kabin herpes zoster
DESCRIPTION
herpes zoosterTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Virus Varisela-Zoster yang
menyerang kulit dan mukosa, bermanifestasi sebagai radang kulit akut, mempunyai sifat khas
yaitu vesikel-vesikel yang tersusun berkelompok sepanjang persarafan sensorik kulit sesuai
dermatom. 1,2
Virus Varisela Zoster adalah agen penyebab varisela, yang lebih dikenal sebagai
chickenpox atau cacar air, infeksi umum yang menyerang masa kanak-kanak. Mengikuti
penyembuhan dari chickenpox, VVZ berdiam di saraf ganglion posterior. Virus ini tidak hilang
tuntas dari tubuh setelah infeksi primernya dalam bentuk varisela melainkan dorman pada sel
ganglion dorsalis sistem saraf sensoris yang kemudian pada saat tertentu mengalami reaktivasi
dan bermanifestasi sebagai herpes zoster. 3,4
Secara klasik herpes zoster dikenal sebagai penyakit orang tua, insidensnya meningkat
tajam pada umur di atas 60 tahun tetapi dapat terjadi pula pada semua umur. Diperkirakan antara
10 dan 20% populasi akan mengalami serangan herpes zoster selama hidupnya.3
Komplikasi umum yang terjadi pada herpes zoster adalah neuralgia pascaherpetik, yaitu
nyeri yang menetap selama lebih dari 1 bulan mengikuti resolusi dari ruam vesikuler. Insidennya
meningkat sesuai usia, dengan kata lain 3-4% pada umur 30-50 tahun, dan 34% pada penderita
berusia di atas 80 tahun. Nyeri yang menetap dari neuralgia postherpetik dapat berlangsung
berbulan-bulan atau bertahun-tahun. 4
Herpes Zoster biasanya bermanifestasi dalam bentuk yang ringan, namun dapat
menyebabkan komplikasi, mulai dari yang ringan sampai yang sangat berat. Penyakit ini jarang
menyebabkan kematian pada pasien yang imunokompeten, namun dapat mengancam kehidupan
pada pasien dengan imunokompromais. Tatalaksana dini dengan antiviral dan kortikosteroid
menunjukkan pengurangan durasi dari gejala dan dapat mencegah atau memperbaiki beberapa
komplikasi yang mungkin terjadi. 4
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Herpes zoster adalah penyakit neurodermal yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-
zoster yang menyerang kulit dan mukosa, ditandai dengan nyeri radikular unilateral serta erupsi
vesikuler berkelompok dengan dasar eritematosa pada daerah kulit yang dipersarafi oleh saraf
kranialis atau spinalis. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi
primer.1,3
2.2 Epidemiologi
Penyebarannya sama seperti varisela. Penyakit ini, seperti yang diterangkan dalam
definisi, merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah penderita mendapat varisela. Kadang-
kadang varisela ini berlangsung subklinis. Tetapi ada pendapat yang menyatakan kemungkinan
transmisi virus secara aerogen dari pasien yang sedang menderita varisela atau herpes zoster.3
Penularan zoster dapat secara kontak langsung dengan lesi aktif penderita herpes zoster.
Pada seseorang yang tidak pernah mengalami infeksi VVZ primer atau imunokompromais akan
rentan tertular virus tersebut dari seseorang dengan herpes zoster dan bermanifestasi sebagai
varisela. Pengamatan oleh Gland menghasilkan dugaan bahwa herpes zoster yang dialami oleh
seorang bayi muda kemungkinan akibat infeksi varisela maternal pada masa prenatal. 3
Sebuah survey serologis di negeri beriklim tropis menunjukkan seroprevalensi yang lebih
rendah dibandingkan dengan negeri yang memiliki iklim lebih dingin, kemungkinan karena
cuaca panas menghambat penyebaran virus. Faktor genetik diperkirakan juga berpengaruh,
terlihat pada satu uji seroprevalensi didapatkan pada kelompok pelaut Amerika berkulit putih
lebih tinggi dibandingkan dengan kulit berwarna. 3
Kebanyakan kasus berumur lebih dari 45 tahun dan insidensinya meningkat sesuai
pertambahan usia. Menurunnya imunitas seluler karena usia lanjut merupakan faktor utama
penyebab reaktivasi, dan sering kali dijumpai pada pasien dengan status imun inkompeten. 3
2.3 Etiologi
2
Virus Varisela Zoster (VVZ) merupakan virus DNA yang tergolong dalam famili
Herpesviridae. Pada manusia, infeksi primer dari VVZ terjadi ketika virus berkontak dengan
mukosa saluran pernafasan atau konjungtiva. Kemudian virus tersebut menyebar lewat aliran
darah dalam tubuh melalui sel mononuklear. Di jaringan tubuh, VVZ menyebar dari sel ke sel
melalui kontak langsung. 4
Setelah infeksi primer, virus ini bermigrasi sepanjang serabut saraf sensorik menuju sel
satelit dari akar ganglion dorsal yaitu tempat VVZ dorman. Dormansi ini bisa permanen, atau
virus akan teraktivasi ketika terjadi penurunan imunitas selular yang bermanifestasi dalam
bentuk herpes zoster. 4
Bagaimana tepatnya VVZ teraktivasi dari latensinya tidak sepenuhnya dimengerti.
Namun, cell-mediated, imunitas spesifik dari VVZ, terlihat sebagai faktor utama dalam
menentukan reaktivasi virus ini. Sel ini menurun sejalan dengan umur dan pada pasien dengan
keganasan. Kelompok inilah yang memilik angka tinggi menderita herpes zoster. Pasien dengan
hipogammaglobulinemia tidak termasuk yang memiliki risiko tinggi dari herpes zoster. 4
2.4 Patogenesis
Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis.
Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan daerah persarafan ganglion
tersebut. Kadang-kadang virus ini juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranialis
sehingga memberikan gejala-gejala gangguan motorik. 3
Secara alami virus mencapai ganglion sensoris, diduga dengan cara hematogenik,
transport neuronal retrograde, atau keduanya, dan menjadi laten pada sel ganglion. Latensi
adalah tanda utama VVZ dan tidak diragukan lagi peranannya dalam patogenesitas. Sifat latensi
ini menandakan virus dapat bertahan seumur hidup hospes dan pada suatu saat masuk dalam fase
reaktivasi yang mampu sebagai media transmisi penularan kepada seseorang yang rentan. 3
Infeksi primer VVZ memicu imunitas humoral dan seluler, namun dalam
mempeertahankan latensi, imunitas seluler lebih penting pada herpes zoster. Keadaan ini terbukti
dengan insidensi herpes zoster meningkat pada pasien HIV dengan jumlah CD4 menurun,
dibandingkan dengan orang normal. 3
3
Pada masa reaktivasi virus bereplikasi kemudian merusak dan terjadi peradangan
ganglion sensoris. Virus menyebar ke sumsum tulang belakang dan batang otak, dari saraf
sensoris menuju kulit dan menimbulkan erupsi kulit vesikuler yang khas. Pada daerah dengan
lesi varisela terbanyak, diperkirakan merupakan daerah virus terbanyak mengalami keadaan laten
dan merupakan daerah terbesar kemungkinannya mengalami herpes zoster. 3
Sifat laten ini dipertahankan dengan adanya gangguan transkripsi gen dari kelas kinetik
khusus yang produksinya diperlukan dalam pembentukan virus. Virus, sel, dan imunitas seluler
menentukan apakah virus dalam keadaan laten atau reaktivasi. Pada masa laten replikasi virus
tetap terjadi namun dalam jumlah sedikit dan tidak mampu memberikan gejala klinis. Keadaan
ini terbukti dengan dijumpainya IgM anti VVZ antibodi meningkat secara periodik, gen
transkripsi tetap dapat dideteksi, dan protein gen transkripsi terakumulasi pada sitoplasma neuron
yang terinfeksi virus laten tersebut pada individu yang pernah terinfeksi VVZ tanpa gambaran
zoster. Produktivitas virus rendah selama masa laten, namun tetap menghasilkan virion matang
yang dapat melewati badan sel ganglion dan keluar dari sel serta memicu imunitas hospes
berulang. Sistem imunitas yang kompeten dapat menanggulangi virus dan mencegah terjadinya
reaktivasi. Pada keadaan imunitas hospes berkurang virion tersebut tidak dapat dimusnahkan,
bahkan kemudian terjadi infeksi pada sel epithelial sekitarnya, serta virus tersebut terus
bermultiplikasi menghasilkan lesi zoster. 3
Kemungkinan lain patogenesisnya adalah VVZ tidak bereplikasi sempurna selama
latensi, walaupun gen translasi mengekspresikan produknya namun tidak ditempatkan di nucleus
tetapi di sitoplasma sehingga terjadi lokalisasi aberan yang berarti mengganggu replikasi virus
serta memproduksi virus yang infeksius. Virus tersebut kemudian keluar dari sel ganglion dan
menginfeksi sel epitel sekitarnya membentuk lesi zoster. Zoster menstimulasi respons imun,
yang mampu mencegah reaktivasi pada ganglion lainnya serta reaktivasi klinis berikutnya. Oleh
karena itu zoster umumnya hanya menyerang satu atau sejumlah kecil ganglion serta hanya
sekali muncul selama hidup. 3
4
2.5 Manifestasi Klinis
Daerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal, walaupun daerah-daerah lain
tidak jarang. Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanita sama, sedangkan mengenai umur lebih
sering pada dewasa.1
Sebelum timbul gejala kulit terdapat, gejala prodromal baik sistemik (demam, pusing,
malaise), maupun gejala prodromal lokal (nyeri otot, tulang, gatal, pegal dan sebagainya).
Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan
dasar kulit yang eritematosa dan edema. Vesikel ini berisi cairan yang jernih, kemudian menjadi
keruh (berwarna abu-abu), dapat menjadi pustul dan krusta. Kadang-kadang vesikel mengandung
darah dan disebut sebagai herpes zoster hemoragik. Dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga
menimbulkan ulkus dengan penyembuhan berupa sikatrik. 1
Masa tunasnya 7-12 hari, masa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru yang tetap timbul
berlangsung kira-kira seminggu, sedangkan masa resolusi berlangsung kira-kira 1-2 minggu.
Disamping gejala kulit dapat juga dijumpai pembesaran kelenjar getah bening regional.
Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat
persarafan. Pada susuan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik, tetapi pada susunan saraf
pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion kranialis memungkinkan hal tersebut.
Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala yang khas. Kelainan pada muka sering
disebabkan oleh karena gangguan pada nervus trigeminus (dengan ganglion gaseri) atau nervus
fasialis dan otikus (dari ganglion genikulatum). 1
Herpes Zoster Oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang pertama nervus trigeminus,
sehingga menimbulkan kelainan pada mata, disamping itu juga cabang kedua dan ketiga
menyebabkan kelainan kulit pada daerah persarafannya. Sindrom Ramsay Hunt diakibatkan oleh
gangguan nervus fasialis dan otikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis
Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan
pendengaran, nistagmus, dan nausea, juga terdapat gangguan oengecapan. Pada herpes zozter
generalisata kelainan kulitnya unilateral dan segmental ditambah kelainan kulit yang menyebar
secara generalisata berupa vesikel yang soliter dan ada umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi
pada orang tua atau pada orang yang kondisi fisiknya sangat lemah, misalnya pada penderita
limfoma maligna. 1
5
Neuralgia Pascaherpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan
lebih dari sebulan setelah penyakitnya sembuh. Nyeri ini dapat berlangsung sampai beberapa
bulan bahkan bertahun-tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi dalam kehidupan sehari-hari.
