Karakteristik Subyek
Penelitian diikuti oleh 54 orang terdiri
dari laki-laki sebanyak 48,1% (n=26) dan
perempuan sebanyak 51,9% (n=28). Responden
yang memiliki status gizi kategori obesitas secara
keseluruhan sebanyak 51,9% terdiri dari laki-laki
sebanyak 18,5% (n=10) dan perempuan
sebanyak 33,3% (n=18).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013,
kejadian obesitas pada penelitian ini jauh lebih
tinggi dibanding prevalensi obesitas nasional
pada yaitu 15,4%. Pada perempuan, kejadian
obesitas pada penelitian juga lebih tinggi
dibanding prevalensi obesitas nasional yaitu
32,9%, sedangkan kejadian obesitas pada laki-
laki pada penelitian ini sedikit lebih rendah
dibanding prevelensi obesitas nasional pada laki-
laki yaitu 19,7%.
Berdasarkan tabel 1, secara keseluruhan
subyek yang memiliki lingkar pinggang kategori
obesitas sentral sebanyak 46,3%, terdiri dari laki-
laki sebanyak 16,7% (n=9) dan perempuan
sebanyak 29,6% (n=17). Kejadian obesitas
sentral pada penelitian ini lebih tinggi dibanding
prevalensi obesitas sentral tingkat nasional yaitu
26,6%.
JGK-vol.7, no.13 Januari 2015
Jurnal Gizi dan Kesehatan 212
Pada penelitian ini, kejadian obesitas pada
perempuan lebih tinggi daripada laki-laki,
meskipun secara statistik hanya persen lemak
yang berbeda signifikan dengan nilai p=0,001
(p<0,05) yang dapat dilihat pada tabel 2. Hal
tersebut dikarenakan selain proporsi lemak
esensial perempuan secara fisiologis memang
lebih tinggi daripada pria, juga terdapat beberapa
faktor risiko terjadinya obesitas sentral lebih
tinggi pada perempuan antara lain kenaikan berat
badan pasca hamil, histori penggunaan KB,
aktifitas fisik rendah,serta kebiasaan gemar
mengonsumsi makanan jajanan dan minuman
manis (Diana R dkk, 2013).
Pada penelitian ini, kejadian hipertensi
lebih banyak ditemukan pada laki-laki (tabel 2).
Keadaan tersebut diakibatkan sebagian besar
memiliki kebiasaan konsumsi kopi dan merokok.
Merokok merupakan faktor risiko terhadap
kejadian hipertensi. Rokok yang dihisap dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan darah
karena mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh
darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga
terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok
sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan
sistolik 10–25 mmHg dan menambah detak
jantung 5–20 kali per menit (Koh-banerjee P et
al, 2013).
Kebiasaan konsumsi kopi diketahui
merupakan salah satu faktor terjadinya
hipertensi, konsumsi kopi 1-2 cangkir tiap hari
memiliki risiko 4,12 kali lebih tinggi dibanding
dengan orang yang tidak memiliki kebiasaan
minum kopi. Kandungan terbesar dalam kopi,
yaitu kafein. Kafein memiliki efek memicu
vasokonstriksi dan meningkatkan total resistensi
perifer, yang akan menyebabkan tekanan darah
naik.
Kebiasaan makan, subyek perempuan
memiliki kebiasaan konsumsi buah lebih sering
daripada laki-laki. Berdasarkan hasil wawancara,
Tabel 1. Deskripsi Status Gizi Subjek Berdasarkan IMT dan Lingkar Pinggang
Variabel Laki-Laki
n(%)
Perempuan
n(%)
Total
n(%)
Status Gizi
- Underweight
- Normal
- Overweight
- Obesitas
0 (0,0)
13 (24,1)
3 (5,6)
10 (18,5)
0 (0,0)
6 (11,1)
4 (7,4)
18 (33,3)
0 (00,0%)
19 (35,2%)
7 (13,0%)
28 (51,9%)
Lingkar Pinggang
- Normal
- Lebih
17 (31,5)
9 (16,7)
12 (22,2)
16 (29,6)
29 (53,7%)
25 (46,3%)
JGK-vol.7, no.13 Januari 2015
Jurnal Gizi dan Kesehatan 213
hal tersebut disebabkan kebiasaan konsumsi jus
dan rujak lebih sering dibanding dengan subyek
laki-laki.
