jurnal sains dan seni pomits vol. 3, no. 2, (2014) … · 2020. 1. 18. · jurnal sains dan seni...

4
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3 AbstrakBudaya kesenian wayang kulit satu warisan nenek moyang bangsa Indon mendapat pengakuan secara internasional oleh World Masterpiece of Oral and Intangible Heri pada tanggal 7 November 2003. Galeri Keseni Jawa Timur merupakan objek rancang yan kembali budaya wayang kulit Jawa Timuran kehidupan masyarakat sebagai sarana eduk Objek ini dikembangkan menggunakan tema “ yang bermakna suatu media penyambung yan Dihadirkan dengan kesan yang dinamis mempertahankan sisi tradisional agar masyar mudah mengenal serta melestarikan buda gunungan merupakan ciri khas dari kesenia proses rancang menggunakan metode menyelesaikan isu-isu yang terdapat dalam ob Objek ini diharapkan dapat meng mengembangkan kebudayaan wayang kuli dengan ilmu dan teknologi yang berkembang, aturannya, sehingga tercipta sesuatu yang bar arti, dan fungsi yang sama [8] .Penerapan konsep padaeksterior, interior, bentuk dan struktur pada galeri kesenian wayang kulit jawa timur. Kata KunciGaleri, Kesenian, Kesinam Kulit. I. PENDAHULUAN Kesenian adalah salah satu bentuk budaya kulit merupakan budaya asli bangsa Indonesia berkembang di Jawa. Kepopuleran kesenian w ini semakin meredup seiring masuknya bud yang berasal dari luar. Wayang kulit hanya d sebuah sejarah kuno yang telah dimakan jam klaim dari negara tetangga mengenai waya beberapa kalangan untuk meluruskan beri dapat menghidupkan, mengembangkan, budaya kesenian wayang kulit kembali. Pada saat ini langkah yang sangat dib mengingatkan kembali masyarakat Indo warisan nenek moyang yang begitu membang diakui oleh UNESCO sebagai world masterp intangible heritage of humanity sebagai har yang harus dijaga, dilestarikan, dan dikemban Ke Galeri Keseni Muham Jurusan Arsitektur, Fakultas Tek Jl. A 3, No. 2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) merupakan salah nesia yang telah UNESCO sebagai itage of Humanity ian Wayang Kulit ng menghadirkan di tengah-tengah kasi dan rekreasi. “Kesinambungan” ng susah diputus. s namun tetap rakat dapat lebih aya ini [5] . Simbol an wayang kulit, metafora dalam bjek rancangan [1] . ghidupkan dan it jawa timuran tanpa melupakan ru dengan bentuk, p dan tema terlihat yang diterapkan mbungan, Wayang a bangsa. Wayang a yang khususnya wayang kulit saat daya-budaya baru dianggap sebagai man. Adanya isu ang kulit memicu ita tersebut agar danmelestarikan butuhkan adalah onesia mengenai ggakan yang telah piece of oral and rta karun bangsa ngkan. Tiga hal Gambar 1. Gunungan Gambar 2. Semar Gambar 3. Pagelaran Wayang Kulit esinambungan pada ian Wayang Kulit Jawa T mmad Ilhamullah dan Murni Rachmawati knik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepu (ITS) Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected] G-42 Timur uluh Nopember

Upload: others

Post on 16-Nov-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) … · 2020. 1. 18. · JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) IV. KESIMPULAN Hasil akhir objek rancang merupakan problem

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014)

Abstrak—Budaya kesenian wayang kulit merupakan salah satu warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang telah mendapat pengakuan secara internasional oleh UNESCO sebagai World Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity pada tanggal 7 November 2003. Galeri Kesenian Wayang Kulit Jawa Timur merupakan objek rancang yang menghadirkan kembali budaya wayang kulit Jawa Timuran di tengahkehidupan masyarakat sebagai sarana edukasi dan rekreasiObjek ini dikembangkan menggunakan tema “Kesinambungan” yang bermakna suatu media penyambung yang susah diputus. Dihadirkan dengan kesan yang dinamis namun tetap mempertahankan sisi tradisional agar masyarakat dapat lebih mudah mengenal serta melestarikan budaya inigunungan merupakan ciri khas dari kesenian wayang kulit, proses rancang menggunakan metode metafora dalam menyelesaikan isu-isu yang terdapat dalam objek rancaObjek ini diharapkan dapat menghidupkan dan mengembangkan kebudayaan wayang kulit jawa timuran dengan ilmu dan teknologi yang berkembang, tanpa melupakan aturannya, sehingga tercipta sesuatu yang baru dengan bentuk, arti, dan fungsi yang sama[8].Penerapan konsep dan tema terlihat padaeksterior, interior, bentuk dan struktur yang diterapkan pada galeri kesenian wayang kulit jawa timur.