Kecendrungan ini dijumpai pada orang yang menndapat herpes zoster di atas usia 40 tahun. 1
2.6 Diagnosis
Diagnosis herpes zoster pada anamnesis didapatkan keluhan berupa neuralgia beberapa
hari sebelum atau bersama-sama dengan timbulnya kelainan kulit. Adakalanya sebelum timbul
kelainan kulit didahului gejala prodromal seperti demam, pusing dan malaise. Kelainan kulit
tersebut mula-mula berupa eritema kemudian berkembang menjadi papula dan vesikula yang
dengan cepat membesar dan menyatu sehingga terbentuk bula. Isi vesikel mula-mula jernih,
setelah beberapa hari menjadi keruh dan dapat pula bercampur darah. Jika absorbsi terjadi,
vesikel dan bula dapat menjadi krusta. Dalam stadium pra erupsi, penyakit ini sering dirancukan
dengan penyebab rasa nyeri lainnya, misalnya pleuritis, infark miokard, kolesistitis, apendisitis,
kolik renal, dan sebagainya. Namun bila erupsi sudah terlihat, diagnosis mudah ditegakkan.
Karakteristik dari erupsi kulit pada herpes zoster terdiri atas vesikel-vesikel berkelompok,
dengan dasar eritematosa, unilateral, dan mengenai satu dermatom.1
Secara laboratorium, pemeriksaan sediaan apus tes Tzanck membantu menegakkan
diagnosis dengan menemukan sel datia berinti banyak. Demikian pula pemeriksaan cairan
vesikula atau material biopsi dengan mikroskop elektron, serta tes serologik. Pada pemeriksaan
histopatologi ditemukan sebukan sel limfosit yang mencolok, nekrosis sel dan serabut saraf,
proliferasi endotel pembuluh darah kecil, hemoragi fokal dan inflamasi bungkus ganglion.
Partikel virus dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan antigen virus herpes zoster dapat
dilihat secara imunofluoresensi. Apabila gejala klinis sangat jelas tidaklah sulit untuk
menegakkan diagnosis. Akan tetapi pada keadaan yang meragukan diperlukan pemeriksaan
penunjang antara lain:
1. Isolasi virus dengan kultur jaringan dan identifikasi morfologi dengan mikroskop
elektron
2. Pemeriksaan antigen dengan imunofluoresen
3. Tes serologi dengan mengukur imunoglobulin spesifik.1
2.7 Diagnosis Banding
6
a. Herpes simpleks
Herpes simpleks ditandai dengan erupsi berupa vesikel yang bergerombol, di atas dasar
kulit yang kemerahan. Sebelum timbul vesikel, biasanya didahului oleh rasa gatal atau seperti
terbakar yang terlokalisasi, dan kemerahan pada daerah kulit. Herpes simpleks terdiri atas 2,
yaitu tipe 1 dan 2. Lesi yang disebabkan herpes simpleks tipe 1 biasanya ditemukan pada bibir,
rongga mulut, tenggorokan, dan jari tangan. Lokalisasi penyakit yang disebabkan oleh herpes
simpleks tipe 2 umumnya adalah di bawah pusat, terutama di sekitar alat genitalia eksterna.1
b. Varisela
Gejala klinis berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi
vesikel. Bentuk vesikel ini seperti tetesan embun (tear drops). Vesikel akan berubah menjadi
pustul dan kemudian menjadi krusta. Lesi menyebar secara sentrifugal dari badan ke muka dan
ekstremitas.1
c. Impetigo vesiko-bulosa
Terdapat lesi berupa vesikel dan bula yang mudah pecah dan menjadi krusta. Tempat
predileksi di ketiak, dada, punggung dan sering bersamaan dengan miliaria. Penyakit ini lebih
sering dijumpai pada anak-anak.1
2.8 Penatalaksanaan
Tujuan terapi pada infeksi herpes zoster adalah untuk memperpendek masa penyakit,
memberikan analgetik, mencegah komplikasi, dan menurunkan insiden dari neuralgia
pascaherpetik.4
Penatalaksanaan umum untuk herpes zoster adalah pasien diedukasi mengenai perjalanan
penyakit dari herpes zoster dan kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi. Selama fase akut,
pasien sangat infektif terhadap orang lain oleh karena itu perlu mengurangi kontak dengan orang
yang berusia lanjut, rentan infeksi (imunokompromais), ibu hamil ataupun orang-orang yang
tidak memiliki riwayat terinfeksi cacar air. Pasien harus diedukasi untuk tidak menggaruk lesi
agar tidak terjadi infeksi sekunder. 4
Terapi sistemik umumnya bersifat simptomatik, untuk nyerinya diberikan analgetik. Jika
disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik.1
1. Obat Antivirus
7
Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya valasiklovir dan
famsiklovir. Obat-obat tersebut diberi dalam 3 hari sejak lesi pertama muncul. Obat yang lebih
baru ialah famsiklovir dan pensiklovir yang mempunyai waktu paruh eliminasi yang lebih lama
sehingga cukup diberikan 3x250 mg sehari. Dosis asiklovir peroral yang dianjurkan adalah
5×800 mg/hari selama 7 hari. Valasiklovir diberikan 3×1000 mg/hari karena konsentrasi dalam
plasma tinggi. Valacyclovir dan Famciclovir lebih disukai karena diberikan dengan frekuensi 3
kali sehari dibandingkan acyclovir yang diberikan dengan frekuensi 5 kali sehari. Acyclovir,
dalam sediaan generic, memiliki harga yang lebih murah daripada Famciclovir atau
Valacyclovir. Acyclovir mempercepat penyembuhan terutama pada pasien dengan usia lebih dari
50 tahun. Obat-obatan ini cukup aman dan dapat ditoleransi dengan baik, dengan efek samping
minimal seperti sakit kepala dan mual. Jika lesi baru masih tetap muncul obat-obat tersebut dapat
diteruskan dan dihentikan sesudah 2 hari lesi baru tidak timbul lagi.1,5
Uji coba meta-analisis dan random menyatakan bahwa penggunaan obat antiviral acyclovir,
famciclovir, dan valacyclovir, dalam 72 jam dari munculnya lesi dapat mengurangi keparahan
dan durasi nyeri akut dan insiden neuralgia postherpetik.4
2. Analgetik
Menurut FDA, obat pertama yang dapat digunakan untuk nyeri neuropatik pada neuropati
perifer diabetik dan neuralgia pasca herpetik ialah Pregabalin. Obat tersebut lebih baik dari obat
gaba yang analog ialah gabapentin, karena efek sampingnya lebih sedikit, lebih poten (2-4 kali),
kerjanya lebih cepat serta pengaturan dosisnya lebih sederhana. Dosis awalnya 2x75 mg sehari,
setelah 3-7 hari bila responnya kurang dapat dinaikkan menjadi 2x150 mg sehari. Dosis
maksimumnya 600 mg sehari.1
3. Kortikosteroid
Indikasi pemberian kortikostreroid ialah untuk Sindrom Ramsay Hunt. Pemberian harus
sedini mungkin untuk mencegah terjadinya paralisis. Yang biasa diberikan ialah prednison
dengan dosis 3×20 mg/hari, setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap. Dengan dosis
prednison setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga lebih baik digabung dengan obat
antivirus.1
2. Pengobatan topikal
8
Pengobatan topikal bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel diberikan
bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi
sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi dapat diberikan salap
antibiotik.1
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang paling umum dari Herpes Zoster adalah Neuralgia Post-herpetik yaitu
nyeri yang dirasakan pada kulit yang menetap lebih dari 30 hari setelah lesi pada kulit sembuh.
