kajian ekonomi regional - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat...

102
Triwulan II - 2008 Kantor Bank Indonesia Padang KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

Upload: danganh

Post on 04-May-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Provinsi Sumatera Barat

Triwulan II - 2008

Kantor Bank Indonesia Padang

Page 2: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Triwulan II-2008

BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI

Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 0751-31700 Fax. 0751-27313

Page 3: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Penerbit : Bank Indonesia Padang Tim Ekonomi Moneter - Kelompok Kajian Ekonomi Jl. Jenderal Sudirman 22 P A D A N G Telp : 0751-31700 Fax : 0751-27313 E-Mail : [email protected]

[email protected] [email protected]

[email protected]

Page 4: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

KKAATTAA PPEENNGGAANNTTAARR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Barat ini disusun secara triwulanan

sebagai salah satu produk/output Kantor Bank Indonesia Padang dalam melaksanakan

tugasnya baik dalam memberikan masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia maupun

memberikan saran kepada Pemerintah Daerah mengenai kebijakan ekonomi daerah .

Cakupan materi dan sistematika pelaporan pada terbitan ini mengacu pada Surat

Edaran Nomor 9/36/INTERN tanggal 24 September 2007 tentang Kajian Ekonomi Regional.

Materi yang dibahas dalam Kajian Ekonomi Regional kali ini merupakan lebih luas

daripada kajian ekonomi regional sebelumnya seiring dengan peningkatan status Kantor

Bank Indonesia Padang menjadi Kantor Kelas I dan reorientasi Kantor Bank Indonesia di

daerah. Materi tersebut antara lain perkembangan ekonomi makro regional, inflasi

regional, perbankan daerah, sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan dan

kesejahteraan serta prospek perekonomian daerah. Data yang dianalisis adalah data

selama triwulan II-2008 yang bersumber dari laporan Bank Umum dan Bank Perkreditan

Rakyat (BPR) yang disampaikan kepada Bank Indonesia, serta berbagai instansi terkait

seperti Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat, Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah

Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM),

Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan, dan lain-lain.

Pada akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

membantu hingga selesainya terbitan ini.

Padang, Agustus 2008

ttd

Uun S. Gunawan

Pemimpin

i Bank Indonesia Padang

Page 5: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

KKAATTAA PPEENNGGAANNTTAARR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Barat ini disusun secara triwulanan

sebagai salah satu produk/output Kantor Bank Indonesia Padang dalam melaksanakan

tugasnya baik dalam memberikan masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia maupun

memberikan saran kepada Pemerintah Daerah mengenai kebijakan ekonomi daerah .

Cakupan materi dan sistematika pelaporan pada terbitan ini mengacu pada Surat

Edaran Nomor 9/36/INTERN tanggal 24 September 2007 tentang Kajian Ekonomi Regional.

Materi yang dibahas dalam Kajian Ekonomi Regional kali ini merupakan lebih luas

daripada kajian ekonomi regional sebelumnya seiring dengan peningkatan status Kantor

Bank Indonesia Padang menjadi Kantor Kelas I dan reorientasi Kantor Bank Indonesia di

daerah. Materi tersebut antara lain perkembangan ekonomi makro regional, inflasi

regional, perbankan daerah, sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan dan

kesejahteraan serta prospek perekonomian daerah. Data yang dianalisis adalah data

selama triwulan II-2008 yang bersumber dari laporan Bank Umum dan Bank Perkreditan

Rakyat (BPR) yang disampaikan kepada Bank Indonesia, serta berbagai instansi terkait

seperti Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat, Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah

Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM),

Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan, dan lain-lain.

Pada akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

membantu hingga selesainya terbitan ini.

Padang, Agustus 2008

ttd

Uun S. Gunawan

Pemimpin

i Bank Indonesia Padang

Page 6: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Ringkasan Eksekutif

Bank Indonesia Padang 1

R

RIINNGGKKAASSAANN EEKKSSEEKKUUTTIIFF KKAAJJIIAANN EEKKOONNOOMMII RREEGGIIOONNAALL PPRROOVVIINNSSII SSUUMMAATTEERRAA BBAARRAATT

TTRRIIWWUULLAANN IIII -- 22000088

GGAAMMBBAARRAANN UUMMUUMM

Perekonomian Sumatera Barat tumbuh tinggi, sementara inflasi meningkat.

Kegiatan intermediasi perbankan terus mengalami peningkatan

Realisasi APBN terus mengalami ekspansi

Realisasi APBD masih mengalami hambatan

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat (Sumbar) tumbuh melambat setelah tumbuh cukup ekspansif pada empat triwulan terakhir. Perekonomian Sumbar triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh 6,04%. Dari sisi permintaan, melambatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari menurunnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan meningkatnya impor. Seiring dengan hal tersebut, di sisi penawaran, baik sektor tradeables maupun sektor non tradeables mengalami pertumbuhan yang kontraktif. Pada sektor tradeables, sektor pertanian dan industri pengolahan mengalami kontraksi pertumbuhan yang cukup tinggi, sementara pada sektor nontradeables, sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang penurunan pertumbuhan yang cukup tajam.

Kebijakan pemerintah yang kembali mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) pada tanggal 24 Mei 2008, berdampak terhadap perkembangan harga secara umum di Provinsi Sumatera Barat, yang diwakili oleh kota Padang. Namun demikian, lonjakan inflasi yang terjadi relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. Tekanan inflasi triwulan laporan berasal dari kelompok transportasi, komunikasi & jasa keuangan dengan sumbangan terbesar berasal dari sub kelompok transportasi. Pada triwulan II-2008 angka inflasi kota Padang tercatat sebesar 4,74% (q-t-q) atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,35%1. Angka inflasi tersebut juga lebih tinggi bila dibandingkan inflasi nasional pada triwulan II-2008 yang tercatat sebesar 4,50%.

Pertumbuhan kegiatan usaha perbankan pada triwulan II-2008 mengalami sedikit kontraksi. Beberapa indikator menunjukkan terjadi penurunan aset dan pengumpulan dana pihak ketiga (DPK). Faktor tingginya inflasi ternyata berpengaruh terhadap kemampuan perbankan dalam mengumpulkan dana. Meskipun demikian, penyaluran kredit tetap tumbuh ekspansif sehingga mengakibatkan Loan to Deposit Ratio (LDR) untuk kredit menurut lokasi proyek melampaui angka 100%.

Pertumbuhan ekonomi yang masih cukup tinggi mendorong peningkatan pajak yang dikumpulkan pemerintah pusat maupun daerah. Dari sisi pemerintah pusat, semua jenis pajak mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini diimbangi oleh realisasi belanja khususnya belanja modal. Di sisi pemerintah daerah, posisi simpanan pemerintah daerah juga terus mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan transfer dana perimbangan, peningkatan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) PBB, serta penjualan kendaraan bermotor meningkatkan penerimaan APBD. Namun masalah penyerapan belanja masih menjadi problem yang belum bisa diselesaikan sepenuhnya pada tahun 2008.

Transaksi sistem pembayaran Sumatera Barat tetap menunjukkan arah yang positif. Aliran uang yang keluar (cash-outflow) meningkat

1 Mulai bulan Juni 2008 penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) menggunakan tahun

dasar 2007 = 100 (sebelumnya 2002 = 100).

Page 7: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Ringkasan Eksekutif

signifikan. Sementara itu, aliran dana melalui sistem pembayaran non tunai juga menunjukkan peningkatan. Nilai transaksi kliring meningkat 16,40% sementara nilai transaksi RTGS meningkat 20,99% (masuk ke Sumatera Barat), 9,54% (keluar dari Sumatera Barat), dan 66,76% (dalam wilayah Sumatera Barat. Perkembangan ini menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi Sumatera Barat masih cukup kondusif.

KKOONNDDIISSII MMAAKKRROOEEKKOONNOOMMII

Ekonomi Sumatera Barat triwulan II-2008 tumbuh sebesar 6,04% (y-o-y) Perlu pembenahan faktor struktural realisasi APBD

Melambatnya pertumbuhan ekonomi di sisi permintaan berasal dari kontraksi pada konsumsi rumah tangga serta pertumbuhan impor yang cukup tinggi. Tingginya inflasi sejak awal tahun 2008 semakin berpengaruh terhadap konsumsi rumah tangga dengan menggerus daya beli. Indeks kepercayaan konsumen terus menurun, indeks penghasilan saat ini juga terus menunjukkan penurunan, posisi simpanan perorangan di perbankan juga terus mengalami penurunan. Konsumen juga menyatakan bahwa saat ini bukan merupakan saat yang tepat untuk membeli barang tahan lama (durable goods).

Pertumbuhan impor terus menurunkan sumbangan sektor eksternal terhadap pembentukan PDRB Sumbar. Pertumbuhan sektor eksternal mengalami pertumbuhan negatif karena pertumbuhan impor yang sangat tinggi, di atas 60% selama tiga triwulan terakhir, sementara pertumbuhan ekspor relatif stabil pada kisaran 16%. Sama seperti triwulan sebelumnya, impor pupuk terus mengalir untuk memenuhi permintaan investasi pada subsektor perkebunan. Nilai impor pupuk pada triwulan II-2008 bahkan mencapai USD 39,48 juta, dua kali lipat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pemerintah daerah masih mengalami kendala dalam melakukan realisasi belanja modalnya, sementara belanja pemerintah pusat kembali tumbuh ekspansif. Sebagaimana diperkirakan sebelumnya, pemerintah pusat melipatgandakan realisasi belanja modalnya dari Rp 71,00 milyar menjadi Rp 144,13 milyar. Yang lebih menggembirakan, belanja modal pemerintah pusat ditujukan untuk belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan yang mencapai Rp 120,09 milyar (83,32%). Di sisi lain, pemerintah daerah masih terlihat kesulitan dalam merealisasikan belanja modalnya.

Faktor keterlambatan realisasi belanja bukanlah disebabkan pada kecepatan pengesahan APBD oleh DPRD. Pada tahun 2008, semua APBD Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi disahkan tepat waktu namun keterlambatan realisasi masih dirasakan. Faktor-faktor struktural yang diperkirakan mempengaruhi keterlambatan realisasi APBD antara lain kelemahan pada perencanaan anggaran, kelemahan pada manajemen proyek, kurangnya SDM yang telah memiliki sertifikasi pengadaan, serta tidak adanya reward and punishment terhadap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang merealisasikan kegiatannya lebih cepat.

Seiring dengan melambatnya permintaan, hampir semua sektor penawaran mengalami kontraksi. Pada sektor tradeables, penurunan terjadi pada semua sektor, dengan penurunan paling tajam terjadi pada sektor industri pengolahan dari 7,27% menjadi 6,04%. Kontraksi pada sektor industri ini diperkirakan terkait dengan melambatnya pertumbuhan pada sektor listrik, gas, dan air bersih, yang mengalami kontraksi dari 8,21% menjadi 6,82%. Hal ini dipengaruhi oleh pemadaman bergilir yang cukup sering terjadi sejak bulan Mei 2008.

Pada sektor nontradeables, hanya sektor keuangan yang mengalami pertumbuhan ekspansif. Pertumbuhan sektor keuangan meningkat dari 6,83% menjadi 6,89%. Sementara itu, sektor transportasi dan komunikasi masih menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di sisi penawaran. Sektor ini tumbuh 9,14% pada triwulan laporan.

Bank Indonesia Padang 2

Page 8: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Ringkasan Eksekutif

Pertumbuhan subsektor perkebunan mengalami kontraksi

Pada sektor pertanian, kontraksi terjadi justru pada subsektor perkebunan yang dalam beberapa tahun terakhir menjadi penopang pertumbuhan PDRB Sumbar. Subsektor perkebunan terus mengalami perlambatan sejak tahun 2007 dan pertumbuhan sebesar 5,61% pada triwulan laporan merupakan pertumbuhan yang paling rendah. Beberapa media massa melaporkan bahwa banyak perkebunan karet maupun kelapa sawit di Sumatera Barat telah melewati masa produktif sehingga perlu dilakukan peremajaan. Hal ini dikonfirmasi dengan stagnasi volume ekspor Sumatera Barat. Hasil liaison KBI Padang juga menunjukkan hal yang senada dimana output perkebunan kelapa sawit Sumatera Barat tidak dapat memenuhi peningkatan permintaan sebesar 30% pertahun karena kapasitas perkebunan yang relatif tetap.

Ekspektasi perbankan terhadap produksi pertanian Sumbar tetap meningkat. Kredit sektor pertanian yang disalurkan bank, baik bank umum maupun BPR, terus mengalami pertumbuhan (grafik 1.13). Ekspansi kredit sektor pertanian oleh perbankan menunjukkan bahwa kegiatan usaha di sektor pertanian semakin dipersepsikan positif di masa mendatang oleh kalangan perbankan.

IINNFFLLAASSII

Kota Padang pada triwulan II-2008 mengalami inflasi sebesar 12,67% (y-o-y). Kenaikan harga BBM mendorong tingginya inflasi Deflasi kelompok bahan makanan mengurangi tekanan inflasi akibat kenaikan harga BBM

Secara tahunan (y-o-y), inflasi kota Padang juga mengalami peningkatan angka inflasi yang cukup signifikan pada triwulan laporan. Kondisi ini serupa dengan yang terjadi pada pergerakan inflasi nasional. Pada triwulan II-2008 inflasi tahunan kota Padang sebesar 12,67% (y-o-y) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,59% (y-o-y). Begitu pula jika dibandingkan dengan inflasi tahunan nasional pada triwulan II-2008 yang tercatat sebesar 11,03% (y-o-y), inflasi tahunan kota Padang juga lebih tinggi

Naiknya harga BBM rata-rata sebesar 28,7% pada tanggal 24 Mei 2008 memberikan tekanan inflasi pada kelompok transportasi, komunikasi & jasa keuangan, terutama pada sub kelompok transportasi, di triwulan II-2008. Kenaikan harga BBM langsung direspon dengan penyesuaian tariff angkutan kota di beberapa daerah di Sumatera Barat, yang naik berkisar antara 20-30%. Kenaikan harga/tariff tersebut biasanya akan diiringi dengan kenaikan harga barang/jasa sebagai dampak susulan (second round effect).

Kelompok bahan makanan selama periode triwulan II-2008 mengalami deflasi berturut-turut pada bulan April dan Mei 2008 (-0,04% dan -0,18%), kemudian terjadi inflasi kembali pada bulan Juni 2008 (3,64%). Deflasi yang terjadi di bulan April dan Mei 2008 disebabkan dari sub kelompok padi-padian dan sub kelompok bumbu-bumbuan yang mengalami deflasi. Sementara di bulan Juni 2008 seluruh sub kelompok mengalami inflasi, dengan inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok buah-buahan sebesar 11,88% dan inflasi terendah pada sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 0,17%. Komoditi yang menyumbang inflasi tertinggi pada kelompok ini diantaranya beras, ikan tongkol, pisang, daging ayam ras, bayam, pepaya, dll

Berakhirnya musim panen raya padi pada periode April-Mei 2008, berdampak terhadap pasokan beras yang relatif berkurang di pasaran memasuki bulan Juni 2008. Pada sub kelompok padi-padian, harga beras yang sempat menurun di bulan April dan Mei 2008, kembali mengalami peningkatan harga di bulan Juni 2008. Jenis beras kualitas premium, seperti IR 42C Solok dan Cisokan Solok, merupakan jenis beras yang mengalami kenaikan harga paling tinggi dibandingkan jenis beras kualitas menengah dan bawah. Relatif stabilnya beras kualitas menengah

Bank Indonesia Padang 3

Page 9: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Ringkasan Eksekutif

dan bawah dikarenakan adanya peran Perum Bulog dalam mencukupi kebutuhan beras tersebut di pasaran, diantaranya dalam bentuk program beras untuk keluarga miskin (raskin), beras bagi PNS dan operasi stabilisasi harga.

Tingginya harga pakan ternak secara langsung berpengaruh terhadap kenaikan biaya produksi/pemeliharaan hewan ternak, seperti ayam dan ikan air tawar. Pada triwulan laporan, harga daging ayam ras dan telur ayam ras mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi. Pada bulan Juni 2008, daging ayam ras rata-rata dijual seharga Rp24.125/kg, sementara telur ayam ras rata-rata dijual seharga Rp7.450/10 butir. Padahal di bulan Maret 2008, daging ayam ras masih berada pada harga Rp19.875/kg dan telur ayam ras Rp6.550/10 butir.

PPEERRBBAANNKKAANN

Penurunan aset bank umum didorong penurunan DPK

Tabungan terus menurun Kredit konsumsi tetap tumbuh paling tinggi

Menurunnya pengumpulan DPK mendorong penurunan aset bank umum pada triwulan II-2008. Penurunan aset bank umum terutama terjadi pada bank swasta sebesar 1,41% (q-t-q), sedangkan aset bank pemerintah menurun tipis sebesar 0,70% (q-t-q). Meskipun pengumpulan DPK menurun, posisi kredit per akhir Mei 2008 terus meningkat baik menurut lokasi proyek maupun per bank pelapor. Peningkatan ini juga diimbangi dengan persentase NPL yang terus menurun, yang menunjukkan bahwa ekspansi kredit yang diberikan tetap diikuti dengan langkah kehati-hatian. Data selama semester I 2008 ini menunjukkan indikasi yang menggembirakan karena kredit investasi (9,44%) relatif tumbuh lebih besar dibandingkan modal kerja (8,13%), meskipun pertumbuhan yang dominan tetap pada kredit konsumsi.

Penurunan DPK bersumber dari menurunnya pengumpulan tabungan. Posisi tabungan yang memiliki pangsa terbesar DPK mengalami penurunan sebesar Rp 767,11 miliar atau 11,91%, pada periode Desember 2007 hingga Mei 2008. Penurunan tabungan tidak hanya terjadi dalam bentuk nominal, namun juga dalam bentuk jumlah rekening tabungan. Indikasi ini menunjukkan bahwa banyak masyarakat menutup rekening tabungannya. Beberapa faktor yang diperkirakan mempengaruhi perilaku ini antara lain semakin tingginya biaya administrasi tabungan, kemampuan menabung masyarakat yang menurun, maupun suku bunga tabungan yang tidak menarik.

Pertumbuhan kredit berasal dari tingginya penyerapan kredit konsumtif. Kredit konsumtif pada posisi akhir Mei 2008 tercatat sebesar Rp 5,72 triliun dengan pertumbuhan sebesar 18,23%, sementara kredit modal kerja hanya tumbuh 8,13% dan kredit investasi 9,34%, dibandingkan akhir Desember 2007. Pertumbuhan kredit konsumtif ini mengindikasikan bahwa konsumsi non makanan yang meningkat juga dibiayai oleh kredit selain dibiayai oleh pengambilan simpanan yang berbentuk tabungan. Namun yang menggembirakan adalah tumbuhnya kredit investasi yang mengindikasikan timbulnya kembali gairah usaha.

Penyaluran kredit modal kerja dan investasi masih terkonsentrasi pada sektor perdagangan, pertanian, dan perindustrian. Penyerapan kredit modal kerja pada sektor perdagangan tumbuh melambat, sedangkan kredit investasi meningkat tajam. Kinerja sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan masih meningkatkan permintaan kredit pada sektor pertanian, khususnya untuk investasi. Yang menarik dicermati pada triwulan II-2008 ini adalah kondisi terbalik antara sektor perindustrian dam sektor pertanian, peningkatan penyaluran kredit modal kerja terjadi pada sektor industri sedangkan pada sektor pertanian menurun tajam.

Bank Indonesia Padang 4

Page 10: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Ringkasan Eksekutif

Pertumbuhan kredit MKM meningkat

Risiko kredit perbankan Sumatera Barat pada triwulan II-2008 relatif terjaga. Pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan Sumatera Barat diikuti dengan pengelolaan kredit yang relatif baik. Meskipun kredit yang disalurkan terus meningkat, kredit non performing tidak mengalami lonjakan. Meskipun rasio NPL gross bank umum pada bulan Mei 2008 meningkat tipis menjadi 2,83% dibandingkan per Maret 2008 yang sebesar 2,74%, namun terus menurun dibandingkan posisi Juni 2007 yang sebesar 3,67% dan jauh di bawah batas aman NPL yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 5%.

Pangsa kredit MKM meningkat seiring dengan pertumbuhan kredit secara keseluruhan. Posisi kredit MKM pada akhir Mei 2008 tercatat Rp 10,18 triliun dengan pangsa terhadap total kredit sebesar 78,56%. Pada akhir tahun 2007, pangsa kredit MKM tercatat sebesar 69,96%. Pertumbuhan kredit MKM hingga posisi akhir Mei 2008 meningkat sebesar 17,84%. Posisi kredit MKM yang disalurkan bank umum pemerintah tumbuh 18,55% sementara porsi kredit MKM yang disalurkan bank umum swasta meningkat 15,80%

Perkembangan kegiatan usaha BPR menunjukkan arah yang sama dengan perkembangan bank umum. Pertumbuhan pengumpulan DPK mengalami perlambatan sementara kredit tetap meningkat tinggi. Mulai berkurangnya ketahanan terhadap tekanan inflasi serta perubahan ke instrumen investasi lain seperti emas ternyata juga mempengaruhi nasabah BPR. Semua jenis DPK yang dikumpulkan BPR tetap meningkat meski menunjukkan arah yang melambat. Baik deposito maupun tabungan tetap mengalami pertumbuhan positif hingga Mei 2008. Secara nominal, nilai tabungan meningkat sebesar 12,98% sementara nilai deposito juga meningkat sebesar 5,08%. Sementara itu jumlah rekening tabungan meningkat cukup signifikan sebanyak 38.985 rekening dalam waktu enam bulan.

KKEEUUAANNGGAANN DDAAEERRAAHH

Tax ratio Sumbar terus meningkat meski masih jauh dibawah nasional

Penerimaan pemerintah pusat di wilayah Sumatera Barat terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Tax ratio2 wilayah Sumbar pun terus menunjukkan peningkatan dari 3,56% menjadi 4,76%. Meski demikian, tax ratio Sumbar ini masih sangat jauh dari tax ratio secara nasional tahun 2007 yang tercantum dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2008 sebesar 12,9%. Hal ini mengindikasikan masih banyak potensi pajak yang bisa digali terutama dari subsektor perkebunan yang mengalami booming.

Seiring dengan tren peningkatan penerimaan pajak secara nasional, kontribusi pajak pusat dari provinsi Sumatera Barat juga terus meningkat. Semua jenis pajak pusat mengalami kenaikan yang cukup signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara nominal, kenaikan tertinggi terjadi pada pajak bumi dan bangunan, sementara secara persentase, kenaikan tertinggi terjadi pada bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. Kenaikan penerimaan pajak pusat ini mengindikasikan bahwa perekonomian Sumatera Barat masih memberikan prospek yang cukup baik meski mengalami tekanan inflasi yang cukup berat.

Hingga triwulan II-2008, belanja pemerintah kabupaten/kota maupun pemerintah provinsi diperkirakan terbatas pada kegiatan belanja rutin. Hal ini diindikasikan dengan masih relatif tingginya posisi simpanan pemerintah di perbankan. Rata-rata posisi simpanan pada Januari-Mei 2008 lebih tinggi daripada rata-rata posisi simpanan pada Mei-Desember 2007. Di sisi lain, belanja pemerintah pusat kembali tumbuh ekspansif. Belanja untuk

2 Tax Ratio Sumatera Barat merupakan rasio antara penerimaan pajak pusat dibagi PDRB atas dasar harga berlaku secara triwulanan.

Bank Indonesia Padang 5

Page 11: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Ringkasan Eksekutif

Stimulus fiskal APBD masih relatif rendah

aktivitas investasi selama triwulan II-2008 tercatat sebesar Rp 216,60 milyar atau tumbuh 163,6% dibandingkan triwulan II-2007. Pembangunan jalan, irigasi, dan jaringan menjadi fokus belanja investasi pemerintah pusat dengan total pengeluaran sebesar Rp 120,08 milyar atau 83,32% dari total belanja investasi (grafik 4.4). Aktivitas belanja modal pemerintah khususnya di bidang pembangunan jalan dan irigasi yang dimulai pada awal tahun 2008 diharapkan memperbaiki kondisi infrastruktur di Sumatera Barat.

Kemampuan APBD dalam melakukan stimulus fiskal di daerah masih relatif rendah. Hal ini diindikasikan dari masih rendahnya rasio belanja modal terhadap total belanja APBD dari masing-masing pemerintah kabupaten/kota.Dari 19 pemerintah kabupaten/kota, terdapat 5 pemerintah kabupaten/kota yang rasio belanja modal terhadap total belanja di atas 30%. Pemerintah kabupaten/kota tersebut sebagian besar merupakan hasil pemekaran seperti Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Dharmasraya, dan Kota Pariaman. Yang menarik dicermati, pemerintah Kabupaten/Kota dengan pendapatan tertinggi tidak otomatis memiliki belanja modal tinggi. Pemerintah Kota Padang justru memiliki rasio belanja modal terkecil (15,02%). Padahal sebagai kota terbesar di Sumatera Barat, seyogyanya memiliki infrastruktur yang terbaik.

SSIISSTTEEMM PPEEMMBBAAYYAARRAANN

Selama triwulan II-2008 net-outflow yang terjadi mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Nilai & volume kliring meningkat. Transaksi BI RTGS meningkat.

Memasuki triwulan II-2008, aliran uang kas yang masuk (cash-inflow) Kantor Bank Indonesia (KBI) Padang mengalami penurunan, sementara aliran uang yang keluar (cash-outflow) meningkat signifikan. Aliran kas masuk ke Bank Indonesia Padang menurun dari Rp1.867 miliar di triwulan I-2008 menjadi Rp1.068 miliar di triwulan II-2008 atau turun 42,79%. Sedangkan aliran kas keluar dari Bank Indonesia Padang meningkat tajam dari Rp143 miliar di triwulan I-2008 menjadi Rp383 miliar di triwulan II-2008 atau tumbuh 168,33%. Menurunnya cash-inflow dan meningkatnya cash-outflow terkait dengan kinerja perbankan pada periode triwulan laporan. Posisi kredit bank umum berdasarkan lokasi proyek per Mei 2008 tumbuh 12,25% dibandingkan posisi Desember 2007 hingga menjadi Rp14,20 triliun. Sementara dana pihak ketiga (DPK) pada triwulan laporan sedikit menurun, sehingga bank banyak yang menarik dananya untuk membiayai kredit dimaksud.

Pada triwulan II-2008, transaksi kliring mengalami kenaikan di sisi nominal dan volume. Perputaran uang non-tunai melalui sarana kliring di Bank Indonesia Padang pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 16,40%, yaitu dari Rp2.988 miliar di triwulan I-2008 menjadi Rp3.478 miliar di triwulan laporan. Peningkatan transaksi nominal kliring diiringi dengan peningkatan volume kliring. Volume kliring di triwulan II-2008 meningkat dari 91,6 ribu lembar di triwulan I-2008 menjadi 95,0 ribu lembar pada triwulan laporan atau naik 3,74%.

Sebagaimana transaksi kliring, perkembangan transaksi non-tunai dengan menggunakan sarana BI-RTGS di Kantor BI Padang selama triwulan II-2008 masih menunjukkan peningkatan transaksi. Untuk transfer masuk ke Sumatera Barat melalui BI-RTGS, nilai transaksi meningkat sebesar 20,99% yaitu dari Rp7.211 miliar di triwulan I-2008 menjadi Rp8.725 miliar pada triwulan laporan. Volume RTGS transfer masuk juga meningkat sebesar 36,66% yaitu dari 11.514 transaksi di triwulan I-2008 menjadi 11.735 transaksi di triwulan laporan.

Bank Indonesia Padang 6

Page 12: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Ringkasan Eksekutif

KKEETTEENNAAGGAAKKEERRJJAAAANN DDAANN KKEESSEEJJAAHHTTEERRAAAANN DDAAEERRAAHH

Kondisi ketenagakerjaan Sumatera Barat bergerak membaik. Tingkat kesejahteraan penduduk meningkat.

Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Barat menunjukkan angka yang relatif cukup menggembirakan. Hasil Susenas yang dilaksanakan BPS Sumatera Barat pada bulan Februari 2008 menunjukkan kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Barat terus bergerak ke arah yang lebih baik dibandingkan tahun 2007 (Susenas Februari & Agustus 2007). Beberapa indikator ketenagakerjaan mengalami perbaikan yang cukup berarti, seperti jumlah orang yang bekerja dan pengangguran. Sementara itu, jumlah Penduduk Usia Kerja (PUK) di Provinsi Sumatera Barat pada Susenas Februari 2008 menunjukkan peningkatan, dibandingkan Februari 2007.

Dari sisi jumlah pengangguran, walaupun tidak sebesar periode Februari 2007, terus terjadi penurunan yang cukup berarti. Jumlah pengangguran pada Susenas Februari 2008 sebanyak 206.740 orang yang berarti terjadi penurunan sebesar 3,04% apabila dibandingkan Agustus 2007. Penurunan jumlah pengangguran selain terserap lapangan kerja atau berwiraswasta, juga karena ada sebagian angkatan kerja yang merantau ke luar Sumatera Barat dan ada yang pindah ke kelompok bukan angkatan kerja. Selain itu, adanya kegiatan Bursa Tenaga Kerja yang dilakukan pemerintah daerah bekerjasama dengan pengusaha/sektor swasta cukup membantu para pencari kerja dalam memperoleh pekerjaan.

Program pemerintah daerah di sektor pertanian, seperti pembukaan lahan pertanian baru, bantuan dana bergulir untuk petani, pelatihan pertanian, dll, dapat meningkatkan minat masyarakat untuk bekerja di sektor pertanian. Berdasarkan Susenas Februari 2008 tenaga kerja di sektor pertanian tumbuh sebesar 6,04% dibandingkan Agustus 2007. Sektor perdagangan tumbuh sebesar 4,57% dan sektor jasa tumbuh sebesar 4,17%. Sementara sektor industri, sektor konstruksi/bangunan dan sektor angkutan, mengalami penurunan masing-masing sebesar 26,20%, 15,73% dan 4,65%.

Tingkat kesejahteraan penduduk Sumatera Barat pada triwulan II-2008 tercatat lebih baik dari triwulan sebelumnya. Hal tersebut tampak dari beberapa indikator seperti Nilai Tukar Petani (NTP), perkiraan pendapatan perkapita dan Upah Minimum Provinsi (UMP) yang diterima. Indikator-indikator tersebut tercatat lebih baik/tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Memasuki periode triwulan II-2008, NTP di Sumatera Barat berada pada level yang lebih tinggi dari NTP nasional, padahal dengan tahun dasar sebelumnya, NTP Sumatera Barat selalu berada dibawah nasional. Berdasarkan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku, PDRB per kapita Sumatera Barat di triwulan laporan diperkirakan sebesar Rp14,35 juta lebih tinggi dari triwulan I-2008 yang tercatat sebesar Rp13,85 juta. Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Barat tahun 2008 ditetapkan sebesar Rp800.000/bulan atau naik 10,34% dibandingkan tahun 2007 yang tercatat sebesar Rp725.000/bulan.

