jurnal ekosistem sungai

Upload: carissa-paresky-arisagy

Post on 09-Oct-2015

258 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

laporan praktikum ekologi perairan acara ekosistem sungai, semester 2 , jurusan perikanan, fakultas pertanian universitas gadjah mada

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 JURNAL EKOSISTEM SUNGAI

    1/14

    EKOSISTEM SUNGAI

    Carissa Paresky Arisagy

    12/334991/PN/12981

    Manajemen Sumberdaya Perikanan

    Intisari

    Keanekaragaman organisme yang terdapat pada ekosistem sungai dapat menjadi indikator

    pencemaran dari ekosistem sungai. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari

    karakteristik ekosistem sungai dan faktor-faktor pembatasnya. Lalu untuk mempelajari

    cara pengambilan data parlementer lingkungan, mempelajari korelasi antara parlementer

    lingkungan dengan kehidupan biodata perairan dan mempelajari kualitas perairan

    berdasarkan indeks diversitas biodata perairan. Pengamatan dilaksanakan di sungaiTambak Bayan pada tanggal20 April 2013. Pengamatan dilakukan secara langsung dengan

    pengambilan sampel untuk dianalisis kandungan parameternya, baik fisik, kimia, maupun

    biologi. Nilai parameter yang diperoleh, dianalisis hingga dapat ditentukan kualitas dari

    suatu perairan berdasarkan korelasinya dengan biodata perairan. Berdasarkan hasil

    penelitian stasiun dengan kondisi terbaik yaitu stasiun 1 dan yang teburuk adalah stasiun 2,

    hal ini dilihat berdasarkan nilai denditas dan diversitas makrobentos yang berada di

    perairan tersebut menunjukkan nilai yang cukup tinggi. Sungai Tambak Bayan memiliki

    kualitas perairan yang cukup baik.

    Kata kunci : densitas , diversitas , parameter , plankton , sungai

    PENDAHULUAN

    Meskipun di permukaan bumi ini habitat air tawar relatif kecil apabila

    dibandingkan dengan habitat lautan dan daratan, habitat air tawar juga memiliki peran

    yang tidak kalah penting dibandingkan dengan habitat-habitat lainnya di permukaan bumi,

    sebab ekosistem air tawar menyediakan sumber-sumber yang mudah didapat dan murah

    untuk keperluan rumah tangga dan industri. Salah satu yang terpenting diantaranya adalah

    sebagai penyedia air tawar. Akan tetapi, sungai sebagai salah satu ekosistem air tawar kini

    perannya sudah mulai bergeser. Bergesernya fungsi sungai tersebut timbul karena adanya

    tingkat pencemaran yang tinggi pada ekosistem sungai akibat adanya limbah baik limbah

    produksi maupun rumah tangga. Kualitas dari sungai itu sendiri sangat ditentukan oleh

    faktor-faktor pembatasnya seperti suhu, pH, alkalinitas, CO2, DO, kecepatan arus, densitas

    plankton, dan diversitas plankton. Karena pergeseran peran dari ekosistem sungai tersebut,

    maka dirasa perlu untuk mengetahui dan memahami lebih lanjut tingkat kualitas dari suatu

  • 5/19/2018 JURNAL EKOSISTEM SUNGAI

    2/14

    perairan tawar khususnya ekosistem sungai melalui praktikum ekologi perairan tentang

    ekosistem sungai.

    Ekosistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan dinamis yang terdiri dari

    berbagai spesies makhluk hidup yang saling berinteraksi, termasuk di dalamnya komponen

    biotik dan abiotik (Asdak,2002). Sungai adalah ekosistem air tawar yang bergerak atau

    berarus (lotik) yang memberikan pengaruh besar terhadap berbagai organisme yang ada di

    dalamnya (Ambarwati,2009). Sungai memiliki ciri khas yang sedikit berbeda dengan

    ekosistem air tawar lainya. Arus sungai yang cukup deras mengakibatkan O2 yang terlarut

    menjadi tinggi (Odum, 1993). Air sungai yang mengalir membuat plankton tidak bisa

    berdiam dan akan terbawa arus sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang

    melekat, sehingga dapat mendukung rantai makanan. Faktor-faktor ataupun fenomena

    yang terjadi di sungai sehingga mempengaruhi kehidupan flora dan fauna yaitu, kecepatan

    arus, erosi, dan sedimentasi (Effendi, 2003). Berdasarkan analisa kandungan unsur-unsur

    kimia pada indikator biologi maupun fisik dapat dijadikan petunjuk ada tidaknya

    perubahan lingkunagn dari keadaan seimbangnya (Marsono,2004). Perubahan dari

    keadaan seimbang itulah yang dapat dijadikan parameter kualitas suatu perairan tercemar

    atau tidak.

    Adapun praktikum ekologi perairan mengenai ekosistem sungai ini dilaksanakan

    dengan tujuan mempelajari karakteristik ekosistem sungai dan faktor-faktor pembatasnya.

    Selain itu adalah untuk mempelajari cara-cara pengambilan data tolak ukur (parameter)

    fisik, kimia dan biologi suatu perairan serta mempelajari korelasi antara tolok ukur

    lingkungan dengan populasi biota perairan. Di samping itu praktikum ini juga bertujuan

    untuk mempelajari kualitas perairan sungai berdasarkan indeks diversitas biota perairan.

    METODOLOGI

    Praktikum Ekologi Perairan acara ekosistem sungai dilaksanakan pada hari

    Selasa, 2 April 2013 pukul 13.30 hingga 17.00 di Sungai Tambak Bayan. Pengamatan

    ekositem sungai dibagi menjadi 4 stasiun. Keempat stasiun tersebut dibagi mulai dari hulu

    hingga hilir sungai.

    Pada masing-masing stasiun dilakukan pengambilan data parameter fisik seperti

    suhu udara dan suhu air, kecepatan arus, dan debit air. Selain parameter fisik dilakukan

    juga pengambilan data parameter kimia seperti DO, CO2bebas, alkalinitas dan pH dengan

  • 5/19/2018 JURNAL EKOSISTEM SUNGAI

    3/14

    mengambil sampel air danau lalu diukur dengan pH meter di laboratorium. Di samping itu

    , juga dilakukan pengambilan data parameter biologi seperti densitas dan diversitas

    makrobentos serta plankton. Pada masing-masing stasiun mengambil cuplikan

    makrobentos dengan menggunakan plot dari kayu dan pengidentifikasian dilakukan

    dengan bantuan mikroskop. Densitas makrobentos dinyatakan dalam satuan individu per

    luas plot, sedangkan indeks diversitas makrobentos dihitung dengan rumus Shannon-

    Wiener yaitu dengan persamaan H berbanding lurus dengan negatif sigma dari ni dibagi N

    dikali 2log ni dibagi N dengan H=indeks keanekaragaman, ni=cacah individu suatu genus,

    N=cacah individu seluruh genera. Kemudian dilakukan pengukuran beberapa tolok ukur

    lingkungan. Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan termometer. Pengukuran

    kecepatan arus dilakukan dengan menggunakan bola pingpong yang dilepaskan dengan

    jarak tertentu dari hulu ke hilir. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter.

    Kandungan O2 terlarut (DO) ditentukan dengan menggunakan metode Winkler. Hasil

    titrasi awal hingga akhir (h + j = Y). O2 terlarut (DO) ditentukan melalui persamaan

    kandungan O2 terlarut yang berbanding lurus dengan Y, 1000, 0,1 mg/l dan berbanding

    terbalik denagn 50. Kandungan CO2bebas ditentukan melalui metode Alkalimetri. Volum

    titran yang diperoleh dari hasil titrasi (C ml). Kandungan CO2 bebas dihitung dengan

    rumus 1000 dikali C dikali 1 mg/l dibagi dengan 50. Pengukuran Alkalinitas ditentukan

    dengan menggunakan metode Alkalimetri. Alkalinitas dihitung dengan menjumlahkan

    kandungan CO32- dan HCO3

    -. Kandungan CO3- ditentukan dengan mengalikan 1000

    dengan C dikali 1 mg/l kemudian dibagi dengan 50. Kandungan HCO3-ditentukan dengan

    mengalikan 1000 dengan D dan 1 mg/1 dan dibagi dengan 50.