Insiden neuralgia post-herpetik ini meningkat seiring dengan usia dan jarang terjadi pada pasien
dengan usia kurang dari 60 tahun. Neuralgia pascaherpetik dapat timbul pada umur di atas 40
tahun, persentasenya 10-15%.1,5
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi. Sebaliknya
pada pasien yang disertai defisiensi imunitas, infeksi HIV, keganasan atau berusia lanjut dapat
disertai komplikasi.1
Lesi herpes zoster dapat mengalami infeksi sekunder oleh bakteri Stafilokokus atau
Streptokokus, dan dapat juga terjadi selulitis. Vesikel sering menjadi ulkus dengan jaringan
nekrotik .1,5
Herpes zoster yang mengenai mata (herpes zoster oftalmika), yang mengenai nervus
trigeminus cabang oftalmika dapat menyebabkan terjadinya komplikasi pada mata berupa ptosis
paralitik, keratitis, skleritis, neuritis optik dan gangguan penglihatan, oleh karena itu pasien perlu
dirujuk ke dokter spesialis mata.1,5
Komplikasi lain yang jarang dijumpai yaitu paresis motorik dan ensefalitis. Paralisis
motorik terdapat pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat penjalaran virus secara perkontinuitatum
dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekataan. Paralisis biasanya timbul dalam 2
minggu sejak awitan munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi, misalnya di muka,
diafragma, batang rubuh, ektremitas, vesika urinaria, dan anus. Umumnya akan sembuh
spontan.1,5
BAB III
KELUARGA BINAAN
9
3.1 Pengenalan Keluarga Binaan
Keluarga Ibu Yusnita merupakan keluarga yang kami pilih untuk dijadikan keluarga
binaan yang merupakan salah satu aktivitas yang diwajibkan saat menjalani Rotasi II di
Puskesmas Ulak Karang. Keluarga ini kami kenali bermula saat kunjungan Ibu Yusnita ke
Puskesmas Ulak Karang. Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik kami
mendiagnosis pasien dengan diagnosa kerja Herpes Zoster servikalis sinistra setinggi C2-C3.
Penyakit ini termasuk penyakit yang sangat menular dan memerlukan perhatian khusus terutama
komplikasinya sehingga kami memilih keluarga ini untuk dijadikan keluarga binaan. Hal – hal
yang kami lakukan di antaranya adalah berupa :
Melakukan home visit / kunjungan ke rumah.
Melakukan evaluasi permasalahan pada keluarga tersebut secara holistik.
Memberi edukasi pemecahan masalah serta diskusi tentang permasalahan yang
dialami keluarga tersebut.
Berikut merupakan informasi yang kami peroleh mengenai anggota keluarga binaan kami :
Ny. Yusnita/ Pasien/ Perempuan/ 50 tahun/ Pedagang
Tn. Nursal/ Suami/ Laki-laki/ 60 tahun/ Swasta
Ny. Dian/ Anak / Perempuan/ 23 tahun/ Ibu Rumah Tangga
Tn. Agus/ Suami Ny. Dian/ 30 tahun/ Swasta
3.2 Identifikasi Permasalahan
Identifikasi permasalahan pada keluarga ini kami telusuri berdasarkan beberapa faktor,
secara garis besar sebagai berikut :
10
3.2.1 Kesehatan Individu
Permasalah utama yang kami temui pada keluarga ini bermula saat kunjungan Ibu
Yusnita ke balai pengobatan puskesmas Ulak Karang pada hari Kamis, 20 Desember 2012
dengan keluhan muncul gelembung berisi cairan keruh yang terasa nyeri di leher dan belakang
telinga kiri yang dialaminya sejak 1 hari yang lalu. Permasalahan kesehatan pada anggota
keluarga lainnya kami lakukan di rumah pasien saat kunjungan rumah untuk pertama kalinya.
Berikut merupakan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang kami lakukan pada Ibu Yusnita di
puskesmas :
Identitas pasien
Nama / jenis kelamin / umur : Ny. Yusnita / Perempuan / 50 tahun
Pekerjaan / pendidikan : Pedagang / SD
Alamat : Jl. Khatib Sulaiman, Padang
Keluhan Utama:
Gelembung-gelembung yang berisi cairan keruh di atas kulit yang kemerahan di
leher kiri, belakang dan bawah telinga kiri yang terasa nyeri sejak 1 hari yang lalu.
