jurnal dewi agustina purwaningsih 131111030
DESCRIPTION
hyhyTRANSCRIPT
![Page 1: JURNAL Dewi Agustina Purwaningsih 131111030](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022020208/563dbb1d550346aa9aaa614c/html5/thumbnails/1.jpg)
1
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL IBU DENGAN KECEMASAN REMAJA
MENGHADAPI MENSTRUASI DI SDN PANJANG JIWO 1 SURABAYA
(Correlation of Mother’s Social Support with Adolecent’s Anxiety to Confront
Menstruation at SDN Panjang Jiwo 1 Surabaya)
Dewi Agustina Purwaningsih*, Ni Ketut Alit Armini **, Aria Aulia Nastiti**
*Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C
Mulyorejo Surabaya 60115 Telp. (031)5913752, 5913754, Fax. (031)5913257
Email: [email protected]
ABSTRAK
Pendahuluan: Kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan atau
perasaan tidak menentu yang dirasakan oleh seseorang. Remaja yang mengalami
kecemasan bisa diakibatkan oleh menstruasi, terutama pada 1-3 tahun menarche.
Kecemasan yang tidak segera ditangani dapat menjadi faktor penghambat dalam belajar
yang mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif remaja. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan dukungan sosial ibu dengan kecemasan remaja dalam
menghadapi menstruasi di SDN Panjangn Jiwo 1 Surabaya. Metode: Desain penelitian
ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah
semua siswi kelas 6 SDN Panjang Jiwo 1 Surabaya. Sedangkan sampel yang digunakan
sebesar 26 responden berdasarkan purposive samplin. Variabel independen ini adalah
dukungan sosial ibu dengan variabel dependennya adalah kecemasan remaja menghadapi
menstruasi. Pengumpulan data menggunakan kuisioner dan dianalisis menggunakan uji
statistik spearmen rho dengan tingkat kemaknaan p ≤ 0,05. Hasil: Hasil penelitian ini
menunjukkan hubungan koefisien korelasi perceived p= 0,034 dengan tingkat signifikansi
r = -0,418. Diskusi: Dukungan sosial ibu memiliki hubungan yang cukup kuat dengan
kecemasan remaja menghadapi menstruasi di SDN Panjang Jiwo 1 Surabaya. Penelitian
selanjutnya disarankan untuk mengikutsertakan ibu sebagai responden untuk menurunkan
kecemasan remaja menghadapi menstruasi.
Kata Kunci: dukungan sosial ibu, kecemasan remaja, menstruasi
ABSTRACT
Introduction: Anxiety is an unpleasant feeling or sense of uncertainty felt by
someone. adolescents who experience anxiety can be caused by menstruation, especially
in early 1-3 years menarche. Untreated Anxiety can interfere aldolescent’s study. The
purpose of this research is to knowing the relationship between mother’s social support
with adolescent’s anxiety in confronting menstruation at SDN Panjang Jiwo 1 Surabaya.
Method: The design of this study was descriptive analytical with cross sectional
approach. The population was student in 6th grade in SDN Panjang Jiwo 1 Surabaya. The
26 sample respondents were chosen by purposive sampling technique. The independent
variables in this study was mother’s social support. The dependent variable was
adolescent’s anxiety. The data was collected using questionnare and analyzed using
Spearmen rho test with a degree of significance p ≤ 0,05. Result: The result showed the
correlation between perceived susceptibility p = 0,034 with significant r = -0,418.
Discussion: Mother’s social support had a strong enough with adolescent’s anxiety in
confronting menstruation at SDN Panjang Jiwo 1 Surabaya. Further research was
suggested to invole mother as a respondent to decrease adolescent’s anxiety to comfront
menstruation.
Keyword: mother’s social support, adolescent’s anxiety, menstruation
![Page 2: JURNAL Dewi Agustina Purwaningsih 131111030](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022020208/563dbb1d550346aa9aaa614c/html5/thumbnails/2.jpg)
2
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah masa transisi
dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
yang ditandai dengan menarche dan juga
perubahan-perubahan fisik yang drastis.
Perubahan fisik yang cepat dan luas di
masa pubertas terjadi beriringan dengan
pergolakan emosi dan pertumbuhan
psikis remaja. Hal tersebut dapat
menimbulkan perasaan bingung,
berbagai pertanyaan, ketakutan dan
kecemasan (Proverawati, 2009). Saat
memasuki periode baru dapat muncul
masalah yang serius, dalam masa ini
seringkali remaja mengalami
kecemasan, tentang cara mengatasi
perubahan yang terjadi pada dirinya.
