kajian ekonomi regional provinsi … melakukan pengurangan tenaga kerja pada tahun 2012. sejalan...
TRANSCRIPT
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
PROVINSI SULAWESI UTARA
TRIWULAN II TAHUN 2012
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Suhaedi : Kepala Perwakilan
Ferry F.F.M. Parera : Deputi Kepala Perwakilan
Eko Siswantoro : Kepala Tim Ekonomi Moneter
Savetri Lihanara : Kepala Tim Pengawasan Bank
Farley Piga : Analis
Jeany J. Legoh : Analis
Dicky F. Tarigan : Pengawas Bank
Berthy L.M. Ruhukail : Pengawas Bank
Syamsul Bahri : Kepala Unit Layanan Nasabah dan Penyelenggara Kliring
Teguh D. Prasetyo : Kepala Unit Operasional Kas
Curie Rantung : Kepala Unit Sumber Daya Manusia
Softcopy buku ini dapat di-download dari DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia)
di website Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.id
Halaman ini sengaja dikosongkan
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2012
iii
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Utara
Triwulan II 2012 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik setiap triwulan
sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dalam
memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara
terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah
satu referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai
pihak terkait.
Dalam proses penyusunan Kajian Ekonomi Regional ini, kami menggunakan data yang
diperoleh dari berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara,
Badan Pusat Statistik, pelaku usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank
Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu
kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan
semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan
datang.
Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini
ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa
mengahapkan kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan
datang.
Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat
bagi semua kalangan dalam memahani perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih.
Manado, Agustus 2012
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI SULAWESI UTARA
ttd
Suhaedi
Direktur
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2012
iv
Daftar Isi
KATA PENGANTAR halaman iii
DAFTAR ISI
halaman iv
RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 1
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO halaman 9
Sisi Permintaan halaman 9
Sisi Penawaran halaman 15
Boks 1: Pemetaan Sektor dan Komoditas Unggulan Sulawesi Utara dalam
Menciptakan Pertumbuhan Ekonomi Inklusif Dan Berkesinambungan
Halaman 26
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 33
Inflasi Tahunan (yoy) halaman 34
Inflasi Triwulanan (qtq)
Inflasi Bulanan (mtm)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi
halaman 34
halaman 35
halaman 38
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 45
Struktur Aset Perbankan Sulawesi Utara halaman 45
Perkembangan Kantor Bank halaman 46
Perkembangan Bank Umum Konvensional
Stabilitas Sistem Perbankan
Perkembangan Perbankan Syariah
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat
halaman 46
halaman 53
halaman 56
halaman 57
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 61
Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi Utara halaman 61
APBD di Tingkat Provinsi halaman 62
Boks 2: Dukungan Pemerintah Daerah Dalam
Mendorong Dunia Usaha di Kota Manado
Halaman 66
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 71
Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 71
Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai halaman 75
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT halaman 79
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah halaman 79
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat halaman 82
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2012
v
PROSPEK PEREKONOMIAN
halaman 89
Prospek Ekonomi Makro halaman 89
Prakiraan Inflasi halaman 95
Prospek Perbankan Halaman 98
Daftar Istilah dan Singkatan halaman 101
Halaman ini sengaja dikosongkan
RINGKASAN
EKSEKUTIF
Halaman ini sengaja dikosongkan
RINGKASAN EKSEKUTIF
1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Makro Ekonomi Regional
Memasuki pertengahan tahun 2012, kinerja perekonomian Sulawesi
Utara mengalami pertumbuhan sebesar 7,47% (yoy), meningkat
dibandingkan pertumbuhan pada yang sama tahun sebelumnya
7,14% (yoy) serta masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata
pertumbuhan selama 6 tahun terakhir sebesar 7,12%. Beberapa faktor
yang menjadi pendorong pertumbuhan pada triwulan laporan
diantaranya peningkatan beberapa sumber pendapatan masayarakat
seperti realisasi gaji baru di kalangan PNS/TNI/POLRI beserta
pembayaran rapel kenaikan sebesar 10%, realisasi tunjangan
tambahan penghasilan pegawai, serta realisasi dana tunjangan
sertifikasi dan non-sertifikasi guru. Pertambahan tersebut telah
mendorong kegiatan konsumsi masyarakat di sisi permintaan dan juga
mendorong kinerja sektor perdagangan di sisi penawaran.
Perkembangan Inflasi
Kestabilan harga Kota Manado sampai dengan akhir triwulan II 2012
cukup terjaga, tercermin dari tingkat inflasi yang berada dibawah
tingkat inflasi nasional dan Zona Sulampua. Pada akhir triwulan II 2012
inflasi Kota Manado tercatat sebesar 3,73% (yoy), lebih rendah
dibandingkan inflasi nasional yang tercatat sebesar 4,53% (yoy) dan
tingkat inflasi Zona Sulampua yang tercatat sebesar 4,15% (yoy) serta
lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi Kota Manado periode yang
sama tahun lalu tercatat sebesar 5,15% (yoy). Namun demikian, terjadi
peningkatan laju inflasi apabila dibandingkan triwulan lalu yang
tercatat sebesar 0,95% (yoy).
Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan II-
2012 menunjukkan fluktuasi yang terutama dipengaruhi faktor
seasonal. Pada April 2012 Kota Manado tercatat mengalami inflasi
1,63% (mtm), kemudian terkoreksi kebawah cukup tajam pada Mei
2012 sebesar -0,84% (mtm). Pada akhir triwulan II 2012 tekanan
inflasi Kota Manado kembali terakselerasi yang terutama didorong
faktor meningkatnya aktivitas konsumsi seiring perayaan hari
Memasuki tahun 2012, kinerja
perekonomian Sulawesi Utara
mengalami pertumbuhan sebesar
7,47% (yoy)...
Kestabilan harga Kota Manado
sampai dengan akhir triwulan II 2012
cukup terjaga
Secara bulanan, tekanan inflasi Kota
Manado sepanjang triwulan II-2012
menunjukkan fluktuasi
RINGKASAN EKSEKUTIF
2
pengucapan syukur dan musim liburan sekolah sehingga tercatat
mengalami inflasi sebesar 0,5% (mtm). Secara akumulasi, tingkat
inflasi Kota Manado sampai dengan Juni 2012 tercatat 2,89% (ytd),
lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, yang justru mencatat deflasi
sebesar -0,14% (ytd).
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi
secara tahunan terutama didorong oleh meningkatnya tekanan
kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods)
dan kelompok administered price. Sementara itu, kelompok inti (core
inflation) mengalami inflasi pada level moderat.
Perkembangan Perbankan Daerah
Kinerja perbankan Sulawesi Utara terus menunjukkan perkembangan
yang baik sebagaimana tercermin dari meningkatnya fungsi
intermediasi perbankan serta terjaganya risiko kredit. Pada triwulan II
2012 aset perbankan Sulut tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan lalu tercatat sebesar 23,55% (yoy), sejalan dengan
meningkatnya laju pertumbuhan kredit yang tercatat sebesar 21,54%
(yoy). Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga
mencatat pertumbuhan positif meski melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya sehingga tercatat sebesar 21,95% (yoy). Dengan demikian
Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara berada pada
level 113,92% di akhir triwulan II 2012.
Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan
seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator
lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga
berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%.
Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)
Dukungan fiskal daerah terhadap perekonomian khususnya yang
berasal dari APBD Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2012 semakin
baik. Hal ini sebagaimana tercermin dari peningkatan alokasi belanja,
khususnya belanja modal yang meningkat 57,23% dibandingkan
Berdasarkan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, tekanan Inflasi
secara tahunan terutama didorong
oleh...
Dukungan fiskal daerah terhadap
perekonomian khususnya yang
berasal dari APBD Provinsi Sulawesi
Utara pada tahun 2012 semakin
baik....
Beberapa aspek yang mencerminkan
stabilitas sistem perbankan seperti
aspek risiko kredit, risiko likuiditas,
risiko pasar...
Kinerja perbankan Sulawesi Utara
terus menunjukkan perkembangan
yang baik....
RINGKASAN EKSEKUTIF
3
alokasi pada tahun 2011. Namun demikian, realisasi belanja, baik
belanja modal maupun belanja operasional pada triwulan II-2012
mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Sementara itu, dari sisi pendapatan daerah, pencapaian
secara keseluruhan pada triwulan II-2012 mencapai 54,98%, lebih
tinggi dibandingkan realisasi pada triwulan yang sama tahun lalu
sebesar 51,04%.
Realisasi konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar 4,76%
terhadap PDRB harga berlaku Provinsi Sulawesi Utara di triwulan II-
2012, sedangkan realisasi belanja modal hanya memiliki pangsa
sebesar 0,45%. Tingginya pangsa konsumsi pemerintah tercermin dari
kinerja konsumsi dalam struktur perekonomian Sulawesi Utara
memiliki kontribusi besar dalam PDRB. Sementara itu, dampak realisasi
APBD Provinsi terhadap perkembangan uang beredar sampai dengan
posisi 30 Juni 2012 masih relatif minimal, hal ini tercermin dari kondisi
surplus yang berarti jumlah realisasi pendapatan pemerintah lebih
besar dibandingkan realisasi pengeluaran (belanja pemerintah).
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah & Kesejahteraan
Masyarakat
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada triwulan II 2012
menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, ditandai oleh
membaiknya berbagai indikator ketenagakerjaan pada periode
laporan. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPwBI Provinsi
Sulawesi Utara menunjukkan terjadinya penurunan tingkat
pengangguran, terindikasi dari nilai positif Saldo Bersih Tertimbang
(SBT) penggunaan tenaga kerja oleh dunia usaha Sulawesi Utara pada
triwulan II 2012. Selanjutnya, Survei Konsumen (SK) yang dilakukan
oleh KPwBI Provinsi Sulut menunjukkan masyarakat Sulawesi Utara
masih optimis terhadap ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan
oleh berlanjutnya tren peningkatan indeks ketersediaan lapangan kerja
pada periode laporan. Hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut ke sejumlah perusahaan di Sulut
pada berbagai sektor, diperoleh informasi bahwa perusahaan tidak
Realisasi konsumsi pemerintah
memiliki pangsa sebesar 4,76%
terhadap PDRB harga berlaku Provinsi
Sulawesi Utara di triwulan II-2012...
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi
Utara pada triwulan II 2012
menunjukkan perkembangan yang
menggembirakan....
RINGKASAN EKSEKUTIF
4
akan melakukan pengurangan tenaga kerja pada tahun 2012. Sejalan
dengan hasil survei KPwBI Provinsi Sulut, Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan penurunan secara
konstan selama beberapa tahun terakhir..
Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara
juga diperkirakan terus meningkat. Kondisi ini ditandai oleh kenaikan
indeks penghasilan dan ekspektasi penghasilan masyarakat Sulut hasil
Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi
Utara serta Nilai Tukar Petani (NTP) yang masih berada pada level
optimis dan pada periode laporan, sejalan dengan turunnya tingkat
kemiskinan.
Perkembangan Sistem Pembayaran
Selama triwulan II-2012, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai
maupun non tunai (kliring) di Sulawesi Utara menunjukkan
peningkatan. Perkembangan aliran uang kartal di Sulawesi Utara pada
triwulan II-2012 mengalami peningkatan net outflow, kondisi ini
mengindikasikan bahwa kebutuhan masyarakat akan uang tunai untuk
transaksi pada triwulan II-2012 mengalami kenaikan yang bertepatan
dengan kebutuhan memasuki tahun ajaran baru, serta kebutuhan
selama musim liburan sekolah. Sementara itu, sistem pembayaran non-
tunai melalui kliring dan Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement
(BI-RTGS) pada triwulan laporan juga mengalami sedikit peningkatan
baik secara nominal maupun volume.
Outlook Pertumbuhan Ekonomi
Kinerja perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III-2012
diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,42% - 7,82% (yoy). Beberapa
faktor yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara
pada triwulan III-2012 diantaranya adalah peningkatan sumber
pendapatan masyarakat seperti pencairan gaji ke-13 dan Tunjangan
Hari Raya (THR) yang bertepatan dengan beberapa event musiman
Kinerja perekonomian Sulawesi Utara
pada triwulan III-2012 diperkirakan
tumbuh pada kisaran 7,42% - 7,82%
(yoy)...
Selama triwulan II-2012, nilai transaksi
sistem pembayaran baik tunai
maupun non tunai (kliring) di Sulawesi
Utara menunjukkan peningkatan...
Sementara itu, tingkat kesejahteraan
masyarakat di Sulawesi Utara...
RINGKASAN EKSEKUTIF
5
yakni liburan sekolah, perayaan pengucapan syukur, dan hari raya Idul
Fitri. Selain itu, pembangunan proyek pemerintah dan swasta juga
turut berkontribusi terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi Sulut
triwulan III-2012.
Outlook Inflasi
Laju inflasi Kota Manado pada triwulan III 2012 diperkirakan akan
mengalami sedikit peningkatan, yakni berada pada kisaran 4,84%±1%
(yoy). Dari sisi fundamental, tekanan inflasi relatif terjaga didukung
oleh melandainya harga global komoditas internasional dan masih
memadainya kapasitas produksi seiring dengan pertumbuhan investasi,
ditengah peningkatan permintaan domestik. Namun demikian,
terdapat faktor risiko internal dan eksternal yang dapat memberikan
tekanan inflasi fundamental pada triwulan depan, diantaranya
tendensi kenaikan ekspektasi masyarakat Sulut dan kenaikan harga
komoditas gula pasir terkait kebijakan pembatasan peredaran gula
pasir.
Dari sisi non fundamental, perkembangan inflasi volatile food secara
umum pada triwulan III 2012 relatif terkendali. Sementara itu, tekanan
inflasi kelompok administered price pada triwulan III 2012 diperkirakan
akan meningkat yang terutama dipengaruhi kenaikan ongkos
angkutan udara dan rencana penyesuaian harga gas industri pada
September 2012 sebesar 35%.
Outlook Perbankan
Fungsi intermediasi perbankan pada triwulan III 2012 diperkirakan
akan terus meningkat dalam mendukung pembiayaan perekonomian
Sulut disertai dengan stabilitas perbankan yang terjaga. Dari sisi kredit,
hasil rekapitulasi Rencana Bisnis Bank (RBB) 2012 menunjukkan
optimisme perbankan Sulawesi Utara untuk terus meningkatkan
pertumbuhan penyaluran kreditnya pada kisaran 36% (yoy). Untuk
mencapai target tersebut, perbankan akan lebih fokus pada usaha-
usaha yang merupakan potensi daerah dan melakukan peningkatan
pelayanan serta perbaikan infrastruktur kredit. Berdasarkan jenis
usahanya, estimasi pertumbuhan baki debit kredit terutama terjadi
Laju inflasi Kota Manado pada
triwulan III 2012 diperkirakan akan
mengalami sedikit peningkatan, yakni
berada)...
Dari sisi non fundamental,
perkembangan inflasi volatile food
secara umum pada triwulan III 2012
relatif terkendali
Fungsi intermediasi perbankan pada
triwulan III 2012 diperkirakan akan
terus meningkat dalam mendukung
pembiayaan perekonomian Sulut
disertai dengan stabilitas perbankan
yang terjaga..
RINGKASAN EKSEKUTIF
6
pada kredit menengah yang diperkirakan tumbuh pada kisaran 45%
(yoy). Selanjutnya diikuti oleh pertumbuhan baki debit kredit kecil dan
mikro yang diperkirakan tumbuh masing-masing sebesar 37% (yoy)
dan 26% (yoy).
Dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan yang ditargetkan
perbankan di Sulawesi Utara mencapai sekitar 41% (yoy). Tingginya
target pertumbuhan ini dapat dicapai dengan menerapkan berbagai
upaya diantaranya mempertahankan nasabah yang telah ada dan
menjaring nasabah baru melalui penambahan jumlah karyawan,
kantor cabang dan fitur-fitur dalam mengoptimalkan kemudahan
bertransaksi.
Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga
acuannya (BI rate) sebesar 5,75% pada triwulan III 2012 diperkirakan
memberikan dampak pada penambahan kapasitas perekonomian
Provinsi Sulawesi Utara melalui transmisi suku bunga perbankan yang
pada tahap selanjutnya akan memberikan dampak pada membaiknya
fungsi intermediasi perbankan ditandai dengan hasil Survei Kegiatan
Dunia Usaha (SKDU) Provinsi Sulawesi Utara pada periode laporan
yang mencerminkan bahwa perbankan tidak memiliki wacana untuk
menaikkan suku bunga perbankan pada triwulan mendatang.
Dari sisi penghimpunan dana,
pertumbuhan yang ditargetkan
perbankan di Sulawesi Utara
mencapai sekitar 41% (yoy).
Kebijakan Bank Indonesia untuk
mempertahankan suku bunga
acuannya (BI rate) sebesar 5,75%
pada triwulan III 2012 diperkirakan
memberikan dampak..
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO BAB I
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
9
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi Sulawesi Utara (yoy)
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Memasuki pertengahan tahun 2012, kinerja perekonomian Sulawesi Utara mengalami
pertumbuhan sebesar 7,47% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan pada yang sama
tahun sebelumnya 7,14% (yoy) serta masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan
selama 6 tahun terakhir sebesar 7,12%. Beberapa faktor yang menjadi pendorong
pertumbuhan pada triwulan laporan diantaranya peningkatan beberapa sumber pendapatan
masayarakat seperti realisasi gaji baru di kalangan PNS/TNI/POLRI beserta pembayaran rapel
kenaikan sebesar 10%, realisasi tunjangan tambahan penghasilan pegawai, serta realisasi dana
tunjangan sertifikasi dan non-sertifikasi guru. Pertambahan tersebut telah mendorong kegiatan
konsumsi masyarakat di sisi permintaan dan juga mendorong kinerja sektor perdagangan di sisi
penawaran.
1.1 SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan II 2012 terutama ditopang oleh
aktivitas konsumsi, investasi dan membaiknya kinerja ekspor. Kegiatan konsumsi, baik konsumsi
swasta maupun pemerintah masih mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan kinerja
konsumsi diantaranya bersumber dari kenaikan pendapatan masyarakat seperti realisasi gaji
baru beserta pembayaran rapel kenaikan sebesar 10%, realisasi tunjangan tambahan
penghasilan pegawai, serta realisasi dana tunjangan sertifikasi dan non-sertifikasi guru telah
berdampak terhadap peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat. Pertumbuhan positif pada
investasi didorong oleh aktivitas pembangunan baik yang bersumber dari realisasi proyek fisik
pemerintah maupun swasta. Sementara itu, kinerja ekspor di triwulan II 2012 juga tercatat
7,147,47
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
PDRB Rata-rata PDRB
avg = 7,12%
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
10
Grafik 1.3.
Indeks Ekonomi Saat Ini
Sumber: Survei Konsumen (SK), Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Utara.
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 1.2.
Perkembangan Pertumbuhan Konsumsi
Sumber: BPS Provinsi Sulut, diolah
mengalami pertumbuhan positif yang ditandai dengan peningkatan ekspor komoditi unggulan
Sulawesi Utara khususnya produk kelapa dan turunannya.
Tabel 1.1.
Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy)
1.1.1 Konsumsi
Kegiatan konsumsi selama triwulan II 2012
mengalami pertumbuhan positif sebesar 5,21%
(yoy) dengan kontribusi sebesar 3,29% terhadap
laju pertumbuhan ekonomi. Kinerja konsumsi pada
triwulan laporan tercatat lebih rendah
dibandingkan peridoe yang sama tahun lalu.
Namun demikian masih lebih tinggi dibandingkan
rata-rata pertumbuhan konsumsi selama 6 tahun
(4,95%) sebagaimana ditunjukkan pada grafik1.2.
Kenaikan yang terjadi pada beberapa sumber pendapatan masyarakat telah berdampak
terhadap peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat.
Kinerja konsumsi swasta yang tumbuh 4,15%
pada triwulan laporan salah satunya terindikasi
melalui Indeks Ekonomi Saat Ini (IEK) berdasarkan
hasil Survei Konsumen (SK) di Kota Manado pada
triwulan II 2012. Sebagaimana terlihat pada
grafik 1.3, pada akhir triwulan laporan (Juni
2012) IEK mencapai 121,83. Jika dilihat
berdasarkan komponennya, optimisme
konsumen terhadap kondisi perekonomian saat
ini tercermin dari positifnya nilai indeks
komponen penyusun Indeks Ekonomi Saat Ini yang meliputi Indeks Penghasilan Saat Ini (125)
dan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (144,5). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi usaha
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Q1 Sumb Q2 Sumb Q3 Sumb Q4 Sumb Q1 Sumb Q2 Sumb
Konsumsi 5,48 3,78 6,92 4,42 7,34 4,47 8,13 5,18 4,44 2,98 5,21 3,29
Konsumsi Swasta 4,62 2,09 6,06 2,54 7,47 3,09 8,21 3,29 3,62 1,59 4,15 1,73
Konsumsi Pemerintah 7,12 1,69 8,58 1,87 6,37 1,37 8,00 1,89 6,00 1,39 7,25 1,57
PMTB 11,64 2,51 13,90 2,80 15,87 3,73 16,73 3,74 10,23 2,29 12,80 2,73
Stok 10,16 0,10 1,48 0,02 25,31 0,42 18,79 0,31 13,00 0,13 -25,68 -0,38
Ekspor 9,02 4,36 -1,46 -0,75 -16,58 -7,93 6,19 2,97 4,60 2,31 16,58 7,92
Impor 9,42 3,77 -1,75 -0,65 -19,62 -7,04 10,95 3,90 0,64 0,26 18,06 6,10
PDRB 6,99 6,99 7,14 7,14 7,73 7,73 8,30 8,30 7,46 7,46 7,47 7,47
2011Jenis Penggunaan
2012
-2
0
2
4
6
8
10
12
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Konsumsi
Rata-rata Konsumsi
60
80
100
120
140
160
180
200
Jan
Feb
Mar
Ap
r
May
Jun
Jul
Au
g
Sep
Oct
No
v
Dec
Jan
Feb
Mar
Ap
r
May
June
2011 2012
Penghasilan Saat Ini Pembelian Barang Tahan Lama
Ketersediaan Lap. Kerja Kondisi Ekonomi Saat Ini
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
11
Grafik 1.4.
Indeks Nilai Tukar Petani Per Sub-Sektor
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
yang semakin membaik berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja yang lebih besar, yang
selanjutnya mendorong kenaikan penghasilan masyarakat, dan naiknya konsumsi rumah
tangga.
Dibandingkan pencapaian periode yang sama
tahun sebelumnya, maka kinerja kegiatan
konsumsi selama triwulan laporan tercatat
mengalami sedikit perlambatan. Salah satu
penyebab perlambatan tersebut dapat
dikonfirmasi melalui memburuknya daya beli
petani. Hal ini tercermin dari penurunan Nilai
Tukar Petani (NTP) sebesar 2,07% dari 103,44
pada triwulan II 2012 menjadi 101,30 pada
triwulan laporan. Penurunan terjadi pada seluruh subsektor. Sementara itu, sub sektor yang
masih berada dibawah batas minimum sejahtera adalah subsektor holtikultura dan perikanan
sebagai dampak turunnya produksi akibat gangguan cuaca yang tidak menentu. Namun
demikian, dalam Indeks NTP yang ditunjukan pada grafik 1.4, sepanjang tahun 2009 sampai
akhir triwulan I-2012 NTP Sulawesi Utara selalu berada dalam kategori sejahtera (indeks > 100).
Selanjutnya, pertumbuhan positif kegiatan konsumsi selama triwulan laporan juga dapat
dikonfirmasi melalui penjualan kendaraan roda empat di wilayah Kota Manado yang mengalami
kenaikan sebagaimana data yang disajikan oleh salah satu dealer utama penjualan kendaraan
roda empat di Kota Manado dan Kota Kotamobagu. Selama triwulan II 2012 penjualan
kendaraan roda dua mengalami terus mengalami pertumbuhan positif 4,80% (yoy). Adanya
peningkatan penghasilan pada triwulan laporan direspon oleh masyarakat dengan melakukan
pembelian barang dan jasa khususnya pembelian barang tahan lama.
Sementara itu, data penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan Sulut tetap menunjukkan
pertumbuhan positif, meskipun melambat apabila dibandingkan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya. Pada Juni 2012, kredit konsumsi yang berhasil disalurkan bank umum
mencapai Rp8.869 miliar, atau tumbuh sebesar 16,20% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat hanya tumbuh 13,80% (yoy).
90
95
100
105
110
115
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011 2012
NTP
Bts Min
Sejahtera
Pangan
Holtikultura
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
12
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Utara
Grafik 1.6.
Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum
Sumber : Dealer utama penjualan kendaraan roda empat
Grafik 1.5.
Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
Total Sales (Unit) - left axis gSales (% yoy) - right axis
Sementara itu, kinerja konsumsi pemerintah pada
triwulan II 2012 juga tumbuh positif sebesar 7,25% (yoy), dengan sumbangan sebesar 1,57%
(yoy). Pertumbuhan konsumsi pemerintah lebih banyak didorong oleh realisasi belanja pegawai
sebagai respon atas pencairan rapel kenaikan gaji dan tunjangan PNS lainnya yang
direalisasikan pada triwulan II 2012. Hingga triwulan II 2012, realisasi belanja pegawai
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara tercatat Rp217,98 miliar atau mencapai 40,38% dari total
yang dianggarkan dalam APBD 2012. Poroporsi belanja pegawai juga merupakan proporsi
terbesar (43,13%) pada komponen belanja operasional Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
pada APBD 2012.
