jurnal ilmiah mahasiswa fisip unsyiah r n a l fisip i l m

16
J u r n a l I l m i a h M a h a s i s w a FISIP Corresponding Author: [email protected] Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di Aceh( 1) Mahasiswa, 2) Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3. No. 2.Mei 2018 204 -219 204 Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 3, Nomor 2, Mei 2018 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP PELUANG DAN TANTANGAN JURNALIS TERHADAP PENERAPAN JURNALISME INVESTIGASI DI ACEH Opportunities and Challenges of Journalists on the Application of Investigative Journalism In Aceh Ariansyah 1) , Dr. Hamdani M.Syam, M.A. 2) Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Syiah Kuala ABSTRAK -Penelitian ini berjudul Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan jurnalis tentang peluang dan tantangan dalam penerapan jurnalisme investigasi di Aceh. Hal ini dikarenakan peliputan dan pemberitaan terkait investigasi di Aceh mulai menurun bahkan hampir hilang dari pemberitaan. Padahal jurnalisme investigasi merupakan jurnalisme yang membongkar suatu kejadian yang sengaja disembunyikan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi melalui pengumpulan data. Alat pengumpulan data pada penelitian ini berupa wawancara semistruktur. Subjek informan dalam penelitian mengambil teknik purposive dengan menentukan subjek penelitian berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria dalam penelitian ini adalah jurnalis yang pernah meliput berita mengenai investigasi dan juga jurnalis-jurnalis yang tergabung dalam organisasi pers yang diakui oleh dewan pers, seperti jurnalis Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan jurnalis Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa peluang yang bisa dimanfaatkan dalam penerapan investigasi, seperti banyaknya isu yang dapat diangkat. Contohnya penyelewengan anggaran, penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh pemerintah kemudian isu terkait ilegal loging. Apalagi kemudian ada lembaga- lembaga yang ikut serta membantu jurnalis untuk melakukan investigasi. Namun tantangan yang dihadapi juga cukup besar, salah satunya adalah pemahaman jurnalis yang minim akan jurnalisme investigasi dan juga dukungan media terhadap pemberitaan jurnalisme investigasi di Aceh tidak maksimal. Hal ini dikarenakan kebanyakan media di Aceh adalah media cetak harian. Biaya yang dibutuhkan dalam melakukan investigasi juga sangat besar. Resiko terbesar dari liputan investigasi adalah kehilangan nyawa.

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah r n a l FISIP I l m

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Corresponding Author: [email protected]

Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di

Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.

No. 2.Mei 2018 204 -219

204

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 3, Nomor 2, Mei 2018

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

PELUANG DAN TANTANGAN JURNALIS TERHADAP PENERAPAN

JURNALISME INVESTIGASI DI ACEH

Opportunities and Challenges of Journalists on the Application of Investigative Journalism

In Aceh

Ariansyah1), Dr. Hamdani M.Syam, M.A.2)

Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK -Penelitian ini berjudul Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap

Penerapan Jurnalisme Investigasi di Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pandangan jurnalis tentang peluang dan tantangan dalam penerapan

jurnalisme investigasi di Aceh. Hal ini dikarenakan peliputan dan pemberitaan

terkait investigasi di Aceh mulai menurun bahkan hampir hilang dari pemberitaan.

Padahal jurnalisme investigasi merupakan jurnalisme yang membongkar suatu

kejadian yang sengaja disembunyikan. Pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan pendekatan deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk

menjelaskan fenomena yang terjadi melalui pengumpulan data. Alat pengumpulan

data pada penelitian ini berupa wawancara semistruktur. Subjek informan dalam

penelitian mengambil teknik purposive dengan menentukan subjek penelitian

berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria dalam penelitian ini adalah

jurnalis yang pernah meliput berita mengenai investigasi dan juga jurnalis-jurnalis

yang tergabung dalam organisasi pers yang diakui oleh dewan pers, seperti jurnalis

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan jurnalis Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Fenomenologi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa peluang yang bisa dimanfaatkan

dalam penerapan investigasi, seperti banyaknya isu yang dapat diangkat.

Contohnya penyelewengan anggaran, penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan

oleh pemerintah kemudian isu terkait ilegal loging. Apalagi kemudian ada lembaga-

lembaga yang ikut serta membantu jurnalis untuk melakukan investigasi. Namun

tantangan yang dihadapi juga cukup besar, salah satunya adalah pemahaman

jurnalis yang minim akan jurnalisme investigasi dan juga dukungan media terhadap

pemberitaan jurnalisme investigasi di Aceh tidak maksimal. Hal ini dikarenakan

kebanyakan media di Aceh adalah media cetak harian. Biaya yang dibutuhkan

dalam melakukan investigasi juga sangat besar. Resiko terbesar dari liputan

investigasi adalah kehilangan nyawa.

Page 2: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah r n a l FISIP I l m

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Corresponding Author: [email protected]

Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di

Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.