Kecemasan yang dialami oleh remaja
putri sering terjadi pada saat
menghadapi menstruasi terutama bagi
mereka yang masih dalam siklus awal
menstruasi (1-3 tahun post menarche)
yang terjadi karena faktor hormonal
(Golchin et al, 2012). Menstruasi
merupakan aspek pubertas yang
berpengaruh pada kualitas dan
kenyamanan dalam pendidikan
dibanding aspek pubertas lain
(UNESCO, 2014). Kebanyakan orang
menganggap remaja yang mengalami
menarche adalah sesuatu yang biasa
padahal pada masa ini adalah masa kritis
bagi remaja dalam masa pubertas
(Sommer, Sutherland, & Chandra-
Mouli, 2015). Menurut Isaacs (2004)
gejala kecemasan antara lain adanya
kekhawatiran berlebihan, gelisah,
tegang, mudah lelah, sulit
berkonsentrasi, ketegangan dan
gangguan tidur. Remaja yang
mengalami menarche membutuhkan
kesiapan mental yang baik karena hal ini
merupakan sesuatu yang baru bagi
dirinya (Ni'mah, 2014). Perubahan fisik
yang secara drastis terjadi terhadap
dirinya mengakibatkan kekhawatiran
pada diri remaja (Potter & Perry, 2009).
Meskipun remaja sudah mendapatkan
informasi mengenai menstruasi
sebelumnya namun tetep saja menstruasi
menjadi sesuatu yang mencemaskan
karena merupakan pengalaman pertama
bagi remaja. Kondisi ini akan
menimbulkan kecemasan pada anak,
bahkan sering tumbuh keyakinan bahwa
menstruasi adalah sesuatu yang tidak
menyenangkan atau serius yang
mengakibatkan remaja mengembangkan
sikap negatif menarche dan melihatnya
sebagai penyakit (Llewellyn-Jones,
2005). Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk mengurangi kecemasan
remaja adalah pemberian dukungan
sosial dari orang yang dicintai salah
satunya ibu (Moloney, 2008). Dukungan
sosial yang diberikan ibu kepada putri
dapat mengurangi kecemasan yang
terjadi dalam dirinya (Lieberman, 1992).
Data pendahuluan didapatkan sebanyak
65% siswi di SDN Panjang Jiwo 1
menyatakan bahwa mereka mengetahui
pertama kali mengenai menstruasi dari
media massa terutama TV dan juga dari
teman, guru serta ibu baru menjelaskan
apa itu menstruasi saat anak sudah
mengalami menstruasi. Dukungan sosial
ibu terhadap putrinya dalam menghadapi
menstruasi masih belum jelas.
Data yang diperoleh dari Riskesdas
(2010) menunjukan bahwa usia
menstruasi pertama 37,5% pada usia 13-
14; 19,8% usia 15-16 tahun; 4,5% pada
usia 17 tahun keatas dan 0,1% usia 6-8
tahun. Usia menstruasi awal saat ini di
negara berkembang termasuk Indonesia
mengalami pergeseran usia yaitu dari
usia awal 16-17 tahun menjadi usia 12-
13 tahun (Rasjidi, 2010). Menurut
penelitian di SD Negeri 1 Kretek
Kecamatan Paguyangan Kabupaten
Brebes tahun 2011 siswi yang tidak siap
menghadapi menarche didapati bahwa
dari 48 anak, sebanyak 27 anak
(56,25%) positif dan 38 anak (79,17%)
bersikap negatif (Jayanti & Purwanti,
2012). Penelitian Sasongko (2009),
menyebutkan bahwa dari 60 responden
terdapat 18,33% siswa mengalami
tingkat kecemasan ringan, 55%
mengalami tingkat kecemasan sedang,
dan 26,67 % mengalami tingkat
kecemasan berat dalam menghadapi
menarche. Kecemasan dapat terjadi pada
semua remaja termasuk remaja di SDN
Panjang Jiwo 1 Surabaya. Berdasarkan
![Page 3: JURNAL Dewi Agustina Purwaningsih 131111030](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022020208/563dbb1d550346aa9aaa614c/html5/thumbnails/3.jpg)
3
studi pendahuluan didapatkan jumlah
siswi kelas VI 37 siswi dan 72.97%
siswi sudah mengalami menstruasi.
