jurnal musuh alami padi

15
DIVERSITAS FENOTIP SPESIES ODONATA YANG BERSIFAT PREDATOR TERHADAP HAMA PADI PADA EKOSISTEM PERSAWAHAN DI SULAWESI TENGAH Oleh : Abd. Wahid ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membedakan ciri morfologi, terjadinya predasi, dan kopulasi pada spesies odonata yang diteliti. Penelitian dilaksanakan dengan metode survai eksploratif di lapangan dan eksperimental di laboratorium. Survai pada sentra pertanaman padi di dua tempat yaitu Donggala dan Tolitoli. Identifikasi spesies, uji pemangsaan dan uji kopulasi di lakukan di laboratorium. Identifikasi menggunakan buku petunjuk dari Brooks (1997); Carter (2001); Corbet (1999); Manning (2001); Nielsen (2003); Paulson (2003); Powel (1999); dan Silby (2001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies Odonata yang diidentifikasi pada ekosistem persawahan adalah Orthemis ferruginea (Fabr.), Liriothermis sp., Libellula sp., (Libellulidae); Aeshna sp., Anax sp., Rhionaechna multicolor (Aeshnidae); Gomphus limnae (Gomphidae); Ephitheca spinigera (Corduliidae); dan Argia translata (Coenagrionidae), masing-masing spesies berbeda karakter morfologinya dan tidak terjadi kopulasi satu sama lain. Berdasarkan uji pemangsaan dan rujukan pustaka O. ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae, E. spinigera, dapat dikategorikan sebagai predator pada ekosistem persawahan. Sedangkan A. translata tidak bersifat predator. Spesies O. ferruginea (jantan) dan Liriothermis (betina) tidak menunjukkan tanda kopulasi pada uji kopulasi. Betina Liriothermis tidak menghasilkan telur sebagai akibat tidak terjadinya kopulasi. Hal yang sama tidak terjadi kopulasi pada spesies-spesies O. ferruginea, Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae, E. spinigera, dan A. translata yang telah dipasangkan satu sama lain, hal ini menunjukkan bahwa odonata tersebut berbeda spesies. Kata Kunci : Odonata, fenotif, spesies, predator, ekosistem padi sawah. PHENOTYPE VARIABILITY ODONATA SPECIES AS PREDATORY AGAINTS RICE PEST ON LOWLAND ECOSYSTEM IN CENTRAL SULAWESI Abd. Wahid The Research was conducted to identification species of Odonata, morphological characters difference, predatory test, and copulation test. Experiment was conducted with survey method on lowland plantation in Donggala and Tolitoli. Identification, predatory test, and copulation test has been conduct in laboratory. The result showed that the Odonata species as predatory on lowland plantation are Orthemis ferruginea (Fabricius), Liriothermis sp., Libellula sp., (Libellulidae); Aeshna sp., Anax sp., Rhionaechna multicolor (Aeshnidae); Gomphus limnae (Gomphidae); Ephitheca spinigera (Corduliidae); and Argia translata (Coenagrionidae). It’s that different with morphological characters and didn’t copulation between species. Result of predatory test showed that the O. ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae, E. spinigera, are predatory on lowland plantation. Only one species is didn’t predatory is A. translate (betina) Male O. ferruginea versus female Liriothermis

Upload: abd-wahid

Post on 25-Jul-2015

257 views

Category:

Environment


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal musuh alami padi

DIVERSITAS FENOTIP SPESIES ODONATA YANG BERSIFAT PREDATOR TERHADAP HAMA PADI PADA EKOSISTEM PERSAWAHAN

DI SULAWESI TENGAH

Oleh : Abd. Wahid

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membedakan ciri morfologi, terjadinya predasi, dan kopulasi pada spesies odonata yang diteliti. Penelitian dilaksanakan dengan metode survai eksploratif di lapangan dan eksperimental di laboratorium. Survai pada sentra pertanaman padi di dua tempat yaitu Donggala dan Tolitoli. Identifikasi spesies, uji pemangsaan dan uji kopulasi di lakukan di laboratorium. Identifikasi menggunakan buku petunjuk dari Brooks (1997); Carter (2001); Corbet (1999); Manning (2001); Nielsen (2003); Paulson (2003); Powel (1999); dan Silby (2001).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies Odonata yang diidentifikasi pada ekosistem persawahan adalah Orthemis ferruginea (Fabr.), Liriothermis sp., Libellula sp., (Libellulidae); Aeshna sp., Anax sp., Rhionaechna multicolor (Aeshnidae); Gomphus limnae (Gomphidae); Ephitheca spinigera (Corduliidae); dan Argia translata (Coenagrionidae), masing-masing spesies berbeda karakter morfologinya dan tidak terjadi kopulasi satu sama lain. Berdasarkan uji pemangsaan dan rujukan pustaka O. ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae, E. spinigera, dapat dikategorikan sebagai predator pada ekosistem persawahan. Sedangkan A. translata tidak bersifat predator. Spesies O. ferruginea (jantan) dan Liriothermis (betina) tidak menunjukkan tanda kopulasi pada uji kopulasi. Betina Liriothermis tidak menghasilkan telur sebagai akibat tidak terjadinya kopulasi. Hal yang sama tidak terjadi kopulasi pada spesies-spesies O. ferruginea, Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae, E. spinigera, dan A. translata yang telah dipasangkan satu sama lain, hal ini menunjukkan bahwa odonata tersebut berbeda spesies.

