jurnal elektro telekomunikasi terapan [bulan] [tahun]. jurnal 1... · web viewthoriq firmansyah...

14
DRAFT PAPER UISI JURNAL Vol. 1, No. 1, Oktober 2019, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX PEMBUATAN BETON APUNG DENGAN DESAIN CETAKAN BERONGGA UNTUK APLIKASI DERMAGA Syarfa Nur’aini 1 ,Thoriq Firmansyah Firdaus 2 , dan Fandi Angga Prasetya 3 Universitas Internasional Semen Indonesia E-mail: [email protected] ABSTRACT Indonesia is an archipelago country where connectivity between islands is very important. The infrastructure that can help economic activities in coastal areas is the jetty fasilities. Currently, jetty construction in Indonesia is still uneven and adequate, which causes loading and unloading costs in Indonesia to be the most expensive than other countries in ASEAN. The construction cost of the jetty is expensive because is still using structural method, therefore this research was conducted with the aim of knowing the effect of floating concrete mold design using hollow design when applied to water areas. This study uses a simple concept of Archimedes's law, where a hollow object in water will have an upward lift. The method in this research is manufacturing of floating concrete using a hollow concrete mold design measuring 51.4 x 51.4 x 16 cm 3 with 9 hollow, a thickness of 1.6 cm to later be tested the buoyancy and density of the concrete. In this study also used a 5 x 5 x 5 cm 3 mold to determine the compressive strength and density of normal concrete according to the 7656: 2012 standard. The results obtained are the % concrete buoyancy of 31.25% with a floating concrete density of 0.688 gr / cm 3 and compressive strength 36,975 MPa. The compressive strength determined in accordance with ASTM C270 Type M standards that for reinforced concrete or not that will be subjected to heavy loads must have a minimum compressive strength of 9.5 MPa. This hollow mold design is suitable for producing floating concrete for pier applications with low density, but high compressive strength. Things that must be consideration in mold designing are the number of hollows, the volume of the hollows, and the thickness of the concrete being made. Keywords: Floating, Hollow Mold, and Jetty. ABSTRAK Indonesia merupakan negara kepulauan dimana konektivitas antar pulaunya merupakan hal yang sangatlah penting. Infrastruktur yang dapat membantu kegiatan perkeonomian di daerah pesisir adalah dengan adanya dermaga. Saat ini pembangunan dermaga di Indonesia masih belum merata dan memadahi yang

Upload: others

Post on 28-Apr-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Elektro Telekomunikasi Terapan [Bulan] [Tahun]. JURNAL 1... · Web viewThoriq Firmansyah Firdaus 2, dan Fandi Angga Prasetya 3 Universitas Internasional Semen Indonesia E-mail:

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Oktober 2019, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

PEMBUATAN BETON APUNG DENGAN DESAIN CETAKAN BERONGGA UNTUK APLIKASI DERMAGA

Syarfa Nur’aini1,Thoriq Firmansyah Firdaus2, dan Fandi Angga Prasetya3

Universitas Internasional Semen IndonesiaE-mail: [email protected]

ABSTRACT

Indonesia is an archipelago country where connectivity between islands is very important. The infrastructure that can help economic activities in coastal areas is the jetty fasilities. Currently, jetty construction in Indonesia is still uneven and adequate, which causes loading and unloading costs in Indonesia to be the most expensive than other countries in ASEAN. The construction cost of the jetty is expensive because is still using structural method, therefore this research was conducted with the aim of knowing the effect of floating concrete mold design using hollow design when applied to water areas. This study uses a simple concept of Archimedes's law, where a hollow object in water will have an upward lift. The method in this research is manufacturing of floating concrete using a hollow concrete mold design measuring 51.4 x 51.4 x 16 cm3 with 9 hollow, a thickness of 1.6 cm to later be tested the buoyancy and density of the concrete. In this study also used a 5 x 5 x 5 cm 3 mold to determine the compressive strength and density of normal concrete according to the 7656: 2012 standard. The results obtained are the % concrete buoyancy of 31.25% with a floating concrete density of 0.688 gr / cm3 and compressive strength 36,975 MPa. The compressive strength determined in accordance with ASTM C270 Type M standards that for reinforced concrete or not that will be subjected to heavy loads must have a minimum compressive strength of 9.5 MPa. This hollow mold design is suitable for producing floating concrete for pier applications with low density, but high compressive strength. Things that must be consideration in mold designing are the number of hollows, the volume of the hollows, and the thickness of the concrete being made.

