jurnal pdf eko endriyanto

11
EFEKTIFITAS SENAM KAKI DIABETES MELITUS DENGAN KORAN TERHADAP TINGKAT SENSITIVITAS KAKI PADA PASIEN DM TIPE 2 1 Eko Endriyanto, 2 Yesi Hasneli, 3 Yulia Irvani Dewi [email protected] Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia Abstract The purpose of this research is to analize the effect of diabetes mellitus foot exercises using newspaper on the level of foot sensitivity in DM patients type 2. The research used quasy experiment design with non-equivalent control group which divided into experimental group and control group. Sample of this research is 30 people divided into 15 people as the experimental group and 15 people as a control group. Sample in this research taken using purposive sampling techniques by considering inclusion criteria. Instruments of this research using monofilament in both groups to measuring respondent foot sensitivity. The experimental group were given interventions with DM foot exercises using newspaper everyday with in 1 week. Analysis that was used is univariate and bivariate analysis with dependent sample t test and independent sample t test. The result of the reearch showed that mean level of foot sensitivity before diabetic foot exercises with coconut shells was 4,35 points and mean level of foot sensitivity after interventions was 4,85 which mean an increase in the foot sensitivity after given intervention with p value 0,000 (<0,05). Conclusion DM foot exercises using newspaper can help to increasing the foot sensitivity in patients with diabetes mellitus type 2. The result is expected to be one of the nursing intervention to improve the foot sensitivity for patients with diabetes mellitus type 2. Keywords: diabetes mellitus, diabetes mellitus foot exercises, foot sensitivity. Reference: 42 (2001-2012) PENDAHULUAN Diabetes Mellitus (DM) secara luas diartikan sebagai gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak yang abnormal akibat kegagalan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Chang, Daly, & Elliot, 2010). Penyakit DM merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Suatu penyakit menahun yang timbul pada seseorang disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula atau glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Bustan, 2007). Menurut World Health Organization (WHO) dari 3,8 milyar penduduk dunia menderita DM dan diperkirakan tahun 2010 menjadi 279,3 juta orang dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 333 juta jiwa, dan akan meningkat pada tahun 2030 menjadi 366 juta jiwa. Menurut WHO, Indonesia saat ini berada di peringkat keempat negara dengan jumlah penderita DM terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika (Kemenkes, 2007). Total penderita DM di

Upload: onea-nie-nierwana

Post on 23-Oct-2015

300 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal PDF Eko Endriyanto

EFEKTIFITAS SENAM KAKI DIABETES MELITUS DENGAN KORANTERHADAP TINGKAT SENSITIVITAS KAKI PADA PASIEN DM TIPE 2

1Eko Endriyanto, 2Yesi Hasneli, 3Yulia Irvani Dewi

[email protected]

Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Riau

Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia

Abstract

The purpose of this research is to analize the effect of diabetes mellitus foot exercises usingnewspaper on the level of foot sensitivity in DM patients type 2. The research used quasyexperiment design with non-equivalent control group which divided into experimental groupand control group. Sample of this research is 30 people divided into 15 people as theexperimental group and 15 people as a control group. Sample in this research taken usingpurposive sampling techniques by considering inclusion criteria. Instruments of this researchusing monofilament in both groups to measuring respondent foot sensitivity. Theexperimental group were given interventions with DM foot exercises using newspapereveryday with in 1 week. Analysis that was used is univariate and bivariate analysis withdependent sample t test and independent sample t test. The result of the reearch showed thatmean level of foot sensitivity before diabetic foot exercises with coconut shells was 4,35points and mean level of foot sensitivity after interventions was 4,85 which mean an increasein the foot sensitivity after given intervention with p value 0,000 (<0,05). Conclusion DMfoot exercises using newspaper can help to increasing the foot sensitivity in patients withdiabetes mellitus type 2. The result is expected to be one of the nursing intervention toimprove the foot sensitivity for patients with diabetes mellitus type 2.

Keywords: diabetes mellitus, diabetes mellitus foot exercises, foot sensitivity.Reference: 42 (2001-2012)

PENDAHULUANDiabetes Mellitus (DM) secara luas

diartikan sebagai gangguan metabolismekronis yang ditandai dengan metabolismekarbohidrat, protein, dan lemak yangabnormal akibat kegagalan sekresi insulin,kerja insulin, atau keduanya (Chang, Daly,& Elliot, 2010). Penyakit DM merupakanpenyakit degeneratif yang memerlukanupaya penanganan tepat dan serius. Suatupenyakit menahun yang timbul padaseseorang disebabkan karena adanyapeningkatan kadar gula atau glukosa darah

akibat kekurangan insulin baik absolutmaupun relatif (Bustan, 2007).

