kadaster 4d: sebuah keniscayaan menurut kondisi …

10
KADASTER 4D: SEBUAH KENISCAYAAN MENURUT KONDISI GEOLOGIS INDONESIA Tanjung Nugroho* Abstract: Abstract: Abstract: Abstract: Abstract: The geologic condition of the Indonesian archipelago; lying on the meeting zone of three big global tectonic plates which actively moves, often causes the rising of many faults in the region. The faults have various activities ranging from silent motion to active motion category. Today there are many land parcels located on the faults. Some of them have been registered at the local Land Office. Due to the active motion of the faults, it is possible that there are movements of the land position and dimension. This may cause disputes on land boundaries. The 4D Cadastre is aimed at anticipating the coming problems. Keywor eywor eywor eywor eywords ds ds ds ds: Tectonic activities, geologic faults, land parcels. Intisari: Intisari: Intisari: Intisari: Intisari: Kondisi geologis kepulauan Indonesia yang terletak pada zona pertemuan 3 lempeng besar dunia yang selalu aktif bergerak telah menyebabkan munculnya beberapa sesar dan patahan di wilayah ini. Kategori aktivitasnya bervariasi, dari kategori ’tidur’ hingga aktif bergerak. Saat ini, banyak bidang-bidang tanah terletak pada sesar-sesar tersebut. Beberapa di antaranya telah terdaftar di Kantor Pertanahan. Karena aktivitas dari sesar, telah menyebabkan perubahan posisi dan dimensi bidang-bidang tanah. Kemungkinan berikutnya dapat menyebabkan sengketa batas bidang tanah. Kadaster 4D hadir untuk mengantisipasi permasalahan itu. Kata kunci Kata kunci Kata kunci Kata kunci Kata kunci: Aktivitas tektonik, patahan geologi, bidang-bidang tanah * Dosen Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, Yogya- karta Demi bumi yang terbelah. (QS Ath-Thariq: 12) Dan bumi Kami hamparkan, maka Kamilah sebaik-baik yang menghamparkan. (QS Adz-Dzariyat: 48) Bukankah Kami telah menjadikan bumi terbentang, dan gunung-gunung itu sebagai pasaknya. (QS An-Naba’: 6-7) Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu kira ia tetap di tempatnya padahal ia berjalan seperti awan berjalan. ... (QS An-Naml: 88) A. Pengantar Secara geologis, wilayah Kepulauan Indone- sia terletak pada pertemuan 3 lempeng besar du- nia, yaitu lempeng tektonik Eurasia, Indo-Australi dan lempeng Pasifik. Keberadaan fisik Ke- pulauan Nusantara yang terbentuk seperti saat ini, juga diakibatkan aktivitas lempeng-lempeng tersebut. Hingga kini, aktivitas lempeng yang berada jauh di bawah permukaan bumi dapat kita rasakan melalui getaran gelombang gempa. Dalam satu dekade terakhir, bertubi-tubi wilayah Nusantara diguncang gempa. Bahkan beberapa kali di antaranya telah menimbulkan bencana kerusakan fisik hasil budidaya manusia, dan kematian. Kerusakan fisik dalam hal ini juga menyang- kut masalah pertanahan, seperti rusak dan mus- nahnya tanah, serta dokumen-dokumen perta- nahan. Peristiwa tsunami yang menimpa pesisir barat Aceh akibat subduksi lempeng Indo-Aus- trali terhadap Eurasia di Samudera Hindia (sela- tan Srilanka) pada penghujung 2004 adalah sebuah contoh yang perlu diambil hikmahnya.

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KADASTER 4D: SEBUAH KENISCAYAAN MENURUT KONDISI …

KADASTER 4D:SEBUAH KENISCAYAAN MENURUT KONDISI GEOLOGIS INDONESIA

Tanjung Nugroho*

Abstract: Abstract: Abstract: Abstract: Abstract: The geologic condition of the Indonesian archipelago; lying on the meeting zone of three big global tectonic plateswhich actively moves, often causes the rising of many faults in the region. The faults have various activities ranging from silentmotion to active motion category. Today there are many land parcels located on the faults. Some of them have been registeredat the local Land Office. Due to the active motion of the faults, it is possible that there are movements of the land position anddimension. This may cause disputes on land boundaries. The 4D Cadastre is aimed at anticipating the coming problems.KKKKKeyworeyworeyworeyworeywordsdsdsdsds: Tectonic activities, geologic faults, land parcels.

