jurusan perbandingan madzhab fiqih...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

PEMANFAATAN I-IARTA GADAI
DALAM PERSPEI<.:TIF EMP AT MAZI-IAB
(Analisa Perbanclingan)
:,:-_\!e~·in, ''·" --,...,.,,- -· ··-~ ..... ,,_ ... ..,..,.._,_ .:
d;1rl , Tgl. ; .ff'"(~"'i)"'{':"''IJZJTIJ ....
Oleh : No. lndult : :~ff(!:'.f'.:::~:!::~:::9:;{q7: kiasH!ka!'i ; .............................. . Wahyudin ............ -
102043124935
JURUSAN PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH FAI<.:ULTAS SYARI'AH DAN HUli<.:UM
UIN SY ARIF HIDAY A TULLAH JAI<.:ARTA
1430H I 2009 M

PERPUST AK~AN .. UT fl.MA -~ UIN S'O\HID JAKARTA J --~-""'~.,,,,,,_~
PEMANFAATAN IfAR.TA GADAI
DALAM PERSPEI<TIF EMP AT lVIAZHAB
(Analisa Perbandingan)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam
Oleh:
Wahyudi!! 102043124935
Dibawah Bimbingan :
Drs. H. Hamid Farihi, MA Nip. 195811191986031001
JURUSAN PERBANDINGAN MADZHAB FIQIH FAI<ULTAS SYARI'AI:I DAN IIUl(UM
UIN SY ARIF fIIDA YA TULLAR JAI<ARTA
143011I2009 M

PENGESAHAN P ANITIA UJIAN
ripsi be1judul,PEMANFAATAN HARTA GADAI DALAM PERSPEKTIF EMPAT
ADZHAB (Analisa Perbandingan) telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas
ariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada !Jori
iin. Tanggal 07 Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
mperoleh gelar Saijana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Perbandingan Madzhab
tih dan I-Iukum (PMI-I).
Jakarta, 07 Desember 2009
~ITIA UJIAN
(etua : Dr.I-I. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag
NIP. 197112121995031001
lekretaris : Dr. H, Muhamm;Jd Taufiki, M.Ag_
NIP. 196511191998031002
'embimbing I : Drs. H.Hamid Farihi, MA
NIP. 195811191986031001
'embimbing II : Dr. H, Muhammad Taufiki, M.Ag
NIP. 196511191998031002
enguji I : Prof. Dr. I-I. J-lasanuddin AF, MA
NIP. 150050917
enguji II : Dra. Maskufa, M.Ag
NIP. 196807031994032002
/
(. .. " " " " .'j)/( ... ) j
( ...... ~.)
~ ~ ~r~~·
~ .. )

LEMBAR PERNY AT AAN
ngan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk rnemenuhi salah salll
persyaratan mempero!eh gelar strata satu (SI) di Universitas lsi.arn Negeri (UIN) Syarif
Hidayatul!ah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesum
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (U!N) Syarif Hidnyatullah
Jakartr..
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau rnerupakan
basil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
lJniversitas Islam Negeri (lJIN) SyarifHidayatullah Jakarta.
Jakarta, 07 Desember 2009
~J~"~, Wahyudin

KATA PENGANTAR
~Jir}i~ul~
Segala puja dan puji syukur senantiasa hamba haturkan kehaclirat Allah SWT,
yang telah a1emberikan nikmat tak terkira, berupa iman dan Islam, serta memberikan
kemudahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tanpa kasih dan sayang-Mu
ya Rabbi tentulah penulis akan mengalami kesulitan clan kemandegan clalan~.
menyelesaikan skripsi ini. Kaulah makna cinta sejati, yang telah memberi seccrcah
motivasi, hingga terselesaikannya buah karya berupa skripsi.
Shaiawat dan salam pula tak lupa, selalu •erkirim doa, teruntuk manusia
sempurna yang berhasil merubah dunia clan menjadi rahmat bagi almn semesta,
menaikkan derajat kaum wanita, menjunjung tinggi azas Jogilrn, merubah kebiasaan
tercela menjadi mulia dengan cinta yang bcrani mengorbankan nyawa demi tauhicl
Yang Esa. Karena beliaulah Islam menjadi sebuah agama, karena beliaulah pembela
HAM pertama, karena beliualah revolusioner sejati yakni Nabi Muhammad saw,
Rasul ullah penutup anbia.
Tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, tentulah dalam pernbuatan skripsi
1111 akan mengalami hambatan-hambatan yang ada. Karena itu banyaJ; sekali
keterlibatan pihak-pihak lain yang turut membantu dalam penyusunnnnya. Schingga
sudah sepantasnya penulis mengucap banyak terima kasih yang scbcsar-besarnya dan

6. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Ustadz Muhayar bin Ustadz Nurdin
clan Ibunda tercinta Atiyah binti Hanafi. Atas kasih sayang kalian bcrdua,
skripsi ini adalah buah persernbahan dari anakmu tercinta. "fbu ... Cinlam11
adalah catatan sejarah hidupku", tanpa pengorbanan dun kesabaran kalian,
manalah mungkin skripsi ini terselesaikan. Maafkan anakmu [bu, maafkan
anakrnu Ayah. Belaian kasihmu, kan kuabadikan sarnpai akhir hidupkl;. Juga
adik-adikku tersayang : Dewi Listia Wardani, Syarifah Fauziah, Muhammad
Ma'sum, lndah Khairun Nisa, Luthfia Ningsih clan Muhammad fhsan Al ..
Farizi (Ezi) yang selalu mendoakanku dalam penulisan skripsi ini. "Semoga
Allah me/indungi dan menyayangi kalian semua ".
Penulis mengucapkan terima kasih kepada sernuanya yang telah membantu.
clan semoga Allah SWT rnemberikan balasan yang berlipo.t. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembacanya sekalipun masih terdapat kekurnngan clan perbaikan.
karena "Tak ada manusia yang sempurna ".
Bogor, Januari 2009
c-=~V:.-, Penulis

DAFTAR !SI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... .
DAFTARISI ....................................................................................................... IV
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masai ah ..................................................... .
B. Pembatasan clan Perurnusan Masalah................................... 9
C. Tujuan clan Manfaat Penulisan............................................. I 0
D. Review (Kajian Terdahulu).............................. ................. . 11
E. Metode Penelitian................................................................. I J
F. Sisternatika Penulisan .......................................................... 13
BAB II SEJARAI-1 PERKEMBANGAN MAZHAB
A. Latar Belakang Tirnbulnya Mazhab .... ........ ....... .... .... ....... ........ J 5
B. Pengertian rnazhab ................................ ........... ..... ....... ... ....... .... 23
C. Macam-macam Mazhab ............... ... ... ......... ...... ... .. . .. . ............. ... 24
BAB III TINJAUAN UMUM TENT ANG GADAI
A. Definisi Gadai ..................................................................... . 28
B. Lanclasan 1-Iukum Gadai ..................................................... .. 30
C. Rukun Gaclai ....................................................................... .
D. Syarat Gadai ........................................................................ . 14

BAB IV
BABY
PERBANDINGAN PENDAPAT EMPAT MAZI-IAB
TENT ANG PEMANFAATAN HART A GADAI
A. Pemanfaatan Barga Oadai Yang Dilakukan Oleh Rahin ..... 41
I. Pendapat 1-lanafiyah............................ ... .. ...... .... ...... .... . . 41
2. Pendapal Malikiyah........................................................ 42
3. Pendapat Syafi'iyah....................................................... 42
4. Pendapat Hanabilah........................................................ 4 3
B. Pemanfaatan Hatta Oadai Yang Dilakukan oleh Murtahin.. 44
I. Pendapat 1-lanafiyah....................................................... 44
2. Pendapat Malikiyah........................................................ 4 5
3. Pendapat Syafi'iyah....................................................... 46
4. Pendapat Hanabilah........................................................ 46
C. Dali]- dalil Pendapat........................................... ................ 49
D. Munaqasah Adillah.............................................................. 5 l
PENUTUP
A. Kesimpulan .. .. . .. .. .. .. .. .. . . .. .. .... . .. . .. . .. .. .. .. .. .. .. .. . . .. .. . . .. . .. .. .. .. .. .. . 5 9
B. Saran-saran........................................................................... 62
DAFTARPUSTAKA ......................................................................................... 63

BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu keyakinan yang mesti menjadi pegangan umat Islam ialah bahwa ajaran
Islam yang termuat clidalam al-Qur'an dan al-Sunah merupakan petunjuk Allah yang
harus menjadi pecloman bagi seluruh umat manusia demi keselamatan hidupnya
clidunia clan akhirat Berbecla hal nya dengan ajaran-ajaran yang pernah diturunkan
Allah sebelumnya, ajaran Islam tic!ak hanya berlaku untuk suatu kelompok
masyarakat tertentu clan terbatas pada suatu masa tertentu. Ajaran Islam sejak
cliturunkan telah clitetapkan sebagai pegangan bagi semua kelompok umat manusia
pada berbagai tempat clan waktu sampai pada akhir masa.
Syari'at Islam mempunyai sifat integral, yang mencakup seluruh aspek
kehiclupan manusia, bukan hanya semata kehidupan ukhrawi chm bukan pula
kehidupan cluniawi, tetapi 111enghi111pun kedua aspek kehidupan ini. Karena itu
dapatlah dikatakan Islam sebagai kepercayaan clan Islam itu way of life. Karena luas
biclang yang diatur syari'at ini, maka para ahli membagi peraturan-peraturan Islam itu
kedalam tiga kelompok:

2
I. Peraturan yang berhubungan dengan kepercayaan (l'tikad).
Dal am hal ini Islam telah menetapkan clasar-dasar kepercayaan kepacla Allah,
rasul-rasulNya, kitab-kitabNya, malailrntNya, hari akhir clan takclir. Semua cliatur
dalam suatu ilmu pengetahuan khusus yang dinamakan Ilmu Tauhid. 1
Menurut Syekh M. Abduh, Ilmu Tauhid ialah ilmu yang membicarakan tentang
wujud Tuhan, sifat-sifat yang mesti ada pacla Nya, sifat-sifat yang boleh mla pacla
Nya, sifat-sifat yang ticlak mungkin ada pada Nya; membicarakan tentang rasul-rasul,
untuk menetapkan keutusan mereka, sifat-sifat yang boleh dipertautkan kepacla
mereka, clan sifat-sifat yang tidak mungkin terdapat pada mernka. 2
Semua dasar pembahasan dan pernbuktian dalmn bidang ini aclalah
berdasarkan wahyu, apakah wahyu yang berbentuk al-Qur'an atau sunah Rasul.
Kemudian ditunjang oleh rasio. Ilmu Tauhid adalah ilmu yang pasti karena itu
pembuktian untuk mencapainya harus pasti juga ymtu wahyu. Akal manusia selalu
berbeda yang tidak membawa kepada suatu kepastian, kepastian yang mutlak hanya
1 f-Iuzai1nah ·r. Yanggo dan Hatiz Anshary AZ, Problen1atiko /-!11k111n Jslan1 Konteo1porer,
(Jakarta: Pustaka Firdaus, I 994), Cet. Ke-I, h. I 79
2 A. 1-fanafi, Pengantar Theology !sla111, (.Jakarla: PT. Al-f-lusna Zikrn, 200 I), Cet. I<e-7, h.
12.

3
dari wahyu. Wahyu memberikan kebenaran, sedang aka! hanya alat untuk mencan
kebenaran, seclang hasil penemuan aka! belmn tentu benar.3
Demikianlah keyakinan didalam Islam bukan semata hanya berdasarkan
dogma yang mesti clitelan bulat-bulat, tetapi juga 111anusia disuruh clan di dorong agar
berfikir clan memikirkan segala sesuatu untuk mernperkokoh clan memperkum
keyakinan terhaclap apa yang telah ditelapkan agama yang barns clipercayai.
2. Peraturan yang berhubungan dengan Akhlak
Dalam bidang ini para u!ama telah menyusun suatu ilmu pengetahuan
tersencliri yang clinamakan Ilmu Tasawuf yang isinya 111endorong manusia agar
menghinc!ari diri clari sega!a pemikiran-pernikiran clan sifat-sifat yang buruk clan keji.,
clan clisamping itu mengajak clan menclorong manusia agar bersifat clan berakhlak
yang baik. Dasar ilmu tasawuf ini juga adalah berclasarkan ajaran al-Qur'an dan
sunah.4
Dalam kaitan ini terclapat tiga suc!ut panclang yang cligunakan para ahli untuk
menclefinisikan tasawuf. Pertama, suclut panc!ang manusia sebagai makhluk terbatas;
3 H.M. Asywadie Syukur, Perbandingan i\!adzhab, (Surabaya: PT. Bina llmu, 1994), C\,t.1,
h.3.
•I Ibid, h.3.

4
kedua, sudut pandang manusia sebagai makhluk yang harus be1juang; clan ketiga
sudut pandang manusia sebagai makhluk ber-Tuhan. 5
Jika clilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhlt:k yang terbarns, maka
tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan
pengaruh kehidupan clunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah.
Selanjutnya jika sudut panclang yang cligunakan adalah panclangan bahwa manusia
sebagai makhluk yang harus be1juang, maka tasawuf dapat clidefinisikan sebagai
upaya memperinclah cliri dengan akhlak yang bersumber pada ajaran aga111a dalam
rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan jika sudut panclang yang digunakan
adalah manusia sebagai makhluk ber-Tuhan, maka tasmvuf dapat diclefinisikan
sebagai kesadaran fitrah (perasaan percaya kepacla Tuhan) yang dapat mengarahkan
jiwa agar selalu tertuju kepada kegiatan-kegiatan yang clapat 111enghubungkan
manusia dengan Tuhan.
Jika ketiga clefinisi tasawuf tersebut satu dan yang lainnya clihubungkan,
maka segera nampak bahwa tasawuf pacla intinya adalah upaya mclatih jiwa clengan
berbagai kegiatan yang clapat membebaskan cliri manusia clari pengaruh kchidupan
5 Abud in Nata, Metodo/ogi St11di Islam. (Jakarta ; PT. Raja Grafindo, 200 I), Cet. 6, hat 240

5
duniawi, selalu dekat dengan Allah, sehingga jiwanya bersib clan memancarkan
akhlak yang mulia.6
Akhlak mulia atau bucli luhur aclalah merupakan pokok ajaran islam. Karena
itu Rasu!ullah mengaitkan missinya clengan pernbinaan akhlak mulia. Karena itu budi
luhur tumbuh ketundukan dan kepatuhan terhadap hukum-hukum yang mengatur
hubungan manusia clengan Tuhannya, antara manusia dengan sesamanya. Budi luhur
inilah yang 111e1~jacli clasar penilaian Allah terhaclap seseorang, budi lubur ini pula
yang menentukan kelestarian umat manusia. 7
3. Peraturan yang berhubungan clengan I-lukum
Dalam bidang ini para ulama telah menghimpunkannya clidalam suatu ilmu
pengetahuan tersendiri yang mereka namakan ilmu fikih.
Kata fiqih dalam pengertian bahasa ialah "al-fahrnu" yaitu faham,
pengetahuan atau pengertian.8 Adapun yang dimaksud dengan likih menurut istilah
syara' ia!ah pengetahuan tentang hukum-hukum syari 'at Islam mengenai pcrbuatan
manusia yang diambil dari dalil-dalil secara detail. .Alau koclifikasi hukum-hukum
6 Ibid., h. 240.
7 Asywadie, Perbandingan Madzhab, h.4
8 Husnan Budinrnn, Pengantar !/mu Fiqih, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 16.

6
syari'at Islam tentang perbuatan manusia yang diambil berdasarkan dalil-dalil secara
detai!.9
Dari pengertian diatas jelaslah fikih itu merupakan ilmu pengetahuan hukum
yang hanya mencakup perbuatan-perbuatan yang amali saja, clan pengetahuan hukum
bersumber dari ijtihad.
Ilnrn fikih ini dibagi menjadi dua kategori besar:
lbadah ialah kumpulan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan
Tuhannya. Bidang ibadah ini hanya meliputi J\!fuqodimatul lbadah seperti
pembahasan mengenai jenis-jenis air, najis, mandi, wudlm. clan tayamum dan
Maqashidul lbadah yang meliputi sembahyang, puasa, zakat clan lu\ji.
Mu'amalah ialah kumpulan peraturan yang mengatur hubungan manusia
sesamanya. Bidang ini sangat luas, karena me1,cakup semua aspek pergaulan hidup
manusia dengan sesama, baik dalam bidang lingkungan, kebendaan, keluarga,
masyarakat clan negara. 10
Obyek muamalah clalam Islam mempunyai bidang yang amat luas sehingga
al-Qur'an dan al-Sunah secara mayoritas lebih banyak membicarakan persoalan
9 Abdul Wahab Khallaf, //11111 Ush11!11/ Fiqh. dite1je111ahkan oleh Mnsdar Helmy, (Bandung:
Gema Risalah Press, 1997), Cet. Ke-2, h. 21.
'0 Asywadie, Perbandingan Madzhab, h.4.

7
muamalah dalam bentuk yang global dan umum saja. Hal ini menunjukkan bahwa
Islam memberikan peluang bagi manusia untuk melakukan inovasi terhadap berbagai
bentuk nrnamalah yang mereka butuhkan dalam kehidupan mereka, dengan syarat
bahwa bentuk muamalah hasil inovasi ini tidak keluar dari prinsip-prinsip yang telah
ditentukan oleh Islam.
Disadari bahwa manusia sebagai subyek hukum tidak mungkin hidup di alam
ini sendiri saja, tanpa berhubungan sama sekali dengan manusia lainnya. Eksistensi
manusia sebagai makhluk sosial sudah merupakan fitrah yang ditetapkan Allah bagi
mereka. Suatu hal yang paling mendasar dalam memenuhi kebutuhan seorang
nwnusia adalah adanya interaksi sosial dengan manusia lain. Dalam kaitan dengan
ini, Islam clatang dengan dasar-clasar dan prinsip-prins1p yang mengatur secara baik
persoalan-persoalan muamalah yang akan clilalui oleh scliap manusia dalam
kehiclupan sosial mereka.
Perkembangan jenis dan bentuk muamalah yang dilaksanakan oleh manusir:
sejak clahu!u sampai sekarang sejalan clengan perkembangan kebutuhan dar.
pengetahuan manusia itu sendiri. Atas dasar itu, dijumpai dalam berbagai suku
bangsa dan bentuk muamalah yang beragam, yang esensinya aclalah saling melakukan
interaksi sosial dalam upaya memenuhi kebutuhan masing-masing. 11
11 Nasn111 1-laroen, Fiqh Muamalah, (Jakaria: Gaya Media Prataina, 2007), Cet. Ke-2, h. viii

8
Sehubungan dengan itu salah satu persoala11 muamalah yang diatur oleh
ajaran islam yaitu gadai (rahn). Secara realitas ternyata tidal; sclamanya orang bisa
memenuhi clan menyelesaikan kebutuhannya tepat pacla waktunya. Misalnya saja
seorang yang pacla suatu ketika tidak mempunyai uang padahal dia berada ditengah
masyarakat yang tidak mengenal clan mempercayainya atau seorang yang sedang
kehabisan bekal ditengah pe1:jalanan, sehingga proses interaksi jual beli dan pinjam
meminjam dengan cara bai' al-amanah (jual beli dengan cara saling mempercayai)
ticlak clapat clilaksanakan. Pada kemungkinan seperti ini, maka pelaksanaa gadai
sangat dimungkinkan.
Persoalan gadai di Indonesia ini adalah suatu ha! yang sudnh berlangsung
biasa dan sifatnya umum. Disamping adanya pelaksanaan gadai yang tak terorganisir
clitengah masyarakat, clitemukan juga lembaga formal gaclai yang merata pada setiap
claerah di Indonesia ini yang disebut clengan Kantor Pegadaian Negara. Karenanya
dapat clipastikan bahwa pelaksanaan gadai itu telah terlaksann dengan baik dalam
jumlah yang relative banyak.
Dan ada pula sebagian orang atau lembaga yang melakukan transaksi gadai
tidak sesuai dengan ajaran Islam. Yakni terjadinya tindak kezhaliman yang dilakukan
pemilik piutang, clengan earn menggunakan barang gadaian tersebut sekchendaknya
rnelebihi dari biaya perawatan yang di keluarkannya bahkan barang gadaian itu
ketika dikembalikan kepada pemiliknya sudah banyak perubahan dan kerusakan, clan

9
dengan cara menyita barang gadai, walau nilainya lebih besar clari hutangnya, bahkan
mungkin berlipat-lipat. Perbuatan semacam ini, sangat jelas merupakan perbuatan
Jahiliyah clan perbuatan zhalirn yang harus dihilangkan. Sernoga kita terhindar dari
perbuatan ini.
Hal-hal yang berkaitan dengan gadai, diantaranya ialah pemanfaatan barang
gadaian. Para ulama fiqh sepakat rnengatakan bahwa segala biaya yang dibutuhkan
untuk perneliharaan barang-barang jaminan itu menjadi tanggung jawab pemiliknya ..
yaitu orang yang berutang. Hal ini sejalan degan sabda Rasulullah yang rncngatakan:
Artinya: ... Pemilik barang jaminan berhak atas segala basil lx1rang jaminan clan i<'.
juga bertanggung jawab atas segala biaya barang jaminan itu. (HR. asy-Syali'i dai«
ad-Daruquthni).
Para ulama fiqh juga sepakat mengatakan bahwa barnng yang clijadikan
barangjaminan itu ticlak boleh dibiarkan begitu saja, tanpa rnenghasilkan sama sekali.
karena tinclakan itu termasuk tindakan menyia-nyiakan harta yang dilarang
Rasulullah. Akan tetapi, bolehkah pihak pemegang barang jarninan memanfoatkan
barang jaminan itu; sekalipun menclapat izin clari pemilik barang jaminan.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk rnernpermudah dan tidak meluasnya pernbahasan, maka pemdis
rnembatasi rnasalah yang berkaitan dengan Pernanfaatan Harta Gaclai dalam

IO
perspektif empat Imam Mazhab. Adapun rumusan masalah yang akan c!ikaji adalah
sebagai berikut:
I. Apa yang c!imaksuc! c!engan Gac!ai rnenurut empat mazhab?
2. Bagaimana hukum pemanfaatan harta gac!ai menurut empat Mazlrnb sert21
analisanya?
C. Tujuan clan Manfaat Pennlisan
Tt\juan yang ingn dicapai dalam penulisan ini adalah :
1. Mengetahui apa yang dimaksud clengan gaclai menurut empnt rnazhab
2. Mengetahui hukum pernanfaatan harta gaclai yang dilakukan oleh rahin
menurut empat mazhab
3. Mengetahui hukum pemanfaatan harta gadai yag dilakukan oleh murtahin
menurut empat mazhab
Manfaat penulisan yang dapat cliambil dari skripsi in ada'ah ;
1. Secara Akademis
Dilihat clari akaclemis manfaat penulisan ini aclalah dapat memberikan tambahan
keilmuan dalam bic!ang hokum rnuarnalah pada urnurnnya.
2. Secara Praktis

11
Dilihat dari segi praktis, penulisan skripsi ini dapat rnemberikan pen.ielasan kepacla
masyarakat luas tentang pemanfaatan harta gaclai menurut empat mazhab
D. Review (kajian terdahulu)
Sejauh penelusuran penulis, pennasalahan dalam hal gadai hanya sebatm;
membahas pengertian gadai clan ketentuan-ketentuan menerut Islam secarn Juas dan
umum. Ada juga yang membahas tentang pelaksanaan gadai clalam syariat islam
secara umum, prospek pengac!aian jika berdasar pada panduan syariat !slam, dan
yang banyak sering menjadi bahan permasalahan clan c!iangkat clalam skripsi aclalah
analisis pengadaian di perusahaan gadai, kineija pengaclaian menurut Hukum
Konvensional c!itinjau c!ari Hukum Islam.
Pembahasan c!alam skripsi ini lebih kepac!a penjelasan clan aturan
penggaclaian menurut Imam Maclzhab, clan manfaatnya .Penu!is rnenempatkan kepac!a
masalah tersebut.
E. Metode Penulisan
Metode yang cligunakan oleh penulis adalah Deskriptif Analisis yang
bcrusaha memberikan pernecahan rnasalah c!engan pengumpulnn clnta-data bernpa
penclapat tentang pernanfaatan harta gac!ai rnenurut perspekti fem pat rnazhab.
Dalam pengambilan data clalarn penelitian, penulis akan rncmakai nwtodc
studi dokumentasi yang terdapat dalam buku-buku.

12
I. Jenis Penelitian
Dalam skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library
research)
2. Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian m1 terdiri clari ch1ta pnmer dan data
skunder yaitu:
a. Data Primer yaitu kitab Al-Fiqh 'ala Mazahib al-'Arba'ah, Tuhfat al-Ahwaz Bi
Syarh Jami' al-Turmuji
b. Data skuncler yaitu buku-buku pendukung yang berkaitan dengan judul skripsi.
3. Teknik pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data, penulis mempergunkan studi pustaka ,memilih
literature clan referensi kepustakaan yang berhubungan dan berkcnaan dengan juclul
skripsi ini. Dalam rangka pengumpulan data ini penulis membaca buku-buku,
dokumen dan apa saija yang berkaitan dengan permsalahan yang dibahas dalam
skripsi ini.
4. Metode Analisa Data
Penelitian ini bersifat deskriptif bahwasanya penulis memberikan paparan
secara sistematis dan logis serta kemuclian menganalisanya.

13
Adapun teknik penulisan ini mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi
Fakultas Syari'ah dan Hukum Syarif Hidayatullah Jakarta. S,;dang penulisan ayat
ayat al-Qur'an clan terjemabnya berpecloman pada al-Qur'an dan terje111ahnya.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bah, yang 111asing-masing
bab terdiri dari beberapa sub bab. Hal ini dimaksud untuk me111per111udah
pembahasan dan mudah dipahami. Oleh karena itu penulis mengklasifikasikan
permasalahan clengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB!
BAB II
Pendahuluan yang meliputi Jatar belakang, pembatasan clan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penulisan,Review kajian terdahulu, mctode
penulisan, clan sistematika penulisan
Sejarah Perkembangan Mazhab meliputi latar belakang timbulnya
mazhab, pengertian mazhab dan macam-rnacarn rnazhab.
BAB Ill Pernbahasan rnengenai tinjauan unrnrn tentang gadai, rnencakup definisi
gaclai, lanclasan hukum gadai, rukun clan syarat gadai.
BAB IV Pendapat empat Mazhab tentang pemanfaatan harta gadai yang mcliputi:
pendapat Hanafiyah, penclapat Malikiyah, pcndapat Syafi'iah dan
pendapat Hanabilah tentang pemanfaatan harta gadai serta nrnnaqasah

BAB V
14
aclillah
Penutup, berisi tentang kesimpulan, pendapat yang rajih dari pembahas
dan saran-saran serta halaman terakhir berisi daftar pustakn.

BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN MAZHAB
A .. Latar Belakang Timbnlnya Mazhab
Munculnya mazhab - mazhab menunjukkan betapa majunya perkembangan
hukum Islam. Hal ini terutama disebabkan adanya tiga foktor yang sangat
menentukan bagi perkembangan hukt1111 islam sesudah wafat nyn Rasulullah SAW .
yaitu :
I. Semakin luasnya daerah kekuasaan islam, mencakup wilayah - wilayah di
semenanjung Arab, Irak, Mesir, Syam, Parsi clan lain -lain .
2. Pergaulan kaum muslimin clengan bangsa yang di taklukannya. Mereka
terpengaruh oleh budaya, aclat istiaclat serta traclisi bangsa tcrsebut .
3. Akibat jauhnya negara-Negara yang clitaklukkan itu clengan ibu kota
khilafah (pemerintahan) islam, membuat para gubernur, para hakim clan
para ulama harus melakukan ijtihacl guna memberikan jawaban terhadap problem
clan masalah-masalah barn yang clihadapi .
Di Irak misalnya para ulama berhaclapan Jangsung dengan kebudayaan Parsi,
di Syam dengan adat - istiadat clan hukum Romawi, sedangkan di Mesir clengan mlat
istiadat campuran antara Mesir kuno dengan Romawi. Kept1tusan - keputusan para
hakim clan fatwa yang di keluarkan para Imam Mujtahid, semuanya itu menambah
perbendaharaan kekayaan Islam clalam bidang hukum. Peristiwa itu mendorong para
15

16
ulama umumnya dan terutama Imam mujtahid sating melakukan kunjungan ilmiyah
sesuai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, seperti adanya kunjungan
Imam Syafi'I ke Madinah, Irak, Mesir, dan seterusnya. Dari banyaknya kunjungan
ilmiyah tersebut, maka semakin mudah tercapainya pemahaman serta satu sarna lain
semakin mendekati dan mempermudah tercapainya kompromi (kesepakatan) lerhadap
beberapa masalah. Kondisi demikian merupakan suatu kese111patan bagi para ulama
untuk saling menyempurnakan kekurangan pandangan masing-masing. 11
Pada masa Tabi'-tabi'in yang dimulai pada awal abad kedua Hijriyah,
keduclukan ijtihad sebagai istinbath hukum semakin bertambah kokoh dan meluas,
sesudah masa itu muncullah mazhab-mazhab dalam biclang hukum islam, baik dari
golongan ah! al-Hadis maupun ahl al-Ra'yi.
Ahl al-Haclis
Ahl al-hadis ini mula rnula berkernbang di daerah Hijaz, yang mana daerah ini
sebagai tempat berkumpulnya para sahabat dan kota Maclinah yang terletak di dacrah
ini juga merupakan pusat kebudayaan Islam dan pusat pemerintahan islam semenjak
masa Rasulullah sampai masa Usman bin Affan. Di rnasa tabi'in yang rnenganut ahl
al-I-Jadis ini ialah Imam Malik di Maclinah, Imam Syafi'I di Mesir, Imam Ahmad bin
Hanbal di Baghdad dan Daud Zahiri.
Adapun metode pengambilan hukum clari ah! al-I-ladis ini secara umurn
mereka mencari dahulu dalam al-Qur'an dan Sunnah. Dari kedua sumber ini mereka
11 !bid, h. 74

l 7
berpegang kepada lahirnya saja, tanpa membahas dan menc:ari apa yang ada di
belakang ayat atau hadis tersebut. Bila dalam kedua sumber tersebut tidak didapat
barulah mereka mempergunakan pendapat mereka sencliri (berijtihad) ini pun sangat
terbatas clan hati-hati. 12
Ahl al-Ra'yi
Kalau kota Madinah (Hijaz) yang kaya dengan hadis-hadisnya sebagai
tumbuh clan berkembangnya haclis, rnaka clengan sendirinya kolu Kufah ( lrnk) yang
jauh clari pusat pemerintahan clan sangat jarang didapat hadis .. hadis adalah scbagai
tempat tumbuhnya ah! al-Ra'yi ini. Hasan Basri (21 H-110 H) scbagai salah seorang
ahli lrnkum yang hid up didaerah itu yang meletakan batu pertarna ah! al-Ra 'yi clan
seterusnya di kembangkan oleh Imam Abu Hanifah.
Irak dimana Imam Abu Hanifah dilahirkan adalah salah satu dacrnh yang
penuh dengan pertentangan-pertentangan politik, suatu daerah yang letaknya jauh
dari Madinah, malrn tentunya jumlah hadis-hadis yang ada di daerah ini sangat
sec!ikit. 13
Dikalangan umat Islam ada empat mazlrnb yang paling terkenal, yaitu Mazhab
Hanafi ( 80 - 150 H ), Mazhab Maliki ( 93 - 179 H ), Mazhab Syafi' I ( 150 - 204 H ),
Mazhab l-Jarnbali ( 164 - 241 H ). Selain ernpat mazhab terscbut, rnasih banyak
12 H.M. Asywadie Syukur, Perbandingan Madzhab, (Surabaya: PT. Bina JI mu, 1994), Cet. I, h.37
" Ibid.,h.42.

18
mazhab lain seperti : Hasan basri, Ats-Tsauri, Daud Azh-zhahiri, lbnu Abi Laila, Al-
'Auza'I, Al-Laits, Ibn Hazm. At-Thabari, Syi'ah Imamiyah clan Syi'ah Zaidiyah. 14
Di kalangan Jumhur pacla masa ini muncul tiga belas mnzhab, yang berarti
pula telah lahir tiga belas mujtahid. Akan letapi clari jumlah itu ada sembilan imam
mazhab yang paling populer clan melembaga di kalangan jurnhur umat islam clan
pengikutnya. Pada periocle inilah kelembagaan fiqh, berikut pembukuannya nrnlai
dikodifikasi secara baik, sehingga memungkinkan semakin berkembang pesat para
pengikutnya yang semakin banyak clan kokoh. Mereka yang dikenal sebagai pcletak
ushul clan manhaj (metode) fiqh adalah: 15
1. Imam Abu Sa'icl al-Hasan bin Yasar al-Bashri (wafat 110 H)
2. Imam Abu l-Ianifah al-Nu'man bin Tsaclr bin Zauthy (wafat 150 H)
3. Imam Auza'iy Abu' Amr Abel. Rahman bin Amr bin Muhamnrnd (wafot 157 H)
4. Imam Sufyan bin Sa'id bin Masruq al-Tsaury (wafat 160 H)
5. Imam al-Laits bin Sa'ad (wafat 175 !-I)
6. Imam Malik bin Anas al-Ashbahy (wafat 179 H)
7. Imam Sufyan bin Uyainah (wafat 198 H j
8. Imam Muhammad bin Idris al-Syafi' I (wafat 204 H)
9. Imam Ahmad bin Hanbal (wafat 241 1-I ).
"M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab Fiqh, (Jakarla: PT. Raja Grnfindo Pcrsada, 2000) eel. Ke-2, h. 2
15 1-!uzaimah, Pengantar Perbandingan Mazhab,, h. 73

19
Selain itu masih banyak lagi mazhab lainnya yang di bina oleh para imam
mahzab, seperti imam Daud bin Ali bin al-Ashbahany al-Baghdady (wafat 270 HJ,
terkenal sebagai mazhab Zahiry , yang mengambil nisbat kepada redaksional al
Qur'an dan sunnah , juga seperti ishaq bin Rahawaih ( wafat 238 1-l ) dan mazhab luin
yang tidak masyhur dan tidak banyak pengikutnya , atau kurang di kenal sebagai
mana lazimnya para pengikut mazhab - mazhab masyhur yang sering tampak sebagai
muqallidin
Perkembangan mazhab-mazhab itu ticlaklah sama, ada yang rnenclapat
sambutan dan memiliki pengikut yang mengembangkan serta meneruskannya, narnun
adakalanya suatu mazhab kalah pengaruhnya oleh mazhab-rnazhab lain yang clatang
kemuclian, sehingga pengikutnya menjacli surut. Mereka hanya clisebut saj:1
penclapatnya clisela-sela lembarJn kitab-kitab para Imam Mazhab, bahkan acla yaHib
hilang sama sekali.
Mazhab yang clapat bertahan clan berkembang terus sampai sekarang serta
banyak diikuti oleh umat Islam di seluruh dunia, hanya empat mazhab, yaitu:
1. Mazhab Hanafi, penclirinya Imam Abu Hanifah. Nama lengkapnya adalah al
Nu'man bin Tsabit Ibn Zuthi al-Taimy (80-150 I-I). Secarn politik Abu Hanifah
hiclup dalan clua generasi. Ia clilahirkan di Kufah pacla tahun 80 H; artinya ia lahir
pada zaman Dinasti Umayyah clan beliau meninggal pada zaman Dinas'ti
Abbasiyah. Ia hiclup selama 52 tahun pada zaman Umayyah dan 18 tahun pacla
zaman Abbasiyah.

20
2. Mazhab Maliki, Pendirinya Imam Malik. Nama lengkapnya adalah Malik ibn
Ana ibn Abi 'Amar al-Ashbahi. Ia dilahirkan di madinah pada tahun 93 H. Dan
beliau wafat pada tahun l 79 H. Ia sempat mernsakan masa pemer!ntahan
Umayyah selama 40 tahun clan masa pemerintahan Bani Abbas selnma 46 tahun.
3. Mazhab Syafi'l, pendirinya Imam Syafi'i. Nama lengkapnya adalah Muhammad
ibn Idris ibn al-Abbas ibn Otsman ibn Syafi'I ibn al-Sa'ib ibn 'Ubaid ibn 'Abd
Yazid ibn Hasyim ibn 'Abd al-Muthalib ibn 'Abd Manaf. la dilahirkan di Gazza
(suatu daerah dekat Palestina) pada tahun 150 1-1, kemudian dibawa ibunay ke
Makkah. Ia meninggal di Mesir pacla Tahun 204 H.
4. Mazha~ Hanbali, penclirinya Imam Ahmad bin Hanbal. Narna lengkapnya adalah
Abu 'Abdullah Ahmad ibn Hanbal ibn Hila! ibn Asad al-Syaibani al-Marwazi. Ia
dilahirkan di Baghdad pada tahun 164 H. Beliau dikenal dengan imam al-hadits
dan memiliki kitab musnad. Dan beliau meninggal pada tahun 170 I-I. 16
Perkembangan keempat mazhab ini sangat ditentukan sckali oleh beberapa
faktor yang merupakan keistimewaan tertentu bagi keempat mazhab tersebut. Faktor-
faktor itu menurut Chudhari Be](, adalah:
1. Pendapat-pendapat mereka dikumpulkan clan dibukukan. Hal ini tidak terjadi pada
ulama salaf.
16 Dr. Jaih Mubarok, Sejarah clan Perkembangan H11k11m Islam, ( Bandung: PT· Rcmaja Roscla Karya, 2003) cet. Ke-3, h. I I 7

21
2. Adanya murid-murid yang berusaha rnenyebarluaskan pendapat mereka,
mempertahankan dan membelanya. Mereka dalam organisasi sosial dan
pemerintah mempunyai kedudukan yang menjadikan pendapat itu berharga.
3. Adanya kecendrungan jumhur ulama yang menyarankan agar keputusan yang
diputudcan oleh hakim harus berasal dari suatu mazhab, sehingga dalam
berpendapat, tidak acla clugaan yang negatif, karna mengikuti hawa nafsu dalam
mengadili. Hal ini ticlak akan te1jacli bila tidak ada mazhab yang pendapat
pendapatnya dibukukan. 17
Mazhab-nrnzhab tersebut tersebar ke seluruh pelosok negara yang
berpenduduk mus] im. Dengan terse barn ya mazhab - mazhab terse but, berarti terse bar
pula syari'at Islam ke pelosok clunia yang clapat mempermudah umat Islam untuk
melaksanakan sesuai dengan pemahaman yang ada menurut para Imam Madzhab.
Dan mazhab - mazhab yang tidak berkembang (telah musnah) aclalah seperti:
I) Abu 'Amr Abel. Rahman al-Auza'iy. Ia Lahir Di Ba'labak tahun 88 H. Al-Auza'I
termasuk tokoh hadits yang tidak menyukai qiyas, orang-orang Syam dan Hakim
Syam mengikuti mazhabnya. Kemudian Mazhab al-Auzn'i pindah ke Andalusia
bersama orang-orang yang memasukinya dari pengikut Bani Umaiyah ,
kemudian mazhab ini surut di hadapan mazhab al-Syafi'i di Syam dan clihadapan
mazhab Malik di Andalusia pada pertengahan abacl abad ke-3 Hijriyah. pada
tahun 157 1-1
17 l-Iuzain1ah. Pengantar Perbandingan 111azhab,, h. 75

2., ·'
B. Pengertian Mazhab
Menurut bahasa mazhab berasal dari kata Y'-' yang berarti perg1,
be1jalan,berlalu. '-:-"Li.. C '-:-'-"'..\.. atau yang berarti kepercayaan, doktrin, ajaran,
d . 19 pen apat, teon.
Sedangkan menurut istilah " mazhab" ada beberapa rumusan antara lain:
1. Menurut Said Ramadhany al-Buthy mazhab nclalah jalan pikiran
(paham/pendapat) yang ditempuh olehseorang mujtahid dalam menetapkan suatu
lrnkum Islam dari al-Qur'an clan I-Iadits.
2. Menurut K.H.E. Abdurrahman , mazhab dalam istilah Islam berarli pcndapat,
paham atau aliran seorang alim besar dalam Islam yang cligelari Imam scpcrti
mazhab Imam Abu Hanifah, mazhab Imam Ahmad Ibn Hanbal, mazhab Imam
Syafi'I, mazhab Imam Malik, clan lain-lain.
3. Menurut A. Hasan, mazhab adalah sejumlah fatwa atau pendapat-penclapat
seorang alim besar dalarn urusan agarna, baik dalam masalah ibadah ataupun
lainnya. 20
19 Ahn1ad Warson Al-Muna\v\vir1 Al-A1una1v1vir ka111us Arab-Indonesia (Surabayn: Pustakn Progress if, 1997), h. 453
20 Huzailnah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandinga11 1nazl1ab,. ( Jakarta: Logos, 1997). Cet.Ke 3, h. 72

24
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksucl dengan mazhab
menurut istilah aclalah jalan pikiran atau metode yang ditempuh oleh seorang
mujtahid dalam menetapkan hukum suatu peristiwa berclasarkan kepacla al-Qur'an.
Atau mazhab aclalah fatwa atau penclapat seorang Imam Mujtahicl teJllang hukum
peristiwa yang cliambil clari al-Qur'an clan hadis.
C. Mncam-Macam Mazhab
Mazhab-mazhab clalam hukum islam clapat dikelompokan kcpada:
I. Mazhab Ahl al-Sunnah wa al-.Jama'ah
a. Ahl al-ra'yi. Mazhab ini lebih banyak menggunakan aka! clalam bcrijtihacl,
seperti Imam Abu Hanifah.
b. Ahl al-Haclis. Mazhab ini lebih banyak menggunakan haclis dalam bcrijtihad
clari pacla menggunakan aka!. Yang penting hadis yang digunakan itu shahih. Yang
termasuk dalam mazhab ini adalah: mazhab Maliki, mazhab Syafi'I, mazhab Hanbali,
rnazhab Zahiri.
2. Mazhab Syi'ah
Mazhab ini berpecah menjadi beberapa golongan, yang terkenal sampm
sekarang ini antara lain :
a. Syi'ah Zaidiyah
Syiah Zaidiyah adalah pengikut Zaid bin Ali Zain al-Abidin. Mazhab
Zaicliyah terus berkembang sarnpai sekarang clan pengikutnya terdapat di dacrah
Yarnan.

25
b. Syi'ah Imamiyah
Syi'ah Imamiyah clisebut juga clengan rnazhab Syi'ah ltsna Asyariyah
(Syiah clua belas), karena mereka mempunyai 12 orang imam nyata, yang urutannya
aclalah;
I. Ali bin Abi Thalib
2. Al-Hasan
3. Al-Husein
4. Ali Zain al-Abiclin
5. Muhammad al-Baqir
6. Ja'far Shadiq
7. Musa al-Kazim
8. Ali al-Ridha
9. Muhammad al-Jawwad
10. Ali al-I-Iadi
11. Al-Hasan bin Mjuhammad al-Askari
12. Muhammad al-Mahdi al-Muntazhar. 21
Mazhab Syi'ah ini masih berkembang sampai sekarang, terutama di Iran,
Turki, Syria, clan Afganistan.
3.Mazhab Khawarij
21 Ibid., h.79

26
Di antara golongan-golongan Khawarij yang paling rnasyhur diantaranya
aclalah:
a. Al-Muhakkimah
Al-Muhakimah aclalah golongan Khawarij asli yang terdiri dari pengikiut
pengikut Ali. Menurut golongan ini, Ali, Mu'awiyah, keclua pcngantar Amr ibn al
"Ash clan Abu Musa al-Asy'ari clan semua yang menyetujui arbitrase bersalah dan
kafir. Dan setiap orang yang berbuat closa besar, misalnya berzina yang rnenurut
panclangan mereka sebagai closa besar dan pelakunya dianggap menjacli kafir keluar
clari Islam.
b. Al-Azariqah
Golongan ini aclalah pengikut Nafi' ibn al-Azrnq. Dari nama inilah
clinisbahkan kepada golongan pengikutnya yang disebut al-Azariqah. Nati' ibn al
Azraq aclalah salah seorang fuqaha yang terbesar di kalangan al-Azariqah. Golongan
al-Azariqah lebih raclikal dari a!-Muhakkimah. Mereka tidak lagi rnenganggap orang
orang yang berbuat closa besar itu sebagai kafir, tctapi sebagai orang musyrik.
Sedangkan menurut ajaran islam bahwa lebih besar closa syirik clari dosa kafir.
c. Al-Najclah
Golongan ini adalah pengik:Jt dari Najdah ibnArnir al-Hanafi. Golongan
ini berbecla dengan golongan al-Muhakkimah clan al-Azariqah. Mereka berpendapat
orang Islam yang tidak sepaham dengan mereka saja kalau bcrdosa besar dianggap
kafir dan kekal clalam neraka, tetapi kalau orang Islam dari golongan mereka yang

27
berbuat dosa besar meskipun mendapat siksaan , akan masuk syurga clan tidak masuk
neraka.
Golongan Najclah inilah yang pertama-tama membawa paham taqiah. Taqiah
aclalah merahasiakan clan ticlak manyatakan keyakinan 11ntuk keamanan cliri
seseorang. 22
cl. Al-Shufriyah
Golongan al-Shufriyah aclalah pengikut dari Ziyad ibn al-Ashfar.
e. Al-Ibaclhiyah.
Golongan al-Ibaclhiyah adalah pengikut Abdullah ib'l lbaclh al-Tamimi.
Golongan ini adalah golongan yang paling moclerat clari seluruh golongan khawarij.
22 lbid.,h. l 61

BAB III
TINJAUAN UMUM TEl'iTANG GADAI
1. Definisi Gadai (rahn)
Menurut bahasa Arab rahn berarti: kekal dan tetap atau jaminan hutang. 25
seperti juga berarti Habsu, artinya: Penahanan. Seperti dikatakan: "Ni'matun
Rahinah" artinya: Karunia yang tetap clan Jestari.26
Firman Allah:
Artinya:
"Tiap-tiap pribadi terikat (tertahan) atas apa yang telah diperbuat ". (Q.S. Al
Mudatsir (74): 38).
Ada beberapa clefinisi rahn yang dikemukakan para ulama fiqih:
1 ). Malikiyah mendefinisikan dengan :
25 Ah1nad Warson al~Munawwir, Al-A1unaH11vir kan1us arab-lndonsia1 ditelaah dun dikoreksi oleh KI-I. Ali Ma'shum dan KH. Zainal Abidin Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), hal.542
26 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, diterjemahkan oleh Kamaluddin (Bai:dung: PT. Al .. Ma'arif, 1995), Cet. Ke-7, Jilid 12, h.139
28

29
Artinya: "Harta yang bernilai yang dijadikan oleh pemiliknya sebagai jaminan aras urang yang bersifat mengileat"
Menurut mereka, yang dijadikan barang jaminan bukan saja harta yang
bersifat materi, tetapi juga harta yang bersifat manfaat tertentu.
'1). I-lanafiyah mendefinisikan dengan :
Arrinya: "Menjadikan sesuatu (barang) sebagai jaminan terhadap hale (piutang) yang mungkin dijadilean sebagai pembayar hale (piutang) itu, baik seluruhnya maupun sebagiannya ".
3). Syafi'iyah dan 1-Ianabilah mendefinisikan dengan:
Arti1<va: "Afenjadikan materi (barang) sebagai jaminan utang, yang dapar diiadikan pembayar utang apabila orang yang berutang tidak bisa membayar urangnya itu ,,n_
Sedangkan secara terminology menurut Sayyid Sabiq rahn berarti:
"Menjadikan barang yang mempunyai nilai harta nienurut pandangan .1yara,
sebagai jaminan hutang, hingga orang yang bersangkutan bo!eh mengambil hurang
a1<1u ia bisa mengambil sebagian manfaal barangnya itu "28
27 Nasnm Hanm, Fikih Muamalah, (Jakarta: Gay a Media Pratama, 2000). Cet. Ke-!, h.252
28 Sabig, Fikih Sunnah, dite1jemahkan oleh Kamaluddin, h. 139

30
Dengan memperhatikan bcberapa pengertian cliatas, maka clapat diambil
pernaharnan bahwa gadai itu adalah nama dari suatu proses interaksi pinjam
meminjam dengan earn menjadikan barang tertentu S()bagai jaminan hutang si
kreclitur yang clipegang clan clikuasai oleh si debitur, sampai hutang tcrscbut
ditunaikan pacla waktunya.
2. Landasan Hukum Gadai
Gaclai hukumnyajaiz (boleh) rnenurut Al-Qur'an, Al-Sunnah clan Jjrna'.
1 ). Dali! AI-Qur'an
Artinya : Jika kamu da!am pe1/a/anan (dan bemw'ama!ah tidak secara 11111ai) sedang kamu tidak mempero!eh seorang penu!is, Jvfaka hendak!ah ada barang langgungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan telapi jika sebagian kw1111 mempercayai sebagian yang lain, Maka henda!:lah yang dipercayai itu me111111aika11 amanatnya (hutangnya) dan henda/dah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; da11 jangan/ah kamu (parn saksi) menyembunyikan persaksian. dan barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia ada!ah orang yang berdosa hatinya; dan Allah A1aha mengetahui apa yang kamu kei:jakan. (Q.S. A/-llaqarah (2) : 283).
2). Dali! Al-Sunnah
29 Al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Beirut: Al-Maktabah Ashriyah, 1997), Jilid 2, h. 756

31
Artfnya: "Dari A 'masy dari Ibrahim dari Aswad dari Ai.1yah RA. Bahwa Nabi Muhammad SAW membeli makanan dari orang Yahudi dengan cara dita11gguhka11 pembayarannya kemudian Nabi menggadaikan baju besinya". (HR. Bukhari).
Artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: "Punggung hei~·an yang digadaikan boleh dinaiki dengan membayar dan s11su hewan yang digadaikan bo!eh diminum dengan membayar. Bagi orang yang menaiki dan meminumnyci wqjib membayar"
Artinya: "Dari Abu Hurairah, dari Nabi Muhammad Saw., ia bersabda: Barang yang digadaikan itu tidak boleh tertutup dari pemiliknya yang menggadaikan barang itu, (sehingga mungkin dia) mendapat keuntungannya dan menanggung kerugiannya ". (HR. Daruqutni clan Hakim, para perawinya dapal dipercaya, hanya saja yang terpe/ihara pada Siman Abu Daud dan lainnya ialah mursal).
3). Ijma'
Para ulama telah sepakat bahwa hukum gadai itu boleh. Mereka tidak pernah
mempertentangkan kebolehannya.
30 Ibid. h.756
" Muhammad ibn Ismail al-Shan'ani, S11b11! al-Salam Syarh B11/11gh11/ Maram min .Jam'/ Adilla!i/ Ahkam, (Indonesia: Darul 1-Iadits, tth), h. 870

32
Dalil-dalil yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa :
a. Dibolehkannya gadai dan itu telah menjadi ijma' Ulama.
b. Sahnya gadai ticlak clalam bepergian, ini adalah pendapat Ju111hur,
sedang pembatasan clengan safar clalam surat al-Baqarah ayat 283
adalah karena kelaziman saja, maka ticlak boleb clia111bil mallrnmnya,
karena aclanya haclits-haclts yang membolehkan gaclai ticlak clalam
bepergian, clisamping itu safar clalam ayat itu dicluga karena tidak
cliperolehnya katib (penulis), maka lazimnya tidak pcrlu gadai kecuali
dalam safar.
c. Bolehnya bermuamalah clengan orang kafir dala111 hal-hal yang ticlak
haram.
cl. Bolehnya rnenggaclaikan senjata kepacla ahluz zhimmah bukan kafir
harbi, rnenurut kesepakatan Ularna
e. Bolehnya membeli dengan harga berternpo.
Ulama berpenclapat tentang beralilrnya Nabi saw dari berrnuamalah dengan
sahabat-sahabatnya yang kaya kepada bermuamalah dengan orang Yahudi adalah
kemungkinan bertujuan menerangkan tentang bolehnya atau karena para sahabat pada
saat itu ticlak memiliki kelebihan makanan dari keperluannya atau khawatir rnereka

33
tidak mau mengarnbil gantinya atau harganya dari Nabi saw, rnaka Nabi tidak ingin
menyu!itkan mereka. 32
3. Rukun Gadai (Rahn)
Rukun rahn adalah :
I. Rabin ( yang menggaclaikan)
2. Murtahin (yang menerima gadai)
3. Mmhun/rahn (barang yang digadaikan)
4. Marhun bih (hutang)
5. Sighat akaci : ijab dan gabul. 33
Menurut Ulama Hanafi ruk 1m rahn hanya ijab clan qabul clnri dua orang yang
berakacl, seperti pada umumnya. Bedanya, akad 1111 tidak sernpurna clan tidak
memiliki kekuatan kecuali setelah murtahin rnenerima barang yang digadaikan. !jab
dan gabul bagi ulama hanafiyah merupakan hakekat dari akad sedang perkara lainnya
diluar dari hakekat tersebut.34 Adapun kedua orang yang melakukan akad, harta yang
dijadikan jaminan, clan hutang, menurut ulama 1-!anafiyah tennasuk syarat-syarat
rahn, bukan rukunnya. 35
32 Faisal bin Abdul Aziz Mubarak, Nailul Authar, diterje111ahkan oleh f\-1u'a1nal Ha1nidy, (Surabaya: PT. Bina llmu , 1987, h. 1788
33 Muhan11nad Syafi 1 J Antonio, Bank .~vari'ah; 1-Vacana U/a111a c!an C'endikia111an, (Jakarta: Bank Indonesia clan Tazkia lnstitue, I 999), h. 2 I 5
34 Wah bah Zuhaily, Ai-Fiqhu al-ls/a111y wa Adi//a111ha, (Beirut: Dar al-Fikr, I 997), h. 421 I
35 Nasrun, Fiqh Muamalah, h.254

34
4. Syarat Gadai (rnhn)
1. Rabin dan Murtahin
Pihak-pihak yang melakukan perjanjian aJ .. rahn., yakni rahin clan
murtahin harus mempunyai kemampuan, yaitu berakal sehat (aqil) dan balig.
Kemampuan juga berarti kecakapan seseorang untuk melakukan transaksi
pemilikan. Setiap orang yang sah untuk melakukan jual-beli, ia juga sah untuk
melakukan gadai. Karena gadai, seperti jugf!jual-beli, pengelola harta.
2. Shighat (akad)
a. Shighat ticlak boleh terikat dengan syarat tertentu clan juga clengan sunt11
waktu di masa depan.
b. Rahn mempunyai sisi pelepasan barang dan pcmberian hutang seperti
halnya akacl jual-beli. Maka tidak boleh cliikat clegan syarat tertentu atm1
dengan suatu waktu tertentu atau clengan suatu waktu di masa clepan.
3. Marhun Bih (Hu tang)
a. Barus merupakan hak yang wajib cliberikan/c!iserahkan kepada
pemiliknya.
b. Memungkinkan pemanfaatannya. Bila sesuatu itu tidak bias;1
c!imanfaatkan, maka tidak sah,
c. I-Iarus c!ikuantifikasikan atau clapat c!ihitung jumlahnya. Bila tidak
dapat diukur atau tidak clapat dikuantifikasikan, rahn itu ticlak sah.

35
4. Marhun (Barang)
Marhun adalah harta/barang yang ditahan murtahin (penerima gadai) sebagai
jaminan atas hutang yang ia berikan. Para ulama sepakat syarat yang berlaku
pada barang yang bisa dipe1jual-belikan.
Syarat-syarat barang rahan antara lain:
a. Harus bisa dipe1jual-belikan
b. Harns berupa harta yang bernilai
c. Marhun harus bisa dimanfaatkan secara syari'ah
d. Harus diketahui keaclaan fisiknya
e. Harus dimiliki oleh rahin (peminjam atau penggadai) 36
Menurut Ulama Syafi'i gadai bisa sah dengan dipenuhi tiga syarat.
1) Harus berupa barang, karna hutang tidak bisa digadaikan.
2) Penetapan kepemilikan penggadai atas barang yang digadaikan tidak
terhalang
3) Barang yang digadaikan bisa dijual manakala sudah tiba masa pelunasan
hutang gadai
Aclapun mengenai penggadaian barang milik bersarna, fuqaha berselisih
pendapat. Imam Abu Hanifah tidak membolehkannya, tetapi Inrnm Malik clan I rnam
Syafi'I membolehkannya.37
'"Antonio, Bank Syari 'ah., h. 215-216
" Al-l111a111 Abi Abdillah Muhammad bin Idris Asy-syafi'I, A/-U111111, (Beirut: Danr Fikr, 1990), Jilid 3, h. 120

36
Ulama Maliki membagi syarat rahn menjacli 4 bagian, yaitu 38 :
1. Syarat yang berhubungan clengan clua belah pihak yang berakacl (rahin clan
murtahin). Syarat bagi keclua orang yang berakacl aclalah kelayakan, yaitu
layak clalam melakukan jual beli. Syarat untuk sahnya rahn, Jacli, setiap orang
yang layak melakukan akacl jual beli, maka ia layak melakukan akacl rahn.
Kelayakan menurut maclzhab ini aclalah berakal clan mumayyiz. Baligh ticlak
menjacli syarat. Sehingga anak-anak yang telah menclapat izin walinya
melakukan jaul beli cliperbolehkan melakukan akacl rahn.
2. Syarat yang berhubungan clengan utang (al-marhun bih).
a. Rahn untuk semua jenis utang jual beli clan sebagainya aclalah sah.
b. Rahn henclaklah merupakan bentuk utang yang sesungguhnya
c. Juga clisyaratkan henclaklah utang tersebut bersifat mengikat
cl. Henclaklah utang tersebut berupa tanggungan clan bukan manfaat atau
barang.
3. Syarat yang berhubungan clengan barang ralrn (al-marhun).
Segala sesuatu yang sah clipe1jual belikan aclalah juga sah untuk cligaclaikan,
begitu pula sebaliknya.
38 Abdurrahman al-Jaziry, Kilaabul flqh 'Alaa Madzahib al-Arba 'ah, (Beirut: Dar al-Fikr, J 996), Juz.2, h.296

37
4. Syarat yang berhubungan dengan akad
Dalam akad disyaratkan untuk tidak menafikan keutuhan/hakekat dari akad itu
sendiri. Seperti mensyaratkan untuk tidak membenarkan penjualan barang
rahn setelah jatuh tempo, tidak membayar utang sesuai dengan jumlahnya,
tidak menjual barang rahn kecuali dengan izin clari rahin. Syarat-syarat
tersebut adalah fasid (rusak), karena menafikan perkara dan tujuan rahn.
Ulama Hanafi 111embagi syarat ralm kepada 3 bagian, yaitu 39 :
l. Syarat yang disepakati, yaitu:
a. Barang yang digadaikan berupa harta
b. Marhun bih (utang) adalah utang rahn yang diberi jaminai~ baik berupa
uang atau bahan makanan.
2. Syarat sah, yang dibagi kedalam 3 bagian, yaitu:
a. Yang berhubungan dengan akad, yaitu: akad rahn tidak boleh dikaitkan
dengan syarat apapun atau dikaitkan dengan sesuatu ha! di masa depan.
Karena akad rahn smna dengan akad jual beli dari segi pembayaran, ia
tidak boleh dikaitkan dengan sesuatu ha! di masa depan. Apabila ha! itu
te1jadi, maka rahn menjadi fasid (rusak). Se:dangkan bila akad
dihubungkan dengan syarat yang fasid atau syarat yang tidak sah, maka
akacl tersebut sah akan tetapi syarat tersebut menjadi batal. Karena akacl
rahn bukanlah akad pertukaran harta.
39 Ibid,, h. 299

38
b. Yang berhubungan dengan marhun: barang tersebut dapat clijual, berupa
harta, merupakan barang halal, sudah cliketahui dengan jela,;, merupakan
hak milik penggaclai clan terlepas dari hak-haknya yang lain.
c. Yang berhubungan clengan dua pihak yang berakad (rahin dan murtahin):
rahin dan murtahin hams berakal dan mumayyiz, baligh tidak mcnjadi
syarat, sehingga anak kecil clan safih (bodoh) yang mumayyiz dapat
melakukan akacl rahn dengan izin wali
3. Syarat lazim, yaitu: penahanan barang rahn.
Ulama Syafi'i membagi syarat rahn menjadi dua 40:
I. Syarat lazim, yaitu penahanan barang rahn.
2. Syarat sah, yang dibeclakan kedalam beberapa bagian, yaitu:
a. Yang berhubungan dengan akacl : mensyaratkan sesuatu yang ticlak
memiliki maskahat clan tujuan.
b. Yang berhubungan dengan chm oihak berakad, yaitu : berakal dan baligh.
Sehingga akacl rahn yang dilakukan oleh anak kecil dan safih tidak sah
walaupun dengan iin wali. Kecuali dalamkeadaan darurat clan dituntut
untuk kemaslahatan.
c. Yang berlmbungan dengan marhun, yaitu: barang rnhn hams kekuasaan
rahin, merupakan barang yang utuh clan tidak terbagi-bagi, bukan barang
''°Ibid., h. 302

39
yang mudah rusak, barang yang suci/halal, mcrupakan benda yang
bermanfaat dari sudut pan dang syara '.
d. Yang berhubungan dengan marhun bih (utang), yaitu: utang tersebut wajib
ditetapkan, seperti: uang dan manfaat dari suatu peke1jaan. Yang dapat
dilunasi melalui penjua!an barang rahn, hendaklah utang tersebut
mengikat serta merta di tempat akad, hendaklah utang tersebut d iketahui
jumlah dan sifatnya oleh kedua orang yang berakacl clan al-rnarhun harus
cla!am bentuk utang bukan yang lainnya, seperti pinjaman.
Syarat yang clitetapkan Ularna Hanabilah dibagi kepacla dua ha! 41 :
I. Syarat lazim, yaitu: penahanan barang rahn.
2. Syarat sah, yaitu;
a. yang berlrnbungan clengan akacl, yaitu: akacl tidak boleh clikaitkan clengan
syarat tertentu
b. Yang berhubungan clengan clua pihak yang berakad, yaitu merniliki syarat
syarat yang harus clipenuhi seperti clalam jual beli. Sehingga tidak sah
akacl rahn orang gila, safih (bodoh), muflis (orang yang bangkrut/jatuh
pailit) clan yang ticlak murnayyiz (mampu membedakan yang baik clan
jelek)
41 Ibid., h. 304

40
c. Yang berhubungan dengan marhun (barang rahn), yaitu: barang rahn
merupakan hale milik rahin baik wujud barang tersebut ataupun
manfaatnya, marhun berupa suatu barang dan bukan manfaatnya.
d. Yang berhubungan dengan marhun bih (utang), yaitu: merupakan utang
yang wajib.

BAB IV
PENDAPAT EMPAT MAZHAB TENTANG
PEMANFAATAN HARTA GADAI
Akad rahn pada dasarnya bertujuan meminta kepercayaan dan meminjamkan
hutang, bukan untuk mencari keuntungan dan hasil.25 Hal ini untuk menjaga-jaga jika
penggadai (rahin) tidak mampu membayar atau tidak menepati janjinya. Ulama fiqih
sepakat mengatakan bahwa barang yang dijadikan barang jaminan itu tidak boleh
dibiarkan bagitu saja, tanpa menghasi!kan sama sekali, karena tindakan itu tennasuk
tindakan menyia-nyiakan harta.26 Yang menjadi perbeclaan pendapat (ikhtilaf)
dikalangan ulama adalah siapakah yang berhak memanfaai:kan barang jaminan
tersebut, rahin (yang memberi gadai) atau rnurtahin (yang rnenerirna gadai).
Pemanfaatan barang gadai yang clilakukan o!eh rahin
A. Pemanfaatan Harta Gadai Yang Dilakukan Oleh Rahin
I. Pendapat Hanafiyah
27 "' i1 . '. L ~ 1 1 • ' 'i1 ' • ' ' 'L '"., il • <~ ', 1' 1' 11 '" ' • ~I "* r u," , , 'r Y '-"' ..,,. J <.$ . u J-" r ' t1"" u .:/' /" J Y""- . ,, ... ,, ,,,, ",, ,. .. ,. " ,. ,. ,. ... ,.
25 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, diterjemahkan oleh Kamaluddin (Bandung: PT. Al-Ma'arif, 1995), Cet. Ke-7, Jilid 12, h.141
26 Nasrun Harun, Fikih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000). Cet. Ke-I, h. 256
27 Abdurrahrnan Al-Jaziri, A/-Fiqh 'Alaa Mazahib Al-Arba'ah, (Beirut: Daar Al-Fikr, 1996. Juz 2, h. 335
41

42
"Tidak boleh bagi pemberi gadai untuk memanfaarkan barang gadaian dengan cara bagaimanapun kecua/i alas izin penerima gadai. "
Dengan da!il bahwa hak menguasai barang gadai berada di tangan
murtahin secara berkelimjutan hingga transaksi rahn berakhir, dan tidak boleh
ditarik kembali oleh rahin. Apabila rahin mengambil manfaat dari barang
gadai tanpa izin dari murtahin, maka ia harus mengganti rngi senilai dengan
yang telah ia gunakan karena dianggap telah menyalahi hak murtahin yang
berhubungan dengan hutang.
2. Pendapat Malikiyah
Rabin tidak memiki hak langsung untuk memanfaatkan barang gadai
sekalipun mendapat izin dari murtahin. Hal ini karena izin dari murtahin
berarti pembatalan terhadap akad gadai. Karena manfaz,t barang gadai masih
merupakan milik rahin, maka ia berhak mewakilkan pemanfaatannya pada
murtahin agar barang tersebut tidak sia-sia. 28
3. Pendapat Syafi'iyah
Rahin berhak mendapatkan keuntungan dari barang tanggungannya
karena dia adalah pemiliknya. Barang tanggungan itu tetap dipegang oleh
murtahin, kecuali barang tanggungan tersebut dipakai oleh rahin. Akan tetapi
jika murtahin tidak mempercayai rahin maka hendaklah dihadirkan saksi.
28 Wahbah Zuhaili, Fiqh al~Jslcun iva adillatuhu, clite1je111ahkan olch Dr, Ahn1ad Syahbari Sala1non, (I<uala Lu1npur, De\van Bahasa dan Pustaka J(en1entrian Pendidikan Malaisia. I 996), Jilicl V, h.224

43
4. Penclapat Hanabilah
Rahin ticlak boleh mengambil rnanfaat clari barang gaclai tanpa seizin
murtahin29
Dari penclapat para ulama cliatas mengenai pemanfaatan barang gadai yang
clilakukan oleh ahin, maka kesimpulannya adalah bahwa mayoritas ulama
membo!ehkan rahin memanfaatkan barang yang cligaclaikan selama mendapat izin
clari clari murtahin. Selain itu rahin harus menjamin barang tersebut selamat clan
utuh.30 Aclapun dalil Jumhur aclalah:
,, ,. ,, rl> ... J., "' ' J ,, .. ,, ,, '
:c;,l'..o 0-; .:;,) ~ \} ;.-c:. ) ~l;<. .,:\)\ J.'.,.o ~I J~) JUi : Jli '-'>· .,:\)\ ..,,-P J ; .r..r' ,) J'
' , 31 '«'. • .. . "''-" Jl '.,,?J
Artinya: Dari Abu Hurairah, dari Nabi saw, ia berkata: "Barang yang digadaikan ilu tidak boleh tertutup dari pemiliknya yang menggadaikan barang itu. (dia dapat) mendapat keuntungannya dan menanggung kerugiannya ". (HR. Daruquthni dan Hakim, para perawinyla dapat d1]Jercaya, hanya SC(ja yangterpelihara pada Sunan Abu Daud dan lainnya adalah mursal).
29 Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh 'Alaa Mazahib Al-Arba'ah, h. 33?
30 Muhammad Syati'l Antonio, Bank Syari'ah; Wacana Ulama dan Cendikiawan, (Jakarta: Bank Indonesia dan Tazkia Jnstitue, 1999), h. 216
31 Muha1n1nad ibn Js1nail al-Shan'ani, Subul a!-Salanz Syarh /Ju/11gh11/ /'.Iara111 111in Jcun '/ Adi//atil Ahkam, (Indonesia: Darul Had its, tU1), h. 870

44
B. Pemanfaatan Harta Gadai Yang dilakulrnn Oleh Murtahin
1. Pendapat Hanafiyah
Dalam Madzhab Hanafi terdapat perbedaan pendapat tentang penggunaan
harta tersebut oleh Murtahin.
Artinya: Sebagian ulama hanafiyah mengatakan bahwa murlilhin tidak boleh memanfaatkan barang gadai meskipun mendapat izin dari rahin.
Sebagian ahli fikih madzhab Hanafi mengatakan bahwa tidak ada jalan yang
mengharuskan murtahin menggunakan barang gadaian walaupun dengan izin rahin,
karena ha! ini clapat disamakan dengan riba. Tetapi mayoritas mereka membolehkan
murtahin menggunakannya bila ada ada izin dari rahin, dengan syarat ha! tersebut
tidak disyaratkan pada waktu akad. Bila ha! tersebut disyaratkan waktu akad, ia
l 'b 32 termasu < n a.
Ada pula sebagian ulama hanafi menyelesaikan rahn ini dengan cara bai 'ul
wafa.
32 Al-Jaziri, Al-Fiqh 'Alaa Mazahib Al-Arba 'ah, h. 335
" Sabiq, Fiqhus Sunnah, hal. 85

4:i
Bai 'ul wafa yaitu orang yang buluh menjual sualu barang denganjw~ji, bi/a
pembayaran lelah dipenuhi (dibayar), barang dikembalikan /agi.
2. Penclapat Malikiyah
"Tidak boleh mensyaratkan pengambilan manfaat pada gadai qardh (hutang),
karena akan menyebabkan pinjaman yang menarik manfaat dan perbuatan seperti itu
tidak boleh (clilarang)."34
Akan tetapi larangan Ulama Mazhab Maliki tersebut tidak mutlak. Karena
larangan tersebut hanya berlaku pada qardh (hutang piutang). Aclapun pacla akad
gadai mereka memberikan toleransi (keleluasaan) kepada murtahin untuk
memanfaatkan barang gadai selama hal itu tidak clijaclikan syarat clalam transaksi
(akad). Hal ini berdasarkan pernyataan Ulama Mazhab Maliki dalam kitab al-Fiqh
'ala Madzahib al-Arba'ah: "Hasil clari barang gadaian ataupun manfaatnya adalah hak
bagi rahin selama murtahin tidak mensyaratkan pemanfaatannya.
Mereka juga berpendapat bahwa murtahin boleh memanfaatkan barang gaclai
dengan syarat-syarat tertentu, mereka mengemukakan tiga syarat, yaitu: Pertama,
hutang itu disebabkan penjualan, bukan disebabkan qarclh. Umpamanya, apabila
seseorang menjual kebun kepacla orang lain, atau komoditi perdagangan dengan harga
yang clitangguhkan, kemudian ia menerima barang itu S<.;bagai barang gaclaian
imbangan harga barang tersebut. Keclua, bahwa faedah atau kegunaan itu dijaclikan
3'1 Hasan Kamil Al-Mathluwi, Fiqh al-Muama/at ,ala Madzhab al-Imam Malik, (Kairo: al
Majli al-A'la asy-Syu un al-lslamiyah, tth), h. 157

46
syarat sewaktu pinjaman dilakukan dengan murtahin. Ketiga, waktu pemakaian atau
pengambilan manfaat tertentu Qelas). 35
3. Pendapat Syafi'iyah
Barang gadaian tidak boleh climanfaatkan oleh murtahin, sekalipun rahin itu
telah rnengizinkannya. Karena apabila barang tersebut di nrnnfaatkan, maka hasil
pemanfaatan itu merupakan riba yang clilarang oleh syara', sekalipun cliriclhoi
(cliizinkan) oleh rahin. Bahkan menurut mereka ridha clan izin clalam ha! ini lebih
cenderung clalam keaclaan terpaksa, karena tidak akan menclapatkan ua'1g yang akan
dipinjam itu. Disamping itu, clalam masalah riba, izin clan riclha 1:idak bcrlaku.36
Abdurrahman al-Jaziri didalam bukunya mengatakan murtahin tidak berhak
mengambil manfaat apapun dari barang gaclai bila hal tersebut d1syaratkan clalarn
akacl. Apabila rahin mengizinkan ha! tersebut sebelum akad maka pernanfaatan
t.esuclah akad sesuclah akacl oleh murtahin adalah boleh.37
4. Pendapat Hanabilah
"Barang gadaian bisa berupa hewan yang dapal di11111ggangi a/all dapal
diperah susunya, bisa berupa .1·e/ai11 hewan,, barang berupa hewan 11111ggangan ata11
perahan maka penerima gadai boleh memanfaatkan dengan menunggang atau
35 Teungku Hasbi Ash-Shiddieqi,., h. 371
36 Nasnm, Fiqih Mua'ma/ah., h. 257
37 Al-Jaziri, Al-Fiqh 'Alaa Mazahib Al-Arba 'ah, , h. 334

47
memerah susunya tanpa seizin pemiliknya, berdasarkan biaya yang te/ah dikeluarkan
penerima gadai. Dan penerima gadai harus memm1faatkan barang gadaian dengan
adi/ (sesuai dengan biaya yang dike/uarkan '). 38
Imam Ahmad bin Hanbal menegaskan bahwa penenma gadai tidak boleh
rnemanfaatkan barang gadaian tanpa seizin penggadai, sebagairna!1a sabcla Rasulullah
saw: "Barang gadaian berasal dari penggadai, baginya .fliedah dan dia wajib
menanggung resikonya. "
Apabila barang itu berupa hewan, maka murtahin boleh 111e11ga111bil air
susunya clan menunggangnya dalam kadar seimbang dengan makanan clan biaya yang
diberikan kepadanya. Dalam ha! ini izin rahin tidak diperlukan. 39
Akan tetapi ulama Hanabilah mengatakan, apabila barang gadain itu bukan
hewan atau sesuatu yang tidak rnemerlukan biaya pemeliharaan, seperti tanah, maka
murtahin tidak boleh memanfaatkannya. 40
Kesimpulan dari pendapat para ulama diatas adalah bahwa murtahin tidak
boleh memanfaatkan barang gadaian secara mutlak, karna barang itu bukan miliknya
secara penuh. Hak murtahin terhaclap barang itu hanyalah sebagai jaminan piutang
'38 Al-Jaziri, Al-Fiqh 'Alaa Mazahib Al-Arba 'ah., h. 337
39 Ibnu Rusy, Bidatah al-Mzljtahidwa Nihayat al-Muqtasid., h. 314
40 Nasn111, Fkih Muamalah., h. 258

48
yang ia berikan, dan apabila orang yang berutang ticlak mampu me!unasi piutangnya,
barulah ia boleh menjual atau menghargai barang itu untuk melunasi piutangnya.
Dan apabila barang ja111inan itu berupa hewan ternak sebagaimana yang
disabclakan Rasulullah saw me!alui riwayat Abu Hurairah yang berbunyi:
Artinya: "Dari Abu Hurairah RA, dari rasu/111/ah saw. Bersabda: " Punggung he·wan boleh ditunggangi dengan memberi nqfkahnya ketika digadaika, dan air susunya bo/eh diminum(diperah) dengan memberi nqjkahnya ketika digadaikan, dan alas yang menunggangi dan yang meminum air s11s11 wqjib memberi nafkah ".
maka dalam ha! ini para ulama berbeda penclapat :
!. Imam Ahmad Bin Hanbal dan Ishak (Hanabilah) berpendapat : Murtahin boleh
menunggang dan meminum susu hewan ternak yang clijaclikan sebagai barang
gaclaian yang telah cliberi makan sekedar harga yang sei111bang clengan 111akanan yang
cliberikan. Penerima gaclai boleh memanfaatkan hewan ternak tersebut terbatas hanya
menunggang clan mengambil air susunya saja. !111am Ahmad Bin Hanbal clan Ishak
berpenclapal de111ikian berdasarkan zahir hadis, cli111ana Rasul rnengatakan dalam
haclisnya hanya mengatakan kata yurkab clan yuc.yrab. ( ditunggang clan diminum) saja,
m::ika hanya inilah yang boleh dilakukan sedang yang lain tidak boleh.
41 Al-Bukhari, Sahih Bukhari.,h. 756

2 . .Jumhur Ulama berpendapat bahwa ticlak boleh bagi murtnhin untuk 111cnrnnfaatkan
harta gadaian secara mutlak
3. Dan menurut satu pendapat ulama yang di clukung oleh lv1ulrn111111ad bin Ismail al-
Kahlani clan Muhammad Ali bin Muhammad al-Syaukani rnurtahin bolch
memanfaatkan barang gadaian itu clengan cara menunggang clan mcrninurn susunyn
apabila dia telah rnemberinya nrnkan clengan pc111anfoata11 yang sci111bang sesuai
pemberian makan yang telah dil,erikan 1erhadapnya. Bahkan tidak terbatas dala111 ha!
menunggang clan meminum air susunya saja, tetapi sernua ha! yang bennanfaat yang
bisa diambil dari padanya.
C. Dalil-clalil pcndapat
I. Hanabilah:
Hadits yang diriwayatkan oleh Abu 1-Iurairah r.a
Arlinya: Arlinya: "Dari Abu Hurairah !IA, dari ri!.\'l//11//uh su11•. /Jersohda:
Punggung hewcm boleh ditunggangi dengan memheri 11u/kah11)·u ketilw digwluiku, dan air susunya bo!eh dimin111n(diperah) dengan 111e111beri nu/kuhnyu ketiku
·"Al-Bukhari, Sahih Bukhari.,h. 756

50
digadaikan, dan alas yang memmggangi dan y1.11g memi1111111 air s11s11 wujih memh<'f"i nafkah ".
Artinya: Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW. Bersabda.· Barang jaminan hofrh
dikendarai dengan mengeluarkan biayanya, temak perahwr ho/eh di111i1111m air susunya dengan menge/uarkan biayanya. (HR. Bukhari).
2. Jumhur ulama
Artinya : Dari lbnu Umar, Rasul bersahda: ja11ga11 me111ems air susu binatang lernak seseorang /anpa seizin pemi/iknya. (HR. !Jukhwi).
3. Dan menurut satu pendapat ulama yang di dukung oleh Muhammad bin Ismail al.
Kahlani dan Muhammad Ali bin Muhammad al-Syaulrnni murtahin bolch
mernanfaatkan barang gadaian itu dengan earn rnenunggang clan meminum susunya
apabila dia telah memberinya makan dcngan pernanfaatan yang seirnbang sesuai
pernberian rnakan yang telah cliberikan terhadapnya. Bahkan tidak terbatas daiarn hal
menunggang clan meminum air susunya saja, tetapi senrna hal yang bcrmanfaat yang
bisa diambil dari paclanya. Dalilnya adalah:
·ll Al· Bukhari, Sahih /311khari,,h. 756

51
a. Al-I-Iadis
) ,, ,, ,, ;s> ,, ,, ,, ,, ,,. ,• ,.,, ,, ,,
44" ;~II :.,_,:;,.;;) ~'_; <.,S"JJI cs~) lJ).'.,/ 01.5' 1;,1 ,.:,;_~ :.,_,:;;,.; ~'.01 ~) lS'_;,/ ... ,, ,,. ,, ,
Arlinya:Dari Abu Hurairah RA, dari rasu/ullah saw. Bersabda: "pungg1111g hewan yang digadaikan ho/eh dilunggangi dengan menge/11arkw1 biayanya, dun 11ir susu hewan yang digadaikan boleh di111in11111 dengan me11gelu11r!w11 /Jiayanya
b. Qiyas artinya mereka mengqiyaskan kebolehan menunggang hewan dan
meminum air susunya kepada ha! yang lain.
D. Munaqasah adillah
Imam Ahmad bin Hanbal clan Ishak berpenclapat bahwa boleh bagi peneri111a
gadai secara terbatas khusus untuk menunggang clan 111e111inu111 air susu binntang
ternak. Hal ini dipahami dari hadis yang di riwayatkan oleh Abu 1-furairah. yaitu
Rasul hanya mengatakan menunggang clan meminum air saja, yaitu reclaksi hadis
yang menyebutkan :.j;-'j clan YA maka lrnnya inilah yantt boleh clilakukan,
seclang yang lainnya tidak cliperbolehkan.
Selanjutnya Jumhur Ulama berpenclapat balnva ticlak boleh 111e111anfoalkan
harta gaclaian itu secara mutlak lrnrena 111creka 111e111alwrni bahwa adanya
pertentangan matan hadis tersebut clengan haclits yang lain yang dianggap sebagai
ajaran dasar yang secara tegas telah rnengatakan :
4'1 Al-Bukhari, Sahih Bukhari,h. 756

52
4o , G'-11 \.>) .
Artinya : Dari Jbnu Umar, Rasul bersabda: jangan me111eras air s11s11 bina/(tng ternak seseorang tanpa seizin pemiliknya. (HR. Bukhuri).
Berhubung adanya perlentangan kedua hadis tersebut 111aka Ju111hur
111enganggap bahwa hadis riwayat Abi Hurairah yang 111e111bolehkan 111cnunggang dan
111e111inum air susu binatang tersebut telah di rnansukh dengan haclits riwayat lbnu
Umar yang melarangnya, karcnanya hadis riwayat Abu l lurnirnh tcrsebut tidak
diberlakukan lagi, karena telah dimansukh dengan hadis riwayat lbnu Umar.
Terakhir penclapat yang mengatakan boleh memanfoatkan binatang 1crnak
secara umum sekedar pengganti biaya yang sei111bang dengan apa yang telah
dikeluarkannya untuk rnerawal barang gadaian tersebut, clcngan beralasan kcpada
hadis yang ada, dimana secara tekstual clan tegas Rasul tclah 111embolehkan
menunggang clan meminum air susunya, maka mereka mengkiaskan kepada hal yang
lainnya. Dengan demikian kebolehan 111e111anfaatkan hrirta gadaian itu ticlak terbatas
kepacla menunggang dan rneminum air susunya saja. letapi termasuk hal-hal lain
sesuai clengan kelayakannya." 6. seperti nrngenclarai scpeda 111otor, 111obil dan banmg-
barang yang lain, dengan catacan memanfoatkan barnng gadaian tcrscbut scsuai
45 Abdurrah1nan bin abdurrahin1 al-ivtubarik Fauri, Tuhj(11 al-Al111'1i::: bi .s:varhi Ja111i' {lf
Turmuzi, (Beirut Dar-Al-Fikr, cet.3. Juz 4. 1979,h.462
46 Mahyudin ibn Syari f al-Navva\vi. Al-Majn111' S)1arh al-Afuhaz:ah, (Mesir: al-l1na111, t,tL. Juz I 3.

53
clengan harga atau uang perawatan yang clikeluarkan, apabila mclcbihi dari lrnrga
perawatan, malrn ha! yang clemikian itu riba.
Sejalan clengan aclanya tiga macam penclapat terscbut maka jumhur ulama
mengeritik penclapat pertama clan penclapat terakhir yang membolchkan seorang yang
telah memberi makan binatang ternak untuk mcnunggang dan meminum air susunya
itu sekedar biaya yang telah clikeluarkan terhadapnya adalah kcliru, dan mercka
mengemukakan dtrn alasan sebagai berikut; Pertama, mcreka tdah mcmbolchkan
seseorang mcnunggang seekor binatang ternak, clan meminum air susunya padahal
dia bukan pemilik nya, Keclua, mereka telah menghargai biaya nrnkan binatang ternak
tersebut clan menggantinya clengan kesempatan menunggang dan lrnrga air susu,
pac'ahal untuk menyelesaikan biaya nrnkan ternak tcrsebut clari penerima gadai aclalah
dengan cara bahwa pemilik dapat membayarnya kepacla penerima gaclai, karena
binatang ternaknya telah cliberi makan, bukan menghitung harganya. lulu
membolehkan ia untuk menunggang clan 111e111inu111 air susunya sebesar biaya yang
telah dikeluarkannya terhadap binatang ternak tersebut.
Memanfaatkan harta gaclaian itu bagi si penerima gadai adalah suatu hal yang
clapat dilrnkumkan sebagai riba, clan ini aclalah perbuatan haram. Mengenai aclanya
haclits yang membolehkan memanfaatkan harta gaclaian, seperti haclis Abi Hurairah
cliatas clan haclis-haclis lainnya, ha! itu clisampaikan oleh Rasul adalah pada masa

5-1
sebelum turunnya syari'at tentang riba47, maka setelah datangnya pcnyari'atm1 riba,
maka hadis tersebut tidak berlaku lagi. Dengan dernikian rnereka tidak scpcndapat
dengail pernbolehan rnenunggang clan rnerninurn air susu binatang tcrnak yang di
jadikan sebagai jarninan hutang, clan bcrstatus sebagai harta gmlaian.
Imam Al-Auza'I clan Al-Lais berpendapat bahwa peneri111a harla gadaian itu
boleh mernanfaatkan harta gadaian itu dengan cara rnenunggang clan 111eminu111 air
susunya bila dia telah rnernberinya rnakan dengan pemanfaatan yang scimbang
dibancling dengan pernberian rnakan yang telah clikorbankan lerhadapnya. Lebih tcgas
lagi clinyatakan bahwa mereka berpenclapat, rneskipun pernilik 111elarang pencrirna
harta gadaian itu mernberi makan binatang ternaknya sehingga dia tidak berhak
menarik imbalan kepadanya, tetapi bila pe111ilik hanya rnelarangnya untuk 111ernberi
makan, dia tetap tidak memberi solusi supaya binatang terscbut tetap sehat clan hidup,
maka penerima harta gadai itu tetap boleh memberi nrnkannya, dan konsekwensinya
clia tetap boleh memanfaatkannya sebagai imbalan dari p~mberian makan itu.
Mereka berpendapat dernikian hanya terbntas pada harla gadaian yang berup<t
binatang ternak, berhubung binatang ternak itu butuh makan, bila ticlak diberi nrnkan
maka dia akan rnati, karenanya penerima harta gadaian boleh memberinya 111akan
47 Abdurrahn1an bin abdurrahin1 a!-Mubarik Fauri, Tu/1/l-11 al-Al111'a: hi .~rarhi .la111i · atTurmuzi, (Beirut Dar-Al-Fikr, cet.3. Juz 4. 1979 h.462

55
meskipun tidak seizin tuannya, maka konsekwensinya dia boleh 111cnarik rnanfaat clari
padanya.
Aclapun pendapat lbnu Abdi! Barr yang rnengatakan menurut jumhur ulama
bahwa haclis Ibnu Umar ini shahih, dan bertentangan cl~ngan haclis lain yang dianggap
sebagai clasar syari'at, juga clibantah oleh kelompok yang mcngatakan bolch
memanfaatkan harta gaclaian itu scbagai berikut:
Untuk rnengetahui aclanya nasikh rnansukh pada kedua hadis tesdrnt,
rnestilah terlcbih clahulu mengetalrni sejarah kcdua haclis itu, terutamn menyangkut
rnasanya, yaitu kapan haclis itu clisampaikan oleh Rasul, tanpa diketahui clcngan jclas
bahwa hadis riwayat Abi Hurairah itu terlebih dahulu turun dari hadis riwayat Ibnu
Urnar yang mengatakan tidak boleh rnenunggang .. .,maka tidak clapat untuk
rnengatakan telah terjadi nasikh mansukh pada. Dengan dcmikian alas an ini kurang
dapat dipertanggung jawablrnn.
Seclang alasan yang mcngatakan bahwa hadis Abi Ilurairah itu adalah hadis
yang cliangagp sebagai clasar syari'at, sehingga tidak mungkin untuk clijadikan
scbagai pentakhsis, dijawab lagi clengan mengatakan bahwa hadis lainpun, bahkan
seluruh hadis seperti yang rnelarang untuk menunggang, asal clapat dibuktikan
keshahihannya, maka akan clianggap sebagai clasar syari'al yang tidak dapat
clibedakan dengannya. Karenanya persoalan aclanya kemungkimm mernberlakukan
takhsis ticlak jacli rnasalah.
Mengarnati aclanya tiga pendapat ini Muhammad bin Ismail al-Kahlani
pengarang Subul al-Salam, clan pengarang kitnb Nail Al·A111har rnempunyai

56
kecenderungan bahawa penclapat ketiga inilah yang terkuat, clan clia menarnbahkan
bahwa aclanya pengkhususan syara' pacla hadis itu ticlaklah clirnaksudkan scbagai
suatu kekhususan tetapi itu hanya sekedar contoh karenanya harta gadaian itu t1claklah
terbatas pacla binatang ternak saja, clan pernanfaatan harta gaclaian itu juga tidak
terbatas hanya untuk clitunggang clan clirninurn air susunya saja, telapi terrnasuk yang
lainnya. Dia menambahkan lagi, yang penting aclalah bagi pencrirna harta gaclaian
yang memanfaatkan tcrsebut mesti mernanfaatkannya clengan bai k, clan bukan dcngan
ma1(sud untuk climiliki, clia harus berniat akan tctap mengembalikan harta gadaian itu
kepacla pemiliknya. Lebih jauh clari itu c!ia mengatakan bahwa penerirna harta
gadaian itu boleh menyewakannya, juga menjual air susunya, kecuali hakim tclah
melarangnya, atau benar-benar merusak harta gadaian tersebut. Penclapat ini clipahami
demikian, karena memahami haclis riwayal dari Abi Hurairah, sedang adanya hasdis
yang melarang seperti telah dikemukakan diatas hingga adanya pertentangan dua
haclis, maka dia memahami bukan pertentangan, tetapi kedua haclis itu masih bisa
dikompromikan sebagai haclis yang bersifat umum dan khusus, karenanya ticlak acla
nasikh mansukh dalam hal ini.
Selanjutnya kelompok pertama clan ketiga clari ulama seperti telah
clikemukakan diatas, clan ulama lain yang sependapat clengan mereka mengatnkan
bahwa hal yang clipandang lebih aclil, sejalan dengan qiyas, bemrnnfaat bagi orang
yang menggadaikan clan yang menerima gadai, demikian juga tcrhadap hewan yang
cligadaikan adalah dengan membolehkan penerima gadai mengambil manfaat dari
binatang ternak tersebut berupa menunggang clan meminurn air susunya sekedar

57
biaya yang telah clikeluarkan kepadanya untuk memberi makannya. Hal ini
menciptakan keaclilan, karena terpelihara hak clan kewajiban ketiga pihak yang ada,
yaitu orang yang menggaclaikan dan penerima gaclai serta binatang ternak yang
digaclaikan begitu juga scjalan clengan qiyas, karena penerima gadai hanya
me11gambil 111anfoat tersebut biaya yang telah clikeluarkannya u11tuk 111c111beri makan
binatang ternak yang acla juga 111emdihara kepentingan ketiga pihak yang acla.
Karenanya pantas bila ha! ini yang cliamalkan.
Mereka rnenarnbahkan bahwa clengan mengatakan adanya nasikh 111ansukh
pacla kedua haclis tersebut clipandang kurang clapat cliterinw, karena kedua hadis
tersebut adalah sarna-sarna hadis shahih, kedua haclis itu tidak diketlrni sejarah
turunnya yang rnana yang terlebih clahulu dan yang belakangan, clan kedua hadis
tersebut rnasih clapat clikornprornilrnn dengan cara 'aam dan khash. Hadis riwayat
Ibnu umar aclalah dalarn bentuk yang tmrnrn, karenanya berlaku secarn u111u111,
seclangkan haclis riwayat Abi I-Iurairah itu climaksuclkan adalah sebagai hadis yang
khusus, karenanya hanya berlaku clalam situasi clan komlisi terlentu secarn khusus.
Dengan dernikian, mengarnbil perinsip istinbat hokum yang clilakukan oleh ulama
yang rnengatakan bahwa selama dua nash rnasih bisa cliko1nprn111ikan nrnka tidak
boleh untuk memberlakukan nasikh mansukh.
Sikap jurnhur ulama yang rnenganggap hadis riwayat Abi I-Iurairah telah
rnansukh dengan hadis riwayat Ibnu Unrnr, sehingga rnesti dipalrn111i bahwa penerinrn
gaclai itu tidak boleh rnengambil manfaat dari harta gadaian yang acla sccarn u111u111
juga, sulit untuk clapat ditcri111a, Hal ini terjacli karena mereka seolah mernaharni

58
bahwa semua harta gaclaian itu aclalah sama, paclahal acla yang berupa bencla mati,
clar. acla yang berupa hewan, keclua ha! ini ticlak bisa disamakan, harta bencla berupa
bencla mati relatif ticlak perlu pemeliharaan, seclang berupa binatang ternak perlu
cliberikan makan clan yang lainnya, karena pantas kalau hadis Abi 1-!urairah yang
clipahami berlaku secara khusus itu tetap clipertahankan, bukan mansukh."18
Penclapat yang raj ih
Dari beberapa penclapat para ulama yang di sertai dcngan clalil-clalil, maka
penulis lebih cenclerung memilih penclapat yang mengatakakan bahwa rnurtahin boleh
memanfaatkan harta gac!aian itu dengan cara menunggang dan meminurn susunya
bila clia telah memberinya makan clengan pemanfoatan yang seimbang clibanding
clengan pemberian makan yang telah clikorbankan terhadapnya. Bahkan ticlak terbatas
clalam ha! menunggang clan meminurn air susunya saja, tetapi semua ha! yang
bermanfaat yang bisa diambil dari padanya.
•13 Muha1nn1ad lsn1ail al-l(ahlani 1 Subul al-Sa/cun (Bandung: C1ahlan, t,th) h. 5 ! dan
Abdurrah1nan bin abdurrahin1 al-Mubarik Fauri, TuhfC!t al-Ah1vaz bi Syarhi .ltuni' at-Turn1uzi, (Beirut Dar-Al-Fikr, cet.3. Juz 4. 1979

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulau
Pengertian gadai menurut ernpat Mazhab sebagai berikut :
!). Malikiyah mendefinisikan
Arlinya: "Har/a yang berni/ai yang dijadikan o/eh pemiliknya sehagai ja111i11an a/us utung yang bersifal mengikat"
Menurut 111ereka, yang dijaclikan barang jmninan bukan saja harta yang
bersifat materi, tetapi juga harta yang bcrsifat 111anfaat tertentu.
2). Hanafiyah menc\efinisikan
1' .. _:'. ·.r 1·.I< . ·~·'\ ',' '<''' ,. ,. ~.··)·\,-o''•I\ L' ;J(. ;..:.._:, ,·.\. ·~. J':...;,. 0-" ~ "' T'-' J. u _1_;,:.1 ~ ~ ..:.,~-4 .. , f"""" r .._:-! _ - '+" ... ,.,~ . '
Arlinya: "Menjadikan ses11a111 (barang) sebagai jaminan lerhadap !1Uk (piurangJ .rung mungkin dijadikan sebagai pembayar hak (pi11/a11g) ilu, haik se/umhnya mu11p1111 sebagiannya ".
3). Syafi'iyah clan Hanabilah menclcfinisikan
59

60
Artinya: "Menjadikan materi (barang) sebagai jaminan utang, yang du/Jal dijadikan pembayar utang apabi/a orang yang berutang tidak bisa memha;or 11ta11gny11 i111 ".
Menurut penulis Gadai adalah narna dari suatu proses interaksi pinja111-
merninjarn dengan cara rnenjadikan barang tertentu sebagai jaminan hutang si
kreditur yang dipegang dan dikuasai oleh si dcbitur, sa111pai hutnng tnschut
ditunaikan pada waktunya.
Mengenai pcnrnnfaatlrnn harta gadai
A. Pernanfaatan I-Iarta Gaclai Yang Dilakukan Oleh Rabin. .lu1nhur Ulanrn
rnernbolehkan rahin rnernanfoatkan barang yang digadaikan sclanrn mendapat izin
dari dari rnurtahin. Selain itu rahin harns rntnjarnin barang 1ersebut selarnat dan
utuh.
B. Pernanfaatan I-larta Gadai Yang Dilakukan Oleh Murtahin . .lurnhur Ula111a tidak
rnernbolehkan Murtahin 111emanfaatkan barang gt,daian sccara rnutlak, karna
barang itu bukan rniliknya secarn penuh. 1-lak rnurtahin lerhaclap barang itu
hanyalah sebagai jarninan piutang yang ia berikan, chm apabila orang yang
berulang tidak mampu 111e!L11rnsi piutangnya, barultih 1a bolch mcnjual atau
rnenghargai barang itu untuk melunasi piutangnyn
Mengcnai pemanfaatkan harta ga<lai bcrupa Hemm Tcrnnk
I. Imam Ahmad Bin I-Ianbal dan Ishak (Hanabilah) berpendap1t : Murtahin boleh
rnenunggang dan rneminurn susu hewan ternak yang dijaclikan sebagai barang
gadaian yang telah diberi rnakan sekeclar harga yang seirnbang dengan makanan

61
yang diberikan. Penerirna gadai boleh rnemanfaatkan hewan ternak lcrscbul
terbatas hanya menunggang clan mengambil air susunya saja.
2. Jumhur Ulama berpenclapat bahwa ticlak boleh bagi murtahin untuk
memanfaatkan harta gaclaian secara mullak
3. Terakhir penclapat yang mengatakan boleh memanfaatkan binatang ternak secara
umum sekeclar pengganti biaya yang seimbang clengan apa yang tclah dikeluarkannya
untuk merawat barang gaclaian tersebut, clengan beralasan kepada haclis yang ada,
climana secara tekstual clan tegas Rasul telah membolchkan menunggang dan
meminum air susunya, maka mereka mengkiaskan kepacla hal yang lainnya. Dengan
clemikian kebolehan memanfaatkan harta gaclaian ilu tidak tcrbatas kcpada
menunggang clan meminum air susunya saja, tetapi termasuk hal-hal lain sesuai
dengan kelayakannya .. seperti mngenclarai sepcda motor, mo bi: clan barang barang
yang lain, clengan catatan memanfaatkan barang gaclaian tersebut sesuai dengan harga
atau uang perawatan yang clikeluarkan. apabila mclebihi clnri harga perawatan. 111nka
ha! yang clemikian itu riba. Pendnpat ini di clukung oleh Muhammad bin ls111ail al
Kahlani clan Muhammad Ali bin Muhammad al-Syaukani
Pendapat yang rajih menurut penulis aclalah pendapat yang mcngatakakan
bahwa murtahin boleh memanfaatkan harla gaclaian itu clengan cara menunggang dan
meminum susunya bila clia telah memberinya makan clengan pcmanfaatan yang
seimbang clibancling clengan pemberian makan yang telah clikorlnmkan terhaclapnya.
Bahkan ticlak terbatas dalam hal menunggang clan meminum air susunya saja, tetnpi
semua hal yang bermanfaat yang bisa cliambil clari paclanya.

62
B. Saran saran
Setelah kita semua mengetahui hukum gadai clan hal -hal yang berkailan
dengannya, marilah kita hindari praktek gadai yang dilakukan orang-orang jahili;'ah,
yakni te1jadinya tindak kezaliman yang dilakukan pemilik piutang, dengan earn
menyita barang gadai, walau nilainya lebih besar dnri hutangnya, bahkan r1ungkin
berlipat-li;}at , Perbuatan sernacam ini, sangat jelas merupakan perbuatan Jahiliyah
dan perbuatan zhalim yang harus dihilangkan, Semoga kita terhindar dari perbuatan
ini, Amin,

Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH JAKJJ~RTA

DAFT AR PUSTAKA
Al-Qur 'an dan Terjemahnya, Jakarta, Departemen Agama RI, 2003
Al-Bukhari, Sahih Bukhari, beirut, Maktabah al-' Ashriyah, Juz 3 .. t.th.
Ash Shiddiqi, Hasbi, Hukum-hukwn Fiqih Islam, Semarang, PT. Pustaka Rizki Putra, cet. Ke 1, 1997
Faisal bin Abdul Aziz Mubarak, Nailul Authar, diterjemahkan olch Muawal Hamidi, Surabaya, PT. Bina Ilmu, 1989
Hanafi, A, MA, Pengan/ar Theology Islam, Jakarta, PT. Al-llusna Zikra, cet. Ke-7, 2001
l-Iaroen, Nasrl\11, MA, DR. Fiqh Muamulah, Jakarta, Gaya Ml:din l'ratama, cet. Ke I, 2007
Husnan Budiman, Pengantar I/mu Fiqih. Surabaya, Usaha Nasional. 1982.
lbn Rusyd, /Jidayat a/-M11jtahid wa Nihayat al- J'vfuqtasid, Indonesia, Dar al-lhya alKutub al-Arabiyyah, Lt
Jaziri, al. Abdurrahrnan, Al-Fiqh '11/a Mazahih al-Arba 'ah tcrjrn1ahan Moh. /uhri, ct.al., Semarang, Asy SYifo, cet. Ke l, 1994
Munawir, Ahmad, Warson, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, clitelaah dan dikoreksi oleh KH. Ali Ma'sum clan KH. Zainal Abiclin Munawwir, Surabaya, Pustaka Progresif, 1997
Muhammad Abclurrahrnan ibn Abclurrahirn al-Mubarik Fauzi, T11h/i11 al-Alnrnz hi Syarh Jami' al-Turmuji, Beirut, Dar al-fikr, cet ke 3, Juz 4, 1399 H/1 ')79 M
Muhammad ibn Ismail al-Kahlani, Subul al-Salam, Bandung, Dahlan, Juz 3. Hal. 51. Uh
Muhammad, Hasan, Ali, Perbanclingan Mazhab Fiqh, Jakarta, PT. Raja Grnlindo Persacla, cet. Ke 2 2000

PERPUSTAKAAN UTAMA --Ml L UIN !E>Yl:HID JAKARTA
Muhammad, Antonio, Syafi'I, Bank Syariah; Wacana U/ama dan Cendikiawan, Jakarta,Bank Indonesia clan Tazkia Institute, 1999
Mubarak, Jaih, S~jarah dan perkembangan Hukum Islam, Br,nclung, PT. Remaja Rosclakarya, cet l , 2002
Nata, Abuclclin, Metodologi Studi 11/am, Jakarta, PT. Rqja Grafinclo Persada, cet. 6, 2001.
Sabiq, Sayicl, Fiqh Sunah, te1jemahan Kamaluciin A. Marzuki, Bandung, PT. Maari f, cet. 1, jilid 12, 1987
Syukur, Aswadie, Perbandingan Mazhab, Surabaya, PT, Bina llrnu, eel. Ke l, 1994
Sirajudin, Abbas, l'tiqad Ahlu Sunnah wal Jama 'ah, Jakarta, CV Pustaka Tarbiyah, cet. Ke 27, 2004
Tahido, Huzaemah, Yanggo, Prob/ematika Hukum 11·/am Kontemporer, Jakarta, Pustaka Firdaus, Cet. Ke 4, 2002
---------------------. Pengantar Perbandingan lvfazhab, Jakarta,Logos, cct. Ke 3, 1996
Wahab, Abdul, Khallaf, I/mu Ushului Fiqh, teijemahan Prof. Drs. Kl-I. Masclar Helmy, Bandung, Gema Risalah Press, cet.ke-2, 1997.
Zuhaili, Wahbah, Al-Fiqh al-Islam iva Adi/iatuhu, te1jemahan DR. AhmaU Syahbari Salmon etr al, Malaisia, Dewan Bahasa clan Pustaka, ce1:. Ke I, .!!lid 5, 1995