kajian e-vote ui 2014
DESCRIPTION
Kajian E-Vote UI 2014TRANSCRIPT
-
KAJIAN SISTEM E-VOTE UI 2014
Disusun oleh :
Tim Kajian
(PEMIRA CSUI 2014 dan PEMILU FHUI 2014)
-
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena tanpa
kehendak-Nya, kami takkan bisa menyelesaikan Kajian Sistem E-Vote UI 2014 ini.
Penulisan kajian ini tentunya takkan selesai tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak. Maka
dari itu, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah
membantu penyusunan kajian ini, antara lain :
1. Bapak Gladdy Guardhin, selaku penggagas dan pembuat sistem E-Vote UI yang telah
memberikan kami pencerahan atas beberapa jawaban dari masalah-masalah yang
tertulis dalam kajian ini
2. Tim Pengembang sistem E-Vote UI, yang juga telah memberikan jawaban atas
beberapa jawaban dari masalah-masalah yang tertulis dalam kajian ini
3. Muhammad Rifki, selaku Ketua DPM UI 2014 yang telah membantu untuk
menginventarisasi permasalahan pada sistem E-Vote UI dalam 2 tahun belakangan
4. Pihak lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu
Kajian ini tentunya masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran akan
sangat diharapkan penulis agar di tahun depan kajian ini bisa menjadi salah satu alat yang dapat
mempertahankan keberlangsungan pemakaian sistem E-Vote UI yang merupakan produk riset
yang bermanfaat dan bisa menjadi inspirasi dalam pemilihan yang terjadi di Indonesia.
Depok, 16 November 2014
Tim Kajian
-
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar___________________________________________________________ 1
Daftar Isi_______________________________________________________________ 2
BAB I : Pendahuluan______________________________________________________ 3
BAB II : Landasan Teori___________________________________________________ 5
BAB III : Pembahasan_____________________________________________________ 6
BAB IV : Penutup________________________________________________________ 12
Referensi_______________________________________________________________ 13
Profil Tim Kajian_________________________________________________________ 14
-
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Universitas Indonesia memiliki visi menjadi Universitas Riset Kelas Dunia. Dalam
hal ini diharapkan civitas academica Universitas Indonesia mampu berkarya dan menghasilkan
riset yang bermanfaat. Salah satu riset yang coba diciptakan oleh Pak Gladhi Guarddin dan
timnya adalah membuat sistem E-Vote yang kemudian dipakai untuk keberlangsungan
PEMIRA IKM UI. Hal ini dilaksanakan sejak PEMIRA IKM UI 2012.
Namun begitu, masalah yang muncul adalah ketika mahasiswa merasa sistem E-Vote
ini menyalahi apa yang sudah berlangsung dalam pemira-pemira sebelumnya yang sebelumnya
menggunakan manual vote (kertas). Banyak yang menganggap sistem E-Vote ini tidak aman,
E-Vote ini biang keladi kekalahan kandidat, E-Vote dianggap berpotensi menimbulkan
berbagai bentuk kecurangan, dll. Akibatnya, keberlangsungan sistem E-Vote dalam PEMIRA
IKM UI ini pun semakin dipertanyakan.
Padahal sebenarnya, hal tersebut tidak perlu dipertanyakan karena pada dasarnya E-
Vote dibuat untuk memudahkan kita dalam kegiatan Pemira, mengurangi biaya, ramah
lingkungan, dan argumen lainnya. Karenanya, kami Tim Kajian E-Vote UI yang terdiri atas
panitia PEMIRA CSUI 2014 dan panita PEMILU FHUI 2014 mencoba untuk memberikan
argumen secara formal yang diharapkan menjadi awal langkah mahasiswa UI untuk yakin
terhadap E-Vote. Akan sangat sayang apabila perkembangan sistem E-Vote ini tidak lagi
berjalan akibat ketidakmauan mahasiswa dalam mendukung sistem ini, apalagi jika
disangkutkan dengan kepentingan-kepentingan politik kampus.
