jurnal fisling
DESCRIPTION
Peta Tematik Salinitas Densitas dan Temperatur Teluk JakartaTRANSCRIPT
PETA TEMATIK UNTUK DENSITAS, SALINITAS DAN
TEMPERATUR DI PERAIRAN TELUK JAKARTA
THEMATIC MAP FOR DENSITY, AND TEMPERATURE IN
SALINITY JAKARTA BAY WATERS
Kholfun Husamullah Firos Dawwas Thoriqi Ihyaudin
(3225102377)
Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Kampus B, Jalan Pemuda No. 10 Rawamangun Jakarta, Indonesia 13220
*email: [email protected]
ABSTRACT
THEMATIC MAP FOR DENSITY, AND TEMPERATURE IN SALINITY JAKARTA BAY WATERS. Jakarta
Bay waters are categorized as coastal waters ( Coastal Water ) certainly have a very big role in which different
sectors have made use of these areas, both marine and coastal areas, including industrial, mining, transportation,
commerce, agriculture, and tourism. Activities of the various sectors and so many uncontrolled will of course
reduce the level of quality of its waters. In addition, Jakarta Bay is also a place bermuaranya several rivers that
pass through the city, an estimated 9 estuaries are brought either from landfill waste, industry and households as
well as other activities, this causes the waters of Jakarta Bay has particular characteristics in which these waters
received a fairly heavy pollution load. With this premise, it was felt necessary to determine the condition of
Oceanography Jakarta Bay to take on the Physical Oceanography of data parameters include density, salinity
and temperature to determine the condition of the bottom waters of the Gulf.
Keywords: Density , Salinity , Jakarta Bay.
ABSTRAK
PETA TEMATIK UNTUK DENSITAS, SALINITAS DAN TEMPERATUR DI PERAIRAN TELUK
JAKARTA. Perairan Teluk Jakarta yang dikategorikan sebagai perairan pantai (Coastal Water) tentunya
mempunyai peranan yang sangat besar dimana berbagai sektor telah memanfaatkan wilayah ini, baik wilayah
laut maupun pantai, antara lain sektor industri, pertambangan, perhubungan, perdagangan, pertanian, dan
pariwisata. Kegiatan berbagai sektor yang sedemikian banyak dan tidak terkendali tentunya akan menurunkan
tingkat kualitas perairannya. Di samping itu Teluk Jakarta juga merupakan tempat bermuaranya beberapa
sungai yang melewati kota Jakarta, diperkirakan ada 9 muara sungai yang membawa limbahnya baik dari
pembuangan sampah, industri maupun rumah tangga serta kegiatan lainnya, hal ini menyebabkan perairan Teluk
Jakarta mempunyai karakteristik yang khusus dimana perairan ini menerima beban pencemaran yang cukup
berat. Dengan dasar pemikiran tersebut, dirasakan perlu untuk mengetahui kondisi Oseanografi Teluk Jakarta
dengan mengambil data parameter Oseanografi Fisika yang meliputi densitas, salinitas dan temperature untuk
mengetahui kondisi dasar perairan Teluk tersebut.
Kata kunci: Densitas, Salinitas, Teluk Jakarta.
1. PENDAHULUAN
Bagian terpenting dari gambaran suatu perairan
laut adalah pendeskripsian dari penyebaran atau
distribusi dari spasial maupun temporal dari
parameter densitas dan turbiditas. Pengamatan
densitas dan turbiditas ini merupakan parameter
yang tak dapat ditinggalkan dalam hampir
setiap penelitian di laut. Hal ini karena berbagai
aspek distribusi parameter yakni seperti reaksi
kimia dan proses biologi merupakan fungsi dari
densitas, sehingga densitas ini menjadi suatu
variabel yang menentukan. Sedangkan
turbiditas sendiri adalah faktor penting bagi
penyebaran organisme perairan laut.
Densitas
Densitas didefinisikan sebagai massa per
satuan volume. Kadang dalam beberapa kasus
densitas juga didefinisikan sebagai berat per
satuan volume. Semakin tinggi massa jenis
suatu benda, maka semakin besar pula massa
setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap
benda merupakan total massa dibagi dengan
total volumenya.
Densitas merupakan salah satu parameter
terpenting dalam mempelajari dinamika laut.
Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal
(misalnya akibat perbedaan pemanasan di
permukaan) dapat menghasilkan arus laut yang
sangat kuat. Oleh karena itu penentuan densitas
merupakan hal yang sangat penting dalam
oseanografi. Lambang yang digunakan untuk
menyatakan densitas adalah ρ (rho).
Densitas air laut bergantung pada
temperatur (T), salinitas (S) dan tekanan (p).
Kebergantungan ini dikenal sebagai persamaan
keadaan air laut (Equation of State of Sea
Water). Penentuan dasar pertama dalam
membuat persamaan di atas dilakukan oleh
Knudsen dan Ekman pada tahun 1902. Pada
persamaan mereka, ρ dinyatakan dalam g cm-3
.
Penentuan dasar yang baru didasarkan pada
data tekanan dan salinitas dengan kisaran yang
lebih besar, menghasilkan persamaan densitas
baru yang dikenal sebagai Persamaan Keadaan
Internasional (The International Equation of
State, 1980). Persamaan ini menggunakan
temperatur dalam oC, salinitas dari Skala
Salinitas Praktis dan tekanan dalam dbar (1
dbar = 10.000 pascal = 10.000 N m-2
).
Densitas dalam persamaan tersebut
dinyatakan dalam kg m-3
. Jadi, densitas dengan
harga 1,025 g cm-3
dalam rumusan yang lama
sama dengan densitas dengan harga 1025 kg m-
3 dalam Persamaan Keadaan Internasional.
Densitas bertambah dengan bertambahnya
salinitas dan berkurangnya temperatur, kecuali
pada temperatur di bawah densitas maksimum.
Densitas air laut terletak pada kisaran 1025 kg
m-3
sedangkan pada air tawar 1000 kg m-3
.
Para oseanografer biasanya menggunakan
lambang σt (huruf Yunani sigma dengan
subskrip t, dan dibaca sigma-t) untuk
menyatakan densitas air laut. dimana σt = ρ -
1000 dan biasanya tidak menggunakan satuan
(seharusnya menggunakan satuan yang sama
dengan ρ). Densitas rata-rata air laut adalah σt =
25. Aturan praktis yang dapat kita gunakan
untuk menentukan perubahan densitas adalah:
σt berubah dengan nilai yang sama jika T
berubah 1oC, S 0,1, dan p yang sebanding
dengan perubahan kedalaman 50 m.
Perlu diperhatikan bahwa densitas
maksimum terjadi di atas titik beku untuk
salinitas di bawah 24,7 dan di bawah titik beku
untuk salinitas di atas 24,7. Hal ini
menyebabkan adanya konveksi arus panas.
S < 24.7 : air menjadi dingin hingga
dicapai densitas maksimum, kemudian jika air
permukaan menjadi lebih ringan (ketika
densitas maksimum telah terlewati)
pendinginan terjadi hanya pada lapisan
campuran akibat angin (wind mixed layer) saja,
dimana akhirnya terjadi pembekuan. Di bagian
kolam (basin) yang lebih dalam akan dipenuhi
oleh air dengan densitas maksimum.
S > 24.7 : konveksi selalu terjadi di
keseluruhan badan air. Pendinginan
diperlambat akibat adanya sejumlah besar
energi panas (heat) yang tersimpan di dalam
badan air. Hal ini terjadi karena air mencapai
titik bekunya sebelum densitas maksimum
tercapai.
Salinitas / Kadar Garam
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar
(kandungan) garam yang terlarut dalam air,
namun juga dapat mengacu pada kandungan
garam dalam tanah. Salinitas juga merupakan
jumlah dari seluruh kadar garam dalam gram
(g) pada setiap kilogram (kg) air laut.
Kandungan garam pada sebagian besar
danau, sungai, dan saluran air alami sangat
kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan
sebagai air tawar. Kandungan garam
sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang
dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan
sebagai air payau atau menjadi saline bila
konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia
disebut brine.
Air laut secara alami merupakan air saline
dengan kandungan garam sekitar 3,5%.
Beberapa danau garam di daratan dan beberapa
lautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari
air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati
memiliki kadar garam sekitar 30%.
Istilah teknik untuk keasinan lautan adalah
halinitas, dengan didasarkan bahwa halida-
halida—terutama klorida—adalah anion yang
paling banyak dari elemen-elemen terlarut.
Dalam oseanografi, halinitas biasa dinyatakan
bukan dalam persen tetapi dalam ―bagian
perseribu‖ (parts per thousand , ppt) atau permil
(‰), kira-kira sama dengan jumlah gram garam
untuk setiap liter larutan. Sebelum tahun 1978,
salinitas atau halinitas dinyatakan sebagai ‰
dengan didasarkan pada rasio konduktivitas
elektrik sampel terhadap "Copenhagen water",
air laut buatan yang digunakan sebagai standar
air laut dunia. Pada 1978, oseanografer
meredifinisikan salinitas dalam Practical
Salinity Units (psu, Unit Salinitas Praktis):
rasio konduktivitas sampel air laut terhadap
larutan KCL standar. Rasio tidak memiliki unit,
sehingga tidak bisa dinyatakan bahwa 35 psu
sama dengan 35 gram garam per liter larutan.
Temperatur / Suhu
Dalam kimia dan sains lainnya, istilah
temperatur dan tekanan standar (Inggris:
standard temperature and pressure, disingkat
STP) adalah sebuah keadaan standar yang
digunakan dalam pengukuran eksperimen.
Standar ini digunakan agar setiap data dalam
percobaan yang berbeda-beda dapat
dibandingkan. Standar yang paling umum
digunakan adalah standar IUPAC dan NIST.
Terdapat juga variasi standar lainnya yang
ditetapkan oleh organisasi-organisasi lainnya.
Standar IUPAC sekarang ini adalah temperatur
0 °C (273,15 K, 32 °F) dan tekanan absolut 100
kPa (14,504 psi), sedangkan standar NIST
adalah 20 °C (293,15 K, 68 °F) dan tekanan
absolut 101,325 kPa (14,696 psi).
Dalam bidang industri dan komersial,
kondisi standar temperatur dan tekanan bisanya
perlu disebutkan untuk merujuk pada kondisi
referensi standar untuk mengekspresikan
volume gas dan cairan dan kuantitas lainnya.
Walapun begitu, kebanyakan publikasi teknis
hanya menyatakan "kondisi standar" tanpa
penjelasan lebih lanjut, sehingga menimbulkan
kerancuan dan kesalahan.
Dalam lima sampai enam dasarwasa
terakhir, para profesional dan ilmuwan yang
menggunakan sistem satuan metrik
mendefinisikan kondisi referensi standar
temperatur dan tekanan untuk mengekspresikan
volume gas sebagai 0 °C (273,15 K) dan
101,325 kPa (1 atm). Sedangkan untuk yang
menggunakan saturan Imperial adalah 60 °F
(520 °R) dan 14,696 psi (1 atm). Namun kedua
definisi di atas tidak lagi digunakan.Terdapat
beberapa definisi kondisi referensi standar yang
sekarang digunakan oleh berbagai organisasi-
organisasi di dunia.
Beberapa organisasi mempunyai standar
yang berbeda pada masa lalu, seperti IUPAC
yang mempunyai standar 0 °C dan 100 kPa (1
bar) sejak 1982 dan berbeda dengan standar
lama 0 °C dan 101,325 kPa (1 atm).[2] Contoh
lainnya pada industri perminyakan, dengan
standar lama 60 °F dan 14.696 psi, dan standar
baru (terutama di Amerika Utara) 60 °F dan
14,73 psi.
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengolahan Data dengan Software
Surfer 9
Hasil pengolahan data dengan
menggunakan Surfer 9 merupakkan pencitraan
korelasi 2 dimensi yang menggambarkan secara
2 dmensi keadaan variasi densitas, salinitas dan
temperature pada perairan teluk Jakarta secara
horizontal dalam bentuk peta kontur . Varasi
secara horizontal tersebut dibagi dalam
beberapa warna yang menggambarkan keadaan
dan tingkatan seperti pada aslinya.
Densitas
Densitas pada perairan teluk Jakarta pada
kedalaman 0 meter (permukaan) disajikan pada
gambar. Densitas pada kedalaman 0 meter
bervariasi antara 15.6481 Kg/m3–18.6 Kg/m
3
dengan densitas rata-rata pada kedalaman 0
meter adalah 17.16703333 Kg/m3.
Gambar 1. Distribusi Horizontal Densitas pada
Lapisan Permukaan 0 Meter
Densitas tertinggi terdapat pada stasiun 1
dengan densitas sebesar 18,5084 Kg/m3,
sedangkan densitas terendah terdapat pada
stasiun 17 dengan densitas sebesar 15.6481
Kg/m3.
Sedangkan untuk Densitas pada perairan teluk
Jakarta untuk kedalaman 5 meter (permukaan)
disajikan pada gambar dibawah ini. Densitas
pada kedalaman 5 meter bernilai antara
19.1288 Kg/m3– 19.72 Kg/m
3 dengan densitas
rata-rata pada kedalaman 0 meter adalah
19.47682 Kg/m3.
Gambar 2. Distribusi Horizontal Densitas pada
kedalaman 5 Meter
Perbedaan densitas pada kedalaman 0
meter dan 5 meter berdasarkan nilai rata-
ratanya menunjukkan selisih sebesar (19.47682
Kg/m3 - 15.6481 Kg/m
3) = 3.82872 Kg/m
3.
Salinitas
Salinitas pada perairan teluk Jakarta pada
kedalaman 0 meter (permukaan) disajikan pada
gambar. Salinitas pada kedalaman 0 meter
bervariasi antara 28.0531 ‰ – 31.4219 ‰
dengan salinitas rata-rata pada kedalaman 0
meter adalah 29.62871905 ‰.
Gambar 3. Distribusi Horizontal Salinitas pada
Lapisan Permukaan 0 Meter
Salinitas tertinggi terdapat pada stasiun 1
dengan densitas sebesar 31.4219 ‰, sedangkan
densitas terendah terdapat pada stasiun 18
dengan densitas sebesar 28.0531‰
Sedangkan Salinitas pada perairan teluk
Jakarta pada kedalaman 5 meter disajikan pada
gambar dibawah ini. Salinitas pada kedalaman
5 meter bervariasi antara 31.8335 ‰ – 32.448
‰ dengan salinitas rata-rata pada kedalaman 5
meter adalah 32.0654 ‰.
Salinitas tertinggi terdapat pada stasiun 14
dengan salinitas sebesar 32.448 ‰, sedangkan
salinitas terendah terdapat pada stasiun 7
dengan salinitas sebesar 31.8335 ‰
Gambar 41. Distribusi Horizontal Salinitas pada
kedalaman 5 Meter
Perbedaan Salinitas pada kedalaman 0
meter dan 5 meter berdasarkan nilai rata-
ratanya menunjukan selisih sebesar (32.0654
‰ - 29.62871905 ‰) = 2.43668095 ‰
Dari data diatas dapat diambil sebuah
kesimpulan yakni, semakin dalam kedalaman
perairan maka semakin tinggi salinitas atau
kadar garam air tersebut.
Temperatur
Salinitas Temperatur pada perairan teluk
Jakarta pada kedalaman 0 meter (permukaan)
disajikan pada gambar dibawah ini.
Temperature pada kedalaman 0 meter
bervariasi antara 31.0178 °C – 32.5011 °C
dengan Temperatur rata-rata pada kedalaman 0
meter adalah 31.54817619 °C
Gambar 42. Distribusi Horizontal Temperatur pada
Lapisan Permukaan 0 Meter
Temperatur tertinggi terdapat pada stasiun
20 dengan temperatur sebesar 32.5011 °C,
sedangkan temperatur terendah terdapat pada
stasiun 9 dengan temperature sebesar 31.0178
°C.
Sedangkan Temperatur pada perairan teluk
Jakarta pada kedalaman 5 meter disajikan pada
gambar dibawah ini. Temperatur pada
kedalaman 5 meter bervariasi antara 30.2622
°C – 30.7085 °C dengan temperature rata-rata
pada kedalaman 5 meter adalah 30.4682 °C.
Gambar 43. Distribusi Horizontal Temperatur
pada Lapisan Permukaan 0 Meter
Perbedaan Temperatur pada 0 meter
dan 5 meter berdasarkan nilai rata-ratanya
menunjukan selisih sebesar (30.4682 °C -
31.54817619 °C) = -1.07997619 °C.
Dari data diatas dapat diambil sebuah
kesimpulan yakni, semakin dalam kedalaman
perairan maka semakin rendah temperatur atau
suhu air tersebut.
3. KESIMPULAN DAN SARAN
Perairan Teluk Jakarta mempunyai nilai
Densitas, Salinitas dan Temperatur yang
bervariasi. Parameter yang digunakan dalam
penelitian oseanografi antara lain Densitas,
Salinitas dan Temperatur. Pada kedalaman 0
meter nilai densitas yang diperoleh bervariasi
antara 15.6481 Kg/m3–18.6 Kg/m
3 dengan
densitas rata-ratanya adalah 17.16703333
Kg/m3. Kemudian Salinitas pada kedalaman 0
meter bervariasi antara 28.0531 ‰ – 31.4219
‰ dengan salinitas rata-ratanya adalah
29.62871905 ‰. Lalu untuk Temperatur pada
kedalaman 0 meter bervariasi antara 31.0178
°C – 32.5011 °C dengan Temperatur rata-
ratanya adalah 31.54817619 °C.
Sedangkan untuk kedalaman 5 meter,
Densitas bernilai antara 19.1288 Kg/m3– 19.72
Kg/m3 dengan densitas rata-ratanya adalah
19.47682 Kg/m3. Untuk Salinitas pada
kedalaman 5 meter yakni antara 31.8335 ‰ –
32.448 ‰ dengan salinitas rata-ratanya adalah
32.0654 ‰. Lalu untuk temperaturnya bekisar
antara 30.2622 °C – 30.7085 °C dengan
temperatur rata-ratanya adalah 30.4682 °C.
Sehingga :
Untuk Densitas 0 M < 5 M
Untuk Salinitas 0 M < 5
Untuk temperature 0 M > 5 M
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anonim, Salinitas Air Laut (terhubung
berkala).http://bank-
je.com/general/salintas-air-laut ( 9
Desember 2009).
[2] Ilahude, A.G dan S.Lasaputra. 1980.
Sebaran Normal Parameter Hdrologi di
Teluk Jakarta. Dalam: Teluk Jakarta
Penyajian Fisika, Kimia, Biologi dan
Geologi (A.Nontji. A.Djamali eds).LON-
LIPI.
[3] Lukas R. And E.Lindstrom.1991. The
Mixed Layer of the Western equatorial
Pacific Ocean. J.Geophy.
[4] Nurhayati, 2008. Perbedaan Struktur
Suhu, Salinitas Pada Bebagai Posisi
Geografis Perairan Banda Aceh Dan
Maluku Utara. Pusat Penelitian
Oseanografi-LIPI.
[5] Nurhayati, L.F.Wenno,
Hadikusumah.2000. Distribusi Turbidtas
Dan Transmisi Cahaya Di Perairan
Mamberamo, Brian Jaya. Pusat Penelitian
Oseanografi-LIPI.
[6] Nurhayati, Suyarso, 2008. Gambaran
Oseanografi Dan Variabilitas Lingkungan
D Perairan Cirebon, Jawa Barat. Pusat
Penelitian Oseanografi-LIPI.
[7] Ross, D.A.1995. Introduction to
Oceanography. New York: Harper Collins
College Publishers.
[8] Sijabat,M.M. 1974, Pengantar
Oseanografi. Institut Petanian Bogor: 238
pp.
[9] Stewart, H Robert.2008.IntroductionTo
PhysicalOceanography September 2008
Edition. Texas A & M University :
Department of Oceanography.
[10] Suardi, Yogi 2008. Salinitas Air
Laut(terhubung
berkala).http://ilmukelautan
.com/oseanografi/oseanografi-kimia/412
salintas-air-laut.html ( 9 Desember 2009).
[11] Stewart, H Robert.2008.IntroductionTo
PhysicalOceanography September 2008
Edition. Texas A & M University :
Department of Oceanography.
[12] Talley, Pickard, Emery, Swift, 2011.
Descriptive Physical Oceanography : An
Introduction ( 6th edition ). Elsefier.
[13] Thurman, Harold V. And Trujillo, Alan P.
2004 . IntroductoryOceanography Tenth
Edition. New Jersey: Pearson Prentice
Hall.
[14] Wyrtki , K. 1961. PhysicalOceanography
of the South East Asian Water. Naga
report vol. 2 Dalam: Nurhayati: Distribusi
Vertikal Suhu, Salinitas dan Arus di
Perairan Morotai, Maluku Utara. Pusat
Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta 2006,
29-41.