Kata Kunci : Odonata, fenotif, spesies, predator, ekosistem padi sawah.

PHENOTYPE VARIABILITY ODONATA SPECIES AS PREDATORY AGAINTS

RICE PEST ON LOWLAND ECOSYSTEM IN CENTRAL SULAWESI

Abd. Wahid

The Research was conducted to identification species of Odonata, morphological characters difference, predatory test, and copulation test. Experiment was conducted with survey method on lowland plantation in Donggala and Tolitoli. Identification, predatory test, and copulation test has been conduct in laboratory.

The result showed that the Odonata species as predatory on lowland plantation are Orthemis ferruginea (Fabricius), Liriothermis sp., Libellula sp., (Libellulidae); Aeshna sp., Anax sp., Rhionaechna multicolor (Aeshnidae); Gomphus limnae (Gomphidae); Ephitheca spinigera (Corduliidae); and Argia translata (Coenagrionidae). It’s that different with morphological characters and didn’t copulation between species. Result of predatory test showed that the O. ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae, E. spinigera, are predatory on lowland plantation. Only one species is didn’t predatory is A. translate (betina) Male O. ferruginea versus female Liriothermis

Page 2: Jurnal musuh alami padi

sp. didn’t copulated. Female Liriothermis sp. didn’t oviposition behavior. The same case didn’t copulate between species O. ferruginea, Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae, E. spinigera, and A. translata.

Keywords : Odonata, phenotype, spesies, predatory, lowland ecosystem.

PENDAHULUAN

Upaya peningkatan produktivitas dan mutu padi terus digalakkan oleh pemerintah

daerah dan petani, namun adanya gangguan hama dan penyakit merupakan salah satu

faktor sebagai kendala. Penggerek batang padi (Scircophaga innotata), wereng coklat

(Nilavarpata lugens), dan wereng hijau (Nepotettix virescens) merupakan hama padi yang

cukup serius di Indonesia (Anonim, 2001). Di Sulawesi Tengah sejak tahun 1991 tanaman

padi telah terserang penggerek batang padi, wereng coklat, dan wereng hijau. Sampai

dengan akhir tahun 2000 kerugian akibat organisme pengganggu tanaman padi ditaksir

mencapai kurang lebih 50 juta rupiah (Anonim, 2001). Sejarah serangan hama S. innotata

tercatat sejak awal tahun 1990-an. Pada musim tanam 1989/1990 luas serangan hama ini

pada 6 Kabupaten (Bekasi, Karawang, Subang, Purwokerto, Indramayu dan Cirebon)

mencapai 62.000 ha sebagian diantaranya yaitu 14.000 ha puso (Wigenasantana, 1990).

Menurut Oka (1991) serangan S. innotata pada musim tanam 1990/1991 mencapai 7.000

ha, selanjutnya Arintadisastra (1999) melaporkan serangan penggerek batang padi S.

innotata di Indonesia sampai bulan Agustus 1998 seluas 59.237 ha.

Upaya pengendalian hama tanaman padi dengan cara kimiawi ternyata kurang

berhasil, bahkan diduga cara kimiawi justru menimbulkan masalah pencemaran

lingkungan. Di Thailand dan Filiphina telah dilaporkan bahwa pengendalian cara kimiawi

telah menimbulkan fenomena resistensi serangga terhadap insektisida (Nurayati, 1999).

Pengendalian hama padi tanpa pestisida lebih dititik beratkan pada penggunaan musuh

Page 3: Jurnal musuh alami padi

alami seperti parasitoid dan predator. Musuh alami tersebut dapat mempengaruhi

perkembangan ke arah negatif bagi populasi hama.

