jurnal 2 copy
TRANSCRIPT
-
HUBUNGAN PEB DAN EKLAMSIA
DENGAN KELUARAN BAYI
DI RSUD RADEN MATTAHER
JAMBI
PERIODE 1 JANUARI 31
DESEMBER 2011
OLEH
Zentiya agustriyani, Herlambang
noerjasin, Amelia dwi fitri
ABSTRAK
Latar belakang : Preeklamsia berat dan
eklampsia merupakan penyakit kehamilan
yang sistematik yang etiologi nya sampai
saat ini belum diketahui secara pasti.
Gejala yang ditemui terdiri dari
hipertensi, proteinuria, dan oedema.
Penyebab kematian pada bayi adalah
asfiksia, persalinan prematuritas dan
BBLR. Preeklampsia, baik secara
independen maupun bersama dengan
penyakit lain, merupakan penyebab utama
kematian ibu dan kelahiran prematur yang
tertinggi di dunia. Prematuritas sendiri
akan menyebabkan problem kesehatan si
bayi dalam periode hidupnya di kemudian
hari. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui adanya hubungan antara
preeklamsia berat dan eklamsia selama
kehamilan dengan keluaran janin pada
bayi di RSUD Raden Mattaher Jambi
periode 1 Januari sampai 31 Desember.
Metode : Penelitian ini menggunakan
metode cross sectional dengan
menggunakan data sekunder dari catatan
medik pasien preeklamsia berat dan
eklamsia di RSUD Raden Mattaher Jambi
periode 1 Januari sampai 31 Desember
yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.
Hasil : Terdapat 48 (20,5%) dan terdapat
1 (0,4%) kasus preeklamsia berat dari 234
persalinan. Dengan menggunakan uji
statistik chi square diperoleh nilai p
(signifikansi) sebesar 0,000 yang berarti
bahwa ada pengaruh yang bermakna
kondisi ibu melahirkan dengan
preeklamsia berat dan eklamsia terhadap
keluaran janin yang dilahirkan.
Kesimpulan : Preeklamsia berat
meningkatkan risiko terjadinya BBLR,
asfiksia, dan lahir prematur.
Kata kunci : Preeklamsia; Eklamsia;
BBLR; Asfiksia; Prematur
-
Pendahuluan
Kehamilan merupakan proses
reproduksi yang normal. Walaupun
demikian, kehamilan yang normal pun
mempunyai risiko. Risiko tinggi
kehamilan merupakan penyimpangan dan
secara langsung dapat menyebabkan
kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.
Salah satu faktor risiko kehamilan yang
dapat menyebabkan kematian ibu adalah
preeklampsia.
Hipertensi dalam kehamilan masih
merupakan salah satu penyebab
morbiditas dan mortalitas pada ibu dan
janinnya hingga saat ini. Bila kelainan ini
dapat dicegah maka diharapkan dapat
menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas penyakit ini. Gejala-gejala
preeklampsia baru menjadi nyata pada
usia kehamilan yang lanjut (trimester
ketiga). Namun kelainan sudah terjadi
jauh lebih dini yakni pada usia kehamilan
antara 8 dan 18 minggu.1,2,3,4,5,6,
Angka kematian ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) sebagai
salah satu indikator pembangunan
kesehatan, sampai saat ini di Indonesia
tetap dalam presentase tertinggi jika
dibandingkan dengan negara-negara lain
di kawasan ASEAN (Association Of
Southeast Asian Nations) dan SEARO
(South East Asia Region). Indonesia
mendapat peringkat ke 12 dalam Angka
Kematian Ibu dari 18 negara ASEAN dan
SEARO, yaitu sekitar 420 per 100.000
kelahiran hidup. Sedangkan untuk Angka
Kematian Bayi Indonesia berada pada
peringkat 10 dari 18 negara ASEAN dan
SEARO sekitar 34 per 1.000 kelahiran
hidup.7,8
AKI belum dapat di turunkan
