jurnal dewi agustina purwaningsih 131111030

10
1 HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL IBU DENGAN KECEMASAN REMAJA MENGHADAPI MENSTRUASI DI SDN PANJANG JIWO 1 SURABAYA (Correlation of Mother’s Social Support with Adolecent’s Anxiety to Confront Menstruation at SDN Panjang Jiwo 1 Surabaya) Dewi Agustina Purwaningsih*, Ni Ketut Alit Armini **, Aria Aulia Nastiti** *Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya 60115 Telp. (031)5913752, 5913754, Fax. (031)5913257 Email: [email protected] ABSTRAK Pendahuluan: Kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan atau perasaan tidak menentu yang dirasakan oleh seseorang. Remaja yang mengalami kecemasan bisa diakibatkan oleh menstruasi, terutama pada 1-3 tahun menarche. Kecemasan yang tidak segera ditangani dapat menjadi faktor penghambat dalam belajar yang mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif remaja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan sosial ibu dengan kecemasan remaja dalam menghadapi menstruasi di SDN Panjangn Jiwo 1 Surabaya. Metode: Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah semua siswi kelas 6 SDN Panjang Jiwo 1 Surabaya. Sedangkan sampel yang digunakan sebesar 26 responden berdasarkan purposive samplin. Variabel independen ini adalah dukungan sosial ibu dengan variabel dependennya adalah kecemasan remaja menghadapi menstruasi. Pengumpulan data menggunakan kuisioner dan dianalisis menggunakan uji statistik spearmen rho dengan tingkat kemaknaan p ≤ 0,05. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan koefisien korelasi perceived p= 0,034 dengan tingkat signifikansi r = -0,418. Diskusi: Dukungan sosial ibu memiliki hubungan yang cukup kuat dengan kecemasan remaja menghadapi menstruasi di SDN Panjang Jiwo 1 Surabaya. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengikutsertakan ibu sebagai responden untuk menurunkan kecemasan remaja menghadapi menstruasi. Kata Kunci: dukungan sosial ibu, kecemasan remaja, menstruasi ABSTRACT Introduction: Anxiety is an unpleasant feeling or sense of uncertainty felt by someone. adolescents who experience anxiety can be caused by menstruation, especially in early 1-3 years menarche. Untreated Anxiety can interfere aldolescent’s study. The purpose of this research is to knowing the relationship between mother’s social support with adolescent’s anxiety in confronting menstruation at SDN Panjang Jiwo 1 Surabaya. Method: The design of this study was descriptive analytical with cross sectional approach. The population was student in 6 th grade in SDN Panjang Jiwo 1 Surabaya. The 26 sample respondents were chosen by purposive sampling technique. The independent variables in this study was mother’s social support. The dependent variable was adolescent’s anxiety. The data was collected using questionnare and analyzed using Spearmen rho test with a degree of significance p ≤ 0,05. Result: The result showed the correlation between perceived susceptibility p = 0,034 with significant r = -0,418. Discussion: Mother’s social support had a strong enough with adolescent’s anxiety in confronting menstruation at SDN Panjang Jiwo 1 Surabaya. Further research was suggested to invole mother as a respondent to decrease adolescent’s anxiety to comfront menstruation. Keyword: mother’s social support, adolescent’s anxiety, menstruation

Upload: zah-esce

Post on 14-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

hyhy

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL Dewi Agustina Purwaningsih 131111030

1

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL IBU DENGAN KECEMASAN REMAJA

MENGHADAPI MENSTRUASI DI SDN PANJANG JIWO 1 SURABAYA

(Correlation of Mother’s Social Support with Adolecent’s Anxiety to Confront

Menstruation at SDN Panjang Jiwo 1 Surabaya)

Dewi Agustina Purwaningsih*, Ni Ketut Alit Armini **, Aria Aulia Nastiti**

*Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C

Mulyorejo Surabaya 60115 Telp. (031)5913752, 5913754, Fax. (031)5913257

Email: [email protected]

ABSTRAK

Pendahuluan: Kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan atau

perasaan tidak menentu yang dirasakan oleh seseorang. Remaja yang mengalami

kecemasan bisa diakibatkan oleh menstruasi, terutama pada 1-3 tahun menarche.

Kecemasan yang tidak segera ditangani dapat menjadi faktor penghambat dalam belajar

yang mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif remaja. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui hubungan dukungan sosial ibu dengan kecemasan remaja dalam

menghadapi menstruasi di SDN Panjangn Jiwo 1 Surabaya. Metode: Desain penelitian

ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah

semua siswi kelas 6 SDN Panjang Jiwo 1 Surabaya. Sedangkan sampel yang digunakan

sebesar 26 responden berdasarkan purposive samplin. Variabel independen ini adalah

dukungan sosial ibu dengan variabel dependennya adalah kecemasan remaja menghadapi

menstruasi. Pengumpulan data menggunakan kuisioner dan dianalisis menggunakan uji

statistik spearmen rho dengan tingkat kemaknaan p ≤ 0,05. Hasil: Hasil penelitian ini

menunjukkan hubungan koefisien korelasi perceived p= 0,034 dengan tingkat signifikansi

r = -0,418. Diskusi: Dukungan sosial ibu memiliki hubungan yang cukup kuat dengan

kecemasan remaja menghadapi menstruasi di SDN Panjang Jiwo 1 Surabaya. Penelitian

selanjutnya disarankan untuk mengikutsertakan ibu sebagai responden untuk menurunkan

kecemasan remaja menghadapi menstruasi.