Menurut World Health Organization(WHO) dari 3,8 milyar penduduk duniamenderita DM dan diperkirakan tahun2010 menjadi 279,3 juta orang dan padatahun 2025 diperkirakan meningkatmenjadi 333 juta jiwa, dan akan meningkatpada tahun 2030 menjadi 366 juta jiwa.Menurut WHO, Indonesia saat ini beradadi peringkat keempat negara denganjumlah penderita DM terbesar di duniasetelah China, India, dan Amerika(Kemenkes, 2007). Total penderita DM di

Page 2: Jurnal PDF Eko Endriyanto

Indonesia berdasarkan data WHO saat inisekitar 8 juta jiwa, dan diperkirakanjumlahnya melebihi 21 juta jiwa padatahun 2025 mendatang (Bustan, 2007).Berdasarkan data dari Dinas KesehatanKota Pekanbaru, terjadi peningkatanjumlah penderita DM dari tahun ke tahun,yaitu tahun 2010 triwulan 1 sebanyak1.957 jiwa atau sekitar 0,24%, sedangkantahun 2011 sebanyak 2.720 jiwa atausekitar 1,02%, dan Triwulan I tahun 2012terdapat 2.897 jiwa penderita DM(Pelayanan Kesehatan Dinas KesehatanKota Pekanbaru, 2012).

Komplikasi Diabetes merupakanfaktor yang membahayakan jiwa penderita.Akan tetapi dengan harapan hiduppenderita yang lebih panjang sulitdihindarkan terjadinya komplikasi kronik,yaitu: diabetes retinopati, penyakit jantung,nephropati diabetes, luka kaki diabetes,dan impotensi. Kaki diabetes adalah salahsatu komplikasi kronik DM yang palingditakuti. Ada tiga alasan mengapa orangdengan diabetes lebih tinggi resikonyamengalami masalah kaki yaitu: sirkulasidarah dari kaki ke tungkai yang menurun(gangguan pembuluh darah), berkurangnyaperasaan pada kedua kaki (gangguansaraf), berkurangnya daya tahan tubuhterhadap infeksi (Misnadiarly, 2006).

Neuropati merupakan salah satukomplikasi jangka panjang dari DM padapembuluh darah kecil (mikroangiopati).Neuropati terdiri dari: neuropati perifer,otonom,proksimal dan fokal. Neuropatidapat bersifat polineuropati dan mononeuropati. Gejala umumneuropati perifer meliputi: distal arastesia,nyeri seperti kesakitan/terbakar, atauseperti tertusuk, dan kaki terasa dingin.Manifestasi lain meliputi: berkurangnyasensasi proteksi: nyeri, suhu, sentuhangetaran. Gejala ini akan lebih dirasakanpasien terutama pada malam hari (Kohnle,2008). Dampak dari kehilangan sensasiproteksi pada kaki meliputi: stress yangberulang, injuri yang tidak diketahui,deformitas struktur kaki (hammertoes,bunions, metatarsal deformitas atau

charcot). Terjadinyaneuropati perifer menyebabkan pasien DMberisiko mengalami injuri padadaerah perifer khususnya kaki. Akibatyang paling sering terjadi adalah terjadinyaulkus gangrene pada kaki akibat traumakarena proses neuropati perifer. Jikakondisi ini terjadi maka pasien DM akanmengalami perawatan luka dalam jangkawaktu yang lama dan dengan biaya yangrelatife menambah beban keuangan pasien.Jika sudah sampai tahapan terjadi infeksike tulang (osteomielitis) maka pasienberisiko dilakukan amputasi kaki. Jika halini terjadi maka akan sangatmempengaruhi kualitas hidup pasien,sehingga pengurangan gejala neuropatiperifer sebagai pencegahannya pentingdilakukan (Smeltzer & Bare, 2002).

Berdasarkan data dari Rekam MedikInstalasi Rawat Inap RSUD ArifinAchmad Pekanbaru pada tahun 2011tercatat sebanyak 208 jiwa yang menderitaDM dan dirawat di ruang rawat inap. Datajumlah penderita DM pada tahun 2012 daribulan Januari sampai bulan Juli sebanyak534 orang menderita DM di ruang rawatjalan dan 66 orang dirawat di ruang inapRSUD (Rekam medik RSUD ArifinAchmad, 2012). Angka kejadian ulkuskaki di provinsi Riau terutama kotaPekanbaru dan khususnya di RSUD ArifinAchmad tidak diketahui karena ulkus kakitidak masuk dalam catatan rekam medis.

Komplikasi Diabetes merupakanfaktor yang membahayakan jiwa penderita.Akan tetapi dengan harapan hiduppenderita yang lebih panjang sulitdihindarkan terjadinya komplikasi kronik,yaitu: diabetes retinopati, penyakit jantung,nephropati diabetes, luka kaki diabetes,dan impotensi. Kaki diabetes adalah salahsatu komplikasi kronik DM yang palingditakuti. Ada tiga alasan mengapa orangdengan diabetes lebih tinggi resikonyamengalami masalah kaki yaitu: sirkulasidarah dari kaki ke tungkai yang menurun(gangguan pembuluh darah), berkurangnyaperasaan pada kedua kaki (gangguan

Page 3: Jurnal PDF Eko Endriyanto

saraf), berkurangnya daya tahan tubuhterhadap infeksi (Misnadiarly, 2006).

Menurut Nasution (2010) dalampenelitiannya “Pengaruh senam kakiterhadap peningkatan sirkulasi darah kakipada pasien diabetes mellitus di RSUDHaji Adam Malik“ menyimpulkan bahwasenam kaki dapat membantu memperbaikiotot-otot kecil kaki pada pasien diabetesdengan neuropati. Instrument penelitianmenggunakan sphygmanometer danstetoskop. Berdasarkan hasil analisa datadiketahui bahwa ada perbedaan sirkulasidarah sebelum dan sesudah dilakukansenam kaki yang menunjukkan bahwa adaperbedaan peningkatan sirkulasi darahantara kelompok intervensi dan kelompokkontrol.