Hubungan Antara Frekuensi Konsumsi
Sayur, Buah, Gorengan dan Gula dengan
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Terdapat dua jenis obesitas, yakni
obesitas umum dan obesitas sentral. Obesitas
umum dapat diukur dengan menggunakan Indeks
massa Tubuh (IMT) sedangkan obesitas sentral
diukur dengan Lingkar Pinggang (LP) (Agus
Triwinarto, 2012). Indeks Massa Tubuh (IMT)
direkomendasikan sebagai indikator yang baik
untuk menentukan status gizi (Permaisih, 2007).
Menurut Kriteria IMT Asia pasifik seseorang
termasuk obesitas apabila mempunyai IMT ≥25
kg/m2.
Menurut WHO (2000) dampak obesitas
erat hubungannya dengan risiko beberapa
penyakit kronis, seperti hipertensi, diabetes serta
akan menjadi faktor risiko penyakit jantung
koroner dan stroke
Dalam piramida gizi seimbang konsumsi
buah dianjurkan minimal 2-3 porsi dalam sehari,
sedangkan sayur 3-4 porsi per harinya. Penelitian
Tabel 2. Deskripsi Karakteristik Subyek
Variabel
Laki-laki
(n=26)
Perempuan
(n=28)
p-value
Umur (tahun)
IMT (kg/m2)
Lingkar Pinggang (cm)
Persen Lemak Tubuh (%obese/n)a
Kadar Gula Darah Sewaktu (mg/dl)
Hipertensi (%/n)
Konsumsi Sayur (porsi/hari)
Konsumsi Buah (porsi/hari)b
Konsumsi Gorengan (porsi/hari)
44,8
24,5
84,5
38,5
120,9
39,1
1,9
1,0
2,1
46,1
25,8
81,4
82,1
126,9
11,1
1,8
1,7
2,6
0,302
0,225
0,282
0,001*
0,405
0,021
0,708
0,018*
0,972
a Uji T Tidak Berpasangan
b. Uji Mann Whitney
* Signifikan nilai p < 0,05
JGK-vol.7, no.13 Januari 2015
Jurnal Gizi dan Kesehatan 214
ini menunjukan bahwa rata rata responden
mengkonsumsi buah < 2 porsi dalam sehari dan
konsumsi sayur < 3 dalam sehari sehari.
Menurut survey BPS (2009), konsumsi
buah di Indonesia masih rendah yaitu sebesar
60.4%. masyarakat Indonesia hanya
mengkonsumsi buah satu porsi buah atau bahkan
kurang dalam satu hari. Selain itu, konsumsi
buah buahan di Indonesia hanya 40,1
kg.kapita.tahun, masih cukup jauh dari
rekomendasi organisasi pangan dunia (FAO)
yaitu 65,7 kg (Sri Wahyuni dkk, 2013).
Sayur dan buah merupakan sumber
vitamin dan mineral yang memberikan efek
perlindungan terhadap penyakit kronis.
Berdasarkan penelitian Wang et al (2012) asupan
tinggi buah dan sayur sebagai bagian dari pola
makan sehat memberikan efek yang
menguntungkan terhadap pencegahan hipertensi
yang mungkin berkenaaan dengan peningkatan
pengaturan berat badan.
Hubungan konsumsi sayur dan buah
dengan Indeks Massa Tubuh memperlihatkan
hasil yang tidak signifikan (tabel 3) hal ini
sejalan dengan penelitian Diana Rian dkk (2013)
dan Vergnaud et al (2012) juga menyimpulkan
hasil yang sama, namun tidak sejalan dengan
penelitian Buijsse et al (2009) yang menunjukan
terdapat hubungan terbalik antara peningkatan
berat badan dengan peningkatan asupan sayur
dan buah.
Perbedaan hasil penelitian ini, dapat
terjadi karena sedikitnya jumlah subjek yang
mengkonsumsi sayur dan buah dalam jumlah
yang cukup sehingga tidak dapat
menggambarkan hubungan makanan tersebut
dengan kegemukan.