Kata Kunci: dukungan sosial ibu, kecemasan remaja, menstruasi

ABSTRACT

Introduction: Anxiety is an unpleasant feeling or sense of uncertainty felt by

someone. adolescents who experience anxiety can be caused by menstruation, especially

in early 1-3 years menarche. Untreated Anxiety can interfere aldolescent’s study. The

purpose of this research is to knowing the relationship between mother’s social support

with adolescent’s anxiety in confronting menstruation at SDN Panjang Jiwo 1 Surabaya.

Method: The design of this study was descriptive analytical with cross sectional

approach. The population was student in 6th grade in SDN Panjang Jiwo 1 Surabaya. The

26 sample respondents were chosen by purposive sampling technique. The independent

variables in this study was mother’s social support. The dependent variable was

adolescent’s anxiety. The data was collected using questionnare and analyzed using

Spearmen rho test with a degree of significance p ≤ 0,05. Result: The result showed the

correlation between perceived susceptibility p = 0,034 with significant r = -0,418.

Discussion: Mother’s social support had a strong enough with adolescent’s anxiety in

confronting menstruation at SDN Panjang Jiwo 1 Surabaya. Further research was

suggested to invole mother as a respondent to decrease adolescent’s anxiety to comfront

menstruation.

Keyword: mother’s social support, adolescent’s anxiety, menstruation

Page 2: JURNAL Dewi Agustina Purwaningsih 131111030

2

PENDAHULUAN

Masa remaja adalah masa transisi

dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

yang ditandai dengan menarche dan juga

perubahan-perubahan fisik yang drastis.

Perubahan fisik yang cepat dan luas di

masa pubertas terjadi beriringan dengan

pergolakan emosi dan pertumbuhan

psikis remaja. Hal tersebut dapat

menimbulkan perasaan bingung,

berbagai pertanyaan, ketakutan dan

kecemasan (Proverawati, 2009). Saat

memasuki periode baru dapat muncul

masalah yang serius, dalam masa ini

seringkali remaja mengalami

kecemasan, tentang cara mengatasi

perubahan yang terjadi pada dirinya.

Kecemasan yang dialami oleh remaja

putri sering terjadi pada saat

menghadapi menstruasi terutama bagi

mereka yang masih dalam siklus awal

menstruasi (1-3 tahun post menarche)

yang terjadi karena faktor hormonal

(Golchin et al, 2012). Menstruasi

merupakan aspek pubertas yang

berpengaruh pada kualitas dan

kenyamanan dalam pendidikan

dibanding aspek pubertas lain

(UNESCO, 2014). Kebanyakan orang

menganggap remaja yang mengalami

menarche adalah sesuatu yang biasa

padahal pada masa ini adalah masa kritis

bagi remaja dalam masa pubertas

(Sommer, Sutherland, & Chandra-

Mouli, 2015). Menurut Isaacs (2004)

gejala kecemasan antara lain adanya

kekhawatiran berlebihan, gelisah,

tegang, mudah lelah, sulit

berkonsentrasi, ketegangan dan

gangguan tidur. Remaja yang

mengalami menarche membutuhkan

kesiapan mental yang baik karena hal ini

merupakan sesuatu yang baru bagi

dirinya (Ni'mah, 2014). Perubahan fisik

yang secara drastis terjadi terhadap

dirinya mengakibatkan kekhawatiran

pada diri remaja (Potter & Perry, 2009).

Meskipun remaja sudah mendapatkan

informasi mengenai menstruasi

sebelumnya namun tetep saja menstruasi

menjadi sesuatu yang mencemaskan

karena merupakan pengalaman pertama

bagi remaja. Kondisi ini akan

menimbulkan kecemasan pada anak,

bahkan sering tumbuh keyakinan bahwa

menstruasi adalah sesuatu yang tidak

menyenangkan atau serius yang

mengakibatkan remaja mengembangkan

sikap negatif menarche dan melihatnya

sebagai penyakit (Llewellyn-Jones,

2005). Salah satu cara yang dapat

dilakukan untuk mengurangi kecemasan

remaja adalah pemberian dukungan

sosial dari orang yang dicintai salah

satunya ibu (Moloney, 2008). Dukungan

sosial yang diberikan ibu kepada putri

dapat mengurangi kecemasan yang

terjadi dalam dirinya (Lieberman, 1992).

Data pendahuluan didapatkan sebanyak

65% siswi di SDN Panjang Jiwo 1

menyatakan bahwa mereka mengetahui

pertama kali mengenai menstruasi dari

media massa terutama TV dan juga dari

teman, guru serta ibu baru menjelaskan

apa itu menstruasi saat anak sudah

mengalami menstruasi. Dukungan sosial

ibu terhadap putrinya dalam menghadapi

menstruasi masih belum jelas.