Kata Kunci— Galeri, Kesenian, Kesinambungan, Wayang Kulit.

I. PENDAHULUAN

Kesenian adalah salah satu bentuk budaya bakulit merupakan budaya asli bangsa Indonesia yang khususnya berkembang di Jawa. Kepopuleran kesenian wayang kulit saat ini semakin meredup seiring masuknya budayayang berasal dari luar. Wayang kulit hanya dianggap sebagai sebuah sejarah kuno yang telah dimakan jaman.klaim dari negara tetangga mengenai wayang kulit memicu beberapa kalangan untuk meluruskan berita tersebut agar dapat menghidupkan, mengembangkan, danmelestarikan budaya kesenian wayang kulit kembali.

Pada saat ini langkah yang sangat dibutuhkan adalah mengingatkan kembali masyarakat Indonesia mengenai warisan nenek moyang yang begitu membanggakan yang telah diakui oleh UNESCO sebagai world masterpiece of oral and intangible heritage of humanity sebagai hartyang harus dijaga, dilestarikan, dan dikembangkan. Tiga hal

Kesinambungan padaGaleri Kesenian Wayang Kulit Jawa Timur

Muhammad IlhamullahJurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print)

Budaya kesenian wayang kulit merupakan salah satu warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang telah mendapat pengakuan secara internasional oleh UNESCO sebagai

d Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity Galeri Kesenian Wayang Kulit

Jawa Timur merupakan objek rancang yang menghadirkan kembali budaya wayang kulit Jawa Timuran di tengah-tengah

sarana edukasi dan rekreasi. Objek ini dikembangkan menggunakan tema “Kesinambungan” yang bermakna suatu media penyambung yang susah diputus.

dinamis namun tetap tradisional agar masyarakat dapat lebih

mudah mengenal serta melestarikan budaya ini[5]. Simbol gunungan merupakan ciri khas dari kesenian wayang kulit,

menggunakan metode metafora dalam isu yang terdapat dalam objek rancangan[1].

Objek ini diharapkan dapat menghidupkan dan mengembangkan kebudayaan wayang kulit jawa timuran dengan ilmu dan teknologi yang berkembang, tanpa melupakan aturannya, sehingga tercipta sesuatu yang baru dengan bentuk,

enerapan konsep dan tema terlihat padaeksterior, interior, bentuk dan struktur yang diterapkan

Galeri, Kesenian, Kesinambungan, Wayang

Kesenian adalah salah satu bentuk budaya bangsa. Wayang kulit merupakan budaya asli bangsa Indonesia yang khususnya berkembang di Jawa. Kepopuleran kesenian wayang kulit saat ini semakin meredup seiring masuknya budaya-budaya baru yang berasal dari luar. Wayang kulit hanya dianggap sebagai

ejarah kuno yang telah dimakan jaman. Adanya isu klaim dari negara tetangga mengenai wayang kulit memicu beberapa kalangan untuk meluruskan berita tersebut agar dapat menghidupkan, mengembangkan, danmelestarikan

saat ini langkah yang sangat dibutuhkan adalah mbali masyarakat Indonesia mengenai

warisan nenek moyang yang begitu membanggakan yang telah world masterpiece of oral and

sebagai harta karun bangsa yang harus dijaga, dilestarikan, dan dikembangkan. Tiga hal

Gambar 1. Gunungan

Gambar 2. Semar

Gambar 3. Pagelaran Wayang Kulit

Kesinambungan padaGaleri Kesenian Wayang Kulit Jawa Timur

Muhammad Ilhamullah dan Murni RachmawatiJurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

(ITS)Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: [email protected]

G-42

Galeri Kesenian Wayang Kulit Jawa Timur

, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Page 2: JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) … · 2020. 1. 18. · JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) IV. KESIMPULAN Hasil akhir objek rancang merupakan problem