    Adapun alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan dalam acara praktikum ini

    adalah bola tenis meja, stopwatch, roll meter, meteran / penggaris, termometer, botol

    oksigen, erlenmeyer, gelas ukur, kempot, pipet ukur, pipet tetes, ember plastik, pH meter,plat bamboo, sikat halus, saringan, lertas label, alat tulis dan mikroburet. Bahan-bahan

    yang digunakan antara lain larutan MnSO4, larutan reagen O2, larutan H2SO4 , larutan 1/8

    N Na2S2O3, larutan KOH-KI, larutan 1/40 N Na2S2O3, larutan 1/44 N NaOH, larutan 1/50

    N H2SO4 , 1/50 N HCI, larutan indikator PP, larutan indikator amilum, larutan indikator

    MO, larutan 4% formalin, larutan indikator (BCG/MR).

  • 5/19/2018 JURNAL EKOSISTEM SUNGAI

    4/14

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Praktikum ekosistem sungai dilaksanakan di sungai Tambak Bayan yang dibagi

    menjadi 4 stasiun pengamatan. Stasiun 3 terletak dibawah jembatan, dimana di sekitar

    sungai terdapat tambak budidaya ikan. Kondisi sungai berbatu-batu dengan air yang cukup

    bersih, sehingga banyak digunakan sebagai tempat mandi atau sekerdar memandikan

    hewan peliharaan . Dipinggiran sungai ditumbuhi vegerasi seperti pohon pisang dan

    rumput liar. Pada saat pengamatan kondisi cuaca mendung dan gerimis, sehingga lokasi

    agak sulit dijangkau karena rute yang ditempuh berbatu dan sedikit curam.

    Tabel 1. Hasil pengamatan parameter fisik, kimia, dan biologi ekosistem sungai Tambak Bayan

    ParameterStasiun

    1 2 3 4

    Fisik

    Suhu udara (C) 29 - 28.6 33.5

    Suhu air (C) 26.33 - 29.6 30

    Kecepatan arus (m/s ) 0,68 0,34 0,53 1.095

    Debit (m3/s) 0,702 0.05 0.85 2.14

    Kimia

    DO (ppm) 6.23 5.6 5.9 3.3

    CO2(ppm) 13.8 5.7 10 12.9

    Alkalinitas (ppm) 85 38 63 96

    pH 7 7 7.1 7Biologi

    Densitas plankton (idv/L) 55 62,5 92,5 77,5

    Diversitas plankton 0.2027 1.0263 1.5454 2.2125

    Densitas Makrobentos (idv/m2) 350 437,5 50 43,75

    Diversitas Makrobentos 0.7607 0 0 0,59

    Densitas Gastropoda (idv/m2) 106,99 1089,87 11,31 7,55

    Cuaca Berawan Mendung Mendung Hujan

    Vegetasi

    Pohon

    rimbun

    Pohon

    Rindang

    Semak

    semak

    Pohon

    rimbun

    Kondisi pada stasiun 3 , berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa suhu

    udaranya adalah sebesar 28,6oC dan suhu air sebesar 29,6oC , keadaan tersebut dapat

    dipengaruhi oleh kondisi cuaca pada daerah stasiun 3 yang mendung. Kecepatan arus dan

    debit air pada stasiun 3 relatif sedang, sebab stasiun 3 terletak di daerah tengah antara hulu

    dan hilir. Pada data parameter kimia, menunjukan kndungan DO , CO2 dan Alkalinitas

    sebesar 4,2 : 8,4 dan 278 ppm. Dari data tersebut diketahui bahwa kandungan DO lebih

    rendah apabila dibandingkan dengan CO2 , hal ini dikarenakan intensitas cahaya yangtditerima oleh air sungai relatif kecil. Sehingga menyebabkan proses fotosintesis tidak

  • 5/19/2018 JURNAL EKOSISTEM SUNGAI

    5/14

    berlangsung dengan sempurna. Akan tetapi disisi lain aktivitas respirasi organisasi lain di

    dalam sungai seperti makrobentos masih tetap berlangsung hingga menyebabkan O2yang

    terkandung dalam air menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan CO2 bebasnya.