No. 2.Mei 2018 204 -219

205

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 3, Nomor 2, Mei 2018

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Ju

rnal

Ilmiah Mahasisw

a

FISIP

Kata Kunci: Peluang, Tantangan, Jurnalisme, Investigasi, Teori Fenomenologi.

ABSTRACT - This research entitled Opportunities and Challenges of Journalists in The

Implementation of Investigative Journalism in Aceh. This study aims to identify the

journalists’ views about the opportunities and challenges in the implementation of

investigative journalism in Aceh.This is because covering and reporting related to the

investigation in Aceh begin to decline even almost disappear from the news. Though

investigative journalism is a journalism unraveling an event that was deliberately hidden.

Qualitative descriptive approach is used in this reseach that aims to explain the phenomena

occur through data collection. Technique of collecting data in this research is semistructured

interview. The subject of the informant in the research used the purposive technique by

determining the research subject based on certain criteria. The criteria used in this study are

journalists who once covered the news about the investigation and also journalists who are

members of a press organization recognized by the press council, such as Persatuan Jurnalis

Indonesia (PWI) and Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI). The theory used in this research is

Phenomenology theory. The results show that there are several opportunities that can be

utilized in the implementation of investigations, such as the many issues that can be raised.

For example, budget misuse, abuse of power by the government then issues related to illegal

logging. Moreover, then there are institutions that participate to help journalists to conduct

investigations. But the challenges faced are also quite large, one of which is minimal

understandings of journalists on investigative journalism as well as media support for

reporting investigative journalism in Aceh is not optimal. This is because most of the media

in Aceh are printed daily media. The cost involved in conducting an investigation is also very

large. The biggest risk of investigative coverage is the loss of life.

Keywords: Opportunities, Challenges, Journalism, Investigative, Phenomenology

Theory.

PENDAHULUAN

Informasi telah menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat. Dengan

informasi, masyarakat menjadi tahu apa yang terjadi di sekitarnya. Media

massa berperan sangat penting dalam penyebaran informasi tersebut. Media

massamerupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada

khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis,

Page 3: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah r n a l FISIP I l m

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Corresponding Author: [email protected]

Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di

Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.

No. 2.Mei 2018 204 -219

206

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 3, Nomor 2, Mei 2018

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

baik media cetak atau media elektronik (Cangara, 2002: 134). Kedua kategori

media tersebut dapat menyampaikan informasi kepada masyarakat melalui

kegiatan jurnalistik.

Mursito dalam Prabandono (2012: 1) memaparkan jurnalistik sebagai

kegiatan mengumpulkan dan memproses fakta menjadi format informasi

tertentu, serta menyiarkannya kepada khalayak melalui media massa.

Informasi yang disampaikan melalui kegiatan jurnalistik tidak boleh dibuat-

buat atau direkayasa. Jurnalistik berperan utama dalam proses penyebaran

informasi yang benar dan jujur kepada masyarakat. Jurnalistik harus mampu

mengungkap kebenaran yang sesungguhnya dan tidak memanipulasi

informasi yang disuguhkan kepada khalayak. Sehingga kebenaran tersebut

dapat diketahui oleh masyarakat.

Dalam dunia jurnalistik, dikenal teknik investigasi dalam

pengungkapan sebuah kebenaran yang sengaja disembunyikan. Teknik

seperti ini sering disebut sebagai jurnalisme investigasi. Jurnalisme

investigasi diposisikan sebagai level teratas dalam tingkatan kesulitan dalam

jurnalistik. Berita-berita yang berdasarkan investigasi ini sering disebut

dengan istilah berita eksklusif (Djuroto, 2000: 53).

Pada dasarnya jurnalisme investigasi tidak selalu terkait dengan isu-

isu besar berskala nasional yang melibatkan orang nomor satu di negara ini

atau konglomerat besar. Tidak selalu berujung pada penyalahgunaan

anggaran, dan uang. Namun, bisa juga dilakukan untuk beragam isu

sepanjang persoalan tersebut menyangkut kepentingan publik. Seperti

pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), ketidakadilan, diskriminasi,

penyalahgunaan kekuasaan, dan sebagainya yang terjadi di sebuah lokasi

(Bintang dan LSPP, 2010).

Prabandono (2012: 53) mengatakan bahwa untuk mendapatkan berita

mengenai investigasi sangatlah tidak mudah layaknya peliputan regular.

Dikarenakan jurnalisme investigasi membutuhkan perjuangan wartawan

dalam mengungkap sebuah kasus yang tersembunyi dan sarat akan

kepentingan. Resiko yang dihadapi wartawan juga sangat besar.

Mengenai hal tersebut dapat dilihat dari beberapa kasus yang dialami

oleh beberapa wartawan di Aceh. Seperti kasus yang pernah dialami oleh

Page 4: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah r n a l FISIP I l m

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Corresponding Author: [email protected]

Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di

Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.