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014)

tersebut dapat dicapai dengan mengenalkan kepada seluruh lapisan masyarakat melalui event-event seperWayang Kulit, Pameran Koleksi Wayang Kulit, dan lain sebagainya. Namun event-event tersebut memiliki kekurangan seperti event yang tidak mungkin diselenggarakan setiap hari. Oleh karena itu dibutuhkan sesuatu yang bersifat monumental dan tetap, dimana masyarakat dapat belajar melihat sejarah sekaligus dapat melestarikan dan mengembangkan dari generasi ke generasi yang kesemua hal tersebut dapat ditemukan dalam sebuah bentuk galeri. Penciptaan objek rancang diawali dengan isu-isu diatas menciptayang dapat mencakup semua arti tersebut, yaitu “Kesinambungan”. Kesinambungan digunakan sebagai tema untuk digunakan sebagai dasar merancang yang mempunyai arti untuk memberikan kesan sebagai suatu objek dengan dasar masa lalu yang dikinikan dan digubah dengan teknologi terkini yang sesuai tanpa menghilangkan aturan dan dasarnya agar lebih menyatu, lebih mudah dikenal dan berkembang, serta dapat dijaga dan diwariskan secara turungenerasi selanjutnya [1].

II. KESINAMBUNGAN PADA PROSES PERANCANGAN

Lokasi Tapak berada di kawasan Ahmad Yani, tepatnya di antara Perumahan Pelni dan Kantor DLLAJR Jawa Timur. Kawasan ini merupakan gerbang kota Surabaya bagian selatan[1]. Letak lahan yang cukup strategis didukung dengan mudahnya akses transportasi baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.

Eksplorasi bentuk site dan ruang luar menerapkan tema kesinambungan. Kesinambungan digunakan sebagai kata yang mewakili sesuatu dalam kesenian wayang kulit yang merupakan ciri khas dan mudah dikenal. Melaluarsitektur membentuk suatu kesinambungan sejarah dan budaya. Gunungan dalam kesenian wayang kulit dipilih sebagai simbol. Gunungan dalam pagelaran wayang kulit merupakan sebuah dunia dimana semua lakonpewayangan beraktivitas. Terdapat tiga bagian pada sebuah gunungan yang tingkatannya semakin keatas semakin besifat privat atau penting (Gambar 4, 5) [2]. Tingkatan Gunungan digunakan sebagai dasar dalam membentuk pembagian fungsi ruang, lantai dasar yang digunakan sebagai area publik yang semakin keatas semakin bersifat privat yaitu digunakan sebagai area pengelola bangunan (Gambar gunungan juga digunakan dalam membentuk tatanan massa bangunan, tatanan ruang luar, dan bentuk bangunanKesinambungan diterapkan pada tatanan yapada pengalaman ruang yang saling terkait tujuannya dan penggunaan material lokal dengan teknologi terkini bercorak warna-warrna teracota agar tercipta suasana tradisional modern.

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print)

tersebut dapat dicapai dengan mengenalkan kepada seluruh event seperti Pagelaran

Wayang Kulit, Pameran Koleksi Wayang Kulit, dan lain event tersebut memiliki kekurangan

seperti event yang tidak mungkin diselenggarakan setiap hari. Oleh karena itu dibutuhkan sesuatu yang bersifat monumental

, dimana masyarakat dapat belajar melihat sejarah sekaligus dapat melestarikan dan mengembangkan dari generasi ke generasi yang kesemua hal tersebut dapat ditemukan dalam sebuah bentuk galeri. Penciptaan objek

isu diatas menciptakan satu kata yang dapat mencakup semua arti tersebut, yaitu “Kesinambungan”. Kesinambungan digunakan sebagai tema untuk digunakan sebagai dasar merancang yang mempunyai arti untuk memberikan kesan sebagai suatu objek dengan

dan digubah dengan teknologi terkini yang sesuai tanpa menghilangkan aturan dan dasarnya agar lebih menyatu, lebih mudah dikenal dan berkembang, serta dapat dijaga dan diwariskan secara turun-temurun ke

PERANCANGAN

Lokasi Tapak berada di kawasan Ahmad Yani, tepatnya di antara Perumahan Pelni dan Kantor DLLAJR Jawa Timur. Kawasan ini merupakan gerbang kota Surabaya bagian

. Letak lahan yang cukup strategis didukung dengan asi baik kendaraan pribadi maupun

Eksplorasi bentuk site dan ruang luar menerapkan tema . Kesinambungan digunakan sebagai kata yang

mewakili sesuatu dalam kesenian wayang kulit yang merupakan ciri khas dan mudah dikenal. Melalui simbol, arsitektur membentuk suatu kesinambungan sejarah dan budaya. Gunungan dalam kesenian wayang kulit dipilih sebagai simbol. Gunungan dalam pagelaran wayang kulit merupakan sebuah dunia dimana semua lakon-lakon

bagian pada sebuah gunungan yang tingkatannya semakin keatas semakin besifat

. Tingkatan Gunungan digunakan sebagai dasar dalam membentuk pembagian fungsi ruang, lantai dasar yang digunakan sebagai area publik yang