11
Riwayat Penyakit Sekarang
Gelembung-gelembung yang berisi cairan keruh di atas kulit yang kemerahan di leher
kiri, belakang dan bawah telinga kiri yang terasa nyeri sejak 1 hari yang lalu.
Awalnya gelembung-gelembung kecil muncul di leher kiri. Gelembung berukuran
sebesar kepala jarum pentul, kira-kira 20 buah. Gelembung bertambah banyak dan
menyebar. Saat ini gelembung sudah terdapat di leher kiri, belakang dan bawah
telinga kiri. Gelembung dirasakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan nyeri bertambah
jika terkena gesekan baju pasien.
Gelembung tidak dirasakan gatal.
2 hari sebelumnya pasien demam, tidak tinggi, tidak terus menerus, tidak menggigil
dan tidak berkeringat. Demam juga disertai pusing dan pegal-pegal.
Riwayat kontak dengan penderita penyakit seperti ini tidak ada.
Riwayat kontak dengan penderita cacar air tidak ada.
Riwayat minum obat-obatan ataupun jamu dalam waktu yang lama tidak ada.
Akhir-akhir ini pasien mengaku sering kelelahan karena biasanya pasien berbelanja
ke pasar untuk memenuhi kebutuhan warung dibantu oleh anaknya, akan tetapi
karena kehamilan anaknya semakin besar sehingga aktivitas tersebut dilakukan oleh
pasien sendiri.
Riwayat pengobatan sebelumnya tidak ada
Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
- Tidak pernah sakit cacar sebelumnya
- Tidak ada anggota keluarga yang pernah sakit cacar
Aspek Psikologis di keluarga
12
Pasien mempunyai 3 orang anak yang sekarang tidak tinggal serumah dengan
pasien kecuali anak ketiga pasien, walaupun demikian pasien mendapat perhatian
yang cukup dari anak-anaknya.
Hubungan dengan anggota keluarga yang lain baik.
Faktor stress dalam keluarga tidak ada.
Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak : 3 orang, seluruhnya sudah berkeluarga
c. Status ekonomi keluarga: Cukup, penghasilan ± 2.000.000/bln berasal dari
penghasilan suami pasien yang berkerja sebagai kuli bangunan, uang sewa kamar
kos-kosan dan hasil penjualan di warung pasien. Selain itu pasien juga sering
mendapatkan tambahan uang dari anak-anak pasien dan menantunya tetapi
jumlahnya tidak tetap.
d. KB : pasien tidak memakai KB
e. Kondisi rumah :
- Rumah permanen ukuran 12 x 6 m2, terdiri dari 3 kamar tidur, dihuni oleh 4
orang anggota keluarga (pasien, istri, 1 orang anak pasien, dan menantunya),
ventilasi dan pencahayaan rumah cukup, lantai keramik, WC di dalam rumah
1 buah, sumber air dari PDAM, sampah dibuang ke tempat pembuangan
sampah umum, pekarangan ada tetapi tidak luas, di halaman depan dan
samping terdapat tumpukan barang dan sampah yang berserakan.
- Kesan hygiene dan sanitasi kurang
f. Kondisi Lingkungan Keluarga: keadaan dan lingkungan sosial keluarga baik
Pemeriksaan Fisik
13
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : CMC
Tekanan Darah : 120/80 mmHg Suhu : 37 0C
Frekuensi Nadi : 80x/menit Frekuensi Nafas :20x/menit
Berat Badan : 53 kg Tinggi Badan : 155 cm
BMI : 22.06 (normoweight)
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Kulit : status dermatologikus
Thorax/Dada
Paru: Inspeksi : simetris kiri=kanan saat stasis dan dinamis
Palpasi : fremitus kiri=kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : SN vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)
Jantung: Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi :
Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Ektremitas : reflex fisiologis ++/++, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-
Status dermatologikus :
14
Lokasi : leher kiri, belakang dan bawah telinga kiri
Distribusi : unilateral, terlokalisir sesuai dermatom
Bentuk : tidak khas
Susunan : herpetiformis
Batas : tegas
Ukuran : lentikular sampai plakat
Efloresensi : vesikel keruh berkelompok diatas kulit yang eritema
Laboratorium : tidak dilakukan
Pemeriksaan anjuran :
Tzanck test
Diagnosis Kerja
Herpes Zoster servikalis sinistra setinggi C2-C3
Diagnosis Banding : -
Manajemen
15
a. Preventif
- Jangan menggaruk/memecahkan vesikel atau mengoleskan obat-obatan/rempah-
rempah tradisional yang tidak terjamin kebersihannya karena dapat menyebabkan
terjadinya infeksi sekunder.
- Istirahat yang cukup
- Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan nutrisi yang cukup untuk
meningkatkan daya tahan tubuh
- Hindari kontak dengan orang-orang yang rentan terinfeksi seperti anaknya yang
sedang hamil dan cucunya yang sering berkunjung ke rumah
b. Promotif :
- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang diderita pasien adalah penyakit
yang mudah menular melalui udara (inhalasi), sehingga perlu dihindari kontak
dengan orang-orang yang rentan terinfeksi seperti anaknya yang sedang hamil dan
cucunya yang sering berkunjung ke rumah.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa lesi kulit tersebut mudah terinfeksi apabila
gelembung terpecah oleh karena itu hindari menggaruk/ memecahkan gelembung
dan jangan mengoleskan obat-obatan/rempah-rempah tradisional.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang diderita pasien ini bisa
menimbulkan komplikasi berupa nyeri pasca herpetik (Neuralgia pasca herpetik)
yaitu dapat terjadi walaupun lesi kulitnya telah sembuh.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa dalam pengobatan nantinya pasien akan
diberikan obat antivirus yang diminum 5 kali sehari (setiap 5 jam), oleh karena itu
diberikan anjuran jadwal meminum obat pada pasien yaitu pada jam 05.00-10.00-
15.00-20.00-24.00 agar pasien lebih mudah mengingat jadwal minum obatnya.
c. Kuratif :
16
- Istirahat yang cukup
- Acyclovir 5x800 mg (minimal 7 hari)
- Ibuprofen 2x400 mg
- Vit C 3x1
d. Rehabilitatif :
- Kontrol kembali ke puskesmas bila obat-obatan sudah habis
- Jika terjadi nyeri pada wajah (neuralgia pasca herpetik)/terdapat nanah (infeksi)
pada lesi, segera kontrol ke puskesmas.
