jurnal ilmiah mahasiswa ekonomi manajemen terakreditasi
TRANSCRIPT
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen TERAKREDITASI PERINGKAT 4
Vol. 5, No. 3, 2020 Agustus: 530-549 Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
E-ISSN: 2598-635X, P-ISSN: 2614-7696 Kemenrisek DIKTI No. 30/E/KPT/2019
http: jim.unsyiah.ac.id/ekm
530
PENGARUH FOOD QUALITY, SERVICE QUALITY DAN PRICE
FAIRNESS TERHADAP REPATRONAGE INTENTION YANG
DIMEDIASI OLEH CUSTOMER SATISFACTION PADA KANTIN
MAKANAN JEPANG HANA DI BANDA ACEH
Nabila Masarrah Harsha1*, M. Ridha Siregar2
1,2)Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala 1)e-mail: [email protected]
Abstract: This study aims to measure the effect of Food Quality, Service Quality and Price
Fairness to Repatronage Intention with Customer Satisfaction as a mediating variable at the
Restaurant Kantin Makanan Jepang Hana. The sample used in this study was customer of
Restaurant Kantin Makanan Jepang Hana involving 190 respondens. Instrument used for data
collecting was questionnaire. Convenience sampling was used as sampling technique. Partial
Least Square (PLS) was used as analysis method to determine the effect of variables involved.
Based on the analysis results, it is indicated that Food Quality, Service Quality and Price Fairness
influence Customer Satisfaction, Customer Satisfaction influence Repatronage Intention, Customer
Satisfaction partially mediate the relationship betweens Food Quality, Service Quality and Price
Fairness to Repatronage Intention.
Keywords: Food Quality, Service Quality, Price Fairness, Customer Satisfaction, Repatronage
Intention, Partial Least Square (PLS)
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh Food Quality, Service Quality dan
Price Fairness Terhadap Repatronage Intention yang Dimediasi oleh Customer Satisfaction pada
Kantin Makanan Jepang Hana Di Kota Banda Aceh. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pelanggan dari Kantin Makanan Jepang Hana yang berjumlah 190 responden. Peralatan
pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah kuisioner. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah Convenience sampling. Partial Least Square (PLS) digunakan
sebagai metode analisis untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel yang terlibat.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan mengindikasikan bahwa Food Quality, Service
Quality, dan Price Fairness berpengaruh terhadap Customer Satisfaction, Customer Satisfaction
berpengaruh positif terhadap Repatronage Intention dan Customer Satisfaction memediasi secara
parsial hubungan Food Quality, Service Quality, dan Price Fairness terhadap Repatronage
Intention.
Kata Kunci: Food Quality, Service Quality, Price Fairness, Customer Satisfaction,
Repatronage Intention, Partial Least Square (PLS)
PENDAHULUAN
Bisnis kuliner merupakan bisnis
yang sedang berkembang di Indonesia
pada saat ini. Munculnya berbagai
makanan yang unik seperti wisata
kuliner, dan tren kuliner sebagai gaya
hidup masyarakat, menjadi bukti bahwa
bisnis kuliner ini berkembang dengan
pesat. Makanan dan minuman
merupakan salah satu potensi bisnis
dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi
karena makanan dan minuman
merupakan salah satu kebutuhan utama
semua orang dari berbagai kalangan
(Wajdi, dan Isa, 2014).
Pertumbuhan industri kuliner di
Indonesia akan terus mengalami
kenaikkan pada tahun-tahun mendatang.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen TERAKREDITASI PERINGKAT 4
Vol. 5, No. 3, 2020 Agustus: 530-549 Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
E-ISSN: 2598-635X, P-ISSN: 2614-7696 Kemenrisek DIKTI No. 30/E/KPT/2019
http: jim.unsyiah.ac.id/ekm
531
Pertumbuhan industri kuliner menjadi
sektor andalan karena didukung oleh
kuatnya permintaan di dalam negeri,
yang diakibatkan oleh semakin
meningkatnya konsumen kelas menengah
di dalam negeri. Semakin besar dan
terbukanya pasar yang menjadi daya
tarik, namun akan menimbulkan ancaman
masuknya produk sejenis dari negara
lain.
Bisnis restoran di Indonesia
memang tak terlepas dari tren makanan
dan minuman yang terus berkembang.
Lebih dari itu, budaya orang Indonesia
yang gemar menjadikan makanan sebagai
‘teman untuk mengobrol’ kian
menyehatkan bisnis restoran di tanah air.
Apalagi, mayoritas masyarakat Indonesia
tak segan mencoba berbagai menu baru
dari berbagai resep berbeda. Bisnis
restoran di Indonesia terus bergerak
dinamis. Hampir di tiap-tiap sisi jalan.
Mulai dari raksasa franchise yang terus
melebarkan jaringan bisnis mereka,
hingga pelaku Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UKM) yang tak terhitung
jumlahnya.
Dengan begitu pesatnya
perkembangan bisnis kuliner banyak
pelaku usaha yang meraup untung dari
usaha kuliner ini. Namun tidak sedikit
pula pelaku usaha kuliner yang bangkrut,
karena strategi pemasaran yang
digunakan kurang tepat dan kualitas
pelayanan yang kurang optimal. Artinya
keberhasilan sebuah bisnis kuliner dalam
memenangkan persaingan ditentukan
oleh penerapan srategi pemasaran yang
tepat serta hubungan baik yang dijalani
dengan konsumen.
Penyediaan makanan dan
minuman dapat mempengaruhi
konsumen khususnya sehubungan dengan
seberapa besar mereka mengharapkan,
menilai atau mempersepsikan kualitas
makanan dan minuman yang akan
diterima sehingga konsumen akan
mengunjungi kembali restoran. Harapan
merupakan apa yang konsumen pikirkan
harus disediakan oleh penyedia jasa,
sedangkan persepsi adalah pandangan
atau penilaian konsumen terhadap
pelayanan yang telah diterima oleh
konsumen dari penyedia jasa (Hill, 1992,
pp. 44-45).
Menurut Hellier et al.(2003)
mendefinisikan Repatronage intention
sebagai keputusan individu untuk
mengunjungi kembali tempat atau
penyedia layanan yang sama.
Repatronage intention didefinisikan
sebagai kecenderungan konsumen untuk
kembali pada sebuah toko dimasa yang
akan datang dan serupa dengan
repurchase intention untuk produk-
produk fisik menurut Jones dan Reynold
(2006) dalam Makhriyani (2012).
Hubungan baik akan tercipta bila
sebuah restoran mampu memberikan
kepuasan terhadap kebutuhan, keinginan,
dan selera konsumen. Selain itu kualitas
makanan juga merupakan sumber
informasi yang efektif bagi manajemen
dalam melakukan perbaikan terhadap
restoran. Salah satu cara yang dilakukan
oleh sebuah restoran untuk memberikan
kepuasan bagi pelanggannya adalah
dengan kualitas pelayanan (service
quality) yang baik dan kualitas makanan
(food quality).
Banyak factor yang menyebabkan
konsumen akan mengunjungi kembali
restoran seperti kualitas makanan.
Menurut Shaharudin et al., (2011),
kualitas makanan sangat penting karena
pelanggan akan selalu mencari untuk
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen TERAKREDITASI PERINGKAT 4
Vol. 5, No. 3, 2020 Agustus: 530-549 Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
E-ISSN: 2598-635X, P-ISSN: 2614-7696 Kemenrisek DIKTI No. 30/E/KPT/2019
http: jim.unsyiah.ac.id/ekm
532
memenuhi kebutuhan dan harapan
mereka terhadap restoran yang mereka
pilih. Dalam memilih makanan biasanya,
pelanggan akan membentuk nilai dan
harapan mereka sendiri pada berbagai
macam menu yang disajikan di sebuah
restoran. Selain kualitas makanan,
kualitas pelayanan juga berperan penting
dalam menentukan tingkat kepuasan
pelanggan.
Secara garis besar Food Quality
dipengaruhi oleh beberapa indikator
menurut West, Wood dan Harger, Gaman
dan Sherrington serta Jones dalam
Margaretha dan Edwin (2012,1), yaitu
warna, penampilan, porsi, bentuk,
temperature,tekstur,aroma, tingkat
kematangan dan rasa.
