jurnal sukmawati 1

42
HEALTH STATUS RELATIONSHIP WITH COGNITIVE STATUS ON OLD WOMAN in BOROBUDUR SUB DISTRICT, 2008 Sukmawati ABSTRACT Background. The decrease of human body function and the change of human physic is as the getting old of human. Cognitive function is an ability of acquaintance and interpretation of someone towards his environment which consist of attention, language, memories, visuospatial, and decided function. The dominant decrease is the ability of how to memorize. The decrease of cognitive ability was considered as a common problem or a natural problem to them who faced the old age (Depkes RI, 2005). 719 old age in Borobudur sub district Hogervorst research consist of 226 old man people and 125 old woman. The research hasn’t discussed the health status problem yet, so that makes the researcher interested in the research about the health status with cognitive status. Aim of the research is to know the relationship of health status with cognitive status on old woman in Borobudur sub district, Central Java. The Method of the research. The research used analytic survey design (cross sectional), with secondary data, 125 old woman sample and was taken by total sampling technique. Results. Multivariate test which connected significantly and the cognitive status of the old woman in Borobudur Sub district for age (p=0,004), education (P=0,125) and happiness feeling (p=0,049), meanwhile the significant connection of the health old female in Borobudur Sub district for age (p= 0,004), education (p= 0,125) and happiness feeling (p=0,049). There is no connection of health status and cognitive status. Summary of the research. The most dominant connected variable of cognitive status was age variable (OR=5, 700), meanwhile the most dominant connected variable with health status was health service access variable (OR=97,920). The connection of health status and cognitive status on old woman in Borobudur Sub district was (p=0, 681), so it couldn’t be analyzed. Reference : 33 books (1985 – 2008) Keywords : Health status, cognitive status, Old Woman.

Upload: cantikaburk

Post on 29-Sep-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ff

TRANSCRIPT

HEALTH STATUS RELATIONSHIP WITH COGNITIVE STATUS ON OLD WOMAN in BOROBUDUR SUB DISTRICT, 2008

SukmawatiABSTRACT

Background. The decrease of human body function and the change of human physic is as the getting old of human. Cognitive function is an ability of acquaintance and interpretation of someone towards his environment which consist of attention, language, memories, visuospatial, and decided function. The dominant decrease is the ability of how to memorize. The decrease of cognitive ability was considered as a common problem or a natural problem to them who faced the old age (Depkes RI, 2005). 719 old age in Borobudur sub district Hogervorst research consist of 226 old man people and 125 old woman. The research hasnt discussed the health status problem yet, so that makes the researcher interested in the research about the health status with cognitive status.Aim of the research is to know the relationship of health status with cognitive status on old woman in Borobudur sub district, Central Java.The Method of the research. The research used analytic survey design (cross sectional), with secondary data, 125 old woman sample and was taken by total sampling technique. Results. Multivariate test which connected significantly and the cognitive status of the old woman in Borobudur Sub district for age (p=0,004), education (P=0,125) and happiness feeling (p=0,049), meanwhile the significant connection of the health old female in Borobudur Sub district for age (p= 0,004), education (p= 0,125) and happiness feeling (p=0,049). There is no connection of health status and cognitive status.Summary of the research. The most dominant connected variable of cognitive status was age variable (OR=5, 700), meanwhile the most dominant connected variable with health status was health service access variable (OR=97,920). The connection of health status and cognitive status on old woman in Borobudur Sub district was (p=0, 681), so it couldnt be analyzed.

Reference : 33 books (1985 2008)

Keywords : Health status, cognitive status, Old Woman.

PENDAHULUANMenjadi tua adalah suatu proses yang merupakan bagian dari kehidupan seseorang, dan sudah terjadi sejak konsepsi dalam kandungan yang berlangsung terus sepanjang kehidupan. Usia lanjut mengandung pengertian adanya perubahan yang progresif pada organisme yang telah mencapai kemasakan, perubahan ini bersifat umum dan irreversible (tidak dapat kembali). (Tahir, 2000 dalam Anonim, 2008).Saat ini penduduk yang berusia lanjut (diatas 60 tahun) di Indonesia terus meningkat jumlahnya bahkan pada tahun 2005-2010 nanti diperkirakan menyamai jumlah Balita (usia bawah lima tahun) yaitu sekitar 8,5% dari jumlah seluruh penduduk atau sekitar 19 juta jiwa. Peningkatan itu seiring meningkatnya umur harapan hidup (UHH) yaitu 67 tahun untuk perempuan dan 63 tahun untuk laki-laki. Hal ini mencerminkan salah satu hasil dalam upaya pembangunan kesehatan di Indonesia. Tetapi di sisi lain merupakan tantangan bagi kita semua untuk dapat mempertahankan kesehatan dan kemandirian para lanjut usia agar tidak menjadi beban bagi dirinya, keluarga maupun masyarakat. (Depkes.RI, 1999)Bersamaan dengan bertambahnya usia, terjadi pula penurunan fungsi organ tubuh dan berbagai perubahan fisik. Penurunan ini terjadi pada semua tingkat seluler, organ, dan sistem. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan kejadian penyakit pada lansia (lanjut usia). Menurunnya kemampuan kognitif sering kali dianggap sebagai masalah biasa dan merupakan hal yang wajar terjadi pada mereka yang berusia lanjut. Padahal, menurunnya kemampuan kognitif yang ditandai dengan banyak lupa merupakan salah satu gejala awal kepikunan. (DepKes RI, 1999) Untuk proses menua yang terjadi pada otak, Cummings dan Benson (1992) menggunakan istilah senescence yang menandakan perubahan proses menua yang masih dalam taraf normal dan istilah senility untuk gangguan intelektual yang terjadi pada lanjut usia tetapi belum mengalami dementia Pada evaluasi kognitif dengan neuroimaging dan MMSE (mini mental state examination) terhadap 1244 pasien high grade glioma oleh Gielissen Marike, 2006 yang telah diberi radioterapi dan kemoterapi menunjukkan hasil pada gambaran neuroimaging yang tidak progresif sedangkan kognitif menurun bermakna pada pengamatan setelah 6 bln ( 18%), 12 bln ( 16 %), 18 bln (14 %), dan 24 bln (13 %). Kemunduran secara klinis juga cukup bermakna yang diukur dengan MMSE. Semakin progresif kemunduran kognitif yang dapat diamati semakin cepat pula pasien meninggal. (Hesti et. all, 2008).Fungsi kognitif merupakan suatu proses mental untuk mengenal atau mengetahui sesuatu yang melibatkan persepsi luhur, bahasa dan reasoning. Fungsi ini meliputi orientasi terhadap waktu, tempat, orang, atensi (kemampuan memusatkan perhatian), memori, bahasa, visuospasial, visuomotor, psikomotor dan fungsi eksekutif (perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan). (Riswanti, 2007)Menurut Raharjo (Universitas Indonesia, 2007) berdasarkan penelitiannya yang dilakukan bekerja sama dengan Hogervost dari Loughborough University, Oxford Institute of Ageing kepada 719 lansia di tiga daerah, yaitu Borobudur, Sumedang dan Jakarta, menemukan bahwa lansia yang terlalu banyak makan tempe memiliki fungsi memori yang bagus.(Hogervorst, 2007).Dari 719 lansia dalam penelitian Hogervorst, yang di Kecamatan Borobudur sebanyak 226 lansia yaitu lansia laki-laki 101 dan lansia perempuan 125. Dalam penelitian tersebut hubungan status kesehatan dengan kemungkinan terjadinya dimensia belum dibahas sehingga membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan status kesehatan dengan status kognitif. Penelitian ini mengambil lansia perempuan di Kecamatan Borobudur, karena kesehatan usia lanjut merupakan aspek kesehatan reproduksi yang belum banyak diteliti.

METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan jenis penelitian survey analitik. Penelitian ini dimulai dengan menganalisis data secara survey analitik yang digunakan untuk mengetahui hubungan status kesehatan dengan status kognitif lansia perempuan di Kecamatan Borobudur, Jawa Tengah, dengan teknik pengambilan data satu kali pada suatu saat dan pengukurannya dilakukan terhadap suatu karakter atau variabel pada saat pemeriksaan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian cross sectional yaitu pendekatan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan atau satu waktu. Penelitian ini adalah bagian dari penelitian yang sudah dilakukan dengan kuisioner di Kecamatan Borobudur, Jawa Tengah, pada bulan Agustus 2006. Dari total lansia sejumlah 226, peneliti mengambil data yang lansia perempuan berjumlah 125 (Data sekunder, penelitian Hogervost tahun 2007). Penelitian menggunakan data sekunder, yaitu: data yang diambil dari penelitian sebelumnya, penelitian Hogervost bekerjasama dengan FKM-UI, tahun 2007. Seluruh prosedur dalam penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komite Etik FKM-UI.

HASIL PENELITIAN A. HASIL ANALISIS UNIVARIAT1. Faktor InternalTabel. 1Distribusi Karakteristik Lansia Perempuan di Kecamatan Borobudur, Jawa TengahUmurJumlahProsentase

60 74 tahun (elderly)75 90 tahun (old)784762,437,6

Pendidikan

Tidak sekolah Sekolah 119695,24,8

Pekerjaan

Tidak bekerjaBekerja121139,690,4

Jumlah anak

Rasa Bahagia

Tidak bahagiaBahagia646151,248,8

Pengobatan hormon

Tidak Ya124199,20,8

Total125100,0

Berdasarkan tabel.1. Diketahui bahwa lansia perempuan di Kecamatan Borobudur yang berumur 6074 sejumlah 78 (62, 4 %), dan yang berumur 7590 sejumlah 47 (37,6%). Hal ini berarti bahwa proporsi lansia elderly lebih besar dari pada para lansia tua (old). Diketahui bahwa lansia perempuan di Kecamatan Borobudur yang pendidikannya rendah /tidak sekolah sejumlah 119 (95, 2 %), dan yang sekolah sejumlah 6 (4,8%). Artinya mayoritas lansia berpendidikan rendah/tidak sekolah. Diketahui bahwa lansia perempuan di Kecamatan Borobudur yang tidak bekerja sejumlah 12 (9, 6 %), dan yang bekerja sejumlah 113 (90,4%). Jadi lansia perempuan di Kecamatan Borobudur mayoritas masih bekerja. Diketahui bahwa lansia perempuan di Kecamatan Borobudur yang mempunyai anak antara 1 - 5 sejumlah 102 (81, 6 %), yang mempunyai anak antara 6 - 10 sejumlah 23 (18, 4 %). Jadi lansia perempuan di Kecamatan Borobudur sebagian besar mempunyai anak yang masih hidup antara 1 - 5 orang. Diketahui bahwa lansia perempuan di Kecamatan Borobudur di masa lansia yang merasa tidak bahagia ada 64 lansia (51, 2 %), dan yang merasa bahagia 61 lansia (48,8 %). Hal ini berarti bahwa proporsi lansia yang merasakan bahagia dan tidak bahagia tidak jauh berbeda.Diketahui bahwa lansia perempuan di Kecamatan Borobudur di masa lansia yang mayoritas tidak menggunakan pengobatan hormon yaitu 124 lansia (99, 2%) dan yang menggunakan pengobatan hormon hanya 1 lansia (0,8%). Jadi lansia perempuan di Kecamatan Borobudur mayoritas tidak menggunakan pengobatan hormone2. Faktor Eksternala. Akses Pelayanan KesehatanTabel. 2Distribusi Akses Pelayanan Kesehatan Lansia Perempuan di Kecamatan Borobudur, Jawa TengahAkses Pelayanan KesJumlahProsentase

