jurnal ilmiah mahasiswa fisip unsyiah r n a l fisip i l m
TRANSCRIPT
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Corresponding Author: [email protected]
Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di
Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.
No. 2.Mei 2018 204 -219
204
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 3, Nomor 2, Mei 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
PELUANG DAN TANTANGAN JURNALIS TERHADAP PENERAPAN
JURNALISME INVESTIGASI DI ACEH
Opportunities and Challenges of Journalists on the Application of Investigative Journalism
In Aceh
Ariansyah1), Dr. Hamdani M.Syam, M.A.2)
Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Syiah Kuala
ABSTRAK -Penelitian ini berjudul Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap
Penerapan Jurnalisme Investigasi di Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pandangan jurnalis tentang peluang dan tantangan dalam penerapan
jurnalisme investigasi di Aceh. Hal ini dikarenakan peliputan dan pemberitaan
terkait investigasi di Aceh mulai menurun bahkan hampir hilang dari pemberitaan.
Padahal jurnalisme investigasi merupakan jurnalisme yang membongkar suatu
kejadian yang sengaja disembunyikan. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan pendekatan deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk
menjelaskan fenomena yang terjadi melalui pengumpulan data. Alat pengumpulan
data pada penelitian ini berupa wawancara semistruktur. Subjek informan dalam
penelitian mengambil teknik purposive dengan menentukan subjek penelitian
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria dalam penelitian ini adalah
jurnalis yang pernah meliput berita mengenai investigasi dan juga jurnalis-jurnalis
yang tergabung dalam organisasi pers yang diakui oleh dewan pers, seperti jurnalis
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan jurnalis Aliansi Jurnalis Independen (AJI).
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Fenomenologi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa peluang yang bisa dimanfaatkan
dalam penerapan investigasi, seperti banyaknya isu yang dapat diangkat.
Contohnya penyelewengan anggaran, penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan
oleh pemerintah kemudian isu terkait ilegal loging. Apalagi kemudian ada lembaga-
lembaga yang ikut serta membantu jurnalis untuk melakukan investigasi. Namun
tantangan yang dihadapi juga cukup besar, salah satunya adalah pemahaman
jurnalis yang minim akan jurnalisme investigasi dan juga dukungan media terhadap
pemberitaan jurnalisme investigasi di Aceh tidak maksimal. Hal ini dikarenakan
kebanyakan media di Aceh adalah media cetak harian. Biaya yang dibutuhkan
dalam melakukan investigasi juga sangat besar. Resiko terbesar dari liputan
investigasi adalah kehilangan nyawa.
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Corresponding Author: [email protected]
Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di
Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.
No. 2.Mei 2018 204 -219
205
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 3, Nomor 2, Mei 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Ju
rnal
Ilmiah Mahasisw
a
FISIP
Kata Kunci: Peluang, Tantangan, Jurnalisme, Investigasi, Teori Fenomenologi.
ABSTRACT - This research entitled Opportunities and Challenges of Journalists in The
Implementation of Investigative Journalism in Aceh. This study aims to identify the
journalists’ views about the opportunities and challenges in the implementation of
investigative journalism in Aceh.This is because covering and reporting related to the
investigation in Aceh begin to decline even almost disappear from the news. Though
investigative journalism is a journalism unraveling an event that was deliberately hidden.
Qualitative descriptive approach is used in this reseach that aims to explain the phenomena
occur through data collection. Technique of collecting data in this research is semistructured
interview. The subject of the informant in the research used the purposive technique by
determining the research subject based on certain criteria. The criteria used in this study are
journalists who once covered the news about the investigation and also journalists who are
members of a press organization recognized by the press council, such as Persatuan Jurnalis
Indonesia (PWI) and Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI). The theory used in this research is
Phenomenology theory. The results show that there are several opportunities that can be
utilized in the implementation of investigations, such as the many issues that can be raised.
For example, budget misuse, abuse of power by the government then issues related to illegal
logging. Moreover, then there are institutions that participate to help journalists to conduct
investigations. But the challenges faced are also quite large, one of which is minimal
understandings of journalists on investigative journalism as well as media support for
reporting investigative journalism in Aceh is not optimal. This is because most of the media
in Aceh are printed daily media. The cost involved in conducting an investigation is also very
large. The biggest risk of investigative coverage is the loss of life.
Keywords: Opportunities, Challenges, Journalism, Investigative, Phenomenology
Theory.