B. Tujuan
Berikut adalah tujuan dalam pembuatan kajian yang disusun dengan kolaborasi antara
panitia PEMIRA CSUI 2014 dengan panitia PEMILU FHUI 2014 :
1. Meyakinkan pembaca (utamanya mahasiswa) agar mau mendukung keberlangsungan
sistem E-Vote UI pada PEMIRA IKM UI
2. Mempertahankan keberlangsungan riset yang bermanfaat (E-Vote adalah produk riset)
3. Mengkritisi dan menguatkan sistem E-Vote UI dan IKM UI (baik itu untuk PEMIRA
IKM UI sebagai sarana regenerasi IKM UI ataupun saran terhadap AD-ART IKM
Fakultas atau UI)
4. Menjalankan visi Tri Dharma Perguruan Tinggi
-
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sistem E-Vote UI
Pada PEMIRA IKM UI 2012, ide untuk memakai sistem E-Vote mulai digagas dan
akhirnya diinisiasi dan dicanangkan oleh Bapak Gladhi Guarddin dan tim. Pada tahun awal ini,
masih ada beberapa hal yang belum terimplementasi. Pada sistem ini, digunakan RSA
Cryptosystem sebagai pengaman. Pada PEMIRA IKM UI 2013, ada beberapa pengembangan
sistem E-Vote seperti Log in pada aplikasi e-vote dapat menggunakan KTM selain
menggunakan akun SIAK serta terdapat passphrase untuk mengakses private key. Sistem E-
Vote UI 2014 merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem E-Vote dari tahun
sebelumnya. Pengembangan dilakukan pada sektor keamanan sistem dimana keamanan
diperkuat dengan 3 lapis server security serta admin pemira di setiap hanya menjalankan fungsi
insert data suara ke dalam database. Selain itu, ada print audit yang akan membackup dan
menjadi bukti sebuah surat suara masuk.
Untuk mengakses server setiap komputer yang digunakan untuk E-Vote di TPS
dipasangkan Sistem Operasi khusus yang mempunyai kode unik sebagai tanda pengenal. Tanda
pengenal TPS digunakan sebagai enkriptor data suara, di mana jika suatu data tanpa tanda
pengenal, maka data akan ditolak oleh server. Berikut adalah alur data (selanjutnya disebut
data flow) :
1. Data suara masuk dari pemilih setelah berhasil menyelasaikan tahapan pemilih
2. Data suara lalu dienkripsi menggunakan public key, public key adalah suatu kunci yang
digunakan untuk menggembok data suara dalam sebuah enkripsi.
3. Ketika memasuki server, data akan disimpan di database
4. Data akan tersimpan dalam bentuk enkripsi dan baru bisa diakses ketika penghitungan
suara dilakukan
Penghitungan suara hanya dapat dilakukan sekali saja, setelah penghitungan suara
dilakukan maka data yang tersimpan di database tidak dapat diubah lagi. Untuk menghitung
suara maka data-data suara perlu didekripsi terlebih dahulu, dekripsi dilakukan dengan
menggunakan private key. Tetapi, untuk dapat mengakses private key dibutuhkan private
passphrase. Private passphrase perlu diinput ke dalam sistem pada saat penghitungan suara
sehingga private key dapat digunakan untuk mendekripsi data suara menjadi bentuk suara yang
-
5
sah dan dapat dihitung. Kriptosistem ini disebut dengan RSA Standard, RSA Standard
digunakan sebagai pengaman pada sistem-sistem jaringan pada dunia perbankan.
B. Mekanisme Memilih pada Sistem E-Vote UI
Masih ada beberapa orang yang kebingunan dalam menggunakan sistem E-Vote UI ini.
Secara umum, tahapan memilih pada E-Vote UI adalah sebagai berikut :
1. Pemilih melakukan verifikasi data diri di stand pengambilan token
2. Setelah verifikasi berhasil maka pemilih akan mendapatkan token
3. Pemilih lalu log in di stand TPS dengan menggunakan token dan akun SIAK
4. Ketika pemilih berhasil log in maka pada layar monitor akan muncul laman pemilihan.
Pada laman pemilihan, akan terdapat sesi pemilihan yang sesuai dengan hak memilih
dari pemilih1.