Keywords: Floating, Hollow Mold, and Jetty.

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara kepulauan dimana konektivitas antar pulaunya merupakan hal yang sangatlah penting. Infrastruktur yang dapat membantu kegiatan perkeonomian di daerah pesisir adalah dengan adanya dermaga. Saat ini pembangunan dermaga di Indonesia masih belum merata dan memadahi yang menyebabkan biaya bongkar muat di Indonesia termahal dibandingkan negara ASEAN lain. Biaya konstruksi dermaga mahal dikarenakan bentuk dermaga masih struktural, maka dari itu dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh desain cetakan beton apung yang menggunakan rongga jika diaplikasikan pada wilayah perairan. Penelitian ini menggunakan konsep sederhana hukum Archimedes, dimana suatu benda berongga yang berada di air akan memiliki gaya angkat ke atas. Metode dalam penelitian ini adalah pembuatan beton apung menggunakan desain cetakan beton berongga berukuran 51,4 x 51,4 x 16 cm3 dengan 9 rongga, ketebalan 1,6 cm untuk nantinya diuji daya apung dan densitas betonnya. Pada penelitian ini juga menggunakan cetakan 5 x 5 x 5 cm3 untuk mengetahui kuat tekan dan densitas beton normal sesuai standar 7656: 2012. Hasil penelitian yang didapatkan adalah

Page 2: Jurnal Elektro Telekomunikasi Terapan [Bulan] [Tahun]. JURNAL 1... · Web viewThoriq Firmansyah Firdaus 2, dan Fandi Angga Prasetya 3 Universitas Internasional Semen Indonesia E-mail:

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Oktober 2019, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

%daya apung beton sebesar 31,25% dengan densitas beton apung 0,688 gr/cm3 dan kuat tekan 36,975 MPa. Kuat tekan yang ditetapkan sesuai dengan standar ASTM C270 Tipe M bahwa untuk beton bertulang atau tidak yang akan diberi beban berat harus memiliki minimal kuat tekan 9,5 MPa. Desain cetakan berongga ini cocok untuk menghasilkan beton apung aplikasi dermaga dengan densitas yang rendah, namun kuat tekan yang tinggi. Hal yang harus diperhatikan dalam perancangan cetakan awal adalah banyak rongga, volume rongga, dan ketebalan beton yang dibuat.

Kata kunci: Apung, Cetakan Berongga, dan Dermaga.

1. PENDAHULUAN

Berdasarkan data dari BPS 2016, bahwasanya diperkirakan 90% dari total perdagangan internasional 90% perdagangan international diangkut melalui laut, dan 40% dari rute perdagangan internasional tersebut melewati perairan Indonesia [1]. Sebagai negara kepulauan yang harus memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan menautkan pulau yang satu dengan yang lain, peran dermaga juga sangat penting di dalamnya. Dermaga merupakan simpul dalam pembangunan maritim yang kuat. Dermaga atau Pelabuhan memiliki peran utama dalam sektor transportasi penyebrangan maupun logistik ang secara tidak langsung akan berperan sebagai salah satu katalis yang dapat mempercepatpertumbuhan perkenomian dari bidang industri, perdagangan, dan pariwisata[2]. Saat ini pembangunan pelabuhan di Indonesia masih menggunakan jenis beton struktural, dimana dalam pembuatannya membutuhkan biaya yang mahal. Bahkan jika pembangunannya membutuhkan dermaga yang panjang, untuk menghindari pendangkalan di area pesisir akibat adanya aliran pasir yang terbawa oleh kapal besar, akan membutuhkan dana yang tidak sedikit dan membutuhkan waktu lama dalam pengerjaannya. Hal ini menjadi salah satu penyebab kurangnya fasilitas dermaga di Indonesia yang berdampak pada biaya pelabuhan di Indonesia lebih mahal dibanding dengan biaya pelabuhan yang ada di region ASEAN. Biaya utama besarnya jumlah terminal handling charge dikarenakan kapal terlalu banyak menghabiskan waktu di pelabuhan untuk melakukan pengantrian, baik di tempat tambatan kapal maupun area sekitar [3]. Maka dari itu diperlukan inovasi untuk membuat suatu struktur konstruksi dermaga yang murah dalam segi harga, mudah dalam pengerjaannya, serta cepat waktu pelaksanaannya untuk memenuhi kebutuhan dermaga di Indonesia ini. Beton apung (floating concrete) merupakan salah satu teknologi konstruksi terbarukan yang diaplikasikan pada wilayah perairan dengan densitas beton <1 g/cm3. Rekayasa terus dilakukan untuk membuat beton dengan densitas rendah agar dapat terapung, namun dengan kekuatan yang sedang hingga normal. Beton apung memiliki beberapa aplikasi dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah pelapisan bagian luar untuk rumah terapung, transportasi (jembatan), atap, pelapis perpipaan laut, pelindung dari panas pada atap, lorong bawah tanah, dimanfaatkan untuk sekat bangunan, dan lain-lain[4]. Skema penelitian mengenai beton apung banyak merubah struktur bahan dengan agregat yang lebih ringan atau bahan kimia yang dapat membentuk gelembung di dalam struktur sehingga nantinya beton tersebut dapat diaplikasikan di perairan untuk terapung. Penelitian beton apung dari Datta et all, 2020 mendapatkan hasil bahwasanya penggunaan Styrofoam sebagai agregat untuk memperingan beton dapat menurunkan kuat tekan, sehingga tidak cocok diaplikasikan pada