PPRROOSSPPEEKK PPEERREEKKOONNOOMMIIAANN SSUUMMAATTEERRAA BBAARRAATT

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2008 diperkirakan kembali meningkat pada kisaran 6.3-6.8% (y-o-y)

Pertumbuhan ekonomi Sumbar Triwulan III-2008 secara tahunan (y-o-y) diperkirakan akan meningkat dibandingkan triwulan II-2008 dengan laju pertumbuhan pada kisaran 6,3%-6,8%. Dari sisi konsumsi, akan terjadi peningkatan tingkat pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Survei Konsumen Bank Indonesia menunjukkan bahwa Indeks Kepercayaan Konsumen yang terus menurun selama triwulan I kembali meningkat pada bulan Juni 2008. Berakhirnya situasi ketidakpastian kenaikan BBM ternyata

Bank Indonesia Padang 7

Page 13: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Ringkasan Eksekutif

Inflasi pada triwulan III-2008 diperkirakan berada pada kisaran 11-12% (y-o-y)

segera berakhir setelah pemerintah menaikkan harga BBM. Meski kondisi ekonomi saat ini menurut konsumen masih terus memburuk, namun konsumen berekspektasi perekonomian akan membaik. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya beberapa indikator ekspektasi seperti ekspektasi penghasilan, lapangan kerja, dan kondisi ekonomi 6 bulan yang akan datang.

Indikator perbankan masih menunjukkan arah yang positif dan mendukung masih tingginya pertumbuhan ekonomi ke depan. Kredit lokasi proyek hingga akhir Mei 2008 masih tumbuh di atas proyeksi. Kredit investasi di sektor pertanian serta kredit konstruksi hingga Mei 2008 telah mengalami pertumbuhan 20,02%. Pembiayaan ekonomi dari Pemerintah diperkirakan juga meningkat, terutama yang berasal dari pemerintah daerah. Faktor musiman menjelang masuknya bulan Ramadhan diperkirakan juga akan meningkatkan aktivitas ekonomi khususnya di sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa.

Kenaikan harga CPO diperkirakan akan terus berlanjut seiring dengan tren peningkatan harga minyak dunia. Tren kenaikan harga minyak dunia membawa pengaruh baik bagi ekspor Sumatera Barat serta nilai tambah sektor pertanian. Pada grafik 7.4 terlihat bahwa pergerakan harga palm oil dan palm kernel oil searah dengan harga minyak mentah. Tidak hanya itu, harga batu bara dunia juga terus meningkat (grafik 7.5). Hal ini akan mendorong investasi di sektor pertanian.

Tekanan Inflasi pada triwulan III-2008 diperkirakan relatif sama dengan triwulan laporan berkisar antara 11-12% (y-o-y). Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan inflasi yang masih cukup tinggi tersebut antara lain inflasi bahan makanan, makanan jadi, serta perumahan sebagai akibat dampak ronde kedua kenaikan harga BBM. Inflasi kelompok pendidikan juga masih berpengaruh pada bulan Juli-Agustus seiring dengan dimulainya tahun ajaran baru. Beberapa perusahaan memang tidak seketika menaikkan harga produknya karena masih melakukan kalkulasi ulang terhadap kenaikan upah buruh serta penyesuaian biaya produksi lainnya.

Belum stabilnya harga minyak dunia berpotensi meningkatkan angka inflasi melewati proyeksi. Pergerakan harga minyak dunia yang tidak pasti menyulitkan proyeksi inflasi secara tepat. Apalagi, banyak kalangan masih memperdebatkan volatilitas harga minyak, disebabkan faktor supply demand semata atau ada unsur spekulasi. Meskipun demikian, relatif stabilnya nilai tukar rupiah sebagai salah satu target kebijakan moneter Bank Indonesia menjadi modal yang cukup kuat dalam pengamanan inflasi.

Bank Indonesia Padang 8

Page 14: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Ringkasan Eksekutif

Tw. I-2007 Tw. II-2007 Tw. III-2007 Tw. IV-2007 Tw. I-2008*) Tw. II-2008MAKROIHK Kota Padang**) 155.45 152.40 155.54 160.28 160.28 167.25 111.41 Laju Inflasi Tahunan (y-o-y %) 10.73 7.79 9.00 6.90 6.90 7.59 12.67 PDRB - harga konstan (miliar Rp) 7,991.59 8,145.29 8,337.78 8,456.29 32,930.95 8,517.32 - Pertanian 1,954.47 1,991.35 2,035.04 2,058.06 8,038.92 2,065.78 2,096.19 - Pertambangan dan Penggalian 248.67 253.62 261.36 265.18 1,028.83 264.86 267.08 - Industri Pengolahan 1,014.38 1,038.68 1,071.98 1,084.02 4,209.07 1,088.10 1,101.42 - Listrik, Gas, dan Air Bersih 94.56 97.57 100.84 101.46 394.43 102.32 104.23 - Bangunan 399.69 405.32 406.38 415.81 1,627.20 423.21 427.19 - Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,478.21 1,503.47 1,536.07 1,538.93 6,056.68 1,561.44 1,579.75 - Pengangkutan dan Komunikasi 1,090.07 1,115.81 1,147.72 1,173.14 4,526.74 1,193.83 1,217.83 - Keuangan, Persewaan, dan Jasa 411.43 418.28 428.37 434.47 1,692.55 439.53 447.11 - Jasa 1,300.11 1,321.18 1,350.02 1,367.24 5,338.56 1,378.25 1,396.21 Pertumbuhan PDRB (yoy %) 5.66 6.29 6.69 6.71 6.34 6.58 6.04 Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)*** 236.34 306.45 233.98 445.15 1,221.92 442.69 313.88 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)*** 802.10 490.59 325.99 760.02 2,378.70 794.55 488.52 Nilai Impor Nonmigas (USD Juta)*** 14.82 4.29 43.39 22.66 85.16 34.73 43.27 Volume Impor Nonmigas (ribu ton)*** 79.87 33.10 223.03 121.23 457.24 123.85 104.26

PERBANKAN***Bank UmumTotal Aset (Rp triliun) 17.06 18.79 19.87 17.61 17.61 18.81 18.86 DPK (Rp Triliun) 11.15 11.99 12.39 13.62 13.62 13.60 13.39 - Tabungan (Rp Triliun) 4.38 4.74 4.91 6.43 6.43 5.70 5.67 - Giro (Rp Triliun) 3.35 3.68 3.96 3.76 3.76 4.25 4.01 - Deposito (Rp Triliun) 3.42 3.56 3.52 3.41 3.41 3.65 3.70 Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek 9.63 10.59 11.40 12.62 12.93 12.93 14.19 - Modal Kerja 4.12 4.45 4.78 5.32 5.41 5.41 5.76 - Investasi 1.66 1.90 2.04 2.46 2.44 2.44 2.72 - Konsumsi 3.85 4.24 4.58 4.84 5.08 5.08 5.71 - LDR (%) 86.29 89.56 92.03 92.68 92.68 93.92 105.97 Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi kantor cabang 8.84 9.57 9.98 10.86 10.86 11.40 12.37 - Modal Kerja 3.78 4.12 4.18 4.70 4.70 4.86 n.a.- Konsumsi 3.39 3.74 4.04 4.25 4.25 4.69 n.a.- Investasi 1.67 1.72 1.75 1.92 1.92 1.85 n.a.- LDR (%) 79.29 79.85 80.53 79.77 79.77 83.82 n.a.NPL (gross, %) 3.48 3.67 3.01 2.60 2.60 2.74 2.83 Kredit UMKM (triliun Rp)Kredit Mikro (<Rp 50 juta) (triliun Rp) 3.94 4.09 4.27 4.26 4.26 4.16 4.21 - Modal Kerja 0.58 0.61 0.60 0.66 0.66 0.64 0.68 - Investasi 0.32 0.31 0.26 0.24 0.24 0.14 0.19 - Konsumsi 3.04 3.17 3.41 3.36 3.36 3.38 3.34 Kredit Kecil (Rp 50 juta < X ≤ Rp 500 juta) (triliun Rp) 2.02 2.36 2.52 2.85 2.85 3.14 3.92 - Modal Kerja 1.12 1.21 1.28 1.36 1.36 1.36 1.49 - Investasi 0.20 0.22 0.27 0.28 0.28 0.31 0.34 - Konsumsi 0.70 0.92 0.98 1.21 1.21 1.47 2.10 Kredit Menengah (Rp 500 juta < X ≤ Rp 5 miliar) (triliun Rp) 1.28 1.47 1.57 1.74 1.74 1.75 2.04 - Modal Kerja 0.98 1.15 1.15 1.28 1.28 1.28 1.49 - Investasi 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.29 - Konsumsi 0.10 0.13 0.17 0.21 0.21 0.22 0.26 Total Kredit MKM (triliun Rp) 7.25 7.92 8.37 8.85 8.85 9.05 10.18 NPL MKM gross (%) 2.91 3.16 2.77 2.33 2.33 2.52 n.a.

BPRTotal Aset (Rp triliun) 0.59 0.64 0.67 0.76 0.76 0.80 0.84 DPK (Rp Triliun) 0.35 0.37 0.40 0.47 0.47 0.50 0.52 - Tabungan (Rp Triliun) 0.19 0.20 0.22 0.27 0.27 0.29 0.31 - Deposito (Rp Triliun) 0.16 0.17 0.18 0.20 0.20 0.21 0.21 Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek 0.40 0.46 0.50 0.51 0.51 0.54 0.60 - Modal Kerja 0.26 0.29 0.32 0.32 0.32 0.34 0.38 - Investasi 0.05 0.06 0.06 0.06 0.06 0.07 0.08 - Konsumsi 0.10 0.11 0.12 0.13 0.13 0.13 0.14 Kredit UMKM (triliun Rp) 0.40 0.46 0.50 0.51 0.51 0.54 0.60 Rasio NPL Gross (%) 8.52 7.68 7.41 7.95 7.95 8.07 LDR (%) 115.50 123.64 124.75 109.17 109.17 108.69 115.38 Keterangan :* Angka PDRB Tw.I-2008 merupakan proyeksi Bank Indonesia** Sejak bulan Juni 2008 dilakukan tahun dasar dari 2002=100 menjadi 2007=100*** Angka impor dan ekspor Tw. II-2008 angka sementara, posisi Mei 2008 open file, *** Data Perbankan untuk Triwulan II-2008 menggunakan posisi akhir Mei 2008Sumber :- Data IHK, Laju Inflasi, PDRB berasal dari BPS - Data Ekspor Impor berasal dari DSM-BI- Data Perbankan berasal dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (Sekda) - BI, kecuali kredit berdasarkan lokasi kantor cabang dan Rasio NPL berasal dari Laporan Bulanan Bank Umum

TRIWULAN

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Sumatera Barat

KeteranganINDIKATOR TRIWULAN TAHUN 2007

Bank Indonesia Padang 9

Page 15: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

SUMATERA BARAT

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat (Sumbar) tumbuh melambat

setelah tumbuh cukup ekspansif pada empat triwulan terakhir.

Perekonomian Sumbar triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh 6,04%. Dari sisi

permintaan, melambatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari menurunnya

pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan meningkatnya impor. Seiring dengan

hal tersebut, di sisi penawaran, baik sektor tradeables maupun sektor non

tradeables mengalami pertumbuhan yang kontraktif. Pada sektor tradeables,

sektor pertanian dan industri pengolahan mengalami perlambatan pertumbuhan

yang cukup tinggi, sementara pada sektor nontradeables, sektor perdagangan,

hotel, dan restoran menyumbang penurunan pertumbuhan yang cukup tajam.

5.876.11

5.996.34 6.52

6.34 6.30 6.20

6.255.52

5.666.29 6.69

6.71 6.586.04

012345678

III-2006 IV-2006 I-2007 II-2007 III-2007 IV-2007 I-2008 II-2008p

%

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat dan Nasional

Nasional, y-o-y, %

Sumbar, y-o-y,%

Meningkatnya tekanan inflasi diperkirakan menjadi faktor melambatnya

pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat. Hal ini tercermin dari terus

menurunnya indeks kepercayaan konsumen serta posisi tabungan masyarakat.

Turunnya indeks kepercayaan konsumen yang diikuti dengan terus menurunnya

posisi tabungan perorangan dan jumlah rekening tabungan mengindikasikan

bahwa pertumbuhan konsumsi telah mencapai pertumbuhan yang optimal dan

cenderung menurun karena terbatasnya daya beli.

9 Bank Indonesia Padang

Page 16: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Pertumbuhan impor mendorong pertumbuhan ekonomi di masa depan.

Meningkatnya harga komoditas perkebunan mendorong peningkatan investasi

khususnya di bidang perkebunan. Hal ini tercermin dari tingginya peningkatan

impor bahan pendukung ekstensifikasi di bidang perkebunan seperti pupuk.

Dalam jangka pendek, meningkatnya impor menggerogoti pertumbuhan

ekonomi karena belum menghasilkan output. Apalagi komoditas perkebunan

memiliki masa tenggang (grace period) minimal empat tahun. Namun dalam

jangka panjang, meningkatnya impor akan mendorong pertumbuhan PDRB cukup

tinggi.

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.IITotal PDRB 5.47 5.73 6.14 6.34 5.66 6.29 6.69 6.71 6.58 6.04Domestik 2.64 4.78 3.55 3.21 0.79 1.48 3.89 6.59 10.61 9.09 Konsumsi Rumah Tangga 3.81 4.78 4.13 4.11 3.25 3.46 4.41 5.27 5.22 5.08 Konsumsi Pemerintah 2.18 4.23 4.62 4.67 4.21 4.55 4.74 5.18 4.45 4.48 Investasi 3.18 5.83 4.02 3.92 3.78 4.06 3.78 4.05 4.19 4.08Eksternal 32.44 12.74 23.91 24.29 34.42 35.20 22.55 7.37 -11.26 -7.76 Ekspor 33.56 21.20 18.22 28.90 27.68 30.41 29.04 28.51 16.59 16.67 Impor 35.80 37.73 9.11 37.29 15.77 22.05 40.95 68.95 73.83 63.98Catatan : Komponen PDRB tidak termasuk perubahan stok dan statistical discrepancySumber : BPS, diolah

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.IITotal PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00Domestik 88.07 87.28 85.15 84.23 82.64 81.58 81.86 82.81 84.67 84.22 Konsumsi Rumah Tangga 57.59 57.07 55.99 54.68 54.81 55.18 54.83 54.57 54.48 54.33 Konsumsi Pemerintah 12.16 11.99 11.82 11.55 11.63 11.75 11.69 11.55 11.52 11.52 Investasi 18.46 18.48 18.11 17.52 17.70 17.97 17.79 17.51 17.57 17.47Eksternal 11.93 12.72 14.85 15.77 17.36 18.42 18.14 17.19 15.33 15.78 Ekspor 18.03 20.67 23.02 28.74 27.91 27.37 27.50 27.97 29.95 30.26 Impor 6.10 7.95 8.17 12.97 10.55 8.96 9.37 10.78 14.61 14.48Catatan : Komponen PDRB tidak termasuk perubahan stok dan statistical discrepancySumber : BPS, diolah

2004 2005 2006 20072007

2006 2007 20072004 2005 2008Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Menurut Jenis Penggunaan (%, y-o-y)

Tabel 1.2. Pangsa PDRB Menurut Jenis Penggunaan (%)2008

1.1. Permintaan Agregat

Melambatnya pertumbuhan ekonomi di sisi permintaan berasal dari

perlambatan pada konsumsi rumah tangga serta pertumbuhan impor

yang cukup tinggi. Tingginya inflasi sejak awal tahun 2008 semakin

berpengaruh terhadap konsumsi rumah tangga dengan menggerus daya beli.

Bank Indonesia Padang 10

Page 17: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Beberapa prompt indikator konsumsi mengkonfirmasi hipotesis tersebut (grafik

1.2-1.5). Indeks kepercayaan konsumen terus menurun, meski kembali meningkat

pada bulan Juni 2008. Indeks penghasilan saat ini juga terus menunjukkan

penurunan setelah meningkat pada bulan April (grafik 1.3). Posisi simpanan

perorangan di perbankan juga terus mengalami penurunan. Data simpanan

individual di perbankan yang menunjukkan terjadi penurunan selama tahun

berjalan sebesar 8,40% dari Rp 9,62 triliun (Desember 2007) menjadi Rp 8,81

triliun (Mei 2008). Survei konsumen Bank Indonesia pada masyarakat kelas

menengah ke atas di Kota Padang menunjukkan bahwa sebanyak 47,5% posisi

simpanan mereka per Juni 2008 mengalami penurunan dibandingkan enam bulan

lalu. Konsumen juga menyatakan bahwa saat ini bukan merupakan saat yang

tepat untuk membeli barang tahan lama (durable goods). Indeks ketepatan

membeli barang durable goods terus mengalami penurunan setelah terus

meningkat pada triwulan I-2008.

0

20

40

60

80

100

120

0

1

2

3

4

5

6

2007 2008

%, g[pdrb

IKK, Indeks

g‐PDRB Konsumsi 

IKK

Sumber : SK-BI dan BPS, diolah

0

20

40

60

80

100

120

0

20

40

60

80

100

120

140

2007 2008

%, g[pdrb

Indeks Penghasilan Saat Ini, %

Indeks Penghasilan Saat  Ini g‐PDRB Konsumsi 

Sumber : SK-BI dan BPS, diolah

Grafik 1.2. Indeks Kepercayaan Konsumen dan Pertumbuhan Konsumsi PDRB

Grafik 1.3. Indeks Penghasilan Saat Ini dan Pertumbuhan Konsumsi PDRB

0

1

2

3

4

5

6

0

2000000

4000000

6000000

8000000

10000000

12000000

2007 2008

%, g[pdrb

Tabungan, Juta Rp

Posisi Tabungan  Perorangan g‐PDRB Konsumsi 

Sumber : Sekda-BI dan BPS, diolah

0

1

2

3

4

5

6

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

2007 2008

%, g[pdrb

Inde

ks 

Indeks Ketepatan Waktu Membeli Durable Goods g‐PDRB Konsumsi 

Sumber : SK-BI dan BPS, diolah

Grafik 1.4. Perkembangan Posisi Tabungan Perorangan di Bank Grafik 1.5. Perkembangan Indeks Ketepatan Membeli Durable Goods

11 Bank Indonesia Padang

Page 18: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

050100150200250300350400450

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

Min

ibu

s

Sep

eda

Mo

tor

Sepeda Motor

Minibus237 256 261

300

438503

119

255 237305

394 424

79 86 105 107199

240

0

100

200

300

400

500

600

Tw.I-07 Tw.II-07 Tw.III-07 Tw.IV-07 Tw.I-08 Tw.II-08

Pick up Light Truck Truck

Sumber : DPKD Sumbar, diolah Sumber : DPKD Sumbar, diolah

Grafik 1.6. Perkembangan Penjualan Sepeda Motor dan Minibus Grafik 1.7. Perkembangan Penjualan Kendaraan Niaga

Pertumbuhan impor terus menurunkan sumbangan sektor eksternal

terhadap pembentukan PDRB Sumbar. Pada tabel 1.1. terlihat bahwa

pertumbuhan sektor eksternal mengalami pertumbuhan negatif karena

pertumbuhan impor yang sangat tinggi, di atas 60% selama tiga triwulan

terakhir, sementara pertumbuhan ekspor relatif stabil pada kisaran 16%. Sama

seperti triwulan sebelumnya, impor pupuk terus mengalir untuk memenuhi

permintaan investasi pada subsektor perkebunan. Nilai impor pupuk pada

triwulan II-2008 bahkan mencapai USD 39,48 juta, dua kali lipat dibandingkan

triwulan sebelumnya.

Kelompok Barang Berdasarkan HS 2 Digit

Tw.I-2007 Tw.II-2007 Tw.III-2007 Tw.IV-2007 Tw.I-2008 Tw.II-2008*

31 - Fertilizers 3,682,900 390,000 21,465,499 7,008,832 19,136,023 39,483,824 48 - Paper and paperboard 2,079,249 351,846 2,596,531 3,064,829 5,710,945 1,820,588 25 - Salt; sulphur,earths and stone 1,383,453 1,428,300 2,315,694 2,052,186 2,141,126 1,075,441 84 - Nuclear react.,boilers,mech. appli. 1,208,105 878,328 8,872,735 3,441,454 3,155,794 791,732 39 - Plastics and articles thereof 306,880 34,131 761,715 55,784 25,986 53,684 73 - Articles of iron and steel 397,018 184,938 485,441 614,138 244,314 14,450 82 - Tools, implements, cutlery, spoons. - - 9,158 1,351 953 1,965 85 - Elect. machinery, sound rec., tvetc 63,166 46,405 203,337 11,661 122,570 1,186 83 - Miscellaneous articl. of base metal - - 68,644 - 69,000 193 72 - Iron and steel 191,994 23,519 1,630 - 189,073 6 10 - Cereals 3,771,120 - 4,024,170 3,878,579 3,832,145 - 17 - Sugars and sugars confectionery. 854,440 742,000 868,958 83,415 81,000 - *) s.d. Mei 2008Sumber : DJBC, diolah

Tabel 1.3. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Utama melalui Pelabuhan Teluk Bayur (USD)

Peningkatan impor pupuk menunjukkan proses investasi di sektor

pertanian terus bergerak. Tingginya harga CPO internasional, excess demand

CPO mencapai 30% serta tingginya harga minyak dunia mendorong optimisme

investasi pada sektor pertanian. Indikator investasi lain juga menunjukkan

Bank Indonesia Padang 12

Page 19: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

peningkatan. Penjualan kendaraan niaga terus mengalami peningkatan. Hasil

liaison Bank Indonesia Padang menyatakan bahwa stock kendaraan niaga

mengalami kondisi zero stock dengan masa inden 2 bulan.

Pemerintah daerah masih mengalami masalah dalam melakukan realisasi

belanja modalnya, sementara belanja pemerintah pusat kembali tumbuh

ekspansif. Sebagaimana diperkirakan sebelumnya, pemerintah pusat

melipatgandakan realisasi belanja modalnya dari Rp 71,00 milyar menjadi Rp

144,13 milyar. Yang lebih menggembirakan, belanja modal pemerintah pusat

ditujukan untuk belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan yang mencapai Rp

120,09 milyar (83,32%). Di sisi lain, pemerintah daerah masih terlihat kesulitan

dalam merealisasikan belanja modalnya. Sebagaimana telah dibahas pada laporan

ini triwulan sebelumnya, faktor keterlambatan realisasi belanja bukanlah

disebabkan pada kecepatan pengesahan APBD oleh DPRD. Pada tahun 2008,

semua APBD Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi disahkan tepat

waktu namun keterlambatan realisasi masih dirasakan. Faktor-faktor struktural

yang diperkirakan mempengaruhi keterlambatan realisasi APBD antara lain

kelemahan pada perencanaan anggaran, kelemahan pada manajemen proyek,

kurangnya SDM yang telah memiliki sertifikasi pengadaan, serta tidak adanya

reward and punishment terhadap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang

merealisasikan kegiatannya lebih cepat.

Kelompok Barang Berdasarkan HS 2 Digit

Tw.I-2007 Tw.II-2007 Tw.III-2007 Tw.IV-2007 Tw.I-2008 Tw.II-2008*

15 - Animal or vegt. fats and oils 121,898,118 177,238,408 154,753,848 266,739,654 305,170,568 232,281,932 40 - Rubber and articles thereof 73,604,091 103,823,478 62,076,135 101,745,561 91,201,960 53,352,578 25 - Salt; sulphur,earths and stone 14,340,655 197,950 - 6,040,604 9,905,046 8,090,258 09 - Coffee, tea, mate and spices 8,259,242 7,048,011 7,075,975 8,066,227 8,364,564 6,366,318 23 - Res. and waste from food industries 4,289,426 5,729,309 2,824,210 6,442,775 7,310,741 4,570,601 18 - Cocoa and cocoa preparations 2,031,238 2,400,381 1,997,755 4,212,021 6,818,620 3,342,180 27 - Mineral fuels, minaral oil products 1,982,248 1,460,000 1,400,000 5,688,020 3,895,394 - 38 - Miscellaneous chemical products. 415,010 452,750 297,520 183,823 3,019,235 - 33 - Essential oils and resinoids 2,118,454 1,593,103 1,292,555 4,221,783 1,962,393 1,495,259 32 - Tanning and dyeing extracts 1,264,221 1,686,756 2,019,368 1,980,926 1,657,910 1,736,425 *) s.d. Mei 2008Sumber : DJBC, diolah

Tabel 1.4. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama melalui Pelabuhan Teluk Bayur (USD)

Di sisi perdagangan internasional, tingginya harga CPO meningkatkan

nilai ekspor Sumatera Barat. Hingga pertengahan tahun 2008, nilai ekspor CPO

mencapai USD 537,55 juta. Nilai ekspor tersebut telah mencapai 75% dari total

13 Bank Indonesia Padang

Page 20: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

nilai ekspor CPO tahun 2007 sebesar USD 720.60 juta. Beberapa komoditas

perkebunan lain yang juga memberikan sumbangan cukup tinggi terhadap ekspor

Sumatera Barat antara lain karet mentah, kelompok kopi, teh, rempah-rempah,

serta kakao. Ekspor semen relatif menurun karena permintaan dalam negeri

cukup tinggi.

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.IITotal PDRB 5.47 5.73 6.14 6.34 5.66 6.29 6.69 6.71 6.58 6.04Tradeable 5.18 4.90 4.68 5.06 3.27 4.61 6.13 6.83 6.25 5.51Pertanian 5.79 5.13 5.01 5.06 3.73 4.46 5.49 6.15 5.70 5.26 Tanaman Pangan dan Hortikultura 5.47 5.09 4.22 4.95 3.31 4.31 5.57 5.07 4.88 4.25 Perkebunan 11.62 9.97 9.39 9.46 8.33 8.24 8.45 9.93 8.56 7.86Pertambangan dan Penggalian 3.26 3.09 3.04 3.09 2.08 3.69 6.07 7.69 6.51 5.31Industri Pengolahan 4.53 4.93 4.47 5.55 2.67 5.13 7.39 7.93 7.27 6.04Non Tradeable 5.68 6.33 7.17 7.18 7.33 7.45 7.07 6.63 6.80 6.39Listrik, Gas, dan Air Bersih 5.90 12.51 8.93 6.90 4.77 6.59 8.27 7.89 8.21 6.82Bangunan 7.62 4.69 7.26 5.33 6.08 6.17 4.12 4.99 5.88 5.39Perdagangan, Hotel, dan Restoran 5.29 5.97 6.73 6.95 7.91 7.76 6.98 5.26 5.63 5.07Pengangkutan dan Komunikasi 8.03 9.81 10.27 9.61 8.84 9.37 9.78 9.30 9.52 9.14Keuangan 6.35 6.33 7.87 7.17 7.90 6.99 6.78 7.05 6.83 6.89Jasa-Jasa 3.67 4.21 4.85 6.02 5.86 6.12 5.84 6.26 6.01 5.68Sumber : BPS, diolah

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.IITotal PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00Tradeable 41.66 41.34 40.77 40.29 41.19 40.96 40.61 40.33 40.26 40.31Pertanian 25.15 25.01 24.74 24.45 24.91 24.87 24.68 24.52 24.46 24.45 Tanaman Pangan dan Hortikultura 12.76 12.68 12.45 12.29 12.58 12.52 12.38 12.33 12.30 12.29 Perkebunan 5.61 5.84 6.02 6.19 5.92 6.01 6.06 6.06 6.07 6.12Pertambangan dan Penggalian 3.35 3.26 3.17 3.07 3.22 3.19 3.15 3.11 3.11 3.11Industri Pengolahan 13.16 13.06 12.86 12.76 13.06 12.89 12.77 12.70 12.69 12.75Non Tradeable 58.34 58.66 59.23 59.71 58.81 59.04 59.39 59.67 59.74 59.69Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.09 1.16 1.19 1.20 1.19 1.19 1.19 1.19 1.18 1.20Bangunan 4.99 4.94 4.99 4.95 4.98 4.98 4.99 5.01 5.00 4.98Perdagangan, Hotel, dan Restoran 18.15 18.20 18.30 18.41 18.11 18.21 18.37 18.49 18.50 18.46Pengangkutan dan Komunikasi 12.40 12.88 13.38 13.79 13.24 13.31 13.38 13.57 13.64 13.70Keuangan 4.99 5.02 5.10 5.14 5.04 5.10 5.13 5.13 5.15 5.14Jasa-Jasa 16.71 16.47 16.27 16.22 16.24 16.25 16.32 16.27 16.27 16.22Sumber : BPS, diolah

Tabel 1.6. Pangsa PDRB Menurut Lapangan Usaha

2004 2005 2006 2007 2007 2008

2005 20072004 2006 2007 2008Tabel 1.5. Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha (%, y-o-y)

1.2. Penawaran Agregat

Seiring dengan melambatnya permintaan, hampir semua sektor

penawaran mengalami pertumbuhan yang melambat. Pada sektor

tradeables, penurunan terjadi pada semua sektor, dengan penurunan paling

tajam terjadi pada sektor industri pengolahan dari 7,27% menjadi 6,04%.

Melambatnya pertumbuhan sektor industri ini diperkirakan terkait dengan

melambatnya pertumbuhan pada sektor listrik, gas, dan air bersih, yang

Bank Indonesia Padang 14

Page 21: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

mengalami perlambatan dari 8,21% menjadi 6,82%. Hal ini dipengaruhi oleh

pemadaman bergilir yang cukup sering terjadi sejak bulan Mei 2008.

Pada sektor nontradeables, hanya sektor keuangan yang mengalami

pertumbuhan ekspansif. Pertumbuhan sektor keuangan meningkat dari 6,83%

menjadi 6,89%. Sementara itu, sektor transportasi dan komunikasi masih menjadi

pendorong pertumbuhan ekonomi di sisi penawaran. Sektor ini tumbuh 9,14%

pada triwulan laporan.

1.2.1 Sektor Pertanian

Sektor pertanian pada triwulan II-2008 mengalami pertumbuhan sebesar

5,26% (y-o-y), sedikit menurun dibandingkan triwulan I-2008 (5,70%)

namun jauh lebih tinggi daripada triwulan II-2007 (4,46%). Subsektor

perkebunan masih tumbuh paling tinggi meski dari sisi pangsa masih didominasi

oleh subsektor tanaman pangan dan hortikultura. Pada triwulan laporan, hanya

subsektor perikanan yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya.

Pada sektor pertanian, pertumbuhan yang melambat terjadi justru pada

subsektor perkebunan yang dalam beberapa tahun terakhir menjadi

penopang pertumbuhan PDRB Sumbar. Subsektor perkebunan terus

mengalami perlambatan sejak tahun 2007 dan pertumbuhan sebesar 5,61% pada

triwulan laporan merupakan pertumbuhan yang paling rendah. Beberapa media

massa melaporkan bahwa banyak perkebunan karet maupun kelapa sawit di

Sumatera Barat telah melewati masa produktif sehingga perlu dilakukan

peremajaan. Hal ini dikonfirmasi dengan stagnasi volume ekspor Sumatera Barat.