Data yang diperoleh dari Riskesdas

(2010) menunjukan bahwa usia

menstruasi pertama 37,5% pada usia 13-

14; 19,8% usia 15-16 tahun; 4,5% pada

usia 17 tahun keatas dan 0,1% usia 6-8

tahun. Usia menstruasi awal saat ini di

negara berkembang termasuk Indonesia

mengalami pergeseran usia yaitu dari

usia awal 16-17 tahun menjadi usia 12-

13 tahun (Rasjidi, 2010). Menurut

penelitian di SD Negeri 1 Kretek

Kecamatan Paguyangan Kabupaten

Brebes tahun 2011 siswi yang tidak siap

menghadapi menarche didapati bahwa

dari 48 anak, sebanyak 27 anak

(56,25%) positif dan 38 anak (79,17%)

bersikap negatif (Jayanti & Purwanti,

2012). Penelitian Sasongko (2009),

menyebutkan bahwa dari 60 responden

terdapat 18,33% siswa mengalami

tingkat kecemasan ringan, 55%

mengalami tingkat kecemasan sedang,

dan 26,67 % mengalami tingkat

kecemasan berat dalam menghadapi

menarche. Kecemasan dapat terjadi pada

semua remaja termasuk remaja di SDN

Panjang Jiwo 1 Surabaya. Berdasarkan

Page 3: JURNAL Dewi Agustina Purwaningsih 131111030

3

studi pendahuluan didapatkan jumlah

siswi kelas VI 37 siswi dan 72.97%

siswi sudah mengalami menstruasi.

Penyebaran kuisioner kepada 20 siswi

usia 11- 13 tahun didapatkan sebanyak

11 siswi mengalami kecemasan. Para

siswi mulai menarche pada usia 10

tahun (5 %), 11 tahun (60%), dan 12

tahun (35%). Sebanyak 60 %

menyatakan cemas dalam menghadapi

menstruasi dan 75% menyatakan baru

dijelaskan mengenai menstruasai oleh

ibu setelah sang anak mengalami

menstruasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi

kesiapan remaja dalam mengahadapi

menstruasi adalah usia, sumber

informasi, dan sikap remaja sendiri

(Jayanti & Purwanti, 2012). Pergeseran

usia remaja yang alami menarche dari

usia 16-17 menjadi 12 tahun bahkan 10

tahun sudah dianggap memasuki remaja

dan siap menghadapi dunia dewasa

namun remaja belum siap menghadapi

kehidupan nyata orang dewasa atau

remaja menjadi dewasa tanpa diimbangi

dengan perkembangan psikologis

(Solihah, 2013). Sumber informasi yang

untuk remaja bisa dari sekolah, orang

tua, dan media lain. Pendidikan

mengenai kesehatan reproduksi terutama

mengenai menstruasi jarang

didiskusikan dalam sekolah maupun

dalam keluarga serta belum tersedianya

pendidikan kesehatan secara baik di

sekolah, media massa atau keluarga

dapat menjadi pemicu terjadinya

kecemasan pada remaja (Golchin et al,

2012). Menurut pihak guru di SDN

Panjang Jiwo 1, pendidikan mengenai

kesehatan reproduksi saat menstruasi

belum diberikan namun pembelajaran

mengenai teori dasar menstruasi seperti

apa yang dimaksud dengan menstruasi

dan bagaimana terjadinya menstruasi

sudah diberikan pada kelas 6 di

pelajaran agama serta IPA. Sekolah

belum pernah mendapatkan penyuluhan

mengenai menstruasi maupun kesehatan

reproduksi lain. Dalam penelitian Gulhin

et al (2012) di Iran ditemukan bahwa

kebanyakan dari remaja disana merasa

cemas dan malu tentang penampilan

fisik dan perubahan psikologis selama

masa pubertas. Sieber et al (1977)

mengungkapkan bahwa kecemasan

dianggap sebagai salah satu faktor

penghambat dalam belajar yang

mengganggu kinerja fungsi-fungsi

kognitif seseorang, misalnya dalam

berkonsentrasi, mengingat,

pembentukan konsep, dan pemecahan

masalah. Sebenarnya kecemasan adalah

sesuatau yang normal yang muncul yang

menekan dan itu bersifat sebentar

(Ramaiah, 2003). Namun apabila

kecemasan berlarut yang dibiarkan pada

anak dapat mengakibatkan timbul

perasaan rendah diri ataupun anak akan

merasa bahwa dirinya akan mudah sakit

saat menstruasi sehingga dia tidak berani

keluar rumah dan mendapatkan rasa

kasihan dari berbagai pihak.

Berdasarkan dari pengalaman itu remaja

menggunakan menstruasi sebagai

mekanisme pembelaan diri yang akan

dipergunakan remaja agar terbebas dari

tugas ataupun menghindari sekolah

(Kartono, 2006).

Menarche merupakan peristiwa

penting dalam kehidupan remaja sebagai

penanda kesuburan dan salah satu tanda

bahwa remaja telah memasuki masa

pubertas. Remaja yang akan mengalami

menstruasi pertama (menarche)

membutuhkan kesiapan mental yang

baik (Nagar & Aimol, 2010). Remaja

perlu melakukan penyesuaian yang

membutuhkan dukungan dari dalam

lingkungan keluarga. Keluarga adalah

wilayah sosialisasi awal bagi remaja. Di

dalam keluarga remaja dapat

mendapatkan kehangatan dan juga

tuntunan perilaku agar berkembang

sesuai dengan harapan (Windyarini,

2009). Mayoritas di India 75,58%

remaja telah membahas masalah haid

dengan seseorang dan kebanyakan dari

mereka, sebesar 38,15% bicara dengan

ibunya (Dambhare et al, 2012). Remaja

mulai mengenal berbagai proses seksual

yang sedang terjadi pada tubuh dan

jiwanya pertama kali melalui ibu

(Sarwono, 2008). Umumnya anak

perempuan akan memberi tahu ibunya

saat menstruasi pertama kali (Santrock,

Page 4: JURNAL Dewi Agustina Purwaningsih 131111030

4

2003). Teori Green mengungkapkan

kesehatan seseorang dipengaruhi oleh

faktor perilaku yang terbentuk dari

faktor predisposisi, faktor pendukung

serta faktor pendorong. Dukungan sosial

Ibu merupakan faktor pendorong

dimana akan memberikan efektifitas

yang besar kenyamanan dan

keterbukaan anak sehingga anak dapat

menceritakan masalah serta keluh

kesahnya yang berimbas pada penuruna

kecemasan (Beadle & Cahill, 2013).

