jurnal ilmiah

11
Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1 | 1 PELUANG PERALIHAN PENGGUNAAN MODA KENDARAAN PRIBADI RODA EMPAT KE MODA KERETA KOMUTER KRL BAGI PERGERAKAN KOMUTER DEPOK-JAKARTA Hidayat, Rizky Ardian (1) , Miharja, Miming (2) (1) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB. (2) Kelompok Keahlian Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB. Abstrak Kota Depok yang merupakan bagian dari metropolitan Jabodetabek memiliki peranan dalam penyediaan lahan perumahan bagi penduduk yang bekerja di DKI Jakarta. Hal tersebut mengakibatkan Kota Depok memiliki mobilitas komuter yang sangat tinggi karena sebagian besar penduduk Kota Depok bekerja di DKI Jakarta. Kondisi tersebut mengakibatkan jaringan jalan penghubung Jakarta-Depok mengalami kemacetan lalu lintas yang didominasi moda angkutan pribadi yang digunakan penduduk komuter Depok-Jakarta untuk pergi bekerja. Alternatif cara mengurangi volume kendaraan yang besar dan dapat menampung jumlah pergerakan yang tinggi adalah dengan pengoptimalan penggunaan transportasi masal, salah satunya adalah kereta komuter KRL. Oleh karena itu, untuk mereduksi kemacetan tersebut dibutuhkan adanya peralihan penggunaan moda kendaraan pribadi roda empat ke kereta komuter KRL. Studi ini berupaya memperkirakan peluang peralihan penggunaan moda kendaraan pribadi roda empat ke moda kereta komuter KRL dengan menggunakan model binomial logit. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan moda transportasi penduduk komuter Depok-Jakarta adalah jarak tempuh perjalanan, tingkat keamanan penumpang dan barang, tingkat kemudahan mendapatkan moda, dan tingkat kenyamanan moda. Kemudian, peluang terpilihnya moda kendaraan pribadi roda empat yaitu sebesar 0,910771 lebih tinggi dibandingkan peluang kereta komuter KRL yaitu sebesar 0.089288. Pergeseran penggunaan moda kendaraan pribadi roda empat ke moda kereta komuter KRL dapat terjadi dengan prasyarat jarak tempuh total perjalanan mencapai 20-30 kilometer atau kurang dari 20 kilometer dan faktor kualitatif yang berpengaruh yaitu tingkat keamanan penumpang dan barang, tingkat kemudahan mendapatkan moda, dan tingkat kenyamanan ditingkatkan skala pelayanannya menjadi baik atau sangat baik. Selanjutnya, rekomendasi berupa upaya perencanaan yang dapat dilakukan untuk mengalihkan penggunaan moda kendaraan pribadi roda empat ke moda kereta komuter KRL tersebut didasarkan pada prasyarat peralihan tersebut. Kata-kunci : pergerakan komuter, pemilihan moda transportasi, peralihan penggunaan moda transportasi Pengantar Kedudukan provinsi DKI Jakarta sebagai pusat dalam metropolitan Jabodetabek menyebabkan terjadinya pergerakan penduduk perhari dari kota-kota disekitar Jakarta ke pusat kota Jakarta untuk bekerja. Kota Depok yang merupakan bagian dari metropolitan Jabodetabek memiliki peranan sebagai pusat pertumbuhan baru yang menjadi tempat untuk menampung dekonsentrasi perkembangan dari kegiatan

Upload: rizky-ardian-hidayat

Post on 14-Apr-2017

133 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB

Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1 | 1

PELUANG PERALIHAN PENGGUNAAN MODA KENDARAAN PRIBADI RODA EMPAT KE MODA KERETA KOMUTER KRL BAGI PERGERAKAN KOMUTER DEPOK-JAKARTA

Hidayat, Rizky Ardian (1), Miharja, Miming(2)

(1)Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB. (2)Kelompok Keahlian Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.

Abstrak

Kota Depok yang merupakan bagian dari metropolitan Jabodetabek memiliki peranan dalam penyediaan lahan perumahan bagi penduduk yang bekerja di DKI Jakarta. Hal tersebut mengakibatkan Kota Depok memiliki mobilitas komuter yang sangat tinggi karena sebagian besar penduduk Kota Depok bekerja di DKI Jakarta. Kondisi tersebut mengakibatkan jaringan jalan penghubung Jakarta-Depok mengalami kemacetan lalu lintas yang didominasi moda angkutan pribadi yang digunakan penduduk komuter Depok-Jakarta untuk pergi bekerja. Alternatif cara mengurangi volume kendaraan yang besar dan dapat menampung jumlah pergerakan yang tinggi adalah dengan pengoptimalan penggunaan transportasi masal, salah satunya adalah kereta komuter KRL. Oleh karena itu, untuk mereduksi kemacetan tersebut dibutuhkan adanya peralihan penggunaan moda kendaraan pribadi roda empat ke kereta komuter KRL. Studi ini berupaya memperkirakan peluang peralihan penggunaan moda kendaraan pribadi roda empat ke moda kereta komuter KRL dengan menggunakan model binomial logit. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan moda transportasi penduduk komuter Depok-Jakarta adalah jarak tempuh perjalanan, tingkat keamanan penumpang dan barang, tingkat kemudahan mendapatkan moda, dan tingkat kenyamanan moda. Kemudian, peluang terpilihnya moda kendaraan pribadi roda empat yaitu sebesar 0,910771 lebih tinggi dibandingkan peluang kereta komuter KRL yaitu sebesar 0.089288. Pergeseran penggunaan moda kendaraan pribadi roda empat ke moda kereta komuter KRL dapat terjadi dengan prasyarat jarak tempuh total perjalanan mencapai 20-30 kilometer atau kurang dari 20 kilometer dan faktor kualitatif yang berpengaruh yaitu tingkat keamanan penumpang dan barang, tingkat kemudahan mendapatkan moda, dan tingkat kenyamanan ditingkatkan skala pelayanannya menjadi baik atau sangat baik. Selanjutnya, rekomendasi berupa upaya perencanaan yang dapat dilakukan untuk mengalihkan penggunaan moda kendaraan pribadi roda empat ke moda kereta komuter KRL tersebut didasarkan pada prasyarat peralihan tersebut.