Tabel 3. Hubungan Antara Frekuensi Konsumsi Sayur, Buah dan Makanan Gorengan
dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Variabel Indeks Massa Tubuh (IMT)
r p
Frekuensi Konsumsi Sayur
Frekuensi Konsumsi Buah
Frekuensi Konsumsi Makanan Gorengan
-0,160
0,224
0,068
0,248
0,103
0,625
JGK-vol.7, no.13 Januari 2015
Jurnal Gizi dan Kesehatan 215
Penelitian ini menunjukan bahwa tidak
ada hubungan antara asupan makanan gorengan
dengan IMT (tabel 3) hal ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Nurses Health Study
yang memperlihatkan adanya hubungan yang
kuat antara asupan makanan gorengan dengan
IMT.(Qibin et al, 2014). Makanan gorengan
merupakan golongan makanan dengan
kandungan tinggi kalori dan lemak. Konsumsi
makanan gorengan secara regular dapat
menyebabkan kegemukan, mengakibatkan
hiperlipitdema dan sakit jantung korener (WHO,
2003). Kejadian obesitas dipengaruhi oleh
banyak faktor, menurut beberapa penelitian
beberapa faktor yang berpengaruh antara lain
asupan total energy, lemak dan karbohidrat serta
aktifitas fisik (Andarini S dan Sargowo J, 2011;
Kelishadi R et al, 2007).
Berdasarkan hasil wawancara, sebagian
besar sybyek telah mengetahui dampak makanan
gorengan berlebihan terhadap kesehatan
sehingga dengan kesadaran diri mengurangi
konsumsi gorengan. Adanya pemeriksaan dan
konsultasi kesehatan rutin di tempat penelitian
juga menjadi media bagi subyek untuk
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran gizi.
Hubungan Antara Frekuensi Konsumsi
Sayur, Buah, Gorengan dan Gula dengan
Lingkar Pinggang
Obesitas sentral disertai peningkatan
timbunan lemak di sekitar perut diketahui
menjadi faktor risiko yang harus diperhatikan
terkait dengan penyakit kardiovaskuler
(Wildman RP et al, 2004). Orang dengan
obesitas sentral memiliki risiko penyakit
kardiovaskuler yang tinggi meskipun tidak
mengalami obesitas (Ko dan Tang, 2007).
Obesitas sentral kejadiannya lebih tinggi
daripada obesitas secara keseluruhan di tubuh.
Obesitas sentral juga sering muncul pada
kelompok dengan aktifitas pekerjaan yang
rendah (sedentarian life style), dan Pegawai
Negeri Sipil (PNS) merupakan salah satu
kelompok yang memiliki angka kejadian obesitas
sentral yang tinggi (Burhan FZ dkk, 2013).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
konsumsi sayuran dan buah dalam jumlah yang
cukup dapat menurunkan konsumsi lemak dan
kejadian obesitas sentral pada seseorang (Newby
et al, 2003; Drapeau V et al, 2004). Hal tersebut
dikarenakan asupan serat yang berasal dari
sayuran dan buah dapat membatasi asupan energi
dengan memberikan efek kenyang lebih lama.
asupan serat 12 gram/hari dapat menurunkan
JGK-vol.7, no.13 Januari 2015
Jurnal Gizi dan Kesehatan 216
0.63 cm lingkar perut dalam waktu 9 bulan
(KohBenerjee et al, 2003).
Hasil uji statistik menunjukan bahwa
tidak ada hubungan antara asupan sayur, buah
dan makanan gorengan dengan lingkar pinggang
karena nilai p signifikan > 0,05. Hasil penelitian
yang sama juga didapatkan di India, kejadian
obesitas pada orang dewasa tidak berhubungan
dengan pola makan namun hanya dengan
aktivitas fisiknya (Kelishadi R et al, 2007).
Penelitian ini terbatas dengan frekuensi konsumsi
sayur dan buah tanpa disertai perhitungan asupan
seratnya sehingga tidak dapat dijelaskan
hubungan antara asupan serat dengan lingkar
pinggang.
Pada penelitian ini konsumsi sayur dan
buah sebagian besar masih kurang sehingga
menyebabkan konsumsi sayur dan buah bukan
faktor risiko terjadinya obesitas sentral, hasil
yang sama juga diperoleh oleh Burhan FZ dkk
(2013). Selain itu, terdapat adanya dugaan
karakteristik konsumsi sayur dan buah yang
sama dilihat dari sebaran data konsumsi yang
tidak beragam antara subyek.