Page 3: Jurnal Elektro Telekomunikasi Terapan [Bulan] [Tahun]. JURNAL 1... · Web viewThoriq Firmansyah Firdaus 2, dan Fandi Angga Prasetya 3 Universitas Internasional Semen Indonesia E-mail:

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Oktober 2019, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

wilayah pelabuhan yang harus dapat menahan beban berat. Dari penelitian tersebut daya apung maksimal yang didapatkan, yakni 15% dan kuat tekannya masih sangat rendah[4]. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian menggunakan skema cetakan berongga untuk menghasilkan beton dengan densitas yang rendah dan kuat tekan yang tinggi. Konsep yang ditawarkan adalah dengan menggunakan konsep sederhana dari Hukum Archimedes Hukum Archimedes berbunyi bahwa Sebuah benda yang tercelup sebagian atau seluruhnya di dalam fluida akan mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan. di Gaya yang diberikan oleh fluida pada benda yang tenggelam dinamakan gaya apung. Benda akan terasa lebih ringan di angkat jika berada di air, dibandingkan dengan mengangkat benda di udara. Gaya gravitasi benda yang diangkat besarnya tetap, akan tetapi air melakukan gaya yang arahnya ke atas.

Gambar 1. Letak Benda dalam Zat Cair

Ketiga posisi benda tersebut di dalam fluida memiliki gaya berat (W) dan mengalami gaya ke atas (FA). Gaya berat adalah gaya yang menyebabkan benda jatuh ke dasar karena adanya gaya gravitasi, sedangkan gaya apung dijelaskan seperti pada penjelasan Hukum Archimedes di atas. Suatu benda dikatakan tenggelam, melayang, dan juga mengapung bergantung pada nilai massa jenis suatu benda dibandingkan dengan massa jenis zat cair itu sendiri. Benda akan terapung jika massa jenis benda lebih kecil daripada massa jenis zat cair, benda dikatakan melayang jika massa jenis benda sama dengan massa jenis zat cair, serta benda dikatakan tenggelam jika massa jenis benda lebih besar daripada massa jenis zat cair[5].

2. METODE PENELITIAN 2.1 Alat dan Bahan

Gambar 2. Cetakan Berongga Berukuran 51,4 x 51,4 x 16 cm3

Page 4: Jurnal Elektro Telekomunikasi Terapan [Bulan] [Tahun]. JURNAL 1... · Web viewThoriq Firmansyah Firdaus 2, dan Fandi Angga Prasetya 3 Universitas Internasional Semen Indonesia E-mail:

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Oktober 2019, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah gelas ukur 1000 mL sebanyak 1 buah merk Iwaki, gelas ukur 10 ml, beaker glass 250 ml, meteran, timbangan analitik, 1 set peralatan mixer, baskom, cetakan uji kuat tekan 5 x 5 x 5 cm3 sebanyak 2 buah, ayakan 40 mesh 1 buah, cetakan uji daya apung berukuran 51,4 x 51,4 x 16 cm 3

dengan 9 rongga dan ketebalan 1 cm. Gambar cetakan berongga dapat dilihat pada gambar 1. Kuantitas ahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini sesuai dengan standar SNI 7656:2012 (kekuatan tekan minimal beton 25 MPa) adalah semen 5 kg, pasir 11,25 kg, kerikil 17,5 kg berukuran 0,25 cm, air 3,1 L, dan superplasticizer 50 mL.