Alma,(2016:282) mendefinisikan,
kualitas pelayanan akan mendorong
terwujudnya kepuasan pelanggan dan
kepuasan pelanggan merupakan salah
satu faktor penentu loyalitas, bila
kepuasan pelanggan terbentuk maka
pertumbuhan perusahaan akan terjamin.
Menurut Abdullah dan Tantri (2014),
kualitas layanan adalah keseluruhan ciri
dan karakteristik suatu barang atau jasa
yang berpengaruh pada kemampuannya
untuk memuaskan kebutuhan yang
dinyatakan maupun yang tersirat.
Kualitas pelayanan adalah suatu bentuk
layanan yang diberikan oleh perusahaan
untuk dapat memenuhi harapan
konsumennya.
Menurut hasil penelitian yang
dilakukan Tjiptono dalam Panjaitan
(2016) ada beberapa indikator-indikator
yang dapat digunakan untuk mengukur
variabel kualitas pelayanan diantaranya,
kehandalan, daya tangkap, jaminan,
perhatian dan bukti fisik..
Price fairness bisa dikatakan
proses penilaian dan reaksi konsumen
atas harga yang dijual apakah dianggap
wajar dan dapat diterima. Menurut
Matzler (2007) Price Fairness adalah
persepsi konsumen dimana perbedaan
antara harga yang diterima layak
dibandingkan dengan yang lain, dapat
dipertimbangkan atau harga yang bisa
diterima. Price Fairness merupakan
suatu penilaian untuk suatu hasil dan
proses agar mencapai hasil yang masuk
akal dan dapat diterima (Martin
Consuegra et al.,2007: 460). Dengan
adanya kewajaran harga (price fairness)
pelanggan dapat memutuskan untuk
mengunjungi kembali tempat atau
restoran tersebut.
Menurut Kotler (2018)
mendefinisikan Customer Satisfaction
(kepuasan pelanggan sebagai) berikut;
Kepuasan pelanggan bergantung pada
kinerja yang dipersepsikan produk relatif
terhadap harapan pembeli. Jika kinerja
produk jauh dari harapan, pelanggan
tidak merasa puas. Jika kinerja sesuai
dengan harapan, pelanggan puas. Jika
kinerja melebihi harapan, pelanggan
merasa sangat puas atau senang.
Kepuasaan pelanggan (customer
satisfaction) memainkan peranan penting
dan sangat berkontribusi karna tingkat
kepuasan yang tinggi akan menyebabkan
minat pelanggan untuk berkunjung
kembali di masa depan. Kepuasan
ditemukan sebagai variabel terkuat untuk
mempengaruhi repatronage intention.
Customer satisfaction erat hubungannya
dengan repatronage intention
dikarenakan dengan adanya customer
satisfaction seorang pelanggan akan
mempertimbangankan minatnya untuk
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen TERAKREDITASI PERINGKAT 4
Vol. 5, No. 3, 2020 Agustus: 530-549 Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
E-ISSN: 2598-635X, P-ISSN: 2614-7696 Kemenrisek DIKTI No. 30/E/KPT/2019
http: jim.unsyiah.ac.id/ekm
533
berkunjung kembali di masa yang akan
datang.
Berkenaan dengan gambaran di
atas, permasalahan bisnis kuliner sedang
dihadapkan pada persaingan yang
semakin tajam dan harus segera
mengambil langkah yang tepat untuk
menciptakan keunggulan yang kompetitif
serta mempertahankan kualitasnya. Salah
satu usaha yang sedang menghadapi
persaingan tersebut yaitu Kantin
Makanan Jepang Hana di Kota Banda
Aceh. Restoran ini harus menciptakan
inovasi baru untuk menarik minat
pelanggan agar mengunjungi kembali
restoran. Disamping itu juga harus focus
terhadap kualitas makanan dan pelayanan
yang diberikan restoran kepada
pelanggan. Karna kunci utama dari
sebuah restoran yang sukses tak luput
akan kualitas makanan, kualitas makanan
tetapi juga harga yang ditawarkan wajar
dengan apa yang didapatkan sehingga
muncul kepuasan pelanggan.
Adapun tujuan dilakukannya
penelitian ini yaitu: 1) Untuk
menganalisis pengaruh Food Quality
terhadap Customer Satisfaction pada
Kantin Makanan Jepang Hana Di Banda
Aceh, 2) Untuk menganalisis pengaruh
Service Quality terhadap Customer
Satisfaction pada Kantin Makanan
Jepang Hana Di Banda Aceh, 3) Untuk
menganalisis pengaruh Price Fairness
terhadap Customer Satisfaction pada
Kantin Makanan Jepang Hana Di Banda
Aceh, 4) Untuk menganalisis pengaruh
Customer Satisfaction terhadap
Repatronage Intention pada Kantin
Makanan Jepang Hana Di Banda Aceh,
5) Untuk menganalisis pengaruh Food
Quality terhadap Repatronage Intention
pada Kantin Makanan Jepang Hana Di
Banda Aceh, melalui Customer
Satisfaction, 6) Untuk menganalisis
pengaruh Service Quality terhadap
Repatronage Intention pada Kantin
Makanan Jepang Hana Di Banda Aceh,
melalui Customer Satisfaction, 7) Untuk
menganalisis pengaruh Price Fairness
terhadap Repatronage Intention pada
Kantin Makanan Jepang Hana Di Banda
Aceh, melalui Customer Satisfaction.
TELAAH PUSTAKA
Rozekhi at al.,(2016)
mengemukakan bahwa Food Quality
memiliki pengaruh signifikan terhadap
kepuasan pelanggan. Menurut Qin et al.,
(2008) memasukkan kualitas makanan
sebagai konstruk yang terpisah dari
dimensi kualitas pelayanan dan
menciptakan hipotesis bahwa kualitas
makanan secara langsung dan positif
berpengaruh terhadap kepuasan
pelanggan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Food Quality berpengaruh dan
memikili kaitan terhadap Customer
Satisfaction.
H1: Food Quality berpengaruh terhadap
Customer Satisfaction.
Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Zeithaml dan Bitner (2009)
mengindikasikan, meskipun kualitas jasa
dan persepsi kepuasan konsumen bisa
sebagai level independen untuk sentuhan
jasa pada pengalaman, bisa juga sebagai
keseluruhan level. Terdapat hubungan
yang signifikan di antara kualitas jasa
dengan kepuasan. Menurut Bedi (2010)
pemberian jasa berkualitas yang tinggi
adalah keharusan untuk mendapat
kepuasan konsumen dan hasil perilaku
lainnya. Untuk para konsumen, kualitas
jasa dan kepuasan konsumen terbentuk
dari jasa yang terorganisir. Tidak hanya
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen TERAKREDITASI PERINGKAT 4
Vol. 5, No. 3, 2020 Agustus: 530-549 Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
E-ISSN: 2598-635X, P-ISSN: 2614-7696 Kemenrisek DIKTI No. 30/E/KPT/2019
http: jim.unsyiah.ac.id/ekm
534
performa atau kualitas produk saja, tetapi
juga memberikan keseluruhan image
yang terorganisir. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Service Quality
berpengaruh dan memikili kaitan
terhadap Customer Satisfaction.
H2: Service Quality berpengaruh terhadap
Customer Satisfaction.
Menurut hasil penelitian oleh
Andaleeb, (2006) dan Hermannet
al.(2007), dimana dikatakan bahwa harga
dapat mempengaruhi kepuasan
pelanggan, harga yang berbeda-beda
menurut jenis dan fungsinya. Harga
didefinisikan sebagai ukuran dalam
memori pembeli dimana pelayanan
merupakan dasar penilaian dengan
membandingkan harga yang
sesungguhnya. Keputusan penentuan
harga sangat penting dalam menentukan
seberapa jauh sebuah layanan jasa dinilai
oleh konsumen karena dalam proses
membangun citra, penentuan harga juga
memberi persepsi tertentu dalam hal
kualitas. Consuegraet al.(2007), Bei dan
Chiao (2001), Martinet al,(2007)
menemukan bahwa terdapat hubungan
yang positif antara kewajaran harga
terhadap kepuasan pelanggan.
