jurnal ilmiah simantek vol. 3 no. 4 issn. 2550-0414

15
JURNAL ILMIAH SIMANTEK ISSN. 2550-0414 Vol. 3 No. 4 Nopember 2019 106 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUASAN PASIEN TUBERKULOSIS DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN TAHUN 2017 SUZAN NOVILIA ABSTRACT Tuberculosis is an infectious disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis which often infects the lungs. Pulmonary tuberculosis is transmitted from person to person through a droplet that comes out of a pit that comes from the lungs of tuberculosis sufferers. This study aims to determine the factors associated with satisfaction of Tuberculosis patients in Rumkit Tkll Putri Hijau Medan in 2017. This type of research is observational analytic using cross sectional design. The study population was all patients with tuberculosis in Rumkit Tk ll Putri Hijau Medan in 2017. The research sample of 100 people. In this study, primary data with questionnaires and secondary data through medical ricord is required for the Putri Hijau Medan Kindergarten Medan 2017. The data analysis used is univariate analysis with the frequency distribution of research variables, bivariate with chi-square test, and multivariate with logistic regression test. The results showed that there was no gender relationship with satisfaction of tuberculosis patients (p = 0.575), there was no relationship of education with satisfaction of tuberculosis patients (0.744), there was an influence of the attitude of officers with satisfaction of tuberculosis patients (p = 0.008), there is influence of perception of service procedure with tuberculosis patient satisfaction (p = 0.003), there is influence of perception of HR service with tuberculosis patient satisfaction (p = 0.002), there is no relationship between perception of drug service with tuberculosis patient satisfaction (p = 0.987), there is influence of facility perception with tuberculosis patient satisfaction (p = 0.002). The dominant variable related to tuberculosis patient satisfaction is the staff attitude variable (p = 0.003; OR = 5.4 CI95% 1,810-16,287) meaning that the attitude of officers who are not good has a risk of risk 5.4 times more patients are dissatisfied compared with the attitude of officers the good one. Keywords : Factors Associated with Tuberculosis Patient Satisfaction PENDAHULUAN Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikrobakterium tuberkulosis. Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan bagian bawah. Pada bulan Maret 1993 WHO (World Health Organization) mendeklarasikan bahwa tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global yang harus diatasi. Pada tahun 2006, kasus paru di Indonesia berjumlah >600.000 dan sebagian besar diderita oleh masyarakat yang berada dalam usia produktif (15-55 tahun). Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan sekitar 140.000 kematian akibat TB. Di Indonesia, berdasarkan data Riskerdas tahun 2013, prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan tahun 2013 adalah 0,4 persen, dengan lima provinsi dengan TB paru tertinggi adalah Jawa Barat (0,7%), Papua (0,6%), DKI Jakarta (0,6%), Gorontalo (0,5%), Banten (0,4%) dan Papua Barat (0,4%). Proporsi penduduk dengan gejala TB paru batuk ≥ 2 minggu sebesar 3,9 persen dan batuk darah 2,8 persen (Riskerdas, 2013), sedangkan berdasarkan Angka Notifikasi Kasus atau Case Notification Rate (CNR), angka notifikasi kasus BTA+ pada tahun 2013 di Indonesia sebesar 81,0 per 100.000 penduduk (Depkes RI, 2014).

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 3 No. 4 ISSN. 2550-0414

JURNAL ILMIAH SIMANTEK

ISSN. 2550-0414

Vol. 3 No. 4

Nopember 2019

106

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUASAN PASIEN TUBERKULOSIS DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN TAHUN 2017

SUZAN NOVILIA

ABSTRACT Tuberculosis is an infectious disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis which often infects the lungs. Pulmonary tuberculosis is transmitted from person to person through a droplet that comes out of a pit that comes from the lungs of tuberculosis sufferers. This study aims to determine the factors associated with satisfaction of Tuberculosis patients in Rumkit Tkll Putri Hijau Medan in 2017. This type of research is observational analytic using cross sectional design. The study population was all patients with tuberculosis in Rumkit Tk ll Putri Hijau Medan in 2017. The research sample of 100 people. In this study, primary data with questionnaires and secondary data through medical ricord is required for the Putri Hijau Medan Kindergarten Medan 2017. The data analysis used is univariate analysis with the frequency distribution of research variables, bivariate with chi-square test, and multivariate with logistic regression test. The results showed that there was no gender relationship with satisfaction of tuberculosis patients (p = 0.575), there was no relationship of education with satisfaction of tuberculosis patients (0.744), there was an influence of the attitude of officers with satisfaction of tuberculosis patients (p = 0.008), there is influence of perception of service procedure with tuberculosis patient satisfaction (p = 0.003), there is influence of perception of HR service with tuberculosis patient satisfaction (p = 0.002), there is no relationship between perception of drug service with tuberculosis patient satisfaction (p = 0.987), there is influence of facility perception with tuberculosis patient satisfaction (p = 0.002). The dominant variable related to tuberculosis patient satisfaction is the staff attitude variable (p = 0.003; OR = 5.4 CI95% 1,810-16,287) meaning that the attitude of officers who are not good has a risk of risk 5.4 times more patients are dissatisfied compared with the attitude of officers the good one. Keywords : Factors Associated with Tuberculosis Patient Satisfaction PENDAHULUAN Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikrobakterium tuberkulosis. Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan bagian bawah. Pada bulan Maret 1993 WHO (World Health Organization) mendeklarasikan bahwa tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global yang harus diatasi. Pada tahun 2006, kasus paru di Indonesia berjumlah >600.000 dan sebagian besar diderita oleh masyarakat yang berada dalam usia produktif (15-55 tahun). Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan sekitar 140.000 kematian akibat TB.

Di Indonesia, berdasarkan data Riskerdas tahun 2013, prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan tahun 2013 adalah 0,4 persen, dengan lima provinsi dengan TB paru tertinggi adalah Jawa Barat (0,7%), Papua (0,6%), DKI Jakarta (0,6%), Gorontalo (0,5%), Banten (0,4%) dan Papua Barat (0,4%). Proporsi penduduk dengan gejala TB paru batuk ≥ 2 minggu sebesar 3,9 persen dan batuk darah 2,8 persen (Riskerdas, 2013), sedangkan berdasarkan Angka Notifikasi Kasus atau Case Notification Rate (CNR), angka notifikasi kasus BTA+ pada tahun 2013 di Indonesia sebesar 81,0 per 100.000 penduduk (Depkes RI, 2014).