5. Pemilih lalu memilih calon-calon yang akan dipilih
6. Setelah berhasil melakukan pemilihan, pemilih akan mendapatkan email yang berisikan
alamat validasi bahwa pemilih telah berhasil melakukan pemilihan, pemilih juga berhak
untuk mendapatkan audit jika dibutuhkan.
1 pada saat memilih , sistem akan mengenali data pemilih melalui NPM, misalkan ketika seorang mahasiswa FH
memilih di TPS yang terdapat di Vokasi, sistem akan tetap mengenali pemilih sebagai mahasiswa FH dan hak
memilih dari pemilih telah gunakan sehingga tidak dapat digunakan lagi untuk periode pemilihan yang sama.
-
6
BAB III
PEMBAHASAN
A. Inventaris Masalah dan Jawaban
Berikut adalah inventaris masalah yang dikumpulkan oleh tim kajian dan DPM UI
beserta jawaban dari permasalahan :
1. Performa E-Vote tidak aman (Security dan Privacy)
Sistem tahun 2013 masih memungkinkan seorang hacker masuk ke sistem
untuk memasukkan (sulit untuk menciptakan enkripsi kode untuk sebuah suara),
mengubah (meski sangat sulit karena suara yang masuk sudah dienkripsi dan sulit untuk
membuat enkripsinya), dan menghapus data. Untuk tahun 2014, operasi update dan
delete sudah tidak mungkin dilakukan. Satu-satunya operasi yang bisa dilakukan pada
sistem E-Vote 2014 adalah adalah insert di mana insert dibutuhkan untuk memasukkan
suara pemilih. Andai hacker masuk, maka hacker pun tak mudah dalam pembuatan
enkrispsi sebuah suara yang sah dan tidak rusak. Untuk masalah privasi, suara dijamin
terjaga kerahasiannya karena sangat sulit untuk memecahkan kode enkripsi tersebut.
Beberapa mekanisme keamanan dan privasi pun juga terus dikembangkan hingga
sistem E-Vote 2014 ini luncur. Selain itu, mengupayakan diri untuk menembus sistem
(hack) ini pun sebenarnya sulit.
2. Tidak masuknya suara yang telah diberikan oleh sejumlah pemilih ke dalam server E-
Vote
Secara resmi masalah pada tahun 2013 di hari pertama terjadi karena memang
suara tidak masuk akibat kode yang lupa dihidupkan/diuncomment. Hal ini memang
diakui oleh panitia PEMIRA IKM UI 2013. Namun begitu, jika ada isu bahwa tidak
masuk suara di hari lain, maka dapat dipastikan bahwa kesalahan bukan terdapat pada
sistemnya.
Hal ini bisa terjadi karena saat suara diinput ke sistem, proses yang belum
selesai itu tiba-tiba terputus (misal koneksi hilang) sehingga suara yang diinput tidak
masuk. Padahal sudah diperingatkan bahwa suara baru akan masuk ke sistem apabila
telah ada pemberitahuan seperti Suara anda telah masuk. Masalah ini dapat diatasi
jika panitia mampu menyediakan koneksi yang baik, kualitas laptop yang digunakan
(baterai tidak bocor, dsb), dan hal lainnya.
Ada juga sebagian orang yang mengatakan bahwa suara tidak masuk karena
jumlah token yang dibuat lebih banyak dibanding jumlah total suara yang masuk.
-
7
Padahal, ada kemungkinan seseorang yang sudah membuat token dan masuk ke bilik
suara, mereka belum membuat pilihan dan membiarkan sesi pilihannya masih belum
terisi (NULL). Ada solusi yang bisa kami tawarkan untuk mengatasi keisengan ini,
yaitu dengan menambahkan aturan pada saat sesi pemilihan. Jika seseorang sudah
masuk ke bilik suara, ia harus membuat pilihan. Jika ia mensubmit dengan kondisi
belum memilih siapapun, maka suara tersebut akan diubah menjadi TIDAK MEMILIH
dan mengakibatkan ia tidak bisa memilih lagi.