Predator merupakan salah satu musuh alami yang memiliki potensi besar untuk

dikembangkan. Susanti (1998) melaporkan bahwa pemanfaatan kelompok Odonata

mempunyai prospek sebagai pengendalian hayati pada ekosistem tanaman padi. Spesies

capung yang telah dilaporkan oleh Susanti (1998) antara lain Crocothemis servilia,

Neurothemis terminata, dan Orthetrum sabina merupakan predator yang hidup pada

ekosistem tanaman padi sawah. Selain itu Corbet (1999 dalam Kirschbaum, 2005)

melaporkan bahwa di Asia Tenggara beberapa spesies Odonata seperti Arighopus cornutus

dan C. servilia merupakan predator yang dapat mengganggu perilaku penggerek batang

padi dalam meletakkan telur.

Di Indonesia penelitian tentang identifikasi jenis-jenis Capung (Ordo Odonata)

yang terdapat pada ekosistem pertanaman padi belum banyak dilaporkan khususnya pada

ekosistem pertanaman padi sawah. Pada hal informasi mengenai jenis-jenis capung ini

penting untuk diketahui, sehingga perlu dilakukan penelitian identifikasi, uji pemangsaan

dan kopulasi berbagai jenis Capung (Odonata) pada ekosistem tanaman padi sawah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis atau spesies capung (odonata) yang bersifat

predator pada hama tanaman padi di Sulawesi Tengah. Luaran penelitian ini diharapkan

diketahui ciri keragaman fenotip dan biologi serta perilaku beberapa spesies capung yang

berperan sebagai predator sebagai spesies yang berbeda.

Page 4: Jurnal musuh alami padi

METODE PENELITIAN

1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada areal pertanaman padi sawah di 2 kabupaten yaitu

Donggala dan Parigi Moutong sebagai daerah survai pengambilan sampel, selanjutnya

identifikasi spesies, uji pemangsaan dan uji kopulasi di lakukan di laboratorium.

2. Prosedur Penelitian

a. Survei dan pengambilan sampel serangga di lapangan

Penelitian dilaksanakan dengan metode survei eksploratif di lapangan. Lokasi

survei ditentukan pada 2 Kabupaten yaitu Donggala dan Parigi Moutong. Setiap Kabupaten

ditentukan 3 Kecamatan sebagai plot lokasi pengamatan. Luas areal untuk survei adalah 1

hektar untuk setiap lokasi, dan setiap lokasi terdiri atas 5 plot contoh. Survei dilakukan

dengan menentukan lokasi tanaman padi yang diamati (purporsive sampling). Jumlah dan

penyebaran petak pengamatan ditentukan 5 petak contoh yang terletak di tengah dan antara

perpotongan garis tengah plot dengan titik sudutnya (luas > 200 m2) (Gambar 1).

Gambar 1. a. plot lokasi pengamatan b1-b5. petak contoh (sampel pengamatan)

b. Identifikasi

Identifikasi dilakukan dengan mengamati bentuk morfologi larva dan imago. Hal

yang diamati adalah bentuk dan variasi caput, mata, sayap dan antena, tipe alat mulut,

toraks, tungkai dan abdomen. Identifikasi menggunakan buku petunjuk dan kunci

Page 5: Jurnal musuh alami padi

identifikasi tentang Ordo Odonata antara lain Brues, Melander dan Carpenter (1970);

Brooks (1997); Carter (2001); Corbet (1999); Paulson (2003); Manning (2001); Nielsen

(2003); Powel (1999); Silby (2001); dan Susanti (1998).

c. Pemeliharaan Massal serangga (capung, Odonata)

Dalam penelitian ini masing-masing sepasang capung pada stadium imago

dipisahkan menurut perbedaan ciri morfologi yang ada (diberi label sementara yaitu

A,B,C, s/d I). Capung ditempatkan masing-masing pada satu rumpun tanaman padi yang

ditanam pada pot plastik (ø=25 cm) dengan media tanah dalam kondisi tergenang air.