1.1.2 Investasi
Pada triwulan II 2012, investasi di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif sebesar
12,80% (yoy) dengan kontribusi sebesar 2,73% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sulut.
Pencapaian ini masih sedikit lebih rendah apabila dibandingkan dengan kinerja investasi pada
triwulan yang sama tahun lalu yang tumbuh 13,90% dengan kontribusi sebesar 2,80%. Faktor
pendorong pertumbuhan kinerja investasi pada triwulan II 2012 diantaranya bersumber dari
dimulainya realisasi proyek fisik pemerintah maupun swasta. Salah satu indikator yang dapat
menunjukkan pertumbuhan positif kinerja investasi adalah hasil Survei Penjualan Eceran (SPE)
yang memperlihatkan kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 38,87% (yoy) dari
131,30 pada April 2012 menjadi 182,47 pada April 2012. Sementara itu, dari sisi pembiayaan,
peran perbankan dalam penyaluran untuk kegiatan investasi pada triwulan laporan tercatat
mengalami perlambatan. Sampai akhir triwulan II 2012, jumlah kredit investasi tercatat sebesar
Rp2.465 miliar atau tumbuh 21,44% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan II
2011 sebesar 103,41% (yoy).
0
5
10
15
20
25
30
35
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
9.000
10.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
Kredit_Konsumsi (Rp miliar) - left axis
gKredit_Konsumsi (% yoy) - right axis
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
13
Grafik 1.8.
Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum
Grafik 1.7.
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Grafik 1.9.
Perkembangan Arus Ekspor Luar Negeri
1.1.3 Ekspor Impor
Kinerja ekspor Sulawesi Utara pada triwulan II 2012
mengalami pertumbuhan positif sebesar 16,57% (yoy)
dan tercatat memberikan sumbangan terbesar dengan
kontribusi sebesar 7,92% terhadap total pertumbuhan
ekonomi Sulut. Indikasi pertumbuhan positif kinerja
ekspor Sulut disumbang melalui perdagangan antar
negara. Berdasarkan data yang diperoleh dari PT.
Pelindo (Persero) Bitung, volume ekspor luar negeri
Sulawesi Utara selama triwulan II 2012 tercatat
sebanyak 114.497 ton atau meningkat sebesar
79,98% (yoy).
Jika dilihat berdasarkan sektor usahanya, kinerja ekspor luar negeri Sulut terutama disumbang
oleh ekspor dari sektor industri dengan pangsa sebesar 97%, sisanya merupakan ekspor hasil
sektor pertanian. Sementara itu berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri pada
triwulan II 2012 terutama didominasi dalam bentuk Lemak dan Minyak Hewani dengan pangsa
mencapai 78% kemudian ikan & udang dengan pangsa mencapai 9%, sisanya dalam bentuk
daging olahan dan ikan olahan (6%), ampas/sisa industri (4%), berbagai produk kimia (2%) dan
produk lainnya (1%).
0
20
40
60
80
100
120
140
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2010 2011 2012
Kredit_Investasi (Rp miliar) - left axis
gKredit_Investasi (% yoy) - right axis
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Utara
Sumber : PT. Pelindo (persero) Bitung, diolah
-200
-100
0
100
200
300
400
500
600
700
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
Jan
Mar
Mei
Jul
Sep
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sep
Nop
Jan
Mar
Mei
Jul
Sep
Nop
Jan
Mar
2009 2010 2011 2012
Indeks Bahan konstruksi gBahan konstruksi (%) -right axis
Sumber : Survei Penjualan Eceran, Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
-100
-50
0
50
100
150
200
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
180.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
EksporLN (Ton) - left axis gEkspor (% yoy) - right axis
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
14
Minyak
78%
Ikan
9%
Ampas
4%
Daging&Ikan
Olah
6%
Produk Kimia
2%
Lainnya
1%
Komposisi negara tujuan ekspor Sulut sampai dengan triwulan II 2012 mengalami pergeseran
bila dibandingkan periode yang sama tahun 2011. Negara tujuan utama ekspor Sulut sampai
dengan triwulan laporan adalah Belanda (35,26%), Cina (17,63%), Amerika Serikat (16,06%),
Korea Selatan (11,06%), dan Singapura (2,07%). Sedangkan triwulan II 2011 negara tujuan
ekspor utama Sulut adalah Amerika Serikat (25,41%), Amerika Serikat (25,41%), Belanda
(20,61%), dan Korea Selatan (19,37%).
Sementara itu, Sulawesi Utara pada triwulan II 2012 mengalami pertumbuhan impor sebesar
18,06% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencatat
pertumbuhan negatif 1,75% (yoy). Peningkatan ini menunjukkan bahwa tingkat
ketergantungan Sulawesi Utara terhadap negara/daerah lain masih tinggi. Peningkatan impor
luar negeri antara lain dapat dikonfirmasi dengan data nilai impor selama triwulan laporan yang
tercatat USD 49,90 juta atau naik 319,3% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu.
Pertambangan
0%
Industri
97%
Pertanian
3%
Sumber : Berbagai Media, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Tabel 1.2.
Impor Sulut (Juta USD)
Grafik 1.10.
Pangsa Sektor Utama Ekspor Sulut
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.13.
Negara Tujuan Ekspor Jan-Jun 2012
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.11.
Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulut
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.12.
Negara Tujuan Ekspor Jan-Jun 2011
Belanda
35,26%
Cina
17,63%
Amerika
Serikat
16,06%
Korea Selatan
11,06%
Singapura
2,07%
Jepang
4,54% Filipina
4,74%
Lainnya
8,64%
Belanda
20,61%
Cina
17,53%
Amerika
Serikat
25,41%
Korea Selatan
19,37%
Singapura
0,08%
Jepang
3,02%
Filipina
0,00%Lainnya
13,98%
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Total Impor (Juta USD) 64,76 11,90 21,30 46,40 17,60 49,90 319,3%
Uraian
2011 Growth
(yoy)
2012
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
15
Berdasarkan jenisnya, kegiatan impor luar negeri pada triwulan laporan didominasi oleh impor
barang modal dengan pangsa sebesar 55%, sisanya sebesar 26% berupa bahan baku dan 19%
berupa impor barang konsumsi. Sementara berdasarkan komoditinya, impor komoditas kapal
laut merupakan komoditi impor terbanyak dengan pangsa 36% dari total nilai impor. Beberapa
komoditas impor Sulut lainnya diantaranya mesin-mesin, gandum-ganduman, dan besi baja
dengan pangsa berturut-turut 19%, 17% dan 10%.
Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sampai dengan Juni 2012 lebih dominan
didatangkan dari negara Cina (31%), Malaysia (20%), Thailand (18%), Australia (12%), Jepang
dan Taiwan masing-masing sebesar 4%. Hal ini sejalan dengan komoditi impor pada triwulan II
2012 yang didominasi oleh barang modal dan bahan baku untuk penyelesaian proyek.
1.2 SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2012 disumbangkan oleh seluruh
sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 7,47% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,14% (yoy). Sektor yang
Grafik 1.16.
Negara Asal Impor Jan-Jun 2011 Grafik 1.17.
Negara Asal Impor Jan-Jun 2012
Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah
Grafik 1.14.
Pangsa Jenis Barang Impor Sulut
Grafik 1.15.
Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulut
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Bahan Baku
26%
Barang
Konsumsi
19%
Barang
Modal
55%
Gandum-
ganduman
17%
Kapal laut
36%Mesin-mesin
19%
Besi&Baja
10%
Peralatan
Listrik
3%
Lainnya
15%
Thailand
18%
Cina
31%
Taiwan
4%
Australia
12%
Malaysia
20%
Jepang
4%
Lainnya
12%
Thailand
1%
Cina
9%
Taiwan
6%
Australia
10%
Malaysia
7%
Jepang
24%
Lainnya
43%
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
16
memberikan kontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi triwulan II 2012 adalah sektor PHR
yang tercatat tumbuh 8,40% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,43% terhadap total
pertumbuhan. Selanjutnya, sektor pertanian, sektor bangunan, sektor jasa-jasa serta sektor
pengangkutan dan komunikasi dengan sumbangan masing-masing sebesar 1,28%, 1,17%,
1,09%, dan 0,78% terhadap total pertumbuhan.
Tabel 1.3.
Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
1.2.1. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan II 2012 menunjukan pertumbuhan
positif sebesar 8,40% (yoy) dengan kontribusi sebesar 1,43% terhadap total pertumbuhan.
Pertumbuhan sektor ini terutama terjadi pada sub sektor perdagangan sebagai respon dari
adanya kenaikan sumber pendapatan masyarakat seperti realisasi pencairan gaji ke-13 dan
tunjangan lainnya telah berdampak terhadap peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat. Salah
satu indikator yang menunjukkan optimisme masyarakat terindikasi dari Indeks Ekonomi Saat Ini
(IEK) berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) di Kota Manado pada triwulan II 2012.
Sebagaimana terlihat pada grafik 1.3 (konsumsi), pada akhir triwulan laporan (Juni 2012) IEK
mencapai 121,83. Jika dilihat berdasarkan komponennya, optimisme konsumen terhadap
kondisi perekonomian saat ini tercermin dari positifnya nilai indeks komponen penyusun Indeks
Ekonomi Saat Ini yang meliputi Indeks Penghasilan Saat Ini (125) dan Indeks Ketersediaan
Lapangan Kerja (144,5).
Selain itu, subsektor hotel juga berkontribusi positif terhadap kinerja sektor PHR yang didorong
oleh pelaksanaan beberapa event yang dilaksanakan selama triwulan II-2012, diantaranya: (i)
Kegiatan pacific partnership yang akan digelar mulai 31 Mei sampai 15 Juli 2012 di perairan
Sulut yang akan menhadirkan Kapal United State Navy Ship. Upacara pembukaan Pacific
Partnership 2012 direncanakan akan berlangsung 1 Juni 2012 di pantai kompleks Megamas
Manado; (ii) Pelaksanaan Pekan Informasi Nasional (PIN) di Kota Manado pada tanggal 23-27
Mei 2012 dengan peserta seluruh perwakilan Kabupaten/Kota di Indonesia. Kegiatan ini akan
dihadiri oleh Wakil Presiden, Menteri serta para Gubernur. Terpilihnya Kota Manado menjadi
Q1 Sumb Q2 Sumb. Q3 Sumb Q4 Sumb Q1 Sumb Q2 Sumb
Pertanian 6,58 1,29 6,65 1,42 2,42 0,52 1,00 0,18 5,86 1,08 6,70 1,28
Pertambangan & Penggalian 5,89 0,31 5,88 0,30 7,90 0,39 2,44 0,11 7,17 0,37 7,29 0,36
Industri Pengolahan 6,03 0,47 6,93 0,52 6,33 0,49 -3,07 -0,24 7,38 0,60 9,63 0,72
Listrik, Gas & Air Bersih 4,81 0,04 5,33 0,04 7,22 0,06 6,29 0,05 15,26 0,13 6,16 0,05
Bangunan 8,31 1,39 13,59 1,97 15,76 2,26 13,41 2,16 8,26 1,33 7,62 1,17
PHR 8,79 1,31 6,36 1,00 12,97 1,83 18,52 3,46 7,45 1,22 8,40 1,43
Pengangkutan & Komunikasi 7,24 0,89 3,27 0,43 2,55 0,35 3,57 0,48 8,11 0,99 6,02 0,78
Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 5,31 0,36 7,13 0,47 6,51 0,43 9,87 0,60 7,62 0,54 8,20 0,58
Jasa-Jasa 5,89 0,93 6,46 0,98 8,20 1,39 10,36 1,49 7,70 1,20 7,20 1,09
PDRB 6,99 6,99 7,14 7,14 7,73 7,73 8,30 8,30 7,46 7,46 7,47 7,47
2011Lapangan Usaha
2012
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
17
Grafik 1.22.
Perkembangan Kredit Sektor PHR
salah satu tujuan MICE (Meeting, Invention, Conference and Exhibition) telah mendorong
kenaikan tingkat hunian hotel. Hal ini dapat dikonfirmasi melalui perkembangan data
pariwisata yang secara umum memperlihatkan tren peningkatan diantaranya adalah data
wisatawan mancanegara, data jumlah tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian
Kamar (TPK), dan jumlah kamar terjual.
Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan
sektor ekonomi terbesar yang mendapatkan
alokasi pembiayaan dari perbankan. Sampai
dengan Maret 2012 kredit sektor PHR yang
telah disalurkan bank umum mencapai Rp5.134
miliar atau tumbuh 24,05% dibandingkan
periode yang sama tahun lalu.
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.18.
Data Wisatawan Mancanegara
Grafik 1.19
Data Lama Tamu Menginap
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
(50,00)
(40,00)
(30,00)
(20,00)
(10,00)
-
10,00
20,00
30,00
-
2.000
4.000
6.000
8.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
Wisman (org) - left axis
gWisman (% yoy) - right axis
(20,00)
(10,00)
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
Menginap (org) - left axis
gMenginap (% yoy) - right axis
Grafik 1.21.
Jumlah Kamar Terjual
Grafik 1.20.
TPK dan Lama Menginap
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
-
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
-
10
20
30
40
50
60
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
TPK (%) - left axis
Ratas Menginap (hari) - right axis
(20,00)
(10,00)
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
Kmr Terjual (unit) - left axis
gKmr Terjual (% yoy) - right axis
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Utara Manado
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
Kredit_PHR (Rp miliar) - left axis
gKredit_PHR (% yoy) - right axis
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
18
Tabel 1.4.
Alokasi Bantuan Subsektor Pertanian
1.2.2. Sektor Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada triwulan II 2012 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar
6,70% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,28% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sulut.
Beberapa faktor yang mendorong kinerja sektor pertanian diantaranya:
Mengawali musim panen di awal tahun 2012, dari sekitar 3.800 hektar sawah yang ada di
wilayah Kota Kotamobagu, sekitar 25 hektar padi sawah telah dipanen. Selain itu, panen
padi juga telah nampak di wilayah Kabupaten Minahasa Utara. Panen yang terjadi juga
didukung oleh adanya MoU antara camat dan para lurah untuk menerapkan langkah-
langkah dalam mendukung peningkatan produksi beras seperti pemanfaatan lahan tidur
untuk ditanami dengan padi ladang.
Pelaksanaan program khusus pengembangan sekolah lapang pengelolaan tanaman
terpadu di Kabupaten Minahasa Utara sebagai salah satu wilayah penghasil tanaman padi
yang melibatkan 20 kelompok tani melalui bantuan paket pertanian termasuk diantaranya
bibit serta hand tractor. Kegiatan dimaksud akan memberdayakan 500 hektar lahan dan
setiap kelompok tani akan mengelola sekitar 25 hektar.
Pemkab Bolmong terus berupaya untuk meningkatkan produksi padi secara maksimal, dan
mempertahankan predikat Bolmong sebgai gudangnya beras provinsi Sulut. Langkah awal
yang dilakukan adalah pembukaan lahan sawah beririgasi seluas 20.595,97 hektar dengan
luas lahan terbesar berada di wiliyah Dumoga Utara dengan luas lahan sekitar 5.061 Ha,
sedangkan wilayah Dumoga Barat sekitar 4.466 Ha dan kecamatan Lolayan sekitar 3.903
Ha.
Pemerintah Kota Tomohon
mengalokasikan bantuan sebesar
Rp945 juta kepada petani di Kecamatan
Tomohon Utara. Bantuan yang
diberikan dialokasikan untuk seluruh
subsektor pertanian diantaranya sektor
tanaman pangan, holtikultura, sarana
dan prasarana pertanian serta
pengolahan dan pemasaran hasil pertanian.
Dalam rangka mendukung program swasembada beras 2012, Pemerintah Kabupaten
Minahasa Utara menyiapkan sekitar 15 armada hand tractor yang akan dibagikan kepada
sejumlah kelompok tani dalam upaya meningkatkan produksi pertanian.
Peningkatan kinerja sektor pertanian antara lain juga dapat dikonfirmasi dengan data dari
Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah, Padi dan Pipilan Jagung Kering di Provinsi Sulawesi
Rp92.500.000
Rp74.000.000
Rp74.000.000
Rp747.500.000
Rp180.000.000
Rp282.000.000
2. Sektor Holtikultura
ALOKASI BANTUAN
1. Sektor Tanaman Pangan
- Padi Hibrida
- Padi Non hibrida
- Jagung Hibrida
- Pengembangan Kawasan
3. Sektor Sarana Prasarana Pertanian
- Embung Dam Parit
- Pengolahan Biofarmaka
4. Sektor Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
Sumber : Pemerintah Provinsi Kota Tomohon
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
19
Grafik 1.23.
Pertumbuhan Kredit Pertanian
Tabel 1.5.
Perkembangan Luas Panen dan Produksi Hasil Pertanian Prov. Sulut
Sumber: Distanak Provinsi Sulawesi Utara
Utara, dimana pada triwulan II 2012 luas panen padi tercatat sebesar 35,11 ribu hektar lebih
tinggi dibandingkan luas panen pada triwulan II 2011 sebesar 24,96 ribu hektar atau naik
40,66% (yoy). Sejalan dengan penurunan luas panen, produksi beras yang dihasilkan juga
meningkat menjadi 108,52 ribu ton atau naik 46,65% (yoy) dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Sejalan dengan produksi beras, produksi pipilan jagung kering pada
triwulan laporan juga mengalami peningkatan dari 56,18 ribu ton pada triwulan II 2011
menjadi 126,21 ribu ton pada triwulan laporan atau naik sebesar 124,65%.
Sementara itu, dari sisi pembiayaan, peran
perbankan untuk membiayai sektor pertanian
semakin menunjukkan adanya tren peningkatan.
Sampai dengan Juni 2012, jumlah kredit yang
disalurkan pada sektor pertanian mencapai
Rp574 milliar atau tumbuh 90,01% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Namun demikian, jika dibandingkan dengan total
kredit yang disalurkan bank, jumlah kredit
pertanian hanya mencapai 3,28% dari total kredit yang disalurkan. Belum terlalu optimalnya
penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain disebabkan oleh relatif tingginya resiko usaha
di sektor tersebut tercermin dari tingginya NPL (Non Performing Loan) di sektor pertanian yang
mencapai 5,63% pada triwulan laporan.
1.2.3. Bangunan
Kinerja sektor bangunan (konstruksi) selama triwulan II 2012 mencatat pertumbuhan sebesar
7,62% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,17% terhadap total pertumbuhan. Beberapa faktor
yang mendorong pertumbuhan di sektor bangunan diantaranya adalah penyelesaian beberapa
proyek pemerintah seperti:
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Beras
Luas Panen (Ha)-right axis 30.258 38.597 24.198 26.718 28.898 24.959 41.568 26.659 38.011 35.107
Produksi Gabah (Ton)-left axis 140.922 185.420 119.571 138.117 136.155 117.088 204.854 138.001 181.029 171.712
Produksi Beras (Ton)-left axis 89.063 117.185 75.569 87.290 86.050 74.000 129.468 87.217 114.410 108.522
Perkembangan Luas Panen dan Produksi Pipilan Kering Jagung
Luas Panen (Ha) 29.759 36.226 32.565 23.380 32.600 15.295 75.590 90.147 33.578 31.547
Produksi Jagung (Ton) - left axis 108.759 132.339 119.262 85.785 118.875 56.181 277.093 328.233 122.465 126.208
2010 2011
KOMPONEN
2012
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Utara
-100
-50
0
50
100
150
-
100
200
300
400
500
600
700
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
Pertanian (Rp miliar) - left axis
gPertanian (% yoy) - right axis
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
20
Pembangunan jembatan di daerah Ondong, Siau Barat dengan dana sebesar Rp5.4 miliar
yang bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU).
Pembangunan kawasan boulevard Tahuna yang dilengkapi dengan pengadaan jembatan
dengan alokasi dana sebesar Rp1 miliar.
Paket proyek perbaikan ruas jalan, irigasi dan air bersih di Kabupaten Minahasa dengan
total alokasi anggaran sebesar Rp21 miliar. (Tabel 4).
Pemeliharaan dan peningkatan jalan di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow dengan
total dana sebesar Rp9 miliar yang berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp8,19
miliar dan Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp819 juta. (Tabel 5)
Pemerintah Kota Kotamobagu mengalokasikan dana sebesar Rp34 miliar untuk
pembangunan jalan dan perbaikan jembatan, drainase dan lainya.
Dinas Pekerjaan Umum Kota Tomohon menganggarkan dana sebesar Rp16,8 miliar untuk
proyek pembangunan jalan, irigasi, saluran air dan lainnya dengan total sebanyak 21
proyek. (Tabel 6).
1 Perbaikan ruas jalan Koko-Kembes Rp1,3 miliar
2
3
4
5
Mega Proyek di Tahun 2012
Pelebaran ruas jalan Tondano-Rurukan dan di kota
Tondano Rp1,3 miliar
Perbaikan ruas jalan Remboken-Kawangkoan Rp1,4
miliar
Perbaikan dan peningkatan ruas jalan Kasuratan-
Remboken (IPDN) Rp2,4 miliar
Perbaikan ruas jalan marawas-Makawembang Rp1,3
miliar
Tabel 1.6.
Proyek Pemerintah di Kabupaten Minahasa
No Proyek DAK (Rp juta) DAU (Rp juta)
1 Peningkatan jalan Desa Ikhwan 500 50
2 Peningkatan jalan Desa Doludo 500 50
3 Peningkatan jalan Lalow Lolak 2,270 227
4 Pemeliharaan jalan Wisata Bakan 700 70
5 Pemeliharaan jalan Inobonto II 600 60
6 Pemeliharaan jalan Buntalo-Bolangot 1,000 100
7 Pemeliharaan jalan Mopuya-Tumokang 1,970 197
8 Pemeliharaan jalan Dumoga-Mopuya 650 65
Tabel 1.7.
Proyek Pemerintah di Kabupaten Bolaang Mongondow
Sumber : Dinas PU Kab. Minahasa Sumber : Dinas PU Kab. Bolaang Mongondow
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Kantor kelurahan Taratara III Rp250 juta
Jalan Lahendong-Pinaras dan Pinaras Sawangan Rp1miliar
Jalan Hotmix strategis antar kelurahan Rp849,2 juta
Rehabilitasi jalan hotmix Tumatangtang-Pinaras Rp320,2 juta
Rehab eks kantorSKPD Rindam Rp900 juta
Kantor kelurahan Taratara Rp250 juta
Rehabilitasi jaringan irigasi di Ranowangko Rp263,9 juta
Rehabilitasi jaringan irigasi di Kelong Rp330,5 juta
Rehabilitasi jaringan di Aga Rp335,2 juta
21 Paket Proyek PU
Saluran air dan trotoar Woloan I dan III Rp385 juta
Saluran air dan trotoar Paslaten Rp148,8 juta
Saluran air dan trotoar Samping gereja Pniel Kakaskasen Rp156,8 juta
Checkdam Muung Rp774,1 juta
Normalisasi saluran sungai Giniringan Talete-Kamasi Rp431,4 juta
Normalisasi sungai Muung Matani Rp540 juta
Kantor Woloan I Utara Rp250 juta
Kantor Wailan II Rp250 juta
Sarana dan prasarana air minum Rurukan I Rp337,2 juta
Sarana dan prasarana air minum Kayawu-Kakaskasen I Rp510,8 juta
Saluran air dan trotoar Wailan Rp204,2 juta
Saluran air dan trotoar Kamasi dan Kamasi I Rp405 juta
Tabel 1.8.
Proyek Pemerintah di Kota Tomohon
Sumber : Dinas PU Kota Tomohon
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
21
Grafik 1.25.
Perkembangan Kredit Konstruksi
Dinas Pekerjaan Umum Kota Manado telah melepas sejumlah paket proyek belanja modal
dengan total alokasi dana sebesar Rp16 miliar yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus
(Tabel 5).
Pemerintah Kabupaten Sitaro mengalokasikan dana sebesar Rp5,4 miliar untuk
pembangunan jembatan, Rp4,6 miliar untuk pembangunan Talud, untuk pembangunan
jalan (Rp17,5 miliar) dan perbaikan talud pengaman pantai dan tanah (Rp6 miliar). Proyek
tersebut mulai berjalan pada akhir April.
Proyek perbaikan pengaman pantai dan bangunan pengendali banjir di Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan dengan alokasi dana sebesar Rp30,5 miliar.
Pembangunan jalan nasional di Kota Manado dengan alokasi anggaran sebesar Rp700
miliar. Pembangunan jalan nasional ini akan dimulai pada akhir triwulan II 2012 (Tabel 6).
Selanjutnya, proyek swasta juga menunjukan adanya peningkatan pada triwulan II 2012.
Beberapa proyek swasta yang hingga saat ini masih dalam proses pengerjaan adalah proyek
perumahan, tercermin dari pelaksanaan pameran perumahan terbesar yang dilaksanakan oleh
BNI bekerjasama dengan Real Estate Indonesia (REI) berlangsung pada pertengahan April 2012.
Secara khusus BNI mampu menyalurkan kredit sebesar Rp240 miliar dari 699 aplikasi yang
diajukan dengan berbagai tipe rumah. Indikator lainnya yang menunjukkan kinerja sektor
bangunan adalah hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang memperlihatkan kenaikan indeks
penjualan bahan konstruksi sebesar 38,87% (yoy) dari 131,30 pada April 2012 menjadi 182,47
pada April 2012.
