jurnal 2 copy

13
HUBUNGAN PEB DAN EKLAMSIA DENGAN KELUARAN BAYI DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI PERIODE 1 JANUARI – 31 DESEMBER 2011 OLEH Zentiya agustriyani, Herlambang noerjasin, Amelia dwi fitri ABSTRAK Latar belakang : Preeklamsia berat dan eklampsia merupakan penyakit kehamilan yang sistematik yang etiologi nya sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Gejala yang ditemui terdiri dari hipertensi, proteinuria, dan oedema. Penyebab kematian pada bayi adalah asfiksia, persalinan prematuritas dan BBLR. Preeklampsia, baik secara independen maupun bersama dengan penyakit lain, merupakan penyebab utama kematian ibu dan kelahiran prematur yang tertinggi di dunia. Prematuritas sendiri akan menyebabkan problem kesehatan si bayi dalam periode hidupnya di kemudian hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara preeklamsia berat dan eklamsia selama kehamilan dengan keluaran janin pada bayi di RSUD Raden Mattaher Jambi periode 1 Januari sampai 31 Desember. Metode : Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari catatan medik pasien preeklamsia berat dan eklamsia di RSUD Raden Mattaher Jambi periode 1 Januari sampai 31 Desember yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil : Terdapat 48 (20,5%) dan terdapat 1 (0,4%) kasus preeklamsia berat dari 234 persalinan. Dengan menggunakan uji statistik chi square diperoleh nilai p (signifikansi) sebesar 0,000 yang berarti bahwa ada pengaruh yang bermakna kondisi ibu melahirkan dengan preeklamsia berat dan eklamsia terhadap keluaran janin yang dilahirkan. Kesimpulan : Preeklamsia berat meningkatkan risiko terjadinya BBLR, asfiksia, dan lahir prematur. Kata kunci : Preeklamsia; Eklamsia; BBLR; Asfiksia; Prematur

Upload: adrian-arief

Post on 22-Nov-2015

44 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • HUBUNGAN PEB DAN EKLAMSIA

    DENGAN KELUARAN BAYI

    DI RSUD RADEN MATTAHER

    JAMBI

    PERIODE 1 JANUARI 31

    DESEMBER 2011

    OLEH

    Zentiya agustriyani, Herlambang

    noerjasin, Amelia dwi fitri

    ABSTRAK

    Latar belakang : Preeklamsia berat dan

    eklampsia merupakan penyakit kehamilan

    yang sistematik yang etiologi nya sampai

    saat ini belum diketahui secara pasti.

    Gejala yang ditemui terdiri dari

    hipertensi, proteinuria, dan oedema.

    Penyebab kematian pada bayi adalah

    asfiksia, persalinan prematuritas dan

    BBLR. Preeklampsia, baik secara

    independen maupun bersama dengan

    penyakit lain, merupakan penyebab utama

    kematian ibu dan kelahiran prematur yang

    tertinggi di dunia. Prematuritas sendiri

    akan menyebabkan problem kesehatan si

    bayi dalam periode hidupnya di kemudian

    hari. Penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui adanya hubungan antara

    preeklamsia berat dan eklamsia selama

    kehamilan dengan keluaran janin pada

    bayi di RSUD Raden Mattaher Jambi

    periode 1 Januari sampai 31 Desember.

    Metode : Penelitian ini menggunakan

    metode cross sectional dengan

    menggunakan data sekunder dari catatan

    medik pasien preeklamsia berat dan

    eklamsia di RSUD Raden Mattaher Jambi

    periode 1 Januari sampai 31 Desember

    yang memenuhi kriteria inklusi dan

    eksklusi.

    Hasil : Terdapat 48 (20,5%) dan terdapat

    1 (0,4%) kasus preeklamsia berat dari 234

    persalinan. Dengan menggunakan uji

    statistik chi square diperoleh nilai p

    (signifikansi) sebesar 0,000 yang berarti

    bahwa ada pengaruh yang bermakna

    kondisi ibu melahirkan dengan

    preeklamsia berat dan eklamsia terhadap

    keluaran janin yang dilahirkan.

    Kesimpulan : Preeklamsia berat

    meningkatkan risiko terjadinya BBLR,

    asfiksia, dan lahir prematur.