Hasil liaison KBI Padang juga menunjukkan hal yang senada dimana output

perkebunan kelapa sawit Sumatera Barat tidak dapat memenuhi peningkatan

permintaan sebesar 30% pertahun karena kapasitas perkebunan yang relatif

tetap.

Luas lahan produktif Cassiavera (kulit kayu manis) juga terus menurun

meskipun permintaan internasional terus meningkat. Kulit kayu manis

(cassiavera spp) termasuk salah satu komoditi ekspor non migas yang memegang

peranan cukup penting di Propinsi Sumatera Barat. Sekitar 40% jumlah ekspor

kulit kayu manis Indonesia berasal dari propinsi ini yang merupakan pengekspor

kedua terbesar setelah propinsi Jambi. Nilai ekspor komoditi ini dari Sumatera

Barat pada akhir Triwulan I 2008 mencapai US$ 4,59 juta atau telah mencapai

29,85% dari nilai ekspor tahun 2007 sebesar US$15,39 juta. Namun produksi

15 Bank Indonesia Padang

Page 22: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

cassiavera dari tahun ke tahun terus

menurun sebagai akibat rendahnya

harga ditingkat petani sejak tahun 1998

yang jauh lebih rendah dibandingkan

harga ekspor yang diperoleh eksportir

yang merupakan pedagang besar dan

pengumpul. Kenyataan ini menyebabkan

banyak petani yang kemudian

mengalihkan sebagian lahannya untuk

bertanam jenis tanaman lain yang lebih

menguntungkan atau menunda memanen cassiavera sambail berharap harga

lokal akan naik kembali. Kondisi ini berdampak dengan turunnya produksi

komoditi ini baik di Sumatera Barat maupun Jambi yang merupakan sentra

penghasil komoditi casiavera di Indonesia.

Tahun

Luas Lahan Produktif (Ha)

Produksi (Ton)

2004 43.351 43.389

2005 49.351 43.6

2006 29.265 37.509

2007 29.265* 22.4792008 29.265* 5.474

Sumber : BPS Prop. Sumbar dan AECI

* Angka sementara

Tabel 1.7 Luas Lahan Produktif dan Produksi

Ekspektasi perbankan terhadap produksi pertanian Sumbar tetap

meningkat. Kredit sektor pertanian yang disalurkan bank, baik bank umum

maupun BPR, terus mengalami pertumbuhan (grafik 1.13). Ekspansi kredit sektor

pertanian oleh perbankan menunjukkan bahwa kegiatan usaha di sektor

pertanian semakin dipersepsikan positif di masa mendatang oleh kalangan

perbankan.

Produksi padi Sumatera Barat diperkirakan melampaui angka 2 juta ton

pada tahun 2008. Angka Ramalan II-2008 (ARAM II-2008) yang diterbitkan BPS

Sumbar menyatakan bahwa produksi padi diperkirakan mencapai 2.017.582 ton

GKG atau meningkat 4,10% dibandingkan produksi tahun 2007 (ATAP’07).

Peningkatan produksi padi bersumber dari bertambahnya luas panen dan

peningkatan produktivitas. Produksi jagung tahun 2008 juga diperkirakan

meningkat cukup tinggi (25,25%).

(8.00)

(6.00)

(4.00)

(2.00)

2.00 

4.00 

6.00 

8.00 

10.00 

12.00 

Tanaman Pangan & Hortikultura

Perkebunan

Peternakan

Kehutanan

Perikanan

Sumber : BPS

590000

600000

610000

620000

630000

640000

650000

III‐2007 I‐2008 II‐2008

Ton

Sumber : BPS

Grafik 1.8. Pertumbuhan Nilai Tambah Sektor Pertanian Grafik 1.9. Produksi Padi Sawah (Aram I-2008)

Bank Indonesia Padang 16

Page 23: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

Des'05

Des'06

Feb'07

Mar'07

Apr'07

May'07

Jun'07

Jul'07

Aug'07

Sep'07

Oct'07

Nov'07

Dec'07

Jan'08

Feb'08

Mar'08

Apr'08

May'08

Rp Juta

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

0100002000030000400005000060000700008000090000

Vo

lum

e P

rod

uk O

lah

an

M

akan

an

Vo

lum

e P

ert

an

ian

etc

Pertanian, Kehutanan, PerikananProduk Olahan Makanan dan Minuman

Sumber : DJBC, PPDI-BI, diolah

Sumber : Sekda BI, diolah

Grafik 1.10. Volume Ekspor Hasil Pertanian

Grafik 1.11. Penyaluran Kredit Sektor Pertanian

60

65

70

75

80Indeks

0

100

200

300

400

500

600

700

Aug‐07 Sep‐07 Oct‐07 Nov‐07 Dec‐07 Jan‐08 Feb‐08 Mar‐08 Apr‐08

Indeks TPR

Indeks Tabama

Sumber : BPS, diolah

Sumber : BPS, diolah

Grafik 1.12. Perkembangan Nilai Tukar Petani

Grafik 1.13. Indeks Harga yang Diterima Petani

1.2.2 Sektor Industri Pengolahan

Pertumbuhan sektor industri pengolahan mengalami perlambatan cukup

tajam dari 7,27% pada triwulan I-2008 menjadi 6,04% pada triwulan

laporan. Penurunan kinerja industri pengolahan bersumber dari penurunan

pertumbuhan nilai tambah pada industri makanan, minuman, dan tembakau. Hal

ini diperkirakan disebabkan oleh tingginya inflasi pada kelompok bahan

makanan, minyak goreng, dan minyak tanah. Selain itu, penurunan daya beli

masyarakat juga mengurangi permintaan dan konsumsi rumah tangga.

Tingginya permintaan semen menopang melambatnya pertumbuhan

ekonomi sektor industri pengolahan. Subsektor semen dan barang dari logam

tetap tumbuh cukup tinggi sebesar 8,89% pada triwulan laporan. Penjualan PT

Semen Padang terus meningkat dengan fokus penjualan di dalam negeri. Hal ini

dipengaruhi oleh meningkatnya investasi pada sektor bangunan di wilayah

Sumatera baik investasi pemerintah maupun swasta.

17 Bank Indonesia Padang

Page 24: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

Juta USD

Sumber : PPDI-BI

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

Jan-

07F

eb-0

7M

ar-0

7A

pr-

07M

ay-0

7Ju

n-07

Jul-0

7A

ug-0

7S

ep-0

7O

ct-0

7N

ov-

07D

ec-0

7Ja

n-08

Feb

-08

Mar

-08

Ap

r-08

May

-08

Jun-

08

Ton

Produksi

Penjualan

Sumber : PT Semen Padang

Grafik 1.14. Ekspor Barang Manufaktur

Grafik 1.15. Penjualan Semen

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

01‐Jan‐08 01‐Feb‐08 01‐Mar‐08 01‐Apr‐08 01‐May‐08 01‐Jun‐08

Premium

Solar

Minyak Tanah

-

10,000,000

20,000,000

30,000,000

40,000,000

50,000,000

60,000,000

70,000,000

80,000,000

Jan-07

Feb-07

Mar-07

Apr-07

May-07

Jun-07

Jul-07

Aug-07

Sep-07

Oct-07

Nov-07

Dec-07

Jan-08

Feb-08

Mar-08

Apr-08

May-08

KwH

Sumber : www.pertamina.com

Sumber : PT PLN Kanwil Sumbar

Grafik 1.16. Perkembangan Harga BBM Industri

Grafik 1.17. Konsumsi Listrik Industri

Sektor industri pengolahan diperkirakan masih akan mengalami

perlambatan seiring dengan terus meningkatnya harga BBM industri dan

supply listrik yang terbatas. Pada grafik 1.16 terlihat bahwa harga BBM

industri terus meningkat seiring dengan terus meningkatnya harga minyak dunia.

Kesulitan ini ditambah dengan defisit listrik yang terjadi akibat belum

ditambahnya pembangkit listrik yang ada di Sumatera. Konsumsi listrik industri

pada grafik 1.17 terus menunjukkan peningkatan yang mengindikasikan bahwa

permintaan listrik terus tumbuh.

1.2.3 Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran

Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) pada

triwulan II-2008 sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Melambatnya sektor PHR terjadi bersumber dari perlambatan pada subsektor

perdagangan besar dan eceran yang disebabkan oleh perlambatan pada sisi

konsumsi rumah tangga (grafik 1.18). Di sisi lain, subsektor hotel dan subsektor

restoran justru mengalami pertumbuhan yang meningkat. Hal ini disebabkan oleh

Bank Indonesia Padang 18

Page 25: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

masuknya musim liburan pada penghujung triwulan II-2008 serta maraknya

kegiatan MICE di Kota Padang dan Bukittinggi. Grafik 1.19. menunjukkan bahwa

pada bulan Mei 2008 terjadi peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara

melalui Bandara Internasional Minangkabau, yang diikuti dengan tren

meningkatnya tingkat penghunian kamar hotel berbintang (grafik 1.20).

3

3.5

4

4.5

5

5.5

6

Tw.IV‐07 Tw.I‐08 Tw.II‐08

Pertumbuhan Konsumsi Pertumbuhan Perdagangan Sumber : BPS, diolah

3,583

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

Dec‐07 Jan‐08 Feb‐08 Mar‐08 Apr‐08 May‐08

Wisataw

an 

Sumber : BPS, diolah

Grafik 1.18. Pertumbuhan Konsumsi dan Perdagangan (%)

Grafik 1.19. Perlembangan Wisatawan Mancanegara

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

Nov‐07 Dec‐07 Jan‐08 Feb‐08 Mar‐08 Apr‐08

%

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

4,000,000

Des'03

Des'04

Des'05

Des'06

Feb'07

Mar'07

Apr'07

May'07

Jun'07

Jul'07

Aug'07

Sep'07

Oct'07

Nov'07

Dec'07

Jan'08

Feb'08

Mar'08

Apr'08

May'08

Sumber : BPS

Sumber : SEKDA-BI

Grafik 1.20. Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang

Grafik 1.21. Kredit Sektor Perdagangan Berdasarkan Lokasi Proyek (Rp Juta)

Meskipun melambat, kucuran kredit sektor perdagangan terus

mengalami peningkatan. Pada akhir Mei 2008, kredit sektor perdagangan yang

tersalur di wilayah Sumatera Barat mencapai Rp 3,36 triliun yang terdiri dari kredit

modal kerja sebanyak Rp 2,95 triliun dan kredit investasi sebanyak Rp 410,68 juta.

Hal ini mengindikasikan bahwa perbankan masih melihat sektor perdagangan

sebagai salah satu sektor unggulan di Sumatera Barat.

19 Bank Indonesia Padang

Page 26: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

1.2.4 Se

Sektor TraAngkutan Kereta Ap Jalan Ray Angkutan ASDP Angkutan Jasa PenKomunikaSumber: B

Sektor Tra

Pada t

menga

subsekto

subsekto

angkuta

terjadi p

Pertum

seluler

operato

telekom

satu op

satu op

operato

0

100

200

300

400

500

600

700

800

1

pesawat

Sumber : PT Angka

GrafikTerban

Meskip

namun

Bank Ind20

ktor Pengangkutan & Komunikasi

Tabel 1.8. Perkembangan Nilai Tambah Bruto Sektor Transportasi dan Komunikasi

Tw.I-07 Tw.II-07 Tw.III-07 Tw.IV-07 Tw.I-08 Tw.II-08nsportasi dan Komunikasi 8.84 9.37 9.78 9.30 9.52 9.14

6.22 6.78 7.10 6.07 6.42 6.01 i (0.42) 4.54 6.95 7.67 7.49 5.07 a 4.99 5.65 6.17 5.61 6.12 5.90 Laut (1.12) 2.14 4.37 4.61 4.70 2.82

11.23 10.23 9.40 7.47 7.05 7.56 Udara 17.45 15.80 13.53 8.75 8.92 8.46 unjang Angkutan 6.65 6.49 6.89 6.28 6.22 5.65 si 18.38 18.47 18.91 20.17 19.64 19.08 PS

Pertumbuhan Tahunan (%)nsportasi dan Komunikasi

riwulan II tahun 2008, sektor pengangkutan & komunikasi

lami pertumbuhan positif sebesar 9,14% (y-o-y). Dilihat dari

rnya, pertumbuhan pada triwulan laporan terutama disumbangkan

r komunikasi yang tumbuh sebesar 19,08% (y-o-y) sedangkan subsektor

n meningkat sebesar 6,01%. Pertumbuhan tertinggi subsektor angkutan

ada angkutan udara sebesar 8,46% (tabel 1.7).

buhan ekspansif subsektor komunikasi menarik operator telepon

untuk memperluas jaringannya di Sumatera Barat. Masuknya satu

r GSM pada akhir triwulan I-2008 kembali meningkatkan kapasitas

unikasi di Sumatera Barat. Pada triwulan III-2008 akan bertambah lagi

erator CDMA yang akan beroperasi di Sumatera Barat. Setelah masuknya

erator CDMA pada triwulan III-2008 mendatang, akan terdapat empat

r GSM dan empat operator CDMA.

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2007 2008

sa Pura II

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2007 2008

penumpang

Sumber : PT Angkasa Pura II, diolah

1.22. Perkembangan Keberangkatan Pesawat g melalui Bandara Internasional Minangkabau

Grafik 1.23. Perkembangan Keberangkatan Penumpang melalui Bandara Internasional Minangkabau

un pertumbuhan subsektor angkutan udara masih cukup tinggi,

belum dapat memenuhi permintaan konsumen di Sumatera Barat.

onesia Padang

Page 27: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Hal ini ditunjukkan dengan terus melambungnya harga tiket pesawat terbang

pasca tidak beroperasinya Adam Air pada bulan Maret 2008. Pada grafik 1.22,

terlihat bahwa keberangkatan pesawat melalui Bandara Minangkabau terus

menurun. Padahal masa low season biasanya telah berakhir pada triwulan I. Di sisi

lain, beberapa maskapai justru mengurangi jadwalnya disebabkan perubahan

orientasi pasar dari domestik menjadi internasional (AirAsia) serta meningkatnya

biaya operasional akibat kenaikan harga avtur.

1.2.5 Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

Sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan pada triwulan II-2008

tumbuh sebesar 6,89% (y-o-y) sedikit meningkat dibandingkan triwulan I-

2008 sebesar 6,83% (y-o-y). Peningkatan pertumbuhan sektor ini ditopang oleh

peningkatan pertumbuhan pada subsektor bank dan subsektor lembaga

keuangan bukan bank dan jasa penunjang. Pada subsektor bank, peningkatan ini

ditunjukkan dengan peningkatan aset bank serta meningkatnya rasio LDR (grafik

1.24 dan 1.25). Peningkatan kredit ini terutama merespon penurunan pendapatan

riil rumah tangga yang dikompensasi dengan kenaikan kredit konsumsi.

Sementara itu, pada subsektor lembaga keuangan bukan bank dan jasa

penunjang, pertumbuhan yang meningkat didorong oleh peningkatan penjualan

kendaraan bermotor, khususnya sepeda motor. Konsumen biasanya membeli

sepeda motor dengan skema kredit yang dibiayai oleh multifinance yang terkait

dengan dealer atau merek sepeda motor tertentu.

0

5,000,000

10,000,000

15,000,000

20,000,000

25,000,000

Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May

2003 2004 2005 2006 2007 2007 2008

Rp Juta

Sumber : Sekda

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

120.00%

0

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

14,000,000

16,000,000LD

R (%

)

DP

K, K

red

it (R

p J

uta

)

DPK Kredit LDR

Sumber : Sekda, diolah

Grafik 1.24. Perkembangan Aset Perbankan Sumbar Grafik 1.25. Perlembangan DPK, Kredit, LDR

21 Bank Indonesia Padang

Page 28: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

1.2.6 Sektor Jasa-jasa

Sektor jasa-jasa pada triwulan II-2008 tumbuh sebesar 5,68% (y-o-y),

sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,01%.

Sektor yang merepresentasikan pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersier

masyarakat ini mengalami perlambatan seiring dengan melambatnya konsumsi

masyarakat akibat tingginya tekanan inflasi. Meskipun demikian, kalangan

perbankan dan dunia usaha masih melihat sektor ini cukup prospektif dan

penurunan ini bersifat sementara. Hal ini terlihat dari terus meningkatnya kredit

yang disalurkan perbankan untuk subsektor jasa dunia usaha (grafik 1.24).

Sementara itu, jasa pemerintahan umum tumbuh relatif stabil dari 5,37%

(triwulan I-2008) menjadi 5,30% (triwulan II-2008). Indikator Penerimaan Negara

Bukan Pajak (PNBP) yang merepresentasikan aktivitas jasa pemerintah

menunjukkan peningkatan (grafik 1.25) antara lain dari pendapatan jasa maupun

pendapatan pendidikan.

0

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

Jan

Feb

Mar

Apr

May

Jun

Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec

Jan

Feb

Mar

Apr

May

2007 2008

Rp Juta

Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masyarakat

Sumber : Sekda BI

5,000.00 

10,000.00 

15,000.00 

20,000.00 

25,000.00 

30,000.00 

35,000.00 

40,000.00 

Pendapatan Jasa Pendapatan Pendidikan

Rp Juta

s.d. Mei‐2007

s.d. mei 2008

Sumber : Kanwil III DJPBN Padang

Grafik 1.26. Perkembangan Kredit Jasa-Jasa menurut Lokasi Proyek

Grafik 1.27. Perkembangan Beberapa Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)Pemerintah Pusat

Bank Indonesia Padang 22

Page 29: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

B O K S

R

RIINNGGKKAASSAANN EEKKSSEEKKUUTTIIFF KKAAJJIIAANN EEKKOONNOOMMII RREEGGIIOONNAALL WWIILLAAYYAAHH SSUUMMAATTEERRAA**

TTRRIIWWUULLAANN IIII -- 22000088

I. Gambaran Umum

Memasuki Triwulan II-2008, kinerja perekonomian wilayah Sumatera

mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi

wilayah Sumatera diperkirakan melambat dari 4,55% (Tw.I-2008) menjadi 4,09%

(Tw.II-2008). Melambatnya perekonomian bersumber dari cukup tajamnya

penurunan pertumbuhan ekonomi di Zona Sumatera Bagian Selatan. Dari sisi

permintaan, perlambatan terjadi pada semua komponen kecuali investasi.

Sementara itu, sektor pertambangan dan penggalian terus mengalami

penurunan.

Tingginya tekanan harga komoditi pada kelompok bahan makanan,

merupakan sumber dari tekanan inflasi wilayah Sumatera dalam

triwulan laporan (data Mei 2008), yang secara tahunan (y-o-y) meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan harga BBM pada tanggal 24 Mei

2008 belum secara signifikan berpengaruh terhadap pembentukan inflasi

Sumatera. Berdasarkan zona ekonomi, pada triwulan ini peningkatan tekanan

inflasi tahunan terjadi di semua zona.

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2008 diperkirakan masih

dibawah pertumbuhan ekonomi nasional dengan kisaran sebesar 4.0-

5.0%. Melambatnya pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh penurunan daya

beli masyarakat pasca kenaikan harga BBM, menurunnya respon sektor

perdagangan, serta pasokan listrik yang menurun akibat masuknya musim

kemarau. Meskipun demikian beberapa faktor diperkirakan dapat menahan

perlambatan laju pertumbuhan ekonomi antara lain peningkatan realisasi

belanja APBD serta masih tingginya minat investasi pada sektor perkebunan dan

industri berbasis hasil perkebunan.

Inflasi tahunan pada triwulan III-2008 secara umum diperkirakan

bergerak lebih tinggi dari triwulan laporan. Faktor kenaikan harga BBM

diperkirakan akan menimbulkan second round effect terhadap harga

barang/jasa lainnya yang mulai terjadi di bulan Juni-Agustus 2008. Kondisi

tersebut ditambah dengan tekanan dari kelompok pendidikan, rekreasi &

* Wilayah Sumatera meliputi seluruh provinsi di Sumatera.

Page 30: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

olahraga seiring dengan masuknya tahun ajaran baru, dan masih tingginya

harga beberapa komoditi bahan makanan di tingkat internasional.

II. Kondisi Wilayah Ekonomi

a. Assesmen Ekonomi

I II III IV I IISumatera 3.75 4.93 6.28 4.95 4.55 4.09Zona Sumbagut 3.45 6.25 5.54 2.14 1.93 2.18Sumut 8.37 8.55 6.68 4.18 4.46 5.40NAD -8.27 -3.33 -5.18 -6.48

-2.18

0.53 2.61Zona Sumbagteng 4.83 4.47 5.14 5.54 5.25 5.29Sumbar 5.66 6.29 6.69 6.71 6.58 6.04Riau 3.33 2.95 3.54 3.80 3.45 3.51Jambi 8.15 6.69 6.41 6.46 4.89 6.37Kepri 6.53 5.71 7.24 8.50 8.63 8.60Zona Sumbagsel 2.43 3.98 9.10 7.82 6.94 4.64Sumsel 5.17 5.67 5.46 7.01 8.17 4.97Babel 3.48 4.80 3.85 7.06 7.58 6.14Lampung 0.48 18.01 9.84 4.79 3.76Bengkulu 3.69 7.15 8.21 6.46 6.92 4.20Sumber : BPS

Tabel 1 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera (y-o-y,%)

Komponen2007** 2008**

Memasuki Triwulan II-2008, kinerja perekonomian wilayah Sumatera

mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi

wilayah Sumatera diperkirakan melambat dari 4,55% (Tw.I-2008) menjadi 4,09%

(Tw.II-2008). Melambatnya perekonomian bersumber dari cukup tajamnya

penurunan pertumbuhan ekonomi di Zona Sumatera Bagian Selatan dari 6,94%

(Tw.I-2008) menjadi 4,64% (Tw.II-2008), khususnya di Provinsi Sumatera Selatan

yang memiliki pangsa cukup besar dalam pembentukan PDRB Sumatera

(13,60%). Menurunnya kinerja perekonomian Sumatera Selatan bersumber dari

sektor pertanian khususnya tanaman bahan makanan, perkebunan, dan

perikanan (grafik 1). Data produksi padi yang dirilis BPS (grafik 2)

mengindikasikan terjadi penurunan produksi padi di Provinsi Sumsel dari 1,3

juta ton (catur wulan I-2007) menjadi 1,1 juta ton (catur wulan I-2008)

3.19 3.45 4.77

25.22

18.41

‐1.95

10.39 11.32

1.65

9.14

14.68

7.09

3.184.85

8.56 7.244.22 3.21

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2

2007 2008

Tanaman bahan makanan Tanaman perkebunan  Perikanan

Sumber: BPS

Jan‐Apr'07

Mei‐Aug'07

Sep‐Des'07

Jan‐Apr'08

Mei‐Aug'08

Sep‐Des'08

Produksi Padi Sumsel 1,318,365 672,390 825,149 1,147,738. 756,226.00 849,080.00

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

Ton

Sumber: BPS, berdasarkan ASEM I-07 dan ARAM I-08

Grafik 1 PDRB Sektor Pertanian Sumsel Grafik 2 Perkembangan Produksi Padi Sumsel

Page 31: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Pertumbuhan ekonomi yang rendah masih terjadi di Zona Sumatera

Bagian Utara. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara

dari 4,46% (Tw.I-2008) menjadi 5,40% (Tw.II-2008) tidak cukup mengangkat

pertumbuhan ekonomi ke level yang moderat di Zona Sumatera Bagian Utara.

Hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi negatif terus terjadi di Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam yang berasal dari sektor pertambangan dan

penggalian. Data lifting gas alam PT Exxon di Arun terus menunjukkan

penurunan sejak 2005. Pada tahun 2008, prognosa Departemen Energi dan

Sumber Daya Mineral menunjukkan penurunan produksi gas alam hampir 50%

dari 154.162 mmbtu menjadi 73.955 mmbtu.

I II III IV I II

2007** 2008***

Pertumbuhan PDRB (8.3) 0.5  2.6  (3.3) (5.2) (6.5)

Pertumbuhan PDRB Tanpa Migas 0.2  11.2  9.1  9.7  4.1  2.2 

Pertumbuhan PDRB Sektor Migas (23.8) (18.7) (10.3) (30.7) (27.6) (27.9)

(35.0)(30.0)(25.0)(20.0)(15.0)(10.0)(5.0)‐5.0 

10.0 15.0 

%

Sumber: BPS

209.770 187.626 

154.162 

73.935 

2005 2006 2007 2008p

Lifting Gas Alam NAD

Sumber: Dep. ESDM

Grafik 3 Pertumbuhan PDRB NAD Grafik 4 Lifting Gas Alam NAD

Pertumbuhan negatif sektor pertambangan dan penggalian tidak hanya

terjadi di Zona Sumbagut. Hal ini terlihat dari semakin mengecilnya pangsa

sektor tersebut dalam pembentukan PDRB. Di Zona Sumbagteng pangsa sektor

pertambangan dan penggalian menurun dari 31,6% (Tw.I-2006) menjadi 28,3%

(Tw.II-2008). Di Sumbagsel, pangsa sektor yang menghasilkan energi ini juga

menurun sebesar 1,3% pada periode yang sama. Lebih kecilnya penurunan

pangsa di Sumbagsel karena subsektor penggalian masih tumbuh cukup tinggi,

khususnya timah (Prov. Babel) dan Batubara (Sumsel). Berbagai faktor menjadi

penyebab terus menurunnya sumbangan sektor energi yang justru sedang

mengalami kenaikan harga. Indonesia Petroleum Association melansir lima isu

utama yaitu penyelesaian perbedaan antara aturan perpajakan, Undang-

Undang Migas, dan isi kontrak kerja sama; koordinasi antarinstansi terkait untuk

menyelesaikan masalah tumpang tindih lahan; kejelasan mengenai kebutuhan

gas domestik dan alokasi ekspor; merampingkan birokrasi; dan koordinasi audit

yang dilakukan oleh sejumlah instansi pemerintah (Kompas, 28 Mei 2008)

Page 32: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2

2006* 2007* 2008**

Sumbagut 8.47 8.63 7.85 7.18 6.36 6.70 7.10 4.78 4.37 4.59

Sumbagteng 31.6 31.3 31.0 30.8 30.2 29.9 29.4 29.1 28.7 28.3

Sumbagsel 16.0 15.8 16.0 16.5 15.6 15.3 14.6 15.4 14.9 14.7

5.00 

10.00 

15.00 

20.00 

25.00 

30.00 

35.00 

%

Sumber: BPS

649.324

1.270.375

838.319891.563

580.678

394.553

2003 2004 2005 2006 2007 2008 (April)

Kredit Investasi Pertambangan (Rp Juta)Kredit Investasi Pertambangan

Sumber: Sekda-BI

Grafik 5 Pangsa PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian Sumatera

Grafik 6 Perkembangan Kredit Investasi Pertambangan

Melambatnya kegiatan ekonomi terjadi pada hampir semua komponen

PDRB menurut permintaan (tabel 2). Pertumbuhan konsumsi melambat dari

7,38% (Tw.I-2008) menjadi 6,04%(Tw.II-2008), disebabkan penurunan

pendapatan riil akibat tekanan inflasi yang meningkat terutama inflasi pada

kelompok bahan makanan dan makanan jadi. Berbagai indikator menunjukkan

menurunnya daya beli konsumen antara lain Indeks Kepercayaan Konsumen

(IKK) yang terus menurun dan stagnasi pada pertumbuhan tabungan

perorangan.

I II III IV I IITotal PDRB 3.75 4.93 6.28 4.95 4.55 4.09Permintaan Domestik 5.22 10.39 5.33 9.62 5.56 3.85Konsumsi 6.73 7.72 7.98 7.46 7.38 6.04 Rumah Tangga 7.26 8.06 8.26 6.92 7.89 6.56 Pemerintah 3.94 5.97 6.51 10.17 4.62 3.32Investasi 0.83 19.03 -2.22 17.79 0.00 -2.57 PMTB 10.59 9.04 6.05 10.97 10.24 11.89

Perdagangan Internasional -2.58 -10.96 10.87 -9.07 -1.40 0.00Ekspor 6.09 4.11 16.77 14.71 16.78 16.44Impor 16.22 21.25 22.03 39.53 34.58 30.17*** sangat sementara** sementaraSumber: BPS

2007** (Y-O-Y,%) 2008*** (Y-O-Y,%)Komponen PDRB

Tabel 2 Pertumbuhan PDRB Menurut Permintaan

Page 33: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

0

20

40

60

80

100

120

140

Mei

Juni

Juli

Agust

Sep

Okt

Nov

Des

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

2007 2008

Indeks

Indeks Kepercayaan Konsumen

Medan

Padang

Palembang

Bandar Lampung

Pangkal Pinang

Sumber: BPS

0

20.000.000

40.000.000

60.000.000

80.000.000

100.000.000

120.000.000

140.000.000

160.000.000

Rp Ju

ta

Perkembangan Simpanan Perorangan

Stagnan

Sumber: Sekda-BI

Grafik 7 Perkembangan IKK Kota Besar Sumatera

Grafik 8 Perkembangan Tabungan Perorangan

Pertumbuhan investasi PMTB masih tumbuh cukup tinggi terutama di

Zona Sumbagteng. Tingginya harga komoditas CPO mendorong peningkatan

investasi di subsektor perkebunan. Prompt indikator (tabel 9 dan 10)

menunjukkan bahwa impor pupuk serta kredit investasi pada sektor pertanian

terus meningkat. Impor pupuk mengalami peningkatan yang cukup signifikan

pada tahun 2006, sementara kredit sektor pertanian mengalami akselerasi sejak

awal tahun 2007.

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Impor Pupuk 95,61207 98,38122 117,8962 134,776 235,7938 229,3176 598,6362 775,5753

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Impor Pupuk (ribu USD)

Impor Pupuk

Sumber: DJBC

0

2.000.000

4.000.000

6.000.000

8.000.000

10.000.000

12.000.000

14.000.000

AprMayJun Jul AugSepOctNovDec JanFebMarApr

2007 2007 2008

Rp Ju

ta

Kredit Investasi Sektoral

Pertanian

Pertambangan

Perindustrian

Perdagangan

Jasa‐jasa

Sumber: Sekda-BI

Grafik 9 Perkembangan Impor Pupuk Grafik 10 Perkembangan Kredit Investasi Sektoral

Belanja pemerintah pusat terlihat cukup ekspansif mendorong

investasi. Berdasarkan data Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat, terjadi

pertumbuhan belanja investasi pemerintah pusat, khususnya di Zona Sumbagut

dan Sumbagteng. Menjelang berakhirnya masa tugas Badan Rehabilitasi dan

Rekonstruksi Aceh Nias (BRR) pada April 2009 mendorong peningkatan belanja

investasi di Provinsi NAD dari Rp 555,5 milyar (Jan-Mei 2007) menjadi Rp 1,59

triliun (Jan-Mei 2008). Di Zona Sumbagteng, belanja investasi pemerintah pusat

banyak ditujukan kepada belanja investasi jalan dan jaringan.