seperti yang di harapkan sampai saat ini.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional ( BKKBN ) provinsi Jambi
melaporkan pada tanggal 10 maret tahun
2011 bahwa AKI sekitar 198 per 100.000
kelahiran hidup.10 Survei Kesehatan
Rumah Tangga tahun 2001 menyebutkan
bahwa 50% kematian ibu di sebabkan
oleh perdarahan dan preeklampsia masing
masing akibat pendarahan sebesar 27%
dan akibat eklampsia 23%.16
Angka kejadian preeklampsia di
Indonesia berkisar antara 3-10%. Di
Indonesia preeklamsia dan eklampsia
merupakan penyebab dari 30-40%
kematian perinatal sementara dibeberapa
rumah sakit di Indonesia telah menggeser
perdarahan sebagai penyebab utama
kematian maternal. Preeklmpsia dapat
terjadi pada 30% kehamilan ganda, 30%
pada pasien hamil dengan diabetes, dan
20% pasien dengan hipertensi kronis,
walaupun pada dua pertiga kasus terjadi
pada wanita nullipara yang sebelumnya
sehat.8
Ibu dengan preeklampsia
didapatkan kelainan berupa arteriolopati
-
desidua, hipermaturitas villi, trombi
intervilli, infark sentral, dan trombus pada
sirkulasi feto-maternal. Keadaan ini
memungkinkan bayi yang lahir dari ibu
dengan eklampsia memiliki resiko
penyakit karena gangguan sirkulasi feto-
maternal.12,13,14
Pada preeklampsia terdapat spasmus
arteriola spiralis desidua dengan akibat
menurunnya aliran darah ke plasenta.
Perubahan plasenta normal sebagai akibat
tuanya kehamilan, seperti menipisnya
sinsitium, menebalnya dinding pembuluh
darah dalam villi karena fibrosis, dan
konversi mesoderm menjadi jaringan
fibrotik, dipercepat prosesnya pada
preeklampsia dan hipertensi. Menurunnya
aliran darah ke plasenta mengakibatkan
ganguan fungsi plasenta. Pada hipertensi
yang lama pertumbuhan janin terganggu,
pada hipertensi yang lebih pendek bisa
terjadi gawat janin sampai kematiannya
karena kekurangan oksigen.2,3,4,5
Penyebab kematian utama pada
periode neonatal (bayi umur
-
eklamsia di bangsal Obstetri dan
Ginekologi di RSUD Raden Mattaher
Jambi periode 1 Januari 2011 31
Desember 2011. Keluaran bayi yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah
seluruh keadaan bayi normal ataupun
abnormal yang dilahirkan, seperti bayi
preterm, BBLR, bayi asfiksia, maupun
meninggal..
Metode
Jenis penelitian yang dilakukan
adalah penelitian survei. Dengan
pendekatan cross-sectional. Disain ini
peneliti pilih karena sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu untuk mengetahuai
hubungan keluaran bayi dari ibu
preeklamsia berat dan eklamsi di RSUD
Raden Mattaher Jambi.
Pengumpulan data dilakukan di
Rekam Medik RSUD Raden Mattaher
periode Januari 2011 Desember 2011.
Pertama-tama adalah dengan pencatatan
nomor registrasi di bangsal Obstetri
Ginekologi, lalu dicari statusnya dan data
pencatatan sesuai variabel yang
dibutuhkan, data yang diambil merupakan
data sekunder berdasarkan variabel umur
kehamilan, diagnosis masuk, tekanan
darah, kejang, cara melahirkan, berat
badan bayi baru lahir, lingkar kepala bayi,
AFGAR skor bayi. Beberapa data yang
tidak lengkap akan di lengkapi dari data
yang ada di ruang Rekam Medik RSUD
Raden Mattaher Jambi.
Populasi dalam penelitian ini
adalah semua ibu yang melahirkan
spontan di Bangsal Obstetri dan
Ginekologi RSUD Raden Mattaher Jambi
Periode 1 Januari 31 Desember 2011.
Dan dari populasi tersebut didapatkan 234
orang yang memenuhi kriteria inklusi.