Dari sisi pembiayaan, peran perbankan terhadap sektor bangunan (konstruksi) menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan. Hal ini tercermin dari jumlah kredit yang disalurkan oleh
perbankan sampai dengan Juni 2012 tercatat sebesar Rp621 miliar atau mengalami
pertumbuhan positif sebesar 45,38% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Grafik 1.24.
Perkembangan Indeks Penjualan Bahan Konstruksi
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Utara Manado
Sumber : Survei Penjualan Eceran Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
-200
-100
0
100
200
300
400
500
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Ag
ust
Sep
Okt
No
p
Des
Jan
Feb
Mar
Ap
r
2011 2012
Indeks Bahan konstruksi gBahan konstruksi (%) -right axis
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
-
100
200
300
400
500
600
700
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
Konstruksi (Rp miliar) - left axis
gKonstruksi (% yoy) - right axis
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
22
Grafik 1.26.
Perkembangan Jumlah Pengunjung Mantos
1.2.4. Sektor lainnya
A. Sektor Jasa-jasa
Kinerja sektor jasa pada triwulan II 2012 tumbuh
positif sebesar 7,20% (yoy), dengan sumbangan
sebesar 1,09% terhadap total pertumbuhan
triwulan laporan. Kinerja sektor jasa yang cukup
stabil ditopang oleh aktivitas sub sektor jasa
pemerintahan dan hiburan. Data yang diperoleh
dari pusat perbelanjaan Manado Town Square
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah
pengunjung Mantos pada Mei 2012 sebesar
32,79% (yoy) dibandingkan periode yang sama
tahun lalu atau sebanyak 747.150 ribu pengunjung.
Penguatan kinerja sektor jasa-jasa juga didukung oleh
perbankan, yang tercermin dari peningkatan
penyaluran kredit perbankan di sektor ini. Sampai
dengan Juni 2012 kredit sektor jasa-jasa tercatat
sebesar Rp929miliar atau tumbuh 39,14% (yoy).
B. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Salah satu multiplier effect dari adanya penyelenggaraan event berskala nasional maupun
internasional yang dilaksanakan di Sulawesi Utara adalah semakin dikenalnya Sulawesi Utara
khususnya Kota Manado sebagai salah satu kota tujuan wisata maupun sebagai tempat
Meeting, Incentives, Convention and Exhibition (MICE). Hal ini berpengaruh pada meningkatnya
minat wisatawan untuk berkunjung ke Sulawesi Utara hingga pada tahap lanjut mampu
mendorong kinerja sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Sektor pengangkutan dan
komunikasi pada triwulan II 2012 mengalami pertumbuhan 6,02% (yoy), dengan sumbangan
sebesar 0,78% terhadap total pertumbuhan, meningkat dibandingka periode yang sama tahun
lalu yang tumbuh 3,27% dengan sumbangan 0,43% terhadap total pertumbuhan.
Pertumbuhan yang positif pada sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan tercermin dari
tingginya arus penumpang yang keluar/masuk dari/ke Bandar Udara Sam Ratulangi Manado
baik asal/tujuan domestik maupun internasional. Sampai dengan periode laporan, arus
penumpang yang masuk ke wilayah Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan sebesar 16,84%
(yoy). Sejalan dengan itu, arus penumpang yang berangkat (keluar) dari wilayah Sulawesi Utara
tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 15,04% (yoy).
Grafik 1.27.
Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Utara
562.650
747.150
0
10
20
30
40
50
60
-
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Ag
ust
Sep
Okt
No
p
Des
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
2011 2012
Jumlah Pengunjung (org-left axis) Growth (%-right axis)
Sumber : Manado Town Square, diolah
0
10
20
30
40
50
60
-
200
400
600
800
1.000
1.200
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
Kredit_Jasa (Rp miliar) - left axis
gJasa (% yoy) - right axis
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
23
Grafik 1.29.
Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Kelompok Industri
Sumber : PLN Kanwil Suluttenggo, diolah
Tabel 1.9.
Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 1.28.
Perkembangan Kredit Sektor Transportasi & Komunikasi
Grafik 1.30.
Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Kelompok Industri
-60
-40
-20
0
20
40
60
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
%KLBBM Industri gBBM Industri
Sumber : PT. Pertamina Sulut, diolah
Sejalan dengan pertumbuhan positif sektor ini,
keberpihakan perbankan yang diwujudkan
dalam penyaluran kredit di sektor pengangkutan
dan komunikasi juga memperlihatkan adanya
peningkatan. Sampai dengan akhir triwulan II
2012 jumlah kredit yang disalurkan mencapai
Rp184 miliar, atau tumbuh 62,75% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
C. Sektor Industri Pengolahan
Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan II 2012 mengalami peningkatan yang
mencatat pertumbuhan sebesar 9,63% dengan sumbangan sebesar 0,72%, lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 6,93% (0,52%). Peningkatan ini ditandai
oleh peningkatan jumlah pelanggan listrik di sektor bisnis dan industri. Berdasarkan data PLN,
jumlah pelanggan listrik di sektor industri pada triwulan II 2012 tumbuh sebesar 5,60% (yoy).
Sejalan dengan perkembangan jumlah pelanggan listrik, konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM)
untuk kalangan industri juga mengalami peningkatan. Sampai dengan triwulan laporan,
konsumsi BBM industri tercatat sebanyak 20,88 Kilo Liter (KL) atau tumbuh 30,30%
dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Datang 203.160 213.389 229.846 245.468 230.845 249.329 16,84%
Berangkat 213.108 216.771 232.520 231.954 242.260 249.372 15,04%
Datang 1.783.877 1.656.261 1.808.789 1.957.167 1.307.021 1.721.272 3,93%
Berangkat 1.208.615 1.098.530 945.969 1.154.768 1.061.987 1.069.686 -2,63%
20122011
Penumpang
Kargo
Jenis
Pengangkutan
Kedatangan/
Keberangkatan
Growth
(YoY)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
Kredit_Angk&Kom (Rp miliar) - left axis
gKredit_Angk&Kom (% yoy) - right axis
(5,00)
-
5,00
10,00
15,00
20,00
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
Pelanggan Industri - left axis
gPelanggan Industri (% yoy) - right axis
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
24
Grafik 1.32.
Perkembangan Transaksi Gadai
Indikator lainnya yang mendukung peningkatan
kinerja sektor industri adalah perlambatan
pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh
perbankan. Sampai dengan akhir triwulan II 2012
jumlah kredit yang disalurkan sebesar Rp374 miliar
atau tumbuh sebesar 14,05% (yoy).
D. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan
Sementara itu, untuk kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan II
2012 tumbuh 8,20% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan jasa antara lain
tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara lain:
pembukaan kantor cabang pembantu baru, penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta
penawaran produk-produk baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada
masyarakat dalam bertransaksi. Selain itu, pengaruh meningkatnya laju konsumsi dan aktivitas
sistem pembayaran di wilayah Sulawesi Utara juga turut berkontribusi pada pertumbuhan
sektor ini.
Indikator lain yang menunjukkan perkembangan di
sektor keuangan adalah peningkatan jumlah
transaksi gadai di PT. Pegadaian (Persero) di
Sulawesi Utara. Pada Juni 2012, transaksi gadai
mencapai Rp593 miliar atau tumbuh 28,01% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Tabel 1.10.
Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara
Ket: *) termasuk kantor unit
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 1.31.
Perkembangan Kredit Sektor Industri
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
Kredit_Industri (Rp miliar) - left axis
gKredit_Industri (%yoy) - right axis
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Jumlah Bank umum 24 25 25 25 25 25 25 25 25 25
Jumlah kantor bank umum*) 214 219 223 229 231 238 244 248 248 250
Jumlah BPR 13 14 14 16 16 17 17 17 17 17
Jumlah kantor BPR 39 39 41 43 43 46 46 48 48 48
Data Bank
2010 2011 2012
464
593
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
0
100
200
300
400
500
600
700
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Ag
ust
Sep
Okt
No
p
Des
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
2011 2012
Transaksi Gadai (miliar-left axis)
GrowthGadai (% yoy-right axis)
Sumber : PT. Pegadaian (Persero), diolah
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
25
E. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian pada
triwulan II 2012 tumbuh 7,29% (yoy) dengan
sumbangan sebesar 0,36% terhadap total
pertumbuhan. Berdasarkan pelaku usahanya, sub
sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh
penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri
berskala besar. Dukungan perbankan terhadap
sektor pertambangan juga terus mengalami
perbaikan, jika dilihat berdasarkan trennya,
pembiayaan yang diberikan oleh pihak perbankan terhadap sektor pertambangan terus
mengalami peningkatan sejak tahun 2011 hingga pada triwulan laporan jumlah kredit yang
disalurkan pada sektor pertambangan tercatat sebesar Rp116 miliar atau tumbuh sebesar
173,63% (yoy).
F. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Sementara itu, sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan II 2012 tumbuh 6,16% (yoy). Jika
dilihat berdasarkan kontribusinya, sektor listrik, gas dan air bersih masih tercatat sebagai sektor
yang memberikan sumbangan terendah terhadap total pertumbuhan ekonomi pada triwulan
laporan dengan sumbangan sebesar 0,05%. Pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih
dapat dikonfirmasi dari data jumlah penjualan listrik serta jumlah pelanggan di Sulawesi Utara.
Jumlah pelanggan listrik pada triwulan II 2012 sebesar 461.063 pelanggan atau tumbuh 6,82%
(yoy) dengan jumlah pemakaian 199 MW atau tumbuh 4% dibandingkan periode yang sama
tahun lalu. Sementara itu, kapasitas listrik yang tersedia pada triwulan laporan sebesar 260 MW
atau tumbuh 11,11% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan data tersebut,
masih terdapat surplus daya listrik sebesar 61 MW. Adanya surplus listrik tersebut didukung
oleh adanya peningkatan produksi listrik yang dihasilkan dari geothermal Lahendong.
Grafik 1.33.
Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Utara
-50
0
50
100
150
200
250
-
20
40
60
80
100
120
140
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
Kredit_Pertambangan (Rp miliar) - left axis
gKredit_pertambangan (% yoy) - right axis
Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah
Grafik 1.34.
Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik
di Sulawesi Utara
Grafik 1.35.
Perkembangan Jumlah Pemakaian dan Supply Listrik
di Sulawesi Utara
0,00%
2,00%
4,00%
6,00%
8,00%
10,00%
12,00%
14,00%
340.000
360.000
380.000
400.000
420.000
440.000
460.000
480.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
Total Pelanggan-left axis
gTotal Pelanggan-right axis
-
50
100
150
200
250
300
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
Jumlah Pemakaian (MW)
Jumlah listrik yang tersedia (MW)
26
PEMETAAN SEKTOR DAN KOMODITAS UNGGULAN SULAWESI UTARA DALAM
MENCIPTAKAN PERTUMBUHAN EKONOMI INKLUSIF DAN BERKESINAMBUNGAN
Dalam periode tahun 2006-2010, perekonomian Sulawesi Utara bertumbuh
dengan laju rata-rata di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2010,
struktur perekonomian Provinsi Sulawesi Utara didominasi oleh sektor tersier (51,11%),
diikuti oleh sektor sekunder (25,36%) dan sektor primer (23,53%)1
. Struktur
perekonomian tersebut sedikit mengalami perubahan dibandingkan dengan struktur
perekonomian tahun 2005 dimana kontribusi sektor primer, sekunder dan tersier
masing-masing sebesar 24,83%, 25,07% dan 50,10%. Dengan demikian dalam lima
tahun terakhir, kontribusi sektor primer menurun, kontribusi sektor sekunder sedikit
meningkat, dan kontribusi sektor tersier meningkat cukup signifikan. Sektor-sektor
yang kontribusinya mengalami perubahan signifikan adalah sektor pertanian dan sektor
industri yang mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,89% dan 0,69%,
sedangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor bangunan mengalami
peningkatan masing-masing sebesar 1,97% dan 1,08%.
Dari sisi tenaga kerja, terjadi peningkatan penyerapan lapangan kerja yang
ditandai tren penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) hingga tercatat sebesar
6,32% pada Februari 2012. Berdasarkan sektornya, Sektor Pertanian
(pertanian,perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan) masih merupakan
lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang bekerja yaitu sebanyak
357,8 ribu orang (38%). Sementara itu, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran serta
Jasa Akomodasi menempati urutan kedua dengan jumlah tenaga kerja sebanyak177,72
ribu orang (18,43%).
Pertumbuhan ekonomi regional yang cukup baik ternyata belum membuat
tingkat kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara setara dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat secara nasional. Hal ini tercermin dari PDRB/kapita Provinsi Sulut yang masih
lebih rendah dibandingkan dengan PDB/kapita nasional sebagaimana tercermin pada
grafik. Indeks Gini Ratio Provinsi Sulawesi Utara periode 2007 s/d 2009 menunjukkan
1sektor primer (pertanian dan pertambangan & penggalian), sektor sekunder (industri pengolahan; listrik, gas dan air
bersih; dan bangunan), dan sektor tersier (perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi;
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan jasa-jasa)
27
tren peningkatan hingga tercatat sebesar 0,37 pada tahun 2009. Hal ini mencerminkan
bahwa pertumbuhan ekonomi Sulut belum diikuti dengan pemerataan distribusi
pendapatan.
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, inklusif dan
berkelanjutan strategi pembangunan Provinsi Sulawesi Utara bertumpu pada empat
pilar strategis. Keempat pilar itu adalah: (a) meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi
yang tinggi dan berkualitas (pro-growth); (b) menciptakan dan memperluas lapangan
kerja (pro-job); (c) meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui program-program jaring
pengaman sosial yang berpihak kepada masyarakat miskin (pro-poor); dan (d)
meningkatkan kualitas pengelolaan lingkungan hidup (pro-environment). Disamping
itu, pembangunan difokuskan pada sektor-sektor prospektif dengan menggunakan
konsep sebagai berikut :
Keunggulan
Komparatif dan
Kompetitif Sulawesi
Utara
Analisis Location
Quotient:
Statik dan Dinamik
Pengembangan
Komoditas/Produ
k/Jenis Usaha
Unggulan
Perkembangan PDRB per Kapita Nasional dan Provinsi Sulawesi Utara
Sumber : BPS, diolah
28
A. Analisis Location Quotient
Berdasarkan Analisis Location Quotient, dengan menggunakan metode Static LQ
(SLQ) maupun Dynamic LQ (DLQ) diperoleh klasifikasi sektor usaha sebagai berikut:
B. Analisis Penentuan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan
Metode yang digunakan dalam penentuan Komoditas/produk/jenis usaha unggulan
Sulawesi Utara menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) yang
dimodifikasi sebagai alat analisis. Disebut demikian karena analisis ini juga
menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), Metode Borda dan Metode
Bayes dalam menetapkan KPJU unggulan kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi.
Adapun hasil analisis KPJU Unggulan UMKM Lintas Sektoral Provinsi Sulawesi Utara
adalah sebagai berikut :
No KPJU Sektor / Sub-sektor
1 Kelapa Perkebunan
2 Ikan Pelagis Perikanan
3 Warung Perdagangan
4 Cengkeh Perkebunan
5 Padi sawah TanamanPangan/ Hortikultura
6 Pala Perkebunan
7 Toko Perdagangan
8 Jagung TanamanPangan/ Hortikultura
9 Kentang TanamanPangan/ Hortikultura
10 Rumah Makan Pariwisata
Kriteria SLQ<1 SLQ>1
DLQ>1
Sektor Andalan
- Industri Pengolahan
- Perdagangan, Hotel dan Restoran
- Keuangan, Persewaan dan Jasa
Sektor Unggulan
- Listrik, Gas dan Air Bersih
- Bangunan
- Pengangkutan dan Komunikasi
DLQ<1
Sektor Tertinggal
Pertambangan dan Penggalian
Sektor Prospektif
- Pertanian, peternakan dan kehutanan
- Jasa-jasa
Klasifikasi Sektor Usaha Berdasarkan Nilai SLQ dan DLQ
Sumber : BPS, diolah
KPJU Unggulan UMKM Lintas Sektor di Provinsi Sulawesi Utara
29
Sementara itu, komoditas unggulan masing-masing Kabupaten/Kota adalah
sebagai berikut:
Selanjutnya, dalam mengembangkan KPJU unggulan masing-masing
Kabupaten/Kota diharapkan dapat mempertimbangkan perspektif Product Life Cycle
(PLC), perspektif tujuan, perspektif keberpihakan, dan perspektif skenario kebijakan
agar pembangunan dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dalam rangka mengurangi angka/tingkat kemiskinan di
daerah. Pada akhirnya, kebijakan tersebut diharapkan mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi lokal dan mewujudkan pertumbuhan ekonomi inklusif.
1 Kab. Minahasa 310,384.00 2,116,994.66 6.82 12% 6.24 Cengkeh, Kelapa
2 Kab. Bolaang Mongondow 213,484.00 1,030,335.87 4.83 6% 4.91 Padi sawah, Jagung, Kentang, Padi, Sapi
3 Kab. Kepulauan Sangihe 126,100.00 747,129.73 5.92 4% 5.85 Kelapa, Pala,Cengkeh
4 Kab. kepulauan Talaud 83,434.00 426,173.92 5.11 2% 5.51 Pala, Cengkeh, Kelapa, Ikan Cakalang
5 Kab. Minahasa Selatan 195,553.00 1,328,646.00 6.79 7% 8.57 Kelapa, Cengkeh, Kentang, Padi Sawah
6 Kab. Minahasa Utara 188,904.00 1,351,808.33 7.16 7% 7.27 Kelapa, Buah-buahan dan Jagung
7 Kab. Minahasa Tenggara 100,443.00 884,301.70 8.80 5% 8.09 Kelapa, padi Sawah dan Ikan Cakalang
8 Kab. Bolmong Timur 63,654.00 388,704.10 6.11 2% 7.11 Kelapa, Kopi, Padi Sawah dan Jagung
9 Kab. Kepulauan Sitaro 63,801.00 310,739.05 4.87 2% 7.36 Pala, Kelapa, Ikan Tuna, ikan Cakalang
10 Kota Menado 410,481.00 5,763,351.02 14.04 31% 7.30 Toko dan Rumah Makan
11 Kota Kotamobagu 107,459.00 473,060.83 4.40 3% 7.42 Padi, Hotel & Gilingan Padi
12 Kota Bitung 187,652.00 2,204,242.01 11.75 12% 6.88 Ikan Cakalang, Ikan Tuna, Ikan Beku dan
Ikan Cakalang Asap
13 Kota. Tomohon 91,553.00 663,557.59 7.25 4% 6.10 Sayur, Buah-buahan, Bunga
14 Kab. Bolmong Utara 70,693.00 386,449.26 5.47 2% 7.62 Padi sawah, Kelapa, Ikan Cakalang
&Sapi
15 Kab. Bolmong Selatan 57,001.00 269,135.59 4.72 1% 6.76 Padi Sawah, Kelapa, Ikan Tuna dan Sapi
No Kabupaten/Kota
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
PDRB
(Rp Juta)
PDRB/
Kapita
Share
Terhadap
PDRB Sulawesi
Utara
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
Komoditas Unggulan
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN
INFLASI DAERAH BAB II
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
33
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Kestabilan harga Kota Manado sampai dengan akhir triwulan II 2012 cukup terjaga, tercermin
dari tingkat inflasi yang berada dibawah tingkat inflasi nasional dan Zona Sulampua. Pada akhir
triwulan II 2012 inflasi Kota Manado tercatat sebesar 3,73% (yoy), lebih rendah dibandingkan
inflasi nasional yang tercatat sebesar 4,53% (yoy) dan tingkat inflasi Zona Sulampua yang
tercatat sebesar 4,15% (yoy) serta lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi Kota Manado
periode yang sama tahun lalu tercatat sebesar 5,15% (yoy). Namun demikian, terjadi
peningkatan laju inflasi apabila dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 0,95% (yoy).
Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan II-2012 menunjukkan fluktuasi
yang terutama dipengaruhi faktor seasonal. Pada April 2012 Kota Manado tercatat mengalami
inflasi 1,63% (mtm), kemudian terkoreksi kebawah cukup tajam pada Mei 2012 sebesar -
0,84% (mtm). Pada akhir triwulan II 2012 tekanan inflasi Kota Manado kembali terakselerasi
yang terutama didorong faktor meningkatnya aktivitas konsumsi seiring perayaan hari
pengucapan syukur dan musim liburan sekolah sehingga tercatat mengalami inflasi sebesar
0,5% (mtm). Secara akumulasi, tingkat inflasi Kota Manado sampai dengan Juni 2012 tercatat
2,89% (ytd), lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, yang justru mencatat deflasi sebesar -0,14%
(ytd).
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan terutama
didorong oleh meningkatnya tekanan kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak
(volatile foods) dan kelompok administered price. Sementara itu, kelompok inti (core inflation)
mengalami inflasi pada level moderat.
Grafik 2.2.
Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (qtq)
Grafik 2.1.
Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (yoy)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
3.73
4.53
4.15
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2008 2009 2010 2011 2012
%
yoy Manado yoy Nasional
yoy Sulampua
1.28
0.90
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2008 2009 2010 2011 2012
%
qtq Manado qtq Nasional
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
34
2.1. PERKEMBANGAN INFLASI
2.1.1 INFLASI TAHUNAN (yoy)
Laju inflasi tahunan Kota Manado pada akhir triwulan II 2012 tercatat 3,73% (yoy), lebih
rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, tercatat sebesar 5,15%
(yoy) namun lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 0,95%(yoy). Sementara itu, laju inflasi Kota Manado masih lebih rendah apabila
dibandingkan dengan laju inflasi nasional dan Zona Sulampua yang masing-masing tercatat
sebesar 4,53% (yoy) dan 4,15% (yoy) pada akhir triwulan II 2012 (grafik 2.1).
Berdasarkan kelompoknya, inflasi tahunan disumbangkan oleh seluruh kelompok yang ada.
Inflasi terutama disumbang oleh kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga yang tercatat
mengalami inflasi 9,41% (yoy). Apabila dilihat lebih lanjut, sub kelompok pendidikan
mengalami inflasi tertinggi, tercatat sebesar 18,75% (yoy) yang disebabkan karena kenaikan
biaya pendidikan SLTP, SLTA dan Akademi/Perguruan Tinggi. Sementara itu inflasi terendah
terendah terjadi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan yang tercatat sebesar
0,17% (yoy).
Kelompok perumahan,air,listrik,gas dan bahan bakar, mengalami inflasi sebesar 5,70% (yoy)
sebagai faktor kenaikan harga bahan bakar rumah tangga. Selanjutnya kelompok sandang,
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok bahan makanan serta
kelompok kesehatan mengalami inflasi berturut-turut sebesar 4,52% (yoy), 3,36% (yoy), 3,01%
(yoy), 2,52% (yoy).
2.1.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq)
Secara triwulanan, inflasi Kota Manado pada triwulan II 2012 relatif stabil. Pada triwulan II 2012
Kota Manado tercatat mengalami inflasi sebesar 1,28% (qtq), sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan inflasi triwulan I 2012 yang sebesar 1,58% (qtq). Hampir seluruh
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
1 Bahan Makanan -2.19 6.39 18.14 15.23 21.69 14.72 -1.23 -3.17 -5.19 3.01
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 8.13 5.96 4.83 5.36 0.43 1.50 1.45 1.21 2.95 3.36
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 1.45 1.83 2.58 2.35 1.85 2.14 1.58 1.63 4.73 5.70
4 Sandang 2.83 6.84 7.02 5.15 5.03 4.28 8.32 5.56 5.68 4.52
5 Kesehatan 4.98 2.56 1.87 0.96 0.61 2.62 3.20 5.20 4.48 2.52
6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 1.97 1.75 1.19 1.62 0.91 0.86 9.70 9.06 9.22 9.41
7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 1.63 2.60 3.26 0.59 0.80 -0.38 -0.87 0.49 -0.35 0.17
1.84 4.21 7.38 6.28 6.90 5.15 1.25 0.67 0.95 3.73
2010 2011 2012No Kelompok
Umum
Tabel 2.1.
Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
35
Grafik 2.3
Laju Inflasi Kota Manado, Zona Sulampua dan Nasional (mtm)
kelompok barang dan jasa mengalami perlambatan, sehingga cukup menahan laju inflasi Kota
Manado pada triwulan II 2012.
Berdasarkan kelompoknya, inflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan yang
tercatat sebesar 2,66% (qtq). Faktor anomali cuaca yang mengganggu pasokan beberapa
komoditas makanan ditengah meningkatnya permintaan seiring perayaan hari raya keagamaan
pada triwulan II 2012 merupakan faktor pendorong terjadinya peningkatan harga pada periode
laporan.
Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi triwulanan cukup tinggi.
Pada triwulan II 2012 kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi
0,58% (qtq), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang justru tercatat
mengalami deflasi sebesar 0,81% (qtq). Inflasi terutama disebabkan oleh meningkatnya ongkos
angkutan udara pada musim liburan sekolah.
Kenaikan tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan serta kelompok tanspor, komunikasi
dan jasa keuangan dapat diredam oleh perlambatan laju inflasi pada kelompok lainnya,
sehingga tekanan inflasi triwulanan periode laporan relatif stabil dibandingkan periode
sebelumnya.