Prognosis
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad Vitam : bonam
Quo ad functionum : bonam
Quo ad Cosmeticum : dubia ad bonam
Dinas Kesehatan Kodya Padang
Puskesmas Ulak Karang
17
Dokter : Hadie
Tanggal : 20 Desember 2012
R/ Acyclovir tab 400mg No. LXX
∫ 5 dd tab II
__________________________________________£
R/ Ibuprofen tab 400mg No. X
∫ 2 dd tab I
__________________________________________£
R/ Vitamin C tab No. X
∫ 3 dd tab I
__________________________________________£
Pro : Ny. Yusnita
Umur : 52 tahun
Alamat : Jl. Khatib Sulaiman
Kesehatan individu pada anggota keluarga yang lain kami lakukan dengan anamnesis
ringkas pada saat melakukan kunjungan rumah / home visit pertama pada tanggal 26 Desember
2012. Berikut status kesehatan individu yang kami temukan pada keluarga ini :
Tn. Nursal/ Suami/ Laki-laki/ 60 tahun/ Swasta18
Status gizi: normoweight, aktivitas cukup, perokok
Ny. Dian/ Anak / Perempuan/ 23 tahun/ Rumah Tangga
Status gizi: normoweight, G1P0A0H0 gravid 33-34 minggu
Tn. Agus/ Suami Ny. Dian/ 30 tahun/ Swasta
Status gizi: normoweight, perokok, olahraga kurang
3.2.2 Kesehatan Rumah dan Lingkungan
Berikut adalah kondisi lingkungan rumah yang kami temukan pada keluarga ini:
ventilasi udara dan pencahayaan cukup
sumber air dengan kualitas cukup bersih
Kebersihan jamban dan kamar mandi cukup bersih
Dapur pasien cukup bersih
halaman samping rumah pasien terdapat banyak tumpukan barang-barang bekas
halaman depan rumah pasien terdapat sampah yang berserakan
Pasien memiliki warung di bagian depan rumahnya.
Kebersihan lingkungan rumah yang kurang bersih.
3.2.3 Kebiasaan Hidup Sehat
Berikut adalah beberapa permasalahan pokok yang kami temukan pada keluarga ini
berkaitan dengan kebiasaan hidup sehat :
Kebiasaan makanan dengan gizi seimbang kurang.
Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun kurang.
Kebiasaan merokok pada suami dan menantu pasien.
Kebiasaan olahraga teratur tidak ada.
3.2.4 Permasalahan Sosial dan Ekonomi
Status sosial dan ekonomi pada keluarga ini termasuk pada ekonomi sedang dengan
penghasilan ± 2.000.000/bln berasal dari penghasilan suami pasien yang berkerja sebagai pekerja
bangunan, uang sewa kamar kos-kosan dan hasil penjualan di warung pasien. Selain itu pasien
19
juga sering mendapatkan tambahan uang dari anak-anak pasien dan menantunya tetapi
jumlahnya tidak tetap.
3.2.5 Permasalahan Psikologi
Tidak ditemukan permasalahan psikologis ataupun kejiwaan pada keluarga pasien ini.
3.3 Pemecahan Masalah
Setelah mengetahui pasti permasalahan yang ada pada keluarga ini kami lakukan diskusi
tentang cara pemecahan masalah yang dihadapi oleh keluarga ini dengan bantuan serta
pandangan oleh petugas kesehatan puskesmas Ulak Karang dan berdasarkan beberapa tinjauaan
kepustakaan. Berikut adalah solusi pemecahan masalah yang kami dapatkan dan kami sampaikan
kepada keluarga binaan pada saat home visit / kunjungan rumah berikutnya :
3.3.1 Kesehatan Individu
Pada pasien
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang diderita pasien adalah penyakit
yang mudah menular melalui udara (inhalasi), sehingga perlu dihindari kontak
dengan orang-orang yang rentan terinfeksi seperti anaknya yang sedang hamil dan
cucunya yang sering berkunjung ke rumah.
Menjelaskan kepada pasien bahwa lesi kulit tersebut mudah terinfeksi apabila
gelembung terpecah oleh karena itu hindari menggaruk/ memecahkan gelembung
dan jangan mengoleskan obat-obatan/rempah-rempah tradisional.
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang diderita pasien ini bisa
menimbulkan komplikasi berupa nyeri pasca herpetik (Neuralgia pasca herpetik)
yaitu dapat terjadi walaupun lesi kulitnya telah sembuh.
Menjelaskan kepada pasien bahwa dalam pengobatan nantinya pasien akan
diberikan obat antivirus yang diminum 5 kali sehari (setiap 5 jam), oleh karena itu
diberikan anjuran jadwal meminum obat pada pasien yaitu pada jam 05.00-10.00-
15.00-20.00-24.00 agar pasien lebih mudah mengingat jadwal minum obatnya.
20
Memberikan pengetahuan tentang gizi dan pola hidup yang baik seperti menjaga
pola makan, istirahat yang cukup dan olahraga secara teratur untuk mengurangi
resiko untuk mendapatkan penyakit seperti diabetes melitus, hiperkolesterol,
osteoartritis lain sebagainya.
Memberikan pengetahuan kepada pasien bagaimana cara mengatur pola gizi yang
seimbang dan baik untuk keluarga, karena dengan gizi yang baik anggota keluarga
akan memiliki daya tahan tubuh yang baik sehingga anggota keluarga terhindar dari
berbagai penyakit.