Penelitian lain adalah penelitianSihombing (2012) tentang “Gambaranperawatan kaki dan sensasi sensorik kakipada pasien Diabetes Melitus tipe 2 diPoliklinik DM RSUD”. Hasil penelitian iniyaitu kelompok yang tidak melakukanperawatan kaki 13 kali lebih besar risikoterjadinya ulkus diabetik dibandingkankelompok yang melakukan perawatan kakisecara teratur.

Hasneli (2010) dalam penelitiannya“Hubungan tingkat pengetahuan dan sikapklien diabetes melitus terhadap perawatankaki diabetes” mengatakan bahwa terdapathubungan yang bermakna antara tingkatpengetahuan dengan tingkat perawatankaki diabetes. Orang yang memiliki tingkatpengetahuan dengan kategori baik mampumelakukan perawatan kaki diabetes yangbaik.

Kertas adalah lembaran tipis yangmerupakan anyaman serat-serat selulosedengan jalinan yang tidak teratur sertaditambahkan bahan-bahan penolong untukmendapatkan sifat-sifat tertentu, misalnyaagar kertas itu dapat ditulis, dicetak ataudijadikan pembungkus. Koran atau suratkabar adalah suatu penerbitan yang ringandan mudah dibuang, biasanya dicetak padakertas berbiaya rendah. Serat selulosemerupakan bahan yang transparan,hygroskopis (mudah menyerap dan

mengeluarkan air), serta tahan terhadapasam alkali (SNI, 2007).

Jenis-jenis kertas diantaranya adakertas yang tidak berlapis (uncoatedpaper), yaitu kertas yang permukaannyatidak berlapis dan mempunyai 2 sisipermukaan yaitu sisi halus dan sisi kasar.Misalnya: kertas cetak (HVO), kertas tulis(HVS), kertas HHI , kertas koran. Adakertas berlapis (coated paper), yaitu kertasyang permukaanya diberi lapisan pigmendan bahan perekat. Kertas berlapis inimempunyai sifat permukaan yang halusdan hampis tidak mempunyai pori-pori.Misalnya: Art paper, kunsdruk, chromecoated, ,achine coated. Ukuran kertaskoran menurut standar SNI adalah 610 mmX 900 mm dan ada juga yang berukuran550 mm X 750 mm (SNI, 2007).

Peneliti menggunakan kertas koransebagai bahan untuk penelitiandikarenakan kertas koran sangat mudahdidapat dan kebanyakan orang setelahmembaca koran selalu membuangnya,ditambah lagi dengan ukuran kertas koranyang lebih besar dari kertas lainnya, jadipeneliti berinisiatif untuk memanfaatkanbarang yang sudah tidak terpakai sebagaibahan dalam penelitian.

Berdasarkan studi pendahuluan yangdilakukan peneliti dengan mewawancarai10 orang pasien DM yang berada di RSUDArifin Achmad ruang Murai dan Poli padatanggal 29 Januari 2013, 8 dari 10 diantaramereka ada yang mengatakan tidakmengetahui komplikasi dari DM yangdapat menyebabkan ulkus kaki dan merekajuga tidak mengetahui adanya senam kakiyang dapat meningkatkan sensitivitas kakipada pasien DM (Komunikasi personal,2012).

Berdasarkan latar belakang diatas,maka peneliti tertarik untuk melakukanpenelitian pada penderita DM denganjudul “Efektifitas senam kaki diabetesmellitus dengan koran terhadap tingkatsensitivitas kaki pada pasien DM tipe 2”.

Page 4: Jurnal PDF Eko Endriyanto

METODOLOGI PENELITIANPenelitian ini menggunakan desain

penelitian Quasy Experimen denganrancangan Non-equivalent control group(Nursalam, 2003). Penelitian dilaksanakandi wilayah kerja RSUD Arifin AchmadPekanbaru kepada pasien DM tipe 2 yangberobat di RSUD Arifin Achmad.Kegiatan penelitian dilaksanakan daribulan Oktober 2012 hingga Juli 2013.

Analisa data yang digunakan yaituanalisa univariat dan analisa bivariatmengguakan uji t dependent dan tindependent.

HASIL PENELITIANBerdasarkan penelitian didapatkan

hasil sebagai berikut:Tabel 4Tabel karakteristik responden dan ujihomogenitas

Karakteristik Kelompok eksperimenKelompok kontrol

p value

N %Uji Fisher danKolmogorov-

smirnov

Jenis KelaminLaki-lakiPerempuan

Umur40-4546-5051-5556-6061-65

Pendidikan TerakhirSDSMPSMAPT

PekerjaanIRTSwastaWiraswastaPensiunan PNS

822

614721

127

101

21351

26,773,3

2046,723,36,73,3

40,023,333,33,3

7010

16,73.3

1.000

0.076

1.000

1.000

Berdasarkan tabel 4 diatasmenunjukkan bahwa mayoritas respondenpada kelompok eksperimen dan kelompokkontrol adalah perempuan (73.3%).Berdasarkan karakteristik jenis kelamin

setelah dilakukan uji homogenitasmenggunakan uji Fisher karena tabel 2x2tidak layak untuk diuji dengan uji Chi-Square karena sel yang nilai expected-nyakurang dari lima ada 50% dan didapatkanp value jenis kelamin 1.000 menunjukannilai yang lebih besar dari 0.05 berartikarakteristik responden jenis kelamin padakelompok eksperimen dan kelompokkontrol adalah homogen.

