jurnagcg.pdf (537kb)
TRANSCRIPT
Pengaruh Implementasi Good Corporate Governance
Terhadap Kinerja Keuangan PT. United Tractors.
Oleh
Irmawati Wijaya, SE., MMSI
Amelia Permatasari
JAKARTA
2011
Pengaruh Implementasi Good Corporate Governance Terhadap Kinerja
Keuangan PT. United Tractors.
Irmawati Wijaya, SE., MMSI
Amelia Permatasari
Abstrak
Corporate governance yang buruk disinyalir sebagai salah satu sebab
terjadinya krisis ekonomi politik pada setiap Negara. Menyehatkan ekonomi nasional
juga berarti menerapkan prinsip Good Corporate Governance. Dimana setiap
pengusaha atau setiap orang yang ingin menjalankan sebuah perusahaan harus
menggunakan prinsip tersebut agar tidak merugikan Negara. Dalam penulisan ilmiah
ini ditulis dan diteliti mengenai pengaruh implementasi Good Corporate Governance
terhadap kinerja keuangan perusahaan PT. United Tractors.
Dalam penelitian ini, objek yang digunakan adalah PT. United Tractors.
Penulis menggunakan Library Reseach atau studi kepustakaan untuk memperoleh
informasi yang melingkupi aspek-aspek yang dibutuhkan untuk penulisan ilmiah,
buku-buku dengan materi yang sesuai, dan sumber tertulis lainnya. Data yang
digunakan didapat dari BEJ (Bursa Efek Jakarta) dimana laporan serta informasi PT.
United Tractors telah didokumentasikan dengan rapih dan cermat. Penilaian terhadap
kinerja keuangan, khususnya Return on Equity (ROE) dan Return on Investement
(ROI) dengan nilai skor GCG sebagai variabel independent, pengujian hasil akan
dilakukan dengan menggunakan software SPSS 17.0.
Setelah dilakukan penelitian terhadap PT. United Tractors, dapat disimpulkan
hasil pengujian untuk Return on Invesment menunjukan p-value sebesar 0,642 > 0,05
dan Return on Equity menunjukan p-value sebesar 0,879 > 0,05 yang berarti bahwa
corporate governance tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan operasional.
Kata Kunci : ROE, ROI, Skor Good Corporate Governance, Laporan keuangan
Daftar Pustaka ( 2008-2011 )
PENDAHULUAN
Perkembangan persaingan global dalam perekonomian di dalam negeri
ataupun luar negeri nasional ataupun di internasional, dapat menimbulkan resiko
terhadap bisnis yang menuntut antisipasi peluang dan ancaman dalam strategi
termasuk sistem pengendalian yang prima. Dimana setiap tahunnya terdapat
perubahan dalam kinerja operasional bisnis terjadi peningkatan atau penurunan dalam
perkembangan perekonomian.
Corporate governance yang buruk disinyalir sebagai salah satu sebab
terjadinya krisis ekonomi politik pada setiap Negara. Contohnya di Indonesia,
Indonesia pun ingin sekali memperbaiki perekonomiannya, agar tercapai tujuan
memperbaiki perekonomian. Indonesia menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance, para konglomerat yang tidak baik di Indonesia dalam menjalankan
usaha dan pemerintah yang korup adalah contoh dari Corporate Governance gagal.
Menyehatkan ekonomi nasional juga berarti menerapkan prinsip Good Corporate
Governance. Dimana setiap pengusaha atau setiap orang yang ingin menjalankan
sebuah perusahaan harus menggunakan prinsip tersebut agar tidak merugikan Negara.
Good Corporate Governance terdiri dari sekumpulan perangkat hukum yang
menjelaskan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditur, pemerintah, dan
pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholders). Good Corporate
Governance juga dapat dipandang sebagai sebuah mekanisme yang membantu
perusahaan dalam menegakkan hukum dan peraturan yang menjelaskan hubungan
antara pihak-pihak yang terkait dengan perusahan.
Good Corporate Governance (GCG) pesat berkembang di seluruh dunia
selama masyarakat umum secara intuisi merasakan bahwa memang penting dan harus
hadir di dunia bisnis demi perbaikan perkembangan perekonomian. Namun pada yang
sebenarnya Good Corporate Governance itu masih belum banyak masyarakat yang
memahaminya. Hal ini dapat dimengerti karena bahkan para ahli kelas dunia yang
berkecimpung dalam masalah Good Corporate Governance ini pun memiliki begitu
banyak konsep dan definisi tentang Good Corporate Governance. Pada intinya Good
Corporate Governance bukanlah merupakan kepentingan sebuah perusahaan serta
para stakeholder terdekatnya belaka, namun juga merupakan urusan para stakeholder
perusahaan secara luas yaitu masyarakat nasional dan internasional.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Good Corporate Governance
Definisi menurut Cadburry, Good Corporate Governance adalah prinsip yang
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar tercapai keseimbangan antara
kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya
kepada para shareholders khususnya, dan stakeholders pada umumnya. Tentu saja
hal ini dimaksudkan pengaturan kewenangan direktur, manajer, pemegang saham,
dan pihak lain yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan di lingkungan
tertentu.
Adapun Center for Europan Policy study (CESP), memformulasikan Good
Corporate Governance adalah seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak (right),
proses dan pengendalian baik yang ada di dalam maupun di luar manajemen
perusahaan.
Sedangkan menurut Noensi, seorang pakar Good Corporate Governance dari
Indo Consult, mendefinisikan Good Corporate Governance patuh menjalankan dan
mengembangkan perusahaan dengan bersih, patuh pada hukum yang berlaku dan
peduli terhadap lingkungan yang dilandasi nilai-nilai sosial budaya yang tinggi.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance
merupakan:
1) Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran Dewan
Komisaris, Direksi, Pemegang Saham dan Para Stakeholder lainnya.