Gambar 1. Alur penelitian
Populasi Ibu yang melahirkan di Bangsal
Obstetri dan Ginekologi di RSUD Raden
Mattaher Jambi
Kriteria inklusi dan Kriteria eksklusi
penelitian
Mencatat Data dari Rekam Medis Periode
1 Januari 31 Desember 2011
Pengolahan data
Analisis data
Hubungan Preeklamsia Beratdan
Eklamsia dengan keluaran bayi
di RSUD Raden Mattaher Jambi
Periode 1 januari 31 Desember 2011
-
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil dari pengolahan
data, didapatkan dari 234 ibu yang
melahirkan di Rumah Sakit Raden
Mattaher Jambi terdapat 48 orang yg
mengalami PEB dan 1 eklamsia.
Kejadian BBLR lebih banyak
terjadi pada ibu yang mengalami PEB
(75%) dibandingkan dengan yg tidak PEB
(25%). Berdasarkan uji statistik diketahui
p-value sebesar 0,000 yang berarti secara
statistik menunjukkan ada hubungan
bermakna antara kejadian preeklamsia
berat dengan kejadian BBLR. Dan ibu
yang mengalami preeklamsia berat akan
mempunyai resiko 16.455 kali lebih besar
terjadi BBLR dibandingkan yang tidak
preeklamsia berat.
Hasil ini juga didapatkan pada
penelitian sebelumnya oleh Leni
Kurniawati di RSUD Sragen pada tanggal
22 April - 31 Mei 2010. Didapatkan pada
penelitian tersebut nilai P= 0,015, artinya
ada hubungan yang signifikan antara pre
eklampsia dengan kelahiran berat bayi
lahir rendah (BBLR). Dan peluang
terjadinya kelahiran BBLR lebih tinggi
3,25 kali daripada tanpa pre eklampsia.
Preeklampsia/eklampsia akan
menyebabkan perkembangan janin dalam
uterus terhambat. Ditandai dengan berat
badan bayi lahir kurang dari 10 percent
berat badan yang harus dicapai pada usia
tersebut.
Kejadian asfiksia lebih banyak terjadi
pada ibu yang mengalami PEB (83,33%)
dibandingkan dengan yg tidak PEB
(16,67%).
Rasio prevalens ibu dengan
preeklampsia berat terhadap asfiksia
neonatorum sebesar 27,727. Hasil ini
menunjukkan ibu dengan preeklampsia
berat merupakan faktor resiko terjadinya
asfiksia neonatorum. Berdasarkan uji
statistik diketahui p-value sebesar 0,000
yang berarti secara statistik menunjukkan
ada hubungan bermakna antara kejadian
preeklamsia berat dengan kejadian
asfiksia neonatorum.
Hal ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Arinda
anggana raras di RSUP dr Kariadi periode
tahun 2010, bayi yang dilahirkan ibu
preeklamsia 16,7% mengalami asfiksia.
Serta penelitian oleh Sunarto, dkk (2010)
di rsu dr. Harjono s. Ponorogo tahun
2009, bayi yang dilahirkan ibu
preeklamsia 82,1% mengalami asfiksia.
Berdasarkan data diatas menunjukkan
bahwa ibu yang mengalami preeklampsia
cenderung akan melahirkan bayi yang
asfiksia. Disfungsi endotel akan
mengakibatkan gangguan keseimbangan
antar kadar hormon vasokonstriktor
(endotelin, tromboksan, angiotensin) dan
vasodilator (nitritoksida, prostasiklin).4
-
Vasokonstriksi yang meluas
menyebabkan hipertensi.34 Vasokonstriksi
pembuluh darah mengakibatkan
kurangnya suplai darah ke plasenta
sehingga terjadi hipoksia janin. Akibat
lanjut dari hipoksia janin adalah gangguan
pertukaran gas antara oksigen dan
karbondioksida sehingga terjadi asfiksia
neonatorum.