Page 2: JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 3 No. 4 ISSN. 2550-0414

JURNAL ILMIAH SIMANTEK

ISSN. 2550-0414

Vol. 3 No. 4

Nopember 2019

107

Berdasarkan jumlah penduduk 2014, diperhitungkan sasaran penemuan kasus baru TB paru BTA (+) di Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 22.026 jiwa dan hasil cakupan penemuan kasus baru TB Paru BTA (+) 1.818 kasus atau 76,35%. Angka ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan cakupan penemuan kasus baru tahun 2013 sebesar 72,29%. Pada Tahun 2014, CNR kasus baru TB Paru BTA (+) Sumatera Utara mencapai 122/100.000 penduduk (Dinkes Profil Kesehatan Sumut, 2014). Rumah Sakit Tk II Putri Hijau yaitu satu dari sekian Layanan Kesehatan milik TNI AD Kota Medan yang berbentuk RSU, diurus oleh TNI AD dan tercantum kedalam RS Tipe B. RSU ini bertempat di Jl. Putri Hijau No. 17, kota Medan, Indonesia. Yang merupakan salah satu rumah sakit pusat rujukan untuk pelayanan di kota Medan, kabupaten kota dan propinsi dekat lainnya. Hal ini menun tut rumah sakit untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan yang lebih baik, tidak hanya menyembuhkan tetapi juga dapat meningkatkan kepuasan pasien. Berdasarkan survey yang dilakukan di Puskesmas Padang Bulan Medan diperoleh data mengenai jumlah penderita TB pada tahun 2016 adalah sebesar 104 penderita dengan kasus kambuh sebanyak 4 orang. Menurut Pohanmenyatakan bahwa pasien yang mengalami kepuasan terhadap layanan kesehatan yangdiselenggarakan cenderung mematuhi nasehat dan taat terhadap rencana pengobatanyang telah disepakati. Sebaliknya pasien yang tidak merasakan kepuasan ataukekecewaan sewaktu menggunakan layanan kesehatan cenderung tidak mematuhirencana pengobatan, tidak mematuhi nasehat dan akan berganti atau pindah ke fasilitaslayanan kesehatan lainnya (Pohan, 2007). Hasil penelitian lainnya menyebutkan bahwa kunci utama dalam pelayanan kesehatan dapat dilihat dari tingkat kepuasan pasien. Berdasarkan hal tersebut diatas penulis tertarik untuk melqaukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien tuberkulosis di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan Tahun 2017”.

TINJAUAN PUSTAKA Menurut WHO (2008) tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang sering menginfeksi paru-paru. Tuberkulosis paru ditularkan dari orang ke orang melalui cairan yang keluar dari tenggerokan yang berasal dari paru-paru penderita tuberkulosis. Penularan terjadi melalui udara (airborne spreading) dari “droplet” infeksi. Sumber infeksi adalah penderita TB paru yang membatukkan dahaknya, dimana pada pemeriksaan hapusan dahak umunya ditemukan BTA positif. Batuk akan menghasilkan droplet (droplet nuclei). Pada sekali batuk dikeluarkan 3000 droplet. Penularan umumnya terjadi dalam ruangan dengan ventilasi kurang. Sinar matahari dapat membunuh kuman dengan cepat, sedang pada ruangan gelap kuman dapat hidup. Risiko penularan infeksi akan lebih tinggi pada BTA (+) dibanding BTA (-). Etiologi Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat). Bakteri ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut basil tahan asam (BTA), serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman tuberkulosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dominan dan aerob. Bakteri tuberkulosis ini mati pada pemanasan 1000 selama 5-10 menit atau pada pemanasan 600 selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-95% selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan), namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara. Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis : 1. Herediter : Resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan secara genetik. 2. Jenis kelamin : Pada akhirnya masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada

anak perempuan.

Page 3: JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 3 No. 4 ISSN. 2550-0414

JURNAL ILMIAH SIMANTEK

ISSN. 2550-0414

Vol. 3 No. 4

Nopember 2019

108

3. Usia : Pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi. 4. Keadaan stress : Situasi yang penuh stress (injury atau penyakit, kurang nutrisi, stress emosional, kelelahan yang

kronik). 5. Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan memudahkan untuk perluasan infeksi. 6. Anak yang mendapatkan terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih mudah. 7. Nutrisi : Status nutrisi yang kurang. 8. Infeksi berulang : HIV, Mealess, Pertusis. 9. Tidak mematuhi aturan pengobatan. Epidemiologi Epidemiologi Global Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tapi sampai saat ini TB masih tetap menjadi problem kesehatan dunia yang utama. Pada bulan Maret 1993 WHO mendeklarasikanTB sebagai global health emergency. TB dianggap sebagai masalah kesehatan dunia yang penting karena kurang 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh mikobakterium TB. Pada tahun 1998 ada 3.617.047 kasus TB yang tercatat diseluruh dunia.Sebagian besar dari kasus TB ini (95%) dan kematian (98%) terjadi dinegara-negara yang sedang berkembang. Di antara mereka 75% berada pada usia produktif yaitu 20-49 tahun. Karena penduduk yang padat dan tingginya prevalensi maka lebih dari 65% dari kasus TB yang baru dan kematian yang muncul terjadi di Asia. Epidemiologi Tuberkulosis di Indonesia Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah China dan India. Pada tahun 1998 diperkirakan TB di China, India, dan Indonesia berturut-turut 1.828.000, 1.414.000, dan 591.000 kasus. Perkiraan kejadian BTA di sputum yang positif di Indonesia adalah 266.000 tahun 1998. Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga 1985 dan survei kesehatan nasional 2001, TB menempati ranking nomor 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Prevalensi nasional terakhir TB paru diperkirakan 0,24%. Sampai sekrang angka kejadian TB di Indonesia relatif terlepas dari angka pandemi infeksi HIV, tapi hal ini mungkin akan berubah dimasa datang melihat semakin meningkatnya laporan infeksi HIV dari tahun ketahun. Suatu survei mengenai prevalensi TB yang dilaksanakan di 15 propinsi Indonesia tahun 1979-1982 diperhatikan pada tabel. Tabel Epidemiologi Tuberkulosis paru di Indonesia