2) Suatu sistem pengecekan dan perimbangan kewenangan atas pengendalian
perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang: pengelolaan yang
salah dan penyalahgunaan aset perusahaan.
3) Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian,
berikut pengukuran kinerjanya.
Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya
memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien.
Diperlukan instrumen baru, Good Corporate Governance (GCG) untuk memastikan
bahwa manajemen berjalan dengan baik. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep
ini yaitu, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi
dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya. Kemudian yang kedua yaitu
kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat,
tepat waktu, dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan,
kepemilikan, dan stakeholder.
Di Indonesia sendiri, penerapan Good Corporate Governance khususnya bagi
perusahaan publik dapat dikatakan belum begitu baik. Dalam kenyataanya Good
Corporate Governance hingga saat ini belum diterapkan secara sepenuhnya. Good
Corporate Governance tampaknya masih dirasakan seperti sebuah slogan, harapan,
atau cita-cita yang ideal. Memang dalam kenyataannya perlu diakui bahwa belum
semua perusahaan BUMN ataupun perusahaan swasta, khususnya perusahaan publik
belum melaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance secara sempurna.
Hal ini dikarenakan Pedoman Good Corporate Governance ini hanya dalam bentuk
rekomendasi dan belum sepenuhnya ketentuan Good Corporate Governance diadopsi
ke dalam peraturan-peraturan perundang-undangan yang memiliki kekuatan hukum
mengikat. Sehingga banyak perusahaan merasa enggan untuk menerapkan Good
Corporate Governance secara penuh.
Konsep Good Corporate Governance Konsep Good Corporate Governance (GCG) adalah konsep yang sudah
saatnya diimplementasikan dalam perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia,
karena melalui konsep yang menyangkut struktur perseroan, yang terdiri dari unsur-
unsur RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), direksi dan komisaris dapat terjalin
hubungan dan mekanisme kerja, pembagian tugas, kewenangan dan tanggung jawab
yang harmonis, baik secara intern maupun ekstern dengan tujuan meningkatkan nilai
perusahaan demi kepentingan shareholders dan stakeholders.
Konsep Good Corporate Governance pada intinya adalah : Pertama, internal
balance antar organ perusahaan RUPS, Komisaris, dan Direksi dalam hal yang
berkaitan dengan struktur kelembagaan dan mekanisme operasional ketiga organ
perusahaan tersebut. Kedua, external balance, yaitu pemenuhan tanggung jawab
perusahaan sebagai entitas bisnis dalam masyarakat dan stakeholders.
RUPS adalah organ terpenting dari organ-organ lainnya dalam suatu
perseroan terbatas, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah pemegang
kekuasaan tertingging dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan
kepada Direksi atau komisaris dalam perseroan terbatas, yang merupakan suatu
wadah bagi para pemegang sahamnya untuk menentukan operasional dari perseroan
terbatas. RUPS terdiri dari RUPS tahunan yang diadakan setiap tahun dalam jangka
waktu paling lambat enam bulan setelah tahun buku ditutup dan juga dapat diadakan
sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan, biasa disebut dengan Rapat Umum Luar
Biasa Pemegang Saham
Prinsip Good Corporate Governance
Dalam Undang-undang No 40 Tahun 2007 prinsip-prinsip Good Corporate
Governance harus mencerminkan pada hal-hal sebagai berikut :
1. Transparency (Keterbukaan Informasi)
Yaitu keterbukaan yang diwajibkan oleh Undang-undang seperti misalnya
mengumumkan pendirian perseroan terbatas dalam tambahan berita Negara Republik
Indonesia ataupun surat kabar. Serta keterbukaan yang dilakukan oleh perusahaan
menyangkut masalah keterbukaan informasi ataupun dalam hal penerapan
managemen keterbukaan, informasi kepemilikan Perseroan yang akurat, jelas dan
tepat waktu baik kepada shareholders maupun stakeholder.
Dalam mewujudkan transparansi ini sendiri, perusahaan harus menyediakan
informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu kepada berbagai pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Setiap perusahaan, diharapkan pula
dapat mempublikasikan informasi keuangan serta informasi lainnya yang material
dan berdampak signifikan pada kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu.
Selain itu, para investor harus dapat mengakses informasi penting perusahaan secara
mudah pada saat diperlukan.
Ada banyak manfaat yang bisa dipetik dari penerapan prinsip ini. Salah
satunya, stakeholder dapat mengetahui risiko yang mungkin terjadi dalam melakukan
transaksi dengan perusahaan. Kemudian, karena adanya informasi kinerja perusahaan
yang diungkap secara akurat, tepat waktu, jelas, konsisten, dan dapat
diperbandingkan, maka dimungkinkan terjadinya efisiensi pasar. Selanjutnya, jika
prinsip transparansi dilaksanakan dengan baik dan tepat, akan dimungkinkan
terhindarnya benturan kepentingan (conflict of interest) berbagai pihak dalam
manajemen.
2. Accountability (Dapat Dipertanggungjawabkan)
Perusahaan harus mempertanggung jawabkan kinerjanya secara transparan
dan wajar. Tanggung jawab manajemen melalui pengawasan yang efektif
berdasarkan manajer, pemegang saham, dewan komisaris, dan auditor.
3. Responsibility (Pertanggung jawaban)
Adanya keterbukaan informasi dalam bidang financial dalam hal ini ada dua
pengendalian yang dilakukan oleh direksi dan komisaris. Direksi menjalankan
operasional perusahaan, sedangkan komisaris melakukan pengawasan terhadap
jalannya perusahaan oleh Direksi, termasuk pengawasan keuangan. Sehingga sudah
sepatutnya dalam suatu perseroan, Komisaris Independen mutlak diperlukan
kehadirannya. Sehingga adanya jaminan tersedianya mekanisme, peran dan tanggung
jawab jajaran manajemen yang professional atas semua keputusan dan kebijakan
yang diambil sehubungan dengan aktivitas operasional perseroan.
Pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian (patuh) di dalam
pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan
perundangan yang berlaku. Peraturan yang berlaku di sini termasuk yang berkaitan
dengan masalah pajak, hubungan industrial, perlindungan lingkungan hidup,
kesehatan/keselamatan kerja, standar penggajian, dan persaingan yang sehat.
Beberapa contoh mengenai hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kebijakan sebuah perusahaan makanan untuk mendapat sertifikat “HALAL”. Ini
merupakan bentuk pertanggungjawaban kepada masyarakat. Lewat sertifikat ini,
dari sisi konsumen, mereka akan merasa yakin bahwa makanan yang
dikonsumsinya itu halal dan tidak merasa dibohongi perusahaan. Dari sisi
Pemerintah, perusahaan telah mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku (Peraturan Perlindungan Konsumen). Dari sisi perusahaan, kebijakan
tersebut akan menjamin loyalitas konsumen sehingga kelangsungan usaha,
pertumbuhan, dan kemampuan mencetak laba lebih terjamin, yang pada akhirnya
memberi manfaat maksimal bagi pemegang saham.
Kebijakan perusahaan mengelola limbah sebelum dibuang ke tempat umum. Ini
juga merupakan pertanggungjawaban kepada publik. Dari sisi masyarakat,
kebijakan ini menjamin mereka untuk hidup layak tanpa merasa terancam
kesehatannya tercemar. Demikian pula dari sisi Pemerintah, perusahaan
memenuhi peraturan perundang-undangan lingkungan hidup. Sebaliknya dari sisi
perusahaan, kebijakan tersebut merupakan bentuk jaminan kelangsungan usaha
karena akan mendapat dukungan pengamanan dari masyarakat sekitar lingkungan.
4. Fairness (Kewajaran) Secara sederhana kewajaran (fairness) bisa didefinisikan sebagai perlakuan
yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul
berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku.
Fairness juga mencakup adanya kejelasan hak-hak pemodal, sistem hukum
dan penegakan peraturan untuk melindungi hak-hak investor – khususnya pemegang
saham minoritas – dari berbagai bentuk kecurangan. Bentuk kecurangan ini bisa
berupa insider trading (transaksi yang melibatkan informasi orang dalam), fraud
(penipuan), dilusi saham (nilai perusahaan berkurang), KKN, atau keputusan-
keputusan yang dapat merugikan seperti pembelian kembali saham yang telah
dikeluarkan, penerbitan saham baru, merger, akuisisi, atau pengambil-alihan
perusahaan lain.
Fairness diharapkan membuat seluruh aset perusahaan dikelola secara baik dan
prudent (hati-hati), sehingga muncul perlindungan kepentingan pemegang saham
secara fair (jujur dan adil). Fairness juga diharapkan memberi perlindungan kepada
perusahaan terhadap praktek korporasi yang merugikan seperti disebutkan di atas.
Pendek kata, fairness menjadi jiwa untuk memonitor dan menjamin perlakuan yang
adil di antara beragam kepentingan dalam perusahaan.
Namun seperti halnya sebuah prinsip, fairness memerlukan syarat agar bisa
diberlakukan secara efektif. Syarat itu berupa peraturan dan perundang-undangan
yang jelas, tegas, konsisten dan dapat ditegakkan secara baik serta efektif. Hal ini
dinilai penting karena akan menjadi penjamin adanya perlindungan atas hak-hak
pemegang saham manapun, tanpa ada pengecualian. Peraturan perundang-undangan
ini harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menghindari penyalahgunaan
lembaga peradilan (litigation abuse). Di antara (litigation abuse) ini adalah
penyalahgunaan ketidakefisienan lembaga peradilan dalam mengambil keputusan
sehingga pihak yang tidak beritikad baik mengulur-ngulur waktu kewajiban yang
harus dibayarkannya atau bahkan dapat terbebas dari kewajiban yang harus
dibayarkannya.
Prinsip Good Corporate Governance yang paling relevan dengan
pengembangan sistem dan mekanisme internal perusahaan adalah accountability.
Berdasarkan prinsip ini, pertama-tama masing-masing komponen perusahaan, seperti
komisaris, direksi, internal auditor dituntut untuk mengerti hak, kewajiban,
wewenang dan tanggung jawabnya. Hal tersebut penting sehingga masing-masing
komponen mampu melaksanakan tugas secara professional.
Implementasi Good Corporate Governance Di Indonesia
Di Indonesia, usaha-usaha untuk memperbaiki Good Corporate Governance
juga telah dimulai. Jadwal waktu terinci untuk perbaikan-perbaikan merupakan
bagian penting dari Nota Kesepakatan (Letter of Intent) yang ditandatangani oleh
Indonesia dan IMF, dan kelanjutan bantuan keuangan dari pihak IMF bergantung
pada perbaikan di bidang Corporate Governance.
Tujuan Penerapan Good Corporate Governance Penerapan sistim Good Corporate Governance diharapkan dapat
meningkatkan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders)
melalui beberapa tujuan berikut:
1) Meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan kesinambungan suatu organisasi yang
memberikan kontribusi kepada terciptanya kesejahteraan pemegang saham,
pegawai dan stakeholders lainnya dan merupakan solusi yang elegan dalam
menghadapi tantangan organisasi kedepan.
2) Meningkatkan legitimasi organisasi yang dikelola dengan terbuka, adil, dan
dapat dipertanggungjawabkan.
3) Mengakui dan melindungi hak dan kewajiban para shareholders dan
stakeholders.
Dalam menerapkan nilai-nilai Tata Kelola Perusahaan, Perseroan
menggunakan pendekatan berupa keyakinan yang kuat akan manfaat dari penerapan
Tata Kelola Perusahaan yang baik. Berdasarkan keyakinan yang kuat, maka akan
tumbuh semangat yang tinggi untuk menerapkannya sesuai standar internasional.