No. 2.Mei 2018 204 -219

207

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 3, Nomor 2, Mei 2018

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

wartawan Harian Aceh, Ahmadi, saat mengungkapkan kasus ilegal logging

yang melibatkan anggota TNI tentang persoalan pembalakan liar di kawasan

pegunungan Desa Serafon, Kecamatan Alafan, Simeulue Barat dan Teluk

Dalam yang dimuat di Koran Harian Aceh pada 21 Mei 2010 silam. Setelah

berita terbit, Ahmadi mendapatkan penganiayaan serta pengancaman dari

pihak Intel Komandan Distrik Militer Simeulue.

Kasus lain pernah dialami oleh Yarmen Dinamika, Redaktur Pelaksana

Harian Serambi Indonesia. Yarmen dipaksa membuktikan kebenaran

informasi yang pernah diberitakannya kepada petugas kepolisian dan TNI di

Simeulue, yaitu pada saat meliput soal penyelundupan ikan Napoleon atau

ikan Siomay di Kabupaten Simeulue tahun 1996 lalu (TheGlobeJournal.com

April 2017)

Kedua kasus tersebut menjadi contoh-contoh kesulitan dan tantangan

besar dalam meliput sebuah berita investigasi. Beragam resiko kerap

dihadapi mengingat reportase investigasi adalah membongkar kejahatan dan

kebusukan yang memang sengaja ditutup rapat dan rapi dari jangkauan

publik. Tetapi loyalitas kepada masyarakat harus menyatu dengan tugas

jurnalistik. Persoalan ini harusnya tidak terlalu mengkhawatirkan bagi

kalangan jurnalis, mengingat kebebasan pers dijamin dalam Undang-undang

Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers. Dimana pers mendapatkan kebebasan

untuk melakukan kritik sosial terhadap pemerintah dan pers bebas untuk

bergerak dalam melakukan pemberitaan. Meskipun demikian, pers tetap

harus bertanggung jawab dalam pemberitaannya.

Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tidak hanya memberikan

perlindungan hukum kepada pelaku pers, namun juga melindungi Hak

Asasi Manusia berdasarkan dasar Negara Pancasila dengan adanya hak

koreksi masyarakat terhadap pemberitaan pers (Suprayogi, 2013: 93). Dengan

demikian pekerjaan jurnalis, khususnya yang bergerak dalam jurnalisme

investigasi harus semakin berkembang, dikarenakan pers memiliki kekuatan

hukum dalam meliput sebuah peristiwa.

Jurnalisme investigasi tidak hanya dianggap penting oleh pegiat

media saja, namun juga beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

seperti, Gerakan Anti Korupsi (GeRAK) Aceh, dan Strengthening Integrity and

Page 5: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah r n a l FISIP I l m

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Corresponding Author: [email protected]

Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di

Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.

No. 2.Mei 2018 204 -219

208

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 3, Nomor 2, Mei 2018

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

AccountabilityProgram (SIAP) yang membuat pelatihan khusus tentang

jurnalisme investigasi untuk meningkatkan kapasitas dalam melakukan

liputan investigasi.

Namun belakangan, peliputan mengenai investigasi di Aceh perlahan

mulai menurun bahkan mulai hilang dari pemberitaan media. Hasil dari

observasi awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa eksistensi

jurnalisme investigasi memang mulai berkurang. Padahal Jurnalisme

investigasi sangat berpengaruh bagi masyarakat, dengan adanya jurnalisme

investigasi masyarakat menjadi tahu kebohongan yang terus ditutup-tutupi

dari kebenaran. Maka dari itu peneliti tertarik ingin meneliti tentang peluang

dan tantangan jurnalis terhadap penerapan jurnalisme investigasi di Aceh.

RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah digunakan untuk pertanyaan-pertanyaan penelitian

yang dijadikan sebagai tujuan penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah

yang telah dipaparkan di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana pandangan jurnalis tentang jurnalisme

investigasi. Kemudian bagaimana peluang dan tantangan jurnalis terhadap

penerapan jurnalisme investigasi di Aceh.

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini menggunakan teori fenomenologi.Secara etimologis,

fenomenologi berasal dari kata Yunani, phainomenon yang merujuk pada

arti “yang menampak”. Fenomena adalah fakta yang disadari dan masuk ke

dalam pemahaman manusia. Sehingga, suatu objek ada dalam relasi

kesadaran. Dewasa ini, fenomenologi dikenal sebagai aliran filsafat sekaligus

metode berpikir yang mempelajari fenomena manusiawi (human phenomena)

tanpa mempertanyakan penyebab dari fenomena tersebut serta realitas

objektif dan penampakannya.

Tradisi fenemonologi memfokuskan perhatiannya terhadap

pengalaman sadar seorang individu. Teori komunikasi yang masuk dalam

tradisi fenomenologi berpandangan bahwa manusia secara aktif

Page 6: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah r n a l FISIP I l m

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Corresponding Author: [email protected]

Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di

Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.

No. 2.Mei 2018 204 -219

209

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 3, Nomor 2, Mei 2018

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

menginterpretasikan pengalaman mereka, sehingga mereka dapat

memahami lingkungannya melalui pegalaman personal dan langsung

dengan lingkungan. Tradisi fenomenologi memberikan penekanan kuat pada

persepsi dan interpretasi dari pengalaman subjektif manusia (Morissan, 2013:

38). Pendukung teori ini berpandangan bahwa cerita atau pengalaman

individu adalah lebih penting dan memiliki otoritas lebih besar daripada

hipotesa penelitian sekalipun.

Fenomenologi menjadikan pengalaman sebenarnya sebagai data

utama dalam memahami realitas. Apa yang dapat diketahui seseorang

adalah apa yang dialaminya. Stanley Deetz dalam Morissan (2013: 39)

mengemukakan tiga prinsip dasar fenomenologi:

Pertama, pengetahuan adalah kesadaran. Pengetahuan tidak

disimpulkan dari pengalaman namun ditemukan secara langsung dari

pengalaman sadar.

Kedua, makna dari sesuatu terdiri atas potensi sesuatu itu pada hidup

seseorang. Dengan kata lain, bagaimana anda memandang suatu objek

bergantung pada makna objek itu bagi anda. Misalnya, anda belajar

bahasa asing, misalnya inggris, dengan serius sebagai pengalaman

pendidikan karena anda meyakini bahasa inggris akan memberikan

manfaat atau efek positif bagi hidup anda.

Ketiga, bahasa adalah “kendaraan makna” (vehicle meaning). Kita

mendapatkan pengalaman melalui bahasa yang digunakan untuk

mendefinisikan dan menjelaskan dunia kita. Kita mengetahui suatu

objek misalnya “kuda” melalui berbagai lebel yang dimilikinya:

“hewan”, “lari”, “gagah”, “cepat” dan seterusnya.

Proses interpretasi merupakan hal yang sangat penting dan sentral

dalam fenomenologi. Interpretasi adalah proses aktif pemberian makna dari

suatu pengalaman. Pada tradisi semiotika, interpretasi merupakan hal yang

terpisah dari realitas, namun dalam fenomenologi, interpretasi merupakan

realitas bagi seorang individu. Anda tidak dapat memisahkan realitas dari

interpretasi. Interpretasi merupakan proses aktif dari pikiran, yaitu suatu

tindakan kreatif dalam memperjelas pengalaman seorang (Morissan, 2013:

Page 7: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah r n a l FISIP I l m

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Corresponding Author: [email protected]

Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di

Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.

No. 2.Mei 2018 204 -219

210

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 3, Nomor 2, Mei 2018

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

40). Menurut pemikiran fenomenologi orang yang melakukan interpretasi,

mengalami suatu peristiwa atau situasi dan ia akan memberikan makna

kepada setiap peristiwa atau situasi yang dialaminya.

Kondisi ini akan berlangsung terus menerus (bolak-balik) antara

pengalaman dan pemberian makna. Setiap pengalaman baru akan

memberikan makna baru bagi dirinya begitu seterusnya. Dengan kata lain,

ketika seorang jurnalis memilik pengalaman dalam melakukan jurnalisme

investigasi, dan kemudian merasakan bahwa investigasi perlahan mulai

hilang eksistensinya. Pengalaman itu kemudian memberikan pengetahuan

kepada jurnalis untuk menilai peluang dan tantangan apa saja yang bisa

dimanfaatkan dan dihadapi oleh jurnalis dalam melakukan peliputan

investigasi.

Tradisi fenomenologi ini terbagi lagi ke dalam tiga bagian yaitu: 1)

fenomenologi klasik; 2) fenomenologi persepsi; 3) fenomenologi hermentik.

(Littlejohn dan Foss dalam Morissan, 2013: 40).

1. Fenomenologi Klasik

Edmund Husserl, tokoh pendiri fenomenologi modern, adalah salah

satu pemikir fenomenologi klasik. Husserl melalui buku-bukunya yang

ditulis pada periode pertengahan abad ke-20, berupaya mengembangkan

suatu metode untuk menemukan kebenaran melalui pengalaman langsung.

Menurutnya orang harus berdisplin dalam menerima pengalaman itu.

Dengan kata lain, pengalaman sadar individu adalah jalan yang tepat untuk

menemukan realitas.