YaTidak735258,441,6

Total125100,0

Berdasarkan tabel 5.7 Diketahui bahwa lansia perempuan di Kecamatan Borobudur yang pergi ke pelayanan kesehatan 2 tahun terakhir di masa lansia adalah 73 lansia (58,4 %), dan yang tidak mengakses pelayanan kesehatan 2 tahun terakhir ada 52 lansia (41,6 %). Jadi lansia perempuan di Kecamatan Borobudur lebih banyak yang mengakses pelayanan kesehatan b. Status KesehatanTabel. 3Distribusi Status Kesehatan Lansia Perempuan di Kecamatan Borobudur, Jawa TengahStatus KesehatanJumlahProsentase

SakitSehat764960,839,2

Total125100,0

Berdasarkan tabel 5.8 Diketahui bahwa lansia perempuan di Kecamatan Borobudur yang sakit ada 76 lansia (60,8 %), dan yang sehat ada 49 lansia (39,2%). Jadi lansia perempuan di Kecamatan Borobudur lebih banyak yang sakit pada 6 bulan terakhir saat wawancara.c. Status KognitifTabel. 4Distribusi Status Kognitif Lansia Perempuan di Kecamatan Borobudur, Jawa TengahStatus KognitifJumlahProsentase

Normal (25 30 point)Rendah ( 24 point)507540,060,0

Total125100,0

Berdasarkan tabel 5.9 Diketahui bahwa lansia perempuan di Kecamatan Borobudur yang status kognitifnya normal ada 50 lansia (40,0 %), yang status kognitifnya rendah ada 75 lansia (60,0 %). Jadi lansia perempuan di Kecamatan Borobudur lebih banyak yang status kognitifnya rendah.

B. HASIL ANALISIS BIVARIAT1. Hubungan umur dan status kognitifTabel 5.Hubungan umur dan status kognitif Lansia Perempuan di Kecamatan Borobudur, Jawa Tengah

UmurStatus kognitifTotalOR

p value

Normal(25 -30 point)Rendah(< = 24 point)

60 74 th40(51,3 %)38(48,7%)78(100%)3,895

0,002

75 90 th10(21,3%)37(78,7%)47(100%)

Jumlah50(40,0%)75(60,0%)125(100%)

Lansia yang berumur 60 74 tahun status kognitifnya yang rendah sebesar 48,7 %, dan lansia yang berumur 75 90 tahun status kognitifnya rendah sebesar 78,7 %. Hasil analisis hubungan status kognitif dan umur lansia berdasarkan uji Chi-square ternyata menunjukkan hubungan yang bermakna (p = 0,002). Hubungan kedua variabel tersebut menunjukkan OR = 3,895 artinya lansia yang berumur 75 - 90 tahun dengan status kognitif normal mempunyai potensial 3,895 kali kognitifnya rendah dibanding dengan lansia yang berumur 60 -74 tahun.2. Hubungan pendidikan dan status kognitifTabel 6.Hubungan pendidikan dan status kognitif Lansia Perempuan di Kecamatan Borobudur, Jawa Tengah

PendidikanStatus kognitifTotalOR

p value

Normal(25 -30 point)Rendah(< = 24 point)

Tidak sekolah 5(83,3 %)1(16,7%)6(100%)8,222

0,073

Sekolah 45(37,8%)74(62,2%)119(100%)

Jumlah50(40,0%)75(60,0%)125(100%)

Lansia yang pendidikannya tidak sekolah status kognitifnya yang rendah sebesar 16,7 %, dan lansia yang sekolah status kognitifnya rendah sebesar 62,2 %. Hasil analisis hubungan status kognitif dan pendidikan lansia berdasarkan uji Chi-square ternyata menunjukkan hubungan yang tidak bermakna (p = 0,073). 3. Hubungan pekerjaan dan status kognitifTabel 7.Hubungan pekerjaan dan status kognitif Lansia Perempuan di Kecamatan Borobudur, Jawa Tengah

PekerjaanStatus kognitifTotalOR

p value

Normal(25 -30 point)Rendah(< = 24 point)

Tidak bekerja3(25,0 %)9(75,0%)12(100%)0,468

0,420

Bekerja47(41,6%)66(58,4%)113(100%)

Jumlah50(40,0%)75(60,0%)125(100%)

Lansia yang tidak bekerja dengan status kognitif rendah sebesar 75,0 %, dan lansia yang masih bekerja dengan status kognitif rendah sebesar 58,4 %. Hasil analisis hubungan status kognitif dan pekerjaan lansia berdasarkan uji Chi-square ternyata menunjukkan hubungan yang tidak bermakna (p = 0,420). 4. Hubungan jumlah anak dan status kognitifTabel 8.Hubungan jumlah anak dan status kognitif Lansia Perempuan di Kecamatan Borobudur, Jawa Tengah

Jumlah anakStatus kognitifTotalOR

p value

Normal(25 -30 point)Rendah(< = 24 point)

1 5 anak41(40,2 %)61(59,8%)102(100%)1,046

1,000

6 10 anak9(39,1%)14(60,9%)23(100%)

Jumlah50(40,0%)75(60,0%)125(100%)

Lansia yang jumlah anak hidupnya 1 5 anak dengan status kognitif rendah sebesar 59,8 %, dan lansia yang jumlah anak hidupnya 6 10 anak dengan status kognitif rendah sebesar 60,9 %.Hasil analisis hubungan status kognitif dan jumlah anak hidup berdasarkan uji Chi-square ternyata menunjukkan hubungan yang tidak bermakna (p = 1,000).