Page 34: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

SNSSSRJSSBBLS

Mes

APB

perc

men

diin

disim

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

5.000

Rp Juta

Sumbe

Gra

Neg

men

Chin

awa

Sing

stag

)

Perkembangan Belanja Investasi Pemerintah PusatTabel 3 Perkembangan Belanja Investasi Pemerintah (juta Rp

s.d. Mei 2007 s.d. Mei 2008umbagut 649.40 1,835.82 182.70AD 555.52 1,592.84 186.73umut 93.88 242.99 158.84umbagteng 262.14 564.84 115.48umbar 64.40 164.56 155.52iau dan Kepri 84.62 151.70 79.26ambi 113.11 248.59 119.77umbagsel 510.14 530.12 3.92umsel 248.37 189.83 -23.57abel 65.21 102.45 57.12engkulu 89.81 106.10 18.13ampung 106.76 131.74 23.40umber: Depkeu, menurut Kanwil Ditjen Perbendaharaan

Belanja Investasi Pertumbuhan (%)Wilayah/Zona

ki belanja pemerintah pusat tumbuh ekspansif, realisasi belanja

D masih relatif terbatas. Ketepatan waktu dalam penetapan APBD serta

epatan mekanisme transfer dana perimbangan ternyata tidak otomatis

ingkatkan belanja APBD pemerintah daerah se Sumatera. Hal ini

dikasikan dengan terus meningkatnya simpanan pemerintah daerah yang

pan di perbankan.

0

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr

2007 2007 2008

Perkembangan Simpanan Pemda di Perbankan

sumut

sumsel

sumbar

lampung

kepri

jambi

bengkulu

babel

r: Sekda

s.d. Mei 2007 s.d. Mei 2008Sumbagut 10,917.09 11,715.58 7.31NAD 4,402.70 5,133.24 16.59Sumut 6,514.39 6,582.34 1.04Sumbagteng 8,552.18 9,576.44 11.98Sumbar 3,738.61 3,894.42 4.17Riau dan Kepri 2,802.06 3,549.19 26.66Jambi 2,011.52 2,132.83 6.03Sumbagsel 9,180.68 10,053.16 9.50Sumsel 3,388.93 3,946.27 16.45Babel 1,068.87 1,200.77 12.34Bengkulu 1,617.85 1,708.42 5.60Lampung 3,105.03 3,197.71 2.98Sumber: Depkeu, menurut Kanwil Ditjen Perbendaharaan

Wilayah/Zona Dana Perimbangan Pertumbuhan (%)

Perkembangan Realisasi Transfer Dana Perimbangan

Sumber: Sekda-BI

fik 11 Perkembangan Impor Pupuk Tabel 4 Perkembangan Transfer Dana Perimbangan (dalam milyar Rp)

ara-negara Emerging Asia seperti China, India, dan Malaysia

jadi tujuan ekspor utama Sumatera. Nilai ekspor bulanan Sumatera ke

a yang pada awal tahun 2006 baru mencapai USD 150 juta per bulan, pada

l triwulan II-2008 mencapai USD 420 juta per bulan. Sebaliknya, ekspor ke

apura yang selama ini menjadi tujuan utama ekspor Sumatera relatif

nan (grafik 13).

Page 35: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

0

200,000,000

400,000,000

600,000,000

800,000,000

1,000,000,000

1,200,000,000

1,400,000,000

1,600,000,000

1,800,000,000

2,000,000,000

Jan'06

Apr'06

Jul'06

Okt'06

Jan'07

Apr'07

Jul'07

Okt'07

Jan'08

Apr'08

USD Juta

Penyumbang Ekspor Sumatera

DISTA ACEH

BANGKA BELITUNG

BENGKULU

JAMBI

LAMPUNG

RIAU

SUMATERA BARAT

SUMATERA SELATAN

SUMATERA UTARA

Sumber: BPS

0

100

200

300

400

500

600

Juta USD

Tujuan Ekspor Sumatera

India

RRC

Malaysia

Singapore

Sumber: Sekda-BI

Grafik 12 Perkembangan Ekspor Sumatera

Grafik 13 Tujuan Ekspor Sumatera

b. Assesmen Inflasi

Perkembangan inflasi IHK wilayah Sumatera sejak awal 2008

menunjukkan tren yang meningkat. Pada bulan Mei 2008, inflasi tahunan

Sumatera tercatat sebesar 11,53% (y-o-y), lebih tinggi dibanding inflasi IHK

nasional sebesar 10,38% (y-o-y). Berdasarkan zona di Sumatera, zona Sumbagsel

merupakan zona yang mengalami inflasi tertinggi, yaitu sebesar 13,93% (y-o-y),

diikuti oleh zona Sumbagut sebesar 11,03% (y-o-y) dan zona Sumbagteng

sebesar 9,87% (y-o-y). Tingginya tekanan inflasi di zona Sumbagsel

dibandingkan zona lainnya, merupakan sumbangan dari inflasi pada kota-kota

di zona Sumbangsel yang semuanya berada diatas inflasi nasional.

Dari 14 kota sampel inflasi di Sumatera, 10 kota inflasinya berada di

atas inflasi nasional. Inflasi tertinggi terjadi di kota Banda Aceh (15,29%) dan

Palembang (15,18%). Sementara inflasi terendah terjadi di Batam (8,03%) dan

Lhokseumawe (8,89%).

Laju inflasi tahun berjalan di wilayah Sumatera (s.d bulan Mei 2008)

tercatat sebesar 5,24% (ytd). Angka tersebut jauh lebih tinggi apabila

dibandingkan dengan inflasi pada bulan Mei 2007 yang tercatat sebesar 0,83%

(ytd). Namun demikian, dibandingkan laju inflasi nasional, laju inflasi wilayah

Sumatera masih berada dibawahnya.

Berdasarkan kotanya, laju inflasi tertinggi terjadi di kota Pangkal

Pinang (10,19%) dan Bengkulu (6,60%). Sementara laju inflasi terendah

terjadi di Medan (4,02%) dan Batam (4,09%). Secara umum, tingginya inflasi di

kota-kota di Sumatera terutama didorong oleh tingginya inflasi pada kelompok

bahan makanan (volatile food) dan kelompok sandang.

Page 36: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

0

5

10

15

20

25

30

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2005 2006 2007 2008

(%, y

-o-y

)

NasionalSumateraZona SumbagutZona SumbagtengZona Sumbagsel

Di lihat dari kelompok barang/jasa, di bulan Mei 2008 kelompok bahan

makanan (terutama subkelompok bumbu-bumbuan, lemak & minyak,

ikan segar, padi-padian) mendominasi pembentukan inflasi wilayah

Sumatera. Kelompok ini mengalami inflasi tertinggi di bulan Mei 2008 yaitu

sebesar 21,57% (yoy) dengan sumbangan sebesar 6,17% dari inflasi Sumatera,

disusul kemudian kelompok sandang sebesar 13,53% (yoy) dengan sumbangan

sebesar 0,86% dan kelompok makanan jadi sebesar 9,52% (yoy) dengan

sumbangan sebesar 1,54%.

Tingginya harga internasional terhadap komoditi bahan makanan

seperti beras, kedelai, gandum, CPO dan jagung mulai triwulan IV-2007,

berpengaruh terhadap tingkat harga komoditi tersebut dan komoditi

turunannya di dalam negeri. Sementara itu, pengaruh kenaikan harga BBM

terhadap harga barang/jasa relatif belum berdampak signifikan di bulan Mei

2008. Second round effect kenaikan harga barang/jasa kemungkinan baru

terjadi di bulan Juni/Juli 2008 melalui kenaikan biaya transportasi/angkut

barang.

Masalah distribusi akibat infrastruktur jalan yang terganggu/rusak dan

cuaca yang kurang kondusif (tingginya curah hujan dan gelombang laut)

telah mengganggu jalur pasokan komoditi cabe merah, bawang merah, tomat

sayur, ikan tongkol dan ikan dencis. Beberapa kebijakan pemerintah dibidang

harga/tarif juga telah meningkatkan inflasi beberapa komoditi di triwulan

laporan, seperti bensin, minyak tanah, rokok, gas elpiji dan air minum/PDAM.

Grafik 14 Perkembangan Inflasi Sumatera dan Nasional

Page 37: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

0

10

20

30

40

50

60

12005

3 5 7 9 11 12006

3 5 7 9 11 12007

3 5 7 9 11 12008

3 5

(%, y

-o-y

)

Bahan MakananMakanan JadiPerumahanSandangKesehatanPendidikanTransportasi

c. Assesmen Perbankan

Tekanan inflasi yang meningkat sejak awal tahun berpengaruh kepada

perkembangan simpanan masyarakat di perbankan. Selama tahun 2007,

posisi simpanan meningkat cukup ekspansif sebesar 16,70%. Namun hingga 30

April 2008, pertumbuhan simpanan hanya 0,93%. Posisi simpanan masyarakat di

perbankan Sumatera tercatat sebesar Rp 199,6 triliun. Stagnasi pertumbuhan

simpanan terjadi pada semua jenis simpanan.

175  173 

179 181 

188 190 

193 

198 201 

198  199  199 200 

155 

160 

165 

170 

175 

180 

185 

190 

195 

200 

205 

Apr

May Jun

Jul

Aug Sep

Oct

Nov

Dec

Jan

Feb

Mar

Apr

2007 2008

Rp Triliun

Simpanan

Sumber: Sekda BI

‐10 20 30 40 50 60 70 80 90 

Apr

May Jun

Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec

Jan

Feb

Mar

Apr

2007 2008

Rp Triliun

Komposisi Simpanan

Giro Tabungan Deposito

Sumber: Sekda-BI

Grafik 16 Perkembangan Simpanan Grafik 17 Komposisi Simpanan

Kredit tumbuh moderat meski simpanan mengalami stagnasi. Posisi

kredit yang disalurkan perbankan Sumatera berdasarkan lokasi proyek hingga

akhir April 2008 tercatat sebesar Rp 166,72 triliun, atau meningkat 5,96%

selama tahun berjalan 2008. Berdasarkan jenis penggunaan, kredit konsumsi

tumbuh cukup tinggi sebesar 12,87%, sementara kredit modal kerja tumbuh

cukup moderat sebesar 4,11%. Berdasarkan sektor ekonomi, sektor

Grafik 15 Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran

Page 38: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

perdagangan dan sektor jasa-jasa tumbuh paling tinggi sebesar 6,00% dan

6,16%. Pertumbuhan yang tinggi pada sektor non-tradeables mendorong

permintaan kredit yang cukup tinggi pada sektor tersebut.

0

10,000,000

20,000,000

30,000,000

40,000,000

50,000,000

60,000,000

70,000,000

80,000,000

90,000,000

Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr

2007 2008

Rp Juta

Kredit Investasi Kredit Modal Kerja Kredit Konsumsi

Sumber: Sekda BI

0

5,000,000

10,000,000

15,000,000

20,000,000

25,000,000

30,000,000

35,000,000

40,000,000

45,000,000

Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr

2007 2008

Rp Juta

Pertanian Pertambangan Perindustrian

Perdagangan Jasa‐jasa

Sumber: Sekda-BI Grafik 18 Perkembangan Kredit Menurut

Jenis Penggunaan Grafik 19 Perkembangan Kredit

Menurut Sektor Ekonomi (selain konsumsi)

Page 39: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab 3 : Inflasi

Bank Indonesia Padang 23 23

BAB II BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL

2.1. Umum 2.1. Umum

Kebijakan pemerintah yang kembali mengurangi subsidi bahan bakar

minyak (BBM) pada tanggal 24 Mei 2008, berdampak terhadap

perkembangan harga secara umum di Provinsi Sumatera Barat, yang

diwakili oleh kota Padang. Namun demikian, lonjakan inflasi yang terjadi

relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005.

Tekanan inflasi triwulan laporan berasal dari kelompok transportasi, komunikasi &

jasa keuangan dengan sumbangan terbesar berasal dari sub kelompok

transportasi.

Kebijakan pemerintah yang kembali mengurangi subsidi bahan bakar

minyak (BBM) pada tanggal 24 Mei 2008, berdampak terhadap

perkembangan harga secara umum di Provinsi Sumatera Barat, yang

diwakili oleh kota Padang. Namun demikian, lonjakan inflasi yang terjadi

relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005.

Tekanan inflasi triwulan laporan berasal dari kelompok transportasi, komunikasi &

jasa keuangan dengan sumbangan terbesar berasal dari sub kelompok

transportasi.

Pada triwulan II-2008 angka inflasi kota Padang tercatat sebesar 4,74% (q-

t-q) atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

4,35%1. Angka inflasi tersebut juga lebih tinggi bila dibandingkan inflasi nasional

pada triwulan II-2008 yang tercatat sebesar 4,50%. Demikian pula bila

dibandingkan dengan inflasi kota Padang pada triwulan yang sama tahun 2007,

yang tercatat deflasi sebesar 1,96%, inflasi kota Padang triwulan laporan masih

lebih tinggi (Grafik 2.1).

Pada triwulan II-2008 angka inflasi kota Padang tercatat sebesar 4,74% (q-

t-q) atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

4,35%1. Angka inflasi tersebut juga lebih tinggi bila dibandingkan inflasi nasional

pada triwulan II-2008 yang tercatat sebesar 4,50%. Demikian pula bila

dibandingkan dengan inflasi kota Padang pada triwulan yang sama tahun 2007,

yang tercatat deflasi sebesar 1,96%, inflasi kota Padang triwulan laporan masih

lebih tinggi (Grafik 2.1).

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Kota Padang dan Nasional (q-t-q)

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12%

Nasional 0,91 2,35 0,49 2,51 3,19 1,05 2,03 10,08 1,98 0,87 1,16 2,44 1,91 0,17 2,28 2,09 3,41 4,50

Padang 1,50 2,53 -0,28 3,09 6,8 -1,32 2,75 11,25 1,17 0,71 0,93 5,07 3,68 -1,96 2,06 3,05 4,35 4,74

Tw I 2004

Tw II Tw III Tw IV

Tw I 2005

Tw II Tw III Tw IV

Tw I 2006

Tw II Tw III Tw IV

Tw I 2007

Tw II Tw III Tw IV

Tw I 2008

Tw II

Dampak kenaikan harga BBM Mei 2008

Dampak kenaikan harga BBM Okt 2005

Tahun Dasar 2007

Sumber : BPS, diolah

1 Mulai bulan Juni 2008 penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) menggunakan tahun

dasar 2007 = 100 (sebelumnya 2002 = 100).

Page 40: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Secara tahunan (y-o-y), inflasi kota Padang juga mengalami peningkatan

angka inflasi yang cukup signifikan pada triwulan laporan. Kondisi ini

serupa dengan yang terjadi pada pergerakan inflasi nasional. Pada triwulan II-

2008 inflasi tahunan kota Padang sebesar 12,67% (y-o-y) lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 7,59% (y-o-y). Begitu pula jika dibandingkan

dengan inflasi tahunan nasional pada triwulan II-2008 yang tercatat sebesar

11,03% (y-o-y), inflasi tahunan kota Padang juga lebih tinggi (Grafik 2.2).

Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Kota Padang dan Nasional (y-o-y)

2468

101214161820%

Nasional 5,11 6,83 6,27 6,40 8,81 7,42 9,06 17,11 15,74 15,53 14,55 6,60 6,52 5,77 6,95 6,59 8,16 11,03

Padang 4,81 7,51 8,71 6,98 12,56 8,35 11,64 20,47 14,13 16,47 14,41 8,05 10,73 7,79 9,00 6,90 7,59 12,67

Tw I 2004

Tw II Tw III Tw IV

Tw I 2005

Tw II Tw III Tw IV

Tw I 2006

Tw II Tw III Tw IV

Tw I 2007

Tw II Tw III Tw IV

Tw I 2008

Tw II

Dampak kenaikan harga BBM Mei 2008

Dampak kenaikan harga BBM Okt 2005

Tahun Dasar 2007

Sumber : BPS, diolah

Naiknya harga BBM rata-rata sebesar 28,7% pada tanggal 24 Mei 2008

memberikan tekanan inflasi pada kelompok transportasi, komunikasi &

jasa keuangan, terutama pada sub kelompok transportasi di triwulan II-

2008. Kenaikan harga BBM langsung direspon dengan penyesuaian tarif

angkutan kota di beberapa daerah di Sumatera Barat, yang naik berkisar antara

20-30%. Kenaikan harga/tarif tersebut biasanya akan diiringi dengan kenaikan

harga barang/jasa sebagai dampak susulan (second round effect).

2.2. Perkembangan Inflasi Kota Padang, Nasional dan Kota-kota di

Provinsi Tetangga

Pada triwulan II-2008 kota Padang mengalami inflasi sebesar 4,74% (q-t-

q) lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2008 yang tercatat sebesar 4,35%

(q-t-q). Selama periode triwulan II-2008, kota Padang mengalami inflasi pada

bulan April 2008 sebesar 0,09% (m-t-m), bulan Mei 2008 sebesar 0,54% (m-t-m),

dan bulan Juni 2008 sebesar 4,09% (m-t-m). Sebagaimana di kota Padang,

Bank Indonesia Padang 24

Page 41: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab II :Perkembangan Inflasi Regional

kelompok transportasi mendominasi sumbangan inflasi terhadap perkembangan

harga di kota-kota tetangga pada bulan terakhir triwulan laporan.

Inflasi pada triwulan II-2008 secara nasional sebesar 4,50% (q-t-q) atau

lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2008 yang tercatat sebesar 3,41% (q-

t-q). Sementara itu, pergerakan inflasi triwulanan (q-t-q) kota-kota di provinsi

tetangga seperti Jambi, Batam dan Bengkulu pada triwulan II-2008 juga

mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara inflasi

kota Pekanbaru cenderung menurun. Kota-kota yang mengalami peningkatan

angka inflasi yaitu kota Jambi dari 2,16% pada triwulan I-2008 menjadi 7,43%

pada triwulan II-2008, kota Batam dari 2,91% pada triwulan I-2008 menjadi 3,46%

pada triwulan II-2008, dan kota Bengkulu dari 4,09% pada triwulan I-2008

menjadi 6,65% pada triwulan II-2008. Kota Pekanbaru merupakan satu-satunya

kota yang mengalami penurunan angka inflasi, yaitu dari 4,15% pada triwulan I-

2008 menjadi 2,77% pada triwulan II-2008 (Grafik 2.3).

Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Kota Padang & Kota-Kota di Provinsi Tetangga (q-t-q)

-4,00

-2,00

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

Tw.I 200

4Tw.II

Tw.III

Tw.IV

Tw.I 200

5Tw.II

Tw.III

Tw.IV

Tw.I 200

6Tw.II

Tw.III

Tw.IV

Tw.I 200

7Tw II

Tw III

Tw.IV

Tw I 200

8Tw II

pers

en (%

)

Padang Pekanbaru Bengkulu Jambi Batam

Tahun Dasar 2007

Sumber : BPS, diolah

Apabila diperhatikan dari inflasi bulanan (m-t-m), pada bulan April 2008

inflasi terendah terjadi di kota Pekanbaru sebesar -0,21% sedangkan

inflasi tertinggi di kota Jambi sebesar 0,57%. Pada bulan Mei 2008, inflasi

terendah juga terjadi di kota Pekanbaru sebesar 0,51% dan inflasi tertinggi di

kota Jambi sebesar 2,53%. Di bulan Juni 2008, inflasi terendah terjadi di kota

Batam sebesar 2,29% dan tertinggi di kota Jambi sebesar 4,19% (Tabel 2.1).

Dari pergerakan angka inflasi tersebut, laju inflasi s.d Juni 2008 (inflasi

tahun kalender/y-t-d) tertinggi terjadi di kota Jambi dengan laju inflasi

sebesar 9,85%, disusul kota Bengkulu sebesar 9,11%, dan berturut-turut kota

25 Bank Indonesia Padang

Page 42: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Padang dengan laju inflasi sebesar 8,20%, kota Batam sebesar 5,94% dan kota

Pekanbaru sebesar 5,09%. Sementara laju inflasi nasional sampai dengan Juni

2008 sebesar 7,37%. Dengan demikian, dapat diindikasikan bahwa respon harga

di kota Padang, Jambi dan Bengkulu jauh lebih tinggi dibandingkan nasional.

Sebaliknya, pada kota Batam dan Pekanbaru respon terhadap harga-harga relatif

terkendali.

Padang Pekanbaru Bengkulu Jambi Batam

2007Jan 1,04 1,27 2,72 0,12 1,49 2,26Feb 0,62 1,14 0,79 -0,02 0,97 -0,34Mar 0,24 1,22 0,13 1,26 0,68 -0,50Apr -0,16 -0,87 -0,90 -2,01 -1,87 -0,03Mei 0,10 -1,32 -0,58 -0,54 -0,01 -0,35Jun 0,23 0,22 -0,01 1,70 0,68 0,04Jul 0,72 0,71 0,47 1,53 0,90 0,36Agt 0,75 0,36 0,34 0,13 0,54 1,04Sept 0,80 0,98 1,09 1,42 1,10 0,74Okt 0,79 0,62 0,82 1,41 -0,17 0,12Nov 0,18 0,87 0,85 -1,10 1,06 0,52Des 1,10 1,53 1,61 1,04 1,84 0,92

2008Jan 1,77 0,87 1,76 1,58 0,60 0,92Feb 0,65 1,99 1,30 0,51 0,45 1,14Mar 0,95 1,43 1,03 1,96 1,09 0,82Apr 0,57 0,09 -0,21 0,22 0,57 0,53Mei 1,41 0,54 0,51 2,19 2,53 0,61Jun* 2,46 4,09 2,46 4,14 4,19 2,29

y-t-d (Jun'08) 7,37 8,20 5,09 9,11 9,85 5,94Sumber : BPS Prov. Sumatera Barat, diolah. * Menggunakan tahun dasar 2007.

Tabel. 2.1 Inflasi Kota Padang dan Kota-Kota

KotaPeriode

di Provinsi Tetangga (m-t-m, %)

Nasional

2.4. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang & Jasa

Secara triwulanan (q-t-q), perkembangan inflasi berdasarkan kelompok

barang & jasa terlihat bahwa kelompok transportasi, komunikasi & jasa

keuangan pada triwulan laporan memberikan sumbangan inflasi

tertinggi. Pada triwulan II-2008, kelompok transportasi, komunikasi & jasa

keuangan mengalami inflasi sebesar 11,89% (sumbangan inflasi 2,08%), disusul

kemudian kelompok makanan jadi sebesar 5,96% (sumbangan inflasi 1,05%).

Selanjutnya secara berturut-turut pada kelompok bahan makanan sebesar 3,40%

(sumbangan inflasi 0,93%), kelompok perumahan sebesar 3,25% (sumbangan

inflasi 0,63%), kelompok kesehatan sebesar 2,47% (sumbangan inflasi 0,08%),

kelompok pendidikan sebesar 0,89% (sumbangan inflasi 0,05%). Sementara itu,

Bank Indonesia Padang 26

Page 43: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab II :Perkembangan Inflasi Regional

kelompok sandang justru mengalami deflasi sebesar 1,12% dengan sumbangan

deflasi sebesar 0,08% (Tabel 2.2).

(QtQ, %)

Perubhn. Sumb. Perubhn. Sumb. Perubhn. Sumb. Perubhn. Sumb. Perubhn. Sumb.UMUM / TOTAL -1,96 -1,96 2,06 2,06 3,05 3,05 4,35 4,35 4,74 4,74Bahan Makanan -7,97 -2,68 3,30 1,04 5,12 1,63 9,58 3,12 3,40 0,93Makanan Jadi 1,91 0,32 2,19 0,38 4,29 0,75 1,81 0,32 5,96 1,05Perumahan 0,87 0,17 1,73 0,34 1,74 0,34 2,37 0,46 3,25 0,63Sandang 0,22 0,02 2,50 0,18 2,03 0,14 3,84 0,27 -1,12 -0,08Kesehatan 3,65 0,10 1,57 0,05 0,56 0,00 1,17 0,03 2,47 0,08Pendidikan -0,26 -0,01 1,69 0,10 0,93 0,05 0,65 0,04 0,89 0,05Transportasi & Komk 0,81 0,12 -0,08 -0,01 0,32 0,05 0,72 0,11 11,89 2,08Sumber : BPS Sumbar, diolah

Kelompok Barang & Jasa Tw. II2008

Tw. I2007

Tw. IVTw. IIITw. II

Tabel 2.2Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Padang Menurut Kel. Barang

Secara bulanan (m-t-m), pada bulan Juni 2008 kelompok transportasi,

komunikasi & jasa keuangan mengalami lonjakan inflasi yang cukup

signifikan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Kelompok transportasi,

komunikasi & jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 10,73% (sumbangan inflasi

1,92%), disusul kemudian kelompok makanan jadi sebesar 3,93% (sumbangan

inflasi 0,71%). Selanjutnya secara berturut-turut pada kelompok bahan makanan

sebesar 3,64% (sumbangan inflasi 1,00%), kelompok perumahan sebesar 1,96%

(sumbangan inflasi 0,39%), kelompok kesehatan sebesar 0,75% (sumbangan

inflasi 0,03%), kelompok sandang sebesar 0,48% (sumbangan inflasi 0,03%), dan

kelompok pendidikan sebesar 0,21% dengan sumbangan inflasi sebesar 0,01%

(Tabel 2.3).

(MtM, %)

Perubhn. Sumb. Perubhn. Sumb. Perubhn. Sumb. Perubhn. Sumb. Perubhn. Sumb.

UMUM / TOTAL 1,99 1,99 1,43 1,43 0,09 0,09 0,54 0,54 4,09 4,09

Bahan Makanan 5,32 1,74 2,63 0,89 -0,04 -0,02 -0,18 -0,06 3,64 1,00

Makanan Jadi 0,61 0,11 1,04 0,18 1,72 0,30 0,23 0,04 3,93 0,71

Perumahan 0,36 0,07 0,80 0,15 -0,05 -0,01 1,32 0,25 1,96 0,39

Sandang 0,24 0,02 2,09 0,14 -1,37 -0,09 -0,23 -0,02 0,48 0,03

Kesehatan 0,10 0,00 0,97 0,03 0,64 0,02 1,06 0,03 0,75 0,03

Pendidikan 0,33 0,02 0,21 0,01 0,13 0,01 0,54 0,03 0,21 0,01

Transportasi & Komk 0,21 0,03 0,14 0,02 -0,79 -0,11 1,86 0,27 10,73 1,92Sumber : BPS Sumbar, diolah. * Bulan Juni 2008 menggunakan tahun dasar 2007

Tabel 2.3

Apr MeiFebKelompok Barang & Jasa Juni*

2008

Perkembangan Inflasi Bulanan Kota Padang Menurut Kel. Barang

Mar

27 Bank Indonesia Padang

Page 44: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Kelompok bahan makanan selama periode triwulan II-2008 mengalami

deflasi berturut-turut pada bulan April dan Mei 2008 (-0,04% dan -0,18%),

kemudian terjadi inflasi kembali pada bulan Juni 2008 (3,64%). Deflasi

yang terjadi di bulan April dan Mei 2008 disebabkan dari sub kelompok padi-

padian dan sub kelompok bumbu-bumbuan yang mengalami deflasi. Sementara

di bulan Juni 2008 seluruh sub kelompok mengalami inflasi, dengan inflasi

tertinggi terjadi pada sub kelompok buah-buahan sebesar 11,88% dan inflasi

terendah pada sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 0,17%. Komoditi yang

menyumbang inflasi tertinggi pada kelompok ini diantaranya beras, ikan tongkol,

pisang, daging ayam ras, bayam, pepaya, dll (Tabel 2.4).

Tabel 2.4. Komoditi Pada Kelompok Bahan Makanan

No. Komoditi Sumbangan Inflasi (%)

1 Beras 0.15

2 Ikan tongkol 0,14

3 Pisang 0,13

4 Daging ayam ras, bayam 0,07

5 Pepaya 0,06

6 Teri, bawang merah, tomat sayur, minyak goreng 0,03

7 Ikan nila, udang basah, tempe, tuna, telur ayam ras, kangkung, buncis

0,02

8 Daun singkong, ikan asin belah, apel, kelapa, cabe hijau, ketimun, kacang panjang, cumi-cumi, gula pasir, garam

0,01

9 Cabe merah -0,04

10 Terong panjang -0,003

Sumber : BPS Sumbar

Berakhirnya musim panen raya padi pada periode April-Mei 2008,

berdampak terhadap pasokan beras yang relatif berkurang di pasaran

memasuki bulan Juni 2008. Pada sub kelompok padi-padian, harga beras yang

sempat menurun di bulan April dan Mei 2008, kembali mengalami peningkatan

harga di bulan Juni 2008. Jenis beras kualitas premium, seperti IR 42C Solok dan

Cisokan Solok, merupakan jenis beras yang mengalami kenaikan harga paling

tinggi dibandingkan jenis beras kualitas menengah dan bawah. Relatif stabilnya

beras kualitas menengah dan bawah dikarenakan adanya peran Perum Bulog

dalam mencukupi kebutuhan beras tersebut di pasaran, diantaranya dalam

Bank Indonesia Padang 28

Page 45: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab II :Perkembangan Inflasi Regional

bentuk program beras untuk keluarga miskin (raskin), beras bagi PNS dan operasi

stabilisasi harga.

Sementara itu, cuaca yang kurang kondusif sepanjang triwulan laporan

menyebabkan gelombang air laut di pesisir Barat Sumatera mencapai 1-2

meter yang menyebabkan nelayan enggan melaut. Hal tersebut berdampak

terhadap pasokan ikan segar yang kurang mencukupi kebutuhan konsumen,

terutama jenis ikan perairan dalam, seperti tongkol, tuna, udang basah dan cumi-

cumi. Selain itu, keterbatasan pasokan ikan segar juga menyebabkan harga ikan

asin belah meningkat, seperti ikan asin teri dan ikan asin sepat. Faktor jenis kapal

yang digunakan untuk melaut juga berpengaruh terhadap jarak tempuh/tangkap

yang dapat dilakukan. Sayangnya, kapal laut yang banyak digunakan oleh

nelayan Sumatera Barat adalah jenis kapal kecil, sementara untuk menangkap

ikan di perairan dalam digunakan jenis kapal besar/tongkang.

Tingginya harga pakan ternak secara langsung berpengaruh terhadap

kenaikan biaya produksi/pemeliharaan hewan ternak, seperti ayam dan

ikan air tawar. Pada triwulan laporan, harga daging ayam ras dan telur ayam

ras mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi. Pada bulan Juni 2008, daging

ayam ras rata-rata dijual seharga Rp24.125/kg, sementara telur ayam ras rata-rata

dijual seharga Rp7.450/10 butir. Padahal di bulan Maret 2008, daging ayam ras

masih berada pada harga Rp19.875/kg dan telur ayam ras Rp6.550/10 butir.

Harga komoditi minyak goreng dan kelapa masih bertahan di level yang

cukup tinggi. Operasi Pasar (OP) minyak goreng yang dilakukan pemerintah

daerah Sumatera Barat, nampaknya belum secara efektif menurunkan harga

minyak goreng di pasar kota Padang. Sementara itu, naiknya harga kelapa selain

karena efek substitusi dari tingginya harga minyak goreng, juga karena tingginya

permintaan ekspor minyak kelapa ke luar negeri.