2. Fenomenologi Persepsi

Namun kebanyakan pendukung tradisi fenomenologi dewasa ini

menolak pandangan Husserls tersebut. Mereka justru mendukung gagasan

bahwa pengalaman adalah subjektif, tidak objektif sebagaimana pandangan

Husserls. Mereka percaya bahwa subjektivitas justru sebagai pengetahuan

yang penting. Menurut Ponty, manusia ialah makhluk yang memiliki

kesatuan fisik dan mental yang menciptakan makna terhadap dunianya. Kita

Page 8: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah r n a l FISIP I l m

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Corresponding Author: [email protected]

Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di

Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.

No. 2.Mei 2018 204 -219

211

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 3, Nomor 2, Mei 2018

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

mengetahui sesuatu hanya melalui hubungan pribadi kita dengan sesuatu

itu. Sebagai manusia kita dipengaruhi oleh dunia luar atau lingkungan kita,

namun sebaliknya kita juga memengaruhi dunia di sekitar kita melalui

bagaimana kita mengalami dunia. Sesuatu itu ada karena sesuatu itu

diketahui atau dikenali. Dengan demikian, suatu objek atau peristiwa itu ada

dalam suatu proses yang timbal balik (give and take) yaitu hubungan dialogis

di mana suatu objek atau peristiwa memengaruhi objek atau peristiwa

lainnya.

3. Fenomenologi Herementik

Cabang ketiga dalam tradisi ini disebut dengan fenomenologi

hermentik yang mirip dengan fenomenologi persepsi namun dikembangkan

secara lebih luas dengan menerapkannya secara lebih komprehensif dalam

komunikasi. Tokoh di bidang ini adalah Martin Heidegger yang dikenal

dengan karya-karyanya philosophical hermeneutics. Hal paling penting

adalah “pengalaman alami” yang terjadi begitu saja ketika orang hidup di

dunia. Realitas terhadap sesuatu tidak dapat diketahui hanya melalui analisis

yang hati-hati tetapi melalui pengalaman alami yang terbentuk melalui

penggunaan bahasa dalam kehidupan setiap hari. Apa yang alami adalah apa

yang dialami melalui penggunaan alami bahasa dalam konteks.

Komunikasi adalah kendaraaan yang digunakan untuk menunjukkan

makna dari pengalaman yang diterima atau dirasakan. Pemikiran adalah

hasil dari bicara karena makna itu sendiri tercipta dari kata-kata. Ketika anda

berkomunikasi maka anda tengah mencoba cara-cara baru dalam melihat

dunia. Kita mendengarkan kata-kata yang diucapkan orang setiap hari yang

pada akhirnya memengaruhi kita secara terus-menerus terhadap setiap

peristiwa dan situasi yang kita hadapi. Dengan demikian pandangan ini

berupaya menghubungkan pengalaman dengan bahasa dan interaksi sosial

menjadi relevan dengan disiplin ilmu komunikasi. Fenomenologi bagi

Husserl adalah gabungan antara psikologi dan logika. Fenomenologi

membangun penjelasan dan analisis psikologi tentang tipe-tipe aktivitas

mental subjektif, pengalaman, dan tindakan sadar.

Page 9: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah r n a l FISIP I l m

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Corresponding Author: [email protected]

Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di

Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.

No. 2.Mei 2018 204 -219

212

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 3, Nomor 2, Mei 2018

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

Saat ini fenomenologi dikenal sebagai suatu disiplin ilmu yang

kompleks, karena memiliki metode dan dasar filsafat yang komprehensif dan

mandiri. Fenomenologi juga dikenal sebagai pelopor pemisah antara ilmu

sosial dari ilmu alam, yang mempelajari struktur tipe-tipe kesadaran yang

dinamakan dengan “kesengajaan” oleh Husserl. Struktur kesadaran dalam

pengelaman pada akhirnya membuat makna dan menentukan isi dari

penampakkannya.

Sebagai metode penelitian, fenomenologi sering dikenal sebagai

metode deskriptif kualitatif dengan paradigma konstruktivisme (Mix

Methodology dalam Sitinjak 2011:138). Sesuai dengan asumsi ontologis yang

ada dalam paradigma konstruktivisme, peneliti yang menggunakan metode

ini akan memperlakukan realitas sebagai konstruksi sosial kebenaran.

Realitas juga dipandang sebagai sesuatu yang sifatnya relatif, yaitu sesuai

dengan konteks spesifik yang dinilai relevan oleh para aktor sosial.

Secara epistemologi, ada interaksi antara peneliti dan subjek yang

diteliti. Sementara itu dari sisi aksiologis, peneliti akan memperlakukan nilai,

etika, dan pilihan moral sebagai bagian integral dari penelitian. Peneliti

merupakan fasilitator yang menjembatani keragaman subyektivitas pelaku

sosial dalam rangka merekonstruksi realitas sosial. Sebagai metode

penelitian, fenomenologi adalah cara membangun pemahaman tentang

realitas. Pemahaman tersebut dibangun dari sudut pandang para aktor sosial

yang mengalami peristiwa dalam kehidupannya. Pemahaman yang dicapai

dalam tataran personal merupakan konstruksi personal realitas atau

konstruksi subyektivitas.