2.2 Proses Pembuatan Beton Apung

Pembuatan beton apung sama seperti pembuatan beton pada umumnya, hanya saja cetakan yang diguanakn berbeda untuk menghasilkan densitas beton yang ringan dengan kuat tekan yang tinggi. Pasir dan kerikil dihomogenkan selama 3 menit dengan menggunakan air, kemudian menambahkan semen dan superplasticizer. Penambahan admixture ini bertujuan untuk meningkatkan workabilitas pengerjaan dari beton apung dan pendistribusian air yang lebih baik. Jenis agregat kasar yang digunakan memiliki standar yang sedikit berbeda dengan SNI 7656:2012[6]. Jika jenis agregat kasar yang digunakan berukuran minimal 9,5 mm, dalam percobaan ini menggunakan kerikil yang lebih halus dengan ukuran 2,5 - 5 mm. Hal ini dikarenakan dalam pemilihan agregat kasar tidak boleh melebihi ¾ ruang dari cetakan[7]. Ketika semua sudah homogen adonan beton dimasukkan ke dalam cetakan 5 x 5 x 5 cm3(untuk melakukan uji densitas beton pejal dan kuat tekan beton) dan cetakan 51,4 x 51,4 x 16 cm3 ketebalan 1,6 cm dengan 9 rongga (untuk uji daya apung desain berongga yang dibuat). Setelah 1 hari pembuatan dan pengeringan, beton kemudian dicuring selama waktu 7,14, dan 28 hari. Proses curing bertujuan untuk mengurangi panas hidrasi yang nantinya akan menurunkan kekuatan dari beton [8]. Kemudian dilakukan karakterisasi beton untuk 2 cetakan yang dibuat.

Gambar 3. Proses Pembuatan Beton Apung

Page 5: Jurnal Elektro Telekomunikasi Terapan [Bulan] [Tahun]. JURNAL 1... · Web viewThoriq Firmansyah Firdaus 2, dan Fandi Angga Prasetya 3 Universitas Internasional Semen Indonesia E-mail:

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Oktober 2019, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

2.3 Karakterisasi Beton Apung

2.3.1 Uji Densitas Beton Normal Pejal

Densitas merupakan pengukuran massa setiap satuan volume dari suatu benda. Semakin tinggi massa jenis benda, maka semakin besar pula massa pervolumenya. Pada uji ini dilakukan pengukuran densitas beton normal tidak berongga sebagai referensi densitas beton yang akan dihasilkan dengan menggunakan adonan beton pada SNI 7656:2012 Secara matematis, densitas dapat dituliskan dengan rumus [9]:

ρ= mv (1)

2.3.2 Uji Kuat Tekan

Uji kuat tekan dapat diukur dengan menghitung besarnya beban per satuan luas yang dapat menyebabkan beton mengalami kehancuran. Uji kuat tekan dilakukan setiap variabel waktu untuk menentukan beban maksimal yang dapat diterima beton sebagai indikator kekuatan beton. Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat compressive testing machine secara digital [10].

2.3.3 Uji Daya Apung dan Densitas Beton Normal Berongga

Uji ini dilakukan dengan tujuan mengetahui kemampuan mengapung suatu beton dengan menggunakan desain cetakan berongga. Ketika sudah mengetahui daya apungnya, densitas dari beton berongga akan ditemukan dengan menggunakan persamaan dari hukum Archimedes.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4. Beton Apung yang DihasilkanBeton apung dalam penelitian ini tidak berdasarkan pada jenis bahan yang akan

menurunkan densitasnya, melainkan mengurangi berat dari beton dengan mendesain cetakan berongga yang dapat dilihat pada Gambar 3. Untuk mengetahui kualitas dari beton apung

Page 6: Jurnal Elektro Telekomunikasi Terapan [Bulan] [Tahun]. JURNAL 1... · Web viewThoriq Firmansyah Firdaus 2, dan Fandi Angga Prasetya 3 Universitas Internasional Semen Indonesia E-mail:

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Oktober 2019, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

yang terproduksi untuk dikonsepkan menjadi dermaga, perlu dilakukan beberapa uji. Berikut merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui kualitas beton apung yang dilakukan:

3.1 Uji Densitas Beton Normal Cetakan KubusPengujian ini dilakukan untuk memperkirakan densitas adonan SNI 7656:2012 sebelum

nantinya dicetak dalam cetakan berongga. Sebelum diuji densitas, setelah proses pencetakan mengering beton kemudian dicuring. Berikut merupakan densitas yang didapatkan dalam beton:

7 14 282.2

2.222.242.262.28

2.32.322.34 2.332

2.2968

2.2536

Densitas Beton Normal

Hari

Dens

itas (

gr/c

m3)

Gambar 4.1 Grafik Densitas Beton NormalDari data di atas, dapat diketahui bahwasanya densitas beton normal mengalami

penurunan seiring dengan berjalannya waktu. Menurut SNI 7656:2012 densitas yang mungkin akan terbentuk dari sebuah beton normal adalah 2,2 – 2,3 gram/cm3. Penurunan densitas ini terjadi dikarenakan pada saat melakukan perhitungan tidak mengukur kembali volume beton dengan menggunakan prinsip Archimedes. Akibatnya setelah beton dicetak, tidak mengetahui secara pasti keadaan beton mengalami penyusutan atau tidak. Densitas dari beton normal seharusnya memiliki kenaikan seiring dengan berjalannya waktu Maka perhitungan awal densitas ini menjadi landasan utama pembuatan ukuran cetakan yang digunakan dalam pembuatan beton apung.

3.2 Uji Kuat Tekan Beton Normal Cetakan KubusPengaplikasian desain berongga ini untuk area dermaga, maka dari itu harus memiliki

kuat tekan yang tinggi dikarenakan untuk menahan beban transportasi di atasnya. Uji kuat tekan pada beton normal dengan acuan SNI 7656:2012 akan mendapatkan kuat tekan minimal 25 MPa. Berikut merupakan hasil pengujian kuat tekan yang didapatkan dalam penelitian ini selama 7, 14, dan 28 hari:

Page 7: Jurnal Elektro Telekomunikasi Terapan [Bulan] [Tahun]. JURNAL 1... · Web viewThoriq Firmansyah Firdaus 2, dan Fandi Angga Prasetya 3 Universitas Internasional Semen Indonesia E-mail:

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Oktober 2019, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

7 14 2805

10152025303540

24.065

31.75536.975

Kuat Tekan Beton Normal

Hari

Kuat

Tek

an (M

Pa)

Gambar 3. Grafik Kuat Tekan Beton Normal

Dapat dilihat bahwasanya kuat tekan yang didapatkan semakin bertambah seiring dengan berjalannya usia. Hal ini dikarenakan beton akan semakin mengeras dan tentunya menambah kekuatan dari beton tersebut. Kuat tekan tersebut dapat dikatakan memenuhi spesifikasi mortar tipe M yang direkomendasikan untuk pasangan bertulang atau pasangan tidak bertulang yang nantinya akan diberi beban tekan yang besar (ASTM C270). Mortar Tipe M memiliki kuat tekan rata-rata pada usia 7 hari sebesar 9,5 MPa[11].

3.3 Uji Daya Apung dan Densitas Desain Cetakan BeronggaHasil uji densitas beton normal pada cetakan 125 cm3 akan memberi informasi

mengenai densitas beton jika dicetak pada cetakan normal/tidak berongga. Kemudian sebelum membuat ukuran cetakan hal yang dilakukan adalah menghitung desain cetakan yang akan menghasilkan beton yang mengapung dengan densitas beton yang sudah didapatkan. Perhitungan dilakukan dengan sangat sederhana untuk menentukan densitas, yakni dengan mencari selisih massa setelah penambahan rongga yang kemudian dibagi dengan volume cetakan sesuai dengan rumus sederhana densitas persamaan (1). Perhitungan densitas teoritisl ini dipengaruhi oleh volume rongga, banyak rongga, dan ketebalan beton yang akan dibuat. Dalam penelitian ini menggunakan 9 rongga dengan volume rongga adalah 15 x 15 x 15 cm3. Dengan volume total beton cetakan berongga, densitas yang didapatkan adalah 0,64 gr/cm3. Berikut merupakan hasil perhitungan mengenai densitas yang telah diproduksi dari desain cetakan beton berongga baru:

Tabel 4.1 Perhitungan Awal Densitas Beton dengan Desain Cetakan Baru

Densitas Beton Normal (gram/cm3)

2,3 Volume (cm3)

Massa (gram)

Space / Tebal (cm) 1,60

Volume Total Kubus (cm3)p (cm) 51,4

42.271,36

97.224,13

l (cm) 51,4t (cm) 16,0

Volume total rongga (cm3) rongga (buah)

930.375 69.862,5

p (cm) 15

Page 8: Jurnal Elektro Telekomunikasi Terapan [Bulan] [Tahun]. JURNAL 1... · Web viewThoriq Firmansyah Firdaus 2, dan Fandi Angga Prasetya 3 Universitas Internasional Semen Indonesia E-mail:

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Oktober 2019, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

l (cm) 15t (cm) 15

Massa Desain Beton (gram) 27361,628Maka densitas beton menjadi

(gram/cm3)0,647

Hipotesa yang didapat setelah menghitung beton dengan menggunakan desain cetakan 51,4 x 51,4 x 51,4 cm3, akan menghasilkan beton dengan daya apung 35% dari total tinggi beton, yakni berkisar 5,6 cm. Uji daya apung dilakukan setelah beton berusia 14 dan 28 hari setelah mencetak dengan tujuan pengerasan beton sudah baik dan tidak merusak beton yang dibuat. Sebelum dilakukan pengapungan, dilakukan pelapisan pada bagian luar dan dalam beton yang memiliki rongga kecil di permukaan dengan pelapis anti air. Hal ini bertujuan agar air tidak masuk ke dalam struktur beton yang dapat menyebabkan tenggelamnya beton tersebut seiring dengan berjalannya waktu. Pada 14 hari, pengapugan dilakukan ketika dengan cetakan dikarenakan khawatir beton akan rusak dengan usia tersebut. Berikut merupakan dokumentasi uji daya apung yang dilakukan:

Gambar 4.2 Uji Daya Apung

Uji daya apung dilakukan pada usia 14 hari dengan cetakan kayu yang masih melekat. Dari hasil tersebut didapatkan bahwasanya bagian beton yang terapung setinggi 5 cm, sedang 11 cm berada di permukaan air. Uji dilakukan pula setelah 28 hari dan setelah pelepasan kayu, dimana ketinggian proses pengapungan memiliki nilai yang sama dengan pengapungan 14 hari. Hasil pengapungan yang didapatkan setelah melepas cetakan dan melapisinya dengan cat anti air adalah 5 cm untuk bagian terapung dan 11 cm nya tenggelam. Dari sini dapat diketahui bahwasanya daya apung dari beton berongga adalah 65% dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:

% daya apung ¿tinggi terapung

tinggi totalbeton= 5

16cm=31,25 %

Dari % daya apung tersebutlah, dapat diketahui bahwasa ketinggian fluida yang menepati ruang kosong dalam rongga sebesar 11 cm atau 68,75%. Uji daya apung yang dilakukan akan berpengaruh pada nilai densitas yang didapatkan dari beton yang dibuat.

Page 9: Jurnal Elektro Telekomunikasi Terapan [Bulan] [Tahun]. JURNAL 1... · Web viewThoriq Firmansyah Firdaus 2, dan Fandi Angga Prasetya 3 Universitas Internasional Semen Indonesia E-mail:

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Oktober 2019, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

Berikut merupakan Langkah yang dilakukan untuk mencari densitas beton dengan cetakan berongga adalah sebagai berikut:

Fa (Fluida) = Fb (Benda)m fluida x g = m benda x g

ρ fluida x V fluida = ρ benda x V bendaρ fluida x V benda x % ketinggian fluida= ρ benda x V benda

1 gr/cm3 x 0,6875 = ρ bendaρ benda = 0,688 gr/cm3

Dari hasil uji 28 hari seharusnya beton dapat mengapung 0,6 cm lagi yang mengapung. Densitas teoritis yang dihitung di awal untuk membuat cetakan beton apung adalah 0,647 gr/cm3 dan densitas praktis yang didapat adalah 0,688 gr/cm3. Selain itu kemudian dilakukan pengukuran densitas beton apung secara langsung dengan menggunakan timbangan digital dan didapatkan densitas 0,759 gr/cm3. Berikut merupakan dokummentasi massa yang didapat:

Gambar 4.3 Massa Beton BeronggaPengukuran densitas dengan mengukur massanya menggunakan timbangan digital

memiliki selisih yang lebih besar disbanding dengan perhitungan awal dan perhitungan berdasar pada daya apung dikarenakan dalam tahapan penimbangan masih dalam keadaan basah. Perbedaan antara densitas rencana cetakan dengan densitas praktis menggunakan persamaan Archimedes adalah dikarenakan setelah diamati terjadi ketidak telitian dalam tahap pembuatan cetakan, dimana ketebalan cetakan terdapat yang melebih target sehingga beton yang awalnya direncanakan dapat mengapung 5,6 cm hanya dapat mengapung 5 cm saja. Dalam penelitian ini juga dicoba dengan menambahkan beban struktur 1 kg dan beton apung tersebut dapat menahannya dan berada dalam posisi yang sama dalam kurun waktu 30 menit. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai batas beban maksimal yang dapat diletakkan di atas beton apung tersebut.

4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang didapatkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah Performansi desain cetakan berukuran 51, 4 x 51,4 x 16 cm3 dapat terapung setinggi 5 cm pada usia 28 hari di wilayah perairan (% daya apung adalah 61,25%). Nilai densitas beton yang didapatkan dengan pendekatan menggunakan Hukum Archimedes adalah sebesar 0,688 gram/cm3 (di bawah nilai densitas air, yakni 1 gram/cm3) dengan kuat tekan 39,975 MPa. Kuat tekan ini sesuai dengan standar standar ASTM C270 Tipe M bahwa untuk beton

Page 10: Jurnal Elektro Telekomunikasi Terapan [Bulan] [Tahun]. JURNAL 1... · Web viewThoriq Firmansyah Firdaus 2, dan Fandi Angga Prasetya 3 Universitas Internasional Semen Indonesia E-mail:

DRAFT PAPER UISI JURNALVol. 1, No. 1, Oktober 2019, P-ISSN xxx-xxxx, E-ISSN xxxx-xxxX

bertulang atau tidak yang akan diberi beban berat harus memiliki minimal kuat tekan 9,5 MPa. Saran yang diberikan untuk penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan memerhatikan kondisi lingkungan penerapan beton apung. Selain itu, hal yang perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai beban maksimal yang dapat diterima oleh beton apung.

UCAPAN TERIMA KASIHPenulis mengucapkan terima kasih kepada laboran laboratarium analisa bahan UISI

dan Laboratorium Fisika PT. Semen Indonesia yang telah memfasilitasi dan memberi dukungan dalam pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA [1] Badan Pusat Statistika (2016) : Statistik Transportasi Laut 2016 . Jakarta : BPS Indonesia[2] Oblak, R., Bistricic, A. & Jugovic, A. (2013). Publicprivate partnership-management

model of Croatian seaports. Management, 18 (1), 79–102. [3] Setiono, B.A. (2010). Analisis faktor-faktor yang memengaruhi kinerja pelabuhan. Jurnal

Aplikasi Pelayaran dan Pelabuhan, 1 (1), 39–60. [4] Datta, et all. 2020. Experimental Study of Floating Concrete. Medicaps University, India.

ADVANCED SCIENCE LETTERS E-ISSN:1936-7317 [5] Utami, R., Winarti, W., & Purwanto, J. (2014). Rancang Bangun Perangkat Eksperimen

Hukum Archimedes untuk MTs LB/A Yaketunis Kelas VIII. INKLUSI Journal of Disability Studies, 1(1), 57-82.

[6] SNI 7656:2012. Beton Normal. Balitbang Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta. [7] Diklat Perkerasan Kaku. (2017). Modul 3: Rancangan Campuran Beton: Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah

[8] Joni, Ir. I Gede Putu. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Beton. Program studi Teknik Sipil Fakultas Teknik sipil: Universitas Udayana

[9] Sucipto, D. A., Saroja, G., & Nuriyah, L. (2014). Pengukuran Densitas Bahan Organik Berskala Milli-Liter (ML) Dengan Metode Levitasi Magneto-Archimedes Menggunakan Sumber Magnet Tunggal. (Doctoral dissertation, Brawijaya University).

[10] Wang, Chu-Kia., Salmon, Charles G., 1993. Desain Beton Bertulang, Erlangga, Jakarta[11] ASTM, C. (1999). 494. Standard Specification for Chemical Admixtures for Concrete.