Memasuki periode triwulan II-2008, inflasi pada kelompok makanan jadi

mengalami inflasi yang terus menerus setiap bulannya dengan

kecenderungan yang semakin meningkat (1,72%, 0,23% dan 3,93%). Pada

bulan Juni 2008, semua sub kelompok pada kelompok makanan jadi mengalami

inflasi. Sub kelompok makanan jadi mengalami inflasi sebesar 4,76%, sub

kelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar 1,58%, dan sub kelompok

tembakau & minuman beralkohol sebesar 3,27%. Komoditi yang menyumbang

inflasi tertinggi pada kelompok ini diantaranya nasi, mie, rokok kretek filter,

Rokok kretek, Ketupat/lontong sayur, rendang, ayam goreng, dll (Tabel 2.5).

29 Bank Indonesia Padang

Page 46: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Tabel 2.5. Komoditi Pada Kelompok Makanan Jadi

No. Komoditi Sumbangan Inflasi (%)

1 Nasi 0,23

2 Mie 0,08

3 Rokok kretek filter 0,07

4 Rokok kretek 0,05

5 Ketupat/lontong sayur, rendang, ayam goreng 0,04

6 Rokok putih 0,03

7 Dendeng, roti manis, teh 0,02

8 Bubur kacang hijau, kopi bubuk, gula pasir 0,01

Sumber : BPS Sumbar

Seperti halnya di triwulan I-2008, pada triwulan laporan jenis makanan

berbahan baku tepung terigu dan beras masih mengalami kenaikan harga

seiring dengan naiknya harga dua komoditi tersebut. Pada bulan Juni 2008

tercatat produk yang berbahan baku tepung terigu, seperti roti manis dan mie

mengalami inflasi. Belum pulihnya pasokan gandum dunia dari negara penghasil

utama gandum, seperti Australia, Amerika dan sebagian negara Eropa, sementara

permintaannya relatif meningkat menyebabkan harga gandum dunia masih

cukup tinggi. Tingginya harga gandum internasional saat ini membuat kalangan

produsen tepung terigu berencana kembali menaikkan harga hingga 10 persen di

kuartal kedua tahun ini. Akibatnya, produsen bakery ikut-ikutan menaikkan harga

antara 10-15 persen. Penyesuaian harga tersebut memakai patokan kontrak harga

gandum pada bulan Desember 2007 yang sebesar USD450 per ton, namun pada

pertengahan Februari 2008 harga gandum kembali melonjak menjadi USD700 per

ton.

Beberapa jenis rokok masih memberikan sumbangan yang cukup besar

terhadap pembentukan inflasi kelompok makanan jadi. Rokok kretek filter

menyumbang inflasi sebesar 0,07% disusul kemudian rokok kretek dengan

sumbangan inflasi sebesar 0,05%, dan rokok putih dengan sumbangan inflasi

sebesar 0,03%. Kenaikan harga rokok disebabkan dampak lanjutan kebijakan

kenaikan tarif cukai spesifik yang berlaku mulai Maret 2008. Produsen rata-rata

menetapkan kenaikan harga jual sehingga perbedaan antara Harga Eceran

Tertinggi (HET) dan Harga Transaksi Pasar (HTP) berada pada kisaran 15%. Tarif

cukai spesifik dari sigaret kretek dan sigaret putih mesin akan dinaikkan Rp3 – Rp7

perbatang menjadi sebesar Rp30 – Rp35 per batang. Selain itu, harga rokok juga

Bank Indonesia Padang 30

Page 47: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab II :Perkembangan Inflasi Regional

dipengaruhi oleh naiknya harga cengkeh. Kenaikan harga cengkeh disebabkan

oleh meningkatnya biaya produksi cengkeh, sehingga kenaikan harga cengkeh

menjadi tidak normal. Selain itu kondisi alam yang tidak mendukung juga

diperkirakan akan menyebabkan panen cengkeh gagal.

Kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar pada periode

triwulan laporan sekali mengalami deflasi, yaitu di bulan April 2008 (-

0,05%), selanjutnya inflasi di bulan Mei dan Juni 2008 (1,32% dan 1,96%).

Deflasi pada bulan April 2008 disumbangkan dari deflasi yang terjadi pada sub

kelompok bahan bakar, penerangan & air (-0,39%). Pada bulan Juni 2008,

walaupun sub kelompok bahan bakar, penerangan & air masih mengalami deflasi

namun tidak sebesar April 2008, yaitu sebesar -0,01%. Sub kelompok lainnya,

yaitu sub kelompok perlengkapan rumah tangga mengalami inflasi 4,69%, sub

kelompok penyelenggaraan rumah tangga sebesar 0,44%, dan sub kelompok

biaya tempat tinggal sebesar 2,90%. Komoditi yang menyumbang inflasi tertinggi

pada kelompok ini diantaranya tukang bukan mandor, semen, seng, meja kursi

tamu, tempat tidur pasir, besi beton, sabun detergen bubuk, dll (Tabel 2.6).

Tabel 2.6. Komoditi Pada Kelompok Perumahan

No. Komoditi Sumbangan Inflasi (%)

1 Tukang bukan mandor 0,16

2 Semen 0,07

3 Seng 0,06

4 Meja kursi tamu, tempat tidur 0,03

5 Pasir 0,02

6 Besi beton, sabun detergen bubuk 0,01

Sumber : BPS Sumbar

Naiknya harga BBM pada akhir Mei 2008 serta faktor harga internasional

menaikkan tarif jasa tenaga bangunan dan harga beberapa jenis bahan

bangunan. Tarif jasa tukang bukan mandor menyumbang inflasi sebesar 0,16%

di bulan Juni 2008, sementara beberapa jenis bahan bangunan seperti semen,

seng, pasir dan besi beton turut menyumbang inflasi antara 0,01-0,07%. Selain itu,

beberapa perabot rumah yang berbahan baku kayu, seperti meja kursi tamu dan

tempat tidur juga mengalami inflasi di bulan laporan dengan sumbangan masing-

masing sebesar 0,03%. Hal ini antara lain dipicu oleh masih terbatasnya

31 Bank Indonesia Padang

Page 48: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

ketersediaan kayu akibat dari maraknya razia dan pemeriksaan kayu dalam

rangka mengurangi illegal logging.

Pada periode triwulan II-2008, kelompok transportasi, komunikasi & jasa

keuangan hanya sekali mengalami deflasi, yaitu di bulan April 2008 (-

0,79%), selanjutnya mengalami inflasi di bulan Mei dan Juni 2008 (1,86%

dan 10,73%). Deflasi pada bulan April 2008 disumbangkan dari deflasi yang

terjadi pada sub kelompok komunikasi & pengiriman (-6,89%). Pada bulan Juni

2008 sub kelompok transportasi mengalami inflasi tertinggi, yaitu sebesar 14,75%,

disusul kemudian sub kelompok sarana & penunjang transportasi sebesar 0,16%

dan sub kelompok komunikasi & pengiriman sebesar 0,04%. Sementara sub

kelompok jasa keuangan tidak mengalami perubahan. Komoditi penyumbang

inflasi pada kelompok transportasi, komunikasi & jasa keuangan diantaranya

adalah angkutan dalam kota, bensin, angkutan antar kota, bahan pelumas/oli, dll

(Tabel 2.7).

Tabel 2.7. Komoditi Pada Kelompok Transportasi

No. Komoditi Sumbangan Inflasi (%)

1 Angkutan dalam kota 0,97

2 Bensin 0,82

3 Angkutan antar kota 0,12

4 Bahan pelumas/oli, solar 0,01

Sumber : BPS Sumbar

Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral no.12

tahun 2008, tertanggal 23 Mei 2008, harga bahan bakar minyak jenis

premium, minyak tanah dan solar naik. Kenaikan harga BBM dinyatakan

berlaku tanggal 24 Mei 2008 dengan ketetapan harga premium dari Rp4.500

menjadi Rp6.000 per liter, solar dari Rp4.300 menjadi Rp5.500 per liter, dan

minyak tanah dari Rp2.000 menjadi Rp2.500 per liter.

Naiknya tarif jasa angkutan kendaraan, baik dalam kota maupun antar

kota, merupakan konsekuensi logis dari naiknya harga BBM, terutama

bensin dan solar. Beberapa hari setelah pemerintah mengumumkan kenaikan

harga BBM, pemerintah daerah bersama dinas terkait telah menetapkan tarif baru

angkutan dalam kota berdasarkan jarak tempuh, yang rata-rata naik sebesar 20-

30% dari tarif lama. Di kota Sawahlunto, tarif angkutan kota untuk 17 lintasan

Bank Indonesia Padang 32

Page 49: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab II :Perkembangan Inflasi Regional

trayek naik berkisar 15%. Sementara di kota Padang kenaikan tarif angkutan kota

didasarkan pada zona dan jenis penumpang (Tabel 2.8).

Kriteria Tarif Lama (Rp) Tarif Baru (Rp)I < 5 Km Umum 1.300 1.500

Pelajar 700 750

II 5 - 10 Km Umum 1.550 2.000 Pelajar 800 1.000

III 10 - 15 Km Umum 1.800 2.300 Pelajar 900 1.150

IV > 15 Km Umum 110/km 130/kmPelajar 55/km 65/km

Bus Kota Umum 1.300 1.700 Pelajar 700 850

Sumber : Pemko Padang

Zona

Tabel 2.8. Tarif Angkutan Dalam dan Luar Kota Padang

Memasuki periode triwulan II-2008 kelompok kesehatan mengalami

inflasi setiap bulannya dengan tingkatan yang berbeda, yaitu berturut-

turut sebesar 0,64%, 1,06% dan 0,75%. Pada bulan Juni 2008 sub kelompok

obat-obatan mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 2,83%, kemudian sub

kelompok jasa kesehatan sebesar 0,61%. Sementara itu, sub kelompok perawatan

jasmani & kosmetik dan sub kelompok jasa perawatan jasmani tidak mengalami

perubahan harga. Obat dengan resep dokter merupakan penyumbang pada sub

kelompok obat-obatan dengan sumbangan sebesar 0,015%.

Harga obat mulai terimbas dengan kenaikan harga BBM. Pasca kenaikan

BBM harga obat paten naik 6% hingga 10%. Kenaikan harga diantaranya

dipicu naiknya biaya pengiriman. PT Kimia Farma Tbk, sebagai salah satu

produsen obat terkemuka, menaikkan harga obat bermerek (branded) rata-rata

10%--15% per 1 Juni 2008. Hal tersebut sebagai akibat kenaikan harga BBM rata-

rata 28,7%, biaya angkut, tarif listrik dan rencana kenaikan anggaran gaji

pegawai sebesar 30%. Selain itu, harga obat bermerek (branded) tahun 2007

belum ada kenaikan. Sementara obat generik telah mengalami kenaikan rata-rata

20% pada Februari 2008. Dari 300 poduk produksi obat Kimia Farma, 60% adalah

produk generik, sementara sisanya branded.

Kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga pada periode triwulan laporan

selalu mengalami inflasi walaupun dengan angka yang relatif rendah

diantara kelompok lainnya. Di bulan Juni 2008, sub kelompok

perlengkapan/peralatan pendidikan mengalami inflasi sebesar 0,23%, disusul

33 Bank Indonesia Padang

Page 50: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

kemudian sub kelompok rekreasi sebesar 1,07%. Sementara sub kelompok

lainnya, seperti sub kelompok kursus pelatihan, sub kelompok olahraga dan sub

kelompok jasa pendidikan tidak mengalami perubahan harga pada triwulan

laporan.

Surat kabar harian merupakan jenis komoditi/barang yang memberikan

sumbangan inflasi pada sub kelompok rekreasi, yaitu sebesar 0,01%.

Kenaikan tersebut sebagai bentuk dari penyesuaian biaya produksi yang terus

meningkat, seperti harga kertas koran, alat cetak dan biaya energi. Harga kertas

internasional sejak beberapa tahun terakhir terus mengalami kenaikan secara

signifikan. Pada tahun 2005 harganya 750 euro per ton, dan di bulan Juni 2008

melonjak 10% menjadi 857 euro per ton. Biaya energi juga meningkat

menyesuaikan tarif listrik dan BBM yang terus meningkat.

Kelompok sandang pada periode triwulan laporan mengalami dua kali

deflasi, yaitu pada bulan April dan Mei 2008 (-1,37% dan -0,23%) namun

kembali mengalami inflasi di bulan Juni 2008 (0,48%). Deflasi yang terjadi

pada bulan April dan Mei 2008 berasal dari deflasi pada sub kelompok barang

pribadi & sandang lainnya, dan sub kelompok sandang anak-anak. Pada bulan

Juni 2008, inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok sandang anak-anak sebesar

0,82%, dan inflasi terendah terjadi pada sub kelompok sandang laki-laki sebesar

0,37%. Pakaian jenis daster memberikan sumbangan terhadap sub kelompok

sandang wanita sebesar 0,006%.

Bank Indonesia Padang 34

Page 51: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

B O K S

Perkembangan Inflasi Komoditi-Komoditi Tertentu

di Kota Padang

Umum

Perkembangan inflasi di Sumatera Barat, yang diwakili kota Padang,

cenderung meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Meskipun tidak setinggi

tahun 2005, tekanan inflasi kota Padang mulai dirasakan sejak awal tahun 2008.

Kebijakan pemerintah yang kembali mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM)

pada tanggal 24 Mei 2008, menambah tekanan inflasi di semua daerah. Inflasi

tahunan kota Padang pada bulan Juni 2008 sebesar 12,67%* (y-o-y) jauh di atas

inflasi bulan Juni 2007 yang tercatat sebesar 7,79% (y-o-y). Begitu pula dengan inflasi

tahun kalender yang melonjak di bulan Juni 2008 sebesar 8,20% (y-t-d) jauh lebih

tinggi dari Juni 2007 yang tercatat hanya sebesar 1,64% (y-t-d). Meskipun demikian,

dibandingkan dampak kenaikan BBM tanggal 1 Oktober 2005, yang mencapai

22,46% (y-t-d), dampak BBM tanggal 24 Mei 2008 relatif rendah. Hal tersebut

dikarenakan tingkat kenaikan BBM yang berbeda dimana pada Mei 2008 BBM naik

rata-rata 28,7% sementara pada Oktober 2005 lebih dari 100%.

Perkembangan Inflasi Kota Padang (%)

-5

0

5

10

15

20

25

30

7 200

5 8 9 10 11 12

1 200

6 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 200

7 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 200

8 2 3 4 5 6

YoY YtD MtM

Beberapa Komoditi Utama Penyumbang Inflasi

Dilihat dari kelompok barang pada bulan Juni 2008, terlihat komoditi/barang pada kelompok transportasi, komunikasi & jasa keuangan mengalami inflasi tertinggi diantara kelompok lainnya, dengan inflasi sebesar 10,73% (m-t-m). Shock akibat kenaikan harga BBM merupakan faktor pendorong meningkatnya inflasi kelompok ini di bulan Juni 2008. Meskipun demikian, secara tahunan kelompok

* Bulan Juni 2008 menggunakan tahun dasar 2007 = 100

Page 52: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

bahan makanan dan kelompok makanan jadi masih merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan inflasi kota Padang, yaitu masing-masing sebesar 23,02% dan 14,04% (y-o-y).

Juni Des Juni2007 2007 2008 mtm yoy ytd

UMUM / TOTAL 98,88 102,97 111,41 4,09 12,67 8,20Bahan Makanan 96,62 104,92 118,86 3,64 23,02 13,29Makanan Jadi 99,52 105,02 113,49 3,93 14,04 8,07Perumahan 99,28 102,55 107,40 1,96 8,18 4,73Sandang 99,18 101,62 103,61 0,48 4,47 1,96Kesehatan 100,34 104,70 108,03 0,75 7,66 3,18Pendidikan 99,11 101,38 102,38 0,21 3,30 0,99Transportasi & Komk 100,42 99,62 110,25 10,73 9,79 10,67Sumber : BPS Sumbar, * Menggunakan tahun dasar 2007 = 100

IHK* Inflasi Juni 2008 (%)

Inflasi Kota Padang Berdasarkan Kelompok Barang/Jasa

Kelompok Barang & Jasa

Berdasarkan pemantauan terhadap inflasi kota Padang di bulan Juni 2008, beberapa komoditi diketahui mengalami inflasi bulanan (m-t-m) berturut-turut pada bulan April hingga bulan Juni 2008. Komoditi tersebut antara lain ikan tongkol, nasi, rokok kretek filter, bensin, tukang bukan mandor, pisang dan daging ayam ras. Naiknya harga ikan tongkol secara berturut-turut disebabkan karena relatif sedikitnya pasokan ikan tongkol di pasar-pasar kota Padang akibat cuaca yang kurang mendukung bagi nelayan untuk melaut. Selain faktor cuaca, jenis kapal yang digunakan untuk melaut juga berpengaruh terhadap jarak tempuh/tangkap yang dapat dilakukan. Umumnya kapal yang banyak digunakan nelayan adalah kapal kecil yang hanya beroperasi di sekitar pantai, sehingga hasil tangkapan sulit ditingkatkan.

Inflasi Sumb. Inflasi Sumb. Sumb.1 Minyak Goreng 8,77 0,17 1 Bensin 8,68 0,25 1 Angkutan dalam kota 0,972 Nasi 6,45 0,15 2 Tukang Bukan Mandor 10,00 0,12 2 Bensin 0,823 Telur Ayam Ras 11,63 0,10 3 Pisang 33,33 0,12 3 Nasi 0,234 Rokok Kretek Filter 2,26 0,06 4 Minyak Tanah 4,17 0,07 4 Tukang bukan mandor 0,165 Bawang Merah 5,94 0,04 5 Tongkol 3,27 0,06 5 Beras 0,156 Tongkol 2,00 0,04 6 Dendeng 16,66 0,04 6 Tongkol 0,147 Roti Tawar 5,83 0,03 7 Daging Ayam Ras 2,79 0,03 7 Pisang 0,138 Jengkol 7,90 0,02 8 Bubur Kacang Hijau 13,25 0,03 8 Angkutan antar kota 0,129 Teri 6,25 0,02 9 Sabun Mandi 6,68 0,02 9 Mie 0,08

10 Rokok Kretek 1,15 0,02 10 Sawi Hijau 11,20 0,01 10 Rokok kretek filter 0,0711 Rendang 5,13 0,02 11 Alpukat 10,44 0,01 11 Daging ayam ras 0,0712 Roti Manis 3,50 0,02 12 Surat Kabar Harian 7,44 0,01 12 Bayam 0,0713 Petai 9,54 0,02 13 Solar 7,21 0,01 13 Semen 0,0714 Semangka 13,90 0,01 14 Kulkas/Lemari Es 6,28 0,01 14 Seng 0,0615 Majalah Berkala 6,75 0,01 15 Tomat Sayur 5,56 0,01 15 Pepaya 0,06

Sumber : BPS Sumbar, diolah.

Juni 2008

Beberapa Komoditi Penyumbang Inflasi kota Padang (m-t-m, %)

Komoditi/Mei 2008

No. Komoditi/No. Komoditi/Apr 2008

No.

Berakhirnya musim panen raya padi pada periode April-Mei 2008, berdampak

terhadap pasokan beras yang relatif berkurang di pasaran memasuki bulan Juni 2008, terutama jenis beras kualitas premium, seperti IR 42C Solok dan Cisokan Solok. Kenaikan harga beras selanjutnya diiringi dengan kenaikan harga nasi yang merupakan produk matang dari beras. Naiknya harga-harga barang lainnya, yang

Page 53: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

dipicu kenaikan harga BBM, ikut mempengaruhi kenaikan harga nasi dan harga barang/jasa lainnya seperti tukang bukan mandor.

Sementara itu, kebijakan pemerintah yang menaikkan cukai rokok di bulan Maret 2008 menimbulkan efek kenaikan harga produk rokok yang berkelanjutan/terus menerus. Hal ini tampak dari inflasi pada komoditi rokok kretek dan rokok kretek filter yang terus meningkat di bulan April dan Juni 2008. Selain itu, naiknya harga rokok juga dipengaruhi oleh naiknya harga cengkeh. Kenaikan harga cengkeh disebabkan oleh meningkatnya biaya produksi cengkeh, sehingga kenaikan harga cengkeh menjadi tidak normal. Selain itu kondisi alam yang tidak mendukung juga menyebabkan panen cengkeh gagal.

Tingginya harga pakan ternak secara langsung berpengaruh terhadap kenaikan biaya produksi/pemeliharaan hewan ternak, seperti ayam dan ikan air tawar. Harga pakan ternak naik sebesar Rp 500-550 per kilo akibat kenaikan biaya angkut bahan baku pakan ternak impor. Biaya angkut itu naik dari US$ 60 menjadi US$ 145 per ton. Kenaikan itu juga dipicu oleh tingginya permintaan jagung dan biji-bijian untuk produksi biofuel. Sementara harga jagung naik dari US$ 220 menjadi US$ 306 per ton. Ketua Forum Masyarakat Perunggasan Indonesia, Don P. Utoyo, mengatakan harga pakan ternak ayam broiler kini Rp 3.800 per kilo dan untuk ayam petelur menjadi Rp 3.500 per kilo. Kenaikan itu menyebabkan biaya produksi ternak unggas ikut naik.

Page 54: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Pertumbuhan kegiatan usaha perbankan pada triwulan II-2008 mengalami

sedikit kontraksi. Beberapa indikator bank umum (tabel 3.1.) menunjukkan

terjadi penurunan aset dan pengumpulan dana pihak ketiga (DPK). Faktor

tingginya inflasi ternyata berpengaruh terhadap kemampuan perbankan dalam

mengumpulkan dana. Meskipun demikian, penyaluran kredit tetap tumbuh

ekspansif sehingga mengakibatkan Loan to Deposit Ratio (LDR) untuk kredit

menurut lokasi proyek melampaui angka 100%.

Kesehatan perbankan relatif terjaga meskipun terjadi penurunan aset.

Pada bulan Mei 2008, rasio NPL tercatat sebesar 2,83%. Meskipun mengalami

peningkatan dari posisi Maret 2008 sebesar 2,74%, secara umum NPL perbankan

Sumatera Barat masih jauh dibawah batas NPL yang ditetapkan Bank Indonesia

sebesar 5%.

Indikator PAset

Pert.(%,q-t-q)

DPK (Rp Juta)

Pert.(%,q-t-q)

Kredit menurut Lokasi

Pert.(%,q-t-q)

Kredit menurut Bank P

Pert.(%,q-t-q)

LDR menurut Lokasi PLDR menurut Bank Pe

NPL menurut Bank Pe Sumber : SEKDA d

3.1. Interm

Menurunn

pada triwu

swasta sebe

sebesar 0,70

dan bank sw

Tabel 3.1. Perkembangan Beberapa Indikator Bank Umum

erbankan Des'06 Mar'07 Jun'07 Sep'07 Des'07 Mar'08 Mei'08 15,866,977 17,066,014 18,785,690 19,866,765 17,611,978 19,017,771 18,857,096

7.56% 10.08% 5.75% -11.35% 7.98% -0.84%

11,019,839 11,153,340 11,824,944 12,392,542 13,622,063 14,115,937 13,391,450

1.21% 6.02% 4.80% 9.92% 3.63% -5.13%

Proyek (Rp Juta) 9,552,948 9,639,525 10,609,153 11,423,774 12,646,078 13,265,563 14,195,393

0.91% 10.06% 7.68% 10.70% 4.90% 7.01% elapor (Rp Juta) 8,934,621 9,255,881 10,036,715 10,470,123 11,371,177 11,687,627 12,377,580

3.60% 8.44% 4.32% 8.61% 2.78% 5.90%

royek (%) 86.69% 86.43% 89.72% 92.18% 92.84% 93.98% 102.04% lapor (%) 81.08% 82.99% 84.88% 84.49% 83.48% 82.80% 88.97% lapor (%) 3.43% 3.48% 3.67% 3.01% 2.69% 2.74% 2.83%

an Laporan Bulanan Bank Umum

ediasi Perbankan

ya pengumpulan DPK mendorong penurunan aset bank umum

lan II-2008. Penurunan aset bank umum terutama terjadi pada bank

sar 1,41% (q-t-q), sedangkan aset bank pemerintah menurun tipis

% (q-t-q). Padahal, pada triwulan sebelumnya, aset bank pemerintah

asta tumbuh masing-masing 9,08%(q-t-q) dan 3.94%(q-t-q). Penurunan

35 Bank Indonesia Padang

Page 55: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

aset bank baik bank pemerintah maupun bank swasta terutama bersumber dari

penurunan Dana Pihak Ketiga, pada bank swasta menurun tipis 0.03% sedangkan

pada bank pemerintah menurun 2.02% (tabel 3.2.).

Meski secara total aset mengalami penurunan, aset berbentuk valas justru

meningkat. Aset bank umum dalam bentuk valuta asing per Mei 2008

menunjukkan peningkatan 12,52% dibandingkan Desember 2007. Hal ini

mengindikasikan bahwa masyarakat mulai mendiversifikasikan aset keuangannya

dalam bentuk simpanan valas. Hal ini didorong oleh peningkatan kesejahteraan

beberapa segmen konsumen. Beberapa prompt indikator yang mengkonfirmasi hal

ini antara lain tetap meningkatnya penjualan mobil serta dibukanya pusat

informasi pasar modal di Kota Padang.

Meskipun pengumpulan DPK menurun, Sementara itu, posisi kredit per

akhir Mei 2008 terus meningkat baik menurut lokasi proyek maupun per

bank pelapor. Peningkatan ini juga diimbangi dengan persentase NPL yang terus

menurun, yang menunjukkan bahwa ekspansi kredit yang diberikan tetap diikuti

dengan langkah kehati-hatian. Data selama semester I 2008 ini menunjukkan

indikasi yang menggembirakan karena kredit investasi (9,44%) relatif tumbuh lebih

besar dibandingkan modal kerja (8,13%), meskipun pertumbuhan yang dominan

tetap pada kredit konsumsi.

Sumber : SEKDA – BI Sumber : SEKDA – BI

Grafik 3.1. Perkembangan Nilai Aset Bank Umum Grafik 3.2. Perkembangan Nilai Dana Pihak Ketiga Bank Umum Menurut Kelompok Bank

36 Bank Indonesia Padang

Page 56: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

3.1.1. Penghimpunan Dana Masyarakat

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga terus menurun. Tekanan inflasi yang

diawali dengan kenaikan harga komoditi dan diikuti kebijakan pemerintah

menaikkan harga BBM sangat mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat,

sehingga kemungkinan masyarakat mengurangi simpanannya di bank untuk

menyeimbangkan dengan kebutuhan. Menurunnya pertumbuhan DPK ini terjadi

karena posisi tabungan yang memiliki pangsa terbesar DPK mengalami penurunan

sebesar Rp 767,11 miliar atau 11,91%, pada periode Desember 2007 hingga Mei

2008. Di sisi lain, posisi deposito dan giro menunjukkan peningkatan (grafik 3.3).

Namun apabila memperhatikan nilai total DPK relatif stagnan selama semester I

2008, ini menunjukkan adanya pergeseran jenis simpanan. Peningkatan nominal

deposito didorong oleh peningkatan suku bunga sesuai dengan meningkatnya

suku bunga acuan, dengan maksud untuk mempertahankan nilai uang semata.

Sumber : SEKDA – BI

Sumber : SEKI dan BPS, diolah

Grafik 3.3. Perkembangan Komposisi Dana Pihak Ketiga (Nominal)

Grafik 3.4. Perkembangan Jumlah Rekening menurut jenis DPK

Jumlah rekening tabungan menurun tajam. Grafik 3.4 menggambarkan

bahwa jumlah rekening tabungan menurun cukup tajam sementara jumlah

rekening jenis simpanan lainnya relatif tetap. Indikasi ini menunjukkan bahwa

banyak masyarakat menutup rekening tabungannya. Beberapa faktor yang

diperkirakan mempengaruhi perilaku ini antara lain semakin tingginya biaya

administrasi tabungan, kemampuan menabung masyarakat yang menurun,

maupun suku bunga tabungan yang tidak menarik.

37 Bank Indonesia Padang

Page 57: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

1,800,000

2,000,000

0

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

14,000,000

16,000,000Perusahaan, Lainnya

Total, Perorangan, Pemda

TotalPeroranganPemerintah DaerahPerusahaanLainnya

Sumber : SEKDA – BI

Sumber : SEKDA – BI

Grafik 3.5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik

Grafik 3.6. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Milik Pemda

Simpanan milik pemerintah daerah terus mengalami peningkatan

sementara simpanan pelaku ekonomi lainnya justru menurun. Posisi

simpanan pemerintah daerah per akhir Mei 2008 tercatat sebesar Rp 3,31 triliun

atau meningkat 57,28% dibandingkan akhir Desember 2007 (grafik 3.6). Hal ini

mengindikasikan bahwa realisasi belanja pemerintah daerah masih terbatas.

Sementara itu, simpanan milik perusahaan mengalami penurunan sebagaimana

simpanan milik perseorangan (grafik 3.5). Adapun dari aspek komposisi, nilai DPK

tetap masih didominasi oleh milik perseorangan, per akhir mei 2008 sebesar

63,38%.

3.1.2. Penyaluran Kredit

Kredit yang disalurkan bank umum di Sumatera Barat tetap tumbuh

ekspansif meskipun DPK cenderung sedikit menurun. Posisi kredit bank

umum berdasarkan lokasi proyek per Mei 2008 tumbuh 12,25% dibandingkan

posisi Desember 2007 hingga menjadi Rp 14,20 triliun. Dilihat dari sisi kelompok

bank penyalur kredit, hingga Mei 2008 bank pemerintah terlihat lebih ekspansif

(grafik 3.7 dan 3.8), merupakan kondisi kebalikannya dibandingkan posisi hingga

Februari 2008. Selama semester I tahun 2008, jika posisi kredit yang disalurkan

bank pemerintah tumbuh 14,46%, maka posisi kredit yang disalurkan bank swasta

hanya tumbuh 7,82%. Secara nominal, kredit bank pemerintah juga tumbuh lebih

kencang. Pertumbuhan posisi kredit bank pemerintah periode Desember 2007-Mei

2008 mencapai Rp 1.269,66 miliar sementara bank swasta hanya Rp 300,81 milyar.

38 Bank Indonesia Padang

Page 58: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Sumber : SEKDA – BI Sumber : SEKDA – BI

Grafik 3.7. Perkembangan Kredit (Lokasi Proyek) menurut Kelompok Bank

Grafik 3.8. Perkembangan Share Kredit (Lokasi Proyek) Bank Pemerintah dan Bank Swasta

Pertumbuhan kredit berasal dari tingginya penyerapan kredit konsumtif.

Kredit konsumtif pada posisi akhir Mei 2008 tercatat sebesar Rp 5,72 triliun dengan

pertumbuhan sebesar 18,23%, sementara kredit modal kerja hanya tumbuh 8,13%

dan kredit investasi 9,34%, dibandingkan akhir Desember 2007. Pertumbuhan

kredit konsumtif ini mengindikasikan bahwa konsumsi non makanan yang

meningkat juga dibiayai oleh kredit selain dibiayai oleh pengambilan simpanan

yang berbentuk tabungan. Namun yang menggembirakan adalah tumbuhnya

kredit investasi yang mengindikasikan timbulnya kembali gairah usaha.

