jurnal pertumbuhan sapi bali sebuah analisis berdasarkan dimensi tubuh.docx

13
ILMU TERNAK POTONG “ Pertumbuhan Sapi Bali: Sebuah Analisis Berdasarkan Dimensi Tubuh “ Penelitian Oleh: Ida Bagus Djagra Oleh: Indah Cahyani Tungga 1407105074 Kelas B

Upload: indah-cahyani-tungga

Post on 18-Feb-2016

73 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Pertumbuhan Sapi Bali Sebuah Analisis Berdasarkan Dimensi Tubuh.docx

ILMU TERNAK POTONG

“ Pertumbuhan Sapi Bali: Sebuah Analisis Berdasarkan Dimensi Tubuh “

Penelitian Oleh: Ida Bagus Djagra

Oleh:

Indah Cahyani Tungga

1407105074

Kelas B

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2015

Page 2: Jurnal Pertumbuhan Sapi Bali Sebuah Analisis Berdasarkan Dimensi Tubuh.docx

I. PENDAHULUANSapi bali ( bos banteng ), khususnya yang dipelihara di daerah bali

merupakan ternak yang mempunyai peranan penting di masyarakat, sebab berfungsi sebagai tenaga kerja dan sumber daging. Berdasarkan hal ini seharusnya sapi bali tetap di pertahankan atau dilestarikan.

Pemeliharaan sapi bali seara intensif, tetapi masih dengan sistem tradisional atau secara sederahan. Walaupun demikian, masyarakat memeliharanya dengan sepenuh hati, sehingga populasi sapi bali tetap dapat dipertahankan, bahkan ada peningkatan populasi.

Sampai saat ini belum ada penelitan yang berkaitan dengan pertumbuhan sapi bali dari saat muda sampai dewasa yang didasarkan atas pertambahan berat badan dan perubahan ukuran-ukuran tubuhnya.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu di adakan penelitian dengan harapan akan diperoleh hasil yang berkaitan dengan proses pertambahan berat badan, ukuran-ukuran atau dimensi tubuh sapi bali dan dari sangat muda sampai dewasa, sehingga akan diketahui pada saat ini saat umur berapa pertumbuhan paling cepat dan mulai berapa pertumbuhan mulai melambat dan akhirnya konstan. Demikian juga, akan dapat diketahui bagian tubuh mana yang mempunyai pola tubuh awal, sedang, dan lambat.

Atas dasar proses pertumbuhan tersebut akan diterapkan sistem manajemen yang tepat sesuai proses pertumbuhan. Dengan demikian, sapi bali yang dipelihara dapat tumbuh dengan seoptimal umumnya.

Proses pertumbuhan merupakan proses yang kompleks dan untuk menunjukkan adanya pertumbuhan dapat dinyatakan dengan perubahan berat badan, perubahan ukuran-ukuran tubuh, misalnya perubahan tinggi, panjang, dan lebar badan. Jadi, akan tampak terjadi perubahan bentuk dan juga perubahan fungsi. (Brody, 1945; Craouse et al., 1986).

Tingkat pertumbuhan sangat ditentukan oleh keadaan makanan, musim, lahir tunggal, vs kembar, status dalam keadaan bunting, setelah melahirkan, laktasi, genetik, dan hormonal (Barker et al., 1975; Trenkle dan Marple, 1983; dan Lubritz et al., 1986).

Berat badan kurang tepat digunakan untuk melihat tingkat pertumbuhan, terutama pada sapi betina, sebab banyak faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhannya, misalnya saat bunting, setelah melahirkan dan laktasi. Oleh karena itu, dipilih ukuran-ukuran linier yang dapat lebih tepat digunakan untuk menilai pertumbuhan, sebab ukuran-ukuran tubuh linier sedikit dipengaruhi oleh faktor lainnya, tidak seperti pada berat badan. Jadi, ukuran-ukuran tubuh linier terbaik untuk membandingkan pertumbuhan dengan bagian-bagian lainnya. (Russel, 1976 dan de Rose et al., 1988).

