kajian aspek hidrolik bendung gerak sei wampu
DESCRIPTION
bendung gerakTRANSCRIPT
-
KAJIAN ASPEK HIDROLIK BENDUNG GERAK SEI WAMPU DI
KABUPATEN LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA
(TINJAUAN HITUNGAN ANALITIK DAN HASIL UJI
MODEL FISIK SKALA DISTORSI, HORIZONTAL
1:100, VERTIKAL 1:40)
JURNAL
Diajukan untuk memenui persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik
Disusun Oleh :
IKA JUWITA RAHAYU
NIM. 0910640048-64
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PENGAIRAN
MALANG
2013
-
KAJIAN ASPEK HIDROLIK BENDUNG GERAK SEI WAMPU DI KABUPATEN
LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA (TINJAUAN HITUNGAN
ANALITIK DAN HASIL UJI MODEL FISIK SKALA DISTORSI,
HORIZONTAL 1:100, VERTIKAL 1:40)
Ika Juwita Rahayu1, Dwi Priyantoro
2, Linda Prasetyorini
2
1. Mahasiswa Teknik Pengairan Universitas Brawijaya 2. Dosen Teknik Pengairan Universitas Brawijaya
email : [email protected]
Abstrak : Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kapasitas Sungai Sei Wampu
sebelum dan sesudah dibangun sudetan, serta dampak signifikan dibuatnya sudetan dan
bendung gerak (barrage) pada Sungai Sei Wampu, mencari alternatif bukaan pintu untuk
pemeliharaan sungai (maintenance), pengendalian banjir, dan pemanfatan (untuk keperluan
irigasi) dari bendung secara optimal dan mengetahui gerusan di bagian hilir Bendung Sei
Wampu akibat pola operasi pintu serta rekomendasi bangunan pengaman yang tepat untuk
hilir Bendung Sei Wampu. Analisa kondisi kapasitas Sungai Sei Wampu sebelum dan
sesudah dibangun sudetan dilakukan dengan bantuan aplikasi HEC-RAS versi 4.1.0.
Sedangkan alternatif bukaan pintu dan gerusan ditinjau berdasarkan hasil uji model fisik
Bendung Gerak Sei Wampu dengan skala distorsi Horizontal 1:100, Vertikal 1:40. Dari
hasil analisis diketahui bahwa kapasitas Sungai Sei Wampu eksisting mengalami banjir di
sepanjang alurnya pada setiap debit banjir rancangan, sedangkan setelah adanya sudetan
dan bendung gerak Sungai Sei Wampu aman dari bahaya banjir. Berdasarkan hasil uji
model fisik dengan usulan operasi pintu yang diuji, dapat dilihat kapasitas pintu mampu
menjaga elevasi muka air di hulu sehingga aman terhadap bahaya overtopping, serta dapat
memenuhi kebutuhan air irigasi untuk DI Sei Wampu Kanan sebesar 11,72 m3/dt dan DI
Sei Wampu Kiri sebesar 6,32 m3/dt. Desain peredam energi dan perlindungan dasar sungai
di hilir pada original design sudah efektif dan aman terhadap ancaman gerusan local yang
terjadi.
Kata Kunci: Sungai Sei Wampu, pola operasi pintu bendung gerak
Abstract: This thesis aims to determine the capacity of the Sei Wampu river before and
after the diversion built, also the significant impact of the diversion and the barrage on Sei
Wampu River, look for alternative on operating sluice gate for river maintenance, flood
control, and irrigation and determine local scour at the weir downstream due to the gate
operating pattern as well as recommendations appropriate safeguards for the Sei Wampu
dam downstream. To analys the rivers capacity before and after the diversion was built its
used an application, HEC-RAS version 4.1.0. and to look for the gate operating pattern
also the local scoure were reviewed based on a physical model test results with distortion
scale 1:100 Horizontal, Vertical 1:40. From the analysis Sei Wampu River flooded along
each design flood discharge, and after the diversion and the barrage was built Sei Wampu
safe from floods. Based on the physical model test results, with the proposed gate
operating pattern that had tested, it can be seen that the gate capacity is able to keep the
upstream water level that is safe against the overtopping, and can fill the needs of irrigation
water for the Right DI Sei Wampu of 11.72 m3/sec and the left DI Sei Wampu of 6.32
m3/sec. Design of stilling basin and the riverbed protection at the downstream of the
original design was effective and safe against the threat of local scour occurs.
Keyword: Sei Wampu river, Sluice gate operating pattern
-
PENDAHULUAN
Daerah sekitar lokasi DI Sei
Wampu merupakan daerah persawahan
tadah hujan dan sebagian kecil
persawahan beririgasi semi teknis seperti
DI Secanggang dengan luas 1350 ha, D.I.