PENDAHULUAN
Informasi telah menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat. Dengan
informasi, masyarakat menjadi tahu apa yang terjadi di sekitarnya. Media
massa berperan sangat penting dalam penyebaran informasi tersebut. Media
massamerupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada
khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis,
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Corresponding Author: [email protected]
Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di
Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.
No. 2.Mei 2018 204 -219
206
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 3, Nomor 2, Mei 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
baik media cetak atau media elektronik (Cangara, 2002: 134). Kedua kategori
media tersebut dapat menyampaikan informasi kepada masyarakat melalui
kegiatan jurnalistik.
Mursito dalam Prabandono (2012: 1) memaparkan jurnalistik sebagai
kegiatan mengumpulkan dan memproses fakta menjadi format informasi
tertentu, serta menyiarkannya kepada khalayak melalui media massa.
Informasi yang disampaikan melalui kegiatan jurnalistik tidak boleh dibuat-
buat atau direkayasa. Jurnalistik berperan utama dalam proses penyebaran
informasi yang benar dan jujur kepada masyarakat. Jurnalistik harus mampu
mengungkap kebenaran yang sesungguhnya dan tidak memanipulasi
informasi yang disuguhkan kepada khalayak. Sehingga kebenaran tersebut
dapat diketahui oleh masyarakat.
Dalam dunia jurnalistik, dikenal teknik investigasi dalam
pengungkapan sebuah kebenaran yang sengaja disembunyikan. Teknik
seperti ini sering disebut sebagai jurnalisme investigasi. Jurnalisme
investigasi diposisikan sebagai level teratas dalam tingkatan kesulitan dalam
jurnalistik. Berita-berita yang berdasarkan investigasi ini sering disebut
dengan istilah berita eksklusif (Djuroto, 2000: 53).
Pada dasarnya jurnalisme investigasi tidak selalu terkait dengan isu-
isu besar berskala nasional yang melibatkan orang nomor satu di negara ini
atau konglomerat besar. Tidak selalu berujung pada penyalahgunaan
anggaran, dan uang. Namun, bisa juga dilakukan untuk beragam isu
sepanjang persoalan tersebut menyangkut kepentingan publik. Seperti
pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), ketidakadilan, diskriminasi,
penyalahgunaan kekuasaan, dan sebagainya yang terjadi di sebuah lokasi
(Bintang dan LSPP, 2010).
Prabandono (2012: 53) mengatakan bahwa untuk mendapatkan berita
mengenai investigasi sangatlah tidak mudah layaknya peliputan regular.
Dikarenakan jurnalisme investigasi membutuhkan perjuangan wartawan
dalam mengungkap sebuah kasus yang tersembunyi dan sarat akan
kepentingan. Resiko yang dihadapi wartawan juga sangat besar.
Mengenai hal tersebut dapat dilihat dari beberapa kasus yang dialami
oleh beberapa wartawan di Aceh. Seperti kasus yang pernah dialami oleh
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Corresponding Author: [email protected]
Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di
Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.
No. 2.Mei 2018 204 -219
207
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 3, Nomor 2, Mei 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
wartawan Harian Aceh, Ahmadi, saat mengungkapkan kasus ilegal logging
yang melibatkan anggota TNI tentang persoalan pembalakan liar di kawasan
pegunungan Desa Serafon, Kecamatan Alafan, Simeulue Barat dan Teluk
Dalam yang dimuat di Koran Harian Aceh pada 21 Mei 2010 silam. Setelah
berita terbit, Ahmadi mendapatkan penganiayaan serta pengancaman dari
pihak Intel Komandan Distrik Militer Simeulue.
Kasus lain pernah dialami oleh Yarmen Dinamika, Redaktur Pelaksana
Harian Serambi Indonesia. Yarmen dipaksa membuktikan kebenaran
informasi yang pernah diberitakannya kepada petugas kepolisian dan TNI di
Simeulue, yaitu pada saat meliput soal penyelundupan ikan Napoleon atau
ikan Siomay di Kabupaten Simeulue tahun 1996 lalu (TheGlobeJournal.com
April 2017)
Kedua kasus tersebut menjadi contoh-contoh kesulitan dan tantangan
besar dalam meliput sebuah berita investigasi. Beragam resiko kerap
dihadapi mengingat reportase investigasi adalah membongkar kejahatan dan
kebusukan yang memang sengaja ditutup rapat dan rapi dari jangkauan
publik. Tetapi loyalitas kepada masyarakat harus menyatu dengan tugas
jurnalistik. Persoalan ini harusnya tidak terlalu mengkhawatirkan bagi
kalangan jurnalis, mengingat kebebasan pers dijamin dalam Undang-undang
Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers. Dimana pers mendapatkan kebebasan
untuk melakukan kritik sosial terhadap pemerintah dan pers bebas untuk
bergerak dalam melakukan pemberitaan. Meskipun demikian, pers tetap
harus bertanggung jawab dalam pemberitaannya.
Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tidak hanya memberikan
perlindungan hukum kepada pelaku pers, namun juga melindungi Hak
Asasi Manusia berdasarkan dasar Negara Pancasila dengan adanya hak
koreksi masyarakat terhadap pemberitaan pers (Suprayogi, 2013: 93). Dengan
demikian pekerjaan jurnalis, khususnya yang bergerak dalam jurnalisme
investigasi harus semakin berkembang, dikarenakan pers memiliki kekuatan
hukum dalam meliput sebuah peristiwa.
Jurnalisme investigasi tidak hanya dianggap penting oleh pegiat
media saja, namun juga beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
seperti, Gerakan Anti Korupsi (GeRAK) Aceh, dan Strengthening Integrity and
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Corresponding Author: [email protected]
Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di
Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.
No. 2.Mei 2018 204 -219
208
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 3, Nomor 2, Mei 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
AccountabilityProgram (SIAP) yang membuat pelatihan khusus tentang
jurnalisme investigasi untuk meningkatkan kapasitas dalam melakukan
liputan investigasi.
Namun belakangan, peliputan mengenai investigasi di Aceh perlahan
mulai menurun bahkan mulai hilang dari pemberitaan media. Hasil dari
observasi awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa eksistensi
jurnalisme investigasi memang mulai berkurang. Padahal Jurnalisme
investigasi sangat berpengaruh bagi masyarakat, dengan adanya jurnalisme
investigasi masyarakat menjadi tahu kebohongan yang terus ditutup-tutupi
dari kebenaran. Maka dari itu peneliti tertarik ingin meneliti tentang peluang
dan tantangan jurnalis terhadap penerapan jurnalisme investigasi di Aceh.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah digunakan untuk pertanyaan-pertanyaan penelitian
yang dijadikan sebagai tujuan penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah
yang telah dipaparkan di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana pandangan jurnalis tentang jurnalisme
investigasi. Kemudian bagaimana peluang dan tantangan jurnalis terhadap
penerapan jurnalisme investigasi di Aceh.
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian ini menggunakan teori fenomenologi.Secara etimologis,
fenomenologi berasal dari kata Yunani, phainomenon yang merujuk pada
arti “yang menampak”. Fenomena adalah fakta yang disadari dan masuk ke
dalam pemahaman manusia. Sehingga, suatu objek ada dalam relasi
kesadaran. Dewasa ini, fenomenologi dikenal sebagai aliran filsafat sekaligus
metode berpikir yang mempelajari fenomena manusiawi (human phenomena)
tanpa mempertanyakan penyebab dari fenomena tersebut serta realitas
objektif dan penampakannya.
Tradisi fenemonologi memfokuskan perhatiannya terhadap
pengalaman sadar seorang individu. Teori komunikasi yang masuk dalam
tradisi fenomenologi berpandangan bahwa manusia secara aktif
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Corresponding Author: [email protected]
Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di
Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.
No. 2.Mei 2018 204 -219
209
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 3, Nomor 2, Mei 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
menginterpretasikan pengalaman mereka, sehingga mereka dapat
memahami lingkungannya melalui pegalaman personal dan langsung
dengan lingkungan. Tradisi fenomenologi memberikan penekanan kuat pada
persepsi dan interpretasi dari pengalaman subjektif manusia (Morissan, 2013:
38). Pendukung teori ini berpandangan bahwa cerita atau pengalaman
individu adalah lebih penting dan memiliki otoritas lebih besar daripada
hipotesa penelitian sekalipun.
Fenomenologi menjadikan pengalaman sebenarnya sebagai data
utama dalam memahami realitas. Apa yang dapat diketahui seseorang
adalah apa yang dialaminya. Stanley Deetz dalam Morissan (2013: 39)
mengemukakan tiga prinsip dasar fenomenologi:
Pertama, pengetahuan adalah kesadaran. Pengetahuan tidak
disimpulkan dari pengalaman namun ditemukan secara langsung dari
pengalaman sadar.