Tahun survei

Provinsi Jumlah Penduduk Tahun 1982 (juta)

Prevalensi Positif Hapusan BTA Sputum (%)

1979 Jawa Tengah 26,2 0,13

1980 Bali 2,5 0,08

1980 DKI Jaya 7,0 0,31

1980 Di Yogyakarta 2,8 0,34

1980 Jawa Timur 30,0 0,53

1980 Sumatera Utara 8,8 0,45

1980 Sulawesi Selatan 4,9 0,42

1980 Jawa Barat 28,9 0,31

1980 Kalimantan Barat 2,6 0,14

1980 Sumatera Barat 3,5 0,38

Modifikasi dari Aditama rata-rata prevalensi tuberkulosis 15 provinsi : 0,29% prevalensi tertinggi ada di NTT 0,74% yang terendah di Bali 0,8% pada tahun 1990 prevalensi di Jakarta 0,16%.

Page 4: JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 3 No. 4 ISSN. 2550-0414

JURNAL ILMIAH SIMANTEK

ISSN. 2550-0414

Vol. 3 No. 4

Nopember 2019

109

Patogenesis Tuberkulosis Primer Penularan tuberkulosis paru terjadi karena dibantukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultra violet, ventilasi yang buruk dan kelembaban dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran napas atau jaringan paru. Tuberkulosis Pasca Primer (Tuberkulosis Sekunder) Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (tuberkulosis post primer = tuberkulosis pasca primer = tuberkulosis sekunder), mayoritas reinfeksi mencapai 90%. Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alkohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal. Tuberkulosis pasca-primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi diregio atas paru (bagian apical-posterior lobus superior/inferior). Invasinya adalah kedaerah parenkim paru-paru dan tidak kenodus hiler paru.

Klasifikasi Pada tahun 1974 America Thoracic Society memberikan klasifikasi baru yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat:

Kategori 0 : Tidak pernah terpajan, dan tidak terinfeksi, riwayat kontak negatif, tes tuberkulin negatif.

Kategori I : Terpajan tuberkulosis, tapi tidak terbukti ada infeksi disini riwayat kontak positif, tes tuberkulin negatif.

Kategori ll : Terinfeksi tuberkulosis, tetapi tidak sakit, tes tuberkulin positif, radiologis dan sputum negatif.

Kategori lll : Terinfeksi tuberkulosis dan sakit. Di Indonesia klasifikasi yang banyak dipakai adalah berdasarkan kelainan klinis, radiologis, mikrobiologis :

Tuberkulosis Paru.

Bekas Tuberkulosis Paru.

Tuberkulosis Paru tersangka, yang terbagi dalam: a) Tuberkulosis Paru tersangka yang diobati. Disini sputum BTA negatif, tetapi tanda-tanda lain positif. b) Tuberkulosis Paru tersangka yang tidak diobati. Disini sputum BTA negatif dan tanda-tanda lain juga

meragukan. WHO 1991 berdasarkan terapi membagi tuberkulosis dalam 4 kategori yakni :

Kategori I : - Kasus baru dengan sputum positif. - Kasus baru dengan tuberkulosis berat.

Kategori II : - Kasus kambuh. - Kasus gagal dengan sputum BTA positif.

Kategori III : - Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas. - Kasus tuberkulosis ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori l.

Kategori lV : - Tuberkulosis kronik. Gejala klinis

Batuk

Sputum mukoid atau purulen

Nyeri dada

Hemoptisis

Dispne

Page 5: JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 3 No. 4 ISSN. 2550-0414

JURNAL ILMIAH SIMANTEK

ISSN. 2550-0414

Vol. 3 No. 4

Nopember 2019

110

Demam dan berkeringat, terutama pada malam hari

Berat badan berkurang

Anoreksia

Malaise

Ronki basah di apeks paru

Wheezing (mengi) yang terlokalisir Gejala klinis yang tampak tergantung dari tipe infeksinya. Pada tipe infeksi yang primer dapat tanda gejala dan sembuh sendiri atau dapat berupa gejala neumonia, yakni batuk dan panas dingin. Gejala tuberkulosis, primer dapat juga terdapat dalam bentuk pleuritis dengan efusi pleura dan sesak napas. Tanpa pengobatan tipe infeksi primer dapat menyembuh dengan sendirinya, hanya saja tingkat kesembuhannya berkisar sekitar 50%.

Pencegahan Vaksinasi BCG dapat melindungi anak yang berumur kurang dari 15 tahun sampai 80%, akan tetapi dapat mengurangi makna dari pemeriksaan tes tuberkulin.

Indikasi dari vaksinasi BCG (Bacillus Calmatte Guerin) adalah:

Pada negara maju vaksinasi BCG ditunjukkan pada orang dengan tes tuberkulin yang negatif dan pada orang-orang yang mempunyai risiko tinggi, misalnya perawat atau pekerja sukarela.

Pada negara berkembang maka vaksinasi BCG hanya efektif diberikan pada neonatus. Ada beberapa catatan yang perlu diketahui:

Pada anak-anak harus dilakukan tes tuberkulin. Selain neonatus maka anak yang dengan tes tuberkulin negatif perlu juga divaksinasi BCG.

Tidak diberikan pada pasien yang mempunyai immunocompromised , termasuk kehamilan dan dermatitis yang luas.

Bila kemungkinan mempunyai risiko tuberkulosis yang tinggi maka semua neonotus harus diberikan vaksinasi.

Pada negara dimana angka prevalensi tuberkulosisnya rendah maka vaksinasi BCG dapat dijadikan program, akan tetapi tidak boleh diberikan pada penderita dengan HIV positif.