Hinai, Sukarame dan lain-lain. Selain itu
daerah sekitar yang telah dikembangkan
di lokasi DI Sei Wampu sebagian berupa
areal pertanian sawah dan perkebunan
yang dilengkapi dengan saluran-saluran
buatan masyarakat setempat (Semi
teknis). Areal persawahan tersebut
terletak di Kawasan Pengembangan
daerah irigasi Sei Wampu. Secara
administrasi terletak dalam wilayah
Kecamatan Stabat. Hinai, Secanggang
dan Wampu di Kabupaten Langkat,
Propinsi Sumatera Utara. Sebagian dari
daerah irigasi tersebut telah dimanfaatkan
oleh masyarakat lokal sebagai lahan
tanaman pangan, palawija, dan lahan
permukiman dan fasilitas umum
pedesaan. Mata pencaharian penduduk
lokal pada umumnya adalah bertani dengan mengusahakan padi dan palawija.
Pada musim hujan sebagian
daerah rawa di wilayah studi tergenang
air hujan (banjir), sedangkan pada musim
kemarau air pasang hanya mampu
mengairi sebagian kecil lahan
persawahan penduduk, karena air pasang
hanya mampu mencapai sejauh 0.50 1.00 km dari sungai. Untuk
menanggulangi masalah tersebut perlu
dibangun suatu sistem irigasi dengan
memanfaatkan potensi sumber air baku
Sungai Wampu. Oleh sebab itu, perlu
dibangun suatu bendung gerak guna
meninggikan dan mengatur muka air di
sungai sehingga air bisa disadap dan
dialirkan ke saluran melalui bangunan
pengambilan (intake).
Setiap proyek pengembangan
sumber daya air akan menghadapi
masalah yang unik dan harus diatasi
secara khusus. Oleh karena itu didalam
pemanfaatan air diperlukan pengaturan
dan pengoperasikan yang optimal agar
diperoleh hasil yang maksimum.
Kondisi aliran sebelum dan
sesudah bendung yang direncanakan
seringkali tidak teridentifikasi dengan
cara pendekatan perhitungan analitik.
Oleh karena itu, perlu mengadakan
pengujian terhadap dimensi-dimensi
bangunan yang telah direncanakan dalam
bentuk Uji Model Fisik Hidrolika untuk
peninjauan bangunan dari segi hidrolika.
Sehingga didapatkan tingkat keyakinan
yang tinggi terhadap keberhasilan, kekuatan, dan keamanan desain.
METODOLOGI STUDI
Model Fisik Bendung D.I Sei
Wampu dibangun pada Laboratorium
Sungai dan Rawa Jurusan Teknik
Pengairan Universitas Brawijaya dengan
skala distorsi, Horizontal 1:100 dan
Vertikal 1:40. Besaran-besaran yang
berhubungan dengan pemodelan dapat
diketahui sebagaimana tabel 1 berikut:
Tabel 1. Rasio Skala antara Model dan
Prototipe Bendung Gerak (Barrage) Sei
Wampu
Bagian sungai dibuat dengan
kondisi dasar tidak bergerak (fix bed)
pada bagian sudetan dan dasar bergerak
(moveable bed) pada bagian sungai.
Material dasar sungai Sei Wampu dan
material campuran model telah diuji di
Laboratorium Mekanika Tanah Perum
Besaran Notasi Rasio
Skala Horizontal Lr 100
SkalaVertikal Hr 40
Kecepatan vr 6,325
Waktu tr 15,811
Debit Qr 25298,22
Koefisien
Manning
nr 1,170
-
Jasa-Tirta I Malang. Dari hasil pengujian
laboratorium Perum Jasa Tirta, hasil
model yang sesuai dengan kondisi lapangan adalah campuran no. 4. Dengan
perbandingan 50% pasir kasar + 50%
batu bara.
Tabel 2. Hasil Pengujian model
Nomor
Material
Campuran
model pengujian
(ton/m3)
1 2,212
2 2,288
3 2,115
4 1,730 *)
5 1,538
*) Material campuran yang dipilih
Rancangan Hasil Pengujian.
Berdasarkan parameter dan rancangan
pengujian, maka diharapkan dapat
memberikan alternatif hasil efektif.
Adapun rancangan hasil penelitian
disajikan dalam tabel 3. berikut :
Tabel 3. Rancangan Hasil
Pengujian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk memperoleh desain yang
memenuhi kondisi hidraulik, dilakukan
pengujian terhadap original design
sebagai model seri 0 yaitu yang dibuat
sesuai desain dari konsultan perencana.
Dimana hasil pengujian sebagai berikut:
1. Model Seri 0
Pada Running Test Original
Design dicoba kondisi pengaliran Q2th-
Q1000th dengan kondisi dasar fix bed pada
posisi hulu dan hilir barrage (sudetan)
sedangkan pada pertemuan sungai
material dasar sungai diberlakukan
campuran 50% batu bara : 50% pasir
kasar (sesuai hasil pengujian laboratorium
Perum Jasa Tirta I).
Fokus pengujian pada original
design ini ada 2 macam, diantaranya
pengujian kapasitas pintu barrage supaya
tidak terjadi overtopping dan pemenuhan
kebutuhan air irigasi melalui intake kanan
dan kiri.
a) Pengujian terhadap kapasitas pintu utama (barrage) dan pintu penguras
(flushing)
Berdasarkan perhitungan debit
operasi pintu utama (barrage) dan pintu
penguras (flushing), dapat dicari
kombinasi bukaan pintu untuk masing masing debit banjir. Perhitungannya
adalah sebagai berikut:
Untuk Q5 = 850,70 m3/dt, dicoba bukaan
setinggi 1,5 m pada pintu utama dan 1,2
m pada pintu penguras, sehingga dapat
dihitung debit yang lewat adalah
Q = (Qbarrage x n) + (Qpenguras x n)
= (74,213 x 10) + (65,72 x 2)
= 742,13 + 131,44
= 873,57 m3/dt
Kesalahan relatif (Kr) debit =
{(873,57 - 850,70) / 873,57}*100% =
2,61 %
Karena debit yang lewat dengan
kombinasi bukaan setinggi 1,5 m pada
pintu utama dan 1,2 m pada pintu
penguras mendekati debit banjir
rancangan, dan setelah diuji pada model
fisik ketinggian muka air sudah
mendekati perencanaan yaitu pada elevasi
+11,00 pada hulu bendung dan +5,918
pada hilir bendung, maka kombinasi
bukaan pintu tersebut dapat digunakan
sebagai usulan pola operasi pintu utama
dan penguras pada Q5. Selanjutnya,
dilakukan langkah yang sama untuk
masing masing debit. Perhitungan
1. Kapasitas pintu barrage Pintu mampu mengalirkan debit banjir rencana
2. Kondisi Aliran di hulu 1. Aliran di hilir bendung sudah merata
dan hilir bedung 2. Tinggi jagaan di hulu maupun hilir Sungai yang
direncanakan aman terhadap semua debit
banjir rencana
3. Tidak terjadi gerusan lokal yang dalam.
Parameter Rancangan Hasil PengujianNo.
-
selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4
berikut:
Tabel 4. Perhitungan Kr Debit Pada
Pengujian Original Design
Dari hasil pengujian original
design dapat dilihat bahwa aliran merata
sempurna dan tidak terdapat gejala vortex.
Peredam energi juga efektif untuk
meredam aliran dari pintu. Rekapitulasi
operasi bukaan pintu barrage dan
pembilas dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Usulan Pola Operasi Bukaan
Pintu Utama (Barrage), Penguras
(Flushing) dan Pengambilan (intake)
Keterangan :
- : pintu ditutup Operasi pintu Q5th-Q100th Elevasi
Muka Air Banjir +11,00
b) Pengujian terhadap kapasitas pintu intake
Intake kiri
Untuk memenuhi kebutuhan debit
intake kiri sebesar 6,32 m3/dt, dua
buah pintu intake dibuka masing-
masing setinggi 1,55 m. Dari hasil
pengujian pada model dengan
bukaan pintu tersebut didapatkan
besaran debit yang terukur pada
Thompson sebesar 6,43 m3/dt.
Intake kanan
Untuk memenuhi kebutuhan debit
intake kanan sebesar 11,72 m3/dt
pintu intake dibuka penuh
setinggi 2,00 m. Dari hasil
pengujian pada model dengan
bukaan penuh tiga pintu intake
tersebut didapatkan besaran debit
yang terukur pada Thompson
hanya sebesar 9,38 m3/dt,
sehingga untuk memenuhi
kekurangan debit pada intake
kanan dilakukan penurunan tinggi
ambang drempel dari 0,90 m
menjadi 0,70 m. Dengan adanya
penurunan pada ambang drempel
tersebut kebutuhan debit pada
intake kanan terpenuhi sebesar
11,76 m3/dt.
2. Model Seri 1 Melihat desain dasar pintu intake
kanan pada elevasi + 8,15 dan intake kiri
+ 8,35 dengan elevasi dasar pintu barrage
+5,00, h = 3,15 lebih besar dari 0,333xh = 2,664 m, maka kriteria sedimen dasar
(bed load) tidak masuk intake terpenuhi,
sehingga fungsi dari pintu penguras
(flushing) dapat diabaikan. Pada model
seri 1 ini elevasi pintu penguras (flushing)
dinaikkan dari +4,00 menjadi +5,00 (sama
dengan ambang pintu barrage).
Perubahan elevasi ambang ini
dimaksudkan untuk mengurangi bahaya
vortex pada pintu.
Sama dengan pengujian pada
original design fokus pengujian pada Seri
I ini ada 2 macam, yaitu pengujian
kapasitas pintu barrage supaya tidak
terjadi overtopping dan pemenuhan
kebutuhan air irigasi melalui intake kanan
dan kiri. Langkah dalam mencari pola
operasi pintu sama dengan langkah yang
telah diuraikan pada sub bab sebelumnya.
Perhitungan Kr debit pada pengujian Seri
I dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
Tabel 6. Perhitungan Kr Debit Pada
Pengujian Seri I
Qbarrage Qflushing Qintake Q total Kr Debit
m3/dt m
3/dt m
3/dt m
3/dt %
2 3 4 5 6
Q2th : 640.900 543.560 31.248 17.104 591.912 7.644
Q5th : 850.700 742.130 131.440 - 873.570 2.688
Q10th : 1006.200 857.140 172.132 - 1029.272 2.293
Q20th : 1168.200 1016.200 192.008 - 1208.208 3.425
Q25th : 1222.500 1082.280 172.132 - 1254.412 2.610
Q50th : 1398.900 1236.500 211.884 - 1448.384 3.537
Q100th : 1589.100 1412.650 236.728 - 1649.378 3.793
Q1000th : 2346.600 2293.670 327.480 - 2621.150 11.700
Sumber : Perhitungan
Keterangan:
1. Data 4. (Q intake kanan x n)+ (Q intake kiri x n)
2. Qbarrage x n 5. (2)+(3)+(4)
3. Qflushing x n 6. |[{(1)-(5)}/(1)]*100%|
Debit Rancangan
1
m3/dt
Kanan Kiri 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kanan Kiri
Qandalan 35,94 - - - - - - - - - - - 2,00 1,55
Q2th 640,90 0,30 0,30 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 2,00 1,55
Q5th 850,70 1,20 1,20 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50 - -
Q10th 1006,20 1,60 1,60 1,75 1,75 1,75 1,75 1,75 1,75 1,75 1,75 1,75 1,75 - -
Q20th 1168,20 1,80 1,80 2,10 2,10 2,10 2,10 2,10 2,10 2,10 2,10 2,10 2,10 - -
Q25th 1222,50 1,60 1,60 2,25 2,25 2,25 2,25 2,25 2,25 2,25 2,25 2,25 2,25 - -
Q50th 1398,90 2,00 2,00 2,60 2,60 2,60 2,60 2,60 2,60 2,60 2,60 2,60 2,60 - -
Q100th 1589,10 2,25 2,25 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 - -
Q1000th 2346,60 3,20 3,20 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 - -
Pintu Intake
( m )
Debit Pintu Flushing
( m )(m
3/dt)
Pintu Utama (Barrage )
( m )
-
Dari hasil pengujian model seri 1
dapat dilihat bahwa kecepatan aliran
lebih merata pada hilir pintu. Kapasitas
pintu mampu menjaga elevasi muka air di
hulu +12,00 sehingga aman terhadap
bahaya overtopping. Hasil pengujian
model seri 1 dapat direkomendasikan
sebagai Final Design. Rekapitulasi
operasi bukaan pintu barrage dapat dilihat
pada tabel 7. Untuk operasi pintu intake
sama dengan operasi pintu intake pada
original design.
Tabel 7. Usulan Pola Operasi Bukaan
Pintu Utama (Barrage)
Keterangan :
- : pintu ditutup
Perbandingan Kapasitas Sungai Sei
Wampu. Berdasarkan hasil analisa HEC-
RAS serta pengujian Model Fisik
Bendung Gerak Sei Wampu, pada titik
yang sama, tinggi muka air pada Sungai
Sei Wampu sebelum dan sesudah
dibangun sudetan serta sesudah adanya
bendung gerak mengalami perbedaan
yang signifikan. Kondisi sungai Sei
Wampu sebelum dibangun sudetan pada
Q2th - Q1000 adalah banjir. Setelah
dibangun sudetan, sungai tidak
mengalami banjir karena tinggi muka air
maksimum yakni pada saat Q1000 adalah
berkisar pada elevasi +11,57 sampai
dengan +11,67, dengan elevasi tanggul
sudetan +14,00. Sedangkan setelah ada
bendung gerak, berdasarkan hasil uji
model fisik, elevasi muka air pada bagian
hulu bendung berkisar pada elevasi
+10,24 sampai dengan +11,40 dan pada
hilir bendung elevasi muka air berkisar
+4,92 sampai dengan +11,00. Perbedaan
tinggi muka air di sepanjang alur Sungai
Sei Wampu sebelum dan sesudah
dibangun sudetan serta setelah ada
bendung gerak dapat dilihat pada Tabel 8
dan Gambar 2 dan 3.