Kedua, makna dari sesuatu terdiri atas potensi sesuatu itu pada hidup
seseorang. Dengan kata lain, bagaimana anda memandang suatu objek
bergantung pada makna objek itu bagi anda. Misalnya, anda belajar
bahasa asing, misalnya inggris, dengan serius sebagai pengalaman
pendidikan karena anda meyakini bahasa inggris akan memberikan
manfaat atau efek positif bagi hidup anda.
Ketiga, bahasa adalah “kendaraan makna” (vehicle meaning). Kita
mendapatkan pengalaman melalui bahasa yang digunakan untuk
mendefinisikan dan menjelaskan dunia kita. Kita mengetahui suatu
objek misalnya “kuda” melalui berbagai lebel yang dimilikinya:
“hewan”, “lari”, “gagah”, “cepat” dan seterusnya.
Proses interpretasi merupakan hal yang sangat penting dan sentral
dalam fenomenologi. Interpretasi adalah proses aktif pemberian makna dari
suatu pengalaman. Pada tradisi semiotika, interpretasi merupakan hal yang
terpisah dari realitas, namun dalam fenomenologi, interpretasi merupakan
realitas bagi seorang individu. Anda tidak dapat memisahkan realitas dari
interpretasi. Interpretasi merupakan proses aktif dari pikiran, yaitu suatu
tindakan kreatif dalam memperjelas pengalaman seorang (Morissan, 2013:
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Corresponding Author: [email protected]
Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di
Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.
No. 2.Mei 2018 204 -219
210
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 3, Nomor 2, Mei 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
40). Menurut pemikiran fenomenologi orang yang melakukan interpretasi,
mengalami suatu peristiwa atau situasi dan ia akan memberikan makna
kepada setiap peristiwa atau situasi yang dialaminya.
Kondisi ini akan berlangsung terus menerus (bolak-balik) antara
pengalaman dan pemberian makna. Setiap pengalaman baru akan
memberikan makna baru bagi dirinya begitu seterusnya. Dengan kata lain,
ketika seorang jurnalis memilik pengalaman dalam melakukan jurnalisme
investigasi, dan kemudian merasakan bahwa investigasi perlahan mulai
hilang eksistensinya. Pengalaman itu kemudian memberikan pengetahuan
kepada jurnalis untuk menilai peluang dan tantangan apa saja yang bisa
dimanfaatkan dan dihadapi oleh jurnalis dalam melakukan peliputan
investigasi.
Tradisi fenomenologi ini terbagi lagi ke dalam tiga bagian yaitu: 1)
fenomenologi klasik; 2) fenomenologi persepsi; 3) fenomenologi hermentik.
(Littlejohn dan Foss dalam Morissan, 2013: 40).
1. Fenomenologi Klasik
Edmund Husserl, tokoh pendiri fenomenologi modern, adalah salah
satu pemikir fenomenologi klasik. Husserl melalui buku-bukunya yang
ditulis pada periode pertengahan abad ke-20, berupaya mengembangkan
suatu metode untuk menemukan kebenaran melalui pengalaman langsung.
Menurutnya orang harus berdisplin dalam menerima pengalaman itu.
Dengan kata lain, pengalaman sadar individu adalah jalan yang tepat untuk
menemukan realitas.
2. Fenomenologi Persepsi
Namun kebanyakan pendukung tradisi fenomenologi dewasa ini
menolak pandangan Husserls tersebut. Mereka justru mendukung gagasan
bahwa pengalaman adalah subjektif, tidak objektif sebagaimana pandangan
Husserls. Mereka percaya bahwa subjektivitas justru sebagai pengetahuan
yang penting. Menurut Ponty, manusia ialah makhluk yang memiliki
kesatuan fisik dan mental yang menciptakan makna terhadap dunianya. Kita
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Corresponding Author: [email protected]
Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di
Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.
No. 2.Mei 2018 204 -219
211
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 3, Nomor 2, Mei 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
mengetahui sesuatu hanya melalui hubungan pribadi kita dengan sesuatu
itu. Sebagai manusia kita dipengaruhi oleh dunia luar atau lingkungan kita,
namun sebaliknya kita juga memengaruhi dunia di sekitar kita melalui
bagaimana kita mengalami dunia. Sesuatu itu ada karena sesuatu itu
diketahui atau dikenali. Dengan demikian, suatu objek atau peristiwa itu ada
dalam suatu proses yang timbal balik (give and take) yaitu hubungan dialogis
di mana suatu objek atau peristiwa memengaruhi objek atau peristiwa
lainnya.