Kata-kunci : pergerakan komuter, pemilihan moda transportasi, peralihan penggunaan moda transportasi Pengantar

Kedudukan provinsi DKI Jakarta sebagai pusat dalam metropolitan Jabodetabek menyebabkan terjadinya pergerakan penduduk perhari dari kota-kota disekitar

Jakarta ke pusat kota Jakarta untuk bekerja. Kota Depok yang merupakan bagian dari metropolitan Jabodetabek memiliki peranan sebagai pusat pertumbuhan baru yang menjadi tempat untuk menampung dekonsentrasi perkembangan dari kegiatan

Peluang Peralihan Penggunaan Moda Kendaraan Pribadi Roda Empat Ke Moda Kereta Komuter KRL Bagi Pergerakan Komuter Depok-Jakarta

2 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1

yang akan muncul maupun yang sudah ada di DKI Jakarta, khususnya dalam penyediaan lahan perumahan bagi penduduk yang bekerja di DKI Jakarta. Hal ini mengakibatkan Kota Depok memiliki mobilitas komuter yang sangat tinggi karena sebagian besar penduduk Kota Depok bekerja di DKI Jakarta. Banyaknya penduduk Kota Depok yang melakukan komuter ke Kota Jakarta dapat dilihat dari jumlah kendaraan yang melintasi Depok menuju arah Jakarta via Jalan Margonda pada pukul 07.00-08.00 WIB sebanyak 4.794 Satuan Mobil Penumpang (SMP) per jam (Dinas Perhubungan Kota Depok, 2011). Hal ini mengakibatkan terjadinya kemacetan panjang dari Jalan Margonda hingga Jalan Lenteng Agung, bahkan kemacetan tersebut telah menyebabkan kerugian sebesar 10 miliar rupiah pertahun (Bappeda Kota Depok, 2012).

Salah satu solusi untuk mengurangi kemacetan menurut Tamin (2008) adalah penggunaan transportasi masal. Hal ini dikarenakan transportasi masal merupakan sarana yang lebih efisien daripada kendaraan pribadi karena dapat mengangkut sejumlah orang yang lebih banyak dalam satu waktu, sehingga dapat mengurangi tingkat kemacetan.

Dengan demikian, apabila sebagian besar penduduk komuter Depok-Jakarta beralih dari penggunaan kendaraan pribadi roda empat ke kereta komuter KRL ke tempat bekerja, maka kemacetan lalu lintas arah Depok-Jakarta dapat berkurang secara signifikan. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana peluang pemilihan kedua moda tersebut serta peluang peralihan penggunaan moda penduduk komuter dari moda kendaraan pribadi roda empat ke moda kereta komuter KRL sehingga upaya perencanaan dapat dirumuskan sesuai dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya peralihan tersebut.

Persoalan yang dibahas dalam penelitian ini berawal dari tingginya perilaku komuter penduduk Kota Depok menuju DKI Jakarta

yang mengindikasikan tingginya kebutuhan akan perjalanan pada koridor Depok-Jakarta. Namun pada kenyataannya kapasitas jaringan jalan yang ada tidak mampu menampung beban kendaraan penduduk komuter sehingga menimbulkan kemacetan yang pajang, khususnya pada saat peak hours.

Selanjutnya, solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemacetan tersebut adalah dengan beralihnya penduduk komuter Depok-Jakarta dari menggunakan moda kendaraan pribadi roda empat ke moda kereta komuter KRL. Namun sampai saat ini, belum diketahui bagaimana peluang peralihan penggunaan kedua moda tersebut bagi pergerakan Depok-Jakarta. Oleh karena itu, persoalan dari penelitian ini adalah bagaimana peluang peralihan penggunaan kedua moda tersebut sehingga dapat diketahui kebijakan apa sajakah yang dapat membuat penduduk komuter beralih dari moda kendaraan pribadi roda empat menuju penggunaan transportasi publik. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi peluang peralihan penggunaan moda kendaraan pribadi roda empat ke moda kereta komuter KRL bagi pergerakan komuter Depok-Jakarta.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian mencakup dua bagian pokok yaitu ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi. Ruang lingkup wilayah merupakan pembatasan pada wilayah penelitian dari sudut geografis, sedangkan ruang lingkup materi merupakan batasan materi yang akan dibahas.