Guna memastikan bahwa Tata Kelola Perusahaan diterapkan secara konsisten di
seluruh lini dan unit organisasi, Perseroan menyusun berbagai acuan sebagai
pedoman bagi seluruh karyawan. Selain acuan yang disusun sendiri, Perseroan juga
mengadopsi peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam hal penerapan prinsip GCG harus disadari bahwa penerapan Tata
Kelola Perusahaan yang baik hanya akan efektif dengan adanya asas kepatuhan dalam
kegiatan bisnis sehari-hari, terlebih dahulu diterapkan oleh jajaran manajemen dan
kemudian diikuti oleh segenap karyawan. Melalui penerapan yang konsisten, tegas
dan berkesinambungan dari seluruh pelaku bisnis.
Manfaat dan Faktor Penerapan Good Corporate Governance Seberapa jauh perusahaan memperhatikan prinsip-prinsip dasar Good
Corporate Governance telah semakin menjadi faktor penting dalam pengambilan
keputusan investasi. Terutama hubungan antara praktik corporate governance
dengan karakter investasi internasional saat ini. Suatu perusahaan dan atau negara
yang ingin menuai manfaat dari pasar modal global, dan jika kita ingin menarik
modal jangka panjang, maka penerapan Good Corporate Governance secara
konsisten dan efektif akan mendukung ke arah itu. Bahkan jikapun perusahaan tidak
bergantung pada sumber daya dan modal asing, penerapan prinsip dan praktik Good
Corporate Governance akan dapat meningkatkan keyakinan investor domestik
terhadap perusahaan.
Di samping hal-hal tersebut di atas, Good Corporate Governance juga dapat :
1) Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung pemegang
saham sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen.
Biaya-biaya ini dapat berupa kerugian yang diderita perusahaan sebagai akibat
penyalahgunaan wewenang (wrong-doing), ataupun berupa biaya pengawasan
yang timbul untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
2) Mengurangi biaya modal (cost of capital), yaitu sebagai dampak dari
pengelolaan perusahaan yang baik tadi menyebabkan tingkat bunga atas dana
atau sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan semakin kecil seiring
dengan turunnya tingkat resiko perusahaan.
3) Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra
perusahaan tersebut kepada publik luas dalam jangka panjang.
4) Menciptakan dukungan para stakeholder (para pihak yang berkepentingan)
dalam lingkungan perusahaan tersebut terhadap keberadaan dan berbagai
strategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan, karena umumnya mereka
mendapat jaminan bahwa mereka juga mendapat manfaat maksimal dari
segala tindakan dan operasi perusahaan dalam menciptakan kemakmuran dan
kesejahteraan.
Faktor Eksternal
Yang dimakud faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari luar
perusahaan yang sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan Good Corporate
Governance. Di antaranya :
a. Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya
supremasi hukum yang konsisten dan efektif.
b. Dukungan pelaksanaan Good Corporate Governance dari sektor publik/ lembaga
pemerintahaan yang diharapkan dapat pula melaksanakan Good Governance dan
Clean Government menuju Good Government Governance yang sebenarnya.
c. Terdapatnya contoh pelaksanaan Good Corporate Governance yang tepat (best
practices) yang dapat menjadi standard pelaksanaan Good Corporate Governance
yang efektif dan profesional. Dengan kata lain, semacam benchmark (acuan).
Acuan seperti dibawah ini :
1. Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan Good
Corporate Governance di masyarakat. Ini penting karena lewat sistem ini
diharapkan timbul partisipasi aktif berbagai kalangan masyarakat untuk
mendukung aplikasi serta sosialisasi Good Corporate Governance secara
sukarela.
2. Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat keberhasilan
implementasi Good Corporate Governance terutama di Indonesia adalah
adanya semangat anti korupsi yang berkembang di lingkungan publik di mana
perusahaan beroperasi disertai perbaikan masalah kualitas pendidikan dan
perluasan peluang kerja. Bahkan dapat dikatakan bahwa perbaikan
lingkungan publik sangat mempengaruhi kualitas dan skor perusahaan dalam
implementasi Good Corporate Governance.
Faktor Internal Maksud faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek
Good Corporate Governance yang berasal dari dalam perusahaan. Beberapa faktor
dimaksud antara lain:
a. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung penerapan
Good Corporate Governance dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di
perusahaan.
b. Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu pada
penerapan nilai-nilai Good Corporate Governance.
c. Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidah-kaidah
standar Good Corporate Governance.
d. Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan untuk
menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.
e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap gerak
dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan publik dapat
memahami dan mengikuti setiap derap langkah perkembangan dan dinamika
perusahaan dari waktu ke waktu.
Pedoman Good Corporate Governance
Mengingat pentingnya permasalahan Good Corporate Governance bagi
Indonesia, pada tanggal 19 agustus 1991, di Indonesia telah berdiri sebuah lembaga
dan non pemerintah, yaitu Komite Nasional bagi pengelolaan perusahaan yang baik.
Tugas Komite adalah merumuskan dan merekomendasikan kebijakan nasional
mengenai pengelolaan perusahaan yang baik bagi dunia usaha Indonesia. Selain itu
komite diharapkan juga membuat spesifikasi bagi perbaikan hukum dan peraturan
perundang-undangan sejalan dengan penerapan pedoman bagi pengelolaan
perusahaan yang baik, dan membuat rumusan tentang struktur institusi yang
mendukung pelaksanaan pedoman bagi pengelolaan yang baik.
Komite Nasional Kebijaksanaan Corporate Governance akhirnya berhasil
menetapkan pedoman Good Corporate Governance setelah melakukan pembahasan
dengan melibatkan masyarakat luas melalui lokakarya. Pedoman (code) yang telah
dikeluarkan pada tanggal 29 november 2000 sudah resmi ditetapkan sebagai
pedoman, menyusun pedoman tersebut sesuai dengan Keputusan Menko
Perekonomian No 31/M.Ekuin/06/2000. Komite ini juga akan merekomendasikan
perbaikan perangkat hukum yang diperlukan untuk menunjang implementasi code
tersebut, yaitu sebagai berikut:
1) Melakukan perubahan atas Undang-Undang tentang Perseroan terbatas untuk
mengakomodasi prinsip-prinsip Good Corporate Governance.