H3: Price Fairness berpengaruh terhadap
Customer Satisfaction.
Menurut hasil penelitian oleh
Hellier et al. (2003) mendefinisikan
repatronage intention sebagai keputusan
individu untuk mengunjungi kembali
tempat atau penyedia layanan yang sama.
Ketika pelanggan puas dengan penyedia
layanan, probabilitas bagi pelanggan
untuk menggunakan layanan lagi akan
tinggi. Feedback dari pelanggan yang
baik dapat mempengaruhi perilaku
pelanggan. Kemudian emosi positif yang
terjadi ketika pelanggan merasa puas
dengan layanan yang diberikan akan
mengarah ke niat perilaku positif, seperti
repatronage intention dan kemauan untuk
merekomendasikan kepada orang lain,
umumnya dikenal sebagai dari mulut ke
mulut (Abdullah, Hambali, et al., 2016;
Kamal et al., 2016). Kepuasan pelanggan
memengaruhi repatronage intention.
Dengan demikian, kepuasan pelanggan
adalah faktor penting yang membuat
pelanggan untuk kembali ke restoran.
Menurut Oliver (1997), pelanggan akan
puas jika hasil aktual memenuhi harapan.
Berdasarkan peran mediasi, interaksi
antara variabel eksogen dan Repatronage
Intention dimediasi secara positif oleh
kepuasan pelanggan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Customer
Satisfaction. berpengaruh dan memikili
kaitan terhadap Repatronage Intention.
H4: Customer Satisfaction berpengaruh
terhadap Repatronage Intention.
Hasil penelitian telah
menunjukkan alah satu hal penting dalam
keputusan pelanggan memilih makanan
adalah kualitas itu sendiri (Din et al.,
2016; Sulek & Hensley, 2004). Secara
umum, evaluasi pelanggan terhadap
kualitas makanan didasarkan pada
harapan mereka dan pengalaman
konsumsi aktual. Mattila dan Wirtz
(2001) juga menyatakan bahwa kualitas
makanan sangat menentukan loyalitas
pelanggan di restoran. Hubungan tidak
langsung antara kualitas makanan dan
repatronage intention signifikan. Oleh
karena itu, restoran perlu meningkatkan
kualitas makanan dan layanan mereka
untuk memastikan pelanggan mereka
puas dan berniat untuk mengunjungi
kembali restoran itu lagi dan lagi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Customer
Satisfaction. memiliki hubungan yang
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen TERAKREDITASI PERINGKAT 4
Vol. 5, No. 3, 2020 Agustus: 530-549 Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
E-ISSN: 2598-635X, P-ISSN: 2614-7696 Kemenrisek DIKTI No. 30/E/KPT/2019
http: jim.unsyiah.ac.id/ekm
535
erat terkait pengaruh Food Quality
terhadap Repatronage Intention.
H5: Food Quality Berpengaruh Tidak
Langsung terhadap Repatronage
Intention melalui Customer
Satisfaction.
Hasil penelitian telah
menunjukkan baik kualitas layanan dan
kepuasan pelanggan telah secara luas
diakui sebagai anteseden dari niat
pembelian kembali. Namun, diyakini
bahwa pemilik restoran ingin tahu yang
mana dari variabel-variabel ini yang
memberikan pengaruh paling kuat
terhadap repatronage intention . Sebuah
studi mengungkapkan bahwa kepuasan
pelanggan adalah prediktor yang lebih
baik dari niat untuk membeli kembali
daripada kualitas layanan (Ravald dan
Gronroos, 1996). Menurut Cronin dan
Taylor (1992) yang menemukan
hubungan yang jauh lebih kuat antara
kepuasan pelanggan dan niat pembelian
kembali daripada hubungan antara
kualitas layanan dan niat pembelian
kembali. Secara akademis, dari sudut
pandang praktisi, kepuasan pelanggan
dianggap lebih berpengaruh pada niat
pembelian kembali (Dabholkar, 1995).
Parasuraman, Zeithaml dan Berry (1994)
juga mengungkapkan dalam analisis
mereka bahwa kepuasan pelanggan
cenderung mencapai tingkat signifikansi
statistik yang lebih besar ketika kualitas
layanan dan kepuasan pelanggan
memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap niat pembelian kembali. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Customer
Satisfaction. memiliki hubungan yang
erat terkait pengaruh Service Quality
terhadap Repatronage Intention.
H6: Service Quality Berpengaruh Tidak
Langsung terhadap Repatronage
Intention melalui Customer
Satisfaction.
Hasil penelitian menunjukkan
pelanggan menggunakan harga sebagai
petunjuk pembelian, ini menyiratkan
bahwa harga yang lebih rendah atau
harga moneter tidak menjamin kepuasan
yang lebih tinggi. Menurut Hermann et
al., (2007) dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa persepsi harga
secara langsung mempengaruhi penilaian
kepuasan serta persepsi yang tidak
langsung melalui kewajaran harga.
Secara empiris penelitian ini telah
mengaitkan kedua konsep penting dan
menunjukkan pengaruh kewajaran harga.
Bei dan Chiao (2001) menyatakan
seorang pelanggan akan menampilkan
perilaku pembelian berulang ketika
mereka merasakan bahwa harga layanan
dan produk yang ditawarkan masuk akal.
Jika harga yang ditawarkan restoran
wajar dan pelanggan merasa puas, maka
ada muncul niat pelanggan untuk
mengunjungi kembali restoran tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Customer Satisfaction. memiliki
hubungan yang erat terkait pengaruh
Price Fairness terhadap Repatronage
Intention.
H7: Price Fairness Berpengaruh Tidak
Langsung terhadap Repatronage
Intention melalui Customer
Satisfaction.
Kerangka konseptual dalam
penelitian ini akan menjelaskan
hubungan masing-masing variable yang
digambarkan sebagai berikut:
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen TERAKREDITASI PERINGKAT 4
Vol. 5, No. 3, 2020 Agustus: 530-549 Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
E-ISSN: 2598-635X, P-ISSN: 2614-7696 Kemenrisek DIKTI No. 30/E/KPT/2019
http: jim.unsyiah.ac.id/ekm
536
H5
H1
H2 H4
H3 H6
H7
Gambar 1. Model Kerangka Teoritis
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah
pelanggan Kantin Makanan Jepang Hana
di Kota Banda Aceh yang berjumlah 190
orang. Dalam penelitian ini penulis
mengambil sampel dengan menggunakan
teknik convenience sampling. Penelitian
ini menggunakan jumlah 6 kali parameter
yang digunakan dalam penelitian untuk
sampel. Mengacu pada pendapat
Ferdinand, maka jumlah sampel dalam
penelitian ini ditetapkan sebesar 156
responden.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dan
informasi yang akurat dan relevan yang
dibutuhkan penulis mengadakan
serangkaian penelitian langsung pada
pelanggan Kantin Makanan Jepang Hana
di Kota Banda Aceh.
Dalam penelitian ini uji validitas
digunakan untuk mengukur valid atau
tidaknya suatu kuisioner. Alat pengumpul
data yang berupa kuesioner.
Variabel Operasional
Dalam penelitian untuk mengukur
pengaruh Food Quality, Service Quality,
dan Price Fairness terhadap Repatronage
Intention dengan Customer Satisfaction
sebagai pemediasi., maka peralatan yang
digunakan adalah Partial Least Square-
Structural Equation Modeling (PLS-
SEM). Variabel operasional dalam
penelitian ini adalah:
1. Variabel Terikat (Dependent)
- Repatronage Intention Menurut
(Baker et al., 2002; Macintos dan
lockshin, 1997) mengatakan
Repatronage intention dapat
diukur dari : 1) Kesediaan
pelanggan untuk berada/tinggal
lebih lama, 2) Kesediaan untuk
berkunjung kembali, 3) Kesediaan
untuk membeli lagi di masa
depan, dan 4) Kesediaan untuk
menceritakan kepada teman.
