jurnal trafo
TRANSCRIPT
SISTEM PER UNIT PADA TRANSFORMATOR
Andri Ramdoni, Asep Kurniawan, Budi Supian, Hamengku Abdulloh, M.Rifa Makhsum
Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro,Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,
Abstrak
Sistem per-unit sesungguhnya merupakan cara penskalaan atau normalisasi. Besaran-
besaran sistem dalam satuan masing-masing, tegangan dalam volt – arus dalam ampere –
impedansi dalam ohm, ditransformasikan ke dalam besaran tak berdimensi yaitu per-unit
(disingkat pu). Pada mulanya transformasi ke dalam per-unit dimaksudkan untuk
mempermudah perhitungan, namun dengan perkembangan penggunaan computer maksud
penyederhanaan itu sudah kurang berarti lagi. Walaupun demikian, beberapa keuntungan yang
terkandung dalam sistem per-unit (yang akan kita lihat kemudian) masih terasakan dan oleh
karena itu kita akan pelajari.
Nilai per-unit dari suatu besaran merupakan rasio dari besaran tersebut dengan suatu
besaran basis. Besaran basis ini berdimensi sama dengan dimensi besaran aslinya sehingga
nilai per-unit besaran itu menjadi tidak berdimensi
Kata Kunci : Sistem per Unit
1. Besaran Per Satuan (Per Unit)
Besaran tegangan, arus, kVA dan
impedansi pada suatu rangkaian umumnya
dinyatakan dalam persen atau per unit pada
suatu dasar (base) yang dipilih atau harga
referensi untuk besaran-besaran ini.
Contoh: Bila terdapat suatu harga tegangan
sebesar 108 kV akan dinyatakan dalam
besaran per satuan atau per unit dengan
berpatokan pada harga dasar (base) tegangan
sebesar 120 kV, maka tegangan sebesar 108
kV tadi adalah :
108 kV120 kV
=0,9 p .u atau 90 %
Besaran per unit dari besaran-besaran
listrik ini didefinisikan sebagai
Perbandingan besaran itu sendiri terhadap
besaran dasarnya (base) Perbandingan ini
jika dalam adalah 100 kali harga per unit
(p.u). Kedua besaran p.u dan persen ini akan
mempermudah perhitungan - perhitungan
selanjutnya, sedangkan dengan besaran per
unit sedikit lebih menguntungkan dibanding
dengan persen mengingat harga besaran
dalam p.u. adalah perbandingan langsung
harga besaran sebenarnya dengan harga
dasar (base), tetapi bila dalam per sen harus
dikalikan 100 terlebih dahulu.
Keempat besaran, yatu tegangan, arus,
kVA, dan impedansi jelas saling
berhubungan, sehingga bila harga dasar
(base) dari dua besaran tersebut telah
diperoleh maka dasar untuk dua besaran
lainnya dapat ditentukan. Misalnya bila
dasar tegangan dan dasar arus telah
ditentukan, maka dasar untuk kVA dan
dasar untuk impedansi dapat dihiung. Dasar
impedansi ini adalah impedansi yang akan
memberikan drop tegangan yang sama
dengan tegangan dasar bila dialiri arus
sebesar harga dasar arus. Sedangkan dasar
kVA adalah perkalian antara base tegangan
(kV) dengan dasar arus (Amper).
Pada umumnya yang dipakai adalah
base kVA dan base tegangan (kV) untuk
dipilih sebagi referensi dalam penetapan
base-base (dasar-dasar) lainnya. Untuk
system satu fasa atau 3 fasa, bila arus
dianggap arus fasa (arus line) dan tegangan
dianggap tegangan line to netral dan kVA
dianggap kVA per fasanya, maka didapat
besaran-besaran per unit sebagai berikut :
1.
Basearus ( A )= kVA ,1∅Bas tegangan(kV L−N)
2.
Base impedansi=Base tegangan(kV L−N)
Base Arus( A)
3.
Base impedansi=( Base tegangankV L−N )2
BasekVA 1∅x1000
4.
Base impedansi=( Base tegangankV L−N )2
Base MVA 1∅
5. Base Daya ,kW 1∅=BasekVA 1∅
6. Base Daya , MW 1∅=Base MVA 1∅
7.
Besaran p .u . Impedansi=Harga Impedansi real (Ω )
Base Impedansi (Ω)
Pada persamaan-persamaan ini tanda
1Φ menandakan per fasa dan tanda L-N
menandakan fasa ke netral, bila persamaan-
persamaan tersebut digunakan untuk
rangkaian 3 fasa. Sedangkan bila
persamaan-persamaan tersebut digunakan
untuk rangkaian1Φ, kVL-N adalah tegangan
melalui kedua terminalnya, atau tegangan
fasa ke netral jika satu sisi ditanahkan.
Tetapi karena rangkaian-rangkaian 3
fasa disajikan dengan 1 fasa dengan netral
kembali, maka base (dasar) untuk besaran -
besaran pada diagram impedansi adalah :
kVA per fasa dan kV fasa ke netral
Kemudian data-data pada pelat nama
peralatan adalah kVA total 3 fasa atau MVA
3 fasa dengan tegangan fasa ke fasa dalam
kV. Karena kebiasaan untuk memberikan
tegangan line to line (fasa ke fasa) dan kVA
atau MVA total dapat menimbulkan
kebingungan mengenai hubungan antar nilai
per unit tegangan line dan tegangan fasa.
Meskipun tegangan line dapat
dianggap sebagai dasar, tegangan yang
diperlukan untuk penyelesaian pada
rangkaian fasa tunggal masih tetap tegangan
fasa ke netral. Dasar tegangan fasa ke netral
adalah dasar tegangan antara fasa ke fasa
dibagi √3 . Karena nilai ini juga merupakan
perbandingan antara tegangan fasa ke fasa
terhadap tegangan fasa ke netral dalam suatu
system 3 fasa yang setimbang. Nilai per unit
suatu tegangan fasa ke netral pada dasar
tegangan fasa ke netral sama dengan nilai
per unit suatu tegangan fasa ke fasa pada
titik yang sama, dengan dasar tegangan fasa
ke fasa bila system itu setimbang.
Demikian pula kVA 3 fasa adalah 3
kali kVA 1 fasa. Sehingga harga per unit
kVA 3 fasa pada dasar kVA 3 fasa adalah
sama dengan harga per unit kVA 1 fasa
dengan dasar kVA per fasa.
Contoh :
Dasar kVA 3 fasa = 30000 kVA Dasar
kVL-L = 120 kV
D asar kVA 1∅=30000 kVA3
=10000 kVA
D asar kV L−N=120
√3=69,2kV
Untuk tegangan fasa ke fasa yang
sebenarnya 108 kV, maka tegangan fasa ke
netral adalah : 108
√3=62,3 kV
Tegangan dalam per unit=108120
=62,369,2
=0,9 p .u
Untuk daya 3 fasa keseluruhan sebesar
18000 kW, maka daya per fasa adalah =
6000 kW, dan
Daya dalam per unit=1800030000
= 600010000
0,6 p . u
Untuk harga MW dan MVA dapat
disubstitusikan seperti kW atau kVA di atas.
Impedansi dasar dan arus dasar dapat
dihitung langsung dari harga kV dasar dan
VA dasar. Bila kita anggap kVA dasar
adalah untuk kVA total 3 fasa dan kVA
dasar untuk kV fasa ke fasa, maka
diperoleh :
8.
Arusdasar (base arus )= kVA 3∅ dasar
√3 x tegangandasar ,kV L−L
Amper
9.
Impedansi dasar=( tegangan dasar , kV L−L
√3 )2
x1000
kVA 3∅ dasar3
10.
Impedansi dasar=(tegangan dasar , kV L−L)2 x1000
kVA 3∅ dasar
11.
Impedansi dasar=(tegangan dasar , kV L− L)2
MVA 3∅ dasar
2. Merubah Dasar Besaran Per Unit
Kadang-kadang impedansi per unit
suatu peralatan dalam suatu system tenaga
listrik dinyatakan dengan dasar yang
berbeda dari yang dipilih sebagai dasar pada
bagian system dimana peralatan tersebut
dioperasikan. Karena dalam melakukan
perhitungan dimana semua impedansi dalam
setiap bagian pada suatu system harus
dinyatakan pada dasar yang sama, maka
diperlukan suatu cara untuk merubah
impedansi per unit dari suatu dasar (base) ke
dasar yang lain.
Z p .u=[Impedansi sebenarnya (Ω ) ] x [ kVA dasar ]
[ tegangan dasar (kV ) ] x1000
Untuk mengubah dari impedansi per unit
dengan suatu dasar yang telah diberikan ke
impedansi per unit dengan dasar yang baru,
berlaku persamaan berikut :
Z' p .u=Zp . u[ kV dasarkV ' dasar ]
2
x [ kVA' dasarkVA dasar ]
Dimana : tanda aksen ( ‘ ) menyatakan
besaran-besaran dasar yang baru.
Z p.u = impedansi p.u pada dasar yang lama
Z’p.u = impedansi p.u pada dasar yang baru
kV dasar = tegangan dasar yang lama
kV’ dasar = tegangan dasar yang baru
kVA dasar = kVA dasar yang lama
kVA’ dasar = kVA dasar yang baru
3. Pemilihan Dasar Untuk Besaran
Per Unit
Pemilihan harga-harga dasar kVA dan
kV dimaksudkan untuk mengurangi
pekerjaan yang diperlukan dalam
perhitungan. Sehingga dengan memilih
dasar yang tepat, maka hanya sedikit
besaran-besaran p.u yang telah diketahui
yang perlu dirubah ke suatu dasar yang baru
dan hal ini akan banyak menghemat waktu
dalam perhitungan. Bila resistansi dan
reaktansi suatu peralatan diberikan oleh
pabrik dalam persen atau per unit, dasar
yang dipakai adalah kVA dan kV
teraan(rating) alat itu. Karena motor-motor
biasanya ditera dalam istilah daya kuda (HP)
dan tegangan, maka kVA teraan hanya dapat
diperoleh bila efisiensi dan faktor daya tidak
diketahui.
Hubungan daya kuda (HP) dengan
kVA berikut ini diturunkan berdasarkan
nilai rata-rata untuk jenis motor tertentu.
Motor-motor induksi :
kVA = daya kuda (HP)
Motor-motor serempak :
- Dengan factor daya 1 kVA = 0,85 x HP
- Dengan factor daya 0,8 kVA = 1,10 x HP
Nilai-nilai resistansi dan reaktansi
bocor dalam Ohm suatu transformator
tergantung apakah nilai-nilai Ohm itu diukur
pada sisi tegangan tinggi atau sisi tegangan
rendah pada transformator tersebut. Bila
nilai-nilai resistansi dan reaktansi di atas
dinyatakan dalam per unit, kVA dasarnya
adalah kVA teraan transformator itu.
Tegangan dasarnya adalah teraan
tegangan kumparan tegangan rendah bila
nilai resistansi dan reaktansi bocornya dalam
Ohm berpedoman pada sisi tegangan rendah
transformator, dan teraan tegangan
kumparan tegangan tinggi bila menurut sisi
tegangan tinggi transformator teesebut.
Impedansi suatu transformator dalam p.u
akan tetap sama apakah nilai impedansi itu
dalam Ohm-nya ditinjau menurut sisi
tegangan tinggi atau sisi tegangan rendah
dari transformator yang bersangkutan.
Contoh :
Sebuah transformator 1 fasa mempunyai
teraan ( 110440 )Volt , 2,5 kVA. Reaktansi bocor
yang diukur menurut sisi tegangan rendah
adalah 0,06 Ω.
Tentukan reaktansi bocor transformator ini
dalam p.u
Penyelesaian :
X dasar tegangan rendah
¿(0,110)2 x1000
2,5=4,84Ω
X p .u=0,064,84
=0,0124 p .u
Bila reaktansi bocor itu diukur menurut sisi
tegangan tinggi, harganya menjadi :
X=0,06( 440110 )
2
=0,96 Ω
X dasar sisi tegangan tinggi
¿(0,440 )2 x 1000
2,5=77,5Ω
X p .u=0,9677,5
=0,0124