Penelitian di Iran didapatkan 35% dari

157 remaja menyatakan bahwa mereka

membutuhkan informasi yang jelas dan

dukungan sosial kepada mereka dan

menjelaskan kepada mereka bahwa

menstruasi adalah wajar dan merupakan

fenomena yang tidak perlu dicemaskan

dan ibu dapat memberi dukungan sosial

serta meyakinkan remaja mereka

(Golchin, Hamzehgardeshi, Fakhri, &

Hamzehgardeshi, 2012).

BAHAN DAN METODE

Rancangan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif dengan jenis penelitian

deskriptif dan menggunakan metode

cross sectional. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

VI SDN Panjang Jiwo 1 tahun ajaran

2015/2016 sebanyak 37 siswi.

Pengambilan sampel dilakukan dengan

teknik Nonprobability sampling dengan

tipe purposive sampling yaitu besar

sampel dalam penelitian ditentukan

dalam kriteria inklusi dan kriteria

eksklusi (Nursalam, 2013). Kriteria

inklusi dalam penelitian ini adalah:

Siswi yang sudah mengalami menarche

(dalam kurun 1 - 2 tahun menstruasi)

dan siswi yang berusia 10-14 tahun.

Kriteria eksklusi penelitian ini adalah

siswi yang pada saat pengambilan data

berhalangan hadir dikarenakan ijin atau

sakit.

Variabel bebas (independent)

dalam penelitian ini adalah dukungan

sosial ibu sedangkan variabel terikat

(dependent) dalam penelitian ini adalah

kecemasan remaja. Alat ukur untuk

pengetahuan dan sikap berupa kuisioner

yang diisi sekitar 30 menit. Data yang

terkumpul kemudian dianalisis

menggunakan uji statistik Spearman rho

dengan tingkat kemaknaan <0,05 dengan

korelasi r = -0,418. Nilai p lebih kecil

dari 0,05 maka H1 diterima dan H0

ditolak, hal ini menunjukkan bahwa

adanya hubungan dukungan sosial ibu

dengan kecemasan remaja menghadapi

menstruasi yang cukup kuat.

HASIL

Setelah dilakukan analisa data dan

menguji hasil penelitian secara

kuantitatif (dengan uji statistik

Spearman rho) diperoleh hasil bahwa

terdapat hubungan antara dukungan

sosial dengan kecemasan remaja

menghadapi menstruasi dengan hasil

sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi karakteristik data

umum responden hubungan

dukungan sosial ibu dengan

kecemasan remaja menghadapi

menstruasi di SDN Panjang

Jiwo 1 Surabaya, Mei 2015.

No Karakteristik

Responden Parameter f %

1. Usia 11 tahun 1 3,8

12 tahun 16 61,5

13 tahun 9 34,6

Total 26 100

2. Usia menarche 10 tahun 2 7,7

11 tahun 14 53,8

12 tahun 9 34,6

13 tahun 1 3,8

Total 26 100

3. Pendidikan Ibu Perguruan

Tinggi

5 19,2

SMA 14 53,8

SMP 5 19,2

SD 2 7,7

Total 26 100

4. Kakak

perempuan

Ada 6 23,1

Tidak ada 20 76,9

Total 26 100

Berdasarkan dapat menjelaskan

menurut usia karakteristik responden

paling banyak pada usia 12 tahun

sebanyak 16 siswi (34,6%). Usia

menarche siswi kelas 6 sebanyak 14

siswi (53,8%) pada usia 11 tahun.

Pendidikan terakhir ibu lebih banyak

lulusan SMA dengan jumlah 14 siswi

(53,8%). Hanya sedikit siswa yang

Page 5: JURNAL Dewi Agustina Purwaningsih 131111030

5

memiliki kakak perempuan yaitu 6 siswi

(23,1%).

Tabel 2. Tingkat kecemasan remaja

menghadapi menstruasi di

SDN Panjang Jiwo 1

Surabaya, Mei 2015 Tingkat kecemasan f %

Ringan 17 65,4

Sedang 9 34,6

Total 26 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa

sebagian besar responden mengalami

kecemasan ringan sejumlah 17 siswi

(65,4%) dan 9 siswi (34,6%) mengalami

kecemasan sedang.

Tabel 3. Tingkat dukungan sosial ibu

pada remaja yang alami

menstruasi di SDN Panjang

Jiwo 1 Surabaya, Mei 2015 Tingkat dukungan f %

Baik 10 38,5

Cukup 5 19,2

Kurang 11 42,3

Total 26 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa

banyak siswi yang mengalami

menstruasi mendapatkan dukungan

kurang dari ibu sebanyak 11 siswi

(42,3%) dan baik sebanyak 10 siswi

(38,5%).