2. Variabel Bebas (Indenpendent)
- Food Quality. Stokes (2006)
dalam bukunya yang berjudul
Food Quality, ada 4 faktor
penting dalam menjaga kualitas
makanan yaitu 1) Quality of
Food
Quality
Service
Quality
Price
Fairness
Customer
Satisfaction
Repatronage
Intention
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen TERAKREDITASI PERINGKAT 4
Vol. 5, No. 3, 2020 Agustus: 530-549 Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
E-ISSN: 2598-635X, P-ISSN: 2614-7696 Kemenrisek DIKTI No. 30/E/KPT/2019
http: jim.unsyiah.ac.id/ekm
537
ingredients, 2) Skill of cook/chef,
3) Adequate supply of kitchen
equipment, 4) Usage of standard
recipies.
- Service Quality Menurut Tjiptono
(2016) indikator-indikator yang
dapat digunakan untuk mengukur
variabel kualitas pelayanan yaitu
1) Kehandalan, 2) Daya tanggap,
3) Jaminan, 4) Perhatian, 5) Bukti
fisik.
- Price Fairness. Menurut
(Ahmat,2010:4) faktor yang
mempengaruhi price fairness
yaitu,1) Treatment Experience, 2)
Price Knowledge, 3) Price
Expectation, 4) Price
Information.
3. Variabel Mediasi (Intervening)
- Customer Satisfaction Menurut
Tjiptono dalam Panjaitan (2016)
indikator kepuasaan pelanggan
yaitu,1) Kehandalan, 2) Daya
Tangkap, 3) Jaminan, 4)
Perhatian, 5) Bukti Fisik.
Peralatan Analisis Data
Peralatan analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh Food Quality,
Service Quality, dan Price Fairness
terhadap Repatronage Intention dengan
Customer Satisfaction sebagai
pemediasi., maka peralatan yang
digunakan adalah Partial Least Square-
Structural Equation Modeling (PLS-
SEM).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Karakteristik berdasarkan jenis
kelamin, responden laki-laki berjumlah
55 (28,9%) dan responden perempuan
berjumlah 135 (71,1%). Berdasarkan
pekerjaan, siswa sebanyak 9 (4,7%)
responden, yang berprofesi sebagai
mahasiswa sebanyak 158 orang (83,2)
responden, yang berprofesi sebagai PNS
sebanyak 6 orang (3,2%) responden,
yang berprofesi sebagai SWASTA
sebanyak 9 orang (4,7%) s responden,
dan yang berprofesi lainnya sebanyak 8
orang (4,2%) responden.
Berdasarkan jumlah kunjungan,
Sebanyak 101 orang (53,2%) responden
telah mengunjungi kantin makanan
jepang hana 1 kali setiap bulannya,
sebanyak 61 orang (32,1%) responden
telah mengunjungi kantin makanan
jepang hana 1-3 kali setiap bulannya,
sebanyak 10 orang (5,3%) responden
telah mengunjungi kantin makanan
jepang hana 3-5 kali setiap bulannya, dan
sebanyak 18 orang (9,5%) responden
telah mengunjungi kantin makanan
jepang hana >5 kali setiap bulannya.
Uji Validitas
Pada model pengukuran (outer
model) dilakukan evaluasi hubungan
antara indikator dan konstruknya dengan
menilai validitas dan reliabilitas.
Validitas konstruk dianalisis dalam dua
komponen: (1) validitas konvergen
(loading factor dan AVE), dan (2)
validitas diskriminan (cross loading).
Sedangkan untuk mengukur reliabilitas
dinilai dengan composite reliability dan
cronbach’s alpha (Hair et al., 2014).
Dalam penelitian ini melakukan sekali
pengujian model penelitian. Dimana
model awal menggunakan 26 indikator.
Berikut gambar model awal penelitian.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen TERAKREDITASI PERINGKAT 4
Vol. 5, No. 3, 2020 Agustus: 530-549 Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
E-ISSN: 2598-635X, P-ISSN: 2614-7696 Kemenrisek DIKTI No. 30/E/KPT/2019
http: jim.unsyiah.ac.id/ekm
538
Tabel 1. Tampilan Ouput Factor Loading
Customer
Satisfaction Z
Food
Quality X1
Price Fairness
X3
Repatronage
Intention Y
Service Quality
X2
CS1 0,919
CS2 0,936
CS3 0,928
CS4 0,930
FQ1 0,778
FQ2 0,800
FQ3 0,815
FQ4 0,842
FQ5 0,877
FQ6 0,814
FQ7 0,800
FQ8 0,806
FQ9 0,839
PF1 0,892
PF2 0,891
PF3 0,914
PF4 0,826
RI1 0,900
RI2 0,939
RI3 0,933
RI4 0,899
SQ1 0,887
SQ2 0,896
SQ3 0,898
SQ4 0,914
SQ5 0,878
Sumber : Data primer yang diolah dengan SmartPLS, 2020
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen TERAKREDITASI PERINGKAT 4
Vol. 5, No. 3, 2020 Agustus: 530-549 Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
E-ISSN: 2598-635X, P-ISSN: 2614-7696 Kemenrisek DIKTI No. 30/E/KPT/2019
http: jim.unsyiah.ac.id/ekm
539
Setelah peneliti melakukan modifikasi
model penelitian pada gambar di atas,
selanjutnya akan dijelaskan lebih lanjut
mengenai hasil outer model penelitian
dalam table-tabel berikut yaitu (1) Uji
Validitas konvergen (Loading faktor dan
Ave), (2) Uji Validitas Deskriminan dan
(3) Uji reliabilitas (Cronbach alpha dan
composite reliability). Tabel 1
menjelaskan bahwa ouput indikator
loadings masing-masing indikator setelah
dilakukan modifikasi model setiap
variabel telah memenuhi syarat validitas
konvergen untuk konstruk reflektif
dengan loading factor di atas 0,7.
Selanjutnya pada tabel 4.9 pemeriksaan
terakhir dari convergent validity adalah
melihat output average validation
extracted (AVE). Konstruk yang
memiliki convergent validity yang baik
adalah apabila nilai AVE lebih dari 0,5
Tabel 2. Tampilan Hasil AVE
Variabel Average Variance Extracted (AVE)
Customer Satisfaction 0,862
Food Quality 0,671
Price Fairness 0,777
Repatronage Intention 0,843
Service Quality 0,801
Tabel 3. Nilai Diskriminan Validitas Modifikasi
Customer
Satisfaction Z
Food
Quality X1
Price Fairness
X3
Repatronage
Intention Y
Service
Quality X2
CS1 0,919 0,641 0,643 0,707 0,722
CS2 0,936 0,661 0,653 0,770 0,667
CS3 0,928 0,684 0,716 0,817 0,662
CS4 0,930 0,608 0,602 0,704 0,718
FQ1 0,560 0,778 0,555 0,544 0,567
FQ2 0,632 0,800 0,679 0,681 0,613
FQ3 0,532 0,815 0,714 0,592 0,536
FQ4 0,575 0,842 0,675 0,576 0,614
FQ5 0,594 0,877 0,747 0,611 0,570
FQ6 0,535 0,814 0,639 0,491 0,608
FQ7 0,520 0,800 0,617 0,474 0,624
FQ8 0,555 0,806 0,643 0,572 0,587
FQ9 0,629 0,839 0,709 0,700 0,575
PF1 0,592 0,693 0,892 0,618 0,501
PF2 0,639 0,698 0,891 0,631 0,602
PF3 0,666 0,751 0,914 0,701 0,568
PF4 0,585 0,724 0,826 0,665 0,542
RI1 0,702 0,626 0,633 0,900 0,534
RI2 0,783 0,714 0,762 0,939 0,586
RI3 0,731 0,684 0,678 0,933 0,568
RI4 0,751 0,609 0,647 0,899 0,569
SQ1 0,681 0,624 0,550 0,522 0,887
SQ2 0,663 0,629 0,554 0,553 0,896
SQ3 0,714 0,710 0,634 0,634 0,898
SQ4 0,630 0,604 0,486 0,492 0,914
SQ5 0,637 0,631 0,577 0,538 0,878
Sumber : Data primer yang diolah dengan SmartPLS, 2020
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen TERAKREDITASI PERINGKAT 4
Vol. 5, No. 3, 2020 Agustus: 530-549 Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
E-ISSN: 2598-635X, P-ISSN: 2614-7696 Kemenrisek DIKTI No. 30/E/KPT/2019
http: jim.unsyiah.ac.id/ekm
540
(Hair et al., 2014). Berikut merupakan
hasil output AVE merupakan hasil output
AVE.Uji validitas diskriminan
menggunakan metode pengujian cross
loading untuk membandingkan apakah
masing-masing indikator dari variabel
tersebut mengukur variabelnya atau
bahkan indikator tersebut mengukur
variabel yang lain.