Intisari: Intisari: Intisari: Intisari: Intisari: Kondisi geologis kepulauan Indonesia yang terletak pada zona pertemuan 3 lempeng besar dunia yang selalu aktifbergerak telah menyebabkan munculnya beberapa sesar dan patahan di wilayah ini. Kategori aktivitasnya bervariasi, dari kategori’tidur’ hingga aktif bergerak. Saat ini, banyak bidang-bidang tanah terletak pada sesar-sesar tersebut. Beberapa di antaranya telahterdaftar di Kantor Pertanahan. Karena aktivitas dari sesar, telah menyebabkan perubahan posisi dan dimensi bidang-bidang tanah.Kemungkinan berikutnya dapat menyebabkan sengketa batas bidang tanah. Kadaster 4D hadir untuk mengantisipasi permasalahanitu.Kata kunciKata kunciKata kunciKata kunciKata kunci: Aktivitas tektonik, patahan geologi, bidang-bidang tanah

* Dosen Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, Yogya-karta

Demi bumi yang terbelah. (QS Ath-Thariq: 12)Dan bumi Kami hamparkan, maka Kamilah sebaik-baik yang menghamparkan. (QS Adz-Dzariyat: 48)

Bukankah Kami telah menjadikan bumi terbentang, dan gunung-gunung itu sebagai pasaknya.(QS An-Naba’: 6-7)

Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu kira ia tetap di tempatnya padahal ia berjalan seperti awanberjalan. ... (QS An-Naml: 88)

A. Pengantar

Secara geologis, wilayah Kepulauan Indone-sia terletak pada pertemuan 3 lempeng besar du-nia, yaitu lempeng tektonik Eurasia, Indo-Australidan lempeng Pasif ik. Keberadaan f isik Ke-pulauan Nusantara yang terbentuk seperti saatini, juga diakibatkan aktivitas lempeng-lempengtersebut. Hingga kini, aktivitas lempeng yangberada jauh di bawah permukaan bumi dapatkita rasakan melalui getaran gelombang gempa.

Dalam satu dekade terakhir, bertubi-tubi wilayahNusantara diguncang gempa. Bahkan beberapakali di antaranya telah menimbulkan bencanakerusakan f isik hasil budidaya manusia, dankematian.

Kerusakan f isik dalam hal ini juga menyang-kut masalah pertanahan, seperti rusak dan mus-nahnya tanah, serta dokumen-dokumen perta-nahan. Peristiwa tsunami yang menimpa pesisirbarat Aceh akibat subduksi lempeng Indo-Aus-trali terhadap Eurasia di Samudera Hindia (sela-tan Srilanka) pada penghujung 2004 adalahsebuah contoh yang perlu diambil hikmahnya.

Page 2: KADASTER 4D: SEBUAH KENISCAYAAN MENURUT KONDISI …

254 Bhumi No. 38 Tahun 12, Oktober 2013

Dalam kejadian itu, banyak tanah pemilikanyang berkurang atau musnah tergerus badai tsu-nami. Kematian para pemegang (subjek) hak danahli warisnya menjadikan persoalan bertambahpelik. Dokumen pertanahan yang tersimpan diKantor Pertanahan Kota Banda Aceh pun banyakyang hancur. Upaya merekonstruksi bidang-bidang tanah pemilikan memang telah diupaya-kan. Terlepas dari segala kekurangannya, upayaitu bisa dikatakan telah berhasil dengan baik. Kitaseharusnya dapat belajar dari peristiwa itu,sekaligus menyusun langkah-langkah antisipasiterhadap kejadian serupa.

Ada satu hal yang luput dari pengamatan parapegiat kadaster, bahwa tumbukan lempeng-lem-peng tektonik di samping menimbulkan keru-sakan dan kematian, ternyata juga telah mengubahposisi segala objek yang ada di permukaan bumi.Jika permukaan bumi mengalami dislokasi,tentunya batas bidang-bidang tanah yang adajuga berubah posisinya secara relatif, bahkanbeberapa ada juga yang berubah posisi secaraabsolut. Kondisi dinamis ini harus mendapat per-hatian yang serius dari para pegiat kadasterkarena apabila tidak, dapat berpotensi mencip-takan konflik dan sengketa, dengan memberiperhatian dan melakukan studi geodinamika dariwaktu ke waktu, dari satu kurun waktu ke kurunwaktu berikutnya.

B. Teori Tektonik Lempeng

Upaya memahami kondisi geologis Kepu-lauan Nusantara, tidak bisa lepas dari sejarahpembentukannya yang didasari oleh teoritektonik lempeng hasil pemikiran Wegener(1912). Teori ini berpijak pada hipotesis bahwakerak bumi terdiri dari beberapa lempeng kaku(litosfer), dan lempeng-lempeng tersebut terus-menerus bergerak secara lateral. Kecepatanpergerakan lempeng antara 3 – 13 cm per tahun(Soeprapto, 2004), sehingga saling bertumbu-kan, saling menjauh, atau berpapasan. Perge-

rakan itu terjadi karena lempeng-lempeng ituseolah-olah mengapung pada bahan yang plastis(astenosfer), seperti bongkahan es yang bisabergerak di atas air.