    Kata kunci : Preeklamsia; Eklamsia;

    BBLR; Asfiksia; Prematur

  • Pendahuluan

    Kehamilan merupakan proses

    reproduksi yang normal. Walaupun

    demikian, kehamilan yang normal pun

    mempunyai risiko. Risiko tinggi

    kehamilan merupakan penyimpangan dan

    secara langsung dapat menyebabkan

    kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.

    Salah satu faktor risiko kehamilan yang

    dapat menyebabkan kematian ibu adalah

    preeklampsia.

    Hipertensi dalam kehamilan masih

    merupakan salah satu penyebab

    morbiditas dan mortalitas pada ibu dan

    janinnya hingga saat ini. Bila kelainan ini

    dapat dicegah maka diharapkan dapat

    menurunkan angka morbiditas dan

    mortalitas penyakit ini. Gejala-gejala

    preeklampsia baru menjadi nyata pada

    usia kehamilan yang lanjut (trimester

    ketiga). Namun kelainan sudah terjadi

    jauh lebih dini yakni pada usia kehamilan

    antara 8 dan 18 minggu.1,2,3,4,5,6,

    Angka kematian ibu (AKI) dan

    Angka Kematian Bayi (AKB) sebagai

    salah satu indikator pembangunan

    kesehatan, sampai saat ini di Indonesia

    tetap dalam presentase tertinggi jika

    dibandingkan dengan negara-negara lain

    di kawasan ASEAN (Association Of

    Southeast Asian Nations) dan SEARO

    (South East Asia Region). Indonesia

    mendapat peringkat ke 12 dalam Angka

    Kematian Ibu dari 18 negara ASEAN dan

    SEARO, yaitu sekitar 420 per 100.000

    kelahiran hidup. Sedangkan untuk Angka

    Kematian Bayi Indonesia berada pada

    peringkat 10 dari 18 negara ASEAN dan

    SEARO sekitar 34 per 1.000 kelahiran

    hidup.7,8

    AKI belum dapat di turunkan

    seperti yang di harapkan sampai saat ini.

    Badan Koordinasi Keluarga Berencana

    Nasional ( BKKBN ) provinsi Jambi

    melaporkan pada tanggal 10 maret tahun

    2011 bahwa AKI sekitar 198 per 100.000

    kelahiran hidup.10 Survei Kesehatan

    Rumah Tangga tahun 2001 menyebutkan

    bahwa 50% kematian ibu di sebabkan

    oleh perdarahan dan preeklampsia masing

    masing akibat pendarahan sebesar 27%

    dan akibat eklampsia 23%.16

    Angka kejadian preeklampsia di

    Indonesia berkisar antara 3-10%. Di

    Indonesia preeklamsia dan eklampsia

    merupakan penyebab dari 30-40%

    kematian perinatal sementara dibeberapa

    rumah sakit di Indonesia telah menggeser

    perdarahan sebagai penyebab utama

    kematian maternal. Preeklmpsia dapat

    terjadi pada 30% kehamilan ganda, 30%

    pada pasien hamil dengan diabetes, dan

    20% pasien dengan hipertensi kronis,

    walaupun pada dua pertiga kasus terjadi

    pada wanita nullipara yang sebelumnya

    sehat.8

    Ibu dengan preeklampsia

    didapatkan kelainan berupa arteriolopati

  • desidua, hipermaturitas villi, trombi

    intervilli, infark sentral, dan trombus pada

    sirkulasi feto-maternal. Keadaan ini

    memungkinkan bayi yang lahir dari ibu

    dengan eklampsia memiliki resiko

    penyakit karena gangguan sirkulasi feto-

    maternal.12,13,14

    Pada preeklampsia terdapat spasmus

    arteriola spiralis desidua dengan akibat

    menurunnya aliran darah ke plasenta.