Hasil ini menunjukkan bahwa
setiap variabel laten mampu mengukur
variabel manifest (indikator) dengan
baik. Karena pada tabel diatas
menunjukkan bahwa nilai korelasi
konstrak dengan setiap indikatornya lebih
besar daripada ukuran konstrak lainnya,
maka konstrak laten memprediksi
indikatornya lebih baik.
Uji Reliabilitas
Kriteria reliabilitas dan validitas
juga dapat dilihat dari nilai reliabilitas
suatu konstruk memiliki reliabilitas yang
tinggi jika nilainya Composite
Reliability diatas 0,70 dan Cronbach’s
Alpha diatas 0,60. Hasil pada table di
atas menunjukkan bahwa nilai
cronbach’s alpha dan composite
reliability sesuai karena untuk dikatakan
suatu konstruk reliable nilai cronbach’s
alpha harus > 0,6 dan nilai composite
reliability harus > 0,7 (Abdillah dan
Jogiyanto, 2015).
Dalam menilai model dengan
PLS dimulai dengan melihat R-square
untuk setiap variabel laten dependen.
Tabel ini merupakan hasil estimasi R-
square dengan menggunakan SmartPLS.
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa
nilai R-square untuk variabel Customer
Satisfaction diperoleh sebesar 0,650 dan
untuk variable Repatronage Intention
diperoleh sebesar 0,724. Hasil ini
menunjukkan bahwa 65 % variabel
Customer Satisfaction dipengaruhi oleh
variabel Repatronage Intention
pelanggan Kantin Makanan Jepang Hana
di Kota Banda Aceh, selebihnya yaitu 35
% dipengaruhi oleh variabel lain diluar
penelitian. Sedangkan untuk variabel
Repatronage Intention yaitu sebanyak
72,4 % dipengaruhi oleh Variabel
Customer Satisfaction pelanggan Kantin
Makanan Jepang
Tabel 4. Cronbach’s Alpha, Composite Reliability
Variabel Cronbach’s Alpha Composite Reliability
Customer Satisfaction 0,946 0,961
Food Quality 0,939 0,948
Price Fairness 0,904 0,933
Repatronage Intention 0,938 0,955
Service Quality 0,938 0,953
Tabel 5. R-square
R Square
Customer Satisfaction 0,650
Repatronage Intention 0,724
Sumber : Data primer yang diolah dengan SmartPLS, 2020
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen TERAKREDITASI PERINGKAT 4
Vol. 5, No. 3, 2020 Agustus: 530-549 Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
E-ISSN: 2598-635X, P-ISSN: 2614-7696 Kemenrisek DIKTI No. 30/E/KPT/2019
http: jim.unsyiah.ac.id/ekm
541
Hana di Kota Banda Aceh, selebihnya
sebanyak 27,6 % dipengaruhi oleh
variabel lain diluar penelitian.
Disamping melihat besarnya nilai R-
Squares, evaluasi model PLS dapat juga
dilakukan dengan Q2 predictive
relevance atau sering disebut predictive
sample reuse. Teknik ini dapat
merepresentasi synthesis dari cross-
validation dan fungsi fitting dengan
prediksi dari observed variabel dan
estimasi dari parameter konstruk.
𝑄2 = 1 −
(1 − 𝑅12)(1 − 𝑅2
2)
𝑄2 = 1 − (1 − 7702)(1 − 0,6672)
𝑄2 = 1 − (1 − 0,592)(1 − 444)
𝑄2 = 1 − (0,226)
𝑄2 = 0,774
Dari hasil Q2 predictive relevance di
atas dapat dilihat bahwa nilai Q2 sebesar
0.774, maka Q2 dalam penelitian ini
termasuk dalam kategori kuat (Q2>0).
Artinya nilai-nilai yang diobservasi sudah
direkontruksi dengan baik sehingga
model memiliki nilai prediktif yang
relevan. Untuk memvalidasi model
secara keseluruhan, maka digunakan
goodness of fit(GoF). GoF index ini
merupakan ukuran tunggal yang
digunakan untuk memvalidasi performa
gabungan antara model pengukuran
(outer model) dan model structural (inner
model). Nilai GoF index ini diperoleh
dari averages communalities index
dikalikan dengan R² model. Menurut
Ghozali 2008 berikut ini adalah formula
GoF index:
GoF = √𝐴𝑉𝐸 × 𝑅2̅̅ ̅̅ ̅̅ ̅̅ ̅̅ ̅̅ ̅
GoF = √0.791 × 0.687
GoF = √0.543
GoF = 0.736
Karena hasil GoF yang dihasilkan
0.736>0.36 maka dapat disimpulkan
bahwa GoF model termasuk dalam
kategori besar.
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dimaksudkan
untuk mengetahui apakah variabel
eksogen berpengaruh nyata terhadap
variabel endogen, berikut adalah hasil
pengujian total, direct dan indirect effect
yang telah dilakukan pada model
struktural (inner model). Untuk
menjawab hipotesis mediasi, maka
selanjutnya akan dianalisis data
menggunakan metode boostraping
menggunakan SmartPLS untuk melihat
nilai STDV dan p-value pada pengaruh
langsung dan pengaruh tidak langsung
hasilnya sebagaimana tertera pada Tabel.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan
bahwa pengaruh variable Customer
Satisfaction terhadap Repatronage
Intention menunjukkan nilai koefisien
jalur sebesar 0,541 dan nilai thitung5,223.
Nilai tersebut lebih besar dari ttabel = 1,96
(n=190). Hasil ini mengindikasikan
bahwa Customer Satisfaction memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap
Repatronage Intention yang berarti
bahwa apabila Customer Satisfaction
memiliki nilai yang rendah akan
berdampak pada menurunnya
Repatronage Intention tersebut dan
begitu juga sebaliknya.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen TERAKREDITASI PERINGKAT 4
Vol. 5, No. 3, 2020 Agustus: 530-549 Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
E-ISSN: 2598-635X, P-ISSN: 2614-7696 Kemenrisek DIKTI No. 30/E/KPT/2019
http: jim.unsyiah.ac.id/ekm
542
Tabel 3. Hasil Pengujian Nilai Direct Effect
Hipotesis
Langsung /
Direct Effect
Standar
Deviasi/
STDV
T-
Statistik
p-value
Customer Satisfaction -> Repatronage
Intention
0,541 0,104 5,223 0,000
Food Quality -> Customer Satisfaction 0,192 0,109 1,767 0,039
Price Fairness -> Customer Satisfaction 0,319 0,081 3,919 0,000
Service Quality -> Customer Satisfaction 0,395 0,085 4,618 0,000
Sumber : Data primer yang diolah dengan SmartPLS, 2020
Hasil pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa pengaruh variabel
Food Quality terhadap Customer
Satisfaction menunjukkan nilai koefisien
jalur sebesar 0,192 dan nilai thitung sebesar
1,767. Nilai tersebut lebih kecil dari ttabel
= 1,96 (n=190). Hasil ini
mengindikasikan bahwa Food Quality
memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap Customer Satisfaction yang
berarti bahwa apabila Food Quality
memiliki nilai yang rendah tidak akan
berdampak pada menurunnya nilai
Customer Satisfaction tersebut dan begitu
juga sebaliknya.