Dilihat dari fase pertumbuhan dapat dikatagorikan menjadi pertumbuhan awal (dini) sedang (medium), dan lambat. Bila kekurangan makanan yang ditunda pertumbuhannya adalah yang memunyai fase pertumbuhan lambat; dan sebaliknya yang mendapat prioritas pertama adalah yang mempunyai pertumbuhan awal. Dengan demikian, bila ternak atau sapi kekurangan makanan,

Page 3: Jurnal Pertumbuhan Sapi Bali Sebuah Analisis Berdasarkan Dimensi Tubuh.docx

maka bentuk tubuh ternak tidak akan berubah, sebab pertumbuhan tulang tetap berjalan normal, tulang termasuk pertumbuhan yang diperioritaskan, daging adalah fase kedua dan lemak fase ketiga atau terakhir (Barter et al., 1975).

Kurva pertumbuhan dari lahir sampai dewasa adalah bentuk sigmoid, berarti pertumbuhan cepat sampai saat pubertas, dan setelah itu sampai dewasa kecepatan pertumbuhan melambat (Rhode, 1969; Berg dan Butterfield 1976, Tulloh, 1978), dimana ukuran-ukuran tubuh saat pubertas sekitar dua per tiga ukuran-ukuran saat dewasa (Berg dan Butterield 1976, dan Fradson 1986). Demikian juga, ukuran maksimum seperti berat badan, ukuran tinggi, dan pertumbuhan tulang umumnya tercapai setelah berumur 6 tahun, dan pertambahan berat badan terbesar terjadi antara umur 2-3 tahun (Hays dan Brinks, 1980; Tawah dan Frangkle, 1986).

Diduga dalam pola pertumbuhan bagian-bagian tubuh juga ada skala prioritasnya, disini ada bagian tubuh yang masak-awal, masak-sedang, dan masak lambat.

Tujuan penelitian ini ialah untuk dapat mengetahui laju pertumbuhan yang didasarkan atas ukuran-ukuran tubuh sapi bali sesuai umurnya. Diyakini ada skala prioritas pertumuhan bagian-bagian tubuh, sehingga akan dapat diketahui bagian-bagian tubuh yang mencapai masak awal, masak sedang dan masak lambat.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai dasar pertimbangan dalam manajement, khususnya dalam pemberian makanana (kualitas), serta pengaturan sapi dalam bekerja, degan harapan laju pertumbuhan sapi Bali dapat maksimal. Dengan kata lain, dengan manajemen yang dapat akan dimanifestasikan potensi genetic yang optimal, berarti fungsi sapi bali sebagai sapi potong dapat terpenuhi.

II. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Pola pertumbuahan berat badan sapi bali jantan dan betina dari umur 3 bulan sampai berumur 4 bulan dapat dilihat pada gambar 1, Tabel 1 dan Tabel 2. Laju pertumbuhan berat badan sapi jantan lebih tinggi daripada sapi betina.

Pola pertumbuhan dari 12 ukuran tubuh sapi Bali jantan mulai saat berumur 3 bulan sampai berumur 4 tahun dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 2 akan tetapi, untuk sapi bali betina pada tabel 2 dan gambar 3.

Berdasarkann presentase tingkat kedewasaan, maka tingkat pertumbuhan bagian tubuh sapi dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu tingkat pertumbuhan awal (dini) seperti tinggi gumpa, tinggi pinggul dan lingkar kanon. Yang termasuk tingkat sedang (medium) adalah lebar kepala, dalam dada dan lebar pinggul (‘hip-hip’). Akan tetapi, yang termasuk tingkat lambat ialah panjang kepala, panjang badan dan panjang pantat (‘pin-pin’).

Pada sapi bali jantan (Tabel 1), tingkat kedewasaan awal dapat dilihat pada umur 3 bulan ialah tinggi gumpa, tinggi pinggul, dan lingkar

Page 4: Jurnal Pertumbuhan Sapi Bali Sebuah Analisis Berdasarkan Dimensi Tubuh.docx

kanon telah mencapai tingkat kedewasaan masing-masing 52%, 58%, dan dan 52%. Akan tetapi, tingkat kedewasaan sedang pada lebar kepala, dalam dada, dan lebar pinggul masing-masing 44%, 40%, dan 49%. Demikian juga, tngkat kedewasaan lambat pada panjang kepala (37%), panjang (34%), lingkar dada (35%), lebar pantat (37%), panjang badan (34%), lingkar dada (35%), lebar pantat 37% dan lebar dada 39%. Selanjutnya untuk sapi bali betina dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 5: Jurnal Pertumbuhan Sapi Bali Sebuah Analisis Berdasarkan Dimensi Tubuh.docx
Page 6: Jurnal Pertumbuhan Sapi Bali Sebuah Analisis Berdasarkan Dimensi Tubuh.docx

Pembahasan Tingkat Kedewasaan Sapi Jantan dan Betina

Bila diamati Tabel 1 dan Tabel 2 masing-masing dari sapi bali jantan dan betina, maka pada umur sama sapi betina mempunyai tingkat kedewasaan lebih tinggi daripada sapi jantan. Hal ini dapat diakibatkan perbedaan hormonal, akibat mengalami bunting, sehingga bagian tulang lebih awal masaknya untuk dapat segera menunjang tugas anatomi dan fisiologi, seperti tugas bunting dan laktasi.

Berat Badan Sapi Jantan dan BetinaPada gambar 1, Tabel dan Tabel 2 dapat dilihat bahwa pola

pertambahan berat badan sapi jantan lebih tinggi daripada sapi betina. Hal ini disebabkan sapi jantan laju pertumbuhan yang merata, akibat kurang adanya gangguan atau stress, baik pada fungsi anatomi maupun fisiologinya. Berbeda dengan sapi betina gangguan atau stress lebih banyak, terutama pada fungsi alat-alat reproduksinya. Yaitu pada saat bunting dan laktasi atau menyusukan anaknya, sehingga sebagian besar makanan yang diterimanya untuk kepentingan anaknya dan sebagian kecil untuk pertumbuhan induk.

Tingkat pertumbuhanPada gambar satu dapat di liat, khususnya pada sapi jantan,

yaitu tingkat tambahan berat badan antara umur 1 – 2 tahun, 2 – 3 tahun dan 3 – 4 tahun yang paling tinggi adalah antara umu 2 – 3 tahun (A), di ikuti dengan antara umur 3 – 4 tahun (B) dan antara umur 1 – 2 (C). Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa setelah sapi bali berumur 3 tahun, tambahan berat badan berangsur – angsur berkurang dengan kata lain pada umur 3 tahun terjadi. Infleksi (titik 1, gambar 1).

Bila di hitung dengan cara sama (gambar 1) maka pada sapi betina tambahan berat badan paling kecil terjadi antara umur 3 – 4 tahun karena setelah umur tersebut sapi betina mengalami bermacam – macam stress, seperti bunting, melahirkan dan laktasi sehingga tambahan berat badanya menjadi lebih rendah.

Titik InfleksiTitik infleksi dimaksudkan bahwa umur sapi saat itu

dengan arah laju pertumbuhan mulai mendatar. Pada sapi jantan dan betina terjadi pada umur 3 tahun (gambar 1 ,2 dan 3). Dalam kaitan pelaksanaan seleksi, maka saat umur ini merupakan batas akhir untuk mengetahui apakah sapi tersebut baik atau tidak. khususnya pada sapi jantan pada umur ini mulai terjadi

Page 7: Jurnal Pertumbuhan Sapi Bali Sebuah Analisis Berdasarkan Dimensi Tubuh.docx

penimbunan lemak yang berasal dari sebagian besar tenaga dalam makanannya, dengan kata lain bila ingin lemak dalam karkas sedikit, sapi harus di potong maksimal berumur 3 tahun.

Pola Pertumbuhan AwalTingkat kedewasaan adalah nilai relative dari tingkat

pertumbuhan dari bagian bagian tubuh tertentu, pada umur tertentu pula, terhadap ukuran bagian – bagian tubuh tersebut pada saat dewasa. Bila di gambarkan dalam grafik bagian bagian tubuh yang mempunyai tingkat dewasa awal, akan tampak grafiknya mengarah mendatar atau mendekati sejajar mendekati sumbu x.

Pada pola pertumbuhan awal berarti tingkat kedewasaanya mencapai maksimal pada umur relative muda. Hal ini terjadi pada tinggi gumba, tinggi pinggul yang tinggi, serta lingkar kanon yang besar pada saat umurnya relative masih muda, karena pelaksanaan seleksi di laksanakan semasih sapi berumur muda.

Dimensi tubuh yang mempunyai tingkat kedewasaan awal, misalnya tinggi gumba tidak baik untuk menaksir berat badan sebab mempunyai koefisien kecil. Hal ini di sebabkan saat muda laju pertumbuhan cepat dan semasih dewasa laju pertumbuhanya melambat; sedangkan laju pertumbuhan berat badan tetap tinggi, dengan kata lain makin dewasa rasio antara berat badan dengan tinggi gumba semakin besar, disini rasio itu bisa disebut indeks kegemukan (Tabel 1 dan 2 Nomer 14). (Brody, 1945).

Pola Pertumbuhan SedangBagian tubuh yang mempunyai tingkat kedewasaan sedang

adalah lebar kepala, dalam dada, lebar pinggul. Bagian tubuh ini mendapat prioritas kedua; seandainya terjadi kekurangan makanan. Lebar piggul (hip-hip) dapat sebagai indikator pilihan calon induk sebab semakin lebar piggulnya akan lebih baik sebagai calon induk. jadi lebar pinggul erat kaitanya dengan keadaan makanan yang di terima oleh sapi saat muda. Dengan demikian, dalam memilih calon induk di usahakan mencari sapi dalam kondisi sedang ke atas dengan pertimbangan bagian – bagian tubuh tersebut, khusunya lebar pinggul telah mendapat prioritas sesuai tingkat pertumbuhanya.

Makin besar dalam dadanya, maka memungkinkan pertumbuhan organ-organ dalam rongga dada seperti paru – paru dan jantung lebih baik, dan keadaan ini berefek positif terhadap tingkat pertumbuhan sapi tersebut.

Page 8: Jurnal Pertumbuhan Sapi Bali Sebuah Analisis Berdasarkan Dimensi Tubuh.docx

Pola Pertumbuhan LambatBagian – bagian tubuh yang mempunyai kedewasaan

lambat adalah panjang kepala, panjang badan, lingkar dada, lebar pantat (pin-pin) dan lebar dada.

Pertumbuhan dalam dada selesai lebih awal daripada lebar dada dan kombinasi ini dapat di kaitkan dengan lingkar dada yang tingkat kedewasaanya lambat, berarti pertumbuhan maksimal pada umur 6 tahun (Hays dan Brinks, 1980) atas dasar ini lingkar dada terbaik di pakai menaksir berat badan. Dengan kata lain keduanya mempunyai hubungan yang erat atau koefisien korelasinya tinggi sebagai akibat kedua bagian tersebut laju pertumbuhanya relative sama atau sejajar dari umur muda sampai dewasa.

Tingkat ketepatan pengukuran lingkar dada lebih tinggi, karena lebih mudah melakukan pengukuranya, sehingga kesalahan dalam penaksiran berat badan lebih kecil dengan kata lain hasil penaksiranya terdekat dengan berat badan sebenarnya.

Dapat pula di buat rumus kombinasi antara lingkaran dengan panjang badan, karena keduanya memiliki tingkat kedewasaan sama, dalam kaitannya untuk menaksir berat badan; dan akan di peroleh hasil yang lebih tepat, bila di bandingkan hanya menggunakan satu bagian tubuh, misalnya lingkar dada atau panjang badan.

III. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

a. Masing – masing tubuh sapi memiliki tingkat laju pertumbuhan atau tingkat kedewasaan yang berbeda – beda

b. Bagian tubuh yang mempunyai tigkat kedewasaan awal merupakan penentu bentuk atau ukuran sapi

c. Ukuran tubuh linier terbaik untuk membandingkan pertumbuhan bagian – bagian lainnya

d. Tingkat pertumbuhan tercepat terjadi saat umur 2 tahun dan 3 tahune. Tingkat infleksi sapi bali terjadi pada umur 3 tahun

Sarana. Mengingat seleksi dilaksanakan saat sapi berumur muda, khususnya

dalam kaitan bentuk tubuh, maka sebaiknya seleski di dasarkan atas ukuran tubuh linier yang mempunyai tingkat masak awal

b. Usahakan memperoleh sapi muda yang relative tinggi badanya, bila ingin memiliki sapi dewasa yang memiliki ukuran tubuh besar

c. Pemotongan sapi bali yang di gemukan paling lambat pada umur 3 tahun bila ingin memperoleh karkas sedikit mengandung lemak, karena sapi bali jantan pada umur ini telah mencapai berat badan rata – rata 350 kg.

Page 9: Jurnal Pertumbuhan Sapi Bali Sebuah Analisis Berdasarkan Dimensi Tubuh.docx

DAFTAR PUSTAKA

Djagra, I.B. 1994. Majalah Ilmiah Unud. Udayana University Press. Denpasar