    Perubahan plasenta normal sebagai akibat

    tuanya kehamilan, seperti menipisnya

    sinsitium, menebalnya dinding pembuluh

    darah dalam villi karena fibrosis, dan

    konversi mesoderm menjadi jaringan

    fibrotik, dipercepat prosesnya pada

    preeklampsia dan hipertensi. Menurunnya

    aliran darah ke plasenta mengakibatkan

    ganguan fungsi plasenta. Pada hipertensi

    yang lama pertumbuhan janin terganggu,

    pada hipertensi yang lebih pendek bisa

    terjadi gawat janin sampai kematiannya

    karena kekurangan oksigen.2,3,4,5

    Penyebab kematian utama pada

    periode neonatal (bayi umur

  • eklamsia di bangsal Obstetri dan

    Ginekologi di RSUD Raden Mattaher

    Jambi periode 1 Januari 2011 31

    Desember 2011. Keluaran bayi yang

    dimaksud dalam penelitian ini adalah

    seluruh keadaan bayi normal ataupun

    abnormal yang dilahirkan, seperti bayi

    preterm, BBLR, bayi asfiksia, maupun

    meninggal..

    Metode

    Jenis penelitian yang dilakukan

    adalah penelitian survei. Dengan

    pendekatan cross-sectional. Disain ini

    peneliti pilih karena sesuai dengan tujuan

    penelitian yaitu untuk mengetahuai

    hubungan keluaran bayi dari ibu

    preeklamsia berat dan eklamsi di RSUD

    Raden Mattaher Jambi.

    Pengumpulan data dilakukan di

    Rekam Medik RSUD Raden Mattaher

    periode Januari 2011 Desember 2011.

    Pertama-tama adalah dengan pencatatan

    nomor registrasi di bangsal Obstetri

    Ginekologi, lalu dicari statusnya dan data

    pencatatan sesuai variabel yang

    dibutuhkan, data yang diambil merupakan

    data sekunder berdasarkan variabel umur

    kehamilan, diagnosis masuk, tekanan

    darah, kejang, cara melahirkan, berat

    badan bayi baru lahir, lingkar kepala bayi,

    AFGAR skor bayi. Beberapa data yang

    tidak lengkap akan di lengkapi dari data

    yang ada di ruang Rekam Medik RSUD

    Raden Mattaher Jambi.

    Populasi dalam penelitian ini

    adalah semua ibu yang melahirkan

    spontan di Bangsal Obstetri dan

    Ginekologi RSUD Raden Mattaher Jambi

    Periode 1 Januari 31 Desember 2011.

    Dan dari populasi tersebut didapatkan 234

    orang yang memenuhi kriteria inklusi.

    Gambar 1. Alur penelitian

    Populasi Ibu yang melahirkan di Bangsal

    Obstetri dan Ginekologi di RSUD Raden

    Mattaher Jambi

    Kriteria inklusi dan Kriteria eksklusi

    penelitian

    Mencatat Data dari Rekam Medis Periode

    1 Januari 31 Desember 2011

    Pengolahan data

    Analisis data

    Hubungan Preeklamsia Beratdan

    Eklamsia dengan keluaran bayi

    di RSUD Raden Mattaher Jambi

    Periode 1 januari 31 Desember 2011

  • Hasil dan Pembahasan

    Berdasarkan hasil dari pengolahan

    data, didapatkan dari 234 ibu yang

    melahirkan di Rumah Sakit Raden

    Mattaher Jambi terdapat 48 orang yg

    mengalami PEB dan 1 eklamsia.

    Kejadian BBLR lebih banyak

    terjadi pada ibu yang mengalami PEB

    (75%) dibandingkan dengan yg tidak PEB

    (25%). Berdasarkan uji statistik diketahui

    p-value sebesar 0,000 yang berarti secara

    statistik menunjukkan ada hubungan

    bermakna antara kejadian preeklamsia

    berat dengan kejadian BBLR. Dan ibu

    yang mengalami preeklamsia berat akan

    mempunyai resiko 16.455 kali lebih besar

    terjadi BBLR dibandingkan yang tidak

    preeklamsia berat.

    Hasil ini juga didapatkan pada

    penelitian sebelumnya oleh Leni

    Kurniawati di RSUD Sragen pada tanggal

    22 April - 31 Mei 2010. Didapatkan pada

    penelitian tersebut nilai P= 0,015, artinya

    ada hubungan yang signifikan antara pre

    eklampsia dengan kelahiran berat bayi

    lahir rendah (BBLR). Dan peluang

    terjadinya kelahiran BBLR lebih tinggi

    3,25 kali daripada tanpa pre eklampsia.