3. Fenomenologi Herementik
Cabang ketiga dalam tradisi ini disebut dengan fenomenologi
hermentik yang mirip dengan fenomenologi persepsi namun dikembangkan
secara lebih luas dengan menerapkannya secara lebih komprehensif dalam
komunikasi. Tokoh di bidang ini adalah Martin Heidegger yang dikenal
dengan karya-karyanya philosophical hermeneutics. Hal paling penting
adalah “pengalaman alami” yang terjadi begitu saja ketika orang hidup di
dunia. Realitas terhadap sesuatu tidak dapat diketahui hanya melalui analisis
yang hati-hati tetapi melalui pengalaman alami yang terbentuk melalui
penggunaan bahasa dalam kehidupan setiap hari. Apa yang alami adalah apa
yang dialami melalui penggunaan alami bahasa dalam konteks.
Komunikasi adalah kendaraaan yang digunakan untuk menunjukkan
makna dari pengalaman yang diterima atau dirasakan. Pemikiran adalah
hasil dari bicara karena makna itu sendiri tercipta dari kata-kata. Ketika anda
berkomunikasi maka anda tengah mencoba cara-cara baru dalam melihat
dunia. Kita mendengarkan kata-kata yang diucapkan orang setiap hari yang
pada akhirnya memengaruhi kita secara terus-menerus terhadap setiap
peristiwa dan situasi yang kita hadapi. Dengan demikian pandangan ini
berupaya menghubungkan pengalaman dengan bahasa dan interaksi sosial
menjadi relevan dengan disiplin ilmu komunikasi. Fenomenologi bagi
Husserl adalah gabungan antara psikologi dan logika. Fenomenologi
membangun penjelasan dan analisis psikologi tentang tipe-tipe aktivitas
mental subjektif, pengalaman, dan tindakan sadar.
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Corresponding Author: [email protected]
Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di
Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.
No. 2.Mei 2018 204 -219
212
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 3, Nomor 2, Mei 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
Saat ini fenomenologi dikenal sebagai suatu disiplin ilmu yang
kompleks, karena memiliki metode dan dasar filsafat yang komprehensif dan
mandiri. Fenomenologi juga dikenal sebagai pelopor pemisah antara ilmu
sosial dari ilmu alam, yang mempelajari struktur tipe-tipe kesadaran yang
dinamakan dengan “kesengajaan” oleh Husserl. Struktur kesadaran dalam
pengelaman pada akhirnya membuat makna dan menentukan isi dari
penampakkannya.
Sebagai metode penelitian, fenomenologi sering dikenal sebagai
metode deskriptif kualitatif dengan paradigma konstruktivisme (Mix
Methodology dalam Sitinjak 2011:138). Sesuai dengan asumsi ontologis yang
ada dalam paradigma konstruktivisme, peneliti yang menggunakan metode
ini akan memperlakukan realitas sebagai konstruksi sosial kebenaran.
Realitas juga dipandang sebagai sesuatu yang sifatnya relatif, yaitu sesuai
dengan konteks spesifik yang dinilai relevan oleh para aktor sosial.
Secara epistemologi, ada interaksi antara peneliti dan subjek yang
diteliti. Sementara itu dari sisi aksiologis, peneliti akan memperlakukan nilai,
etika, dan pilihan moral sebagai bagian integral dari penelitian. Peneliti
merupakan fasilitator yang menjembatani keragaman subyektivitas pelaku
sosial dalam rangka merekonstruksi realitas sosial. Sebagai metode
penelitian, fenomenologi adalah cara membangun pemahaman tentang
realitas. Pemahaman tersebut dibangun dari sudut pandang para aktor sosial
yang mengalami peristiwa dalam kehidupannya. Pemahaman yang dicapai
dalam tataran personal merupakan konstruksi personal realitas atau
konstruksi subyektivitas.
Asumsi pokok fenomenologi adalah manusia secara aktif
menginterpretasikan pengalamannya dengan memberikan makna atas
sesuatu yang dialaminya. Oleh karena itu interpretasi merupakan proses
aktif yang memberikan makna atas sesuatu yang dialami manusia. Dengan
kata lain pemahaman adalah sesuatu tindakan kreatif yakni tindakan menuju
pemaknaan (Littlejohn, 2008:38).