5. Hubungan rasa bahagia dan status kognitif

Tabel 9.Hubungan rasa bahagia dan status kognitif Lansia Perempuan di Kecamatan Borobudur, Jawa Tengah

Perasaan bahagiaStatus kognitifTotalOR

p value

Normal(25 -30 point)Rendah(< = 24 point)

Tidak bahagia31(48,4 %)33(51,6%)64(100%)2,077

0,073

Bahagia 19(31,1%)42(68,9%)61(100%)

Jumlah50(40,0%)75(60,0%)125(100%)

Lansia yang merasa tidak bahagia dengan status kognitif rendah sebesar 51,6 %, dan lansia yang merasa bahagia dengan status kognitif rendah sebesar 68,9 %. Hasil analisis hubungan status kognitif dan perasaan bahagia berdasarkan uji Chi-square ternyata menunjukkan hubungan yang tidak bermakna (p = 0,073).6. Hubungan penggunaan hormon dan status kognitifTabel 10.Hubungan penggunaan hormon dan status kognitif Lansia Perempuan di Kecamatan Borobudur, Jawa Tengah

Penggunaaan hormonStatus kognitifTotalOR

p value

Normal(25 -30 point)Rendah(< = 24 point)

Tidak 50(40,3 %)74(59,7%)124(100%)1,676

1,000

Ya 0(0,0%)1(100,0%)1(100,0%)

Jumlah50(40,0%)75(60,0%)125(100%)

Lansia yang menggunakan hormon ternyata dengan status kognitif rendah sebesar 100,0 %, dan lansia yang tidak menggunakan hormon dengan status kognitif rendah sebesar 59,7 %. Hasil analisis hubungan status kognitif dan penggunaan hormon berdasarkan uji Chi-square ternyata menunjukkan hubungan yang tidak bermakna (p = 1,000).7. Hubungan akses pelayanan kesehatan dan status kognitifTabel 11.Hubungan akses pelayanan kesehatan dan status kognitif Lansia Perempuan di Kecamatan Borobudur, Jawa Tengah

Akses pelayanan kesehatanStatus kognitifTotalOR

p value

Normal(25 -30 point)Rendah(< = 24 point)

Tidak 21(40,4 %)31(59,6%)52(100%)1,028

1,000

Ya 29(39,7%)44(60,3%)73(100%)

Jumlah50(40,0%)75(60,0%)125(100%)

Lansia yang mengakses pelayanan kesehatan dengan status kognitif rendah sebesar 60,3 %, dan lansia yang tidak mengakses pelayanan kesehatan dengan status kognitif normal sebesar 59,6 %. Hasil analisis hubungan status kognitif dan akses pelayanan kesehatan berdasarkan uji Chi-square ternyata menunjukkan hubungan yang tidak bermakna (p = 1,000). 8. Hubungan umur dan status kesehatanTabel 12.Hubungan umur dan status kesehatan Lansia Perempuan di Kecamatan Borobudur, Jawa Tengah

UmurStatus kesehatanTotalORp value

SakitSehat

60 74 th49(62,8 %)29(37,2%)78(100%)1,252

0,684

75 90 th27(57,4%)20(42,6%)47(100%)

Jumlah76(60,8%)49(39,2%)125(100%)

Lansia yang berumur 60 74 tahun dengan status kesehatan sehat sebesar 37,2 %, dan lansia yang berumur 75 90 tahun dengan status kesehatan sehat sebesar 42,6 %. Hasil analisis hubungan status kesehatan dan umur lansia berdasarkan uji Chi-square ternyata menunjukkan hubungan yang tidak bermakna (p = 0,684).9. Hubungan pendidikan dan status kesehatanTabel 5.18Hubungan pendidikan dan status kesehatan Lansia Perempuan di Kecamatan Borobudur, Jawa Tengah

PendidikanStatus kesehatanTotalORp value

SakitSehat

Tidak sekolah 73(61,3 %)46(38,7%)119(100%)0,6300,899

Sekolah 3(50,0%)3(50,0%)6(100%)

Jumlah76(60,8%)49(39,2%)125(100%)

Lansia yang tidak sekolah status kesehatannya sehat sebesar 38,7 %, dan lansia yang sekolah status kesehatannya sehat sebesar 50,0 %.Hasil analisis hubungan status kesehatan dan pendidikan lansia berdasarkan uji Chi-square ternyata menunjukkan hubungan yang tidak bermakna (p = 0,899). 10. Hubungan pekerjaan dan status kesehatanTabel 5.19Hubungan pekerjaan dan status kesehatan Lansia Perempuan di Kecamatan Borobudur, Jawa Tengah

PekerjaanStatus kesehatanTotalORp value

SakitSehat

Tidak bekerja9(75,0 %)3(25,0%)12(100%)2,0600,454

bekerja67(59,3%)46(40,7%)113(100%)

Jumlah76(60,8%)49(39,2%)125(100%)

Lansia yang tidak bekerja dengan status kesehatan sehat sebesar 25,0 %, dan lansia yang masih bekerja dengan status kesehatan sehat sebesar 40,7 %.Hasil analisis hubungan status kesehatan dan pekerjaan lansia berdasarkan uji Chi-square ternyata menunjukkan hubungan yang tidak bermakna (p = 0,454). 11. Hubungan jumlah anak dan status kesehatanTabel 5.20Hubungan jumlah anak dan status kesehatan Lansia Perempuan di Kecamatan Borobudur, Jawa Tengah

Jumlah anakStatus kesehatanTotalORp value

SakitSehat

1 5 anak56(54,9 %)46(45,1%)102(100%)0,1830,009

6 10 anak20(87,0%)3(13,0%)23(100%)

Jumlah76(60,8%)49(39,2%)125(100%)