    Kandungan Alkalinitas pada stasiun 3 relati sedang , apabila dibandingkan dengan

    alkalinitas pada stasiun lain . pada data parameter biologi menunjukan densitas plankton

    yang cukup tinggi yakni 92,5 idv/l , dan diversitas plankton yang tinggi pula dengan besar

    nilai 1,5454. Sementara densitas makrobentos yang relatif rendah 50 idv/m2 , dengan

    deversitasnya 0 . hal tersebut dapat disebabkan adanya arus yang cukup deras.

    Grafik 1. Suhu vs Stasiun

    Dari grafik tersebut diketahui bahwa suhu udara tertinggi berada pada stasiun 4 ,

    begitu juga suhu air tertinggi juga berada pada stasiun 4 , hal tersebut sesuai dengan teori.

    Menurut Shyham (2010) , semakin tingginya kedudukan suatu tempat , temperatur udara

    di tempat tersebut semakin rendah , begitu juga sebaliknya semakin rendah suatu tempat .

    temparatur udara akan semakin tringgi . diketahui bahwa stasiun 4 berada pada bagian hilir

    yang berarti dapat menunjukan bahwa stasiun 4 berada pada daerah yang rendah , oleh

    sebab itulah pada stasium-stasiun sebelumnya . suhu air terendah juga dimiliki oleh sebab

    itulah pada stasiun 1 yang terletak di daerah yang lebih tinggi dari daerah lain/stasiun lain.

    Akan tetapi suhu udara terendah dimiliki oleh stasiun 3 , hal tersebut tidak sesuai dengan

    teori , ketidaksesuaian trsebut dapat diakibatkan pada stasiun 3 dipengaruhi oleh cuaca

    yang mendung, adanya vegetasi yang menutupi jalannya penetrasi cahaya atau hal-hal

    tersebut juga dapat diakibatkan adanya perbedaan waktu pengambilan data yang tidak

    seragam sehingga menyebabkan data menjadi tidak sesuai.

    0

    10

    20

    30

    40

    0 2 4 6

    Suhu(oC)

    Stasiun

    Suhu Udara vs Suhu Air vsStasiun

    Suhu Udara

    Suhu Air

    Linear (Suhu

    Udara)

    Linear (Suhu Air)

  • 5/19/2018 JURNAL EKOSISTEM SUNGAI

    6/14

    0

    0.5

    1

    1.5

    0 2 4 6KecepatanArus(m/s2)

    Stasiun

    Kecepatan Arus vs Stasiun

    Kecepatan Arus vs

    Stasiun

    Berdasarkan grafik, suhu pada masing-masing stasiun berbeda-beda, hal ini

    dikarenakan kondisi lingkungan ( vegetasi ) yang berbeda-beda walaupun beberapa stasiun

    keadaan cuacanya sama. Dan rata-rata suhu udara dan air pada masing-masing stasiun

    menunjukkan suhu udara pada masing-msing stasiun lebih besar dibandingkan suhu

    airnya. Hal ini disebabkan air memiliki kerapatan molekul yang lebih tinggi sehingga

    mampun menyimpan panas lebih lama dibandingkan molekul udara (Purwakusuma, 2005).

    Selain itu berdasarkan grafik keempat stasiun, stasiun I yang merupakan hulu sungai

    memiliki suhu paling rendah (Victor dan Fufeyin, 1993).

    Grafik 2. Kecepatan Arus vs Stasiun

    Arus pada bagian hulu lebih besar dibanding daerah yang berada di hilir atau

    menuju hilir (Wardini , 2002). Kecepatan arus merupakan faktor terpenting dari perairan

    lotik (Whitton, 1975). Berdasarkan grafik kecepatan arus vs stasiun menunjukan stasiun 4

    memiliki kecepatan arus yang tinggi. Kecepatan arus berkurang pada stasiun 2 dan

    meningkat pada stasiun 3 dan 4. Hal tersebut menunjukan ketidaksesuaian dengan teori

    yang ada. Keadaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan ketinggian atau besar derajat

    kemiringan sungai. Besar kecepatan arus pada stasiun-stasiun tersebut juga dipengaruhi

    oleh sampah-sampah yang terbawa arus dan batu-batuan yang terdapat di perairan sungai

    sehingga dapat mengurangi kecepatan arus (Fauzi, 2001).