Imago diberi makan nyamuk dewasa yang telah dipelihara pada tempat lain. Jumlah pot

yg digunakan 10 buah untuk setiap spesies capung. Telur-telur yang telah diletakkan oleh

imago dikumpulkan dan ditempatkan pada botol selei.

d. Uji Pemangsaan

Uji pemangsaan bertujuan untuk mengetahui sifat spesies capung apakah tergolong

predator atau bukan, dengan metode uji makan. Lima ekor capung dimasukkan dalam

stoples, kemudian dalam stoples tersebut dimasukan mangsa yaitu imago penggerek batang

padi. Percobaan dirancang dalam RAL dengan ulangan 10 kali. Pengamatan dilakukan

terhadap jumlah imago yang mati karena dimangsa capung. Data yang ada dianaliasis

dengan uji F (Anova) dan apabila bermakna dilanjutkan dengan uji Duncan’s pada α =

0.05.

e. Percobaan Kopulasi

(1) Perkawinan Silang, capung spesies A dan spesies B. Imago jantan A dan imago

betina B yang baru terbentuk dimasukkan bersama dalam stoples kaca ukuran

(ø=25 cm), dipelihara dengan diberi makan imago nyamuk Culicidae, dan serangga

dibiarkan kawin. Percobaan diulang 10 kali. Apabila keduanya menghasilkan

Page 6: Jurnal musuh alami padi

keturunan maka dapat disimpulkan bahwa keduanya adalah spesies yang sama

karena melakukan perkawinan yang menghasilkan telur-telur fertil. Telur-telur

fertil yang dihasilkan dipelihara hingga menetas, menjadi imago untuk

diidentifikasi.

(2) Perkawinan Silang, capung spesies A dan spesies C. Imago jantan A dan imago

betina C yang baru terbentuk dimasukkan bersama dalam stoples kaca untuk

dikawin silangkan. Prosedurnya analog dengan perkawinan silang capung spesies A

dan capung spesies B.

(3). Analog Pada Metode Perkawinan Silang poin 1 dan 2 di atas, perkawinan silang

dilakukan terhadap semua spesies capung yang ditemukan (spesies A,B,C, s/d I).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Identifikasi dan Deskripsi Spesies Odonata

Berdasarkan pengamatan jenis-jenis capung (ordo Odonata) yang ditemukan pada

ekosistem tanaman padi pada dua lokasi yaitu desa Sidera Kecamatan Sigi Biromaru dan

desa Makmur Kecamatan Palolo, diketahui terdapat 5 famili yaitu Libellulidae, Aeshnidae,

Coenagronidae, Gomphidae, dan Corduliidae. Dari 5 famili tersebut telah diketahui 9

spesies capung, yang terdiri atas 8 spesies dari kelompok Dragonflies (Anisoptera) dan

satu spesies dari kelompok Damselflies (Zygoptera). Hasil identifikasi tingkat spesies

Odonata tersebut berdasarkan petunjuk yang dikemukakan oleh Paulson (1998); Garrison

(2000); Brooks (1997); Carter (2001); Corbet (1999); Paulson (2003); Manning (2001);

Mitchel et. al., (2004); Nielsen (2003); Powel (1999); Silby (2001); dan Susanti (1998).

Page 7: Jurnal musuh alami padi

Spesies Odonata yang teridentifikasi disajikan pada Tabel 1, sedangkan penampilan

masing-masing spesies tersebut terlihat pada Gambar Lampiran 1.

Tabel 1. Hasil identifikasi jenis-jenis Capung (Odonata) yang ditemukan pada ekosistem tanaman padi sawah di lokasi penelitian.

No.  Jenis Capung (Odonata) Gambar (lihat Lamp. Gbr.1) Kelompok Famili Kelompok Spesies/Jenis

  Dragonflies (Anisoptera)     1  Famili Libellulidae  Orthemis ferruginea Lamp. Gbr. 1a     Liriothermis sp. Lamp. Gbr. 1b     Libellula sp. Lamp. Gbr. 1c 2  Famili Aeshnidae  Aeshna sp. Lamp. Gbr. 1d     Anax sp. Lamp. Gbr. 1e     Rhionaeschna multicolor Lamp. Gbr. 1f 3  Famili Gomphidae  Gomphus limnae Lamp. Gbr. 1h 4  Famili Coduliidae  Epitheca spinigera Lamp. Gbr. 1i   Damselflies (Zygoptera)    5  Famili Coenagrionidae Argia translata Lamp. Gbr. 1g 

Orthemis ferruginea, dengan ciri spesies tubuhnya berwarna orange kekuningan

dengan garis warna hitam pada bagian dorsal toraks hingga abdomen, kepala berwarna

orange kekuningan dengan spot berwarna abu-abu pada bagian dorsal, mata majemuk

berwarna abu-abu. Toraks berwarna orange kekuningan dengan warna hitam pada bagian

dorsal. Sayap transparan, pterostigma berwarna orange, venasi sedikit dan halus. Abdomen

berwarna orange kekuningan dan hitam. Alat genetalia berwarna abu-abu. Ciri tersebut

sesuai dengan ciri-ciri O. ferruginea yang dikemukakan Garrison (2000) & Mitchel et. al.,

(2004). Pada ruas abdomen 1-5 berwarna kuning dan ruas 6-8 berwarna hitam (Powel,

1999 dan Nielsen, 2003).