Hasil pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa pengaruh variabel
Service Quality terhadap Customer
Satisfaction menunjukkan nilai koefisien
jalur sebesar 0,395 dan nilai thitungsebesar
4,618. Nilai tersebut lebih besar dari ttabel
= 1,96 (n=190). Hasil ini
mengindikasikan bahwa Service Quality
memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap Customer Satisfaction yang
berarti bahwa apabila Service Quality
memiliki nilai yang rendah akan
berdampak pada menurunnya Customer
Satisfaction tersebut dan begitu juga
sebaliknya.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen TERAKREDITASI PERINGKAT 4
Vol. 5, No. 3, 2020 Agustus: 530-549 Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
E-ISSN: 2598-635X, P-ISSN: 2614-7696 Kemenrisek DIKTI No. 30/E/KPT/2019
http: jim.unsyiah.ac.id/ekm
543
Tabel 4. Hasil Pengujian Nilai Indirect Effect
DE Indirect
effect
STDV T-
Statistik
p-value
Food Quality -> Customer Satisfaction -
> Repatronage Intention
0,269 0,104 0,060 1,735 0,042
Price Fairness -> Customer Satisfaction
-> Repatronage Intention
0,212 0,172 0,054 3,169 0,001
Service Quality -> Customer
Satisfaction -> Repatronage Intention
-0,081 0,214 0,067 3,178 0,001
Sumber : Data primer yang diolah dengan SmartPLS, 2020
Hasil pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa pengaruh variabel
Price Fairness terhadap Customer
Satisfaction menunjukkan nilai koefisien
jalur sebesar 0,319 dan nilai
thitungsebesar 3,919. Nilai tersebut lebih
besar dari ttabel = 1,96 (n=190). Hasil ini
mengindikasikan bahwa Price Fairness
memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap Customer Satisfaction yang
berarti bahwa apabila Price Fairness
memiliki nilai yang rendah akan
berdampak pada menurunnya Customer
Satisfaction tersebut dan begitu juga
sebaliknya. Berdasarkan hasil pengujian
indirect effect, hasilnya menunjukkan
bahwa nilai pengaruh tidak langsung
Food Quality terhadap Repatronage
Intention melalui Customer Satisfaction
sebagai mediasi yaitu 0,104 (p=0,042)
dengan nilai t sebesar 1,735 >1,96.
Dikarenakan nilai thitunglebih besar
dibandingkan dengan nilai ttabel, maka
terdapat hubungan yang signifikan antara
pengaruh dari Food Quality terhadap
Repatronage Intention yang dimediasi
Customer Satisfaction. Customer
Satisfaction memediasi antara Food
Quality terhadap Repatronage Intention.
Berdasarkan hasil pengujian
indirect effect, hasilnya menunjukkan
bahwa nilai pengaruh tidak langsung
Price Fairness terhadap Repatronage
Intention melalui Customer Satisfaction
sebagai mediasi yaitu 0.172 (p=0,001)
dengan nilai t sebesar 3,169>1,96.
Dikarenakan nilai thitunglebih besar
dibandingkan dengan nilai ttabel, maka
terdapat hubungan yang signifikan antara
pengaruh dari Price Fairness terhadap
Repatronage Intention yang dimediasi
oleh Customer Satisfaction. Customer
Satisfaction memediasi antara Price
Fairness terhadap Repatronage Intention.
Berdasarkan hasil pengujian
indirect effect, hasilnya menunjukkan
bahwa nilai pengaruh tidak langsung
Service Quality terhadap Repatronage
Intention melalui Customer Satisfaction
sebagai mediasi yaitu 0.214(p=0,001)
dengan nilai t sebesar 3,178>1,96.
Dikarenakan nilai thitunglebih besar
dibandingkan dengan nilai ttabel, maka
terdapat hubungan yang signifikan antara
pengaruh dari Service Quality terhadap
Repatronage Intention yang dimediasi
oleh Customer Satisfaction. Customer
Satisfaction memediasi antara Service
Quality Repatronage Intention.
Untuk menjawab permasalahan yang
dihipotesiskan dalam penelitian ini
dikembangkan model penelitian dengan
menggunakan lima variabel yaitu Food
Quality, Service Quality, Price Fairness,
Customer Satisfaction dan Repatronage
Intention. Data yang diperoleh dalam
penelitian ini yaitu data yang diperoleh
langsung dari penyebaran kuesioner
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen TERAKREDITASI PERINGKAT 4
Vol. 5, No. 3, 2020 Agustus: 530-549 Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
E-ISSN: 2598-635X, P-ISSN: 2614-7696 Kemenrisek DIKTI No. 30/E/KPT/2019
http: jim.unsyiah.ac.id/ekm
544
secara random pada pelanggan Kantin
Makanan Jepang Hana di Kota Banda
Aceh dengan jumlah responden sebesar
190. Setelah melalui beberapa tahap
proses analisa data dalam penelitian ini
maka diperoleh implikasi sebagai berikut
:
Berdasarkan analisa data diperoleh
hasil bahwa terdapat pengaruh positif dan
signifikan variabel Food Quality terhadap
Customer Satisfaction pada pelanggan
Kantin Makanan Jepang Hana di Kota
Banda Aceh. Didukung dengan penelitian
menurut Rozekhi at al., (2016)
mengemukakan bahwa Food Quality
memiliki pengaruh signifikan terhadap
kepuasan pelanggan. Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas makanan
menjadi salah satu factor penting dalam
membentuk Customer Satisfaction,
namun untuk menciptakan kualitas
makanan yang menimbulkan kepuasan
tersebut, restoran harus terus menjaga
kualitasnya. Dengan demikian, Ha1
diterima dan H01 ditolak.
Service Quality juga memiliki
hubungan yang positif terhadap Customer
Satisfaction. Didukung dengan penelitian
menurut Bedi (2010), pemberian jasa
berkualitas yang tinggi adalah keharusan
untuk mendapat kepuasan konsumen dan
hasil perilaku lainnya. Untuk para
konsumen, kualitas jasa dan kepuasan
konsumen terbentuk dari jasa yang
terorganisir. Tidak hanya performa atau
kualitas produk saja, tetapi juga
memberikan keseluruhan image yang
terorganisir.Kualitas pelayanan tersebut
menjadi memori bagi konsumen,
pelayanan yang baik akan selalu di ingat
oleh konsumen dengan begitu akan
timbul Kepuasan. Dengan demikian, Ha2
diterima dan H02 ditolak.
Berdasarkan analisa data diperoleh
hasil bahwa terdapat pengaruh positif dan
signifikan variabel Price Fairness
terhadap Customer Satisfaction pada
pelanggan Kantin Makanan Jepang Hana
di Kota Banda Aceh. Didukung dengan
penelitian menurut Consuegraet
al.(2007), Bei dan Chiao (2001), Martinet
al,(2007) menemukan bahwa terdapat
hubungan yang positif antara kewajaran
harga terhadap kepuasan pelanggan. Hal
ini menunjukkan bahwa Price Fairness
mampu menimbulkan Customer
Satisfaction, dengan kewajaran harga
yang diciptakan oleh penjual atau
restoran menimbulkan kepuasan bagi
pelanggan. Dengan demikian, Ha3
diterima dan H03 ditolak.
Terdapat pengaruh positif dan
signifikan variabel Customer Satisfaction
terhadap Repatronage Intention pada
pelanggan Kantin Makanan Jepang Hana
di Kota Banda Aceh. Didukung dengan
penelitian menurut Abdullah, Hambali, et
al.; Kamal et al.,(2016). Ketika
pelanggan puas dengan penyedia
layanan, probabilitas bagi pelanggan
untuk menggunakan layanan lagi akan
tinggi. Feedback dari pelanggan yang
baik dapat mempengaruhi perilaku
pelanggan. Kemudian emosi positif yang
terjadi ketika pelanggan merasa puas
dengan layanan yang diberikan akan
mengarah ke niat perilaku positif, seperti
repatronage intention dan kemauan untuk
merekomendasikan kepada orang lain,
umumnya dikenal sebagai dari mulut ke
mulut. Hal ini menunjukkan bahwa
kepuasaan pelanggan mampu membuat
pelanggan untuk dapat mengunjungi
kembali restoran dimasa depan, semakin
puasnya pelanggan maka semakin
meningkat keinginan untuk mengunjungi
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen TERAKREDITASI PERINGKAT 4
Vol. 5, No. 3, 2020 Agustus: 530-549 Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
E-ISSN: 2598-635X, P-ISSN: 2614-7696 Kemenrisek DIKTI No. 30/E/KPT/2019
http: jim.unsyiah.ac.id/ekm
545
kembali restoran. Dengan demikian, Ha4
diterima dan H04 ditolak.
Dari pengujian data yang telah
dilakukan, dapat dilihat terdapat
hubungan positif dan signifikan pada
Food Quality terhadap Repatronage
Intention melalui mediasi Customer
Satisfaction. Didukung dengan penelitian
menurut Mattila dan Wirtz (2001) juga
menyatakan bahwa kualitas makanan
sangat menentukan loyalitas pelanggan di
restoran. Hubungan tidak langsung antara
kualitas makanan dan repatronage
intention signifikan. Oleh karena itu,
restoran perlu meningkatkan kualitas
makanan dan layanan mereka untuk
memastikan pelanggan mereka puas dan
berniat untuk mengunjungi kembali
restoran itu lagi dan lagi. Maksudnya
ialah kualitas makanan menjadi hal
penting dalam menentukan kepuasaan
pelanggan yang pada akhirnya membuat
pelanggan berniat untuk mengunjungi
kembali restoran tersebut. Maka dalam
hal ini dapat dilihat bahwasanya untuk
membangun hubungan yang positif dan
signifikan antara Food Quality terhadap
Repatronage Intention harus melalui
pemediasi yaitu Customer Satisfaction
sehingga dapat dinyatakan bahwa Ha5
diterima.
Selanjutnya dari pengujian data yang
telah dilakukan, dapat dilihat terdapat
hubungan positif dan signifikan pada
Service Quality terhadap Repatronage
Intention melalui mediasi Customer
Satisfaction. Didukung dengan penelitian
menurut Parasuraman, Zeithaml dan
Berry (1994) juga mengungkapkan dalam
analisis mereka bahwa kepuasan
pelanggan cenderung mencapai tingkat
signifikansi statistik yang lebih besar
ketika kualitas layanan dan kepuasan
pelanggan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap niat pembelian
kembali. Maksudnya ialah ketika
pelanggan merasa pelayanan yang
diberikan karyawan restoran baik dan
memuaskan akan timbul kepuasaan
tersendiri bagi pelanggan yang pada
akhirnya membuat pelanggan berniat
untuk mengunjungi kembali restoran
tersebut. Maka dalam hal ini dapat dilihat
bahwasanya untuk membangun
hubungan yang positif dan signifikan
antara Service Quality terhadap
Repatronage Intention harus melalui
pemediasi yaitu Customer Satisfaction
sehingga dapat dinyatakan bahwa Ha6
diterima.
Kemudian dari pengujian data yang
telah dilakukan, dapat dilihat terdapat
hubungan positif dan signifikan pada
Price Fairness terhadap Repatronage
Intention melalui mediasi Customer
Satisfaction. Didukung dengan penelitian
menurut Bei dan Chiao (2001)
menyatakan seorang pelanggan akan
menampilkan perilaku pembelian
berulang ketika mereka merasakan bahwa
harga layanan dan produk yang
ditawarkan masuk akal. Jika harga yang
ditawarkan restoran wajar dan pelanggan
merasa puas, maka ada muncul niat
pelanggan untuk mengunjungi kembali
restoran tersebut. Maksudnya ialah
seorang pelanggan akan menampilkan
perilaku niat untuk mengunjungi kembali
restoran ketika mereka merasakan bahwa
harga dari layanan dan produk yang
ditawarkan masuk akal. Jika harga yang
ditawarkan wajar maka pelanggan akan
merasa puas sehingga timbul niat untuk
mengunjungi kembali restoran. Maka
dalam hal ini dapat dilihat bahwasanya
untuk membangun hubungan yang positif
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen TERAKREDITASI PERINGKAT 4
Vol. 5, No. 3, 2020 Agustus: 530-549 Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
E-ISSN: 2598-635X, P-ISSN: 2614-7696 Kemenrisek DIKTI No. 30/E/KPT/2019
http: jim.unsyiah.ac.id/ekm
546
dan signifikan antara Price Fairness
terhadap Repatronage Intention harus
melalui pemediasi yaitu Customer
Satisfaction sehingga dapat dinyatakan
bahwa Ha7 diterima.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis yang
telah dilakukan pada penelitian ini maka
dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Berdasarkan hasil analisis Food
Quality berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Customer
Satisfaction
2. Berdasarkan hasil analisis Service
Quality berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Customer
Satisfaction
3. Berdasarkan hasil analisis Price
Fairness berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Customer
Satisfaction
4. Berdasarkan hasil analisis Customer
Satisfaction berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Repatronage
Intention
5. Berdasarkan hasil analisis Food
Quality berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Repatronage
Intention dengan Customer
Satisfaction sebagai variabel mediasi.
6. Berdasarkan hasil analisis Service
Quality berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Repatronage
Intention dengan Customer
Satisfaction sebagai variabel mediasi.
7. Berdasarkan hasil analisis Price
Fairness berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Repatronage
Intention dengan Customer
Satisfaction sebagai variabel mediasi.
Bedasarkan kesimpulan yang
telah diuraikan di atas, maka dapat
dirangkum beberapa saran sebagai
berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian tentang
deskriptif Food Quality, dapat
disimpulkan bahwa rata-rata nilai
skor untuk variabel Food Quality
diperoleh nilai 3,66 yang bermakna
bahwa responden dalam penelitian
ini merasa “Setuju” terhadap
pernyataan indikator variabel Food
Quality dan dalam kategori baik.
Nilai tertinggi ditunjukkan oleh
indikator “Saya menyukai rasa dari
makanan Kantin Makanan Jepang
Hana karena menyajikan makanan
khas jepang dan bisa dinikmati
dalam negeri” dengan skor 3,85
dimana masih termasuk dalam
kategori “Setuju”, yang bermakna
bahwa sebagian besar responden di
dalam penelitian ini mengunjungi
Kantin Makanan Jepang Hana karena
kualitas makanan khas jepang yang
ditawarkan dapat dikategorikan baik.
Saran dari peneliti kepada Kantin
Makanan Jepang Hana untuk tetap
mempertahankan rasa khas jepang
yang dimiliki agar pelanggan tetap
loyal.
2. Berdasarkan hasil penelitian tentang
deskriptif Service Quality, dapat
disimpulkan bahwa rata-rata nilai
skor untuk variabel Service Quality
diperoleh nilai 3,21 yang bermakna
bahwa responden dalam penelitian
ini merasa “Setuju” terhadap
pernyataan indikator variabel Service
Quality dan dalam kategori baik.
Nilai tertinggi ditunjukkan oleh
indikator “Saya merasa Kantin
Makanan Jepang Hana memberikan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen TERAKREDITASI PERINGKAT 4
Vol. 5, No. 3, 2020 Agustus: 530-549 Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
E-ISSN: 2598-635X, P-ISSN: 2614-7696 Kemenrisek DIKTI No. 30/E/KPT/2019
http: jim.unsyiah.ac.id/ekm
547
jaminan kenyamanan yang baik”
dengan skor 3,46 dimana masih
termasuk dalam kategori “Setuju”,
yang bermakna bahwa sebagian
besar responden di dalam penelitian
ini senang dengan kenyamanan dan
pelayanan yang diberikan Kantin
Makanan Jepang Hana. Saran dari
peneliti kepada Kantin Makanan
Jepang Hana untuk terus menjaga
kualitas tempat untuk membuat
pelanggan tetap merasa nyaman dan
ingin terus lama berada direstoran.
3. Berdasarkan hasil penelitian tentang
deskriptif Price Fairness, dapat
disimpulkan bahwa rata-rata nilai
skor untuk variabel Price Fairness
diperoleh nilai 3,76 yang bermakna
bahwa responden dalam penelitian
ini merasa “Setuju” terhadap
pernyataan indikator variabel Price
Fairness dan dalam kategori baik.
Nilai tertinggi ditunjukkan oleh
indikator “Pelanggan membayar
harga yang wajar pada setiap
transaksi pembelian” dengan skor
3,91dimana masih termasuk dalam
kategori “Setuju”, yang bermakna
bahwa sebagian besar responden di
dalam penelitian ini merasa harga
makanan yang dibayarkan wajar
dengan makanan yang didapatkan.