Indikasi pencegahan:

Kasus dengan sputum positif harus diobati secara efektif agar tidak menularkan orang lain.

Untuk orang yang telah kontak dengan pasien tuberkulosis (contact tracing) maka harus dibuktikan bahwa ia telah terkena tuberkulosis, yakni dengan tes tuberkulin dan foto toraks.

Dilakukan pemeriksaan dan pengawasan pada pasien yang dicurigai menderita tuberkulosis, yakni:

Pada etnis kulit putih dan pada bangsa Asia dengan tes Heaf positif dan pernah berkontak dengan pasien yang mempunyai sputum positif harus diawasi.

Walaupun pemeriksaan BTA langsung negatif, namun tes Heafnya positif dan pernah berkontak dengan pasien penyakit paru.

Yang belum pernah mendapat kemoterapi dan mempunyai kemungkinan terkena.

Bila tes tuberkulin negatif maka harus dilakukan tes ulang setelah 8 minggu dan bila tetap negatif maka dilakukan vaksinasi BCG. Apabila tuberkulin sudah mengalami konversi, maka pengobatan harus diberikan. Sputum BTA adalah cara praktis untuk mendapatkan kasus tuberculosis.

Kepuasan Pasien Kepuasan pasien merupakan nilai subyektif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Walaupun subyektif tetap ada dasar objektifnya, artinya walaupun penilaian itu dilandasai oleh hal dibawah ini. 1. Pengalaman masa lalu

Page 6: JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 3 No. 4 ISSN. 2550-0414

JURNAL ILMIAH SIMANTEK

ISSN. 2550-0414

Vol. 3 No. 4

Nopember 2019

111

2. Pendidikan 3. Situasi psikis waktu itu 4. Pengaruh lingkungan waktu itu Kepuasan adalah perasaan senang seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesenangan terhadap aktivitas dan suatu produk dengan harapannya. Pengertian kepuasan pasien menurut Kotler adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil sebuah produk dan harapan-harapannya (Nursalam, 2011). Kepuasan pasien adalah keluaran (outcome) layanan kesehatan. Dengan demikian kepuasan pasien merupakan salah satu tujuan dari peningkatan mutu layanan kesehatan. Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkannya (Pohan, 2013). Kepuasan pelanggan adalah tanggapan pelanggan terhadap kesesuaian tingkat kepentingan atau harapan (ekspektasi) pelanggan sebelum mereka menerima jasa pelayanan dengan sesudah pelayanan yang mereka terima. (Muninjaya, 2015). Rumus Kepuasan Pasien Kepuasan pengguna jasa pelayanan kesehatan dapat disimpulkan sebagai selisih kinerja institusi pelayanan kesehatan dengan harapan pasien (Muninjaya, 2015). Dari penjelasan ini, kepuasan pelanggan dapat dirumuskan sebagai berikut: Satisfaction = f (performance - expectation) Dari rumus ini dihasilkan tiga kemungkinan: 1. Performance<Expectation. Jika kinerja pelayanan kesehatan lebih jelek daripada apa yang diharapkan para pengguna,

kinerja pelayanan kesehatan akan dipandang jelek oleh penggunanya, karena tidak sesuai dengan harapan pengguna sebelum menerima pelayanan kesehatan. Hasilnya, pengguna pelayanan merasa kurang puas dengan pelayanan yang diterima.

2. Performance = Expectation. Jika kinerja pelayanan kesehatan sama dengan harapan para penggunanya, pengguna layanan kesehatan akan menerima kinerja pelayanan jasa dengan baik. Pelayanan yang diterima sesuai apa yang diharapkan penggunanya. Hasilnya, para pengguna pelayanan merasa puas dengan layanan yang diterima.

3. Performance>Expectation. Bila kinerja layanan kesehatan lebih tinggi dari apa yang diharapkan pengguna, pengguna akan menerima layanan yang melebihi harapannya. Hasilnya, para pelanggan merasa sangat puas dengan pelayanan kesehatan yang diterima.

Tingkat Kepuasan Pasien Faktor komunikasi verbal dan non verbal dalam pelayanan kesehatan memegang faktor kunci utama yang akan menentukan keberhasilan pelayanan dan memenuhi kepuasan pelanggan (kesembuhan pasien) (Muninjaya, 2015). Kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan konsumen setelah membandingkan dengan harapannya. Seorang pelanggan jika merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh jasa pelayanan sangat besar kemungkinannya untuk menjadi pelanggan dalam waktu yang lama (Umar, 2006). Kepuasan pasien dalam mengkonsumsi jasa pelayanan kesehatan cenderung bersifat subyektif, setiap orang tergantung pada latar belakang yang dimilikinya, dapat menghasilkan tingkat kepuasan yang berbeda untuk satu pelayanan kesehatan yang sama. Untuk menghindari adanya subyektivitas individual yang dapat mempersulit pelaksanaan pelayanan kesehatan perlu adanya pembatasan derajat kepuasan pasien, antara lain : a. Pembatasan derajat kepuasan pasien, diakui bahwa kepuasan pasien bersifat individual, tetapi ukuran yang digunakan

adalah yang bersifat umum sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata pasien. b. Pembatasan pada upaya yang dilakukan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Untuk melindungi

pemakai jasa pelayanan kesehatan yang pada umumnya awam terhadap tindakan pelayanan kesehatan, maka pelayanan kesehatan harus sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi.