Pengembangan paru bayi baru
lahir terjadi pada menit-menit pertama
kemudian disusul dengan pernapasan
teratur dan tangisan bayi. Proses
perangsangan pernapasan ini dimulai dari
tekanan mekanik dada pada persalinan,
disusul dengan keadaan penurunan
tekanan oksigen arterial dan peningkatan
tekanan karbondioksida arterial, sehingga
sinus karotikus terangsang terjadinya
proses bernapas. Bila mengalami hipoksia
akibat suplay oksigen ke plasenta
menurun karena efek hipertensi
intrauterine, maka saat persalinan maupun
pasca persalinan beresiko asfiksia.
Pada awal proses kelahiran setiap
bayi akan mengalami hipoksia relative
dan akan terjadi adaptasi akibat aktivitas
bernapas dan menangis. Apabila proses
adaptasi terganggu, maka bayi bisa
dikatakan mengalami asfiksia yang akan
berefek pada gangguan system organ vital
seperti jantung, paru-paru, ginjal dan otak
yang mengakibatkan kematian.
Dari hasil penelitian juga
didapatkan bahwa ibu hamil normal
(tanpa preeklamsia) ternyata sekitar
16,67% bayi yang dilahirkan mengalami
asfiksia. Terjadinya asfiksia ini karena
sebagian besar bayi lahir dengan BBLR
(berat badan lahir rendah). Bayi dengan
BBLR karena KMK (Kecil Masa
Kehamilan) kemungkinan dapat terjadi
asfiksia.
Penelitian ini tidak menghitung
nilai Apgar sebagai indikator diagnose
asfiksia neonatorum, sehingga tidak
diketahui apakah bayi dikategorikan
asfiksia ringan, sedang atau berat. Tidak
diketahuinya nilai Apgar memberikan
pengaruh pada pathogenesis asfiksia
sendiri. Asfiksia dapat terjadi selama
periode intrauterine atau antepartum,
durante partum maupun postpartum. Bila
janin mengalami asfiksia intrauterine
berarti ia mengalami keadaan gawat janin
atau fetal distress. Sedangkan nilai Apgar
dipakai untuk menentukan asfiksia setelah
postpartum atau setelah bayi lahir pada
menit ke-1,ke-5 dan ke-10. Efek asfiksia
dari risiko preeklamsia ibu hamil bisa
terjadi saat intrauterine maupun durante
partum dan post partum. Oleh karena itu
masih diperlukan penelitian lanjutan
apakah risiko preeklamsia berakibat fetal
distress, dan berapa persen bayi yang
mengalami asfiksia ringan, sedang dan
berat. Penelitian akibat asfiksia pada
-
gangguan system organ juga diperlukan,
sehingga hasil penelitian ini masih perlu
dilanjutkan dengan mengikutsertakan
variable-variabel yang terkait dengan
janin dan bayi yang dilahirkan.
Dari hasil penelitian, didapatkan
presentase kejadian bayi lahir prematur
66,67% pada ibu PEB sedangkan pada
ibu yg tidak PEB presentasenya 33,33%.
Hasil penelitian diatas didukung juga oleh
penelitian yang dilakukan oleh Arinda
anggana raras di RSUP dr Kariadi
Semarang tahun 2010, didapatkan dari
1973 persalinan 28,3% ibu preeklamsia
berat mengalami persalinan prematur.
Berdasarkan uji statistik diketahui
p-value sebesar 0,003 yang berarti secara
statistik menunjukkan ada hubungan
bermakna antara kejadian preeklamsia
berat dengan kejadian bayi lahir prematur.
Dan ibu yang mengalami preeklamsia
berat akan mempunyai resiko 8,714 kali
lebih besar mengalami lahir prematur
dibandingkan yang tidak mengalami
preeklamsia berat.
Masa gestasi juga sangat
mempengaruhi kejadian kematian.
Semakin pendek masa kehamilan,
semakin kecil berat badan lahir, sehingga
banyak persoalan yang timbul dan
kematian juga semakin tinggi.