Saran dari peneliti kepada Kantin
Makanan Jepang Hana tetap
memberikan harga yang wajar sesuai
dengan apa yang didapatkan agar
pelanggan merasa tidak keberatan
membayarnya karna puas yang
didapatnya.
4. Berdasarkan hasil penelitian tentang
deskriptif Customer Satisfaction,
dapat disimpulkan bahwa rata-rata
nilai skor untuk variabel Customer
Satisfaction diperoleh nilai 3,40 yang
bermakna bahwa responden dalam
penelitian ini merasa “Setuju”
terhadap pernyataan indikator
variabel Customer Satisfaction dan
dalam kategori baik. Nilai tertinggi
ditunjukkan oleh indikator “Saya
akan merekomendasikan Kantin
Makanan Jepang Hana kepada
teman-teman” dengan skor 3,54
dimana masih termasuk dalam
kategori “Setuju”, yang bermakna
bahwa sebagian besar responden di
dalam penelitian ini merasa puas
dengan Kantin Makanan Jepang
Hana dan akan merekomendasikan
kepada teman-teman. Saran dari
peneliti kepada Kantin Makanan
Jepang Hana tetap menjaga kualitas
makanan, pelayanan, kenyamanan,
dan kewajaran harga agar pelanggan
selalu merasa puas setiap
mengunjungi restoran sehingga
pelanggan dengan senang
merekomendasikan kepada
oranglain.
5. Berdasarkan hasil penelitian tentang
deskriptif Repatronage
Intention,dapat disimpulkan bahwa
rata-rata nilai skor untuk variabel
Repatronage Intention diperoleh nilai
3,63 yang bermakna bahwa
responden dalam penelitian ini
merasa “Setuju” terhadap pernyataan
indikator variabel Repatronage
Intention dan dalam kategori baik.
Nilai tertinggi ditunjukkan oleh
indikator “Saya akan mengunjungi
kembali Kantin Makanan Jepang
Hana” dengan skor 3,73 dimana
masih termasuk dalam kategori
“Setuju”, yang bermakna bahwa
sebagian besar responden di dalam
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen TERAKREDITASI PERINGKAT 4
Vol. 5, No. 3, 2020 Agustus: 530-549 Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
E-ISSN: 2598-635X, P-ISSN: 2614-7696 Kemenrisek DIKTI No. 30/E/KPT/2019
http: jim.unsyiah.ac.id/ekm
548
penelitian ini merasa puas sehingga
akan mengunjungi kembali Kantin
Makanan Jepang Hana di masa yang
datang. Saran dari peneliti kepada
Kantin Makanan Jepang Hana untuk
selalu membuat pelanggan merasa
puas agar mereka terus menerus
mengunjungi restoran.
REFERENSI
Abdullah, D., Hambali, M. E. R. M.,
Kamal, S. B. M., Din, N., & Lahap,
J. (2016). Factors influencing
visual electronic word of mouth (e-
WOM) on restaurant experience. In
S. M. Radzi, M. H. M. Hanafiah, N.
Sumarjan, & Z. Mohi (Eds.),
Proceedings of the 3rd
International Hospitality and
Tourism Conference (IHTC 2016)
& 2nd International Seminar on
Tourism (ISOT 2016) (pp. 519–
523). Bandung, Indonesia: CRC
Press.
Ahmat,N.H.C,Radzi,S.M,Zahari,M.S.M.,
&Kamaruddin,M.S.Y.(2010).Perce
ption of price fairness and customer
rensponse behaviors. Jounal of
Global Management. Vol 2
Alma, Buchari (2016), Manajemen
Pemasaran dan Manajemen Jasa,
Bandung: CV Alfabeta.
Baker, J., Parasuraman, A., Grewal, D.,
& Voss, G. B. (2002). The
influence of multiple store
environment cues on perceived
merchandise value and patronage
intentions. Journal of Marketing,
66(2), 120–141.
Bei, Lien-T and Chiao, Yu-Ching. (2001)
An integrated model for the effects
of perceived product,perceived
service quality, and perceived price
fairness on consumer satisfaction
and loyalty. Journal of Consumer
Satisfaction, Dissatisfaction and
Complaining Behaviour.Vol. 14,
125-141.
Bolton, L.E., Warlop, L., & Alba, J.W.
(2003). Explorations in Price
(Un)Fairness. Journal of Consumer
Research, 29, 474-491.
Consuegra, D., A. Molina, dan A.
Esteban.(2007). An Integrated
Model of Price, Satisfaction and
Loyalty: An Empirical Analysis in
Service Sector. Journal of
Marketing
Cronin, J. J., and Taylor, S. A. (1992).
Measuring Service Quality: A
Reexamination and Extension.
Journal of Marketing, 56(3), 55–
68.
Dabholkar, P. A. (1995). A Contingency
Framework for Predicting Causality
between Customer Satisfaction and
Service quality. Advances in
Consumer Research, 22(1), 101–
108.
Fiani,Margaretha S. & Edwin Japarianto.
(2012). Analisa Pengaruh Food
Quality & Brand Image terhadap
Keputusan Pembelian Roti Kecik
Toko Roti Ganep’s di kota Solo.
Jurnal Manajemen Pemasaran.
Hellier, P. K., Geursen, G. M., Carr, R.
A., & Rickard, J. A. (2003).
Customer repurchase intention, a
general structural equation model.
European Journal of Marketing,
37(11/12), 1762–182.
Hermann, A., L. Xia., K. B. Monroe, dan
F. Huber. (2007). The Influence of
Price Fairness on Customer
Satisfaction: An Empirical Test in
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen TERAKREDITASI PERINGKAT 4
Vol. 5, No. 3, 2020 Agustus: 530-549 Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
E-ISSN: 2598-635X, P-ISSN: 2614-7696 Kemenrisek DIKTI No. 30/E/KPT/2019
http: jim.unsyiah.ac.id/ekm
549
the Context of Automobile
Purchases. Journal of Product &
Brand Management. 16(1): 49-58.
Jones, Michael A. dan Kristy E.
Reynolds (2006), “The Role of
Retailer Interest on Shopping
Behavior. Journal of Retailing 82,
115-126.
Kotler, P. (2018). Principles Of
Marketing .United Kingdom:
Pearson Education United
Martín-Consuegra, D., Molina, A., &
Esteban, Á. (2007).An Integrated
Model of Price, Satisfaction and
Loyalty: An Empirical Analysis in
The Service Sector. Journal of
Product & Brand
Management.Vol.16(7), 459-468.
Matzler.K , Birgit Renzel, Rita Faullant
(2007). Dimensions of price
satisfaction : a replication and
extension, international Journal of
Bank Marketing.
Nasution, M.N. (2004). Manajemen
Jasa Terpadu. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Oliver, R. L. (1997). Satisfaction. In A
Behavioral Perspective on the
Consumer. New York : McGraw
Hill.
Priansa, Juni Doni. (2017). Perilaku
Konsumen dalam Persaingan
Bisnis Kontemporer. Bandung:
Alfabeta.
Qin, Hong and Prybutok, Victor R.
(2008). Determinants of Customer
Perceived Service Quality in Fast
Food Restaurant and Their
Relationship to Customer
Satisfaction and Behavioral
Intention. The Quality
Management Journal. Vol.15(2)
Ravald, A., and Gronroos, C. (1996). The
Value Concept and Relationship
Marketing. European Journal of
Marketing, 30(2), 19–30.
Rozekhi, A.N, Shahrill H., Ashraf Siddik
K., Putri Dahlia, Noor S. (2016).
The Influence of Food Quality on
Customer Satisfaction in Fine
Dining Restaurant: Case in
Penang. International Academic
Research Journal of Business and
Technology. 2(2), 45-50.
Shaharudin, M. R., Mansor, S. W., &
Elias, S. J. (2011). Food Quality
Attributes among Malaysia’s Fast
Food Customer. International
Business and Management, 2(1),
198–208.
Zeithaml, V. A., Berry, L. L., and
Parasuraman, A. (1994). The
Behavioral Consequences of
Service Quality. Journal of
Marketing, 60(2), 31–47.
Zeithaml, V. A., Bitner & Gremler.
(2009). Services Marketing –
Integrating Customer Focus
Across the Firm. New York:
McGraw Hill