Asumsi pokok fenomenologi adalah manusia secara aktif

menginterpretasikan pengalamannya dengan memberikan makna atas

sesuatu yang dialaminya. Oleh karena itu interpretasi merupakan proses

aktif yang memberikan makna atas sesuatu yang dialami manusia. Dengan

kata lain pemahaman adalah sesuatu tindakan kreatif yakni tindakan menuju

pemaknaan (Littlejohn, 2008:38).

Dengan kata lain peneliti mencoba membangun kembali pengalaman

jurnalis dalam memahami dan melakukan jurnalisme investigasi. Sehingga

dengan demikian, pemahaman dan pengalaman yang dibangun oleh jurnalis

Page 10: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah r n a l FISIP I l m

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Corresponding Author: [email protected]

Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di

Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.

No. 2.Mei 2018 204 -219

213

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 3, Nomor 2, Mei 2018

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

tersebut dapat menghasilkan sebuah konstruksi kajian untuk melihat

peluang dan tantangan apa saja yang bisa dimanfaatkan dan dihadapi pada

saat penerapan jurnalisme investigasi di Aceh.

METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

penelitian kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif

deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Banda Aceh dan Aceh Besar. Dalam

penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah peluang dan tantangan

jurnalis terhadap penerapan jurnalisme investigasi di Aceh. Adapun subjek

penelitian yang dimaksud adalah sejumlah informan yang mendukung

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jurnalis yang pernah meliput berita investigasi dan diterbitkan.

2. Jurnalis yang tergabung dalam organisasi pers seperti, Persatuan

Wartawan Indonesia (PWI), dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Berdasarkan kriteria di atas, maka peneliti memilih informan sebagai

berikut:

1.1 Informan penelitian

No Nama Informan Jabatan Keterangan

1 Yarmen Dinamika Redaktur pelaksana Harian

Serambi Indonesia

Informan

2 Adi Warsidi Ketua Aliansi Jurnalis

Independen

Informan

3 Tarmilin Usman Ketua Persatuan Wartawan

Indonesia

Informan

4 Muhammad Hamzah Jurnalis Informan

5 Maimun Saleh Jurnalis Informan

Sumber: Observasi 2017

Page 11: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah r n a l FISIP I l m

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Corresponding Author: [email protected]

Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di

Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.

No. 2.Mei 2018 204 -219

214

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 3, Nomor 2, Mei 2018

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, peliputan mengenai

investigasi di Aceh perlahan mulai menurun bahkan mulai hilang dari

pemberitaan media. Padahal jurnalisme investigasi sangat berpengaruh bagi

masyarakat, dengan adanya jurnalisme investigasi, masyarakat menjadi tahu

kebohongan yang terus ditutup-tutupi dari kebenaran. Menurut Santana

(2009: 238) para wartawan investigasi memaparkan kebenaran yang mereka

temukan, melaporkan adanya kesalahan-kesalahan, dan menyentuh

masyarakat untuk serius terhadap soal yang dikemukakan, mengafeksi

masayarakat dengan bacaan moral yang dikumpulkannya. Sangat

mengherankan melihat daerah yang sebenarnya mempunyai potensi besar

untuk melakukan investigasi, namun ternyata pemberitaan tersebut tidak

begitu menjadi perhatian dari media di Aceh.

Jurnalisme investigasi dianggap sebagai jurnalistik yang berada di

tingkatan paling tinggi atau strata paling atas. Berita-berita investigasi ini

sering disebut berita eksklusif dan biasanya berita tersebut dibayar mahal.

Karena liputan investigasi ini membongkar sesuatu yang sengaja

disembunyikan dan yang paling penting adalah menyangkut kepentingan

publik. Investigasi ini juga dapat membantu aparat penegak hukum.

Namun dalam perjalanannya ternyata masih banyak sekali jurnalis di

Aceh yang kurang pemahamannya tentang jurnalisme investigasi. Jurnalis

masih sulit membedakan investigasi dengan indepth reporting. Peran jurnalis

dianggap masih kurang dalam peliputan investigasi, padahal begitu banyak

peluang yang bisa dimanfatkan. Sejalan dengan itu, deretan kasus

penyalahgunaan kekuasaan di negeri ini nyaris tak pernah surut. Sebagian

besar kasus itu masih tersembunyi, tidak mendapat perhatiaan media.

Jurnalis yang menjalankan fungsi pemantau kekuasaan, membongkar yang

tersembunyi, makin banyak dibutuhkan. Namun sumber daya jurnalis yang

memahami dan mampu melakukan praktik investigasi terbatas (Bintang dan

LSPP, 2010).