Dengan kata lain peneliti mencoba membangun kembali pengalaman
jurnalis dalam memahami dan melakukan jurnalisme investigasi. Sehingga
dengan demikian, pemahaman dan pengalaman yang dibangun oleh jurnalis
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Corresponding Author: [email protected]
Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di
Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.
No. 2.Mei 2018 204 -219
213
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 3, Nomor 2, Mei 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
tersebut dapat menghasilkan sebuah konstruksi kajian untuk melihat
peluang dan tantangan apa saja yang bisa dimanfaatkan dan dihadapi pada
saat penerapan jurnalisme investigasi di Aceh.
METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
penelitian kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif
deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Banda Aceh dan Aceh Besar. Dalam
penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah peluang dan tantangan
jurnalis terhadap penerapan jurnalisme investigasi di Aceh. Adapun subjek
penelitian yang dimaksud adalah sejumlah informan yang mendukung
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jurnalis yang pernah meliput berita investigasi dan diterbitkan.
2. Jurnalis yang tergabung dalam organisasi pers seperti, Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI), dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI).
Berdasarkan kriteria di atas, maka peneliti memilih informan sebagai
berikut:
1.1 Informan penelitian
No Nama Informan Jabatan Keterangan
1 Yarmen Dinamika Redaktur pelaksana Harian
Serambi Indonesia
Informan
2 Adi Warsidi Ketua Aliansi Jurnalis
Independen
Informan
3 Tarmilin Usman Ketua Persatuan Wartawan
Indonesia
Informan
4 Muhammad Hamzah Jurnalis Informan
5 Maimun Saleh Jurnalis Informan
Sumber: Observasi 2017
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Corresponding Author: [email protected]
Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di
Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.
No. 2.Mei 2018 204 -219
214
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 3, Nomor 2, Mei 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, peliputan mengenai
investigasi di Aceh perlahan mulai menurun bahkan mulai hilang dari
pemberitaan media. Padahal jurnalisme investigasi sangat berpengaruh bagi
masyarakat, dengan adanya jurnalisme investigasi, masyarakat menjadi tahu
kebohongan yang terus ditutup-tutupi dari kebenaran. Menurut Santana
(2009: 238) para wartawan investigasi memaparkan kebenaran yang mereka
temukan, melaporkan adanya kesalahan-kesalahan, dan menyentuh
masyarakat untuk serius terhadap soal yang dikemukakan, mengafeksi
masayarakat dengan bacaan moral yang dikumpulkannya. Sangat
mengherankan melihat daerah yang sebenarnya mempunyai potensi besar
untuk melakukan investigasi, namun ternyata pemberitaan tersebut tidak
begitu menjadi perhatian dari media di Aceh.
Jurnalisme investigasi dianggap sebagai jurnalistik yang berada di
tingkatan paling tinggi atau strata paling atas. Berita-berita investigasi ini
sering disebut berita eksklusif dan biasanya berita tersebut dibayar mahal.
Karena liputan investigasi ini membongkar sesuatu yang sengaja
disembunyikan dan yang paling penting adalah menyangkut kepentingan
publik. Investigasi ini juga dapat membantu aparat penegak hukum.
Namun dalam perjalanannya ternyata masih banyak sekali jurnalis di
Aceh yang kurang pemahamannya tentang jurnalisme investigasi. Jurnalis
masih sulit membedakan investigasi dengan indepth reporting. Peran jurnalis
dianggap masih kurang dalam peliputan investigasi, padahal begitu banyak
peluang yang bisa dimanfatkan. Sejalan dengan itu, deretan kasus
penyalahgunaan kekuasaan di negeri ini nyaris tak pernah surut. Sebagian
besar kasus itu masih tersembunyi, tidak mendapat perhatiaan media.
Jurnalis yang menjalankan fungsi pemantau kekuasaan, membongkar yang
tersembunyi, makin banyak dibutuhkan. Namun sumber daya jurnalis yang
memahami dan mampu melakukan praktik investigasi terbatas (Bintang dan
LSPP, 2010).
Ada banyak sebenarnya isu-isu yang layak untuk diangkat untuk
menjadi sebuah liputan investigasi. Apalagi kemudian ada lembaga-lembaga
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Corresponding Author: [email protected]
Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di
Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.
