jurnal reading radiologi firda
DESCRIPTION
eweeweTRANSCRIPT
JOURNAL READING
“TRAUMATIC DIAPHRAGMATIC HERNIA MASQUERADING AS LEFT - SIDED
HYDROPNEUMOTHORAX: A CASE REPORT”
Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu
Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Radiologi
Di RSUD Dr.R. Soedjati Purwodadi
oleh:
Siti Firda Alfiyanti
01.211.6530
Pembimbing :
dr. Rona Yulia, Sp.Rad
KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015
HERNIA DIAFRAGMATIKA AKIBAT TRAUMA YANG
TERSAMARKAN SEBAGAI HYDROPNEUMOTHORAX SINISTRA:
LAPORAN KASUS
ABSTRAK
Trauma ruptur diafragma (TRD) jarang terjadi pada anak-anak dan seringkali
diabaikan karena kurangnya kewaspadaan pada lambatnya manifestasi klinik dan
cedera lain yang muncul bersamaan. Seorang gadis 4 tahun dengan gangguan
pernapasan 2 bulan setelah kecelakaan lalu lintas. Diagnosis banding awal adalah
pneumonia atau TB paru dengan efusi pleura. Pada penilaian lebih lanjut, diduga
terdapat hernia diafragma. Pemeriksaan awal radiografi menunjukkan
hydropneumothorax kiri. Fluoroscopy, x-foto thorax dan barium menegaskan
diagnosis TRD kiri. Tindakan pembedahan dilakukan namun dia tidak
terselamatkan. Kesadaran akan lambatnya manifestasi TRD sangat penting untuk
manajemen yang cepat dan tepat.
PENDAHULUAN
Ruptur diafragma akibat trauma tumpul jarang terjadi pada anak-anak. Lambatnya
manifestasi yang timbul mengakibatkan diagnosis tertunda selama berbulan-bulan
atau bertahun-tahun karena kasus yang jarang, cedera lain yang muncul
bersamaan dan kurangnya perhatian pada lambatnya manifestasi klinik. Kondisi
seperti pneumonia dengan efusi pleura, haemothorax dan pneumotoraks mirip
dengan gambaran trauma ruptur diafragma (TRD), sehingga mortalitas meningkat
akibat diagnosis yang terlambat. Seorang anak 4 tahun yang meninggal dengan
diagnosis TRD yang terlambat akan dijelaskan sebagai berikut.
LAPORAN KASUS
Seorang gadis 4 tahun dirujuk ke unit gawat darurat pediatrik dari Ilorin
Teaching Hospital dengan riwayat dada kiri bengkak selama 1 bulan, episode
sesak napas berulang selama 3 minggu, penurunan berat badan dan demam selama
1 minggu. Pembengkakan dada perlahan-lahan membesar tetapi tidak diikuti
dengan nyeri. Episode terbaru sesak nafas terjadi 2 hari sebelum masuk rumah
sakit. Meskipun berat badan menurun, nafsu makan tetap normal. Demam rendah
yang terus menerus mereda dengan parasetamol tetapi telah mereda 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Dia terlibat dalam kecelakaan lalu lintas sekitar 2
bulan sebelum terjadi keluhan, ia mengalami luka memar pada wajah. Tidak ada
luka lain yang dicatat.
Pada pemeriksaan, dia sadar penuh dan ceria, BMI rendah ditinjau dari
usia (10,2 kg, di bawah sentil 10), terdapat gangguan pernapasan ringan tetapi
tidak pucat atau sianosis, terhidrasi dengan baik dan suhu tubuhnya normal. Laju
pernapasan 54x/menit, didapatkan resesi interkostal dan kemerahan ringan dari
alae nasi. Dada asimetris dengan pembengkakan pada hemithorax kiri anterior
tetapi tidak didapatkan tanda-tanda inflamasi lokal. Terdapat deviasi trakea ke
kanan dan penurunan pengembangan dada kiri. Perkusi didapatkan pekak di
sebelah kiri bawah anterior dan posterior tanpa suara napas. Suara napas pada sisi
kanan paru normal. Di sistem kardiovaskular, denyut nadi 100x/menit, reguler
dengan volume penuh. Pulsus radialis sinkron dengan denyut perifer lainnya.
Tekanan darah 90/50 mmHg. Ictus cordis tidak dapat dinilai. Suara jantung
normal tetapi praecordium kiri terdengar lebih dekat ke garis medial dibandingkan
keadaan normal. Pemeriksaan abdomen dan sistem saraf pusat dalam batas
normal. Diagnosis awal adalah pneumonia dengan efusi pleura kiri dengan
diagnosis banding TB paru dengan efusi pleura.
Gambar. 1. Foto thorax pada hari pertama masuk rumah sakit menunjukkan
hydropneumothorax kiri dengan mediastinum bergeser ke kanan.
Foto thorax menunjukkan gambaran hydropneumothorax kiri dengan
pergeseran mediastinum ke kanan. Tidak ada loop usus terlihat (Gbr. 1). Hitung
darah lengkap, parasit malaria smear dan sedimentasi eritrosit dalam batas normal.
Kultur darah tidak menunjukkan pertumbuhan setelah 7 hari dan kumbah lambung
negatif untuk basil pada tiga kesempatan pemeriksaan. Thoracocentesis dilakukan
dan hanya sekitar 1,5 ml cairan serosa diperoleh tetapi kultur menunjukkan
pertumbuhan moderat Enterococcus faecalis sensitif terhadap ceftriaxone dan
ceftazidime.
Gambar. 2. Foto thorax pada keri ke-4 menunjukkan loop usus di hemithorax kiri
dengan chest tube in situ.
Pada hari ke-3 perawatan, sebuah tabung thorakostomi dengan underwater
seal dimasukkan tetapi tidak ada udara atau drainase cairan. Pada hari ke-4, bising
usus terdengar dihemithorax kiri. Sistem lain dalam batas normal dan post-trauma
hernia diafragmatik sisi kiri ditegakkan. X-foto thorax dengan fluoroscopy (Gbr.
2) menunjukkan loop usus dengan aktivitas peristaltik dan pemeriksaan barium
segera setelah itu menunjukkan gambaran lambung di hemithorax kiri (Gbr. 3).
Trakea dan mediastinum bergeser ke kanan. Diagnosis hernia diafragmatik akibat
trauma dikonfirmasi.
Gambar. 3. Pemeriksaan barium pada hari ke-4 menunjukkan adanya lambung
pada hemithorax kiri.
Laparotomi eksplorasi dilakukan dan ditemukan defek hemi-diafragma
kiri, sekitar 5x6 cm. Colon transversum, ileum dan lambung berada di hemithorax
kiri. Paru kiri kolaps tetapi terdapat re-ekspansi yang baik segera setelah lambung
dan usus dikembalikan ke abdomen. Operasi dilakukan untuk memperbaiki defek
yang terjadi dan hasilnya cukup memuaskan. Namun, dia memiliki saturasi yang
inadekuat meskipun diberikan ventilasi manual dengan oksigen 100%.
Sayangnya, terjadi henti jantung 5 jam setelah operasi dan resusitasi jantung-paru
gagal untuk mempertahankan hidupnya.
DISKUSI
Insidensi TRD semakin meningkat seperti angka kejadian kecelakaan lalu
lintas. Ruptur diafragma sering terjadi pada sisi kiri dibandingkan sisi kanan.
Dilaporkan angka mortalitas TRD pasca kecelakaan lalu lintas sebanyak 20 –
40%.
Faktor yang mempengaruhi peningkatan mortalitas TRD adalah adanya
cedera berat dan diagnosis yang terlambat. Beberapa faktor yang menyebabkan
diagnosis yang lambat antara lain adanya cedera serius yang terjadi secara
bersamaan, sedikitnya manifestasi klinis yang timbul dan cedera pada paru yang
mengaburkan diagnosis.
Pada pemeriksaan klinis sering dikaburkan dengan adanya cedera yang
mengancam hidup sehingga sekitar 7 – 66% kasus TRD tidak terdiagnosis sejak
awal. Kondisi seperti efusi pleura, haemothorax dan pneumothorax memiliki
gambaran yang mirip dengan TRD. Sulit untuk menegakkan diagnosis klinis pada
ruptur hemi-diafragma, namun adanya suara bising usus, tidak adanya suara napas
pada sisi yang terkena dan disstres pernapasan dapat dipertimbangkan.
Pada pemeriksaan radiografi dada, kriteria sugestif untuk diagnosis ruptur
diafragma adalah adanya loop usus di dada, NGT diatas diafragma dan hemi-
diafragma yang meningkat. Hepar akan memblok herniasi isi abdomen ke sisi
kanan bawah dada, inisial radiografi dapat mendiagnosis 27 – 60% cedera sisi kiri
tetapi hanya 17% cedera sisi kanan. Penetrasi dari herniasi hepar akibat ruptur
diafragma harus dibedakan dari kasus lain seperti atelektasis, efusi pleura,
kontusio pulmo atau laserasi.
Herniasi organ visceral yang lambat namun progresif melalui robekan
diafragma mungkin memberikan hasil yang negatif terhadap adanya desakan
pergerakan organ viscera abdomen. Hasilnya, evidensi herniasi visceral mungkin
tidak terlihat pada pemeriksaan awal radiografi , seperti pada kasus ini.
Diagnosis TRD ditegakkan dengan pemeriksaan radiografi dada berulang.
Pada pasien ini, pengulangan foto thorax setelah munculnya peristaltik usus pada
fluoroscopy 3 hari setelah pemeriksaan awal foto thorax yang dikonfirmasi
dengan adanya loop usus di hemithorax kiri. Modalitas lain yang bisa dilakukan
untuk menegakkan diagnosis ruptur diafragma antara lain pemeriksaan dengan
barium, computed tomography dan mgnetic resonance imaging.
Manifestasi yang lambat pada TRD memberikan kontribusi yang
signifikan pada kematian pasien ini. Klinisi harus mewaspadai kemungkinan dari
lambatnya manifestasi TRD, khususnya pada anak-anak dengan gejala pada
thorax yang terjadi setelah kecelakaan.