Problematika yang sering terjadi pada
bayi prematur adalah asfiksia yang
disebabkan karena kontrol mekanisme
pernafasan dalam otak belum matur dan
kurangnya surfaktan paru-paru yang
menyebabkan kolapsnya alveoli sehingga
terjadi respiratory distress syndrome
(RDS). Selain itu juga pada bayi BBLR
kurang masa kehamilan terdapat
hiperbilirubinemia dan faktor-faktor
pembekuan darah turun karena sel-sel
hepar belum mature. Efek lainnya adalah
kemampuan absorpsi makanan dan
minuman berkurang, ginjal immatur
sehingga mengakibatkan uremia,
ketidakmampuan pengendalian suhu
tubuh, imunitas rendah sehingga mudah
terjadi infeksi, perdarahan intrakranial
karena trauma lahir atau adanya hipoksia
atau anoksia.
-
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah diuraikan sesuai
dengan analisa pada penelitian ini tentang
hubungan keluaran bayi dengan ibu
preeklamsia berat dan eklamsia di Rumah
Sakit Raden Mattaher Jambi periode 1
Januari 31 Desember 2011 didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kejadian preklamsia berat di
RSUD Raden Mattaher Jambi
periode 1 Januari 31 Desember
2011 adalah 20,5%.
2. Kejadian eklamsia di RSUD
Raden Mattaher Jambi periode 1
Januari 31 Desember 2011
adalah 0,4%.
3. Kasus BBLR lebih banyak terjadi
pada ibu yang mengalami PEB
dan eklamsia yaitu sebesar 75%.
4. Kasus asfiksia lebih banyak terjadi
pada ibu yang mengalami PEB
dan eklamsia yaitu sebesar
83,33%.
5. Kasus bayi lahir prematur lebih
banyak terjadi pada ibu yang
mengalami PEB dan eklamsia
yaitu sebesar 66,67%.
6. Pada penelitian ini tidak didapati
luaran janin yang meninggal.
7. Terdapat hubungan yang
signifikan antara preeklampsia
berat dengan kejadian BBLR.
8. Terdapat hubungan yang
signifikan antara preeklampsia
berat dengan kejadian asfiksia
neonatorum.
9. Terdapat hubungan yang
signifikan antara preeklampsia
berat dengan kejadian bayi lahir
prematur.
10. Pada penelitian ini tidak dapat
dilakukan analisis untuk hubungan
antara preeklampsia berat dengan
kejadian bayi lahir meninggal.
11. Pada penelitian ini tidak dapat
dilakukan analisis untuk hubungan
antara eklamsia dengan kejadian
BBLR, asfiksia, lahir prematur
dan bayi lahir meninggal.
Saran
1. Bagi pelayanan kesehatan
Mengoptimalkan program
pemerintah dalam menekan
kejadian preeklampsia dengan
meningkatkan pelayanan ANC
(Antenatal Care) standart minimal
7T dan Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) pada sasaran,
meningkatkan profesionalisme
tenaga kesehatan sebagai
pelaksana yang memberikan dan
meningkatkan pelayanan
kesehatan.
-
2. Bagi masyarakat
Peningkatan pengetahuan dan
pemahaman masyarakat
khususnya ibu hamil tentang
upaya pencegahan preeklampsia
perlu ditingkatkan melalui
pendidikan kesehatan, layanan
informasi dengan penyuluhan-
penyuluhan yang berkualitas dan
teratur.
3. Bagi pendidikan
Peningkatan pembelajaran materi
epidemiologi dalam upaya
pencegahan preeklampsia
sehingga dapat dijadikan acuan
dalam memberikan pelayanan
kesehatan di masyarakat.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Dapat melakukan penelitian lebih
lanjut tentang hubungan
preeklamsia dan eklamsia dengan
keluaran bayi, serta melengkapi
data agar dapat dikembangkan
dengan mengikutsertakan variabel
perancu lainnya.
Ucapan terima kasih
Sehubung dengan penulisan Laporan
pengalaman Belajar RISET ini
perkenankanlah penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu
dan membimbing penulis sampai
menyelesaikan Laporan Pengalaman
Belajar Riset ini. Oleh karena itu dengan
kerendahan hati penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr.dr. H. Yuwono. M.
Biomed selaku Dekan Fakultas
kedokeran dan ilmu kesehatan.
2. Dr.dr.Herlambang
Noerjasin,Sp.OG,KFM sebagai
dosen pembimbing substansi yang
ditengah kesibukan beliau dengan
tulus bersedia meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan dan
saran selama penelitian dan
penulisan tugas akhir ini.