Penyebaran kuisioner kepada 20 siswi
usia 11- 13 tahun didapatkan sebanyak
11 siswi mengalami kecemasan. Para
siswi mulai menarche pada usia 10
tahun (5 %), 11 tahun (60%), dan 12
tahun (35%). Sebanyak 60 %
menyatakan cemas dalam menghadapi
menstruasi dan 75% menyatakan baru
dijelaskan mengenai menstruasai oleh
ibu setelah sang anak mengalami
menstruasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kesiapan remaja dalam mengahadapi
menstruasi adalah usia, sumber
informasi, dan sikap remaja sendiri
(Jayanti & Purwanti, 2012). Pergeseran
usia remaja yang alami menarche dari
usia 16-17 menjadi 12 tahun bahkan 10
tahun sudah dianggap memasuki remaja
dan siap menghadapi dunia dewasa
namun remaja belum siap menghadapi
kehidupan nyata orang dewasa atau
remaja menjadi dewasa tanpa diimbangi
dengan perkembangan psikologis
(Solihah, 2013). Sumber informasi yang
untuk remaja bisa dari sekolah, orang
tua, dan media lain. Pendidikan
mengenai kesehatan reproduksi terutama
mengenai menstruasi jarang
didiskusikan dalam sekolah maupun
dalam keluarga serta belum tersedianya
pendidikan kesehatan secara baik di
sekolah, media massa atau keluarga
dapat menjadi pemicu terjadinya
kecemasan pada remaja (Golchin et al,
2012). Menurut pihak guru di SDN
Panjang Jiwo 1, pendidikan mengenai
kesehatan reproduksi saat menstruasi
belum diberikan namun pembelajaran
mengenai teori dasar menstruasi seperti
apa yang dimaksud dengan menstruasi
dan bagaimana terjadinya menstruasi
sudah diberikan pada kelas 6 di
pelajaran agama serta IPA. Sekolah
belum pernah mendapatkan penyuluhan
mengenai menstruasi maupun kesehatan
reproduksi lain. Dalam penelitian Gulhin
et al (2012) di Iran ditemukan bahwa
kebanyakan dari remaja disana merasa
cemas dan malu tentang penampilan
fisik dan perubahan psikologis selama
masa pubertas. Sieber et al (1977)
mengungkapkan bahwa kecemasan
dianggap sebagai salah satu faktor
penghambat dalam belajar yang
mengganggu kinerja fungsi-fungsi
kognitif seseorang, misalnya dalam
berkonsentrasi, mengingat,
pembentukan konsep, dan pemecahan
masalah. Sebenarnya kecemasan adalah
sesuatau yang normal yang muncul yang
menekan dan itu bersifat sebentar
(Ramaiah, 2003). Namun apabila
kecemasan berlarut yang dibiarkan pada
anak dapat mengakibatkan timbul
perasaan rendah diri ataupun anak akan
merasa bahwa dirinya akan mudah sakit
saat menstruasi sehingga dia tidak berani
keluar rumah dan mendapatkan rasa
kasihan dari berbagai pihak.
Berdasarkan dari pengalaman itu remaja
menggunakan menstruasi sebagai
mekanisme pembelaan diri yang akan
dipergunakan remaja agar terbebas dari
tugas ataupun menghindari sekolah
(Kartono, 2006).
Menarche merupakan peristiwa
penting dalam kehidupan remaja sebagai
penanda kesuburan dan salah satu tanda
bahwa remaja telah memasuki masa
pubertas. Remaja yang akan mengalami
menstruasi pertama (menarche)
membutuhkan kesiapan mental yang
baik (Nagar & Aimol, 2010). Remaja
perlu melakukan penyesuaian yang
membutuhkan dukungan dari dalam
lingkungan keluarga. Keluarga adalah
wilayah sosialisasi awal bagi remaja. Di
dalam keluarga remaja dapat
mendapatkan kehangatan dan juga
tuntunan perilaku agar berkembang
sesuai dengan harapan (Windyarini,
2009). Mayoritas di India 75,58%
remaja telah membahas masalah haid
dengan seseorang dan kebanyakan dari
mereka, sebesar 38,15% bicara dengan
ibunya (Dambhare et al, 2012). Remaja
mulai mengenal berbagai proses seksual
yang sedang terjadi pada tubuh dan
jiwanya pertama kali melalui ibu
(Sarwono, 2008). Umumnya anak
perempuan akan memberi tahu ibunya
saat menstruasi pertama kali (Santrock,
![Page 4: JURNAL Dewi Agustina Purwaningsih 131111030](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022020208/563dbb1d550346aa9aaa614c/html5/thumbnails/4.jpg)
4
2003). Teori Green mengungkapkan
kesehatan seseorang dipengaruhi oleh
faktor perilaku yang terbentuk dari
faktor predisposisi, faktor pendukung
serta faktor pendorong. Dukungan sosial
Ibu merupakan faktor pendorong
dimana akan memberikan efektifitas
yang besar kenyamanan dan
keterbukaan anak sehingga anak dapat
menceritakan masalah serta keluh
kesahnya yang berimbas pada penuruna
kecemasan (Beadle & Cahill, 2013).
Penelitian di Iran didapatkan 35% dari
157 remaja menyatakan bahwa mereka
membutuhkan informasi yang jelas dan
dukungan sosial kepada mereka dan
menjelaskan kepada mereka bahwa
menstruasi adalah wajar dan merupakan
fenomena yang tidak perlu dicemaskan
dan ibu dapat memberi dukungan sosial
serta meyakinkan remaja mereka
(Golchin, Hamzehgardeshi, Fakhri, &
Hamzehgardeshi, 2012).
BAHAN DAN METODE
Rancangan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan jenis penelitian
deskriptif dan menggunakan metode
cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VI SDN Panjang Jiwo 1 tahun ajaran
2015/2016 sebanyak 37 siswi.
Pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik Nonprobability sampling dengan
tipe purposive sampling yaitu besar
sampel dalam penelitian ditentukan
dalam kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi (Nursalam, 2013). Kriteria
inklusi dalam penelitian ini adalah:
Siswi yang sudah mengalami menarche
(dalam kurun 1 - 2 tahun menstruasi)
dan siswi yang berusia 10-14 tahun.
Kriteria eksklusi penelitian ini adalah
siswi yang pada saat pengambilan data
berhalangan hadir dikarenakan ijin atau
sakit.
Variabel bebas (independent)
dalam penelitian ini adalah dukungan
sosial ibu sedangkan variabel terikat
(dependent) dalam penelitian ini adalah
kecemasan remaja. Alat ukur untuk
pengetahuan dan sikap berupa kuisioner
yang diisi sekitar 30 menit. Data yang
terkumpul kemudian dianalisis
menggunakan uji statistik Spearman rho
dengan tingkat kemaknaan <0,05 dengan
korelasi r = -0,418. Nilai p lebih kecil
dari 0,05 maka H1 diterima dan H0
ditolak, hal ini menunjukkan bahwa
adanya hubungan dukungan sosial ibu
dengan kecemasan remaja menghadapi
menstruasi yang cukup kuat.
HASIL
Setelah dilakukan analisa data dan
menguji hasil penelitian secara
kuantitatif (dengan uji statistik
Spearman rho) diperoleh hasil bahwa
terdapat hubungan antara dukungan
sosial dengan kecemasan remaja
menghadapi menstruasi dengan hasil
sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi karakteristik data
umum responden hubungan
dukungan sosial ibu dengan
kecemasan remaja menghadapi
menstruasi di SDN Panjang
Jiwo 1 Surabaya, Mei 2015.
No Karakteristik
Responden Parameter f %
1. Usia 11 tahun 1 3,8
12 tahun 16 61,5
13 tahun 9 34,6
Total 26 100
2. Usia menarche 10 tahun 2 7,7
11 tahun 14 53,8
12 tahun 9 34,6
13 tahun 1 3,8
Total 26 100
3. Pendidikan Ibu Perguruan
Tinggi
5 19,2
SMA 14 53,8
SMP 5 19,2
SD 2 7,7
Total 26 100
4. Kakak
perempuan
Ada 6 23,1
Tidak ada 20 76,9
Total 26 100
Berdasarkan dapat menjelaskan
menurut usia karakteristik responden
paling banyak pada usia 12 tahun
sebanyak 16 siswi (34,6%). Usia
menarche siswi kelas 6 sebanyak 14
siswi (53,8%) pada usia 11 tahun.
Pendidikan terakhir ibu lebih banyak
lulusan SMA dengan jumlah 14 siswi
(53,8%). Hanya sedikit siswa yang
![Page 5: JURNAL Dewi Agustina Purwaningsih 131111030](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022020208/563dbb1d550346aa9aaa614c/html5/thumbnails/5.jpg)
5
memiliki kakak perempuan yaitu 6 siswi
(23,1%).
Tabel 2. Tingkat kecemasan remaja
menghadapi menstruasi di
SDN Panjang Jiwo 1
Surabaya, Mei 2015 Tingkat kecemasan f %
Ringan 17 65,4
Sedang 9 34,6
Total 26 100
Tabel 2 menunjukkan bahwa
sebagian besar responden mengalami
kecemasan ringan sejumlah 17 siswi
(65,4%) dan 9 siswi (34,6%) mengalami
kecemasan sedang.
Tabel 3. Tingkat dukungan sosial ibu
pada remaja yang alami
menstruasi di SDN Panjang
Jiwo 1 Surabaya, Mei 2015 Tingkat dukungan f %
Baik 10 38,5
Cukup 5 19,2
Kurang 11 42,3
Total 26 100
Tabel 3 menunjukkan bahwa
banyak siswi yang mengalami
menstruasi mendapatkan dukungan
kurang dari ibu sebanyak 11 siswi
(42,3%) dan baik sebanyak 10 siswi
(38,5%).
Tabel 4. Jenis dukungan sosial yang
dominan diterima oleh
remaja yang remaja
menghadapi menstruasi di
SDN Panjang Jiwo 1
Surabaya Mei 2015 No Komponen dukungan
sosial
f %
1. Dukungan emosional 13 50
2. Dukungan penghargaan 2 7,7
3. Dukungan instrumental 1 3,8
4. Dukungan informasi 10 38,5
Total 26 100
Dari tabel 4. dapat
diidentifikasikan bahwa dukungan sosial
ibu paling banyak diberikan kepada
remaja putri di SDN panjang Jiwo 1
yaitu komponen dukungan emosional
sebanyak 13 siswi (50%) yang disusul
dengan dukungan informasi sebanyak 10
siswi (38,5%).
Tabel 5. Analisis hubungan dukungan
sosial ibu dengan kecemasan
remaja menghadapi menstruasi
di SDN Panjang Jiwo 1
Surabaya
Dukungan
sosial ibu
Kecemasan remaja
menghadapi
menstruasi Total
Ringan Sedang
f % f % Σ %
Baik 9 34,6 1 3,9 10 38,5
Cukup 3 11,5 2 7,7 5 19,2
Kurang 5 19,2 6 23,1 11 42,3
Total 17 65,3 9 34,7 26 100
Spearman Rho r = -0,418 p = 0,034
Berdasarkan hasil analisa statistik
dengan menggunakan uji korelasi
spearman rho dengan korelasi r = -0,418
artinya nilai berkebalikan yaitu jika
dukungan sosial ibu tinggi maka
kecemasan remaja akan turun dan nilai p
= 0,034. Nilai p lebih kecil dari 0,05
menandakan H1 diterima dan H0
ditolak, hal ini menunjukkan bahwa
adanya hubungan dukungan sosial ibu
dengan kecemasan remaja menghadapi
menstruasi yang cukup kuat.