  • 5/19/2018 JURNAL EKOSISTEM SUNGAI

    7/14

    Grafik 3. Debit vs Stasiun

    Seperti halnya kecepatan arus , debit air pada stasiun 1 relatif sedang kemudian

    pada stasiun 2 mengalami penurunan, namun meningkat pada stasiun 3 dan 4. Debit

    merupakan volume air mengalir dalam selang waktu tertentu ( Haslam, 2001 ). Debit air

    pada stasiun 1 adalah 0,702 m/s. besar debit pada stasiun ini dipengaruhi oleh kedalaman

    air, lebar sungai dan panjang sungai. Debit pada stasiun 2 adalah 0,05 m/s. debit pada

    stasiun ini merupakan debit paling rendah dibandingkan stasiun lainnya. Hal ini

    dikarenakan kondisi perairan yang sempit serta keadaan perairan yang tidak begitu dalam.

    Pada stasiun 3 debit airnya 0,85 m/s sama seperti stasiun lainnya, stasiun ini dipengaruhi

    oleh kedalaman, lebar, panjang sungai, selain itu banyak dimanfaatkan warga untuk

    mencuci, mandi sehingga mempengaruhi besar kecilnya debit air. Debit air pada stasiun 4

    sebesar 2,24 m/s. Pada stasiun 4 ini berdasarkan grafik merupakan stasiun yang memiliki

    debit air paling tinggi dibandingkan lainnya. Hal ini disebabkan karena kondisi kedalaman

    sungai lebih dalam dan stasiun lainnya, serta lebarnya sungai lebih lebar dibandingkan

    lainnya. Lebar dan kedalaman menjadi faktor pentiing dalam menentukan debit air

    (Effendi, 2003).

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    0 2 4 6

    DebitAir(m3/sekon)

    Stasiun

    Debit vs Stasiun

    Debit vs Stasiun

  • 5/19/2018 JURNAL EKOSISTEM SUNGAI

    8/14

    Grafik 4. DO vs Stasiun

    Berdasarkan grafik tersebut diketahui bahwa kandungan DO tertinggi terdapat

    pada stasiun 1 dengan besar 6,23 ppm. Hal ini telah sesuai dengan teori sebab kadar DO

    dipengaruhi oleh ketinggian. Stasiun 1 merupakan daerah hulu yang paling tinggi diantara

    daerah lainnya, sehingga kadar DO nya tinggi. Kadar DO juga dipengaruhi oleh ada

    tidaknya bahan pencemar. Stasiun 1 lingkungannya masih terjaga sehingga kadar

    cemarannya sedikit. Berbeda dengan stasiun 2, 3, dan 4 yang telah terpengaruh oleh

    kandungan-kandungan yang terbawa oleh arus dari stasiun sebelumnya. Besar kecilnya

    kadar DO dapat dijadikan indikator timbulnya pencemaran . menurut Asdak (2004).

    Berdasarkan grafik , stasiun 4 memiliki kadar DO yang relatif kecil , sehingga dapat

    dikatakan bahwa pada stasiun sudah timbul / muncul tanda-tanda pencemaran. Hal tersebut

    dapat terjadi karena stasiun 4 terletak pada hilir yang memungkinkan bahan-bahan

    penyebab pencemaran terbawa oleh arus dari stasiun-stasiun sebelumnya. Bahan-bahan

    penyebab pencemaran tersebut dapat berupa limbah rumah tangga maupun limbah industri.

    Penurunan kadar DO juga dapat diakibatkan oleh keadaan dasar sungai yang berlumpur.

    Dasar sungai berlumpur menyebabkan DO terikat di dalamnya.

    Kadar oksigen terlarut di dalam perairan ditentukan oleh temperature ( suhu )

    perairan, kadar garam, dan tekanan parsial gas yang terlarut dalam air ( Brown, 1957 ).