2) Melakukan perubahan atas Undang-Undang tentang Pendaftaran perusahaan
untuk memastikan pelaksanaan keterbukaan terhadap informasi perusahaan.
3) Memperbaiki dan meningkatkan aturan-aturan yang berkaitan dengan
keterbukaan, memperbaiki dan meningkatkan aturan-aturan tentang
pembentukan Komite Audit dan Pejabat Kepatuhan (Compliance Officers).
4) Memperbaiki dan meningkatkan aturan-aturan yang berkaitan dengan
keterbukaan, memperbaiki dan meningkatkan aturan-aturan pada pasar modal,
termasuk mendukung terbentuknya Financial Supervisory Agency yang baru,
sebagai bagian dari undang-undang tentang Central Bank yang baru.
5) Memperbaiki dan meningkatkan aturan-aturan dalam Anggaran Dasar
Perseroan Terbatas.
6) Memperbaiki dan meningkatkan aturan-aturan pada sektor perbankan.
7) Membentuk sebuah lembaga pendidikan untuk direktur-direktur dalam
memberikan pelatihan dan serifikasi bagi direktur-direktur.
Di samping itu, Komite ini juga akan membentuk badan baik sementara
maupun tetap yang menunjang implementasi code tersebut di Indonesia. Adapun
untuk mengembangkan kerangka kerja dalam pelaksanaan pedoman bagi pengelolaan
perusahaan yang baik, Komite telah melaksanakan beberapa usaha-usaha antara lain
sebagai berikut :
a. Pedoman bagi pengelolaan perusahaan yang baik telah diajukan kepada
pemerintah sebagai inisiatif dari sektor swasta untuk dipergunakan sebagai
acuan dan referensi dalam mengatur berbagai macam sektor-sektor swasta,
profesi-profesi penunjang dan bahan pelatihan bagi para manajer.
b. Pedoman bagi pengelolaan perusahaan yang baik akan diterapkan seperti
halnya standar dalam industri (contohnya ISO 9000). Sebagai tambahan, para
pembuat peraturan akan mengambil bagian-bagian dari pedoman bagi
pengelolaan perusahaan yang baik bagi penerapan peraturan-peraturan
sektoral.
c. Lembaga pemeringkat independent akan melakukan pemeringkatan kepatuhan
perusahaan sebagai bagian dari mekanisme pengontrolan oleh public.
Kinerja Perusahaan Pengukuran kinerja merupakan analisis data serta pengendalian bagi
perusahaan. Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan
diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Bagi
investor informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat
apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau
mencari alernatif lain. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk memperlihatkan
kepada penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa
perusahaan memiliki kredibilitas yang baik ( Munawir, 1995:85).
Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan ditentukan dengan pengadaan penerapan Good Corporate
Governance pada perusahaan. Perusahaan yang terdapat dalam skor Good Corporate
Governance Index (CGPI) dengan skor yang tinggi dapat diartikan bahwa prinsip
Good Corporate Governance yang digunakan dalam perusahaan tersebut sangat baik,
dengan kata lain tingkat ketaatan perusahaan dapat menghasilkan kinerja yang baik
dan berpengaruh langsung pada kenaikan nilai saham.
Semakin tinggi skor Good Corporate Governance yang didapatkan sebuah
perusahaan semakin pula tinggi tingkat kepatuhan dan resiko penyimpangan dalam
tata kelola perusahaannya.
Metodologi Penelitian
Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan oleh penulis adalah perusahaan yang
bergerak dibidang perdagangan dan pelayanan jasa yaitu seperti penjualan dan
penyewaan alat berat beserta pelayanan purna jual, penambangan dan kontraktor
penambangan.
Data Variabel yang digunakan
Data Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan oleh penulis adalah ROI. Perhitungan ROI
akan digunakan untuk menilai pengaruh Good Corporate Governance terhadap
kinerja keuangan perusahaan.
a.
ROI = EAT
Total Aktiva * 100%
b.
Data Variabel Independen
Data variabel independen dalam penelitian ini adalah Corporate Governance.
Variabel diukur dengan menggunakan pedoman instrumen yang dikembangkan oleh
IICG berupa Corporate Governance Preception Index (CGPI). CGPI berisikan daftar
skor dan nama perusahaan BUMN tentang penerapan Good Corporate Governance di
Indonesia.
Metode Pengumpulan Data Dalam menulis Penulisan Ilmiah ini, penulis memperoleh data yang
diperlukan dengan pengumpulan data melalui ; Penelitian Kepustakaan (Library
Reseach), dengan cara mencari data sekunder yang digunakan sebagai landasan teori
dan data perusahaan yang akan diteliti.
Alat Analisis yang Digunakan
Untuk mengetahui pengaruh dengan menerapkan prinsip Good Corporate
Governance (GCG) kepada kinerja keuangan perusahaan, maka penulis
menggunakan teknik analisis data berupa analisis regresi linier sederhana.
Analisis Regresi Sederhana
Analisis regresi sederhana termasuk analisis koreksi dimana hubungan secara
linier antara satu variabel independen (X) atau variabel bebas dengan variabel
dependen (Y). analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami
kenaikan atau penurunan.
Rumus regresi linier sederhana sebagai berikut :
Keterangan :
ROE = EAT
Modal Sendiri * 100%
Y’ = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X = Variabel Independen
a = Konstanta (nilai Y’ apabila X=0)
b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
Y’ = a+b(X)
Nilai a dan b dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Pengujian Asumsi Klasik digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
penyimpangan atas persamaan regresi sederhana yang diperlukan. Pengujian ini
terdiri dari :
a. Uji Multikolinearitas
b. Uji Heteroskedastisitas
c. Uji Autokorelasi
Alat Pengolahan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan alat bantu pengolahan data berupa
SPSS 17 (Statistical Package For Sosial Science). Penggunaan SPSS 17 ini bertujuan
untuk menganalisis penelitian ini.
