jurusan ilmu administrasi negara fakultas ilmu sosial dan ...digilib.unila.ac.id/26141/4/skripsi...

79
IMPLEMENTASI PROGRAM SIM ONLINE PADA POLRESTA BANDAR LAMPUNG Oleh : AJENG DYAH WAHYUNI JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2017

Upload: lamhuong

Post on 17-May-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

IMPLEMENTASI PROGRAM SIM ONLINE PADA POLRESTA

BANDAR LAMPUNG

Oleh :

AJENG DYAH WAHYUNI

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

2017

i

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF ONLINE DRIVING LICENSE PROGRAM AT

BANDAR LAMPUNG RESORT CITY POLICE

By

AJENG DYAH WAHYUNI

Driving License (SIM) is one of the administrative records that must be owned by

motorists both two wheels and four wheels. Requirements necessary to obtain a

driving license has been getting easier. However, these requirements apply only to

residents of the area who have identity card (KTP) native to the area inhabited,

while for the immigrant population that is not possible because it must create a

new ID card to take care of the renewal or driver's license. Finally, the Online

driving license is a solution to these problems so as to simplify the bureaucracy in

the making or a driving license renewal.

In this study, researchers wish to put a picture of the processes and inhibiting

factors the adoption of SIM Online program implemented in Bandar Lampung

Police. The method used in this research is descriptive method with qualitative

approach. The data collection techniques used in this research is by interview,

documentation and observation. Data were analyzed using data reduction

techniques and technical validity of the data using triangulation techniques.

The results of the research phase of the program describe the SIM Online start

from socialization from the Police to the public, registration, driver's license exam

to the SIM process is finished printing. In practice, there are still some constraints

affecting the effectiveness of the program as people who do not know of any SIM

Online include network used to access the server Ministry of Internal Affairs is

not adequate and lack of data on the applicant's driver's license on the server

Ministry of Internal Affairs. The readiness of the implementing agency in terms

and consistent socialization is also necessary to provide knowledge to the

community, especially migrant citizen about the Online SIM program.

Keywords: Implementation, SIM Online, Bandar Lampung Police.

ii

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PROGRAM SIM ONLINE PADA POLRESTA

BANDAR LAMPUNG

Oleh

AJENG DYAH WAHYUNI

Surat Izin Mengemudi (SIM) merupakan salah satu berkas administrasi yang

wajib dimiliki oleh pengendara kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda

empat. Persyaratan yang diperlukan untuk mengurus SIM tersebut sudah semakin

mudah. Namun, persyaratan tersebut hanya berlaku untuk warga daerah yang

memiliki kartu tanda penduduk (KTP) asli daerah yang ditinggali, sedangkan

untuk warga pendatang hal tersebut sangat tidak memungkinkan karena harus

membuat KTP baru untuk mengurus perpanjangan atau pembuatan SIM tersebut.

akhirnya program pembuatan SIM secara Online menjadi solusi atas

permasalahan tersebut sehingga dapat mempermudah birokrasi dalam pembuatan

maupun perpanjangan SIM.

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengemukakan gambaran mengenai proses

dan faktor penghambat dalam penerapan program SIM Online yang dilaksanakan

di Polresta Bandar Lampung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan wawancara, dokumentasi dan

observasi. Teknik analisis data menggunakan teknik reduksi data dan teknik

keabsahan data menggunakan teknik triangulasi.

Hasil penelitian menggambarkan tahapan pelaksanaan program SIM Online mulai

dari sosialisasi dari pihak Polri kepada masyarakat, pendaftaran, proses ujian SIM

hingga SIM tersebut selesai dicetak. Dalam pelaksanaannya, masih terdapat

beberapa kendala yang mempengaruhi efektivitas program tersebut seperti

masyarakat yang belum mengetahui adanya program SIM Online tersebut

meliputi jaringan yang digunakan untuk mengakses server Kemendagri yang

belum memadai serta kurangnya data pemohon SIM pada server Kemendagri.

Kesiapan aparat pelaksana serta sosialisasi yang konsisten juga diperlukan untuk

memberikan pengetahuan kepada masyarakat terutama warga pendatang

mengenai program SIM Online tersebut.

Kata Kunci : Implementasi, SIM Online, Polresta Bandar Lampung.

IMPLEMENTASI PROGRAM SIM ONLINE PADA POLRESTA

BANDAR LAMPUNG

Oleh :

AJENG DYAH WAHYUNI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

2017

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Ajeng Dyah Wahyuni, lahir di

Bandar Lampung pada 7 Juni 1994. Penulis merupakan anak

pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Surono dan

Ibu Nuraini.Memulai jenjang pendidikan dari Taman Kanak-

Kanak (TK) Tamansiswa Teluk Betung yang diselesaikan

pada tahun 2000. Selanjutnya pendidikan Sekolah Dasar (SD) Tamansiswa Teluk

Betung diselesaikan tahun 2006. Pendidikan selanjutnya yaitu Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Negeri 17 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2009.

Kemudian penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Al-

Azhar 3 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2012.

Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswi pada jurusan Ilmu

Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas

Lampung dan tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara

(HIMAGARA). Pada tahun 2015 dipertengahan bulan juli, penulis melaksanakan

Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Sukaraja, Kecamatan Margatiga, Kabupaten

Lampung Timur selama 60 hari.

vii

MOTTO

Jangan kehilangan keyakinan, tetap berdoa dan berusaha

(Ajeng Dyah Wahyuni)

Lakukan yang terbaik, bersikaplah yang baik maka kau akan

menjadi orang yang terbaik

(Annonimous)

viii

PERSEMBAHAN

Bismillahirohmanirahiim

Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT

Kupersembahkan Skripsi ini Kepada:

Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmatnya sehingga

Saya

dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.

Kedua Orang Tua Saya

Bapak Surono dan Ibu Nuraini

yang senantiasa memberikan doa, semangat, dukungan dan motivasi

yang tiada henti-hentinya.

Adik dan seluruh keluarga besar serta saudara-saudaraku tercinta

Dan untuk seseorang yang selalu memberikan supportnya,

terima kasih.

untuk semua sahabat – sahabat saya dan

teman – teman seperjuangan saya terimakasih telah banyak membantu

saya dalam suka maupun duka.

Serta, Almamaterku Universitas Lampung yang kucintai.

ix

SANWACANA

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta

hidayah-Nya, yang selalu mengalir kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :

“Implementasi Program SIM Online pada Polresta Bandar Lampung’

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Negara

(SAN) pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik (FISIP) Universitas Lampung.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena

keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang peneliti miliki. Pada kesempatan

ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada pihak-

pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

antara lain :

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya hingga

akhirnya Skripsi ini telah terselesaikan dengan baik.

2. Kedua orang tua penulis Bapak Surono dan Ibu Nuraini tercinta yang

selalu mendoakan setiap saat, mendidik, memberikan motivasi, semangat

dan support agar penulis dapat menjadi orang yang sukses dan berguna.

x

Terima kasih untuk doa, kasih sayang dan segala yang telah kalian

berikan, semoga ajeng bisa buat bangga dan bahagiain ibu bapak.

3. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si., selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos, M.Si selaku ketua jurusan Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Lampung terimakasih atas saran dan masukan serta arahannya selama ini.

5. Bapak Simon Sumanjoyo H, S.A.N, M.PA. Selaku dosen Pembimbing

Utama, Terima kasih atas saran, nasihat, bimbingan selama proses

pengerjaan skripsi, waktu, serta kesabaran yang sangat membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis benar-benar berterima kasih dan

merasa terbantu sekali dengan proses bimbingan yang selalu Bapak

berikan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Izzul Fachtu Reza S.A.N, M.PA. Selaku dosen pembimbing kedua

penulis, terima kasih atas bimbingannya, saran, nasihat, arahan dan waktu

selama proses bimbingan penulis sangat terbantu.

7. Bapak Nana Mulyana S.IP, M.Si. Selaku dosen pembahas dan penguji ,

Terima kasih atas arahan, saran, kritik, masukan, nasihat serta waktu yang

telah banyak membantu penulis. Penulis mampu menyelesaikan skripsi ini

juga berkat bantuan dari bapak.

xi

8. Seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara, terima kasih atas semua ilmu

yang telah penulis peroleh selama proses perkuliahan. Semoga dapat

menjadi bekal yang berharga dalam kehidupan penulis ke depannya.

9. Ibu Nur selaku Staf Administrasi yang banyak membantu kelancaran

adminstrasi skripsi hingga terselesaikan.

10. Rezky Prabowo adik saya satu-satunya yang menjengkelkan dan selalu

cuek. Selalu semangat dan yang rajin ya dek, supaya cita-citanya tercapai

menjadi penurus bapak. Kita buat bapak dan ibu bangga.

11. Untuk best partner yang selalu hadir dan banyak membantu dalam keadaan

susah maupun senang dihidup saya, yang selalu direpotin, yang selalu

mendukung, memberi motivasi, nasehat, doa dan dukungan bahkan

mendampingi penulis selama berproses dari awal perkuliahan sampai

dengan penulis menyelesaikan Skripsi ini, maafin aku yang terlalu moody

dan gak sabaran, terima kasih sudah mau direpotkan, terima kasih best

partner ever Aliyus Pratama, A.Md semoga kita bisa sukses bersama.

12. Terimakasih untuk seluruh keluarga besarku kakek nenek, pakde bude, om

tante, sepupu sepupu tercinta, ini jawaban atas segala doa dan pertanyaan

kalian.

13. Kepada Sahabatku tercinta yang sudah seperti keluarga Widya puspita

Sari, S.E jangan lupa langsing kak jodohmu sudah dekat, Levina

Rachmawati Putri, S.E jangan lupa ilangin lemotnya kak, Rena Rezita

semoga jadi bu guru yang baik ya kak (S.Pd nya soon), serta Cahyo Rendy

xii

Wicaksono, S.Kom semoga makin amanah ya gan, Terima Kasih untuk

selalu selalu menghibur, memberikan nasehat dan dukungan kepada

penulis, kalian yang selalu ada, kalian yang selalu bikin ketawa sampe

nangis, kalian yang tergokil , semoga kita bisa jadi orang sukses, semoga

kita akan selalu seperti ini selamanya, 8 years and still counting guys big

love.

14. Sahabat peratamaku saat masuk kuliah Merie Larasati terimakasih sudah

membagi suka dan duka selama kita kuliah, semoga pertemanan kita akan

terus berlanju, sukses terus ya mer. Team KKN Rumpi saat di Sukaraja,

Rian Apriyanti, Dertiana, Arizka Antartika, Marcella Taweru, Arum

Asterini, Hanafi. Terima kasih buat pengalaman 60 hari yang indah,

berkesan, dan yang tak terlupakan sampai kapanpun semoga hubungan

kita terus berlanjut.

15. Teman-teman seperjuangan ANE 012 Anisa, Novaria, Serliani, Purnama,

Azizah, Diannisa, Putri Wijayanti, Ayu Septiani, Rhani Umi, Silvia Tika,

Ihsan, Bagus, Bayu, Taufik, Akbar, Berry, Hamdani, Firdaus dan semua

teman-teman ane 012 yang tak bisa tertulis satu persatu, terima kasih

untuk saling berbagi ilmu dan waktu kalian. Semangat skripsi.

16. Keluarga Besar Ampera, terima kasih untuk semua cerita yang telah kalian

lukiskan selama ini. Saya merasa bahagia kenal kalian karena kehadiran

serta canda tawa kalian semua. Terima kasih juga buat kebersamaan

terindah yang telah kita lalui bersama dari awal perkuliahan sampai saat

ini takkan pernah terlupakan, semoga kita semua menjadi orang sukses.

xiii

17. Keluarga Besar Universitas Lampung yang telah membantu saya selama

saya belajar di Universitas Lampung. Semua pihak yang telah membantu

baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi

ini, terima kasih atas bantuannya. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa

Skripsi ini jauh dari kesempurnaan namun semoga bermanfaat bagi kita

semua. Semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis, mungkin

tidak dapat penulis balas secara langsung. Semoga Allah yang Maha

Pengasih dan Maha Penyayang yang akan membalas semua kebaikan dan

ketulusan hati mereka dengan balasan yang lebih indah dan lebih baik

dari-Nya. Amin.