Bank pemerintah lebih ekspansif secara nominal dalam penyaluran kredit

konsumtif. Posisi kredit konsumtif yang disalurkan bank umum pemerintah per

akhir Mei 2008 meningkat Rp 630,19 milyar dan kredit modal kerja pun meningkat

660,34 milyar sementara posisi kredit investasi justru menurun sebesar Rp 20,87

milyar. Untuk kredit konsumtif, pada kelompok bank swasta sejalan dengan bank

pemerintah, hingga Mei 2008 tumbuh Rp251,44 milyar. Sementara hal yang

sebaliknya terjadi pada kredit investasi yang meningkat Rp276,72 milyar, dan kredit

modal kerja yang turun sebesar Rp227,36 milyar (grafik 3.10-3.12).

39 Bank Indonesia Padang

Page 59: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Sumber : SEKDA – BI

Sumber : SEKDA – BI

Grafik 3.9. Perkembangan Kredit (Lokasi Proyek) Menurut Jenis Penggunaan

Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Konsumtif (Lokasi Proyek) Menurut Kelompok Bank

Sumber : SEKDA – BI

Sumber : SEKDA – BI

Grafik 3.11. Perkembangan Kredit Investasi (Lokasi Proyek) Menurut Jenis Penggunaan

Grafik 3.12. Perkembangan Kredit Modal Kerja(Lokasi Proyek) Menurut Kelompok Bank

Sumber : SEKDA – BI

Sumber : SEKDA – BI

Grafik 3.13. Perkembangan Kredit Modal Kerja (Lokasi Proyek) Menurut Sektor Ekonomi Utama

Grafik 3.14. Perkembangan Kredit Investasi (Lokasi Proyek) Menurut Sektor Ekonomi Utama

Penyaluran kredit modal kerja dan investasi masih terkonsentrasi pada

sektor perdagangan, pertanian, dan perindustrian. Penyerapan kredit modal

kerja pada sektor perdagangan tumbuh melambat, sedangkan kredit investasi

meningkat tajam. Kinerja sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan masih

meningkatkan permintaan kredit pada sektor pertanian, khususnya untuk investasi.

Yang menarik dicermati pada triwulan II-2008 ini adalah kondisi terbalik antara

40 Bank Indonesia Padang

Page 60: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

sektor perindustrian dan sektor pertanian, peningkatan penyaluran kredit modal

kerja terjadi pada sektor industri sedangkan pada sektor pertanian menurun tajam.

3.2. Risiko Kredit Perbankan

Risiko kredit perbankan Sumatera Barat pada triwulan II-2008 relatif

terjaga. Pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan Sumatera Barat diikuti

dengan pengelolaan kredit yang relatif baik. Meskipun kredit yang disalurkan terus

meningkat, kredit non performing tidak mengalami lonjakan (grafik 3.15-3.16).

Meskipun rasio NPL gross bank umum pada bulan Mei 2008 meningkat tipis

menjadi 2,83% dibandingkan per Maret 2008 yang sebesar 2,74%, namun terus

menurun dibandingkan posisi Juni 2007 yang sebesar 3,67% dan jauh di bawah

batas aman NPL yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 5%.

Sumber : Lapbul Bank Umum—BI

Grafik 3.15. Perkembangan Kredit dan NPL Menurut Bank Pelapor

Sumber : Lapbul Bank Umum--BI Grafik 3.16. Perkembangan Rasio NPL

3.3. Risiko Likuiditas

Posisi dana perbankan masih didominasi oleh dana jangka pendek. Pada

posisi Februari 2008, dana jangka panjang (lebih dari setahun) yang dikumpulkan

bank umum hanya 3,23% (grafik 3.17). Deposito yang diharapkan dapat menjaring

dana jangka panjang masyarakat ternyata didominasi dengan deposito 1 bulan.

Share deposito dengan jangka waktu 1 bulan mencapai 68,82%. Hal ini tentu

menghambat penyaluran kredit investasi oleh perbankan. Jika ekspansi terhadap

kredit investasi dilakukan akan meningkatkan risiko likuiditas perbankan.

41 Bank Indonesia Padang

Page 61: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

1 Bulan68.82%

3 Bulan8.79%

6 Bulan5.03%

12 Bulan8.25%

Lainnya9.12%

Sumber : SEKDA – BI

Kredit Investasi19.16%

Kredit Modal Kerja40.57%

kredit Konsumsi40.27%

Sumber : SEKDA – BI

Grafik 3.17. Komposisi Dana Perbankan (Mei 2008) Grafik 3.18. Komposisi Pembiayaan Perbankan (Mei 2008)

Peningkatan dana milik pemerintah daerah di perbankan khususnya

terpusat pada BPD Sumbar juga meningkatkan risiko likuiditas karena

sewaktu-waktu dana tersebut dapat ditarik untuk membiayai

pemerintahan. Meskipun demikian BPD Sumbar terlihat cukup konservatif

dimana dana pemda tersebut diperlakukan bukan sebagai loanable funds. Dana

tersebut disimpan sebagai secondary reserves dan ditempatkan di SBI yang bersifat

sangat likuid.

3.4. Risiko Pasar

Peningkatan risiko pasar perlu diwaspadai. Risiko pasar adalah fluktuasi nilai

aset yang disebabkan perubahan harga-harga pasar dan yields. Meningkatnya

tekanan inflasi telah terbukti mempengaruhi beberapa indikator perbankan antara

lain meningkatnya suku bunga kredit dan menurunnya posisi pengumpulan dana

pihak ketiga. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi keuangan para nasabah bank

baik perorangan maupun perusahaan sedang mengalami tekanan yang cukup

tinggi.

Bank perlu meningkatkan kewaspadaan dalam menyalurkan kredit

konsumtif dan modal kerja. Hingga triwulan II-2008, penyaluran kredit memang

tetap mencapai target sehingga bank-bank merasa belum perlu untuk merevisi

rencana bisnisnya. Meskipun demikian, penyaluran kredit khususnya kredit

konsumtif dan modal kerja perlu diwaspadai mengingat kondisi keuangan

masyarakat yang mengalami tekanan akibat inflasi.

42 Bank Indonesia Padang

Page 62: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

3.5. Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM)1 Lokasi Proyek

Pangsa kredit MKM meningkat seiring dengan pertumbuhan kredit secara

keseluruhan. Posisi kredit MKM pada akhir Mei 2008 tercatat Rp 10,18 triliun

dengan pangsa terhadap total kredit sebesar 78,56%. Pada akhir tahun 2007,

pangsa kredit MKM tercatat sebesar 69,96%. Pertumbuhan kredit MKM hingga

posisi akhir Mei 2008 meningkat sebesar 17,84%. Posisi kredit MKM yang

disalurkan bank umum pemerintah tumbuh 18,55% sementara porsi kredit MKM

yang disalurkan bank umum swasta meningkat 15,80% (grafik 3.21-3.22).

Sumber : SEKDA – BI

Sumber : SEKDA – BI

Grafik 3.19. Perkembangan Kredit MKM dan Total Kredit Grafik 3.20. Perkembangan Kredit MKM berdasarkan kelompok Bank

Sumber : SEKDA – BI

Sumber : SEKDA – BI

Grafik 3.21. Perkembangan Share Kredit MKM berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.22. Perkembangan Share Kredit MKM berdasarkan Plafon Kredit

Pangsa kredit investasi pada skala MKM per Mei 2008 masih lebih rendah

dibandingkan akhir tahun 2007, namun mulai sedikit meningkat (8,05%)

dibandingkan per Februari 2008 (7,71%)(grafik 3.23). Posisi kredit konsumtif

hingga mei 2008 tumbuh 22,71%, sementara posisi kredit investasi dan modal kerja

1 Pembagian kredit menurut plafon : Mikro (dibawah Rp 50 juta), Kecil (antara Rp 50 juta s.d. Rp 500 juta), Menengah (antara Rp 500 juta s.d. Rp 5 miliar), dan Besar (diatas Rp 5 miliar)

43 Bank Indonesia Padang

Page 63: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

meningkat masing-masing sebesar 5,23% dan 13,85%. Adanya sedikit peningkatan

pangsa pada kredit investasi mengindikasikan timbulnya gairah perbankan untuk

membiayai investasi yang dilakukan oleh usaha kecil dan menengah di Sumatera

Barat.

Pangsa kredit skala kecil terus meningkat mengambil pangsa kredit skala

mikro (grafik 3.24). Pangsa kredit skala kecil pada akhir Mei 2008 tercatat sebesar

38,56% padahal pada bulan Juni 2007 baru tercatat sebesar 29,59%. Berbeda

dengan pangsa kredit skala mikro yang terus merosot dari 51,31% pada bulan Juni

2007 menjadi 41,35% pada bulan Mei 2008. Hal ini mengindikasikan pasar yang

menjadi sasaran perbankan adalah kredit dengan skala antara Rp 50 juta s.d. Rp

500 juta. Namun demikian, pada tingkat kredit mikro masih terdapat banyak

alternatif pembiayaan seperti koperasi, lembaga keuangan non bank, maupun

kredit channelling dari pemerintah.

Tabel 3.2. Perkembangan Beberapa Indikator BPR

Indikator Des'06 Mar'07 Jun'07 Sep'07 Des'07 Feb'08 Mei'08

Aset 562,607.00 592,138.00 636,828.00 671,397.15 765,465.52 804,267.33 841,945.00

pertumbuhan (q-t-q, %) 5.25 7.55 5.43 14.01 5.07 4.68

Jumlah Kantor 185 213 213 226 229 231 231

DPK 317,908 350,614.44 379,961.65 403,424.65 474,061.13 504,111.82 519,922.35

pertumbuhan (q-t-q, %) 10.29 8.37 6.18 17.51 6.34 3.14

Kredit 359,664 404,236.72 457,482.38 503,158.32 513,106.57 543,468.56 609,424.58

pertumbuhan (q-t-q, %) 12.39 13.17 9.98 1.98 5.92 12.14

LDR (%) 113.13% 115.29 120.40 124.72 108.24 107.81 117.21

Sumber : Sekda BI

3.6. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Perkembangan kegiatan usaha BPR menunjukkan arah yang sama dengan

perkembangan bank umum. Pertumbuhan pengumpulan DPK mengalami

perlambatan sementara kredit tetap meningkat tinggi. Mulai berkurangnya

ketahanan terhadap tekanan inflasi serta perubahan ke instrumen investasi lain

seperti emas ternyata juga mempengaruhi nasabah BPR.

44 Bank Indonesia Padang

Page 64: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Sumber : SEKDA – BI

Sumber : SEKDA – BI

Grafik 3.23. Perkembangan Nilai DPK BPR Grafik 3.24. Perkembangan Jumlah Rekening DPK BPR

Semua jenis DPK yang dikumpulkan BPR tetap meningkat meski

menunjukkan arah yang melambat. Baik deposito maupun tabungan tetap

mengalami pertumbuhan positif hingga Mei 2008 (grafik 3.25). Secara nominal,

nilai tabungan meningkat sebesar 12,98% sementara nilai deposito juga meningkat

sebesar 5,08%. Sementara itu jumlah rekening tabungan meningkat cukup

signifikan sebanyak 38.985 rekening (grafik 3.26) dalam waktu enam bulan

(Desember 2007-Mei 2008).

Hingga Mei 2008 sektor pertanian masih menjadi primadona penyaluran

kredit BPR. Meski secara pangsa kredit sektor pertanian hanya menempati urutan

ketiga setelah sektor perdagangan dan sektor lainnya/konsumtif, namun selama

setahun terakhir pertumbuhan kredit sektor pertanian tercatat paling tinggi

dibandingkan sektor-sektor ekonomi lainnya. Setiap triwulan, kredit sektor

pertanian tumbuh rata-rata 15,45% sementara pertumbuhan triwulanan kredit

sektor perdagangan hanya 5,61%. Pangsa kredit sektor pertanian juga terus

meningkat dari 14,81% pada akhir Juni 2007 menjadi 19,72% pada akhir Mei 2008

(grafik 3.28) Meningkatnya permintaan pembiayaan modal kerja untuk subsektor

perkebunan diperkirakan menjadi faktor pendorong peningkatan kredit sektor

pertanian tersebut. Beberapa bank umum juga mulai melirik potensi subsektor

perkebunan tersebut terutama di daerah Dharmasraya, Pesisir Selatan, dan

Pasaman Barat dengan mendirikan unit microbanking di wilayah-wilayah tersebut.

45 Bank Indonesia Padang

Page 65: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

Des'06 Mar'07 Jun'07 Sep'07 Des'07 Feb'08 Mei'08Pertanian Perindustrian Perdagangan Jasa‐jasa Lain‐lain

Sumber : SEKDA – BI Grafik 3.25. Perkembangan Kredit Sektoral BPR

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Des'06 Mar'07 Jun'07 Sep'07 Des'07 Feb'08 Mei'08

Pertanian Perindustrian Perdagangan Jasa-jasa Lain-lain

Sumber : SEKDA – BI Grafik 3.26. Perkembangan Pangsa Kredit Sektoral BPR

Grafik 3.29. Perkembangan Kredit Sektoral BPR Grafik 3.30. Perkembangan Pangsa Kredit Sektoral BPR

46 Bank Indonesia Padang

Page 66: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab 2 : Keuangan Pemerintah Daerah

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Pertumbuhan ekonomi yang masih cukup tinggi mendorong peningkatan

pajak yang dikumpulkan pemerintah pusat maupun daerah. Dari sisi

pemerintah pusat, semua jenis pajak mengalami peningkatan yang cukup

signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini diimbangi oleh realisasi

belanja khususnya belanja modal.

Posisi simpanan pemerintah daerah juga terus mengalami peningkatan

dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan transfer dana perimbangan,

peningkatan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) PBB, serta penjualan kendaraan

bermotor meningkatkan penerimaan APBD. Namun masalah penyerapan belanja

masih menjadi problem yang belum bisa diselesaikan sepenuhnya pada tahun

2008.

-2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000 14,000,000 16,000,000 18,000,000 20,000,000

0100,000200,000300,000400,000500,000600,000700,000800,000900,000

1,000,000

Tw.I-2006 Tw.II-2006

Tw.III-2006

Tw.IV-2006

Tw.I-2007 Tw.II-2007

Tw.III-2007

Tw.IV-2007

Tw.I-2008 Tw.II-2008

PD

RB

Tri

wu

lan

an

(R

p J

uta

)

Pen

eri

maan

Paja

k P

usat (R

p J

uta

)

Penerimaan Pajak Pusat PDRB Triwulanan ADH Berlaku

Sumber : BPS dan Depkeu, diolah

2.23%

4.13%

1.50%

4.89%

2.64% 2.58%

3.87%

5.36%

3.56%

4.76%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

Tw.I-2006

Tw.II-2006

Tw.III-2006

Tw.IV-2006

Tw.I-2007

Tw.II-2007

Tw.III-2007

Tw.IV-2007

Tw.I-2008

Tw.II-2008

Sumber : BPS dan Depkeu, diolah

Grafik 4.1. Perkembangan Pajak Pusat di Sumatera Barat dan PDRB Triwulanan Sumbar

Grafik 4.2. Perkembangan Tax Ratio Pajak Pusat thd PDRB Triwulanan Sumbar

4.1. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah

Penerimaan pemerintah pusat di wilayah Sumatera Barat terus

meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Pada grafik 4.1. terlihat

bahwa tren peningkatan pertumbuhan PDRB Sumbar mendorong penerimaan

Bank Indonesia Padang 47

Page 67: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab IV :Perkembangan Keuangan Daerah

pajak pusat di wilayah Sumbar. Tax ratio1 wilayah Sumbar pun terus menunjukkan

peningkatan (grafik 4.2). Meski demikian, tax ratio Sumbar ini masih sangat jauh

dari tax ratio secara nasional tahun 2007 yang tercantum dalam Nota Keuangan

dan RAPBN 2008 sebesar 12,9%. Hal ini mengindikasikan masih banyak potensi

pajak yang bisa digali terutama dari subsektor perkebunan yang mengalami

booming.

Seiring dengan tren peningkatan penerimaan pajak secara nasional,

kontribusi pajak pusat dari provinsi Sumatera Barat juga terus

meningkat. Semua jenis pajak pusat mengalami kenaikan yang cukup signifikan

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara nominal, kenaikan

tertinggi terjadi pada pajak bumi dan bangunan, sementara secara persentase,

kenaikan tertinggi terjadi pada bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.

Kenaikan penerimaan pajak pusat ini mengindikasikan bahwa perekonomian

Sumatera Barat masih memberikan prospek yang cukup baik meski mengalami

tekanan inflasi yang cukup berat.

Tabel 4.1. Perkembangan Beberapa Pajak Pusat

Jenis Pajak Pusat I-2007 II-2007 III-2007 IV-2007 I-2008 II-2008Pajak Penghasilan 240,298.33 211,101.99 224,410.39 292,791.67 376,195.06 349,026.44 Pajak Pertambahan Nilai 101,150.39 112,984.43 141,996.32 254,791.51 147,859.39 165,573.59 Pajak Bumi dan Bangunan 542.79 7,020.46 151,007.60 164,260.65 4,019.61 148,913.32 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 4,416.78 5,564.23 3,240.56 5,040.88 5,327.61 122,853.28 PNBP 22,736.08 30,863.58 76,176.26 148,760.25 47,849.89 23,462.40 Sumber : Laporan Arus Kas LKPP Kanwil III DJPBN Padang, diolah

Belanja pemerintah pusat kembali tumbuh ekspansif. Belanja untuk

aktivitas investasi selama triwulan II-2008 tercatat sebesar Rp 216,60 milyar atau

tumbuh 163,6% dibandingkan triwulan II-2007. Pembangunan jalan, irigasi, dan

jaringan menjadi fokus belanja investasi pemerintah pusat dengan total

pengeluaran sebesar Rp 120,08 milyar atau 83,32% dari total belanja investasi

(grafik 4.4). Aktivitas belanja modal pemerintah khususnya di bidang

pembangunan jalan dan irigasi yang dimulai pada awal tahun 2008 diharapkan

memperbaiki kondisi infrastruktur di Sumatera Barat.

1 Tax Ratio Sumatera Barat merupakan rasio antara penerimaan pajak pusat dibagi PDRB atas dasar harga berlaku secara triwulanan.

Bank Indonesia Padang 48

Page 68: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab IV : Perkembangan Keuangan Daerah

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

I-2007 II-2007 III-2007 IV-2007 I-2008 II-2008

Akt

ivit

as I

nve

stas

i (R

p J

uta

)

Akt

ivit

as O

per

asi

(Rp

Ju

ta)

Belanja Aktivitas Operasi Belanja Aktivitas Investasi

Sumber : Kanwil III DJPBN Padang, diolah

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

Rp

Jut

a

Belanja Modal Tanah Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Belanja Modal Gedung dan Bangunan Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Belanja Modal Fisik Lainnya

Sumber : Kanwil III DJPBN Padang, diolah

Grafik 4.3. Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat di Sumatera Barat

Grafik 4.4. Perkembangan Belanja Aktivitas Investasi Pemerintah Pusat di Sumbar

4.2. Keuangan Pemerintah Daerah

Hingga triwulan II-2008, belanja pemerintah kabupaten/kota maupun

pemerintah provinsi diperkirakan terbatas pada kegiatan belanja rutin.

Hal ini diindikasikan dengan masih relatif tingginya posisi simpanan pemerintah di

perbankan. Grafik 4.5. di atas menunjukkan bahwa rata-rata posisi simpanan pada

Januari-Mei 2008 lebih tinggi daripada rata-rata posisi simpanan pada Mei-

Desember 2007.

 

50,000 

100,000 

150,000 

200,000 

250,000 

300,000 

350,000 

400,000 

5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2007 2008

Rp Ju

ta

Grafik 4.5. Perkembangan Simpanan Pemerintah Daerah di Perbankan

49 Bank Indonesia Padang

Page 69: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab IV :Perkembangan Keuangan Daerah

‐ 5.00  10.00  15.00 

KAB. PESSEL

KAB. 50 KOTA

KOTA PARIAMAN

KAB. PDG. PARIAMAN

KAB. AGAM

KAB. SOLSEL

KAB. SOLOK

KAB. SWL/SJJ

KOTA PDG. PANJANG

KAB. PASBAR

KAB. MENTAWAI

KAB. TANAH DATAR

KOTA SOLOK

KAB. PASAMAN

KAB. DHARMASRAYA

KOTA BUKITTINGGI

KOTA PAYAKUMBUH

KOTA SAWAHLUNTO

KOTA PADANG

Peranan PAD thd Total Pendapatan (%)

Sumber : DPKD Sumbar, diolah

‐10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 

KAB. M

ENTA

WAI

KOTA

 SAWAHLU

NTO

KOTA

 PAYA

KUMBUH

KOTA

 SOLO

K

KAB. PASA

MAN

KAB. TANAH DATA

R

KAB. SWL/SJJ

KOTA

 PDG. PANJANG

KAB. SOLSEL

KAB. SOLO

K

KOTA

 PARIAMAN

KAB. 50 KOTA

KAB. PESSEL

KAB. PASBAR

KAB. AGAM

KAB. DHARMASRAYA

KOTA

 BUKITTINGGI

KAB. PDG. PARIAMAN

KOTA

 PADANG

Sumber : DPKD Sumbar, diolah

Grafik 4.6. Peranan PAD terhadap Total APBD Kabupaten/Kota

Grafik 4.7. Peranan Pajak Daerah Terhadap Total Penerimaan APBD Kabupaten/Kota

‐ 10.00  20.00  30.00  40.00  50.00  60.00  70.00 

KAB. PDG. PARIAMANKOTA PARIAMAN

KAB. SOLSELKAB. PASBAR

KAB. PASAMANKOTA SOLOKKAB. 50 KOTA

KAB. TANAH DATARKAB. MENTAWAIKOTA PADANGKAB. SWL/SJJKAB. SOLOK

KAB. DHARMASRAYAKAB. AGAMKAB. PESSEL

KOTA PDG. PANJANGKOTA BUKITTINGGI

KOTA PAYAKUMBUHKOTA SAWAHLUNTO

‐10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 

KOTA

 PADANG

KOTA

 BUKITTINGGI

KOTA

 SAWAHLU

NTO

KOTA

 PAYA

KUMBUH

KAB. TANAH DATA

R

KAB. PESSEL

KAB. AGAM

KOTA

 PDG. PANJANG

KAB. SWL/SJJ

KAB. DHARMASRAYA

KAB. PDG. PARIAMAN

KAB. SOLO

K

KAB. 50 KOTA

KOTA

 PARIAMAN

KAB. M

ENTA

WAI

KAB. PASBAR

KAB. SOLSEL

KOTA

 SOLO

K

KAB. PASA

MAN

Sumber : DPKD Sumbar, diolah)

Sumber : DPKD Sumbar, diolah

Grafik 4.8. Peranan Retribusi Daerah terhadap Total Penerimaan APBD Kabupaten/Kota

Grafik 4.9. Peranan Lain-Lain Penerimaan yang sah Terhadap Total Penerimaan APBD

Kabupaten/Kota

Ketergantungan pemerintah kabupaten/kota terhadap pemerintah pusat

masih cukup tinggi. Hal ini diindikasikan dengan rendahnya persentase

Penerimaan Asli Daerah (PAD) terhadap total Pendapatan. Dari 19 pemerintah

kabupaten/kota se-Sumatera Barat, hanya Kota Padang yang memiliki rasio PAD

terhadap total pendapatan lebih dari 10% (grafik 4.6). Yang lebih menarik,

ternyata pajak dan retribusi daerah bukan merupakan komponen dominan dalam

pembentukan PAD. Dari sisi pajak daerah, hanya Kota Padang yang memiliki rasio

pajak daerah terhadap PAD di atas 50%(grafik 4.7). Sementara itu, dari sisi

retribusi daerah, hanya Kota Sawahlunto dan Kota Payakumbuh yang memiliki

rasio retribusi daerah terhadap PAD di atas 50% (grafik 4.8). Dari 19 pemerintah

kabupaten/kota, 12 pemerintah kabupaten/kota memiliki PAD yang kontributor

utamanya justru berasal dari pos Lain-Lain Penerimaan yang Sah, terutama

bersumber dari Dana Bagi Hasil Pajak dari Pemerintah Provinsi atau Pemda lain.

Tingginya kontribusi lain-lain pendapatan yang sah ini diperkirakan berasal dari

Bank Indonesia Padang 50

Page 70: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab IV : Perkembangan Keuangan Daerah

kenaikan penjualan kendaraan bermotor yang pajaknya merupakan pendapatan

pemerintah provinsi.

Masih rendahnya kontribusi pajak dan retribusi daerah terhadap

pembentukan PAD mengindikasikan bahwa masih terdapat ruang untuk

peningkatan PAD dengan melakukan intensifikasi pajak daerah.

Pertumbuhan ekonomi daerah yang cukup tinggi khususnya dari sektor

Perdagangan, Hotel, dan Restoran serta sektor jasa-jasa merupakan peluang bagi

pemerintah daerah untuk melakukan intensifikasi pajak. Pembenahan pada

administrasi pajak dan retribusi daerah, peningkatan kapasitas SDM, serta

pemberian insentif bagi pegawai pengelola pajak daerah yang melampaui target

penerimaan dalam bentuk tunjangan daerah dapat dilakukan untuk

meningkatkan PAD tanpa melakukan distorsi terhadap perekonomian yang

sedang tumbuh.

 

0%5%

10%15%20%25%30%35%40%45%

Sumber : DPKD Sumbar, diolah)

‐ 200,000,000,000.00 

KOTA SAWAHLUNTOKOTA PAYAKUMBUH

KOTA SOLOKKOTA PADANG PANJANG

KOTA BUKITTINGGIKABUPATEN SOLOK 

KABUPATEN PASAMANKOTA PARIAMAN

KABUPATEN TANAH DATARKABUPATEN PASAMAN BARAT

KOTA PADANGKABUPATEN SWL/SIJUNJUNGKABUPATEN SOLOK SELATANKABUPATEN KEP. MENTAWAI

KABUPATEN AGAMKABUPATEN PADANG PARIAMAN

KABUPATEN PESISIR  SELATANKABUPATEN DHARMASRAYA

KABUPATEN 50 KOTA

Sumber : DPKD Sumbar, diolah

Grafik 4.10. Alokasi Belanja Modal APBD Kabupaten/Kota (%)

Grafik 4.11. Alokasi Belanja Modal APBD Kabupaten/Kota (Rp)

Kemampuan APBD dalam melakukan stimulus fiskal di daerah masih

relatif rendah. Hal ini diindikasikan dari masih rendahnya rasio belanja modal

terhadap total belanja APBD dari masing-masing pemerintah kabupaten/kota.Dari

19 pemerintah kabupaten/kota, terdapat 5 pemerintah kabupaten/kota yang rasio

belanja modal terhadap total belanja di atas 30% (grafik 4.10). Pemerintah

kabupaten/kota tersebut sebagian besar merupakan hasil pemekaran seperti

Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Dharmasraya, dan Kota Pariaman. Yang

menarik dicermati, pemerintah Kabupaten/Kota dengan pendapatan tertinggi

tidak otomatis memiliki belanja modal tinggi. Pemerintah Kota Padang justru

51 Bank Indonesia Padang

Page 71: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab IV :Perkembangan Keuangan Daerah

memiliki rasio belanja modal terkecil (15,02%). Padahal sebagai kota terbesar di

Sumatera Barat, seyogyanya memiliki infrastruktur yang terbaik.

Bank Indonesia Padang 52

Page 72: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

B O K S

SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH (SIKD): LANGKAH MAJU MENUJU TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK

Pelaksanaan perimbangan keuangan pusat dan daerah telah berjalan lebih

dari lima tahun. Dalam kurun waktu lima tahun tersebut banyak hal yang telah

dicapai baik dalam bentuk konstitusi, institusi, maupun budaya dan cara pandang.

Istilah Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil telah menjadi

istilah yang akrab bagi masyarakat.

Meskipun demikian, masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dalam

rangka penyempurnaan pelaksanaan desentralisasi fiskal. Salah satunya

adalah diseminasi informasi keuangan daerah kepada masyarakat. Banyak

stakeholder masih belum mengetahui bagaimana mengakses informasi keuangan

daerah seperti data APBD, neraca pemerintah daerah, dan laporan realisasi

anggaran. Jikapun ada, lag data tersebut sudah sedemikian jauh sehingga kurang

memenuhi kebutuhan stakeholders.

Diseminasi informasi keuangan daerah termasuk dalam satu paket

kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Pengaturan mengenai

informasi keuangan daerah telah diatur dalam UU No. 33 tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Peraturan

Pemerintah No. 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah, dan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 46 tahun 2006 tentang Tatacara Penyampaian

Informasi Keuangan Daerah.

Apa saja yang bisa diperoleh melalui SIKD? SIKD menyajikan berbagai informasi

baik informasi keuangan maupun non keuangan. Data keuangan utama terdiri dari

APBD, Dana Perimbangan, Neraca Daerah, Laporan Arus Kas, Catatan atas Laporan

Keuangan Daerah, Laporan Keuangan Perusahaan Daerah, dan data yang berkaitan

dengan kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal daerah. Rumusan informasi yang akan

ditampilkan dalam SIKD secara umum meliputi dua hal yaitu informasi umum dan

informasi khusus. SIKD dapat diakses secara terbuka oleh masyarakat umum sesuai

dengan kebutuhan. SIKD disajikan secara nasional maupun daerah. Secara nasional,

SIKD diselenggarakan oleh Departemen Keuangan. Data-data SIKD secara nasional

bisa diakses melalui web www.djpk.depkeu.go.id. Sementara itu, pemerintah daerah

juga berkewajiban menyajikan SIKD ke publik melalui situs resmi pemerintah

daerah.

Sanksi atas keterlambatan penyampaian informasi keuangan daerah.

Ingatkah Anda dengan ancaman sanksi penundaan penyaluran dana perimbangan

Page 73: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

dari Menteri Keuangan apabila pemda terlambat menyampaikan APBD atau Laporan

Keuangan? Pada tahun 2007, terdapat 4 kabupaten yang dikenai sanksi penundaan

penyaluran DAU karena terlambat menyampaikan laporan realisasi APBD. Hal

tersebut merupakan implementasi dari aturan mengenai sanksi yang diatur dalam PP

56 tahun 2005 tentang SIKD. Dalam PP tersebut dinyatakan bahwa apabila Pemda

tidak menyampaikan Informasi Keuangan Daerah dalam waktu yang telah

ditentukan, Menteri Keuangan menetapkan sanksi berupa penundaan penyaluran

Dana Perimbangan setelah berkoordinasi dengan Depdagri.