Daerah yang saling menjauh di PunggungTengah Samudera (mid ocean ridge), pada bataslempeng (retakan) yang mengalirkan lava keatas dan mendorong dua lempeng bergerakdengan arah yang berlawanan disebut PerluasanLantai Samudera (sea-floor spreading). Jika terja-di tumbukan dengan lempeng benua makaterjadilah berbagai bentuk pada permukaanbumi, seperti pegunungan, vulkan, palung, busurkepulauan, dan sebagainya. Di daerah yang ber-papasan akan terjadi sesar transform. Suatu faktabahwa vulkan dan gempa bumi cenderung ter-dapat di sepanjang mid-ocean ridge dan di sepan-jang batas-batas benua, yang ditandai denganadanya trench (parit samudera) yang sangatdalam, atau dengan kata lain, daerah-daerah aktifini terdapat di sekitar retakan-retakan besar kerakbumi. Retakan-retakan ini mencakup seluruhbumi, sehingga saat ini bumi dapat dibagi dalamenam bagian lempeng raksasa.

Gb 1. Gerakan kerak bumi yang terbagi dalam 6lempeng tektonik utama. (Sumber: Rona, 1973

dalam Hutabarat dan Evans, 1986)

Perluasan Lantai Samudera yang mengaki-batkan pergerakan lempeng dipicu oleh aruskonveksi di mantel bagian atas. Cairan basaltikyang didorong dari dalam bumi melewati retakan

Page 3: KADASTER 4D: SEBUAH KENISCAYAAN MENURUT KONDISI …

255Tanjung Nugroho: Kadaster 4D: Sebuah Keniscayaan.....: 253-262

ridge dan membentuk kerak di bawah samudera.Kerak bumi yang baru akan selalu terbentuk danmenambah massa lempeng pada sistem ridge.Selanjutnya lempeng terus bergerak di bawahdasar samudera dengan kecepatan rata-ratabeberapa centimeter setiap tahunnya. Denganumur bumi yang telah mencapai 4 milyar tahun,maka pergerakan tersebut telah mengubah per-mukaan bumi yang sangat berarti seperti saatini.

Mengacu pada Hutabarat dan Evans (1985),terbentuknya daratan (benua) dan lautan terjadisekitar dua milyar tahun lalu, ketika terbentukmassa daratan raksasa (superkontinen) Pangeayang dikelilingi lautan sangat luas. Massa daratanyang dikenal sebagai massa daratan pemula (pre-existing masses) tersebut berpisah akibat adanyapergeseran benua (continental drift) dan menjadidua bagian, yaitu superkontinen Gondwana danLaurasia. Pergeseran benua ini merupakan ge-rakan gradual massa-massa kerak bumi yang luasdi atas bidang astenosfer. Kedudukan Pangeaketika itu kira-kira membujur dari utara ke sela-tan yang kini ditempati Amerika Utara dan Afri-ka. Pangea bergerak ke utara, dan Kutub Selatanberada di sebelah Afrika sekarang, kemudianterjadi fragmentasi, mula-mula menjadi duasuperkontinen, selanjutnya terfragmentasi lagimenjadi benua-benua serta perluasan dan pen-ciutan lautan. Pada proses terakhir ini superkon-tinen Gondwana terfragmentasi menjadi Ameri-ka Selatan, Afrika, Australia, India, Semenan-jung Arab, Australia, dan Antartika. Sementaraitu superkontinen Laurasia terfragmentasimenjadi Amerika Utara dan Eurasia. Pergeseranbenua ini terutama terjadi sekitar 600 – 500 jutatahun lalu. Wegener menunjukkan bahwa bah-wa lekuk-lekuk pada kelima benua itu berse-suaian dengan tonjolan-tonjolannya, sehinggamenjadi satu daratan besar yang dikelilingilautan. Pandangan ini diperkuat lagi denganmempelajari paleomagnetisme, bahwa partikel-

partikel yang bersifat magnetis dalam batuandapat digunakan untuk mengetahui deposisipartikel batuan umur benua-benua tersebut.