akin keatas semakin bersifat privat yaitu digunakan sebagai area pengelola bangunan (Gambar 6) [3]. Bentuk gunungan juga digunakan dalam membentuk tatanan massa bangunan, tatanan ruang luar, dan bentuk bangunan [4]. Kesinambungan diterapkan pada tatanan yang dinamis serta pada pengalaman ruang yang saling terkait tujuannya dan penggunaan material lokal dengan teknologi terkini bercorak

warrna teracota agar tercipta suasana tradisional

Dalam gambar dibawah, pengaplikasian konsep terlihat yang dibuat dengan sudut dan ketinggian yang berbedabangunan, serta tatanan massa dan ruang luar

Gambar 4. Tampak Depan

Gambar 5. Tampak Samping

Gambar 6. Potongan Site

Pada gambar potongan site terlihat pembagian ruang yang dibagi sesuai dengan konsep. Dimulai dari area publik sampai menuju area privat yaitu dari area pagelaran, lalu menuju area pameran, dan menuju area pengelola dan servis. Dari pembagian zona tersebut terbentuklahunik.

G-43

Dalam gambar dibawah, pengaplikasian konsep terlihat pada atap yang dibuat dengan sudut dan ketinggian yang berbeda, bentuk

dan ruang luar.

potongan site terlihat pembagian ruang yang Dimulai dari area publik sampai

menuju area privat yaitu dari area pagelaran, lalu menuju area pameran, dan menuju area pengelola dan servis. Dari pembagian zona tersebut terbentuklah tatanan yang jelas dan

Page 3: JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) … · 2020. 1. 18. · JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) IV. KESIMPULAN Hasil akhir objek rancang merupakan problem

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014)

III. HASIL RANCANGAN

Untuk menghadirkan kesinambungan pada bangunan terdapat beberapa hal yang mendukung. Konsep site dan ruang luar disesuaikan dengan tema yaitu kesinambungansesuai simbol yang menjadi ciri khas dari kesenian wayang kulit, sehingga tercipta bentuk yang dinamis, memiliki sirkulasi yang jelas, dan saling terhubung (Gambar

Konsep interior dalam galeri perlu diperhatikan agar tercipta suasana yang ramah, hangat, dramatis, dan tenang. Desain yang digunakan adalah memadukan tatanan objek yang dipamerkan dengan pencahayaan lampu berwarna putih hangat dan dikombinasikan dengan lantai parquet dan dinding partisi berwarna gelap sebagai background objek. Bagian plafon dibuat gelap agar fokus terhadadipamerkan (Gambar 12, 13, 14, 15).

Konsep sirkulasi yang diterapkan pada denah yang dimulai dari kegiatan awal yang berupa pagelaran wayang outdoor (I) (Gambar 16) sehingga dapat menarik pengunjung dengan memperkenalkan kesenianKemudian pengunjung dibawa masuk kedalam galerilantai 2 yang memamerkan koleksi tokoh-tokoh wayang agar pengunjung lebih tahu. Pengunjung diterima di area lobby yang juga terdapat toko souvenir agar dapat menarik hati juga rasa keingintahuan mengenai hal-hal yang terkait dengan kesenian wayang kulit (Gambar 14). Terdapat area studi dan area workshop didalamnya agar pengunjung tertarik dalam melestarikan dan mengembangkan wayang kulit kedepannya(II, III) (Gambar 6, 9, 10). Pada lantai 3 terdapat ruang yang berfungsi sebagai tempat pagelaran dalam yang digunakan apabila tempat untuk pagelaran luar tidak dapat digunakan. Di lantai 3 ini juga dapat digunakan sebagai area pameran kesenian dan area untuk mencoba, terdapat panggung beserta kelirnya sehingga pengunjung dapat langsung mencobanya. Terdapat area bermain gamelan yang pengunjung juga dapat memainkannya secara langsung. Penataan dan pembagian fungsi ruang sesuai dengan tema yang secara tidak langsung dapat menarik minat pengunjung dalam mengenal dan melestarikan kesenian wayang kulit.

Penggunaan sistem struktur portal yaitu menggunaan sistem kolom-balok dengan bentangan 8 meter memaksimalkan fungsi ruang dan bentukan yang telah dirancang10, 11).

Gambar 7. Site plan

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print)

III

II

RANCANGAN

Untuk menghadirkan kesinambungan pada bangunan terdapat beberapa hal yang mendukung. Konsep site dan ruang luar

kesinambungan, tatanan dibuat dari kesenian wayang

kulit, sehingga tercipta bentuk yang dinamis, memiliki sirkulasi yang jelas, dan saling terhubung (Gambar 7, 8, 9).