Hipotesis
Berdasarkan pada permasalahan penulis meninjau terhadap penelitian
terdahulu yang telah dilakukan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
HO : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan GCG terhadap
kinerja keuangan perusahaan
HA : terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan GCG terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
Kriteria dalam pengujian ini signifikan lebih kecil dari 0.05 maka hipotesis
alternative tidak dapat ditolak atau dengan =5%, variabel independen secara statistik
mempengaruhi variabel dependen.
a = ( y)( x2)-( x)( xy)
n( x2)-( x)
2
b = n ( xy)-( x)( y)
n( x2)-( x)
2
Kinerja Keuangan = a + b GCG
Kinerja Keuangan (ROI/ROE)
GCG (Skor GCG)
Pembahasan
Hasil riset serta pemeringkatan ini telah dipublikasikan oleh majalah SWA dan
IICG secara nasional dan internasional. Dibawah ini adalah daftar skor Corporate
Governance Preception Index (CGPI) tahun 2007-2009.
Berikut ini nama perusahaan, skor CGPI, dan peringkat untuk tahun 2007
Tabel Coorporate Government Preception Index tahun 2007
Peringkat Nama Perusahaan Skor Rating
1 PT Bank Mandiri Tbk 88,66
Sangat
Terpercaya
2 PT Bank Niaga Tbk 87,90
Sangat
Terpercaya
3 PT Aneka Tambang Tbk 82,07 Terpercaya
4 PT Adhi Karya Tbk 81,79 Terpercaya
5 PT United Tractors Tbk 81,53 Terpercaya
6 PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk 80,87 Terpercaya
7 PT Astra Graphia Tbk 80,30 Terpercaya
8 PT Kalbe Farma Tbk 79,70 Terpercaya
9 PT Bank BNI Tbk 79,46 Terpercaya
10 PT Bank Permata Tbk 78,85 Terpercaya
Sumber:IICG
Berikut ini nama perusahaan, skor CGPI, dan peringkat untuk tahun 2008
Tabel Coorporate Government Preception Index tahun 2008
Peringkat Nama Perusahaan Skor Rating
1 PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) 90,65
Sangat
Terpercaya
2 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk 88,67
Sangat
Terpercaya
3 PT Bank CIMB Niaga Tbk 88,37
Sangat
Terpercaya
4 PT Aneka Tambang Tbk 85,87
Sangat
Terpercaya
5 PT United Tractor Tbk 85,44
Sangat
Terpercaya
6 PT Tambang Batubara Bukti Asam Tbk 82,27 Terpercaya
7 PT Elnusa Tbk (ELSA) 81,74 Terpercaya
8 PT Bank Negara Indonesia Tbk 81,63 Terpercaya
9 PT Jasa Marga Tbk 81,62 Terpercaya
10 PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) 81,59 Terpercaya
Sumber:IICG
Berikut ini nama perusahaan, skor CGPI, dan peringkat untuk tahun 2009
Tabel Coorporate Government Preception Index tahun 2009
Peringkat Nama Perusahaan Skor Rating
1 PT.Bank Mandiri (Persero) Tbk 90,65
Sangat
Terpercaya
2 PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk 88,67
Sangat
Terpercaya
3 PT.Bank CIMB Niaga Tbk 88,37
Sangat
Terpercaya
4 PT.Aneka Tambang Tbk 85,87
Sangat
Terpercaya
5 PT.United TractorsTbk 85,44
Sangat
Terpercaya
6 PT.Tambang Batubara Bukit Asam Tbk 82,27 Terpercaya
7 PT.Elnusa Tbk 81,74 Terpercaya
8 PT.Bank Negara Indonesia (Persero) 81,63 Terpercaya
9 PT.Jasa Marga (Persero) Tbk 81,62 Terpercaya
10 PT.Asuransi Jasa Indonesia (Persero) 81,59 Terpercaya
Sumber: IICG
Perhitungan ROI
Tahun 2007 = 1.494.000.000 x 100%
13.000.000.000
= 11.50%
Tahun 2008 = 2.660.700.000 x 100%
22.848.000.000
= 11.70%
Tahun 2009 = 3.818.000.000 x 100%
24.405.000.000
= 16.00%
ROI = EAT x 100%
Total Aktiva
Berdasarkan perhitungan ROI tersebut, perusahaan United Tractors pada tahun
2007 mempunyai ROI sebesar 11.50%, pada tahun 2008 mempunyai ROI sebesar
11.70%, dan pada tahun 2009 mempunyai ROI sebesar 16.00%.
Tabel Daftar Skor Penilaian ROI
ROI (%) Skor
18>ROI 15
15<ROI<=18 13,5
13<ROI<=15 12
12<ROI<=13 10,5
10,5<ROI<=12 9
9<ROI<=10,5 7,5
7<ROI<=9 6
5<ROI<=7 5
3<ROI<=5 4
1<ROI<=3 3
0<ROI<=1 2
ROI<0 1
Sumber: Kepmen BUMN,2001
Berdasarkan daftar skor penilaian ROI maka perusahaan United Tractors
mendapatkan skor :
Tabel Daftar Penilaian skor PT. United
Tractors
Tahun Skor
2007 9
2008 9
2009 13,5
Perhitungan ROE
Tahun 2007 = 1.494.000.000 x 100%
5.733.000.000
= 26.00%
Tahun 2008 = 2.660.700.000 x 100%
ROE = EAT x 100%
Modal Sendiri
11.132.000.000
= 24.00%
Tahun 2009 = 3.818.000.000 x 100%
13.844.000.000
= 27.00%
Berdasarkan perhitungan ROE tersebut, perusahaan United Tractors pada tahun
2007 mempunyai ROE sebesar 26.00%, pada tahun 2008 mempunyai ROE sebesar
24.00% dan pada tahun 2009 mempunyai ROE sebesar 27.00%.