Ada banyak sebenarnya isu-isu yang layak untuk diangkat untuk

menjadi sebuah liputan investigasi. Apalagi kemudian ada lembaga-lembaga

Page 12: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah r n a l FISIP I l m

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Corresponding Author: [email protected]

Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di

Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.

No. 2.Mei 2018 204 -219

215

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 3, Nomor 2, Mei 2018

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

yang ikut membantu jurnalis dalam liputan investigasi dengan mengadakan

pelatihan dan juga memberikan beasiswa kepada jurnalis. Tidak dapat

dipungkiri juga bahwa dalam pelaksanaannya ditemui berbagai hambatan

pada saat melakukan sebuah liputan investigasi. Selain kurangnya

kompetensi jurnalis dan juga membutuhkan biaya yang besar dalam sebuah

liputan investigasi, dukungan media di Aceh juga sebenarnya sangat minim

memberikan ruangnya dalam hal liputan investigasi. Ditambah dengan

intimidasi ataupun ancaman yang tinggi di lapangan bahkan bisa berujung

kepada kehilangan nyawa.

Peluang dan tantangan jurnalis terhadap penerapan jurnalisme

investigasi dikaitkan dengan menggunakan tiga prinsip yang terdapat dalam

teori fenomenologi. Pertama, pengetahuan adalah kesadaran. Kedua, makna

dari sesuatu terdiri atas potensi itu pada hidup seseorang. Ketiga, bahasa

adalah kendaraan makna. Pertama, pengetahuan adalah kesadaran.

Pengetahuan tidak disimpulkan dari pengalaman namun ditemukan secara

langsung dari pengalaman sadar. Dengan kata lain, pengetahuan dan

pengalaman dari kelima informan yang peneliti lakukan wawancara

merupakan bentuk interpretasi pengalaman dengan memberikan makna

tentang jurnalisme investigasi.

Dari hasil tersebut didapatkanlah sebuah kesimpulan bahwa masih

banyak sekali jurnalis di Aceh yang kurang pemahamannya tentang

jurnalisme investigasi. Jurnalis di Aceh masih sulit membedakan antara

investigasi dengan indepth reporting. Peran jurnalis dianggap masih kurang

dalam peliputan investigasi, padahal begitu banyak peluang yang bisa

dimanfatkan. Kedua, makna dari sesuatu terdiri atas potensi sesuatu itu pada

hidup seseorang. Maksudnya adalah bagaimana seseorang memandang

suatu objek bergantung pada makna objek itu bagi anda. Dengan kata lain

adalah ketika jurnalis yang paham akan pentingnya jurnalisme investigasi

kemudian jurnalis tersebut memberikan interpretasi tentang investigasi

tersebut, yakni dengan memberikan penjelasan tentang potensi apa yang bisa

didapat agar jurnalisme investigasi di Aceh tetap menjadi prioritas media.

Ada banyak sebenarnya isu-isu yang layak untuk diangkat untuk

menjadi sebuah liputan investigasi. Apalagi kemudian ada lembaga-lembaga

Page 13: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah r n a l FISIP I l m

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Corresponding Author: [email protected]

Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di

Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.

No. 2.Mei 2018 204 -219

216

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 3, Nomor 2, Mei 2018

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

yang ikut membantu jurnalis dalam liputan investigasi dengan mengadakan

pelatihan dan juga memberikan beasiswa kepada jurnalis. Investigasi

merupakan liputan yang penting dilakukan di Aceh. Dengan kondisi Aceh

yang mempunyai kompleksitas permasalahan.

Investigasi merupakan sebuah liputan yang membongkar sesuatu

yang tersembunyi, maka resiko yang dihadapi juga sangat tinggi. Proses

peliputan investigasi juga terdapat beberapa hal yang menjadi hambatan dan

sebuah tantangan yang dihadapi oleh jurnalis yang akan atau sedang

melakukan investigasi. Liputan investigasi juga membutuhkan biaya yang

besar. Kebanyakan media di Aceh tidak memiliki biaya untuk itu, hingga

poin terakhir yang bisa mengakibatkan kehilangan nyawa. Investigasi

merupakan peliputan strata tertinggi. Karena investigasi ini merupakan

jurnalistik yang berada di ranah paling tinggi, tentu kerumitan yang

dihadapi oleh jurnalis juga sangat besar.