Sea-floor spreading tidak hanya merupakansifat dari lautan, tetapi suatu hasil gerakan massadi daratan (continental drift). Proses inimengakibatkan dua massa kerak bumi dipisah-kan oleh gerakan lempeng tektonik yang salingmenjauh. Buktinya sekitar 180 juta tahun lalu,benua Amerika Selatan dan Afrika yang masihsatu daratan (bergabung dalam sistem mid-ocean Atlantic ridge), akhirnya terpisah karenapembentukan massa kerak bumi di bawah ridge,maka mereka berpisah sebagaimana diilustrasi-kan pada gambar berikut:

Gb 2. Pemisahan benua Amerika Selatan danAfrika oleh mid-Atlantic ridge. (Sumber:

McKenzie and Sclater, 1973 dalam Hutabarat danEvans, 1986)

Selain dapat dipisahkan, lempeng juga dapatsaling mendekat. India yang diduga potongandari Gondwana bergerak 5.000 km dalam jangkawaktu 30 juta tahun dan menumbuk Asia,sehingga terbentuk pegunungan Himalaya. Kira-kira sejak 250 juta tahun yang lalu posisi relatifbenua-benua sudah seperti keadaan sekarang.Pergeseran benua-benua ini terlihat jelas dengan

Page 4: KADASTER 4D: SEBUAH KENISCAYAAN MENURUT KONDISI …

256 Bhumi No. 38 Tahun 12, Oktober 2013

adanya busur pegunungan. Bersamaan denganpergeseran benua berlangsung pula dispersi floradan fauna di permukaan bumi.

C. Pembentukan Geologis KepulauanNusantara

Kepulauan Nusantara bagian barat, terutamaJawa dan Sumatera terbentuk secara tektonikakibat subduksi di Java trench yang memanjangdi Samudera Hindia atau tepatnya sebelah baratSumatera dan sebelah selatan Jawa hingga SundaKecil. Java trench merupakan batas lempengbenua Eurasia yang bergerak ke tenggara danlempeng samudera Hindi-Australi yang bergerakke utara. Daratan yang menghadap ke zonasubduksi, umumnya mempunyai topograf ipantai dan kedalaman laut yang cukup terjal,serta berhadapan langsung dengan laut terbuka(Soeprapto, 2004).

Bagian Indonesia timur merupakan zonatumbukan lempeng yang lebih kompleks karenaterbentuk dari benturan 3 lempeng dan perge-rakan pulau-pulau pecahan lempeng Eurasia danlempeng Indo-Australia masuk ke wilayah ini.Kamaluddin (2005) menyebutkan pecahan te-pian lempeng Indo-Australi antara lain adalahbagian timur Sulawesi, Timor, Seram, Buru,Kepulauan Sula, dan Alor. Pecahan bagian baratdan timur Sulawesi menyatu sekitar 15 juta tahunlalu. Secara lebih lengkap, zona-zona tumbukanlempeng di Indonesia diilustrasikan padagambar berikut:

Gambar 3. Skema tektonik di Indonesia(Suharyadi, 2006)

Kronologis pembentukan daratan busurkepulauan Nusantara sebagai akibat dari tum-bukan lempeng menurut Hall (1995) dalamKamaluddin (2005), berawal sekitar 50 juta tahunyang lalu, ketika Jawa dan Sumatera masih satupulau, sedangkan Kalimantan hampir bersam-bung dengan ‘pulau Sulawesi’ yang kelak menjadiSulawesi Selatan. Berpisahnya Jawa dan Suma-tera terjadi kira-kira 5 juta tahun yang lalu, seba-gaimana di ilustrasikan dalam gambar berikutini:

Gambar 4. Kepulauan Nusantara 50 juta tahun lalu

Berikutnya antara 50 juta hingga 25 jutatahun yang lalu, mulai terbentuk pulau-pulaudi bagian wilayah Indonesia bagian timur akibataktivitas tektonik 3 lempeng besar dunia seba-gaimana dapat diilustrasikan pada gambar beri-kut ini.

Gb 5. Kepulauan Nusantara 25 juta tahun laluBaru sekitar 5 juta tahun yang lalu KepulauanIndonesia terbentuk seperti sekarang ini,sebagaimana diilustrasikan pada gambarberikut.Gambar 6. Kepulauan Nusantara 5 juta tahun lalu

Akibat dari aktivitas 3 lempeng besar duniatersebut juga telah melahirkan rangkaian kepu-lauan busur magmatik yang tersebar dari ujungbarat Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa,

Page 5: KADASTER 4D: SEBUAH KENISCAYAAN MENURUT KONDISI …

257Tanjung Nugroho: Kadaster 4D: Sebuah Keniscayaan.....: 253-262

hingga ke Pulau Gunung Api, kemudian disebelah utara lengan atas Sulawesi hingga TelukTomini, dan di sekitar lengan barat Halmahera.

D. Studi Geodinamika untuk Kadaster

Studi geodinamika dimaksudkan untuk me-mantau pergerakan kerak bumi yang sedangberlangsung (recent crustal movement). Melaluipengamatan geodesi-presisi pada beberapa epochterhadap titik-titik kontrol yang tersebar di lokasiyang diyakini terdapat pergerakan, maka akandidapatkan arah dan besar pergerakan risen.Titik-titik kontrol ini merupakan bangunan tugudengan konstruksi khusus untuk memantaupergerakan kerak, berupa monumen yang ter-tanam sangat dalam hingga mencapai batuandasar (baserock). Hal ini untuk membedakanasal penyebab gerakan, apakah gerakan tanahitu berasal dari faktor tektonik (endogen), atau-kah berasal dari pergerakan rayapan permukaantanah (landslide) yang sifatnya eksogen.