Ruang lingkup wilayah pada studi ini adalah Kota Depok. Perjalanan komuter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penglaju yang melakukan perjalanan untuk bekerja dari kota asal yakni Kota Depok dan kota tujuannya adalah Jakarta. Peta orientasi penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Hidayat, Rizky Ardian

Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1 | 3

Gambar 1. Peta Orientasi Wilayah Studi

Sedangkan ruang lingkup materi pada penelitian ini meliputi preferensi pemilihan moda transportasi, probabilitas masing-masing moda yaitu kereta komuter KRL dan kendaraan pribadi roda empat, serta sensitivitas dari perubahan faktor yang mempengaruhi pemilihan moda. a. Preferensi penduduk komuter Depok-

Jakarta akan pemilihan moda transportasi. Moda transportasi yang dipilih sebagai pilihan alternatif dalam penelitian ini adalah kereta komuter KRL dan kendaraan pribadi roda empat. Preferensi ini berdasarkan penduduk Kota Depok yang melakukan komuter untuk bekerja ke Jakarta dengan menggunakan salah satu dari dua alternatif moda tersebut. Pemahaman individu yang menjadi responden adalah penduduk komuter yang memahami karakteristik dua alternatif tersebut.

b. Probabilitas masing-masing moda yaitu kereta komuter KRL dan kendaraan pribadi roda empat diketahui dengan menggunakan pendekatan disaggregate stochastic dan model binomial logit.

c. Sensitivitas dari perubahan faktor yang mempengaruhi pemilihan moda dengan menggunakan analisis model sensitivitas berdasarakan skenario perubahan faktor yang dapat menunjukkan peluang peralihan moda.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam pendekatan ini adalah metode kuantitatif dan pendekatan yang dipakai adalah pendekatan disaggregate

stochastic. Model yang digunakan untuk menggambarkan nilai utilitas dan peluang dari masing-masing moda adalah model binomial logit.

Pengumpulan data untuk studi ini dilakukan dengan studi literatur, survei sekunder, dan survei primer berupa penyebaran kuesioner. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif, analisis tabulasi silang (crosstab), dan analisis binomial logit. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik dari penduduk komuter Depok-Jakarta, sedangkan analisis tabulasi silang (crosstab) digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor eksternal terhadap pemilihan moda dengan melihat hubungan antar keduanya. Kemudian analisis binomial logit digunakan untuk merumuskan fungsi utilitas moda, peluang pemilihan moda, serta sensitivitas terhadap perubahan faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan moda.

Jumlah responden ditentukan menggunakan perhitungan rumus populasi tidak diketahui yang didasarkan pada tingkat kepercayaan, variansi, dan tingkat error yang ditentukan. Berdasarkan hasil perhitungan, sampel yang digunakan memiliki jumlah minimal sebesar 114 responden. Untuk penelitian ini, jumlah sampel yang digunakan adalah 120 responden. Teknik penyebaran kuesioner yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik sampel purposive atau judgemental sampling yaitu dengan berbagai pertimbangan sebagai berikut: a. Responden bertempat tinggal di Kota

Depok dan lokasi kerja terletak di Provinsi DKI Jakarta sehingga melakukan komuter setiap hari.

b. Responden menggunakan salah satu dari kedua moda tersebut ke tempat kerja setiap hari namun pernah merasakan menggunakan moda lainnya sehingga tetap mengerti karakteristik pelayanan dari kedua moda tersebut.

Penyebaran kuesioner dilakukan di stasiun Kota Depok untuk responden yang menggunakan kereta komuter KRL dan perumahan di Kota Depok untuk responden

Peluang Peralihan Penggunaan Moda Kendaraan Pribadi Roda Empat Ke Moda Kereta Komuter KRL Bagi Pergerakan Komuter Depok-Jakarta

4 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1

yang menggunakan kendaraan kereta komuter KRL.

Berikut adalah tahapan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini.

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pemilihan Moda

Pada dasarnya, setiap pelaku perjalanan akan mempertimbangkan sejumlah variabel atau atribut pelayanan yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam memilih moda transportasi. Penilaian setiap individu terhadap suatu atribut pelayanan merupakan cerminan dari kebutuhan dan preferensi moda yang akan dipilih. Atribut pelayanan akan memiliki derajat kepentingan yang berbeda-beda dalam mempengaruhi perilaku individu pada sistem transportasi yang berbeda (Chaerani, 2001).

Faktor yang dinilai dapat berpengaruh terhadap pemilihan moda ini ditentukan melalui tinjauan literatur mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan survei dan penyesuaian terhadap karakteristik pergerakan komuter Depok-Jakarta yang didapatkan dari survei pendahuluan. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap pemilihan moda bagi pergerakan komuter Depok-Jakarta dibedakan kedalam tiga klasifikasi yaitu faktor kuantitatif, faktor kualitatif, dan faktor eksternal. Faktor kuantitatif dan kualitatif merupakan faktor yang merepresentasikan utilitas pelayanan masing-masing moda, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari karakteristik pelaku perjalanan.

1. Faktor Kuantitatif Faktor kuantitatif yang digunakan pada penilitian ini adalah biaya total perjalanan, waktu tempuh perjalanan, waktu menunggu moda, dan jarak tempuh total. a. Biaya Total Perjalanan Biaya total perjalanan yang dimaksud adalah ongkos yang dikeluarkan oleh penduduk komuter Depok-Jakarta selama perjalanan dari rumah hingga ke tempat kerja. Untuk penduduk komuter yang menggunakan

kendaraan pribadi roda empat (mobil), biaya total perjalanannya berasal dari penjumlahan dari biaya bahan bakar, biaya tol (apabila menggunakan jalan tol) hingga ketempat bekerja. Sedangkan untuk penduduk komuter yang menggunakan kereta komuter KRL, biaya total perjalanannya berasal dari penjumlahan dari ongkos yang digunakan pada saat menuju stasiun, tarif kereta, dan ongkos menuju tempat bekerja dari stasiun kedatangan. b. Waktu Tempuh Perjalanan Waktu tempuh perjalanan yang dimaksud adalah waktu yang ditempuh oleh responden dari rumah sampai ke tempat bekerja. Pada moda kendaraan pribadi roda empat, waktu yang ditempuh dari rumah hingga menuju tempat bekerja dengan menggunakan moda tersebut. Sedangkan, pada moda kereta komuter KRL berarti penjumlahan dari waktu yang ditempuh saat menuju stasiun, kemudian pada saat di kereta komuter KRL, dan waktu yang ditempuh saat menuju tempat bekerja dari stasiun kedatangan.