PEMBAHASAN
Distribusi jumlah responden
berdasarkan tingkat kecemasan yang
terbanyak adalah kecemasan ringan
sebanyak 17 siswi (65,4%) dan cemas
sedang sebanyak 9 siswi (34,6%) namun
tidak ada siswi yang mengalami
kecemasan berat. Responden dengan
kecemasan ringan sebanyak 10 siswi
(58,8%) berusia 12 tahun dan 7 siswi
(41,2%) berusia 13 tahun. Rata-rata
responden mulai menarche pada usia 12
tahun sebanyak 8 siswi (47,1%). Pada
rentang usia 10-14 tahun adalah usia
yang memasuki remaja awal dengan ciri
remaja pada kesehatan psikologis
mengalami perubahan suasana yang
fluktuatif (Potter & Perry, 2009).
Kecemasan diartikan sebagai
pengalaman tertentu mengenai perasaan
yang tidak menyenangkan (Harini,
2013). Salah satu faktor yang dapat
menyebabkan kecemasan adalah usia
dan pengetahuan (Hurlock, 1998). Usia
remaja awal akan cenderung lebih
mudah mengalami kecemasan karena
![Page 6: JURNAL Dewi Agustina Purwaningsih 131111030](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022020208/563dbb1d550346aa9aaa614c/html5/thumbnails/6.jpg)
6
masih masuk dalam usia peralihan dari
usia anak-anak ke remaja. Pada masa ini
mereka masih dalam proses pencarian
jati diri dan proses berpikiran yang lebih
baik. Siswi kelas 6 di SDN Panjang Jiwo
1 Surabaya sudah mendapatkan materi
mendapatkan materi mengenai
menstruasi dari guru kelas dan guru
agama tentang apa itu menstruasi dan
bagaimana bisa terjadi. Pendidikan
mengenai menstruasi yang telah
diterima oleh responden memungkinkan
turunnya kecemasan yang dialami.
Alasan ini juga memungkinkan mengapa
tidak ada responden yang mengalami
cemas berat .
Para responden yang mengalami
kecemasan sedang dengan usia rata-rata
menarche 11 tahun sebanyak 6 siswi.
Faktor lain yang dapat menimbulkan
kecemasan adalah pengalaman
(Hurlock, 1998). Pada responden nomor
21 baru pertama kali mengalami
menstruasi dan tidak memiliki kakak
perempuan. Kemungkinan kecemasan
sedang terjadi dikarenakan pengalaman
pertama yang dirasakan menimbulkan
kecemasan yang lebih tinggi dari pada
seseorang belum memiliki pengalaman
sama sekali ditambah lagi responden
tidak memiliki kakak perempuan
sebagai salah satu sistem pendukung
yang memungkinkan untuk mengurangi
kecemasan yang dirasakan.
Tingkat dukungan sosial ibu yang
dirasakan oleh remaja di SDN Panjang
Jiwo 1 Surabaya dari 26 siswi
didapatkan 11 siswi (42,3%)
mendapatkan dukungan kurang, 10 siswi
(38,5%) mendapatkan dukungan sosial
baik, dan sebanyak 5 siswi (19,2%)
mendapatkan dukungan yang cukup.
Dukungan sosial adalah dukungan yang
diberikan baik secara materi, informasi,
emosi yang berguna untuk
meningkatkan keadaan fisik dan
psikologis seseorang (Widhaninggar,
2010). Menurut Potter dan Perry (2009)
pada masa remaja awal remaja masih
memiliki keinginan yang kuat untuk
bergantung kepada orang tua sekaligus
berusaha mandiri. Pada hasil penelitian
didapatkan bahwa tingkat dukungan
sosial yang dirasakan oleh remaja dalam
tingkat yang kurang. Ibu harus secara
emosional mendukung dan
berpengetahuan mengenai menstruasi
(Gilloly 1998; Rierdan et al, 1983 dalam
White, 2013). Faktor yang berpengaruh
dalam pemberian dukungan sosial
adalah pendidikan (Triyanto & Iskandar,
2014). Pada responden nomor 7 dan 13
mendapatkan dukungan yang kurang
dengan pendidikan terakhir ibu
responden adalah SD, namun berbeda
pada responden nomor 1 dan 17
mendapatkan dukungan yang baik
dengan tingkat pendidikan terakhir ibu
perguruan tinggi. Tingkat pendidikan
ibu dapat mempengaruhi dukungan yang
diberikan, semakin tinggi tingkatan ilmu
seseorang maka akan semakin tinggi
pula tingkat pengertian dan
pemahamannya. Seperti halnya
pengetahuan ibu mengenai kondisi
seseorang yang mengalami menstruasi
yang diketahui ibu dengan baik akan
membantunya dalam hal pemberian
dukungan yang dibutuhkan oleh putri
remajanya.