2.1.3 INFLASI BULANAN (mtm)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
1 Bahan Makanan -1.50 0.23 11.98 4.23 4.03 -5.51 -3.59 2.18 1.86 2.66
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 4.68 -0.95 0.77 0.84 -0.22 0.10 0.72 0.60 1.51 0.50
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.74 0.09 0.96 0.55 0.24 0.38 0.41 0.60 3.29 1.31
4 Sandang 0.52 1.89 1.09 1.56 0.40 1.17 5.02 -1.03 0.50 0.05
5 Kesehatan 2.02 -0.04 0.32 -1.32 1.66 1.96 0.90 0.59 0.97 0.05
6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.72 0.01 0.36 0.52 0.02 -0.04 9.15 -0.06 0.16 0.14
7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0.20 1.23 0.62 -1.06 0.02 0.05 0.13 0.29 -0.81 0.58
0.72 0.20 3.81 1.44 1.31 -1.43 -0.05 0.87 1.59 1.28
2010 2011 2012Kelompok
Umum
No
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Tabel 2.2.
Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
0.50
0.62
0.79
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2009 2010 2011 2012
%
mtm Manado mtm Nasional mtm Sulampua
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
36
Grafik 2.4.
Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado
Menurut Kelompok Barang & Jasa April 2012
Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan II-2012 menunjukkan
fluktuasi. Pada April 2012 Kota Manado tercatat mengalami inflasi 1,63% (mtm), kemudian
terkoreksi kebawah cukup tajam pada Mei 2012 sebesar -0,84% (mtm). Pada akhir triwulan II
2012 tekanan inflasi Kota Manado kembali terakselerasi yang terutama didorong faktor
seasonal (perayaan hari pengucapan syukur dan musim liburan sekolah) sehingga tercatat
mengalami inflasi sebesar 0,5% (mtm).
Tingkat inflasi Kota Manado sepanjang triwulan II 2012 lebih rendah dibandingkan dengan
tingkat inflasi nasional maupun Zona Sulampua. Pada akhir triwulan II 2012 tingkat inflasi
nasional tercatat sebesar 0,62% (mtm), sementara itu tingkat inflasi Zona Sulampua tercatat
sebesar 0,79% (mtm).
APRIL 2012
Pada awal triwulan II-2012, Kota Manado tercatat
mengalami inflasi sebesar 1,63% (mtm). Inflasi
terutama terjadi pada kelompok bahan makanan
sebesar 5,65% (mtm) dengan sumbangan sebesar
1,63% terhadap total inflasi bulanan. Berdasarkan
sub kelompoknya, bumbu-bumbuan mengalami
inflasi sebesar 45,49% (mtm). Kemudian diikuti
oleh sub kelompok sayur-sayuran dan sub
kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya
yang masing-masing mengalami inflasi sebesar
8,02% (mtm) dan 1,03% (mtm).
Tekanan inflasi pada April 2012 dipengaruhi oleh
faktor peningkatan permintaan seiring perayaan Paskah yang jatuh pada awal triwulan laporan.
Ditengah meningkatnya permintaan, pasokan sedikit terganggu oleh faktor anomali cuaca dan
bencana yang terjadi pada sentra komoditas pertanian Sulut. Peningkatan Harga Pembelian
Pemerintah (HPP) beras sebesar 25% yang dituangkan dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor
3 Tahun 2012 tentang kebijakan pengadaan gabah/beras dan penyaluran beras oleh
pemerintah serta kenaikan harga pupuk urea bersubsidi diperkirakan turut andil dalam
mengakselerasi harga bahan pangan pada periode laporan.
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
5.65
-0.12
0.15
-0.30
-0.01
0.00
0.04
1.63
-0.02
0.04
-0.02
0.00
0.00
0.00
-2 0 2 4 6
Bahan Makanan
Makanan jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
Andil Inflasi (mtm) April 2012
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
37
MEI 2012
Tekanan inflasi Kota Manado pada Mei 2012 terkoreksi kebawah cukup tajam sehingga
tercatat mengalami deflasi sebesar -0,84% (mtm). Deflasi terutama terjadi pada kelompok
bahan makanan dan makanan jadi yang masing-masing tercatat sebesar -3,44% (mtm) dan -
1,03%(mtm).
Apabila dilihat lebih lanjut, deflasi kelompok bahan
makanan terutama terjadi pada kelompok bumbu-
bumbuan (-20,23% mtm), kelompok padi-padian,
umbi-umbian dan hasil-hasilnya (-2,08% mtm),
kelompok daging dan hasil-hasilnya (-0,97% mtm)
serta telur, susu dan hasil-hasilnya (-0,73%).
Penurunan ini disebabkan oleh faktor (1)
Membaiknya suplai beras dari luar Sulut dan suplai
beras lokal seiring panen beras di Bolaang
Mongondow Raya, Bolaang Mongondow Timur,
Lolak dan Maelang (2) Membanjirnya stok bawang
putih di Pulau Jawa yang pada tahap selanjutnya
mempengaruhi harga bawang putih di Kota Manado
(3) Produksi telur dan daging yang melimpah.
JUNI 2012
Pada akhir triwulan II 2012, laju perkembangan
harga barang dan jasa secara umum kembali
mengalami peningkatan dibandingkan bulan
sebelumnya hingga tercatat sebesar 0,5% (mtm).
Inflasi pada akhir triwulan II 2012 terjadi pada semua
kelompok, terutama kelompok bahan makanan dan
transportasi yang masing-masing tercatat mengalami
inflasi sebesar 0,64% (mtm) dan 0,51% (mtm)
disebabkan oleh faktor seasonal (musim liburan
sekolah dan hari raya pengucapan syukur) dan
kembali meningkatnya beberapa harga pangan.
Grafik 2.5.
Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok
Barang dan Jasa Mei 2012
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
Grafik 2.6.
Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok
Barang dan Jasa Juni 2012
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
-3.44
0.13
0.70
-0.19
0.06
0.00
0.03
-1.03
0.02
0.18
-0.01
0.00
0.00
0.00
-4 -3 -2 -1 0 1
Bahan Makanan
Makanan jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
Andil Inflasi (mtm) Mei 2012
0.64
0.49
0.46
0.54
-0.01
0.14
0.51
0.19
0.08
0.12
0.03
0.00
0.01
0.07
-1 0 1
Bahan Makanan
Makanan jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
Andil Inflasi (mtm) Juni 2012
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
38
Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah. Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan terutama
didorong oleh meningkatnya tekanan kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak
(volatile foods) dan kelompok administered price. Sementara itu, kelompok inti (core inflation)
mengalami inflasi pada level moderat.
2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL
Tekanan inflasi inti (core inflation) pada triwulan II 2012 relatif stabil. Inflasi inti pada akhir
triwulan II 2012 tercatat 3,93% (yoy) dengan sumbangan 2,06% terhadap total inflasi tahunan
pada akhir triwulan II-2012, atau sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2012 yang
tercatat sebesar 3,91% (yoy) dengan sumbangan 2,01% terhadap total inflasi tahunan. Hal ini
tidak lepas dari terkendalinya tekanan inflasi dari sisi eksternal maupun internal. Dari sisi
eksternal, pelemahan nilai tukar rupiah tidak berdampak signifikan pada perkembangan harga
domestik, seiring dengan tren penurunan harga komoditas global. Sementara itu, dari sisi
internal kenaikan permintaan masih dapat direspon dengan baik oleh sisi penawaran melalui
peningkatan penggunaan kapasitas produksi. Namun demikian, masih tingginya ekspektasi
masyarakat Sulut terhadap tingkat harga 3 dan 6 bulan yang akan datang berpotensi
mengakselerasi inflasi pada level yang lebih tinggi.
Interaksi Permintaan dan Penawaran
Peningkatan permintaan selama triwulan II 2012 sebagai faktor seasonal (Bulan Ramadhan dan
liburan sekolah), direspon dengan baik oleh peningkatan penggunaan kapasitas produksi
sehingga mampu menjamin ketersediaan pasokan (Grafik 2.9)
Grafik 2.7.
Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya Grafik 2.8.
Pergerakan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2009 2010 2011 2012
Volatile Administered CORE IHK
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011 2012
UMUM Volatile Administered Core
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
39
Grafik 2.10.
Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap
Harga Barang dan Jasa di Kota Manado
Grafik 2.11.
Perkembangan Indeks Ekspektasi Pedagang Eceran
Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado
Sumber:
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw Prov. Sulut dan Survei
Pedagang Eceran (SPE) KPw Prov. Sulut
.
Ekspektasi Inflasi
Ekspektasi masyarakat Sulut tercermin dari sisi konsumen maupun pedagang. Dari sisi
pedagang, ekspektasi terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang terbilang
cukup tinggi. Hal ini tercermin dari hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) KPw BI Provinsi Sulawesi
Utara pada periode laporan yang ditandai oleh angka indeks ekspektasi pedagang terhadap
tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang masing-masing sebesar 189,5 dan 187,5
pada Juni 2012 (Grafik 2.11). Sejalan dengan itu, dari sisi konsumen ekspektasi masyarakat juga
mengalami terbilang cukup tinggi. Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) KPw BI
Provinsi Sulawesi Utara pada periode laporan yang ditandai oleh angka indeks ekspektasi
konsumen terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang masing-masing
sebesar 120 dan 186 pada Juni 2012 (Grafik 2.10).
Grafik 2.9.
Perkembangan Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran
dan Kapasitas Produksi
Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) KPwBI Provinsi Sulut Sumber : Survei Konsumen (SK) KPw Provinsi Sulut
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2008 2009 2010 2011 2012
Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2008 2009 2010 2011 2012
Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad
0
20
40
60
80
100
120
0
100
200
300
400
500
600
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Indeks Riil Penjual Eceran (right axis) Kapasitas Produksi (left axis)
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
40
Grafik 2.13.
Perkembangan Harga Rata-rata Triwulanan
Komoditas Emas di Pasar Internasional
Sumber: Bloomberg, diolah
Grafik 2.12.
Perkembangan Harga Rata-rata Triwulanan
Komoditas Minyak di Pasar Internasional
Sumber: Bloomberg, diolah
Eksternal
Tekanan terhadap rupiah selama triwulan II 2012 meningkat. Peningkatan tekanan tersebut
dipicu baik dari sisi eksternal maupun internal. Dari sisi eksternal, meningkatnya faktor risiko
global, khususnya Eropa terkait dengan kondisi pemilu di Yunani dan Perancis serta
kekhawatiran keluarnya Yunani dari kawasan Eropa telah membawa sentimen negatif terhadap
pergerakan rupiah. Sementara itu, dari sisi domestik, pelemahan rupiah juga didorong oleh
meningkatnya kebutuhan valuta asing korporasi terkait dengan kegiatan impor yang masih
tinggi. Secara rata-rata nilai tukar rupiah ditutup melemah 2,27% menjadi Rp 9.277 per dolar
AS dari triwulan sebelumnya yang rata-rata mencapai Rp 9.066 per dolar AS. Apabila dilihat
secara point to point, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi 2,65% menuju ke level Rp 9.393
per dolar AS dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ditutup di level Rp 9.144 per
dolar AS. Pergerakan rupiah yang cenderung melemah tersebut, secara umum masih sejalan
dengan pelemahan nilai tukar di kawasan Asia lainnya. Meskipun demikian, pelemahan rupiah
diikuti oleh volatilitas yang lebih terjaga sehingga tidak berdampak signifikan pada
perkembangan harga domestik, seiring dengan penurunan harga komoditas internasional yang
masih berlanjut.
2.2.2 Non Fundamental
Volatile foods
Tekanan inflasi pada kelompok volatile foods pada akhir triwulan II 2012 meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada Juni 2012 kelompok ini tercatat mengalami inflasi
6,2% (yoy) dengan sumbangan 1,76% (yoy) terhadap inflasi umum, lebih tinggi dibandingkan
periode lalu yang tercatat mengalami deflasi -5,38% (yoy) dengan sumbangan -1,61%
1612.5
6.9
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
IV I II III IV I II
2011 2012
Persen
USD
/OZ
Harga Emas yoy (axis kanan)
93.4
(8.9)
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
30
40
50
60
70
80
90
100
110
II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012
WTI gHarga Minyak (RHS)
USD /mt
Sumber : Bloomberg
% yoy
*s.d. 21 Mar '12
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
41
Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw Prov. Sulut
Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw Prov. Sulut
terhadap inflasi umum. Beberapa faktor yang mempengaruhi terakselerasinya harga kelompok
ini selama triwulan II 2012 diantaranya:
(a) Meningkatnya permintaan sebagai faktor seasonal hari raya keagamaan (Paskah dan
Pengucapan Syukur) serta musim liburan sekolah yang jatuh pada triwulan laporan.
(b) Anomali cuaca dan bencana yang terjadi pada sentra komoditas pangan di Sulut.
(c) Berkurangnya produksi perikanan tangkap karena faktor cuaca dan kelangkaan BBM
bersubsidi.
(d) Kenaikan HPP Beras yang ditetapkan pemerintah serta kenaikan harga pupuk urea
bersubsidi.
Sementara itu, bertambahnya pasokan beras seiring dengan panen raya yang terjadi pada Mei
2012 dapat menahan laju inflasi kelompok volatile foods pada periode laporan.
Administered Price
Secara tahunan inflasi kelompok administered prices pada akhir triwulan II 2012 tercatat
sebesar 4,31% (yoy) dengan sumbangan 0,82% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan lalu
yang tercatat sebesar 2,96% (yoy) dengan sumbangan 0,55% terhadap inflasi tahunan.
Peningkatan inflasi administered prices pada triwulan laporan terutama berasal dari
peningkatan ongkos angkutan seiring musim liburan sekolah udara pada akhir periode laporan.
Grafik 2.14.
Perkembangan Harga Komoditas Beras, Minyak Goreng
dan Cabai Rawit di Kota Manado
Grafik 2.15.
Perkembangan Harga Komoditas Cabe Rawit
dan Bawang Merah di Kota Manado
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
I III I III I III V II IV II IV II I III I III V II IV II IV II IV II IV M
II
M
IV
M
II
M
IV
M I M
III
M I M
III
M I M
III
M I M
III
Jan-11Feb-11 Mar-11 Apr-
11
Mei-
11
Juni-
11
Juli-11 Agst-11 Sept-
11
Okt-
11
Nov -
11
Des -
11
Jan-12 Feb-12 Maret April
2012
Mei
2012
Juni
2012
Deho Malalugis
10,000
30,000
50,000
I II III IV M
I
M
II
M
III
M
IV
M
I
M
II
M
III
M
IV
M
V
M
I
M
II
M
III
M
IV
M
I
M
II
M
III
M
IV
M
I
M
II
M
III
M
IV
M
I
M
II
M
III
M
IV
Des -11 Jan-12 Feb-12 Maret April 2012 Mei 2012 Juni 2012
Rp/kg
Cabe Rawit (merah) Bawang Merah Beras
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN
PERBANKAN DAERAH BAB III
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
45
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Kinerja perbankan Sulawesi Utara terus menunjukkan perkembangan yang baik sebagaimana
tercermin dari meningkatnya fungsi intermediasi perbankan serta terjaganya risiko kredit. Pada
triwulan II 2012 aset perbankan Sulut tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan lalu
tercatat sebesar 23,55% (yoy), sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan kredit yang
tercatat sebesar 21,54% (yoy). Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga
mencatat pertumbuhan positif meski melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga
tercatat sebesar 21,95% (yoy). Dengan demikian Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di
Sulawesi Utara berada pada level 113,92% di akhir triwulan II 2012.
Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko kredit,
risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs)
relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%.
Tabel 3.1
Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA
Aset perbankan Sulawesi Utara, baik bank umum konvensional, bank umum syariah maupun
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan II-2012 tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan
periode lalu maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya. Total aset perbankan Sulut pada
triwulan II 2012 mencapai Rp24.052 miliar atau tumbuh 23,55% (yoy), lebih tinggi dari
pertumbuhan pertumbuhan triwulan lalu dan tahun lalu yang masing-masing tercatat sebesar
21,22% (yoy) dan 22,33% (yoy). Pertumbuhan aset pada triwulan II 2012 juga lebih tinggi
apabila dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan selama 5 tahun terakhir, tercatat sebesar
20,08% (yoy).
Struktur aset perbankan Sulawesi Utara pada triwulan II 2012 masih didominasi oleh aset bank
umum konvensional dengan pangsa mencapai 95,03% dari total aset perbankan. Lebih lanjut,
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Total Aset 14,783 15,914 16,731 17,534 18,242 19,467 20,465 21,244 22,112 24,052
Tumbuh Y.o.Y (%) 8.42 11.79 12.58 18.72 23.40 22.33 22.32 21.16 21.22 23.55
DPK (Rp Miliar) 9,953 10,604 11,114 11,428 11,797 12,601 13,298 14,138 14,579 15,367
Tumbuh Y.o.Y (%) 11.74 12.24 14.28 14.43 18.53 18.83 19.66 23.71 23.58 21.95
Kredit outstanding (Rp Miliar) 10,867 11,631 12,119 12,909 13,397 14,403 15,107 15,896 16,177 17,506
Tumbuh Y.o.Y (%) 19.48 20.81 21.14 23.12 23.28 23.83 24.65 23.14 20.75 21.54
LDR (%) 109.18 109.68 109.05 112.95 113.56 114.30 113.60 112.43 110.96 113.92
NPL (%) 3.53 3.46 3.48 3.13 3.74 3.64 3.46 2.66 2.66 2.61
20122011
Komponen
2010
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
46
sebesar 67,86% merupakan aset bank pemerintah dan 27,17% merupakan aset bank swasta.
Sementara itu, pangsa bank umum syariah dan BPR konvensional masing-masing sebesar
1,88% dan 3,08%.
Apabila dilihat pertumbuhannya, aset BPR konvensional terus mengalami pertumbuhan positif
hingga tercatat mencapai 57,29% (yoy) pada triwulan II 2012. Sementara itu, aset bank umum
syariah mengalami pertumbuhan positif dengan laju lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu.
Pada triwulan II 2012 aset bank umum syariah tercatat tumbuh 44,19%(yoy), atau lebih tinggi
dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 37,12% (yoy).
3.2. PERKEMBANGAN KANTOR BANK
Secara kelembagaan, perbankan Sulawesi Utara pada triwulan laporan terdiri dari 25 bank
umum konvensional, 3 bank umum syariah, dan 17 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Berdasarkan
jaringan kantornya, bank umum konvensional memiliki 250 kantor dan bank umum syariah
memiliki 13 kantor, sementara itu BPR terdiri dari 48 kantor. Jumlah bank umum dan BPR
konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan apabila dibandingkan periode lalu
3.3. PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONAL
3.3.1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 12 Juni 2012 memutuskan untuk
mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%. Tingkat suku bunga tersebut dinilai masih konsisten
dengan prakiraan inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran
yang ditetapkan, yaitu 4,5% ± 1% pada tahun 2012 dan 2013. Untuk mengelola tekanan
pelemahan nilai tukar dari memburuknya krisis di Eropa dan sentimen negatif pasar keuangan
Grafik 3.1.
Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. II-2012
Grafik 3.2.
Perkembangan Pangsa Aset Perbankan
Sulawesi Utara Tw. II-20112 (%)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
BPR
Konvensional
3%
Bank Umum
Syariah
2%
Bank Umum
Konvensional
Pemerintah
68%
Bank Umum
Konvensional
Swasta
27%
Bank Umum
Konvensional
95%
BPR Konvensional Bank Umum Syariah
Bank Umum Konvensional Pemerintah Bank Umum Konvensional Swasta
93.5
94
94.5
95
95.5
96
96.5
97
97.5
98
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011 2012
Total Asset BPR Konvensional (left axis)
Total Asset BU Syariah (left axis)
Bank Umum Konvensional (right axis)
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
47
global, Bank Indonesia mendorong peningkatan pasokan valuta asing ke pasar agar pergerakan
Rupiah tetap sejalan dengan pergerakan nilai tukar kawasan Asia dan kondisi fundamental
perekonomian Indonesia. Di samping menjaga kecukupan likuiditas baik di pasar Rupiah
maupun pasar valuta asing, Bank Indonesia juga memperkuat operasi moneter dan pendalaman
pasar keuangan, termasuk melalui pengembangan instrumen moneter valuta asing.
Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga perbankan di Sulawesi Utara terus
berlanjut. Namun demikian, penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga pinjaman di Sulawesi
Utara masih dalam kisaran yang relatif terbatas, ditandai oleh tren penurunan suku bunga
perbankan hingga akhir triwulan II-2012 dalam kisaran rendah. Berdasarkan data yang
bersumber dari Bank Indonesia, sampai dengan akhir Juni 2012, rata-rata tingkat suku bunga
kredit tercatat sebesar 13,41% atau sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 13,53%. Menurut jenis penggunaannya, rata-rata tingkat suku bunga
kredit modal kerja mencapai 13,08% per tahun, rata-rata kredit investasi sebesar 14,13% per
tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 13,44% per tahun. Sementara itu, rata-rata tingkat
suku bunga deposito 1 bulan sampai dengan Juni 2012 tercatat sebesar 5,71%, lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,79%.
Apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga nasional, suku bunga kredit di Provinsi
Sulawesi Utara masih berada pada level yang lebih tinggi. Pada Juni 2012 rata-rata suku bunga
kredit Sulawesi Utara tercatat 13,41%, lebih tinggi dari rata-rata suku bunga kredit nasional
yang tercatat sebesar 10,98%2
. Berdasarkan penggunaannya, rata-rata tingkat suku bunga
kredit modal kerja mencapai 12,02% per tahun, rata-rata kredit investasi sebesar 11,62% per
tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 13,62% per tahun.
2
Sumber : Bank Indonesia
Kredit Bank Umum Konvensional, mata uang Rupiah dan Valas
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Grafik 3.3.
Perkembangan Rata-Rata
Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito dan BI Rate (%)
Grafik 3.4.
Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit
Menurut Jenis Penggunaan (%)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
5.50
6.00
6.50
7.00
7.50
13.0
14.0
15.0
16.0
17.0
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
2010 2011
Sk. Bunga Kredit (Left Axis) BI Rate (Right Axis)
Sk. Bunga Deposito (Right Axis)
13.0
13.5
14.0
14.5
15.0
15.5
16.0
16.5
17.0
17.5
Jan
Feb
Mar
Ap
ril
May
Ju
n
Ju
l
Au
g
Sep
Oct
No
v
Dec
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Ju
n
2010 2011
Modal Kerja Investasi Konsumsi
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
48
Grafik 3.7.
Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar)
3.3.2. Penyerapan Dana Masyarakat
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan di wilayah Sulawesi Utara pada
triwulan II-2012 menunjukkan pertumbuhan sebesar 21,95% (yoy) menjadi Rp15.367 miliar,
lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu, tercatat
tumbuh 18,83% (yoy) atau sebesar Rp12.601 miliar maupun dibandingkan dengan rata-rata
pertumbuhan DPK selama 5 tahun terakhir, tercatat 19,26% (yoy) yang mencerminkan
meningkatnya minat dan kemampuan ekonomi masyarakat Sulut untuk menyimpan dananya di
bank. Hal ini ti
dan meningkatnya kinerja perbankan dalam menjaring dana masyarakat melalui inovasi produk.
Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terjadi pada jenis tabungan yang tumbuh
22,39% (yoy) kemudian disusul oleh giro sebesar 21,78% (yoy) dan deposito sebesar 21,40%
(yoy).
Menurut pangsanya, penempatan dana dalam
sistem perbankan masih didominasi oleh jenis
simpanan tabungan sebesar 48,42% dari total
keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK), disusul
kemudian deposito (33,45%) dan giro
(18,13%).
Berdasarkan kelompok bank, bank pemerintah
menyerap 68,10% dari total DPK sedangkan
sisanya dihimpun oleh bank swasta (31,90%).
Berdasarkan laju pertumbuhannya, dana di
bank pemerintah tumbuh 27,76% (yoy) sedangkan dana di bank swasta tumbuh sebesar
11,16% (yoy).
Grafik 3.6.
Share Dana Pihak Ketiga (DPK)
Grafik 3.5.
Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov.
Sulut
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011 2012
Giro Deposito Tabungan
18.13%
33.45%
48.42%
Giro Deposito Tabungan
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011 2012
Bank Pemerintah Bank Swasta
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
49
Tabel 3.2.
Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga yang
dihimpun, sebesar 70,87% atau sebesar Rp10.891 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi
di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kota Kotamobagu (8,13%), Kota Bitung (6,9%), Kabupaten
Kepulauan Sangihe Talaud (5,82%), Kabupaten Minahasa (5,2%), Kota Tomohon (1,17%),
Kabupaten Minahasa Selatan (1,01%), Kabupaten Minahasa Utara (0,89%) .
Berdasarkan wilayah administratifnya, DPK yang berhasil dihimpun pada triwulan laporan
hampir seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan tertinggi dialami
oleh Kabupaten Tomohon sebesar 28,64% (yoy) dan yang terendah dialami oleh Minahasa
Utara sebesar 11,01% (yoy).
Grafik 3.9.
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan
Kab/Kota (%)
Grafik 3.8.
Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan
Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
I II III IV I II
Kab. Minahasa 605 682 682 662 732 800
Kab. Kepulauan Sangihe 736 763 802 744 873 895
Kab. Minahasa Selatan 111 122 126 107 173 156
Kab. Minahasa Utara 140 123 117 94 109 136
Kota Menado 8,275 8,890 9,478 10,489 10,380 10,891
Kota Kotamobagu 1,011 1,047 1,054 962 1,117 1,249
Kota Bitung 775 834 887 965 1,017 1,061
Kota Tomohon 144 140 153 115 179 180
Total 11,797 12,601 13,298 14,138 14,579 15,367
Kota/Kabupaten20122011
I II III IV I II
2011 2012
Kota Tomohon 144 140 153 115 179 180
Kota Bitung 775 834 887 965 1,017 1,061
Kota Kotamobagu 1,011 1,047 1,054 962 1,117 1,249
Kota Menado 8,275 8,890 9,478 10,489 10,380 10,891
Kab. Minahasa Utara 140 123 117 94 109 136
Kab. Minahasa Selatan 111 122 126 107 173 156
Kab. Kepulauan Sangihe 736 763 802 744 873 895
Kab. Minahasa 605 682 682 662 732 800
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
Kota Tomohon Kota Bitung Kota Kotamobagu Kota Menado
Kab. Minahasa Utara Kab. Minahasa Selatan Kab. Kepulauan Sangihe Kab. Minahasa
0 10 20 30 40
Kab. Minahasa
Kab. Kepulauan
Sangihe
Kab. Minahasa
Selatan
Kab. Minahasa
Utara
Kota Menado
Kota Kotamobagu
Kota Bitung
Kota Tomohon
Q2-2012
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
50
Grafik 3.11.
Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
(Rp. Miliar)
3.3.3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor
Kredit bank umum konvensional di Sulawesi Utara terus mengalami perkembangan yang
menggembirakan, tercermin dari pertumbuhan positif kredit pada triwulan II 2012, walaupun
melambat apabila dibandingkan dengan pertumbuhan tahun lalu. Pada triwulan II-2012, jumlah
kredit secara umum tercatat 17.506 miliar atau tumbuh 21,54% (yoy). Berdasarkan jenis
penggunaannya, pertumbuhan kredit paling signifikan dialami oleh kredit modal kerja yang
mencapai jumlah Rp6.171 miliar atau tumbuh 30,20% (yoy). Sementara itu, untuk jenis kredit
investasi dan kredit konsumsi masing-masing sebesar Rp2.465 miliar dan Rp8.869 miliar atau
tumbuh 21.44% (yoy) dan 16.20% (yoy). Tingginya pertumbuhan kredit investasi dan modal
kerja pada periode laporan diperkirakan didorong oleh meningkatnya minat pelaku usaha untuk
berinvestasi di Sulut, hal ini tercermin dari pembangunan infrastruktur penunjang serta sarana
dan prasarana daerah yang terus ditingkatkan seiring dengan semakin banyaknya perhelatan
berskala nasional dan internasional yang dilaksanakan di Sulawesi Utara.
Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar 50,66%
dari total kredit yang disalurkan. Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat sebesar
35,25%, kemudian diikuti oleh kredit investasi dengan pangsa sebesar 14,08%.
Mendominasinya share kredit konsumsi dibandingkan jenis kredit lainnya searah dengan
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang terutama didorong oleh aktivitas konsumsi.
Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian besar
ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 29,33%
dari total kredit. Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan laporan,
bank umum pemerintah mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum
swasta nasional. Kelompok bank pemerintah menyalurkan Rp12.450 miliar atau mencapai
Grafik 3.10.
Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (%)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
- 2,000 4,000 6,000 8,000
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
20
09
20
10
20
11
20
12
Investasi Modal Kerja Konsumsi
-20
0
20
40
60
80
100
120
140
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011 2012
gModal Kerja (%) gInvestasi (%)
gKonsumsi (%) gTotal Kredit (%)
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
51
54.55%29.33%
3.55%
4.01%
8.56%
Lainnya (Konsumsi)
Perdagangan, Hotel & Restoran
Konstruksi
Jasa Dunia Usaha
Sektor Lainnya
pangsa pasar 71,12% sedangkan sisanya disalurkan oleh kelompok bank swasta sebesar
Rp5.506 miliar dengan pangsa pasar 28,88% dari total kredit.
Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp17.506 miliar, tercatat
65.78% atau sebesar Rp11.516 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado. Selanjutnya diikuti
oleh Kota Kotamobagu dengan pangsa pasar sebesar 9,43% (Rp1.651 miliar), Kabupaten
Minahasa 8,23% (Rp1.441 miliar), Kabupaten Kepulauan Sangihe 6,29%(Rp.1.101 miliar), Kota
Bitung 6% (Rp.1.050 miliar), Kota Tomohon 1,75% (Rp307 miliar), Kabupaten Minahasa
Selatan 1,47% (Rp.258 miliar), Kabupaten Minahasa Utara 1,04% (Rp182 miliar).
Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi
dialami Tomohon sebesar 38,38% (yoy) sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Minahasa
6,46% (yoy).
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Grafik 3.13.
Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
Grafik 3.12.
Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
Grafik 3.15.
Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
Grafik 3.14.
Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov.
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
20,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011 2012
Bank Swasta Bank Pemerintah
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
20,000
Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
Tomohon Bitung Kotamobagu Menado
Minahasa Utara Minahasa Selatan Sangihe Minahasa - 10 20 30 40 50
Minahasa
Sangihe
Minahasa Selatan
Minahasa Utara
Menado
Kotamobagu
Bitung
Tomohon
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
52
3.3.4. Kredit MKM
Perkembangan potensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Sulawesi Utara tidak
terlepas dari dukungan perbankan dalam penyaluran kredit kepada UMKM. Setiap tahun kredit
kepada UMKM mengalami pertumbuhan dan secara umum pertumbuhannya lebih tinggi
dibanding total kredit perbankan.
Kredit UMKM adalah kredit kepada debitur usaha mikro, kecil dan menengah yang memenuhi
definisi dan kriteria usaha mikro, kecil dan menengah sebagaimana diatur dalam UU No. 20
tahun 2008 tentang UMKM. Berdasarkan UU tersebut, UMKM adalah usaha produktif yang
memenuhi kriteria usaha dengan batasan tertentu kekayaan bersih dan hasil penjualan
tahunan. Data yang disajikan dalam pembahasan Kajian Ekonomi Regional Triwulan II 2012
adalah kredit UMKM dengan menggunakan definisi sebagaimana diatur dalam UU No.20 tahun
2008 tentang UMKM.
Pertumbuhan kredit MKM (Mikro, Kecil dan
Menengah) yang disalurkan oleh bank umum
konvensional di Sulawesi Utara mengalami
peningkatan. Sampai dengan triwulan II-2012, posisi
kredit MKM tercatat Rp6.608 miliar atau tumbuh
28,21% (yoy), lebih besar dari pertumbuhan kredit
umum yang tercatat sebesar 21,54% (yoy) pada
triwulan II 2012. Jika dilihat berdasarkan skalanya,
kredit menengah memiliki pangsa terbesar yakni
38,33%, kredit kecil memiliki pangsa mencapai
35,79%, dan sisanya 25,87% merupakan kredit mikro.
Jika melihat pangsa kredit MKM terhadap penyaluran kredit perbankan secara keseluruhan
pada triwulan II-2012, pangsa kredit MKM tercatat 37,75%, atau sedikit lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, tercatat 35,79%. Kenaikan pangsa kredit
MKM harus ditopang oleh semakin membaiknya kualitas kredit yang disalurkan. Pada triwulan II
2012 rasio Non Performing Loan (NPL) tercatat cukup tinggi, yakni sebesar 4,43%.
Grafik 3.16.
Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit (%)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2011 2012
Kredit Umum Kredit UMKM
%
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
53
3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara sampai dengan triwulan II 2012 relatif terkendali.
Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga, berada pada tingkat dibawah batas ketentuan BI
yaitu 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio
(LDR) berada pada level sedikit diatas 100%. Sedangkan volatilitas kurs diperkirakan tidak akan
berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang
tidak tinggi. Sementara itu, perkembangan indikator lainnya (Kelonggaran tarik, NIM, ROA dan
BOPO) menunjukkan perkembangan yang positif.
3.4.1 Risiko Kredit
Pada triwulan II-2012 risiko kredit perbankan Sulawesi Utara masih terkendali yang tercermin
dari indikator Non Performing Loans (NPLs) dan konsentrasi kredit secara keseluruhan. Ratio
NPLs (bruto) tetap terjaga pada level dibawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (5%)
tercatat sebesar 2.61%. Dengan nilai NPLs yang relatif terjaga maka terdapat peluang untuk
terus meningkatkan kinerja penyaluran kredit, terutama pada sektor-sektor yang produktif.
Lebih lanjut, terdapat penurunan NPLs pada hampir semua sektor ekonomi terutama pada
sektor pertanian. Hal ini tidak lepas dari upaya-upaya perbankan dalam perbaikan kualitas
kredit .
Sementara itu, apabila dilihat dari indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat terlihat
bahwa sebagian besar kredit disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang relatif
rendah yakni sektor lainnya (Konsumsi) dengan pangsa mencapai 54,55% dari total kredit
memiliki tingkat NPL sebesar 1,34%.
Grafik 3.18.
Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar)
Grafik 3.17.
Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
- 50 100 150 200
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
20
10
20
11
20
12
Menengah Kecil Mikro
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
Mikro Kecil Menengah
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
54
3.4.2 Risiko Likuiditas
Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber
dana dan tingkat Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada triwulan
laporan cukup terkendali.
Dilihat berdasarkan konsentrasi jangka waktu
sumber pembiayaannya, DPK di Sulawesi Utara
masih didominasi oleh dana-dana jangka pendek
(tabungan dan giro) yang berpotensi menciptakan
maturity mismatch karena kredit yang disalurkan
perbankan jangka waktunya relatif lebih panjang
daripada penempatan dana masyarakat. Hal ini
ditandai oleh masih mendominasinya tabungan pada
DPK perbankan Sulut dengan pangsa rata-rata 3 tahun terakhir tercatat sebesar 47,20% dari
total kredit secara keseluruhan.
Selanjutnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan tercatat 113,92%. Perlu
digaris bawahi bahwa perhitungan LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang disalurkan
dengan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Meningkatnya rasio
LDR ini disebabkan karena pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
DPK yang berhasil dihimpun bank.
Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR terendah dialami oleh Kota Bitung sebesar
99,02%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh Kabupaten Minahasa sebesar 180,19%, disusul
kemudian berturut-turut oleh Kabupaten Tomohon sebesar 170,58%, Kabupaten Minahasa
Grafik 3.19.
Kredit & NPLs Sektoral Tw. I-2012
Keterangan :
1 = Pertanian
2 = Pertambangan
3 = Industri
4 = Listrik, Gas, dan Air Bersih
5 = Konstruksi
6 = PHR
7 = Transportasi&Komunikasi
8 = Jasa-jasa
9 = Lainnya (Konsumsi)
Grafik 3.20.
Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
- 10 20 30 40 50
Minahasa
Sangihe
Minahasa Selatan
Minahasa Utara
Menado
Kotamobagu
Bitung
Tomohon
-12
-8
-4
0
4
8
12
16
20
24
28
32
36
40
44
48
52
56
60
64
68
72
76
80
84
88
92
96
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kredit (Rp miliar) NPL (%)
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
55
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Selatan sebesar 165,93%, Kabupaten Minahasa Utara sebesar 133,59%, Kota Kotamobagu
sebesar 132,17%, Kabupaten Kepulauan Sangihe sebesar 122,99%, Kota Manado sebesar
105,74%. Tingginya rasio LDR di wilayah-wilayah tersebut mengindikasikan bahwa wilayah
tersebut merupakan kawasan yang sedang berkembang dan membutuhkan banyak kucuran
dana, yang diantaranya diperoleh dari penyaluran kredit oleh perbankan di wilayah tersebut.
3.4.3 Risiko Pasar
Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin dari
rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga. Tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate)
yang cenderung tetap, menyebabkan pergerakan suku bunga perbankan di Sulut pun bergerak
dalam batasan yang relatif rendah. Sementara itu, pergerakan kurs diperkirakan tidak akan
berdampak besar terhadap kinerja perbankan Sulawesi Utara, karena minimnya transaksi valuta
asing di perbankan Sulawesi Utara.
3.4.4 Indikator perbankan lainnya
Rasio Kelonggaran Tarik Kredit
Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit
bank umum pada triwulan II-2012
memperlihatkan adanya kecenderungan
peningkatan. Tercatat rasio kelonggaran tarik
pada Juni 2011 sebesar 6,73%, mengalami
sedikit penurunan dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya yang tercatat 7,25%.
Hal ini mencerminkan berkurangnya jumlah
kredit yang tidak dicairkan oleh nasabah.
Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) didefinisikan sebagai
salah satu indikator penilaian terkait kemampuan
bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan
neraca konsolidasi bank umum, saldo bersih
pendapatan bunga setelah dikurangi biaya
bunga atau yang biasa disebut Net Interest
Margin (NIM) pada triwulan laporan
Grafik 3.22.
Net Interest Margin Bank Umum (Rp Miliar)
Grafik 3.21.
Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2011 2012
Plafond 15,576 16,517 17,405 18,210 18,641 19,987
Outstanding 13,397 14,403 15,107 15,896 16,177 17,506
Rasio UL (%) 7.56 7.25 7.78 7.30 7.47 6.73
6.20
6.40
6.60
6.80
7.00
7.20
7.40
7.60
7.80
8.00
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
20,000
22,000
%Rp Miliar
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2011 2012
Pend.Bunga 640 1,294 1,995 2,752 686 1,427
Biaya Bunga 253 527 813 1,119 282 569
NIM 414 766 1,182 1,633 404 858
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
56
Grafik 3.24.
Return On Asset Bank Umum Grafik 3.23.
Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum
menunjukkan angka yang positif sebesar Rp858 miliar, mengalami peningkatan bila
dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp766 miliar.
Rasio BOPO
Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.
Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Sampai dengan triwulan
laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan meningkat yang tercermin dari penurunan rasio
BOPO bank umum dari 73,60% pada triwulan yang sama tahun sebelumnya menjadi 68,49%
pada triwulan laporan. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat peningkatan efisiensi perbankan
dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk
menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan II-2012, rasio ROA
bank umum tercatat sebesar 2,20%, relatif stabil bila dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar 2,21%.
3.5 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH
Pada triwulan II 2012 perbankan umum syariah di Sulawesi Utara mengalami perkembangan
yang cukup baik.Total aset bank umum syariah sampai dengan posisi Juni 2012 meningkat
sebesar 44,19% (yoy), sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 41,42% (yoy). Sementara
itu, DPK tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 49,57% (yoy) pada triwulan laporan.
Lebih tingginya laju pertumbuhan DPK dibandingkan dengan kredit menyebabkan Financing to
Deposit Ratio (FDR) sedikit turun dari 214,9 pada Juni 2011 menjadi 202,61 pada Juni 2012.
Masih tingginya FDR mencerminkan bahwa bank umum syariah masih perlu meningkatkan
upaya menjaring Dana Pihak Ketiga di Sulawesi Utara.
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
BO 446 985 1,407 1,907 512 1,117 1,972 2,563 546 1,155
PO 609 1,293 1,976 2,689 761 1,517 2,411 3,255 827 1,686
Rasio 73.20 76.21 71.17 70.94 67.35 73.60 81.82 78.75 66.06 68.49
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
%Rp Miliar
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2009 2010 2011
Aset (Rp Juta) - Left Axis 14,783 15,913. 16,695 17,504 18,242 19,467 20,465 21,243. 22,112. 24,052.
L/R (Rp Juta) - Right Axis 168 316.31 533 734 215 430 416 684.26 279.34 530.12
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
550
600
650
700
750
800
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
57
Tabel 3.4.
Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Dengan sikap kehati-hatian yang cukup baik dari perbankan syariah di Sulawesi Utara, rasio
Non Performing Financing (NPF) masih berada dibawah batas ketentuan Bank Indonesia, yakni
sebesar 3,06% (<5%).
3.6 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II-2012 menunjukkan pertumbuhan positif
meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Aset 430.61 496.17 563.07 651.75 713.67 780.43
Growth (yoy) 58.31 64.35 68.43 62.12 65.74 57.29
DPK 308.44 348.50 395.04 439.46 471.29 508.60
Growth (yoy) 60.01 57.10 54.89 55.92 52.80 45.94
Deposito 236.49 267.94 318.64 346.55 382.24 408.82
Tabungan 71.95 80.56 76.40 92.91 89.05 99.78
Kredit 322.50 383.57 420.10 455.81 505.54 544.48
Growth (yoy) 51.91 66.58 70.22 58.09 56.76 41.95
Jenis Penggunaan
Modal Kerja 104.36 92.37 100.10 98.12 97.13 102.88
Investasi 15.69 14.14 13.22 12.50 17.32 21.83
Konsumsi 202.44 277.06 306.78 345.19 391.09 419.77
Sektoral
Pertanian 4.47 4.66 5.59 5.73 5.85 5.55
Perindustrian 5.40 3.63 2.77 2.34 2.34 2.12
PHR 41.78 46.21 49.50 44.88 50.85 56.84
Jasa-jasa 53.61 33.64 33.22 33.50 33.77 35.27
Lain-lain 217.23 295.43 329.02 369.37 412.73 444.70
LDR (%) 104.56 110.06 106.34 103.72 104.56 107.06
NPL (%) 4.71 3.85 4.16 3.92 3.89 4.17
Komponen
2011 2012
Tabel 3.3.
Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Asset 331,310 330,494 347,061 480,871 454,293 476,525
DPK 128,376 133,031 138,945 188,576 195,647 198,978
Giro 13,123 12,141 12,762 16,730 13,943 15,871
Tabungan 76,949 34,872 35,876 68,682 75,159 72,586
Deposito 38,304 86,018 90,307 103,164 106,545 110,521
Kredit 246,035 285,068 322,148 355,479 371,768 403,156
Modal Kerja 217,870 243,615 5,713 259,578 260,571 276,326
Investasi 3,616 3,963 248,805 10,918 16,271 22,384
Konsumsi 24,549 37,490 67,630 84,983 94,926 104,446
FDR (%) 191.65 214.29 231.85 188.51 190.02 202.61
2011 2012
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
58
pertumbuhan aset, DPK dan kredit dan terjaganya risiko kredit. Aset BPR pada Juni 2012
mengalami pertumbuhan sebesar 57,29% (yoy), menjadi Rp780,43 miliar. Pertumbuhan aset
BPR pada periode laporan terutama didorong oleh pertumbuhan kredit tercatat 41,95% (yoy)
atau mencapai Rp544,48 miliar. Secara sektoral, kredit terutama disalurkan pada sektor lain-
lain (konsumsi) dengan pangsa 81,67% dan sektor PHR dengan pangsa 10,44%. Berdasarkan
jenis penggunaannya, sebagian besar kredit yang disalurkan BPR merupakan kredit konsumsi
dengan pangsa mencapai 77,10% dari total kredit. Hal ini diperkirakan tidak lepas dari
peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat di Sulawesi Utara seiring dengan perayaan hari raya
.
Sejalan dengan hal tersebut, DPK juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 45,94%(yoy)
dengan jumlah nominal sebesar Rp508,6 miliar. Berdasarkan komponen pembentuknya,
deposito masih mendominasi DPK BPR dengan pangsa 80,38%. Pertumbuhan DPK BPR jauh
lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK bank umum. Hal ini diduga terkait
dengan masih relatif lebih menariknya suku bunga simpanan di BPR dibandingkan suku bunga
perbankan. Melihat kondisi tersebut, diperlukan perhatian lebih pada penataan ulang efisiensi
BPR, terutama bagaimana dapat menekan suku bunga pinjaman yang saat ini berada pada
tingkat yang cukup tinggi akibat tingginya suku bunga sumber dana pembiayaan BPR.
Fungsi intermediasi pada BPR menunjukkan pertumbuhan positif, tercermin dari rasio LDR yang
tercatat sebesar 107,06% pada triwulan II-2012. Namun demikian, kualitas kredit BPR harus
mendapatkan perhatian melihat tren kenaikan persentase kredit bermasalah (NPL gross) hingga
tercatat mencapai 4,17% pada triwulan II-2012, lebih tinggi dari triwulan II 2011 yang tercatat
sebesar 3,85%.
PERKEMBANGAN
KEUANGAN DAERAH BAB IV
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
61
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Dukungan fiskal daerah terhadap perekonomian khususnya yang berasal dari APBD Provinsi
pada tahun 2012 semakin baik. Hal ini sebagaimana tercermin dari peningkatan alokasi belanja,
khususnya belanja modal yang meningkat 57,23% dibandingkan alokasi pada tahun 2011.
Namun demikian, realisasi belanja, baik belanja modal maupun belanja operasional pada
triwulan II-2012 mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, dari sisi pendapatan daerah, pencapaian secara keseluruhan pada triwulan II-
2012 mencapai 54,98%, lebih tinggi dibandingkan realisasi pada triwulan yang sama tahun lalu
sebesar 51,04%.
4.1. Struktur Dana Perimbangan di Provinsi Sulawesi Utara
Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2012 mencapai
Rp7,43 triliun atau naik 3,87% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan
komitmen pemerintah pusat untuk meningkatkan kapasitas daerah serta mengurangi
kesenjangan pelayanan kepada publik.
Tabel 4.1.
Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara
Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu
Kenaikan transfer dana dari pemerintah pusat terutama berasal dari dana perimbangan pada
komponen Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp983,37 miliar atau naik 19,81%. Berdasarkan
pangsanya, alokasi dana perimbangan di seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Utara pada APBD
Tahun 2012 sebagian besar berasal dari Dana Alokasi Umum dengan pangsa mencapai
85,05%. Selanjutnya diikuti oleh Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan pangsa sebesar 9,85%
dan Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak sebesar 5,10%. Berdasarkan alokasi dana perimbangan
di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun 2012, Provinsi Sulawesi Utara
mendapatkan alokasi terbesar yakni Rp889,07 miliar dengan pangsa 12,71%. Sementara,
(dlm jutaan rupiah)
Dana Perimbangan 4,375,802 5,282,510 5,462,060 5,997,653 6,992,563
Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 274,401 335,993 330,894 324,688 356,424
Dana Alokasi Umum (DAU) 3,427,845 4,059,322 4,431,419 4,963,779 5,947,146
Dana Alokasi Khusus (DAK) 673,556 887,196 699,748 709,185 688,993
Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus 280,370 393,844 221,120 1,152,757 434,367
TOTAL 4,656,172 5,676,354 5,683,180 7,150,410 7,426,930
*) Data Update per 31 Maret 2012
2012*Dana 2008 2009 2010 2011
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
62
Dana Bagi
Hasil
Pajak/Bukan
Pajak
5.10%
Dana
Alokasi
Umum (DAU)
85.05%
Dana
Alokasi
Khusus (DAK)
9.85%
alokasi dana terendah diperoleh oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa
3,65% dari total dana perimbangan atau sebesar Rp255,57 milliar.
Sulawesi Utara masih memiliki tingkat
ketergantungan yang cukup tinggi terhadap dana
perimbangan. Pada tahun 2012, tingkat
ketergantungan Sulawesi Utara tercatat sebesar
62%, sisanya sebesar 38,19% merupakan
Pendapatan Asli Daerah. Pencapaian ini tercatat
terus mengalami penurunan, hal ini
mengindikasikan bahwa Sulawesi Utara relatif
mandiri dan memiliki kapasitas ekonomi yang
cukup baik.
4.2. APBD di Tingkat Provinsi
Dukungan fiskal daerah dalam rangka pembiayaan perekonomian diperkirakan akan lebih besar
dibandingkan tahun sebelumnya, sebagaimana tercermin dari nilai APBD Provinsi Sulawesi
Utara tahun 2012 yang meningkat dari Rp1,3 triliun menjadi Rp1,8 triliun (Tabel 4.2). Dengan
dukungan tersebut maka diperkirakan prospek aktivitas perekonomian Sulawesi Utara akan
semakin baik. Dari sisi pendapatan, target pendapatan di Tahun 2012 tercatat mengalami
peningkatan dibandingkan tahun lalu yakni sebesar Rp1,72 triliun atau naik sebesar 36,32%
(yoy). Hingga akhir triwulan II-2012 realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
telah mencapai Rp944,08 miliar (54,98%). Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara
menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi belanja Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar
Rp1,82 triliun atau meningkat 40,07% dari tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan
Prov. Sulut
12.71%
Kab.Bolmong
6.84%
Kab.
Minahasa
7.98%
Kab. Sangihe
6.62%
Kota Bitung
6.22%
Kota
Manado
9.54%
Kab.Kep.Talaud
6.01%
Kab.Minsel
6.58%
Kota Tomohon
4.85%
Kab. Minut
6.29%
Kotamobagu
4.42%
Kab.Mitra
5.08%
Kab. Bolmut
4.46%
Kab.Kep.Sitaro
4.95%
Kab.Boltim
3.65%
Kab.Bolsel
3.78%
54%
56%
58%
60%
62%
64%
66%
68%
70%
72%
74%
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Dana Perimbangan
PAD
Proporsi Dana Perimbangan thd Total Pendapatan Provinsi
Grafik 4.2.
Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2012
Grafik 4.3.
Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2012
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah
Grafik 4.1.
Pangsa Komponen Dana Perimbangan Prov/Kab/Kota
di Sulawesi Utara Tahun 2012
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
63
Tabel 4.3.
Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 Juni 2012
Tabel 4.2.