Gambar 1. Sungai Sei Wampu Setelah
Dibangun Sudetan dan Bendung Gerak
Tabel 8. Perbandingan Muka Air Sungai
Sei Wampu
Qbarrage Qintake Q total Kr Debit
m3/dt m
3/dt m
3/dt %
2 4 5 6
Q2th : 640.900 551.484 17.104 568.588 11.283
Q5th : 850.700 798.204 - 798.204 6.171
Q10th : 1006.200 945.768 - 945.768 6.006
Q20th : 1168.200 1129.780 - 1129.780 3.289
Q25th : 1222.500 1166.580 - 1166.580 4.574
Q50th : 1398.900 1563.032 - 1563.032 11.733
Q100th : 1589.100 1580.650 - 1580.650 0.532
Q1000th : 2346.600 2329.512 - 2329.512 0.728
Sumber : Perhitungan
Keterangan:
1. Data 5. (2)+(3)+(4)
2. Qbarrage x n 6. |[{(1)-(5)}/(1)]*100%|
4. (Q intake kanan x n)+ (Q intake kiri x n)
Debit Rancangan
m3/dt
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Qandalan 35,94 - - - - - 0,2 0,2 - - - - -
Q2th 640,90 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Q5th 850,70 1,2 1,2 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,2 1,2
Q10th 1006,20 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6
Q20th 1168,20 1,9 1,9 1,9 1,9 2,0 2,0 2,0 2,0 1,9 1,9 1,9 1,9
Q25th 1222,50 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
Q50th 1398,90 2,3 2,3 2,3 2,3 2,4 2,4 2,4 2,4 2,3 2,3 2,3 2,3
Q100th 1589,10 2,7 2,8 2,8 2,8 2,8 2,8 2,8 2,8 2,8 2,8 2,8 2,7
Q1000th 2346,60 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2 4,2
(m3/dt)
Pintu Utama (Barrage )
( m )
Debit
Eksisting Sudetan Setelah ada Barrage Eksisting Sudetan Setelah ada Barrage
(HEC RAS) (HEC RAS) ( Hasil Pengujian) (HEC RAS) (HEC RAS) ( Hasil Pengujian)
(m) (m) (m) (m) (m) (m)
Q2 640.9 7.84 5.26 10.24 7.85 5.07 5.05
Q5 850.7 8.54 6.13 10.96 8.54 5.97 5.93
Q10 1006.2 9.03 6.81 10.86 9.02 6.67 6.25
Q20 1168.2 9.55 7.53 11.08 9.55 7.42 6.99
Q25 1222.5 9.74 7.75 11.02 9.73 7.65 7.21
Q50 1398.9 10.36 8.45 11.36 10.36 8.35 7.97
Q100 1589.1 11.08 9.16 10.96 11.08 9.07 8.43
Q1000 2346.6 13.24 11.65 11.32 13.26 11.58 9.48
Debit
Hulu (A) Hilir (B)
Elevasi Muka Air
-
Sumber: Hasil Analisa
HECRAS,perhitungan dan pengujian
model
Gambar 2. Grafik Tinggi Muka Air di
sepanjang Sungai Sei
Wampu Eksisting pada Q2th
- Q1000th Sumber: Hasil Analisa HEC-RAS
Gambar 3. Grafik Tinggi Muka Air di
sepanjang Sudetan Sungai
Sei Wampu pada Q2th -
Q1000th Sumber: Hasil Analisa HEC-RAS
Analisa Gerusan Lokal (Local
Scouring) Pada Hilir Bendung Gerak
Sei Wampu.
Analisa ini diperlukan untuk
mengetahui gerusan setempat (local
scouring) yang terjadi di bagian hilir
bangunan peredam energi bendung gerak
Sei Wampu. Perhitungan empirik gerusan
setempat dapat mengunakan pendekatan
beberapa rumus, dalam studi ini
digunakan Rumus Schoklitsch,
Zimmerman and Maniak dan Veronese.
Berikut adalah contoh perhitungan
kedalaman gerusan untuk Q5th (850,700
m3/det)
Data yang diketahui:
Q5th = 850,700 m3/det
B = 118 m
q = Q/B = 850,700 /118 = 7,209 m
2/det
D85 = 0,55 mm dan D90 = 0,80 mm (ukuran diameter dasar sungai Sei
Wampu hasil pengujian gradasi di
Perum Jasa Tirta I)
H = 0,430 m
He = - =
5,909 m
dm = 5,990 m
a) Rumus Schoklitsch
ms dD
qHKd
57,0
32,0
90
2,0 ..
990,580,0
7,209).()430,0.(47,057,0
32,0
2,0
sd
ds = 7,156 m
b) Rumus Zimmerman and Maniak
m
m
s dq
d
D
qKd
93.0
3223.0
85.0
82.0
..
990,5209,7
990,5.
55,0
209,7.89,2
93.0
3223.0
82.0
sd
ds = 20,024 m
c) Rumus Veronese
dmxqKxHed s )(54,0255,0
990,5)209,7909,59,1( 54,0255,0 xxd s
ds = 2,694 m
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat
pada tabel 9 12 berikut:
Tabel 9. Perhitungan Kedalaman Gerusan
Lokal Metode Schoklitsch
-
Tabel 10. Perhitungan Kedalaman
Gerusan Lokal Metode Zimmerman and
Maniak
Tabel 11. Perhitungan Kedalaman
Gerusan Lokal Metode Veronese
Tabel 12. Perbandingan Hasil Hitungan
Analitik dan Hasil Uji Model fisik
KESIMPULAN
Berdasarkan analisa perhitungan
dan pengujian pada model tes Bendung
Sei Wampu dengan skala distorsi
(horizontal 1:100 dan vertikal 1:40) yang
dilakukan sesuai dengan rumusan
masalah pada kajian ini, maka dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Kondisi muka air Sungai Sei Wampu setelah dibangun sudetan
Berdasarkan hasil analisa HEC-RAS
serta pengujian Model Fisik Bendung
Gerak Sei Wampu, pada titik yang sama,
tinggi muka air pada Sungai Sei Wampu
sebelum dan sesudah dibangun sudetan
serta sesudah adanya bendung gerak
mengalami perbedaan yang signifikan.
Kondisi sungai Sei Wampu sebelum
dibangun sudetan pada Q2th - Q1000 adalah
banjir. Setelah dibangun sudetan, sungai
tidak mengalami banjir karena tinggi
muka air maksimum yakni pada saat
Q1000 adalah berkisar pada elevasi +11,57
sampai dengan +11,67, dengan elevasi
tanggul sudetan +14,00. Sedangkan
setelah ada bendung gerak, berdasarkan
hasil uji model fisik, elevasi muka air
pada bagian hulu bendung berkisar pada
elevasi +10,24 sampai dengan +11,40
dan pada hilir bendung elevasi muka air
berkisar +4,92 sampai dengan +11,00.
Dapat disimpulkan bahwa, sebelum ada
sudetan dan bendung gerak, Sungai Sei
Wampu mengalami banjir sedangkan
setelah adanya sudetan dan bendung
gerak Sungai Sei Wampu aman terhadap
bahaya banjir.
2. Pola Operasi Pintu
Debit per
satuan lebar (q)
(m2/dt) (mm) (m) (m) (m)
2 3 4 5 6 7
Q2th: 640.900 5.431 4.70 0.80 0.220 5.020 4.763
Q5th: 850.700 7.209 4.70 0.80 0.430 5.990 7.156
Q10th: 1006.200 8.527 4.70 0.80 0.380 6.420 7.693
Q20th: 1168.200 9.900 4.70 0.80 0.430 6.990 8.761
Q50th: 1398.900 11.855 4.70 0.80 0.630 8.130 10.711
Q100th: 1589.100 13.467 4.70 0.80 0.570 8.330 11.529
Q1000th: 2346.600 19.886 4.70 0.80 0.640 9.800 15.582
Sumber: Perhitungan
Keterangan:
1. Data 5. Diketahui
2. (1) / B ; B = 118 m 6. Diketahui
3. K = 4,7 7. {(3)*((5)^0,2)*((2)^0,57))/(4)^0,32} - (6)
4. Data
dm dsD90K HDebit (Q)
(m3/dt)
1
Debit per
satuan lebar (q)
(m2/dt) (mm) (m) (m)
2 3 4 5 6
Q2th: 640.900 5.431 2.89 0.55 5.020 15.837
Q5th: 850.700 7.209 2.89 0.55 5.990 20.024
Q10th: 1006.200 8.527 2.89 0.55 6.420 22.273
Q20th: 1168.200 9.900 2.89 0.55 6.990 25.007
Q50th: 1398.900 11.855 2.89 0.55 8.130 30.045
Q100th: 1589.100 13.467 2.89 0.55 8.330 31.726
Q1000th: 2346.600 19.886 2.89 0.55 9.800 40.569
Sumber: Perhitungan
Keterangan:
1. Data 4. Data
2. (1) / B ; B = 118 m 5. Diketahui
3. K = 2,89 6. {(3)*((2)^0,82/(4)^0,23)*((5)/(2)^2/3)^0,93} - (5)
K D85 dmDebit (Q)
(m3/dt)
1
ds
Debit per
satuan lebar (q)
(m2/dt) (m) (m) (m)
2 3 4 5 6
Q2th: 640.900 5.431 1.90 5.022 5.020 2.130
Q5th: 850.700 7.209 1.90 5.909 5.990 2.694
Q10th: 1006.200 8.527 1.90 5.673 6.420 2.991
Q20th: 1168.200 9.900 1.90 5.237 6.990 3.005
Q50th: 1398.900 11.855 1.90 5.541 8.130 3.046
Q100th: 1589.100 13.467 1.90 4.601 8.330 3.088
Q1000th: 2346.600 19.886 1.90 3.291 9.800 3.139
Sumber: Perhitungan
Keterangan:
1. Data 4. Diketahui
2. (1) / B ; B = 118 m 5. Diketahui
3. K = 4,7 6. {(3)*((4)^0,255)*((2)^0,54))} - (5)
K He dm ds
1
Debit (Q)
(m3/dt)
Debit per Metode Metode Metode Hasil
satuan lebar (q) Schoklitsch Zimmerman Veronese Model
and Maniak
(m2/dt) (m) (m) (m) (m)
Q2th: 640.900 5.431 4.763 15.837 2.130 1.320
Q5th: 850.700 7.209 7.156 20.024 2.694 1.960
Q10th: 1006.200 8.527 7.693 22.273 2.991 2.100
Q20th: 1168.200 9.900 8.761 25.007 3.005 2.180
Q50th: 1398.900 11.855 10.711 30.045 3.046 2.420
Q100th: 1589.100 13.467 11.529 31.726 3.088 2.520
Q1000th: 2346.600 19.886 15.582 40.569 3.139 2.600
Sumber: Perhitungan dan Hasil Pengujian
Debit (Q)
(m3/dt)
-
Pembangunan barrage ini dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan air irigasi
seluas 11.478 ha dan pada saat terjadi
banjir elevasi muka air di hulu tanggul
bantaran banjir tidak melebihi elevasi +
14.00. Dari hasil uji model ini diperoleh
kombinasi operasi bukaan pintu dan
posisi elevasi muka air di hulu.
A. Operasi Pintu Barrage Pola operasi pintu Barrage
mengacu pada tinggi muka air di hulu
barrage pada kondisi :
a. Muka Air Normal pada elevasi +10,00 pada saat kondisi aliran
Qandalan dan Q2th.
b. Muka Air Banjir pada elevasi +11,00 pada saat aliran Q5th Q100th.
c. Pada kondisi aliran dengan Q1000, muka air di hulu tanggul bantaran
banjir tidak boleh melebihi elevasi +
14.00.
Berdasarkan hasil uji model fisik
dengan usulan operasi pintu yang telah
dibahas pada bab sebelumnya, dapat
dilihat bahwa aliran merata sempurna dan
tidak terdapat gejala vortex. Peredam
energi juga efektif untuk meredam aliran
dari pintu. Kapasitas pintu mampu
menjaga elevasi muka air di hulu
sehingga aman terhadap bahaya
overtopping.
B. Operasi Pintu Intake Untuk memenuhi kebutuhan debit
intake kiri sebesar 6,32 m3/dt, dua buah
pintu intake dibuka masing-masing
setinggi 1,55 m. Dari hasil pengujian
pada model dengan bukaan pintu tersebut
didapatkan besaran debit yang terukur
pada Thompson sebesar 6,43 m3/dt.
Sedangkan Untuk memenuhi kebutuhan
debit intake kanan sebesar 11,72 m3/dt
pintu intake dibuka penuh setinggi 2,00
m. Dari hasil pengujian pada model
dengan bukaan penuh tiga pintu intake
tersebut didapatkan besaran debit yang
terukur pada Thompson hanya sebesar
9,38 m3/dt, sehingga untuk memenuhi
kekurangan debit pada intake kanan
dilakukan penurunan tinggi ambang
drempel dari 0,90 m menjadi 0,70 m.
Dengan adanya penurunan pada ambang
drempel tersebut kebutuhan debit pada
intake kanan terpenuhi sebesar 11,76
m3/dt.
3. Gerusan Lokal Dari perhitungan kedalaman
gerusan dengan mengunakan pendekatan
beberapa rumus,yakni Schoklitsch,
Zimmerman and Maniak, dan Veronese
bisa dibandingkan kesesuaiannya dengan
gerusan pada pengujian model sehingga
dapat dipakai sebagai acuan untuk
perencanaan kedalaman pondasi. Dari
hasil perhitungan secara analitik, yang
paling sesuai dengan hasil pengujian
model adalah hitungan dengan rumus
Veronese.
Desain peredam energi dan
perlindungan dasar sungai di hilir pada
original design sudah efektif dan aman
terhadap ancaman gerusan local yang
terjadi. Hal ini dapat dilihat dari
pengujian pola gerusan dengan
menganggap bahwa dasar sungai di hilir
peredam energi sama dengan dasar
sungai asli, gerusan terdalam yang terjadi
pada saat debit rencana (Q20 s/d Q100)
mencapai kisaran antara 2,18 m s/d 2,52
m dengan posisi terdalam berjarak 10 m
dari ujung akhir peredam energi.
SARAN
Untuk mendukung pedoman rencana
operasi bendung gerak Sei Wampu dalam
memenuhi kebutuhan air irigasi, kontrol
banjir dan keamanan bangunan pintu air,
pola operasinya disarankan sebagai
berikut :
1. Pada saat kondisi banjir disarankan semua pintu dalam kondisi terbuka
penuh walaupun pada pengujian
model untuk bukaan setinggi 4,20 m
sudah aman. Hal ini dimaksudkan
untuk mengantisipasi floating debris
yang terbawa aliran sungai. Dalam
kondisi ini pintu intake kiri dan
kanan ditutup.
2. Pada saat musim penghujan bukaan pintu disarankan setinggi
-
2 m secara merata dengan urutan
pembukaan pintu sebagai berikut :
a. Pintu nomor 5, 6, dan 7 dibuka lebih awal
b. Tahap kedua pintu nomor 2, 3, 4, dan 8, 9, 10 dibuka secara
bersamaan
c. Tahap selanjutnya pintu nomor 1 dan 12
3. Sesaat menjelang musim penghujan berakhir pintu
disarankan dibuka setinggi 1 m
secara merata dengan pola operasi
yang sama seperti butir 1.
4. Pada saat musim kemarau (aliran debit andalan) agar menjamin
kebutuhan air di intake pintu
nomor 6 dan 7 dibuka setinggi
0,20 m.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Album Gambar Bendung
Sungai Wampu. PT. Suwanda
Karya Mandiri
Anonim. 1986. Kriteria Perencanaan
Bagian Bangunan, Standar
Perencanaan Irigasi KP 02. CV. GALANG PERSADA: Bandung
Anonim. 1986. Kriteria Perencanaan
Bagian Bangunan, Standar
Perencanaan Irigasi KP 04. CV. GALANG PERSADA: Bandung
Anonim. 2013. Laporan Akhir
Penyelidikan Model Hidrolis
Bendung D.I Sei Wampu Kabupaten
Langkat. Jurusan Pengairan FT
Unibraw: Malang
Anonim. 2012. Morfologi Sungai.
http://bumipenjelajah.blogspot.com/
2012/04/sand-dune-ketika-angin-
membuat-ukiran.html
Chow, V.T. 1997. Hidrolika Saluran
Terbuka, Penerbit Erlangga : Jakarta
G.E, Hecker .1987. Fundamentals of
vortex intake flow, Swirling flow
problems at intakes, IAHR.
Hydraulic Structures design
manual. Hydraulic Institute
Standards (1983) Centrifugal,
Rotary and Reciprocating Pumps:
Cleveland, Ohio
Istiarto. 2011. Modul Pelatihan HEC-
RAS. Teknik Sipil dan
Lingkungan Universitas Gajah
Mada: Yogyakarta
Morisawa, Marie. 1985. Rivers. United
States of America by Longman:
New York
Pemberton, Ernest L. 1984. Computing
Degradation And Local Scour.
Sedimentation And River
Hydraulics Section Hydrology
Branch Division of Planning
Technical Services Engineering
And Research Center:
Denver,Colorado
Priyantoro, D. 1987. Teknik
Pengangkutan Sedimen. Jurusan
Teknik Pengairan FT-UB : Malang
Raju, K.G.R. 1986. Aliran Melalui
Saluran Terbuka, terjemahan Yan
Piter Pangaribuan B.E., M.Eng.
Erlangga: Jakarta
Shen, H.W. (ed.). 1976. River Mechanics
I. Collins: Colorado
Sosrodarsono, S., dan Tominaga, M.
1994. Perbaikan dan Pengaturan
Sungai, PT Pradnya Paramita:
Jakarta
Sosrodarsono, S., dan Kensaku, M. 1987.
Hidrologi Untuk Pengairan, PT
Pradnya Paramita: Jakarta
Suroso, Agus. 2012. Irigasi dan
Bangunan Air. Pusat
Pengembangan Bahan Ajar UMB: Jakarta
Yuwono, Nur. 1996. Perencanaan Model
Hidraulik (Hydraulic Modelling).
UGM: Yogyakarta.