jurusan pendidikan ilmu pengetahuan sosial...
TRANSCRIPT
ANALISIS PROFIL LULUSAN PENDIDIKAN NONFORMAL
DALAM PEMENUHAN FAKTOR TENAGA KERJA
(Studi Kasus Terhadap Kelompok Belajar Kejuruan Ar-Rahman)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Novi Mela Yuliani
NIM: 1110015000005
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ANALISIS PROFIL LULUSAN PENDIDIKAN NONFORMAL DALAM
PEMENUHAN FAKTOR TENAGA KERJA
DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AR-RAHMAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Oleh:
Novi Mela Yuliani
NIM. 1110015000005
Dibawah Bimbingan
Pembimbing
Drs. H. Nurochim, MM
NIP. 19590715 1984031003
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Novi Mela Yuliani
NIM : 1110015000005
Jurusan : Pendidikan IPS/Ekonomi
Angkatan Tahun : 2010
Alamat : Kp/Ds Eureunpalay RT 01 RW 02, Kecamatan Cibalong, Kabupaten
Tasikmalaya, Jawa Barat
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa Skripsi yang berjudul Analisis Profil Lulusan Pendidikan Nonformal Dalam
Pemenuhan Faktor Tenaga Kerja (Studi Kasus Terhadap Kelompok Belajar
Kejuruan Ar-Rahman) adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama : Drs. H. Nurochim, MM
Dosen Jurusan : Pendidikan IPS
Demikian surat pertanyaan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima
segala konsekuensi apabila terbukti skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Jakarta, 28 September 2014
Yang Menyatakan
Novi Mela Yuliani
i
ABSTRAK
Novi Mela Yuliani, 111001500000 “Analisis Profil Lulusan Pendidikan Nonformal
Dalam Pemenuhan Faktor Tenaga Kerja (Studi Kasus Terhadap Kelompok Belajar
Kejuruan Ar-Rahman)”. Skripsi. Program Studi Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan,Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil para lulusan kelompok
belajar kejuruan Ar-Rahman yang merupakan bagian dari pendidikan nonformal terkait
dengan pemenuhan faktor tenaga kerja berdasarkan standar kompetensi kerja nasional
Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif
dengan pendekatan studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah 4 (empat) angkatan
yang sudah mendapatkan pekerjaan sedangkan subjek penelitian yang diambil adalah 8
orang dari 69 siswa. Delapan orang tersebut merupakan perwakilan dari setiap
angkatannya yaitu dua orang per angkatan dengan profesi pekerjaan yang berbeda.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian, para lulusan kelompok belajar kejuruan Ar-Rahman
dalam menjalankan profesi pekerjaannya sudah memenuhi kriteria standar kompetensi
kerja nasional Indonesia. Meskipun dalam kegiatan pembelajarannya memiliki sarana
dan prasarana yang sangat terbatas, sehingga standar kompetensi lulusan yang
ditetapkan oleh kelompok belajar kejuruan Ar-Rahman disesuaikan dengan kemampuan
para siswanya. Banyak kegiatan pelengkap yang diberikan kelompok belajar kejuruan
Ar-Rahman seperti public speaking, training motivasi, seminar dan penyuluhan
narkoba serta kriminalitas.
Kata kunci: Pendidikan, Nonformal, Kelompok Belajar, Profil Lulusan, Tenaga Kerja
ii
ABSTRACT
Novi Mela Yuliani, 1110015000005. “An Analysis 0f Nonformal Education Graduate
Profile Towards The Fulfillment of The Manpower Need in Ar-Rahman Vocational
Group Study ”. Thesis. Social Science Education Department. Faculty of Tarbiya and
Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, 2014.
The purpose of this research is to find out the profile of vocational Group Study
graduates which is part of nonformal education related to national working competence
in Indonesia.
The method of this research is descriptive qualitative method, and the approach
used in this research is case study. The subject of this research is four graduate forces
that have got jobs. Only two students of each forces that is are taken as a subject of the
research. So that, total subject of this research is eight students from sixty nine students.
Research instruments used are observation, interview, and documentations.
According to the result of research, the graduates of the vocational Group Study have
met the standard criterion of national working competence in Indonesia. As the school
at which they learnt has a limited facilities, the standard competence that is applied in
the Vocational Group Study is agreed with students’ competency itself. Furthermore,
the Vocational Group Study also give additional activities to their students like public
speaking, training motivation, conference or counseling about drugs and criminalitas.
Keywords: Education, Nonformal, Group Study, Graduate Profile, Employment
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah segala puji bagi Allah SWT penulis persembahkan sebagai
ungkapam rasa syukur, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
bail. Skripsi ini berjudul “Analisi Profil Lulusan Pendidikan Nonformal Dlam
Pemenuhan Faktor Tenaga Kerja di Sekolah Menengah Kejuruan Ar-
Rahman”.
Penulis dalam penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi dari
keseluruhan kegiatan perkuliahan yang telah dicanangkan oleh UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, sebagai bentuk pertanggung jawaban penulis menjadi
Mahasiswa UIN Syrif Hidayatullah Jakarta serta untuk memenuhi salah satu
persyaratan guna memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keterbatasan kemampuan, kurangnya
pengalaman, banyaknya hambatan serta kesulitan senantiasa penulis temui dalam
penyusunan skripsi ini. Dengan terselesaikannya skripsi ini, tak lupa penulis
menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan, bimbingan serta dorongan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih
kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni Ibu Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D.
2. Bapak Dr.Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
3. Bapak Syaripulloh, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
4. Bapak Drs. H, Nurochim, MM, selaku dosen pembimbing yang
senantiasa membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.
iv
5. Bapak Dr.Muhammad Arif, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing
Akademik.
6. Seluruh Dosen, Staf dan Karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan pengetahuan, pemahaman dan pelayanan
selama melaksanakan studi.
7. Bapak H. Rachman Husen, selaku Kepala Sekolah SMK Ar-Rahman
yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di sekolah
tersebut.
8. Keluarga besar SMK Ar-Rahman yang telah membantu proses
penelitian ini, khususnya kepada ka Anas Murtadho, Ka Anas Malik,
Indri, Rio, Resma, Dimas, Rizki, Mega, Yuni dan Imas.
9. Kedua orang tuaku yang amat kucinta dan ku hormati, yakni Yaya
Rodia dan Yayan Maryani yang telah membesarkan penulis serta
senantiasa memberikan semangat, doa dan bimbingan. Semoga Allah
SWT selalu mencurahkan rahmatNya kepada kalian.
10. Untuk Adikku tersayang (Pipih Ayu Damayanti) yang selalu memotivasi
dan memberikan dukungan.
11. Kanda Wawan Solihin yang selalu memberikan bimbingan, bantuan
serta doa. Dan juga selalu memberikan dukungan baik moril maupun
materil.
12. Sahabat-sahabatku Diah, Iyos, Mata, Rini, Sofi, Yeyen, Nadia, Titin,
Dini dan Risa, yang selalu menyemangati dan memberikan keceriaan
dalam menjalani kegiatan sehari-hari.
13. Teman-teman seperjuangan dan sejursan IPS ekonomi 2010 yang telah
memberikan warna serta pengalaman dalam menjalani perkuliahan
selama ini.
14. Teman-teman kosan Lubang Semut Iyos, Lia dan Nung yang sudah
memberikan dukungannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini
15. Keluarga IRMAFA (Ikatan Remaja Masjid Fathullah) tercinta yang
telah memberikan berbagai ilmu, pengalaman dan rasa kekeluargaan
sehingga penulis sekarang memiliki keluarga baru.
v
16. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis
ucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuannya.
Akhirnya tiada kata lain yang lebih berarti selain sebuah harapan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Amin
Jakarta, September 2014
Penulis
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................
LEMBAR PENGESAHAN MUNAQASAH .......................................................
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .....................................................
ABSTRAK ............................................................................................................ i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ………………………………………………… .................. ix
DAFTAR BAGAN ................................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………… .................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 10
C. Pembatasan Masalah …………………………… ............................. 11
D. Perumusan Masalah ……………………………............................... 11
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………… ............................. 11
1. Manfaat Teoritis ……………………………. .......................... 11
2. Manfaat Praktis …………………………….. .......................... 12
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakikat Profil Lulusan
1. Pengertian Profil Lulusan...............................................................13
2. Standar Kompetensi Lulusan ......................................................... 14
B. Hakikat Penddidikan
1. Pengertian dan Peran Pendidikan .................................................. 16
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Nasional ...................................... 17
3. Hak dan Kewajiban Warga Negara Dalam Pendidikan
vii
Nasional ........................................................................................ 18
4. Jalur Pendidikan ............................................................................ 19
5. Tujuan Pendidikan dan Pengajaran ............................................... 19
6. Proses Pendidikan .......................................................................... 21
C. Hakikat Pendidikan Nonformal
1. Pengertian Pendidikan Nonformal ................................................ 22
2. Tugas Pokok Pendidikan Nonformal............................................. 23
3. Fungsi Pendidikan Nonformal ....................................................... 24
4. Tujuan Pendidikan Nonformal ...................................................... 27
5. Jalur Pendidikan Nonformal................................... ....................... 28
6. Bentuk-Bentuk Pendidikan Nonformal ......................................... 29
D. Hakikat Pendidikan Kejuruan
1. Pengertian Pendidikan Kejuruan ................................................... 32
2. Fungsi Pokok Pendidikan Kejuruan .............................................. 32
3. Bidang-Bidang Kegiatan Pendidikan Kejuruan ........................... 33
E. Tenaga Kerja
1. Pengertian Tenaga Kerja ............................................................... 34
2. Lapangan Pekerjaan....................................................................... 38
3. Penarikan Pegawai ........................................................................ 39
F. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia .................................. 42
G. Penelitian Yang Relevan .................................................................... 44
H. Kerangka Berpikir .............................................................................. 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 48
B. Metode Penelitian .............................................................................. 48
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 49
D. Instrumen Penelitian .......................................................................... 50
E. Teknik Analisis Data ......................................................................... 54
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ............................................... 54
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Sejarah Singkat SMK Ar-Rahman ................................................ 56
2. Struktur Organisasi Sekolah ......................................................... 57
3. Visi dan Misi Sekolah ................................................................... 59
4. Jumlah Siswa ................................................................................. 59
5. Sarana dan Prasarana ..................................................................... 59
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Pelaksanaan Pendidikan Nonformal di SMK Ar-Rahman ............ 60
a. Karakteristik Sekolah ................................................................ 60
b. Kegiatan Pembelajaran ............................................................. 63
c. Kegiatan dan Sumber Belajar Penunjang Kompetensi Siswa .. 63
d. Kompetensi Pengajar ................................................................ 65
2. Profil Lulusan SMK Ar-Rahman................................................... 66
3. Kompetensi Lulusan SMK Ar-Rahman Dalam Kaitannya
Dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia .............. 70
a. Strategi Sekolah Dalam Menyalurkan Lulusan
Ke Dunia Kerja ......................................................................... 70
b. Standar Kompetensi Kerja Yang Dimiliki
Oleh Para Lulusan ..................................................................... 72
C. Temuan Utama Penelitian .................................................................. 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 78
B. Saran ............................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara
Kepala Pelaksana Kelompok Belajar.................................................. 51
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Lulusan........................................... 52
Tabel 4.1 Data Guru........................................................................................... 58
Tabel 4.2 Jumlah Siswa...................................................................................... 59
Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana......................................................................... 59
Tabel 4.4 Kompetensi Lulusan.......................................................................... 69
Tabel 4.5 Daftar Nilai........................................................................................ 73
Tabel 4.6 Tuntutan dan Hambatan Dalam Bekerja........................................... 74
x
DAFTAR BAGAN
Bagan 4.1 Struktur Organisasi Sekolah............................................................. 57
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Wawancara Kepala Sekolah............................................................. 84
Lampiran 2 Wawancara Lulusan (Indri).............................................................. 93
Lampiran 3 Wawancara Lulusan (Rio)................................................................ 97
Lampiran 4 Wawancara Lulusan (Imas)............................................................. 101
Lampiran 5 Wawancara Lulusan (Resma)......................................................... 105
Lampiran 6 Wawancara Lulusan (Dimas).......................................................... 108
Lampiran 7 Wawancara Lulusan (Rizki)........................................................... 112
Lampiran 8 Wawancara Lulusan (Yuniarti)...................................................... 116
Lampiran 9 Wawancara Lulusan (Mega)........................................................... 119
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada hakikatnya adalah “Proses pematangan kualitas
hidup, yaitu diharapkan melalui proses tersebut manusia dapat memahami
arti dan hakikat hidup, serta untuk apa dan bagaimana menjalankan tugas
hidup dan kehidupan secara benar”.1 Maka dari itu pendidikan memiliki
peranan yang sangat penting bagi setiap manusia untuk menentukan
bagaimana perilaku manusia dalam menjalankan tugasnya. Tanpa
pendidikan, manusia sulit mengembangkan potensi, keterampilan dan
karirnya. Jalaluddin menyatakan bahwa :
Manusia adalah mahluk yang memiliki berbagai potensi bawaan.
Oleh karena itu manusia disebut juga sebagai homo faber, karena
manusia memiliki kemampuan untuk membuat beragam barang
atau peralatan. Manusia juga disebut homo sacins atau homo
saciale abima, karena manusia adalah mahluk bermasyarakat. Di
lain pihak manusia juga memiliki kemampuan merasai, mengerti,
membeda-bedakan, kearifan, kebijaksanaan serta pengetahuan dan
ilmu pengetahuan. 2
Adapun potensi alamiah manusia tersebut, jika diiringi dengan
keikutsertaan dalam proses pendidikan maka tentunya kualitas sumber
daya manusia akan semakin meningkat. Oleh karena itu, tidak
mengherankan jika banyak negara di dunia lebih memprioritaskan sektor
pendidikan dibandingkan sektor lainnya.
Pendidikan pada negara-negara maju tentunya telah banyak
menghasilkan para lulusan-lulusan yang berkualitas. Berbeda halnya
dengan pelaksanaan pendidikan yang berada di negara berkembang yang
masih banyak mengalami persoalan-persoalan sehingga para lulusannya
pun masih banyak yang kurang berkualitas .
1 Dedy Mulyasana, “Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing”, (Jakarta : Rosdakarya, 2011), h.
2. 2 Jalaludin dan Abdullah, “Filsafat Pendidikan”, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997), h. 160.
2
Menurut Nizam selaku Sekretaris Jenderal Dewan Tinggi
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
yang dikutip oleh Mohammad Rifai dalam buku Politik Pendidikan
Nasional, mengakui bahwa “Kualitas sumber daya manusia masih menjadi
persoalan utama dalam bidang pendidikan di Indonesia, baik di tingkat
pendidikan tinggi maupun pendidikan dasar dan menengah”.3 Persoalan
pendidikan yang masih dialami oleh bangsa Indonesia diantaranya kualitas
tenaga pendidik, sarana dan prasarana, mutu pendidikan, kualitas para
lulusan serta pungutan–pungutan yang dimintai oleh pihak-pihak sekolah
yang pada akhirnya persoalan ini akan mempengaruhi kualitas lulusan.
Jika persoalan pendidikan ini tidak diselesaikan, maka kualitas sumber
daya manusia di Indonesia akan semakin menurun dan pada akhirnya
negara ini bisa kembali dijajah oleh bangsa lain.
Sebagaimana dikatakan oleh Amri Sofan dan Ahmad Khoiru dalam
buku Konstruksi Pengembangan Pembelajaran yang menyatakan:
Pendidikan di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan
negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, padahal
dulu Malaysia berguru ke Indonesia. Indonesia memiliki potensi
sumber daya alam yang terbaik. Tetapi mengapa kualitas sumber
daya manusia Indonesia saat ini hanya berada pada peringkat ke
109 dari 174 negara di dunia? bahkan Indonesia sering mengalami
krisis ekonomi. Indonesia sebagaimana negara berkembang lainnya
memiliki permasalahan sosial yang tidak sederhana.4
Masalah yang paling sering dihadapi oleh negara Indonesia
diantaranya adalah rendahnya kualitas sumber daya manusianya. Salah
satu penyebab rendahnya kualitas sumber daya manusia disebabkan oleh
sistem pendidikan di Indonesia yang masih tidak jelas pelaksanaannya.
Hal tersebut bisa kita lihat melalui peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 80 tahun 2013 BAB IV pasal 5 ayat 1 yang
menyatakan bahwa “Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
sesuai kewenangannya memfasilitasi warga negara usia 16 (enam belas)
3 Mohammad Rifai, Politik Pendidikan Nasional, (Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2011), h. 144
4 Amri Sofan dan Ahmadi Khoiru, Konstruksi Pengembangan Pembelajaran, (Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher, 2010), h. 5
3
tahun sampai dengan 18 (delapan belas) tahun untuk mengikuti pendidikan
menengah”.5 Berdasarkan peraturan menteri tersebut maka pemerintah
baik di tingkat pusat maupun daerah serta masyarakat umum,
berkewajiban untuk memfasilitasi penduduknya dalam memperoleh
pendidikan menengah, namun pada kenyataannya ternyata hanya sebagian
masyarakat saja yang memperoleh pendidikan yang bermutu.
Pada BAB VII Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 80 Tahun 2013 pasal 9 ayat 3 juga dikatakan bahwa “Sumber dana
penyelenggaraan PMU (Pendidikan Menengah Umum) bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD), masyarakat dan/ atau sumber lain yang sah”.6
Hal tersebut, diwujudkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional seperti
yang dilansir oleh Kompas yang memastikan bahwa “Pada 2013 para
siswa sekolah di pendidikan menengah tidak akan lagi dipungut biaya
SPP. Pemerintah telah menyiapkan bantuan operasional sekolah (BOS)
untuk SMA/SMK”.7 Hal ini pun dinyatakan oleh Direktur Pembinaan
SMA seperti yang tertera dalam petunjuk teknis bantuan operasional
Sekolah Menengah Atas yang menyatakan:
Sebagai wujud keberpihakkan terhadap siswa atas pengelolaan
dana BOS SMA tersebut, sekolah diwajibkan untuk membebaskan
(fee waive) dan/ atau membantu (discount fee) siswa miskin dari
kewajiban membayar iuran sekolah dan biaya-biaya untuk kegiatan
siswa. Jumlah siswa dan besaran dana iuran sekolah serta biaya
ekstrakulikuler siswa yang dibebaskan atau mendapat keringanan
biaya pendidikan menjadi kebijakan (diskresi) sekolah dengan
mempertimbangkan faktor jumlah siswa miskin yang ada, dana
yang diterima dan besarnya biaya sekolah.8
5 Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 80
Tahun 2013 Tentang Pendidikan Menengah Universal,. h., 3
6 Ibid., h,. 5
7 Indra Akuntono, 2013,” SMA/SMK Gratis Biaya SPP”, Kompas Edukasi, Jakarta, 27
September 2011. (http://edukasi.kompas.com) . Artikel ini diakses pada tanggal 28 Februari 2014.
8 Direktorat Pembinaan SMA, Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Sekolah Menengah Atas, (Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2014), h. iii
4
Meskipun pemerintah sudah mencanangkan sekolah gratis seperti
yang sudah dijelaskan diatas, tetapi pada kenyataannya masih ada
pungutan liar yang dilakukan oleh beberapa sekolah jenjang Menengah
Atas, seperti yang terjadi di wilayah Duren Sawit Jakarta yang dilansir
oleh Kompas.Com bahwa “SMA 61, Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta
Timur, masih memberlakukan pungutan kepada muridnya. Tercatat, orang
tua murid memberikan uang lebih dari Rp. 14 juta pada pihak sekolah”.9
Hal ini menunjukkan, meskipun sudah dikeluarkannya peraturan
pemerintah terkait pelaksanaan pendidikan di Sekolah Menengah Atas,
namun pada pelaksanaanya masih saja ada beberapa sekolah yang
melanggar peraturan tersebut dengan melaksanakannya pungutan-
pungutan liar yang dikemas seolah-olah pungutan tersebut merupakan
kebutuhan siswa. Peristiwa ini tentunya akan memberatkan bagi siswa
yang kurang mampu dalam memperoleh pendidikan yang bermutu.
Menurut Darmaningtyas, “Pandangan umum yang kita yakini
kebenarannya adalah bahwa kemiskinan merupakan rintangan besar bagi
seseorang untuk memperoleh hak-hak pendidikan mereka. Padahal
pendidikan diyakini sebagai mekanisme untuk melakukan mobilitas
vertikal secara cepat”.10
Jika kemiskinan tidak menjadi penghalang bagi
masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, maka perubahan
positif pun akan tercapai dan bahkan bisa saja Indonesia menjadi negara
yang maju. Pendidikan adalah hal mendasar yang wajib diberikan oleh
sebuah negara kepada masyarakat tanpa mempersulitnya, karena semakin
banyak angka putus sekolah maka akan semakin banyak masalah sosial
yang terjadi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2013, rata-rata
nasional angka putus sekolah usia 7-12 tahun mencapai 0,67% atau
9 Fabian Januarius Kuswado, “ Pungutan Belasan Juta dari Orang Tua Murid”, Kompas
Edukasi, Jakarta, 20 Februari 2013, (http://edukasi.kompas.com). Artikel ini diakses pada tanggal
5 juli 2013. 10
Darmaningtyas, Pendidikan Rusak-Rusakkan, (Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara, 2005),
h.325
5
182.773 anak; usia 13-15 tahun sebanyak 2,21%, atau 209.976 anak; dan
usia 16-18 tahun semakin tinggi hingga 3,14% atau 223.676 anak. 11
Dari
data diatas bisa kita lihat bahwa angka putus sekolah di Indonesia pada
tahun 2013 masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan, karena belum
meratanya biaya pendidikan untuk sekolah gratis. Hambatan sekolah pun
bersumber dari orang tua yang kurang mampu, dimana mereka lebih
memilih anaknya untuk bekerja dibandingkan sekolah, dengan alasan anak
tersebut bekerja untuk membantu perekonomian keluarga.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun
2003 dalam BAB IV pasal 5 ayat 1 dijelaskan bahwa “Setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu”.12
Sesuai dengan Undang-Undang tersebut, bisa kita katakan
bahwa negara telah menjamin penduduknya untuk mendapatkan
pendidikan yang bermutu tanpa terkecuali. Usaha pemerataan pendidikan
mulai diwujudkan oleh pemerintah Indonesia, salah satunya melalui
Bantuan Operasional Sekolah, Beasiswa Miskin dan Berprestasi, Kartu
Jakarta Pintar yang dilakukan oleh provinsi DKI Jakarta bagi para
warganya.
Sesuai dengan tuntutan zaman yang semakin maju, yang sedikit
demi sedikit mulai menggeser perekonomian Indonesia dari ekonomi
agraris menjadi ekonomi industri. Perubahan perekonomian ini, lama
kelamaan mengharuskan Indonesia untuk memulai menyiapkan para
tenaga kerja yang memiliki keterampilan di bidang industri karena jika
tidak mampu bersaing dengan negara lain, maka indonesia akan menjadi
negara tertinggal. Untuk memperoleh keterampilan ini maka dibutuhkan
keterampilan yang lebih unggul dibandingkan ketika Indonesia masih
dalam sektor agraris, dan keterampilan ini salah satunya diperoleh melalui
pendidikan.
11 M. Latief, “Si Miskin Tidak Dilarang Sekolah”, Kompas, Jakarta, 16 Oktober 2013.
(http://edukasi.kompas.com). Artikel ini diakses pada tanggal 3 Maret 2014. 12
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan , Edisi Revisi. (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2005), h., 308
6
Menurut hasil kajian Sukmadinata dalam buku Masalah Sosial
Anak, “Faktor utama penyebab anak putus sekolah adalah kesulitan atau
karena orang tua tidak mampu menyediakan biaya bagi sekolah anak-
anaknya”.13
Faktor tersebut bukanlah hal mendasar yang menjadikan anak-
anak tersebut tidak bisa sekolah, semua anak-anak memiliki hak yang
sama dalam meperoleh pendidikan tanpa melihat kemampuan
ekonominya. Pendidikan bersifat universal, jika anak-anak banyak yang
putus sekolah justru negara akan dirugikan karena tidak terjadi perputaran
kegiatan ekonomi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Soelaiman Yoesof
bahwa “Hubungan antara sekolah dan masyarakat memang cukup erat oleh
karena sistem pendidikan pada gilirannya bermuara pada persiapan orang-
orang untuk bekerja”.14
Oleh karena itu, pendidikan merupakan sebuah
proses untuk melatih masyarakat agar siap menghadapi dunia kerja.
Masyarakat menganggap bahwa pendidikan itu merupakan sebuah
keharusan. Pendidikan tidak hanya melalui pendidikan formal, akan tetapi
bisa juga dilaksanakan melalui pendidikan nonformal karena keduanya
memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk menciptakan manusia yang
unggul. Oleh karena itu, seiring dengan terjadinya pungutan-pungutan liar
yang dilakukan oleh pihak sekolah yang tentunya memberatkan
masyarakat yang kurang mampu, sehingga sebagian masyarakat lebih
memilih menyekolahkan anaknya melaui pendidikan nonformal.
Menurut Sismanto “Pendidikan nonformal merupakan usaha sadar
yang dilakukan untuk membentuk perkembangan kepribadian serta
kemampuan anak di luar sekolah atau tepatnya di luar sistem persekolahan
sebagaimana yang kita kenal”.15
Pada dasarnya, pendidikan nonformal ini
mampu memberikan budi pekerti maupun kompetensi yang tidak bisa
mereka peroleh di pendidikan formal.
13
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, (Jakarta : Prenada Media Group, 2003), h. 342 14
Soelaiman Yoseof, Konsep–Konsep Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara,
1992), h.6 15
Sismanto, Pendidikan Luar Sekolah Dalam Upaya Mencerdaskan Bangsa, (Jakarta: CV Era
Swasta, 1984), h. 7
7
Menurut Soegimin “Pendidikan nonformal lebih banyak berbicara
dan berbuat dari segi realitas hidup dan kehidupan masyarakat,
perhatiannya lebih terpusat pada usaha-usaha untuk membantu
terwujudnya proses pembelajaran di masyarakat”.16
Berdasarkan hal
tersebut, maka pendidikan nonformal merupakan salah satu cara dalam
menyetarakan kesempatan pendidikan bagi semua warga negara yang
memiliki keterbatasan dalam memperoleh pendidikan formal. Adapun
melalui pendidikan nonformal ini, masyarakat dibekali pengetahuan untuk
mengatur dan memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupannya
sebagaimana sifat dari pendidikan nonformal yang bersifat luas dan
berbuat dari segi realitas hidup .
Meskipun pada kenyataanya, pelaksanaan pendidikan nonformal
itu jauh dari kelengkapan seperti pendidikan formal yaitu memiliki
keterbatasan dalam keenam komponen yang pada hakikatnya harus ada
dalam kegiatan belajar. Komponen belajar tersebut sebagaimana dikatakan
Aminuddin Rasyad yaitu peserta didik, guru, tujuan, isi pelajaran, metode,
media dan evaluasi.17
Namun meskipun memiliki keterbatasan dalam
kegiatan pembelajaran, ternyata pendidikan nonformal mampu
menghasilkan para lulusan yang kompeten.
Berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 BAB
V Pasal 26 ayat 6 menyatakan bahwa “Hasil pendidikan nonformal dapat
dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui
proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah
atau pemerintah daerah dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan”.18
Namun, tidak semua lembaga pendidikan nonformal
dilakukan penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk pemerintah atau
pemerintah daerah. Pengakreditasian sekolah oleh Kementrian Pendidikan
16
Sogimin, Gitoasmoro, “Peran Pendidikan Non Formal Dalam Realisasi Wajib Belajar
Pendidikan Dasar”, Jurnal Pendiidkan Dasar, Vol. 6, No. 1, 2005, h. 41 17
Aminuddin Rasyad. Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2003), h. 124 18
Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang
SISDIKNAS, (Jakarta : Departemen Agama Direktirat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003),
h, 46.
8
membutuhakan biaya besar, persyaratan yang panjang dan pendanaan. Hal
tersebut tidak dimiliki oleh sekolah-sekolah nonformal yang memang
memiliki keterbatasan dalam hal pendanaan.
Berdasarkan sifat terbuka dari pendidikan nonformal itu sendiri,
maka mulailah muncul kelompok belajar kejuruan yang bersifat nonformal
yang merupakan bagian dari pelaksanaan pendidikan nonformal, sebagai
salah satu langkah dalam menyelesaikan permasalahan pendidikan di
negara ini. Kelompok belajar tersebut berbasis pendidikan kejuruan, yang
bersifat gratis dan bebas biaya tambahan, yang tujuannya untuk
memberikan keterampilan kepada siswanya agar mampu memasuki dunia
kerja. Kelompok belajar tersebut diperuntukkan bagi anak-anak yang
berasal dari kalangan ekonomi lemah, agar nantinya mampu menekan
angka putus sekolah dan mencegah timbulnya masalah sosial.
Menurut Ali Muhson dalam Jurnal Economia mengatakan bahwa
“Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu faktor penting
dalam pengembangan sumber daya manusia”.19
Melalui kelompok
belajar kejuruan, masyarakat diberikan pendidikan dan pelatihan yang
dibutuhkan oleh dunia kerja. Meskipun ditengah keterbatasan dalam
pelaksanaan pendidikan dan pelatihannya, banyak para lulusan kelompok
belajar tersebut yang tidak kalah unggulnya dengan para lulusan
pendidikan formal. Melalui sertifikat yang diberikan, para lulusan
kelompok belajar tersebut mampu bekerja di berbagai perusahaan dan ada
pula yang melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Pada saat ini
berbagai jenis pendidikan memang dituntut untuk memberikan ijazah
ataupun sertifikat bagi setiap lulusannya, begitupun dengan pendidikan
nonformal. Ijazah merupakan prasyarat bagi para peserta didik untuk
melamar pekerjaan di berbagai instansi ketika mereka sudah lulus dari
berbagai jenis pendidikan. Ijjazah tersebut diperlukan sebagai gambaran
terkait kompetensi yang dimiliki oleh para lulusan, yang nantinya
19
Ali Muhson dkk, “Analisis Relevansi Lulusan Perguruan Tinggi Dengan Dunia Kerja“,
Jurnal Economia, Vol 8, Nomor 1, April 2012, h. 44
9
bermanfaat dalam melamar pekerjaan ataupun melanjutkan ke perguruan
tinggi.
Menurut Uwe Schipper dan Djadjang Madya mengatakan
“Pendidikan kejuruan merupakan investasi untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia, yang merupakan syarat utama untuk meningkatkan
laju pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesempatan dan perubahan
sosial”.20
Karakter dari Kelompok Belajar Kejuruan ini yang lebih
menekankan praktek dibandingkan teori, sehingga anak-anak dibekali
keterampilan-keterampilan untuk langsung masuk ke dunia kerja.
Berdasarkan karakter dari Kelompok Belajar Kejuruan tersebut
serta dengan adanya biaya yang gratis dan tanpa biaya tambahan, tentunya
sangat tepat dilaksanakan di tengah-tengah banyaknya angka putus
sekolah. Hal ini disebabkan karena semakin banyak masyarakat yang
mampu menghasilkan barang dan jasa maka laju pertumbuhan ekonomi
akan semakin cepat dan masalah-masalah sosial akan berkurang, dan hal
itu akan terwujud melalui pendidikan.
Pada saat ini, dunia kerja menuntut agar para karyawannya
memiliki keterampilan yang lebih tinggi agar mampu menghadapi tuntutan
global. Persaingan dalam dunia kerja pun sangat ketat, sehingga tidak
sembarangan orang mampu untuk memasuki dunia kerja. Oleh karena itu,
setiap para lulusan harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
memadai agar mampu memasuki dunia kerja..
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di Kelompok
Belajar Kejuruan Ar-Rahman yang bersifat nonformal dan bebas biaya.
Hal tersebut menunjukan bahwa ditengah keterbatasan pelaksanaan
pendidikan di Kelompok Belajar tersebut, tetapi mampu menghasilkan
para lulusan yang unggul yang mampu bersaing dengan para lulusan dari
sekolah formal yang lebih lengkap fasilitasnya. Diantara lulusan tersebut,
sebagian besar mereka diterima di dunia kerja dan adapula yang
20
Uwe Schippers dan Djadjang Madya, Pendidikan Kejuruan di Indonesia, (Bandung :
Angkasa, 1994), h. 82
10
melanjutkan ke perguruan tinggi swasta. Hal ini menunjukan bahwa ada
kesenjangan antara pelaksanaan pendidikan nonformal dan profil lulusan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diadakan penelitian
tentang “Analisis Profil Lulusan Pendidikan Nonformal dalam Pemenuhan
Faktor Tenaga Kerja (Studi Kasus Terhadap Kelompok Belajar Kejuruan
Ar-Rahman)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, maka kondisi
yang ada pada saat ini adalah:
1. Pendidikan di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara
lainnya seperti Malaysia dan Singapura.
2. Meskipun pemerintah sudah memprogramkan sekolah gratis pada
tingkat Sekolah Menengah Atas ternyata masih banyak sekolah yang
belum melaksanakan sepenuhnya.
3. Angka putus sekolah terutama pada jenjang Sekolah Menengah Atas
disebabkan oleh faktor ekonomi yaitu adanya anggapan bahwa anak
lebih baik bekerja untuk membantu perekonomian keluarga serta
masih adanya biaya-biaya tambahan bagi siswa kurang mampu di
beberapa sekolah.
4. Rendahnya kualitas sumber daya manusia menyebabkan masalah
sosial ekonomi.
5. Terbatasnya sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan pendidikan
nonformal.
6. Pada zaman modern ini, kualifikasi tenaga kerja yang tinggi
berbanding terbalik dengan kualitas pendidikan yang masih rendah.
7. Banyaknya kompetensi para lulusan yang tidak memenuhi kualifikasi
dalam pemenuhan tenaga kerja.
11
C. Batasan Masalah
Pada penelitian ini yang akan dibahas meliputi :
1. Pelaksanaan pendidikan di Kelompok Belajar Kejuruan Ar-Rahman.
2. Profil Lulusan Kelompok Belajar Kejuruan Ar-Rahman.
3. Kompetensi Lulusan Kelompok Belajar Kejuruan Ar- Rahman dalam
kaitannya dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan di Kelompok Belajar Kejuruan Ar-
Rahman?
2. Bagaimana profil lulusan Kelompok Belajar Kejuruan Ar-Rahman?
3. Bagaimana kompetensi yang dimiliki para lulusan Kelompok Belajar
Kejuruan Ar-Rahman dalam memenuhi Kriteria Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia dalam pemenuhan faktor tenaga kerja?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
a. Pelaksanaan pendidikan di Kelompok Belajar Kejuruan Ar-Rahman
b. Profil para lulusan Kelompok Belajar Kejuruan Ar-Rahman
c. Kompetensi yang dimiliki para lulusan Kelompok Belajar Kejuruan
Ar-Rahman dalam memenuhi Kriteria Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia dalam pemenuhan faktor tenaga kerja.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini merupakan bagian dari konsep pendidikan nonformal
dalam pelaksanaan layanan pendidikan di Indonesia.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung penyelenggaraan
pendidikan nonformal dalam rangka memberikan layanan
pendidikan yang bermutu bagi seluruh masyarakat.
12
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
1) Sebagai salah satu wahana dalam menerapkan ilmu pengetahuan
yang diperoleh, selama belajar di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan kenyataan yang ada di lapangan.
2) Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan
wawasan yang berguna di masa yang akan datang.
3) Tujuan lain merupakan tujuan khusus untuk memenuhi salah satu
syarat dalam meraih gelar sarjana pendidikan, dari program studi
pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
b. Bagi pengambil keputusan di Sekolah Menengah Kejuruan Ar-
Rahman.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk menentukan kebijakan yang berhubungan dengan profil
lulusan dalam memenui faktor tenaga kerja
c. Bagi Stake Holder Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta (UIN Jakarta).
Penelitian ini dapat dijadikan koleksi perpustakaan dan sumber
referensi bagi penelitian sejenis.
13
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Profil Lulusan
1. Pengertian Profil Lulusan
Setiap manusia memiliki ciri khas yang membedakannya dengan
yang lain begitupun para peserta didik, maka dari itu kompetensi yang
mereka miliki pun akan dipengaruhi oleh profil pribadinya secara
tidak langsung dan kompetensi yang mereka miliki ini akan dijadikan
standar dalam menjalani kehidupannya di masyarakat. Kata profil
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah grafik atau ikhtisar
yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus.1 Sedangkan lulusan
adalah yang sudah lulus ujian;tamatan.2 Berdasarkan penjelasan
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa profil lulusan adalah
gambaran terkait dengan hal-hal khusus dari seorang lulusan atau
tamatan.
Menurut Ibnu Syamsi dalam jurnalnya yang berjudul Pendidikan
Luar Sekolah Sebagai Pemberdaya Masyarakat mengatakan bahwa:
Komponen keluaran (output) dimaknai sebagai kuantitas lulusan
yang disertai dengan kualitas perubahan tingkah laku yang
didapat melalui kegiatan belajar pembelajaran. Perubahan
tingkah laku ini mencakup ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor yang sesuai dengan kebutuhan belajar yang mereka
perlukan. Dalam pandangan ini, mencakup hasil lulusan yang
dapat bekerja dengan baik dalam masyarakat, akan tetapi
kebutuhan yang diinginkan masyarakat adalah perubahan
kehidupan. Oleh karena itu, penguasaan keterampilan untuk
penguasaan pekerjaan sangat diutamakan.3
Maka itu, hal utama dari sebuah lulusan adalah bagaimana
seorang lulusan itu dengan keterampilan yang dia miliki yang telah dia
1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa:Edisi
Keempat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), h. 1.104 2Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta:
Balai Pustaka, 2001)., h.688 3 Ibnu Syamsi, “Pendidikan Luar Sekolah Sebagai Pemberdaya Masyarakat”, Jurnal
Pendidikan Luar Sekolah, Volume 14, No 1, Maret 2010. Universitas Negeri Yogyakarta, h. 62
14
peroleh dari hasil belajar mampu dia aplikasikan dalam kehidupan
masyarakat maupun profesinya dalam bekerja sehingga pada akhirnya
lulusan tersebut bisa membawa perubahan yang lebih baik di
masyarakat.
2. Standar Kompetensi Lulusan
Menurut Oemar Hamalik “Kompetensi berkenaan dengan
kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks”.4
Kompetensi merupakan gambaran, terkait dengan bagaimana siswa
mampu melakukan sesuatu dalam berbagai hal yang akan dia hadapi
dalam kehidupan masyarakat yang nantinya kompetensi ini akan
menjadi modal siswa ketika hidup di masyarakat. Hall dan Jones
menyatakan bahwa:
Kompetensi merupakan gambaran utuh dari perpaduan antara
pengetahuan dan kemampuan yang diamati dan diukur, seperti
dinyatakan sebagai berikut :
a. Kompetensi lulusan berisikan seperangkat kompetensi yang
harus dikuasai lulusan, yang menggambarkan profil lulusan
secara utuh.
b. Kompetensi lulusan menggambarkan berbagai aspek
kompetensi yang harus dapat dikuasai, yang mencakup
aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
c. Kompetensi lulusan berdasarkan visi dan misi lembaga
penyelenggara pendidikan, tuntutan masyarakat,
perkembangan IPTEK, masukan dari kalangan profesi, hasil
analisis tugas dan prediksi tantangan mendatang.5
Berdasarkan hal tersebut, dapat kita ketahui bahwa kompetensi
merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang
dikuasai oleh setiap lulusan yang mencakup aspek kognitif,
psikomotorik dan afektif. Kompetensi tersebut disesuaikan dengan visi
misi sekolah, tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman.
4 Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011)., h. 135 5 Ibid, h. 133-134
15
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
54 Tahun 2003 menyatakan bahwa standar kompetensi Lulusan adalah
“Kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan dan keterampilan”.6 Sedangkan Menurut Oemar
Hamalik standar kompetensi lulusan merupakan ”Pengetahuan
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak, setelah siswa menyelesaikan suatu jenjang
tertentu”.7 Oleh karena itu, Standar kompetensi lulusan merupakan
kualifikasi para lulusan berupa pengetahuan dan keterampilan yang
tercermin dalam cara bersikap dan berpikir. Standar kompetensi
lulusan ini dijadikan kriteria bagi sekolah sebagai dasar pertimbangan
kelulusan para peserta didiknya. Standar kompetensi lulusan pada
satuan pendidikan menengah umum dan kejuruan juga bertujuan
untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan agar peserta didik dapat hidup mandiri
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Menurut Dedy Mulyasana “Standar kompetensi lulusan
pendidikan dasar dan menengah dan pendidikan nonformal
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan
ditetapkan dengan peraturan menteri”.8 Hal ini menunjukkan bahwa
setiap siswa yang telah menyelesaikan proses pendidikannya di
lembaga sekolah manapun harus memiliki standar kompetensi yang
telah ditetapkan oleh masing-masing lembaga pendidikannya karena
standar kompetensi itu menjadi salah satu syarat kelulusan dan
menjadi bekal bagi para peserta didik dalam menjalankan
kehidupannya di masyarakat baik untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan selanjutnya maupun untuk memasuki dunia kerja.
6 Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2003
Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. 7 Oemar Hamalik, op.cit, h. 134.
8 Dedy Mulyasana, op.cit,. h. 156
16
B. Hakikat Pendidikan
1. Pengertian dan Peran Pendidikan
Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan umumnya berarti
“Daya upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter, kekuatan
batin), pikiran (intellect), dan jasmani anak-anak selaras dengan alam
dan masyarakatnya”.9
Sedangkan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan
nasional tahun Nomor 20 Tahun 2003, pada Bab 1 pasal 1 Ayat 1
menjelaskan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.10
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan merupakan suatu usaha yang terencana untuk
meningkatkan kemampuan berpikir, keterampilan, kepribadian
sehingga bisa menjadi manusia yang berkualitas dan mampu
mewujudkan tujuan-tujuan dalam hidupnya serta mampu menjalankan
tugasnya dalam masyarakat.
Pendidikan tidak hanya dilakukan tanpa peranan yang jelas.
Tentunya pendidikan dilaksanakan karena adanya peranan yang begitu
penting dari pendidikan itu sendiri untuk masyarakat. Menurut Andi
Makkulau peranan pendidikan adalah “Untuk mengembangkan
sumber daya insaniyah agar manusia menyadari dan mampu
melaksanakan fungsi kekhalifahannya, maka sasaran pengembangan
adalah meningkatkan daya pikir, daya fisik, dan daya pertimbangan
9 Dedy Mulyasana, op.cit., h. 3
10 Sabri Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 7
17
nilai. Ketiga daya tersebut perlu dikembangkan secara optimal, serasi
dan sedini mungkin”.11
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat dijelaskan bahwa
pendidikan itu memiliki peranan untuk meningkatkan daya fikir, daya
fisik dan daya pertimbangan manusia, agar manusia itu mampu
melaksakan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi, yang tentunya
pengembangan itu harus dilaksanakan secara serasi dan sedini
mungkin. Jika pendidikan itu tidak dilakukan secara serasi dan sedini
mungkin maka daya pikir, daya fisik dan daya pertimbangan manusia
tidak bisa berjalan secara optimal.
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Nasional
Berdasarkan Tap MPR Nomor IV/MPR/1973 menjelaskan
bahwa tujuan pendidikan nasional adalah:
Membentuk manusia pembangunan ber-Pancasila dan
membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya memiliki
pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan
kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap
demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan
kecerdasan yang tinggi disertai budi pekerti yang luhur,
mencintai bangsanya, dan sesama manusia sesuai dengan
ketentuan yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945.12
Sedangkan fungsi pendidikan nasional menurut Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, pada Bab II,
Pasal 3,yaitu :
Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha, berahlak
11
Andi Makkulau, Strategi Pengembangan Potensi Sumber Daya Insaniyah: Konsep Ideal,
Alumni Jurnal Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni,Vol. 1 No 1, 1991,. h 22. 12
Oemar Hamalik, op.cit,h. 131.
18
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.13
Tujuan dan fungsi dari pendidikan nasional hampir sama, yang
intinya untuk membentuk manusia yang cerdas yang tetap
mempertahankan identitasnya sebagai bangsa Indonesia serta selalu
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3. Hak dan Kewajiban Warga Negara Dalam Pendidikan Nasional
Undang-Undang Repulik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional
a. Pasal 6
(1) Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima
belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.
(2) Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap
keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan.
b. Pasal 5 ayat (1) yang berbunyi setiap warga negara mempunyai
hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Ini
berarti bahwa semua anak Indonesia bukan hanya wajib mengikuti
pendidikan yang dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah, melainkan
juga berhak memperoleh pendidikan yang bermutu.
Dengan PP No. 19 tahun 2005, pengertian bermutu menjadi
jelas, yaitu memenuhi standar sebagai berikut :
1. Standar isi
2. Standar proses
3. Standar lulusan
4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan
5. Standar sarana dan prasarana
6. Standar pengelolaan
7. Standar pembiayaan
8. Standar penilaian
9. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Nasional.14
13
Ibid., h. 14 14
Soedijarto, Landasan Dan Arah Pendidikan Nasional Kita, (Jakarta: Gramedia, 2008), h. 59
19
Hal ini menunjukan bahwa setiap warga negara Indonesia tanpa
terkecuali berhak mendapatkan pendidikan yang bermutu dan setiap
masyarakat ikut bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
pendidikan sehingga tidak adanya lagi angka putus sekolah dan
kesenjangan pendidikan.
4. Jalur Pendidikan
Berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang
dikutip oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama
bahwa “Jalur Pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal
dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya”.15
Menurut combs dan Ahmad pendidikan formal, nonformal dan
informal adalah:
a. Pendidikan Formal adalah sistem pendidikan yang terstruktur,
hierarkis, dilaksanakan dari sekolah dasar sampai perguruan
tinggi, studi akademik, beragam program spesialis dan beragam
institusi, full time, berupa latihan teknis maupun profesional.
b. Pendidikan informal adalah proses pendidikan sepanjang hayat,
dimana setiap individu memperoleh sikap, nilai keterampilan
dan pengetahuan, dari pengalaman sehari-hari, dan dari
pengaruh pendidikan dan sumber-sumber lingkungannya
seperti dari keluarga, tetangga, pekerjaan dan ketika bermain,
dari pasar dan jalan raya, dari perpustakaan dan media massa.
c. Pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan pendidikan yang
terorganisasi di luar sistem sekolah formal, apakah
dilaksanakan tersendiri ataukah merupakan bagian dari
kegiatan yang lebih besar, yang dimaksudkan untuk melayani
sasaran didik tertentu dan tujuan belajar.16
5. Tujuan Pendidikan dan Pengajaran
Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran tentunya memiliki tujuan,
tanpa tujuan maka pelaksanaan pendidikan dan pengajaran tidak akan
menghasilkan para lulusan yang kompeten.Tujuan pendidikan dan
15
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Undang – Undang dan
Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, 2006., h. 13 16
Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal: Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan,
dan Andragogi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h.145.
20
pengajaran menurut Ngalim Purwanto dapat dibedakan menjadi
“Tujuan Umum, Tujuan Institusional, Tujuan Kurikuler, dan Tujuan
Instruksional”.17
Keempat tujuan pendidikan dan pengajaran tersebut,
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tujuan umum
Tujuan umum ialah tujuan pendidikan yang berlaku untuk
seluruh lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu
negara. Tujuan umum yang berlaku di Indonesia disebut tujuan
pendidikan nasional.
b. Tujuan Institusional ialah tujuan pendidikan yang akan dicapai
menurut jenis dan tingkatan sekolah atau lembaga pendidikan
masing-masing. Tujuan ini tercantum di dalam kurikulum
sekola/lembaga pendidikan yang menggambarkan yang harus
dicapai setelah selesai belajar di sekolah itu.
c. Tujuan Kurikuler ialah tujuan kurikulum sekolah yang telah
diperinci menurut bidang studi atau mata pelajaran atau
kelompok mata pelajaran.
d. Tujuan Instruksional
Tujuan pokok bahasan atau subpokok bahasan (topik-topik atau
subtopik) yang akan diajarkan oleh guru. Tujuan ini dibedakan
menjadi tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan
instruksional khusus (TIK).
Keempat tujuan tersebut, dijadikan pedoman dalam
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran sehingga proses
pendidikan dan pengajaran tersebut lebih sistematis dan terararah
berdasarkan penjabaran dari setiap tujuan tersebut.
17
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011), h. 40
21
6. Proses Pendidikan
a. Proses belajar mengajar
Anak manusia yang berhakikat kemerdekaan manusia
menuntut proses pemanusiaan yang menghormati kemerdekaan
manusia. Proses belajar berupa indoktrinasi, menghafal dari buku,
mengikuti sistem bank, sangat bertentangan dengan kemampuan
berpikir peserta didik. Sudah tentu di dalam mengembangkan
kemampuan belajar mandiri serta kreatif diperlukan penguasaan
alat-alat berpikir elementer yang perlu dihafalkan penguasaan
bahasa, abjad, matrikulasi dasar, membaca lancar.
b. Kurikulum
Kurikulum merupakan keseluruhan pengalaman yang akan
dihayati oleh peserta didik di dalam lingkungan pendidikan.
Kurikulum bukanlah untuk mempersiapkan penguasaan
keterampilan untuk hidup tetapi dasar-dasar keterampilan untuk
menghadapi dunia yang terbuka.
c. Sarana Penunjang
Kurikulum pendidikan formal perlu ditunjang oleh berbagai
sarana modern untuk terjadinya proses pendidikan yang optimal.
Di dalam kemajuan teknologi informasi yang serba cepat dewasa
ini lembaga pendidikan perlu menyiapkan komputer, perpustakaan
sekolah atau perpustakaan publik yang akan menjadi penunjang di
dalam kemerdekaan berpikir peserta didik.
d. Evaluasi pendidikan
Proses pendidikan merupakan suatu proses yang bertujuan.
Meskipun tujuannya bukan merupakan tujuan yang tertutup tetapi
yang terus menerus terarah kepada pemerdekaan manusia, namun
proses pendidikan mempunyai tonggak-tonggak yang digunakan
untuk mengevaluasi jalannya prosesi itu sendiri. Keterarahan
proses pendidikan meminta evaluasi terhadap perjalanan
perkembangannya.
22
C. Hakikat Pendidikan Nonformal
1. Pengertian Pendidikan Nonformal
Menurut M. Sudomo, pendidikan nonformal adalah “Setiap
kegiatan pendidikan yang diorganisir di luar sistem pendidikan formil,
baik dilakukan sebagai kegiatan yang lebih luas untuk memenuhi
kebutuhan pelajar (clientele) dan mencapai tujuan-tujuan belajar”.18
Menurut Soelaiman Joesoef pendidikan nonformal adalah
“Pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu
mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat”.19
Menurut Combs dalam buku Penelitian Tindakan Dalam
Pendidikan Nonformal menyatakan bahwa “Pendidikan nonformal
(nonformal education) adalah setiap kegiatan pendidikan yang
diorganisasikan diluar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan
secara sengaja untuk melayani peserta didik tertentu guna mencapai
tujuan belajarnya”.20
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pendidikan
nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang”.21
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dismpulkan bahwa
pendidikan nonformal adalah suatu proses pendidikan yang
dilaksanakan secara terbuka, terstruktur dan berjenjang yang tidak
memiliki aturan-aturan yang baku serta dilaksanakan dalam rangka
memenuhi kebutuhan pendidikan bagi masyarakat tertentu.
18
Sismanto, Pendidikan Luar Sekolah Dalam Upaya Mencerdaskan Bangsa, (Jakarta: CV Era
Swasta, 1984), h.7. 19
Soelaiman Joesof, op.cit, h. 79 20
Ishak Abdulhak dan Ugi Suprayogi, Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Nonformal,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 19 21
Moh.Alifuddin, Kebijakan Pendidikan Nonformal:Teori, Aplikasi dan Implikasi, (Jakarta:
Magna Script Publishing, 2011), h. 19
23
2. Tugas Pokok Pendidikan Nonformal
Menurut Saleh Marzuki “Kesalingtergantungan antara
pendidikan formal dan nonformal semakin nyata ketika berbagai
negara merasa perlu mengembangkan pendidikan nonformal bagi
warga negaranya. Keperluan itu memang berbeda anatara negara maju
dan negara berkembang”.22
Adapun tugas pokok negara maju dan
berkembang sebagai berikut :
a. Tugas Pendidikan Nonformal di Negara Maju
Negara industri mewajibkan semua anak sebelum usia 15
tahun untuk mengikuti sekolah, maka pendidikan nonformal
memiliki tugas sebagai berikut:
1) Pendidikan nonformal (PNF) membantu menyiapkan anak-
anak prasekolah untuk memasuki sekolah melalui play group,
pusat pengasuhan (day care), program pendidikan melalui TV,
dan sebagainya.
2) PNF bertugas melengkapi atau complements sekolah dengan
memberi pengalaman belajar melalui ekstrakulikuler seperti
olahraga, kegiatan seni dan budaya, organisasi remaja dan
pemuda.
3) PNF menindaklanjuti sekolah dengan menyajikan berbagai
program pendidikan berkelanjutan atau kesempatan pendidikan
lanjut setelah keluar dari sekolah atau menyelesaikan sekolah
b. Tugas Pendidikan Nonformal di Negara Berkembang
Di negara berkembang yang perkembangan ekonomi dan
pendidikannya lebih tinggi, PNF memiliki peranan yang sama
dengan negara industri. Di sebagian besar negara berkembang,
peranan ini sangat berbeda oleh karena banyak anak, khususnya di
pedesaan dan daerah terpencil, yang tidak dapat mengikuti atau
menyelesaikan sekolah baik dasar maupun menengah. Ini
22
Saleh Marzuki, Dimensi-Dimensi Pendidikan Nonformal, (Malang: Rosindo, 2009), h. 139
24
menghasilkan banyak sasaran didik remaja ataupun pemuda yang
tidak pernah atau drop out sekolah. Adapun tugas PNF di negara
berkembang sebagai berikut:
1) Sebagai persiapan memasuki dunia sekolah.
2) Sebagai suplemen atau tambahan pelajaran karena mata
pelajaran yang disajikan di sekolah terbatas.
3) Sebagai komplemen atau pelengkap karena kecakapan tertentu
memang tidak diajarkan di sekolah tetapi tetap dipandang
perlu, sementara kurikulum sekolah tidak mampu
menampungnya.
4) Sebagai pengganti (subtitusi) karena anak-anak yang tidak
pernah sekolah harus memperoleh kecakapan sama atau setara
dengan sekolah. Di Indonesia, ini dikenal dengan pendidikan
kesetaraan Program Paket A, Paket B, dan Paket C.
.
3. Fungsi Pendidikan Nonformal
Fungsi pendidikan nonformal adalah membelajarkan individu atau
kelompok agar mampu memberdayakan dan mengembangkan dirinya
sehingga mampu beradaptasi terhadap perubahan/perkembangan
zaman, berdasarkan fungsi tersebut pendidikan nonformal menurut
Soegimin Gitoasmoro dapat melayani kebutuhan sebagai berikut:
a. Pendidikan Suplemen
b. Pendidikan Komplemen
c. Pendidikan Kompensasi/Pengganti
d. Pendidikan Substitusi
e. Pendidikan Alternatif
f. Pendidikan Pengayaan/Penguatan
g. Pendidikan Pemutakhiran/Updating
h. Pendidikan Pembentukan Keterampilan
i. Pendidikan Penyesuaian
j. Pendidikan Pembibitan.23
Fungsi pendidikan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
23 Soegimin Gitoasmoro, op.cit, h. 41
25
a. Pendidikan suplemen: kesempatan untuk menambah/meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan tertentu di luar pendidikan
sekolah/formal.
b. Pendidikan komplemen: kesempatan untuk menambah/melengkapi
pendidikan sekolah/formal.
c. Pendidikan kompensasi/pengganti: kesempatan untuk memperoleh
pendidikan bagi yang tidak pernah mengalami pendidikan di
sekolah.
d. Pendidikan substitusi: kesempatan untuk belajar pada jenjang
pendidikan tertentu berhubung belum adanya pendidikan sekolah di
sekitar tempat tinggal.
e. Pendidikan alternatif: kesempatan untuk memilih jalur pendidikan
nonformal sehubungan dengan peluang atau waktu yang dimiliki.
f. Pendidikan pengayaan/penguatan: kesempatan untuk
memperkaya/memperluas/ meningkatkan kemampuan yang
diperoleh dari pendidikan sekolah/formal.
g. Pendidikan pemutakhiran/updating: kesempatan untuk
memutakhirkan atau meremajakan pengetahuan dan keterampilan
yang telah dimiliki.
h. Pendidikan pembentukan keterampilan: kesempatan untuk
memperoleh keterampilan baru di samping keterampilan yang telah
dimiliki.
i. Pendidikan penyesuaian: kesempatan untuk memperoleh
pendidikan penyesuaian diri sehubungan adanya mobilitas
teritorial, pekerjaan, dan perubahan sosial.
j. Pendidikan pembibitan: kesempatan untuk memperoleh pendidikan
atau latihan keterampilan tertentu melalui proses belajar bersama
sambil mengadakan usaha bersama dalam kelompok belajar usaha
bersama.
26
Selain itu Pendidikan nonformal berfungsi mengatasi berbagai
kesenjangan yang ada di masyarakat. Menurut Hunter ada beberapa
kesenjangan yang dapat diatasi melalui pendidikan nonformal yaitu :
a. Kesenjangan Pekerjaan (the job gap)
b. Kesenjangan Efisiensi (the efficiency gap)
c. Kesenjangan Permintaan dan Penyediaan (the demand and supply
gap)
d. Kesenjangan Populasi (population gap)
e. Kesenjangan bayaran sebagai pendapatan (the wage gap)
f. Kesenjangan persamaan hak (the equity gap)
g. Kesenjangan beradaptasi (the adaptability gap)
h. Kesenjangan evaluasi (evaluation gap)
i. Kesenjangan harapan (expectation gap).24
Kesenjangan-kesenjangan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Kesenjangan pekerjaan (the job gap), yaitu adanya ketidaksesuaian
antara pendidikan dengan kebutuhan tenaga kerja atau
keterampilan kerja yang dibutuhkan.
b. Kesenjangan efisiensi (the efficiency gap), yaitu kurangnya
pemanfaatan secara tepat sumber daya manusia dan sumber
finansial.
c. Kesenjangan permintaan dan penyediaan (the demand and supply
gap), yaitu meningkatnya permintaan pendidikan dan konsekuensi
rendahhnya mutu pendidikan.
d. Kesenjangan populasi (population gap), yaitu gagalnya sekolah
untuk mengatasi pertumbuhan penduduk usia sekolah.
e. Kesenjangan bayaran sebagai pendapatan (the wage gap), yaitu
tingginya bayaran di sektor perkotaan mengakibatkan migrasi dari
desa ke kota.
f. Kesenjangan persamaan hak (the equity gap), yaitu
ketidakmampuan sekolah memberikan kesempatan kepada semua
orang; hanya bagi orang-orang yang punya kemampuan untuk
membiayai karena semakin tinggi tingkatan pendidikannya
semakin tinggi pula ongkosnya.