Kinerja APBD Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 Juni 2012
alokasi belanja ini tidak diikuti dengan peningkatan realisasinya. Pada triwulan II-2012 realisasi
belanja pemerintah tercatat hanya mencapai 31,91%, lebih rendah dibandingkan realisasi pada
triwulan II-2011 (35,27%).
4.2.1. Pendapatan Daerah di Tingkat Provinsi
Realisasi pendapatan pemerintah provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II-2012 telah melampaui
pencapaian realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan daerah
tercatat sebesar Rp944,08 miliar atau 54,98% dari target penerimaan APBD tahun 2012.
Berdasarkan komponennya (Tabel 4.3), realisasi PAD di triwulan II-2012 mencapai sebesar
Rp283 miliar atau 51,59% yang sebagian besar disumbang dari penerimaan pajak daerah
sebesar Rp263 miliar (realisasi 52,01%). Retribusi daerah masih rendah dan baru mencapai
Rp3,15 miliar (realisasi 44,40%). Sementara itu, peningkatan realisasi pendapatan daerah juga
tidak terlepas dari peningkatan realisasi PAD yang sah yang antara lain berupa penerimaan
bunga deposito atas aset milik daerah.
4.2.2. Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Nominal % Nominal %
I Pendapatan 1.259.702 642.986 51,04 1.717.270 944.077 54,98
Pendapatan Asli Daerah 451.755 244.235 54,06 549.355 283.418 51,59
Pendapatan Transfer 807.647 398.621 49,36 1.167.565 660.571 56,58
Lain-lain PAD yang Sah 300 129 43,06 350 88 25,20
II Belanja 1.297.908 457.810 35,27 1.817.969 580.055 31,91
Belanja Operasi 892.324 331.306 37,13 1.251.434 453.435 36,23
Belanja Modal 223.584 60.777 27,18 351.536 50.452 14,35
Belanja Tidak Terduga 10.000 300 3,00 10.000 70 0,70
Transfer (Ke Kab/Kota/Desa) 172.000 65.427 38,04 205.000 76.098 37,12
III Pembiayaan 38.207 185.176 100.699 189.114 187,80
Penerimaan Daerah 40.207 - - 100.699 189.114 187,80
- Penggunaan SILPA 40.207 - - 100.699 189.114 187,80
Pengeluaran Daerah 2.000 - - - - -
No UraianAPBD 2011
(Rp Juta)
Realisasi APBD
Tw. II-2011APBD 2012
(Rp Juta)
Realisasi APBD
Tw. II-2012
(dlm jutaan rupiah)
Nominal % Nominal %
PENDAPATAN 1.259.702 642.986 51,04 1.717.270 100,00 944.077 54,98
Pendapatan Asli Daerah 451.755 244.235 54,06 549.355 31,99 283.418 51,59
- Pajak Daerah 409.963 232.150 56,63 507.063 92,30 263.731 52,01
- Retribusi Daerah 6.591 3.125 47,41 7.091 1,29 3.148 44,40
- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 20.000 - - 20.000 3,64 65 0,32
- Lain-lain 15.200 8.960 58,95 15.200 2,77 16.474 108,38
Pendapatan Transfer 807.647 398.621 49,36 1.167.565 67,99 660.571 56,58
- Dana Bagi Hasil Pajak 54.035 79.773 147,63 54.770 4,69 19.775 36,11
- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 965 206 21,34 230 0,02 21.861 9.504,75
- Dana Alokasi Umum 619.711 309.856 50,00 790.534 67,71 461.145 58,33
- Dana Alokasi Khusus 29.288 8.786 30,00 43.540 3,73 13.062 30,00
- Transfer pemerintah lainnya 103.647 - - 278.491 23,85 144.727 51,97
Lain-lain Pendapatan yang Sah 103.947 129 0,12 350 0,03 88 25,20
UraianAPBD 2011
(Rp Juta)
Realisasi APBD
Tw. II-2011APBD 2012
(Rp Juta)
Proporsi
APBD 2012
(%)
Realisasi APBD
Tw. II-2012
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
64
Tabel 4.4.
Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 Juni 2012
Belanja Daerah di Tingkat Provinsi
Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi belanja
Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,82 triliun atau meningkat 40,07% dari tahun
sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja ini tidak diikuti dengan peningkatan
realisasinya. Sampai dengan akhir triwulan II-2012 realisasi belanja tercatat sebesar 31,91% dari
total anggaran atau lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya
sebesar 35,27%.
Menurut komponen pembentuknya, belanja Provinsi terdiri atas belanja operasi, belanja modal
dan belanja tak terduga dengan pangsa masing-masing 68,84%, 19,34% dan 0,55%. Belanja
operasi didominasi oleh belanja pegawai dengan pangsa 43,13% dan belanja barang 29,94%,
sisanya merupakan belanja hibah (24,03%), belanja bantuan sosial (2,8%), dan belanja bantuan
keuangan (0,10%). Sementara itu belanja modal terutama didominasi oleh belanja jalan, irigasi
dan jaringan sebesar 34,61%.
Sementara itu, berdasarkan tingkat realisasinya, tingkat realisasi belanja operasi (36,23%)
tercatat lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja modal (14,35%). Hal ini sejalan dengan
struktur perekonomian Sulawesi Utara yang masih lebih banyak didorong oleh sektor konsumsi
dibandingkan investasi (consumption driven growth).
4.2.3. Pangsa Realisasi APBD Terhadap PDRB dan Uang Beredar
Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos belanja dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua)
kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan
belanja modal diperoleh hasil bahwa realisasi konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
(dlm jutaan rupiah)
Nominal % Nominal %
BELANJA 1.297.908 457.810 35,27 1.817.969 100,00 580.055 31,91
Belanja Operasi 892.324 331.306 37,13 1.251.434 68,84 453.435 36,23
- Belanja Pegawai 476.316 192.621 40,44 539.802 43,13 217.976 40,38
- Belanja Barang 329.125 115.478 35,09 374.624 29,94 112.284 29,97
- Belanja Hibah 35.383 12.586 35,57 300.728 24,03 123.175 40,96
- Belanja Bantuan Sosial 45.720 10.496 22,96 35.000 2,80 - 0,00
- Belanja Bantuan Keuangan 5.780 125 2,16 1.280 0,10 - 0,00
Belanja Modal 223.584 60.777 27,18 351.536 19,34 50.452 14,35
- Belanja Tanah 24.000 160 0,67 102.140 29,06 5.120 5,01
- Belanja Peralatan dan Mesin 37.383 18.361 49,12 81.636 23,22 21.112 25,86
- Belanja Bangunan dan Gedung 30.273 11.624 38,40 41.018 11,67 6.734 16,42
- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 128.305 28.693 22,36 121.654 34,61 17.382 14,29
- Belanja Aset Tetap Lainnya 3.623 1.939 53,52 5.088 1,45 103 2,03
Belanja Tak Terduga 10.000 300 3,00 10.000 0,55 70 0,70
Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 172.000 65.427 38,04 205.000 11,28 76.098 37,12
UraianAPBD 2011
(Rp Juta)
Realisasi APBD
Tw. II-2011APBD 2012
(Rp Juta)
Proporsi
APBD 2012
(%)
Realisasi APBD
Tw. II-2012
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
65
4,76% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi Sulawesi Utara di triwulan II-2012, sedangkan
realisasi belanja modal hanya memiliki pangsa sebesar 0,45%. Tingginya pangsa konsumsi
pemerintah tercermin dari kinerja konsumsi dalam struktur perekonomian Sulawesi Utara
memiliki kontribusi besar dalam PDRB.
Sementara itu, dampak realisasi APBD Provinsi terhadap perkembangan uang beredar sampai
dengan posisi 30 Juni 2012 masih relatif minimal, hal ini tercermin dari kondisi surplus yang
berarti jumlah realisasi pendapatan pemerintah lebih besar dibandingkan realisasi pengeluaran
(belanja pemerintah).
(dlm jutaan rupiah)
PENDAPATAN 944.077 8,49
Pendapatan Asli Daerah 283.418 2,55
- Pajak Daerah 263.731 2,37
- Retribusi Daerah 3.148 0,03
- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 65 0,00
- Lain-lain 16.474 0,15
Pendapatan Transfer 660.571 5,94
- Dana Bagi Hasil Pajak 19.775 0,18
- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 21.861 0,20
- Dana Alokasi Umum 461.145 4,15
- Dana Alokasi Khusus 13.062 0,12
- Transfer pemerintah lainnya 144.727 1,30
Lain-lain Pendapatan yang Sah 88 0,00
BELANJA 580.055 5,21
Konsumsi Pemerintah 529.603 4,76
- Belanja Pegawai 217.976 1,96
- Belanja Barang 112.284 1,01
- Belanja Hibah 123.175 1,11
- Belanja Bantuan Sosial 0 0,00
- Belanja Bantuan Keuangan 0 0,00
- Belanja Tak Terduga 70 0,00
- Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 76.098 0,68
Pembentukan Modal Tetap Bruto (Belanja Modal) 50.452 0,45
Uraian
Realisasi APBD
Tw.II-2012
(Rp Juta)
% thd
PDRB
Tabel 4.5.
Pangsa Realisasi APBD Provinsi s.d. 30 Juni 2012 Terhadap PDRB Harga Berlaku
Sumber: Biro Keuangan Daerah Sulawesi Utara, diolah
66
DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENDORONG DUNIA USAHA
DI KOTA MANADO
Desentralisasi dan otonomi daerah merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mengubah
struktur tata kelola pemerintahan dari sentralisme menjadi desentralisasi yang sekaligus menggeser pola
pembangunan yang didominasi negara menuju kesempatan yang lebih terbuka bagi masyarakat dan
dunia usaha. Dalam kaitannya dengan membuka kesempatan bagi dunia usaha, diperlukan adanya
dukungan regulasi dalam bentuk kemudahan khususnya kemudahan pendirian usaha.
Riset yang dilakukan oleh Bank Dunia dan International Finance Corporation (IFC) dengan judul
Doing Business di Indonesia 2012, mengangkat hasil analisa dan pengukuran kinerja daerah dalam
upaya mendukung kemudahan pendirian usaha. Jumlah kota yang di analisa dan diperbandingkan
sebanyak 20 kota di Indonesia. Pemilihan kota didasarkan pada tingkat urbanisasi, populasi, kegiatan
ekonomi, keragaman politis dan geografis. Sementara indikator yang menjadi ukuran seberapa besar
dukungan pemerintah daerah terhadap perkembangan dunia usaha adalah Tingkat Kemudahan
Pendirian Usaha, Tingkat Kemudahan Mengurus Izin Mendirikan Bangunan, serta Tingkat Kemudahan
Pendaftaran Properti. Indikator tersebut digunakan untuk mengidentifikasi reformasi kebijakan usaha dan
ruang lingkup efektifitas reformasi kebijakan usaha tersebut dalam menyederhanakan prosedur,
mengurangi waktu dan biaya untuk menjalankan kegiatan usaha.
Kota Kemudahan
Mendirikan Usaha
Kemudahan Mengurus
Izin-izin Mendirikan
Bangunan
Kemudahan
Pendaftaran
Properti
Balikpapan 7 1 12
Banda Aceh 5 4 12
Bandung 12 8 1
Batam 15 10 20
Denpasar 9 17 12
Gorontalo 6 0 5
Jakarta 8 19 1
Jambi 18 2 7
Makassar 17 11 9
Manado 20 18 15Mataram 10 12 4
Medan 19 6 7
Palangka Raya 2 14 16
Palembang 11 3 3
Pekanbaru 16 15 18
Pontianak 13 7 9
Semarang 4 8 19
Surabaya 14 16 11
Surakarta 3 12 17
Yogyakarta 1 5 6
Perbandingan Kemudahan Perizinan Usaha di Beberapa
Kota di Indonesia
Sumber : Doing Business di Indonesia 2012
67
Berdasarkan hasil analisa Bank Dunia dan IFC, kota Manado berada pada urutan ke-20 untuk
Kemudahan Pendirian Usaha, peringkat ke-18 untuk Kemudahan Mengurus izin-izin Mendirikan
Bangunan, serta urutan ke- 15 untuk Kemudahan Pendaftaran Properti.
Menindaklanjuti hasil analisa dimaksud, Pemerintah kota Manado telah melakukan langkah-
langkah reformasi khususnya reformasi perizinan di pemerintah kota Manado guna meningkatkan
pelayanan publik dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Corporate Governance) dengan
membentuk Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T).
Beberapa langkah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Manado adalah :
1. Pada tahun 2011, BP2T memangkas perizinan yang tumpang tindih dan mengganti perizinan
bidang pariwisata dengan Tanda Daftar Usaha Pariwisata sehingga total izin yang dilayani
berkurang menjadi 14 jenis.
2. Pada tahun 2011 sesuai dengan Undang-undang No.28 tahun 2009 tentang Pajak dan retribusi
Daerah maka dari 14 perizinan, hanya 3 perizinan yang dikenakan retribusi, yaitu Izin Gangguan
(HO), Izin Tempat Penjualan Minuman Keras, dan Izin Mendirikan Bangunan.
3. Sejak dibentuk tahun 2009 sampai dengan semester I 2012, BP2T telah menerbitkan izin
sebanyak 26.449 izin, dimana jumlah izin yang diberikan berkembang dari tahun ke tahun.
4. Pada tahun 2011 BP2T mengeluarkan kebijakan untuk melakukan Perizinan Paralel dengan
hanya melampirkan 1 rangkap persyaratan dan diproses secara bersamaan. Dari data yang ada
izin paralel yang paling banyak diberikan adalah SITU, HO, SIUP, TDP dan IUJK (Izin Usaha Jasa
Konstruksi). Perizinan paralel ini mengandung maksud untuk memangkas waktu/proses
pelayanan perizinan. Disamping itu juga memangkas persyaratan dalam mengurus Izin, misalnya
untuk Izin Gangguan yang sebelumnya perlu adanya Surat Persetujuan Tetangga menjadi
sebatas Surat Pemberitahuan Tetangga.
5. Peningkatan pelayanan publik yang dilakukan oleh BP2T sampai dengan saat ini yaitu dalam
bentuk melakukan kerjasama dengan Bank untuk pembayaran retribusi, membuka sarana
pengaduan dan membuat website untuk media informasi Syarat Waktu Biaya, Pengaduan Online
dan Permohonan Izin secara online. Media informasi lainnya yang ada sebagai bentuk
transparansi pelayanan yaitu Banner, Booklet, Leaflet dan Papan Informasi.
Untuk pengembangan Sumber Daya Manusia, BP2T akan secara rutin melakukan Pelatihan
kepada Seluruh Pegawai BP2T kota Manado dan Studi Banding ke Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
Satu Pintu di luar daerah yang telah maju, seperti Sragen, Solo, Yogyakarta, Cimahi, dan Bandung. Untuk
program pelatihan ini, BP2T akan mendapatkan bantuan dari SIPS Project (CIDA-KPK) selama 5 tahun
(2012-2015) dengan tujuan membentuk pelayanan publik yang baik bebas dari korupsi dan pungli.
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN
SISTEM PEMBAYARAN BAB V
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
71
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Sistem pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan kegiatan pemindahan dana dari satu
pihak kepada pihak lain yang melibatkan berbagai komponen sistem pembayaran. Kegiatan ini
dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran tunai, kliring, maupun Real Time Gross
Settlement (RTGS). Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional baik tunai
maupun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-undang Republik Indonesia No.6
tahun 2009. Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang
kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu
dan dalam kondisi layak edar (clean money policy). Sementara itu kebijakan di bidang instrumen
pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk menyediakan sistem pembayaran yang efektif,
efisien, aman dan handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Sebagai
representasi Bank Indonesia di daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem pembayaran baik
tunai maupun non tunai di Sulawesi Utara dijalankan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Utara.
Selama triwulan II-2012, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai
(kliring) di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan. Perkembangan aliran uang kartal di
Sulawesi Utara pada triwulan II-2012 mengalami peningkatan net outflow, kondisi ini
mengindikasikan bahwa kebutuhan masyarakat akan uang tunai untuk transaksi pada triwulan
II-2012 mengalami kenaikan yang bertepatan dengan kebutuhan memasuki tahun ajaran baru,
serta kebutuhan selama musim liburan sekolah. Sementara itu, sistem pembayaran non-tunai
melalui kliring dan Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan laporan
juga mengalami sedikit peningkatan baik secara nominal maupun volume.
5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow)
Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan II-2012 di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan terjadinya net outlow. Pada triwulan laporan,
aliran uang keluar (outflow) tercatat lebih besar daripada aliran uang masuk (outflow) sehingga
secara keseluruhan mengalami net outflow sebesar Rp431,41 miliar. Jumlah tersebut
mengalami peningkatan sebesar 135,04% dibandingkan dengan posisi yang sama tahun lalu
(yoy). Dilihat dari data historisnya, aliran uang di wilayah Sulawesi Utara secara umum memiliki
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
72
pola, dimana pada pertengahan tahun mengalami siklus net outflow yang cukup besar yang
biasa terjadi pada bertepatan dengan musim liburan sekolah dan persiapan memasuki tahun
ajaran baru.
Secara nominal, pada triwulan laporan jumlah uang kartal yang keluar (outflow) ke Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp884,82 miliar, mengalami
peningkatan 73,19% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). Sementara itu, jumlah
uang kartal yang masuk (inflow) dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
tercatat Rp453,41 miliar atau hanya naik 38,51% (yoy).
Apabila dilihat secara bulanan, sepanjang triwulan II-2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Utara terus mengalami net outflow sebesar Rp95,28 miliar pada April 2012,
Rp32,89 miliar pada Mei 2012 dan Rp303,25 miliar pada Juni 2012.
Grafik 5.1.
Netflow Aliran Kas Uang Kartal Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar
Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Utara melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar dengan
melakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang telah
lusuh/rusak. Proses pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan
yang ketat terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan. Hal tersebut dilakukan
untuk menjamin ketersediaan uang layak edar di masyarakat.
Selama triwulan II-2012, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 10,01%, lebih
rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 100,59%. Secara
nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan adalah sebesar
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
Inflow (+) 617 303 482 383 750 327 989 382 1.159 453
Outflow (-) -0,77 -525 -799 -896 -155 -510 -1.24 -1.52 -184 -885
Net Flow 616 -222 -317 -513 595 -183 -252 -1.13 975 -431
-2.000
-1.500
-1.000
-500
0
500
1.000
1.500miliar
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
73
Rp45 miliar. Budaya dan perilaku masyarakat yang kurang baik dalam memperlakukan uang
kertas seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan mencorat-coret akan
mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena faktor iklim tropis yang lembab juga
akan mempercepat tingkat kelusuhan uang kertas.
Grafik 5.2.
Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow
5.1.3. Perkembangan Kas Titipan
Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan
likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas
titipan ini dilakukan khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara bekerjasama dengan salah satu bank
umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna.
Grafik 5.3.
Netflow Kas Titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di Gorontalo
(Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
Inflow 617 303 482 383 750 327 989 382 1.159 453
PTTB 261 297 309 474 326 329 376 414 435 45
Rasio 42,3 97,8 64,1 123, 43,5 100, 37,9 108, 37,5 10,0
-
40
80
120
160
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
% Miliar
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
Inflow 672 547 726 649 779 739 553 646 856 739
Outflow -537 -586 -652 -716 -638 -773 -339 -828 -638 -801
Netflow 135 -39 74 -67 141 -34 214 -181 218 -62
-1.000
-800
-600
-400
-200
0
200
400
600
800
1.000
.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
74
Sejalan dengan kondisi aliran kas di Sulawesi Utara, kondisi aliran kas titipan di Gorontalo
sepanjang triwulan II-2012 menunjukkan posisi net outflow sebesar Rp62 miliar. Pada triwulan
laporan jumlah kas titipan yang keluar (outflow) di Gorontalo tercatat Rp801 miliar, sedangkan
jumlah kas masuk (inflow) tercatat lebih rendah yaitu sebesar Rp739 miliar.
Grafik 5.4.
Netflow Kas Titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di Tahuna (Rp. Miliar)
Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna, Kabupaten Kepulauan
Sangihe. Pada triwulan II-2012, kas titipan di Tahuna juga mengalami net outflow sebesar Rp43
miliar, dengan jumlah kas titipan yang keluar (outflow) sebesar Rp87 miliar, lebih tinggi
dibandingkan jumlah kas masuk (inflow) Rp44 miliar.
5.1.4. Penemuan Uang Palsu
Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Utara pada triwulan II-2012 menunjukkan penurunan dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara tercatat sebanyak 57 lembar atau secara
nominal tercatat sebesar Rp3,58 juta, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar 75 lembar atau secara nominal sebesar Rp3,98 juta. Secara
historis, pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan selama dua tahun terakhir adalah
uang kertas pecahan Rp100,000 dan Rp50,000 atau sekitar 60% dari seluruh pecahan uang
palsu yang ditemukan.
Terjadinya peningkatan temuan uang palsu merupakan dorongan bagi Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Sulawesi Utara terus berupaya menekan perkembangan peredaran uang
palsu, diantaranya melalui sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan
masyarakat. Kegiatan sosialisasi tidak hanya dilakukan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2010 2011 2012
Inflow 40 39 24 20 77 29 35 45 89 44
Outflow -50 -97 -105 -131 -63 -71 -29 -119 -52 -87
Netflow -11 -58 -81 -110 14 -42 6 -74 37 -43
-150
-100
-50
0
50
100
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
75
Provinsi Sulawesi Utara, kalangan perbankan, di instansi-instansi pemerintah daerah, akademisi
dan sekolah-sekolah namun juga dilakukan di pusat perbelanjaan dan sentra perekonomian di
kota Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat pusat perbelanjaan juga sangat rentan
terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena tingginya tingkat perputaran uang yang
digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu, secara represif pihak Bank Indonesia juga
menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan
proses hukum. Peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak kepolisian diperlukan untuk
dapat membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara.
Tabel 5.1.
Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
5.2. Perkembangan Alat Pembayaran Non-Tunai
Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan kebutuhan
masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi. Berdasarkan latar
belakang tersebut, Bank Indonesia secara terus menurus melakukan penyempurnaan dan
pengembangan terhadap sistem yang telah ada, termasuk diantaranya melalui
penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
5.2.1. Perkembangan Kliring (Tunai)
Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama triwulan II-2012 mengalami
peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 93.606 lembar dengan nilai Rp2.294
miliar atau meningkat volumenya sebesar 8,13% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun
sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan, selama
periode laporan tercatat sebanyak 1.510 lembar warkat dengan nilai sebesar Rp37,02 miliar
atau tumbuh sebesar 6,51% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring tersebut
semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif
yang berkelanjutan.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
- Rp100.000,- 14 - 94 35 12 21 73 54 36 19
- Rp50.000,- 19 3 10 8 8 32 32 31 57 32
- Rp20.000,- - - 2 6 5 6 14 10 16 2
- Rp10.000,- 1 - - - 1 16 7 7 7 4
- Rp5.000,- 3 - - - - - - 1 - -
- Rp1.000,- - - - - - - - - - -
Total 37 3 106 49 26 75 126 103 116 57
201220112010
Pecahan
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
76
Tabel 5.2.
Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Manado, diolah
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan
tercatat 1,46% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau turun 14,56% (yoy)
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 1,71%.
5.2.2. RTGS (Real Time Gross Settlement)
Implementasi sistem BI-RTGS di Indonesia yang bermanfaat sebagai sarana penyelesaian akhir
transaksi pembayaran semakin menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini
dikarenakan BI-RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi
(seketika) dan resiko settlement-nya dapat diperkecil. Perkembangan penyelesaian transaksi
RTGS selama triwulan II-2012 (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai Rp2.916 miliar
atau mengalami peningkatan nilai sebesar 15,18% (yoy). Sejalan dengan nilainya, volume RTGS
pada triwulan laporan juga mengalami peningkatan sebesar 10,07% (yoy) dari 5.741 transaksi
di triwulan II-2011 naik menjadi 6.319 transaksi pada triwulan II-2012.
Tabel 5.3.
Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement
Sumber : www.bi.go.id, diolah
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Perputaran Kliring
a. Lembar 75.799 80.399 82.862 89.523 80.909 86.567 91.486 91.789 86.147 93.606
b. Nominal (Rp miliar) 1.658 1.674 1.914 2.083 1.915 2.093 2.167 2.279 2.151 2.294
Rata-rata perputaran kliring per hari
a. Lembar 1.221 1.299 1.315 1.400 1.310 1.418 1.501 1.434 1.367 1.510
b. Nominal (Rp miliar) 26,73 27,08 30,39 32,52 31,01 34,31 35,55 35,62 34,13 37,02
Persentase rata-rata penolakan
a. Lembar (%) 1,02 2,16 1,72 1,33 1,78 1,71 1,57 1,67 1,39 1,46
b. Nominal (%) 1,01 2,44 1,54 1,82 1,99 2,23 1,40 2,12 1,72 3,00
2010KETERANGAN
2011 2012
Nilai Nilai Nilai
(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)
Apr 241 745 456 1.012 698 1.757
Mei 229 870 639 1.034 868 1.904
Jun 257 861 709 1.219 966 2.080
Tw II-2011 727 2.476 1.804 3.265 2.531 5.741
Jul 234 875 684 1.201 918 2.076
Aug 262 887 839 1.322 1.101 2.209
Sep 230 833 759 1.104 988 1.937
Tw III-2011 725 2.595 2.282 3.627 3.007 6.222
Oct 232 936 590 1.121 821 2.057
Nov 372 1.226 881 1.167 1.254 2.393
Dec 336 997 750 897 1.087 1.894
Tw IV-2011 940 3.159 2.222 3.185 3.162 6.344
Jan 214 714 425 849 640 1.563
Feb 273 868 673 1.025 946 1.893
Mar 324 1.033 813 1.156 1.138 2.189
Tw I-2012 811 2.615 1.911 3.030 2.723 5.645
Apr 303 988 668 1.132 971 2.120
Mei 273 963 687 1.169 960 2.132
Jun 271 917 713 1.150 985 2.067
Tw II-2012 847 2.868 2.069 3.451 2.916 6.319
Pertumbuhan (YoY %) 16,44 15,83 14,68 5,70 15,18 10,07
Periode
FROM TO FROM + TO
Volume Volume Volume
PERKEMBANGAN
KETENAGAKERJAAN
DAERAH DAN
KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT
BAB VI
Halaman ini sengaja dikosongkan
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
79
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada triwulan II 2012 menunjukkan perkembangan
yang menggembirakan, ditandai oleh membaiknya berbagai indikator ketenagakerjaan pada
periode laporan. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPwBI Provinsi Sulawesi Utara
menunjukkan terjadinya penurunan tingkat pengangguran, terindikasi dari nilai positif Saldo
Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja oleh dunia usaha Sulawesi Utara pada
triwulan II 2012. Selanjutnya, Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Sulut
menunjukkan masyarakat Sulawesi Utara masih optimis terhadap ketersediaan lapangan kerja
yang ditunjukkan oleh berlanjutnya tren peningkatan indeks ketersediaan lapangan kerja pada
periode laporan. Hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
ke sejumlah perusahaan di Sulut pada berbagai sektor, diperoleh informasi bahwa perusahaan
tidak akan melakukan pengurangan tenaga kerja pada tahun 2012. Sejalan dengan hasil survei
KPwBI Provinsi Sulut, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Sulawesi Utara
menunjukkan penurunan secara konstan selama beberapa tahun terakhir.
Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus
meningkat. Kondisi ini ditandai oleh kenaikan indeks penghasilan dan ekspektasi penghasilan
masyarakat Sulut hasil Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi
Utara serta Nilai Tukar Petani (NTP) yang masih berada pada level optimis dan pada periode
laporan, sejalan dengan turunnya tingkat kemiskinan.
6.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
Berbagai indikator ketenagakerjaan pada triwulan II-2012 di Sulawesi Utara mengindikasikan
adanya peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja. Membaiknya kondisi ketenagakerjaan
pada periode laporan sejalan dengan hasil survei yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Prov. Sulut. Berdasarkan survei yang dilakukan, jumlah pelaku usaha yang
menyatakan melakukan penambahan jumlah tenaga kerja masih meningkat. Hal ini tercermin
dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
(SKDU) yang dilaksanakan KPwBI Provinsi Sulawesi Utara pada periode laporan, tercatat sebesar
1,61. Penambahan tenaga kerja terutama terjadi pada sektor bangunan (SBT=2,32), seiring
dengan pertumbuhan sektor bangunan di Sulawesi Utara. Sementara itu, pada sektor lainnya
jumlah tenaga kerja relatif tetap.
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
80
Tabel 6.1.
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 6.2.
Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usahan (SKDU) KPwBI Prov. Sulut
Grafik 6.2.
Perkembangan SBT Penggunaan Tenaga Kerja
Sumber: Survei Konsumen (SK) KPwBI Prov. Sulut
Sikap optimisme masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja tercermin dari indeks
ketersediaan lapangan kerja hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov.
Sulut yang masih berada diatas level optimis. Pada akhir triwulan II-2012, angka indeks
ketersediaan lapangan kerja tercatat sebesar 144,5, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya tercatat sebesar 130.
Sejalan dengan survei konsumen, hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Prov. Sulut ke sejumlah perusahaan di Sulut pada berbagai sektor, diperoleh informasi
bahwa perusahaan tidak akan melakukan pengurangan tenaga kerja pada tahun 2012.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Februari 2012 sebesar 66,82 %, meningkat 1,50 %
dari Agustus 2011 yang tercatat sebesar 65,32%. Sementara itu, Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) terus mengalami penurunan sehingga tercatat menjadi 8,32% pada Februari
2012. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan jumlah lapangan kerja dan penyerapan
tenaga kerja di Sulawesi Utara. Namun demikian, tingkat pengangguran di Sulawesi Utara
masih berada diatas tingkat pengangguran nasional yang tercatat sebesar 6,32% pada Februari
2012.
Penduduk 15 Thn ke atas 1,685.5 1,694.1 1,710.9 1,637.4 1,651.0 1,659.8 1,668.1
Angkatan Kerja 1,077.2 1,051.1 1,074.3 1,036.6 1,068.4 1,084.2 1,114.7
Bekerja 962.6 940.2 961.6 936.9 970.2 990.7 1,022.0
Mencari Kerja 114.5 111.0 112.6 99.6 98.2 93.5 92.7
Bukan Angkatan Kerja 608.3 643.0 636.7 600.8 582.6 575.6 553.4
TPAK 63.91 62.0 62.79 63.31 64.71 65.32 66.82
TPT 10.63 10.56 10.48 9.61 9.19 8.62 8.32
F eb-12A gs-09 F eb-10F eb-09 A ug-10 F eb-11 A ug-11
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
J F MAM J J A S O N D J F MAM J J A S O N D J F MAM J J A S O N D J F MAM J
2009 2010 2011 2012
Ketersediaan Lap. Kerja Titik optimis =100
Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2008 2009 2010 2011 2012
Realisasi Penggunaan Tenaga Kerja
Bangunan
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
81
Tabel 6.2.
Pengangguran Terbuka Menurut Daerah Agustus 2011
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 6.3.
Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut
Lapangan Usaha
Grafik 6.3.
Share Penduduk Yang Bekerja di Sulut Menurut
Lapangan Usaha
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan lokasinya, tingkat pengangguran terutama terjadi di wilayah perkotaan. Persentase
tingkat pengangguran di daerah perkotaan tercatat sebesar 11,31% atau sekitar 58,8 ribu
orang. Sementara itu, di daerah pedesaan tingkat pengangguran tercatat sebesar 5,7% atau
33,9 ribu orang. Dibandingkan dengan posisi Agustus 2011, baik pedesaan maupun perkotaan
mencatat penurunan tingkat pengangguran meski secara absolut mencatat kenaikan jumlah
pengangguran.
Berdasarkan sektornya, sektor pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan
perikanan) masih merupakan lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang bekerja
yaitu sebanyak 347,2 ribu orang (34%). Apabila dibandingkan dengan posisi yang sama tahun
sebelumnya terjadi kenaikan sebesar 2.45% (yoy). Sementara itu, sektor Perdagangan, Rumah
Makan dan Jasa Akomodasi menempati urutan kedua dengan jumlah tenaga kerja sebanyak
212,7 ribu orang (21%).
Berdasarkan status
Jumlah
(ribu jiwa) %
Jumlah
(ribu jiwa) %
Jumlah
(ribu jiwa) %
Perkotaan 54.60 11.40 57.30 11.37 58.80 11.31
Pedesaan 43.60 7.40 36.20 6.24 33.90 5.70
Sulawesi Utara 98.20 9.16 93.50 8.62 92.70 8.32
Februari 2012
Daerah
Februari 2011 Agustus 2011
2009 2012
Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari
Pertanian, Perkebunan,
Kehutanan dan Perikanan
345.6 333.0 357,5 338,9 321,1 347,2
Pertambangan dan
Penggalian
* * * * *36,3
Industri 57.5 57.4 50,6 69,2 66,0 73,6
Listrik/Gas/Air Minum * 4,1
Konstruksi 68.8 57.3 59,1 61,3 * 63,4
Perdagangan, Rumah Makan
dan Jasa Akomodasi
173.4 178.3 172,7 186,7 196,2 212,7
Transportasi, Pergudangan
dan Komunikasi
102.1 97.5 77,9 69,6*
85,3
Lembaga Keuangan/Real
Estate/persewaan dan Jasa
16.6 19.3 15,0 19,7*
30,0
Jasa Kemasyarakatan, Sosial
dan Perorangan
162.9 183.0 182,3 182,1 199,6 169,3
Lainnya * 22.3 35.8 21,8 42,7 207,8 -
Total 940.2 961.6 936,9 970,2 990,7 1.021,9
2010 2011
Lapangan Pekerjaan Utama
-
50.0
100.0
150.0
200.0
250.0
300.0
350.0
400.0
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik/Gas/Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi
Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi
Lembaga Keuangan/Real Estate/persewaan dan Jasa
Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan
Lainnya *
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
82
Tabel 6.4.
Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan
Sumber: Survei Konsumen Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 6.4.
Perkembangan Indeks Penghasilan, Ekspektasi Penghasilan &
Pembelian Barang Tahan Lama
Sumber: Survei Konsumen (SK) KPwBI Provinsi Sulawesi Utara
pekerjaannya, dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan pekerja formal
mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan,
sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, pada Februari 2012 sebesar
388,4 ribu orang (38%) bekerja pada kegiatan formal dan 633,6 ribu orang (62%) bekerja
pada kegiatan informal. Dari 1.002 ribu orang yang bekerja pada Februari 2012, status
pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan (34,2%), diikuti oleh berusaha sendiri
(27,4%), dan berusaha dibantu buruh tidak tetap (12,5%).
6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan,
tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi
Utara pada triwulan II tahun 2012
menunjukkan perkembangan yang
menggembirakan. Hal ini tercermin dari indeks
penghasilan dan ekspektasi penghasilan hasil
Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Prov. Sulut yang berada pada level
optimis yakni masing-masing tercatat sebesar
125 dan 135 pada Juni 2012.
Apabila ditinjau kondisi kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor ekonomi
dominan Sulawesi Utara sekaligus sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbesar dapat dilihat
bahwa kesejahteraan petani berada diatas batas minimum sejahtera, namun sedikit terkontraksi
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hal ini tercermin dari pertumbuhan NTP yang
Berusaha Sendiri 287.2 286.7 259.6 242.9 250.2 270.8 280.1
Berusaha Dibantu Buruh
Tidak Tetap - Buruh Tidak
Dibayar
130.4 129.3 128.0 102.4 131.9 114.5 127.3
Berusaha Dibantu Buruh
Tetap-Buruh Dibayar
41.2 42.9 41.0 45.9 47.0 42.4 39.1
Buruh/Karyawan 279.2 284.8 322.3 332.7 335.9 347.7 349.3
Pekerja Bebas Pertanian 64.1 48.0 52.0 74.3 43.3 55.1 47.5
Pekerja Bebas Non Pertanian 39.9 55.1 58.5 40.4 52.3 60.3 57.2
Pekerja Tak Dibayar 120.6 93.4 100.3 98.6 109.6 99.9 121.4
T o tal 962.6 940.2 961.6 936.9 970.2 990.7 1022
F eb-12F eb-09 F eb-11A ug-10A gs-09 A gs-11F eb-10Status P ekerjaan
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
A M J J A S O N D J F M 0 M J J A S O N D J F M A M J
2011 2012
Penghasilan Saat Ini Pembelian Barang Tahan Lama
Ketersediaan Lap. Kerja
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
83
Grafik 6.5.
Perkembangan Indeks Yang Diterima dan Dibayar Petani
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 6.4.
Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang
dibayar oleh petani untuk keperluan konsumsi rumah tangga dan biaya produksi.
Rata-Rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan II-2012 sebesar 101,3, sedikit
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 102,73. Kedua
komponen, baik Indeks yang Diterima Petani (IT) maupun Indeks yang Dibayar Petani (IB)
mengalami peningkatan, namun karena kenaikan IT lebih kecil dibandingkan kenaikan IB, maka
terjadi penurunan NTP pada triwulan II-2012. Adapun kenaikan IB terutama datang dari naiknya
harga bahan makanan dan makanan jadi (untuk kelompok konsumsi rumah tangga), serta
harga penambahan barang modal dan obat-obatan serta pupuk (untuk kelompok biaya
produksi dan penambahan barang modal).
-4%
-3%
-2%
-1%
0%
1%
2%
3%
4%
97.00
98.00
99.00
100.00
101.00
102.00
103.00
104.00
105.00
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Ag
s
Sep
Okt
No
v
Des
Jan
Feb
Mar
Ap
r
May
Jun
Jul
Au
g
Sep
Oct
No
v
Dec
Jan
Feb
Mar
Ap
r
May
Jun
Jul
Ag
s
Sep
Okt
No
v
Des
Jan
Feb
Mar
Ap
r
May
Jun
2009 2010 2011 2012
Nilai Tukar Petani (indeks) batas minimum sejahtera
Nilai Tukar Petani (growth yoy)
105.00
110.00
115.00
120.00
125.00
130.00
135.00
140.00
97.00
98.00
99.00
100.00
101.00
102.00
103.00
104.00
105.00
Jan
Mar
Mei
Jul
Sep
No
v
Jan
Mar
May
Jul
Sep
No
v
Jan
Mar
May
Jul
Sep
No
v
Jan
Mar
May
2009 2010 2011 2012
Nilai Tukar Petani (indeks) batas minimum sejahtera
Indeks Dibayar Petani Indeks Diterima Petani
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
84
Tabel 6.5.
Komponen Indeks Dibayar Petani (IB)
Sumber : BPS Prov. Sulut
Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara mengalami penurunan pada tahun 2011.
Berdasarkan Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan
September 2011 diketahui Tingkat Kemiskinan di Sulawesi Utara sebesar 8,46% atau sebanyak
194,72 ribu jiwa, mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
tercatat sebesar 9,1% atau sebanyak 206,72 ribu jiwa.
Penurunan angka kemiskinan pada tahun 2011 ini merupakan lanjutan dari tren yang terjadi
sejak tahun 2007. Tahun tersebut adalah titik balik setelah terjadi peningkatan pada beberapa
periode sebelumnya. Penurunan ini juga sejalan dengan tren perkembangan tingkat kemiskinan
pada tingkat nasional. Apabila dibandingkan dengan tingkat kemiskinan nasional sejak tahun
2006 sampai dengan tahun 2010, tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara selalu berada
dibawah angka nasional.
Grafik 6.6.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov. Sulut
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 6.7.
Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Sulut
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Juli 06 Mar 07 Mar 08 Mar 09 Mar 10 Mar 11 Sep 11
Sulut 10.76 11.42 10.10 9.79 9.1 8.51 8.46
Nasional 16.90 16.58 15.42 14.15 13.33 12.49
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
%
0
5
10
15
20
25
Juli 06 Mar 07 Mar 08 Mar 09 Mar 10 Mar 11 Sep 11
Desa Kota
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Indeks Diterima Petani 131.70 133.50 134.69 135.72 135.70 135.81 1.73% 0.08%
Indeks Dibayar Petani 129.59 129.06 130.00 130.27 132.11 134.06 3.88% 1.48%
Konsumsi Rumah Tangga 134.02 133.14 134.30 134.60 136.81 139.27 4.61% 1.80%
Bahan Makanan 148.76 146.09 147.92 147.96 151.08 154.96 6.07% 2.56%
Makanan Jadi 131.71 132.98 133.46 133.93 135.89 138.26 3.97% 1.74%
Perumahan 118.75 119.56 120.34 121.14 122.63 123.69 3.46% 0.87%
Sandang 116.74 116.87 116.97 117.06 118.01 118.25 1.18% 0.20%
Kesehatan 119.31 119.95 120.68 121.35 123.18 124.50 3.79% 1.07%
Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 112.56 113.09 113.43 113.75 114.85 114.85 1.55% 0.00%
Transportasi dan Komunikasi 111.21 111.64 112.31 112.26 112.27 112.55 0.82% 0.25%
BPPBM 116.42 117.08 117.32 117.48 118.27 118.72 1.40% 0.38%
Bibit 110.99 111.15 111.18 111.21 111.57 111.43 0.25% -0.13%
Obat-obatan & Pupuk 117.73 118.94 119.01 118.90 120.29 121.08 1.79% 0.65%
Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 111.08 111.61 111.78 111.80 111.95 112.07 0.41% 0.10%
Transportasi 118.92 119.32 119.78 119.80 119.98 120.09 0.64% 0.09%
Penambahan Barang Modal 120.81 121.17 121.41 121.65 121.92 122.36 0.98% 0.36%
Upah Buruh Tani 112.17 112.86 113.15 113.44 114.38 114.76 1.68% 0.33%
Nilai Tukar Petani (indeks) 101.63 103.44 103.61 104.19 102.73 101.30 -2.07% -1.39%
Growth (%)
yoy qtq
Rincian 2011
Indeks
2012
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
85
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh Garis
Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong
sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2010 September 2011, garis kemiskinan
meningkat sebesar Rp.8.455 yaitu dari Rp.212.823 per kapita per bulan pada Maret 2010
menjadi Rp.221.278 per kapita per bulan pada September 2011. Walaupun terjadi peningkatan
nilai Garis Kemiskinan, tingkat kemiskinan mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan
bahwa tingkat pendapatan sebagian penduduk miskin khususnya penduduk miskin transient
pada Maret 2011 mengalami peningkatan dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan
Garis Kemiskinan sehingga sebagian dari mereka (sekitar 200 orang) mampu keluar dari
kemiskinan.
Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan
komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan
(perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada Maret 2011, sumbangan GKM
terhadap GK sebesar 77,51%, pada September 2011, peranannya sedikit mengalami
penurunan menjadi 77,45%.Dengan kata lain peningkatan Garis Kemiskinan dari Maret 2011
ke September 2011 lebih disebabkan karena kenaikan harga yang lebih tinggi pada komoditi
non makanan dibandingkan pada komoditi makanan.
MakananBukan
MakananTotal
Perdesaan
Maret 2007 117,516 31,924.00 149,440 171.00 13.80
Maret 2008 128,498 33,935.00 162,433 150.90 12.04
Maret 2009 141,599 36,672.00 178,271 140.31 11.05
Maret 2010 149,372 38,724.00 188,096 130.35 10.14
Maret 2011 163,264 42,977 206,241 117.65 9.37
Sept 2011 171,952 44,544 216,496 116.58 9.25
Kota & Desa
Maret 2007 119,827 36,723.00 156,550 250.10 11.42
Maret 2008 129,781 38,378.00 168,160 223.50 10.10
Maret 2009 143,512 41,260.00 184,772 219.57 9.79
Maret 2010 150,595 43,739.00 194,334 206.72 9.10
Maret 2011 164,964 47,859.00 212,823 194.90 8.51
Sept 2011 171,380 49,898.00 221,278 194.72 8.46
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)
Tahun
Jumlah
Penduduk
Miskin
% Penduduk
Miskin
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 6.6.
Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Sulawesi Utara
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
86
Pada periode Maret 2011-September 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami perubahan yang cukup berarti. Nilai indeks (P1)
menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin
terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin besar rata-rata kesenjangan
terhadap garis kemiskinan. Indeks ini digunakan sebagai dasar penghitungan berapa subsidi
yang diperlukan untuk mengentaskan penduduk miskin. Sementara itu nilai indeks (P2)
menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks,
semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Dengan naiknya indeks P1
berarti selama periode Maret 2011-September 2011 ada indikasi bahwa rata-rata jarak
kedalaman kemampuan konsumsi penduduk miskin semakin bergerak turun menjauh dari garis
kemiskinan. Sedangkan naiknya indeks P2 menunjukkan bahwa variasi pengeluaran konsumsi
penduduk miskin semakin tidak merata atau semakin tinggi ketimpangannya. Kedalaman
kemiskinan di perdesaan dan perkotaan tidak berbeda signifikan terlihat dari nilai indeks P1
yang hampir sama yakni 1,204 berbanding 1,218. Sedangkan dari sisi ketimpangan
pengeluaran, penduduk miskin di perkotaan cenderung memiliki tingkat ketimpangan yang
lebih tinggi dibandingkan penduduk miskin di perdesaan yang ditunjukkan dari disparitas nilai
indeks P2 dimana di perdesaan 0,247 sedangkan di perkotaan mencapai 0,312.
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tahun Kota Desa Total
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Maret 2007 1.30 2.33 1.88
Maret 2008 1.08 1.87 1.53
Maret 2009 1.27 1.77 1.55
Maret 2010 1.12 1.16 1.14
Maret 2011 1.11 1.16 1.14
September 2011 0.20 1.22 1.21
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Maret 2007 0.31 0.60 0.47
Maret 2008 0.30 0.45 0.38
Maret 2009 0.32 0.39 0.36
Maret 2011 0.30 0.19 0.24
September 2011 0.31 0.25 0.28
Tabel 6.7.
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan
Kemiskinan Menurut Daerah di Sulawesi Utara
PROSPEK
PEREKONOMIAN BAB VII
Halaman ini sengaja dikosongkan
PROSPEK PEREKONOMIAN
89
Grafik 7.1.
Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi
Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Triwulan I 2012
PROSPEK PEREKONOMIAN
7.1. Prospek Ekonomi Makro
Kinerja perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III-2012 diperkirakan tumbuh pada kisaran
7,42% - 7,82% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Utara pada triwulan III-2012 diantaranya adalah peningkatan sumber pendapatan masyarakat
seperti pencairan gaji ke-13 dan Tunjangan Hari Raya (THR) yang bertepatan dengan beberapa
event musiman yakni liburan sekolah, perayaan pengucapan syukur, dan hari raya Idul Fitri.
Selain itu, pembangunan proyek pemerintah dan swasta juga turut berkontribusi terhadap
pencapaian pertumbuhan ekonomi Sulut triwulan III-2012.
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
yang dilakukan secara triwulanan oleh
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Utara menunjukkan adanya
optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi
dan peningkatan ekspektasi pelaku usaha
terhadap dunia usaha yang ditandai
dengan kenaikan indikator ekspektasi
kegiatan usaha pada triwulan III-2012
dengan persentase Saldo Bersih Tertimbang
(SBT) sebesar 14,9%, lebih tinggi dari
realisasi kegiatan kegiatan usaha pada
triwulan III-2012 dengan SBT sebesar 1,72%. Pertumbuhan kegiatan usaha diperkirakan
terutama terjadi pada sektor Pengangkutan dan komunikasi, PHR serta sektor pertanian.
Dari sisi permintaan, konsumsi swasta khususnya konsumsi rumah tangga diperkirakan akan
tumbuh positif seiring dengan peningkatan sumber pendapatan masyarakat yang bersumber
dari pencairan gaji ke-13 untuk pemerintah provinsi dan pemerintah Kabupaten/Kota se-Sulut.
Selain pembayaran gaji ke-13, juga terdapat beberapa pencairan dana di bulan Juli ini
diantaranya, pencairan tunjangan sertifikasi guru, dana Tunjangan Penghasilan Aparatur
Pemerintahan Desa (TPAPD) dan tunjangan guru bersertifikasi serta THR. Selain faktor
peningkatan pendapatan, beberapa faktor musiman seperti tahun ajaran baru, perayaan
pengucapan syukur yang jatuh pada bulan Juli 2012 dan hari raya Idul Fitri pada Agustus 2012
serta beberapa pelaksanaan event diantaranya: (i) Manado kembali terpilih menjadi tuan rumah
(40,00)
(30,00)
(20,00)
(10,00)
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*
2008 2009 2010 2011 2012
Realisasi Kegiatan Usaha Perkiraan Kegiatan Usaha
PROSPEK PEREKONOMIAN
90
Sumber: Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
dalam acara sosialisasi penataan lokasi PKL yang akan mendatangkan sekitar 75 utusan dari 5
(lima) Kota yang terpilih berdasarkan survei Kementerian Dalam Negeri (Manado, Bandung,
Jambi, Yogyakarta dan Bandar Lampung). Kegiatan ini juga akan dihadiri oleh tiga Menteri
yakni Mendagri, Menteri Perdagangan dan Menteri Koperasi dan UMKM; (ii) Pelaksanaan rapat
kerja nasional Kementerian Pemuda dan Olahraga pada tanggal 2 Juli 2012 yang dihadiri oleh
seluruh Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) se-Indonesia; (iii) Tomohon
International Flower Festival (TIFF) pada 8-12 Agustus mendatang diperkirakan akan diikuti oleh
peserta dari perwakilan negara sahabat, Asosiasi Pemerintah Kota seluruh Indonesia (Apeksi),
15 Kabupaten/Kota se Sulut, BUMN, BUMD, perusahaan swasta serta pengnjung lainnya yang
jumlahnya diperkirakan mencapai 30 ribu orang. Optimisme masyarakat terhadap kondisi
perekonomian daerah dapat dikonfirmasi melalui hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara pada Juli 2012, yang menunjukkan optimisme
masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini dengan indeks sebesar 144,83 lebih tinggi
dibandingkan bulan sebelumnya (121,83) maupun perideo yang sama tahun lalu (115,67). Hal
yang sama juga ditunjukkan pada indeks ekspektasi masyarakat terhadap kondisi perekonomian
kedepan yang juga menunjukkan adanya tren peningkatan sebagaimana terlihat pada grafik
7.3.
Selanjutnya kinerja investasi memasuki triwulan III-2012 juga diperkirakan melambat jika
dibandingkan periode yang sama tahun lalu, namun demikian, kinerja investasi masih
menunjukkan pertumbuhan positif seiring dengan semakin meningkatnya realisasi proyek fisik
baik pemerintah maupun swasta. Salah satu indikator yang dapat menunjukkan kinerja investasi
adalah hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang memperlihatkan perkembangan indeks
penjualan bahan konstruksi sebesar 5,61% (yoy) dari 188,15 pada Agustus 2012 menjadi
198,71 pada Agustus 2012. Sejalan dengan hasil survei, penjualan semen di Sulawesi Utara
Sumber : Manado Post, diolah
Grafik 7.3.