Tabel 4. Jenis dukungan sosial yang

dominan diterima oleh

remaja yang remaja

menghadapi menstruasi di

SDN Panjang Jiwo 1

Surabaya Mei 2015 No Komponen dukungan

sosial

f %

1. Dukungan emosional 13 50

2. Dukungan penghargaan 2 7,7

3. Dukungan instrumental 1 3,8

4. Dukungan informasi 10 38,5

Total 26 100

Dari tabel 4. dapat

diidentifikasikan bahwa dukungan sosial

ibu paling banyak diberikan kepada

remaja putri di SDN panjang Jiwo 1

yaitu komponen dukungan emosional

sebanyak 13 siswi (50%) yang disusul

dengan dukungan informasi sebanyak 10

siswi (38,5%).

Tabel 5. Analisis hubungan dukungan

sosial ibu dengan kecemasan

remaja menghadapi menstruasi

di SDN Panjang Jiwo 1

Surabaya

Dukungan

sosial ibu

Kecemasan remaja

menghadapi

menstruasi Total

Ringan Sedang

f % f % Σ %

Baik 9 34,6 1 3,9 10 38,5

Cukup 3 11,5 2 7,7 5 19,2

Kurang 5 19,2 6 23,1 11 42,3

Total 17 65,3 9 34,7 26 100

Spearman Rho r = -0,418 p = 0,034

Berdasarkan hasil analisa statistik

dengan menggunakan uji korelasi

spearman rho dengan korelasi r = -0,418

artinya nilai berkebalikan yaitu jika

dukungan sosial ibu tinggi maka

kecemasan remaja akan turun dan nilai p

= 0,034. Nilai p lebih kecil dari 0,05

menandakan H1 diterima dan H0

ditolak, hal ini menunjukkan bahwa

adanya hubungan dukungan sosial ibu

dengan kecemasan remaja menghadapi

menstruasi yang cukup kuat.

PEMBAHASAN

Distribusi jumlah responden

berdasarkan tingkat kecemasan yang

terbanyak adalah kecemasan ringan

sebanyak 17 siswi (65,4%) dan cemas

sedang sebanyak 9 siswi (34,6%) namun

tidak ada siswi yang mengalami

kecemasan berat. Responden dengan

kecemasan ringan sebanyak 10 siswi

(58,8%) berusia 12 tahun dan 7 siswi

(41,2%) berusia 13 tahun. Rata-rata

responden mulai menarche pada usia 12

tahun sebanyak 8 siswi (47,1%). Pada

rentang usia 10-14 tahun adalah usia

yang memasuki remaja awal dengan ciri

remaja pada kesehatan psikologis

mengalami perubahan suasana yang

fluktuatif (Potter & Perry, 2009).

Kecemasan diartikan sebagai

pengalaman tertentu mengenai perasaan

yang tidak menyenangkan (Harini,

2013). Salah satu faktor yang dapat

menyebabkan kecemasan adalah usia

dan pengetahuan (Hurlock, 1998). Usia

remaja awal akan cenderung lebih

mudah mengalami kecemasan karena

Page 6: JURNAL Dewi Agustina Purwaningsih 131111030

6

masih masuk dalam usia peralihan dari

usia anak-anak ke remaja. Pada masa ini

mereka masih dalam proses pencarian

jati diri dan proses berpikiran yang lebih

baik. Siswi kelas 6 di SDN Panjang Jiwo

1 Surabaya sudah mendapatkan materi

mendapatkan materi mengenai

menstruasi dari guru kelas dan guru

agama tentang apa itu menstruasi dan

bagaimana bisa terjadi. Pendidikan

mengenai menstruasi yang telah

diterima oleh responden memungkinkan

turunnya kecemasan yang dialami.

Alasan ini juga memungkinkan mengapa

tidak ada responden yang mengalami

cemas berat .

Para responden yang mengalami

kecemasan sedang dengan usia rata-rata

menarche 11 tahun sebanyak 6 siswi.

Faktor lain yang dapat menimbulkan

kecemasan adalah pengalaman

(Hurlock, 1998). Pada responden nomor

21 baru pertama kali mengalami

menstruasi dan tidak memiliki kakak

perempuan. Kemungkinan kecemasan

sedang terjadi dikarenakan pengalaman

pertama yang dirasakan menimbulkan

kecemasan yang lebih tinggi dari pada

seseorang belum memiliki pengalaman

sama sekali ditambah lagi responden

tidak memiliki kakak perempuan

sebagai salah satu sistem pendukung

yang memungkinkan untuk mengurangi

kecemasan yang dirasakan.

Tingkat dukungan sosial ibu yang

dirasakan oleh remaja di SDN Panjang

Jiwo 1 Surabaya dari 26 siswi

didapatkan 11 siswi (42,3%)

mendapatkan dukungan kurang, 10 siswi

(38,5%) mendapatkan dukungan sosial

baik, dan sebanyak 5 siswi (19,2%)

mendapatkan dukungan yang cukup.