c. Waktu Menunggu Moda Waktu menunggu moda yang dimaksud merupakan penjumlahan waktu ketika responden mempersiapkan moda atau menunggu moda hingga mendapatkan moda. Untuk penggunaan kendaraan pribadi roda empat, waktu menunggu moda merupakan penjumlahan dari waktu mempersiapkan moda tersebut seperti memanaskan mesin, memeriksa kondisi ban, dan lain-lain hingga moda tersebut siap digunakan untuk berangkat ke tempat bekerja. Sedangkan untuk penggunaan moda kereta komuter KRL, waktu menunggu moda merupakan penjumlahan dari waktu menunggu saat tiba di stasiun keberangkatan hingga mendapatkan moda kereta komuter KRL tersebut.

d. Jarak Tempuh Moda Jarak tempuh moda yang dimaksud merupakan jarak dari rumah sampai ke tempat bekerja yang ditempuh dengan menggunakan suatu moda. Untuk penggunaan kereta komuter KRL, jarak tempuh moda merupakan penjumlahan dari jarak yang ditempuh dari rumah menuju stasiun kedatangan, jarak tempuh pada saat

Hidayat, Rizky Ardian

Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1 | 5

di kereta komuter KRL, jarak tempuh menuju tempat kerja dari tempat kedatangan.

2. Faktor Kualitatif

Pada penelitian ini, faktor kualitatif yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Tingkat Keamanan Penumpang dan Barang

Tingkat keamanan penumpang dan barang terkait dengan keamanan penumpang serta keamanan dan keutuhan barang yang dibawa oleh penumpang hingga mencapai tempat tujuan. b. Kemudahan Mendapatkan Moda Persepsi responden dalam mendapatkan moda pada saat berangkat menuju ke tempat kerja. Kemudahan mendapatkan moda merupakan respresentasi dari tingkat kemudahan yang dialami responden dalam mendapatkan moda dari tempat asal. c. Tingkat Kenyamanan Moda Tingkat kenyamanan moda adalah persepsi responden terhadap kenyamanan yang disediakan oleh masing-masing moda. Tingkat kenyamanan moda ini meliputi kenyamanan tempat duduk yang disediakan oleh moda dan kenyamanan dari desakan pada saat didalam moda. d. Tingkat Ketepatan Waktu Faktor ini menjelaskan mengenai tingkat ketepatan waktu masing-masing moda berdasarkan persepsi penduduk komuter Depok-Jakarta. Ketepatan waktu yang dimaksud adalah ketepatan waktu dalam mencapai tujuan dengan menggunakan moda kendaraan pribadi roda empat dan kereta komuter KRL.

3. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pemilihan moda adalah sebagai berikut:

a. Tingkat Pendapatan b. Kepemilikan Kendaraan c. Kepemilikan Surat Izin Mengemudi

Pengaruh Faktor Eksternal Terhadap Pemilihan Moda

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh faktor eksternal terhadap moda

transportasi yang digunakan oleh penduduk komuter Depok-Jakarta, maka akan dilakukan analisis statistik yang dapat memperlihatkan adanya hubungan antar variabel tersebut. Metode analisis yang akan digunakan adalah analisis statistik asosiasi yakni uji statistik chi square melalui analisis tabulasi silang (crosstab). Dengan menggunakan metode ini, hipotesa yang digunakan adalah sebagai berikut:

Ø H0 = 0; hal ini menunjukkan tidak adanya korelasi atau hubungan antara variabel 1 dengan variabel 2. Maka dalam penelitian ini, faktor eksternal yang sedang diteliti tidak memiliki pengaruh terhadap moda transportasi yang digunakan oleh penduduk komuter Depok-Jakarta.

Ø H1 ≠ 0; hal ini menunjukkan adanya korelasi atau hubungan antara variabel 1 dengan variabel 2. Maka dalam penelitian ini, faktor eksternal yang sedang diteliti memiliki pengaruh terhadap moda transportasi yang digunakan oleh penduduk komuter Depok-Jakarta.

Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan analisis tabulasi silang (crosstab), maka hasil yang didapatkan antara lain: a. Tingkat pendapatan memiliki hubungan

yang nyata dengan pemilihan moda transportasi. Responden yang memiliki tingkat pendapatan Rp 1.000.000 – Rp 4.000.000 cenderung memilih moda kereta komuter KRL ke tempat bekerja, sedangkan responden yang memiliki tingkat pendapatan Rp 4.000.00 – Rp 5.000.000 serta diatas Rp 5.000.000 per bulan cenderung memilih moda kendaraan pribadi roda empat sebagai moda transportasi yang digunakan menuju tempat bekerja

b. Kepemilikan kendaraan pribadi roda empat memiliki hubungan yang nyata dengan pemilihan moda transportasi. Responden yang memiliki kendaraan pribadi roda empat cenderung menggunakan kendaraan pribadi roda empatnya ke tempat kerja. Sedangkan kepemilikan kendaraan pribadi roda dua (sepeda motor) tidak memiliki hubungan

Peluang Peralihan Penggunaan Moda Kendaraan Pribadi Roda Empat Ke Moda Kereta Komuter KRL Bagi Pergerakan Komuter Depok-Jakarta

6 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1

yang nyata dengan pemilihan moda transportasi.

c. Kepemilikan Surat Izin Mengemudi kendaraan pribadi roda empat (SIM A) memiliki hubungan yang nyata dengan pemilihan moda transportasi. Responden yang memiliki SIM A cenderung menggunakan kendaraan pribadi roda empatnya ke tempat kerja. Sedangkan kepemilikan Surat Izin Mengemudi kendaraan pribadi roda dua (sepeda motor) tidak memiliki hubungan yang nyata dengan pemilihan moda transportasi.

Persepsi Terhadap Tingkat Pelayanan Moda

Berikut ini adalah persepsi penduduk komuter Depok-Jakarta mengenai tingkat pelayanan yang disediakan oleh moda kendaraan pribadi roda empat dengan kereta komuter KRL yang dibagi kedalam dua faktor yaitu faktor kuantitatif dan kualitatif. Persepsi responden terhadap faktor pelayanan kuantitatif dari kedua moda tersebut adalah sebagai berikut: a. Biaya total perjalanan moda kereta

komuter KRL lebih murah dibandingkan moda kendaraan pribadi roda empat. Mayoritas responden mengeluarkan ongkos perjalanan setiap harinya sebesar Rp 30.000,00 – Rp 60.000,00 apabila menggunakan kendaraan pribadi roda empat dan ongkos sebesar Rp 8.000,00 – Rp 13.000,00 apabila menggunakan kereta komuter KRL.

b. Waktu tempuh perjalanan moda kereta komuter KRL lebih cepat dibandingkan moda kendaraan pribadi roda empat. Mayoritas responden menempuh perjalanan selama 1 – 1.5 jam dengan moda kereta komuter KRL. Sedangkan dengan moda kendaraan pribadi roda empat, mayoritas responden menempuh perjalanan selama 2 jam 31 menit hingga 3 jam.

c. Waktu menunggu moda kendaraan pribadi roda empat lebih cepat dibandingkan dengan moda kereta

komuter KRL. Mayoritas responden menunggu selama lebih dari 20 menit untuk mendapatkan moda kereta komuter KRL. Sedangkan untuk mempersiapkan moda kendaraan pribadi roda empat, mayoritas responden membutuhkan waktu selama 5 – 10 menit.

d. Moda kereta komuter KRL dan kendaraan pribadi roda empat memiliki jarak total jarak tempuh yang sama yaitu 20 – 30 Km menurut sebagian besar responden.

Sedangkan persepsi responden terhadap faktor kualitatif dari kedua moda adalah sebagai berikut: a. Tingkat keamanan penumpang dan

barang moda kendaraan pribadi roda empat lebih baik dibandingkan dengan moda kereta komuter KRL. Mayoritas responden menilai tingkat keamanan penumpang dan barang moda kendaraan pribadi roda empat dalam skala pelayanan baik, sedangkan untuk moda kereta komuter KRL tergolong cukup.

b. Tingkat kemudahan mendapatkan moda kendaraan pribadi roda empat lebih baik dibandingkan dengan moda kereta komuter KRL. Mayoritas responden menilai bahwa moda kendaraan pribadi roda empat tergolong sangat baik dan moda kereta komuter KRL tergolong baik dalam hal kemudahan mendapatkan moda.

c. Tingkat kenyamanan moda kendaraan pribadi roda empat lebih baik dibandingkan dengan moda kereta komuter KRL. Mayoritas responden menilai tingkat kenyamanan moda kendaraan pribadi roda empat dalam skala pelayanan sangat baik, sedangkan untuk moda kereta komuter KRL tergolong cukup.

d. Tingkat ketepatan waktu moda kendaraan pribadi roda empat lebih baik dibandingkan dengan moda kereta komuter KRL. Mayoritas responden menilai tingkat ketepatan waktu moda kendaraan pribadi roda empat dalam

Hidayat, Rizky Ardian

Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1 | 7

skala pelayanan cukup, sedangkan untuk moda kereta komuter KRL tergolong baik.

Estimasi Parameter dan Uji Signifikansi

Untuk mendapatkan peluang pemilihan masing-masing moda, dapat digunakan model logit binomial. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan penaksiran nilai estimasi parameter dan nilai signifikansi. Untuk mendapatkan nilai signifikansi setiap faktor yang berpengaruh dapat dilakukan dengan menggunakan program Minitab 16. Dalam perhitungan logit binomial, terdapat satu moda yang dijadikan based reference yang berfungsi sebagai pembanding dengan moda lainnya. Dalam penelitian ini, moda kendaraan pribadi roda empat merupakan moda yang dijadikan based reference.

Setelah dilakukan perhitungan dengan logit binomial, maka faktor yang memiliki nilai signifikansi kurang dari 0.05 adalah jarak tempuh perjalanan (0.022), tingkat keamanan (0.006), tingkat kemudahan mendapatkan moda (0.019), dan tingkat kenyamanan (0.011).