Page 7: JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 3 No. 4 ISSN. 2550-0414

JURNAL ILMIAH SIMANTEK

ISSN. 2550-0414

Vol. 3 No. 4

Nopember 2019

112

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi pelanggan atas suatu jasa adalah (Umar 2006): a. Harga, harga yang rendah menimbulkan persepsi produk tidak berkualitas. Harga yang terlalu rendah menimbulkan

persepsi pembeli tidak percaya kepada penjual. Sebaiknya harga yang tinggi menimbulkan persepsi produk tersebut berkualitas. Harga yang terlalu tinggimenimbulkan persepsi penjual tidak percaya kepada pembeli.

b. Citra, citra yang buruk menimbulkan persepsi produk tidak berkualitas, sehingga pelanggan mudah marah untuk kesalahan kecil sekalipun. Citra yang baik menimbulkan persepsi produkberkualitas, sehingga pelanggan memaafkan suatu kesalahan, meskipun tidak untuk kesalahan selanjutnya.

c. Tahap pelayanan, kepuasan pelanggan ditentukan oleh berbagai jenis pelayanan yang didapatkan oleh pelanggan selama ia menggunakan beberapa tahapan pelayanan tersebut. Ketidakpuasan yang diperoleh pada tahap awal pelayanan menimbulkan persepsi berupa kualitas pelayanan yang buruk untuk tahap pelayanan selanjutnya, sehingga pelanggan merasa tidak puas dengan pelayanan secara keseluruhan.

d. Momen pelayanan, kinerja pelayanan ditentukan oleh pelayan, proses pelayanan dan lingkungan fisik dimana pelayanan diberikan. Setelah mendapatkan pelayanan, pelanggan akan memberikan reaksi terhadap hasil pelayanan yang diberikan, apabila pelayanan yang diberikan sesuai dengan harapan/keinginan pasien maka akan menimbulkan kepuasan pelanggan, namun sebaliknya apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan harapan/keinginan pelanggan maka akan menimbulkan ketidakpuasan pelanggan atau keluhan pelanggan.

METODE PENELITIAN Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden yang di dapat dengan cara membagikan kuesioner kepada responden. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui laporan maupun dokumen dari rumah sakit putri hijau tk ll Medan Definisi Operasional

Tabel Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Variabel Definisi Alat Ukur Kategori Skala

Variabel Bebas

Jenis Kelamin Perbedaan seks yang didapat sejak lahir yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan

Kuesioner 0.Laki-Laki 1.Perempuan

Nominal

Pendidikan Jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh respoden.

Kuesioner 0.Tinggi 1. Menengah 2. Rendah

Ordinal

Persepsi Prosedur Pelayanan (Pendaftaran)

Tanggapan pasien terhadap pelayanan yang diberikan pada saat mendaftar sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan dituju

Kuesioner 0.Baik 1. Kurang baik

Ordinal

Persepsi Pelayanan Sumber Daya Manusia

Tanggapan pasien terhadap pelayanan tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter maupun perawat, tenaga

Kuesioner 0.Baik 1. Kurang baik

Ordinal

Page 8: JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 3 No. 4 ISSN. 2550-0414

JURNAL ILMIAH SIMANTEK

ISSN. 2550-0414

Vol. 3 No. 4

Nopember 2019

113

(SDM) para medis serta penunjang nonmedis.

Persepsi Pelayanan Obat (Apotik)

Tanggapan pasien terhadap pelayanan obat sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan rentang waktu menunggu, baik jika <30 menit, kurang baik jika >30 menit.

Kuesioner 0.Baik 1. Kurang baik

Ordinal

Persepsi Fasilitas

Tanggapan pasien terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang akan mempengaruhi sikap dan perilaku pasien, fasilitas yang benar akan menciptakan perasaan sehat, aman, dan nyaman seperti ruang tunggu, kursi, toilet, kamar, dll.

Kuesioner 0.Baik 1. Kurang baik

Ordinal

Variabel dependen Kepuasan pasien

Suatu perasaan didalam diri pasien terhadap apa yang telah diperoleh dan dirasakan ketika pasien menerima pelayanan

Kuesioner

0. Puas 1. Tidak puas

Nominal

Analisa Data Analisis data meliputi : 1. Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu melakukan analisis pada setiap variable hasil penelitian dengan tujuan untuk mengetahui distribusi pada setiap variabel penelitian

2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji chisquare pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil perhitungan statistik dapat menunjukkan ada hubungan atau tidak ada hubungan yang signifikan variabel yang diteliti dengan melihat nilai p, bila hasil perhitungan statistik nilai p < 0,05, maka perhitungan statistik bermakna yang berarti ada hubungan signifikan antara satu variabel dengan variabel lainnya.

3. Analisis Multivariat Untuk melihat variabel bebas yang paling dominan mempengaruhi variabel terikat menggunakan uji Regresi Logistik Ganda ditingkat kepercayaan (CI) 95% (Dahlan, 2012).

Page 9: JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 3 No. 4 ISSN. 2550-0414

JURNAL ILMIAH SIMANTEK

ISSN. 2550-0414

Vol. 3 No. 4

Nopember 2019

114

Kerangka Teori

Gambar Kerangka Teori Sumber : Carr dan Hill (1992) dalam Baros (2011)

FAKTOR PREDISPOSISI

Struktur Sosial:

1. Tingkat Pendidikan

2. Status Pekerjaan

Sosial Demografi :

1. Jenis Kelamin

2. Umur

1. Prosedur Pelayanan

(Pendaftaran /

Administrasi)

2. Pelayanan SDM (Tenaga

Kesehatan) : Dokter dan

Perawat

3. Pelayanan Obat (Apotik)

4. Fasilitas

FAKTOR PENDUKUNG

FAKTOR PENDORONG

1. Kenyamanan

2. Hubungan pasien dengan

staf rumah sakit

3. Kompetensi

4. Biaya

Kepuasan pasien

tuberkulosis di

Rumah Sakit TK

II Medan tahun

2017

Page 10: JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 3 No. 4 ISSN. 2550-0414

JURNAL ILMIAH SIMANTEK

ISSN. 2550-0414

Vol. 3 No. 4

Nopember 2019

115

Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitanantara konsep satu terhadap lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010:100). Kerangka konsep penelitian ini adalah

Gambar Kerangka Konsep HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisa Univariat Karakteristik Pasien Tuberkolosis Karakterisitk pasien tuberkulosis dapat dilihat pada table berikut : Tabel Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Tuberkulosis di Rumah Sakit Putri Hijau TK II Medan Tahun 2017

No Karakteristik Pasien Tuberkulosis Frekuensi %

Jenis Kelamin 1 Laki-laki 41 41,0 2 Perempuan 59 59.0 Pendidikan 1 Rendah (SD, SMP) 47 47,0 2 Menengah (SMA/SMK) 30 30,0 3 Tinggi (D3/S1) 23 36,0

Total 100 100,0

Tabel menunjukkan bahwa pada jenis kelamin pasien tuberkolosis mayoritas perempuan sebanyak 59 orang (59,0), dan pendidikan mayoritas rendah (SD,SMP) sebanyak 47 orang (47,0%). Persepsi Prosedur Pelayanan Persepsi prosedur pelayanan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Distribusi Frekuensi Persepsi Prosedur Pelayanan di Rumah Sakit Putri Hijau TK II Medan Tahun 2017

No Persepsi Prosedur Pelayanan Frekuensi %

1 Kurang baik 56 56,0 2 Baik 36 36,0

Total 100 100,0

Tabel menunjukkan bahwa persepsi prosedur pelayanan mayoritas kurang baik sebanyak 56 orang (56,0%).

Variabel Bebas

1. Jenis Kelamin

2. Pendidikan

3. Sikap

4. Persepsi prosedur pelayanan

( pendaftaran)

5. Persepsi sumber daya manusia

(tenaga kesehatan)

6. Persepsi pelayanan obat (apotik)

7. Persepsi fasilitas

Variabel Terikat

Kepuasan pasien

Page 11: JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 3 No. 4 ISSN. 2550-0414

JURNAL ILMIAH SIMANTEK

ISSN. 2550-0414

Vol. 3 No. 4

Nopember 2019

116

Persepsi Pelayanan SDM Persepsi pelayanan SDM dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Distribusi Frekuensi Persepsi Pelayanan SDM di Rumah Sakit Putri Hijau TK II Medan Tahun 2017

No Persepsi Pelayanan SDM Frekuensi %

1 Kurang baik 54 54,0 2 Baik 46 46,0

Total 100 100,0

Tabel menunjukkan bahwa persepsi pelayana SDM mayoritas kurang baik sebanyak 54 orang (54,0%). Pesepsi Pelayanan Obat Persepsi pelayanan obat dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Distribusi Frekuensi Pesepsi Pelayanan Obat di Rumah Sakit Putri Hijau TK II Medan Tahun 2017

No Pesepsi Pelayanan Obat Frekuensi %

1 Kurang baik 42 42,0 2 Baik 58 58,0

Total 100 100,0

Tabel menunjukkan bahwa pesepsi pelayanan obat mayoritas baik sebanyak 58 orang (58,0%). Persepsi Fasilitas Persepsi fasilitas dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Distribusi Frekuensi Pesepsi Fasilitas di Rumah Sakit Putri Hijau TK II Medan Tahun 2017

No Pesepsi Fasilitas Frekuensi %

1 Kurang baik 46 46,0 2 Baik 54 54,0

Total 100 100,0

Tabel menunjukkan bahwa pesepsi fasilitas mayoritas baik sebanyak 54 orang (54,0%). Hubungan Persepsi Prosedur Pelayanan dengan Kepuasan Pasien Tuberkulosis Hubungan persepsi prosedur pelayanan dengan kepuasan pasien tuberculosis, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Tabulasi Silang Hubungan Persepsi Prosedur Pelayanan dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Putri Hijau TK II Medan Tahun 2017

Persepsi Prosedur Pelayanan

Kepuasan Pasien Kepuasan Total

p

value Tidak Puas Puas

n % n % n % Kurang Baik 43 68,3 13 35,1 56 56,0

0,003 Baik 20 31,7 24 64,9 44 44,0

Total 63 100 37 100 100 100

Tabel menunjukkan bahwa dari 56 orang penderita tuberkulosis dengan persepsi prosedur pelayanan kurang baik terdapat 43 orang (68,3%) yang tidak puas dan 13 orang (35,1%) yang puas. Sedangkan dari 44 orang penderita tuberculosis dengan persepsi prosedur pelayanan baik terdapat 20 orang (31,7%) yang tidak puas dan 24 orang (64,9%) yang puas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,003 artinya bahwa ada hubungan persepsi prosedur pelayanan dengan kepuasan pasien tuberkulosis.

Page 12: JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 3 No. 4 ISSN. 2550-0414

JURNAL ILMIAH SIMANTEK

ISSN. 2550-0414

Vol. 3 No. 4

Nopember 2019

117

Hubungan Persepsi Pelayanan SDM dengan Kepuasan Pasien Hubungan persepsi pelayanan sdm dengan kepuasan pasien, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Tabulasi Silang Hubungan Persepsi Pelayanan SDM dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Putri Hijau TK II Medan Tahun 2017

Persepsi Pelayanan SDM

Kepuasan Pasien Total

p

value Tidak Puas Puas

n % n % n %

Kurang Baik 42 66,7 12 32,4 54 54,0 0,002 Baik 21 33,3 25 67,6 46 46,0

Total 63 100 37 100 100 100

Tabel menunjukkan bahwa dari 54 orang penderita tuberkulosis dengan persepsi pelayanan SDM kurang baik terdapat 42 orang (66,7%) yang tidak puas dan 12 orang (32,4%) yang puas. Sedangkan dari 46 orang penderita tuberculosis dengan persepsi pelayanan SDM baik terdapat 21 orang (33,3%) yang tidak puas dan 25 orang (67,6%) yang puas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,002 artinya bahwa ada pengaruh persepsi pelayanan SDM dengan kepuasan pasien tuberkulosis. Hubungan Persepsi Pelayanan Obat Terdahadap Kepuasan Pasien Hubungan persepsi pelayanan obat terdahadap kepuasan pasien, dapat dilhat pada tabel berikut : Tabel Tabulasi Silang Hubungan Persepsi Pelayanan Obat Pada Pasien Tuberkulosis Terdahadap Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Putri Hijau TK II Medan Tahun 2017