Dukungan sosial adalah dukungan yang

diberikan baik secara materi, informasi,

emosi yang berguna untuk

meningkatkan keadaan fisik dan

psikologis seseorang (Widhaninggar,

2010). Menurut Potter dan Perry (2009)

pada masa remaja awal remaja masih

memiliki keinginan yang kuat untuk

bergantung kepada orang tua sekaligus

berusaha mandiri. Pada hasil penelitian

didapatkan bahwa tingkat dukungan

sosial yang dirasakan oleh remaja dalam

tingkat yang kurang. Ibu harus secara

emosional mendukung dan

berpengetahuan mengenai menstruasi

(Gilloly 1998; Rierdan et al, 1983 dalam

White, 2013). Faktor yang berpengaruh

dalam pemberian dukungan sosial

adalah pendidikan (Triyanto & Iskandar,

2014). Pada responden nomor 7 dan 13

mendapatkan dukungan yang kurang

dengan pendidikan terakhir ibu

responden adalah SD, namun berbeda

pada responden nomor 1 dan 17

mendapatkan dukungan yang baik

dengan tingkat pendidikan terakhir ibu

perguruan tinggi. Tingkat pendidikan

ibu dapat mempengaruhi dukungan yang

diberikan, semakin tinggi tingkatan ilmu

seseorang maka akan semakin tinggi

pula tingkat pengertian dan

pemahamannya. Seperti halnya

pengetahuan ibu mengenai kondisi

seseorang yang mengalami menstruasi

yang diketahui ibu dengan baik akan

membantunya dalam hal pemberian

dukungan yang dibutuhkan oleh putri

remajanya.

Jenis dukungan sosial menurut

Wills dan Ainette (Baum dkk, 2012)

dibagi menjadi 4 yaitu dukungan

emosional, penghargaan, instrumental,

dan informasi. Pada tabel 5.4

menunjukkan mengenai presentase jenis

dukungan yang dirasakan responden

dengan dukungan emosional sebanyak

13 siswi (50%), dukungan informasi

sebanyak 10 siswi (38,5%), dukungan

penghargan sebanyak 2 siswi (7,7%) dan

dukungan instrumental sebanyak 1 siswi

(3,8%). Dukungan yang dibutuhkan

setiap individu berbeda tergantung dari

kebutuhannya (Sarafino & Smith, 2013).

Menurut Catur dkk (2009) dukungan

sosial bukan sekedar memberikan

bantuan, tetapi yang penting adalah

bagaimana persepsi dari penangkapan

penerima terhadap makna dari bantuan

itu. Hal ini juga memungkinkan remaja

lebih merasakan dukungan

informasional dan emosional karena

mereka lebih merasakan manfaat

bantuan bagi dirinya. Saat pertama kali

mereka merasakan adanya perubahan

Page 7: JURNAL Dewi Agustina Purwaningsih 131111030

7

dalam dirinya dia akan memiliki banyak

pertanyaan dalam dirinya kenapa bisa

terjadi hal tersebut. Pada saat seperti

itulah remaja sangat membutuhkan

informasi yang benar mengenai apa

yang terjadi dalam dirinya meskipun

sebenarnya dukungan instrumental dan

penghargaan juga mereka dapatkan.

Berdasarkan hasil penelitian

didapatkan bahwa ada hubungan antara

dukungan sosial ibu dengan kecemasan

remaja menghadapi menstruasi, yang

ditunjukkan dengan uji analisis statistik

dengan nilai r = -0,418 dan p = 0,034.

Nilai p < 0,05 menunjukan bahwa

hubungan signifikan dan nilai koefisien

(r) – 0,418. Hal ini berarti menunjukan

bahwa tingkat hubungan yang cukup

kuat dengan arah korelasi negatif antara

dukungan sosial ibu dengan kecemasan

remaja menghadapi menstruasi yang

berarti semakin baik dukungan yang

diberikan maka semakin turun tingkat

kecemasan yang dirasakan. Hal ini

sejalan dengan teori Green (1991) yang

menyatakan bahwa dukungan sosial

yang merupakan salah satu faktor

pendukung atau renforcing factors

memiliki hubungan dengan perilaku

seseorang dalam hal ini adalah

kecemasan remaja. Dukungan yang

diberikan ibu akan memberikan

kenyamanan dan keterbukaan pada anak

sehingga anak dapat menceritakan

masalah serta keluh kesahnya yang

mampu menurunkan kecemasan anak

(Beadle & Cahill, 2013).

Tabulasi silang pada tabel pada

tabel 5 pada dukungan yang paling

banyak dirasakan siswi di SDN Panjang

Jiwo 1 Surabaya merupakan dukungan

kurang sebanyak 11 siswi (42,3%)

dengan 5 siswi (19,2%) merasakan

cemas ringan dan 6 siswi (23,1%) cemas

sedang. Responden yang mengalami

cemas ringan bisa dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu usia, lingkungan,

pengalaman, dan sistem pendukung lain

(Hurlock, 1998). Nomor 11 dan 23

masing masing memiliki kakak

perempuan yang bisa menjadi salah satu

bagian sumber pendukung lain.