Makanan gorengan merupakan makanan
dengan teknik memasak deep frying yang
mengakibatkan kandungan lemak di dalamnya
meningkat. Makanan yang digoreng juga dapat
menyebabkan modifikasi komposisi asam lemak,
meningkatkan nilai kepadatan energi,
menurunkan kadar air sehingga jika dikonsumsi
dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan
obesitas (Castilon et al, 2007). Makanan
berlemak memberikan efek penurunan rasa
kenyang karena dapat melemahkan, menunda
dan mencegah kenyang, selain itu makanan
berlemak juga memiliki nilai palatabilitas tinggi
sehingga seseorang memicu seseorang terus
mengonsumsi makanan berlemak dalam jumlah
berlebihan (WHO 2000; Drewnowski, 2007).
Hasil penelitian ini menunjukan tidak ada
hubungan antara makanan konsumsi makanan
gorengan dengan lingkar pinggang. Berdasarkan
Tabel 4. Hubungan antara Frekuensi Asupan Sayur, Buah dan Makanan Gorengan
dengan Lingkar Pinggang
Variabel
Lingkar Pinggang
r p
Frekuensi Konsumsi Sayur
Frekuensi Konsumsi Buah
Frekuensi Konsumsi Makanan Gorengan
-0,122
0,086
-0,016
0,380
0,537
0,911
JGK-vol.7, no.13 Januari 2015
Jurnal Gizi dan Kesehatan 217
hasil wawancara, perbedaan hasil penelitian ini
diduga karena sebagian besar responden
termasuk kelompok dewasa lanjut yang telah
memiliki pengetahuan dan kesadaran tentang gizi
yang baik sebagai upaya pencegahan munculnya
penyakit. Hal tersebut dibuktikan dengan
melakukan puasa rutin, mengurangi konsumsi
gorengan dan minuman manis. Pengetahuan dan
kesadaran yang baik dikarenakan di area kantor
disediakan fasilitas pemeriksaan dan konsultasi
kesehatan rutin dua kali seminggu.
SIMPULAN
Prevalensi obesitas pada penelitian ini
jauh lebih tinggi daripada hasil Riskesdas tahun
2013 baik diukur dengan IMT maupun lingkar
pinggang. Pada perempuan kejadian obesitas
lebih tinggi karena massa lemak tubuh lebih
banyak daripada laki-laki, namun perempuan
memiliki kebiasaan makan buah lebih sering
daripada laki-laki. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa frekuensi konsumsi sayur,
buah dan makanan gorengan tidak berhubungan
dengan indikator obesitas yaitu IMT dan lingkar
pinggang.
Perlu adanya penelitian lanjutan bersifat
prospektif yang dilakukan pada dewasa muda
untuk mengetahui pola makan yang berisiko
memicu kejadian obesitas.
DAFTAR PUSTAKA
Andarini S dan Sargowo D. 2011. The
Relationship between Food Intake and
Adolescent Metabolic Syndrom. Jurnal
Kardiologi Indonesia;32:14-23.
Arisman. 2010. Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam
Daur Kehidupan. EGC, Jakarta. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Republik Indonesia. 2010. Riset Kesehatan Dasar
2010. Jakarta.
Buijsse B et al. 2009. Fruit and Vegetables
Intakes and Subsequent Changes in Body Weight
in European Population: Result from the Project
on Diet, Obesity,and Genes. American Journal of
Clinical Nutrition;90: 202-9.
Burhan FZ, Sirajuddin S, Indriasari R. 2013. Pola
Konsumsi terhadap Kejadian Obesitas Sentral
pada Pegawai Pemerintah di Kantor Bupati
Jeneponto. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin
Makassar
Castillon PG, Artalejo FR, Fornes NS, Banegas
JR, Etxezaretta PA, Ardanaz E, et al. 2007.
Intake of fried foods is associated with obesity in
the cohort ofSpanish adults from the European
Prospective Investigation intoCancer and
Nutrition. Am J Clin Nutr 86:198-205.
Dahlan MS. 2011. Statistik untuk Kedokteran
dan Kesehatan. Salemba Medika, Jakarta.
Diana Rian, dkk. 2013. Faktor Risiko
Kegemukan pada Wanita Dewasa Indonesia.