Jenis dukungan sosial menurut
Wills dan Ainette (Baum dkk, 2012)
dibagi menjadi 4 yaitu dukungan
emosional, penghargaan, instrumental,
dan informasi. Pada tabel 5.4
menunjukkan mengenai presentase jenis
dukungan yang dirasakan responden
dengan dukungan emosional sebanyak
13 siswi (50%), dukungan informasi
sebanyak 10 siswi (38,5%), dukungan
penghargan sebanyak 2 siswi (7,7%) dan
dukungan instrumental sebanyak 1 siswi
(3,8%). Dukungan yang dibutuhkan
setiap individu berbeda tergantung dari
kebutuhannya (Sarafino & Smith, 2013).
Menurut Catur dkk (2009) dukungan
sosial bukan sekedar memberikan
bantuan, tetapi yang penting adalah
bagaimana persepsi dari penangkapan
penerima terhadap makna dari bantuan
itu. Hal ini juga memungkinkan remaja
lebih merasakan dukungan
informasional dan emosional karena
mereka lebih merasakan manfaat
bantuan bagi dirinya. Saat pertama kali
mereka merasakan adanya perubahan
![Page 7: JURNAL Dewi Agustina Purwaningsih 131111030](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022020208/563dbb1d550346aa9aaa614c/html5/thumbnails/7.jpg)
7
dalam dirinya dia akan memiliki banyak
pertanyaan dalam dirinya kenapa bisa
terjadi hal tersebut. Pada saat seperti
itulah remaja sangat membutuhkan
informasi yang benar mengenai apa
yang terjadi dalam dirinya meskipun
sebenarnya dukungan instrumental dan
penghargaan juga mereka dapatkan.
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa ada hubungan antara
dukungan sosial ibu dengan kecemasan
remaja menghadapi menstruasi, yang
ditunjukkan dengan uji analisis statistik
dengan nilai r = -0,418 dan p = 0,034.
Nilai p < 0,05 menunjukan bahwa
hubungan signifikan dan nilai koefisien
(r) – 0,418. Hal ini berarti menunjukan
bahwa tingkat hubungan yang cukup
kuat dengan arah korelasi negatif antara
dukungan sosial ibu dengan kecemasan
remaja menghadapi menstruasi yang
berarti semakin baik dukungan yang
diberikan maka semakin turun tingkat
kecemasan yang dirasakan. Hal ini
sejalan dengan teori Green (1991) yang
menyatakan bahwa dukungan sosial
yang merupakan salah satu faktor
pendukung atau renforcing factors
memiliki hubungan dengan perilaku
seseorang dalam hal ini adalah
kecemasan remaja. Dukungan yang
diberikan ibu akan memberikan
kenyamanan dan keterbukaan pada anak
sehingga anak dapat menceritakan
masalah serta keluh kesahnya yang
mampu menurunkan kecemasan anak
(Beadle & Cahill, 2013).
Tabulasi silang pada tabel pada
tabel 5 pada dukungan yang paling
banyak dirasakan siswi di SDN Panjang
Jiwo 1 Surabaya merupakan dukungan
kurang sebanyak 11 siswi (42,3%)
dengan 5 siswi (19,2%) merasakan
cemas ringan dan 6 siswi (23,1%) cemas
sedang. Responden yang mengalami
cemas ringan bisa dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu usia, lingkungan,
pengalaman, dan sistem pendukung lain
(Hurlock, 1998). Nomor 11 dan 23
masing masing memiliki kakak
perempuan yang bisa menjadi salah satu
bagian sumber pendukung lain.
Kemungkinan karena adanya kakak
perempuan dapat membantu remaja
mendapatkan informasi dari pengalaman
kakaknya sehingga kecemasan yang
dialami dalam tingkat yang ringan
meskipun dukungan yang diberikan oleh
ibu kurang. Sedangkan responden
dengan nomor 12, 13, dan 25 berusia 12
tahun dan rata-rata remaja dengan usia
11 tahun sebanyak 53,8% sudah
mengalami menarche sehingga remaja
dapat mendapatkan informasi atau
sistem pendukung lain dari teman
sebayanya sehingga kecemasan yang
dirasakan dalam tingkat rendah
meskipun dukungan yang diterima dari
ibu kurang. Pada ibu responden nomor
13 berpendidikan SD, menurut Triyanto
dan Iskandar (2014) dalam penilitiannya
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
ataupun pengetahuan dapat
mempengaruhi tingkat dukungan sosial
yang diberikan. Tinggi rendahnya
tingkat pendidikan akan mempengaruhi
pengetahuan ibu, semakin tinggi
pendidikan ibu memungkinkan ibu
mengetahui dengan lebih rinci apa yang
terjadi pada anaknya sehingga ibu
mampu memberikan dukungan yang
sesuai bagi putrinya.