Kemungkinan karena adanya kakak

perempuan dapat membantu remaja

mendapatkan informasi dari pengalaman

kakaknya sehingga kecemasan yang

dialami dalam tingkat yang ringan

meskipun dukungan yang diberikan oleh

ibu kurang. Sedangkan responden

dengan nomor 12, 13, dan 25 berusia 12

tahun dan rata-rata remaja dengan usia

11 tahun sebanyak 53,8% sudah

mengalami menarche sehingga remaja

dapat mendapatkan informasi atau

sistem pendukung lain dari teman

sebayanya sehingga kecemasan yang

dirasakan dalam tingkat rendah

meskipun dukungan yang diterima dari

ibu kurang. Pada ibu responden nomor

13 berpendidikan SD, menurut Triyanto

dan Iskandar (2014) dalam penilitiannya

menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

ataupun pengetahuan dapat

mempengaruhi tingkat dukungan sosial

yang diberikan. Tinggi rendahnya

tingkat pendidikan akan mempengaruhi

pengetahuan ibu, semakin tinggi

pendidikan ibu memungkinkan ibu

mengetahui dengan lebih rinci apa yang

terjadi pada anaknya sehingga ibu

mampu memberikan dukungan yang

sesuai bagi putrinya.

Hasil penelitian menunjukkan

sebanyak 10 siswi (38,5%) menerima

dukungan baik dengan 9 siswi (34,6%)

mengalami kecemasan ringan dan 1

siswi (3,9%) mengalami kecemasan

sedang. Sesuai dengan uji statistik

seharusnya dengan dukungan yang baik

maka kecemasan yang dirasakan oleh

responden dalam rentang nilai yang

rendah namun masih terdapat 1

responden yang mengalami cemas

sedang yaitu nomor 4. Kemungkinan

yang mengakibatkan hal ini terjadi

adalah pengalaman reponden nomor 4

yang baru pertama kali sehingga dia

masih merasakan kecemasan yang

sedang meskipun sudah mendapatkan

dukungan yang baik dari ibu. Seseorang

dengan pengalaman pertama masih

mencari cari cara bagaimana

menyelesaikan masalah yang dialami.

Pada pengalaman yang pertama belum

tentu dia sudah menemukan jalan untuk

menyelesaikan keadaannya oleh karena

Page 8: JURNAL Dewi Agustina Purwaningsih 131111030

8

itu pada pengalaman selanjutnya dia

masih merasakan kecemasan.

Dukungan dengan nilai presentase

paling rendah adalah dukungan cukup

sebanyak 5 siswi (19,2%) dengan 3

siswi (11,5%) alami cemas ringan, pada

nomor 19 kemungkinan yang

mempengaruhi adalah sumber dukungan

lain yaitu responden memiliki kakak

perempuan sebanyak 2 orang. Semakin

banyak orang yang mendukung semakin

mudah bagi individu untuk

menyelesaikan masalahnya (Taylor,

1991). Dukungan yang didapatkan dari

ibu dalam rentang yang cukup akan

tetapi remaja masih bisa menurunkan

kecemasannya karena dia dapat belajar

dari informasi atau pengalaman yang

dihadapi oleh kedua kakak

perempuannya.

Responden yang mendapatkan

dukungan cukup dengan kecemasn

sedang berjumlah 2 siswi (7,7%) dengan

nomor responden 2 dan 6, usia yang

lebih muda akan lebih mudah

mengalami gangguan akibat kecemasan

daripada seseorang yang lebih tua

(Varcoralis, 2000). Pada responden

nomor 2 kemungkinan yang

mempengaruhi adalah usia menarche

yang lebih muda dari teman teman yang

lain sehingga dia merasa cemas dan

ditambah lagi dia merupakan anak

perempuan pertama sehingga tidak ada

tempat untuk bertukar pengalaman.

SIMPULAN & SARAN

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan, maka dapat dirumuskan

kesimpulan sebagai berikut: 1)

Kecemasan remaja menghadapi

menstruasi kelas 6 di SDN panjang Jiwo

1 Surabaya sebagian besar mengalami

cemas ringan; 2) Dukungan sosial yang

diberikan ibu kepada remaja pada

kenyataan tidak mutlak akan

menurunkan tingkat kecemasan yang

dirasakannya tergantung dari persepsi

masing-masing individu sendiri dan

dukungan sosial yang dirasakan oleh

remaja kebanyakan dalam tingkat baik;

3) Semakin baik dukungan sosial ibu

maka semakin turun tingkat kecemasan

yang dirasakan remaja saat menghadapi

menstruasi.

SARAN

Pertimbangan bagi pihak sekolah

untuk pemberian materi kesehatan

reproduksi lebih mendalam kepada para

siswa sebagai pengetahuan awal bagi

remaja yang dapat mendukung

pemberian dukungan sosial ibu di SDN

Panjang Jiwo 1 Surabaya. Bagi petugas

kesehatan khususnya perawat perlunya

untuk meningkatkan pengetahuan ibu

bagaimana cara menghadapi remajanya

yang mengalami menstruasi. Bagi

peneliti selanjutnya diperlukan untuk

melakukan penelitian lebih mendalam

yang sifatnya kualitatif menggunakan

teknik wawancara atau observasi oleh

peneliti langsung atau teknik yang lain

selain kuisioner baik kepada remaja

maupun ibu agar didapatkan data yang

lebih lengkap. terkait dengan dukungan

sosial ibu dengan kecemasan remaja

menghadapi menstruasi.

KEPUSTAKAAN

Baum, A, Revenson, TA, & Singer, J

2012, Hand book of healt

psychology second edition, Taylor

& Francis Group, New York.

Beadle, S, & Cahill, H 2013, Talking

about sexual and reproductive

health: Promoting better

communication between parents

and children in Asia UNESCO

good policy and practice in HIV

and health education booklet 7:

Gender equality, HIV and

education booklet 7, Gender

Equality, HI, UNESCO, Paris.