No. 2.Mei 2018 204 -219
215
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 3, Nomor 2, Mei 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
yang ikut membantu jurnalis dalam liputan investigasi dengan mengadakan
pelatihan dan juga memberikan beasiswa kepada jurnalis. Tidak dapat
dipungkiri juga bahwa dalam pelaksanaannya ditemui berbagai hambatan
pada saat melakukan sebuah liputan investigasi. Selain kurangnya
kompetensi jurnalis dan juga membutuhkan biaya yang besar dalam sebuah
liputan investigasi, dukungan media di Aceh juga sebenarnya sangat minim
memberikan ruangnya dalam hal liputan investigasi. Ditambah dengan
intimidasi ataupun ancaman yang tinggi di lapangan bahkan bisa berujung
kepada kehilangan nyawa.
Peluang dan tantangan jurnalis terhadap penerapan jurnalisme
investigasi dikaitkan dengan menggunakan tiga prinsip yang terdapat dalam
teori fenomenologi. Pertama, pengetahuan adalah kesadaran. Kedua, makna
dari sesuatu terdiri atas potensi itu pada hidup seseorang. Ketiga, bahasa
adalah kendaraan makna. Pertama, pengetahuan adalah kesadaran.
Pengetahuan tidak disimpulkan dari pengalaman namun ditemukan secara
langsung dari pengalaman sadar. Dengan kata lain, pengetahuan dan
pengalaman dari kelima informan yang peneliti lakukan wawancara
merupakan bentuk interpretasi pengalaman dengan memberikan makna
tentang jurnalisme investigasi.
Dari hasil tersebut didapatkanlah sebuah kesimpulan bahwa masih
banyak sekali jurnalis di Aceh yang kurang pemahamannya tentang
jurnalisme investigasi. Jurnalis di Aceh masih sulit membedakan antara
investigasi dengan indepth reporting. Peran jurnalis dianggap masih kurang
dalam peliputan investigasi, padahal begitu banyak peluang yang bisa
dimanfatkan. Kedua, makna dari sesuatu terdiri atas potensi sesuatu itu pada
hidup seseorang. Maksudnya adalah bagaimana seseorang memandang
suatu objek bergantung pada makna objek itu bagi anda. Dengan kata lain
adalah ketika jurnalis yang paham akan pentingnya jurnalisme investigasi
kemudian jurnalis tersebut memberikan interpretasi tentang investigasi
tersebut, yakni dengan memberikan penjelasan tentang potensi apa yang bisa
didapat agar jurnalisme investigasi di Aceh tetap menjadi prioritas media.
Ada banyak sebenarnya isu-isu yang layak untuk diangkat untuk
menjadi sebuah liputan investigasi. Apalagi kemudian ada lembaga-lembaga
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Corresponding Author: [email protected]
Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di
Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.
No. 2.Mei 2018 204 -219
216
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 3, Nomor 2, Mei 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
yang ikut membantu jurnalis dalam liputan investigasi dengan mengadakan
pelatihan dan juga memberikan beasiswa kepada jurnalis. Investigasi
merupakan liputan yang penting dilakukan di Aceh. Dengan kondisi Aceh
yang mempunyai kompleksitas permasalahan.
Investigasi merupakan sebuah liputan yang membongkar sesuatu
yang tersembunyi, maka resiko yang dihadapi juga sangat tinggi. Proses
peliputan investigasi juga terdapat beberapa hal yang menjadi hambatan dan
sebuah tantangan yang dihadapi oleh jurnalis yang akan atau sedang
melakukan investigasi. Liputan investigasi juga membutuhkan biaya yang
besar. Kebanyakan media di Aceh tidak memiliki biaya untuk itu, hingga
poin terakhir yang bisa mengakibatkan kehilangan nyawa. Investigasi
merupakan peliputan strata tertinggi. Karena investigasi ini merupakan
jurnalistik yang berada di ranah paling tinggi, tentu kerumitan yang
dihadapi oleh jurnalis juga sangat besar.