24
Saleh Marzuki, op.cit.,h. 147
27
g. Kesenjangan beradaptasi (the adaptability gap), yaitu kekakuan
atau ketidakluwesan sekolah yang menyebabkan sulitnya mereka
merespons kebutuhan sosial dan ekonomi.
h. Kesenjangan evaluasi (evaluation gap), kesenjangan ini timbul
karena sulitnya menilai kinerja individu dalam pekerjaan karena
keterampilan pekerja lebih cepat daripada supervisornya.
i. Kesenjangan harapan (expectation gap) yang terlihat dari adanya
migrasi dari desa ke kota dan mengejar pendidikan guna mencari
kerja yang sering kali tidak tersedia.
Dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan di atas dapat
kita simpulkan bahwa fungsi dari pendidikan nonformal adalah
memberikan kebutuhan akan pendidikan bagi masyarakat luas baik itu
sebagai pelengkap atau pengganti, sesuai dengan yang masyarakat
butuhkan serta pendidikan nonformal berfungsi untuk menyelesaikan
masalah-masalah kesenjangan di masyarakat baik itu kesenjangan
pendidikan, sumber daya manusia atau kesenjangan lainnya.
4. Tujuan Pendidikan Nonformal
Pada dasarnya, pendidikan nonformal memiliki tujuan yang
sama dengan pendidikan formal pada umumnya. Seperti yang
dinyatakan oleh Soedirjato bahwa :
Pendidikan nonformal mempunyai tujuan nasional yang sama
dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun
2003, BAB II Pasal 3 yang menyatakan bahwa pendidikan
nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.25
Berdasarkan hal tersebut, bisa kita lihat bahwa tujuan dari
pendidikan nonformal sama dengan tujuan pendidikan nasional yang
25 Soedijarto, Landasan Dan Arah Pendidikan Nasional Kita, (Jakarta: Gramedia, 2008), h. 59
28
pada intinya memberikan kecakapan dan pengetahuan bagi
masyarakat agar menjadi warga negara yang bertanggungjawab.
Sedangkan secara operasional, pendidikan nonformal mempunyai
tujuan institusional yang memungkinkan warga masyarakat memiliki:
a. Kesempatan mengembangkan kepribadian dan
mengaktualisasikan diri;
b. Kemampuan menghadapi tantangan hidup baik dalam
lingkungan keluarga maupun dalam lingkungn masyarakat,
c. Kemampuan membina keluarga sejahtera untuk memajukan
kesejahteraan umum;
d. Kemampuan wawasan yang luas tentang hak dan kewajiban
sebagai warga segara;
e. Kemampuan kesadaran berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat dalam rangka pembangunan manusia dan
masyarakat;
f. Kemampuan menciptakan atau membantu menciptakan
lapangan kerja sesuai dengan keahlian yang dimiliki.26
5. Jalur Pendidikan Nonformal
Pelaksanaan pendidikan nonformal, teridiri dari berbagai jenjang
yang setiap jenjangnya diberikan keterampilan sesuai dengan karakter
siswanya. I Made Candiasa dalam Temu Karya XIII Universitas/IKIP
se Indonesia di Jakarta mengatakan bahwa :
Menurut Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menetapkan bahwa jalur pendidikan terdiri
atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat
saling melengkapi dan memperkaya. Ditetapkan disana bahwa
pendididikan nonformal teridiri atas pendidikan dasar,
menengah dan pendidikan tinggi. Sementara itu untuk
pendidikan nonformal ditetapkan bahwa pendidikan nonformal
diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan
layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat. 27
26
Soegimin Gitoasmoro, loc.cit, h.,41 27 I Made Candiasa, “ Sinergi Pendidikan Formal, Nonformal dan Informal Untuk Mendukung
Sertifikasi dan Akreditasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan”, Makalah disampaikan pada Temu
Karya XIII/FT/FPTK/JPTK Universitas/IKIP Se-Indonesia Di Jakarta Tgl. 13-14 Februari 2004.h.
5
29
Berdasarkan hal tersebut, maka antara pendidikan formal,
nonformal dan informal dapat saling bekerjasama dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nonformal pun
dapat dilaksanakan melalui pendidikan dasar, pendidikan menengah
dan pendidikan tinggi. Namun, pendidikan nonformal ini ditujukan
kepada masyarakat yang memang memerlukan layanan pendidikan
baik itu sebagai pengganti, pelengkap dalam rangka memberikan hak
kepada masyarakat untuk memperoleh pendidikan sepanjang hayat.
6. Bentuk-Bentuk Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal hampir selalu berurusan dengan
bimbingan, pembinaan dan pengembangan warga masyarakat yang
mengalami ketelantaran pendidikan. Menurut Tidar Dwi Septian
bentuk-bentuk pendidikan nonformal, yaitu:
a. Community Development
b. Learning Society
c. Deschooling Society
d. Mass Education
e. Fundamental Education
f. Community Education
g. Adult Education
h. Exention Education
i. Life Long Education
j. Recurent Education
k. Permanent Education
l. Indigenous Education.28
Bentuk-bentuk pendidikan nonformal tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Community Development
Community development merupakan usaha dan kegiatan
pembangunan masyarakat yang dipelopori oleh tokoh-tokoh
masyarakat setempat untuk memecahkan masalah-masalah lokal
28 Dwi, Tidar Septian, “Peranan Rumah Pintar Tresno Asih Dalam Peningkatan Akses Layanan
Program Pendidikan Non Formal Di Kelurahan Bojong Salaman Kecamatan Semarang Barat Kota
Semarang”, Skripsi pada Sekolah Strata Satu Universitas Negeri Semarang, Semarang, h. 25,
dipublikasikan.
30
yang dihadapinya, termasuk masalah pendidikan, dengan
mempergunakan kekuatan sendiri.
b. Learning Society
Learning society menggambarkan keadaan suatu masyarakat
dimana warga masyarakatnya suka dan gemar belajar, ingin selalu
meningkatkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilannya dari
sumber maupun tanpa dipaksa, melainkan atas kemauan dan
kesadarannya sendiri.
c. Deschooling Society
Deschooling society merupakan kegiatan-kegiatan pendidikan
yang dilakukan oleh masyarakat dalam usahanya untuk membantu
mengurangi beban pendidikan di sekolah.
d. Mass Education
Mass education adalah kegiatan pendidikan untuk pemuda dan
orang dewasa yang karena satu dan lain sebab tidak pernah
mengikuti pendidikan di sekolah atau meninggalkan sekolah
sebelum tamat, yang diselenggarakan dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, termasuk disini kegiatan pendidikan
pemberantasan buta aksara, buta bahasa, dan buta pengetahuan
dasar.
e. Fundamental Education
Fundamental education mempunyai pengertian hampir sama
dengan mass education, diselenggarakan terutama bagi para wanita,
pemuda, dan orang dewasa dengan maksud agar mereka bisa
menyesuaikan diri dengan masyarakat yang telah maju dan
berkembang.
f. Community Education
Community education merupakan kegiatan pendidikan bagi
kelompok-kelompok dalam masyarakat agar mereka dapat
menolong diri mereka sendiri, dengan cara merubah sikap mental
31
dan pola berpikirnya, serta memiliki pandangan dan kebiasaan-
kebiasaan baru.
g. Adult Education
Adult education merupakan kegiatan pendidikan yang
diperuntukkan bagi para pemuda dan orang dewasa baik secara
sendiri-sendiri ataupun bersama-sama, untuk berbagai macam
kebutuhan yang bersifat fungsional karena dalam pendidikan ini
lebih banyak diberikan latihan-latihan praktik dan hanya sedikit
teori.
h. Exention Education
Exention education merupakan kegiatan penyebarluasan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi bekerjasama dengan pihak yang terkait dalam upaya
memajukan kehidupan bangsa.
i. Life Long Education
Life long education merupakan rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh tiap-tiap orang dimana dan kapan pun ia berada
kegiatan itu dilakukan, karena proses belajar sesungguhnya tidak
hanya terjadi di sekolah tetapi juga berlangsung di dalam keluarga
dan masyarakat.
j. Recurent Education
Recurent education adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk
memberikan pendidikan kembali kepada mereka yang karena satu
dan lain sebab terpaksa meninggalkan sekolah sebelum tamat,
namun mereka masih mempunyai keinginan dan semangat untuk
melanjutkan pada waktu dan kesempatan lain.
k. Permanent Education
Permanent education merupakan upaya untuk mengusahakan
bagaimana agar warga masyarakat tetap mempunyai minat dan
semangat belajar disepanjang kehidupannya sekalipun mereka telah
32
menyelesaikan pendidikannya di sekolah, sehingga kegiatan belajar
merupakan kebutuhan yang permanen.
l. Indigenous Education
Indigenous education adalah kegiatan-kegiatan pendidikan
yang bersifat tradisional, yang mengutamakan programnya di atas
sadar nilai-nilai budaya sendiri, meskipun tidak menutup
kemungkinan dikembangkannya nilai-nilai budaya tersebut secara
kreatif dan inovatif.
D. Hakikat Pendidikan Kejuruan
1. Pengertian Pendidikan Kejuruan
House Commitee on Education and Labour menyatakan bahwa:
Pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat,
pendidikan dasar keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan yang
mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan
keterampilan. Program kejuruan merupakan program
pengembangan, bukan program terminal, mempersiapkan siswa
kepada pilihan maksimal untuk melanjutkan studi atau
mendapatkan pekerjaan.29
Oleh karena itu, pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang
memberikan keterampilan dalam rangka menyalurkan siswanya ke
dalam dunia kerja. Pendidikan kejuruan merupakan program
pengembangan yang tidak hanya menekankan teori saja akan tetapi
mengembangngkan dari sebuah teori menjadi praktik, yang nantinya
menghasilkan keterampilan tertentu.
2. Fungsi Pokok Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan memiliki tiga fungsi pokok, yaitu :
a. Fungsi pengembangan bakat, yang berarti berusaha memberikan
pelayanan secara luas bagi para peminat yang ingin
mengembangkan bakat dan minatnya terkait dengan lapangan
pekerjaan tertentu.
29
Uwe Schipeers dan Djadjang Madya., op.cit.h. 24
33
b. Fungsi pendidikan dasar keterampilan dan kebiasaan yang
mengarah pada dunia kerja, yang berarti berusaha memberikan
keterampilan-keterampilan dasar serta kebiasaan yang diperlukan,
yang terarah pada dunia kerja yang ada di masyarakat.
c. Fungsi kepelatihan, yakni memberikan latihan keterampilan, baik
bagi yang telah mulai berkembang bakatnya sesuai dengan pilihan
berdasarkan minatnya masing-masing maupun bagi yang telah
memperoleh pendidikan dasar keterampilan tertentu. Fungsi ketiga
ini merupakan perpaduan antara fungsi pertama dan kedua,
sehingga pendidikan kejuruan ini harus mampu memberikan
pelayanan terhadap macam-macam kebutuhan untuk memperoleh
pengalaman melalui pendidikan.
3. Bidang-Bidang Kegiatan Pendidikan Kejuruan
Sasaran utama pendidikan kejuruan adalah para remaja/pemuda
yang putus sekolah, dalam arti mengalami kegagalan belajar, baik dari
sekolah-sekolah kejuruan, sekolah-sekolah umum, maupun putus
sekolah dari tingkat akademi dan perguruan tinggi.
Sehubungan dengan fungsi dan saran yang perlu mendapat
pelayanan pendidikan kejuruan memang khusus, maka programnya
perlu disusun dalam bidang-bidang kegiatan, sebagai berikut:
a. Penelitian dan latihan: Yang bertujuan melakukan penelitian
terhadap pengalaman dan upaya-upaya pengembangan yang
telah dilakukan sebelumnya, dan kemudian disusun suatu
proyek percobaan/percontohan program latihan bagi para
pemuda yang berasal dari golongan ekonomi lemah.
b. Program Ekstension: Yang bertujuan memberikan program
pendidikan kejuruan bagi para siswa yang tidak mampu
menyelesaikan studinya pada tingkat/jenjang pendidikan
tertentu.
34
c. Pendidikan Kejuruan Daerah: Yang bertujuan menyediakan
pendidikan kejuruan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
pedesaan.
d. Industri Rumah: Yang bertujuan menyediakan program
pendidikan kejuruan bagi para pemuda yang berada di daerah-
daerah di mana tingkat pengangguran lebih tinggi.
e. Program Kerjasama: Yang bertujuan memberikan latihanbagi
para pemuda yang berasal dari daerah-daerah yang lebih tinggi
tingkat putus sekolah dan tingkat penganggurannya.
f. Program Magang: Yang ditujukan bagi para pemuda yang ingin
melanjutkan program pendidikan kejuruannya melalui kegiatan
magang di perusahaan.
g. Latihan dan Pengembangan Personel: Yang ditujukan bagi
tenaga kepemimpinan di bidang pendidikan kejuruan.
E. Tenaga Kerja
1. Pengertian Tenaga Kerja
Menurut Jusuf Enoch tenaga kerja adalah “Setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan
kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat”.30
Tenaga kerja yang dimuat dalam Undang-Undang Pokok
Ketenagakerjaan No.14 tahun 1990, yaitu “Setiap orang yang yang
mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan
kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat yang terdiri dari angkatan dan bukan angkatan kerja”.31
Sedangkan menurut Sedarmayanti tenaga kerja adalah :
Penduduk pada usia kerja (15 tahun ke atas) atau 15 -64 tahun,
atau penduduk yang secara potensial dapat bekerja. Dengan
30
Jusuf Enoch Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h., 274 31
Sonny Sumarono, Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber Daya Manusia,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 7
35
perkataan lain tenaga kerja adalah jumlah seluruh penduduk
dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa
jika ada permintaan terhadap tenaga mereka dan jika mereka
mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.32
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15-64 tahun yang sudah
mampu menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi permintaan
kebutuhan barang atau jasa dari masyarakat.
Sebagaimana dikatakan Sedarmayanti, tenaga kerja itu terdiri
dari:
a. Angkatan kerja: adalah penduduk yang bekerja dan yang tidak
bekerja tetapi siap untuk mencari kerja
b. Bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih sekolah, ibu
rumah tangga, dan para penyandang cacat, serta lanjut usia.33
Ada empat hal yang berkaitan dengan tenaga kerja, yaitu:
a. Bekerja
Jumlah orang yang bekerja sering dipakai sebagai petunjuk
tentang luasnya kesempatan kerja. Dalam pengkajian
ketenagakerjaan kesempatan kerja sering dipicu sebagai
permintaan tenaga kerja.
b. Pencari kerja
Penduduk yang menawarkan tenaga kerja tetapi belum
berhasil memperoleh pekerjaan dianggap terus mencari pekerjaan.
Maka dari itu mereka yang tidak bekerja tidak semata-mata
dikelompokkan sebagai penganggur tetapi lebih tepat sebagai
pencari kerja.
c. Tingkat partisipasi angkatan kerja
32
Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: Aditama, 2007),h. 1
33
Ibid
36
Yaitu seberapa besar jumlah angkatan kerja yang mampu
memproduksi suatu barang atau jasa.
d. Profil angkatan kerja
Terdiri dari:
1) Umur
Angkatan kerja dengan umur muda biasanya sangat rendah,
paling tinggi 30%. Mereka belum stabil dan keterkaitannya
dengan pasar tenaga kerja belum erat. Sedangkan tenaga kerja
dengan umur prima, pada umur ini seseorang harus bekerja
karena tuntutan tanggung jawab keluarga atau karena sudah
terlanjur menginvestasikannya waktunya pada perusahaan atas
jabatan tertentu maka sebagian besar dari mereka harus aktif di
pasar tenaga kerja. Umur 60 tahun ke atas bagi sementara orang
merupakan masa pengunduran diri dari pasar tenaga kerja.
2) Jenis kelamin
Faktor tradisi, kebudayaan dan fisik menyebabkan
perbedaan tenaga kerja antara perempuan dan laki-laki. Laki-laki
ditakdirkan lebih berat daripada wanita. Laki-laki ditempatkan
pada posisi kepala rumah tangga dengan tanggung jawab
menyertainya. Wanita dipandang tidak pantas untuk bekerja.
Kebudayaan mengharuskan mereka untuk memeras tenaganya.
3) Wilayah Kota dan Pedesaan
Corak pemukinan penduduk dapat membawa dampak pada
tingkat partisipasi angkatan kerja, tingkat partisipasi angkatan
kerja di Pedesaan cenderung lebih tinggi daripada perkotaan. Di
kota ragam alternatif penggunaan waktu seseorang individu
lebih beragam daripada pedesaan. Menurut Sedarmayanti
“Sekolah-sekolah sebagian besar menumpuk di kota-kota”.34
Di
desa mau tidak mau mereka harus bekerja. Pilihan lain selain
bekerja sangat terbatas.
34
Ibid
37
4) Pendidikan
Menurut Jusuf Enoch dalam bukunya yang berjudul Dasar-
Dasar Perencanaan Sekolah menyatakan bahwa “Pendidikan di
Indonesia berlandaskan pancasila dan UUD 1945 ditujukan bagi
pemuasan kebutuhan perseorangan dan bagi pemenuhan
tuntutan masyarakat, bangsa dan tanah air”.35
Pada umumnya
jenis dan tingkat pendidikan dianggap dapat mewakili kualitas
tenaga kerja. Pendidikan adalah suatu proses yang bertujuan
untuk memberikan keterampilan, pengetahuan dan
meningkatkan kemandirian maupun pembentukan kepribadian
seseorang individu. Hal-hal yang melekat pada diri orang
tersebut merupakan modal dasar yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pekerjaan. Menurut Soemarsono, “Makin tinggi
nilai asset makin tinggi pula kemampuan mereka untuk bekerja.
Produktivitas mereka ditunjang oleh pendidikan. Dengan
demikian pendidikan dapat dipakai sebagai indikator mutu
tenaga kerja”.36
Jusuf Enoch pun mengatakan bahwa “Proyeksi kebutuhan
tenaga kerja dijadikan dasar bagi penyusunan perencanaan
pendidikan di banyak negara dan bahkan sampai sekarang tetap
memainkan peran penting”.37
Maka dari itu sudah sepantasnya
setiap negara sudah mampu mempunyai sistem pendidikan yang
bermutu dan terjangkau. Jusuf menambahkan pula bahwa
“Dalam strategi pembangunan nasional suatu bangsa,
pendidikan dan perencanaan pendidikan memegang peranan
penting dalam pengadaan pekerjaan dan pertumbuhan
ekonomi”.38
35
Jusuf, op.cit., h.249 36
Soemarsono,op.cit., h.7 37
Jusuf. loc.cit 38
Ibid., h, 270
38
Salah satu kebijakan pemerintah terkait hubungan antara
pendidikan dengan tenaga kerja adalah salah satunya dengan
menciptkan program Sekolah Menengah Kejuruan, yang salah
satunya memiliki fungsi pendidikan dasar keterampilan dan
kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang berarti
berusaha memberikan keterampilan-keterampilan dasar serta
kebiasaan-kebiasaan yang diperlukan, yang terarah pada dunia
kerja yang ada di masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa
program pendidikan yang khusus memberikan pendidikan untuk
mengarah langsung ke dunia kerja adalah melalui Sekolah
Menengah Kejuruan.
Oleh karena itu, kita bisa mengetahui betapa pentingnya
peranan pendidikan dalam kaitan memenuhi faktor tenaga kerja,
karena pendidikan merupakan sebuah proses untuk mencari
pengetahuan, pengalaman dan wawasan sehingga dengan proses
pendidikan bisa menghasilkan para tenaga kerja yang memiliki
kompetensi tinggi.
2. Lapangan Pekerjaan
Menurut Jusuf Enoch, “Lapangan kerja adalah kegiatan/pekerjaan
yang dilakukan dengan maksud memperoleh penghasilan atau
keuntungan dalam jangka waktu tertentu”.39
Penyediaan lapangan
pekerjaan biasanya mengikuti perkembangan ekonomi yang terjadi.
Kalau pada masa awal perkembangan ekonomi, lebih banyak
penduduk yang bekerja di sektor pertanian maka sejalan dengan
perkembangan ekonomi, terjadi transformasi lapangan pekerjaan
menuju lapangan pekerjaan yang semakin kompleks yaitu industri dan
akhirnya menuju tahap jasa.
39
Ibid
39
3. Penarikan Pegawai
a. Pengertian Penarikan Pegawai
Menurut Andrew E.Sikula mengemukakan bahwa :
Recruitment is the act or process of an organization
attempting to obtain additional manpower for operational
purpose. Recruiting involves acquiring further human
resources to serve as institutional input. Penarikan pegawai
adalah tindakan atau proses dari suatu usaha organisasi untuk
mendapatkan tambahan pegawai untuk tujuan operasional.
Penarikan pegawai melibatkan sumber daya manusia yang
mampu berfungsi sebagai input lembaga.40
Berdasarkan hal tersebut, maka penarikan pegawai merupakan
kegiatan untuk menambah jumlah personil untuk menjalankan
kegiatan operasional perusahaannya, yang tentunya penarikan
pegawai itu didasarkan pada keahlian yang diperlukan oleh
perusahaan.
b. Sumber-Sumber Penarikan Pegawai
Ada dua sumber dalam penarikan pegawai, yaitu sumber dari
dalam perusahaan yang diupayakan melalui mutasi pegawai yang
mencakup promosi jabatan, transfer dan demosi jabatan, kedua
sumber dari luar perusahaan yang diupayakan melalui iklan media
massa, lembaga pendidikan dan Depnaker.
1) Sumber dari dalam perusahaan
Upaya penarikan pegawai dapat dilakukan melalui proses
memutasikan pegawai berdasarkan hasil evaluasi terhadap
penilaian prestasi kerja dan kondite pegawai yang ada di
perusahaan. Ada tiga bentuk mutasi pegawai yaitu :
a) Promosi jabatan, yaitu pemindahan pegawai dari satu
jabatan tingkat ke jabatan yang lebih tinggi daripada jabatan
sebelumnya.
40
Anwar Prabu, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: Rosdakarya,
2011), h., 33
40
b) Transfer atau rotasi pekerjaan adalah pemindahan bidang
pekerjaan pegawai kepada bidang pekerjaan lainnya tanpa
mengubah tingkat jabatannya
c) Demosi jabatan adalah penurunan jabatan pegawai dari satu
jabatan ke tingkat jabatan yang lebih rendah atas dasar
kondite dan prestasi kerjanya, atau akibat terjadinya
penyederhanaan struktur organisasi.
2) Sumber dari luar perusahaan
Upaya penarikan pegawai ini meliputi :
a) Iklan media massa
Dalam hal ini perusahaan dapat memanfaatkan
media massa sebagai sumber penawaran formasi kerja
kepada masyarakat luas. Dengan menggunakan media
massa tersebut dimungkinkan banyak lamaran kerja yang
masuk ke perusahaan. Dengan demikian, memungkinkan
perusahaan dapat menyeleksi calon pegawai yang betul-
betul memenuhi persyaratan kualifikasi sesuai yang
dibutuhkan untuk mengisi formasi yang ada di perusahaan.
b) Lembaga pendidikan
Perusahaan dapat memanfaatkan lembaga
pendidikan sebagai sumber penarikan pegawai. Dengan
melalui lembaga pendidikan, perusahaan dapat
memanfaatkan referensi atau rekomendasi dari pemimpin
lembaga pendidikan mengenai calon yang memenuhi
kualifikasi yang tepat untuk mengisi formasi yang ada di
perusahaan. Calon pegawai yang mendapat rekomendasi
dari pemimpin lembaga pendidikan pada umumnya
merupakan calon pegawai yang mempunyai prestasi
akademik yang tinggi dan mempunyai kepribadian yang
dinilai baik selama mereka menempuh pendidikan di
lembaga pendidikan tersebut.
41
c) Depnaker
Perusahaan dapat memanfaatkan calon pegawai
yang mendapat rekomendasi dari Departemen Tenaga
Kerja. Dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan
dalam rangka membantu program pemerintah dalam
menyalurkan penduduk pencari kerja dan pengurangan
pengangguran.
d) Lamaran Kerja Yang Sudah Masuk di Perusahaan
Lamaran kerja yang sudah masuk di perusahaan
perlu dipertimbangkan sebagai sumber penarikan pegawai.
Melalui lamaran kerja yang sudah masuk, perusahaan dapat
langsung menyeleksi lamaran yang memenuhi kebutuhan
untuk mengisi formasi yang ada di perusahaan.
c. Seleksi Calon Pegawai
Menurut Wayne Mondey seleksi adalah :
Proses memilih dari sekelompok pelamar, orang yang
paling sesuai untuk menempati posisi tertentu dan untuk
organisasi. Mencocokan secara tepat orang dengan
pekerjaan dan organisasi adalah tujuan proses seleksi. Jika
orang-orang melebihi persyaratan, kurang memenuhi
persyaratan, atau karena satu hal tidak cocok dengan
pekerjaan atau budaya organisasi, mereka akan menjadi
tidak efektif dan mungkin meninggalkan perusahaan, baik
secara sukarela maupun tidak.41
Sedangkan menurut Andrew E. Sikula penyeleksian
adalah pemilihan. Menyeleksi merupakan suatu pengumpulan dari
suatu pilihan. Proses seleksi melibatkan pilihan dari berbagai objek
dengan mengutamakan beberapa objek saja yang dipilih. Teknik
seleksi calon pegawai meliputi:
1) Tes Pengetahuan Akademik
Bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan materi
pengetahuan akademik calon pegawai.
41
Wayne Mondy, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 168
42
2) Tes Psikologis
Bertujuan untuk mengungkapakn kemampuan potensial dan
kemampuan nyata calon pegawai. Disamping itu pula dapat
diungkap minat, bakat, motivasi, emosi, kepribadian dan
kemampuan khusus lainnya yang ada pada calon pegawai.
3) Wawancara
Wawancara adalah pertemuan antara dua orang tau lebih
secara berhadapan (face to face) dalam rangka mencapai suatu
tujuan tertentu. Tujuan wawancara seleksi adalah untuk
mengetahui apakah calon pegawai memenuhi persyaratan
kualifikasi yang telah ditentukan perusahaan.
Oleh karena itu, penyeleksian merupakan proses pemilihan
siapa yang paling tepat diantara semua pelamar kerja yang bisa
menempati formasi yang ditawarkan di perusahaan ataupun
organisasi yang tentunya sudah memenuhi syarat-syarat yang telah
ditetapkan serta tes-tes yang telah dilaksanakan.
F. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No 8
Tahun 2014 menyatakan bahwa:
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, yang selanjutya
disingkat SKKNI, adalah rumusan kemampuan kerja yang
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta
sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat
jabatan yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang –
undangan. 42
Berdasarkan hal tersebut maka SKKNI dijadikan pedoman untuk
menilai kompetensi, pengetahuan dan kreativitas yang dimiliki oleh para
tenaga kerja yang tentunya akan menjadi bahan kualifikasi seseorang
dalam menentukan berhak tidaknya bekerja dalam bidang tersebut.
42
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transimgrasi No 8 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelatihan Berbasis Kompetensi, h. 3
43
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No 8
Tahun 2014 bahwa “Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia ini
berlaku bagi tenaga kerja Indonesia maupun tenaga kerja asing yang
bekerja di Indonesia”.43
Maka dari itu dengan adanya SKKNI ini, para tenaga kerja Indonesia
harus memiliki kompetensi yang tinggi agar mampu bersaing dengan
tenaga kerja asing.
Menurut Pasal 27 ayat 4 bahwa “Pembinaan terhadap kelembagaan
pendidikan dan pelatihan mencakup penerapan SKKNI dalam
pengembangan kurikulum dan silabus berbasis kompetensi,
pengembangan instruktur berbasis kompetensi, dan proses pembelajaran/
pelatihan dan asesmen berbasis kompetensi”.44
Berdasarkan peraturan menteri diatas, bisa kita ketahui bahwa
pembinaan SKKNI telah dilakukan di dunia pendidikan melalui kurikulum
dan proses pembelajaran. SKKNI ini nantinya akan menjadi acuan atau
pedoman dalam merekrut tenaga kerja maupun pengembangan karirnya,
seperti yang ada dalam peraturan menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No 5 Tahun 2012 pasal 19 bahwa “SKKNI dapat digunakan oleh
perusahaan atau organisasi untuk acuan evaluasi dan asesmen kompetensi
tenaga kerja, baik dalam kaitannya dengan rekrutmen, pengembangan
karier maupun renumerasi”.45
Dengan dikuasainya standar kompetensi tersebut oleh seseorang,
maka yang bersangkutan akan mampu:
1. Bagaimana mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan pekerjaan.
2. Bagaimana mengorganisasikannya agar pekerjaan tersebut
dapat dilaksanakan.