Persepsi Pelayanan Obat

Kepuasan Pasien Total

p

value Tidak Puas Puas

n % n % n %

Kurang Baik 27 42,9 15 40,5 42 42,0 0,987 Baik 36 57,1 22 59,5 58 58,0

Total 63 100 37 100 100 100

Tabel menunjukkan bahwa dari 42 orang penderita tuberkulosis dengan persepsi pelayanan obat kurang baik terdapat 27 orang (42,9%) yang tidak puas dan 15 orang (40,5%) yang puas. Sedangkan dari 58 orang penderita tuberculosis dengan persepsi pelayanan obat baik terdapat 36 orang (57,1%) yang tidak puas dan 22 orang (59,5%) yang puas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,987 artinya bahwa tidak ada hubungan persepsi pelayanan obat dengan kepuasan pasien tuberculosis. Model Regresi Logistik Tabel Model Regresi Logistik Terhadap Kepuasan Pasien Tuberkulosis di Rumah Sakit Putri Hijau TK II

Medan Tahun 2017

Variabel Independen B Sig. OR 95% C.I

Lower Upper

Persepso prosedur 1.252 0.013 3.499 1.308 9.361

Persepsi pelayanan SDM 1.113 0.046 3.044 1.020 9.087

Persepsi fasilitas 1.360 0.022 3.896 1.218 12.466

Contant -2.259 0.000 0.104

Tabel menunjukkan bahwa variabel yang dominan berhubungan dengan kepuasan pasien tuberkulosis adalah variabel persepsi fasilitas (p= 0,022;OR=3,8 CI 95% 1,218-12,466) artinya persepsi fasilitas yang kurang, memiliki peluang berisiko 3,8 kali lebih besar pasien yang tidak puas dibanding dengan persepsi fasilitas yang baik.

Page 13: JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 3 No. 4 ISSN. 2550-0414

JURNAL ILMIAH SIMANTEK

ISSN. 2550-0414

Vol. 3 No. 4

Nopember 2019

118

Hubungan Jenis Kelamin dengan Kepuasan Pasien Tuberkulosis Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,575 artinya bahwa tidak ada hubungan jenis kelamin dengan kepuasan pasien tuberkulosis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 59 orang penderita tuberkulosis yang berjenis kelamin perempuan terdapat 39 orang (61,9%) yang tidak puas dan 20 orang (54,1%) yang puas. Sedangkan dari 41 orang penderita tuberkulosis yang berjenis kelamin laki-laki terdapat 24 orang (38,1%) yang tidak puas dan 17 orang (45,9%) yang puas. Menurut Rahman (2006) dan Mohammed (2011) menyatakan bahwa laki-laki mempenyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi daripada perempuan. Hubungan Pendidikan Dengan Kepuasan pasien Tuberkulosis Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 47 orang penderita tuberkulosis yang berpendidikan rendah (SD, SMP) terdapat 31 orang (49,2%) yang tidak puas dan 16 orang (43,2%) yang puas, dari 30 orang penderita tuberkulosis yang berpendidikan menengah (SMA/SMK) terdapat 19 orang (30,2%) yang tidak puas dan 11 orang (29,7%) yang puas dan dari 23 orang penderita tuberkulosis yang berpendidikan tinggi (D3, S-1) terdapat 13 orang (20,6%) yang tidak puas dan 10 orang (27,0%) yang puas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,744 artinya bahwa tidak ada hubungan pendidikan dengan kepuasan pasien tuberkulosis. Basov (2000) dalam Retnowati (2010), menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan status kesehatan. Tingkat pendidikan secara tidak langsung akan mempengaruhi pengetahuan seseorang, dan berdampak pada pengambilan keputusan terhadap kesehatannya. Hubungan Persepsi Prosedur Pelayanan dengan Kepuasan Pasien Tuberkulosis Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 56 orang penderita tuberkulosis dengan persepsi prosedur pelayanan kurang baik terdapat 43 orang (68,3%) yang tidak puas dan 13 orang (35,1%) yang puas. Sedangkan dari 44 orang penderita tuberculosis dengan persepsi prosedur pelayanan baik terdapat 20 orang (31,7%) yang tidak puas dan 24 orang (64,9%) yang puas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,003 artinya bahwa ada pengaruh persepsi prosedur pelayanan dengan kepuasan pasien tuberkulosis. Hubungan Persepsi Pelayanan SDM dengan Kepuasan Pasien Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 54 orang penderita tuberkulosis dengan persepsi pelayanan SDM kurang baik terdapat 42 orang (66,7%) yang tidak puas dan 12 orang (32,4%) yang puas. Sedangkan dari 46 orang penderita tuberculosis dengan persepsi pelayanan SDM baik terdapat 21 orang (33,3%) yang tidak puas dan 25 orang (67,6%) yang puas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,002 artinya bahwa ada pengaruh persepsi pelayanan SDM dengan kepuasan pasien tuberkulosis. Hubungan Persepsi Pelayanan Obat Terdahadap Kepuasan Pasien Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 42 orang penderita tuberkulosis dengan persepsi pelayanan obat kurang baik terdapat 27 orang (42,9%) yang tidak puas dan 15 orang (40,5%) yang puas. Sedangkan dari 58 orang penderita tuberculosis dengan persepsi pelayanan obat baik terdapat 36 orang (57,1%) yang tidak puas dan 22 orang (59,5%) yang puas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,987 artinya bahwa tidak ada hubungan persepsi pelayanan obat dengan kepuasan pasien tuberculosis. Hubungan Persepsi Fasilitas dengan Kepuasan Pasien Tuberkulosis Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 46 orang penderita tuberkulosis dengan persepsi fasiltas kurang baik terdapat 37 orang (58,7%) yang tidak puas dan 9 orang (24,3%) yang puas. Sedangkan dari 54 orang penderita tuberkulosis dengan persepsi fasilitas baik terdapat 26 orang (41,3%) yang tidak puas dan 28 orang (76,7%) yang puas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,002 artinya bahwa ada hubungan persepsi fasilitas dengan kepuasan pasien tuberkulosis.