Selain itu, untuk membuktikan suara yang masuk sudah ada email yang terkirim
ke email UI ([akun_siak_pribadi]@ui.ac.id) dan sudah ada sistem print audit untuk E-
Vote 2014 ini. Admin/Pengelola sistem E-Vote pun bisa mengecek NPM mahasiswa
yang sudah membuat pilihan dan mereka takkan bisa mengetahui pilihan yang dibuat
karena pilihan yang dibuat oleh mahasiswa sudah terenkripsi dan sangat sulit untuk
didekripsi (dan butuh waktu lama).
3. Tidak bisa menggunakan hak pilih karena tidak ada dalam DPT
Permasalahan ini bukan pada sistem, melainkan terjadi karena permasalahan
pada panitia yang menginput. Dalam hal ini, panitia harus jeli saat memasukkan daftar
pemilih tetap pada sistem e-vote. Selain itu, panitia perlu memperhatikan dalam AD-
ART-nya, apakah memang untuk program studi tertentu termasuk sebagai pemilih.
Dalam kasus di tahun 2013, yang bisa memilih anggota MPM FKM adalah mahasiswa
S1 reguler saja, bukan mahasiswa S1 ekstensi.
Lalu ada kasus unik ketika Mahasiswa Abadi, lebih tepatnya mahasiswa UI
yang belum lulus (angkatan 2005 ke bawah) tidak bisa memilih dalam sistem E-Vote
ini. Hal ini terjadi karena NPM mereka belum terdaftar dalam sistem SIAK-NG.
Bahkan NPM yang ada pun belum disesuaikan dengan format yang ada. Untuk kasus
spesial seperti ini memang disarankan untuk menggunakan manual vote dikarenakan
untuk menghandling masalah ini cukup merepotkan (sebenarnya bisa) dan hanya
dilakukan untuk segelintir mahasiswa.
4. Bisa memilih 2x untuk jenis pemilihan yang sama
Hal ini jelas tidak mungkin untuk dilakukan. Pada saat dia sudah memilih untuk
kandidat tertentu (BEM atau DPM), maka saat ia masuk ke sesi memilih lagi untuk
kandidat tersebut. Jika ia sudah memilih untuk seluruh kandidat (BEM dan DPM), ia
tidak akan bisa memilih apapun lagi. Secara teknis, hal ini terjadi karena NPM kita
dijadikan salah satu primary key dari database E-Vote. Secara teoritis, primary key
bersifat unik (tidak mengijinkan adanya duplikasi primary key). Jika ada kemungkinan
-
8
ada 2x pemilihan, itu tidak mungkin untuk kandidat pemilihan yang sama ataupun ia
memang belum mensubmit pilihannya hingga sah.
5. Memilih di fakultas manapun
Memilih di fakultas manapun dapat dilakukan. Misal, pada saat mahasiswa
Fasilkom memilih di TPS Fakultas Ekonomi, sesi pemilihan yang akan muncul adalah
hal-hal yang seharusnya dipilih oleh mahasiswa Fasilkom (BEM Fasilkom, DPM
Fasilkom, BEM UI, dan DPM UI jika ada yang mengajukan dari Fasilkom). Sistem sesi
didasari oleh pengelompokkan DPT Fakultas, bukan TPS tiap fakultas (Fasilkom
memilih di FE bukan memilih sesi FE, tapi memilih untuk sesi Fasilkom).
6. Pencatatan sebuah suara yang masuk
Sebuah suara masuk dapat dilihat dari dua indikator. Pertama adalah email
verifikasi yang dikirimkan ke email ui masing-masing ([akun_siak_pribadi]@ui.ac.id).