Umur responden mayoritas adalah46-50 tahun (46.7%), yang berpendidikanterakhir SD (40.0%) dan IRT (70.0%).Berdasarkan karakeristik umur,pendidikan, dan pekerjaan respondensetelah dilakukan uji homogenitas karenatidak memenuhi syarat uji Chi-Square,maka menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, didapatkan hasil p valueresponden pada kelompok umur adalah0.079, p value untuk pendidikan adalah1.000 dan p value pekerjaan adalah 1.000(p>0.05) berarti karakteristik respondenumur, pendidikan, dan pekerjaan padakelompok eksperimen dan kelompokkontrol adalah homogen.

Tabel 5Distribusi hasil pengukuran sensitivitaskaki pada kelompok eksperimen dankelompok kontrol sebelum dilakukansenam kaki DM dengan koran

Variabel

N Mean Min Max SD

Sensitivitas kakisebelumdilakukan senamkaki DM

- Kelompokeksperimen

- Kelompokkontrol

15

15

3.07

3.73

1

1

6

8

1.71

1.79

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihatmean sensitivitas kaki sebelum diberikansenam kaki DM dengan koran padakelompok kontrol lebih besar (3.73)dengan standar deviasi 1.79, nilaiminimumnya 1 dan nilai maksimumnya 8,

Page 5: Jurnal PDF Eko Endriyanto

daripada kelompok eksperimen (3.07)dengan standar deviasi 1.71 dengan nilaiminimum 1 dan nilai maksimum 6.

Grafik 1Distribusi sensitivitas kaki pada kelompokeksperimen sesudah dilakukan senam kakiDM dengan Koran dan kelompok kontrolyang tidak diberi perlakuan berdasarkannilai rata-rata

0123456789

10

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7

Grafik sensitivitas kaki kelompokeksperimen yang diberikan senam kaki

DM dengan koran dengan kelompokkontrol yang tidak diberi perlakuan

Eksperimen Kontrol

Berdasarkan grafik 1 dapat dilihatmean sensitivitas kaki sesudah diberikansenam kaki DM dengan koran padakelompok eksperimen mengalamipeningkatan mulai hari kedua yaitu 3.20hingga hari ketujuh 6.73 dan nilai rata-rataminimumnya adalah 3.07 sedangkan nilairata-rata maksimumnya adalah 6,73,sedangkan mean sensitivitas kaki padakelompok kontrol pada hari pertamaadalah 3.67 dan pada hari ketujuhmengalami penurunan 3.47 dan nilaiminimumnya adalah 3,33 sedangkan nilaimaksimumnya adalah 3,80.

A. Analisa BivariatAnalisa bivariat digunakan untuk

melihat perbedaan peningkatan sensitivitaskaki pasien DM pada kelompokeksperimen dan kontrol serta melihatefektivitas melakukan senam kaki DM

dengan koran dapat berpengaruh terhadappeningkatan sensitivitas kaki pasien DM.Senam kaki DM dengan koran dikatakanada pengaruh atau efektif terhadappeningkatan sensitivitas kaki pasien DMjika hasil ukur menunjukkan p value < α(0,05). Penelitian ini menggunakan uji tkarena variabel yang diujikan terdiri darikategorik dan numerik. Berdasarkan hasilpengolahan data dengan menggunakankomputer diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 6Tabel uji homogenitas karakteristik pretestpada kelompok eksperimen dan kontrol

Varibel N Mean SD p value

- Kelompokeksperimen

- Kelompokkontrol

15

15

3.07

3.73

1.71

1.79

0.306

Berdasarkan tabel 6 diatas, dapatdilihat mean pretest pada kelompokkontrol lebih tinggi yaitu 3.73 daripadakelompok eksperimen yaitu 3.07. Hasilanalisa bivariat dengan menggunakan uji tindependent diperoleh p value= 0.306lebih besar dari 0.05, berarti sensitivitaskaki pada kelompok eksperimen dankelompok kontrol sebelum dilakukansenam kaki DM dengan koran adalahhomogen.

Perbedaan sensitivitas kaki sebelum(pretest) dan sesudah (posttest) diberikansenam kaki DM dengan koran padakelompok eksperimen dan pretest posttestpada kelompok kontrol yang tidak diberiperlakuan

VariabelPretest

haripertama

Posttesthari

ketujuh

PerbedaanMea

n

Pvalue

Kelompok 3.07 6.73 3.66 0.000

Page 6: Jurnal PDF Eko Endriyanto

EksperimenKelompokKontrol

3.73 3.47 0.26 0.164

Berdasarkan uji statistik pada tabel 7didapatkan mean sensitivitas kaki padakelompok eksperimen sebelum dilakukansenam kaki DM dengan koran adalah 3.07.Rata-rata sensitivfitas kaki setelahdilakukan senam kaki DM dengan koranpada hari ketujuh 6.73, dengan perbedaanmean 3.66. Dari hasil analisi diperoleh pvalue = 0,000 lebih kecil dari dengan α 5%(p< 0,05), berarti ada perbedaan yangsignifikan rata-rata sensitivitas kakisebelum dan sesudah dilakukan senamkaki DM dengan koran pada kelompokeksperimen. Sedangkan pada kelompokkontrol rata-rata sensitivitas pretest adalah3,73, dan posttest pada hari ketujuh adalah3,47 dengan perbedaan mean 0,26. Darihasil analisis didapatkan p value=0.164lebih besar dari nilai α 5% (p>0,05),berarti tidak ada perbedaan yang signifikanrata-rata sensitivitas kaki pada kelompokkontrol yang tidak mendapat perlakuan.