Pada anggota keluarga yang lain
o Tn. Nursal/ Suami/ Laki-laki/ 60 tahun/ Swasta
Status gizi: normoweight, aktivitas cukup, perokok
Untuk mengatasi masalah kesehatan pada suami pasien:
- Memberikan edukasi tentang bahaya rokok, yang mana bahaya rokok ini tidak
saja pada beliau tapi juga bahaya bagi anggota keluarga lain yang menghirup
asap rokok tersebut, terutama terhadap anaknya yang sedang hamil.
- Oleh karena itu disarankan kepada Tn. Nursal untuk mulai mengurangi hingga
menghentikan kebiasaan merokoknya.
- Memberikan pengetahuan tentang gizi dan pola hidup yang baik seperti
menjaga pola makan, istirahat yang cukup dan olahraga secara teratur untuk
mengurangi resiko untuk mendapatkan penyakit seperti diabetes melitus,
hiperkolesterol, osteoartritis lain sebagainya.
- Memberikan pengetahuan kepada pasien bagaimana cara mengatur pola gizi
yang seimbang dan baik untuk keluarga, karena dengan gizi yang baik
anggota keluarga akan memiliki daya tahan tubuh yang baik sehingga anggota
keluarga terhindar dari berbagai penyakit.
o Ny. Dian/ Anak / Perempuan/ 23 tahun/ Rumah Tangga
Status gizi: normoweight, G1P0A0H0 gravid 33-34 minggu
Mengatasi masalah pada anak pasien:
21
- Memberikan edukasi kepada anak pasien tentang penyakit yang diderita oleh
pasien dan bahaya penularan penyakit tersebut terhadap janin yang dikandungnya.
- Memberikan edukasi kepada pasien tentang pentingnya untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan secara teratur ke puskesmas/bidan/dokter, tanda-tanda
bahaya pada kehamilan, persiapan sebelum persalinan dan perencanaan
persalinan.
- Mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan untuk mencegah anemia
- Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang cukup dan seimbang
- Memberikan edukasi kepada pasien untuk menghindari paparan asap rokok, agar
tidak berakibat buruk pada janinnya.
- Menganjurkan Ny. Dian untuk mengikuti senam hamil yang diadakan di
puskesmas.
o Tn. Agus/ Suami Ny. Dian/ 30 tahun/ Swasta
Status gizi: normoweight, perokok, olahraga kurang
Untuk mengatasi masalah kesehatan pada menantu pasien:
- Memberikan edukasi menantu pasien tentang bahaya rokok, yang mana bahaya
rokok ini tidak saja pada beliau tapi juga bahaya bagi anggota keluarga lain yang
menghirup asap rokok tersebut terutama istri tn. Agus yang sedang hamil.
- Memberikan pengetahuan tentang gizi dan pola hidup yang baik seperti menjaga
pola makan, istirahat yang cukup dan olahraga secara teratur untuk mengurangi
resiko untuk mendapatkan penyakit seperti diabetes melitus, hiperkolesterol,
osteoartritis lain sebagainya.
- Memberikan pengetahuan kepada pasien bagaimana cara mengatur pola gizi yang
seimbang dan baik untuk keluarga, karena dengan gizi yang baik anggota
keluarga akan memiliki daya tahan tubuh yang baik sehingga anggota keluarga
terhindar dari berbagai penyakit.
22
BAB IV
ANALISIS MASALAH
A. Menetapkan masalah kesehatan dalam keluarga
- Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit Herpes zoster
- Masih belum terlaksananya pola hidup sehat secara utuh pada keluarga pasien
- Lingkungan rumah pasien yang belum bersih, yaitu terdapat tumpukan barang dan
sampah yang berserakan di halaman samping dan depan rumah
B. Rekomendasi solusi sesuai dengan masalah kesehatan keluarga melalui pendekatan
komprehensif dan holistik
a. Preventif
- Jangan menggaruk/memecahkan vesikel atau mengoleskan obat-obatan/rempah-
rempah tradisional yang tidak terjamin kebersihannya karena dapat menyebabkan
terjadinya infeksi sekunder.
- Istirahat yang cukup
- Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan nutrisi yang cukup untuk
meningkatkan daya tahan tubuh
- Hindari kontak dengan orang-orang yang rentan terinfeksi seperti anaknya yang
sedang hamil dan cucunya yang sering berkunjung ke rumah
- Membersihkan halaman samping rumah dari tumpukan barang-barang yang
nantinya bisa menjadi tempat sarang nyamuk
- Membersihkan sampah-sampah yang berserakan di halaman depan rumah dan
selalu membuang sampah ke tong sampah yang telah disediakan di depan rumah
b. Promotif :
- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang diderita pasien adalah penyakit
yang mudah menular melalui udara (inhalasi), sehingga perlu dihindari kontak
dengan orang-orang yang rentan terinfeksi seperti anaknya yang sedang hamil dan
cucunya yang sering berkunjung ke rumah.
23
- Menjelaskan kepada pasien bahwa lesi kulit tersebut mudah terinfeksi apabila
gelembung terpecah oleh karena itu hindari menggaruk/ memecahkan gelembung
dan jangan mengoleskan obat-obatan/rempah-rempah tradisional.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang diderita pasien ini bisa
menimbulkan komplikasi berupa nyeri pasca herpetik (Neuralgia pasca herpetik)
yaitu dapat terjadi walaupun lesi kulitnya telah sembuh.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa dalam pengobatan nantinya pasien akan
diberikan obat antivirus yang diminum 5 kali sehari (setiap 5 jam), oleh karena itu
diberikan anjuran jadwal meminum obat pada pasien yaitu pada jam 05.00-10.00-
15.00-20.00-24.00 agar pasien lebih mudah mengingat jadwal minum obatnya.
- Memberikan pengetahuan tentang gizi dan pola hidup yang baik seperti menjaga
pola makan, istirahat yang cukup dan olahraga secara teratur untuk mengurangi
resiko untuk mendapatkan penyakit seperti diabetes melitus, hiperkolesterol,
osteoartritis lain sebagainya.
- Memberikan pengetahuan kepada pasien bagaimana cara mengatur pola gizi yang
seimbang dan baik untuk keluarga, karena dengan gizi yang baik anggota
keluarga akan memiliki daya tahan tubuh yang baik sehingga anggota keluarga
terhindar dari berbagai penyakit.
- Memberikan edukasi kepada seluruh keluarga tentang bahaya rokok, yang mana
bahaya rokok ini tidak saja pada perokok aktif tapi juga bahaya bagi anggota
keluarga lain yang menghirup asap rokok tersebut.
- Memberikan edukasi kepada seluruh keluarga pasien tentang pentingnya menjaga
kebersihan diri dan lingkungan agar terhindar dari penyakit-penyakit yang
berbasis lingkungan
c. Kuratif :
- Istirahat yang cukup
- Acyclovir 5x800 mg (minimal 7 hari)
- Ibuprofen 3x400 mg
- Vit C 3x1
24
d. Rehabilitatif :
- Kontrol kembali ke puskesmas bila obat-obatan sudah habis
- Jika terjadi nyeri pada wajah (neuralgia pasca herpetik)/terdapat nanah (infeksi)
pada lesi, segera kontrol ke puskesmas.
Home Visite pertama tanggal 26 Desember 2012
Riwayat penyakit sekarang :
Lesi kulit sudah mulai mengering
Lesi makin terasa nyeri dan mulai terasa gatal
Tidak ada lagi muncul gelembung baru
Pasien mengaku mengoleskan ramuan tradisional dan bedak pada lesi
Pemeriksaan Fisik Pasien
Status Generalis
Keadaan Umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : CMC
Tekanan Darah : 120/80 mmHg Suhu : 37 0C
Frekuensi Nadi : 82x/menit Frekuensi Nafas :16x/menit
Berat Badan : 53 kg Tinggi Badan : 155 cm
Kulit : status dermatologikus
Thorax/Dada
Paru Inspeksi : simetris kiri=kanan saat stasis dan dinamis
Palpasi : fremitus kiri=kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : SN vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)
Jantung Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi :
Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
25
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Ektremitas : reflex fisiologis ++/++, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-
Status dermatologikus :
Lokasi : leher kiri, belakang dan bawah telinga kiri
Distribusi : unilateral, terlokalisir sesuai dermatom
Bentuk : tidak khas
Susunan : herpetiformis
Batas : tidak tegas
Ukuran : lentikular sampai plakat
Efloresensi : krusta kehitaman, papul dan plak eritema
26
Diagnosis :
Herpes Zoster servikalis sinistra setinggi C2-C3
Manajemen masalah :
Tetap lanjutkan mengkonsumsi obat yang diberikan
Jaga kebersihan lesi kulit
Jangan menggaruk lesi
Jangan mengoleskan ramuan/obat-obatan tradisional apapun pada lesi
Istirahat yang cukup
Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan nutrisi yang cukup agar
mempercepat proses penyembuhan
Home Visite kedua tanggal 2 Januari 2013
Riwayat penyakit sekarang :
Lesi kulit sudah mengering
Nyeri pada lesi sudah berkurang, namun masih terasa ngilu jika pasien menggerakkan
kepala
Tidak ada lagi muncul gelembung baru
Pemeriksaan Fisik Pasien
Status Generalis
Keadaan Umum : tidak tampak sakit
Kesadaran : CMC
Tekanan Darah : 130/80 mmHg Suhu : 37 0C
Frekuensi Nadi : 87x/menit Frekuensi Nafas :18x/menit
Berat Badan : 53 kg Tinggi Badan : 155 cm
Kulit : status dermatologikus
Thorax/Dada
Paru Inspeksi : simetris kiri=kanan saat stasis dan dinamis
Palpasi : fremitus kiri=kanan
27
Perkusi : sonor
Auskultasi : SN vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)
Jantung Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi :
Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Ektremitas : reflex fisiologis ++/++, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-
Status dermatologikus :
Lokasi : leher kiri, belakang dan bawah telinga kiri
Distribusi : unilateral, terlokalisir sesuai dermatom
Bentuk : tidak khas
Susunan : tidak khas
Batas : tidak tegas
Ukuran : milier sampai numular
Efloresensi : papul dan krusta kehitaman
28
Diagnosis :
Herpes Zoster servikalis sinistra setinggi C2-C3
Manajemen masalah :
Jaga kebersihan lesi kulit
Jangan menggaruk atau mengelupaskan lesi yang sudah mongering, biarkan lepas
sendiri
Istirahat yang cukup
Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan nutrisi yang cukup agar
mempercepat proses penyembuhan
Bila nyeri pada bekas lesi masih terasa sakit atau bertambah nyeri lebih dari 2
minggu, segera periksakan diri ke puskesmas
29
HOME VISIT
Gambar 1. Warung depan rumah pasien Gambar 2. Rumah pasien tampak depan dan halaman samping rumah pasien
Gambar 3. Pekarangan depan rumah pasien Gambar 4. Ruang tamu pasien
30
Gambar 5. Kamar tidur pasien Gambar 6. Kamar mandi dan WC
Gambar 7. Dapur Gambar 8. Ruang makanan
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Handoko RP. Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke 5, cetakan
ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2008. 110-112
2. Siregar. Penyakit Virus. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2, cetakan I.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 2005. 84-86
3. Daili SF, B Indriani W. Infeksi Varicella-Zoster Virus. Infeksi Virus Herpes. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2002. 155-219
4. Moon JE. Herpes Zoster. http://emedicine.medscape.com/article/218683-overview.
(diakses 25 Desember 2012)
5. Mounsey, Annie et al. 2005. Herpes Zoster and Postherpetic Neuralgia : Prevention and
Management. Diunduh dari http://www.aafp.org/afp/2000/0415/p2437.html. (Diakses 1
Januari 2013)
32