3. Apa yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang
berbeda dengan rencana semula
43
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No 5 Tahun 2012 Tentang Sistem
Standarisasi Kompetensi Kerja Nasional, h,.8. 44
Ibid.,h. 9 45
Ibid., h., 7
44
4. Bagaimana menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk
memecahkan masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi
yang berbeda.
5. Bagaimana menyesuaikan kemampuan yang dimiliki bila
bekerja pada kondisi dan lingkungan yang berbeda.46
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang telah disusun dan
telah mendapatkan pengakuan oleh para pemangku kepentingan akan
dirasa bermanfaat apabila telah terimplementasi secara konsisten. Standar
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Tranmigrasi tentang
Penerapan Standar Kerja Nasional Indonesia menyatakan bahwa
“Kompetensi Kerja digunakan sebagai acuan untuk menyusun uraian
pekerjaan, menyusun dan mengembangkan program pelatihan dan sumber
daya manusia, menilai unjuk kerja seseorang dan sertifikasi profesi di
tempat kerja”.47
Hal ini menunjukkan bahwa negara Indonesia telah mengatur standar
kompetensi bagi para setiap tenaga kerja agar setiap tenaga kerja itu
memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh masing-masing perusahaan
dan agar para tenaga kerja tersebut mampu bekerja secara berkualitas dan
profesional sesuai dengan standar kerja nasional yang telah ditetapkan oleh
Indonesia.
G. Penelitian Yang Relevan
1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tidar Dwi Septian dengan
judul “Peranan Rumah Pintar Tresno Asih Dalam Peningkatan Akses
Layanan Program Pendidikan Nonformal di Kelurahan Bojong Salaman
Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang”, menunjukan bahwa
46
Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tahun 2011 Tentang
Penetapan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Jasa Pendidikan
Bidang Pelatihan Mengemudi Kendaraan Bermotor Menjadi Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia, h. 4 47
Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tentang Penetapan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi serta Panas Bumi
Sub Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi Hulu Bidang Pengeboran Sub Bidang Pengeboran
Darat, 2007.h,.4
45
manfaat dari pendidikan nonformal di Rumah pintar Tresno Asih adalah
masyarakat memperoleh wawasan pengetahuan, keterampilan,
pengembangan bakat serta kegiatan yang menyenangkan melalui
berbagai jenis kegiatan diantaranya perpustakaan, pelatihan bahasa
Inggris, posyandu, pelatihan komputer, latihan atau pendidikan musik
dan tari, TPQ, pelatihan pranotocoro, menggambar dan mewarnai.
2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ibnu Syamsi yang berjudul
“Pendidikan Luar Sekolah Sebagai Pemberdaya Dalam Masyarakat”
menunjukkan bahwa pendidikan luar sekolah sebagai pemberdaya
masyarakat yaitu sebagai suatu cara untuk menggali suatu proses
belajar kelompok masyarakat dan berlatih secara sistematis untuk
meningkatkan kompetensi dan kinerja mereka dalam pekerjaannya dan
menyiapkan diri untuk peranan dan tanggungjawab yang akan datang,
dengan memaknai belajar untuk mengetahui, belajar berbuat, belajar
hidup bersama, dan belajar menjadi seseorang secara bersamaan dan
berkesinambungan.
3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Soegimin Gitoasmoro
dengan judul “Peran Pendidikan Nonformal Dalam Realisasi Wajib
Belajar Pendidikan Dasar”, menunjukkan bahwa dalam pendidikan
nonformal lebih menekankan pada pembelajaran berbasis kehidupan
manusia secara alamiah. Dalam pendidikan nonformal terdapat
kesamaan pola pembelajaran dengan model-model pembelajaran
pembaharuan. Maka pendidikan nonformal juga sangat relevan dalam
membantu pemerintah untuk mensukseskan wajib belajar 9 tahun
karena karakteristiknya hampir memiliki kesamaan dengan model
pembelajaran pembaharuan yang diinginkan pemerintah bahkan
penyelenggaraan di pendidikan nonformal bisa berlangsung lebih
luwes.
46
H. Kerangka Berpikir
Manusia sebagai mahluk yang dianugerahi akal dan pikiran tentunya
bisa meningkatkan kualitas hidupnya melalui pendidikan. Di dalam
pendidikan, manusia diajarkan berbagai pengetahuan, keterampilan
sehingga dia memiliki kompetensi yang bisa menjadi bekal untuk hidup di
masyarakat.
Negara Indonesia merupakan negara yang terbilang sangat peduli
dengan bidang pendidikan, ini terbukti dengan adanya wajib belajar 12
tahun yang diprogramkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional dan
Kebudayaan sehingga masyarakat yang tergolong ekonomi lemah mampu
menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang Sekolah Menengah Atas.
Namun, meskipun sudah ada program sekolah gratis dari pemerintah tapi
masih ada saja biaya-biaya tambahan yang dilakukan oleh pihak sekolah
sehingga memberatkan bagi siswa yang tergolong ekonomi lemah.
Dengan adanya biaya tambahan di berbagai sekolah, maka masyarakat
mulailah membentuk sebuah lembaga-lembaga pendidikan gratis yang
mampu menampung anak-anak yang memiliki keterbatasan ekonomi tanpa
dipungut biaya sedikitpun, salah satunya adalah dibentuknya Kelompok
Belajar Kejuruan Ar-Rahman, kelompok belajar ini dibentuk dengan
tujuan untuk menyalurkan para lulusannya ke dalam dunia kerja sehingga
mampu mengurangi masalah-masalah sosial yang timbul di masyarakat.
Pelaksanaan pendidikan di kelompok belajar yang bersifat gratis
tersebut, tentunya memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam
pelaksanaannya seperti tenaga pendidik, bahan ajar serta sarana dan
prasarana lainnya. Karakteristik dari pendidikan nonformal itu sendiri
yang merupakan pendidikan yang luas bagi seluruh masyarakat dan tidak
adanya peraturan yang ketat seperti di sekolah formal dan disertai dengan
profil para lulusan yang berasal dari keluarga yang kurang mampu yang
tentunya menjadikan motivasi bagi mereka untuk menjadi manusia yang
memiliki kompetensi tinggi sehingga mampu mendapatkan pekerjaan yang
layak, yang tentunya dengan pekerjaan tersebut mampu mengubah nasib
47
perekonomian keluarga mereka. Dengan profil mereka yang kurang
beruntung dibandingkan dengan yang lainnya serta ditambah dukungan
dari pihak kelompok belajar tersebut yang selalu menyemangati mereka
tentunya mereka mampu memiliki kompetensi yang bisa bersaing dengan
sekolah formal lainnya baik di perguruan tinggi maupun di dunia kerja.
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Ar-
Rahman yang terletak di Jln. Bulaksarai No 35 Bumi Bintaro Permai,
Pesanggrahan, Jakarta Selatan 12320.
Waktu penelitian ini akan dilaksanakan kurang lebih selama 4 bulan,
di mulai dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2014.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif Deskriptif,
dengan pendekatan studi kasus. Menurut Syamsir Salam dan Jaenal Aripin
“Studi kasus merupakan penelitian yang kajiannya kepada satu kasus yang
dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail, dan komprehensif”.1
Penelitian ini dilakukan terhadap satu variabel tanpa harus membuat
perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Kajian dalam
penelitian ini adalah Profil Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan Ar-Rahman.
“Subjek penelitian dalam studi kasus dapat berupa individu,
kelompok, institusi atau masyarakat”.2 Sedangkan subjek yang diteliti dalam
penelitian ini adalah individu, yaitu para lulusan dari sekolah Ar-Rahman dan
kepala sekolah. Pengambilan sumber data penelitian ini menggunakan teknik
purposeful sampling, yaitu “Berdasarkan kepada ciri-ciri yang dimiliki oleh
subjek yang dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian
yang akan dilakukan”.3 Subjek penelitian yang diambil adalah kepala sekolah
dan para lulusan Ar-Rahman dari 4 (empat) angkatan yang sudah bekerja,
yang seluruhnya berjumlah 67 siswa. Reponden lulusan yang dijadikan
1 Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta : UIN Jakarta Press,
2006), h., 22 22
Imam Gunawan, Metode PenelitianKualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta : Bumi Aksara,
2013), h. 112. 3 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta :
Salemba Humanika, 2012) ,h. 106
49
subjek penelitian berjumlah delapan orang, masing-masing angkatan hanya
diambil dua orang saja dari jenis pekerjaan yang berbeda. Hal tersebut,
dilakukan atas dasar keterbatasan data dari sekolah, karena memang
administrasi sekolahnya tidak tersistematis, sehingga sulit sekali mengetahui
para lulusannya. Meskipun begitu, data yang diperoleh dari delapan lulusan
tersebut sudah mampu mewakili seluruh jumlah angkatan.
Penelitian sudi kasus pada umumnya berguna untuk :
1. Memberikan informasi yang sangat berfaidah bagi perencanaan
evaluasi program yang lebih luas
2. Memberikan penjelasan seperti contoh atau ilustrasi mengenai
temuan lapangan yang digeneralisasikan secara statistik dan
kegiatan tindak lanjut hasil evaluasi program.4
C. Teknik Pengumpulan data
Teknik merupakan alat bantu atau cara yang digunakan untuk
mendapatkan informasi data. Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Menurut S. Margono dalam buku Metodologi Peneitian Sosial
dan Pendidikan menyatakan bahwa “Observasi diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang
tampak pada objek penelitian”.5 Dalam penelitian ini, peneliti akan
mengamati bagaimana pelaksanaan pendidikan yang dilaksanakan di
sekolah tersebut.
2. Wawancara
Wawancara adalah “Percakapan dengan maksud tertentu oleh
dua pihak, yaitu pewawancara (interview) sebagai pengaju/pemberi
pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi
jawaban atas pertanyaan itu”.6
4 Djudju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung : Rosdakarya,
2006), h., 157 5 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori dan Aplikasi, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2003), h., 173. 6 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),. h. 21
50
Menurut Sugiyono, “Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil”.7
Wawancara dalam penelitian ini, dilaksanakan dengan menggunakan
pedoman wawancara.
Wawancara dilakukan kepada para lulusan yang sudah bekerja,
untuk mengetahui tentang profil para lulusan Sekolah Menengah
Ar-Rahman serta bagaimana proses belajar mereka. Selain itu,
wawancara juga dilakukan kepada kepala sekolah dan wakil kepala
sekolah untuk mengetahui pelaksanan pendidikan di sekolah
tersebut, keadaan para peserta didik di SMK Ar-Rahman dan
penyaluran tenaga kerja para lulusan SMK Ar-Rahman.
3. Dokumentasi
Menurut Basrowi dan Suwandi dalam bukunya Memahami
Penelitian Kualitatif mengatakan bahwa:
Dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang
menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang
lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan. Metode ini
hanya mengambil data yang sudah ada seperti indeks prestasi,
jumlah anak, pendapatan dan sebagainya.8
Dalam penelitian ini, dokumentasi yang dilakukan berupa nilai
ijazah para lulusan.
D. Instrumen Penelitian
1. Pedoman Observasi
a. Letak geografis SMK Ar-Rahman
7 Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2012), h. 194
8 Basrowi, op.cit., h. 158
51
b. Sejarah berdiri dan berkembangnya SMK Ar-Rahman
c. Tata bangunan sekolah, sarana dan prasarana yang dimiliki SMK
Ar-Rahman?
d. Pelaksanaan pendidikan di Sekolah Ar-Rahman
e. Kompetensi lulusan sekolah Ar-Rahman
f. Para lulusan yang sudah bekerja di perusahaan atau berwiraswasta
2. Wawancara dengan Kepala Sekolah
Berikut ini merupakan kisi-kisi wawancara yang akan dilakukan
peneiliti kepada kepala Sekolah.
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Kepala Pelaksana Kelompok
Belajar
No Dimensi Indikator No Item Jumlah
1. Perekrutan
Peserta didik
1. Tujuan
berdirinya
sekolah
2. Proses
rekrutmen
peserta didik
1, 2 2
2. Karakteristik
Para Lulusan
1. Kondisi peserta
didik pada saat
pertama kali
masuk sekolah
dan setelah lulus.
2. Latar belakang
siswa
3,14,20,4 4
3. Kurikulum 1. Pelaksanaan
kurikulum
2. Sarana dan
6,5,8,7.9,
15,11,
12,21
9
52
Prasrana
3. Kebijakan
Sekolah
4. Kompetensi yang
dimiliki siswa
5. Kompetensi guru
6. Akreditasi
4. Pelaksanaan
kegiatan
Pembelajaran
1. Materi yang
diajarkan
2. Kegiatan
pengembangan
kompetensi siswa
13, 10 2
5. Penyaluran
Lulusan
1. Strategi
menyalurkan para
lulusan ke dunia
kerja
2. Kompetensi siswa
untuk memasuki
dunia kerja
16,17,19,18 4
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Para Lulusan
No Dimensi Indikator No Item Jumlah
1.
2.
Sarana dan
prasarana
sekolah
Karakteristik
Peserta didik
1. Kualitas
Sekolah
2. Kegiatan
pendukung
3. Ijazah
1. Latar belakang
2,6,17
1,3,13,14,
15,16
3
6
53
memilih sekolah
Ar-Rahman
2. Kegiatan
Pembelajaran
3. Pekerjaan yang
diinginkan.
3.
4.
Pelaksanaan
pengajaran
Kompetensi
Kognitif,
Afektif dan
Psikomotorik
yang dimiliki
lulusan
1. Cara guru
mengajar
2. Sumber belajar
1. Pengetahuan
untuk
mendukung
kompetensi kerja
2. Bersikap dalam
masyarakat
3. Keterampilan
dalam dunia kerja
4,5
7,9,8
2
3
3. Peran
Keluarga
1. Motivasi belajar
dari keluarga
2. Suasana rumah
yang mendukung
untuk belajar
3. Keadaan
ekonomi keluarga
10,11,12 3
4. Strategi
Dalam
Bekerja
1. Strategi bersaing
dalam dunia kerja
2. Pelaksanaan
20,18,19,21 4
54
profesi pekerjaan
E. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono Analisis data merupakan:
Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.9
Penelitian ini menggunakan studi kasus, maka langkah-langkah
analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Menyusun dan mengelompokkan data
b. Memilih dan memilah data serta memberi kode
c. Menguraikan secara terperinci mengenai kasus dan konteksnya
d. Menetapkan pola dan mencari hubungan antara kategori
e. Menafsirkan dan mencari makna
f. Mengembangkan generalisasi natural dari kasus baik untuk peneliti
maupun penerapannya pada kasus lain
g. Menyusun laporan secara naratif.10
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Menurut Soegiyono, “Temuan atau data dapat dinyatakan valid
apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa
yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti”.11
Teknik pemeriksaan keabsahan data pada penelitian ini meliputi
triangulasi, perpanjangan waktu pengamatan dan kecermatan
pengamatan.12
Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Triangulasi
Dalam pengujian keabsahan data diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagi sumber dengan berbagai dan berbagai waktu. Yang
terdiri dari :
9 Soegiyono, op.cit, h. 335
10 Arifin Zainal, Penelitian Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 2011), h. 21
11Soegiyono, op.cit, h. 365
12 Ibid, h. 363
55
a. Triangulasi sumber
Yaitu untuk mrnguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
b. Triangulasi Teknik
Yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda.
c. Triangulasi Waktu
Yaitu dengan cara melakukan pengecekan dengan
wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi
yang berbeda.
2. Perpanjangan waktu pengamatan
Teknik pengujian keabsahan data ini dilakukan dengan cara
peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi
dengan sumber daya yang pernah ditemui maupun yang baru.
3. Kecermatan Pengamatan
Teknik pengujian keabsahan ini dilakukan dengan meningkatkan
ketekunan yaitu melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan
56
BAB IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Sejarah Singkat Kelompok Belajar Ar-Rahman
Kelompok belajar Kejuruan Ar-Rahman mengawali kiprahnya di tahun
2008 melalui penyelenggaraan pendidikan gratis untuk anak-anak dari keluarga
pekerja in-formal/kurang mampu di kawasan Bumi Bintaro Permai Jakarta
Selatan. Kelompok belajar kejuruan ini, dalam pelaksanaanya sama dengan
konsep pelaksanaan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan, akan tetapi
kelompok belajar ini statusnya belum diakui oleh pemerintah. Meskipun
begitu, kelompok belajar ini telah mengeluarkan sertifikat bagi setiap
angkatannya dalam rangka membantu para siswanya dalam mencari pekerjaan.
Kelompok belajar ini didirikan atas gagasan bapak Rahman Husen. Setelah
beliau berdiskusi dengan masyarakat, akhirnya mereka menyetujui untuk
mendirikan kelompok belajar yang dalam pelaksanaanya seperti Sekolah
Menengah Kejuruan. Pada awalnya yang didirikan adalah pesantren, karena
memang warga komplek perumahan menginginkan ada yang mengurusi
kegiatan di masjid. Akan tetapi seiring dengan kebutuhan masyarakat, akhirnya
didirikanlah kelompok belajar kejuruan yang pelaksanaannya seperti Sekolah
Menengah Kejuruan. Sebelumnya kelompok belajar tersebut melaksanaan
proses pendidikannya seperti Sekolah Menengah Atas, akan tetapi pada
angkatan kedua sekolah tersebut berubah menjadi kelompok belajar yang
bernama Sekolah Menengah Kejuruan Ar-rahman. Kelompok belajar tersebut
berubah, mengingat pentingnya dunia usaha dalam perekrutan tenaga kerja.
Oleh karena itu, kelompok belajar kejuruan Ar-Rahman memberikan jalan dan
memberikan keluasan dalam menerapkan akuntansi yang sangat berguna baik
bagi pihak perusahaan kecil, menengah ataupun besar.
Sebelum berganti nama, kelompok belajar ini awalnya hanya memiliki
satu kelas/ruang belajar, namun seiring dengan adanya tahun ajaran baru
57
sehingga siswa Ar-Rahman pun ikut bertambah akan tetapi ruang kelas hanya
satu. Mirisnya pada saat itu, 1 (satu) kelas dihuni oleh 3 kelas, pihak sekolah
mengaturnya melalui pembagian penggunaan kelas. Jika hari senin kelas 1
masuk pagi, maka siswa kelas 2 masuk siang, dan kelas 3 libur. Hari Selasanya
kelas 3 masuk pagi, kelas 2 masuk siang dan kelas 1 libur, terus berlangsung
seperti itu sampai angkatan kedua.
Pada akhirnya, ada orang-orang yang berjiwa sosial/dermawan yang ingin
membuatkan kelas yang layak dan nyaman untuk tempat belajar siswa/i
kelompok belajar Ar-rahman. Pada saat ini, kelompok belajar Ar-Rahman telah
memiliki beberapa donatur tetap dan tidak tetap. Biaya operasional kelompok
belajar seperti gaji guru, seragam anak-anak dan yang lainnya itu dibiayai oleh
para donatur. Kiprah kelompok belajar Ar-rahman insya Allah akan berlanjut
menjadi sebuah Yayasan Ar-rahman. Ijtihad pendirian kelompok belajar Ar-
rahman untuk anak-anak dhuafa, didasarkan pada harapan agar di masa depan
generasi yang telah terbangun lewat jendela pendidikan gratis ini kiranya dapat
memutus mata rantai kemiskinan.
2. Struktur Organisasi Kelompok Belajar Kejuruan
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Kelompok Belajar Kejuruan
Tabel 4.1
Data Pengajar
Sekretaris Pelaksana
Kelompok Belajar
Guru kelas
Wali kelas
Siswa
Kepala Pelaksana
Kelompok Belajar
Komite
Kelompok
Belajar
58
Tabel 4.1
Data Guru
No. Nama Jabatan Keterangan
1. H. Rahman Husen, SH.i Komite Sekolah S2 PTIQ
2. H. Harir Rijal Kepala Sekolah dan
Guru Bahasa Arab
Pengajar
Darunnajah
3. Anas Murtadho Wakepsek dan guru
Public Speaking
Mahasiswa STIE
MT
4. H. Aminudin Guru PAI dan
Pendidikan
Kewarganegaraan
Pesantren
5. Ahmad Ghozin Wali kelas XI dan
guru Akuntansi
Mahasiswa STIE-
MT
6. Tono Guru Komputer UPI YAI
7. Dirman Wali kelas X dan guru
akuntansi
Mahasiswa STIE-
MT
8. Hilmi Afif Arrifqi Guru Bahasa Inggris Mahasiswa UIN
Jakarta
9. Irot Rosita Guru Bahasa Inggris Mahasiswa UIN
Jakarta
10. Ma’mun Muannas Wali kelas XII dan
Guru akuntansi
Mahasiswa STIE
MT
11. Mamlu’atul Hikmah
S.Pd
Guru Bahasa
Indonesia
STAIN
Purwokerto
12. Novi Mela Yuliani Guru Ekonomi Mahasiswa UIN
Jakarta
13. Noviatun Setiawan Guru Kewirausahaan Alumni Ar-
Rahman
14. Nurul Khoiriah Guru Matematika Mahasiswa UIN
Jakarta
59
15. Rahmat Akbar Guru kewirausahaan Universitas
Pamulang
16. Riswan Guru Komputer dan
Ekonomi
Universitas
Nasional
3. Visi dan Misi
a. Meningkatkan kualitas anak bangsa melalui pendidikan gratis.
b. Memutuskan rantai kemiskinan.
c. Membantu pendidikan anak dhuafa dan miskin.
d. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kerja.
4. Jumlah Siswa
Tabel 4.2
Jumlah Siswa
No Angkatan Jumlah
1. I (Satu) 21
2. II (Dua) 13
3. III (Tiga) 12
4. IV (Empat) 21
5. V (Lima) 17
6. VI (Enam) 10
7. VII (Tujuh) 14
TOTAL 108
5. Sarana dan Prasarana
Tabel 4.3
Sarana dan Prasarana
No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah
1. Ruang Kelas 3
2. Papan Tulis 3
60
3. Meja dan Kursi 65
4. Lab. Komputer 1
5. Komputer 10
B. Deskripsi Data
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di Kelompok Belajar Kejuruan Ar-
Rahman, dengan merujuk kepada kisi-kisi instrumen, maka diperoleh data
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Pendidikan Nonformal di Kelompok Belajar Kejuruan
Ar-Rahman
a. Karakteristik Kelompok Belajar
Kelompok Belajar Kejuruan Ar-Rahman merupakan salah satu
bentuk pelaksanaan pendidikan nonformal pada jenjang pendidikan
menengah, berupa pendidikan kejuruan dengan program ekstension yang
diperuntukkan bagi para siswa yang tidak mampu menyelesaikan
studinya pada tingkat/jenjang pendidikan tertentu. Kelompok belajar ini
berbentuk Community Education yang merupakan pendidikan bagi
kelompok-kelompok dalam masyarakat agar mereka dapat menolong diri
mereka sendiri, dengan cara merubah sikap mental dan pola berpikirnya,
serta memiliki pandangan dan kebiasaan-kebiasaan baru.
Kelompok belajar tersebut merupakan pendidikan alternatif bagi
mereka yang tidak bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah
formal, kelompok belajar ini juga merupakan bagian dari solusi dalam
mengatasi permasalahan kesenjangan hak pendidikan bagi masyarakat
yang memiliki keterbatasan biaya untuk sekolah.
Pelaksanaan pendidikan bersifat terbuka, luwes dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, seperti yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya bahwa pendidikan nonformal merupakan proses
pendidikan yang tidak terlalu terikat aturan yang ketat seperti
pendidikan formal lainnya, karena sifat dari pendidikan nonformal itu
61
sendiri yang diselenggarakan memang untuk memenuhi kebutuhan
layanan pendidikan bagi masyarakat tertentu.
Salah satu cara untuk mewujudkan pelaksanaan pendidikan
tersebut, maka kelompok belajar Kejuruan Ar-Rahman ini
menyelenggarakan pendidikan secara gratis dan menerima peserta didik
dengan berbagai latar belakang kehidupan. Menurut Kepala Pelaksana
kelompok belajar, hal tersebut bertujuan:
Untuk memberikan kesempatan kepada fakir miskin yang memiliki
keinginan untuk maju, karena untuk maju itu realitanya
diperlukannya ijazah. Ijazah tersebut diperoleh melalui pendidikan,
akan tetapi mereka terbentur biaya dalam memperoleh pendidikan
tersebut. Jadi kelompok belajar ini, didirikan untuk masyarakat luas
tanpa mengenal latar belakang kehidupannya, yang penting anak
tersebut memiliki motivasi untuk belajar.1
Kegiatan pendidikan dilaksankan layaknya Sekolah Menengah
Kejuruan, akan tetapi banyak hal yang tentunya berbeda dengan
pelaksanaan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan. Kelompok
belajar ini, memberikan ijazah kepada para lulusannya, ijazah tersebut
sama dengan ijazah sekolah formal akan tetapi berbeda dalam logonya.
Ijazah ini digunakan oleh para lulusannya untuk bekerja ataupun
melanjutkan pendidikan. Ijazah tersebut tidak pernah dipertanyakan
akan keasliannya, padahal seharusnya sebagai sebuah kelompok belajar
yang statusnya belum diakui oleh pemerintah, tidak diperbolehkan
untuk mengeluarkan ijazah, dan jika hal tersebut tetap dilakukan maka
nantinya akan menimbulkan pidana. Kelompok belajar tersebut, hanya
cukup mengeluarkan sertifikat saja kepada para lulusannya. Kepala
Pelaksana kelompok belajar menegaskan:
Saya akui, saya telah melakukan tindak pidana karena telah
mengeluarkan ijazah tanpa izin pemerintah, jika memang saya
akan dipidanakan, silahkan saja. Saya punya alasan kuat untuk
menyatakan kebenaran. Pada akhirnya ijazah tersebut tidak
pernah menjadi masalah dan para lulusan diterima saja untuk
bekerja atau belajar di perguruan tinggi swasta.
1 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah Pada Tanggal 28 Juni 2014
62
Meskipun pelaksanaan pendidikannya seperti Sekolah Menengah
Kejuruan, akan tetapi kurikulum yang digunakan adalah kurikulum
tidak tertulis yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik tanpa
mengikuti pedoman kurikulum dari Kementrian Pendidikan Nasional.
Standar pelaksanaan pendidikan pun diterapkan seadanya, disesuaikan
dengan kemampuan siswa dan gurunya. Meskipun begitu, dalam
pelaksanaan kegiatan pendidikannya selalu melihat terhadap kebutuhan
pasar dan tujuan umum pendidikan nasional.
Sarana dan prasarana di kelompok belajar ini pun masih sangat
terbatas, banyak para peserta didik merasa minder dan malas untuk
belajar disini karena kualitas pendidikannya masih sangat kurang, akan
tetapi setelah melalui proses pengenalan, akhirnya mereka mulai
nyaman dengan kelompok belajar tersebut dan merasa bangga dengan
kelompok belajarnya. Kenyamanan mereka dapatkan karena
mendapatkan teman yang senasib, serta di kelompok belajar tersebut
hampir tidak ada jarak antara guru dan siswa, sehingga siswa bisa
bertukar pikiran secara terbuka. Banyak juga siswa-siswanya yang
keluar dari kelompok belajar tersebut karena kelompok belajar tersebut
dianggap tidak memiliki masa depan, meskipun begitu banyak juga
peserta didik yang merupakan pindahan dari sekolah formal lain.
Evaluasi pendidikan jarang sekali dilakukan meskipun ada
pertemuan antara guru dengan pimpinan kelompok belajar, itu pun
hanya dalam rangka silaturahmi atau acara-acara tertentu. Akan tetapi,
jika memang ada hal yang perlu dibacarakan biasanya melalui
musyawarah antara para pimpinan kelompok belajar dengan guru-guru.
Pada dasarnya, pendidikan nonformal bisa disetarakan dengan
pendidikan formal, yaitu melalui akreditasi dari pemerintah yang
bersangkutan. Akan tetapi, pendidkan nonformal ini belum
mendapatkan akreditasi dari pemerintah, para pimpinan kelompok
belajar memang memiliki keinginan dan sedang diusahakan untuk
63
akreditasi, akan tetapi selalu mendapatkan hambatan dari para birokrat
terkait dengan persyaratan dan pembiayaan.
b. Kegiatan Pembelajaran
Pada dasarnya, pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan hampir
sama dengan Sekolah Menengah Kejuruan, hanya berbeda dari segi
fasilitas yang diberikan kepada peserta didik. Bahkan pada angkatan
pertama dan angkatan kedua, sekolah hanya memiliki dua komputer
dan itu dipakai kurang lebih oleh 20 siswa, sehingga pada saat itu
pembelajaran komputer tidak maksimal. Akan tetapi untuk angkatan 3
dan 4, kelompok belajar tersebut sudah memiliki 15 unit komputer.
Kegiatan pembelajaran dimulai pada hari Senin s/d Jumat pada
pukul 08.00-11.30. Materi yang diajarkan adalah Akuntansi, Ekonomi,
Bahasa Inggris, Matematika, Pendidikan Agama Islam, Kewirausahaan,
Komputer, Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, Public
Speaking, selain itu mereka juga diajarkan cara bersosialisasi dengan
masyarakat. Akan tetapi, kompetensi keahlian utama yang diberikan
adalah Akuntansi.
Kebanyakan guru di kelompok belajar tersebut masih berstatus
mahasiswa, sehingga terkadang mereka jarang masuk. Ada beberapa
guru yang ketika tidak masuk, dia tidak memberikan tugas sehingga
siswa tidak belajar pada jam pelajaran tersebut.
c. Kegiatan dan Sumber Belajar Penunjang Kompetensi Siswa
Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang bermutu dan
setiap masyarakat bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
pendidikan. Akan tetapi hal tersebut tidak berlaku dalam
penyelenggaraan pendidikan di kelompok belajar kejuruan Ar-Rahman
yang memiliki segala keterbatasan dalam sarana dan prasarananya.
Kelompok belajar ini tidak memiliki kegiatan ekstrakulikuler atau
kegiatan tambahan di luar jam pelajaran. Pada saat angkatan pertama
64
dan kedua, kegiatan penunjangnya berupa les bahasa inggris, akuntansi
dan mengaji sedangkan pada angakatan ke 3 dan ke 4 kegiatan
tambahannya berupa mengaji dan pengayaan materi Matematika jika
sudah mendekati Ujian Nasional. Adapun kegiatan lain berupa, latihan
hadroh (jika ada undangan untuk tampil), dan motivasi dari komite
ataupun kepala sekolah kelompok belajar. Untuk kegiatan mengaji,
lebih bersifat bebas yaitu diperuntukkan bagi siswa yang mau belajar.
Meskipun begitu, pihak kelompok belajar tersebut memberikan
Fasilitas penunjang kepada siswa yang benar-benar tidak mampu baik
itu seragam, tas ataupun pekerjaan paruh waktu bagi siswa yang
membutuhkan. Sumber belajar yang digunakan adalah buku KTSP
2006, internet atau sumber lainnya sesuai dengan kreativitas gurunya.
Dalam Pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru tidak menggunakan
RPP ataupun silabus. Semua proses pembelajaran dilaksanakan sesuai
dengan kreativitas masing-masing guru tanpa perencanaan secara
tertulis. Buku sumber dipinjamkan kepada siswa secara bergantian,
untuk sumber belajar biasanya mereka juga mencatat atau memfotocopy
buku pelajaran.
Tujuan umum pendidikan dan pengajaran yang dilakukan sama
halnya dengan tujuan umum pendidikan nasional yaitu untuk
mencerdaskan peserta didik baik dari segi moral, agama dan
keterampilan. Sedangkan tujuan institusional dari sekolah tersebut yaitu
untuk mempersiapkan para peserta didik dalam memasuki dunia kerja,
melalui pemberian pengetahuan, keterampilan dan kepercayaan diri..
Kompetensi yang diberikan kepada peserta didik meliputi aspek
kognitif, psikomotor dan afektif. Kompetensi tersebut sebagai modal
untuk memenehuhi kompetensi kerja yang disesuaikan dengan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Pada akhirnya, kelompok belajar
ini mempersiapkan peserta didiknya agar siap bekerja dan bersaing
serta siap memenuhi pesanan pasar. Menurut penuturan Kepala
Pelaksana Kelompok Belajar “Terkadang anak yang memiliki
65
kompetensi tinggi, ketika sudah bekerja mampu dikalahkan oleh anak
yang memiliki keterbatasan ekonomi”. 2
Berdasarkan penjelasan dari kepala pelaksana, ada beberapa
kegiatan yang dilakukan oleh kelompok belajar tersebut dalam rangka
membekali peserta didiknya untuk mengahadapi dunia kerja meliputi:
1) Mengubah pola pikir anak, dengan menstimulus mereka selama
proses pembelajaran.
2) Seminar tentang narkoba dan kriminalitas dari PUSKESMAS
dan Kepolisian.
3) Mendatangkan motivator, pada saat itu pernah mendatangkan
penulis Novel Negeri 5 Menara yaitu Anwar Fuady.3
Hal tersebut dilakukan dalam upaya untuk menciptakan
pembelajaran yang berdasarkan pengalaman, dan memanusiakan
peserta didik. Apalagi siswa di kelompok belajar Ar-Rahman
merupakan siswa dengan latar belakang beragam, maka diperlukan
adanya suatu kegiatan nyata untuk mengubah pola pikir dan kebiasaan
mereka.
4) Kompetensi Pengajar
Tenaga pengajar, pada umumnya berasal dari masyarakat umum,
mahasiswa atau para santri Ar-Rahman sendiri. Para peserta didik,
cukup puas dengan pembelajaran yang diberikan oleh guru karena
mereka memiliki ilmu dan wawasan luas jadi tidak hanya belajar teori
saja tapi juga mempelajari dunia luar. “Sebagian besar guru di
kelompok belajar kejuruan AR-Rahman merupakan mahasiwa, yang
tentunya mereka sudah memahami ilmu-ilmu yang akan diajarkan
kepada siswa di bangku perkuliahan, bahkan ketika ada kekurangan
bahan ajar atau fasilitas pendidikan lainnya, mereka aktif mencari. Ini
terjadi, karena orientasi mereka adalah ibadah”.4
2 ibid
3 ibid
4 ibid
66
Secara langsung, kelompok belajar ini tidak memberikan
pembekalan atau kegiatan dalam rangka meningkatkan kinerja para
gurunya. Akan tetapi, pimpinan kelompok belajar selalu menanamkan
kepada para guru, bahwa mereka disini adalah ibadah, atau dikatakan
berjihad. Hal tersebut dilakukan, agar para guru dalam mengajarnya
selalu ikhlas, jika sudah ikhlas maka tanpa disuruh pun mereka akan
kreatif sendiri. Kelompok belajar tersebut tidak pernah menuntut
apapun kepada para guru seperti pembuatan RPP, Silabus dan sejenis
perangkat pemebelajaran lainnya, karena memang mereka disini adalah
relawan. Hanya bermodal keinginan saja, pimpinan kelompok belajar
sudah bersyukur.
2. Profil Lulusan Kelompok Belajar Kejuruan Ar-Rahman
Para peserta Didik Ar-Rahman memilih belajar di kelompok belajar
tersebut karena memang terkendala dengan biaya, meskipun ada yang
berdasarkan keinginan hati. Mereka mendapatkan informasi sekolah gratis
ini, dari kerabat atau tetangga terdekat.
Karakter utama para siswa ketika masuk kelompok belajar Ar-rahman
adalah karakter orang yang tidak terarah dan tidak memiliki motivasi.
Mereka bisa masuk ke kelompok belajar ini, karena memang tidak ada
persyaratan khusus, yang penting siswa tersebut benar-benar tidak mampu
dan memiliki motivasi untuk maju. Bahkan kelompok belajar tersebut,
menerima siswa yang sudah memiliki anak, siswa yang dikeluarkan dari
sekolah formal dan siswa yang sudah menunda sekolah selama 2 tahun. Hal
tersebut dilakukan, karena pendidikan nonformal di negara berkembang
bertugas sebagai pengganti yaitu untuk memberikan kecakapan kepada
anak-anak yang tidak mengikuti sekolah, sehingga mereka memperoleh
kecakapan yang setara dengan pendidikan formal.
Para siswa di Ar-Rahman, merupakan siswa yang berasal dari keluarga
ekonomi lemah dan keluarga broken home. Meskipun memang di sekolah
negeri biaya sudah digratiskan, akan tetapi masih saja ada biaya tambahan
67
dari sekolah dan susahnya masuk ke sekolah negeri karena NEM yang tidak
memadai.
Pada tahun pertama belajar, anak-anak tersebut menunjukan
kenakalannya yang memang sudah terbentuk di lingkungan keluarga seperti
cara berbicara yang kasar, pemalas, mengkonsumsi minuman keras,
merokok dan sebagainya. Akan tetapi ketika mereka memasuki tahun kedua,
kenakalan yang mereka lakukan sudah mulai berkurang, mereka cenderung
memiliki pola pikir yang positif.
Ketika ada siswa yang melanggar aturan yang sudah ditetapkan,
pengurus dari kelompok belajar tersebut tidak serta merta langsung
mengeluarkannya karena pelanggaran tersebut akan dilihat dari tingkatan
serta latar belakangnya. Pengurus tersebut tidak pernah melihat bahwa anak
tersebut nakal, yang mereka lihat bahwa anak tersebut belum memahami
nilai dan norma. Jika anak tersebut langsung dikeluarkan maka anak
tersebut cenderung akan menjadi orang yang nakal selamanya, tetapi jika
dipertahankan untuk tetap belajar setidaknya anak tersebut suatu saat akan
berubah menjadi pribadi yang lebih baik karena mendapatkan pendidikan
nilai dan norma dari kelompok belajar Ar-Rahman.
Para siswa Ar-Rahman ketika masih belajar di kelompok belajar
tersebut, sebagian dari mereka membantu perekonomian keluarga seperti
berjualan motor, online shop, supir angkot dan bekerja pada saat weekend.
Akan tetapi banyak juga dari siswa Ar-Rahman yang fokus untuk belajar
karena memang kedua orang tuanya melarang mereka untuk bekerja.
Cara bergaul mereka di masyarakat, cenderung mengalami perubahan
yang lebih baik dari segi berkomunikasi, bersosialisasi dan percaya diri. Hal
ini terjadi karena pada dasarnya Ar-Rahman memberikan ilmu agama
sebagai panduan dan pemberi motivasi untuk merubah pola pikir mereka.
Hal ini dilakukan, dalam rangka memenuhi standar kompetensi lulusan yang
meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Meskipun ketiga aspek
yang mereka miliki jauh berbeda dengan para lulusan sekolah formal,
68
namun setidaknya mereka memiliki kompetensi yang tidak jauh berbeda
dengan lulusan sekolah formal ketika berada di masyarakat.
Kebanyakan siswa menyukai pelajaran Akuntansi, Kewirausahaan,
Bahasa Inggris, Agama dan Ekonomi. Siswa cenderung lebih banyak
menyukai akuntansi dan ekonomi, karena memang kelompok belajar
tersebut lebih menekankan pada bidang akuntansi. Pendekatan pembelajaran
yang dilakukan oleh kelompok belajar kejuruan tersebut yaitu behavioral
outcome approach seperti yang ditekankan pada pelaksanaan Sekolah
Menengah Kejuruan, maka hasil belajar siswa pun akan terlihat berdasarkan
aktifitas spesifik yang dilakukan oleh siswa tersebut. Oleh karena itu, hasil
belajar mereka pun cenderung lebih unggul pada bidang akuntansi.
Kelompok belajar Ar-Rahman meskipun dalam pelaksanaannya seperti
Sekolah Menengah Kejuruan akan tetapi kelompok belajar ini bersifat
terbuka dan fleksibel sehingga siswa nya pun jarang dibekali tugas rumah.
Hal tersebut menyebabkan siswanya jarang belajar di rumah meskipun ada
sebagian dari mereka yang memang dipaksa oleh orang tuanya untuk belajar
pada jam-jam tertentu. Tentunya hal ini berakibat pada kemampuan yang
mereka miliki nantinya, maka tidak mengherankan jika mereka memiliki
kompetensi yang tidak sebanding dengan para siswa di sekolah formal.
Ketika mereka sudah lulus dari Ar-Rahman, ternyata mereka menjadi
pribadi yang berbeda ketika mereka awal masuk kelompok belajar tersebut.
Mereka memiliki motivasi yang tinggi dan merasa punya kesempatan untuk
maju. Dalam memilih pekerjaan, mereka selalu memilih pekerjaan yang
memiliki prospek yang bagus kedepannya, tidak lagi ingin menjadi penjaga
toko kecil ataupun juru masak di warung-warung kecil. Adapun kompetensi
yang mereka miliki meliputi:
69
Tabel 4.4
Kompetensi Lulusan
No Kognitif Afektif Psikomotorik
1. Ekonomi dan Akuntansi a. Bertanggung
jawab
b.Wirausaha
c. Teliti
Laporan
keuangan
2. Pengetahuan Agama a.Motivasi untuk
Maju
b. Sopan
a.Mengaji
b.Salat
3. Komputer a. Kreatif a.Pengoperasian
Komputer
4. Public Speaking a. Percaya diri
b.Menghargai
perbedaan
pendapat
a.Berkomunikasi
dengan baik
dan efektif
Selain kompetensi yang tertera diatas, kompetensi lain yang mereka
tunjukkan adalah perbaikan sikap yaitu para lulusannya lebih disiplin, tekun
dan memiliki motivasi untuk maju.
Semua kompetensi ini merupakan gambaran profil para lulusan, yang
dapat digunakan ketika mereka memasuki dunia kerja. Hal ini sesuai dengan
fungsi dari pendidikan kejuruan sebagai pendidikan dasar keterampilan dan
kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja, yaitu berusaha memberikan
keterampilan dasar dan kebiasaan yang diperlukan dalam mengarahkan
lulusannya untuk masuk ke dunia kerja.
70
3. Kompetensi Lulusan Kelompok Belajar Kejuruan Ar-Rahman Dalam
Kaitannya Dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia.
a. Srategi Pengurus Kelompok Belajar Dalam Menyalurkan Lulusan
ke Dunia Kerja
Penduduk yang dikategorikan tenaga kerja adalah mereka yang
berusia 15-64 tahun dan sudah mampu mengahasilkan barang dan jasa.
Salah satu hal penting yang berkaitan dengan tenaga kerja adalah profil
angkatan kerja, salah satu profil angkatan kerja tersebut adalah
pendidikan. Pendidikan memberikan keterampilan dan pengetahun
kepada peserta didik sehingga mereka memiliki modal dasar yang
dibutuhkan sebagai tenaga kerja. Oleh karena itu, pendidikan merupakan
indikator mutu tenaga kerja.
Kelompok belajar Kejuruan ini pun, dalam pelaksanaan
pendidikannya meskipun tidak memiliki kurikulum secara tertulis dan
standar pendidikan seperti prndidikan formal lainnya, akan tetapi
kelompok belajar tersebut tetap memperhatikan komponen-komponen
yang terdapat dalam standar kompetensi kerja nasional Indonesia, atau
yang sering dikatakan oleh pengurus kelompok belajar tersebut yaitu
tenaga kerja yang sesuai pesanan pasar.
Strategi yang dilakukan oleh kelompok belajar dalam menyalurkan
para lulusannya yaitu menyuruh siswa agar melamar pekerjaan secepat
mungkin sebelum sertifikat dikeluarkan, karena biasanya lulusan sekolah
formal melamar pekerjaan ketika mereka sudah mendapatkan ijazah,
sedangkan pihak sekolah tersebut menyuruh siswa melamar dengan
menggunakan surat tanda kelulusan dan jika ada hambatan, para lulusan
dimotivasi untuk menyelesaikan hambatan tersebut. Pada kenyataannya
ketika perpisahan sekolah, hampir 50% peserta didik Ar-Rahman sudah
bekerja, karena kebanyakan mereka setelah mendapat surat kelulusan
langsung melamar pekerjaan.
71
Kelompok belajar ini tidak memberikan fasilitas dalam upaya
menyalurkan para lulusannya ke dunia kerja, apalagi bekerjasama dengan
instansi tertentu. Akan tetapi jika memang ada informasi terkait lapangan
pekerjaan, biasanya pengurus kelompok belajar langsung
menginformasikan kepada lulusannya.
Strategi kelompok belajar ini hanya memberikan penanaman
terhadap siswa, bahwa mereka memiliki kesempatan yang sama seperti
siswa-siswi di sekolah formal lainnya dan memberikan pengarahan
bagaimana mereka bisa bekerja, bagaimana memahami dunia kerja serta
apa yang diinginkan oleh seorang atasan atau perusahaan. Oleh karena
penanaman tersebut, maka para lulusan tampil percaya diri, ketika dia
melamar pekerjaan.
Sesudah menyelesaikan pendidikan kejuruannya di kelompok
belajar Ar-Rahman, para lulusannya mulai mencari pekerjaan dengan
melamar ke berbagai perusahaan. Ada yang bekerja sebagai Telesales
officer XBILL bii may bank yang bertempat di PT infomedia solusi
humanika, Admin Kantor Notaris, Staff Kios PT Pertamina Retail,
Admin Griya Yatim dan Dhuafa, SPG Event di PT Demo Power
Indonesia, Staff Killiney Kopitian, Kasir Mr Beef, dan Security Loss
Prevention Floor Giant CBD Ciledug. Semua pekerjaan yang diperoleh
oleh para lulusan Ar-Rahman, adalah pekerjaan yang ditawarkan bagi
para siswa lulusan sekolah formal juga.
Mereka melamar pekerjaan berdasarkan iklan atau rekomendasi
teman. Jika melalui iklan atau berdasarkan lamaran pekerjaan yang
masuk, maka perusahaan menyeleksi para calon pegawainya yang sesuai
dengan kualifikasi jabatan yang dibutuhkan. Penarikan pegawai yang
dilakukan oleh beberapa perusahaan, biasanya melalui seleksi berupa tes
pengetahuan akademik, tes psikologis, dan wawancara. Hal tersebut
seakan memberikan fakta kepada masyarakat, bahwa lulusan pendidikan
nonformal pun mampu bersaing dengan para lulusan pendidikan formal.
72
Ketika melamar pekerjaan, mereka tidak pernah ditanyakan terkait
dengan ijazah yang diterbitkan oleh kelompok belajar Ar-Rahman,
meskipun pada ijazah tersebut terdapat perbedan yang mencolok dengan
ijazah resmi dari negara. Pada saat wawancara yang ditanyakan adalah
kemampuan dan kompetensi, meskipun ada serangkaian tes yang
dilakukan tetapi para lulusan Ar-Rahman mampu untuk
menyelesaikannya.
Selama menjalani pendidikan di Ar-Rahman, mereka memiliki
keinginan untuk bekerja di bidang tertentu, akan tetapi seiring dengan
kebutuhan dan keadaan ekonomi, akhirnya mereka pun memilih
pekerjaan yang ditawarkan kepada mereka.
Upah rata-rata yang mereka dapatkan pun yaitu Upah Minimum
Rata-Rata (UMR), sehingga penghasilannya mampu memenuhi
kebutuhan perekonomian keluarganya.
b. Standar Kompetensi Kerja yang Dimiliki Oleh Para Lulusan
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa kelompok
belajar ini mengeluarkan ijazah seperti sekolah-sekolah formal lainnya.
Namun, karena kelompok belajar tersebut berbentuk pendidikan
nonformal yang belum diakui oleh pemerintah, maka penulis katakan
bahwa ijazah yang dikeluarkan oleh kelompok belajar tersebut adalah
sertifikat, bukanlah ijazah. Meskipun pihak kelompok belajar tersebut
mengatakan bahwa itu hanya sebagai prasyarat saja untuk mencari
pekerjaan, akan tetapi hal tersebut tetap saja tidak diperbolehkan
menurut hukum yang berlaku di Indonesia. Oleh karena itu, untuk
melihat nilai kompetensi yang dimiliki oleh para lulusan bisa dilihat
melalui daftar nilai kompetensi yang tertera dalam sertifikat para
lulusan.
Kompetensi keahlian mereka adalah akuntansi karena memang
kelompok belajar tersebut memiliki tujuan untuk memberikan keahlian
73
akuntansi kepada para lulusannya. Adapun nilai kompetensi keahlian
yang dimiliki oleh para lulusan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Daftar Nilai
No Nama Angkatan Ke Nilai Rata-Rata
1. Rio Hendi I 73,6
2. Indri Budi Utami I 66,7
3. Resmawati II 79,5
4. Imas Masykuroh II 78,4
5. Rizki Muthoharoh III 88,6
6. Dimas Prabowo III 70
7. Yuniarti Salamah IV 80,86
8. Rr. Mega Yuniawati IV 79,9
RATA-RATA 77,95
Berdasarkan penilaian tersebut, bisa kita lihat bahwa para lulusan
memiliki nilai kompetensi keahlian yang cukup baik dengan rata-rata
77,95. Nilai tersebut nantinya tentu akan menjadi pertimbangan para
pemilik perusahaan yang akan merekrut mereka menjadi pegawai.
Pimpinan kelompok belajar menyatakan bahwa:
Pengurus kelompok belajar sengaja memberikan nilai yang baik,
meskipun pada kenyataannya keahlian mereka tidak sesempurna
nilai yang tertera di ijazah, karena kami pun menyadari bahwa
sekolah ini terbatas dalam memberikan pengajaran kepada mereka.
Akan tetapi, kesengajaan kami memberi nilai tersebut adalah untuk
memudahkan mereka dalam mencari pekerjaan.5
Hal tersebut menunjukan bahwa sertifikat yang dikeluarkan
tersebut, hanya sebagai formalitas untuk memberikan keleluasaan para
lulusan dalam mencari pekerjaan. Meskipun begitu, para lulusannya
mampu mendapatkan pekerjaan dalam berbagai bidang pekerjaan yang
sama halnya dengan para lulusan sekolah formal lainnya.
5 Ibid
74
Akan tetapi, sekolah tetap memotivasi para lulusannya agar mereka
meningkatkan pengetahuannya, sehingga ketika nanti sudah bekerja tidak
terjadi kesenjangan antara nilai yang diperoleh dengan kompetensi yang
mereka miliki. Hal tersebut terbukti, ketika banyak lulusan yang bekerja
di profesi tertentu tetapi para lulusan tersebut tidak pernah mengalami
pemecatan atau masalah besar di perusahaan, justru mereka mampu
bertahan sampai sekarang.
Kompetensi yang diberikan kelompok belajar kepada para
siswanya mengacu pada kebutuhan pasar dan standar kompetensi kerja
nasional Indonesia. Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh
Kepala Pelaksana Kelompok Belajar bahwa “Rata-rata lulusan Ar-
Rahman banyak diserap oleh dunia kerja dan bahkan pada saat melamar
pun mereka bisa mengalahkan para lulsan sekolah formal”.6 Materi yang
paling banyak mereka gunakan di dunia kerja adalah komputer, akuntansi
dan ekonomi. Menjalankan pekerjaan sesuai profesi, tentunya harus
mampu mengikuti tuntutan dari perusahaan, tuntutan yang mereka
dapatkan berupa:
Tabel 4.6
Tuntutan dan Hambatan Dalam Bekerja
No Pekerjaan Tuntutan Hambatan
1. PT. Demo Power Indonesia
sebagai SPG Event
Target Penjulan Teguran dari
konsumen ketika
salah
memperkenalkan
produk
2. Admin Griya Yatim dan
Dhuafa
Sopan santun
dan pengetahuan
agama.
Teguran dari
donatur karena
salah
memberikan
6 ibid
75
informasi.
3. Kasir Mr.Beef Disiplin
terhadap
peraturan
Pembukuan
terhadap
penjualan
4. Admin Kantor Notaris Secara langsung
tidak ada, tapi
secara tidak
langsung
dituntut untuk
menguasai
pengetahuan di
bidang hukum.
Kurangnya
pengetahuan
mengenai
hukum dan
notaris
5. Staff Killiney Kopitian
Bintaro Xchange
Jujur dan rajin Tidak ada
6. Security Loss Prevention
Floor Giant CBD Ciledug
Menangkap
pencurian dan
pembuat
kerusuhan di
Toko
Tidak ada
7. Staff Kedai PT. Pertamina
Retail
Harus
menguasai kasir,
bagian
penjualan dan
retur, karena
bekerja
sendirian di kios
kecil.
Sebelum
expected barang
harus diretur dan
dikirimkan ke
pusat dan tidak
boleh terlambat.
8. Telesales officer XBILL bii
may bank di PT infomedia
solusi humanika
Mengejar target
manajemen.
Teguran dari
nasabah, target
manajemen, dan
76
program baru
Tuntutan dan hambatan yang para lulusan dapatkan mampu mereka
atasi, mereka menghadapi tuntutan dan hambatan pekerjaannya melalui
peningkatan kualitas diri dalam bekerja yaitu disiplin terhadap
pekerjaannya dan selalu konsisten serta profesional terhadap peraturan
perusahaan.
Para lulusan pun dalam melakukan pekerjaannya pernah
mengalami hal diluar kemampuan yang telah mereka dapatkan
sebelumnya. Akan tetapi hal-hal tersebut bisa mereka atasi karena
sebelum bekerja, mereka pun mendapatkan pelatihan terlebih dahulu dan
jika masih ada hal yang belum dipahami, maka secepat mungkin mereka
meminta untuk diajarkan sehingga dalam waktu yang singkat mereka
sudah mampu menguasai hal baru dalam pekerjaannya.
Para lulusan juga mampu menyesuaikan kemampuannya jika
mengahadapi kondisi dan lingkungan yang berbeda, karena memang
pengetahuan dasar sudah mereka miliki ketika mendapatkan pendidikan
di Ar-Rahman, sehingga mereka hanya memperluas pemahamannya.
Apalagi para lulusan dibekali dengan motivasi dan public speaking yang
menjadi unggulan dalam cara mereka bekerja dan berkomunikasi bahkan
mereka mampu bekerja di perusahaan-perusahaan yang menuntut mereka
menguasai kompetensi tertentu. Meskipun ada beberapa pengetahuan
yang belum mereka dapatkan, akan tetapi mereka mencoba belajar secara
otodidak dan meminta bantuan senior, sehingga mereka pun tidak
mengalami hambatan yang besar dalam menjalankan pekerjaannya. Hal
ini sesuai dengan tujuan institusional pendidikan nonformal, yaitu untuk
memberikan kemampuan dalam mengahadapi tantangan hidup, baik
tantangan dari keluarga atau masyarakat.
Ketika memasuki dunia kerja, mereka tidak memiliki strategi
khusus untuk bersaing dengan para pencari kerja lainnya, yang para
lulusan miliki hanyalah modal percaya diri, karena memang sekolah Ar-
77
Rahman sangat kuat sekali dalam memberikan motivasi kepada peserta
didik.
C. Temuan Utama Penelitian
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka ditemukan hal-hal
sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pendidikan di Kelompok Belajar Ar-Rahman identik
dengan pelaksanaan Sekolah Menengah Kejuruan. Akan tetapi,
kelompok belajar tersebut belum menjalankan komponen-komponen
pembelajaran secara maksimal.
2. Penilaian kelompok belajar kejuruan yang berbentuk Ijazah ini tidak
dipermasalahkan legalnya oleh perusahaan ketika para lulusannya
melamar pekerjaan di perusahaan tersebut.
3. Standar kompetensi lulusan kelompok belajar kejuruan Ar-Rahman
mampu memenuhi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia.
4. Karakter siswa Kelompok Belajar Kejuruan Ar-Rahman yang
memiliki pola pikir dan kebiasaan yang buruk, mampu dirubah oleh
pihak kelompok belajar tersebut menjadi pribadi yang positif dan
maju.
5. Para lulusan Ar-Rahman ketika memasuki dunia kerja, mampu
bersaing dengan para lulusan sekolah formal bahkan mendapatkan
pekerjaan yang tidak jauh berbeda dengan para lulusan sekolah formal.
6. Para lulusan Ar-Rahman sebagian besar mampu mendapatakan
pekerjaan dengan gaji setara dengan UMR, sehingga mereka mampu
membantu perekonomian keluarga, dan hal ini merupakan bagian dari
mengatasi masalah sosial ekonomi dalam masyarakat.
78
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis terhadap hasil penelitian, maka dapat disimpulkan
hal-hal sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pendidikan di Kelompok Belajar Kejuruan Ar-Rahman
bersifat gratis dan menyediakan fasilitas bagi siswa yang membutuhkan
bantuan baik secara jasmani maupun rohani. Kelompok belajar pun
memberikan kegiatan pelengkap berupa belajar mengaji, pemberian
motivasi, seminar, dan public speaking. Materi pembelajaran yang
diberikan lebih menekankan pada akuntansi, penanaman nilai-nilai agama
serta motivasi hidup, dalam rangka mencapai kompetensi kognitif, afektif
dan psikomotor.
2. Para lulusan Ar-Rahman memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan
mampu berpikir lebih positif dibandingkan dengan karakter mereka ketika
pertama kali masuk sekolah. Kompetensi utama yang mereka miliki yaitu
pengoperasian komputer, pencatatan laporan keuangan. Selain itu mereka
juga memiliki pribadi yang ulet, cekatan, ramah serta mampu beradaptasi
dengan lingkungan baru.
3. Kompetensi yang dimiliki oleh para lulusan, sudah mampu memenuhi
kriteria kompetensi kerja nasional Indonesia sesuai dengan pekerjaan yang
mereka jalani. Mereka mampu mengatasi hambatan-hambatan yang
mereka alami, mampu memenuhi tuntutan pekerjaannya dan mampu
melakukan hal baru diluar apa yang telah direncanakan. Dan tentunya
mampu bersaing dengan para lulusan dari sekolah formal dalam
memperoleh pekerjaan.
79
B. SARAN
1. Kelompok belajar tersebut harus terdaftar sebagai lembaga pendidikan di
Kementrian Pendidikan Nasional, agar bisa mengeluarkan ijazah secara
resmi.
2. Daftar nilai akhir yang dikeluarkan oleh kelompok belajar tersebut
haruslah berbentuk sertifikat bukan ijazah karena sekolah tersebut belum
terdaftar secara resmi di Kementrian Pendidikan Nasional.
3. Adanya evaluasi yang rutin terhadap pelaksanaan pembelajaran di
Kelompok Belajar Kejuruan Ar-Rahman, agar kualitas para lulusannya
semakin meningkat.
4. Adanya kurikulum dan standar proses pembelajaran secara tertulis, agar
pelaksanaan proses pembelajaran lebih tersistematis.
5. Pemerintah harus mengupayakan pendidikan bermutu yang merata bagi
seluruh masyarakat Indonesia.
6. Pemerintah harus mendukung proses pendidikan-pendidikan alternatif
tersebut dan jika diperlukan pemerintah harus membantu pembiayaan
operasional sekolah tersebut.
80
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, Ishak dan Suprayogi, Ugi. Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan
Nonformal, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.
Alifuddin, Muhammad. Kebijakan Pendidikan Nonformal:Teori, Aplikasi dan
Implikasi, Jakarta :Magna Script Publishing, 2011.
Arifin, Anwar. Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-
Undang SISDIKNAS. Jakarta: Departemen Agama Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam, 2003.
Alam, Syamsir dan Aripin, Jaenal. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006.
Alisuf, Sabri. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.
Anwar, Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung:
Rosdakarya, 2011.
Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta,
2008.
Darmaningtyas. Pendidikan Rusak-Rusakkan.Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara,
2005.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa:
Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012.
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI. Undang – Undang
dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, 2006.
Enoch, Jusuf. Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara,
1995.
Gunawan, Imam. Metode PenelitianKualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Hamalik, Oemar. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011.
Hamalik, Oemar. Pendidikan Tenaga Kerja Nasional: Kejuruan, Kewiraswastaan
dan Manajemen. Citra Aditya Bakti, 1990.
Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan: Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2005.
81
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial,
Jakarta: Salemba Humanika, 2012.
Hayati, Murdiyah dan Suhendra. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2006.
Idi, Abdullah. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo, 2011.
Ihsan, Fuad. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta, 2005.
Jalaludin, dan Abdullah. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama,
1997.
Marzuki, Saleh. Pendidikan Nonformal: Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional,
Pelatihan, dan Andragogi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012.
Marzuki, Saleh. Dimensi-Dimensi Pendidikan Nonformal. Malang: Rosindo,
2009.
Mondy, Wayne. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Erlangga, 2008.
Mulyasana, Dedy. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Jakarta: Rosdakarya,
2011.
Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Indonesia, Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2001.
Rasyad, Aminuddin. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press,
2003.
Rifai, Mohammad. Politik Pendidikan Nasional. Jogjakarta: Ar- Ruzz Media,
2011.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan
Cet.I. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2006.
Sayuti, Wahdi dan Zurinal. Ilmu Pendidikan: Pengantar Dan Dasar-Dasar
Pelaksanaan Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Sedarmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Aditama, 2007.
Sismanto, Pendidikan Luar Sekolah Dalam Upaya Mencerdaskan Bangsa,
Jakarta: CV Era Swasta, 1984).
82
Sofan, Amri dan Khoiru, Ahmadi. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2010.
Soedijarto. Landasan Dan Arah Pendidikan Nasional Kita. Jakarta: Gramedia,
2008.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta, 2012.
Soelaiman Joesof, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara, 1992.
Sumarono, Sonny. Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber Daya Manusia,
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Sudjana, Djudju. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung:
Rosdakarya, 2006.
Undang-Undang Tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pelaksanaannya 2000-
2004, Jakarta: Tamita Utama, 2004.
Schippers, Uwe dan Madya, Djadjang. Pendidikan Kejuruan di Indonesia.
Bandung: Angkasa, 1994.
Zainal, Arifin. Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya, 2011.
Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori dan Aplikasi,
Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tentang Penetapan
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Industri Minyak dan
Gas Bumi serta Panas Bumi Sub Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi
Hulu Bidang Pengeboran Sub Bidang Pengeboran Darat, 2007.
Lampiran Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2003.
Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 80 Tahun 2013 Tentang Pendidikan Menengah Universal,.
Akunton, Indra. SMA/SMK Gratis Biaya SPP. Kompas Edukasi, Jakarta, 27
September 2011. http://edukasi.kompas.com. Artikel ini diakses pada
tanggal 28 Februari 2014.
Direktorat Pembinaan SMA, Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) Sekolah Menengah Atas. Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah,
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014.
83
Januarius, Fabian. Pungutan Belasan Juta dari Orang Tua Murid, Kompas
Edukasi, Jakarta, 20 Februari 2013. http://edukasi.kompas.com. Artikel ini
diakses pada tanggal 5 juli 2013.
Latief. Si Miskin Tidak Dilarang Sekolah. Kompas, Jakarta, 16 Oktober 2013.
http://edukasi.kompas.com. Artikel ini diakses pada tanggal 3 Maret 2014.
Gitoasmoro, Sogimin. Peran Pendidikan Non Formal Dalam Realisasi Wajib
Belajar Pendidikan Dasar, Jurnal Pendiidkan Dasar, Vol. 6, No. 1, 2005.
Muhson, Ali dkk, Analisis Relevansi Lulusan Perguruan Tinggi Dengan Dunia
Kerja. Jurnal Economia, Vol 8, Nomor 1, April 2012.
Syamsi, Ibnu. Pendidikan Luar Sekolah Sebagai Pemberdaya Masyarakat. Jurnal
Pendidikan Luar Sekolah, Volume 14, No 1, Maret 2010. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54
Tahun 2003 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Musfiro, Ani. Konsep dan Implementasi Sekolah Kehidupan di Sekolah Dasar
Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta
Dalam Perspektif Islam. Skripsi pada sekolah Strata Satu UIN Sunan
Kalijaga, Yogyakarta, 2010.
Andi Makkulau, Strategi Pengembangan Potensi Sumber Daya Insaniyah: Konsep
Ideal, Alumni Jurnal Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan
Seni,Vol. 1 No 1, 1991.
Candiasa, I Made. Sinergi Pendidikan Formal, Nonformal dan Informal Untuk
Mendukung Sertifikasi dan Akreditasi Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan”, Makalah disampaikan pada Temu Karya XIII/FT/FPTK/JPTK
Universitas/IKIP Se – Indonesia Di Jakarta Tgl. 13 – 14 Februari 2004.
Tidar Septian, Dwi. Peranan Rumah Pintar Tresno Asih Dalam Peningkatan
Akses Layanan Program Pendidikan Non Formal Di Kelurahan Bojong
Salaman Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang, Skripsi pada Sekolah
Strata Satu Universitas Negeri Semarang, Semarang. Dipublikasikan.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transimgrasi No 8 Tahun 2014 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Berbasis Kompetensi.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No 5 Tahun 2012 Tentang
Sistem Standarisasi Kompetensi Kerja Nasional.
84
Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tahun 2011 Tentang
Penetapan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
Sektor Jasa Pendidikan Bidang Pelatihan Mengemudi Kendaraan Bermotor
Menjadi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia.
85
LAMPIRAN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH
1. Apa tujuan didirikannya sekolah Ar-Rahman?
Tujuannya untuk memberikan kesempatan kepada fakir miskin untuk
mendapatkan peluang maju, karena realitanya di masyarakat itu menurut
undang-undang orang untuk maju itu sering terbentur dengan ijazah. Sementara
anak-anak kemampuannya ada, kemauannya ada tapi tamatannya hanya
Sekolah Menengah Pertama atau Sekolah Dasar. Mereka kadang-kadang bisa
melakukan pekerjaan yang bisa dikerjakan oleh sarjana, tapi karena tidak
mempunyai selembar ijazah maka mereka terbentur untuk melamar pekerjaan
tersebut. Oleh karena itu salah satu tujuan dengan didirikannya Ar-Rahman,
yaitu untuk menyekolahkan mereka sehingga mereka mendapatkan ijazah,
maka dengan ijazah itu bisa membuat mereka maju dan kenyataanya pada saat
mereka mendapatkan ijazah mereka mampu melamar pekerjaan dimanapun.
2. Apa syarat-syarat bagi seorang siswa yang ingin masuk ke sekolah ini?
Tidak ada syarat. Yang penting anak tersebut tidak mampu atau dhuafa,
karena di sekolah-sekolah negeri syarat diterima di sekolah tersebut NEM nya
harus tinggi sehingga orang-orang miskin akan tersisih. Hal tersebut terjadi
bukan karena orang miskin bodoh, tapi karena fasilitas pendidikan yang
mereka miliki berbeda sekali dengan orang-orang kaya, misalnya orang-orang
yang kaya bisa les dan seluruh perangkat penunjang pendidikan bisa mereka
miliki sementara orang miskin pulang sekolah membantu orang tua. Pada
akhirnya karena tidak memiliki fasilitas tersebut, mereka tidak bisa masuk di
sekolah negeri meskipun ada beberapa yang masuk tapi tidak bisa dijadikan
tolak ukur.
Saya termasuk orang yang tidak setuju dengan adanya peraturan standar
NEM sebagai prasayarat masuk sekolah negeri, karena realitanya banyak orang
yang jauh-jauh masuk ke sekolah tersebut sementara dibelakang sekolah
sendiri orang miskin tidak bisa masuk ke sekolah tersebut. Konon, sekolah
negeri digratiskan tapi banyak siswanya berasal dari orang kaya yang ke
86
sekolah pun menggunakan mobil pribadi, sehingga orang miskin tersisihkan
karena mereka tidak bisa bersaing.
Jadi Ar-Rahman adalah sekolah yang memberikan peluang maju bagi para
fakir miskin yang tidak memperoleh kesempatan maju di sekolah-sekolah lain.
Ironis memang, ketika sekolah negeri itu gratis tapi yang bersekolah di tempat
tersebut orang-orang yang kaya atau mampu, sedangkan orang-orang miskin di
lingkungan sekitarnya tidak bisa mendapatkan pendidikan tersebut dan ini
terjadi di daerah Bulakbakti. Bahkan pada saat itu, ada seorang siswa yang
tidak diterima di sekolah manapun tapi kami tetap menerimanya dan
alhamdulilah ketika anak tersebut lulus, anak tersebut bisa mendapatkan
pekerjaan sehingga punya masa depan. Pada saat itu pun ada anak yang sudah
memiliki anak tapi dia ingin sekolah, kami pun menerimanya sebagai siswa
disini.
3. Bagaimana karakter siswa pada saat pertama kali mengikuti pendidikan di
sekolah ini?
Karakter siswa pada saat pertama kali masuk adalah karakter anak-anak
yang tidak terarah dan tidak memiliki motivasi hidup. Karakter tersebut
menjadi karakter utama sehingga mereka melakukan segalanya saat itu tanpa
berpikir jangka panjang.
4. Bagaimana latar belakang siswa di Ar-Rahman?
Anak-anak disini berasal dari keluarga yang bermasalah seperti faktor
ekonomi, broken home, kenakalan anak sehingga tahun pertama di sekolah ini
sering terjadi masalah. Akan tetapi, pada saat kelas dua mereka sudah mulai
punya pribadi dan karakter yang terbentuk yang jauh lebih baik dari
sebelumnya.
5. Fasilitas apa sajakah yang disediakan sekolah dalam rangka memenuhi
kompetensi kerja siswa?
Pada dasarnya sekolah kita sama seperti sekolah yang lain, yaitu
mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan kementrian pendidikan. Akan tetapi,
sekolah ini juga membaca peluang pasar sehingga ada muatan lokal atau
bentuk lainnya yang tidak dimiliki oleh sekolah lain, contohnya adalah
87
motivasi dari semua disiplin ilmu dan semua profesi. Ada seorang pilot, dokter
dan pengusaha memberikan motivasi kepada anak-anak tersebut dan mereka
termotivasi. Pada kenyataannya, yang bisa memberikan pengaruh pola pikir
kepada anak-anak secara langsung adalah motivasi dari mereka yang sudah
bekerja atau yang sudah mengalami realita di lapangan. Pada dasarnya teori
yang diajarkan di sekolah ini, sama dengan sekolah lainnya.
6. Bagaimana pelaksanaan kurikulum di sekolah tersebut?
Tidak, justru kita standarnya tidak berstandar. Prinsipnya kita tidak boleh
mundur dan putus asa karena keterbatasan. Kalau kita tidak mampu mengikuti
kesempurnaan kurikulum dari pemerintah maka kita lakukan apa yang kita
punya. Tidak ada kurikulum tersendiri, tapi kurikulum itu muncul ketika
dibutuhkan solusi yaitu ketika dalam kondisi ini, apa yang dibutuhkan. Bisa
disebut juga kurikulum terupdate yang tentunya selalu melihat pasar.
7. Apa yang dilakukan sekolah jika ada siswa yang melanggar aturan sekolah
seperti minum- minuman keras, tawuran dan sebagainya?
Saya menilai anak tersebut bukan anak yang nakal tapi anak yang belum
paham terhadap nilai dan norma. Aturan yang berlaku di sekolah ini bersifat
fleksibel, dalam arti melihat seberapa besar pelanggaran dan latar belakang
siswanya.
Bahkan pada saat itu, saya mempertahankan anak yang sudah jelas nakal
karena selama dia tidak sekolah atau kita keluarkan tanpa kita pantau maka
resiko menjadi anak gagal lebih tinggi. Maka anggaplah saja kita berkorban
untuk dia. Ketika nantinya dia sudah tamat dan memiliki bekal, saya yakin dia
tidak akan menjadi anak nakal lagi. Beberapa anak kita pertahankan seperti itu,
karena saya tahu jika dia dikeluarkan maka akan semakin buruk. Kami punya
niat untuk memperbaiki bukan untuk menikmati. Kebanyakan sekolah ingin
menikmati bukan untuk memperbaiki. Ada satu contoh dulu, bapaknya seorang
preman kelas berat dan menurut warga, anak ini pun sudah termasuk preman
berat. Anak tersebut sekolah disini, kemudian keluar dan mau masuk sini lagi
tapi tetap saya terima. Kemudian tiga bulan keluar lagi dan mau masuk lagi,
tetap saya terima lagi karena berharap dia tamat dan mendapatkan ijazah
88
sehingga dia tidak menjadi preman lagi kalau dia tidak mempunyai ijazah
maka dia akan tetap menjadi preman, inilah perjuangan kami. Mungkin
bersebrangan dengan sekolah lain tapi kami tidak peduli karena semata karena
ingin memperbaiki.
8. Fasilitas apa yang diberikan sekolah kepada siswa yang benar – benar tidak
mampu?
Semua fasilitas akan diberikan, jika siswa tersebut benar-benar tidak mampu.
9. Kompetensi apa saja yang diberikan kepada siswa saat menjalani proses
pendidikan di sekolah ini?
Pada dasarnya beranjak ketika kita akan melamar kerja yaitu pada saat
interview tidak pernah ditanya teori yang diajarkan didalam bangku sekolah
seperti siapakah pangeran diponegoro? Paling pada saat interview yang
ditanyakan adalah bisa apa kamu? maka kami ajarkan kepada siswa untuk
menjawab bisa apa saja. Oleh karena itu, kompetensi yang kami tekankan lebih
kepada akuntansi dan kemampuan mengoperasikan komputer.
Pada saat saya mendrikan sekolah ini, saya yakin akan hadir seorang
bupati, anggota DPR dari sekolah ini karena anak-anak disini adalah orang-
orang yang siap bertarung bukan jago kandang dan siap bertarung di lapangan.
Hal tersebut terbukti, dengan adanya salah satu siswa kami yang bernama
Indri. Pada saat melamar pekerjaan dia bersaing dengan empat orang yang
berasal dari sekolah yang bayarannya mahal, pada saat itu yang lainnya
menunggu kabar sampai seminggu sedangkan Indri justru disuruh menunggu
setengah jam, padahal dia dari sekolah yang terbilang belum mendapatkan
akreditasi dan ternyata Indri langsung diterima.
Kemelaratan itu adalah sebuah sekolah yang luar biasa, sebuah perguruan
tinggi yang tidak terakreditasi, tidak terdaftar dan tidak terdidik. Jika anak yang
manja-manja disuruh ngelamar kerja, pasti jawabannya nanti saja nunggu
ijazah keluar, bahkan KTP nya belum ada saja sudah malas sedangkan kita
tidak menanamkan hal tersebut, Jika anak itu tidak punya KTP kita akan suruh
anak itu ke rumah pak RT, menanyakan bagaimana membuat KTP dan jika
kamu tidak diterima di satu perusahaan karena ada hambatan maka kita selalu
89
perintahkan pindah, jangan itu terus dan cari peluang yang lain karena pasti
masih ada yang menerima. Sedangkan hal ini, tidak diarahkan di sekolah biasa.
10. Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh sekolah dalam rangka menunjang
kompetensi siswa?
Berupa kegiatan mengaji tapi ada sebuah fokus kegiatan yang
dilaksanakan di sekolah ini, yaitu mengubah pola pikir anak dan itu dilakukan
dengan menstimulus anak selama mereka menjalankan proses pendidikan
disini. Hal tersebut, tidak hanya dilaksanakn pada saat proses pembelajaran
saja tapi dilakukan secara terus menerus, baik secara terjadwal atau tidak.
Kegiatan ini dilakukan kepada perorangan atau secara bersama-sama yang
dilakukan oleh pihak sekolah.
Jika pola pikir mereka masih pola pikir yang tidak baik siapapun dia,
sekaya apaun dia maka mereka tidak akan pernah maju, yang perlu diingat
adalah bahwa mereka ini adalah anak-anak yang memiliki pola pikir yang tidak
bagus awalnya. Namun setelah kita rubah, rata-rata pola pikirnya berubah
menjadi baik pada kelas dua sedangkan kelas satu masih membawa pola pikir
lama, yaitu pola pikir yang diterapkan dalam keluarga atau lingkungannya
seperti pola pikir pesimis dan sebagainya.
Terkadang ada kegiatan dari luar berupa penyuluhan dari puskesmas dan
kepolisian yang memberikan seminar tentang narkoba dan kriminalitas. Jadi
pada dasarnya kami memperbanyak informasi atau masukan-masukan dari
semua sekmen kehidupan seperti pengusaha dan sebaginya untuk meberikan
ceramah umum di sekolah, seperti waktu itu anwar fuady berkunjung ke
sekolah menceritakan novelnya yang berjudul lima menara. Hal tersebut,
ternyata memiliki dampak yang sangat kuat karena ceramah umum itu mampu
merubah pola pikir dengan waktu yang singkat daripada yang bersifat teortis.
11. Bagaimana kompetensi para pengajar di sekolah ini?
Tentu mereka sudah memahami cara-cara dan teori dalam mengajar
bahkan pengadaan bahan ajar yang belum lengkap, mereka cari sendiri tanpa
disuruh. Tujuan mereka adalah ibadah sehingga mereka mengajar dengan
kesungguhan jika tujuannya mereka adalah uang maka mereka tidak akan
90
bertahan. Mereka juga berasal dari mahasiswa perguruan tinggi maupun
swasata bahkan pensiunan sejarawan pun pernah mengjar disini, jadi tentunya
mereka sudah memiliki kemampuan yang baik.
12. Bagaimana cara meningkatkan kinerja guru di sekolah ini?
Tidak ada cara secara langsung untuk meningkatkan kinerja guru, tapi kita
menanamkan kepada guru bahwa ini adalah ladang jihad kita untuk berjuang
meningkatkan derajat hidup kaum dhuafa, sehingga kemauan dan motivasi
tumbuh dari dalam dirinya sendiri.
Kami tidak menuntut karena mereka relawan, dikatakan relawan karena
mereka dibayar tidak semestinya dan dengan keinginan mereka untuk
mengajar disini saja kami sudah berterima kasih.
Ketika kita ikhlas, maka kita akan menampilkan yang terbaik kepada mereka
sehingga guru-guru pun kreatif sendiri.
Untuk pertemuan- pertemuan dengan guru pastilah kita adakan, tapi
pertemuan tersebut lebih kepada untuk meningkatkan keikhlasan kita dalam
mengajar disini dan bersilaturahmi.
13. Apa saja yang menjadi sumber belajar di sekolah ini?
Tergantung kreativitas guru tapi biasanya bersumber dari buku pelajaran
tahun 2006 (KTSP), internet, lingkungan sekitar.
14. Perubahan apa yang paling mencolok dari pribadi siswa ketika lulus dari
sekolah ini?
Pada saat mereka lulus dari Ar-Rahman, mereka memiliki motivasi yang
tinggi dan merasa punya kesempatan untuk lebih maju. Diibaratkan habis gelap
terbitlah terang yaitu ketika belum masuk ke sekolah ini, mereka tidak tau arah
hidupnya kemana tapi ketika keluar dari sekolah ini mereka jadi tahu mau
kemana arah hidup mereka. Bahkan, saya pernah mendapatkan telepon yang
isinya menyatakan bahwa anak Ar-rahman mentalnya tempe masa masuk kerja
jam 09.00 , seminggu libur 3 hari. Ternyata anak tersebut perkerjaanya menjual
pepes ikan. Kemudian saya jelaskan bahwa itu yang salah bukan anaknya, tapi
kamilah yang salah karena mereka diberi motivasi bahwa mereka akan maju
dan bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Jadi dia melihat prospek dari
91
apa yang dia lakukan, jika prospeknya tidak ada, dia malas-malasan dan
mungkin dia tidak bekerja karena sedang mencari pekerjaan di tempat lain. Hal
tersebut, terjadi pada salah seorang siswa yang bekerja sebagi pembantu, ketika
lulus dari sini dia tidak mau lagi kerja sebagai pembantu malah kerja dimana-
mana.
Akibat adanya motivasi itulah mereka sekarang memilih bekerja sama
seperti teman-teman lainnya yaitu memilih pekerjaan yang memakai sepatu
dan berdasi.
15. Kompetensi apa saja yang diberikan oleh pihak sekolah kepada siswa?
Untuk kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor itu sesampainya saja
kepada anak, yang pasti kita mempersiapkan anak agar siap bekerja dan
bersaing serta siap memenuhi pesanan pasar. Terkadang anak-anak yang
kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor nya sudah diluar kepala ternyata
mereka belum mampu bersaing, sedangkan anak- anak yang memiliki
keterbatasan ekonomi ternyata bagus ketika sudah bekerja.
16. Apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam upaya menyalurkan para
lulusannya ke dunia kerja?
Tidak memfasilitasi secara langsung tetapi memberikan dorongan bahwa
kesempatan itu milik semua orang. Menanamkan terhadap mereka bahwa
mereka memiliki kesempatan yang sama seperti siswa siswi di sekolah lain dan
memberikan pengarahan bagaimana mereka bisa bekerja, bagaimana
memahami dunia kerja, apa yag diinginkan oleh seorang atasan dan perusahaan
mengnginkan para karyawan yang seperti apa. Oleh karena itu, ketika dia
tampil mungkin sudah menarik karena keliatan orang yang mau bekerja dan
penuh percaya diri.
17. Apakah ada kerjasama dengan perusahaan untuk menyalurkan para lulusan?
Kami tidak pernah bekerjasama dengan siapapun dalam hal menyalurkan
lulusan kami ke dunia kerja.
92
18. Kompetensi apa saja yang telah diberikan pihak sekolah kepada siswa agar
mereka siap memasuki dunia kerja?
Selain motivasi, kita juga membekali mereka dengan moral agama karena
tanpa agama manusia mudah menyerah, terlalu mudah putus asa dan mudah
stres. Melalui moral agama ini, mereka akan slalu bersyukur dengan apa yang
telah mereka peroleh dan yakin ada kesempatan berikutnya.
19. Bagaimana strategi dari pihak sekolah agar para lulusannya mampu bersaing
di dunia kerja?
Sekolah memperhatikan bahwa anak-anak harus sampai bekerja. Ketika
murid-murid di sekolah lain sedang santai menunggu turunnya ijazah, kami
justru menyuruh anak-anak segera melamar kerja dengan menggunakan surat
keterangan lulus dari sekolah. Bisa dikatakan kami mencuri star maka dari itu
lulusan kami banyak diterima kerja hampir 50% lebih pada saat perpisahan
sekolah dilaksanakan. Hal ini merupakan salah satu cara untuk mensiasati apa
yang terjadi di lapangan.
Satu angkatan itu kira-kira berjumlah 21 orang, dari 21 orang yang lulus
tersebut paling ada tiga dua orang siswa yang terhenti dan tidak bekerja,
biasanya hal itu terjadi karena mereka mengalami hambatan-hambatan.
Meskipun ada dua orang yang tidak bekerja, tapi selebihnya dalam angkatan
tersebut mampu untuk bekerja bahkan kuliah dan mereka bagus dalam
menjalankan profesinya. Tidak ada strategi khusus, tapi perhatian kita fokus
kepada mengarahkan mereka untuk bisa bekerja dan bersaing di lapangan.
20. Apakah anak-anak Ar rahman sudah ada yang bekerja pada saat sekolah?
Sudah ada seperti jualan motor, pembantu, kuli bangunan, tukang parkir
dan itu dilakukan untuk menopang selama mereka menjalankan pendidikan
disni dan ada juga yang sudah punya anak tetapi mereka ketika lulus dari Ar-
Rahman, semuanya bekerja di berabagai bidang yang tentunya lebih baik dari
sebelum mereka lulus.
21. Apakah ada keinginan untuk akreditasi?
Keinginan pasti ada, akan tetapi tidak ada upaya yang keras dari kami.
Begini, jika yang datang ke sekolah itu pengusaha dan wirausahawan, mereka
93
cenderung mendorong kami untuk terus maju, prospektif dan lain sebagainya.
Akan tetapi berbeda halnya dengan para birokrat yang datang, mereka
cenderung menanyakan kesalahan, ketidaklengkapan, legal ilegal, melanggar
hukum dan seterusnya sehingga kami malas. Mereka tidak menanyakan, apa
yang bisa kami bantu agar sekolah ini maju tapi malah membebani. Apalagi
kami haus mengeluarkan uang, daripada mengeluarkan uang untuk mereka
mending membeli kebutuhan buat anak-anak.
Meskipun begitu, kami tetap akan mengakreditasi sekolah ini jika
semuanya sudah memungkinkan. Kami lebih fokus kepada keberlangsungan
proses belajar mengajar dibandingkan akreditasi karena pada faktanya
meskipun tidak terakreditasi tetpai lulusan kami mampu bersaing di lapangan
pekerjaan.
94
LAMPIRAN WAWANCARA
Nama : Rio Hendi
Pekerjaan : Security Loss Prevention Floor Giant CBD Ciledug
Angkatan Ke : I
1. Mengapa memilih sekolah di Ar-Rahman?
Saya sekolah SMP nya di SMP Kebangsaan dan setelah lulus sempat tidak
melanjutkan sekolah selama tiga tahun. Setelah itu, mulai ada keinginan untuk sekolah
kebetulan ada saudara yang kenal dengan anak ar-rahman terus dia menawarkan saya
untuk sekolah di tempat tersebut. Pada saat itu, saya masih bekerja jadi tukang parkir
dengan rambut gondrong dan pakaian yang tidak rapi. Ketika diajak buat sekolah, saya
mau karena dulu juga ketika melihat orang sekolah, saya menangis karena ingin sekolah
seperti mereka. Kebetulan juga di ar-rahman itu sekolahnya gratis jadi saya bisa sekolah
disini, karena memang saya tidak mempunyai biaya untuk melanjutkan.
2. Menurutmu bagaimana kualitas pendidikan di Ar-Rahman?
Ketika angkatan pertama, awalnya ada sekitar 36 muridnya. Pada saat kelulusan
murid yang bertahan hanya ada 26 siswa, karena sebagian siswa keluar dari sekolah
dengan alasan bahwa sekolah ini tidak memiliki ijazah yang bisa digunakan ketika
melamar kerja tetapi saya tetap bertahan dan tidak merasa malu, meskipun ada beberapa
siswa yang keluar tapi ada beberapa siswa baru juga yang masuk ar-rahman. Pihak sekolah
sudah menyampaikan kepada kita bahwa jika kita ingin mendapatka ijazah yang diakui
negara, maka kita bisa ikut ujian nasional bersama sekolah lain dengan membayar uang
1,5 juta per orangnya, akan tetapi kami semua menolak karena memang tidak mempunyai
biaya.
Pada saat angkatan pertama, ruangan kelasnya hanya ada satu. Oleh karena itu kita
belajarnya secara bergantian, ada yang pagi dan ada yang siang, kepala sekolahnya juga
sering mengontrol.
Kelebihan sekolah ini adalah bebas biaya dan anak-anaknya bekerja setelah lulus.
Selain itu juga, sekolah ini merupakan tempat bersosialisasi karena dejat sekali dengan
masyarakat dan pihak sekolah.
3. Materi apa yang paling kamu sukai?
Semuanya suka, hanya saja saya kurang suka matematika dan akuntansi saja.
95
4. Bagaimana cara guru mengajar di kelas?
Memuaskan dan nyaman dalam mengajarnya, seperti membangunkan kita dari tidur.
Guru yang mengajar di sekolah tersebut adalah mahasiswa, lulusan S1 dan ada juga
pensiunan sejarawan. Gurunya juga sering masuk bahkan mereka bela-belain bagi jadwal
kuliahnya agar bisa mengajar disini.
5. Apakah kalian mempunyai buku pelajaran?atau sumber belajar lain?
Buku pelajaran dikasih dari sekolah tapi itu juga terbatas dan kita tidak pernah beli
buku karena tidak memiliki uang. Selebihnya kami mencatat materi yang diajarkan saja.
6. Kegiatan apa yang kalian lakukan di luar jam pelajaran yang dapat mendukung
kompetensi kamu?
Pendalaman akuntansi, komputer dan bahasa inggris dan ini berjalan sampai satu
tahun. Ketika saya sekolah disini, saya menjadi ketua kelas dan ketua osis dan kami
pernah mengadakan kegiatan bakti sosial untuk Merapi. Pada saat sekolah disini jika mau
mengadakan kegiatan, siswa-siswi ar-rahman aktif menggalang dana. Pada saat ada
kegiatan, kita jarang mendapatkan pengarahan dari pembina, pembina turun tangan jika
kita mengalami kendala saja dan alhamdulilah kegiatan berjalan lancar dengan
kemandirian kita.
Pada saat itu pernah ada outbod dalam rangka penanaman motivasi tapi itu hanya
dilakukan sekali ketika dulu saya kelas 1.
7. Pengetahuan apa saja yang kamu dapatkan selama bersekolah di Ar-Rahman?
Akuntansi, bahasa inggris, sosial, etika, komputer dan agama. Pada saat bulan
ramadahan kita mengaji seperti di pesantren. Dulu karena ada guru yang berasal dari
jurnalis, maka anak-anak diarahkan untuk belajar jurnalis dengan cara diperintahkan untuk
membuat berita dan presentasi. Pengetahuan yang paling banyak diberikan adalah agama,
motivasi dan sejarah.
8. Keterampilan apa saja yang kalian dapatkan selama di Ar-Rahman?
Untuk keterampilan sih tidak ada paling lebih banyak pengetahuannya. Komputerpun
terbatas, karena hanya ada satu dan itu juga sering rusak.
9. Bagaimana cara kalian bersikap ketika bergaul di masyarakat?
Menjadi paham bagaimana cara bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain
dengan baik dan sopan. Pada awalnya sebelum masuk ke ar-rahman, saya sering
nongkrong tapi setelah di ar-rahman saya jadi jarang nongkrong karena berpikirnya ingin
cepat kerja atau setelah lulus ingin kuliah, akan tetapi karena orang tua sakit jadi saya
memilih untuk bekerja karena jika dipaksakan kuliah takutnya putus dijalan. Ketika anak-
96
anak ada masalah, masyarakat sini juga sering membantu dan itu juga menjadi motivasi
bagi anak-anak dan pada saat sekolah juga kenakalan anak-anak hanya sebatas merokok
saja.
10. Apakah keluarga selalu mendukung kamu untuk belajar?
Mendukung karena orang tua mengatakan bagaimanapun caranya saya harus tetap
bisa sekolah.
11. Bagaimana cara keluarga mendukung kamu dalam belajar?
Tidak menyuruh anaknya untuk melakukan kegiatan diluar belajar. Saya mengerjakan
PR di rumah, tapi jika tidak bisa mengerjakan saya mengerjakannya di sekolah bersama
teman-teman. Pada saat itu, saya membentuk kelompok belajar bersama teman-teman
berdasarkan keahlian kita masing-masing. Jika saya tidak sekolah di ar-rahman, saya
tidak bisa membayangkan bakal jadi seperti apa dan tidak mungkin saya bisa jadi seperti
ini.
12. Apa yang kamu lakukan dalam rangka membantu perekonomian keluarga?
Saya tidak bekerja tetapi ketika ada kegiatan dari sekolah, saya mengamen agar tidak
meminta uang kepada orang tua.
13. Jika kamu sekolah sambil bekerja, bagaimana cara kamu membagi waktu antara belajar
dan bekerja?
Tidak .
14. Pekerjaan apa yang sangat kamu inginkan dan dambakan?
Tidak ada keinginan bekerja apapun karena saya dari dulu bercita-cita ingin kuliah.
15. Bagaimana cara kamu untuk memperoleh pekerjaan tersebut?
Sempat diajakin kuliah tapi karena keadaan orang tu yang tidak memungkinkan jadi
saya tidak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.
16. Apa yang kalian lakukan setelah lulus dari Ar-Rahman?
Sebelum dapat ijazah saya sudah melamar kerja menggunkan SKL. Saya melamar
kerja di alfamidi jadi pramuniaga, akan tetapi pada saat itu ijazah saya pernah jadi
masalah. Pada saat training, ijazah saya ditahan dan dipertanyakan keasliannya karena
pada ijazah tersebut tudak seperti ijazah di sekolah formal sepeti tidak adanya lambang
garuda. Kemudian saya konfirmasi ke kepala sekolah, untungnya ada salah seorang
atasan di kantor tersebut yang rumahnya dekat ar-rahman. Orang tersebut megetahui
bahwa da sekolah yang bernama ar-rahman dan akhirnya saya tetap diterima tapi hanya
bekerja selama 8 bulan. Setelah itu saya bekerja di restoran, akan tetapi yang paling
nyaman adalah menjadi security tanpa seragam di los prevention Giant CBD Ciledug.
97
Pada saat itu saya menyadari bahwa ijazah itu adalah senjata, tanpa ada ijazah
sayatidak bisa menjadi seperti yang sekarang.
17. Bagaimana dengan ijazah sekolah ketika kalian melamar pekerjaan?
Pada saat itu ijazah belum keluar dan aku menggunakan SKL dari sekolah. Akan
tetapi SKL tersebut tidak pernah dipertanyakan meskipun sekolahnya belum
terakreditasi.
18. Apa hambatan yang dialami selama bekerja?
Tidak ada. Akan tetapi pada saat itu pernah mengalami masalah. Masalahnya adalah
ada seorang anak anggota DPR yang jail mengambil barang di toko. Saya melaporkan
tindakan anak kecil tersebut tepai dia malah mennyangkal dan orang tuanya malah
menyalahkan saya bahwa saya telah berbohong. Saya juga sempat dituntut oleh anggota
DPR tersebut atas pencemaran nama baik. Akan tetapi setelah saya jelaskan kepada
kepolisian, akhirnya polisi tersebut percaya karena memang ada buktinya dan akhirnya
setelah anak itu dibawa keruangan anak itu mengakui tindakannya. Meskipun ada
kejadian seperti itu tetapi saya tetap bekerja profesional.
19. Tuntutan apa yang ditekankan oleh perusahaan?
Profesi saya adalah security tanpa seragam jadi seperti intel, tuntutannya adalah untuk
menangkap pencurian atau mencegah kerusuhan di toko yang terdapat di Giant CBD
Ciledug.
20. Apa strategi yang kamu lakukan agar mampu bersaing dengan para tenaga kerja lain?
Percaya diri saja yang kuat karena memang di ar-rahman juga kita sudah
mendapatkan ilmu kepercayaan diri tersebut karena yang diliat adalah kemampuannya
bukan sekolahnya.
Meskipun dari sekolah lain ada yang melamar dan keterima tetapi saya tetap percaya
diri.
21. Apa yang kalian lakukan jika kalian menemukan hal baru di pekerjaan kalian yang
sebelumnya belum kalian dapatkan di sekolah?dan susah tidak melakukan hal tersebut?
Selama ini masih bisa mengikuti. Bekerja di security itu lebih kepada sikap atau
attitude. Pada saat diterima di pekerjaan ini, saya mengikuti pendidikan di Sukabumi
untuk dilatih kedisiplinan yang nantinya menjadi bekal saya dalam bekerja karena
nantinya saya bertugas untuk menyelamatkan ribuan karyawan dan barang.
98
LAMPIRAN WAWANCARA
Nama : Indri Budi Utami
Pekerjaan : PT. Demo Power Indonesia sebagai SPG Event.
Angkatan ke : I
1. Mengapa memilih sekolah di Ar-Rahman?
Awalnya sekolah di Mts Nurul falah Jakarta, kemudian aku berhenti dulu
tidak melanjutkan selama setahun karena tidak ada biaya. Sebenarnya
yang ditawarin pertama kali masuk sini adalah Nenden, karena dia anak
yatim tapi karena Nenden sekolahnya di SMA 57 dan sudah bayar ke
sekolah jadinya dia tidak mau dan akhirnya aku yang masuk sini. Awalnya
aku tahu Ar-Rahman dari Ibu Pandi, tapi ibu Pandi nawarinnya ke orang
lain dan ibuku denger ada sekolah gratis dari situ ibu nawarin aku masuk
ar-rahman.
2. Menurutmu bagaimana kualitas pendidikan di Ar-Rahman?
Awal-awal masuk Ar-rahman kaget karena sekolahnya hanya satu petak
tapi itu tidak jadi masalah, yang penting aku bisa sekolah. . Saya bersyukur
bisa sekolah disini dan sama sekali tidak ada rasa minder, meskipun dari
segi fasilitas masih sangat kurang sekali malah bersyukur.
3. Materi apa yang paling kamu sukai?
Akuntansi karena sampai sekarang pun akuntansi yang terpakai, memang
sesuai dengan bidang saya di penjualan.
4. Bagaimana cara guru mengajar di kelas?
Gurunya asyik, dan terkadang jika mereka tidak masuk suka memberikan
tugas.
5. Apakah kalian mempunyai buku pelajaran?atau sumber belajar lain?
Kita belajar hanya dari buku yang dikasih dari sekolah dan itu pun buku
lama serta tidak semuanya mendapatkan buku selebihnya mencatat.
6. Kegiatan apa yang kalian lakukan di luar jam pelajaran yang dapat
mendukung kompetensi kamu?
99
Tidak ada
7. Pengetahuan apa saja yang kamu dapatkan selama bersekolah di Ar-
rahman?
Semua pengetahuan diajarkan meliputi agama, komputer, bahasa inggris,
dan sebagainya. Pengetahuan yang paling terpakai di dunia kerja adalah
akuntansi karena aku membuat laporan penjualan. Bekerja di bidang
penjualan mengharuskan saya membuat laporan penjualan dan itu tiap
orangnya dalam satu tim harus mengerjakan sendiri-sendiri. Dalam
laporan penjualan antara persediaan dan penjualan harus balance. Motivasi
dan kepercayaan diri melalui public speaking pun diajarkan di Ar-rahman.
8. Keterampilan apa saja yang kalian dapatkan selama di Ar-Rahman?
Percaya diri dan bersosialisasi.
9. Bagaimana cara kalian bersikap ketika bergaul di masyarakat?
Sebelum masuk Ar-rahman, saya memiliki sifat seperti anak-anak yang
masih pengen main tapi ketika sudah di SMK pemikirannya jadi berubah
yaitu ingin bekerja. Cara bicara saya pun sudah mulai tertata biar tidak
membuat orang tersinggung. Cara berbicara tersebut diajarkan oleh guru
Ar-rahman untuk bekal dalam bergaul di masyarakat.
10. Apakah keluarga selalu mendukung kamu untuk belajar?
Selalu
11. Bagaimana cara keluarga mendukung kamu dalam belajar?
Memberikan semangat. Orang tua selalu nyuruh untuk sekolah tidak
pernah melarang dan melakukan hal diluar sekolah.
12. Apa yang kamu lakukan dalam rangka membantu perekonomian keluarga?
Jika libur sekolah aku kerja, kerjanya ikut event tapi event nya untuk acara
ulang tahun. Saya bertugas untuk mengajarkan anak membuat kalung atau
aksesoris lainnya. Saya bekerja untuk memenuhi biaya transportasi
sekolah.
13. Jika kamu sekolah sambil bekerja, bagaimana cara kamu membagi waktu
antara belajar dan bekerja?
Tidak ada pembagian waktu belajar karena belajarnya juga jika ada PR.
100
14. Pekerjaan apa yang sangat kamu inginkan dan dambakan?
Menjadi seorang wirausaha.
15. Bagaimana cara kamu untuk memperoleh pekerjaan tersebut?
Dulu pernah berjualan online seperti jam dan alat make up tetapi sekarang
sudah berhenti karena sibuk. Aku berhenti berjualan online karena saat itu
mau lebaran dan event numpuk, sampai tidak bisa libur jadi tidak
terpegang.
16. Apa yang kalian lakukan setelah lulus dari Ar-Rahman?
Melamar kerja ke berbagai perusahaan, diantaranya aku ngelamar ke
cilandak town square sebagai SPG baju dan jeans selama dua hari itu
taunya dari kakak ipar, kasir di ramayana, di lotte mart selama empat
bulan, kemudian sekarang bekerja di PT Demo Power Indonesia sebagai
SPG event sudah delapan bulan dengan sistem kontrak dan nanti suka
diperpanjang.
17. Bagaimana dengan ijazah sekolah ketika kalian melamar pekerjaan?
Ijazah tidak pernah jadi masalah. Yang penting pengalaman kerja dan jika
sudah lebih dari satu tahun pengalaman kerjanya, dia butuh referensinya.
Bahkan aku ngasih SKL dan Fotocopy ijazah tapi tidak pernah
dipermasalahkan dan tetap saja aku melamar dimanapun selalu dipanggil.
18. Apa hambatan yang dialami selama bekerja?
Hambatannya ketika kita sudah menjelaskan ke konsumen, terkadang
konsumen itu tidak mau beli dan terkadang dia hanya mencoba sampling
saja. Saya juga pernah mendapat teguran dari konsumen karena waktu itu,
menjelaskan tentang produk permen karet Xyltol yang bisa mencegah gigi
berlubang terus konsumen ngomel-ngomel bahwa tidak ada permen karet
yang bisa mencegah gigi berlubang.
19. Tuntutan apa yang ditekankan oleh perusahaan?
Tuntutannya samplingan itu harus menggunakan target penjualan jika
kurang dari target maka tidak mendapatkan bonus.
101
20. Apa strategi yang kamu lakukan agar mampu bersaing dengan para tenaga
kerja lain?
Tidak ada strategi, yang penting percaya diri dan niatan mau kerja karena
kerja itu tergantung anaknya. Meskipun dia dari sekolah formal jika
anaknya tidak aktif pasti perusahaan memilih anak yang aktif meskipun
sekolahnya belum diakreditasi. Mungkin ketika sekarang sudah bekerja
strategi bersaingnya dengan meningkatkan penjualan sesuai dengan target
perusahaan.
21. Apa yang kalian lakukan jika kalian menemukan hal baru di pekerjaan
kalian yang sebelumnya belum kalian dapatkan di sekolah?dan susah tidak
melakukan hal tersebut?
Tidak pernah menemukan, karena sebelumnya mendapatkan pengarahan
atau training dulu. Kesulitan pernah ada tapi karena diajarin terus-terusan
jadi akhirnya bisa sendiri.
102
LAMPIRAN WAWANCARA
Nama : Resmawati
Pekerjaan : Admin Kantor Notaris Hukum
Angkatan : II
1. Mengapa memilih sekolah di Ar-Rahman?
Dahulu aku sekolah SMP sambil pesantren di Tasik, kemudian setelah lulus aku pergi ke
Jakarta. Saya pergi ke Jakarta untuk mencari kerja dan tidak ada niatan sekolah karena
terbentur ekonomi. Saya tidak meneruskan sekolah selama satu tahun, tetapi saatsetelah itu
saya mendapatkan informasi dari tetangga berupa brosur sekolah gratis yaitu sekolah Ar-
rahman. Awalnya dulu itu bukan SMK tapi SMA dengan jurusannya IPS, setelah tahun
kedua namanya berubah menjadi SMK jursannya akuntansi.
2. Menurutmu bagaimana kualitas pendidikan di Ar-Rahman?
Kualitas belajarnya jika dibandingkan dengan sekolah lain saya sendiri tidak tau, karena
memang saya sendiri belum pernah mengalami sekolah di SMA biasa. Akan tetapi, jika
dilihat dari segi pengajarnya sudah cukup memadai karena memang mereka juga berasal
dar perguruan tinggi terkemuka.
3. Materi apa yang paling kamu sukai?
Bahasa inggris, karena dengan bahasa inggris kita bisa pergi kemanapun dan bisa
mengasah kemampuan berbahasa kita.
4. Bagaimana cara guru mengajar di kelas?
Guru-gurunya hampir 80% sering masuk, hanya pelajaran matematika saja yang jarang
masuk. Jika tidak masuk, gurunya suka memberi tugas tapi jika hanya tugas saja tanpa
dijelaskan kita tidak akan mengerti.
5. Apakah kalian mempunyai buku pelajaran?atau sumber belajar lain?
Kita terkendala di buku paketnya. Kita dapat buku sebenarnya tapi tidak seperti sekolah
lain. Jika sekolah memberikan buku sesuai dengan kurikulum yang berlaku, tapi kita
dikasih buku yang seadanya saja dan tidak ada LKS.
6. Kegiatan apa yang kalian lakukan di luar jam pelajaran yang dapat mendukung
kompetensi kamu?
Belum ada.
103
7. Pengetahuan apa saja yang kamu dapatkan selama bersekolah di Ar-Rahman?
Akuntansi dan agama.
8. Keterampilan apa saja yang kalian dapatkan selama di Ar-rahman?
Tidak ada. Di sana juga komputernya cuma satu dan itu pun sering rusak jadi belajar
komputernya tidak maksimal. Belajar komputernya lebih banyak materi, jadi selebihnya
kita belajar komputer secara otodidak. Saat itu juga pernah ada keterampilan menyablon
dari mahasiswa UI, tetapi hanya beberapa bulan saja.
9. Bagaimana cara kalian bersikap ketika bergaul di masyarakat?
Secara emosional lebih percaya diri. Dalam berkomunikasi dan bersoialisasi pun lebih
baik daripada sebelumnya.
10. Apakah keluarga selalu mendukung kamu untuk belajar?
Mendukung sepenuhnya mungkin karena di sekolah tersebut juga tidak bayar.
Sebenernya orang tua menginginkan sekolah di tempat yang fasilitasnya menunjang,
tetapi karena memang tidak mempunyai biaya jadi terpaksa sekolah di Ar-Rahman.
11. Bagaimana cara keluarga mendukung kamu dalam belajar?
Memberikan biaya selama saya belajar di ar-rahman seperti uang jajan dan ongkos.
Selalu mendukung karena sekolah di ar-rahman banyak orang yang menyepelekan,
karena sekolahnya belum terdaftar di kemendiknas. Oleh karena itu, banyak orang yang
bilang, jika lulus dari ar-rahman ijazahnya tidak berlaku ketika nanti melamar kerja atau
kuliah, tetapi ibu tetap menyemangati dan memfasilitasi unuk sekolah disitu.
12. Apa yang kamu lakukan dalam rangka membantu perekonomian keluarga?
Tidak bekerja.
13. Jika kamu sekolah sambil bekerja, bagaimana cara kamu membagi waktu antara belajar
dan bekerja?
Tidak.
14. Pekerjaan apa yang sangat kamu inginkan dan dambakan?
Pada saat sekolah, ingin sekali menjadi broadcasting karena memang menyukai dunia
broadcast.
15. Bagaimana cara kamu untuk memperoleh pekerjaan tersebut?
Sempet ikut public speaking ketika di sekolah karena jika ingin di dunia broadcast, kita
harus pandai berbicara di depan umum.
16. Apa yang kalian lakukan setelah lulus dari Ar-Rahman?
Pertama kali lulus, saya ikut MLM selama beberapa bulan. Kemudian, saya diterima di
kantor swasta selama setahun bagian admin (mengurus legalitas dan formalitas ekspor).
104
Pada awalnya takut melamar disitu karena ijazahnya tidak seperti sekolah lain, apalagi
langsung diinterview sama direkturnya. Akan tetapi karena ada kenalan di kantor
tersebut yaitu paman, jadi saya diterima bekerja di kantor tersebut. Pada akhirnya,
sekarang saya bekerja sebagai admin di kantor notaris. Saya bekerja di kantor tersebut
juga karena masih satu atasan perusahaannya dengan direktur perusahaan yang bagian
ekspor waktu itu, dan saya ditawarin langsung sama atasannya untuk kerja
disitu.Kebetulan pada saat itu, saya juga sedang membutuhkan pekerjaan dan bahkan
saya melamar pun, tidak memakai surat lamaran karena sistemnya kepercayaan saja.
17. Bagaimana dengan ijazah sekolah ketika kalian melamar pekerjaan? Sebenarnya tidak
jadi masalah karena sekarang juga ijazah kan hanya formalitas saja. Sekarang lebih
kepada kemampuan jika melamar pekerjaan.
18. Apa hambatan yang dialami selama bekerja?
Sering. Pernah waktu itu ada klien yang ingin mengurus masalah dokumen jual beli
tanah. Pada saat itu kendalanya, karena saya masih kurang paham dengan yang
ditanyakan klien dan belum bisa menjelaskan. Oleh karena itu, saya menyuruh klien
untuk menghubungi notarisnya secara langsung. Kemudian, klien tersebut menjadi agak
kurang percaya dan malas menghubungi saya. Hal tersebut terjadi, karena memang saya
baru dan belum belajar sebelumnya, jadi kurang menguasai materinya. Jika terjadi hal
seperti itu, atasan tidak pernah marah paling mengarahkan.
19. Tuntutan apa yang ditekankan oleh perusahaan?
Tuntutan langsung tidak ada tapi secara otomatis tanpa diberitahui, mau tidak mau saya
harus menguasai tentang hukum karena hanya saya karuawannya.
20. Apa strategi yang kamu lakukan agar mampu bersaing dengan para tenaga kerja lain?
Awalanya sempat minder karena ijazah. Akan tetapi saya bisa membuktikannya dengan
kerja keras, loyalitas dan seungguh-sungguh.
21. Apa yang kalian lakukan jika kalian menemukan hal baru di pekerjaan kalian yang
sebelumnya belum kalian dapatkan di sekolah?dan susah tidak melakukan hal tersebut?
Sangat banyak hal baru yang belum diketahui. Notaris itu kaitannya dengan hukum
sedangkan saya belum mempelajarinya di ar-rahman. Adaptasinya dengan belajar dan
yang punya notaris pun baik, suka meminjamkan buku dan saya membaca bukunya. Saya
pun diajarkan oleh atasan tentang bagaimana menangani klien. Atasan hanya
mengajarkan masalah dokumen saja dan selebihnya aku belajar secara otodidak. Karena
karyawannya hanya aku sendiri, jadi jika ada klien mau tidak mau saya yang menangani
105
maka dari itu saya harus mempelajari semua hal.. Paling jika ada kendala yang tidak bisa
diwakilkan sama saya baru saya menyerahkannya pada notaris.
106
LAMPIRAN WAWANCARA
Nama : Imas Masykuroh
Pekerjaan : Admin Griya Yatim dan Dhuafa
Angkatan ke : II
1. Mengapa memilih sekolah di Ar-Rahman?
Sebenarnya saya sudah mengambil formulir di sekolah Al-ikhsan, tetapi saat
itu aku melihat siswanya tidak semuanaya memakai jilbab dan saya khawatir
terpengaruh. Pada saat itu juga, ada temen namanya irfan, dia memiliki
saudara yang sekolah di Ar-Rahman namanya anggi dan dia mengajak saya
untuk sekolah di Ar-Rahman. Pada akhirnya, saya mau sekolah di sini karena
membantu meringankan beban orang tua juga.
2. Menurutmu bagaimana kualitas pendidikan di Ar-Rahman?
Namanya sekolah gratis, pastilah fasilitasnya masih kurang. Komputer
memang sudah ada tapi suka ngeheng soalnya cuma ada satu komputer dan itu
juga untuk dipakai semua siswa. Meskipun begitu, pendidikan disini cukup
baik karena pengajarnya juga sambil kuliah jadi mereka wawasannya luas.
3. Materi apa yang paling kamu sukai?
Agama dan akuntansi
4. Bagaimana cara guru mengajar di kelas?
Karena gurunya ada yang sambil kuliah jadi mereka punya kepentingan diluar
sehingga terkadang tidak masuk sekolah, akan tetapi meskipun tidak masuk
kita selalu diberi tugas.
5. Apakah kalian mempunyai buku pelajaran?atau sumber belajar lain?
Paling kita belajar dari buku, itu juga dipinjemin dan jika sudah berpindah
kelas atau lulus bukunya dibalikin ke sekolah.
6. Kegiatan apa yang kalian lakukan di luar jam pelajaran yang dapat
mendukung kompetensi kamu?
Les bahasa inggris setiap hari sabtu tapi hanya berjalan dua bulan dan ada
belajar baca Al-quran bagi yang belum bisa sepulang sekolah.
7. Pengetahuan apa saja yang kamu dapatkan selama bersekolah di ar – rahman?
107
Komputer mulai dari exel dan word kemudian akuntansi, itu pengetahuan
yang terpakai dari semua pengetahuan yang dikasih seperti ekonomi,
Matematika dan sebagainya.
8. Keterampilan apa saja yang kalian dapatkan selama di Ar-Rahman?
Komputer, public speaking, menghitung atau membuat laporan keuangan.
9. Bagaimana cara kalian bersikap ketika bergaul di masyarakat?
Paling ilmu agamanya yang saya dapat buat bergaul di masyarakat untuk
dijadikan panduan bersikap.
10. Apakah keluarga selalu mendukung kamu untuk belajar?
Mendukung karena orang tua juga menekankan kepada anaknya agar jangan
sampai buta huruf.
11. Bagaimana cara keluarga mendukung kamu dalam belajar?
Selalu menyuruh belajar tetapi aku belajar jika sudah ada keinginan saja dan
ada PR
12. Apa yang kamu lakukan dalam rangka membantu perekonomian keluarga?
Aku tidak kerja, paling hanya bantu-bantu pekerjaan orang tua saja di rumah.
13. Jika kamu sekolah sambil bekerja, bagaimana cara kamu membagi waktu
antara belajar dan bekerja?
Tidak
14. Pekerjaan apa yang sangat kamu inginkan dan dambakan?
Saya bekerja sesuai dengan syariah yang Allah tentukan aja, maunya sih
pekerjaan yang menutup aurat. Akan tetapi, memang awalnya saya
berkeinginan menjadi guru TK.
15. Bagaimana cara kamu untuk memperoleh pekerjaan tersebut?
Aku tidak berusaha mewujudkan pekerjaan itu karena memang sudah nyaman
di pekerjaan sekarang.
16. Apa yang kalian lakukan setelah lulus dari Ar-Rahman?
Tidak pernah melamar kemanapun karena memang ketika sudah lulus
langsung direkomendasikan sama teman, dengan syarat menguasai komputer.
Pada saat melamar pun hanya menggunakan SKL dan surat lamaran saja.
Nama perusahaannya yaitu Griya yatim dan dhuafa, saya bagian customer
service.
108
17. Bagaimana dengan ijazah sekolah ketika kalian melamar pekerjaan?
Ijazah belum keluar dan aku menggunakan SKL dari sekolah dan itu juga
tidak dipertanyakan. Sekolahnya tidak pernah dipermasalahkan saat melamar
pekerjaan meskipun belum terakreditasi.
18. Apa hambatan yang dialami selama bekerja?
Pernah mendapatkan teguran dari donatur karena saat idul adha, akibat terlalu
banyaknya donatur yang seharusnya pemotongan dilakukan disini tapi malah
diluar kota. Namun jika di kantor, paling komplennya tentang kesalahan data
dan disarankan lebih teliti lagi. Selain itu, hambatannya adalah ketika
customer ada yang bertanya tapi saya ilmu agamanya masih kurang, maka
saya harus banyak belajar lagi agar bisa menjawab pertanyaan customer.
19. Tuntutan apa yang ditekankan oleh perusahaan?
Sopan, sapa, pengetahuan zakat dan pengetahuan agama lainnya.
20. Apa strategi yang kamu lakukan agar mampu bersaing dengan para tenaga
kerja lain?
Tidak ada karena bekerja juga direkomendasikan dari teman.
21. Apa yang kalian lakukan jika kalian menemukan hal baru di pekerjaan kalian
yang sebelumnya belum kalian dapatkan di sekolah?dan susah tidak
melakukan hal tersebut?
Apa yang dikerjakan sudah pernah didapat di ar rahman karena berkaitan
dengan komputer, yang sudah diajarkan dan juga sebelum bekerja selalu di
training terlebih dahulu.
109
LAMPIRAN WAWANCARA
Nama : Dimas Prabowo
Pekerjaan : Staff Kedai PT Pertamina Retail
Angkatan Ke : III
1. Mengapa memilih sekolah di Ar-Rahman?
Aku berasal dari Mts Manarul Huda. Pertama kali lulus SMP, saya
memang berkeinginan sekolah di ar-rahman tapi setelah melihat sekolahnya,
saya jadi berubah pikiran dan memutuskan untuk tidak sekolah di tempat
tersebut. Apa yang saya harapkan tidak ada di Ar-Rahman. Begitu saya
menolak untuk sekolah di Ar-Rahman, kemudian saya mencoba mendaftar di
beberapa sekolah yang menurut saya lebih baik daripada Ar-Rahman. Pada
akhirnya saya bersekolah di SMA Muhammadiyah 1. Pada saat kelas 1 sampai
kelas dua, saya masih bertahan di muhammadiyah akan tetapi semakin lama,
saya semakin tidak menemukan semangat belajar di sekolah muhammadiyah
tersebut. akhirnya saya bercerita ke teman saya yang sekolah di Ar-rahman
bahwa saya ingin pindah ke sekolah tersebut dan akhirnya saya pindah ke Ar-
Rahman pada saat kelas dua. Saya masuk Ar-rahman bukan karena sekolah itu
gratis, tapi karena keinginan hati saya saja. Ternyata setelah saya bersekolah di
Ar-rahman saya jadi mendapatkan semangat belajar.
2. Menurutmu bagaimana kualitas pendidikan di Ar-Rahman?
Sangat kurang. Dari segi pelajaran masih banyak kekurangan, seperti tidak
adanya pelajaran olahraga.
3. Materi apa yang paling kamu sukai?
Bahasa inggris, karena memang dari SMP suka bermain dengan teman
yang suka bahasa inggris. Pada saat dulu bekerja di restoran, bahsa inggris itu
sangat berguna karena setiap hari saya bertemu dengan orang asing.
110
4. Bagaimana cara guru mengajar di kelas?
Gurunya jarang masuk. Jika gurunya tidak masuk paling kita main-main
saja di kelas karena memang gurunya juga jarang angasih tugas, tetapi jka
gurunya ngasih tugas kita juga sering mengerjakan.
5. Apakah kalian mempunyai buku pelajaran?atau sumber belajar lain?
Buku sih ada dari sekolah, tapi itu juga tidak semuanya kebagian. Paling
kita jika ingin buku suka fotocopy sendiri atau mencatat saja.
6. Kegiatan apa yang kalian lakukan di luar jam pelajaran yang dapat mendukung
kompetensi kamu?
Tidak ada kegiatan. Biasanya jika ada jam pelajaran yang tidak jelas, saya
suka pergi ke taman bersama teman-teman sekelas.
7. Pengetahuan apa saja yang kamu dapatkan selama bersekolah di Ar- rahman?
Banyak banget, yang paling banyak itu ilmu bersosialisasi dan public
speaking. Pengetahuan yang paling terpakai itu pelajaran akuntansi,
manajemen dsb. Saya juga memegang uang perusahaan belasan juta per
minggu nya.
8. Keterampilan apa saja yang kalian dapatkan selama di Ar-Rahman?
Tidak ada yang didapat paling hanya cara bersosialisasi dengan temen-temen.
9. Bagaimana cara kalian bersikap ketika bergaul di masyarakat?
Sama saja seperti sebelum ke ar-rahman. Saya selalu berinteraksi dengan
tetangga dan lingkungan sekitar dan tidak pernah berbuat yang melanggar
aturan di masyarakat. Merokok pun tidak pernah karena saya mempunyai
penyakit asma.
10. Apakah keluarga selalu mendukung kamu untuk belajar?
Pasti, malah dulu mau di sekolahin bulu tangkis.
11. Bagaimana cara keluarga mendukung kamu dalam belajar?
Memberikan semangat, apapun yang dimas minta buat sekolah orang tua
selalu memberi.
12. Apa yang kamu lakukan dalam rangka membantu perekonomian keluarga?
Tidak ada, saya tetep fokus sekolah.
111
13. Jika kamu sekolah sambil bekerja, bagaimana cara kamu membagi waktu
antara belajar dan bekerja?
Tidak ada pembagian waktu belajar, belajarnya kalo ada PR.
14. Pekerjaan apa yang sangat kamu inginkan dan dambakan?
Call center karena kerjanya menyenangkan bisa menyelesaikan keluhan
dari masyarakat.
15. Bagaimana cara kamu untuk memperoleh pekerjaan tersebut?
Melamar kerja di berbagai perusahaan dan akhirnya banyak dipanggil,
tetapi bingung mau memilih yang mana. Pada akhirnya, saya tidak bekerja di
call center karena jadwal interviewnya sama semua jadi tidak diambil.
16. Apa yang kalian lakukan setelah lulus dari Ar-Rahman?
Pertama lulus kerja, saya melamar di toko makanan, toko hari-hari sebagai
staf gudang dan telkom Indonesia sebagai telemarketing. Setelah lulus aku
selalu diterima kerja tapi selalu tidak merasa nyaman sampai akhirnya saya
mendapat pekerjaan yang sekarang yaitu di PT Pertamina Retail di bagian
kios Bright. Waktu itu pun saya pernah dipanggil di bank mandiri sebagai
teller, tapi saya tidak ambil karena sudah nyaman dengan pekerjaan yang
sekarang.
17. Bagaimana dengan ijazah sekolah ketika kalian melamar pekerjaan?
Ijazah ar-rahman tidak pernah ditanyakan saat melamar. Meskipun banyak
orang bilang ijazah ar rahman tidak jelas tapi buktinya sekarang teman-teman
bisa kerja dan kuliah. Sebenarnya ijazah itu hanya pintu jendela saja, nantinya
tergantung orangnya. Sebenarnya hampir sama antara ijazah ar-rahman
dengan ijazah teman saya yang bersekolah di sekolah biasa. Bedanya, sekolah
biasa ada tulisan ujian nasional diijazahnya sedangkan ar rahman tidak ada,
dari segi format penulisannya pun hampir sama. Padahal di Pertamina retail
itu tidak bisa sembarangan orang masuk, karena Pertamina Retail masih
merupakan bagian dari BUMN. Saat itu, hanya menunggu hasil lamaran
sehari dan besoknya langsung ditempatin kerja.
112
18. Apa hambatan yang dialami selama bekerja?
Aku kerja menghandle semuanya sendirian seperti penjualan barang, retur
keuangan, kasir karena memang bentuknya kios kecil. Tapi tidak ada
hambatan selama bekerja disitu, alhamdulilah bisa ditangani semua. Paling
hambatannya, seminggu sebelum expected barang itu harus di retur dan
dikirimkan ke pusat jangan sampai terlambat.
19. Tuntutan apa yang ditekankan oleh perusahaan?
Tidak ada tuntutan.
20. Apa strategi yang kamu lakukan agar mampu bersaing dengan para tenaga
kerja lain?
Strateginya percaya diri saja
21. Apa yang kalian lakukan jika kalian menemukan hal baru di pekerjaan kalian
yang sebelumnya belum kalian dapatkan di sekolah?dan susah tidak
melakukan hal tersebut?
Jika tidak tahu paling bertanya dan minta diajarin. Pada saat awal-awal
bekerja juga saya hanya butuh waktu dua minggu untuk mempelajari erbagai
hal yang berkaitan dengan pekerjaan saya.
113
LAMPIRAN WAWANCARA
Nama : Rizqi Muthoharoh
Pekerjaan : Telesales officer XBILL bii may bank tempatnya di PT infomedia solusi
humanika
Angkatan Ke : III
1. Mengapa memilih sekolah di Ar-Rahman?
Awalnya sekolah di SMPN 3 Randudongkol. Tadinya asaya tidak mau sekolah lagi
karena ayah saya ke Malaysia, menikah lagi dengan orang sana.
Saya berasal dari keluarga broken home dan tulang punggung keluarga hanya ibu saja,
maka dari itu saya memilih untuk tidak sekolah lagi. Akan tetapi, tetangga depan saya
mempunyai seorang anak namanya Ema dan baru lulus juga, orang tuanya memberi tahu
ibu saya bahwa ada sekolah gratis. Dan akhirnya mau tidak mau saya sekolah di tempat
tersebut bareng Ema. Kemudian aku daftar duluan, tapi Ema tidak jadi mendaftar di
sekolah tersebut mungkin karena sekolahnya kurang bagus. Awalnya juga saya diajakin
untuk sekolah di Muhammadiyah, tapi karena bayarannya mahal saya tidak jadi
mendaftar.
2. Menurutmu bagaimana kualitas pendidikan di Ar-Rahman?
Ketika melihat sekolahnya saya kaget karena sekolahnya kecil. Ketika hari pertama
sekolah, saya nangis tidak mau sekolah lagi di sini karena sekolahnya itu sanagt kurang
sekali fasilitasnya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan saya bertemu dengan
teman-teman yang senasib dengan saya sehingga saya tidak merasa sedih lagi sekolah di
sini. Pernah merasakan minder juga ketika belajar dengan teman yang berbeda sekolah,
saat itu saya ditanya masalah jurnal dan saya tidak isa jawab terus teman saya mengatakan
memang kamu belajar apa saja di sekolah.
3. Materi apa yang paling kamu sukai?
Aku belajar tergantung bagaimana gurunya dalam mengajar. Akan tetapai secara garis
besar saya menyukai ekonomi, akuntansi dan kewirausahaan.
4. Bagaimana cara guru mengajar di kelas?
Guru-gurunya sering masuk, hanya kadang-kadang beberapa guru lebih
mementingkan kepentingan pribadinya daripada sekedar mengajar kita dengan ikhlas. Jika
guru-gurunya dari luar pesantren Ar-rahman, mereka suka mementingkan untuk mengajar
114
ke kelas dan jarang terlambat sedangkan guru-guru yang dari pesantren Ar-rahman suka
jarang masuk dan terlambat jika masuk kelas.
5. Apakah kalian mempunyai buku pelajaran?atau sumber belajar lain?
Kita dikasih buku tapi untuk materi tambahan, kita kebanyakn fotocopy. Kita suka
pinjem buku gurunya untuk di fotocopy atau disuruh sama gurunya untuk langsung
fotocopy karena bukunya terbatas.
6. Kegiatan apa yang kalian lakukan di luar jam pelajaran yang dapat mendukung
kompetensi kamu?
Tidak ada.
7. Pengetahuan apa saja yang kamu dapatkan selama bersekolah di Ar-Rahman?
Saya mendapat pengetahuan dalam pelajaran ekonomi seperti tentang BUMN dan
akuntansi itu yang terpakai pada saat kerja sekarang.
8. Keterampilan apa saja yang kalian dapatkan selama di Ar-Rahman?
Mengoperasikan komputer. Aku juga senang dengan guru yang suka memberi tugas
yang umum seperti tugas harus dikirim ke email, facebook dan sebagainya.
9. Bagaimana cara kalian bersikap ketika bergaul di masyarakat?
Saya bekerja di divisi marketing, ketika bergaul dengan rekan kerja tidak ada rasa
minder karena di sana yang dilihat bukan sekolah atau pengalaman kerja tetapi yang dlihat
adalah angka atau target marketing. Saya berasal dari SMP yang terbilang bagus tapi
memiliki keluarga yang kurang mampu terkadang suka disepelein. Sebelum masuk ar-
rahman saya tidak memakai jilbab setelah saya ke ar-rahman saya menjadi berjilbab dan
memiliki teman yang perhatian.
10. Apakah keluarga selalu mendukung kamu untuk belajar?
Iya karena keluarga berpikir bukan saatnya saya bekerja. Mereka menyadari bahwa
jika hanya lulusan SMP, pekerjaan yang didapat paling menjadi pembantu atau menjaga
toko dan itu tidak dibolehkan sama orang tua.
11. Bagaimana cara keluarga mendukung kamu dalam belajar?
Memberikan semangat. Jika waktunya sekolah, saya harus sekolah dan mereka
membiayain ongkos dan buku pelajaran.
12. Apa yang kamu lakukan dalam rangka membantu perekonomian keluarga?
Tidak bekerta tapi saat itu pernah kerja di konveksi tas tapi hanya satu bulan saja. Saat
itu juga, saya bekerja hanya untuk bisa membeli HP.
115
13. Jika kamu sekolah sambil bekerja, bagaimana cara kamu membagi waktu antara belajar
dan bekerja?
Pulang sekolah kerja sampai malam, terus sabtu minggu kerja. Sekolah Ar-rahman
jarang memberikan tugas seperti sekolah umum lainnya jadi kita tidak terlalu terbebani
sehingga bisa sambil bekerja. Saya tidak pernah belajar di rumah, jika ada PR saya
mengerjakannya di sekolah.
14. Pekerjaan apa yang sangat kamu inginkan dan dambakan?
Menjadi telemarketing tapi bagian second card.
15. Bagaimana cara kamu untuk memperoleh pekerjaan tersebut?
Tidak ada yang dilakukan karena ketika lulus saya melamar ke mana saja yang
penting bekerja.
16. Apa yang kalian lakukan setelah lulus dari Ar-Rahman?
Ketika lulus dari Ar-Rahman, saya diberitahu oleh kepala sekolah bahwa ada
saudaranya di SPV Unilever bagian HRD reqruitment dan kita ditawari untuk melamar
disana. Kemudian kita diukur tinggi badan dan berat bada ideal, pada saat itu yang
diterima hanya dua orang, yaitu aku sama ii tapi saya hanya bekerja tiga hari karena saya
ditempatkan di BSD jauh dari rumah saya.
Kemudian melamar di MM juice bersama teman yang berbeda sekolah. Pada saat itu,
saya sudah diterima bagian cooking tapi karena HP nya jatuh jadi aku tidak mau kerja
dan aku berpikirnya buat apa kerja jadi tukang masak karena di rumah aja malas masak.
Saya melamar juga di lotte mart bersama teman-teman satu sekolah, saat itu aku
diterima tapi saat itu saya tidak ambil karena saya inginnya berdiskusi dulu dengan orang
tua tetapi pihak lotte mart mengharuskan mengambil keputusan sekarang.
Kemudian bekerja di SOGO, pekerjaan ini ditawarkan oleh bunda fauzi yang
merupakan pengasuh ar-rahman tapi karena saat itu kerjanya kadang-kadang sampai jam
23.00 dan pulang ke rumah tengah malam, jadi saya disuruh berhenti sama orang
tua.Kebetulan sekali di kantor kaka saya ada yang baru resign jadi saya mencoba
melamar disana, awalnya saya melamar untuk mejadi admin tetapi ternyata saya diterima
sebagai telemarketing di Telesales officer XBILL bii may bank tempatnya di PT
infomedia solusi humanika.
Ketika interview, saya di tes angka yaitu disuruh menghafak no telepon yang muncul
dan alahamdulilah dalam dua menit saya bisa menyebutkannya. Pada saat itu, ada dua
orang yang melamar bekerja disana, mereka pernah bekerja di asuransi dan Bank Niaga
dan lulusan S1 tapi malah saya yang diterima.
116
17. Bagaimana dengan ijazah sekolah ketika kalian melamar pekerjaan?
Pernah ada rasa takut jika ijazah ar-rahman tidak diterima ketika melamar kerja. Akan
tetapi, ketika melihat angkatan yang sebelumnya banyak yang kerja dan kuliah akhirnya
saya tidak khawatir. Saya juga bingung kenapa ijazah saya tidak dipermasalahkan.
Padahal ketika melamar di bii itu ada tesnya, yang kelengkapan syarat ktp dan ijazahnya
itu langsung di cek oleh pusat. Mungkin yang diliatnya adalah saya baru lulus dan tidak
memiliki riwayat hutang.
18. Apa hambatan yang dialami selama bekerja?
Hambatan pasti ada tapi alhamdulilah berjalan baik-baik saja. Biasanya hambatannya
yaitu teguran dari nasabah, dikejar target dari manajemen, atau adanya program baru
yang saya sama sekali belum mengetahui. Jika ada program baru atau promo baru
seperti cashback maka aku harus belajar lagi.
19. Tuntutan apa yang ditekankan oleh perusahaan?
Paling tuntutannya harus mengejar target dari manajemen perusahaan.
20. Apa strategi yang kamu lakukan agar mampu bersaing dengan para tenaga kerja lain?
Tidak ada strategi.
21. Apa yang kalian lakukan jika kalian menemukan hal baru di pekerjaan kalian yang
sebelumnya belum kalian dapatkan di sekolah?dan susah tidak melakukan hal tersebut?
Hal baru tersebut yaitu ketika ada program baru yang harus saya tawarkan kepada
nasabah, karen program tersebut baru jadi saya harus memahami dulu programnya
seperti apa agar ketika saya menelpon ke nasabah saya sudah menguasainya. Jika saya
ada kesulitan, paling saya minta diajari oleh senior saya dan alhamdulilah saya sudah
memahaminya dalam waktu singkat.
117
LAMPIRAN WAWANCARA
Nama : Yuniarti Salamah
Pekerjaan : Waitress dan Kasir Killiney Kopitian
Angkatan : IV
1. Mengapa memilih sekolah di Ar-Rahman?
Masuk di sekolah ini karena memang kemauan orang tua. Pertama saya tidak tega melihat
orang tua mengekuarkan biaya terus, akhirnya saya mau sekolah disini yang penting dekat
dengan rumah. Awalnya saya sekolah di SMP Bonjol, Saya mengetahui ar-rahman dari
kaka tingkat angkatan sebelumnya.
2. Menurutmu bagaimana kualitas pendidikan di Ar-Rahman?
Pertama kali melihat sekolah ini saya merasa bingung. Ketika saya pertama kali ke
sekolah, saya pikir itu adalah kontrakan. Kemudian, ketika pertama kali di MOS, saya
sudah merasa nyaman dengan teman-temannya. Disini memang kualitas mengajar dan
fasilitasnya kurang, tetapi disini mendidik banget karena sekolah ini membantu orang-
orang yang tidak mampu. Jika ada yang kekurangan biaya, sekolah ini selalu membantu.
3. Materi apa yang paling kamu sukai?
Akuntansi karena memang semenjak mulai sekolah disini, saya selalu memegang
keuangan terus yaitu jadi bendahara infak dan kas. Pada saat bekerja pun, saya memegang
uang kas food court dan juga memang seneng dengan ilmunya akuntansi.
4. Bagaimana cara guru mengajar di kelas?
Gurunya jarang masuk. Jika gurunya tidak masuk, jarang memberikan tugas paling kita
yang suka minta tugas sama pembina sekolah.
5. Apakah kalian mempunyai buku pelajaran? atau sumber belajar lain?
Hanya kelas dua saja dikasih buku. Kelas 1 dan kelas 3 tidak dikasih, paling fotocopy jika
perlu buku.
6. Kegiatan apa yang kalian lakukan di luar jam pelajaran yang dapat mendukung
kompetensi kamu?
Mengaji. Waktu itu juga pernah ada Anwar Fuady dan dikasih bukunya, tetapi bukunya
tidak sempat dibaca karena hanya dikasih satu dan bergantian dengan siswa lain. Paling
kepala sekolah suka memberi motivasi dan mendatangkan penyuluh dari luar sekolah, tapi
itu juga tidak terjadwal paling hanya satu tahun sekali.
118
7. Pengetahuan apa saja yang kamu dapatkan selama bersekolah di Ar-rahman?
Wirausaha. Pada saat itu, pelajaran wirausaha yang paling menguji rasa percaya diri,
karena pada saat itu siswa disuruh keliling jualan pisang dan agar.
8. Keterampilan apa saja yang kalian dapatkan selama di Ar-rahman?
Berorganisasi dan bersosialisasi
9. Bagaimana cara kalian bersikap ketika bergaul di masyarakat?
Semenjak sekolah disini, saya menjadi pintar berkomunikasi karena di sekolah ini selain
berkomunikasi dengan teman juga dengan lintas angkatan dan guru-guru baik langsung
maupun lewat sosial media. Disini juga, saya mulai memiliki rasa percaya diri jika
berkomunikasi dengan orang lain.
10. Apakah keluarga selalu mendukung kamu untuk belajar?
Mendukung karena pas awal masuk kesini pun orang tua menanyakan terlebih dahulu
apakah saya suka atau tidaknya dengan sekolah ini.
11. Bagaimana cara keluarga mendukung kamu dalam belajar?
Disiplin yaitu harus tau kapan waktu main dan belajar. Keluarga selalu menyuruh belajar
dari habis magrib sampai isya dan itu harus dilakukan settiap hari. Jika mengerjakan PR
harus siang karena malam waktu belajar bukan mengerjakan PR.
12. Apa yang kamu lakukan dalam rangka membantu perekonomian keluarga?
Saya tidak bekerja, paling pulang sekolah membantu orang tua. Ayah saya kan jualan
nasi goreng keliling, karena bapak jualannya malam jadi pas siangnya saya bantun
menyiapkan bahan untuk berjualan.
13. Jika kamu sekolah sambil bekerja, bagaimana cara kamu membagi waktu antara belajar
dan bekerja?
Tidak.
14. Pekerjaan apa yang sangat kamu inginkan dan dambakan?
Sebenarnya ketika sekolah,saya tidak pernah menginginkan pekerjaan apapun yang
penting saya bisa membanggakan orang tua.
15. Bagaimana cara kamu untuk memperoleh pekerjaan tersebut?
Tidak ada.
16. Apa yang kalian lakukan setelah lulus dari Ar-Rahman?
Sempat melamar ke berbagai perusahaan dan itu juga bareng dengan lulusan sekolah
negeri dan swasta, ternyata tidak ada masalah dengan SKL tkarena yang diperhatikan itu
CV. Sebenarnya ketika melamar di Carefour Blok M, lulusan sekolah negeri dan swasta
itu diterima hanya saja mereka tidak ambil karena capek berdiri kerjanya. Akan tetapi,
119
saya menerima saja pekerjaan tersebut karena gajinya lumayan besar. Kemudian saya
bekerja di Bintaro Exchange bagian food court di Killiney Kopitian yaitu bagian kasir
dan masak. Saya melamar di Bintaro Exchange karena kebetulan ada temen yang bekerja
disitu. Ketika melamar, besoknya saya langsung dipanggil dan disuruh kerja. Memang
bekerja disitu harus ada orang yang dikenal karena sistemnya kepercayaan. Di pekerjaan
tersebut, tugas saya jika ada yang belanja saya mencatetnya kemudian bon nya harus ada.
Baru setelah itu, aku setorin ke atasan dan aku catet di buku kas, nanti atasannya
mengecek lagi barang yang tersedia.
17. Bagaimana dengan ijazah sekolah ketika kalian melamar pekerjaan?
Ijazah tidak pernah jadi masalah. Selama interview tidak pernah menanyakan bagaimana
sekolahnya, yang ditanya hanya berasal dari sekolah mana.
18. Apa hambatan yang dialami selama bekerja?
Tidak ada.
19. Tuntutan apa yang ditekankan oleh perusahaan?
Tidak ada, bebas. Meskipun toko sepi tapi atasannya memaklumi. Tapi harus jujur, rajin
dan bisa segalanya.
20. Apa strategi yang kamu lakukan agar mampu bersaing dengan para tenaga kerja lain?
Yakin, jujur dan tekun.
21. Apa yang kalian lakukan jika kalian menemukan hal baru di pekerjaan kalian yang
sebelumnya belum kalian dapatkan di sekolah?dan susah tidak melakukan hal tersebut?
Belajar. Kebetulan hal baru itu adalah harus pintar berkomunikasi dengan konsumen,
jadi selama bekerja saya selalu belajar cara berkomunikasi yang baik dan alhamdulilah
pengetahuan dasar dalam public speaking sudah dipelajari di ar-rahman.
120
LAMPIRAN WAWANCARA
Nama : Mega Yuniarti
Pekerjaan : Kasir Mr.Beef
Angkatan : IV
1. Mengapa memilih sekolah di Ar-Rahman?
Karena tidak mampu secara ekonomi jika sekolah di tempat yang biasa. Aku tau Ar
rahman dari temen, awalnya orang tua tidak mengizinkan aku sekolah disini, dengan
alasan karena Ar-rahman itu fasilitasnya kurang memadai. Akan tetapi, lama kelamaan
orang tua mengizinkan saya sekolah di Ar-Rahman karena memang deket juga dari rumah.
2. Menurutmu bagaimana kualitas pendidikan di Ar-Rahman?
Awalnya kaget karena hanya ada tiga kelas, saya berpikir gimana nanti belajarnya.
Meskipun begitu, sesudah dijalani ternyata cara belajar dan guru-gurunya sama saja
dengan sekolah lainnya. Awalnya Ar-rahman memang sekolahnya banyak kekurangan,
tetapi semakin kesana sekolah tersebut mulai bisa memperbaiki dan melengkapi.
3. Materi apa yang paling kamu sukai?
Akuntansi dan kewirausahaan, karena memang pelajarannya asyik dan memang gurunya
juga dalam mengajar mudah dipahami.
4. Bagaimana cara guru mengajar di kelas?
Terkadang ada waktu yang kurang buat belajarnya, karena gurunya jarang masuk dan
tidak ada pemberitahuan sebelumnya alasan guru tersebut tidak masuk kelas, jadinya
sering ketinggalan pelajaran. Tugas pun dikasih jika kita minta ke pesantren, tetapi itu juga
kadang tidak dikasih tugas karena gurunya pergi begitu saja.
5. Apakah kalian mempunyai buku pelajaran?atau sumber belajar lain?
Sekolah memberikan buku secara gratis dan kita juga suka mencatat materi yang
disampaikan.
6. Kegiatan apa yang kalian lakukan di luar jam pelajaran yang dapat mendukung
kompetensi kamu?
Tidak ada, paling jika mau mengadakan acara kita baru latihan seperti latihan hadroh,
vokalis dan drama. Semua latihan itu diipilih sesuai dengan keinginan siswa. Latihan ini
rutin dilakukan setiap harinya dengan latihan di pesantren atau di TPA Masjid. Selain itu
ada juga kegiatan berupa, mengaji yang dilakukan sepulang sekolah mulai dari jam 13.00-
15.00, dengan pengajarnya yaitu guru Ar-Rahman yang tinggal di pesantren.
121
7. Pengetahuan apa saja yang kamu dapatkan selama bersekolah di Ar-Rahman?
Penanaman nilai-nilai agama, public speaking, akuntansi dan komputer mulai dari exel
dan word.
8. Keterampilan apa saja yang kalian dapatkan selama di Ar-Rahman?
Banyak keterampilan yang diajarkan tapi lebih kepada pribadi siswa, terutama
keterampilan berbicara sehingga membuat siswa percaya diri berbicara di depan umum.
9. Bagaimana cara kalian bersikap ketika bergaul di masyarakat?
Alhamdulilah selama belajar di ar-rahman saya menjadi pribadi yang lebih baik lagi, baik
dari segi etika berbicara, bersikap dan berpenampilan.
10.Apakah keluarga selalu mendukung kamu untuk belajar?
Mendukung, bahkan nanti adik saya diharuskan sekolah disini kata orang tua. Hal tersebut
dikarenakan, melihat saya menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya meskipun
sekolah ini serba kekurangan.
11.Bagaimana cara keluarga mendukung kamu dalam belajar?
Selalu menyuruh saya belajar, apalagi jika saya sedang malas ke sekolah dan menanmkan
sikap optimis meskipun sekolahnya serba terbatas dibandingkan sekolah lainnya. Akan
tetapi ,menurut saya ar-rahman lebih baik dibandingkan sekolah lain.
12.Apa yang kamu lakukan dalam rangka membantu perekonomian keluarga?
Tidak bekerja. Namun, pada saat kelas tiga saya mengajar ngaji di daerah dekat rumah.
13. Jika kamu sekolah sambil bekerja, bagaimana cara kamu membagi waktu antara belajar
dan bekerja?
Pada saat mengajar ngaji, saya pulang dari sekolah pukul 14.00 atau 15.00 (jika saya ikut
belajar mengaji di sekolah). Setelah itu, mengajar ngaji mulai dari pulang sekolah sampai
jam 18.00. Terkadang habis magrib belajar sebentar itu juga jika ada tugas atau sedang
tidak malas.
14.Pekerjaan apa yang sangat kamu inginkan dan dambakan?
Berkeinginan menjadi guru karena pada saat sekolah pernah diajarin sama guru tetapi saya
tidak bisa membalas jasanya dan melihat hal itu, saya menjadi ada keinginan untuk
menjadi seorang guru.
15.Bagaimana cara kamu untuk memperoleh pekerjaan tersebut?
Sempat berkeinginan untuk kuliah di jurusan keguruan tetapi untuk sekarang lebih
memilih kerja dulu.
122
16.Apa yang kalian lakukan setelah lulus dari Ar-Rahman?
Saya melamar kerja di Pom bensin terus diterima dan ditraining dulu, kemudian di PT
Honda tapi tidak diambil karena kejauhan. Setelah itu, aku melamar di Blok M tetapi
sempat bingung mau milih pekerjaan yang mana tapi aku lebih memilih bekerja di Blok M
jadi kasir restoran Master Beef Ball.
17.Bagaimana dengan ijazah sekolah ketika kalian melamar pekerjaan?
Ijazah tidak pernah ditanyakan karena aku melamar juga hanya menggunakan SKL dan
surat lamaran. SKL juga tidak terlalu diperhatikan karena yang dilihat adalah cara kita
bekerja. Ketika di interview pun yang ditanyakan hanya nama dan sekolahnya, sama sekali
tidak menanyakan SKL ataupun ijazah.
18.Apa hambatan yang dialami selama bekerja?
Awal masuk pernah merasa tidak nyaman karena jadi waitress dan sering diomelin sama
konsumen, hal itu terjadi mungkin karena baru jadi masih salah memberikan menu. Pada
saat itu juga dikira teman-temannya tidak kooperatif ternyata setelah dijalani cukup
nyaman. Dan sampai akhirnya saya diroling di bagian kasir.
19.Tuntutan apa yang ditekankan oleh perusahaan?
Dituntut untuk mengikuti peraturan, jangan membantah apa yang dikatakan senior.
20.Apa strategi yang kamu lakukan agar mampu bersaing dengan para tenaga kerja lain?
Bersaing sih tidak tetapi yang penting percaya diri saja, yakin saja kita pasti diterima di
pekerjaan tersebut meskipun kita hanya lulusan ar-rahman, karena kerja kan bukan diliat
ijazahnya tetapi dilihat dari kemmapuan dan tata cara kerjanya.
21.Apa yang kalian lakukan jika kalian menemukan hal baru di pekerjaan kalian yang
sebelumnya belum kalian dapatkan di sekolah?dan susah tidak melakukan hal tersebut?
Hal baru tersebut berupa pembukuan di kasir. Bekerja di kasir, ilmunya sama saja saat
mempelajari pelajaran akuntasi di sekolah yaitu harus menghitung pembelian dan
penjualan bersih. Meskipun sudah diajarkan, namun masih ada hal yang belum diajarkan
atau mungkin sudah diajarkan tetapi aku lupa dan tidak paham.meskipun begitu, disaat
saya tidak bisa, saya dijarkan oleh senior dan alhamdulilah dengan waktu yang tidak lama
saya sudah menguasai.
LAMPIRAN FOTO
Ruang Belajar Komputer
Ruang Kelas
Sekolah Tampak Dari Depan