    Preeklampsia/eklampsia akan

    menyebabkan perkembangan janin dalam

    uterus terhambat. Ditandai dengan berat

    badan bayi lahir kurang dari 10 percent

    berat badan yang harus dicapai pada usia

    tersebut.

    Kejadian asfiksia lebih banyak terjadi

    pada ibu yang mengalami PEB (83,33%)

    dibandingkan dengan yg tidak PEB

    (16,67%).

    Rasio prevalens ibu dengan

    preeklampsia berat terhadap asfiksia

    neonatorum sebesar 27,727. Hasil ini

    menunjukkan ibu dengan preeklampsia

    berat merupakan faktor resiko terjadinya

    asfiksia neonatorum. Berdasarkan uji

    statistik diketahui p-value sebesar 0,000

    yang berarti secara statistik menunjukkan

    ada hubungan bermakna antara kejadian

    preeklamsia berat dengan kejadian

    asfiksia neonatorum.

    Hal ini sesuai dengan penelitian

    sebelumnya yang dilakukan oleh Arinda

    anggana raras di RSUP dr Kariadi periode

    tahun 2010, bayi yang dilahirkan ibu

    preeklamsia 16,7% mengalami asfiksia.

    Serta penelitian oleh Sunarto, dkk (2010)

    di rsu dr. Harjono s. Ponorogo tahun

    2009, bayi yang dilahirkan ibu

    preeklamsia 82,1% mengalami asfiksia.

    Berdasarkan data diatas menunjukkan

    bahwa ibu yang mengalami preeklampsia

    cenderung akan melahirkan bayi yang

    asfiksia. Disfungsi endotel akan

    mengakibatkan gangguan keseimbangan

    antar kadar hormon vasokonstriktor

    (endotelin, tromboksan, angiotensin) dan

    vasodilator (nitritoksida, prostasiklin).4

  • Vasokonstriksi yang meluas

    menyebabkan hipertensi.34 Vasokonstriksi

    pembuluh darah mengakibatkan

    kurangnya suplai darah ke plasenta

    sehingga terjadi hipoksia janin. Akibat

    lanjut dari hipoksia janin adalah gangguan

    pertukaran gas antara oksigen dan

    karbondioksida sehingga terjadi asfiksia

    neonatorum.

    Pengembangan paru bayi baru

    lahir terjadi pada menit-menit pertama

    kemudian disusul dengan pernapasan

    teratur dan tangisan bayi. Proses

    perangsangan pernapasan ini dimulai dari

    tekanan mekanik dada pada persalinan,

    disusul dengan keadaan penurunan

    tekanan oksigen arterial dan peningkatan

    tekanan karbondioksida arterial, sehingga

    sinus karotikus terangsang terjadinya

    proses bernapas. Bila mengalami hipoksia

    akibat suplay oksigen ke plasenta

    menurun karena efek hipertensi

    intrauterine, maka saat persalinan maupun

    pasca persalinan beresiko asfiksia.

    Pada awal proses kelahiran setiap

    bayi akan mengalami hipoksia relative

    dan akan terjadi adaptasi akibat aktivitas

    bernapas dan menangis. Apabila proses

    adaptasi terganggu, maka bayi bisa

    dikatakan mengalami asfiksia yang akan

    berefek pada gangguan system organ vital

    seperti jantung, paru-paru, ginjal dan otak

    yang mengakibatkan kematian.

    Dari hasil penelitian juga

    didapatkan bahwa ibu hamil normal

    (tanpa preeklamsia) ternyata sekitar

    16,67% bayi yang dilahirkan mengalami

    asfiksia. Terjadinya asfiksia ini karena

    sebagian besar bayi lahir dengan BBLR

    (berat badan lahir rendah). Bayi dengan

    BBLR karena KMK (Kecil Masa

    Kehamilan) kemungkinan dapat terjadi

    asfiksia.

    Penelitian ini tidak menghitung

    nilai Apgar sebagai indikator diagnose

    asfiksia neonatorum, sehingga tidak

    diketahui apakah bayi dikategorikan

    asfiksia ringan, sedang atau berat. Tidak

    diketahuinya nilai Apgar memberikan

    pengaruh pada pathogenesis asfiksia

    sendiri. Asfiksia dapat terjadi selama

    periode intrauterine atau antepartum,

    durante partum maupun postpartum. Bila

    janin mengalami asfiksia intrauterine

    berarti ia mengalami keadaan gawat janin

    atau fetal distress. Sedangkan nilai Apgar

    dipakai untuk menentukan asfiksia setelah

    postpartum atau setelah bayi lahir pada

    menit ke-1,ke-5 dan ke-10. Efek asfiksia

    dari risiko preeklamsia ibu hamil bisa

    terjadi saat intrauterine maupun durante

    partum dan post partum. Oleh karena itu

    masih diperlukan penelitian lanjutan

    apakah risiko preeklamsia berakibat fetal

    distress, dan berapa persen bayi yang

    mengalami asfiksia ringan, sedang dan

    berat. Penelitian akibat asfiksia pada

  • gangguan system organ juga diperlukan,

    sehingga hasil penelitian ini masih perlu

    dilanjutkan dengan mengikutsertakan

    variable-variabel yang terkait dengan

    janin dan bayi yang dilahirkan.

    Dari hasil penelitian, didapatkan

    presentase kejadian bayi lahir prematur

    66,67% pada ibu PEB sedangkan pada

    ibu yg tidak PEB presentasenya 33,33%.

    Hasil penelitian diatas didukung juga oleh

    penelitian yang dilakukan oleh Arinda

    anggana raras di RSUP dr Kariadi

    Semarang tahun 2010, didapatkan dari

    1973 persalinan 28,3% ibu preeklamsia

    berat mengalami persalinan prematur.

    Berdasarkan uji statistik diketahui

    p-value sebesar 0,003 yang berarti secara

    statistik menunjukkan ada hubungan

    bermakna antara kejadian preeklamsia

    berat dengan kejadian bayi lahir prematur.

    Dan ibu yang mengalami preeklamsia

    berat akan mempunyai resiko 8,714 kali

    lebih besar mengalami lahir prematur

    dibandingkan yang tidak mengalami

    preeklamsia berat.

    Masa gestasi juga sangat

    mempengaruhi kejadian kematian.

    Semakin pendek masa kehamilan,

    semakin kecil berat badan lahir, sehingga

    banyak persoalan yang timbul dan

    kematian juga semakin tinggi.

    Problematika yang sering terjadi pada

    bayi prematur adalah asfiksia yang

    disebabkan karena kontrol mekanisme

    pernafasan dalam otak belum matur dan

    kurangnya surfaktan paru-paru yang

    menyebabkan kolapsnya alveoli sehingga

    terjadi respiratory distress syndrome

    (RDS). Selain itu juga pada bayi BBLR

    kurang masa kehamilan terdapat

    hiperbilirubinemia dan faktor-faktor

    pembekuan darah turun karena sel-sel

    hepar belum mature. Efek lainnya adalah

    kemampuan absorpsi makanan dan

    minuman berkurang, ginjal immatur

    sehingga mengakibatkan uremia,

    ketidakmampuan pengendalian suhu

    tubuh, imunitas rendah sehingga mudah

    terjadi infeksi, perdarahan intrakranial

    karena trauma lahir atau adanya hipoksia

    atau anoksia.

  • Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan

    pembahasan yang telah diuraikan sesuai

    dengan analisa pada penelitian ini tentang

    hubungan keluaran bayi dengan ibu

    preeklamsia berat dan eklamsia di Rumah

    Sakit Raden Mattaher Jambi periode 1

    Januari 31 Desember 2011 didapatkan

    kesimpulan sebagai berikut:

    1. Kejadian preklamsia berat di

    RSUD Raden Mattaher Jambi

    periode 1 Januari 31 Desember

    2011 adalah 20,5%.

    2. Kejadian eklamsia di RSUD

    Raden Mattaher Jambi periode 1

    Januari 31 Desember 2011

    adalah 0,4%.

    3. Kasus BBLR lebih banyak terjadi

    pada ibu yang mengalami PEB

    dan eklamsia yaitu sebesar 75%.

    4. Kasus asfiksia lebih banyak terjadi

    pada ibu yang mengalami PEB

    dan eklamsia yaitu sebesar

    83,33%.

    5. Kasus bayi lahir prematur lebih

    banyak terjadi pada ibu yang

    mengalami PEB dan eklamsia

    yaitu sebesar 66,67%.

    6. Pada penelitian ini tidak didapati

    luaran janin yang meninggal.

    7. Terdapat hubungan yang

    signifikan antara preeklampsia

    berat dengan kejadian BBLR.

    8. Terdapat hubungan yang

    signifikan antara preeklampsia

    berat dengan kejadian asfiksia

    neonatorum.

    9. Terdapat hubungan yang

    signifikan antara preeklampsia

    berat dengan kejadian bayi lahir

    prematur.

    10. Pada penelitian ini tidak dapat

    dilakukan analisis untuk hubungan

    antara preeklampsia berat dengan

    kejadian bayi lahir meninggal.

    11. Pada penelitian ini tidak dapat

    dilakukan analisis untuk hubungan

    antara eklamsia dengan kejadian

    BBLR, asfiksia, lahir prematur

    dan bayi lahir meninggal.

    Saran

    1. Bagi pelayanan kesehatan

    Mengoptimalkan program

    pemerintah dalam menekan

    kejadian preeklampsia dengan

    meningkatkan pelayanan ANC

    (Antenatal Care) standart minimal

    7T dan Program Perencanaan

    Persalinan dan Pencegahan

    Komplikasi (P4K) pada sasaran,

    meningkatkan profesionalisme

    tenaga kesehatan sebagai

    pelaksana yang memberikan dan

    meningkatkan pelayanan

    kesehatan.

  • 2. Bagi masyarakat

    Peningkatan pengetahuan dan

    pemahaman masyarakat

    khususnya ibu hamil tentang

    upaya pencegahan preeklampsia

    perlu ditingkatkan melalui

    pendidikan kesehatan, layanan

    informasi dengan penyuluhan-

    penyuluhan yang berkualitas dan

    teratur.

    3. Bagi pendidikan

    Peningkatan pembelajaran materi

    epidemiologi dalam upaya

    pencegahan preeklampsia

    sehingga dapat dijadikan acuan

    dalam memberikan pelayanan

    kesehatan di masyarakat.

    4. Bagi peneliti selanjutnya

    Dapat melakukan penelitian lebih

    lanjut tentang hubungan

    preeklamsia dan eklamsia dengan

    keluaran bayi, serta melengkapi

    data agar dapat dikembangkan

    dengan mengikutsertakan variabel

    perancu lainnya.

    Ucapan terima kasih

    Sehubung dengan penulisan Laporan

    pengalaman Belajar RISET ini

    perkenankanlah penulis menyampaikan

    penghargaan dan ucapan terima kasih

    kepada semua pihak yang telah membantu

    dan membimbing penulis sampai

    menyelesaikan Laporan Pengalaman

    Belajar Riset ini. Oleh karena itu dengan

    kerendahan hati penulis mengucapkan

    terima kasih kepada:

    1. Bapak Dr.dr. H. Yuwono. M.

    Biomed selaku Dekan Fakultas

    kedokeran dan ilmu kesehatan.

    2. Dr.dr.Herlambang

    Noerjasin,Sp.OG,KFM sebagai

    dosen pembimbing substansi yang

    ditengah kesibukan beliau dengan

    tulus bersedia meluangkan waktu

    untuk memberikan bimbingan dan

    saran selama penelitian dan

    penulisan tugas akhir ini.

    3. dr.Amelia Dwi Fitri, M.Med.Ed

    sebagai dosen pembimbing

    metodologi yang telah banyak

    memberikan bimbingan, masukan,

    serta motivasi kepada penulis.

    4. Kepada kedua orang tua saya yaitu

    Bpk.M.Zen,AM.Kep dan Ibu

    Suryani,S.Pd yang telah

    memberikan dukungan serta tidak

    henti hentinya berdoa dan ber-

    Dzikir kepada Allah SWT demi

    kesuksesan dan kelancaran penulis

    dalam menempuh studi di

    Program Studi Pendidikan Dokter

    Universitas Jambi.