Hasil penelitian menunjukkan
sebanyak 10 siswi (38,5%) menerima
dukungan baik dengan 9 siswi (34,6%)
mengalami kecemasan ringan dan 1
siswi (3,9%) mengalami kecemasan
sedang. Sesuai dengan uji statistik
seharusnya dengan dukungan yang baik
maka kecemasan yang dirasakan oleh
responden dalam rentang nilai yang
rendah namun masih terdapat 1
responden yang mengalami cemas
sedang yaitu nomor 4. Kemungkinan
yang mengakibatkan hal ini terjadi
adalah pengalaman reponden nomor 4
yang baru pertama kali sehingga dia
masih merasakan kecemasan yang
sedang meskipun sudah mendapatkan
dukungan yang baik dari ibu. Seseorang
dengan pengalaman pertama masih
mencari cari cara bagaimana
menyelesaikan masalah yang dialami.
Pada pengalaman yang pertama belum
tentu dia sudah menemukan jalan untuk
menyelesaikan keadaannya oleh karena
![Page 8: JURNAL Dewi Agustina Purwaningsih 131111030](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022020208/563dbb1d550346aa9aaa614c/html5/thumbnails/8.jpg)
8
itu pada pengalaman selanjutnya dia
masih merasakan kecemasan.
Dukungan dengan nilai presentase
paling rendah adalah dukungan cukup
sebanyak 5 siswi (19,2%) dengan 3
siswi (11,5%) alami cemas ringan, pada
nomor 19 kemungkinan yang
mempengaruhi adalah sumber dukungan
lain yaitu responden memiliki kakak
perempuan sebanyak 2 orang. Semakin
banyak orang yang mendukung semakin
mudah bagi individu untuk
menyelesaikan masalahnya (Taylor,
1991). Dukungan yang didapatkan dari
ibu dalam rentang yang cukup akan
tetapi remaja masih bisa menurunkan
kecemasannya karena dia dapat belajar
dari informasi atau pengalaman yang
dihadapi oleh kedua kakak
perempuannya.
Responden yang mendapatkan
dukungan cukup dengan kecemasn
sedang berjumlah 2 siswi (7,7%) dengan
nomor responden 2 dan 6, usia yang
lebih muda akan lebih mudah
mengalami gangguan akibat kecemasan
daripada seseorang yang lebih tua
(Varcoralis, 2000). Pada responden
nomor 2 kemungkinan yang
mempengaruhi adalah usia menarche
yang lebih muda dari teman teman yang
lain sehingga dia merasa cemas dan
ditambah lagi dia merupakan anak
perempuan pertama sehingga tidak ada
tempat untuk bertukar pengalaman.
SIMPULAN & SARAN
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, maka dapat dirumuskan
kesimpulan sebagai berikut: 1)
Kecemasan remaja menghadapi
menstruasi kelas 6 di SDN panjang Jiwo
1 Surabaya sebagian besar mengalami
cemas ringan; 2) Dukungan sosial yang
diberikan ibu kepada remaja pada
kenyataan tidak mutlak akan
menurunkan tingkat kecemasan yang
dirasakannya tergantung dari persepsi
masing-masing individu sendiri dan
dukungan sosial yang dirasakan oleh
remaja kebanyakan dalam tingkat baik;
3) Semakin baik dukungan sosial ibu
maka semakin turun tingkat kecemasan
yang dirasakan remaja saat menghadapi
menstruasi.
SARAN
Pertimbangan bagi pihak sekolah
untuk pemberian materi kesehatan
reproduksi lebih mendalam kepada para
siswa sebagai pengetahuan awal bagi
remaja yang dapat mendukung
pemberian dukungan sosial ibu di SDN
Panjang Jiwo 1 Surabaya. Bagi petugas
kesehatan khususnya perawat perlunya
untuk meningkatkan pengetahuan ibu
bagaimana cara menghadapi remajanya
yang mengalami menstruasi. Bagi
peneliti selanjutnya diperlukan untuk
melakukan penelitian lebih mendalam
yang sifatnya kualitatif menggunakan
teknik wawancara atau observasi oleh
peneliti langsung atau teknik yang lain
selain kuisioner baik kepada remaja
maupun ibu agar didapatkan data yang
lebih lengkap. terkait dengan dukungan
sosial ibu dengan kecemasan remaja
menghadapi menstruasi.
KEPUSTAKAAN
Baum, A, Revenson, TA, & Singer, J
2012, Hand book of healt
psychology second edition, Taylor
& Francis Group, New York.
Beadle, S, & Cahill, H 2013, Talking
about sexual and reproductive
health: Promoting better
communication between parents
and children in Asia UNESCO
good policy and practice in HIV
and health education booklet 7:
Gender equality, HIV and
education booklet 7, Gender
Equality, HI, UNESCO, Paris.
Dambhare, DG, Wagh, SV, & Dudhe, J
Y 2012. Age at menarche and
menstrual cycle pattern among
school adolescent girls in central
india. Global Journal of Health
Science, 4(1) 105-11.
![Page 9: JURNAL Dewi Agustina Purwaningsih 131111030](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022020208/563dbb1d550346aa9aaa614c/html5/thumbnails/9.jpg)
9
Golchin, NA, Hamzehgardeshi, Z,
Fakhri, M& Hamzehgardeshi, L
2012, The experience of puberty
in Iranian adolescent girls: A
qualitative content analysis, BMC
Public Health , hal.2:698.