Mengapa sampai sekarang Informasi Keuangan Daerah masih sulit

diperoleh? Para stakeholders perlu bersabar untuk memperoleh informasi

keuangan daerah sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Implementasi SIKD

secara menyeluruh baru akan dilaksanakan 5 tahun sejak PP 56 tahun 2005

ditetapkan, tepatnya setelah tanggal 9 Desember 2010. Meskipun demikian,

beberapa pemerintah daerah telah melakukan berbagai persiapan menuju

implementasi penuh SIKD tahun 2010. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat telah

memasukkan data APBD Provinsi Sumatera Barat dalam situsnya

www.sumbarprov.go.id. Sementara itu, pemerintah pusat terlihat lebih siap dalam

implementasi SIKD di tingkat nasional. Situs Resmi Ditjen Perimbangan Keuangan

www.djpk.depkeu.go.id telah memuat berbagai indikator penting keuangan daerah

dengan data series yang cukup panjang. Data APBD semua tingkat pemerintah telah

tersedia sejak tahun 1994-sekarang. Data dana perimbangan juga dapat diakses

sejak tahun 2001.

Reformasi Sistem Manajemen Keuangan perlu ditingkatkan untuk mencapai

implementasi SIKD 2010. Sistem manajemen keuangan yang baik, adalah kunci

untuk mewujudkan good governance dalam sektor publik. Sistem tersebut terdiri

Tampilan web SIKD nasional dalam situs www.djpk.depkeu.go.id

Page 74: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

dari beberapa kelompok Sistem yaitu : pertama, Core Function System yang

merupakan sistem utama pengelolaan keuangan daerah meliputi, Planning

(Perencanaan), Budget Preparation (Persiapan Anggaran), Budget Execution

(Pelaksanaan Anggaran) dan Accounting (Akutansi). Kedua; Non Core Function

merupakan sistem pendukung pengelolaan keuangan daerah yang meliputi:

Manajemen Kas, Manajemen Pendapatan dan Piutang, Manajemen Aset, dan

Manajemen Hutang). Ketiga, Regional FMIS Portal & Collaboration/Communication

System merupakan fasilitas pendukung pengelolaan laporan keuangan daerah

meliputi : fasilitas pelaporan keuangan daerah, kolaborasi dan komunikasi antar &

inter aparatur keuangan daerah/pusat.

Page 75: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab 3 : Inflasi

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran

Bank Indonesia sebagai bank sentral terus mengupayakan

terselenggaranya sistem pembayaran yang efisien, cepat dan aman. Hal

ini disebabkan karena sistem pembayaran merupakan salah satu jenis layanan

utama perbankan dalam mendukung kelancaran aktivitas perekonomian.

Transaksi pembayaran dapat berupa transaksi tunai dan transaksi non tunai. Pada

sistem pembayaran tunai, Bank Indonesia senantiasa berupaya memenuhi

kebutuhan uang kartal dalam jumlah dan pecahan yang cukup dan layak edar.

Pada sistem pembayaran non tunai, Bank Indonesia terus melakukan

penyempurnaan Sistem Kliring Nasional (SKN) dan RTGS.

5.2. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai.

5.2.1. Perkembangan Aliran Uang Kas Masuk dan Keluar

Memasuki triwulan II-2008, aliran uang kas yang masuk (cash-inflow)

Kantor Bank Indonesia (KBI) Padang mengalami penurunan, sementara

aliran uang yang keluar (cash-outflow) meningkat signifikan. Aliran kas

masuk ke Bank Indonesia Padang menurun dari Rp1.867 miliar di triwulan I-2008

menjadi Rp1.068 miliar di triwulan II-2008 atau turun 42,79%. Sedangkan aliran

kas keluar dari Bank Indonesia Padang meningkat tajam dari Rp143 miliar di

triwulan I-2008 menjadi Rp383 miliar di triwulan II-2008 atau tumbuh 168,33%.

Menurunnya cash-inflow dan meningkatnya cash-outflow terkait dengan

kinerja perbankan pada periode triwulan laporan. Posisi kredit bank umum

berdasarkan lokasi proyek per Mei 2008 tumbuh 12,25% dibandingkan posisi

Desember 2007 hingga menjadi Rp14,20 triliun. Sementara dana pihak ketiga

(DPK) pada triwulan laporan sedikit menurun, sedangkan pada sisi lain bank

banyak yang menarik dana tunainya untuk membiayai kredit dimaksud. Dengan

perkembangan inflow-outflow tersebut, aliran uang kas masuk bersih (net-inflow)

pada triwulan laporan mengalami penurunan yang cukup signifikan, yaitu sebesar

Rp685 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I-2008 yang tercatat

sebesar Rp1.724 miliar (Grafik 5.1).

Bank Indonesia Padang 53

Page 76: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab V : Perkembangan Sistem Pembayaran

Grafik 5.1. Perkembangan Aliran Uang Kas Masuk dan Keluar

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

III IV I II III IV I II III IV I II

2005 2006 2007 2008

Mili

ar R

p

Aliran uang masuk/inflow Aliran uang keluar/outf low Net Inflow

Sumber : BI

5.2.2. Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB)

Dalam rangka menjaga kualitas uang yang beredar di masyarakat, Bank

Indonesia secara berkala melakukan kegiatan pemusnahan terhadap uang

yang sudah lusuh/rusak sehingga tidak layak lagi untuk diedarkan (Uang Tidak

Layak Edar/UTLE) untuk selanjutnya akan dicatat sebagai Pemberian Tanda Tidak

Berharga (PTTB). Pemusnahan UTLE dilakukan dengan menggunakan mesin racik

uang kertas (MRUK) maupun mesin sortasi uang kertas (MSUK).

Grafik 5.2. Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB)

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

III IV I II III IV I II III IV I II

2005 2006 2007 2008

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%Inflow PTTB Nisbah (%)

Sumber : BI

Bank Indonesia Padang 54

Page 77: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab V : Perkembangan Sistem Pembayaran

Jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan selama triwulan laporan

sebesar Rp1.010 miliar, meningkat sebesar 11,63% dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp905 miliar (Grafik 5.2). Nisbah

antara jumlah uang yang dimusnahkan dengan jumlah aliran uang masuk (inflow)

pada triwulan II-2008 adalah sebesar 95% atau jauh lebih tinggi dibandingkan

nisbah triwulan I-2008 yang tercatat sebesar 48%. Kondisi ini menjadi salah satu

indikator bahwa kondisi uang yang beredar di Sumatera Barat dan disetorkan

oleh bank umum pada periode triwulan laporan relatif kurang terjaga kebersihan

dan fisiknya. Hal ini juga dapat menjadi indikator bahwa penukaran uang lusuh

dari masyarakat melalui bank telah berjalan dengan lebih baik.

5.3. Perkembangan Alat Pembayaran Non-Tunai

Transaksi non tunai pada umumnya dapat dilakukan melalui sistem

kliring dan sistem Real Time Gross Setlement (RTGS). Sistem kliring apabila

nilai transfer dana/transaksi kredit kurang dari Rp100 juta maupun transaksi debet

dengan menggunakan warkat debet. Sedangkan sistem RTGS untuk transaksi

transfer dana kredit seketika yang bersifat urgent.

5.3.1. Perkembangan Kliring

Pada triwulan II-2008, transaksi kliring mengalami kenaikan di sisi

nominal dan volume. Perputaran uang non-tunai melalui sarana kliring di Bank

Indonesia Padang pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 16,40%,

yaitu dari Rp2.988 miliar di triwulan I-2008 menjadi Rp3.478 miliar di triwulan

laporan. Peningkatan transaksi nominal kliring diiringi dengan peningkatan

volume kliring. Volume kliring di triwulan II-2008 meningkat dari 91,6 ribu lembar

di triwulan I-2008 menjadi 95,0 ribu lembar pada triwulan laporan atau naik

3,74%.

Dari perkembangan transaksi kliring tersebut, bila dilihat secara rata-rata

harian, volume/warkat kliring yang berhasil diproses pada triwulan II-

2008 mengalami penurunan dari sisi volume namun meningkan dari sisi

nominal. Dari sisi volume menurun yaitu dari 1.552 lembar per hari pada triwulan

I-2008 menjadi 1.508 lembar per hari pada triwulan laporan. Rata-rata nilai

transaksi per hari meningkat dari Rp51 miliar per hari pada triwulan I-2008

menjadi Rp55 miliar per hari pada triwulan laporan. Hal ini mengindikasikan

nominal dana yang ditransfer meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

55 Bank Indonesia Padang

Page 78: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab V : Perkembangan Sistem Pembayaran

Peningkatan diduga adanya aliran dana dari perantau kepada keluarganya di

Sumatera Barat.

Peningkatan nilai transaksi kliring diiringi dengan meningkatnya

penolakan cek/BG yang kosong selama triwulan laporan. Penolakan cek/BG

kosong meningkat dari Rp0,8 miliar di triwulan I-2008 menjadi Rp24,3 miliar di

triwulan II-2008. Begitu pula dengan volume cek/BG kosong juga meningkat dari

789 lembar pada triwulan sebelumnya menjadi 1.149 lembar pada triwulan

laporan (Tabel 5.1).

Perubahan (qtq)

Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II (+/-) (%)

Perputaran Kliring - Volume (ribuan lembar) 93,0 94,6 96,8 85,1 91,6 95,0 3 3,7%- Nominal (miliar rp) 2.284,6 2.455,5 2.609,2 2.798,2 2.987,8 3.477,8 490 16,4%

Penolakan Cek/BG Kosong- Volume (lembar) 847,0 724,0 770,0 947,0 789,0 1.149,0 360 45,6%- Nominal (miliar rp) 27,2 11,5 13,7 19,7 0,8 24,3 24 2979,2%

Rata-rata Harian Perputaran Kliring- Volume (lembar) 1.476 1.525 1.562 1.395 1.552 1.508 -44 -2,8%- Nominal (miliar rp) 36 40 41 46 51 55 5 9,0%

2008

Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong

Keterangan 2007

Sumber : BI

5.3.2. Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)

Sebagaimana transaksi kliring, perkembangan transaksi non-tunai

dengan menggunakan sarana BI-RTGS di Kantor BI Padang selama

triwulan II-2008 masih menunjukkan peningkatan transaksi. Untuk transfer

masuk ke Sumatera Barat melalui BI-RTGS, nilai transaksi meningkat sebesar

20,99% yaitu dari Rp7.211 miliar di triwulan I-2008 menjadi Rp8.725 miliar pada

triwulan laporan. Volume RTGS transfer masuk juga meningkat sebesar 36,66%

yaitu dari 11.514 transaksi di triwulan I-2008 menjadi 15.735 transaksi di triwulan

laporan.

Untuk transfer RTGS keluar dari Sumatera Barat, walaupun mengalami

peningkatan nilai transaksi namun peningkatannya tidak setinggi nilai

transaksi RTGS masuk. Nilai transaksi RTGS keluar meningkat sebesar 9,54%,

yaitu dari Rp6.648 miliar di triwulan I-2008 menjadi Rp7.283 miliar di triwulan

laporan. Volume transaksi RTGS keluar juga mengalami peningkatan. Volume

transaksi keluar pada triwulan II-2008 sebesar 11.837 transaksi atau meningkat

21,05% dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9.779 transaksi. Dengan

demikian, secara netto pada triwulan laporan terjadi aliran transfer dana masuk

sebesar Rp1.442 miliar. Angka ini jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang

Bank Indonesia Padang 56

Page 79: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab V : Perkembangan Sistem Pembayaran

tercatat sebesar Rp563 miliar. Peningkatan arus transfer RTGS netto ke Sumatera

Barat salah satunya dapat mengindikasikan bahwa transaksi perdagangan/bisnis

pelaku ekonomi di Sumatera Barat dengan pelaku ekonomi di luar Sumatera

Barat mengalami peningkatan.

Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II

Inflow 10.173,84 9.154,72 13.498,93 7.210,97 8.724,91 20,99%

Outflow 7.049,78 9.625,75 8.438,37 6.648,29 7.282,69 9,54%

Intra 1.236,98 2.585,20 2.812,20 1.404,25 2.341,74 66,76%

Inflow 7.541 9.293 11.871 11.514 15.735 36,66%

Outflow 7.133 7.678 9.265 9.779 11.837 21,05%

Intra 1.779 2.310 3.069 2.908 2.677 -7,94%

Nilai Transaksi (miliar Rp)

Volume (transaksi)

2008

Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Sumatera Barat

Keterangan2007 Pertumbuhan

(q-t-q)

Sumber : BI

57 Bank Indonesia Padang

Page 80: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab V : Perkembangan Sistem Pembayaran

Halaman ini sengaja dikosongkan

Bank Indonesia Padang 58

Page 81: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab 3 : Inflasi

Bank Indonesia Padang 59

BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN

DAERAH DAN KESEJAHTERAAN 6.1. Ketenagakerjaan Daerah

Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Barat menunjukkan angka

yang relatif cukup menggembirakan. Hasil Susenas yang dilaksanakan BPS

Sumatera Barat pada bulan Februari 2008 menunjukkan kondisi ketenagakerjaan

di Provinsi Sumatera Barat terus bergerak ke arah yang lebih baik dibandingkan

tahun 2007 (Susenas Februari & Agustus 2007). Beberapa indikator

ketenagakerjaan mengalami perbaikan yang cukup berarti, seperti jumlah orang

yang bekerja dan pengangguran. Sementara itu, jumlah Penduduk Usia Kerja

(PUK) di Provinsi Sumatera Barat pada Susenas Februari 2008 menunjukkan

peningkatan, dibandingkan Februari 2007.

Pada Susenas Februari 2008, PUK tercatat sebesar 3.278.852 orang atau

meningkat 1,65% dari Agustus 2007. Angka tersebut lebih tinggi dari

pertumbuhan Februari 2007 yang tercatat sebesar 0,96%. Dari jumlah PUK

tersebut, yang menjadi angkatan kerja sebanyak 2.125.784 orang (64,83% dari

penduduk usia 15 tahun ke atas) atau meningkat 0,91% dibandingkan Agustus

2007. Sementara penduduk bukan angkatan kerja sebanyak 1.153.068 orang

(35,17% dari penduduk usia 15 tahun ke atas), atau meningkat sebesar 3,04%

dibandingkan Agustus 2007. Namun demikian, angka tersebut lebih rendah

apabila dibandingkan pertumbuhan Februari 2007 sebesar 7,43%. Selain faktor

demografis berupa peningkatan jumlah penduduk usia kerja, peningkatan juga

disebabkan oleh makin bertambahnya jumlah penduduk yang menyelesaikan

jenjang pendidikan yang ditempuh dan siap memasuki dunia kerja (Tabel 6.1).

Feb'07/Agt'06 Feb'08/Agt'07

1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas 3.161.612 3.191.865 3.225.756 3.278.852 0,96 1,65

2. Angkatan Kerja 2.051.800 1.999.580 2.106.711 2.125.784 -2,55 0,91

a. Bekerja 1.808.275 1.779.203 1.889.406 1.919.044 -1,61 1,57

b. Pengangguran 243.525 220.377 217.305 206.740 -9,51 -4,86

3. Bukan Angkatan Kerja 1.109.812 1.192.285 1.119.045 1.153.068 7,43 3,04

4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 64,90 62,65 65,30 64,83 - -

5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 11,90 11,02 10,30 9,73 - -Sumber : BPS Sumbar

Pertumb. (%)

Tabel 6.1 Penduduk Sumatera Barat Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan

Agust 2006 Feb 2007 Agust 2007Kegiatan Utama Feb 2008

Page 82: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah & Kesejahteraan

Bank Indonesia Padang 60

Dari sisi jumlah pengangguran, walaupun tidak sebesar periode Februari

2007, terus terjadi penurunan yang cukup berarti. Jumlah pengangguran

pada Susenas Februari 2008 sebanyak 206.740 orang yang berarti terjadi

penurunan sebesar 4,86% apabila dibandingkan Agustus 2007. angka tersebut

lebih rendah bila dibandingkan dengan Februari 2007 yang turun 9,51%. Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT), juga mengalami trend penurunan sejak Agustus

2006. TPT menjadi 9,73% pada bulan Februari 2008, lebih rendah apabila

dibandingkan bulan Februari 2007 yang tercatat sebesar 11,02%.

Penurunan jumlah pengangguran selain terserap lapangan kerja atau

berwiraswasta, juga karena ada sebagian angkatan kerja yang merantau

ke luar Sumatera Barat dan ada yang pindah ke kelompok bukan

angkatan kerja. Selain itu, adanya kegiatan Bursa Tenaga Kerja yang dilakukan

pemerintah daerah bekerjasama dengan pengusaha/sektor swasta cukup

membantu para pencari kerja dalam memperoleh pekerjaan.

Berdasarkan lapangan pekerjaan, pada Susenas Februari 2008 distribusi

sektoral menunjukkan adanya peningkatan tenaga kerja pada sektor

pertanian. Sektor tersebut menyerap 50,04% tenaga kerja yang tercatat pada

Susenas Februari 2008. Angka tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan

Februari 2007 yang tercatat sebesar 48,45% (Tabel 6.2). Hal ini membuktikan

bahwa sektor pertanian masih menjadi tumpuan utama lapangan kerja bagi

sebagian besar masyarakat Sumatera Barat.

Feb'07/Agt'06 Feb'08/Agt'07 Feb 2007 Feb 2008

1. Pertanian 821.996 861.941 905.575 960.303 4,86 6,04 48,45 50,042. Industri 118.879 114.787 139.972 103.306 -3,44 -26,20 6,45 5,383. Konstruksi/Bangunan 94.203 71.904 78.358 66.031 -23,67 -15,73 4,04 3,444. Perdagangan 352.187 370.616 384.094 401.658 5,23 4,57 20,83 20,935. Angkutan/Transportasi 114.211 113.268 122.053 116.379 -0,83 -4,65 6,37 6,066. Jasa 256.318 197.183 224.592 233.965 -23,07 4,17 11,08 12,197. Lainnya* 50.481 49.504 34.762 37.402 -1,94 7,59 2,78 1,95

Jumlah 1.808.275 1.779.203 1.889.406 1.919.044 -1,61 1,57 100,00 100,00* Pertambangan, Listrik dan KeuanganSumber : BPS Sumbar

Pangsa (%)Feb 2008

Tabel 6.2 Penduduk Sumatera Barat Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan

Kegiatan Utama Feb 2007Agust 2006 Agust 2007Pertumb. (%)

Dilihat dari pertumbuhannya, sektor lainnya (terdiri dari sektor

pertambangan, listrik dan keuangan) mengalami pertumbuhan tenaga

kerja yang paling tinggi, yaitu sebesar 7,59%. Meningkatnya jumlah pekerja

di kelompok ini, terutama disumbang dari meningkatnya aktifitas sektor

keuangan seperti perusahaan leasing, pembiayaan, kredit, dll.

Page 83: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

61

Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah & Kesejahteraan

Bank Indonesia Padang

Program pemerintah daerah di sektor pertanian, seperti pembukaan

lahan pertanian baru, bantuan dana bergulir untuk petani, pelatihan

pertanian, dll, dapat meningkatkan minat masyarakat untuk bekerja di

sektor pertanian. Berdasarkan Susenas Februari 2008 tenaga kerja di sektor

pertanian tumbuh sebesar 6,04% dibandingkan Agustus 2007. Sektor

perdagangan tumbuh sebesar 4,57% dan sektor jasa tumbuh sebesar 4,17%.

Sementara sektor industri, sektor konstruksi/bangunan dan sektor angkutan,

mengalami penurunan masing-masing sebesar 26,20%, 15,73% dan 4,65%.

Transformasi tenaga kerja dari sektor primer ke sektor sekunder maupun

tersier masih sangat lamban. Di tengah kondisi perekonomian yang ditandai

oleh masih terbatasnya lapangan kerja sektor-sektor formal, sektor pertanian

menjadi pilihan utama karena sifatnya yang fleksibel dan tidak terlalu

membutuhkan keahlian yang tinggi. Sektor sekunder berupa sektor industri dan

sektor konstruksi/bangunan secara keseluruhan hanya mampu menyerap 8,82%

dari total tenaga kerja. Sektor industri mampu menyerap 5,38% sementara sektor

konstruksi/bangunan sebesar 3,44%. Hal ini tentu saja menggambarkan bahwa

sektor sekunder belum mampu banyak menyerap kesempatan kerja yang lebih

luas.

Melihat perkembangan penyerapan tenaga kerja yang terjadi, dapat

disimpulkan bahwa daya serap tenaga kerja sektoral masih belum

mengalami perubahan dan cenderung berjalan lamban. Selain itu, dengan

perkiraan laju pertumbuhan penduduk usia kerja sekitar rata-rata 0,5 persen,

maka beban bertambahnya angkatan kerja masih belum dapat diserap oleh

pertumbuhan lapangan kerja.

Penyaluran Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berasal dari dalam Provinsi

Sumatera Barat ke luar negeri pada triwulan laporan terlihat meningkat

cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Selama

triwulan II-2008 jumlah TKI yang diberangkatkan sebanyak 537 tenaga kerja atau

meningkat 25% dari jumlah TKI yang diberangkatkan di triwulan I-2008 yang

tercatat sebanyak 429 tenaga kerja (Tabel 6.3). Banyaknya Perusahaan Jasa

Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) di Sumatera Barat dan kemudahan perizinan serta

akses ke luar negeri, semakin meningkatkan minat tenaga kerja Sumatera Barat

ke luar negeri.

Page 84: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah & Kesejahteraan

Bank Indonesia Padang 62

Pertamb.s.d Jun s.d Sept s.d Des s.d Mar s.d Jun Jun-Mar

Menurut Pendidikan 2.068 778 1.322 1.613 429 966 537 100,00- SD 0 0 0 0 0 0 0 0,00- SLTP/Setingkat 119 54 89 139 60 158 98 16,36- SLTA/Setingkat 1.948 724 1.233 1.473 369 807 438 83,54- D.I, D.II & D.III 0 0 0 1 0 1 1 0,10- Sarjana 1 0 0 0 0 0 0 0,00

Menurut Usia 2.068 778 1.322 1.613 429 966 537 100,00- < 15 tahun 0 0 0 0 0 0 0 0,00- 15 - 21 tahun 837 267 535 681 199 451 252 46,69- > 21 tahun 1.231 511 787 932 230 515 285 53,31

Menurut Lapangan Usaha 2.068 778 1.322 1.613 429 966 537 100,00- Pertanian/Perkebunan 0 0 33 54 0 2 2 0,21- Industri Pengolahan 2.068 775 1.272 1.540 429 964 535 99,79- Perdagn Besar, Rmh Makan 0 3 4 13 0 0 0 0,00- Lainnya 0 0 13 6 0 0 0 0,00

Menurut Negara Tujuan 2.068 778 1.322 1.613 429 966 537 100,00- Malaysia 2.068 775 1.319 1.610 429 966 537 100,00- Brunei Darussalam 0 3 3 3 0 0 0 0,00

Sumber : Disnakertrans Sumbar

Tabel 6.3 Pengiriman Tenaga Kerja IndonesiaDaerah Asal Dalam Prov. Sumatera Barat

2006Keterangan Share Tw.II/08 (%)

2007 2008

Pada triwulan laporan jumlah tenaga kerja berpendidikan SLTA/Setingkat

masih mendominasi, yaitu sebesar 83,54% dari total TKI, selanjutnya adalah

tenaga kerja berpendidikan SLTP/Setingkat yang mencapai 16,36%. Sampai

dengan Juni 2008, TKI yang berusia >21 tahun sebanyak 515 tenaga kerja atau

53,31% dari total TKI, sedangkan sisanya sebanyak 451 tenaga kerja berusia

antara 15 hingga 21 tahun. Dihubungkan dengan tingkat pendidikan, umumnya

TKI merupakan lulusan SLTA/Setingkat yang lama menganggur/belum

mendapatkan pekerjaan tetap kemudian mendaftar untuk menjadi TKI. Pada

triwulan laporan seluruh TKI yang dikirim ke luar negeri bekerja pada lapangan

usaha industri pengolahan.

Negara tujuan utama dari TKI Provinsi Sumatera Barat biasanya adalah

negara tetangga Malaysia dan Brunei Darussalam. Namun pada triwulan

laporan seluruh TKi dikirim ke Negara Malaysia. Relatif dominannya pengiriman

TKI ke Malaysia, disebabkan oleh faktor kemudahan transportasi dan faktor sosial

budaya di kedua negara yang masih dapat dikatakan serumpun sehingga sangat

membantu TKI dari Provinsi Sumatera Barat dalam bersosialisasi dengan

masyarakat Malaysia.

6.2 Kesejahteraan

Tingkat kesejahteraan penduduk Sumatera Barat pada triwulan II-2008

tercatat lebih baik dari triwulan sebelumnya. Hal tersebut tampak dari

beberapa indikator seperti Nilai Tukar Petani (NTP), perkiraan pendapatan

Page 85: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

63

Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah & Kesejahteraan

Bank Indonesia Padang

perkapita dan Upah Minimum Provinsi (UMP) yang diterima. Indikator-indikator

tersebut tercatat lebih baik/tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.

Nilai Tukar Petani (NTP) adalah rasio antara indeks harga yang diterima

petani (IT) dengan indeks harga yang dibayar petani (IB) yang dinyatakan

dalam persentase. Secara konseptual NTP adalah pengukur kemampuan tukar

barang-barang (produk) pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau

jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam

memproduksi produk pertanian.

Terhitung sejak penyajian data NTP bulan Mei 2008 didasarkan pada

perhitungan NTP dengan tahun dasar 2007 (2007=100). Memasuki periode

triwulan II-2008, NTP di Sumatera Barat berada pada level yang lebih tinggi dari

NTP nasional, padahal dengan tahun dasar sebelumnya, NTP Sumatera Barat

selalu berada dibawah nasional. Di bulan April 2008 NTP Sumatera Barat tercatat

sebesar 107,14 dan di bulan Mei 2008 sebesar 105,76. Sementara NTP nasional

masing-masing 99,02 dan 100,16 (Grafik 6.1).

Grafik 6.1 Nilai Tukar Petani di Sumatera Barat dan Nasional

60

65

70

75

80

85

90

95

100

105

110

115

6 20

06 7 8 9 10 11 12

1 20

07 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 20

08 2 3 4 4 5

Inde

ks N

asio

nal

0

20

40

60

80

100

120

Inde

ks S

umba

r

Nasional (axis kiri)

Sumatera Barat (axis kanan)Tahun Dasar 2007

Walaupun berada diatas NTP nasional, NTP Sumatera Barat cenderung

menurun sejak bulan Maret 2008 hingga Mei 2008. Penurunan NTP tersebut

disebabkan kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian yang terjadi relatif

lebih rendah apabila dibandingkan dengan kenaikan indeks harga barang dan

jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk kebutuhan proses

produksi pertanian akibat meningkatnya inflasi.

Sumber : BPS, diolah

Page 86: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah & Kesejahteraan

Bank Indonesia Padang 64

Berdasarkan PDRB per kapita atas dasar harga (ADH) berlaku, PDRB per

kapita Sumatera Barat di triwulan laporan diperkirakan sebesar Rp14,35

juta∗ lebih tinggi dari triwulan I-2008 yang tercatat sebesar Rp13,85 juta.

Sementara PDRB per kapita atas dasar harga konstan, PDRB per kapita Sumatera

Barat sebesar Rp7,19 juta** meningkat dibandingkan triwulan I-2008 yang

diperkirakan sebesar Rp7,09 juta. Peningkatan PDRB per kapita ADH Berlaku

disebabkan beberapa hal, diantaranya pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat

yang cenderung meningkat dan adanya kenaikan upah minimum provinsi di

tahun 2008 (Grafik 6.2).

Grafik 6.2 Perkembangan PDRB/Kapita Sumatera Barat

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

2003 2004 2005 2006* Tw.III-2007**

Tw.IV-2007**

Tw.I-2008** Tw.II-2008**

Rp.

000

(5,00)

-

5,00

10,00

15,00

20,00 %

PDRB/Kapita (Berlaku) PDRB/Kapita (Konstan)

Pertumb. (Berlaku, %) Pertumb. (Konstan, %)

* angka sementara, ** angka perkiraan

Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Barat tahun 2008 ditetapkan

sebesar Rp800.000/bulan atau naik 10,34% dibandingkan tahun 2007 yang

tercatat sebesar Rp725.000/bulan. Pertumbuhan angka UMP tahun 2008

tersebut sebenarnya lebih rendah dari tahun 2006 yang mengalami pertumbuhan

mencapai 20,37% dari tahun 2005. Hal ini dikarenakan UMP tahun 2006 telah

mengkompensasi melonjaknya biaya hidup akibat kebijakan pemerintah yang

menaikkan harga BBM (Grafik 6.3).

* PDRB ADH Berlaku/jumlah penduduk, angka perkiraan

** PDRB ADH Konstan/jumlah penduduk, angka perkiraan

Sumber : BPS, diolah

Page 87: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

65

Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah & Kesejahteraan

Bank Indonesia Padang

Grafik 6.3 Perkembangan Upah Minimum Provinsi Sumatera Barat

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

2003 2004 2005 2006 2007 2008

Rp.

000

0

5

10

15

20

25 %

UMP

Pertumb. (%)

Sumber : BPS, diolah

Page 88: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah & Kesejahteraan

Bank Indonesia Padang 66

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 89: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI

DAERAH

7.1. Perkiraan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Sumbar Triwulan III-2008 secara tahunan (y-o-y)

diperkirakan akan meningkat dibandingkan triwulan II-2008 dengan laju

pertumbuhan pada kisaran 6,3%-6,8%. Dari sisi konsumsi, akan terjadi

peningkatan tingkat pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Survei Konsumen Bank

Indonesia menunjukkan bahwa Indeks Kepercayaan Konsumen yang terus

menurun selama triwulan I kembali meningkat pada bulan Juni 2008 (grafik 7.1).

Berakhirnya situasi ketidakpastian kenaikan BBM ternyata segera berakhir setelah

pemerintah menaikkan harga BBM. Meski kondisi ekonomi saat ini menurut

konsumen masih terus memburuk, namun konsumen berekspektasi perekonomian

akan membaik. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya beberapa indikator

ekspektasi seperti ekspektasi penghasilan, lapangan kerja, dan kondisi ekonomi 6

bulan yang akan datang.

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

Jan Feb Mar Apr Mei Juni

Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat  Ini

Indeks Ekspektasi  Konsumen

Sumber : SK-BI

0

20

40

60

80

100

120

140

Jan Feb Mar Apr Mei Juni

Ekspektasi penghasilan 6 bulan yad Ketersediaan lapangan  kerja 6 bulan yad

Kondisi ekonomi 6 bulan yad

Sumber : Survei Konsumen-BI

Grafik 7.1. Perkembangan Kepercayaan Konsumen Grafik 7.2. Perkembangan Ekspektasi Konsumen

Indikator perbankan masih menunjukkan arah yang positif dan

mendukung masih tingginya pertumbuhan ekonomi ke depan. Kredit

menurut lokasi proyek hingga akhir Mei 2008 masih tumbuh di atas proyeksi.

Kredit investasi di sektor pertanian serta kredit konstruksi hingga Mei 2008 telah

mengalami pertumbuhan 20,02%. Pembiayaan ekonomi dari Pemerintah

diperkirakan juga meningkat, terutama yang berasal dari pemerintah daerah.

67 Bank Indonesia Padang

Page 90: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab VII : Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Faktor musiman menjelang masuknya bulan Ramadhan diperkirakan juga akan

meningkatkan aktivitas ekonomi khususnya di sektor perdagangan dan sektor jasa-

jasa.