Tabel Daftar Skor Penilaian ROE
ROE (%) Skor
15>ROE 20
13<ROE<=15 18
11<ROE<=13 16
9<ROE<=11 14
7,9<ROE<=9 12
6,6<ROE<=7,9 10
5,3<ROE<=6,6 8,5
4<ROE<=5,3 7
2,5<ROE<=4 5,5
1<ROE<=2,5 4
0<ROE<=1 2
ROE<0 0
Sumber: Kepmen BUMN,2001
Berdasarkan daftar skor penilaian ROE maka perusahaan United Tractors
mendapatkan skor :
Tabel Daftar Penilaian Skor PT. United Tractors
Tahun Skor
2007 20
2008 20
2009 20
Analisis Regresi
Persamaan regresi sederhana adalah Y’ = a+b(X), dalam penelitian ini persamaan
tersebut diartikan sebagai Y’ adalah kinerja keuangan perusahaan yang akan diteliti, a
adalah konstanta, b adalah koefisien regresi dan X adalah variabel bebas, dalam
penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah skor Good Corporate Governance
(GCG).
Tabel
Data ROI, ROE, dan skor GCG PT. United
Tractors
Tahun ROI ROE Skor GCG
2007 11.50% 26.00% 81,53
2008 11.70% 24.00 % 85,44
2009 16.00% 27.00% 85,44
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -37.501 80.152 -.468 .721
GCG .601 .952 .534 .631 .642
a. Dependent Variable: ROI
Konstanta sebesar -37,501; artinya adalah jika nilai skor penerapan GCG = 0
(tidak ada), maka ROI akan sebesar -37,501.
Koefisien regresi variabel X (b) = 601; artinya adalah jika variabel skor GCG
mengalami peningkatan, maka akan meningkatkan ROI sebesar 601. Koefisien
bernilai positif, menyatakan bahwa GCG (X) memiliki hubungan positif atau
pengaruh positif antara ROI (Y’) dengan skor GCG.
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 36.426 55.920 .651 .632
GCG -.128 .664 -.189 -.192 .879
a. Dependent Variable: ROE
Y’= -37.501+601X+e
Y’= 36.426+(-128X)+e
Konstanta sebesar 36,426; artinya adalah jika nilai skor penerapan GCG = 0
(tidak ada), maka ROE akan sebesar 36,426.
Koefisien regresi variabel X (b) = -128; artinya adalah jika variabel skor GCG
mengalami penurunan, maka akan menurunkan ROE sebesar -128. Koefisien bernilai
negatif, menyatakan bahwa GCG (X) memiliki hubungan negatif atau pengaruh
negatif antara ROE (Y’) dengan skor GCG.
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti
mean, standar deviasi, varian, modus. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
sebaran data variabel, baik variabel independent ataupun variabel dependen dari data-
data yang digunakan dalam penelitian ini.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROI 3 11.50 16.00 13.0667 2.54231
GCG 3 81.53 85.44 84.1367 2.25744
Valid N (listwise) 3
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa sample atau jumlah data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak (N) 3 data, dimana PT. United
Tractors masuk dalam CGPI secara konsisten. Dengan nilai ROI minimal 11,50, dan
maksimal 16,.00 memiliki nilai rata-rata 13,0667 sedangkan standar deviasinya
2,54231. Variabel GCG dengan jumlah data (N) sebanyak 3 mempunyai nilai rata-
rata sebesar 84,1367, dengan nilai GCG minimal 81,53 dan maksimal 85,44,
memiliki nilai rata-rata 84,1367 sedangkan standar deviasinya sebesar 2,25744.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROE 3 24.00 27.00 25.6667 1.52753
GCG 3 81.53 85.44 84.1367 2.25744
Valid N (listwise) 3
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa sample atau jumlah data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak (N) 3 data, dimana standar deviasi
dapat diartikan peningkatan ROE yang dialami PT. United Tractors standar
deviasinya 1,52753 memiliki nilai ROE penurunan minimal 24,00, dan maksimal
27,00, memiliki nilai rata-rata 25,6667,. Variabel GCG dengan jumlah data (N)
sebanyak 3 mempunyai nilai rata-rata sebesar 84,1367, dengan nilai GCG minimal
81,53 dan maksimal 85,44 sedangkan standar deviasinya sebesar 2,25744.
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas
Uji multikolonieritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya hubungan linier antar
variabel independen (bebas) GCG dalam model regresi. Uji ini dilakukan dengan
menghitung nilai variance inflation factor (VIF) dari variabel independen.
Berikut ini adalah hasil uji multikolinearitas menggunakan nilai tolerance dan
variance inflation factor (VIF) software SPSS 17.0
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -37.501 80.152 -.468 .721
GCG .601 .952 .534 .631 .642 1.000 1.000
a. Dependent Variable: ROI
Dari hasil data diatas dapat diketahui nilai GCG memiliki nilai variance inflation
factor (VIF) sebesar 1,000. Dengan demikian hasil ini menyatakan tidak adanya
masalah multikolinier. Nilai variance inflation factor (VIF) kurang dari 10
menunjukan bahwa, korelasi antara variabel independen masih bisa ditolerir.
Berdasarkan hasil tersebut penelitian ini memiliki nilai variance inflation factor
(VIF) kurang dari sepuluh.
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 36.426 55.920 .651 .632
GCG -.128 .664 -.189 -.192 .879 1.000 1.000
a. Dependent Variable: ROE
Variabel index hasil data diatas dapat diketahui nilai GCG memiliki nilai variance
inflation factor (VIF) sebesar 1,000. Dengan demikian hasil ini menyatakan tidak
adanya masalah multikolinier. Nilai variance inflation factor (VIF) kurang dari 10
menunjukan bahwa, korelasi antara variabel independen masih bisa ditolerir.