Kegiatan monumentasi tersebut memperha-tikan kondisi geologis regional, sebagaimanateori geologi yang menyatakan bahwa pada lem-peng benua yang lebih ringan daripada lempengsamudera, maka akan terjadi retak-retak danpatah-patah akibat tekanan yang tinggi. Retakanatau sesar pada kerak bumi ini tersebar di daratanyang dekat dengan zona tumbukan, yang pola-nya sangat variatif. Oleh karena itu perlu dipela-jari peta-peta geologi baik dalam skala regionalmaupun lokal. Sebagai contoh adalah adanyaretakan regional di wilayah Yogyakarta yaitu sesarOpak, atau sesar Semangko yang membelahBukit Barisan dari utara hingga selatan PulauSumatera. Sesar-sesar tersebut merupakan sesaryang aktif, terus menerus bergerak secara perla-han dan pasti, hingga suatu ketika terjadi gempamaka akan teraktivasi dan memporakporanda-kan apa yang ada di atasnya. Bersamaan dengangempa, terjadi pula dislokasi titik-titik secaradramatis, dari kisaran centimeter hingga meter.

Kejadian gempa di Tapanuli pada tahun 1892telah menggeser titik-titik triangulasi secara late-ral di sepanjang sesar Semangko sebesar 1,24meter dengan arah (asimut) 304028’ di sisi baratdan di sisi timur sebesar 0,68 meter denganasimut 1490. Gempa di tempat yang sama padatahun 1952 telah mengubah posisi bangunansebesar 0,5 meter. Berikut ini ilustrasi dari besardan arah pergeseran akibat gempa tersebut.

Gb 7. Pergeseran Sesar Semangko di Sumateraakibat gempa. (Sumber: Katili & Hewuwat dalam

Santoso, 2002)

Keterangan gambar :A. Pergeseran horisontal titik-titik trangulasi akibat

gempa bumi Tapanuli (1892)B. Arah pergeseran bangunan akibat gempa bumi

(1952)

Dislokasi permukaan tanah bisa dipilah men-jadi perubahan posisi absolut dan posisi relatiftitik-titik di permukaan tanah akibat adanya gayagempa yang bekerja. Perubahan posisi tersebutbisa horisontal (terjadi pergeseran lateral) akibatsesar transform, atau bisa vertikal akibat sesarnaik atau turun, atau bisa kedua-duanya. Bisapula terjadi gerakan dalam arah sebaliknya dariarah yang dipahami sebelumnya, seperti aktivitastektonik di Kepulauan Mentawai akhir-akhir initelah menurunkan busur kepulauan itu, padahalbusur kepulauan Mentawai dan pulau-pulau lain

Page 6: KADASTER 4D: SEBUAH KENISCAYAAN MENURUT KONDISI …

258 Bhumi No. 38 Tahun 12, Oktober 2013

di barat Sumatera terbentuk karena prosespengangkatan. Sudah barang tentu kadasterakan berkepentingan dengan perubahan posisititik-titik ikat dan posisi batas bidang tanah yangtelah diukur dan didaftar padawaktu lampau untuk terja-minnya ’kepastian hukum’terhadap objek hak.

E. Mewujudkan Kadaster4D

Selama ini dalam admi-nistrasi pertanahan telah ter-kandung suatu pemahamanbahwa kegiatan tersebut ber-sifat dinamis, data akanberubah dari waktu ke waktu,sehingga diadakan kegiatanpemeliharaan data pendaftarantanah. Pada Kenyataannyakegiatan itu lebih pada peru-bahan subjek, objek, danhubungan hukum antara ke-duanya. Dalam hal perubahanf isik/objek hak, kegiatan inihanya meliputi pemecahan,penggabungan, pemisahan dansejenisnya, yang merupakan langkah teknisuntuk memenuhi perbuatan hukum yang terjadiatas bidang tanah. Kegiatan untuk menganti-sipasi adanya perubahan posisi batas-batas bidangtanah akibat geodinamika belum dilaksanakan,padahal kondisi geologis setempat yang kemung-kinan berkategori aktif atau sangat aktif menun-tut untuk dilaksanakan pengukuran kembaliposisi batas-batas bidang. Pada kasus yang demi-kian, survei geodinamika perlu dilaksanakanuntuk mengetahui arah dan besarnya pergeseranbatas-batas bidang.