Indeks Ekspektasi Konsumen
60
80
100
120
140
160
180
200
Jan
Feb
Mar
Ap
r
May
Jun
Jul
Au
g
Sep
Oct
No
v
Dec
Jan
Feb
Mar
Ap
r
May
June
July
2011 2012
Penghasilan Saat Ini Pembelian Barang Tahan Lama
Ketersediaan Lap. Kerja Kondisi Ekonomi Saat Ini
60
80
100
120
140
160
180
200
Jan
Feb
Mar
Ap
r
May
Jun
Jul
Au
g
Sep
Oct
No
v
Dec
Jan
Feb
Mar
Ap
r
May
June
July
2011 2012
Ekspektasi Penghasilan Ekspektasi Ekonomi
Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja Ekspektasi Konsumen
Grafik 7.2.
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
PROSPEK PEREKONOMIAN
91
Ket: *) Proyeksi KPw Provinsi Sulut
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 7.1
Perkembangan Investasi Penanaman Modal Asing (PMA) Tahun 2012
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Prov. Sulut
Tabel 7.2.
Perkiraan Arus Barang di Pelabuhan Bitung
Sumber: PT. Pelindo (Persero) Bitung
pada triwulan III-2012 diproyeksikan juga mengalami tren peningkatan setelah pada triwulan II-
2012 penjualan semen turun 9,29% (yoy).
Selain itu, berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Provinsi Sulawesi
Utara, terdapat 3 (tiga) rencana investasi yang masuk pada triwulan II-2012 yang diperkirakan
akan terealisasi pada triwulan III-2012 diantaranya untuk sektor Industri pengolahan minyak
kelapa sawit dan pengolahan ikan.
Sementara itu, kinerja ekspor dan impor Sulut pada triwulan III-2012 diperkirakan akan
mengalami penurunan. Hal ini salh satunya diindikasikan dari data arus masuk dan keluar
barang di pelabuhan Bitung.
1 PT. International Alliance Food Indonesia
Industri pengolahan dan pengawetan ikan
dan biota air (bukan udang) dalam kaleng
serta biota air lainnya.
5.000.000 - Phillipina Bitung
2 PT. Anugerah Sulawesi Indah
Perkebunan kelapa sawit, industri minyak
makan kelapa sawit serta hasil pengolahan
kelapa sawit lainnya
21.074.654 - Singapura Bolmong
3 PT. Bolmong Indah Perkasa
Perkebunan kelapa sawit, industri minyak
makan kelapa sawit serta hasil pengolahan
kelapa sawit lainnya
20.738.921 - Singapura Bolmong
Rencana Investasi
(US$)
Realisasi Investasi
(US$)Ket.No. Nama Perusahaan Bidang Usaha Asal Negara Lokasi
Ekspor/Impor Satuan Q3-2011 Q3-2012*) Growth
(yoy)
Impor Ton 17.036 17.016 -0,12%
Ekspor Ton 87.868 65.797 -25,12%
Bongkar (impor) Ribu Ton 790 758 -4,02%
Muat (ekspor) Ribu Ton 275 231 -15,84%
Perdagangan LN
Perdagangan DN
Grafik 7.4.
Indeks Bahan Konstruksi
Grafik 7.5.
Perkembangan Penjualan Semen
-40
-20
0
20
40
60
80
100
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
2010 2011 2012
Volume (ton) - left axis
g_semen (%) - right axis
-200
-100
0
100
200
300
400
500
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Ag
ust
Sep
Okt
No
p
Des
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul*
)
Ag
ust**)
2011 2012
Indeks Bahan konstruksi gBahan konstruksi (%) -right axis
PROSPEK PEREKONOMIAN
92
Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Dari sisi penawaran, sektor PHR masih menjadi sektor yang memberikan kontribusi terbesar
dalam pertumbuhan ekonomi Sulut triwulan III 2012 sejalan dengan tingginya belanja
masyarakat yang bertepatan dengan faktor musiman seperti liburan sekolah, pencairan gaji ke-
13, perayaan pengucapan syukur dan perayaan hari raya Idul Fitri. Peningkatan kinerja sektoral
juga terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi sebagai multiplier effect dari musim
liburan sekolah. Sementara itu sektor pertanian sampai akhir triwulan III-2012 diproyeksikan
akan tumbuh positif lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu, namun perlu
diwaspadai beberapa faktor seperti minimnya infrastruktur pendukung, serangan hama dan
kondisi cuaca yang tidak menentu yang berpotensi menurunkan produktivitas sektor pertanian.
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Tren perkembangan indikator pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada
triwulan III-2012 tercatat mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya (April-Juni
2012). Peningkatan ini terutama didorong oleh kenaikan sumber pendapatan masyarakat
antara lain pencairan gaji ke-13 dan THR yang diikuti oleh naiknya belanja masyarakat
bertepatan dengan musim liburan sekolah, perayaan pengucapan syukur dan hari raya Idul Fitri
yang jatuh pada Agustus 2012.
Tingginya aktivitas belanja masyarakat di bulan Juli 2012 tercermin hasil Survei Konsumen
KPw BI Provinsi Sulut yang menunjukkan adanya peningkatan optimisme masyarakat
terhadap kondisi perekonomian Sulawesi Utara. Indeks Keyakinan Konsumen mengalami
kenaikan dari 123,17 pada Juli 2011 menjadi 143,42 pada Juli 2012. Peningkatan Indeks
Keyakinan Konsumen diikuti oleh tren peningkatan pada komponen penyusunnya, yakni
indeks penghasilan saat ini (139) indeks pembelian barang tahan lama (126,5) dan indeks
ketersediaan lapangan kerja (169) sebagaimana terlihat pada grafik 7.2 dan 7.3.
Dari sisi produsen, hasil Survei Penjualan
Eceran KPw BI Provinsi Sulut juga
menunjukkan adanya peningkatan
penjualan eceran yang tercermin dari Indeks
Penjualan pada Juli 2012 sebesar 219,30
sedikit mengalami peningkatan
dibandingkan periode sebelumnya sebesar
219,23 (Grafik 7.6). Berdasarkan Klasifikasi
Lapangan Usaha Indonesia (KLUI), indeks
yang mengalami peningkatan pada Juli
2012 diantaranya indeks pakaian dan
-100
-80
-60
-40
-20
0
20
40
0
100
200
300
400
500
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Ag
ust
Sep
Okt
No
p
Des
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul*
)
2011 2012
Indeks Riil Penjualan
Pakaian & perlengkapannya
Peralatan tulis
gIndeks Riil Penjualan (%) -right axis
Grafik 7.6.
Perkembangan Indeks Penjualan Riil
PROSPEK PEREKONOMIAN
93
perlengkapannya dari 126,19 pada Juni 2012 menjadi 128,42 pada Juli 2012 dan indeks
peralatan tulis dari 123,35 pada Juni 2012 menjadi 123,76 pada Juli 2012. Peningkatan
pada kedua klasifikasi ini sejalan dengan faktor musiman musim liburan dan dimulainya
tahun ajaran baru 2012/2013.
Subsektor hotel juga diperkirakan akan mengalami peningkatan pada Juli 2012, seiring
dengan penyelenggaraan event berskala nasional diantaranya:
Manado kembali terpilih menjadi tuan rumah dalam acara sosialisasi penataan lokasi
PKL yang akan mendatangkan sekitar 75 utusan dari 5 (lima) Kota yang terpilih
berdasarkan survei Kementerian Dalam Negeri (Manado, Bandung, Jambi, Yogyakarta
dan Bandar Lampung). Kegiatan ini juga akan dihadiri oleh tiga Menteri yakni Mendagri,
Menteri Perdagangan dan Menteri Koperasi dan UMKM.
Pelaksanaan rapat kerja nasional Kementerian Pemuda dan Olahraga pada tanggal 2 Juli
2012 yang dihadiri oleh seluruh Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) se-
Indonesia.
Tomohon International Flower Festival (TIFF) pada 8-12 Agustus mendatang diperkirakan
akan diikuti oleh peserta dari perwakilan negara sahabat, Asosiasi Pemerintah Kota
seluruh Indonesia (Apeksi), 15 Kabupaten/Kota se Sulut, BUMN, BUMD, perusahaan
swasta serta pengnjung lainnya yang jumlahnya diperkirakan mencapai 30 ribu orang.
Sektor Bangunan
Kinerja sektor bangunan diperkirakan terus mengalami pertumbuhan positif seiring dengan
meningkatnya realisasi proyek pemerintah dan swasta. Pembangunan berbagai proyek
infrastruktur pemerintah dan swasta telah mendorong peningkatan penjualan semen. Indikator
lainnya yang menunjukkan peningkatan kinerja sektor bangunan adalah hasil Survei Penjualan
Eceran yang memperlihatkan perkembangan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 5,61%
(yoy) dari 188,15 pada Agustus 2012 menjadi 198,71 pada Agustus 2012 (Grafik 7.4).
Beberapa proyek pemerintah yang diperkirakan dapat mendorong kinerja sektor bangunan
diantaranya :
Pembangunan jembatan Arelo sepanjang 40 meter yang menghubungkan Mala dengan
daerah lainnya di pinggiran kota Melonguane resmi direalisasikan Pemkab Talaud dengan
dana yang bersumber dari APBN TA 2012 dengan alokasi dana mencapai Rp11.422 miliar.
Pembangunan pasar di Kota Tomohon dengan alokasi anggaran sebesar Rp1,4 miliar.
Proyek tersebut saat ini tengah dalam proses pengerjaan.
Pembangunan median jalan yang juga berfungsi sebagai jalur hijau di Kota Kotamobagu
dengan alokasi anggaran sebesar Rp930 juta.
PROSPEK PEREKONOMIAN
94
Pengerjaan proyek jalan lingkar Lembeh yang mengalokasikan anggaran APDD 2012
sebesar Rp30 miliar saat ini telah dimulai dengan target penyelesaian hingga akhir tahun
2012.
Perbaikan jalan Moreah-Soyowan di Kabupaten Minahasa Tenggara dengan alokasi
anggaran sebesar Rp6 miliar.
Pembangunan drainase dan jembatan di Kab.Kep. Sitaro dengan alokasi anggaran masing-
masing sebesar Rp328 juta dan Rp668 juta yang bersumber dari APBD Kab. Kep. Sitaro
Tahun 2012.
Pembangunan tanggul pemecah ombak di pesisir pantai Desa Mokupa dengan anggaran
sekitar Rp2 miliar. Pembangunan tanggul pemecah ombak untuk saat ini dalam tahap
pengerjaan.
Selain proyek pemerintah, beberapa proyek swasta juga diperkirakan terus mengalami
peningkatan, diantaranya proyek pembangunan pusat hiburan/mall Star Square di kawasan
pertokoan Bahu yang dikembangkan oleh PT Artoda Karya Gemilang (AKG) saat ini sedang
dalam proses pembangunan pondasi. Proyek ini diharapkan dapat selesai pada awal tahun
2013. Perusahaan Semen Bosowa (PT Bosowa) sedang dalam proses membangun pabriknya di
Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel), tepatnya di desa Tawaang kecamatan Tenga. Pabrik ini
akan mampu memproduksi 700 metrik ton semen per tahun. Dana yang disiapkan sebesar
Rp500 miliar, dengan luas lahan 10 hektar dan diharapkan paling lambat awal tahun 2014
sudah mulai berproduksi. Dibangunnya pabrik semen tersebut untuk memenuhi kebutuhan di
Sulut dan Gorontalo. PT Bosowa memilih membangun di Minsel dikarenakan letak yang
strategis berada di jalur perlintasan antar Provinsi, selain itu juga telah tersedia bahan baku serta
terpenuhinya kebutuhan listrik yang cukup besar ditambah juga dengan telah tersediannya
pelabuhan.
Sektor Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada awal triwulan III-2012 diperkirakan mengalami sedikit
perlambatan yang disebabkan oleh minimnya infrastruktur pendukung dan gangguan hasil
panen akibat serangan hama. Namun demikian kinerja sektor pertanian pada triwulan III 2012
diperkirakan masih tetap tumbuh positif yang didorong oleh puncak musim panen subround II
yang jatuh pada Agustus 2012.
PROSPEK PEREKONOMIAN
95
Tabel 7.3.
Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Produksi Beras
Ket: *) Angka Perkiraan
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sulut
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III-2012 diperkirakan akan terus
mengalami peningkatan, hal ini didorong oleh tren peningkatan jumlah arus penumpang
angkutan udara selama musim liburan (Juli 2012) dan perayaan Idul Fitri (Agustus 2012). Selain
itu, adanya penambahan rute penerbangan perdana Manado-Davao yang dilakukan pada 10
Juli 2012 juga turut berkontribusi terhadap peningkatan kinerja sektor angkutan.
7.3. Prakiraan Inflasi
Laju inflasi Kota Manado pada triwulan III 2012 diperkirakan akan mengalami sedikit
peningkatan, yakni berada pada kisaran 4,84%±1% (yoy). Dari sisi fundamental, tekanan
inflasi relatif terjaga didukung oleh melandainya harga global komoditas internasional dan
masih memadainya kapasitas produksi seiring dengan pertumbuhan investasi, ditengah
peningkatan permintaan domestik. Namun demikian, terdapat faktor risiko internal dan
eksternal yang dapat memberikan tekanan inflasi fundamental pada triwulan depan,
diantaranya tendensi kenaikan ekspektasi masyarakat Sulut dan kenaikan harga komoditas gula
pasir terkait kebijakan pembatasan peredaran gula pasir.
Dari sisi non fundamental, perkembangan inflasi volatile food secara umum pada triwulan III
2012 relatif terkendali. Sementara itu, tekanan inflasi kelompok administered price pada
triwulan III 2012 diperkirakan akan meningkat yang terutama dipengaruhi kenaikan ongkos
angkutan udara dan rencana penyesuaian harga gas industri pada September 2012 sebesar
35%.
Faktor Fundamental
Inflasi inti pada triwulan III 2012 diperkirakan terkendali. Dari sisi eksternal, tekanan inflasi
diperkirakan relatif stabil sejalan dengan tren penurunan harga global sebagai faktor
berlanjutnya ketidakpastian pemulihan ekonomi Eropa. Tren penurunan harga emas dunia yang
berdampak pada menurunnya harga emas perhiasan domestik diperkirakan masih berlanjut di
Jan Feb Mar April Mei Juni Juli *) Aug *)
1 Luas Panen (Ha) 13.175 14.756 10.080 10.744 12.876 11.487 10.660 9.973
2 Produksi Gabah (ton) 65.951 69.871 45.207 55.530 66.763 49.419 43.673 40.574
3 Produksi Beras (ton) 41.681 44.158 28.571 35.095 42.194 31.233 27.601 25.643
No Komponen2012
PROSPEK PEREKONOMIAN
96
triwulan III 2012. Sejalan dengan itu, volatilitas Rupiah relatif terkendali dengan penerapan
kebijakan stabilisasi Rupiah oleh Bank Indonesia.
Sementara itu, dari sisi domestik peningkatan permintaan domestik seiring dengan faktor
seasonal (Bulan Ramadhan) yang jatuh pada triwulan III 2012 diperkirakan masih dapat
direspon dengan kapasitas produksi yang ada seiring dengan pertumbuhan investasi. Hal ini
dicerminkan dari hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara pada periode laporan (grafik 7.7).
Risiko memburuknya ekspektasi masyarakat diperkirakan akan memberi tekanan inflasi inti di
triwulan III 2012. Berdasarkan hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, sebagian besar pedagang di Sulut memiliki ekspektasi yang
tinggi terhadap tingkat harga 3 bulan yang akan datang, tercermin dari peningkatan angka
indeks ekspektasi pedagang terhadap tingkat harga 3 bulan yang akan tercatat sebesar 120
pada Juni 2012 dari 116 pada periode yang sama tahun sebelumnya (grafik 7.6). Selanjutnya,
dari sisi konsumen ekspektasi masyarakat juga mengalami peningkatan (grafik 7.7). Hal ini
tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) KPw BI Provinsi Sulawesi Utara pada periode laporan
yang ditandai oleh peningkatan angka indeks ekspektasi konsumen terhadap tingkat harga 3
bulan yang akan datang dari 171,5 pada Juni 2011 menjadi 189,5 pada Juni 2012.
Sumber : Survei Pedxagang Eceran (SPE) KPw BI Prov. Sulut Sumber : Survei Konsumen (SK) KPw BI Prov. Sulut
Grafik 7.6.
Indeks Ekspektasi Pedagang thd
Harga 3 bln & 6 bln yad
Grafik 7.7.
Indeks Ekspektasi Konsumen thd
Harga 3 bln & 6 bln yad
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2008 2009 2010 2011 2012
Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad
IEP :120
IEP :116
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2008 2009 2010 2011 2012
Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad
IEK :171,5
IEK :189,5
PROSPEK PEREKONOMIAN
97
Faktor Non Fundamental
Dari sisi non fundamental, tekanan inflasi volatile foods diperkirakan meningkat namun
relatif terkendali. Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar tradisional dan modern di Kota
Manado melalui Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KPwBI Sulut pada awal
triwulan III 2012 menunjukkan adanya tren peningkatan harga beberapa komoditas volatile
foods seiring peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri
1433H.
Harga komoditas perikanan tangkap meningkat sebagai imbas kenaikan harga yang dilakukan
oleh beberapa eksportir produk perikanan di Sulawesi Utara. Berdasarkan liaison kepada
beberapa perusahaan perikanan di Sulut, kenaikan harga disebabkan oleh tidak mencukupinya
suplai untuk merespon kenaikan permintaan.
Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) dan Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU KPw BI Prov. Sulut
Grafik 7.8.
Interaksi Permintaan dan Penawaran
Grafik 7.9.
Interaksi Permintaan dan Penawaran
Sumber Bank Indonesia
Grafik 7.10.
Perkembangan Harga Emas Dunia
1,574.62
1,764.00
1,771.92
1,671.26
1,739.43
1,638.95
1,652.95
1,741.23
1,676.84
1,649.90
1,587.55
1,600.11
1,589.92
1,450.00
1,500.00
1,550.00
1,600.00
1,650.00
1,700.00
1,750.00
1,800.00
1,850.00
7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7*
2011 2012
USD/pound
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
I III I III I III V II IV II IV II I III I III V II IV II IV II IV II IV M II M
IV
M II M
IV
M I M
III
M I M
III
M I M
III
M I M
III
M I M
III
Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Juni-
11
Juli-11 Agst-11 Sept-
11
Okt-11 Nov -
11
Des -
11
Jan-12 Feb-12 Maret April
2012
Mei
2012
Juni
2012
Jul-12
Grafik 7.11.
Perkembangan Harga Emas Perhiasan Domestik
Sumber Bloomberg, diolah Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH), diolah
0
20
40
60
80
100
120
0
100
200
300
400
500
600
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3*)
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Indeks Riil Penjual Eceran (right axis) Kapasitas Produksi (left axis)
PROSPEK PEREKONOMIAN
98
Namun demikian, perkiraan bertumbuhnya kinerja pertanian pada triwulan III 2012 seiring
panen beras subround II yang jatuh pada Agustus 2012 diperkirakan dapat menahan laju inflasi
komoditas volatile foods.
Sementara itu, tekanan inflasi kelompok administered price pada triwulan III 2012
diperkirakan akan meningkat. Faktor yang diperkirakan meningkatkan inflasi kelompok ini
adalah kenaikan harga ongkos angkutan udara dan kebijakan penyesuaian harga gas industri
sebesar 35% yang direncanakan mulai berlaku 1 September 2012 dan sebesar 15% pada April
2013 sehingga diperkirakan berdampak pada kenaikan harga sejumlah komoditas industri
pengolahan
Potensi kenaikan harga BBM bersubsidi pada tahun 2012 diperkirakan relatif rendah.Dengan
perkembangan harga minyak dunia terkini, potensi terlampauinya harga ICP dalam APBNP
2012 (105 dolar AS/barel) sebesar 15% selama 6 bulan terakhir (diatas 120,75 dolarAS/barel)
sangat kecil. Realisasi ICP Januari hingga Juni baru mencapai 117,80 dolar AS/barel.
7.3. Prospek Perbankan
Fungsi intermediasi perbankan pada triwulan III 2012 diperkirakan akan terus meningkat dalam
mendukung pembiayaan perekonomian Sulut disertai dengan stabilitas perbankan yang terjaga.
Geliat pertumbuhan industi perbankan tercermin dari semakin bertambahnya jumlah
infrastruktur perbankan di Sulut. Pada triwulan III 2012 terdapat rencana penambahan 2 kantor
cabang Bank Perkreditan Rakyat dan 5 kantor cabang pembantu Bank Umum.
Dari sisi kredit, hasil rekapitulasi Rencana Bisnis Bank (RBB) 2012 menunjukkan optimisme
perbankan Sulawesi Utara untuk terus meningkatkan pertumbuhan penyaluran kreditnya pada
kisaran 36% (yoy). Untuk mencapai target tersebut, perbankan akan lebih fokus pada usaha-
usaha yang merupakan potensi daerah dan melakukan peningkatan pelayanan serta perbaikan
infrastruktur kredit. Berdasarkan jenis usahanya, estimasi pertumbuhan baki debit kredit
terutama terjadi pada kredit menengah yang diperkirakan tumbuh pada kisaran 45% (yoy).
Selanjutnya diikuti oleh pertumbuhan baki debit kredit kecil dan mikro yang diperkirakan
tumbuh masing-masing sebesar 37% (yoy) dan 26% (yoy).
Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/10/DNP tanggal 15 Maret 2012 perihal penerapan
manajemen risiko pada bank yang melakukan pemberian kredit dan Peraturan Menteri
keuangan No.43/PMK.010/2012 tentang uang muka pembiayaan konsumen untuk kendaraan
bermotor pada perusahaan pembiayaan yang diberlakukan mulai Juni 2012 diperkirakan tidak
memberikan dampak signifikan pada pertumbuhan kredit perbankan Sulawesi Utara. Hal ini
Sumber : BMKG Sulut
Sumber : BKMG Sulut
PROSPEK PEREKONOMIAN
99
ditandai dari masih bertumbuhnya Kredit Perumahan Rakyat (KPR) Tipe >70 dan Kredit
Kendaraan Bermotor di Sulut yang tercatat masing-masing sebesar 4,61% (yoy) dan 11,27%
(yoy). Disamping itu, pangsa KPR perbankan Sulut didominasi oleh KPR Tipe <70 yang tidak
terkena aturan Loan to Value.
Dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan yang ditargetkan perbankan di Sulawesi Utara
mencapai sekitar 41% (yoy). Tingginya target pertumbuhan ini dapat dicapai dengan
menerapkan berbagai upaya diantaranya mempertahankan nasabah yang telah ada dan
menjaring nasabah baru melalui penambahan jumlah karyawan, kantor cabang dan fitur-fitur
dalam mengoptimalkan kemudahan bertransaksi.
Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar
5,75% pada triwulan III 2012 diperkirakan memberikan dampak pada penambahan kapasitas
perekonomian Provinsi Sulawesi Utara melalui transmisi suku bunga perbankan yang pada
tahap selanjutnya akan memberikan dampak pada membaiknya fungsi intermediasi perbankan.
Hal ini ditandai oleh tren penurunan suku bunga kredit di perbankan Sulut. Selain itu,
berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Provinsi Sulawesi Utara pada periode
laporan menunjukkan tidak ada perubahan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) perkiraan suku bunga
triwulan III 2012 yang mencerminkan bahwa perbankan tidak memiliki wacana untuk
menaikkan suku bunga perbankan pada triwulan mendatang.
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
Jan
2012
Feb
2012
Mar
2012
Apr
2012
May
2012
Jun
2012
KPR Tipe > 70 KKB (sb. kanan)
79%
21%
KPR Tipe < 70 KPR Tipe > 70
Grafik 7.12.
Pertumbuhan Kredit Perumahan Rakyat
dan Kredit Kendaraan Bermotor
Grafik 7.13.
Komponen Kredit Perumahan Rakyat
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia
Halaman ini sengaja dikosongkan
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
101
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan
hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu
mtm month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya.
qtq quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya.
yoy year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.
Indeks Keyakinan
Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi
saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala
1-100
Indeks Harga
Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan
jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi
Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen
terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Indeks Ekspektasi
Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen
terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil
pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah.
Dana
Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung
pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian
otonomi.
Indeks
Pembangunan
Manusia (IPM)
Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata
3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.
Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat
persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan
harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti
tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor
penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari
permintaan.
Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan
harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
Administered
Price
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan
harganya diatur pemerintah.
M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari
uang kartal dan uang giral
M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator
tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang
kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).
Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di
dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan
masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat di bank
sentral.
Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas
negara (KPKN) dan bank umum.
Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman uang, simpanan berjangka
dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann
penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.
NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang
diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
102
NPLs Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan
kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.
Restrukturisasi
kredit
Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur
dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui :
restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.
UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala
pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.
UYD
Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada
dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.
Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh
bank umum.
Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum
dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.
Netflow Selisih antara outflow dan inflow.
PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik
uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI
tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk
bertransaksi.
Halaman ini sengaja dikosongkan