3. dr.Amelia Dwi Fitri, M.Med.Ed
sebagai dosen pembimbing
metodologi yang telah banyak
memberikan bimbingan, masukan,
serta motivasi kepada penulis.
4. Kepada kedua orang tua saya yaitu
Bpk.M.Zen,AM.Kep dan Ibu
Suryani,S.Pd yang telah
memberikan dukungan serta tidak
henti hentinya berdoa dan ber-
Dzikir kepada Allah SWT demi
kesuksesan dan kelancaran penulis
dalam menempuh studi di
Program Studi Pendidikan Dokter
Universitas Jambi.
5. Adik-adik kakak yang tersayang
Tini, Tasya, Thaliqha yang selalu
memberi kakak semangat.
-
6. Kedua nenek saya yang selalu
berdoa dan tahajud untuk saya demi
kelancaran penulis dalam
menempuh studi di Program Studi
Pendidikan Dokter Universitas
Jambi.
7. Sahabat sahabat terbaikku Yessi
Kumalasari, Anita Mubarokah dan
Andharu Primayudha Infantri atas
persahabatan dan dukungan yang
kalian berikan selama ini.
8. Untuk senior dan junior yang telah
banyak membantu dan memberi
motivasi kepada penulis.
9. Teman teman mahasiswa Program
Studi Pendidikan dokter angkatan
2008 yang telah memberi motivasi
dan dukungannya.
10. Untuk staaf FK.UNJA, bang randi,
bang yudi, bang yoyok, bang ardi,
kak dyna, kak ria, kak vina dan kak
anggi, terima kasih atas semua
bantuan, dukungan dan doa dalam
menyelesaikan skripsi ini.
-
Referensi
1. Rambulangi J. Beberapa cara
prediksi hipertensi dalam
kehamilan. CDK; 2005. Hal. 139-
5
2. Saifuddin AB, Rachimhadhi T,
Wiknjosastro, Gulardi H. Ilmu
kebidanan sarwono prawirohardjo.
4nd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2008.
Hal. 531-559.
3. Wiknjosastro, Gulardi H,
Saifuddin AB, Rachimhadhi T.
Ilmu kebidanan sarwono
prawirohardjo. 3nd ed. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2007. Hal. 281-
300.
4. Leveno KJ, Gant NF, Cunningham
FG. et al. Obsetri williams. 21rd
ed. Jakarta: EGC; 2005. Hal. 624-
673.
5. Walsh, Linda V. Buku ajar
kebidanan komunitaas. Jakarta:
EGC; 2007. Hal. 416-421, 458-
462.
6. Baker, Philip N, Kingdom, John C
P. Pre-eclampsia; current
perpectives on management.
Amerika: The parthenon
Publishing Group: 2004. p. 11-25.
7. Hasnawati, Sgito, editors. Profil
kesehatan indonesia 2008. Jakarta:
: Departemen Kesehatan Republik
Indonesi; 2009.
8. Sunaryo R. Diagnosis dan
penatalaksanaan preeklampsia-
eklampsia, in : Holistic and
comprehensive management
eclampsia. Surakarta: FK UNS;
2008.
9. Wibowo B, Rachimhadhi T. Ilmu
Kebidanan. 3nd ed. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2006.
10. Hindarto,Satrijo Promono. Semina
Povinsi Optimalisasi Pemanfaatan
Hasil SDKI 2007. diakses pada 26
Mar 2012 Jam 21:51 wib. Di
unduh: URL:
https://docs.google.com/viewer?a=
v&q=cache:rYjE6_rOfqUJ:jambi.
bkkbn.go.id/unduh/program/154/+
angka+kematian+ibu+provinsi+ja
mbi&hl=
11. Sudaryono R. Karakteristik
preeklampsia-eklampsia di RSUD
Raden Mattaher Jambi periode
januari 2009 desember 2009.
Jambi: Program Studi Pendidikan
Dokter Universitas Jambi; 2010.