    Kandungan DO pada stasiun 1 adalah 6,23 ppm dan merupakan stasiun yang memiliki

    kandungan DO tertinggi. Hal ini dipengaruhi oleh suhu air di dalam perairan yang rendah

    mengakibatkan kandungan DO di stasiun ini tinggi.DO pada stasiun 2 sebesar 5,6 ppm

    lebih rendah dibandingkan pada stasiun 1. sedangkan stasiun 3 kadar DO sebesar 5,9 ppm.

    Hal ini dipengaruhi oleh suhu air yang cukup rendah dan juga keanekaragaman hayati

    yang cukup baik. Kadar DO pada stasiun 4 tergolong rendah sebesar 3,3 ppm. Hal ini

    0

    2

    4

    6

    8

    0 2 4 6

    DO

    Stasiun

    DO vs Stasiun

    DO vs Stasiun

  • 5/19/2018 JURNAL EKOSISTEM SUNGAI

    9/14

    disebabkan tingginya suhu air dan juga vegetasi sekitar, semakin tinggi suhu perairan

    maka kandungan DO rendah ( Alfianti, 2009 ).

    Grafik 5. CO2vs Stasiun

    Berdasarkan grafik, kandungan CO2 bebas tertinggi berada pada stasiun 1 , dengan

    besar nilai kandungan 13,8 ppm. hal ini dipengaruhi oleh kandungan jumlah sampah yang

    banyak di perairan. Sehingga di perombakan bahan organic dari sampah tersebut akan

    menghasilkan CO2yang tinggi juga. Sedangkan pada stasiun 2 kadar CO2sebesar 5,7 ppm

    dan merupakan stasiun yang memiliki kadar CO2 terendah dibandingkan stasiun lainnya.

    Hal ini disebabkan pada stasiun ini terdapat sedikit sampah. Sehingga sedikit sekali terjadi

    perombakan bahan organic dari sampah yang menghasilkan CO2. Hal tersebut juga dapat

    dikarenakan pada stasiun 2 memiliki tingkat densitas makrobentos yang membutuhkan

    banyak oksigen dibandingkan dengan karbondioksida. CO2memiliki sifat kelarutan yang

    tinggi sehingga keberadaannya relatif tinggi di perairan ( Effendi, 2003 ).

    Grafik 6. Alkalinitas vs Stasiun

    0

    5

    10

    15

    0 2 4 6

    CO2

    Stasiun

    CO2 vs stasiun

    CO2 vs stasiun

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    0 2 4 6

    Alkalinitas(ppm)

    Stasiun

    Alkalinitas vs Stasiun

    Alkalinitas vs

    Stasiun

  • 5/19/2018 JURNAL EKOSISTEM SUNGAI

    10/14

    Berdasarkan grafik tersebutkadar alkalinitas tertinggi terdapat pada stasiun 4. Hal

    ini dikarenakan tingginya kandungan CO2 yaitu 12,9 ppm di dalam perairan. Tingginya

    nilai alkalinitas menunjukkan bahwa kondisi perairan pada stasiun 4 sangat subur (Effendi,

    2003). Alkalinitas yang baik untuk lingkungan >20 ppm (Lesmana,2005). Berdasarkan

    data pengamatan besar kadar alkalinitas pada setiap stasiun telah menunjukan angka

    alkalinitas yang baik. Alkalinitas menggambarkan kuantitas air (anionnya) untuk

    menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas rendah menyebabkan nutrien bebas di air

    sehingga banyak organisme yang hidup, dan sebaliknya. Alkalinitas pada stasiun 4 sesuai

    sebab pada stasiun 4 hanya ditemukan sedikit organisme sebab niutrien yang terdapat

    dalam air terikat, sehingga organisme kekurangan bahan pangan, sesuai dengan teori yang

    diungkapkan setiowati (2007).