Lansia yang jumlah anak hidupnya 1 5 anak dengan status kesehatan sehat sebesar 45,1 %, dan lansia yang jumlah anak hidupnya 6 10 anak dengan status kesehatan sehat sebesar 13,0 %.Hasil analisis hubungan status kesehatan dan jumlah anak hidup berdasarkan uji Chi-square ternyata menunjukkan hubungan yang bermakna (p = 0,009). Hubungan kedua variabel tersebut menunjukkan OR = 0,183 artinya lansia yang jumlah anak hidup 1 5 status kesehatan sehat mempunyai peluang tidak demensia 0,183 kali dibanding dengan lansia yang jumlah anak hidupnya 6 1012. Hubungan rasa bahagia dan status kesehatanTabel 5.21Hubungan rasa bahagia dan status kesehatan Lansia Perempuan di Kecamatan Borobudur, Jawa TengahPerasaan bahagiaStatus kesehatanTotalORp value

SakitSehat

Tidak bahagia60(93,8 %)4(6,3%)64(100%)42,1880,000

Bahagia16(26,2%)45(73,8%)61(100%)

Jumlah76(60,8%)49(39,2%)125(100%)

Lansia yang merasa tidak bahagia dengan status kesehatan sehat sebesar 6,3 %, dan lansia yang merasa bahagia dengan status kesehatan sehat sebesar 73,8 %.Hasil analisis hubungan status kesehatan dan perasaan bahagia berdasarkan uji Chi-square ternyata menunjukkan hubungan yang bermakna (p = 0,000).Hubungan kedua variabel tersebut menunjukkan OR = 42,188 artinya lansia yang merasa bahagia dengan status kesehatan sehat mempunyai peluang sehat 42,188 kali dibanding dengan lansia yang tidak bahagia13. Hubungan penggunaan hormon dan status kesehatanTabel 5.22Hubungan penggunaan hormon dan status kesehatan Lansia Perempuan di Kecamatan Borobudur, Jawa Tengah

Penggunaaan hormonStatus kesehatanTotalORp value

SakitSehat

Tidak 75(60,5 %)49(49,5%)124(100%)1,653

1,000

Ya 1(100,0%)0(0,0%)1(100,0%)

Jumlah50(60,8%)75(39,2%)125(100%)

Lansia yang menggunakan hormon dengan status kesehatan sehat sebesar 0,0 %, dan lansia yang tidak menggunakan hormon dengan status kesehatan sehat sebesar 49,5 %Hasil analisis hubungan status kesehatan dan penggunaan hormon berdasarkan uji Chi-square ternyata menunjukkan hubungan yang tidak bermakna (p = 1,000).14. Hubungan akses pelayanan kesehatan dan status kesehatanTabel 5.23Hubungan akses pelayanan kesehatan dan status kesehatan Lansia Perempuan di Kecamatan Borobudur, Jawa Tengah

Akses pelayanan kesehatanStatus kesehatanTotalORp value

SakitSehat

Tidak 51(98,1 %)1(1,9%)52(100%)97,9200,000

Ya 25(34,2%)48(65,8%)73(100%)

Jumlah76(60,8%)49(39,2%)125(100%)

Lansia yang mengakses pelayanan kesehatan dengan status kesehatan sehat sebesar 65,8 %, dan lansia yang tidak mengakses pelayanan kesehatan dengan status kesehatan sehat sebesar 1,9 %.Hasil analisis hubungan status kesehatan dan akses pelayanan kesehatan berdasarkan uji Chi-square ternyata menunjukkan hubungan yang bermakna (p = 0,000). Hubungan kedua variabel tersebut menunjukkan OR = 97,920 artinya lansia yang sehat dengan status kesehatan sehat mempunyai peluang tidak demensia 97,920 kali dibanding dengan lansia yang sakit.

15. Hubungan status kesehatan dan status kognitifTabel 5.24.Hubungan status kesehatan dan status kognitif Lansia Perempuan di Kecamatan Borobudur, Jawa Tengah

Status kesehatanStatus kognitifTotalOR

p value

Normal(25 -30 point)Rendah(< = 24 point)

Sakit32(42,1 %)44(57,9%)76(100%)1,2530,681

Sehat18(36,7%)31(63,3%)49(100%)

Jumlah50(40,0%)75(60,0%)125(100%)