12. Wibisono. Kematian perinatal
pada preeklamsia. Semarang: FK
UNDIP; 1997.
13. Papageorghiou AT, editor.
Predicting and preventing pre-
eclampsia where to next?.
-
Ultrasound Obstet Gynecol; 2008.
p. 367370.
14. Kaplan, Norman M. Kaplans
clinical hypertension. 9nd ed.
Schawk, inc; 2006. Hal. 734.
15. Manuaba I B G. Pengantar kuliah
obstetri. Jakarta: EGC; 2007. Hal.
401-31.
16. SDKI Angka kematian ibu
melahrikan. Diakses pada 29 Mar
2012 Jam 21:30. Diunduh dari:
URL:http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=penyebab%20utam
a%20kematian%20ibu&source=w
eb&cd=1&sqi=2&ved=0CB4QFj
AA&url=http%3A%2F%2F.
17. Huppertz, Berthold. Placental
Origins of Preeklampsia:
Challenging the Current
Hipothesis. Hypertension
2008;51;970-975.
18. Taber B. Kapita selekta
kegawatdaruratan obstetri dan
ginekologi. Jakarta; Penerbit Buku
Kedokteran EGC: 1994. Hal. 235-
241.
19. Sinsin, Iis. Seri kesehatan ibu dan
anak masa kehamilan dan
persalinan. Jakarta: Kelompok
gramedia; 2008. Hal. 56.
20. Detiana, Priia. Hamil aman dan
nyaman di atas 30 tahun.
Yogyakarta: Media pressindo;
2010. Hal. 63-68 .
21. SDKI Angka kematian ibu
melahrikan. Diakses pada 29 Mar
2012 Jam 21:30. Di unduh:
URL:http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=penyebab%20utam
a%20kematian%20ibu&source=w
eb&cd=1&sqi=2&ved=0CB4QFj
AA&url=http%3A%2F%2F.
22. Danesh J. Lewington S. Plasma
Homocysteine and Coronary heart
disease;systematic review of
published epidemiological studies.
Journal of Cardiovskular Risk.
1999; 229-32.
23. Himpunan Kedokteran
Fetomaternal. Pedoman
pengelolaan hipertensi dalam
kehamian di Indonesia. 2nd ed.
2005.
24. Cowles T, Saleh A, Cotton DB.
Hypertensi Disorders of
Pregnancy. In: High Risk
Pregnancy. W.B. sounders
Company LTD. London; 1996. p.
253-61.
25. Morgan, Geri. Hamilton, Carole.
Panduan Praktik Obstetric dan
Ginekologi . 2nd ed. Jakarta: EGC;
2009. Hal. 364-366.
26. Rachma N. Eklampsia : Preventif
dan Rehabilitasi Medik Pre dan
post Partum, in Holistic and
Comprehensive Management
-
Eclampsia. Surakarta : FK UNS;
2008.
27. Kosim M, Sholeh, Ari . Buku Ajar
Neonatal. 1nd ed. Ikatan Dokter
Anak Indonesia. 2010. Hal 12-23,
103-124,
28. Lissauer, Tom, Avroy A.Fanaroff,
Ricardo J.R, Michael weindling.
At a Glance Neonatologi. Jakarta:
Erlangga; 2008. Hal 12-13, 22-23,
68-69.
29. Nasir A, Muhith A, Ideputri ME.
Buku Ajar Metodologi penelitian
kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika; 2011, hal. 195-197.
30. Notoatmodjo S. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Edisi
Revisi. Jakarta: Rineka Cipta;
2005.
31. Bustan MN, Arsunan A. Pengantar
Epidemiologi. Jakarta: Rineka
Cipta, 1997. Hal. 4-7.
32. Pratiknya AW. Dasar-Dasar
Metodologi Penelitian Kedokteran
dan Kesehatan. Jakarta: Rajawali
Pers, 2010, hal. 50 76, 164
174.
33. Sastroasmoro, sudigdo. Dasar-
Dasar Metodologi Penelitian
Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara;
1995.
34. Sastrawinata, Sulaiman. Obstetri
Patologi. Jakarta: EGC. 2004.