Tabel 8Perbedaan tingkat sensitivitas kakiposttest pada kelompok eksperimen dankelompok kontrol sesudah dilakukansenam kaki DM dengan koran pada hariketujuh

Variabel N Mean SD p value

KelompokEksperimenKelompokKontrol

15

15

6.73

3.33

1.79

1.83 0.000

Berdasarkan tabel 8 diatas, dari hasiluji statistik didapatkan mean sensitivitaskaki pada kelompok eksperimen sesudahdilakukan senam kaki DM dengan koranpda hari ketujuh adalah 6.73 denganstandar deviasi 1.79 , pada kelompokkontrol adalah 3.33 dengan standardeviasi 1.83. Hasil analisis diperoleh pvalue = 0.000 lebih kecil dari nilai α 5% (p>0,05), berarti ada perbedaan yang

signifikan rata-rata sensitivitas kakisesudah dilakukan senam kaki DM antarakelompok eksperimen dengan kelompokkontrol.

PEMBAHASANAnalisa data univariat adalah analisa

data yang digunakan untuk mendapatkangambaran masing-masing variabel yangterdiri dari karakteristik responden,meliputi jenis kelamin, umur, tingkatpendidikan, dan jenis pekerjaan respondenserta pembahasan tentang tingkatsensitivitas kaki sebelum dan sesudahdilakukan senam kaki DM dengan koranterhadap kelompok eksperimen maupunkelompok kontrol. Univariat digunakanuntuk memberikan gambaran masing-masing variabel yang terdiri darikarakteristik responden yaitu jeniskelamin, umur, pekerjaan, dan pendidikanresponden. Analisa bivariat digunakanuntuk melihat untuk melihat perbedaanpeningkatan sensitivitas kaki padakelompok eksperimen dan kontrol sertamelihat efektivitas melakukan senam kakidiabetes melitus dengan koran terhadappeningkatan sensitivitas kaki pada pasienDM tipe 2.1. Karakteristik responden

a. Jenis kelaminBerdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan terhadap 30 orang responden,diperoleh responden yang berjenis kelaminperempuan yaitu berjumlah 22 orang atau73.3%, sedangkan untuk responden yangberjenis kelamin laki-laki hanya 8 orangatau 26.7%. Menurut Lueckenotte (2004),kejadian DM lebih tinggi pada wanitadibanding pria terutama pada DM tipe 2.Hal ini disebabkan oleh penurunan hormonestrogen akibat menopause. Estrogen padadasarnya berfungsi untuk menjagakeseimbangan kadar gula darah danmeningkatkan penyimpanan lemak, sertaprogesteron yang berfungsi untukmenormalkan kadar gula darah danmembantu menggunakan lemak sebagaienergi (Taylor, 2008).

Page 7: Jurnal PDF Eko Endriyanto

Mekanisme respon saraf pada kulitdiawali dari turgor reseptor yang terdapatpada lapisan dermis. Reseptor sensorikkulit dapat merespon impuls mekanik,suhu, dan kimia. Selanjutnya impuls yangditerima oleh reseptor tersebut akanditeruskan menuju neuron sensorik untukdikirimkan ke otak dan spinal cord (CNS).Saraf sensorik tersebut akan mengubahenergi mekanik, kimia dan suhu menjadisinyal elektrik. Otak menerima informasimengenai jenis rangsang (tekanan,sentuhan, panas, dan dingin). Setelahmenerima informasi tersebut, kemudianimpuls diteruskan ke neuron motorikhingga akhirnya dapat mengetahuirangsang apa yang sedang diterima(Campbell, 2005). Faktor-faktor yangmempengaruhi kulit terhadap rangsangantara lain jenis kelamin, dimana wanitamemiliki tingkat sensitivitas yang lebihtinggi dibandingkan laki-laki. Selain itujuga dipengaruhi oleh ketebalan kulit sertapengalaman indrawi (Bullock, 2001).

b. UmurPenelitian terhadap 30 orang

responden menunjukkan hasil bahwamayoritas responden berumur antara 46-50tahun sebanyak 14 orang atau sebesar46,7%. Penelitian yang dilakukan Sunjaya(2009) menemukan bahwa kelompok umuryang paling banyak menderita DM adalahkelompok umur 45-52 (47,5%).Peningkatan resiko diabetes sesuai denganumur, khususnya pada usia lebih dari 40tahun, disebabkan karena pada usiatersebut mulai terjadi peningkatanintoleransi glukosa. Adanya prosespenuaan menyebabkan berkurangnyakemampuan sel β pankreas dalammemproduksi insulin (Sunjaya, 2009).Menurut Black dan Hawks (2005) DM tipe2 sering terdiagnosa pada umur dewasadan suku bangsa tertentu. DM tipe 2merupakan tipe dari penyakit DM yangtidak bergantung pada insulin, penyakit inisering terdiagnosa pada orang dewasaberumur lebih dari 40 tahun serta DM tipe2 ini lebih umum terjadi pada orangdewasa dengan suku bangsa tertentu.

Seiring bertambahnya usia sel menjadisemakin resisten terhadap insulin,menurunkan kemampuan lansia untukmemetabolisme glukosa. Selanjutnya,pengeluaran insulin dari sel beta pankreasmenurun dan terhambat. Hasil darikombinasi kedua hal inilah terjadihipoglikemia (Andrews, Jhonson &Weinstock, 2005).

c. PekerjaanPenelitian pada 30 orang masyarakat

yang menderita DM tipe 2 di wilayah kerjaRSUD Arifin Achmad menunjukkanbahwa mayoritas responden ibu rumahtangga atau tidak memiliki aktivitas yangtetap yaitu sebanyak 15 orang atau 50%dan paling sedikit berprofesi sebagaipegawai swasta yaitu sebanyak 3 orangatau 26,7%. Aktifitas fisik yang dilakukanoleh responden yang tidak bekerja atau iburumah tangga kemungkinan besar lebihsedikit dibanding orang yang memilikiaktivitas pekerjaan di luar rumah. MenurutBlack dan Hawks (2005), bahwa aktifitasfisik dapat meningkatkan sensitivitasinsulin dan memiliki efek langsungterhadap penurunan kadar glukosa darah.Hal ini sejalan dengan pernyataan olehAmerican Diabetes Association (2011)yang menyatakan bahwa aktivitas fisikmemiliki manfaat yang besar karena kadarglukosa dapat terkontrol melalui aktivitasfisik serta mencegah terjadi komplikasilainnya.

d. PendidikanSecara umum distribusi responden

berdasarkan tingkat pendidikan terbanyakdari 30 responden memiliki tingkatpendidikan SD sebanyak 12 orang (40%)dan paling sedikit dengan tingkatpendidikan PT sebanyak 1 orang (3,3%).Tingkat pendidikan dapat mempengaruhikemampuan dan pengetahuan seseorangdalam menerapkan perilaku hidup sehat,terutama mencegah kejadian diabetesmelitus. Semakin tinggi tingkat pendidikanmaka semakin tinggi pula kemampuanseseorang dalam menjaga pola hidupnyaagar tetap sehat. Selain itu, tingginyakejadian hiperglikemia pada responden

Page 8: Jurnal PDF Eko Endriyanto

yang memiliki tingkat pendidikan yangrendah menunjukkan bahwa kurangnyapengetahuan tentang penyakitmenyebabkan kadar gula darah tidakterkontrol (Riyadi, 2004).

1. Efektifitas senam kaki DM dengan koranterhadap peningkatan sensitivitas kakipasien DM tipe 2

Berdasarkan hasil penelitian yangtelah dilakukan pada 30 responden yangdibagi ke dalam 2 kelompok, kelompokeksperimen dan kelompok kontrol. Padakedua kelompok tingkat sensitivitas diukurdengan menggunakan monofilament.Kelompok eksperimen dilakukan senamkaki DM dengan koran 1kali sehari setiaphari selama 7 hari , sedangkan kelompokkontrol tidak diberikan perlakuan sepertikelompok eksperimen.

Hasil uji t independent diperoleh pvalue= 0,000 daripada nilai alpha (0,05).Hal ini berarti terdapat perbedaan ataupunpengaruh yang signifikan antara meansensitivitas kaki pada kelompokeksperimen dan kelompok kontrol sesudahdilakukan senam kaki DM dengan koransehingga dapat disimpulkan bahwamelakukan senam kaki DM dengan korandapat membantu meningkatkan sensitivitaskaki pada pasien DM.

Berdasarkan hasil uji t dependentdiperoleh p value= 0,000 lebih kecildaripada nilai alpha (p< 0,05). Hal iniberarti ada pengaruh yang signifikanantara mean sensitivitas kaki padakelompok eksperimen sebelum dansesudah dilakukan senam kaki DM dengankoran sehingga dapat ditarik kesimpulanbahwa melakukan senam kaki DM dengankoran efektif dalam meningkatkansensitivitas kaki.

Rangsangan yang diberikan dari sesirefleksiologi yang baik akan membuatrileks dan melancarkan peredaran darah.Lancarnya peredaran darah karena dipijat,memungkinkan darah mengantar lebihbanyak oksigen dan gizi ke sel-sel tubuh,sekaligus membawa lebih banyak racununtuk dikeluarkan. Pijat refleksi yang

dilakukan pada telapak kaki terutama diarea organ yang bermasalah, akanmemberikan rangsangan pada titik-titiksaraf yang berhubungan dengan pankreasagar menjadi aktif sehingga menghasilkaninsulin melalui titik-titik saraf yang beradadi telapak kaki (Mangoenprasodjio &Hidayati, 2005).

Upaya penanganan pada pasien DMyang sekaligus juga pencegahan terjadinyakomplikasi adalah teraturnya pasien DMdalam melakukan aktifitasfisik/berolahraga. Dengan berolahragadiharapkan terjaganya kebugaran tubuh,menurunkan berat badan dan memperbaikisensitivitas insulin, sehingga dapatmemperbaiki kadar gula dalam darah.Aktifitas fisik yang juga dianjurkan untukdilakukan secara rutin oleh pasien DMadalah gerakan senam kaki diabetes.

Senam kaki diabetes yang dilakukansecara rutin diharapkan komplikasi yangsering terjadi pada kaki-kaki pasien DMseperti luka infeksi yang tidak sembuh danmenyebar luas tidak terjadi. Gerakansenam kaki diabetes ini sangatlah mudahuntuk dilakukan (dapat di dalam atau diluar ruangan) dan tidak memerlukan waktuyang lama (hanya sekitar 15-30 menit)(Setiawan, 2011).

Hal ini sejalan dengan penelitianNasution (2010) tentang “Pengaruh senamkaki terhadap peningkatan sirkulasi darahkaki pada pasien penderita DiabetesMelitus di RSUD Haji Adam Malik”, darihasil penelitian yang dilakukan bahwasirkulasi darah kaki setelah melakukansenam kaki meningkat secara signifikandengan p=0,002 berarti p<0,05.Sedangkan pada kelompok kontrolp=0,903 (p>0,05). Sehingga prakteksenam kaki berpengaruh memperbaikikeadaan kaki, dimana akral yang dinginmeningkat menjadi lebih hangat, kaki yangkaku menjadi lentur, kaki kebas menjaditidak kebas, dan kaki yang atrofi perlahan-lahan kembali normal. Berdasarkan ujistatistik didapat bahwa senam kaki dapatmembantu memperbaiki otot-otot kecil

Page 9: Jurnal PDF Eko Endriyanto

kaki pada pasien diabetes denganneuropati. Selain itu dapat memperkuatotot betis dan otot paha, mengatasiketerbatasan gerak sendi dan mencegahterjadinya deformitas. Keterbatasan jumlahinsulin pada penderita DM mengakibatkankadar gula dalam darah meningkat hal inimenyebabkan rusaknya pembuluh darah,saraf, dan struktur internal lainnyasehingga pasokan darah ke kaki semakinterhambat, akibatnya pasien DM akanmengalami gangguan sirkulasi darah padakakinya.

Hasil penelitian ini sesuai denganpenelitian yang dilakukan oleh Sihombing(2012) yang meneliti tentang “Gambaranperawatan kaki dan sensasi sensorik kakipada pasien Diabetes Melitus tipe 2 diPoliklinik DM RSUD”. Hasil penelitian iniyaitu kelompok yang tidak melakukanperawatan kaki 13 kali lebih besar risikoterjadinya ulkus diabetika dibandingkankelompok yang melakukan perawatan kakisecara teratur. Oleh karena itu, perawatankaki yang baik dapat mencegah terjadinyakaki diabetik, karena perawatan kakimerupakan salah satu faktorpenanggulangan cepat untuk mencegahterjadinya masalah pada kaki yang dapatmenyebabkan ulkus kaki. Praktek yanglebih baik dalam melakukan perawatankaki akan mengurangi risiko terkena kakidiabetik.

Berdasarkan hasil analisisdidapatkan p value lebih kecil dari nilai α5% atau 0,05, hasil yang didapatmerupakan hasil dari kepatuhan respondendalam melakukan senam kaki DM dengankoran ini, pada hari pertama penelitimendapatkan responden mengalamikesulitan pada saat melakukan senam kakidengan koran dikarenakan klien susahdalam merobek koran, namun pada hariselanjutnya dengan usaha yang baik dankepatuhan yang baik saat melakukansenam kaki ini sesuai dengan proseduryang telah di ajarkan responden berhasilmelakukannya dengan baik danmendapatkan hasil yang baik. Pasien yangpatuh dengan pola makan yang baik dan

melakukan aktivitas fisik yang tidakberlebihan yang dapat melukai kaki, danmenggunakan sepatu yang tidak sempitmerupakan kunci keberhasilan dalammeningkatkan sensitivitas kaki pada pasienDM tipe 2.

Dengan demikian pada penelitian inidapat disimpulkan bahwa aktivitas fisikmampu meningkatkan sensitivitas kakiseperti senam kaki diabetes melitus dengankoran, karena dapat memperbanyaksirkulasi darah, memperkuat otot-ototkecil, mencegah terjadinya kelainanbentuk kaki, meningkatkan kekuatan ototbetis dan paha, mengatasi keterbatasangerak sendi, dan meningkatkan kebugaranklien DM. Oleh karena itu, melakukansenam kaki diabetes melitus dengan koranefektif untuk membantu meningkatkansensitivitas kaki pada pasien DM tipe 2.

KESIMPULANHasil penelitian didapatkan

responden rata-rata berusia 40-65 tahundan paling banyak berpendidikan SDdengan status ibu rumah tangga. Selain itu,dari hasil pengukuran diperoleh nilai rata-rata sensitivitas kaki pada kelompokeksperimen sebelum lakukan senam kakiDM dengan koran sebesar 4,35 dan padakelompok kontrol sebesar 3.56. Setelahdiberikan perlakuan dengan melakukansenam kaki DM dengan koran selama 7hari berturut-turut, pada kelompokeksperimen terjadi peningkatan rata-ratasensitivitas sebesar 4.85, sedangkan padakelompok kontrol yang tidak diberikanperlakuan tetap yaitu sebesar 3.56. Hasilpenelitian ini menunjukkan adanyapeningkatan sensitivitas kaki yangsignifikan pada kelompok eksperimensetelah diberikan perlakuan dengan hasiluji statistik p < 0.05. Dapat disimpulkanbahwa melakukan senam kaki diabetesmelitus dengan koran dapat meningkatkansensitivitas kaki pada pasien DM tipe 2.

SARAN1. Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Bagi perkembangan ilmukeperawatan khususnya tenaga pengajar

Page 10: Jurnal PDF Eko Endriyanto

dan pelajar disarankan untuk dapatmemakai hasil penelitian ini sebagaisalah satu sumber informasi mengenaiefektifitas senam kaki diabetes melitusdengan koran terhadap tingkatsensitivitas kaki pada pasien DM tipe 2sehingga dapat dijadikan sebagaievidence based untuk masa datang.

2. Bagi masyarakatHasil penelitian ini agar dapat

diaplikasikan oleh responden dankeluarga dalam membantumeningkatkan sensitivitas kaki secaraefisien dan efektif. selain itu,masyarakat diharapkan lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas fisiklainnya dan ada baiknya mencobasenam kaki sebagai pilihan dalampencegahan komplikasi akibat penyakitdiabetes melitus.

3. Bagi Pihak Rumah SakitBagi Pihak kesehatan di RSUD

terutama perawat di poliklinik penyakitdalam hendaknya melakukan tindakansecara dini terhadap pasien diabetesmelitus. Tindakan tersebut bertujuanuntuk mencegah terjadinya komplikasidiabetes melitus terutama pada kaki.

4. Bagi peneliti lainnyaHasil penelitian ini dapat

dijadikan sebagai evidence based dantambahan informasi untukmengembangkan penelitian lebih lanjuttentang manfaat lain dari senam kakidiabetes melitus terhadap kesehatandengan jumlah sampel yang lebihbanyak, alat ukur yang berbeda danteknik penelitian yang lebih baik.

1Eko Endriyanto, S.Kep: MahasiswaProgram Studi Ilmu KeperawatanUniversitas Riau

2Yesi Hasneli N, S.kp, MNS: DosenDepartemen Keperawatan Medikal BedahProgram Studi Ilmu KeperawatanUniversitas Riau

3Yulia Irvani Dewi, M.Kep, Sp.Mat:Dosen Departemen Keperawatan

Maternitas Program Studi IlmuKeperawatan Universitas Riau

DAFTAR PUSTAKA

Andrews, M., Johnson, P.H., &Weinstock, D. (2005). Handbook ofgeriatric nursing care. Pennsylvania:Springhouse Corporation.

Black, J.M., & Hawks, J.H. (2005).Medical surgical nursing: clinicalmanagement for positive outcomes.(7th). Philadelphia: ElsevierSaunders.

Campbell N. A., Jane, E., dan Lawrence,G. (2005). Biologi. (Edisi kelimaJilid III). Jakarta: Erlangga.

Chang, dkk,. (2010). Patofisiologi aplikasipada praktik keperawatan. Jakarta:EGC.

Hasneli, Y., Amir, F., Utomo, W. (2010).Hubungan tingkat pengetahuan dansikap klien diabetes melitus terhadapperawatan kaki diabetes. JurnalKeperawatan Profesional Indonesia.Vol. 2, No.2 Pekanbaru.

Mangoenprasodjo, A. S. & Hidayati, S. M.(2005). Terapi alternatif dan gayahidup sehat. Yogyakarta: PradiptaPublishing.

Misnadiarly. (2006). Diabetes melitus,gangren & ulcer. Jakarta: PustakaPopuler Obor.

Nasution, Juliani. (2010). Pengaruh SenamKaki Terhadap PeningkatanSirkulasi Darah Kaki Pada PasienPenderita Diabetes Melitus Di RSUPHaji Adam Malik dalamhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20590/7/Cover.pdfdiakses pada tanggal 29 Oktober2012 pukul 21:00 WIB.

Page 11: Jurnal PDF Eko Endriyanto

Nursalam. (2003). Konsep & penerapanmetodologi penelitian ilmukeperawatan: Pedoman skripsi, tesis,dan instrumen penelitiankeperawatan. Jakarta: SalembaMedika.

Riyadi. (2004). Tingkat pengetahuandengan deteksi diabetes melitus.Diperoleh tanggal 22 Juni 2013 darihttp://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=4685.

Setiawan, Y. (2011). Senam kaki untukpenderita diabetes mellitus.Diperoleh tanggal 2 Januari 2013darihttp://www.lkc.or.id/2011/10/26/senam-kaki-untuk-penderita-diabetes-mellitus/.

Sihombing, D. (2012). GambaranPerawatan Kaki dan Sensasi

Sensorik Kaki pada Pasien DiabetesMelitus Tipe 2 Di Poliklinik DMRSUD dalamhttp://journals.unpad.ac.id/ejournal/article/view/677 diakses padatanggal 5 Oktober 2012 pukul 19:07WIB.

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002).Keperawatan medikal bedah (A.Waluyo, et al., Terj.). Jakarta: EGC.

Standar Nasional Indonesia, (2007). KertasKoran. Diperoleh tanggal 31 Maret2013 pukul 22.00 WIB dalamhttp://sisni.bsn.go.id.

Taylor, C., Lillis, C., & Lemone, P.(2005). Fundamental of nursing.(5th). Philadelphia: LippincottWilliams & Wilkins.