Dambhare, DG, Wagh, SV, & Dudhe, J

Y 2012. Age at menarche and

menstrual cycle pattern among

school adolescent girls in central

india. Global Journal of Health

Science, 4(1) 105-11.

Page 9: JURNAL Dewi Agustina Purwaningsih 131111030

9

Golchin, NA, Hamzehgardeshi, Z,

Fakhri, M& Hamzehgardeshi, L

2012, The experience of puberty

in Iranian adolescent girls: A

qualitative content analysis, BMC

Public Health , hal.2:698.

Green, LW & Kreuter, MW 1991,

Health promoion planning an

educational and environmental

approach second edition,

Mayfield PublishingCompany,

United State.

Harini, N 2013, 'Terapi untuk

mengurang kecemasan', JIPT, vol.

01, no. 02, hal. 291-303.

Hurlock, EB 1997, Psikologi

Perkembangan Suatu pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan

Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta.

Isaacs, A 2004, Panduan belajar

keperawatan kesehatan jiwa dan

psikiatrik, EGC, Jakarta.

Jayanti, NF & Purwanti, S 2012,

Deskripsi faktor-faktor yang

mempengaruhi kesiapan anak

dalam menghadapi menarche di

SD Negeri Kretek Kecamatan

Paguyangan Kabupaten Brebes

tahun 2011. Jurnal Ilmiah

Kebidanan , Vol.3, No.1, Edisi

Juni 2012.

Kartono, K 2006, Psikologi wanita:

Mengenal gad is remaja & wanita

dewasa, jilid 1, Mandar Maju,

Bandung.

Lieberman, M 1992, Handbook of

Stress: Theoritical & clinical

aspects the effect of social support

on respond on stress, Collier

MacMillan Publisher, London.

Llewellyn-Jones, D 2005, Setiap wanita,

Delapratasa Publishing.

Moloney, S 2008, An indigenous-

inspired quiet revolution, Mothers

and daughters at menarche , 112-

122 vol. 10, no. 2, dilihat 20 April

2015, <pi.library.yorku.com>.

Nagar, S & Aimol, R 2010, Knowledge

of Adolescent Girls Regarding

Menstruation in Tribal Areas of

Meghalaya, Journal. Vol. 8. No.

1, Department of Human

Development, College of Home

Science, India.

Ni'mah, L 2014, Modul psikoedukasi

untuk menurunkan kecemasan

dalam menghadapi menarche

pada siswi SDN di Kecamatan

Tambaksari Surabaya, Tesis

Fakultas Keperawatan,

Universitas Airlangga.

Nursalam 2013, Metodologi penelitian

ilmu keperawatan: Pendekatan

praktis, edisi 3, Salemba Medika,

Jakarta.

Potter, PA & Perry, AG 2009,

Fundamental keperawatan buku 1

edisi 7, Alih bahasa: Adriana

Ferderika N, Salemba Medika,

Jakarta.

Proverawati, MS 2009, Menarche,

menstruasi pertama penuh makna,

Nuha Medika, Yogjakarta.

Ramaiah, S 2003, Kecemasan,

bagaimana mengatasi

penyebabnya edisi 1, Penerjemah:

Mien Joebhaar, Pustaka Populer

Obor, Jakarta.

Rasjidi, I 2010, 100 Question & answer

kanker pada wanita, Elex Media

Komputindo, Jakarta.

Riskesdas 2010, Riset Kesehatan Dasar

2010, dilihat 25 Februari 2015,

<http://www.litbang.kemkes.go.id

/sites/download/buku_laporan/lap

nas_riskesdas2010/Laporan_riske

sdas_2010.pdf>.

Santrock, JW 2007, Child development

11st, Alih Bahasa: Mila

Rachmawati & Anna Kuswati,

Erlangga, Jakarta.

Page 10: JURNAL Dewi Agustina Purwaningsih 131111030

10

Sarwono, SW 2008, Psikologi remaja,

PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Sarwono 2009, Statistik itu mudah:

Panduan lengkap untuk

belajar komputasi statistik

menggunakan SPSS 16,

Penerbit Andi, Yogyakarta.

Sasongko, B 2009, Tingkat

kecemasansiswa dalam

menghadapi menarche,

Banyuwangi, Skripsi

Universitas Bakti Indonesia

Banyuwangi.

Solihah, IA 2013, Hubungan

pengetahuan tentang menstruasi

dengan tingkat kecemasan saat

menghadapi menarche di SMPN 1

Baleendah Bandung. Cakrawala

Galuh , 55-62 vol.II no.6.

Sommer, M, Sutherland, C& Chandra-

Mouli, V 2015, Putting Menarche

and Girls into The Global

Population Health Agenda,

Reproductive Health.

Taylor, SE 1991, Health psychology,

University of California, LA.

UNESCO 2014, Puberty educational

and menstrual hygiene

management, UNESCO, France.

White, LR 2013, The function of

ethnicity, income level, and

menstrual taboos in

postmenarcheal adolescents’

understanding of menarche and

menstruation, Springer Science

Business Media, LLC: Sex Roles

68:65–76.

Widhaninggar, R 2010, Hubungan

dukungan sosial keluarga dengan

self efficacy pada penderita

kanker payudara di Klinik

Healthy Surabay, Tidak

dipublikasikan Skripsi Program

Studi Ilmu Keperawatan.

Universitas Airlangga.