Setelah kita memilih, akan dikirim email verifikasi. Dalam email tersebut, kita hanya
bisa melihat bahwa kita telah memilih beserta data yang kita pilih dalam bentuk hash
(sudah terenkripsi agar menjaga kerahasiaan apabila diambil orang lain). Kedua adalah
dengan print audit. Pada E-Vote UI 2014, ada sistem print audit yang menjadi penanda
sebuah suara masuk.
7. Mengetahui hasil suara sebelum penghitungan dimulai (bahkan sudah mengetahui
ketika proses pemungutan suara masih berlangsung)
Hal ini dapat dijamin salah. Pertama, suara baru akan bisa dilihat fluktuasi
grafiknya ketika private key pada QR code dimasukkan ke sistem. Pemasukkan ini
hanya bisa dilakukan sebanyak 1 kali, setelah itu data akan mengalami freeze atau tidak
akan mungkin bergerak lagi (tidak akan mengalami penambahan data). Cara ini adalah
satu-satunya cara untuk melihat fluktuasi data. Jika ini dilakukan oleh seseorang pada
saat pemungutan suara, maka suara akan berhenti dan suara sisanya takkan masuk.
Faktanya, suara masih terinput hingga detik terakhir masa pemungutan suara (setelah
tim melakukan pengecekkan database tahun lalu).
Kedua, suara yang ada di database adalah suara yang sudah dienkripsi dengan
algoritma tertentu. Kita takkan mungkin melihat dengan tersurat seseorang memilih
siapa karena suaranya diubah menjadi kode yang dienkripsi. Satu-satunya mengubah
kode enkripsi (didekripsi) dengan memasukkan private key dengan QR code. Suara
akan terdekripsi dan berubah menjadi poin suara untuk kandidat.
-
9
8. Kasus Tukar Nomor
Ini bukanlah kesalahan yang dibuat oleh sistem, melainkan kesalahan yang
dibuat oleh panitia. Dalam hal ini, panitia salah menginput data. Kandidat A-B yang
seharusnya diberikan nomor 1, malah diberikan nomor 2. Hal ini diperparah dengan
kondisi beberapa mahasiswa yang hanya mengetahui nomor urut yang ingin ia pilih,
bukan nama calon. Solusi dari permasalahan ini adalah panitia harus lebih berhati-hati
dan teliti saat menginput data.
9. Pemenuhan Asas Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil
"Langsung" berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung
dan tidak boleh diwakilkan. Hal ini sangat didukung oleh sistem evote dimana terdapat
sistem verifikasi biometrik (verifikasi foto yang terpampang berdasarkan NPM dan
pemilih yang datang). Pemilih juga diharuskan login mengunakan ID dan Password
SIAK sehingga sifatnya sangat personal dan tidak boleh diwakilkan. "Umum" berarti
pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga negara yang sudah memiliki hak
menggunakan suara, sama halnya dengan menginput DPT sesuai dengan UU PD IKM
FHUI tentang IKM yang memiliki hak pilih. "Bebas" berarti pemilih diharuskan
memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
"Rahasia" berarti suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia hanya
diketahui oleh si pemilih itu sendiri. Sistem evote sudah memfasilitasi hal ini sama
halnya seperti sistem pemungutan suara konvensional. Untuk mengecek apakah suara
pemilih benar-benar telah masuk dan diterima server, pemilih dapat membuka webmail
UI yang telah terintegrasi dengan akun SIAK. Bahkan suara yang ada pun sudah
dienkripsi untuk menjaga kerahasiaan suara jika ada yang mencoba mengintip pilihan
anda. Intinya, hanya eksekusi private key akhir, Tuhan, dan andalah yang tahu siapakah
yang anda pilih. "Jujur dan Adil", terlepas dari apapun sistem yang dipakai, asas jujur
dan adil murni komitmen dari panitia penyelenggara pemilu.
10. Prinsip Scalable, Accuracy, dan Auditable
Maksud dari prinsip scalable adalah segala suara yang masuk terukur. Dalam
hal ini, ketika kita sudah melakukan pemasukkan private key ke sistem, suara yang
masuk akan ditampilkan dan kuantitasnya dapat diukur dari hasil akhir grafik. Accuracy
adalah keakuratan data yang masuk dan yang keluar sebagai output pada grafik. Dalam
hal ini, 1 suara yang masuk untuk kandidat x akan bernilai 1 suara pula untuk kandidat
x (enkripsi dan dekripsi adalah algoritma kebalikannya sehingga dijamin tidak akan ada
modifikasi data, hanya wujudnya saja yang diubah nilainya tidak). Auditable adalah
-
10
segala suara yang masuk tercatat dan terbackup. Dalam hal ini, ada dua mekanisme
backup yaitu print audit (secara fisik) dan pengiriman ke email UI masing-masing
(secara digital).
11. E-Vote hanyalah untuk orang yang memiliki password SIAK dan KTM
Hanya mereka yang terdaftar sebagai DPT yang dapat memilih dan hal tersebut
diatur oleh kebijakan BPM/DPM masing-masing fakultas dan juga DPM UI pada
tingkat universitas atau Pemira UI. Sebagai contoh pada tataran negara Indonesia,
hanya warga negara Indonesia yang memiliki KTP yang dapat memilih, sama halnya
dalam tataran UI, hanya mahasiswa yang memiliki KTM ataupun ID beserta password
SIAK yang dapat memilih. Tidak memiliki password SIAK maupun KTM berarti dapat
disimpulkan bahwa dia bukan mahasiswa yang memiliki hak memilih. Urusan
kemahasiswaan seperti kehilangan KTM maupun lupa password SIAK akan lebih
bijaksana jika diurus terlebih dahulu ke PPSI karena hal tersebut murni tanggung jawab
pribadi mahasiswa untuk menjaga identitas dan bukti legalnya sebagai mahasiswa UI
dan lebih lanjut lagi sebagai pemilih yang sah dan terdaftar dalam DPT Pemira, dan
kehilangan atau lalai dalam mengurus hal tersebut tidak ada kaitannya dengan Pemira
UI sebagai penyelenggara yang mengakomodir hak-hak konstitusional mahasiswa.
Pemira UI hanya menjamin hak mahasiswa yang terdaftar sebagai DPT, sedangkan
KTM maupun ID dan password SIAK sebagai sarana pembuktian legalitasnya.
B. Perbandingan E-Vote dengan Manual-Vote
Berikut adalah perbandingan kualitatif dan kuantitatif dari sistem pemilihan E-Vote
dengan Manual Vote :
Jenis Perbandingan Parameter E-Vote Manual
Kualitatif
Mekanisme
Distribusi Surat
Suara
Sistem mudah
dibagikan, cukup
dengan flashdisk
Kertas perlu
dibagikan secara
terstruktur, hati-hati
agar tidak sobek
Asas Global
Warming
Menghemat
penggunaan kertas
Boros dalam
penggunaan kertas
Proses Penghitungan
Terbukti sesuai
kajian di atas, sistem
aman saat
menghitung dan
sangat mudah
dilakukan. Ada
resiko hilang QR
Code
Ada kemungkinan
salah hitung, bisa
karena kelalaian
ataupun kelelahan
panitia yang
bertugas
-
11
Proses Pemungutan
Suara
Berdasarkan kajian
di atas, terbukti
pemungutan suara
dapat berlangsung
aman. Ada
kemungkinan
buruknya koneksi
saat entry suara ke
database
Ada kemungkinan
panitia bisa langsung
colok dengan
verifikasi yang
sangat simpel (ttd
saja), meski
prosesnya sangat
sederhana
Kebutuhan SDM
Cukup mengerti
bagaimana
mekanisme
pemilihan dengan E-
Vote, tidak harus
mengerti hal-hal
yang sangat teknis
(meski disarankan
juga tetap mengerti)
Harus mencari SDM
yang kuat dan sabar,
dalam arti
penghitungan akan
membutuhkan
tenaga yang besar
Kuantitatif
Waktu Penghitungan
Suara
Waktu penghitungan
suara sangat cepat,
bahkan bisa tanpa
delay langsung
keluar
Menghitung kertas
satu per satu butuh
waktu yang sangat
lama, bisa sampai
semalaman (bahkan
lebih)
Waktu Pemungutan
Suara
Lebih lama karena
didasari oleh
kecepatan koneksi di
TPS
Lebih cepat karena
langsung
coblos/contreng
Biaya
Developer tidak
dibayar untuk
membuat sistem ini.