Bandar Lampung, Maret 2017

Ajeng Dyah Wahyuni

xiv

DAFTAR ISI

ABSTRACT ........................................................................................................... i

ABSTRAK ............................................................................................................. ii

PERSETUJUAN .................................................................................................... iii

PENGESAHAN ..................................................................................................... iv

PERNYATAAN ..................................................................................................... v

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... vi

MOTO .................................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN .................................................................................................. viii

SAN WACANA ..................................................................................................... ix

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xvii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xviii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kebijakan Publik .......................................................... 10

1. Konsep Kebijakan Publik .................................................................... 10

2. Ciri-ciri Kebijakan Publik .................................................................... 12

3. Tahap-tahap Kebijakan Publik ............................................................. 13

B. Tinjauan Tentang Implementasi Kebijakan Publik .................................... 15

1. Konsep Implementasi Kebijakan ......................................................... 15

2. Model-model Implementasi Kebijakan ................................................ 17

3. Faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Kebijakan ........................... 23

C. Tinjauan Tentang Faktor Pendukung Keberhasilan Kebijakan ................. 24

D. Tinjauan Tentang SIM Online ................................................................... 27

E. Kerangka Pikir .......................................................................................... 28

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Tipe dan Pendekatan Penelitian ................................................................. 30

B. Fokus Penelitian ......................................................................................... 31

C. Lokasi Penelitian ........................................................................................ 34

xv

D. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 34

E. Informan Penelitian .................................................................................... 35

F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 36

G. Teknik Analisis Data .................................................................................. 38

H. Teknik Keabsahan Data ............................................................................. 40

BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung ............................................ 43

1. Sejarah singkat Polresta Bandar Lampung .......................................... 43

B. Gambaran Umum Satlantas Polresta Bandar Lampung ............................. 45

1. Visi Polresta Bandar Lampung tahun 2016 ......................................... 45

2. Misi Polresta Bandar Lampung tahun 2016 ......................................... 45

3. Struktur Organisasi Satlantas Polresta Bandar Lampung .................... 46

4. Tugas dan Fungsi Satlantas Polresta Bandar Lampung ....................... 47

5. Sasaran prioritas Satlantas Polresta Bandar Lampung ......................... 48

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 54

1. Implementasi program SIM Online pada Polresta Bandar Lampung .. 54

a. Komunikasi .................................................................................... 55

b. Sumber Daya .................................................................................. 62

c. Disposisi ......................................................................................... 67

d. Struktur Birokrasi ........................................................................... 69

B. Pembahasan Implementasi program SIM Online pada Polresta Bandar

Lampung .................................................................................................... 75

1. Komunikasi .......................................................................................... 75

2. Sumber Daya ........................................................................................ 78

3. Disposisi ............................................................................................... 79

4. Struktur Birokrasi ................................................................................. 81

C. Faktor yang menjadi penghambat Implementasi program SIM Online

pada Polresta Bandar Lampung ................................................................. 82

1. Gangguan Jaringan ............................................................................... 82

2. Data Pemohon yang belum ter-update di server kemendagri .............. 83

3. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang SIM Online ................... 83

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................................ 85

B. Saran .......................................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Jumlah Pengguna Jasa pembuatan dan perpanjangan SIM di Satpas

Polresta Bandar Lampung.................................................................

6

Tabel 2 Daftar Informan Peneliti.................................................................... 36

Tabel 3 Daftar Nama Kepala Kepolisian Resort Kota 611 Tanjung Karang

teluk Betung......................................................................................

43

Tabel 4 Skturktur Organisasi Satuan Lalu Lintas Polresta Bandar Lampung 46

Tabel 5

Tabel 6

Sarana dan Prasarana pelaksanaan SIM Online...............................

Standar Operasional Prosedur Pelayanan Penertiban SIM Online di

Satpas 2526 Polresta Bandar Lampung...............................................

65

70

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Faktor yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan Menurut

Merilee S. Grindle........................................................................

21

Gambar 2 Faktor yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan Menurut

Mazmanian dan Sabatier.............................................................

22

Gambar 3 Bagan Kerangka Pemikiran......................................................... 29

Gambar 4

Gambar 5

Gambar 6

Surat Telegram Pelaksanaan SIM Online..................................

Informasi SIM Keliling pada akun instagram

@satlantaspolrestabalam............................................................

Ruang Rekam Foto dan Cetak....................................................

59

62

66

Gambar 7 Fasilitas Mobil SIM Keliling..................................................... 66

Gambar 8 Loket Pendaftaran dan Verifikasi berkas..................................... 71

Gambar 9 Ruang Ujian Teori..................................................................... 72

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai negara hukum, setiap warga negara Indonesia diwajibkan untuk

menaati hukum, salah satunya adalah ketertiban berkendara. Menurut Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, setiap

pengendara kendaraan bermotor wajib memiliki dan membawa Surat Tanda

Nomor Kendaraan (STNK) dan Surat Izin Mengemudi (SIM). Undang–Undang

Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yang

diundangkan sejak 26 Mei 2009 oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Indonesia (DPR RI), merupakan pengganti dari Undang-Undang Nomor 14

Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang dinilai sudah tidak

relevan lagi dengan situasi lalu lintas yang ada sekarang.

Menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan pasal 77 ayat 1 menerangkan bahwa setiap orang yang

mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib memiliki SIM sesuai dengan

jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan. SIM berfungsi sebagai bukti

kompetensi (kemampuan) seseorang dalam mengemudi kendaraan bermotor dan

2

juga sebagai registrasi data pengemudi kendaraan bermotor yang digunakan untuk

mendukung penyelidikan, penyidikan dan identifikasi forensik kepolisian.

Golongan SIM berdasarkan Undang-Undang nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan dibagi menjadi SIM umum dan SIM perseorangan.

Pasal 80 Undang-Undang tersebut, SIM perseorangan terbagi menjadi:

a. SIM A, untuk mengemudikan mobil penumpang dan barang perseorangan

dengan jumlah berat yang diperbolehkan tidak melebihi 3.500 kg.

b. SIM B1, untuk mengemudikan mobil penumpang dan barang perseorangan

dengan jumlah berat yang diperbolehkan lebih dari 3.500 kg

c. SIM B2, untuk mengemudikan kendaraan alat berat, kendaraan penarik, atau

kendaraan bermotor dengan menarik kereta tempelan atau gandengan

perseorangan dengan berat yang diperbolehkan untuk kereta tempelan atau

gandengan lebih dari 1.000 kg.

d. SIM C, untuk mengemudikan sepeda motor.

e. SIM D, untuk mengemudikan kendaraan khusus bagi penyandang cacat.

Di Indonesia, pihak yang menerbitkan SIM adalah Kepolisian Negara Republik

Indonesia (Polri). Setiap calon pengemudi harus memenuhi syarat-syarat tertentu

seperti persyaratan usia, administratif, kesehatan dan lulus ujian untuk dapat

memperoleh SIM yang diinginkan. Penyelenggaraan administrasi SIM telah

dilakukan Polri sejak lima puluh tahun yang lalu hingga saat ini dalam kurun

waktu lebih dari setengah abad. Dengan demikian, masyarakat telah memahami

bahwa polri merupakan satu-satunya instansi yang mengeluarkan SIM.

3

Seiring dengan perkembangan zaman di era reformasi pada segala bidang,

pelayanan polisi lalu lintas kepada masyarakat dalam penerbitan SIM dituntut

lebih profesional, prosedural, bermoral dan transparan guna menghilangkan kesan

negatif di masyarakat. Untuk memenuhi hal tersebut sebagai anggota Kepolisian

Republik Indonesia (Polri) khususnya Polisi lalu lintas yang akan mewakilinya

haruslah dibekali dengan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan yang baik

berkaitan dengan registrasi dan identifikasi SIM sebagai upaya untuk menunjang

kegiatan tersebut antara lain melalui pelatihan, penataran dan pendidikan.

Masyarakat sudah dipermudah dalam pembuatan dan perpanjangan SIM yang

hampir habis masa berlakunya. Namun hal tersebut hanya berlaku untuk warga

daerah yang memiliki kartu tanda penduduk (KTP) asli daerah yang ditinggali,

sedangkan untuk warga pendatang hal tersebut sangat tidak memungkinkan

karena harus membuat KTP baru untuk mengurus perpanjangan atau pembuatan

SIM tersebut. Mutasi SIM dilakukan saat seseorang akan perpanjang masa belaku

SIM tidak ditempat asal SIM dibuat. Menurut Juvianto Sirait selaku Teknisi SIM

Online bahwa:

“Syarat-syarat yang perlu disiapkan untuk perpanjangan SIM bagi warga

pendatang yaitu pertama minta surat pengantar mutasi dari Satuan

Penyelenggara Administrasi (Satpas) yang menerbitkan SIM lama, KTP asli

tempat tinggal baru, SIM asli yang masih berlaku, sama surat keterangan

sehat dari dokter.” (hasil wawancara pada hari Jumat tanggal 19 Februari

2016)

Dalam persyaratan tersebut, warga pendatang harus meminta surat pengantar dari

daerah asal diterbitkannya SIM tersebut. Hal tersebut memberatkan bagi perantau

yang bekerja di daerah lain karena harus kembali ke daerahnya untuk sementara

4

waktu hanya untuk mengurus surat pengantar tersebut. Oleh karena itu, diperlukan

inovasi baru dalam memberikan pelayanan SIM tersebut sehingga dapat

mempermudah masyarakat pengguna jasa.

Inovasi pelayanan publik dapat dikatakan sebagai inisiatif terobosan dari

instansi/lembaga publik dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Inisiatif terobosan tersebut terletak pada kebaruan (novelty). Prinsip kebaruan

tersebut dibedakan dengan inovasi dalam teknologi yang merupakan keunikan

yang khas berbeda dengan yang lain.(Sumber:

http://sinovik.menpan.go.id/index.php/site/article/223 diakses pada tanggal 28 Juli

2016 Pukul 19.00 WIB).

Untuk menciptakan inovasi tersebut, Polri selaku pihak yang berwenang dalam

membuat SIM meluncurkan program Layanan SIM Online. Layanan SIM Online

maksudnya adalah bahwa seluruh data pemilik SIM sudah terkoneksi secara

Online di seluruh Indonesia dengan proses komputerisasi, data yang telah dimuat

akan langsung terhubung ke server Korlantas Polri dan Kementerian Dalam

Negeri yang akan langsung mengetahui seluruh data pemilik SIM tersebut jika

memiliki e-KTP dalam melakukan registrasi sehingga dapat diakses dari mana

pun di wilayah Indonesia.

Program SIM Online di-launching secara bersamaan di 45 Kepolisian Resor Kota

(Polresta) se-Indonesia. Dari keseluruhan polres yang ada di Lampung, Satlantas

Polresta Bandar Lampung merupakan satu-satunya polres yang menyediakan

excellent service SIM Online yang diselenggarakan secara nasional. Launching

secara resmi dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo pada

5

tanggal 06 Desember 2015. Polresta Bandar Lampung sebagai salah satu kota

yang melaksanakan program SIM Online, mengadakan launching di sekitar tugu

adipura, kota Bandar Lampung. Layanan SIM Online ini baru diterapkan hanya

untuk perpanjangan SIM. Meskipun demikian, ini merupakan kabar yang

menggembirakan bagi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya bagi kaum

perantau. Karena dengan fasilitas SIM Online ini, berarti pemilik SIM yang

tinggal di luar daerah asalnya atau kebetulan sedang berada di luar kota saat SIM-

nya habis masa berlakunya, sekarang sudah tidak perlu lagi mengurus

perpanjangan SIM di daerah asal sesuai dengan e-KTP yang bersangkutan

melainkan bisa mengurusnya dimana pun, SIM Online ini sudah berlaku untuk

semua SIM dan untuk sementara baru ada 45 Satuan Penyelenggara Administrasi

(Satpas) di ibukota provinsi seluruh Indonesia untuk tahap pertama. Di Lampung

sendiri baru di Polresta Bandar Lampung dan sudah mulai ada di mobil SIM

keliling Polresta. Menurut Juvianto Sirait selaku Teknisi SIM Online bahwa:

“Selain di mobil SIM keliling Polresta, layanan SIM Online sudah di coba

dicorner SIM namun tidak dapat terlaksana, sehingga seluruh peralatan

pembuatan SIM Online tersebut dicabut kembali karena peralatannya yang

masih kurang memadai untuk melakukan pembuatan SIM Online.” (hasil

wawancara pada hari Jumat tanggal 19 Februari 2016)

Sejak diresmikan, Layanan SIM Online ini sudah banyak yang melakukan

perpanjangan. Berikut ini merupakan data mengenai jumlah pengguna jasa

pembuatan dan perpanjangan SIM yang dilakukan di Satpas Polresta Bandar

Lampung.

6

Tabel 1.1 Jumlah pengguna jasa Pembuatan dan Perpanjangan SIM di

Satpas Polresta Bandar Lampung

No Golongan

SIM Baru

Perpanjang-

an

Pengalihan

Golongan

Penggantian

Hilang/Rusak

Penerbitan

akibat

pencabutan

Total

1 A 586 2081 36 13 0 2716

2 A Umum 0 0 0 0 0 0

3 B1 0 27 3 0 0 30

4 B1 Umum 0 214 0 0 0 214

5 B2 0 1 0 0 0 1

6 B2 Umum 0 144 1 0 0 145

7 C 792 4147 0 23 0 4962

8 D 0 0 0 0 0 0

Total 1378 6614 40 36 0 8068

Sumber: Laporan Rekapitulasi Produksi SIM Oktober 2015 s/d 19 Februari 2016

Berdasarkan data diatas, persentase pengguna jasa pembuatan dan perpanjangan

SIM selama kurang lebih tiga bulan setelah diresmikannya SIM Online hingga

saat ini, pemohon diluar Bandar lampung yang menggunakan SIM Online baru

sekitar 10 persen dan sisanya masih masyarakat Bandar lampung, akibat dari

masih kurangnya sosialisasi yang diadakan oleh pihak polresta Bandar Lampung.

Layanan perpanjangan SIM juga sudah terintegrasi dengan e-KTP, sehingga data

pemohon dapat di crosscheck melalui komputer yang sudah Online dengan

database e-KTP Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan Polres penerbit

SIM, sehingga tidak akan ada SIM ganda yang beredar. Batas melakukan

perpanjangan SIM Online dua minggu sebelum masa aktif berakhir sampai tiga

bulan setelah masa berlaku habis, jika sudah melewati batas tersebut pemohon

harus membuat SIM baru.

Namun demikian, terdapat beberapa kendala teknis yang dialami saat pelaksanaan

SIM Online tersebut seperti yang dikutip dari pernyataan Teknisi SIM Online

Juvianto Sirait (Tribun Lampung 3 Desember 2015) yang menyatakan bahwa:

7

“Sejauh ini pelaksanaan perangkat SIM Online berjalan lancar sesuai

fungsinya. Hanya saja kendala yang terjadi ada pada jaringan yang terhubung

dengan Korlantas Polri. Sebab, terkadang jaringan internet lambat. Namun

secara keseluruhan berjalan dengan baik.”

(lampung.tribunnews.com/2015/12/03/pembuatan-sim-Online-sementara-

hanya-berlaku-bagi-warga-bandar-lampung diakses pada tanggal 27

Februari 2016 Pukul 15.00 WIB)

Dari pernyataan tersebut, kendala yang dihadapi oleh teknisi SIM Online di

Polresta Bandar Lampung diantaranya jaringan internet yang lambat sehingga hal

tersebut menghambat jaringan dengan Korlantas Polri. Kendala tersebut dialami

juga oleh petugas pelayanan SIM Online yang ada di fasilitas mobil SIM keliling

seperti yang disampaikan oleh Brigpol Dani dan Brigpol Febri salah satu petugas

Satlantas Polresta Bandar Lampung (Dalam Saibumi.com tanggal 14 Desember

2015) yaitu:

"Permasalahannya ya kayak gini kalau di SIM Online kan kita kerjasama

Disduk Capil, penyedia jaringan dan telkom. Kalau jaringan tidak terhubung

ke mabes, kita tidak bisa melaksanakan apa-apa terpaksa kita harus masukin

ke manual bukan yang Online karena jaringan bermasalah," terang Dani.

Brigpol Febri menambahkan jika pemohon berasal dari luar kota Bandar

Lampung dan jaringan bermasalah, ia menyuruh pemohon untuk kembali ke

rumah dan melanjutkannya keesokan hari. "Ya kalau lagi masalah jaringan

kayak gini, terpaksa kita suruh pulang. Besok bisa dateng lagi,"

(http://www.saibumi.com/artikel-70970-pelayanan-sim-Online-setiap-hari-di-

mobil-keliling-hanya-50-pemohon.html diakses pada tanggal 27 Februari

2016 Pukul 15.10 WIB)

Dari kedua berita di atas, terlihat bahwa masalah pokok yang dihadapi oleh

petugas perpanjangan SIM Online tersebut adalah permasalahan koneksi internet

yang kurang memadai. Selain itu, minimnya sosialisasi yang dilakukan pihak

satlantas Polresta Bandar Lampung membuat masih kurangnya warga masyarakat

yang menggunakan pelayanan perpanjangan SIM secara Online tersebut.

8

Dalam setiap implementasi sebuah program, sarana dan prasarana menjadi suatu

unsur yang diperlukan untuk mendukung berjalannya implementasi tersebut.

Implementor mungkin memiliki staf yang mencukupi, mengerti apa yang harus

dilakukan dan memiliki wewenang untuk melaksanakan tugasnya, tetapi tanpa

adanya fasilitas pendukung (sarana dan prasarana) yang memadai maka

implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil. Dalam hal ini, program SIM

Online yang diterapkan oleh Polresta Bandar Lampung sangat membutuhkan

koneksi internet yang baik agar kegiatan perpanjang sim tersebut dapat

dilaksanakan dengan baik.

Oleh karena itu, untuk meneliti lebih jauh tentang implementasi dan kendala-

kendala dari kebijakan SIM Online tersebut, maka penulis mengangkat judul

skripsi: Implementasi Program SIM Online Pada Polresta Bandar Lampung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul penelitian di atas, maka perumusan masalah yang akan

diteliti yaitu:

1. Bagaimana Implementasi Program SIM Online Pada Polresta Bandar

Lampung?

2. Apa saja faktor penghambat Implementasi Program SIM Online pada

Polresta Bandar Lampung?

9

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian berdasakan permasalahan yang telah

dikemukakan di atas adalah:

1. Untuk menjelaskan dan menganalisa mengenai implementasi program SIM

Online pada Polresta Bandar Lampung.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor penghambat implementasi

program SIM Online pada Polresta Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran dan penambahan ilmu pengetahuan dalam khasanah

Ilmu Administrasi Negara, terutama tentang studi implementasi kebijakan

publik.

2. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan atau

referensi bagi Satlantas Polresta Bandar Lampung terkait dalam pelaksanaan

program SIM Online serta masyarakat pengguna jasa layanan publik

tersebut.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kebijakan Publik

1. Konsep Kebijakan Publik

Menurut Chief dalam Abdul Wahab (2005:5), kebijakan publik adalah suatu

tindakan bersanksi yang mengarah pada tujuan tertentu yang diarahkan pada suatu

masalah tertentu yang saling berkaitan yang memengaruhi sebagian besar warga

masyarakat.

Menurut Nugroho (2008:54), kebijakan publik adalah keputusan yang dibuat oleh

negara, khususnya pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan

negara yang bersangkutan. Kebijakan publik adalah strategi untuk mengantarkan

masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk

menuju pada masyarakat yang dicita-citakan.

Thomas dalam Islamy (2009:19) mendefinisikan kebijakan publik sebagai “Is

whatever government choose to do or not to do” (apapun yang dipilih pemerintah

untuk dilakukan atau untuk tidak dilakukan). Definisi ini menekankan bahwa

kebijakan publik adalah mengenai perwujudan “tindakan” dan bukan merupakan

pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat publik semata. Di samping itu,

pilihan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu

11

jugamerupakan kebijakan publik karena mempunyai pengaruh (dampak yang

sama dengan pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu).

David Easton dalam Agustino (2008:19) memberikan definisi kebijakan publik

sebagai “The authoritative allocation of values for the whole society”. Definisi ini

menegaskan bahwa hanya pemilik otoritas dalam sistem politik (pemerintah) yang

secara sah dapat berbuat sesuatu pada masyarakatnya dan pilihan pemerintah

untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu diwujudkan dalam bentuk

pengalokasian nilai-nilai. Hal ini disebabkan karena pemerintah termasuk ke

dalam “Authorities in a political system” yaitu para penguasa dalam sistem politik

yang terlibat dalam urusan sistem politik sehari-hari dan mempunyai

tanggungjawab dalam suatu masalah tertentu dimana pada suatu titik mereka

diminta untuk mengambil keputusan dikemudian hari kelak diterima serta

mengikat sebagian besar anggota masyarakat selama waktu tertentu.

Karakteristik khusus dari kebijakan publik adalah bahwa keputusan politik

tersebut dirumuskan oleh apa yang disebut Easton dalam Agustino (2006:42)

sebagai “otoritas” dalam sistem politik yaitu: “Para senior, kepala tertinggi,

eksekutif, legislatif, para hakim, administrator, penasehat, para raja, dan

sebagainya.” Selanjutnya Easton dalam Agustino (2006:42) menyebutkan bahwa

mereka-mereka yang berotoritas dalam sistem politik dalam rangka

memformulasikan kebijakan publik itu adalah orang- orang yang terlibat dalam

urusan sistem politik sehari-hari dan mempunyai tanggung jawab dalam suatu

masalah tertentu dimana pada satu titik mereka diminta untuk mengambil

keputusan di kemudian hari yang diterima serta mengikat sebagian besar

masyarakat selama waktu tertentu.

12

Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan

publik adalah serangkaian tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh

pemerintah yang berorientasi pada tujuan tertentu guna memecahkan masalah-

masalah publik atau demi kepentingan publik. Kebijakan untuk melakukan

sesuatu biasanya tertuang dalam ketentuan-ketentuan atau peraturan perundang-

undangan yang dibuat pemerintah sehingga memiliki sifat yang mengikat dan

memaksa.

2. Ciri-ciri Kebijakan Publik

Menurut Suharno (2010:14-15), ciri-ciri khusus yang melekat pada kebijakan

publik bersumber pada kenyataan bahwa kebijakan itu dirumuskan. Ciri-ciri

kebijakan publik antara lain:

a. Kebijakan publik lebih merupakan tindakan yang mengarah pada tujuan

daripada sebagai perilaku atau tindakan yang serba acak dan kebetulan.

Kebijakan-kebijakan publik dalam sistem politik modern merupakan suatu

tindakan yang direncanakan.

b. Kebijakan pada hakekatnya terdiri atas tindakan-tindakan yang saling berkait

dan berpola yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh pejabat-

pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan yang berdiri sendiri.

Kebijakan tidak cukup mencakup keputusan untuk membuat undang-undang

dalam bidang tertentu, melainkan diikuti pula dengan keputusan-keputusan

yang bersangkut paut dengan implementasi dan pemaksaan pemberlakuan.

c. Kebijakan terkait dengan apa yang senyatanya dilakukan pemerintah dalam

bidang tertentu.

13

Kebijakan publik mungkin berbentuk positif, mungkin pula negatif,

kemungkinan meliputi keputusan-keputusan pejabat pemerintah untuk tidak

bertindak atau tidak melakukan tindakan apapun dalam masalah-masalah

dimana justru campur tangan pemerintah diperlukan

3. Tahap-Tahap Kebijakan Publik

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena

melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu

beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik

membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik kedalam beberapa tahap.

Tujuan pembagian seperti ini adalah untuk memudahkan kita dalam mengkaji

kebijakan publik. Namun demikian, beberapa ahli mungkin membagi tahap-tahap

ini dengan urutan yang berbeda.

Tahap-tahap kebijakan publik menurut William Dunn dalam Winarno (2007:32-

34) adalah sebagai berikut :

a) Tahap penyusunan agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda

publik. Sebelumnya masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat

masuk dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke

agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini mungkin suatu

masalah tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan

menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan-alasan

tertentu ditunda untuk waktu yang lama.

14

b) Tahap formulasi kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para

pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian

dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari

berbagai alternatif atau pilihan kebijakan (policy alternatives/policy options)

yang ada. Dalam perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing

untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan

masalah. Dalam tahap ini masing-masing actor akan bersaing dan berusaha

untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.

c) Tahap adopsi kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus

kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi

dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga

atau putusan peradilan.

d) Tahap implementasi kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit jika

program tersebut tidak diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-

badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah.

Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang

memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap

implementasi iniberbagai kepentingan akan saling bersaing.

Beberapaimplementasi kebijakan mendapat dukungan para

pelaksana(implementors), namun beberapa yang lain mungkin akan

ditentangoleh para pelaksana.

15

e) Tahap evaluasi kebijakan

Dalam tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai ataudievaluasi,

unuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat untuk meraih dampak yang

diinginkan, yaitu memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh

karena itu ditentukan ukuran-ukuranatau kriteria-kriteria yang menjadi dasar

untuk menilai apakah kebijakan publik yang telah dilaksanakan sudah

mencapai dampak atau tujuan yang diinginkan atau belum.

B. Tinjauan Tentang Implementasi Kebijakan Publik

1. Konsep Implementasi kebijakan

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan

dapat mencapai tujuannya. Implementasi kebijakan merupakan tahap yang paling

penting dalam proses kebijakan.

Beberapa definisi implementasi kebijakan yang dirangkum oleh Agustino

(2006:54) adalah sebagai berikut :

a. Bardach dalam Agustino(2006:54)

Implementasi kebijakan adalah cukup untuk membuat sebuah program dan

kebijakan umum yang kelihatannya bagus di atas kertas. Lebih sulit lagi

merumuskannya dalam kata–kata dan slogan-slogan yang kedengarannya

mengenakkan bagi telinga para pemimpin dan para pemilih yang

mendengarkannya, dan lebih sulit lagi untuk melaksanakannya dalam bentuk yang

memuaskan orang.

16

b. Van Metter dan VanHorn dalam Agustino (2006:139)

Implementasi kebijakan ialah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh

individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau

swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan

dalam keputusan kebijakan.

c. Mazmanian dan Sabatier dalam Agustino (2006:139)

Implementasi kebijakan adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar,biasanya

dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau

keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badanperadilan.

Keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan

secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk

menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya.

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa implementasikebijakan

menyangkut minimal tiga hal yaitu:

1. adanya tujuan atau sasarankebijakan

2. adanya aktifitas atau kegiatan pencapaian tujuan

3. adanya hasilkegiatan

Berdasarkan uraian ini dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan

merupakan suatu proses yang dinamis dimana pelaksana kegiatan melakukan

suatu kegiatan. Sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai

dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Hal ini sesuai pula dengan apa

yang diungkapkan olehLester dan Stewart dalam Agustino (2006:139), bahwa

implementasi sebagai suatuproses dan suatu hasil (output). Keberhasilan suatu

17

implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian

tujuan hasil akhir (output) yaitu tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin

diraih.(Agustino, 2006:139)

2. Model-model Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang paling sulit dalam siklus

keseluruhan kebijakan. Karena disini masalah-masalah yang kadang tidak

dijumpai dalam konsep, akan muncul pada saat pengimplementasiannya.

Implementasi kebijakan sesungguhnya tidaklah sekadar bersangkut paut dengan

mekanisme penjabaran keputusan- keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur

rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut

masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan.

Grindle (1980: 15) telah meramalkan, bahwa dalam setiap implementasi kebijakan

pemerintah pasti dihadapkan pada banyak kendala, utamanya yang berasal dari

lingkungan (konteks) di mana kebijakan itu akan diimplementasikan. Untuk

mengkaji lebih baik suatu implementasi kebijakan, maka perlu diketahui variabel

dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Untuk itu, diperlukan suatu model

implementasi kebijakan guna menyederhanakan pemahaman konsep suatu

implementasi kebijakan. Ada begitu banyak model-model implementasi kebijakan

yang dikembangkan oleh pakar sosial dan beberapa model dibawah ini

dikembangkan oleh beberapa pakar sosial sebagai alat untuk mengkaji apa-apa

saja bentuk (jenis) implementasi kebijakan, apa–apa saja variabelnya serta syarat-

syarat agar implementasinya bisa menjadi berhasil secara sempurna.

18

2. 1. Model Van Meter dan Van Horn

Model implementasi kebijakan yang dirumuskan Van Meter dan Van Horn

(1975:447) disebut dengan “A Model of the Policy Implementation.” Proses

implementasi ini merupakan sebuah abstraksi atau performansi suatu perencanaan

kebijakan yang pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja

implementasi kebijakan yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai

variabel. Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara

linear dari keputusan politik, pelaksana dan kinerja kebijakan publik. Model ini

menjelaskan bahwa kinerja kebijakan dipengaruhi oleh beberapa variabel yang

saling berkaitan, variabel-variabel tersebut yaitu :

1. Ukuran dan tujuan kebijakan

2. Sumber daya Keberhasilan

3. Karakteristik organisasi pelaksana

4. Komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan

5. Disposisi atau sikap para pelaksana

6. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik. (Meter dan Horn, 1975:462-478)

2. 2. Model George Edward III

Model implementasi kebijakan selanjutnya di kembangkan oleh George Edward

III dengan nama Direct and Indirect Impact on Implementation. Edward melihat

implementasi kebijakan sebagai suatu proses yangdinamis, dimana terdapat

banyak faktor yang saling berinteraksi danmempengaruhi implementasi kebijakan.

Faktor-faktor tersebut perlu ditampilkan gunamengetahui bagaimana pengaruh

faktor-faktor tersebut terhadap implementasi. Olehkarena itu, Edward menegaskan

19

bahwa dalam studi implementasi terlebih dahulu harusdiajukan dua pertanyaan

pokok yaitu: apa yang menjadi prasyarat bagi implementasi kebijakan serta apa

yang menjadi faktor utama dalam keberhasilan implementasi kebijakan

(http://mulyono.staff.uns.ac.id/. Diakses pada tanggal 05 Desember 2012 pukul

14.41).

Untuk menjawab dua pertanyaan pokok tersebut, maka Edward dalam Tangkilisan

(2003:12-13) mengusulkan empat variabel yang menjadi faktor utama

keberhasilan implementasi kebijakan. Empat variabel tersebut yaitu:

1. Komunikasi

Komunikasi merupakan sarana untuk menyebarluaskan informasi, baik dari

atas ke bawah maupun dari bawah ke atas. Untuk mengindari terjadinya

distorsi informasi yang disampaikan atasan ke bawahan, perlu adanya

ketetapan waktu dalam penyampaian informasi, harus jelas informasi

yangdisampaikan, serta memerlukan ketelitian dan konsistensi dalam

menyampaikan informasi.

2. Sumber daya

Sumber – sumber dalam implementasi kebijakan memegang peranan penting

karena implementasi kebijakan tidak akan efektif bilamana sumber – sumber

pendukungnya tidak tersedia. Yang termasuk sumber – sumbernya adalah :

staf yang relatif cukup jumlahnya dan mempunyai keahlian dan keterampilan

untuk melaksanakan kebijakan, informasi yang memadai untuk keperluan

implementasi, dukungan dari lingkungan untuk mensukseskan implementasi

kebijakan serta wewenang yang dimiliki implementor untuk mensukseskan

kebijakan.

20

3. Disposisi

Variabel ini berkaitan dengan bagaimana sikap para implementor dalam

mendukung suatu implementasi kebijakan. kecakapan saja tidak mencukupi

tanpa kesediaan dan komitmen untuk melaksanakan kebijakan.

4. Struktur Birokrasi

Suatu kebijakan seringkali melibatkan beberapa lembaga atau organisasi

dalam proses implementasinya, sehingga diperlukan koordinasi yang efektif

antar lembaga-lembaga terkait dalam mendukung keberhasilan implementasi.

2. 3. Model Grindle

Menurut Merilee S. Grindle dalam Subarsono (2005: 93) terdapat dua variabel

besar yang mempengaruhi implementasi kebijakan, yaitu isi kebijakan (content of

policy) dan lingkungan implementasi (context of implementation). Masing-masing

variabel tersebut masih dipecah lagi menjadi beberapa item. Menurut Subarsono

(2005: 93)Variabel isi kebijakan ini mencakup:

1) sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat dalam

isi kebijakan;

2) jenis manfaat yang diterima oleh target group;

3) sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan;

4) apakah letak sebuah program sudah tepat;

5) apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci;

6) apakah sebuah program didukung oleh sumber daya yang memadai.

Sedangkan variabel lingkungan kebijakan mencakup:

21

1) seberapa besarkekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para

aktor yang terlibatdalam implementasi kebijakan;

2) karakteristik institusi dan rejim yang sedangberkuasa;

3) tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

2. 4. Model Mazmanian dan Sabatier

Menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Subarsono (2005:94) dan Tilaar dan

Nugroho (2008:215), ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi

keberhasilan implementasi :

a. Mudah tidaknya masalah dikendalikan (tractability of the problem).

Kategori tractability of the problem mencakup variabel-variabel yang

disebutkan oleh Subarsono (2005: 95-96): “

(1) Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan

(2) Tingkat kemajemukan kelompok sasaran

(3) Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi

Gambar 2.1. Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan

Menurut Merilee S. Grindle

Sumber: Grindle dalam Subarsono (2005:93)

22

(4) Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan.

b. Variabel di luar kebijakan / variabel lingkungan (nonstatutory variables

affecting implementation)

Kategori nonstatutory variables affecting implementation mencakup variabel-

variabel yang disebutkan oleh Subarsono (2005: 98-99).”

(1) Kondisi sosial-ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi

(2) Dukungan publikterhadap kebijakan

(3) Sikap dari kelompok pemilih (constituent groups)

(4) Tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor.

Gambar 2.2. Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan

Menurut Mazmanian dan Sabatier

Sumber: Daniel Sabatier dalam Hill (1997: 274)

Berdasarkan penjelasan berbagai ahli mengenai model implementasi, peneliti

menggunakan model implementasi dari Edward III, karena implementasi SIM

23

Online tersebut mempunyai karakteristik top down yang sesuai dengan tipe

Edward III.

3. Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Kebijakan

Tolok ukur keberhasilan suatu kebijakan berada pada tahap implementasi atau

pelaksanaannya. Pelaksanaan kebijakan lebih bersifat kegiatan praktis termasuk di

dalamnya mengeksekusi dan mengarahkan. Tingkat keberhasilan pelaksanaan

kebijakan akan dipengaruhi berbagai unsur, baik yang bersifat mendukung

maupun menghambat, termasuk di dalamnya unsur lingkungan fisik, sosial, dan

budaya. Hal yang perlu diwaspadai yaitu dalam memilih alternatif untuk

memecahkan masalah sehingga tidak mengganggu pencapaian tujuan yang akan

dicapai.

Ripley dan Franklin(1986:89) menyatakan bahwa keberhasilan implementasi

kebijakanatau program dapat ditujukan dari tiga faktor yaitu :

1. Perspektif kepatuhan (compliance) yang mengukur implementasi dari

kepatuhan street level bereaucrats terhadap atasan mereka.

2. Keberhasilan implementasi diukur dari kelancaran rutinitas dan tiadanya

persoalan.

3. Implementasi yang berhasil mengarah kepada kinerja yang memuaskan

semua pihak terutama kelompok penerima manfaat yang diharapkan”.

(Ripley dan Franklin, 1986:89)

Secara sederhana ketiga faktor diatas merupakan suatu kepastian dalam

menilai keberhasilan suatu implementasi kebijakan sehingga kurang hilangnya

salah satu faktor mempengaruhi sekali terhadap kinerja kebijakan tersebut.

24

Kemudian sebaliknya Jam Marse (Dalam Solichin, 1997:19) mengemukakan

bahwa ada tiga faktor yang dapat menimbulkan kegagalan dalam implementasi

kebijakan yaitu:

1. Isu kebijakan. Implementasi kebijakan dapat gagal karena masih

ketidaktetapan atau ketidak tegasan intern maupun ekstern atau kebijakan

itu sendiri, menunjukan adanya kekurangan yang menyangkut sumber

daya pembantu.

2. Informasi. Kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan adanya

gambaran yang kurang tepat baik kepada objek kebijakan maupun kepada

para pelaksana dari isi kebijakan yang akan dilaksanakannya dan hasil-

hasil dari kebijakan itu.

3. Dukungan. Implementasi kebijakan publik akan sangat sulit bila pada

pelaksanaanya tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut.

(Solichin, 1997:19)

C. Tinjauan Tentang Faktor Pendukung Keberhasilan Kebijakan

Implementasi kebijakan menurut Nugroho terdapat dua pilihan untuk

mengimplementasikannya dalam bentuk program-program dan melalui formulasi

kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan tersebut (Nugroho, 2003:158). Oleh

karena itu, implementasi kebijakan yang telah dijelaskan oleh Nugroho

merupakan dua pilihan, dimana yang pertama langsung mengimplementasikan

dalam bentuk program dan pilihan kedua melalui formulasi kebijakan.

25

Berdasarkan pengertian implementasi kebijakan diatas, maka Geogre Edward III

mengemukakan beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu

implementasi (Edward III, 1980:10) yaitu:

1. Communication (Komunikasi)

“the first requitment for effective policy implementation is that those who

are implement a decision must know what they are supposed to do. Policy

decisions and implementation orders must be transmitted to appropriate

personal before they can be followed. Naturally,these communications need

to be accurate and they must be accurately perceived by implementors.

Many obstacles lie in the path of transmission of implementation

communication” (Edward III, 1980:17)

Menurut pengertian George C. Edward III, komunikasi sangat menentukan

keberhasilan pencapaian tujuan dari pelaksanaan. Pelaksanaan yang efektif terjadi

apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan dikerjakan.

Pengetahuan atas apa yang akan dikerjakan dapat berjalan apabila komunikasi

berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan dan peraturan pelaksanaan harus

ditransmisikan (dikomunikasikan) kepada bagian personalia yang tepat.

2. Resources (Sumber Daya)

“No matter how clear and consistent implementation orders are and no

matter how accurately they are transmitted, if the personel responsible out

policies lack the resources to do an affective job,implementation will not be

effective. Important resources include staff of the proper size and with the

necessary expertise;relevant and adequate information on how to implement

policies and on the compliance of others involved in implementation:the

authority to ensure that policies are carried out as they intended;and

facilities (including builidings,equipment,land and supplies) in which or

with which to provide service will mean that laws will not be provide,and

reasonable regulations will not be developed” (Edward III, 1980:53)

Menurut George C. Edward III bahwa sumber-sumber yang dapat menentukan

keberhasilan pelaksanaan adalah salah satunya sumber daya yang tersedia, karena

menurut Edward sumber daya merupakan sumber penggerak dan pelaksana.

Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan

26

keberhasilan proses pelaksanaan, sedangkan sumber daya merupakan keberhasilan

proses implementasi yang dipengaruhi dengan pemanfaatan sumber daya

manusia, biaya, dan waktu.

3. Dispositions (Disposisi)

“The dispositions or attiudes of implementation is the third crictical factor

in our approach to the study of public policy implementation. If

implementation is to proceed effectively,not only must implementors know

what to do and have the capability to do it, but they must also desire to

carry out a policy. Most implementors can exercise considerable discretion

in the implementation of policies. One of the reasons for this is their

independence from their nominal superiors who formulate the policies

themselves. The way in which implementors exercise their

direction,however,despends in large part upon their dispositions toward the

policies. Their attitudes,in turn, will be influenced by their views toward the

policies per se and by how they see the policies effecting their

organizational and personal interests”.(Edward III, 1980:89)

Menurut George C. Edward III, disposisi atau sikap para pelaksana adalah factor

penting dalam pendekatan mengenai pelaksanaan. Jika pelaksanaan inginefektif,

maka para pelaksana tidak hanya harus memiliki kemampuan untuk

melaksanakannya, dimana kualitas dari suatu kebijakan dipengaruhi oleh kualitas

atau cirri-ciri dari para actor pelaksana. Keberhasilan kebijakan bisa dilihat dari

disposisi. Jika para pelaksana bersikap baik karena menerima suatu kebijakan

maka kemungkinan besar mereka akan melaksanakan secara bersungguh-sungguh

seperti tujuan yang diharapkannya. Sebaliknya jika prespektif dan tingkah laku

para pelakana berbeda dengan para pembuat kebijakan maka proses implementasi

akan mengalami kesulitan.

4. Bureaucratic structure (Struktur Birokrasi)

“Policy implementors may know what to do and have sufficient desire and

resources to do it, but they may still be hampered in implementation by

thethe structures of the organizations in which they serve. Two prominent

characteristics of bureaucracies are standard operating prosedurs (SOPs)

and fragmention. The former develop as internal respons to the limited time

and resources of implementors and the desire for uniformity in the

27

operation of complex and widely dispersed organizations;they often remain

in force due to bureaucratic inertia” (Edward III, 1980:125)

Menurut George C. Edward III, walaupun sumber-sumber untuk melaksanakan

suatu kebijakan tersedia atau para pelaksana mengetahui apa yang seharusnya

dilakukan dan mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan,

kemungkinan kebijakan tersebut dapat terlaksana atau terealisasi karena

terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi. Birokrasi sebagai pelaksana

harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan

jalan melakukan koordinasi dengan baik.

D. Tinjauan Tentang SIM Online

Dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 9

Tahun 2012 Pasal 52 Ayat 2 tentang Surat Izin Mengemudi menyebutkanbahwa

yang berwenang dalam melakukan penerbitan SIM (Surat IzinMengemudi)

kepada masyarakat adalah Kepala Kepolisian di setiap wilayahmasing-masing dan

didelegasikan kepada Kepala Satuan Lalu Lintas. Pada dasarnya, surat izin

mengemudi biasa maupun Online tidak memiliki perbedaan. perbedaan antara sim

konvensional dan SIM Online terdapat pada sumber data yang digunakan sebagai

acuan. pembuatan SIM konvensional hanya dapat diperpanjang di daerah asal

pembuatan sim tersebut sedangkan SIM Online menggunakan sumber data yang

didapat dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) sehingga pengguna sim

Online dapat memperpanjang SIM tersebut walaupun sedang tidak berada di

daerah asal pembuatan SIM tersebut.

28

E. Kerangka Pikir

Dalam Undang-undang No. 22 Tahun 2009tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan dijelaskan bahwa setiap pengendara kendaraan bermotor wajib mematuhi

peraturan yang berlaku baik dalam kelengkapan dasar berkendara termasuk

kelengkapan administrasi berupa Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) maupun

Surat Izin Mengemudi (SIM). Dengan SIM, seseorang dianggap sudah memiliki

hak dan kewajiban dalam mengendarai kendaraan bermotor. Dengan adanya SIM,

seseorang telah dianggap menjadi suatu wajib hukum yang taat hukum, sehingga

dalam berkendara haruslah selalu mentaati peraturan yang berlaku, SIM

merupakan bukti administratif bahwa seseorang tersebut sudah terikat oleh

hukum, terutama hukum dalam berkendaraan. Pembuatan SIM dapat dilakukan di

Satuan Lalu Lintas Polres yang ada di daerah pengendara kendaraan bermotor

tersebut. Namun terdapat kendala dalam pelayanan pembuatan SIM tersebut

karena pengendara harus membuat atau memperpanjang SIM tersebut hanya di

daerah asal sehingga hal tersebut menjadi hambatan bagi perantau yang sedang

tidak di daerah asalnya namun membutuhkan pelayanan pembuatan atau

perpanjang SIM tersebut.

Seiring dengan perkembangan zaman, pelayanan pembuatan SIM dituntut agar

dapat mempermudah pengguna dalam membuat atau memperpanjang SIM

tersebut. Menindaklanjuti hal tersebut, Polri selaku pihak yang berwenang dalam

membuat SIM meluncurkan program layanan SIM Online. Layanan tersebut dapat

mempermudah warga perantau yang akan membuat atau memperpanjang SIM

tetapi sedang tidak berada di tempat asalnya sehingga dapat menggunakan

layanan tersebut tanpa perlu menunggu kembali ke daerah asal.

29

Untuk menganalisis pelaksanaan program SIM Online tersebut, peneliti

menggunakan model Implementasi George C, Edward III. Adapun indikator-

indikator yang digunakan yaitu: Komunikasi, Sumber Daya, Disposisi/sikap, dan

Struktur Birokrasi.

Dari temuan dilapangan peneliti menemukan beberapa kendala dalam pelaksanaan

pelayanan SIM Online tersebut diantaranya kurangnya sosialisasi yang dilakukan

oleh pihak kepolisian sehingga sebagian warga masyarakat belum mengetahui

program tersebut, sedangkan hal lain yang menjadi kendala yaitu permasalahan

koneksi internet yang digunakan untuk mengakses data dari server Kemendagri

sehingga menghambat proses pelayanan SIM Online tersebut.

Berdasarkan deskripsi diatas, peneliti akan menggambarkan skema kerangka

konsep dalam kaitannya dengan program SIM Online di Polresta Bandar

Lampung agar dapat mempermudah arah penelitian dan penelitian skripsi ini.

Gambar 2.3. Bagan Kerangka Pemikiran

Sumber: Diolah oleh peneliti tahun 2016

Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Pasal 77 ayat 1 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan

Implementasi Program SIM Online Pada Polresta Bandar Lampung

Analisis Implementasi menggunakan Model Implementasi George C, Edward III.

Indikator-indikatornya yaitu: Komunikasi, Sumber Daya, Disposisi/sikap,

Struktur Birokrasi

Berjalannya kegiatan SIM Online tersebut sesuai dengan yang diharapkan baik

oleh petinggi Kepolisian maupun masyarakat pengguna layanan SIM Online

tersebut

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe dan Pendekatan Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Moleong

(2007:6) adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang

apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata

dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh

Moleong (2007:4), metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian kualitatif mendeskripsikan fenomena yang dipelajari dan akan

menguraikan hasil pengamatan untuk sampai pada kesimpulan. Metode penelitian

kualitatif mengasumsikan bahwa pengetahuan tidak mempunyai sifat yang

objektif dan sifat yang tetap melainkan bersifat interpretif. Komunikatornya

bersifat aktif, kreatif, dan memiliki kemauan bebas dan perilaku (komunikasi)

secara internal dikendalikan oleh individu

31

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tipe

penelitian deskriptif adalah tipe penelitian untuk menggambarkan tentang suatu

keadaan secara obyektif terhadap situasi dalam hal ini yaitu karakteristik dalam

suatu deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Dalam hal ini, penulis menggunakan jenis penelitian tersebut untuk

menggambarkan bagaimana implementasi yang dilakukan oleh Satuan Lalu Lintas

(Satlantas) Polresta Bandar Lampung mengenai program SIM Online.

B. Fokus Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, fokus penelitian digunakan sebagai faktor untuk

memperdalam penelitian. Fokus penelitian perlu dilakukan karena mengingat

adanya keterbatasan, baik tenaga, dana, dan waktu, serta supaya hasil penelitian

lebih terfokus.

Menurut Moleong (2000:237), fokus penelitian di maksudkan untuk membatasi

penelitian guna memilih mana data yang relevan dan yang tidak relevan, agar

tidak di masukkan ke dalam sejumlah data yang sedang di kumpulkan, walaupun

data itu menarik. Perumusan fokus masalah dalam penelitian kualitatif bersifat

tentatif, artinya penyempurnaan rumusan fokus atau masalah masih tetap di

lakukan sewaktu penelitian sudah berada di lapangan. Adapun fokus penelitian

yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan

dan menganalisis implementasi program SIM Online pada Polresta Bandar

32

Lampung dengan menggunakan teori implementasi kebijakan publik yang

dikembangkan oleh George Edward III. Indikator-indikator tersebut yaitu:

1. Komunikasi, terdiri dari:

a. Transmisi; penyaluran pesan ke personil yang tepat, diukur dengan

indikator Ketepatan penunjukan pihak-pihak penanggungjawab dalam

kebijakan SIM Online tersebut.perintah untuk mengimplementasikan suatu

kebijakan harus ditransmisikan kepada personil yang tepat sebelum

perintah tersebut diikuti.

b. Kejelasan pesan yang diukur dengan indikator: Kejelasan perintah agar

personel Satlantas Polresta Bandar Lampung dapat melaksanakan program

SIM Online tersebut sesuai yang diinginkan petinggi Polri. perintah

implementasi bukan hanya harus diterima tapi juga harus jelas. Jika

perintah tersebut tidak jelas maka implementor akan bingung tentang apa

yang harus mereka lakukan dan mereka akan melakukan diskresi untuk

menafsirkan pandangan mereka sendiri terhadap implementasi kebijakan.

c. Konsistensi pesan, diukur dengan indikator: Konsistensi perintah untuk

melaksanakan program SIM Online tersebut. keputusan yang saling

bertentangan akan membingungkan dan membuat frustrasi staf

administratif dan menghambat kemampuan mereka dalam

mengimplementasikan kebijakan secara efektif.

2. Sumber daya, terdiri dari:

a. Staf /personil, diukur dengan indikator:

33

1. Kecukupan jumlah personil pelaksana program SIM Online.

kekurangan jumlah staf merupakan penghambat dalam implementasi

kebijakan.

2. Kemampuan technical support dalam menangani pelaksanaan program

SIM Online tersebut. semakin teknis suatukebijakan maka kebijakan

tersebut makin membutuhkan stafyang makin terspesialisasi.

b. Informasi, diukur dengan indikator: Kecukupan informasi tentang

bagaimana menggunakan fasilitas SIM Online tersebut. Kurangnya

pengetahuan mengenai apa yang harus dilakukan untuk

mengimplementasikan kebijakan menyebabkan tertundanya pelaksanaan

atau bahkan kebuntuan.

c. Kewenangan, diukur dengan indikator: Kecukupan formalitas berupa Surat

Keputusan dari petinggi Polri terkait perintah pelaksanaan program SIM

Online tersebut. Permasalahan yang sering muncul dalam indikator ini

adalah implementor tidak memiliki kewenangan, atau implementor

memiliki kewenangan tapi terbatas.

d. Fasilitas, diukur dengan indikator: Kecukupan fasilitas untuk

mengimplementasikan program SIM Online. Kurangnya bangunan,

peralatan, suplai, atau tanah dapat menghalangi implementasi kebijakan.

3. Disposisi, yaitu sikap dari petugas pelaksana kebijakan SIM Online Polresta

Bandar Lampung terhadap program SIM Online tersebut.

4. Struktur Birokrasi, terdiri dari dua karakteristik yaitu:

a. Standard Operating Procedures (SOPs), yaitu mekanisme, sistem dan

prosedur pelaksana kebijakan, pembagian tugas pokok, fungsi kewenangan

34

dan tanggung jawab dalam implementasi program SIM Online di Polresta

Bandar Lampung.

b. pelaksanaan fragmentasi, yaitu upaya penyebaran tanggungjawab

kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas pegawai diantara beberapa unit

kerja oleh pelaksana dalam implementasi program SIM Online di Polresta

Bandar Lampung.

5. Faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam Implementasi Program SIM

Online di Polresta Bandar Lampung

C. Lokasi Penelitian

Dalam menentukan lokasi penelitian, Moleong (2004:86) menyatakan cara

terbaik ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori substantif dan menjajaki

lapangan untuk mencari kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan

sementara itu keterbatasan geografi dan praktis seperti waktu, biaya, tenaga perlu

juga dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian. Penelitian yang

penulis lakukan berlokasi di Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polresta Bandar

Lampung. Penulis memilih instansi tersebut karena hanya di Satlantas Polresta

Bandar Lampung yang menyediakan excellent service SIM Online yang

diselenggarakan secara nasional.

D. Jenis dan Sumber data

Menurut Lofland dalam Moleong (2007:157), sumber data utama dalam

penelitian kualitatif adalah kata kata, dan tindakan, dan selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain lain (Moleong, 2005: 157). Adapun menurut

35

Sugiyono(2010:137), data hasil penelitian didapatkan melalui dua sumber data,

yaitu:

1. Data Primer

Menurut Sugiyono (2010:137) data primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data.Pengumpulan data primer dalam

penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung dengan narasumber.

2. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2010:137), data sekunder adalah sumber yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data,misalnya lewat orang lain

atau lewat dokumen.Dalam penelitian ini, data sekunder tersebut berupa data-

data yang diperolehdari Satlantas Polresta Bandar Lampung yang mendukung

data-data primer.

E. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian adalah orang atau pelaku yang benar-benar tahu

dan menguasai masalah, serta terlibat lansung dengan masalah penelitian. Dengan

mengunakan metode penelitian kualitatif, maka peneliti sangat erat kaitannya

dengan faktor-faktor kontekstual, jadi dalam hal ini sampling dijaring sebanyak

mungkin informasi dari berbagai sumber. Dalam hal ini, peneliti mewawancarai

pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program SIM Online baik pelaksana

maupun masyarakat pengguna layanan tersebut. Adapun informan yang akan

diwawancarai dalam wawancara tersebut diantaranya:

36

Tabel 3.1 Daftar InformanPenelitian

No Nama Jabatan Tanggal Wawancara

1 Kompol Indra Novianto Kasat Lantas Polresta Bandar Lampung 17 Oktober 2016

2 Aiptu Gunawan, S.H. Aparat Pelaksana SIM OnlinePolresta

Bandar Lampung 17 Oktober 2016

3 Sri Fatmawati Masyarakat pengguna SIM Online

(warga asli Bandar Lampung) 17 Oktober 2016

4 Astra Yulian Masyarakat pengguna SIM Online

(Warga pendatang) 17 Oktober 2016

Sumber: Diolah oleh peneliti

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk

mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian kali inipeneliti memilih

jenis penelitian kualitatif, sehingga data yang diperoleh haruslah mendalam, jelas

dan spesifik. Selanjutnya dijelaskan oleh Sugiyono (2009:225) bahwa

pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi,

dan gabungan/triangulasi. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Adapun

penjelasan dari masing-masing teknik tersebut yaitu:

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapandilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)

yangmengajukan pertanyaan dan pewawancara (interviewer) yang

memberikanjawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2007: 186).

Peneliti harus mencatat teknik yang mana kondisi dan situasi yang mana

mendukung penerimaan informasinya yang paling tepat. Sebaiknyapada

waktu uji coba, digunakan tape recorder (Arikunto, 2007: 228).

37

Teknik wawancara dipergunakan untuk memperoleh keterangan yang

akurat dari pihak-pihak terkait atau subjek penelitian tentang hal-hal

yang belum tercantum dalamobservasi dan dokumentasi.Adapun pihak

terkait yang penulis wawancarai diantaranya personil Satlantas Polresta

Bandar Lampung meliputi Kepala Satuan, Bintara Pelaksana, Teknisi

SIM Online serta beberapa mahasiswa dan masyarakat pengguna

kendaraan bermotor.

2. Dokumentasi

Menurut Arikunto (2002:135), dokumentasi berasal dari kata dokumen,

yang artinya barang-barang tertulis. Dalam melaksanakan metode

dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-

buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan

harian, dan sebagainya.

Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang

penerapan SIM Online oleh Satlantas Polresta Bandar Lampung.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan meng-copy

data-data yang dimiliki oleh Satlantas Polresta Bandar Lampung yang

berhubungan dengan penelitian penulis.

3. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik penelitianyang

sangat penting. Pengamatan itu digunakan karena berbagai alasan dan

terdapat beberapa tipologi pengamatan. Terlepas dari jenispengamatan,

dapat dikatakan bahwa pengamatan terbatas dan tergantungpada jenis

dan variasi pendekatan (Moleong, 2007: 242).

38

Teknik observasi ini digunakan untuk mengamati secara langsung dan

tidak langsung terkait denganimplementasi atau penerapan program SIM

Onlinedi Polresta Bandar Lampung.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data

model Miles and Huberman. Analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data

berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

Sugiyono (2009:246) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai

tuntas sehingga datanya sudah jenuh.

Analisis data dilakukan dalam suatu proses, proses berarti pelaksanaannya sudah

mulai dilakukan sejak pengumpulan data dan dilakukan secara intensif, yakni

sesudah meninggalkan lapangan, pekerjaan menganalisis data memerlukan usaha

pemusatan perhatian dan pengarahan tenaga fisik dan pikiran dari peneliti, dan

selain menganalisis data peneliti juga perlu mendalami kepustakaan guna

mengkonfirmasikan atau menjustifikasikan teori baru yang mungkin ditemukan.

Dalam penelitian ini dilaksanakan di Satlantas Polresta Bandar Lampung. Adapun

langkah-langkah dalam menganalisis data tersebut diantaranya:

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemutusan perhatian

pada penyederhanaan,pengabstrakan,dan transformasi data “kasar”

yang muncul dari catatan tertulis dilapangan (Praswoto, 2011:242).

Sugiyono (2009:247) mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-

39

hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema

dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila

diperlukan.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data.

Dalam penelitian kualitatif penyajian data merupakan sekumpulan

informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan (Prastowo, 2011:244). Penyajian

data dirancang untuk menggabungkan informasi yang tersusun dalam

suatu bentuk yang padu dan mudah dipahami. Sugiyono (2009:249),

dengan penyajian data maka akan memudahkan untuk memahami apa

yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang

dipahami tersebut.

Seperangkat reduksi data juga perlu diorganisasikan ke dalam suatu

bentuk tertentu sehingga terlihat lebih utuh. Berbentuk sketsa, sinopsis,

matriks, atau bentuk-bentuk lain yang diperlukan untuk memudahkan

upaya pemaparan dan penegasan kesimpulan (Bungin, 2003:70)

3. Penarikan Kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and

Huberman dalam Praswoto (2011:248). Pada tahap ini mulai dicari arti

benda-benda, mencatat keteraturan,pola-pola penjelasan, konfigurasi-

konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan proposisi. Menurut

40

Sugiyono (2009:252), kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin

dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal,tetapi

mungkin juga tidak. Hal ini karena masalah dan rumusan masalah

dalam penelitian kualitatif bersifat sementara dan akan berkembang

setelah penelitian dilapang.

Kesimpulan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah

ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran obyek dalam bentuk

hubungan kausal atau interaktif, hipotesis, atau teori (Sugiyono,

2009:253). Kesimpulan-kesimpulan diverifikasi dengan menguji

kebenaran,kekuatan, dan kecocokan makna-makna yang muncul dari

data untuk menguji validitas makna-makna tersebut. Apabila data telah

dikemukakan sebelumnya telah didukung oleh data-data yang mantap,

maka dapat dijadikan kesimpulan yang kredibel.

H. Teknik Keabsahan Data

Terdapat empat kriteria keabsahan data dan teknik pemeriksaan keabsahan

data yang menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (2000:173) sebagai berikut:

1) Credibility (Derajat Kepercayaan)

Teknik pemeriksanaan yang digunakan untuk meningkatkan

derajatkepercayaan terhadap data adalah dengan memperpanjang

keikutsertaanpada latar penelitian dan ketekunan pengamatan yang

memungkinkankedalam penelitian.

41

2) Transferability (Keteralihan)

Konsep ini menyatakan bahwa generalisasi suatu pertemuan dapatberlaku

atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang samaatas dasar

penemuan yang diperoleh pada sampel yang secararepresentatif mewakili

populasi itu.

3) Dependability (Ketergantungan)

Untuk menentukan ketergantungan data peneliti menggunakan teknikaudit

ketergantungan dengan mengecek sejauh mana data digunakandalam analisis.

4) Confirmability (Kepastian)

Untuk menentukan kepastian data maka peneliti menggunakan teknikaudit

kepastian dengan menelusuri kembali jejak penelitian mulai daricatatan

wawancara, dokumen sampai analisis datanya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik keabsahan data, yaitu

triangulasi dan ketekunan atau ketelitian pengamatan. Kedua cara tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Triangulasi

Triangulasi menurut Moleong (2010:330) adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.

Jenis triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi

dengan metode. Pada triangulasi dengan metode, Moloeng (2010:331)

menjelaskan terdapat dua strategi, yaitu:

a. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa

teknik pengumpulan data

42

b. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode

yang sama.

Triangulasi ini dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap penggunaan

metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat dengan metode

interview sama dengan metode observasi atau apakah observasi sesuai dengan

informasi yang diberikan ketika di-interview. Begitu pula teknik yang

dilakukan untuk menguji sumber data, apakah sumber data ketika diinterview

dan diobservasi akan memberikan informasi yang sama atau berbeda. Apabila

berbeda maka peneliti harus dapat menjelaskan perbedaan itu, tujuannya

adalah untuk mencari kesamaan data dengan metode yang berbeda (Bungin,

2011:265).

2. Ketekunan Pengamatan

Peneliti menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan ketekunan

atau ketelitian pengamatan. Ketelitian pengamatan berarti mencari data secara

konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitannya dengan proses

analisis yang konstan. Mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang

tidak diperhitungkan. Ketekunan atau ketelitian pengamatan bermaksud

menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan

dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri

pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain, teknik ini menuntut agar

peneliti mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan

dengan penelaahan secara rinci.

43

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung

1. Sejarah Singkat Polresta Bandar Lampung

Berdasarkan Keppres Nomor: 52 Tahun 1969 tanggal 17 Juni 1969 terjadi

Reorganisasi di tubuh Kepolisian Republik Indonesia dalam ketentuan itu

disebutkan bahwa Panglima Angkatan Kepolisian Republik Indonesia disingkat

Pangak dan sebutan Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia disingkat

Mabak dan ditingkat Daerah yang semula disebut Komando Daerah Kepolisian

disingkat Kodak sedangkan Komando pelaksana terdapat Komando kewilayahan

disingkat Kowil Lampung dibawah Kodak VI Sumatera Bagian Selatan.

Kowil Lampung membawahi beberapa Kores, diantaranya adalah Koresta 611

Tanjung Karang Teluk Betung yang dipimpin Kepala Kepolisian Resort Kota 611

Tanjung Karang Teluk Betung.

Tabel. 4.1 Daftar Nama Kepala Kepolisian Resort Kota 611 Tanjung Karang

Teluk Betung

No. Nama Tahun Menjabat

1. AKBP Drs. R. Siswoyo Tahun 1969-1976

2. Letkol Pol. Drs. M. Zachri Amin Tahun 1976-1978

3. Letkol Pol. Drs. Soentono Tahun 1978-1979

44

No Nama Tahun Menjabat

4. Letkol Pol. Drs. Oetomo Tahun 1979-1980

5. Letkol Pol Drs. Soegiono Tahun 1980-1983

6. Letkol Pol. Drs. Agoes Salim Djamil Tahun 1983-1986

7. Letkol Pol. Drs. Sjacroedin ZP. Tahun 1986-1988

8. Letkol Pol. Drs. Purnomo Subagio Tahun 1988-1989

9. Letkol Pol. Drs. Edwin Ismail Tahun 1989-1990

10. Letkol Pol. Drs.Syawal Hariadi Tahun 1990-1991

11. Letkol Pol Drs. RM. Napitupulu Tahun 1991-1992

12. Letkol Pol. Drs. Paiman Tahun 1992-1994

13. Letkol Pol Drs.JMR .Sondakh Tahun 1994-1995

14. Letkol Pol Drs.S. Damanhuri Tahun 1995–1997

15. Letkol Pol. Drs.TMB. Bagan Siahaan Tahun 1997-2000

16. Supt.Drs.Tri ParnoyoKartiko Maret 2000-Des2000

17. Kombes Pol. Drs. Bung Jono ,SH,MH Tahun 2000-2003

18. Kombes Pol. Drs. Imam Djauhari Tahun 2003-2005

19. Kombes Pol Drs. H.S. Maltha, SH.Msi Tahun 2005-2006

20. Kombes Pol. Drs. Endang Sunjaya, SH Tahun 2006- 2007

21. Kombes Drs. Syauqie Achmad Tahun 2007-2009

22. Kombes Pol. Drs. Agoes Dwi Listijono Tahun 2009-2010

23. Kombes Pol. Drs. Guntor Fartio Gaffar Tahun 2010

24. Kombes Pol. M. Nurocman, S.I.K Tahun2010-2013

25. Kombes Pol. Dwi Irianto Tahun 2013-2015

25. Kombes Pol. Hari Nugroho, S.I.K Tahun 2015-2016

26. Kombes Pol. Murbani Budi Pitono, S.IK., M.Si. Tahun 2016 sampai

sekarang

Sumber : Satlantas Polresta Bandar Lampung Tahun 2016

Dengan adanya perubahan Polwil Lampung menjadi Polda Lampung tentunya

Koresta 611 Tanjung Karang berubah menjadi Polresta Bandar Lampung. Pada

tanggal 9 Agustus 2010 di Resmikan perubahan tipe Polres yaitu dari Poltabes

menjadi Polresta dengan Keputusan Kapolri Nomor : Kep/366/VI/2010tanggal 14

Juni 2010 tentang perubahan atas Keputusan Kapolri Nomor Polisi :Kep/7/I/2005

tanggal 31 Januari 2005 tentang OTK tingkat Polda.

45

B. Gambaran Umum Satlantas Polresta Bandar Lampung

Satuan lalu lintas (Satlantas) dipimpin oleh Kasat Lantas yang bertanggung

jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali

Wakapolres.

1. Visi Polresta Bandar Lampung Tahun 2016

Mewujudkan Kota Bandar Lampung menjadi wilayah yang aman, selamat,

tertib, lancar dalam berlalu lintas yang akan diwujudkan dalam bentuk pembinaan

lalu lintas, ketertiban lalu lintas, penurunan angka pelanggaran dan kecelakaan

serta tertib registrasi dan identifikasi penerbitan SIM secara on line bagi

masyarakat Kota Bandar Lampung.

2. Misi Polresta Bandar Lampung Tahun 2016

Dengan mempedomani arah kedepan sesuai visi Polresta Bandar Lampung

maka langkah pencapaian sasaran Strategi disusun kedalam misi sebagai berikut :

a. Melaksanakan pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerja sama lintas

sektoral, dikmaslantas, dan pengkajian masalah di bidang lalu lintas;

b. Melaksanakan Operasi Kepolisian bidang Lalu Lintas dalam rangka

penegakan hukum dan keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran lalu

lintas (kamseltibcarlantas);

c. Melaksanakan pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan

bermotor serta pengemudi melalui SIM Online;

46

d. Melaksanakan patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran serta

penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum, serta

menjamin kamseltibcarlantas di jalan raya;

e. Melaksanakan pengamanan dan penyelamatan masyarakat pengguna jalan;

f. Melaksanakan perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.

3. Struktur Organisasi Satlantas Polresta Bandar Lampung

Dalam rangka menciptakan keamanan, keselamatan, ketertiban dan

kelancaran di wilayah hukum Polresta Bandar Lampung khususnya di bidang Lalu

Lintas, Satlantas Polresta Bandar Lampung membuat suatu struktur organisasi

untuk menentukan pembagian tugas masing-masing personel. Secara detail,

struktur organisasi pada Satuan Lalu Lintas Polresta Bandar Lampung dapat

dilihat pada bagan di bawah ini :

Tabel 4.2 Struktur Organisasi Satuan Lalu Lintas Polresta Bandar Lampung

Sumber : Profil Satlantas Polresta Bandar Lampung Tahun 2016

47

3. Tugas dan fungsi Satlantas Polresta Bandar Lampung

Dalam pelaksanaan tugas memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban dan

kelancaran lalu lintas di wilayah kota Bandar Lampung, Satuan Lalu Lintas

Polresta Bandar Lampung memiliki Tugas dan Fungsi diantaranya:

a. Tugas Satlantas Polresta Bandar Lampung

Satlantas Polresta Bandar Lampung memiliki tugas pokok yaitu menyusun

Program Kegiatan (Progiat) dan Rencana Kegiatan (Rengiat) dan

melaksanakan Turjawali Lalu Lintas, Pendidikan Masyarakat Lalu Lintas

(Dikmaslantas), Pelayanan Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor

dan Pengemudi, Penyidikan Kecelakaan Lalu Lintas dan Penegakan Hukum

di Bidang Lalu Lintas.

b. Fungsi Satlantas Polresta Bandar Lampung

Dengan mempedomani arah kedepan sesuai visi Polresta Bandar Lampung

maka langkah pencapaian sasaran Strategi disusun kedalam misi sebagai :

1) Pembinaan Lalu Lintas Kepolisian;

2) Pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerja sama lintas sektoral,

Dikmaslantas, dan pengkajian masalah di bidang lalu lintas;

3) Pelaksanaan operasi Kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka

penegakan hukum dan keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran

lalu lintas (kamseltibcarlantas);

4) Pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor

serta pengemudi melalui SIM Online;

48

5) Pelaksanaan patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran serta

penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum, serta

menjamin kamseltibcarlantas di jalan raya;

6) Pengamanandan penyelamatan masyarakat pengguna jalan;

7) Perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.

4. Sasaran Prioritas Satuan Lalu Lintas

Sasaran Prioritas yang akan dilaksanakan Satuan Lalu Lintas Polresta Bandar

Lampung diantaranya :Untuk lebih memfokuskan arah penanganan lalu lintas

maka kamseltibcar tersebut diuraikan menjadi kamsel (Keamanan dan

Keselamatan) dan tibcar(Ketertiban dan Kelancaran) lantas, dimana kamsel lebih

menitik beratkan kepada upaya menekan jumlah angka kecelakaan lalu lintas dan

tibcar kepada upaya untuk menangani kesemrawutan, kemacetan dan tertib dalam

berlalu lintas. Sasaran prioritas Satuan Lalu Lintas :

a. Bidang kamsel (Keamanan dan Keselamatan)

Pada bidang keamanan dan keselamatan tersebut tertuju pada bagaimana

upaya/program satlantas polresta Bandar lampung dalam mengurangi dan

menekan jumlah laka baik dari segi kuantitas maupun kualitas, yang meliputi:

1. Dikmas lalu lintas

Sat Lantas Polresta Bandar Lampung mencanangkan kepedulian kepada

tertib di jalan raya, yang mana menanamkan dan menumbuhkan kesadaran

masyarakat pengguna jalan untuk berlaku tertib, sopan dan santun dalam

berlalu lintas, khususnya kepada anak usia dini dan anak-anak sekolah

49

2. Rekayasa Lalu Lintas dan Survey Jalan

Melakukan rekayasa lalu lintas dalam forum lalu lintas dan angkutan yang

merupakan wadah untuk mengkoordinasikan masalah dan penanganan

berbagai masalah lalu lintas sebagaimana diamanatkan dalam pasal 13

undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan. Hal ini berkaitan dengan

masalah lalu lintas yang terjadi di kota Bandar Lampung sangat kompleks

sehingga memerlukan penyelesaian secara komperehensif dan memerlukan

Commitment Will dari semua pihak. Serta menjadikan semua pihak dapat

berperan aktif sebagai wujud dari civil society (masyarakat madani)

sehingga terwujud rasa kebersamaan antara Polri, Instansi terkait yang

berkompeten, organisasi bidang otomotif, organisasi kemasyarakatan dan

masyarakat pengguna jalan secara umum dalam menangani permasalahan

lalu lintas dan dapat diambil solusi yang cepat dan akurat karena adanya

keterlibatan secara langsung oleh badan, instansi, organisasi dan masyarakat

pengguna jalan yang berkompeten dibidangnya.

3. SP3KM (Satu Polisi setiap 3 km)

b. Bidang Tibcar (Ketertiban dan Kelancaran)

Sesuai dengan karakteristik daerah Bandar lampung sebagai ibukota provinsi

lampung dan penyangga pintu masuk pulau Sumatera maka program

penanganan lalu lintas lebih dititik beratkan pada program tibcar lantas.

1. Optimalisasi satuan tugas khusus/team speed.

Penjabaran Program Akselerasi fungsi lalu lintas Sat Lantas Polresta Bandar

Lampung dan jajarannya merupakan tindak lanjut Program Akselerasi

Transformasi Polri (RBP, Quick Wins, GNIB dan RSPA) serta 10 Program

50

Kapolri sebagai salah satu pedoman dalam pelaksanaan tugas yang

merupakan fungsi pelayanan Polri dalam upaya memberikan pelayanan lalu

lintas diharapkan mampu memberikan pelayanan prima dengan standar

nasional, sehingga diharapkan menuju Polri yang mandiri, professional dan

dipercaya masyarakat. Program Quick Wins dan 10 Program Kapolri

merupakan program unggulan menuju Polri yg Mandiri, Profesional Dan

Dipercaya Masyarakat. menghadirkan 4 layanan utama diantaranya yakni

Quick Response kecepatan dalam menindak lanjuti permasalahan lalu lintas

khususnya masalah kemacetan dan kesemrawutan.

Guna mewujudkan program Quick Response tersebut Satlantas Polresta

Bandar Lampung telah membentuk satuan tugas khusus (team speed),

dimana tugas yang diembannya adalah cepat dalam bertindak untuk

mengurai setiap kemacetan dengan melakukan pengaturan ataupun

melakukan penindakan terhadap penyebab kemacetan yang timbul seperti

parkir sembarangan, melawan arus dan lain-lain.

Satuan tugas khusus/team speed beranggotakan 18 (delapan belas) orang

yang dilengkapi dengan kendaraan dinas roda dua

2. Revitalisasi KTL (Kawasan Tertib Lalu Lintas) dengan penegakan

hukum.

Menentukan penggal-penggal jalan tertentu untuk ditetapkan sebagai

kawasan tertib lalu lintas, KTL (Kawasan Tertib Lalu Lintas) merupakan

proyek percontohan dari daerah yang semrawut menjadi daerah yang tertib

dan teratur. Khusus untuk polresta bandar lampung telah ditetapkan

beberapa penggal jalan sebagai KTL yaitu Jalan Sudirman, Jalan Ahmad

51

Yani, Jalan Kartini dan Jalan Raden Intan. Untuk mengefektifkan KTL

tersebut dilaksanakan dengan cara penjagaan pada titik-titik tertentu oleh

regu patroli dan patroli rutin oleh satuan tugas khusus/team speed yang

dilaksanakan rutin pada jam-jam tertentu bila ditemukan pelanggaran lalu

lintas misal; becak/ran yang melawan arus, kendaraan yang parkir dibadan

jalan, PKL yang berdagang di badang jalan sehingga mengakibatkan

kesemrawutan maka akan dilakukan upaya-upaya:

a. Melakukan peneguran ataupun penindakan dengan blanko tilang

untuk kendaraan yang parkir tidak pada tempatnya.

b. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait (Pol PP dan Dinas Pasar

Kota Bandar Lampung) untuk bersama-sama melakukan penertiban

terhadap PKL yang menggunakan badan jalan sebagai tempat

berjualan.

c. Penertiban pejalan kaki untuk menggunakan jembatan penyeberangan

jalan.

3. Penindakan terhadap pelanggaran kasat mata, travel gelap, balapan liar

dan angkot yang tidak tertib.

Dalam rangka mewujudkan ketertiban dan kelancaran lalu lintas Polresta

Bandar Lampung memprioritaskan kegiatan penindakan terhadap

pelanggaran yang kasat mata, contohnya: tidak menggunakan helm,

bonceng tiga, kendaraan yang tidak menggunakan TNKB sesuai ketentuan

dan knalpot yang tidak sesuai dengan ketentuan yang menggangu

kenyamanan masyarakat (knalpot racing). Kegiatan ini di prioritaskan pada

52

kawasan KTL yang telah di tetapkan (Jalan Sudirman, Jalan Ahmad Yani,

Jalan Kartini dan Jalan Raden Intan).

Sat Lantas Polresta Bandar Lampung bekerjasama dengan Dinas

Perhubungan dan Sat Intel Kam Polresta Bandar Lampung melakukan

penertiban dan telah berjalan terhadap kendaraan travel gelap, dilakukan

penilangan dengan menyita kendaraan yang digunakan untuk travel gelap

selama 1 (satu) bulan dengan tujuan untuk menimbulkan efek jera. Lokasi

yang menjadi sasaran team ini adalah : Barunaria Jalan Soekarno Hatta-

Jalan Yos Sudarso dan Tugu Raden Intan Jalan Soekarno Hatta-Jalan ZA

Pagar Alam. Begitu juga dengan knalpot racing penilangan dengan menyita

kendaraan, kendaraan dapat diambil dengan ketentuan mengganti kenalpot

standar serta melengakapi semua kelengkapan kendaraan bermotor yang ada

padanya.

Guna menindak-lanjuti banyaknya pengaduan masyarakat tentang adanya

balapan liar di jalan Sultan Agung yang mengganggu ketentraman warga

sekitar dan sangat rentan terjadi kecelakaan, maka Sat Lantas Polresta

Bandar Lampung berkoordinasi dengan Sat Samapta dan jajaran Polsek

Polresta Bandar Lampung memprogramkan kegiatan penindakan terhadap

balapan liar tersebut. Kegiatan ini dilakukan setiap hari Sabtu malam

Minggu dimana pada waktu tersebut sering dimanfaatkan untuk balapan

liar.

Kendaraan bermotor roda dua yang terjaring karena melakukan balap liar

diadakan penilangan dengan menyita kendaraannya selama 1 (satu) bulan

dan wajib mengikuti sidang di Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang

53

hal ini dimaksudkan untuk menimbulkan efek jera bagi para pelaku balap

liar.

4. Penegakan Hukum

Penegakan Hukum merupakan tindakan kepolisian untuk edukasi,

pencerahan, perlindungan dan pengayoman terhadap pengguna jalan lainya

yang terganggu aktifitasnya atau produktivitasnya akibat dari pelanggaran

hukum dan untuk mewujudkan adanya kepastian hukum. Pada dasarnya

program kegiatan penegakkan hukum bukan berorientasi mencari kesalahan

dari pengguna jalan tetapi lebih berorientasi pada perlindungan,

pengayoman dan pelayanan pengguana jalan yang melanggar itu sendiri

khususnya pada pelanggaran lalu lintas yang dapat berpotensi terjadinya

kecelakaan lalu lintas.Program Kegiatan dalam bentuk penegakkan hukum

dilaksanakan dengan system patroli ataupun razia rutin dalam upaya

memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabaran, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa Implementasi Program SIM Online pada Polresta Bandar

Lampung belum berjalan maksimal sebagai berikut:

1. Komunikasi

Komunikasi dalam Implementasi Program SIM Online pada Polresta Bandar

Lampung sudah berjalan dengan baik. Komunikasi yang terjalin disini terlaksana

secara bertahap mulai dari pimpinan pelaksana kepada aparat pelaksana lalu

berlanjut ke masyarakat. Adapun indikator-indikator yang ada dalam komunikasi,

yaitu:

a. Pada indikator transmisi, penyaluran informasi tentang pelaksanaan program

SIM Online sudah terlaksana dengan baik. Penyaluran informasi dilakukan dari

pimpinan pelaksana kepada aparat pelaksana kebijakan melalui surat telegram

dan rapat internal.

b. Pada indikator kejelasan, informasi yang terdapat pada pelaksanaan program

SIM Online sudah cukup memadai namun hanya terbatas kepada aparat

pelaksana, sedangkan kejelasan informasi dari aparat pelaksana kepada

86

masyarakat masih belum memadai. Kejelasan informasi merupakan salah satu

faktor utama dalam pelaksanaan kebijakan. Kejelasan mengenai detail prosedur

dan sistem yang ada pada pelaksanaan program SIM Online harus disampaikan

dengan jelas agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.

c. Pada indikator konsistensi, komunikasi yang terjalin sudah konsisten namun

masih kurang memadai karena informasi yang diberikan oleh aparat pelaksana

belum mencakup tentang SIM Online tersebut sehingga masyarakat tidak

mengetahui adanya program SIM Online tersebut.

2. Sumber Daya

Sumber daya dalam Implementasi Program SIM Online pada Polresta Bandar

Lampung dapat dilihat dari indikator-indikator yang ada yaitu:

a. Sumber daya manusia (staff) yang dimiliki oleh Satlantas Polresta Bandar Lampung

dalam pelaksanaan program SIM Online sudah memadai baik dari segi kualitas

maupun kuantitas. Sumber daya manusia yang memadai dapat mempengaruhi

kelancaran pelaksanaan program SIM Online tersebut.

b. Pada indikator sumber daya non manusia, pemberian fasilitas kepada aparat pelaksana

yaitu Satlantas Polresta Lampung sudah terealisasi dengan baik. Sarana-prasarana

tersebut ditujukan agar pelaksanaan program SIM Online tersebut bisa berjalan

dengan efektif.

3. Disposisi

Disposisi dalam Implementasi Program SIM Online pada Polresta Bandar

Lampung sudah cukup baik. Kecenderungan sikap aparat pelaksana dalam

pelaksanaan program SIM Online tersebut dipantau oleh kamera pengawas

(CCTV) yang terhubung langsung dengan pimpinan pelaksana yaitu Kasat Lantas

87

sehingga dapat mencegah kecenderungan perilaku yang tidak sesuai dengan

perintah pimpinan. Selain itu, pelaksanaan pelayanan SIM secara Online

dilakukan secara terpusat ke server Korlantas Polri sehingga aparat pelaksana

tidak dapat memanipulasi datapelayanan SIM Online tersebut. kecenderungan

sikap pelaksana yang baik dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap

keberhasilan pelaksanaan program SIM Online.

4. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi dalam Implementasi Program SIM Online pada Polresta Bandar

Lampung dapat dilihat melalui indikator-indikator yang ada sebagai berikut:

a. Pada indikator Standar Operating Procedure (SOP)dalam pelaksanaan

program SIM Online ini sudah tersedia dengan baik. Aparat pelaksana telah

melaksanakan pelayanan SIM Online tersebut sesuai dengan petunjuk yang ada

di lapangan, sehingga pelaksanaan program SIM Online tersebut berjalan

secara terstruktur dan sistematis.

b. Pada indikator fragmentasi dalam Implementasi Program SIM Online pada

Polresta Bandar Lampung sudah berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari

terjalinnya koordinasi dan pembagian tugas antara Satlantas Polresta Bandar

Lampung dengan instansi pendukung seperti Kemendagri, Bank BRI, dan PT.

Telkom. Namun masih terdapat kendala dalam fragmentasi tersebut yaitu

terbatasnya jumlah data pemohon pada database yang dimiliki Kemendagri

sehingga memperlama waktu yang dibutuhkan pemohon dalam pelayanan SIM

Online tersebut. koordinasi dalam sebuah implementasi program sangat

dibutuhkan agar menghindari kesalahan yang dapat terjadi dilapangan.

88

Dalam pelaksanaannya, terdapat tiga masalah inti yang menghambat pelaksanaan

SIM Online secara efektif yaitu gangguan jaringan,data pemohon yang belum ter-

update di server Kemendagri dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang

adanya SIM Online tersebut.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan penjelasan diatas, maka peneliti memberikan

beberapa saran yaitu:

1. Perlunya peningkatan pemeliharaan jaringan internet yang digunakan oleh

Polresta Bandar Lampung secara berkala agar tidak menjadi penghambat

dalam pelayanan SIM Online tersebut di kemudian hari. Koordinasi dengan

pihak yang terkait mengenai permasalahan jaringan harus terus dilakukan

sehingga pelaksanaan program SIM Online yang dilaksanakan oleh Satlantas

Polresta Bandar Lampung tersebu menjadi efektif.

2. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat tentang adanya program SIM

Online sehingga masyarakat terutama warga pendatang bisa dengan mudah

membuat atau memperpanjang SIM mereka tanpa harus kembali ke daerah asal

mereka.

3. Pola koordinasi dengan Kemendagri perlu ditingkatkan agar memaksimalkan

data E-KTP yang terdapat di database Kemendagri sehingga pada pelaksanaan

pelayanan SIM Online tidak memakan waktu yang lama dikarenakan aparat

pelaksana harus menginput manual data pemohon tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab, Solichin. 1997. Analisis Kebijaksanaan : Dari Formulasi ke

Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta : Penerbit PT Bumi Aksara.

______ ____________ . 2005. Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke

Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara

Agustino, Leo. 2006. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta

Agustino, Leo. 2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung:Alfabeta

Arikunto. 2002. Proses Penelitian: suatu pendekatan praktek. Jakarta : Rineka

Cipta.

Berger, Peter L. & Thomas Luckmann. 1990. Tafsir Sosial atas Kenyataan: Risalah

tentang Sosiologi Pengetahuan (diterjemahkan dari buku asli The Social

Construction of Reality oleh Hasan Basari). Jakarta: LP3ES

Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Predana Media Group

Edward III, George C. 1980. Implementing Public Policy. Washington DC :

Congressional Quarterly Press.

Goode, William J. 1983. Sosiologi Keluarga. Alih Bahasa oleh Sahat Simamora,

Jakarta:PT. Bina Aksara

Grindle, Merilee S, 1980. Politics and Policy Implementation in The Third World,

Princnton University Press, New Jersey.

Hill, Michael (ed). 1997. The Policy Process: A Reader. Second Edition. London:

Prentice Hall

Irianto, Yoyon Bahtiar. 2011. Kebijakan Pembaruan Pendidikan. Jakarta: P.T. Raja

Grafindo Persada.

Islamy, Irfan. 2009. Prinsip- prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta:

Bumi Aksara

Meter, Donald Van, dan Carl Van Horn.1975. The Policy Implementation Process: A

Conceptual Framework dalam Administration and Society 6. London: Sage.

Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

______________ . 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

______________ . 2005. Metologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif

RancanganPenelitian. Jakarta: Ar-Ruzz Media.

Nugroho, Riant. 2003.KEBIJAKAN PUBLIK Formulasi, Implementasi,

danEvaluasi, Jakarta. Elex Media Komputindo

____________. 2006.Kebijakan Publik untuk Negara-Negara Berkembang ( Model

model Perumusan Implementasi dan Evaluasi ). Jakarta:PT.Elex Media

Komputindo

____________. 2008. Public Policy: Teori Kebijakan – Analisis Kebijakan–Proses.

Jakarta: Elex Media Komputindo.

____________. 2011. Public Policy Dinamika Kebijakan – Analisis Kebijakan –

Manajemen Kebijakan.Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep,Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Bandung:CV.Alfabeta.

_______. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.

Bandung:CV.Alfabeta

Suhardi & Sunarti S. (2009). Sosiologi 2. Bandung: Pusat Perbukuan Departemen

Pendidikan Nasional

Suharno. 2013. Dasar-Dasar Kebijakan Publik: kajian proses dan analisa

kebijakan. UNY Press.

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta:

Lukman Offset YPAPI.

Winarno, Budi. 2005. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta:Media

Pressindo (Anggota IKAPI)

___________ . 2007. Kebijakan Publik:Teori dan Proses. Yogyakarta

:MediaPressindo (Anggota IKAPI )

Website

- http://mulyono.staff.uns.ac.id/. Diakses pada tanggal 10 Maret 2016 pukul 20.30

- lampung.tribunnews.com/2015/12/03/pembuatan-sim-online-sementara-hanya-

berlaku-bagi-warga-bandar-lampung Diakses pada tanggal 27 Februari 2016

Pukul 15.00 WIB

- http://sinovik.menpan.go.id/index.php/site/article/223Diakses pada tanggal 28

Juli 2016 Pukul 19.00 WIB).

- http://www.saibumi.com/artikel-70970-pelayanan-sim-online-setiap-hari-di-

mobil-keliling-hanya-50-pemohon.html Diakses pada tanggal 27 Februari 2016

Pukul 15.10 WIB

Sumber lain

- Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2012

- Undang-undang (UU) Nomor 22 Tahun 2009tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan