jurnal tites stiawan p (teknik geologi)

Upload: tites-stiawan-pambudi

Post on 06-Jul-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)

    1/16

    i

    STUDI KONTROL STRUKTUR GEOLOGI DAN KETERDAPATAN MINERALISASI

    HIDROTHERMAL PUNGGUNGAN BAWAH LAUT KOMBA DI PERAIRAN FLORES

    TIMUR, NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN PENAFSIRAN SEISMIK

    REFLEKSI DAN PERCONTOHAN BATUAN

    Tites Stiawan Pambudi, Asmoro Widagdo, Lili Sarmili

    Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Jenderal Soedirman

    Jalan Mayor Jenderal Sungkono KM 05 Purbalingga 53371

    Telp. 0281 6596700;6596801 Email : [email protected] 

    Abstrak

    Gunungapi Komba (Batutara) terletak di Perairan Flores Timur, Nusa Tenggara

    Timur (NTT). Gunungapi ini memiliki puncak di atas permukaan laut dan

    menunjukkan aktivitas vulkanisme. Terdapat 3 gunung bawah laut yang berada di

    sebelah tenggara dari gunungapi Komba dan yang pertama adalah gunung bawah

    laut Baruna Komba yang ditemukan di sebelah selatan gunungapi Komba. Dua

    gunung bawah laut yang lain adalah gunung Bawah laut Abang Komba dan Ibu

    Komba yang terletak di sebelah tenggara dari gunung bawah laut Baruna Komba

    (Sarmili et al , 2003). Data magnetik kelautan menunjukkan bahwa anomali

    negatif pada gunung bawah laut Baruna Komba sedangkan pada gunung bawah

    laut Abang Komba dan Ibu Komba menunjukkan anomali positif. Data tersebut

    menunjukkan bahwa gunung bawah laut Baruna Komba bukan terbentuk karena

    aktivitas vulkanik, akan tetapi morfologi tersebut terbentuk dari material

    vulkaniklastik yang dikeluarkan oleh gunungai Komba. Pada ketiga gunung

     bawah laut tersebut diduga merupakan sesar besar yang dalam. Sampel batuan

    dilakukan di gunung bawah laut Komba dengan 3 Metode yaitu gravity core, grab sampling dan dredging sampling. Dari hasil sampling yang dilakukan ditemukan

     batuan yang telah mengalami alterasi, selain itu ditemukan juga mineral - mineral

    sulfida yang mengindikasikan di lokasi tersebut terjadi aktifitas hidrothermal.

    Kata Kunci : Gunung bawah laut, Komba, Sesar, Sampling, Alterasi

     Abstract

     Komba (Batutara) volcano is located in the East Flores Waters, East Nusa

    Tenggara. This volcano had peaks up above sea level and still showing volcanism

    activity. There are three submarine ridges in southwest of Komba vulcano. One of

    them is Baruna Komba Submarine found on south of Komba (Batutara) vulcano.

    Two others are Abang and Ibu Komba located more of the southeast of the Baruna Komba (Sarmili et al, 2003). Data of marine magnetism shows that a low

    or negative anomaly on Baruna Komba submarine but on Abang and Ibu Komba

     submarine are high and positive anomalies. These data indicate that the Baruna

     Komba ridge is not volcanic ridge but morfology formed by volcanic detritus or

    non magmatized. The lineation around these submarine ridges gives northwest to

     southeast lineation and we interpreted also as a big of these ridges. The rock

     sampling is done in the Abang Komba sumarine using three methods, they are

     gravity core, grab sampling and dredging sampling. From the results of this

     sampling found some rocks that have alteration and also has sulphide minerlas

    which indicate the of hydrothermal activity.

    Keywords : Submarin ridges, Komba, Fault, Sampling, Alteration

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • 8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)

    2/16

    1

    PENDAHULUAN

    Sebagai salah satu upaya untuk mengetahui potensi sumberdaya alam yang

    ada di laut dan darat maka dilakukan pemetaan geologi. Pemetaan geologi

    merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui kondisi suatu

    wilayah dilihat dari sudut pandang geologi yang kemudian hasilnya dibuat

    menjadi beberapa peta yang dapat dimengerti oleh masyarakat luas pada

    umumnya dan civitas geologi pada khususnya. Manfaat dari pemetaan geologi ini

    sangat banyak tergantung kebutuhan yang diperlukan mulai dari tahap awal

     perencanaan kegiatan eksplorasi sumberdaya alam ataupun digunakan untuk

    mitigasi bencana. Pemetaan geologi yang dilakukan di darat dan di laut tentunya

     berbeda. Karena berada dibawah air, pemetaan geologi dibawah laut

    membutuhkan alat - alat yang lebih modern dan canggih untuk menjangkaunya,

    seperti menggunakan kapal untuk proses pengambilan data dan melakukan proses

     pemeruman, pengambilan sampel dan sebagainya untuk mengetahui kondisi

    geologi dan potensi yang ada didalamnya.

    Lokasi Penelitian adalah di Perairan Flores Timur yang terletak di

    Kepulauan Flores bagian timur laut, Provinsi Nusa Tenggara Timur, tepatnya di

    utara pulau - pulau Pantar, Lomblen, Adonara dan pulau kecil lainnya. Penelitian

     pada daerah ini pernah dilakukan sebelumnya oleh P3GL (Puslitbang Geologi

    Kelautan) pada tahun 2001, 2003, 2004 dan 2013. Pada bagian tenggara Pulau

    Batutara (Gunung Api Komba) terdapat gunung bawah laut yang umurnya lebih

    tua yaitu Gunung bawah laut Baruna Komba, Abang Komba dan Ibu Komba yang

    memanjang dari barat laut hingga tenggara (Sarmili et al., 2003). Ketiga gunung

     bawah laut ini biasa disebut punggungan bawah laut Komba ( Komba Ridges).

    Pemetaan Geologi yang dilakukan di lokasi tersebut adalah untuk

    mengetahui proses mineralisasi yang ada sehingga berguna untuk mengetahui

     persebaran dari mineral yang ada dengan melakukan pengambilan sampel batuan

    yang ada. Selain itu, proses pemeruman yang dilakukan untuk mengetahui kondisi

    morfologi bawah laut yang berguna untuk megetahui bentuk morfologi yang ada

    sekarang dan dari lintasan seismik yang didapatkan digunakan untuk interpretasi

    struktur geologi yang ada.

  • 8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)

    3/16

    2

    METODE PENELITIAN

    Pelaksanaan di Lapangan 

    Pada tahap ini pelaksanaan di Lapangan di lakukan oleh Tim Geomarine

    III PPPGL di Perairan Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Pemetaan atau

     pengambilan data dilakukan dengan metode geofisika dan geologi. Pada metode

    geofisika, pengambilan data berupa data kemagnetan, seismik dan echosounding .

    Sedangkan untuk metode geologi, pengambilan data berupa pengambilan sampel

     batuan dengan menggunakan metode grab, dredging , dan  gravity core. Yang

    kemudian data sampel ini di deskripsi untuk mengetahui detail sampel yang

    diambil.

    Gambar 1. Kapal Geomarine III Puslitbang Geologi Kelautan 

    Kegiatan penelitian ini didukung oleh kapal Geomarine III yang

    merupakan kapal khusus untuk keperluan surey bidang Geologi Kelautan dan

    Geofisika. Dalam kelengkapan dan ketersediaan alat yang ada di kapal Geomarine

    III, maka kegiatan survey geologi dan geofisika dapat dilakukan sesuai dengan

     prosedur yang telah ditentukan. Dalam kegiatan yang dilakukan di Perairan Flores

    Timur, Nusa Tenggara Timur, terbagi menjadi 4 bagian sistem pengambilan data

    geologi dan geofisika, yaitu pengambilan data seismik,  geomagnet , echosounder

    dan pengambilan contoh batuan (sampling). Berikut ini adalah pembahasannya:

    1. Seismik

    Akusisi data seismik menggunakan  seismic system multi channel

    yang terdiri dari air gun, streamer, hydrophone, bird dan tail buoy.

  • 8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)

    4/16

    3

    Pengambilan data seismik ini dilakukan dengan menggunakan alat airgun,

    dimana alat tersebut telah dipasang dengan kontrol pengaturan yang ada di

    laboratorium geofisika untuk meledakan udara dalam air sehingga getaran

    yang dihasilkan dari ledakan tersebut dapat menembus lapisan permukaan

     bawah laut hingga lapisan sedimen dan batuan keras sekalipun. Getaran

    yang dipantulkan dari ledakan ke lapisan tersebut diterima oleh receiver

    yang disebut dengan streamer  (hidrophone). Streamer  ini menerima sinyal

    yang telah dipantulkan untuk merekam dan diteruskan ke monitor. Untuk

    menjaga agar streamer bisa tetap stabil dan terkendali, pada setiap section

    dipasang  digibird. Digibird d apat dikontrol melalui komputer yang telah

    terhubung dengan alat tersebut. Pada  streamer terdapat unit FDU ( Field

     Digitizer Unit ) yang berfungsi mengubah sinyal yang dikirmkan ke

    recording System di Labiratorium Geofisika Geomarin III telah dalam

     bentuk digital.

    Gambar 2. A. Tail Bouy; B. Air Gun; C. Digibird .; D. Streamer  -Survei PPPGL tahun 2014

    2. Geomagnet

    Geomagnet   dilakukan dengan cara marine magnetic dilepas

     bersamaan dengan  airgun dan  streamer. Alat ini  memancarkan  daya

    A B

    C D

  • 8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)

    5/16

    4

    magnet yang natinya akan dipantulkan ke permukaan bumi dan diterima

    lagi oleh receiver   sehingga dapat mendeteksi adanya anomali pada suatu

    daerah tertentu dengan perbedaan daya magnet yang berberda - beda. Hasil

    rekaman akan ditampilkan di monitor berupa grafik angka-angka yang

    nantinya akan diolah kembali untuk menghasilkan suatu tampilan

    kemagnetan suatu daerah tertentu. Hasil pengolahan data dari geomagnet

    ini dapat diaplikasikan dengan hasil data seismik agar dapat memudahkan

    dan memberikan hasil yang baik pada saat interpretasi geologi.

    Gambar 3. Geomagnet  -Survei tahun 2014

    3.  Echosounder  

     Echosunder   merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui

     permukaan bawah laut dengan cara mengirimkan gelombang suara untuk

    direfleksikan kembali ke alat perekam. Selain itu Kedalaman laut diukur

    menggunakan seperangkat alat chirpsSub - bottom profiler bathy 2010.

    Prinsip kerja alat ini sama seperti alat pengukuran kedalaman laut lainnya

    yaitu echosounder. Alat ini mengirimkan gelombang suara ke dasar laut

    yang kemudian sebagian gelombang suara tersebut dipantulkan kembali

    hingga tertangkap oleh penerima atau receiver yang terpasang pada kapal.

    Tranduser adalah alat yang berfungsi mengirimkan gelombang suara ke

    dasar laut. Tranduser terpasang di bagian bawah kapal, lalu beberapa

    sinyal akustik akan memerumkan dasar laut dan dipantulkan sinyalnya ke

  • 8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)

    6/16

    5

    receiver yang berada di kapal sehingga diketahui data kedalaman dasar

    laut.

    4.  Sampling  

    Pengambilan contoh batuan dilakukan dengan menggunakan

    metode sebagai berikut :

    1. 

     Dredging Sampling

    Gambar 4. Dredging Sampling  

     Dredging  adalah alat yang digunakan untuk sampling batuan yang

    cukup keras, contohnya batuan beku, dimana teknik pengambilan sample

    dilakukan pada daerah dari kontur yang paling dalam menuju kontur yang

    lebih dangkal, jadi hasil sample ini biaanya tercampur tergantung lintasan

    dredging yang dibuat.

    2.  Gravity Core

    Gambar 5. Gravity Core -Survei tahun 2013

    Gravity core yaitu tabung silinder yang memiliki panjang 1 sampai 3

    meter dan berdiameter 6 inci yang ditambahkan beban pemberat sebanyak

    6 kepingan dan di tiap kepingan memiliki berat 50 kg. Alat ini memiliki

  • 8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)

    7/16

    6

     prinsip kerja jatuh bebas sesuai dengan namanya yaitu  gravity core. Alat

    ini dijatuhkan atau diluncurkan dari atsa kapal dan setelah menyentuh

    dasar perairan alat ini akan masuk sampai lapisan sedimen pada

    kedalaman tertentu. Gravity Core  ini sangat efekstif pada litologi yang

    tidak terlalu keras seperti pada batuan sedimen (Sarmili et al . 2003). Hasil

    sampel diambil pada bagian top dan bottom  yang kemudian di deskripsi

    dan dianalisis di laboratorium.

    3. Grab Sampling  

    Gambar 6. Grab Sampling  

    Grab  Sampling   digunakan untuk mengambil sample batuan yang

    cukup keras seperti alat dredging . Cara pengambilan sample nya berbeda

    karena  grab  sample hanya terfokuskan pada titik atau  spot   tertentu

    sehingga cakupan sample nya lebih sempit sehingga sample lebih akurat

    dan tidak tercampur dengan sample pada kontur kedalaman yang lain.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Fisiografi

    Gunung bawah laut yang ada memiliki mofologi yang berbeda. Gunung

     bawah laut Ibu Komba memiliki jarak paling jauh dari gunungapi Komba

    (Batutara) dan memiliki puncak di kedalaman ≥ 1200 meter dari permukaan laut

    dengan morfologi puncak yang datar, hal ini dapat mengindikasikan tingkat erosi

     bawah laut yang terjadi. Sebelah barat laut gunung bawah laut Ibu Komba

    terdapat gunung bawah laut Abang Komba yang memiliki puncak di kedalaman ≥

    450 m dari permukaan laut dengan puncak yang berbentuk kerucut, kontur rapat

  • 8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)

    8/16

    7

    dan  slope yang cukup terjal. Semakin ke barat laut terdapat gunung bawah laut

    Baruna Komba memiliki puncak di kedalaman sekitar ≥ 675  m dibawah

     permukaan laut dengan puncak berbentuk kerucut, memiliki kontur yang rapat

    dan slope yang cukup terjal, yang berarti mengindikasikan tingkat erosi yang lebih

    rendah dibandingkan dengan gunung bawah laut Ibu Komba. Tingkat erosi bawah

    laut yang terjadi pada suatu morfologi bentang alam dapat mengindikasikan umur

    relatif dari morfologi tersebut, semakin tinggi tingkat erosinya maka umurnya

    akan semakin tua. Jadi umur relatif gunung bawah laut ini melihat dari tingkat

    erosi yang ada dari tua ke muda adalah Ibu Komba - Abang Komba - Baruna

    Komba, dan yang paling muda adalah gunungapi yang masih aktif sampai

    sekarang yaitu gunungapi Komba (Batutara).

    Gambar 7. Morfologi 3D Bawah Laut

    Struktur Geologi

    Interpretasi seismik menunjukkan adanya indikasi bentukan gunung

     bawah laut dengan arah lineasi yaitu tenggara  –  barat laut, yaitu 3 gunung bawah

    laut di daerah penelitian yaitu Ibu Komba, Abang Komba, Baruna Komba, dan

    satu gunungapi aktif yaitu gunungapi Komba (Batutara). Keempat gunung bawah

    laut ini memiliki lineasi relatif tenggara  –  barat laut, dimulai dari gunung bawah

    laut Ibu Komba yang diduga memiliki umur paling tua dibandingkan dengan

    gunung bawah laut yang lain melihat beberapa faktor relatif seperti tingkat erosi

    dan jarak dari gunungapi Komba (Batutara). Dari hasil interpretasi seismik

  • 8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)

    9/16

    8

    refleksi menunjukkan adanya bagian up and down  pada morfologi punggungan

     bawah laut Komba, yang membentuk sesar turun, dimana sesar turun ini

    merupakan kenampakan hasil dari sesar geser dalam, sehingga membuat magma

    keluar ke permukaan bumi membentuk gunung bawah laut. Adapun arah lineasi

    sesar geser dalam ini adalah tenggara  –   timurlaut (SE  –  NW) dan berupa sesar

    geser kiri ( sinistral horizontal fault ) yang terbentuk sebelum terbentuknya

     punggungan bawah laut Komba (Silver, 1983). Setelah terbentuk deretan gunung

     bawah laut ini kemudian baru terbentuk sesar –  sesar normal yang umurnya lebih

    muda yaitu mempunyai arah relatif barat daya  –   timurlaut (SW  –  NE). Struktur

    inilah yang memisahkan antara gunung bawah laut Baruna Komba dan Abang

    Komba, yang terlihat berupa lembah yang dalam.

    Gambar 8. Interpretasi Sesar pada Seismik Refleksi

    Magnetik Kelautan

    Magnetik kelautan ini dilakukan untuk mengetahui nilai kemagnetan

     batuan dasar laut sehingga mempermudahkan untuk menentukan lokasi

     pengambilan sampel batuannya, terutama untuk eksplorasi mineral logam.

    Magnetik Kelautan yang dilakukan di daerah penelitian dilakukan pada lintasan

    BNDM-001 (84 KM), lintasan BNDM-006 (59 KM) dan lintasan BNDM-024 (45

    KM).

  • 8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)

    10/16

    9

    Gambar 9. Lintasan Magnetik Kelautan (Survei geomarin III, 2002)

    Lintasan BNDM-001 (84 KM) melintang dari arah tenggara  –   barat laut

    yang melewati gunung bawah laut Ibu Komba, Abang Komba, dan Baruna

    Komba yang menghasilkan nilai kemagnetan minimum 43.875 nT dan maksimum

    44.650 nT.

    Tabel 1. Lintasan BNDM-001, Profil NW –  SE Magnetik Kelautan (Survei geomarin III, 2002) 

    Pada profil lintasan kemagnetan ini menunjukkan nilai kemagnetan yang tinggi

     pada lokasi diantara yaitu pada gunung bawah laut Abang dan Ibu Komba.

    Lintasan BNDM-006 (59 KM) melintang dari arah barat  –  timur melintasi

    antara gunungapi Komba dan gunung bawah laut Baruna Komba. Nilai anomali

    magnetik kelautan di sebelah selatan gunungapi Komba menunjukkan nilai

    nomali 43.810 nT –  44.230 nT tapi secara umum nilai gradien magnetiknya relatif

    NW SE

  • 8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)

    11/16

    10

    datar. Pada lokasi sebelah selatan gunungapi Komba menunjukkan intensitas

    magnetik yang lebih besar karena berdekatan dengan gunungapi Komba.

    Lintasan BNDM-024 (45 KM) melintang dari arah timur laut  –  barat daya

    yang melewati gunung bawah laut Ibu Komba, Abang Komba dan Baruna

    Komba. Pada lokasi sebelah utara gunung bawah laut Baruna Komba

    menunjukkan nilai anomali kemagnetan yaitu 43.850 nT

    Dari data tersebut maka dapat diketahui bahwa material penyusun Baruna

    Komba berbeda dengan batuan pada gunungapi Komba, melihat nilai anomali

    kemagnetan yang kecil pada gunung bawah laut Baruna Komba, sehingga diduga

    gunung bawah laut Ibu Komba terdiri dari material longsoran dan hasil erupsi

    yang di dikeluarkan oleh gunungapi Komba secara intensif yang kemudian

    terdepositkan di lokasi gunung bawah laut Baruna Komba.

    Gambar 10. Peta 3 Dimensi Anomali Magnetik Kelautan (Survei geomarin III, 2002)

    Persebaran Sampel Batuan

    Berdasarkan data Magnetik Kelautan diketahui nilai magnetik dari

    gunungapi Komba dan 3 gunung bawah laut Abang Komba, Ibu Komba dan

    Baruna Komba. Nilai magnetik gunungapi Komba tinggi karena gunungapi

    tersebut masih terjadi aktifitas vulkanisme, dimana ditunjukkan dengan puncak

    diatas permukaan laut yang masih menunjukkan aktifitas vulkanisme sampai saat

    ini. Data terakhir letusan yang cukup besar dari gunungapi ini terjadi pada tahun

    2007.

  • 8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)

    12/16

    11

    Dalam pengambilan sampel batuan yang dilakukan untuk mendapatkan

    sampel segar, kemudian di deskripsi dan di analisis untuk mengetahui proses

    alterasi yang terjadi, keterdapatan mineral sulfida dan mineral logam di daerah

     penelitian. Untuk itu pengambilan sampel dilakukan di gunung bawah laut Abang

    Komba melihat pertimbangan bahwa gunung bawah laut ini memiliki nilai

    kemagnetan yang tinggi, dan morfologi bawah laut yang masih berbentuk kerucut.

    Berbeda dengan gunung bawah laut Baruna Komba yang memiliki nilai

    kemagnetan rendah, sehingga tidak dilakukan pengambilan sampel karena diduga

    material gunung bawah laut Baruna Komba ini merupakan material vulkaniklastik

    dan longsoran dari gunungapi Komba di sebelah barat lautnya, sedangkan gunung

     bawah laut Ibu Komba memiliki puncak yang datar, rata, dan dalam serta posisi

    yang paling jauh dari gunungapi Komba, sehingga diduga gunung bawah laut ini

     paling tua dan proses pelapukan yang terjadi lebih intensif dibandingkan dengan

    gunung bawah laut yang lain. Dari pertimbangan - pertimbangan tersebut maka

     pengambilan sampel dilakukan di gunung bawah laut Abang Komba untuk

    mendapatkan sampel yang masih segar.

    Pengambilan sampel ini juga memperhatikan hasil dari data seismik

    refleksi dan batimetrinya, sehingga dapat mendapatkan sample yang diinginkan

    seperti persebaran batuan bekunya. Semakin banyak lokasi pengambilan sampel

    yang dilakukan, maka akan semakin bagus dalam interpretasi persebarannya.

    Gambar 11. Lokasi Pengambilan Sampel Abang Komba

  • 8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)

    13/16

    12

    Alterasi dan Mineralisasi Abang Komba

    Hasil petrografi dari sampel yang diambil dari gunung bawah laut Abang

    Komba menunjukkan adanya mineral – 

      mineral yang merupakan penanda daritingkat alterasi yang ada di daerah tersebut. Adapun mineral  –   mineral alterasi

    tersebut antara lain berupa mineral karbonat, klorit, serisit, dan mineral lempung.

    Gambar 12. Peta Sampel Alterasi Abang Komba

    Gambar 13. Peta Mineragrafi Abang Komba

    Selain itu data  –  data mineragrafi menunjukkan bahwa di gunung bawah

    laut Abang Komba ditemukan beberapa mineral sulfida yang menunjukkan

    adanya larutan hidrothermal yang memungkinkan terbentuknya mineral logam

  • 8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)

    14/16

    13

     berharga. Mineral sulfida yang ditemukan antara lain adalah pirit (FeS2),

    kalkopirit (CuFeS2), dan sphalerit ((Zn,Fe)S). Selain itu ditemukan mineral logam

     berupa emas (Au). Peristiwa munculnya aktifitas hidrothermal bawah laut di

    Perairan Flores Timur terutama di gunung bawah laut Abang Komba ini

    disebabkan oleh konveksi air panas dalam sistem hidrothermal yang berasal dari

    meresapnya air laut bersamaan dengan tekanan melalui celah batuan yang

    disebabkan oleh sesar  –  sesar yang bekerja di daerah penelitian, dimana sesar ini

    mempengaruhi permeabilitas batuan sehingga air mudah masuk kedalam celah

     batuan dan berinteraksi dengan sumber panas yang berasal dari magma yang

     berada beberapa kilometer dibawah dasar laut. Sumber magma inilah yang diduga

    menyebabkan terjadinya punggungan bawah laut Komba, dimana dari sumber

     panasnya mengakibatkan pencucian (leaching ) dan upwelling dari mulainya

    sistem hidrothermal tersebut.

    Geokimia punggungan bawah laut Komba

    Menurut Halbach (2002) sampel batuan beku dan piroklastik yang ada di

    gunung api Komba dan punggungan bawah lautnya menunjukkan high-K. Secara

    umum sampel di punggungan bawah laut Komba memiliki kandungan SiO2 lebihtinggi dibandingkan dengan sampel yang dekat dengan gunungapi Komba. Dari

    diagram perbandingan SiO2  dengan Na2O + K 2O menunjukkan sampel pada

    gunungapi Komba dan punnggungan bawah laut Komba termasuk  Alkali rocks.

    Hal ini membuktikan hasil interpretasi penulis dengan seismik refleksi dan

     percontohan batuan bahwa punggungan bawah laut Komba berada cukup jauh

    dari zona subduksi, karena semakin jauh dan dalam dari zona subduksi kandungan

    K akan semakin tinggi. Hal yang menyebabkan naiknya magma dan membentukgunung bawah laut ini disebabkan oleh sesar geser yang dalam sehingga

    membuka celah kerak yang menyebabkan magma naik ke permukaan.

    KESIMPULAN

    1. Dengan menggunakan Data Batimetri dapat diketahui terdapat 3 gunung bawah

    laut dari yang paling tua yaitu Ibu Komba, Abang Komba dan Baruna Komba,

  • 8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)

    15/16

    14

    dan yang paling muda adalah gunungapi Komba dengan puncak di atas

     permukaan laut dan masih terlihat aktifitas vulkanisme.

    2. Dari hasil interpretasi seismik refleksi terlihat sesar dengan arah tenggara (SE) –  barat laut (NW) yang merupakan sesar geser dalam yang menyebabkan magma

    naik ke permukaan dan membentuk punggungan bawah laut Komba, selain itu

    terdapat sesar  –   sesar normal yang lebih muda berarahnya barat daya (SW)  –  

    timur laut (NE) yang memotong gunung bawah laut Baruna Komba dan Abang

    Komba.

    3. Berdasarkan hasil percontohan batuan dengan menggunakan  gravity core, grab

     sampling   dan dredging sampling   di dapatkan sebaran batuan antara lain adalah

    andesit, basalt, pumice, batugamping, batupasir dan granodiorit.

    4. Peristiwa munculnya aktifitas hidrothermal bawah laut di Perairan Flores Timur

    terutama di gunung bawah laut Abang Komba ini disebabkan oleh konveksi air

     panas dalam sistem hidrothermal yang berasal dari meresapnya air laut bersamaan

    dengan tekanan melalui celah batuan yang disebabkan oleh sesar –  sesar yang ada,

    hal ini dibuktikan dengan ditemukannya mineral  –   mineral sulfida seperti pirit,

    sphalerit dan kalkopirit dari data mineragrafi. Aktifitas vulkanisme di lokasi

     penelitian disebakan oleh sesar dan berada jauh dari subduksi, hal ini dibuktikan

    dengan sampel batuan beku yang ditemukan mengandung kalsium (K) tinggi dan

    magma yg keluar permukaan ini bersifat alkaline.

    DAFTAR PUSTAKA

    Halbach, P., Pracejus, B., Rahders, E., Karg, M., Saman, S., Melchert, B., Post, J.,

    Duhn J. 2002.  Recent Submarine Hydrothermalism in the Volcanically Active Western Banda  –   Island arc, East Flores Sea (Indonesia), 

    Bandamin 1 cruise Report, FU-Berlin ep. Rohstoff-u. Umweltgeologie

    Kennet, J. P. 1992.  Marine Geology. Printice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, New

    Jersey.

    Leach, T.M. dan Corbett, G.J. 1998. Southwest Pacific Rim Gold-Copper

    Systems: Structure, Alteration and Mineralization. USA : Society of

    Economic Geologists. Macpherson C G and Hall R. 1999. Tectonic

    control of Geo Chemical Evolution in Arc Magmatism of SE Asia.

  • 8/18/2019 Jurnal Tites Stiawan P (Teknik Geologi)

    16/16

    15

    McCaffrey, R., 1988,  Active tectonics in the eastern Sunda and Banda arcs.

    J.Geophys

    Priyono, A. 2005. Metode Seismik I.  Modul Praktikum pada Program Studi

    Geofisika, FIKTM, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

    Sarmili, L., Halbach, P., Pracejus, B., Rahders, E., Soesilo, J., Hutabarat, J.,

    Djohor, S. D., Makarim, S., Purbani, D., Kusumah,G., Noor, C. D.

    Aryanto dan Mubandi, A. 2003.  Mineralisasi Hidrothermal Temperatur

     Rendah di Perairan Kompleks Gunung Komba, Laut Flores, Indonesia.

     Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral,

     Balitbang Energi dan Sumber Daya Mineral , Jakarta.

    Van Bergen, M.J., Vroon, P.Z, Varekamp, J.C., Poorter, R.P.E., 1992. The origin

    of potassic rock suite from Batutara volcano (east Sunda Arc, Indonesia).

    Lithos. Lithos