Survei geodinamika bisa dimulai denganmemperhatikan kondisi geologis setempat mela-lui media peta geologi dan kajian-kajian pendu-

kungnya. Melalui peta geologi skala rinci akandidapatkan informasi ada tidaknya sesar padadaerah itu. Contoh peta geologi dalam skala yangcukup rinci dapat dilihat pada gambar berikutini:

Gambar 8. Peta geologi skala rinci daerah Pucungdan sekitarnya Kecamatan Pleret Kabupaten

Bantul. (Sumber: Umboro (2008) dalamSukandarrumidi (2011)

Keterangan gambar:Garis elips putus-putus menunjukkan lokasi sesar trans-form.

Dalam penampang vertikal, keadaan geologidaerah tersebut diilustrasikan pada gambar dibawah ini:

Page 7: KADASTER 4D: SEBUAH KENISCAYAAN MENURUT KONDISI …

259Tanjung Nugroho: Kadaster 4D: Sebuah Keniscayaan.....: 253-262

Gb 9. Penampang vertikal geologi daerah Pucungdan sekitarnya. (Sumber: Umboro (2008) dalam

Sukandarrumidi (2011)

Pada peta dan penampang tersebut, terlihatsesar-sesar geologi daerah Pucung dan sekitarnyadi Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul. Selan-jutnya diidentif ikasi di lapangan apakah terdapatbidang-bidang tanah yang dilalui oleh sesartersebut. Jika kenyataannya demikian, maka per-lu upaya peringatan kepada para pemegang hakuntuk memperhatikan perkembangan perge-rakan bidang tanahnya. Adanya jalur sesar perludicantumkan dalam peta-peta pendaftaran ta-nah yang telah ada maupun yang akan dibuat.Pada kasus bidang-bidang tanah yang demikian,akan sulit kiranya untuk menjamin kepastianhukum terhadap objek hak. Pendaftaran tanahpun perlu dilakukan dengan hati-hati, denganpembatasan-pembatasan untuk mengantisipasiperkembangan yang terjadi. Kewajiban bagi parapemegang hak untuk melaporkan pergerakantanahnya pun perlu dituntut, sehingga jika ter-jadi permasalahan dengan tetangga bidang sebe-lah menyebelahnya pun dapat diketahui dandiantisipasi secara dini.

Langkah teknis berikutnya adalah memantaupergerakan tanah dengan memasang monumen-monumen yang berupa tugu titik-titik kontrolyang tersebar di sepanjang sesar pada dua sisiyang berseberangan. Pengukuran geodesi presisiperlu dilakukan pada jaring kerangka kontrol inisecara berkala. Interval waktu yang dipakai untukpengamatan biasanya adalah lima tahunan, atau

bergantung dari keaktifan sesar tersebut ber-gerak. Pengamatan juga perlu dilakukan jikaterjadi gempa besar yang sekiranya menyebabkandislokasi dramatis titik-titik kontrol. Koordinathasil pengamatan antar epoch tersebut akanbermanfaat untuk mengetahui besar dan arahdislokasi bidang-bidang tanah beserta infrastruk-tur pemetaannya. Koordinat-koordinat ini jugaakan digunakan untuk melakukan transformasidalam suatu sistem pemetaan kadastral antarwaktu untuk menunjang kesahihan data pen-daftaran tanah beserta infrastruktur titik dasarteknik. Gambar berikut ini mengilustrasikansebaran titik-titik kontrol di sepanjang sesar tran-sform yang melalui beberapa bidang tanah.

Gambar 10. Sebaran titik-titik kontrol geodinamikadi sekitar bidang-bidang tanah yang dilewati sesar

Administrasi f isik pertanahan yang dinamisperlu dipahami dan dilaksanakan dengan baikagar permasalahan fisik perubahan bidang tanahyang berpotensi menjadi permasalahan sosialberupa persengketaan batas dapat dikeloladengan baik. Selama ini dalam Kadaster 2D ataupendaftaran terhadap bidang tanah dikenal asaspemisahan vertikal, sedangkan pada Kadaster 3Datau pendaftaran pada satuan rumah susun dansejenisnya dikenal asas pemisahan horisontal,untuk Kadaster 4D perlu kiranya ditambahdengan asas pemisahan waktu. Asas pemisahan

Page 8: KADASTER 4D: SEBUAH KENISCAYAAN MENURUT KONDISI …

260 Bhumi No. 38 Tahun 12, Oktober 2013

waktu ini untuk mengantisipasi adanya bidangtanah/objek hak yang mengalami perubahandari waktu ke waktu. Dalam Kadaster 4D, bidangtanah diasumsikan selalu bergerak dari waktuke waktu, sehingga posisi absolutnya selalu beru-bah. Demikian juga pada batas-batas bidang yangdilalui sesar akan selalu berubah secara relatifterhadap batas-batas yang lain, sehingga terjadiperubahan dimensi pada bidang tanah tersebutdan bidang sekitarnya. Dalam persoalan yangdemikian, mitigasi pertanahan perlu dilaksana-kan dengan memberi pemahaman terhadap parapemegang hak dan para pemilik bidang di seki-tarnya.