Fungsi Utilitas Pemilihan Moda

Nilai signifikansi dari masing-masing parameter akan digunakan dalam perhitungan jika berada di bawah 0.05 (Trihendradi, 2007). Setelah mendapatkan nilai signifikansi dari setiap faktor, maka faktor yang memiliki nilai signifikansi kurang dari 0.05 dapat dimasukkan untuk perhitungan nilai utitilitas pemilihan moda. Oleh karena itu, faktor-faktor yang dimasukkan kedalam perhitungan nilai utilitas pemilihan moda adalah jarak tempuh moda, tingkat keamanan moda, tingkat kemudahan dalam mendapatkan moda, dan tingkat kenyamanan moda.

Studi ini menggunakan kendaraan pribadi roda empat sebagai based reference sehingga nilai utilitas dari kendaraan pribadi roda empat adalah nol, sedangkan nilai utilitas dari kereta komuter KRL adalah dengan menggunakan persamaan matematis sebagai berikut:

Ukl = 4.6677 – 0.50465A – 0.75601B – 0.678873C -0.63229D

Keterangan: Ukl: Nilai Utilitas Kereta Komuter KRL A: Jarak tempuh moda Kereta Komuter

KRL B: Tingkat keamanan moda Kereta Komuter

KRL C: Tingkat kemudahan dalam mendapatkan

moda Kereta Komuter KRL D: Tingkat kenyamanan moda Kereta

Komuter KRL

Setelah mendapatkan persamaan matematis untuk nilai utilitas moda kereta komuter KRL, maka tahap selanjutnya adalah menentukan nilai agregasi masing-masing faktor. Nilai agregasi kondisi eksisting masing-masing faktor dapat dilihat pada Tabel 1.

Kode Faktor Signifikansi

A Jarak Tempuh Perjalanan Kereta Komuter KRL

2.4250

B Tingkat Keamanan Kereta Komuter KRL

2.7667

C Tingkat Kemudahan Mendapatkan Kereta Komuter KRL

2.5333

D Tingkat Kenyamanan Kereta Komuter KRL 3.0916

Tabel 1. Nilai Agregasi Faktor yang Berpengaruh Terhadap Moda Kereta Komuter KRL

Dengan mengetahui persamaan matematis dan nilai agregasi pada kondisi eksisting masing-masing faktor yang berpengaruh, maka nilai utilitas dari moda kereta komuter KRL adalah sebesar -2.32235.

Peluang Pemilihan Moda

Dengan adanya nilai utilitas masing-masing moda, maka dapat ditentukan eksponen dari nilai utilitas masing-masing moda yang mana dapat digunakan untuk menentukan peluang pemilihan moda penduduk komuter Depok-Jakarta.

Peluang pemilihan moda Kereta Komuter KRL sebagai moda transportasi oleh penduduk

Peluang Peralihan Penggunaan Moda Kendaraan Pribadi Roda Empat Ke Moda Kereta Komuter KRL Bagi Pergerakan Komuter Depok-Jakarta

8 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1

komuter Depok-Jakarta adalah sebagai berikut:

𝑃𝑘𝑙 =𝑒𝑥𝑝!"#

𝑒𝑥𝑝!"# +  𝑒𝑥𝑝!"  

Keterangan: Pkl : Peluang moda Kereta Komuter KRL Pm : Peluang moda Kendaraan Pribadi

Roda Empat Ukl : Nilai utilitas moda Kereta Komuter KRL Um : Nilai utilitas moda Kendaraan Pribadi

Roda Empat

Dengan nilai utilitas moda kereta komuter KRL sebesar -2.32235, maka peluang moda kereta komuter KRL dengan moda kendaraan pribadi roda empat sebagai based reference adalah sebagai berikut:

𝑃𝑘𝑙 =𝑒𝑥𝑝( − 2.32235)

𝑒𝑥𝑝( − 2.32235) + exp  (0)    

𝑃𝑘𝑙 = 𝟎.𝟎𝟖𝟗𝟐𝟖𝟖

Dengan adanya peluang pemilihan moda kereta komuter KRL yaitu sebesar 0.089288, maka peluang pemilihan moda kendaraan pribadi roda empat adalah sebagai berikut:

𝑃𝑚 = 𝟏 − 𝟎.𝟎𝟖𝟗𝟐𝟖𝟖

𝑃𝑚 = 𝟎.𝟗𝟏𝟎𝟕𝟕𝟏

Berdasarkan hasil perhitungan peluang kedua jenis moda tersebut, dapat dilihat bahwa peluang pemilihan moda kendaraan pribadi roda empat lebih besar dibandingkan peluang pemilihan kereta komuter KRL. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk komuter Depok-Jakarta lebih memilih menggunakan moda kendaraan pribadi roda empat dibandingkan dengan moda kereta komuter KRL secara pendekatan model logit binomial.

Analisis Sensitivitas Pemilihan Moda

Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengetahui perubahan nilai probabilitias suatu moda apabila dilakukan perubahan nilai dari faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda tersebut secara berkala.

Selain itu, analisis sensitivitas berguna untuk melihat seberapa besar pengaruh perubahan nilai atribut dari faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda terhadap proses pergeseran peluang terpilihnya sebuah moda.

Hasil analisis sensitivitas berdasarkan skenario perubahan dapat dilihat pada Tabel 2.