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

Oct-Dec Jan-Mar Apr-Jun Jul-Sep Oct-Dec Jan-Mar Apr-May$ C

rud

e O

il

$, P

alm

Oil

dan

Palm

Kern

el

Oil

Palm oil ($/mt)Palmkernel oil ($/mt)Crude oil, Brent ($/bbl)

Sumber : World Bank

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

2006 2007 2007 2007 2007 2008 2008

Oct‐Dec

Jan‐Mar

Apr‐Jun

Jul‐Sep

Oct‐Dec

Jan‐Mar

Apr‐May

USD

Crude oil, Brent ($/bbl)

Coal, Australia ($/mt)

Sumber : World Bank

Grafik 7.4. Perkembangan Harga Palm Oil, Palm Kernel Oil, dan Minyak Dunia

Grafik 7.5. Perkembangan Harga Minyak dan Batu Bara Dunia

Kenaikan harga CPO diperkirakan akan terus berlanjut seiring dengan tren

peningkatan harga minyak dunia. Tren kenaikan harga minyak dunia

membawa pengaruh baik bagi ekspor Sumatera Barat serta nilai tambah sektor

pertanian. Pada grafik 7.4 terlihat bahwa pergerakan harga palm oil dan palm

kernel oil searah dengan harga minyak mentah. Tidak hanya itu, harga batu bara

dunia juga terus meningkat (grafik 7.5). Hal ini akan mendorong investasi di sektor

pertanian.

7.2. Perkiraan Inflasi

Tekanan Inflasi pada triwulan III-2008 diperkirakan relatif sama dengan

triwulan laporan berkisar antara 11-12% (y-o-y). Beberapa faktor yang

mempengaruhi tekanan inflasi yang masih cukup tinggi tersebut antara lain inflasi

bahan makanan, makanan jadi, serta perumahan sebagai akibat dampak ronde

kedua kenaikan harga BBM. Inflasi kelompok pendidikan juga masih berpengaruh

pada bulan Juli-Agustus seiring dengan dimulainya tahun ajaran baru. Beberapa

perusahaan memang tidak seketika menaikkan harga produknya karena masih

melakukan kalkulasi ulang terhadap kenaikan upah buruh serta penyesuaian biaya

produksi lainnya.

Kenaikan harga beras perlu diwaspadai menjelang masuknya bulan suci

Ramadhan. Pada bulan Juni 2008, harga beras mulai merambat naik setelah

Bank Indonesia Padang 68

Page 91: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Bab VII : Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

lewatnya masa panen raya pada bulan triwulan I-II 2008. Tingginya kontribusi beras

dalam pembentukan inflasi kota Padang membuat pengendalian pasokan beras

menjadi faktor yang sangat penting dalam pengendalian inflasi kota Padang.

Harga hasil peternakan diperkirakan akan meningkat. Tingginya harga pakan

ternak serta kenaikan permintaan menjelang bulan puasa diperkirakan mendorong

kenaikan harga hasil peternakan seperti daging sapi, daging ayam, dan telur ayam.

Persaingan usaha antar daerah juga menjadi faktor pendorong kenaikan harga

hasil peternakan. Tingginya permintaan dan daya beli di provinsi tetangga seperti

Pekanbaru dapat mengurangi pasokan daging dan telur di Kota Padang.

Belum stabilnya harga minyak dunia berpotensi meningkatkan angka

inflasi melewati proyeksi. Pergerakan harga minyak dunia yang tidak pasti

menyulitkan proyeksi inflasi secara tepat. Apalagi, banyak kalangan masih

memperdebatkan volatilitas harga minyak, disebabkan faktor supply demand

semata atau ada unsur spekulasi. Meskipun demikian, relatif stabilnya nilai tukar

rupiah sebagai salah satu target kebijakan moneter Bank Indonesia menjadi modal

yang cukup kuat dalam pengamanan inflasi.

-4.00%

-2.00%

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

Jan-0

7

Feb-07

Mar-07

Apr-07

May-07Ju

n-07Ju

l-07

Aug-07

Sep-07

Oct-07

Nov-07

Dec-07

Jan-0

8

Feb-08

Mar-08

Apr-08

May-08Ju

n-08

140

145

150

155

160

165

170

175

Inflasi q-t-q IHK y-o-y IHK

Sumber : BI, diolah

050

100150200250300350400450

2007 2007 2007 2007 2008

Jan-Mar Apr-Jun Jul-Sep Oct-Dec Jan-Mar

FoodAgricultureEnergyFertilizer

Sumber : World Bank

Grafik 7.6. Perkembangan Inflasi Kota Padang Grafik 7.7. Perkembangan Indeks Harga World Bank di Negara Low dan Middle Income

69 Bank Indonesia Padang

Page 92: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Lampiran

Page 93: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Total Total2006 2007**)

TRW. I TRW. II TRW III TRW. IV TRW. I TRW. II

1. PERTANIAN /AGRICULTURE 13,396,524 3,487,826 3,499,676 3,729,628 4,037,737 14,754,868 4,246,907 4,310,996a. Tanaman Pangan & Hortikultura/Farm Food Crops 6,954,105 1,789,309 1,752,764 1,882,134 2,065,454 7,489,662 2,240,275 2,241,728b. Perkebunan / Farm Non Food Crops 2,976,457 774,371 805,927 855,981 917,500 3,353,780 929,522 955,304c. Peternakan/Livestock 1,079,157 283,717 291,971 307,839 323,323 1,206,850 325,815 334,374d. Kehutanan/Forestry 792,798 219,632 226,120 234,043 254,390 934,185 260,888 273,365e. Perikanan/Fishery 1,594,006 420,797 422,894 449,630 477,070 1,770,391 490,407 506,225

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN/ 1,829,475 482,968 498,592 526,409 551,969 2,059,937 556,184 574,693a. Migas dan Gas Bumi/Crude Petroleum & Natural Gasb. Non Migas / Non Crude Petroleum & Natural Gas 262,160 69,036 69,929 72,628 74,257 285,850 74,075 75,608c. Penggalian / Quarrying 1,567,315 413,932 428,662 453,781 477,712 1,774,087 482,109 499,085

3. INDUSTRI PENGOLAHAN / 6,055,971 1,676,865 1,729,904 1,821,222 1,951,251 7,179,243 2,036,335 2,139,002a. Industri Migas/Oil & Gas Manufacturing Industriesb. Industri Tanpa Migas/Non Oil & Gas Manufacturing 6,055,971 1,676,865 1,729,904 1,821,222 1,951,251 7,179,243 2,036,335 2,139,002

1. Makan, Minuman dan Tembakau / Food, Drink 1,561,168 431,664 443,777 470,283 496,938 1,842,662 524,874 556,3222. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 2,397,770 666,803 687,217 724,836 777,644 2,856,499 806,089 844,3613. Barang Kayu dan Hasil Hutan 219,759 58,355 59,723 61,633 66,215 245,927 68,594 71,0884. Kertas dan Barang Cetakan 19,226 4,951 5,062 5,213 5,245 20,472 5,350 5,4085. Pupuk Kimia dan Barng dari Karet 386,733 103,593 106,722 112,602 116,043 438,960 119,508 127,5636. Semen dan Barng Non Logam 1,318,223 372,865 388,058 405,887 448,282 1,615,091 470,415 491,9477. Logan Dasar, Besi dan Baja8. Alat Angk. Mesin dan Peralatan 151,035 38,056 38,756 40,164 40,233 157,209 40,846 41,6429. Barang Lainnya/Other 2,056 577 589 604 653 2,423 660 671

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH / 754,790 194,580 201,350 212,127 214,132 822,189 216,259 221,115a. Listrik / Electricity 695,631 178,936 185,232 195,494 197,098 756,759 199,012 203,444b. G a s/ Gasc. Air Bersih / Water Supply 59,159 15,644 16,118 16,634 17,034 65,430 17,247 17,671

5. BANGUNAN / CONSTRUCTION 2,972,397 794,888 809,562 830,456 855,239 3,290,146 898,056 928,073

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN / 8,992,233 2,459,524 2,524,213 2,642,258 2,742,004 10,367,999 2,850,404 2,987,971a. Perdagangan Besar dan Eceran/Wholesale & Retail Trade 8,673,675 2,374,947 2,437,779 2,552,213 2,650,393 10,015,331 2,756,318 2,890,329b. H o t e l / Hotels 79,864 22,321 22,795 23,313 24,634 93,062 25,111 26,148c. Restoran / Restaurant 238,694 62,256 63,639 66,733 66,978 259,606 68,975 71,494

7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI / 8,022,487 2,117,304 2,177,878 2,301,108 2,413,031 9,009,321 2,482,415 2,618,212a. Angkutan / Transport 6,646,456 1,739,690 1,781,665 1,878,412 1,972,941 7,372,708 2,025,642 2,140,420 1. Kereta Api /Railway Transport 43,132 11,056 11,603 12,166 12,193 47,018 12,485 12,825 2. Jalan Raya (Darat) / Road Transport 4,667,779 1,214,809 1,238,347 1,303,996 1,375,482 5,132,633 1,407,716 1,491,978 3. Angkutan Laut / Sea Transport 509,363 128,014 131,420 136,867 139,606 535,907 140,451 146,270 4. Angkutan Sungai, Danau & Penyebrangan/Inland 180,740 47,982 49,111 51,003 55,569 203,666 57,667 60,426 5. Angkutan Udara / Air Transport 647,683 178,699 186,775 202,017 214,933 782,425 226,978 240,867 6. Jasa Penunjang Angkutan / Supporting and Auxiliary 597,759 159,130 164,408 172,362 175,158 671,058 180,344 188,053b. Komunikasi / Communication 1,376,031 377,614 396,213 422,696 440,090 1,636,613 456,773 477,792

8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 2,632,089 704,765 724,603 752,591 781,408 2,963,366 803,547 827,756a. Bank / Banking 792,659 222,959 227,447 231,233 243,628 925,267 249,194 254,968b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank & Jasa Penunjang / 676,265 177,606 181,194 189,469 195,741 744,010 199,653 205,789c. Sewa Bangunan / Rent of Building 1,088,259 284,705 295,975 310,778 320,150 1,211,607 332,291 343,989d. Jasa Perusahaan / Business Services 74,906 19,495 19,987 21,112 21,888 82,481 22,409 23,009

9. JASA-JASA / SERVICES 8,373,621 2,217,127 2,293,298 2,387,579 2,453,972 9,351,976 2,533,020 2,613,673a. Pemerintahan Umum & Pertahanan /Public Administration 5,744,638 1,519,561 1,576,434 1,638,470 1,681,751 6,416,216 1,739,901 1,803,598b. Swasta / Private Services 2,628,983 697,566 716,864 749,109 772,221 2,935,759 793,119 810,075 1. Sosial Kemasyarakatan/Social & Community Services 1,008,362 272,969 279,517 289,907 303,134 1,145,527 309,625 313,880 2. Hiburan dan Rekreasi/Entertainment & Cultural Service 262,684 67,940 69,161 71,832 74,323 283,255 75,681 77,049 3. Perorangan dan Rumahtangga/ Personal & Household 1,357,937 356,657 368,187 387,370 394,764 1,506,977 407,813 419,146

P D R B / G R D P 53,029,588 14,135,847 14,459,076 15,203,379 16,000,744 59,799,045 16,623,128 17,221,492

Catatan : *) Angka Diperbaiki**) Angka Sementara***) Angka Sangat sementara

Sumber : BPS

Tahun 2008 ***)

LAMPIRAN 1PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA PROPINSI SUMATERA BARAT ATAS DASAR HARGA BERLAKU

TRIWULANAN TAHUN 2006-2008

Sektor / Sub Sektor

Tahun 2007 **)

Page 94: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Total Total2006 *) 2007**)

TRW. I TRW. II TRW III TRW. IV TRW. I TRW. II

1. PERTANIAN /AGRICULTURE 7,658,395 1,954,467 1,991,351 2,035,043 2,058,057 8,038,919 2,065,783 2,096,187a. Tanaman Pangan & Hortikultura/Farm Food Crops 3,854,067 982,671 1,001,146 1,021,569 1,024,838 4,030,224 1,030,577 1,043,665b. Perkebunan / Farm Non Food Crops 1,861,669 485,391 498,885 513,453 526,854 2,024,583 526,959 538,078c. Peternakan/Livestock 611,828 153,676 156,473 159,790 161,037 630,976 162,051 164,466d. Kehutanan/Forestry 489,512 117,271 116,439 117,324 117,183 468,217 116,292 116,350e. Perikanan/Fishery 841,318 215,457 218,409 222,908 228,146 884,920 229,903 233,627

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN/ 980,827 248,672 253,625 261,356 265,175 1,028,828 264,858 267,085a. Migas dan Gas Bumi/Crude Petroleum & Natural Gasb. Non Migas / Non Crude Petroleum & Natural Gas 183,776 47,015 47,410 47,842 47,540 189,808 47,136 47,664c. Penggalian / Quarrying 797,051 201,657 206,214 213,514 217,635 839,020 217,722 219,420

3. INDUSTRI PENGOLAHAN / 3,978,641 1,014,379 1,038,683 1,071,984 1,084,024 4,209,069 1,088,097 1,101,423a. Industri Migas/Oil & Gas Manufacturing Industriesb. Industri Tanpa Migas/Non Oil & Gas Manufacturing 3,978,641 1,014,379 1,038,683 1,071,984 1,084,024 4,209,069 1,088,097 1,101,423

1. Makan, Minuman dan Tembakau / Food, Drink and T 1,068,579 273,563 278,925 288,492 294,089 1,135,069 295,324 294,9112. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 1,597,682 405,585 416,171 430,987 432,840 1,685,583 433,835 438,3043. Barang Kayu dan Hasil Hutan 134,883 32,581 32,317 32,452 32,504 129,854 32,296 32,3544. Kertas dan Barang Cetakan 13,301 3,398 3,445 3,504 3,517 13,863 3,533 3,5585. Pupuk Kimia dan Barng dari Karet 278,112 70,671 71,420 72,956 73,087 288,133 73,620 76,0286. Semen dan Barng Non Logam 796,865 206,060 213,602 220,373 224,626 864,661 226,064 232,5977. Logan Dasar, Besi dan Baja 0 0 08. Alat Angk. Mesin dan Peralatan 87,823 22,168 22,447 22,856 22,995 90,466 23,057 23,2999. Barang Lainnya/Other 1,396 353 356 365 366 1,440 367 371

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH / 368,982 94,562 97,571 100,837 101,463 394,433 102,324 104,229a. Listrik / Electricity 334,433 85,633 88,408 91,485 92,043 357,569 92,807 94,533b. G a s/ Gasc. Air Bersih / Water Supply 34,549 8,928 9,163 9,353 9,421 36,864 9,517 9,696

5. BANGUNAN / CONSTRUCTION 1,544,890 399,688 405,324 406,378 415,806 1,627,195 423,207 427,185

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN / 5,662,879 1,478,213 1,503,475 1,536,067 1,538,927 6,056,683 1,561,445 1,579,746a. Perdagangan Besar dan Eceran/Wholesale & Retail Trade 5,472,369 1,428,556 1,453,127 1,484,805 1,486,884 5,853,371 1,508,741 1,525,940b. H o t e l / Hotels 48,647 12,664 12,848 12,997 13,235 51,744 13,375 13,737c. Restoran / Restaurant 141,863 36,994 37,500 38,265 38,809 151,568 39,329 40,068

7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI / 4,140,570 1,090,065 1,115,806 1,147,723 1,173,143 4,526,737 1,193,829 1,217,827a. Angkutan / Transport 3,216,078 834,700 848,158 865,729 877,867 3,426,454 888,307 899,107 1. Kereta Api /Railway Transport 26,453 6,653 6,863 7,032 7,139 27,688 7,152 7,211 2. Jalan Raya (Darat) / Road Transport 2,119,592 546,475 554,017 565,263 572,725 2,238,479 579,941 586,726 3. Angkutan Laut / Sea Transport 250,120 62,283 63,635 64,933 65,498 256,348 65,209 65,431 4. Angkutan Sungai, Danau & Penyebrangan/Inland 61,787 16,472 16,737 17,154 17,320 67,682 17,633 18,002 5. Angkutan Udara / Air Transport 396,648 108,922 111,482 113,890 116,714 451,007 118,640 120,918 6. Jasa Penunjang Angkutan / Supporting and Auxiliary 361,478 93,895 95,425 97,458 98,471 385,249 99,732 100,819b. Komunikasi / Communication 924,492 255,365 267,648 281,994 295,276 1,100,283 305,522 318,721

8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 1,579,348 411,429 418,279 428,371 434,467 1,692,546 439,527 447,111a. Bank / Banking 544,300 144,168 146,820 149,184 149,736 589,908 152,836 155,785b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank & Jasa Penunjang / 386,365 99,599 100,545 102,827 105,254 408,224 105,917 107,495c. Sewa Bangunan / Rent of Building 602,084 155,742 158,794 163,908 166,825 645,269 168,060 170,933d. Jasa Perusahaan / Business Services 46,598 11,921 12,120 12,452 12,653 49,146 12,715 12,898

9. JASA-JASA / SERVICES 5,035,414 1,300,114 1,321,181 1,350,021 1,367,241 5,338,557 1,378,252 1,396,211a. Pemerintahan Umum & Pertahanan /Public Administration 3,351,829 861,567 873,973 889,530 902,162 3,527,232 907,845 920,283b. Swasta / Private Services 1,683,585 438,547 447,207 460,491 465,079 1,811,325 470,407 475,928 1. Sosial Kemasyarakatan/Social & Community Services 602,737 155,870 158,878 163,374 165,319 643,441 166,988 168,475 2. Hiburan dan Rekreasi/Entertainment & Cultural Services 187,161 48,936 49,562 51,282 52,328 202,108 52,893 53,496 3. Perorangan dan Rumahtangga/ Personal & Household 893,687 233,742 238,767 245,835 247,433 965,776 250,525 253,958

P D R B / G R D P 30,949,945 7,991,589 8,145,295 8,337,780 8,438,305 32,912,969 8,517,321 8,637,004

Catatan : *) Angka Diperbaiki**) Angka Sementara***) Angka Sangat sementara

Sumber : BPS

LAMPIRAN 2PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA PROPINSI SUMATERA BARAT ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000

TRIWULANAN TAHUN 2006-2008

Tahun 2008 ***)Tahun 2007 **)

Sektor / Sub Sektor

Page 95: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Total Total

Tahun 2006 * Tahun 2007**

TRW. I TRW. II TRW III TRW. IV TRW. I TRW. II

1. PENGELUARAN KONSUMSI RUMAHTANGGA/ 30,288,933.27 7,852,823.78 7,992,812.81 8,606,987.57 8,914,577.63 33,367,201.79 9,286,806.58 9,480,123.45Private Consumption Expenditure

A. MAKANAN/Food 18,498,004.90 4,785,127.35 4,873,742.73 5,351,540.68 5,537,982.77 20,548,393.52 5,812,882.86 5,912,932.86B. NON MAKANAN/Non-Food 11,790,928.37 3,067,696.43 3,119,070.08 3,255,446.89 3,376,594.86 12,818,808.27 3,473,923.72 3,567,190.59

2. PENGELUARAN KONSUMSI LEMBAGA 549,092.58 141,739.58 146,175.18 148,482.99 152,269.31 588,667.06 157,007.70 159,414.85SWASTA NIRLABA/ Non-profit Institution Consumption Expenditure

3. PENGELUARAN KONSUMSI PEMERINTAH/ 6,045,139.36 1,608,574.04 1,638,748.00 1,701,225.10 1,764,510.68 6,713,057.83 1,815,371.92 1,870,425.67Government Consumption Expenditure

4. PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO/ 9,408,084.08 2,496,028.14 2,542,719.12 2,632,688.73 2,782,225.45 10,453,661.43 2,886,971.41 2,985,321.32Gross Domestic Fixed capital Formation

5. PERUBAHAN STOK/Change in Stock -371,190.65 -347,032.18 -312,095.71 -156,134.28 233,219.41 -582,042.77 176,657.08 280,726.02

6. EKSPOR BARANG-BARANG DAN JASA-JASA/ 10,975,117.66 3,498,436.72 3,649,797.33 3,897,940.45 4,222,170.75 15,268,345.25 4,647,182.16 5,110,254.25Export of Goods and Services

7. DIKURANGI IMPOR BARANG-BARANG DAN 3,865,588.20 1,114,723.33 1,199,080.44 1,627,811.99 2,068,229.52 6,009,845.28 2,346,869.02 2,664,773.90JASA-JASA/ Less Import of Goods and Services

53,029,588.10 14,135,846.75 14,459,076.29 15,203,378.56 16,000,743.70 59,799,045.30 16,623,127.83 17,221,491.67

*) Angka Diperbaiki**) Angka Sementara***) Angka Sangat sementara

Sumber : BPS

Tahun 2008 ***)

LAMPIRAN 3

PDRB MENURUT PENGGUNAAN PROPINSI SUMATERA BARAT ATAS DASAR HARGA BERLAKU

TRIWULANAN TAHUN 2006-2008

Jumlah/ Total

Jenis Penggunaan/

Type of Expenditure

Tahun 2007 **)

Page 96: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Total

2006 *

TRW. I TRW. II TRW III TRW. IV TOTAL TRW. I TRW. II

1. PENGELUARAN KONSUMSI RUMAHTANGGA/ 17,037,910.03 4,336,467.87 4,390,979.64 4,474,348.57 4,536,903.84 17,738,699.93 4,563,274.53 4,615,584.94Private Consumption Expenditure

A. MAKANAN/Food 10,891,557.60 2,773,825.15 2,808,102.52 2,856,667.87 2,873,745.96 11,312,341.49 2,895,179.80 2,930,329.36B. NON MAKANAN/Non-Food 6,146,352.43 1,562,642.72 1,582,877.13 1,617,680.71 1,663,157.89 6,426,358.44 1,668,094.73 1,685,255.58

2. PENGELUARAN KONSUMSI LEMBAGA 289,965.08 73,476.91 74,826.58 75,784.11 76,890.56 300,978.17 76,994.45 77,168.58SWASTA NIRLABA/ Non-profit Institution

Consumption Expenditure

3. PENGELUARAN KONSUMSI PEMERINTAH/ 3,658,086.90 939,382.10 951,897.74 962,814.79 974,946.25 3,829,040.88 981,185.91 994,589.85Government Consumption Expenditure

4. PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO/ 5,604,645.87 1,436,345.57 1,449,422.42 1,460,199.50 1,478,305.97 5,824,273.46 1,496,489.13 1,508,499.90Gross Domestic Fixed capital Formation

5. PERUBAHAN STOK/Change in Stock -237,346.87 -265,774.36 -199,010.60 -68,714.38 40,296.34 -493,203.00 47,410.37 78,554.98

6. EKSPOR BARANG-BARANG DAN JASA-JASA/ 7,125,583.22 2,187,657.66 2,240,135.20 2,332,174.83 2,425,177.74 9,185,145.44 2,550,547.36 2,613,673.41Export of Goods and Services

7. DIKURANGI IMPOR BARANG-BARANG DAN 2,528,899.13 715,966.72 762,956.43 898,826.99 1,094,216.14 3,471,966.29 1,198,580.62 1,251,067.56JASA-JASA/ Less Import of Goods and Services

30,949,945.10 7,991,589.03 8,145,294.56 8,337,780.43 8,438,304.57 32,912,968.59 8,517,321.13 8,637,004.09

*) Angka Diperbaiki**) Angka Sementara***) Angka Sangat sementara

Sumber : BPS

Tahun 2008 ***)Tahun 2007 **)

Type of Expenditure

Jumlah/ Total

Jenis Penggunaan/

LAMPIRAN 4

PDRB MENURUT PENGGUNAAN PROPINSI SUMATERA BARAT ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000

TRIWULANAN TAHUN 2006-2008

Page 97: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

AkhirPeriode IHK Perub.(%)

2006Jan 136.36 135.76 132.49 129.59 112.60 126.56 164.57 137.50 -0.91%Feb 136.50 139.49 135.58 129.26 113.68 126.56 165.29 138.90 1.02%Mar 138.79 142.98 135.60 128.70 118.15 126.69 165.65 140.39 1.07%Apr 135.44 143.00 138.68 130.90 118.15 126.88 165.66 140.13 -0.19%Mei 135.08 143.00 139.01 135.39 117.68 127.23 166.00 140.47 0.24%Jun 135.53 143.05 142.13 135.50 117.94 128.68 166.17 141.38 0.65%Jul 136.51 147.40 142.89 137.02 118.19 128.76 166.22 142.70 0.93%Agt 130.75 147.42 143.09 138.15 118.12 135.70 166.31 141.45 -0.88%Sep 134.67 147.31 143.76 136.58 118.32 135.71 166.33 142.70 0.88%Okt 140.13 150.29 144.14 138.20 121.06 135.79 166.33 145.23 1.77%Nov 140.39 151.38 144.29 139.49 120.60 136.17 166.30 145.62 0.27%Des 151.63 153.41 146.26 139.39 120.17 136.17 166.61 149.93 2.96%

2007Jan 155.42 156.19 147.05 138.93 120.43 136.79 167.12 151.84 1.27%Feb 159.53 157.21 147.63 140.75 120.55 136.79 167.17 153.57 1.14%Mar 165.09 157.44 147.71 141.01 120.65 136.79 167.44 155.45 1.22%Apr 160.00 157.97 147.70 142.03 121.52 136.44 168.08 154.10 -0.87%Mei 152.36 159.00 148.03 141.86 123.76 136.44 168.56 152.06 -1.33%Jun 151.94 160.44 149.00 141.32 125.05 136.44 168.79 152.40 0.22%Jul 153.73 161.13 150.11 142.48 125.79 137.38 168.79 153.48 0.71%Agt 153.77 161.64 151.48 143.61 126.22 138.78 168.77 154.03 0.36%Sep 156.95 163.95 151.58 144.86 127.01 138.75 168.65 155.54 0.98%Okt 159.27 164.44 151.69 146.09 128.78 138.75 168.44 156.51 0.62%Nov 161.20 165.79 153.64 147.40 129.02 138.66 168.67 157.87 0.87%Des 164.98 170.98 154.22 147.80 130.34 140.04 169.19 160.28 1.53%

2008Jan 167.25 171.24 156.06 149.97 130.46 140.19 169.82 161.68 0.87%Feb 176.15 172.28 156.62 150.33 130.59 140.65 170.18 164.90 1.99%Mar 180.79 174.08 157.88 153.47 131.86 140.95 170.41 167.25 1.43%Apr 180.71 177.07 157.80 151.37 132.70 141.14 169.06 167.40 0.09%Mei 180.38 177.48 159.88 151.02 134.11 141.90 172.20 168.30 0.54%Jun 186.95 184.45 163.01 151.74 135.12 142.20 190.68 175.18 4.09%

Jun'07 * 96.62 99.52 99.28 99.18 100.34 99.11 100.42 98.88 naDes'07 * 104.92 105.02 102.55 101.62 104.70 101.38 99.62 102.97 naJun'08 * 118.86 113.49 107.40 103.61 108.03 102.38 110.25 111.41 4.09%

Sumber : BPS Prov. Sumatera Barat, * Menggunakan tahun dasar 2007 = 100

U M U M

Lampiran 5Indeks Harga Konsumen Kota Padang (Tahun Dasar 2002)

BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI PERUMAHAN SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN TRANSPORT

Page 98: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Daftar Istilah

Page 99: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

DAFTAR ISTILAH

Aktiva Produktif

Adalah penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan

menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit,

penempatan pada antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan

surat-surat berharga lainnya.

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)

Adalah pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bank berdasarkan risiko dari

masing-masing aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot

risikonya. Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot

yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada perorangan.

Capital Adequacy Ratio (CAR)

Adalah rasio antara modal (modal inti dan modal pelengkap) terhadap Aktifa

Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Adalah dana yang diterima perbankan dari masyarakat, yang berupa giro, tabungan

atau deposito.

Financing to Deposit Ratio (FDR)

Adalah rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana

yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum konvensional.

Kliring

Adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta

kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang

perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

Page 100: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Kliring Debet

Adalah kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan

penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada

penyelenggara kliring lokal (unit kerja di Bank Indonesia atau bank yang

memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring lokal) dan

hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang

menangani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional

Kliring Kredit

Adalah kegiatan kliring untuk transfer kredit antar bank yang dikirim langsung oleh

bank peserta kliring ke Sistem Sentral Kliring di KP Bank Indonesia tanpa

menyampaikan fisik warkat (paperless).

Kredit menurut Bank Pelapor/Kantor Cabang

Adalah jumlah kredit yang disalurkan oleh kantor cabang bank yang memberikan

persetujuan serta menyalurkan kredit.

Kredit menurut Lokasi Proyek

Adalah jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan berdasarkan lokasi proyek

yang dibiayai kredit tersebut.

Kualitas Kredit

Adalah penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan

kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas

yaitu lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar, Diregukan dan Macet.

Loan to Deposit Ratio (LDR)

Adalah rasio antara jumlah kredit yang disalurkan terhadap dana yang diterima (giro,

tabungan dan deposito)

Page 101: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Loanable Funds

Adalah Dana Pihak Ketiga yang dapat disalurkan dalam bentuk kredit

Microbanking Unit

Adalah unit dari perbankan yang bergerak dalam memberikan kredit dalam skala

mikro. Skala kredit mikro dari masing-masing bank berbeda-beda sesuai dengan

core bisnis bank.

Net Interest Margin (NIM)

Adalah selisih antara pendapatan bunga yang dihasilkan aktiva produktif bank

dengan beban bunga yang dibayar kepada penyimpan DPK. NIM digunakan untuk

mengukur profitabilitas bank

Non Performing Loans (NLPs)

Adalah kredit yang termasuk dalam kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.

Penyisihan Penghapusan Aktifa Produktif (PPAP)

Adalah suatu pencadangan untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin timbul

dari tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP ditentukan dari

kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin besar PPAP yang dibentuk.

Misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong kurang lancar adalah 15% dari jumlah

kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi agunan), sedangkan untuk kredit macet,

PPAP yang harus dibentuk adalah 100% dari total kredit macet (setelah dikurangi

agunan).

Rasio Non Performing Loans (NPLs)

Adalah rasio kredit yang tergolong NPLs terhadap total kredit. Rasio ini juga sering

disebut rasio NPLs gross. Semakin rendah rasio NPLs, semakin baik kondisi bank ybs.

Page 102: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · permintaan, melambatnya ... relatif tidak setinggi saat pengurangan subsidi BBM tanggal 1 Oktober 2005. ... Kenaikan harga BBM langsung direspon

Rasio Non Performing Loans (NPLs) – Net

Adalah rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan

Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit.

Secondary Reserves

Adalah Aktiva Bank yang diinvestasikan pada surat berharga jangka pendek,

biasanya pada Sertifikat Bank Indonesia atau Surat Utang Negara.

Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS)

Adalah proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika

(real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat

bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)

Adalah sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit

yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.

Yields

Adalah persentase yang mengukur cash returns yang diperoleh pemilik surat

berharga atau bonds.