Terwujudnya Kadaster 4D juga perlu diiringidengan membangun jejaring pemangku kepen-tingan. Lembaga-lembaga peneliti geodinamikaperlu dirangkul untuk merumuskan pembagiankewenangan dan kewajiban masing-masing.Lembaga tersebut antara lain Badan InformasiGeospasial (BIG), Direktorat Geologi, dan pergu-ruan-perguruan tinggi yang membuka programpendidikan geodesi dan geologi. Sebenarnyakegiatan pengukuran geodesi di Indonesiauntuk memantau pergerakan kerak bumi telahlama dilakukan, hanya hasilnya belum pernahmenjadi perhatian dan diimplementasikandalam kegiatan kadaster. Pemantauan gerakankerak bumi menggunakan piranti satelit GPStelah dilaksanakan tahun 1989 oleh Bakosurtanal(sekarang bernama Badan Informasi Geospasial)di Pulau Sumatera untuk memantau pergerakanSesar Semangko (Bukit Barisan). Jaring geodina-mika yang telah terbentuk ini pada tahun 1992selanjutnya diperluas hingga ke wilayah Indo-nesia bagian timur atau meliputi wilayah NKRI,selanjutnya jaring ini dinamakan Zeroth OrderGeodetic Network in Indonesia (ZOGNI), yaitusuatu jaringan kontrol horisontal teliti yang ho-mogen, yang disebut juga jaring kerangka Orde 0.

Lebih lanjut, Bakosurtanal (sekarang bernamaBIG) pada tahun 1996 menetapkan bahwa setiap

kegiatan survei dan pemetaan di wilayah RepublikIndonesia harus mengacu pada Datum Nasional1995 (DGN-95) atau yang biasa disebut sferoid/elipsoid acuan WGS-84. Perwujudan dari DGN-95 di lapangan diwakili oleh sejumlah titik JaringKerangka Geodesi Nasional (JKGN) orde 0 danorde 1 yang menyebar di wilayah RI. Pada dasar-nya, kerangka (jaring) titik kontrol geodetiknasional yang ditentukan dengan GPS adalahkerangka Orde 0 (yang paling teliti) hinggakerangka Orde 3. Kerangka Orde 0 dan Orde 1dibangun oleh Bakosurtanal. Berikutnya BPNmelalui PMNA/KBPN No. 3 Tahun 1997 menye-butkan bahwa JKGN Orde 0 dan Orde 1 hasilpengukuran Bakosurtanal didensif ikasikan lagimenjadi titik dasar teknik (TDT) ) Orde 2, Orde3 dan Orde 4. TDT tersebut berfungsi sebagaititik ikat pengukuran dan pemetaan dalam rang-ka penyelenggaraan pendaftaran tanah dan un-tuk keperluan rekonstruksi batas. Dengan carapengadaan seperti di atas, maka jaring kerangkakadaster telah berada dalam satu sistem.

Mengingat kondisi kepulauan Indonesiayang berada pada dynamic region, maka JKGNtersebut rentan terhadap pergerakan lempengtektonik sehingga kondisi geometriknya akanberubah dari waktu ke waktu. Perubahan terse-but sangat beragam dari satu bagian wilayah kebagian wilayah yang lain (Sunantyo dan Fah-rurrazi, 2011). Andreas (2011) menyatakan bahwauntuk mengantisipasi hal itu diterapkan semidynamic datum sebagai referensi pemetaannya.Dalam semi dynamic datum ini dikenal istilahepoch reference, seperti epoch reference 1998.0,epoch reference 2000.0, dan sebagainya. Sebe-narnya Indonesia sudah menerapkan sistem se-mi dynamic datum ini ketika melaksanakan tugassehari-hari yaitu pengukuran dan pemetaan.Dengan adanya epoch reference–epoch referencetersebut maka dapat dipergunakan sebagaiinfrastruktur dalam mewujudkan Kadaster4D.

Page 9: KADASTER 4D: SEBUAH KENISCAYAAN MENURUT KONDISI …

261Tanjung Nugroho: Kadaster 4D: Sebuah Keniscayaan.....: 253-262

F. Kesimpulan

Memperhatikan kondisi geologis Indonesiayang demikian rentan terhadap fenomena tek-tonik dan berimbas terhadap jaminan kepastianhukum objek hak maka Kadaster 4D perlu diim-plementasikan segera untuk mengantisipasikemungkinan munculnya persoalan di masa da-tang, karena tidak tertutup kemungkinan men-jadi persengketaan batas. Persengketaan batasini bisa muncul karena kekurangpahamanmasyarakat terhadap fenomena pergerakan sesaryang melewati bidang-bidang tanahnya.