    5. Adik-adik kakak yang tersayang

    Tini, Tasya, Thaliqha yang selalu

    memberi kakak semangat.

  • 6. Kedua nenek saya yang selalu

    berdoa dan tahajud untuk saya demi

    kelancaran penulis dalam

    menempuh studi di Program Studi

    Pendidikan Dokter Universitas

    Jambi.

    7. Sahabat sahabat terbaikku Yessi

    Kumalasari, Anita Mubarokah dan

    Andharu Primayudha Infantri atas

    persahabatan dan dukungan yang

    kalian berikan selama ini.

    8. Untuk senior dan junior yang telah

    banyak membantu dan memberi

    motivasi kepada penulis.

    9. Teman teman mahasiswa Program

    Studi Pendidikan dokter angkatan

    2008 yang telah memberi motivasi

    dan dukungannya.

    10. Untuk staaf FK.UNJA, bang randi,

    bang yudi, bang yoyok, bang ardi,

    kak dyna, kak ria, kak vina dan kak

    anggi, terima kasih atas semua

    bantuan, dukungan dan doa dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

  • Referensi

    1. Rambulangi J. Beberapa cara

    prediksi hipertensi dalam

    kehamilan. CDK; 2005. Hal. 139-

    5

    2. Saifuddin AB, Rachimhadhi T,

    Wiknjosastro, Gulardi H. Ilmu

    kebidanan sarwono prawirohardjo.

    4nd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka

    Sarwono Prawirohardjo; 2008.

    Hal. 531-559.

    3. Wiknjosastro, Gulardi H,

    Saifuddin AB, Rachimhadhi T.

    Ilmu kebidanan sarwono

    prawirohardjo. 3nd ed. Jakarta: PT

    Bina Pustaka Sarwono

    Prawirohardjo; 2007. Hal. 281-

    300.

    4. Leveno KJ, Gant NF, Cunningham

    FG. et al. Obsetri williams. 21rd

    ed. Jakarta: EGC; 2005. Hal. 624-

    673.

    5. Walsh, Linda V. Buku ajar

    kebidanan komunitaas. Jakarta:

    EGC; 2007. Hal. 416-421, 458-

    462.

    6. Baker, Philip N, Kingdom, John C

    P. Pre-eclampsia; current

    perpectives on management.

    Amerika: The parthenon

    Publishing Group: 2004. p. 11-25.

    7. Hasnawati, Sgito, editors. Profil

    kesehatan indonesia 2008. Jakarta:

    : Departemen Kesehatan Republik

    Indonesi; 2009.

    8. Sunaryo R. Diagnosis dan

    penatalaksanaan preeklampsia-

    eklampsia, in : Holistic and

    comprehensive management

    eclampsia. Surakarta: FK UNS;

    2008.

    9. Wibowo B, Rachimhadhi T. Ilmu

    Kebidanan. 3nd ed. Jakarta:

    Yayasan Bina Pustaka Sarwono

    Prawirohardjo; 2006.

    10. Hindarto,Satrijo Promono. Semina

    Povinsi Optimalisasi Pemanfaatan

    Hasil SDKI 2007. diakses pada 26

    Mar 2012 Jam 21:51 wib. Di

    unduh: URL:

    https://docs.google.com/viewer?a=

    v&q=cache:rYjE6_rOfqUJ:jambi.

    bkkbn.go.id/unduh/program/154/+

    angka+kematian+ibu+provinsi+ja

    mbi&hl=

    11. Sudaryono R. Karakteristik

    preeklampsia-eklampsia di RSUD

    Raden Mattaher Jambi periode

    januari 2009 desember 2009.

    Jambi: Program Studi Pendidikan

    Dokter Universitas Jambi; 2010.

    12. Wibisono. Kematian perinatal

    pada preeklamsia. Semarang: FK

    UNDIP; 1997.

    13. Papageorghiou AT, editor.

    Predicting and preventing pre-

    eclampsia where to next?.

  • Ultrasound Obstet Gynecol; 2008.

    p. 367370.

    14. Kaplan, Norman M. Kaplans

    clinical hypertension. 9nd ed.