Ketiga, bahasa adalah kendaraan makna. Maksudnya adalah ketika

seorang jurnalis memiliki pengetahuan dan pengalamannya akan jurnalisme

investigasi. kemudian jurnalis tersebut memberikan makna tentang objek

yang diketahuinya. Beberapa jurnalis masih sulit membedakan antara

investigasi dengan indepth reporting. Peran jurnalis dianggap masih kurang

dalam peliputan investigasi, padahal begitu banyak peluang yang bisa

dimanfatkan. Isu-isu yang layak untuk diangkat untuk menjadi sebuah

liputan investigasi juga banyak ditambah adanya peran lembaga-lembaga

yang ikut membantu jurnalis dalam liputan investigasi dengan mengadakan

pelatihan dan juga memberikan beasiswa kepada jurnalis. Hambatan atau

tantangan serta resiko yang dihadapi juga sangat tinggi, dalam proses

peliputan investigasi hal yang dihadapi oleh jurnalis yang akan atau sedang

melakukan investigasi. Liputan investigasi juga membutuhkan biaya yang

besar. Kebanyakan media di Aceh tidak memiliki biaya untuk itu, hingga

terakhir yang bisa terjadinya tindakan kekerasan, serta intimidasi dari pihak

luar yang tidak bertanggng jawab hingga terakhir bisa mengakibatkan

kehilangan nyawa.

Page 14: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah r n a l FISIP I l m

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Corresponding Author: [email protected]

Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di

Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.

No. 2.Mei 2018 204 -219

217

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 3, Nomor 2, Mei 2018

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan oleh

peneliti mengenai peluang dan tantangan jurnalis terhadap penerapan

jurnalisme investigasi di Aceh dengan penggunaan teori fenomenologi.

Kesimpulan yang didapatkan antara lain sebagai berikut:

1. Pemberitaan mengenai jurnalisme investigasi di Aceh sangat minim

bahkan mulai hilang dari peredaran. Hal ini disebabkan oleh

kurangnya pemahaman jurnalis tentang jurnalisme investigasi,

pengaruh perkembangan teknologi, dan tidak adanya media di Aceh

yang berbentuk investigasi.

2. Berdasarkan hasil penelitian, banyak isu-isu di Aceh yang layak

untuk dijadikan bahan liputan invetigasi, seperti kasus

penyalahgunaan kekuasaan, penyelewengan anggaran, dan juga isu

lingkungan.

3. Terdapat beberapa upaya untuk membantu terlaksananya peliputan

investigasi di Aceh. Hal ini terbukti dengan adanya lembaga-lembaga

yang mengadakan pelatihan investigasi dan memberikan beasiswa

kepada jurnalis di Aceh.

4. Pada prakteknya, terdapat beberapa tantangan yang akan dihadapi

oleh jurnalis di Aceh dalam melakukan peliputan investigasi, yaitu

kurangnya pemahaman jurnalis tentang jurnalisme investigasi,

minimnya dukungan media mengingat proses liputan investigasi

membutuhkan biaya yang sangat besar, dan resiko lainnya adalah

potensi kehilangan nyawa.

SARAN

Diharapkan agar penelitian terhadap peluang dan tantangan jurnalis

ini bisa diperluas dan lebih dipahami lagi dari berbagai aspek, tidak hanya

pada bagian jurnalisme investigasi saja tetapi dari segi lain. Penelitian ini

diharapkan juga bisa menjadi acuan kepada pegiat media agar lebih

memberikan perhatian terhadap jurnalisme investigasi, dan memberikan

Page 15: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah r n a l FISIP I l m

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Corresponding Author: [email protected]

Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di

Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.

No. 2.Mei 2018 204 -219

218

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 3, Nomor 2, Mei 2018

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

pelatihan khusus kepada jurnalis agar lebih memahami tentang jurnalisme

investigasi supaya bisa memberikan penjabaran lebih luas tentang sebuah

isu.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja

Grafindo.

Djuroto, Totok. 2004. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Littlejohn, Stephen W & Foss, Karen A. 2008. Theoris of human

Communication. Thompson Wadsworth. Belmont CA.

Morissan. 2013. Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Prabandono, Anung Barlian. 2012. Jurnalisme Investigasi Dalam Film.

Skripsi. FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Samiaji Bintang dan Tim LSPP. 2010. Modul Pengajaran Mata Kuliah

Jurnalisme Investigasi. Jakarta: LSPP.

Santana, Septiawan. 2009. Jurnalisme Investigasi. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia.

Sitinjak, Irwan. 2011. Pemahaman wartawan Terhadap Kode Etik Jurnalistik.

Skripsi. FISIP Universitas Sumatera Utara: Medan.

Suprayogi, 2013. Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada

The Globe Journal. 2017. Penyelundupan ikan Napoleon atau ikan Siomay di

Kabupaten Simeulue tahun 1996.

/http://theglobejournal.com/penyelundupan-ikan-napoleon-atau-ikan-

siomay-di-kabupaten-simeulue-tahun-1996/.Diakses pada 20 April

2017.

Page 16: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah r n a l FISIP I l m

Jurn

alIlm

iah Mahasiswa

FISIP

Corresponding Author: [email protected]

Peluang dan Tantangan Jurnalis Terhadap Penerapan Jurnalisme Investigasi di

Aceh(1)Mahasiswa,2)Pembimbing)Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3.

No. 2.Mei 2018 204 -219

219

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 3, Nomor 2, Mei 2018

www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP