kajian fonologi dan leksikologi bahasa jawa di desa …
TRANSCRIPT
i
KAJIAN FONOLOGI DAN LEKSIKOLOGI BAHASA
JAWA DI DESA SAMBAK KECAMATAN KAJORAN
KABUPATEN MAGELANG
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Munawaroh
082160243
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2012
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Moto:
1. Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan (Q.S. Al Insyiroh: 7).
2. Katakan pada diri sendiri, saya adalah pribadi yang akan berhasil, ada atau
tidak ada persetujuan orang lain. Karena keberhasilan yang cantik itu adalah
kita berhasil mencapai yang tadinya diragukan orang lain (Mario Teguh).
3. Kesuksesan adalah hasil usaha keras, ketekunan, kesabaran, kebenaran dalam
bertindak dan berfikir. Akhirnya menyerahkan segala sesuatu kepada Yang
Maha Kuasa (R.A. Kartini).
4. Keberhasilan dapat dicapai bukanlah karena harta dan kekayaan semata,
tetapi dari jiwa yang pantang menyerah dan selalu mengharapkan
kemenangan (Jerry. H).
Persembahan
Karya ini kupersembahkan untuk
1. Kedua orang tuaku (Janatun dan Isrowiyah)
yang telah memberikan kasih sayang, motivasi
serta doa tiada henti.
2. Adikku tercinta.
3. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Bahasa
dan Sastra Jawa, khususnya kelas A `08.
4. Almamaterku.
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dalam menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Kajian Fonologi dan Leksikologi Bahasa Jawa di Desa Sambak
Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang” dapat berjalan dengan lancar. Skripsi
ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa
dan Sastra Jawa. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. H. Supriyono, M. Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Purworejo yang telah memberikan kesempatan penulis menimba ilmu di
Universitas Muhammadiyah Purworejo sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini untuk mendapat gelar sarjana;
2. Drs. H. Hartono, M.M., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberi izin dan rekomendasi kepada penulis
mengadakan penelitian dan pengumpulan data untuk penyusunan skripsi;
3. Yuli Widiyono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Jawa
Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan bekal ilmu
serta perhatian dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini;
4. Drs. H. Bagiya, M.Hum, selaku dosen pembimbing I dan Ibu Herlina
Setyowati, S.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan
penuh kesabaran dalam memberi petunjuk, arahan, masukan serta motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;
5. Kedua orang tuaku yang telah memberikan kasih sayang, motivasi serta doa
tiada henti;
viii
ABSTRAK
Munawaroh. 2012. “Kajian Fonologi dan Leksikologi Bahasa Jawa di Desa
Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang”. Pendidikan Bahasa dan
Sastra Jawa. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan variasi fonologi bahasa Jawa
di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang dan mendeskripsikan
variasi leksikon bahasa Jawa di Desa Sambak kecamatan Kajoran Kabupaten
Magelang.
Subjek Penelitian ini adalah warga Desa Sambak Kecamatan Kajoran
kabupaten Magelang. Untuk memperoleh data, penulis menggunakan metode
pupuan lapangan yang telah dilengkapi dengan instrumen. Instrumen tersebut
berupa daftar pertanyaan data Swadesh sebanyak 717 pertanyaan yang tediri dari
kosa kata dan kata dasar berupa kata bilangan, waktu dan musim, ukuran, bagian
tubuh manusia, kata ganti orang, istilah kekerabatan, pakaian dan perhiasan,
binatang, jabatan pemerintah desa, bagian tubuh binatang, tumbuhan, bagian-
bagian buah, dan hasil olahannya, alam, rumah dan bagian-bagiannya, alat,
penyakit dan obat, arah dan mata angin, aktivitas, sifat, warna, bau dan rasa.
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode pupuan lapangan, yaitu
pencatatan langsung dan perekaman. Penulis melakukan wawancara langsung
kepada informan yang sesuai dengan kriteria dan merekamnya. Teknik analisis
data menggunakan metode distribusional, dengan teknik oposisi pasangan
minimal. Selanjutnya, teknik penyajian data menggunakan metode formal dan
informal.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa bahasa Jawa di Desa
Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang ada persamaan dan perbedaan
dengan bahasa Jawa standar. Dari aspek fonologi terdapat sedikit perbedaan yaitu
pengucapan fonem /i/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran
Kabupaten Magelang banyak direalisasikan /I/ dan fonem /u/ umumnya ucapkan
/U/. Dari aspek leksikon dalam bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran
Kabupaten Magelang terdapat kosa kata yang berbeda dengan bahasa Jawa
standar, seperti kata: enthol- enthol [enTOl- enTOl] yang dalam bahasa Indonesia
berarti betis, biasanya dalam bahasa Jawa standar disebut dengan kempol
[kempOl], benthok [bȇnTo?] yang dalam bahasa Indonesia artinya babi hutan,
sedangkan dalam bahasa Jawa standar disebut dengan celeng [cElEŋ], trayek
[trayE?] dalam bahasa Indonesia artinya tukang ojek, sedangkan dalam bahasa
Jawa standar disebut dengan ojek [ojE?], gajik [gaji?] yang dalam bahasa
Indonesia artinya dari, dalam bahasa Jawa standar disebut dengan seka [sȇkↄ],
mrengkeyek [mrȇŋkEyE?] dalam bahasa Indonesia artinya keras ( sifat), dalam
bahasa Jawa standar disebut dengan mrengkel [mrEŋkEl]. pukul [pUkUl] dalam
bahasa Indonesia berarti palu, dalam bahasa Jawa standar disebut martil [martIl].
Kata kunci: Fonologi bahasa Jawa, leksikologi
ix
ABSTRAK
Munawaroh. 2012. “Kajian Fonologi dan Leksikologi Bahasa Jawa di Desa
Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang”. Pendidikan Bahasa dan
Sastra Jawa. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
Ancas panaliten menika kangge ngandharake variasi fonologi bahasa Jawa
wonten Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang kaliyan
nggambaraken variasi leksikon bahasa Jawa wonten Desa Sambak kecamatan
Kajoran Kabupaten Magelang.
Subjek panaliten menika warga Desa Sambak Kecamatan Kajoran
kabupaten Magelang. Metode panaliten ingkang dipunginaaken inggih menika
metode pupuan lapangan ingkang sampun dipunjangkepi kaliyan instrumen.
Instrumen kasebat arupi daftar pitakenan data Swadesh cacahipun 717 pitakenan
inggih menika saking tembung-tembung kaliyan tembung lingga arupi tembung
wilangan, wekdal dan musim, ukuran, bagian tubuh manungsa, tembung sesulih,
istilah kekerabatan, busana kaliyan perhiasan, kewan, jabatan pemerintah desa,
bagian kewan, tetaneman, bagian-bagian buah, kaliyan asil olahanipun, alam,
griya kaliyan bagian-bagianipun, alat, penyakit kaliyan obat, arah kaliyan mata
angin, aktivitas, kahanan, warni, ambu kaliyan raos. Salajengipun panyerat
ginaaken metode pupuan lapangan, inggih menika dipuncatat langsung kaliyan
dipunrekamr. Panyerat nindakake wawancara langsung dhumateng informan
ingkang sesuai kaliyan kriteria sinambi dipunrekam. Teknik analisis data
ngginaaken metode distribusional, kaliyan teknik oposisi pasangan minimal.
Salajengipun, teknik penyajian data ngginaaken metode formal kaliyan informal.
Adhedasar asil panaliten, saged dipun pundhut dhudutan, menawi bahasa
Jawa wonten Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang wonten
saminipun lan bentenipun kaliyan bahasa Jawa standar. saking aspek fonologi
sekedhik bentenipun inggih menika ucapan fonem /i/ wonten Bahasa Jaw Desa
Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang kathah dipunrealisasiaken /I/
dan fonem /u/ umumipun dipunucapaken /U/. saking aspek leksikon, bahasa Jawa
Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang wonten tembung
ingkang benten kaliyan bahasa Jawa standar, kados tembung : enthol- enthol
[enTOl- enTOl] wonten bahasa Indonesia maknanipun betis, biasanipun wonten
bahasa Jawa standar kasebut kaliyan kempol [kempOl], benthok [bȇnTo?] wonten
bahasa Indonesia maknanipun babi hutan, menawi wonten bahasa Jawa standar
kasebut celeng [cElEŋ], trayek [trayE?] wonten bahasa Indonesia maknanipun
tukang ojek, menawi wonten bahasa Jawa standar kasebut kaliyan ojek [ojE?],
gajik [gaji?] wonten bahasa bahasa Indonesia maknanipun dari, wonten bahasa
Jawa standar kasebut kaliyan seka [sȇkↄ], mrengkeyek [mrȇŋkEyE?] wonten
bahasa Indonesia maknanipun keras (sifat), wonten bahasa Jawa standar kasebut
kaliyan mrengkel [mrEŋkEl]. pukul [pUkUl] wonten bahasa Indonesia
maknanipun palu, wonten bahasa Jawa standar kasebut kaliyan martil [martIl].
Tembung Wigati: Fonologi bahasa Jawa, leksikologi
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
ABSTRAK ....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI. ................................................................................................... x
DAFTAR LAMBANG .................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Penegasan Istilah ..................................................................... 5
C. Identifikasi Masalah ................................................................ 6
D. Batasan Masalah ..................................................................... 6
E. Rumusan Masalah ................................................................... 7
F. Tujuan Penelitian .................................................................... 7
G. Manfaat Penelitian .................................................................. 7
H. Sistematika Skripsi. .................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI ....................... 9
A. Tinjauan Pustaka .................................................................... 9
B. Kajian Teori ............................................................................ 11
1. Pengertian Dialek ................................................................. 11
xi
2. Ciri-ciri Dialek ................................................................... 12
3. Ragam-ragam Dialek ......................................................... 13
4. Fonologi .............................................................................. 15
5. fonotaktik ............................................................................ 23
6. Leksikon ............................................................................. 23
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 26
A. Jenis Penelitian ....................................................................... 26
B. Sumber Data ............................................................................ 27
C. Tempat Penelitian .................................................................... 27
D. Subjek Penelitian ...................................................................... 27
E. Objek Penelitian .............................................................................. 28
F. Instrumen Penelitian ............................................................... 28
G. Teknik Pengumpulan data ....................................................... 35
H. Teknik Analisis data ................................................................. 29
I. Teknik Penyajian Data ............................................................. 30
BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA ............................. 31
A. Penyajian Data ........................................................................ 31
B. Pembahasan Data ..................................................................... 54
1. Fonologi . ........................................................................... 54
a. Fonem Vokal .................................................................. 54
b. Fonem Konsonan ........................................................... 61
c. Gabungan Konsonan ...................................................... 71
d. Fonotaktik ...................................................................... 75
2. Leksikon ............................................................................ 77
BAB V PENUTUP .................................................................................... 79
A. Kesimpulan ............................................................................. 79
B. Saran ....................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR LAMBANG
BJSt : Bahasa Jawa Standar
BJDS : Bahasa Jawa Desa Sambak
/…/ : fonem
[…] : morfem
ↄ : vokal /a/ rendah
I : vokal /i/ rendah
U : vokal /u/ rendah
E : variasi vokal /e/
ȇ : variasi vokal /e
ŋ : konsonan /ng/
η : konsonan /ny/
T : konsonan /th/
D : konsonan /dh/
V : fonem vokal
K : fonem konsonan
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Kaidah Perwujudan Vokal Bahasa Jawa .......................................... 18
Tabel 2 : Contoh pemakaian Vokal di dalam Kata .......................................... 19
Tabel 3 : Konsonan Bahasa Jawa ..................................................................... 20
Tabel 4 : Contoh Pemakaian Huruf Konsonan Bahasa Jawa .......................... 21
Tabel 5 : Contoh Pemakaian Gabungan Huruf Konsonan dalam kata ............. 22
Tabel 6 : Contoh Leksikon Bahasa Jawa Standar ............................................ 24
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kartu Bimbingan Skripsi Pembimbing I
Lampiran 2. Kartu Bimbingan Skripsi Pembimbing II
Lampiran 3. Surat Keputusan Dosen Pembimbing
Lampiran 4. Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 5. Daftar kata Swadesh
Lampiran 6. Data informan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa pada hakikatnya adalah bunyi yang dipergunakan oleh manusia
sebagai sarana komunikasi. Bahasa dipandang sebagai sarana komunikasi yang
khas dan unik oleh penggunanya. Penggunaan suatu bahasa untuk berinteraksi
antarwarganya bila diperhatikan dengan seksama bahasa yang digunakan warga
satu dengan yang lain agak berbeda dengan bahasa yang dipergunakan oleh warga
lainnya. Perbedaan bentuk penggunaan bahasa tersebut terdapat pada bunyi atau
lafal, pilihan kata, bahkan pada struktur kalimatnya.
Tuturan bahasa terdiri atas bunyi. Bukan sembarang bunyi saja, melainkan
bunyi tertentu, yang agak berbeda- beda menurut bahasa tertentu (Verhaar, 2010:
10). Bentuk penggunaan bahasa yang menunjukkan perbedaan kecil maupun
besar, baik berupa perbedaan- perbedaan satuan bunyi fonem sampai pada
pengungkapan kalimatnya, itulah yang disebut variasi bahasa. Tidak ada satu
bahasapun di dunia ini yang tidak mempunyai variasi.
Variasi bahasa dapat berwujud perbedaan ucapan seseorang dari waktu ke
waktu yang lain dan perbedaan suatu tempat ke tempat yang lain dengan
memperhatikan lafal, intonasi atau perbedaan kata yang diucapkan oleh para
penuturnya. Jadi, variasi bahasa yang ada sangatlah banyak jumlahnya.
Banyaknya variasi bahasa ini tidak lain disebabkan karena setiap pemakai bahasa
memiliki cara dan ragam berbahasa secara khusus, yaitu antara pemakai bahasa
1
2
yang satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan. Ragam perkembangan cara
inilah yang disebut idiolek. Tiap orang merupakan pembentuk idiolek yang
mempunyai ciri khas bahasa sendiri- sendiri. Jadi, idiolek adalah ciri-ciri
keseluruhan cara berbahasa seseorang sejauh mulai berbicara sampai tua.
Menurut Uhlenbeck, bahasa Jawa mempunyai 4 dialek dan 13 subdialek
(Sutikno, 2003: 1). Dialek- dialek tersebut antara lain: dialek Banyumas, dialek
Pesisir, Surakarta, dan Jawa Timur. Adapun subdialek tersebut antara lain
meliputi: Purwokerto, Kebumen, Pemalang, Banten Utara, Tegal, Semarang,
Madiun, Rembang, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Banyuwangi. Sering
kita jumpai bahwa setiap daerah memiliki dialek bahasa Jawa yang berbeda- beda
baik dari segi pelafalan maupun pemerolehan katanya.
Para penutur dalam suatu dialek, meskipun mereka mempunyai idiolek
berbeda, namun memiliki kesamaan ciri yang menunjukkan bahwa mereka berada
dalam suatu dialek. Misalnya, dialek Surabaya memiliki ciri yang berbeda dengan
dialek Tegal atau Banyumas. Variasi bahasa yang ada menunjukkan bahwa bahasa
itu beragam walaupun variasi tersebut secara umum memiliki kaidah kebahasaan
yang sama, masing- masing bahasa mempunyai kekhasan sendiri- sendiri.
Bahasa merupakan salah satu bagian dala kebudayaan yang ada pada
semua masyarakat di dunia. Bahasa terdiri atas bahasa lisan dan tulisan. Sebagai
bagian dari kebudayaan, bahasa juga turut ambil bagian dalam peran manusia
karena fungsinya sebagai alat komunikasi yang terus berkembang sesuai dengan
perkembangan peradaban manusia itu sendiri. Karena bagian dari budaya dan
peranannya terhadap manusia inilah, maka bahasa perlu dilestarikan, terutama
3
yang berkenaan dengan pemakaian bahasa daerah, karena merupakan lambang
identitas suatu daerah, masyarakat, keluarga dan lingkungan.
Kedudukan bahasa Jawa sebagai bahasa daerah di Indonesia dijamin
keberadaannya berdasarkan UUD 1945 Bab XV pasal 36. Dalam pasal ini
dinyatakan bahwa bahasa-bahasa daerah yang masih dipakai sebagai alat
perhubungan yang hidup dan dibina oleh masyarakat pemakaiannya dihargai dan
dipelihara oleh Negara. Dengan demikian bahasa-bahasa itu adalah bagian dari
kebudayaan Indonesia yang hidup. Bahasa daerah mempunyai tugas sebagai: (1)
lambang kebanggan daerah, (2) lambang identitas daerah, sarana berhubungan di
dalam keluarga dan masyarakat daerah, (3) sarana pengembangan serta
pendukung kebudayaan daerah (Chaer, 1995: 297).
Bahasa Jawa merupakan bahasa daerah yang digunakan pada masyarakat
yang berada di pulau Jawa. Bahasa Jawa juga dipakai di luar pulau Jawa. Penutur
bahasa Jawa tersebar hampir meliputi seluruh pulau Jawa. Dewasa ini bahkan
dijumpai pemakaian Jawa di propinsi lain di Indonesia yang ada pemukiman
orang Jawanya, misalnya di DKI Jakarta, di daerah transmigrasi Lampung,
Sumatra, kalimantan bahkan di luar Indonesia, misalnya di Suriname. Hal ini
menunjukkan bahwa Bahasa Jawa memiliki area pemakaian yang cukup luas dan
penutur yang besar jumlahnya. Setiap bahasa, termasuk bahasa Jawa mempunyai
keseluruhan sistem yang bersifat khas, mengatur, dan memperlihatkan variasi,
baik variasi sosial maupun variasi geografis. Adapun variasi geografis terlihat
dalam dialek-dialek. Maka dari itu, peneliti ingin mengkaji tentang bahasa Jawa di
4
Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang yang menunjukkan
variasi bahasa terlihat dalam dialek, di bidang fonologi.
Fonologi merupakan ilmu yang mempelajari seluk- beluk bunyi bahasa.
Bunyi bahasa yang membedakan makna yakni fonem. Masing- masing bahasa
mempunyai sistem fonem yang berbeda dengan bahasa yang lainnya. Demikian
juga Bahasa Jawa mempunyai sistem fonem yang khas, baik fonem vokal maupun
fonem konsonan. Misalnya, dalam Bahasa Jawa ditemui kata wedhi “pasir” dan
wedi “ takut”, keduanya merupakan kata yang berbeda maknanya. Perbedaan
makna itu disebabkan karena adanya perbedaan bunyi pada suku kata kedua [D]
dan [d] dari masing- masing kata tersebut.
Desa Sambak merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Kajoran Kabupaten Magelang yang terdiri dari 10 dusun, meliputi: Sambak I,
Sambak II, Sambak III, Punduhan, Jarakan, Miriombo, Sindon, Sigaung,
Kebonlegi dan Sedan. Sebagian besar penduduk Sambak bermata pencaharian
sebagai petani, selain petani penduduknya bekerja sebagai pedagang, buruh,
tukang batu, wiraswasta dan lain sebagainya. Melihat luasnya wilayah dan
beragamnya pekerjaan yang terdapat di desa tersebut ternyata bahasa yang dipakai
tidak jauh berbeda antara dusun yang satu dengan yang lain, bahkan secara
deskriptif bahasanya sama yaitu pada kesehariannya masyarakatnya menggunakan
bahasa Jawa karena 99% adalah masyarakat Jawa asli.
Alasan melakukan penelitian di Desa Sambak karena di daerah tersebut
belum pernah dijadikan sebagai penelitian. Selain itu, di Desa Sambak dalam
aspek fonologis terdapat perbedaan dalam merealisasikan fonem. Dari aspek
5
leksikon pada bahasa Jawa Desa sambak terdapat kata yang berbeda dengan
bahasa Jawa standar. Misalnya kata aku dalam bahasa Jawa standar sedangkan
dalam bahasa Jawa di Desa Sambak diucapkan dengan nyong [ηↄŋ], betis dalam
bahasa Jawa di desa Sambak dinamai enthol-enthol [enTOl-enTOl] sedangkan
dalam bahasa Jawa standar adalah kempol [ kempOl].
B. Penegasan Istilah
Berkaitan dengan skripsi yang berjudul “ Kajian Fonologi dan Leksikologi
Bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang”, perlu
dijelaskan beberapa istilah agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkannya.
Istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah fonologi, leksikon, bahasa Jawa, Desa
Sambak.
1. Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis dan
membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa (Chaer, 2007: 102). Dalam hal
ini adalah fonologi bahasa Jawa di Desa Sambak.
2. Leksikon adalah komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang
makna dan pemakaian kata dalam bahasa (Kridalaksana, 2008: 142).
3. Bahasa Jawa adalah ragam dari bahasa daerah yang ada di Indonesia,
dipergunakan oleh masyarakat Jawa.
4. Desa Sambak
Desa yaitu kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang
mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala
desa). Setelah mengetahui pengertian desa, jadi definisi Desa Sambak
6
adalah sekelompok manusia yang tinggal disebuah desa yang bernama
Desa Sambak. Desa Sambak termasuk Kecamatan Kajoran Kabupaten
Magelang Propinsi Jawa Tengah. Masyarakat Desa Sambak sebagian besar
menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan-
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. bagaimana variasi fonologi bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan
Kajoran Kabupaten Magelang;
2. bagaimana variasi leksikon bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan
Kajoran Kabupaten Magelang;
3. ada berapa fonem vokal dan fonem konsonan dalam bahasa Jawa di Desa
Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang;
4. bagaimana penggunaan bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran
Kabupaten Magelang.
D. Batasan Masalah
Dari uraian di atas masalah yang telah diidentifikasi ruang lingkupnya
sangat luas, penulis akan membatasi penelitian ini sebagai berikut:
1. bagaimana variasi fonologi bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan
Kajoran Kabupaten Magelang;
7
2. bagaimana variasi leksikon bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan
Kajoran Kabupaten Magelang.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, penulis membuat rumusan masalah
yang dipaparkan di bawah ini.
1. Bagaimanakah variasi fonologi bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan
Kajoran Kabupaten Magelang?
2. Bagaimanakah variasi leksikon bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan
Kajoran, Kabupaten Magelang?
F. Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Menentukan dan mendeskripsikan variasi fonologi bahasa Jawa di Desa
Sambak, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang.
2. Menentukan dan mendeskripsikan variasi leksikon bahasa Jawa di Desa
Sambak, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang.
G. Manfaat Penelitian
a. Secara teoretis
Penelitian ini dapat menambah khasanah penelitian bahasa Jawa
dalam bidang bahasa, terutama tentang fonologi dan dialek bahasa Jawa.
8
b. Secara praktis
Hasil penelitian ini dapat menjelaskan kondisi objektif bahasa Jawa di
Desa Sambak, Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang, dapat
memberikan gambaran tentang dialek-dialek bahasa Jawa. Selain itu,
penelitian ini dapat dijadikan sebagai perbandingan antara bahasa Jawa
standar dengan bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran
Kabupaten Magelang.
H. Sistematika Skripsi
Sistematika ini ditujukan untuk memberikan gambaran skripsi yang
disusun. Skripsi ini disajikan dalam lima bab yang masing-masing mencakup
subbab. Adapun sistematikanya dipaparkan di bawah ini.
Bab 1 Pendahuluan terdiri dari delapan subbab yaitu (1) Latar
Belakang, (2), Penegasan Istilah, (3) Identifikasi Masalah (4), Batasan Masalah
(Rumusan Masalah) (5), Tujuan Penelitian (6), Manfaat Penelitian dan (7)
Sistematika Skripsi. Bab II Landasan teori terdiri dari dua subbab yaitu (1)
Tinjauan Pustaka dan (2) Kajian Teoretis. Bab III berisi Metode Penelitian yang
terdiri dari (1) Jenis Penelitian, (2) Sumber Data, (3) Tempat Penelitian, (4)
Subjek Penelitian, (5) Objek Penelitian, (6) Instrumen Penelitian, (7) Teknik
Pengumpulan Data, (8) Teknik Analisis Data, (9) Teknik Penyajian Hasil
Analisis Data. Bab IV adalah penyajian dan pembahasan data yang berisi
tentang penyajian dan pembahasan hasil penelitian. Adapun bab V merupakan
penutup yang berisi simpulan dan saran.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Pustaka yang mendasari penelitian ini meliputi karya-karya yang bersifat
teoretis dan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti di
berbagai daerah khususnya Jawa Tengah. Beberapa penelitian tentang bahasa
Jawa yang pernah dilakukan antara lain: “Kajian Fonologi dan Leksikon Dialek
Bahasa Jawa di Desa Mangunranan Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen” oleh
Muh. Nurul Huda (2010). Dalam penelitian ini, Huda membahas tentang fonologi
dan leksikon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembahasan pemakaian
bahasa Jawa di Desa Mangunranan Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen dari
aspek fonologi mempunyai persamaan dengan bahasa Jawa Yogyakarta yang
membedakan hanya logatnya saja. Selain itu, leksikon bahasa Jawa di Desa
Mangunranan Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen juga terdapat persamaan dan
perbedaan dengan bahasa Jawa standar.
Persamaan antara penelitian Huda dengan penulis lakukan yakni sama-
sama membahas fonologi dan leksikologi. Perbedaannya dengan penelitian yang
penulis lakukan adalah terletak pada lokasi penelitian. Objek penelitian Huda di
Desa mangunranan Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen, sedangkan penulis
melakukan penelitian di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang.
Perbedaan selanjutnya ditunjukkan pada tahun penelitian. Huda melakukan
9
11
penelitian tahun 2010, sedangkan penulis pada tahun 2012. Dalam pembahasan
terdapat perbedaan, yakni penulis membahas tentang fonotaktik (urutan fonem)
sedangkan Huda tidak membahas hal itu.
Penelitian tentang bahasa Jawa juga dilakukan oleh Atik Fadhilatun (2011)
yang berjudul “Analisis Fonologi dan Leksikologi Bahasa Jawa di Desa Brunorejo
Kecamatan Bruno Kabupaten Purworejo”. Penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa dari aspek fonologis bahasa Jawa di desa Brunorejo terdapat
sedikit perbedaan dengan bahasa Jawa standar, sedangkan dari aspek leksikon,
pada bahasa Jawa di Desa Brunorejo terdapat kata yang berbeda dengan bahasa
Jawa standar.
Fadhilatun membahas tentang fonologi dan leksikon di Desa Brunorejo
Kecamatan Bruno Kabupaten Purworejo. Dari penelitian tersebut, terdapat
persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan.
Persamaannya adalah sama-sama meneliti dialek bahasa Jawa dalam aspek
fonologi dan leksikologi, sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi dan tahun
penelitian serta dalam pembahasannya. Fadhilatun melakukan penelitian di Desa
Brunorejo Kecamatan Bruno Kabupaten Purworejo pada tahun 2011, sedangkan
penulis mengadakan penelitian di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten
Magelang pada tahun 2012. Selain itu, dalam pembahasan juga terdapat
perbedaan yaitu penulis membahas tentang fonotaktik (urutan fonem), sedangkan
fadhilatun tidak mengungkapkan hal tersebut.
Antara daerah yang satu dengan daerah yang lain di Jawa Tengah memiliki
ciri khas bahasa tersendiri. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui ciri
12
khas bahasa Jawa yang ada di Desa sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten
Magelang.
B. Kajian Teori
1. Pengertian Dialek
Istilah dialek berasal dari kata Yunani dialektos yang merupakan padan
kata logat. Menurut Weijnen, dialek adalah sebagai sistem kebahasaan yang
dipergunakan oleh suatu masyarakat lain yang bertetangga yang mempergunakan
sistem yang berlainan walaupun erat hubungannya (Ayatrohaedi, 1983: 1).
Dialek merupakan suatu kajian dalam ilmu bahasa. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, dialek adalah (1) ujaran yang khas dimiliki oleh suatu daerah
atau kelompok; (2) bahasa yang dipakai disuatu tempat atau daerah yang agak
berbeda dengan bahasa umum; logat (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1993: 204). Menurut Kridalaksana (2008: 48), dialek adalah variasi bahasa yang
berbeda-beda menurut pemakaian kelompok, atau golongan tertentu atau
kelompok bahasanya yang hidup dalam waktu tertentu.
Berdasarkan pengertian dialek di atas, dapat disimpulkan bahwa dialek
adalah ragam bahasa yang dimiliki suatu daerah tertentu atas letak geografis, yang
digunakan oleh masyarakat untuk membedakan dengan daerah lain. Dialek
merupakan ciri yang khas dari suatu penduduk yang menempati wilayah tertentu
serta juga menjadi sebuah identitas dari daerah tertentu. Suatu masyarakat dari
bahasa tertentu dapat saling berkomunikasi dengan masyarakat lain, walaupun di
dalamnya terdapat perbedaan- perbedaan sedikit, tetapi hal tersebut tidak sampai
13
menyebabkan mereka merasa mempunyai bahasa yang berbeda, dikarenakan
mereka tetap memiliki bahasa yang sama.
2. Ciri- ciri Dialek
Menurut Meillet, ciri utama dialek adalah perbedaan dalam kesatuan, dan
kesatuan dalam perbedaan (Ayatrohaedi, 1979: 30). Dua ciri lain dari dialek yaitu
(1) dialek adalah perangkat bentuk ujaran setempat yang berbeda, yang memiliki
ciri umum dan masing- masing lebih mirip sesamanya dibandingkan dengan
bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama, (2) dialek tidak harus mengambil semua
bentuk ujaran dari sebuah bahasa. Jadi, menurut pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa suatu dialek dapat muncul atau ada dalam suatu daerah yang
berbeda- beda tetapi masih dipengaruhi oleh ciri satuan bahasa yang sama.
Dialek tidak harus muncul pada suatu daerah yang berdekatan tetapi juga
dapat muncul karena dalam suatu daerah itu dihuni oleh orang banyak yang
mempunyai bahasa yang sama. Saat ini dialek bahasa Jawa tidak hanya terdapat
dalam tiga propinsi, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa
Yogyakarta tetapi juga terdapat di propinsi lain di Indonesia yang ada pemukiman
orang Jawanya, seperti daerah-daerah transmigrasi Lampung, Sumatra Selatan,
Kalimantan. Selain itu bahasa Jawa juga dipakai di luar negeri yaitu Suriname.
Luasnya wilayah pemakaian bahasa Jawa menimbulkan dialek-dialek yang
tentunya tidak jauh berbeda dengan dialek bahasa baku. Misalnya, penutur bahasa
Jawa Banyumas akan dapat memahami penutur bahasa Jawa Yogyakarta ataupun
sebaliknya, penutur bahasa Jawa Yogyakarta dapat memahami dan mengerti
penutur bahasa Jawa Banyumas walaupun cara penuturannya berbeda.
14
Pemahaman ini muncul karena adanya kesamaan sistem dan subsistem yaitu
fonologi, morfologi, sintaksis, leksikon dan semantik ( Chaer, 1995: 250).
3. Ragam- ragam Dialek
Menurut Kridalaksana, ragam- ragam dialek atau bahasa ditentukan oleh
faktor waktu, tempat, sosio-budaya, situasi, dan sarana pengungkapan
(Ayatrohaedi, 1983: 13). Dalam kenyataannya, faktor- faktor tersebut tidak dapat
berdiri sendiri, tetapi saling melengkapi. Faktor waktu, misalnya mengakibatkan
bahasa yang sama, pada masa lampau dan sekarang. Perubahan perkembangan
dialek terus berjalan hingga sekarang dan muncul apa yang disebut dialek
regional, yang sebenarnya pengaruh dari faktor waktu dan tempat yang
berkembang bersama- sama. Berdasarkan hal- hal tersebut, pada umumnya dialek
digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu (1) dialek regional (2) dialek sosial (3)
dialek temporal.
a. Dialek Regional
Warnant mengatakan bahwa dialek regional adalah bahasa yang dipergunakan
di luar daerah pemakainya (Ayatrohaedi, 1983: 13).
b. Dialek Sosial
Menurut Kridalaksana, dialek sosial adalah ragam bahasa yang dipergunakan
oleh kelompok tertentu yang dapat membedakan antara kelompok yang satu
dengan kelompok yang lainnya (Ayatrohaedi, 1983: 13).
15
c. Dialek Temporal
Dialek temporal adalah dialek dari bahasa- bahasa yang berbeda dari waktu
ke waktu. Dialek temporal mempelajari bahasa dalam kurun waktu tertentu,
misalnya bahasa Jawa Kuna, bahasa Jawa baru, dan bahasa Jawa modern
merupakan dialek temporal dari bahasa Jawa ( Kridalaksana, 2008:48).
Warnant menyatakan bahwa dialek 1 atau yang disebut dialecte 1, yaitu
dialek yang berbeda-beda karena keadaan alam sekitar tempat dialek tersebut
digunakan sepanjang perkembangannya (Ayatrohaedi,1983: 13). Dialek ini
dihasilkan karena adanya dua faktor yang saling melengkapi, yaitu faktor waktu
dan faktor tempat. Dialek 2 disebut juga dialecte 2, regiolecte, atau dialekte
regional yaitu bahasa yang dipergunakan di luar daerah pemakainya
((Ayatrohaedi, 1983: 13). Menurut Kridalaksana, dialek sosial atau sosiolecte
ialah ragam bahasa yang dipergunakan oleh kelompok tertentu, yang dengan
demikian membedakannya dari kelompok masyarakat lainnya. Kelompok ini
terdiri atas kelompok pekerja, usia, kegiatan, kelamin, pendidikan dan sebagainya
(Ayatrohaedi, 1983: 14 ).
Menurut ketiga dialek di atas, dapat disimpulkan bahwa dialek merupakan
ciri- ciri khas suatu daerah, bahasa yang berbeda dari waktu ke waktu, serta
bahasa yang dipergunakan oleh kelompok sosial tertentu. Untuk itu, agar
penelitian dapat berhasil dengan baik seorang peneliti harus mengamati secara
seksama dan dapat memahami bahasa pemakaiannya untuk dapat mempersiapkan
daftar pertanyaan yang benar- benar terarah, sehingga dapat memperoleh jawaban
yang baik dari informan yang dapat dipilih di lapangan.
16
Penelitian ini mengacu pada dialek geografi yaitu dialek 1. Lebih tepatnya
geografi dialek yaitu meneliti bahasa dengan bertumpu pada satuan ruang atau
tempat terwujudnya ragam tersebut. Adapun ruang atau tempat penelitian ini
adalah di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang.
4. Fonologi
Secara etimologi fonologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi dan logi
yang artinya ilmu. Selanjutnya, fonologi adalah bidang linguistik yang
mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa
(Chaer, 2007: 102).
Fonologi dalam bahasa Jawa disebut juga widyaswara. Widya berasal dari
bahasa Jawa kuna yang artinya ilmu dan swara berarti suara. Fonologi adalah
ilmu yang menyelidiki dan mempelajari bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya
(Satriya, 2008: 1).
Tembung widyaswara kadadosan saking tembung widya lan swara.
Tembung widya asalipun saking basa jawi kina ingkang tegesipun ilmu, wondene
tembung swara tegesipun uni utawi suwanten. Suwanten ingkang karembag
inggih menika suwanten ingkang tumata lan wonten tegesipun, sanes suwanten
inking boten tumata lan tanpa teges (Sutardjo, 2008: 41). Widyaswara (fonologi)
berasal dari kata widya dan swara. Kata widya berasal dari bahasa Jawa kuna
yang artinya ilmu dan swara berarti suara. Suara yang dimaksud adalah suara yang
mengandung makna bukan suara yang tidak memiliki makna”. Fonetik dan
fonemik sama-sama mempelajari bunyi-bunyi bahasa, hanya fonetik tanpa
17
memperhatikan fungsi bunyi bahasa sebagai pembeda makna sedangkan fonemik
memperhatikan fungsi bahasa sebagai pembeda makna (Chaer, 2007: 102).
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah cabang
linguistik yang mempelajari seluk beluk bunyi bahasa yang mampu membedakan
arti. Fonologi mencakup bidang fonetik dan fonemik. Penelitian fonologi
bertujuan menentukan fonem- fonem suatu bahasa, baik fonem segmental maupun
fonem suprasegmental. Fonem segmental adalah fonem yang memiliki tempat di
dalam urutan sintakmatik yang berupa fona vokoid ( vokal) dan fona kontoid
(konsonan). Selanjutnya, fonem suprasegmental tidak mempunyai tempat di
dalam urutan sintakmatik. Fonem segmental disebut juga fonem prosodi yang
terdiri atas; stress ( tekanan), pitch ( nada), jeda ( persendian) ( Chaer, 2007: 120-
122). Alasan tersebutlah yang menjadikan dasar, sehingga penulis hanya akan
membahas tentang fonem segmental. Dalam hal ini penulis juga akan mengkaji
fonem vokal dan fonem konsonan bahasa Jawa yang ada di Desa Sambak
Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang. Salah satu cara untuk membuktikan
identitas suatu fonem dalam suatu bahasa diperlukan adanya pasangan minimal.
Pasangan minimal adalah pasangan yang berupa kata tunggal ( monomorfemis)
atau akar yang memiliki arti berbeda pada sebuah bunyi bahasa yang beroperasi
atau dengan kata lain pasangan minimal adalah dua kata yang hanya mempunyai
satu perbedaan bunyi dan kedua kata itu mempunyai makna yang berbeda. Dasar
bukti identitas fonem adalah apa yang dapat kita sebut “fungsi pembeda” sebagai
sifat khas fonem itu (Verhaar, 2010: 68)
18
Menurut Subroto dkk (1991: 13-15), fonem bahasa Jawa terdiri atas huruf
vokal, huruf konsonan dan gabungan huruf konsonan.
a. Huruf Vokal
Vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan melibatkan
pita-pita suara tanpa penyempitan atau penutupan apapun pada tempat
pengartikulasian manapun (Verhaar, 2010: 33). Vokal inggih menika
suwanten ingkang saged utawi gadhah uni, utawi suwanten ingkang
mungel jalaran medalipun angin saking salebetipun tutuk kanthi tanpa
pepalang (Sutardjo, 2008: 42). “vokal adalah suara yang dapat atau
mempunyai bunyi, atau suara yang keluar karena keluarnya angin dari
paru-paru kemudian dikeluarkan dari mulut tanpa hambatan”.
Uhlenbeck yang didukung oleh Ras mengatakan bahwa bahasa
Jawa mempunyai enam vokal yaitu /a/, /o/, /u/, /e/, /i/, /ȇ/ (Subroto, 1991:
13). Sasangka menyatakan vokal bahasa Jawa ada tujuh, berdasarkan
penelitianya vokal bahasa Jawa adalah /i/, /e/, /a/, /ə/, /E/, /u/, /o/, /ↄ/
(Mulyani, 2008: 47).
Perbedaan pendapat di atas terletak pada vokal /ↄ/. Menurut
Sasangka, fonem /ↄ/ merupakan huruf vokal yang berdiri sendiri,
sedangkan Uhlenbeck berpendapat huruf vokal /ↄ/ merupakan alofon dari
huruf vokal /o/ (Subroto, 1991: 13). Dalam penelitian ini, penulis ingin
meneliti banyaknya huruf vokal beserta alofon-alofonnya dalam bahasa
Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang.
19
Menurut Subroto dkk (1991: 24), secara umum kaidah yang
menentukan perwujudan fonem-fonem vokal bahasa Jawa dapat
ditunjukkan dalam sebuah bagan sebagai berikut.
Tabel 1. Kaidah Perwujudan Vokal Bahasa Jawa
No
Vokal
Suku Ultima Suku Paenultima/ antepaenultima
Terbuka Tertutup Terbuka Tertutup
1.
2.
3.
4.
5.
6.
/i/
/e/
/u/
/o/
/a/
/ȇ/
[i]
[e ]
[u ]
[ o]
[a]
-
[I]
[E ]
[U ]
[O ]
[A ]
[ȇ ]
[i]
[e], [ E]
[u]
[o ], [O]
[a ] [A ]
[ȇ ]
[i], [I]
[e ], [ E]
[ u], [U ]
[o ], [ O ]
[ a], [A ]
[ ȇ]
20
Tabel 2. Contoh Pemakaian Vokal di dalam Kata
Huruf Vokal
Contoh pemakaian vokal di dalam kata
Posisi vokal dalam kata
Awal Tengah Akhir
a
e
ȇ
i
u
o
[awu] „abu‟
[ↄmbↄ] „luas‟
[edan] „gila‟
[ȇnȇm] „enam‟
[iso] „bisa‟
[urip] „hidup‟
[omah] „rumah‟
[wulan] „bulan‟
[rↄtↄ] „rata‟
[tela] „ketela‟
[ulȇr] „ulat‟
[limↄ] „lima‟
[gulↄ] „gula‟
[dolan] „bermain‟
[ora] „tidak‟
[ulↄ] „ular‟
-
-
[wani] „berani‟
[madu] „madu]
[kebo] „kerbau]
b. Huruf Konsonan
Kridalaksana menyatakan bahwa konsonan adalah bunyi
bahasa yang dihasilkan dengan adanya proses artikulasi, yakni dengan
dihambatnya aliran udara yang keluar masuk paru-paru pada salah satu
tempat di saluran udara di atas glottis atau disalah satu alat ucap
manusia (Nurhayati, 2006: 47).
Konsonan adalah bunyi bahasa yang dalam perjalanannya
keluar melalui rongga mulut atau rongga hidung mengalami hambatan
atau penyempitan terusan bicara di sana-sini (Subroto, 1991: 17).
Fonem konsonan bahasa Jawa berdasarkan peran alat bicara yang
21
membentuknya dapat dikelompokkan menjadi sepuluh, yaitu: (1)
konsonan bilabial yang meliputi /p/, /b/, dan / m/, (2) konsonan labio-
dental, terdiri dari konsonan /f/, dan /w/, (3) konsonan apiko- dental,
meliputi fonem /t/ dan /d/, (4) konsonan apiko- alveolar terdiri dari
fonem /I/,/ n/ dan /r/, (5) konsonan apiko- palatal, meliputi fonem / ṭ/
dan / ḍ/, ( 6) konsonan lamino- alveolar meliputi fonem /s/ dan /z/, (7)
konsonan medio- palatal terdiri dari fonem /c/, /j/, /n/ dan /y/, (8)
konsonan dorso-velar, meliputi fonem /k/,/g/,/n/, (9) konsonan laringal
berupa fonem /h/ (10) konsonan glottal stop, yaitu fonem/ ?/ (Mulyani,
2008: 53).
Suharno berpendapat bahwa bahasa itu mempunyai 21 konsonan
(Subroto, 1991: 17). Kedua puluh satu konsonan tersebut dapat
ditunjukkan dalam sebuah bagan sebagai berikut.
Tabel 3. Konsonan Bahasa Jawa
Konsonan hambat
(Plosif)
Sibilan/
Frikatif
Lateral Getar Semi-
vokal
Labial
Dental/
Alveolar
Retrofleks
Inten-
sif
Takin-
tensif
Na-
sal
w P B m
ṭ D n 5. L R
T D
C J n y
22
Palatal
Velar
Glotal
K G ŋ
? h
Konsonan hambat intensif ialah konsonan hambat yang pada waktu
terjadinya memerlukan tenaga lebih sehingga otot menjadi tegang,
sedangkan konsonan retrofleks (T,D) terjadi karena ujung lidah
sebagai artikulator menekan kuat-kuat (seperti ditekuk) pada palatum
bagian depan (Subroto, 1991: 17)
Dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa telah disebutkan contoh
pemakaian huruf konsonan dalam bahasa Jawa (Sudaryanto, 1991:
203). Hal itu dapat terlihat di bawah ini.
Tabel 4. Contoh Pemakaian Huruf Konsonan Bahasa Jawa
Huruf
Konsonan
Contoh Pemakaian di dalam kata
Pada awal Di tengah Pada akhir
B
c
d
f
g
h
j
k
l
m
n
p
q
r
s
t
v
basa „bahasa‟
cangkem „mulut‟
dara „merpati‟
fakir „fakir‟
gajah „gajah‟
hawa „hawa‟
jogan „lantai‟
kudu „harus‟
larang „mahal‟
mripat „mata‟
nila „nila‟
pasa „puasa
Quran „Quran‟
rosa „kuat‟
sapa „siapa‟
tapa „bertapa‟
vitamin „vitamin‟
aba „aba‟
ancas „maksud‟
kudu „harus‟
kafan „kafan‟
sega „nasi‟
tahu „tahu‟
pojok „sudut‟
siksa „siksa‟
alus „halus‟
ama „hama‟
ana „ada‟
apa „apa‟
Furqon „Furqon‟
Piring „piring‟
Isih „masih‟
Atos „keras‟
Revolusi „revolusi‟
bab „bab‟
-
Tekad „tekad‟
Wakaf „wakaf‟
Grobag „gerobak‟
Adoh „jauh‟
-
Watak „watak‟
Sikil „kaki‟
Marem „puas‟
Awan „siang‟
Urip „hidup‟
-
Nalar „akal‟
Adus „mandi‟
Obat „obat‟
-
23
w
y
z
wani „berani‟
yuta „juta‟
zakat „zakat‟
Sawah „sawah‟
Ayu „cantik‟
Mukjizat „mukjizat‟
-
-
-
c. Gabungan Huruf Konsonan
Dalam bahasa Jawa terdapat enam gabungan huruf yang
melambangkan konsonan, yaitu dh, kh, ng, ny, sy, dan th (Sudaryanto,
1991: 204).
Tabel 5.Contoh Pemakaian Gabungan Huruf Konsonan di dalam Kata .
Huruf
Konsonan
Contoh Pemakaian di dalam kata
Posisi bunyi huruf konsonan dalam kata
Awal Tengah Akhir
Dh
kh
ng
ny
sy
th
[dhudhuk]‟gali‟
[khusuk]‟khusu‟
[ŋombe]„minum‟
[ηata] „nyata‟
[syarat] „syarat‟
[thutuk] „pukul‟
[kandhang]‟kandang‟
[akhir] „akhir‟
[naŋis] „nangis‟
[miηak] „minyak‟
[masyarakat]‟masyarakat
[bathaŋ] „bangkai‟
-
[tarikh] „tarikh‟
[jaguŋ] „jagung‟
-
Arasy‟arasy‟
-
24
5. Fonotaktik
Fonotaktik merupakan urutan fonem yang dimungkinkan dalam suatu
bahasa, deskripsi tentang urutan tersebut, gramatika stratifikasi,dan sistem
pengaturan dalam stratum fonemik (Kridalaksana 1993: 58). Fonotaktik bahasa
Jawa mencakup: (1) jumlah suku kata morfem akar, kata tunggal, dan morfem
afiks (2) pola persukuan dilihat dari susunan konsonan dan vokal serta
kombinasinya. (3) morfem akar atau kata-kata tunggal yang favorit dilihat dari
jumlah suku dan/ atau alternasiberaturan konsonan-vokal (Subroto, 1991: 27).
Uhlenbeck menjelaskan tentang contoh fonotaktik yaitu, morfem akar dua
suku yang berwujud KV KVK (tipe dalan “jalan”, pakan “bahan makanan”),
selanjutnya berturut-turut pola KVK KVK (tipe tendhang „sepak‟,
bongkar‟bongkar), pola KKV KVK (krentek „niat hati‟), pola KV KV (tȇka
„datang‟), pola VK VK (adus „mandi‟), pola VK KVK (undang „undang), pola
KVKKV (langka „mustahil‟) (Subroto, 1991: 30). Selain itu pada morfem akar
bebas satu suku, pola KVK (rak „kan‟, loh „dasar‟) dan kata tiga suku, pola KVK
VK VK ( kaliyan (kr) „dengan‟).
6. Leksikon
Leksikon adalah (1) Komponen bahasa yang memuat semua informasi
tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa, (2) Kekayaan kata yang
dimiliki seorang pembicara, penulis, atau suatu bahasa, kosa kata,
perbendaharaan kata, (3) Daftar kata yang disusun seperti kamus, tetapi dengan
penjelasan yang singkat dan praktis ( Kridalaksana, 2008: 142).
25
Dalam setiap bahasa kosa kata adalah hal yang paling dominan. Setiap
kosa kata dalam suatu bahasa tersebut pasti mempunyai suatu standar kebakuan
bahasa yang dijadikan sebagai pedoman, begitu juga dengan bahasa Jawa.
Diantara sekian banyaknya dialek dalam bahasa Jawa yang dijadikan sebagai
pedoman bahasa Jawa standar adalah dialek Surakarta.
Jika dilihat berdasarkan bentuknya, kosa kata (leksikon) bahasa Jawa
terdiri atas leksikon netral, ngoko, madya, krama, krama inggil, dan krama
andhap, sedangkan unggah-ungguh bahasa Jawa terdiri atas bentuk ngoko dan
krama (Sasangka, 2004: 172). Penulis akan menuliskan kosa kata yang dikutip
dari buku Linguistik Bahasa Jawa (Nurhayati, 2006: 161-194) meliputi kosa kata
Jawa ngoko, krama dan krama inggil beserta artinya dalam bahasa Indonesia.
Tabel 6. Contoh Leksikon Bahasa Jawa Standar
Ngoko Krama Madya Krama Inggil Arti
aba [ↄbↄ]
abang [abaŋ]
abot [abↄt]
adang [adaŋ]
adus [adUs]
balung [balUŋ]
banjir [banjIr]
bata [bↄtↄ]
cilik [cilI?]
cukur [cukUr]
dhisik [DisE?]
durung [duruŋ]
eling [eliŋ]
gaman [gaman]
geni [gəni]
irung [irUŋ]
jawa [jↄwↄ]
jeneng [jɘnɘŋ]
kathok [kaTↄ?]
lawang [lawaŋ]
aba [ↄbↄ]
abrit [abrIt]
awrat [awrat]
bethak [bəta?]
adus [adUs]
balung [balUη]
bena [bənↄ]
banon [banↄn]
alit [alit]
cukur [cukUr]
rumiyin [rumiyIn]
dereng [dErEη]
emut [Emut]
dedamel [dədaməl]
latu [latu]
irung [irUη]
jawi [jawi]
nama [nↄmↄ]
sruwal [aruwal]
konten [kↄntən]
dhawuh [DhawUh]
abrit [abrIt]
awrat [awrat]
bethak [bəTa?]
siram [siram]
tosan [tosan]
bena [bənↄ]
banon [banↄn]
alit [alit]
paras [paras]
rumiyin [rumiyIn]
dereng [dErEη]
emut [emut]
dedamel [dədaməl]
grama [grama]
grana [grana]
jawi [jawi]
asma [asmↄ]
lancingan [lanciηan]
konten [kↄntən]
perintah
merah
berat
menanak nasi
mandi
tulang
banjir
batu bata
kecil
cukur
dahulu
belum
ingat
alat
api
hidung
jawa
nama
celana
pintu
26
maling [malIŋ]
nesu [nəsu]
segara [səgↄrↄ]
urip [urIp]
wahing [wahIη]
wedang [wEdaη]
yekti [yəkti]
pandung [pandUη]
srengen [srəηEn]
seganten [səgantən]
gesang [gəsaη]
wahing [wahiη]
benteran [bəntEran]
yektos [yektↄs]
pandung [ pandUη]
duka [dukↄ]
seganten [səgantən]
sugeng [sugəη]
sigra [sigra]
unjukan [unju?an
yektos [yəktↄs]
pencuri
marah
laut
hidup
bersin
minuman
betul
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang
secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya
sendiri dan berhubungan dengan masyarakat tersebut melalui bahasanya, serta
peristilahannya (Djajasudarma, 1993: 11).
Dalam penelitian kualitatif prosedur yang menghasilkan data deskriptif
berupa data tertulis atau lisan di masyarakat bahasa. Dengan demikian, penulis
tidak menggunakan angka dalam mengumpulkan data serta dalam pembahasan
dan memberikran penafsiran terhadap hasilnya. Namun demikian, tidak berarti
dalam penelitian kualitatif ini peneliti sama sekali tidak diperbolehkan
menggunakan angka ( Arikunta, 1997: 10).
Pendekatan kualitatif yang melibatkan bahasa ini diarahkan pada latar dan
individu yang bersangkutan secara holistik (utuh), dilihat dari satu kesatuan yang
utuh. Oleh karena itu, di dalam penelitian bahasa jumlah informan tidak
ditentukan, sebab seorang informan bisa dianggap sebagai makrokosmos dari
masyarakat bahasanya. Sesuai dengan tujuannya, informan dapat ditentukan
jumlahnya sesuai dengan keperluan peneliti.
26
28
B. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa data (jawaban lisan) yang
menggunakan data Swadesh yang diperoleh dari informan (Mahsun, 2005: 326-
348). Informan tersebut adalah masyarakat Desa Sambak Kecamatan Kajoran
Kabupaten Magelang yang telah ditunjuk dan dipilih penulis yang telah
memenuhi syarat tertentu. Penulis melakukan wawancara langsung dengan
informan dan merekamnya kemudian hasil wawancara tersebut penulis catat.
C. Tempat penelitian
Dalam pengelompokan penelitian, tempat (lokasi) penelitian merupakan
ciri khas penelitian (Djajasudarma, 1993: 7). Penelitian ini dapat dilakukan di
lapangan, perpustakaan dan laboratorium. Namun, dalam penelitian ini penulis
memilih tempat di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang.
D. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menentukan informan yang benar- benar
tinggal menetap di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang
hingga sekarang. Penulis menunjuk tiga orang sebagai informan, sekaligus
sebagai kunci dalam pemerolehan informasi. Informan yang ditunjuk oleh penulis
merupakan pemakai dialek bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran
Kabupaten Magelang. Agar pemerolehan informasi bahasa Jawa dapat berhasil
dengan baik, maka informan harus memenuhi kriteria/ persyaratan tertentu.
Persyaratan-persyaratan yang dimaksud adalah
29
a) berjenis kelamin pria atau wanita;
b) berusia antara 25- 65 tahun (tidak pikun);
c) orang tua, istri, atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu serta
jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya;
d) berstatus sosial menengah (tidak rendah atau tidak tinggi) dengan harapan
tidak terlalu tinggi mobilitasnya;
e) pekerjaaannya bertani atau buruh
f) memiliki kebanggaan terhadap isolek dan masyarakat isoleknya;
g) dapat berbahasa Indonesia, dan
h) sehat jasmani dan rohani (Mahsun, 1995: 106).
E. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah penggunaaan bahasa Jawa di Desa Sambak
Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang meliputi analisis fonologi dan leksikon
yang ada di daerah tersebut.
F. Instrumen penelitian
Hal utama yang perlu dipersiapkan dalam penelitian yaitu persiapan
instrumen. Instrumen adalah alat bantu yang digunakan dalam pengumpulan data
(Arikunta, 1992: 185). Instrumen atau alat bantu yang digunakan dalam penelitian
ini adalah berupa daftar pertanyaan dari data Swadesh dan alat perekam.
30
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan metode pupuan
lapangan. Metode pupuan lapangan adalah metode yang dipergunakan untuk
penelitian geografis bahasa Jawa karena dianggap jauh lebih tinggi nilainya
(Ayatrohaedi, 1983: 34).
Metode pupuan mengenal dua cara, yaitu pencatatan langsung dan
perekaman (Ayatrohaedi, 1983: 34). Dalam penelitian ini penulis langsung
memberikan pertanyaan- pertanyaan kepada informan dan merekamnya,
kemudian penulis mencatat pada ruang daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan.
H. Teknik Analisis Data
Pada tahap ini penulis berupaya menangani langsung masalah yang
terkandung dalam data. Analisis data dalam penelitian ini, penulis menggunakan
metode distribusional. Metode distribusional menganalisis sistem bahasa atau
keseluruhan kaidah yang bersifat mengatur di dalam bahasa berdasarkan perilaku
atau ciri- ciri khas kebahasaan satuan- satuan lingual tertentu ( Subroto, 1992: 64-
65). Dengan demikian, penganalisisannya memberikan keabsahan secara
linguistik. Teknik- teknik analisis yang tercakup dalam metode distribusional
yang penulis pergunakan dalam penelitian ini adalah teknik oposisi pasangan
minimal. Penulis menganggap bahwa teknik tersebut yang sesuai dengan
penelitian ini.
31
I. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Hasil analisis data penelitian ini, disajikan secara deskriptif meliputi
deskriptif unsur fonologi dan unsur leksikal. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan metode informal dan formal. Metode informal adalah perumusan
dengan kata-kata biasa, sedangkan metode formal adalah perumusan dengan
tanda-tanda dan lambang (Sudaryanto, 1993: 145).
Dengan metode formal, penyajian hasil analisis fonologi bahasa Jawa di
Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang dengan lambang fonetik.
Selanjutnya, dengan metode informal penyajian hasil analisis fonologi dan
leksikologi bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten
Magelang disajikan dengan kata-kata biasa.
32
BAB IV
PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA
A. Penyajian Data
Data-data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung terhadap tiga
informan yang ditunjuk penulis, telah memenuhi persyaratan sebagai informan.
Dalam penyajian data di bawah ini, penulis akan menyajikan data-data bahasa
Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang. Data-data akan
disajikan dalam bentuk tabel dan penjelasan singkat.
1. Fonologi
Cakupan fonologi adalah satuan kata yang terdiri atas beberapa fonem
(Sudaryanto, 1991: 7). Satuan bunyi bahasa yang disebut fonem dalam dunia
ilmu bahasa secara teknis ditulis antara dua garis miring /…/ (Subroto, 1991: 11).
Satuan fonetis ditunjukkan dengan tanda kurung siku […] (Mahsun, 2005: 124).
Sudaryanto mengatakan bahwa „…‟ tanda petik tunggal menyatakan yang diapit
adalah makna atau gloss satuan lingual (Sudaryanto, 1991: XVII-XVIII).
Dengan teori di atas, peneliti akan menyajikan fonem bahasa Jawa di
Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang yang terdiri dari vokal,
konsonan, gugus konsonan serta leksikon dengan dengan menggunakan panduan
para ahli dalam penulisan lambang-lambang fonetis, fonemis maupun gloss.
Penulis akan menyajikan fonem bahasa Jawa yang terdiri dari fonem vokal,
fonem konsonan dan gabungan konsonan.
31
33
a. Vokal
1. Bahasa Jawa di Desa Sambak memiliki 7 vokal yaitu /a/, /i/, /u/, /e/,
/o/, /ȇ/, /E/. fonem /a/ dapat direalisasikan menjadi /a/ dan /ↄ/, fonem
/i/ dapat direalisasikan menjadi /i/dan /I/, fonem /u/ direalisasikan
menjadi /U/. Fonem vokal dalam BJDS tersebut tercermin dalam
rincian data yang dipasangminimalkan berikut ini.
Huruf
Vokal
Pasangan Minimal
/a/ [malIh] „berubah‟ >< [mIlIh] „pilih‟
[alas] „hutan >< [alIs] „alis‟
/i/ [pari] „padi >< [pare] „pare‟
[niki] „ini‟ >< [niku] „itu‟
/u/ [sukȇt] „rumput‟ >< [sEkȇt] „limapuluh‟
[pupu] „paha‟ >< [pipi] „pipi‟
/e/ [esU?] „pagi‟ >< [UsU?] „
[naŋkene] „di sini‟ >< [naŋkↄnↄ] „di sana
/o/ [loro] „dua >< [lↄrↄ] „sakit
/ȇ/ [kȇmbaŋ] „bunga‟ >< [kUmbaŋ] „
/E/ [gȇnDEŋ] „genting‟ >< [gȇnDȇŋ] „gila‟
34
Distribusi Pemakaian Vokal dalam Bahasa Jawa di Desa Sambak.
vokal Posisi Awal Posisi Tengah Posisi akhir
/a/ [awan] „siang‟
[alIs] „alis‟
[ati]‟ hati‟
[arEn] „aren‟
[ad0h] „jauh‟
[aŋȇt] „hangat‟
[abOt] „berat‟
[aηȇs] „dingin‟
[aηȇb] „hambar‟
[amis]‟bau ikan/
daging‟
[abaŋ] „merah‟
[ayu] „cantik‟
[papat] „empat‟
[balUŋ] „tulang‟
[rai] „muka‟
[kaŋ] „kakak laki-laki‟
[sa?] „saku‟
[sandal] „sandal‟
[iwa?] „ikan‟
[pari] „padi‟
[payↄn] „atap‟
[mari] „sembuh‟
[waras] „sehat‟
[bali] „pulang‟
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
/i/ [iwa?] „ikan‟
[ipe] „suami atau
istri saudara‟
[idu] „berludah‟
[ijↄl] „tukar‟
[ijↄ] „hijau‟
[irȇŋ] „hitam‟
[limↄ] „lima‟
[pitu] „tujuh‟
[picȇ?] „buta‟
[kiye] „ini‟
[niku] „itu‟
[amis]„bau
[wȇsi] „besi‟
[taŋi] „bangun‟
[waŋi] „harum‟
[rai] „muka‟
[driji] „jari‟
[sapi] „sapi‟
35
[isi] „biji‟
ikan/daging
-
[mari] „sembuh‟
/u/ [untu] „gigi‟
[uyah] „garam‟
[ulↄ] „ular‟
[ulȇr] „ulat‟
[uraŋ] „udang‟
[wudȇl] „pusar‟
[lurah] „lurah‟
[wudↄ] „telanjang‟
[tumↄ] „kutu‟
[tuwↄ] „tua‟
[hiyu] „hiu‟
[jalu] „jalu‟
[ranDu]„pohon
kapuk‟
[baηu] „air‟
[watu] „batu‟
/e/ [ena?] „enak‟
[ecO] „enak‟
[esU?] „pagi‟
[enTOl-enTOl]
„betis‟
[edan] „gila‟
[besan] „orang tua istri
atau suami anak‟
[terOŋ] „terong‟
[sampeyan] „kamu‟
-
-
[ipe] „suami atau
istri dari saudara‟
[sore] „sore‟
[kiye] „ini‟
[pare] „pare‟
[kae] „itu‟
/o/ [obat] „obat‟
[olEh]„memperoleh‟
[owah] „berubah‟
[sopIr] „supir‟
[mbongkar] „bongkar‟
[tomat] „tomat‟
[kȇbo] „kerbau‟
[kȇnDo] „kendor‟
[ijo] „hijau‟
/ↄ/ [ↄlↄ] „jelek‟
[ↄnↄ] „ada‟
[ↄmbↄ] „luas‟
[rↄsↄ] „rasa‟
[mↄtↄ] „mata‟
[rↄnDↄ] „janda‟
[limↄ] „lima‟
[sȇdinↄ] „satu
hari‟
36
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
[dↄrↄ] „merpati‟
[sȇmↄŋkↄ] „semangka‟
[sȇgↄrↄ] „laut‟
[lↄrↄ] „sakit‟
[naŋ kↄnↄ] „di sana‟
[sȇdↄyↄ] „semua‟
[ŋgↄwↄ] „membawa‟
[dↄwↄ] „panjang‟
-
-
-
[ulↄ] „ular‟
[sȇgↄ] „nasi‟
[wutↄ] „buta‟
[luŋↄ] „pergi‟
[tuwↄ] „tua‟
[mricↄ] „lada‟
[kiwↄ] „kiri‟
[mbȇtↄ]
„membawa‟
[tȇkↄ] „datang‟
[wↄnↄ] „hutan‟
[grↄnↄ] „hidung‟
/I/ [IrUŋ] „hidung‟
[ImbUh] „tambah‟
-
-
-
-
-
-
-
-
-
[kalIh] „dua‟
[alIs] „alis‟
[kUpIŋ] „telinga‟
[sIkUt] „siku‟
[jȇnTIk] „kelingking‟
[sIkIl] „kaki‟
[baTIk] „batik‟
[cacIŋ] „cacing‟
[tIkUs] „tikus‟
[bajIŋ] „tupai‟
[jaŋkrIk] „jangkrik‟
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
37
-
-
-
-
-
-
-
-
-
[tImUn] „ketimun‟
[wIt] „pohon‟
[prIŋ] „bambu‟
[arIt] „sabit‟
[pȇrIh] „pedih‟
[kIdUl] „selatan‟
[cIyUt] „sempit‟
[tIpIs] „tipis‟
[aŋIn] „angin‟
-
-
-
-
-
-
-
-
-
/U/ [UsUs] „usus‟
[UsU?] „
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
[baTU?] „dahi‟
[IrUŋ] „hidung‟
[kUpIŋ] „telinga‟
[dȇŋkUl] „lutut‟
[jantUŋ] „jantung‟
[balUη] „tulang‟
[kUlIt]‟ kulit‟
[bUyUt] „anak dari
cucu‟
[kUDUŋ] „kerudung‟
[tUDUŋ] „caping‟
[sarUη] „sarung‟
[gȇlUŋ] „sanggul‟
[manU?] „burung‟
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
38
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
[wȇDUs] „kambing‟
[wȇlUt] „belut‟
[DUkUn] „dukun‟
[bUrUh] „buruh‟
[bakUl] „penjual‟
[bUntUt] „ekor‟
[kUnIr] „kunyit‟
[walUh] „labu‟
[ganDUl] „pepaya‟
[gUnUŋ] „gunung‟
[pȇDUt] „kabut‟
[abUh] „bengkak‟
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
/ȇ/ [ȇnȇm] „enam‟
[ȇnTUŋ]
„kepompong‟
-
-
-
-
-
-
-
-
[sȇdↄsↄ] „sepuluh‟
[sȇdinↄ] „satu hari‟
[sȇsasi] „satu bulan‟
[sȇtaUn] „satu tahun]
[sȇkilan] „sejengkal‟
[sȇlȇŋȇn‟] „sehasta‟
[lȇmUd] „nyamuk‟
[ulȇr] „ulat
[bujȇl] „tumpul‟
[jȇjȇg] „lurus‟
[mȇri] „itik jantan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
39
-
-
muda‟
[cȇmpe] „anak
kambing‟
-
-
/E/ [EpE?-EpE?]
„telapak tangan
[Esȇ?] „parau
suaranya‟
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
[sEkȇt] „lima puluh‟
[kElE?] „ketiak‟
[warEŋ] „kakek dari
kakek
[bancEt] „anak katak‟
[pȇDEt] „anak sapi‟
[gudEl] „anak kerbau‟
[bEbE?] „bebek‟
[kȇTE?] „kera‟
[durEn] „duren‟
[arEn] „aren‟
[kabEh] „semua‟
[mElu] „ikut‟
[ambEn] „tempat
tidur‟
[sEwu] „seribu‟
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
/O/ [ObOr] „obor‟
[OtOt] „urat‟
-
[bOyO] „buaya‟
[tlȇpOŋ] „kotoran sapi‟
[ȇnDOg] „telur‟
-
-
-
40
-
-
-
-
-
[antOb] „sendawa‟
[siŋsOt] „bersiul‟
[ŋȇDOt] „menghisap‟
[ŋOsO?k]‟menggosok‟
[nOm] „muda‟
-
-
-
-
-
b. Konsonan
Bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten
Magelang mempunyai konsonan 20 yaitu /p, m, b, t, T, k,w, d, g, l, y, j, ŋ,
η, n, h, r, s, c/. pasangan minimal fonem konsonan bahasa Jawa di
Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang terlihat di bawah ini.
konsonan Pasangan Minimal
/p/ [paŋ] „ranting‟ >< [kaŋ] „kakak laki-laki
[pȇtȇŋ] „gelap‟ >< [wȇtȇŋ] „perut‟
/b/ [obah] „bergerak‟ >< [owah] „berubah‟
[bali] „pulang‟ >< [kali] „sungai‟
/m/ [mangsuli] „mengulangi‟ >< [nangsuli] „mengikat‟
[amIs] „bau ikan/daging >< [alIs] „alis‟
/w/ [waŋi] „wangi‟ >< [taŋi] „bangun‟
[wOs] „beras‟ >< [rOs] „ruas‟
[wani] „berani‟ >< [tani] „petani‟
/t/ [tatu] „bekas luka‟ >< [watu] „batu‟
41
[alit] „kecil‟ >< [alIs] „alis‟
/d/ [sȇdantȇn] „semua‟ >< [sȇgantȇn] „laut‟
/n/ [ↄnↄ] „ada‟ >< [ↄlↄ] „jelek‟
/l/ [tali] „tali‟ >< [tani] „petani‟
/r/ [guru] „guru‟ >< [gulu] „leher‟
/D/ [wȇDi] „pasir‟ >< [wȇdi] „takut‟
/s/ [sare] „tidur >< [pare] „pare‟
/c/ [pace] „mengkudu‟ >< [pare] „pare‟
[kUcIŋ] „kucing‟ >< [kUpIŋ] „telinga‟
/k/ [kae] „itu‟ >< [sae] „baik‟
[kȇmu] „cuci mulut‟ >< [lȇmu] „gemuk‟
/g/ [gȇlUt] „berkelahi‟ >< [wȇlUt] „belut‟
/ŋ/ [kUnIŋ] „kuning‟ >< [kunIr] „kunyit‟
Distribusi konsonan bahasa Jawa di Desa sambak Kecamatan
kabupaten Magelang dalam kata sebagai berikut.
konsonan Posisi awal Posisi Tengah Posisi Akhir
/p/ [pitu] „tujuh‟
[pȇca? pisan]
„pertama‟
[pasuryan] „muka‟
[palarapan] „dahi‟
[kUpIŋ] „kuping
[kȇponakan] „anak
dari saudara muda
[jȇmpOl]„jempol‟
[bapak] „ayah‟
[sȇkȇDap]„sebentar‟
[teŋ ŋandap] „di
bawah‟
[idȇp] „bulu mata‟
rayap] „rayap‟
42
punDa?] „bahu‟
[punDa?] „bahu‟
[pȇnunjUk„telunjuk‟
[pȇnuŋgUl] „jari
tengah‟
[pȇnuŋgUl] „jari
tengah‟
[plunan] „anak dari
saudara tua‟
[putu] „anak dari
anak‟
[pȇksi] „burung‟
[pItI?] „ayam‟
[pȇDEt] „anak sapi‟
[pȇŋulu] „pengulu‟
[pamOŋ] „pamong‟
[pupu] „paha‟
[pare] „pare‟
[pȇte] „petai‟
[ipe] „suami atau
istri dari saudara‟
[kUplU?]„kopiyah‟
[kupu] „kupu-kupu‟
[sȇpatu] „sepatu‟
[sapi] „sapi‟
[klↄpↄ] „kelapa‟
[apE?]‟ petik‟
[apIk] „baik‟
[apȇ?] „apek‟
-
-
-
-
-
-
[raUp] „cuci muka‟
[anDap] „rendah‟
[srȇgȇp] „keras
(kerja)‟
[UrIp] „hidup‟
[kȇdEp]
„mengedipkan mata‟
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
/b/ baTU?] „dahi‟
[balUŋ] „tulang‟
sa?Ubin]„satu ubin‟
[mbUn-mbUn]
[antOb] „sendawa‟
[jilbab] „kerudung‟
43
[bOkOŋ] „pantat‟
[bapa?] „bapak‟
[bojo] „pasangan
suami istri‟
[bUyUt] „anak dari
cucu‟
[besan] „orang tua
istri atau suami
anak‟
[batI?] „batik‟
[bUlUs] „kura-kura‟
[bancEt] „anak
katak‟
[bajIŋ] „tupai‟
[baηa?] „angsa‟
[boyo] „buaya‟
[bEbE?] „bebek‟
[baηu] „air‟
[bolah] „benang‟
[bali] „pulang‟
[bagUs] „tampan‟
„ubun-ubun‟
[kȇbo] „kerbau‟
[lↄmbↄ?] „cabe‟
[kȇmbaŋ] „bunga‟
[jambe] „pinang‟
[krambIl] „kelapa‟
[tȇbu] „tebu‟
[ambEn] „tempat
tidur‟
[ObOr] „obor‟
[abUh] bengkak‟
[mabU?] „mabuk‟
[obat] „obat‟
[kabeh] „semua‟
[ImbUh] „tambah‟
[sȇbar] „tabur‟
[obah] „bergerak‟
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
44
/m/ [mbȇŋi] „malam‟
[mripat] „mata‟
[menDↄ] „kambing‟
[macan] „harimau‟
[mayId] „bangkai
manusia‟
[mbayuŋ] „daun
kacang panjang‟
[mlanDIŋ] „petai
cina‟
[mari] „sembuh‟
[mȇtȇŋ] „hamil‟
[limↄ] „lima‟
[lambe] „bibir‟
[lȇmUd] „nyamuk‟
[tumↄ] „kutu‟
[jambe] „pinang‟
[tImUn] „ketimun‟
[tomat] „tomat‟
[nȇmbaŋ]
„menyanyi‟
[kȇmu] „cuci mulut‟
[ȇnȇm]‟enam‟
[caŋkȇm] „mulut‟
[ijȇm] „hijau‟
[dOm] „jarum‟
[sarȇm] „garam‟
[maem] „makan‟
-
-
-
/w/ [wudȇl] „puser‟
[wudↄ] „telanjang‟
[wO lanaŋ] „kakak
laki-laki dari bapak‟
[wȇlUt] „belut‟
[wȇDi] „pasir‟
[waras] „sehat‟
[wȇsi] „besi‟
[DUwUr] „tinggi‟
[awan] „siang‟
[mȇrtuwↄ] „orang
tua dari suami atau
istri‟
[kewan] „hewan‟
[tawOn] „lebah‟
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
/t/ [tIkUs] „tikus‟ [ati] „hati‟ [papat] „empat‟
45
[taŋan] „tangan‟
[tumↄ] „kutu‟
[turu] „tidur‟
[taŋi] „bangun‟
[jantUŋ] „jantung‟
[pitI?] „ayam‟
[gȇtIh] „darah‟
[putu] „anak dari
anak‟
[sEkȇt] „lima puluh
[sIkUt] „siku‟
[kulIt] „kulit‟
[jeŋgOt] „jenggot‟
[bUyut] „anak dari
cucu‟
/d/ [dↄrↄ] „merpati‟
[damEn] „jerami‟
[dↄwↄ] „panjang‟
[dↄm] „jarum‟
[bundȇr] „bulat‟
[padu]„berkelahi
(kata)‟
[idu] „berludah‟
[wudȇl] „pusar‟
-
-
-
-
/n/ [njaIt] „menjahit‟
[ndamu] „meniup‟
[nugȇl] „potong‟
[njaŋan] „memasak‟
[ndulaŋ] „menyuapi‟
-
-
[mȇntah] „mentah‟
[bȇnIŋ] „bening‟
[kUnIŋ] „kuning‟
[kȇnDo] „kendor‟
[kUnIr] „kunyit‟
[bUntUt] „ekor‟
[manUk] „burung‟
[awan] „siang‟
[IsIn] „malu‟
[sikatan]
„menggosok gigi‟
[turOn] „berbaring‟
[takOn] „bertanya‟
[payↄn] „atap‟
[arEn] „aren‟
/l/ [lȇgi] „manis‟
[laŋu] „bau ular‟
[lanDȇp] „tajam‟
[luηu] „licin
[ElE?] „jelek‟
[cIlI?] „kecil‟
[malȇs] „membalas‟
[mili] „mengalir‟
[bujȇl] „tumpul‟
[kandȇl] „tebal‟
[ijOl] „tukar‟
[gigOl] „jatuh
46
[lȇmu] „gemuk‟
[lOr] „utara‟
[lↄrↄ] „sakit‟
[lumpaŋ] „lesung‟
[laↄs] „lengkuas‟
[mElu] „ikut‟
[bali] „pulang‟
[bolah] „benang‟
[waluh] „labu‟
[ulↄ] „ular‟
(buah)‟
[kidUl] „selatan‟
[jeŋkol] „jengkol‟
[sIkIl] „kaki‟
-
-
/r/ [rai] „muka‟
[rayap] „rayap‟
[rOs] „ruas‟
[rȇnDȇŋ] „musim
hujan‟
[rↄsↄ] „rasa‟
-
-
[loro] „dua‟
[sore] „sore‟
[jEbrEs] „kumis‟
[sarUŋ] „sarung‟
[uraŋ] „udang‟
[terOŋ] „terong‟
-
[lalȇr] „lalat‟
[ulȇr] „ulat‟
[sopIr] „sopir‟
[mȇnIr] „beras kecil‟
[cIpIr] „kecipir‟
[kOnDUr] „pulang‟
[aηar] „baru‟
/D/ [DUwUr] „tinggi‟
[DUkUn] „dukun‟
[Dere] „ ayam betina
muda‟
[Dudↄ] „duda‟
[DȇŋkUl] „lutut‟
[Dada] „dada‟
-
[pȇDȇs] „pedas‟
[paDaŋ] „terang‟
[lanDȇp] „tajam‟
[kȇnDo] „kendor‟
[maDaŋ] „makan‟
[ganDUl] „pepaya‟
[gȇDaŋ]‟ pisang‟
-
-
-
-
-
-
-
/s/ [siji] „satu‟ [mbȇsisi?] „kulit [gUpIs] „gigi rusak
47
[sↄŋↄ] „sembilan‟
[sore] „sore‟
[sirah] „kepala‟
[sIkUt] „sikut‟
[sa?] „saku‟
[sapi] „sapi‟
[suŋu] „tanduk‟
[sȇgↄ] „nasi‟
-
kering‟
[UsUs] „usus‟
[asu] „ajing‟
[mesↄ] „kerbau‟
[gasIr] „orong-
orong‟
[polisi] „polisi‟
[asȇm] „asam‟
[kluŋsu] „biji asam‟
[UsU?] „usuk‟
berwarna hitam‟
[alIs] „alis‟
[tIkUs] „tikus‟
[bUlUs] „kura-kura‟
[bȇras] „beras‟
[wOs] „beras‟
[laOs] „laos‟
[waras] „sehat‟
[pȇDȇs] „pedas‟
-
/c/ [caŋkȇm] „mulut‟
[cȇmEŋ] „anak
kuing‟
[cacIŋ] „cacing‟
[cȇmpȇ] „cempe‟
[coro] „ kecoa‟
[carIk] „carik‟
[cIyUt] „sempit‟
[cakar] „cakar‟
[cȇcȇ?] „cecak‟
[racikan] „jari‟
[bancEt] „anak
katak‟
[kUcIŋ] „kucing‟
[mricↄ] „lada‟
[pace] „mengkudu‟
[picȇ?] „buta‟
[pacUl] „cangkul‟
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
/k/ [kUnIŋ] „kuning‟
[kȇnDo] „kendor‟
[konDaŋ] „terkenal‟
[beŋkOŋ]„bengkok‟
[mlaku] „berjalan‟
[ηokOt]„menggigit‟
[apȇk] „apek‟
[buTȇk] „keruh‟
[apIk] „bagus‟
48
[kanDȇl] „tebal‟
[kramas] „keramas‟
[kEliŋan] „ingat‟
[kruŋu] „mendengar‟
[kiye] „ini‟
[kiwↄ] „kiri‟
[bȇŋkUk]„bungkuk‟
[cakar] „cakar‟
[takOn] „bertanya‟
-
-
-
[cIlIk] „kecil‟
[bOsOk] „busuk‟
[cȇDȇk] „dekat‟
[cinDȇk] „pendek‟
[riyak] „dahak‟
-
/g/ [gaŋsal] „lima‟
[gUpIs] „gigi rusak
berwarna hitam‟
[giTOk] „tengkuk‟
[gȇlaŋ] „gelang‟
[gOgOr] „anak
harimau‟
[gajah] „gajah‟
[gasIr] „orong-
orong‟
[gOri] „nangka‟
[jago] „ayam jantan
dewasa‟
[pagȇr] „dinding‟
[nugȇl] „potong
(kaki)‟
[ŋigar] „membelah‟
[srȇgȇp] „keras
(kerja)‟
[rȇgȇd] „kotor‟
-
-
[ȇnDOg] „telur‟
[ŋgODOg]
„merebus‟
[godeg] „jampang‟
-
-
-
-
-
/ŋ/ [ŋambUŋ]„mencium
‟
[ŋObOŋ]„membakar
[Ŋambaŋ]„terapung‟
[ŋumbahi] „mencuci
[mbȇŋi] „malam‟
[lȇŋȇn] „lengan‟
[taŋan] „tangan‟
[bȇŋkUk]
[IrUŋ] „hidung‟
[kUpIŋ] „telinga‟
[wȇtȇŋ] „perut‟
[jantUŋ] „jantung‟
49
pakaian‟
[ŋȇDUk] „menggali‟
[ŋItUŋ]„menghitung‟
[ŋȇntUt] „kentut‟
[ŋȇlIh] „lapar‟
-
„bungkuk‟
[tȇŋȇn] „kanan‟
[kOŋkOn]
„menyuruh‟
[beŋkOŋ]„bengkok‟
[aŋIn] „angin‟
[walaŋ] „belalang‟
[uraŋ] „udang‟
[mubȇŋ] „putar‟
[garIŋ] „kering‟
-
/h/ -
-
-
-
-
[kadOhȇn] „terlalu
jauh‟
-
-
-
[gUrIh] „gurih‟
[mȇntah] „mentah‟
[okEh] „banyak‟
[gagah] „gagah‟
c. Gabungan Konsonan dalam Bahasa Jawa di Desa Sambak
Dalam bahasa Jawa di Desa Sambak Kajoran kabupaten Magelang
ditemukan gabungan konsonan, dapat dilihat di bawah ini.
a. Gabungan konsonan yang mengandung /l/
Gabungan
Konsonan
Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir
/kl/ [klↄpↄ] „kelapa‟
[kluŋsu] „biji asam‟
[klȇntI?] „minyak
kelapa‟
-
-
-
-
-
-
-
-
50
[klisi?-klisi?] „ berbisik‟
/ml/ [mlanDIŋ] „petai cina‟
[mlaku] „ berjalan‟
[mlaTO?] „membelah‟
-
-
-
-
-
-
/bl/ -
-
[njȇblUg] „meletus‟
[gȇmblUŋ] „gila‟
-
-
/gl/ [glȇpUŋ] „tepung‟
[glugu] „pohon kelapa‟
-
-
-
-
/pl/ -
-
[cȇmplaŋ]„hambar‟
[kUplU?] „kopyah‟
-
-
/tl/ [tlȇpOŋ] „kotoran sapi‟
[tlUtUh] „getah‟
-
-
-
-
b. Gabungan konsonan yang mengandung /r/
Gabungan
Konsonan
Posisis awal Posisi Tengah Posisi Akhir
/br/ [brambaŋ] „bawang
merah‟
[abrIt] „merah‟ -
/gr/ - [ηȇgra?] „bau cabe
digoreng‟
-
51
/jr/ - [ajrIh] „takut‟ -
/kr/ [krItIŋ] „rambut ikal‟
[krambIl] „kelapa‟
[kranjaŋ] „keranjang‟
[kramas] „keramas‟
[jangkrIk] „jangkrik‟
-
-
-
-
-
-
-
/mr/ [mripat] „mata‟
[mricↄ] „lada‟
-
-
-
-
-
-
-
/sr/ [srȇgȇp] „keras (kerja)‟ - -
/tr/ [trȇŋgIlIŋ] „trenggiling‟
- -
/wr/ - [awrat] „berat‟ -
/dr/ [driji] „jari‟
c. Gabungan konsonan yang mengandung /w/
Konsonan
Gabungan
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
/sw/ [swↄrↄ] „suara
[swiwi] „sayap‟
-
-
-
-
52
d. Gabungan konsonan yang mengandung /y/
Gabungan
Konsonan
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
/ky/ [kyai] „kyai‟ - -
Selain gabungan konsonan, dalam bahasa Jawa di Desa Sambak
Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang juga ditemukan deret konsonan.
Seperti terlihat di bawah ini.
Deret
Konsonan
Kata Arti
/mb/ [mbayUŋ]
[lOmbOk]
[ambȇkan]
aun kacang panjang
cabe
bernafas
/nd/ [ndalu] malam
/ŋg/ [ŋgODOg] merebus
/nD/ [ȇnDEk] pendek
/nt/ [santȇn] santan
/nT/ [ȇnTUŋ] kepompong
/mp/ [cȇmplaŋ] hambar
/nj/ [njaIt] menjahit
53
4. Fonotaktik
Fonotaktik dalam bahasa Jawa di Desa Sambak tercermin dalam
leksikal berikut, yang meliputi unsur leksikal terdiri dari:
1) satu suku kata, misalnya:
Kata Urutan Fonem (Fonotaktik)
[sa?] „saku‟ KVK KVK
[wIt] „pohon‟ KVK
[dOm] „jarum‟ KVK
[lOr] „utara‟ KVK
[wOh] „buah‟ KVK
2) dua suku kata, misalnya:
Kata Urutan Fonem (Fonotaktik)
[ka-yu] „kayu KV-KV
[a-wan] „siang‟ V-KVK
[so-re] „sore‟ KV-KV
[a-lIs] „alis „ V-KVK
[kU-pIŋ] „telinga‟ KV-KVK
[sa-man] „kamu‟ KV-KVK
[Du-Dↄ] „duda‟ KV-KV
[u-lȇr] „ulat‟ V-KVK
54
3) tiga suku kata, misalnya:
Kata Urutan Fonem (Fonotaktik)
[sȇ-pu-lUh] „sepuluh‟ KV-KV-KVK
[pȇ-ŋu-lu] „pengulu‟ KV-KV-KV
[sȇ-TI-TI?] „sedikit‟ KV-KV-KVK
[sam-pe-yan] „kamu‟ KVK-KV-KV
2. Leksikon
Leksikon atau kosa kata bahasa Jawa di Desa Sambak kecamatan
Kajoran Kabupaten Magelang yang akan penulis sajikan adalah sebagai
berikut.
BJD Sambak Bahasa Indonesia
[bȇnTok] babi hutan
[enTOl-enTOl] betis
[pUkUl] Palu
[trayEk] tukang ojek
[ηOŋ] aku, saya
[gaji?] Dari
[mrȇŋkEyE?] keras (sifat)
55
B. Pembahasan Data
1. Fonologi
Setelah melihat distribusi fonem vokal yang telah disajikan di atas, di Desa
Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang terdapat tujuh vokal antara
lain:
a. Vokal
1.1 Fonem /a/ direalisasikan /a/ dan /ↄ/
a) Fonem /a/ direalisasikan menjadi /a/
Contoh
BJSt BJDS Makna
[ati] [ati] Hati
[abOt] [abOt] Berat
[sa?] [sa?] Saku
[balUŋ] [balUŋ] Tulang
Fonem /a/ direalisasikan menjadi /a/ tidak ada perbedaan antara
bahasa Jawa di Desa Sambak dengan bahasa Jawa standar.
b) Fonem /a/ direalisasikan menjadi /ↄ/
contoh
BJSt BJDS Makna
[ↄmbↄ] [ↄmbↄ] Luas
[ↄnↄ] [ↄnↄ] Ada
56
[lↄrↄ] [lↄrↄ] sakit
[luŋↄ] [luŋↄ] Pergi
[sȇgↄ] [sȇgↄ] Nasi
Fonem /a/ direalisasikan menjadi /ↄ/ antara bahasa Jawa di Desa
Sambak dengan bahasa Jawa standar, tidak terdapat perbedaan.
1.2 Fonem /i/ direalisasikan /i/ dan /I/
a) Fonem /i/ direalisasikan /i/
Contoh
BJSt BJDS Makna
[isi] [isi] Biji
[pitu] [pitu] Tujuh
[driji] [driji] Jari
[waŋi] [waŋi] Harum
[mari] [mari] Sembuh
Fonem /i/ yang direalisasikan menjadi /i/ antara bahasa Jawa di
Desa Sambak dengan bahasa Jawa standar tidak ada perbedaan, bunyi
fonem diucapkan sama.
57
b) Fonem /i/ direalisasikan /I/
Contoh
BJSt BJST Makna
[irUŋ] [IrUŋ] Hidung
[imbUh] [ImbUh] Tambah
[sikUt] [sIkUt] Siku
[tikus] [tIkUs] Tikus
[kidUl] [kIdUl] Selatan
[ciyut] [cIyUt] Sempit
Fonem /i/ yang direalisasikan menjadi /I/ antara bahasa Jawa di
Desa Sambak dengan bahasa Jawa standar terdapat perbedaan, yaitu jika
dalam bahasa Jawa di Desa sambak untuk fonem /i/ pada umumnya
diucapkan dengan fonem /I/, sedangkan bahasa Jawa standar diucapkan
dengan fonem /i/.
1.3 Fonem /u/ direalisasikan menjadi /u/ dan /U/
a) Fonem /u/ direalisasikan /u/
Contoh
BJSt BJDS Makna
[untu] [untu] Gigi
[uyah] [uyah] garam
58
[ulȇr] [ulȇr] Ulat
[watu] [watu] Batu
[baηu] [baηu] Air
Perealisasian fonem/u/ menjadi /u/ antara bahasa Jawa di Desa
Sambak dengan bahasa Jawa standar tidak ada perbedaan, pengucapannya
sama.
b) Fonem /u/ direalisasikan /U/
Contoh
BJSt BJDS Makna
[usUs] [UsUs] Usus
[kupIŋ] [kUpIŋ] Telinga
[kunIr] [kUnIr] Kunyit
[gunUŋ] [gUnUŋ] Gunung
[burUh] [bUrUh] Buruh
Dalam perealisasisan fonem /u/ menjadi /U/ antara bahasa Jawa di
Desa Sambak dengan bahasa Jawa standar ada perbedaannya, yaitu jika
dalam bahasa jawa di Desa sambak fonem /u/ umumnya diucapkan dengan
fonem /U/, sedangkan bahasa Jawa standar tetap diucapkn fonem /u/.
59
1.4 Fonem /e/
Contoh
BJSt BJDS Makna
[esUk] [esUk] Pagi
[ena?] [ena?] Enak
[sore] [sore] Sore
[pare] [pare] Pare
Fonem vokal /e/ antara bahasa Jawa di Desa Sambak dengan
bahasa Jawa standar tidak ada perbedaannya.
1.5 Fonem vokal /ȇ/
Contoh
BJSt BJDS Makna
[ȇnȇm] [ȇnȇm] Enam
[lȇmUd] [lȇmUd] Nyamuk
[cȇmpe] [cȇmpe] anak kambing
[jȇjȇg] [jȇjȇg] Lurus
Dari contoh di atas, fonem /ȇ/ pada bahasa Jawa di Desa Sambak
dengan bahasa Jawa standar tidak terdapat pebedaan.
60
1.6 Fonem /E/
Contoh
BJSt BJDS Makna
[sEkȇt] [sEkȇt] lima puluh
[gudEl] [gudEl] anak kerbau
[durEn] [durEn] Durian
[sEwu] [sEwu] Seribu
Fonem vokal /E/ antara bahasa Jawa di Desa Sambak dengan
bahasa Jawa standar tidak ada perbedaan.
1.7 Fonem /o/ direalisasikan menjadi /o/ dan /O/
a) Fonem /o/ direalisasikan menjadi /o/
Contoh
BJSt BJDS Makna
[olEh] [oleh] Memperoleh
[tomat] [tomat] Tomat
[kȇbo] [kȇbo] Kerbau
[ijo] [ijo] Hijau
Fonem /o/ direalisasikan menjadi /o/ pada bahasa Jawa di Desa
Sambak dengan bahasa Jawa standar tidak terdapat perbedaan.
61
b) Fonem /o/ direalisasikan menjadi /O/
Contoh
BJSt BJDS Makna
[OtOt] [OtOt] Urat
[bOyO] [bOyO] Buaya
[siŋsOt] [siŋsOt] Bersiul
Dari contoh tersebut, terlihat bahwa fonem /o/ yang direalisasikan
menjadi /O/ pada bahasa Jawa di Desa Sambak dengan bahasa Jawa standar
tidak terdapat perbedaan.
Berdasarkan keterangan-keterangan tentang realisasi fonem vokal di atas,
dapat diketahui bahwa pada bahasa Jawa di Desa sambak dengan bahasa Jawa
standar terdapat persamaan dan perbedaan dalam perealisasian fonem. Perbedaan
itu yang disebut dengan variasi. Variasi fonologi bahasa Jawa yang terjadi di
Desa Sambak yaitu pada fonem /i/ direalisasikan menjadi /I/ dan fonem /u/ yang
direalisasikan /U/. hal tersebut dapat terlihat di bawah ini.
BJSt BJDS Makna
[irUŋ] [Iruŋ] Hidung
[imbUh] [ImbUh] Tambah
[sikUt] [sIkUt] Siku
[sikil] [sIkIl] Kaki
62
[tikUs] [tIkUs] tikus
[kidUl] [kIdUl] Selatan
[ciyUt] [cIyUt] Sempit
[tipIs] [tIpIs] Tipis
[usUs] [UsUs] Usus
[kupIŋ] [kUpIŋ] Kuping
[usU?] [UsU?] Usuk
[kulIt] [kUlIt] Kulit
[buyUt] [bUyUt] anak dari cucu
[kuDUŋ] [kUDUŋ] Kerudung
[bUntUt] [bUntUt] Ekor
[kunIr] [kUnIr] Kunyit
[gunUŋ] [gUnUŋ] Gunung
[burUh] [bUrUh] Buruh
b. Konsonan
Bahasa Jawa di Desa Sambak terdapat 20 konsonan, yaitu /p, m, b, t,
T, k,w, d, g, l, y, j, ŋ, η, n, h, r, s, c/. Pada penyajian data di atas telah
dijelaskan tentang pasangan minimal konsonan.
Di bawah ini akan dibahas mengenai distribusi konsonan bahasa Jawa
di Desa Sambak.
63
Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir
/p/
[pasuryan] „muka‟ [jȇmpOl]„jempol‟ [idȇp] „bulu mata‟
[palarapan] „dahi‟ [bapak] „ayah‟ [rayap] „rayap‟
[pitu] „tujuh‟
[sȇpatu] „sepatu‟
[raUp] „cuci
muka‟
[pItI?] „ayam‟ [sapi] „sapi‟ [anDap]„rendah‟
[pȇDEt] „anak sapi‟ [klↄpↄ] „kelapa‟ -
[pȇksi] „burung‟ [apE?]‟ petik‟ -
[pitu] „tujuh‟ [apIk] „baik‟
Fonem konsonan /p/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak dapat
berdistribusi pada posisi awal, tengah dan di akhir kata. Hal ini tidak terdapat
perbedaan dengan bahasa Jawa standar.
Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir
/b/ [baTU?] „dahi‟ [ImbUh]„tambah‟ [antOb]„sendawa‟
[balUŋ] „tulang‟ [sȇbar] „tabur‟ [jilbab]„kerudung‟
[bOkOŋ] „pantat‟ [obah] „bergerak‟ -
[bapa?] „bapak‟ [kȇbo] „kerbau‟ -
[bancEt] „anak
katak‟
[lↄmbↄ?] „cabe‟
-
-
64
Fonem konsonan /b/ pada bahasa Jawa di Desa sambak dapat menempati
semua posisi, baik posisi awal, tengah dan akhir. Dalam hal ini tidak ada
perbedaan antara bahasa Jawa di Desa Sambak dengan bahasa Jawa standar.
Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir
/m/ [mari] „sembuh‟ limↄ] „lima‟ [dOm] „jarum‟
[mȇtȇŋ] „hamil‟ [lambe] „bibir‟ [sarȇm]„garam‟
[menDↄ]„kambing‟ [lȇmUd]„nyamuk‟ [maem]„makan‟
[macan] „harimau‟ [tumↄ] „kutu‟ [ȇnȇm]‟enam‟
[mbȇŋi] „malam‟ [jambe] „pinang‟ -
[menDↄ]„kambing‟ [kȇmu] „cuci mulut‟ -
Fonem konsonan /m/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak dapat
berdistribusi pada awal, tengah dan akhir kata. Hal tersebut tidak ada
perbedaan dengan bahasa Jawa standar.
Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir
/w/ [wudȇl] „puser‟ [DUwUr]„tinggi‟ -
[wudↄ]„telanjang‟ [awan] „siang‟ -
[waras] „sehat‟ [tawOn] „lebah‟ -
[wȇsi] „besi‟ - -
65
Fonem konsonan /w/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak dapat
menempati posisi pada awal dan tengah kata. Konsonan /w/ tidak ditemukan
dalam posisi akhir kata. Hal ini, tidak terdapat perbedaan antara bahasa Jawa di
Desa Sambak dengan bahasa Jawa standar.
Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir
/t/ [tumↄ] „kutu‟ [ati] „hati‟ [kulIt] „kulit‟
[turu] „tidur‟ [jantUŋ]„jantung‟ [jeŋgOt]„jenggot‟
[tIkUs] „tikus‟ [pitI?] „ayam‟ [sIkUt] „siku‟
[taŋi] „bangun‟ [gȇtIh] „darah‟ [papat] „empat‟
Dari contoh di atas, dapat terlihat bahwa fonem konsonan /t/ dalam
bahasa Jawa di Desa Sambak dapat berdistribusi pada awal, tengah dan akhir
kata. Dalam hal ini tidak ada perbedaan antara bahasa Jawa di Desa Sambak
dengan bahasa Jawa standar.
Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir
/d/
[dↄrↄ] „merpati‟ [idu] „berludah‟ [UdUd] „merokok‟
[damEn] „jerami‟ [wudȇl] „pusar‟ -
[dↄwↄ] „panjang‟ [bundȇr] „bulat‟ -
Fonem konsonan /d/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak dapat
berdistribusi pada awal, tengah dan akhir kata. Konsonan /d/ yang berada
66
diposisi akhir kata jarang ditemui. Pendistribusian konsonan /d/ dalam bahasa
jawa di Desa Sambak dengan bahasa Jawa standar tidak terdapat perbedaan.
Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir
/n/ [njaIt] „menjahit‟ [kUnIŋ] „kuning‟ [turOn]„berbaring‟
[ndamu]„meniup‟ [kȇnDo] „kendor‟ [takOn] „bertanya‟
[nugȇl] „potong‟ [kUnIr] „kunyit‟ [payOn] „atap‟
[njaŋan]„memasak‟ [manUk]„burung‟ [arEn] „aren‟
[ndulaŋ] „menyuapi‟ [bȇnIŋ] „bening‟ [IsIn] „malu‟
Fonem konsonan /n/ pada bahasa Jawa di Desa Sambak dapat
berdistribusi pada awal, tengah dan akhir kata. Dalam hal ini tidak ada
perbedaan antara bahasa Jawa di Desa Sambak dengan bahasa Jawa standar.
konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir
/l/ [luηu] „licin [ElE?] „jelek‟ [ijOl] „tukar‟
[lȇmu] „gemuk‟ [cIlI?] „kecil‟ [gigOl] „jatuh (buah)‟
[lOr] „utara‟ [ElE?] „jelek‟ [kidUl] „selatan‟
[lↄrↄ] „sakit [ulↄ] „ular‟ [kandȇl] „tebal‟
67
Berdasarkan tabel di atas, Konsonan /l/ dalam bahasa Jawa di Desa
Sambak dapat menempati pada posisi awal, tengah dan akhir kata. Hal ini tidak
terdapat perbedaan dengan bahasa Jawa standar.
Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir
/r/ [rai] „muka‟ [loro] „dua‟ [cIpIr] „kecipir‟
[rayap] „rayap‟ [sore] „sore‟ [kOnDUr] „pulang‟
[rOs] „ruas‟ [jEbrEs] „kumis‟ [aηar] „baru‟
[rↄsↄ] „rasa‟ [sarUŋ] „sarung‟ [lalȇr] „lalat‟
Fonem konsonan /r/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak dapat
berdistribusi pada awal, tengah dan akhir kata. Dalam hal ini tidak terdapat
perbedaan antara bahasa Jawa di Desa Sambak dengan bahasa Jawa standar.
Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir
/T/ [TUkUl] [pȇTa?] „putih‟ -
„tumbuh‟ [nUTU?] „memukul‟ -
- [buTȇk] „keruh‟ -
-
68
Fonem konsonan /T/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak jarang ditemui
dan hanya dapat berdistribusi pada posisi awal dan tengah. Pendistribusian
fonem /T/ bahasa Jawa di Desa Sambak tidak ada perbedaan dengan bahasa
Jawa standar.
Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir
/D/ [DuDↄ] „duda‟ [maDaŋ] „makan‟ -
[DȇŋkUl] „lutut‟ [ganDUl] „pepaya‟ -
[Dada] „dada‟ [gȇDaŋ]‟ pisang‟ -
[DUwUr] „tinggi‟ [lanDȇp] „tajam‟ -
Fonem konsonan /D/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak hanya dapat
menempati pada posisi awal dan tengah. Dalam hal ini tidak ada perbedaaan
antara bahasa Jawa di Desa Sambak dengan bahasa Jawa standar.
Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir
/s/ [sirah] „kepala‟ [UsUs] „usus‟ [alIs] „alis‟
[sIkUt] „sikut‟ [asu] „ajing‟ [tIkUs] „tikus‟
[sa?] „saku‟ [gasIr] „orong-orong‟ [wOs] „beras‟
[sapi] „sapi‟ [asȇm] „asam‟ [waras] „sehat‟
69
Fonem konsonan /s/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak dapat
berdistribusi pada semua posisi, baik awal, tengah dan akhir. Dalam hal ini
tidak terdapat perbedaan antara bahasa Jawa di Desa Sambak dengan bahasa
Jawa standar.
Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir
/c/ [caŋkȇm] „mulut‟ [pace]„mengkudu‟ -
[cȇcȇ?] „cecak‟ [picȇ?] „buta‟ -
[cacIŋ] „cacing‟ [pacUl] „cangkul‟ -
[cIyUt] „sempit‟ [racikan] „jari‟ -
Fonem konsonan /c/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak dapat
berdistribusi pada awal dan tengah kata. Pada posisi akhir, tidak ditemukan
konsonan /c/. Hal ini tidak terdapat perbedaan antara bahasa Jawa di Desa
Sambak dengan bahasa Jawa standar.
Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir
/k/ [konDaŋ] „terkenal‟ [beŋkOŋ] „bengkok‟ [ŋȇlak] „haus‟
[kEliŋan] „ingat‟ [mlaku] „berjalan‟ [apȇk] „apek‟
[kruŋu] „mendengar‟ [ambȇkan] „bernafas‟ [buTȇk] „keruh
70
Fonem konsonan /k/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak dapat
menempati pada posisi awal, tengah dan akhir. Hal ini tidak ada perbedaan
antara bahasa Jawa di Desa Sambak dengan bahasa Jawa standar.
Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir
/g/ [gUpIs] „gigi rusak
berwarna hitam‟
[jago] „ayam
jantan dewasa‟
[ȇnDOg] „telur‟
[gaŋsal] „lima‟ [pagȇr] „dinding‟ [ŋgODOg]„merebus
[giTOk] „tengkuk‟ [ŋigar]„membelah‟ [goDEg] „jampang‟
[gȇlaŋ] „gelang‟ [rȇgȇd] „kotor‟ -
[gOri] „nangka‟ [nugȇl] „potong -
Fonem konsonan /g/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak dapat
berdistribusi pada awal, tengah dan akhir kata. Pada posisi akhir kata fonem /g/
hanya terbatas dan jarang ditemui. Dalam hal ini tidak ada perbedaan antara
bahasa Jawa di Desa Sambak dengan bahasa Jawa standar.
Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir
/ŋ/ [ŋambaŋ]„terapung‟ [mbȇŋi] „malam‟ [wȇtȇŋ] „perut‟
[ŋambUŋ]„mencium‟ [lȇŋȇn] „lengan‟ [jantUŋ] „jantung‟
[ŋObOŋ]„membakar‟ [taŋan] „tangan‟ [walaŋ] „belalang‟
[ŋȇDUk] „menggali‟ [bȇŋkUk]„bungkuk‟ [uraŋ] „udang‟
71
Fonem konsonan /ŋ/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak dapat
menempati pada semua posisi, baik posisi awal, tengah maupun akhir kata.
Dalam hal ini tidak terdapat perbedaan antara bahasa Jawa di Desa Sambak
dengan bahasa Jawa standar.
konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir
/h/ [hiyu] „ikan hiu‟
[kadOhȇn] „terlalu
jauh‟
[gUrIh] „gurih‟
- [dahar] „makan‟ [mȇntah] „mentah‟
- - [gagah] „gagah‟
- - [wUtUh] „utuh‟
Fonem konsonan /h/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak kecamatan
Kajoran kabupaten Magelang dapat berdistribusi pada awal, tengah dan akhir
kata. Meskipun dalam posisi awal kata tidak sering ditemui.
Berdasarkan pembahasan tentang distribusi fonem konsonan bahasa Jawa di Desa
Sambak Kecamatan kajoran Kabupaten Magelang, dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut:
1.semua fonem konsonan dapat berdistribusi pada posisi awal;
2. semua fonem konsonan dapat berditribusi pada posisi tengah;
72
3. Semua fonem konsonan dapat berdistribusi pada posisi akhir, kecuali
konsonan /c/, /w/, /D/.
c. Gabungan Konsonan
Selain konsonan, dalam bahasa Jawa di desa Sambak Kecamatan
Kajoran Kabupaten Magelang juga terdapat gabungan konsonan. Gabungan
konsonan adalah kumpulan dua atau lebih konsonan yang berlainan dalam
satu suku kata tanpa vokal yang menyelanya (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1998: 27). Gabungan konsonan yang terdapat dalam bahasa
jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang adalah
sebagai berikut.
1. Gabungan konsonan yang mengandung /l/
Gabungan
Konsonan
Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir
/kl/ [klↄpↄ] „kelapa‟
[kluŋsu] „biji asam‟
[klȇntI?] „minyak kelapa‟
[klisi?-klisi?] „ berbisik‟
-
-
-
-
-
-
-
-
/ml/ [mlanDIŋ] „petai cina‟
[mlaku] „ berjalan‟
[mlaTO?] „membelah‟
-
-
-
-
-
-
/bl/ - [njȇblUg] „meletus‟ -
73
- [gȇmblUŋ] „gila‟ -
/gl/ [glȇpUŋ] „tepung‟
[glugu] „pohon kelapa‟
-
-
-
-
/pl/ [cȇmplaŋ] „hambar‟
[kUplU?] „kopyah‟
/tl/ [tlȇpOŋ] „kotoran sapi‟
[tlUtUh] „getah‟
2. Gabungan konsonan yang mengandung /r/
Gabungan
Konsonan
Posisis awal Posisi Tengah Posisi Akhir
/br/ [brambaŋ] „bawang
merah‟
[abrIt] „merah‟ -
/gr/ - [ηȇgra?] „bau cabe
digoreng‟
-
/jr/ - [ajrIh] „takut‟ -
/kr/ [krItIŋ] „rambut ikal‟
[krambIl] „kelapa‟
[kranjaŋ] „keranjang‟
[kramas] „keramas‟
[jangkrIk] „jangkrik‟
-
74
/mr/ [mripat] „mata‟
[mricↄ] „lada‟
-
-
-
-
-
-
-
/sr/ [srȇgȇp] „keras (kerja)‟ - -
/tr/ [trȇŋgIlIŋ] „trenggiling‟
- -
/wr/ - [awrat] „berat‟ -
/dr/ [driji] „jari‟
3. Gabungan konsonan yang mengandung /w/
Konsonan
Gabungan
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
/sw/ [swↄrↄ] „suara
[swiwi] „sayap‟
-
-
-
-
4. Gabungan konsonan yang mengandung /y/
Gabungan
Konsonan
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
/ky/ [kyai] „kyai‟ - -
75
Berdasarkan data-data gabungan konsonan di atas, dapat disimpulkan hal-hal
berikut ini.
1. Gabungan konsonan yang terdapat dalam bahasa Jawa di desa Sambak
Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang antara lain: /kl, ml, bl, gl,pl, tl,
br, gr, jr, kr, mn, sr, tr, wr, dr, sw/.
2. Gabungan konsonan yang ditemukan dalam bahasa Jawa di Desa Sambak
Kecamatan Kajoran kabupaten Magelang dapat menempati pada posisi
awal, kecuali gabungan konsonan /bl, pl, gr, jr, wr/.
3. Gabungan konsonan yang ditemukan dalam bahasa Jawa di Desa Sambak
Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang dapat menempati posisi tengah,
kecuali gabungan konsonan /bl, pl, gr, jr, wr/.
4. Gabungan konsonan yang terdapat dalam bahasa Jawa di Desa Sambak
Kecamatan kajoran Kabupaten magelang tidak ada yang menempati pada
posisi akhir.
Selain gabungan konsonan yang telah dijelaskan di atas, dalam bahasa Jawa di
Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang ditemukan pula deret
konsonan, seperti terlihat di bawah ini.
Deret Konsonan Kata Arti
/mb/ [mbayUŋ]
[lOmbOk]
[ambȇkan]
daun kacang panjang
cabe
bernafas
/nd/ [ndalu] Malam
76
/ŋn/ [ŋgODOg] Merebus
/nD/ [ȇnDEk] Rendah
/nt/ [santȇn] Santan
/nT/ [ȇnTUŋ] Kepompong
/mp/ [cȇmplaŋ] Hambar
/nj/ [njaIt] Menjahit
d. Fonotaktik
Fonotaktik merupakan urutan fonem yang dimungkinkan dalam
suatu bahasa, deskripsi tentang urutan tersebut, gramatika stratifikasi,dan
sistem pengaturan dalam stratum fonemik (Kridalaksana 1993: 58).
Fonotaktik dalam bahasa Jawa di Desa Sambak tercermin dalam leksikal
berikut, yang meliputi unsur leksikal terdiri dari:
1) satu suku kata, misalnya:
Kata Urutan Fonem (Fonotaktik)
[sa?] „saku‟ KVK KVK
[wIt] „pohon‟ KVK
[dOm] „jarum‟ KVK
[lOr] „utara‟ KVK
[wOh] „buah‟ KVK
77
2) dua suku kata, misalnya:
Kata Urutan Fonem (Fonotaktik)
[ka-yu] „kayu KV-KV
[a-wan] „siang‟ V-KVK
[so-re] „sore‟ KV-KV
[a-lIs] „alis „ V-KVK
[kU-pIŋ] „telinga‟ KV-KVK
[sa-man] „kamu‟ KV-KVK
[Du-Dↄ] „duda‟ KV-KV
[u-lȇr] „ulat‟ V-KVK
3) tiga suku kata, misalnya:
Kata Urutan Fonem (Fonotaktik)
[sȇ-pu-lUh] „sepuluh‟ KV-KV-KVK
[pȇ-ŋu-lu] „pengulu‟ KV-KV-KV
[sȇ-TI-TI?] „sedikit‟ KV-KV-KVK
[sam-pe-yan] „kamu‟ KVK-KV-KV
Setelah mengamati pembahasan tentang fonotaktik yang terjadi dalam
bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang, maka
dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
78
1. leksikal bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan kajoran Kabupaten
Magelang yang terdiri dari satu suku kata mempunyai urutan fonem
(fonotaktik) dengan pola KVK;
2. leksikal bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan kajoran Kabupaten
Magelang yang terdiri dari dua suku kata mempunyai urutan fonem
(fonotaktik) dengan pola KV- KV, V- KVK dan KV- KVK;
3. leksikal bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan kajoran Kabupaten
Magelang yang terdiri dari dua suku kata mempunyai urutan fonem
(fonotaktik) dengan pola KV-KV-KVK, KV-KV-KV dan KVK-KV-
KVK.
2. Leksikon
Leksikon adalah kekayaan kata yang dimiliki seorang pembicara, penulis,
atau suatu bahasa, kosa kata, perbendaharaan kata ( Kridalaksana, 2008: 142).
Dalam setiap bahasa kosa kata adalah hal yang paling dominan. Setiap kosa kata
dalam suatu bahasa tersebut pasti mempunyai suatu standar kebakuan bahasa
yang dijadikan sebagai pedoman, begitu juga dengan bahasa Jawa. Diantara
sekian banyaknya dialek dalam bahasa Jawa yang dijadikan sebagai pedoman
bahasa Jawa standar adalah dialek Surakarta.
Leksikon bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten
Magelang ada beberapa kata yang berbeda dengan bahasa Jawa standar, seperti
disebutkan di bawah ini.
1. Enthol-enthol [enTOl-enTOl] yang dalam bahasa Indonesia artinya betis,
dalam bahasa Jawa standar disebut dengan kempol [kempOl].
79
2. Nyong [ηOŋ] dalam bahasa Indonesia yang artinya aku, saya, dalam
bahasa Jawa standar kata aku disebut dengan aku [aku].
3. Benthok [bȇnTo?] yang dalam bahasa Indonesia artinya babi hutan,
sedangkan dalam bahasa Jawa standar disebut dengan celeng [cElEŋ].
4. Trayek [trayE?] dalam bahasa Indonesia artinya tukang ojek, sedangkan
dalam bahasa Jawa standar disebut dengan ojek [ojE?].
5. Gajik [gaji?] yang dalam bahasa Indonesia artinya dari, dalam bahasa Jawa
standar di sebut dengan seka [sȇkↄ].
6. Mrengkeyek [mrȇŋkEyE?] dalam bahasa Indonesia artinya keras ( sifat),
dalam bahasa Jawa standar disebut dengan mrengkel [mrEŋkEl].
7. Pukul [pUkUl] dalam bahasa Indonesia artinya palu, sedangkan dalam
bahasa Jawa standar disebut gandhi [ganDi] atau martil [martIl].
80
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian tentang fonologi dan leksikon bahasa Jawa
di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1. Dalam bidang fonologi, bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran
Kabupaten Magelang memiliki perbedaan dengan bahasa Jawa standar.
Perbedaan ini terletak pada fonem /i/ yang direalisasikan menjadi /I/, jika
dalam bahasa Jawa di Desa sambak untuk fonem /i/ pada umumnya
diucapkan dengan fonem /I/, sedangkan bahasa Jawa standar diucapkan
dengan fonem /i/. Selanjutnya, fonem /u/ yang direalisasikan /U/, jika
dalam bahasa jawa di Desa sambak fonem /u/ umumnya diucapkan dengan
fonem /U/, sedangkan bahasa Jawa standar tetap diucapkan fonem /u/.
2. Leksikon bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten
Magelang terdapat beberapa kata yang berbeda dengan bahasa Jawa
standar, yaitu kata-kata di bawah ini.
a. Enthol-enthol [enTOl-enTOl] yang dalam bahasa Indonesia artinya
betis, dalam bahasa Jawa standar disebut dengan kempol [kempOl].
b. Nyong [ηOŋ] dalam bahasa Indonesia yang artinya aku, saya, dalam
bahasa Jawa standar kata aku disebut dengan aku [aku].
80
81
c. Benthok [bȇnTo?] yang dalam bahasa Indonesia artinya babi hutan,
sedangkan dalam bahasa Jawa standar disebut dengan celeng [cElEŋ].
d. Trayek [trayE?] dalam bahasa Indonesia artinya tukang ojek,
sedangkan dalam bahasa Jawa standar disebut dengan ojek [ojE?].
e. Gajik [gaji?] yang dalam bahasa Indonesia artinya dari, dalam bahasa
Jawa standar di sebut dengan seka [sȇkↄ].
f. Mrengkeyek [mrȇŋkEyE?] dalam bahasa Indonesia artinya keras
(sifat), dalam bahasa Jawa standar disebut dengan mrengkel
[mrEŋkEl].
g. Pukul [pUkUl] dalam bahasa Indonesia artinya palu, sedangkan dalam
bahasa Jawa standar disebut gandhi [ganDi] atau martil [martIl].
B. Saran
Penelitian ini menitikberatkan pada fonologi dan leksikologi bahasa
Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang. Bagi
peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti tentang morfologi yang terjadi
pada bahasa Jawa di Desa sambak, serta aspek sintaksis. Peneliti harus teliti
dalam mendiskripsikan data sehingga mendapatkan hasil yang baik.
82
Daftar Pustaka
Abdullah Wakit. 2008. Bahasa Jawa Orang Samin di Kabupaten Blora.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ayatrohaedi, 1983.Dialektologi Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan pengembangan.
Chaer Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Chaer Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djajasudarma, Fatimah. 2006. Metodelinguistik. Bandung: Rafika Aditama.
Fadhilatun, Atik R. 2011. Analisis Fonologi dan Leksikologi Bahasa Jawa di
Desa Brunorejo Kecamatan Bruno Kabupaten Purworejo. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Purworejo.
KBBI, Depdikbud. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Bahasa.
Kridalaksana, Harimurti.1993. Kamus Linguistik Umum. Jakarta: Gramedia.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Umum. Jakarta: Gramedia.
Mahsun.1995.Dialektologi Diakronis Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Marsono. 1999. Fonetik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Mulyani, Siti. 2008. Fonologi Bahasa Jawa. Yogyakarta: Kanwa Publisher.
Nababan.P.W.J. 1984. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia.
Nurul, Muh H. 2010. Kajian Fonologi dan Leksikon Dialek Bahasa Jawa di
Desa Mangunranan Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen.
83
Sasangka Wisnu. 2007. Unggah-Ungguh Bahasa Jawa. Jakarta: Yayasan
Paramalingua.
Satriya Sri. 2008. Paramasastra Gagrag Anyar Basa Jawa. Jakarta: Yayasan
Paramalingua.
Sudaryanto. 1991. Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa.Yogyakarta: Duta Wacana
University Press.
Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Sudaryanto. 1993.Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:
Duta Wacana University Press.
Subroto Edi dkk. 1991. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Jawa. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sutardjo Imam. 2008. Kawruh Basa Saha Kasusastran Jawi. Surakarta: Jurusan
Sastra Daerah Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Verhaar. J.W. M. 2007. Asas- Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
88
Daftar kata Swadesh
a. Kata Bilangan
No Bahasa indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak
1 Satu [siji], [sȇtuŋgal]
2 Dua [loro], [kalIh]
3 Tiga [tȇlu], [tigↄ]
4 Empat [papat], [sȇkawan]
5 Lima [limↄ], [gaŋsal]
6 Enam [ȇnȇm]
7 Tujuh [pitu]
8 Delapan [wOlu]
9 Sembilan [sↄŋↄ]
10 Sepuluh [sȇpulUh], [sȇdↄsↄ]
11 Sebelas [sȇwȇlas]
12 tiga belas [tȇlulas], [tigↄ wȇlas]
13 lima belas [limↄlas] [gaŋsal welas],
14 dua puluh [rOη pulUh], [kalIh dↄsↄ]
15 lima puluh [sEkȇt]
16 lima puluh lima [sEkȇt limↄ], [sEkȇt gaŋsal]
17 tujuh puluh [pitUŋ pulUh], [pitUŋ dↄsↄ]
18 tujuh puluh lima [pitUŋ pulUh limↄ], [pitUŋ dↄsↄ
gaŋsal],
89
19 sembilan puluh [saŋaŋ pulUh]
20 Seratus [satUs]
21 seratus sepuluh [satUs sȇpulUh]
22 seratus dua puluh lima [satUs sȇlawe]
23 lima ratus [lima ŋatus], [gaŋsal atUs]
24 Seribu [sEwu]
25 Pertama [pȇcak pisan]
26 Kedua [kȇloro]
27 Ketiga [kȇtȇlu]
28 Keempat [kȇpapat]
29 Kelima [kȇlimↄ]
30 Keenam [kȇȇnȇm]
31 Tujuh [kapIŋ pitu]
32 Kedelapan [kapIŋ wOlu]
33 Kesembilan [kapIŋ sↄŋↄ]
34 Kesepuluh [kapIŋ sȇpulUh], [kapIη sȇdↄsↄ]
35 Terakhir [kEri pisan]
b. Waktu dan Musim
No Bahasa indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak
36 sembilan tahun yang
lalu
[saŋaŋ taUn sIŋ biyEn]
90
37 Malam [mbȇŋi], [ndalu]
38 Siang [awan], [siyaŋ]
39 Sore [sore]
40 Pagi [esUk]
41 musim kering [mↄηsↄ kȇtigↄ]
42 musim hujan [renDȇŋ], [mↄŋsↄ udan]
43 tadi pagi [mau esUk]
44 tadi siang [mau awan]
45 besok pagi [sesuk esUk]
46 nanti malam [ȇngko mbȇŋi]
47 tengah malam [tȇηah wȇηi]
48 tengah hari [awan-awane]
49 kemarin saya
kemalaman
[wiŋi ηOŋ kȇwȇŋEn], [wiŋi kulↄ
kȇdalOn]
50 Dulu [winganane]
51 Besuk [sesuke mȇnEh]
52 besuk malam [sesUk bȇngi]
53 dua hari yang lalu [rOŋ dinↄ kȇpuŋkUr]
54 minggu depan [miηgu ngarȇp]
55 tiga hari [tȇlUŋ ndinↄ]
56 dua bulan [rOŋ sasi]
57 Satu hari [sȇdinↄ]
91
58 sehari semalam [sȇdinↄ sȇwȇŋi]
59 satu minggu [sȇmiŋgu]
60 satu bulan [sȇsasi]
61 satu tahun [sȇtaUn]
63 Sebentar [sȇDelↄ]
64 satu bulan lagi [sȇsasi mȇnEh]
65 dua puluh lima tahun [sȇlawe taUn]
66 salah musim [salah mↄŋsↄ]
67 musim hujan [rȇnDȇŋ], [mↄŋsↄ jawↄh]
68 musim kemarau [ketiga]
69 musim panen [mↄŋsↄ panEn]
c. Ukuran
No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak
70 Sejengkal [sȇkilan]
71 Sehasta [sȇlȇŋȇn]
72 satu meter [sȇmEtȇr]
73 satu kilogram [sȇkilo]
74 lima kilo meter [limaŋ kilo mEtȇr]
75 satu ubin [sak ubIn]
76 lima ons [limaŋ On]
92
a. Bagian Tubuh Manusia
No Bahasa indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak
77 Kepala [sirah]
78 ubun-ubun [mbUn-mbUn]
79 Pelipis [alIs]
80 Muka [rai]
81 Dahi [baTUk]
82 Mata [mↄtↄ],[mripat]
83 pelupuk mata [tlapukan mↄtↄ]
84 Hidung [IrUη], [grↄnↄ]
85 Telinga [kUpIη]
86 lubang telinga pada
wanita
[tInDIk]
87 Mulut [caŋkȇm]
88 Bibir [lambe]
89 Gigi [untu]
90 gigi taring [gaDIŋ]
91 gigi rusakberwarna hitam [gUpIs]
92 Pipi [pipi]
93 lesung pipi [TȇkIk]
94 Leher [gulu]
95 kerongkongan [kȇrOŋkOŋan]
93
96 Tengkuk [giTOk]
97 Punggung [gȇgȇr]
98 Bahu [punDak]
99 Dada [DↄDↄ]
100 Pusar [wudȇl]
101 Perut [wȇtȇŋ]
102 Ketiak [kElEk]
103 Lengan [lȇŋȇn]
104 Sikut [sIkUt]
105 Tangan [taŋan]
106 Jari [driji]
107 Jempol [jȇmpOl]
108 Telunjuk [pȇnunjUk]
109 jari tengah [pȇnunggul]
110 jari manis [jȇnTIk manIs]
111 Klingking [jȇnTIk]
112 Kuku [kuku]
113 telapak tangan [EpEk-EpEk]
114 Kaki [sIkIl]
115 mata kaki [pOlOk]
116 Lutut [dȇŋkUl]
117 Paha [pupu]
94
118 Pantat [bOkOng]
119 Betis [enthOl-enthOl]
120 Tumit [tuηkak]
121 Jantung [jantUŋ]
122 Hati [ati]
123 Usus [UsUs]
124 Urat [OtOt]
125 Tulang [balUŋ]
126 isi tulang [sUηsUm]
127 Darah [gȇtIh]
128 Alis [alIs]
129 bulu mata [idȇp]
130 Jenggot [jeηgↄt]
131 Kumis [jEbrEs]
132 Jampang [gODEg]
133 bulu ketiak [wulu kElEk]
134 bulu tangan [wulu taηan]
135 bulu kaki [wulu sIkIl]
136 rambut ikal [krItIη]
137 rambut lurus [rambUt lurus]
138 tahi lalat [anDȇη-anDȇη]
139 Kulit [kUlIt]
95
140 kulit kering [mbȇsisik]
b. Kata Ganti Orang
no Bahasa indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak
141 Saya [ηↄη]
142 Kamu [saman][rai]
143 dia [kaE]
144 Kami [əηəη pↄDↄ]
145 Kita [əηəη kaE pↄDↄ]
146 kamu sekalian [sampeyan kabEh]
147 mereka sekalian [wↄη-wↄη paDa]
148 Beliau [panjȇnȇηanipun]
c. Istilah Kekerabatan
no Bahasa indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak
149 Ayah [bapak]
150 iIbu [mbOk]
151 Istri [bojo wedOk]
152 Suami [bojo lanaη]
153 Janda [rↄnDↄ]
154 Duda [DuDↄ]
96
155 Anak [anak]
156 anak tertua [anak mbarȇp]
157 anak kandung [anak asli]
158 anak termuda [ragIl]
159 kakak laki-laki [kang]
160 kakak perempuan [yu]
161 adik perempuan [wedOk]
162 adik laki-laki [aDi lanaη]
163 kakak laki-laki dari bapak [wO lanang]
164 kakak laki-laki dari ibu [wO lanang]
165 istri kakak laki-laki dari
ayah
[wO wedOk]
166 istri kakak laki-laki dari
ibu
[wO]
177 adik laki-laki dari ayah [lek]
178 adik laki-laki dari ibu [lek]
179 istri adik laki-laki dari
ayah
[llllk wadↄn]
180 istri adik laki-laki dari ibu [llllk wadↄn]
181 kakak perempuan dari
ayah
[wO wedOk]
182 kakak perempuan dari ibu [wo WedOk], [bu De]
97
183 suami kakak perempuan
dari ayah
[wO lanaŋ], [pak De]
184 suami kakak perempuan
dari ibu
[wO lanaŋ], [pak De]
185 anak dari saudara ayah [kaŋ], [mas]
186 anak dari saudara tua [plunan]
187 anak dari saudara muda [kȇponakan]
188 ayah dari orang tua [mbah lanaŋ, [mbah kakUŋ]
189 ibu dari orang tua [mbah wedOk], [mbah putri]
190 ayah dari kakek [mbah bUyUt lanaŋ], [mbah bUyUt
kakuŋ]
191 ibu dari kakek [mbah bUyUt wedOk], [mbah bUyUt
putri]
192 anak dari anak [putu], [wayah]
193 anak dari cucu [bUyUt]
194 cucu dari saudara kakek [misan]
195 cucu dari cucu [caŋgah]
196 kakek dari kakek [warEŋ]
197 pasangan suami istri [bojo]
198 suami istri dari anak [mantu]
199 orang tua dari suami atau
istri
[mȇrtuwↄ]
98
200 suami atau istri dari
saudara
[ipe]
201 orang tua istri atau suami
anak
[besan]
202 nenek moyang yang sudah
mati
[pↄrↄ lUhUr]
203 orang laki-laki [wOŋ lanang]
204 orang perempuan [wOŋ wedOk]
205 ibu tiri [mbok kuwalOn]
206 ayah tiri [bapak kuwalOn]
207 anak tiri [anak kuwalOn]
d. Pakaian dan Perhiasan
No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak
208 Giwang [suwȇŋ]
209 Tongkat [pȇnTUŋ], [tȇkȇn]
210 Cincin [ali-ali]
211 Caping [tUDUŋ]
212 Krudung [kUDUŋ
213 Gelang [gȇlaŋ]
214 Anting [antIŋ]
215 Saku [sak]
99
216 Kalung [kalUŋ]
217 Kebaya [kȇbayak]
218 Sandal [srandal]
219 Sepatu [sȇpatu]
220 Kain [bakal]
221 Sarung [sarUŋ]
222 Kopiyah [kUplU?]
223 Sanggul [gȇlUŋ]
224 Batik [batik]
e. Binatang
No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak
225 Binatang [kewan]
226 Lalat [lalȇr]
227 Kutu [tumↄ]
228 Nyamuk [lȇmUd]
229 Lebah [tawOn]
230 kunang-kunang [kunaŋ]
231 Belalang [walaŋ]
232 Cacing [cacIŋ]
233 lintah [lintah]
234 Ular [ulↄ]
100
235 Rayap [rayap]
236 Cecak [cȇcȇk]
237 Kadal [kaDal]
238 kupu-kupu [kupu]
239 Tikus [tikUs]
240 kura-kura [bUlUs]
241 Udang [uraŋ]
242 Hiu [hiyu]
243 Ikan [iwa?], [ulam]
244 ikan asin [rese]
245 Yuyu [yuyu]
246 Kelelawar [lↄwↄ]
247 Keluang [kalUŋ]
248 Burung [manUk], [pȇksi]
249 Kuntul [kUntUl]
250 Gagak [gagak]
251 elang ayam [biDo]
252 itik jantan muda [mȇri]
253 itik betina muda [mȇri]
254 itik jantan dewasa [bEbEk bajag]
255 itik betina dewasa [bEbEk]
256 ayam jantan muda [jEηgEr]
101
257 ayam betina muda [dere]
258 ayam jantan dewasa [jago]
259 ayam betina dewasa [babOn]
260 Merpati [dↄrↄ]
261 anak dara [peyek]
262 Angsa [baηak]
263 anak angsa [blȇŋor]
264 Ayam [pItIk]
265 anak ayam [pIyIk]
266 Katak [kODOk]
267 anak katak [bancEt]
268 Tupai [bajIŋ]
269 Trenggiling [trȇŋgIlIŋ]
270 Tenggalung [gaŋkraŋan]
271 Sapi [sapi]
272 anak sapi [pȇDEt]
273 Kambing [wȇDUs]
274 Kerbau [kȇbo]
275 anak kambing [cȇmpe]
276 Anjing [kirIk]
277 anak anjing [kIrIk]
278 Kucing [kUcIŋ]
102
279 anak kucing [cȇmEŋ]
280 kijang [kidaŋ]
281 anak kerbau [gudEl]
282 Babi [bȇnTok]
283 Ular [ulↄ]
284 Buaya [bOyO]
285 babi hutan [bȇnTok], [cElEŋ]
286 Harimau [macan]
287 Kera [kȇTE?], [rewↄndↄ]
288 Kepompong [ȇnTUŋ]
289 Jangkrik [jangkrIk]
290 Kecoa [coro]
291 Gajah [gajah]
292 Kadal [kaDal]
293 Bebek [bEbEk]
294 Kinjeng [kinjȇŋ]
295 Kucing [kUcIŋ]
296 orong-orong [gasIr]
297 Lebah [tawOn]
298 Belut [wȇlUt]
299 Kutu [tumↄ]
103
f. Jabatan Pemerintah Desa
No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak
300 Lurah [lurah]
301 sekretaris desa [carI?]
302 Pengulu [pȇŋulu]
303 Kyai [kyai]
304 Dukun [dUkUn]
305 dukun sunat [dUkUn sȇpIt]
306 dukun bayi [dUkUn bayi]
307 pegawai pemerintah [pȇgawe]
308 Guru [guru]
309 Buruh [bUrUh]
310 Pamong [pamOŋ]
311 Pedagang [bakUl]
312 Juragan [juragan]
313 Tengkulak [bakUl gȇDe]
314 tukang kayu [tukaŋ kayu]
315 tukang pahat [tukaŋ ukIr]
316 Penjual [bakUl]
317 Mandor [manDOr]
318 Kondektur [kȇnEk]
319 Petani [tani]
104
320 buruh tani [bUrUh tani]
321 tukang ojek [trayEk]
322 Supir [sopir]
323 Kusir [kosir]
324 tukang becak [tukang becak]
325 Camat [camat]
326 Carik [carIk]
327 Polisi [pOlisi]
328 penjahit baju [pȇnjaIt]
329 penjahit sepatu [sↄl sepatu]
330 Nelayan [nȇlayan]
g. Bagian tubuh Binatang
No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak
331 kepala ayam [nDas pItIk]
332 Telur [ȇnDOg]
333 Cakar [cakar]
334 Jalu [jalu]
335 Sayap [swiwi]
336 bulu sayap [wulu swiwi]
337 Ekor [bUntUt]
338 Taring [sIUŋ]
105
339 Tanduk [suŋu]
340 Ingsang [iŋsaŋ]
341 Sisik [sIsI?]
342 bangkai binatang [baTaŋ]
343 bangkai manusia [mayId]
345 Belulang [lulaŋ]
346 kotoran sapi [tlȇpOŋ]
347 kotoran kambing [mȇnDIl]
348 paha sapi [pupu]
349 usus ayam [UsUs]
350 dada ayam [DↄDↄ mȇnTOk]
351 pantat ayam [brutu]
h. Tumbuhan, bagian-bagian, buah dan hasil olahannya.
Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak
352 Santan [santȇn]
353 minyak kelapa [klȇntIk], [lisah klȇntIk]
354 Padi [pari], [pantUn]
355 Beras [bȇras], [wOs]
356 beras kecil [mȇnIr]
357 Nasi [sȇgↄ], [sȇkUl]
358 Ketan [kȇtan]
106
359 Jerami [damEn]
360 Gabah [gabah]
361 Pare [pare]
362 Jahe [jae]
363 Kunyit [kUnIr]
364 Lengkuas [laOs]
365 bawang putih [bawang]
366 bawang merah [brambaŋ
367 Labu [walUh]
368 Terong [terOŋ]
369 Lada [mricↄ]
370 Jagung [jagUŋ]
371 Petai [pȇte]
372 petai cina [mlanDIŋ]
373 Ketimun [tImUn]
374 daun kacang panjang [mbayUŋ]
375 daun papaya [gODoŋ ganDUl], [rOn ganDUl]
376 daun ketela [gODOŋ telↄ]
377 daun keladi [gODOŋ lumbu]
378 Kangkung [kaŋkUŋ]
379 Tepung [glȇpUŋ]
380 Tapai [tape]
107
381 bekas selipan padi [mȇraŋ]
382 dedak selipan padi [DȇDȇk]
383 Cabe [lOmbOk]
384 cabe merah [lOmbOk abaŋ], [lOmbOk abrIt]
385 cabe hijau [lOmbOk ijO]
386 cabe kecil [lOmbOk rawIt]
387 Rumput [sukȇt]
388 Pohon [wIt]
389 anak dahan [paŋ]
390 Kayu [kayu]
391 Getah [tlUtUh]
392 Daun [gODOŋ], [rOn]
393 Bunga [kȇmbaŋ], [sȇkar]
394 Buah [wOh]
395 buah-buahan [wOh-wOhan]
396 Sagu [sagu]
397 air sayur [dUdUh]
398 Akar [OyOd]
399 Durian [durEn]
400 Pinang [jambe]
401 Ruas [rOs]
402 Bamboo [prIŋ]
108
403 bambu yang mash
muda
[bUŋ]
404 sisir pisang [liraŋ]
405 Setandan [sȇtUnDUn]
406 Aren [arEn]
407 Kelapa [krambIl], [klↄpↄ]
408 pohon kelapa [glugu]
409 Sabut [tȇpȇs]
410 Tempurung [baTOk]
411 Rotan [pȇnjalIn]
412 Tebu [tȇbu]
413 Beringin [rIŋIn]
414 Pandan [panDan]
415 pohon kapuk [ranDu]
416 Jengkol [jengkOl]
417 Asam [asȇm]
418 biji asam [kluŋsu]
419 Biji [isi], [wiji]
420 Papaya [ganDUl]
421 alang-alang [alaŋ-alaŋ]
422 Jagung [jagUŋ]
423 Bayam [bayȇm]
109
424 Tomat [tomat]
425 Kecipir [cIpIr]
426 Mengkudu [pace]
427 Semangka [sȇmↄŋkↄ]
428 Nangka [gOri]
i. Alam
No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak
429 Air [baηu], [toyↄ]
430 air tawar [baηu mȇntah]
431 air laut [baηu sȇgↄrↄ]
432 air sungai [baηu kali]
433 Laut [sȇgↄrↄ], [sȇgantȇn]
434 Angin [angIn]
435 angin rebut [lIsUs]
436 Gunung [gUnUng]
437 Bara [wOwO]
438 gunung meletus [gUnUŋ njȇblUg]
439 Lahar [kawah]
440 Hutan [alas], [wↄnↄ]
441 Pasir [wȇDi]
442 Batu [watu], [selↄ]
110
443 batu api [watu gȇni]
444 Sungai [kali], [lEpEn]
445 sungai besar [kali gȇDe]
446 sungai kecil [kalEn]
447 Garam [uyah], [sarȇm]
448 jalan lebar [dalan gȇDe]
449 Kabut [pȇDUt]
j. Rumah dan bagian-bagiannya
No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak
450 Lantai [jↄgan]
451 Atap [payↄn]
452 Genting [gȇnDEŋ]
453 Kasan [UsUk]
454 lobang angin [angIn-angIn]
455 Tangga [ↄnDↄ]
456 Dinding [pagȇr]
457 dinding tembok [tembOk]
458 dinding papan [pagȇr blabak]
459 dinding bambu [gȇDEk]
460 Pintu [lawaŋ]
461 Jendelo [cȇndelO]
111
462 Kamar [kamar]
463 kamar mandi [kamar mandi]
464 Wc [kakUs]
465 bak mandi [kUlah]
466 Dapur [pawOn]
467 Serambi [ngarȇpan]
468 tempat tidur [ambEn]
469 tempat grabah [rak]
470 alas tidur [klↄsↄ]
k. Alat
No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak
471 Parut [parUd]
472 Jarum [jarUm]
473 Tenun [tȇnUn]
474 Lesung [lumpaŋ]
475 Benang [bolah]
476 Obor [ObOr]
477 Besi [wȇsi]
478 Karat [taiyEŋȇn]
479 Dayung [dayUŋ]
480 Palu [pUkUl]
112
481 Tali [tambaŋ], [taŋsUl]
482 Cangkul [pacUl]
483 Golok [bȇnDo]
484 Arit [arIt]
485 Kranjang [kranjaŋ]
486 Pikulan [pikulan]
l. Penyakit dan obat
No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak
487 Sakit [lↄrↄ], [gȇrah]
488 sakit demam [panas]
489 Bengkak [abUh]
490 Buta [picȇk], [wutↄ]
491 Hamil [mȇtȇŋ]
492 Mabuk [mabUk]
493 Luka [tatu]
494 bekas luka [korEŋ]
495 Bungkuk [bȇŋkUk]
496 Sehat [waras]
497 Sembuh [mari], [mantUn]
498 Pedih [pȇrIh]
499 Letih [kȇsȇl]
113
500 Obat [obat]
501 parau suaranya [Esȇk]
502 penyakit menular [pȇηakIt nular]
503 rasa mau muntah [jȇlEh]
504 Mual [jȇlEh]
505 Gila [edan], [gȇnDȇŋ], [kȇnTIr]
m. Arah dan mata angin
No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak
506 Kanan [tȇŋȇn]
507 Kiri [kiwↄ]
508 Utara [lOr]
509 Timur [wetan]
510 Selatan [kIdUl]
511 Barat [kulOn]
512 timur laut [wetan lOr]
513 Tenggara [kIdUl wetan]
514 barat daya [kulOn kIdUl]
515 barat laut [kulOn lOr]
516 Begini [kↄyↄ kiye]
517 Begitu [kↄyↄ kuwe]
518 di sini [naŋ kene]
114
519 di sana [naŋ kↄnↄ]
520 di samping [naŋ pIŋgir]
521 di atas [naŋ nDUwUr]
522 di bawah [naŋ ŋisOr]
523 Dari [gajik]
524 Ini [kiye]
525 Itu [kae]
526 Semua [kabEh], [sȇdↄyↄ], [sȇdantȇn]
n. Aktivitas
No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak
527 Membawa [ŋgↄwↄ], [mbetↄ], [ŋastↄ]
528 membersihkan [ŋrȇsiki]
529 Mengulangi [mbalEni], [mangsuli]
530 Berubah [malIh]
531 Tumbuh [TUkUl]
532 meniru, meneladani [marai]
533 Bertanya [takOn], [takEn]
534 Tambah [ImbUh]
535 Menakutkan [mȇdEni]
536 Tabor [sȇbar]
537 Menyusu [nusu]
115
538 Bersiul [siŋsOt]
539 Sendawa [antOb]
540 tersedu-sedu [misȇg-misȇg]
541 Merumput [ŋarIt]
542 Menyiangi [matUn]
543 Pulang [bali], [wangsUl], [kOndUr]
544 Pergi [luŋↄ]
545 menebas pohon [nȇgOr]
546 Pilih [mIlIh]
547 memejamkan mata [mȇrȇm]
548 mengedipkan mata [kȇDEp]
549 Memperoleh [olEh], [aŋsal]
550 Menyanyi [nȇmbaŋ]
551 sudah masak [matȇŋ]
552 Memasak [njaŋan]
553 Makan [maDaŋ], [maȇm], [Dahar]
554 Melihat [ndȇlOk], [mriksani]
555 Menggigit [ηOkOt]
556 Mendengar [kruŋu]
557 Mencium [ŋambUŋ]
558 Bernafas [ambȇkan]
559 Berludah [idu]
116
560 Dahak [riyak]
561 Duduk [njagOŋ], [leŋgah]
562 Berjongkok [nDODOk]
563 Berbaring [turOn]
564 berkelahi (tangan) [gȇlUt]
565 berkelahi (kata) [padu]
566 Bermain [dolanan]
567 Medorong [ηUrUŋ]
568 Menarik [ηEnEŋ]
569 Melempar [mbalaŋ]
570 potong (kaki) [nugȇl]
571 Membelah [ηigar]
572 megelupas kulit [ŋȇcEi]
573 Mengikat [nalEni], [nangsuli]
574 Memegang [ηȇkȇl]
575 Putar [mubȇŋ]
576 menikam dari atas [nublȇs]
577 menikam dari bawah [ηOgOk]
578 Membunuh [matEni]
579 Membakar [ŋObOŋ]
580 Mengisap [ηȇDOt]
581 Meniup [ndamu]
117
582 Memeras [mȇrȇs]
583 Menggosok [ŋgOsOk]
584 menggosok gigi [sikatan]
585 Mengusap [ŋusap]
586 Berbicara [ŋOmOŋ], [ŋȇndikↄ]
587 Berbisik [klisik-klisik]
588 Tertawa [ŋguyu]
589 Dating [tȇkↄ], [rawUh]
590 Kembali [mbalIk]
591 Berjalan [mlaku]
592 Ikut [mElu]
593 Bergerak [obah]
594 Menginjak [midȇk]
595 Berenang [ŋlaŋi]
596 Terbang [mabUr]
597 Mengapung [ŋambaŋ]
598 Mengalir [mili]
599 Memburu [ŋoyak]
600 Menggali [ŋȇDUk]
601 Menghitung [ŋItUŋ]
602 Member [ŋȇwEhi]
603 cuci pakaian [ŋumbahi]
118
604 cuci tangan/ kaki [wIsUh]
605 cuci piring [ŋasahi]
606 cuci mulut [kȇmu]
607 cuci muka [raUp]
608 cuci rambut [kramas]
609 Menjemur [meme]
610 Membalas [mbalȇs]
611 Kencing [ŋUyUh], [pipis]
612 bekerja [ηambut gawe]
613 menguburkan [mȇnDȇm]
614 Ganti [ganti], [gatOs]
615 Bangun [taŋi], [wuŋu]
616 Tidur [turu], [sare]
617 jatuh (orang) [tibↄ]
618 Bertemu [kȇtȇmu], [kȇpaŋgIh]
619 jatuh (buah) [gigOl]
620 Kentut [ŋȇntUt]
621 Bongkar [mboŋkar]
622 Ingat [kEliŋan], [kEmutan]
623 Menyembur [ηȇmbUr]
624 Tukar [ijOl]
625 Menyuruh [prentah], [kOŋkOn]
119
626 Petik [apEk]
627 Menjahit [njaIt]
628 Menganyam [ŋaηam]
629 Minum [ŋombe], [ŋunjUk]
630 Merebus [ŋODOg]
o. Sifat dan sapaan
No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak
631 Tua [tuwↄ], [sȇpUh]
632 Muda [nOm]
633 Baru [aηar], [eŋgal]
634 Lama [suwe], [dangu]
635 Utuh [wUtUh]
636 Bersih [rȇsIk]
637 Tinggi [DUwUr]
638 Rendah [ȇnDEk]
639 Besar [gȇDe], [agȇŋ]
640 Kecil [cIlIk], [alit]
641 Luas [ↄmbↄ]
641 Sempit [cIyUt]
643 Panjang [dↄwↄ
644 Pendek [cinDȇk]
120
645 Tebal [kandȇl]
646 Tipis [tIpIs]
647 Jauh [adOh]
648 Dekat [cȇDȇk]
649 Busuk [bOsOk]
650 Keras [atOs]
651 keras (kerja) [srȇgȇp]
652 keras (suara) [sȇru]
653 keras (sifat) [mrȇŋkEyEk]
654 Gagah [gagah]
655 Kurus [kuru]
656 Gemuk [lȇmu]
657 Cantik [ayu]
658 Tampan [bagUs]
659 Kendor [kȇnDo]
660 telanjang [wudↄ]
661 terlalu jauh [kadOhȇn]
662 kotor [rȇgȇd]
663 kosong [sUwUŋ]
664 bagus [apIk]
665 jelek [ↄlↄ], [ElEk]
666 berani [wani], [wanton]
121
667 basah [tȇlȇs]
668 kering [garIŋ
669 setengah kering [alUm]
670 dingin [adȇm], [aηȇs]
671 sejuk (malam hari) [sȇgȇr]
672 hangat [aŋȇt]
673 malu [IsIn]
674 terkenal [konDaŋ]
675 baik [apIk]
676 bau [mambu]
677 mati [mati]
678 hidup [UrIp]
679 ada [ↄnↄ]
680 tidak ada [ora ↄnↄ]
681 sedikit [sȇTITIk]
682 banyak [okEh]
683 penakut [jȇrIh]
684 tajam [lanDȇp]
685 tumpul [bujȇl]
686 licin [luηu]
687 lurus [jȇjȇg]
688 bengkok [beŋkOŋ]
122
689 berat [abOt]
690 bulat [bundȇr]
p. Warna
No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak
691 Putih [pUtIh], [pȇTak]
692 Merah [abaŋ], [abrIt]
693 Hijau [ijo], [ijȇm]
694 Kuning [kUnIŋ]
695 Keruh [buTȇk]
696 Jernih [bȇnIŋ]
697 Gelap [pȇtȇŋ]
698 Terang [paDaŋ]
q. Bau
No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak
699 Apek [apȇk]
700 Anyir [amIs]
701 bau ular [laŋu]
702 bau kencing [pȇsIŋ]
703 bau ikan/ daging [amis]
123
704 bau cabe digoreng [ηȇgrak]
705 Harum [waŋi]
r. Rasa
No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak
706 rasa [rↄsↄ]
707 manis [lȇgi]
708 pahit [paIt]
709 asam [kȇcUt]
710 getir [gȇtIr]
711 mentah [mȇntah]
712 hambar (tidak ada
rasanya)
[aηȇb], [cȇmplaŋ]
713 pedas [pȇDȇs]
714 enak [enak], [eco]
715 gurih [gUrIh]
716 haus [ŋȇlak]
717 lapar [ŋȇlIh]
124
Data informan
1. Nama lengkap : Mintaryatun
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat dan tanggal lahir : Magelang, 20 Oktober 1970
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SD
Alamat : Sigaung, RT/RW: 021/008
Sambak, Kajoran, Magelang
Pekerjaan : Petani
Mobilitas bepergian : Jarang
Bahasa yang dikuasai
Selain bahasa ibu : Bahasa Indonesia
Asal orang tua : Sigaung, Sambak, Kajoran, Magelang
Asal suami/ istri : Punduhan, Sambak, Kajoran, Magelang
2. Nama lengkap : Teguh
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat dan tanggal lahir : 31 Desember 1963
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SD
Alamat : Sigaung, RT/RW: 021/008
Sambak, Kajoran, Magelang
Pekerjaan : Petani
125
Mobilitas bepergian : Jarang
Bahasa yang dikuasai
Selain bahasa ibu : Bahasa Indonesia
Asal orang tua : Sigaung, Sambak, Kajoran, Magelang
Asal suami/ istri : Sigaung, Sambak, Kajoran, Magelang
3. Nama lengkap : Slamet Ichwan
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tempat dan tanggal lahir : 4 Juni 1960
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SLTP
Alamat : Sigaung, RT/RW: 021/008
Sambak, Kajoran, Magelang
Pekerjaan : Petani
Mobilitas bepergian : Jarang
Bahasa yang dikuasai
Selain bahasa ibu : Bahasa Indonesia
Asal orang tua : Sigaung, Sambak, Kajoran, Magelang
Asal suami/ istri : Sigaung, Sambak, Kajoran, Magelang