Berdasarkan hasil tersebut penelitian ini memiliki nilai variance inflation factor
(VIF) kurang dari sepuluh.
Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan varian
dari residual untuk semua pengamatan yang lain. Dibawah ini merupakan hasil dari
pengujian heteroskedastisitas menggunakan SPSS 17.0
Gambar
4.1
Dengan melihat gambar diatas, dapat dilihat bahwa tidak adanya pola yang
jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah 0 pada sumbu Y, maka dapat
disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi variabel ROI ini.
Gambar 4.2
Dengan melihat gambar diatas, dapat dilihat bahwa tidak adanya pola yang
jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah 0 pada sumbu Y, maka dapat
disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi variabel ROI ini.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu kolerasi yang terjadi antara residual
pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi.
Tabel Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .534a .285 -.430 3.04056 2.500
a. Predictors: (Constant), GCG
b. Dependent Variable: ROI
Hasil tabel diatas menunjukan nilai d sebesar 2.500 untuk model regresi dengan
variabel dependen Return on Investment. Dengan demikian untuk model regresi
Return on Investment sebagai variabel dependen tanpa kesimpulan.
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .189a .036 -.929 2.12132 2.500
a. Predictors: (Constant), GCG
b. Dependent Variable: ROE
DW Kesimpulan
<1,414 ada autokorelasi positif
1,414-1,724 Tanpa Kesimpulan
1,724-2,276 tidak ada autokorelasi
2,276-2,586 tanpa Kesimpulan
>2,586 ada autokorelasi negatif
Hasil tabel diatas menunjukan nilai d sebesar 2.500 untuk model regresi dengan
variabel dependen Return on quity. Dengan demikian untuk model regresi Return on
Equity sebagai variabel dependen tanpa kesimpulan.
Uji Regresi Simultan (Uji F)
Uji F ini dilakukan untuk menguji apakah variabel independen atau bebas yang
dimasukan dalam model mempunyai pengaruh terhadap variabel dependennya.
Tabel ANOVA
b
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3.682 1 3.682 .398 .642a
Residual 9.245 1 9.245
Total 12.927 2
a. Predictors: (Constant), GCG
b. Dependent Variable: ROI
Dalam pengujian F ini jika nilai signifikan F lebih besar dari 0,05 maka hipotesis
awal tidak dapat ditolak atau dengan =5% variabel independen secara statistik tidak
mempengaruhi variabel dependen.
Pada tabel terlihat bahwa p-value sebesar 0,642 pada =5% dan ini berarti bahwa
variabel independen yaitu corporate governance preception index (CGPI) tidak
berpengaruh terhadap variabel dependennya, yaitu Return on Equity sebagai ukuran
kinerja keuangan perusahaan.
Tabel ANOVA
b
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .167 1 .167 .037 .879a
Residual 4.500 1 4.500
Total 4.667 2
a. Predictors: (Constant), GCG
b. Dependent Variable: ROE
Dalam pengujian F ini jika nilai signifikan F lebih besar dari 0,05 maka hipotesis
awal tidak dapat ditolak atau dengan =5% variabel independent secara statistik tidak
mempengaruhi variabel dependen.
Pada tabel terlihat bahwa p-value sebesar 0,879 pada =5% dan ini berarti bahwa
variabel independen yaitu corporate governance preception index (CGPI) tidak
berpengaruh terhadap variabel dependennya, yaitu Return on Invesment sebagai
ukuran kinerja keuangan perusahaan.
Kesimpulan
Hipotesis dari penelitian ini adalah Corporate Governance berpengaruh positif
terhadap Return on Invesment dan Return on Equity sebagai kinerja operasional
perusahaan. Hasil pengujian untuk Return on Invesment menunjukan p-value sebesar
0,642 > 0,05 dan Return on Equity menunjukan p-value sebesar 0,879 > 0,05 yang
berarti bahwa corporate governance tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
operasional. Hal ini mungkin disebabkan karena penilaian implementasi Good
Corporate Governance GCG belum dilakukan keseluruhan, sehingga implementasi
GCG terhadap PT. United Tractors tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Saran
1. Bagi para investor yang ingin melakukan investasi, harus seksama dalam
memilih perusahaan yang akan ditanamkan modalnya. Pilihlah perusahaan yang telah
menerapkan prinsip GCG dengan baik, dengan cara melihat nama perusahaan yang
telah terdaftar dalam CGPI. Karena dengan tercantumnya nama perusahaan tersebut
dapat dikatakan memiliki profitabilitas yang baik, lalu pilihlah perusahaan yang
memiliki skor GCG tinggi karena semakin tinggi skor yang didapat maka akan
semakin tinggi pula perusahaan tersebut dapat dipercaya profitabilitasnya.
2. Bagi manajemen perusahaan harus dapat melakukan penerapan GCG dalam
perusahaan dengan keseluruhan, agar hasil yang didapat baik, optimal, dan efisien.
Dengan baiknya skor GCG yang didapat perusahaan, perusahaan dapat menarik
investor dengan sendirinya.
3. Hasil penelitian Good Corporate Governance ini dapat memberikan informasi
dan pengetahuan yang lebih dalam lagi tentang GCG, dan peneliti yang ingin meneliti
tentang GCG dapat menjadi acuan agar didapatkan hasil yang lebih baik lagi.
Daftar Pustaka
Andi Offset. SPSS 17 Untuk Pengolahan Data Statistik. Semarang. 2009
Kamal Miko.UU PT dan Harapan Implementasi GCG.Jakarta.2008
Khairandy Ridwan dan Camelia Malik.Good Corporate Governance Pemikiran
dan Implementasinya di Indonesia dalam Prespektif Hukum.Jakarta.2008
Priyanto Dwi.Mandiri Belajar SPSS.Yogyakarta:Mediakom.2008
Sutedi ardian, S.H,M.H.2011.Good Corporate Governance.Jakarta:Sinar
Grafika.2011
www.alf.com
www.IICG.co.id