Green, LW & Kreuter, MW 1991,
Health promoion planning an
educational and environmental
approach second edition,
Mayfield PublishingCompany,
United State.
Harini, N 2013, 'Terapi untuk
mengurang kecemasan', JIPT, vol.
01, no. 02, hal. 291-303.
Hurlock, EB 1997, Psikologi
Perkembangan Suatu pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan
Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta.
Isaacs, A 2004, Panduan belajar
keperawatan kesehatan jiwa dan
psikiatrik, EGC, Jakarta.
Jayanti, NF & Purwanti, S 2012,
Deskripsi faktor-faktor yang
mempengaruhi kesiapan anak
dalam menghadapi menarche di
SD Negeri Kretek Kecamatan
Paguyangan Kabupaten Brebes
tahun 2011. Jurnal Ilmiah
Kebidanan , Vol.3, No.1, Edisi
Juni 2012.
Kartono, K 2006, Psikologi wanita:
Mengenal gad is remaja & wanita
dewasa, jilid 1, Mandar Maju,
Bandung.
Lieberman, M 1992, Handbook of
Stress: Theoritical & clinical
aspects the effect of social support
on respond on stress, Collier
MacMillan Publisher, London.
Llewellyn-Jones, D 2005, Setiap wanita,
Delapratasa Publishing.
Moloney, S 2008, An indigenous-
inspired quiet revolution, Mothers
and daughters at menarche , 112-
122 vol. 10, no. 2, dilihat 20 April
2015, <pi.library.yorku.com>.
Nagar, S & Aimol, R 2010, Knowledge
of Adolescent Girls Regarding
Menstruation in Tribal Areas of
Meghalaya, Journal. Vol. 8. No.
1, Department of Human
Development, College of Home
Science, India.
Ni'mah, L 2014, Modul psikoedukasi
untuk menurunkan kecemasan
dalam menghadapi menarche
pada siswi SDN di Kecamatan
Tambaksari Surabaya, Tesis
Fakultas Keperawatan,
Universitas Airlangga.
Nursalam 2013, Metodologi penelitian
ilmu keperawatan: Pendekatan
praktis, edisi 3, Salemba Medika,
Jakarta.
Potter, PA & Perry, AG 2009,
Fundamental keperawatan buku 1
edisi 7, Alih bahasa: Adriana
Ferderika N, Salemba Medika,
Jakarta.
Proverawati, MS 2009, Menarche,
menstruasi pertama penuh makna,
Nuha Medika, Yogjakarta.
Ramaiah, S 2003, Kecemasan,
bagaimana mengatasi
penyebabnya edisi 1, Penerjemah:
Mien Joebhaar, Pustaka Populer
Obor, Jakarta.
Rasjidi, I 2010, 100 Question & answer
kanker pada wanita, Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Riskesdas 2010, Riset Kesehatan Dasar
2010, dilihat 25 Februari 2015,
<http://www.litbang.kemkes.go.id
/sites/download/buku_laporan/lap
nas_riskesdas2010/Laporan_riske
sdas_2010.pdf>.
Santrock, JW 2007, Child development
11st, Alih Bahasa: Mila
Rachmawati & Anna Kuswati,
Erlangga, Jakarta.
![Page 10: JURNAL Dewi Agustina Purwaningsih 131111030](https://reader030.vdocuments.net/reader030/viewer/2022020208/563dbb1d550346aa9aaa614c/html5/thumbnails/10.jpg)
10
Sarwono, SW 2008, Psikologi remaja,
PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Sarwono 2009, Statistik itu mudah:
Panduan lengkap untuk
belajar komputasi statistik
menggunakan SPSS 16,
Penerbit Andi, Yogyakarta.
Sasongko, B 2009, Tingkat
kecemasansiswa dalam
menghadapi menarche,
Banyuwangi, Skripsi
Universitas Bakti Indonesia
Banyuwangi.
Solihah, IA 2013, Hubungan
pengetahuan tentang menstruasi
dengan tingkat kecemasan saat
menghadapi menarche di SMPN 1
Baleendah Bandung. Cakrawala
Galuh , 55-62 vol.II no.6.
Sommer, M, Sutherland, C& Chandra-
Mouli, V 2015, Putting Menarche
and Girls into The Global
Population Health Agenda,
Reproductive Health.
Taylor, SE 1991, Health psychology,
University of California, LA.
UNESCO 2014, Puberty educational
and menstrual hygiene
management, UNESCO, France.
White, LR 2013, The function of
ethnicity, income level, and
menstrual taboos in
postmenarcheal adolescents’
understanding of menarche and
menstruation, Springer Science
Business Media, LLC: Sex Roles
68:65–76.
Widhaninggar, R 2010, Hubungan
dukungan sosial keluarga dengan
self efficacy pada penderita
kanker payudara di Klinik
Healthy Surabay, Tidak
dipublikasikan Skripsi Program
Studi Ilmu Keperawatan.
Universitas Airlangga.