Ketiga, bahasa adalah kendaraan makna. Maksudnya adalah ketika
seorang jurnalis memiliki pengetahuan dan pengalamannya akan jurnalisme
investigasi. kemudian jurnalis tersebut memberikan makna tentang objek
yang diketahuinya. Beberapa jurnalis masih sulit membedakan antara
investigasi dengan indepth reporting. Peran jurnalis dianggap masih kurang
dalam peliputan investigasi, padahal begitu banyak peluang yang bisa
dimanfatkan. Isu-isu yang layak untuk diangkat untuk menjadi sebuah
liputan investigasi juga banyak ditambah adanya peran lembaga-lembaga
yang ikut membantu jurnalis dalam liputan investigasi dengan mengadakan
pelatihan dan juga memberikan beasiswa kepada jurnalis. Hambatan atau
tantangan serta resiko yang dihadapi juga sangat tinggi, dalam proses
peliputan investigasi hal yang dihadapi oleh jurnalis yang akan atau sedang
melakukan investigasi. Liputan investigasi juga membutuhkan biaya yang
besar. Kebanyakan media di Aceh tidak memiliki biaya untuk itu, hingga
terakhir yang bisa terjadinya tindakan kekerasan, serta intimidasi dari pihak
luar yang tidak bertanggng jawab hingga terakhir bisa mengakibatkan
kehilangan nyawa.
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Corresponding Author: [email protected]
Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di
Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.
No. 2.Mei 2018 204 -219
217
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 3, Nomor 2, Mei 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan oleh
peneliti mengenai peluang dan tantangan jurnalis terhadap penerapan
jurnalisme investigasi di Aceh dengan penggunaan teori fenomenologi.
Kesimpulan yang didapatkan antara lain sebagai berikut:
1. Pemberitaan mengenai jurnalisme investigasi di Aceh sangat minim
bahkan mulai hilang dari peredaran. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya pemahaman jurnalis tentang jurnalisme investigasi,
pengaruh perkembangan teknologi, dan tidak adanya media di Aceh
yang berbentuk investigasi.
2. Berdasarkan hasil penelitian, banyak isu-isu di Aceh yang layak
untuk dijadikan bahan liputan invetigasi, seperti kasus
penyalahgunaan kekuasaan, penyelewengan anggaran, dan juga isu
lingkungan.
3. Terdapat beberapa upaya untuk membantu terlaksananya peliputan
investigasi di Aceh. Hal ini terbukti dengan adanya lembaga-lembaga
yang mengadakan pelatihan investigasi dan memberikan beasiswa
kepada jurnalis di Aceh.
4. Pada prakteknya, terdapat beberapa tantangan yang akan dihadapi
oleh jurnalis di Aceh dalam melakukan peliputan investigasi, yaitu
kurangnya pemahaman jurnalis tentang jurnalisme investigasi,
minimnya dukungan media mengingat proses liputan investigasi
membutuhkan biaya yang sangat besar, dan resiko lainnya adalah
potensi kehilangan nyawa.
SARAN
Diharapkan agar penelitian terhadap peluang dan tantangan jurnalis
ini bisa diperluas dan lebih dipahami lagi dari berbagai aspek, tidak hanya
pada bagian jurnalisme investigasi saja tetapi dari segi lain. Penelitian ini
diharapkan juga bisa menjadi acuan kepada pegiat media agar lebih
memberikan perhatian terhadap jurnalisme investigasi, dan memberikan
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Corresponding Author: [email protected]
Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di
Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.
No. 2.Mei 2018 204 -219
218
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 3, Nomor 2, Mei 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
pelatihan khusus kepada jurnalis agar lebih memahami tentang jurnalisme
investigasi supaya bisa memberikan penjabaran lebih luas tentang sebuah
isu.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja
Grafindo.
Djuroto, Totok. 2004. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Littlejohn, Stephen W & Foss, Karen A. 2008. Theoris of human
Communication. Thompson Wadsworth. Belmont CA.
Morissan. 2013. Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Prabandono, Anung Barlian. 2012. Jurnalisme Investigasi Dalam Film.
Skripsi. FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Samiaji Bintang dan Tim LSPP. 2010. Modul Pengajaran Mata Kuliah
Jurnalisme Investigasi. Jakarta: LSPP.
Santana, Septiawan. 2009. Jurnalisme Investigasi. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Sitinjak, Irwan. 2011. Pemahaman wartawan Terhadap Kode Etik Jurnalistik.
Skripsi. FISIP Universitas Sumatera Utara: Medan.
Suprayogi, 2013. Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
The Globe Journal. 2017. Penyelundupan ikan Napoleon atau ikan Siomay di
Kabupaten Simeulue tahun 1996.
/http://theglobejournal.com/penyelundupan-ikan-napoleon-atau-ikan-
siomay-di-kabupaten-simeulue-tahun-1996/.Diakses pada 20 April
2017.
Jurn
alIlm
iah Mahasiswa
FISIP
Corresponding Author: [email protected]
Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di
Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.
No. 2.Mei 2018 204 -219
219
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 3, Nomor 2, Mei 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP