k3 pengorganisasian k3

33
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks, tidak saja menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga merupakan tempat pendidikan dan penelitian kedokteran. Semakin luas pelayanan kesehatan dan fungsi suatu rumah sakit maka semakin kompleks peralatan dan fasilitasnya. Kerumitan yang meliputi segala hal tersebut menyebabkan rumah sakit mempunyai potensi yang bahaya yang sangat besar, tidak hanya bagi pasien dan tenaga medis, risiko ini juga membahayakan pengunjung rumah sakit tersebut. Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan bahwa terjadinya kecelakaan di rumah sakit 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi, dan sebagainya. Sejumlah kasus dilaporkan mendapatkan kompensasi pada pekerja rumah sakit yaitu sprains, strains: 52%; contussion, crushing, bruising: 11%; cuts, laceration, puncture: 10,8%; fractures: 5,6%; multiple injuries: 2,1%; thermal burns: 2%; scratches, abrasions: 1,9%; infections: 1,3%; dermatitis : 1,2%; 1

Upload: pretty-grace-zalukhu

Post on 16-Feb-2016

449 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

keselamatan kerja khusus rumah sakit

TRANSCRIPT

Page 1: k3 pengorganisasian K3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Rumah sakit merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks, tidak saja menyediakan

pelayanan kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga merupakan tempat pendidikan dan penelitian

kedokteran. Semakin luas pelayanan kesehatan dan fungsi suatu rumah sakit maka semakin

kompleks peralatan dan fasilitasnya. Kerumitan yang meliputi segala hal tersebut menyebabkan

rumah sakit mempunyai potensi yang bahaya yang sangat besar, tidak hanya bagi pasien dan

tenaga medis, risiko ini juga membahayakan pengunjung rumah sakit tersebut.

Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan bahwa terjadinya

kecelakaan di rumah sakit 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang sering terjadi

adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit

infeksi, dan sebagainya. Sejumlah kasus dilaporkan mendapatkan kompensasi pada pekerja

rumah sakit yaitu sprains, strains: 52%; contussion, crushing, bruising: 11%; cuts, laceration,

puncture: 10,8%; fractures: 5,6%; multiple injuries: 2,1%; thermal burns: 2%; scratches,

abrasions: 1,9%; infections: 1,3%; dermatitis : 1,2%; dan lain-lain: 12,4% (US Departement of

Laboratorium, Bureau of Laboratorium Statistics, 1983).

Khusus di Indonesia, data penelitian sehubungan dengan bahaya-bahaya di rumah sakit

belum tergambar dengan jelas namun diyakini bahwa banyak keluhan-keluhan dari para petugas

di rumah sakit, sehubungan dengan bahaya-bahaya yang ada di rumah sakit. Selain itu, Gun

(1983) memberikan catatan bahwa terdapat beberapa kasus penyakit kronis yang di derita

petugas rumah sakit, yaitu hipertensi, varises, anemia (pada kebanyakan wanita), penyakit ginjal

dan saluran kemih (69% wanita), dermatitis dan urtikaria (57% wanita), seperti nyeri tulang

belakang dan pergeseran discuc intervertebrae. Ditambahkan juga bahwa terdapat beberapa

kasus penyakit akut yang diderita petugas rumah sakit lebih besar 1,5 kali dari petugas atau

pekerja lain, yaitu penyakit infeksi dan parasit, saluran pernafasan, saluran cerna, dan keluhan

1

Page 2: k3 pengorganisasian K3

lainnya sepeti sakit telinga, sakit kepala, gangguan saluran kemih, masalah kelahiran anak,

gangguan pada saat kehamilan penyakit kulit dan sistem otot dan tulang rangka.

Oleh karena itu, diperlukan sistem manajemen K3 yang benar-benar jelas, kontinyu, serta

konsekuen dengan misi yang diemban, yaitu mengurangi nilai kecelakaan kerja, termasuk

penyakit akibat kerja, bahkan dapat dieliminasikan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang disebutkan sebelumnya, makalah ini mempunyai batasan-

batasan permasalahan yang diangkat, antara lain:

a) Pengertian Rumah Sakit?

b) Gambaran Umum Potensi Bahaya Rumah Sakit?

c) Pengertian Sistem Manajemen K3 Rumah Sakit?

d) Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja?

e) Tujuan Keselamatan Kerja?

f) Pengorganisasian SMK3 di Rumah Sakit?

g) Pelaksanaan SMK3 di Rumah Sakit?

h) Pemantauan dan Evaluasi SMK3?

i) Kritikisasi Pedoman Pelaksanaan SMK3 yang benar dengan kenyataan di lapangan ?

2

Page 3: k3 pengorganisasian K3

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah SIMK3, UU K3,

Manajemen Risiko Lingkungan Industri. Selain itu, terdapat beberapa tujuan lain dalam

penulisan makalah ini, yaitu:

a) Memaparkan pengertian umum rumah sakit.

b) Memaparkan potensi bahaya yang terdapat didalamnya.

c) Memaparkan pengertian umum sistem manajemen K3 rumah sakit.

d) Memaparkan pedoman sistem manajemen K3 yang disesuai dengan peraturan yang

dikeluarkan.

e) Memaparkan tentang tujuan adanya keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit.

f) Memaparkan mengenai sistem pengorganisasian SMK3 di rumah sakit.

g) Memaparkan mengenai pelaksanaan SMK3 di rumah sakit.

h) Memaparkan proses pemantauan dan evaluasi SMK3.

i) Memaparkan mengenai pelaksanaan audit SMK3.

j) Mengkritikisasi pedoman pelaksanaan SMK3 yang benar dengan kenyataan di lapangan.

1.4 Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah yang berjudul “SMK3 Di Rumah Sakit”, penulis melakukan

studi pustaka, baik dengan menggunakan referensi dari buku bacaan, bahan kuliah yang

diberikan oleh dosen, maupun berasal dari internet.

3

Page 4: k3 pengorganisasian K3

1.5 Sistematika Penulisan

Pada makalah ini, penulis menjelaskan tentang sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja di rumah sakit dimulai dengan bab pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, serta sistematika penulisan. Bab

berikutnya, tim penulis membahas masalah-masalah yang telah tim rumusan, sesuai dengan apa

yang talah tim paparkan dalam subbab sebelumnya. Bab ketiga merupakan bab penutup dalam

makalah ini. Pada bagian ini tim penulis menyimpulkan dari apa ayang telah tim penulis bahas.

Dan disini tim juga memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan permasalah yang

dikemukakan.

4

Page 5: k3 pengorganisasian K3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Dalam Permenaker Nomor 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja, yang menyatakan bahwa setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga

kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan

oleh karakteristik proses bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti

peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem

Manajemen K3.

Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS)

termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat

menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja d RS,

tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola

RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS.

Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dapat diberikan batasan sebagai

berikut: SMK3 adalah merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan meliputi

struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab pelaksanaan prosedur, proses dan sumberdaya

yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan

kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan

dengan kegiatan kerja guna terciptanya kerja yang aman, efisien dan produktif.

5

Page 6: k3 pengorganisasian K3

2.2 Gambaran Umum Risiko Bahaya Di Rumah Sakit

Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan

kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.

Rumah sakit merupakan salah satu tempat bagi masyarakat untuk mendapatkan pengobatan dan

pemeliharaan kesehatan dengan berbagai fasilitas dan peralatan kesehatannya. Rumah sakit

sebagai tempat kerja yang unik dan kompleks tidak saja menyediakan pelayanan kesehatan bagi

masyarakat, tetapi juga merupakan tempat pendidikan dan penelitian kedokteran. Semakin luas

pelayanan kesehatan dan fungsi suatu rumah sakit maka semakin kompleks peralatan dan

fasilitasnya.

Potensi bahaya di rumah sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-

bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit, yaitu kecelakaan (peledakan,

kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cedera

lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anestesi, gangguan psikososial,

dan ergonomi. Semua potensi-potensi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa bagi kehidupan

bagi para karyawan di rumah sakit, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan

rumah sakit.

Rumah sakit mempunyai karakteristik khusus yang dapat meningkatkan peluang

kecelakaan. Misalnya, petugas acapkali menggunakan dan menyerahkan instrumen benda-benda

tajam tanpa melihat atau membiarkan orang lain tahu apa yang sedang mereka lakukan. Ruang

kerja yang terbatas dan kemampuan melihat apa yang sedang terjadi di area operasi bagi

sejumlah anggota tim (perawat instrumen atau asisten) dapat menjadi buruk. Hal ini dapat

mempercepat dan menambah stres kecemasan, kelelahan, frustasi dan kadang-kadang bahkan

kemarahan.

6

Page 7: k3 pengorganisasian K3

Pada akhirnya, paparan atas darah acapkali terjadi tanpa sepengetahuan orang tersebut,

biasanya tidak diketahui hingga sarung tangan dilepaskan pada akhir prosedur yang

memperpanjang durasi paparan. Pada kenyataannya, jari jemari acap kali menjadi tempat

goresan kecil dan luka, meningkatkan risiko infeksi terhadap patogen yang ditularkan lewat

darah. Kondisi gawat darurat dapat terjadi setiap waktu dan mengganggu kegiatan rutin.

Mencegah luka dan paparan (agen yang menyebabkan infeksi) pada kondisi ini sesungguhnya

suatu yang menantang (Advanced Precaution for Today’s OR).

Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,

meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu K3 rumah sakit perlu dikelola

dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 rumah sakit lebih efektif, efesien dan terpadu diperlukan

sebuah manajemen K3 di rumah sakit baik bagi pengelola maupun karyawan rumah sakit.

2.3 Sistem Manajemen K3 Di Rumah Sakit

Kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit merupakan upaya untuk memberikan

jaminan kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara

pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi

kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi. Manajemen K3 di rumah sakit adalah suatu proses

kegiatan yang dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengendalian yang bertujuan untuk memberdayakan K3 di rumah sakit.

7

Page 8: k3 pengorganisasian K3

Tinjauan umum tentang sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) tidak terlepas dari

pembahasan manajemen secara keseluruhan. Manajemen merupakan suatu proses pencapaian

tujuan secara efisien dan efektif, melalui pengarahan, penggerakan dan pengendalian kegiatan-

kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang tergabung dalam suatu bentuk kerja. Sedangkan

sistem manajemen merupakan rangkaian proses kegiatan manajemen yang teratur dan integrasi

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja akhir-

akhir ini terus berkembang seiring dengan kemajuan sains dan teknologi dalam bidang industri.

Keadaan ini merubah pandangan masyarakat industri terhadap pentingnya penerapan K3 secara

sungguh-sungguh dalam kegiatannya.

2.4 Tujuan Penerapan SMK3

Tujuan dari diterapkannya Sistem Manajemen K3 ini pada Rumah Sakit adalah

terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan karyawan RS. Kesehatan kerja menurut Suma’mur didefinisikan

sebagai spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya, agar masyarakat

pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental maupun sosial

dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan

kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap

penyakit-penyakit umum.

Adapun tujuan keselamatan kerja menurut Suma’mur (1987) adalah sebagai berikut :

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk

kesejahteraan hidup dan untuk meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

2. Menjamin setiap keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

8

Page 9: k3 pengorganisasian K3

Menurut WHO / ILO (1995), Kesehatan kerja bertujuan:

a) Untuk peningkatan dan pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan sosial yang setinggi-

tingginya bagi pekerja disemua jenis pekerjaan.

b) Pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi

pekerjaan.

c) Perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari resiko akibat faktor yang merugikan

kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja

yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya.

Adapun beberapa hal strategis yang harus diperhatikan dan dilaksanakan dalam kebijakan

keselamatan kerja tersebut, antara lain :

a) Orientasi karyawan, untuk meningkatkan pengetahuan keselamatan kerja karyawan

tersebut

b) Penggunaan alat pelindung diri

c) Penataan tempat kerja yang baik dan aman

d) Pertolongan pertama pada kecelakaan, meliputi latihan, kelengkapan peralatan P3K,

pertolongan pada kasus luka dan mengatasi perdarahan, pada kasus patah tulang, terkilir,

luka bakar, cedera otot dan persendian, kasus cedera mata

e) Pencegahan kebakaran

f) Perizinan, yaitu perizinan untuk kegiatan yang dapat menimbulkan sumber nyala api,

perizinan untuk penggalian, untuk kelistrikan.

9

Page 10: k3 pengorganisasian K3

2.5 Pedoman SMK3

Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja menurut Peraturan Menteri

Kesehatan 2007 terdiri atas meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

1. Tahap persiapan (komitmen dan kebijakan)

Komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis, jelas dan mudah

dimengerti serta diketahui oleh seluruh karyawan rumah sakit. Manajemen rumah sakit

mengidentifikasi dan menyediakan semua sumber daya esensial seperti pendanaan,

tenaga K3 dan sarana untuk terlaksananya program K3 di rumah sakit. Kebijakan K3

di rumah sakit diwujudkan dalam bentuk wadah K3RS dalam struktur organisasi

rumah sakit.

Untuk melaksanakan komitmen dan kebijakan K3 rumah sakit, perlu disusun

strategi antara lain:

a) Advokasi sosialisasi program K3 rumah sakit

b) Menetapkan tujuan yang jelas

c) Organisasi dan penugasan yang jelas

d) Meningkatkan SDM profesional di bidang K3 rumah sakit pada setiap unit

kerja di lingkungan rumah sakit

e) Sumber daya yang harus didukung oleh manajemen puncak

f) Kajian resiko secara kualitatif dan kuantitatif

g) Membuat program kerja K3 rumah sakit yang mengutamakan upaya

peningkatan dan pencegahan

h) Monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal secara berkala

10

Page 11: k3 pengorganisasian K3

2. Tahap perencanaan

Rumah sakit harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan

penerapan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.

Perencanaan K3 di rumah sakit dapat mengacu pada standar sistem manajemen K3RS

diantaranya self assesment akreditasi K3 rumah sakit dan SMK3.

Perencanaan meliputi:

a) Identifikasi sumber bahaya dapat dilakukan dengan mempertimbangkan:

Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya

Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi

Penilaian faktor resiko, yaitu proses untuk menentukan ada tidaknya resiko

dengan jalan melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko

kesehatan dan keselamatan kerja.

Pengendalian faktor risiko, dilakukan melalui empat tingkatan

pengendalian risiko yaitu menghilangkan bahaya, menggantikan sumber risiko

dengan sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah /tidak ada

(engneering/rekayasa), administrasi dan alat pelindung pribadi (APP)

b) Membuat peraturan, yaitu rumah sakit harus membuat, menetapkan dan

melaksanakan standar operasional prosedur (SOP) sesuai dengan peraturan,

perundangan dan ketentuan mengenai K3 lainnya yang berlaku. SOP ini harus

dievaluasi, diperbaharui dan harus dikomunikasikan serta disosialisasikan pada

karyawan dan pihak yang terkait.

c) Tujuan dan sasaran, yaitu rumah sakit harus mempertimbangkan peraturan

perundang-undangan, bahaya potensial, dan risiko K3 yang bisa diukur,

satuan/indikator pengukuran, sasaran pencapaian dan jangka waktu pencapaian

(SMART)

11

Page 12: k3 pengorganisasian K3

d) Indikator kinerja, harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang

sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3

rumah sakit.

e) Program kerja, yaitu rumah sakit harus menetapkan dan melaksanakan proram

K3 rumah sakit, untuk mencapai sasaran harus ada monitoring, evaluasi dan

dicatat serta dilaporkan.

3. Tahap penerapan atau pelaksanaan

Pelaksanaan K3 harus merupakan bagian dari semua kegiatan operasional. Maka

dari itu pekerjaan atau tugas apapun tidak dapat diselesaikan secara efisien kecuali jika

si pekerja telah mengikuti setiap tindak pencegahan dan peratuan K3 untuk melindungi

dirinya dan kawan kerjanya. Sesuai dengan konsep sebab akibat kecelakaan serta

prinsip pencegahan kecelakaan, maka pengelompokan unsur K3 diarahkan kepada

pengendalian sebab dan pengurangan akibat terjadinya kecelakaan.

Pelaksanaan K3 di rumah sakit sangat tergantung dari rasa tanggung jawab manajemen

dan petugas terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerja sama dalam

pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang

jelas. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas, bimbingan

dan latihan serta penegakan disiplin. Ketua organisasi/satuan pelaksana K3 rumah

sakit secara spesifik harus mempersiapkan data dan informasi pelaksanaan K3 di

semua tempat kerja, merumuskan permasalahan serta menganalisis penyebab

timbulnya masalah bersama unit-unit kerja, kemudian mencari jalan pemecahannya

dan mengkomunikasikannya kepada unit-unit kerja, sehingga dapat dilaksanakan

dengan baik. Selanjutnya memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program, untuk

menilai sejauh mana program yang dilaksanakan telah berhasil. Kalau masih terdapat

kekurangan, maka perlu diidentifikasi penyimpangannya serta dicari pemecahannya.

12

Page 13: k3 pengorganisasian K3

2.6 Organisasi K3

Organisasi/unit pelaksana K3 rumah sakit membantu melakukan upaya promosi di

lingkungan rumah sakit baik pada petugas, pasien, maupun pengunjung yaitu mengenai segala

upaya pencegahan KAK dan PAK di rumah sakit.

Juga bisa diadakan lomba pelaksanaan K3 antar bagian atau unit kerja yang ada di

lingkungan kerja rumah sakit, dan yang terbaik atau terbagus adalah pelaksanaan dan penerapan

K3 nya mendapat reward dari direktur rumah sakit.

a. Tugas dan fungsi organisasi/unit pelaksana K3 rumah sakit,

– Tugas pokok :

Memberi rekomendasi dan pertimbangan kepada direktur rumah sakit mengenai masalah-

masalah yang berkaitan dengan K3

Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk pelaksanaan dan prosedur

Membuat program K3 rumah sakit

– Fungsi :

Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta permasalahan yang

berhubungan dengan K3

Membantu direktur rumah sakit mengadakan dan meningkatkan upaya promosi K3,

pelatihan dan penelitian K3 di rumah sakit

Pengawasan terhadap pelaksanaan program K3

Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan korektif

Koordinasi dengan unit-unit lain yang menjadi anggota K3 rumah sakit

Memberi nasehat tentang manajemen K3 di tempat kerja, kontrol bahaya, mengeluarkan

peraturan dan inisiatif pencegahan

Investigasi dan melaporkan kecelakaan, dan merekomendasikan sesuai kegiatannya

Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru, pembangunan gedung dan

proses

13

Page 14: k3 pengorganisasian K3

b. Struktur Organisasi K3 di Rumah Sakit

Organisasi K3 berada satu tingkat di bawah direktur dan bukan merupakan kerja rangkap.

• Model 1 : Merupakan organisasi yang terstruktur dan bertanggung jawab kepada direktur

rumah sakit. Bentuk organisasi K3 di rumah sakit merupakan organisasi struktural yang

terintegrasi ke dalam komite yang ada di rumah sakit dan disesuaikan dengan kondisi/kelas

masing-masing rumah sakit, misalnya komite medis/nosokomial

• Model 2 : Merupakan unit organisasi fungsional (non struktural), bertanggung jawab langsung

ke direktur rumah sakit. Nama organisasinya adalah unit pelaksana K3 RS, yang dibantu oleh

unit K3 yang beranggotakan seluruh unit kerja di rumah sakit.

c. Keanggotaan

Organisasi/unit pelaksana K3 rumah sakit beranggotakan unsur-unsur dari petugas dan

jajaran direksi rumah sakit

Organisasi/unit pelaksana K3 rumah sakit terdiri dari sekurang-kurangnya ketua,

sekretaris,dan anggota. Organisasi/unit pelaksana K3 dipimpin oleh ketua.

Pelaksanaan tugas ketua dibantu oleh wakil ketua dan sekretaris serta anggota

Ketua organisasi/unit pelalsana K3 RS sebaiknya adalah salah satu manajemen tertinggi

di rumah sakit atau sekurang-kurangnya manajemen dibawah langsung direktur rumah

sakit.

Sedang sekretaris organisasi/unit pelaksana K3 rumah sakit adalah seorang tenaga

profesional K3 rumah sakit, yaitu manajer K3 rumah sakit atau ahli K3

14

Page 15: k3 pengorganisasian K3

d. Mekanisme kerja

Ketua organisasi/unit pelaksana K3 rumah sakit memimpin dan mengkoordinasikan

kegiatan organisasi/unit pelaksana K3 rumah sakit

Sekretaris organisasi/unit pelaksana K3 rumah sakit memimpin dan mengkoordinasikan

tugas-tugas kesekretariatan dan melaksanakan keputusan organisasi/unit pelaksana K3

rumah sakit

Anggota organisasi/unit pelaksana K3 RS mengikuti rapat organisasi/unit pelaksana K3

RS dan melakukan pembahasan atas persoalan yang diajukan dalam rapat, serta

melaksanakan tugas-tugas yang diberikan organisasi.

2.7 Tahap Pengukuran dan Evaluasi

Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di rumah sakit adalah salah satu fungsi

manajemen K3 rumah sakit yang berupa suatu langkah yang diambil untuk mengetahui dan

menilai sampai sejauh mana proses kegiatan K3 rumah sakit itu berjalan dan mempertanyakan

efektivitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiatan K3 rumah sakit dalam mencapai tujuan

yang ditetapkan.

Pemantauan dan evaluasi meliputi :

Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem pelaporan RS (SPRS);

Pencatatan dan pelaporan K3

Pencatatan semua kegiatan K3

Pencatatan dan pelaporan KAK

15

Page 16: k3 pengorganisasian K3

Inspeksi dan pengujian

Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai keadaan K3 secara umum dan tidak

terlalu mendalam. Inspeksi K3 di rumah sakit dilakukan secara berkala, terutama oleh petugas

K3 rumah sakit sehingga kejadian PAK dan KAK dapat dicegah sedini mungkin. Kegiatan lain

adalah pengujian baik terhadap lingkungan maupun pemeriksaan terhadap pekerja berisiko

seperti biological monitoring (pemantauan secara biologis).

2.8 Melaksanakan Audit K3

Audit K3 meliputi falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan, karyawan dan

pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur, pengembangan karyawan dan program

pendidikan, evaluasi dan pengendalian. Tujuan audit K3 :

Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan keselamatan

Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan sesuai ketentuan

Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta pengembangan mutu.

Tahap peninjauan ulang dan peningkatan

Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan dari audit, identifikasi, penilaian

risiko direkomendasikan kepada manajemen puncak. Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak

manajemen secara berkesinambungan untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan dalam

pencapaian kebijakan dan tujuan K3.

Informasi dikumpulkan dari hasil monitoring tempat kerja dan lingkungan kerja rumah sakit

terutama yang berkaitan dengan sumber bahaya potensial baik yang berasal dari kondisi

berbahaya maupun tindakan berbahaya serta data dari bagian K3 berupa laporan pelaksanaan K3

dan analisisnya.

16

Page 17: k3 pengorganisasian K3

Data dan informasi dibahas dalam organisasi/unit pelaksana K3 rumah sakit untuk

menemukan penyebab masalah dan merumuskan tindakan korektif maupun tindakan preventif.

Hasil rumusan disampaikan dalam bentuk rekomendasi kepada direktur rumah sakit.

Rekomendasi berisi saran tindak lanjut dari organisasi/unit pelaksana K3 RS serta alternatif-

alternatif pilihan serta perkiraan hasil/konsekuensi setiap pilihan.

2.9 Bentuk Kegiatan Penunjang K3

Bentuk kegiatan yang mendukung terselengaranya sistem manajemen K3 agar berjalan

dengan benar, meliputi :

a) Penyuluhan K3 ke semua petugas RS

b) Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dengan perilaku tertentu agar

berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya sebagai produk akhir dari

pelatihan

Sedangkan, dalam melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku, dapat

dilakukan kegiatan yang diantaranya :

a) Pemeriksaan kesehatan petugas (prakarya, berkala dan khusus)

b) Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja

c) Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat

d) Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan

e) Pengobatan pekerja yang menderita sakit

f) Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur melalui monitoring

lingkungan kerja dari hazard yang ada

g) Melakukan biological monitoring

h) Melaksanakan surveilans kesehatan pekerja

17

Page 18: k3 pengorganisasian K3

2.10 Dasar Hukum Terkait dengan SMK3

Adapun dasar hukum yang terkait dengan pelaksanaan Sistem Manajemen K3 antara lain,

UU No.1 tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

UU No.1 tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan

Alat Kesehatan

Peraturan Pemerintah nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan

Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan

Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.: PER.05/MEN/1996 Tentang Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul Akibat

Hubungan Kerja

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman

Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1217/Menkes/SK/IX/2001 tentang Pedoman

Penanganan Dampak Radiasi

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1335/Menkes/SK/X/2002 tentang Standar

Operasional Pengambilan dan Pengukuran Kualitas Udara Rumah Sakit

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1439/Menkes/SK/XI/2002 tentang Penggunaan

Gas Medis pada Sarana Pelayanan Kesehatan

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 351/Menkes/SK/III/2003 tentang Komite

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sektor Kesehatan

18

Page 19: k3 pengorganisasian K3

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Departemen Kesehatan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.432/MENKES/SK/IV/2007

Tentang Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit

BAB III

19

Page 20: k3 pengorganisasian K3

KESIMPULAN dan SARAN

3.1 Kesimpulan

Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan

kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.

Rumah sakit merupakan salah satu tempat bagi masyarakat untuk mendapatkan pengobatan dan

pemeliharaan kesehatan dengan berbagai fasilitas dan peralatan kesehatannya.

Potensi bahaya di rumah sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-

bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit, yaitu kecelakaan (peledakan,

kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cedera

lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anestesi, gangguan psikososial,

dan ergonomi. Semua potensi-potensi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa bagi kehidupan

bagi para karyawan di rumah sakit, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan

rumah sakit. Rumah sakit mempunyai karakteristik khusus yang dapat meningkatkan peluang

kecelakaan. Misalnya, petugas acapkali menggunakan dan menyerahkan instrumen benda-benda

tajam tanpa melihat atau membiarkan orang lain tahu apa yang sedang mereka lakukan. Ruang

kerja yang terbatas dan kemampuan melihat apa yang sedang terjadi di area operasi bagi

sejumlah anggota tim (perawat instrumen atau asisten) dapat menjadi buruk. Hal ini dapat

mempercepat dan menambah stres kecemasan, kelelahan, frustasi dan kadang-kadang bahkan

kemarahan. Pada akhirnya, paparan atas darah acapkali terjadi tanpa sepengetahuan orang

tersebut, biasanya tidak diketahui hingga sarung tangan dilepaskan pada akhir prosedur yang

memperpanjang durasi paparan. Pada kenyataannya, jari jemari acap kali menjadi tempat

goresan kecil dan luka, meningkatkan risiko infeksi terhadap patogen yang ditularkan lewat

darah.

20

Page 21: k3 pengorganisasian K3

Tujuan dari diterapkannya Sistem Manajemen K3 ini pada Rumah Sakit adalah

terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan karyawan RS.

Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja menurut Peraturan Menteri

Kesehatan 2007 terdiri atas meliputi langkah-langkah sebagai berikut Tahap persiapan

(komitmen dan kebijakan), Tahap perencanaan, Tahap penerapan atau pelaksanaan, Tahap

Pengukuran dan evaluasi, Tahap peninjauan ulang dan peningkatan.

Bentuk kegiatan yang mendukung terselengaranya sistem manajemen K3 agar berjalan

dengan benar, meliputi penyuluhan K3 ke semua petugas RS, pelatihan K3 yang disesuaikan

dengan kebutuhan individu dengan perilaku tertentu agar berperilaku sesuai dengan yang telah

ditentukan sebelumnya sebagai produk akhir dari pelatihan.

Adapun dasar hukum yang terkait dengan pelaksanaan Sistem Manajemen K3 antara lain:

UU No.1 tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

UU No.23 tahun 1992 Tentang Kesehatan

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan

Alat Kesehatan

Peraturan Pemerintah nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan

Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan

Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.: PER.05/MEN/1996 Tentang Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul Akibat

Hubungan Kerja

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman

Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan

21

Page 22: k3 pengorganisasian K3

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1217/Menkes/SK/IX/2001 tentang Pedoman

Penanganan Dampak Radiasi

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1335/Menkes/SK/X/2002 tentang Standar

Operasional Pengambilan dan Pengukuran Kualitas Udara Rumah Sakit

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1335/Menkes/SK/X/2002 tentang Standar

Operasional Pengambilan dan Pengukuran Kualitas Udara Rumah Sakit

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1439/Menkes/SK/XI/2002 tentang Penggunaan

Gas Medis pada Sarana Pelayanan Kesehatan

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 351/Menkes/SK/III/2003 tentang Komite

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sektor Kesehatan

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

3.2 Saran

Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) khususnya di Indonesia secara umum

diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2008 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di

bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan

daya saing pelayanan dan kualitas saranan kesehatan Indonesia di dunia internasional masih

sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi persaingan global karena mengalami

ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan

pelayanan tersebut sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping

perhatian instansi itu sendiri, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan

perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau

bermartabat. kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor

keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada

gilirannya pada kinerja pelayanan kesehatan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja

semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

22

Page 23: k3 pengorganisasian K3

DAFTAR PUSTAKA

Allen, carol Vestal, 1998, Memahami Proses keperawatan dengan pendekatan latihan , alih

bahasa Cristantie Effendy, Jakarta : EGC

Depkes RI, 1991, pedoman uraian tugas tenaga keperawatan dirumah sakit, Jakarta.:Depkes RI

Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 1996

http://www.scribd.com/doc/17348984/Pedoman-Penyelenggaraan-K3-RS

depkes.go.id

http://xa.yimg.com/kq/groups/1051902/593954642/name/K3+RS_HANIFA.pdf

__.2003.Bunga Rampai Hyperkes dan KK.Universitas Diponegoro: Semarang

P.K, Sumakmur.1996. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung: Jakarta

Departemen Kesehatan RI, Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di

Rumah Sakit. Viewed 24 october 2011

<http://www.depkes.go.id/downloads/Kepmenkes/KMK%20432-IV%20K3%20RS.pdf>

23