Konsep interior dalam galeri perlu diperhatikan agar tercipta suasana yang ramah, hangat, dramatis, dan tenang.

yang digunakan adalah memadukan tatanan objek yang dipamerkan dengan pencahayaan lampu berwarna putih hangat dan dikombinasikan dengan lantai parquet dan dinding partisi berwarna gelap sebagai background objek. Bagian plafon dibuat gelap agar fokus terhadap objek yang

enah objek rancang dimulai dari kegiatan awal yang berupa pagelaran

sehingga dapat menarik pengunjung dengan memperkenalkan kesenian wayang kulit. Kemudian pengunjung dibawa masuk kedalam galeri pada

tokoh wayang agar . Pengunjung diterima di area lobby

yang juga terdapat toko souvenir agar dapat menarik hati juga hal yang terkait dengan

erdapat area studi dan area workshop didalamnya agar pengunjung tertarik dalam melestarikan dan mengembangkan wayang kulit kedepannya

terdapat ruang yang berfungsi sebagai tempat pagelaran dalam yang digunakan apabila tempat untuk pagelaran luar tidak dapat digunakan. Di

digunakan sebagai area pameran terdapat panggung beserta

irnya sehingga pengunjung dapat langsung mencobanya. Terdapat area bermain gamelan yang pengunjung juga dapat memainkannya secara langsung. Penataan dan pembagian

secara tidak langsung dalam mengenal dan

Penggunaan sistem struktur portal yaitu menggunaan sistem balok dengan bentangan 8 meter memaksimalkan

fungsi ruang dan bentukan yang telah dirancang (Gambar 9,

Gambar 8. Perspektif mata burung

Gambar 9. Layout plan

Gambar 10. Denah Lantai

Gambar 11. Sistem Struktur

I

G-44

Page 4: JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) … · 2020. 1. 18. · JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) IV. KESIMPULAN Hasil akhir objek rancang merupakan problem

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014)

IV. KESIMPULAN

Hasil akhir objek rancang merupakan problem solving dari isu-isu yang terjadi, tema kesinambunganbentuk gunungan yang merupakan simbol dari kesenian wayang kulit yang menjadi ciri khas dan sangat mudah sehingga menjadi sebuah galeri kesenian wayang kulit yang unik sesuai tema yang dipilih. Hasil ini sesuai dengan konsep site, konsep sirkulasi, pembagian ruang, desain eksterior, desain interior, dan bentuk bangunan yang dapat dilihat pada gambar-gambar yang disajikan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rachmawati, MT atas bimbingan beliau selama proses pengerjaan tugas akhir penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar jurusan Arsitektur ITS.

DAFTAR PUSTAKA[1] Spuybroek, Lars, (2012), The Architecture of Continuity

http://www.v2.nl/publishing/the-architecture-of-continuity[2] Wordpress, (2012), Fungsi, Ruang, Bentuk, dan Ekspresi dalam

Arsitektur, http://othisarch07.wordpress.com/2010/02/05/fungsiruangbentuk-dan-ekspresi-dalam-arsitektur/

[3] Blogspot, (2008), Continuity: hermeneutic meets architecture,hermeneutic-of-continuity.blogspot.com/2008/05/continuityhermeneutic-meets.html

[4] Broadbent, Geofrey, (1973), Design in Architecture : Architecture and Human Science, John Wiley & Sons, Madison.

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print)

Hasil akhir objek rancang merupakan problem solving dari kesinambungan dipadu dengan

bentuk gunungan yang merupakan simbol dari kesenian wayang kulit yang menjadi ciri khas dan sangat mudah

wayang kulit yang unik sesuai tema yang dipilih. Hasil ini sesuai dengan konsep site, konsep sirkulasi, pembagian ruang, desain eksterior,

yang dapat dilihat pada

KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Murni Rachmawati, MT atas bimbingan beliau selama proses pengerjaan tugas akhir penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar jurusan Arsitektur ITS.

The Architecture of Continuity, continuity

Fungsi, Ruang, Bentuk, dan Ekspresi dalam http://othisarch07.wordpress.com/2010/02/05/fungsi-

architecture,http://the-continuity.blogspot.com/2008/05/continuity-

hitecture : Architecture and

Gambar 12. Suasana Interior 1

Gambar 13. Suasana Interior 2

Gambar 14. Suasana Interior 3

Gambar 15. Suasana Interior 4

Gambar 16. Perspektif Normal 1

Gambar 17. Perspektif Normal 2

G-45