    Grafik 7. pH vs Stasiun

    Berdasarkan grafik percobaan , menunjukan hasil pengamatan parameter pH. Dari

    pengamatan ditunjukan bahwa pH air rata-rata disetiapstasiun adalah 7 hal tersebut

    dikarenakan kadar alkalinitas tinggi . menyebabkan basa. Namun kadar CO2

    tiinggimenyebabkan asam. sehingga pH nya netral. pH netral adalah 7. pH asam 0-7 dan

    pH basa 7-14 (Purba, 1994). Pada grafik ditunjukan bahwa hanya terdapat sedikit

    perbedaan pada stasiun 3 yang pH-nya sedikit lebih tinggi, yakni 7,1 kondisi tersebut

    masih berada pada pH normal. Perbedaan pH dapat diakibatkan pencemaran limbah,

    limbah basa semisal sabun maupun limbah pembuangan yang berasal dari rumah tangga

    maupun industri. Sungai pada stasiun 3 masih digunakan warga untuk keperluan sehari-

    hari seperti mandi dan mencuci. pH pada masing-masing stasiun tersebut dipengaruhi oleh

    alkalinitas yang mampun menjaga kenetralan pH. Nilai pH sangat mempengaruhi proses

    6.987

    7.02

    7.04

    7.06

    7.08

    7.1

    7.12

    0 2 4 6

    pH

    Stasiun

    pH vs Stasiun

    PH vs Stasiun

  • 5/19/2018 JURNAL EKOSISTEM SUNGAI

    11/14

    biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. Toksisitas

    logam memperlihatkan peningkatan pH rendah (Novotny dan Oleh, 1994).

    Grafik 8. Densitas Plankton vs Stasiun

    Berdasarkan grafik , densitas plankton terbanyak ada pada stasiun 3 dan terendah

    pada stasiun 1. Menurut Setiowati (2007). Air yang mengalir tidak mendukung kebeadaan

    plankton . berdasarkan teori tersebut seharusnya densitas plankton tertinggi terdapat pada

    stasiun 4 karena arusnya yang bersifat lambat. Akan tetapi pada pengamatan kecepatan

    arus terendah berada pada stasiun 2 sementara stasiun 1 menunjukan kecepatan arus yang

    relatif lambat. Hal tersebut dapat dikarenakan pada stasiun 3 mengandung banyak nutrien

    dan kondisinya sesuai untuk plankton dapat hidup. Selain itu distribusi plankton tersebut

    bisa juga dipengaruhi oleh kandungan DO serta CO2 bebasnya. Semakin melimpah

    kandungan DO maka densitas plankton akan semakin tinggi, begitu pula sebaliknya.

    Grafik 9. Densitas Makrobentos Vs Stasiun

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    0 2 4 6

    DensitasPlankton

    Stasiun

    Densitas Plankton

    Densitas Plankton

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    1 2 3 4Densitas(indv/m2)

    Stasiun

    Densitas Makrobentos VS

    Stasiun

  • 5/19/2018 JURNAL EKOSISTEM SUNGAI

    12/14

    Berdasarkan grafik tersebut densitas makrobentos tertinggi berada pada stasiun 2

    dan terendah pada stasiun 4. Hal ini sesuai dengan teori. Arus air sedang membawa

    tekanan dalam aliran materi dalam air (Effendi,2003). Hal ini menyebabkan distribusi

    makrobentos terorientasi pada stasiun 2. Makrobentos seringkali digunakan sebagai

    petunjuk penilaian kualitas perairan Setiowati (2007).

    Grafik 10. Diversitas Plankton dan Diversitas Makrobentos vs Stasiun

    Berdasarkan grafik tersebut divesitas plankton tertinggi berada pada stasiun 3 dan

    diversitas makrobentoa tyertinggi pada stasiun 1. Air mengalir tidak mendukung

    keberadaan plankton (Setiowati,2007). Sehingga pada stasiun 4 merupakan tempat yang

    sesuai untuk plankton tetap hidup. Hingga terdapat beragam plankton pada daeradaerah

    tersebut. Sementara makrobentos lebih beragam pada stasiun 1 sebab kondisi pada stasiun

    1 yang memungkinkan makrobentos untuk hidup, seperti kadar DO yang besar dan kondisi

    suhu air yang optimum, serta pH yang relatif netral.