Jurnal Gizi Pangan 8(1):1-8
JGK-vol.7, no.13 Januari 2015
Jurnal Gizi dan Kesehatan 218
Drapeau V, et al. 2004. Modifications in Food
Group Consumption are Related To Long-Term
Body-Weight Changes. American Journal of
Clinical Nutrition;80:29-37.
Drewnowski A. 2007. The Real Contribution of
Added Sugars and Fats to Obesity.
Epidemiologic Review;29: 160-71.
Fuji H, Iwase M, Ohkuma T, Ogata-Kaizu S, Ide
H, Kikuchi Y, et al. 2013. Impact of dietary fiber
intake on glycemic control, cardiovascular risk
factors and chronic kidney disease in Japanese
patients with type 2 diabetes mellitus: the
Fukuoka Diabetes Registry. Nutrition Journal
2013, 12:159.
Kelishadi R, Alikhiani S, Delavari A, Alaedini F,
Safaie A, Hojatzadeh E. 2007. Obesity and
Associated Lifestyle Behaviours in Iran:
Findings from the First National Non-
communicable Disease Risk Factor Surveillance
Survey. Public Health Nutrition;11(3):246-51.
Ko, Gary TC dan Tang Joyce SF. 2007. Waist
Circumference and BMI Cut-off Based
on 10-year Cardiovascular Risk: Evidence for
“Central Pre-Obesity”. Obesity;15:2832-39.
Koh-banerjee P et al. 2013. Prospective Study of
The Association of Changes in Dietery Intake,
Physical Activity, Alcohol Consumption and
Smoking With 9 Y Gain in Waist Circumference
Among 16 587 Us Men. American Journal of
Clinical Nutrition;78:719-27.
Ledikwe JH, Blanck HM, Khan LK, Serdula
MK, Seymour JC, Tohill BC, et al.2006. Dietary
energy density is associated with energy intake
and weight status in US adults. Am J Clin Nutr
;83:1362– 8.
Newby PK, et al. 2003. Dietery Pattern and
Changes in Body Mass Index and Waist
Circumference in Adults. American Journal of
Clinical Nutrition;77:1417-25.
Poirier P, Giles TD, Bray GA,Yuling H, Stern
SJ, Pi-Sunyer FX, et al. 2006.Obesity and
Cardiovascular Disease : Pathophysiology,
Evaluation, and Effect of Weight Loss.
Arterioscler Thromb Vasc Biol 26 : 968-976.
Qilbin Qi et al. 2014. Fried Food Consumption,
Genetic Risk, and Body Mass Index: Gene-Diet
Interaction analysis in three US Cohort Studies.
British Medical Journal e
Shi Z, Hu X, Yuan B, Hu G, Pan X, Dai Y, Byles
JE, Ottesen GH. 2008. Vegetables-rich food
Patern is Related to Obesity in China.
International Journal of Obesity, 975-984.
Sri Wahyuni dkk. 2013. Pola Konsumsi Buah
dan Sayur serta Asupan Zat Gizi Mikro dan Serat
pada Ibu Hamil di Kabupaten Gowa. Program
Studi Ilmu Gizi. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanudin Makasar..
Vergnaud A et al. 2012. Fruit and Vegetable
Consumption and Prospective Weight Change in
Participants of the Europe and Prospective
Investigation into Cancer and Nutrition Physical
Activity, Nutrition, Alcohol, Cessation of
Smoking, Eating at Home and Obesity Study.
American Journal of Clinical Nutritioin;9:184-
93.
Wang et al. 2012. Fruit and Vegetable Intake and
Risk of Hypertension in Middle Aged and Older
Women. American Journal Hypertension, ;25(2):
180-9.
JGK-vol.7, no.13 Januari 2015
Jurnal Gizi dan Kesehatan 219
Wildman RP, Gu D, Reynolds K, Duan X, and
He J. 2004. Appropriate Body Mass Index and
Waist Circumference Cut Offs for
Categorization of Overweight and Central
Adiposity among Chinese Adults. American
Journal of Clinical Nutrition;80:1129-36.
WHO/IOTF/IASO. 2000. The Asia-Pacific
Perspective : redefining obesity and its treatment.
Hongkong : World Helath Organization,
international Obesity Task Force. International
Association for the Study Obesity