Liriothermis sp. tubuhnya berwarna biru dengan variasi coklat (kepala dan toraks),

abdomen berwarna merah metalik. Kepala berwarna biru dengan spot berwarna coklat,

mata majemuk berwarna biru. Protoraks dan mesotoraks berwarna biru, metatoraks

berwarna biru dan coklat, tungkai berwarna biru. Sayap transparan, venasi yang jelas,

pterostigma berwarna biru. Abdomen berwarna merah metalik, di bagian ujung abdomen

(alat genetalia) berwarna abu-abu. Ciri tersebut sesuai yang dikemukakan oleh (Paulson,

Page 8: Jurnal musuh alami padi

1998; Garrison, 2000; Mitchel et al., 2004) bahwa warna tubuh Liriothermis (Libellulidae)

biru dan variasi coklat, toraks berwarna biru dan coklat, serta abdomen berwarna merah.

Brooks (1997) dan Silby (2001) melaporkan Liriothermis sp. dengan ”Anal loop” pada

sayap belakang menyerupai bentuk kaki dengan venasi yang jelas.

Libellula sp. warna dasar tubuhnya hijau metalik dengan variasi hitam dan coklat

(kepala, sayap, abdomen). Kepala berwarna hijau dengan spot coklat, mata majemuk

berwarna coklat. Toraks berwarna hijau variasi warna hitam terutama pangkal sayap, dan

tungkai berwarna hitam (Mitchel et al., 2004; Nielsen, 2003; Powel 1999). Ciri lain

Libellula, sayap berwarna orange transparan, venasi yang jelas, pterostigma berwarna

kuning. Abdomen berwarna hijau metalik variasi warna hitam, pada bagian ujung

abdomen/alat genetalia berwarna putih (Paulson, 1998; Silby, 2001; dan Susanti, 1998).

Aeshna sp., tubuhnya berwarna hijau dengan strip warna hitam hingga coklat,

kepala berwarna hijau dengan spot berwarna hitam, mata majemuk berwarna hijau. Toraks

berwarna hijau dengan tiga garis horizontal berwarna hitam di bagian protoraks, pada

bagian mesotoraks terdapat tiga bulatan berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam,

di bagian metatoraks terdapat tiga bulatan bentuk sabit yang ke bagian posterior makin

besar, tungkai berwarna hitam. Sayap transparan dengan pterostigma berwarna hitam.

Abdomen berwarna hitam dengan ruas yang dibatasi warna hijau kekuningan (Paulson,

1998; Garrison, 2000; dan Brooks,1997). Pada bagian ujung abdomen (alat genetalia)

berwarna kuning (Silby, 2001).

Anax sp., ciri-ciri tubuh berwarna hijau kebiruan dengan strip warna hitam hingga

coklat, kepala berwarna hijau, mata majemuk berwarna coklat (Brooks, 1997 dan Garrison,

2000). Toraks berwarna biru dengan tiga garis horizontal berwarna hitam pada bagian

lateral protoraks, tungkai berwarna hitam. Sayap transparan dengan pterostigma berwarna

Page 9: Jurnal musuh alami padi

hitam. Abdomen berwarna biru kehijauan dengan ruas yang dibatasi oleh warna hijau

kebiruan. Pada bagian ujung abdomen (alat genetalia) berwarna kuning (Nielsen, 2003;

Powel 1999).

Ciri Rhionaeschna multicolor, warna dasar tubuhnya coklat, kepala berwarna

coklat, mata majemuk berwarna coklat kebiruan. Toraks berwarna coklat, tungkai

berwarna hitam. Sayap transparan dengan pterostigma berwarna coklat muda (Mitchel et.

al., 2004). Abdomen berwarna coklat dengan bintik berwarna biru di bagian tepi, ruas

pertama abdomen membesar (tuber) berwarna coklat dan biru. Pada bagian ujung abdomen

bercabang dua seperti garpu (forked) berwarna hitam, alat genetalia berwarna kuning

(Nielsen, 2003; Powel 1999).

Ciri Argia translata sesuai ciri yang dikemukakan Paulson (1998). Tubuhnya

berwarna hijau kebiruan, kepala berwarna hijau gelap, mata majemuk berwarna hijau

kotor. Toraks berwarna biru kehijauan dengan tiga garis horizontal berwarna hitam pada

bagian protoraks, meso dan metatoraks, tungkai berwarna hitam. Sayap transparan

berwarna kebiru-biruan. Ciri A. translata tersebut sama dengan yang dikemukakan

Garrison (2000), Mitchel et. al., (2004). Abdomen berwarna hijau tua dengan ruas yang

dibatasi warna hijau kekuningan. Pada bagian ujung abdomen (alat genetalia) berwarna

biru terang (Nielsen, 2003; Powel 1999).