Beberapa peralatan
pun bisa pinjam
Pembelian kertas
dan pencetakkan
surat suara
memerlukan biaya
lebih
Jumlah SDM (pada
Penghitungan Suara)
Untuk penghitungan
bahkan hanya perlu
1 SDM, sisanya
menjadi saksi
Untuk penghitungan
perlu banyak SDM
-
12
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kajian sistem dan permasalahan yang ada, kami menyimpulkan bahwa pada
akhirnya sistem E-Vote ini memang layak untuk digunakan pada PEMIRA IKM UI. Segala
permasalahan E-Vote atau Pemungutan Suara yang sebenarnya merebak di sekitar kita harus
ditindaki dengan kepala dingin. Karena dalam sebuah pemanfaatan sistem, faktor pemicu
masalah tidak hanya mungkin terjadi pada sistem, melainkan human error (panitia ataupun
mahasiswa pemilih) sebagai user ataupun controller dari sistem itu sendiri.
Pada akhirnya, kami bukan berarti memaksakan bahwa setiap fakultas harus/wajib
memakai sistem e-vote ini. Karena mungkin ada beberapa fakultas yang secara budaya lebih
percaya ataupun sepakat terhadap sistem manual yang sudah ada. Akan tetapi, kami berharap
adanya argumen-argumen ini setidaknya menyadarkan kita semua agar mendukung sebuah
karya (produk riset) yang memang dibuat demi kebermanfaatan bersama. Oleh karenanya,
hargai dan jangan jadikan sistem ini tidak berkembang lagi hanya karena kepentingan politik
tertentu.
Dalam setiap tahunnya, memang pada akhirnya sistem E-Vote punya beberapa
kekurangan. Namun, catatan kekurangan tersebut pun akan selalu diperbaiki dan
dikembangkan lagi setiap tahunnya. Sehingga diharapkan sistem E-Vote ini akan menjadi
cermin bagi perkembangan sistem serupa di universitas ataupun institusi lain. Harapan
terbaiknya, bukan tak mungkin Pemilu di Indonesia akan memakai teknologi E-Vote di masa
yang akan datang.
B. Saran
Terkait kajian ini, kami mengharapkan agar jika di waktu yang akan datang kajian ini
akan dikembangkan, pastikan untuk menyediakan waktu yang lebih agar tulisan yang tertuang
dalam kajian lebih matang. Terkait dengan sistem E-Vote UI dan beberapa rekomendasi untuk
dilakukan Judicial Review sudah tertuang dalam pembahasan.
-
13
REFERENSI
Elmasri, et al., Database Systems, 6th Edition, Addison-Wesley, 2011
Wawancara bersama Bapak Gladdy Guardhin (12-11-2014 dan 13-11-2014)
-
14
PROFIL TIM KAJIAN
1. Nama : Muhammad Gibran
NPM : 1306382045
Fakultas : Fasilkom
Jurusan : Ilmu Komputer
Angkatan : 2013
2. Nama : Muhammad Reza
NPM : 1306382902
Fakultas : Fasilkom
Jurusan : Sistem Informasi
Angkatan : 2013
3. Nama : Kristoferson Adenuwu S
NPM : 1306413965
Fakultas : Fasilkom
Jurusan : Sistem Informasi
Angkatan : 2013
4. Nama : Arief Radityo
NPM : 1306381875
Fakultas : Fasilkom
Jurusan : Ilmu Komputer
Angkatan : 2013
5. Nama : Adrianus Eryan
NPM : 1306402381
Fakultas : FH
Jurusan : Ilmu Hukum
Angkatan : 2013
Cover.pdfKajian E-Vote_Ver1.0.pdf