Lansia yang sakit dengan status kognitif rendah sebesar 57,9 %, dan lansia yang sehat dengan status kognitif rendah sebesar 63,3%Hasil analisis hubungan status kognitif dan status kesehatan berdasarkan uji Chi-square ternyata menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna (p = 0,681).HASIL ANALISIS MULTIVARIATUntuk memperoleh jawaban variabel independen mana yang paling dominan berhubungan status kognitif, maka dilakukan analisis multivariat. Tahapan analisis multivariabel meliputi; pemilihan variabel kandidat (seleksi variabel) dan pemilihan variabel yang berhubungan dengan status kognitif.5.3.1. Pemilihan Variabel Kandidat (Seleksi Variabel)Seperti telah diutarakan sebelumnya bahwa dalam penelitian ini analisis multivariabel dilakukan dengan uji statistik Multivariat Regression Logistic, mengingat variabel dependennya berbentuk variabel kategorik yang bersifat dikotom/binary. Sebelum sampai pada analisis multivariabel terlebih dahulu dilakukan seleksi terhadap variabel yang diduga ikut berpengaruh (kandidat kovariat) dengan membatasi nilai p kurang dari 0,25 (p dari 0,05.Hubungan Faktor Internal dengan Status Kognitif dan Status Kesehatan1) UmurBerdasarkan analisis statistik secara analisis bivariat, dapat diungkapkan bahwa umur lansia perempuan di Kecamatan Borobudur ternyata terbukti mempunyai hubungan yang bermakna pada status kognitif karena nilai p value di bawah 0,05 yaitu p= 0,002. Sedangkan umur dengan status kesehatan setelah dianalisis ternyata tidak terbukti mempunyai hubungan yang bermakna karena nilai p value di atas 0,05 yaitu 0,684. Ini sesuai dengan penelitian Riwanti, 2007 mengatakan bahwa pertambahan usia telah lama diketahui sebagai prediktor buruknya performa kognitif. Usia mempengaruhi status kognitif lansia perempuan di Kecamatan Borobudur. Dalam (waspada online, 2007) dikatakan kejadian gangguan intelektual meningkat dengan cepat mulai umur 60 sampai 85 tahun atau lebih, yaitu kurang dari 5% lansia 60-74 tahun mengalami dimensia (kepikunan berat), sedangkan pada usia setelah 85 tahun kejadian ini meningkat 50%.2) PendidikanBerdasarkan analisis statistik secara analisis bivariat, dapat diungkapkan bahwa pendidikan lansia perempuan di Kecamatan Borobudur ternyata terbukti mempunyai hubungan yang bermakna pada status kognitif karena nilai p value di bawah 0,05 yaitu p= 0,073. Sementara pendidikan setelah dianalisis bivariat dengan status kesehatan ternyata tidak terbukti mempunyai hubungan yang bermakna karena nilai p value di atas 0,05 yaitu 0,899.Ini sesuai dengan penelitian Riwanti (2007) mengatakan bahwa pertambahan usia dan rendahnya tingkat pendidikan telah lama diketahui sebagai prediktor buruknya performa kognitif. Menurut Hogervorst et al, 2007 dalam penelitiannya mengatakan bahwa pendidikan pada lansia menunjukkan hubungan yang bermakna ( r=0.16, p=0.02), berdasarkan penelitian Kenneth et al, 2008 mengatakan semakin pendidikan seseorang tinggi, semakin otaknya tajam/jelas. 3) PekerjaanBerdasarkan analisis statistik secara analisis bivariat, dapat diungkapkan bahwa pekerjaan lansia perempuan di Kecamatan Borobudur ternyata tidak terbukti mempunyai hubungan yang bermakna pada status kognitif karena nilai p value di atas 0,05 yaitu p= 0, 420. Sedangkan pekerjaan dengan status kesehatan setelah dianalisis ternyata juga tidak terbukti mempunyai hubungan yang bermakna karena nilai p value di atas 0,05 yaitu 0,454.Notoadmodjo (1997) yang mengatakan jenis pekerjaan merupakan salah satu variabel yang dapat mempengaruhi dalam pemeliharaan kesehatan. Bagi wanita yang selama ini mengabdikan total pada keluarga berkurangnya kerepotan mengurus suami dan anak, akan menimbulkan perasaan bahwa dirinya sudah tidak berharga dan tidak dibutuhkan lagi. Perasaan bahwa dirinya tidak dibutuhkan dan tidak dihargai lagi, ini akan menurunkan bahkan menghentikannya keinginannya untuk melakukan aktivitas. (Hammasa, 2004).4) Jumlah anakBerdasarkan analisis statistik secara analisis bivariat, dapat diungkapkan bahwa jumlah anak lansia perempuan di Kecamatan Borobudur ternyata tidak terbukti mempunyai hubungan yang bermakna pada status kognitif karena nilai p value di atas 0,05 yaitu p= 1,000. Sementara jumlah anak setelah dianalisis bivariat dengan status kesehatan ternyata terbukti mempunyai hubungan yang bermakna karena nilai p value di bawah 0,05 yaitu 0,009. Ini berarti jumlah anak mempengaruhi status kesehatan lansia perempuan di Kecamatan Borobudur. Berarti wanita tidak lagi mampu melahirkan anak, berarti tidak lagi mampu mengemban tugas/peran sebagai penerus generasi. (Hammasa, 2004).5) Rasa bahagiaBerdasarkan analisis statistik secara analisis bivariat, dapat diungkapkan bahwa perasaan bahagia lansia perempuan di Kecamatan Borobudur ternyata terbukti mempunyai hubungan yang bermakna pada status kognitif karena nilai p value di bawah 0,05 yaitu p= 0,073. Sedangkan perasaan bahagia setelah dianalisis bivariat dengan status kesehatan ternyata terbukti mempunyai hubungan yang bermakna karena nilai p value di bawah 0,05 yaitu 0,000.Ini berarti bahwa perasaan bahagia di masa lansia mempengaruhi status kesehatan dan status kognitifnya, bahwa lansia yang berada di tengah keluarga yang harmonis adalah faktor utama bagi kebahagiaan lahir batin lansia, selain rasa hormat dan penghargaan dari anak-cucu dan masyarakatnya. (komnas lansia, 2007)E.Hurlock, memberikan beberapa kunci yang dapat menunjang kebahagian pada masa usia lanjut : Sikap yang menyenangkan terhadap usia lanjut berkembang sebagai akibat dari kontak pada usia sebelumnya dengan usia lanjut yang menyenangkan. Kenangan yang menggembirakan sejak masa kanak-kanak sampai masa dewasanya. Sikap yang realistis terhadap kenyataan dan mau menerima kenyataan tentang perubahan fisik dan psikis sebagai akibat dari usia lanjut yang tidak dapat dihindari. Menerima kenyataan dan kondisi hidup yang ada sekarang, walaupun kenyataan tersebut berada di bawah kondisi yang diharapkan Perasaan puas dengan prestasi yang ada sekarang dan prestasi masa lalu. Puas dengan status perkawinannya dan kehidupan seksualnya. Kesehatan cukup bagus tanpa mengalami masalah kesehatan yang kronis. Situasi keuangan memadai untuk memenuhi seluruh keinginan dan kebutuhannya. Mempunyai kesempatan untuk memantapkan kepuasan dan pola hidup yang diterima oleh kelompok sosial dimana ia sebagai anggotanya Diterima oleh dan memperoleh respek dari kelompok sosial. Bebas untuk mencapai gaya hidup yang diinginkan tanpa intervensi dari luar. Terus berpartisipasi dengan kegiatan yang berarti dan menarik. Menikmati kegiatan rekreasional yang direncanakan khusus bagi orang usia lanjut. Menikmati kegiatan sosial yang dilakukan dengan kerabat keluarga dan teman-teman. Melakukan kegiatan produktif, baik kegiatan dirumah maupun kegiatan yang secara sukarela dilakukan. (Dimodifikasi : Syamsuddin: 2008)6) Penggunaan hormonBerdasarkan analisis statistik secara analisis bivariat, dapat diungkapkan bahwa penggunaan hormon pada lansia perempuan di Kecamatan Borobudur ternyata tidak terbukti mempunyai hubungan yang bermakna pada status kognitif karena nilai p value di atas 0,05 yaitu p= 1,000. Sedangkan penggunaan hormon setelah dianalisis bivariat dengan status kesehatan ternyata juga tidak terbukti mempunyai hubungan yang bermakna karena nilai p value di atas 0,05 yaitu 1,000.Ini disebabkan lansia perempuan di Kecamatan Borobudur mayoritas tidak menggunakan pengobatan hormon. Ini berkaitan dengan penggunaan sulih hormon di negara-negara Asia khususnya Indonesia masih terbatas, penerimaan masyarakat terhadap menopause, faktor pendidikan, sosial dan ekonomi mempengaruhi jumlah pemakaian sulih hormon. (HTA, FKUI, 2004).Hubungan Faktor Eksternal dengan Status Kognitif dan Status KesehatanAkses Pelayanan KesehatanBerdasarkan analisis statistik secara analisis bivariat, dapat diungkapkan bahwa akses pelayanan kesehatan lansia perempuan di Kecamatan Borobudur ternyata tidak terbukti mempunyai hubungan yang bermakna pada status kognitif karena nilai p value di atas 0,05 yaitu 1,000. Sedangkan akses pelayanan kesehatan setelah dianalisis bivariat dengan status kesehatan ternyata terbukti mempunyai hubungan yang bermakna karena nilai p value di bawah 0,05 yaitu 0,000.Kebutuhan perawatan kesehatan adalah hal krusial yang hampir dialami oleh setiap lansia. Seiring per tumbuhan umur, ketahanan tubuh para lansia pun banyak mengalami penurunan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Komnas Lansia pada tahun 2006, dari segi kesehatan, terdapat Lansia dengan gangguan penglihatan sekitar 45%, gangguan pendengaran (26%), gangguan gigi mulut (40%), dan gangguan sendi (60%). Kondisi demikian menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan usia lanjut sangat dibutuhkan. (Komnas lansia, 2007)Hubungan Status Kesehatan dan Status KognitifBerdasarkan analisis statistik secara analisis bivariat, dapat diungkapkan bahwa status kesehatan lansia perempuan di Kecamatan Borobudur ternyata tidak terbukti mempunyai hubungan yang bermakna pada status kognitif karena nilai p value di atas 0,05 yaitu 0,681 maka hipotesis tidak terbukti yang berarti bahwa lansia yang sehat tidak mempengaruhi status kognitifnya.Komunikasikan masalah dengan suami, berbagai perubahan maupun gangguan fisik-psikis-sosial yang dirasakan perlu diketahui suami. Pengertian, penerimaan dan dukungan dari suami sangat besar artinya bagi wanita lansia, sehingga ketegangan yang muncul dapat di cegah. Lebih baik bila keterbukaan ini juga ditumbuhkan dalam keluarga secara keseluruhan, artinya anak-anak juga memberikan dukungan. Usaha positif yang perlu diusahakan agar kehidupan sehari-hari pasangan suami istri lansia tetap sehat dan produktif, adalah dengan tetap menjalankan kebiasaan-kebiasaan hidup secara teratur, seperti pada usia-usia sebelumnya. Hanya perlu diingat bahwa lansia perlu menyesuaikan kebiasaan tersebut dengan kondisinya. Hal terpenting adalah kebutuhan fisik, psikis, sosial dan religius dapat dipenuhi secara wajar. Disamping itu lansia tidak perlu memaksakan diri untuk melakukan sesuatu secara berlebihan dalam berbagai hal untuk memenuhi kebutuhannya. Pada prinsipnya kebutuhan-kebutuhan hidup harus tetap terjaga dan terpenuhi sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing-masing individu. Memperhatikan tradisi dan budaya itu penting namun perlu diingat bahwa hal tersebut jangan sampai mengorbankan diri. Kiranya usaha-usaha kesehatan jiwa masyarakat perlu mensosialisasikan tentang menjaga kesehatan lansia agar tetap sehat dalam kehidupan suami istri sehingga mereka dapat menikmati hari tua dengan bahagia. (Zainuddin, 2002). Jadi kebiasaan hidup sehat menjadi pilihan yang terbaik untuk menghadapi lansia

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan1) Penelitian ini menemukan bahwa lebih banyak (62,4%) lansia perempuan yang berumur 60 74 tahun, sebagian besar lansia perempuan berpendidikan SD sebesar 95,2 %, sebagian besar lansia perempuan masih bekerja sebesar 90,4 %, sebagian besar lansia perempuan mempunyai jumlah anak antara 1 5 anak sebesar 81,6 %, lebih banyak lansia perempuan tidak merasa bahagia yaitu sebesar 51,2 %,lebih banyak lansia perempuan mengakses pelayanan kesehatan sebesar 58,4 %, lebih banyak lansia perempuan yang sakit saat penelitian sebesar 60,8 %, dan status kognitifnya lebih banyak yang dimensia yaitu sebesar 60,0.

2) Terdapat hubungan yang bermakna antara variabel umur dengan status kognitif lansia perempuan di Kecamatan Borobudur (p=0,004), artinya umur dapat mempengaruhi status kognitif pada lansia.3) Terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pendidikan dengan status kognitif lansia perempuan di Kecamatan Borobudur (p=0,125), artinya pendidikan dapat mempengaruhi status kognitif pada lansia.4) Terdapat hubungan yang bermakna antara variabel perasaan bahagia dengan status kognitif lansia perempuan di Kecamatan Borobudur (p=0,049), artinya perasaan bahagia dapat mempengaruhi status kognitif pada lansia5) Variabel independen yang paling dominan hubungannya dengan status kognitif adalah variabel umur (OR =5,700). 6) Terdapat hubungan yang bermakna antara variabel jumlah anak dengan status kesehatan lansia perempuan di Kecamatan Borobudur (p=0,009), artinya jumlah anak dapat mempengaruhi status kesehatan pada lansia7) Terdapat hubungan yang bermakna antara variabel rasa bahagia dengan status kesehatan lansia perempuan di Kecamatan Borobudur (p=0,000), artinya perasaan bahagia dapat mempengaruhi status kesehatan pada lansia8) Terdapat hubungan yang bermakna antara variabel akses pelayanan kesehatan dengan status kesehatan lansia perempuan di Kecamatan Borobudur (p=0,000), artinya akses pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi status kesehatan pada lansia9) Variabel independen yang paling dominan hubungannya dengan status kesehatan adalah variabel akses pelayanan kesehatan (OR =97,920).

SARANBagi Responden dan KeluargaHasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan pemikiran dan informasi. Khususnya pada lansia dalam rangka mengantisipasi terjadinya kemunduran fungsi kognitif. Disamping itu hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk keluarga yang mempunyai lansia agar bisa lebih mengerti tentang fungsi kognitif pada masa lansia sehingga para lansia merasa dihormati dan dihargai oleh keluarga dan masyarakat.PemerintahAdanya pengadaan puskesmas lansia yang melakukan pelayanan kesehatan kepada pra-lansia dan lansia meliputi aspek promotif (meningkatkan kesehatan), preventif (mencegah), kuratif (menolong menyembuhkan) dan rehabilitatif (pemulihan) Adanya sosialisasi untuk memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat yang berhubungan dengan lansia agar para lansia bisa menjalani masa tuanya dengan bahagia dan mampu untuk menentukan nasibnya sendiri dan bisa mengatasi masalah mereka sendiri.

DAFTAR PUSTAKAArikunto.S., 2002, Prosedur Penelitian, PT. Rinika Cipta, Jakarta Bobak.M., 1995, Maternity Nursing, Fourth edition, San Fransisco State Univercity, CaliforniaDawson. Beth & Trapp. Robert G. 2001. Basic & Clinical Biostatistics. Third Edition. Boston Burr Ridge, IL Dubuque. IA Madison. WI. McGraw-Hill Book co. New York San Francisco USA. Depkes Rl. 1999. Rencana Pembangunan Menuju Indonesia Sehat 2010,.Jakarta: Depkes Rl Departemen Kesehatan R I, 2003, Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia, Calverton, Maryland, USA= ORC Macro.Effendi. T.N., 1985, Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja dan Kemiskinan, Tiara Wacana, Yogyakarta.Estiasari, Riwanti, 2007, Gambaran Gangguan Kognitif Pada Penderita Lupus Eritematosus Sistemik, FKUI, JakartaGreen, Lawrence W, et. al. 2000. Health Education Planning : A. Diagnostic Approach.California USA: May Field Publising Company Hastono, SP, Luknis Sabri, 1999, Biostatistik dan Statistik Kesehatan, FKM UI, Jakarta.Hastono, SP. 2007. Analisis Data Kesehatan, FKM UI, Jakarta.Hidayat, Alimul. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika, Jakarta.Hogervorst.Eva, Marc Combrinck Pablo Lapuerta, Judith Rue Kate Swales, Marc Bodge, 2002, The Hopkins Verbal Learning Test and Screening for dimentia, University of Oxford, Oxford Project to Investigate Memory and Ageing (OPTIMA), New York, Published in: Dement Geriatr Cogn DisordHogervorst.Eva, 2007, Dementia Diagnose, University of Oxford, Oxford Project to Investigate Memory and Ageing (OPTIMA), New York Hogervorst E, Yaffe K, Richards M, Huppert F. Hormone replacement therapy for cognitive function in postmenopausal women (Cochrane Review). In: The Cochrane Library, Issue 2, 2004. Chichester, UK: John Wiley & Sons, Ltd.HTA Indonesia, 2004, Terapi Sulih Hormon pada Wanita Perimenopause, FKUI, JakartaKenneth Langa, MD., 2008, Dementia: Memory loss and other cognitive impairment becoming less common in older Americans, study finds, Cardiovascular Week, Atlanta: Mar 3, 2008, pg 352Mappiare. A., 1990, Psikologi Manusia, Usaha Nasional, Surabaya Notoatmodjo. S., 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, JakartaSuhartini, Ratna, 2007, Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian orang lanjut usia, UNAIR, Surabaya, TesisSwasono dan Sulistyaningsih, 1987, Metode Perencanaan Tenaga Kerja, BPFE, UGM, Yogyakarta.Wardhani, Ariani Intan, , 2005, Proporsi sebaran faktor risiko gangguan fungsi kognitif ringan pada pasien usia lanjut di Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI / RSCM. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Disertasi

1022381,618,4