2. Uji Pemangsaan

Hasil uji pemangsaan terhadap 8 spesies yaitu O. ferruginea, Liriothermis sp.,

Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae, dan E. spinigera

menunjukkan adanya sifat ”memangsa” atau predator, sedangkan spesies A. translata

tidak menunjukkan sifat sebagai predator atau tidak ”memangsa” inang yang diberikan.

Data hasil uji pemangsaan ditunjukkan pada Tabel 2.

Page 10: Jurnal musuh alami padi

Tabel 2. Hasil uji pemangsaan tiap spesies pada Inang Penggerek Batang Padi

No.  Spesies Keterangan

Memangsa (+), Tidak Memangsa (‐) 1  Orthemis ferruginea +2  Liriothermis sp.   +3  Libellula sp.   +4  Aeshna sp.     +5  Anax sp.   +6  Rhionaeschna multicolor +7  Gomphus limnae  +8  Epitheca spinigera  +9  Argia translata  ‐

Capung O. ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp. (Libellulidae), Aeshna sp,

Anax sp., R. multicolor (Aeshnidae), G. limnae (Gomphidae), E. Spinigera (Corduliidae),

memangsa serangga yang diberikan pada uji pemangsaan. Sesuai laporan Susanti (1998)

bahwa capung ini merupakan kelompok predator, peran dan fungsinya pada ekosistem padi

belum diketahui, kecuali kelompok Libellulidae dan Aeshnidae. Sedangkan spesies A.

translata (Coenagrionidae) tidak memangsa inang yang diberikan. Manurut Laporan

Merritt dan Cummins (1996) dan Mitchell (2004) umumnya spesies dari famili

Coenagrionidae kebanyakan yang menjadi predator adalah stadium pradewasanya, belum

ada laporan tentang dewasanya.

Berdasarkan uji pemangsaan dan rujukan pustaka, capung jenis O. ferruginea,

Liriothermis sp., Libellula sp. (Libellulidae), Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor

(Aeshnidae), G. limnae (Gomphidae), E. spinigera (Corduliidae), memangsa serangga

yang diberikan pada uji pemangsaan sehingga dikategorikan sebagai predator pada

ekosistem pertanaman padi. Sedangkan capung A. translata (Coenagrionidae) tidak

bersifat sebagai predator.

3. Uji Kopulasi

Hasil uji kopulasi menunjukkan bahwa 9 spesies yang teridentifikasi yaitu O.

ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor, G. limnae,

Page 11: Jurnal musuh alami padi

E. spinigera, dan A. translata tidak memperlihatkan adanya perilaku kopulasi. Perilaku

kopulasi Odonata ditunjukkan oleh sesama spesies, misalnya pada famili Libellulidae

spesies Aeshna sp. Hasil uji kopulasi spesies disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil uji kopulasi spesies dalam famili Odonata (Capung)

No  Famili  Spesies Keterangan 

Kopulasi  (+), Tidak berkopulasi (‐)1.  Coenagrionidae X Aeshnidae  Argia translata X Aeshna sp.    ‐ 2.  Coenagrionidae X Gomphidae  Argia translata X G. limnae ‐ 3.  Coenagrionidae X Libellulidae  Argia translata X Libellula sp.  ‐ 4.  Coenagrionidae X Corduliidae  Argia translata X E. spinigera ‐ 5.  Aeshnidae X Gomphidae  Anax sp. X Gomphus limnae ‐ 6.  Aeshnidae X Libellulidae  R. multicolor X O. ferruginea ‐ 7.  Aeshnidae X Cordiliidae  Anax sp. X E. spinigera ‐ 8.  Gomphidae X Corduliidae  G. limnae X E. spinigera ‐ 9.  Libellulidae X Gomphidae  Liriothermis sp. X G. limnae ‐ 

Uji perkawinan spesies O. ferruginea (jantan) dan spesies Liriothermis sp (betina)

tidak menunjukkan tanda kopulasi. Betina Liriothermis sp. tidak menghasilkan telur

sebagai akibat tidak terjadinya kopulasi. Hal yang sama tidak terjadi kopulasi pada spesies-

spesies O. ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp., Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor,

G. limnae, E. spinigera, A. translata yang telah dipasangkan satu sama lain. Hal ini

menunjukkan bahwa spesies-spesies tersebut berbeda. Borror et. al. (1989) memberikan

definisi spesies adalah sebagai suatu kelompok atau populasi alam yang (1) mampu kawin

antara sesama dan menghasilkan keturunan yang fertil, dan (2) dalam kondisi normal

secara reproduktif terasing dari kelompok-kelompok lainnya (tidak kawin antara sesama

kelompok itu). Olehnya Mayr (1969) mengemukakan adanya ”sybling spesies” yaitu

spesies yang mempunyai perbedaan morfologi yang jelas tetapi bukan merupakan kriteria

menentukan perbedaan spesies, namun perbedaan ditunjukkan pada penampilan biologi.