Page 14: JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 3 No. 4 ISSN. 2550-0414

JURNAL ILMIAH SIMANTEK

ISSN. 2550-0414

Vol. 3 No. 4

Nopember 2019

119

Variabel yang dominan berhubungan dengan kepuasan pasien tuberkulosis adalah variabel persepsi fasilitas (p= 0,022;OR=3,8 CI 95% 1,218-12,466) artinya persepsi fasilitas yang kurang memiliki peluang berisiko 3,8 kali lebih besar pasien tidak puas dibanding dengan persepsi fasilitas yang baik. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor – faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien Tuberkulosis di Rumah Sakit TK ll Putri Hijau Medan tahun 2017, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Tidak terdapat hubungan jenis kelamin dengan kepuasan pasien Tuberkulosis di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan

tahun 2017. 2. Tidak terdapat hubungan pendidikan dengan kepuasan pasien Tuberkulosis di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan

tahun 2017. 3. Terdapat hubungan Persepsi Prosedur Pelayanan (Pendaftaran) dengan kepuasan pasien Tuberkulosis di Rumah Sakit

TK II Putri Hijau Medan tahun 2017. 4. Terdapat hubungan Persepsi Pelayanan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan kepuasan pasien Tuberkulosis diRumah

Sakit TK II Putri Hijau Medan tahun 2017 5. Terdapat hubungan persepsi pelayanan obat (apotik) dengan kepuasan pasien Tuberkulosis diRumah Sakit TK II Putri

Hijau Medan tahun 2017 6. Terdapat hubungan persepsi fasilitas dengan kepuasan pasien tuberculosis di Rumah sakit TK II Putri Hijau Medan. 7. Variabel yang dominan berhubungan dengan kepuasan pasien tuberkulosis adalah variabel persepsi fasilitas (p=

0,022;OR=3,8 CI 95% 1,218-12,466) artinya persepsi fasilitas yang kurang, memiliki peluang berisiko 3,8 kali lebih besar pasien tidak puas dibanding dengan persepsi fasilitas yang baik.

Saran 1. Bagi Pihak Rumah Sakit Tk ll Putri Hijau Medan

Kepada pihak rumah sakit agar dapat meningkatkan pelayanan keperawatan terhadap pasien tuberculosis, sehingga pasien dapat merasa senang dan puas terhadap pelayanan keperawatan yang mereka terima dari tenaga kesehaan. Melakukan kajian yang lebih mendalam terhadap masalah penyampaian informasi medis dari dokter, keterangan dokter saat ingin melakukan pemeriksaan, kelengkapan informasi tentang diagnosa penyakit pasien sampai dengan pasien mengerti penyakit yang sedang di derita.

2. Tenaga Kesehatan Rumah Sakit TK ll Putri Hijau Medan Agar mengikuti pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam memberikan pelayanan kepada pasien sehingga pelayanan yang diberikan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan agar dapat mengembangkan instrumen penelitian serta menggunakan desain penelitian lain untuk mengungkap kepuasan pasien tuberkulosis di Rumah Sakit TK ll Putri Hijau Medan

DAFTAR PUSTAKA Anjaryani, Wike Diah, 2009, Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Pelayanan Perawat Di RSUD Tugurejo Semarang, Universitas Diponegoro, Semarang. Arikunto Suharsimi, 2007, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta. Baros, Wan Aisyah, 2011, Kontribusi Pengetahuan Peserta Askes Sosial Terhadap Kepuasan Layanan Rawat Jalan Tingkat Lanjut dan Rawat Inap PT Askes Tahun 2011, Universitas Indonesia, Jakarta.

Page 15: JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 3 No. 4 ISSN. 2550-0414

JURNAL ILMIAH SIMANTEK

ISSN. 2550-0414

Vol. 3 No. 4

Nopember 2019

120

Carr And Hill, 1992, The Measurement of Patient Satisfaction. Journal Pub Health Med. As’at, Mar’at, 1995,Psikologi Industri, Liberti, Yogyakarta. Azwar, Azrul, 1994, Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, IDI, Jakarta. Azwar,Saifuddin, 2012, Penyusunan Skala Psikologi,Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Bustami, 2011, Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan dan Akseptabilitasnya, Erlangga, Jakarta. Cahyati, Widya Hary dan Dina Anggraini Ningrum, 2009, Buku Ajar Biosatistika Inferensial, Universitas Negeri Semarang, Semarang. Dake, Agnes Maria G, 2008, Analisis Kepuasan Peserta Askes Sosial Terhadap Pelaksanaan PPATRS PT. Askes (Persero) Kantor Cabang Bogor,Universitas Indonesia, Jakarta. Firdaus, Zuhdi, 2013, Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepuasan Pasien Rawat jalan Di Rumah Sakit Islam Surakarta, FIK Universitas. Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Fornell, C.,1992, A National Customer Satisfaction Barometer:The SwedishExperince, Journal Marketing, 56, 6-12. Hidayati, Aulia Nur, dkk, 2014, Analisis Hubungan Karakteristik Pasien Dengan Kepuasan Pelayanan Rawat Jalan Semarang Eye Center (SEC) Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, (Online), Vol. 2, No. 1, hal 1-6, diakses 2 Oktober 2015, (http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm) Lizarmin F, 2000, Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kepuasan Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh, FKM UniversitasIndonesia, Tesis, Jakarta. Lumenta B, 1989, Pelayanan Medis, Citra Konflik dan Harapan, Tinjauan Fenomena Sosial Kamisius,Yogyakarta. Lupiyoadi, Rambat dan A. Hamdani, 2009, Manajemen Pemasaran Jasa, Salemba Empat, Jakarta. Muninjaya, A.A. Gde, 2005, Manajemen Kesehatan, EGC, Jakarta. Mohammed, Shafiu, et al, 2011, Understanding Client Satisfaction With a Health Insurance Scheme in Nigeria: Faktor and Enrollees Experiances, Jurnal BioMed. Mosadeghard, Ali Mohammad, 2014, Factors Influencing Healthcare Service Quality, International Journal Of Health Policy And Management, Vol 3 (2),77-89. Nugroho, Singgih, 2011, Analisis Mutu Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Umum Di Balai Pengobatan Umum Puskesmas Wonopringgo Kabupaten Pekalongan, Universitas Diponegoro, Semarang. Notoatmodjo, Soekidjo,2007, Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi), Jakarta:Rineka Cipta, Jakarta.