No Faktor yang Diubah Sensitivitas Prasyarat

1 Jarak Tempuh Total Perjalanan Tidak ada

perpotongan -

2 Tingkat Keamanan Penumpang dan Barang

Tidak ada perpotongan

-

3 Tingkat Kemudahan Mendapatkan Moda

Tidak ada perpotongan -

4 Tingkat Kenyamanan Moda Tidak ada perpotongan

-

5 • Jarak tempuh Total Perjalanan • Tingkat Keamanan Penumpang dan Barang

Tidak ada perpotongan

-

6

• Tingkat Keamanan Penumpang dan Barang • Tingkat Kemudahan Mendapatkan Moda

Ada perpotongan

Sangat Baik Sangat Baik

7 • Tingkat Kemudahan Mendapatkan Moda • Tingkat Kenyamanan Moda

Ada perpotongan Sangat Baik

Sangat Baik

8

• Jarak Tempuh Total Perjalanan • Tingkat Kemudahan Mendapatkan Moda • Tingkat Kenyamanan Moda

Ada perpotongan

<20 Km Baik

Baik

9

• Jarak Tempuh Total Perjalanan • Tingkat Keamanan Penumpang dan Barang • Tingkat Kenyamanan Moda

Ada perpotongan

<20 Km Baik

Baik

10

• Tingkat Keamanan Penumpang dan Barang • Tingkat Kemudahan Mendapatkan Moda • Tingkat Kenyamanan Moda

Ada perpotongan

Baik

Sangat Baik

Sangat Baik

Tabel 2. Hasil Analisis Sensitivitas Berdasarkan Skenario Perubahan Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pemilihan Moda

Perpotongan yang muncul pada peluang kedua moda transportasi mengindikasikan adanya kemungkinan pergeseran penggunaan moda dengan peningkatan peluang moda kereta komuter KRL menjadi lebih besar dibandingkan peluang moda kendaraan pribadi roda empat. Pergeseran tersebut dapat terjadi apabila prasyarat dari setiap faktor dipenuhi. Maka dari itu, diperlukan adanya upaya perencanaan yang dilakukan untuk memenuhi prasyarat dari setiap faktor yang dapat menstimulus adanya peralihan penggunaan moda kendaraan pribadi roda empat ke moda kereta komuter KRL.

Hidayat, Rizky Ardian

Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1 | 9

Kesimpulan

Berdasarkan uji estimasi parameter dan signifikansi, faktor yang berpengaruh terhadap peluang pemilihan kendaraan pribadi roda empat dan kereta komuter KRL bagi penduduk komuter Depok-Jakarta dengan kendaraan pribadi roda empat sebagai based reference adalah jarak tempuh total perjalanan, tingkat keamanan moda, tingkat kemudahan mendapatkan moda, dan tingkat kenyamanan moda dengan peluang terpilihnya kereta komuter KRL adalah 0,089288 dan peluang terpilihnya kendaraan pribadi roda empat adalah 0,910771. Dengan demikian pada kondisi eksisting, penduduk komuter Depok-Jakarta akan memilih kendaraan pribadi roda empat dibandingkan kereta komuter KRL.

Berdasarkan uji estimasi parameter dan signfikansi pula, faktor kuantitatif biaya perjalanan diketahui tidak cukup berpengaruh pada pemilihan moda karena pada umumnya responden tidak keberatan dengan harga kereta komuter KRL sebesar Rp 8.000,00 setiap perjalanannya karena biaya tersebut masih sangat jauh lebih murah dibandingkan biaya pejalanan dengan menggunakan kendaraan pribadi roda empat yang menghabiskan sebagian besar responden sebesar Rp 30.000,00 – Rp 60.000,00 per hari.

Tidak terdapat faktor tunggal yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap pergeseran penggunaan kendaraan pribadi roda empat ke kereta komuter KRL. Hal ini dibuktikan tidak adanya titik perpotongan antara peluang kedua moda meskipun faktor kuantitatif seperti jarak tempuh total sudah diturunkan menjadi kurang dari 20 Km dan faktor kualitatif seperti tingkat keamanan, tingkat kemudahan mendapatkan moda, serta tingkat kenyamanan sudah ditingkatkan menjadi sangat baik.

Peluang pergeseran terjadi apabila dilakukan dengan skenario perubahan faktor berganda dan lebih dari satu faktor. Terdapat titik perpotongan antara peluang kendaraan pribadi rdoa empat dan kereta komuter KRL sehingga memungkinkan adanya pergeseran peralihan moda kendaraan pribadi roda empat ke kereta komuter KRL. Pergeseran tersebut akan terjadi apabila setidaknya jarak

tempuh total perjalanan mencapai 20 – 30 Km atau kurang dari 20 Km dan faktor kualitatif yang berpengaruh ditingkatkan skala pelayananannya menjadi baik atau sangat baik.

Namun terdapat kendala untuk meningkatkan peluang pergeseran penggunaan kendaraan pribadi roda empat ke kereta komuter KRL yang didapatkan berdasarkan analisis Crosstab terhadap faktor eksternal yaitu pada tingkat pendapatan, kepemilikan kendaraan pribadi roda empat, dan kepemilikan SIM A. Kendala ini menunjukkan kondisi saat ini yaitu ketika penduduk komuter kereta KRL memiliki tingkat pendapatan lebih dari Rp 4.000.000,00 perbulan, memiliki kendaraan pribadi roda empat dan surat izin mengemudi kendaraan pribadi roda empat (SIM A) akan cenderung memilih kendaraan pribadi roda empat dibandingkan dengan kereta komuter KRL untuk pergi ke tempat kerja.