”Sub spesies” adalah suatu kumpulan dari populasi spesies yang mempunyai kesamaan

fenotip menempati sebagian dari daerah penyebaran spesies tersebut secara taksonomi

berbeda dengan populasi lain dari spesies tersebut.

Page 12: Jurnal musuh alami padi

Berdasarkan definisi yang dikemukakan Borror et. al. (1989) dan Mayr (1969)

maka dapat dijelaskan bahwa 9 spesies yang diidentifikasi yaitu O. ferruginea (Fabr.),

Liriothermis sp., Libellula sp. (Libellulidae), Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor

(Aeshnidae), G. limnae (Gomphidae), E. spinigera (Corduliidae), dan A. translata

(Coenagrionidae) adalah individu yang berbeda satu sama lain (berbeda spesies)

berdasarkan hasil identifikasi secara morfologi dan pengujian kopulasi diantara dan atau

sesama spesies dalam kelompok famili Odonata.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Spesies Odonata pada ekosistem tanaman padi di Donggala dan Tolitoli telah

diidentifikasi. Berdasarkan keragaman fenotip yaitu warna tubuh, perbedaan bentuk

morfologi tubuh antara lain embelan pada abdomen, bentuk sayap dan alat genetalia.

Spesies yang telah diidentifikasi yaitu Orthemis ferruginea (Fabr.), Liriothermis sp.,

Libellula sp. (Libellulidae), Aeshna sp., Anax sp., Rhionaeschna multicolor (Aeshnidae),

Gomphus limnae (Gomphidae), Epitheca spinigera (Corduliidae), dan Argia translata

(Coenagrionidae). Berdasarkan uji pemangsaan dan rujukan pustaka maka O.

ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp. (Libellulidae), Aeshna sp., Anax sp., R.

multicolor (Aeshnidae), G. limnae (Gomphidae), E. spinigera (Corduliidae), sebagai

predator, sedangkan A. translata (Coenagrionidae) tidak bersifat sebagai predator.

2. Spesies yang diidentifikasi (9 spesies) yaitu O. ferruginea, Liriothermis sp., Libellula sp.

(Libellulidae), Aeshna sp., Anax sp., R. multicolor (Aeshnidae), G. limnae (Gomphidae),

Page 13: Jurnal musuh alami padi

E. spinigera (Corduliidae) adalah individu yang berbeda satu sama lain (berbeda spesies)

berdasarkan penelitian identifikasi secara morfologi dan pengujian kopulasi.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian yang lebih detail tentang peranan dari masing-masing

spesies Odonata tersebut pada ekosistem tanaman padi sawah.

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2001. Laporan Survei Musuh-Musuh Alami Pada Ekosistem Persawahan di

Kabupaten Donggala dan Parigi Mautong. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Faperta Untad.

Borror, D.J., C. Triplehorn, dan M.D. De long., 1989. An Introduction to the Study of Insects. Eds. VI. Saunders College Publishing, New York.

Brues, C.T.; A.L.Melander; dan F.M.Carpenter. 1970. Classification of insects. Bull. Mus. Compar. Zool. (Harvard). No. 108.

Arintadisastra, 1999. Serangan Hama dan Nimbanisasi (Azadiracchta indica). Majalah Ekstensi Volume 9, Tahun V, Jakarta.

Brooks, 1997. Dragofly and Damselfly (Odonata). http://www.chaparraltree.com/mn/dragonflies.shtml. Copyright 1994-2002 .

Carter, R., 2001. Dragonflies and Damselflies of Minnesota. http://www.chaparraltree.com/mn/dragonflies.shtml. Copyright 1994-2002 Raphael Carter. Dikunjungi 04 April 2005.

Corbet, P. S. 1999. Dragonflies: Behavior and Ecology of Odonata. Comstock Publishing Associates, Cornell University Press. Ithaca, New York.

DeBach, P. 1964. (ed). Biological Control of Insect Pest and Weeds., 844 pp. Chapman and Hall Ltd. London.

Doult, R. L. 1964. The Story of Biological Control Development. Pp. 10-29. In P. DeBach (ed). Biological Control of Insects Pest and Weeds. Chapman and Hall. London.

Ensiklopedi Indonesia, 1992. Ensiklopedi Indonesia seri FAUNA jilid 5 seri Tentang Serangga. PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta.

Garrison, R.W. (2004). A sinonimic list of new world odonata. Revised version of 14 August, 2000. 1030 Fondale St., Azusa, CA, 91702-0821, U.S.A.

Kirschbaum, K., 2005. Animal Diversity Web. Univ of Michigan Museum of Zoology ©1995-2005, The Regents of the University of Michigan and its licensors. All rights reserved. http: //animaldiversity. ummz.umich. edu/ site/accounts/ information / Zygoptera.html. Dikunjungi 04 April 2005

Page 14: Jurnal musuh alami padi

Laba, I W., 2005. Keanekaragaman Hayati Artropoda Dan Peranan Musuh Alami

Hama Utama Padi Pada Ekosistem Sawah. http://rudyct.250x.com/sem1_012/i_w_laba.htm. Dikunjungi 04 April 2005.

Manning, J. 2001. Dragonfly. http://www.macatawa.org./-oias/dragonfly.htm. Dikunjungi 2/24/2003. pp.1-3

Mayr, E. 1969. Principle of Systematic Zoology. McGraw-Hill. New York. 428 hal.

Mitchel, F.; D. Davids, C. Noya.; L. Stephen. 2004. Damselflies of Texas. Digital Dragonfly Project. http://stephenville.tamu.edu/~fmitchel/damselfly/ (4 August 2005).

Nielsen E.R. 2003. The life of Dragonflies. Danish Dragonflies. http://www.macatawa.org./-oias/dragonfl.htm. Dikunjungi 2/24/2003. pp1-5

Nurayati, A. 1999. Pengaruh Varietas Terhadap Komposisi Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi Scirpophaga innotata (Walker). Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan XI PEI, PFI, dan HPTI Sulsel, Maros.

Oka, I.N., 1998. Pengendalian Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Oka, I.N., 1991. Kajian Penanggulangan Wabah Hama Penggerek Batang Padi Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu. Program PHT Bappenas, Jakarta.

Paulson, D., 2003. Field Key To Adult Washington Dragonflies (Odonata). Univ. of Puget Sound, Revised 13 November 1998. http://www2.ups.edu/biology/museum/WAODkey.html. Dikunjungi 04 April 2005.

Powel. 1999. Bionomics of Dragonfly and Damselfly. http://stephenville.tamu.edu/~fmitchel/dragonfly.damselfly/. Dikunjungi 2 Agustus 2005.

Riyanto, 1985. Ekologi Dasar. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia bagian Timur, Ujung Pandang.

Silby (2001). Identification guide of Damselfly and Dragonfly from Minnesota. http://Minneosta.tamu.edu/~fmitchel/dragonfly/. Dikunjungi 2 Agustus 2005.

Soemartono, 1992. Bercocok Tanam Padi. C.V. Yasaguna, Jakarta.

Sofro, M., 1994. Keanekaragaman Genetik. Andi Offset, Yogyakarta.

Sosromarsono, S. 1993. Membunuh Serangga dengan Serangga. Cerita tentang Pengendalian Hayati. hlm. 33-39. Adisunarto dan Suhardjan (Penyunting). Berita Entomologi Vol. III (I). Perhimpunan Entomologi Indonesia, 1 Oktober 1993.

Soegianto, A., 1994. Ekologi Kuantitatif Metode Analisis Populasi Komunikasi. Usaha Nasional, Surabaya.

Susanti, S. 1998. Mengenal Capung. Seri Panduan Lapangan Wetlands International. Puslitbang LIPI.

Page 15: Jurnal musuh alami padi

van Emden, H. F. 1976 Pest Control. 2nd ed. Edward Arnold. A. Division of Hodder & Stougton. London-New York - Melbourne - Auckland. Hal. 46-81.

Wigenasantana, M.S., 1990. Keadaan Serangga Penggerek Batang Padi Putih dan Usaha Penanggulangannya. Seminar Pengendalian Hama Penggerek Padi Putih, Bogor.

Yusuf, M. 2005. Capung Jarum, Indikator Pencemaran Air. http://www.geocities.com/kirs_mart/art-jipa.htm. Dikunjungi 04 April 2005

Lampiran 1. Penampilan beberapa spesies Capung (Odonata) hasil identifikasi