Studi geodinamika yang akhir-akhir ini marakdilakukan oleh BIG dan perguruan tinggi geode-si, serta lembaga-lembaga peneliti lainnya perludipertimbangkan dan ditindaklanjuti jika me-mang terdapat pergerakan muka tanah yangberarti. Informasi tersebut perlu disampaikanKantor Pertanahan kepada masyarakat pemilikbidang tanah yang berlokasi di sekitar sesar geo-logi. Kantor Pertanahan maupun Kantor Wila-yah BPN hendaknya aktif dalam mencari infor-masi tentang geodinamika wilayah yang menjadikewenangan dan tanggungjawabnya. Berdasaritu, penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakathendaknya juga menyertakan materi tentangdislokasi atau pergerakan tanah berkaitandengan kondisi geologis setempat.

Kadaster 4D kiranya perlu dimasukkan padabingkai yang lebih besar, yaitu ManajemenPertanahan Berbasis Kebencanaan. Bersamadengan institusi pemangku kepentingan ben-cana alam, seperti Badan Nasional Penanggu-langan Bencana (BNPB), BPN perlu merumus-kan pembatasan-pembatasan hak atas tanah padawilayah yang rentan bencana, termasuk di anta-ranya menyampaikan informasi secara detilperihal adanya sesar yang dapat mengubah posisidan dimensi bidang tanah yang dilewatinya.Kadaster 4D ini juga bisa dikembangkan lebihlanjut pada tanah-tanah yang mengalami dina-

mika f isik, seperti tanah di sepanjang aliran danmuara sungai yang acapkali berubah karenaerosi maupun abrasi.

Daftar Pustaka

Al Qur’anul KarimAbidin, Hasanuddin Z.. 2000. Penentuan Posisi

dengan GPS dan Aplikasinya, Cetakankedua, Pradnya Paramita, Jakarta.

Andreas, Heri. 2011. “Epoch Reference 2012.0”dalam Prosiding FIT 2011 ISI, Semarang.

Hofmann-Wellenhof, B.; Lichtenegger, H. andCollins, J.. 1992. GPS, Theory and Practice,Springer-Verlag, Wien - New York.

Hutabarat, Sahala dan Evans, Stewart M.. 1985.Pengantar Oseanograf i, UI Press, Jakarta.

Ilk, Karl Heinz. 1996. Reference Systems in Ge-odesy, Lecture notes part 5, 2nd TropicalSchool of Geodesy, ITB Press, Bandung.

Kamaluddin, La Ode. 2005. Indonesia sebagaiNegara Maritim dari Sudut Pandang Eko-nomi, Edisi pertama Cetakan pertama,UMM Press, 2005.

Lobeck, A.K.. 1939. Geomorphology, McGraw Hill,New York-London.

Mobbs, Kim and Morgan, Peter. 1996. Geodi-namics and Modern Datum Def inition, lec-ture notes part 6, 2nd Tropical School of Ge-odesy.

Munir, Moch.. 1996. Geologi dan MineralogiTanah, Cetakan pertama, Dunia PustakaJaya, Jakarta.

Purbo-Hadiwijoyo, M.M.. 1994. Kamus Kebu-mian, Grasindo, Jakarta.

Rizos, Chris. 1996. Principles of GPS Surveying.2nd Tropical School of Geodesy, Bandung 4-16 Nov. 1996.

Santoso, Djoko. 2002. Pengantar Teknik Geo-f isika, Cetakan pertama, Penerbit ITB,Bandung.

Soeprapto, Tjoek Azis. 2004. “PengelompokanPulau-pulau Berdasarkan atas Genesanyauntuk Perencanaan Tata Ruang WilayahLaut” dalam Menata Ruang Laut Terpadu,

Page 10: KADASTER 4D: SEBUAH KENISCAYAAN MENURUT KONDISI …

262 Bhumi No. 38 Tahun 12, Oktober 2013

Cetakan pertama, PT. Pradnya Paramita,Jakarta.

Suharyadi. 2006. Pengantar Geologi Teknik, Edisi5, Biro Penerbit Teknik Sipil UGM, Yogya-karta.

Sukandarrumidi. 2011. Pemetaan Geologi, Ceta-kan pertama, Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.

Sunantyo, T. Aris dan Fahrurrazi, Djawahir. 2011.“Jaring Kontrol Geodetik Dinamik di Wila-yah Tektonik Indonesia” dalam ProsidingFIT 2011 ISI, Semarang.