Rekomendasi

Berdasarkan hasil analisis dan temuan studi yang telah dibahas, diketahui bahwa peluang terpilih kereta komuter KRL adalah sebesar 0.089288 dan peluang kendaraan pribadi roda empat adalah sebesar 0.910771. Apabila nilai peluang tersebut dikonversi kedalam persentase, maka kedudukan peluang pemilihan moda kereta komuter adalah 8% dari penduduk komuter Depok-Jakarta dan peluang kendaraan pribadi roda empat adalah sebesar 91% dari penduduk komuter Depok-Jakarta.

Untuk faktor jarak tempuh total, dalam realisasinya sangat sulit untuk diturunkan menjadi kurang dari 20 kilometer karena berkaitan dengan jauhnya lokasi tujuan perjalanan atau tempat pekerjaan dari lokasi tempat tinggal serta jauhnya lokasi stasiun dari tempat tinggal. Dengan demikian, upaya kebijakan yang akan dilakukan berdasarkan skenario perubahan faktor kualitatif yaitu tingkat keamanan moda, tingkat kemudahan mendapatkan moda, dan tingkat kenyamanan moda. Upaya kebijakan yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan tingkat kemanan menjadi

sangat baik melalui dipertahankannya gerbong atau kereta khusus wanita,

Peluang Peralihan Penggunaan Moda Kendaraan Pribadi Roda Empat Ke Moda Kereta Komuter KRL Bagi Pergerakan Komuter Depok-Jakarta

10 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1

penempatan setiap petugas keamanan di setiap gerbong, scanning atau pengecekan kepada penumpang terkait barang-barang bersenjata dan berbau tajam saat memasuki stasiun, dan penempatan kamera pemantau di setiap gerbong. Pihak yang berperan adalah PT. KAI.

b. Meningkatkan tingkat kemudahan mendapatkan moda dengan membangun lahan parkir, mengintegrasikan angkutan kota dengan stasiun kereta, membangun angkutan khusus sebagai feeder dan transfer di Jakarta yang mendekatkan penumpang langsung dengan titik-titik lokasi tempat kerja. Pihak yang berperan dalam hal ini adalah PT.KAI dan Pemerintah Kota Depok.

c. Meningkatkan tingkat kenyamanan moda menjadi sangat baik melalui implementasi rencana RTRW Kota Depok aspek perhubungan yaitu penambahan jumlah gerbong atau kereta sesuai dengan demand yang ada. Dengan bertambahnya frekuensi atau jumlah kereta yang melintas juga akan meningkatkan tingkat kemudahan mendapatkan moda dengan keandalan dan keteraturan moda kereta komuter KRL. Selanjutnya, melakukan pembatasan jumlah penumpang di setiap gerbongnya sesuai dengan kapasitas setiap gerbong. Pihak yang berperan dalam hal ini adalah PT.KAI dan Pemerintah Kota Depok.

Sedangkan, upaya kebijakan yang dapat dilakukan terhadap faktor eksternal yang mempengaruhi moda adalah sebagai berikut:

a. Untuk tingkat pendapatan, sebenarnya sulit untuk diintervensi karena berkaitan dengan tingkat pendapatan individu. Upaya yang dapat dilakukan adalah peningkatan tarif bahan bakar melalui pengurangan subsidi bahan bakar premium oleh Kementrian ESDM, implementasi kebijakan pengguna kendaraan pribadi wajib menggunakan bahan bakar non subsidi dengan koordinasi oleh pengelola SPBU, peningkatan tarif parkir oleh pengelola parkir perkantoran, dan penerapan konsep Electronic Road Pricing (ERP) oleh

Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta dan Kepolisian RI.

b. Untuk kepemilikan kendaraan pribadi roda empat, upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pajak tahunan kendaraan pribadi oleh Departemen Keuangan, pembatasan penjualan kendaraan pribadi oleh Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian, dan mempersulit proses kredit kendaraan bermotor oleh perbankan di Indonesia.

c. Untuk kepemilikan Surat Izin Mengemudi, upaya yang dapat dilakukan adalah penertiban dalam pembuatan SIM melalui pengawasan terhadap pembuatan SIM illegal oleh Kepolisian RI. Selain itu, dibutuhkan juga adanya kesadaran masyarakat untuk mematuhi peraturan yang berlaku.

Daftar Pustaka

Ben-Akiva, B dan Steven R. Lerman. 1985. Discrete Choice Analysis: Theory and Application to Travel Demand. Massachusetts: The MIT Press.

Cascetta, Ennio. 2009. Transportation System Analysis: Models and Applications. New York: Springer.

Christensen, Ronald. 1997. Log-Linear Models and Logistic Regression. New York: Springer.

Eryanto. 2007. Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Yogyakarta: Penerbit LKiS Pelangi Aksara.

Manheim, Marvin. L. 1979. Fundamental of Transportation System Analysis, Volume 1: Basic Concept. London: The MIT Press.

Kanafani, Adib. 1983. Transportation Demand Analysis. New York: Mc Graw-Hill Book Company.

Kusbiantoro, B.S. 2009. Memanusiakan Perencanaan Sistem Transportasi. Bandung: Penerbit ITB.

Morlok, Edward K. 1984. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Ortuzar, J. de D. dan L.G. Willumsen. 1995. Modelling Transport Second Edition. Chichester: Wiley.

Hidayat, Rizky Ardian

Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1 | 11

Tamin, O.Z. 2008. Perencanaan, Pemodelan, dan Rekayasa Transportasi. Bandung: Penerbit ITB.

Trihendradi, Cornelius. 2007. Kupas Tuntas Analisis Regresi. Yogyakarta: CV. Andi Offset