    Schawk, inc; 2006. Hal. 734.

    15. Manuaba I B G. Pengantar kuliah

    obstetri. Jakarta: EGC; 2007. Hal.

    401-31.

    16. SDKI Angka kematian ibu

    melahrikan. Diakses pada 29 Mar

    2012 Jam 21:30. Diunduh dari:

    URL:http://www.google.co.id/url?

    sa=t&rct=j&q=penyebab%20utam

    a%20kematian%20ibu&source=w

    eb&cd=1&sqi=2&ved=0CB4QFj

    AA&url=http%3A%2F%2F.

    17. Huppertz, Berthold. Placental

    Origins of Preeklampsia:

    Challenging the Current

    Hipothesis. Hypertension

    2008;51;970-975.

    18. Taber B. Kapita selekta

    kegawatdaruratan obstetri dan

    ginekologi. Jakarta; Penerbit Buku

    Kedokteran EGC: 1994. Hal. 235-

    241.

    19. Sinsin, Iis. Seri kesehatan ibu dan

    anak masa kehamilan dan

    persalinan. Jakarta: Kelompok

    gramedia; 2008. Hal. 56.

    20. Detiana, Priia. Hamil aman dan

    nyaman di atas 30 tahun.

    Yogyakarta: Media pressindo;

    2010. Hal. 63-68 .

    21. SDKI Angka kematian ibu

    melahrikan. Diakses pada 29 Mar

    2012 Jam 21:30. Di unduh:

    URL:http://www.google.co.id/url?

    sa=t&rct=j&q=penyebab%20utam

    a%20kematian%20ibu&source=w

    eb&cd=1&sqi=2&ved=0CB4QFj

    AA&url=http%3A%2F%2F.

    22. Danesh J. Lewington S. Plasma

    Homocysteine and Coronary heart

    disease;systematic review of

    published epidemiological studies.

    Journal of Cardiovskular Risk.

    1999; 229-32.

    23. Himpunan Kedokteran

    Fetomaternal. Pedoman

    pengelolaan hipertensi dalam

    kehamian di Indonesia. 2nd ed.

    2005.

    24. Cowles T, Saleh A, Cotton DB.

    Hypertensi Disorders of

    Pregnancy. In: High Risk

    Pregnancy. W.B. sounders

    Company LTD. London; 1996. p.

    253-61.

    25. Morgan, Geri. Hamilton, Carole.

    Panduan Praktik Obstetric dan

    Ginekologi . 2nd ed. Jakarta: EGC;

    2009. Hal. 364-366.

    26. Rachma N. Eklampsia : Preventif

    dan Rehabilitasi Medik Pre dan

    post Partum, in Holistic and

    Comprehensive Management

  • Eclampsia. Surakarta : FK UNS;

    2008.

    27. Kosim M, Sholeh, Ari . Buku Ajar

    Neonatal. 1nd ed. Ikatan Dokter

    Anak Indonesia. 2010. Hal 12-23,

    103-124,

    28. Lissauer, Tom, Avroy A.Fanaroff,

    Ricardo J.R, Michael weindling.

    At a Glance Neonatologi. Jakarta:

    Erlangga; 2008. Hal 12-13, 22-23,

    68-69.

    29. Nasir A, Muhith A, Ideputri ME.

    Buku Ajar Metodologi penelitian

    kesehatan. Yogyakarta: Nuha

    Medika; 2011, hal. 195-197.

    30. Notoatmodjo S. Metodologi

    Penelitian Kesehatan. Edisi

    Revisi. Jakarta: Rineka Cipta;

    2005.

    31. Bustan MN, Arsunan A. Pengantar

    Epidemiologi. Jakarta: Rineka

    Cipta, 1997. Hal. 4-7.

    32. Pratiknya AW. Dasar-Dasar

    Metodologi Penelitian Kedokteran

    dan Kesehatan. Jakarta: Rajawali

    Pers, 2010, hal. 50 76, 164

    174.

    33. Sastroasmoro, sudigdo. Dasar-

    Dasar Metodologi Penelitian

    Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara;

    1995.

    34. Sastrawinata, Sulaiman. Obstetri

    Patologi. Jakarta: EGC. 2004.