    Dari hasil penelitian terhadap parameter-parameter,maka dapat disimpulkan bahwa

    daerah perairan sungai Tambak Bayan yang memiliki kualitas air terbaik adalah stasiun 1,

    hal ini dilihat berdasarkan nilai denditas dan diversitas makrobentos yang berada di

    perairan tersebut menunjukkan nilai yang cukup tinggi. Keberadaan makrobentos dapat

    digunakan sebagai indikator kualitas perairan sebab makrobentos merupakan salah satu

    kelompok terpenting dalam suatu ekosistem perairan sehubungan dengan perannya sebagai

    organisme kunci dalam jaring makanan (Pratiwi, 2004). Di samping itu , pada stasiun 1memiliki suhu air yang optimim, DO yang tinggi , serta pH yang netral.

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    0 1 2 3 4 5

    Diversitas

    Stasiun

    Diversitas Plankton vs Diversitas

    Makrobentos vs Stasiun

    Diversitas Plankton

    Diversitas

    Makrobentos

  • 5/19/2018 JURNAL EKOSISTEM SUNGAI

    13/14

    KESIMPULAN

    Karakteristik sungai meliputi pergerakan air, jenis sedimen dasar, kuat arus, suhu,

    serta debit air sebagai faktor pembatasnya. Parameter fisik, biologi dan kimia selalu

    berhubungan dan menimbulkan dampak atau pengaruh antara suatu parameter dengan

    parameter lainnya. Populasi biota perairan berbanding lurus dengan kecepatan arus dan

    DO berbanding terbalik dengan kada CO2dan alkalinitas serta normal pada suhu dan PH

    stabil. Semakin tinggi diversitas suatu perairan maka kualitas pencemarannya akan

    semakin rendah begitu pula sebaliknya.

    SARAN

    Ekosistem sungai Tambak Bayan masih tergolong baik karena belum terlalu

    tercemar. sehingga untuk menjaganya diperlukan pengelolaan yang baik agar tetap dapat

    dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga perannya tetap terjaga.

    DAFTAR PUSTAKA

    Alfianti, Madyastuti R. 2009. Pengantar Ekologi Perairan. Penerbit Institut Pertanian

    Bogor. Bogor.

    Ambarwati. 2011. Ekosistem Akuatik.

    CV Tiga Serangkai. Surakarta.

    Asdak,C. 2002. Hidrologi dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada University

    Press. Yogyakarta.

    Asdak,C. 2004. Hidrologi dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada University

    Press. Yogyakarta.

    Brown. 1957. Freshwater Ecology, Principles, and Applications. Chichester. UK.

    Conell,D.W.and G.J. Miller . 1995. Kimmia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Y,koestoesEffendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.

    Fauzi, M. 2001. Faktor Fisika dan Kimia Air Sungai. Universitas Riau. Riau.

    Haslam, S. M. 2001. River Pollution and Ecology Perspective. John Wiley and Sons,

    Chichester. UK.

    Lesmana, D. S. 2005. Budi Daya Ikan Hias Air Tawar. Cetakan Pertama. Jakarta: Penebar

    Swadaya.

    Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

  • 5/19/2018 JURNAL EKOSISTEM SUNGAI

    14/14

    Novotny dan Oleh. 1994. Water Quality, Prevention, Identification and Managemant of

    Diffue Pollution. Van Nastrans Reinhold. New York.

    Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Gajah Mada Press. Yogyakarta

    Pratiwi. 2004. Panduan Pengukuran Kualitas Air Sungai. IPB Press. Bogor.

    Purba, Michael. 1994. Kimia SMA. Penerbit Erlangga. Jakarta.

    Purwakusuma. 2005. Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

    Setiowati. 2007. Biology Interactive. Azka Press. Jakarta.

    Shyham. 2010. Standard Methods For the Examination of Water and Wastewater.

    Washington American Public Health Association. USA.

    Victor and Fufeyin. 1993. Tropical Zoology. Fish Communities. Nigeria.

    Wardini. 2002. Ekosistem Sungai dan Penanganannya. Grafindo Media Tama. Bandung.

    Whitton, B.A. 1975. Rivers Ecology, Studies in Ecology volume 2. Department of Botany

    University of Durham. England.